View
345
Download
7
Category
Preview:
Citation preview
2.6 Operation and Maintenance Radio Base Station 6201
2.6.1 Radio Base Station 6201
Radio Base Station (RBS) 6000 merupakan RBS tipe terbaru yang dibuat
oleh Ericsson. RBS 6000 merupakan penyempurnaan dari RBS 2000 yang juga
dirancang untuk teknologi 2G. Sama halnya dengan Radio Base Station
sebelumnya, RBS ini terdiri atas RBS indoor dan outdoor.
Salah satu RBS yang termasuk keluarga RBS 6000 adalah RBS 6201.
RBS 6201 merupakan RBS bertipe indoor yang dirancang untuk teknologi 2G,
namun RBS ini pun bisa mendukung sistem GSM, WCDMA dan LTE. RBS 6201
adalah RBS multistandard radio unit berkapasitas tinggi yang terintegrasi ke
dalam satu cabinet dan dapat digunakan sebagai transmission cabinet.
2.6.2 Tipe Radio Base Station 6000
Radio Base Station (RBS) 6000 terdiri dari berbagai tipe yaitu :
1) RBS 6102 ( outdoor )
2) RBS 6101 ( outdoor )
3) RBS 6201 ( indoor )
4) RBS 6601 ( indoor )
5) RBS 6301 ( indoor atau outdoor )
6) RRU ( Remote Radio Head )
35
Gambar II.21 Portfolio RBS 6000
Gambar diatas merupakan tipe-tipe RBS 6000 baik RBS indoor maupun
RBS outdoor. Terlihat bahwa RBS bertipe outdoor memiliki dimensi yang lebih
besar dibandingkan RBS bertipe indoor.
2.6.3 Keunggulan RBS 6000
Radio Base Station (RBS) 6000 memiliki banyak keunggulan
dibandingkan dengan RBS sebelumnya, diantaranya :
1) Multistandard RBS
RBS 6000 mendukung semua frekuensi yang dibutuhkan oleh teknologi
GSM, WCDMA, dan LTE didalam satu kombinasi cabinet. Walaupun pada
dasarnya teknologi ini digunakan untuk 2G, teknologi WCDMA dan LTE pun
dapat digunakan. RBS 6000 ini merupakan produk RBS komersial pertama
yang mendukung LTE dengan menggunakan multistandard radio unit.
Salah satu kemudahan bagi operator dengan adanya RBS ini adalah
perluasan jangkauan dan kapasitas hanya dengan menggunakan activation
key.
36
RBS 6102 RBS 6101 RBS 6201 RBS 6601 RBS 6301 RRU
2) Optimalisasi ruangan pada site
RBS 6000 ini dilengkapi dengan multistandard radio unit dan integritas
yang tinggi sehingga memungkinkan peningkatan kapasitas sesuai dengan
kebutuhan pelanggan. Multistandard radio unit merupakan kemampuan RBS
dalam mendukung lebih dari satu teknologi dalam band frekuensi yang sama
dan dapat dikonfigurasi dengan menggunakan management system.
RBS 6000 dapat meningkatkan kapasitas radio perkabinet dengan
didukung oleh konfigurasi multistandard berkapasitas tinggi yaitu teknologi
GSM 3x4 dual band, WCDMA 3x2, dan LTE 3x20 MHz. Semua teknologi ini
mendapat suplai daya dan management system yang sama. Dengan cabinet
yang kecil pada site berarti perangkat ini hanya membutuhkan instalasi yang
lebih mudah dan maintenance yang lebih sedikit. Hal ini sesuai karena semua
operator membutuhkan solusi yang inovatif dalam pengurangan Total Cost of
Ownership ( TCO ) dan hambatan dalam perluasan jaringan
3) Penyederhanaan pada network management
Semua parameter operasi pada traffic management, transport
management, site management, termasuk antenna system dan site power
control dapat dikontrol secara terfokus oleh Network Control Center dari RBS
6000 ini. Hal ini karena Network Control Center menyediakan suatu interface
tunggal pada semua teknologi yang digunakan.
4) Meminimalisasi jumlah site namun menghasilkan jangkauan maksimal,
Salah satu faktor yang sangat penting dalam mengurangi dampak lingkungan
37
dan peningkatan kelangsungan hidup, adalah dengan adanya pengurangan
site sebisa mungkin. Site yang lebih kecil dan sedikit tidak hanya
membutuhkan Biaya Operasi / Capital Expenditure (CAPEX) yang kecil
tetapi juga mengurangi Biaya Modal / Operating Expenditure (OPEX).
RBS 6000 juga berkontribusi dalam pembangunan jaringan dengan
performansi radio yang superior sehingga setiap site bisa menyediakan
jangkauan yang lebih luas.
5) Sustainabilitas tinggi dengan daya yang rendah
Dalam perancangan RBS 6000, efisiensi daya sangat diperhatikan agar
adanya penghematan daya. Salah satu keunggulan RBS ini adalah modul
power dapat nonaktifkan ketika tidak digunakan.
6) Emisi panas yang rendah
Unit-unit yang terdapat di dalam RBS 6000 didesain untuk penggunaan
daya yang minimum dan emisi panas yang rendah. Sehingga kemampuan
kerja setiap unit pada RBS ini menjadi tidak terganggu.
