View
216
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
7
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Informasi dan Teknologi Informasi
2.1.1 Pengertian Sistem Informasi
Sebelum kita membahas pengertian sistem informasi terlebih dahulu kita
membahas tentang pengertian sistem dan pengertian informasi. Sistem adalah
satu kesatuan yang terdiri dari bagian bagian atau subsistem-subsistem yang
saling berinteraksi dan bekerja sama untuk mencapai satu tujuan atau sasaran.
Sedangkan informasi adalah Data yang sudah diolah, dibentuk, atau hasil dari
pengolahan data yang memiliki nilai atau value yang lebih dibandingkan data
mentah. Informasi dapat juga dianggap suatu data yang diolah lagi dan
menjadikan informasi sesuai dengan keperluan unit kerja pada tingkatnya
masing-masing.
Menurut Alter (1999, p42) sistem informasi adalah bentuk tertentu dari
sistem kerja yang menggunakan teknologi informasi untuk menangkap (capture),
transmisi, menyimpan, mencari kembali (revive), manipulasi dan menampilkan
informasi, serta mendukung satu atau lebih sistem kerja yang lain. Adapun
menurut O’Brien (2003, p7) sistem informasi adalah kombinasi terorganisasi dari
orang, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi, sumber data yang
mengumpulkan, mentransformasikan, dan menyebarkan informasi di dalam suatu
8
organisasi. Sedangkan menurut Wikipedia pengertian sistem informasi adalah
aplikasi komputer untuk mendukung operasi dari suatu organisasi: operasi,
instalasi, dan perawatan komputer, perangkat lunak, dan data.
Komponen Sistem Informasi
Ada lima komponen sistem informasi yaitu hardware, programs, data,
procedures, dan people. Hubungan kelima komponen sistem informasi tersebut
dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut :
Machine Human
Hardware Programs Data Procedures People
Instructions
Actors
Gambar 2.1. Lima komponen sistem informasi
Sumber :http:// onno.vlsm.org/v11/ref-ind.../pengantar-teknologi-informasi-1999.rtf
Adapun menurut O’ Brien (2003, p8) Sistem memiliki tiga komponen dasar yang
saling berinteraksi yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
Bridge
9
1. Input
Mencakup mendapatkan dan mengatur komponen atau elemen yang
masuk ke sistem untuk diproses. Contohnya mencakup bahan mentah,
dan data.
2. Proses
Mencakup proses transformasi yang mengubah input menjadi output.
Contohnya mencakup proses manufaktur, perhitungan matematis, dan
lain sebagainya.
3. Output
Mencakup elemen yang telah melalui proses transformasi. Contohnya
mencakup jasa, produk dan informasi.
Selain ketiga komponen dasar tersebut, terdapat dua lagi komponen
tambahan yaitu :
- Feedback : data mengenai kemampuan sistem.
- Control : mencakup pengawasan dan evaluasi dari feedback
untuk mengetahui bila sistem bergerak menuju
tujuan yang telah ditetapkan.
Kerangka Kerja Sistem Informasi
Pada gambar 2.2 akan diperlihatkan kerangka kerja konseptual yang
berguna untuk mengatur pengetahuan yang disajikan dalam bacaan ini dan
memberi garis besar tentang hal-hal yang perlu Anda ketahui mengenai sistem
informasi.
10
Gambar 2.2 Kerangka kerja sistem informasi
Sumber : http://www.scribd.com/doc/17106384/Makalah-Sistem-Informasi-
Manajemen
Dari gambar kerangka kerja di atas ditekankan bahwa Anda harus memusatkan
usaha Anda dalam lima area pengetahuan Sistem Informasi berikut ini.
- Konsep-konsep Dasar.
Konsep dasar keperilakuan, teknis, bisnis dan manajerial termasuk
mengenai berbagai komponen dan peran sistem informasi. Contohnya
meliputi konsep sistem informasi dasar yang berasal adari teori sistem
umum, atau konsep keunggulan kompetitif yang digunakan untuk
mengembangkan aplikasi bisnis teknologi informasi dalam keunggulan
kompetitif.
11
- Teknologi Informasi.
Konsep-konsep utama, pengembangan, dan berbagai isu manajemen
teknologi informasi yaitu meliputi hardware, software, jaringan,
manajemen data, dan banyak teknologi berbasis Internet.
- Aplikasi Bisnis.
Penggunaan utama dari sistem informasi untuk operasi, manajemen, dan
keunggulan kompetitif bisnis
- Proses Pengembangan.
Bagaimana para praktisi bisnis dan pakar informasi merencanakan,
mengembangkan, dan mengimplementasikan sistem informasi untuk
memenuhi peluang bisnis.
- Tantangan Manajemen.
Tantangan untuk secara efektif dan etis mengelola teknologi informasi
pada tingkat pemakai akhir, perusahaan, dan globaldalam bisnis.
Kategori Sistem Informasi
Menurut O’ Brien (2003, p10) sistem informasi terbagi atas tiga kategori
yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Operations Support Systems
Merupakan sistem operasi yang memproses data yang digunakan dalam
operasi bisnis menjadi informasi yang dapat digunakan baik untuk
keperluan internal maupun eksternal tanpa penekanan mengenai
kegunaannya bagi manajemen (atau manager). Fungsinya adalah untuk
12
mengefisiensikan transaksi bisnis, mengontrol proses bisnis, mendukung
komunikasi dan kolaborasi serta update database.
Yang termasuk dalam Operations Support Systems adalah :
- Transaction Processing Systems
Mengolah data yang didapat dari transaksi bisnis, mengupdate
database operasional, dan mengahasilkan dokumen bisnis.
- Process Control Systems
Memonitor dan mengontrol proses industri.
- Enterprise Collaboration Systems
Mendukung kolaborasi dan kerja sama serta komunikasi dalam
kegiatan perusahaan, tim dan kelompok kerja.
2. Management Support Systems
Merupakan sistem informasi yang berfokus pada penyediaan informasi
untuk mendukung pengambilan keputusan yang efektif bagi para
manager. Yang termasuk dalam Management Support Systems adalah :
- Management Information Systems
Menyediakan informasi dalam bentuk laporan dan tampilan yang
mendukung proses pembuatan keputusan bisnis.
- Decision Support Systems
Menyediakan dukungan untuk proses pengambilan keputusan
bagi manager dan profesional bisnis lainnya.
- Executive Information Systems
13
Menyediakan informasi yang kritis dari berbagai sumber untuk
memenuhi kebutuhan informasi bagi kaum eksekutif perusahaan.
3. Sistem informasi yang dapat mendukung operasi maupun kegiatan
manajemen seperti :
- Expert Systems
Sistem berbasis knowledge (pengetahuan) yang memberikan
masukan atau nasihat dari sudut pandang ahli di bidang tersebut.
