View
226
Download
3
Category
Preview:
Citation preview
BAB 2
EKSPLORASI ISU BISNIS
2.1 Rumusan Peta Pemikiran Konseptual (Conceptual Framework)
Perusahaan pada umumnya melakukan dua proses utama, yaitu proses
pengembangan dan proses operasi sementara fungsi-fungsi lain mendukung fungsi
utama tersebut. Pelaksanaan fungsi utama perusahaan tidak selamanya dapat berjalan
lancar akibat pengaruh lingkungan internal dan eksternal perusahaan.
Faktor eksternal tentu saja tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan, akan
tetapi faktor internal dapat sepenuhnya diarahkan agar menjadi responsif terhadap
setiap perubahan eksternal perusahaan. Perusahaan yang mempunyai keinginan untuk
dapat bersaing harus mengenali elemen-elemen yang menciptakan suatu perfomansi
perusahaan yang mendunia (World class perfomance), yang menjadi basis
perancangan strategi operasional (Gambar 2.1). Salah satu elemen tersebut, adalah
sistem perawatan mesin yang efektif.
Pengembangan
Aliran Material yang
Arah Strategis
Ef-
ektif Layout
- Pengendalian - Penjadwalan- Pemasok
Pemanfaatan Fasilitas cara Efektiff
- Komponen Manajemen perawatan Equipment
se
Pemanfaatan Personil ng Efekti
Organisasi- Moral- Komunikasi- Pelatihan
ya f-
Sumber: Jeffry Yoris, 1998 II-2.
Gambar 2.1 Elemen-elemen World Class Perfomance
Strategi-strategi operasional umumnya berupa improvement dalam
meningkatkan produktivitas dengan cara mengurangi input dan meningkatkan output.
Output disini bukan hanya kenaikan produknya tetapi juga peningkatan kualitas,
delivery yang tepat waktu, harga jual produk yang terjangkau dan lain sebagainya.
Hubungan imput dan output dapat digambarkan pada matrik di bawah ini (gambar
2.2).
EKSPLORASI BISNIS
Money Input Output Man Machine Material Management Method Production Production Control Quality Quality Control Cost Cost Control Delivery Delivery Control Safety Safety & Polution Morale Human Relation
method
Man Power Control
Plant Engg & Maintenance
Inventory Control
Output/Input = Productivity
Sumber: Seiichi Nakajima, 1988:13. Gambar 2.2 Matrik Hubungan Antara Output Dan Input Dalam Aktivitas Produksi
Gambar di atas memperlihatkan bahwa posisi perawatan mempunyai kaitan
langsung dengan semua faktor-faktor output meskipun fokus kegiatannya lebih pada
pengelolaan input dalam hal ini mesin,sehingga tujuan akhirnya sama yaitu
peningkatan produktivitas. Gertsbakh (1977:12) di dalam bukunya Models of
Preventive Maintenance, menetapkan tujuan utama dilakukannya tindakan perawatan
antara lain :
1. Memperpanjang umur pakai fasilitas produksi, terutama bagi fasilitas yang
memiliki kesulitan mendapatkan komponen pengganti.
2. Menjamin keselamatan operator dan pemakai fasilitas.
3. Menjamin kesiapan operasional seluruh fasilitas yang diperlukan untuk pemakaian
darurat.
4. Menjamin tingkat ketersediaan yang optimum dari fasilitas produksi dan
mendapatkan pengembalian investasi yang maksimal.
5. Output dari suatu fasilitas produksi yang dirawat dengan baik mempunyai kualitas
dan memnuhi spesifikasi yang diharapkan.
Berdasarkan keterangan di atas,rumusan penelitian ini dapat didasari pemikiran
bahwa sistem perawatan mesin di dalam suatu perusahaan memegang peranan yang
sangat penting guna pencapaian tujuan perusahaan (gambar 2.3).
31
EKSPLORASI BISNIS
Enterprise
Maintenance System
Production SystemOutput
Availabillity
Tools
Spares
Materials
SDM
Quality
Maintainability
Profit
Money
External Service
Sumber: Bruce Hawkins, TimothY C. Kister, 2006: 32.