2.6.4 RBS 6201 Overview
1) RBS ini mendukung teknologi GSM, WCDMA, dan LTE.
2) RBS ini dapat dikonfigurasi dengan 12 Radio Unit ( RU ) dan 4 Digital
Unit (DU).
3) Memiliki tiga power supply alternative yaitu :
38
a) -48 V DC (two-wire)
b) +24 V DC (three-wire)
c) ~120–250 V AC
4) Dilengkapi dengan external alarms.
Bentuk RBS 6201 ini adalah :
Gambar II.22 RBS 6201
2.6.5 Dimensi RBS 6201
Dimensi yang dimiliki oleh RBS 6201 dapat dilihat pada table dibawah,
yaitu :
39
Tabel II.1 Dimensi RBS 6201
Dimensi Height ( mm ) Width ( mm ) Depth ( mm )
Dengan Base
Frame1485 600 483
Tanpa Base
Frame1485 600 483
Berat RBS ini adalah :
1) RBS lengkap tanpa Tx : < 215 Kg
2) Base Frame : 12 Kg
Gambar II.23 Dimensi RBS 6201
40
2.6.6 Arsitektur RBS 6201
RBS 6201 terdiri dari 4 perangkat besar yaitu :
1. Radio Shelves terdiri dari kombinasi Radio Unit (RU) dan Digital Unit (DU).
2. Power Shelf dimana dimensi Power Supply Unit (PSU) harus sesuai dengan
site yang digunakan.
3. Transport Shelf yang berisi transport network equipment hingga 3 U high
Enclosure yang didalamnya terdapat
climate system.
Gambar II.24 Hardware
Architecture of RBS 6201
2.6.6.1 Radio Shelves
Radio Shelves pada RBS 6201
terdiri atas Digital Unit (DU) dan
Radio Unit (RU).
41
Gambar II.25 Radio Shelf
2.6.6.2 Radio Unit (RU)
Radio Unit (RU) merupakan perangkat RBS 6201 yang terdiri atas filter
dan multi-carrier power amplifier. Radio Unit memiliki bandwidth sebesar 20
MHz dengan power output hingga 60 Watt dan perangkat activation keys sebesar
20 Watt. Antenna system diinterface dengan satu port Tx/Rx dan satu port Rx.
Radio Unit berisi co-sitting port seperti antenna sharing pada
GSM/WCDMA, dan cross-connection yang dapat meminimalisasi jumlah feeder
jika RU yang digunakan per sektor lebih dari satu.
RBS 6201 merupakan RBS GSM sehingga Radio Unit yang digunakan
adalah Radio Units (RUS). RUS ini merupakan kombinasi dari Radio Unit (RU)
dan Combining and Distribution Unit (CDU) yang dipasang dalam satu unit.
Setiap unit mampu mengendalikan 4 sel carrier pada downlink dan uplink. Radio
ini berdimensi 280 x 62 x 350 mm. Multiple RU dapat dikombinasikan untuk
menghasilkan konfigurasi single atau dual band dengan 1.6 sektor dan 1.4 carrier.
42
Digital Unit (DU)Radio Unit (RU)
Dengan dua unit per sector, radio ini dipersiapkan untuk MIMO, transmitter
diversity, dan 4 way RX diversity. Radio Unit juga dilengkapi 3GPP/AISG-
compatible Tower Mount Amplifier (TMA)/Antenna System Controller (ASC)/RET
Interface Unit (RIU). Bentuk Radio Unit ini dapat dilihat pada gambar dibawah
ini :
Gambar II.26 Radio Units (RUS)
Port-port yang terdapat pada RUS adalah :
1) RF A : Transmitting/Receiving RF, 7/16 Connector
2) RF B : Receiving RF, 7/16 Connector
3) RX A I/O : RXA crossconnect output
4) RXA Out : RXA co-site output
5) RXB I/O : RXB crossconnect input43
6) Data 1 : Koneksi dari DUG ke RUS, FCI 20 pin
7) Data 2 : Koneksi dari RUS ke DUG atau RUS, FCI 20 pin
8) Power : - 48 V, Power untuk RUS
Penggunaan radio unit pada setiap teknologi berbeda-beda. Tabel berikut
ini memperlihatkan perbedaan tipe Radio Unit tiap teknologi, yaitu :
Tabel II.2 Tipe Radio Unit
RUs
Features
RUG (GSM)
RUW (WDCMA)
RUL (LTE)
RUS
TRX/Carrier supported
2 TRX 4 Carriers 4 Carriers 4 TRX /
4 Carriers
Operating Voltage
-48 V DC -48 V DC -48 V DC -48 V DC
Maximum Power consumption
340 W 400 W 400 W 400 W
Maximum nominal O/P power
70 W 60 W 20 W (w/o lcn)
60 W (lcn)
Version
Specific
2.6.6.3 Digital Unit (DU)
44
Digital Unit (DU) merupakan perangkat RBS 6201 pada bagian radio
shelves selain Radio Unit ( RU ). Digital Unit ( DU ) yang digunakan harus sesuai
dengan teknologinya.
