View
25
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
2.1 Ayam Kampung (Gallus gallus domesticus)
2.1.1 Deskripsi Ayam Kampung
Ayam kampung merupakan ayam yang banyak dipelihara oleh peternak di
Indonesia dengan pemeliharaannya yang masih menggunakan cara tradisional.
Ayam ini dapat ditemui diberbagai daerah pedesaan yang dekat dengan sawah
atau hutan. Asal mula ayam kampung dari ayam hutan (Gallus varius) yang
berasal dari Pulau Jawa dan sudah tersebar sampai ke Pulau Nusa Tenggara.
Ayam hutan merupakan nenek moyang ayam kampung yang umum dipelihara,
karena ayam kampung yang ada kini masih menurunkan sifat-sifat asal nenek
moyangnya. Oleh karena itu, varietas-varietas asal unggas hutan yang setengah
liar ini dikenal dengan ayam kampung (Rasyaf, 2011).
Ayam kampung maupun ayam ras memiliki ciri khas masing-masing. Ciri
khas dari ayam kampung adalah dapat diketahui dari bentuk tubuh yang ramping,
kaki yang jenjang, dan warna bulu yang beragam. Sifat fenotipe dan genotipe
ayam kampung masih sangat bervariasi seperti warna bulu yang masih beragam,
yaitu berwarna hitam, tipe liar, pola kolumbian, dan bulu lurik (Rasyaf, 2011).
Ayam kampung dapat menghasilkan daging dan telur dengan bentuk yang
lebih kecil dibandingkan dengan ayam ras. Ayam kampung memiliki ketahanan
terhadap penyakit yang sangat tinggi, dan tidak memerlukan perlakuan khusus
untuk lingkungannya. Kebanyakan ayam lokal di Indonesia memiliki ukuran
11
tubuh dan bobot badan dewasa relatif sama berkisar antara 1,0-1,7 kg (betina) dan
1,5-2,5 kg (jantan). Ayam kampung mempunyai 3 periode produksi yaitu Stater
(umur 1-8 minggu), periode grower (umur 9-20 minggu), dan periode layer (umur
lebih dari 20 minggu) (Mulyono, 2004).
Ayam kampung pedaging merupakan ayam hasil persilangan antara ayam
kampung pejantan yang disilangkan dengan ayam petelur betina. Ayam hasil
persilangan tersebut memiliki keunggulan yaitu pertumbuhan yang lebih cepat
dibandingkan dengan ayam kampung lainnya. Dalam usia dua bulan bobotnya
bisa mencapai 1,5 kg, umur 45-75 hari sudah siap di konsumsi, hal tersebut
membedakan dengan ayam kampung lainnya yang umumnya baru dapat dipanen
setalah 3-6 bulan. Ayam kampung pedaging memiliki 3 periode produksi yaitu
fase starter (umur 1-4 minggu), fase finisher 1 (umur 5-8 minggu) dan fase
finisher 2 (umur 9 minggu). Karakteristik dari ayam kampung pedaging memiliki
tampilan mirip ayam ras yaitu postur tubuh besar, pendek, gemuk, jenger tunggal
tidak bergerigi, dan memilki warna yang beragam. Ukuran telur yang lebih besar
dibandingkan dengan ayam kampung lainnya dan berwarna putih kecoklatan
(Yaman, 2010).
2.1.2 Klasifikasi Ayam Kampung
Klasifikasi adalah suatu sistem untuk mengkelompokan jenis-jenis makhluk
hidup berdasarkan persamaan dan perbedaan karakteristik. Menurut Mulyono
(2004), klasifikasi ayam kampung adalah sebagai berikut.
12
Gambar 1. a) Ayam Kampung (Jantan dan Betina), b) jengger ayam jantan,
c) jengger ayam betina, d) kaki ayam Kampung
(Sumber: Masruhah, 2008)
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Aves
Subclass : Neornithes
Ordo : Galliformes
Genus : Gallus
Spesies : Gallus gallus domesticus
2.1.4 Kebutuhan Nutrisi Ayam Kampung
Ayam kampung merupakan hewan yang memiliki ketahanan terhadap
penyakit yang lebih tinggi dibandingkan dengan ayam lainnya, salah satu hal yang
penting untuk diperhatikan dalam memelihara ayam kampung adalah pakan yang
diberikan. Pakan adalah campuran bahan-bahan yang memiliki nilai gizi sesuai
dengan kebutuhan ayam. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan gizi ayam
dibutuhkan campuran bahan nabati dan hewani (Rasyaf, 2006).
