View
11
Download
2
Category
Tags:
Preview:
DESCRIPTION
RTH KOTA MEDAN
Citation preview
Seediscussions,stats,andauthorprofilesforthispublicationat:http://www.researchgate.net/publication/273451106
ANALISISKEBUTUHANRUANGTERBUKAHIJAUDIKOTAMEDAN
ARTICLE·MARCH2015
READS
710
9AUTHORS,INCLUDING:
JohansenSilalahi
BalaiPenelitianKehutananAekNauli
6PUBLICATIONS0CITATIONS
SEEPROFILE
AlfonsoHarianja
ForestryResearchandDevelopmentAgency
10PUBLICATIONS0CITATIONS
SEEPROFILE
Availablefrom:JohansenSilalahi
Retrievedon:02October2015
Prosiding Ekspose Hasil Penelitian Tahun 2014 Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli
Medan, 6 Nopember 2014
| 218
ISBN 978-602-19559-7-0
Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan
ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MEDAN
Johansen Silalahi dan Alfonsus H.Harianja Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli
Jl. Raya Parapat Km.10,5, Sibaganding, Parapat, Sumatera Utara 21174 e-mail : johansen_silalahi@yahoo.com, alfonso_hrj@yahoo.com
ABSTRAK
Tujuan tulisan ini adalah untuk memproyeksikan luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Medan berdasarkan tiga ukuran, yaitu: 1). luas wilayah; 2). jumlah penduduk; dan 3). kebutuhan oksigen sampai dengan tahun 2030. Perhitungan kebutuhan oksigen digunakan Metode Kunto. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa luas RTH di Kota Medan belum memadai untuk menjaga keseimbangan ekosistem kota sampai tahun 2030 karena dari analisis didapatkan bahwa luas minimum RTH sesuai dengan luas wilayah adalah 7.953 Ha; sedangkan berdasarkan jumlah penduduk adalah 846,87 ha dan jika berdasarkan konsumsi oksigen adalah sebesar 2.152,86 Ha. Perbaikan ruang yang dapat dilakukan adalah pembangunan RTH baru di pusat-pusat kegiatan kota, jalan raya dan bantaran saluran atau penambahan kerapatan pohon dan stratifikasi tanaman. Kata kunci : Proyeksi, Ruang Terbuka Hijau, Medan, kebutuhan oksigen, Kunto.
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masalah utama di bidang kependudukan dewasa ini adalah urbanisasi dan
pertumbuhan penduduk. Persentase populasi penduduk dunia yang tinggal di
perkotaan hanya sedikit di awal tahun 1800-an, tetapi meningkat menjadi 14 % di
tahun 1990 dan meningkat secara drastis menjadi sekitar 30 % di tahun 1950.
Sekarang lebih dari 50 % penduduk dunia tinggal di kota. Penduduk dunia yang
tinggal di kota diprediksikan mencapai 60 % dari total penduduk dunia pada tahun
2025, dengan pertumbuhan tiga kali lebih cepat daripada pertumbuhan penduduk di
desa (Wu, 2008).
Kota adalah entitas dinamik yang mengalami perkembangan terus menerus.
Pertumbuhan kota akibat urbanisasi menuntut kota untuk terus membangaun
sarana dan prasarana kota untuk melayani warganya. Pembangunan fisik dilakukan
dengan mengubah lanskap alam dan tata ruang wilayah yang berakibat pada
penurunan daya dukung lingkungan dan jasa lingkungan (Bolund & Hunhammar,
1999; Nowak et al., 2007 dan Wu, 2008). Akibatnya, penduduk kota menghadapi
berbagai permasalahan kebutuhan dasar manusia, seperti: sampah, air bersih,
naungan dan sanitasi. Bahkan, beberapa kota menghadapi krisis yang lebih parah
akibat ketidakseimbangan alokasi sumberdaya, seperti fenomena pulau panas,
banjir, kualitas udara dan air yang buruk serta minimnya pasokan air. Akibatnya,
Prosiding Ekspose Hasil Penelitian Tahun 2014
219 | Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan
penduduk kota menghadapi stress lingkungan dan sosial yang berdampak negatif
terhadap fisik dan psikologis warganya (Carreiro, 2008).
