View
223
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
Tatralok Kabupaten Manggarai Barat
3-1
3 BAB III 4 METODOLOGI STUDI
4.1 Tatanan Transportasi Lokal Pada Sistranas
Penyusunan Tatanan Transportasi Lokal (Tatralok) dilakukan dengan berpedoman pada
tujuan dan sasaran Sistem Transportasi Nasional (Sistranas). Tujuan Sistranas adalah
terwujudnya transportasi yang efektif dan efisien dalam menunjang dan sekaligus
menggerakkan dinamika pembangunan, meningkatkan mobilitas manusia, barang dan jasa,
membantu terciptanya pola distribusi nasional yang mantap dan dinamis, serta mendukung
pengembangan wilayah dan lebih memantapkan perkembangan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara dalam rangka perwujudan wawasan nusantara dan peningkatan
hubungan internasional.
Sasaran Sistranas adalah terwujudnya penyelenggaraan transportasi yang efektif dan
efisien. Efektif dalam arti selamat, aksesibilitas tinggi, terpadu, kapasitas mencukupi, teratur,
lancar dan cepat, mudah dicapai, tepat waktu, nyaman, tarif terjangkau, tertib, aman, serta
polusi rendah. Efisien dalam arti beban publik rendah dan utilitas tinggi dalam satu kesatuan
jaringan transportasi nasional.
Tujuan dan Sasaran Sistranas tersebut, bersama dengan elemen kebijakan lain dalam
Tatanan Makro Strategis Perhubungan dan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,
merupakan masukan utama dalam menyusun Tatanan Transportasi Wilayah. Berpedoman
pada tujuan Sistranas tersebut, perwujudan Sistranas tentunya perlu diwujudkan dalam
beberapa wujud perencanaan yang salah satunya adalah perwujudan Tatanan Transportasi
Wilayah (Tatrawil) yang tatarannya adalah wilayah Provinsi.
Sistranas dinilai sebagai langkah tepat untuk sistem transportasi yang kompetitif. Hal itu
dimungkinkan karena dalam Sistranas yang dikedepankan adalah sinergi dan interkoneksi
Tatralok Kabupaten Manggarai Barat
3-2
antarmoda transportasi, mulai dari tingkat nasional, provinsi, hingga kabupaten/kota dengan
mengakomodasi tata ruang setempat. Adanya suatu pergeseran, baik pada kewenangan
maupun secara kelembagaan serta perubahan struktur kewilayahan, sektor transportasi harus
tetap memandang suatu daerah sebagai wilayah fungsional sehingga mengharuskan
dilakukannya penerapan kebijakan transportasi secara khusus yang berada dalam suatu
kerangka nasional yang utuh.
Dikaitkan dengan potensi ekonomi wilayah, secara umum transportasi mempunyai dua
fungsi utama, yaitu fungsi pelayanan (servicing function) pada wilayah yang telah
berkembang dan fungsi promosi (promoting function) pada wilayah yang belum berkembang.
Dalam kaitan tersebut, proses pengembangan jaringan transportasi wilayah perlu
mempertimbangkan kondisi potensi daerah yang berada dalam cakupan Sistranas pada
Tatrawil.
Gambar 3-1 Kedudukan Tataran Transportasi Lokal Pada Sistranas
Secara hierarki keterkaitan Sistranas pada Tatrawil adalah tatanan transportasi yang
terorganisasi secara kesisteman, yang terdiri atas transportasi jalan, transportasi kereta api,
transportasi sungai dan danau, transportasi penyeberangan, transportasi laut, dan transportasi
udara, yang masing-masing terdiri atas sarana dan prasarana yang saling berinteraksi
Tatralok Kabupaten Manggarai Barat
3-3
membentuk suatu sistem pelayanan jasa transportasi yang efektif dan efisien, terpadu dan
harmonis dan berfungsi melayani perpindahan orang dan atau barang antarsimpul atau
antarkota wilayah ke simpul atau kota nasional atau sebaliknya.
Hubungan tersebut semakin menunjukkan bahwa keterkaitan antara Tataran Transportasi
Wilayah (Tatrawil) terhadap Sistranas tidak dapat dipisahkan karena pelayanan perpindahan
orang dan/atau barang dari suatu wilayah ke kota nasional tidak dapat dilakukan dengan salah
satu tataran transportasi saja, melainkan harus terpadu dengan tataran transportasi lainnya.
Demikian sebaliknya, orang dan/atau barang dari kota nasional menuju kota wilayah harus
dilayani dengan tataran transportasi tersebut. Adapun kedudukan Tataran Transportasi
Wilayah (Tatrawil) dalam Sistem Transportasi Nasional (Sistranas) dapat dilihat pada uraian
berikut.
Keterpaduan Tatralok terhadap perwujudan Sistranas merupakan tatanan transportasi
yang terorganisasi secara kesisteman dan masing-masing tataran mempunyai karakteristik
fungsional yang saling terkait antarmoda dan antarwilayah, berinteraksi membentuk sistem
pelayanan transportasi yang berinteraksi secara sistemik pada setiap tahapan perumusan dan
perwujudan tiap tataran transportasi, dalam menyediakan pelayanan transportasi yang efektif
dan efisien. Beberapa pokok kebijakan Tatralok yang diuraikan dalam Sistranas adalah:
a. Peningkatan Pelayanan Transportasi Nasional;
b. Pembinaan Keselamatan dan Keamanan Transportasi;
c. Pembinaan Pengusahaan Transportasi;
d. Peningkatan Kualitas SDM dan Iptek;
e. Pemeliharaan dan Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup Serta Penghematan
Penggunaan Energi;
f. Peningkatan Penyediaan Dana Pembangunan Transportasi; dan
g. Peningkatan Kualitas Administrasi Negara di Sektor Transportasi.
