View
8
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
Tekmapro : Jurnal of Industrial Enggineering and Manajemen
Vol. 16, No. 01, Tahun 2021, Nomor 71-82
URL: http://tekmapro.upnjatim.ac.id/index.php/tekmapro
71
ANALISIS PEMETAAN POLA DISTRIBUSI LAYANAN
SAMPAH KOTA MALANG
L. Tri Wijaya N. Kusuma1), Amanda Nur Cahyawati2), Ilma Visi Rahmani 3) 1, 2,3)Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Malang
e-mail: eltriwijaya@ub.ac.id1), an.cahyawati@ub.ac.id2), ilmavisi.srk@gmail.com3)
ABSTRAK
Persampahan di Indonesia masih menjadi masalah yang sulit untuk dipecahkan hingga kini.
Peningkatan jumlah penduduk yang besar akan meningkatkan volume sampah yang dihasilkan dalam
setiap harinya, termasuk yang tengah terjadi di Kota Malang. Hal tersebut tentu harus diperhatikan,
mulai dari aspek penyediaan sarana prasarananya, pola distribusi, hingga pengelolaannya.
Perencanaan yang tepat dalam penyediaan Tempat Penampungan Sementara (TPS) sangat penting
untuk dilakukan, mengingat daya tampung TPS memiliki batas maksimal, sehingga ketika volume
sampah terus bertambah, maka penyediaan TPS juga harus disesuaikan. Kajian ini bertujuan untuk
menggambarkan kondisi eksisting dari TPS yang ada di Kota Malang serta memberikan gambaran
untuk pembuatan rencana pengembangan sarana prasarana pengelolaan persampahan lebih lanjut. Dari kajian yang dilakukan, ditemukan terdapat 34 permasalahan pada TPS di Kota Malang, seperti
kurangnya fasilitas pendukung dan tidak adanya prasarana air bersih. Pemetaan pemasalahan TPS pun
dilakukan dan dari 34 permasalahan, dibuat 6 jenis rencana program untuk mengatasi masalah-
masalah tersebut, yaitu program penambahan sarana dan prasarana TPS, peraturan dan kebijakan,
peningkatan SDM, pengembangan PKD, pembuatan TPS baru, dan pemindahan TPS.
Kata Kunci: Distribusi, Pemetaan,, Sampah Perkotaan
ABSTRACT
Waste in Indonesia is still a difficult problem to solve until now. A large increase in population will
increase the volume of waste generated every day, including what is happening in Malang City. Of
course, this must be considered, starting from the aspect of providing infrastructure, distribution
patterns, to management. Proper planning in the Tempat Penampungan Sementara (TPS) is very
important to do, considering the capacity of TPS has a maximum limit, so that when the volume of waste
continues to increase, the provision of TPS must also be adjusted. This study aims to describe the existing
conditions of the TPS in Malang City and provide an overview for further planning for the development
of waste management infrastructure facilities. From the study conducted, it was found that there were
34 problems at TPS in Malang City, such as the lack of supporting facilities and the absence of clean
water infrastructure. Mapping of the TPS problem was carried out and out of 34 problems, 6 types of
program plans were made to overcome these problems, namely the program to add TPS facilities and
infrastructure, regulations and policies, increase human resources, develop PKD, create new TPS, and
move TPS.
Keywords: Mapping, Distribution, Urban Waste
Kusuma, Cahyawati, Rahmani / Tekmapro / Vol. 16, No. 01, Tahun 2021,
Hal. 71-82
72
I. PENDAHULUAN
Persampahan di perkotaan di Indonesia saat ini masih menjadi masalah yang sulit untuk
dipecahkan, salah satunya adalah peningkatan jumlah penduduk yang besar akan
meningkatkan volume sampah yang dihasilkan dalam setiap harinya. Manajemen pengelolaan
sampah mempunyai peranan yang sangat penting untuk mengatasi permasalahan sampah saat
ini, apabila salah dalam melakukan pengelolaan, sampah akan menjadi menumpuk dan
berdampak pada menurunnya kesehatan manusia, seperti munculnya berbagai macam penyakit
yang bersumber dari pembusukan sampah.
Tempat penampungan sementara (TPS) adalah satu sarana penting dalam manajemen
pengelolaan sampah di Indonesia. TPS merupakan sarana yang harus dimiliki oleh setiap
daerah di Indonesia. Tempat penampungan sementara (TPS) sementara yang baik, wajib
dipenuhi apabila pemerintah daerah hendak menanggulangi masalah sampah di daerahnya.
Peran Tempat penampungan Sementara (TPS) sangat penting bagi masyarakat maupun bagi
pemerintah dalam menjaga kebersihan lingkungan karena sebelum sampah dibuang ke tempat
pemrosesan akhir (TPA), maka terlebih dahulu diangkut ke tempat penampungan sementara
(TPS) sementara, sehingga memudahkan masyarakat untuk membuang sampah. Ketersediaan
tempat penampungan sementara (TPS) sementara di setiap daerah baik desa, kecamatan,
maupun kota/kabupaten sangat diperlukan untuk membantu penanganan masalah sampah.