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Sistem Perawatan Mesin
Dengan adanya sistem perawatan diharapkan mesin dalam kondisi yang
optimum. Kondisi ini akan meningkatkan produktivitas produksi dengan
menghasilkan produk yang berkualitas yang ujungnya menghasilkan keutungan bagi
perusahaan. Sistem perawatan yang baik dapat dicapai dengan dukungan sistem
penunjang produksi mulai dari material, SDM, hingga biaya untuk menjamin
ketersediaan sparepart mesin produksi. Deskripsi faktor-faktor tersebut di PT. Pindad
dan Divisi Permesinan dan Jasa (Mijas), dijelaskan sebagai berikut :
2.1.1. SDM
Divisi Mijas mempunyai jumlah SDM sebanyak 243 orang yang sebagian
dengan perincian sebagai berikut :
Tabel 2.1 Pembagian Tenaga Kerja Divisi Mijas berdasarkan Departemen
Departemen Tenaga Kerja (orang) Dep. Permesinan 85 Dep. Marine Equipment 26 Dep. Kereta Api 24 Dep. Pemeliharaan Mesin 38 Dep. Laboratorium 28 Divisi Mesin Industri dan Jasa 43 Jumlah Total 244
Sumber: Dokumen Div.Mijas Pembagian tenaga kerja di atas mempunyai komposisi yang sebagian besar pada
bidang produksi. Status tanaga kerja di divisi ini merupkan pegawai PT, berbeda
dengan Divisi Senjata yang mempunyai karyawan dari TNI, Dephan dan BPPT.
32
EKSPLORASI BISNIS
Teknisi Departemen Perawatan Mesin yang bertanggung-jawab terhadap
perawatan mesin berjumlah 20 orang yang dibagi 4 grup, dimana 1 grup terdiri dari 5
orang dan 1 orang sebagai kepala grup. Berdasarkan pengalaman dan latar pendidikan
hanya 2 orang yang mempunyai skill yang memadai sementara 3 orang lagi masih
belum bisa bekerja secara mandiri. Teknisi pemeliharaan mesin hanya bekerja 1 shift
ditambah kerja lembur bila ada pekerjaan yang mendesak.
2.1.1.1. Budaya Perusahaan
Pengembangan yang dilakukan PT. Pindad bertujuan untuk meningkatkan
kualitas SDM-nya. Perusahaan mengharapkan kualitas SDM dapat dijadikan sebagai
salah satu keunggulan daya saing industri, apalagi dikaitkan dengan misi yang
diemban perusahaan sabagai salah satu tempat tarnsformasi industri dan alih
teknologi.
1. Divisi Mijas4
Pada tahun 2001, PT. Pindad pernah melakukan audit budaya, terlihat bahwa
budaya PT. Pindad dan Divisi Mijas adalah mencapai kinerja usaha melalui cara-
cara praktis. Divisi tersebut lebih menyukai menghadapi masalah-masalah dengan
ukuran-ukuran yang jelas dan cara-cara penyelesaian yang praktis. Sehingga
Departemen Pengembangan SDM menetapkan adanya sistem hirarki dalam
Pindad. Akan tetapi menurut hasil penelitian, karyawan di bawah strata 3
mengharapkan lingkungan kerja dengan suasana kekeluargaan, dan divisi lebih
memberikan kebebasan dalam melakukan inovasi sehingga target menjadi
pemimpin dalam pasar bisa tercapai. Karyawan pun mengharapkan manajemen
lebih mengutamakan teamwork.
2. Departemen Pemeliharaan Mesin5
Berbeda dengan bagian produksi, karyawan bagian pemeliharaan mesin
mempunyai budaya teamwork dengan karakter kekeluargaan sehingga
memudahkan manajemen untuk pembinaan.