Tatralok yang diuraikan dalam Sistranas adalah tatanan transportasi yang terorganisasi
secara kesisteman, yang terdiri atas transportasi jalan, transportasi kereta api, transportasi
sungai dan danau, transportasi penyeberangan, transportasi laut, transportasi udara, dan
transportasi pipa, yang masing-masing terdiri atas sarana dan prasarana, yang saling
berinteraksi dengan dukungan perangkat lunak dan perangkat pikir, membentuk suatu sistem
pelayanan transportasi yang efektif dan efisien, berfungsi melayani perpindahan orang
Tatralok Kabupaten Manggarai Barat
3-4
dan/atau barang antarsimpul atau kota wilayah, dan dari simpul atau kota wilayah ke simpul
atau kota nasional atau sebaliknya.
4.2 Kajian Terhadap Rencana Tata Ruang Nasional dan Wilayah
Penataan ruang terdiri atas penataan ruang nasional, provinsi, serta kabupaten/kota yang
diselenggarakan secara berjenjang dan komplementer dengan memperhatikan kondisi fisik
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Penataan ruang wilayah meliputi ruang
wilayah yurisdiksi dan wilayah kedaulatan nasional yang mencakup ruang darat, ruang laut,
dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan. Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (RTRWN) adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang
wilayah negara. Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan:
a. Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;
b. Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;
c. Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota;
d. Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di
dalam bumi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia;
e. Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, ruang provinsi, dan
ruang kabupaten/kota dalam rangka pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak
negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang;
f. Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat;
g. Keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah;
h. Keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor; dan
i. Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional.
Dalam mewujudkan beberapa tujuan rencana tata ruang wilayah nasional tersebut,
tentunya diperlukan instrumen yang dapat mensinergiskan kepentingan lintas sektor dan
lintas wilayah di pusat dan daerah dalam membentuk struktur dan pola pemanfaatan ruang
wilayah, dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan, yaitu RTRWN dan RTRW Provinsi
maupun RTRW Kabupaten/Kota. RTRWN bersifat makro atau mengatur hal-hal yang
menyangkut aspek nasional, sementara rencana detail atau makro penataan ruang berada
dalam RTRW kabupaten/kota.
Tatralok Kabupaten Manggarai Barat
3-5
RTRWN juga merupakan pedoman untuk penyusunan rencana pembangunan jangka
panjang nasional, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah
nasional, mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan
antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor, penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk
investasi, penataan ruang kawasan strategis nasional serta penataan ruang wilayah provinsi
dan kabupaten/kota.
Pengembangan wilayah dalam penataan ruang merupakan rangkaian upaya untuk
mencapai suatu perkembangan sesuai dengan yang diinginkan wilayah tersebut. Perencanaan
tata ruang nasional dalam hal ini merupakan kebijakan makro yang digunakan wilayah dalam
perkembangan wilayahnya. Keterpaduan pengembangan wilayah ingin dicapai dalam
penggunaan berbagai sumberdaya, merekatkan dan menyeimbangkan pembangunan
nasional/wilayah dalam satu kesatuan wilayah nasional, meningkatkan keserasian
antarkawasan, dan keterpaduan antarsektor pembangunan dengan prinsip pembangunan yang
berkelanjutan. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) merupakan salah satu alat
dalam pengembangan wilayah Nasional dan merupakan landasan keterpaduan, keterkaitan,
dan keseimbangan perkembangan antarwilayah serta keserasian antarsektor yang di dalamnya
terdapat arahan lokasi investasi yang dilaksanakan pemerintah dan/atau masyarakat, swasta,
dan acuan pengembangan wilayah provinsi dan kota.
RTRWN memadukan dan menyerasikan tata guna tanah, tata guna udara, tata guna air,
dan tata guna sumber daya alam lainnya dalam satu kesatuan tata lingkungan yang harmonis
dan dinamis serta ditunjang oleh pengelolaan perkembangan kependudukan yang serasi dan
disusun melalui pendekatan wilayah dengan memperhatikan sifat lingkungan alam dan
lingkungan sosial. Untuk itu penyusunan RTRWN ini didasarkan pada upaya untuk
mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah nasional, yang meliputi perwujudan ruang
wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan serta perwujudan
keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah, yang diterjemahkan dalam
kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang wilayah nasional.
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) menggariskan struktur ruang yang
menjadi dasar pengambilan kebijakan dalam pemanfaatan ruang secara nasional. Dalam hal
ini RTRWN memberikan arah yang jelas mengenai hubungan antarpusat pengembangan
kegiatan yang ada di Indonesia bagian Barat, Indonesia bagian Tengah, dan Indonesia bagian
Timur. Dalam konteks yang lebih luas, Pusat-Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang ada di
Tatralok Kabupaten Manggarai Barat
3-6
seluruh wilayah nasional diharapkan dapat memberikan multiplier effect yang lebih besar
kepada pusat-pusat kegiatan yang berskala wilayah (PKW) dan pusat-pusat kegiatan yang
berskala lokal (PKL). Struktur ruang nasional ini diharapkan dapat memberikan percepatan
peningkatan kesejahteraan kepada seluruh masyarakat Indonesia dan mengurangi
ketimpangan yang terjadi antara Indonesia bagian Barat dengan Indonesia bagian Timur,
mengingat terkonsentrasinya kegiatan-kegiatan pembangunan di Indonesia bagian Barat.
4.3 Metodologi Studi
Studi SISTRANAS pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di wilayah Provinsi NTT
dalam mendukung prioritas pembangunan sentra produksi di koridor ekonomi Bali-Nusa
Tenggara. Secara umum, metodologi yang digunakan dalam pengerjaan pekerjaan ini
disajikan pada Gambar 3-2.
4.3.1 Pendekatan Umum
Secara umum dapat dikemukakan bahwa dalam melakukan kegiatan studi ini hasil yang
diharapkan dapat diperoleh adalah konsep penyelenggaraan sistem transportasi wilayah
Provinsi NTT yang mampu memfasilitasi pergerakan di masa depan, sebagai akibat dari
berbagai kebijakan ekonomi, kebijakan tata ruang maupun kebijakan sektor lainnya, termasuk
implementasi MP3EI.
