View
15
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
ANALISIS KEMAMPUAN TECHNOLOGICAL PEDAGOGICAL
CONTENT KNOWLEDGE (TPACK) PADA GURU MATEMATIKA
DALAM PENERAPAN METODE DISCOVERY LEARNING DI
SMP NEGERI SE KEC. TUNTANG KAB. SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2020
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
YULIDA ANGGRIAWAN
NIM. 23070160158
PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
TAHUN 2020
i
ii
ANALISIS KEMAMPUAN TECHNOLOGICAL PEDAGOGICAL
CONTENT KNOWLEDGE (TPACK) PADA GURU MATEMATIKA
DALAM PENERAPAN METODE DISCOVERY LEARNING DI
SMP NEGERI SE KEC. TUNTANG KAB. SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2020
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
YULIDA ANGGRIAWAN
NIM. 23070150048
PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
TAHUN 2020
iii
Jaka Siswanta, M. Pd.
Dosen IAIN Salatiga
Persetujuan pembimbing
Hal : Naskah Skripsi
Lampiran : 4 eksemplar
Saudara : Yulida Anggriwan
Kepada,
Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah meneliti dan mengadakan perhatian seperlunya, maka bersama ini kami
kirimkan naskah skripsi saudara/saudari :
Nama : Yulida Anggriawan
NIM : 23070160158
Jurusan : Tadris Matematika
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Judul : ANALISIS KEMAMPUAN TECHNOLOGICAL PEDAGOGICAL
CONTENT KNOWLEDGE (TPACK) PADA GURU MATEMATIKA
DALAM METODE DISCOVERY LEARNING DI SMP NEGERI SE KEC.
TUNTANG KAB. SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2020
Dengan ini kami mohon skripsi saudara/saudari tersebut diatas supaya segera di
munaqosyahkan.
Dengan agar menjadi perhatian.
Wassalamu’alikum Wr. Wb.
Salatiga, 11 Mei 2020
Pembimbing,
Jaka Siswanta, M. Pd.
NIP. 19670121 199903 1 002
iv
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Yulida Anggriawan
NIM : 23070160158
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Prodi : Tadris Matematika (S1)
Judul : ANALISIS KEMAMPUAN TECHNOLOGICAL PEDAGOGICAL
CONTENT KNOWLEDGE (TPACK) PADA GURU MATEMATIKA
DALAM PENERAPAN METODE DISCOVERY LEARNING DI SMP
NEGERI SE KEC. TUNTANG KAB. SEMARANG TAHUN
PELAJARAN 2020
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri.
Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau
diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan
karya ilmiah yang telah lazim. Skripsi ini diperkenankan untuk dipublikasikan pada e-
repository IAIN Salatiga.
Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 11 Mei 2020
Penulis,
Yulida Anggriawan
NIM. 23070160158
vi
MOTTO
فإن مع ٱلعسر يسرا إن مع ٱلعسر يسرا
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya
bersama kesulitan ada kemudahan,” (QS.Al-Insyirah:5-6)
vii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik serta hidayah-Nya. Shalawat serta salam tercurahkan kepada baginda
Nabi Muhammad SAW. Untuk itu skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Kedua orang tua bapak sugiyono dan ibu sri welasih yang tiada hentinya
mendoakan, mendidik, membimbing dan mengasuhku sampai saat ini.
2. Kakek dan nenek yang selalu membuatku semangat dan bisa membuatku
termotivasi untuk menjadi lebih baik.
3. Keluarga besar Generasi Baru Indonesia (GenBI) IAIN Salatiga yang telah
memberikan arti penting dalam bekerjasama dalam tim dan telah
memberikan berbagai pengalaman dan motivasinya.
4. Keluarga besar LPM DinamikA yang telah memberikan pengalaman dalam
melaksanakan tanggung jawab organisasi mahasiswa.
5. Teman seperjuangan (Andi Moh. Abrianto dan Abdul Karim) yang setia
berbagi motivasi pengalaman dan bimbingannya.
6. HMJ Tadris Matematika 2017-2018 yang telah memberikan pengalaman
dalam berorganisasi.
7. Teman-teman Tadris Matematika angkatan tahun 2016 yang tidak bisa saya
sebut satu persatu.
8. Teman-teman KKN posko 7 yang telah memberikan arti penting dalam
kehidupan saya dan telah memberikan berbagai pengalaman dan
motivasinya.
9. Cik Amalia Nur Hayati, S. Ds. yang memberikan dorongan motivasi,
meminjamkam laptop dikala laptop saya rusak, dan menemani observasi.
viii
10. Tim 8 penjuru yang sudah menguatkan ilmu agama saya dan memberikan
doa.
11. Almamater tercintaku IAIN Salatiga yang telah menjadi tempatku menuntut
ilmu yang bermanfaat.
KATA PENGANTAR
ix
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga dalam penyusunan skripsi ini dapat berjalan
dengan lancar. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang kita nantikan syafaatnya kelak di Yaumul Akhir. Segala syukur
penulis panjatkan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi
dengan judul ANALISIS KEMAMPUAN TECHNOLOGICAL
PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (TPACK) PADA GURU
MATEMATIKA DALAM PENERAPAN METODE DISCOVERY LEARNING
DI SMP NEGERI SE KEC. TUNTANG KAB. SEMARANG TAHUN
PELAJARAN 2020.
Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK), kejurusan Tadris Matematika Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis
menyadari bahwa banyak bantuan yang diterima dari berbagai pihak, baik
berupa material maupun spiritual. Dengan berakhirnya skripsi ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Prof. Dr. Mansur, M.Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.
3. Bapak Prof. Dr. Winarno, S.Si, M.Pd selaku Ketua Program Studi
Tadris Matematika IAIN Salatiga.
4. Bapak Jaka Siswanta, M. Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi, yang
telah berkenan secara ikhlas dan sabar meluangkan waktu serta memberi
bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna sejak awal proses
penyusunan dan penulisan hingga terselesaikan skripsi ini.
5. Bapak Muhammad Istiqlal, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik,
yang telah membimbing dari awal hingga akhir sehingga penulis
bisa mengikuti kegiatan akademik dengan lancar.
6. Seluruh Dosen dan Staff IAIN Salatiga yang telah membantu proses
penyusunan Skripsi.
7. Kepala sekolah dan Guru Mata Pelajaran matematika SMP Negeri 1, 2,
3 Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang.
x
8. Seluruh Dosen Program Studi Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, pengetahuan
dan wawasan kepada penulis selama menempuh pendidikan.
Harapan penulis, semoga amal baik yang telah diberikan mendapatkan
balasan berlipat ganda dari Allah SWT. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Salatiga, 11 Mei 2020
Penulis,
Yulida Anggriawan
NIM. 23070160158
xi
ABSTRAK
Anggriawan, Yulida. 2020. ANALISIS KEMAMPUAN TECHNOLOGICAL
PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (TPACK) PADA GURU
MATEMATIKA DALAM PENERAPAN METODE DISCOVERY
LEARNING DI SMP NEGERI SE KEC. TUNTANG KAB.
SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2020. Skripsi, Salatiga: Program
Studi Tadris Matematika, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut
Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : Jaka Siswanta, M.Pd.
Kata Kunci: Analisis Kemampuan, TPACK, Guru Matematika, Discovery
learning.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kemampuan Technological
Pedagogical Content Knowledge (TPACK) pada Guru Matematika dalam
penerapan Metode Discovery Learning Di SMP Negeri Se Kec. Tuntang Kab.
Semarang Tahun Pelajaran 2020, faktor pendukung guru melaksanakan
pembelajaran matematika dalam metode discovery learning dengan menggunakan
TPACK, dan faktor penghambat guru melaksanakan pembelajaran matematika
dalam metode discovery learning dengan menggunakan TPACK.
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan
pendekatan kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini meliputi sumber primer
dan sumber sekunder. Informan dalam penelitian adalah guru matematika di SMP
Negeri se Kecamatan Tuntang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data terdiri dari reduksi
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Sedangkan pengecekan keabsahan
data menggunakan triangulasi sumber dan teknik.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa: (1) kemampuan guru matematika
berdasarkan kinerja dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan TPACK berada
pada kategori sedang dengan tingkat relevansi komponen RPP dengan Standar
Proses. Berdasarkan hasil analisis maka perlu diberikan pembinaan untuk
meningkatkan penguasaan materi TPACK bagi guru. (2) faktor pendukung guru
melaksanakan pembelajaran matematika dalam metode discovery learning dengan
menggunakan TPACK berupa ketersediaan sumber bahan ajar, tuntutan hasil akhir
bukan pada proses pembelajaran, sarana dan prasarana, ketersediaan media, guru
partner, keterampilan serta kreatifitas guru dalam mengelola pembelajaran, dan
kebijakan kepala sekolah yang dapat mendukung implementasi TPACK. (3) faktor
penghambat guru melaksanakan pembelajaran matematika dalam metode discovery
learning dengan menggunakan TPACK dipengaruhi oleh kurangnya kemauan guru
untuk mempersiapkan perangkat pembelajaran matematika, seperti silabus, RPP,
dan lain-lain. Monoton dalam mengajar, menggunakan metode yang biasa-biasa dan
kurang menarik dalam pembelajaran. Kurangnya keinginan guru memikirkan ide
konten kreatif dalam pembelajaran matematika.
xii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR LOGO IAIN.................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ........................................................ v
MOTTO............................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix
ABSTRAK ....................................................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 7
1. Manfaat Teoritis ...................................................................... 7
2. Manfaat Praktis .. ...................................................................... 8
E. Penegasan Istilah ….......................................................................... 8
F. Sistematika Penulisan ...................................................................... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA …........................................................................ 14
A. Landasan Teori ................................................................................. 14
xiii
1. Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK)...... 14
2. Guru Matematika ..................................................................... 18
3. Metode Pembelajaran Discovery learning................................
21
4. Kajian Analisis Kemampuan TPACK ................................... 23
B. Kajian Pustaka ................................................................................ 25
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN...................................................... 28
A. Deskripsi Penelitian.........................................................................
28
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 28
C. Sumber Data .................................................................................. 29
D. Prosedur Pengumpulan Data ......................................................... 30
E. Analisis Data ................................................................................. 32
F. Pengecekan Keabsahan Data ........................................................ 34
BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................................. 36
A. Paparan Data ................................................................................... 36
1 B. Analisis Data ................................................................................... 42
BAB V PENUTUP........................................................................................... 54
A. Kesimpulan ...................................................................................... 55
B. Saran ................................................................................................ 56
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 57
LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................... 60
DAFTAR RIWAYAT HIDUP......................................................................... 61
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Informan Guru SMPN 1, 2, 3 Tuntang ...................................... 36
Tabel 1.2 Data Sarana dan Prasarana ................................................................ 38
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.0 Komponen TPACK ....................................................................... 4
Gambar 2.0 Skema Teknik Analisis Data........................................................ 34
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup .................................................................. 61
Lampiran 2 Daftar Nilai SKK ......................................................................... 62
Lampiran 3 Nota Pembimbing Skripsi ........................................................... 63
Lampiran 4 Surat Permohonan Izin Penelitian ............................................... 64
Lampiran 5 Lembar Konsultasi Skripsi .......................................................... 67
Lampiran 6 Kode Penelitian ........................................................................... 72
Lampiran 7 Instrumen Penelitian ………....................................................... 73
Lampiran 8 Pedoman Wawancara ….............................................................. 75
Lampiran 9 Hasil Wawancara ....................................................................... 76
Lampiran 10 Data Informan …….................................................................... 98
Lampiran 11 Foto-Foto Kegiatan .................................................................... 100
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses pembelajaran memerlukan peran guru dalam menyampaikan
materi dengan baik karena belajar merupakan suatu proses pengembangan
pengetahuan, keterampilan, dan tingkah laku yang baru pada diri seseorang.
Oleh karena itu, guru harus dapat menyampaikan informasi yang
diketahuinya dengan benar dan tepat sasaran, sesuai konten materi yang
benar melalui kegiatan pedagogik yang baik, guru juga harus dapat
mengajarkan materi pelajaran dengan teknologi. Hal ini dikarenakan proses
pengajaran dan pembelajaran saat ini mencerminkan semakin
berkembangnya integrasi antara komputer dan aplikasi teknologi dalam
kurikulum. Pemerintah Indonesia telah banyak memberikan bantuan berupa
penyediaan sarana prasarana kepada guru maupun sekolah dalam upaya
peningkatan kualitas pendidikan guna menyediakan sumber daya manusia
yang handal. Namun pada kenyataannya,masih banyak guru dan sekolah
yang belum memanfaatkan sarana prasarana tersebut. Oleh karena itu
diperlukan cara untuk mengukur kemampuan guru seiring dengan
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat
melalui analisis kemampuan Technological Pedagogical And Content
Knowledge (TPACK).
Al-qur’an juga menganjurkan untuk menganalisis kemampuan diri
dalam proses belajar. Analisis kemampuan yang terkandung dalam Al-qur’an
bermacam-macam, antara lain QS. An-Najm ayat 39 :
2
ن إل ما سعى نس وأن ليس لل
Artinya : “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa
yang telah diusahakannya.”
Shulman (1987), mendefinisikan subjek pengetahuan pengajaran
konten materi sebagai pengetahuan konten dan pedagogik (PCK).
Pengetahuan konten dan pedagogik mengidentifikasi bagian khusus
pengetahuan untuk mengajar. PCK merupakan gabungan konten dan
pedagogik dalam pemahaman tentang bagaimana topik tertentu dan masalah
atau isu-isu yang terorganisir, diwakili dan disesuaikan dengan minat dan
kemampuan peserta didik yang beragam, dan dijelaskan dalam bentuk
instruksi. Pengetahuan konten dan pedagogik adalah kategori yang paling
mudah untuk membedakan pemahaman spesialis konten dari pendidik
(Kocoglu, 2009).
Seiring berjalannya waktu dan peningkatan kebutuhan siswa, guru
bukan hanya harus memiliki kemampuan PCK. Namun, guru harus dapat
mengajarkan materi pelajaran dengan teknologi lebih dari sekedar PCK. Hal
ini dikarenakan proses pengajaran dan pembelajaran saat ini mencerminkan
semakin berkembangnya integrasi antara komputer dan aplikasi teknologi
dalam kurikulum. Ide mengintegrasikan pengetahuan materi pelajaran,
pengajaran atau pembelajaran, dan teknologi telah ada sejak meningkatnya
kebutuhan siswa dalam penggunaan dan kebutuhan belajar dengan teknologi.
Sehubungan dengan itu, pengetahuan tentang teknologi, pedagogik, dan
konten telah menjadi bagian integral dari program pendidikan guru untuk
mempersiapkan calon-calon guru dimana mereka mengajar menggunakan
teknologi dalam pengajaran.
3
Berdasarkan ide Shulman tentang PCK, Mishra dan Koehler (2006)
telah menambahkan teknologi untuk PCK, dan menggambarkan TPCK
sebagai hubungan antara teknologi, pedagogik, dan konten. TPCK adalah
dasar dari pengajaran yang baik dengan teknologi dan membutuhkan
pemahaman tentang representasi konsep menggunakan teknologi; teknik
pedagogis yang menggunakan teknologi dengan cara yang konstruktif untuk
mengajar konten; pengetahuan tentang apa yang membuat konsep sulit atau
mudah dipelajari dan bagaimana teknologi dapat membantu beberapa
masalah yang dihadapi siswa; pengetahuan awal siswa dan teori
epistemologi, dan pengetahuan tentang bagaimana teknologi dapat
digunakan untuk membangun pengetahuan yang ada dan untuk
mengembangkan epistemologi baru atau memperkuat yang lama (Kocoglu,
2009).
Oleh karena itu, guru harus dapat mengintegrasikan teknologi ke
dalam pengajaran mereka. Dibutuhkan sebuah pendekatan yang
memberlakukan mengajar sebagai interaksi antara apa yang guru ketahui dan
bagaimana mereka menerapkan apa yang mereka ketahui dalam keadaan
yang menarik atau konteks dalam ruang kelas mereka. Tidak ada "satu cara
terbaik" untuk mengintegrasikan teknologi ke dalam kurikulum. Sebaliknya,
upaya integrasi harus dirancang dengan kreatif atau terstruktur untuk mata
pelajaran tertentu dan ide-ide penting dalam konteks kelas tertentu (Koehler
dan Mishra, 2009).
4
Gambar 1 : Komponen TPACK
Sumber : www.tpack.org dan Koehler & Mishra (2009:62)
.
Discovery learning merupakan salah satu model pembelajaran yang
tidak asing lagi, discovery learning merupakan metode memahami konsep,
arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada
suatu kesimpulan. Discovery learning adalah strategi pembelajaran yang
cenderung meminta siswa untuk melakukan observasi, eksperimen, atau
tindakan ilmiah hingga mendapatkan kesimpulan dari hasil tindakan ilmiah
tersebut (Saifuddin, 2014:108). Melalui model ini siswa diajak untuk
menemukan sendiri apa yang dipelajari kemudian mengkonstruk
pengetahuan itu dengan memahami maknanya. Dalam model ini guru hanya
sebagai fasilitator. Ciri utama dari model discovery learning adalah; 1)
mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan,
menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan; 2) berpusat pada siswa;
3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan
yang sudah ada.
5
Dengan demikian para pendidik dapat mengetahui keberhasilan
kreativitas peserta didiknya, atau untuk mengetahui siapa diantara para
peserta didiknya yang berhasil atau gagal. Dalam Allah SWT berfirman:
ان ربك هواعلم بمن ضل عن سبيله وهواعلم بالمهتدين Artinya : “Sungguh pendidikmu lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat
dari jalannya dan mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS.
16:125).
Guna dapat menjalankan misi barunya tersebut, guru haruslah benar-
benar memahami kognisi dan berbagai cara yang berbeda dalam belajar.
Guru haruslah pula memahami perkembangan siswa dan berbagai konsep
pedagogik sebaik mereka menguasai materi pembelajaran dan penilaian
alternatif yang digunakannya untuk mengukur hasil belajar siswa. Dengan
demikian, guru harus mampu menempatkan berbagai substansi perbedaan
bahasa dan budaya, gaya belajar, talenta, dan intelegensi sebagai dasar dalam
melaksanakan berbagai strategi pengajaran yang dipilihnya (Abidin, 2009).
Keunikan yang membuat peneliti tertarik meneliti guru SMP Negeri
Kecamatan Tuntang yakni dari guru SMP Negeri Kecamatan Tuntang
terletak pada metode pembelajaran media yang interaktif, yang diharapkan
dapat membantu mendampingi belajar anak. Rancangan media ini
menggunakan program Adobe flash CS6, dan beberapa penunjangnya seperti
Photoshop dan CorelDraw. Masing-masing program yang digunakan
mempunyai keuntungan, dan keunggulan, sehingga diharapkan melalui
rancangan program ini dapat dibuat tampilan-tampilan lebih menarik yang
dapat membuat anak-anak senang dan tertarik untuk belajar matematika dan
menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang menyenangkan. Guru
mengedepankan aspek konten kreatif, pedagogik, dan kemampuan teknologi.
