View
213
Download
2
Category
Preview:
Citation preview
ANALISIS EFISIENSI PROSES PENGEMASANSUSU KEDELAI
(Studi Kasus Redesain Kemasan di Unit Usaha Susu Kedelai ”RISA” Malang)
SKRIPSI
Oleh:
ETTY CAROLINA
NIM 0411030031-103
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2008
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul
Nama
NIM
Jurusan
Fakultas
: Analisis Efsiensi Proses Pengemasan Susu Kedelai (Studi Kasus
Redesain Kemasan di Unit Usaha Susu Kedelai ”RISA” Malang)
: Etty Carolina
: 0411030031-103
: Teknologi Industri Pertanian
: Teknologi Pertanian
Pembimbing Pertama,
Ir. Usman Effendi, MSNIP. 131 653 820
Tanggal Persetujuan:
Pembimbing Kedua,
Ir. E. F. Sri Maryani Santoso, MSIENIP. 130 935 098
Tanggal Persetujuan:
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : Analisis Efsiensi Proses Pengemasan Susu Kedelai (Studi Kasus
Redesain Kemasan di Unit Usaha Susu Kedelai ”RISA” Malang)
Nama Mahasiswa : Etty Carolina
NIM
Jurusan
Fakultas
: 0411030031-103
: Teknologi Industri Pertanian
: Teknologi Pertanian
Dosen Penguji I,
Siti Asmaul Mustaniroh, STP. MPNIP. 132 231 573
Dosen Penguji III,
Ir. Usman Effendi, MSNIP. 131 653 820
Dosen Penguji II,
Sucipto, STP, MPNIP. 132 231 564
Dosen Penguji IV,
Ir. E. F. Sri Maryani Santoso, MSIENIP. 130 935 098
Ketua Jurusan,
Dr. Ir. Wignyanto, MSNIP. 130 935 074
Tanggal Lulus Skripsi:
RIWAYAT HIDUP
Penulis adalah putri ketiga dari pasangan Eddy Sushartoro dan Ratna Trieka
Agustina yang lahir pada tanggal 31 Oktober 1985 di kota Blitar. Penulis
menamatkan pendidikan di kota kelahiran sampai SMU. Setelah lulus taman kanak-
kanak di TK Santa Maria, penulis melanjutkan pendidikannya di SDK Santa Maria.
Selama belajar di taman kanak-kanak dan sekolah dasar, penulis sering mengikuti
kegiatan kesenian antara lain seni tari tradisional dan modern serta seni suara. Enam
tahun kemudian, penulis lulus dari sekolah dasar dan melanjutkan ke SLTP Negeri 1
Blitar pada tahun 1998. Lulus dari SLTP pada tahun 2001, penulis meneruskan
pendidikan di sekolah menengah favorit di Trenggalek, yaitu SMU Negeri 1 Blitar
dan mengambil jurusan IPA pada saat kelas 3.
Selama menjadi siswa SMU, penulis juga mengikuti bimbingan belajar di luar
sekolah. Penulis mendapatkan banyak informasi dan masukan tentang pendidikan di
perguruan tinggi dari lembaga bimbingan belajar tersebut dan memilih kota malang
sebagai tujuan berikutnya dalam mendapatkan pendidikan tepatnya di Jurusan
Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa
Jurusan Teknologi Industri Pertanian (HIMATITAN) Universitas Brawijaya, unit
kegiatan mahasiswa kristen yaitu Efrata dan unit kegiatan mahasiswa seni sebagai
koordinator dance (2005-2007). Penulis pernah memperkuat kontingen Fakultas
Teknologi Pertanian (2006) dalam Gebyar Festival Tari.
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Nama
NIM
Jurusan
Fakultas
: Etty Carolina
: 0411030031-103
: Teknologi Industri Pertanian
: Teknologi Pertanian
Judul Skripsi : Analisis Efsiensi Proses Pengemasan Susu Kedelai (Studi Kasus
Redesain Kemasan di Unit Usaha Susu Kedelai ”RISA” Malang)
Menyatakan bahwa,
Skripsi dengan judul tersebut merupakan karya asli penulis. Apabila di kemudian hari
terbukti pernyataan ini tidak benar, penulis bersedia dituntut sesuai dengan hukum
yang berlaku.
Malang, 28 Juli 2008
Pembuat Pernyataan
Etty Carolina
NIM. 0411030031
ETTY CAROLINA. 0411030031. Analisis Efisiensi Proses Pengemasan Susu
Kedelai (Studi Kasus Redesain Kemasan di Unit Usaha Susu Kedelai “RISA”
Malang). SKRIPSI
Pembimbing: 1. Ir. Usman Effendi, MS
2. Ir. E.F. Sri Maryani Santoso, MSIE
RINGKASAN
Unit usaha “RISA” merupakan unit usaha yang memproduksi susu kedelai didaerah Malang. Kemasan susu kedelai yang digunakan adalah plastik polyethylen danditutup dengan cara diikat dengan karet gelang pada ujung atasnya. Kemasan susukedelai “RISA” tersebut kurang praktis sehingga dilakukan penelitian unuk meubahbentu kemasan. Berdasarkan penelitian Atmoko (2006) diperoleh desain kemasanbaru berupa cup dengan label tutup yang menunjukkan profil unit usaha. Perubahankemasan tersebut berpengaruh terhadap waktu yang dibutuhkan untuk mengemassusu kedelai yang dilakukan oleh operator pengemas. Oleh karena itu perlu dikajitentang waktu yang dibutuhkan, output aktual dan efisiensi kerja dari prosespengemasan. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan efisiensi melalui studigerak dan waktu pada proses pengemasan di Unit Usaha Susu Kedelai “RISA”.Analisis efisiensi proses pengemasan ini dapat memberikan manfaat bagi unit usahadalam mengambil keputusan yang tepat dalam melakukan inovasi redesain kemasanproduk.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai bulan Februari 2008.Analisis efisiensi proses pengemasan yang akan dilakukan meliputi studi gerak,perhitungan waktu baku, perhitungan output aktual, perhitungan efisiensi kerja, danuji t.
Analisis terhadap pengemasan susu kedelai menunjukkan bahwa waktu bakuyang diperoleh untuk kemasan lama sebesar 28,06 detik dan redesain kemasansebesar 54,91 detik. Dari waktu baku didapatkan output aktual untuk kemasan lamasebesar 129 unit/jam dan redesain kemasan 66 unit/jam. Efisiensi kerja yangdiperoleh untuk kemasan lama sebesar 86% dan redesain kemasan sebesar 44%.Perhitungan uji t membuktikan bahwa thitung>ttabel yang berarti ada perbedaan waktubaku,output aktual, dan efisiensi kerja antara pengemasan menggunakan kemasanlama dengan redesain kemasan. Adanya perbedaan yang begitu nyata mengakibatkanperlu dilakukan upaya perbaikan terhadap operator, tata letak fasilitas dan gerakankerja.
Kata Kunci: Efisiensi, Pengemasan, Susu Kedelai, Redesain Kemasan
ETTY CAROLINA. 0411030031. Efficiency Analysis of Soymilk Process
Packaging (Redesign Packaging Case Study in Soymilk Cottage Industry
“RISA” Malang). SKRIPSI
Supervisors: 1. Ir. Usman Effendi, MS
2. Ir. E.F. Sri Maryani Santoso, MSIE
SUMMARY
“RISA” is a cottage industry that produces soymilk in Malang area. “RISA”soymilk use Polyethylene plastic to wrap soymilk. This packaging was not practicaland need to be redesigned. Redesign packaging based on Atmoko research (2006) iscup plastic with label show “RISA” profiles. Redesign packaging can influence thepackaging time to wrap soymilk by packaging operator. So it is needed to analyse thestandart time, actual output, and work efficiency of the packaging process. Thepurpose of this research is to determine the efficiency through moving study and timestudy of packaging process in Soymik Cottage Industry “RISA”. This result of theresearch can be used to make a decision how to inovate the redesign packagingproduct.
This research was started from January up to February 2008. Efficiencyanalysis of packaging process includes moving study, standard time calculation,actual output calculation, work efficiency calculation, and t test.
This result of this analysis showed that standard time that was used inconventional packaging is 28,06 second and the redesign packaging is 54,91 second.The standard time can be obtained actual output that was used in conventionalpackaging is 129 unit/hour and the redesign packaging is 66 unit/hour. The workefficiency is 86% for the conventional packaging and the redesign packaging is 44%.The T test result showed that t calculate>t table. It means that there is a differencesbetwen conventional packaging and redesign packaging related with standard time,actual output, and work efficiency. There is a difference cause to make correctionincludes operator, facility design and work motion.
Key words: Efficiency, Packaging, Soymilk, Redesign Packaging
KATA PENGANTAR
Puji Tuhan penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus buat kasih dan
anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan laporan skripsi
yang berjudul ” ANALISIS EFSIENSI PROSES PENGEMASAN SUSU
KEDELAI (Studi Kasus Redesain Kemasan Di Unit Usaha Susu Kedelai ”Risa”
Malang)” sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi jenjang strata satu di
Jurusan Teknologi Industri Peranian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas
Brawijaya.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya pada pihak-pihak
yang telah membantu pelaksanaan penelitian dan penyusunan laporan skripsi,
sehingga semua dapat terselesaikan dengan baik, terutama kepada:
1. Bapak Ir. Usman Effendi, MS dan Ir.E.F.Sri Maryani Santoso, MSIE selaku
dosen pembimbing.
2. Ibu Siti Asmaul Mustaniroh, STP, MP dan Bapak Sucipto, STP, MP selaku dosen
penguji.
3. Bapak Dr. Ir. Wignyanto, MS selaku Ketua Jurusan Teknologi Industri Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya.
4. Bapak Heri dan Ibu Rina selaku pemilik unit usaha susu kedelai “RISA”, atas
kesempatan, kerja sama, bimbingan, pengarahan, dan masukannya.
5. Bapak Khoirudin selaku pemilik usaha percetakan ang telah membantu untuk
mencetak label kemasan susu kedelai “RISA”
6. Bapak dan Ibu serta kakakku tercinta.
7. Rainbow`s group, Efrata, dan teman-teman seperjuangan di TIP 2004
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan penyusunan skripsi
di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua. Amien.
Malang, 28 Juli 2008
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI...................................................................................................DAFTAR TABEL...........................................................................................DAFTAR GAMBAR......................................................................................DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
1.1 Latar Belakang................................................................................1.2 Perumusan Masalah........................................................................1.3 Tujuan Penelitian............................................................................
1.3.1 Tujuan Umum........................................................................1.3.2 Tujuan Khusus.......................................................................
1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................2.1 Produksi Susu Kedelai Pasteurisasi................................................2.2 Pengemasan....................................................................................2.3 Efisiensi.........................................................................................2.4 Pengukuran Kerja...........................................................................
2.4.1 Uji Keseragaman Data..........................................................2.4.2 Uji Kecukupan Data..............................................................2.4.3 Penentuan Waktu Baku.........................................................2.4.4 Penyesuaian..........................................................................2.4.5 Kelonggaran.........................................................................
BAB III METODE PENELITIAN...............................................................3.1 Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................3.2 Alat dan Bahan..............................................................................3.3 Pendefinisian sistem.......................................................................3.4 Batasan Permasalahan....................................................................3.5 Prosedur Penelitian.........................................................................
3.5.1 Survey Pendahuluan dan Studi Pustaka................................3.5.2 Identifikasi Masalah..............................................................3.5.3 Penetapan Tujuan Penelitian.................................................3.5.4 Pelaksanaan Penelitian..........................................................3.5.5 Pengumpulan Data................................................................3.5.6 Analisa Data..........................................................................
3.5.6.1 Perhitungan Waktu Baku............................................3.5.6.2 Perhitungan Output Aktual.........................................3.5.6.3 Perhitungan Efisiensi Kerja........................................3.5.6.4 Uji t.............................................................................
iiiiivv1122233
4469101415161719
21212121222223232323262626282829
3.5.7 Analisa Hasil.......................................................................3.5.8 Kesimpulan dan Saran........................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................4.1 Kondisi Umum Industri Mikro ”RISA”.........................................4.2 Penentuan Waktu Baku..................................................................
4.2.1 Analisis Gerakan Kerja Pengemasan Susu Kedelai.............4.2.2 Kinerja Stasiun Kerja Pengemasan......................................4.2.3 Output Aktual.......................................................................
4.3 Efisiensi Kerja................................................................................4.4 Usulan Perbaikan Proses Pengemasan Redesain Kemasan...........
2930
3131343443464749
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN......................................................... 555.1 Kesimpulan..................................................................................... 555.2 Saran............................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 56
LAMPIRAN.................................................................................................... 59
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman
1.
2.
3.
Elemen-Elemen Kerja........................................................................ 13
Penyesuaian Menurut Westinghouse................................................. 19
Besarnya Kelonggaran Operator Wanita Berdasarkan Faktor-Faktor
yang Berpengaruh.............................................................................. 20
4.
5.
6.
7.
Spesifikasi Kemasan Plastik Polyethylen Susu Kedelai ”RISA”...... 32
Spesifikasi Desain Kemasan Baru Susu Kedelai ”RISA”................. 33
Waktu Baku Stasiun Kerja Pengemasan Susu Kedelai MenggunakanKemasan Lama dan Redesain Kemasan............................................ 44
Output Aktual Pengemasan Susu Kedelai Menggunakan KemasanLama dan Redesain Kemasan........................................................... 46
10. Efisiensi Kerja Pengemasan Susu Kedelai Menggunakan KemasanLama dan Redesain Kemasan............................................................ 48
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
1. Diagram Alir Prosedur Penelitian.................................................. 22
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kurva Belajar.................................................................................
