View
225
Download
20
Category
Preview:
DESCRIPTION
Abstrak. Dari berbagai macam jenis pembayaran elektronik yang ada, salah satu jenisnya adalah e-wallet. Di Indonesia sudah banyak produk e-wallet yang dikeluarkan oleh pihak bank maupun pihak swasta. Doku, sebagai salah satu perusahaan payment gateway yang terbesar di Indonesia mempunyai sebuah produk e-wallet bernama Doku Wallet. Meskipun Doku Wallet sudah diluncurkan sejak akhir tahun 2012, penggunaannya oleh masyarakat Indonesia masih sangat minim. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor apa yang memengaruhi adopsi penggunaan Doku Wallet di Indonesia sebagai alternatif alat pembayaran. Data responden didapat dari pengisian form secara online di Google form, yang link-nya disebarkan melalui media sosial seperti Facebook, Twitter, dan forum online. Target respondennya adalah orang yang pernah menggunakan Doku Wallet. Dari pengumpulan data selama satu bulan, mulai tanggal 5 April 2014 sampai 5 Mei 2014, terkumpul sebanyak 111 responden yang mengisi kuesioner. Data tersebut kemudian dianalisis dengan teknik multivariate structural equation modeling (SEM) menggunakan software LISREL 8. Hasil pengolahan data menunjukan bahwa faktor yang mempengaruhi penerimaan dari Doku Wallet adalah electronic word-of-mouth (e-WOM), trust, perceived risk, dan perceived ease of use.
Citation preview
Analisis Penerimaan e-Wallet di Indonesia: Studi Kasus Doku Wallet
Fathi, S.
Departemen Teknologi Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indonesia, Kampus UI Salemba JL.
Salemba Raya No. 4, Jakarta 10430
E-mail: syahrulfathi@outlook.com
Abstrak
Abstrak. Dari berbagai macam jenis pembayaran elektronik yang ada, salah satu jenisnya adalah e-wallet. Di
Indonesia sudah banyak produk e-wallet yang dikeluarkan oleh pihak bank maupun pihak swasta. Doku, sebagai
salah satu perusahaan payment gateway yang terbesar di Indonesia mempunyai sebuah produk e-wallet bernama
Doku Wallet. Meskipun Doku Wallet sudah diluncurkan sejak akhir tahun 2012, penggunaannya oleh
masyarakat Indonesia masih sangat minim. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor apa yang
memengaruhi adopsi penggunaan Doku Wallet di Indonesia sebagai alternatif alat pembayaran. Data responden
didapat dari pengisian form secara online di Google form, yang link-nya disebarkan melalui media sosial seperti
Facebook, Twitter, dan forum online. Target respondennya adalah orang yang pernah menggunakan Doku
Wallet. Dari pengumpulan data selama satu bulan, mulai tanggal 5 April 2014 sampai 5 Mei 2014, terkumpul
sebanyak 111 responden yang mengisi kuesioner. Data tersebut kemudian dianalisis dengan teknik multivariate
structural equation modeling (SEM) menggunakan software LISREL 8. Hasil pengolahan data menunjukan
bahwa faktor yang mempengaruhi penerimaan dari Doku Wallet adalah electronic word-of-mouth (e-WOM),
trust, perceived risk, dan perceived ease of use.
Acceptance Analysis of e-Wallet in Indonesia: A Case Study of Doku Wallet
Abstract
E-wallet is one type of electronic payment. In Indonesia there are so many e-wallet products, which are issued by
banks and private sectors. Doku is one of the largest payment gateway companies in Indonesia, which have an e-
wallet product called Doku Wallet. Although Doku Wallet was lauched in late 2012, its usage is very low in
Indonesia. This study was conducted to determine factors that affect the adoption of Doku Wallet as an
alternative payment method in Indonesia. Data were obtained from online questionnaire on Google form. Its link
was advertised on social media, such as Facebook, Twitter, and online forums. The respondents are Doku Wallet
users. The data were collected within one month from 5 April 2014 until 5 May 2014. There are 111
respondents, who filled out the questionnaire. Then the data was analyzed using LISREL 8, as a tool of a
multivariate data analysis called structural equation modeling (SEM). The results shows that the factors affecting
acceptance of Doku Wallet is electronic word-of-mouth (e-WOM), trust, perceived risk, and perceived ease of
use.
Keywords: Mobile payment, e-wallet, trust, risk, Doku
Pendahuluan
Perkembangan transaksi non-tunai memiliki peningkatan yang signifikan di seluruh dunia.
Gambar 1 menjelaskan perkembangan pembayaran non-tunai secara global dari tahun 2007
hingga tahun 2011 (Capgemini, 2013). Pada tahun 2010 ke tahun 2011 memiliki peningkatan
sekitar 8,8% serta mencapai 307 triliun transaksi. Pertumbuhan tersebut dipimpin oleh
wilayah Eropa Tengah, Timur Tengah, Afrika, dan negara-negara Asia. Wilayah tersebut
memiliki total transaksi non-tunai yang kecil secara global, tetapi banyaknya investasi pada
sektor ini membantu wilayah tersebut memiliki perkembangan yang signifikan. Negara-
negara di wilayah Asia memiliki pangsa pasar terbanyak yaitu sebesar 6.5% secara global dan
meningkat 21.9% pada tahun 2011.
Gambar 1 Jumlah Transaksi Non-Tunai Berdasarkan Wilayah di Seluruh Dunia (Capgemini, 2013)
Ernst and Young (2011) menyatakan bahwa mobile payment services pada tahun 2014
memiliki nilai transaksi mencapai $245 triliun dan memiliki 340 juta pengguna di seluruh
dunia, yang sama totalnya dengan 5% dari semua pengguna mobile diseluruh dunia. Gambar 2
menjelaskan bahwa wilayah Asia Pasifik adalah wilayah yang memiliki persentase mobile
payment terbesar di dunia dibandingkan dengan wilayah lainnya.
Gambar 2 Prediksi Pengguna Mobile Payment Berdasarkan Wilayah pada Tahun 2009-2010 (Ernst &Young,
2011)
Doku adalah perusahaan payment gateway pertama di Indonesia yang berdiri sejak 2007.
Sebagai perusahaan payment gateway, Doku memiliki banyak jenis produk terkait bisnis
CAGR 07-11
Growth 09-10
Growth 10-11
Growth 10-11
Global 7.3% 6.0% 8.8% Emerging
Asia 20.0% 21.7% 22.1%
Developing 18.7%
CEMEA 26.2% 23.8% 21.9% Latin
America 15.0% 7.7% 14.4%
Mature Asia Pacific
10.2% 3.1% 11.0% Mature
6.2% Europe 4.2% 4.7% 4.2% North
America 3.8% 3.1% 6.4%
modelnya. Khusus untuk bisnis mobile payment, Doku memfasilitasi konsumen dengan tiga
jenis pembayaran, yaitu melalui Doku Wallet, Credit Card dan Debit Card. Doku Wallet
diluncurkan di Indonesia pada akhir tahun 2012. Walaupun tergolong baru, tetapi merchant
yang bergabung untuk menggunakan Doku Wallet sudah banyak. Doku Wallet masih terus
memperbanyak merchant yang bersedia menerima pembayaran menggunakan Doku Wallet.
Hal tersebut membuat pengguna memiliki banyak pilihan merchant ketika berbelanja
menggunakan Doku Wallet. Dengan diluncurkannya Doku Wallet, diharapkan masyarakat di
Indonesia dapat menggunakan fasilitas ini untuk mempermudah pembayaran online maupun
offline.
