View
1.444
Download
7
Category
Preview:
Citation preview
ANALISA SERAT SECARA KUANTITATIF DAN KUALITATIF
ANALISA SERAT SECARA KUANTITATIF
I. MAKSUD DAN TUJUAN
MAKSUD
Mengetahui komposisi serat campuran pada bahan tekstil secara analisa kuantitatif.
TUJUAN
Mengetahui dan mengamati kelarutan serat yang telah diketahui jenisnya pada pelarut
yang sesuai untuk mendapatkan perbandingan berat awal dan berat akhir untuk
mengetahui konsentrasinya.
II. TEORI DASAR
Analisa kuantitatif serat tekstil berhubungan erat dengan identifikasi serat. Analisa
kuantitatif baru dapat dilakukan setelah dilakukan identifikasi serat. Analisa kuantitatif dapat
dilakukan dengan tiga cara yaitu :
1. Cara Mekanika
2. Cara Kimia
3. Cara Mikroskop
A. ANALISA KUANTITATIF CARA MEKANIKA
Analisa kuantitatif cara mekanika hanya dapat dilakukan apabila jenis benang
berbeda maka jenis seratnya juga berbeda, misalnya jenis serat benang lusi berbeda
dengan jenis serat benang pakan. Pada keadaan ini analisanya dilakukan dengan
memisahkan benang-benang pada jenis serat yang berbeda, kemudian ditimbang.
Analisa cara mekanika juga dapat dilakukan untuk membantu analisa cara lain
pada bahan tekstil yang terdiri dari campuran serat walaupun jenis-jenis serat pada
bahan tekstil tersebut jarang sekali terpisah satu dengan lainnya dengan nyata,
misalnya benang lusi terdiri dari campuran serat yang berbeda jenis-jenisnya dengan
campuran serat dari benang pakan. Apabila kuantitatifnya akan lebih mudah dikerjakan,
jika mulua-mula dilakukan pemisahan benang lusi dengan benang pakan, kemudian
dari masing-masing benang tersebut dilakukan analisa menurut cara lain.
1
B. ANALISA KUANTITATIF CARA KIMIA
Prinsip analisa kuantitatif cara kimia yaitu dengan cara melarutkan setiap jenis
serat satu per satu dengan pelarut yang sesuai. Kemudian setelah selesai pelarutan
pada setiap jenis serat dilakukan penimbangan sisa seratnya. Pelarut yang digunakan
pada cara ini harus betul-betul dipilih dan memenuhi syarat, karena jika seratnya tidak
larut maka hasilnya akan salah. Kadang-kadang serat yang akan dilarutkan larut kurang
sempurna, sedangkan serat yang seharusnya tidak larut, terlarutkan sedikit, sehingga
dalam hal ini perlu diberi faktor koreksi. Untuk mendapatkan hasil analisa yang teliti,
sebaiknya pengujian-pengujian dilakukan menurut standar.
Analisa cara kimia kadang-kadang tidak bisa digunakan, misalnya jika campuran
serat pada bahan tekstil terdiri sari serat tumbuhan semua, atau serat binatang semua,
sehingga untuk ini terpaksa dilakukan analisa cara mikroskop. Untuk analisa kuantitatif
cara kimia banyak sekali cara-cara yang dapat digunakan. Beberapa standar telah
dikeluarkan dan digunakan oleh lembaga-lembaga misalnya : AATCC, Shirley Institute,
dam ASTM.
C. ANALISA KUANTITATIF CARA MIKROSKOP
Analisa kuantitatif cara mikroskop didasarkan terutama pada perhitungan jumlah
serat. Disamping itu perlu pula dilakukan pengukuran diameter serat dan berat jenis
serat.Oleh karena itu cara ini memerlukan waktu yang lama, sukar dan sangat
bergantung dari pengalaman pemeriksa dalam mengidentifikasi serat. Untuk analisa ini
diperlukan mikroskop denga perbesaran 200-250 kali, dengan tempat kaca obyek yang
dapat digeser dan okuler dengan garis silang. Contoh uji berupa kain diambil benang
lusi dan benang pakannya sesuai dengan perbandingan tetal lusi dan pakan, kemudian
dipotong kecil-kecil.
