View
228
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Untuk memahami pengaruh menonton tayangan sinetron Ustad Fotocopy,
diperlukan pendekatan teori yang tepat. Untuk maksud itu, bab ini akan di awali
dengan penelusuran kepustakaan terhadap karya-karya penelitian sejenis yang pernah
dilakukan, agar bisa diketahui pendekatan teori dan metode analisis yang pernah
digunakan serta kesimpulan dari hasil penelitian-penelitian itu. Setelah itu diuraikan
kerangka teori yang melandasi penelitian ini. Bab ini diakhiri dengan penjelasan
konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini.
2.1 Tinjauan Pustaka Terhadap Penelitian Yang Sejenis
Sinetron Ustad Fotocopy merupakan sinetron religi yang mengangkat
kehidupan masyarakat sehari-hari yang disajikan secara komedi. Dugaan penulis,
tayangan sinetron ini bisa memberikan pengaruh kepada sikap perilaku pemirsanya
mengingat waktu tayangnya pada prime time. Oleh karena itu penulis ingin meninjau
kembali penelitian-penelitian terdahulu yang sejenis untuk mengetahui hasil
penelitian itu dan juga metode penelitian yang digunakan, sebagai rujukan bagi
penulis dalam menyusun metode penelitian ini.
Arga (2004) pernah melakukan penelitian tentang pengaruh tayangan televisi
terhadap perilaku. Penelitiannya mengenai dampak menonton tayangan televisi
tentang anak-anak terhadap perilaku anak-anak di SD KristenSatya Wacana Salatiga
dengan menggunakan metode kuantitatif eksplanatis. Hasil penelitian menunjukkan
adanya dampak menonton tayangan terhadap perilaku anak; anak lebih cenderung
kepada perilaku prososial dibanding kepada perilaku antisosial. Dampak menonton
tayangan anak terhadap perilaku prososial lebih kuat terjadi pada penonton heavy
viewer dibanding pada penonton light viewer. Perilaku menonton tayangan anak
dapat mempengaruhi 21,6% perilaku prososial menonton heavy viewer sedangkan
pada penonton light viewer mampu mempengaruhi 15,5% perilaku antisosial.
2
Penelitian tentang pengaruh sinetron religi terhadap perilaku masyarakat juga
pernah dilakukan sebelumnya oleh beberapa sarjana, antara lain sbb.
Lathiffida Noor Jaswandi (Jaswandi 2012) meneliti pengaruh media televisi
terhadap perilaku remaja. Penelitian ini dilakukan dilingkungan remaja Bogor dan
menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan data sekunder. Hasil
penelitian itu memperlihatkan bahwa terdapat ketekaitan erat antara pengaruh dari
kegiatan menonton televisi dengan perilaku remaja. Menurut Jawandi, adanya
keterkaitan antara pengaruh dari kegiatan menonton televisi dengan perilaku
remaja,karena masa remaja merupakan masa dimana remaja sedang mencari identitas,
maka dengan mudahnya terpengaruh dengan faktor luar. Selain itu, dengan masa
remaja yang sedang berada dalam masa transisi, mereka juga memiliki tujuan-tujuan
yang dapat dipenuhi dengan menonton televisi, yaitu mencari informasi, mengisi
waktu luang dan hiburan. Kemudian besarnya pengaruh menonton televisi terhadap
perilaku remaja berkaitan erat dengan intensitas atau frekuensi mereka dalam
menonton televisi. Semakin sering menonton televisi semakin besar pengaruhnya
terhadap perilaku remaja, begitu pula sebaliknya. Hal ini terlihat adanya perubahan
perilaku baik berupa pengaruh positif maupun pengaruh negatif yaitu pengaruh dapat
berupa aspek kognitif yang bersifat positif dengan memberi pengetahuan kepada
remaja dengan keadaan lingkungan disekitarnya melalui acara berita ataupun kuis
tentang pengetahuan. Selain itu, pengaruh negatif dapat pula berupa aspek afektif
dengan meniru apa yang mereka lihat dari televisi tanpa mereka saring terlebih dulu
mana yang baik dan mana yang buruk.
