View
6
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) merupakan salah satu lembaga
pendidikan untuk menciptakan sumber daya manusia yang dapat bekerja secara
mandiri dan memiliki kemampuan di dunia kerja dibandingkan dengan lulusan
SMA. Semua SMK memiliki tujuan yang sama yaitu agar lulusannya memiliki
kemampuan, keterampilan serta ahli di dalam bidang ilmu tertentu termasuk
bidang ilmu grafika yang merupakan bagian dari ilmu seni rupa dan mampu
mengaplikasikannya di dunia kerja. Dalam kurikulum SMK yang merujuk kepada
Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 terdapat tiga kelompok mata pelajaran, yaitu
kelompok normatif, adaptif, dan produktif. Dari uraian tersebut, peneliti
memandang bahwa Sekolah Menengah Kejuruan memiliki kekhususan yang
terdapat pada kelompok mata pelajaran produktif.
Berdasarkan tujuan tersebut, banyak siswa lulusan SMK yang telah
menunjukkan kompetensinya di dunia kerja dan diminati oleh banyak perusahaan
sesuai dengan bidang keilmuan yang dipelajarinya. Dari kondisi tersebut, apakah
sudah terpikirkan tentang unsur pelaksana dilapangan, tenaga kependidikannya,
sarana dan prasarana, sistem yang dijalankan, dan guru yang mendidik siswa.
Tenaga pengajar merupakan faktor dominan dalam pelaksanaan proses
pengajaran, dengan demikian kompetensi guru betul-betul sangat dibutuhkan
dalam mengembangkan kemampuan siswa.
2
Sebagai unsur yang pokok dalam lembaga pendidikan di SMK, guru sebagai
pengajar diharapkan memiliki kompetensi kejuruan yang berhubungan dengan
kemampuan penguasaan keterampilan yang diajarkan. Seorang guru SMK dituntut
untuk memiliki perbedaan kompetensi di bandingkan dengan guru SMA. Sekolah
Menengah Kejuruan memiliki mata pelajaran yang spesifik dengan kejuruan, hal
inilah yang menyebabkan SMK lebih membutuhkan guru-guru yang berkompeten
yaitu yang memiliki kualifikasi kejuruan spesialisasi dan kualifikasi kejuruan
penunjang di dalam dirinya.
SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan sebagai salah satu sekolah tingkat
menengah kejuruan merupakan sekolah yang masih sangat diperhitungkan baik
oleh masyarakat maupun perusahaan dalam menciptakan pengetahuan,
kemampuan, dan keahlian para siswa untuk dapat bekerja di berbagai perusahaan
di bidang grafika. Dengan adanya predikat yang disandang, maka bukan berarti
apa yang diraih tidak perlu dipertahankan. Dari prestasi tersebut tidak terlepas dari
peran guru untuk membentuk pola pikir siswa agar dapat menampilkan kinerja
yang terbaik di setiap bidang keahlian yang dipelajarinya.
Hal tersebut juga berlaku dalam pembelajaran pada keahlian persiapan
grafika mata pelajaran desain dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera
Jakarta Selatan. Banyak siswa lulusannya masih menjadi pilihan perusahaan untuk
mengerjakan pekerjaan desain dan setting. Oleh karena itu dibutuhkan
pengetahuan dan keahlian yang mendalam dari seorang guru agar dapat
mentrasfer ilmu tentang desain dan setting kepada peserta didik untuk kelancaran
3
proses pembelajaran. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, guru mata pelajaran
desain dan setting di SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan harus memahami
keilmuan mata pelajaran desain dan setting secara luas dan mendalam. Sehingga
untuk mengetahui tingkat kompetensi guru pada keahlian persiapan grafika mata
pelajaran desain dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan,
maka perlu untuk melakukan penilaian kinerja sehubungan dengan implementasi
tugas-tugasnya sebagai pengajar kelompok mata pelajaran dalam program
produktif di SMK.
Kebijakan sertifikasi bagi guru memang suatu langkah yang strategis untuk
meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Di dalam Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Nomor
14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen menyatakan bahwa guru adalah tenaga
profesional. Sebagai tenaga yang profesional, guru diwajibkan untuk memiliki
sertifikat profesi dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan
kesejahteraan dirinya sendiri. Sertifikasi merupakan proses pemberian sertifikat
pendidik kepada guru yang telah memenuhi persyaratan tertentu, yaitu memiliki
kualifikasi akademik, kompetensi, sehat jasmani rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang dibarengi
dengan peningkatan kesejahteraan yang layak.
Kondisi di lapangan yang terjadi di SMK Grafika Desa Putera Jakarta
Selatan masih terdapat guru yang belum memenuhi kualifikasi akademik S-1 dan
belum tersertifikasi, diantaranya adalah guru mata pelajaran desain dan setting di
kelas XI namun tujuan pendidikan mata pelajaran yang diampu sudah tercapai
4
dengan baik, bahkan lulusannya banyak yang diminati oleh perusahaan khususnya
untuk bidang desain dan setting. Hal ini menarik untuk dikembangkan menjadi
sebuah penelitian karena ketika pemerintah sudah menjamin mutu guru yang lulus
sertifikasi sebagai guru yang profesional dan teruji kompetensinya, lalu
bagaimana dengan kompetensi guru yang belum sertifikasi tetapi sudah
menghasilkan siswa yang berprestasi dan banyak diminati oleh perusahaan.
Sesuai dengan uraian di atas dan untuk membatasi lingkup penelitian, maka
judul dalam penelitian ini adalah “Analisis Kompetensi Guru Non Sertifikasi Pada
Keahlian Persiapan Grafika Dalam Program Produktif Mata Pelajaran Desain
dan Setting Di Kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan.
1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui dan mendapatkan informasi tentang program produktif
pada keahlian persiapan grafika di SMK Grafika Desa Putera Jakarta
Selatan.
2. Untuk mendeskripsikan secara jelas dan menganalisis tentang kompetensi
guru non sertifikasi pada keahlian persiapan grafika dalam program
produktif mata pelajaran desain dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa
Putera Jakarta Selatan sehingga menghasilkan siswa yang berprestasi.
5
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh di dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagi pihak guru akan menambah pengetahuan, memperdalam keilmuan di
bidang pendidikan, dan memotivasi guru untuk meningkatkan kualitas
kompetensinya terhadap kelompok mata pelajaran dalam program
produktif yang diajarkannya di Sekolah Menengah Kejuruan.
2. Bagi pihak sekolah dapat menjadi bahan refleksi tentang kinerja guru yang
mengajar mata pelajaran dalam program produktif sebagai upaya
menciptakan guru yang kompeten, bermutu, dan berkualitas di dalam
proses pembelajaran.
3. Bagi pihak peneliti dapat dijadikan pertimbangan untuk diadakan
penelitian lebih lanjut guna melengkapi informasi mengenai kompetensi
guru yang mengajar mata pelajaran dalam program produktif di Sekolah
Menengah Kejuruan.
1.4 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang, tujuan, dan manfaat penelitian di atas, maka
penelitian ini dirumuskan menjadi beberapa rumusan masalah yang utama sebagai
berikut :
1. Bagaimana program produktif pada keahlian persiapan grafika di SMK
Grafika Desa Putera Jakarta Selatan?
2. Bagaimana kompetensi guru non sertifikasi pada keahlian persiapan
grafika dalam program produktif mata pelajaran desain dan setting di kelas
XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan?
6
1.5 Proposisi
Proposisi adalah perhatian peneliti kepada sesuatu yang harus diselidiki
dalam ruang lingkup studinya. Proposisi dalam penelitian ini yaitu :
1. Kompetensi guru pada keahlian persiapan grafika dalam program
produktif berperan penting dalam pembelajaran desain dan setting di kelas
XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan karena akan mempengaruhi
prestasi, keberhasilan dan kelancaran proses pembelajaran untuk
membekali siswa di dunia kerja setelah lulus dari Sekolah Menengah
Kejuruan.
2. Guru non setifikasi pada keahlian persiapan grafika dalam program
produktif mata pelajaran desain dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa
Putera Jakarta Selatan tidak akan mempengaruhi kualitasnya sebagai
pendidik untuk mencapai tujuan pembelajaran serta menghasilkan siswa
yang berprestasi di bidang desain dan setting.
3. Program produktif pada keahlian persiapan grafika akan membekali
pengetahuan dan kemampuan siswa untuk memiliki keahlian kerja ketika
memasuki dunia kerja khususnya pada keahlian persiapan grafika.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pembahasan Hasil Penelitian Yang Relevan
Untuk mengetahui perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu
dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 2.1 Perbandingan penelitian terdahulu
dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti
No Peneliti Judul Penelitian Tujuan Penelitian Keterangan 1 Wanarsih
(Universitas Diponegoro Semarang) Jenis Karya Ilmiah : Tesis
Implementasi Kebijakan Sertifikasi Guru Sekolah Dasar (Studi Kasus Di Kabupaten Semarang)
Untuk mendeskripsikan dan menganalisis: 1. Faktor komunikasi
dalam implementasi sertifikasi guru SD di Kabupaten Semarang.
2. Faktor sumber daya dalam implementasi sertifikasi guru SD di Kabupaten Semarang.
3. Faktor disposisi implementor dalam implementasi sertifikasi guru SD di Kabupaten Semarang.
4. Faktor struktur birokrasi dalam implementasi sertifikasi guru SD di Kabupaten Semarang.
5. Faktor lingkungan sosial ekonomi dalam implementasi sertifikasi guru SD di Kabupaten Semarang.
6. Memberikan rekomendasi pelaksanaan sertifikasi guru SD di Kabupaten Semarang.
Jenis Penelitian : Studi Kasus Metode Kualitatif Fokus Penelitian : Implementasi kebijakan sertifikasi guru SD di kabupaten Semarang dan factor-faktor yang mempengaruhinya Analisis model Miles and Huberman Teknik Pengumpulan Data : Wawancara, Focus Group Discussion, observasi dan dokumentasi Sampel : Guru SD Swasta dan negeri di Kabupaten Semarang
8
No Peneliti Judul Penelitian Tujuan Penelitian Keterangan 2 Nala Ristanti
(Universitas Negeri Malang) Jenis Karya Ilmiah : Skripsi
Kompetensi Profesional Guru Seni Rupa Pada Sekolah Menengah Pertama Negeri Di Kota Malang
Untuk mengetahui kompetensi profesional guru seni rupa pada Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kota Malang
Jenis Penelitian : Deskriptif Metode Kuantitatif Fokus Penelitian : kompetensi profesional guru seni rupa pada Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kota Malang Analisis prosentase Teknik Pengumpulan Data : Kuesioner Sampel : 23 guru dari 12 sekolah dari tiap-tiap wilayah kecamatan di Kota Malang
3 Ahmad Mubarok (Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta) Jenis Karya Ilmiah : Tesis
Studi Komparasi Kompetensi Pedagogk dan Profesional Guru Bersertifikasi Dengan Non Sertifikasi Pendidik Mata Pelajaran Sains Pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri Di Kota Metro - Lampung
Untuk mengetahui kompetensi pedagogik dan profesional guru sains bersertifikat pendidik jika di komparasikan dengan guru sains yang tidak bersertifikat pendidik pada Madrasah Ibditaiyah Negeri di Kota Metro - Lampung
Jenis Penelitian : Deskriptif Metode Kualitatif Fokus Penelitian : komparasi kompetensi pedagogik dan profesional guru sains bersertifikat pendidik dengan guru sains yang tidak bersertifikat pendidik pada Madrasah Ibditaiyah Negeri di Kota Metro - Lampung Analisis model Miles and Huberman
9
No Peneliti Judul Penelitian Tujuan Penelitian Keterangan Teknik
pengumpulan data : wawancara, pengamatan, dan dokumentasi Sampel : Guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri Di Kota Metro – Lampung
4 Penelitian ini : Hendra Wijaya (Universitas Negeri Jakarta) Jenis Karya Ilmiah : Skripsi
Kompetensi Analisis Kompetensi Guru Non Sertifikasi Pada Keahlian Persiapan Grafika Dalam Program Mata Pelajaran Desain dan Setting Di Kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan
Untuk mengetahui program produktif pada keahlian persiapan grafika dan untuk mendeskripsikan serta menganalisis kompetensi guru non sertifikasi pada keahlian persiapan grafika dalam program produktif mata pelajaran desain dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan sehingga menghasilkan siswa yang berprestasi
Jenis Penelitian : Studi Kasus Metode Kualitatif Fokus Penelitian : program produktif pada keahlian persiapan grafika dan kompetensi guru non sertifikasi pada keahlian persiapan grafika dalam program produktif mata pelajaran desain dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan Analisis model Spradley Teknik Pengumpulan Data : Observasi, Dokumentasi, Kuesioner, dan Wawancara Sampel : Guru Desain dan Setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan
10
2.2 Deskripsi Teori
2.2.1 Kompetensi Guru
Kompetensi adalah kecakapan, kebiasaan, dan keterampilan yang
diperlukan seseorang dalam kehidupannya baik sebagai pribadi, warga
masyarakat, siswa, dan karyawan. Dalam arti umum kompetensi memiliki makna
yaitu kecakapan, keterampilan untuk menyatakan, memelihara, menjaga, dan
mengembangkan diri. Kecakapan dan keterampilan tersebut tidak sekedar
berkenaan dengan aspek fisik-biologis, tetapi juga aspek intelektual, sosial, dan
afektif (perasaan, sikap, nilai) (Sukmadinata dan Syaodih, 2012:18).
Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1, ayat
10 menyebutkan bahwa “Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, dan
perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan” (Nurfuadi, 2012:94).
Guru dituntut untuk memiliki kompetensi dalam menjalankan tugasnya di
sekolah sebagai seorang pendidik. Untuk menjadi guru yang kompeten diperlukan
tahapan-tahapan yaitu menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum maupun
bahan pengayaan/penunjang bidang studi, mengelola program belajar mengajar,
mengelola kelas, menggunakan media atau sumber, menguasai landasan-landasan
pendidikan, mengelola interaksi-interaksi belajar-mengajar, menilai prestasi siswa
untuk kepentingan pelajaran, mengenal dan menyelenggarakan fungsi layanan dan
program bimbingan dan penyuluhan, mengenal, dan menyelenggarakan
administrasi sekolah, serta memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil
penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran (Nurfuadi, 2012: 99-100).
11
SK Mendiknas RI. 045/U/2002 menyatakan elemen kompetensi terdiri dari
landasan kepribadian, penguasaan ilmu dan pengetahuan, kemampuan berkarya,
sikap dan prilaku dalam berkarya, dan pemahaman kaidah kehidupan masyarakat
(Nurfuadi, 2012:71).
2.2.2 Karakteristik Sekolah Menengah Kejuruan
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa tujuan SMK
adalah meningkatkan kemampuan peserta didik untuk dapat mengembangkan diri
seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian, serta
menyiapkan peserta didik memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap
yang profesional (Firdausi dan Barnawi, 2012:13).
Untuk mewujudkan tujuan SMK menjadi pekerjaan rumah yang harus
diselesaikan, diantaranya adalah apakah sudah terpikirkan unsur pelaksanaan di
lapangan, tenaga kependidikannya, guru yang mendidik peserta didik, sistem yang
dijalankan, serta sarana dan prasarana. Tenaga pengajar menjadi faktor dominan
dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian kompetensi guru harus benar-
benar diperhatikan dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik.
Kompetensi guru kejuruan selalu dituntut berhubungan dengan penguasaan
keterampilan yang diajarkan. (Firdausi dan Barnawi, 2012:14).
Guru memiliki peran strategis dalam bidang pendidikan, bahkan sumber
daya pendidikan lain yang memadai sering kurang berarti apabila tidak disertai
kualitas guru yang memadai. Saat ini masih banyak guru di bidang kejuruan yang
tidak memiliki keterampilan untuk mengajar mata pelajaran produktif yang
diampunya. Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi guru kejuruan masih sangat
12
minim. Ada juga guru kejuruan yang masih belum tahu perkembangan teknologi
yang dapat membantu pengajaran, selain itu penggunaan metode konvensional
masih banyak dijumpai di sekolah kejuruan.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
menjelaskan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang
mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu (Firdausi
dan Barnawi, 2012:19).
Prinsip paling mendasar dari pendidikan kejuruan yaitu pendidikan kejuruan
harus dapat mengembangkan potensi individu peserta didik secara optimal
sehingga memiliki kecakapan hidup agar mampu mempertahankan hidupnya.
Berbeda dengan pendidikan umum, pendidikan kejuruan memiliki karakteristik
tersendiri yaitu pendidikan kejuruan diarahkan untuk mempersiapkan peserta
didik memasuki lapangan kerja yang berdasarkan atas atas kebutuhan dunia kerja.
Visi dan misi SMK sesuai dengan rencana strategis (RENSTRA) Dinas
Pendidikan Nasional yaitu menjadi warga Negara yang produktif, adaptif, dan
kreatif. Materi yang diajarkan di SMK meliputi tiga kelompok mata pelajaran
spesifik SMK yang merujuk kepada Permendiknas No. 22 tahun 2006, yaitu :
1. Kelompok Normatif
Kelompok normatif dimaksudkan untuk membentuk peserta didik
menjadi warga negara yang baik, yang memiliki watak dan kepribadian
sebagai warga negara dan bangsa Indonesia. Di SMK Grafika Desa Putera
Jakarta Selatan, kelompok normatif meliputi mata pelajaran Pendidikan
Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Seni Budaya, dan
13
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan, 2010:77).
2. Kelompok Adaptif
Kelompok adaptif bertujuan untuk memberi bekal penunjang bagi
penguasaan keahlian profesi dan bekal kemampuan pengembangan diri
untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Di SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan, kelompok adaptif
meliputi mata pelajaran Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, Fisika
Teknik, Kimia Teknik, Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi,
dan Kewirausahaan (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK Grafika
Desa Putera Jakarta Selatan, 2010:77).
3. Kelompok Produktif
Kelompok produktif berisi materi yang berkaitan dengan pembentukan
kemampuan keahlian tertentu sesuai program studi masing-masing untuk
membekali dan menyiapkan peserta didik memasuki dunia kerja (Firdausi
dan Barnawi, 2012:23). Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa
mata pelajaran kelompok produktif merupakan program mata pelajaran yang
berfungsi membekali peserta didik agar memiliki kompetensi dasar kejuruan
atau kompetensi kejuruan pada suatu pekerjaan/keahlian tertentu yang
relevan dengan tuntutan dan permintaan pasar kerja.
14
Di SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan, kelompok produktif
meliputi mata pelajaran yang dikelompokkan menjadi dasar kompetensi
kejuruan yaitu mata pelajaran Kalkulasi Grafika dan kompetensi kejuruan
yang terdiri dari mata pelajaran Desain dan Setting, Cetak Digital,
Photoreproduksi, Teknik Pembuatan Acuan Cetak, Cetak Offset, Cetak
Dalam, Cetak Tinggi, Cetak Sablon, dan Jilid Kemas (Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan, 2010:56-59).
Sekolah Menengah Kejuruan mempunyai kekhususan yang terletak pada
mata pelajaran produktif. Seperti halnya mata pelajaran lain, satandar isi (SI) dan
standar kompetensi lulusan (SKL) perlu diajarkan oleh para guru yang
berpengalaman dan profesional dalam bidangnya (Naskah Akademik Kajian
Kebijakan Kurikulum SMK, 2007:6). Untuk mewujudkan kompetensi keahlian
dalam diri siswa SMK sesuai dengan bidang studi kejuruan perlu didukung
dengan kompetensi kejuruan yang harus dimiliki guru yaitu memiliki keahlian
praktis yang memadai pada bidang kejuruan yang diajarkan, mampu
menyelenggarakan pembelajaran yang relevan dengan kompetensi yang
dibutuhkan dunia kerja, dan mampu merancang pembelajaran di sekolah dan di
dunia industri (Salim, Jurnal Pedagogika, Vol.2, No.1:2011).
2.2.3 Kompetensi Guru SMK Dalam Program Produktif
Sebagai seorang pendidik, guru bukan hanya dituntut melaksanakan
tugasnya secara kompeten, tetapi juga harus memiliki pengetahuan dan
kemampuan yang kompeten. Hal tersebut dijelaskan di dalam Al-Quran yang
15
artinya “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui
pengetahuan tentang hal itu, (karena) sesungguhnya pendengaran, penglihatan,
dan hati, semuanya itu akan di tanya” (Q.S. Al-Isra’:36). Firman tersebut sudah
sangat tegas menjelaskan bahwa seorang guru mestilah memiliki kompetensi yaitu
hendaklah guru mengamalkan ilmunya dan jangan perkataannya membohongi
perbuatannya.
Kompetensi guru SMK selalu dituntut berhubungan dengan penguasaan
keterampilan yang diajarkan. Namun di Indonesia masih kurangnya tenaga
pengajar di sekolah kejuruan, banyak guru yang mengajar tidak sesuai dengan
bidangnya, bahkan belum memenuhi kualifikasi pendidikan minimal (Firdausi
dan Barnawi, 2012:14).
Untuk mewujudkan kompetensi keahlian dalam diri siswa SMK sesuai
dengan bidang studi kejuruan perlu didukung dengan kompetensi yang harus
dimiliki guru bidang studi kejuruan yaitu memiliki keahlian praktis yang memadai
pada bidang kejuruan yang diajarkan, mampu menyelenggarakan pembelajaran
yang relevan dengan kompetensi yang dibutuhkan dunia kerja, dan mampu
merancang pembelajaran di sekolah dan didunia industri (Salim, Jurnal
Pedagogika, Vol.2, No.1:2011).
Schippers dan Patriana yang dikutip oleh Firdausi dan Barnawi (2012) dalam
bukunya yang berjudul Profil Guru SMK Profesional menyatakan menyatakan
bahwa seorang guru kejuruan dianggap memiliki kompetensi yang utuh apabila
telah memiliki:
16
1. Kualifikasi kejuruan spesialisasi terdiri dari :
a. Kompetensi profesi, yaitu kemampuan memahami materi, konsep,
melaksanakan, dan mengontrol kegiatan pembelajaran.
b. Kompetensi metode, yaitu kemampuan untuk mengembangkan materi
pembelajaran secara kreatif dengan menentukan langkah-langkah
kerja dalam menyesuaikan pekerjaan tertentu secara mandiri
merumuskan dan mengevaluasi permasalahan pada pekerjaan yang
sedang dihadapi dan menentukan pemecahanya.
c. Kompetensi sosial, yaitu kemampuan untuk mengerjakan tugas
dengan mempertimbangkan aspek-aspek sosial, seperti keselamatan
kerja dan tidak merugikan orang lain.
d. Kompetensi belajar, yaitu kesanggupan mengembangkan
keprofesionalan diri sendiri secara berkelanjutan melalui belajar,
mengumpulkan informasi, mencoba, dan berlatih.
2. Kualifikasi kejuruan penunjang terdiri dari :
a. Interdisipliner, yaitu segenap kesanggupan, seperti memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi, memahami dan memperhatikan
struktur organisasi, mampu menggunakan terminologi asing secara
benar, mampu menggunakan pengolahan data secara elektronik
(komputer).
b. Teknik operasional, yaitu segenap kemampuan, seperti memahami
SK-KD, menganalisis tugas dan menyusun rencana kerja,
mengindahkan peraturan-peraturan, melakukan komunikasi lisan
17
maupun tulisan, mengenal gangguan-gangguan dan mengatasinya,
serta menggunakan bahan dan energi secara hemat.
c. Kepribadian dan kemasyarakatan, yaitu sifat seperti mandiri, kreatif,
jujur, penuh pengertian, komunikatif, kooperatif, dan kompromis
(Firdausi dan Barnawi, 2012:24-26).
Dalam mengelola materi pembelajaran yang diampu secara kreatif di SMK
sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik yaitu dengan cara menerapkan
model pembelajaran yang kreatif, efektif dan efisien khususnya pada program
produktif diantaranya sebagai berikut :
1. Pendekatan Contextual Teach and Learning (CTL).
Pembelajaran yang holistik dan bertujuan untuk memotivasi peserta
didik untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan
mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan yaitu: 1) kembangkan pemikiran
bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri,
menemukan sendiri dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan barunya, 2) laksanakan sejauh mungkin kegiatan
inquiri/menemukan untuk semua topik, 3) kembangkan sifat ingin tahu
siswa dengan bertanya, 4) ciptakan masyaraka belajar (belajar dalam
kelompok), 5) hadirkan model sebagai contoh pembelajaran, 6) lakukan
refleksi di akhir pertemuan, 7) lakukan penilaian yang sebenarnya dengan
berbagai cara (Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, 2008:
21-22).
18
2. Pembelajaran berbasis produksi.
Model pembelajaran yang dikemas sedemikian rupa sehingga mampu
mengarahkan kepada peserta didik untuk dapat menghasilkan suatu produk
barang atau jasa. Langkah-langkah yang dapat dilakukan yaitu: 1) menyusun
rencana (jasa/produk apa yang akan dibuat), 2) menyusun peta proses
produksi, 3) menyusus proses kegiatan produksi, 4) melaksanakan kegiatan
produksi, dan 5) memeriksa hasil kerja (Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan, 2008:22).
3. Pembelajaran berbasis kompetensi.
Pembelajaran yang mengarahkan kepada peserta didik untuk dapat
menguasai kompetensi sebagaimana dipersyaratkan dunia kerja. Langkah-
langkah yang dapat dilakukan yaitu: 1) menyusun materi pelajaran agar
mudah dipahami, diurutkan dari yang mudah sampai ke yang sulit, 2)
menyusun materi pelajaran ke dalam bagian-bagian/topik yang lebih kecil
sehingga peserta didik tidak dituntut untuk memahami konsep baru
sekaligus, 3) menyampaikan tujuan pembelajaran dan kriteria tes/ujian, 4)
materi disampaikan setiap unit secara berurutan, setelah utit satu dipahami
baru boleh masuk ke unit ke dua, 5) menggunakan strategi yang
memungkinkan kontrol keberhasilan ada di tangan peserta didik sendiri, dan
6) memberikan umpan balik yang konstruktif (Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan, 2008:22).
19
4. Pendekatan project work.
Model pembelajaran yang mengarahkan peserta didik pada prosedur
kerja yang sistematis dan standar untuk membuat atau menyelesaikan suatu
produk (barang atau jasa) melalui proses produksi yang sebenarnya.
Langkah yang dilakukan yaitu: 1) menyampaikan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai, 2) menyampaikan strategi pembelajaran dengan pendekatan
project work, 3) menyampaikan alternatif judul/nama jasa yang dapat dipilih
peserta didik, 4) menyampaikan ruang lingkup standar kompetensi yang
akan dipelajari oleh peserta didik, 5) menyususn dan menetapkan pedoman
penilaian kompetensi sesuai dengan judul project work, dan 6) memfasilitasi
bimbingan kepada peserta didik (Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan, 2008:22-23).
2.2.4 Sertifikasi Guru
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 42 mempersyaratkan bahwa
pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan
kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Hal ini ditegaskan kembali dalam
pasal 8 UU RI No. 14 Tahun 2005 yang mengamanatkan bahwa guru harus
memiliki kualifikasi akademik minimal D4/S1 dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran. Kompetensi guru sebagai agen pembelajaran dibuktikan dengan
adanya sertifikasi guru.
20
UU RI No. 14 Tahun 2005 BAB I Pasal 1 ayat 12 menyebutkan bahwa
sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada
guru sebagai tenaga profesional. Berdasarkan landasan yuridis tersebut, maka
sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat untuk guru yang telah
memenuhi standar kompetensi guru dan telah memenuhi kualifikasi akademik
minimal. Sertifikasi guru merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu
guru yang dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru.
2.2.5 Desain dan Setting
Dalam bidang seni rupa desain merupakan aktivitas menata unsur-unsur
karya seni yang memerlukan pedoman yaitu azas-azas desain antara lain unity,
balance, rhythm, proporsi. Desain sangat terkait dengan komponen visual seperti
garis, warna, bentuk/bangun, tekstur, value. Desain pada saat-saat tertentu
memang telah dianggap sebuah karya seni yang telah selesai, hal ini tergantung
kepada konsep dari penciptanya sendiri (Susanto, 2011:102). Desain merupakan
proses perencanaan untuk mewujudkan sebuah gagasan dari sebuah imajinasi
seorang desainer. Salah satu bidang penting yang sangat mengandalkan proses
desain adalah bidang percetakan atau grafika yang dikenal dengan istilah desain
grafis. Kata desain memiliki arti merancang atau merencanakan. Kata grafis
berasal dari bahasa Yunani yaitu Graphien yag berarti menulis atau menggambar
(Kusrianto, 2009:100). Sehingga secara khusus desain grafis adalah keahlian
menyusun dan merancang unsur visual dengan tulisan dan gambar menjadi
informasi yang dimengerti masyarakat/publik.
21
Salah satu faktor pendukung dalam pembuatan karya desain grafis adalah
setting. Setting sering dikenal dengan istilah layout. Layout adalah mengatur
penempatan berbagai unsur komposisi seperti huruf teks, garis, bidang, gambar,
dan sebagainya (George Scheder, 1977:39). Layout adalah tata letak yang dipakai
untuk mengatur sebuah komposisi dalam sebuah desain, seperti huruf teks, garis-
garis, bidang-bidang, gambar-gambar pada majalah, buku, dan lain-lain (Susanto,
2011:237). Sesuai dengan perkembangan teknologi, pekerjaan desain grafis dan
setting dapat dilakukan dengan menggunakan komputer grafis melalui bantuan
software grafis yang telah dirancang khusus. Di dalam dunia percetakan standar
software yang harus digunakan baik untuk pengolahan image maupun pengolahan
layout termasuk yang digunakan dalam pembelajaran desain dan setting kelas XI
pada keahlian persiapan grafika di SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan
yaitu :
1. Adobe Photoshop CS3
Adobe Photoshop CS3, atau biasa disebut Photoshop, adalah perangkat
lunak editor citra buatan Adobe Systems versi CS3 yang dikhususkan untuk
pengeditan foto/gambar dan pembuatan efek (Effendhy, 2012:1).
2. Adobe Illustrator CS3
Adobe Illustrator CS3 adalah software yang diproduksi oleh Adobe Systems
versi CS3 yang digunakan untuk mempermudah pembuatan ilustrasi dalam karya
desain (Adjie dan Thabrani, 2005:3).
22
3. Adobe InDesign CS3
Adobe InDesign CS3 adalah software yang diproduksi oleh Adobe Systems
versi CS3 yang difungsikan sebagai aplikasi desain layout dengan sifat unik yang
tidak dimiliki aplikasi lain dengan kemampuan sebagai pelayan yang handal untuk
semua aplikasi, dari teks, pengolahan image bitmap maupun vector, hingga
aplikasi spreadsheet, menjadikan aplikasi layout ini powerfull (Mulyanta,
2005:V).