Peningkatan volume sampah dari tahun ke tahun yang mengikuti peningkatan jumlah
penduduk di Kota Malang, tentu menjadi hal yang harus diperhatikan dalam penyediaan sarana
prasarananya, termasuk pengelolaan persampahan. Perencanaan yang tepat dalam penyediaan
Tempat Penampungan Sementara (TPS) sangat penting dilakukan, mengingat daya tampung
TPS memiliki batas maksimal penampungan, sehingga ketika volume sampah terus bertambah,
maka penyediaan TPS juga harus disesuaikan. Melalui kajian ini, kondisi eksisting dari TPS
yang ada di Kota Malang dapat tergambarkan kondisinya serta memberikan gambaran untuk
pembuatan rencana pengembangan sarana prasarana pengelolaan persampahan yang lebih
lanjut.
Ruang lingkup penelitian ini meliputi kegiatan persiapan bertujuan membuat persiapan
khusus yang diperlukan bagi pelaksanaan kegiatan, termasuk melakukan koordinasi tim dalam
menyusun jadwal dan langkah-langkah pelaksanaan kegiatan yang efektif, sehingga tidak
melebihi waktu yang telah ditetapkan. Lingkup kegiatannya meliputi, persiapan dan
pengumpulan data awal yang dikumpulkan dari berbagai literatur dan referensi yang
disesuaikan dengan data dasar dan peraturan perundang-undangan, Penyusunan konsep
rencana kerja sesuai dengan tahapannya dan pemetaan terhadap beberapa definisi operasional
dan tahapan penyusunan dokumen, Penyusunan instrument yang diperlukan sesuai dengan
kebutuhan tahap pelaksanaan (terutama untuk data kualitatif dan kuantitatif) dan analisis.
Sedangkan tahapan pelaksanaan penelitian antara lain, literature review dan analisis,
penyusunan konsep rancangan kegiatan, collecting data, analisis data, menganalisis jumlah
timbulan sampah, menganalisis kebutuhan TPS hingga menganalisis lokasi-lokasi TPS melalui
pemetaan titik TPS.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008, sampah merupakan
sisa kegiatan seharihari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Dalam SNI 19-
2454-2002 tahun 2002, sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari bahan organik
dan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan
lingkungan dan melindungi investasi pembangunan.
Kusuma, Cahyawati, Rahmani / Tekmapro / Vol. 16, No. 01, Tahun 2021,
Hal. 71-82
73
Gambar. 1. Teknis Operasional Pengelolaan Sampah
Sumber: SNI 3242:2008 tentang Pengelolaan Sampah di Permukiman
A. Pola Distribusi Tempat Penampungan Sementara (TPS)
Sistem pengangkutan sampah di TPS terbagi menjadi dua yaitu sistem pengangkutan SCS
(Stationary Container System) dan HCS (Hauled Container System). Sistem SCS ini akan
mengangkut seluruh sampah di tiap TPS pada rutenya masing-masing. Pada TPS pertama
seluruh sampah dimasukan ke dump truck, lalu berlanjut pada TPS kedua dan TPS-TPS
berikutnya sampai dump truck penuh. Jika dump truck sudah penuh, dump truck akan langsung
membuang sampah ke TPA meskipun belum semua sampah di rutenya terangkut. Sistem ini
biasanya digunakan untuk kontainer kecil serta alat angkut berupa truk pemadat atau dump
truck baik secara mekanis atau manual.
Pola pengangkutan dengan cara mekanis ini adalah kendaraan dari pool menuju kontainer
pertama dan menuangkan sampah ke dalam truk kemudian meletakkan kembali container yang
kosong. Sedangkan pada pola pengakutan dengan manual, kendaraan dari pool menuju TPS
pertama kemudian sampah dimuat ke dalam truk. Sistem mekanis menggunakan truk pemadat
dan kontainer yang kompatibel dengan jenis truknya, sedangkan sistem manual menggunakan
tenaga kerja dan kontainer dapat berupa bak sampah atau jenis penampung lainnya. Gambaran
sistem pengangkutan SCS mekanis dan manual dapat dilihat pada Gambar 2 -7
Gambar. 2. Sistem Pengangkutan Sampah dengan SCS Mekanis & Manual
Kusuma, Cahyawati, Rahmani / Tekmapro / Vol. 16, No. 01, Tahun 2021,
Hal. 71-82
74
Pengumpulan sampah dengan sistem HCS terbagi menjadi 3 pola pengangkutan yaitu
sebagai berikut.
1. Sistem pengosongan kontainer cara 1 dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar. 3. Pola Pengosongan Kontainer Cara 1
Proses pengangkutan, kendaraan dari pool menuju kontainer isi pertama untuk mengangkut
sampah ke TP, kontainer kosong dikembalikan ke tempat semula, menuju kontainer isi
berikutnya untuk diangkut ke TPA, kontainer kosong dikembalikan ke tempat semula,
demikian seterusnya sampai rit akhir.
2. Sistem pengosongan kontainer cara 2 dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar. 4. Pola Pengosongan Kontainer Cara 2
Proses pengangkutan, kendaraan dari poll menuju kontainer isi pertama untuk mengangkut
sampah ke TPA, dari TPA kendaraan tersebut dengan kontainer kosong menuju lokasi kedua
untuk menurunkan kontainer kosong dan membawa kontainer isi untuk diangkut ke TPA,
demikian seterusnya sampai rit akhir, pada rit terakhir dengan kontainer kosong dari TPA
menuju lokasi kontainer pertama, kemudian kendaraan tanpa kontainer menuju pool.