Baseband resource terdapat pada DUG dan banyaknya Channel Element
(CE) serta kapasitas data berkecepatan tinggi dapat dioptimalisasi untuk
penyesuaian operator requirement bagi para user.
Baseband capacity ditempatkan secara terpisah pada setiap sector dan
frekuensi dapat diletakkan dua DUG pada node yang sama dan terintegrasi penuh
dengan system Operational and Maintenance ( O&M ) yang sama pada RBS
2000. Softwarenya dapat di download melalui interface Operational Support
System for Radio and Core (OSS-RC).
DUG dilengkapi dengan :
1) ATM Connectivity
2) 1 Gigabit Ethernet atau (100/1000 Base T-Ethernet)
3) Channelised STM-1 transport network interface
4) Empat IMA pada port E1/T1/J1
Bentuk Digital Units ( DUG ) dapat dilihat pada gambar dibawah ini
45
Gambar II.27 Digital Units ( DUG )
Port-port yang terdapat pada Digital Unit adalah :
1) PWR : -48V, Connector ET20 A, for power DUG
2) GPS : Connector RJ-45, for external GPS
3) EC : Connector RJ-45, Internal interface
4) AUX : Connector RJ-45, Internal Interface
5) LMT A : Connector RJ-45, Console
6) LMT B : Connector RJ-45, Site LAN
7) TN A : Connector RJ-45, Transmission Ethernet
8) ET A : RJ-45, Transmission 2xE1/T1/J1
9) ET B : RJ-45, Transmission 2xE1/T1/J1
10) IDL : Connector HSIO, Inter DU Link
11) TN B : SFP Connector, Transmision Ethernet/ATM
12) RI A-RI F : Radio interface x6
46
Sama halnya dengan Radio Unit, Digital Unit pun memiliki perbedaan tipe
sesuai dengan teknologi yang digunakan. Perbedaan tipe Digital Unit untuk tiap-
tiap teknologi adalah :
1) DUG (pada GSM) :
– Dua Varian yaitu DUG 10 (supports RUG) and DUG 20 (supports
RUS & RRUS)
– lebarnya 31mm.
2) DUW (for WCDMA) :
– Tiga Varian (DUW10, DUW20 & DUW30) tergantung besarnya
capacity demand
– Lebarnya 62mm.
3) DUL (for LTE) :
– Terdiri dari baseband, control, dan switching, S1 dan Mub interfaces
pada LTE RBSs.
– Hanya terdapat satu versi
– Lebar 30mm
2.6.6.4 Power Shelf
Power Shelf merupakan perangkat yang berfungsi dalam pengaturan daya
pada RBS 6201. Power shelf ini terdiri atas beberapa komponen yaitu :
1) Power Connection Filter (PCF)
2) Power Connection Unit (PCU)
3) Power Distribution Unit (PDU)
47
4) Power Filter Unit (PFU)
5) Power Supply Unit (PSU)
6) Battery Fuse Unit (BFU)
Bentuk Power Shelf dapat dilihat pada gambar dibawah ini,
Gambar II.28 Power Shelf
2.7 Perangkat Tambahan Radio Base Station 6201
2.7.1 Battery Fuse Unit (BFU)
Fungsi utama BFU adalah untuk mengontrol dan menghubungkan atau
memutuskan battery backup.
2.7.2 Transport Shelf
Transport shelf merupakan perangkat RBS 6201 yang berfungsi dalam
mentransmisikan sinyal. Transport Shelf ini berisi transport network equipment
atau yang lebih dikenal dengan perangkat transmisi.
2.7.3 Enclosure
48
Enclosure merupakan perangkat yang berfungsi dalam pengaturan suhu
pada RBS 6201. Pada Enclosure ini terdapat fan yang merupakan bagian dari
climate system.
2.8 Overview Koneksi Daya pada RBS 6201
2.8.1 Koneksi Daya -48 volt DC
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, RBS 6201 dapat dikoneksikan
dengan 3 jenis tegangan, salah satunya tegangan -48 volt DC. Berikut adalah
gambar RBS 6201 dengan koneksi tegangan -48 volt DC.
2.8.2 Koneksi Daya +24 Volt DC dan AC
Selain dapat dikoneksikan dengan tegangan -48 volt DC, RBS 6201 juga
dapat dikoneksikan dengan tegangan 24 volt DC dan arus AC (Alternating
Current). Berikut merupakan gambar RBS 6201 yang terkoneksi dengan tegangan
24 volt DC dan tegangan AC.
49
Gambar II.29 Connected -48 volt DC of RBS 6201
Keterangan dari label-label pada gambar diatas adalah :50
1) A – Fans : 3-4 Nos.
2) B – Power Connection Filter (PCF) : 1 No.
3) C – Support Hub Unit (SHU) : 0-1 Nos.
4) D – Support Control Unit (SCU) : 1 No.
5) E – Power Distribution Unit (PDU) : 1–2 Nos.
6) F – Radio Unit (RU) : 1-12 Nos.
7) G – Digital Unit (DU) : 1–4 Nos.
8) H – Power Filter Unit (PFU) : 0–2 Nos.
9) I – Cabinet busbar : 1 No.
10) J – Optional transmission equipment.