Perhatian terhadap peranan hutan kota dan RTH yang berperan dalam
keberlanjutan dan kenyamanan kota meningkat seiring meningkatnya dampak
urbanisasi (Konijnendijk et al., 2005). Hutan kota dan RTH berperan dalam
penyediaan jasa lingkungan. Hutan kota dapat memperbaiki kualitas lingkungan,
meningkatkan kualitas hidup individu dan masyarakat, menyediakan berbagai jasa
lingkungan kepada individu dan masyarakat, menghasilkan lingkungan yang lebih
sehat dan nyaman bagi warganya (Nowak et al., 2001; Joga & Ismaun, 2011). RTH
yang dikelola dengan baik juga dapat menyediakan berbagai keuntungan ekologis
dan mendukung keberlanjutan kota (Nowak et al., 2011). Sebaliknya, penyusutan
RTH atau hutan kota berdampak pada penurunan keseimbangan ekosistem yang
ditandai dengan penurunan kualitas lingkungan perkotaan (Joga & Ismaun, 2011).
Kota akan mengalami pencemaran udara (Yang et al. 2005); peristiwa banjir dan
penggenangan yang berlebih pada musim penghujan dan efek pulau panas (Joga &
Ismaun, 2011).
Kota Medan adalah ibukota Propinsi Sumatera Utara yang terletak pada
3°27’ - 3°47’ LU dan 98°35’ - 98°BT dengan ketinggian 2,5 – 37,5 m di atas
permukaan laut. Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah
Utara, Selatan, Timur dan Barat dan merupakan salah satu dari 30 Daerah Tingkat
II di Sumatera Utara dengan luas 265,10 km². Dari data BPS Kota Medan (2012)
didapatkan jumlah penduduk pada tahun 2011 sebesar 2.117.224 jiwa, sehingga
kepadatan penduduk mencapai 7.987 jiwa/km². Kota ini merupakan pusat
pemerintahan Propinsi Sumatera Utara. Kota Medan beriklim tropis dengan suhu
minimum berkisar antara 22,49°C – 23,97°C dan suhu maksimum berkisar antara
32,15°C – 34,21°C. Hari hujan per bulan adalah 21,50 hari dengan rata-rata curah
hujan per bulan 18,75 - 216,33 mm.
Kota Medan dijadikan lokasi penelitian karena Kota Medan adalah kota
metropolitan baru yang mengalami perkembangan sangat pesat sebagai bagian
koridor pertumbuhan ekonomi nasional bagian barat, sebagai kawasan strategis,
pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat dan juga sebagai pintu gerbang bagi
para wisatawan untuk menuju berbagai objek wisata. Kota Medan mengalami
dampak akibat pembangunan sarana dan prasarana fisik kota yang pesat.
Kurangngya Ruang Terbuka Hijau adalah salah satu dampak yang sangat nyata dan
Johansen Silalahi dan Alfonsus H. Harianja
| 220 Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan
meningkatnya konsumsi energi yang berasal dari fosil yang menyebabkan
lingkungan hidup tercemar. Penelitian ini sangat penting untuk memperkirakan luas
RTH di Kota Medan.
1.2. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperkirakan luas RTH di Kota
Medan berdasarkan tiga ukuran yaitu luas wilayah, jumlah penduduk dan kebutuhan
oksigen untuk respirasi manusia, binatang dan pembakaran bahan bakar oleh
kendaraan bermotor tahun 2030.
II. METODE PENELITIAN
2.1. Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam tulisan merupakan hasil penelitian dengan
menggunakan data sekunder yang meliputi data biofisik berupa luas wilayah, data
jumlah penduduk, dan jumlah kendaraan di Kota Medan yang diperoleh dari Badan
Pusat Statistik (BPS) dan Dinas Pendapatan Kota Medan.
