View
91
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
OLEH:
Nama : Abner Lumban toruan
NIM : 100503449
Mata Kuliah : Analisis Kesalahan Berbahasa
Semester : VI (Enam)
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS SISINGAMANGARAJA XII TAPANULI UTARA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar belakang
Pada setiap kegiatan yang dilakukan manusia dan gerak manusia sebagai makhluk
yang berbudaya dan masyrakat, tidak pernah lepas dari bahasa. Tidak ada kegiatan
manusia yang tidak disertai oleh bahasa. Salah satu kegiatan manusia yang setiap hari
dilakukan adalah berkomunikasi. Dalam berkomunikasi, bahasa memiliki peranan
penting untuk menyampaikan berita.
Untuk menyampaikan berita (pesan, amanat, ide, dan pikiran) dibutuhkan bahasa
yang singkat, jelas, dan padat. Fungsinya adalah agar segala sesuatu yang
disampaikan mudah dirnengerti. Namun, dalam menggunakan bahasa tersebut
pemakai bahasa tetaplah mengikuti kaidah-kaidah atau aturan yang benar karena
bahasa yang benar akan dijadikan acuan atau model oleh rnasyarakat pemakai bahasa,
dan ragam itu digunakan dalam situasi resmi. Kenyataannya sekarang banyak
pemakai bahasa yang tidak menyadari bahwa bahasa yang digunakan tidak benar atau
masih terdapat kesalahan-kesalahan.
Kesalahan berbahasa Indonesia masih banyak dijumpai dalam media cetak,
khususnya surat kabar. Tulisan dalam surat kabar dibaca oleh berjuta-juta orang. Oleh
sebab itu, bahasa yang digunakan dalam surat kabar atau koran hendaklah bahasa
yang baik, dan benar. Bahasa koran yang salah dapat mempengaruhi bahasa seorang
pembaca yang kurang menguasai bahasa karena ada kemungkinan dia meniru bahasa
yang salah itu.
Salah satu kesalahan yang sering ditemukan di koran, majalah, dan banyak tulisan
lain yang dibuat orang adalah kesalahan ejaan. Kesalahan ejaan yang masih saja kita
jumpai sampai sekarang adalah penulisan di, partikel pun, penulisan kata gabung,
penulisan kata ulang, pemakaian huruf besar atau huruf kapital, dan pemakaian tanda
titik. Kesalahan penggunaan huruf, penulisan kata, dan penulisan tanda baca masih
sering dijumpai. Hal tersebut mencerminkan bahwa para wartawan yang membuat
tulisan tersebut kurang memperhatikan kaidah-kaidah penulisan yang benar.
Kesalahan-kesalahan ejaan yang banyak kita lakukan dalam menuliskan bahasa kita,
memang merupakan kesalahan umum yang banyak terjadi, dan banyak atau pernah
dilakukan oleh siapa saja diantara kita. Namun, kalau kita mengakui bahwa bahasa
Indonesia adalah bahasa nasional dan bahasa negara, kita harus berusaha
menggunakannya sebaik mungkin. Bagaimana orang lain bisa menghargai bahasa
kita kalau kita sendiri tidak terlalu peduli kepada bahasa kita itu, termasuk dalam hal
penggunaan ejaan (Chaer, 2002: 84).
Surat kabar yang menggunakan bahasa yang baik dan benar secara tidak langsung
telah bertindak sebagai pembina bahasa bagi generasi muda dan pembaca-
pembacanya. Cintailah bahasa nasional kita dengan bukti yang konkret, yaitu
penggunaannya yang baik dan benar. Berdasarkan hal di atas, penulis tertarik untuk
meneliti kesalahan ejaan bahasa Indonesia yang terdapat dalam Harian “Sumatera
Ekspress” terbitan 23—30 Oktober 2010. Tujuan dari penulisan ini untuk
mendeskripsikan kesalahan penggunaan EYD dalam harian “Sumatera Ekspress”
terbitan 23—30 Oktober 2010.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Analisis Kesalahan
Menurut Semi (1988:14) analisis adalah penelaahan atau penilaian serta pemahaman
sebuah karya seseorang. Menurut KBBI (1992:1055), kesalahan adalah menyimpang
dari aturan yang sebenarnya, sesuatu yang salah atau ketidakbenaran. Berdasarkan
kedua pendapat itu, analisis kesalahan adalah penelaahan atau penilaian terhadap
sesuatu yang salah atau menyimpang dari aturan.