Hal yang sangat penting dalam pakan ternak ayam kampung adalah
kandungan yang ada dalam pakan tersebut, kandungan nutrisi yang dibutuhkan
a b
c
d
13
oleh ayam terdiri dari sumber energi, diantaranya karbohidrat sebagai sumber
utama, lemak sebagai cadangan utama, protein (asam-asam amino), vitamin dan
mineral. Kebutuhan zat nutrisi ayam kampung umur 0-4 minggu membutuhkan
pakan dengan kandungan energi 2800 kkal/kg, protein 20%, methionine 0,30%,
lisin 0,85%, Ca 0,80%, P 0,40%. Sedangkan ayam kampung umur 4-8 minggu
membutuhkan ransum dengan kandungan energi 2900 kkal/kg dan protein kasar
18% (Widodo, 2014).
Sebagian besar kebutuhan energi digunakan untuk kebutuhan hidup pokok
meliputi kebutuhan untuk metabolisme basal dan aktifitas normal. Sebagai
contoh, anak ayam dengan bobot badan 40 gram membutuhkan energi untuk
hidup pokok sebesar 8 kkal/hari. Kebutuhan energi untuk hidup pokok harus
terpenuhi dahulu sebelum unggas menggunakan energi untuk pertumbuhan. Ayam
yang mengkonsumsi pakan dengan energi tinggi akan memperlihatkan lemak
karkas dalam jumlah yang lebih tinggi, dibandingkan dengan pakan yang
mengandung energi rendah. Pakan yang mengandung energi tingkat tinggi akan
menghasilkan daging yang penuh dengan lemak, lemak karkas pada ayam dapat
meningkat jika dalam pakan kadar protein sedikit dibawah yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan maksimum dan meningkatkan energi dalam pakan, kelebihan energi
dapat diubah menjadi lemak tubuh (Widodo, 2014).
2.1.4.1 Karbohidrat
Karbohidrat dibutuhkan dalam ransum ayam untuk menghasilkan energi dan
panas. Proses metabolisme dalam tubuh akan terhambat jika kekurangan unsur
karbohidrat sehingga ayam bisa menjadi tidak bertenaga. Bahan-bahan yang
14
mengandung karbohidrat umumnya berasal dari sumber nabati, seperti bungkil
kelapa yang masih mengandung minyak, jagung, beras, kedelai dan bekatul
(Rasyaf, 2006).
2.1.4.2 Lemak
Lemak adalah senyawa heterogen yang masih berkaitan baik secara aktual
maupun potensial dengan asam lemak. Lipid memiliki sifat yang tidak terlarut
dalam air dan larut dalam pelarut non polar seperti eter, kloroform dan benzena.
Dalam tubuh, lemak berfungsi sebagai sumber energi yang efisien secara langsung
maupun secara potensial bila disimpan di jaringan adiposa. Lemak berfungsi
sebagai penyekat panas dalam jaringan subkutan dan sekeliling organ-organ
tertentu, dan lipid non polar bekerja sebagai penyekat listrik yang memungkinkan
perambatan cepat gelombang depolarisasi sepanjang syaraf bermielin (Widodo,
2014).
Menurut Murtidjo (2006), pakan ternak harus mengandung lemak dalam
jumlah cukup karena dalam proses metabolisme lemak mempunyai energi 2 kali
lebih banyak daripada karbohidrat. Lemak bisa didapat dari bahan pakan berupa
kacang tanah, bungkil, kelapa, dedak halus, kacang kedelai, bungkil kacang
kedelai dan tepung ikan.
2.1.4.3 Protein
Sumber protein dapat dibagi menjadi 2 yaitu protein hewani dan protein
nabati. Protein merupakan senyawa organik kompleks berbobot molekul besar
yang terdiri dari asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan
peptida (Masruhah, 2008).
15
Protein dapat diperoleh dari bahan makanan berupa tepung daging, tepung
tulang, tepung ikan, dan bungkil kedele. Protein memiliki fungsi yaitu
memperbaiki jaringan tubuh yang rusak, pertumbuhan jaringan baru dan proses
metabolisme. Sehingga protein dibutuhkan ayam untuk pembentukan dan
pertumbuhan jaringan tumbuhan, seperti urat, daging dan kulit. Protein juga
sebagai bahan pembentuk enzim, jika kekurangan protein akan mengakibatkan
pertumbuhan ayam terganggu (Redaksi Agromedia, 2005).