Dengan mengacu pada keluaran akhir ini, maka pendekatan yang dilakukan pada
kegiatan ini adalah pendekatan kesisteman, di mana tinjauan dilakukan pada seluruh
komponen yang ada dalam sistem. Dalam hal ini yang dimaksud dengan sistem dibatasi
hanya pada lingkup wilayah Provinsi NTT dan sekitarnya. Tentu saja perhatian dalam skala
yang lebih besar juga dilakukan, misalnya dalam konteks koridor Bali – Nusa Tenggara.
Dengan dasar ini maka dalam pelaksanaannya, studi ini akan dilakukan dalam lima
tahapan kegiatan, yaitu:
Tahap 1 : Desk Study (Kajian Pustaka)
Tahap 2 : Survey dan pengumpulan data
Tahap 3 : Kajian dan Analisis Data
Tahap 4 : Pengembangan Konsep
Tahap 5 : Rencana Sistem Pengembangan
Tatralok Kabupaten Manggarai Barat
3-7
Kelima tahapan kegiatan ini meskipun merupakan tahapan dengan aspek bahasan yang
berbeda satu dengan lainnya, tetapi dalam pelaksanaannya merupakan aspek yang terkait
secara intens. Akibatnya, dalam melakukan pendekatan pekerjaan, kesemua aspek itu ditinjau
secara menyeluruh, dan pelaksanaannya dilakukan secara mendalam.
Tahapan-tahapan di atas dapat dilihat secara lebih rinci dalam diagram alir yang
diperlihatkan dalam Gambar 3-3. Pada diagram tersebut terlihat jelas bahwa keterkaitan
antara setiap aspek kajian sangatlah erat. Untuk masing-masing aspek kejian rinciannya
dilakukan dalam bentuk alir kegiatan dan alir data. Satu kegiatan dihubungkan dengan
kegiatan lainnya dalam bentuk transformasi data ataupun alir data. Karena keterkaitan antara
aspek kajian sangatlah erat, maka pemilahan yang transparan antara satu aspek kajian dengan
aspek kajian lainnya secara diagramatis sangatlah sukar dilakukan. Meskipun demikian
pemilahan aspek kajian dapat dilihat secara mudah.
Tatralok Kabupaten Manggarai Barat
3-8
Gambar 3-2
Tahap Pelaksanaan Pekerjaan
Tatralok Kabupaten Manggarai Barat
3-9
Gambar 3-3 Tahapan dan Metode Pendekatan Studi
Selanjutnya, jika dikaji lebih dalam, masing-masing tahapan ini merupakan sekumpulan
aktifitas yang cukup beragam di mana uraian dari masing-masing aktifitas tersebut dapat
dilihat pada Tabel 3-1 berikut:
Review Studi
terdahulu
Review
Aspek Legal
Review
RTRW Prov. dan
MP3EI
Pengumpulan Data
Prasarana Eksisting
Inventarisasi
Data
OD Matriks
ReviewKebijakan
Pengembangan
Transportasi
Analisis
Pola pembebanan
jaringan Eksisting
Alternatif Pola
Penyelenggaraan
Transportasi
Pengumpulan Data
Karakteristik Opr
Transportasi
Analisis
Struktur Jaringan
Transportasi
Inventarisasi
.Pengembangan
Sist. Transportasi
Analisis
Kondisi Sistem
Transportasi
Analisis dan
Prediksi Kinerja
Transportasi
Pengumpulan
Data
Kependudukan
Alternatif
Pengemb. Sistem
Transportasi
Identifikasi
Masalah
Eksisting
Inventarisasi
Karakteristik
Pergerakan
Inventarisasi
Pola Pemanfaatan
Ruang
Review
Metoda Analisis &
Perencanaan
Penyusunan
tahapan
Penegembangan
Penyusunan
Skejul Pelaksanaan
Penyusunan
Skejul Pembiayaan
Analisis Kinerja
Transportasi
Eksisting
Pengumpulan Data
Pola Aktifitas
Wilayah
Analisis dan
Peramalan Pola
Pergerakan (OD)
Peramalan
Pola pembebanan
“Do Nothing Case”
Evaluasi &
Penetapan
Pengembangan
Sist. Transportasi
Identifikasi
Masalah pada
“Do Nothing Case”
Tatralok Kabupaten Manggarai Barat
3-10
Tabel 3-1 Rincian Aktifitas Studi
Tahapan Nama
Kegiatan Rincian Aktifitas
Tahap 1 Desk Study (Kajian Literatur)
a. Review studi Terdahulu b. Review kebijakan pengembangan sistem transportasi
wilayah (Tatrawil eksisting) c. Review RTRWN, RTRWP, RTRWK dan MP3EI d. Review aspek legal bidang transportasi e. Review metoda perencanaan transportasi
Tahap 2 Pengumpulan data
a. Inventarisasi prasarana transportasi eksisting (dimensi, kapasitas dan kondisi)
b. Inventarisasi karakteristik operasional prasarana transportasi
c. Pengumpulan datapola pergerakan lalu lintas (OD Matriks)
d. Inventarisasi karakteristik pergerakan orang dan barang
e. Inventarisasi pola pemanfaatan ruang f. Inventarisasi rencana pengembangan prasarana
transportasi g. Inventarisasi data kependudukan h. Inventarisasi pola aktifitas wilayah
Tahap 3 Kajian & Analisis Data
a. Analisis kinerja makro sistem transportasi eksisting b. Analisis kondisi prasarana transportasi eksisting c. Analisis pola pembebanan jaringan transportasi
eksisting d. Analisis struktur jaringan transportasi eksisting e. Analisis dan peramalan pola pergerakan lalu lintas
(OD Matriks forecasting) f. Identifikasi masalah pada kondisi eksisting
Tahap 4 Pengembangan Konsep
a. Peramalan pola pembebanan pada skenario “donothing case”
b. Identifikasi masalah pada skenario “do nothing case” c. Perumusan alternatif strategi dan rencana
pengembangan sistem transportasi d. Analisis dan prediksi kinerja sistem transportasi pada
“do something case” Tahap 5 Rencana Sistem
Pengembangan a. Evaluasi dan Penetapan Strategi Rencana
Pengembangan Sistem Transportasi b. Penyusunan Tahapan Pengembangan c. Penyusunan Skejul Pelaksanaan d. Penyusunan Skejul Pembiayaan
4.3.2 Tahap 1: Desk Study
Sasaran tahapan kegiatan ini adalah untuk mendapatkan gambaran teoretis dan praktis
yang lebih jelas mengenai segala hal yang berkaitan dengan pengembangan kapasitas
jaringan jalan. Selain itu, sasaran dari desk study ini juga untuk mendapatkan gambaran yang
Tatralok Kabupaten Manggarai Barat
3-11
lebih jelas mengenai segala sesuatu yang telah dilakukan berkaitan dengan hal di atas.