Berdasarkan tinjauan lapangan yang dilakukan oleh penulis, RBS 6201
yang terdapat pada BTS Indosat menggunakan koneksi daya -48 volt DC. Namun,
koneksi daya -48 volt DC tidak digunakan seterusnya, terkadang digunakan juga
koneksi daya +24 volt DC dan AC.
51
Gambar II.30 connected 24 volt DC and AC of RBS 6201
Keterangan dari label-label pada gambar diatas adalah :
1) A – Fans: 3-4 Nos.
2) B – Power Connection Unit (PCU): 1 No.
3) C – Support Hub Unit (SHU): 1 No.
4) D – Support Control Unit (SCU): 1 No.
5) E – Power Subrack
6) PCU DC 01 – 1 No.
7) Battery Fuse Unit (BFU) – 0-1 No
8) Power Supply Unit (PSU) – 2-4 Nos.
9) Power Filter Unit (PFU) – 0-2 Nos.
10) F – Power Distr. Unit (PDU): 1-2 Nos.
11) G – Cabinet busbar : 1 No.
12) H – Digital Unit (DU) : 1-4 Nos.
13) I – Radio Unit (RU) : 1-12 Nos.
14) J – Optional transmission equipment.
15) K – Power Connection Filter (PCF) : 0-1 Nos.
2.9 Perangkat Indoor Tambahan
2.9.1 Battery Backup System ( BBS ) 6201
52
Battery Backup System ( BBS ) 6201 merupakan perangkat tambahan
pada RBS 6201 yang berfungsi sebagai cadangan suplai daya. BBS 6201 dapat
mendukung hingga 680 A ( setara -48 volt ) untuk satu cabinet dengan jangka
waktu 18 jam. BBS 6201 juga dapat mendukung tiga cabinet RBS dengan
penggunaan Battery Backup Power (BBS).
Proses pengisian baterai diatur oleh Radio Base Station yang telah
terintegrasi dengan rectifier dan control system. BBS ini juga tidak memerlukan
perangkat pendingin sehingga tidak menambah noise pada site.
Bentuk dari BBS 6201 dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar II.31 Battery Backup System (BBS) 6201
2.10 Proses Maintenance dan Troubleshoting RBS 6201
53
PT. INDOSAT Tbk. merupakan salah satu operator seluler terbesar yang
menyediakan layanan jasa telekomunikasi dan informasi kepada pelanggannya.
Jaringan Base Sub System (BSS) merupakan perangkat yang digunakan dalam
sistem telekomunikasi GSM, yang menghubungkan antara Mobile Station (MS)
dan Mobile Switching Center (MSC). Jaringan BSS terdiri dari BSC, TRC, dan
BTS. Perangkat yang ada pada bagian BSS tersebut melakukan aktivitas secara
rutin setiap harinya sehingga sangat rentan terhadap masalah yang terjadi baik
secara hardware maupun software. Masalah yang muncul pada perangkat-
perangkat BSS sering disebut dengan alarm. Alarm ini memudahkan engineer
untuk menganalisa masalah dan melakukan trouble shoot untuk memperbaiki
masalah yang terjadi pada RBS.
2.10.1 Monitoring Alarm dengan SMS Gateway
Pemanfaatan teknologi Short Messaging Services (SMS) saat ini
berkembang sangat pesat seiring dengan perkembangan layanan operator seluler.
Banyak layanan interaktif berbasis SMS yang dikembangkan dalam berbagai
bidang yang memberikan kemudahan berkomunikasi kepada pelanggan
diantaranya yaitu perbankan dengan SMS banking, SMS Iklan, SMS Polling,
SMS Quiz, SMS Ticketing, SMS Alerting Alarm, SMS Informasi tertentu dan
lain sebagainya.
Saat ini sistem yang ada pada PT. INDOSAT untuk menginformasikan
alarm yang terjadi pada jaringan BSS adalah dengan cara team engineer yang
melakukan work shift dengan kurun waktu 24 jam untuk memonitoring alarm
yang terjadi kemudian menginformasikan alarm tersebut ke field engineer untuk
melakukan troubleshoot. Sistem yang dijalankan saat ini sangat manual dan
54
tergantung pada skill engineer yang berbeda-beda, juga resiko kesalahan yang
dilakukan engineer. Perancangan dan pembuatan sistem aplikasi berbasis SMS
akan digunakan sebagai sarana mempermudahkan engineer BSS dalam
memonitoring alarm dan juga pengiriman informasi alarm yang valid kepada field
engineer.
