View
216
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan sumberdaya alam yang sangat penting dan berfungsi
sebagai unsur yang paling esensial yang diperlukan oleh semua makhluk hidup,
tanpa air maka mustahil akan ada kehidupan di muka bumi ini. Pusat-pusat
peradaban manusia juga bermula dekat dengan sumber-sumber air, seperti
pinggir sungai. Berbagai kegiatan manusia sangat tergantung pada ketersediaan
air, seperti untuk industri, kebutuhan rumah tangga dan pertanian. Berdasarkan
World Water Development Report (2004, dalam Arsyad dan Rustiadi, 2008)
disebutkan bahwa untuk menjamin tercukupinya kebutuhan dasar akan air, setiap
orang memerlukan sedikitnya 20-50 liter air bersih (bebas dari pencemar yang
berbahaya) setiap hari.
Air menutupi sekitar 70% permukaan bumi, dengan jumlah sekitar 1.368
juta km3 sebagaimana dikemukakan oleh Angel dan Wolseley (1992, dalam
Effendi, 2003). Hal ini menunjukkan bahwa air merupakan salah satu senyawa
kimia yang terdapat di alam secara melimpah, namun dengan jumlah yang
melimpah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan
manusia karena berbagai faktor yang membatasi. Air yang ada di muka bumi
lebih dari 97% merupakan air laut yang tidak dapat digunakan oleh manusia
secara langsung. Dari 3% air yang tersisa, 2% di antaranya tersimpan sebagai
gunung es (glacier) di kutub dan uap air yang juga tidak dapat dimanfaatkan
secara langsung. Air yang benar-benar tersedia bagi keperluan manusia hanya
0,62% meliputi air yang terdapat di danau, sungai dan air tanah. Jika ditinjau dari
segi kualitas, air yang memadai bagi konsumsi manusia hanya 0,003% dari
seluruh air yang ada (Effendi, 2003).
2
Dari seluruh air tawar yang ada di bumi, 96% merupakan airtanah. Empat
persen sisanya terdapat dalam waduk, danau, sungai serta uap air di udara.
Menurut Todd (1980), airtanah adalah air yang mengisi rongga/pori-pori dalam
suatu formasi geologi dan terdistribusi lebih luas dibandingkan dengan air
permukaan. Keberadaan airtanah di suatu tempat tergantung dari ada tidaknya
formasi batuan yang dapat mengandung airtanah. Formasi batuan ini disebut
akuifer (Purnama, 2000).
Kota merupakan daerah permukiman yang sifatnya sangat dinamis, baik
ditinjau dari segi sosial, ekonomi, kultural maupun spasialnya. Dua faktor utama
dikenal sebagai determinan sifat dinamika kehidupan kota yang sangat tinggi
tersebut, yaitu faktor kependudukan di satu sisi dan faktor kegiatan penduduk di
sisi yang lain (Hadi Sabari Yunus, 2005). Perkembangan kota-kota di negara
yang sedang berkembang khususnya di Indonesia, perkembangan keruangannya
cenderung secara horisontal. Proses perkembangan spasial sentripetal merupakan
salah satu proses perkembangan spasial utama dari proses perkembangan spasial
secara horisontal. Proses perkembangan spasial sentripetal adalah suatu proses
penambahan bangunan-bangunan kekotaan yang terjadi di bagian dalam kota (the
inner parts of the city). Proses ini terjadi pada lahan-lahan yang masih kosong di
bagian dalam kota, baik berupa lahan yang terletak di antara bangunan-bangunan
yang sudah ada, maupun pada lahan-lahan terbuka lainnya (Hadi Sabari Yunus,
2005). Perkembangan spasial sentripetal bila terus berlanjut tanpa terkendali
karena kurangnya pengawasan dan pengaturan oleh pemerintah terutama instansi
yang berwenang akan menyebabkan terjadinya densifikasi/kepadatan bangunan
di bagian dalam kota yang selanjutnya mengakibatkan deteriorisasi lingkungan
kekotaan (Hadi Sabari Yunus, 2005).
Kepadatan bangunan berasosiasi dengan kepadatan penduduk. Padatnya
bangunan telah mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan dan menurunnya
habitabilitas lingkungan. Begitu padatnya bangunan akan menyulitkan
pembuatan dan pembangunan sarana permukiman seperti saluran drainase,
3
saluran pembuangan limbah, pelebaran jalur jalan lingkungan, pemasangan
jaringan perpipaan air minum (Hadi Sabari Yunus, 2005).
Kondisi penduduk perkotaan yang semakin padat dan aktivitasnya yang
semakin meningkat dari waktu-kewaktu dan disertai kemajuan teknologi, selain
semakin membutuhkan banyak air bersih sekitar 150 liter per orang per hari juga
akan menghasilkan limbah terutama limbah domestik yang ikut meningkat pula
baik dalam hal kuantitas maupun jenis zat pencemarnya yang semakin beragam.
Limbah domestik merupakan salah satu penyebab pencemaran airtanah di daerah
perkotaan setelah limbah industri. Pembuangan limbah domestik bila tidak
ditangani dengan baik sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku, dapat
mencemari sumberdaya airtanah yang sangat diperlukan oleh masyarakat sebagai
sumber air bersih. Pencemaran airtanah oleh limbah domestik akan sulit untuk
ditangani karena sifatnya yang tesebar sesuai dengan persebaran permukiman di
suatu wilayah meskipun jenis pencemarnya mudah untuk ditangani dibandingkan
limbah hasil industri. Tercemarnya sumberdaya airtanah tentunya akan
merugikan masyarakat baik dari segi kesehatan maupun ekonomi.
Kecamatan Jetis merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kota
Yogyakarta. Seiring berkembangnya Kota Yogyakarta, Kecamatan Jetis juga ikut
mengalami perkembangan. Semakin banyaknya lahan terbangun, baik untuk
pemukiman, perkantoran maupun pertokoan menyebabkan pembuatan tangki
septik (baik komunal maupun individu) jaraknya semakin dekat dengan sumur
gali yaitu kurang dari 10 meter karena terbatasnya lahan. Padahal menurut
Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2916-1992 tentang Spesifikasi Sumur Gali
untuk Sumber Air Bersih, bahwa jarak horizontal sumur ke arah hulu dari aliran
air tanah atau sumber pengotoran (bidang resapan/tangkiseptictank) harus lebih
dari 11 meter. Berkembangnya kota dan meningkatnya jumlah penduduk, yang
mendorong peningkatan gaya hidup telah menyebabkan semakin berkurangnya
kuantitas airtanah dan meningkatnya limbah domestik yang dihasilkan dan
dibuang ke lingkungan yang dapat menyebabkan menurunnya kualitas airtanah
bebas terutama di Kecamatan Jetis.