Tabel 1 Pengguna yang mendaftar Doku Wallet pada tahun 2013
Bulan Pengguna
Januari 2013 246
Februari 2013 165
Maret 2013 158
April 2013 5.593
Mei 2013 326
Juni 2013 295
Juli 2013 1.315
Agustus 2013 394
September 2013 2.562
Oktober 2013 2.684
November 2013 4.125
Desember 2013 2.122
Total 19.985
Target Doku pada tahun 2013 yaitu memiliki 250.000 pengguna yang terdaftar pada Doku
Wallet. Tetapi kenyataanya hingga Februari 2014, Doku Wallet hanya memiliki 47.571
pengguna, yang berarti hanya mencapai 19% dari target perusahaan. Tabel 1.1 menjelaskan
statistik pengguna Doku Wallet yang terdaftar pada tahun 2013. Dapat dilihat terdapat
perbedaan yang cukup signifikan pada bulan April, Juli dan September. Hal tersebut terjadi
karena pada bulan April terdapat acara peluncuran belandja.com yang berkerja sama dengan
BNI serta ada tracerout party. Pada bulan Juli, kedatangan klub sepakbola Chelsea ke
Indonesia meningkatkan jumlah pendaftar Doku Wallet. Pada bulan setelah September, Doku
Wallet mengalami peningkatan yang lagi karena pada saat itu Doku Wallet bekerja sama
dengan provider Bolt 4G, sebagai penyedia layanan 4G pertama di Indonesia.
Dari analisis permasalahan diatas dapat dilihat bahwa target Doku untuk memiliki pengguna
sebanyak 250.000 pengguna tidak tercapai. Untuk membantu penelitian ini tetap fokus pada
masalah, maka dibuatlah sebuah research question yaitu: Faktor-faktor apa yang
memengaruhi penerimaan Doku Wallet di masyarakat Indonesia?
Tinjauan Teoritis
Mobile Payment. E&Y (2011) melakukan pengelompokan untuk mobile payment
berdasarkan teknologi dan skenario. Berdasarkan teknologi, mobile payment terbagi menjadi
tiga bagian yaitu Short Messaging Service (SMS), Near Field Communication (NFC) dan
Mobile Internet. Untuk pembagian berdasarkan skenario, mobile payment dibagi menjadi
enam bagian yaitu payment type, use case, characteristics, examples, payment providers and
enablers, dan mobile operator participation.
e-Wallet. Mobile payment termasuk didalam kategori electronic wallet, yang termasuk
transaksi non-tunai, tidak menggunakan media seperti kartu, dan melakukan transaksi melalui
kanal elektronik (Amoroso, 2011). Berbeda dengan kartu debit atau kartu kredit, transaksi
menggunakan e-wallet tidak secara langsung melalui pihak ketiga atau intermediari
(Amoroso, 2011).
E-wallet semakin berkembang bukan karena mobile wallet digunakan untuk memfasilitasi e-
wallet, tetapi karena adanya mobile device yang dimiliki hampir semua orang dan ini memicu
penggunaan mobile device sebagai perantara untuk e-wallet (Olsen, 2011). Mobile payment
hadir bukan sebagai pengganti transaksi tunai, tetapi sebagai komplemen terhadap uang tunai
(Olsen, 2011). Suksesnya Paypal sebagai alat transaksi pada dunia e-commerce menunjukan
bahwa adanya kebutuhan di dunia e-commerce terhadap sebuah alat transaksi alternatif.
Lingkungan untuk e-wallet yang masih belum matang dan terbuka-lebarnya peluang untuk
terjun ke dunia e-wallet menimbulkan kompetisi bagi kalangan pebisnis. Lembaga bank
hingga non-Bank berbondong-bondong membuat produk e-wallet untuk dijual kepasaran.
Lingkungan e-wallet akhirnya semakin ramai dan semakin banyaknya kompetitor membuat
persaingan di dunia e-wallet semakin sengit.
TAM. Salah satu studi yang paling banyak untuk adopsi teknologi terhadap individu adalah
Technology Acceptance Model (TAM). Davis (1989) mengenalkan TAM untuk menjelaskan
tentang kebiasaan pengguna terhadap penggunaan komputer. Penelitian tersebut menjelaskan
bahwa TAM cocok untuk penerimaan pengguna terhadap komputer. Selain TAM sebenarnya
masih banyak metode lain mengenai adopsi pengguna. seperti uses and gratification atau
diffusion of innovation, tetapi untuk penelitian mobile payment, TAM lebih cocok karena
dapat dimodifikasi sesuai faktor-faktor yang dibutuhkan pada adopsi penerimaan pengguna
(Shin, 2009).
TAM berasal dari theory of reasoned action yang menjelaskan bahwa attitude toward using
dan subjective norm memiliki pengaruh terhadap behavioral intention to use yang pada
akhirnya memengaruhi actual usage yang digambarkan pada Gambar 2.1. TAM adalah
metode yang pertama kali dapat mengaplikasikan faktor psikologis terhadap sistem informasi
dan adopsi komputer. Variabel utama dalam TAM yang paling memengaruhi pengguna untuk
menggunakan sebuah teknologi adalah perceived usefulness dan perceived easy of use (Davis,
1989). Penelitian sekarang banyak yang mengembangkan TAM dengan menambahkan faktor-
faktor yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan.
Penelitian Shin (2009) menyebutkan bahwa TAM memiliki keterbatasan terhadap adopsi
mobile wallet. Salah satunya adalah TAM tidak memerhatikan faktor pengaruh sosial
terhadap adopsi dari teknologi yang baru (Malhotra & Galletta, 1999). Kedua, TAM
menganggap bahwa memiliki hambatan untuk pengguna menggunakan teknologi tertentu jika
pengguna dihadapkan pada pilihan menggunakan atau tidak (Mathieson, Peacock, & Chin,
2001). Ketiga, TAM beranggapan bahwa hanya terdapat satu teknologi dan tidak
menghiraukan teknologi alternatif yang lain (Shin, 2009). Dari keterbatasan tersebut,
dibutuhkan modifikasi terhadap model TAM yang digunakan untuk adopsi pengguna mobile
payment. Modifikasi tersebut dilakukan agar mancakup sisi adopsi pengguna terhadap mobile
payment yang tidak dicakup pada model TAM yang biasa.
SEM. Structural Equation Modeling (SEM) adalah teknik yang menggunakan metode analisis
statistik multivariat terapan yang digunakan oleh berbagai kalangan (Pugesek & Tomer,
2003). Walaupun terdapat berbagai macam teknik yang muncul lebih awal, SEM lebih
menarik dari teknik yang lain. Hal tersebut karena terdapatnya banyak aplikasi khusus untuk
SEM seperti AMOS, EQS, LISREL, Mplus, Mx, RAMONA, SEPATH. Hal lain yang
membuat SEM semakin banyak digunakan adalah banyaknya publikasi yang menggunakan
teknik SEM. Hal tersebut memudahkan akses informasi terhadap SEM lebih mudah.
Shipley (2000) di dalam Pugesek & Tomer (2003) menyatakan SEM dalam arti luas sebagai
kumpulan hipotesis hubungan sebab akibat antara variabel dengan hipotesis komposit
berdasarkan pola dependensi statistik yang bersifat dependen. Hubungan ini dijelaskan oleh
parameter yang menunjukkan besarnya efek (secara langsung atau tidak langsung) variabel
independen (baik yang diamati atau laten) terhadap variabel dependen (baik diamati atau
laten) (Pugesek & Tomer, 2003).
