View
215
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
Winda Lestari Sitio , 2014
ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN BUMN SEBELUM DAN SETELAH PRIVATISASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
BUMN adalah sebuah badan usaha yang mempunyai peranan penting
dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan
masyarakat. Ada dua tujuan utama pemerintah mendirikan BUMN, yaitu tujuan
sosial dan ekonomi. Tujuan ekonomi dilakukan sesuai dengan yang tertera
dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 2 yaitu “Cabang-cabang
produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh negara”. Selain itu, tujuan ekonomi adalah investasi
pemerintah untuk memperoleh keuntungan. Tujuan sosial atau publik
merupakan sebuah bentuk pertanggungjawaban pemerintah dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat akan kebutuhan dasar mereka atau sebagai media dalam
pembangunan. Tujuan sosial dapat dilihat dalam Undang-Undang Dasar 1945
pasal 33 ayat 3 yaitu “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung
didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat”.
2
Winda Lestari Sitio , 2014
ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN BUMN SEBELUM DAN SETELAH PRIVATISASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Selain itu, sesuai dengan Pasal 2 UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN
disebutkan tujuan didirikannya BUMN adalah (1) memberikan sumbangan bagi
perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara
pada khususnya; (2) untuk mengejar keuntungan; (3) untuk menyelenggarakan
kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan / atau jasa yang bermutu
tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak; (4) menjadi
perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor
swasta dan koperasi; (5) turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada
golongan ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat.
Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan melakukan stabilitas harga
dan laju inflasi, pemerintah memberikan proteksi dan hak monopoli kepada
BUMN serta memberikan subsidi yang cukup besar bagi BUMN yang merugi.
Kondisi ini menciptakan ketergantungan BUMN kepada pemerintah, sehingga
sebagian besar justru menjadi beban bagi pemerintah.Ketergantungan BUMN
terhadap pemerintah tidak menciptakan struktur kemandirian BUMN untuk
berkompetisi dengan perusahaan swasta, dan seringkali BUMN memproduksi
barang dan jasa dengan biaya yang relatif tinggi. Selain itu, kinerja, kualitas, dan
produktivitas karyawan BUMN relatif rendah jika dibandingkan dengan
karyawan perusahaan swasta.
3
Winda Lestari Sitio , 2014
ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN BUMN SEBELUM DAN SETELAH PRIVATISASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tingginya biaya produksi mempengaruhi tingkat harga produk yang
ditawarkan kepada konsumen. Dalam kasus tertentu pemerintah memberikan
subsidi yang terlalu besar bagi BUMN, sehingga secara internal upaya untuk
menciptakan efisiensi dalam tubuh BUMN menjadi semakin sulit. Ketidakjelasan
peran yang diambil oleh pemerintah dalam pengelolaan BUMN tidak mampu
mendorong efisiensi dalam BUMN yang bersangkutan. Marwah M. Diah
(2003:11) mengatakan bahwa ada faktor-faktor yang menyebabkan pengelolaan
BUMN tidak efisien sehingga mengalami kerugian dan menjadi beban keuangan
negara, sebagai berikut:
1. Kaburnya status hukum dan struktur organisasi BUMN, tidak jelas
apakah BUMN merupakan suatu pelaku ekonomi yang memiliki otonomi
penuh ataukah hanya sebagai pelaksana atau bagian dari struktur
organisasi suatu departemen.
2. Mayoritas BUMN tidak memiliki budaya perusahaan (corporate culture),
visi dan misi perusahaan.
3. Kurangnya jiwa entrepreneur dan profesionalisme SDM yang mengelola
BUMN, sehingga kinerja dan produktivitas sangat rendah.
4. BUMN tidak dikelola dengan prinsip-prinsip manajemen bisnis yang baik
(GCG) sebagai akibat dari campur tangan pemerintah yang terlalu besar
atau dominan dalam operasional perusahaan.