4
Pencemaran airtanah oleh limbah domestik umumnya disebabkan oleh
merembesnya limbah domestik dari saluran pembuangan dan tangki septik yang
mengalami kebocoran masuk ke dalam akuifer mengikuti arah aliran airtanah dan
mencemari sumur-sumur gali milik penduduk. Selain itu ketersediaan sistem
pembuangan air limbah juga ikut mempengaruhi pencemaran airtanah oleh
limbah domestik.
Airtanah merupakan satu-satunya sumberdaya alam yang dimiliki oleh
Kota Yogyakarta yang potensial untuk dimanfaatkan tetapi tidak untuk
dieksploitasi. Kuantitas dan kualitasnya dipengaruhi oleh kondisis lingkungan
dimana proses pengimbuhan, pengaliran dan pelepasan tersebut berlangsung pada
suatu wadah yang disebut Cekungan Air Tanah (CAT) (Keputusan Walikota
Yogyakarta Nomor 619 Tahun 2007). Berdasarkan hasil penyelidikan geologi
dan morfologi yang dilakukan oleh Direktorat Pembinaan Pengusahaan Panas
Bumi dan Pengelolaan Airtanah tahun 2000, disebutkan bahwa Kota Yogyakarta
termasuk cekungan yang berada pada lintas kabupaten/kota yaitu CAT
Yogyakarta-Sleman. Secara umum, potensi ketersediaan airtanah CAT
Yogyakarta-Sleman relatif tinggi dengan jumlah aliran airtanah bebas sebesar
504 juta m3/tahun dan jumlah airtanah tertekan sebesar 9 juta m
3/tahun (Arsyad
dan Rustiadi, 2008).
Dengan potensi CAT Yogyakarta-Sleman yang begitu besar untuk
dimanfaatkan dalam rangka memenuhi kebutuhan penduduk yang semakin
meningkat, terutama penduduk di Kecamatan Jetis diiringi juga dengan semakin
meningkatnya limbah terutama limbah domestik yang dihasilkan dari aktivitas
penduduk yang mengakibatkan penurunan kualitas airtanah baik parameter fisik,
kimia maupun biologi. Oleh karena itu dalam rangka melestarikan fungsi air
diperlukan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air secara
bijaksana dengan memperhatikan kepentingan generasi sekarang dan mendatang
serta keseimbangan ekologis.
5
Gubernur Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berwenang menetapkan
baku mutu air untuk melestarikan fungsi air. Berdasarkan Peraturan Gubernur
Daerah Istimewa Yogyakarta nomor 20 tahun 2008 tentang baku mutu air di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, baku mutu air adalah ukuran batas atau
kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan
atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air. Tujuan
ditetapkannya peraturan ini adalah untuk memberikan batasan mutu air sesuai
peruntukannya dan untuk mencegah terjadinya pencemaran air.
Berdasarkan uraian mengenai latar belakang penelitian dan permasalah di
Kecamatan Jetis, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:
“PENGARUH LIMBAH DOMESTIK TERHADAP KUALITAS
AIRTANAH DI KECAMATAN JETIS, KOTA YOGYAKARTA”
1.2 Perumusan Masalah
Kota dengan segala macam aktivitas warganya, ditandai dengan
kepadatan bangunan di bagian dalam kota baik yang bersifat pelayanan publik,
permukiman maupun kegiatan ekonomi. Kepadatan bangunan berasosiasi dengan
kepadatan penduduk. Berkembangnya kota akan mengakibatkan bertambahnya
jumlah penduduk, bertambahnya lalulintas dan bertambahnya pusat-pusat
pelayanan umum. Secara umum, semakin padat penduduk suatu kota maka
penggunaan air dan jumlah limbah buangan terutama limbah domestik akan
semakin besar pula. Limbah domestik dapat berasal dari air buangan kamar
mandi, air bekas cuci, air seni dan tinja.
Kebutuhan akan air bersih untuk penduduk kota biasanya diatasi dengan
menyediakan sistem air bersih perpipaan bersumber dari mata air dan
pengolahan air sungai yang dilakukan oleh pemerintah kota. Akan tetapi ketika
jumlah penduduk kota meningkat dengan pesat dan kemampuan pemerintah kota
untuk menyediakan air bersih tidak dapat menjangkau kebutuhan seluruh warga
6
kota, maka sebagian warga yang tidak terlayani akan beralih kepada sumber air
lainnya yang mudah diperoleh yaitu airtanah.
Penggunaan airtanah yang berlebihan ditambah sanitasi lingkungan seperti
sistem pengolahan air limbah perpipaan terpusat (sewerage system) yang belum
menjangkau seluruh warga kota untuk pembuangan limbah domestik
menyebabkan menurunnya kuantitas dan kualitas airtanah. Airtanah yang telah
tercemar limbah domestik apabila digunakan untuk air minum akan menimbulkan
gangguan kesehatan bahkan kematian karena telah melewati syarat-syarat
kesehatan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan di atas maka dapat disusun
perumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah airtanah bebas di daerah penelitian telah tercemar oleh limbah
domestik?
2. Bagaimana agihan keruangan unsur detergen, nitrat (NO3), nitrit (NO2),
ammonia (NH3), BOD, COD dan bakteri coli sebagai indikator limbah
domestik terhadap arah aliran airtanah pada masing-masing kelas
kepadatan penduduk di daerah penelitian?
3. Bagaimana pengaruh limbah domestik terhadap kualitas airtanah bebas
di daerah penelitian?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui kualitas air tanah di Kecamatan Jetis.
2. Mengetahui agihan keruangan unsur detergen, nitrat (NO3), nitrit (NO2),
ammonia (NH3), BOD, COD dan bakteri coli sebagai indikator limbah
domestik yang mencemari airtanah pada masing-masing kelas
kepadatan penduduk di daerah penelitian.