2.3 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir ini berdasarkan kesimpulan dari teori yang telah
diuraikan di atas. Dalam teori tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
kekhususan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan terletak pada program
produktif dengan kompetensi keahlian masing-masing program di dalamnya. Oleh
karena itu dibutuhkan guru yang benar-benar memahami keilmuan mata pelajaran
yang diampu sacara luas dan mendalam. Kerangka berpikir dalam penelitian ini
dapat dilihat pada bagan di bawah ini :
23
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir
Guru Tersertifikasi
Kualifikasi Guru
Guru Non Sertifikasi
Kompetensi guru pada keahlian persiapan
grafika
Pengalaman Kerja
Kualifikasi Akademik
Kompetensi SMK Grafika
Program Adaptif
Program Produktif
Program Normatif
Kompetensi desain dan
setting kelas XI Prestasi Siswa
Menguasai materi, konsep, melaksanakan, dan
mengontrol jalannya kegiatan pembelajaran
Mengembangkan Keprofesionalan Secara
Berkelanjutan
Mengembangkan materi mata pembelajaran yang
diampu secara kreatif
Menguasai SK-KD mata pelajaran yang diampu
Memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Untuk Mengembangkan Diri
24
Gambar 2.2 Bagan Ruang Lingkup Kompetensi Kejuruan Bidang Grafika Pada Kompetensi Keahlian Persiapan Grafika Di SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan
Adobe Illustrator
Adobe Photoshop
Adobe InDesign
Kompetensi Kejuruan Bidang Grafika Pada Kompetensi Keahlian Persiapan
Grafika PROGRAM PRODUKTIF
Dasar Kompetensi Kejuruan
Kompetensi Kejuruan 1 (Desain dan Setting)
Kompetensi Kejuruan 2 (Cetak Digital)
Kompetensi Kejuruan 3 (Photoreproduksi)
Kompetensi Kejuruan
Kompetensi Kejuruan 4 (Teknik Pembuatan
Acuan cetak)
Kalkulasi Grafika
25
Dari kerangka konseptual di atas dapat dijelaskan bahwa permasalahan
dalam penelitian ini adalah guru non sertifikasi pada keahlian persiapan grafika
dalam program produktif mata pelajaran desain dan setting di kelas XI SMK
Grafika Desa Putera Jakarta Selatan tetapi menghasilkan siswa yang berprestasi
yaitu mudah diterima bekerja di perusahaan. Sehingga akan muncul pertanyaan
tentang kompetensi guru mata pelajaran desain dan setting di kelas XI pada
keahlian persiapan grafika, kualifikasi akademiknya, dan pengalaman bekerjanya.
Keahlian guru yang mengampu mata pelajaran dalam program produktif pada
kompetensi keahlian persiapan grafika ini harus benar-benar kompeten di bidang
produktifnya agar dapat menjalankan proses pembelajaran sesuai dengan
kurikulum yang ada di sekolah dan mentransfer pengetahuannya kepada siswa.
Dari hal tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa kompetensi guru
pada persiapan grafika terdapat dalam kompetensi SMK grafika yaitu pada
program produktif. Program produktif pada kompetensi keahlian persiapan grafika
harus dapat dijalankan dengan adanya mata pelajaran yang mendukung dan sarana
yang memadai. Selain itu, Program produktif pada keahlian persiapan grafika
menjadi fokus pengamatan karena program produktif merupakan program yang
langsung mengarahkan peserta didik untuk menguasai keilmuan dan membekali
peserta didik agar memiliki keahlian kerja ketika memasuki dunia kerja
khususnya dalam Keahlian Persiapan Grafika.
26
Di dalam program produktif pada kompetensi keahlian persiapan grafika
terdapat mata pelajaran desain dan setting yang dilaksanakan di kelas XI SMK
Grafika Desa Putera Jakarta Selatan. Oleh karena itu dubutuhkan guru yang
kompeten untuk dapat melaksanakan seluruh proses pembelajaran desain dan
setting di kelas XI sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Kompetensi guru
menjadi fokus pengamatan karena akan menyentuh langsung pada substansi
penguasaan materi, konsep, melaksanakan, dan mengontrol jalannya kegiatan
pembelajaran desain dan setting kelas XI oleh guru sesuai dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang tertulis di dalam kurikulum sekolah.
Selain itu juga menyentuh langsung pada substansi pengembangan baik
pengembangan materi secara kreatif maupun pengembangan keprofesionalan guru
serta pemanfaatan teknologi informasi yang digunakan untuk mengembangkan
diri guru dan untuk dalam pembelajaran desain dan setting baik teori maupun
praktik.
Seluruh faktor tersebut harus dapat dipenuhi oleh guru agar dapat
melaksanakan kinerja sebagai pendidik secara optimal dan tujuan pembelajaran
yaitu kompetensi bidang desain dan setting dapat dicapai oleh siswa sehingga
menyebabkan banyak perusahaan yang meminta tenaga kerja dari lulusan di SMK
Grafika Desa Putera Jakarta Selatan khususnya dalam bidang desain dan setting.
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Deskripsi Seting
3.1.1 Profil SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan
SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan beralamat di Jl. Desa Putera,
Srengseng Sawah, Jagakarsa Jakarta Selatan memiliki sejarah panjang dalam
proses berdirinya hingga saat ini. Diawali pada saat situasi politik bangsa belum
menentu, dalam kondisi perang kemerdekaan masih berkecamuk yang membawa
akibat sosial seperti kemiskinan, kelaparan, dan tidak sedikit anak-anak yang
menjadi yatim piatu.
Ternyata masih ada perhatian kepada mereka yang terkena dampak perang
itu yaitu orang-orang asing, para misionaris Belanda yang peduli tehadap bangsa
Indonesia salah satunya adalah Mgr. Willekens, Vikaris Apositolik Batavia.
Untuk menampung anak-anak korban perang, dan terpaksa harus hidup
menggelandang, pada tanggal 30 Juni 1947 diresmikan Desa Poetra. Untuk
pengelolaan diserahkan kepada Kongregasi Budi Mulia dan Perhimpunan
Vincentius. Sebagai penanggung jawab ialah Br. Corbinianus dan Br. Mattheus.
Sebagai sarana penunjang pendidikan anak asuh, dibangunlah secara
bertahap sarana pendidikan. Pada tahun 1947 didirikan Sekolah Rakjat Desa
Poetra, tidak hanya sebagai tempat belajar anak-anak Panti Asuhan, namun juga
masyarakat sekitar.
28
Selanjutnya pada tahun 1950, didirikan Sekolah Guru Bawah (SGB) Desa
Putra oleh Br. Juvenalis dengan 15 orang murid, awal dari sekolah lanjutan di
Desa Putera. Karena adanya perubahan sistem persekolahan yang di terapkan
pemerintah, maka SGB terpaksa harus ditutup pada tahun 1960. sebagai gantinya
adalah didirikan SMP Desa Putera tanpa kehilangan subsidi dari pemerintah.
Sebagai tambahan keterampilan anak-anak panti asuhan maka mulai
diajarkan usaha penjilidan buku oleh Br. Basilides. Usaha ini terus di kembangkan
dengan sumbangan beberapa mesin cetak kecil (handpress). Pada mulanya hanya
12 orang yang dilatih dalam bidang penjilidan dan percetakan tersebut. Melihat
hasilnya, ada kemungkinan dan peluang untuk membuka sekolah percetakan yang
lebih besar. Usaha untuk mendirikan sekolah grafika terus dilaksanakan dengan
mendatangkan tenaga ahli. Pada tahun 1967 datang dari Belanda Br. Martin Dol.
Kemudian pada bulan maret 1967, Br. Eulogos datang membawa mesin cetak.
Pada tahun 1968 izin mendirikan sekolah grafika diperoleh dari pemerintah.
Sekolah Teknik Grafika (setingkat SMP) pun dimulai tanpa dilengkapi mesin.
Karena pengiriman mesin membutuhkan waktu cukup lama. Baru pada tanggal 22
Januari 1971, mesin-mesin itu digunakan.
Setahun kemudian, tepatnya tanggal 11 April 1972 sekolah grafika
memperoleh izin dan diresmikan menjadi nama Sekolah Teknik Menengah
Grafika Desa Putra dengan Br. J.B. Janssens sebagai Kepala Sekolah. Sekolah,
yang juga terbuka untuk masyarakat umum, tidak hanya terbatas kepada
lingkungan anak-anak panti asuhan.
29
Perkembangan zaman terus membawa perubahan dan pertumbuhan yang
lebih baik. Penambahan dan pembangunan secara fisik baik gedung sekolah
maupun sarana praktik terus dilakukan. Tahun 1985 nama STM Grafika Desa
Putera berubah nama menjadi Sekolah Menengah Teknik Grafika Desa Putera.
Sarana untuk belajar pun dibangun dengan bangunan yang lebih bagus, megah
dan sesuai dengan perkembangan teknologi.
Gedung baru diresmikan pada tanggal 23 Juli 1993 oleh Bapak Willy
Laluyan, Direktur Pembinaan Press dan Centre, dengan tujuan untuk pendidikan
dan pelatihan bagi masyarakat dalam bidang grafika yang tidak memperoleh
pendidikan secara formal.
Sesuai kebijakan pemerintah dalam bindang pendidikan kejuruan, pada
tahun 1997 berubah nama menjadi Sekolah Menengah Kejuruan Grafika Desa
Putera. Usaha keras untuk berbenah terus dilakukan dari tahun ke tahun.
Penambahan sarana praktik di unit produksi dan sarana belajar di kelas terus
dilakukan. Selama memimpin percetakan, Br. Martin Dol terus melakukan
penambahan, sarana-sarana praktik yang modern, yang sesuai dengan
perkembangan teknologi. Hal itu dilakukan untuk tetap mempertahankan mutu
yang telah di akui masyarakat.
Dalam akreditasi bulan September 2006, menghasilkn prestasi dan
pengakuan dari pemerintah yang maksimal. Secara resmi pada bulan Desember
2006, predikat “Terakreditasi A” diberikan oleh Badan Akreditasi Sekolah DKI
Jakarta. Semakin mempekokoh peranya dalam pendidikan, prestasi pun terus
diukir tidak hanya dalam prestasi belajar. Bidang kesiswaan pun juga memperoleh
30
banyak penghargaan dalam bidang olah raga, seni dan budaya. Alumninya telah
mencapai lebih dari 2.000 orang, yang telah tersebar di berbagai perusahaan di
tanah air. SMK Grafika Desa Putera secara berturut-turut dipimpin oleh (alm) Br.
J.B. Janssens ; Br. S. A. Ginting; Br. Drs. Frans Sudjiwo; Bapak Mahuri B.Sc;
Bapak Matheus Nalih A.Md.Graf.,S.Pd; Bapak Kardy Matheus S.Sn.,M.Pd. saat
ini dipimpin oleh Bapak. Drs. Mateus Sumadiyono, dengan 21 orang tenaga
pengajar, 30 orang instruktur praktik dan 5 orang karyawan. Sedangkan jumlah
siswa 313, dan 87 diantaranya adalah perempuan.
3.1.2 Visi dan Misi
3.1.2.1 Visi
Visi adalah pandangan jauh ke depan kemana sekolah akan diarahkan atau
gambaran masa depan yang diinginkan sekolah yaitu “menjadi lembaga
pendidikan grafika bermutu berdasarkan karya keselamatan.
3.1.2.2 Misi
1. Peningkatan pembinaan kejujuran dan keadilan.
2. Peningkatan mutu program pendidikan grafika.
3. Peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana pendidikan.
4. Peningkatan profesionalisme guru dan manajemen sekolah.
5. Mengupayakan dan mencari pola-pola inovatif agar dapat menjadi
manusia utuh yang berkembang secara optimal.
6. Menciptakan suasana keterbukaan dan kebersamaan dengan saling
menghargai potensi masing-masing.
7. Peningkatan disiplin mengajar dan disiplin belajar.
31
3.1.3 Struktur Organisasi
Struktur organisasi di SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan dapat di
lihat pada gambar berikut :
Gambar 3.1 Bagan Struktur organisani di SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan Tahun 2012/1013 (Sumber : Dokumentasi pribadi, 2013)
3.1.4 Program Keahlian SMK Grafika Desa Putera
Dengan menggunakan sitem gugur di kelas X dan siswa/i hanya memiliki
kesempatan mengulang 1 kali pada kelas XI atau XII, hal ini diterapkan untuk
mendapatkan lulusan yang berkualitas.
Proses pembelajaran bidang kejuruan lebih menitik beratkan pada
keterampilan, materi teori dilaksanakan pagi hari dan praktik di sore hari. SMK
Grafika Desa Putera Jakarta Selatan memiliki 2 Program Keahlian yaitu:
1) Program keahlian persiapan grafika di SMK Grafika Desa Putera Jakarta
32
Selatan terdiri dari prepress digital, kalkulasi grafika, desain dan setting,
photoreproduksi, montase, dan teknik pembuatan acuan cetak, dan 2) Program
keahlian produksi grafika di SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan terdiri dari
cetak digital, cetak offset, cetak sablon, jilid kemas, dan desain dan setting.
Sistem pembelajaran di SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan ini
menggunakan dua waktu, yaitu pada pagi hari dari pukul 07.00 WIB – 12.00 WIB
digunakan untuk pembelajaran teori di ruang kelas dan pada pukul 13.00 WIB –
16.00 WIB digunakan untuk pembelajaran praktik di ruang praktik masing-
masing bidang keahlian yang sudah terjadwal per-kelompok.
Mata pelajaran desain dan setting kelas XI pada Keahlian Persiapan Grafika
di SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan untuk kelas teori dalam satu minggu
dilaksanakan dua kali pertemuan yang masing-masing pertemuan selama 90
menit. Sedangkan untuk kelas praktik, dalam satu minggu dilaksanakan dari hari
senin sampai jumat selama 3 jam dengan sistem kelompok yang terdiri dari 9
orang siswa dengan setiap kelompok melaksanakan kegiatan praktik selama 6
hari.
3.1.5 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang dimiliki SMK Grafika Desa Putera Jakarta
Selatan meliputi fasilitas sekolah dan peralatan penunjang proses kegiatan belajar
mengajar. Fasilitas yang disediakan oleh SMK Grafika Desa Putera Jakarta
Selatan selain tenaga pengajar yang kompeten di bidangnya, juga memiliki
beberapa bangunan yang terdiri dari Asrama, Panti Asuhan, Gedung Utama
Sekolah, Bangunan kelas XI, Ruang Praktikum, Balai Kesehatan, Gereja, Gedung
33
SD dan SMP, dan prasarana lainnya seperti lapangan futsal dan basket, lapangan
sepak bola, peralatan olah raga, lab komputer, UKS, perpustakaan, dan kantin.
Di dalam ruang praktik keahlian persiapan grafika dilengkapi peralatan yang
terdiri dari kamera horizontal manual, mesin pembuatan acuan cetak, komputer
Apple Machintos, komputer PC, mesin image setter, dan mesin digital printing
Indigo, sedangkan di dalam ruang praktik jurusan cetak produksi terdapat mesin
perfect binding (lem panas), mesin lipat stahl dan nit kawat, mesin lipat plano,
mesin potong 3 sisi, mesin cetak Speedmaster Heidelberg 102 (2
warna/prefecting), mesin potong, polar 78 digital, mesin cetak Speedmaster 52 (4
warna), mesin cetak Komori, dan mesin cetak GTO 52.
Ruang kelas teori siswa di bagi menjadi dua lokasi, gedung utama SMK
Grafika Desa Putera Jakarta Selatan untuk pembelajaran teori kelas X dan XII,
dan bagunan di bagian depannya digunakan untuk pembelajaran teori untuk kelas
XI. Sarana dan prasarana di dalam kelas kedua bangunan sama, yang
membedakan hanya bentuk fisik dari bangunan. Untuk ruangan-ruangan di kelas
XI terdapat 5 ruangan (3 ruangan kelas XI, 1 ruang OSIS, dan 1 toilet), semua
sama dilengkapi dengan LCD, screen, white board, sound, foto presiden, wakil
presiden dan lambang garuda, 1 bendera Indonesia, 1 kipas angin di bagian atas,
bangku dan meja kayu untuk masing-masing siswa dan guru.
34
Gambar 3.2 Gedung sekolah dan gedung praktikum di SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan (Sumber : Dokumentasi pribadi, 2013)
Guru mata pelajaran desain dan setting di kelas XI juga melaksanakan
kegiatan pembelajaran teori dan praktik di ruang lab komputer yang terletak di
gedung utama SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan. Di lab komputer
tersebut terdapat 36 unit komputer PC untuk siswa dan 2 unit untuk server,
dilengkapi juga dengan AC, LCD dan screen.
Gambar 3.3 Ruang lab komputer SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan (Sumber : Dokumentasi pribadi, 2013)
35
Mata Pelajaran desain dan setting kelas XI mempunyai ruangan praktik
khusus di SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan ini yang terletak di dalam
gedung praktikum pada bagian belakang. Di dalamnya terdapat AC, 2 meja kaca
untuk meletakkan hasil karya dan menulis siswa, 1 meja kayu untuk tempat guru
desain dan setting, 2 unit printer, 1 scanner, 9 unit komputer machintos yang
digunakan oleh 9 siswa setiap jam praktiknya, ruangan ini juga dilengkapi LCD
dan screen untuk mempermudah proses pembelajaran siswa.
Gambar 3.4 Ruang praktik desain dan setting kelas XI jurusan persiapan grafika (Sumber : Dokumentasi pribadi, 2013)
3.2 Metodologi
3.2.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan yang
beralamat di Jl. Desa Putera, Srengseng Sawah, Jagakarsa Jakarta Selatan
(12640). Pemilihan SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan sebagai lokasi
penelitian didasarkan atas beberapa pertimbangan yaitu :
36
1. Sekolah ini telah mempersiapkan siswanya memiliki kemampuan dan
kompetensi di bidang grafika sehingga ke depan akan mampu bersaing
dengan siswa dari sekolah grafika lain ketika di dunia kerja.
2. Suasana di lingkungan sekitar sekolah sangat mendukung karena berada
di dalam sebuah komplek sekolah yang sepi, tenang, dan tidak banyak
polusi yang disebabkan asap kendaraan yang lewat.
3. Sarana dan prasarana di SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan ini
mendukung dan lengkap, mulai dari sarana di ruang belajar sampai di
ruang praktik.
4. Tenaga pendidik yang bekerja di sekolah ini khususnya dalam mata
pelajaran produktif grafika merupakan orang-orang yang ahli dalam
bidang grafika.
Penelitian ini memerlukan waktu 8 bulan yang dilaksanakan mulai bulan
Mei hingga Desember tahun 2013. Penelitian ini dilaksanakan dua kali pertemuan
di setiap materi yang diajarkan oleh guru baik di ruang kelas maupun di ruang
praktik, dilaksanakan pada hari kamis dan jumat.
3.2.2 Metode dan Desain Penelitian
3.2.2.1 Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kompetensi guru non sertifikasi
pada keahlian persiapan grafika dalam program produktif mata pelajaran desain
dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan. Ditinjau dari
jenis datanya maka penelitian ini menggunakan metode kualitatif karena metode
37
ini lebih mampu mendekatkan peneliti dengan objek yang dikaji. Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang
apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik dan dengan cara deskriptif
dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah
dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2007:6).
Untuk memahami sebuah kompetensi guru non sertifikasi di SMK tentu
harus dikaji secara utuh dan mendalam dalam suasana yang alamiah saat
penelitian berlangsung, maka peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif
karena penelitian ini akan menghasilkan sebuah data yang bersifat deskriftif yang
diperoleh dari proses penelitian kualitatif yang dilakukan dalam bentuk
pengumpulan, pengolahan, dan menginterpterasikan sejumlah data yang bersifat
kualitatif yang lebih menekankan pada masalah proses dan makna dari
permasalahan yang akan diungkap.
3.2.2.2 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian berbasis kasus. Studi kasus adalah
suatu penelitian kualitatif yang berusaha menemukan makna, menyelidiki proses,
dan memperoleh pengertian dan pemahaman yang mendalam dari individu,
kelompok, atau situasi (Emzir, 2012:20).
Studi kasus dalam penelitian ini terletak pada sebuah kasus yaitu siswa
lulusan dari SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan yang mudah diterima dan
banyak diminati oleh perusahaan khususnya bidang desain dan setting tetapi dari
hasil observasi awal diketahui bahwa guru yang mengampu mata pelajaran desain
dan setting di kelas XI belum memiliki sertifikat pendidik.
38
Dari kondisi tersebut perlu diperoleh pengertian dan pemahaman yang
mendalam tentang kompetensi guru non sertifikasi pada keahlian persiapan
grafika dalam program produktif mata pelajaran desain dan setting di kelas XI
SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan dengan menyelidiki proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru di ruang kelas dan ruang praktik. Dari hal
tersebut maka akan diperoleh sebuah makna bahwa guru non sertifikasi di SMK
juga memiliki kompetensi yang sama dengan guru yang sudah sertifikasi sehingga
menghasilkan prestasi siswa di dunia kerja.
Penelitian ini menggunakan jenis studi kasus tunggal dengan single level
analysis merupakan penelitian dengan mendeskripsikan satu kasus yang diteliti
yaitu kompetensi guru yang mengampu mata pelajaran desain dan setting kelas XI
pada Keahlian Persiapan Grafika di SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan.
3.2.2.3 Desain Penelitian
Desain penelitian ini dibuat untuk menggambarkan jalannya proses
penelitian mulai dari merancang studi kasus, menentukan masalah, deskripsi latar
penelitian, pengambilan data, pengolahan data, analisis dan uji keabsahan data,
data sampai kepada proses pembahasan laporan hasil penelitian. Desain penelitian
studi kasus dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan di bawah ini :
39
Gambar 3.5 Bagan Desain penelitian
40
3.2.3 Subjek/Partisipan
Pada penelitian ini yang menjadi subjek populasi adalah seluruh guru yang
mengajar pada program produktif di SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan,
sedangkan yang menjadi subjek sampel dalam penelitian ini adalah guru mata
pelajaran desain dan setting kelas XI pada Keahlian Persiapan Grafika di SMK
Grafika Desa Putera Jakarta Selatan yang dipilih dengan cara purposive sampling.
Alasan mengapa peneliti memilih guru pada Keahlian Persiapan Grafika mata
pelajaran desain dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan
karena dilihat dari hasil studi pendahuluan bahwa guru mata pelajaran desain dan
setting kelas XI ini adalah salah satu dari dua orang guru yang belum mengikuti
kegiatan sertifikasi guru sehingga belum diketahui tingkat kompetensi yang
dimiliki.
Pada penelitian ini terdapat beberapa orang yang terlibat menjadi partisipan
pada pelaksanaan penelitian studi kasus ini, yaitu:
1. Bapak MN yaitu guru mata pelajaran cetak sablon, teknik pembuatan
acuan cetak, dan photoreproduksi serta wakil bidang kesiswaan di SMK
Grafika Desa Putera Jakarta Selatan, membantu dalam mengamati dan
menilai kegiatan observasi partisipasi pasif dalam penelitian ini. Selain
itu juga membantu dalam penyebaran dan pengumpulan kuesioner
kepada siswa pada keahlian persiapan grafika di kelas XII SMK Grafika
Desa Putera Jakarta Selatan serta dan menganalisis karya desain dan
setting yang dibuat oleh guru.
41
2. Bapak IC yaitu guru mata pelajaran seni budaya di SMK Teladan Jakarta
Selatan, membantu dalam mengamati dan menilai kegiatan observasi
partisipasi pasif dalam penelitian ini dan menganalisis karya desain dan
setting yang dibuat oleh guru.
3. Siswa pada keahlian persiapan grafika di kelas XII SMK Grafika Desa
Putera Jakarta Selatan, membantu dalam memberikan informasi mengeni
kompetensi guru pada keahlian persiapan grafika mata pelajaran desain
dan setting di kelas XI melalui kuesioner penelitian. Siswa kelas XII
dipilih untuk membantu dalam penelitian ini karena dianggap
mengetahui karakter guru dan telah mengalami proses pembelajaran
desain dan setting di kelas XI.
3.2.4 Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian
Peran dan posisi peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai partisipan pasif
dan observer yang pasif. Pada penelitian ini peneliti berusaha membuat dan
menyiapkan perangkat penelitian seperti lembar penilaian observasi, lembar
pertanyaan wawancara, lembar kuesioner, lembar catatan lapangan dan
wawancara, dan alat dokumentasi seperti handycam, perekam suara melalui
handphone, dan kamera digital.
Tahap persiapan pelaksanaan kegiatan penelitian yaitu meliputi kegiatan
izin penelitian terhadap sekolah, guru dalam penelitian ini, meminta wakil bidang
kesiswaan dan guru seni budaya dari sekolah lain untuk bersedia menilai kegiatan
observasi pada penelitian ini serta melihat ketersediaan sarana dan prasarana
penunjang kegiatan pembelajaran. Pelaksanaan kegiatan penelitian yaitu
42
bagaimana peneliti bekerjasama dengan partisipan untuk mendapatkan informasi
data yang akurat sesuai dengan fokus penelitian. Akhir kegiatan penelitian dimana
peneliti berperan sebagai pencatat informasi, pengolahan, dan analisis data
penelitian.
3.2.5 Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian dalam penelitian ini adalah data tentang keahlian
persiapan grafika dalam program produktif di SMK Grafika Desa Putera Jakarta
Selatan dan kompetensi guru mata pelajaran desain dan setting pada keahlian
persiapan grafika dalam program produktif di kelas XI SMK Grafika Desa Putera
Jakarta Selatan.
Adapun yang menjadi sumber data di dalam penelitian ini adalah :
1. Sumber Data Primer
Data primer merupakan sumber-sumber data yang merupakan bukti atau
saksi utama. Data primer diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan
kuesioner. Data primer hasil observasi diperoleh dari wakil bidang
kurikulum di SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan dan guru seni
budaya di SMK Teladan Jakarta Selatan. Data primer hasil wawancara
diperoleh dari guru pada keahlian persiapan grafika mata pelajaran desain
dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan. Data
primer hasil kuesioner diperoleh dari siswa pada keahlian persiapan grafika
di kelas XII SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan.
43
2. Sumber Data Sekunder
Dalam penelitian ini data sekunder berfungsi sebagai sumber-sumber
data pelengkap yang diperlukan oleh data primer atau data utama yaitu
dokumentasi berupa foto-foto hasil penelitian, hasil karya siswa dan guru,
penilaian hasil observasi, catatan lapangan penelitian, kuesioner penelitian,
buku-buku kepustakaan yang relevan, jurnal penelitian, Pengembangan
Pembelajaran SMK Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan,
Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 dan No 20 Tahun 2003, RPP,
Silabus, Kurikulum KTSP SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan,
SKKNI Nomor Kep.109/MEN/VI/2010 Sub Sektor Teknologi dan
Komunikasi Bidang Keahlian Desain Grafis Kementrian tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia, dan dokumen-dokumen lain yang
berhubungan dalam penelitian ini.
Data-data tersebut akan dikumpulkan dengan prosedur pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik :
1. Observasi
Observasi yang digunakan di dalam penelitian ini yaitu observasi
partisipasi pasif. Peneliti tidak ikut terlibat di dalam kegiatan yang sedang
diamati dan hanya mengamati jalannya proses objek yang diamati.
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari tempat proses
pembelajaran berlangsung (ruang kelas, ruang koordinator praktek, lab
komputer, ruang praktikum), guru (kompetensi guru dalam pembelajaran
desain dan setting), aktivitas dalam proses pembelajaran (kegiatan belajar
44
mengajar di ruang kelas dan ruang praktik). Semua hal yang peneliti lihat di
lapangan dicatat ke dalam catatan lapangan. Observasi dilakukan selama
tujuh kali pertemuan pada keahlian persiapan grafika mata pelajaran desain
dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan. Penilaian
hasil observasi dilakukan oleh peneliti dan dua orang tim penilai yang telah
dijelaskan di atas agar penilaian terhadap data hasil observasi menjadi
objektif.
2. Wawancara
Pada penelitian ini menggunakan jenis wawancara semiterstruktur, di
mana dalam pelaksanaannya lebih bebas untuk menemukan permasalahan
secara terbuka dan pertanyaan tidak ditanyakan secara berurutan sesuai
dengan panduan pertanyaan wawancara tergantung jawaban yang diberikan
informan kepada peneliti. Informan dalam penelitian ini adalah guru pada
keahlian persiapan grafika mata pelajaran desain-setting di Skelas XI MK
Grafika Desa Putera Jakarta Selatan. Wawancara dilakukan dengan alat
perekam handphone dan handycamp dengan persetujuan informan. Hasil
wawancara yang diperoleh disalin ke dalam bentuk transkrip wawancara
yang disalin oleh peneliti sendiri.
3. Dokumentasi
Dokumentasi yang digunakan adalah berupa bukti fisik pembelajaran
pada keahlian persiapan mata pelajaran desain dan setting di kelas XI
Grafika SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan yang meliputi rancangan
45
pelaksanaan pembelajaran, silabus, dan kurikulum sekolah, foto-foto hasil
karya desain dan setting yang dibuat siswa dan guru serta proses
pembelajaran di kelas teori dan praktik, dan foto-foto tentang fasilitas dan
ruang pendukung lainnya di SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan.
4. Kuesioner
Kuesioner sebagai alat pengumpul data, karena dapat menjaring data
yang diinginkan dalam waktu yang tidak terlalu lama, juga dapat diperoleh
data yang objektif tentang kompetensi guru pada keahlian persiapan grafika
mata pelajaran desain dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera
Jakarta Selatan. Kuesioner ini ditujukan kepada siswa pada keahlian
persiapan grafika di kelas XII SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan.
Penyusunan kuesioner berdasarkan deskriptor dari aspek yang dinilai dan
dijabarkan ke dalam setiap pertanyaan dalam kuesioner, dengan bentuk
pertanyaan bersifat tertutup yaitu berupa pertanyaan yang sudah diarahkan
peneliti untuk mempermudah informan dalam menjawab sehingga tidak ada
jawaban yang menyimpang.
Setelah data dikumpulkan maka tahap selanjutnya adalah analisis data.
Analisis merupakan proses sistematis pencarian dan pengaturan transkrip
wawancara, catatan lapangan, dan materi-materi lain yang telah dikumpulkan
untuk meningkatkan pemahaman peneliti mengenai materi-materi tersebut dan
untuk menyajikan apa yang sudah ditemukan kepada orang lain (Emzir, 2012:85).
46
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Spradley
yang terdiri dari :
1. Analisis Domain
Analisis domain yaitu memperoleh gambaran umum dan menyeluruh
dari objek penelitian atau situasi yang ada di lapangan berdasarkan hasil
observasi awal. Analisis domain dalam penelitian ini dapat dilihat pada
bagan di bawah ini :
Gambar 3.6 Bagan Skema Domain Penelitian
2. Analisis Taksonomi
Analisis taksonomi yaitu menjabarkan domain-domain yang dipilih
menjadi lebih rinci untuk mengetahui struktur internalnya dengan
melakukan pengamatan lebih terfokus dari domain-domain tersebut.
KOMPETENSI GURU PADA KEAHLIAN PERSIAPAN GRAFIKA DALAM PROGRAM PRODUKTIF MATA PELAJARAN DESAIN DAN SETTING DI KELAS XI
SMK GRAFIKA DESA PUTERA JAKARTA SELATAN
Domain 1 Kualifikasi Kejuruan
Spesialisasi
Domain 2 Kualifikasi Kejuruan
Penunjang
47
TAKSONOMI
TAKSONOMI
Gambar 3.7 Bagan Skema Taksonomi Penelitian
3. Analisis Komponensial
Analisis komponensial yaitu dengan mencari ciri spesifik pada setiap
struktur internal dengan cara mengontraskan antar elemen. Hal ini dilakukan
melalui observasi dan wawancara terseleksi melalui pertanyaan yang
mengontraskan (Emzir, 2012:210).