4 Emma Hermasari, 2007: 40 5 Ibid 1, 48
33
EKSPLORASI BISNIS
2.1.2. Material
1. Material Bahan Baku
Jenis bahan yang digunakan umumnya merupakan material logam yang dipesan
dari pemasok yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Secara umum
mekanisme pengadaan material di Divisi Mijas dapat dilihat pada Gambar 2.4
Sumber: Dokumen Div Mijas
Gambar 2.4 Mekanisme Pengadaan Material
Waktu pengadaan barang berbeda-beda terutama untuk komponen lisensi yang
diimpor dari luar negeri. Pembelian produk lisensi ini merupakan bagian dari
perjanjian dari proses alih teknologi produk. Lead time komponen yang berasal
dari luar negeri jauh lebih lama dari pada komponen yang dipesan dari dalam
negeri.
2. Material Spare Part
Proses pengadaan material komponen mesin hampir sama dengan pengadaan
bahan baku, namun pihak yang melakukan perencanaan pengendalian komponen
dilakukan oleh Departemen Pemeliharaan Mesin. Prosedur pengadaan spare part
ini bisa menjadi birokratis dan lama apabila :
• Order pembelian komponen dilakukan oleh Biro Pengadaan di kantor pusat
untuk komponen dengan harga lebih Rp. 10.000.000,00.
34
EKSPLORASI BISNIS
• Order komponen hanya didasari persediaan komponen di gudang tanpa
mempertimbangkan spesifikasi, ketersediaan komponen di pasar.
2.1.3. Pemasok/Supplier
Proses pembelian material, terutama produk baru diawali dengan seleksi
pemasok melalui proses pelelangan. Harga terendah merupakan kriteria pokok dalam
menentukan pemenang pemasok. Untuk saat ini pemasok bahan baku saat ini berasal
dari BUMN atau anak perusahaan PT. Pindad. Keterbatasan kapasitas dan waktu
pengerjaan membuat PT. Pindad melakukan subkontrak produksinya dengan
pertimbangan :
• Kompleksitas produk.
• Keamanan dan kerahasiaan produk.
• Lokasi subkontrak
• Populasi mesin yang sejenis
• Kelayakan subkontrak untuk mengerjakan pembuatan produk perusahaan
pemasok komponen mesin merupakan umumnya merupakan produsen mesin.
Keterbatasan biaya dan ketersediaan komponen di pasar yang sedikit membuat PT.
Pindad membuat komponen mesin sendiri atau diserahkan pada pemasok. Tindakan
ini tidak bebas dari masalah karena dapat menimbulkan ketidakcocokan spesifikasi
komponen.
2.1.4. Finansial
Pembiayaan pelaksanaan produksi di Divisi Mijas untuk produk komersil
berbeda dengan produk militer. Sumber pembiayaan Divisi Senjata mendapat biaya
operasi dari APBN pemerintah melalui kantor pusat. Divisi-divisi produk komersial
sebagai bagian PT. Pindad memiliki otoritas yang terbatas untuk masalah keuangan
dan manajemen sumber daya manusia. Prosedur pembayaran atas penjualan
disalurkan melaui rekening kantor pusat. Sedangkan dalam pembiyaan, setiap bulan
kator pusat mengalihkan sejumlah dana yang disesuaikan dengan kebutuhan divisi
pada bulan tersebut.
Prosedur demikian membuat kantor pusat dapat mengefektifkan dana untuk
kebutuhan divisi lain dengan pertimbangan korporasi. Di pihak divisi, prosedur ini
mengakibatkan keterbatasan dalam mengelola keuangan divisi khususnya penyediaan
dana kas kehilangan kesempatan untuk mendapatkan jasa dari sejumlah dana yang
35
EKSPLORASI BISNIS
dimilikinya. Keterbatasan ini membuat divisi harus dapat melakukan efektivitas
terhadap asset yang dimilikinya, sehingga rencana perusahaan untuk membuka pasar
baru atau produk baru dapat dilakukan.
2.1.5. Tools
Sub Departemen Pemeliharaan Mesin Depertemen Permesinan dalam
melakukan kegiatan perwatan mesin hanya dilengkapi dilengkapi dengan perkakas
dasar seperti alat bantu bengkel. Sementara untuk Departemen Pemeliharaan Mesin,
perkakas yang dimilikinya lebih lengkap seperti alat ukur kecepatan, getaran, dan
lain-lain.