2.1.4.4 Mineral dan Vitamin
Mineral dan vitamin dapat diperoleh dari bahan pakan berupa jagung, polar,
dedak, minyak, tepung ikan, tepung daging, tepung tulang, bungkil kedele dan
campuran vitamin buatan pabrik. Vitamin dibutuhkan ayam untuk membantu
pertumbuhan dan menjaga kesehatan ayam, terutama untuk memperlancar proses
metabolisme tubuh. Sedangkan mineral dibutuhkan ayam untuk membantu
pertumbuhan tubuh ternak, jika kekurangan mineral maka proses pertumbuhan
ayam akan terganggu (Redaksi Agromedia, 2005).
Menurut Murtidjo (2006), klasifikasi vitamin yang harus dicukupi dalam
pakan ternak unggas digolongkan menjadi 2, yakni: vitamin yang larut dalam
lemak seperti vitamin A, D, E, dan K dan vitamin yang larut dalam air seperti
vitamin B12, biotin, kholin, asam folat, asam nikotinat, asan pantotenat,
piridoksine atau vitamin B6, riboflavin, vitamin B2, tiamin atau vitamin B1 dan
asam askorbat atau vitamin C.
Pakan ternak juga perlu mengandung mineral kalsium (Ca) dan fosfor (P)
dalam jumlah yang cukup. Pada umumnya ternak membutuhkan mineral dalam
16
jumlah relatif sedikit baik makro mineral seperti kalsium, magnesium, natrium,
dan kalium maupun mikro mineral seperti mangan, zinkum, ferrum, cuprum,
molibdenum, selenium, yodium, dan kobal (Murtidjo, 2006).
2.2 Tumbuhan Campuran Pakan
2.2.1 Azolla pynnata
2.2.1.1 Definisi Azolla pynnata
Spesies Azolla yang banyak di Indonesia terutama di pulau Jawa adalah
Azolla pinnata dan biasa tumbuh bersama-sama padi yang ada disekitaran sawah
(Hidayat, 2011). Azolla pinnata atau orang Jawa menyebutnya dengan sebutan
mata lele, serta orang Sunda menyebutnya sebagai kayu apu dadak atau
kakarewoan adalah tumbuhan sejenis paku air yang biasa ditemukan sebagai
gulma di perairan tenang seperti danau, kolam, sungai, dan pesawahan (Haetami,
2005).
17
2.2.1.2 Klasifikasi Azolla pynnata
Azolla pynnata dalam taksonomi tumbuhan mempunyai klasifikasi sebagai
berikut.
Gambar 2. a) Tumbuhan Azolla pynnata,
b)Folium, c) Caulis, d)Radix
(Sumber: Hidayat, 2011)
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Leptosporangiopsida
Ordo : Salviniales
Famili : Salviniaceae
Genus : Azolla
Spesies : Azolla pynnata
2.2.1.3 Komposisi Kimia Azolla pynnata
Azolla pynnata berpotensi baik sebagai salah satu bahan pakan untuk
sumber protein. Azolla pynnata memiliki protein kasar cukup tinggi berkisar di
antara 25-37%. Alalade (2006), menyatakan kandungan tepung Azolla secara
keseluruhan dapat dilihat pada tabel 2.1
a b d
c
18
Tabel 1. komponen pada Azolla pynnata
Komponen Jumlah
Protein kasar 21,4%
Asam amino lysine 0,34%
Methionine 0,18%
Cystine 0,87%
Threonin 0,39%
Tryptophan 1,15%
Arginine 0,93%
Isoleucine 1,01%
Phenylalanine 0,68%
Tyrosine 1,00%
Glycine 0,90%
Serine 1,18%
(sumber: Alalade, 2006).
2.2.1.4 Manfaat Azolla pynnata
Azolla pynnata memiliki kandungan protein yang sangat tinggi
dibandingkan dengan bahan pakan alternatif lainnya, sehingga Azolla pynnata
menjadi trobosan terbaik yang digunakan untuk pakan alternatif. Azolla pynnata
sering dimanfaatkan sebagai pupuk organik dalam memproduksi padi di daerah
tropis dataran rendah di Asia Tenggara (Tangendjaja, 2007).