2
D. TABEL ANALISA KUANTITATIF
No PelarutSerat
yang larut
Waktu
(menit)
Suhu
(0 C)Penetral Alat
1.HCl 1:1
Asam formiatNylon 30 30 NH4OH 5%
Erlenmeyer
tutup asah
2. H2SO4 70% Kapas 30 30 Na2CO3 5% Piala gelas
3. H2SO4 60%Rayon
viskosa30 30 NaHCO3 5% Piala gelas
4. NaOCl 10% Wool 30 30 AirErlenmeyer
tutup asah
5. NaOH 10% Wool 10 Mendidih CH3COOH 5% Piala gelas
6. KOH 10% Wool 10 mendidih CH3COOH 5% Piala gelas
III. PRAKTIKUM
A. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN
Oven
Eksikator
Penyaring
Pengaduk
Gelas arloji
B. BAHAN-BAHAN YANG DIGUNAKAN
Kain contoh uji yang sudah diketahui jenis seratnya yaitu kain campuran
Poliester/kapas (T/C).
C. CARA KERJA
Kain contoh uji dipisahkan benang lusi dan benang pakannya (diurai) dan
ditimbang seberat 1 gram = A gram.
Larutkan kedalam 50 ml pelarut yang sesuai.
Aduk-aduk dan diamkan selama waktu yang sesuai dengan pelarut yang
digunakan.
Cuci dengan air bersih.
Netralkan dengan 50 ml penetral yang sesuai dengan pelarut yang digunakan
selama 5-10 menit.
3
Keringkan dengan oven pada suhu antara 105-1100 C selama 1 jam.
Simpan dalam eksikator selama 10-20 menit.
Timbang berat kain sisa pelarutan = B gram
D. DATA PRAKTIKUM
Sampel kain contoh uji = Poliester/kapas (T/C)
Pelarut yang digunakan = H2SO4 70%
Penetral yang digunakan = Na2CO3
Waktu pelarutan = 30 menit
Waktu penetralan = 30 menit
Waktu Oven = 1 jam
Waktu dalam eksikator = 10 menit
Suhu pelarutan = 30 0 C
Suhu penetralan = 30 0 C
Suhu Oven = 110 0 C
Berat awal = A = 0,5835 gram
Berat akhir = B = 0,3761 gram
Kain yang tidak larut (serat I) = Poliester
Kain yang larut (serat II) = Kapas
4
E. PERHITUNGAN
Berat kain awal = A
= 0,5835 gram
Berat kain sisa pelarutan = B
= 0,3761 gram
Kain yang tidak larut (serat I) = Poliester
= (B / A) x 100% = C
= (0,3761 gram / 0,5835 gram) x 100%
= 64,45 %
= C
Kain yang larut (serat II) = Kapas
= 100 % - C % = D %
= 100 % - 64,45 %
= 35,55 %
= D
Serat I = C = Poliester = 64,45 %
Serat II = D = Kapas = 35,55 %
F. DISKUSI
Pada pengujian analisa serat secara kuantitatif, praktikan mendapatkan sample
kain uji yaitu Poliester/Kapas. Tugas praktikan disini adalah untukmenentukan berapa
perbandingan komposisi masing-masing serat dengan menggunakan cara pelarutan.
Pelarut yang digunakan tentunya tidak boleh sembarang karena akan mempengaruhi
hasil yang diperoleh. Karena sampel kainnya adalah Poliester/Kapas maka pelarut yang
harus digunakan adalah pelarut yang dapat melarutkan salah satu jenis serat tetapi
tidak bisa melarutkan serat yang lainnya. Pada analisa kuantitatif dengan sampel kain
Poliester/Kapas praktikan menggunakan pelarut H2SO4 70 % yang dapat melarutkan
kapas 100 % tetapi tidak bisa melarutkan serat Poliester.
Awalnya sampel kain harus dipisahkan dan siurai benang lusi dan benang
pakannya kemudian ditimbang sehingga diperoleh berat awal = A gram. Serat-serat
tersebut kemudian dilarutkan dalam pelarut H2SO4 70 % selama 30 menit kemudian
sisa serat yang tidak larut dinetralkan dengan 50 ml Na2CO3 selama 30 menit. Sisa
serat tersebut kemudian dicuci dan dimasukkan kedalam oven pada suhu 110 0 C
5
selama 1 jam kemudian dimasukkan dalam eksikator selama 10 menit dan ditimbang
lagi sisa seratnya sehingga diperoleh berat akhir = B gram. Perhitungan dilakukan
dengan cara membandingkan berat awal serat dengan berat sisa serat hasil pelarutan.