- Knowledge Management Systems
System berbasis knowledge yang mendukung penciptaan,
pengorganisasian, dan penyebaran business knowledge dalam
perusahaan
- Strategic Information Systems
Mendukung proses manajemen dan operasi yang memberikan
perusahaan kemampuan strategis dalam mendapatkan keuntungan
bersaing
- Functional Business Systems
Mendukung berbagai aplikasi operasional dan manajemen untuk
fungsi bisnis mendasar dalam suatu perusahaan.
2.1.2 Pengertian Teknologi Informasi
Menurut Alter (1999, p42) teknologi informasi adalah perangkat keras
dan perangkat lunak yang digunakan oleh sistem informasi. Hardware
14
merupakan sekumpulan peralatan fisik yang terlibat dalam pemrosesan
informasi, seperti komputer, workstation, peralatan jaringan, tempat
penyimpanan data (data storage), dan peralatan transmisi (transmission devices).
Software merupakan program komputer yang menginterpretasikan masukan
(input) oleh user dan memberitahukan kepada komputer tentang apa yang harus
dilakukan.
Sedangkan menurut Wikipedia, teknologi informasi adalah hasil
rekayasa manusia terhadap proses penyampaian informasi dari bagian
pengirim ke penerima sehingga pengiriman informasi akan lebih cepat, lebih luas
sebarannya, dan lebih lama penyimpanannya.
Teknologi informasi merupakan sebuah domain dari produk-produk hasil
perkembangan ilmu komputer dan telekomunikasi. Pada kenyataannya, saat ini
terdapat beragam tipe produk-produk yang berkaitan dengan teknologi informasi
yang secara garis besar dapat dibagi dua: perangkat keras dan perangkat lunak.
Pada jajaran perangkat keras dikenal produk-produk seperti komputer, printer,
monitor, modem, router, scanner, hard disk, disk drive, CD-ROM device, dan
lain sebagainya; sementara pada jajaran perangkat lunak dikenal istilah-istilah
seperti sistem operasi, database, spreadsheet, aplikasi, word processor, protocol,
dan lain sebagainya. Sesuai dengan tipe dan fungsinya, masing-masing kelas
produk tersebut masih dibagi lagi menjadi berbagai jenis variasi yang selalu
berkembang dari waktu ke waktu sesuai dengan kemajuan teknologi yang ada.
1. Komponen Teknologi Informasi
15
Komponen teknologi informasi merupakan sub sistem yang terbentuk
sehubungan dengan penggunaan teknologi informasi. Untuk memanfaatkan TI,
umumnya dibutuhkan setidaknya empat komponen utama TI sebagai berikut ;
a. Perangkat keras (hardware)
Merupakan perangkat keras yang membangun sebuah teknologi
informasi. Hardware dalam sistem komputer merupakan komponen
yang secara fisik dapat dilihat dan diraba yang membentuk suatu
kesatuan sehingga dapat difungsikan.
Contoh hardware disini misalnya, monitor, keyboard, mouse, printer,
harddisk, memori, mikroprosesor, CD-ROM, kabel jaringan, antenna
telekomunikasi, dan lain-lain.
b. Perangkat lunak (software)
merupakan perangkat lunak yang dibuat khusus untuk dapat mengontrol
semua perangkat keras, sehingga semua perangkat keras teknologi
informasi dapat bekerja dengan kompak sebagai sebuah sistem yang utuh.
Dengan adanya software, semua perangkat komputer yang terdiri dari
jutaan komponen elektronik dapat dijalankan.
Software dapat dibagi menjadi tiga;
- Sistem Software lebih dikenal dengan sebutan sistem operasi.
Misalnya: Sistem Operasi Windows, Linux, Unix, OS/2, dan
FreeBSD.
16
- Software untuk bahasa pemrograman, merupakan perangkat lunak
yang dapat digunakan untuk membuat program aplikasi maupun
perangkat lunak sistem.
Misalnya: Visual Basic, Delphi, Turbo C, Fortran, Cobol,
Turbo Assembler, Java.
- Software aplikasi merupakan program jadi siap pakai yang dibuat
untuk keperluan khusus.
Misalnya untuk keperluan aplikasi perkantoran ada Microsoft
Office dan Open Office yang terdiri atas beberapa program untuk
berbagai keperluan seperti pengolahan kata, angka, data, dan
presentasi.
c. Jaringan (netware)
merupakan jaringan antar komputer yang menghubungkan satu komputer
dengan jaringan lainnya. Untuk menyusun jaringan ini, diperlukan
perencanaan dari jaringan yang dibangun yang disebut dengan topology,
scope jaringan itu sendiri dibagi menjadi tiga, yaitu LAN, WAN, dan
MAN. Perangkat yang dibutuhkan untuk mendukung jaringan
diantaranya card jaringan.
d. Infrastruktur (infrastructure) terdiri atas sekumpulan perangkat dan
aplikasi peranti lunak yang dibutuhkan untuk menjalankan suatu
perusahaan besar secara keseluruhan. Termasuk juga sekumpulan
layanan, yaitu kapabilitas manusia dan kapabilitas teknis. Yang termasuk
17
dalam layanan tersebut adalah: Platform komputasi, layanan
telekomunikasi, layanan pengaturan data, layanan peranti lunak aplikasi,
layanan manajemen fasilitas fisik, layanan manajemen TI, layanan
standar TI, layanan pendidikan TI, layanan penelitian dan pengembangan
TI.
(http://yujayuni.blogspot.com)
2.2 Investasi TI dan evaluasi
2.2.1 Konsep Investasi TI
Investasi teknologi informasi adalah investasi di bidang perangkat keras
dan piranti lunak yang digunakan oleh sebuah organisasi untuk menyelesaikan
fungsi bisnis terlepas dari teknologi yang dilibatkan baik itu komputer,
telekomunikasi, ataupun lain-lainnya. Investasi teknologi informasi merupakan
pengeluaran yang dilakukan organisasi yang berupa pengeluaran untuk
telekomunikasi dan jaringan, sistem informasi dan software baru, dukungan
lanjut dan operasi terhadap infrastruktur dan pusat data (data centers) yang
tersedia, yang secara langsung mempengaruhi kemampuan organisasi untuk
mencapai peningkatan performa misi, pengambilan keputusan manajemen, dan
efisiensi operasional. Secara umum investasi TI bermanfaat untuk menekan biaya
– biaya operasi perusahaan, meningkatkan produktifitas dan menyelesaikan
masalah bisnis yang spesifik. Untuk menjustifikasi TI yang akan dibuat, salah
satu pendekatan yang umum adalah mengadopsi langkah logis dalam kerangka
18
yang berulang (repeatable framework), yang sering dikatakan sebagai metode
evaluasi. (http://www.rms.net)
Investasi TI juga merupakan keputusan yang diambil oleh organisasi
untuk meningkatkan sumber daya dari pengeluaran biaya yang nyata dari TI
dengan harapan manfaat dari pengeluaran tersebut bertemu atau mencapai nilai
dari apa yang diharapkan. Investasi TI meliputi :
a. Hardware adalah semua mesin dan peralatan dalam sistem komputer.