Dengan demikian, maka diharapkan rumusan kebijakan pengembangan kapasitas jaringan
jalan yang dihasilkan merupakan kelanjutan yang berkesinambungan dan tidak bertentangan
dengan kebijakan yang sudah ada.
Deskripsi lebih lanjut dari masing-masing aktifitas diuraikan dalam Tabel 3-2 berikut,
yang menggambarkan uraian singkat dan output yang diharapkan dapat diperoleh.
Tabel 3-2 Rincian Aktifitas yang Dilakukan pada Tahap 1: Desk Study
Task Nama
Aktifitas Uraian Output
Task 1.a. Review Studi Terdahulu
Review dilakukan terhadap semua studi yang pernah dilakukan, baik untuk Provinsi NTT. Studi-studi yang ditinjau adalah studi-studi yang terkait dengan pengembangan prasarana transportasi, seperti: - Rencana pengembangan jaringan jalan - Rencana pengembangan bandar udara - Rencana pengembangan pelabuhan - Rencana pengembangan jaringan jalan kereta
api(jika ada), dll.
• Pendekatan studi
• Metoda perencanaan
• Hasil perencanaan
Task 1.b. Review kebijakan pengembangan sistem transportasi wilayah (Tatrawil dan Tatralok eksisting)
Telaahan dan review dilakukan terhadap kebijakan-kebijakan terdahulu yang pernah dikeluarkan oleh pemerintah Provinsi NTT maupun pemerintah pusat berkaitan dengan pengembangan sistem transportasi wilayah dan sistem transportasi lokal. Dalam hal ini telaahan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana program-program tersebut telah dilaksanakan, dan jika belum terlaksana apa saja hambatan dan kendala yang dihadapi.
• Evaluasi terhadap dokumen Tatrawil dan Tatralok eksisting
• Evaluasi program pembangunan prasarana transportasi
• Evaluasi terhadap program pengelolaan transportasi
Task 1.c. Review RTRWN, RTRWP, RTRWK dan MP3EI
Kajian dan tinjau ulang dilakukan terhadap pola kebijakan tentang pemanfaatan ruang wilayah yang telah ditetapkan, baik RUTRWN, RTRWP maupun RTRWK. Kajian juga dilakukan terhadap program-program yang telah dicanangkan dalam MP3EI, yaitu penetapan koridor ekonomi.
• Rencana tata ruang
• Realisasi pemanfaatan ruang
• Pola pengembangan koridor ekonomi di wilayah NTT
Task 1.d. Review Aspek legal bidang transportasi
Telaahan kritis terhadap apa dan bagaimana pengelolaan sistem transportasi dilakukan dengan me-review aspek legal formalnya. Untuk itu semua perda ataupun keputusan Gubernur/ Bupati/ Walikota yang pernah dikeluarkan berkaitan dengan pengelolaan dan pembangunan jaringan jalan dikaji secara cermat. Hal yang sama juga dilakukan dengan mengkaji produk hukum yang dihasilkan oleh
• Kemungkinan tumpang tindah ataupun ketidaksinkronan antara produk hukum
• Efektifitas pelaksanaan UU, PP, Perpres, KM, Pergub, Perbup dan Perda.
Tatralok Kabupaten Manggarai Barat
3-12
Task Nama
Aktifitas Uraian Output
Pemerintah Pusat (KM, PP, kepres dan UU). Task 1.e. Review
metoda perencanaan transportasi
Telaahan kritis dan review komprehensif dilakukan terhadap metoda analisis maupun metoda perencanaan yang diperlukan dalam proses perencanaan transportasi. Teori-teori tentang hubungan antara pergerakan dan tata guna lahan maupun teori tentang pergerakan dan jaringan transportasi dikaji secara khusus, terutama untuk dapat menetapkan model matematis yang mana yang diperkirakan akan sesuai digunakan untuk studi ini.
• Metoda perencanaan
• Model matematis untuk peramalan kebutuhan pergerakan dan pola pergerakan
4.3.3 Tahap 2 : Pengumpulan Data
Sasaran yang diharapkan dari tahapan kegiatan ini adalah untuk mendapatkan gambaran
aktual dari sistem ataupun daerah yang sedang dikaji. Untuk itu pengumpulan data akan
dilakukan melalui instansi yang terkait ataupun observasi/ pengamatan langsung di lapangan.
Selain itu, sasaran dari tahapan kegiatan ini juga untuk mendapatkan gambaran yang
lebih jelas mengenai kondisi objektif yang ada berkaitan dengan kondisi fisik sistem
transportasi di Provinsi NTT dan, terutama, di Kabupaten Manggarai Barat. Kondisi objektif
dimaksud meliputi: karakteristik fisik prasarana jalan, pelabuhan, bandar udara dan sistem
angkutan umum. Selain itu dalam kesempatan ini dikaji pula kondisi topografis, pola
pergerakan lalu lintas, karakteristik lalu lintas, karakteristik prasarana jalan eksisting dan pola
pemanfaatan ruang.
Tabel 3-3 Rincian Aktifitas yang Dilakukan pada Tahap 2: Pengumpulan Data
Task Nama
Kegiatan Uraian Output
Task 2.a. Inventarisasi prasarana transportasi eksisting (dimensi, kapasitas dan kondisi)
Inventarisasi dilakukan pada sistem transportasi yang saat ini ada. Sistem transportasi dikaji meliputi prasarana, sarana maupun sistem pengaturan dari berbagai moda yang ada di wilayah Provinsi NTT dan di Kabupaten Manggarai Barat. Karakteristik yang ditinjau meliputi pola dan struktur jaringan.