Domain 2 Kualifikasi Kejuruan
Penunjang
Memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi Untuk Mengembangkan Diri
Memahami standar kompetensi dan kompetensi dasar
Domain 1 Kualifikasi Kejuruan
Spesialisasi
Memahami materi, konsep, melaksanakan, dan mengontrol proses pembelajaran desain dan setting
Mengembangkan materi pembelajaran desain dan setting secara kreatif
Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan untuk mengembangkan diri
48
DOMAIN TAKSONOMI KOMPONENSIAL
Domain 1 Kualifikasi Kejuruan
Spesialisasi
Memilih materi pembelajaran yang diampu sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik
Mengembangkan keperofesionalan secara berkelanjutan untuk mengembangkan diri
Mengolah materi pembelajaran yang diampu secara kreatif sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik
Menguasai materi mata pelajaran desain dan setting
Melaksanakan kegiatan pembelajaran desain dan setting
Menguasai konsep pembelajaran desain dan setting
Mengontrol proses pembelajaran desain dan setting
Menguasai materi, konsep, melaksanakan, dan mengontrol kegiatan pembelajaran desain dan setting kelas XI
Mengembangkan materi pembelajaran desain dan setting kelas XI secara kreatif
Melakukan refleksi terhadap kinerja secara terus menerus
Membuat karya seni, alat dan media pembelajaran, karya tulis ilmiah/modul untuk peningkatan keprofesionalan
Melakukan penelitian tindakan kelas
Mengikuti perkembangan zaman dengan meningkatkan kualifikasi dan belajar dari berbagai sumber
49
DOMAIN TAKSONOMI KOMPONENSIAL
Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang
Domain 2 Kualifikasi Kejuruan Penunjang
Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri
Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam mengembangkan diri
Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam berkomunikasi
Standar Kompetensi
Adobe Illustrator : 1. Menggunakan fungsi palet tool 2. Membuat logo dan mewarnainya 3. Membuat dan mengubah bantuk grafik 4. Membuat brosur dan impor gambar 5. Menggunakan/mengcopy objek 6. Mengedit bentuk huruf
Adobe Photoshop : 1. Menggunakan fungsi palet tool dan menu 2. Menggabungkan/manipulation image secara elektronik
Adobe InDesign : 1. Menggunakan palet tool dan menu 2. Menggabungkan data secara elektronik 3. Menyiapkan layout untuk keperluan cetak 4. Membuat imposisi halaman buku
50
DOMAIN TAKSONOMI KOMPONENSIAL
D.4 Domain
Kompetensi Profesional
Kompetensi Dasar
Adobe Illustrator : 1.1 Membuat bentuk elemen dasar 1.2 Membuat konsep bentuk elemen 2.1 Membentuk teks melingkar 2.2 Memberi warna pada Objek 3.1 Membuat bentuk-bentuk grafik 3.2 Mengubah desain dari grafik 4.1 Menggabungkan teks dan gambar 4.2 Memberi jarak antara teks dan gambar 5.1 Mengkopi objek dengan Rotate Tool 5.2 Membuat transparansi objek 6.1 Mengubah huruf menjadi bentuk objek 6.2 Membuat crop Area
Adobe Photoshop : 1.1 Membuat bentuk dasar di photoshop 1.2 Membuat konsep bentuk elemen 1.3 Membuat pewarnaan di photoshop 1.4 Cropping image 1.5 Membuat seleksi dan masking image 1.6 Membuat efek di photoshop 2.1 Menggabungkan data untuk pracetak secara
elektronik 2.2 Menggabungkan image kompleks secara elektronik 2.3 Memanipulasi image
Adobe InDesign : 1.1 Membuat bentuk elemen dasar 1.2 Membuat konsep bentuk elemen 1.3 Membuat logo 2.1 Menggabungkan data untuk pra cetak secara
elektronik 2.2 Menggabungkan gambar dan teks menjadi kalender 3.1 Menyiapkan layout faktur 3.2 Menyiapkan layout stationary (KOP surat, kartu
nama) 4.1 Mengatur imposisi halaman buku, brosur 4.2 Membuat dummy cetakan kalender, buku, brosur
Gambar 3.8 Bagan Skema Komponensial Penelitian
51
4. Analisis Tema Kultural
Analisis tema kultural yaitu mencari hubungan diantara domain dan
hubungan dengan keseluruhan, yang selanjutnya dinyatakan ke dalam tema-
tema sesuai dengan fokus dan subfokus penelitian yang dapat dilihat pada
bagian analisis dan pembahasan.
Pengujian keabsahan data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi :
1. Uji Kredibility (Derajat Kepercayaan)
Uji Kredibility atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian ini dilakukan
dengan cara :
a. Perpanjang pengamatan
Berapa lama perpanjangan pengamatan ini dilakukan, akan sangat
tergantung pada kedalaman, keluasan, dan kepastian data. Dalam
perpanjang pengamatan untuk menguji kredibilitas data penelitian ini,
difokuskan pada pengujian terhadap data yang telah diperoleh yaitu tentang
kompetensi guru non sertifikasi pada keahlian persiapan grafika mata
pelajaran desain dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta
Selatan pada saat proses pembelajaran, apakah data yang diperoleh itu
setelah dicek kembali kelapangan data sudah benar dan tidak mengalami
perubahan berarti kredibel, maka waktu perpanjangan pengamatan dapat
diakhiri.
52
b. Meningkatkan ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih
cermat dan berkesinambungan. Pengujian kredibilitas dengan peningkatan
ketekunan ini dilakukan dengan cara peneliti membaca seluruh catatan hasil
penelitian secara cermat dan dapat memberikan deskripsi data yang akurat
dan sistematis tentang yang diamati serta membaca buku atau dokumentasi
yang terkait dengan temuan.
c. Triangulasi
Triangulasi adalah pengecekan data dari berbagai sumber, berbagai
teknik, dan berbagai waktu. Triangulasi dalam penelitian ini adalah
triangulasi sumber dan teknik. Triangulasi sumber yaitu teknik yang sama
dengan sumber yang berbeda yaitu peneliti, wakil bidang kurikulum SMK
Grafika Desa Putera Jakarta Selatan, dan guru seni budaya di SMK Teladan
Jakarta Selatan terhadap data hasil observasi dan data analisis karya desain
dan setting yang dibuat oleh guru. Dari triangulasi tersebut dapat diketahui
nara sumber akan memberikan data yang sama atau berbeda. Setelah itu
dilakukan triangulasi teknik yaitu membandingkan dengan teknik
pengumpul data yang berbeda, yaitu hasil wawancara, hasil observasi, dan
dokumentasi/kuisioner dengan deskriptor yang sama. Kalau data yang
diperoleh dari nara sumber berbeda, maka data tersebut belum kredibel.
53
d. Diskusi teman sejawat
Mendiskusikan hasil penelitian yang masih bersifat sementara kepada
guru seni budaya di SMK Teladan Jakarta Selatan dan guru di SMK Grafika
Desa Putera Jakarta Selatan. Dari diskusi ini akan timbul banyak pertanyaan
dan saran. Pertanyaan yang belum bisa terjawab maka peneliti kembali
kelapangan untuk mencari jawabannya. Dengan demikian data akan
semakin lengkap.
e. Analisis kasus negatif
Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai dengan penelitian. Peneliti
mencari data yang berbeda atau bahkan data yang bertentangan dengan data
yang ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda maka data yang
ditemukan sudah sangat dipercaya. Namun apabila data yang ditemukan
sangat jauh perbedaannya, maka peneliti akan terjun kembali ke lapangan.
f. Menggunakan bahan referensi
Adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh
peneliti, seperti rekaman wawancara, foto, video observasi, dokumen yang
autentik.
g. Memberi Check
Pengujian kredibilitas dengan memberi check, dilakukan dengan cara
mendiskusikan hasil penelitian kepada sumber-sumber data yang telah
memberikan data.
54
2. Uji Transferability (Keteralihan)
Uji Transferability dilakukan agar orang lain dapat memahami hasil
penelitian yang dilakukan. Hal yang dilakukan peneliti adalah membuat laporan
penelitian dengan memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat
dipercaya. Dengan demikian pembaca menjadi jelas dengan hasil penelitian,
sehingga dapat memutuskan dapat atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil
penelitian di tempat lain.
3. Uji Dependability (Kebergantungan)
Uji Dependability dilakukan dengan melakukan pengecekan terhadap
keseluruhan proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Pengecekan yang
dilakukan adalah keseluruhan aktivitas penelitian mulai dari menentukan masalah,
proses dilapangan, sampai kepada tahap membuat kesimpulan harus dapat
ditunjukkan oleh peneliti.
4. Uji Confirmability (Kepastian)
Uji Confirmability adalah menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses
yang dilakukan. Teknik mengukur confimability adalah dengan cara audit
kepastian yaitu bediskusi dengan beberapa orang untuk menyepakati tentang
proses dan hasil penelitian agar hasilnya objektif. Dalam penelitian ini peneliti
berdiskusi dengan dosen pembimbing dan guru di SMK Grafika Desa Putera
Jakarta Selatan.
55
3.2.6 Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai pengumpul
data utama (human instrument) dengan menggunakan alat untuk mengumpulkan
data berupa data primer dan data sekunder yaitu:
3.2.6.1 Lembar Observasi
Peneliti membuat lembar penilaian observasi bertujuan untuk melihat,
mengamati, dan menilai tentang kompetensi guru pada keahlian persiapan grafika
mata pelajaran desain dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta
Selatan.
3.2.6.2 Alat Perekam Data
Peneliti menyiapkan peralatan mekanis yang bertujuan untuk merekam data
ketika peneliti sedang melaksanakan kegiatan penelitian di lapangan yaitu
menggunakan handycam, kamera digital, handphone.
3.2.6.3 Lembar Wawancara
Peneliti membuat lembar wawancara bertujuan untuk mengetahui secara
mendalam tentang kompetensi guru pada keahlian persiapan grafika mata
pelajaran desain dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan
dari guru yang bersangkutan.
56
3.2.6.4 Lembar Kuesioner
Peneliti membuat lembar kuesioner bertujuan untuk mengetahui secara
mendalam dari pandangan siswa tentang kompetensi guru pada keahlian persiapan
grafika mata pelajaran desain dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera
Jakarta Selatan.
3.2.6.5 Lembar Penilaian Analisis Karya
Peneliti membuat lembar penilaian analisis karya yang dibuat oleh guru
bertujuan untuk melihat, mengamati, dan menilai tentang hasil karya yang dibuat
oleh guru pada keahlian persiapan grafika mata pelajaran desain dan setting di
kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan.
3.2.6.6 Catatan Lapangan
Catatan lapangan ini bertujuan untuk mencatat kegiatan harian yang peneliti
lakukan dalam penelitian dan mengumpulkan data dimana peneliti mencatat
segala aspek tentang kompetensi guru pada keahlian persiapan grafika mata
pelajaran desain dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan.
57
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Temuan Data
Temuan data yang akan di bahas dalam BAB ini yaitu temuan data hasil
studi pendahuluan dan temuan data hasil penelitian.
4.1.1 Data Hasil Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan dilakukan sebagai langkah awal untuk memperoleh data
dari sumber-sumber yang telah ditetapkan dalam rancangan penelitian. Studi
pendahuluan dilaksanakan di SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan pada
keahlian cetak produksi grafika mata elajaran desain dan setting di kelas XI.
Secara rinci dalam studi pendahuluan ini diperoleh data tentang proses
pelaksanaan pembelajaran desain dan setting di kelas XI dan kompetensi guru
mata pelajaran desain dan setting di kelas XI yang dilakukan melalui studi
dokumentasi, observasi, wawancara, dan kuesioner.
4.1.1.1 Penyelenggaraan Pembelajaran Desain dan Setting di Kelas XI SMK
Grafika Desa Putera Jakarta Selatan
Berdasarkan hasil dokumentasi dan observasi yang dilakukan terhadap guru
mata pelajaran desain dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta
Selatan, diperoleh informasi tentang kegiatan pembelajaran desain dan setting di
kelas XI sebagai berikut :
58
1. Pelaksanaan Pembelajaran Di Kelas Teori
A. Kegiatan Pendahuluan Pembelajaran
Langkah-langkah yang dilakukan guru desain-setting di kelas XI
dalam menciptakan awal pembelajaran di kelas adalah :
1) Guru mengucapkan salam kepada siswa ketika memasuki ruang
kelas. Tetapi guru telat masuk ke dalam kelas sekitar 10 menit.
2) Ketua kelas memimpin doa untuk memulai pembelajaran.
3) Guru menyiapkan alat dan media pembelajaran yang akan
digunakan untuk mengajar.
4) Guru mengecek kehadiran siswa dan menanyakan kesiapan peserta
didik untuk belajar.
5) Guru melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan tentang
materi sebelumnya dan pertanyaan menantang lainnya serta
mengulang kembali materi pada pertemuan sebelumnya secara
jelas dan singkat.
6) Guru mengaitkan materi pembelajaran sekarang dengan kondisi di
dunia kerja, menyampaikan manfaat materi pembelajaran, dan
mendemonstrasikan penggunaan software atau teknik desain-
setting.
B. Kegiatan Inti Pembelajaran
Berdasarkan peraturan Menteri Pedidikan Nasional Nomor 41 Tahun
2007, kegiatan inti pembelajaran dibagi menjadi tiga tahap yaitu eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi. Mata pelajaran desain-setting dalam proses
59
pembelajaran di kelas juga menerapkan peraturan tersebut. Langkah-
langkah yang dilakukan guru desain-setting di kelas XI dalam kegiatan inti
pembelajaran yaitu :
1) Eksplorasi
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa pada tahap eksplorasi
peserta didik difasilitasi untuk memperoleh pengetahuan,
keterampilan, dan mengembangkan sikap melalui kegiatan
pembelajaran. Tahapan eksplorasi yang dilakukan guru desain-setting
kelas XI yaitu :
a. Guru melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas
dan mendalam tentang tema materi yang dipelajari melalui
berbagai sumber.
b. Guru menggunakan pendekatan individual dan life skill
c. Media pembelajaran dengan tayangan software yang
diajarkan menggunakan LCD, dan sumber belajar untuk
disampaikan dan menarik perhatian peserta didik.
d. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang
akan dicapai. Di dalam kelas teori peserta didik dituntut
untuk mampu memahami semua hal yang berkaitan dengan
desain-setting mulai dari mengaktifkan software sampai
semua elemen yang terkandung di dalamnya serta teknik
tertentu dalam membuat desain dan layout.
60
e. Metode yang diterapkan adalah metode ceramah dan
demonstrasi.
f. Guru memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran yang
aktif melalui interaksi guru-siswa, siswa-guru, tetapi tidak
terjadi kegiatan diskusi kelompok di dalam kelas teori.
g. Guru memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di
labolatorium.
2) Elaborasi
Pada tahap elaborasi peserta didik diberi kesempatan untuk
memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap lebih lanjut
melalui sumber-sumber dan kegiatan pembelajaran lainnya agar
pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik lebih dalam.
Tahapan elaborasi yang dilakukan guru desain-setting kelas XI di
SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan yaitu :
a. Membiasakan peserta didik membaca atau menulis
rangkuman modul yang diberikan guru dan membaca
lembaran tahapan teknik desain melalui tugas-tugas tertentu
yang bermakna.
b. Memberikan materi desain-setting secara terstruktur serta
mengaitkan materi tersebut dengan bidang lain yang relevan
atau dengan dunia kerja. Selain itu guru juga :
- Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar.
61
- Menggunakan bahasa tulis yang mudah baik dan dibaca di
papan tulis, dalam media pembelajaran yang diberikan ke
peserta didik.
- Menyampaikan pesan dengan ekspresi wajah, gerakan
tubuh yang sesuai tetapi intonasi suara yang pelan.
- Menggunakan bahasa asing, yang memang diharuskan
untuk mendukung penjelasan tentang materi pembelajaran.
c. Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas
membuat desain atau layout secara individu untuk
memunculkan gagasan baru dan pemaham yang lebih dalam.
d. Memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir,
menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak dengan
percaya diri.
e. Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran yang
kooperatif dan kolaboratif.
f. Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar.
g. Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang
menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta
didik.
62
3) Konfirmasi
Pada tahap konfirmasi peserta didik memperoleh kebenaran dari
pengetahuan, keterampilan, dan sikap dan diperoleh peserta didik.
Tahapan konfirmasi yang dilakukan guru desain dan setting di SMK
Grafika Desa Putera Jakarta Selatan yaitu :
a. Memberi umpan balik yang positif, pujian atau penguatan
kepada siswa dengan segera dan kata-kata yang positif,
bermakna yang bisa menjawab pertanyaan dengan mimik,
gerak badan, verbal, maupun melalui simbol tertentu kepada
pribadi atau kelompok peserta didik.
b. Memberikan konfirmasi terhadap kegiatan eksplorasi dan
elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber.
c. Tidak memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk
memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan.
d. Memfasilitasi peserta didik memperoleh pengetahuan,
keterampilan, dan sikap lebih dalam/luas dengan cara:
- Bertindak sebagai narasumber dan fasilitator dalam
menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi
kesulitan dengan bahasa yang baku dan mudah dimengerti,
tetapi intonasi suara masih terlalu pelan, gerak badan dan
mimik yang luwes, dan penekanan butir-butir yang
penting.
63
- Membantu menyelesaikan masalah dalam pembelajaran.
- Memberi acuan agar peserta didik mengecek kembali hasil
eksplorasi desain dengan bertanya kepada guru atau
melalui kegiatan praktik pada jam praktik.
- Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh.
- Memberikan motivasi kepada peserta didik yang belum
berperan aktif dalam pembelajaran serta memberi teguran
secara halus kepada peserta didik yang bermasalah dalam
kegiatan pembelajaran
- Memfasilitasi peserta didik untuk memberikan
argumentasi dengan membenarkan apabila ada yang
kurang dan mengakui keterbatasan diri guru apabila guru
belum bisa atau lupa dalam menjawab serta menghargai
pendapat peserta didik.
C. Kegiatan Penutup Pembelajaran
Langkah-langkah yang dilakukan guru desain dan setting kelas XI di
SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan dalam kegiatan penutup
pembelajaran di kelas, yaitu :
1) Melaksanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran
remedi atau memberi tugas individu maupun kelompok sesuai
dengan hasil belajar peserta didik.
2) Berdoa pada akhir pelajaran.
64
3) Pembelajaran berlangsung lebih sering tidak sesuai dengan alokasi
waktu yang sudah direncanakan baik pada saat pendahuluan sampai
penutup pembelajaran, guru lebih sering datamasuk kelas telat dan
pada saat penutup masih digunakan untuk menjelaskan materi.
2. Pelaksanaan Pembelajaran Di Kelas Praktik
Kelas untuk kegiatan praktik kejuruan siswa di SMK Grafika Desa
Putera Jakarta Selatan dimulai pada pukul 13.00 – 16.00 WIB di gedung
praktikum. Setiap satu minggu ada satu kelompok dalam satu jenis praktik
kejuruan termasuk dalam praktik desain dan setting yang rata-rata terdiri
dari sembilan orang.
Langkah-langkah yang dilakukan guru desain dan setting di kelas XI
SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan dalam pembelajaran di kelas
praktik yaitu :
a. Peserta didik memasuki gedung praktikum lengkap dengan
pakaian praktikum ketika bel masuk jam praktikum berbunyi dan
langsung menuju ruang praktik desain-setting.
b. Peserta didik langsung menempati meja dan komputernya
masing-masing.
c. Peserta didik mengaktifkan komputernya masing-masing sambil
menunggu kehadiran guru desain-setting.
d. Guru desain dan setting hadir setelah 10 menit pembelajaran
praktikum dimulai.
e. Guru mengucapkan salam ketika hadir di ruang desain-setting.
65
f. Guru desain dan setting menjelaskan rencana kegiatan praktik
secara terstruktur apa yang akan dilakukan dan dibuat peserta
didik.
g. Siswa membaca perintah kerja pada lembar kerja yang diberikan
guru.
h. Setelah itu guru tinggal mengamati dan membimbing peserta
didik satu persatu, kalau diperlukan guru juga mengulangi
penjelan materi secara terstruktur dan diulang sampai dua kali.
i. Guru menampilkan keluwesan gerakan dan mimik, intonasi suara
yang pelan tetapi terdengar jelas karena ruangan praktik yang
tenang dan hanya ada 9 orang siswa di dalamnya. Guru juga
memberi teguran secara halus kepada siswa, memberi tantangan
baru kepada peserta didik dan memotivasi peserta didik, memberi
penguatan (verbal, mimik, gerak badan, dengan mendekati siswa,
penguatan secara bermakna), dan mendorong peserta didik untuk
menyelesaikan tugasnya.
j. Guru menyelesaikan pelajaran praktik sesuai alokasi waktu yang
direncanakan.
k. Di kegiatan akhir, peserta didik mengisi jurnal harian dengan
dibarengi guru mengingatkan materi yang telah dipelajari siswa
kemudian siswa membereskan tempat praktik secara bersama-
sama.
66
l. Guru mengingatkan apa yang harus atau belum dikerjakan peserta
didik dan waktu pengumpulan tugasnya.
m. Salah satu siswa memimpin doa dan mengucapkan salam kepada
guru.
Dari hasil observasi dan wawancara penelitian di atas, tampak bahwa proses
pembelajaran sudah berjalan dengan baik walaupun masih banyak kekurangan
tetapi masih tertutupi oleh kemampuan dan pemahaman guru terhadap materi dan
sudah sesuai dengan rancangan pembelajaran serta kurikulum yang ada. Proses
penilaian mata pelajaran desain dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera
Jakarta Selatan juga sudah berjalan dengan baik dan lengkap, ada penilaian teori
dan penilaian hasil karya desain peserta didik sehingga hasil yang diperoleh siswa
sudah memenuhi kriteria penilaian.
4.1.1.2 Kompetensi Guru Desain dan Setting Kelas XI di SMK Grafika Desa
Putera Jakarta Selatan
Untuk memperoleh data tentang kompetensi guru desain dan setting di kelas
XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan secara umum diajukan pertanyaan
wawancara kepada guru desain dan setting kelas XI dan penyebaran kuesioner
kepada 64 siswa pada keahlian cetak produksi grafika di kelas XI SMK Grafika
Desa Putera Jakarta Selatan. Di jurusan keahlian cetak produksi, mata pelajaran
desain dan setting sebagai mata pelajaran muatan lokal.
67
Guru desain dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta
Selatan memiliki kemampuan yang kompeten, terlihat dari pengamatan peneliti
sebagai berikut :
- Mampu menguasai materi desain dan setting kelas XI dan
mengembangkannya sesuai perkembangan zaman serta menyesuaikan
dengan kondisi di sekolah dan SK-KD yang ada di sekolah agar terwujud
tujuan yang ingin dicapai.
- Menuliskan modul untuk pembelajaran peserta didik. Pengamatan tersebut
dibuktikan dari hasil wawancara peneliti dengan guru desain dan setting
kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan mengatakan :
“Seperti biasanya, saya membuatkan atau menuliskan teknik atau cara-cara untuk membuat suatu hal misalkan efek-efek tertentu dalam adobe photoshop, ataupun materi tentang software desain lalu saya bagikan ke siswa untuk mereka pelajari dan mereka latihan sendiri di rumah maupun di ruang produksi dalam bentuk modul ataupun lembar kerja. Materinya saya dapat dri internet dengan menyesuaikan dengan falsilitas sekolah, SK-KD kemudian saya kembenagkan lagi materinya tentunya saya harus menguasai terlebih dahulu…” (WWCR.GRDS-ST.SMKGRAFDP. 15Februari 2013).
- Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan
kemampuan dalam bidang desain dan setting.
“iya tentu, seperti yang kamu lihat. Saya memanfaatkan internet sebagai sumber materi, sarana untuk pembelajaran desain di sini juga merupakan teknologi seperti LCD, komputer machintos, komputer PC, printer, dan lain-lain.” (WWCR.GRDS-ST.SMKGRAFDP.15Februari2013).
- Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan terus
belajar dan mengikuti pendidikan yang berhubungan dengan bidang desain
dan setting dan grafika.
68
“Biasanya saya terus mencari tahu informasi yang terkini lewat internet ataupun majalah, koran, buku-buku. Ya pokoknya tidak pernah berhenti untuk mempelajari yang sesuai dengan bidang saya yaitu desain. Saya juga dulu kuliah di ATGT Trisakti Jakarta bidang teknologi grafika, di industry juga bagian desain, pernah juga bagian cetak.” (WWCR.GRDS-ST.SMKGRAFDP.15Februari2013).
Data tersebut di atas diperkuat dengan adanya hasil kuesioner. Informan
terdiri dari siswa kelas XI jurusan cetak produksi sebanyak 64 siswa.
Tabel 4.1 Hasil Kuesioner Studi Pendahuluan Siswa Terhadap Kompetensi Guru Di SMK Grafika Desa Putera Dalam Pembelajaran Desain dan Setting Kelas XI
(Sumber : Hasil olahan kuesioner studi pendahuluan, 2013)
Keterangan : Nilai 1 - bila hal yang dinyatakan tidak pernah terjadi selama satu semester Nilai 2 - bila hal yang dinyatakan terjadi 1 – 2 kali selama satu semester
Indikator Pertanyaan Bagian I Jawaban @ 64 siswa 1 2 3 4 5
Mengaitkan materi dengan ilmu yang relevan
- (0%)
- (0%)
6 (9%)
18 (28%)
40 (63%)
Menggunakan teknologi - (0%)
- (0%)
3 (5%)
20 (31%)
41 (64%)
Menyampaikan kompetensi kepada siswa
23 (36%)
17 (27%)
11 (18%)
8 (12%)
5 (7%)
Menjawab pertanyaan - (0%)
1 (2%)
2 (3%)
32 (50%)
29 (45%)
Melakukan kegiatan refleksi pembelajaran
23 (36%)
12 (19%)
10 (16%)
8 (12%)
11 (17%)
Memberikan tugas/PR - (0%)
- (0%)
9 (15%)
27 (42%)
28 (43%)
Memeriksa tugas/PR 2 (3%)
4 (6%)
12 (19%)
23 (36%)
23 (36%)
Membahas tugas/PR 8 (12%)
2 (4%)
8 (12%)
26 (41%)
20 (31%)
Penguasaan Kelas (metode, strategi, pendekatan, media)
- (0%)
- (0%)
25 (39%)
26 (41%)
13 (20%)
Memberi kesempatan siswa bertanya - (0%)
- (0%)
15 (24%)
31 (48%)
18 (28%)
Mengetahui dan memperhatikan siswa - (0%)
18 (28%)
24 (37%)
20 (31%)
2 (4%)
Memberi motivasi siswa - (0%)
2 (3%)
26 (41%)
29 (45%)
7 (11%)
Memberi bimbingan kepada siswa - (0%)
- (0%)
11 (18%)
29 (44%)
24 (38%)
Pembelajaran sesuai jam yang ditetapkan
9 (15%)
21 (32%)
20 (31%)
5 (7%)
9 (15%)
Variasi dalam mengajar - (0%)
- (0%)
27 (42%)
19 (30%)
18 (28%)
69
Nilai 3 - bila hal yang dinyatakan terjadi 3 – 5 kali selama satu semester Nilai 4 - bila hal yang dinyatakan terjadi lebih dari 5 kali selama satu semester Nilai 5 - bila hal yang dinyatakan terjadi selalu terjadi selama satu semester
Indikator Pertanyaan Bagian II Jawaban
@ 64 siswa a b c d
Kejelasan penyampaian materi atau konsep (Pengunaan bahasa dan suara)
- (0%)
40 (63%)
24 (37%)
- (0%)
Mengajar dan mengawasi siswa dalam pembelajaran
- (0%)
- (0%)
22 (34%)
42 (66%)
Menguasai materi kejuruan - (0%)
- (0%)
25 (39%)
39 (61%)
Kesesuaian proses pembelajaran di sekolah dengan di dunia industry
- (0%)
- (0%)
20 (31%)
44 (69%)
Terstruktur dan terencana - (0%)
- (0%)
28 (43%)
36 (57%)
Keterangan : a = kurang kompeten c = kompeten b = cukup kompeten d = sangat kompeten
Hasil penilaian siswa terhadap guru mata pelajaran desain dan setting di
kelas XI yang di dapat melalui kuesioner penelitian dengan 20 butir pertanyaan
menyatakan bahwa guru sudah sangat kompeten secara umum tetapi masih ada
beberapa indikator dalam kompetensi profesional guru yang belum tercapai. Hal
yang paling rendah dari jawaban sebanyak 36% siswa adalah guru tidak pernah
menyampaikan kompetensi yang akan dicapai siswa ketika memulai
pembelajaran, tidak pernah melakukan kegiatan refleksi, dan 63% siswa
menyatakan suara guru yang pelan sehingga siswa kurang jelas dalam menangkap
isi materi. 37% siswa menilai guru cukup dalam memperhatikan kondisi belajar
siswa dan 42% siswa menilai guru cukup bervariasi dalam mengajar yang terjadi
3 – 5 kali dalam satu semester.
Dari hasil studi pendahuluan di atas dapat dianalisis bahwa guru mata
pelajaran desain dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan
sudah memiliki kompetensi guru kejuruan di dalam dirinya. Hal tersebut dapat
70
dilihat dari 1) kemampuan guru dalam menguasai materi pembelajaran ketika
menjelaskan materi di dalam kelas dan di ruang praktik, 2) guru sudah mampu
mengaitkan materi desain dan setting dengan materi lain yang relevan, yang
artinya guru telah mampu menganalisis kebutuhan dari materi yang disampaikan
kepada siswa, 3) guru sudah cukup mampu mengembangkan materi pembelajaran
walaupun masih ada kekurangan seperti suara yang pelan, tidak sesuai dengan
rancangan pembelajaran ketika mengajar, tidak menyampaikan kompetensi
pembelajaran kepada siswa, dan tidak adanya kegiatan refleksi di kelas teori,
4) guru sudah mengembangkan keprofesionalannya dengan terus belajar, mencari
tahu informasi terbaru, membuat modul, 5) guru sudah memahami SK-KD mata
pelajaran yang diampu yang dilihat dari penjelasan materi pembelajaran yang
mengacu kepada kurikulum sekolah, dan 6) guru sudah memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri dengan menggunakan
internet, LCD, komputer, dan sarana sekolah lainnya.
Berdasarkan hasil uji coba instrumen studi pendahuluan dapat dijelaskan
hasil sebagai berikut :
1. Hasil penilaian struktur dan isi instrumen memberikan koreksi terhadap
beberapa hal, yaitu : 1) perlu penataan sistematika dan pengembangan
pertanyaan pada butir soal dalam wawancara sesuai dengan komponen
kompetensi profesional guru sehingga lebih lengkap, fokus, dan jelas,
2) perlu penataan terhadap sistematika kuesioner agar dikelompokkan
berdasarkan sub kompetensi profesional guru serta ada beberapa konten
isi kuesioner yang harus di buang dan ditambahkan yang baru agar hasil
71
yang diperoleh lengkap, 3) diperlukan adanya lembar penilaian
observasi agar tidak hanya dinilai oleh peneliti tetapi juga oleh
partisipan agar hasilnya objektif, dan 4) bentuk sistem jawaban dalam
kuesioner lebih dipermudah agar informan lebih mudah dan nyaman
dalam menjawab pertanyaan.
2. Hasil uji keterbacaan memberikan masukan sebagai berikut:
1) pertanyaan dalam wawancara lebih diperjelas agar informan bisa
menangkap maksud pertanyaan yang diajukan, 2) Struktur kalimat
dalam kuesioner diperbaiki dan diberi keterangan yang jelas dan tidak
membingungkan untuk menjawabnya.
3. Perlu adanya skema penelitian yang jelas agar penelitian lebih terfokus
pada saat penelitian dan harus ada catatan lapangan penelitian agar hasil
penelitian bisa lebih lengkap.
4.1.2 Data Hasil Penelitian
Deskripsi data hasil penelitian dalam penelitian ini berisi tentang semua data
yang diperoleh dan telah diolah dari kegiatan penelitian yang dilakukan terhadap
guru pada keahlian persiapan grafika dalam program produksi mata pelajaran
desain dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan melalui
hasil observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan kuesioner.