Kemasan Plastik Polyethylen .......................................................
Kemasan Gelas Plastik..................................................................
Tata Letak Stasiun Kerja Pengemasan Susu Kedelai KemasanLama..............................................................................................
Tata Letak Stasiun Kerja Pengemasan Susu Kedelai RedesainKemasan .......................................................................................
Peta Tangan Kanan dan Tangan Kiri Pengemasan Susu Kedelai
24
31
33
35
35
Menggunakan Kemasan Lama........................................................ 38
8.
9.
10.
11
12
Peta Tangan Kanan dan Tangan Kiri Pengemasan Susu KedelaiMenggunakan Redesain Kemasan.................................................. 39
Kurva Belajar Operator Pengemasan Menggunakan RedesainKemasan.......................................................................................... 42
Diagram Sebab Akibat (Tulang Ikan) Waktu PengemasanMenggunakan Redesain Kemasan................................................... 49
Tata Letak Stasiun Kerja Pengemasan Susu Kedelai UsulanPerbaikan.......................................................................................... 51
Peta Tangan Kanan dan Tangan Kiri Pengemasan Susu KedelaiMenggunakan Redesain Kemasan Usulan Perbaikan...................... 53
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Teks HalamanData Pengukuran Waktu Pengemasan Pada Stasiun KerjaPengemasan Susu Kedelai............................................................ 59
Uji Keseragaman Data dan Kecukupan Data............................... 60
Perhitungan Waktu Baku.............................................................. 62
Faktor Penyesuaian dan Kelongaran............................................ 64
Perhitungan Output Aktual........................................................... 65
Perhitungan Efisiensi Kerja.......................................................... 66
Uji t............................................................................................... 67
Besarnya Kelonggaran Berdasarkan Faktor-Faktor yangBerpengaruh................................................................................. 70
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemasan merupakan salah satu cara agar hasil produksi dapat diminati oleh
konsumen. Kemasan yang praktis dan menarik menumbuhkan minat konsumen untuk
membeli. Unit usaha “RISA” merupakan salah satu unit usaha di Malang yang
memproduksi susu kedelai. Selama ini proses produksi di unit usaha ”RISA”
dilakukan secara manual dengan menggunakan kemasan berupa plastik polyethylen
dan diikat dengan karet gelang pada ujung atasnya. Bahan plastik dipandang kurang
berkualitas karena mudah pecah dan tidak praktis. Selain itu pelabelan warna nama
produksi di kemasan plastik mudah luntur dan kusam. Dengan demikian, praktis
pengemasan susu kedelai yang dilakukan oleh unit usaha “RSA” dipandang belum
optimal. Hasil penelitian Atmoko tahun 2006 menghasilkan redesain kemasan dalam
bentuk cup 220 ml yang dipilih oleh konsumen dan dianggap memiliki penampilan
yang menarik.
Perbaikan pengemasan dengan menggunakan cup dan mesin sealer dapat
mengubah penampilan dan merangsang daya tarik pembeli dibanding dengan
pengemasan terdahulu. Melalui redesain kemasan dimungkinkan waktu yang
dibutuhkan untuk mengemas lebih efisien. Efisiensi proses pengemasan berpengaruh
terhadap peningkatan produksi terutama output aktualnya.
Menurut Hornung (2002) efisiensi adalah hubungan antara input dan output
untuk menghasilkan output maksimal dari input minimal, yang juga berarti
kemampuan untuk menghindari terjadinya waktu dan usaha terbuang percuma.
Pengukuran efisiensi dilakukan melalui studi gerak dan waktu pada proses kerja di
bagian pengemasan. Studi gerak pada proses pengemasan meliputi studi terhadap
perpindahan bahan melalui tata letak stasiun kerja di bagian pengemasan serta studi
terhadap gerakan kerja operator pengemasan melalui peta tangan kanan dan tangan
kiri. Pengukuran waktu kerja proses pengemasan meliputi waktu siklus, waktu
normal dan waktu baku.
Oleh sebab itu penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah efisiensi
proses pengemasan dengan menggunakan mesin sealer lebih efisien daripada
pengemasan manual.
1.2 Perumusan Masalah
Redesain kemasan mengakibatkan perubahan pada proses pengemasan
sehingga perlu dilakukan analisis efisiensi pada proses pengemasan melalui studi
gerak dan waktu yang dapat memudahkan dan mempersingkat waktu operator
pengemasan.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Menentukan efisiensi proses pengemasan di Unit Usaha Susu Kedelai “RISA”
menggunakan studi gerak dan waktu.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menentukan waktu baku yang dibutuhkan oleh operator pengemasan untuk
melakukan pengemasan susu kedelai sebagai akibat dari redesain kemasan .
2. Menentukan perbedaan output aktual dan efisiensi kerja pada bagian pengemasan
susu kedelai menggunakan desain lama dan redesain kemasan.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak
perusahaan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan yang tepat
dalam melakukan inovasi redesain kemasan produk.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Produksi Susu Kedelai Pasteurisasi
Kelompok usaha kecil, menengah dan koperasi merupakan wujud kehidupan
ekonomi sebagian besar rakyat Indonesia. Keberadaan kelompok ini tidak dapat
dipisahkan dari pertumbuhan perekonomian secara nasional. Kelompok usaha kecil,
menengah dan koperasi mampu menyerap lebih dari 64 juta tenaga kerja dan
memberikan kontribusi sebesar lebih kurang 58,2% dalam pembentukan Produk
Domestik Bruto (Anonymousa, 2007).
Sesuai dengan visi pembangunan yang dicanangkan, Pemerintah terus
berupaya untuk memberi kesempatan kepada kelompok usaha kecil untuk
mengembangkan berbagai produk yang berorientasi pertanian dalam arti luas. Banyak
industri kecil saat ini yang menghasilkan produk baru berupa susu kedelai
(Anonymous, 2004).
Menurut Koeswara (1992) susu kedelai adalah susu yang diperoleh dengan
cara penggilingan biji kedelai yang telah direndam dalam air. Hasil penggilingan
kemudian disaring untuk memperoleh filtrat yang kemudian dididihkan dan diberi
bumbu untuk meningkatkan rasa.
Susu kedelai memiliki berbagai kelebihan dibandingkan dengan produk susu
hewani dan minuman soft drink lainnya. Produk ini menonjolkan khasiat yang antara
lain mengurangi kadar gula darah pada tubuh kita. Selain itu, menurut penelitian
Dr Edward, orang yang terbiasa mengkonsumsi susu kedelai, pada usia 80 tahun pun
masih produktif (Anonymous, 2004).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2004, industri makanan,
minuman dan tembakau nasional ada sekitar 28,1 % dari total keseluruhan, sehingga
untuk mendukung industri ini dibutuhkan dukungan pola pengemasan yang efektif
dan modern. Namun saat ini, sistem pengemasan masih bersifat konvensional
(Anonymousa, 2007).
Pengemasan adalah seni, ilmu dan sekaligus tekologi untuk mempersiapkan
bahan guna keperluan transportasi dan penjualan. Pengemasan dapat pula diartikan
sebagai usaha-usaha untuk menjamin keamanan produk selama pengangkutan dan
penyimpanan sehingga dapat sampai ke tangan konsumen dalam kondisi bagus
dengan biaya total minim (Suyitno dan Kamarijani, 1996).
Dalam industri minuman, pengemasan merupakan tahap terakhir produksi
sebelum didistribusikan. Pengemasan berfungsi sebagai Anonymousb (2007):
1. Wadah untuk memuat produk
2. Memelihara kesegaran dan kemantapan produk selama penyimpanan dan
distribusi
3. Melindungi pangan dari kontaminasi lingkungan dan manusia
4. Mencegah kehilangan selama pengangkutan dan distribusi
5. Media komunikasi atau promosi
Nilai produksi ekspor tahun 2006 dari industri UKM cukup mendukung total
industri nasional yaitu sekitar 34.4%. Ini berarti 1/3 nilai ekspor nasional dikuasai
oleh industri UKM. Oleh karena itu industri UKM terutama susu kedelai, cukup
berkembang di Indonesia. Namun, kurang didukung oleh perkembangan pengemasan
yang baik dari para pengusaha UKM (Anonymousa, 2007).
2.2 Pengemasan
Pengemasan adalah seluruh rangkaian kegiatan mulai dari pengisian,
pembungkusan, pemberian etiket dan atau kegiatan lain yang dilakukan terhadap
produk ruahan untuk menghasilkan produk jadi (Hubeis, 1997). Faktor-faktor yang
harus diperhatikan pada proses pengemasan adalah cahaya, panas, kelembapan, dan
gas, mikroorganisme dan serangga (Fellows, 2000). Beberapa yang perlu
diperhatikan dalam pengemasan yang menarik konsumen untuk membeli produk
(Anonymousb, 2007):
1. Memahami pelanggan
Permasalahan saat ini adalah sebuah kemasan bisa jadi tidak memuaskan
kebutuhan pembeli.
2. Menemukan kemasan dengan sifat yang melekat untuk konsumen yang menjadi
target
Lebih dari 50% pelanggan mencari kenyamanan juga namun memperhatikan
seperti ukuran cetak kemasan dan gampang dalam penggunaan sebagai daftar
prioritas mereka. Pastikan karakteristik kemasan sesuai dengan target pasar.
3. Memahami kemasan yang digunakan
Kemasan yang akan digunakan harus dipahami baik itu bahan pengemasnya,
bentuk pengemas serta fungsi dari pengemasnya.
4. Mengenali pelanggan yang mempunyai trend dalam membeli
Beberapa tahun yang lalu kita melewati fase ukuran kemasan besar. Namun saat ini
secara umum tren pembelian bergeser kepada ukuran lebih kecil. Kemasan lebih
kecil bukan berarti keuntungan kecil, dalam banyak kasus bahkan berarti lebih.
Pelanggan berkeinginan membayar kenyamanan premium, kemudahan
menggunakan dan jumlah yang lebih kecil.
5. Mengikuti perkembangan teknologi pengemasan yang baru
Produk baru yang kreatif memiliki keuntungan pada pemasaran meskipun
teknologi tidak baru tapi aplikasinya baru.
6. Mengamati tempat konsumen berbelanja
Ada pergantian dari pembelian secara tradisional ke format toko serba ada yang
inovatif.
7. Keamanan dalam pengemasan semakin menjadi penting
Keamanan dari pengemas harus menjadi perhatian karena keamanan pengemas
berpengaruh juga terhadap keamanan produk dan keamanan konsumen yang
memakai.
8. Persaingan macam bahan pengemasan meningkat
Banyaknya persaingan bahan mengemas membuat kita perlu lebih kreatif dalam
membuat pengemas dan bahan pengemas yang dipakai.
Proses pengemasan saat ini sedang mengalami perkembangan. Pengemasan
aseptik merupakan inovasi dalam industri khususnya pangan untuk menunjang
keaseptisan produk, shelf life (umur simpan), mencegah rekontaminasi, kestabilan
suhu produk dan tidak mengabaikan kesan atau daya tarik konsumen. Ada 5 dasar
pengemasan aseptik (Anonymous, 2006):
a. Fill and Seal
Pada tahap ini bahan dikemas dahulu dalam kemasan dan lingkungan aseptik
seperti plastik thermoformed, gelas atau logam steril, setelah itu diseal.
b. Form, Fill and Seal
Bahan dalam gulungan disterilisasi dahulu, dibentuk pada kondisi ruangan yang
aseptis, kemudian dilakukan sealing. Contohnya pada bahan pengemas tetrapack.
c. Erect, Fill and Seal
Penggunaan Knocked-down kosong, kemudian dilakukan tahapan erect, sterilisasi,
pengisian dan sealing, contohnya pada gable-top cartons, cambribloc.
d. Thermoform, Fill and Seal
Roll stock yang steril dibentuk dengan proses panas, kemudian dilakukan proses
pengisian, dan sealing pada kondisi aseptis, contohnya pada kaleng plastik sup,
creamer.
e. Blow mold, Fill and Seal
Pembentukan kemasan pada proses UHT dapat dilakukan pada jenis kaleng,
paperboard, plastic, foil, plastik laminates, kemasan fleksibel, plastik
thermoformed, flow molded containers, bagin-box, bulk-totes.
2.3 Efisiensi
Menurut Syamsi (2004) efisiensi adalah usaha mencapai prestasi yang
sebesar-besarnya dengan menggunakan kemungkinan-kemungkinan yang tersedia
(material, mesin, dan manusia) dalam tempo sependek-pendeknya, di dalam keadaan
yang nyata (sepanjang keadaan itu bisa berubah) tanpa mengganggu keseimbangan
antara faktor-faktor tujuan, alat, tenaga dan waktu.
Efisiensi dapat juga didefinisikan sebagai keluaran (output) dibagi masukan
(input). Semakin besar harga rasio ini semakin tinggi efisiensinya. Beberapa
komponen yang meliputi manusia, bahan, perlengkapan dan peralatan seperti mesin
dan perkakas pembantu, lingkungan kerja seperti ruangan dengan udaranya dan
keadaan pekerjaan-pekerjaan lainnya yang mempengaruhi efsiensi dan produktivitas
kerja (Sutalaksana, Anggawisastra, dan Tjakraataja, 1979).
