View
135
Download
9
Category
Preview:
Citation preview
MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL
DENGAN HIPERTENSI
Diajukan Untuk memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Keperawatan Maternitas
Disusun Oleh :
Kelompok I
1. Dewi puspitasari 220110140182
2. Agus raya bastiana 220110140183
3. Nunung wawah 220110140184
4. Lasmini 220110140185
Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Padjadjaran
Bandung
2015
KATA PENGANTAR
Dengan rasa syukur yang mendalam atas segala limpahan rahmat dan karunia yang
diberikan Allah SWT, kelompok dapat menyelesaikan penulisan makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini berjudul Asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan hipertensi
dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah ilmu keperawatan maternitas pada kelas
program B 2014. Kelompok mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kelompok menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat diharapkan. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat.
Penyusun
Kelompok I
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................
A. Latar Belakang ..........................................................................................
B. Tujuan Penulisan ......................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI ...........................................................................
A. Konsep Dasar Hipertensi Pada Kehamilan................................................
1. Hipertensi Gestasional
2. Preeklampsia/Eklampsia
3. Preeklampsia Yang Menyertai Hipertensi kronis
4. Hipertensi Kronis
B. KONSEP DASAR PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Rencana Tindakan Keperawatan...........................................................
C. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Laboratorium
4. Analisa Data
5. Masalah Keperawatan
6. Diagnosa Keperawatan
BAB IV SIMPULAN
LAMPIRAN SOAL
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan adalah suatu hal yang dinantikan oleh setiap pasangan yang telah menikah,
namun tidaksemua kehamilan dapat berjalan dengan lancar,terdapat beberapa penyulit yang
terjadi selamakehamilan sehingga dapat mengancam jiwa ibu maupun janin
Salah satu komplikasi yang sering terjadi adalah hipertensi pada kehamilan. Penyakit ini
menyebabkan angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi, sehingga merupakan masalah
kesehatan pada masyarakat..Hipertensi dalam kehamilan dapat didefinisikan sebagai tekanan
darah sistolik ≥ 140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg yag sedikitnya
muncul 2 kali, minimal berjarak 4 jam dalam waktu 1 minggu selama kehamilan (Green,
Carol J.2012). Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering muncul
selama kehamilan dan dapat menimbulkan komplikasi pada 2–3% kehamilan. Kejadian
hipertensipada kehamilan sekitar 5–15%, dan merupakan satu di antara 3 penyebab mortalitas
dan morbiditasibu bersalin di samping infeksi dan perdarahan.(Yudasmara, 2010).
Beberapa komplikasi yang dapat ditimbulkan olehhipertensi pada kehamilan antara lain:
kekurangancairan plasma akibat gangguan pembuluh darah,gangguan ginjal, gangguan
hematologis, gangguankardiovaskular, gangguan hati, gangguan pernafasan,sindrom HELLP
(hemolysis, elevated liver enzymes, low platelet count), serta gangguan pada janinseperti
pertumbuhan terhambat, prematuritas hinggakematian dalam rahim.
Yang paling ditakutkan dari hipertensi padakehamilan adalah preeklamsia dan
eklamsiaatau keracunan pada kehamilan yang sangatmembahayakan ibu maupun janinnya.
Namun jika bentuk-bentuk hipertensi diketahui sejak dini dan ditangani secara tepat maka
penyebab morbiditas dan mortalitas akibat hipertensi dapat dikurangi.
B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dan klasifikasi hipertensi pada kehamilam
2. Mengetahui etiologi hipertensi pada kehamilan
3. Mengetahui faktor predisposisi pada klien dengan hipertensi pada kehamilan
4. Mengetahui tanda dan gejala hipertensi pada kehamilan
5. Mengetahui pencegahan dan penatalaksanaan klien dengan hipertensi pada kehamilan
6. Mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan hipertensi pda kehamilan
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. KONSEP DASAR TEORI HIPERTENSI PADA KEHAMILAN
Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskular yang terjadi sebelum kehailan, saat terjadi kehamilan atau pada permulaan nipas. Gangguan hipertensi pada kemilan mengacu pada berbagai keadaan, dimana terjadi peningkatan tekanan darah maternal disertai resiko yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan janin. Tiap gangguan hipertensi pada kehamilan memiliki perbedaan karakteristik, kriteria diagnostic, resiko mordibilitas dan moralitas perinatal.
Berdasarkan working group classification system hipertensi pada kehamilan dibedakan menjadi 4 klasifikasi.(Kennedy & Betsy 2014 )
1. Hipertensi Gestasional2. Preeklampsia/Eklampsia3. Preeklampsia yang menyertai hipertensi kronis4. Hipertensi Kronis
1. Hipertensi Gestasionala. pengertian
Hipertensi gestasional merupakan hipertensi yang pertamakali terdiagnosis saat kehamilan, dimana awitan hipertensi umumnya terja di setelah usia kehamilan 20 minggu, muncul sebagai penanda kondisi vasospasme khususnya kehamilan, tetapi tidak mengalami proteinuria atau edema. Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik sama dengan atau lebih dari 140mmHg atau tekanan diastole lebih dari atau sama dengan 90 mmHg.
Disebut sebagai hipertensi gestasional pada kehamilan jika hipertensi pertama kali terdiagnosis saat kehamilan, bersifat sementara , tidak berkembang menjadi preeklampsia , dan ibu hamil memiliki tekanan darah normal saat 12 minggu pascapartum. Atau didiagnosis sebagai hipertensi kronis jika peningkatan tekanan darah menetap lebih dari 12 minggu pascapatrum
b. Kriteria diagnostik Awitan baru hipertensi umumnya setelah usia kehamilan 20 minggu Tekanan darah sistol lebih dari atau sama denga 140mmHg atau Tekana darah distole lebih dari atau sama dengan 90 mmHg
c. Patofisiologi Vasokontriksi arteriol, vasospasme sistemik dan kerusakan pembuluh darah merupakan karakteristik terjadinya hipertensi gestasional. Sirkulasi arteri terganggu karena adanya segment yang menyempit dan melebaryang berselang seling. Kerja vasospastik tersebut merusak pembuluh darah akibat adanya
penurunan suplai darahdan penjempitan pembuluh darah di tempat terjadinya pelebaran
2. Preeklamsia
a. Pengertian
Preeklamsia merupakan perkembangan hipertensi gestasional yang ditandai dengan gangguan pada gingal, yang dibuktikan dengan awitan proteinuria (kennedy & beky B 2014).
Preeklamsia merupakan suatu penyakit vasospastic yang melibatkan banyak system dan ditandai dengan hemokonsentrasi, hipertensi dan proteinuria dan atau edema (Bobak dkk,2012)
Jadi dapat disimpulkan bahwa preeklamsia merupakan perkembangan hipertensi gestasional yang merupakan suatu penyakit vasospastik yang ditandai dengan hipertensi, proteinuria dan atau edema generalisata yang muncul sejak minggu ke 20 kehamilan sampai minggu ke 6 setelah melahirkan
b. Etiologi
Bukti epidemologi menunjukan bahwa respons mal adaptive imun berperan dalam etiologi preeklamsia/eklamspsia. Terjadinya preeklamsia dapat disebabkan oleh respon intravaskuler yang abnolmal atau berlebih terhadap materi genetic asing yaitu janin dan khususnya jaringan plasenta.
Plasenta juga dapat memainkan peranan penting dalam patogenesis preeklamsia/eclampsia. Wanita yang hamil dengan pria dari ras yang berbeda memiliki insiden spreeklamsia yang lebihtinggi. Selainitu, wanita multipara beresiko mengalami preeklamsia/eclampsia seperti nulipara saat dia mengandung dari pasangan yang baru.
Disposisi genetik dianggap sangat berperan penting dan terdapat signifikan yang mendukung disposisi familiar terhadap preeklamsia/eklampsia. Peningkatan jumlah bukti ini tampak pada riwayat obstetric ibu ,anak perempuan dan cucu perempuan. Mungkin dapat pewaris ansifat resesif gen tunggal atau gen dominan dari ibu dengan dominasi inkomplet.
c. Faktor predisposisi
Ibu berusia muda yang hamil pertama kali. Ibu berusia muda dan mengalami kehamilan kedua tetapi dengan suami yang
berbeda. Wanita yang pasangannya pernah memiliki anak dengan wanita lain yang
mengalami preeklampsia saat khamilan anak tersebut.
Ibu hamil yang memiliki riwayat hipertensi kronis atau penyakit ginjal (hipertensi pembuluh darah ginjal, sindrom nefrotik, penyakit ginjal polikistik pada orang dewasa).
Ibu yang mengalami kehamilan kembar. Ibu hamil yang menderita diabetes. Ibu hamil yang memiliki riwayat preeklampsia. Ibu hamil dan kulit hitam dan berusia lebih dari 35 tahun. Aantibodi antifosfolipid ).
d. Patofisiologi
Patofisiologi preeklampsia berkaitan dengan perubahan fisiologis kehamilan. Adaptasi fisiologis normal pada kehamilan meliputi peningkatan plasma darah, vasodilatasi, penujrunan resistensi vaskuler sistemik, peningkatan curah jantung dan penurunan tekanan osmotik koloid. Pada preeklampsia volume plasma menurun, sehingga terjadi hemokonsentrasi dan peningkatan hematokrit maternal. Perubahan ini membuat fungsi organ maternal menurun termasuk perfusi ke unit janin. Uteroplasenta vasospasme siklik dapat menurunkan perfusi organ dan dapat menghancurkan sel-sel darah merah sehingga kapasitas oksigen mengalami penurunan. (Bobak,dkk 2012)
Episode vasospasme menyebabkan cedera pada lapisan endotelium pembuluh darah dan selanjutnya disertai pengendapan trombosit dan pelekatan fibrin ke dinding sel yang rusak. Kerusakan endotelium pembuluh darah menyebabkan kebocoran protein dan cairan kapiler sehingga cairan intravaskuler berpindah ke ruang ektravaskuler. (kennedly & Belsi, 2014).
e. Kriteria DiagnostikPreeklampsia biasanya dikatagorikan sebagai preeklampsia ringan atau berat , terutama didasarkan pada derajat hipertensi atau proteinuria dan apakah sistem organ lainnya terlibat1. Preeklampsia Ringan
Tekanan Darah telah mencapai 140/90 mmHg atau lebih tetapi kurang dari 160/110 mmHg pada dua waktu yang berbeda dengan interval 4 jam
Proteinuria tercatat mencapai 1+ atau sekitar 300mg dalam spesismen urine 24 jam.