2.2. Analisis Data
Analisis dilakukan untuk menghitung kebutuhan luas RTH dengan
menggunakan tiga parameter, dengan mengambil rujukan pada regulasi
pemerintah. Penggunaan ketiga parameter tersebut dilakukan dengan prosedur
sebagai berikut:
1. Kebutuhan luas RTH berdasarkan luas wilayah.
Luas RTH yang harus dipenuhi oleh sebuah kota berkaitan dengan tata ruang
wilayah diatur dalam UU No 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, yakni minimal
sebesar 30 % dari luas wilayah kota. Bentuk RTH dapat berupa tanaman yang
tumbuh secara alamai ataupun tanaman yang disengaja ditanam baik dimiliki secara
pribadi maupun umum (Pancawati, 2010).
2. Kebutuhan luas RTH berdasarkan jumlah penduduk.
Suatu wilayah kota dengan jumlah penduduk minimum 480.000 jiwa diharuskan
memiliki RTH dengan luas minimal 4,0 m2 per penduduk dalam bentuk hutan kota
sesuai dengan Permen PU No.05/PRT/M/2008 tentang pedoman penyediaan dan
pemanfaatan RTH di kawasan perkotaan (Pancawati, 2010).
3. Kebutuhan luas RTH berdasarkan konsumsi oksigen.
Kota dengan penduduk yang padat dan jumlah kendaraan bermotor dan industri
yang tinggi, maka luasan RTH yang diperlukan harus mampu menyerap polutan.
Prosiding Ekspose Hasil Penelitian Tahun 2014
221 | Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan
Sedangkan kota yang kurang dipengaruhi oleh angin darat dan angin laut tetapi
mempunyai jumlah kendaraan, industri besar, menengah dan kecil sangat banyak,
maka penetapan luasan RTH/hutan kota harus berdasarkan analisis kebutuhan
oksigen. Perhitungan pendekatan pemenuhan kebutuhan oksigen dengan
menggunakan rumus Kunto, 1986 (Bappeda Kota Medan, 2012). Rumus tersebut
adalah sebagai berikut:
L =Σ ai Pi +Σbi Vi + Σ ci Zi
K Dengan :
L = Luas RTH (ha).
ai = Kebutuhan oksigen per orang (kg/jam).
bi = Kebutuhan oksigen per kendaraan berrmotor (kg/jam).
ci = Kebutuhan oksigen per industri (kg/jam).
Pi = Jumlah penduduk.
Vi = Jumlah kendaraan bermotor berbagai jenis.
Zi = Jumlah industri dari berbagai jenis.
K = Konstanta (rataan oksigen yang dihasilkan hutan kota, kg/jam/ha).
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Peruntukan Lahan RTH di Kota Medan.
Peruntukan RTH Kota Medan dapat dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu
untuk ruang publik dan untuk ruang privat. Merujuk data yang dikeluarkan oleh
Bappeda Kota Medan (2012) luas keseluruhan RTH publik adalah sebesar 1.403,84
ha, dengan luasan tertinggi disumbangkan oleh sungai dan sempadannya (59,86
%); sedangkan luas RTH privat adalah sebesar 11.547,76 ha, dengan luasan
tertinggi disumbangkan oleh tanah kosong (26,08 %). Rincian peruntukan lahan
untuk RTH publik dan privat di Kota Medan berdasarkan hasil interpretasi peta citra
Kota medan tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Peruntukan lahan RTH Kota Medan Tahun 2011.