3. Sistem pengosongan kontainer cara 3 dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar. 5. Pola Pengosongan Kontainer Cara 3
Kusuma, Cahyawati, Rahmani / Tekmapro / Vol. 16, No. 01, Tahun 2021,
Hal. 71-82
75
Proses pengangkutan, kendaraan dari poll dengan membawa kontainer kosong menuju lokasi
kontainer isi untuk mengganti atau mengambil dan langsung dibawa ke TPA, kendaraan
dengan membawa kontainer kosong dari TPA menuju kontainer isi berikutnya, demikian
seterusnya sampai rit terakhir.
Terdapat beberapa jenis alat pengangkut yang digunakan dalam pengangkutan sampah di
TPS. Jenis alat pengangkutan tersebut seperti mini truck, dump truck, dan arm roll truck.
Gambar. 6. Alat Pengangkutan Sampah
III. RUANG LINGKUP DAN LOKASI KEGIATAN
Lingkup lokasi dalam kegiatan Identifikasi dan Pelayanan Tempat Penampungan Sementara
di Kota Malang adalah TPS di Kota Malang. Data yang digunakan dalam kajian adalah data
primer dan data sekunder yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Metode pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian adalah :
1. Survei lapangan yaitu pengamatan langsung objek penelitian dengan tujuan untuk
memahami kondisi lapangan yang sebenarnya.
2. Pemerintah Daerah Kota Malang.
3. Kuesioner berisi daftar pertanyaan yang ditujukan kepada petugas di setiap TPS di Kota
Malang.
4. Studi literatur dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder untuk diolah lebih lanjut.
Data sekunder yang dibutuhkan melalui survei sekunder pada instansi terkait sesuai dengan
tujuan dan kebutuhan kegiatan. Kajian ini berfokus pada TPS-TPS yang berada di Kota
Malang, maka dari itu kebutuhan data sekunder berkaitan dengan TPS-TPS di Kota Malang,
yakni :
1. Daftar dan alamat TPS di Kota Malang
2. Jadwal dan jalur pengangkutan setiap TPS di Kota Malang
3. Data dan informasi lain yang terkait dengan TPS di Kota Malang
Jika data yang diperoleh dari instansi terkait masih kurang lengkap maka dilakukan
pengumpulan data primer dengan cara survey lapangan yang meliputi wawancara, pengamatan
lapangan,dan kuisioner.
IV. METODE ANALISA DATA
Analisa yang dilakukan pada kajian ini berupa deskriptif, dengan menjelaskan melalui
gambaran ringkasan, tabel, peta, gambar maupun grafik yang disajikan.
Kusuma, Cahyawati, Rahmani / Tekmapro / Vol. 16, No. 01, Tahun 2021,
Hal. 71-82
76
A. Kondisi Fisik
Kota Malang adalah salah satu kota di Jawa Timur yang berada di tengah-tengah wilayah
Kabupaten Malang, secara astronomis, Kota Malang terletak pada posisi 112.06o – 112.07o
Bujur Timur, 7.06o – 8.02o Lintang Selatan.
Kota Malang memiliki luas wilayah sebesar 110,06 km2. Wilayah administrasi Kota Malang
terdiri dari kecamatan-kecamatan sebagai berikut;
1. Kecamatan Kedungkandang
2. Kecamatan Sukun.
3. Kecamatan Klojen.
4. Kecamatan Blimbing.
5. Kecamatan Lowokwaru.
Di Kota Malang dilalui oleh 5 (lima) sungai besar yaitu : Sungai Amprong, Sungai Bango,
Sungai Metro dan Sungai Sukun (Saluran Irigasi Primer). Sedangkan untuk Daerah Aliran
Sungai (DAS) terbagi menjadi lima bagian, yaitu: DAS Metro, DAS Sukun, DAS Brantas,
DAS Bango dan Sub DAS Amprong.
Penggunaan lahan di Kota Malang didominasi oleh penggunaan lahan bukan pertanian, yaitu
seluas 7.754 ha, dari total luas lahan 11.006 ha. Penggunaan lahan pertanian sawah masih dapat
ditemukan di Kota Malang dengan luas 1.142 ha. Adapun penggunaan lahan pertanian bukan
sawah seluas 2.075 ha.
A. Kondisi Sosial Budaya
Jumlah penduduk di Kota Malang berdasar atas Kota Malang Dalam Angka Tahun 2018
adalah sebesar 861.414 jiwa, dengan perbandingan jumlah penduduk berkelamin pria sebesar
424.81176 jiwa dan wanita sebesar 436.603 jiwa. Dengan demikian rasio jenis kelamin
penduduk Kota Malang sebesar 97,30, ini artinya bahwa setiap 100 penduduk perempuan
terdapat 97 penduduk laki-laki.