2.2 Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
Menurut Arifin dan S. Amran Tasai (2002:170), ejaan adalah keseluruhan aturan
bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana hubungan antara lambang-
lambang itu (pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa). Selanjutnya,
Depdikbud (1992:6) mengemukakan, ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan
adalah sistem ejaan resmi yang digunakan sekarang sejak dikeluarkannya Keputusan
Presiden RI No. 57 tanggal 16 Agustus 1972.
2.2.1 Pemenggalan Kata
Kalau kita menulis, acapkali kita harus memenggal sebuah kata, misalnya karena
pindah baris baru, atau untuk kepentingan tertentu. Kita tidak boleh memenggal kata
semaunya saja, melainkan harus mengikuti suatu aturan. Berikut ini pemenggalan
kata menurut pendapat chaer (2002:56—65).
1. Kata dasar
Kata dasar dipenggal dengan aturan:
1. Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, maka pemenggalan kata itu
dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
Contoh: ba-ik, a-ir, bu-ah, sa-at.
Huruf diftong ai, au, dan oi tidak pernah diceraikan sehingga pemenggalan kata tidak
dilakukan di antara kedua huruf itu.
Contoh: au-la, am-boi, sau-da-ra
1. Jika di tengah kata dasar ada huruf konsonan di antara dua huruf vokal, maka
pemenggalan kata itu dilakukan sebelum huruf konsonan itu.
Contoh: si-kat, i-kan, ba-ngun, a-khir, ha-nyut.
1. Jika di tengah kata dasar ada dua huruf konsonan yang berurutan yang bukan
gabungan huruf konsonan, maka pemenggalannya dilakukan di antara kedua
huruf konsonan itu.
Contoh: pin-dah, lam-bat, ap-ril, jip-lak.
1. Jika di tengah kata dasar ada tiga huruf konsonan atau lebih, maka
pemenggalannya dilakukan di antara konsonan, dengan huruf yang kedua.
Contoh: kon-trak, bang-krut, ul-tra
2. Kata Berimbuhan
Kata berimbuhan dipenggal dengan aturan:
1. Imbuhan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk, dan partikel
(seperti kah dan lah) yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya,
dalam pemenggalan kata dipisahkan sebagai satu kesatuan.
Contoh: mem-be-lok, a-pa-kah, meng-a-ir-i, pe-ngum-pul-an.
1. Imbuhan sisipan, yaitu el, em dan er dalam memenggalan tidak
diperhitungkan sebagai satu kesatuan, melainkan sebagai bagian dari kata.
Contoh: g-em-e-tar (salah) ge-me-tar (benar)
g-er-i-gi (salah) ge-ri-gi (benar)
t-el-un-juk (salah) te-lun-juk (benar)
3. Kata Kompleks
Jika sebuah kata terdiri lebih dari sebuah unsur (kata kompleks) dan salah satu unsur
itu dapat bergabung dengan unsur lain, maka pemenggalannya dilakukan dua tahap.
Pertama, di antara unsur-unsur itu. Kedua, di antara suku-suku kata pada masing-
masing unsur, sesuai dengan kaidah yang disebutkan di atas.
Contoh: Tahap I Tahap II
kilo-meter ki-lo-me-ter
foto-grafi fo-to-gra-fi
bio-logi bi-o-lo-gi
2.2.2 Penggunaan Tanda Titik
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Contoh: Saya suka makan nasi.
Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi jarak satu ketukan.
2. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Contoh: Irwan S. Gatot
George W. Bush
Apabila nama itu ditulis lengkap, tanda titik tidak dipergunakan.