Contoh: PC, mouse, keyboard, dan sebagainya.
b. Software adalah instruksi elektronik step-by-step yang memberitahukan
perangkat keras komputer apa bagaimana melakukan sebuah tugas.
Contoh : operating system, utility software, dan application software.
c. Network/jaringan adalah sebuah sistem komunikasi yang menghubungkan
dua atau lebih computer, internet adalah jaringan terbesar. Contoh :
LAN, WAN, dan MAN.
d. Brainware adalah pemakai komputer atau orang yang mengoperasikan
komputer (user), karena secanggih apapun komputer jika tidak ada orang
mengoperasikannya (user) maka komputer tersebut tidak dapat
digunakan. Contoh : operator, programmer, sistem analis, database
administrator, Fasilitas Contoh : ruangan, AC dan lain sebagainya.
2.2.2 Pengertian Efektifitas Investasi TI dan Alasan Perlunya Investasi TI
Pengertian efektifitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh
tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut
19
sesuai dengan pengertian efektifitas menurut Hidayat (1986) yang
menjelaskan bahwa efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan
seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana
makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya.
(http://dansite.wordpress.com/2009/03/28/pengertian-efektifitas/). Jadi
efektivitas investasi teknologi informasi adalah mengukur sejauh mana
pencapaian tujuan investasi di bidang perangkat keras dan piranti lunak
dalam suatu perusahaan telah tercapai sesuai dengan yang telah
direncanakan.
Terdapat empat alasan mengapa perlunya investasi di bidang TI :
1. Fondasi untuk melakukan Bisnis (e-business, e-commerce)
2. Produktivitas meningkat karena penggunaan TI sebagai alat untuk
inovasi.
3. Kesempatan dan keuntungan strategik, dalam hal ini mengambil
peluang pasar, membangun produk baru dan menciptakan jasa baru
yang sangat memerlukan investasi di TI.
4. Memberikan peluang bisnis baru dan akan mendapat keuntungan
strategik dari pesaing apabila dapat memberikan perbedaan atau
keunikan dibanding pesaingnya. (jimmichaelw.files.wordpress.com)
2.2.3 Metode Dalam Evaluasi Investasi TI
Pada dasarnya, metode evaluasi dan analisa cost-benefit investasi TI
didasarkan pada cara serta perspektif manajemen dalam menilai kinerja teknologi
20
informasi yang diimplementasikan. Terkait dengan paradigma ini, setiap metode
yang dipilih dan dipergunakan oleh manajemen memiliki karakteristik khusus
yang membedakannya dengan metode lain. Metode-metode evaluasi investasi TI
meliputi :
- Strategic Analysis and Evaluation
merupakan suatu teknik pengukuran dengan menggunakan scoring
technique yang didasarkan pada prinsip bahwa semua perangkat teknologi
informasi yang diimplementasikan dalam perusahaan harus secara jelas dan
tegas mendukung strategi generik perusahaan, sehingga keberadaannya
harus dikaji secara sungguh-sungguh. Michael Porter dalam teori
competitive advantage-nya yang terkemuka mengatakan bahwa hanya ada
dua strategi yang dapat membuat perusahaan unggul dibandingkan dengan
kompetitornya, yaitu melalui: cost reduction dan differentiation. Jika
implementasi sebuah aplikasi teknologi informasi terbukti dapat mengurangi
sejumlah atau sekelompok biaya organisasi misalnya biaya transaksi atau
komunikasi maka teknologi tersebut dianggap tepat untuk diterapkan oleh
perusahaan. Demikian juga jika aplikasi sebuah teknologi informasi dapat
membuat perusahaan memiliki sesuatu yang membedakannya dengan
perusahaan lain atau mempunyai sesuatu yang “lain dari pada yang lain”,
maka keberadaannya dianggap tepat dalam kerangka strategis perusahaan.
Contoh aplikasi teknologi informasi yang menunjang performa
differentiation adalah: implementasi customer relationship management
21
sehingga pelanggan merasa memiliki hubungan yang khusus dengan
perusahaan, aplikasi call center yang berfungsi sebagai help desk khusus
bagi seorang nasabah bank, penerapan supply chain management yang
mendukung perusahaan dalam menjalin kemitraan bisnis strategis dengan
mitra pemasoknya, dan lain sebagainya. Jika seluruh investasi teknologi
informasi perusahaan diarahkan bagi dikembangkannya perangkat teknologi
terkait dengan dua strategi generik ini, maka dinilai bahwa investasi tersebut
tepat (manfaatnya telah embedded di dalam kedua strategi tersebut).
Semakin terkait langsung aplikasi teknologi informasi terhadap pencapaian
strategi cost reduction maupun differentiation, semakin tinggi score atau
nilainya bagi perusahaan.
- Value Chain Assessment
adalah sebuah pendekatan scoring technique lain dimana didasarkan pada
teori value chain yang diperkenalkan pula oleh Michael Porter. Value chain
merupakan suatu rangkaian proses di dalam perusahaan yang terkait
langsung dengan penciptaan nilai bagi kebutuhan pelanggan, dimana nilai
yang dimaksud biasanya direpresentasikan langsung dalam bentuk produk
atau jasa yang dihasilkan perusahaan tersebut. Contoh sebuah value chain
adalah rantai aktivitas perusahaan semenjak yang bersangkutan membeli
bahan mentah, menyimpan di dalam gudang bahan mentah, mengolahnya
menjadi bahan baku, menyimpan hasilnya di gudang bahan baku,
mengolahnya menjadi produk jadi, menyimpan produk jadi di gudang
22
khusus, mendistribusikan dan menyebarkannya ke tempat-tempat
penyimpanan, menjualnya secara retail di sejumlah tempat, sampai dengan
melayani pelanggan pasca penjualan. Dalam kerangka ini dikatakan bahwa
setiap investasi teknologi informasi yang dialokasikan harus dipergunakan
untuk mengembangkan teknologi yang secara langsung dipergunakan di
dalam rangkaian core process atau proses utama dalam rangkaian value
chain tersebut. Semakin terlihat hubungan keterkaitannya, semakin tinggi
score perangkat aplikasi teknologi informasinya bagi sebuah perusahaan.
- Relative Competitive Performance
merupakan cara menilai kelayakan investasi teknologi informasi dengan
mengkomparasikan atau membandingkannya dengan perusahaan serupa
(kompetitor) dalam industri sejenis. Butir-butir kinerja yang dikomparasikan
menyangkut sejumlah aspek baik kualitatif maupun kuantitatif terkait
dengan biaya yang dikeluarkan untuk investasi maupun manfaat strategis
atau operasional yang didapat perusahaan. Melalui cara pembandingan ini
diyakini bahwa perusahaan tidak akan melakukan under investment atau
over investment terhadap pengembangan teknologi informasi yang
dimilikinya.