Kenaikan berat badan lebih dari 2,26 kg/minggu selama trimester kedua atau lebih 0,9 kg/minggu selama trimester ketiga
Edema ringan diseluruh tubuh.2. Preeklampsia Berat
Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau lebih atau tekanan darah diastolik 110 mmHg atau lebih.
Proteinuria menetap 2+ atau lebih ( 500mg/24 jam) Pengeluaran urine menurun hingga kurang dari 50 ml dalam 24 jam. Sakit kepala berat.
Masalah penglihatan (skotoma ataupenglihatan kabur). Trombositopenia. Nyeri epigastri. Mual atau muntah. Peningkatan enzim hati ALT atau AST. Iritabilitas, gelisah atau takut. Edema paru disertai gawat napas.
f. KomplikasiKomplikasi pada ibu dengan preeklampsia terutama berkaitan dengan
memburuknya preeklampsia menjadi eklampsia. Komplikasi pada janin berhubungan dengan insufiseensi uteroplasenta akut dan kronis misalnya lahir mati atau gawat janin intra partum serta persalinan dini ( komplikasi prematur )Saat preeklampsia berat terjadi sebelum usia kehamilan 32 minggu, insidens komplikasi yang serius oada ibu tergolong tinggi dan kondisi ahir janin dapat buruk, yang sering kali diakibatkan restriksi pertumbuhan atau asfiksia saat lahir.Waspadai tanda – tanda berikut : abrupsio plasenta, sindrom HELLP, eklampsia, koagulasi intravaskuler diseminata, dan gagal ginjal akut
g. Penatalaksanaan Medis
1. Preeklampsia Ringan ( Perawatan di rumah) Evaluasi dua kali seminggu, pada saat di rumah sakit atau klinik panatu
tekanan darah, fungsi ginjal dan hati serta trombosit Anjurkan untuk beristirahat dalam posisi miring selama 2 hingga 3
jamtanpa gangguan minimal dua kali sehari Pastikan ibu dan keluarga mengetahui dan mampu melaporkan tanda
kondisi yang memburuk.
2. Preeklampsia Ringan (Perawatan di rumah sakit )
Jika memungkinkan , lakukan hospitalisasi untuk mengevaluasi kondisi janin dan ibu
Jika cukup bulan atau mendekati cukup bulan lakukan induksi persalinan Penatalaksanaan kurang dari usia gestasi 37 minggu masih diperdebatkan ,
dan beberapa mendukung hospitalisasi serta lainnya tirah baring di rumah. Untuk panatalaksan di rumah, evaluasi dua kali seminggu di rumah sakit atau klinik dan hospitalisasi bila kondisi berubah
Tirah baring , terutama miring kiri untuk meningkatkan aliran balik vena dan memperbaiki perfisi ginjal dan plasenta.
Diet seeimbang dengan kandungan protein sedang hingga tinggi (80 sampai 100g/hari) untuk mengganti kehilangan protein di dalam urine.
Pantau tekanan darah, fungsi ginjal dan hatiserta trombosit.
Pemberian aspirin 85 mg/ hari untuk mencegah preeklampsia berat masih diperdebatkan, dan manfaat dari penanganan tersebut masih diteliti.
3. Preeklampsia Berat
Hidralazin, labetol, atau nipedifin untuk mempertahankan tekanan darah antara 140/90 dan 150/100, sehingga menjaga aliran darah uterus dan plasenta
MgSO4 IV untuk mencegah konvulsi.. Ciptakan lingkungan yang tenang dengan menghindari stimulasi. Sediakan kalsium glukonat jika terjadi toksikasi magnesium. Penggantian cairan dan elektrolit bila diindikasikan pemeriksaan
laboratorium.Selain itu, pada usia gestasi 34 minggu atau lebih :
Induksi persalinan jika kondisi serviks baik, bila tidak lakikan pelahiran secar
Betametason atau deksametason jika janin memiliki profil paru imatur . Sering diberikan bila usia gestasi janin 34 hingga 36 minggu dengan harapan mengurangi resiko enterokolitis nekrotikansdan sindrome gawat napasPada saat usia gestasi 28 hingga 32 minggu :
Berikan kortikosteroid untuk mempercepat maturitas paru Penatalaksanaan yang diharapkan mencakup evaluasi dengan sering dan
pelahiran ketika usia gestasi 34 minggu atau sebelumnya jika terjadi gawat janin atau gawat ibu.
h. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pengumpulan urine 24 jam untuk memeriksa protein dan atau bersihankreatinin untuk mendeteksi kerusakanatau pemulihan glomelurus.
2. Periksa darah lengkap : Hb, Ht, dan trombosit untuk mendeteksi hemokonsentrasi dan memperkirakan derajat cedera.
3. Pemeriksaan fungsi hati untuk mendeteksi apakah terjadi gangguan hati BUN, asam urat dan kreatinin serum untuk mendeteksi adanya gangguan ginjal dan mengevaluasi keefektifan penanganan.
4. Elektrolit untuk mendeteksi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.5. Pemeriksaan bekuan untuk indikasi trombositopenia atau DIC.6. Velosimetri Doppler dimulai pada usia 30 hingga 32 minggu untuk skrining
gangguan janin.7. Ultrasonografi atau sonografi serial untuk mengetahui ukuran dan posisi janin.8. Amniosentesis untuk mengkaji maturitas paru janin.9. Nonstress test (NST) dan profil biofisik (BPP) untuk mmenentukan
kesejahteraan janin.
10. Kadar MgSO4 untuk mempertahankan rentang terapeutik dan mencegah intiksikasi
3. Sindrom HELLP a. pengertianSindrom HELLP merupakan suatu penyakit multisistem adalah suatu bentuk preeklampsia berat. Sindrom ini diberi nama sesuai dengan abnormalitas laboratorium utamanya (Hemolisis, Elevated Liver enzymes dan Low Platelets)b. Etiologi
Penyebab pasti sindrom ini masih belum diketahui . Beberapa orang meyakini bahwa penumpukan tronbosit pada tempat endotelium yang rusak yang disebabkan oleh vasospasme berat .
c. Patofisiologi Sindrom HELLP melibatkan sekelompok manifestasi klinis yang disebabkan vasospasme arteriol , yang menyebabkan terjadinya anemia hemolitik mikroangiopati, kerusakan endotelium mikrovaskuler dan aktivasi trombosit intravaskulerWanita dengan sindrom HELLP sering mengalami gejala nonspesifik atau tanda yang samar. Umumnya ibu hamil mengeluh hanya merasa tidak enak badan, merasa seperti flu, mual, nyeri epigastrik atau nyeri kuadran kanan atas. Ibu hamil mungkin tidak mengalami hipertensi. Selain itu proteinuria dapat tidak ada atau hasil dipstick urine hanya 1+. Ibu hamil ini sangat sakit tetapi sering salah didiagnosasebagai flu, gastroenteritis, apendisitis, hepatitis virus, penyakit kandung empedu atau pielonefritis
d. Ktiteria diagnostikDiagnosis berdsarkan pada adanya
Hemolisis Apus periper abnormal Laktat dehidrogenesis > 600 U/L Bilirubin total lebih dari 1,2 mg/dl
Peningkatan enzim hati Ast serum > 70 unit/l Laktat dehidrogenase >600 U/l
Trombosit rendah < 150.000e. komplikasi
Hemoragi spontan dan hemoragi pascapartum Perkembangan superimposed DIC Abrupsio plasenta Gagal ginjal Edema paru Ruptur uteri
4. Eklampsiaa. Pengertian
Eklampsia didefinisikan sebagai awitan aktifitas kejang atau koma pada ibu hamil yang berdiagnosis hipertensi gestasional atau preeklampsia, tanpa riwayat patologis neulogi sebelumnya (kenned & besty B 2014).Eklampsia ialah terjadinya konvulsi atau koma pada pasien disertai tanda dan gejala preeklampsia tanpa didahului gangguan neurologis. (Bobak dkk, 2012).Eklampisa merupakan perburukan dari bentuk preeklampsia yang lebih berat yaitu dapat kejang seluruh tubuh dan koma.
b. EtiologiEklampsia menggambarkan perburukan preeklampsia disertai penurunan fungsi yang cepat pada beberapa organ dan sistem
c. PatofisiologiEklampsia merupakan perburukan dari bentuk preeklampsia yang lebih berat , yaitu dapat terjadi kejang seluruh tubuh atau koma. Kejang dapat terjadi ketika terdapat muatan listrik berlebihan yang tidak sinkron padaneuron dalam sistem saraf pusat
d. Kriteria DiagnostikDiagnosa berdasarkan pada adanya
Kriteria diagnosa pada eklampsia Adanya kejadia konvulsi yang melibatkan hal berikut
Kedutan awal pada otot wajah. Gangguan kontraksi otot dengan mengepalkan tangan
dan menggerakangigi dan kemudian relax. Pernapasan yang berhenti dan kemudian mulai lagi
dengan napas yang dalam, berat dan berbunyi. Koma yang dapat berlanjut dan berlangsung selama 2
sampai 3 menit hingga beberapa jam. Tidak ditemukan kemungkinan etiologi kejang yang lain
e. Komplikasi Pada ibu dengan eklampsia kejang meningkatkan angka kematian ibu 10 kali lipat dan kematian janin 40 kali lipat. Penyebab kematian ibu karena eklampsia adalah kolaps sirkulasi (henti jantung, edema paru, syok), perdarahan otak dan gagal ginjal. Janin biasanya meninggal karena hipokxia, asodosis atau solusio plasenta
f. Penatalaksanaan Medis1. Segera Pastikan Kesejahteraan Ibu
Masukan alat jalan napas melalui mulut atau penekanan lidah yang dibalut untuk memperkecil lidah tergigit dan memastikan jalan napas yang paten
Mulai penghisapan orofaring begitu dapat dipastikan pasen tidak akan menggigit
Kendalikan pasen dengan lembut untukmencegah trauma tulang atau jaringan linak
Berikan oksigen2. Kendalikan kejang
Magnesium sulfat diberikan dengan dosis muatan 4 – 6 g IV diikuti oleh infus IV 1,5 – 2 g/jam , untuk mencapai kadar terapeutik 4,8 – 8,4 mg/dl
Jika kejang terjadi lagi > 20 menit, pertimbangkan pemberian diazepam 5 – 10 mg IV atau amobarbital sampai 250mg
3. Kendalikan hipertensi biasanya dimulai hanya untuk diastolik >110 dan dengan target diastolik 90 -100
.