Efisiensi merupakan perbandingan yang terbaik antara masukan dan keluaran
atau antara daya usaha dan hasil atau antara masukan dan keluaran atau antara
pengeluaran dan pendapatan. Pengertian efisiensi sangat relatif, efisien dapat
diartikan sebagai penggunaan input yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produk
yang sebesar-besarnya (Soekarno,1991). Menurut Wignjosoebroto (2003) terdapat
dua unsur kriteria efisiensi kerja manusia yaitu besar kecilnya keluaran yang
dihasilkan dan waktu kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan.
2.4 Pengukuran Kerja
Menurut Schroeder (1994) pengukuran kerja menggunakan alat pengukuran
waktu dilakukan untuk menentukan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
pekerjaan yang diberikan, dengan asumsi bahwa standar telah ditetapkan. Pada saat
pengukuran dilakukan. Operator harus terlatih dengan menggunakan metode yang
telah ditetapkan.
Wignjosoebroto (2003) membagi teknik pengukuran waktu kerja menjadi dua
bagian, yaitu: pengukuran waktu kerja secara langsung dan pengukuran waktu kerja
secara tidak langsung. Pengukuran waktu kerja secara langsung dilaksanakan secara
langsung di tempat pekerjaan yang berlangsung dijalankan. Pengukuran waktu kerja
secara tidak langsung, pengamat dalam mengadakan perhitungan waktu kerja tidak
berada di tempat pekerjaan langsung. Pengukuran waktu kerja secara langsung dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. Sampling kerja (work sampling)
adalah suatu teknik untuk mengadakan sejumlah besar pengamatan terhadap
aktifitas kerja dari mesin, proses, atau pekerja. Metode sampling kerja sangat
cocok untuk digunakan dalam melakukan pengamatan atas kerja yang sifatnya
tidak berulang dan memiliki siklus waktu yang relatif panjang. Pengamatan
aktivitas kerja dilakukan untuk selang waktu yang diambil secara acak terhadap
salah satu atau lebih mesin/operator dan kemudian mencatatnya apakah
mesin/operator dalam keadaan bekerja atau menganggur.
2. Metode jam henti
Metode ini terutama diaplikasikan untuk pekerjaan yang berlangsung singkat dan
berulang-ulang. Dari hasil pengukuran akan diperoleh waktu baku yang
selanjutnya akan digunakan sebagai standar penyelesaian pekerjaaan bagi semua
pekerja yang melakukan pekerjaan yang sama.
Proses pengukuran dan pembakuan waktu dapat menggunakan beberapa
macam cara, yaitu menggunakan stopwatch, data waktu baku, data waktu gerakan
serta sampling pekerjaan atau work sampling. Setiap cara pengukuran sistem kerja
memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Sedangkan penggunaan
berbagai macam cara di atas, sangat bergantung pula pada kemampuan analis
melakukan pengukuran dan pembakuan sistem kerja (Sinaga dan Sembiring, 2004).
Menurut Wignjosoebroto (2003) pengukuran kerja dengan metode jam henti
dapat diaplikasikan pada industri manufakturing, meskipun demikian bisa
diaplikasikan untuk pekerjaan seperti yang dijumpai dalam aktivitas kantor, gudang
atau jasa pelayanan lainnya asalkan memenuhi kriteria. Kriterianya adalah pekerjaan
tersebut dikerjakan acara berulang-ulang, pekerjaannya homogen, output dapat
dihitung, dan sifat pekerjaan teratur.
Menurut Madyana (1996) data yang diperoleh dari hasil pengukuran kerja ini
dilakukan uji keseragaman data untuk mengetahui apakah data telah memenuhi
distribusi normal atau dapat didekati oleh distribusi normal dan dapat digunakan
untuk uji kecukupan data. Wignjosoebroto (2003) menyatakan ada beberapa langkah
yang harus diikuti sebelum atau pada saat pengukuran agar tujuan pengukuran
tercapai. Langkah-langkah tersebut adalah:
1. Persiapan awal pengukuran kerja
Menyiapkan alat, bahan dan operator yang akan dipakai dalam pengukuran kerja.
2. Penetapan tujuan awal
Tujuan pengukuran sangat penting untuk diinformasikan kepada obyek. Hal-hal
yang harus diperhatikan dan dilakukan dalam tahap ini adalah mempelajari kondisi
dan metode kerja.
3. Pemilihan operator
Operator yang dipilih apabila harus memenuhi persyaratan antara lain harus
memiliki skill (kemampuan) yang normal dan bersedia diajak bekerja sama serta
mau bekerja secara wajar pada saat pengukuran kerja dilakukan.
4. Pelatihan terhadap operator
Tahap ini dilakukan apabila kondisi dan metode kerja telah mengalami perubahan.
Oleh karena itu harus dilatih terlebih dahulu agar terbiasa dengan kondisi dan
metode kerja yang telah ditetapkan. Selain itu agar operator memiliki gerakan yang
tidak kaku, berirama dan tanpa banyak perencanaan gerakan.
5. Pembagian operasi menjadi elemen-elemen kerja
Untuk menggambarkan suatu operasi adalah dengan membagi ke dalam elemen-
elemen kerja yang lebih terperinci dan mampu untuk diukur dengan mudah secara
terpisah. Elemen-elemen kerja yang efisien adalah elemen-elemen yang memang
diperlukan untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Untuk mendapatkan elemen-
Nama Therblig Lambang
Mencari (Search)Memilih (Select)Memegang (Grasp)Menjangkau (Reach)Membawa (Move)Memegang untuk memakai (Hold)Melepas (Released load)Pengarahan (Position)Pengarahan sementara (Pre position)Memeriksa (Inspection)Merakit (Assemble)Lepas rakit (Desassemble)Memakai (Use)Kelambatan yang terhindar (Unavoidable delay)Kelambatan yang dapat dihindarkan (Avoidable delay)Merencana (Plan)Istirahat untuk menghilangkan fatique(Rest to overcome fatoque)
SHSTG
REMH
RLP
PPIA
DAU
UDADPnR
elemen kerja yang terperinci dilakukan studi gerakan. Dengan adanya studi
gerakan dapat dianalisa gerakan-gerakan yang dilakukan seorang pekerja selama
melaksanakan pekerjaannya. Berdasarkan studi ini dapat dibuat Peta Tangan Kiri
dan Tangan Kanan. Elemen-elemen kerja oleh Gilbreth diuraikan ke dalam 17
therblig (Tabel 1).
Tabel 1. Elemen-elemen Kerja
Sumber: Sutalaksana dkk, 1979
6. Persiapan alat-alat pengukuran
Peralatan yang dilakukan untuk aktivitas pengukuran tenaga kerja antara lain stop
watch, papan pengamatan, lembar pengamatan, kalkulator dan alat tulis lainnya.
2.4.1 Uji Keseragaman Data
Sutalaksana dkk (1979) menjelaskan bahwa tugas dalam pengukuran kerja
adalah mendapatkan data yang seragam. Ketidakseragaman data dapat terjadi tanpa
disadari untuk itu diperlukan suatu alat yang dapat mendeteksinya. Batas-batas
kontrol yang dibentuk dari data merupakan batas seragam dan tidaknya data. Data
seragam adalah data yang berada diantara kedua batas kontrol dan data tidak seragam
adalah data yang berada diluar batas kontrol.
Menurut Wignjosoebroto (2003) uji keseragaman data perlu dilakukan
terlebih dahulu sebelum data yang ada digunakan untuk menentukan banyaknya
pengukuran yang seharusnya dilakukan. Uji keseragaman data dapat dilakukan secara
visual maupun dengan mengaplikasikan peta kontrol. Uji keseragaman data secara
visual dilakukan dengan melihat data yang ekstrim untuk kemudian dibuang dan
tidak disertakan dalam perhitungan uji kecukupan data. Data ekstrim adalah data
yang terlalu besar atau terlalu kecil dan menyimpang dari tren rata-ratanya.
Lebih lanjut Wignjosoebroto (2003) menjelaskan peta kontrol adalah suatu
alat yang tepat untuk menguji keseragaman data hasil pengukuran kerja. Pengujian
keseragaman ini dilakukan dengan menentukan batas kendali atas (BKA) dan batas
kendali bawah (BKB) dari data. BKA dan BKB dari grup data dapat dicari dengan
formulasi sebagai berikut:
BKA = X + 3SD dan BKB = X – 3SD
Keterangan: X adalah rata-rata dari grup pengamatan
SD dapat diperoleh dengan menghitung standar deviasi data
2.4.2 Uji Kecukupan Data
Sutalaksana dkk (1979) mengemukakan bahwa uji kecukupan data dilakukan
untuk menentukan jumlah pengukuran data yang seharusnya dibuat. Untuk
menetapkan berapa jumlah pengukuran yang dibuat harus ditentukan terlebih dahulu
berapa tingkat ketelitian dan tingkat keyakinannya. Tingkat ketelitian menunjukkan
penyimpangan maksimal hasil pengukuran dari waktu sebenarnya dan biasanya
dinyatakan dalam bentuk persen. Sedangkan tingkat keyakinan menunjukkan
besarnya keyakinan pengukur bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian
dan biasanya dinyatakan dalam bentuk persen.
Lebih lanjut Sutalaksana dkk (1979) menjelaskan bahwa di dalam aktifitas
pengukuran kerja biasanya akan diambil tingkat ketelitian 5% dan tingkat keyakinan
95%. Artinya adalah bahwa pengukur membolehkan rata-rata hasil pengukurannya
menyimpang sejauh 5% dari rata-rata sebenarnya dan kemungkinan berhasil
mendapatkan adalah 95%. Jika jumlah pengukuran yang seharusnya dilakukan lebih
besar dari jumlah pengukuran yang telah dilakukan (N’>N), maka dilakukan
pengukuran ulang dengan N lebih besar. Jika N>N’ berarti bahwa jumlah pengamatan
yang telah dilakukan memenuhi syarat tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan.
Formula untuk uji kecukupan data dengan tingkat ketelitian 5% dan tingkat
keyakinan 95% adalah sebagai berikut:
N’ =40 √ N (∑x2)-(∑x)2
∑ x
2
Keterangan:
∑x = jumlah besar data
N’ = jumalah pengamatan yang harus dilakukan
N = jumlah pengamatan yang telah dilakukan
2.4.3 Penentuan waktu baku
Wignjosoebroto (2003) mengartikan waktu baku sebagai waktu yang
dibutuhkan oleh seorang pekerja yang memiliki tingkat kemampuan rata-rata untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu baku dari hasil pengukuran kerja dapat
dijadikan sebagai alat untuk membuat rencana penjadwalan kerja yang menyatakan
berapa lama suatu kejadian itu harus berlangsung dan berapa output yang dihasilkan
serta jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Pengukuran-pengukuran telah selesai, yaitu semua data yang didapat memiliki
keseragaman yang dikehendaki dan jumlahnya telah memenuhi tingkat-tingkat
ketelitian dan keyakinan yang diinginkan, maka langkah selanjutnya adalah mengolah
data tersebut sehingga didapatkan waktu baku. Waktu baku dapat ditentukan dengan
terlebih dahulu diketahui waktu siklus dan waktu normalnya. Waktu normal dapat
ditentukan dengan rumus Sutalaksana dkk (1979):
Waktu normal = Rata-rata waktu operasi x Performance rating
Performance rating adalah aktivitas untuk menilai atau mengevaluasi kecepatan kerja
operator. Dalam melakukan rating ini diharapkan waktu kerja yang diukur bisa
dinormalkan kembali. Ketidaknormalan dari waktu kerja diakibatkan oleh operator
yang bekerja kurang wajar yaitu bekerja dalam tempo suatu saat dirasakan cepat dan
disaat lain terlalu lambat (Ciptani, 2001).
Lebih lanjut Sutalaksana dkk (1979) menjelaskan setelah perhitungan diatas
selesai, waktu baku penyelesaian pekerjaan dapat dihitung dengan rumus:
100%Waktu baku = Waktu normal x
100% - % allowance
Allowance merupakan kelonggoran yang diberikan kepada pekerja untuk
menyelesaikan pekerjaannya disamping waktu normal. Umumnya kelonggaran
dinyatakan dalam persen dari waktu normal.
2.4.4 Penyesuaian
Menurut Barnes (1980) penyesuaian adalah proses dimana analisis studi
waktu membandingkan kinerja dari operator yang diamati dengan kinerja normal dari
operator yang ada dalam konsepnya. Selama pengukuan berlangsung, pengukur harus
mengamati kewajaran kerja yang ditunjukkan operator.
Sutalaksana dkk (1979) menyatakan bahwa ketidakwajaran dapat saja terjadi,
misalnya bekerja tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah-olah diburu waktu, atau
karena menjumpai kesulitan-kesulitan. Sebab-sebab seperti ini mempengaruhi
kecepatan kerja yang berakibat terlalu singkat atau terlalu panjangnya waktu
penyelesaian.
Sutalaksana dkk (1979) menentukan penyesuaian dengan mengalikan waktu
siklus rata-rata dengan suatu harga p yang disebut faktor penyesuaian. Besarnya
harga p ditentukan sedemikian rupa sehingga hasil perkalian yang diperoleh
mencerminkan waktu sewajarnya. Bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja
diatas normal (terlalu cepat) maka harga p akan lebih besar dari satu, sebaliknya jika
operator dipandang bekerja dibawah normal maka harga p akan lebih kecil dari satu.
Seandainya pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dengan wajar maka harga
p sama dengan satu.