- Proportion of Management Vision Achieved
merupakan sebuah pendekatan yang cukup unik dimana masing-masing
individu yang memegang jabatan manajer ke atas (seperti senior manager,
general manager, vice president, director, dan lain sebagainya) diminta
23
untuk melakukan penilaian atau kajian yang didasarkan pada apakah
implementasi teknologi informasi terkait sesuai dengan “keinginan” atau
“kehendak” atau rencana mereka semula sebagai seorang pengambil
keputusan. Pendekatan ini dipergunakan dengan berasumsi bahwa seluruh
manajer di dalam perusahaan bekerja dan bergerak untuk menuju kepada satu
visi dan misi yang telah dicanangkan; sehingga mereka tahu persis
bagaimana teknologi informasi dapat berperan membantu mereka dalam
setiap aktivitas pencapaian visi dan misi tersebut. Dengan kata lain, sebuah
keputusan investasi dinilai layak dan “benar” apabila sesuai dengan rencana
atau pandangan dari manajer terkait, sementara jika tidak maka dinilai
investasi tersebut tidak pada tempatnya.
- Work Study Assessment
adalah suatu pendekatan evaluasi dimana dilakukan pengkajian terhadap
bagaimana implementasi teknologi informasi memberikan dampak pengaruh
terhadap pola dan cara kerja para individu dalam satu divisi atau departemen
tertentu di perusahaan. Dalam metode ini analisa dilakukan terhadap
bagaimana kontribusi teknologi informasi berpengaruh terhadap perbaikan
kinerja sebuah proses tertentu yang sangat ditentukan dengan besarnya
volume pekerjaan dan tingginya frekuensi aktivitas yang terjadi. Sebuah
investasi teknologi informasi dinilai layak dan tepat apabila dapat benar-
benar memperbaiki kinerja proses atau aktivitas yang dilakukan sejumlah
individu sehingga terlihat pengaruhnya dalam bentuk peningkatan kinerja
24
atau performa divisi atau departemen dimana perangkat teknologi tersebut
diimplementasikan.
- Economic Assessment
dipandang sebagai salah satu pendekatan analisa yang menggunakan
sejumlah teori ekonomi yang dibangun berdasarkan sebuah model
matematika tertentu. Metode analisa yang biasanya dinyatakan dalam fungsi
output terhadap sejumlah variabel input ini diperkenalkan oleh sejumlah
pakar ekonomi yang bekerja sama dengan ahli matematika dan praktisi
manajemen. Dengan memasukkan sejumlah data sesuai dengan kondisi
perusahaan yang ada ke dalam beragam variabel input pada formula terkait,
maka akan didapatkan nilai output yang akan dikomparasikan dengan
sejumlah parameter untuk menilai layak tidaknya biaya yang diinvestasikan
terhadap manfaat yang diperoleh perusahaan.
- Financial Accounting Based Analysis
adalah metode analisa yang mempergunakan sejumlah formula dan ukuran
yang baku dipergunakan dalam manajemen financial accounting. Contohnya
adalah dengan mempergunakan formula ROI, IRR, NPV, dan lain-lain
sebagai alat bantuk untuk menilai apakah sebuah investasi dianggap layak,
wajar, dan worth bagi sebuah perusahaan ditinjau terlebih-lebih dari aspek
sumber daya finansial.
- User Attitudes
25
adalah cara pengukuran manfaat dengan cara melibatkan mayoritas user atau
pengguna teknologi informasi di dalam perusahaan. Melalui survei, jajak
pendapat, observasi, dan diskusi, masing-masing pengguna diminta untuk
menyatakan penilaiannya terhadap setiap aplikasi yang mereka pergunakan,
terutama berkaitan dengan seberapa besar manfaat diterapkannya aplikasi
tersebut untuk membantu aktivitas mereka sehari-hari. Semakin positif
tanggapan mereka, semakin dinilai layaklah investasi teknologi informasi
yang telah dilakukan oleh perusahaan.
- User Utility Assessment
dipandang sebagai sebuah metode yang kontroversial karena didasarkan pada
asumsi yang sangat spekulatif. Prinsip yang dipegang dalam konsep ini
adalah bahwa semakin banyak dan semakin lama individu di perusahaan
menggunakan aplikasi teknologi informasi tertentu, semakin dianggap
berhasillah penerapan teknologi tersebut. Sementara semakin sedikit atau
semakin banyak individu yang menolaknya, semakin dipandang tidak layak
investasi yang telah dikeluarkan untuk membangun sistem tersebut.
Paradigma ini dipergunakan karena anggapan bahwa semakin sering sebuah
sistem dipergunakan, berarti frekuensi transaksi bisnis yang “dibantu”
dengan adanya sistem tersebut semakin tinggi demikian juga dengan volume
per transaksinya yang berarti akan semakin banyak manfaat yang telah
diperoleh perusahaan dengan utilisasi tersebut. Sebaliknya, utilisasi yang
rendah karena tidak terpakainya sistem berarti adanya “pemborosan” sumber
26
daya yang selayaknya tidak terjadi, yang berarti pula bahwa investasi yang
telah dikeluarkan sia-sia adanya.
- Value Added Analysis
adalah pendekatan dimana analisa dimulai dengan cara mengkaji nilai atau
value yang diberikan oleh sistem atau aplikasi teknologi informasi sebelum
menyentuh unsur pembiayaannya. Dengan kata lain, yang pertama-tama
perlu dilakukan adalah menyetujui akan nilai atau manfaat yang diberikan
oleh aplikasi teknologi informasi terlebih dahulu, baru kemudian mereka
yang bersepakat duduk bersama untuk mengkalkulasi biaya yang layak
dikeluarkan untuk pencapaian value tersebut. Jika hasil kalkulasi tersebut
“berkenan” di hati para pengambil keputusan, maka investasi yang
dikeluarkan dinilai layak; sementara jika tidak, maka rencana membangun
atau mengembangkan sistem terkait terpaksa tidak dilakukan.
- Return on Management
diperkenalkan pertama kalinya oleh Paul Strassman dalam bukunya
“Information Payoff” (Strassman, 1985) dan ditekankan kembali pada
karyanya “The Business Value of Computers” (Strassman, 1990), dimana
yang bersangkutan berusaha memisahkan apa yang dinamakan sebagai
management added value dengan management cost dan kemudian
membandingkan keduanya untuk diperoleh Return On Management atau
ROM. Konsepnya cukup jelas, yaitu sebagai berikut:
27
• Semenjak sebuah sistem aplikasi teknologi informasi diterapkan,
dihitunglah seberapa besar pendapatan atau revenue yang diperoleh
perusahaan.
• Jika revenue tersebut dikurangi dengan Cost Of Goods Sold atau COGS
dan pajak, akan diperoleh profit margin atau business value added.