5. Preeklampsia yang Menyertai Hipertensi Kronisa. pengertian
Preeklampsia yang menyertai hipertensi kronis didefinisikan sebagai kejadian preeklampsia pada ibu hamil yang mengalami hipertensi kronis, dan dapat berkembang menjadi eklampsia.
b. Kriteria diagnostik
Diagnosis ini paling mungkin terjadi jika terdapat temuan berikut :
Awitan proteinuria (300 mg atau lebih atau dipstik urine 1+atau lebih dalam 24 jam ).
Pada ibu yang kehamilannya kurang dari 20 minggu disertaihipertensi tetapi tdk mengalami proteinuria.
Hipertensi dan proteinuria sebelum usia kehamilan 20 minggu.
Peningkatan proteinuria yang tiba- tiba. Peningkatan tekanan darah yang tiba- tiba pada ibu yang
memiliki hipertensi yang terkontrol baik sebelumnya. Trombositopenia : trombosit kurang dari 100.000 sel/mm). Peningkatan ALT atau AST ke kadar abnormal.
c. Komplikasi
Prognosis baik pada ibu maupun janin jauh lebih buruk dibanding pada hipertensi kronis atau preeklamsia saja. Resiko abrupsio plasenta meningkat pada ibu hamil dengan penyakit ini, janin beresiko lebih tinggi mengalami restriksi pertumbuhan dibanding pada kondisi preeeklampsia atau hipertensi kronis saja.
.6. Hipertensi Kronis
a. Pengertian
Hipertensi kronis didefinisikan sebagai hipertensi yang telah ada dan dapat diobservasi sebelum kehamilan atau didiagnosis sebelum usia kehamilan 20 minggu
b. EtiologiKira – kira 80% hipertensi kronik adalah idiopatik dan 20 % karena penyakit ginjal
c. Kriteria diagnostik Tekanan Darah sistolik lebih dari 140 mmHg Tekanan Darah diastolik lebih dari 90mmHg Hipertensi sudah ada dan dapat diobservasi sebelum kehamilan Didiagnosis sebelum usia kehamilan 20 minggu Menetap lebih dari 12 minggu pascapartum
d. Penatalaksanaan MedisPasen obstetrik dengan penyakit ginjal atau kardiovaskuler hipertensi kronis harus ditangani serupa dengan pasen preeklampsia. Banyak pasen tersebut akan mengalami superimposed preeklampsia, dan tidak mungkin menentukan masalah dasar sebenarnyasampai paling sedikit 3 – 4 bulan setelah melahirkan, ketika pemeriksaan dan penelitian yang tepat dapat dilakukan.Jika tekanan darah diastolik melebihi 100 mmHg, mulailah pemberian obat anti hipertensi untuk mencegah stroke atau gagal jantung pada ibu.
B. KONSEP PROSES KEPERAWATAN
Penyakit hipertensi pada kehamilan dapat terjadi tanpa ada tanda peringatan atau gejala yang timbul secara bertahap. Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses terapeutik yaitu proses nkeperawatan . proses keperawatan dipakai untuk membantu perawat dalam melakukan praktek keperawatan secara sistemik dalam mengatasi masalah keperawatan yang ada.
1. Pengkajian Pengumpulan data Data – data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi komponen-komponen berikut:a. Identitas Ibu
Faktor-faktor seperti paritas, usia, dan lokasi geografis perlu dikaji. Wanita yang baru menjadi ibu atau ibu dengan pasangan baru lebih mudah terkena preeklampsia, wanita berusia < dari 18 tahun dan > 35 tahun memiliki insiden preeklampsia yang sangat tinggi.
b. Keluhan UtamaIbu dengan hipertensi pada kehamilan didapatkan keluhan seperti sakit kepala terutama area kuduk bahkan mata dapat berkunang-kunang, pandangan mata kabur, proteinuria, peka terhadap cahaya dan nyeri uluhati.
c. Riwayat Penyakit SekarangPada ibu yang mengalami hipertensi dalam kehamilan biasanya akan diawali dengan tanda-tanda mudah letih, nyeri kepala, diplopia, nyeri abdomen atas, oliguria (< 400 ml/24 jam) serta nokturia dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan apakah ibu hamil menderita diabetes, penyakit ginjal, rematoid artitis, lupus atau skleroderma serta perlu ditanyakan juga mulai kapan keluhan itu muncul. Apakah tindakan yang telah dilakukan untuk menghilangkan keluham tersebut.
d. Riwayat Penyakit TerdahuluPerlu ditanyakan apakah ibu pernah menderita penyakit seperti hipertensi kronis, obesitas, ansietas, angina pektoris, dispnea, hematuria, nokturia dan sebagainya. Ibu beresiko 2 kali lebih besar bila hamil dari pasangan yang menderita penyakit ini.
e. Riwayat Penyakit KeluargaPerlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang dapat menjadoi penyebab jantung hipetensi dalam kehamilannya. Dari hasil penmelitian diketahui adanya hubungan genetik yang menjadi pencetus penyakit hipertensi pada kehamilan.
f. Riwayat PsikososialMeliputi perasaan ibu terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana prilaku ibu terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.
g. Riwayat MaternalInsidens preeklampsia tinggi pada wanita yang memiliki janin kembar.
h. Pemeriksaan Fisik Data Fokus Pemeriksaan tekanan darah yang akurat dan konsisten penting untuk
menentukan nilai dasar dan memantau perubahan kecii sepanjang masa hamil.
Bandingkan tekanan darah dasar dengan rentang tekanan darah yang dicatat sepanjang kehamilan ibu. Idealnya tekanan darah dasar dicatat sebelum ibu mengalami kehamilan.
Pemeriksaan adanya edema diseluruh area tubuh (termasuk tangan dan kaki) dan khususnya area wajah, abdomen, dan sakrum. Edema dinilai dari distribusi, derajat dan pittius. Jika di periorbital atau wajah tidak jelas, ibu ditanya apakah edemanya berlebih ketika baru bangun tidur. Edema dapat digambarkan sebagai dependen yaitu edema pada bagian bawah atau bagian tubuh yang dependen sedangkan edema pitting meninggalkan lekukan kecil setelah bagian yang bengkak ditekan dengan jari.
Periksa reflek tendon profunda (reflek lutut) reflek ini terdiri dari reflek bisep dan patela serta klonus pada pergelangan kaki yang berfungsi sebagai dasar untuk menentukan tanda awal toksisitas magnesium suifal. Reflek platela dilakukan dengan tungkai bawah ibu tergantung bebas atau dengan ibu berbaring miring dengan lutut sedikit fleksi, ketukan dengan martil diarahkan ke tendon patela, respon normal ialah ekstensi atau menendang. Untuk mengkaji reflek klonus dipergelangan kaki tungkai harus ditopang dengan lutut yang difleksi dengan posisi ini dipertahankan selama beberapa saat, kemudian kaki dilepaskan. Respon normal bila tidak ada gerakan osilasi ritmis.
i. Pemeriksaan Sistem Tubuh B1 (breating)
Pernapasan meliputi sesak napas sehabis aktivitas, batu dengan atau tanpa sputum, riwayat meroko, penggunaan obat bantu pernapasan, adanya bunyi napas tambahan, dan sianosis.
B2 (blood)Gangguan fungsi kardiovaskuler padadasarnya berkaitan dengan meningkatnya afterload jantung akibat hipertensi. Selain itu terdapat perubahan hemodinamik dan operubahan volume darah berupa hemokonsentrasi. Pembekuan darah terganggu sehingga waktu trombin menjadi memanjang. Gejala yang paling khas adalah trombositopenia dan gangguan faktor pembekuan lain seperti menurunnya kadar antritrombin III, sirkulasi meliputi adanya riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner, episode palpitasi, peningkatan tekanan darah, tahikardi, terdengar murmur, kadang bunyi jantung S2 pada dasar, S3 dan S4, denyut nadi jelas di karotis, jugularis, radialis, stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat, sianosis dan pada suhu dingin.
B3 (brain)Lesi di otak ini sering terjadi karena pecahnya pembuluh akibat hipertensi. Kelainan radiologis otak dapat diperlihatkan dengan CT- Scan atau MRI. Otak akan mengalami edema vasogenuik dan hipoperfusi. Pemeriksaan EEG juga memperlihatkan adanya kelainan EEG terutama setelah kejang yang dapat bertahan dalam jangkan waktu seminggu. Integritas ego meliputi cemas, depresi, eforia, mudah marah, otot muka tegang, gelisah, pernapasan menghela, dan
peningkatan pola bicara. Neorosensori meliputi keluhan kepala pusing, berdenyut, salit kepala suboksipital, kelemahan pada salah satu sisi tubuh, gangguan penglihatan (diplopia, pandangan kabur), epitaksis, serta kenaikan tekanan pada pembuluh darah serebral.