Penelitian yang dilakukan oleh Deasi Annisa (2012) tentang pengaruh
sinetron terhadap perubahan perilaku negatif remajadi desa Demangan,Siman
Ponogoro dengan menggunakan metode pendekatan deskritf kualitatifmenunjukan
hasil bahwa memang terdapat faktor-faktor dari tayangan sinetron yang dapat
mempengaruhi perubahan perilaku negatif remaja di desa tersebut. Ini dibuktikan
dengan adanya fakta dan opini dari narasumber yang bersangkutan.Kesimpulan dari
penelitian ini adalah sinetron dapat mempengaruhi perubahan perilaku negatif remaja
3
di desa Demangan Siman Ponorogo,dan faktor-faktor yang menyebabkan perubahan
perilaku negatif tersebut antara lain gaya berpakaian, gaya hidup, gaya bahasa,
tindakan kriminal, minuman keras (miras), dan pergaulan bebas.
Penelitian tentang pengaruh sinetron religi juga pernah dilakukan. Kurniasih
(2006) melakukan penelitian mengenai hubungan antara perilaku menonton tayangan
sinetron religius dengan sikap remaja terhadap agama. Penelitiannya itu dilakukan
terhadap siswa SMU Negeri 22, Jakarta. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa
perilaku menonton tayangan sinetron religius yang berhubungan nyata dengan
komponen sikap konatif remaja terhadap agama Islam ialah total waktu menonton,
frekuensi menonton dan pilihan jenis sinetron religius rumahtangga. Sedangkan
pilihan jenis sinetron religius komedi dan misteri tidak berhubungan nyata. Menurut
Kurniasih, hal-hal yang dapat menyebabkan remaja bersikap positif terhadap agama
Islam yaitu isi sinetron religius dapat membuat remaja melihat kekuasaan Allah,
banyak mengandung hikmah dan faktor manfaat bagi penonton serta untuk
pendidikan moral agama. Sedangkan faktor yang menyebabkan remaja bersikap
negatif terhadap agama Islam adalah karena sinetron religius terlalu sering
ditayangkan dan kebanyakan cerita sinetron tersebut dilebih-lebihkan sehingga tidak
sesuai dengan kenyataan.
Selain terhadap remaja, penelitian mengenai pengaruh sinetron religi terhadap
ibu-ibu rumah tangga seperti yang hendak dilakukan oleh penulis, juga pernah
dilakukan sebelumnya. Nurfalah (2007) pernah meneliti pengaruh tayangan sinetron
religi terhadap perilaku ibu-ibu rumah tangga Muslimah di desa Kedung Jaya dan
desa Tuk Kecamatan Kedawung, Cirebon. Penelitian itu dilakukan dalam rangka
penyusunan tesis pada program Pascasarana Institut Pertanian Bogor dan
menggunakan metode survey (explanatory survey) serta menggunakan metode
deskriptif. Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa:
a) Faktor-faktor yang mempengaruhi pola menonton sinetron religius : (i) Pada Ibu
rumah tangga di kompleks perumahan, tingkat pendidikan yang semakin tinggi
telah membatasi minat pilihan tayangan sinetron religious yang ditonton. Di
4
perkampungan, semakin banyak tanggungan keluarga semakin tinggi frekuensi Ibu
rumah tangga menonton tayangan sinetron religius. Ibu rumah tangga di
perkampungan yang bekerja, lebih banyak pilihan dalam menonton tayangan
sinetron religius dibandingkan ibu rumah tangga yang tidak bekerja. (ii) Tema
cerita yang realistis meningkatkan intensitas ibu rumah tangga di komplek
perumahan dan di perkampungan dalam menilai secara kritis muatan cerita
sinetron religius. Muatan cerita negatif menurunkan frekuensi menonton sinetron
religius pada ibu rumah tangga muslimah. Di perkampungan, tema cerita sinetron
religius mempengaruhi kehidupan ibu rumah tangga, namun muatan cerita negatif
tidak mempengaruhi keyakinan ibu rumah tangga dalam beragama. (iii)Ibu rumah
tangga yang banyak melakukan kegiatan keagamaan di luar rumah kurang
terpengaruh oleh muatan cerita sinetron religius.
