View
215
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Analisis
2.1.1 Pengertian Kas
Menurut Harahap (2010 : 258), pengertian kas adalah sebagai berikut:
Kas adalah uang dan surat berharga lainnya yang dapat diuangkan setiap saat serta
surat berharga lainnya yang sangat lancar yang memenuhik syarat sebagai berikut :
1) Setiap saat dapat ditukar menjadi kas.
2) Tanggal jatuh temponya sangat dekat.
3) Kecil resiko perubahan nilai yang disebabkan perubahan tingkat harga.
Definisi kas menurut PSAK No.2 (IAI:2009 :22), adalah:
”Kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening giro. Setara kas (cash
equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat liquid, berjangka pendek dan
dengan cepat dapat dijadikan sebagai kas dalam jumlah tertentu tanpa
menghadapai risiko perubahan nilai yang signifikan”.
PSAK No. 2, paragraf 6 menjelaskan bahwa setara kas dimiliki untuk
memenuhi komitmen kas jangka pendek, bukan untuk investasi atau tujuan lain.
Untuk memenuhi persyaratan setara kas, investasi harus dapat segera diubah menjadi
kas dalam jumlah yang diketahui tanpa menghadapi resiko perubahan nilai yang
signifikan. Karenanya, suatu investasi baru dapat memenuhi syarat sebagai setara kas
hanya segera akan jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang dari tanggal
perolehannya. Kas merupakan komponen aktiva (asset) lancar yang paling likuid di
9
dalam neraca, karena kas sering mengalami mutasi atau perpindahan dan hampir
semua transaksi yang terjadi dalam perusahaan akan mempengaruhi posisi kas.
Dalam penyajiannya terdapat dua metode, yaitu metode langsung (direct
method) dan metode tidak langsung (indirect method).
1. Metode Langsung (Direct Method)
Metode langsung merupakan kelompok utama dari penerimaan kas bruto dan
pengeluaran kas bruto. Dalam metode ini setiap perkiraan yang berbasis
akrual pada laporan laba rugi diubah menjadi perkiraan pendapatan dan
pengeluaran kas sehingga menggambarkan penerimaan dan pembayaran
aktual dari kas. Jadi metode langsung memfokuskan pada arus kas daripada
laba bersih akrua dan dianggap lebih informative dan terperinci.
2. Metode Tidak Langsung (indirect method)
Metode ini meneysuaikan laba dan rugi bersih dengan memperbaiki pengaruh
dari transaksi bukan kas, penangguhan atau akrual dari penerimaan atau
pembayaran kas untuk operasi dari masa lalu dan masa depan dan unsure
penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas inbvetasi atau
pendaaan. Dengan kata lain metode ini merupakan rekonsiliasi laba bersih
yang diperoleh perusahaan.
10
2.1.2 Sumber Penerimaan Kas
Sumber penerimaan kas dalam suatu perusahaan pada dasarnya berasal dari :
1. Aktivitas Operasi
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2
(Revisi 2009) aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan
entitas dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan
aktivitas pendanaan.
Kas tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain
yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi neto. Beberapa contoh arus kas
dari aktivitas operasi adalah:
a. Penerimaan kas dari penjualan barang dan pemberian jasa;
b. Penerimaan kas dari royalty, fees, komisi, dan pendapatan lain;
c. Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa;
d. Pembayaran kas kepada dan untuk kepentingan karyawan;
e. Penerimaan dan pembayaran kas oleh entitas asuransi sehubungan
dengan premi, klaim, anuitas, dan manfaat polis lain;
f. Pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak penghasilan
kecuali jika dapat diidentifikasikan secara khusus sebagai bagian dari
aktivitas pendanaan dan investasi; dan
g. Penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang dimiliki untuk
tujuan diperdagangkan atau diperjualbelikan (dealing).
11
2. Aktivitas Investasi
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2
(Revisi 2009) aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aset jangka
panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas.
Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas investasi adalah:
a. Pembayaran kas untuk membeli asset tetap, tidak berwujud, dan aset
jangka panjang lain, termasuk biaya pengembangan yang dikapitalisasi
dan aset tetap yang dibangun sendiri;
b. Penerimaan kas dari penjualan aset tetap, aset tidak berwujud dan aset
jangka panjang lain;
c. Pembayaran kas untuk membeli instrumen utang atau instrumen
ekuitas entitas lain dan kepemilikan dalam ventura bersama (selain
pembayaran kas untuk instrumen yang dianggap setara kas atau
instrumen yang dimiliki untuk diperdagangkan atau dijualbelikan);
d. Penerimaan kas dari penjualan instrumen utang dan instrumen ekuitas
entitas lain dan kepemilikan ventura bersama (selain penerimaan kas
dari instrumen yang dianggap setara kas atau instrumen yang dimiliki
untuk diperdagangkan atau diperjualbelikan);
e. Uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain (selain
uang muka dan kredit yang diberikan oleh lembaga keuangan);
12
f. Penerimaan kas dari pelunasan uang muka dan pinjaman yang
diberikan kepada pihak lain (selain uang muka dan kredit yang
diberikan oleh lembaga keuangan);
g. Pembayaran kas sehubungan dengan kontrak future, forward, opsi dan
swap, kecuali jika kontrak tersebut dimiliki untuk tujuan
perdagangkan atau diperjualbelikan, atau jika pembayaran tersebut
diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan; dan
h. Penerimaan kas dari kontrak future, forward, opsi dan swap, kecuali
jika kontrak tersebut dimiliki untuk tujuan diperdagangkan atau
diperjualbelikan, atau jika pembayaran tersebut diklasifikasikan
sebagai aktivitas pendanaan.
3. Aktivitas Pendanaan
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2
(Revisi 2009) aktivitas pendanaan adalah aktivitas pendanaan adalah aktivitas
yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi kontribusi
modal dan pinjaman entitas.
Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan adalah:
a. Penerimaan kas dari penerbitan saham atau instrument modal lain;
b. Pembayaran kas kepada pemilik untuk menarik atau menebus saham
entitas;
13
c. Penerimaan kas dari penerbitan obligasi, pinjaman, wesel, hipotek, dan
pinjaman jangka pendek dan jangka panjang lain;
d. Pelunasan pinjaman;
e. Pembayaran kas oleh lessee untuk mengurangi saldo liabilitas yang
berkaitan dengan sewa pembiayaan.
Menurut Wild, Subramanyan dan Haley (2005 : 42), perputaran kas dalam
satu periode dapat dihitung dengan rumus:
Perputaran Kas
Semakin tinggi tingkat perputaran kas berarti semakin cepat kembalinya kas
masuk pada perusahaan. Dengan demikian kas akan dapat dipergunakan kembali
untuk membiayai kegiatan operasional sehingga tidak mengganggu kondisi
keuangan perusahaan.
2.1.3 Pengertian Piutang
Smith dan Skousen (2001:286 ), memberikan definisi piutang adalah sebagai
berikut:
“Dalam arti luas, istilah piutang dapat digunakan bagi semua hak atau klaim
kepada pihak lain atas uang, barang, atau jasa. Namun, untuk tujuan akuntansi
istilah ini pada umumnya diterapkan dalam pengertian yang lebih sempit
yaitu berupa klaim yang diharapkan akan diselesaikan melalui penerimaan
kas.”
Selanjutnya menurut PSAK No. 43 menyebutkan piutang adalah jenis
pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan piutang atau tagihan jangka
14
pendek suatu perusahaan yang berasal dari transaksi usaha. Warren et al (2005:422),
mengklasifikasikan secara umum piutang meliputi semua klaim uang terhadap
entitas-entitas lain, termasuk perorangan, perusahaan, dan organisasi lainnya. Piutang
biasanya diklasifikasikan sebagai usaha, wesel tagih, atau piutang lain.
Perusahaan menggunakan piutang sebagai alternatif untuk menyimpan
sementara dana perusahaan yang sekaligus dapat digunakan untuk menarik konsumen
dan meningkatkan penjualan. Piutang adalah suatu komponen yang penting dari
laporan keuangan khususnya laporan posisi keuangan.
Dengan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa piutang merupakan hak
atau klaim kepada pihak tertagih dalam bentuk uang ataupun kas.
Adanya hak klaim ini, perusahaan dapat menuntut pembayaran dalam bentuk
uang atau penyerahan aktiva atau jasa lain kepada pihak terhutang. Piutang di
klasifikasikan menjadi dua, yaitu piutang lancar (piutang jangka pendek) dan piutang
tidak lancar (piutang jangka panjang). Piutang lancar (current receivable) diharapkan
dapat ditagih dalam satu tahun atau selama siklus operasi berjalan. Semua piutang
lain diklasifikasikan sebagai piutang tidak lancar non dagang.