Penelitian Terkait. Chen dan Adams pada tahun 2005 melakukan penelitian tentang adopsi
pengguna terhadap mobile payment. Penelitian ini menggunakan TAM dan IDT sebagai dasar
teori yang digunakan. Gambar 2.2 adalah faktor-faktor yang digunakan oleh Chen dan Adams
yang terdiri dari perceived usefulness, perceived ease of use, attitude toward using,
behavioral intention to use, actual use of mobile payment, observability, compatibility, dan
trialability. Amoroso dan Watanabe pada tahun 2012 melakukan penelitian untuk adopsi
mobile wallet dengan studi kasus mobile Suica di Jepang. Penelitian ini menggunakan 12
variabel diantaranya perceived usefulness dan perceived ease of use, attitude toward using,
behavioral intention to use, actual usage, facilitating conditions, perceived security, trust,
perceived risk, perceieved value, social influence, dan attractiveness of alternatives yang
dimodelkan seperti gambar 2.3. Data yang digunakan di penelitian ini adalah hasil observasi
dari lingkungan Suica di Jepang.
Lai (2012) melakukan penelitian tentang penerimaan teknologi terhadap aplikasi e-wallet
untuk pembayaran biaya klinik. Penelitian ini menggunakan studi kasus untuk Taipei Easy
Card yang dikeluarkan oleh Easy Card Corporation di Taipei, Cina. Penelitian ini
menggunakan TAM sebagai framework penelitiannya dengan menambahkan variabel
technology experience selain variabel utama TAM. Gambar 2.5 adalah model TAM yang
telah dimodifikasi oleh Lai sesuai kebutuhan penelitian ini.
Guhr et al. (2013) melakukan penelitian tentang kesiapan konsumen terhadap penggunaan
mobile payment pada studi kasus di Finlandia, Jerman, Amerika, dan Jepang. Pada penelitian
ini dilakukan pengecekan technology readiness terhadap variabel TAM yaitu perceived
usefulness, perceived ease of use, dan intention to use.
Sahut pada tahun 2008 melakukan penelitian terhadap adopsi penggunaan e-wallet dengan
studi kasus Moneo. Moneo adalah e-wallet yang berasal dari Perancis yang diluncurkan pada
tahun 1999. Walaupun Moneo ada di setiap kartu bank di Perancis, tapi Moneo jarang
diaktifkan oleh penggunanya. Sahut menggunakan TAM untuk mengetahui adopsi
penggunaan Moneo di Perancis. Terdapat penambahan variabel eksternal pada TAM yang
digunakan oleh Sahut. Hal ini karena pertimbangan bahwa perceived usefulness harus ikut
serta sebagai pertimbangan penggunaan mobile payment yang pada akhirnya berhubungan
dengan perceived advantage.
Kerangka Berpikir
Pengaruh perceived ease of use terhadap mobile payment. Dalam konteks e-wallet,
perceived ease of use mengarah ke cara pemakaian e-wallet. Dalam e-wallet, transaksi secara
offline hanya memerlukan informasi seperti nomor telepon dan token yang dibentuk oleh
sistem. Pada proses online, transaksi e-wallet khususnya pada Doku Wallet membutuhkan
akses akun Doku Wallet beserta pin-nya. Jika proses transaksi ini dianggap mudah oleh
pengguna, maka kemudahan ini dapat memengaruhi perceived usefulness dan attitude toward
using pengguna. Trust juga dapat terbentuk seiring banyaknya transaksi yang dilakukan oleh
pengguna karena kemudahan menggunakan e-wallet. Oleh karena itu dapat dibentuk hipotesis
mengenai perceived ease of use terhadap attitute toward using, perceived usefulness, dan trust
seperti:
H1a: Perceived ease of use memiliki dampak terhadap perceived usefulness
H1b: Perceived ease of use memiliki dampak terhadap attitude toward using
H1c: Perceived ease of use memiliki dampak terhadap trust
Pengaruh perceived usefulness terhadap mobile payment. Berdasarkan Davis (1989)
tentang definisi perceived usefulness tentang meningkatkan kinerja suatu aktifitas, dalam
konteks e-wallet makna kinerja adalah mengenai kemudahan proses transaksi yang dilakukan
oleh pengguna. Jika penggunaan e-wallet sangat mudah, maka pengguna dapat memilih
menggunakan e-wallet dibandingkan dengan uang tunai. Proses perhitungan transaksi dapat
lebih mudah jika menggunakan e-wallet, karena tidak perlu kuatir dengan jumlah kembalian.
Transaksi dengan nominal yang tidak ada pada uang tunai tetap dapat diproses. E-wallet juga
memfasilitasi pengguna yang tidak memiliki kartu kredit tetapi ingin bertransaksi secara
online. Berbagai kemudahan ini dapat meningkatkan kinerja transaksi pengguna yang pada
akhirnya memengaruhi attitude toward using dan behavioral intention to use pengguna. Jika
pengguna merasakan kemudahan menggunakan e-wallet, pengguna dapat terus menggunakan
e-wallet yang mengakibatkan frekuensi transaksi semakin banyak. Dengan adanya hubungan
antara perceived usefulness, attitude toward using, dan behavioral intention to use, maka
dapat dibentuk hipotesis seperti:
H2a: Perceived usefulness mempunyai pengaruh terhadap attitude toward using
H2b: Perceived usefulness mempunyai pengaruh terhadap behavioral intention to use
Pengaruh perceived risk terhadap mobile payment. Pada konteks e-wallet, menurut Luo et
al (2010) fokus kepada transaction security risk atau privacy risk. Pengguna sangat peduli
terhadap status transaksi serta informasi pribadi mereka. Jika transaksi yang dilakukan
berhasil, maka tingkat kepuasan pengguna dapat meningkat. Tingkat kepuasan dapat
berpengaruh terhadap trust dan attitude toward using. Dengan kata lain, risk yang dihadapi
oleh pengguna dapat berpengaruh terhadap trust dan attitude toward using. Oleh karena itu
dapat disimpulkan bahwa perceived risk memiliki pengaruh terhadap attitude toward using
dan memiliki pengaruh terhadap trust.
H3a: Perceived risk mempunyai pengaruh terhadap trust
H3b: Perceived risk mempunyai pengaruh terhadap attitude toward using
Pengaruh perceived value terhadap mobile payment. Dalam e-wallet, value dapat berupa
keuntungan ketika menggunakan e-wallet seperti dapat membeli keperluan pengguna. Value
yang didapat memiliki kemungkinan mengakibatkan post purchased yang berarti
menggunakan e-wallet kembali. Ketika post purchased terjadi, maka kepercayaan terhadap e-
wallet dapat terbentuk. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa perceived value memiliki
pengaruh terhadap trust.
H4: Perceived value mempunyai pengaruh terhadap trust
Pengaruh electronic word-of-mouth (e-WOM) terhadap mobile payment. Dalam literatur
electronic word-of-mouth (e-WOM), kredibilitas informasi adalah faktor utama untuk sebuah
adopsi (Cheung, 2009). Cheung (2009) juga menyatakan bahwa e-WOM dari pengguna yang
sudah menggunakan produk mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap cross buying
decisions untuk individu terdekat mereka khususnya pada lingkungan mobile phone.