2.1.6. Pengendalian Kualitas
PT. PINDAD dalam penerapan kualitas menggunakan sistem manajemen
mutu ISO 9001 serta pengalaman dalam produksi alat dengan presisi yang tinggi
menjadi jaminan kualitas kepada konsumennya. Masalah kualitas produk umumnya
pada produk-produk baru sementara produk yang bersifat massal kualitasnya dapat
dijamin.6
Pelaksanaan in-process quality control pada perusahaan dilakukan oleh salah
satu unit yang ada di dalam masing-masing divisi produksi yaitu Sub Departmen
Pengendalian Mutu. Hal tersebut bias menyebabkan terjadinya perbedaan presepsi
terhadap mutu komponen antar divisi.
Bagian pemeliharaan mesin mempunyai Sub Department Pengendalian Mutu
yang mempunyai tugas :
• Pengendalian kualitas alat ukur dengan cara kalibrasi. Alat ukur ini berfungsi
untuk :
- Peemeriksaan kualitas dimensional produk oleh bagian pengendalian mutu
- Pemeriksaan kondisi mesin saat melakukan condition based maintenance oleh
bagian pemeliharaan mesin.
• Pemeriksaan kondisi mesin saat melakukan perawatan preventif atau korektif.
• Bekerjasama dengan bagian pengendalian mutu produksi seperti menindaklanjuti
informasi untuk mencari sebab dan memperbaiki variabel yang mempengaruhi
proses produksi.
6 LKBN Antara, April, 2007
36
EKSPLORASI BISNIS
Fungsi jaminan kualitas (Quality Assurance) secara terus menerus memantau,
menilai dan mengendalikan kualitas sejak dari bahan baku, proses, sampai dengan
produk akhir, termasuk seluruh sistem yang terkait, sehingga tingkat kepercayaannya
dapat dijamin.
2.1.7. Maintainability
Sebagai bagian yang berasal dari divisi, maka Departemen Perawatan
mempunyai tanggung jawab yang lebih luas. Tanggung jawabnya meliputi semua
mesin yang ada di Divisi Mijas dan kelancaran proses produksi berhubungan dengan
mesin. Sistem perawatan di PT. Pindad secara umum dapat dilihat pada gambar 2.5.
Gambar 2.5 Sistem Perawatan PT. Pindad
Perusahaan pada awalnya hanya melakukan sistem pemeliharaan condition based
maintainance. penggantian komponen dalam sistem tersebut baru dilakukan bila
produk yang dihasilkan tidak sesuai toleransi kualitas yang diizinkan. Sistem
perawatan mesin pada gambar mulai dilakukan di PT. Pindad sejak restrukrisasi,
namun sampai saat ini pihak mananjemen belum memperhitungkan kerugian dan
keuntungan yang diakibatkan pelaksanaan sistem manajemen perawatan mesin. Hal in
terlihat dari realisasi pelaksanaan perawatan preventif periodik yang masih rendah,
yaitu ± 40% jadwal pelaksanaan batal dilakukan7. Ketidakefektifan pelaksanaan
perawatan juga bisa terlihat pada saat melakukan penggantian komponen. Bagian
perawatan masih melakukan proses kanibalisme sebagai tindakan emergency,
terutama pada mesin yang sangat dibutuhkan dalam lintas produksi. Tindakan ini
dapat menyelamatkan satu lintas produksi, namun tidak dapat memecahkan masalah
7 PM report Div. Mijas
37
EKSPLORASI BISNIS
yang sesungguhnya karena mesin yang menjadi korban akan menjadi mesin yang
”shut down”.
2.1.8. Availability
Kegiatan utama PT. Pindad sebagai industri yang memproduksi senjata dan
barang modal memerlukan kualitas dengan presisi yang tinggi. Kulitas produk
tersebut memerlukan mesin-mesin dengan dengan keandalan mesin (availability) yang
tinggi pula. Oleh karena itu perlu kiranya mesin-mesin tersebut dipelihara secara
terencana.
PT. Pindad mempunyai standar perfomansi mesin yang telah ditetapkan dalam
Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) yaitu sebesar 60%. Selama ini divisi-
divisi PT. Pindad mampu memenuhi target tersebut dengan hasil yang berbeda-beda.