B4 (bladder)Riwayat penyakit ginjal dan diabetes melitus, riwayat penggunaan obat diuretik juga perlu dikaji. Seperti pada glomerulopati lainnya terdapat peningkatan permeabilitas terhadap sebagian besar protein dengan berat melekul tinggi. Sebagaian besar penelitian bipsi ginjal menunjukan pembengkakan endotel kapiler glomerulus yang disebut endoteliosis kapiler glomerulus. Nekrosis hemoragik peroporta dibagian perifer lobulus hepar kemungkinan besar merupakan penyebab meningkatnya kadar enzim hati dalam serum.
B5 (bowel)Makanan/cairan meliputi makanan yang disukai terutama yang mengandung tinggi garam, protein, tinggi lemak, dan kolesterol.
B6 (Bone)Nyeri/ketidaknyamanan meliputi nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala suboksipital berat, nyeri abdomen, nyeri dada dan nyeri efigastik (ulu hati).
j. Pemeriksaan Untuk Menentukan Status Janin Perfusi uretroplasenta menurun pada ibu yang menderita preeklampsia,
sehingga hal ini membahayakan janin. Denyut jantung janin harus diperiksa untuk menentukan nilai dasar, variabilitas, perubahan periodik dan tidak periodik. Pemantauan biofisik atau biokimiawi untuk mengetahui keadaan janin bisa di programkan, hitung pergerakan janin, pemeriksaan tidak stres (nonstres tes NST)k. Pemeriksaan Diagnostik
Sel darah putih (SDP) Hemoglobin dan hematokrit (Hb dan Ht) Gas Darah Arteri (GDA) Laju endap darah (LED) Elektrokardiografi (EKG) Echokardiografi (EEG) Pencitraan jantung radionukkleotida Amniosintesis Seri ultrasonografi Tes presor supine Kreatinin serum Tes urine lengkap Strees kontraksi Tes cairan amniotik ultrasonografi
2. Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan yang umu untuk ibu dengan gangguan hipertensi pada kehamilan hal-hal berikut.
1. Perubahan perfusi jaringan atau organ: menurun berhubungan dengan vasospasme siklik, edema serebral, perdarahan.
2. Kelebihan volume cairan (ektrasel) berhubungan dengan perpindahan cairan dari sistem intravaskuler ke jaringan ektrasel.
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman kesehatan ibu dan janin.4. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan tahanan
vaskular sistemik.5. Risiko terjadinya cedera ibu berhubungan dengan iritabilitas sistem saraf pusat
(SSP) akibat edema otak,vasospasme, penurunan perfusi ginjal, terafi mgnesium sulfat dan artihipertensi.
6. Risiko cedera pada janin berhubungan dengan insufiensi uteroplasenta, kelahiran prematur, solusio plasenta.
3. Rencana tindakan keperawatan1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia ibu.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan perubahan perfusi jaringan dapat teratasi.
Kriteria hasil yang diharapkan.a. Tidak ada penurunan frekuensi jantung janin.b. Tekanan darah normal.c. Ibu hamil bebas edema patologis.
Rencana asuhan keperawatan Perhatikan faktor-faktor risiko individu dan status kesehatan ibu
sebelum hamil. Kaji tekanan darah dan nadi. Perhatikan adanya sianosis membran
mukosan dan dasar kuku, intoleransi aktivitas dan tanda-tanda dekompensasi seperti penambahan berat badan berlebih, batuk tidak jelas, krekels, hemoptisis, peningkatan nadi dan frekuensi pernapasan.
Berikan informasi tentang penggunaan posisi tagak yang diubah selama tidur dan istirahat.
Pertahankan tirah baring total dengan posisi miring. Pantau asupan oral dan infus MGSO4, pantau keluran urine dan patau
adanya edema yang terlihat. Kaji aliran darah uterus atau janin dengan menggunakan Non-Stress
Test (NST) ataupun Contraction Stress Test (CST), periksa kadar estriol dan hitung denyut jantung janin (DJJ).
Rasional Adanya masalah-masalah jantung dapat dipengaruhi oleh peningkatan
kebutihan sirkulasi selama kehamilan yang dapat mengakibatkan kerusakan oksigenisasi jaringan.
Keadaan tersebut menandakan kegagalan jantung awal dan hipoksia.
Memudahkan ibu hamil bernafas dengan menentukan tekanan karena pembesaran uterus pada diagfragma dan membantu meningkatkan diameter vertikal untuk ekspansi paru, membantu mencegah statis vena pada ektremitas bawah.
Tirah baring menyebabkan aliran darah oteroplasenta yang sering kali menurunkan tekanan darah dan meningkatkan diuresis.
Magnesium sulfat (MGSO4) adalah obat anti kejang yang bekerja pada sanbungan mioneural dan merelaksasi vasospasme sehingga menyebabkan peningkatan perfusi ginjal serta mobilisasi cairanektraseluler (edema dan diuresis).
Hipoksia uterus atau plasenta akan menurunkan aktivitas janin dan DJJ. Hipoksia dapat meningkatkan penurunan kadar estriol.
2. Kelebihan volume cairan (ektrasel) berhubungan dengan perpindahan cairan dari sistem intravaskuler ke jaringan ektrasel.
Tujuan : tidak terjadi kelebihan volume cairan (Ektrasel) Kriteria hasil yang diharapkan
a. Elektrolit serum dalam batas normal.b. BUN serum, kreatinin, dan asam urat dalam rentang yang aman.c. TD stabil.
d. Suhu dalam batas normal.e. Pengeluaran urine lebih dari 30 ml/jam.f. Bunyi paru bersih saat di auskultasi.g. Tidak ada edema anasarka.
Rencana asuhan keperawatan Timbang berat badan pada setiap kunjungan pranatal, dengan
menggunakan timbangan yang sama. Kaji pola penambahan berat badan. Kaji adanya edema anasarka atau pitting. Tanya pada ibu apakah wajahnya tampak lebih bulat atau bengkak
dan apakah cincin ibu lebih sempitbdari biasanya. Kaji warna dan jumlah urine tiap jam serta pada interval 24-jam, jika
ibu dirawat di rumah sakit. Jelaskan pada ibu mengenai pentingnya mempertahankan pencatatan
asupan dn haluaran. Jelaskan tentang konsumsi natrium dalam diet. Anjurkan untuk mempertahankan asupan oral yang adekuat. Anjurkan untuk memasukkan protein yang adekuat kedalam diet. Berkolaborasi untuk pemberian cairan intravena sesuai program.
Rasional Penimbangan berat badan adalah indikator yang bbaik dalam
penambahan atau kehilangan cairan. Penambahan berat badan normal selama trimester kedua dan tiga
adalah sedikit kurang dari 0,5 kg tiap minggu. Penambahan berat
badan sebesar 2 kg/minggu. Secara tiba-tiba biasanya berhubungan dengan pre-eklampsia.
Edema anasarka merupakan kondisi abnormal. Adanya edema pitting pada area pretibial, wajah, tangan, dan sakrum ada;lah indikator retensi cairan.
Ibu mungkin orang pertama yang mengenali tanda retensi cairan, namun anggota keluarga seringkali melihat dan memberikan komentar bahkan sebelum ibu mengetahuinya.
Urine akan bertambah pekat bila cairan pindah dari ruangan intravaskuler ke ektrasel. Ketika berada di dalam jaringan, cairan tidak dihantarkanke di filtrasi oleh, atau dikeluarkan dari ginjal. Pada saat filtrasi glomerulus berkurang dan ginjal mengalami kerusakan, haluaran urine akan menurun dan urine menjadi pekat serta ada warna darah. Debris sel mungkin terlihat.
Membantu ibu mengendalikan situasi dengan berpartisipasi aktif dalam perawatan diri. Dengan mempertahankan pencatatan secara akurat dapat membantu perawat menentukan status cairan dan kebutuhan intervensi.
Asupan natrium berlebih dapat meningkatkan retensi cairan. Natrium tidak dibatasi, namun tidak boleh dikonsumsi secara berlebihan.
Meskipun terdapat kelebihan cairan di dalam jaringan, sitem itravaskular kekurangan cairan.
Kehilangan protein melalui urine harus diganti untuk membantu perbaikan jaringan dan mempertahankan energi.
Meskipun terdapat kelebihan cairan di dalam jaringan, sistem itravaskular kekurangan cairan.penggantian volume cairan berdasarkan pada haluaran urine dan kehilangan cairan yang tidak disadari.
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman kesehatan ibu dan janin. Tujuan : kesehatan ibu dan janin baik. Kriteria hasil yang diharapkan.
a. Melaporkan penggunaan teknik relaksasi dan stategi koping lain.b. Mengungkapkan ketakutan dan kecemasan dengan bebas.
Rencana asuhan keperawatan Kaji pengalaman PRH sebelumnya. Kaji pengetahuan PRH. Kaji pengetahuan dan penggunaan relaksasi, pernapasan, dan
teknik/strategi koping lain. Kaji faktor yang menyebabkan ansietas pada ibu. Kaji sistem dukungan ibu. Ajarkan relaksasi, pernapasan, dan strategi koping lain. Berikan obat sesuai program.
Rasional
Untuk mengetahui apakah ibu memiliki pengalaman positif atau negatif terkait PRH sebelumnya yang mempengaruhi reaksi ibu terhadap kondisi saat ini.
Ibu mungkin mendapatkan perawatan di rumah sebelum masuk ke rumah sakit, mendengar informasi dari individu lain, mencari tahu melalui internet, atau mendapatkan penyuluhan mengenai PRH pada saat diruangan dokter. Perawat memerlukan data dasar untuk menyesuaikan rencana penyuluhan dan menghilangkan kesalahpahaman guna mengurangi ketakutan dan ansietas.
Menyediakan data dasar untuk merencnakan asuhan atau menggunakan apa yang telah diketahui ibu. Strategi yang pernah berhasil sebelumnya kemungkinan besar akan berhasil untuk menghadapi situasi yang menyebabkan stres pada ibu saat ini.