• Dimensi dan kapasitas prasarana transportasi
• Struktur jaringan transportasi
• Karakteristik operasional masing-masing prasarana transportasi
Task 2.b. Pengumpulan data pola pergerakan lalu lintas (OD Matriks)
Pengumpulan data pola pergerakan barang dan penumpang direpresentasikan dalam bentuk Matriks Asal Tujuan. Dalam hal ini Data OD matriks hasil Survey Nasional pada
• Matriks Asal Tujuan orang dan barang
Tatralok Kabupaten Manggarai Barat
3-13
Task Nama
Kegiatan Uraian Output
tahun 2011 akan dijadikan sebagai dasar. Di samping itu akan dilakukan sampling survey sebagai cross check.
Task 2.c. Inventarisasi Karakteristik Pergerakan Orang dan Barang
Pengumpulan data lalu lintas pergerakan orang dan barang dilakukan untuk mengetahui karakteristik lalu lintas dari sistem transportasi yang ada. Karakteristik lalu lintas meliputi: volume lalu lintas, VC ratio.
• Volume lalu lintas
• VC ratio
Task 2.e. Inventarisasi Pola Pemanfaatan Ruang
Inventarisasi pola pemanfaatan ruang wilayah dilakukan dengan melakukan pendataan dan inventarisasi data. Sumber data yang akan digunakan adalah data dari Kantor Dinas Pertanahan dan juga Badan Perencanaan Daerah, baik pada Pemerintah Kota maupun Provinsi..
Pola tata ruang eksisting
Task 2.f. Inventarisasi Rencana Pengembangan Prasarana Transportasi
Inventarisasi rencana pengembangan prasarana transportasi dilakukan untuk mengetahui rencana-rencana pengembangan apa saja yang akan dilakukan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah Provinsi. Selain rencana, yang diinventarisasi juga adalah realisasi dari rencana dimaksud.
• Rencana pengembangan sistem transportasi
• Realisasi pengembangan prasarana transportasi
Task 2.g. Inventarisasi Data Kependudukan
Pengumpulan data kependudukan dilakukan untuk wilayah Provinsi NTTdan Kabupaten Manggarai Barat. Hal ini berkaitan dengan masalah sebaran dan intensitas penduduk dari masing-masing wilayah.
• Data populasi
• Sebaran penduduk
Task 2.h. Inventarisasi Pola Aktifitas Wilayah
Data yang berkaitan dengan aspek ini dikumpulkan dalam usaha untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan potensi bangkitan dan tarikan lalu lintas.
• Data sebaran spasial aktifitas ekonomi
• Data sebaran spasial aktifitas sosial
4.3.4 Tahap 3 : Kajian dan Analisis Data
Segera setelah seluruh pengumpulan data dilakukan maka proses kompilasi data
dilakukan, dengan maksud agar analisis dapat dilakukan segera. Kompilasi dilakukan dengan
cara melakukan validasi maupun cross check, agar data yang digunakan dalam analisis benar-
benar representatif.
Tatralok Kabupaten Manggarai Barat
3-14
Selanjutnya kajian dan analisis dilakukan berdasarkan data yang dikompilasi
sebelumnya. Tujuan dari pelaksanaan tahapan kajian dan analisis ini adalah untuk
mendapatkan parameter-parameter dasar yang dibutuhkan bagi perumusan konsep
perencanaan. Di samping itu, juga diharapkan dapat diidentifikasikan kondisi objektif dari
sistem transportasi yang ada. Karena dengan didasarkan pada kondisi objektif yang ada inilah
maka perumusan konsep pengembangan sistem transportasi dapat dilakukan secara optimal.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah:
Tabel 3-4 Rincian Aktifitas yang Dilakukan pada Tahap 3: Kajian dan Analisis Data
Task Nama
Kegiatan Uraian Output
Task 3.a Analisis Kinerja makro sistem transportasi eksisting
Kinerja sistem transportasi eksisting dianalisis menggunakan metoda-metoda ataupun teori standar yang biasa digunakan dalam analisis pergerakan dan analisis jaringan.
• Kinerja makro sistem transportasi
Task 3.b Analisis kondisi prasarana transportasi eksisting
Analisis kondisi prasarana transportasi eksisting lebih menyoroti kondisi dan kemampuan prasarana maupun sarana transportasi dalam memfasilitasi pergerakan barang dan penumpang
• Kapasitas prasarana transportasi
• Kapasitas jaringan transportasi
Task 3.c. Analisis pola pembebanan jaringan transportasi eksisting
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kondisi pembebanan lalu lintas dari jaringan transportasi berdasarkan data pola pergerakan (OD matriks) yang dikumpulkan. Kondisi pembebanan diungkapkan dengan perbandingan antara volume lalu lintas dengan kapasitas dari masing-masing prasarana transportasi.
• Tingkat pelayanan masing-masing prasarana transportasi
Task 3.d. Analisis struktur jaringan transportasi eksisting
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui seberapa baik struktur jaringan transportasi yang ada dalam memfasilitasi pergerakan. Tinjauannya dilakukan dari sudut konfigurasi jaringan, apakah sesuai dengan pola tata guna lahan. Selain itu dikaji pula hirarki yang ada.
• Kesesuaian konfigurasi jaringan transportasi dengan tata guna lahan
• Kesesuaian hirarki jaringan
Task 3.e. Analisis dan peramalan pola pergerakan lalu lintas (OD Matriks forecasting)
Analisis ini dilakukan untuk meramalkan kondisi pergerakan yang akan terjadi di tahun-tahun mendatang. Analisis peramalan dilakukan menggunakan model-model matematik (mis: model Gravity) didasarkan prediksi tata guna lahan di masa mendatang.