PUBLIK LUAS (HA) PRIVATE LUAS (HA)
% (Ha) % ( Ha)
1. Hutan Lindung
(Bakau)
0,19 % 50,37 1. Belukar 7,68% 2.035,97
2. Lap. Olah raga 0,76 % 201,48 2. Empang 0,48% 127,25
3. Rawa 0,45 % 119,30 3. Kebun 7,45% 1.975,00
4. TPU 0,48 % 127,25 4. Sawah 5,41% 1.434,19
5. Danau 0,15 % 39,77 5. Tambak 4,38% 1.134,63
6. Sungai 3,17 % 840,37 6. Tanah 11,36% 3.011,54
Johansen Silalahi dan Alfonsus H. Harianja
| 222 Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan
Kosong
7. Taman Kota 0,095 % 25,32 7. Ladang 6.90% 1.829,19
JUMLAH 1.403,84 JUMLAH 11.547,76
Keterangan *) = persentase terhadap luas wilayah.
3.2. Proyeksi Kebutuhan RTH Berdasarkan Luas Wilayah di Kota Medan
Kota Medan secara administratif terdiri atas 21 kecamatan, yang terluas
adalah Kecamatan Medan Labuhan dengan luas 3.667 ha, sedangkan yang luasnya
paling kecil adalah Medan Maimun dengan luas 298 Ha. Sesuai dengan UU No. 26
tahun 2007 yang menyebutkan kebutuhan RTH masing-masing wilayah adalah 30
% dari keseluruhan luas wilayah, maka luas RTH yang dibutuhkan dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Kebutuhan RTH Berdasarkan UU No 26 tahun 2007.
No. Kecamatan
Luas
Kecamatan
(Ha)
Persentase
(%)
Kebutuhan RTH
berdasarkan Luas
Wilayah (Ha)*
1 Medan Tuntungan 2.068 7,80 620.4
2 Medan Johor 1.458 5,50 437.4
3 Medan Amplas 1.119 4,22 335.7
4 Medan Denai 905 3,41 271.5
5 Medan Area 552 2,08 165.6
6 Medan Kota 527 1,99 158.1
7 Medan Maimun 298 1,12 89.4
8 Medan Polonia 901 3,40 270.3
9 Medan Baru 584 2,20 175.2
10 Medan Selayang 1.281 4,83 384.3
11 Medan Sunggal 1.544 5,82 463.2
12 Medan Helvetia 1.316 4,96 394.8
13 Medan Petisah 682 2,57 204.6
14 Medan Barat 533 2,01 159.9
15 Medan Timur 776 2,93 232.8
16 Medan Perjuangan 409 1,54 122.7
Prosiding Ekspose Hasil Penelitian Tahun 2014
223 | Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan
17 Medan Tembung 799 3,01 239.7
18 Medan Deli 2.084 7,86 625.2
19 Medan Labuhan 3.667 13,83 1100.1
20 Medan Marelan 2.382 8,99 714.6
21 Medan Belawan 2.625 9,90 787.5
Jumlah 26.510 100,00 7.953
Sumber: Data dari Kota Medan Dalam Angka Tahun 2011 (BPS Kota Medan, 2012) diolah
dan * UU No 26 tahun 2007
Berdasarkan UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, proporsi RTH
pada wilayah perkotaan paling sedikit 30 % dari luas wilayah kota, yang terdiri dari
20 % ruang terbuka hijau publik dan 10 % ruang terbuka hijau privat. Oleh karena
itu pemerintah kota tetap berkewajiban untuk menyediakan RTH publik sebesar 20
% dari luas wilayah kota dan menjamin ketersediaan 10 % ruang terbuka hijau
privat. Jika hasil perhitungan dengan menggunakan metode sesuai dengan
karakteristik kota menyatakan lebih kecil dari 30 %, maka kebutuhan RTH yang
digunakan tetap 30 %, sedangkan jika hasil perhitungan lebih besar dari 30 %
maka angka tersebut yang dijadikan target pemenuhan luas RTH. Dengan luas Kota
Medan yaitu 26.510 Ha maka luas RTH yang harus dimilki adalah 7.953 ha, dengan
komposisi 20 % RTH publik 5.302 Ha dan 10 % RTH privat yaitu 2.651 Ha. Proporsi
luas 30% merupakan ukuran minimal yang dimaksudkan untuk :
a. Menjamin keseimbangan ekosistem baik keseimbangan sistem hidrologi-
mikroklimat, maupun sistem ekologis lain dalam hal peningkatan ketersediaan
udara bersih dan meningkatkan nilai estetika kota.
b. Mencegah alih fungsi lahan dari area terbuka menjadi area terbangun.
c. Membatasi dan mengantisipasi kemungkinan upaya mengakomodasi kebutuhan
masyarakat dengan alasan pemanfaatan lahan terbuka menjadi terhadap
kebutuhan area untuk hunian dan kegiatan perekonomian .