Persebaran penduduk pada tiap wilayah adminsitratif Kecamatan di Kota Malang dapat
diketahui bahwa Kecamatan Lowokwaru memiliki kontribusi terbesar yaitu 195.692 jiwa,
kemudian disusul oleh Kecamatan Sukun sebesar 192.951 jiwa, Kecamatan Kedungkandang
sebesar 190.274 jiwa, Kecamatan Blimbing sebesar 179.368 jiwa. Sementara jumlah penduduk
terkecil terdapat di Kecamatan Klojen yaitu sebesar 103.129 jiwa.
Sementara untuk tingkat kepadatan penduduk di Kota Malang, tingkat kepadatan tertinggi
berada di Kecamatan Klojen dengan tingkat kepadatan mencapai 11.679 Jiwa/km2 dan
kepadatan penduduk terendah berada di Kecamatan Kedungkandang yang mencapai 4.769
jiwa/ km2. Lebih jelasnya lihat Tabel I.
TABEL I
JUMLAH DAN KEPADATAN PENDUDUK KOTA MALANG
Kecamatan Laki-Laki
(Jiwa)
Perempuan (Jiwa) Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Luas Wilayah
(km2)
Kepadatan Penduduk
(jiwa/km2)
Kedungkandang 94.663 95.611 190.274 39,89 4.769
Sukun 95.852 97.099 192.951 20,97 9.201 Klojen 49.102 54.027 103.129 8,83 11.679
Blimbing 88.861 90.507 179.368 17,77 10.093
Lowokwaru 96.333 99.359 195.692 22,60 8.658
Jumlah 424.811 436.603 861.414 110,06 7.826
Sumber: Kota Malang Dalam Angka 2018
Kusuma, Cahyawati, Rahmani / Tekmapro / Vol. 16, No. 01, Tahun 2021,
Hal. 71-82
77
B. Perekonomian
Kondisi perekonomian Kota Malang dapat dilihat dari hasil Produk Domestik Regional bruto
(PDRB) atas dasar harga berlaku. Pada Tabel II, menampilkan nilai PDRB Kota Malang dari
tahun 2013 hingga tahun 2017. TABEL II
PDRB DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA KOTA MALANG (MILIAR RUPIAH), 2013-2017
Lapangan Usaha 2013 2014 2015 2016 2017
Pertanian, Kehuatanan dan Perikanan 127,2 142,7 157,5 164,3 168,6
Pertambangan dan Penggalian 44,3 50,3 51,7 49,8 50,8 Industri Pengolahan 12.090,5 12.637,7 13.734,3 14.521,8 15.663,8
Pengadaan Listrik dan Gas 12,9 13,0 14,5 17,5 20,6
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 86,8 91,2 97,1 106,8 97,7 Konstruksi 5.191,2 5.848,4 6.496,5 7,386,7 8.113,2
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 12.363,8 13.257,1 14.977,1 16.890,3 18.456,6
Transportasi dan Pergudangan 972,0 1.119,2 1.250,6 1.399,2 1.596,3 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1.871,4 2.271,3 2.484,7 2.802,7 3.114,8
Informasi dan Komunikasi 1.711,1 1.834,7 2.057,3 2.277,9 2.501,7
Jasa Keuangan dan Asuransi 1.200,0 1.359,6 1.538,5 1.740,5 1.858,2 Real Estate 590,6 633,6 729,6 808,2 864,9
Jasa Perusahaan 315,9 348,6 399,5 447,7 486,3
Adminitrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 721,5 733,6 788,6 844,5 904,0 Jasa Pendidikan 3.290,7 3.728,5 4.224,5 4.646,3 5.112,8
Jasa Kesehatan dan kegiatan Sosial 973,9 1.135,6 1.292,0 1.428,7 1.595,4
Jasa Lainnya 1.256,1 1.358,0 1.534,0 1.638,7 1.735,1
PDRB 42.819,87 46.563,26 51.827,98 57.171,60 62.359,30
Sumber: Kota Malang Dalam Angka 2018
Berdasarkan tabel di atas, nilai PDRB Kota Malang mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Adapun lapangan usaha dengan nilai pendapatan paling tinggi yaitu pada Perdagangan
Besar dan Eceran serta Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 18.456,6 miliar rupiah pada
tahun 2017. Selain itu, lapangan usaha berupa industri pengolahan juga memiliki sumbangan
besar yaitu sebessar 15.663,8 miliar rupiah pada tahun 2017.
C. Pendidikan
Jumlah sekolah yang tersebar di Kota Malang berjumlah 1,048 unit sekolah, dimana dimulai
dari tingkat pendidikan PAUD hingga SMA, dalam kategori negeri maupun swasta. Selain itu,
presentase buta huruf di Kota Malang adalah sebanyak 2,21% dari total jumlah penduduk Kota
Malang, dengan rincian untuk laki-laki sebanyak 0,77% dari jumlah penduduk laki-laki dan
buta huruf pada perempuan sebanyak 3,59% dari total penduduk perempuan di Kota Malang.
D. Kesehatan
Total sarana kesehatan di Kota Malang yang tercatat pada tahun 2017 sebanyak 98 unit,
terdiri dari 14 unit Rumah Sakit, 68 Klinik dan 16 Puskesmas. Masing-masing fasilitas
kesehatan terbanyak berdasarkan jenisnya yakni RS dan Klinik ada di Kecamatan Klojen (9
RS) dan klinik sebanyak 22 unit sementara untuk Puskesmas paling banyak berada di
Kecamatan Blimbing.