6
Berdasarkan kondisi di atas, pembelajaran haruslah dilaksanakan atas
dasar apa yang diketahui dan dapat dilakukan siswa sebaik bagaimana siswa
berpikir dan belajar untuk menyelaraskan proses belajar dengan performa
yang dibutuhkan sejalan dengan kebutuhan individu siswa. Melihat
kenyataan ini, jelaslah guru harus benar-benar memiliki karakteristik
unggul sehingga ia akan dapat melaksanakan misi barunya dalam proses
pendidikan. Penciptaan guru berkarakteristik unggulan ini haruslah
dilakukan baik pada saat guru menempuh proses pendidikan keguruan
maupun pada saat guru sudah melaksanakan jabatannya sebagai tenaga
pendidik (Abidin, 2009).
Oleh karena itu, penulis mengangkat tema permasalahan mengenai
teknologi pedagogik dan pengetahuan konten, dimana penulis akan
melakukan analisis kemampuan Technological Pedagogical Content
Knowledge (TPACK) terhadap guru matematika Sekolah Menengah Pertama
Negeri di Kecamatan Tuntang pada model pembelajaran Discovery learning.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana Kemampuan Technological Pedagogical Content Knowledge
(TPACK) Pada Guru Matematika SMP Dalam Penerapan Metode
Discovery Learning Di SMP Negeri Se Kec. Tuntang Kab. Semarang
Tahun Pelajaran 2020?
2. Apa Faktor Pendukung Guru Melaksanakan Technological Pedagogical
Content Knowledge (TPACK) Pada Guru Matematika SMP Dalam
7
Penerapan Metode Discovery Learning Di SMP Negeri Se Kec. Tuntang
Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2020?
3. Apa Faktor Penghambat Guru Melaksanakan Technological Pedagogical
Content Knowledge (TPACK) Pada Guru Matematika SMP Dalam
Penerapan Metode Discovery Learning Di SMP Negeri Se Kec. Tuntang
Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2020?
C. Tujuan Penelitian
Berdasaarkan rumusan masalah yang sudah ditemukan, didapatlah
tujuan dari penelitian ini.
1. Menunjukan Kemampuan Technological Pedagogical Content
Knowledge (TPACK) Pada Guru Matematika SMP Dalam Penerapan
Metode Discovery Learning Di SMP Negeri Se Kec. Tuntang Kab.
Semarang Tahun Pelajaran 2020.
2. Mengetahui Faktor Pendukung Guru Melaksanakan Technological
Pedagogical Content Knowledge (TPACK) Pada Guru Matematika SMP
Dalam Penerapan Metode Discovery Learning Di SMP Negeri Se Kec.
Tuntang Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2020.
3. Mengetahui Faktor Penghambat Guru Melaksanakan Technological
Pedagogical Content Knowledge (TPACK) Pada Guru Matematika SMP
Dalam Penerapan Metode Discovery Learning Di SMP Negeri Se Kec.
Tuntang Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2020.
D. Manfaat Penelitian
8
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat,
diantaranya adalah:
1. Manfaat Teoritis
Manfaat penelitian ini bagi peneliti dan pendidik adalah peneliti
dan pendidik dapat lebih memahami mengenai peran penting
kemampuan TPACK dalam proses pembelajaran pada metode
Discovery learning. Sehingga peneliti dan pendidik mengetahui
bagaimana cara atau metode yang tepat dalam memberikan
pembelajaran atau perkuliahan mengenai materi sistem saraf kepada
anak didiknya. Selain itu, para pendidik dapat mengetahui peranan
penting mengenai integrasi teknologi dalam proses kegiatan belajar
mengajar di kelas. Sehingga pendidik bukan hanya memiliki komponen
pengetahuan konten dan pedagogik saja, melainkan harus juga
ditunjang dengan kemampuan dalam mengintegrasikan kedua
komponen tersebut dengan teknologi.
2. Manfaat Praktis
Manfaat penelitian ini bagi sekolah yang menjadi objeknya adalah
sekolah dapat mengetahui kelemahan-kelemahan guru matematika,
sehingga secara tidak langsung sekolah dapat mengevaluasi kinerja guru
matematikanya. Setelah itu, pihak sekolah juga dapat mencari solusi
untuk meningkatkan kinerja guru tersebut berdasarkan hasil penelitian
ini.
E. Penegasan Istilah
9
Agar tidak terjadi kesalahan persepsi dan lebih mengarahkan pembaca
dalam memahami judul skripsi, peneliti merasa perlu menjelaskan beberapa
istilah yang terdapat dalam judul tersebut. Adapun istilah-istilah yang perlu
dijelaskan adalah sebagai berikut :
1. Analisis Kemampuan Technological Pedagogical Content Knowledge
(TPACK)
Kemampuan penerapan TPACK memiliki kerangka dinamis yang
mendeskripsikan pengetahuan yang seharusnya dimiliki oleh guru
matematika saat merancang dan menerapkan kurikulum dan pengajaran,
sambil membimbing siswa mereka dalam berfikir dan belajar dengan
teknologi digital dalam berbagai topik matematika. Dalam TPACK ada
beberapa komponen yang terkait dan mendukung pengetahuan ini yaitu
pengetahuan teknologi (TK), pengetahuan konten (CK), pengetahuan
pedagogik (PK). Menurut kerangka TPACK, penggunaan peralatan
teknologi bukan sekedar guru memiliki akses pada alat tersebut dan
belajar keterampilan bagaimana menggunakannya. Namun guru harus
memikirkan secara seksama tentang potensi teknologi dalam
memecahkan permasalahan pedagogi ketika mendesain pembelajaran.
Hal ini berarti bahwa guru membuat keputusan dalam hal bagaimana
memilih, mengadaptasi, dan menerapkan materi yang sesuai, pedagogi
dan teknologi yang dapat memberikan nilai tambah secara bermakna
terhadap pembelajaran dengan teknologi di kelas, yang mengarah pada
pembelajaran berpusat pada siswa.
Teknologi yang terus berkembang menjadikan pembelajaran dengan
teknologi harus dilakukan oleh guru. Guru harus pandai untuk memililih
10
teknologi apa dan bagaimana yang tepat untuk digunakan dalam
pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran dengan teknologi tidak dapat
diperoleh tanpa guru. Guru berperan penting sebagai agen dan target
perubahan, pendukung, dan pengintegrasi teknologi di kelas (Hsu,
2015:3). Beberapa hasil penelitian menunjukkan hubungan antara
penggunaan teknologi dalam pembelajaran dan kepercayaan mengenai
teknologi. Guru yang menerapkan teknologi dalam pembelajaran
memiliki kepercayaan tentang teknologi. Pengetahuan dan kepercayaan
guru terhadap pembelajaran dengan teknologi menentukan sejauh mana
teknologi akan digunakan dalam pembelajaraan (Herring, Koehler, &
Mishra, 2016: 38-43). Oleh karena itu guru perlu menguasai
pengetahuan tentang teknologi.
Adapun indikator yang mempengaruhi pelaksanaan TPACK dalam
model pembelajaran matematika ialah memikirkan faktor pendukung
pelaksanaan TPACK guna menciptakan konsep pembelajaran
matematika dengan TPACK dengan baik. Disisi lain, juga harus
memikirkan faktor penghambat yang akan terjadi dalam pembelajaran
menggunakan TPACK, untuk meminimalisir resiko tidak tercapainya
konsep pembelajaran matematika dengan TPACK yang di inginkan.
a. Faktor Pendukung Guru Melaksanakan Pembelajaran Matematika
dalam Metode Discovery Learning dengan Menggunakan TPACK
Faktor pendukung dalam pelaksanaan TPACK adalah berupa
ketersediaan sumber bahan ajar, tuntutan hasil akhir bukan pada
proses pembelajaran, fasilitas / sarana dan prasarana, ketersediaan
media, guru partner, keterampilan serta kreatifitas guru dalam
11
mengelola pembelajaran, dan kebijakan kepala sekolah yang dapat
mendukung implementasi TPACK.
b. Faktor Penghambat Guru Melaksanakan Pembelajaran Matematika
dalam Metode Discovery Learning dengan Menggunakan TPACK
Faktor penghambat guru melaksanakan pembelajaran
matematika dalam metode discovery learning dengan menggunakan
TPACK dipengaruhi oleh kurangnya kemauan guru untuk
mempersiapkan perangkat pembelajaran matematika, seperti silabus,
RPP, media, dan lain-lain. Monoton dalam mengajar, menggunakan
metode yang biasa-biasa dan kurang menarik dalam pembelajaran.
Kurangnya keinginan guru memikirkan ide konten kreatif dalam
pembelajaran matematika.
2. Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK)
TPACK adalah sebuah kerangka kerja untuk peneliti dan praktisi
pendidikan, dalam upaya untuk mengemas dan mengembangkan model
pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran melalui proses yang
lebih baik. Pengetahuan teknologi, pedagogi, dan konten/materi
pengetahuan, seyogyanya terkumpul dalam diri seorang guru.
Mishra dan Koehler (2006) tentang TPACK, yaitu kepribadian
yang santun (goodpersonality) yang harus dimiliki seorang
guru. Kenakalan peserta didik, pergaulan bebas, hingga kasus kriminal
yang dilakukan oleh peserta didik, sudah mirip deret hitung yang setiap
tahunnya mengalami "kemajuan" pesat. Oleh karenanya dipelukan
kesadaran kolektif guru dalam mencermati masalah serius ini. Dampak
kemajuan teknologi informasi, pengaruh lingkungan tempat tinggal atau
12
latar belakang keluarga, diyakini sebagai yang paling bertanggungjawab
terhadap merosotnya moral dikalangan belajar. .
3. Guru Matematika
Guru merupakan seseorang yang memiliki peranan penting didalam
dunia pendidikan, yang memiliki tugas dan peran yang sangat mulia.
Selain sebagai pengajar, guru juga bertugas membimbing dan mendidik
para siswa-siswinya di sekolah. Guru adalah orang tua kita di sekolah.
Sebagai seorang pengajar sekaligus pembimbing, guru harus memiliki
kompetensi sebagai guru yang profesional. Kompetensi tersebut antara
lain, kompetensi pedagodik, kepribadian, profesional, dan kompetensi
sosial. Keempat kompetensi tersebut wajib dimiliki dan dipenuhi oleh
seorang guru karena hal tersebut dapat mempengaruhi sukses tidaknya
ia dalam mengajar.
4. Metode Discovery learning
Metode pembelajaran dengan discovery learning menjelaskan
makna kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh guru selama
pembelajaran berlangsung. Setiap guru atau pendidik mempunyai
alasan-alasan mengapa ia melakukan kegiatan dalam pembelajaran
dengan menentukan sikap tertentu. Maka dalam menggunakan metode
discovery learning guru berperan sebagai pembimbing dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif,
sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan
kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan (Sardiman, 2005:145).
Model Discovery learning membiarkan siswa-siswa mengikuti
minat mereka sendiri untuk mencapai kompeten dan kepuasan dari
13
keingintahuan mereka. Guru sebaiknya mendorong siswa untuk
menyelesaikan masalah- masalah mereka sendiri daripada mengajar
mereka dengan jawaban- jawaban guru.
Menurut Bruner (Wicaksono, dkk, 2015: 190) “Discovery learning
bermanfaat dalam; 1) peningkatan potensi intelektual siswa; 2)
perpindahan dari pemberian reward ekstrinsik ke intrinsik; 3)
pembelajaran menyeluruh melalui proses menemukan; 4) alat untuk
melatih memori”.
F . Sistematika Penulisan
Bab I berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah,
Fokus Penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian (manfaat teoretis,
manfaat praktis), penegasan istilah dan bagian akhir pada bab ini yaitu
sistematika penulisan.
Bab II berisi kajian pustaka yang berisikan landasan teori (tela’ah
teoritik terhadap permasalahan) dan kajian pustaka (kajian penelitian
terdahulu)
Bab III yaitu berisi metode penelitian, meliputi jenis penelitian,
deskripsi lokasi dan waktu penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan
data, analisis data, pengecekan keabsahan data.
Bab IV berisi tentang paparan dan analisis data.
Bab V berisikan bagian penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK)
a. Pengertian TPACK
Technological Pedagogical Content Knowledge adalah
pemahaman yang muncul dari interaksi antara pengetahuan konten
(materi), pedagogi, dan teknologi dengan fokus kepada bagaimana
teknologi bisa dibuat dengan khas untuk dihadapkan pada kebutuhan
pedagogis untuk mengajar konten (materi) yang tepat dalam konteks
tertentu. TPACK menggambarkan tentang dasar pengajaran yang
efektif dengan menggunakan teknologi, pemahaman tentang
representasi konsep menggunakan teknologi; penerapan teknik
pedagogis yang menggunakan teknologi dengan cara yang konstruktif
untuk mengajarkan konten; pengetahuan tentang apa yang membuat
konsep sulit atau mudah dipelajari dan bagaimana teknologi dapat
membantu memperbaiki beberapa masalah yang dihadapi siswa,
memahami tentang bagaimana teknologi dapat digunakan untuk
membangun pengetahuan yang ada untuk dikembangkan
epistemologi baru atau memperkuat yang lama (Koehler & Mishra,
2009: 66; Rosyid, 2016: 451).
Koehler & Mishra (2009: 61) menyebut “teaching is a
complicated practice that requires an interweaving of many kinds of
specialized knowledge”. Pernyataan ini dimaksudkan bahwa
15
mengajar adalah contoh dari disiplin ilmu yang tidak terstruktur, yang
mengharuskan guru menerapkan struktur pengetahuan yang
kompleks dalam berbagai kasus dan konteks yang berbeda. Para guru
mempraktekkan keterampilan mereka dalam konteks ruang kelas
yang sangat kompleks dan dinamis sehingga mengharuskan mereka
secara konstan untuk mengubah dan mengembangkan pemahaman
mereka. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pengajaran yang
efektif tergantung pada akses ke pengetahuan yang fleksibel,
terorganisir dengan baik dan terintegrasi dari domain yang berbeda
termasuk pengetahuan tentang pembelajaran siswa, pengetahuan
tentang materi, dan pengetahuan tentang teknologi.
Di lain pihak, seperti kita sadari teknologi informasi dan
komunikasi berkembang dengan sangat cepat dan mulai memasuki
sekolah dengan merata serta anak-anak pun mulai terbiasa
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dalam
kesehariannya maka sudah saatnya guru-guru mulai menerapkan
teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajarannya (Rosyid,
2016: 449).
Terdapat banyak manfaat dalam penggunaan teknologi dalam
pembelajaran. Manfaat teknologi dalam proses pembelajaran yaitu, 1)
bagi siswa meningkatkan perhatian, konsentrasi, motivasi, dan
kemandirian, 2) bagi guru dapat mereduksi penggunaan waktu
penyampaian materi, membuat pengalaman belajar siswa lebih
menyenangkan, mendesain materi lebih menarik, dan mendorong
guru untuk meningkatkan pengetahan dan kemampuan mengenai
16
komputer. Tujuan penggunaan teknologi dalam pembelajaran yaitu
meningkatkan kualitas pembelajaran, kepuasan siswa, penghasilan,
dan kualitas pelayanan (Nasution, 2018: 14).
Kemampuan TPCK sangat penting bagi guru, karena guru harus
mengajarkan materi dengan menarik, salah satunya matematika. Guru
yang mempunyai kemampuan TPCK dapat mengintegrasikan
teknologi dalam proses pembelajaran sesuai dengan materi
pembelajaran dan strategi pembelajaran yang tepat sesuai dengan
karakteristik siswa. Penggunaan teknologi dalam proses
pembelajaran sangat membantu siswa dalam memahami
materi pelajaran, terutama mata pelajaran matematika. Sudah menjadi
pengetahuan umum bahwa materi matematika bersifat abstrak.
Padahal taraf berpikir kognitif siswa sekolah menengah pertama
masih bersifat operasional konkrit. Tugas guru adalah mendesain
pembelajaran matematika yang abstrak menjadi lebih konkrit,
kontekstual, atau lebih realisitis sesuai taraf berpikir siswa. Guru yang
efektif diharapkan dapat memanfaatkan potensi teknologi untuk
mengembangkan pemahaman siswa, menstimulasi ketertarikan dalam
belajar, dan meningkatkan kecakapan matematika siswa (NCTM,
2008).
Dihadapkan pada situasi seperti ini, bagaimanakah guru dapat
mengintegrasikan teknologi ke dalam pengajaran mereka? Koehler &
Mishra (2009: 62) mengungkapkan “there is no “one best way” to
integrate technology into curriculum”. Hal tersebut dapat dipahami
bahwa tidak ada cara terbaik untuk mengintegrasikan teknologi ke
17
dalam kurikulum, namun yang diperlukan adalah pendekatan yang
memperlakukan mengajar sebagai interaksi antara apa yang diketahui
guru dan bagaimana mereka menerapkan apa yang mereka ketahui
dalam situasi atau konteks unik di dalam ruang kelas. Upaya integrasi
harus secara kreatif dirancang untuk materi tertentu dalam konteks
ruang kelas tertentu. Inti dari pengajaran yang baik dengan teknologi
adalah tiga komponen inti: konten, pedagogi, dan teknologi, ditambah
hubungan di antara mereka. Ketiga basis pengetahuan ini membentuk
inti dari kerangka Technological Pedagogical Content Knowledge
(TPACK).
b. Konsep TPACK
Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) adalah
pengetahuan guru tentang bagaimana memfasilitasi pembelajaran
siswa dari konten tertentu melalui pendekatan pedagogik dan
teknologi (Cox & Graham, 2009: 63). TPACK merupakan
pengembangan dari Shulman (1986) yaitu Pedagogical Content
Knowledge (PCK). TPACK dikenal di dalam bidang penelitian
pendidikan sebagai framework (kerangka kerja/kerangka teoritis)
dalam mendesain model pembelajaran dengan mengintegrasikan tiga
aspek utama yaitu teknologi, pedagogi, dan content.
Mishra & Khoehler (2009: 62) menjelaskan bahwa pembelajaran
yang berkualitas membutuhkan pemahaman kompleks yang saling
berhubungan diantara tiga sumber utama pengetahuan yaitu
teknologi, pedagogi, dan konten, serta bagaimana ketiga sumber itu
diterapkan sesuai dengan konteksnya.