3.3. Proyeksi Kebutuhan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk.
Pertumbuhan penduduk Kota Medan dari tahun ke tahun mengalami
kecenderungan kenaikan. Pada tahun 2011, penduduk Kota Medan mencapai
2.117.224 jiwa. Dibandingkan dengan hasil Sensus Penduduk tahun 2010, terjadi
pertambahan penduduk sebesar 19.614 jiwa (0,94 %). Dengan luas wilayah 265,10
Johansen Silalahi dan Alfonsus H. Harianja
| 224 Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan
km2, kepadatan penduduk mencapai 7.987 jiwa/km2 (Medan Dalam Angka, 2012).
Kecamatan Medan Perjuangan 22.856 jiwa dan Medan Area sebesar 17.509 jiwa
merupakan kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi. Kepadatan
kedua kecamatan tersebut masing-masing adalah 22.856 jiwa/km2 dan 17.509
penduduk/km2. Kedua kecamatan tersebut merupakan pusat Kota Medan sehingga
penduduk terpusat dan menetap di kedua kecamatan tersebut. Kebutuhan RTH
untuk masing-masing kecamatan berdasarkan jumlah penduduk dari yang terbesar
sampai yang terkecil berturut-turut adalah Medan Deli (68, 01 ha), Medan Helvetia
(58,1 ha), Medan Maimun (15,86 ha) dan Medan Baru (15,83 ha). Kebutuhan RTH
untuk memenuhi kebutuhan fisiologis penduduk Medan pada tahun 2011 adalah
846.87 ha (Tabel 3). Luas ini masih sangat kecil dibandingkan ketersediaan
kawasan bervegetasi di wilayah Medan berupa hutan kota.
Tabel 3. Kebutuhan Hutan Kota berdasarkan Permen PU No.5 Tahun 2008.
No. Kecamatan Luas
Kecamatan
(ha)
Jumlah
Penduduk
Kebutuhan RTH (Ha) Berdasarkan Jumlah
Penduduk*
1 Medan Tuntungan 2.068 81.798 32.72
2 Medan Johor 1.458 125.456 50.18
3 Medan Amplas 1.119 115.543 46.22
4 Medan Denai 905 141.866 56.75
5 Medan Area 552 96.647 38.66
6 Medan Kota 527 72.663 29.07
7 Medan Maimun 298 39.646 15.86
8 Medan Polonia 901 53.384 21.35
9 Medan Baru 584 39.564 15.83
10 Medan Selayang 1.281 99.982 39.99
11 Medan Sunggal 1.544 112.918 45.17
12 Medan Helvetia 1.316 145.239 58.10
13 Medan Petisah 682 61.832 24.73
14 Medan Barat 533 70.881 28.35
15 Medan Timur 776 108.758 43.50
16 Medan Perjuangan 409 93.438 37.38
17 Medan Tembung 799 133.784 53.51
18 Medan Deli 2.084 170.013 68.01
Prosiding Ekspose Hasil Penelitian Tahun 2014
225 | Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan
19 Medan Labuhan 3.667 112.316 44.93
20 Medan Marelan 2.382 145.788 58.32
21 Medan Belawan 2.625 95.663 38.27
Total 26.510 2.117.224 846.87
Sumber: Data dari Kota Medan Dalam Angka Tahun 2011 (BPS Kota Medan, 2012) diolah
dan * Berdasarkan Permen PU No 5 Th 2008.
