View
224
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
30
BAB II
GAMBARAN UMUM
2.1 Wilayah Geografis Kota Semarang
Gambar 2.1
Peta Administrasi Kota Semarang
Sumber: BPS Kota Semarang
Kota Semarang terletak antara garis 60o
50’ – 7o 10’ Lintang Selatan dan
garis 109o 50’ – 110
o 35’ Bujur Timur. Letak Kota Semarang tersebut hampir
berada di tengah betnangan panjang Kepulauan Indonesia dari Barat dan Timur.
Sedangkan ketinggian Kota Semarang terletak antara 0,75 – 348,00 meter di atas
30
31
garis pantai dan secara umum kemiringan tanah berkisar antara 0 persen sampai
40 persen (curam). Sebagai Ibukota Provinsi Jawa Tengah, Kota Semarang
memiliki batas-batas wilyah administratif sebagai berikut, yaitu sebelah Utara
berbatasan dengan Laut Jawa dengan panjang garis pantai meliputi 13,5 km.
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Demak, sebelah Barat berbatasan
dengan Kabupaten Kendal dan sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten
Semarang.
Kota Semarang sendiri mempunyai luas wilayah 373,70 km2
yang terbagi
menjadi 16 kecamatan dan 117 kelurahan. Kecamatan paling luas wilayahnya
adalah Kecamatan Mijen sebesar 57,55 km2, diikuti oleh Kecamatan Gunugpati
dengan luas sebesar 54,11 km2, sedangkan Kecamatan yang terkeccil wilayahnya
adalah Kecamatan Semarang Selatan sebesar 5,93 km2.
Keadaan topografi wilayah Kota Semarang terdiri dari daerah perbukitan,
dataran rendah dan daerah pantai. Dengan demikian, topografi Kota Semarang
menunjukkan adanya berbagai kemiringan dan tonjolan. Daerah pantai 65,22
persen di wilayahnya dataran dengan kemiringan 2-5 persen dan 37,78 persen
merupakan daerah perbukitan dengan kemiringan 15-40 persen.
Pada daerah perbukitan mempunyai ketinggian 90-348 meter di atas
permukaan laut (mdpl) dan di dataran mempunyai ketinggian 0,75-3,5 mdpl.
Bagian utara Kota Semarang merupakan daerah pantai dan dataran rendah yang
dikenal dengan kota bawah, sedangkan bagian selatan merupakan daerah dataran
32
tinggi dan daerah perbukitan yang biasa dikenal dengan Semarang Atas atau kota
atas.
Kota bawah sebagian besar tanahnya terdiri dari pasir dan lempung.
Pemanfaatan lahannya lebih banyak digunakan untuk jalan, permukiman,
bangunan, kawasan industri dan tambak. Di samping itu, Kota bawah juga sebagai
pusat kegiatan pemerintahan, perdagangan, perindustrian, pendidikan, angkutan,
dan perikanan. Sedangkan kota atas, struktur geologinya sebagian besar terdiri
dari batuan beku dan sebagian besar pemanfaatan lahannya untuk permmukiman,
persawahan, perkebunan, kehutanan, dan pusat kegiatan pendidikan.
Kondisi iklim wilayah Kota Semarang adalah ikim tropis dengan dua
musim yaitu musim hujan dan musim kemarau yang silih berganti sepanjang
tahun. Suhu udara berkisar rata-rata 27,5oC dengan temperatur rendah berkisar
antara 24,2oC dan tertinggi berkisar 31,8
oC, dengan kelembaban udara rata-rata 79
persen.
2.2 Kependudukan
Jumlah penduduk Kota Semarang pada tahun 2016 tercatat sebesar
1.602.717 jiwa. Dengan jumlah sebesar itu Kota Semarang termasuk dalam 5
besar Kabupaten/ Kota yang mempunyai jumlah penduduk terbesar di Provinsi
Jawa Tengah, sedangkan 4 (empat) wilayah lainnya adalah Kabuapaten Brebes,
disusul Kabupaten Cilacap kemudian Kabupaten Banyumas, dan Kabupaten
Tegal.