Lebih lanjut Sutalaksana dkk (1979) menyatakan bahwa cara yang digunakan
untuk menentukan faktor penyesuaian antara lain adalah cara presentase, cara
Shumard, objektif, dan Westinghouse. Faktor penyesuaian menurut cara presentase
ditentukan sepenuhnya oleh pengukur melalui pengamatan selama pengukuran. Cara
Shumard memberikan patokan-patokan melalui kelas-kelas performance kerja dimana
setiap kelas mempunyai nilai sendiri-sendiri. Cara obyektif dengan memperhatikan
faktor kecepatan kerja dan tingkat kesulitan pekerjaan. Cara menentukan penyesuaian
yang keempat adalah cara Westinghouse mengarahkan penilaian pada empat faktor
yang dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja yaitu
ketrampilan, usaha, kondisi kerja dan konsistensi. Angka-angka yang diberikan bagi
setiap kelas dari faktor-faktor diatas untuk cara Westinghouse dicantumkan pada
Tabel 2.
Faktor Kelas Lambang PenyesuaianKetrampilan
Usaha
Kondisi Kerja
Konsistensi
Excelent
Good
Good
AverageIdealExcellentyGoodAveragePerfect
ExcellentGoodAverage
B1B2C1C2C1C2DABCDABCD
+0,11+0,08+0,06+0,03+0,06+0,03
0,00+0,06+0,04+0,020,00
+0,04+0,03+0,010,00
Tabel 2 Penyesuaian menurut Westinghouse
Sumber: Sutalaksana, 1979
2.4.5 Kelonggaran
Menurut Niebel (1993) kelonggaran adalah untuk menambahkan waktu pada
waktu normal, sehingga operator dapat bekerja secara normal. Sutalaksana dkk
(1979) menyatakan kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan
pribadi, menghilangkan rasa lelah dan hambatan-hambatan yang tidak dapat
dihindarkan. Yang termasuk dalam kebutuhan pribadi disini adalah hal-hal seperti
minum untuk menghilangkan rasa haus, ke kamar kecil, bercakap-cakap dengan
teman sekerja untuk menghilangkan kejemuan dalam bekerja. Kebutuhan untuk
menghilangkan rasa lelah tercermin antara lain dari menurunnya hasil produksi baik
jumlah maupun kwalitas. Kelonggaran untuk hambatan-hambaan tak terhindarkan
contohnya melakukan penyesuaian mesin, memperbaiki kemacetan singkat dari
No Faktor Kelonggaran Wanita(%)
1.2.3.4.5.6.7.
Tenaga yang dikeluarkanSikap kerjaGerakan kerjaKelelahan mataKeadaaan temperatur tempat kerjaKeadaan atmosferKeadaan lingkungan yang baik
0,0-30,00,00-10
0-150,0-19,0
0-400-200-15
mesin. Besarnya kelonggaran secara singkat dicantumkan pada Tabel 3 dan secara
lengkapnya pada Lampiran 8.
Tabel 3 Besarnya Kelonggaran Operator Wanita Berdasarkan Faktor-Faktor yangBerpengaruh
Sumber: Sutalaksana, 1979
III METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Penelitian dilaksanakan di unit usaha susu kedelai ”RISA” yang berada di
Perumahan Joyo Grand, Dinoyo, Malang. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari
2008 dan pengolahan data dilakukan di Laboratorium Manajemen dan Sistem Industri
Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Brawijaya.
3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian meliputi stopwatch (jam henti),
papan pengamatan, alat tulis, lembar pengamatan, kalkulator dan sealer. Bahan yang
digunakan meliputi susu kedelai, cup pengemas ukuran 220 ml, dan label penutup.
3.3 Pendefinisian sistem
Sistem kerja di bagian pengemasan susu kedelai ”RISA” tersusun dari
beberapa komponen, yaitu: pekerja, bahan, dan metode kerja. Perubahan desain
kemasan berpengaruh terhadap efisiensi proses pengemasan terutama efisiensi kerja.
Selama ini pekerja (operator pengemasan) mengemas susu kedelai dengan plastik dan
dikemas dengan karet gelang kemudian diusulkan perubahan menjadi cup 220 ml
dengan bantuan mesin sealer. Perubahan desain kemasan menimbulkan elemen kerja
dan waktu yang berbeda. Oleh karena itu masalah yang akan diteliti adalah
bagaimana gerak dan waktu pada proses pengemasan redesain dibandingkan dengan
proses pengemasan lama serta mana yang lebih efisien.
3.4 Batasan Permasalahan
Permasalahan pada penelitian analisis efisiensi proses pengemasan
konsekuensi redesain kemasan susu kedelai ”RISA” ini hanya ditekankan pada
pengukuran studi gerak dan waktu pada bagian pengemasan, analisis studi waktu
adalah waktu penyelesaian pekerjaan, perubahan elemen kerja proses pengemasan
desain lama menjadi proses pengemasan redesain.
3.5 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan ditunjukkan pada Gambar 1.
Survey Pendahuluan Studi Pustaka
Identifikasi masalah
Penetapan tujuan penelitian
Pelaksanaan penelitian
Pengumpulan Data
Analisa Data:- perhitungan waktu baku- perhitungan output aktual- perhitungan efisiensi kerja
Analisa Hasil
Kesimpulan dan Saran
Gambar 1. Diagram Alir Prosedur Penelitian
3.5.1 Survey Pendahuluan dan Studi Pustaka
Penelitian dimulai dengan pelaksanaan survey pendahuluan di perusahaan
susu kedelai ”RISA”. Manfaat survey pendahuluan adalah untuk mengetahui kondisi
sesungguhnya pada perusahaan dengan cara melakukan pengamatan dan wawancara
dengan pihak-pihak terkait. Studi pustaka dilakukan dengan membaca dan
mempelajari teori yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti.
Literatur yang digunakan adalah yang memuat materi tentang susu kedelai, kemasan,
efisiensi, pengukuran waktu dan gerak.
3.5.2 Identifikasi Masalah
Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian adalah menetapkan
masalah yang akan dipecahkan. Masalah yang diangkat adalah bagaimana gerak dan
waktu pada proses pengemasan redesain dibandingkan dengan proses pengemasan
lama serta mana yang lebih efisien.
3.5.3 Penetapan tujuan penelitian
Penelitian yang dilakukan ditujukan untuk menentukan studi gerak dan waktu
penyelesain pekerjaan sehingga dapat meningkatkan efisiensi kerja.
3.5.4 Pelaksanaan penelitian
Pelaksanaan penelitian meliputi beberapa langkah, yaitu:
1. Persiapan awal pengukuran kerja
Mempersiapkan alat-alat dan bahan yang di gunakan untuk pengukuran kerja pada
proses pengemasan.
2. Penetapan tujuan awal
Penetapan tujuan awal pengukuran kerja pada proses pengemasan adalah untuk
mempelajari kondisi dan metode kerja pada proses pengemasan.
3. Pemilihan operator
Operator yang dipilih adalah operator perempuan dibagian pengemasan yang
memiliki kemampuan yang normal, mampu bekerja sama serta bekerja secara
wajar pada saat pengukuran kerja dilakukan.
4. Pelatihan terhadap operator
Kondisi dan metode kerja pada proses pengemasan redesain mengalami
perubahan. Oleh karena itu operator perlu dilatih sehingga mampu beradaptasi dan
terampil sebelum pengukuran kerja dilakukan. Pelatihan tersebut dicantumkan
dalam bentuk kurva belajar agar mengetahui perkembangan penguasaan pekerjaan
oleh operator pengemasan. Kurva belajar dapat dilihat di Gambar 2
Jumlahproduk yangdihasilkan
hari ke
Gambar 2. Kurva Belajar
Lengkungan dikenal sebagai lengkungan belajar (learning kurve). Pengamatan
untuk kurva belajar dilakukan selama 3 hari. Tiap harinya dilakukan 3 kali
pengamatan dimana setiap pengamatan dihitung jumlah produk yang dihasilkan
selama lima belas menit. Jeda waktu dalam sehari antara pengamatan satu dengan
yang lainnya selama 15-20 menit. Pengukuran dari waktu kerja operator diukur
pada saat tingkat penguasaan maksimum yaitu kurva dengan garis stabil mendatar.
Garis ini menunjukkan operator telah menghasilkan jumlah produk yang sama tiap
jamnya.
5. Penguraian pekerjaan menjadi elemen-elemen kerja
Penguraian pekerjaan menjadi elemen-elemen kerja dilakukan untuk mendapatkan
elemen-elemen kerja yang terbaik. Penguraian elemen-elemen kerja pada proses
pengemasan dilakukan dengan studi gerakan melalui Peta tangan kiri dan tangan
kanan. Elemen-elemen kerja yang dipakai berdasarkan Gilberth yang diuraikan ke
dalam 17 Therblig pada Tabel 1.
6. Persiapan alat-alat pengukuran
Peralatan yang dilakukan untuk pengukuran tenaga kerja antara lain stopwatch,
papan pengamatan, lembar pengamatan, kalkulator, dan alat tulis.
7. Melakukan pengukuran waktu dengan metode jam henti
Mengukur dan mencatat waktu yang dibutuhkan pekerja dalam menyelesaikan
elemen-elemen kerja dengan bantuan alat-alat pengukuran. Melaksanakan
pengamatan dan pengukuran sebanyak N pengamatan untuk setiap elemen kerja.
3.5.5 Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi dilakukan dengan cara mengamati secara langsung terhadap masalah
yang akan diteliti. Data yang dikumpulkan antara lain: elemen-elemen kerja pada
proses pengemasan, waktu yang diperlukan operator pengemasan untuk
menyelesaikan pekerjaannya, kelonggaran dan penyesuaian yang diperlukan
operator.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan cara berdiskusi secara langsung dengan pemilik
usaha serta pekerja unit usaha susu kedelai ”RISA”. Data yang dikumpulkan antara
lain: proses pengemasan, jumlah output per hari, bahan kemas yang digunakan.
3.5.6 Analisa Data
3.5.6.1 Perhitungan Waktu Baku
Data yang diperoleh dari pengukuran kerja dengan metode jam henti
dianalisis untuk menghitung waktu baku dari masing-masing elemen kerja
pengemasan. Langkah-langkah dalam analisis data untuk mengukur waktu baku
adalah sebagai berikut:
1. Uji Keseragaman Data
Uji keseragaman data ini dilakukan untuk mengetahui apakah data hasil
pengukuran sudah seragam atau belum. Jika ada data ekstrim maka data ekstrim
dibuang, dan jika tidak ada data ekstrim langsung dilakukan uji kecukupan data.
22⎞⎛⎢ 40 N∑⎜ x⎟∑ x⎥N '⎢⎢
∑ x⎣⎦
2. Uji Kecukupan Data
Data dianggap cukup apabila jumlah observasi yang seharusnya dilaksanakan
(N’)adalah lebih kecil dari jumlah observasi yang telah dilakukan (N).Uji
kecukupan data dimaksudkan untuk mengetahui jumlah pengamatan yang
seharusnya dilakukan (N’) berdasarkan pengamtan yang sudah dilakukan. Pada uji
kecukupan data jika jumlah pengamatan yang harus dilakukan (N’) lebih kecil dari
jumlah pengamatan yang sudah dilakukan (N) maka langsung dianalisa datanya,
jika N’ lebih besar dari N maka dilakukan pengamatan dan pengukuran ulang.
Kecukupan data untuk tingkat kepercayaan 95% dan tingkat ketelitian 5%
menggunakan rumus:
⎡
⎢⎥⎢⎥
⎝⎠⎥⎥
2
Keterangan:∑x = jumlah besar data
N’ = jumlah pengamatan yang harus dilakukan
N = jumlah pengamatan yang telah dilakukan
3. Perhitungan Waktu Siklus Rata-rata (Ws)
∑ waktu penyelesaian pekerjaanWaktu siklus rata-rata =
N
4. Perhitungan Waktu Normal (Wn)
Waktu normal = (Waktu siklus rata-rata) x (faktor penyesuaian*)
* : Faktor penyesuaian ditentukan berdasarkan cara Westinghouse dengan nilai-nilaipada setiap kelas dicantumkan pada Tabel 2.
5. Perhitungan Waktu Baku (Wb)100%
Waktu baku = Waktu normal x100% - % allowance*
* : Allowance dihitung berdasarkan jenis pekerjaan pengemasan susu kedelai dengannilai-nilai kelonggaran dicantumkan pada Tabel 3.
3.5.6.2 Perhitungan output aktual
Output aktual adalah kemampuan dari unit produksi untuk berproduksi dalam
kurun waktu tertentu. Perhitungan ouput aktual yang ditentukan dalam bentuk jumlah
keluaran (unit) per jam:
1Oa =
wb
Keterangan:Oa = output aktualWb = waktu baku (detik)
3.5.6.3 Perhitungan efisiensi kerja
Perhitungan efisiensi kerja yang dikembangkan oleh Niebel ditentukandengan :
OaEf = x 100%
OsKeterangan:
Ef = efisiensi kerjaOa = output aktual (biji/jam)Os = output standar (biji/jam)
3.5.6.4 Uji t
Uji t dilakukan untuk mengetahui atau membandingkan waktu penyelesaian
pekerjaan, output aktual dan efisiensi pengemasan desain lama dan redesain kemasan.
Uji t dirumuskan sebagai berikut:
t -o
sn
Keterangan:y = rata-rata data yang adao = rata-rata sekarangn = banyaknya subyek yang diamati
Formulasi H0 dan H1
H0 : μ0 = μ1 = 0
H1 : μ0 > μ1
Keterangan:
μ0 = waktu baku, output aktual dan efisiensi kerja pengemasan desain lama
μ1 =waktu baku, output aktual dan efisiensi kerja pengemasan redesain kemasan
Kriteria pengujianH0 diterima apabila t hitung ≤ t tabel
H0 ditolak apabila t hitung > t tabel
Keterangan:
ttabel = t (n-1)
t= =5%
3.5.7 Analisa Hasil
Data yang telah diolah kemudian akan dibahas dan dianalisis waktu baku,
output aktual, dan efisiensinya. Dari analisis tersebut dapat diketahui perbedaan
redesain kemasan dengan kemasan lama.