Standar ini telah ditetapkan sejak tahun 2004, namun untuk masa mendatang target
tersebut sudah kurang relevan hal ini disebabkan :
• Standar Utilitas mesin yang efektif berdasarkan Japan Institute of Plant
Management (JIPM) ialah 85%, sementara standar yang sesuai dengan world
class asset performance ialah > 85%.8
• Program pemerintah berupa kebijakan kemandirian industri pertahanan nasional
pada tahun 2008, yaitu dengan meningkatkan kerjasama dengan 10 BUMN
strategis9. PT. Dirgantara Indonesia yang termasuk BUMN strategis mempunyai
standar utilisasi mesin sebesar 80%, seyogyanya PT. Pindad harus dapat
menyesuaikan dengan standar utilisasi tersebut. Penyesuaian standar antar sesama
BUMN startegis ini dilakukan agar tejadi sinergi pelaksanaan kebijakan
pemerintah.
2.1.9. Produk Divisi Mijas
Produk Divisi Mijas umumnya merupakan barang modal dan komponen-
komponen mesin. Produk yang dihasilkan awalnya merupakan produk lisensi dari
hasil alih teknologi dengan perusahaan luar negeri. Produk-produk unggulan beserta
pasar yang dilayani oleh Divisi Mijas terdiri :
8 Seiichi Nakajima, 1988:28. 9 detikcom, 2006, 10 BUMN Industri Teken MoU dengan Dephan, Mei 2007, dikutip dari http://members.bumn-ri.com/pindad/news.html.
38
EKSPLORASI BISNIS
• Mesin Perkakas
Melayani pesanan pemerintah (Depdikbud, BUMN) dan beberapa industri swasta.
• Marine Equipment
Melayani berbagai industri perkapalan baik BUMN (PT. PAL) maupun swasta.
• Air Brake
Melayani pesanan Perumka dan PT. Inka.
Produk Divisi Mijas seperti mesin perkakas merupakan hasil lisensi dari perusahaan
luar negeri. Hal ini memberi dampak terhadap produk yang dihasilkan yaitu kualitas
produk relatif lebih baik namun harga jual produk menjadi mahal (20 – 30%
komponen produk merupakan “vendor item”).
2.1.10. Fasilitas Produksi
Fasilitas produksi Divisi Permesinan dan Jasa (Mijas) terdiri 38 unit mesin
dari berbagai jenis seperti mesin konvensional, NC, CNC Serta didukung dengan
fasilitas perakitan, pengecatan, pengujian. Divisi Mijas juga mempunyai fasilitas yang
digunakan secara bersama seperti :
• Foundry shop di Divisi Tempa dan Cor.
• Fasilitas “destructive test” dan “non destructive test” di Pusat Quality Assurance
Mesin-mesin di divisi mekanik disusun berdasarkan kesamaan proses (process
layout). Kapasitas terpasang pada Divisi Mijas dapat dilihat pada tabel
Tabel 2.2 Kapasitas Output Divisi Permesinan dan Jasa
Jenis Produk Kapasitas agregat/thn/shift
Mesin perkakas CNC & Konvensional 80 unit Marine Equipment 20 unit Air Brake 300 set
Sumber: Dokumen Div.Mijas Mesin-mesin Divisi Mijas terutama Departemen Permesinan sejak tahun 1996 tidak
melakukan pembelian mesin baru, umumnya mesin-mesin di departemen ini buatan
tahun 1986. Penjadwalan produksi yang dilakukan di Divisi Mijas lebih menekankan
pada target produk yang akan dihasilkan tanpa melihat umur mesin. Proses ini dapat
mempercepat tingkat kerusakan karena fungsi waktu pemakaian mesin berhubungan
dengan tingkat kerusakannya10.
10 Govil, A.K., 1983:7
39
EKSPLORASI BISNIS
2.2 Analisis Situasi Bisnis
Situasi bisnis di PT Pindad dapat digambarkan dengan melihat peta situasi
bisnis di dalam perusahaan secara keseluruhan dan juga situasi bisnis di Divisi
Permesinan dan Jasa (Mijas) itu sendiri.