33
Gambar 2.2memperlihatkan bahwa perkembangan laju pertumbuhan
penduduk selama 5 tahun menjunjukkan kecenderungan berfluktuasi. Peningatan
laju pertumbuhan penduduk terlihat melambat dari kurun waktu 2012-2016 akan
tetapi pertumbuhan penduduk tersebut masih tergolong cukup tinggi. Salah satu
yang menjadi penyebabnya adalah karena daya tarik Kota Semarang sebagai
Ibukota Provinsi Jawa Tengah yang sekaligus sebagai pusat perekonomian dan
pusat pendidikan.
Potensi permasalahan jumlah penduduk yang besar dipengaruhi oleh tigkat
pertumbuhan penduduk yang dimiliki. Bila jumlah penduduk besar sedangkan
tingkat pertumbuhannya tinggi, maka beban untuk mencukupi kebutuhan pangan,
sandang, perumahan, pendidikan, kesehaan, dan sebagainya menjadi sangat berat,
sehingga akan berpengaruh terhdap perkembangan ketahanan wilayah/sosialnya.
Tabel 2.1
Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Kota Semarang
Tahun Jumlah Penduduk Perumbuhan (%)
(1) (2) (3)
2012 1.559.198 0,96
2013 1.572.105 0,83
2014 1.584.906 0,97
2015 1.595.187 0,59
2016 1.602.717 0.47
Sumber: BPS Kota Semarang
34
Gambar 2.2
Grafik Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk
Sumber: BPS Kota Semarang
Selama periode lima tahun terakhir perkembnagan kelahiran penduduk di
Kota Semarang terlihat cenderung mengalami kenaikan, hal ini menjadi salah satu
tolok ukur bahwa pengendalian jumlah kelahiran harus terus diupayakan.
Mengenai tingkat pertumbuhan karena perpindahan (net migration),
dihitung dengan melihat selisih antara angka penduduk yang datang (in migration)
dang angka penduduk yang pergi (out migration). Pada tahun 2016 tingkat migrasi
masuk sebesar 21,28 yang berarti setiap 1.000 penduduk selama 1 tahun
bertambah pendudu yang datang sebanyak 21 orang, sedangkan tingkat migrasi
keluar sebesar 23,47 per 1000 penduduk. Bila migrasi masuk dikurangi dengan
migrasi keuar diperoleh angka sebesar -2,19. Tanda negatif menjunjukkan jumlah
penduduk yang keluar dari Kota Semarang lebih banyak dibandingkan jumlah
penduduk yang masuk.
35
Penyebaran penduduk perlu mendapat perhatian karena berkaitan dengan
daya dukung lingkungannya, dengan asumsi bahwa dalam batas-batas tertentu
semakin padat suatu wilayah semakin berkurang wilayah/ sosialnya. Sebagai kota
besar, Kota Semarang tergolong mempunyai kepadatan penduduk yang tinggi,
pada tahun 2016 kepadatan penduduknya sebesar 4.289 jiwa per km2, selama tiga
tahun terakhir terus mengalami kenaikan, dimana pada tahun 2014 sebesar 4,241
jiwa per km2 dan pada tahun 2015 sebesar 4,289 per km2. Bila dilihat tiap
kecamatan, terdapat 3 (tiga) kecamatan yang mempunyai kepadatan di bawah
angka rata-rata kepadatan Kota Semarang. Tiga terendah adalah kepadatan
penduduk Kecamatan Tugu sebesar 1.008 jiwa per km2 diikuti dengan
Kecamatan Mijen (1.101 jiwa/km2) dan Kecamatan Gunugpati (1.487 jiwa/km2).
Dari ketiga kecamatan tersebut dua di antaranya merupakan daerah pertanian dan
perkebunan, sedangkan Kecamatan Tugu merupakan daerah pengembangan
industri.
Namun sebaliknya, untuk kecamatan-kecamatan yang terletak di pusat
kota, dimana luas wilayahnya tidak terlalu luas namun jumlah penduduknya
sangat banyak menyebabkan kepadatan penduduknnya sangat tinggi. Yang paling
tinggi adalah Kecamatan Semarang Selatan sebesar 13.354 jiwa per km2, diikuti
oleh Kecamatan Candisari (12.059 jiwa/km2), Kecamatan Gayamsari (12.000
jiwa/km2), Kecamatan Semarang Utara (11.589 jiwa/km
2), dan Kecamatan
Semarang Tengah (11.354 jiwa/km2).