b) Perilaku beragama ibu rumah tangga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:(i)
Meningkatnya intensitas ibu rumah tangga di kompleks perumahan dalam
memberikan penilaian mengenai makna cerita tayangan sinetron religius,
meningkatkan pula pengetahuannya mengenai nilai-nilai agama. Pengaruh positif
sinetron religius lebih besar terjadi pada ibu rumah tangga dikompleks perumahan
dengan jumlah acara yang dipilihnya lebih banyak dibandingkan dengan yang
frekuensi menontonnya rendah. Semakin sering ibu rumah tangga di
perkampungan menonton tayangan sinetron religius, semakin tinggi tingkat
pengetahuannya mengenai nilai-nilai agama. Semakin sering ibu rumah tangga
muslimah memberikan tanggapan terhadap muatan cerita negatif dalam sinetron
religius semakin mendorong tindakannya untuk dapat menghindari hal- hal yang
tidak sesuai dengan nilai agama. (ii) Kegiatan keagamaan di luar rumah yang
dilakukan ibu rumah tangga diperkampungan berpengaruh positif terhadap
perilaku beragama, dan menjadi filter bagi pengaruh sinetron.
Dari uraian tentang penelitian serupa yang pernah dilakukan tersebut di atas
dapat disimpulkan bahwa tayangan sinetron di berbagai stasiun televisi di tanah air
5
berpengaruh terhadap perilaku khalayak yang menontonnya. Sifat dan besar
pengaruhnya ternyata bervariasi antara anak, remaja dan orang dewasa (ibu-ibu
rumah tangga) dan bervariasi pula dilihat dari lingkungan kehidupan sosial khalayak
yang diteliti. Dengan demikian, penelitian tentang pengaruh menonton tayangan
sinetron Ustad Fotocopy ini layak diteliti dan bisa menambah pengetahuan baru
tentang pengaruh tayangan sinetron di televisi terhadap khalayak.
2.2 Teori yang digunakan
2.2.1 Teori Kultivasi
Epistimologis dari cultivation adalah penanaman. Jadi Cultivation Theory
atau Teori Kultivasi adalah sebuah teori dalam konteks keterkaitan media massa
dengan penanaman terhadap suatu nilai yang akan berpengaruh pada sikap dan
perilaku khalayak atau bisa disebut salah satu teori dalam komunikasi massa yang
mencoba menjelaskan keterkaitan antara media komunikasi. Teori ini, digagas oleh
seorang pakar komunikasi dari Annenberg School of Communication, George
Gerbner yang juga pendiri Cultural Environment Movement, berdasarkan
penelitiannya terhadap perilaku penonton televisi yang dikaitkan dengan materi
berbagai program televisi yang ada di Amerika Serikat.
Pada 1960 Gerbner melakukan penelitian tentang “indikator budaya” untuk
mempelajari pengaruh televisi. Gerbner ingin mengetahui pengaruh-pengaruh televisi
terhadap tingkah laku, sikap, dan nilai khalayak. Dalam bahasa lain, Gerbner
memberikan penegasan dalam penelitiannya berupa dampak yang di timbulkan
televisi kepada khalayak.
Teori Kultivasi berpandangan bahwa media massa, yang dalam konteks teori
ini adalah televisi, memiliki andil besar dalam penanaman dan pembentukan nilai-
nilai yang ada dalam masyarakat. “Menurut teori ini, televisi menjadi alat utama
dimana para penonton televisi itu belajar tentang masyarakat dan kultur di
lingkungannya”(Nurudin, 2004). Persepsi dan cara pandang yang ada dalam
masyarakat, sangat besar dipengaruhi oleh televisi. Atau dalam kalimat lain, apa yang
6
kita pikirkan adalah apa yang dipikirkan media massa. Dalam hal ini, seperti Marshall
McLuhan, Gerbner menyatakan bahwa televisi merupakan suatu kekuatan yang
secara dominan dapat mempengaruhi masyarakat modern. Kekuatan tersebut berasal
dari kemampuan televisi melalui berbagai simbol untuk memberikan berbagai
gambaran yang terlihat nyata dan penting seperti sebuah kehidupan sehari-hari.
Televisi mampu mempengaruhi penontonnya, sehingga apa yang ditampilkan di layar
kaca dipandang sebagai sebuah kehidupan yang nyata, kehidupan sehari-hari. Realitas
yang tampil di media dipandang sebagai sebuah realitas objektif.
Teori kultivasi menyatakan bahwa media, khususnya televisi, memiliki pengaruh
yang kuat dalam mengubah perpespi individu tentang realita. Teori kultivasi
berpendapat bahwa televise sangat bertanggung jawab dalam hal perkembangan
persepsi tentang norma dan realitas dari ke hari (Gebner, Gross, Morgan dan
Signorielli, 1990).