Selain itu, Ibrahim dalam “Landasan Filosofis dan Yuridis Keberadaan
BUMN; Suatu Tinjauan”, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 26 No.1 Tahun 2007
mengatakan bahwa buruknya kinerja BUMN disebabkan oleh berbagai hal,
antara lain:
1. Tidak sinkronisasinya berbagai peraturan, seperti UU BUMN, Perseroan
Terbatas, Koperasi, Penanaman Modal, Pasar Modal, Anti Monopoli;
4
Winda Lestari Sitio , 2014
ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN BUMN SEBELUM DAN SETELAH PRIVATISASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Terlalu banyak berlindung di balik misi politik;
3. Panjangnya rantai birokrasi pengelolaan;
4. Manajemen yang kurang terkontrol;
5. Tidak memiliki perencanaan strategis;
6. Standar penilaian kinerja kurang tepat;
7. Kekuasaan departemen teknis sebagai kuasa pemegang saham terlalu besar
dan mutlak bisa memberhentikan direksi tanpa melalui rapat umum pemegang
saham;
8. Jika Menteri berganti maka kebijakan pasti berubah dengan berbagai alasan.
Nasib buruk BUMN semakin diujung tanduk ketika krisis ekonomi tahun
1997 menerpa Indonesia.Anggaran dan belanja negara membengkak, beban hutang
luar negeri yang jatuh tempo, stabilitas ekonomi moneter yang rapuh, dan masih
banyak hal yang terjadi terkait dengan krisis ekonomi tahun 1997 tersebut.Oleh
karena itu, pemerintah mulai melakukan privatisasi BUMN secara cepat (fast-track
privatization) untuk menutup anggaran dan belanja negara yang membengkak,
dimulai pada tahun 1991 PT. Semen Gresik, Tbk untuk pertama kalinya melakukan
penjualan sahamnya sebesar 27% kepada publik untuk menutupi utang negara, yang
selanjutnya diikuti beberapa perusahaan lainnya seperti di tahun 1994 PT. Indosat,
Tbk menjual sahamnya sebesar 35%; dan di tahun 1995 ada dua BUMN yang
melakukan penjualan saham perusahaannya yakni, PT. Tambang Timah, Tbk sebesar
35% sahamnya dan PT. Telkom, Tbk sebesar 23% saham. Hingga tahun 2013 tercatat
sebanyak lebih dari 30 BUMN yang telah dijual sahamnya.
Privatisasi dalam arti luas, pada dasarnya berarti pengenalan kekuatan pasar
ke dalam sistem perekonomian, sedangkan dalam pengertian yang lebih khusus,
5
Winda Lestari Sitio , 2014
ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN BUMN SEBELUM DAN SETELAH PRIVATISASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
privatisasi berarti pengalihan kegiatan dan aset BUMN yang berorientasi komersial
menjadi kepemilikan / pengendalian swasta, baik secara keseluruhan, sebagian besar,
ataupun minoritas. Jelas bahwa privatisasi merupakan salah satu unsur kebijakan
pembaharuan ekonomi yang lebih luas yang mencakup deregulasi dan liberalisasi
(Vuylsteke, 1988, yang disadur kembali oleh Kuntoro Mangkusubroto dalam Jurnal
Manajemen Teknologi, Volume 10 No.2 Tahun 2011 halaman 117).
Privatisasi yang dilakukan di Indonesia memiliki maksud dan tujuan sesuai
dengan Pasal 74 UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN, yaitu:
1. Memperluas kepemilikan masyarakat atas Persero.
2. Menciptakan struktur keuangan dan manajemen keuangan yang baik/kuat.
3. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan.
4. Menciptakan Persero yang berdaya saing dan berorientasi global.
5. Menciptakan struktur industri yang sehat dan kompetitif dan menumbuhkan
iklim usaha, ekonomi makro, dan kapasitas pasar.
Kementerian Negara BUMN mengatur bahwa privatisasi dapat dilakukan
dengan menggunakan salah satu dari 3 metode sebagai berikut:
1. Penjualan Saham berdasarkan Ketentuan Pasar Modal
2. Penjualan Saham Langsung kepada Investor/Strategic Sales (SS)
3. Penjualan Saham kepada Manajemen dan/atau Karyawan (Employee and
Management Buy Out/EMBO)
BUMN di Indonesia dapat diprivatisasi melalui salah satu dari 3 metode yang
ada. Namun, opsi privatisasi dengan penjualan saham perdana di Pasar Modal (IPO)
merupakan opsi terbanyak yang digunakan oleh Pemerintah.