Program Keluarga Berencana di Kota Malang ditandai dengan jumlah penggunna kotrasepsi.
Jumlah pasangan usia subur di Kota Malang pada tahun 2016 berjumlah 128.477 jiwa. Adapun
pengguna jenis kontrasepsi sejumlah 99.021 jiwa, dengan jenis terbanyak adalah suntik yaitu
43.104 jiwa.
E. Jalan
Panjang jalan di Kota Malang yang berstatus kota berjumlah 1.027, 11 km, jalan berstatus
provinsi berjumlah 10,94 km, dan berstatus negara berjumlah 12,64 km. Kondisi jalan di Kota
Malang adalah jenis permukaan aspal dengan kondisi yang hampir seluruh yang baik.
Kusuma, Cahyawati, Rahmani / Tekmapro / Vol. 16, No. 01, Tahun 2021,
Hal. 71-82
78
TABEL III PANJANG JALAN
Kategori Status Jalan (Km)
Negara Provinsi Kota Total
Jenis Permukaan
Aspal 12,64 10,94 1.027,11 1.221.293
Jumlah 12,64 10,94 1.027,11 1.221.293
Kondisi Jalan
Baik 12,64 10,44 993,64 511.196
Sedang 560.173 Rusak 0,50 33,47 130.056
Rusak Berat 19.868
Jumlah 12,64 10,94 1.027,11 1.221.293,00
Sumber: Kota Malang Dalam Angka 2018
F. Prasarana Lainnya
Sistem drainase di Kota Malang terdiri dari drainase primer, sekunder dan tersier. Saluran
drainase primer di Kota Malang meliputi DAS Brantas, DAS Sukun, DAS Metro dan DAS
Amprong. Saluran sekunder berupa saluran di kiri dan kanan jalan utama Kota Malang,
sedangkan saluran drainase tersier, tersebar di kiri dan akanan jalan lingkungan atau
perumahan. Wilayah drainase makro meliputi Daerah Pengaliran Kali Metro yang melayani
tangkapan hujan Malang Barat, Daerah pengaliran Sungai Brantas (termasuk Kali Bango dan
Kali Amprong) yang melayani tangkapan hujan di Malang Barat Laut – Tengah – Timur Laut
Selatan, serta Saluran drainase primer yang melayani tangkapan hujan di Malang Tenggara
(wilayah Buring).
Pola penanganan sampang di Kota Malang umumnya dilakukan masyarakat dengan cara
pengumpulan di masing-masing sumber sampah. Kemudian petugas akan mengambil sampah-
sampah tersebut menggunakan gerobal menuju ke TPS untuk meudian diangkut menuju ke
TPA. Kota Malang memiliki 4 TPA, yaitu TPA Gadang, TPA Pandanwaingi, TPA Lowokdoro,
dan TPA Supit Urang. Dari keempat TPA tersebut, hingga sekarang yang masih berfungsi
hanya TPA Supit Urang. Adapun TPA yyang lain telah ditutup karena kapasitas tampung
sampah telah habis berlebih. TA Supit Urang memiliki luas 13,2 Ha dengan luas kantor dan
taman sebeas 2 Ha. Sistem TPA Supit Urang adalah sistem penimbunan harian, dimana sampah
yang ditimbun dengan tanah setebal 15-20 cm setia harinya.
G. TPS di Kota Malang
TPS di Kota Malang berdasarkan hasil survei lapangan berjumlah 78 unit, dimana terdapat
17 unit TPS Private dan 61 unit TPS Publik. TPS yang ada tersebar di setiap kecamatan,
dimana Kecamatan Klojen terdapat 13 TPS, Kecamatan Blimbing 16 TPS, Kecamatan
kedungkandang 11 TPS, Kecamatan Sukun 16 TPS, dan kecamatan Lowokwaru sebanyak 22
TPS.
TABEL IV
JUMLAH TPS PUBLIK DAN TPS PRIVATE DI KOTA MALANG NO KECAMATAN JUMLAH TPS PUBLIK JUMLAH TPS PRIVATE JUMLAH TPS
1 KLOJEN 10 3 13 2 BLIMBING 12 4 16
3 KEDUNGKANDANG 10 1 11
4 SUKUN 14 2 16 5 LOWOKWARU 15 7 22
KOTA MALANG 61 17 78
Kusuma, Cahyawati, Rahmani / Tekmapro / Vol. 16, No. 01, Tahun 2021,
Hal. 71-82
79
Gambar. 7. Peta Sebaran TPS Kota Malang
H. Permasalahan TPS
Berdasarkan hasil penjabaran di atas, terdapat beberapa masalah yang diambil dari hasil
analisis dan hasil survey serta diskusi dan wawancara dengan pihak terkait. Adapun ringkasan
permasalahan yang umum terjadi di TPS-TPS Publik di Kota Malang ada pada Tabel V.