Untuk menentukan faktor yang perlu dihindari atau diubah guna mencegah peningkatan ansietas selama stres berlangsung.
Untuk mengetahui apakah ibu memiliki sistem dukungan yang adekuat atau perlu dirujuk ke bantuan di masyarakat.
Membantu mencegah ansietas, memberikan sesuatu pada ibuuntuk ia perhatikan, dan mengalihkan perhatian ibu dari rasa takut, yang membantu meningkatkan perfusi jaringan.
Dokter dapat meresepkan obat-obatan yang membantu ibu untuk relaks dan beristirahat.
4. Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan tahanan vaskuler sistemik.
Tujuan : diharapkan resiko penurunan curah jantung tidak terjadi. Kriteria hasil yang diharapkan.
a. Tekanan darah normal.b. Ibu hamil bebas dari gelaja-gejala palpitasi, dispnea dan angina
pektoris.c. Bunyi napas dan bunyi jantung normal.
Rencana asuhan keperawatan. Pantau klasifikasi hipertensi fungsional ibu hamil. Pantau tanda-tanda vital ibu hamil. Auskultasi bunyi napas ibu hamil. Evakuasi DJJ, jumlah gerakan janin setiap hari, dan hasil NST
indikasi. Berikan informasi tentang perlunya istirahat yang adekuat (8-10jam
pada malam hari dan ½ jam setiap habis makan). Selidiki adanya keluhan nyeri dada dan palpitasi. Anjurkan
pembatasan kafein dengan tepat. Kaji adanya bukti venostasis dengan adanya edema. Intruksikan ibu
hamil meninggikan kaki bila duduk secara periodik. Kaji dan pantau jumlah dan kosentrasi keluaran dan berat jenis urine. Anjurkan ibu hamil menggunakan posisi miring kiri.
Berkolabolasi pemberian obat-obatan seperti digitalis glikosida (digoksin atau dogotoksin) atau propanolol sesuai indikasi.
Berkolaborasi dan kaji fungsi plasenta dengan pemeriksaan kadar estriol serum urine (CST dan NST).
Tinjau keadaan EKG. Anjurkan penggunaan stoking antitrombolitik. Pantau tekanan hemodinamik dengan pengukuran tekanan vena
central atau central venous pressure (CPV). Rasional
Bermanfaat untuk mengidentifikasi keadaan atau kondisi ibu hamil dan kebutuhan-kebutuhan ibu hamil.
Mengetahui adanya dekompensasi jantung karena intoleransi terhadap beban sirkulasi, infeksi atau ansietas.dekompensasi jantung dapat terlihat dari perubahan tanda-tanda vital ibu hamil seperti peningkatan suhu, peningkatan nadi dan peningkatan tekanan darah.
Ibu hamil dengan gangguan jantung pada klasifikasi III dan IV, dapat mengalami gagal jantung kongestif (GJK) dan kemungkinan gangguan pernapasan.
Mengetahui adanya hipoksia janin akibat kompensasi jantung ibu yang bisa terlihat dari tahikardia ataupun bradikardia, serta reduksi aktivitas jantung.
Meminimalkan stres jantung dan menghemat energi, khususnya untuk ibu hamil dengan gangguan jantung kelas IV yang memerlukan tirah baring selama kehamilan.
Ibu hamil dengan prolapskutup mitral dapat terjadi aritmia, terlihat dari adanya nyeri dada dan palpitasi.pembatasan kafein dapat menurunkan frekuensi terjadinya gangguan jantung.
Pemberian posisi kaki dapat m,engurangi terjadinya venostasis. Masalah kardiovaskuler dapat memengaruhi fungsi ginjal,
mengakibatkan oliguria/anuria, atau peningkatan berat jenis urine. Hipotensi supine pada titik kehilangan kesadaran dapat dicegah bila
ibu hamil menghindari posisi terlentang dan mengadopsi posisi istirahat rekumben lateral.
Diglitalis glikosida dapat memaksimalkan kontraksi ventrikel, tetapi peningkatan volume plasma dapat menurunkan kadar obat dalam sirkulasi sehingga dibutuhkan peningkatan dosis atau frekuensi pemberian. Digitalis mempunyai efek langsung pada miometrium, sering menyebabkan persalinan awal serta waktu persalinan lebih pendek. Propanolol dapat digunakan untuk mengontrol distrimia berkenaan dengan prolaps katup mitral (dalam penelitian, obat-obatan ini belum jelas diketahui keamanan penggunaannya pada ibu hamil).
Penurunan fungsi jantung dapat mempengaruhi fungsi plasenta. Dapat menunjukan keadaan patologis bila terjadi dekompensasi
jantung seperti ditritmia.
Meningkatkan aliran balik vena dan membatasi statis vena. CVP untuk mengukur aliran balik vena atau volume sirkulasi.
5. Risiko tinggi cedera pada ibu berhubungan dengan iritabilitas sistem saraf pusat (SSP).
Tujuan : diharapkan tidak terjadicedera pada ibu. Kriteria hasil yang diharapkan : Ibu hamil tidak mengalami kejang. Rencana asuhan keperawatan
Dapatkan data-data dasar (misalnya klonus) Memantau pemberian terapi intravena MgSO4 dan kadar serum
MgSO4.
Kaji adanya kemungkinan keracunan MgSO4.
Pertahankan lingkungan yang tenang, gelap dan nyaman.
Rasional Data-data dasar digunakan untuik memantau hasil terapi. Magnesium sulfat (MgSO4) adalah obat antikejang yang bekerja pada
sambungan mioneural dan merelakan vasospasme. Dosis yang berlebih akan membuat kerja otot menurun sehingga dapat
menyebabkan depresi pernapasan berat. Rangsangan kuat, misalnya cahaya tgerang dan suara keras dapat
menimbulkan kejang.6. Resiko tinggi cedera pada janin berhubungan dengan fetal distress.
Tujuan : Diharapkan tidak terjadi cedera pada janin. Kriteia hasil yang diharapkan : Denyut jantung janin (DJJ) normal adalah
120-160 x/menit. Rencana asuhan keperawatan.
Monotot DJJ sesuai indikasi. Kaji pertumbuhan janin. Jelaskan adanya tanda-tanda solusio plasenta (nyeri perut, perdarahan,
rahim tegang, dan aktivitas janin menurun) Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST.
Rasional Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoksia, prematur, dan
solusio plasenta. Penurunan fungsi plasenta bisa mengakibatkan karena hipertensi. Ibu dapat mengetahui tanda dan gejalasolusio plasenta dan tahu akibat
hipoksia bagi janin. Reaksi terapi dapat menurunkan pernapasan jani dan fungsi jantung
serta aktivitas janin. USG dan NST untuk mengetahui keadaan/ kesejahtraan janin.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A.Pengkajian
Tanggal masuk : 26 februari 2015 jam masuk : pkl 08.00 wib
Ruang/kelas : II ponek rsu sumedang
No. RM : 9697880
Tgl pengkajian : 26 februari 2015 jam 10.00 wib
Diagnosa medis : G2P1A0 gravida 35-36 minggu dengan PEB
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama pasien : Ny I
Umur : 35 Tahun
Suku/bangsa : Sunda/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat/tlp : Dsn Pasangrahan 05/01 kec Tanjungsari
Status perkawinan : Kawin
b. Identitas suami/penanggung jawab
Nama suami : Tn Y
Umur : 38 Tahun
Suku/bangsa : Sunda/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat/tlp : Dsn Pasangrahan 05/01 kec Tanjungsari
c. Keluhan utama :
klien merasa hamil 8 bulan dengan mengeluh nyeri kepala
d. Riwayat kehamilan sekarang
Klien GAP1A0 merasa hamil 8 bulan dgn datang kerumah sakit (26 februari 2015
jam 08.00) dengan keluhan kurang lebih sejak 1 minggu yang lalu klien
mengeluh nyeri kepala ,terutama bagian dahi yang bertambah berat jika perubahan
posisi secara tiba-tiba dari posisi duduk ke posisi berdiri dan kadang pusingnya
sampai merasa mual,klien juga mengatakan mudah lelah dan jika berdiri terlalu
lama pada sore hari kedua kaki bengkak, penglihatan kadang kurang jelas, buang
air kecil sedikit . Ibu belum merasakan mulas-mulas atau tidak ada pengeluaran
lendir dan darah dari jalan lahir, gerakan janin masih dirasakan
BB sebelum hamil 56 kg, TD sebelum hamil 110/70 mmhg-120/80 mmh
HPHT : 5 – 7– 2014 TP : 12 – 4 – 2015
Riwayat ANC 6 kali ke bidan
Imunisasi TT2 kali
e. Riwayat kesehatan dahulu dan riwayat obstetric/ kehamilan
Klien sebelumnya belum pernah dirawat di rumah sakit karena sakit. Klien
pertama kali menstruasi pada usia 14 tahun dengan siklus 28 hari selama 7 hari
tanpa ada keluhan, gati pembalut 4-5 kali/hari
Klien tidak pernah punya penyakit seksual menular dan suami yang sekarang.
suami yang pertama/dari perkawinan perkawinan yang pertama dan kebiasaan
hubungan seksual klien dan suaminya dalam batas normal.
Kehamilan yang pertama lahir normal dibidan dengan BB 2800gr lahir Segera
menangis berjenis kelamin perempuan tahhun 2006 dan sekarang dalam keadaan
sehat. Usia anak sekarang 9 tahun.