18
Ada tujuh variabel yang mempengaruhi TPACK, yaitu
1) Technological Knowledge (TK) adalah pengetahuan tentang
bagaimana mengoperasikan komputer dan perangkat lunak
yang relevan;
2) Pedagogical Knowledge (PK) adalah kemampuan dalam
pengelolaan pembelajaran peserta didik;
3) Content Knowledge (CK) adalah materi subjek pengetahuan
seperti Ilmu Alam, Matematika, bahasa dan lain lain;
4) Technological Content Knowledge (TCK) adalah pengetahuan
tentang bagaiman konten dapat diteliti atau diwakilkan oleh
teknologi seperti menggunakan simulasi komputer untuk
pembelajaran matematika tentang metode discovery learning;
5) Pedagogical Content Knowledge (PCK) adalah pengetahuan
bagaimana cara untuk mewakili dan merumuskan subjek yang
membuatnya dipahami oleh peserta didik;
6) Technological Pedagogical Knowledge (TPK) adalah
pengetahuan tentang bagaimana teknologi dapat memfasilitasi
3 pendekatan pedagogik seperti menggunakan media
pembelajaran presentasi untuk mendukung penjelasan terkait
pembelajaran matematika tentang metode discovery learning;
7) Teknological Pedagogical And Content Knowledge (TPACK)
adalah pengetahuan tentang bagaimana menfasilitasi
pembelajaran peserta didik dari konten terterntu melalui
pendekatan pedagogik dan teknologi.
19
Niess (2012) mendefinisikan level kemampuan mengukur
Technological Pedagocal Content Knowledge (TPACK) guru dapat
dinilai dengan 5 level berbeda dengan menggunakan model Roger
tentang proses keputusan yang inovatif, sebagai berikut:
1. Recognizing (pengetahuan), dimana guru bisa menggunakan
teknologi dan mengenali keselarasan teknologi dengan konten
namun tidak mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran
mereka lakukan.
2. Accepting (persuasi), dimana guru membentuk sikap yang
menguntungkan atau tidak menuju pembelajaran konten
dengan teknologi yang sesuai.
3. Adapting (keputusan), dimana guru terlibat dalam aktivitas
yang mengarahkan pilihan untukmengadopsi atau menolak
belajar matematika dengan teknologi yang sesuai.
4. Exploring (implementasi), dimana guru secara aktif
mengintegrasikan pembelajaran matematika dengan teknologi
yang sesuai.
5. Advancing (konfirmasi), dimana guru mengevaluasi hasil dari
pengambilan keputusan tentang mengintegrasikan
pembelajaran matematika dengan teknologi yang sesuai.
2. Guru Matematika
a. Pengertian Guru
20
Guru sebagai pendidik profesional tentunya diharapkan dapat
menguasai empat kompetensi yang meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor
14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pasal 10 ayat (1), kompetensi
pedagogik adalah kemampuan dalam mengelola peserta didik dan
proses pembelajaran di kelas; kompetensi kepribadian adalah
kemampuan guru untuk bersikap dan berakhlak yang baik serta
menjadi contoh bagi peserta didik; kompetensi sosial adalah
kemampuan guru dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan
warga sekolah dan masyarakat; dan kompetensi profesional adalah
kemampuan dalam menguasai materi pembelajaran. Keempat
kompetensi tersebut perlu untuk terus dikembangkan agar
profesionalitas guru dalam memfasilitas peserta didik untuk belajar
dapat berkembang pula. Dengan berkembangnya profesionalitasnya,
guru tersebut dapat menjadi guru yang bermutu. Guru yang bermutu
adalah guru yang menguasai keempat kompetensi guru dan
profesionalitas dalam memfasilitasi peserta didiknya untuk belajar
(Ridla, 2008).
Dengan adanya kerangka berpikir TPACK ini, guru diharapkan
dapat memanfaatkan teknologi sebagai media pembantu dalam
memfasilitas siswa untuk memahami suatu konten pembelajaran
terutama untuk konten matematika yang bersifat abstrak dan tentunya
tetap mempertimbangkan aspek pedagogis.
b. Pengertian Matematika
21
Matematika adalah suatu bidang ilmu yang merupakan alat
pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan
praktis, yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan
konstruksi, generalitas dan individualitas, serta mempunyai cabang-
cabang antara lain aritmatika, aljabar, geometri dan analisis.
Menurut Ismail (dalam Hamzah dan Mushlisraini, 2014:48)
matematika adalah ilmu yang membahas angka-angka dan
perhitungannya, membahas masalah-masalah numerik, mengenai
kuantitas dan besaran, mempelajari hubungan pola, bentuk dan
struktur, sarana berpikir, kumpulan sistem, struktur, dan alat.
Hamzah dan Mushliraini (2014:47) menyatakan bahwa
pengertian matematika tidak didefinisikan secara mudah dan tepat,
mengingat ada banyak fungsi dan peranan matematika terhadap
bidang studi yang lain. beberapa orang mendefinisikan matematika
berdasarkan struktur matematika, pola pikir matematika,
pemanfaatannya bagi bidang lain, dan sebagainya. Atas dasar
pertimbangan itu maka ada beberapa definisi matematika yaitu:
1) Matematika adalah cabang pengetahuan eksak dan terorganisani.
2) Matematika adalah ilmu tentang keluasan atau pengukuran dan
letak.
3) Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan dan
hubungan- hubungannya.
4) Matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur, dan
hubungan- hubungannya.
22
5) Matematika adalah ilmu deduktif yang tidak menerima
generalisasi yang didasarkan pada observasi (induktif) tetapi
diterima generalisasi yang didasarkan kepada pembuktian
secara deduktif.
6) Matematika adalah ilmu tentang struktur yang terorganisasi
mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang
didefinisikan, ke aksioma atau postulat akhirnya ke dalil
teorema.
7) Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk,
susunan besaran, dan konsep-konsep hubungan lainnya yang
jumlahnya banyak dan terbagi ke dalam tiga bidang yaitu
aljabar, analisis, dan geometri.
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu
pasti yang mempelajari angka, bilangan dan hubungan-
hubungannya. Matematika juga merupakan ilmu pengetahuan yang
memiliki aturan-aturan yang ketat dan terdefinisi dengan baik,
penalaran yang jelas dan sistematis, dan struktur atau keterkaitan
antara konsep yang kuat.
3. Metode Pembelajaran Discovery learning
a. Pengertian Discovery learning
Salah satu perubahan dalam pendidikan yang paling mendasar
adalah perubahan kurikulum dari KTSP menjadi KTSP 2013.
Begitupun dengan model pembelajaran yang cocok digunakan pada
kurikulum 2013 yang berbasis saintifik yaitu salah satunya model
23
discovery learning. Discovery adalah model penemuan, dimana siswa
mencari dan menemukan sendiri pengetahuannya, guru hanya
membimbing siswa.
Discovery learning adalah model pembelajaran yang menuntut
siswa secara aktif melakukan pencarian pengalaman belajar
menggunakan analisis dan pemecahan masalah yang dihadapinya
dengan menemukan dan menyelidiki sendiri. Pengalaman belajar
tersebut bisa dimanfaat dalam kehidupan bermasyarakat siswa. Jadi,
discovery learning merupakan model yang mengarahkan siswa
menemukan konsep melalui berbagai informasi atau data yang
diperoleh melalui pengamatan atau percobaan.
Menurut Agus (2013: 100) discovery learning merupakan
metode pembelajaran yang berbasis penemuan atau discovery
learning adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran
sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang
sebelumnya belum diketahuinya tidak melalui pemberitahuan, namun
ditemukan sendiri.
Menurut Sani (2014: 97-98), discovery learning merupakan
proses dari inkuiri. Discovery learning adalah metode belajar yang
menuntut guru lebih kreatif menciptakan situasi yang membuat
peserta didik belajar aktif dan menemukan pengetahuan sendiri.
Maharani & Hardini (2017: 552), discovery learning adalah
proses pembelajaran yang penyampaian materinya tidak utuh, karena
model discovery learning menuntut siswa terlibat aktif dalam proses
pembelajaran dan menemukan sendiri suatu konsep pembelajaran.
24
Jadi kesimpulan dari beberapa pendapat para ahli tersebut, pada
model discovery learning materi atau bahan pelajaran yang akan
disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk akhirnya akan tetapi
siswa sebagai peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang
ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri
kemudian mengorgansasikan apa yang ingin mereka ketahui dan
mereka pahami dalam suatu bentuk akhir. Makanya, anak harus
berperan aktif di dalam belajar. Peran aktif anak dalam belajara ini
diterapkan melalui cara penemuan, Pada intinya, model discovery
learning ini mengubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan
kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented dimana guru
menjadi pusat informasi menjadi student oriented; siswa mengkaji
subjek dalam pembelajaran. Dengan mengaplikasikan metode
discovery learning secara berulang-ulang dapat meningkatkan
kemampuan penemuan diri individu yang bersangkutan. Model ini
dirancang untuk meningkatkan keaktifan murid yang lebih besar,
berorientasi kepada proses, mengarahkan pada diri sendiri, mencari
sendiri. Dengan demikian, murid lebih banyak melakukan kegiatan
sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan permasalahan
dengan bimbingan maupun tanpa bimbingan guru.
b. Langkah-langkah Pembelajaran
Langkah-langkah pengaplikasian metode Discovery learning:
(1) menentukan tujuan pembelajaran; (2) melakukan identifikasi
karakteristik siswa; (3) menentukan materi pelajaran; (4) menentukan
topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif; (5)
25
mengembangkan bahan-bahan dengan memberikan contoh, ilustrasi,
tugas, dan sebagainya untuk dipelajari siswa; (6) mengatur topik-
topik pelajaran berawal dari yang sederhana ke yang kompleks, dari
yang konkret ke abstrak, dan dari tahap enaktif, ikonik sampai ke
tahap simbolik; serta (7) melakukan penilaian proses dan hasil belajar
siswa.
Menurut Darmadi (2017: 114-117) terdapat prosedur yang harus
digunakan dalam mengaplikasikan model discovery learning, yaitu
(a) stimulation (pemberian rangsangan); (b) problem statement
(identifikasi masalah); (c) data collection (pengumpulan data); (d)
data processing (pengolahan data); (e) verification (pembuktian); dan
(f) generalization (menarik kesimpulan).
4. Kajian Analisis Kemampuan TPACK
Penggunaan teknologi dalam pembelajaran matematika
merupakan suatu keumuman di abad 21 ini. Menurut NCTM (2000),
penggunaan teknologi dalam pembelajaran berpengaruh pada apa yang
diajarkan dan kapan suatu materi pembelajaran muncul di dalam suatu
kurikulum. Oleh karena itu, guru perlu memastikan bahwa penggunaan
teknologi dalam pembelajaran tersebut efektif. Selain itu, guru
seharusnya dapat menggunakan teknologi untuk meningkatkan
kesempatan peserta didik dalam mengonstruk pengetahuannya sendiri
dengan cara memilih atau membuat tugasmatematis yang dapat
mengambil keuntungan dari apa yang teknologi tersebut dapat lakukan
secara baik dan efektif menggambar, memvisualisasi, dan menghitung
26
(NCTM, 2000). Lebih lanjut guru juga perlu memahami kapan
menggunakan teknologi, bagaimana menggunakan teknologi dan dampak
apa yang ditimbulkan dari penggunaan teknologi dalam pembelajaran.
Terakhir, ketika memilih untuk menggunakan teknologi sebagai bagian
dari pembelajaran, guru harus memahami unsur-unsur dan implikasi-
implikasi dari penggunaan teknologi terkait dengan pengajaran,
manajemen, konten (materi), pedadogik, dan teknologi itu sendiri
(Guerrero, 2010). Untuk mewujudkan guru yang demikian, perlu
dikembangkannya profesionalitas guru terkait kompetensi pedagogik dan
kompetensi profesional berdasarkan kerangka TPACK.
Listiawan & Baskoro (2015), melakukan analisis terhadap
kemampuan guru yang bertujuan untuk mengetahui sejauhmana guru
dapat mempresentasikan materi matematika khususnya dalam metode
discovery learning sesuai dengan kerangka TPACK. Hal tersebut
dilatarbelakangi dari penggunaan perangkat lunak (software) dalam
pembelajaran metode discovery learning berdampak positif terhadap
prestasi peserta didik dikarenakan titik, garis, dan bidang dapat
direpresentasikan dengan mudah. Dari uraian sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa pengintegrasian TPACK memberikan dampak yang
positif untuk guru dan peserta didik.
Miller (2009), dalam penelitiannya menyatakan bahwa
penginterasian TPACK mampu meningkatkan kepercayaan diri serta
peningkatan kompetensi konten, pedagogis dan teknologi guru dalam
mendesain pembelajaran.
27
Oleh sebab itu, pola pengembangan kompetensi guru dengan istilah
“TPACK” merupakan sebuah jalan cerdas untuk menjamin terlaksananya
pembelajaran sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi.
Sebelum melakukan program-program pemberdayaan dan
dengembangan kompetensi guru, maka diperlukan sebuah penelitian
untuk mengetahui dan menganalisis kondisi ‘TPACK” guru yang akan
menjadi landasan perumusan kebijakan selanjutnya.
Berdasarkan analisis instrumen TPACK, salah satu faktor yang
mempengaruhi kemampuan TPACK adalah banyaknya pengalaman
belajar yang didapat guru melalui seminar-seminar yang diadakan oleh
pemerintah dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas guru. Sehingga
lamanya pengalaman mengajar tidak berbanding lurus dengan
peningkatan kemampuan TPACK. Hal ini dipengaruhi oleh banyak
faktor, antara lain kesibukan yang menggunung para guru senior,
sehingga menyebabkan para guru senior tidak dapat menyempatkan
waktunya untuk mempelajari hal yang baru, terutama kemajuan-
kemajuan teknologi dalam mendukung proses pengajaran di kelas. Oleh
karena itu, sebagian besar guru senior masih banyak yang menerapkan
metode pembelajaran konvensional. Sebaliknya, para guru yang memiliki
pengalaman mengajar 7-12 tahun masih dapat melakukan transformasi di
dalam kelasnya menggunakan teknologi. Hal ini dikarenakan kesibukan
guru yang memiliki pengalaman mengajar 7-12 tahun, tidak sebanyak
kesibukan yang dimiliki oleh guru yang memiliki pengalaman mengajar
20 tahun atau lebih.
28
B. Kajian Pustaka
Dalam penelitian penulis mengacu pada penelitian yang terdahulu yang
relevan dengan penelitian yang dilakukan. Hasil penelitian Andreas Bayu
Widiantoro (2016), analisis guru dalam mengintegrasikan teknologi ke
pembelajaran melalui pendekatan TPACK (studi kasus SMA Kristen 1
salatiga), penelitian ini bertujuan untuk menganalisis guru dalam
mengintegrasikan teknologi ke pembelajaran di SMA Kristen 1 Salatiga dan
untuk mengetahui tingkat kemampuan guru dalam hal mengintegrasikan
pengetahuan konten, pedagogik, serta teknologi untuk kegiatan
pembelajaran. Penelitian ini menggunakan analisis Technology Pedagogical
Content Knowledge (TPACK), hasil penelitian menunjukkan untuk setiap
kerangka TPACK, komponen Pedagogical Content Knowledge (PCK) dan
komponen Content Knowledge (CK) mendapat rata-rata tertinggi dengan
skor 4,65 dan 4,61 dengan kriteria baik, sedangkan untuk komponen
Technology Knowledge (TK) dan TPACK mendapat rata-rata terendah yaitu
skor 4,24 dan 4,25 dengan kriteria baik. Maka dapat di simpulkan, hasil
penelitian menunjukkan rata-rata keseluruhan kemampuan guru dalam ke
tujuh kerangka TPACK memiliki skor 4,41 dengan kriteria baik. Kesamaan,
penelitian ini memiliki kesamaan dibagian kemampuan guru dalam hal
mengintegrasikan pengetahuan konten, pedagogi, serta teknologi untuk
kegiatan pembelajaran. Perbedaan, penelitian ini fokus pada pengintegrasian
TPACK di studi kasus SMK, dan penulis fokus pada pengintegrasian TPACK
pada pembelajaran metode discovery learning di SMP.
Ruri Innaha (2018), Kemampuan Technological Pedagogical And
Content Knowledge (TPACK) guru IPA di sekolah inklusi SMP Negeri 23
29
Surakarta tahun ajaran 2017–2018, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Kemampuan TPACK (Technological PedagogicalAnd Content Knowledge)
Guru IPA di Sekolah Inklusi SMP Negeri 23 Surakarta Tahun Ajaran
2017/2018. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif , dengan teknik
pengambilan sampel guru dilakukan secara purposive sampling dan
mengambil 3 RPP dari masing-masing guru. Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan didapatkan hasil yaitu kemampuan TPACK guru IPA di
sekolah inklusi SMP Negeri 23 Surakarta 41,7% yang termasuk dalam
kategori kurang baik. Kesamaan, penelitian ini memiliki kesamaan dibagian
untuk mengetahui kemampuan TPACK pada guru SMP. Perbedaan,
penelitian ini fokus pada pengintegrasian TPACK untuk mengetahui
kemampuan TPACK pada guru IPA di SMP, dan penulis fokus pada
pengintegrasian TPACK pada guru matematika dan metode discovery
learning di SMP.
Farikhah (2014), Technological Pedagogical Content Knowledge
(TPACK): sebuah kerangka pengetahuan untuk pembelajaran keterampilan
menulis tujuan dari pemaparan konsep pada paper ini adalah untuk
mendeskripsikan pentingnya pengintegrasian antara kemampuan
pengetahuan konten, pedagogi, dan integrasi teknologi dosen di dalam proses
pembelajaran menulis (writing) di kelas. Kesamaan, penelitian ini memiliki
kesamaan dibagian pentingnya pengintegrasian antara kemampuan
pengetahuan konten, pedagogi, dan integrasi teknologi dalam proses
pembelajaran. Perbedaan, penelitian ini fokus pada pengintegrasian TPACK
pada dosen, pembelajaran menulis dikelas, dan penulis fokus pada
30
pengintegrasian TPACK pada guru SMP dan pembelajaran metode discovery
learning.
Anggraeni, N. (2018), Hubungan antara TISE dengan TPACK Calon
Guru Biologi UNNES. Tantangan calon guru di era digital adalah
mengintegrasikan teknologi ke dalam pembelajaran secara efektif dan
inovatif. Salah satu konsep yang menunjang pembelajaran mengintegrasikan
teknologi adalah Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK).
Technology Integration Self-Efficacy (TISE) ditemukan sebagai salah satu
faktor yang mempengaruhi TPACK. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi dan mendeskripsikan tingkat TISE dan TPACK serta
mengidentifikasi hubungan antara TISE dan TPACK calon guru biologi
UNNES angkatan 2014 dan 2015. Desain penelitian ini adalah deskriptif
kuantitatif. Kesamaan, penelitian ini memiliki kesamaan dibagian
mengintegrasikan teknologi ke dalam pembelajaran secara efektif dan
inovatif dan faktor yang mempengaruhi TPACK. Perbedaan, penelitian ini
fokus untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan tingkat TISE dan TPACK
serta mengidentifikasi hubungan antara TISE dan TPACK calon guru biologi,
dan penulis fokus pada pengintegrasian TPACK pada guru matematika SMP,
pembelajaran metode discovery learning.
Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam
melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang
digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian
terdahulu, penulis tidak menemukan penelitian dengan judul yang sama
seperti judul penelitian penulis. Namun penulis mengangkat beberapa
penelitian sebagai referensi dalam memperkaya bahan kajian pada penelitian
31
penulis. Contoh kesamaan penulis dengan peneliti terdahulu telah di
paparkan diatas, yaitu yang terletak pada pengintegrasian pengetahuan
konten, pedagogi, serta teknologi untuk kegiatan pembelajaran.
Kebaruan dari penelitian ini yang tidak terdapat pada penelitian terdahulu
yaitu terletak pada pengintegrasian kemampuan Technological Pedagogical
Content Knowledge (TPACK) yang teraktualisasi dalam metode Discovery
learning pada pembelajaran matematika.
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
dengan pendekatan kualitatif, yakni jenis penelitian yang berupaya
menggambarkan suatu fenomena sesuai dengan apa yang terjadi dilapangan,
dimana data hasilkan berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati. Adapun data yang dikumpulkan tersebut berupa
kata-kata, dokumen tertulis gambar (Bogdan dan Taylor dalam Lexy J.
Moleong 2005:4). Dengan kata lain metode deskriptif bermaksud untuk
melakukan representasi objektif mengenai gejala-gejala yang terdapat didalam
masalah penelitian. Representasi itu dilakukan dengan mendeskripsikan gejala-
gejala sebagai data atau fakta sebagaimana adanya.
Sementara itu, penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang
ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena
yang ada, baik fenomena alamiah maupun rekayasa manusia.
Adapun tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat
pencandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan sifat
populasi atau daerah tertentu. Penelitian ini digunakan untuk menganalisis
bagaimana kemampuan Technological Pedagogical Content Knowledge
(TPCK) pada guru matematika SMP dalam metode Discovery learning.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapat gambaran dan informasi yang
lebih jelas, lengkap, serta memungkinkan dan mudah bagi peneliti untuk
33
melakukan penelitian observasi. Oleh karena itu, maka penulis menetapkan
lokasi penelitian adalah tempat di mana penelitian akan dilakukan. Dalam hal
ini, lokasi penelitian terletak di tiga Sekolah Menengah Pertama Negeri
(SMPN) se-Kecamatan Tuntang. Pertama, Sekolah Menengah Pertama Negeri
(SMPN) 1 Tuntang, yang terletak di Jl. Jelok-Timo KM, Ngajaran, Kec.
Tuntang, Kab. Semarang, Jawa Tengah. 50773. Kedua, Sekolah Menengah
Pertama Negeri (SMPN) 2 Tuntang, yang terletak di Jl. Mertokusumo,
Candirejo, Kec. Tuntang, Kab. Semarang, Jawa Tengah. 50773. Ketiga,
Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 3 Tuntang, yang terletak di Beran,
Karangtengah, Kec. Tuntang, Kab. Semarang, Jawa Tengah. 50773.
Penelitian ini dilaksanakan terhitung dari perencanaan penelitian,
pelaksanaan penelitian, sampai pembuatan laporan penelitian. Penelitian
dilaksanakan di bulan April 2020.
C. Sumber Data
Menurut Lofland dan Lofland (dalam Lexy J. Moleong 2010:157) sumber
data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan yang
didapat dari informan melalui wawancara, selebihnya adalah data tambahan
seperti dokumen yang tertulis dan terekam. Berkaitan dengan hal itu pada
bagian ini jelas datanya dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data
tertulis, foto dan statistic.
Sedangkan yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subyek
dari mana data dapat diperoleh. Apabila menggunakan wawancara dalam
mengumpulkan datanya maka sumber datanya disebut informan, yaitu orang
yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan baik secara tertulis
maupun lisan. Apabila menggunakan observasi maka sumber datanya adalah
34
berupa benda, gerak, atau proses sesuatu. Apabila menggunakan dokumentasi,
maka dokumen atau catatanlah yang menjadi sumber datanya. Dalam
penelitian ini sumber data primer berupa kata-kata diperoleh dari wawancara
dengan para informan yang telah ditentukan yang meliputi berbagai hal yang
berkaitan dengan kemampuan Technological Pedagogical Content Knowledge
(TPCK) pada guru matematika SMP dalam metode Discovery learning.
Sedangkan sumber data sekunder dalam penelitian ini berupa data kurikulum,
daftar nama informan (guru matematika), profil tiga Sekolah Menengah
Pertama Negeri (SMPN) se-Kecamatan Tuntang, serta foto-foto pendukung.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Pengertian teknik pengumpulan data adalah sebuah teknik atau cara yang
dilakukan oleh peneliti untuk bisa mengumpulkan data yang terkait dengan
permasalahan dari penelitian yang diambilnya.
Menurut Suharsimi Arikunto (2010:265), teknik pengumpulan data adalah
alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya
mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah
olehnya.
Dalam hal pengumpulan data ini, penulis terjun langsung pada objek
penelitian untuk mendapatkan data yang valid, maka peneliti menggunakan
metode sebagai berikut:
1. Metode Observasi
Observasi atau pengamatan dapat diartikan sebagai pengamatan
dan pencatatan secara sistematis yang dilakukan dengan cara bertanya
kepada kepala sekolah dari SMP Negeri Kecamatan Tuntang untuk
35
mendapatkan informasi terkait profil sekolah dan informasi terhadap gejala
yang tampak pada objek penelitian.
Observasi langsung ini dilakukan peneliti untuk mengoptimalkan
data mengenai pelaksanaan metode pembelajaran matematika dengan
menerapkan Technological Pedagogical Content Knowledge (TPCK)
dengan menggunakan metode discovery learning yang dilakukan oleh guru
selama pembelajaran.
2. Metode Wawancara (Interview)
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewees) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan. Dalam hal ini, peneliti menggunakan
wawancara terstruktur, di mana seorang pewawancara menetapkan sendiri
masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan untuk mencari
jawaban atas hipotesis yang disusun dengan ketat.
Dalam melaksanakan teknik wawancara (interview), pewawancara
harus mampu menciptakan hubungan yang baik sehingga informan bersedia
bekerja sama, dan merasa bebas berbicara dan dapat memberikan informasi
yang sebenarnya. Teknik wawancara yang peneliti gunakan adalah secara
terstruktur (tertulis) yaitu dengan menyusun terlebih dahulu beberapa
pertanyaan yang akan disampaikan kepada informan. Hal ini dimaksudkan
agar pembicaraan dalam wawancara lebih terarah dan fokus pada tujuan
yang dimaksud dan menghindari pembicaraan yang terlalu melebar.
Selain itu juga digunakan sebagai patokan umum dan dapat dikembangkan
36
peneliti melalui pertanyaan yang muncul ketika kegiatan wawancara
berlangsung.
Metode wawancara peneliti gunakan untuk menggali data terkait
pelaksanaan pembelajaran matematika menggunakan metode discovery
learning yang diaktualisaikan dalam TPCK. Adapun informannya antara
lain:
a. Guru matematika dari tiga Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN)
se Kecamatan Tuntang, yang masing-masing sekolah ada 2,4,3 guru
matematika sebagai informan. Jadi, total 9 informan untuk menunjang
ke valid-an penelitian ini.
b. Kepala Sekolah tiga Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) se-
Kecamatan Tuntang, untuk mendapatkan informasi tentang profil
sekolah tersebut.
3. Metode Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan dokumentasi
merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan
menganalisis dokumen-dokumen, baik tertulis, gambar, maupun
elektronik. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode
observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil penelitian dari
observasi atau wawancara, akan lebih kredibel dan dapat dipercaya kalau
didukung oleh dokumen-dokumen dari narasumber (Nana Syaodih, 2013:
221).
Melalui metode dokumentasi, peneliti gunakan untuk menggali data
berupa dokumen berdasarkan fokus penelitan yang sudah dirancang peneliti
sebelum penelitian dilaksanakan.
37
E. Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis data deskriptif, yaitu
dengan cara menghimpun data-data faktual dan mendiskripsikan. Data berasal
dari seluruh informasi yang diperoleh dari hasil wawancara serta dokumen-
dokumen melalui beberapa tahap. Setelah pengumpulan data, pencatatan data,
peneliti melakukan analisis interaksi yang terdiri dari reduksi data, penyajian
data dan verifikasi. Analisis dari penelitian ini berlangsung bersama dengan
proses pengumpulan data, maupun dilakukan setelah data data terkumpul.
Menurut Moleong (2002: 103), analisis data adalah proses mengatur urutan
data, mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian
dasar dengan demikian maka data-data yang lebih mudah dibaca dan
disimpulkan.
1. Pengumpulan data
Menggali informasi dan data dari berbagai sumber atau responden.
yaitu dengan wawancara, observasi, analisis dokumen dan foto-foto
kegiatan yang ada.
2. Reduksi data
Dalam reduksi data, data yang diperoleh disortir karena data dari
hasil wawancara merupakan data yang memiliki sifat sangat luas
informasinya bahkan masih mentah (Moleong 2002: 114). Dengan ini
kita akan bisa memilih laporan hasil wawancara yang lebih penting,
jadi bila ada hasil laporan yang dirasa kurang penting bisa dibuang.
Langkah reduksi data melibatkan beberapa tahap. Tahap pertama,
melakukan editing, pengelompokkan, dan meringkas data. Tahap
38
kedua, menyusun kode-kode dan catatan-catatan mengenai berbagai
hal berkaitan dengan data yang sedang diteliti sehingga peneliti dapat
menentukan tema- tema, kelompok-kelompok, dan pola-pola data.
Pada tahap terakhir dari reduksi data adalah menyusun rancangan
konsep-konsep serta penjelasan- penjelasan berkenaan dengan tema,
pola, atau kelompok yang bersangkutan.
3. Penyajian data
Hasil dari pengorganisasian data yang di sajikan secara
sistematis dapat dibentuk dalam sebuah laporan. Bentuk penyajian
laporan berupa diskriptif analitik dan logis yang mengarah pada
kesimpulan. Dalam tahap ini peneliti dituntut untuk melakukan
penefsiran terhadap data dalam wawancara.
4. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
Penarikan kesimpulan menyangkut intepretasi peneliti, yaitu
pengembangan makna dari data yang ditampilkan. Kesimpulan yang
masih kaku senantiasa di verifikasi selama penelitian berlangsung,
sehingga diperoleh kesimpulan yang krediibilitas dan objektifnya
terjamin. Verifikasi bisa berupa pemikiran kembali yang melintas
dalam pikiran peneliti saat mengadakan pencatatan atau bisa berupa
suatu tinjauan ulang terhadap catatan-catatan di lapangan.
39
Gambar 2 : Skema Teknik Analisis Data : Model interaktif (Mattew
Miles dan A.Michael Huberman, 2007: 20)
F. Pengecekan Keabsahan Data
Teknik pemeriksaan keabsahan data digunakan untuk mengecek kebenaran
data yang dihasilkan oleh peneliti sehingga diperoleh data yang valid dan dapat
dipertanggung jawabkan keabsahannya. Teknik pemeriksaan keabsahan yang
digunakan peneliti yaitu triangulasi.
Triangulasi yaitu membandingkan data yang diperoleh dalam wawancara
dengan data observasi, artinya adalah membandingkan apa yang dikatakan
orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi,
membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi dengan apa
yang dikatakan sepanjang waktu, membandingkan hasil wawancara dengan isi
dokumen yang berkaitan. Penelitian ini menggunakan triangulasi teknik
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik
yang berbeda.
40
BAB IV
PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data
1. Data Informan
Sebelum memlilih sekolah ini, peneliti sudah melakukan observasi sekolah
yang menjadi tempat penelitian, agar disaat melakukan penelitian sesuai
dengan konsep yang sudah dirancang peneliti. Jadi, permasalahan-
permasalahan yang ada disekolah ini sudah diketahui peneliti, sehingga
peneliti bisa merumuskan pelaksanaan penelitian ini sesuai perencanaan yang
telah dirancang.
Tabel 4.1 Data Informan Guru Matematika di SMPN 1, 2, 3 Tuntang,
Kab. Semarang, Jawa Tengah.
No Nama TTL Alamat Keterangan
1 Eni Haryati,
S.Pd
Kab.
Semarang,
2 Januari
1967
Jln. Fatmawati
175, RT 11
RW 01
Lopait,
Tuntang
Guru Matematika kelas
VIII & IX (SMP N 1
Tuntang)
2 Elly Supriyani,
S. Pd.
Kab.
Semarang,
2 Mei 1966
Perum Tlogo
Hijau blok A8
Tlogo,
Tuntang
Guru Matematika kelas
VII & IX (SMP N 1
Tuntang)
41
No Nama TTL Alamat Keterangan
3 Erni Ayda, S.
Si, M. Pd.
Kab.
Semarang,
2 Feb 1981
Padaan
Gedangan
Tuntang Kab.
Semarang
Guru Matematika kelas
VII & VIII (SMP N 2
Tuntang)
4 Selamat
Pujiono, S. Pd.
Rembang,
6 Oktober
1963
Perum Telaga
Mukti , Blok E
9-10, Tingkir,
Salatiga.
Guru Matematika kelas
VII & IX (SMP N 2
Tuntang)
5 Trimu’ah, S.
Pd.
Salatiga, 8
April 1971
Argomulyo 2,
Salatiga.
Guru Matematika kelas
VII & IX (SMP N 2
Tuntang)
6 Andri Irawati,
S. Pd.
Salatiga, 19
Juli 1978
Jl. Kalicacing
2, Kemuning,
Salatiga.
Guru Matematika kelas
VII & IX (SMP N 2
Tuntang)
7 Sri Mulyati, S.
Pd.
Kota Baru,
25 Februari
1977
Bringin
RT/RT 01/01,
Kec. Bringin,
Kab.
Semarang
Kepsek dan Guru
Matematika kelas IX
(SMP N 3 Tuntang)
8 Agustinah
Marfu'ah, S.
Pd.
Salatiga,5
Agustus
1967
Jl. Kauman
16f Salatiga
Guru Matematika kelas
VIII & IX (SMP N 3
Tuntang)
42
No Nama TTL Alamat Keterangan
9 Sri Hariyanti,
S. Pd.
Salatiga, 6
April 1970
Jl. Ki Penjawi
II RT 04./XI,
Bancaan Lor,
Salatiga
Guru Matematika kelas
VII & IX (SMP N 3
Tuntang)
2. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana bertujuan untuk mendukung kelancaran, keberhasilan
proses belajar mengajar. Sarana dan prasarana di SMP Negeri Kecamatan
Tuntang yang menjadi faktor pendukung jalannya proses pembelajaran
matematika diantaranya, yaitu gedung sekolah, ruang kelas, white board, meja
dan kursi guru, meja dan kursi siswa, alat peraga matematika, perpustakaan,
dan yang paling penting di era modern seperti ini adalah penerapan teknologi
dalam pembelajaran (Tersedia komputer dan LCD). Tersedianya sarana dan
prasarana di SMP Negeri Kecamatan Tuntang yang memadai, dapat
mendukung proses pembelajaran matematika untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang di inginkan.
Tabel 4.2 Sarana dan prasarana yang mendukung proses
pembelajaran matematika dalam menggunakan teknologi.
a. SMP N 1 Tuntang
No Nama Barang Jumlah
1 LCD 3
2 Komputer 30
3 Alat Peraga 25
b. SMP N 2 Tuntang
43
No Nama Barang Jumlah
1 LCD 7
2 Komputer 30
3 Alat Peraga 25
c. SMP N 3 Tuntang
No Nama Barang Jumlah
1 LCD 4
2 Komputer 30
3 Alat Peraga 25
3. Hasil Wawancara
Hasil penelitian ini diperoleh dengan teknik wawancara dengan informan
sebagai bentuk pencarian data dan dokumentasi langsung dari lapangan yang
kemudian peneliti analisis. Peneliti mengambil sampel dua guru dari sembilan
guru untuk dipaparkan datanya, dari guru yang benar-benar berhasil dan
kurang berhasil dalam menerapkan Technological Pedagogical Content
Knowledge (TPACK) dalam pembelajaran matematika dengan metode
discovey learning.
a. Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK)
Technological Pedagogical Content Knowledge (TPCK) merupakan
pengetahuan yang dibutuhkan oleh guru untuk mengintegrasikan teknologi
ke dalam pengajaran materi tertentu, menjadi suatu paket yang utuh. Guru
harus memiliki pemahaman yang intuitif terhadap interaksi kompleks antara
3 komponen dasar pengetahuan, yaitu PK, CK, dan TK dengan cara
44
mengajarkan materi tertentu menggunakan metode pedagogic dan teknologi
yang sesuai.
Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh dapat diketahui
bahwasanya rata-rata skor TPACK Guru Matematika SMP Negeri di
Kecamatan Tuntang berada pada kriteria baik dengan melihat hasil
penelitian wawancara semua guru matematika SMP se Kecamatan Tuntang
yang rata-rata sudah mampu mengoperasikan teknologi pembelajaran. Hal
ini berarti Guru Matematika SMP Negeri di Kecamatan Tuntang telah
mampu mengaplikasikan TPACK yang dimiliki dengan baik. Namun pada
item membantu kolega dalam memahami cara pengintegrasian pengetahuan
matematika, pengetahuan pedagogik dan pengetahuan teknologi berada
dalam kriteria cukup. Hal ini menunjukan bahwa informan perlu
meningkatkan kesadaran sosialnya khususnya didalam membantu teman
sejawat untuk memahami cara pengintegrasian pengetahuan matematika,
pengetahuan pedagogik dan pengetahuan teknologi.
Meskipun terdapat item yang berada pada kriteria cukup gambaran secara
keseluruhan kemampuan TPACK Guru Matematika SMP Negeri di
Kecamatan Tuntang dapat disimpulkan dengan kategori baik.
b. Guru Matematika
Secara umum, kemampuan guru Matematika SMP Negeri di
Kecamatan Tuntang dalam pengaplikasian keterampilan Technological
Pedagogical Content Knowledge (TPACK) berada pada kriteria baik. Dari
sisi latar belakang pendidikan, guru Matematika SMP Negeri di Kecamatan
Tuntang sebagian besar sudah memenuhi kuaifikasi akademik minimal S1
45
dan juga tidak ada yang berasal dari bidang pendidikan diluar mata
pelajaran yang diampunya, yakni ilmu matematika.