TABEL V
RINGKASAN PERMASALAHAN PADA TPS DI KOTA MALANG No Permasalahan TPS Terdampak
1 Pembuangan sampah ilegal (di luar jam operasional) Seluruh TPS
2 Kurangnya fasilitas pendukung di TPS Seluruh TPS
3 Belum adanya timbangan di setiap TPS untuk mengukur volume
sampah yang masuk secara akurat per harinya Seluruh TPS
4 Pengembangan PKD terhalang masalah lahan TPS Wareng
5 Jumlah gerobak pengangkut sampah kurang, tidak sesuai dengan
luasnya daerah pelayanan
Jatimulyo, Asahan, Manyaran, Mulyorejo,
Polehan
6 Tidak semua kelurahan memiliki TPS Publik tersendiri sehingga ada
kelurahan yang membuang ke TPS sebelahnya
Kelurahan Samaan, Bareng, Sukoharjo, Purwodadi, Tlogowaru, Wokonoyo, Bumiayu,
Mergosono, Bandulan, Dinoyo, Tulusrejo
7 Lokasi TPS publik berada pada tanah yang bukan merupakan tanah aset Pemkot Malang (tanah pribadi, PJKA, dan lain-lain
TPS Asahan, TPS Sulfat, TPS Grendel, TPS Polowijen
8
Tidak adanya arahan kepada petugas gerobak RW dari Dinas terkait
sistem kerja, disiplin, dan lain-lain, menyebabkan adanya sampah ilegal , individualis, dan tidak kooperatif
Seluruh TPS
9 Sampah ilegal diletakan sembarangan oleh masyarakat, sehingga
menganggu jalur truk saat jam operasional pengangkutan Seluruh TPS
10 Tidak adanya prasarana air bersih di TPS-TPS Hampir Seluruh TPS
11 Banyak gerobak yang rusak dan tidak ada upaya perbaikan dari RW Seluruh TPS
12 Fasilitas yang telah ada terdapat kerusakan atau tidak terawat Seluruh TPS 13 Lokasi TPS berada di Kabupaten TPS Puncak Dieng
14 Sampah meluber keluar TPS TPS Sumbersari, Borobudur, Manyar
15 Timbulnya kemacetan di sekitar TPS saat proses pengangkutan TPS Sardo, Sumbersari, Manyar, Borobudur 16 Perlunya pelebaran akses jalan dan pengaspalan jalan TPS Genting, Mantren, Telecenter
17 Terdapat rencana pemindahan, namun belum ada lokasi pengganti TPS Rampal Celaket, Klayatan II
18 Membutuhkan perluasan lahan TPS namun belum ada lahan TPS Brantas 19 Tidak adanya petugas TPS Wahidin, Seram
20 TPS dekat dengan sekolah/fasilitas lain dan mendapatkan protes dari sekitarnya
TPS Comboran, Kelabang
21 Sampah yang meluber menyebabkan aliran sungai mampet sehingga
membutuhkan penyangga atau jaring TPS Manyar
22 TPS berada di tanah makam TPS Manyar
23 Dinding TPS kurang tinggi TPS Mantren
24 Sampah banyak ditumpuk di sekitar TPS (di luar TPS) TPS Mantren, Jatimulyo
Kusuma, Cahyawati, Rahmani / Tekmapro / Vol. 16, No. 01, Tahun 2021,
Hal. 71-82
80
No Permasalahan TPS Terdampak
25 Tidak ada Penerangan TPS Mantren
26 Sulitnya akses jalan karena TPS berada jauh dari jalan raya TPS Mantren 27 TPS Tidak memiliki fasilitas, namun menumpang di rumah kompos TPS Gadang kompos
28 TPS berada di tanah perumahan dan jalan raya TPS Tanjung
29 TPS berada di tanah milik Dishub TPS Mulyorejo 30 TPS becek ketika hujan TPS Telecenter
31 TPS bersifat bayangan atau sementara TPS Muharto
32 PKD ada namun tidak aktif TPS Merjosari, Tasikmadu Atas, tasikmadu Bawah, polehan
33 Berdasarkan jumlah gerobak masuk, dan ritasi angkutan, TPS
mengalami overload tampungan Hampir Seluruh TPS
34 PKD belum dikembangkan secara merata di wilayah-wilayah Kota
Malang 32 Kelurahan
I. Pemetaan Permasalahan TPS
Berdasarkan hasil rangkuman permasalahan TPS Kota Malang, seluruh TPS memiliki
beberapa kendala dan masalah dalam operasionalnya. Dari 34 masalah yang teridentifikasi,
pada rencana dalam mengatasi masalah tersebut dapat dikelompokkan menjadi 6 jenis rencana
program. Keenam jenis rencana program tersebut adalah sebagai berikut.
1. Penambahan Sarana dan Prasarana TPS
2. Peraturan & Kebijakan
3. Peningkatan SDM
4. Pengembangan PKD
5. Pembuatan TPS Baru
6. Pemindahan TPS
V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Dari keenam program di atas, diuraikan lebih lanjut mengenai rencana kegiatan sebagai
tindak lanjut untuk mengatasi permasalahan yang ada di TPS-TPS Kota Malang.