36
2.3 Sektor Perindustrian Kota Semarang
Berdasarkan RPJMD tahun 2016, Kota Semarang didorong menjadi kota
perdagangan dan jasa. Dengan begitu, perekonomian Semarang akan bergeser ke
sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Area industri akan dikembangan di
daerah pinggiran, tepatnya di luar batas wilayah Kota Semarang. Untuk
mendukung rencana ini, tenaga kerja harus disesuaikan.1
Sektor industri di Kota Semarang menyerap paling banyak tenaga kerja.
Meski begitu, bila membicarakan tentang kontribusinya terhadap struktur
ekonomi kota, sektor industri masih berada di bawah sektor perdagangan, hotel,
dan restoran.
Industri besar dan sedang di Kota Semarang berpotensi dikembangkan dalam
pemanfaatan sumber daya alam dan manusia. Industri besar dan sedang ini sudah
memiliki eksistensi di Kota Semarang. Hal tersebut dapat diperhatikan pada tabel
di bawah ini:
Tabel 2.2
Banyaknya Perusahaan/ Usaha Menurut Strata Industri dan Kecamatan
Tahun 2014
No Kecamatan
Strata Industri
Total Industri
Sedang
(20-99)
Industri Besar
(>99)
1 Mijen 4 6 10
2 Gunungpati 5 1 6
3 Banyumanik 8 7 15
4 Gajah Mungkur 0 0 0
5 Semarang Selatan 3 2 5
6 Candisari 4 0 4
1 Pemerintah Kota Semarang, Semarang Tangguh: Bergerak Bersama Semarang Tangguh,
(Semarang: Pemerintah Kota Semarang), 2016, hal. 53.
37
No Kecamatan
Strata Industri
Total Industri
Sedang
(20-99)
Industri Besar
(>99)
7 Tembalang 0 1 1
8 Pedurungan 18 14 32
9 Genuk 52 35 87
10 Gayamsari 5 1 6
11 Semarang Timur 9 3 12
12 Semarang Utara 14 12 26
13 Semarang Tengah 8 6 14
14 Semarang Barat 12 14 26
15 Tugu 14 24 38
16 Ngaliyan 20 26 46
Total 176 152 328
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar
perusahaan yang ada di Kota Semarang berada di kawasan luar (jauh dari pusat
kota). Kecamatan yang memiliki perusahaan terbanyak berdasarkan data adalah
Kecamatan Genuk, Kecamatan Ngaliyan, dan Kecamatan Tugu. Ketiga kecamatan
tersebut dikembangkan oleh pemerintah sebagai kawasan industri. Kawasan
Industri merupakan kawasan yang dominansi pemanfaatan ruangnya untuk
kegiatan-kegiatan di bidang industri seperti pabrik dan pergudangan. Dalam
RTRW Kota Semarang 2010-2030 pengembangan kawasan industri lebih
dibatasi, hal ini sesuai dengan visi Kota Semarang yang akan lebih
mengedepankan pengembangan sektor tersier (perdagangan dan jasa) sebagai
penopang utama perekonomian kota.2Sebaran Kawasan Indsutri di Kota
Semarang meliputi:
2Peraturan Walikota Semarang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah
(RKPD) Kota Semarang tahun 2016 via http://bappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-
content/uploads/2015/08/RKPD-2016-full.pdf
38
a. Kawasan Industri Genuk
Kawasan ini direncanakan untuk yang berskala besar, menengah, dan kecil.
Areal yang direncanakan adalah seluas ± 1000 ha. Pertimbangan bahwa kawasan
ini dapat dikembangkan karena didukung oleh letak yang berdekatan dengan
pelabuhan laut, pergudangan dan pusat perdagangan. Selain dilalui jalan raya
penghubung Jakarta-Surabaya yang merupakan jalur radial Kota Semarang,
kawasan ini juga dekat dengan wilayah tenaga kerja (Genuk dan Sayung) dan arah
angin tidak menuju ke pusat kota.
b. Kawasan Industri Tugu
Direncanakan sebagai Kawasan Industrial Estate, dengan areal seluas ±
795,09 ha. Penetapan kawasan ini sebagai Industrial Estate didukung oleh
kedekatannya dengan wilayah tenaga kerja dan areal promosi (PRPP). Selain itu
kondisi tanahnya lebih matang daripada Genuk.
c. Kawasan Industri Candi
Direncanakan sebagai Kawasan Industrial Estate, dengan areal seluas ±
912,04 ha. Penetapan kawasan ini sebagai Industrial Estate didukung oleh
kedekatannya dengan wilayah tenaga kerja dan areal promosi Jawa Tengah,
Pelabuhan, dan Jalan arteri (termasuk jalan Tol).