3.5.8 Kesimpulan dan Saran
Setelah data diolah dan dianalisis kemudian dapat disimpulkan besarnya
waktu baku, output aktual dan efisiensi kerja dari kemasan lama dan redesain
kemasan serta perbandingan waktu baku, ouptut aktual, dan efisiensi kerja antara
kemasan lama dengan redesain kemasan.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Umum Industri Mikro ”RISA”
Unit usaha mikro susu kedelai ”RISA” berlokasi di Blok 12 no 212
Perumahan Joyogrand, Malang. Unit usaha mikro “RISA” merupakan unit usaha
skala rumah tangga yang memproduksi susu kedelai ± 300 bungkus setiap hari.
Produksi susu kedelai terbagi menjadi 2 shift. Shift pertama dimulai pada pukul
03.00-06.00 WIB dengan waktu pendistribusian pukul 06.30-09.00 WIB. Shift yang
kedua pukul 07.00-11.00 WIB dengan waktu pendistribusian pukul 08.30-13.00 WIB.
Susu kedelai yang diproduksi oleh unit usaha mikro ”RISA” menggunakan
kemasan primer, yaitu plastik polyethylen yang ditutup dengan cara diikat karet
gelang pada ujung atasnya dengan volume sebesar 250 ml. Kemasan sekunder yang
digunakan untuk distribusi susu kedelai adalah keranjang plastik. Spesifikasi kemasan
plastik polyethylen yang digunakan pada unit usaha mikro ”RISA” ditunjukkan pada
Tabel 4 dan ilustrasi gambar pada Gambar 3.
Gambar 3 Kemasan Plastik Polyethylen
No Atribut Keterangan
1 Jenis Plastik Polietilen (PE) 30 mikron
2 Ilustrasi, gambar Tanpa logo dan gambar3 Informasi pada label Cukup lengkap kecuali tanggal kadaluarsa
dan kode produksi4 Cara penutupan Pada satu sisi dengan karet gelang5 Warna Satu warna yaitu biru, menggunakan catak
sablon6 Kapasitas kemasan/volume 250 ml
Tabel 4 Spesifikasi Kemasan Plastik Polyethylen Susu Kedelai ”RISA”
Sumber: Atmoko (2006)
Pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa kemasan susu kedelai ”RISA” yang
menggunakan plastik polyethylen tampak kurang berkualitas dan praktis. Informasi
pada kemasan susu kedelai ”RISA” cukup lengkap yang dicetak dengan cat sablon
warna biru. Informasi tersebut meliputi: merk, kandungan zat gizi, komposisi, nomor
telepon dan informasi izin usaha dari Departemen Kesehatan. Kemasan susu kedelai
yang menggunakan plastik polyethylen mudah rusak selama proses pendistribusian.
Hal ini dikarenakan plastik polyethylen kurang kuat. Selain itu, beberapa konsumen
juga menyarankan untuk merubah kemasan agar lebih menarik dan praktis.
Berdasarkan penelitian Atmoko (2006), diperoleh rancangan kemasan susu kedelai
”RISA” yang baru.
Kemasan baru susu kedelai ”RISA” menggunakan gelas plastik dengan label
tutup yang menunjukkan profil unit usaha dan volume sebesar 220 ml. Kemasan
tersebut tampak lebh menarik dan praktis. Hal ini diharapkan dapat menarik minat
konsumen untuk membeli susu kedelai ”RISA” sehingga dapat meningkatkan
penjualan susu kedelai. Kemasan baru juga diharapkan dapat meminimalkan
No. Spesifikasi Keterangan
1. Bahan Pengemas Cup : PETTutup/label : PET LLDPE 50 mikron
2. Label Kemasan a.Ilustrasi : Segelas susu tumpah diatas sejumlahbiji kedelai.
b.Jenis huruf :-“RISA” jenis font : Harlow Solid Italic-“Susu Kedelai ” jenis font : Comix Highlight
-“Minuman Sehat” jenis font : Viner HandITC
-“BERENERGI” jenis font : Stencil-Keterangan/Informasi (komposisi, kadaluarsa,
izin DEPKES, kode produksi) jenis font :Adobe Garamond Pro
-”Isi bersih ” jenis font : Myriad3. Kapasitas kemasan 220 ml
kerusakan kemasan pada proses distribusi karena gelas plastik Polyethylene
Terephthalate (PET) lebih kuat daripada plastik polyethylen. Spesifikasi desain
kemasan baru susu kedelai ”RISA” ditunjukkan pada Tabel 5 dan ilustrasi gambar
pada Gambar 4.
Gambar 4 Kemasan Gelas Plastik
Tabel 5 Spesifikasi Desain Kemasan Baru Susu Kedelai ”RISA”
Sumber: Atmoko (2006)
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa kemasan baru susu kedelai
“RISA” menggunakan gelas plastik dengan label tutup yang menunjukkan profil unit
usaha. Menurut Nurminah (2002) kemasan yang ideal adalah kemasan yang
mencegah terjadinya kerusakan pada bahan, melindungi bahan, menarik, praktis,
memberikan informasi, memberikan keterangan pada konsumen tentang cara
penggunaannya. Kemasan baru susu kedelai “RISA” dapat dikatakan cukup ideal
dibandingkan dengan kemasan lama. Hal ini diharapkan kemasan baru dapat menarik
konsumen untuk membeli susu kedelai ”RISA” sehingga dapat meningkatkan
penjualan susu kedelai. Kemasan baru ini pun diharapkan dapat meminimalkan
kerusakan kemasan pada proses distribusi karena gelas plastik lebih kuat daripada
plastik polyethylen.
Redesain kemasan susu kedelai ”RISA” menyebabkan perubahan proses
produksi. Perubahan proses produksi tersebut menyebabkan perlunya dikaji tentang
efisiensi proses pengemasan untuk mengetahui apakah proses pengemasan dengan
kemasan baru lebih efisien daripada proses pengemasan dengan kemasan lama.
4.2 Penentuan Waktu Baku
4.2.1 Analisis Gerakan Kerja Pengemasan Susu Kedelai
Kecepatan waktu dalam menyelesaikan suatu pekerjaan berhubungan dengan
tata letak stasiun suatu pekerjaan. Tata letak stasiun kerja berhubungan dengan
urutan-urutan gerakan kerja yang dibentuk. Penempatan bahan dan peralatan
berpengaruh terhadap kecepatan waktu. Bahan dan peralatan kerja yang terlalu jauh
dari operator membutuhkan waktu yang lebih lama sedangkan apabila bahan dan
1,87 m
peralatan kerja diletakkan cukup dekat dengan operator maka diperlukan waktu yang
lebih singkat. Tata letak stasiun kerja pengemasan susu kedelai kemasan lama dapat
dilihat pada Gambar 5 sedangkan tata letak stasiun kerja pengemasan susu kedelai
redesain kemasan dapat dilihat pada Gambar 6.
1,87 m
1m7
4 4 4
12
3
6 5
Keterangan:Meja berukuran 1,87m x 1m
1. Plastik2. Karet Gelang3. Piring (membuang buih), sendok, gelas tuang, corong4. Susu kedelai5. Keranjang6. Operator pengemas7. Pewarna susu kedelai
Gambar 5 Tata Letak Stasiun Kerja Pengemasan Susu Kedelai Kemasan Lama
1,87 m
1m
1,87 m
8
4
2
4
35
4
1
7 6
Keterangan:Meja berukuran 1,87m x 1m
1. Cup2. Tempat Label3. Piring (membuang buih), sendok, gelas tuang4. Susu kedelai5. Sealer6. Keranjang7. Operator pengemas8. Pewarna susu kedelai
Gambar 6 Tata Letak Stasiun Kerja Pengemasan Susu Kedelai Redesain Kemasan
Pada Gambar 5 dapat diketahui bahwa tata letak stasiun kerja pengemasan
menggunakan kemasan lama terdiri dari satu stasiun kerja pengemasan serta fasilitas-
fasilitas lain yang berhubungan dengan proses penyelesaian pekerjaan. Stasiun kerja
bagian pengemasan susu kedelai terdiri dari satu meja dengan ukuran p=1,87 m; l=1
m. Perincian fasilitas-fasilitas yang ada antara lain bahan yang akan dikemas berupa
susu kedelai, plastik pada meja kemasan, karet gelang, piring, sendok, gelas tuang,
corong, pewarna susu kedelai, dan keranjang untuk menempatkan bahan yang sudah
dikemas. Penempatan bahan-bahan dan peralatan kerja tidak terlalu jauh supaya
operator pengemas mudah menjangkau dan meletakkannya sehingga operator tidak
mudah lelah dan waktu penyelesaiannya lebih cepat (Wignjosoebroto, 2003).
Pada Gambar 6 dapat diketahui bahwa tata letak stasiun kerja pengemasan
menggunakan redesain kemasan mempunyai stasiun kerja yang sama dengan
kemasan lama. Perbedaannya terletak pada fasilitas-fasilitas yang tersedia antara lain
bahan yang akan dikemas berupa susu kedelai, tempat label, piring, sendok, gelas
tuang, sealer untuk mengemas, pewarna susu kedelai, serta keranjang untuk
menempatkan bahan yang sudah dikemas. Pada Gambar 5 dan Gambar 6 terlihat
bahwa ukuran meja sama, tempat alat dan bahan tidak sering berpindah sehingga
menimbulkan gerakan kerja yang rutin, peletakkan bahan dan peralatan dengan jarak
yang mudah dan nyaman dicapai operator sehingga mengurangi usaha mencari-cari.
Tata letak bahan dan peralatan diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan urut-
urutan gerakan yang terbaik, tinggi tempat kerja (mesin dan meja kerja) sesuai
dengan ukuran tubuh operator sehingga dapat melaksanakan kegiatan dengan mudah
dan nyaman. Pada penelitian Utomo (2006) gerakan kerja yang rutin dan tepat
memudahkan operator untuk mengingat urutan kerja serta menyelesaikan
pekerjaannya dengan cepat.
Analisis gerakan yang dilakukan oleh tangan kanan dan tangan kiri dari
seorang operator dalam mengemas susu kedelai dilakukan untuk mengetahui gerakan
dan urutan yang dilakukan oleh pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya. Peta
tangan kanan dan tangan kiri yang dibuat nantinya digunakan sebagai alat bantu
dalam menganalisis gerakan dari kedua tangan operator pengemasan,
menyeimbangkan gerakan kedua tangan, selain itu sebagai alat untuk melatih
pekerjaan baru dengan cara kerja yang ideal. Peta tangan kanan dan tangan kiri proses
pengemasan susu kedelai menggunakan kemasan lama dan redesain kemasan dapat
dilihat pada Gambar 7 dan Gambar 8. Simbol yang dipakai pada Peta tangan kanan
dan tangan kiri berdasarkan Gilberth yang tercantum pada Tabel 1.
PETA TANGAN KANAN DAN TANGAN KIRIPekerjaanNomor petaDipetakan olehTanggal dipetakan
: Mengemas Susu Kedelai:1: Etty Carolina: 11 Januari 2008
Tangan JarakKiri (cm)
Mengambil 30plastik
Waktu Simbol Simbol Waktu Jarak(dtk) (dtk) (cm)2,44 RE,G,M RE,G,M 2,44 10
TanganKanan
Mengambilcorong
Memegang 6,44 G RE,G,M 6,44 20 MenuangkanP,U,M,RL susu kedelai
Memegang 2,62 G G,P 2,62 Memutarujung plastik plastik
Mengikat 23 7,62 G,A A 7,62 MengikatMenganggur 1,51 R I,RE,G,M 1,51 40 Memasukkan
RL ke keranjangTotal 53 20,71
RingkasanWAKTU TIAP SIKLUSJUMLAH PRODUK TIAP SIKLUSWAKTU UNTUK MEMBUAT SATU PRODUK
20,71
: 20,71 detik: 1 biji: 20,71 detik
70
Gambar 7 Peta Tangan Kanan dan Tangan Kiri Pengemasan Susu KedelaiMenggunakan Kemasan Lama
PETA TANGAN KANAN DAN TANGAN KIRIPekerjaan : Mengemas Susu KedelaiNomor peta :2Dipetakan oleh : Etty CarolinaTanggal dipetakan : 11 Januari 2008
Tangan
Kiri
Jarak
(cm)
Waktu
(dtk)
Simbol Simbol Waktu
(dtk)
Jarak
(cm)
Tangan
Kanan
Mengambil
kemasan
50 1,29 RE,G,M D 1,29 - Menganggur
Menempatkan
kemasan
- 8,39 H,P RE,G,M
P,U,M,RL
8,39 20 Menuangkan
susu kedelai
Menganggur - 6,53 R RE,G,M
P,U,M,RL
6,53 5 Membuang
buih
Mengambil
tutup
20 7,24 RE,G,M R 7,24 - Menganggur
Meletakkan
di atas kemasan
- H,P H,P - Meletakkan
di atas kemasan
Meletakkan
ke sealing
60 2,32 M,RL M,RL 2,32 60 Meletakkan
ke sealing
Menganggur - 4,20 R H,P,U,RL 4,20 - Penyegelan
dengan sealer
Menganggur - 8,51 R RE,G,M 8,51 30 Mengambil
produk
Memegang
sparepart
- RE,G RE,G,M,P
U,M,RL
- Finishing
Memegang
sparepart
- 1,84 RE,G I,RE,G,M
RL
1,84 40 Memasukkan
ke keranjang
Total 130 40,32 40,32 155RingkasanWAKTU TIAP SIKLUS : 40,32 detikJUMLAH PRODUK TIAP SIKLUS : 1 bijiWAKTU UNTUK MEMBUAT SATU PRODUK : 40,32 detik
Gambar 8 Peta Tangan Kanan dan Tangan Kiri Pengemasan Susu KedelaiMenggunakan Redesain Kemasan
Pada Gambar 7 dapat diketahui bahwa gerakan kerja operator pengemasan
susu kedelai menggunakan kemasan lama adalah mengambil plastik dan corong
kemudian menuangkan susu kedelai dan mengemasnya setelah itu memasukkannya
dalam keranjang. Gerakan kerja ini dilakukan untuk mengemas satu produk susu
kedelai. Pada peta tampak bahwa gerakan-gerakan kerja yang dilakukan oleh tangan
kanan dan tangan kiri hampir semuanya dilakukan secara bersamaan. Kondisi
menganggur terjadi pada tangan kiri ketika tangan kanan memasukkan produk ke
keranjang yang berada di sebelah kanan operator.