3.3. Proyeksi Kebutuhan RTH Berdasarkan Konsumsi Oksigen.
Kebutuhan manusia akan oksigen (O2) yang diperoleh dari hasil fotosintesis,
jumlah pohon yang diperlukan untuk menyuplai oksigen bagi 1 juta jiwa orang di
suatu daerah adalah 1.000.000 x 0,5 kg x 1 pohon : 1,2 = 416.667 pohon. Jumlah
pohon ini kemudian di konversikan ke dalam RTH yang harus dibangun (Arda
Dinata, 2005). Berikut adalah perhitungan berdasarkan kebutuhan manusia akan
pohon untuk menyuplai kebutuhan oksigennya berdasarkan klasifikasi kota.
Tabel 4. Perhitungan Luasan RTH Berdasarkan Kebutuhan Akan Oksigen.
No Klasifikasi Kota Jumlah Pohon Luas Kebutuhan RTH (25 m2 /pohon)
1 Kota Kecil 4.66-41.666 116.650 m2 – 1.116.500 m2 (11,7 ha – 117 ha)
2 Kota Sedang 41.666-208.332 117 ha – 521 ha
3 Kota Besar > 208.332 > 521 ha
4 Kota
Metropolitan > 416.664 > 1.041 ha
Sumber : Pedoman Penataan RTH di Perkotaan dalam Bappeda Kota Medan (2012).
Luasan RTH untuk kota dengan penduduk yang padat dan jumlah kendaraan
bermotor dan industri yang tinggi harus sesuai dengan kemampuannya untuk
menyerap polutan. Sedangkan untuk kota yang kurang dipengaruhi oleh angin darat
dan angin laut tetapi jumlah kendaraan, industri besar, menengah dan kecil sangat
banyak, maka penetapan luasan RTH harus berdasarkan analisis kebutuhan
oksigen. Perhitungan pendekatan pemenuhan kebutuhan oksigen dilakukan dengan
menggunakan rumus Kunto, 1986. Dari hasil perhitungan Bappeda (2012),
kebutuhan minimum RTH Kota Medan sampai dengan tahun 2030 adalah sebesar
2.152,86 ha atau 8,12 % dari luas wilayah Kota Medan. Oleh karenanya maka total
kebutuhan RTH kota tetap harus 30 % dari luas wilayah Kota Medan karena dari
perhitungan tersebut, kebutuhan oksigen masih di bawah kebutuhan minimum.
Johansen Silalahi dan Alfonsus H. Harianja
| 226 Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan
Kebutuhan ruang terbuka hijau didasarkan atas jumlah pohon untuk menyuplai
oksigen yang kemudian dikonversikan ke dalam luas RTH yang harus dibangun
untuk Kota Medan sampai dengan tahun 2030 adalah 1.247.220 pohon atau setara
dengan 3.118 ha (11,76 % dari luas wilayah Kota Medan). Karena masih dibawah
kebutuhan minimal maka RTH yang dibutuhkan tetap 30 % dari luas Kota Medan.
Luas RTH minimum sebesar 30 % merupakan ukuran minimum kawasan
bervegetasi untuk menjamin keseimbangan ekosistem kawasan. Keseimbangan
ekosistem yang dipertahankan adalah fungsi hidrologis, iklim mikro, ketersediaan
udara bersih agar dapat terjamin untuk kebutuhan warganya dan penyerapan
karbondioksida. Di samping itu, kawasan bervegatasi dapat meningkatkan nilai
estetika kawasan (Baharudin, 2011).
Dari perhitungan kebutuhan luas RTH berdasarkan jumlah penduduk, luas
wilayah dan kebutuhan oksigen Kota Medan, dapat disimpulkan bahwa luas RTH
sekarang kurang memadai dan harus diperbanyak. Dari Tabel 1 terlihat bahwa RTH
publik hanya tersedia sebesar 1.403,84 ha dan RTH privat sebesar 11.547,76 ha.
Pemerintah Kota Medan harus bergiat membangun RTH baru seperti hutan kota
untuk mencapai amanah regulasi yang berlaku, serta memelihara RTH yang sudah
ada, baik RTH publik maupun privat.