• Matriks asal tujuan pada tahun rencana
Task 3.f Identifikasi masalah pada kondisi eksisting
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kondisi pembebanan lalu lintas dari sistem transportasi pada saat matriks asal tujuan di bebankan ke jaringan transportasi pada kondisi eksisting. Tujuannya untuk mengetahui performance sistem transportasi pada kondisi eksisting sehingga dapat diidentifikasi masalah.
• Kondisi pembebanan lalu lintas eksisting
• Daftar potensi permasalahan transportasi eksisting
Tatralok Kabupaten Manggarai Barat
3-15
4.3.5 Tahap 4: Pengembangan Konsep
Pada tahapan ini dikembangkan konsep-konsep yang akan digunakan bagi
pengembangan infrastruktur jalan di masa datang. Dalam hal ini konsep pengembangan
sistem transportasi didasarkan identifikasi permasalahan yang timbul pada skenario “do-
nothing”. Dengan demikian, konsep pengembangan sistem transportasi pada dasarnya adalah
usaha antisipatif untuk menghindari kemungkinan permasalahan yang akan timbul. Secara
garis besar kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan pada tahapan ini adalah:
Tabel 3-5 Rincian Aktifitas yang Dilakukan pada Tahap4: Pengembangan Konsep
Task Nama
Kegiatan Uraian Output
Task 4.a Pembebanan lalu lintas pada skenario “do nothing case”
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kondisi pembebanan lalu lintas di masa mendatang dari sistem transportasi pada saat matriks asal tujuan hasil prediksi dibebankan (assignment) pada jaringan transportasi pada kondisi do nothing. Dari hasil analisis dapat diketahui kinerja masing-masing prasarana transportasi pada tahun rencana. Selain itu juga dapat diketahui kinerja sistem jaringan secara keseluruhan.
• Kinerja masing-masing prasarana transportasi di masa yang akan datang
• Kinerja jaringan jalan pada kondisi do nothing
Task 4.b Identifikasi
masalah pada skenario “do nothing case”
Tujuannya untuk mengidentifikasi masalah yang mungkin muncul di masa mendatang jika sistem transportasi dibiarkan apa adanya sedangkan pola dan intensitas pergerakan meningkat akibat perubahan kegiatan ekonomi.
Daftar permasalahan transportasi yang ada di Kabupaten Manggarai Barat
Task 4.c Alternatif rencana dan strategi pengembangan sistem transportasi
Analisis rencana dan strategi pengembangan sistem transportasi dilakukan berdasarkan kondisi sistem transportasi eksisting, potensi pergerakan di masa datang dan identifikasi masalah. Dalam hal ini dikaji kemungkinan beberapa alternatif pengembangan sistem transportasi, baik berupa pengembangan jaringan jalan, pengembangan prasarana bandar udara, pengembangan prasarana kereta api maupun pengembangan prasarana bandar udara.
Alternatif rencana dan strategi pengembangan sistem transportasi
Task 4.d. Analisis dan prediksi kinerja sistem transportasi pada “do something case”
Untuk masing-masing alternatif strategi pengembangan sistem transportasi dilakukan prediksi pembebanan lalu lintas yang akan terjadi berdasarkan matriks asal tujuan hasil peramalan. Dari analisis ini dapat diprediksi kinerja sistem transportasi untuk masing-masing alternatif strategi pengembangan sistem transportasi.
Kinerja jaringan jalan untuk masing-masing alternatif strategi rencana pengembangan sistem transportasi.
Tatralok Kabupaten Manggarai Barat
3-16
4.3.6 Tahap 5: Rencana Sistem Pengembangan
Hasil yang ingin diperoleh dari tahapan ini adalah rencana strategis penyelenggaraan
infrastruktur jalan, yaitu berupa: a) Konfigurasi pengembangan jaringan jalan, b) Tahapan
penyelenggaraan, c) Jadwal penyelenggaraan dan d) Jadwal pembiayaan
Secara umum kegiatan yang akan dilakukan adalahseperti terlihat pada tabel berikut:
Tabel 3-6 Rincian Aktifitas Tahap 5: Rencana Strategis Penyelenggaraan Infrastruktur Jalan
Task Nama
Kegiatan Uraian Output
Task 5.a Evaluasi dan Penetapan Strategi Rencana Pengembangan Sistem Transportasi
Evaluasi untuk menetapkan alternatif strategi rencana pengembangan sistem transportasi terpilih didasarkan pada implikasi yang mungkin timbul jika masing-masing alternatif diimplementasikan. Dalam hal ini implikasi yang diperhatikan diungkapkan dalam sekumpulan komponen dampak yang akan dirasakan oleh berbagai stakeholder, seperti masyarakat, ataupun lingkungan buatan manusia (pemukiman, bangunan dll).
Strategi rencana pengembangan sistem transportasi terpilih
Task 5.b Penyusunan Tahapan Pengembangan
Tahapan pengembangan sistem transportasi dianalisis dengan memperhatikan rencana realisasi pemanfaatan ruang dan rencana pengembangan prasarana lainnya. Selain itu tahapan pengembangan sistem transportasi juga dibuat berdasarkan konsistensi struktur jaringan dan juga kinerja lalu lintas yang akan dihasilkan.
Tahapan strategi rencana pengembangan sistem transportasi
Task 5.c Penyusunan Skejul Pelaksanaan
Pada kegiatan ini ditetapkan proyek dan program apa saja yang perlu direalisasikan untuk setiap perioda waktunya. Dalam hal ini penyusunannya didasarkan pada konsistensi pengembangan dan juga berdasarkan kemampuan sdm maupun kemampuan teknis dari aparat pemerintah daerah.
• Rincian proyek dan program untuk setiap perioda perencanaan
• Skejul pelaksanaan proyek & program
Task 5.d Penyusunan Skejul Pembiayaan
Dalam tahapan ini dilakukan analisis dan estimasi besarnya biaya yang diperlukan bagi pengembangan sistem jaringan. Selain itu, didasarkan pada tahapan pengembangan, dilakukanpula penyusunan skejul pembiayaan yang diperlukan.