Menurut Earl K. Stice et al (2004:479), mengemukakan klasifikasi piutang,
yaitu :
1. Piutang dagang (Trade Receivables)
Kategori yang paling signifikan dari piutang, dan merupakan hasil dari
aktivitas normal bisnis, yaitu, penjualan barang atau jasa secara kredit kepada
15
pelangan. Piutang dagang dapat diperkuat dengan janji pembayaran tertulis
secara formal dan diklasifikasikan sebagai wesel tagih (notes receivable).
Akan tetapi, dalam kasus dalam piutang dagang adalah “piutang terbuka”
tanpa jaminan, dan sering disebut dengan piutang usaha.
2. Piutang non usaha (Non Trade Receivable)
Piutang ini muncul dari berbagai transaksi, seperti:
a. Penjualan surat berharga atau property lainnya selain persediaan.
b. Deposit atau simpanan untuk jaminan pelaksanaan kontrak atau
pembayaran atas beban
c. Klaim untuk pengurangan harga atau pengembalian pajak, dan
d. Piutang dividen bunga.
Sartono (2010:119) menyatakan bahwa semakin cepat periode berputarnya
piutang menunjukkan semakin cepat penjualan kredit dapat kembali menjadi kas.
Riyanto (2001) menyatakan bahwa perputaran piutang adalah rasio yang
memperlihatkan lamanya waktu untuk mengubah piutang menjadi kas. Sedangkan
Bramasto (2008) menyatakan bahwa perputaran piutang berasal dari lamanya piutang
diubah menjadi kas, piutang timbul karena adanya transaksi penjualan barang atau
jasa secara kredit. Dapat disimpulkan bahwa perputaran piutang adalah rasio yang
memperlihatkan lamanya waktu untuk mengubah piutang menjadi kas. Yang timbul
akibat adanya transaksi penjualan barang atau jasa secara kredit.
16
Darsono (2004:59), menambahkan bahwa untuk menghitung perputaran
piutang menggunakan rumus :
Untuk mempercepat peruputaran piutangnya maka cara yang mungkin
dilakukan antara lain :
a. Memberikan potongan harga bagi yang membayar kontan atau jatuh
temponya yang lebih pendek. Untuk merangsang agar pelanggan mau
membayar kontan atau jatuh tempo pembayaran lebih pendek maka
perusahaan dapat memberikan potongan harga.
b. Menguasai agar barang ataupun jasa yang disediakan digemari. Agar
barang ataupun jasa dapat digemari maka harus mengikuti selera
konsumen.
c. Penjualan surat berharga atau property lainnya selain persediaan.
d. Deposit atau simpanan untuk jaminan pelaksanaan kontrak atau
pembayaran atas beban.
e. Klaim untuk pengurangan harga atau pengembalian pajak, dan
f. Piutang dividen bunga.
Karena sifatnya yang unik, piutang non dagang umumnya diklasifikasikan dan
dilaporkan sebagai pos terpisah dalam neraca.
Menurut Zaki Baridwan (2004: 127), metode penghapusan piutang adalah
piutang usaha yang tidak mungkin dapat ditagih, seperti debiturnya bangkrut,
17
meninggal, pailit dan lain-lain harus dihapuskan sehingga akan menjadi biaya bagi
perusahaan. Terdapat dua metode dalam pencatatan piutang tak tertagih:
1. Metode penghapusan langsung (Direct Write Off Method)
Metode ini tidak membuat taksiran, tapi apabila jelas diketahui adanya
piutang yang tidak dapat ditagih maka piutang tersebut langsung dihapuskan.
Metode ini biasanya digunakan dalam perusahaan-perusahaan kecil.
2. Metode penyisihan (Allowance Method)
Metode ini digunakan untuk mencatat estimasi piutang yang tak tertagih.
Pencatatan ini dilakukan pada akhir periode sehingga pada akhir periode
dengan memperkirakan piutang yang tak tertagih. Beban diperlakukan
sebagai pengurangan atas piutang usaha, sehingga piutang akan dilaporkan
pada jumlah bersih yang dapat direalisasi.
2.1.4 Pengakuan, Penilaian, Dan Pelaporan Piutang
2.1.4.1 Pengakuan Piutang
Kusnadi (2001), mengemukakan bahwa piutang yang berasal dari penjualan
barang diakui pada saat hak milik atas barang berpindah dari penjual ke pembeli.