Gambar tampilan SMS Gateway Ticketing Alarm dengan Aplikasi Nettis4
Gambar II.32 Tampilan SMS Gateway Ticketing Alarm
OSS (Operation and Support sub System) adalah pusat pengoperasian dan
kontrol dari setiap Network Element sehingga OSS akan memiliki koneksi ke
network element yaitu BSC, MSC, HLR dan lainnya. OSS server sebagai tools
untuk melakukan monitoring dari setiap network element, termasuk alarm
monitoring yang berguna untuk pemeliharaan jaringan dan kinerja dari sistem
sehingga selalu beroperasional dengan baik. Perangkat OSS ini terletak di bagian
Network Monitoring Center (NMC) atau Operation and Maintenance Center
(OMC). Petugas NMC atau OMC ini akan memantau setiap saat kondisi jaringan
55
dan menginformasikan kepada petugas BSS apabila ada gangguan pada jaringan
BSS serta membantu proses maintenance dengan memberikan data-data yang
diperlukan oleh petugas BSS seperti terlihat pada gambar II.32
Gambar II.33 Konfigurasi Jaringan BSS Ericsson
Untuk melakukan Monitoring Alarm tersebut petugas NMC harus membuka
aplikasi Command Handling (CHA) OSS Server dan memasukkan perintah
dengan format tertentu, sehingga OSS server akan memprosesnya dan akan
meresponse dengan data yang diperlukan. Selain melalui aplikasi CHA bisa juga
melalui telnet ke OSS server dengan menggunakan aplikasi Ericsson Winfiol
setelah terhubung ke server, petugas NMC akan memasukkan perintah tertentu
dan server akan meresponse dengan memberikan data status alarm, sehingga
petugas NMC bisa menginformasikan status alarm tersebut kepada petugas BSS
yang sedang melakukan perbaikan atau sedang melakukan pengecekan kualitas
jaringan
2.10.2 Closing Ticketing Troubleshoot dengan SMS Gateway
56
Setelah selesai melakukan Troubleshoot alarm pada perangkat BSS, maka
petugas BSS atau petugas NMC akan menutup Ticketing Alarm dengan SMS
Gateway dengan Aplikasi Nettis4. Tujuannya agar group atau team BSS
mengetahui bahwa alarm yang diberitakan oleh NMC sebelumnya telah berhasil
diselesaikan, berikut adalah gambar login untuk memasuki aplikasi SMS Gateway
dengan software Nettis4.
Gambar II.34 Tampilan login aplikasi Nettis4.
Setelah login maka petugas dapat memilih alarm yang akan di Closing
yang kemudian akan dikirim ke seluruh Group BSS area Tertentu.
57
Gambar II.35 Tampilan Aplikasi Nettis4
Setelah petugas mengirim data Closing alarm, maka seluruh anggota BSS akan
menerima SMS dengan format sebagai berikut
Gambar II.36 Tampilan SMS Closed Alarm yang diterima User
58
2.10.3 Monitoring Alarm dengan Aplikasi Winfiol
Dalam aktifitas pemantauan jaringan BSS maka diperlukan adanya
monitoring alarm jaringan yang dilakukan setiap waktu baik oleh petugas NMC
ataupun oleh petugas BSS, hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa Coverage
Area dalam keadaan aman, jika ditemukan alarm pada BTS atau BSC yang
menyebabkan Down, maka petugas BSS akan menganalisis penyebab terjadinya
drop traffic atau down pada sebuah BTS atau BSC. Oleh sebab itu rutinitas
monitoring jaringan sangat diperlukan untuk memantau jaringan agar selalu
Operasional secara normal.
Proses terjadinya koneksi antara aplikasi winfiol dengan server di OSS
Server BSC adalah dengan mengambil database pada Server OSS yang kemudian
informasi alarm pada Server OSS akan diolah ke dalam aplikasi tersebut.
Informasi alarm tersebut kemudian dimasukkan ke dalam database alarm, untuk
kemudian akan dilanjutkan dengan analisa alarm dengan cara memasukkan
Command tertentu untuk mengetahui jenis alarm yang terdapat pada BTS yang
mengalami gangguan.
Alarm yang muncul pada suatu BTS dikategorikan menjadi 2 bagian yaitu
Major dan Minor. Apabila alarm yang muncul adalah Major / Affected maka
dapat diartikan bahwa alarm tersebut dapat mempengaruhi traffic, baik itu traffic
panggilan maupun traffic data sehingga dapat mengakibatkan cell dan timeslot
akan drop call yang akan mengakibatkan tidak berfungsinya system panggilan
atau sms yang melewati cell tersebut. Namun apabila alarm yang terlihat adalah
59
kategori minor maka alarm tersebut tidak mempengaruhi traffic, hanya saja perlu
restart board dengan menggunakan command tertentu agar alarm tersebut Clear.
Jika memungkinkan, alarm pada suatu BTS akan dapat dihilangkan atau
clear alarm apabila gangguan yang ada pada beberapa board masih dapat di
restart via OSS, yaitu dengan program Winfiol itu sendiri ataupun dengan
menggunakan program Remote Operation and Maintenance (ROMT) yang
merupakan program default RBS 6201 dimana dengan software ini kita dapat me-
remote sebuah RBS dari Server Central (BSC)
2.10.3.1 Cara Melakukan Monitoring Alarm dengan Aplikasi Winfiol
Setelah mengetahui bagaimana proses kerja aplikasi Winfiol maka langkah
selanjutnya adalah bagaimana cara melakukan monitoring alarm untuk
menganalisa masalah yang terjadi pada sebuah BTS dan juga beberapa include
script command yang biasa dilakukan untuk memonitor sebuah alarm pada RBS.
1) Login
Ketika memasuki system OSS Server Indosat maka user harus login
dengan menggunakan ID khusus dan Password, hal ini dilakukan untuk
memproteksi system agar pihak luar atau yang tidak berkepentingan tidak
bisa mengakses jaringan.