6
Winda Lestari Sitio , 2014
ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN BUMN SEBELUM DAN SETELAH PRIVATISASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan data yang diperoleh dari Kementerian BUMN dalam websitenya
(www.bumn.go.id), diperoleh data kinerja keuangan BUMN sebagai berikut:
Tabel 1.1. Kinerja Keuangan BUMN
Tahun 2001-2011
Tahun Jlh Jlh BUMN Kinerja BUMN
(%) BUMN yang BUMN yang
BUMN yg Diprivatisasi ROA ROE memp. Laba Merugi
2001 150 4 2,28 14,00 102 48
2002 158 4 2,74 9,40 100 58
2003 157 4 2,20 6,40 103 54
2004 158 4 2,49 6,10 127 31
2006 139 1 3,54 12,42 101 38
2007 139 3 3,20 11,80 106 33
2008 141 0 2,70 10,61 118 23
2009 141 3 3,89 15,41 117 24
2010 142 5 4,04 16,82 125 17
2011 141 3 4,18 17,28 125 17
Sumber: www.bumn.go.id
Dari tabel di atas, dapat terlihat bahwa kinerja keuangan BUMN mengalami
kenaikan dan juga penurunan pada tahun-tahun tertentu baik dari segi ratio of assets
(ROA) maupun dari segi ratio of equity (ROE) untuk keseluruhan BUMN tersebut.
Hingga tahun 2004 secara keseluruhan kinerja BUMN kurang baik karena kinerja
keuntungan rata-rata sangat rendah dan banyak BUMN yang merugi.BUMN yang
diprivatisasi selama tahun 2001-2004 adalah sebanyak 16 BUMN, dengan jumlah
BUMN yang merugi terbesar di tahun 2002 sebanyak 58 BUMN. Kinerja keuangan
terbaik BUMN terjadi pada tahun 2011 dengan ROA 4,18% dan ROE 17,28% yang
diikuti dengan jumlah BUMN yang memperoleh laba di tahun 2011 lebih banyak
7
Winda Lestari Sitio , 2014
ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN BUMN SEBELUM DAN SETELAH PRIVATISASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Di tahun 2011 juga dilakukan privatisasi atas
3 BUMN yaitu PT Kertas Basuki Rachmat, PT Atmindo, dan PT Jakarta
Internasional Hotel Development, Tbk dengan total penerimaan hasil penjualan
saham sebesar Rp 32,42 milyar. Sebaliknya, di tahun 2002 dan 2003 merupakan 2
tahun yang memiliki kinerja keuangan terburuk dengan ROA 2,74% dan ROE 9,40%
pada tahun 2002 yang diikuti dengan ROA 2,20% dan ROE 6,40% di tahun 2003.
Sepanjang 2001 sampai dengan 2011, BUMN yang memperoleh laba terendah terjadi
di tahun 2002 dengan jumlah 100 BUMN dari 158 BUMN yang ada.
Selain itu, berdasarkan data kementerian BUMN tahun 2006 hingga 2010,
dari 141 perusahaan pemerintah, hampir setiap tahun terdapat BUMN yang masih
mengalami kerugian. Bahkan pada tahun 2006, jumlah BUMN yang merugi
berjumlah 38 perusahaan. Jumlah tersebut terus berangsur berkurang dalam 4 tahun
berikutnya. Tahun 2007, jumlah BUMN rugi menurun menjadi hanya 33 perusahaan,
2008 sebanyak 23 perusahaan, dan jumlah BUMN yang merugi sempat mengalami
kenaikan menjadi 24 perusahaan pada tahun 2009.
Dari uraian di atas, terlihat bahwa pada tahun dilakukannya privatisasi
ditemukan ada yang berpengaruh pada meningkatnya BUMN yang memperoleh laba
namun ada juga tahun-tahun dimana privatisasi tidak terlalu berdampak positif
terhadap kinerja BUMN.