d. Kawasan Industri dan Pergudangan Tanjung Emas
Direncanakan sebagai Kawasan Industrial Estate beserta pergudangan yang
sangat dekat dengan prasarana pelabuhan.
e. Kawasan Industri Mijen
39
Direncanakan sebagai satu kesatuan dengan pengembangan Kota Baru Mijen
yaitu pada areal seluas ± 75 ha, dengan jenis industri yang akan dikembangkan
adalah industri nonpolutif (rendah polusi baik polusi udara, polusi air, maupun
polusi tanah) dan merupakan industri berteknologi tinggi. Kawasan ini perlu
memiliki akses langsung ke Pelabuhan Laut Tanjung Emas, sebagai pintu keluar
pemasaran produk industri dengan tujuan pasar internasional. Selain itu juga perlu
didukung suatu jaringan jalan yang memiliki akses tinggi, dalam hal ini adalah
akses jalan yang berfungsi sebagai arteri primer
f. Kawasan Industri Pedurungan
Kawasan industri ini tidak dikembangkan menjadi kawasan industri yang
besar seperti halnya Genuk dan Tugu. Kawasan industri yang ada di Pedurungan
hanya memanfaatkan potensi strategis Jalan Majapahit dan aglomerasi dengan
sebaran yang ada di Mranggen. Luas kawasan industri di Pedurungan adalah
57,63 Ha.
40
Tabel 2.3
Banyaknya Perusahaan/ Usaha Menurut Strata Industri dan KBLI (Klasifikasi Baku
Lapangan Usaha Indonesia) 2 Digit, Tahun 2014
Kode KBLI 2 Digit
Strata Industri
Total Industri
Sedang
(20-99)
Industri Besar
(>99)
10 Makanan 38 18 56
11 Minuman 3 3 6
12 Pengolahan tembakau 3 4 7
13 Tekstil 4 6 10
14 Pakaian jadi 14 21 35
15 Kulit, barang dari kulit,
dan alas kaki
4 1 5
16 Pencetakan dan reproduksi
media rekaman
20 6 26
20 Bahan kimia dan barang
dari bahan kimia
4 4 8
21 Farmasi, produk obat kimia
dan obat tradisional
5 15 20
22 Karet, barang dari karet dan
plastik
17 18 35
23 Barang galian bukan logam 3 2 5
24 Logam dasar 1 8 9
25 Barang logam, bukan mesin
dan peralatannya
7 7 14
26 Komputer, barang
elektronik dan optik
0 1 1
27 Peralatan listrik 1 3 4
28 Mesin dan perlengkapan
YTDL
2 1 3
29 Kendaraan bermotor, trailer,
dan semi trailer
1 1 2
30 Alat angkutan lainnya 0 1 1
31 Furnitur 24 22 46
32 Pengolahan lainnya 5 2 7
Jasa reparasi dan
pemasangan mesin
peralatan
2 1 3
Total 235 142 377
Berdasarkan data tersebut, perusahaan makanan di Kota Semarang
menempati posisi pertama. Makanan merupakan kebutuhan primer manusia
41
sehingga tidak dapat dipungkiri tentunya usaha makanan di Kota Semarang cukup
menjanjikan. Pasalnya Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah
sehingga para pengunjung maupun turis mancanegara akan membeli makanan
untuk dijadikan buah tangan Khas Kota Semarang. Selain itu faktor banyaknya
tempat wisata dan pendatang juga mempengaruhi daya belli masyarakat terhadap
makanan.
2.4 Ketenagakerjaan
Dilihat menurut kegiatannya pada dasamya penduduk yang sudah berumur
15 tahun keatas dibagi menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.
Angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan yang sedang mencari
pekerjaan, sedangkan bukan angkatan kerja adalah penduduk yang sedang sekolah
dan kegiatan lainnya misalnya mengurus rumahtangga. Keterlibatan penduduk
dalam kegiatan ekonomi salah satunya diukur dengan indikator Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yaitu merupakan perbandingan antara jumlah
angkatan kerja dengan jumlah penduduk usia kerja. TPAK tahun 2015 sedikit
mengalami penurunan dibandingkan tahun 2014, yaitu dari 68,43 persen menjadi
66,96 persen. Banyaknya angkatan kerja ini mengisyaratkan akan perlunya
lapangan pekerjaan yang cukup banyak guna menampung guna menampung
banyaknya penwaran angkatan kerja. Bila dilihat menurut jenis kelamin, besarnya
TPAK laki-laki pada tahun 2014 adalah 81,97 persen turun menjadi 56,09 persen.