72
4.1.2.1 Program Produktif pada Keahlian Persiapan Grafika di SMK
Grafika Desa Putera Jakarta Selatan
Program produktif pada keahlian persiapan grafika di kelas XI SMK Grafika
Desa Putera Jakarta Selatan untuk program teori dan program praktik dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.2 Program produktif pada Keahlian Persiapan Grafika
di SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan untuk program teori (Sumber : KTSP SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan, 2010)
PROGRAM PRODUKTIF
A Dasar Kompetensi Kejuruan :
1
Kalkulasi
1.1 Mengenal kalkulasi perusahaan grafika
1.2 Merencanakan perhitungan bahan-bahan pada pracetak dan purna cetak
1.3 Menyusun dan menghitung biaya perusahaan 1.4 Menentukan harga pokok barang cetakan
1.5 Menentukan jumlah dan biaya bahan baku barang cetakan 1.6 Menghitung harga pokok barang cetakan untuk menentukan kalkulasi harga jual
1.7 Menentukan harga pokok dan harga jual barang cetakan
B Kompetensi Kejuruan :
2 Desain dan Setting
2.1 Mengkreasikan konsep desain menjadi artwork
2.2 Mengkombinasikan huruf/type setting dan tata letak
2.3 Mengoperasikan scanning/scanning image
2.4 Membuat desain grafis manual (perwajahan)
2.5 Menggabungkan image secara elektronik 2.6 Membuat output image menggunakan printer
2.7 Membuat layout untuk siap ke film atau ke acuan cetak
3 Cetak Digital
3.1 Mempersiapkan perangkat kerja cetak pada mesin
3.2
Mengoperasikan mesin cetak digital indor dan outdor
PROGRAM PRODUKTIF
73
B Kompetensi Kejuruan :
4 Photoreproduksi
4.1 Membuat film foto reproduksi 4.2 Menggabungkan film foto reproduksi secara manual 4.3 Membuat output image menggunakan image setter/Computer to film (CTF)
5
Teknik Pembuatan Acuan Cetak (TPAC)
5.1 Membuat acuan cetak relief/ letterpress 5.2 Membuat acuan cetak offset lithography dengan plate maker konvensional dan
Computer to Plate (CTP) 5.3 Membuat acuan cetak photopolymer untuk acuan flexografi 5.4 Membuat acuan cetak photopolymer /pad dengan mesin expose 5.5 Membuat acuan silinder gravure secara manual dan elektronik
Tabel 4.3 Program produktif pada Keahlian Persiapan Grafika di SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan untuk program praktik
(Sumber : KTSP SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan, 2010)
PROGRAM PRODUKTIF
1
Desain dan Setting
1.1 Mengoperasikan aplikasi kompurter dengan menggunakan software QuarkXpress
1.2 Mengoperasikan aplikasi kompurter dengan menggunakan software CorelDraw
1.3 Mengoperasikan aplikasi kompurter dengan menggunakan software Illustrator
1.4 Mengoperasikan aplikasi kompurter dengan menggunakan software InDesign
1.5 Mengoperasikan aplikasi kompurter dengan menggunakan software FreeHand
1.6 Mengoperasikan aplikasi kompurter dengan menggunakan software PhotoShop
1.7 Membuat desain grafis untuk produk cetakan
1.8 Mengoperasikan Mesin Digital Printing Indoor & Outdoor
2 Photoreproduksi 2.1 Membuat film foto reproduksi Continoustone
2.2 Membuat film foto reproduksi halftone
3 Montase Film dan Plate Making
3.1 Montase film Continoustone
3.2 Montase film Halftone
3.3 Membuat acuan cetak offset dengan film Continoustone
3.4 Membuat acuan cetak offset dengan film Halftone MUATAN LOKAL
1 Cetak Offset
74
1.1 Mengoperasikan mesin cetak offset GTO 52 satu warna Conventional Damp. Syst.
1.2 Mengoperasikan mesin cetak offset GTO 52 No. 1 satu warna Kompact Damp. Syst.
1.3 Mengoperasikan mesin cetak offset GTO 52 No. 2 satu warna Kompact Damp. Syst.
1.4 Mengoperasikan mesin cetak offset GTO 52 No. 3 satu warna Kompact Damp. Syst.
1.5 Mengoperasikan mesin cetak offset GTO 52 No. 4 satu warna Cont. Damp. Syst.
4.1.2.2 Kompetensi Guru Non Sertifikasi pada Keahlian Persiapan Grafika
Dalam Program Produktif Mata Pelajaran Desain Dan Setting di
Kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan
Dari keseluruhan data yang terkumpul dari hasil observasi, wawancara,
kuesioner, dan dokumentasi yang bertujuan untuk mengetahui kompetensi guru
non sertifikasi pada keahlian persiapan grafika dalam program produktif mata
pelajaran desain dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan,
maka data-data dalam penelitian ini akan diolah yang disusun secara sistematis
sesuai dengan aspek yang diamati dalam penelitian ini.
4.1.2.2.1 Menguasai materi, konsep, melaksanakan, dan mengontrol
kegiatan pembelajaran desain dan setting.
Untuk mengetahui kompetensi guru terhadap aspek menguasai materi,
konsep, melaksanakan, dan mengontrol kegiatan pembelajaran desain dan setting
di kelas XI dapat dilihat berdasarkan deskriptor berikut :
Tabel 4.4 Deskriptor penilaian terhadap aspek menguasai materi, konsep,
melaksanakan, dan mengontrol pembelajaran desain dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan
75
(Sumber : Spesifikasi modifikasi Schippers dan Patriana, 1994)
Aspek Kompetensi Guru Butir Deskriptor
Menguasai materi, konsep, melaksanakan, dan mengontrol jalannya proses pembelajaran desain dan setting.
1 2 3 4 5
6
Kemampuan menjelaskan materi di kelas teori dan kelas praktik dengan baik kepada siswa Kejelasan dalam menjelaskan materi dan memberikan contoh Menggunakan software dalam desain dan setting (Adobe Illustrator, Adobe Photoshop, dan Adobe InDesign) di dalam menjelaskan materi kepada siswa Menguasai pengetahuan konseptual pembelajaran desain dan setting kelas XI dalam konteks materi Adobe Illustrator, Adobe Photoshop, dan Adobe InDesign Mengontrol kegiatan pembelajaran desain dan setting yang dilakukan siswa kelas XI dikelas teori dan di kelas praktik Memiliki wawasan yang luas dengan mengaitkan materi yang diajarkan dengan materi lain yang relevan
Dari deskriptor di atas dapat dihasilkan data kegiatan observasi yang
dilakukan peneliti terhadap aspek menguasai materi, konsep, melaksanakan, dan
mengontrol kegiatan pembelajaran desain dan setting di kelas XI dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 4.5 Hasil penilaian observasi tentang aspek menguasai materi, konsep,
melaksanakan, dan mengontrol pembelajaran desain dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan
(Sumber : Olahan observasi penelitian, 2013)
Butir P1 P2 P3 Skor Nilai Konversi S N S N S N 1 4 100 4 100 4 100 12 100 A 2 3 75 2 50 3 75 8 66,67 C 3 4 100 4 100 4 100 12 100 A 4 4 100 4 100 4 100 12 100 A 5 4 100 4 100 4 100 12 100 A 6 4 100 4 100 4 100 12 100 A
Keterangan : P1 : Pengamat 1 (Peneliti) P2 : Pengamat 2 (Rekan guru di SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan) P3 : Pengamat 3 (Guru seni rupa dari SMK Teladan Jakarta Selatan) N : Nilai Skor S : Skor
76
Kategori Penilaian : Sangat Kompeten : 80 – 100 (A) Kompeten : 70 – 79 (B) Cukup Kompeten : 60 – 69 (C) Kurang Kompeten : 50 – 59 (D) Rumus Konversi : Skor : 1 – 4 Skor tertinggi : jumlah pilihan tertinggi dari pengamat x jumlah pengamat
: 4 x 3 = 12 N : S x 100 Skor tertinggi Konversi : Total x 100 Skor tertinggi
Berdasarkan tabel hasil observasi di atas dapat dideskripsikan sebagai
berikut:
- Butir 1. Pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 menilai guru sangat
kompeten menjelaskan materi di kelas teori dan praktik dengan baik
kepada siswa sehingga memperoleh skor 12 = 100 (A).
- Butir 2. Pengamat 1 dan pengamat 3 menilai guru kompeten sedangkan
pengamat 2 menilai guru kurang kompeten dalam menjelaskan materi dan
memberikan contoh kepada siswa dengan jelas di dalam kegiatan
pembelajaran desain dan setting kelas XI sehingga memperoleh skor 8 =
66,67 (C) yang dikategorikan cukup kompeten.
- Butir 3. Pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 menilai guru sangat
kompeten dalam menggunakan software desain dan setting (Adobe
Illustrator CS3, Adobe Photoshop CS3, dan Adobe InDesign CS3) di
dalam menjelaskan materi kepada siswa sehingga memperoleh skor 12 =
100 (A).
77
- Butir 4. Pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 menilai guru sangat
kompeten menguasai pengetahuan konseptual pembelajaran desain dan
setting kelas XI dalam konteks materi Adobe Illustrator CS3, Adobe
Photoshop CS3, dan Adobe InDesign CS3 sehingga memperoleh skor 12 =
100 (A).
- Butir 5. Pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 menilai guru sangat
kompeten mengontrol kegiatan pembelajaran desain dan setting yang
dilakukan kelas XI di kelas teori dan di kelas praktik sehingga
memperoleh skor 12 = 100 (A).
- Butir 6. Pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 menilai guru sangat
kompeten memiliki wawasan yang luas dalam menyampaikan materi
kepada siswa dengan mengaitkan materi yang diajarkan dengan materi lain
yang relevan sehingga memperoleh skor 12 = 100 (A).
Hasil pengolahan data observasi di atas dapat dilihat pada diagram batang
sebagai berikut :
Gambar 4.1 Diagram Penilaian hasil observasi terhadap aspek menguasai materi, konsep, melaksanakan dan mengontrol pembelajaran mata pelajaran yang diampu
(Sumber : Hasil observasi, 2013)
78
Dari data hasil wawancara dengan guru yang mengampu mata pelajaran
desain dan setting pada keahlian persiapan grafika di kelas XI SMK Grafika Desa
Putera Jakarta Selatan pada tanggal 2 Agustus 2013 yang mengatakan bahwa
indikator seorang siswa memahami materi pembelajaran yaitu :
“Dilihat dari hasil evaluasinya dong, dilihat dari nilai teori memenuhi KKM yaitu 75, di praktiknya mereka bisa membuat sesuai dengan yang saya instruksikan di dalam lembar kerja, bisa menggunakan fungsi dari tool, palet, menu…Tetapi kita punya target waktu lah supaya siswa memahami materi, kalau dia masih lambat dalam membuat karya desain dan setting yang diberikan atau belum efisien berarti dia belum bisa memahami materi secara keseluruhan” (WWCR.GRDS-ST.SMKGRAFDP.JAKSEL.2 Agustus2013).
Dari hasil wawancara di atas dapat dideskripsikan bahwa guru harus dapat
memperhatikan kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran. Indikator
yang dibuat guru untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami materi
desain dan setting dilihat dari; 1) hasil evaluasi siswa, 2) nilai teori memenuhi
KKM yaitu minimal dengan nilai 75, 3) bisa membuat karya desain dan setting
sesuai instruksi di dalam lembar kerja, 4) bisa menggunakan fungsi dari tool,
palet, menu dalam suatu software grafis, dan 5) dapat membuat karya desain dan
setting secara efisien.
Cara guru menjelaskan materi desain dan setting kepada siswa di kelas XI
adalah dengan ceramah, mendemonstrasikan penggunaan software yang diajarkan
untuk membuat karya desain secara langsung di depan siswa dan juga
memberikan contoh karya atau model untuk siswa praktikan. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan guru pada keahlian persiapan grafika mata pelajaran desain
dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan yaitu :
79
“Dalam proses pembelajaran itu, dalam pemberian materinya di kelas pasti dengan ceramah dan saya mendemonstrasikan cara membuat sebuah desain langsung menggunakan software dan ditampilkan kepada siswa melalui LCD setelah itu mereka praktek dengan model. Dengan praktek dengan model itu diharapkan mereka lebih memahami apa yang di ceramahkan sebelumnya” (WWCR.GRDS-ST.SMKGRAFDP.JAKSEL.2Agustus2013).
Konsep pembelajaran desain dan setting pada keahlian persiapan grafika di
kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan adalah mengajarkan tentang
penguasaan dan penggunaan software Adobe Illustrator CS3, Adobe Photoshop
CS3, dan Adobe InDesign CS3 dengan siswa mengikuti model dan instruksi yang
diberikan guru dalam membuat karya desain dan setting. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan guru pada keahlian persiapan grafika mata pelajaran desain
dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan yaitu :
“Kita disini mengajarkan softwarenya saja, penguasaan atau aplikasi terhadap software desain, untuk kelas XI itu Adobe Illustrator, Adobe Photoshop, dan Adobe InDesign. Kalau dikelas XI mereka hanya mempelajari software itu kemudian ya kita memberikan contoh yang mudah, mereka masih mengikuti model dan instruksi yang ada agar siswa terbiasa ketika di dunia kerja mampu menjalankan perintah dan membuat karya desain dan setting sesuai dengan tuntutan. Dalam pengerjaannya dengan memberi kebebasan untuk mengembangkan potensi si anak. Kalau kita bicara seperti ini bukan hanya di teori diprakrikpun seperti itu” (WWCR.GRDS-ST.SMKGRAFDP.JAKSEL.2Agustus2013).
Aspek lain dari terciptanya kompetensi guru yaitu mampu melaksanakan dan
mengontrol kegiatan pembelajaran desain dan setting yang dilakukan siswa
dengan cara mengembangkan pola pikir siswa terhadap materi, memberikan
arahan tentang konsep untuk membuat satu elemen desain, memberikan contoh
karya desain dan setting, dan memberikan beberapa alternatif langkah dalam
bentuk lembar kerja yang bisa diaplikasikan siswa dalam membuat karya desain
dan setting. Guru juga akan memantau pekerjaan siswa selama proses
80
pembelajaran berlangsung dan dari jurnal yang siswa tuliskan setelah selesai
kegiatan praktik. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan guru pada keahlian
persiapan grafika mata pelajaran desain dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa
Putera Jakarta Selatan yaitu :
“Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran saya berusaha untuk mengembangkan pola pikir siswa paling tidak mengkaitkan fungsi palet, fungsi perintah, fungsi tool terhadap suatu konsep untuk membuat satu elemen desain. Saya pikir yang mengembangkan pola pikir siswa ya dengan memberikan contoh fungsi dari tool di dalam pembuatan gambar yang bisa kita temui, ada beberapa alternatif yang bisa ditawarkan kepada siswa ataupun kemungkinan-kemungkinan yang bisa dilakukan dalam kasus-kasus tertentu untuk membuat sebuah elemen desain dan setting, bisanya saya memberikan lembar kerja, kemudian dipahami oleh siswa sebelum memulai mengerjakan tugasnya dengan software sebelum pencetakan dan terakhir pengisian jurnal harian siswa” (WWCR.GRDS-ST.SMKGRAFDP. JAKSEL.2Agustus2013).
Guru juga mengaitkan materi pembelajaran desain dan setting kelas XI
dengan materi lain yang relevan seperti cetak offset, TPAC, dan mengaitkan juga
dengan kondisi kehidupan baik di lingkungan sekitar maupun di dunia industri
dengan tujuan untuk membiasakan kebiasaan positif dan lebih trekam di ingatan
siswa. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan guru yang mengampu mata
pelajaran desain dan setting pada keahlian persiapan grafika di kelas XI SMK
Grafika Desa Putera Jakarta Selatan pada tanggal 2 Agustus 2013, yang
mengatakan bahwa :
“Selain itu juga saya suka mengaitkan materi yang saya ajarkan misalnya dengan cetak offset atau TPAC dan juga mengaitkan dengan apa sih yang bisa mereka buat nanti di dunia kerja ataupun kehidupannya tujuan untuk membiasakan diri dan lebih terekam di memori anak” (WWCR.GRDS-ST.SMKGRAFDP.JAKSEL.2Agustus 2013).
81
Pernyataan di atas didukung hasil kuesioner yang diisi oleh 32 orang siswa
pada keahlian persiapan grafika di kelas XII SMK Grafika Desa Putera Jakarta
Selatan mengenai aspek menguasai materi, konsep, melaksanakan, dan
mengontrol kegiatan pembelajaran desain dan setting di kelas XI yang dijelaskan
secara berurutan sebagai berikut:
- 14 orang siswa (43,75%) menilai guru desain dan setting di kelas XI SMK
Grafika Desa Putera Jakarta Selatan mampu menguasai materi desain dan
setting dan menjelaskannya dengan lancar. Sedangkan 18 orang siswa
(56,25%) menilai bahwa guru pada keahlian persiapan grafika mata
pelajaran desain dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta
Selatan tidak mampu menjelaskan materi desain dan setting kelas XI
dengan lancar. Alasan yang diugkapkan 18 orang siswa di dalam kuesioner
adalah karena volume suara dari guru desain dan setting yang terlalu pelan
sehingga banyak siswa yang bertanya dan guru harus mengulang-ulang
menjelaskan materi.
- 32 orang siswa (100%) menilai guru mampu menggunakan software
Adobe Illustrator, Adobe Photoshop, dan Adobe InDesign yang dilihat
dari proses penjelasan materi membuat sebuah karya desain, guru akan
langsung memperagakan proses pembuatannya dengan menggunakan
software tersebut di depan siswa.
- 32 orang siswa (100%) menilai guru memberikan konsep, langkah-
langkah, dan teknik dalam membuat karya desain dan setting sesuai
dengan materi yang diajarkan dengan memberikan lembaran fotocopy
82
konsep, langkah-langkah, dan teknik yang disusun oleh guru kepada siswa
untuk dapat membuat karya desain dan setting.
- 32 orang siswa (100%) menilai guru selalu hadir untuk mengajar di kelas
teori dan praktik serta mengawasi jalannya proses pembelajaran yang
dilaksanakan siswa dengan cara mengontrol pekerjaan siswa di kelas
praktik, memeriksa jurnal harian siswa dalam pembelajaran desain dan
setting kelas XI.
- 32 orang siswa (100%) menilai guru telah mengaitkan materi desain dan
setting dengan materi lain yang relevan seperti seni budaya, cetak sablon,
cetak offset, fotografi-reproduksi, QuarkXpress, Adobe Page Maker,
FreeHand, CorelDraw.
Deskripsi data hasil kuesioner di atas dapat diperjelas dengan melihat tabel di
bawah ini :
Tabel 4.6 Hasil kuesioner tentang aspek menguasai materi, konsep, melaksanakan, dan mengontrol pembelajaran desain dan setting di kelas XI
SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan (Sumber : Olahan kuesioner penelitian, 2013)
Aspek Yang Diamati No Deskripsi Aspek Yang Diamati
Jumlah Siswa
Ya Tidak Menguasai materi, konsep, melaksanakan, dan mengontrol jalannya proses pembelajaran desain dan setting
1 Mampu menguasai dan menjelaskan materi desain dan setting dengan lancer
14 (43,75%)
18 (56,25%)
2 Mampu menggunakan software Adobe Illustrator, Adobe Photoshop, dan Adobe InDesign
32 (100%)
-
3 Memberikan konsep dalam memberi tugas membuat karya desain dan setting kepada siswa sesuai dengan materi yang diajarkan
32 (100%)
-
83
Aspek Yang Diamati No Deskripsi Aspek Yang Diamati
Jumlah Siswa
Ya Tidak Menguasai materi, konsep, melaksanakan, dan mengontrol jalannya proses pembelajaran desain dan setting
4 Kehadir guru untuk mengajar dan mengawasi siswa dalam kegiatan pembelajaran desain dan setting kelas XI
32 (100%)
-
5 Menghubungkan materi desain dan setting kelas XI dengan materi lain yang relevan
32
100%
-
4.1.2.2.2 Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.
Untuk mengetahui kompetensi guru terhadap aspek mengembangkan materi
pembelajaran yang diampu secara kreatif dapat dilihat berdasarkan deskriptor
berikut :
Tabel 4.7 Deskriptor penilaian terhadap aspek mengembangkan
materi pembelajaran yang diampu secara kreatif (Sumber : Spesifikasi modifikasi Schippers dan Patriana, 1994)
Aspek Kompetensi Guru Butir Deskriptor
Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif
1
2 3
4 5 6 7 8 9
Materi disampaikan setiap unit dari yang mudah ke materi yang sulit dengan memperhatikan kurikulum sekolah dan menggunakan media yang sesuai Menyampaikan tujuan pembelajaran dan kriteria penilaian kepada siswa Mengajarkan materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan di dunia kerja/perkembangan zaman Guru bertanya kepada siswa mengenai pengatahuan awal sebelum membahas materi lebih mendalam Memberikan umpan balik dalam kegiatan pembelajaran baik di kelas teori maupun di kelas praktik Menyampaikan ruang lingkup standar kompetensi yang akan dipelajari siswa Menyampaikan dan menyusun rencana kerja dalam membuat karya desain dan setting sesuai standar operasional prosedur pembuatan data digital Mengintegrasi keterampilan dasar labolatorium atau praktikum dengan menyesuaikan sarana dan prasarana yang ada di sekolah Menggunakan metode belajar yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran desain dan setting
84
Aspek Kompetensi Guru Butir Deskriptor
Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif
10
11 12
13 14 15
Membebaskan siswa dalam menemukan sendiri ide dan mengambangkan kreatifitas dalam membuat karya desain dan setting Menciptakan masyarakat belajar Menghadirkan model sebagai contoh dalam pembelajaran Melakukan refleksi di akhir pertemuan Memfasilitasi proses bimbingan kepada siswa Penuh pengertian kepada siswa dalam kegiatan pembelajaran
Dari deskriptor di atas dihasilkan data kegiatan observasi yang dilakukan
peneliti terhadap aspek mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara
kreatif dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.8 Hasil penilaian observasi tentang aspek mengembangkan
materi pembelajaran yang diampu secara kreatif (Sumber : Olahan bbservasi penelitian, 2013)
Butir P1 P2 P3 Skor Nilai Konversi S N S N S N 1 4 100 4 100 4 100 12 100 A 2 2 50 2 50 2 50 6 50 D 3 4 100 4 100 4 100 12 100 A 4 4 100 4 100 4 100 12 100 A 5 4 100 4 100 4 100 12 100 A 6 3 75 3 75 3 75 9 75 B 7 4 100 4 100 4 100 12 100 A 8 4 100 4 100 4 100 12 100 A 9 4 100 4 100 4 100 12 100 A
10 4 100 4 100 4 100 12 100 A 11 3 75 3 75 3 75 9 75 B 12 4 100 4 100 4 100 12 100 A 13 3 75 3 75 2 50 8 66,67 C 14 4 100 4 100 4 100 12 100 A 15 4 100 4 100 4 100 12 100 A
Keterangan : P1 : Pengamat 1 (Peneliti) P2 : Pengamat 2 (Rekan guru di SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan) P3 : Pengamat 3 (Guru seni rupa dari SMK Teladan Jakarta Selatan) N : Nilai Skor S : Skor
85
Kategori Penilaian : Sangat Kompeten : 80 – 100 (A) Kompeten : 70 – 79 (B) Cukup Kompeten : 60 – 69 (C) Kurang Kompeten : 50 – 59 (D) Rumus Konversi : Skor : 1 – 4 Skor tertinggi : jumlah pilihan tertinggi dari pengamat x jumlah pengamat
: 4 x 3 = 12
N : S x 100 Skor tertinggi Konversi : Total x 100 Skor tertinggi
Berdasarkan tabel hasil observasi di atas dapat dideskripsikan sebagai
berikut:
- Butir 1. Pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 menilai guru sangat
kompeten menyampaikan materi desain dan setting kelas XI dari materi
yang mudah ke materi yang sulit dengan memperhatikan kurikulum
sekolah dan menggunakan media sehingga memperoleh skor 12 = 100 (A).
- Butir 2. Pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 menilai guru kurang
kompeten menyampaikan tujuan pembelajaran dan kriteria penilaian
kepada siswa yang dikonversikan ke dalam nilai sehingga memperoleh
skor 6 = 50 (D).
- Butir 3. Pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 menilai guru sangat
kompeten mengajarkan materi pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan di dunia kerja/perkembangan zaman sehingga memperoleh skor
12 = 100 (A).
86
- Butir 4. Pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 menilai sangat
kompeten dalam bertanya kepada siswa mengenai pengatahuan awal
sebelum membahas materi lebih mendalam sehingga memperoleh skor 12
= 100 (A).
- Butir 5. Pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 menilai guru sangat
kompeten memberikan umpan balik dalam kegiatan pembelajaran baik di
kelas teori maupun di kelas praktik sehingga memperoleh skor 12 =
100 (A).
- Butir 6. Pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 menilai guru kompeten
menyampaikan ruang lingkup standar kompetensi yang akan dipelajari
siswa sehingga memperoleh skor 9 = 75 (B).
- Butir 7. Pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 menilai guru sangat
kompeten menyampaikan dan menyusun rencana kerja dalam membuat
karya desain dan setting sesuai standar operasional prosedur pembuatan
data digital sehingga memperoleh skor 12 = 100 (A).
- Butir 8. Pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 menilai guru sangat
kompeten mengintegrasi keterampilan dasar labolatorium atau praktikum
dengan menyesuaikan sarana dan prasarana yang ada di sekolah sehingga
memperoleh skor 12 = 100 (A).
- Butir 9. Pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 menilai guru sangat
kompeten menggunakan metode belajar yang sesuai dengan karakteristik
mata pelajaran desain dan setting kelas XI sehingga memperoleh skor 12 =
100 (A).
87
- Butir 10. Pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 menilai guru sangat
kompeten membebaskan siswa dalam menemukan sendiri ide dan
mengambangkan kreatifitas dalam membuat karya desain dan setting
sehingga memperoleh skor 12 = 100 (A).
- Butir 11. Pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 menilai guru
kompeten menciptakan masyarakat belajar di dalam pembelajaran desain
dan setting kelas XI sehingga memperoleh skor 9 = 75 (B).
- Butir 12. Pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 menilai guru sangat
kompeten menghadirkan model sebagai contoh dalam pembelajaran desain
dan setting kelas XI sehingga memperoleh skor 12 = 100 (A).
- Butir 13. Pengamat 1 dan pengamat 2 menilai guru kompeten serta
pengamat 3 menilai guru kurang kompeten melakukan refleksi di akhir
pertemuan sehingga memperoleh skor 8 = 66,67 (C) yang dikategorikan
cukup kompeten.
- Butir 14. Pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 menilai guru sangat
kompeten memfasilitasi proses bimbingan kepada siswa sehingga
memperoleh skor 12 = 100 (A).
Gambar 4.2 Kegiatan guru dalam membimbing siswa
(Sumber : Dokumentasi pribadi, 2013)
88
- Butir 15. Pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 menilai guru sangat
kompeten melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan penuh pengertian
kepada siswa sehingga memperoleh skor 12 = 100 (A).
Hasil pengolahan data observasi di atas dapat dilihat pada diagram batang
sebagai beriku t :
Gambar 4.3 Diagram penilaian hasil observasi terhadap aspek mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif
(Sumber : Hasil observasi, 2013)
Guru dalam mengembangkan materi pembelajaran desain dan setting pada
keahlian persiapan grafika di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan
adalah dengan memberikan contoh-contoh ke mereka penggunaan dari tool ini
bisa dikembangkan dengan suatu cara-cara tertentu agar mampu lebih efektif,
efisien, dan sesuai dengan kebutuhan dari client. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan guru pada keahlian persiapan grafika mata pelajaran desain dan setting
di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan yaitu :
89
“Mengembangkannya dengan memberikan contoh-contoh ke mereka penggunaan dari tool ini bisa dikembangkan dengan suatu cara-cara tertentu agar mampu lebih efektif, efisien, dan sesuai dengan kebutuhan dari client” (WWCR.GRDS-ST.SMKGRAFDP.JAKSEL.2Agustus 2013).
Sementara itu, hal-hal yang diperhatikan di dalam memilih dan
mengembangkan materi desain dan setting pada keahlian persiapan grafika di
kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan adalah kurikulum, kebutuhan
industri, berpedoman kepada standar pembuatan data digital, memaksimalkan
sarana yang ada di sekolah sesuai dengan standar di industri, dan menentukan
tujuan yang akan di capai siswa. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan guru pada
keahlian persiapan grafika mata pelajaran desain dan setting di kelas XI SMK
Grafika Desa Putera Jakarta Selatan yaitu :
“Saya pasti memperhatikan kurikulum yang ada. Kalau kita bicara mengenai kurikulum, kita berbicara yang dari pemerintah itu kan sifatnya masih umum sekali, kemudian untuk penerapannya dikembangkan atau diserahkan kepada sekolah masing-masing kemudian diserahkan lagi ke guru yang bersangkutan. Nah itu kita dari yang kita dapat dari pemerintah itu disesuaikan dengan yang di industri itu butuhkan…pengembangannya di dalam desain-desain yang kita serahkan ke mereka dengan berpedoman pada standar pembuatan data digital yaitu mulai dari proses pencarian data digitalnya dari internet ataupun foto hasil jepretan kameranya sendiri ataupun hasil scanning gambar kemudian diolah dengan software Photoshop, Illustrator, InDesign yang saya gunakan disini versinya CS3 untuk dijadikan karya desain dan setting dengan komputer I Mac dan PC yang ada di sini dan terakhir proses pencetakan dengan printer…Selain mengikuti kebutuhan di industri, pengembangan materi juga kita melihat dengan peralatan yang ada harus disesuaikan kalau tidak seperti itu yang tidak bisa juga. Di sekolah juga kita mencoba memaksimalkan sarana yang ada sesuai dengan standar di industri. Dengan menentukan tujuan yang akan dicapai, saya coba masukkan hal-hal atau materi pembelajaran terkait dengan pengalaman dan kebutuhan siswa secara benar di dunia kerja sehingga anak siap di dunia kerja” (WWCR.GRDS-ST.SMKGRAFDP. JAKSEL.2Agustus 2013).
90
Dari hasil pengembangan materi yang telah disusun, materi pembelajaran
desain dan setting di dalam proses pembelajaran desain dan setting juga perlu
diolah dengan cara menggunakan metode ceramah dan domonstrasi, pendekatan
project dan life skill individu, strategi berupa project yang dilaksanakan di
labolatorium komputer dan ruang praktikum desain agar siswa terbiasa dengan
dunia kerja, dan media pembelajaran langsung menampilkan software agar siswa
lebih memahami secara langsung. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan guru
pada keahlian persiapan grafika mata pelajaran desain dan setting di kelas XI
SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan yaitu :
“Di dalam mengolah materi saya menggunakan metode ceramah kemudian demonstrasi, penugasan membuat karya desain dan setting untuk dikelas secara teori. Kalau di praktik lebih banyak demonstrasikan, lebih kepada tugas project dan lebih melakukan pendekatan secara individu, pada saat menjelaskan meskipun ada kaitannya dengan materi teori. Saya juga harus menyesuaikan langkah atau strategi apa yang saya gunakan agar materi bisa tersampaikan dengan baik ke siswa…Saya mencoba untuk lebih kreatif dalam menyampaikan materi, misalkan dengan memberikan tayangan video atau gambar-gambar tentang membuat sebuah illustrasi tertentu atau efek-efek tertentu, saya tidak hanya menggunakan ruang kelas terkadang juga menggunakan labolatorium ya tujuannya supaya mereka bisa mengaplikasikan langsung teori yang saya berikan khususnya di kelas teori yah, kalau dikelas praktik sudah tentu mereka mengaplikasikan apa yang sudah saya berikan di kelas teori” (WWCR.GRDS-ST.SMKGRAFDP. JAKSEL.2Agustus2013).