8
Winda Lestari Sitio , 2014
ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN BUMN SEBELUM DAN SETELAH PRIVATISASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berikut ini tabel kinerja keuangan BUMN pada saat dilakukannya privatisasi
dan 1 tahun setelah privatisasi:
Tabel 1.2 Kinerja Keuangan BUMN Saat Privatisasi & Setelah Privatisasi
Tahun 2006-2010
Tahun
BUMN Kinerja Keuangan
yang Melakukan Saat diprivatisasi
(%)
1 tahun Stlh
Privatisasi (%)
Privatisasi ROA ROE ROA ROE
2006 PT. PGN, Tbk 12,52 33,94 7,73 24,93
2007
PT. BNI, Tbk 0,49 5,21 0,61 7,92
PT. Jasa Marga, Tbk 2,01 4,65 4,83 10,77
PT. Wijaya Karya, Tbk 3,12 10 2,70 11,27
2009
PT. BTN, Tbk 1,47 14,53 2,05 16,67
PT. Pembangunan
Perumahan, Tbk
0,75
6,97 0.95 4,21
PT. Krakatau Steel, Tbk 3,87 8,52 6,04 11,43
2010
PT. BNI, Tbk 2,50 24,7 2,90 20,1
PT. Kertas Blabak*
PT. Intirub**
PT. Garuda Indonesia, Tbk 3,79 14,93 4,49 10,71
PT. Bank Mandiri, Tbk 3,4 24,2 3,4 22,0
* Saham Pemerintah atas PT. Kertas Blabak dijual 100% dan PT. Kertas Blabak
dinyatakan pailit sesuai Keputusan Mahkamah Agung Nomor 215 K/Pdt.Sus-
Pailit/2013 Tahun 2013. ** Saham Pemerintah atas PT. Intirub dijual 100%
Sumber: Diolah oleh peneliti
Dari data di atas, hasil yang diperoleh BUMN setelah privatisasi berbeda-
beda. Kinerja keuangan PT. PGN, Tbk saat diprivatisasi tahun 2006 dari segi ROA
dan ROE lebih tinggi dibandingkan 1 tahun setelah privatisasi dengan selisih 4,79%
untuk ROA dan 9,01% untuk ROE nya. Berbeda halnya dengan PT. BNI, Tbk dan
PT. Jasa Marga, Tbk yang mengalami peningkatan ROA dan ROE di tahun 2008
9
Winda Lestari Sitio , 2014
ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN BUMN SEBELUM DAN SETELAH PRIVATISASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
setelah dilakukan privatisasi atas kedua perusahaan BUMN tersebut pada tahun 2007.
Telebih lagi PT. Jasa Marga, Tbk yang ROA nya meningkat 2,82% di tahun 2008
dibandingkan tahun 2007 dan ROE meningkat 6,12% di tahun 2008 setelah
privatisasi yang dilakukan di tahun 2007. Kecenderungan yang terjadi bila melihat
dari tabel di atas adalah ROE sebelum privatisasi lebih tinggi dibandingkan ROE
setelah privatisasi.
Penelitian sebelumnya yang membahas tentang kinerja keuangan ataupun
privatisasi adalah 1) Sarimuddin Sulaeman (2003) dengan judul ”Analisis Yuridis
Keuntungan dan Kerugian Privatisasi BUMN (PT. Biofarma, Persero)” menemukan
bahwa terdapat keuntungan dilakukannya privatisasi pada PT. Biofarma (Persero);
dan 2) Maria Lubis (2004) dengan judul ”Dampak Privatisasi terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan selama 1991-2003 (studi kasus 13 BUMN)” menemukan
bahwa privatisasi tidak berpengaruh signifikan terhadap efisiensi BUMN, terjadi
penurunan yang signifikan pada profitabitas, deviden, dan hutang;
Selain itu, penelitian Megginson (2000) dalam Jurnal of Economic
Literature Vol XXXIX “From State to Market: A Survey of Empirical Studies
on Privatization”, menemukan bahwa privatisasi yang dilakukan di BUMNakan
dapat memperbaiki efisiensinya. Pasca privatisasi menuntut BUMN agar
dikelola secara efisien, untuk menghasilkan produktivitas sehingga akan
meningkatkan kemampuan bersaing dan kinerja keuangan BUMN tersebut.