2.2.1. Situasi Bisnis PT Pindad
Sejalan dengan perkembangan yang ada maka PT. Pindad telah
merestrukturisasi perusahaan dengan membentuk unit-unit kerja yang lebih mandiri.
Unit kerja ini dibuat berdasarkan fungsi dan jenis produk sehingga diharapkan dapat
memperbaiki kinerja perusahaan. Peningkatan tanggung jawab masing-masing divisi
ini tetap dikoordinir oleh kantor pusat, terutama faktor SDM dan finansial.
Program ini mulai terlihat hasilnya yaitu berupa perolehan profit yang dicapai
setelah 4 – 5 tahun program restrukturisasi dilaksanakan. Sementara sejak tahun 2004,
PT. Pindad secara keseluruhan mulai mengalami pertumbuhan positif neraca
keuangannya. Berdasarkan hal ini pemerintah memutuskan tidak melikuidasi atau
menjualnya ke pihak swasta11.
Hasil-hasil restrukturisasi membuat PT. Pindad telah merubah kebijakan dari
startegi survival menjadi strategi growth pada tahun 2004, seperti melakukan
pengembangan usaha. Upaya pengembangaan ini selalu dilakukan PT. Pindad agar
lebih dapat menanggapi dengan baik perubahan lingkungan.
2.2.2. Kondisi Pasar dan Persaingan
PT. PINDAD telah dikenal sebagai perusahaan yang berpengalaman terutama
pada desain dan produksi produk-produk mekanik terutama senjata dan munisi. Hal
ini disebabkan peran PT. Pindad sebagai satu-satunya produsen senjata dalam negeri.
Perubahan status perusahaan pada tahun 1983, membuat PT.Pindad diijinkan
memproduksi produk komersial. Konsumen utama PT. Pindad adalah pasar
pemerintah dalam negeri (±70%)12 yang daya belinya tergantung APBN. Secara
umum produk PT. Pindad bisa dibagi 2, yaitu :
1. Produk Militer
Produk militer dengan konsumen Dephan dan TNI dapat dikatakan sebagai
captive market dimana pangsa pasar gabungan produk amunisi ringan sudah
11 detikcom, 2006, Merugi Terus, Pemerintah akan Likuidasi Dua BUMNIS, Mei, 2007, Dikutip dari
http://members.bumn-ri.com/pindad/news.html. 12http://www.bppt.co.id/halamandepan/indexberita/tekindustrihankam, Mei, 2007
40
EKSPLORASI BISNIS
mencapai ±99%. Kontribusi penjualan produk militer masih mendominasi
pendapatan perusahaan yakni mencapai ±70%, sedangkan ±30% dari penjualan
produk non militer (komersial), walaupun tahun 1998 perbandingan penjualan
keduanya mencapai 50% : 50%13.
Permintaan produk militer masa mendatang diperkirakan akan meningkat.
Pemerintah melaui Dephan sejak tahun 2004 membuat rencana strategis bidang
pertahanan dan keamanan, seperti :
• Perbaikan, penggantian,modifikasi alusista yang sudah tua.
• Penambahan batalyon TNI baru.
• Pengembangan teknologi hankam, yang dilakukan Dephan, PT. Pindad
dengan BUMN strategis lainnya.
Program-program tersebut membuat PT.Pindad merasa kesulitan akibat
kapasitasnya yang tidak mencukupi. Pemasaran ekspor produk militer dilakukan
hanya untuk menjaga eksistensi perusahaan di mata internasional, dengan porsi
yang minimal dari total produksi.
2. Produk Komersial
Pasar produk divisi komersial didominasi oleh konsumen pemerintah. Penguasaan
atas pasar pemerintah ini disebabkan oleh kedekatan sesama BUMN yang
memberikan prioritas utama. Namun sejak tahun 2001, PT. Pindad melakukan
kebijakan-kebijakan di bidang pemasaran untuk mengatasi perubahan lingkungan
seperti perubahan permintaan dari pemerintah terutama untuk mesin perkakas.