Berdasarkan wawancara masing-masing informan dapat diketahui
bahwa terdapat perbedaan penguasaan komponen-komponen TPACK oleh
masing-masing informan, dimana keterampilan TPACK informan 1 pada
masing-masing komponen lebih tinggi dibandingkan dengan informan 2,
hanya pada komponen pedagogical content knowledge (PCK) dan
technological pedagogical content knowledge (TPACK) masing-masing
informan memiliki tingkat penguasaan yang sama. Hal ini sejalan dengan
kualifikasi pendidikan yang dimiliki oleh masing-masing informan yang
berbeda, sehingga informan 1 tingkat penguasaan pada masing-masing
komponen lebih tinggi dikarenakan kualifikasi pendidikan yang dimiliki
oleh informan 1 yaitu Strata 2.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa peran tenaga pendidik sangat
penting bagi pendidikan di sekolah. Keprofesionalan tenaga pendidik yang
dimiliki sekolah dapat membantu terwujudnya cita-cita dan tujuan
pendidikan nasional, sehingganya sudah selayaknya perbaikan kualitas
pendidikan di Indonesia dimulai dari perbaikan kualitas tenaga pengajar
yang diiringi dengan sarana dan prasarana yang memadahi.
Berdasarkan observasi yang dilakuakan oleh penulis dapat diketahui
bahwa materi ajar yang diberikan pada masing-masing informan berbeda,
meskipun metode pembelajarannya sama yakni pendekatan discovery
learning. Sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan oleh masing-
masing informan, maka informan memilih strategi pembelajaran berupa
46
penayangan slide persentasi, video pembelajaran, adobe flash, alat peraga,
dan lain-lain.
Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan didapatkan beberapa
peserta didik yang menggunakan smartphone miliknya bukan hanya untuk
sarana penunjang dalam memecahkan masalah pada lembar diskusi siswa
yang diberikan oleh guru, namun juga menggunakannya untuk hal-hal
diluar kebutuhan pembelajaran didalam kelas. Hal ini merupakan dampak
dari penggunaan teknologi yang kurang tepat sehingga peserta didik
terganggu fokus dan konsentrasi belajarnya, mengingat jumlah peserta
didik yang cukup banyak dalam setiap kelas sehingga tidak memungkinkan
untuk seorang tenaga pendidik mengawasi satu persatu secara bersamaan.
Dalam kasus ini informan telah melakukan tindakan untuk mengurangi
hal tersebut yaitu dengan membagi kelas menjadi kelompok-kelompok
kecil sehingga lebih mudah dalam mengamati setiap aktifitas peserta didik.
Terganggunya fokus dan konsentrasi belajar peserta didik dapat
disebabkan oleh beberapa faktor yang penulis amati dalam penelitian yaitu
pemilihan kelompok yang tidak homogen sehingga tidak terjalin
komunikasi diskusi yang baik antar kelompok yang menyebabkan
kurangnya pembagian tugas dalam kelompok hingga melemahnya
kepercayaan pada salah satu anggota kelompok yang mengakibatkan saling
mengandalkan satu dengan yang lain dalam satu kelompok, selain itu
pemilihan variasi strategi pembelajaran juga berpengaruh pada fokus dan
konsentrasi peserta didik, jika guru hanya menggunakan satu strategi
belajar dan diulang kembali pada pertemuan-pertemuan selanjutnya maka
hal demikian membuat peserta didik bosan sehingga berkurang fokus dan
47
konsentrasinya. Sebaiknya sebagai tenaga pengajar yang memiliki peran
sangat penting bagi pendidikan sudah seharusnya mengetahui banyak
strategi dan metode dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran tidak
terkesan monoton.
c. Metode Pembelajaran Discovery Learning
Pada pembelajaran pertama menggunakan metode Discovery
learning melalui pembelajaran matematika ini masih terdapat kekurangan
yaitu berupa siswa masih bingung dengan alur pembelajaran dan masih
kesulitan dalam mencari jawaban sendiri walaupun saat siswa sudah
menemukan jawabannya siswa terlihat senang karena menemukan jawaban
mereka sendiri dan merasa bangga. Selanjutnya akan dilaksanakan
pengamatan yang kedua. Pada tahap pembelajarn kedua ini juga ini juga
berisi tahap awal, inti dan penutup. Tahap awal berupa guru mengawali
pembelajaran dengan menunjuk ketua kelas untuk memimpin doa dan
menanyakan keadaan peserta didik. Guru juga menanyakan kesiapan siswa
dalam memulai pembelajaran. Guru juga tidak lupa memotivasi siswa
dalam memulai pembelajaran. Peserta didik menerima informasi tentang
kompetensi dasar yang akan dicapai dan langkah-langkah pembelajaran
yang akan dilaksanakan. Setelah tahap awal atau tahap pendahuluan sudah
selesai dilakukan tahap inti. Tahap inti ini berisi tentang guru membentuk
kelmpok secara acak. Peserta didik diberikan contoh buku soal cerita
matematika. Setelah peserta didik menerima contoh buku soal cerita
peserta didik diberikan persoalan berupa mencari unsur-unsur buku soal
cerita pada contoh buku yang diberikan. Peserta didik mengamati buku
yang diterimanya dan mulai mendiskusikan tentang jawaban dari
48
pertanyaan yang diberikan guru. peserta didik menganalisis dan mulai
membuat hipotesis dari pertanyaan yang di terimanya. Peserta didik juga
mencari informasi-informasi sebagai pendukung dari jawabannya. Setelah
siswa atau perserta didik yakin dengan jawabannya guru menyuruh
perwakilan dari kelompok untuk membacakannya didepan kelas. Setelah
semua perwakilan sudah maju untuk membacakan jawaban mereka
masing-masing guru mengajak siswa untuk membahas jawaban-jawaban
yang sudah di bacakan peserta didik. Tahap akhir adalah tahap penutup.
Guru melakukan refleksi tentang kegiatan yang sudah berlangsung. Guru
menanyakan kepada siswa apakah masih ada pertanyaan jika ada siswa
yang belum paham. Setelah pembelajaran selesai guru menutup
pembelajaran dengan doa dan salam.
Dalam implementasi pembelajaran Discovery learning mempunyai
peluang yaitu membantu peserta didik untuk memperbaiki dan
meningkatkan keterampilan dan proses kognitif dan rasa ingin tahu siswa,
dapat meningkatkan kemampuan siswa memecahkan masalah, strategi ini
memungkinkan peserta didik berkembang dengan cepat dan sesuai dengan
kecepatannya sendiri, meningkatkan kerja sama antar sesama teman, guru
dan siswa yang sama-sama berperan aktif, membantu peserta didik agar
lebih mudah memahami dan mengingat pembelajaran yang di laksanakan,
peserta didik akan lebih berfikir kritas dan coba mencari jawaban sendiri
dengan usahanya sendiri, proses belajar mengajar menjadi lebih
mengasikan dan tidak membosankan, sehingga peserta didik menjadi lebih
antusias, mendorong siswa menjadi lebih aktif, meningkatkan kerjasama
anatar kelompok dan keaktifan dalam kerja kelompok. Peserta didik sangat
49
senang saat sudah menemukan jawaban mereka sendiri. Rasa bangga dan
senang saat jawaban mereka benar. Dengan penelitian yang dilaksanakan
membuat peserta didik dapat menerima pembelajaran secara optimal.
Tantangan Discovery learning juga ditemukan saat pengamatan
implementasi Discovery learning yaitu guru merasa kurang mendekati
masalah yang akan dipecahkan dan adanya kesalah pahaman guru dengan
siswa, menyita banyak waktu. Siswa juga merasa kebingungan pada awal
penelitian pertama saat menggunakan metode Discovery learning. Menyita
pekerjaan guru, tidak semua siswa cepat melakukan penemuan. Dalam hal
ini siswa perlu bimbingan guru untuk merangsang siswa agar menemukan
jawaban atas persoalan yang harus dipecahkan siswa.
Seperti cuplikan dialog antara peneliti dengan guru EA di SMP Negeri 2
Tuntang berikut ini :
Peneliti : “Bagaimana penerapan Technological Pedagogical Content
Knowledge (TPACK) dalam pembelajaran matematika ?”
Guru : “Pada dasarnya pembelajaran berbasis teknologi tersebut sangat
efektif dalam hal meningkatkan hasil belajar peserta didik mas.”
Peneliti : “Bagaimana respon siswa jika penerapan TPACK itu di
aktualisasikan dalam metode pembelajaran discovery learning ?”
Guru : “Siswa biasanya tertarik dengan metode tersebut. Mereka
berdiskusi dan mengerjakan tugas dengan baik dengan fasilitas yang
guru berikan.”
Peneliti : “Apa kendala ibuk ketika dalam proses pembelajaran saat
menerapkan konsep pembelajaran seperti itu ?”
50
Guru : “Persiapan pembelajaran harus tuntas kadang butuh waktu,
sebagian peserta didik perlu bimbingan individual perlu perhatian
khusus, daya serap siswa berbeda-beda perlu strategi tertentu dalam
mengatasinya agar seluruh siswa dapat belajar dengan baik.”
Peneliti : “Media apa yang digunakan ibuk dalam mengimplementasikan
teknologi dalam pembelajaran matematika? Kalau pernah
menggunakan apa?. Terus, bagaimana kesimpulannnya (terkait
respon guru dan siswa) ?”
Guru : “Media yg pernah digunakan menggunakan LCD dan alat peraga.
Respon siswa sangat bagus. Guru lebih bersemangat dalam
mengajar.”
Peneliti : “Dari semua pembelajaran matematika apakah metode yang
menurut ibuk paling efektif diterapkan di siswa ?”
Guru : “Metode yang tidak monoton dan bervariasi. Meski sederhana,
namun dengan metode yang bervariasi akan membuat siswa lebih
tertarik dalam belajar matematika.”
Cuplikan dialog antara peneliti dengan guru ES di SMP Negeri 1 Tuntang
berikut ini :
Peneliti : “Bagaimana penerapan Technological Pedagogical Content
Knowledge (TPCK) dalam pembelajaran matematika ?”
Guru : “Bisa dibilang kurang efektif mas, karena memang dari gurunya
belum begitu melek teknologi. Tapi sebenarnya siswa lebih bisa
memperhatikan dan fokus jika diberikan semacam video aau media
51
presentasi PPT dalam pembelajaran matematika. Saya sudah
mencoba dulu menerapkan TPACK.”
Peneliti : “Bagaimana respon siswa jika penerapan TPACK itu di
aktualisasikan dalam metode pembelajaran discovery learning ?”
Guru : “Untuk sekolah pinggiran sebenarnya menurut saya metode
diskusi seperti discovery learning tidak jalan. Mereka bukan
membahas pelajaran tapi malah membuat cerita yang lain. Mungkin
karena anak-anak kami adalah anak-anak yang pas-pas an. Kalau
mengikuti metode dari pemerintah di sekolah kami tidak bisa jalan.
Anak-anak lebih suka ke praktek mas.”
Peneliti : “Apa kendala ibuk ketika dalam proses pembelajaran saat
menerapkan konsep pembelajaran seperti itu ?”
Guru : “Harus galak. Harus selalu marah-marah. Begitu anak-anak bisa
diam. Tapi diamnya mereka bukan memperhatikan. Diamnya diam
kosong.”
Peneliti : “Media apa yang digunakan ibuk dalam mengimplementasikan
teknologi dalam pembelajaran matematika? Kalau pernah
menggunakan apa?. Terus, bagaimana kesimpulannnya (terkait
respon guru dan siswa) ?”
Guru : “Yaa kalau teknologi seperti LCD ada mas, saya selalu mencoba
satu semester melibatkan teknologi dalam proses pembelajaran, tapi
jujur saya sebagai guru senior belum begitu paham cara
penggunaanya. Jadi, harus ada bimbingan dan pelatihan lebh lanjut
jika ingin sepenuhnya mengimplemetasikan teknologi dalam
pembelajaran matematika. Alat peraga bisa digunakan sepanjang
52
benda-benda yg digunakan sebagai alat peraga ada. Dan anak-anak
bisa lebih memahami.
Peneliti : “Dari semua pembelajaran matematika apakah metode yang
menurut ibuk paling efektif diterapkan di siswa ?”
Guru : “Metode praktek mas, anak-anak lebih suka membuat kerajinan
yang berkaitan dalam pembelajaran matematika. Contoh,
membuat kubus dengan kardus, dan lain-lain.”
Untuk memperkuat paparan data, peneliti menyajikan hasil data
wawancara lengkap dari sembilan informan guru matematika SMP Negeri se
Kecamatan Tuntang di Lampiran 9.
B. Analisis Data
Hal-hal yang akan dianalisis adalah pelaksanaan TPACK dalam
pembelajaran matematika metode discovery learning, faktor pendukung dan faktor
penghambat dalam melaksanakan pembelajaran pada guru matematika di SMP
Negeri Kecamatan Tuntang.
Analisis Kemampuan Technological Pedagogical Content Knowledge
(TPACK) pada Guru Matematika SMP dalam Metode Discovery Learning,
berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi peneliti dapat
mengetahui bahwa aspek Technological Pedagogical Content Knowledge
(TPACK) pembelajaran matematika dalam metode discovery learning di SMP
Negeri se Kecamatan Tuntang sudah terlaksana meskipun belum maksimal. Dari
paparan data dua guru dari sembilan guru yang dijadikan informan, guna
menjadikan parameter keberhasilan dan kegagalan dalam pelaksanaan TPACK
53
di SMP Negeri se Kecamatan Tuntang dalam pembelajaran matematika metode
discovery learning telah dipaparkan peneliti diatas.
Dalam menganalisa hasil penelitian, setiap selesai mendapatkan data
dilapangan seperti hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi peneliti
langsung merangkum, memilih hal-hal yang pokok, membuat kategori dan
memilah data yang kemudian digabungkan pada setiap kategori untuk
mempermudah melakukan pengumpulan data selanjutnya. Dari hasil
wawancara data yang didapat langsung dipilah menjadi empat kategori yaitu
sarana dan prasarana sekolah untuk dilakukan pembelajaran berbasis teknologi,
fasilitas pribadi guru, kemampuan guru menggunakan fasilitas pribadi dan
fasilitas sekolah, penerapan teknologi dalam pembelajaran di kelas. Fasilitas
pribadi guru meliputi laptop pribadi, handphone dengan fitur canggih,
kemahiran guru menggunakan teknologi dalam pembelajaran,sedangkan untuk
fasilitas sekolah meliputi LCD proyektor disetiap kelas, access point yang ada
di sekolah, kecepatan internet disetiap kelas. Wawancara terhadap guru
mendapatkan hasil dengan kategori kemampuan guru menggunakan fasilitas
sekolah, seberapa sering guru menggunakan fasilitas yang dimiliki dalam
pembelajaran, pemanfaatan fasilitas sekolah, peran teknologi dalam pembuatan
materi, pemanfaatan teknologi didalam kelas. Wawancara terhadap kepala
sekolah dan guru matematika mengenai aksebilitas guru menggunakan fasilitas
sekolah, kebijakan sekolah. Kemudian data dari hasil wawancara digabungkan
sesuai kategori untuk mempermudah melakukan pengumpulan data selanjutnya.
Didapatkan data hasil wawancara, peneliti meyimpulkan dan menganalisa
kemampuan guru dalam pelaksanaan Technological Pedagogical Content
Knowledge (TPACK) di SMP Negeri se Kecamatan Tuntang dalam
54
pembelajaran matematika metode discovery learning berbeda setiap guru
disekolah masing-masing.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa TPACK - Content Knowledge guru
matematika SMP se Kecamatan Tuntang berada pada kategori sedang. Katagori
sedang Content Knowledge ini didapatkan dari kemampuan guru dalam
memikirkan ide konten materi masih kurang optimal dan masih perlu bimbingan
dan pelatihan. Hasil TPACK - Technology guru matematika menunjukkan
kategori sedang. Namun, media presentasi yang ditampilkan adalah hasil
modifikasi dari media yang sudah dibuat orang lain. Katagori sedang Technology
ini didapatkan dari kemampuan guru dalam mengimplementasikan teknologi
pembelajaran masih kurang optimal dan masih perlu bimbingan dan pelatihan.
Karena guru kebanyakan membuat media pembelajaran tidak menciptakan dari
nol, tapi hanya merubah dari media yang sudah dibuat orang lain. Sedangkan
TPACK - Pedagogic guru berdasarkan kinerja dalam pelaksanaan pembelajaran
juga berada pada kategori sedang dengan tingkat relevansi komponen RPP
dengan Standar Proses. Katagori sedang Pedagogic ini didapatkan dari
kemampuan guru dalam mengerjakan dan membuat rancangan pembelajaran
yang menarik, dikarenakan guru lebih disibukkan dengan administrasi sekolah
daripada sibuk membuat rancangan pembelajaran yang menarik.
Berdasarkan data di atas maka perlu diberikan pembinaan untuk
meningkatkan penguasaan kemampuan pegetahuan, teknologi, konten bagi guru.
Lalu, pelatihan untuk merancang media presentasi pembelajaran berbasis Ms.
Office Power Point dan lain-lain hasil karya sendiri serta penguatan dalam
merancang RPP berdasarkan karakteristik siswa di sekolah masing-masing.
55
1. Penerapan Kemampuan Technological Pedagogical Content Knowledge
(TPACK) pada Guru Matematika SMP dalam Metode Discovery Learning
Penerapan Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK)
dalam pembelajaran matematika yang diaktualisasikan dalam metode discovery
learning oleh guru pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Persiapan
Guru menentukan tujuan pembelajaran matematika, identifikasi
karakteristik siswa mulai dari kemampuan siswa, minat, gaya belajar,
menyiapkan media presentasi (power point, video) dan sebagainya.
2. Stimulasi
Guru dapat memulai kegiatan belajar dengan mengajukan
pertanyaan, anjuran membaca buku, memperlihatkan media presentasi
yang sudah disiapkan guru, dan aktifitas belajar lainnya yang
mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap
ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat
mengembangkan dan memantu siswa dalam mengeksplorasi bahan.
3. Identifikasi Masalah
Guru mengindentifikasi masalah sumber belajar dan memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin
agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran,
kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis
(jawaban sementara atas pertanyaan masalah).
4. Mengumpulkan Data
Guru membantu siswa mengumpukan dan mengeksplorasi data
yang sudah dirumuskan siswa.
56
5. Pengolahan data
Guru membimbing siswa dalam kegiatan mengolah data dan
informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara,
observasi, dan pengamatan dari media presentasi dari guru berupa PPT
atau video tadi.
6. Pembuktian
Guru membimbing siswa melakukan pemeriksaan secara cermat
untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan
dengan temuan alternatif dan dihubungkan dengan hasil.
7. Menarik Kesimpulan
Guru membimbing siswa merumuskan prinsip dan
mengeneralisasikan hasil penemuanya.