60
Gambar II.37 tampilan login Aplikasi Winfiol
2) Setelah melakukan login, User dapat melihat alarm yang terdapat dalam
satu BSC. Dalam hal ini penulis ditempatkan di area Depok dimana pada
area tersebut ter-cover oleh tiga titik central (BSC) dari 38 BSC yang ada
se-Jabodetabek, yaitu BSC 21 yang bertempat di KPPTI (Kantor Pusat PT
Indosat), BSC 22 yang bertempat di MSC Kebagusan dan BSC 36 yang
bertempat di Pondok Gede, dengan menggunakan aplikasi Winfiol diatas
user dapat memonitoring BSC tersebut dengan menggunakan Command
default yang sudah ditetapkan Ericsson.
Berikut adalah contoh memonitoring sebuah BSC:
a) Ketikkan command “eaw BJK21” (Keterangan: yaitu user masuk
kedalam server BSC 21 untuk kemudian user dapat mengambil
data yang ingin dilihat)
61
b) Ketikkan command “rxasp:moty=rxotg;” (Keterangan: user ingin
menampilkan seluruh data alarm yang ada pada BSC 21 baik alarm
yang bersifat Major ataupun Minor)
Gambar II.38 tampilan alarm BSC 21
c) Jika ada alarm “OML FAULT” berarti alarm ini menunjukkan
bahwa BTS DOWN atau dengan kata lain BTS tersebut tidak
Operasional sehingga pelanggan tidak bisa melakukan panggilan.
baik berupa suara maupun data, maka langkah selanjutnya adalah
pengecekan status Link. Yaitu dengan cara user melihat system
transmisi pada jaringan BTS tersebut
I. Ketikkan command “dtstp:dip=xxrbl2;” (Keterangan:
dengan memasukkan command disamping berarti user
ingin melihat status Link pada BTS tersebut, tanda ‘xx’
62
diisi dengan TG / ID BTS yang hendak dituju. jika
ditemukan DIP / Link dalam keadaan WO (Working) maka
BTS masih dapat diremote via OSS Server, namun apabila
didapati Link dalam keadaan AIS maka Link pada BTS
tersebut Putus, sehingga tidak dapat di-remote dengan
aplikasi Winfiol ataupun dengan aplikasi Remote
Operation and Maintenance Over IP (ROMT). Untuk
analisa lebih detail maka user harus melakukan pengecekan
system Transmisi dengan cara Connect langsung antara
PC / laptop dengan perangkat transmisi Traffic Node (TN).
Gambar II.39 Status DIP / Link BTS
63
2.11 Sistem Transmisi Radio dan Cara Troubleshootingnya
Transmisi adalah proses membawa informasi antar end points di dalam
sistem atau jaringan atau dengan kata lain transmisi Merupakan suatu
gabungan fungsi- fungsi yang saling bekerja sama untuk menyampaikan
(mentransmisikan) informasi pada hubungan jarak jauh.
Dalam system telekomunikasi seluler, perangkat transmisi digunakan
untuk menyampaikan sinyal RF (Radio Frequency) yang berupa suatu
informasi data atau suara dari sebuah Radio Base Station (RBS) menuju Base
Station Controler (BSC), sinyal ini kemudian dikirimkan kepada salah satu
board yang terdapat pada RBS yaitu DUG. Prosesnya yaitu dari DUG
dikoneksikan ke port DDF dengan menggunakan kabel 2 Mbps atau yang
biasa disebut dengan kabel E1, kemudian dari port DDF tersebut
dicrossconnection dengan kabel yang terhubung dengan perangkat transmisi
yang selanjutnya sinyal berupa E1 ini akan dikirimkan ke BTS atau BSC.
64
Gambar II.40 (Model system komunikasi, dimana informasi disalurkan)
2.11.1 Operation and Maintenance Transmision Network
Setelah dijelaskan mengenai pengertian transmisi maka langkah
selanjutnya adalah menganalisa masalah yang biasa terjadi pada sebuah sistem
transmisi, dimana jika sebuah transmisi yang menyampaikan signal /
informasi berupa data dari sebuah RBS mengalami gangguan maka RBS
tersebut tidak akan dapat beroperasi. Tidak hanya itu jika link transmisi yang
bermasalah adalah sebuah HUB besar maka RBS yang melewati link itupun
akan ikut DOWN. Seperti perangkat transmisi pada umumnya, perangkat
transmisi terbagi menjadi 2 bagian besar yaitu Indoor Unit dan Outdoor Unit
1. Outdoor Unit
Bagian ini terdiri dari sebuah Antenna dan Radio Unit (RAU), dimana
Radio Unit ini dihubungkan secara langsung ke Antenna Microwave
kemudian dari kedua perangkat ini dihubungkan kembali ke bagian
Indoor Unit dengan menggunakan Cable Coaxial
2. Indoor Unit
Pada perangkat transmisi yang menggunakan Traffic Node, Bagian ini
terdiri dari beberapa board modul yang terkumpul dalam satu rak
Access Modul Magazine (AMM), diantaranya Node Processor Unit
(NPU), Modem Unit (MMU), Power Filter Unit (PFU) dan Line
Termination Units (LTU)
65
Jika terdapt masalah pada kedua perangkat ini maka petugas Base Station
Subsystem (BSS) akan bertindak cepat untuk menganalisa penyebab Link
terputus dan bersegera dalam Troubleshootingnya.