Survey dilakukan PT. Pindad memperkirakan terjadi peningkatan ukuran pasar
produk-produk komersial, walaupun ada beberapa produk yang mengalami
penurunan. Peningkatan tersebut tidak lepas dari hambatan seperti :
• Persaingan sengit pada pasar existing dan hambatan masuk relatif rendah
(produk cor dan tempa).
• Hambatan masuk pasar untuk produk lisensi akibat adanya produk lisensor
pada daerah pemasaran, AG-SIEMENS sebagai lisensor juga ikut memasarkan
produk circuit breaker di Indonesia.
13 Ibid 13
41
EKSPLORASI BISNIS
Keterbatasan-keterbatasan diatas membuat PT. Pindad melakukan perluasan
bidang usaha, seperti.14 :
• Masuk pasar baru yaitu argoindustri, dengan memproduksi mesin pengolahan
kelapa sawit, biodiesel.
• Pengembangan produk berupa modifikasi feature, kegunaan, komponen dari
produk yang sudah ada. Modifikasi ini ditujukan agar biaya produksi yang
murah dan kecepatan dalam proses produksi.
• Bisnis pelayanan perbaikan mesin dan laboratorium pengetesan dan kalibrasi
industri.
• Memberikan pelayanan purna jual.
Situasi-situasi bisnis di atas menunjukan PT. Pindad khusunya Divisi Mijas dituntut
untuk melakukan efektivitas asset agar output yang dihasilkan dapat bersaing,
sehingga PT. Pindad dapat menjadi perusahaan negara yang mandiri secara finansial
dan namun tidak lepas dari misinya sebagai perusahaan yang mendukung pertahanan
negara.
2.3. Akar Masalah
Berdasarkan tantangan pada situasi bisnis, PT. Pindad perlu melakukan
efektivitas fasilitas produksi. Sementara dari faktor-faktor kerangka pemikiran
menunjukkan bahwa efektivitas fasilitas (mesin produksi) belum optimal. Faktor-
faktor penyebab dari masalah tersebut dapat diidentifikasi dengan menggunakan
diagram Current Reality Tree (CRT). Diagram ini digunakan untuk menggambarkan
urutan sebab dan akibat dari masalah utamanya sampai symptoms.15
14http://www.pindad.co.id/corporate/briefhistory.html, April, 2007. 15 http://en.wikipedia.org/wiki/Current_reality_tree_%28TOC%29, Mei 2008.
42
EKSPLORASI BISNIS
Gambar 2.6 Diagram Current Reality Tree
Faktor-faktor di atas merupakan penyebab kerugian di PT. Pindad yang mudah
dilihat, sementara faktor yang tidak langsung dan susah untuk diestimasi akan lebih
banyak menimbulkan kerugian (gambar 2.7). Faktor yang tidak langsung, selama ini
belum diukur oleh perusahaan dalam pengukuran efektivitas mesin. Jika di dalam
suatu perusahaan, efektivitas mesin dapat terdefinisikan dengan jelas maka dapat
memudahkan perusahaan untuk mengelola fasilitas produksi dengan optimal.
ChangeoversSet-up &Adjust
Idling & Minor Stoppages
Running at Reduced Speed
Breakdowns
Scrap Yields Rework
Start-up Losses
Late Delivery
Inefective Use of Skills Low Flexibility
Poor Image
Low Impact on Profit
High Impact on Profit
Easy to Measure
Dificult to Measure
LabourMaterials/SparesOutside Services
Energy, Administration Service
Sumber: Peter Willmott, Dennis McCarthy, 2001: 41.
Gambar 2.7 Hidden Cost manufacturing Model Gunung Es
43
EKSPLORASI BISNIS
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan yang menjadi permasalahan utama
adalah efektivitas mesin yang belum optimal. Pemecahan masalah tersebut dilakukan
dengan memperhatikan beberapa hal berikut ini :
1. Identifikasi kriteria efektivitas dan perfomansi mesin yang sesuai,sehingga
menjadi informasi yang bermanfaat bagi peningkatan sistem manajemen
perawatan di Divisi Mijas.
2. Identifikasi penerapan sistem perawatan mesin yang dilakukan oleh bagian
pemeliharaan mesin Divisi Mijas, agar diperoleh jadwal pemeliharaan yang tepat.
44
Recommended