Saat ini, televisi merupakan salah satu bagian yang penting dalam sebuah
rumah tangga, di mana setiap anggota keluarga mempunyai akses yang tidak terbatas
terhadap televisi. Dengan hal ini, televisi mampu mempengaruhi lingkungan melalui
penggunaan berbagai simbol, mampu menyampaikan lebih banyak kisah sepanjang
waktu. Tak heran banyak program acara televisi yang menarik perhatian pemirsa
untuk menyaksiskan program acara tersebut. Salah satunya tayangan sinetron, seperti
yang di jumpai dari masing – masing stasiun televisi menyajikan tayangan sinetron
dari kisah percintaan sampai realitas kehidupan.
Tayangan sinetron ustad fotocopy yang dibahas dalam penelitian ini
memangmenarik ikutin oleh pemirsa khususnya ibu rumah tangga, dimana tayangan
tersebut bercerita mengenai realitas kehidupan masyarakat yang terdapat unsur
keagamaannya yang memberikan pesan-pesan moral yang tentu saja memberi
pengetahuan serta pengaruh bagi pemirsanya. Melalui teori kultivasi mencoba
menerangkan mengenai tayangan sinetron ustad fotocopy dimana teori ini merupakan
keterkaitan media massa dengan penanaman terhadap suatu nilai yang akan
berpengaruh pada sikap dan perilaku khalayak.
7
“Menurut teori ini, televisi menjadi alat utama dimana para penonton televisi itu
belajar tentang masyarakat dan kultur di lingkungannya”(Nurudin, 2004). Persepsi
dan cara pandang yang ada dalam masyarakat, sangat besar dipengaruhi oleh televisi.
2.2.2 Teori Perilaku Sosial
Teori ini dikembangkan oleh Burrhus Frederic Skinner yang lahir 20 Maret
1904, di kota kecil Pennsylvania Susquehanna. Skinner mengadakan pendekatan
behavioristik untuk menerangkan tingkah laku. Pada tahun 1938, Skinner
menerbitkan bukunya yang berjudul The Behavior of Organism. Teori Perilaku Sosial
biasa juga disebut Teori belajar dalam Ilmu Psikologi. Konsep dasar dari teori ini
adalah penguat / ganjaran (reward). Teori ini lebih menitikberatkan pada tingkah laku
aktor dan lingkungan.
Bagi Skinner, respon muncul karena adanya penguatan. Ketika dia
mengeluarkan respon tertentu pada kondisi tertentu, maka ketika ada penguatan atas
hal itu, dia akan cenderung mengulangi respon tersebut hingga akhirnya dia berespon
pada situasi yang lebih luas. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui
ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi
penguatan ini menjadi dua yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan
tersebut akan berlangsung stabil dan menghasilkan perilaku yang menetap.
Asumsi Dasar
Behavior is lawful (perilaku memiliki hukum tertentu)
Behavior can be predicted (perilaku dapat diramalkan)
Behavior can be controlled (perilaku dapat dikontrol)
Berdasarkan asumsi dasar tersebut menurut Skinner (J.W. Santrock, 272) unsur yang
terpenting dalam belajar adalah adanya penguatan (reinforcement) dan hukuman
(punishment).
8
Tipe Perilaku
Skinner mengajukan dua klasifikasi dasar dari perilaku: operants dan
respondents. Operant adalah sesuatu yang dihasilkan, dalam arti organisme
melakukan sesuatu untuk menghilangkan stimulus yang mendorong langsung.
Hal ini didasari pada asumsi-asumsi berikut:
1) Belajar itu adalah tingkah laku.
2) Perubahan tingkah-laku (belajar) secara fungsional berkaitan dengan adanya
perubahan dalam kejadian-kejadian di lingkungan kondisi-kondisi lingkungan.
3) Hubungan yang berhukum antara tingkah-laku dan lingkungan hanya dapat di
tentukan kalau sifat-sifat tingkah-laku dan kondisi eksperimennya di definisikan
menurut fisiknya dan di observasi di bawah kondisi-kondisi yang di kontrol secara
seksama.
4) Data dari studi eksperimental tingkah-laku merupakan satu-satunya sumber
informasi yang dapat di terima tentang penyebab terjadinya tingkah laku.
Dalam berbicara mengenai perilaku sosial, Skinner tidak membahas mengenai
personality traits atau karakteristik yang dimiliki seseorang. Bagi Skinner,
deskripsi kepribadian direduksi dalam kelompok atau respon spesifik yang
cenderung diasosiasikan dalam situasi tertentu.