G. KESIMPULAN
Serat yang larut adalah serat kapas sedangkan serat yang tidak larut adalah serat
Poliester.
Berat awal serat adalah 0,5835 gram dan berat akhir serat sisa pelarutan adalah
0,3761 gram.
Dari perhitungan diperoleh komposisi serat kapas adalah 35,55 % dan komposisi
serat Poliester adalah 64,45 %.
ANALISA SERAT SECARA KUALITATIF
I. MAKSUD DAN TUJUAN
MAKSUD
Mengidentifikasi jenis-jenis serat baik serat alam maupun serat buatan meliputi
karakteristik dan strukturnya dengan cara pengujian serat menggunakan uji
pembakaran, uji pelarutan, dan uji mikroskop.
TUJUAN
1. Memperkirakan golongan serat baik secara umum dengan uji pembakaran.
2. Mengamati kelarutan jenis serat pada beberapa jenis pelarut dengan menggunakan
uji pelarutan.
3. Mengamati morfologi serat baik serat alam maupun serat buatan dengan melihat
penampang melintang dan membujurnya dengan menggunakan uji mikroskop.
II. TEORI DASAR
A. DASAR IDENTIFIKASI
Identifikasi serat didasarkan terutama pada beberapa sifat khusus dari suatu serat
yaitu, morfologi, sifat kimia atau sifat fisikanya. Pada umumnya identifikasi serat
dilakukan menurut gabungan beberapa cara, terutama pengamatan dengan mikroskop
6
dan cara kimia mikro, untuk mendapatkan hasil yang dapat dipertanggungjawabkan,
dan tidak boleh dilakukan menurut satu cara yang sederhana saja.
Pada serat alam, morfologi seratnya menunjukkan suatu bentuk dengan
perbedaan yang besar antara satu dan lainnya. Dalam batas tertentu morfologinya
mempunyai bentuk yang tetap, oleh karena itu morfologi dari serat alam sangat
menentukan dalam identifikasi seratnya. Sebaliknya , sifat kimia serat alam
perbedaannya sangat kecil, karena serat tersebut selalu tersusun oleh selulosa atau
protein, sehingga sifat kimia kurang penting untuk identifikasi serat alam.
Pada serat buatan, morfologi serat kurang penting untuk identifikasi serat, karena
morfologi serat ditentukan terutama oleh cara pembuatan dan penarikan seratnya, dan
bukan oleh jenis seratnya. Serat yang dibuat dengan cara pemintalan leleh akan selalu
menghasilkan serat dengan penampang lintang bergerigi, sedangkan pemintalan kering
akan menghasilkan serat dengan penampang lintang berlekuk-lekuk. Sehingga pada
serat buatan, jenis serat yang berbeda dapat mempunyai bentuk serat yang sama,
sebaliknya satu jenis serat dapat mempunyai bentuk serat yang berbeda. Dengan
demikian untuk identifikasi serat buatan sifat kimia dan sifat fisika memegang peranan
lebih penting daripada morfologi seratnya.
B. UJI PEMBAKARAN
Uji pembakaran adalah cara yang paling tua untuk identifikasi serat. Cara ini
adalah cara yang paling mudah dilakukan, tetapi hanya dapat memperkirakan golongan
serat secara umum dan tidak dapat dipertanggungjawabkan untuk identifikasi serat
campuran. Alat yang diperlukan hanyalah sumber nyala api. Sumber nyala api yang
paling baik adalah nyala api dari pembakar Bunsen yang mempergunakan bahan bakar
gas, atau dapat juga menggunakan nyala api dari
bahan bakar alkohol. Sedangkan korek api merupakan sumber nyala api yang tidak
baik karena korek api sendiri saat terbakar mengeluarkan bau yang keras sehingga
akan mengganggu bahan yang akan diperiksa.