7
3. Mengetahui pengaruh limbah domestik terhadap kualitas airtanah bebas
di daerah penelitian.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi tentang kondisi kualitas air tanah terkait dengan
pembuangan limbah domestik di Kecamatan Jetis.
2. Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan terhadap
kegiatan pengelolaan dan penyaluran limbah domestik di Kecamatan
Jetis.
1.5. Tinjauan Pustaka
1.5.1 Airtanah
Menurut Todd (1980), airtanah adalah air yang mengisi rongga/pori-pori
dalam suatu formasi geologi dan terdistribusi lebih luas dibandingkan dengan air
permukaan. Airtanah merupakan satu bagian dari sistem peredaran air bumi yang
dikenal sebagai daur hidrologi. Dalam daur hidrologi, air hujan yang jatuh di
bumi sebagian akan tertahan diintersepsi oleh tumbuhan, dan air hujan yang
jatuh di permukaan tanah akan dialirkan sebagai limpasan yang kemudian
mengalir kembali ke laut. Sebagian lagi akan berinfiltrasi ke dalam tanah dan
bergerak menurun sebagai perkolasi ke dalam mintakat jenuh (saturation zone)
yang mengisi rongga/pori-pori dalam suatu formasi geologi yang disebut dengan
air tanah (groundwater).
Selain berasal dari air hujan, sumber airtanah dapat pula berasal dari air
yang tidak mengikuti daur hidrologi. Berikut ini 4 tipe airtanah seperti yang
dikemukakan oleh Todd dan Dam (1959, 1966, dalam Seyhan 1990):
8
1. Air meteorik adalah air yang berasal dari atmosfir dan mencapai mintakat
kejenuhan baik secara langsung (melalui infiltrasi) maupun tidak langsung
(perembesan influen dari danau, sungai, saluran buatan dan lautan).
2. Air juvenil adalah air baru yang ditambahkan pada mintakat kejenuhan dari
kerak bumi yang dalam. Air ini dibagi menjadi 2 menurut sumber spesifiknya
ke dalam:
a. air magmatik
b. air gunung api dan air kosmik (yang dibawa oleh meteor)
3. Air diremajakan (rejuvenated) adalah air yang untuk sementara waktu telah
dikeluarkan dari daur hidrologi oleh pelapukan, maupun oleh sebab-sebab lain,
kembali ke daur lagi dengan proses-proses metamorfisme, pemadatan atau
proses-proses yang serupa.
4. Air konat adalah air yang dijebak pada beberapa batuan sedimen atau gunung
pada saat asal mulanya. Air tersebut biasanya sangat termineralisasi dan
mempunyai salinitas yang lebih tinggi daripada air laut.
Keterdapatan airtanah tergantung dari ada tidaknya lapisan batuan yang
dapat mengandung airtanah yang disebut akuifer. Akuifer ini meliputi wilayah
luas dan dapat dilihat sebagai waduk air di bawah tanah (underground storage
reservoir). Air masuk ke akuifer baik secara alami maupun melalui pengisian
buatan, dan mengalir keluar karena gaya gravitasi atau pengambilan melalui
sumur. Pada umumnya akuifer airtanah dikelompokkan menjadi dua berdasarkan
muka airtanahnya, yaitu akuifer bebas (unconfined aquifer) dan akuifer tertekan
(confined aquifer) (Todd, 1980).
Airtanah yang berasal dari akuifer bebas umumnya ditemukan pada
kedalaman yang relatif dangkal yaitu kurang dari 40 meter. Tinggi permukaan
airtanah bervariasi, demikian pula dengan kemiringannya (gradien hidroliknya),
tergantung pada luas daerah imbuhan dan luah, laju pemompaan sumur dangkal
9
dan kelulusan akuifernya. Naik dan turunnya muka airtanah berhubungan erat
dengan volume air dalam akuifer (Purnama, 2000).
Pergerakan airtanah sangat lambat; kecepatan arus berkisar antara 10-10
-
10-3
m/detik dan dipengaruhi oleh porositas, permeabilitas dari lapisan tanah, dan
pengisian kembali air (recharge). Karakteristik utama yang membedakan airtanah
dari air permukaan adalah pergerakan yang sangat lambat dan waktu tinggal
(residence time) yang sangat lama, dapat mencapai puluhan bahkan ratusan
tahun. Karena pergerakan yang sangat lambat dan waktu tinggal yang lama
tersebut, airtanah akan sulit untuk pulih kembali jika mengalami pencemaran
(Effendi, 2003).
1.5.2 Pencemaran Airtanah
Air sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia akan lebih cepat
meninggal karena kekurangan air daripada kekurangan makanan. Dalam tubuh
manusia sendiri sebagian besar terdiri dari air.Tubuh orang dewasa, sekitar 55-
60% berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65%, dan untuk bayi
sekitar 80%. Kebutuhan manusia akan air sangat beragam dan kompleks.
Menurut perhitungan WHO di negara-negara maju setiap orang memerlukan air
antara 60-120 liter perhari. Sedangkan di negara-negara berkembang, termasuk
Indonesia setiap orang memerlukan air antara 30-60 liter perhari (Notoatmodjo,
2007).
Dalam pemanfaatan airtanah yang sering menjadi permasalahan selain
penurunan kuantitas adalah terjadinya penurunan kualitas airtanah akibat
aktivitas manusia. Kualitas airtanah yang memenuhi syarat untuk penggunaan
tertentu seperti untuk air minum disuatu tempat tidak selalu tetap akan tetapi
dapat berubah oleh adanya pencemar. Air adalah pelarut yang baik untuk
mencuci segala macam kotoran yang sekaligus sebagai alat pengangkutan untuk
membuang bermacam-macam kotoran sampah, ampas dari rumah penduduk,
rumah sakit, dari pabrik berbagai industri dan perusahaan, sampai kotoran dari
reaktor nuklir (Karmono dan Joko Cahyono, 1978).
10
Notodarmojo (2005) menyebutkan bahwa pencemaran airtanah telah
terjadi di beberapa tempat, baik dalam skala kecil maupun regional. Degradasi
kualitas airtanah terjadi karena berbagai hal. Perkolasi dari efluen tangki septik,
rembesan aliran air permukaan yang telah tercemar, tempat pembuangan akhir
sampah, ataupun tumpahan (spilling) dari zat pencemar yang tidak disengaja,
merupakan penyebab yang sering ditemui. Jenis sumber pencemaran dapat
berupa sumber tersebar (diffuse sources), terpusat (point sources) ataupun dalam
bentuk memanjang (line sources).