BB sebelum hamil 56 kg, TD sebelum hamil 110/70 mmhg-120/80 mmhg
f. Riwayat kontrasepsi
Ibu memakai alat kontrasepsi suntik 3 bulan
g. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan bahwa dikeluarganya tidak ada yang mempunyai penyakit
yang sama seperti klien dan tidan ada yang mempunyai riwayat kehamilan kembar
dan juga dari keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat seperti penyakit kanker,
penyakit jantung, diabetes ataupun penyakit bawaan/kongenital, ibu dan sodara
laki laki klien menderita hipertensi
Genogram
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: perempuan penderita
: laki-laki penderita
: klien / pasien
: kehamilan sekarang
: hubungan keluarga
: tinggal serumah
: hubungan perkawinan
h. Pengkajian psikososial
Jika klien mengalami masalah kesehatan maka klien langsung mendatangi
petugas kesehatan terdekat seperti puskesmas, bidan atau dokter, klien dan suami
serta keluarga yang lain merasa senang dengan kehamilan klien sekarang dan
hubungan seksual pada masa kehamilan frekuensinya dikurangi dengan kesadaran
suami kata klien, klien secara rutin memeriksakan kehamilannya secara rutin ke
bidan terdekat dimulai sejak klien terlambat bulan dan dinyatakan hamil klien
rutin memeriksakan kehamilannya tiap 1 bulan sekali dan keluhan pada masa awal
kehamilan atau 3 bulan pertama klien merasakan adanya mual munta dipagi hari
tapi klien masih tetap bias makan walau sedikit-sedikit.
Klien dan keluarga merencanakan proses bersalin pada bidan terdekat.
Klien tampak cemas/sedikit gelisah dengan keadaan yang dialaminya setelah tahu
bahwa tekanan darahnya tinggi dan harus menjalani perawat
i. Pola kebiasaan sehari-hari
1 Pola nutrisi-metabolik Sebelum hamil Sesudah hamil
Intake makanan dan cairan 3porsi/hari, 6-8
gls/hari
3-4 porsi /hr, 6-10
gls/hr
Waktu/frekuensi makan/minum 3 x 3-5x porsi kecil
Pantangan makanan/alergi Tidak ada Tidak ada
Masalah : tidak ada masalah
2 Pola istirahat tidur Sebelum hamil Sesudah hamil
Kebiasaan tidur 5-7 jam/hr 4-7 jam/hr
Alat bantu tidur Tidak ada Tidak ada
Masalah tidur Tidak ada masalah Kurang nyaman
karena kehamilan
Masalah : kurang nyaman dengan posisi tidur
3 Pola eliminasi Sebelum hamil Sesudah hamil/saat dikaji
Frekuensi BAK/BAB 1-2x/hr, ± 600-
800ml/hr (3-4x hr)
1x/2hr, ±400-500
ml/hr(4-6x/hr)
Kesulitan BAK/BAB Tidak ada Perut yang membuncit
Cara mengatasi kesulitan Tidak ada Tidak ada
Masalah : BAK sedikit/oliguria
Aktivitas klien sehari-hari tidak mengalami perubahan masih tetap mengurus
anak dan suami (mengurus rumah tangga seperti biasa) dan dilakukan secara
mandiri hanya kebiasaan pola makan dan tidur yang sedikit berubah seperti
layaknya orang hamil pada trimester 1 dan 2 dan sejak kehamilan memasuki usia
8 bulan klien mulai merasakan kurang nyaman dengan tidur menjadi lebih sering
buang air kecil, kaki pada sore/malam terlihat sedikit bengkak, dan pola makan
juga berubah menjadi cepat kenyang dan cepat lapar juga tapi tidak ada keluhan
mual atau bahkan muntah, tapi terkadang merasa cepat lelah.
j. Riwayat alergi obat dan makanan
Klien tidak punya alergi terhadap obat dan makanan.
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
TD : 150/100 mmhg
N : 90 x/menit
S : 36,8 0C
RR : 20 x/menit
BB : 72 kg / TB 156
Kesadarn compos mentis
b. Pemerisaan kepala dan leher
Pemeriksaan kulit Kepala : rambut hitam bersih tidak kusam, distribusi merata,
tidak rontok, dikulit kepala tidak ada lesi, diraba tidak nyeri hanya sedikit pusing
yang dirasakan klien,
c. Pemeriksaan wajah : sklera tampak bersih tidak ada kelainan, kongjungtiva tidak
amemis, tidak ada edema palpebral, penglihatan kadang kurang jelas/kabur,
terdapat tanda chloasma gravidarum pada bagian pipi sedikit, hidung bersih tidak
ada edema, daun telinga bersih tidak ada kelainan, proses pendengaran normal,
tidak ada lesi, mulut bersih, terdapat caries pada gigi graham kanan, gusi normal,
tidak ada pembengkakan pada gusi
d. Pemeriksaan leher : leher tampak tidak ada kelainan bersih, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, replek menelan baik, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening,
tidak ada peningkatan jvp.
e. Pemeriksaan dada dan payudara
Dada tampak simetris,gerakan dada simetris, payudara simetris, tidak ada lesi
ataupun ruam-ruam, areola tampak kehitaman, putting menonjol, produksi
ASI/colostrum (+) ada, bunyi napas vesikuler, bunyi jantung normal S1 S2, tidak
ada bunyi jantung tambahan.
f. Pemeriksaan abdomen
Abdomen tampak buncit sesuai dengan usia kehamilan, terdapat striae
gravidarum, linea nigra, tidak ada bekas luka operasi, tidak ada luka/lesi, turgor
baik, texture halus, nyeri tekan abdomen + (NTE ).
Leopold I : TFU 31 cm, usia kehamilan 35-36 minggu, TBBA 2900 gr, teraba
bagian lunak yang tidak terlampau bulat dan sukar untuk digerakan,
Lepold II : teraba tahanan keras memanjang di sebelah kiri ( puki), dan teraba
bagian kecil pada bagian kanan klien,
Leopold III : pada bagian bawah teraba bagian kepala dan sudah masuk pintu atas
panggul,
Leopo;d IV : bagian kepala janin sudah masuk PAP separuhnya atau sejajar,
DJJ terdengar (/5’) 11,12,12,=136 x/menit.
g. Pemeriksaan genetalia dan anus
Alat genetalia bersih, tidak ada lesi, labia tampak edema, tidak ada varises, tidak
ada pendarahan atau pengeluaran lendir, tampak sedikit edema, tidak ada
keputihan, pada anus tampak tidak ada hemoroid.
h. Pemeriksaan ekstrimitas
Ekstrimitas atas normal, tidak ada edema, ekstrimitas bawah/kaki bengkak dengan
derajat 1, tidak ada varises, reflek patella +/+, homans sign tidak nyeri.
i. Hasil laboratorium dan pemeriksaan diagnosis
hasil pemeriksaan lab;
Hb : 13,5 gr%
Leukosit : 7500/mm3
Trombosite : 145000/mm3
Hematokrit : 40%
Gd puasa 90 mg/dl
HbsAg (-)
USG : tampak gambaran janin sudah masuk PAP dengan presentasi kepala
Protein urine +1
Diagnose medis : G2P1A0 Gravida 35-36 minggu dengan preeklamsi ringan
obat-obatan : amoxilin 1x 500 mg
MGSO4 40 %
infus dextrose 5%
ranitidine 2x1 tab
dopamet 3x500 mg
3. Analisa data
Data Etiologi Masalah
Ds : klien mengeluh nyeri
kepala terutama daerah
dahi , pandangan kurang
jelas/kabur, mudah
lelah,dan bengkak daerah
kaki
Do : klien tampak
Peningkatan sensitifitas
terhadap angiotensin II
Vasokontriksi sistemik
Gangguan perfusi
jaringan
Gangguan perfusi
jaringan
mengerutkan dahi saat
pengkajian dilakukan
Edema derajat 2
TTV :
TD 150/100mmhg
N : 90 x/menit
S : 36,8 0C
RR :20 x/menit
DJJ 136 x/menit
Ds : klien mengatakan
bahwa kaki bengkak
terutama pada sore dan
malam hari
Do :
- kaki edema dengan
derajat 2
-Genetalia sedikit edema
-BB sebelum hamil 56 kg
-BB setelah hamil 70 kg -
-Protein urine +1
Urine output : 400ml/hari
Peningkatan
permeabilitas kapiler
ginjal
Menurunkan kadar
albumin serum
Menurunkan tekanan
osmotic koloid
Kelebihan volume caira
di ektrasel
Kelebihan volume cairan
Ansietas sehubungan
dengan adanya ancaman
terhadap kesehatan ibu dan
janin ditandai dengan
Ds : klien mengatakan
cemas dengan keadaanya
setelah dan mendengar
penjelasan dari dokter
Rasa takut tentang
keadaannya dan janinnya
Merangsang saraf
simpatis
Merangsang kelenjar
adrenalin
Anxietas
bahwa klien harus dirawat
Do : klien tampak
cemas/sedikit gelisah
TD : 150/100 mmhg
N : 90 x/menit
S : 36,8 0C
RR : 20 x/menit
DJJ : 136x/menit
Meningkatkan kadar
adrenalin dalam darah
Terjadinya kecemasan
Ds : klien mengatakan saat
ini gerakan janin masih
dirasakan
Do :
TD : 150/100 mmhg
N : 90 x/menit
S : 36,8 0C
RR : 20 x/menit
DJJ : 136x/menit
Protein 1 +
Penurunan plasma dalam
sirkulasi
Peningkatan hematokrit
dalam darah
Penurunan perfusi
uretroplasenta
Resiko tinggi fetal distres
Resiko tinggi cedera pada
janin
Resiko tinggi cedera pada
janin
4. Masalah keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan vasospasme sistemik
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan perpindahan cairan dari sistem
intravaskuler kejaringan ekstrasel
3. Anxietas berhubungan dengan adanya ancaman terhadap kesehatan ibu dan janin
4. Resiko tinggi terjadinya cedera pada janin berhubungan dengan fetal distress
5. ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : ny I
Tanggal : 26-2-2015
Diagnosa medis : G2P1A0 Gravida 35-36 minggu + PER
No/tgl Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Rasionalisasi Impleme
ntasi
Evaluasi
1.
27-2-
2015
Jam
08.00
Ketidakefektifan perfusi
jaringan berhubungan
dengan vasospasme
sistemik ditandai
dengan:
Ds : klien mengeluh
nyeri kepala terutama
daerah dahi , pandangan
kurang jelas/kabur,
mudah lelah,
Tupan :
Setelah
dilakukan
tindakan
vasospasme
sistemik
berkurang.