Lingkungan e-WOM yang bersifat personal dan secara langsung, adalah media yang sangat
persuasif karena dapat menimbulkan motif yang kuat terhadap attitude dan intention
(Okazaki, 2008). Di dalam Okazaki et al (2009), dinyatakan bahwa informasi mengenai suatu
produk akan mempengaruhi rasa kepercayaan seseorang terhadap produk tersebut. Dalam
konteks e-wallet, jika e-WOM yang diterima didapat dari individu terdekat pengguna, maka
dapat menimbulkan pengaruh yang sangat besar. Rasa percaya yang ditimbulkan dapat
memengaruhi individu terhadap keputusan menggunakan sebuah jasa atau produk. Dari fakta
diatas, dapat disimpulkan bahwa e-WOM memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap
buying decisions. e-WOM akan memengaruhi kepercayaan pengguna berdasarkan informasi
dari orang yang pernah menggunakan produk tersebut.
H5: e-WOM mempunyai pengaruh terhadap trust
Pengaruh trust terhadap mobile payment. Di dalam konteks mobile payment, mobile
costumers merasa tidak yakin dengan vendor dan output dari transaksi yang terjadi pada
mobile handset (Siau & Shen, 2003). Mobile vendors seharusnya membantu membangun
kepercayaan terhadap website yang digunakan dan internet sebagai medium transaksi yang
aman (liu et al., 2005). Ketika masuk ke dalam konteks mobile wallet, trust menjadi sangat
penting karena risiko kehilangan uang sangat besar. Hal ini menjadi halangan untuk adopsi
mobile payment. Hal tersebut terjadi karena kurangnya informasi mengenai kerentanan pada
mobile payment (Shin, 2009). Jika trust pengguna dapat dibangun, maka pengguna tidak
kuatir tentang risiko yang dapat terjadi. Pada akhirnya mereka mulai menggunakan mobile
payment tanpa kuatir. Hal tersebut yang memengaruhi sikap pengguna untuk menggunakan
mobile payment (attitude toward using). Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa:
H6a: Trust mempunyai pengaruh terhadap perceived usefulness
H6b: Trust mempunyai pengaruh terhadap attitude toward using
Pengaruh attitude toward using terhadap mobile payment. Hubungan antara attitude
dengan intention sudah dibuktikan oleh Shin & Kim (2008). Dalam konteks e-wallet,
intention untuk menggunakan e-wallet sangat bergantung terhadap attitude toward using e-
wallet karena jika attitude pengguna terhadap e-wallet negatif, maka intention untuk
menggunakan e-wallet juga berakibat negatif yang pada akhirnya pengguna tidak
menggunakan e-wallet. Begitu juga sebaliknya, jika attitude yang dimiliki positif, maka
intention untuk menggunakan e-wallet berdampak positif dan pada akhirnya pengguna
menggunakan e-wallet. Dari kesimpulan tersebut dapat dibuat hipotesis yaitu attitude toward
using memengaruhi behavioral intention to use.
H7: Attitude toward using mempunyai pengaruh terhadap behavioral intention to use.
Berdasarkan teori dan hasil penelitian sebelumnya, maka penulis membentuk sebuah
kerangka penelitian sebagai kerangka acuan pada penelitian ini yang dimodelkan pada
Gambar 3.
Gambar 3 Kerangka Penelitian
Metodologi Penelitian
Identifikasi, Pemilihan, dan Perumusan Masalah. Pada tahap ini dilakukan identifikasi,
pemilihan, dan perumusan masalah. Proses ini dilakukan dengan cara pengumpulan data awal
dan wawancara awal untuk menemukan permasalahan secara garis besar. Data awal yang
telah terkumpul, dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui secara detail akar permasalahan
yang dihadapi. Untuk membantu fokus penelitian, dibuatlah sebuah research question agar
penelitian ini tetap fokus pada inti permasalahan.
Studi Literatur. Tahap ini dilakukan dengan mengumpulkan beberapa literatur yang terkait
dengan fokus penelitian ini. Lalu mengumpulkan penelitian terdahulu yang terkait untuk
mengetahui perkembangan yang ada pada fokus penelitian ini agar menjaga keterbaharuan
penelitian.
Membuat Theoritical Framework. Dari hasil studi literatur, dibentuklah sebuah theoritical
framework berdasarkan hasil compare, contrast, critisize, synthesize, dan summarize.
Theoritical framework dibentuk untuk membantu proses penelitian yang dilakukan.
Penyusunan kuisioner. Tahapan ini dilakukan untuk menggali lebih dalam lagi permasalahan
yang sudah didefinisikan di awal. Dibutuhkan data untuk mendukung hipotesis yang sudah
dibuat pada model penelitian yang diajukan melalui kuesioner. Kuesioner dibuat berdasarkan
faktor-faktor pada model yang diajukan. Setiap faktor memiliki dimensi untuk menentukan
apakah faktor tersebut memengaruhi variabel parent-nya atau tidak. Dari dimensi tersebut
dibentuk sebuah pertanyaan sehingga menjadi dasar penilaian untuk faktor tersebut.
Uji Coba Kuisioner. Tahapan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman responden
terhadap kuisioner yang disebarkan. Uji coba dilakukan terhadap pengguna Doku Wallet di
lingkungan internal agar pemahaman dan revisi lebih cepat. Setelah kuisioner sudah cukup
layak, maka kuisioner disebarkan secara umum.
Pengumpulan Data. Pengumpulan data kuisioner dilakukan secara online. Peneliti
menyebarkan secara online agar responden mudah dijangkau. Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan data secara cepat. Penyebaran dilakukan melalui internet khususnya media
sosial dan forum online.
Analisis Data Kuisioner. Data yang telah didapat dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui
apakah hipotesis yang dibuat dapat diterima atau tidak. Sebelum melakukan analisis data,
dilakukan pengecekan terhadap data untuk mengetahui apakah data yang digunakan dapat
menggambarkan model penelitian atau tidak. Tahapan ini dilakukan dengan melakukan uji
normalitas, validitas, dan reliabilitas. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
yang digunakan tersebar secara normal dan tidak memiliki outlier. Data yang memiliki outlier
mengakibatkan hasil penelitian menjadi bias. Uji validitas dan reliabilitas digunakan untuk
mengetahui apakah variabel faktor yang digunakan pada penelitian dapat menjelaskan
variabel laten-nya. Setelah dilakukan pengujian data dan dapat dinyatakan baik, maka data
tersebut baru dianalisis lebih lanjut menggunakan SEM. SEM digunakan untuk mengetahui
keterhubungan antar variabel terhadap model penelitian yang diajukan.
Penarikan Kesimpulan. Setelah melakukan analisis terhadap data kuisioner, maka dibuat
kesimpulan berdasarkan hasil analisis tersebut. Kesimpulan diharapkan dapat menjawab
pertanyaan penelitian yang menjadi di latar belakang penelitian ini.
Pembahasan
Pembuatan Model Penelitian. Pada tahap ini dibuat model penelitian yang terdiri dari
gabungan penelitian-penelitian sebelumnya yang terkait dengan bidang mobile payment dan
e-wallet. Pembentukan model penelitian ini menggunakan LISREL. Model penelitian ini
merepresentasikan variabel, faktor, dan hubungan antar variabel.
Pada penelitian ini, variabel yang terdefinisi sebagai variabel laten eksogen adalah perceived
risk (PR), perceived ease of use (PEOU), perceived value (PV), dan electronic word-of-mouth
(e-WOM). Untuk variabel laten endogennya adalah perceived usefulness (PU), perceived risk
(PR), atitutde toward using (ATU), dan behavioral intention to use (INT). Terdapat 27
variabel teramati untuk 8 variabel laten yang ada. Dari model yang sudah dibentuk, dapat
dibentuk sebuah persamaan untuk setiap variabel laten berserta variabel konstruknya.