Menurut Todd (1980), pencemaran airtanah merupakan penurunan
kualitas airtanah secara alami. Pencemaran dapat menggangu penggunaan air dan
dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan masyarakat seperti keracunan atau
penyebaran penyakit. Sumber dan penyebab pencemaran sangat berkaitan dengan
penggunaan/pemanfaatan air oleh manusia. Pencemaran airtanah sulit untuk
dideteksi bahkan lebih sulit untuk dikendalikan dan dapat bertahan sangat lama.
Sumber dan penyebab dari pemcemaran airtanah sangat dekat hubungannya
dengan penggunaan air oleh manusia.
1.5.3 Kualitas Airtanah
Kualitas air merupakan besaran-besaran yang menunjukkan secara spesifik
karakteristik suatu jenis air (Karmono dan Joko Cahyono, 1978). Air yang tidak
tercemar/terpolusi tidak selalu merupakan air murni, tetapi adalah air yang tidak
mengandung bahan-bahan asing tertentu dalam jumlah melebihi batas yang
ditetapkan sehingga air tersebut dapat digunakan secara normal untuk keperluan
tertentu, misalnya untuk air minum, mandi, pengairan dan keperluan industri
(Fardiaz, 1992). Kualitas airtanah menjadi sangat penting karena sebagian besar
pengguna airtanah menggunakan air tersebut secara langsung. Kalaupun
melakukan pengolahan, hanya terbatas pada pengolahan fisik atau kimia yang
sederhana. Beragamnya zat pencemar dengan tingkat bahaya (toksisitas) yang
bervariasi dan mahalnya biaya untuk pemulihan kualitas (remediasi), maka
menjaga kualitas airtanah akan lebih baik daripada mencemari kemudian
11
memperbaikinya. Zat pencemar dapat didefinisikan sebagai zat kimia (cair, padat
maupun gas), baik yang berasal dari alam yang kehadirannya dipicu oleh manusia
(tidak langsung) ataupun dari kegiatan manusia (anthropogenic origin) yang telah
diidentifikasi mengakibatkan efek yang buruk bagi kehidupan manusia atau
lingkungannya. Semua itu dipicu oleh aktivitas manusia. Suatu zat pencemar
mempengaruhi kesehatan atau berdampak buruk bagi manusia selain tergantung
dari jenis dan konsentrasi, juga tergantung dari intensitas paparan (Notodarmojo,
2005).
Karakteristik kualitas airtanah kadang-kadang sangat berbeda dengan
kualitas air permukaan. Perbedaan ini disebabkan pada saat infiltrasi ke dalam
tanah, air permukaan mengalami kontak dengan mineral-mineral yang terdapat di
dalam dan melarutkannya. Hal ini yang menyebabkan kualitas air mengalami
perubahan karena terjadinya reaksi kimia (Effendi, 2003). Kualitas airtanah
tidaklah selalu sama antara satu tempat dengan tempat lain, tergantung pada
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas air di daerah yang
bersangkutan. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa ada dua faktor utama yang
berpengaruh terhadap kualitas air di suatu daerah, yaitu faktor alami dan faktor
buatan. Faktor alami meliputi batuan dan tanah, vegetasi serta iklim, sedangkan
faktor buatan meliputi pupuk dan limbah pertanian, insektisida, limbah domestik
serta limbah industri (Purnama, 2010) Kandungan bahan-bahan terlarut dalam air
tanah ditunjukkan dalam Tabel 1.1
Tabel 1.1 Kandungan Bahan-Bahan Terlarut dalam Airtanah
Ion Utama
atau Major Constituents
(1,0 – 1000 mg/liter)
Ion Sekunder atau
Secondary Constituents
(0,01 – 10,0 mg/liter)
Ion Minor atau
Minor Constituents (0,0001 –
0,1 mg/liter)
Sodium (Natrium)
Kalsium
Magnesium
Sulfat
Besi
Aluminium
Kalium
Karbonat
Arsen
Barium
Bromida
Kadmium
Lead/Timbal
Litium
Mangan
Nikel
12
Klorida
Silika
Nitrat
Flourida
Boron
Selenium
Kromium
Kobalt
Copper
Iodida
Fosfat
Strontium
Uranium
Zinc
Airtanah secara umum merupakan sumber air minum yang sangat bagus
karena sifat pemurnian dari tanah dan batuan, selain itu juga digunakan untuk
pengairan dan penyemprotan, dan ketika air permukaan menjadi langka untuk
kegunaan industri (Fried, 1975). Salah satu penggunaan airtanah yang sangat
penting bagi manusia adalah untuk air minum. Agar air minum tidak
menimbulkan penyakit maka air tersebut setidaknya harus memenuhi persyaratan
kesehatan. Notoatmodjo (1997) menyampaikan bahwa air yang sehat harus
mempunyai persyaratan sebagai berikut:
1. Syarat fisik
Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening (tidak berwarna),
tidak berasa, suhu di bawah suhu udara di luarnya. Cara mengenal air yang
memenuhi persyaratan fisik ini tidak sukar.
2. Syarat bakteriologis
Air untuk keperluan air minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri,
terutama bakteri pathogen. Bila dari pemeriksaan 100 cc air terdapat kurang
dari 4 bakteri E. Coli maka air tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan.
3. Syarat kimia
Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu dalam jumlah yang
tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia dalam air, akan
menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia.
Bahan-bahan atau zat kimia yang terdapat dalam air yang ideal dapat
dilihat pada Tabel 1.2
13
Tabel 1.2 Zat kimia yang Terdapat dalam Air yang Ideal
Jenis bahan Kadar yang dibenarkan (mg/l)
Flour (F) 1 – 1,5
Chlor (Cl) 250
Arsen (As) 0,05
Tembaga (Cu) 1
Besi (Fe) 0,3
Zat organik 10
pH (keasaman) 6,5 – 9,0
CO2 0
Sumber : Notoatmodjo, 1997
1.5.4 Limbah Domestik
Menurut Kristanto (2004), limbah adalah buangan yang kehadirannya
suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak
memiliki nilai ekonomis. Kualitas limbah menunjukkan spesifikasi limbah yang
diukur dari jumlah kandungan bahan pencemar di dalam limbah. Kandungan
pencemar di dalam limbah terdiri dari beberapa parameter. Semakin kecil jumlah
parameter dan semakin kecil konsentrasinya, menunjukkan semakin kecil
peluang untuk terjadinya pencemaran lingkungan.