• Dari business value added ini kemudian dikurangi dengan shareholders
value added (misalnya dalam bentuk pembagian deviden saham) dan
operation costs sehingga akhirnya diperoleh sebuah nilai yang merupakan
gabungan dari management costs dan management value added.
• Jika nilai tersebut dikurangi dengan management costs, maka akan
didapatlah management value added.
• Dengan berpegang pada formula:
ROM = Management Value Added : Management Cost
Maka akan diperoleh harga ROM yang akan menentukan tingkat
kelayakan investasi yang telah dan/atau akan dilakukan. Konsep ini
dibangun dengan filosofi bahwa dalam perusahaan moderen, yang
terpenting bukanlah modal, material, maupun teknologi, namun adalah
sumber daya manusia yang direpresentasikan dalam manajemen.
- Multi-Objective Multi-Criteria Method atau MOMCM
diperkenalkan sebagai sebuah metode yang bernuansa subyektif karena
didasarkan pada kenyataan bahwa setiap sistem aplikasi yang diterapkan
28
memiliki obyektif yang berbeda karena beragamnya stakeholders yang
berkepentingan dengan adanya sistem tersebut. Adanya sejumlah obyektif
yang berbeda dan beragamnya perspektif stakeholders memaksa perlu
dikembangkannya sebuah sistem yang dapat mengadopsi situasi ini. Dalam
MOMCM tersebut masing-masing stakeholder diberi kesempatan untuk
menentukan sendiri bobot atau weight dan penilaian dari sejumlah obyektif
atau manfaat yang didapat dari adanya sistem aplikasi terkait. Dengan cara
demikian, maka perusahaan dapat melihat dan menentukan layak tidaknya
suatu investasi dari hasil total penilaian para stakeholder tersebut.
(http://www.blogster.com/artikelekoindrajit/klasifikasi-metodologi)
2.3 Metode Evaluasi Efektivitas Investasi TI dengan Information Economics
2.3.1 Pengertian Information Economics
IE (Information Economics) adalah cabang dari teori mikroekonomi
yang mempelajari bagaimana informasi mempengaruhi suatu perekonomian
dan keputusan ekonomi. Informasi memiliki karakteristik khusus. Sangat
mudah untuk menciptakan tetapi sulit untuk percaya. Hal ini mudah
menyebar tetapi sulit untuk dikendalikan. Ini mempengaruhi banyak
keputusan. Karakteristik khusus ini (dibandingkan dengan jenis barang
lainnya) menyulitkan banyak teori ekonomi standar.
(http://en.wikipedia.org/wiki/Information_economics)
29
Menurut Parker (1988, p15), alasan digunakannya IE dalam penilaian
investasi adalah :
1. Jenis dan tingkat nilai-nilai yang diperoleh melalui implementasi TI pada
suatu perusahaan bervariasi.
2. Adanya keterbatasan sumber daya dalam melakukan investasi TI yang
dikaitkan aspek-aspek bisnis lainnya atau diantara investasi proyek-
proyek TI itu sendiri.
3. perusahaan perlu melakukan alokasi keputusan dengan efektif dengan
mempertimbangkan hasilnya (baik langsung maupun tidak langsung)
dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkannya.
4. Analisis Biaya dan Manfaat Tradisional (TCBA) tidak cukup untuk
memperhitungkan semua aspek dan dampak dari TI sehingga dibutuhkan
perangkat lain yang memadai. IE dapat digunakan sebagai kerangka dasar
untuk membantu manjemen dalam membuat keputusan investasi TI
sesuai dengan kelayakannya.
Dalam pengukuran IE terdapat 4 tahapan, yaitu (Parker, 1988,p11)
1. Identifikasi nilai dan total biaya dari setiap proyek.
2. Menerapkan kriteria ekonomi sementara dalam proses pembuatan
keputusan.
3. Memperkirakan alternatif-alternatif yang mungkin terjadi.
4. Alokasi sumber daya yang berharga untuk proyek yang penting.
30
Menurut Parker (1988, P102), terdapat tiga komponen utama untuk
menghitung skor suatu proyek investasi,yaitu :
1. Perhitungan ROI (Return On Investment)
2. Penilaian pada business domain
3. Penilaian pada technology domain
Weighted Weigthed Weighted PROJECT SimpleROI + Bussines Domain + Teknologi Domain = (Quantification) (Assessment) (Assessment) SCORE
Gambar 2.3 Faktor untuk menghitung score suatu proyek (Parker, 1988, p102)
2.3.2 Analisis Biaya Manfaat Tradisional (Traditional Cost Benefit
Analysis)
TCBA biasanya digunakan oleh pemerintah untuk mengevaluasi perlunya
intervensi tertentu. Ini adalah analisis efektivitas biaya alternatif yang berbeda
untuk melihat apakah manfaat lebih besar daripada biaya. Tujuannya adalah
untuk mengukur efisiensi dari intervensi relatif. Manfaat dan biaya seringkali
dinyatakan dalam bentuk uang dan waktu sehingga semua manfaat dan biaya
proyek dari waktu ke waktu (yang cenderung terjadi pada titik waktu yang
berbeda) dinyatakan pada segi "nilai sekarang."
(http://en.wikipedia.org/wiki/Cost-benefit_analysis)
Untuk mengevaluasi keuntungan ekonomis dari beberapa proyek dalam
TCBA terdiri dari 2 langkah :
31
- Mengidentifikasi dan mengestimasikan seluruh biaya dan manfaat dari
alokasi proyek dan operasi. Hal ini meliputi biaya pengembangan, biaya
operasi dan manfaat tambahan yang diharapkan dari sistem yang baru.
- Menyatakan biaya dan manfaat tersebut dalam unit umum. Perlu evaluasi
jumlah manfaat, dengan perbedaan antara total keuntungan dan total
biaya dari pembuatan dan operasi sistem.
Gambar 2.4 Justifikasi Biaya Tradisional berdasarkan Analisa Keuntungan dan Biaya (Parker, 1988, p76)
- Biaya (Cost)
Untuk melakukan investasi diperlukan biaya. Biaya merupakan
pengukuran atas jumlah sumber daya yang dibutuhkan untuk memperoleh sebuah
produk. Biaya dinyatakan dalam ukuran mata uang (misalnya, rupiah). Dalam
Information Economics terdapat dua jenis biaya, yaitu biaya pengembangan
(development cost) dan beban berjalan (ongoing expense). Beban pemeliharaan
(maintenance) termasuk dalam biaya berjalan Parker ( 1988, p90).