Disamping itu indikator lain yang cukup penting di bidang
ketenagakerjaan adalah tingkat pengangguran, dimana dapat menunjukkan sampai
42
sejauh mana angkatan kerja yang ada dapat terserap dalam pasar kerja. Tingkat
pengangguran terbuka (TPT) adalah presentase penduduk yang mencari pekerjaan
terhadap angkatan kerja. Pada tahun 2014, TPT di Kota Semarang sebesar 7,76
persen, sedangkan pada tahun 2015 sebesar 5,77 persen. Bila dirinci menurut jenis
kelamin, TPT laki-laki mengalami penurunan yakni dari 8,00 menjadi 5,31 pada
tahun 2015. Kondisi yang sama terjadi pada TPT perempuan yakni dari 7,42 pada
tahun 2014 menjdi 6,37 pada tahun 2015. Hal ini menjadi indikasi bahwa jumlah
penduduk perempuan yang masuk ke dalam pasar kerja semakin banyak, dengan
tingkat penyerapan tenaga kerja perempuan yang cukup banyak pula.
Tabel 2.4
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka
Indikator 2014 2015
(1) (2) (3)
TPAK
Laki-laki 81,97 78,54
Perempuan 55,72 56,09
Total 68,43 66,96
TPT
Laki-laki 8,00 5,31
Perempuan 7,42 6,37
Total 7,76 5,77
Sumber: BPS Kota Semarang
43
Gambar 2.3
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka
Sumber: BPS Kota Semarang
2.4.1 Lapangan Usaha dan Status Pekerjaan
Proporsi penduduk yang bekerja menurut lapangan pekerjaan merupakan
salah satu ukuran untuk melihat potensi sektor perekonomian dalam menyerap
tenga kerja. Selain itu juga biasa digunakan sebagai ukuran untuk menunjukkan
struktur perekonomian suatu wilayah. Lapangan usaha atau sektor yang paling
banyak digeluti oleh penduduk Kota Semarang pada tahun 2014 adalah sektor
perdagangan (31,71%) kemudian sektor industri (24,58%) dan sektor jasa-jasa
(20,17%). Banyaknya penduduk yang bekerja di ketiga sektor utama tersebut
sebesar (76,46%) bisa dipahami mengingat Kota Semarang sebagai ibu Kota
Provinsi Jawa Tengah merupakan pusat kegiatan perdagangan, jasa, dan industri.
44
Tabel 2.5
Presentase Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Kota
Semarang
Status Pekerjaan 2014 2015
(1) (2) (3)
1. Berusaha sendiri 15,34 16,34
2. Berusaha dengan
dibantu tidak tetap
5,43 3,98
3. Berusaha dengan
dibantu buruh tetap
4,61 4,22
Buruh/Karyawan 67,01 68,18
Pekerja bebas 3,47 3,15
Pekerja tak dibayar 4,12 4,13
Sumber: BPS Kota Semarang
Status pekerjaan yang ditekuni oleh penduduk Kota Semarang pada tahun
2015 dapat diurutkan sebagai berikut: sebanyak 68,18 persen dari total penduduk
bekerja berstatus pekerjaan sebagai buruh/karyawan; pada urutan kedua status
pekerjaan berusaha sendiri yakni sebesar 16,34 persen; urutan ketiga pekerjaan
dengan status berusaha dibantu buruh tetap sebesar 4,22 persen; urutan keempat
adalah peerjaan dengan pekerja tidak dibayar sebesar 4,13 perse; urutan ke lima
dengan status berusaha dengan dibantu buruh tidak tetap sebesar 3,8 persen, dan
urutan terakhir pekerjaan dengan status pekerja bebas sebesar 3,15 persen.
2.5 Bidang Sosial
2.5.1 Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) adalah perseorangan,
keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan,
45
atau gangguan, tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga tidak dapat
terpenuhi kebutuhan hidupnya baik jasmani, rohani, maupun sosial secara
memadai dan wajar. Berdasarkan Permensos No 8 Tahun 2012, ada 26 (dua puluh
enam) jenis. Pada tahun 2016, di Kota Semarang terdata setidaknya ada 53.186
penduduk PMKS yang terbagi ke dalam 26 jenis PMKS.