Memotivasi dan memicu kreatifitas siswa dilakukan guru dengan cara
memberikan perumpamaan atau pengandaian kepada siswa dari kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan bahasa yang tidak terlalu sulit dimengerti
siswa. Guru juga memberi masukan dalam proses konsultasi dan memberikan
tantangan kepada siswa untuk dapat lebih menggali potensinya dalam membuat
karya desain dan setting dengan terlebuh dahulu menentukan konsep dan rencana
91
kerja. Selain itu juga dengan memberikan kesempatan siswa untuk
mengungkapkan argumentasi, menemukan gagasan atau ide-ide bahkan masalah
yang terkait pembelajaran mereka di depan kelas agar siswa berani dan lebih
kreatif untuk mengungkapkan pemikiran mereka terutama tentang desain dan
setting. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan guru pada keahlian persiapan
grafika mata pelajaran desain dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera
Jakarta Selatan yaitu :
“Saya mencoba menekankan ke mereka, kita sekarang bukannya belajar tetapi bermain…misalnya membuat serat kayu di photoshop, “oh iya sekarang kita membuat lingkaran besar, lingkaran kecil”, harapannya mereka ini kan kalau diajak belajar takutnya ada beban...Ya itu yang saya lakukan supaya siswa merasa enjoy bekerja dengan software…Supaya mereka lebih kreatif lagi, sering kali saya tidak berusaha mendatangi anak secara satu persatu, saya memberikan masukan, memberikan tantangan mengerjakan sebuah desain dan setting dan membiarkan mereka bekerja masing-masing, apabila ada yang saya lihat bahwa pekerjaan siswa ini bisa digali lagi, saya akan mendatangi mereka dengan memberikan masukan dan tantangan yang lebih ke anak, ya itu cara saya untuk meningkatkan kreatifitas anak dengan tema atau konsep yang saya berikan terlebih dahulu tetapi desainnya dibebaskan tetapi harus ada panduannya misalkan dalam membuat majalah, seringkali saya membebaskan bentuk majalahnya, jenis majalahnya tetapi mengenai huruf, ilustrasi, logo yang digunakan harus disesuaikan dengan tema yang ada, ya intinya tetap saya arahkan supaya mereka mau mengeksplor lebih dalam lagi kreatifitasnya. Selain itu juga saya memberikan kesempatan atau menyuruh siswa untuk mengungkapkan argumentasi, gagasan atau ide-ide bahkan masalah yang terkait pembelajaran mereka di depan kelas untuk di share ke teman-teman ya siapa tau ada solusinya” (WWCR.GRDS-ST.SMKGRAFDP.JAKSEL. 2Agustus2013).
Guru juga selalu melakukan refleksi di akhir kegiatan pembelajaran yang
dilakukan di dalam kelas praktik yang dimanfaatkan untuk memperbaiki atau
mungkin mengubah model pembelajaran, cara saya menyampaikan materi
ataupun sikap yang kurang. Selain itu guru berusaha untuk selalu bersikap yang
baik sesuai norma agama yang dianut dengan memberikan inspirasi tentang
92
agama kepada siswa pada saat membuat karya desain, membimbing siswa secara
perlahan sampai mengerti, berusaha untuk selalu berkomunikasi dengan siswa
tanpa perbedaan sehingga tahu kesulitan yang sedang dialami siswa dan
menempatkan diri sebagai teman dan orang tua di sekolah, berusaha untuk
mengerti kondisi siswa tanpa membeda-bedakan. Dalam proses pembelajaran
guru berkomunikasi misalnya menyiapkan kondisi dengan menanyakan materi
sebelumnya yang belum dipahami atau menjawab pertanyaan siswa ataupun
sebaliknya. Dalam hal menghargai peserta didik dalam pelaksanaannya tanpa
adanya perbedaan misalkan guru berikan penghargaan atau sekedar pujian,
mengikutkan siswa ke lomba-lomba atau pelatihan seperti seminar desain, dan
lebih berusaha mendekati siswa. Bagi siswa yang malas atau meremehkan
pelajaran, guru akan memberikan teguran secara halus atau konsekwensi tertentu
kepada siswa, agar siswa mau berubah ke arah yang lebih baik. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan guru pada keahlian persiapan grafika mata pelajaran desain
dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan yaitu :
“Kegiatan reflektif yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yah, lebih banyak dilakukan pada saat praktik. Kegiatan refleksi berupa pengingatan materi atau kegiatan yang baru saja siswa laksanakan…Hasil dari kegiatan reflektif saya gunakan untuk memperbaiki atau mungkin mengubah model pembelajaran, cara saya menyampaikan materi ataupun sikap yang kurang, tetapi semua itu saya tanggapi dengan baik…Saya berusaha untuk selalu bersikap yang baik sesuai norma agama yang saya anut dengan memberikan inspirasi tentang agama kepada siswa pada saat membuat karya desain, membimbing siswa secara perlahan sampai mengerti, berusaha untuk selalu berkomunikasi dengan siswa tanpa perbedaan sehingga tahu kesulitan yang sedang dialami siswa dan menempatkan diri sebagai teman dan orang tua di sekolah, saya berusaha untuk mengerti kondisi mereka, tidak diskriminatif atau objektif lah tidak hanya terhadap siswa tetapi dengan rekan kerja juga sama dan saya berikan motivasi-motivasi misalnya dengan mengambil contoh dari alumni yang sudah sukses sehingga siswa menjadi lebih semangat, tujuannya agar
93
menumbuhkan kepastian tujuan atau harapan mereka ke depan. Dalam proses pembelajaran saya berkomunikasi misalnya menyiapkan kondisi dengan menanyakan materi sebelumnya yang belum dipahami atau menjawab pertanyaan siswa ataupun sebaliknya, ada interaksi begitu. Dalam hal menghargai peserta didik dalam pelaksanaannya tanpa adanya perbedaan misalkan saya berikan penghargaan atau sekedar pujian, saya ikutkan mereka ke lomba-lomba atau pelatihan ya semacam seminar desain, dan saya lebih berusaha mendekati mereka agar mereka bisa. Bagi siswa yang malas atau istilah kasarnya meremehkan pelajaran ya saya berikan teguran sebagai tanda saya menghargai dia, supaya dia mau berubah ke arah yang lebih baik. Atau saya memberikan konsekuensi berupa misalkan kalau tidak mengerjakan tugas harus mentraktir mie ayam satu kelas tentunya dengan kesepakatan dengan seluruh siswa di dalam kelas.” (WWCR.GRDS-ST.SMKGRAFDP.JAKSEL.2Agustus2013).
Pernyataan di atas didukung dari hasil kuesioner yang diisi oleh 32 orang
siswa pada keahlian persiapan grafika di kelas XII SMK Grafika Desa Putera
Jakarta Selatan mengenai aspek mengembangkan materi pembelajaran yang
diampu secara kreatif dapat di deskripsikan sebagai berikut :
- 32 orang siswa (100%) menilai guru memberikan materi pembelajaran
desain dan setting dari yang mudah ke materi yang sulit secara berurutan
sebanyak. Alasan yang diungkap siswa adalah guru menjelaskan materi
desain dan setting secara terstruktur, hal ini dikarenakan siswa berpendapat
bahwa guru dalam menjelaskan materi desain dan setting di kelas XI dari
data digital kemudian masuk ke software (Adobe Illustrator, Adobe
Photoshop, dan Adobe InDesign), dan terakhir proses printing. Sedangkan
materi yang diajarkan dari tools, perintah, fungsi palet, cara-cara membuat
sebuah desain tertentu, dan mencetak hasil desain dan setting sesuai
dengan RPP yang telah dibuat.
94
- 27 orang siswa (84,37%) menilai guru mampu membimbing siswa baik di
dalam kelas teori maupun di dalam kelas praktik. Sedangkan 5 orang siswa
(15,63%) merasa guru pilih kasih, hanya siswa tertentu yang dibimbing.
- 32 orang siswa (100%) menilai guru telah menggunakan beberapa metode
dalam kegiatan pembelajaran yaitu demonstrasi, ceramah, dan penugasan
membuat karya desain dan setting.
- 14 orang siswa (43,75%) menilai guru memberikan kesempatan siswa
untuk bertanya, mengungkapkan argumentasi dan menanggapi
argumentasi siswa dengan baik. Sedangkan 18 orang siswa (56,25%)
menilai guru di dalam kelas teori jarang memberikan kesempatan siswa
untuk bertanya dan mengungkapkan argumentasi tetapi di dalam satu kali
pertemuan pasti diberi kesempatan bisanya dua kali. Dalam menanggapi
pertanyaan siswa guru sudah bagus, kalau tidak bisa menjawab guru akan
mengatakan dengan jujur dan menjawabnya pada pertemuan berikutnya
tetapi terkadang tidak direspon kalau pertanyaannya jauh dari materi atau
apabila guru sedang menjelaskan sesuatu. Di kelas praktik guru selalu
menanggapi argumentasi dan menjawab pertanyaan siswa, ataupun
menyuruh siswa bertanya dengan teman, selain itu guru juga memberikan
tantangan kepada siswa.
- 32 orang siswa (100%) menilai guru dalam menyampaikan materi desain
dan setting diperjelas dengan memberikan ilustrasi/contoh agar siswa lebih
mudah memahami materi yang diajarkan.
95
- 15 orang siswa (46,87%) menilai guru melaksanakan refleksi/pengulangan
di akhir pembelajaran tetapi ada sebanyak 17 orang siswa (53,13%)
menilai guru tidak melaksanakan refleksi/pengulangan di akhir
pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan guru selalu kehabisan waktu
dalam mengajar yang disebabkan oleh kedatangan yang selalu telat,
sedang kegiatan refleksi di kelas praktik selalu ada.
- 32 orang siswa (100%) menilai bahwa guru selalu menyampaikan rencana
kerja atau tugas membuat karya desain dan setting kepada siswa.
- 32 orang siswa (100%) menilai guru dalam menyampaikan materi desain
dan setting sudah sesuai dengan kebutuhan di industri dan sesuai dengan
perkembangan zaman.
- 30 orang siswa (93,75%) menilai guru dalam kegiatan pembelajaran
memberikan kesempatan siswa untuk berdiskusi dengan teman tetapi
hanya di kelas praktik. Sedangkan 2 orang siswa (6,25%) menilai guru
dalam kegiatan pembelajaran tidak memberikan kesempatan siswa untuk
berdiskusi dengan teman.
- 32 orang siswa (100%) menilai guru dalam memberikan tugas membuat
karya desain dan setting selalu membebaskan siswa dalam menemukan
sendiri ide dan mengambangkan kreatifitas.
- 32 orang siswa (100%) menilai guru menyampaikan tujuan pembelajaran,
kriteria penilaian, dan standar kompetensi pembelajaran kepada siswa
tetapi di dalam kelas praktik.
96
- 32 orang siswa (100%) menilai guru tidak hanya melakukan kegiatan
lembelajaran di ruang kelas dan ruang praktikum desain dan setting, tetapi
juga dilakukan di labolatorium komputer pada saat pembelajaran teori.
- 32 orang siswa (100%) menilai guru selalu memberikan pertanyaan
sebelum memulai kegiatan pembelajaran desain dan setting.
Deskripsi data hasil kuesioner di atas dapat diperjelas dengan melihat tabel di
bawah ini :
Tabel 4.9 Hasil kuesioner tentang aspek mengembangkan
materi pembelajaran yang diampu secara kreatif (Sumber : Olahan kuesioner, 2013)
Aspek Yang Diamati No Deskripsi Aspek Yang Diamati
Jumlah Siswa
Ya Tidak
Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.
6 Menyampaikan materi secara berurutan dari yang paling mudah ke materi yang paling sulit
32 100%
-
7 Guru desain dan setting membimbing siswa
27
84,37%
5
15,63% 8 Variasi metode mengajar 32
100%
-
9 Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya, mengungkapkan argumentasi dan menanggapi argumentasi siswa
14
43,75%
18
56,25%
10 Memberikan ilustrasi/contoh dalam menjelaskan materi desain dan setting
32
100%
-
11 Melakukan refleksi materi di akhir pembelajaran
15
46,87%
17
53,13% 12 Menyampaikan rencana kerja
atau tugas membuat karya desain dan setting kepada siswa
32 100%
-
97
Aspek Yang Diamati No Deskripsi Aspek Yang Diamati
Jumlah Siswa
Ya Tidak
Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.
13 Materi desain dan setting yang diajarkan sudah sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan di dunia kerja
32
100%
-
14 Guru memberikan kesempatan siswa untuk berdiskusi dengan teman
30
93,75%
2
6,25% 15 Guru membebaskan siswa
dalam menemukan sendiri ide dan mengambangkan kreatifitas dalam membuat karya desain dan setting
32
100%
-
16 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, kriteria penilaian, dan standar kompetensi pembelajaran kepada siswa
32
100%
-
17 Kegiatan pembelajaran desain dan setting yang kalian lakukan hanya dilakukan di ruang kelas dan ruang praktik
- 32
100%
18 Guru selalu memberikan pertanyaan sebelum memulai kegiatan pembelajaran desain dan setting
32
100%
-
4.1.2.2.3 Mengembangkan keprofesionalan diri secara berkelanjutan.
Untuk mengetahui kompetensi guru terhadap aspek mengembangkan
keprofesionalan diri secara berkelanjutan dapat dilihat berdasarkan deskriptor
berikut :
Tabel 4.10 Deskriptor penilaian terhadap aspek mengembangkan
keprofesionalan diri secara berkelanjutan (Sumber : Spesifikasi modifikasi Schippers dan Patriana, 1994)
Aspek Kompetensi
Guru Butir Deskriptor
Mengembangkan keperofesionalan diri secara berkelanjutan
1 2 3 4
Mengidentifikasi permasalahan di dalam kegiatan pembelajaran Memperbaiki metode dan strategi pembelajaran Membuat karya ilmiah untuk kegiatan pembelajaran (modul) Menggunakan alat pembelajaran atau media pembelajaran yang dibuat dan dikembangkan sendiri
98
Aspek Kompetensi Guru Butir Deskriptor
Mengembangkan keperofesionalan diri secara berkelanjutan
5
6
7
Membuat karya desain dan setting sebagai bahan ajar di dalam pembelajaran Melakukan penelitian tidakan kelas untuk peningkatan keprofesionalan Memanfaatkan internet di dalam kegiatan pembelajaran
Dari deskriptor di atas dapat dihasilkan data kegiatan observasi yang
dilakukan peneliti terhadap aspek mengembangkan keprofesionalan diri secara
berkelanjutan yang dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.11 Hasil penilaian observasi tentang aspek mengembangkan
keprofesionalan diri secara berkelanjutan (Sumber : Data Olahan Observasi Penelitian, 2013)
Butir P1 P2 P3 Skor Nilai Konversi S N S N S N
1 3 75 3 75 3 75 9 75 B 2 2 50 2 50 2 50 6 50 D 3 4 100 4 100 3 75 11 91,67 A 4 2 50 2 50 2 50 6 50 D 5 4 100 4 100 4 100 12 100 A 6 1 25 1 25 1 20 3 25 D 7 3 75 3 75 3 75 9 75 B
Keterangan : P1 : Pengamat 1 (Peneliti) P2 : Pengamat 2 (Rekan guru di SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan) P3 : Pengamat 3 (Guru seni rupa dari SMK Teladan Jakarta Selatan) N : Nilai Skor S : Skor
Kategori Penilaian : Sangat Kompeten : 80 – 100 (A) Kompeten : 70 – 79 (B) Cukup Kompeten : 60 – 69 (C) Kurang Kompeten : 50 – 59 (D) Rumus Konversi : Skor : 1 – 4 Skor tertinggi : jumlah pilihan tertinggi dari pengamat x jumlah pengamat
: 4 x 3 = 12
N : S x 100 Skor tertinggi Konversi : Total x 100 Skor tertinggi
99
Berdasarkan tabel hasil observasi di atas dapat dideskripsikan sebagai
berikut:
- Butir 1. Pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 menilai guru kompeten
mengidentifikasi permasalahan di dalam kegiatan pembelajaran desain dan
setting kelas XI sehingga memperoleh skor 9 = 75 (B).
- Butir 2. Pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 menilai guru kurang
kompeten memperbaiki metode dan strategi pembelajaran dalam
pembelajaran desain dan setting kelas XI sehingga memperoleh skor 6 =
50 (D).
- Butir 3. Pengamat 1 dan pengamat 2 menilai guru sangat kompeten
sedangkan pengamat 3 menilai guru kompeten membuat karya ilmiah
(modul) untuk kegiatan pembelajaran desain dan setting kelas XI pada
Keahlian Persiapan Grafika di SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan
sehingga memperoleh skor 11 = 91,67 (A). Hal tersebut dinilai ke dalam
kategori sangat kompeten.
- Butir 4. Pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 menilai guru kurang
kompeten menggunakan alat pembelajaran atau media pembelajaran yang
dibuat dan dikembangkan sendiri sehingga memperoleh skor 6 = 50 (D).
- Butir 5. Pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 menilai guru sangat
kompeten membuat karya desain dan setting sebagai bahan ajar mata
pelajaran desain dan setting kelas XI sehingga memperoleh skor 12 = 100
(A). Hal tersebut dinilai ke dalam kategori sangat kompeten.
100
- Butir 6. Pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 menilai guru kurang
kompeten melakukan penelitian tidakan kelas untuk peningkatan
keprofesionalan sehingga memperoleh skor 3 = 25 (D).
- Butir 7. Pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 menilai guru kompeten
memanfaatkan internet di dalam kegiatan pembelajaran desain dan setting
kelas XI sehingga memperoleh skor 9 = 75 (B).
Hasil pengolahan data observasi di atas dapat dilihat pada diagram batang
sebagai berikut :
Gambar 4.4 Diagram penilaian hasil observasi terhadap aspek mengembangkan keprofesionalan diri secara berkelanjutan
(Sumber : Hasil Observasi, 2013)
Data di atas dilengkapi hasil wawancara dengan guru yang mengampu mata
pelajaran desain dan setting pada keahlian persiapan grafika di kelas XI SMK
Grafika Desa Putera Jakarta Selatan pada tanggal 2 Agustus 2013, yang
mengatakan bahwa :
101
“Menurut saya keprofesionalan secara berkelanjutan itu ya dengan tidak pernah berhenti belajar dan mengamati…kita juga jadi terus belajar supaya dapat mengimbangi perkembangan zaman…Kita juga harus melakukan refleksi secara terus menerus untuk memperbaiki kualitas atau kemampuan kita di bidang desain dan setting. Hasil dari kegiatan reflektif tersebut akan digunakan untuk memperbaiki atau mungkin mengubah materi, cara belajar siswa atau cara mengajar saya” (WWCR.GRDS-ST.SMKGRAFDP. JAKSEL.2Agustus2013).
Dari kutipan wawancara di atas dapat dipahami bahwa keprofesionalan
secara berkelanjutan adalah dengan tidak pernah berhenti belajar dan mengamati
agar dapat mengimbangi perkembangan zaman dan harus mampu melakukan
refleksi terhadap kinerja dalam mengajar atau dalam materi pembelajaran.
Guru menanamkan keprofesionalan kepada siswa dengan cara memberikan
motivasi untuk menggali lebih banyak lagi tentang kemungkinan apa yang bisa
dibuat, memberikan instruksi pembuatan suatu model agar dapat bekerja secara
efektif, efisien dengan waktu atau bahan yang digunakan, mendorong kepada
siswa untuk terus melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan
memberikan hangout atau semacam rangkuman materi, modul, atau sumber lain
dari internet. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan guru pada keahlian persiapan
grafika mata pelajaran desain dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera
Jakarta Selatan yaitu :
“Kita memberikan motivasi untuk menggali lebih banyak lagi tentang kemungkinan apa yang bisa dibuat oleh mereka…kemudian diharapkan mereka dapat bekerja secara efisien, kemudian pada saat kita memberikan instruksi pembuatan suatu model misalkan kalender itu mereka kan akan mencoba sesuai dengan apa yang dimiliki dia untuk membuat sesuatu sesuai dengan instruksi secara efektif, efisien dengan waktu atau bahan yang digunakan. Saya juga mendorong kepada siswa untuk terus melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi agar dapat lebih memahami suatu permasalahan…Saya juga memberikan hangout atau semacam rangkuman materi, modul, atau sumber lain dari internet yang saya berikan ke mereka
102
tujuannya untuk mereka mau menggali dan membaca kembali” (WWCR.GRDS-ST.SMKGRAFDP.JAKSEL.2Agustus2013).
Untuk mengembangkan keprofesionalan, guru juga diharapkan melakukan
penelitian tindakan kelas. Di dalam pembelajaran desain dan setting pada keahlian
persiapan grafika di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan, guru
belum melakukan penelitian tindakan kelas yang dikarenakan kondisi
pembelajaran masih memenuhi kompetensi yang diharapkan selain itu kurangnya
dukungan dana dari pihak sekolah. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan guru
pada keahlian persiapan grafika mata pelajaran desain dan setting di kelas XI
SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan yaitu :
“Penelitian tindakan kelas belum pernah saya lakukan karena saya rasa kondisi pembelajaran masih memenuhi kompetensi yang diharapkan dan sekolah yang kurang dana untuk guru-gurunya melakukan penelitian tindakan kelas” (WWCR.GRDS-ST.SMKGRAFDP.JAKSEL.2Agustus 2013).
Profesional di bidang desain dan setting yaitu mampu membuat karya
desain dan setting yang original, bekerja secara efisien, bisa mengaplikasikan
yang diinginkan pemesan, dan dapat menentukan batas waktu, harga, dan lain-
lain. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan guru pada keahlian persiapan grafika
mata pelajaran desain dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta
Selatan yaitu :
“Dia bisa membuat sesuatu yang original kemudian bisa bekerja secara efisien, bisa mengaplikasikan apa yang diinginkan pemesan ke dalam bentuk desain yang dibuatnya, kemudian yang pasti dia bisa menentukan batas waktu, harga, dan lain-lain yang kaitannya dengan proyek itu” (WWCR.GRDS-ST.SMKGRAFDP.JAKSEL.2Agustus 2013).
103
Guru harus mampu mengidentifikasi permasalahan yang ada di dalam
kegiatan pembelajaran. Permasalahan yang terdapat di dalam pembelajaran desain
dan setting pada keahlian persiapan grafika di kelas XI SMK Grafika Desa Putera
Jakarta Selatan dapat diidentifikasi oleh guru dengan cara menempatkan dirinya
sebagai teman atau bagian dari siswa. Selain itu juga guru melihatnya dari
penilaian hasil belajar baik teori maupun tugas membuat karya desain. Untuk
mengembangkan penjelasan materi agar siswa lebih mudah memahami, guru
memberikan contoh hasil karya desain yang dibuat sendiri dan memperagakan
teknik membuatnya di depan siswa. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan guru
pada keahlian persiapan grafika mata pelajaran desain dan setting di kelas XI
SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan yaitu :
“Saya akan memposisikan diri saya berada seperti mereka, seperti teman saja dengan begitu mereka akan terbuka dengan sendirinya, saya akan coba diskusikan dan memberi masukan atau nasihatlah ke mereka sebisa saya, ataupun kendala pada tugas karya desain yang dikerjakan siswa, saya melihatnya dari hasil karya siswa secara satu persatu. Misalkan ada yang belum dimengerti siswa dalam membuat karya desain di tugasnya, saya akan memberikan demonstrasi cara menyelesaikan tugas yang saya berikan dengan memberikan tayangan karya desain yang sudah saya buat sebelumnya. Dan sebisa mungkin saya akan selalu hadir di dalam kegiatan pembelajaran supaya siswa merasa bahwa gurunya saja semangat kenapa saya tidak” (WWCR.GRDS-ST.SMKGRAFDP.JAKSEL.2Agustus2013).
Dalam mengembangkan keprofesionalan, guru juga diharapkan membuat alat
atau media pembelajaran secara individu. Di dalam pembelajaran desain dan
setting pada keahlian persiapan grafika di kelas XI SMK Grafika Desa Putera
Jakarta Selatan, guru masih memanfaatkan alat pembelajaran yang sudah di
sediakan dari sekolah dan media pembelajaran juga masih banyak memanfaatkan
yang sudah tersedia, hanya ada beberapa yang dibuat sendiri oleh guru yaitu
104
apabila menggunakan media powerpoint. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
guru pada keahlian persiapan grafika mata pelajaran desain dan setting di kelas XI
SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan yaitu :
“Untuk alat pembelajaran sih tidak, karena fasilitas sarana yang disediakan sekolah untuk mata pelajaran desain dan setting ini memadai mulai dari komputer sampai softwarenya. Kalau untuk media, paling hanya membuat powerpoint yang materinya saya cari di internet atau buku-buku lalu saya masukkan ke slide” (WWCR.GRDS-ST.SMKGRAFDP.JAKSEL.2Agustus 2013).
Agar dapat mengimbangi keprofesionalan secara berkelanjutan di dalam
kegiatan pembelajaran perlu diimbangi dengan fasilitas yang memadai. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan guru pada keahlian persiapan grafika mata
pelajaran desain dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan
yaitu :
“Fasilitas untuk pelajaran desain dan setting dalam artian penguasaan terhadap software ya cukup memadai utuk pemahaman atau basic mereka, meskipun apabila mengikuti di industri belum. Misalkan di perusahaan menggunakan CS6 tetapi di sini baru menggunakan CS3” (WWCR.GRDS-ST.SMKGRAFDP.JAKSEL.2Agustus2013).
Fasilitas yang ada di sekolah untuk kegiatan pembelajaran desain dan setting
harus memenuhi standar minimum desain dan setting. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan guru pada keahlian persiapan grafika mata pelajaran desain dan setting
di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan yaitu :
“Kalau masalah fasilitas di sini sudah memenuhi standar minimum, ya saya katakan sudah lebih di atas minimum. Modal untuk siswa lebih dari cukup, ya cuma memang yang masih kesulitan di kita ini ya mungkin membangkitkan daya juang siswa kita” (WWCR.GRDS-ST. SMKGRAFDP.JAKSEL.2Agustus2013).
105
Pernyataan di atas didukung hasil kuesioner yang diisi oleh 32 orang siswa
pada Keahlian Persiapan Grafika pada keahlian persiapan grafika di kelas XII
SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan mengenai aspek mengembangkan
keprofesionalan diri secara berkelanjutan yaitu :
- 32 orang siswa (100%) menilai guru memiliki kemampuan
mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan cara
memahami kesulitan siswa di dalam kegiatan pembelajarn desain dan
setting yaitu dengan terus memotivasi siswa agar tetap semangat
mengembangkan kemampuannya dan terus belajar.
- 32 orang siswa (100%) menilai guru juga memberikan modul dan langkah
kerja kepada siswa dalam membuat karya desain dan setting.
- 32 orang siswa (100%) menilai guru membuat karya desain dan setting
untuk dijadikan contoh di dalam kegiatan pembelajaran.
- 32 orang siswa (100%) menilai guru cara guru mengajar kurang bervariasi
karena metode yang digunakan sama di setiap pertemuannya dengan
ceramah dan demonstrasi software.
Deskripsi hasil kuesioner di atas dapat diperjelas dengan melihat tabel di
bawah ini :
Tabel 4.12 Hasil kuesioner tentang aspek mengembangkan keprofesionalan diri secara berkelanjutan
(Sumber : Olahan Kuesioner, 2013)
Aspek Yang Diamati No Deskripsi Aspek Yang Diamati
Jumlah Siswa
Ya Tidak
Mengembangkan keprofesionalan diri secara berkelanjutan.
19 Memahami kesulitan siswa di dalam kegiatan pembelajarn desain dan setting
32
100%
-
106
Aspek Yang Diamati No Deskripsi Aspek Yang
Diamati Jumlah Siswa
Ya Tidak
Mengembangkan keprofesionalan diri secara berkelanjutan.
20 Memberikan modul dan langkah kerja kepada siswa dalam membuat karya desain dan setting
32
100%
-
21 Guru membuat karya desain dan setting yang dijadikan sebagai contoh di dalam pembelajaran
32
100%
-
22 Cara guru mengajar bervariasi
- 32
100%
4.1.2.2.4 Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran yang diampu.
Untuk mengetahui kompetensi guru terhadap aspek menguasai standar
kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu dapat dilihat
berdasarkan deskriptor berikut :
Tabel 4.13 Deskriptor penilaian terhadap aspek menguasai standar kompetensi dan
kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu (Sumber : Spesifikasi modifikasi Schippers dan Patriana, 1994)
Aspek Kompetensi Guru Butir Deskriptor
Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu
1 2 3 4
Memahami tujuan pembelajaran yang akan dicapai Mengidentifikasi kesulitan belajar siswa di dalam materi Adobe Illustrator, Adobe Photoshop, Adobe InDesign Memahami standar kompetensi mata pelajaran desain dan setting kelas XI di SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan Memahami kompetensi dasar mata pelajaran desain dan setting kelas XI di SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan
Dari deskriptor di atas dihasilkan data kegiatan observasi yang dilakukan
peneliti terhadap aspek menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran yang diampu dapat dilihat pada tabel berikut :
107
Tabel 4.14 Hasil penilaian observasi tentang aspek menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu (Sumber : Olahan observasi penelitian, 2013)
Butir P1 P2 P3 Skor Nilai Konversi S N S N S N
1 4 100 4 100 4 100 12 100 A 2 4 100 4 100 4 100 12 100 A 3 4 100 4 100 4 100 12 100 A 4 4 100 4 100 4 100 12 100 A
Keterangan : P1 : Pengamat 1 (Peneliti) P2 : Pengamat 2 (Rekan guru di SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan) P3 : Pengamat 3 (Guru seni rupa dari SMK Teladan Jakarta Selatan) N : Nilai Skor S : Skor
Kategori Penilaian : Sangat Kompeten : 80 – 100 (A) Kompeten : 70 – 79 (B) Cukup Kompeten : 60 – 69 (C) Kurang Kompeten : 50 – 59 (D) Rumus Konversi : Skor : 1 – 4 Skor tertinggi : jumlah pilihan tertinggi dari pengamat x jumlah pengamat
: 4 x 3 = 12
N : S x 100 Skor tertinggi Konversi : Total x 100 Skor tertinggi
Berdasarkan tabel hasil observasi di atas dapat dideskripsikan sebagai
berikut:
- Butir 1. Pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 menilai guru sangat
kompeten memahami tujuan pembelajaran yang akan dicapai sehingga
memperoleh skor 12 = 100 (A).
- Butir 2. Pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 menilai guru sangat
kompeten mengidentifikasi kesulitan belajar siswa di dalam materi Adobe
108
Illustrator CS3, Adobe Photoshop CS3, dan Adobe InDesign CS3 sehingga
memperoleh skor 12 = 100 (A).
- Butir 3. Pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 menilai guru sangat
kompeten memahami standar kompetensi mata pelajaran desain dan
setting pada keahlian persipan grafika di kelas XI SMK Grafika Desa
Putera Jakarta Selatan sehingga memperoleh skor 12 = 100 (A).
- Butir 4. Pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 menilai guru sangat
kompeten memahami kompetensi dasar mata pelajaran desain dan setting
pada keahlian persipan grafika di kelas XI SMK Grafika Desa Putera
Jakarta Selatan sehingga memperoleh skor 12 = 100 (A).
Hasil olahan data observasi di atas dapat dilihat pada diagram batang
sebagai berikut :
Gambar 4.5 Diagram penilaian hasil observasi terhadap aspek
menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu (Sumber : Hasil observasi, 2013)
109
Data di atas dilengkapi hasil wawancara dengan guru yang mengampu mata
pelajaran desain dan setting pada keahlian persiapan grafika di kelas XI SMK
Grafika Desa Putera Jakarta Selatan pada tanggal 2 Agustus 2013, yang
mengatakan bahwa :
“Materi kelas XI yaitu yang pertama standar pembuatan data digital sebagai tambahan pengetahuan buat siswa karena memang ini sebagai dasar sebelum masuk ke software, setelah itu masuk ke materi hardware dan software yang dibutuhkan, pemahaman mengenai fungsi dari kelompok software, kemudian pemahaman mengenai data digital bitmap atau vektor, kemudian dilanjutkan dengan penguasaan terhadap software Illustrator, Photoshop, InDesign.” (WWCR.GRDS-ST.SMKGRAFDP.JAKSEL. 2Agustus2013).