Contoh: Anthony Tumiwa
3. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
Contoh:
Dr. (doktor)
S.E. (sarjana ekonomi)
Kol. (kolonel)
Bpk. (bapak)
4. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum.
Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik.
Contoh:
dll. (dan lain-lain)
dsb. (dan sebagainya)
5. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu atau jangka waktu.
Contoh:
Pukul 7.10.12 (pukul 7 lewat 10 menit 12 detik)
0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Contoh: Kota kecil itu berpenduduk 51.156 orang.
7. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya
yang tidak menunjukkan jumlah.
Contoh:
Nama Ivan terdapat pada halaman 1210 dan dicetak tebal.
Nomor Giro 033983 telah saya berikan kepada Mamat.
8. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi maupun di dalam
akronim yang sudah diterima oleh masyarakat.
Contoh:
DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)
SMA (Sekolah Menengah Atas)
9. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran,
timbangan, dan mata uang.
contoh:
Cu (tembaga)
52 cm
10. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, atau
kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
contoh:
Latar Belakang Pembentukan
Sistem Acara
2.2.3. Penggunaan Tanda Koma
1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau
pembilangan.
Contoh: Saya menjual baju, celana, dan topi.
Contoh penggunaan yang salah: Saya membeli udang, kepiting dan ikan.
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat
setara yang berikutnya, yang didahului oleh kata seperti, tetapi, dan melainkan.
Contoh: Saya bergabung dengan Wikipedia, tetapi tidak aktif.
3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila
anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.
Contoh: Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
4. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat.
Contoh: Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
5. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat
yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi
pula, meskipun begitu, akan tetapi .
Contoh: Oleh karena itu, kamu harus datang.
Jadi, saya tidak jadi datang.
6. Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang
terdapat pada awal kalimat.
contoh: O, begitu.
Wah, bukan main.
7. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat.
Contoh: Kata adik, “Saya sedih sekali”.
8. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii)
tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis
berurutan.
Contoh: Medan, 18 Juni 1984
Medan, Indonesia.
9. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya
dalam daftar pustaka. Contoh: Lanin, Ivan, 1999. Cara Penggunaan Wikipedia. Jilid 5
dan 6. Jakarta: PT Wikipedia Indonesia.
10. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Contoh: I. Gatot, Bahasa Indonesia untuk Wikipedia. (Bandung: UP Indonesia,
1990), hlm. 22.
11. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
contoh: Rinto Jiang, S.E.
12. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen
yang dinyatakan dengan angka.
Contoh: 33,5 m
Rp10,50
13. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi. Contoh: pengurus Wikipedia favorit saya, Borgx, pandai sekali.
14. Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang
terdapat pada awal kalimat.
Contoh: Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang
bersungguh-sungguh.
Bandingkan dengan: Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam
pembinaan dan pengembangan bahasa.
15. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda
tanya atau tanda seru. Contoh: “Di mana Rex tinggal?” tanya Stepheen.
3. Analisis Kesalahan Penggunaan EYD dalam Berita “Sumatera Ekspress”
Terbitan 27—30 Oktober 2010
Analisis Kesalahan Penggunaan EYD dalam Tajuk Rencana Harian “Sumatera
Ekspress” Terbitan 27—30 Oktober 2010 terdiri dari 10 judul. Berikut 10 judul tajuk
rencana yang dianalisis.
1. Rabu, 27 Oktober 2010 Bukopin Raih CBE Aaward (No. 1).
2. Rabu, 27 Oktober 2010 PS Gelar Happy Vaganza Expo 2010 (No. 2)
3. Kamis, 28 Oktober 2010 Disomasi, Pemprov Minta Maaf (No. 3)
4. Kamis, 28 Oktober 2010 Axis Realisasikan Program TJS (No. 4)
5. Jumat, 29 Oktober 2010 Peugeot Siap Dirakit di Dalam Negeri (No.5)
6. Jumat, 29 Oktober 2010 Hakim Akil Akui Terima SMS Suap (No. 6)
7. Sabtu, 30 Oktober 2010 Jemaah Wafat Dapat Sertifikat (No. 7)
8. Sabtu, 30 Oktober 2010 Seminggu, Starlight Terjual 500 Unit (No. 8).
3.1 Analisis Kesalahan Penggunaan Kata pada Judul Berita
Berita Kesalahan Penggunaan Kata Seharusnya1.