C. UJI PELARUTAN
Asam khlorida = melarutkan serat Nylon
Asam khlorida pekat = pada suhu kamar akan
melarutkan
7
Rayon viskosa, sutera, sutera tusah (
larut dengan lambat )
Asam sulfat 70% = pada suhu kamar akan
melarutkan
serat selulosa ( kapas, rayon viskosa,
rayon asetat ), nylon dan sutera
Asam nitrat = melarutkan rayon asetat, wol,
poliakrilat dan nylon
Asam nitrat pekat = melarutkan akrilan
Asam asetat glasial = melarutkan rayon asetat
Aseton = melarutkan rayon asetat
Kalium hidroksida (KOH 5%) = semua serat binatang dan
sutera
larut, protein diregenerasi dan sutera
tusah larut sebagian, serat selulosa
dan serat buatan tidak larut
Kuproamonium hidroksida = melarutkan serat selulosa
Natrium hipoklorit = melarutkan wol dan sutera
Natriumhidroksida (NaOH 45%) = melarutkan polyester, wol,
sutera,
Dacron pada suhu mendidih
Khloroform = melarutkan Vinyon HH
Fenol 90% = melarutkan nylon pada suhu 350
C
Metilena dikhlorida = melarutkan vinyon
Metil salisilat = melarutkan poliester
Dimetil formamida (DMF) = melarutkan poliakrilat, poliamida
,
dan rayon asetat, dynel (350C), acrilan
(550C), orlon 41 (710C) dan orlon 81
(990C)
Meta cresol = melarutkan rayon asetat,
poliamida /
8
nylon
D. UJI MIKROSKOP
Pemeriksaan serat dengan mikroskop terutama dimaksudkan untuk mengetahui
bentuk-bentuk penampang lintang, pandangan membujur, dimensi, struktur bagian
dalam serat dan permukaan serat. Pengamatan dengan mikroskop merupakan satu-
satunya cara yang dapat digunakan untuk identifikasi serat dimana terdapat campuran
serat yang berbeda jenisnya. Oleh karena itu pengamatan dengan mikroskop adalah
cara yang paling penting dan banyak digunakan untuk identifikasi serat. Pada
pengamatan secara melintang, prinsipnya adalah serat dipotong secara melintang
setipis mungkin sehingga dapat diamati dibawah mikroskop. Pembuatan irisan
melintang dapat menggunakan cara gabus, mikroton tangan atau mikroton mekanis,
sedangkan yang paling mudah dilakukan adalah cara gabus.
III. PRAKTIKUM
A. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN
1. UJI PEMBAKARAN
Pembakar Bunsen
Pinset
Gunting
Korek api gas
2. UJI PELARUTAN
Tabung reaksi
Pengaduk kaca
Rak tabung
Penjepit tabung
Pembakar Bunsen
Korek api gas
3. UJI MIKROSKOP
Mikroskop
Kaca obyek
Cover glass
Jarum jahit
Benang
9
Gabus kecil
Silat tajam
Lak
B. BAHAN-BAHAN YANG DIGUNAKAN
Kain contoh uji yang belum diketahui jenis seratnya
D. CARA KERJA
1. UJI PEMBAKARAN
Serat yang akan diperiksa dibuat kira-kira sebesar benang Ne1 10 dengan
panjang 4-5 cm dan diberi puntiran.
Contoh serat didekatkan pada api dari samping dengan perlahan-lahan.
Waktu serat dekat dengan nyala api diamati apakah bahan meleleh,
menggulung atau terbakar mendadak.
Pada saat serat menyala, supaya diperhatikan dimana terjadinya nyala api,
dan pada saat serat terbakar oleh nyala segera dipindahkan dari nyala api.
Apabila nyala api dari serat segera padam (setelah lepas dari nyala api)
maka segera dicatat bau dari gas yang dikeluarkan oleh serat yang terbakar
itu.
Tetapi jika serat tetap menyala, maka nyala diamati dengan jalan meniup
dan dicatat bau yang dikeluarkan oleh serat yang terbakar itu. Setelah nyala
api padam perlu dicatat apakah serat mengeluarkan asap atau tidak.
Akhirnya perlu dicatat pula bentuknya, warnanya dan kekerasan dari abu
sisa pembakaran.
2. UJI PELARUTAN
Tabung reaksi yang akan digunakan dibersihkan terlebih daulu.
Memasukkan 5 ml pereaksi kedalam masing-masing tabung reaksi dengan
hati-hati.
Memasukkan beberapa helai serat yang akan diuji (jangan terlampau
banyak) kedalam tabung reaksi yang telah berisi pereaksi.
Mengaduk-aduk serat yang berada didalam larutan pereaksi dan mengamati
kelarutannya selama 5 menit.
10
Jika setelah selesai 5 menit ternyata tidak larut pereaksi dapat dipanaskan
dengan hati-hati.
Setelah 3 menit diamati kelarutan dari masing-masing serat pada masing-
masing pelarutnya.