Berikut beberapa masalah yang biasa terjadi pada link Transmisi
1) Radio Unit (RAU) Faulty
Yaitu bagian dari sebuah perangkat Radio Microwave mengalami
kerusakan baik pada sisi Tranceive maupun Receive sehingga aktifitas
pengiriman Sinyal tidak dapat bejalan dengan baik. Salah satu
penyebabnya adalah gangguan petir yang menyambar radio
microwave. Indikasi dari alarm ini adalah lampu led yang berada pada
perangkat menyala berwarna merah. Ketika Radio Unit rusak maka
tampilan pada software disisi lawan tidak terdeteksi oleh sisi Near End
langkah yang harus dilakukan yaitu dengan mengganti perangkat
Radio Unit (RAU) tersebut dengan yang baru dengan Product Code
yang sama tujuannya adalah agar kedua radio dapat saling
berkomunikasi / synchronize
66
Gambar II.41 Radio Transmisi when no contact with near end
2) High Temperature
Yaitu suhu dalam ruangan shelter sangat panas melebihi suhu standard
radio transmisi sehingga membuat perangkat menjadi Hang, hal ini
disebabkan oleh perangkat Air Conditioner (AC) tidak berfungsi
dengan baik. Hal yang dilakukan dalam kondisi ini adalah segera
melakukan maintenance and Troubleshoot Air Conditioner (AC) agar
suhu dapat kembali Normal
3) Interference
Yaitu dimana sinyal frequensi berbenturan atau sangat berdekatan
dengan frequensi radio microwave lainnya sehingga membuat sinyal
frequensi menjadi intermitten atau tidak stabil. Hal yang harus
dilakukan adalah re-Scanning frequensi Radio Microwave yang
jaraknya berjauhan dengan frequensi sebelumnya.
4) Software Baseline yang berbeda
67
dalam sebuah hop atau pertemuan antara dua radio microwave
transmisi yang menggunakan perangkat transmisi Trafic Node (TN)
maka yang harus diperhatikan adalah penggunanaan versi software
baseline nya, jika diantara kedua radio tersebut memiliki versi software
baseline yang berbeda maka besar kemungkinan sinyal transmisi
tersebut akan unstable (tidak stabil) karena beberapa fitur data tidak
dapat terdeteksi oleh sisi lawannya. Hal yang harus dilakukan adalah
meng-Upgrade software baseline ke versi yang lebih tinggi dan
menyamakan versinya dikedua sisi transmisi.
5) Obstacle
Yaitu jarak antara dua transmisi terhalang oleh sesuatu. Baik berupa
gedung, pohon ataupun menara tower. Hal yang harus dilakukan
adalah membuat rute link baru ke arah site / BTS terdekat, sehingga
terbebas dari halangan yang dapat memutus hubungan link tersebut.
6) Board Transmision Hang
Adakalanya sebuah transmisi tidak dapat beroperasi karena perangkat
mengalami Hang, hal ini disebabkan oleh banyak faktor seperti suhu
yang terlalu panas, kegagalan ketika melakukan upgrade software,
asupan power yang tidak stabil, langkah yang digunakan ketika
mengalami hal seperti ini adalah cukup merestart board baik dengan
cara remote software jika masih bisa di remote oleh sisi lawan, ataupun
dengan reset power dengan melakukan kunjungan ke lokasi.
7) E1 Loss
68
Alarm ini memberi tanda bahwa koneksi kabel E1 terputus atau
mengalami gangguan, jenis dari alarm ini biasanya disebut dengan E1
LOS (Loss Of Signal),AIS, RDI dan LOF (Los Of Frame) hal ini bisa
diakibatkan oleh beberapa hal seperti kabel E1 pada port DDF kendur
sehingga transmisi disisi lawan tidak menerima tranceive atau receive,
kesalahan pada saat cross connection physical atau software , dan
gangguan dari perangkat Metro Ethernet Fiber Optic (FO). cara
penanganannya adalah dengan mengurut / trace port E1 yang
bermasalah untuk kemudian dilakukan re-Cross Connection baik
secara physical ataupun software sesuai dengan prosedur.
2.12 Remote Operation and Maintenance Terminal (ROMT )
Operation and Maintenance Terminal (OMT) merupakan sebuah aplikasi
yang didesain secara khusus untuk Radio Base Station dari keluarga RBS
2000 dan RBS 6000. OMT digunakan untuk mengadakan pengoperasian dan
pemeliharaan pada site atau dengan remote dari Base Station Controler (BSC)
dan dapat juga connect secara lokal di perangkat RBS dengan menggunakan
kabel serial dari PC OMT ke port pada RBS.