Dari kutipan wawancara di atas, dapat diketahui bahwa materi di kelas XI
yaitu yang pertama standar pembuatan data digital sebagai tambahan pengetahuan
buat siswa, materi hardware dan software yang dibutuhkan, pemahaman mengenai
fungsi dari kelompok software, pemahaman mengenai data digital bitmap atau
vektor, dan dilanjutkan dengan penguasaan terhadap software Illustrator,
Photoshop, InDesign. Dari materi tersebut pasti memiliki kesulitan tertentu bagi
siswa. Guru juga diharuskan untuk dapat mengidentifikasi kesulitan belajar siswa
dengan cara bertanya kepada siswa tentang kesulitan yang dirasakan dan lebih
memberikan perhatian kepada siswa yang mengalami kesulitan, mengamati cara
siswa bekerja, mengamati nilai siswa, dan mengamati hasil tugas karya desain dan
setting yang dibuat siswa. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan guru pada
keahlian persiapan grafika mata pelajaran desain dan setting di kelas XI SMK
Grafika Desa Putera Jakarta Selatan yaitu :
“…jika saya lihat dari pekerjaan mereka, kesulitan yang ada di kelas praktik mereka hanya takut untuk mengeluarkan idenya dan malu. Kalau di teori memang ada beberapa dari pengamatan dan nilai yang saya lihat agak lemah
110
solusinya saya mencoba menanyakan kepada yang bersangkutan tentang kesulitannya dan lebih memberikan perhatian kepada yang bersangkutan. Artinya ya saya coba untuk mengamati cara mereka bekerja dengan software ketika di ruang praktik, nilai-nilai mereka, pengamatan kepada siswa dikelas, mengamati hasil tugas karya yang mereka buat” (WWCR.GRDS-ST.SMKGRAFDP.JAKSEL.2Agustus2013).
Dari kemampuan mengidentifikasi kesulitan belajar siswa maka dapat
diketahui materi yang paling mudah dikuasai siswa dalam pembelajaran desain
dan setting pada keahlian persiapan grafika di kelas XI SMK Grafika Desa Putera
Jakarta Selatan adalah Adobe InDesign CS3. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan guru pada keahlian persiapan grafika mata pelajaran desain dan setting
di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan yaitu :
“Materi yang paling mudah dikuasai siswa itu InDesign karena anak kalau di InDesign mengerjakan tugasnya lebih cepat waktunya, pekerjaannya lebih sederhana dibandingkan dengan software-software lain” (WWCR.GRDS-ST.SMKGRAFDP.JAKSEL.2Agustus2013).
Materi yang paling sulit dikuasai siswa dalam pembelajaran desain dan
setting pada keahlian persiapan grafika di kelas XI SMK Grafika Desa Putera
Jakarta Selatan adalah Adobe Illustrator CS3. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan guru pada keahlian persiapan grafika mata pelajaran desain dan setting
di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan yaitu :
“Kalau materi yang paling sulit dikuasai siswa itu di Illustrator, karena pada saat saya memberikan ke mereka tugas, meskipun saya bimbing, kalau bentuk-bentuk yang geometri standar itu tidak ada masalah, tetapi kalau misalkan bukan bentuk-bentuk yang geometris standar yang diberikan misalkan bentuk sudut-sudut misalkan membuat image dengan path mereka mulai agak kesulitan. Di Photoshop itu ditengah-tengah, karena lebih mudah dengan langkah kerja yang saya tulis mereka bisa melaksanakan itu sesuai dengan apa yang diharapkan tetapi kalau di Illustrator mereka diminta membuat sesuatu terkadang mereka masih kesulitan” (WWCR.GRDS-ST.SMKGRAFDP.JAKSEL.2 Agustus2013).
111
Tujuan pembelajaran desain dan setting adalah supaya siswa mampu bekerja
dengan software grafis dan terbiasa dengan dunia kerja. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan guru pada keahlian persiapan grafika mata pelajaran desain
dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan yaitu :
“Tujuan pembelajaran saya buat mengacu kepada kebutuhan pasar atau dunia kerja, tujuannya agar anak terbiasa dengan dunia kerja, seperti halnya di kelas XI anak diajarkan materi Illustrator, Photoshop, InDesign, walaupun hanya dasar-dasar yang saya ajarkan disini tetapi setidaknya mereka mampu mengaplikasikan software tersebut sesuai dengan kebutuhannya di dunia kerja” (WWCR.GRDS-ST.SMKGRAFDP. JAKSEL.2Agustus 2013).
Jika mengkaji mengenai SK-KD, berarti berbicara mengenai kurikulum.
Telaah kurikulum harus selalu dilakukan dalam pembelajaran desain dan setting
di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan. Telaah kurikulum oleh
guru dilakukan setiap akhir tahun ajaran baru. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan guru pada keahlian persiapan grafika mata pelajaran desain dan setting
di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan yaitu :
“Kalau masalah telaah kurikulum yang saya lakukan pasti setiap kali akhir tahun ajaran baru, saya akan melihat refleksi apa yang diberikan, kemudian sudah memenuhi atau belum, ya itu yang setiap tahun saya lakukan. Kalau dari kurikulum yang tertuliskan, kurikulum itu pasti ada perubahan kalau setelah refleksi tidak sesuai misalkan dalam penentuan waktu pembelajaran ataupun pengembangan materi” (WWCR.GRDS-ST.SMKGRAFDP. JAKSEL.2Agustus2013).
Mengkaji atau meninjau sebuah kurikulum harus memerlukan strategi.
Strategi guru desain dan setting dalam meninjau kurikulum desain dan setting di
SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan yaitu bertanya kepada siswa sebelum
membahas materi lebih dalam, meminta pendapat rekan guru, dan masukkan hal-
hal atau materi pembelajaran terkait dengan pengalaman dan kebutuhan siswa
112
secara benar di dunia kerja sehingga anak siap di dunia kerja. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan guru pada keahlian persiapan grafika mata pelajaran desain
dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan yaitu :
“Strategi saya dalam meninjau kurikulum, saya selalu bertanya ke siswa sebelum membahas mengenai software, saya selalu bertanya mengenai langkah-langkah membuat sebuah desain atau barang cetakan itu dari apa yang siswa ketahui sebelumnya sebelum saya membahas materi lebih jauh…Saya juga meminta pendapat rekan guru…Dalam pengembangan kurikulum tetapi tidak keluar dari apa yang telah dibuat pemerintah dan sifatnya hanya menambahkan, dengan menentukan tujuan yang akan dicapai, seperti yang tadi saya katakana, saya coba masukkan hal-hal atau materi pembelajaran terkait dengan pengalaman dan kebutuhan siswa secara benar di dunia kerja sehingga anak siap di dunia kerja” (WWCR.GRDS-ST.SMKGRAFDP.JAKSEL.2Agustus2013).
Berdasarkan tinjauan kurikulum yang dilakukan, bagian yang mengalami
perubahan terkait kurikulum desain dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa
Putera Jakarta Selatan yang ada saat ini adalah menambahkan konten isi materi.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan guru pada keahlian persiapan grafika mata
pelajaran desain dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan
yaitu :
“Tahun ini yang mengalami perubahan, sebenarnya bukan merubah tetapi memperbaiki atau sifatnya koreksi-koreksi saja terhadap apa yang saya lakukan…Ya paling bagian yang mengalami perubahan hanya di isi dari materinya saja, bukan perubahan tapi penambahan, selebihnya saya rasa sama, ya paling jam pelajarannya saja yang berubah” (WWCR.GRDS-ST.SMKGRAFDP.JAKSEL.2Agustus2013).
Kurikulum desain dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta
Selatan yang telah ditinjau dan diperbaiki akan diberikan ke bagian kurikulum
dan didiskusikan dengan guru lain. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan guru
pada keahlian persiapan grafika mata pelajaran desain dan setting di kelas XI
SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan yaitu :
113
“…bukannya memperbaiki tetapi melakukan koreksi-koreksi. Setelah kita tinjau, kita perbaiki ya kita berikan ke bagian kurikulum atau ke sekolah, kemudian sekolah akan mengoreksi kembali kurikulum yang saya buat kemudian kita diskusikan” (WWCR.GRDS-ST.SMK GRAFDP.JAKSEL. 2Agustus2013).
Tidak hanya peninjauan terhadap kurikulum, guru juga harus meninjau dan
memperbaiki silabus yang telah dibuat agar konten isi dalam pembelajaran tidak
ketinggalan zaman yang dilakuakan setiap tahun. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan guru pada keahlian persiapan grafika mata pelajaran desain dan setting
di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan yaitu :
“…masalah silabus kalau jujur saya baru buat silabus itu baru sekitar 6 tahun terkhir ini, tetapi setiap tahun ya saya buat selama waktu tersebut karena memang tuntutannya seperti itu. Pada saat saya melihat adanya ketidaksesuaian dilapangan ya tahun berikutnya pasti akan ada perbaikan silabus. Saya akan menyesuaikan dengan sistem pembelajaran di sekolah ini, mana materi untuk di teori dan mana materi untuk di praktik…” (WWCR.GRDS-ST.SMKGRAFDP.JAKSEL.2Agustus2013).
Kebijakan sekolah mengenai kurikulum desain dan setting di kelas XI SMK
Grafika Desa Putera Jakarta Selatan hanya sebatas memberikan tuntunan secara
umum, kemudian teknik pembuatan dan penerapannya dilapangan diserahkan
kepada guru yang bersangkutan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan guru pada
keahlian persiapan grafika mata pelajaran desain dan setting di kelas XI SMK
Grafika Desa Putera Jakarta Selatan yaitu :
“Sekolah hanya akan memberikan tuntunan secara umum, kemudian teknik pembuatan dan penerapannya dilapangan sesuai guru karena dianggap guru yang mengampu materi itu yang dipandang memahami betul tentang materi itu” (WWCR.GRDS-ST.SMKGRAFDP.JAKSEL.2Agustus2013).
114
Pernyataan di atas diperkuat oleh hasil kuesioner yang diisi oleh 32 orang
siswa pada keahlian persiapan grafika di kelas XII SMK Grafika Desa Putera
Jakarta Selatan mengenai aspek menguasai standar kompetensi dan kompetensi
dasar mata pelajaran yang diampu.
32 orang siswa (100%) menilai guru pada keahlian persiapan grafika mata
pelajaran desain dan setting kelas XI di SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan
menilai bahwa guru menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran yang diampu sesuai yang tertulis di dalam kurikulum sekolah yaitu
mengajarkan materi Adobe Illustrator CS3, Adobe Photoshop CS3, dan Adobe
InDesign CS3.
32 orang siswa (100%) menilai materi pada keahlian persiapan grafika mata
pelajaran desain dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan
yang diajarkan oleh guru adalah :
- Materi Adobe Illustrator CS3 yang diajarkan yaitu fungsi palet tool, menu,
membuat logo, membentuk teks melingkar, membuat brosur,
menggunakan/mengcopy objek, mengedit bentuk huruf, memberi warna
pada objek, menggabungkan teks dengan gambar, membuat transparansi
objek, memberi jarak antara teks dan gambar, membuat crop area,
mengubah huruf menjadi vektor, dan membuat konsep ilustrasi objek.
- Materi Adobe Photoshop CS3 yang diajarkan yaitu fungsi palet tool,
menu, membuat efek kayu, membuat bentuk dasar, membuat efek ruangan
3d, format penyimpanan file, membuat seleksi dan masking image,
memberi warna pada objek, menggabungkan image untuk pracetak,
115
membuat transparansi objek, menggabungkan image secara utuh, cropping
image, mencetak karya desain dan setting, dan efek-efek di Adobe
Photoshop.
- Materi Adobe InDesign CS3 yang diajarkan yaitu fungsi palet tool, menu,
menyiapkan layout untuk proses cetak, membuat bentuk dasar,
menggabungkan gambar dan teks, format penyimpanan file, membuat
konsep layout untuk cetakan, memberi warna pada objek, menggabungkan
data untuk pracetak, menyiapkan layout cetakan, menggabungkan data
secara utuh, imposisi halaman, mencetak karya desain dan setting,
membuat dummy cetakan.
Materi desain dan setting pada keahlian persiapan grafika di kelas XI SMK
Grafika Desa Putera Jakarta Selatan yang paling sulit dikuasai menurut persepsi
siswa dari hasil kuesioner yaitu :
- 24 orang siswa (75%) menilai bahwa materi yang paling sulit dikuasai
adalah Adobe Illustrator CS3 karena sulit menggunakan path/banyak
tracing image yang membuat lama, menu-menunya banyak yang harus
dipahami, ribet, dan ada hitung-hitungan.
- 5 orang siswa (15,63%) menilai bahwa materi yang paling sulit dikuasai
adalah Adobe Photoshop materi paling sulit karena bermain dengan efek,
langkah-langkahnya juga rumit.
- 3 orang siswa (9,37%) menilai bahwa materi yang paling sulit dikuasai
adalah Adobe InDesign materi paling sulit karena banyak hitung-hitungan
untuk komposisi halaman.
116
Materi desain dan setting pada keahlian persiapan grafika di kelas XI SMK
Grafika Desa Putera Jakarta Selatan yang paling mudah dikuasai menurut persepsi
siswa dari hasil kuesioner yaitu :
- 6 orang siswa (18,75%) menilai bahwa materi yang paling mudah dikuasai
adalah Adobe Illustrator CS3 merupakan materi yang paling mudah karena
hanya menggunakan path tool, tracing image.
- 7 orang siswa (21,87%) menilai bahwa materi yang paling mudah dikuasai
adalah Adobe Photoshop CS3 merupakan materi paling mudah karena
menyanangkan membuat efek, retouch gambar, manipulasi gambar.
- 19 orang siswa (59,38%) menilai bahwa materi yang paling mudah
dikuasai adalah Adobe InDesign CS3, Hal tersebut dikarenakan Adobe
InDesign CS3 materi terakhir yang diajarkan, menu-menunya juga
merupakan perpaduan dari Illustrator dan Photoshop jadi lebih mudah, dan
digunakan hanya untuk layout jadi pengerjaannya membutuhkan waktu
yang lebih singkat.
Deskripsi data hasil kuesioner di atas dapat diperjelas dengan melihat tabel
di bawah ini :
Tabel 4.15 Hasil kuesioner tentang aspek menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu
(Sumber : Olahan kuesioner, 2013)
Aspek Yang Diamati No Deskripsi Aspek Yang Diamati
Jumlah Jawaban
Siswa Analisis Jawaban Siswa
Menguasai standar kompetensi dan
kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu
23 Materi desain dan setting kelas XI di SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan
32 (100%)
Adobe Illustrator, Adobe Photoshop, dan Adobe InDesign
117
Aspek Yang Diamati No Deskripsi Aspek Yang Diamati
Jumlah Jawaban
Siswa Analisis Jawaban Siswa
Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu
24 Materi Adobe Illustrator
32 (100%)
- Fungsi palet tool, menu - Membuat logo - Membentuk teks
melingkar - Membuat brosur - Menggunakan/
mengcopy objek - Mengedit bentuk huruf - Memberi warna pada
objek - Menggabungkan teks
dengan gambar - Membuat transparansi
objek - Memberi jarak antara
teks dan gambar - Membuat crop area - Mengubah huruf
menjadi vector - Membuat konsep
ilustrasi objek 25 Materi Adobe
Photoshop 32
(100%) - Fungsi palet tool, menu - Membuat bentuk dasar - Format penyimpanan
file - Memberi warna pada
objek - Membuat transparansi
objek - Cropping image - Efek-efek di Adobe
Photoshop - Membuat efek kayu - Membuat efek ruangan
3D - Membuat seleksi dan
masking image - Menggabungkan image
untuk pracetak - Menggabungkan image
secara utuh - Mencetak karya desain
dan setting
118
Aspek Yang Diamati No Deskripsi Aspek Yang Diamati
Jumlah Jawaban
Siswa Analisis Jawaban Siswa
Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu
26 Materi Adobe InDesign
32 (100%)
- Fungsi palet tool, menu - Membuat bentuk dasar - Format penyimpanan
file - Memberi warna pada
objek - Menyiapkan layout
cetakan - Imposisi halaman - Membuat dummy
cetakan - Menyiapkan layout
untuk proses cetak - Menggabungkan
gambar dan teks - Membuat konsep
layout untuk cetakan - Menggabungkan data
untuk pracetak - Menggabungkan data
secara utuh - Mencetak karya desain
dan setting 27 Materi desain dan
setting kelas XI di SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan yang paling sulit dikuasai siswa.
24 : Adobe
Illustrator 75%
5 : Adobe Photoshop
15,63%
3 : Adobe InDesign
9,37%
75% yang paling sulit dikuasai adalah Adobe Illustrator karena sulit menggunakan path/banyak tracing image yang membuat lama, menu-menunya banyak yang harus dipahami, ribet, dan ada perhitungannya 15,63% siswa menjawab Adobe Photoshop materi paling sulit karena bermain dengan efek, langkah-langkahnya juga rumit. 9,38% siswa menjawab Adobe InDesign materi paling sulit karena banyak hitung-hitungan untuk komposisi halaman.
119
Aspek Yang Diamati No Deskripsi Aspek Yang Diamati
Jumlah Jawaban
Siswa Analisis Jawaban Siswa
Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu
28 Materi desain dan setting kelas XI di SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan yang paling mudah dikuasai siswa.
6 : Adobe Illustrator 18,75%
7 : Adobe Photoshop
21,87%
19 : Adobe
InDesign 59,38%
18,75% siswa menjawab Adobe Illustrator merupakan materi yang paling mudah karena hanya menggunakan path tool, tracing image. 21,88% siswa menjawab Adobe Photoshop merupakan materi paling mudah karena menyanangkan membuat efek, retouch gambar, manipulasi gambar. 59,38% siswa menjawab yang paling mudah dikuasai adalah Adobe InDesign karena Adobe InDesign materi terakhir yang diajarkan, menu-menunya juga merupakan perpaduan dari Illustrator dan Photoshop jadi lebih mudah, dan digunakan hanya untuk layout jadi pengerjaannya membutuhkan waktu yang lebih singkat
4.1.2.2.5 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
mengembangkan diri.
Untuk mengetahui kompetensi guru terhadap aspek memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi baik untuk mengembangkan dirinya maupun
di dalam kegiatan pembelajaran dapat dilihat berdasarkan deskriptor berikut :
120
Tabel 4.16 Deskriptor penilaian terhadap aspek memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi untuk mengembangkan diri (Sumber : Spesifikasi modifikasi Schippers dan Patriana, 1994)
Aspek Kompetensi Guru Butir Deskriptor
Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri
1
2
Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran desain dan setting dengan memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri
Dari deskriptor di atas dapat dihasilkan data kegiatan observasi yang
dilakukan peneliti terhadap aspek memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi baik untuk mengembangkan dirinya maupun di dalam kegiatan
pembelajaran desain dan setting pada keahlian persiapan grafika di kelas XI SMK
Grafika Desa Putera Jakarta Selatan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.17 Hasil penilaian observasi tentang aspek memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri
(Sumber : olahan observasi penelitian, 2013)
Butir P1 P2 P3 Skor Nilai Konversi S N S N S N 1 4 100 4 100 4 100 12 100 A 2 4 100 4 100 4 100 12 100 A
Keterangan : P1 : Pengamat 1 (Peneliti) P2 : Pengamat 2 (Rekan guru di SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan) P3 : Pengamat 3 (Guru seni rupa dari SMK Teladan Jakarta Selatan) N : Nilai Skor S : Skor
Kategori Penilaian : Sangat Kompeten : 80 – 100 (A) Kompeten : 70 – 79 (B) Cukup Kompeten : 60 – 69 (C) Kurang Kompeten : 50 – 59 (D)
121
Rumus Konversi : Skor : 1 – 4 Skor tertinggi : jumlah pilihan tertinggi dari pengamat x jumlah pengamat
: 4 x 3 = 12
N : S x 100 Skor tertinggi Konversi : Total x 100 Skor tertinggi
Berdasarkan data tabel hasil observasi di atas dapat dideskripsikan sebagai
berikut:
- Butir 1. Pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 menilai guru sangat
kompeten menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dalam
pembelajaran desain dan setting kelas XI dengan memanfaatkan sarana
dan prasarana yang ada sehingga memperoleh skor 12 = 100 (A).
- Butir 2. Pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 menilai guru sangat
kompeten menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk
mengembangkan diri dengan menggunakan internet sehingga memperoleh
skor 12 = 100 (A).
Hasil pengolahan data observasi di atas dapat dilihat pada diagram batang
sebagai berikut :
122
Gambar 4.6 Diagram penilaian hasil observasi terhadap aspek memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri (Sumber : Hasil Observasi, 2013)
Data di atas diperkuat dari hasil wawancara dengan guru pada keahlian
persiapan grafika mata pelajaran desain dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa
Putera Jakarta Selatan pada tanggal 2 Agustus 2013, beliau mengatakan bahwa :
“…seringkali saya googling dari internet mengenai materi atau cara membuat suatu karya desain kemudian saya coba membuatnya atau saya pahami materinya baru di berikan kepada siswa...Saya juga lebih banyak langsung menampilkan software desain dan setting dengan menggunakan alat laptop dan LCD, atau terkadang menggunakan video tentang software yang saya ajarkan ataupun powerpoint untuk memudahkan berkomunikasi dengan siswa tentang materi yang saya ajarkan” (WWCR.GRDS-ST.SMKGRAFDP.JAKSEL.2Agustus2013).
Dari pernyataan di atas, dapat dipahami bahwa guru desain dan setting di
SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan telah memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi untuk kepentingan berkomunikasi dengan siswa dalam
penyampaian materi pembelajaran yaitu menggunakan internet, laptop, LCD,
video, dan powerpoint.
123
Guru memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pengembangan diri dengan cara memanfaatkan internet. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan guru pada keahlian persiapan grafika mata pelajaran desain
dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan yaitu :
“…seringkali saya googling dari internet mengenai materi atau cara membuat suatu karya desain dan setting yang saya juga coba sendiri ataupun mencari informasi perkembangan dunia desain dan setting ya tujuannya untuk menambahkan pengetahuan, kreativitas, dan kemampuan saya supaya nantinya bisa saya transfer kepada siswa” (WWCR.GRDS-ST. SMKGRAFDP.JAKSEL.2Agustus2013).
Kegiatan pembelajaran pada keahlian persiapan grafika mata pelajaran
desain dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan perlu
ditunjang dengan sarana yang memadai. Sarana yang disediakan SMK Grafika
Desa Putera Jakarta Selatan untuk pembelajaran desain dan setting kelas XI yaitu
9 unit komputer Apple Machintos, 36 unit komputer PC, printer, dan scanner.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan guru pada keahlian persiapan grafika mata
pelajaran desain dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan
yaitu :
“Sudah memadai sarananya. Sarana yang ada untuk desain dan setting di sini menggunakan machintos, I Mac cortu duo prosesornya, RAM nya masih 2 Gb. Ada 9 unit untuk siswa Machintos di ruang praktikum, 36 unit PC untuk siswa dan 2 unit untuk server di ruang Lab KKPI. Ada lagi scanner lino color ukuran A4, printer laser zet, printer color Epson” (WWCR.GRDS-ST.SMKGRAFDP.JAKSEL.2Agustus2013).
124
Pernyataan di atas didukung hasil kuesioner yng diisi oleh 32 orang siswa
pada keahlian persiapan grafika kelas XII di SMK Grafika Desa Putera Jakarta
Selatan mengenai aspek memanfaatkan teknologi komunikasi informasi dan
komunikasi untuk mengembangkan diri. Dari data kuesioner tersebut diperoleh
informasi bahwa :
a. 32 orang siswa (100%) menilai guru menggunakan teknologi komunikasi
dan informasi dalam proses pembelajaran karena guru sudah
menggunakan komputer dan internet di dalam memberikan tugas kepada
siswa.
b. 32 orang siswa (100%) menilai sarana di SMK Grafika Desa Putera
Jakarta Selatan sangat mendukung dan memadai untuk proses
pembelajaran desain dan setting di kelas XI. Sarana yang ada yaitu
komputer Apple Machintos ada 9 unit, komputer PC di Lab Komputer
ada 36 unit, scanner, printer, LCD, screen.
Deskripsi data hasil kuesioner di atas dapat diperjelas dengan melihat tabel
di bawah ini :
Tabel 4.18 Hasil kuesioner tentang aspek memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi ntuk mengembangkan diri (Sumber : Olahan data kuesioner, 2013)
Aspek Yang Diamati No Deskripsi Aspek Yang
Diamati Jumlah Siswa
Ya Tidak
Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri
29 Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dalam proses pembelajaran
32 (100%)
-
125
Aspek Yang Diamati No
Deskripsi Aspek Yang Diamati
Jumlah Siswa
Ya Tidak
Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri.
30 Sarana yang memadai untuk pembelajaran desain dan setting kelas XI
32 (100%)
-
4.2 Analisis dan Pembahasan
Unit analisis yang diperoleh dan telah diolah berupa perolehan data dari
hasil observasi, wawancara, kuesioner, dan dokumentasi untuk dipadukan dengan
seperangkat teori yang tersedia di dalam kajian teori sebagai acuan proses analisis
yang proporsional untuk menjawab rumusan masalah dalam peneltian ini.
4.2.1 Analisis dan Pembahasan Program Produktif pada Keahlian Persiapan
Grafika Di SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan
Program produktif pada keahlian persiapan grafika merupakan program
kegiatan pembelajaran di SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan yang di
dalamnya terdapat materi yang berkaitan dengan pembentukan kemampuan
keahlian sesuai masing-masing program studi pada keahlian persiapan grafika.
Program produktif pada keahlian persiapan grafika di Kelas XI SMK Grafika
Desa Putera Jakarta Selatan sesuai dengan kurikulum sekolah dan Permendiknas
Nomor 22 Tahun 2006, dibagi menjadi dua kelompok mata diklat yang memiliki
ciri atau sifat yang berbeda, yaitu :
1. Kelompok mata diklat produktif pada keahlian persiapan grafika yang
bersifat teoritik atau yang pembelajarannya lebih banyak dilaksanakan
di dalam kelas yang terdiri dari :
126
- Dasar kompetensi kejuruan yang meliputi mata pelajaran kalkulasi
grafika.
- Kompetensi kejuruan yang meliputi mata pelajaran desain dan
setting, cetak digital, photoreproduksi, teknik pembuatan acuan
cetak (TPAC).
2. Kelompok mata diklat produktif pada keahlian persiapan grafika yang
bersifat praktik atau yang pembelajarannya lebih banyak dilaksanakan
di unit produksi yang terdiri dari desain dan setting, photoreproduksi,
montase film dan plate making, serta mulok yaitu cetak offset.
Secara prinsip, dalam suatu mata diklat produktif pada keahlian persiapan
grafika di SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan tidak dipisahkan antara
pembelajaran praktik dan teori. Kedua hal (teori dan praktik) tersebut pada
dasarnya menyatu dalam kegiatan pembelajaran suatu mata diklat, hanya
proporsinya yang ditentukan berbeda. Dalam pedoman penyelenggaraan diklat
produktif SMK sesuai dengan KTSP SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan
(2010) dan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006, secara eksplisit disebutkan
beberapa hal : 1) alokasi waktu pembelajaran praktik dalam program produktif
minimum 70%, yang berarti pembelajaran teori maksimum 30%, 2) materi
pembelajaran dasar kompetensi kejuruan dan kompetensi kejuruan disesuaikan
dengan kebutuhan program keahlian untuk memenuhi standar kompetensi kerja di
dunia kerja, 3) pendidikan SMK diselenggarakan dalam bentuk pendidikan sistem
ganda yaitu dilaksanakan di industri yang disebut dengan praktik kerja industri
(PRAKERIN) dan sebagian di sekolah.
127
4.2.2 Identitas Guru Mata Pelajaran Desain dan Setting Di Kelas XI SMK
Grafika Desa Putera Jakarta Selatan
Gambar 4.7 Subjek Penelitian (AR) (Sumber : Dokumentasi pribadi, 2013)
AR yang lahir di kota Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1960 adalah guru
desain dan setting di unit sekolah dan desainer grafis di unit produksi SMK
Grafika Desa Putera Jakarta Selatan, saat ini beliau berusia 52 tahun. Saat ini
beliau tinggal di Jl. Boncel No. 60 Rt.003/06 Srengseng Sawah Jakarta Selatan,
dan beliau tinggal bersama istri dan tiga orang anak.
Setelah lulus dari SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan, beliau bekerja
di PT. Borsumiji Wehry Indonesia pada tahun 1980 - 1992 sebagai supervisor
percetakan kemudian pindah bekerja ke SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan
di bagian unit produksi sebagai operator cetak pada tahun 1993 – sekarang. Beliau
memulai pendidikan tingkat universitas dengan jenjang D3 pada tahun 1983 -
1987, tepatnya di Akademi Teknologi Grafika Indonesia (ATGI) Jakarta.
128
Setelah lulus kuliah beliau mendapat tugas tambahan sebagai staff pengajar
desain dan setting di SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan pada tahun 1997
sampai sekarang. Selain mengajar di SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan,
beliau juga pernah mengajar di STIKES Tarakanita Jakarta sebagai dosen
komunikasi grafika pada tahun 2010 – 2011 dan juga mengajar di Akademi
Teknologi Grafika Trisakti Jakarta sebagai dosen komputer grafis pada tahun
2007 sampai sekarang.
4.2.3 Analisis dan Pembahasan Kompetensi Guru Non Sertifikasi pada
Keahlian Persiapan Grafika Dalam Program Produktif Mata Pelajaran
Desain dan Setting di Kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta
Selatan
Analisis kompetensi guru non sertifikasi pada keahlian persiapan grafika
dalam program produktif mata pelajaran desain dan setting di kelas XI SMK
Grafika Desa Putera Jakarta Selatan, dapat dilihat dari diagram di bawah ini :
129
Keterangan : Aspek 1 : Menguasai materi, konsep, melaksanakan, dan mengontrol pembelajaran mata pelajaran
yang diampu Aspek 2 : Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif Aspek 3 : Mengembangkan keprofesionalan diri secara berkelanjutan Aspek 4 : Menguasai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Aspek 5 : Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri Kategori Penilaian : Sangat Kompeten : 80 – 100 (A) Kompeten : 70 – 79 (B) Cukup Kompeten : 60 – 69 (C) Kurang Kompeten : 50 – 59 (D)
Gambar 4.8 Diagram analisis kompetensi guru non sertifikasi pada keahlian persiapan grafika dalam program produktif mata pelajaran desain dan setting
di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan (Sumber : Hasil analisis, 2013)
Diagram 4.6 di atas menjelaskan bahwa kompetensi guru non sertifikasi
pada keahlian persiapan grafika dalam program produktif mata pelajaran desain
dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan terdiri dari 5
aspek pengamatan yang akan dibahas secara berurutan sesuai dengan tingkat
kompetensi dari nilai yang tertinggi ke nilai yang paling rendah.
4.2.3.1 Aspek Kemampuan Memanfaatkan Teknologi Informasi Dan
Komunikasi Untuk Mengembangkan Diri
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat
merupakan potensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan. SMK berbasis
teknologi mengharuskan seorang guru untuk dapat memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi baik untuk berkomunikasi maupun untuk
pengembangan diri.
130
Hasil analisis menunjukkan bahwa ada persamaan pendapat antara
pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 yang ditandai dengan warna hitam
dengan nilai 100 dengan siswa yang ditandai dengan warna orange dengan nilai
100 dan juga analisis hasil wawancara yang menilai guru sangat kompeten dalam
aspek memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan
diri. Hal tersebut disebabkan karena adanya tuntutan dari sekolah, industri, dan
tuntutan mata pelajaran desain dan setting yang memang merupakan bagian dari
teknologi informasi dan komunikasi itu sendiri.
Hasil analisis menunjukkan bahwa guru pada keahlian persiapan grafika
mata pelajaran desain dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta
Selatan memiliki kompetensi memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
untuk menjelaskan materi desain dan setting. Hal tersebut dibuktikan dari
penggunaan media pembelajaran dengan powerpoint dan tayangan video tutorial
membuat sebuah karya desain dan setting yang bersumber dari internet ataupun
penggunaan komputer sebagai media interaktif pada saat proses pembelajaran
dengan menampilkan langsung aplikasi software yang ditayangkan dari komputer
menggunakan LCD.