2.2.2 Moringa oliefera
2.2.2.1 Definisi Moringa oliefera
Kelor termasuk ke dalam famili Moringaceae, tanaman kelor tumbuh di
daratan rendah maupun daratan tinggi. Tanaman ini memiliki ketinggian batang 7-
11 meter. Daun kelor berbentuk bulat telur dengan ukuran kecil-kecil bersusun
majemuk dalam satu tangkai, dapat dijadikan sebagai obat maupun sayur.
Bunganya berwarna putih kekuning-kuningan dan tudung pelepah bunganya
berwarna hijau, bunga ini keluar sepanjang tahun (Soetanto, 2011).
19
2.2.2.2 Klasifikasi Moringa oliefera
Tanaman Moringa oliefera dalam taksonomi tumbuhan diklarifikasikan
sebagai berikut:
Gambar 3. a) Tumbuhan Moringa oliefera,
b) Folia, c) Flos
(Sumber: Soetanto, 2011)
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Order : Brassicales
Family : Moringaceae
Genus : Moringa
Species : Moringa oleifera
2.2.2.3 Komposisi Kimia Moringa oliefera
Kelor (Moringa oliefera) memiliki zat aktif dalam daun yang mempunyai
aktifitas antibakteri dan antioksidan yang diharapkan mampu meningkatkan
kinerja organ dalam dan mencegah kerusakan organ dalam. Peningkatan terjadi
khususnya pada pancreas yang diharapkan dapat berpengaruh baik terhadap
a b
c
20
peningkatan metabolisme tubuh dalam penyerapan nutrisi (karbohidrat, lemak dan
protein) (Kumala, 2016). Komposisi kimia dan nutrisi pada daun Moringa oliefera
dapat disajikan pada tabel 2.2.
Tabel 2. Komposisi Kimia dan Nutrisi pada Daun Moringa oliefera
Parameter Nilai
Komposisi Kimia (% BK)
Protein kasar 25,1 – 30,29
ADF 8,49 – 11,4
Energi (Kkal/100 kg) 1440,11
Kadar lemak 2,11 - 5,9
Profil asam amino (% BK)
Lisin 1,1 – 1,64
Histidine 0,6 – 0,72
Trheonine 0,8 – 1,36
Arginine 1,2 – 1,78
Methionine 0,30
Mineral
Ca (%) 1,91 – 3,65
Mg (%) 0,38 – 0,50
K(%) 0,97 – 1,50
Na (%) 192,95
(Sumber: Analysa, 2007).
2.2.2.4 Manfaat Moringa oliefera
Kelor diketahui mengandung lebih dari 90 jenis nutrisi berupa vitamin
esensial, mineral, asam amino, anti-penuaan dan anti-inflamasi. Seluruh bagian
dari tanaman kelor telah dimanfaatkan sebagai bahan pangan maupun obat-
obatan. Bagian tanaman ini yang sering digunakan sebagai obat adalah biji, daun,
dan kulit kayu, dan berkhasiat sebagai anti diabetes dan antioksidan (Analysa,
2007).
Beberapa manfaat lain dari tanaman Moringa olifera adalah zat aktif dalam
daun yang mempunyai aktifitas antibakteri dan antioksidan yang diharapkan
mampu mencegah keruskan dan meningkatkan kinerja organ dalam. Peningkatan
kinerja organ, khususnya pancreas diharapkan dapat berpengaruh baik pada
21
peningkatan metabolisme dan penyerapan nutrisi (karbohidrat, lemak, dan
protein) dalam tubuh ternak (Analysa, 2007).
2.2.3 Tethonia diversifolia
2.2.3.1 Definisi Tethonia diversifolia
Tumbuhan Tithonia diversifolia atau dikenal juga dengan nama Kembang
Bulan merupakan tumbuhan perdu tegak yang dapat mencapai tinggi 9 meter,
bertunas, dan merayap dalam tanah. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang
hidup ditempat-tempat curam, misalnya ditebing-tebing, tepi sungai, dan selokan.
Tumbuhan ini tumbuh dengan mudah ditempat dengan ketinggian 5-1500 meter
diatas permukaan laut (Khaira, 2011).
2.2.3.2 Klasifikasi Tethonia diversifolia
Klasifikasi tumbuhan Tethonia diversifolia sebagai berikut:
Gambar 4. a) Tumbuhan Tithonia diversifolia,
b) Flos, c) Folia.