Kebutuhan RTH di Kota Medan berdasarkan konsumsi oksigen sampai
dengan tahun 2030 adalah sebesar 2.152,86 ha atau 8,12 % dari luas wilayah Kota
Medan. Luas ini lebih kecil dibandingkan dengan Padang yang membutuhkan RTH
dengan luas 14.894,61 a (Septriana et al., 2004), ataupun Bogor yang
membutuhkan RTH yang lebih luas lagi yaitu 571.191 ha (Lestari & Jaya, 2005).
Namun, kebutuhan RTH di Kota Medan lebih luas dibandingkan Jayapura, yang
hanya membutuhkan RTH dengan luas 475,36 ha di tahun 2018 (Baharudin, 2011).
Perbedaan ini disebabkan oleh faktor-faktor seperti jumlah penduduk, tingkat
kepadatan penduduk dan tingkat perkembangan ekonomi kota.
Pengembangan RTH dapat dilakukan dengan memberdayakan kawasan
perkantoran, perumahan, rumah ibadah, sekolahan, perguruan tinggi dan lapangan
olah raga untuk dijadikan kawasan bervegetasi (Ardani dan Hanafi, 2013). Lokasi
lain yang dapat diberdayakan sebagai RTH adalah pinggiran jalan raya dan sarana
transportasi. Di sisi lain, bantaran sungai dan saluran irigasi besar dapat juga
dijadikan RTH (Wijayanti, 2003, Septriana et al. 2004 dan Rijal 2008).
Pemberdayaan kawasan tersebut akan meningkatkan luas kawasan RTH. Jenis
Prosiding Ekspose Hasil Penelitian Tahun 2014
227 | Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan
vegetasi yang dianjurkan sebagai tanaman pokok RTH sebaiknya adalah tanaman
jenis pohon. Pohon-pohon memiliki kemampuan menyerap karbondioksida sebanyak
129,92 kg/ha/jam, jauh lebih banyak dibandingkan semak belukar (12,56
kg/ha/jam), padang rumput atau sawah (2,74 kg/ha/jam) untuk luas yang sama
(Baharudin, 2011). Permen PU No. 05/PRT/M/2008 telah menetapkan kriteria jenis-
jenis pohon dan perdu yang dianjurkan untuk ditanam sebagai vegetasi RTH.
Masing-masing jenis vegetasi tersebut dipilih berdasarkan sifat-sifat silvikulturnya
sehingga jenis-jenisnya dapat berbeda sesuai dengan fungsi dan bentuk RTH.
Namun, jika di lokasi-lokasi yang tidak memadai lagi untuk dilakukan
penambahan luas RTH, pemberdayaan RTH dapat dilakukan dengan
penganekaragaman struktur tanaman dengan menambahkan beberapa jenis
tanaman yang menempati stratum tertentu sehingga jumlah stratifikasi vegetasi
bertambah (Rijal 2008). Intensifikasi pemberdayaan RTH juga dapat dilakukan
dengan meningkatkan kepadatan pohon per hektar (Nowak & Crane, 2002; Nowak
et al. 2007).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan.
Luas RTH publik di Kota Medan belum memadai untuk mendukung
keseimbangan dan keberlanjutan ekosistem kota. Luas minimum RTH yang
dibutuhkan untuk menjamin kenyamanan penduduk Kota Medan berdasarkan luas
wilayah adalah 7.953 Ha sedangkan jika berdasarkan jumlah penduduk adalah
sebesar 846,87 Ha. Kebutuhan RTH di Kota Medan berdasarkan konsumsi oksigen
sampai dengan tahun 2030 adalah sebesar 2.152,86 Ha.
4.2. Saran.
Pengembangan RTH harus dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Medan dan
penelitian lebih lanjut tentang pengembangan RTH di Kota Medan berdasarkan
identifikasi luas, lokasi dan persebaran serta bentuknya perlu dilakukan dengan
pemanfaatan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG).