69
Gambar II.42 OMT Interface
OMT digunakan selama proses pengetesan Radio Base Station (RBS) di
gudang dan dilokasi. OMT digunakan untuk mengupdate dan memelihara
instalasi database RBS, skema performansi fungsi pencegahan dan
pengkoreksian serta pemeliharaan RBS. Fugsi utama OMT digunakan untuk:
1) Memonitoring internal alarm cabinet dalam proses troubleshooting
2) Melakukan Operasi Internal Data Base (IDB)
3) Membuat dan merubah konfigurasi IDB
4) Mendefinisikan Eksternal alarm dan Antenna Related Auxiliary Equipment
(ARAE)
5) Memonitor hardware serta konfigurasi RU
6) Pengecekan VSWR
7) Dan lain - lain
70
Gambar II.43 Konfigurasi IDB dengan Aplikasi OMT
2.12.1 Internal Alarm
Selama proses perbaikan base station fungsi monitor dapat digunakan untuk
mengumpulkan informasi tentang status kerusakan pada RBS. Hal ini akan
membantu petugas BSS untuk menganalisa kesalahan ketika ada indikasi alarm,
dan mengkonfirmasi perbaikan pada hardware ataupun software.
2.12.2 Lokalisasi Kesalahan
Ketika terjadi kesalahan pada RBS. OMC menerima indikasi alarm
sebagai tanda adanya suatu kesalahan. Setelah itu dilakukan penganalisaan
kesalahan oleh OMC / Petugas BSS operator yang menangani alarm RBS dengan
dukungan dari Operational Instruction (OPI), sehingga operator OMC dapat
menentukan tindakan apa yang harus dilakukan.
Setelah menganalisa kesalahan barulah terjadi proses pemeliharaan
ataupun perbaikan pada RBS yang dilakukan oleh petugas BSS Selama proses 71
perbaikan, teknisi RBS akan mengamati indikator pada cabinet dan juga
Operation and Maintenance Terminal (OMT) untuk mengisolasi kesalahan pada
perangkat RBS. Perangkat RBS yang rusak akan diremove atau direplace. Teknisi
akan mengecek kembali indikator pada hardware dan software OMT untuk
memastikan bahwa troubleshoot berjalan dengan sukses.
Gambar II.43 Diagram Alur Proses lokalisasi kesalahan
Proses perbaikan akan cepat dan mudah bila saja tidak memerlukan
tindakan Mechanical atau Elektrikal, hanya remove dan replace RBS Device,
seperti yang dijelaskan pada diagram alur tersebut.
1) Localising the faulty cabinet
Merupakan informasi yang didapatkan dari operator OMC, mengenai
adanya kerusakan pada cabinet RBS. Kerusakan cabinet juga dapat
diketahui dengan adanya indikasi alarm berwarna kuning pada cabinet
RBS tersebut
72
2) Localising the RBS device
Pada bagian ini akan dicari titik kesalahan pada perangkat RBS
tersebut. Terjadinya kesalahan tersebut dapat dilihat dengan
menggunakan perangkat yang disebut Replacement (RU). Perangkat
tersebut berada di cabinet RBS. Dan dapat memberikan indikasi alarm
berwarna merah jika terjadi kerusakan / kesalahan.
3) Repairing RBS
Ketika titik kesalahan dapat diidentifikasikan oleh Replacement Unit,
maka tahap selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan perbaikan
pada perangkat RBS tersebut. Kesalahan dapar terjadi pada bagian
software aupun hardware sehingga harus dilakukan prosedur-prosedur
atau tahapan-tahapan secara spesifik untuk melakukan perbaikan.
4) Checking for Remaining Faults
Setelah kesalahan / kerusakan tersebut selesai diperbaiki, hal yang
harus dilakukan adalah melakukan penegecekan kembali untuk
memastikan bahwa kesalahan / kerusakan tersebut tidak terjai lagi.
Apabila masih ditemukan kesalahan / kerusakan yang sama, maka
harus dilakukan perbaikan dengan menggunakan tahapan – tahapan
yang berbeda.
5) Testing After Repair
Ketika kesealahan / kerusakan pada RBS tersebut Clear Alarm, maka
RBS tersebut harus di test embali untuk menguji keseluruhan
fungsional dari RBS tersebut. Hal ini dilakukan dengan meminta
73
laporan dari OMC, untuk memastikan bahwa RBS tersebut sudah
berfungsi dengan normal
6) Concluding Routines
Sebelum meninggalkan lokasi site, seorang teknisi harus mengisi
laporan kesalahan pada sebuah blue tag yang telah disiapakan
2.12.3 Fungsi Aplikasi ROMT Over IP
Berikut beberapa fungsi dari Aplikasi ROMT Over IP:
1) Dapat melakukan kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan RBS dari
jarak jauh, sehingga tidak perlu melakukan kunjungan on site.
2) Instalasi IDB / re-konfigurasi jika ada perubahan konfigurasi RBS atau
Upgrade / Downgrade TRX
3) Dapat melihat tingkat suhu pada sebuah RBS, sehingga dapat
melakukan maintenance Air Conditioner (AC) agar suhu tetap dalam
keadaan normal
4) Dapat menganalisa alarm yang ada pada sebuah RBS dan cara
penangananya sesuai prosedur
5) Melihat kualitas Voltage Standing Wave Ration (VSWR) yaitu nilai
kualitas kabel feeder, dimana jika VSWR pada sebuah kabel feeder
melebihi standard yang telah ditentukan dapat mengganggu
pengoperasian RBS sehingga dapat mengakibatkan penurunan
performansi pada sebuah RBS.
74
75
Recommended