Karena syarat berpindahnya hak milik erat kaitannya dengan syarat penjualan maka
umumnya piutang diakui pada saat barang dikirim kepada pembeli. Piutang tidak
akan diakui pada saat dikirim jika hak milik barang masih ada pada pihak penjual
samapai ada pengakuan resmi. Sedangkan piutang yang berasal dari penjualan jasa
18
umumnya diakui pada saat jasa tersebut dilaksanakan. Jika pelaksanaan kerja
didasarkan atas kontrak kerja,maka pada akhir periode, pekerjaan yang telah selesai
harus dikalkulasikan. Piutang akan diakui sebesar tingkat pekerjaan yang telah
selesai.
2.1.4.2 Penilaian dan Pelaporan Piutang
Menurut Stice (2004:247), Semua piutang dinilai dalam jumlah yang
mewakili nilai sekarang dari perkiraan penerimaan kas dimasa yang akan datang.
Piutang dilaporkan sebagai nilai bersih (Net realizable value) yaitu nilai kas yang
diharapkan akan diterima. Piutang termasuk dalam aktiva lancar. Dalam
hubungannya dalam penyajian piutang didalam neraca digunakan dasar pengakuan
nilai realisasi atau penyelesaian. Dasar pengukuran ini mengatur bahwa piutang
dinyatakan sesuai bruto tagihan dikurangi taksiran jumlah yang tidak dapat diterima
(Baridwan, 2004:247). Hendriksen (2002), menjelaskan, bahwa piutang harus dinilai
berdasarkan nilai diskonto uang tunai yang akan diterima pada masa datang. Karena
kas yang kan diterima tidak tersedia sampai setelah suatu tenggang waktu tertentu
(waiting period), maka nilai piutang tidak sebesar nilai jatuh temponya yaitu jumlah
yang akhirnya akan diterima sesuai dengan kontrak.
19
2.1.5 Pengertian Profitabilitas
Berikut ini pendapat beberapa pakar mengenai definisi profitabilitas, menurut
Husnan (2002:56), pengertian profitabilitas adalah hasil bersih dari berbagai
kebijaksanaan dan keputusan. Kasmir (2008:196), menjelaskan bahwa profitabilitas
yaitu rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan.
Sedangkan menurut Harahap (2009:309), rasio profitabilitas menggambarkan
kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuannya, dan
sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, ekuitas, jumlah karyawan, jumlah
cabang dan sebagainya.
Menurut Gitman (2003:59), Profitability is the relationship between revenues
and costs generated by using the firm’s asset-both current and fixed in productive
activities. Hal tersebut berarti profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dan dapat diukur dalam rasio. Rasio ini digunakan untuk
mengukur efektivitas manajemen perusahaan secara keseluruhan yang ditunjukkan
dengan besarnya laba yang diperoleh perusahaan dan dinyatakan dalam bentuk
persentase.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah suatu
ukuran untuk menilai hasil laba yang diperoleh perusahaan, keuntungan ini dapat
diukur sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi perkembangan kemampuan
perusahaan serta harga saham oleh investor atau calon investor. Rasio profitabilitas
memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Ditunjukan oleh
20
laba yang diperoleh dari penjualan dan pendapatan investasi. Efisiensi
perusahaan.dapat ditunjukan oleh penggunanaan rasio ini.
2.1.5.1 Pengukuran Tingkat Profitabilitas
Menurut Sawir (2005:18-20), Beberapa Indikator untuk mengukur rasio
profitabilitas diantaranya yaitu: gross profit margin, operating profit margin, net
profit margin, return in investment, dan return on equity.
Menurut Riyanto (2010: 335), profitabilitas diukur sebagai berikut:
a. Profit Margin
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih dengan penjualan.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
1) Untuk margin laba kotor :
2) Untuk margin laba bersih
Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang
diperoleh dari setiap penjualan. Menurut Harahap (2009:304), semakin besar
rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba.