(Sumber: Khaira, 2011)
a b
c
22
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Asterales
Suku : Asteraceae
Marga : Thitonia
Jenis : Thitonia diversifolia
2.2.3.3 Komposisi Kimia Thitonia diversifolia
Daun Thitonia diversifolia mengandung senyawa alkaloid, terpenoid,
saponin, tanin, dan polifenol. Kandungan gizi Thitonia diversifolia utuh terdiri
dari bahan kering 18,4%, protein kasar 19,4%, lemak kasar 5,8%, serat kasar
19,4% sedangkan untuk bagian daun dari Thitonia diversifolia saja mengandung
protein kasar lebih tinggi dan serat kasar lebih rendah yaitu sebesar 25,9% dan
14,5% serta lemak kasar 5,6% dan energi metabolis 2642 kkal/kg (Arifiati, 2017).
2.2.3.4 Manfaat Tethonia diversifolia
Tumbuhan Tithonia diversifolia umumnya dimanfaatkan pada bagian
daunnya, daun tersebut dapat digunakan untuk antidiabetes, antivirus, antimaleria,
liver dan radang tenggorokan, serta penggunaanya sebagai bahan pestisida
(Nuraini, 2008).
2.3 Pertambahan Bobot Ayam
Pertambahan bobot ayam terjadi jika terdapat proses pertumbuhan didalam
tubuh. Sebab pertambahan bobot terjadi pada selang waktu tertentu, sehingga
dapat dijadikan sebagai indicator utama dalam pengukuran pertumbuhan, sebagai
landasan bagi ukuran kecepatan relatif dalam pertumbuhan bobot badan persatuan
23
waktu atau ukuran mutlak setelah mencapai jangka waktu tertentu. Pertumbuhan
bobot badan membentuk kerva sigmoid yaitu pertumbuhan mengalami
peningkatan perlahan-lahan kemudian cepat dan berhenti (Fatrullah, 2011).
Pengukuran bobot badan pada ternak unggas diperoleh dari penimbnagna
berulang pada waktu tertentu misalnya pada tiap hari, tiap minggu ataupun tiap
bulan. Pengukuran dilakukan dengan menghitung selisih dari bobot akhir (panen)
dengan bobot awal. Kurva pertumbuhan ternak sangat tergantung dari pakan yang
diberikan, jika pakan mengandung nutrisi yang tinggi maka ternak dapat mencapai
bobot badan tertentu pada umur lebih muda. Bobot awal didapat dengan
menimbang DOC sedangkan bobot akhir dari rata-rata bobot ayam saat panen
(Erwan, 2003).
2.4 Tepung Daun Fermentasi
Fermentasi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan mutu dari pakan
alternatif yang akan diberikan pada ayam kampung pedaging. Proses dari
fermentasi dapat meminimalkan pengaruh antinutrisi dan meningkatkan kecernaan
bahan pakan dengan kandungan serat kasar tinggi yang ada pada tumbuhan dan
daun (Yunus, 2017).
Proses fermentasi dapat meningkatkan mutu dari tumbuhan dan daun yang
akan diberikan, dimana terjadi proses perombakan dari struktur keras secara fisik,
biologis dan kimia sehingga menjadi lebih sederhana. Pada proses fermentasi
dibutuhkan stater sebagai prombak, biasanya stater yang digunakan adalah
mikrobiotik atau campuran mikrobiotik (Marhaeniyanto, 2014).
24
Kandungan nutrisi tumbuhan Azolla pynnata, daun Moringa oliefera dan
daun Tithonia diversifolia difermentasi dengan cairan yang mengandung
mikrobiotik (EM4) dapat dilihat pada tabel 2.4.