Faktor-Faktor Pembentuk Perilaku Sosial
Baron dan Byrne berpendapat bahwa ada empat kategori utama yang dapat
membentuk perilaku sosial seseorang, yaitu :
a. Perilaku dan karakteristik orang lain
Jika seseorang lebih sering bergaul dengan orang-orang yang memiliki
karakter santun, ada kemungkinan besar ia akan berperilaku seperti kebanyakan
orang-orang berkarakter santun dalam lingkungan pergaulannya. Sebaliknya, jika
ia bergaul dengan orang-orang berkarakter sombong, maka ia akan terpengaruh
oleh perilaku seperti itu. Pada aspek ini guru memegang peranan penting sebagai
sosok yang akan dapat mempengaruhi pembentukan perilaku sosial siswa karena
9
ia akan emberikan pengaruh yang cukup besar dalam mengarahkan siswa untuk
melakukan sesuatu perbuatan.
b. Proses kognitif
Ingatan dan pikiran yang memuat ide-ide, keyakinan dan pertimbangan
yang menjadi dasar kesadaran sosial seseorang akan berpengaruh terhadap
perilaku sosialnya. Misalnya seorang calon pelatih yang terus berpikir agar kelak
dikemudian hari menjadi pelatih yang baik, menjadi idola bagi atletnya dan
orang lain akan terus berupaya dan berproses mengembangkan dan memperbaiki
dirinya dalam perilaku sosialnya. Contoh lain misalnya seorang siswa karena
selalu memperoleh tantangan dan pengalaman sukses dalam pembelajaran
penjas maka ia memiliki sikap positif terhadap aktivitas jasmani yang
ditunjukkan oleh perilaku sosialnya yang akan mendukung teman-temannya
untuk beraktivitas jasmani dengan benar.
c. Faktor lingkungan
Lingkungan alam terkadang dapat mempengaruhi perilaku sosial
seseorang. Misalnya orang yang berasal dari daerah pantai atau pegunungan yang
terbiasa berkata dengan keras, maka perilaku sosialnya seolah keras pula, ketika
berada di lingkungan masyarakat yang terbiasa lembut dan halus dalambertutur
kata.
d. Latar Budaya sebagai tampat perilaku dan pemikiran sosial itu terjadi
Misalnya, seseorang yang berasal dari etnis budaya tertentu mungkin
akanterasa berperilaku sosial aneh ketika berada dalam lingkungan masyarakat
yang beretnis budaya lain atau berbeda. Dalam konteks pembelajaran
pendidikan jasmani yang terpenting adalah untuk saling menghargai perbedaan
yang dimiliki oleh setiap anak.
10
2.3. Kerangka Pikir Penelitian
Gambar 1.1. Skema Kerangka Pikir Penelitian
Keterangan :
Ditinjau dari fungsi dan perannya di tengah-tengah masyarakat, televisi
merupakan media yang potensial dalam rangka mendidik masyarakat. Televisi adalah
media yang paling luas dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Berbagai macam
tayangan televisi disajikan untuk menarik masyarakat, salah satunya adalah tayangan
sinetron Ustad Fotocopyyang tayang di SCTV yang menjadi kajian penelitian ini.
Dari kegiatan menonton tayangan sinetron Ustad Fotocopy, ingin diketahui apakah
aspek perhatian, penghayatan, durasi dan frekuensi dapat mempengaruhi perilaku
Menonton
Tayangan
Sinetron Ustad
Fotocopy
Media Televisi
Perilaku positif (perilaku prososial)
seperti kerjasama, menolong sesama,
kejujuran, dermawan dan empati.
Perilaku Sosial
Ibu Rumah-tangga
Perilaku negatif (perilaku antisosial)
seperti egois, berbohong, mencuri,
mencelakan orang lain dan berkata-
kata kasar.
Perhatian
Penghayatan
Durasi
Frekuensi
11
sosial ibu-ibu rumah tangga yang menonton tayangan sinetron tersebut. Perilaku
sosial itu sendiri dipilah kedalam perilaku sosial yang bersifat positif, yang disebut
perilaku prososial, dan perilaku sosial yang bersifat negatif yang disebut perilaku
antisosial. Jelasnya, penelitian ini ingin mengetahui bagaimana pengaruh dari aspek
perhatian, penghayatan, durasi dan frekuensi menonton tayangan sinetron Ustad
Fotocopy terhadap perilaku prososial dan perilaku antisosial ibu-ibu rumah tangga.