3. UJI MIKROSKOP
A. Pengamatan Pandangan MembujurDari Serat
Serat diletakkan sejajar diatas kaca obyek dan dipisahkan satu dari yang
lainnya dengan jarum supaya tidak menumpuk.
Kemudian ditututp dengan kaca penutup (cover glass), dan dari salah
satu sisi kaca penutup ditetesi medium.
Jumlah air atau medium tidak boleh terlalau banyak, tetapi juga tidak
boleh terlalu sedikit. Kelebihan medium dapat dikurangi dengan kertas
saring.
Preparat yang telah siap kemudian diamati dibawah mikroskop.
Perbesaran dilakukan mulai dari 5x, 10x, 40x, 45x dan 100x.
B. Pengamatan Pandangan Melintang Dari Serat
Jarum jahit yang bersisi benang ditusukkan ditengah-tengah gabus.
Kemudian jarum ditaruk kembali dengan meninggalkan lengkungan
benang pada gabus.
Sekelompok serat yang telah disejajarkan dan diberi lak merah
diletakkan didalam lengkungan benang dan dengan hati-hati ditarik
masuk kedalam gabus dengan cara menarik ujung benang sehingga
serat masuk kedalam tengah-tengah gabus.
Setelah laknya kering gabus diiris setipis mungkin dengan silet yang
tajam sehingga serat ditengah gabus ikut terpotong secara melintang.
Irisan gabus yang mengandung potongan serat ditempelkan pada kaca
penutup dengan ditetesi medium.
Kaca penutup dengan potongan gabus dibawahnya diletakkan pada
kaca obyek kemudian diamati dibawah mikroskop .
Perbesaran dilakukan mulai dari 5x, 10x, 40x, 45x dan 100x.
11
E. DATA PERCOBAAN
1. UJI PEMBAKARAN
BenangKarakteristik
pembakaranSampel Awal Sisa Pembakaran Sampel Kain
Lusi
Berbau kertas
terbakar
dijurnal dijurnal
dijurnal
Meneruskan nyala api
Abunya rapuh
Tidak berasap
Pakan
Berbau kertas
terbakar
dijurnal dijurnalMeneruskan nyala api
Abunya rapuh
Tidak berasap
2. UJI PELARUTAN
Pada saat melakukan uji pelarutan praktikan menggunakan tiga macam
pelarut yang memberikan hasil :
H2SO4 70 % = larut
NaOCl 10 % = tidak larut
NaOH 45 % = larut
3. UJI MIKROSKOP
Penampang Keterangan
Membujur Melintang Membujur Melintang
12
Seperti silinder, terdapat
garis-garis sejajar pada
penampang membujurnya
Bergerigi pada pinggiran
penampang
melintangnya
F. DISKUSI
Pada praktikum analisa kualitatif serat selulosa ini, praktikan diberi 1 sampel
kain oleh dosen yang belum diketahui jenis serat yang menyusun kain tersebut.
Tugas praktikan disini adalah melakukan pengujian serat secara kualitatif dengan
uji pembakaran, uji pelarutan dan uji mikroskop. Untuk melakukan pengujian
tersebut sampel kain harus diurai atau dipisahkan antara benang lusi dan benang
pakannya. Hal ini dilakukan karena kita tidak tahu sampel kain tersebut tersusun
atas serat tunggal atau serat campuran, oleh karena itu perlu dilakukan
pemisahan antara benang lusi dan benang pakannya.
Setelah benang lusi dan benang pakan diurai dan dipisahkan, kemudian
masing-masing benang dipuntir sebanyak beberapa helai kemudian dibakar
dengan pembakar gas dan diamati sifat pembakarannya. Dalam uji pembakaran
ini ada beberapa indikator yang harus diamati oleh praktikan yaitu :
o Bau yang timbul setelah pembakaran.
o Asap yang timbul pada saat pembakaran.
o Sifat pembakaran.
o Abu sisa pembakaran.
Pada uji pembakaran ini, praktikan hanya akan mengetahui apakah serat
tersebut termasuk kedalam serat alam, serat protein , serat buatan, atau serat
campuran karena uji pembakaran ini hanya dapat digunakan untuk membedakan
serat secara umum saja dan tidak dapat digunakan untuk serat campuran. Jika
ternyata serat yang diuji adalah serat campuran maka perlu dilakukan pengujian
lanjutan yang akan memperjelas serat apakah yang dimaksud yaitu dengan uji
mikroskop. Pembakaran pada serat-serat benang lusi dan benang pakan
13
menunjukkan hasil yang sama. Hasil yang diperoleh yaitu pembakaran serat
menghasilkan bau seperti kertas terbakar, sifat pembakarannya meneruskan
nyala api, abunya rapuh, dan tidak berasap. Sehingga hasil sementara yang
diperoleh adalah serat yang menysun sample kain adalah serat alam (selulosa).