10
Winda Lestari Sitio , 2014
ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN BUMN SEBELUM DAN SETELAH PRIVATISASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hal ini sesuai dengan yang diutarakan oleh Kesi Widjajanti dalam
bukunya Manajemen BUMN dan Strategi Privatisasi (2011:25) pada BUMN
yang melakukan privatisasi dengan hasil Net Income Efficiency perbandingan
rasio Net Income / Number of Employee (NI / NE) untuk 2 tahun sebelum dan
sesudah IPO terlihat adanya kecenderungan peningkatan, kecuali PT. Semen
Gresik (SGRE) justru mengalami penurunan sebesar (1,654). Dari 5 BUMN
yang mengalami peningkatan tertinggi adalah PT Indosat (ISAT) sebesar 7,613.
Sesudah privatisasi rata-rata rasio Net Income Efficiency meningkat 2,5;
sementara untuk Sales Efficiency rasio Sales / Number of Employee terlihat
peningkatan rasio pada semua BUMN.
Rian Nugroho dalam Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Volume 6
No.3 (2003:22) menganalisa privatisasi BUMN yang ada di Indonesia dan
menyimpulkan bahwa privatisasi BUMN kata kunci keberhasilannya adalah
profesionalisasi dengan mengimplementasikan good corporate governance
yang tujuannya adalah untuk memberdayakan BUMN.
Di dalam penelitian-penelitian di atas, dihasilkan beragam hasil
penelitian yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dengan kata lain, memiliki
hasil yang tidak konsisten. Oleh karena itu, penulis hendak melakukan
penelitian kembali tentang analisis perbedaan kinerja keuangan BUMN
sebelum dan sesudah privatisasi.
11
Winda Lestari Sitio , 2014
ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN BUMN SEBELUM DAN SETELAH PRIVATISASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Oleh karena keterbatasan data dan waktu yang dimiliki oleh peneliti,
maka penelitian ini khusus untuk meneliti pengaruh privatisasi BUMN terhadap
kinerja keuangan BUMN yang diprivatisasi pada tahun 2010 dengan tidak
menyertakan PT. Intirub dimana saham pemerintah sudah dijual seluruhnya dan
PT. Kertas Blabak yang sudah dinyatakan pailit sesuai dengan Keputusan
Mahkamah Agung Nomor 215 K/Pdt.Sus-Pailit/2013 Tahun 2013.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai
“Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan BUMN Sebelum dan Sesudah
Privatisasi (Studi Kasus pada BUMN Privatisasi Tahun 2010)”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti membatasi masalah penelitian
ini sebagai berikut:
1. Bagaimana kinerja keuangan BUMN 3 tahun sebelum privatisasi di tahun
2010?
2. Bagaimana kinerja keuangan BUMN 3 tahun sesudah privatisasi di tahun
2010?
3. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan BUMN sebelum dan sesudah
privatisasi tahun 2010?
12
Winda Lestari Sitio , 2014
ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN BUMN SEBELUM DAN SETELAH PRIVATISASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud penelitian ini yaitu menggali data dan informasi yang
berhubungan dengan pengaruh privatisasi BUMN terhadap kinerja keuangan
BUMN. Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah
dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan:
1. Mengetahui kinerja keuangan BUMN 3 tahun sebelum diprivatisasi tahun
2010.
2. Mengetahui kinerja keuangan BUMN 3 tahun setelah privatisasi tahun
2010.
3. Mengetahui perbedaan kinerja keuangan BUMN sebelum dan sesudah
privatisasi tahun 2010.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoritis
1. Memberikan kontribusi untuk perkembangan ilmu pengetahuan.
13
Winda Lestari Sitio , 2014
ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN BUMN SEBELUM DAN SETELAH PRIVATISASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan yang didasarkan pada pengujian empiris yang dilakukan,
sehingga dapat mendukung atau melengkapi teori yang ada.
3. Bagi peneliti lain diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu referensi
bagi yang ingin melakukan penelitian.
1.4.2 Kegunaan Praktis
1. Memberikan informasi yang berguna bagi perusahaan yang menjadi objek
penelitian mengenai permasalahan yang dihadapi khususnya masalah
pengaruh privatisasi BUMN terhadap kinerja keuangan BUMN, khususnya
BUMN yang melakukan privatisasi di tahun 2010.
2. Sebagai bahan evaluasi terhadap ketepatan privatisasi yang selama ini
diterapkan.
3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan input dan pertimbangan dalam
melakukan privatisasi BUMN tersebut.
Recommended