TABEL VI RENCANA KEGIATAN
PROGRAM RENCANA KEGIATAN LOKASI
Penambahan
Sarana &
Prasarana
Pengadaan sarana pendukung pada setiap TPS yang belum
terlengkapi fasilitas Seluruh TPS
Pengadaan timbangan di setiap pintu masuk TPS yang dapat menimbang gerobak yang masuk tiap hari
Seluruh TPS
Penambahan moda angkutan gerobak, pada TPS yang memiliki
daya tampung berlebih
TPS Jatimulyo, Asahan, Manyaran,
Mulyorejo, Polehan
Pengadaan pagar agar kegiatan dapat dibatasi sesuai dengan jam operasional
Seluruh TPS
Pengadaan sambungan air bersih di setiap TPS dan perlatan
kebersihan lainnya (selang air, sepatu bot, sarung tangan,
westafel/sabun cuci tangan)
Hampir Seluruh TPS
Pendataan kondisi gerobak yang masuk secara berkala Seluruh TPS
Perbaikan pada fasilitas-fasilitas yang tidak berfungsi dan
mengalami kerusakan Seluruh TPS
Inventarisasi fasilitas pada TPS secara berkala Seluruh TPS
Pengadaan jalas aspal dan pelebaran jalan pada TPS yang akses jalannya terbatas
TPS Genting, Mantren, Telecenter
Peninggian dinding TPS TPS Mantren, Sumbersari, Borobudur,
Manyar, Comboran, Kelabang
Pengadaan fasilitas penerangan pada seluruh TPS TPS Mantren
Pemberian atap pada TPS yang belum memiliki atap dan dinding
penahan hujan TPS Telecenter, Muharto
Pembuatan depo TPS Telecenter, Muharto
Penambahan armada angkut Hampir Seluruh TPS
Peremajaan armada angkutan Hampir Seluruh TPS
Peningkatan ritasi Hampir Seluruh TPS
Kusuma, Cahyawati, Rahmani / Tekmapro / Vol. 16, No. 01, Tahun 2021,
Hal. 71-82
81
PROGRAM RENCANA KEGIATAN LOKASI
Peraturan &
Kebijakan
Pembuatan peraturan yang mengatur jadwal operasional TPS Seluruh TPS
Pembuatan papan informasi / signage terkait informasi pelarangan
kegiatan membuang sampah di luar jam operasional Seluruh TPS
Perumusan kebijakan terkait sistem kerja dan instruksi antar
stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan sampah Seluruh TPS
Penerapan insentif dan disinsentif pada penggerobak dan wilayah
dalam penanganan masalah persampaha di wilayah masing-masing Seluruh TPS
Penyesuaian jadwal pengangkutan TPS agar tidak melaukan pengangkutan pada rush hour
TPS Sardo, Sumbersari, Manyar,
Borobudur, Comboran, Kelabang,
Tanjung
Peningkatan SDM
Pengadaan inventarisasi data dan informasi lengkap terkait penggerobak di setiap TPS
Seluruh TPS
Pengadaan pertemuan secara berkala antar DLH/Kepala Wilayah
dengan penggerobak TPS Seluruh TPS
Perekrutan SDM tambahan agar terseedianya tenaga penjaga pada
setiap TPS TPS Wahidin, Seram
Pemberian sosialisasi dan pelatihan masyarakat sekitar terkait
keuntungan daur ulang sampah Seluruh Kelurahan
Pengembangan
PKD
Pengembangan PKD pada lokasi dengan status milik Pemerintah
Kota TPS Wareng
Pembuatan PKD di setiap kelurahan yang belum memiliki PKD 32 Kelurahan
Pembuatan TPS
baru
Pembuatan TPS baru pada setiap kelurahan yang belum memiliki TPS Kelurahan Samaan, Bareng, Sukoharjo,
Purwodadi, Tlogowaru, Wokonoyo,
Bumiayu, Mergosono, Bandulan,
Dinoyo, Tulusrejo
Pendataan lokasi-lokasi potensial sebagai tempat pembuatan TPS
baru maupun pemindahan TPS
Pembangunan TPS baru memenuhi ukuran lahan yang luas dan akses yang mudah
Pemindahan TPS
Pemindahan TPS ke lokasi baru dengan ukuran yang lebih luas dan
akses yang mudah
TPS Asahan, TPS Sulfat, TPS Grendel,
TPS Polowijen, Puncak Dieng
Pencarian lokasi baru dengan akses yang memadai dengan
melibatkan masyarakat sekitar
TPS Rampal Celaket, Klayatan II,
Brantas, manyar
Pemindahan TPS baru dengan mencari lokasi baru TPS Gadang kompos
Pencarian lokasi potensial untuk pembangunan TPS di sekitar
lokasi TPS eksisting TPS Mulyorejo
Pada hasil identifikasi dan analisis yang dilakukan, seluruh kelurahan telah terlayani oleh
TPS. Namun, terdapat beberapa kelurahan yang tidak memiliki TPS sendiri, sehingga
pengangkutan sampah dilakukan dengan menggunakan TPS-TPS di kelurahan sekitar.
Menumpuknya volume sampah pada beberapa TPS disebabkan daerah pelayanan yang sangat
luas, khususnya pada kelurahan yang tidak memiliki TPS.
Sehingga, sebagai usaha dalam mengurai volume sampah di beberapa TPS yang overload,
dan menyediakan TPS pada setiap kelurahan di kota Malang, maka direncanakan dilakukan
pengadaan TPS baru pada kelurahan-kelurahan yang belum memiliki TPS di wilayahnya.