Identifikasi Model Penelitian. Sebelum melakukan analisis SEM, model yang diajukan
harus diidentifikasi terlebih dahulu. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah model
tersebut memiliki cukup informasi untuk mengidentifikasi adanya sebuah solusi dari
persamaan struktural (Santoso, 2012). Degree of freedom digunakan untuk mengetahui
apakah model penelitian tersebut just identified, under identified, atau overidentified. Jika
nilai degree of freedom itu sama dengan 0, maka model tersebut dinamakan just identified
yang berarti estimasi dan penilaian model tidak perlu dilakukan. Jika nilai degree of freedom
bernilai negatif, maka model tersebut dinamakan under identified. Model tersebut tidak perlu
diestimasi karena model tersebut tidak dapat ditemukan solusinya. Degree of freedom yang
bernilai positif disebut overidentified. Model ini dapat diestimasi lebih lanjut dan diberi
penilaian. Oleh karena ini model dengan degree of freedom bernilai positif adalah model yang
dapat dianalisis lebih lanjut menggunakan SEM.
Degree of freedom pada penelitian ini bernilai positif atau overidentified. Degree of freedom
dapat dihitung secara manual menggunakan rumus secara manual atau dengan bantuan
software LISREL. Berikut adalah persamaan yang digunakan untuk menentukan degree of
freedom:
df=1/2 [(p).(p+1)]-k
df=1/2 [(27).(27+1)]-44
df=334
Nilai degree of freedom positif yang dihasilkan pada penelitian ini menandakan bahwa model
penelitian ini dapat dianalisis lebih lanjut.
Estimasi dan Evaluasi Model Penelitian. Proses yang dilakukan selanjutnya adalah
mengestimasi model tersebut dengan data yang telah dikumpulkan. Hal ini diperlukan untuk
mengetahui apakah data tersebut fit dengan model yang diajukan dan dapat menggambarkan
adanya hubungan antar variabel dalam model tersebut. Proses penilaian dilakukan
menggunakan teknik MLE (Maximum Likelihood Estimation) yang didasarkan pada
perbandingan antara matriks dengan populasi. Berikut adalah beberapa asumsi yang harus
dipenuhi sebelum melanjut ke analisis SEM selanjutnya:
Dibutuhkan banyak sampel yang digunakan untuk analisis SEM. Dengan prosedur estimasi
MLE, dibutuhkan sekitar 100-150 sampel (Hair et al., 2006). Penelitian ini menggunakan 111
sampel tanpa ada satupun data yang missing value sehingga memenuhi asumsi tersebut.
Data yang digunakan untuk analisis SEM harus terdistribusi secara normal. Asumsi tersebut
dicek menggunakan SPSS untuk mengetahui nilai dari Sig Shapiro-Wilk yang memiliki nilai
residual dependen di atas 0.05. Selain nilai Sig Shapiro-Wilk, dilihat pula Q-Q plot bahwa
distribusi datanya telah normal. Uji normalitas datanya bisa dilihat dari nilai skewness berada
pada rentang -1 sampai 1 dan nilai kurtosis yang berada pada rentang -3 sampai 3. Pada
Lampiran 5 bisa dilihat data untuk pengujian normalitas penelitian ini. Untuk nilai Sig
Shapiro-Wilk pada penelitian ini, nilai residual dependent tidak mencapai 0.05. Namun ketika
dilihat dari Q-Q plot, skewness dan kurtosis, data yang digunakan sudah normal. Dari data
tersebut dan petunjuk penentuan normalitas, sebagaimana dijelaskan di Wijanto (2008)
distribusi data dapat dianggap normal.
Uji outlier pada data ini dapat dilihat pada Lampiran 6 dengan menggunakan nilai
Mahalanobis Distance. Data dinyatakan sebagai outlier ketika nilai p1 dan p2 kurang dari
0.001. Dari 111 data, terdapat 3 data yang dibuang pada penelitian ini. Sehingga data yang
digunakan selanjutnya dalam penelitian ini berjumlah 108 data.
Multikolinieritas untuk data ini diuji menggunakan software SPSS. dari hasil uji yang ada
pada Lampiran 7, nilai VIF tidak ada yang di atas 10. hal ini menunjukan bahwa tidak ada
gejala multikolinieritas pada data yang digunakan.
Hasil uji offending estimates dapat dilihat pada Lampiran 8. Asumsi untuk uji ini terpenuhi
jika tidak ada nilai negative error variance. Dari hasil pengolahan data pada Lampiran 8, data
ini dapat diasumsikan terpenuhi.
Dari hasil evaluasi model diatas, diketahui bahwa asumsi yang dibuat berhasil dipenuhi dan
tahapan analisis SEM dapat dilanjutkan.
Uji Model Pengukuran (Confirmatory Factor Analysis). Pada tahapan ini, variabel manifes
dan variabel laten dianalisis lebih lanjut. Tujuannya untuk mengetahui apakah variabel
manifes tersebut dapat menjelaskan variabel laten-nya. Pada tahap ini dilakukan uji validitas,
uji reliabilitas, dan uji kecocokan. Uji validitas dilakukan dengan melihat nilai t-value dan
standardized loading factor yang dihasilkan oleh model. Uji reliabilitas dilakukan dengan
cara melihat nilai construct reliability (CR) dan variance extracted (VE). Menurut Rigdon &
Ferguseon (1991) dan Doll, Xia, & Torkzadeh (1994) di dalam Wijanto (2008), suatu variabel
dikatakan mempunyai validitas yang baik terhadap konstruk atau variabel latennya, jika nilai
t-value variabel tersebut lebih besar dari nilai kritis ( dan memiliki nilai standardized
loading factors Namun Igbaria et al. (1997) yang menggunakan acuan dari Hair et al.
(1995), menilai standardized loading factors 0.5 dapat juga dinyatakan sebagai very
significant. Penulis menggunakan standar untuk standardized loading factors karena
data yang digunakan tidak mendukung standardized loading factors Pada Tabel 5.1
dapat dilihat nilai uji model pengukuran yang dilakukan dalam penelitian ini.