Notoatmodjo (2007) dalam bukunya yang berjudul “Kesehatan
Masyarakat” menjelaskan bahwa secara garis besar terdapat 3 karakteristik air
limbah:
1. Karakteristik fisik
Sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil terdiri dari bahan-bahan
padat dan suspensi. Pada air limbah rumah tangga, biasanya berwarna suram
seperti larutan sabun, sedikit berbau.
14
2. Karakteristik kimiawi
Biasanya air limbah mengandung campuran zat-zat kimia anorganik yang
berasal dari air bersih serta bermacam-macam zat organik berasal dari
penguraian tinja, urine, dan sampah-sampah lainnya. Substansi organik dalam
air buangan terdiri dari dua gabungan, yakni:
a. Gabungan yang mengandung nitrogen, misalnya: urea, protein, amine, dan
asam amino.
b. Gabungan yang tidak mengandung nitrogen, misalnya: lemak, sabun, dan
karbohidrat, termasuk selulosa.
3. Karakteristik bakteriologis
Kandungan bakteri patogen serta organism golongan coli terkandung dalam air
limbah.
Air limbah (wastewater) adalah kotoran dari masyarakat dan rumahtangga
dan juga yang berasal dari industri, airtanah, air permukaan serta buangan
lainnya. Dengan demikian air buangan ini merupakan hal yang bersifat kotoran
umum. Sedangkan air limbah rumahtangga disebut juga sebagai kotoran
rumahtangga (domestic sewage) adalah air yang telah dipergunakan yang berasal
dari rumahtangga atau pemukiman termasuk di dalamnya adalah yang berasal
dari kamar mandi tempat cuci, WC, serta tempat memasak. (Salvato, 1958 dalam
Sugiharto, 2008). Sumber air limbah rumahtangga dari masyarakat adalah berasal
dari perumahan dan daerah perdagangan. Adapun sumber lainnya yang tidak
kalah pentingnya adalah daerah perkantoran atau lembaga serta daerah fasilitas
rekreasi.
Air limbah rumahtangga bila tidak dikelola dengan baik dapat
menimbulkan gangguan baik terhadap lingkungan maupun terhadap kehidupan
yang ada. Bagi kesehatan manusia, air limbah sangat berbahaya mengingat
bahwa banyak penyakit yang dapat ditularkan melalui air limbah. Selain sebagai
15
pembawa penyakit di dalam air air limbah itu sendiri banyak terdapat bakteri
patogen penyebab penyakit. Selain gangguan kesehatan, air limbah juga
mengganggu kehidupan biotik. Dengan banyaknya zat pencemar dalam air akan
menyebabkan menurunnya kadar oksigen yang terlarut dalam air limbah. Dengan
demikian kehidupan dalam air yang membutuhkan oksigen akan terganggu.
Kematian kehidupan dalam air selain disebabkan kurangnya kadar oksigen, juga
disebabkan karena adanya zat beracun yang berada dalam air limbah tersebut.
Gangguan yang lain yang ditimbulkan dari air limbah rumahtangga adalah
timbulnya bau sebagai hasil dari pembusukan dan penguraian zat organik. Selain
bau, warna air limbah yang kotor dapat menimbulkan gangguan pemandangan
(Sugiharto, 2008).
Air limbah rumah tangga dan perkotaan yang normal terdiri dari 99% air
dan 0,1% bahan padat terapung, berupa koloid dan yang terlarut- senyawa
organik dan organik, termasuk unsur hara makro seperti nitrogen, fosfor dan
kalium, serta unsur mikro yang sangat penting. Air limbah rumah tangga
dihasilkan oleh rumah tangga yang memperoleh penyediaan air ledeng dalam
rumah dan mempunyai jamban banjur yang dihubungkan dengan sistem saluran
riol yang menampung semua air limbah (buangan) rumah tangga lainnya. Secara
keseluruhan, di Dunia Ketiga, hanya sedikit rumah tangga yang menghasil
limbah riol, karena sistem riol merupakan teknologi penyehatan yang sangat
mahal; kebanyakan rumah tangga membuang ekskreta (tinja-tampung) dan
limbah secara terpisah (Mara dan Cairncross, 1994).
1.6 Telaah Penelitian Sebelumnya
Setiobudi (2005) melakukan penelitian yang berjudul “Distribusi
amoniak, nitrat dan nitrit dalam airtanah bebas di Kecamatan Muntilan,
Kabupaten Magelang, Jawa Tengah” dengan tujuan analisis distribusi amoniak,
nitrat, nitrit dalam airtanah bebas pada berbagai tingkat kepadatan penduduk dan
mengetahui pengaruh letak septik tank terhadap konsentrasi unsur tersebut.
16
Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui kaitan antara jarak septik tank
terhadap konsentrasi amoniak, nitrat dan nitrit. Pengambilan sampel airtanah
dilakukan dengan teknik Stratified Random Sampling berdasarkan klassifikasi
kepadatan penduduk.
Perbedaan tingkat kepadatan penduduk tidak diikuti oleh perbedaan yang
berarti untuk konsentrasi amoniak, nitrit dan nitrat. Selain itu pengaruh faktor
jarak dan letak septik tank terhadap penambahan konsentrasi amoniak, nitrat dan
nitrit tidak terlihat secara nyata. Pesebaran data yang tidak merata baik pada
tingkat kepadatan penduduk maupun pada letak dan jarak septic tank menjadi
penyebab tidak terlihatnya kecenderungan tersebut.
Yananto (2009) meneliti pengaruh limbah domestik terhadap kualitas
airtanah bebas di Kecamatan Cilacap Selatan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.
Penelitian ini juga bertujuan mengetahui persebaran kadar nitrit, nitrat, ammonia,
BOD, COD dan bakteri coli sebagai indikator pencemaran limbah domestik
kaitannya dengan kepadatan penduduk. Metode yang digunakan adalah
mengambil sampel air pada beberapa sampel sumur dan sampel limbah domestik
yang ditentukan secara stratified random sampling yang didasarkan pada
tingkatan kepadatan penduduk.