Tabel 2.6
Rekapitulasi Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
Kota Semarang Tahun 2016
NO JENIS PMKS L P
TANPA
INPUT
GENDER
JUMLAH
1 Anak Balita Terlantar (ABT) 100 39 3 142
2 Anak Terlantar 17 14 31
3 Anak yang Mengalami Masalah
Hukum 5 0 5
4 Anak Jalanan 30 23 53
5
Anak dengan Kedisabilitasan 127 90 217
a
Anak dengan Disabilitas Fisik 76 62 138
a.1 Tubuh (Tuna Daksa) 69 55
a.2 Mata (Tuna Netra) 2 2
a.3 Rungu Wicara (Bisu Tuli) 5 5
b
Disabiitas Mental 45 22 67
b.1 Mental Retardasi (Tuna
Grahita) 43 21
b.2 Mental Eks Psikotik (Tuna
Laras) 2 1
c Disabilitas Fisik dan Mental
(Ganda) 6 6 12
6 Anak yang Menjadi Korban
Tindak Kekerasan 0 2 2
7 Anak yang Memerlukan
Perlindungan Khusus 1 3 4
8 Lanjut Usia Terlantar 10 28 38
46
NO JENIS PMKS L P
TANPA
INPUT
GENDER
JUMLAH
9
Penyandang Disabilitas 581 510 431 1.522
a
Penyandang Disabilitas Fisik 405 362 381 1.148
a.1 Tubuh (Tuna Daksa) 286 259
a.2 Mata (Tuna Netra) 39 35
a.3 Rungu Wicara (Bisu Tuli) 80 68
b
Penyandang Disabilitas Mental 150 125 50 325
b.1 Mental Retardasi (Tuna
Grahita) 114 87
b.2 Mental Eks Psikotik (Tuna
Laras) 36 38
c Disabilitas Fisik dan Mental
(Ganda) 26 23 49
10 Tuna Susila (TS) 4 15 19
11 Gelandangan 1 2 3
12 Pengemis 2 10 12
13 Pemulung 14 5 19
14
Kelompok Minoritas/ Waria 0
a Waria 0
b Gay 0
15 Bekas Warga Binaan Lembaga
Permasyarakatan (BWBLP) 22 1 23
16 Orang dengan HIV/ AIDS
(ODHA) 0 0 0
17 Korban Penyalahgunaan Napza 7 0 7
18 Korban Trafficking 0 0 0
19 Korban Tindak Kekerasan 4 1 5
20 Pekerja Migran Bermasalah
Sosial (PMBS) 0 0 0
21 Korban Bencana Alam 3 0 3
22 Korban Bencana Sosial 0 0 0
23 Perempuan Rawan Sosial
Ekonomi 70 2 72
24 Fakir Miskin 17.368 8.076 23.807 49.251
25 Keluarga Bermasalah Sosial
Psikologis 11 8 19
26 Komunitas Adat Terpencil 0 0 0 0
JUMLAH 19.691 10.068 24.674 53.186
47
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah,
PMKS di Kota Semarang mayoritas termasuk ke dalam jenis Fakir Miskin yakni
sebanyak 49.251. Kemudian di urutan kedua adalah Penyandang Disabilitas, yang
dikategorikan menjadi Anak dengan Kedisabilitasan dan Penyandang Disabilitas
usia dewasa, yang berjumlah keseluruhan 1.739 orang. Lalu di urutan ke tiga
ditempati PMKS Anak Balita Terlantar (ABT) yang berjumlah total ada 142 anak.
2.5.2 Organisasi Sosial Disabilitas
Lembaga dan pergerakan disabilitas semakin menjamur di berbagai
daerah, tak terkecuali di Kota Semarang. Isu disabilitas mulai beberapa dekade
ini, isu mengenai disabilitas bukan lagi isu yang minoritas saja di kalangan
tertentu namun sudah mulai mencuat masuk ke dalam beberapa lapisan
masyarakat. Banyak pergerakan yang diinisiasikan mulai dari disabilitas itu
sendiri, disabilitas dan non disabilitas sampai pergerakan yang diinisasi
masyarakat non disabilitas yang memiliki visi kemanusiaan untuk memanusiakan
manusia.