32
Segi Bisnis Segi Teknologi
Jasa Dalam menimbulkan + nilai nilai bisnis - Biaya Jasa
Pendapatan - Biaya SI untuk + dari Biaya SI
penggunaan jasaPembalik dari jasa & - Biaya Segi Bisnis fasilitas Investasi pada
+ Infrastruktur TI
= kelayakan bisnis dan justifikasi Proyek
Kelangsungan teknis dan kelayakan ekonomis dari proyek
Gambar 2.5 Model Information Economics berdasarkan Biaya (Parker1988, p75)
- Nilai (Value)
IE juga mempertimbangkan nilai dari TI. Nilai adalah keuntungan yang
diperoleh atas persaingan yang direfleksikan dari kinerja bisnis sekarang dan di
masa mendatang. Dimana nilai akan menambah keuntungan lebih dari para
perusahaan pesaingnya dimana nilai tersebut akan membuat manajemen akan
menginvestasikan dananya. Nilai akan dibedakan menjadi dua, yaitu nilai
berdasarkan bisnis dan nilai berdasarkan teknologi Parker (1988, p64).
- Keuntungan (Benefit)
Secara ekonomi, manfaat dapat diartikan sebagai laba atau sesuatu yang
didapatkan oleh individu maupun organisasi. Pada dasarnya manfaat yang
didapatkan setelah melakukan investasi TI harus lebih besar dari biaya yang
dikeluarkan. Biaya-biaya akan dihitung dengan menggunakan lembar kerja biaya
pengembangan dan lembar kerja biaya berjalan. Sedangkan manfaat akan
33
dihitung dengan menggunakan teknik-teknik value linking, value acceleration,
value restructuring dan value innovation.
2.3.3 Domain Bisnis
Penilaian terhadap domain bisnis adalah evaluasi terhadap faktor-faktor
di bidang kegiatan bisnis meliputi sekumpulan nilai dan resiko yang dibagi ke
dalam lima kategori yaitu Strategic Match, Competitive Advantage, Competitive
Response, Management Information System dan Project or Organization Risk.
2.3.3.1 Strategic Match
Strategic Match merupakan evaluasi atau penilaian terhadap
keterkaitan antara investasi TI dalam hubungannya dengan pencapaian
tujuan strategis organisasi. Fokus dari evaluasi ini adalah apakah investasi
di bidang TI dan implementasinya sudah sejalan atau selaras dengan
tujuan jangka panjang perusahaan. Penilaian kesesuaian investasi TI
dengan tujuan jangka panjang perusahaan dinyatakan dalam score yang
dihitung dari hasil kuesioner pada responden yang mengerti mengenai
manfaat TI dalam kaitannya tujuan perusahaan. Hasil score dalam
Strategic Match mempunyai rentang dari 0 hingga 5 pada
kuesioner/checklist.
2.3.3.2 Competitive Advantage
Competitive Advantage merupakan evaluasi atau penilaian
terhadap keterkaitan antara investasi TI dalam hubungannya dengan
34
kemampuan meningkatkan bersaing perusahaan. Fokus dari evaluasi ini
adalah mengevaluasi adanya pertukaran data antara perusahaan dengan
para pemsok yang diperoleh dengan adanya kesediaan dari perusahaan
untuk merubah struktur industri atau sistem, meningkatkan posisi
organisasi dalam bisnis yang ada, dan menciptakan kesempatan bisnis
yang baru. Penilaian kesesuaian investasi TI dengan kemampuan
bersaing perusahaan dinyatakan dalam score yang dihitung dari hasil
kuesioner pada responden yang mengerti mengenai manfaat TI dalam
kaitannya peningkatan kompetitor perusahaan. Hasil score dalam
Competitive Advantage mempunyai rentang dari 0 hingga 5 pada
kuesioner/checklist.
2.3.3.3 Competitive Response
Competitive Response merupakan tingkat dimana kegagalan
sistem dapat mengurangi keunggulan bersaing perusahaan Fokus dari
evaluasi ini adalah mengukur derajat kegagalan dalam memenuhi
keberhasilan yang diharapkan di awal dapat menyebabkan kegagalan
persaingan terhadap usaha (Parker, 1996, p320). Penilaian ini dinyatakan
dalam score yang dihitung dari hasil kuesioner pada responden yang
mengerti mengenai manfaat TI dalam kaitannya mengukur tingkat
kegagalan dan otoritas yang diberikan sebagai kondisi aktivitas bisnis
yang berkelanjutan. Hasil score dalam Competitive Response mempunyai
rentang dari 0 hingga 5 pada kuesioner/checklist.
35
2.3.3.4 Management Information for Critical Success Factors
Management Information for Critical Success Factors fokus pada
aktivitas internal yang secara langsung mempengaruhi produk dan
pelanggan eksternal. Management Information for Critical Success
Factors memperkirakan kontribusi langkah-langkah yang diambil
terhadap kebutuhan informasi manajemen untuk aktivitas yang kritis
(Parker, 1996, p320). Penilaian ini dinyatakan dalam score yang dihitung
dari hasil kuesioner pada responden yang mengerti mengenai manfaat TI
dalam kaitannya manajemen system informasi dalam perusahaan. Hasil
score dalam Management Information for Critical Success Factors
mempunyai rentang dari 0 hingga 5 pada kuesioner/checklist.
2.3.3.5 Project or Organization Risk
Project or Organizational Risk berfokus pada tingkat dimana
sebuah perusahaan mampu membawa perusahaan yang dibutuhkan oleh
proyek sistem informasi manajemen. Evaluasi ini memperhatikan
pengguna dari area bisnis perusahaan, bukan area teknis perusahaan.
Penilaian ini dinyatakan dalam score yang dihitung dari hasil kuesioner
pada responden yang mengerti mengenai manfaat TI dalam kaitannya
kebutuhan proyek sistem informasi manajeman. Hasil score dalam
Project or Organizational Risk mempunyai rentang dari 0 hingga 5 pada
kuesioner/checklist.
36
2.3.4 Domain Teknologi
2.3.4.1 Strategic IS Architecture
Strategic IS Architecture berfokus pada evaluasi tingkat dimana
proyek selaras dengan strategi sistem informasi untuk menjamin
kelangsungan dari strategi TI. Penilaian kesesuaian investasi TI dengan
kelangsungan dari strategi TI perusahaan dinyatakan dalam score yang
dihitung dari hasil kuesioner pada responden yang mengerti mengenai
manfaat TI dalam kaitannya menjamin kelangsungan strategi TI. Hasil
score dalam Strategic IS Architecture mempunyai rentang dari 0 hingga 5
pada kuesioner/checklist.
2.3.4.2 Definitional Uncertainty
Fokus pada Definitional Uncertainty adalah merumuskan apakah
komputerisasi sudah tepat atau belum sehubungan dengan pelaksana
proyek TI. Penilaian ini dinyatakan dalam score yang dihitung dari hasil
kuesioner pada responden yang mengerti mengenai manfaat TI dalam
kaitannya pelaksana proyek TI. Hasil score dalam Definitional
Uncertainty mempunyai rentang dari 0 hingga 5 pada
kuesioner/checklist.
2.3.4.3 Technical Uncertainty
Technical uncertainty menilai kesiapan domain teknologi untuk
menjalankan system dimana penilaian ini meliputi : keahlian yang
dibutuhkan, ketergantungan hardware dan ketergantungan software, dan
37
aplikasi software. Penilaian ini dinyatakan dalam score yang dihitung dari
hasil kuesioner pada responden yang mengerti mengenai domain
teknologi. Hasil score dalam Technical uncertainty mempunyai rentang
dari 0 hingga 5 pada kuesioner/checklist.