Tabel 2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Model Pengukuran setelah Modifikasi
Variabel
Validitas Reliabilitas Keterangan
t-value
SLF
SLF
Error
CR
VE
PR (Perceived Risk) 0.91 0.72 Reliabilitas Baik
Tabel 2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Model Pengukuran setelah Modifikasi
Variabel
Validitas Reliabilitas Keterangan
t-value
SLF
SLF
Error
CR
VE
RSK1 9.83 0.90 0.19 Validitas Baik
RSK2 9.76 0.92 0.16 Validitas Baik
RSK3 8.71 0.81 0.35 Validitas Baik
RSK4 6.64 0.76 0.42 Validitas Baik
PU (Perceived Usefulness) 0.88 0.61 Reliabilitas Baik
USE1 7.20 0.81 0.34 Validitas Baik
USE2 8.05 0.76 0.43 Validitas Baik
USE3 10.68 0.84 0.30 Validitas Baik
USE4 11.13 0.81 0.35 Validitas Baik
USE5 8.40 0.69 0.53 Validitas Baik
PEOU (Perceieved Ease of Use) 0.74 0.43 Reliabilitas Tidak Baik
EOU1 8.18 0.64 0.59 Validitas Baik
EOU2 8.23 0.71 0.49 Validitas Baik
EOU3 7.22 0.61 0.62 Validitas Baik
EOU4 9.31 0.65 0.58 Validitas Baik
PV (Perceived Value) 0.74 0.58 Reliabilitas Tidak Baik
VAL1 10.52 0.75 0.43 Validitas Baik
VAL2 12.33 0.78 0.39 Validitas Baik
e-WOM (Electronic word-of-mouth) 0.79 0.56 Reliabilitas Baik
EWM1 9.14 0.76 0.42 Validitas Baik
EWM2 8.71 0.70 0.51 Validitas Baik
EWM3 8.32 0.80 0.36 Validitas Baik
TR (Trust) 0.78 0.54 Reliabilitas Baik
TRS1 8.85 0.72 0.48 Validitas Baik
TRS2 10.28 0.76 0.42 Validitas Baik
Tabel 2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Model Pengukuran setelah Modifikasi
Variabel
Validitas Reliabilitas Keterangan
t-value
SLF
SLF
Error
CR
VE
TRS3 8.74 0.74 0.45 Validitas Baik
ATU (Atitutde Toward Using) 0.64 0.38 Reliabilitas Tidak Baik
ATU1 5.55 0.60 0.64 Validitas Baik
ATU2 6.01 0.51 0.74 Validitas Baik
ATU3 8.39 0.72 0.48 Validitas Baik
INT (Behavioral Intention To Use) 0.86 0.67 Reliabilitas Baik
INT1 7.56 0.83 0.31 Validitas Baik
INT2 10.49 0.81 0.34 Validitas Baik
INT3 9.81 0.82 0.32 Validitas Baik
Tabel 3 Hasil Uji Goodness of Fit pada Measurement Model setelah Modifikasi
Kriteria Standar Hasil
Estimasi Tingkat Kecocokan
Normed Chi-Square ( /df) < 2 1.06 Good Fit
RMSEA 0.08 0.0 Good Fit
NFI 0.9 0.96 Good Fit
NNFI 0.9 1 Good Fit
CFI 0.9 1 Good Fit
GFI 0.9 0.82 Marginal Fit
Standardized RMR 0.05 0.053 Marginal Fit
Uji Model Struktural. Di dalam uji model struktural, hubungan kausal diantara variabel
laten dianalisis lebih dalam. Tahapan proses pengujian model struktural yaitu uji goodness
of fit dan uji model secara struktural. Setelah lolos uji goodness of fit, maka model dianalisis
lebih lanjut dengan melihat t-values dari masing-masing hubungan antar variabel. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 4 Uji Model Struktural setelah Modifikasi.
Tabel 4 Signifikansi Hubungan Kausal antar Variabel pada Uji Model Struktural
setelah Modifikasi.
Hipotesis Path Estimates Nilait-t Kesimpulan Diterima
/ Ditolak
H1a PEOU -> PU 0.10 0.37 Tidak Signifikan Ditolak
H1b PEOU -> ATU -0.24 -0.56 Tidak Signifikan Ditolak
H1c PEOU -> TR 0.70 3.40 Signifikan Diterima
H2a PU -> ATU 0.12 0.57 Tidak Signifikan Ditolak
H2b PU -> INT 0.21 0.78 Tidak Signifikan Ditolak
H3a PR -> TR 0.22 2.48 Signifikan Diterima
H3b PR -> ATU -0.18 -1.36 Tidak Signifikan Ditolak
H4 PV -> TR -0.12 -0.55 Tidak Signifikan Ditolak
H5 e-WOM ->
TR
0.47 3.40 Signifikan Diterima
Hipotesis Path Estimates Nilait-t Kesimpulan Diterima
/ Ditolak
H6a TR -> PU 0.74 2.53 Signifikan Diterima
H6b TR -> ATU 1.21 3.15 Signifikan Diterima
H7 ATU -> INT 0.59 2.36 Signifikan Diterima
Setelah melihat t-value pada Gambar 4, dapat diketahui pada uji struktural menunjukan bahwa
terdapat beberapa hubungan kausal yang tidak signifikan walaupun modifikasi telah
dilakukan. Tabel 4 menggambarkan semua hubungan kausal setelah modifikasi model
dilakukan.
Analisis Dampak. Hasil penelitian ini memiliki manfaat bagi stakeholder yang berada di
lingkungan mobile payment khususnya Doku Wallet. Manajemen Doku dapat menggunakan
hasil penelitian ini sebagai strategi untuk pengembangan Doku Wallet selanjutnya, supaya
lebih sesuai dengan kebutuhan pengguna. Pengembangan produk dapat lebih baik jika
memiliki suatu acuan, seperti menggunakan hasil penelitian ini.
Penelitian ini menunjukkan bahwa e-WOM dan perceived risk memengaruhi trust, yang pada
akhirnya memengaruhi pengguna untuk menggunakan Doku Wallet. Penelitian ini
menunjukkan bahwa rasa kepercayaan yang dimiliki pengguna sangat berpengaruh
dibandingkan faktor yang lain. Untuk itu sangat penting bagi Doku untuk membangun rasa
kepercaan pengguna Doku Wallet.
e-WOM sangat berperan penting dalam membangun rasa kepercayaan pengguna Doku
Wallet. Manajemen Doku harus memasarkan produk Doku Wallet menggunakan e-WOM
seperti memasang banyak iklan di media sosial yang sedang marak di Indonesia. Pengguna
tetap Doku Wallet sebaiknya diajak membantu menyebarkan produk Doku Wallet, untuk
membangun persepsi yang baik dan terpercaya di lingkungan e-wallet Indonesia. Dalam hal
ini Doku Wallet sudah memiliki fitur untuk sharing segala aktifitas yang dilakukan pengguna
di dalam Doku Wallet ke Twitter dan Facebook. Melalui fitur ini Doku Wallet sudah
mendukung pemanfaatan e-WOM. Namun fitur ini masih kurang mendorong teman di media
sosial untuk ikut menggunakan Doku Wallet.
Agar lebih efektif, sebaiknya ditambahkan fitur referral. Misalnya jika seorang pengguna
Doku Wallet berhasil mengajak temannya untuk ikut menjadi pengguna Doku Wallet, maka si
pemberi referral akan memperoleh tambahan saldo di akun Doku Wallet-nya.
Manajemen Doku harus meningkatkan rasa kepercayaan pengguna Doku Wallet. Karena dari
hasil penelitian ditemukan bahwa jika rasa percaya konsumen dapat dibentuk, maka kemauan
untuk menggunakan Doku Wallet juga terbentuk. Di Indonesia Doku Wallet berada dalam
naungan dan di bawah regulasi yang diatur oleh Bank Indonesia. Peraturan ini tercantum di
peraturan Bank Indonesia No.11/12/PBI/2009 mengenai Uang Elektronik (Electronic Money).
Dalam peraturan tersebut, disebutkan bahwa pihak penyelenggara uang elektronik harus
mendapat perseetujuan dari Bank Indonesia terlebih dahulu. Doku, sebagai pihak
penyelenggara dari pihak selain bank, sudah terdaftar dan mendapat izin dari Bank Indonesia.
Dengan hal tersebut, diharapkan pengguna lebih percaya dengan Doku Wallet karena Doku
Wallet sudah mengikuti peraturan dari pemerintah Indonesia.
Untuk tetap menjaga kepercayaan yang telah dibangun, manajemen Doku harus tetap
mengikuti peraturan yang dikeluarkan pemerintah Indonesia, dalam hal ini peraturan dari
Bank Indonesia mengenai uang elektronik. Dengan demikian kepercayaan pengguna terhadap
Doku Wallet tetap terjaga.