Tupen :
setelah
dilakukan
tindakan
1. Kaji ulang
adanya
pusing/nyeri
kepala
klien,
2. Kaji adanya
kehilangan
penglihatan
(biasanya
sementara)
1. Sakit
kepala
khususnya
pada
frontal
adalah
tanda
preeklamsi
2. Merupakan
tanda
Do : klien tampak
mengerutkan dahi saat
pengkajian dilakukan
TTV :
- TD : 150/100mmhg
-N : 90 x/menit
-S : 36,8 0C
-RR :20 x/menit
Hasil lab :
Protein urine 1+
selama 6
jam
-pusing
berkurang
-pandangan
jelas
-TTV dalam
batas
normal TD :
110/70-
130/90
mmhg
N : 60-
90x/mnt
S : 36-370C
RR : 16-
20x/mnt
3. Kaji tanda-
tanda vital
tiap 1-2 jam
4. Dorong dan
atau bantu
ibu yang
menjalani
tirah baring
untuk
mengubah
posisi tiap 2
jam
5. Berikan
obat-obatan
sesuai
program dan
pantau efek
terurapetik
dan efek
sampingnya
edema
serebral
atau
hemoragic
serebralyan
g akan
segera
terjadi,
yaitu
komplikasi
eklamsia
paling
serius
3. Menyediak
an sumber
untuk
perbanding
an
selanjutnya
4. Perubahan
posisi
meningkat
kan aliran
darah dan
perfusi
jaringan
5. Obat
antihiperte
nsi
memerluka
n
pemantaua
n TTV
(TD)
sebelum
dan
sesudah
pemberian,
pemberian
MGSO4
memerluka
n
pengkajian
yang sering
terhadap
frekuensi
pernapasan
, haluaran
urine
sekurang-
kurangnya
30 ml/jam,
adanya
reflek
tendon
dalam, dan
nilai
laboratoriu
m untuk
kadar
magnesium
terurapetik
atau toksik
2. Kelebihan volume Tupan : 1. timbang Penimb
27-2-
2015
jam
08.00
cairan berhubungan
dengan perpindahan
cairan dari sistem
intravaskuler kejaringan
ekstrasel ditandai
dengan :
Ds : klien mengatakan
bahwa kaki bengkak
terutama pada sore dan
malam hari
Do :
- kaki edema dengan
derajat 2
-Genetalia sedikit
edema
-BB sebelum hamil 56
kg
-BB setelah hamil 70
kg
-Protein urine +1
-Urine output :
400ml/hari
setelah
dilakukan
tindakan
dalam 24
jam edema
berkurang
Tupen :
Setelah
6jam
-edema
berkurang
-protein
urine (-)
BB tiap
hari pada
waktu,
timbanga
n dan
pakaian
yang
sama
pula.
2. Kaji
adanya
edema
anasarka
atau
pitting
3. Kaji
warna
dan
jumlah
urine
angan
BB
adalah
indicat
or yang
baik
dalam
penamb
ahan
atau
kehilan
gan
cairan,
menim
bang
pada
waktu,
timban
gan dan
pakaian
yang
sama
dapat
membe
rikan
pengkaj
ian
yang
akurat
2. Edema
anasarka
merupakan
kondisi
tiap
buang air
kecil
4. Jelaskan
pada ibu
mengena
i
pentingn
ya
mempert
ahankan
pencatata
n asupan
dan
haluaran
5. Ajarkan
ibu
bagaima
na
mengum
pulkan
spesimen
urine
6. Anjurka
abnormal,
adanya edema
pitting pada
area
pretibial,wajah
tangan dan
sacrum adalah
indicator
retensi cairan
3. Pada
saat
filtrasi
glomer
ulusber
kurang
dan
ginjal
mengal
ami
kerusak
an
haluara
n urine
akan
menuru
n dan
urine
menjad
i pekat
serta
ada
n ibu
untuk
memeper
tahankan
asupan
oral yang
adekuat
7. Bantu
ibu
untuk
mendapa
tkan
posisi
yang
nyaman
dan
anjurkan
ibu
untuk
meningg
ikan kaki
dan
tungkai
serta
berbarin
g miring
sedikit
warna
darah
4. Dengan
mempe
rtahank
an
pencata
tan
secara
akurat
dapat
memba
ntu
perawat
menent
ukan
status
cairan
dan
kebutu
han
interve
nsi
5. Kakura
tan
pengu
mpulan
dapat
dipastik
an
lebih
baik
bila ibu
memah
ami
bagaim
ana
pengu
mpulan
spesim
en dan
penting
nya
memat
uhi
prosedu
r
6. Meskip
un
terdapa
t
kelebih
an
cairan
didala
m
jaringa
n,
sistem
intravas
kuler
kekura
ngan
cairan
7. Untuk
mengur
angi
edema
perifer
dan
depend
en serta
mengo
ptimalk
an
aliran
balik
darah
kejantu
ng
3.
27-2-
2015
jam
08.00
Ansietas sehubungan
dengan adanya ancaman
terhadap kesehatan ibu
dan janin ditandai
dengan
Ds : klien mengatakan
cemas dengan
keadaanya setelah dan
mendengar penjelasan
dari dokter bahwa klien
harus dirawat .
Do : klien tampak
cemas/sedikit gelisah
TD : 150/100 mmhg
N : 90 x/menit
S : 36,8 0C
RR : 20 x/menit
DJJ : 136x/menit
Tupan :
Setelah
diberikan
penjelasan
tentang
kondisi dan
bagaimana
kemungkina
n yang akan
klien alami
cemas klien
hilang
Tupen :
Dalam
waktu 1 jam
-cemas
berkurang
-klien
tampak
tenang
1. kaji
pengetah
uan ibu
tentang
PRH
2. kaji
pengetah
uan dan
penggun
aan
teknik/st
rategi
koping
1. perawat
memerluk
an data
dasar
untuk
menyesuai
kan
rencana
penyuluha
n dan
menghilan
gkan
kesalahpa
haman
guna
menguran
gi
ketakutan
dan
ansietas
3. kaji
factor
yang
menyeba
bkan
ansietas
pada ibu
4. kaji
system
dukunga
n ibu
5. dengarka
n dengan
aktif
kecemas
an ibu
mengena
i diri
sendiri,
kondisi
dan
kekuatan
nya
6. berikan
klien
2. strategi
yang
pernah
berhasil
sebelumny
a
kemungki
nan besar
akan
berhasil
untuk
menghada
pi situasi
yang
menyebab
kan stress
pada klien
saat ini
3. untuk
menentuka
n factor
yang perlu
dihindari
atau
diubah
guna
mencegah
peningkata
n ansietas
selama
stress
berlangsun
g
obat
sesuai
program
4. untuk
mengetahu
i apakah
ibu
memiliki
system
dukungan
yang
adekuat
atau perlu
dirujuk
5. untuk
memvalid
asi
perasaan
ibu dan
menunjuk
an
perasaan
peduli dan
perhatiand
an untuk
merencana
kan
intervensi
yang tepat
untuk
menguran
gi atau
menghilan
gkan
ketakutann
ya
6. dokter
dapat
meresepka
n obat-
obatan
yang
membantu
ibu untuk
relaks dan
beristiraha
t
4.
27-2-
2015
jam
08.00
Resiko tinggi terjadinya
cedera janin
berhubungan dengan
fetal distress ditandai
dengan
Ds : klien mengatakan
saat ini gerakan janin
masih dirasakan
Do :
BB : 72 kg
TB : 156 cm
TD : 150/100 mmhg
N : 90 x/menit
S : 36,8 0C
RR : 20 x/menit
DJJ : 136x/menit
1. monitor
DJJ
sesuai
indikasi/
1-2 jam
2. Kaji
respon
Janin
pada saat
ibu
diberika
n
tindakan
pemberia
n
MGSO4
3. Jelaskan
adanya
tanda-
tanda
solusio
1. Pening
katan
DJJ
sebagai
indikasi
terjadin
ya
hipoksi
a,
premat
ure dan
solusio
placent
a
2. Reaksi
tehadap
MGSO4
dapat
menuru
nkan
pernapa
san
janin
placenta
(nyeri
perut,
perdarah
an,
Rahim
tegang,
aktivitas
janin
menurun
)
4. Kolabora
si
dengan
tim
medis
dalam
pemeriks
aan USG
dan NST
dan
fungsi
jantung
serta
aktivita
s janin
3. Ibu
dapat
menget
ahui
tanda
dan
gejala
solusio
placent
a dan
tahu
akibat
hipoksi
a pada
janin
4. USG
dan
NST
untuk
menget
ahui
keadaa
n atau
kesejah
teraan
janin
BAB IV
KESIMPULAN
Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskular yang terjadi
sebelum kehamilan, saat terjadi kehamilan atau pada permulaan nipas. Gangguan hipertensi
pada kemilan mengacu pada berbagai keadaan, dimana terjadi peningkatan tekanan darah
maternal disertai resiko yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan janin.
Berdasarkan working group classification system hipertensi pada kehamilan
dibedakan menjadi 4 klasifikasi.,yaitu hipertensi gestasional, preeklampsia/eklampsia,
hipertensi yang menyertai preeklampsia dan hipertensi kronis, yang paling ditakutkan dari
hipertensi pada kehamilan adalah preeklamsia dan eklamsia atau keracunan pada kehamilan
yang sangat membahayakan ibu maupun janinnya .
Komplikasi pada ibu dengan preeklampsia terutama berkaitan dengan memburuknya
preeklampsia menjadi eklampsia. Pada ibu dengan eklampsia kejang meningkatkan angka
kematian ibu 10 kali lipat dan kematian janin 40 kali lipat.
Penyakit hipertensi pada kehamilan dapat terjadi tanpa ada tanda peringatan atau
gejala yang timbul secara bertahap. Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan
proses terapeutik yaitu proses keperawatan . proses keperawatan dipakai untuk membantu
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif dalam mengatasi
masalah keperawatan yang timbul akibat penyakit hipertensi pada kehamilan
.