2.
Bukopin Raih CBE Aaward
PS Gelar Happy Vaganza Expo
Bukopin Meraih CBE Aaward
PS Menggelar Happy Vaganza
3.
4.
5.
6.
7.
8.
2010
Disomasi, Pemprov Minta Maaf
Axis Realisasikan Program TJS
Peugeot Siap Dirakit di Dalam Negeri
Hakim Akil Akui Terima SMS Suap
Jemaah Wafat Dapat Sertifikat
Seminggu, Starlight Terjual 500 Unit
Expo 2010
Disomasi, Pemprov Meminta Maaf
Axis Merealisasikan Program TJS
Peugeot Siap Merakit di Dalam Negeri
Hakim Akil Mengaku Menerima SMS Suap
Jemaah Wafat Mendapat Sertifikat
Seminggu, Starlight Terjual 500 Unit
3.2 Analisis Kesalahan Pemenggalan Kata pada Berita
Berita Kesalahan Pemenggalan Kata Seharusnya1.
2.
3.
4.
5.
siaran per-
snya kemarin.
aktif dan dis-
eleksi
–
mengawal Guber-
Nur Alex Noerdin
AXIS, Wah-
yudin Adikusumah
siaran pers-
nya kemarin.
aktif dan di-
seleksi
–
Mengawal
Gubernur Alex Noerdin
AXIS,
Wahyudin Adikusumah
kesehatan ma- kesehatan mas-
6.
7.
8.
syarakat
–
–
Er-
Win Julystiawan
bun-
dling Esia
seminggu te-
rakhir
yarakat
–
–
Erwin Julystiawan
bund-
ling Esia
seminggu ter-
akhir
3.3 Analisis Kesalahan Penggunaan Tanda Titik (.) pada Berita
BeritaKesalahan Penggunaan Tanda
TitikSeharusnya
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
–
–
–
–
–
–
(BPHI). Karena dokter
–
–
–
–
–
–
–
(BPHI) karena dokter
–
3.3 Analisis Kesalahan Penggunaan Tanda Koma (,) pada Berita
BeritaKesalahan Penggunaan Tanda
KomaSeharusnya
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Surabaya, Bandung dan Medan
–
–
Wahyudin Aditakusumah, mengatakan,
Constatintinus Herlijoso, mengatakan,
–
Erwin Julystiawan, menemukan jemaah itu
–
Surabaya, Bandung, dan Medan
–
–
Wahyudin Aditakusumah mengatakan,
Constatintinus Herlijoso mengatakan,
–
Erwin Julystiawan menemukan jemaah itu
–
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis di atas penggunaan EYD pada berita “Sumatera Ekspress”
terbitan 27—30 Oktober 2010, khususnya penggunaan kata, tanda titik dan tanda
koma., dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Kesalahan penggunaan kata pada judul tajuk rencana, yaitu kurangnya
penggunaan imbuhan.
2. Kesalahan penggunaan tanda titik tergolong kecil karena hanya satu kesalahan
pada satu artikel yang salah.
3. Kesalahan penggunaan tanda koma tergolong sedang karena ada empat
kesalahan pada empat artikel yang salah.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis mengemukakan beberapa saran.
1. Untuk staf redaksi harian “Sumatera Ekspress”, hendaknya memperhatikan
ketentuan-ketentuan penulisan tajuk rencana yang sesuai dengan ejaan yang
disempurnakan.
2. Untuk pembaca, hendaknya memiliki kepedulian terhadap penggunaan EYD
dalam media cetak, baik secara tertulis atau tidak untuk menghubungi redaksi
terhadap kesalahan-kesalahan dalam surat kabar
DAFTAR PUSTAKA
Recommended