Risiko ketika menggunakan Doku Wallet harus diminimalisir. Dari hasil penelitian ditemukan
bahwa risiko penggunaan Doku Wallet memengaruhi tingkat kepercayaan konsumen. Oleh
karena itu jika tingkat kepercayaan konsumen ingin dibentuk oleh manajemen Doku, maka
risiko terhadap penggunaan Doku Wallet harus diminimalisir. Risiko dalam hal transaksi
menggunakan Doku Wallet sudah diatur oleh Doku agar tetap aman. Setiap transaksi yang
terjadi selalu dimonitor oleh tim support. Hal ini bertujuan agar tidak ada transaksi yang
bersifat fraud. Jika terjadi transaksi yang gagal, maka tim support pasti menangani hal
tersebut dengan cara melakukan konfirmasi ke merchant dan ke pengguna mengenai
kebenaran transaksi tersebut melalui email dan telepon. Pengguna juga dapat menghubungi
tim support kapan saja sealama 24 jam, jika pengguna mengalami hambatan dalam melakukan
transaksi.
Untuk meningkatkan prosedur penanganan risiko, sebaiknya Doku membangun suatu sistem
untuk mendeteksi apakah transaksi yang dilakukan memang benar transaksi yang valid atau
transaksi yang fraud. Sistem tersebut secara otomatis mengolah semua transaksi untuk
diketahui validitasnya. Sistem ini membantu tim support untuk mengolah data lebih cepat
karena mereka tidak perlu lagi melakukan pengecekan secara manual terhadap setiap
transaksi. Dengan demikian tim support dapat lebih fokus menangani transaksi yang dicurigai
fraud. Hal ini akan memudahkan manajemen Doku untuk mengurangi risiko terhadap setiap
transaksi yang terjadi.
Penggunaan Doku Wallet harus sangat mudah dan praktis. Kemudahan menggunakan Doku
Wallet dapat memicu penggunaan Doku Wallet. Kemudahan penggunaan dapat dibentuk
melalui memperbanyak akses terhadap akun Doku Wallet melalui berbagai platform, serta
ketika konsumen melakukan transaksi, diusahakan usaha yang dikeluarkan oleh konsumen
sangat kecil. Aplikasi Doku Wallet hanya ada di smartphone yang berbasis Android.
Untuk lebih memperluas jangkauan pengguna, maka perlu dibuat juga aplikasi Doku Wallet
yang berbasiskan iOs, Windows Phone. Hal tersebut untuk menjangkau pengguna yang tidak
memiliki smartphone berbasiskan Android. Kemudahan penggunaan Doku Wallet juga dapat
ditingkatkan dari User Experience (UX) ketika pengguna menggunakan Doku Wallet. Hal
tersebut menjadi nilai lebih untuk pengguna ketika menggunakan Doku Wallet.
Hasil dari penelitian ini juga dapat dijadikan acuan terhadap peneliti di bidang mobile
payment atau e-wallet. Penelitian ini membuktikan bahwa rasa kepercayaan, e-WOM, dan
risiko saat menggunakan sebuah produk e-wallet sangat berpengaruh terhadap keputusan
konsumen untuk menggunakan sebuah produk mobile payment. Dari hasil penelitian ini juga
didapat bahwa kemudahan penggunaan suatu produk e-wallet juga memengaruhi rasa
kepercayaan pengguna ketika menggunakan produk tersebut.
Maraknya e-commerce di Indonesia dapat mengakibatkan semakin banyaknya penelitian di
bidang ini. Untuk itu diperlukan kontinuitas dan kerja sama antar peneliti untuk mendalami
bidang e-wallet khususnya di Indonesia. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untk
penelitian lebih lanjut pada bidang mobile payment ataupun e-wallet.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, penulis mengambil kesimpulan sesuai tujuan
dari penelitian. Penelitian ini memiliki 8 variabel yang dievaluasi untuk mengetahui faktor-
faktor apa saja yang memengaruhi penerimaan Doku Wallet di Indonesia. Model yang
dibentuk berdasarkan model TAM yang dimodifikasi dengan menambahkan faktor-faktor
yang dianggap penulis mempunyai pengaruh terhadap penerimaan Doku Wallet di Indonesia
berdasarkan penelitian terdahulu. TAM diakui dapat memodelkan peneriman pengguna
terhadap sebuah sistem. Namun dibutuhkan variabel tambahan untuk membantu TAM agar
dapat menjelaskan keadaan secara lebih dalam lagi.
Faktor-faktor yang digunakan dalam penelitian ini adalah perceived ease of use, perceived
usefulness, trust, perceived risk, perceived value, e-WOM, attitude toward using, dan
behavioral intetion to use. Rasa kepercayaan terhadap suatu produk memiliki faktor yang
sangat berpengaruh terhadap penggunaan Doku Wallet. Terbukti dalam penelitian ini, trust
lebih berpengaruh dibandingkan perceived usefulness milik TAM. Dalam penelitian ini, rasa
kepercayaan itu dibangkitkan oleh perceived ease of use, e-WOM, dan perceived risk.
Hubungan yang paling berpengaruh adalah hubungan antara e-WOM dengan trust.
Terkait pertanyaan penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi
adopsi e-wallet di Indonesia khususnya Doku wallet adalah electronic word-of-mouth (e-
WOM), kepercayaan (trust), risiko (perceived risk), dan tingkat kemudahan penggunaan
(perceived ease of use).
Kemudahan penggunaan, e-WOM, dan risiko terbukti memengaruhi tingkat kepercayaan
pengguna yang secara tidak langsung memengaruhi tingkat penggunaan Doku Wallet. Trust
terbukti dapat memengaruhi sikap seseorang terhadap penggunaan Doku Wallet. Oleh karena
itu keempat elemen inilah yang paling berpengaruh terhadap adopsi Doku Wallet di
Indonesia.
Saran
Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah untuk penelitian selanjutnya dapat
menambahkan variabel selain yang sudah di coba di penelitian ini seperti social influence dan
attractiveness of alternatives. Hal ini karena sesuai dengan lingkungan mobile payment di
Indonesia yang masih berkembang mencari model yang banyak diterima oleh masyarakat,
pengaruh sosial ketika menggunakan e-wallet dan banyaknya pilihan e-wallet di Indonesia.
Penelitian selanjutnya dapat menggunakan produk e-wallet yang lain yang ada di Indonesia.
Setelah hasil didapat, hasil tersebut dapat dibandingkan dengan hasil penelitian ini. Hasil
perbandingan tersebut digunakan untuk menemukan model yang paling tepat pada penelitian
mobile payment di Indonesia.
Daftar Referensi
Amoroso, D. L., & Magnier-Watanabe, R. (2012). Building a research model for mobile
wallet consumer adoption: the case of mobile Suica in Japan. Journal of theoretical and
applied electronic commerce research, 7(1), 94-110.
Asosiasi Penyelanggara Internet Indonesia (APJII, 2011). Profile Pengguna Internet
Indonesia, 20 February, 2014. http://www.apjii.or.id/v2/upload/Laporan/Profil Internet
Indonesia 2012 (INDONESIA).pdf
Bank Dunia (World bank, 2013). Bank Dunia dan Pendidikan di Indonesia, 14 Mei, 2013.
http://go.worldbank.org/A1BH84Q730
Bansal, H. S., & Voyer, P. A. (2000). Word-of-mouth processes within a services purchase
decision context. Journal of service research, 3(2), 166-177.
Byrne, B. M. (2001). Structural equation modeling with AMOS, EQS, and LISREL:
Comparative approaches to testing for the factorial validity of a measuring instrument.
International Journal of Testing, 1(1), 55-86.
Capgemini (2013). World Payments Report 2013, February 19, 2014.
http://www.capgemini.com/resources/world-payments-report-2013
Chau, P. Y. (1996). An empirical assessment of a modified technology acceptance model.