21
b. Return On Assets (ROA)
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total aset.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila
diukur dari nilai asetnya. Menurut Harahap (2009:305), semakin besar
rasionya semakin bagus karena perusahaan dianggap mampu dalam
menggunakan aset yang dimilikinya secara efektif untuk menghasilkan laba.
c. Return On Equity (ROE)
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih dengan ekuitas.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Rasio ini mengukur berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari
modal pemilik. Menurut Harahap (2009:305), semakin besar rasionya
semakin bagus karena dianggap kemampuan perusahaan yang efektif dalam
menggunakan ekuitasnya untuk menghasilkan laba.
d. Earning per Share (EPS)
22
Rasio ini menggambarkan besarnya pengembalian modal untuk satu
lembar saham. Rumus yang digunakan untuk menghitung earning per share
adalah sebagi berikut :
e. Basis Earning Power (BEP)
Kemampuan perusahaan memperoleh laba diukur dari jumlah laa sebelum
dikurangi bunga pajak dibandingkan dengan total aktiva.
Jenis-jenis laba menurut Wild (2005), terdapat beberapa jenis laba,
diantaranya :
1. Laba kotor, yaitu pendapatan dikurangi harga pokok penjualan”..
2. Laba operasi, yaitu laba kotor dikurangi beban operasi”.
3. Laba sebelum, yaitu laba dari operasi berjalan sebelum cadangan
untuk pajak penghasilan”.
4. Laba bersih, yaitu laba dari bisnis perusahaan yang sedang berjalan
setelah dikurangi bunga dan pajak”
Menurut Angkoso (2006) menyebutkan bahwa pertumbuhan laba dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain:
a. Besarnya perusahaan, semakin besar suatu perusahaan, maka
ketepatan pertumbuhan laba yang diharapkan semakin tinggi.
23
b. Umur perusahaan, perusahaan yang baru berdiri kurang memiliki
pengalaman dalam mengingkatkan laba, sehingga ketepatannya masih
rendah.
c. Tingkat penjualan, tingkat penjualan di masa lalu yang tinggi, semakin
tinggi tingkat penjualan di masa yang akan datang sehingga
pertumbuhan laba semakin tinggi.
d. Perubahan laba masa lalu, semakin besar perubahan laba masa lalu,
semakin tidak pasti laba yang diperoleh di masa mendatang.
2.2 Pengaruh Kas Dan Piutang Terhadap Profitabilitas
Perputaran kas merupakan perbandingan antara penjualan bersih dengan
jumlah rata-rata kas. Rahma (2011) menyatakan bahwa perputaran kas menunjukkan
kemampuan kas dalam menghasilkan pendapatan, sehingga dapat dilihat berapa kali
uang kas berputar dalam satu periode tertentu. Semakin tinggi perputaran kas ini akan
semakin baik, ini berarti semakin tinggi efisiensi penggunaan kasnya dan keuntungan
yang diperoleh akan semakin besar (Riyanto, 2001). Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian Rahma (2011), Putra (2012), Raheman dan Nasr (2007), Teruel dan Solano
(2007) yang menyatakan bahwa tingkat perputaran kas berpengaruh terhadap
profitabilitas.
H1 : Perputaran kas berpengaruh positif terhadap profitabilitas.
24
Piutang muncul karena perusahaan melakukan penjulan secara kredit untuk
meningkatkan volume usahanya. Riyanto (2001:90) menyatakan perputaran piutang
menunjukkan periode terikatnya modal kerja dalam piutang dimana semakin cepat
periode berputarnya menunjukkan semakin cepat perusahaan mendapatkan
keuntungan dari penjualan kredit tersebut, sehingga profitabilitas perusahaan juga
ikut meningkat. Hal ini didukung oleh hasil penelitian dari Putra (2010), Wijaya
(2012), Santoso dan Nur (2008) yang menyatakan bahwa tingkat perputaran piutang
berpengaruh terhadap profitabilitas.
H2 : Perputaran piutang berpengaruh positif terhadap profitabilitas.
2.3 Tinjauan Penelitian Sebelumnya
Menurut Sufiana dan Purnawati (2013), dalam penelitiannya yang berjudul
pengaruh perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap
profitabilitas menyatakan bahwa perputaran kas, perputaran piutang, perputaran
persediaan berpengaruh secara simultan terhadap profitabilitas. Sedangkan analisis
secara parsial menunjukkan hanya perputaran piutang dan perputaran persediaan
yang berpengaruh terhadap profitabilitas.
Pratama dan Putri (2013), Berdasarkan hasil analisis, semua model regresi
lolos dalam uji asumsi klasik. Dari hasil analisis yang sudah dilakukan, didapat hasil
bahwa ketiga variabel berpengaruh secara simultan pada profitabilitas BPR Di Kota
Denpasar periode 2010-2012.