2.3.4.4 IS Infrastructure Risk
IS Infrasctructure Risk menilai seberapa banyak investasi non
proyek yang perlu segera dilakukan agar sistem dapat berjalan dengan
baik seperti administrasi data (seperti kebutuhan kamus data), komunikasi
(seperti adanya bentuk komunikasi yang baru), dan sistem yang tersebar
(seperti kebutuhan metode akses data yang baru). Penilaian ini
dinyatakan dalam score yang dihitung dari hasil kuesioner pada
responden yang mengerti mengenai penilaian banyaknya investasi non
proyek. Hasil score dalam IS Infrasctructure Risk mempunyai rentang
dari 0 hingga 5 pada kuesioner/checklist.
2.3.5 Justifikasi Financial
Faktor pertama yang harus dipertimbangkan adalah justifikasi secara
financial dari sebuah proyek TI, dengan faktor utama pada kuantifikasi dari biaya
(selama fase pembangunan dan fase pemeliharaan) dan manfaat dari proyek TI
tersebut. Manfaat tersebut kemudian dihubungkan dengan biaya menggunakan
perhitungan ROI (Parker, 1988, p102-104). Perhitungan ROI terbagi menjadi 2
yaitu ROI sederhana dan ROI. Perbedaan keduanya terdapat pada tingkat suku
38
bunga, yaitu dalam perhitungan ROI sederhana tidak menggunakan suku bunga
sedangkan pada perhitungan ROI menggunakan tingkat suku bunga.
a. Teknik Information Economics Untuk Menghitung ROI Sederhana
Terdapat 5 teknik justifikasi finansial yang digunakan dalam information
economics untuk mengukur dan menilai aplikasi teknologi informasi
yang potensial, yaitu:
a. traditional cost-benefit analysis,
b. value linking,
c. value acceleration,
d. value restructuring, dan
e. innovation valuation.
Teknik justifikasi finansial yang diterapkan dalam information economics
untuk perhitungan ROI ditunjukkan dalam Gambar 2.7.
Traditional Value Value Value Innivation Input Cost + linking + Acceleration + Restructuring + Valuation = Simple Benefit ROI
Calculation
Gambar 2.7 Teknik information economics untuk Mengembangkan
Perhitungan ROI Sederhana (Parker, 1988, p102)
b. Tiga Kertas Kerja ROI
Untuk menghitung ROI sederhana menggunakan 3 jenis lembar kerja
yaitu (Parker,1988, p96-97):
39
1. Development Cost Worksheet (lembar biaya pengembangan),
berupa daftar seluruh komponen atau biaya pada tahun pertama
yang dibutuhkan untuk mengawali dan membangun sebuah
proyek.
Gambar 2.8 Development Cost Worksheet (Parker, 1988, p96)
2. Ongoing Expenses Worksheet (lembar biaya berjalan), berisi
daftar seluruh komponen atau biaya yang dibutuhkan untuk
memelihara proyek dari tahun pertama hingga tahun terakhir
proyek tersebut.
40
Gambar 2.9 Ongoing Expense Worksheet (Parker, 1988, p96)
3. Economic Impact Worksheet (lembar dampak ekonomis),
merupakan lembar perhitungan biaya dan manfaat ekonomis yang
telah dikuantifikasikan (Value Linking, Value Acceleration, Value
Restructuring, dan Innovation Valuation) yang menunjukkan
perhitungan arus kas tahunan untuk menghasilkan ROI (Gambar
2.9)
41
Gambar 2.10 Economic Impact Worksheet (Parker, 1988, p97)
c. Value Linking dan Value Acceleration
Value linking dan value acceleration merupakan teknik yang digunakan
untuk menghitung biaya dan manfaat ekonomis sehingga menghasilkan
nilai ROI. Parker (1988, p111) menyatakan bahwa “ Value linking is used
to evaluate financially the combain effects of improving perfomance of a
function and any consequential results from a separate function”.
Definisi di atas dapat diterjemahkan sebagai berikut Value linking
digunakan untuk mengevaluasi secara finansial efek dari perubahan
performa sebuah fungsi atau proses atau pengaruh terhadap peningkatan
kinerja perusahaan. Nilai tersebut tidak tergantung oleh waktu.
Menurut Ward (2002, p424) Value Acceleration sebagai “A value which
consider time dependence of benefit and cost in other departments of
42
system improvements”. Definisi value acceleration di atas diterjemahkan
sebagai nilai yang sangat bergantung pada satuan waktu untuk
pengukuran biaya dan manfaat pada departemen-departemen lain karena
adanya perubahan dan pengembangan sistem.
d. Value Restructuring
Parker (1988, p111) menyatakan bahwa “Value restructuring ties the
effects of information technology to result measured through increased
productivity it assesses the movement of job activity from lower value
function to higher value function”. Value restructuring merupakan
suatu teknik yang digunakan untuk mengukur nilai suatu peningkatan
produktivitas sebagai pengaruh akibat terjadinya restrukturisasi atau
perubahan fungsi suatu pekerjaan atau fungsi suatu departemen sebagai
dampak penerapan suatu TI.
e. Inovation Valuation
Parker (1988, p134) menyatakan bahwa “Innovation creates new
functions within the business domain, it changes the way the enterprise
conducts its business”. Inovasi menghasilkan fungsi baru yang dapat
mengubah cara suatu perusahaan dalam melakukan bisnis.
Untuk menghitung keuntungan bersih dengan adanya inovasi melalui
investasi TI digunakan sebuah lembar kerja baru. Sedangkan untuk
menghitung biaya digunakan lembar kerja biaya pengembangan dan
43
lembar kerja biaya berjalan. Nilai inovasi ini dikuantifikasikan dari
area bisnis dan ditambahkan kepada lembar kerja economic impact.
2.3.6 Membangun Nilai Komponen Organisasi (Corporate Value)
Corporate value adalah nilai-nilai dalam perusahaan yang dapat
memotivasi karyawan guna mencapai tujuan perusahan. Corporate value
dirumuskan oleh manajement tingkat atas dan dirancang untuk mencapai tujuan
perusahaan secara keseluruhan. Nilai-nilai yang saling berinteraksi dalam
perusahaan akan mengakibatkan terbentuknya budaya organisasi.
Line Of Business
Derajat dimana bisnis menguntungkan, bersaing
Sehat, kuat lemah kuat
Kuadran A Investasi
Kuadran B Strategis
Kuadran C Infrastruktur
Kuadran D Breakhtrough Management
Computer Derajat dimana usaha komputer
support yang ada cukup kuat & efektif
Gambar 2.11 Nilai Korporat Organisasi (Parker, 1988, p187)
- Kuadran A ( Invesment )
Nilai bobot yang digunakan untuk masing-masing hasil kajian finansial
dan non finansial mengacu pada kuadran A yaitu
44
investasi. Interpretasinya adalah line of business ini mempunyai dasar
bisnis yang kuat, dan dukungan komputer yang lemah (Gambar 2.12).