2.4. Definisi Konsep
a. Media Televisi
Istilah televisi terdiri dari dua suku kata, yaitu “tele” yang berarti jauh dan
“vision” yang berarti penglihatan. Televisi adalah salah satu bentuk media
komunikasi massa yang selain mempunyai daya tarik yang kuat, disebabkan unsur-
unsur kata, musik dan sound effect, juga memiliki keunggulan yang lain yaitu unsur
visual berupa gambar hidup yang menimbulkan pesan yang mendalam bagi
pemirsanya (Effendy, 1993: 192).
Dalam usaha untuk mempengaruhi khalayak dengan mengubah emosi dan pikiran
pemirsanya, maka televisi memiliki kemampuan yang lebih menonjol dibandingkan
dengan media massa lainnya.
Televisi merupakan hasil produk teknologi tinggi (hi-tech) yang menyampaikan isi
pesan dalam bentuk audiovisual gerak. Isi pesan audiovisual gerak memiliki kekuatan
sangat tinggi untuk mempengaruhi mental, pola pikir, dan tindak individu (Baksin,
2006 :16). Saat ini khalayak sasaran televisi tidak lagi bersifat lokal, nasional, dan
regional, tetapi sudah bersifat internasional atau global
b. Tayangan Sinetron
Sinetron merupakan kepanjangan dari cinema elektronik yang berarti sebuah
karya cipta budaya yang merupakan media komunikasi massa yang dapat dipandang
12
dan didengar yang dibuat berdasarkan sinematografi dengan direkam pada pita video
melalui proses elektronik dan di tayangkan melaui stasiun penyiaran Televisi.
Pengertian sinetron yang lain adalah sekumpulan konflik-konflik yang
disusun menjadi suatu bangunan cerita yang dituntut untuk dapat menganalisa gejolak
batin, emosi dan pikiran pemirsa yang ditayangkan di media televisi. Namun dalam
penelitian ini pengertian sinetron tidak jauh berbeda dengan pengertian-pengertian
sinetron di atas, pengertian sinetron dalan penelitian ini adalah suatu karya seni
budaya seseorang berupa cerita-cerita kehidupan yang dapat dilihat dan didengar
karena sinetron ditayangkan di media massa yakni televisi.
Pada perkembangannya sekarang, sinetron sudah menjamur di semua saluran televisi
kita. Isi pesannya lebih banyak mengangkat permasalahan dan persoalan yang terjadi
dalam kehidupan masyarakat.
c. Tayangan Sinetron Ustad Fotocopy
Sinetron Ustad Fotocopy merupakan sinetron religi yang dikemas secara
komedi. Sinetron komedi hadir sebagai hiburan dan tayangan santai yang diharapkan
dapat membuat orang tertawa. Adegan yang ditampilkan bersifat konyol dan
ceritanya selalu dekat dengan kehidupan masyarakat. Komedi juga dipahami sebagai
sandiwara yang secara lucu mengungkapkan cacat dan kelemahan sifat manusia
sehingga penonton bisa lebih menghayati kenyataan kehidupan (Suwardi, 2006:
27).Ustad Fotocopy adalah sinetron yang mengisahkan seorang pemuda bernama
Safi'i. Setelah beberapa tahun menghilang dari kampung halamannya, Safi'i muncul
kembali dan mendadak dipanggil ustaz. Bukan tanpa alasan, kehadiran Safi'i
dianggap fenomenal lantaran doa yang diucapkannya begitu mustajab. Namun tidak
ada yang mengetahui kalau Safi'i sebenarnya adalah buronan polisi.
Kehadiran Safi'i ternyata di satu sisi dianggap sebagai rival oleh seorang ustaz yang
bernama Ustaz Makmur. Karena itulah Ustaz Makmur yang kesal mencoba
mempengaruhi warga kampung untuk tidak mengakui Safi'i sebagai ustaz. Tidak
tanggung-tanggung, Ustaz Makmur menjuluki Safi'i sebagai Ustaz Fotocopy.
13
d. Perilaku
Perilaku adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan
dipengaruhi oleh adat,sikap,emosi,nilai,etika,kekuasaan,persuasi, dan genetika.
Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat diterima,
perilaku aneh, dan perilaku menyimpang. Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai
sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan
sesuatu yang tidak ditunjukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu
tindakan sosial manusia yang sangat mendasar. Perilaku tidak boleh disalah artikan
sebagai perilaku sosial, yang merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi,
karena perilaku sosial adalah perilaku yang secara khusus ditunjukan kepada orang
lain. Penerimaan terhadap perilaku seseorang diukur relatif terhadap norma sosial dan
diatur oleh berbagai control sosial. Dalam kedokteran perilaku seseorang dan
keluarganya dipelajari unruk mengidentifikasi factor prnyebab, pencetus atau yang
memperberat timbulnya masalah kesehatan. Interversi terhadap perilaku seringkali
dilakukan dalam rangka penatalaksanaan yang holistic dan komprehensif.
e. Perilaku Prososial
Perilaku yang memiliki konsekuensi positif, perilaku prososial sebagai
tindakan yang ditujukan untuk memberikan bantsan atau kebaikan pada oranglain
atau kelompok tanpa mengharapkan balasan dengan cara yang cenderung menaati
norma sosial.
Menurut mussen, dkk (1979), mengungkapkan bahwa aspek-aspek perilaku sosial
meliputi :
1. Kerjasama (cooperation)
Melakukan suatu pekerjaan dengan baik dan bersama-sama serta memiliki
tujuan yang sama
2. Menolong sesama
14
Suatu sikap untuk menonton orang lain yang sedang berada dalam
kesulitan dan berbuat baik terhadap orang lain.
3. Kejujuran
Tidak berbuat curang pada orang lain dengan tulus dan mengandung
kebenaran.
4. Dermawan
Memberikan secara sukarela sebagian barang pada orang lain yang
membutuhkan.
f. Perilaku antisosial
Kepribadian seseorang menunjukkan ketidak acuhan, ketidak perdulian dan
atau permusuhan yang seronok kepada orang lain, terutama yang berkaitan
dengan norma sosial dan budaya. Orang non sosial yang tidak mengetahui apa
yang di tuntut oleh kelompok sosial sehingga berperilaku yang tidak memenuhi
tuntutan sosial.
Perilaku antisosial meliputi :
1. Egois
Egois berasal dari kata ego, ego itu adalah aku dalam bahasa Yunani, jadi
orang yang disebut egois orang yang memang mementingkan dirinya,
mementingkan akunya. Jadi yang saya maksud egois adalah sikap
mementingkan diri di atas kepentingan orang lain tanpa batas. Artinya
tidak mengenal kondisi, dalam pengertian dengan siapakah kita bersama,
pokoknya kita yang harus mendapatkan prioritas yang utama.
2. Mencuri : Tindakan mengambil hak orang lain tanpa sepengetahuan si
pemilik.
3. Berbohong : Berbohong adalah ketidak-sesuaian pernyataan yang sengaja
dinyatakan agar tidak sesuai dengan realitas atau fakta yang sebenarnya.
4. Berkata-kata kasar : Berbicara yang tidak sopan sehingga melukai perasaan
orang lain
15
5. Mencelakakan orang lain : Bertindak hal yang tidak baik terhadap orang
lain, hal ini disebabkan karena adanya kebencian.
g. Perhatian
Perhatian adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam hubungan nya
dengan pemilihan rangsangan yang datang dari lingkungannya.
h. Penghayatan
Pendalaman makna, hal yang sering dilihat sehingga mampu memberikansesuatu
pemahaman.
i. Durasi
Durasi adalah lamanya sesuatu berlangsung yang diukur dengan rentang
waktu.
j. Frekuensi
Definisi frekuensi adalah berkali-kali atau berulang-ulang kali. Frekuensi
menonton adalah jumlah kegiatan menonton dalam suatu putaran waktu
misalnya seminggu.
16
2.5. Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan dugaan (conjectural) tentang hubungan antara 2
variabel atau lebih (Kerlinger,2004:30). Berdasarkan kerangka pikir diatas maka
hipotesis yang dikembangkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ho =Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengaruh menonton tayangan
sinetron ustad fotocopy dengan perilakusosial ibu rumah tangga
berdasarkan intensitas menonton tayangan sinetron Ustad Fotocopy.
Hi = Ada hubungan yang signifikan antara pengaruh menonton tayangan
sinetron Ustad Fotocopy terhadap perilaku sosial ibu rumah tangga
berdasar intensitas menonton tayangan sinetron Ustad Fotocopy.
Recommended