Pada Gambar 8 dapat dilihat bahwa gerakan kerja operator pengemasan susu
kedelai menggunakan redesain kemasan adalah mengambil kemasan kemudian
menuangkan susu kedelai dan mengemasnya setelah itu memasukkannya dalam
keranjang. Pada peta tampak bahwa gerakan kerja yang dilakukan oleh tangan kanan
dan tangan kiri sebagian dilakukan secara bersamaan. Salah satu tangan dalam
kondisi menganggur ketika gerakan kerja mengambil kemasan, membuang buih,
mengambil tutup, penyegelan dengan sealer, dan mengambil produk. Gerakan yang
dilakukan oleh tangan kanan dan tangan kiri dari seorang operator dalam mengemas
susu kedelai menggunakan redesain kemasan lebih banyak dibandingkan gerakan
kerja pada kemasan lama. Pada kemasan lama operator melakukan lima elemen kerja
untuk mengemas susu kedelai sedangkan pada redesain kemasan operator melakukan
delapan elemen kerja untuk mengemas susu kedelai sehingga gerakan kerja pada
redesain kemasan lebih panjang daripada gerakan kerja pada kemasan lama.
Berdasarkan waktu penyelesaian tiap gerakan kerja yang dilakukan oleh
operator pengemas maka total waktu yang didapatkan dari stasiun kerja pengemasan
susu kedelai menggunakan kemasan lama adalah 20,71 detik sedangkan total waktu
yang didapatkan dari stasiun kerja pengemasan susu kedelai menggunakan redesain
kemasan adalah 40,32 detik. Peningkatan waktu sekitar 95 %. Gerakan kerja yang
dilakukan oleh operator pengemasan tidak sama dengan gerakan pada kemasan lama,
waktu penyelesaiannya pun lebih lama dibandingkan dengan kemasan lama.
Berdasarkan waktu penyelesaian tiap gerakan kerja yang dilakukan oleh
operator pengemasan tersebut diatas, maka stasiun kerja tersebut total waktu
penyelesaian kerja yang didapat lebih besar dibandingkan kemasan lama. Hal ini
karena kerja operator pengemasan pada stasiun kerja menggunakan redesain kemasan
lebih sulit dan gerakan kerja yang dilakukan lebih banyak dibandingkan dengan
stasiun kerja kemasan lama. Pada penelitian Utomo (2006) gerakan kerja yang sulit
dan banyak akan menyebabkan waktu penyelesaian proses pengemasan lebih lama
dan operator akan lebih cepat lelah.
Setelah mengetahui peta tangan kanan dan tangan kiri dari pengemasan
menggunakan redesain kemasan. Langkah selanjutnya melakukan pelatihan terhadap
operator pengemasan karena kondisi dan metode kerja pada proses pengemasan yang
mengalami perubahan. Pelatihan tersebut dicantumkan dalam bentuk kurva belajar
untuk mengetahui perkembangan penguasaan pekerjaan oleh operator pengemasan.
Kurva operator pengemasan redesain kemasan dilihat pada Gambar 9.
jum
lah
pro
du
k ya
ng
dih
asilk
an (
un
it/1
5 m
en
it)
20
15
10
5
0
1* 1** 1*** 2* 2** 2*** 3* 3** 3***
hari ke
Kurva belajar
Keterangan :* : pengamatan pertama** : pengamatan kedua*** : pengamatan ketiga
Gambar 9 Kurva Belajar Operator Pengemasan Menggunakan RedesainKemasan
Pada Gambar 9 diketahui bahwa pelatihan dilakukan selama tiga hari dan tiap
hari dilakukan tiga kali pengamatan. Setiap pengamatan dihitung jumlah produk yang
dihasilkan selama lima belas menit. Jeda waktu dalam sehari antara pengamatan satu
dengan yang lainnya selama 15-20 menit. Dari kurva belajar dapat dilihat bahwa
terjadi kenaikan jumlah produk yang dihasilkan pada hari pertama dan hari kedua.
Pada hari ketiga jumlah produk yang dihasilkan selama lima belas menit sebesar 18
buah. Ini berarti bahwa tingkat penguasaan seorang operator maksimum. Keadaan
tersebut pada kurva ditunjukkan oleh garis stabil yang mendatar atau stasioner. Pada
keadaan stasioner itulah operator baru dapat diukur (Sutalaksana dkk, 1979).
No. Keterangan Kemasan Lama Redesain Kemasan1 Waktu Siklus (dtk) 20,67 40,462 Waktu Normal (dtk) 22,53 44,10
3 Waktu Baku (dtk) 28,06 54,91
4.2.2 Kinerja Stasiun Kerja Pengemasan
Kinerja dari stasiun kerja pengemasan akan ditunjukkan dari output aktual
yang dihasilkan. Ouput aktual dapat diketahui dengan pendekatan studi waktu. Salah
satu pendekatan studi waktu yaitu dengan menggunakan metode jam henti.
Langkah pertama dalam studi waktu adalah melakukan uji keseragaman dan
kecukupan data yang dapat dilihat pada Lampiran 2. Dari hasil keseragaman data,
diperoleh bahwa semua data yang diambil berada diantara batas kontrol atas dan
batas kontrol bawah, yang berarti semua data telah seragam. Hal ini terbukti dengan
tidak adanya data ekstrim (data di luar batas batas kontrol) yang ditemukan selama
perhitungan.
Untuk mengetahui output aktual dari tata letak stasiun kerja proses
pengemasan dilakukan pengukuran waktu siklus yang nantinya dipakai sebagai acuan
untuk perhitungan waktu baku. Waktu siklus diperoleh dari rata-rata waktu total satu
stasiun kerja. Hasil perhitungan waktu baku yang dilakukan menunjukkan perbedaan
antara tata letak stasiun kerja pengemasan susu kedelai menggunakan kemasan lama
dengan redesain kemasan. Ringkasan waktu baku pengemasan susu kedelai yang
dilakukan dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Waktu Baku Stasiun Kerja Pengemasan Susu Kedelai MenggunakanKemasan Lama dan Redesain Kemasan
Tabel di atas menjelaskan bahwa hasil perhitungan waktu baku yang
didapatkan pada pengemasan susu kedelai menggunakan redesain kemasan lebih
besar jika dibandingkan dengan kemasan lama. Pada pengemasan menggunakan
kemasan lama waktu baku yang didapatkan 28,06 detik sedangkan pada pengemasan
menggunakan redesain kemasan waktu bakunya 54,91 detik. Ini disebabkan karena
pengemasan susu kedelai menggunakan kemasan lama berbeda dengan pengemasan
susu kedelai menggunakan redesain kemasan.
Pada pengemasan menggunakan kemasan lama gerakan kerjanya lebih mudah
dan elemen kerjanya lebih sedikit yaitu lima elemen kerja sehingga waktu
penyelesaiannya jadi lebih cepat. Pada pengemasan menggunakan redesain kemasan
gerakan kerjanya agak sulit karena dituntut ketelitian serta elemen kerjanya lebih
banyak yaitu delapan elemen kerja sehingga penyelesaian pekerjaannya lebih lambat
misalnya pada gerakan membuang buih, mengambil tutup dan meletakkannya di atas
kemasan, penyegelan dengan sealer. Perbedaan waktu penyelesaian pekerjaan yang
didapatkan akan sangat mempengaruhi jumlah keluaran yang akan dihasilkan
nantinya.
Menurut Ciptani (2001) dengan perhitungan waktu baku berarti perusahaaan
telah melakukan serangkaian pengukuran setiap aktivitas yang dilakukannya
termasuk waktu yang dibutuhkan unuk berproduksi dan pergerakan setiap aktivitas.
Selain itu dengan perhitungan waktu baku dapat ditentukan jumlah pekerja dan mesin
yang digunakan untuk memproduksi sejumlah produk, dapat diketahui waktu
menganggur operator (pekerja) dan mesin, memberikan informasi bagi pimpinan
untuk melaksanakan latihan kerja/training para pekerjanya, pekerja dapat mengetahui
waktu yang dihabiskan untuk menghasilkan satu produk, memberikan informasi
dalam pengembangan perusahaan baik dari segi mutu, maupun jumlah produk
(Dharsuky, 2004).
Hasil perhitungan uji t untuk waktu baku pengemasan susu kedelai
menunjukkan bahwa nilai thitung ( 3676,6) ttabel (1,699) berarti bahwa H0 ditolak,
sehingga ada perbedaan waktu penyelesaian antara pengemasan menggunakan
kemasan lama dengan pengemasan menggunakan redesain kemasan. Hal ini sesuai
dengan peryataan Mendenhall (1998) bahwa hipotesis satu (H1) yang tersirat atau
diterima berarti distibusi populasi adalah berbeda. Perhitungan uji t untuk waktu baku
dapat dilihat pada lampiran 7. Perbedaan waktu baku yang sangat nyata ini
disebabkan karena adanya gerakan-gerakan pada proses pengemasan menggunakan
redesain kemasan yang tidak efektif seperti gerakan membuang buih, mengambil
kemasan dan finishing. Menurut Sinaga dan Sembiring (2004) waktu kerja dikatakan
tidak efektif apabila pekerjaan yang dilaksanakan lebih sulit dan membutuhkan waktu
yang lama.
4.2.3 Output Aktual
Suatu stasiun kerja mempunyai output aktual berdasarkan atas waktu yang
dimiliki. Semakin pendek waktu baku suatu pekerjaan maka semakin tinggi output
aktualnya. Demikian pula dengan output aktual stasiun kerja pengemasan susu
Stasiun kerja proses pengemasan susu kedelai Output Aktual(unit /jam)
Output Aktual(unit /hari )
Kemasan Lama 129 258Redesain Kemasan 66 132
kedelai ini, waktu baku yang dimiliki menjadi dasar untuk mengetahui output
aktualnya.
Berdasarkan perhitungan output aktual yang ditentukan dalam bentuk jumlah
keluaran (unit) per jam dari tiap operator bagian pengemasan pada Lampiran 5,
didapatkan hasil bahwa output dari operator menunjukkan output aktual pengemasan
susu kedelai menggunakan kemasan lama dan redesain kemasan berubah. Perubahan
yang ada adalah bahwa semakin besar waktu baku proses pengemasan susu kedelai
maka output aktual akan semakin kecil. Lebih jelasnya mengenai hasil perhitungan
output aktual tesebut dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Output Aktual Pengemasan Susu Kedelai Kemasan Lama dan RedesainKemasan
Tabel 9 menjelaskan bahwa pada stasiun kerja pengemasan menggunakan
kemasan lama output aktual yang didapatkan sebesar 129 unit/jam atau 258 unit/hari.
Pada stasiun kerja pengemasan menggunakan redesain kemasan output aktual yang
didapatkan sebesar 66 unit/jam atau 132 unit/hari. Hal tersebut berarti terjadi
penurunan output aktual sebesar 126 unit/ hari apabila dilakukan redesain kemasan.
Hasil perhitungan uji t untuk output aktual juga membuktikan bahwa thitung
(2227,4) ttabel (1,699), yang berarti bahwa ada perbedaan pengemasan menggunakan
kemasan lama dengan pengemasan menggunakan redesain kemasan, yaitu output
aktual pengemasan susu kedelai menggunakan kemasan lama lebih besar daripada
Stasiun kerja proses pengemasan susu kedelai Efisiensi kerja ( % )
Kemasan Lama 86
Redesain Kemasan 44
pengemasan susu kedelai menggunakan redesain kemasan. Keadaan ini menyebabkan
pekerjaan pada stasiun kerja pengemasan menggunakan redesain kemasan menjadi
lebih lama, hal ini dikarenakan waktu baku yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan lama. Pada penelitian Utomo (2006) diperoleh output aktual sesudah
perbaikan lebih besar daripada output aktual sebelum perbaikan. Peningkatan output
aktual tersebut dapat dicapai karena suatu proses berjalan dengan lancar tanpa adanya
penumpukan bahan yang berlebihan. Perbedaan hasil output aktual dengan penelitian
Utomo disebabkan karena gerakan kerja antara kemasan lama dan redesain kemasan
berbeda sedangkan pada penelitian Utomo sama. Perhitungan uji t untuk output
aktual dapat dilihat pada lampiran 7.