25
2.4 Kerangka Pemikiran
Laporan keuangan menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
No. 01 mengenai Penyajian laporan keuangan (Revisi 2009) terdiri dari laporan
posisi pada akhir periode, laporan laba rugi komprehensif selama periode, laporan
perubahan ekuitas selama periode, laporan arus kas selama periode, catatan atas
laporan keuangan, dan laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif.
Laporan arus kas dimasukan untuk menggantikan laporan sumber dan penggunanaan
dana, karena laporan ini dianggap lebih memberikan informasi keuangan yang
dibutuhkan oleh pemakai laporan. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(Ikatan Akuntansi Indonesia, 2007:2:4) Penyusunan Laporan Keuangan sebuah
perusahaan dapat membaca dan menilai kemampuan perusahaan yang bersangkutan
dalam menghasilkan kas dan setara kas juga menilai untuk apa saja kas dan setara
tersebut digunakan atau dimanfaatkan dan menilai kemampuan perusahaan yang
bersangkutan dalam menghasilkan kas dan setara kas juga menilai untuk apa saja kas
dan setara tersebut digunakan atau dimanfaatkan.
Didalam laporan keungan terdapat piutang dan kas pada bagian asset lancar.
Menurut Warren (2005:260), istilah piutang (receivable) meliputi semua klaim dalam
bentuk uang terhadap pihak lainnya termasuk individu, perusahaan atau organisasi
lainnya. Semakin cepat periode berputarnya piutang menunjukkan semakin cepat
penjualan kredit dapat kembali menjadi kas (Sartono, 2010:119).
26
Husnan dan Pudjiastuti (2004), menyatakan kas merupakan bentuk aktiva
yang paling likuid, yang bisa dipergunakan segera untuk memenuhi kewajiban
financial perusahaan. Piutang meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap
pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya yang timbul
akibat penjualan secara kredit (Warren, 2005:404).
Menuh (2008), menyatakan bahwa perputaran kas merupakan periode
berputarnya kas yang dimulai pada saat kas dinvestasikan dalam komponen modal
kerja sampai saat kembali menjadi kas-kas sebagai unsur modal kerja yang paling
tinggi likuiditasnya. Menurut Riyanto (2008), semakin tinggi perputaran kas akan
semakin baik, karena ini berarti semakin tinggi efisiensi penggunaan kasnya dan
keuntungan yang diperoleh akan semakin besar.
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri (Sartono,
2010:122). Menurut Shapiro (1991) yang menunjukkan bahwa profitabilitas sangat
cocok untuk mengukur efektivitas manajemen dan pengevaluasian kinerja
manajemen dalam menjalankan bisnis dan produktivitasnya dalam mengelola aset-
aset perusahaan secara keseluruhan seperti yang nampak pada pengembalian yang
dihasilkan oleh penjualan dan investasi, serta untuk mengevaluasi kinerja ekonomi
dari bisnis. Secara umum profitabilitas merupakan pengukuran dari keseluruhan
produktivitas dan kinerja perusahaan yang pada akhirnya akan menunjukkan efisiensi
dan produktivitas perusahaan tersebut.
27
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau
keuntungan, dimana hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal
sendiri (Raharjaputra, 2009:195). Sedangkan menurut Wiagustini (2010:76-77),
profitabilitas adalah menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba atau
ukuran efektivitas pengelolaan manajemen perusahaan. Kemampuan memperoleh
laba bisa diukur dari modal sendiri maupun dari seluruh dana yang diinvestasikan ke
dalam perusahaan.
Gambar 2.1
Bagan Kerangka Pemikiran
2.5 Hipotesis Penelitian
Sugiyono (2009:93), menyatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara karena
jawaban yang dikemukakan baru berdasarkan pada teori yang peneliti peroleh, belum
28
berdasarkan pada fakta-fakta yang diperoleh melalui pengumpulan dan analisis data.
Maka dari itu, berdasarkan teori dan kerangka pikiran yang telah peneliti kemukakan
sebelumnya maka hipotesis yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ho1 : Kas tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap Profitabilitas
perusahaan.
Ha1 : Kas berpengaruh positif dan signifikan terhadap Profitabilitas
perusahaan.
Ho2 : Piutang tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap Profitabilitas
perusahaan.
Ha2 : Piutang berpengaruh positif dan signifikan terhadap Profitabilitas
perusahaan.
Recommended