Tabel VII adalah kelurahan yang tidak memiliki TPS.
TABEL VII
KELURAHAN YANG TIDAK MEMILIKI TPS KECAMATAN KELURAHAN
Klojen
Sukoharjo
Bareng
Samaan
Blimbing Purwodadi
Kedungkandang
Tlogowaru
Wonokoyo
Bumiayu
Mergosono
Sukun Bandulan
Lowokwaru Dinoyo
Tulusrejo
Kusuma, Cahyawati, Rahmani / Tekmapro / Vol. 16, No. 01, Tahun 2021,
Hal. 71-82
82
Perencanaan pembuatan TPS baru untuk kelurahan-kelurahan tersebut, memerlukan lokasi
yang strategis dengan akses yang memadai. Untuk itu, berikut disajikan peta titik lokasi-lokasi
potensial untuk pembuatan TPS baru di kelurahan-kelurahan tersebut.
PUSTAKA
Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang, 2016, Laporan Akhir Studi Perencanaan Lokasi Tempat Pembuangan Sampah. Provinsi Jawa Timur
Fitria, L., Susanty, S., dan Suprayogi. 2009. Penentuan Rute Truk Pengumpul dan Pengangkut Sampah di Bandung. Jurnal
Teknik Industri, Vol. 11 No. 1, pp. 51-60. Diakses 24 Desember 2015.
Hadiwiyoto, S. 1983. Penanganan Pemanfaatan Sampah. Jakarta : Yayasan Idayu. http://id.wikipedia.org/wiki/Pengelola
an_sampah diakses tanggal 5 Oktober 2015.
Naatonis, R. M. 2010. Sistem Pengolahan Sampah Berbasis Masyarakat Di Kampung Nelayan Oesapa Kupang. Tesis tidak diterbitkan. UNDIP: Program Pascasarjana UNDIP Semarang.
Prakosa, D. 2003. Partisipasi Masyarakat Kawasan Terbangun terhadap Kebijakan Pengelolaan Sampah Pemerintah Kota
Semarang (Studi Kasusu Perumahan Aryamukti Semarang). Jurnal Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro, Vol. 1 No. 2, pp. 15-24. Diakses 24 Desember 2015.
Ginige, T and Sparks, N. 2010. Maltase Waste Management Policies Prior To Joining The EU. Law Enviroment and
Development Journal. University of London. ISSN. 1746-5893. Rizal, A. 2011. Analisis Pengelolaan Persampahan
Perkotaan Di Kelurahan Boya Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala.Jurnal SMARTek, 9:155-172
Surjandari, I., Hidayanto, A., Supriyatna, A. 2009. Model Dinamis Pengelolaan ISSN :2301-4678
Sampah Untuk Mengurangi Beban Penumpukan. Jurnal Teknik Industri Vol. 11 No. 2, pp 134-147. Diakses 26 desember 2015.
Tarigan., Robinson, 2009. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Penerbit: Bumi Aksara.
Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
L. T. W. N. Kusuma, A. A. Ramadhan and H. D. P. Anggriyanti, "The Quality Function Deployment (QFD) - based evaluation of Malang Waste Bank management," 2015 IEEE International Conference on Industrial Engineering and Engineering
Management (IEEM), Singapore, 2015, pp. 1574-1577, doi: 10.1109/IEEM.2015.7385912.
Kusuma, L. T. W. N., & Tseng, F.-S. (2020). IOT Framework to Support Maritime Highway Program. Journal of Cases on Information Technology, 22(3), 35–50.doi:10.4018/jcit.2020070103
L.Venkata, S.Narayana, “A Survey on Challenges and Advantages in Big Data, International Journal of Computer Science and Technology Vol.6, No.2, 2015.
Pratama, A. H., 2016. 5 Penerapan Internet of Things (IoT) Andalan Jakarta Smart City 2016. Rahmadzani, R. F., 2017. Mengenal IoT (Internet of Things) dan Apa Kegunaannya di Masa Depan.
S.J.Samuel, K.RVP, K.Sashidhar, C.R.Bharathi, “A survey on big data and its research challenges", ARPN Journal of Engineering and Applied Sciences, Vol.10, No.8, Pp.3343-3347, 2015.
S.Kuchipudi, T.S.Reddy, "Applications of Big data in Various Fields", International Journal of Computer Science and Information Technologies (IJCSIT), Vol.6, No.5, Pp.4629-4632, 2015.
S.Mukherjee, R.Shaw, "Big Data–Concepts, Applications, Challenges and Future Scope" International Journal of Advanced Research in Computer and Communication Engineering, Vol.5, No.2, 2016.
Ganjir, B.K.Sarkar, R.R.Kumar, "Big data analytics for healthcare." International Journal of Research in Engineering, Technology and Science, Vol. 6, Pp.1-6, 2016
H.Forest, E.Foo, D.Rose, D.Berenzon, “Big Data”, white paper global transaction banking, Pp.1-26.
J.Sun, C.K.Reddy, “Big Data Analytics for Healthcare”, Tutorial presentation at the SIAM International Conference on Data
Mining Austin TX, Pp.1-112, 2013.
Recommended