4.3 Efisiensi Kerja
Output aktual yang didapatkan berpengaruh terhadap besarnya nilai dari
efisiensi kerja suatu operator. Berdasarkan perhitungan efisiensi kerja yang terdapat
pada Lampiran 6, dapat diketahui besarnya tingkat efisiensi kerja masing-masing
proses pengemasan susu kedelai baik kemasan lama dan redesain kemasan
selanjutnya nilai dari efisiensi kerja dapat dilihat pada Tabel 8 di bawah ini.
Tabel 8 Efisiensi Kerja Pengemasan Susu Kedelai Kemasan Lama dan RedesainKemasan
Pada kemasan lama efisiensi kerja yang didapatkan sebesar 86 % sedangkan
pada redesain kemasan sebesar 44 %. Tabel diatas menunjukkan bahwa tingkat
efisiensi kerja pengemasan susu kedelai mengalami penurunan sebesar 42 %. Hal ini
didukung dengan kenaikan waktu baku operator pengemasan menggunakan redesain
kemasan, sehingga kecepatan kerja juga menurun yang akhirnya dapat menurunkan
output aktual yang dihasilkan.
Hasil uji t untuk efisiensi kerja proses pengemasan membuktikan bahwa thitung
(1484,9) ttabel (1,699), yang berarti ada perbedaan pengemasan susu kedelai
menggunakan kemasan lama dengan redesain kemasan, yaitu efisiensi kerja
pengemasan menggunakan kemasan lama lebih besar daripada pengemasan
menggunakan redesain kemasan. Efisiensi merupakan kemampuan untuk
menjalankan tugas dengan baik dan tepat (dengan tidak membuang waktu, tenaga dan
biaya) (Syamsi, 2004). Perhitungan uji t untuk efisiensi kerja dapat dilihat pada
Lampiran 7
Dari data tersebut maka dapat dikatakan bahwa pengemasan susu kedelai
menggunakan kemasan lama lebih efisien dibandingkan dengan redesain kemasan.
Menurut Wignjosoebroto (1992) suatu pekerjaan dikatakan diselesaikan secara
efisien apabila persentase dari efisiensi kerja paling besar dan waktu penyelesaian
yang berlangsung paling singkat. Keunggulan redesain kemasan adalah tampilannya
menarik, praktis langsung siap diminum, tidak mudah pecah, dan keterangan pada
kemasan lengkap. Menurut Mujiarto (2005) kemasan yang menarik adalah kemasan
yang tidak hanya berfungsi sebagai pelindung bahan tetapi yang dapat memikat
konsumen untuk membeli. Oleh karena itu meskipun efisiensi dari redesain kemasan
lebih kecil dibandingkan kemasan lama tetapi karena keunggulan tersebut dapat
menarik konsumen untuk membeli susu kedelai dengan redesain kemasan.
4.4 Usulan Perbaikan Proses Pengemasan Redesain Kemasan
Adanya perbedaan yang sangat nyata dari waktu baku pada pengemasan susu
kedelai, maka perlu dilakukan upaya perbaikan untuk mengurangi waktu siklus yang
terpakai oleh pekerja pada pengemasan susu kedelai khususnya pada redesain
kemasan. Identifikasi sebab dan akibat dari lamanya waktu penyelesaian pengemasan
susu kedelai menggunakan redesain kemasan dicantumkan dalam bentuk diagram
tulang ikan pada Gambar 10 .
Operator
Kurva belajar
Gerakan kerja
finishing
Membuang buih
Waktu pengemasanyang terlalu lama
Tata letak fasilitas
Gambar 10. Diagram Sebab Akibat (Tulang Ikan) Waktu PengemasanMenggunakan Redesain Kemasan
Pada Gambar 10 dapat dilihat bahwa penyebab waktu pengemasan terlalu
lama karena faktor operator terutama kurva belajar. Pelatihan kerja pada proses
pengemasan menggunakan redesain kemasan dilakukan tiga hari dan tiap hari
dilakukan tiga kali pengamatan. Berdasarkan kurva belajar pada Gambar 9 dapat
dilihat bahwa waktu pelatihan hanya tiga hari sehingga kemampuan operator
menghasilkan produk kurang dapat dilihat. Kemungkinan kemampuan operator dalam
menghasilkan produk pada hari keempat bisa bertambah bisa juga menurun. Oleh
karena itu diusulkan untuk menambah satu hari lagi untuk melatih operator dalam
mengemas susu kedelai menggunakan redesain kemasan.
Faktor lain yang menyebabkan waktu penyelesaian proses pengemasan susu
kedelai menjadi lama adalah tata letak fasilitas. Tata letak fasilitas proses
pengemasan menggunakan redesain kemasan pada Gambar 6 masih kurang tepat
terutama dalam penempatan alat dan bahan yang masih terlalu jauh dari operator.
Contoh penempatan alat dan bahan yang kurang tepat adalah penempatan susu
kedelai, penempatan sealer, dan penempatan keranjang. Oleh sebab itu perlunya
perbaikan terhadap tata letak fasilitas proses pengemasan menggunakan redesain
kemasan. Fasilitas yang ada pada stasiun kerja proses pengemasan menggunakan
redesain kemasan sama yang membedakan hanya penempatan alat dan bahannya saja.
Tata letak stasiun kerja proses pengemasan usulan perbaikan dicantumkan dalam
Gambar 11.
1,87 m
1,87 m
4
1m8
2
4 4
6
15
7
3
Keterangan:Meja berukuran 1,87m x 1m
1. Cup2. Tempat Label3. Piring (membuang buih), sendok, gelas tuang4. Susu kedelai5. Sealer6. Keranjang7. Operator pengemas8. Pewarna susu kedelai
Gambar 11 Tata Letak Stasiun Kerja Pengemasan Susu Kedelai Usulan Perbaikan
Penyebab lain waktu pengemasan menjadi lama yaitu gerakan kerja. Pada
pengemasan susu kedelai menggunakan redesain kemasan banyaknya elemen kerja
delapan buah yaitu: mengambil kemasan, menuangkan susu kedelai, membuang buih,
memberi tutup, membawa ke sealer, penyegelan dengan sealer, finishing, dan
memasukkan ke keranjang. Dengan waktu siklus penyelesaian pekerjaan 40,32 detik.
Pada pengemasan susu kedelai menggunakan redesain kemasan masih ada gerakan
kerja yang tidak efektif. Oleh karena itu dilakukan usulan perbaikan gerakan kerja
khususnya pada proses pengemasan menggunakan redesain kemasan. Usulan
perbaikan gerakan kerja pada pengemasan menggunakan redesain kemasan dilakukan
dengan menghilangkan beberapa elemen kerja serta alternatif elemen kerja lain yang
dapat mempercepat waktu kerja. Usulan perbaikan gerakan kerja tersebut meliputi:
1. Kemasan dalam keadaan tengkurap yang sebelumnya dalam keadaan melumah
sehingga kemungkinan waktu mengambil kemasan lebih cepat serta menjaga
kemasan dalam keadaan steril.
2. Menghilangkan gerakan kerja membuang buih karena buih pada susu kedelai
termasuk jenis buih berukuran kecil yang lama kelamaan akan hilang dengan
sendirinya. Buih muncul pada saat susu kedelai dituangkan pada kemasan.
Teknik pembuangan buih dapat dilakukan dengan cara susu kedelai dituang
dalam keadaan cup kemasan sedikit miring dan menyentuh dinding kemasan.
Menurut Martati dan Nisa (2004) buih adalah gelembung gas yang terdispersi
pada fase cair. Buih pada susu kedelai timbul akibat protein yang terdenaturasi.
Buih juga dapat timbul karena adanya pengadukan (saat diaduk udara luar
terperangkap). Buih yang berukuran kecil lebih cepat pecah karena adanya
perbedaan tekanan pada dalam dan luar buih.
3. Menghilangkan gerakan kerja finishing atau pengguntingan pinggir tutup yang
diartikan tutup tidak perlu dirapikan. Tutup yang dipakai adalah tutup yang
sudah siap pakai yang berbentuk kotak.
PETA TANGAN KANAN DAN TANGAN KIRIPekerjaan : Mengemas Susu KedelaiNomor peta : 2Dipetakan oleh : Etty CarolinaTanggal dipetakan : 11 Januari 2008
Tangan
Kiri
Jarak
(cm)
Simbol Simbol Jarak
(cm)
Tangan
Kanan
Mengambil
kemasan
50 RE,G,M D - Menganggur
Menempatkan
kemasan
- H,P RE,G,M
P,U,M,RL
20 Menuangkan
susu kedelai
Mengambil
tutup
20 RE,G,M R - Menganggur
Meletakkan
di atas kemasan
- H,P H,P - Meletakkan
di atas kemasan
Meletakkan
ke sealing
60 M,RL M,RL 60 Meletakkan
ke sealing
Menganggur - R H,P,U,RL - Penyegelan
dengan sealer
Memasukkan
ke keranjang
40 RE,G I,RE,G,M
RL
- Memegang
sparepart
Total 130 120
Perubahan gerakan kerja pada usulan perbaikan mengakibatkan urutan gerakan
kerja proses pengemasan susu kedelai juga berubah. Analisis gerakan kerja proses
pengemasan dicantumkan dalam bentuk Peta Tangan Kanan dan Tangan kiri. Peta
Tangan Kanan dan Tangan Kiri Usulan Perbaikan dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12 Peta Tangan Kanan dan Tangan Kiri Pengemasan Susu KedelaiMenggunakan Redesain Kemasan Usulan Perbaikan
Usulan perbaikan ini hanya sebatas usulan untuk memperbaiki metode kerja
proses pengemasan susu kedelai menggunakan redesain kemasan dan belum
diujicobakan. Perbaikan metode kerja dilakukan untuk meningkatkan kapasitas
produksi dari suatu operasi, mengurangi biaya operasi serta memperbaiki kualitas
produk yang dihasilkan itu sendiri (Gaither,1992). Dengan adanya perbaikan metode
kerja diharapkan waktu baku yang diperoleh lebih kecil. Menurut Dharsuky (2004)
gerakan-gerakan yang tidak efektif atau yang tidak produktif dapat dikurangi atau
dapat dihilangkan sehingga diperoleh penghematan waktu kerja yang selanjutnya
dapat menghemat pemakaian sarana yang tersedia untuk jenis pekerjaan tersebut.
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis terhadap pengemasan susu kedelai di Industri Mikro “RISA”
maka dapat disimpulkan bahwa waktu baku yang diperoleh untuk kemasan lama
sebesar 28,06 detik dan redesain kemasan sebesar 54,91 detik. Dari waktu baku
didapatkan output aktual untuk kemasan lama sebesar 258 uniti/hari dan redesain
kemasan 132 unit/hari. Efisiensi kerja yang diperoleh untuk kemasan lama sebesar
86%, redesain kemasan sebesar 44%.
Perhitungan uji t membuktikan bahwa thitung>ttabel yang berarti ada perbedaan
waktu baku, output aktual, dan efisiensi kerja antara pengemasan menggunakan
kemasan lama dengan redesain kemasan. Adanya perbedaan yang begitu nyata
menyebabkan perlu dilakukan upaya perbaikan terhadap operator, tata letak fasilitas
dan gerakan kerja.