Untuk mengetahui bagaimana kemampuan guru dalam melaksanakan
Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) pembelajaran
matematika dalam metode discovery learning di SMP Negeri Kecamatan
Tuntang, peneliti melakukan observasi wawancara langsung terhadap guru
matematika. Berdasarkan hasil observasi terhadap sembilan orang guru SMP di
Kecamatan Tuntang didapatkan gambaran umum.
Untuk mendapatkan klarifikasi terhadap pelaksanaan pembelajaran yang
dilakukan guru, peneliti melakukan wawancara tentang alasan guru yang tidak
melaksanakan pembelajaran matematika dengan Technological Pedagogical
Content Knowledge (TPACK) dalam metode discovery learning. Berdasarkan
jawaban sebagian besar guru, dijelaskan bahwa guru merasa tidak yakin materi
pembelajaran tidak tersampaikan secara maksimal kepada peserta didik jika
proses pembelajaran dilakukan dengan Technological Pedagogical Content
57
Knowledge (TPACK) dalam metode discovery learning. Selanjutnya guru juga
menyampaikan sebagus apapun proses yang dilakukan dengan Technological
Pedagogical Content Knowledge (TPACK) dalam metode discovery learning,
namun jika peserta didik tidak mendapatkan materi pelajaran secara utuh tetap
saja guru dianggap tidak berhasil dalam mendidik siswa. Seperti cuplikan dialog
antara peneliti dengan guru SP di SMP Negeri 2 Tuntang berikut ini :
Peneliti : “Tadi bapak mengatakan RPP yang bapak rancang sudah pernah
menggunakan TPACK. Kenapa pada pelaksanaan pembelajaran
bapak tidak melaksanakan sesuai RPP?”
Guru : “Pada dasarnya RPP yang kami buat ini hanya untuk memberikan
jawaban kepada pengawas sekolah dari UPTD Pendidikan
Kecamatan Tuntang mas.”
Peneliti : “Maksudnya bagaimana ya pak?”
Guru : “Maksutnya gini mas, RPP ini hanya kepentingan administrasi
sekolah saja, karena yang dituntut dari guru kan bukan proses mas.
Tapi bagaimana siswa dapat memahami seluruh materi yang ada
pada kurikulum. Contohnya begini mas, dulu kami sudah
melaksanakan pembelajaran matematika berbasis TPACK, tapi
pembelajaran matematika berbasis TPACK ini kan menyita banyak
waktu dibanding pembelajaran dengan mata pelajaran yang terpisah-
pisah. Akhirnya materi tidak tersampaikan seluruhnya, sehingga
siswa banyak nilainya yang tidak mencapai KKM. Akhirnya kan
gurunya yang dikatakan tidak profesional dalam mendidik siswa
karena nilai anak banyak yang jelek. Makanya kami kembali
58
melaksanakan dengan mata pelajaran saja supaya materi cepat tuntas
dan tersampaikan secara keseluruhan kepada siswa.”
Peneliti : ”Apa harapan bapak dari pemerintah terkait implementasi
pembelajaran matematika berbasis Technological Pedagogical
Content Knowledge (TPACK) khususnya di metode discovery
learning di SMP ini?”
Guru : “Harapannya ya pemerintah bisa lebih memberi fasilitas terhadap
proses pembelajaran disekolah, terkhusus dibidang teknologi.
Karena di era modern seperti ini kalau kita tidak mengikuti
perkembangan zaman pendidikan indonesia bakal tertinggal.
Kadang guru punya niat mengajar dengan berbasis teknologi, sudah
menyiapkan konten dan lai-lain tapi fasilitas belum memenuhi. Tapi
alhamdulillah mas, meskipun disekolah ini hanya ada projektor LCD
saya bisa memanfaatkan dengan optimal, contoh saya buatkan media
presentasi Power Point, dan media Flash. Tapi, kadang guru itu
melaksanakan pembelajaran menyesuaikan dengan tuntutan
kelulusan siswa, bukan tuntutan prosesnya. Karena sekali lagi yang
dinilai dari kinerja kami adalah hasil belajar siswa mas, bukan
proses siswa belajar.
Jawaban yang hampir sama juga peneliti dapatkan dari guru-guru
matematika di SMP Negeri Kecamatan Tuntang. Sebagian besar guru jarang
melaksanakan pembelajaran matematika dengan Technological Pedagogical
Content Knowledge (TPACK) dalam metode discovery learning bukan karena
ketidakmampuan atau tidak mengerti cara mengimplementasikannya, akan tetapi
59
lebih karena alasan teknis untuk mengejar target ketercapaian materi dan
tuntutan sistem dalam kurikulum pendidikan nasional. Hampir sebagian besar
guru mengatakan bahwa yang dituntut dari guru adalah agar materi bisa
disampaikan semuanya kepada siswa, dan nilai siswa di atas rata-rata sehingga
berdampak pada peringkat sekolah.
Hal lainnya berdasarkan penjelasan dari guru yang membuat implementasi
pembelajaran matematika dengan Technological Pedagogical Content
Knowledge (TPACK) dalam metode discovery learning jarang terlaksana adalah
karena kurangnya pengalaman dan pelatihan yang didapatkan guru dalam
melaksanakan pembelajaran berbasis teknologi. Sementara itu mitra sesama
guru pun tidak ada yang bisa dijadikan model/panutan dalam pelaksanaan
pembelajaran dengan menerapkan Technological Pedagogical Content
Knowledge (TPACK) yang ideal.
2. Faktor Pendukung Guru Melaksanakan Pembelajaran Matematika dalam
Metode Discovery Learning dengan Menggunakan TPACK
Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti pada guru matematika
Sekolah Menengah Pertama Negeri kecamatan Tuntang, didapatkan kesimpulan
bahwa faktor pendukung guru dalam melaksanakan pembelajaran matematika
dalam metode discovery learning yang diaktualisasikan dalam Technological
Pedagogical and Content Knowledge (TPACK) adalah sebagai berikut :
a. Sarana dan Prasarana yang Mendukung
Dengan mendukungnya sarana dan prasarana di SMP Negeri
Kecamatan Tuntang maka guru dan siswa akan merasa lebih mudah
dan merasa terfasilitasi dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
60
Dengan sarana dan prasarana yang memadai, maka kegiatan
pembelajaran akan merasa nyaman dan lebih kondusif sehingga dapat
mempengaruhi terserapnya materi yang diberikan guru kepada siswa.
Dalam proses pembelajaran guru dan siswa merupakan dua
komponen yang tidak dapat dipisahkan. Antara dua komponen tersebut
harus terjalin interaksi yang saling menunjang. Namun untuk
mendapatkan pembelajaran yang optimal dibutuhkan beberapa hal di
luar guru dan siswa yang dapat menunjang proses belajar yaitu salah
satunya adalah media untuk penyampaian materi. Penggunaan
teknologi seperti multimedia presentasi dalam kegiatan mengajar
matematika sudah selayaknya untuk lebih dioptimalkan hal ini didasari
atas alasan kebermaknaan hasil belajar dan bisa memanfaatkan
perangkat software misalnya Power Point, Projector / LCD yang sudah
tersedia di SMP N Kecamatan Tuntang.
b. Tersedianya Alat Peraga
Pada dasarnya siswa belajar melalui yang konkrit. Untuk
memahami konsep abstrak, anak memerlukan benda-benda konkrit
(riil) sebagai perantara. Karena, dengan alat peraga guru lebih bisa
menjelaskan materi secara lebih konkrit dan lebih mudah untuk
dipahami.
c. Memberikan Tugas di Rumah
Dengan adanya tugas rumah yang diberikan guru dari sekolah, anak
lebih merasa memiliki tanggung jawab untuk mengerjakan tugasnya
di rumah. Itu merupakan salah satu usaha yang dilakukan guru agar
anak tetap belajar di rumah tidak hanya di sekolah saja.
61
d. Motivasi
Keberhasilan dalam pembelajaran matematika tidak jauh
dari guru berperan sebagai informator, komunikator, dan fasilitator.
Metode mengajar digunakan oleh guru dapat mempengaruhi interaksi
antara guru, siswa, dan prestasi belajar. Sampai sekarang kita masih
mendengar banyak siswa yang mengeluh bahwa matematika dipandang
sebagai mata pelajaran yang menakutkan, tidak menarik, dan sulit
untuk dilakukan, tidak berhubungan banyak untuk kehidupan sehari-
hari.
Memotivasi belajar penting artinya dalam proses pembelajaran
karena fungsinya mendorong, menggerakkan, dan mengarahkan
kegiatan belajar. Motivasi adalah prasyarat dalam pembelajaran,
tanpa motivasi hasil belajar yang dicapai tidak akan optimal dan
motivasi sendiri merupakan dorongan yang timbul dari dalam diri
sendiri atau ditimbulkan oleh lingkungan sekitar. Motivasi yang ada
pada siswa akan mewujudkan suatu perilaku yang diarahkan pada
tujuan untuk mencapai sasaran. Keberhasilan belajar siswa tidak lepas
dari motivasi orang yang bersangkutan, oleh karena itu pada dasarnya
motivasi belajar merupakan faktor yang sangat menentukan
keberhasilan belajar siswa.
Faktor-faktor pendukung yang disampaikan oleh semua guru adalah berupa
ketersediaan sumber bahan ajar, tuntutan hasil akhir bukan pada proses
pembelajaran, fasilitas / sarana dan prasarana, ketersediaan media, guru partner,
keterampilan serta kreatifitas guru dalam mengelola pembelajaran, dan
kebijakan kepala sekolah yang dapat mendukung implementasi TPACK.
62
Menurut EA guru SMP Negeri 2 Tuntang, keberhasilan penerapan teknologi
dalam pendidikan sangat bergantung pada tingkat pemahaman dan sikap guru
terhadap teknologi serta dukungan sekolah terhadap teknologi, namun
ketersediaan sarana dan prasarana di sekolah juga sangat penting. Akses internet
di sekolah menjadi penting karena pembelajaran yang terintegrasi teknologi
tidak dapat dilakukan jika akses internet sekolah tidak ada meskipun guru
memiliki kompetensi dalam menggunakan teknologi. Berdasarkan
permendikbud No 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Untuk
SD/MI, SMP/MTS, dan SMA/MA, salah satu kriteria minimum standar sarana
di sekolah adalah adanya teknologi informasi dan komunikasi.
Menurut SM yang menjabat sebagai kepala sekolah dan guru metematika
di SMP N 3 Tuntang mengatakan, “bahwa yang menjadi faktor pendukung
paling utama dalam pembelajaran matematika yaitu suasana hati siswa. Ketika
suasana hati atau keinginan siswa dalam belajar itu tinggi, maka kegiatan
pembelajaran akan berhasil dengan menyenangkan. Suasana hati tersebut
biasanya merupakan bawaan dari rumah. Ketika pagi berangkat sekolah siswa
merasa senang dan ceria maka akan berdampak kepada proses berlangsungnya
pembelajaran matematika tersebut.” (wawancara 29 April 2020).
3. Faktor Penghambat Guru Melaksanakan Pembelajaran Matematika
dalam Metode Discovery Learning dengan Menggunakan TPACK
Menurut Kemis & Rosnawati (2013:104-105) ada beberapa faktor
penghambat yang mempengaruhi pembelajaran matematika bagi siswa lebih
didasarkan faktor guru yang lebih dominan dari ketidakberhasilan dalam
pelaksanaannya yaitu:
63
1) Kurangnya kemauan dari guru yang tidak mau sulit dalam mempersiapkan
perangkat pembelajaran matematika terutama perangkat asesmen, silabus,
dan RPP yang mencerminkan kebutuhan anak.
2) Masih lemahnya kemampuan guru dalam mengembangkan kurikulum atau
membuat SKKD berdasarkan hasil asesmen.
3) Guru masih suka menggunakan kurikulum yang baku padahal belum tentu
sesuai dengan yang dibutuhkan oleh peserta didik.
4) Belum mampu menyusun hasil asesmen menjadi materi pembelajaran bahan
ajar, khususnya dalam bidang teknologi.
5) Belum mampu menyelaraskan antara materi hasil asesmen dan kurikulum
yang baku menjadi program pembelajaran yang kreatif.
Sedangkan faktor-faktor penghambat dalam melaksanakan
pembelajaran matematika metode discovery learning dengan menggunakan
Technological Pedagogical and Content Knowledge (TPACK) di SMP Negeri
se Kecamatan Tuntang berdasarkan hasil observasi wawancara antara lain:
1) Kurangnya kemauan guru untuk mempersiapkan perangkat pembelajaran
matematika, seperti silabus, RPP, dan lain-lain.
2) Monoton dalam mengajar, menggunakan metode yang biasa-biasa dan
kurang menarik dalam pembelajaran.
3) Kurangnya keinginan guru memikirkan ide konten kreatif dalam
pembelajaran matematika.
4) Kurangnya pemahaman guru terhadap pemanfaatan teknologi dalam
pembelajaran.
5) Tidak adanya pelatihan dari pemerintah terhadap penerapan teknologi
dalam proses pembelajaran.
64
6) Kurangnya semangat dan daya tangkap siswa saat diberikan pelajaran.
Menurut ES guru SMP Negeri 1 Tuntang Pengintegrasian teknologi dalam
pembelajaran tidaklah mudah. banyak faktor yang dapat menghambat
diantaranya minimnya sarana dan prasarana teknologi yang memadai,
kurangnya tenaga ahli dalam bidang teknologi di sekolah, 26 tuntutan
kurikulum yang berat, banyak terdapat situs berbahaya.
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian kualitatif dengan teknik observasi, wawancara dan
dokumentasi yang dilaksanakan di SMP Negeri se Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang, tentang analisis kemampuan Technological Pedagogical Content
Knowledge (TPACK) pada guru matematika dalam penerapan metode discovery
learning tahun pelajaran 2020 dapat diambil beberapa kesimpulan. Kesimpulan
tersebut dipaparkan sebagai berikut:
1. Sesuai dengan data yang diperoleh peneliti, pelaksanaan kemampuan
Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) pada guru
matematika dalam penerapan metode discovery learning di SMP Negeri se
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2020, kesimpulannya
adalah bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran matematika dengan kemampuan
Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) pada guru
matematika dalam penerapan metode discovery learning berdasarkan kinerja
dalam pelaksanaannya berada pada kategori sedang, dengan tingkat relevansi
komponen RPP dengan Standar Proses. Berdasarkan hasil analisis maka perlu
diberikan pembinaan untuk meningkatkan penguasaan materi TPACK bagi guru.
2. Faktor pendukung guru melaksanakan pembelajaran matematika dalam metode
discovery learning dengan menggunakan TPACK berupa ketersediaan sumber
bahan ajar, tuntutan hasil akhir bukan pada proses pembelajaran, sarana dan
prasarana, ketersediaan media, guru partner, keterampilan serta kreatifitas guru
66
dalam mengelola pembelajaran, dan kebijakan kepala sekolah yang dapat
mendukung implementasi TPACK.
3. Faktor penghambat guru melaksanakan pembelajaran matematika dalam metode
discovery learning dengan menggunakan TPACK dipengaruhi oleh kurangnya
kemauan guru untuk mempersiapkan perangkat pembelajaran matematika,
seperti silabus, RPP, dan lain-lain. Monoton dalam mengajar, menggunakan
metode yang biasa-biasa dan kurang menarik dalam pembelajaran. Kurangnya
keinginan guru memikirkan ide konten kreatif dalam pembelajaran matematika.
B. Saran
Dari hasil penelitian, pembahasan, dan simpulan yang telah dikemukakan,
peneliti memberikan beberapa saran, sebagai berikut:
1. Agar manajemen pembelajaran berbasis teknologi informasi, yaitu
menggunakan Technological Pedagogical and Content Knowledge
berjalan optimal, maka seharusnya sekolah bersama pemerintah ataupun
lembaga-lembaga pendidikan menyediakan sarana prasarana teknologi
informasi yang memadai.
2. Mengingat banyaknya kekurangan dalam penelitian ini, baik dari hal informasi
mengenai TPACK, atau hal lainnya, diharapkan adanya penelitian tentang
TPACK dengan permasalahan yang berbeda.
67
DAFTAR PUSTAKA
Koehler, M. J., & Mishra, P. (2009). What Is Technological Pedagogical Content
Knowledge ?. Dalam Contemporary Issues in Technology and Teacher
Education [Online], Vol. 9 (1): 60-70
Schmidt, D. A. (2009). Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK): The
Development and Validation of An Assessment Instrument for Preservice
Teachers. Dalam Journal of Research on Technology in Education [Online],
Vol. 42 (2): 123-149
Mishra, P., & Koehler, M. J. (2006). Technological Pedagogical Content Knowledge: A
Framework for Teacher Knowledge. Dalam Teachers College Record [Online].
Vol. 108 (6): 1017-1054
Abidin, Y. (2009). Guru dan Pembelajaran Bermutu. Bandung: Rizqi Press
Fachrurrazi, A. (2012). Pengertian Teknologi Pendidikan dan Teknologi Pembelajaran
[Online]. https://ahmadfachrurrazi.wordpress.com/2012/04/ 05/pengertian-
teknologi-pendidikan-dan-pembelajaran/. 26/04/2020
Sagala, S. (2009). Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung:
Alfabeta
Loughran, J., Mulhall, P., & Berry, A. 2008. “Exploring Pedagogical Content Knowledge
in Science Teacher Education”. International Journal of Science Teacher
Education, 30(10), 1301-1320.
Purwaningsih, Wiwit Puji. 2016. Analisis Kemampuan Guru Dalam Menerapkan
Pemanfaatann Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran
Menggunakan Kerangka TPACK (Study Kasus SMA Negeri 1 Tengaran).
Skripsi. UKSW.
68
Sahin, Ismail. 2011. “Development of Survey of Technological Pedagogical and Content
Knowledge”. The Turkish Online Journal of Educational Technology. Vol.10.
No. 1.
Dewi, Melia. 2013. Penerapan Metode Discovery Learning untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Pokok Bahasan Pecahan Siswa kelas IV. Jember: Universitas Jember.
http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/63002/Melia%20San
dra%20Dewi.pdf;sequence=1. 27/04/2020
Rasyid, Abdul. 2016. Technological Pedagogical Content Knowledge : Sebuah Kerangka
Pengetahuan Bagi Guru Indonesia di Era MEA. Prosiding Seminar Nasional
Inovasi Pembelajaran Berbasis Karakter dalam Menghadapi Masyarakat
Ekonomi ASEAN.
Loughran, J., Mulhall, P., & Berry, A. 2008. “Exploring Pedagogical Content Knowledge
in Science Teacher Education”. International Journal of Science
TeacherEducation, 30(10), 1301-1320.