Journal of management information systems, 13(2), 185-204.
Chen, J. J., & Adams, C. (2005, December). User acceptance of mobile payments: a
theoretical model for mobile payments. In 5th International Conference on Electronic
Business, Hong Kong, December (pp. 5-9).
Chen, L. D., Gillenson, M. L., & Sherrell, D. L. (2002). Enticing online consumers: an
extended technology acceptance perspective. Information & management, 39(8), 705-719
Cheong, J. H., Park, M. C., & Hwang, J. H. (2004, September). Mobile payment adoption in
Korea: Switching from credit card. In ITS 15th Biennial Conference, Berlin, Germany,
September (pp. 4-7).
Cheung, M. Y., Luo, C., Sia, C. L., & Chen, H. (2009). Credibility of electronic word-of-
mouth: Informational and normative determinants of on-line consumer recommendations.
International Journal of Electronic Commerce, 13(4), 9-38.
Davis, F. D. (1993). User acceptance of information technology: system characteristics, user
perceptions and behavioral impacts. International journal of man-machine studies, 38(3), 475-
487.
Davis, F. D., Bagozzi, R. P., & Warshaw, P. R. (1989). User acceptance of computer
technology: a comparison of two theoretical models. Management science, 35(8), 982-1003.
Doll, W. J., Xia, W., Hall, M., & Torkzadeh, G. (1994). A Confirmatory. Mis Quarterly,
18(4), 453-461.
Ernst and young (2011). Opportunities for telcos in mobile money: 2011, The growth in
mobile payments, February 19, 2014.
http://www.ey.com/Publication/vwLUAssets/mobile_money_2011/$FILE/mobile_money_20
11.pdf
Fishbein, M., & Ajzen, I. (1975). Belief, attitude, intention and behavior: An introduction to
theory and research. Vermont South, Victoria: ARRB Group Limited.
Featherman, M. S., & Pavlou, P. A. (2003). Predicting e-services adoption: a perceived risk
facets perspective. International journal of human-computer studies, 59(4), 451-474.
Gefen, D. (2000). E-commerce: the role of familiarity and trust. Omega, 28(6), 725-737.
Gefen, D., & Straub, D. W. (2004). Consumer trust in B2C e-commerce and the importance
of social presence: experiments in e-products and e-services.Omega, 32(6), 407-424.
Grazioli, S., & Jarvenpaa, S. L. (2000). Perils of Internet fraud: An empirical investigation of
deception and trust with experienced Internet consumers.Systems, Man and Cybernetics, Part
A: Systems and Humans, IEEE Transactions on, 30(4), 395-410.
Guhr, N., Loi, T., Wiegard, R., & Breitner, M. H. (2013). Technology Readiness in
Customers' Perception and Acceptance of M (obile)-Payment: An Empirical Study in Finland,
Germany, the USA and Japan. In Wirtschaftsinformatik (p. 8).
Kim, H. W., Chan, H. C., & Gupta, S. (2007). Value-based adoption of mobile internet: an
empirical investigation. Decision Support Systems, 43(1), 111-126.
Kuo, Y. F., Wu, C. M., & Deng, W. J. (2009). The relationships among service quality,
perceived value, customer satisfaction, and post-purchase intention in mobile value-added
services. Computers in human behavior, 25(4), 887-896.
Lai, Y. H. (2012). The study of technology acceptance for e-wallets application of clinic fees
payment. Health (1949-4998), 4(11).
Lee, T. (2005). The impact of perceptions of interactivity on customer trust and transaction
intentions in mobile commerce. Journal of Electronic Commerce Research, 6(3), 165-180.
Li, R., Kim, J., & Park, J. (2007). The effects of internet shoppers' trust on their purchasing
intention in China. JISTEM-Journal of Information Systems and Technology Management,
4(3), 269-286.
Lu, J., Yao, J. E., & Yu, C. S. (2005). Personal innovativeness, social influences and adoption
of wireless Internet services via mobile technology.The Journal of Strategic Information
Systems, 14(3), 245-268.
Luo, X., Li, H., Zhang, J., & Shim, J. P. (2010). Examining multi-dimensional trust and multi-
faceted risk in initial acceptance of emerging technologies: An empirical study of mobile
banking services. Decision support systems, 49(2), 222-234.
Lu, Y., Yang, S., Chau, P. Y., & Cao, Y. (2011). Dynamics between the trust transfer process
and intention to use mobile payment services: A cross-environment perspective. Information
& Management, 48(8), 393-403.
Malhotra, N. K., Kim, S. S., & Agarwal, J. (2004). Internet users' information privacy
concerns (IUIPC): the construct, the scale, and a causal model.Information Systems Research,
15(4), 336-355.
Muhayiddin, M. N., Ahmed, E. M., & Ismail, H. (2011). Consumer Acceptance of an
Electronic Dinar Payment System in Malaysia.
Okazaki, S. (2008). Determinant factors of mobile‐based word‐of‐mouth campaign referral
among Japanese adolescents. Psychology & Marketing,25(8), 714-731.
Okazaki, S., Li, H., & Hirose, M. (2009). Consumer privacy concerns and preference for
degree of regulatory control. Journal of Advertising, 38(4), 63-77.
Okazaki, S., Katsukura, A., & Nishiyama, M. (2007). How mobile advertising works: The
role of trust in improving attitudes and recall. Journal of Advertising Research, 47, 165–178.
Pavlou, P. A., Liang, H., & Xue, Y. (2007). Understanding and mitigating uncertainty in
online exchange relationships: A principal-agent perspective. MIS quarterly, 31(1), 105-136.
Pugesek, B. H., Tomer, A., & Von Eye, A. (Eds.). (2003). Structural equation modeling:
applications in ecological and evolutionary biology. Cambridge, United Kingdom: Cambridge
University Press.
Rigdon, E. E., & Ferguson Jr, C. E. (1991). The performance of the polychoric correlation
coefficient and selected fitting functions in confirmatory factor analysis with ordinal data.
Journal of Marketing Research, 491-497.
Sahut, J. M. (2008). The Adoption and Diffusion of Electronic Wallets: The Case of Moneo.
Journal of Internet Banking & Commerce, 13(1).
Santoso, S. (2012). Analisis SEM Menggunakan AMOS. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Shin, D. H. (2009). Towards an understanding of the consumer acceptance of mobile wallet.
Computers in Human Behavior, 25(6), 1343-1354.
Shin, D. H., & Kim, W. Y. (2008). Applying the technology acceptance model and flow
theory to Cyworld user behavior: implication of the web2. 0 user acceptance.
CyberPsychology & Behavior, 11(3), 378-382.
Siau, K., & Shen, Z. (2003). Building customer trust in mobile commerce.Communications of
the ACM, 46(4), 91-94.
Sirdeshmukh, D., Singh, J., & Sabol, B. (2002). Consumer trust, value, and loyalty in
relational exchanges. Journal of marketing, 66(1), 15-37.
Sugiyono, D. (2013). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Westbrook, R. A. (1987). Product/consumption-based affective responses and postpurchase
processes. Journal of marketing research, 258-270.
Wijanto, S. H. (2008). Structural Equation Modeling dengan Lisrel 8.8 Konsep dan Tutorial,
Graha Ilmu.
Xin, H., Techatassanasoontorn, A. A., & Tan, F. B. (2013). Exploring the influence of trust on
mobile payment adoption. 2013 Pacific Asia Conference on Information Systems. Jeju Island,
South Korea.
Recommended