Johansen Silalahi dan Alfonsus H. Harianja
| 228 Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan
DAFTAR PUSTAKA
Ardani, C., Hanafi, TP. 2013. Perkiraan Luas Ruang Terbuka Hijau Untuk Memenuhi Kebutuhan Oksigen di Kota Palangkaraya. J Hutan Tropis Vol.1 No.1 :32-38.
Badan Perencanaan Daerah Kota Medan. 2012. Laporan Draft Rencana Induk Kota Hijau. Medan.
Badan Pusat StatistikKota Medan. 2012. Kota Medan dalam Angka 2012. BPS Medan, Medan.
Baharudin, A. 2011. Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Pada Kawasan Pusat Kota Jayapura. J Bumi Lestari 11 (2): 297-305.
Bolund, P., Hunhammar, S. 1999. Ecosystem Services in Urban Areas. Ecol Econ 29:293-301.
Carreiro, M.M. 2008. Introduction: The Growth of Cities and Urban Forestry. InCarreiro, M.M., Song, Y.C. & Wu,J. (eds). Ecology, Planning and Management of Urban Forest International Perspectives. Springer-Verlag, New York.pp:3-9.
Departemen Pekerjaan Umum (PU). 2008. Permen PU No: 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Dirjen Tata Ruang-Departemen PU, Jakarta.
Fahutan (Fakultas Kehutanan) IPB. 1987. Konsepsi Pengembangan Hutan Kota. Fahutan IPB & Departemen Kehutanan, Jakarta.
Joga, N., Ismaun, I. 2011. RTH 30 % Resolusi (Kota) Hijau. Gramedia, Jakarta. Konijnendijk, C.C., Nilsson, K., Randrup, T.B., & Schipperijn. Introduction. In:
Konijnendijk, C.C., Nilsson, K., Randrup, T.B., & Schipperijn, J.(eds). Urban Forests and Trees. Springer-Verlag, Berlin. pp:1-6.
Kunto, Haryoto. 1986. Semerbak Bunga Di Bandung Raya. Bandung: PT. Granesia. Lestari, R.A., Jaya, I.N.S. 2005. Penggunaan Teknologi Penginderaan Jauh Satelit
dan SIG Untuk Menentukan Luas Hutan Kota: Studi Kasus di Kota Bogor, Jawa Barat. J Manajemen Hutan Tropika 11 (2): 55-69.
Nowak,D.J., Hoehn, R., & Crane, D.E. 2007. Oxygen Production by Urban Trees in The United States. Arboriculture & Urban Forestry 33 (3):220-226.
Nowak D.J., Noble M.H., Sisinni S.M., Dwyer J.F. 2001. People and Trees: Assessing The US Urban Forest Resource. J of Forestry 99:37- 42.
Nowak, J., Crane, D.E. 2002. Carbon Storage and Sequestration by Urban Trees in The USA. Environmental Pollution 116: 381-389.
Pancawati, J. 2010. Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di Kota Tangerang. [tesis]. SPS IPB, Bogor.
Septriana, D., Indarawan, A., Dahlan, E.N., & Jaya, I.N.S. 2004. Prediksi Kebutuhan Hutan Kota Berbasis Oksigen di Kota Padang, Sumatea Barat. J Manajemen Hutan 10 (2):47-57.
Wijayanti, E. 2003. Pengembangan Ruang Terbuka di Purwokerto. [skripsi]. Fahutan IPB, Bogor.
Wu, J. 2008. Toward a Landscape Ecology of Cities – Beyond Building, Trees and Urban Forest. In: Carreiro, M.M., Song, Y.C., & Wu, J. (eds). Ecology, planning and Management of Urban Forest International Perspectives. Springer-Verlag, New York. Pp: 10-28.
Yang, J., Mc.Bride, J., Zhou, J., & Sun, Z. 2005. The Urban Forest in Beijing and Its Role in Air Pollution Reduction. Urban Forest & Urban Greening 3: 65-78.
Recommended