LAMPIRAN SOAL
1. Seorang ibu berusia 36 tahun dengan G3P1A1, usia kehamilan 36 minggu datang ke PONEK sebuah RS, dengan keluhan kepala pusing, bengkak seluruh tubuh, BAK sedikit dan keluar lendir dari . Dari hasil pengkajian pola nutrisi didapatkan klien hanya makan sedikit saat memasuki umur kehamilan 8 bulan, karena takut bayinya besar sehingga sulit melahirkan. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD 160/90mmHg nadi 100x/menit, RR 20x/menit, edema1+,vulva /vagina tampak kotor, dan hasil pemeriksaan laboratorium Hb 7,0, protein urine 1+. Perawat akan melakukan tindakan vulva hygine, sebelumnya melakukan komunikasi terlebih dahulu dengan klienApakah faktor penting yang harus dilakukan perawat dalam etika pelaksanaan asuhana. Memasang sampiranb. Salam pembuka dan menjelaskan tindakan yang akan dilakukanc. Melakukan tindakan sesuai SOPd. Informconcent yang disetujui oleh kliene. Menjaga privasi klien
Jawaban d
2. Seorang ibu berusia 36 tahun dengan G3P1A1, usia kehamilan 36 minggu datang ke PONEK sebuah RS, dengan keluhan kepala pusing, bengkak seluruh tubuh, BAK sedikit dan keluar lendir dari . Dari hasil pengkajian pola nutrisi didapatkan klien hanya makan sedikit saat memasuki umur kehamilan 8 bulan, karena takut bayinya besar sehingga sulit melahirkan. Bagaimana peran perawat tentang kebiasaan pola nutrisi klien pada kasus diatas
a. Menyetujui pendapat klien bahwa memasuki umur 8-9 bulan harus mengurangi makan untuk mengurangi bengkak
b. Memberikan health edukasi yang tepat tentang nutrisi yang penting untuk ibu hamil
c. Menyalahkan pasen d. Menanggapi biasa saja karena itu sudah suatu tradisi di masyarakate. Menyuruh pasen untuk makan banyak
Jawaban b
3. Seorang perempuan berusia 20 tahun dengan G1P0A0 datang ke poliklinik kndungan usia kehamilan 28 minggu dengan keluhan kepala pusing , bengkak pada tangan, kaki dan wajah. Setelah dikaji klien mengaku jarang memeriksakan kehamilannya karena jauhnya dengan akses kesehatan. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD 160/100. Dan hasil pemeriksaan urine protein 2+. Dari hasil pemeriksaan dokter klien didiagnosa mengalami PEB dan harus menjalani rawat inap. Perawat menjelaskan kepada klien dan keluarga tenteng keadaan nya dan tindakan yg harus dilakukan, tetapi klien dan keluarga menolak dirawat inap, perawat kemudian menjelaska kembali tentang resiko bila tidak rawat inap, tetapi klien tetap menolak dengan alasan belum berunding dengan keluarga besarnya, karena tradisi dalam keluarganya harus rembukan dulu sebelum memeutuskan keputusan. akhirnya perawat memberikan surat penolakan untuk ditandatangani klien dan keluarga.Apakah prinsip etik yang sudah dijalani perwat diatasa. Benefienceb. Justicec. Autonomid. Nonmalefeciencee. Veracity
Jawaban c
4. Seorang perempuan berusia 35 tahun dengan G4P2A1 datang ke poliklinik kndungan usia kehamilan 30 minggu dengan keluhan kepala pusing , bengkak pada tangan, kaki dan wajah. Setelah dikaji klien mengaku jarang memeriksakan kehamilannya karena jauhnya dengan akses kesehatan. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD 160/100. Dan hasil pemeriksaan urine protein 2+. Dari hasil pemeriksaan dokter klien didiagnosa mengalami PEB dan harus menjalani rawat inap. Perawat menjelaskan kepada klien dan keluarga tenteng keadaan nya dan tindakan yg harus dilakukan, tetapi klien dan keluarga menolak dirawat inap, perawat kemudian menjelaska kembali tentang resiko bila tidak rawat inap, tetapi klien tetap menolak dengan alasan belum berunding dengan keluarga besarnya, karena tradisi dalam keluarganya harus rembukan dulu sebelum memeutuskan keputusan. akhirnya perawat memberikan surat penolakan untuk ditandatangani klien dan keluarga.Dari kasus diatas apa yang harus dilakukan perawat, dalam menghadapi tradisi yang ada di masyarakata. Memaksakan klien untuk menjalani rawat inap karena dapat mengancam
jiwanyab. Menghargai keputusan klien dan keluarag dengan memberikan penjelasan
yang tepat c. Membiarkan klien karena tdk mau dirawat
d. Mengancam klien dan keluarga kalau tidak mau dirawat ibu dan bayinya tidak akan selamat
e. Acuh tak acuh
Jawaban b
5. Seorang perempuan berusia 35 tahun dengan G4P2A1 datang ke poliklinik kandungan usia kehamilan 30 minggu dengan keluhan kepala pusing , bengkak pada tangan, kaki dan wajah. Setelah dikaji klien mengaku jarang memeriksakan kehamilannya karena jauhnya dengan akses kesehatan. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD 160/100. Dan hasil pemeriksaan urine protein 2+. Dari hasil pemeriksaan dokter klien didiagnosa mengalami PEB dan harus menjalani rawat inap. Faktor predisposisi yang menyebabkan klien di diagnosis Preeklamsia Berat pada kasus diatas adalaha. Usia 20 tahunb. Umur kehamilan 28 mingguc. Usia 20 tahun dengan G1P1A0d. Jarang memeriksakan kehamilannyae. Tradisi keluarga
Jawaban c
6. Seorang perempuan usia 40 tahun G2PIA0 ,usia kehamilan 32 minggu datang ke poli kebidanan dengan keluhan sakit kepala terutama pada dahi, penglihatan kurang jelas, napas sesak.kaki bengkak. Dari pemeriksaan fisik didapatkan TD 180/90, edema ++, dan hasil laboratorium menunjukan protein urine 2+Apakah diagnosa keperawatan yang paling utama pada pasen tersebut a. Gangguan rasa nyaman nyerib. Gangguan aktivitasc. Gangguan keseimbangan cairand. Gangguan perfusi jaringane. Gangguan sistem penglihatan
Jawaban d
7. Seorang perempuan usia 40 tahun G2PIA0 ,usia kehamilan 32 minggu datang ke poli kebidanan dengan keluhan sakit kepala terutama pada dahi, penglihatan kurang jelas, napas sesak.kaki bengkak. Dari pemeriksaan fisik didapatkan TD 180/90, edema ++, dan hasil laboratorium menunjukan protein urine 2+.Dari kasus diatas klasifikasi hipertensi pada kehamilan menurut working group clasification system adalah a. Hipertensi kronis
b. Preeklamsiac. Hipertensi gestasionald. Hipertensi e. Sindrom HELLP
Jawaban b
8. Pada sebuah klinik di kota bandung,datanglah seorang ibu hamil umur 30 tahun dgn G2P1A0 umur kehamilan 28 minggu untuk memeriksakan kehamilannya, dengan keluhan kepala terasa pusing bengkak seluruh tubuh, BAK sedikit,dari hasil pengkajian didapat data sebagai berikut TD 160/100,Nadi 100,RR 30, Suhu 36, edema derajat 3, hasil laboratorium protein urine 2+Dari hasil pengkajian diagnosa keperawatan yang bisa di ambil....a. Gangguan rasa nyamanb. Gangguan body imagec. Gangguan keseimbangan cairand. Infeksie. Gangguan persepsi
Jawaban c
9. Pada sebuah klinik di kota bandung,datanglah seorang ibu hamil umur 32 tahun dgn G2P1A0 umur kehamilan 32 minggu untuk memeriksakan kehamilannya, dengan keluhan kepala terasa pusing bengkak seluruh tubuh, BAK sedikit,dari hasil pengkajian didapat data sebagai berikut TD 160/100,Nadi 100,RR 30, Suhu 36, edema derajat 3, hasil laboratorium protein urine 2+Bila ibu diputuskan untuk menjalani perawatan,cairan apa yg dipakai untuk memenuhi kebutuhan cairannyaa. NaCl 0,9%b. NaCl 3%c. Dextrose 5% dan RLd. Dextrose 10% dan RLe. Maltosa dan RF
Jawaban c
10. Pada sebuah klinik di kota bandung,datanglah seorang ibu hamil umur 32 tahun dgn G2P1A0 umur kehamilan 32 minggu untuk memeriksakan kehamilannya, dengan keluhan kepala terasa pusing bengkak seluruh tubuh, BAK sedikit,dari hasil pengkajian didapat data sebagai berikut TD 160/100,Nadi 100,RR 30, Suhu 36, edema derajat 3, hasil laboratorium protein urine 2+
Penyebab ibu edema ektremitas pada kasusu diatas adalah...a. kurang gerak
b. kurang nutrisicc. hipertensid. meningkatnya volume extrasele. tidak dapat diketahui
Jawaban d
D A F T A R P U S T A K A
Bobak , Lowdermilk , Jensen . (2012). Buku Ajar Keperawatan Maternitas . Jakarta : EGC
Green , Carol J. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan Maternal dan Bayi Baru Lahir .Jakarta : EGC
Kennedy & Betsy . (2014) . Modul Manajemen Intrapartum . Jakarta :EGC
Ralph C & Martin L . (2009). Buku Saku Obstetri & Ginekologi . Jakarta : EGC
Sinclair Constance. (2010). Buku Saku Kebidanan . Jakarta : EGC
Serri Hutabean . (2013). Perawatan Antenatal . Jakarta : Salemba Medika
S. Elizabeth R & Jason W. (2012). Patologi pada Kehamilan Manajemen & Asuhan Kebidanan .
Jakarta: EGC
Recommended