Tabel 3. Kandungan Nutrisi Tumbuhan Terfermentasi
Nama
sempel
Abu Protein Lemak Kasar Serat Kasar
Gross
Energi Anali
sa
LAB
Hasil
konversi
*
Analis
a
LAB
Hasil
konversi
*
Analis
a
LAB
Hasil
konver
si*
Analisa
LAB
Hasil
konversi
*
Moringa
oliefera 16,38 19,22 26,57 31,18 4,33 5,08 12,81 15,03
3663,0
0
Tithonia
divorsifori
a
12,27 14,92 22,08 26,86 1,59 1,93 6,45 7,84 3779,0
0
Azolla
pynnata 22,03 26,87 14,21 17,34 1,60 1,95 17,27 21,07
3052,0
0
Satuan % % % % % % % % Cal/g
Sumber: Hasil Analsisi Laboratorium Universitas Muhammadiyah Malang (2018)
Ket: *). Berdasarkan 100% bahan kering
2.5 Lemak Abdominal
Lemak abdominal merupakan lemak terdapat pada bagian abdomen yang
berada disekitar gizzard dan lapisan antar otot abdomen. Salah satu dari beberapa
bagian tubuh yang digunakan untuk menyimpan lemak pada ayam pedaging
adalah bagian disekitar perut yang disebut lemak abdomen. Tumpukan lemak
dalam tubuh terjadi karena energi dari hasil proses metabolisme zat gizi yang
masuk kedalam tubuh ayam melebihi kebutuhan yang diperlukan oleh tubuh, baik
itu untuk hidup pokok maupun berproduksi. Timbunan lemak abdomen juga dapat
dijadikan indikasi bahwa telah terjadi pemborosan pakan. Hal tersebut
dikarenakan lemak abdomen merupakan bagian yang tidak termanfaatkan
(Hidayat, 2015).
25
Perut merupakan salah dari beberapa bagian tubuh yang digunakan untuk
menyimpan lemak pada ayam. Tingkat energi dan asam amino pada ransum dapat
mempengaruhi lemak abdomen. Bertambahnya umur ayam pedaging dan
meningkatnya energi dalam ransum makin meningkatkan lemak abdomen
(Nuraini, 2016).
Rataan persentase bobot lemak abdomen berkisar 1,50%-2,11% sedangkan
menurut Hidayat (2015), bahwa persentase lemak abdomen ayam pedaging 2,6%-
3,6%. Hal ini antara lain disebabkan perbedaan strain dan kandungan nutrisi
ransum, tingkat energi dan asam amino pada ransum nyata mempengaruhi lemak
abdomen. Bertambahnya umur ayam pedaging dan meningkatnya energi dalam
ransum makin meningkatkan lemak abdomen. Perbedaan strain nyata
mempengaruhi bobot lemak abdomen (Salam, 2013).
Menurut Raras (2017) menyatakan bahwa pada ayam kampung peningkatan
pakan yang mengandung protein kasar 16%-20% dapat meningkatkan persentase
protein karkas dan menurunkan persentase lemak karkas. Kadar lemak daging erat
kaitannya dengan kadar protein. Komposisi protein daging tergantung pada besar
tidaknya kandungan lemak, bila kadar lemaknya tinggi maka kadar proteinnya
rendah. Kadar protein, lemak, air dan abu secara proporsional dapat berubah bila
proporsinya salah satu variable mengalami perubahan (Salam, 2013).
26
2.6 Sumber Belajar
2.6.1 Definisi Sumber Belajar
Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber yang berupa data,
orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam
pembelajaran, dalam bentuk terpisah maupun secara terkombinasi sehingga
mempermudah peserta didik mencapai tujuan belajar atau kompetensi tertentu
(Jaelani, 2016). Sedangkan AECT dalam buku “Beberapa Aspek Pengembangan
Sumber Belajar” menyatakan bahwa sumber belajar merupakan berbagai atau
semua sumber baik yang berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat
digunakan oleh siswa dalam belajar baik secara terpisah maupun secara
terkombinasi, sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajarnya.
Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang tersedia di lingkungan
belajar yang berfungsi sebagai optimalisasi hasil pembelajaran (Nur, 2012).
Menurut Musfiqoh (2012), sumber belajar merupakan segala sumber daya yang
meliputi materi pembelajaran, manusia, alat, teknik, dan lingkungan yang mampu
digunakan sebagai pendukung pencapaian tujuan pembelajaran peserta didik.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa sumber belajar
merupakan segala sesuatu dalam lingkup pembelajaran yang dapat memberikan
kemudahan kepada peserta didik dalam mendapatkan sejumlah informasi,
pengetahuan, pengalaman,dan ketrampilan dalam proses pembelajaran.
2.6.2 Ciri-ciri Sumber Belajar
Menurut Musfiqoh (2012), sumber belajar yang baik memiliki ciri-ciri
sebagai berikut.