Hasil penelitian menunjukkan air tanah bebas di daerah penelitian telah
tercemar oleh limbah domestik terutama unsur ammonia, nitrat, nitrit, BOD,
COD dan bakteri coli. Kandungan ammonia, nitrat, nitrit, BOD, COD dan bakteri
coli dalam limbah domestik telah melebihi ambang batas yang telah ditentukan
dalam baku mutu air limbah. Persebaran kadar ammonia, nitrat, nitrit, BOD,
COD dan bakteri coli menunjukkan adanya variasi, tetapi kepadatan penduduk
tidak selalu berpengaruh terhadap besarnya konsentrasi unsur pencemar. Faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap persebaran kandungan ammonia, nitrat, nitrit,
BOD, COD dan bakteri coli di Kecamatan Cilacap Selatan adalah pengaruh dari
aktivitas manusia yaitu pembuangan air limbah rumah tangga yang kurang
mematuhi peraturan pemerintah daerah, kedalam muka airtanah yang relatif
17
dangkal, kondisi fisik yaitu kondisi sanitasi atau saluran air pembuangan limbah
yang masih kurang memenuhi persyaratan kesehatan.
Dewi Patriana (2009) meneliti tentang kualitas airtanah bebas di
Kecamatan Ngampilan, Kota Yogyakarta. Tujuan dari penelitian yang dilakukan
Dewi Patriana adalah untuk mengetahui kualitas airtanah bebas khususnya unsur-
unsur indikator pencemaran oleh limbah domestik (nitrat, nitrit, ammonia, BOD,
COD dan E. Coli) pada masing-masing kelas kepadatan penduduk di daerah
penelitian dan mengevaluasi kualitas airtanah bebas di daerah penelitian ditinjau
dari persyaratan air minum. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah stratified random sampling berdasarkan kepadatan
penduduk dengan satuan wilayah rukun kampung (RK). Hasil analisis
laboratorium menunjukkan airtanah di daerah penelitian masih layak untuk
digunakan kecuali pada unsur nitrat yang telah melebihi batas maksimum air
untuk keperluan air minum. Untuk sifat biologis airtanah di daerah penelitian
sebagian besar layak untuk air minum kecuali airtanah yang mendapat influent
dari air sungai karena airtanahnya telah tercemar oleh pencemar yang ada di
sungai. Kualitas airtanah di daerah penelitian lebih dipengaruhi oleh arah aliran
airtanahnya. Kadar pencemar airtanah semakin tinggi berada pada daerah yang
merupakan daerah tujuan dari aliran airtanah dan daerah dekat sungai. Faktor lain
yang mempengaruhi kualitas airtanah di daerah penelitian adalah kedalaman
muka airtanah, permeabilitas tanah dan batuan daerah penelitian.
Arum Susila Istika (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Kajian
Kualitaas Airtanah Bebas di Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul” bertujuan
menganalisa kualitas airtanah bebas, mengkaji pengaruh kepadatan penduduk
terhadap kualitas airtanah bebas dan yang terakhir mengkaji kualitas airtanah
bebas pada perumahan dan bukan perumahan di Kecamatan Kasihan Kabupaten
Bantul. Pengambilan sampel menggunakan metode stratified random sampling
berdasarkan kelas kepadatan penduduk dan metode purposive sampling dengan
mempertimbangkan faktor fisik, penggunaan lahan dan tipe pemukiman
(perumahan dan bukan perumahan).
18
Hasil dari penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa airtanah bebas di
daerah penelitian sebagian besar telah tercemar oleh nitrat dan bakteri coliform.
Kandungan ammonia, BOD, dan bakteri coliform dalam air limbah domestik
telah melebihi ambang batas yang ditentukan dalam baku mutu air limbah. Faktor
kelas kepadatan penduduk di daerah penelitian berpengaruh lemah terhadap
tingginya kadar nitrat dan BOD. Kualitas airtanah bebas pada daerah perumahan
dan non perumahan di daerah penelitian memiliki perbedaan dimana pada daerah
perumahan secara umum memiliki kualitas airtanah yang lebih baik dibandingkan
dengan daerah non perumahan. Hal ini ditunjukan oleh kadar kadar nitrat,
ammonia, dan BOD yang lebih tinggi di daerah non perumahan.
Penelitian yang akan penulis lakukan hampir sama dengan penelitian yang
sudah dilakukan pada empat penelitian sebelumnya yang telah penulis bahas
yaitu ingin mengetahui kualitas airtanah bebas dengan unsur-unsur pencemarnya
berdasarkan limbah domestik. Hanya saja ada beberapa perbedaan yaitu dari segi
metode pengambilan sampel dan lokasi penelitian. Metode pengambilan sampel,
penulis tidak hanya menggunakan metode stratified random sampling
berdasarkan kelas nilai DHL (dari peta iso-DHL) tetapi juga menggunakan sistem
grid yaitu membuat kotak-kotak berukuran 200 x 200 m pada peta daerah
penelitian. Metode grid digunakan karena penulis pertama kali belum mengetahui
keberadaan sumur di daerah penelitian. Setelah keberadaan sumur di daerah
penelitian diketahui barulah digunakan metode stratified random sampling untuk
menentukan sampel yang akan diteliti sifat fisik, kimia dan biologinya
berdasarkan parameter limbah domestik. Hal lain yang membedakan antara
penelitian penulis dengan penelitian yang lainnya adalah lokasi penelitian penulis
terletak di Kecamatan Jetis.
19
Tabel 1.4 Telaah Penelitian Sebelumnya
No Nama
Peneliti
(Tahun)
Judul Tujuan Metode Hasil
1
Novi
Setiobudi
(2005)
Distribusi Amoniak, Nitrit
dan Nitrat dalam airtanah
bebas di Kecamatan
Muntilan, Kabupaten
Magelang, Jawa Tengah.
- Menganalisis distribusi
Amoniak, Nitrat dan
Nitrit dalam airtanah
bebas pada berbagai
kepadatan penduduk
untuk mengetahui
pengaruh letak septic
tank terhadap
konsentrasi unsur
tersebut.
- Pengambilan sampel
menggunakan metode
stratified random
sampling berdasarkan
klasifikasi kepadatan
penduduk
Perbedaan tingkat kepadatan
penduduk tidak diikuti oleh
perbedaan yang berarti untuk
konsentrasi Amoniak, Nitrat dan
Nitrit.