5.2 Saran
Perlunya dikaji usulan perbaikan terhadap operator, tata letak fasilitas dan
gerakan kerja pada proses pengemasan susu kedelai di Unit Usaha Susu Kedelai
“RISA” sehingga dapat meningkatkan output aktual yang dihasilkan serta efisiensi
kerjanya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 1997. Departemen Keuangan Republik Indonesia DirektoratJenderal Bea Dan Cukai.http://id.bc1497.pdf. Tanggal akses 27 November2007
__________, 2004. Susu Kedelai.htttp://id..indomedia.com/bpost/102004/kalteng/kalteng2.html. Tanggalakses 31 Oktober 2007
__________, 2006. UHT Processing.http://id.foodsci.uoguelph.ca/dairyedu/uht.html. Tanggal akses 24 Oktober2007
__________a, 2007. Menciptakan Peluang Bisnis Baru Bagi industri UKM.http://id.fgdexpo.com/asp/fgd_2nd.asp?expo. Tanggal akses 31 Oktober2007
__________b, 2007. Packaging and Labelling.http://id.wikipedia.org/wiki/Packaging_and_Labelling. Tanggal akses 24Oktober 2007
__________c, 2007. 10 Tips Pengemasan Produk.http://id.wirausaha.com/pemasaran_n_periklanan/257-10-tips-pengemasan-produk-html. Tanggal akses 31 Oktober 2007
Atmoko, N.D.S, 2006. Analisis Nilai Pada Redesain Kemasan Susu KedelaiRISA. Skripsi Jurusan TIP FTP UB. Malang
Barnes, R. M. 1980. Motion and Time Study Design and Measurement of Work.John Wiley and Sons. New York
Ciptani, M. K. 2001. Peningkatan produktivitas dan efisiensi biaya melaluiIntegrasi Time & Motion Study dan Activity-based costing. JurnalAkuntansi dan Keuangan Universitas Kristen Petra. 3(1). Hal. 30-50
Dharsuky, A. 2004. Perhitungan Waktu Baku Menggunakan Motion And TimeStudy. Jurnal e-USU Repository. Universitas Sumatera Utara
Fellows, P. 2000. Food Processing Technology Principles and Practise. WoodheadPublishing Limited. England
Gaither, N. 1990. Production and Operations Management: Manufacturing andNon manufacturing. Fourth Edition. McGraw Hill Publishing Company.Singapore
Hubeis. 1997. Food Packaging Technology. Blackwell Publishing. New York
Koeswara, S.S. 1992. Modern Food Microbiology.Chap Man and Hall. New York
Madyana, A.M. 1996. Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi. UniversitasAtmajaya. Yogyakarta
Martati, E. dan Nisa, F.C. 2004. Diktat Kuliah Sifat Fisik Kimia Pangan. FTP UB.Malang
Mendenhall, W dan James E. R. 1988. Statistik Untuk Manajemen dan Ekonomi.Erlangga. Jakarta
Mujiarto, Imam. 2005. Sifat dan Karakteristik Plastik. Traksi Vol 3 No 2.Semarang
Niebel, B. W. 1993. Motion and Time Study. D B Taraporelava Sons and Co PrivaeLtd. Bombay
Nurminah, M. 2002. Penelitian Sifat Berbagai Bahan Kemasan Plastik danKertas Serta Pengaruhnya Terhadap Bahan Yang Dikemas. USUDigital Library
Schroeder, G.R. 1994.Manajemen Operasi: Pengambilan Keputusan dalamFungsi Operasi (alih bahasa oleh tim penerjemah Penerbit erlangga).Erlangga. Jakarta
Sinaga, T.S dan Sembiring, M.T. 2004. Work Sampling:Studi Kasus Pekerjaan Bertender pada Sebuah Cafe. USU Digital Library
Soekarno, 1991. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Rajawali Pers. Jakarta
Soekartawi,1993. Risiko dan Ketidakpastian Dalam Agribisnis. RajaGrafindoPersada. Jakarta
Sutalaksana,I.Z., Anggawisastra,R., Tjakraataja, J.H. 1979. Teknik Tata CaraKerja. Jurusan Teknik Industri ITB. Bandung
Suyitno dan Kamarijani, 1996. Dasar-dasar Pengemasan. Rineka Cipta. Jakarta
Syamsi, I. 2004. Efisiensi,Sistem,dan Prosedur Kerja. Bumi Aksara. Jakarta
Utomo, A.W.B. 2006. Perbaikan Tata Letak Fasilitas Pengemasan Permen.Skripsi Jurusan TIP FTP UB. Malang
Wetik, J.L. 1983. Penelitian Kerja dan Pengukuran Kerja. Erlangga. Jakarta
Wignjosoebroto, S. 1992. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. GunaWidya. Surabaya
_______________. 2003. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu: Teknik AnalisisUntuk Peningkatan Produktivitas Kerja. Guna Widya. Surabaya
Redesain KemasanSub Group I Sub Group II Sub Group III
PengukuranKe
Waktu(detik)
PengukuranKe
Waktu(detik)
PengukuranKe
Waktu(detik)
12345678910
40,4040,4440,4840,3240,5140,4140,4940,3240,5540,60
11121314151617181920
40,6040,5240,5740,4640,4440,4940,3540,3840,4140,35
21222324252627282930
40,3240,4340,4240,4440,4440,6040,5740,5340,6040,58
404,52 404,57 404,93Waktu
rata-rata 40,45Waktu
rata-rata 40,45Waktu
rata-rata 40,49
Kemasan LamaSub Group I Sub Group II Sub Group III
PengukuranKe
Waktu(detik)
PengukuranKe
Waktu(detik)
PengukuranKe
Waktu(detik)
12345678910
20,6820,6320,6820,8020,6320,7720,7720,6120,5420,77
11121314151617181920
20,7220,6320,6120,6220,8020,5820,8120,5420,8120,80
21222324252627282930
20,8120,6220,6320,5820,6120,7320,5820,7120,5820,56
206,88 206,92 206,41Waktu
rata-rata 20,68Waktu
rata-rata 20,69Waktu
rata-rata 20,64
Lampiran 1. Data Pengukuran Waktu Pengemasan Pada Stasiun Kerja Pengemasan
Susu Kedelai
2⎤2⎞⎛⎢ 40 N∑⎜ x⎟∑ x⎥N '⎢⎢
∑ x
⎡ 40 3012822,26− (620,212 )⎤
⎥⎦⎢⎣⎣⎦
Lampiran 2.
Uji Keseragaman Data dan Kecukupan Data
Uji Keseragaman Data dan Kecukupan Data Kemasan Lama
X rata-rata = 20,67
0,2479
29
=0,09
x = 0,05
BK = 20,67 (0,053)
BKA = 20,82
BKB = 20,52
⎡
⎢⎥⎢⎥
⎝⎠⎥⎥
2
6=⎢⎥
2
=1
N` N⇒ data mencukupi
2⎤2⎞⎛⎢ 40 N∑⎜ x⎟∑ x⎥N '⎢⎢
∑ x
⎡ 40 30 49128,39− (1214,022 )⎤
⎥⎦⎢⎣⎣⎦
Lampiran 2 (Lanjutan)
Uji Keseragaman Data dan Kecukupan Data Redesain Kemasan
X rata-rata = 40,46
0,2402
29
=0,09
x = 0,05
BK = 40,46 (0,053)
BKA = 40,61
BKB = 40,31
⎡
⎝⎠⎥⎥
⎢⎥⎢⎥
2
=⎢⎥
2
=1
N` N⇒ data mencukupi
Lampiran 3. Perhitungan Waktu Baku
Stasiun kerja pengemasan susu kedelai kemasan lama
Waktu siklus (Ws)
Ws ∑ X N
=620, 21
30= 20,67
Waktu Normal (Wn)
Waktu normal (Wn) = Ws x p = 20,67 x 1,09 = 22,53 detik
Waktu Baku (Wb)
Waktu baku (Wb) = Wn 100%100%− %kelonggaran
= 22,53 100%100%− 19,7%
= 28,06 detik
Stasiun kerja pengemasan susu kedelai redesain kemasan
Waktu siklus (Ws)
Ws ∑ X N
=1214,02
30= 40,46
Waktu Normal (Wn)
Waktu normal (Wn) = Ws x p = 40,46 x 1,09 = 44,10 detik
Lampiran 3 (Lanjutan)
Waktu Baku (Wb)
Waktu baku (Wb) = Wn 100%100%− %kelonggaran
= 44,10 100%100%− 19,7%
= 54,91 detik
Selisih kenaikan waktu pengemasan susu kedelai kemasan lama dengan redesain
kemasan
Waktu siklus (Ws)
Ws = 40,46 - 20,67 = 19,79 detik
Waktu normal (Wn)
Wn = 44,10 - 22,53 = 21,57 detik
Waktu baku (Wb)
Wb = 54,91 - 28,06 = 26,85 detik
No Faktor-faktor yang berpengaruh Kelonggaran (%)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Tenaga yang diabaikan :Dapat diabaikanSikap kerja:DudukGerakan kerja:NormalKelelahan mata:Pandangan yang hampir terus-menerusKeadaan temperatur tempat kerja:NormalKeadaan atmosfer:CukupKeadaan lingkungan yang baik:Siklus kerja berulang-ulang antara 5-10 detik
6
0,7
0
6
4
2
1
Jumlah 19,7
Lampiran 4. Faktor Penyesuaian dan Kelonggaran
1. Faktor Penyesuaian
Ketrampilan: Good skill (C1) = +0,06
Usaha : Good (C2) = +0,03
Kondisi kerja: Average (D)
Konsistensi: Average (D)
= 0,00
= 0,00
+ 0,09
Besarnya faktor penyesuaian: 1 + 0,09 = 1,09
2. Kelonggaran
Catatan: operator pengemasan adalah perempuan
⎜⎜⎟ ⎟⎟ = 128,29≈ 129 unit/jam⎞⎛⎞⎛ dtk36001
⎜⎜⎟ ⎟⎟ = 65,56≈ 66 unit/jam⎞⎛⎞⎛ dtk36001
Lampiran 5. Perhitungan Output Aktual
Stasiun kerja pengemasan susu kedelai kemasan lama
Oa⎜⎝ 28,06dtk⎠⎝ 1 jam⎠
= 258 unit/hari (dalam 1 hari = 2 jam kerja)
Stasiun kerja pengemasan susu kedelai redesain kemasan
Oa⎜⎝ 54,91dtk⎠⎝ 1 jam⎠
= 132 unit/hari (dalam 1 hari = 2 jam kerja)
Selisih penurunan output aktual antara kemasan lama dengan redesain kemasan:
Cp 258 unit/hari-132 unit/hari
= 126 unit/hari
Lampiran 6. Perhitungan Efisiensi Kerja
Stasiun kerja pengemasan susu kedelai kemasan lama
Ef 129 unit / jam 150unit / jam
100% 86%
Stasiun kerja pengemasan susu kedelai redesain kemasan
Ef 66 unit / jam 150unit / jam
100% 44%
Terjadi penurunan efisiensi kerja antara kemasan lama dengan redesain kemasan:
Cp 86% - 44 %
= 42 %
Lampiran 7. Uji t
a. Waktu Baku
Kemasan Lama dengan Redesain Kemasan
Formulasi H0 dan H1
H0 : μ0 = μ1 = 0
H1 : μ0 > μ1
5 %
Pengujian dengan satu sisi
Nilai kritis (t) : + t df n-1
: + t0,05 df 29
: +1,699
Ho ditolak jika t hitung 1,699
Ho diterima jika t hitung≤ 1,699
Tes statistik
t hitung =
=
y−os
n
28,06− 54,910,04
30
= 3676,6
H0 ditolak karena t hitung 1,699
Lampiran 7 (Lanjutan)
b. Output aktual
Kemasan Lama dengan Redesain Kemasan
Formulasi H0 dan H1
H0 : μ0 = μ1 = 0
H1 : μ0 < μ1
5 %
Pengujian dengan satu sisi
Nilai kritis (t) : + t df n-1
: + t0,05 df 29
: +1,699
Ho ditolak jika t hitung 1,699
Ho diterima jika t hitung≤ 1,699
Tes statistik
t hitung =
=
y−os
n
129− 660,04
2
= 2227,4
H0 ditolak karena t hitung 1,699
Lampiran 7 (Lanjutan)
c. Efisiensi Kerja
Kemasan Lama dengan Redesain Kemasan
Formulasi H0 dan H1
H0 : μ0 = μ1 = 0
H1 : μ0 < μ1
5 %
Pengujian dengan satu sisi
Nilai kritis (t) : + t df n-1
: + t0,05 df 29
: +1,699
Ho ditolak jika t hitung 1,699
Ho diterima jika t hitung≤ 1,699
Tes statistik
t hitung =
=
y−os
n
86− 440,04
2
= 1484,9
H0 ditolak karena t hitung 1,699
Faktor Contoh pekerjaan KelonggaranWanita (%)
A. Tenaga yang dikeluarkan1. Dapat diabaikan2. Sangat Ringan3. Ringan4. Sedang
Bekerja dimeja, dudukBekerja dimeja, berdiriMenyekop, ringanMencangkul
0,0-6,06,0-7,57,5-16,016,0-30,0
B. Sikap Kerja1. Duduk2. Berdiri diatas dua kaki3. Berdiri diatas satu kaki4. Berbaring5. Membungkuk
Bekerja duduk, ringanBadan tegak, ditumpu dua kakiSatu kaki mengerjakan alat kontrolPada bagian sisi, belakang/depan badanBadan dibungkukkan
0,00-1,01,0-2,52,5-4,02,5-4,04,0-10
C. Gerakan kerja1. Normal2. Agak terbatas3. Sulit4. Pada anggota badan terbatas5. Seluruh anggota badan terbatas
Ayunan bebas dari paluAyunan terbatas dari paluMembawa beban berat dengan 1 tanganBekerja dng tangan diatas kepalaBekerja dilorong pertambangan yangsempit
00-50-55-1010-15
D. Kelelahan mata1. Pandangan terputus-putus2. Pandangan hampir terus-menerus3. Pandangan terus-menerus dengan
fokus berubah-ubah4. Pandangan terus-menerus dengan
fokus tetap
Membawa alat ukurPekerjaan-pekerjaan yang telitiMemeriksa cacat-cacat pada kain
Pemeriksaan yang sangat teliti
0,0-6,06,0-7,57,5-12,0
12,0-19,0
Lampiran 8 Besarnya Kelonggaran Berdasarkan Faktor-Faktor yang Berpengaruh
Faktor Contoh pekerjaan KelonggaranWanita (%)
E. Keadaan Temperatur Tempat Kerja1. Beku (dibawah 0C)2. Rendah ( 0-13C)3. Sedang (13-22C)4. Nomal (22-28C)5. Tinggi (28-38C)6. Sangat tinggi (diatas -38C)
Diatas 1010-05-00-55-40
diatas 40
F. Keadaan Atmosfer1. Baik
2. Cukup
3. Kurang baik
4. Buruk
Ruang berventilasi baik, udara segarVentilasi kurang baik, ada bau-bauan(tidak berbahaya)Ada debu-debu beracun/tidak beracuntetapi banyakAdanya bau-bauan berbahaya yangmengharuskan menggunakan alat-alatpernafasan
0
0-5
5-10
10-20
G. Keadaan lingkungan yang baik1. Bersih, sehat, cerah, dengan kebisingan rendah2. Siklus kerja berulang-ulang antara 5-10 detik3. Siklus kerja berulang-ulang antara 0-5 detik4. Sangat bising5. Jika faktor-faktor yang berpengaruh dapat menurunkan kwalitas6. Terasa adanya getaran lantai7. Keadaan-keadaan yang luar biasa (bunyi, kebersihan,dll)
00-11-30-50-55-105-15
Tabel 8 Besarnya Kelonggaran Berdasarkan Faktor-Faktor yang Berpengaruh
Sumber: Sutalaksana, 1979
Recommended