27
a. Sumber belajar mampu memberikan kekuatan dalam proses pembelajaran,
sehingga sebuah tujuan pembelajaran akan tercapai dengan maksimal.
b. Sumber belajar harus memiliki nilai instruksional edukatif.
c. Tidak terorganisasi dan tidak sistematis baik dalam bentuk atau isi, tidak
memiliki tujuan pembelajaran eksplisit, hanya digunakan saat keadaan dan
tujuan tertentu, dan dapat digunakan dalam berbagai tujuan pembelajaran.
d. Sumber belajar digunakan seacara individu maupun kelompok.
2.6.3 Manfaat Sumber Belajar
Sumber belajar bermanfaat sebagai pembuka jalan dan pengembangan
wawasan terhadap proses pembelajaran bagi peserta didik. Dimana sumber belajar
mampu memberikan informasi yang dapat memperluas pengetahuan peserta didik,
memberikan pengalaman belajar yang lebih nyata sehingga dapat merangsang
pemikiran siswa menjadi lebih kritis (Anisah & Azizah, 2016).
AECT (Association for Education Communication and Techonology)
membedakan sumber belajar menjadi 2 yaitu :
a. Sumber belajar yang dirancang (by design) untuk tujuan belajar seperti
misalnya guru, dosen, pelatih, ruang kuliah, laboratorium, perpustakaan,
bengkel kerja, simulator, modul.
b. Sumber belajar yang dimanfaatkan (by utilization) yaitu dimanfaatkan untuk
tujuan belajar. Contohnya pejabat, tokoh masyarakat, orang ahli di
lapangan, pabrik, pasar, rumah sakit, surat kabar, radio, televisi, dan lain-
lain.
28
Adapun kriteria pemilihan sumber belajar menurut Jaelani (2016), yaitu
sebagai berikut:
a. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran,
b. Ketersediaan sumber setempat, artinya bila sumber belajar yang
bersangkutan tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada maka
sebaiknya dibeli atau dirancang atau dibuat sendiri,
c. Apakah tersedia dana, tenaga, dan fasilitas yang cukup untuk mengadakan
sumber belajar tersebut,
d. Faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan, dan ketahanan sumber
belajar yang bersangkutan untuk jangka waktu yang relatif lama, dan
e. Efektifitas biaya dalam jangka waktu yang relatif lama.
29
2.7 Kerangka Konseptual
Ayam Kampung
Kandungan protein pada daging yang tinggi sehingga minat masyarakat terhadap
ayam kampung semakin tinggi dan permintaan daging pada peternak meningkat.
Kualitas
karkas Ayam
Pakan alternatif yang
terdapat di lingkungan
dimana memiliki
kandungan gizi yang
baik dan mudah
diperoleh
Fakrot yang sangat
mempengaruhi
adalah pakan atau
ransum
Kandungan lemak
abdominal yang
menyebabkan
penurunan kualitas
karkas ayam
kampung Dipengaruhi oleh
beberapa faktor
seperti lingkungan,
jenis kandang,
umur, jenis
kelamin dan pakan
Pakan alternatif tepung
tumbuhan terfermentasi
Tumbuhan
difermentasi untuk
mengurasi kandungan
serat kasar dan
memperbaiki
probabilitas pada
pakan
Tumbuhan Azolla
pynnata, Moringa
oliefera, Tithonia
diversivolia
mengandung protein
tinggi Rendahnya
kandungan protein
dan tingginya
energi dalam pakan
yang diberikan
pada ayam
kampung
Uji proksimat
Kadar air, serat,
protein, karbohidrat
dan energi
Uji efektifitas daun
terhadap
kandungan lemak
abdominal
Dimanfaatkan
sebagai sumber
belajar
Gambar 5. Kerangka Konseptual Penelitian
30
2.8 Hipotesis Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan memiliki hipotesis sebagai berikut:
1. Pemberian fermentasi tumbuhan Azolla pynnata memberikan perbedaan
terhadap penurunan presentase jumlah lemak abdominal pada karkas ayam
kampung (Gallus gallus domesticus).
2. Pemberian fermentasi daun Moringa oliefera pada ransum memberikan
perbedaan terhadap penurunan presentase jumlah lemak abdominal pada
karkas ayam kampung (Gallus gallus domesticus).
3. Pemberian fermentasi daun Tethonia diversifolia pada ransum memberikan
perbedaan terhadap penurunan presentase jumlah lemak abdominal pada
karkas ayam kampung (Gallus gallus domesticus).
Recommended