2 Handiko Dri
Yananto
Pengaruh Limbah
Domestik Terhadap
- Mengetahui
persebaran kandungan
- Metode yang digunakan
adalah mengambil
- Air tanah bebas di daerah
penelitian telah tercemar oleh
20
(2009) Kualitas Airtanah Bebas
di Kecamatan Cilacap
Selatan, Kabupaten
Cilacap, Jawa Tengah.
kadar nitrat (NO3),
nitrit (NO2), ammonia
(NH3), BOD, COD
dan bakteri coli di
daerah penelitian.
- Mengetahui faktor-
faktor yang
berpengaruh terhadap
persebaran kandungan
kadar nitrat (NO3),
nitrit (NO2), ammonia
(NH3), BOD, COD
dan bakteri coli di
daerah penelitian.
- Mengevaluasi
persebaran kandungan
kadar nitrat (NO3),
nitrit (NO2), ammonia
sampel air pada
beberapa sampel sumur
dan sampel limbah
domestik yang
ditentukan secara
stratified random
sampling yang
didasarkan pada
tingkatan kepadatan
penduduk.
limbah domestik terutama
unsur ammonia, nitrat, nitrit,
BOD, COD dan bakteri coli.
Kandungan ammonia, nitrat,
nitrit, BOD, COD dan
bakteri coli dalam limbah
domestik telah melebihi
ambang batas yang telah
ditentukan dalam baku mutu
air limbah.
- Persebaran kadar ammonia,
nitrat, nitrit, BOD, COD dan
bakteri coli menunjukkan
adanya variasi, tetapi
kepadatan penduduk tidak
selalu berpengaruh terhadap
besarnya konsentrasi unsur
pencemar.
21
(NH3), BOD, COD
dan bakteri coli di
daerah penelitian
dengan Baku Mutu Air
Minum (PP. Nomor 82
Tahun 2001)
- Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap
persebaran kandungan
ammonia, nitrat, nitrit, BOD,
COD dan bakteri coli di
Kecamatan Cilacap Selatan
adalah pengaruh dari
aktivitas manusia yaitu
pembuangan air limbah
rumah tangga yang kurang
mematuhi peraturan
pemerintah daerah, kedalam
muka airtanah yang relatif
dangkal, kondisi fisik yaitu
kondisi sanitasi atau saluran
air pembuangan limbah yang
masih kurang memenuhi
persyaratan kesehatan, dan
22
arah aliran airtanah di daerah
penelitian.
3. Dewi Patriana
(2009)
Kualitas Airtanah Bebas
di Kecamatan Ngampilan,
Kota Yogyakarta.
Mengetahui kualitas
airtanah bebas
khususnya unsur-unsur
indikator pencemaran
oleh limbah domestik
(nitrat, nitrit, ammonia,
BOD, COD dan E.
Coli) pada masing-
masing kelas kepadatan
penduduk di daerah
penelitian.
Mengevaluasi kualitas
airtanah bebas di
daerah penelitian
ditinjau dari
persyaratan air minum.
Pengambilan sampel
menggunakan metode
stratified random
sampling berdasarkan
kepadatan penduduk
dengan satuan wilayah
rukun kampung (RK).
Airtanah di daerah penelitian
masih layak untuk digunakan
kecuali pada unsur nitrat
yang telah melebihi batas
maksimum air untuk
keperluan air minum. Untuk
sifat biologis airtanah di
daerah penelitian sebagian
besar layak untuk air minum
kecuali airtanah yang
mendapat influent dari air
sungai karena airtanahnya
telah tercemar oleh pencemar
yang ada di sungai.
Kadar pencemar airtanah
semakin tinggi berada pada
23
daerah yang merupakan
daerah tujuan dari aliran
airtanah dan daerah dekat
sungai. Faktor lain yang
mempengaruhi kualitas
airtanah di daerah penelitian
adalah kedalaman muka
airtanah, permeabilitas tanah
dan batuan daerah penelitian.
4. Arum Susila
Istika (2010)
Kajian Kualitaas Airtanah
Bebas di Kecamatan
Kasihan, Kabupaten
Bantul
Menganalisa kualitas
airtanah bebas.
Mengkaji pengaruh
kepadatan penduduk
terhadap kualitas
airtanah bebas.
Mengkaji kualitas
airtanah bebas pada
perumahan dan bukan
Metode yang digunakan
yaitu stratified random
sampling berdasarkan
kelas kepadatan
penduduk.
Metode purposive
sampling dengan
mempertimbangkan
faktor fisik, penggunaan
Airtanah bebas di daerah
penelitian sebagian besar
telah tercemar oleh nitrat dan
bakteri coliform. Kandungan
ammonia, BOD, dan bakteri
coliform dalam air limbah
domestik telah melebihi
ambang batas yang
ditentukan dalam baku mutu
24
perumahan di
Kecamatan Kasihan
Kabupaten Bantul
lahan dan tipe
pemukiman (perumahan
dan bukan perumahan)
air limbah.
Faktor kelas kepadatan
penduduk di daerah
penelitian berpengaruh
lemah terhadap tingginya
kadar nitrat dan BOD.
Kualitas airtanah bebas pada
daerah perumahan secara
umum memiliki kualitas
airtanah yang lebih baik
dibandingkan dengan daerah
non perumahan. Hal ini
ditunjukan oleh kadar kadar
nitrat, ammonia, dan BOD
yang lebih tinggi di daerah
non perumahan.
5. Erland Yoga
Nugraha
Pengaruh Limbah
Domestik Terhadap
- Mengetahui kualitas
air tanah di Kecamatan
- Pengambilan sampel
menggunakan stratified
- Kualitas airtanah oleh
limbah domestik.
25
(2013) Kualitas Airtanah Bebas
di Kecamatan Jetis, Kota
Yogyakarta.
Jetis.
- Mengetahui agihan
keruangan unsur
detergen, nitrat (NO3),
nitrit (NO2), ammonia
(NH3), BOD, COD
dan bakteri coli
sebagai indikator
limbah domestik yang
mencemari airtanah
pada masing-masing
kelas kepadatan
penduduk di daerah
penelitian.
- Mengetahui pengaruh
limbah domestik
terhadap kualitas
airtanah bebas di
random sampling
berdasarkan peta iso-
DHL.
- Sistem grid yaitu
membuat kotak-kotak
berukuran 200 x 200 m
pada peta daerah
penelitian untuk mencari
sumur.