Skejul biaya
Tatralok Kabupaten Manggarai Barat
3-17
4.4 Pendekatan Pelaksaan Pekerjaan
4.4.1 Pengumpulan Data
Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data yang diperlukan selama proses
penyelesaian pekerjaan ini.
4.4.1.1 Jenis Data yang Diperlukan
Untuk kegiatan Studi SISTRANAS pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di
wilayah Provinsi NTT, yaitu di Kabupaten Manggarai Barat, dalam mendukung prioritas
pembangunan sentra produksi di koridor ekonomi Bali-Nusa Tenggara, di antaranya:
1. Data penyediaan dan operasional prasarana transportasi yang ada di wilayah Provinsi
NTT, terutama Kabupaten Manggarai Barat,sebagai bahan untuk menganalisis kondisi
dan kinerja pelayanan eksisting, dan kebutuhan pengembangan sistem transportasi di
masa datang,
2. Data sosial ekonomi dan tata ruang di wilayah Provinsi NTT, terutama Kabupaten
Manggarai Barat,untuk dijadikan sebagai dasar dalam analisis pola dan besar permintaan
perjalanan serta kecenderungan pertumbuhannya di masa yang akan datang,
3. Dokumen perencanaan pembangunan (RPJP/RPJM/RKP/Renstra) dan wilayah (RTRW)
di wilayah Provinsi NTT, baik yang dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi NTT ataupun
yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat. Dokumen-dokumen ini
diperlukan untuk mengetahui lokasi simpul yang perlu dihubungkan dan arah serta
peranan infrastruktur jaringan jalan di wilayah Provinsi NTT, terutama di Kabupaten
Manggarai Barat.
4. Dokumen Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
5. Data pola dan intensitas pergerakan antarwilayah yang ada di Kabupaten Manggarai
Barat, yaitu dalam bentuk OD matriks ataupun dalam bentuk besaran volume lalu lintas
di beberapa ruas jalan ataupun lintas kereta api.
6. Data persepsi dan perspektif stakeholders terkait dengan kebutuhan, kriteria, prioritas,
dan tahapan pengembangan penyelenggaraan infrastruktur jalan di Provinsi NTT,
terutama Kabupaten Manggarai Barat.
Tatralok Kabupaten Manggarai Barat
3-18
4.4.1.2 Metoda/Teknik Pengumpulan Data
Dalam rangka mengumpulkan data dan masukan yang dibutuhkan, sebagaimana
disampaikan pada bagian sebelumnya, maka dalam studi ini digunakan metoda survey sbb:
1. Survey instansional: dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder (kondisi dan
operasional sistem transportasi, data sosial ekonomi, dan lain-lain) dan produk
perencanaan pembangunan yang ada di wilayah Provinsi NTT, terutama di Kabupaten
Manggarai Barat.
2. Survey kuisioner/wawancara: dilakukan kepada stakeholders terkait (Pemda, DPRD,
operator, investor, asosiasi profesi, LSM/masyarakat, akademisi, dll) untuk mendapatkan
perspektif dan aspirasi mengenai kebutuhan, kriteria, prioritas, dan tahapan
penyelenggaraan infrastruktur transportasidi wilayah Provinsi NTT, terutama di
Kabupaten Manggarai Barat.
3. Survey lapangan: jika diperlukan akan dilakukan survey pengamatan, on board,
wawancara, pencatatan, dan lain sebagainya di lapangan untuk mengkonfirmasi data dan
mendapatkan gambaran kondisi aktual dan permasalahan infrastruktur transportasidi
wilayah Provinsi NTT, terutama di Kabupaten Manggarai Barat.
Tabel 3-7 Jenis dan Sumber Data
No. Jenis Data Sumber Data
1 Sosio ekonomi: a. Demografi (jumlah, distribusi dan pertumbuhan penduduk) b. Ekonomi (PDRB, produksi peternakan, dll) c. Fisik dan administrasi
Provinsi NTT Dalam Angka (BPS) Kabupaten Manggarai Barat dalam Angka
2 Jaringan angkutan jalan: a. Kondisi fisik prasarana jalan (panjang, lebar, kapasitas,
jenis perkerasan) b. Matriks OD pergerakan c. Hirarki dan fungsi prasarana jalan d. Peta jaringan jalan e. LHR
- Dinas Bina Marga - Dinas Perhubungan
3 Jaringan angkutan umum: a. Jenis angkutan umum b. Jumlah sarana c. Kapasitas angkut d. Rute trayek (termasuk peta)
- Dinas Perhubungan
4 Terminal penumpang & barang: a. Fasilitas & kapasitas terminal b. Jumlah dan tipe terminal c. Jumlah naik turun penumpang d. Data angkutan barang
- Dinas Perhubungan - Kantor Terminal
Tatralok Kabupaten Manggarai Barat
3-19
No. Jenis Data Sumber Data
e. Load factor
5 Jaringan transportasi ASDP: a. Jumlah dan lokasi pelabuhan ASDP b. Rute penyeberangan (termasuk peta) c. Naik turun penumpang dan jumlah barang d. Frekuensi kunjungan kapal e. Jenis dan jumlah kapal pengangkut f. Kapasitas angkut kapal
- Dinas Perhubungan - Pelabuhan ASDP
6 Jaringan transportasi laut: a. Jumlah dan lokasi pelabuhan laut b. Hirarki pelabuhan laut c. Naik turun penumpang d. Bongkar muat barang e. Fasilitas pelabuhan f. Rute pelayaran (termasuk peta) g. Frekuensi kunjungan kapal h. BOR pelabuhan
- Pelindo - Administrasi
Pelabuhan - Dinas Perhubungan
7 Jaringan transportasi udara: a. Kelas bandara b. Lokasi dan fasilitas c. Layout d. Jenis pesawat yang bisa dilayani e. Rute penerbangan yang bisa dilayani f. Jumlah pesawat g. Frekuensi pelayanan h. Jumlah naik turun penumpang i. Jumlah bongkar muat barang
- Angkasa Pura - Dinas Perhubungan
7 Tata ruang eksisting: a. Penggunaan ruang b. Pola dan intensitas kegiatan
- RTRW Provinsi NTT - RTRW Kabupaten
Manggarai Barat
8 Rencana tata ruang mendatang: a. Alokasi ruang b. Wilayah pengembangan c. Sistem interaksi
- RTRW Provinsi NTT - RTRW Kabupaten
Manggarai Barat - MP3EI
9 Rencana pengembangan (rute, sarana, dan prasarana) tiap moda transportasi: a. Lokasi dan jenis usulan b. Konteks usulan c. Layout rencana
Wawancara
10 Kriteria penanganan dan pengembangan infrastruktur jalan: a. Variabel indikator kinerja b. Nilai variabel
- UU, SISTRANAS - Dokumen kebijakan - Teori - Wawancara
4.4.2 Metoda Analisis Hubungan Tata Ruang dan Transportasi
Transportasi adalah kebutuhan turunan dari kegiatan sosial ekonomi di mana akibat
tersebarnya ruang (spasial separation) tidak semua kegiatan manusia dan proses produksi
Tatralok Kabupaten Manggarai Barat
3-20
tidak dapat dilakukan di satu lokasi saja, sehingga dibutuhkan pergerakan melalui sejumlah
moda transportasi. Dengan demikian tata ruang dan perkembangan sosial ekonomi
masyarakat akan sangat mempengaruhi pola dan besarnya permintaan perjalanan, yang tentu
saja akan mempengaruhi kebutuhan penyediaan infrastruktur transportasi di Kabupaten
Manggarai Barat. Hubungan antara tata ruang dengan permintaan perjalanan dan sistem
transportasi dideskripsikan pada Gambar 3-4.