Pengujian selanjutnya yang dilakukan adalah uji pelarutan dengan
bermacam-macam pelarut yang tersedia. Praktikan hanya menggunakan tiga
macam pelarut dalam pengujian ini. Pelarut yang digunakan oleh praktikan adalah
pelarut yang bersifat asam dan basa yaitu H2SO4 70 %, NaOCl 10 %, dan NaOH
45 %. Masing-masing benang lusi dan benang pakan dilakukan uji pelarutan pada
beberapa tabung reaksi. Setiap tabung reaksi diisi pelarut dan diamati
kelarutannya selama beberapa menit. Hasilnya menunjukkan bahwa benang lusi
hanya larut pada pelarut H2SO4 70 % dan NaOH 45 % tetapi tidak larut dalam
NaOCl 10 %. Hasil yang sama juga terlihat pada pengujian benang pakan.
Benang pakan hanya larut dalam pelarut H2SO4 70 % dan NaOH 45 % tetapi tidak
larut dalam pelarut NaOCl 10 % . Hasil ini menunjukkan bahwa sampel kain yang
diuji berasal dari serat selulosa.
Pengujian terakhir yang dilakukan untuk memperolah hasil yang spesifik
adalah pengujian dengan mikroskop. Pada uji mikroskop ini benang lusi dan
benang pakan diamati dibawah mikroskop pada penampang membujur dan
penampang melintangnya. Pengamatan dibawah mikroskop memerlukan
ketelitian agar struktur serat yang diamati dapat terlihat dengan jelas. Alat-alat
yang digunakan harus dibersihkan agar pada saat diamati dibawah mikroskop
yang terlihat adalah struktur seratnya bukan kotoran-kotoran atau gelembung
udara yang timbul akibat kelebihan medium yang digunakan
Pada pengamatan membujur benang lusi terlihat serat yang berbentuk
silinder, terdapat garis-garis disepanjang penampang membujurnya. Sedangkan
pada pengamatan penampang melintang benang lusi terlihat bentuk serat yang
bergerigi pada pinggiran penampang melintangnya. Hasil yang sama juga
diperoleh pada pengamatan benang pakan baik pada penampang membujur dan
penampang melintangnya, sehingga hasil terakhir yang diperoleh menunjukkan
bahwa sample kain yang diuji terdiri dari serat yang sama baik benang lusi
maupun benang pakannya.
14
G. KESIMPULAN
Pada uji pembakaran baik benang lusi maupun benang pakan
memperlihatkan hasil yaitu :
Berbau kertas terbakar
Meneruskan nyala api
Abunya rapuh
Tidak berasap
Pada uji pelarutan diperoleh hasil :
H2SO4 70 % = larut
NaOCl 10 % = tidak larut
NaOH 45 % = larut
Pada uji mikroskop hasil pengamatan benang lusi dan benang pakan baik
pengamatan penampang melintang dan penampang membujurnya adalah
sama. Hasilnya adalah penampang membujurnya berbentuk silinder yang
terdapat garis-garis disepanjang penampang membujurnya. Sedangkan
pada penampang melintangnya hasilnya adalah bergerigi pada pinggiran
penampang melintangnya.
Dengan menganalisis hasil yang diperoleh dari uji pembakaran, uji
pelarutan, dan uji mikroskop diperoleh hasil bahwa sampel kain yang diuji
ternyata terdiri dari serat tunggal yang terbuat dari selulosa yaitu serat
Rayon Viskosa.
DAFTAR PUSTAKA
Dede Karyana, S.Teks, M.Si. 2008. Pedoman Praktikum Laboratorium Evaluasi
Kimia. Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
P. Soepriyono, S.Teks, dkk. 1973. Serat-Serat Tekstil. Bandung : Institut
Teknologi Tekstil.
Wibowo Moerdoko, S.Teks, dkk. 1975. Evaluasi Tekstil bagian Kimia. Bandung :
Institut Teknologi Tekstil.
15
Recommended