- Peta agihan keruangan
pencemaran airtanah oleh
limbah domestik berdasarkan
arah aliran airtanah.
27
1.7 Kerangka Pemikiran
Airtanah merupakan salah satu sumberdaya air yang banyak digunakan
sebagai sumber air tawar. Keberadaan airtanah sangat tergantung pada ada
tidaknya akifer atau lapisan yang dapat menampung dan meloloskan air. Airtanah
memiliki beberapa kelebihan baik dari segi kuantitas maupun kualitas
dibandingkan air permukaan, sehingga banyak dipakai sebagai sumber air bersih.
Kualitas airtanah dipengaruhi oleh faktor alami dan faktor buatan. Faktor buatan
adalah aktivitas manusia yang menggunakan air dan menghasilkan limbah baik
itu limbah yang berasal dari kegiatan pertanian, pertambangan, industri dan
rumah tangga.
Faktor alami yang mempengaruhi kualitas airtanah meliputi 1). Kondisi
iklim seperti di daerah penelitian yang termasuk dalam iklim tropis dengan salah
satu cirinya adalah curah hujan intensitas tinggi ketika terjadi hujan tentunya
akan membawa zat-zat yang alami terdapat di udara/atmosfer seperti nitrogen
turun dan masuk kedalam tanah dan bila kadar zat-zat tersebut berlebihan akan
menimbulkan perubahan kualitas airtanah. 2). Batuan dan tanah memiliki
kandungan mineral dan ketika air hujan masuk ke dalam tanah melalui proses
infiltrasi dan perkolasi, akan terjadi reaksi kimia yang melarutkan mineral dan
semakin lamanya kontak batuan dengan airtanah akan semakin besar pula
kandungan mineral batuan yang terlarut dalam airtanah tersebut. Tanah dapat
berfungsi sebagai penyaring zat pencemar melalui reaksi pertukaran ion. Dalam
kondisi tertentu, ion akan tertarik dan menempel pada permukaan butir atau
partikel tanah dan mengganti ion lain yang telah menempel atau berada pada
permukaan partikel tanah. Proses pertukaran ion terjadi karena kehadiran liat, silt
(lanau), dan zat organik. 3). Vegetasi yang mati maupun tumpukan daun yang
jatuh membentuk seresah bila terdekomposisi oleh aktivitas biologis dalam tanah
pucuk (top soil) akan mengakibatkan menurunnya kadar oksigen dalam air yang
masuk ke dalam tanah digantikan oleh kadar karbondioksida.
28
Perkembangan kota yang semakin meningkat memiliki andil dalam hal
penurunan kualitas airtanah. Kota yang semakin berkembang ditandai dengan
semakin banyak fasilitas pelayanan umum, kawasan industri, kawasan
perkantoran, kawasan permukiman, fasilitas pendidikan, kesehatan dan lain-lain
yang menarik semakin banyak penduduk dari desa atau kota lain disekitarnya
untuk datang mencari penghidupan yang lebih baik. Bertambahnya jumlah
penduduk sementara luas lahan di kota tidak mengalami peningkatan
menyebabkan kepadatan penduduk semakin tinggi dan banyaknya bangunan
yang terbangun sehingga syarat sanitasi yang baik terutama jarak antara septick
tank atau saluran pembuangan dengan sumur gali kurang terpenuhi. Jumlah
penduduk yang semakin meningkat tidak hanya meningkatkan kebutuhan akan
air bersih tetapi juga jumlah air buangan/limbah yang dihasilkan dari berbagai
aktivitasnya. Limbah domestik merupakan salah satu penyebab menurunnya
kualitas airtanah, selain limbah industri di daerah perkotaan.
Air yang tercemar merupakan air yang mengandung bahan-bahan asing
tertentu yang telah melebihi batas yang ditetapkan oleh pemerintah sehingga air
tersebut tidak dapat digunakan secara normal untuk keperluan tertentu, misalnya
untuk air minum. Pencemaran airtanah sebagai sumber air bersih oleh limbah
domestik akan menimbulkan gangguan kesehatan baik yang menyebabkan
kematian maupun yang tidak dan juga kerugian ekonomi bagi masyarakat yang
menggunakannya. Air limbah rumahtangga berasal dari rumahtangga atau
permukiman termasuk di dalamnya adalah yang berasal dari kamar mandi tempat
cuci, WC, serta tempat memasak. Sumber air limbah rumahtangga dari
masyarakat adalah berasal dari perumahan dan daerah perdagangan. Adapun
sumber lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah daerah perkantoran atau
lembaga serta daerah fasilitas rekreasi.
Dalam pengukuran pencemaran airtanah bebas oleh limbah domestik,
parameter yang digunakan adalah parameter fisik, kimia dan biologi. Dari
parameter fisik, indikator yang dipergunakan adalah warna, rasa, bau, pH dan
konduktivitas (DHL). Untuk parameter kimia menggunakan indikator ammonia,
29
nitrat, nitrit, BOD dan COD. Sedangkan parameter biologis yang digunakan
sebagai indikator pencemaran airtanah bebas oleh limbah domestik adalah
bakteri e. coli.
Pada akifer bebas, airtanah akan bergerak dari daerah muka air yang
tinggi ke yang lebih rendah (di atas permukaan laut rata-rata). Berdasarkan
pergerakan airtanah bebas, maka suatu pencemar tidak akan diam di satu titik
tetapi ikut bergerak bersama airtanah bebas. Tingkat pencemaran airtanah bebas
oleh limbah domestik akan bervariasi berdasarkan jumlah penduduk, kepadatan
penduduk dan kondisi lingkungan di daerah penelitian.
30
Sumberdaya Air
Sumberdaya
Airtanah
Limbah Domestik
yang Dihasilkan
Faktor Alami:
Batuan
Tanah
Vegetasi
Iklim
Waktu
-
Perkembangan
Kota
Pertambahan
Jumlah Penduduk
Pemanfaatan
Airtanah
Kualitas Airtanah
Pencemaran
Airtanah
Baku Mutu Air
Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta
Penggunaan Lahan
Peningkatan
Kepadatan
Bangunan
Jarak Septic Tank dan Saluran
Pembuangan dengan sumur
semakin dekat
Gambar 1. Diagram Alir Kerangka Pemikiran
Recommended