- Kuadran B ( Strategic )
Kuadran strategic menggambarkan sebuah organisasi yang mempunyai
dasar bisnis yang kuat dengan dukungan komputer yang kuat juga.
Interpretasinya adalah bahwa perusahaan yang kuat mempunyai peluang
untuk berinvestasi dalam competitive advantage dan rintangan dalam
competitive application (Gambar 2.13).
- Kuadran C ( Infrastructure )
Untuk organisasi pada kuadran C mempunyai lini bisnis yang lemah
dengan dukungan komputer yang juga lemah. Nilai korporat positifnya 20
dan nilai korporat negatifnya –10 (Gambar 2.14).
- Kuadran D ( Breakhtrough ; Management )
Organisasi pada Kuadran D mempunyai dasar bisnis yang lemah dengan
dokungan komputer yang kuat (Gambar 2.15).
45
Gambar 2.12 Nilai Korporat pada kuadran Investasi (Parker, 1988, p188)
Gambar 2.13 Nilai Korporat pada kuadran Strategis (Parker, 1988, p188)
46
Gambar 2.14 Nilai Korporat pada kuadran Infrastruktur (Parker, 1988, p189)
Gambar 2.15 Nilai Korporat pada kuadran Breakthru Management (Parker, 1988,
p190)
47
2.3.7 Information Economics Scorecard
Proses terakhir dari Information Economics adalah memasukkan semua
nilai hasil pembobotan Simple ROI dan pembobotan variabel domain teknologi
dan bisnis ke dalam sebuah scorecard untuk mendapatkan skor akhir dari proyek
TI tersebut. Semua nilai positif dan negatif yang mewakili nilai dan resiko
dijumlahkan Parker (1988, p145).
Gambar 2.16 Information Economics Scorecard (Parker, 1988, p145)
2.4 Model Kekuatan Bersaing Porter (Porter’s Five Forces Model)
Pendekatan ini memberikan gambaran persaingan dalam industri. Dengan
analisis ini diharapkan perusahaan mampu mengetahui intensitas persaingan dan
profitabilitas dalam industri ini, serta mengetahui kekuatan yang paling berpengaruh
48
dalam perumusan strategi suatu industri . Model ini diperkenalkan oleh Michael Porter
pada tahun 1980 dan sejak itu model ini dimodifikasi dan diperluas oleh ahli lainnya.
Model ini berpijak pada paparan Porter yang melihat kekuatan bersaing sebagai fungsi
dari struktur industri yang terdiri dari lima aspek seperti gambar 18 .
Threat of Potential Entrants
Bargaining Bargaining Power
Power Competitor Rivalry of Buyer
of Supplier
Threat of Substitution Product
or Service
Gambar 2.17 Model lima kekuatan bersaing Porter (Porter, 1998, p5)
2.4.1 Masuknya Kompetitor (Competitor Rivalry)
Competitor Rivalry menjelaskan bagaimana cara untuk kompetitor baru
untuk mulai bersaing industri yang sudah ada.
Ancaman Kompetitor baru tergantung pada:
• Skala ekonomis
49
• Modal utk investasi
• Akses utk distribusi
• Akses ke teknologi
• Brand loyalty, apakah pelanggan setia dengan brand tertentu
• Peraturan Pemerintah
2.4.2 Daya Tawar dari Pemasok (Bargaining Power of Supplier)
Bargaining power of supplier mengacu pada penyediaan produk dan jasa
yang memberikan kontribusi kepada kedudukan kompetitif perusahaan di dalam
industri. Bargaining power of Supplier tergantung pada:
• Konsentrasi dari supplier, Apakah banyak pembeli dan sedikit supplier
• Brand, apakah brand supplier tersebut sudah kuat
• Profitabilitas Supplier
• Pemasok masuk ke dalam industri
• Pembeli tidak berpindah ke supplier yang lain
• Kualitas dari Produk dan service
• Perpindahan biaya, seberapa mudah pemasok untuk mencari pelanggan
baru
2.4.3 Ancaman dari Persaingan Antara Pemain yang ada (Threat of
Potential Entrants)
Threat of potential entrants menggambarkan kemungkinan perusahaan
yang akan memulai strategi bisnisnya untuk memasuki dunia industri baru atau
perusahaan yang ingin berkompetisi dalam area produk dan geografis yang sama.
50
Threat of potential entrants tergantung pada :
• Struktur dari kompetisi, persaingan akan semakin hebat apabila terdapat
banyak industri kecil atau memiliki ukuran yang sama antar kompetitor.
Sebaliknya apabila industri telah memiliki pemimpin pasar maka
persaingan akan sedikit.
• Struktur dari biaya di industri. Industri yang memiliki biaya yang tinggi
akan mendorong kompetitor utk menghasilkan produk dan jasa yang
lebih murah.
• Tingkat diferensiasi produk. Industri yang produknya adalah komoditas
biasanya akan memiliki persaingan yang besar.
• Perpindahan biaya. Persaingan akan berkurang apabila pembeli telah
beralih ke biaya tinggi.
• Tujuan strategis, Jika kompetitor mengejar pertumbuhan dengan agresif
maka persaingan akan semakin besar
• Ketika hambatan utk meninggalkan industri semakin tinggi maka
persaingan akan semakin besar.
2.4.4 Ancaman dari Produk atau Jasa Pengganti (Threat of Substitution
Product or Service)
Threat of Substitution Product or Service dapat menjadi alternatif bagi
produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan di dalam industri,
pertimbangannya adalah mengapa produk atau jasa pengganti ini menarik bagi
pembeli.
51
Threat of Substitution Product or Service tergantung pada:
• Kualitas, Apakah kualitas pengganti tersebut lebih baik atau tidak?
• Keinginan pembeli untuk beralih ke produk jasa pengganti
• Harga dan performa dari produk jasa pengganti
• Biaya untuk beralih ke produk jasa pengganti. Apakah mudah utk
mengubah ke produk lain.
2.4.5 Daya Tawar dari Pembeli (Bargaining Power of Buyers)
Bargaining Power of Buyers menggambarkan bagaimana kuatnya posisi
pembeli. Pembeli mempunyai kekuatan utk menentukan kemana Pembeli akan
melakukan transaksi.
Bargaining Power of Buyers tergantung pada:
• Konsentrasi dari pembeli, apakah ada pembeli yang dominan atau
banyaknya penjual.
• Diferensiasi dari produk, apakah produk tersebut standar atau tidak
• Profitabilitas pembeli
• Kualitas dari produk dan service
• Perpindahan biaya, seberapa mudah pembeli untuk beralih ke pemasok
lain.
Recommended