Harris, J., Mishra, P., & Koehler, M. 2009. “Teachers’ Technological Pedagogical Content
Knowledge and Learning Activity Types: Curriculum-Bsed Technology
Integration Reframed”. Journal of Research on Technology inEducation,
41(4), 393-416.
Maharani, Y. B., & Hardini, I. T. A. (2017). Penerapan model pembelajaran discovery
learning berbantuan benda konkret untuk meningkatkan hasil belajar IPA.
Jurnal Mitra Pendidikan, 1 (5), 249-561.
BSNP. (2014). Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning). Jakarta: Badan
Standar Nasional Pendidikan
Yuanari, N. (2011). Penerapan Strategi Think-Talk-Write sebagai Upaya Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah dan Disposisi Matematis Siswa Kelas VII
69
SMPN 5 Wates Kulonprogo (Doctoral dissertation, Thesis pada UNY: Tidak
diterbitkan)
Pratiwi, F. A., & Rasmawan, R. (2014). Pengaruh Penggunaan Model Discovery Learning
Dengan Pendekatan Saintifk Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
SMA. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 3(7).
Thorset, P.(2002). Discovery Learning Online at
http://www.thinking.com/_contents/edu/phd_rchives/EPRS8500_DiscLrngTh
ry.PDF
Mawaddah, S. dan Maryanti, R. 2016. “Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa
SMP dalam Pembelajaran Menggunakan Model Penemuan Terbimbing
(Discovery Learning)”. EDU-MAT: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol 4 (1),
pp: 76-85.
Rivai, M. Anwar. 2017. Penerapan Pembelajaran Matematika dengan Model Discovery
Learning terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Kreativitas Siswa
Kelas VII SMP Negeri 2 Baki Sukoharjo. Skripsi Dipublikasi. Solo: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Pujiono, Selamat dkk. 2020. “Kemampuan Technological Pedagogical Content Knowledge
(TPCK) Pada Guru Matematika Smp Dalam Metode Discovery Learning”.
Wawancara Pribadi: 25 April 2020, SMP Negeri Kecamatan Tuntang.
Bungin, Burhan. 2012. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers
Moleong, L.J. (2006). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Suryosubroto. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Uno, H.B. (2009). Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di
Indonesia. Jakarta: Bumi Akasara.
70
Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah. Jakarta: Kemendikbud.
71
LAMPIRAN – LAMPIRAN
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
KODE PENELITIAN
ANALISIS KEMAMPUAN TECHNOLOGICAL PEDAGOGICAL CONTENT
KNOWLEDGE (TPACK) PADA GURU MATEMATIKA SMP DALAM METODE
DISCOVERY LEARNING DI SMP NEGERI SE KEC. TUNTANG KAB.
SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2020
1. Responden
Nama Kode Jabatan Kode
Eni Haryati, S.Pd Guru Matematika SMP N 1
Tuntang
EH
Elly Supriyani, S. Pd. Guru Matematika SMP N 1
Tuntang
ES
Erni Ayda, S. Si, M. Pd. Guru Matematika SMP N 2
Tuntang
EA
Selamat Pujiono, S. Pd. Guru Matematika SMP N 2
Tuntang
SP
Trimu’ah, S. Pd. Guru Matematika SMP N 2
Tuntang
TM
Andri Irawati, S. Pd. Guru Matematika SMP N 2
Tuntang
AI
Sri Hariyanti, S. Pd. Guru Matematika SMP N 3
Tuntang
SH
Agustinah Marfu'ah, S. Pd. Guru Matematika SMP N 3
Tuntang
AM
Sri Mulyati, S. Pd. Guru Matematika SMP N 3
Tuntang
SM
2. Metode penelitian
Metode Penelitian Kode
Wawancara W
3. Media penyimpanan data
Media Kode
Foto F
File L
84
INSTRUMEN PENELITIAN
Menurut Sugiono (2009:305-306) dalam penelitian kualitatif yang menjadi
instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Berfungsi menetapkan fokus
penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data,
menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas
temuannya.
Untuk memudahkan dalam proses penelitian, peneliti membuat instrumen
penelitian sebagai berikut.
1. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara disusun berdasarkan kajian teori yang digunakan
untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dari guru mata pelajaran
matematika dalam penerapan TPACK dalam metode discovery larning.
a. Pedoman wawancara untuk guru mata pelajaran matematika
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi dari guru
mata pelajaran matematika yang lebih mendalam terkait dengan
penerapan TPACK dalam metode discovery larning.
Kisi-kisi pedoman wawancara untuk guru matematika
No Indikator
1 Penerapan Technological Pedagogical Content Knowledge
(TPACK) Pada Guru Matematika SMP Dalam Metode
Discovery learning
2 Faktor pengambat Yang Dialami Guru Dalam Pembelajaran
Matematika Pada Penerapan Technological Pedagogical Content
Knowledge (TPACK) Dalam Metode Discovery learning
85
No Indikator
3 Faktor Pendukung Yang Dialami Guru Dalam Pembelajaran
Matematika Pada Penerapan Technological Pedagogical Content
Knowledge (TPACK) Dalam Metode Discovery learning
86
PEDOMAN WAWANCARA GURU MATEMATIKA
ANALISIS KEMAMPUAN TECHNOLOGICAL PEDAGOGICAL CONTENT
KNOWLEDGE (TPACK) PADA GURU MATEMATIKA DALAM PENERAPAN
METODE DISCOVERY LEARNING DISMP NEGERI SE KEC. TUNTANG KAB.
SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2020
1. Bagaimana tanggapan bapak/ibu tentang pembelajaran matematika disekolah?
2. Apa metode pembelajaran matematika yang sering digunakan disekolah?
3. Bagaimana tanggapan siswa terkait metode pembelajaran matematika yang
digunakan?
4. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang metode pembelajaran discovery learning?
5. Bagaimana tanggapan bapak/ibu tentang penerapan metode discovery learning
dalam pembelajaran matematika?
6. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang TPACK?
7. Bagaimana tanggapan bapak/ibu tentang penerapan metode TPACK dalam
pembelajaran matematika?
8. Teknologi apa yang biasa digunakan bapak/ibu dalam pembelajaran matematika
metode discovery learning?
9. Apa kendala bapak/ibu tentang penerapan metode TPACK dalam pembelajaran
matematika?
10. Bagaimana penerapan TPACK dan metode discovery learning dalam pembelajaran
matematika?
11. Bagaimana kesimpulan yang yang bapak/ibu ambil dari penerapan TPACK dan
metode discovery learning dalam pembelajaran matematika?
87
HASIL WAWANCARA GURU MATEMATIKA
ANALISIS KEMAMPUAN TECHNOLOGICAL PEDAGOGICAL CONTENT
KNOWLEDGE (TPACK) PADA GURU MATEMATIKA DALAM PENERAPAN
METODE DISCOVERY LEARNING DISMP NEGERI SE KEC. TUNTANG KAB.
SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2020
Kode Responden : SH
Kode Data : W / SH
Hari/Tanggal : Kamis, 23 April 2020
Waktu : 10.30 – 11.00
Tempat : Ruang Tamu SMP N 3 Tuntang
Daftar pertanyaan :
1. Bagaimana tanggapan ibu tentang pembelajaran matematika disekolah?
Jawab : pembelajaran yang paling ditakuti murid mas, dan gurunya banyak dibenci
murid.
2. Apa metode pembelajaran matematika yang sering digunakan disekolah?
Jawab : Ceramah dan nyanyi
3. Bagaimana tanggapan siswa terkait metode pembelajaran matematika yang
digunakan?
Jawab : ya beda-beda, ada yang merespon dengan baik dan sebaliknya.
4. Apa yang ibu ketahui tentang metode pembelajaran discovery learning?
Jawab : diskusi
5. Bagaimana tanggapan ibu tentang penerapan metode discovery learning dalam
pembelajaran matematika?
Jawab : cukup efektif, tapi guru harus selalu mengontrol. Dan guru harus
mempersiapkan segala fasilitas dari sebelum pembelajaran, seperti soal dan lain-
lain.
88
6. Apa yang ibu ketahui tentang TPACK?
Jawab : pembelajaran dengan teknologi.
7. Bagaimana tanggapan ibu tentang penerapan metode TPACK dalam pembelajaran
matematika?
Jawab : siswa senang mas, contoh di putarkan video pembelajaran dan kadang
malah siswa minta diputarkan film.
8. Teknologi apa yang biasa digunakan ibu dalam pembelajaran matematika metode
discovery learning?
Jawab : LCD
9. Apa kendala ibu tentang penerapan metode TPACK dalam pembelajaran
matematika?
Jawab : sebenarnya sekarang banyak aplikasi pembelajaran ya mas, tapi belum
begitu menguasai dan waktunya tidak memungkinkan untuk belajar. Dan di sini
siswa tidak boleh bawa HP jadi tidak bisa juga kalau pakai aplikasi.
10. Bagaimana penerapan TPACK dan metode discovery learning dalam pembelajaran
matematika?
Jawab : cukup efektif mas, nanti saya putarkan video pembelajaran dan siswa saya
suruh berdiskusi menyimpulkan hasil diskusinya.
11. Bagaimana kesimpulan yang ibu ambil dari penerapan TPACK dan metode
discovery learning dalam pembelajaran matematika?
Jawab : yang pasti guru harus bisa teknologinya, dan pinter-pinternya guru aja
membuat konten belajar yang menarik agar siswa juga senang responnya.
89
HASIL WAWANCARA GURU MATEMATIKA
ANALISIS KEMAMPUAN TECHNOLOGICAL PEDAGOGICAL CONTENT
KNOWLEDGE (TPACK) PADA GURU MATEMATIKA DALAM PENERAPAN
METODE DISCOVERY LEARNING DISMP NEGERI SE KEC. TUNTANG KAB.
SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2020
Kode Responden : EA
Kode Data : W / EA
Hari/Tanggal : Minggu, 26 April 2020
Waktu : 08.00 – 08.30
Tempat : Online (Guru SMP N 1 Tuntang)
Daftar pertanyaan :
1. Bagaimana tanggapan bapak/ibu tentang pembelajaran matematika disekolah?
Jawab : Matematika masih menjadi mata pelajaran yang menakutkan mas, saya
sudah hampir 25 tahun mengajar matematika.
2. Apa metode pembelajaran matematika yang sering digunakan disekolah?
Jawab : Saya selalu menggunakan metode yang sekiranya anak-anak suka,
contohnya praktek, itu sering saya gunakan.
3. Bagaimana tanggapan siswa terkait metode pembelajaran matematika yang
digunakan?
Jawab : Senang dan lebih aktif, karena memang anak-anak sudah suka duluan kalau
disuruh praktek dibandingkan guru ceramah. Pasti anak bicara sendiri.
4. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang metode pembelajaran discovery learning?
Jawab : Metode diskusi ya, dibuat kelompok. Nanti siswa suruh mempresentasikan
hasil diskusinya.
5. Bagaimana tanggapan bapak/ibu tentang penerapan metode discovery learning
dalam pembelajaran matematika?
90
Jawab : Beda-beda mas, tergantung mata pelajarannya apa dulu. Tidak semua mata
pelajaran cocok digunakan metode seperti itu.
6. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang TPACK?
Jawab : pembelajaran menggunakan teknologi ya mas.
7. Bagaimana tanggapan bapak/ibu tentang penerapan metode TPACK dalam
pembelajaran matematika?
Jawab : Bisa dibilang kurang efektif mas, karena memang dari gurunya belum
begitu melek teknologi. Tapi sebenarnya siswa lebih bisa memperhatikan dan fokus
jika diberikan semacam video aau media presentasi PPT dalam pembelajaran
matematika. Saya sudah mencoba dulu menerapkan TPACK.
8. Teknologi apa yang biasa digunakan bapak/ibu dalam pembelajaran matematika
metode discovery learning?
Jawab : Yaa kalau teknologi seperti LCD ada mas, saya selalu mencoba satu
semester melibatkan teknologi dalam proses pembelajaran, tapi jujur saya sebagai
guru senior belum begitu paham cara penggunaanya. Jadi, harus ada bimbingan
dan pelatihan lebh lanjut jika ingin sepenuhnya mengimplemetasikan teknologi
dalam pembelajaran matematika. Alat peraga bisa digunakan sepanjang benda-
benda yg digunakan sebagai alat peraga ada. Dan anak-anak bisa lebih memahami.
9. Apa kendala bapak/ibu tentang penerapan metode TPACK dalam pembelajaran
matematika?
Jawab : Ya itu tadi guru belum begitu menguasai teknologi.
10. Bagaimana penerapan TPACK dan metode discovery learning dalam pembelajaran
matematika?
Jawab : Harus galak. Harus selalu marah-marah. Begitu anak-anak bisa diam. Tapi
diamnya mereka bukan memperhatikan. Diamnya diam kosong.
91
11. Bagaimana kesimpulan yang bapak/ibu ambil dari penerapan TPACK dan metode
discovery learning dalam pembelajaran matematika?
Jawab : Mungkin dari guru harus persiapannya matang mas, karena memang
pembelajaran seperti itu semua aspek kebutuhan dari siswa harus guru penuhi. Dan
guru harus kreatif dan bisa teknologi.
92
HASIL WAWANCARA GURU MATEMATIKA
ANALISIS KEMAMPUAN TECHNOLOGICAL PEDAGOGICAL CONTENT
KNOWLEDGE (TPACK) PADA GURU MATEMATIKA DALAM PENERAPAN
METODE DISCOVERY LEARNING DISMP NEGERI SE KEC. TUNTANG KAB.
SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2020
Kode Responden : EH
Kode Data : W / EH
Hari/Tanggal : Selasa, 28 April 2020
Waktu : 09.30 – 10.00
Tempat : Rumah (Guru SMP N 1 Tuntang)
Daftar pertanyaan :
1. Bagaimana tanggapan bapak/ibu tentang pembelajaran matematika disekolah?
Jawab : Gaya belajar berfikir lebih mas.
2. Apa metode pembelajaran matematika yang sering digunakan disekolah?
Jawab : Metode diskusi mas, saya buat kelompok.
3. Bagaimana tanggapan siswa terkait metode pembelajaran matematika yang
digunakan?
Jawab : Senang, mereka bebas berfikir dan temen-temen yang pintar bisa mengajari
temannya. Semacam tutor sebaya.
4. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang metode pembelajaran discovery learning?
Jawab : Metode diskusi mas sama seperti yang saya sering terapkan.
5. Bagaimana tanggapan bapak/ibu tentang penerapan metode discovery learning
dalam pembelajaran matematika?
Jawab : Metode yang memang benar-benar membuat siswa bebas mengutarakan
pendapat, entah itu antar sesama teman dan antar guru.
6. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang TPACK?
93
Jawab : Belajar memakai teknologi itu mas.
7. Bagaimana tanggapan bapak/ibu tentang penerapan metode TPACK dalam
pembelajaran matematika?
Jawab : Jika dari pihak guru mahir dalam teknologi mungkin akan efektif mas , tapi
kalau saya masih butuh belajar pembelajaran seperti itu, ya meskipun saya pernah
menerapkannya. Tapi, hanya sebatas video pembelajaran.
8. Teknologi apa yang biasa digunakan bapak/ibu dalam pembelajaran matematika
metode discovery learning?
Jawab : Video menggunakan LCD biasanya.
9. Apa kendala bapak/ibu tentang penerapan metode TPACK dalam pembelajaran
matematika?
Jawab : Kendalanya lebih ke persiapan guru menyiapan perangkat pembelajaran.
10. Bagaimana penerapan TPACK dan metode discovery learning dalam pembelajaran
matematika?
Jawab : Seperti yang saya bilang tadi, saya pernah menerapkan tapi ya belum bisa
optimal dikarenakan pengetahuan saya tentang model seperti itu kurang.
11. Bagaimana kesimpulan yang bapak/ibu ambil dari penerapan TPACK dan metode
discovery learning dalam pembelajaran matematika?
Jawab : Mungkin cocok jika saya terapkan mas dan saya juga udah berkali-kali
menerapkan. Karena memang model diskusi menjadi metode yang sering saya
gunakan. Tinggal saya tambahkan pengetahuan teknologi pembelajaran saja.
94
HASIL WAWANCARA GURU MATEMATIKA
ANALISIS KEMAMPUAN TECHNOLOGICAL PEDAGOGICAL CONTENT
KNOWLEDGE (TPACK) PADA GURU MATEMATIKA DALAM PENERAPAN
METODE DISCOVERY LEARNING DISMP NEGERI SE KEC. TUNTANG KAB.
SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2020
Kode Responden : SP
Kode Data : W / SP
Hari/Tanggal : Selasa, 28 April 2020
Waktu : 08.00 – 08.30
Tempat : Ruang Tamu SMP N 2 Tuntang
Daftar pertanyaan :
1. Bagaimana tanggapan bapak/ibu tentang pembelajaran matematika disekolah?
Jawab : Biasa mas, intinya menjadi guru matematika itu harus disiplin, karena kita
menyampaikan ilmu yang memang dituntut untuk disiplin, biar anak-ank juga tidak
menyepelekan.
2. Apa metode pembelajaran matematika yang sering digunakan disekolah?
Jawab : Saya suka mencoba hal baru mas, semua metode pernah saya terapkan. Dan
jika ditanya yang paling sering, saya sering menggunakan media presentasi PPT.
Karena anak-anak lebih tertarik belajar dengan ada semacam visualnya.
3. Bagaimana tanggapan siswa terkait metode pembelajaran matematika yang
digunakan?
Jawab : Sejauh ini kalau saya mengajar anak-anak banyak yang tertib nya, ya
meskipun ada satu dua yang tidak memperhatikan, itu wajar mas.
4. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang metode pembelajaran discovery learning?
95
Jawab : Metode dimana guru memberikan sebuah kasus dan siswa suruh
menemukan, metode ini pada intinya lebih berfokus pada siswa. Siswa dituntut
lebih akif.
5. Bagaimana tanggapan bapak/ibu tentang penerapan metode discovery learning
dalam pembelajaran matematika?
Jawab : Cukup efektif karena sangat relevan dengan kurikulum 2013, dimana siswa
dituntut lebih aktif dibandingkan guru.
6. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang TPACK?
Jawab : Kemampuan pembelajaran dengan mengkombinasikan teknologi dan ke
kreatifan ide mengajar seorang guru mas, saya sangat suka metode-metode seperti
ini.
7. Bagaimana tanggapan bapak/ibu tentang penerapan metode TPACK dalam
pembelajaran matematika?
Jawab : Ya itu tadi, lebih sesuai fashion saya mas. Karena pembelajaran dengan
menggunakan teknologi. Sangat efektif.
8. Teknologi apa yang biasa digunakan bapak/ibu dalam pembelajaran matematika
metode discovery learning?
Jawab : PPT, Media Flash, Video Pembelajaran.