Guru pada keahlian persiapan grafika mata pelajaran desain dan setting di
kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan sudah memanfaatkan sarana
sekolah yang sangat memadai dan memenuhi standar minimal untuk pembelajaran
desain dan setting. Sarana yang disediakan sekolah untuk pembelajaran desain dan
setting yaitu LCD, laptop, komputer machintos yang berjumlah 9 unit dengan I
Mac Cortu Duo sebagai prosesornya dan RAM sebesar 2 Gb, 36 unit komputer
131
PC untuk siswa dan 2 unit untuk server di ruang Lab KKPI, scanner lino color
ukuran A4, printer laser zet, dan printer color Epson yang dapat dilihat pada bab
paparan data.
Gambar 4.9 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi di dalam proses pembelajaran desain dan setting kelas XI
(Sumber : Dokumentasi pribadi, 2013)
Hasil analisis menunjukkan bahwa guru pada keahlian persiapan grafika
mata pelajaran desain dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta
Selatan memiliki kompetensi memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
dalam peningkatan pengetahuannya tentang materi desain dan setting untuk
menunjang kegiatan pembelajaran. Hal tersebut dilakukan guru dengan mencari
materi desain dan setting dengan memanfaatkan internet sebagai sumbernya yang
kemudian akan dipahami dan dicoba pengaplikasiannya sebelum mengajarkannya
kepada siswa.
4.2.3.2 Aspek Kemampuan Menguasai Standar Kompetensi Dan Kompetensi
Dasar Mata Pelajaran Yang Diampu
Guru dituntut untuk mampu menguasai standar kompetensi dan kompetensi
dasar mata pelajaran yang diampu agar dapat menerapkannya di dalam kegiatan
132
pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Hasil analisis menunjukkan
bahwa tidak ada perbedaan pendapat yang mencolok antara pengamat 1, pengamat
2, dan pengamat 3 yang ditandai dengan warna hitam dengan nilai 100 dengan
siswa yang ditandai dengan warna orange dengan nilai 89,06 dan juga analisis
hasil wawancara yang menilai pada umumnya guru sangat kompeten dalam aspek
menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran desain dan
setting di kelas XI. Deskripsi analisis terhadap aspek menguasai SK-KD mata
pelajara yang diampu dibahas menjadi dua bagian, yaitu :
4.2.3.2.1 Memahami standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran yang diampu.
Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta
didik dalam penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan
tercapai pada satu mata pelajaran. Sedangkan kompetensi dasar adalah sejumlah
kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu
sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran
(Ramayulis, 2013:174).
Hasil analisis menunjukkan bahwa pemahaman terhadap standar kompetensi
dan kompetensi dasar dari guru pada keahlian persiapan grafika mata pelajaran
desain dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan telah
menunjukkan sikap yang sangat kompeten. Hal tersebut dikarenakan guru ikut
terlibat di dalam pembuatan kurikulum dan selalu menelaah kurikulum sekolah
tentang desain dan setting setiap tahunnya.
133
Materi yang disampaikan guru pada keahlian persiapan grafika mata
pelajaran desain dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan
juga selalu mengacu kepada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
dibuat sekolah. Hal ini dapat dilihat dari keberhasilan siswa dalam memenuhi
kompetensi desain dan setting yang diharapkan, yang diketahui dari hasil nilai
teori yang memenuhi KKM dan kemampuan membuat karya desain dan setting
dengan menggunakan software Adobe Illustrator CS3, Adobe Photoshop CS3,
dan Adobe InDesign CS3. Dengan memahami standar kompetensi dan
kompetensi dasar, guru akan mampu mengidentifikasi kesulitan belajar siswa
terhadap pemahaman materi. Cara yang dilakukan adalah dengan mengamati cara
siswa bekerja dengan software ketika di ruang praktik, mengamati nilai hasil
belajar siswa, pengamatan kepada siswa di kelas teori, dan mengamati hasil tugas
karya desain dan setting yang siswa buat.
Siswa yang kesulitan dalam pembelajaran desain dan setting, guru akan
bertanya tentang kesulitannya dan lebih memberikan perhatian kepada siswa
tersebut. Sehingga hal tersebut dapat dijadikan sebagai bahan refleksi buat guru
dalam mengkaji ulang SK-KD yang terdapat di dalam kurikulum sekolah. Hal
tersebut menyebabkan guru pada keahlian persiapan grafika mata pelajaran desain
dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan akan semakin
menguasai SK-KD mata pelajaran desain dan setting.
134
Gambar 4.10 Guru mengidentifikasi kesulitan belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran desain dan setting kelas XI
(Sumber : Dokumentasi pribadi, 2013)
Dari hasil analisis, materi yang paling sulit dikuasai siswa adalah Adobe
Illustrator CS3 karena pada saat guru memberikan ke siswa tugas membuat
ilustrasi menjadi data vektor yang kompleks bentuknya, meskipun dibimbing
siswa akan kesulitan dalam proses pengerjaannya yang mengakibatkan waktu
yang digunakan dalam proses pengerjaan menjadi lebih lama dan tidak efisien
serta harus ada penjelasan yang diulang-ulang oleh guru. Sedangkan materi yang
paling mudah dikuasai siswa adalah Adobe InDesign CS3 karena siswa
mengaplikasikan software Adobe InDesign CS3 dalam mengerjakan tugasnya
lebih cepat waktunya, pekerjaannya lebih sederhana dibandingkan dengan
software-software lain. Software ini digunakan untuk mensetting atau layout saja
dan fungsi tool, perintah, palet tidak berbeda jauh dengan yang ada pada software
Adobe Illustrator CS3 dan Adobe Photoshop CS3 yang telah diajarkan
sebelumnya jadi siswa sudah terbiasa dengan elemen yang ada di dalam software
Adobe InDesign ini. Untuk software Adobe Photoshop CS3 tingkat kesulitannya
berada ditingkatan tengah karena dengan langkah kerja yang guru tulis, siswa bisa
135
mengerjakan tugas sesuai dengan apa yang diharapkan tetapi software ini juga
membutuhkan ketelitian dalam langkah kerja agar hasilnya maksimal. Hal yang
perlu mendapat perhatian adalah kurang adanya penyampaian kompetensi yang
harus siswa capai di dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa harus mencari
sendiri kompetensi apa yang akan didapatkan.
4.2.3.2.2 Memahami tujuan pembelajaran yang diampu.
Tujuan pembelajaran merupakan gambaran proses dan hasil yang
diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar
(Ramayulis, 2013:175). Hasil analisis menunjukkan bahwa pemahaman guru
terhadap tujuan pembelajaran desain dan setting pada keahlian persiapan grafika
di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan telah menunjukkan sikap
yang sangat kompeten. Hal tersebut dilihat dari kegiatan pembelajaran yang
dilakukan guru memuat keseluruhan pengetahuan dan keterampilan untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Tujuan pembelajaran desain dan
setting pada keahlian persiapan grafika di kelas XI SMK Grafika Desa Putera
Jakarta Selatan yaitu agar siswa terbiasa dengan dunia kerja, siswa mampu
memahami fungsi dan mengaplikasikan software Adobe Illustrator CS3, Adobe
Photoshop CS3, dan Adobe InDesign CS3 untuk membuat karya desain dan
setting secara original dan efisien sesuai dengan keinginan client.
136
4.2.3.3 Aspek Menguasai Materi, Konsep, Melaksanakan dan Mengontrol
Mata Pelajaran Yang Diampu
Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pendapat yang
mencolok antara pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 yang ditandai dengan
warna hitam dengan nilai 99,45 dengan siswa yang ditandai dengan warna orange
dengan nilai 88,75 dan juga analisis hasil wawancara yang menilai pada umumnya
guru sangat kompeten dalam aspek menguasai materi, konsep, melaksanakan, dan
mengontrol kegiatan pembelajaran desain dan setting di kelas XI.
Dalam proses pembelajaran di suatu lembaga pendidikan tidak akan terlepas
dari materi pembelajaran yang akan digunakan sebagai salah satu sarana
pencapaian tujuan pendidikan. Upaya ini berdasarkan atas asumsi bahwa pendidik
tidak akan mampu mentransfer pengetahuan kepada peserta didik di dalam proses
pembelajaran apabila gurunya sendiri tidak menguasai secara luas dan mendalam
tentang keilmuan mata pelajaran yang diampu. Hal tersebut dilihat dari
kemampuan guru dalam menjelaskan materi ketika mengajar di dalam kelas dan
di ruang praktik dengan baik yaitu guru dapat menjelaskan materi dan
memberikan penjelasan teknik pembuatan karya desain dan setting dengan jelas
dan pasti tanpa adanya keraguan dalam setiap ucapannya.
137
Gambar 4.11 Kegiatan menjelaskan materi pembelajaran desain dan setting kelas XI
Keahlian Persiapan Grafika di SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan (Sumber : Dokumentasi pribadi, 2013)
Konsep pembelajaran pada keahlian persiapan grafika mata pelajaran desain
dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan yaitu siswa
dapat memahami dan mampu mengaplikasikan software Adobe Illustrator, Adobe
Photoshop, dan Adobe InDesign sampai menjadi sebuah desain dari suatu produk
cetakan. Hasil analisis terhadap aspek kemampuan guru dalam penguasaan konsep
mata pelajaran desain dan setting kelas XI di SMK Grafika Desa Putera Jakarta
Selatan telah menunjukkan sikap yang sangat kompeten. Hal ini dilihat dari
kemampuan guru melaksanakan dan mengontrol kegiatan pembelajaran baik di
ruang kelas maupun di ruang praktik yaitu guru selalu memberikan penjelasan
materi pengetahuan tentang software dan teknik pembuatan karya desain,
memberikan konsep secara umum, dan memberikan alternatif ide yang bisa
diterapkan siswa dalam kasus-kasus tertentu untuk dikembangkan menjadi konsep
yang lebih kompleks sehingga siswa dapat menghasilkan sebuah karya desain dan
setting yang memiliki nilai dan makna secara efisien.
138
Gambar 4.12 Guru memberikan pengarahan tugas dan mengontrol pekerjaan siswa
(Sumber : Dokumentasi pribadi, 2013)
Guru juga mampu menggunakan perangkat komputer atau software desain
dan setting serta memahami hubungan di antara teori tentang software-software
desain dan setting yang diajarkan kepasa siswa yaitu Adobe Illustrator CS3,
Adobe Photoshop CS3, dan Adobe InDesign CS3. Hal tersebut dilihat dari
kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan cara memperagakan penggunaan
aplikasi software secara langsung di depan siswa untuk mendukung pembuatan
karya desain dan setting yang diinginkan.
Gambar 4.13 Kegiatan penjelasan materi dengan mengaplikasikan
penggunaan software Adobe Photoshop CS3 (Sumber : Dokumentasi pribadi, 2013)
139
Guru memiliki kemampuan mengaitkan materi yang diajarkan dengan
materi lain yang relevan seperti seni budaya, kewirausahaan, cetak offset, teknik
pembuatan acuan cetak dan montase maupun agama sehingga dapat
menumbuhkan kebiasaan positif dan pemahaman yang lebih pada peserta didik.
Dengan kata lain, guru pada keahlian persiapan grafika mata pelajaran desain dan
setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan telah mampu
menganalisis ilmu-ilmu yang relevan dengan pembelajaran desain dan setting
kelas XI.
Kemampuan guru di dalam hal menguasai materi, konsep, melaksanakan, dan
mengontrol kegiatan pembelajaran desain dan setting di kelas XI SMK Grafika
Desa Putera Jakarta Selatan ini juga diukur dari keberhasilan peserta didik dalam
menguasai materi yang diberikan guru. Hal tersebut diketahui dari hasil evaluasi
siswa pada tahun ajaran 2012/2013 dengan nilai yang memenuhi KKM di SMK
Grafika Desa Putera Jakarta Selatan yaitu 75 dengan nilai akhir yang paling
rendah diperoleh siswa adalah 75 dan yang tertinggi adalah 98,5 yang dapat
dilihat pada tabel daftar nilai pada bagian lampiran. Selain itu siswa juga bisa
membuat karya desain dan setting sesuai dengan yang guru instruksikan di dalam
lembar kerja secara efisien. Selain itu siswa juga bisa membuat karya desain dan
setting sesuai dengan yang guru instruksikan di dalam lembar kerja secara efisien.
Hal tersebut didukung oleh hasil wawancara yang menunjukkan guru
menguasai materi, konsep, melaksanakan, dan mengontrol pembelajaran desain
dan setting di kelas XI yaitu kemampuan siswa dalam memahami materi desain
dan setting dilihat dari; 1) hasil evaluasi siswa, 2) nilai teori memenuhi KKM
140
yaitu 75, 3) bisa membuat karya desain dan setting sesuai instruksi di dalam
lembar kerja, 4) bisa menggunakan fungsi dari tool, palet, menu dalam suatu
software grafis, dan 5) dapat membuat karya desain dan setting secara efisien.
Gambar 4.14 Siswa mengaplikasikan software desain dan setting dalam mengerjakan tugas membuat karya desain dan setting
(Sumber : Dokumentasi pribadi, 2013)
Namun kenyataan pada saat proses pembelajaran terjadi kendala yaitu suara
guru yang pelan sehingga menyebabkan proses penjelasan materi atau
memberikan contoh pembuatan karya desain dan setting menjadi terganggu
dengan penyampaian materi yang kurang jelas didengar oleh siswa sehingga guru
harus melakukan pengulangan dalam menjelaskan materi. Berdasarkan hal
tersebut maka kegiatan pembelajaran yang sudah direncanakan di dalam RPP dan
silabus menjadi tidak sesuai. Sedangkan dalam pembelajaran praktik di ruang
praktikum walaupun suara guru pelan, tetapi penjelasan materi terdengar dengan
jelas karena di ruangan praktik hanya ada satu kelompok yang terdiri dari 9 orang
siswa setiap harinya dan siswa serius dalam mengerjakan tugas yang diberikan
sehingga menyebabkan suara guru yang pelan menjadi terdengar jelas.
141
4.2.3.4 Aspek Mengembangkan Materi Pembelajaran Yang Diampu Secara
Kreatif
Guru dituntut untuk mengembangkan materi pembelajaran yang diampu
secara kreatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pendapat
yang mencolok antara pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 yang ditandai
dengan warna hitam dengan nilai 91,11 dengan siswa yang ditandai dengan warna
orange dengan nilai 89.83 dan juga analisis hasil wawancara yang menilai pada
umumnya guru sangat kompeten dalam aspek mengembangkan materi
pembelajaran yang diampu secara kreatif.
Dalam menganalisis aspek mengembangkan materi pembelajaran yang
diampu secara kreatif, penulis membaginya menjadi dua pendekatan kompetensi
yaitu memilih materi pembelajaran yang diampu sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik dan mengelola materi pembelajaran yang diampu
secara kreatif sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.
4.2.3.4.1 Memilih materi pembelajaran yang diampu sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik.
Setiap guru harus mampu memilih serta mengelompokkan materi
pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik sesuai dengan
tingkatannya. Berdasarkan hasil analisis pada aspek kemampuan memilih materi
pembelajaran yang diampu sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik
oleh guru pada keahlian persiapan grafika mata pelajaran desain dan setting di
kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan telah menunjukkan sikap yang
sangat kompeten.
142
Ada beberapa hal yang dijadikan sebagai indikator oleh guru pada keahlian
persiapan grafika mata pelajaran desain dan setting di kelas XI di SMK Grafika
Desa Putera Jakarta Selatan dalam memilih materi pembelajaran yang diampu
yaitu:
a. Memperhatikan kurikulum yang ada di sekolah.
Dalam memilih materi pembelajaran, kurikulum merupakan hal
penting karena di dalamnya membahas muatan isi materi yang diberikan
kepada siswa. Kurikulum merupakan inti dari proses pendidikan yang di
dalamnya terdapat rancangan kegiatan pembelajaran. Dari kurikulum
tersebut guru dituntut untuk mampu secara optimal tercapainya kompetensi
yang diharapkan dimiliki oleh semua siswa.
Dari hasil analisis terdapat temuan tentang peninjauan kurikulum
mulai dari strategi yang guru desain dan setting lakukan yaitu dengan
bertanya kepada siswa sebelum membahas mengenai software, guru akan
bertanya kepada siswa mengenai langkah-langkah dalam membuat sebuah
desain atau barang cetakan. Apabila siswa belum paham, guru mata
pelajaran desain dan setting akan menambahkan kekurangan isi yang berada
di dalam kurikulum, selain itu guru mata pelajaran desain dan setting juga
meminta pendapat dari rekan guru. Dalam pengembangan kurikulum
tersebut tidak keluar dari yang telah dibuat pemerintah sehingga siswa siap
di dunia kerja setelah lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan.
Kurikulum yang ada setiap tahunnya akan diperbaiki dan sifatnya
hanya koreksi saja terhadap apa yang sudah lakukan. Sebagai contoh dalam
143
materi Adobe Illustrator, siswa mencoba untuk membuat suatu karya desain
dengan penambahan unsur-unsur grafis menjadi frame dan menggunakan
fasilitas lain di dalam software tersebut sehingga apabila dijadikan satu akan
menghasilkan karya yang kompleks.
Setelah kurikulum tersebut ditinjau dan diperbaiki, selanjutkan
diberikan ke bagian kurikulum dan kepala sekolah, kemudian sekolah akan
mengoreksi kembali kurikulum yang dibuat kemudian didiskusikan dengan
guru yang bersangkutan. Sekolah hanya akan memberikan tuntunan secara
umum, kemudian teknik pembuatan dan penerapannya dilapangan
diserahkan kepada guru yang bersangkutan karena dianggap yang paling
memahami betul tentang isi dari materi. Dari kurikulum yang dibuat, guru
mata pelajaran desain dan setting akan mengembangkannya ke dalam RPP
dan silabus yang dapat dilihat pada bagian lampiran. Silabus baru dibuat
oleh guru desain dan setting sekitar enam tahun terakhir, dan setiap
tahunnya pasti guru desain dan setting membuat silabus karena memang
tuntutan profesi guru. Pada saat guru desain dan setting melihat adanya
ketidak sesuaian dilapangan, tahun berikutnya pasti akan ada perbaikan
silabus.
Guru akan melihat refleksi apa yang muncul, kemudian sudah
terpenuhi kompetensinya atau belum pada diri siswa dari nilai yang
diperoleh. Kurikulum yang terdapat di sekolah akan mengalami perubahan
apabila setelah refleksi ditemukan ketidak sesuaian ataupun tujuan
pembelajaran desain dan setting yang belum tercapai.
144
b. Berpedoman pada standar pembuatan data digital.
Dari hasil analisis diperoleh temuan bahwa guru mata pelajaran desain
dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan dalam hal
memilih materi pembelajaran tidak dapat dilepaskan dari standar pembuatan
data digital karena mata pelajaran desain dan setting merupakan bagian dari
data digital.
Hal yang dilakukan guru adalah mengajarkan kepada siswa dalam
membuat karya desain dan setting agar selalu berpedoman kepada standar
pembuatan data digital yaitu : 1) pencarian materi yang digunakan untuk
membuat sebuah karya desain dan setting melalui internet, data digital foto
dari kamera atau CD, ataupun hasil scanning, 2) data tersebut dikerjakan
dengan komputer PC atau komputer Machintos, 3) data tersebut diolah dan
dilayout dengan menggunakan software Adobe Illustrator CS3, Adobe
Photoshop CS3, dan Adobe InDesign CS3, dan 5) data yang sudah menjadi
sebuah karya desain dan setting yang utuh dapat langsung di output dengan
menggunakan printer.
c. Mengikuti kebutuhan di industri dan perkembangan zaman.
Materi desain dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera
Jakarta Selatan yang diajarkan telah menyesuaikan dengan yang dibutuhkan
di dunia kerja khususnya bidang percetakan dan sudah mengikuti
perkembangan zaman yaitu materi tentang Adobe Illustrator, Adobe
Photoshop, dan Adobe InDesign baik penggunaan software tersebut maupun
teknik dalam membuat karya desain dan setting.
145
Dari hasil analisis diperoleh temuan bahwa guru mata pelajaran desain
dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan dalam
memilih materi pembelajaran dengan cara mencari informasi melaui internet
tentang perkembangan yang terjadi dan bertanya kepada siswa yang telah
menyelesaikan program kerja industri tentang hal yang dipelajari di dunia
kerja khususnya dalam bidang desain dan setting. Hal tersebut memberikan
pengertian bahwa guru dalam menyampaikan isi materi kepada siswa sudah
mengikiuti perkembangan zaman dan sesuai dengan kebutuhan di industri.
Meskipun versi software yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran desain dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera
Jakarta Selatan masih menggunakan CS3 tetapi dasar dari penggunaan
software tersebut sudah diberikan kepada siswa. Untuk pengembangan versi
software dikembangkan oleh masing-masing siswa.
d. Menyesuaikan dengan sarana yang ada di sekolah.
Dari hasil analisis diperoleh temuan bahwa guru mata pelajaran desain
dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan dalam
memilih materi pembelajaran sudah menyesuaikan materi dengan sarana
yang dimiliki sekolah agar terciptanya kesesuaian antara teori dengan
praktiknya. Dalam pembelajaran desain dan setting di kelas XI SMK
Grafika Desa Putera Jakarta Selatan, sarana yang ada dimaksimalkan sesuai
dengan standar di industri. Berdasarkan hal tersebut guru akan memasukkan
materi pembelajaran yang terkait dengan pengalaman dan kebutuhan siswa
di dunia kerja sehingga siswa siap berada di dunia kerja.
146
4.2.3.4.2 Mengelola Materi Pembelajaran Yang Diampu Secara Kreatif
Sesuai Dengan Tingkat Perkembangan Peserta Didik.
Guru yang kompeten harus mampu menyampaikan atau mengajarkan ilmu
yang dimilikinya kepada peserta didik secara efektif dan efisien. Agar guru
mampu menyampaikan atau mengajarkan ilmu yang dimilikinya kepada peserta
didik secara efektif dan efisien, maka guru harus mampu mengelola materi
pembelajaran yang diampu secara kreatif sesuai dengan tingkat perkembangan
peserta didik agar dapat membentuk jiwa dan watak yang kreatif, aktif, dan
sanggup berdiri sendiri.
Berdasarkan hasil analisis pada aspek kemampuan mengelola materi
pembelajaran yang diampu secara kreatif sesuai dengan tingkat perkembangan
peserta didik oleh guru pada keahlian persiapan grafika mata pelajaran desain dan
setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan telah menunjukkan
sikap yang sangat kompeten. Hal tersebut dilihat dari beberapa hal yaitu :
- Materi yang diajarkan guru kepada siswa mulai dari materi yang mudah ke
materi yang sulit. Dari hasil analisis diperoleh temuan bahwa guru
mengajarkan materi dari pengenalan terhadap data digital, pengolahan data
digital melalui software Adobe Illustrator CS3, Adobe Photoshop CS3,
Adobe InDesign CS3 mulai dari pengenalan dan pengetahuan terhadap
software, penggunaan elemen yang ada di dalam software, sampai kepada
teknik pembuatan karya desain dan setting dengan menggunakan software
tersebut.
147
- Media pembelajaran yang digunakan guru adalah dengan menayangkan
langsung tampilan dari software yang diajarkan, menggunakan
powerpoint, menampilkan tayangan video dari youtube tentang pembuatan
ilustrasi atau efek tertentu. Di dalam kegiatan pembelajaran, guru lebih
banyak menggunakan software yang diajarkan dengan tambahan modul
sebagai media pembelajaran dan hasilnya efektif membuat siswa lebih
memahami isi materi yang diajarkan.
- Guru selalu memulai kegiatan pembelajaran dengan bertanya tentang
materi pada pertemuan sebelumnya ataupun bertanya mengenai
pengetahuan siswa secara umum tentang materi yang akan dibahas. Hal
tersebut dilakukan untuk mengetahui kesiapan belajar siswa dan menjadi
refleksi bagi guru terhadap materi yang akan di ajarkan kepada siswa.
- Di dalam pembelajaran baik di kelas teori maupun kelas praktik guru
selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan
mengungkapkan argumentasinya serta memberi penguatan terhadap
argumentasi siswa yang benar atau melengkapi pernyataan siswa. Guru
juga akan menjawab setiap pertanyaan siswa, dan apabila guru tidak dapat
menjawab pertanyaan siswa, guru akan menjawab dengan jujur kalau
belum mengetahui jawabannya dan akan menjawabnya di pertemuan
selanjutnya. Hal tersebut mengandung makna bahwa ada kegiatan umpan
balik di dalam kegiatan pembelajaran, sehingga pembelajaran menjadil
lebih komunikatif.
148
Gambar 4.15 Kegiatan tanya jawab guru dengan siswa (Sumber : Dokumentasi pribadi, 2013)
- Guru di dalam kegiatan praktik selalu menyampaikan dan menyusun
rencana kerja/tugas yang akan dilakukan siswa, biasanya dilakukan di awal
dan akhir dari kegiatan pembelajaran di kelas praktik. Guru juga
menerapkan standar operasional prosedur yang berlaku dalam
pembelajaran desain dan setting kelas XI dimulai dari menggunakan
pakaian praktik, prosedur dalam menggunakan komputer baik pada saat
memulai penggunaan maupun mengakhiri penggunakaan perangkat
komputer, setelah itu masuk ke penjelasan rencana kerja atau konsep karya
yang akan di buat, baru masuk ke proses produksi dan di akhiri dengan
pengisian jurnal proses produksi.
- Di dalam proses pembelajaran desain dan setting di kelas XI SMK Grafika
Desa Putera Jakarta Selatan tidak hanya terjadi di dalam kelas teori saja
tetapi guru juga melakukan proses pembelajaran di dalam labolatorium
komputer dan ruang praktikum desain dan setting. Pembelajaran di
labolatorium komputer terjadi pada saat kelas teori untuk mempermudah
siswa dalam memahami materi yang diajarkan oleh guru dengan sistem
149
pembelajaran 45 menit pertama digunakan untuk menjelaskan teori dan 45
menit berikutnya siswa diberi kesempatan untuk mengaplikasikan teori
yang disampaikan guru. Pembelajaran di ruang praktikum dilaksanakan
pada saat kelas praktik pada siang sampai sore hari dengan sistem
perkelompok yang diganti setiap minggunya dengan jumlah sembilan
orang dalam satu kelompok.
- Guru di dalam proses pembelajaran menggunakan metode pembelajaran
yaitu demonstrasi penggunaan software (Adobe Illustrator CS3, Adobe
Photoshop CS3, dan Adobe InDesign CS3), ceramah dan tugas berbentuk
projek kerja membuat karya desain dan setting.
- Guru membimbing dengan penuh pengertian dan memberi kesempatan
siswa untuk mengembangkan sendiri ide dan kreativitasnya untuk
membuat karya desain dan setting tanpa adanya diskriminasi, bahkan guru
juga memberikan motivasi dan tantang untuk menggali lagi potensi yang
ada di diri siswa untuk mengembangkan kreativitasnya, artinya guru sudah
bersikap kooperatif terhadap siswa dengan tidak memaksakan kehendak
pribadi. Kemampuan guru dalam membebaskan siswa dalam menemukan
sendiri ide dan mengembangkan kreatifitas dalam membuat karya desain
dan setting diperkuat oleh data dokumentasi dari beberapa hasil karya
desain dan setting yang dibuat siswa pada keahlian persiapan grafika di
kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan sebagai berikut :
150
Tabel 4.19 Hasil karya desain dan setting siswa kelas XI pada Keahlian Persiapan Grafika di SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan
(Sumber : Dokumentasi Karya Desain dan Setting Siswa Kelas XI, 2013)
Hasil Karya Keterangan
Hasil karya desain dan setting kelas
XI di SMK Grafika Desa Putera
Jakarta Selatan.
Teknik : Membuat ilustrasi dengan
software Adobe Illustrator CS3
Hasil karya desain dan setting kelas
XI di SMK Grafika Desa Putera
Jakarta Selatan.
Teknik : Melayout atau setting cover
buku dengan software Adobe
InDesign CS3
Hasil karya desain dan setting kelas
XI di SMK Grafika Desa Putera
Jakarta Selatan.
Teknik :
Memanipulasi gambar dan teknik
cropping rambut dengan software
Adobe Phothoshop CS3
- Guru selalu memberikan contoh karya desain yang sudah jadi yang dibuat
oleh guru sendiri dalam membahas materi yang diajarkan baik di dalam
kelas teori maupun kelas praktik.
151
- Guru telah melakukan penilaian di dalam kegiatan pembelajaran berupa
tes tertulis dan tugas membuat karya desain dan setting. Guru dalam
membahas setiap karya yang dibuat oleh siswa akan memberikan penilaian
secara adil dan memberikan solusi dari kekurangan karya siswa tanpa
adanya diskriminasi tertentu. Ketika memberikan sebuah hukuman untuk
siswa yang malas membuat tugas, guru tidak langsung menjatuhkan suatu
hukuman tertentu, tetapi berkompromi terlebih dahulu dengan siswa
dengan tujuan tidak ada yang merasa dirugikan dan lebih
bertanggungjawab.
Gambar 4.16 Kegiatan evaluasi hasil karya dan evaluasi teori secara tertulis
(Sumber : Dokumentasi pribadi, 2013)
152
Dari hasil analisis ditemukan ada beberapa hal yang masih kurang
kompeten, cukup kompeten, dan kompeten dari guru yang mengampu mata pada
keahlian persiapan grafika pelajaran desain dan setting di kelas XI SMK Grafika
Desa Putera Jakarta Selatan di dalam mengelola materi pembelajaran secara
kreatif yaitu:
- Guru kurang kompeten di dalam proses pembelajaran baik di kegiatan
awal, pembuka, inti, dan penutup tidak menyampaikan tujuan
pembelajaran dan sistem penilaian yang digunakan kepada siswa baik di
dalam kelas teori maupun kelas praktik.
- Guru kompeten di dalam memulai kegiatan pelajaran dengan
menyampaikan standar kompetensi yang diharapkan bisa tercapai oleh
siswa, tetapi hal tersebut hanya dilakukan di dalam kelas praktik meskipun
proses penyampaiannya tidak selalu di awal kegiatan praktik, terkadang
disampaikan di kegiatan inti praktik atau di akhir kegiatan praktik.. Hal
berbeda ditunjukkan oleh guru di dalam kelas teori, guru tidak
menyampaikan standar kompetensi yang harus dicapai siswa.
- Guru kompeten dalam melaksanakan kegiatan diskusi meskipun kegiatan
tersebut hanya terjadi dalam kelas praktik yaitu untuk menyelesaikan
permasalahan di dalam tugas yang diberikan guru untuk membuat sebuah
karya desain dan setting baik diskusi antara guru dengan siswa ataupun
siswa dengan siswa.
153
Gambar 4.17 Kegiatan diskusi di dalam pembelajaran desain dan setting Keahlian Persiapan Grafika
di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan (Sumber : Dokumentasi pribadi, 2013)
- Guru cukup kompeten di dalam melaksanakan kegiatan refleksi dengan
alasan jarang mengadakan kegiatan refleksi di dalam pembelajaran di
kelas teori karena sering kali kehabisan waktu untuk menjelaskan materi,
tetapi merefleksikan materi secara keseluruhan dilakukan di dalam kelas
praktik pada kegiatan penutup.
Walaupun masih terdapat beberapa kekurang di dalam aspek
mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif, tetapi tujuan
pendidikan seni rupa telah tercapai sesuai dengan teori yang telah dituliskan di
dalam kajian pustaka yaitu guru telah menanamkan nilai estetik pada siswa
dengan jalan memberikan pengalaman perseptual, kultural, dan artistik.
Pengalaman perseptual ditanamkan melalui berbagai kegiatan yang
memungkinkan untuk menggunakan inderanya seperti melihat desain dan layout
yang sudah ada, mendengarkan dan melihat penjelasan materi melalui kegiatan
demonstrasi guru mengaplikasikan pembuatan karya desain dan setting dengan
menggunakan software grafis ataupun melihat teknik pembuatan karya desain dan
154
setting yang ditampilkan guru dengan media video. Pengalaman kultural dapat
diperoleh siswa melalui kegiatan mempelajari pembuatan karya desain dan setting
dengan menggabungkan unsur budaya di dalam karya. Sementara pengalaman
artistik dikembangkan melalui pemahaman dan keterampilan siswa dalam
membuat karya desain dan setting secara langsung di ruang praktikum maupun di
labolatorium komputer dan menghargai karya desain lainnya.