Pada tahun 2017 ini terdapat sedikitnya 19 organisasi atau komunitas
disabilitas di Kota Semarang. Data tersebut diperoleh dari Dinas Sosial Kota
Semarang untuk peserta Perayaan Hari Difabel Internasional 2017.
48
Tabel 2.7
Daftar Organisasi/ Komunitas Penyandang Disabilitas
NO NAMA KOMUNITAS JENIS DISABILITAS
1 Komunitas Sahabat Mata Disabilitas Netra
2 Komunitas Sahabat Difabel Semua Jenis Disabilitas dan Umum
3 Komunitas Katun Ungu Penyandang Tuna Rungu
4 Komunitas Difabel Karunia Illahi Semua Jenis Disabilitas
5 Komunitas Difabel Ar Rizki Panti Asuhan Anak Disabilitas
6 Komunitas Difabel Kuncup Mekar Panti Asuhan Anak Disabilitas
7 Rumah Pintar Effata Anak dengan Disabilitas Rungu Wicara
9
Panti Asuhan Cacat Ganda BHAKTI
ASIH Panti Asuhan Anak Disabilitas Ganda
10 Panti Asuhan Cacat GandaAl Rifdah Panti Asuhan Anak Disabilitas Ganda
11 Wisma Kasih Bunda Semua Jenis Disabilitas
12 Pertuni Kota Semarang Disabilitas Netra
13
Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia
(ITMI)Kota Semarang Disabilitas Netra
14
HIMASTRA (Himpunan Massir
Tunanetra) Disabilitas Netra
15 FORMAT
16 GERKATIN Kota Semarang Disabilitas Rungu Wicara
17
Himpunan Wanita Disabilitas
Indonesia (HWDI)Kota Semarang Semua Jenis Disabilitas
18
COMPAC (Komunitas Motor
Penyandang Cacat) Disabilitas Daksa
19
AUTISME ( Kompaks,Talenta,
Talitakum, Yogasmara )
Anak dengan Disabilitas Mental
Retardasi
Organisasi Penyandang Disabilitas di Kota Semarang pada umumnya
bergerak dan berkumpul sesuai dengan jenis disabilitasnya. Seperti Gerakan
Kaum Tuli Indonesia (Gerkatin), Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni),
Komunitas Motor Penyandang Cacat (Compac) yang berisi orang-orang
Tunadaksa, Komunitas Sahabat Mata, Komunitas Peduli Autisme (KPA
Semarang), Rumah Pintar Efata untuk pelatihan keterampilan anak-anak
49
berkebutuhan khusus tuna rungu. Selain itu, ada juga organisasi yang bersifat
umum dan terbuka bagi seluruh penyandang disabilitas dengan berbagai jenisnya
seperti Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) dan Komunitas
Sahabat Difabel (KSD).
2.6 Profil Singkat Komunitas Sahabat Difabel Kota Semarang
Salah satukomunitas yang unik di Kota Semarang adalah Komunitas
Sahabat Difabel. Komunitas ini bersatu untuk memperjuangkan hak-hak kaum
difabel bukan berdasarkan jenisnya namun secara umum. Keanggotaannya pun
terbuka untuk siapa saja yang ingin menjadi relawan dan donatur. Hal tersebut
merupakan salah satu alasan didirikannya Komunitas Sahabt Difabel, karena
melihat selama ini Organisasi Penyandang Disabilitas yang sudah ada hanya
memperjuangkan hak difabel berdasarkan jenis disabilitasnya saja. Maka dari itu
KSD dibentuk agar semua penyandang difabel bisa bergerak bersama dalam
memperjuangkan hak-haknya dalam memperoleh aksesibilitas yang adil dan
setara.
Pada mulanya komunitas ini didirikan oleh para orang tua dari Anak
Berkebutuhan Khusus. Mereka dipertemukan dalam acara Sosialisasi UU
Disabilitas oleh Dinsospora Kota Semarang pada tahun 2014. Dari hasil
pertemuan tersebut, maka para founder komunitas Sahabat Difabel itu
dipertemukan bersama dengan Anak-anak Berkebutuhan Khusus serta para
relawan dari beberapa Perguruan Tinggi untuk bergabung dalam sebuah
komunitas. Tujuannya adalah untuk mengawal Pemerintah dalam mempersiapkan
Semarang Kota Inklusi di Tahun 2016.
Recommended