9. Apa kendala bapak/ibu tentang penerapan metode TPACK dalam pembelajaran
matematika?
Jawab : Mungkin mempersiapkan medianya mas, guru harus lebih mempersiapkan
jauh-jauh hari.
10. Bagaimana penerapan TPACK dan metode discovery learning dalam pembelajaran
matematika?
96
Jawab : Metode diskusi sangat efektif jika diterapkan dalam kurikulum 2013, dan
apalagi dipadukan dengan teknologi, jadi sangat cocok di implementasikan di era
sekarang mas.
11. Bagaimana kesimpulan yang bapak/ibu ambil dari penerapan TPACK dan metode
discovery learning dalam pembelajaran matematika?
Jawab : Jika ingin benar-benar optimal menerapkan model pembelajaran seperti ini
guru harus bisa meluangkan waktunya. Karena di era sekarang jika teru-menerus d
lakukan metode ceramah kita akan ketinggalan jauh.
97
HASIL WAWANCARA GURU MATEMATIKA
ANALISIS KEMAMPUAN TECHNOLOGICAL PEDAGOGICAL CONTENT
KNOWLEDGE (TPACK) PADA GURU MATEMATIKA DALAM PENERAPAN
METODE DISCOVERY LEARNING DISMP NEGERI SE KEC. TUNTANG KAB.
SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2020
Kode Responden : TM
Kode Data : W / TM
Hari/Tanggal : Selasa, 28 April 2020
Waktu : 08.30 – 09.00
Tempat : Ruang Tamu SMP N 2 Tuntang
Daftar pertanyaan :
1. Bagaimana tanggapan bapak/ibu tentang pembelajaran matematika disekolah?
Jawab : Pembelajaran yang semua siswa tidak semuanya menyukai mas, dan
menurut saya itu guru harus benar-benar bisa memposisikan dirinya agar siswa
tidak celelekan.
2. Apa metode pembelajaran matematika yang sering digunakan disekolah?
Jawab : Saya masih bilang metode ceramah mejadi metode paling efektif mas.
3. Bagaimana tanggapan siswa terkait metode pembelajaran matematika yang
digunakan?
Jawab : Jika saya sudah mulai pembelajaran siswa tidak ada yang bicara ngomong
mas, saya akui saya galak saat mengajar.
4. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang metode pembelajaran discovery learning?
Jawab : Metode diskusi, siswa suruh baca buku nanti suruh menyimpulkan.
5. Bagaimana tanggapan bapak/ibu tentang penerapan metode discovery learning
dalam pembelajaran matematika?
98
Jawab : Lumayan efektif, biar siswa lebih bisa berfikir lebih, tapi guru juga harus
selalu mengawasi jalannya diskusi agar siswa tidak ramai sendiri.
6. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang TPACK?
Jawab : Guru mengajar dengan ide kreatif nya, mungkin kalau lebih mau bagus bisa
menggunakan Visualisasi seperti LCD.
7. Bagaimana tanggapan bapak/ibu tentang penerapan metode TPACK dalam
pembelajaran matematika?
Jawab : Sangat modern, dan memang sudah saatnya guru era sekarang melakukan
metode ini.
8. Teknologi apa yang biasa digunakan bapak/ibu dalam pembelajaran matematika
metode discovery learning?
Jawab : Video pembelajaran
9. Apa kendala bapak/ibu tentang penerapan metode TPACK dalam pembelajaran
matematika?
Jawab : Kendalanya saya kurang sepenuhya tahu mas tentang semua teknologi
pembelajaran, dan masih harus belajar lagi.
10. Bagaimana penerapan TPACK dan metode discovery learning dalam pembelajaran
matematika?
Jawab : Bisa dibilang kurang efektif mas, karena memang menutut dari guru dan
siswa sama-sama berpengetahuan, dan itu butuh pelatihan.
11. Bagaimana kesimpulan yang bapak/ibu ambil dari penerapan TPACK dan metode
discovery learning dalam pembelajaran matematika?
Jawab : Kesimpulannya guru harus dibina dulu dan siswa harus dilatih untuk selalu
berfikir. Karena memang ini antara siswa dan guru harus aktis semua.
99
HASIL WAWANCARA GURU MATEMATIKA
ANALISIS KEMAMPUAN TECHNOLOGICAL PEDAGOGICAL CONTENT
KNOWLEDGE (TPACK) PADA GURU MATEMATIKA DALAM PENERAPAN
METODE DISCOVERY LEARNING DISMP NEGERI SE KEC. TUNTANG KAB.
SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2020
Kode Responden : AI
Kode Data : W / AI
Hari/Tanggal : Senin, 27 April 2020
Waktu : 08.00 – 08.30
Tempat : (Online) Guru SMP N 2 Tuntang
Daftar pertanyaan :
1. Bagaimana tanggapan bapak/ibu tentang pembelajaran matematika disekolah?
Jawab : Pembelajaran yang cukup menyenangkan sebenarnya, tapi mungkin orang
akan merasa berpikiran ini pelajaran yang sulit.
2. Apa metode pembelajaran matematika yang sering digunakan disekolah?
Jawab : Memadukan pembelajaran ceramah dengan praktek, itu metode yang
menurut saya cocok.
3. Bagaimana tanggapan siswa terkait metode pembelajaran matematika yang
digunakan?
Jawab : enjoy mas, karena memang saya selalu menerapkan metode melihat
kenyamanan siswa saat belajar.
4. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang metode pembelajaran discovery learning?
Jawab : Belajar berkelompok yang nantinya siswa dituntut untuk memecahkan
masalah.
5. Bagaimana tanggapan bapak/ibu tentang penerapan metode discovery learning
dalam pembelajaran matematika?
100
Jawab : Cukup efektif, karena memang pada dasarnya matematika menutut siswa
untuk berfikir dengan memecahkan masalah.
6. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang TPACK?
Jawab : Penerapan pembelajaran dengan teknologi, konten kreatif dan pengetahuan
mas. Cukup luarbiasa metode ini jika bisa dioptimalkan oleh guru.
7. Bagaimana tanggapan bapak/ibu tentang penerapan metode TPACK dalam
pembelajaran matematika?
Jawab : Tanggapannya ya cukup efektif jika guru mau mempersiapkan dengan
matang.
8. Teknologi apa yang biasa digunakan bapak/ibu dalam pembelajaran matematika
metode discovery learning?
Jawab : LCD, Laptop.
9. Apa kendala bapak/ibu tentang penerapan metode TPACK dalam pembelajaran
matematika?
Jawab : Persiapan mas, dikarenakan saya juga sebagai waka kurikulum yang banyak
mengurus administrasi sekolah.
10. Bagaimana penerapan TPACK dan metode discovery learning dalam pembelajaran
matematika?
Jawab : Diskusi dengan teknologi akan sangat efektif jika guru mau mempelejari
metode ini lebih lanjut. Karena kadang guru itu mau enaknya saja tanpa mau
menciptakan suasana belajar yang kreatif.
11. Bagaimana kesimpulan yang bapak/ibu ambil dari penerapan TPACK dan metode
discovery learning dalam pembelajaran matematika?
101
Jawab : Kesimpulannya guru harus mau repot dan bisa menutut lebih pada dirinya
sendiri agar pembelejaran kreatif seperti ini bisa jadi solusi dari pembelajaran
matematika yang monoton.
102
HASIL WAWANCARA GURU MATEMATIKA
ANALISIS KEMAMPUAN TECHNOLOGICAL PEDAGOGICAL CONTENT
KNOWLEDGE (TPACK) PADA GURU MATEMATIKA DALAM PENERAPAN
METODE DISCOVERY LEARNING DISMP NEGERI SE KEC. TUNTANG KAB.
SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2020
Kode Responden : AM
Kode Data : W / AM
Hari/Tanggal : Selasa, 28 April 2020
Waktu : 08.00 – 08.30
Tempat : Ruang Tamu (Guru SMP N 3 Tuntang)
Daftar pertanyaan :
1. Bagaimana tanggapan bapak/ibu tentang pembelajaran matematika disekolah?
Jawab : Pembelajaran yang butuh konsentrasi.
2. Apa metode pembelajaran matematika yang sering digunakan disekolah?
Jawab : Pengerjaan soal mas.
3. Bagaimana tanggapan siswa terkait metode pembelajaran matematika yang
digunakan?
Jawab : Siswa akan lebih berani tanya, karena memang saya sengaja tidak saya
jelaskan dulu. Biar langsung mengerjakan soal.
4. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang metode pembelajaran discovery learning?
Jawab : Penemuan masalah mas.
5. Bagaimana tanggapan bapak/ibu tentang penerapan metode discovery learning
dalam pembelajaran matematika?
Jawab : Efektif atau enggaknya tergantung dari kemauan siswanya mas.
6. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang TPACK?
Jawab : Teknologi pembelajaran yang didalamnya ada aspek ke kreatifan guru.
103
7. Bagaimana tanggapan bapak/ibu tentang penerapan metode TPACK dalam
pembelajaran matematika?
Jawab : Sangat efektif jika guru mampu menguasai teknologi pembelajaran.
8. Teknologi apa yang biasa digunakan bapak/ibu dalam pembelajaran matematika
metode discovery learning?
Jawab : LCD.
9. Apa kendala bapak/ibu tentang penerapan metode TPACK dalam pembelajaran
matematika?
Jawab : Persiapan mas, karena saya tidak mengajar di satu sekolah saja.
10. Bagaimana penerapan TPACK dan metode discovery learning dalam pembelajaran
matematika?
Jawab : Saya menerapkan itu di sekolah ini anak-anak cukup tertarik, karena saya
putarkan video pembelajaran.
11. Bagaimana kesimpulan yang bapak/ibu ambil dari penerapan TPACK dan metode
discovery learning dalam pembelajaran matematika?
Jawab : Akan menjadi metode yang sukses jika dari guru sudah dibekali dengan
pengetahuan teknologi. Dan harusnya pihak sekolah dan pemerintah mampu
memberikan fasilitas yang memadai mas.
104
HASIL WAWANCARA GURU MATEMATIKA
ANALISIS KEMAMPUAN TECHNOLOGICAL PEDAGOGICAL CONTENT
KNOWLEDGE (TPACK) PADA GURU MATEMATIKA DALAM PENERAPAN
METODE DISCOVERY LEARNING DISMP NEGERI SE KEC. TUNTANG KAB.
SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2020
Kode Responden : ES
Kode Data : W / ES
Hari/Tanggal : Selasa, 28 April 2020
Waktu : 08.00 – 08.30
Tempat : Rumah
Daftar pertanyaan :
1. Bagaimana tanggapan bapak/ibu tentang pembelajaran matematika disekolah?
Jawab : pembelajaran yang saya harus teriak-teriak mas.
2. Apa metode pembelajaran matematika yang sering digunakan disekolah?
Jawab : metode ceramah mas.
3. Bagaimana tanggapan siswa terkait metode pembelajaran matematika yang
digunakan?
Jawab : siswa lebih bisa terkondisikan mas.
4. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang metode pembelajaran discovery learning?
Jawab : pembelajaran yang guru hanya sebagai fasilitator dan yang bekerja siswa.
5. Bagaimana tanggapan bapak/ibu tentang penerapan metode discovery learning
dalam pembelajaran matematika?
Jawab : Menarik bagi siswa, karena siswa lebih tertantang untuk berpikir lebih
dalam.
6. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang TPACK?
105
Jawab : teknologi, pedagogic, dan konten ya mas. Saya luamayan sering
menerapkan metode ini dipelajaran bangun ruang mas.
7. Bagaimana tanggapan bapak/ibu tentang penerapan metode TPACK dalam
pembelajaran matematika?
Jawab : lebih menarik perhatian siswa mas, dikarenakan siswa lebih suka untuk
melihat video dan semacamnya.
8. Teknologi apa yang biasa digunakan bapak/ibu dalam pembelajaran matematika
metode discovery learning?
Jawab : LCD, Laptop.
9. Apa kendala bapak/ibu tentang penerapan metode TPACK dalam pembelajaran
matematika?
Jawab : Kendalanya lebih mengkondisikan siswa mas. Karena diskusi tanpa diawasi
juga bisa menimbulkan kegaduhan.
10. Bagaimana penerapan TPACK dan metode discovery learning dalam pembelajaran
matematika?
Jawab : penerapan saya lakukan dengan persiapan yang matang mas, dan semua
perlengkapan harus saya matangkan agar siswa juga menangkap maksud metode
yang saya berikan.
11. Bagaimana kesimpulan yang bapak/ibu ambil dari penerapan TPACK dan metode
discovery learning dalam pembelajaran matematika?
Jawab : Persiapan yang matang, Guru harus mau belajar tentang ide dan teknologi,
tidak boleh menjadikan alasan kesibukan tidak melakukan pembelajaran yang
kreatif.
106
HASIL WAWANCARA GURU MATEMATIKA
ANALISIS KEMAMPUAN TECHNOLOGICAL PEDAGOGICAL CONTENT
KNOWLEDGE (TPACK) PADA GURU MATEMATIKA DALAM PENERAPAN
METODE DISCOVERY LEARNING DISMP NEGERI SE KEC. TUNTANG KAB.
SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2020
Kode Responden : SM
Kode Data : W / SM
Hari/Tanggal : Kamis, 23 April 2020
Waktu : 10.30 – 11.00
Tempat : Ruang KepSek SMP N 3 Tuntang
Daftar pertanyaan :
1. Bagaimana tanggapan bapak/ibu tentang pembelajaran matematika disekolah?
Jawab : Pembelaran yang menyenangkan jika suasana hati siswa senang.
2. Apa metode pembelajaran matematika yang sering digunakan disekolah?
Jawab : Saya lebih suka kuis mas, contoh saya lempar pertanyaan kepada siswa.
3. Bagaimana tanggapan siswa terkait metode pembelajaran matematika yang
digunakan?
Jawab : Cukup bervariasi, karena sangat wajar jika dalam satu kelas ada yang
memperhatikan dan ada yang tidak.
4. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang metode pembelajaran discovery learning?
Jawab : Metode dimana siswa diberikan sebuah permasalah yang didapatkan dari
buku yang mereka baca, nanti suruh menyimpulkan.
5. Bagaimana tanggapan bapak/ibu tentang penerapan metode discovery learning
dalam pembelajaran matematika?
107
Jawab : Saya lebih suka metode ini mas, karena saya tipe guru yang membiaran
siswa berkreasi seluas mungkin, tapi tetap guru harus mengawasi jalannya diskusi
siswa.
6. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang TPACK?
Jawab : Memadukan Teknologi, pengetahuan, ide guru dalam mengkreasikan
pembelejaran dikelas, sehingga tercipta pembelejaran matematika yang solutif.
7. Bagaimana tanggapan bapak/ibu tentang penerapan metode TPACK dalam
pembelajaran matematika?
Jawab : Sangat bagus, saya selalu mendukung dengan guru-guru yang mau
membuat pembelajaran lebih menarik, disini juga sudah disediakan sarana yang
cukup.
8. Teknologi apa yang biasa digunakan bapak/ibu dalam pembelajaran matematika
metode discovery learning?
Jawab : laptop, LCD, Lab Komputer, Wifi.
9. Apa kendala bapak/ibu tentang penerapan metode TPACK dalam pembelajaran
matematika?
Jawab : Kendalanya jika ketika suasana hati atau keinginan siswa dalam belajar itu
tinggi, maka kegiatan pembelajaran akan berhasil dengan menyenangkan. Suasana
hati tersebut biasanya merupakan bawaan dari rumah. Ketika pagi berangkat
sekolah siswa merasa senang dan ceria maka akan berdampak kepada proses
berlangsungnya pembelajaran matematika tersebut.
10. Bagaimana penerapan TPACK dan metode discovery learning dalam pembelajaran
matematika?
Jawab : Bahwa yang menjadi faktor pendukung paling utama dalam pembelajaran
matematika yaitu suasana hati siswa. Dan saya akui metode pembelajaran dengan
108
tipe pemecahan masalah ii yang dipadukan dengan ide dan pengetahuan teknologi
guru sangat meungkinkan dapat tercipta pembelajaran yang baik. Dan saya sudah
membuktikan itu.
11. Bagaimana kesimpulan yang bapak/ibu ambil dari penerapan TPACK dan metode
discovery learning dalam pembelajaran matematika?
Jawab : kesimpulannya, guru harus lebih meluangkan waktu untuk mempersiapkan
segala kebutuhan perangkat pembelajaran dan jangan males.
109
DATA INFORMAN
Guru Matematika SMP Negeri se Kecamatan Tuntang
No Nama TTL Alamat Keterangan
1 Eni Haryati, S.Pd Kab. Semarang,
2 Januari 1967
Jln.Fatmawati
175, RT 11
RW 01
Lopait,
Tuntang
Guru Matematika kelas
VIII & IX (SMP N 1
Tuntang)
2 Elly Supriyani,
S. Pd.
Kab. Semarang,
2 Mei 1966
Perum Tlogo
Hijau Blok A8
Tlogo,
Tuntang
Guru Matematika kelas
VII & IX (SMP N 1
Tuntang)
3 Erni Ayda, S. Si,
M. Pd.
Kab. Semarang,
2 Feb 1981
Padaan
Gedangan
Tuntang Kab.
Semarang
Guru Matematika kelas
VII & VIII (SMP N 2
Tuntang)
4 Selamat Pujiono,
S. Pd.
Rembang, 6
Oktober 1963
Perum Telaga
Mukti , Blok E
9-10, Tingkir,
Salatiga.
Guru Matematika kelas
VII & IX (SMP N 2
Tuntang)
5 Trimu’ah, S. Pd. Salatiga, 8 April
1971
Argomulyo 2,
Salatiga.
Guru Matematika kelas
VII & IX (SMP N 2
Tuntang)
6 Andri Irawati, S.
Pd.
Salatiga, 19 Juli
1978
Jl. Kalicacing
2, Kemuning,
Salatiga.
Guru Matematika kelas
VII & IX (SMP N 2
Tuntang)
7 Sri Mulyati, S.
Pd.
Kota Baru, 25
Februari 1977
Bringin
RT/RT 01/01,
Kec.
Kepsek dan Guru
Matematika kelas IX
(SMP N 3 Tuntang)
110
Bringin,Kab.
Semarang
No Nama TTL Alamat Keterangan
8 Agustinah
Marfu'ah, S. Pd.
Salatiga,5
Agustus 1967
Jl Kauman 16f
Salatiga
Guru Matematika kelas
VIII & IX (SMP N 3
Tuntang)
9 Sri Hariyanti, S.
Pd.
Salatiga, 6 April
1970
Jl. Ki Penjawi
II RT 04./XI,
Bancaan Lor,
Salatiga
Guru Matematika kelas
VII & IX (SMP N 3
Tuntang)
111
FOTO-FOTO KEGIATAN
112
113
114
Recommended