4.2.3.5 Aspek Kemampuan Mengembangkan Keprofesionalan Diri Secara
Berkelanjutan
Guru yang kompeten dituntut untuk mampu mengembangkan
keprofesionalannya untuk meningkatkan mutu guru agar lebih kompeten dalam
menjalankan tugas dan tanggungjawabnya. Hasil analisis menunjukkan bahwa
pencapaian nilai pada aspek mengembangkan keprofesionalan diri secara
berkelanjutan adalah yang terendah. Ada perbedaan pendapat yang mencolok
antara pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 yang ditandai dengan warna
hitam dengan nilai 66,67 dengan siswa yang ditandai dengan warna orange
dengan nilai 75 yang menilai pada umumnya guru kompeten serta analisis hasil
wawancara yang menilai pada umumnya guru cukup kompeten. Perbedaan
pendapat tersebut dikarenakan pengetahuan yang belum memadai tentang
kompetensi guru mata pelajaran desain dan setting. Namun secara keseluruhan
dapat di analisis bahwa guru cukup kompeten dalam mengembangkan
keprofesionalan diri secara berkelanjutan. Hal tersebut dikarenakan guru
kompeten dalam mengidentifikasi permasalahan siswa di dalam kegiatan
pembelajaran yang dilakukan dengan melihat permasalahan nyata yang terjadi di
155
dalam kelas dimana guru sendiri merasakan dan menjadi bagian dari
permasalahan tersebut dan kemudian menyelesaikan masalah tersebut secara
rasional dan ilmiah. Guru juga selalu menanamkan keprofesionalan secara
berkelanjutan kepada siswa agar mampu bersaing di dunia kerja setelah lulus dari
sekolah. Hal yang dilakukan guru adalah dengan memberikan motivasi untuk
menggali informasi lebih banyak lagi, memotivasi siswa untuk bekerja secara
efisien, dan memotivasi siswa untuk terus melanjutkan jenjang pendidikan yang
lebih tinggi agar dapat lebih memahami suatu permasalahan lebih kompleks.
Tindakan refleksi pada proses pembelajaran dapat digunakan untuk
meninjau permasalahan di dalam kelas, seperti strategi pembelajaran dan metode
pembelajaran. Namun memanfaatkan hasil refleksi dalam kegiatan pembelajaran
kurang terpenuhi oleh guru mata pelajaran desain dan setting di kelas XI. Hal
tersebut disebabkan oleh kegiatan pembelajaran yang masih menggunakan
metode, strategi, dan pendekatan dalam pembelajaran yang sama setiap
pertemuannya.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pengembangan keprofesionalan secara
berkelanjutan oleh guru mata pelajaran desain dan setting di kelas XI ditinjau dari
pembuatan karya tulis untuk menunjang kegiatan pembelajaran sudah terpenuhi
kompetensinya. Hal ini dilihat dari modul yang diberikan kepada siswa di setiap
materi yang disusun sendiri oleh guru yang isi materinya dari berbagai sumber
seperti memanfaatkan informasi dari internet, buku, dan majalah sehingga secara
langsung akan mengikuti kemajuan zaman.
156
Gambar 4.18 Modul mata pelajaran desain dan setting kelas XI di SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan
(Sumber : Data modul guru, 2013)
Ada banyak permasalahan yang ditemui dalam dinamika guru pada keahlian
persiapan grafika mata pelajaran desain dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa
Putera Jakarta Selatan dalam menjalankan profesinya sebagai seorang pendidik
yaitu kurangnya minat untuk melakukan penelitian tindakan kelas karena belum
memiliki kompetensi untuk melakukan penelitian tindakan kelas, belum
diperlukannya penelitian tindakan kelas karena kompetensi yang diharapkan
tercapai kepada siswa masih terpenuhi dan dana dari sekolah yang kurang
157
memadai. Selain itu pengembangan keprofesionalan secara berkelanjutan oleh
guru pada keahlian persiapan grafika mata pelajaran desain dan setting di kelas XI
SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan ditinjau dari membuat alat atau media
pembelajaran kurang kompeten. Hal tersebut disebabkan karena guru lebih
memilih media pembelajaran yang sudah tersedia yang diperoleh dari sekolah,
industri atau download secara gratis di internet, itupun penggunaannya harus
disederhanakan karena harus disesuaikan dengan waktu pembelajaran. Alat dan
bahan praktik desain dan setting kelas XI lebih banyak menggunakan sarana yang
ada di sekolah karena sangat memadai dan menunjang keberhasilan kegiatan
pembelajaran serta tercapainya kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh siswa.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pengembangan keprofesionalan secara
berkelanjutan oleh guru pada keahlian persiapan grafika mata pelajaran desain dan
setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan ditinjau dari
menciptakan karya seni khususnya karya seni desain dan setting sudah sangat
kompeten. Hal tersebut disebabkan karena adanya tuntutan kepada guru untuk
membuat karya seni desain dan setting agar dapat memberikan materi dengan
menampilkan contoh karya desain dan setting secara langsung. Selain itu juga
sebagai pembuktian bahwa guru tidak hanya bisa menjelaskan cara pembuatan
karya desain dan setting tetapi mampu menunjukkan kepada siswa bahwa guru
juga dapat membuat karya desain dan setting sehingga menimbulkan kepercayaan
dan motivasi kepada siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan serius.
158
Analisis karya desain yang dibuat oleh guru dapat dinilai dengan mengacu
kepada deskriptor penilaian karya desain dan setting yang dibuat oleh guru pada
keahlian persiapan grafika mata pelajaran desain dan setting di kelas XI SMK
Grafika Desa Putera Jakarta Selatan sebagai berikut :
Tabel 4.20 Deskriptor analisis karya desain dan setting
(Sumber : spesifikasi modifikasi SKKNI Nomor Kep.109/MEN/VI/2010 Sub Sektor Teknologi dan Komunikasi Bidang Keahlian Desain Grafis
Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia)
ASPEK YANG DIAMATI Butir DESKRIPSI ASPEK YANG DIAMATI
Kemampuan menggunakan perangkat, teknologi, dan material di dalam karya desain yang dibuat
1 Menggunakan fasilitas yang tersedia di dalam software grafis
2 Pengolahan gambar, teks, dan vektor dengan menggunakan software grafis ecara benar
3 Penggabungan gambar(manipulasi) dengan baik
4 Pengaturan tata letak dari elemen desain yang ada dilakukan dengan menggunakan software grafis
5 Mengaplikasikan standar operasional prosedur data digital di dalam pembuatan karya desain dan setting
Kemampuan mengkomposisikan berbagai elemen visual di dalam karya desain yang dibuat
1 Penggunaan unsur seni rupa yang sesuai 2 Pemilihan elemen layout yang sesuai 3 Mengaplikasikan prinsip desain di dalam karya yang
dibuat
Orisinalitas karya desain 1 Pemilihan konsep kreatif berdasarkan kegunaan karya desain dan setting
2 Karya dapat mengkomunikasikan pesan yang ingin disampaikan
Konten karya desain yang dibuat
3 Karya menciptakan interpretasi visual dari gagasan bagi khalayak
Konteks karya desain yang dibuat
4 Karya dapat membangun persepsi dalam menyampaikan sebuah makna
159
Berdasarkan deskriptor penilaian analisis karya di atas, maka pengamat 1,
pengamat 2, dan pengamat 3 menganalisis beberapa karya desain yang dibuat oleh
guru pada keahlian persiapan grafika mata pelajaran desain dan setting di kelas XI
SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan sebagai berikut :
Tabel 4.21 Analisis hasil karya desain dan setting yang dibuat oleh guru desain dan setting di SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan
(Sumber : Dokumentasi Karya Desain dan Setting Guru, 2013)
Analisis Karya Desain dan Setting Yang Dibuat Guru
160
Analisis Karya Desain dan Setting Yang Dibuat Guru
ANALISIS :
Karya desain : brosur. Penguasaan Alat : Pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 menilai guru sangat baik menggunakan fasilitas yang tersedia di dalam software adobe photoshop untuk mengolah gambar menjadi lebih halus dan cerah, software adobe illustrator untuk membuat ilustrasi peta dan logo, dan adobe indesign untuk proses akhir melayout/pengaturan tata letak dari elemen desain yang telah diedit dengan software adobe photoshop dan adobe illustrator hingga menghasilkan karya brosur ini. Pengolahan gambar, teks, dan vektor dengan menggunakan software tersebut sesuai dengan fungsinya masing-masing. Karya di atas menunjukkan bahwa guru telah mengaplikasikan standar operasional prosedur data digital di dalam pembuatan karya desain dan setting dengan benar yaitu mulai pencarian material desain seperti gambar, proses produksi menggunakan komputer desain, dan proses pencetakan. Penguasaan Teknik : Pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 menilai guru sangat baik dalam menggabungkan gambar (manipulasi) pada karya di atas sehingga terlihat menarik, simple, dan elegan dengan menyesuaikan ukuran dokumen yang tersedia. Guru mampu menggabungkan unsur rupa, layout, dan prinsip desain menjadi satu kesatuan karya yang bagus. Penggambaran yang tampil dengan jelas dapat dikenali yaitu penginapan dan suasana pegunungan yang segar. Karya ini nampak baik karena komposisinya yang kreatif dengan perpaduan gambar dengan bidang yang proporsi, sehingga terlihat harmonis dengan irama penempatan gambar dan teks. Komposisi itu sendiri terdiri dari susunan gambar khususnya gambar tempat penginapan atau vila yang dimasukkan ke dalam bidang kotak yang disusun menjadi suatu komposisi yang dipadukan dengan penggunaan font yang sesuai dan dapat terbaca dengan adanya warna yang disesuaikan, dan komposisi tersebut membentuk suatu bentuk simetris agar pembaca mudah memahami informasi yang ada di dalam karya tersebut. Dalam komposisi ini terdiri dari beberapa gambar, yaitu : gambar penginapan dengan berbagai sudut pandang dan gambar pegunungan, logo, dan peta lokasi. Warna yang dugunakan ialah biru muda pada bagian background yang menampilkan kesan dingin, sejuk, dan segar sesuai dengan tema dari karya desain yang dibuat, merah pada logo yang memberi kesan kuat dan semangat. Orisinalitas Karya Desain dan Setting : Pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 menilai guru sangat baik dalam pemilihan konsep kreatif berdasarkan kegunaan karya desain dan setting yaitu untuk mempromosikan sebuah penginapan di daerah pegunungan sehingga karya dapat mengkomunikasikan pesan yang ingin disampaikan kepada publik. Karya menciptakan interpretasi visual dari gagasan bagi masyarakat yang membacanya yaitu sebuah suasana vila yang asri, indah, dan sejuk. Karya dapat membangun persepsi dalam menyampaikan sebuah makna tentang kondisi dari penginapan yang dipromosikan.
161
Analisis Karya Desain dan Setting Yang Dibuat Guru
ANALISIS :
Karya desain : katalog Penguasaan Alat : Pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 menilai guru sangat baik menggunakan fasilitas yang tersedia di dalam software adobe photoshop untuk mengolah gambar menjadi lebih halus dan cerah serta cropping gambar dengan rapih dengan menggunakan efek dan masking untuk membuat menyatu dengan background, dan adobe indesign untuk proses akhir melayout/pengaturan tata letak dari elemen desain yang telah diedit dengan software adobe photoshop hingga menghasilkan karya catalog yang bagus. Pengolahan gambar, dan teks dengan menggunakan software tersebut sesuai dengan fungsinya masing-masing. Karya di atas menunjukkan bahwa guru telah mengaplikasikan standar operasional prosedur data digital di dalam pembuatan karya desain dan setting dengan benar yaitu mulai pencarian material desain seperti gambar, proses produksi menggunakan komputer desain, dan proses pencetakan. Penguasaan Teknik : Pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 menilai guru sangat baik dalam menggabungkan gambar (manipulasi) pada karya di atas sehingga terlihat menarik, simple, berkelas, dan elegan dengan menyesuaikan ukuran dokumen yang tersedia. Guru mampu menggabungkan unsur rupa, layout, dan prinsip desain menjadi satu kesatuan karya yang utuh dan menarik. Penggambaran yang tampil dengan jelas dapat dikenali yaitu hotel yang megahdan berkelas. Karya ini nampak baik karena komposisinya yang kreatif dengan perpaduan bidang persegi panjang yang saling menumpuk dengan warna yang saling mengikat dan menyatu serta gambar dengan bidang yang proporsi, sehingga terlihat harmonis dengan irama penempatan gambar dan teks yang sesuai. Komposisi itu sendiri terdiri dari susunan gambar khususnya gambar tampak depan hotel yang dibuat lebih besar sehingga perhatian karya tertuju ke gambar tersebut dan gambar fasilitas hotel yang disusun lebih kecil tetapi terlihat rapih dengan corak yang dibuat lebih soft ada bagian background. Komposisi juga dipadukan dengan penggunaan font yang sesuai dan dapat terbaca dengan adanya warna yang disesuaikan, dan komposisi tersebut membentuk suatu bentuk simetris agar pembaca mudah memahami informasi yang ada di dalam karya tersebut. Warna yang digunakan ialah perpaduan emas, merah dan hitam menambahkan kesan mewah dan megah. Orisinalitas Karya Desain dan Setting : Pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 menilai guru sangat baik dalam pemilihan konsep kreatif berdasarkan kegunaan karya desain dan setting yaitu untuk mempromosikan sebuah hotel yang mewah sehingga karya dapat mengkomunikasikan pesan yang ingin disampaikan kepada publik. Karya menciptakan interpretasi visual dari gagasan bagi masyarakat yang membacanya yaitu sebuah hotel yang megah lengkap dengan fasilitasnya. Karya dapat membangun persepsi dalam menyampaikan sebuah makna tentang kondisi dari hotel yang dipromosikan.
162
4.3 Interpretasi Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis yang dapat dilihat dari diagram analisis data di
atas dapat diketahui bahwa secara umum guru non sertifikasi pada keahlian
persiapan grafika dalam program produktif mata pelajaran desain dan setting di
kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan sudah sangat kompeten.
Pencapaian kompetensi guru non sertifikasi pada keahlian persiapan grafika
dalam program produktif mata pelajaran desain dan setting di kelas XI SMK
Grafika Desa Putera Jakarta Selatan tidak adanya perbedaan pendapat yang
mencolok dari setiap aspek kompetensi yang diamati antara pengamat 1,
pengamat 2, dan pengamat 3 dengan siswa dan sesuai dengan pernyataan bapak
AR sebagai guru dari hasil wawancara. Namun pada setiap aspek pengamatan
rata-rata pencapaian nilai dari siswa lebih rendah dibandingkan dengan hasil
pengamatan kompetensi dari pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3.
Hal tersebut disebabkan karena kurangnya pemahaman, pengetahuan, dan
wawasan siswa tentang kewajiban yang harus dipenuhi oleh guru pada keahlian
persiapan grafika dalam program produktif mata pelajaran desain dan setting di
kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan.
Tingkat pencapaian aspek tertinggi tentang kompetensi guru non sertifikasi
pada keahlian persiapan grafika dalam program produktif mata pelajaran desain
dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan secara berturut-
turut meliputi :
163
1. Kompetensi tertinggi terdapat pada aspek 5 yaitu guru memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi baik untuk mengembangkan diri
maupun untuk kepentingan pembelajaran. Pada aspek ini pengamat 1,
pengamat 2, dan pengamat 3 dengan siswa memiliki kesamaan dalam
pencapaian nilai dengan nilai 100 yang dikategorikan sangat kompeten.
2. Kompetensi tertinggi selanjutnya terdapat pada aspek 4 yaitu guru
menguasai standar kompetensi dan kompetensi mata pelajaran desain dan
setting di kelas XI sehingga tujuan pembelajaran yaitu pembentukan
kompetensi siswa terhadap bidang desain dan setting tercapai. Pada
aspek ini pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 dengan siswa tidak
memiliki perbedaan yang mencolok dalam pencapaian nilai kompetensi
yang dikategorikan sangat kompeten.
3. Kompetensi tertinggi selanjutnya terdapat pada aspek 1 yaitu guru
menguasai materi, konsep, melaksanakan dan mengontrol kegiatan
pembelajaran desain dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera
Jakarta Selatan. Pada aspek ini pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3
dengan siswa tidak memiliki perbedaan yang mencolok dalam
pencapaian nilai kompetensi yang dikategorikan sangat kompeten.
4. Kompetensi tertinggi selanjutnya terdapat pada aspek 2 yaitu guru
mengembangkan materi pembelajaran secara kreatif. Pada aspek ini
pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 dengan siswa tidak memiliki
perbedaan yang mencolok dalam pencapaian nilai kompetensi yang
dikategorikan sangat kompeten.
164
5. Kompetensi yang paling rendah terdapat pada aspek 3 yaitu guru
mengembangkan keprofesionalan diri secara berkelanjutan. Pada aspek
ini pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 dengan siswa memiliki
perbedaan dalam pencapaian nilai kompetensi. Pengamat 1, pengamat 2,
dan pengamat 3 menilai guru cukup kompeten sedangkan siswa menilai
guru kompeten.
Ada beberapa hal yang bisa disampaikan tentang kompetensi guru non
sertifikasi pada keahlian persiapan grafika dalam program produktif mata
pelajaran desain dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan
yaitu tingkat pencapaian kompetensi guru yang paling rendah dan perlu
peningkatan kompetensi yaitu meningkatkan pengembangan keprofesionalan diri
secara berkelanjutan.
Seorang guru SMK dituntut untuk terus meningkatkan mutu dan kualitas
dirinya sebagai seorang pendidik agar lebih kompeten di bidang produktif yang
diajarkannya. Di dalam kompetensi guru, guru dituntut untuk mengembangakan
keprofesionalannya secara berkelanjutan dengan cara melakukan refleksi secara
terus-menerus, memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan
keprofesionalan dan pembelajaran, melakukan penelitian tindakan kelas, dan
mengikuti perkembangan zaman dengan belajar dari berbagai sumber.
Melakukan refleksi secara terus menerus berarti melakukan instrospeksi
secara terus menerus terhadap kinerja guru baik dalam menjalankan tugasnya
sebagai seorang pendidik maupun dalam penguasaan kemampuan mata pelajaran
yang diampu sehingga guru akan mengetahui letak kelemahan dan kekurangan
165
dirinya sebagai guru. Banyak yang dapat dilakukan untuk merefleksi kinerja guru
yaitu dengan kesadaran akan tugasnya, mengidentifikasi kesulitan dan
permasalahan siswa di dalam kegiatan pembelajaran mata pelajaran yang
diampunya. Pada dasarnya kegiatan refleksi pada proses pembelajaran untuk
meninjau permasalahan yang ada di dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas
dapat berupa strategi, pendekatan, dan metode pembelajaran yang digunakan
sudah tepat atau belum atau sudah bervariasi atau belum sehingga siswa tidak
mengalami kebosanan. Dari kondisi tersebut dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan keprofesionalan guru dan meningkatkan kualitas proses
pembelajaran yang dilakukan menjadi lebih baik.
Guru pada keahlian persiapan grafika mata pelajaran desain dan setting di
kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan dalam mengembangkan
keprofesional secara berkelanjutan adalah dengan cara mengidentifikasi segala
permasalahan yang ada di dalam kegiatan pembelajaran, dengan begitu guru akan
ikut merasakan kondisi yang terjadi dan dengan sendirinya akan berpikir tentang
kekurangan dirinya sebagai seorang guru. Guru juga selalu menanamkan
keprofesionalan secara berkelanjutan kepada siswa dengan cara memberikan
motivasi dan arahan agar siswa terus belajar ke jenjang yang lebih tinggi agar
dapat memahami permasalahan yang lebih kompleks. Hal tersebut artinya guru
juga akan terpacu untuk terus belajar, mengikuti perkembangan zaman dan
mengembangkan kemampuannya pada mata pelajaran yang diampu.
166
Sama halnya dengan guru lainnya, terlebih lagi guru yang mengajar mata
pelajaran pada program produktif di Sekolah Menengah Kejuruan, salah satu cara
mengembangkan keprofesionalan adalah dengan membuat alat ajar, bahan ajar,
dan media pembelajaran sendiri sehingga alat, bahan, dan media yang digunakan
memang betul-betul tepat sesuai dengan karakter dari mata pelajaran yang
diampu. Selain itu guru juga dituntut untuk membuat karya inovatif ataupun karya
seni sesuai dengan bidangnya.
Begitu juga dengan guru pada keahlian persiapan grafika mata pelajaran
desain dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan, guru
juga membuat bahan ajar sendiri seperti membuat modul. Untuk alat ajar dan
media pembelajaran guru tidak membuat sendiri tetapi masih menggunakan yang
sudah tersedia baik dari sekolah maupun dari internet tetapi guru sudah membuat
karya desain dan setting yang dijadikan sebagai contoh di dalam menjelaskan
materi.
Salah satu hal yang dilakukan guru untuk mengembangkan
keprofesionalannya adalah dengan melakukan penelitian tindakan kelas. Hal ini
yang masih dirasakan kurang di dalam dunia pendidikan dan harus menjadi
perhatian khusus baik bagi pihak sekolah maupun pemerintah. Alasan penelitian
tindakan kelas masih sangat minim adalah karena keterbatasan dana dan
kurangnya dukungan dan pelatihan dari pemerintah kepada guru untuk
melaksanakannya, selain itu masih banyak guru yang belum memahami
bagaimana cara melaksanakan penelitian tindakan kelas. Padahal penelitian
tindakan kelas bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan mutu pembelajaran dan
167
mengetahui kekurangan dan menciptakan cara baru dalam kegiatan pembelajaran.
Seperti halnya dengan guru pada keahlian persiapan grafika mata pelajaran desain
dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan yang tidak
melakukan penelitian tindakan kelas karena keterbatasan dana dan kurangnya
kemampuan dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas. Hal tersebut masih
tertutupi dengan pola pengajaran yang dirasakan guru masih cocok digunakan
karena hasil belajar yang diperoleh siswa masih sesuai dengan kompetensi yang
diharapkan.
168
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat
disimpulkan beberapa hal sesuai dengan rumusan masalah yang ada, yaitu:
5.1.1 Keberhasilan sekolah dalam pembelajaran sangat ditentukan kualitas
sumber daya manusia, sesuai dengan ketentuan pemerintah No 14 Tahun
2005 tentang guru dan dosen yang menyatakan bahwa harus guru dan dosen
harus tersertifikasi. Namun program sertifikasi tidak menjadi satu-satunya
tolok ukur keprofesionalan seorang guru karena terlepas dari itu banyak
ditunjang oleh faktor lain yang dapat dilihat dari profil seorang guru.
5.1.2 Pada contoh kasus diri bapak AR yang menunjukkan kompetensi walaupun
beliau belum mengikuti program sertifikasi namun beliau dapat
mengantarkan siswa untuk berprestasi seperti mudah diterima bekerja dan
banyak diminati oleh perusahaan setelah lulus dari SMK Grafika Desa
Putera Jakarta Selatan. Hal tersebut ditunjang oleh faktor pengalaman
mengajar baik di SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan maupun
sebagai dosen di beberapa perguruan tinggi di Jakarta yang sudah 16 tahun,
pengalamannya kerja baik di industri grafika sebagai desain grafis selama
33 tahun, dan tingkat pendidikannya walaupun hanya lulusan D-3 tetapi
jurusan yang diambil yaitu teknologi grafika jadi sesuai apabila mengajar
bidang teknologi grafika seperti desain dan setting.
169
5.1.3 Hasil analisis menunjukkan bapak AR memiliki keunggulan walaupun
belum mengikuti program sertifikasi guru. Hal yang menarik dari beliau
adalah tidak hanya bisa mendidik namun dapat aktif membuat karya desain
baik untuk kepentingan sekolah, pembelajaran, maupun industri. Dari
pengalaman tersebut dapat membuat siswa menjadi lebih termotivasi dan
lebih yakin utuk mengikuti kegiatan pembelajaran yang diajarkan bapak
AR karena yang diajarkan lebih bersifat kontekstual dengan realita
kehidupannya.
5.1.4 Bapak AR sudah bisa dikatakan memiliki kompetensi produktif yang
sangat baik yaitu telah memenuhi kualifikasi kejuruan spesialisasi dan
kualifikasi kejuruan penunjang walaupun masih terdapat kekurangan
seperti suara yang terlalu pelan saat mengajar tetapi masih tertutupi oleh
kelebihan lainnya. Pada umumnya manusia tidak ada yang sempurna dan
kekurangan dapat diantisipasi dengan memaksimalkan kelebihan yang ada
pada setiap indikator kompetensi yang sangat kompeten di atas sehingga
semuanya bisa seimbang. Kompetensi tertinggi yang dimiliki beliau yaitu
mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
mengembangkan diri dengan memanfaatkan internet dan untuk
kepentingan pembelajaran seperti memanfaatkan sarana yang berbentuk
teknologi yaitu komputer, internet, LCD, dan lain-lain. Sedangkan
kompetensi terendah atau dalam kategori cukup kompeten dari diri bapak
AR adalah mengembangkan keperofesionalan diri secara berkelanjutan
yaitu :
170
- Guru sudah kompeten dalam mengidentifikasi permasalahan di
dalam kegiatan pembelajaran.
- Guru sudah kompeten akan kesadarannya di dalam menjalankan
tugas sebagai pendidik.
- Guru kurang kompeten dalam memperbaiki metode dan strategi
pembelajaran.
- Guru membuat karya ilmiah untuk kegiatan pembelajaran (modul).
- Guru kurang kompeten dalam menggunakan alat pembelajaran atau
media pembelajaran yang dibuat dan dikembangkan sendiri.
- Guru membuat karya desain dan setting sebagai bahan ajar di dalam
pembelajaran. Hasil karya desain yang dibuat guru sangat baik yang
memenuhi aspek keterampilan dan kreativitas.
- Guru kurang kompeten dalam melakukan penelitian tidakan kelas
untuk peningkatan keprofesionalan.
- Guru sudah kompeten dalam memanfaatkan internet di dalam
kegiatan pembelajaran.
5.2 Implikasi
Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat
diimplikasikan menjadi beberapa hal sebagai berikut :
5.2.1 Siswa secara langsung mendapatkan dampak dari penelitian ini dengan
adanya perubahan sikap, cara mengajar, dan prilaku yang ditunjukkan guru
di dalam kegiatan pembelajaran desain dan setting.
171
5.2.2 Guru non sertifikasi juga mampu membawa sekolah menjadi lebih
berprestasi asalkan pribadi yang bersangkutan merupakan pribadi yang mau
maju, belajar, terampil, dan kreatif.
5.2.3 Sekolah mendapatkan feedback yaitu informasi mengenai kualitas gurunya
sendiri. Sekolah lebih memahami untuk membina para guru agar termotivasi
menjadi lebih baik, profesional, dan mampu menghasilkan karya seni yang
bermanfaat untuk kepentingan pembelajaran ataupun diri guru sendiri
dengan menentukan kebijakan yang mendukung upaya peningkatan
kompetensi guru SMK kelompok produktif dan upaya peningkatan kualitas
pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan.
5.3 Saran
Sesuai dengan hasil penelitian dan kesimpulan yang ada, maka peneliti
secara pribadi ingin memberikan saran kepada beberapa pihak, yakni :
5.3.1 Bagi guru pada keahlian persiapan grafika dalam program produktif mata
pelajaran desain dan setting di kelas XI SMK Grafika Desa Putera Jakarta
Selatan agar tidak cepat puas dengan yang kemampuannya, terus
memperbaiki, dan meningkatkan kompetensinya. Guru disarankan untuk
meningkatkan pengembangan kualifikasi akademiknya dengan meneruskan
kuliah S1 untuk memenuhi kualifikasi guru sesuai dengan UU RI No. 14
Tahun 2005, mengikuti program sertifikasi guru, mengikuti pelatihan,
diklat, seminar pendidikan dan bidang keahliannya.
172
5.3.2 Bagi sekolah untuk dapat mengapresiasi kinerja dan keahlian guru dengan
terus memperhatikan dan mendorong para guru dalam program produktif di
SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan untuk terus meningkatkan
kompetensi di bidangnya dengan mengikutsertakan para guru dalam
kegiatan yang dapat menunjang pemenuhan kompetensi seperti program
sertifikasi guru, pelatihan, atau diklat yang lainnya.
173
DAFTAR PUSTAKA
Adjie, Seno, dan Suryanto Tabrani. 2005. Ilustrasi Dengan Illustrator CS. Jakarta : Salemba Infotek.
Barret, Maurice. 1979. Art Education A Strategy For Course Design. London : Heinemann Educational Books.
Barnawi, dan Arif Firdausi. 2012. Profil Guru SMK Profesional. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. 2008. Pengembangan dan Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional
Effendy, Asep. 2012. Otodidak Photoshop Dari Basic Hingga Mahir. Jakarta : Kubus Media.
Emzir. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2010 Penetapan SKKNI Sektor Komunikasi dan Informatika Sub Sektor Teknologi dan Komunikasi Bidang Keahlian Desain Grafis. 21 Januari 2010. Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 24. Jakarta.
, Nomor 22 Tahun 2006 Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. 13 Maret 2006. Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 0141. Jakarta.
Kurikulum SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan. 2010. KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK Grafika Desa Putera Bidang Studi Teknologi dan Rekayasa Program Studi Keahlian Teknologi Grafika. Jakarta : SMK Grafika Desa Putera Jakarta Selatan.
Kusrianto, Adi. 2009. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta : CV. Andi Offset.
Mulyanta, Edi. S. 2005. Menjadi Desainer Layout Andal Dengan Adobe InDesign CS. Yogyakarta : CV. Andi Offset.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
174
Mubarok, Ahmad. 2013. Studi Komparasi Kompetensi Pedagogik Dan Profesional Guru Bersertifikasi Dengan Guru Non Sertifikasi Pendidik Mata Pelajaran Sains Pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri Di Kota Metro – Lampung. Tesis. Program Pasca SarjanaUniversitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta.
Nurfuadi. 2012. Profesionalisme Guru. Purwokerto : STAIN Press.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional. 8 Juli 2003. Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 4301. Jakarta.
, Nomor 14 Tahun 2005 Guru dan Dosen. 30 Desember 2005. Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 4586. Jakarta.
Pusat Kurikulum. 2007. Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum SMK. Jakarta : Departemen Pendidikan Naional.
Ristanti, Nala. 2008. Kompetensi Profesional Guru Seni Rupa Pada Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kota Malang. Skripsi. Program SarjanaUniversitas Negeri Malang. Malang.
Salim, Sardi. 2011. Upaya Peningkatan Kompetensi Profesional Guru Sekolah Kejuruan. Jurnal Pedagogika. 1, 18-24.
Scheder, Georg. 1977. Perihal Cetak Mencetak. Yogyakarta : Kanisius.
Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV. Alfabeta.
Sukmadinata, Syaodih Nana, dan Erliana Syaodih. 2012. Kurikulum Dan Pengembangan Kompetensi. Bandung : PT. Refika Aditama.
Suryahadi, Agung. A. 2008. Seni Rupa Menjadi Sensitif, Kreatif, Apresiatif dan Produktif Jilid 1 Untuk SMK. Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.
Susanto, Mikke. 2011. Diksi Rupa Kumpulan Istilah dan Gerakan Seni Rupa. Yogyakarta : DictiArt Lab, Yogyakarta dan Jagad Art Space, Bali.
Winarsih. 2008. Implementasi Kebijakan Sertifikasi Guru Sekolah Dasar (Studi Kasus di Kabupaten Semarang). Tesis. Program Pasca SarjanaUniversitas Diponegoro. Semarang.
Recommended