Gambar 3-4 Pola Interaksi Kebutuhan Pergerakan dan Pengembangan Wilayah
Memperhatikan eratnya kaitan antara kondisi dan perkembangan kewilayahan dengan
sistem jaringan transportasi maka dalam studi ini diperlukan analisis kewilayahan mengenai:
• Pola kecenderungan dan arahan pengembangan tata ruang wilayah yang direncanakan
dalam RTRW untuk wilayah Kabupaten Manggarai Barat dan sekitarnya, khususnya
terkait dengan rencana pengembangan koridor ekonomi Bali – Nusa Tenggara yang
dicanangkan dalam MP3EI,
• Deskripsi mengenai variabel sosial ekonomi Kabupaten Manggarai Barat dan faktor-
faktor yang mempengaruhi sebagai dasar untuk melakukan prediksi permintaan
perjalanan,
• Identifikasi kebutuhan penanganan dan pengembangan infrastruktur jalan terkait dengan
rencana pengembangan wilayah dan penepatan lokasi ruang yang harus dihubungkan
oleh jaringan transportasi di Kabupaten Manggarai Barat.
Perkembangan wilayah
Kebijakan perencanaan (RTRW, RPJP/M, dll)
Mekanisme pasar (market mechanism)
REGIONAL DEVELOPMENT
Faktor Sosio Ekonomi
Pola Tata Guna Lahan
Biaya transportasi
Jumlah dan Pola Permintaan Perjalanan
TRANSPORT DEMAND
Tatralok Kabupaten Manggarai Barat
3-21
• Identifikasi potensi pengembangan ekonomi wilayah dan rencana investasi dari sektor-
sektor ekonomi dominan (jasa, pariwisata, perdagangan, dll) yang mempengaruhi
interaksi transportasi pada infrastruktur transportasi di Kabupaten Manggarai Barat.
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kinerja pelayanan tiap-tiap moda adalah
sebagai berikut:
� Jaringan jalan : VCR, waktu tempuh perjalanan
� Angkutan umum : load factor
� Pelabuhan laut dan pelabuhan penyeberangan : BOR
� Bandara : load factor
4.4.3 Metoda Pemodelan Transportasi
Model transportasi diperlukan untuk mengkuantifikasi interaksi antara pengembangan
wilayah dan sistem transportasi sehingga diperoleh perkiraan jumlah dan pola perjalanan
serta beban lalu lintas pada jaringan transportasi di Kabupaten Manggarai Barat pada
sejumlah tahun tinjauan. Dengan informasi tersebut dapat diperkirakan kebutuhan
pengembangan prasarana dan sara sistem transportasi di Kabupaten Manggarai Barat. Model
yang umumnya digunakan dalam analisis permintaan perjalanan adalah model transportasi
empat tahap (four stages transport model) yang alur prosesnya disampaikan pada Gambar 3-
5.
Tatralok Kabupaten Manggarai Barat
3-22
Gambar 3-5 Bagan Alir Aplikasi Model Transportasi Jalan Empat Tahap
4.4.3.1 Tahap Bangkitan/ Tarikan Perjalanan (Trip Generation/Trip Attraction)
Pendekatan model dimulai dengan menetapkan wilayah studi, sistem zona, dan jaringan
sistem transportasi, termasuk di dalamnya adalah karakteristik sosial ekonomi di tiap zona
dan karakteristik suplai jaringan transportasi di wilayah studi. Dengan menggunakan
informasi tersebut kemudian diestimasi total perjalanan yang dibangkitkan dan/atau yang
ditarik oleh suatu zona tertentu (trip ends) atau disebut dengan proses bangkitan/tarikan
perjalanan (trip generation/trip attraction). Tahap ini menghasilkan model yang
menghubungkan jumlah perjalanan dengan karakteristik zona yang bersangkutan.
Tatralok Kabupaten Manggarai Barat
3-23
Tujuan model bangkitan perjalanan (trip generation) pada suatu studi kajian
transportasi ialah untuk memperkirakan jumlah perjalanan yang dibangkitkan oleh zona-zona
perjalanan yang ada di daerah studi. Sebaliknya dengan model tarikan perjalanan (trip
attraction), tujuannya adalah untuk memperkirakan jumlah perjalanan yang tertarik dari suatu
zona ke zona lainnya. Dalam terminologi pemodelan transportasi, bangkitan tarikan
perjalanan adalah total jumlah perjalanan yang berasal (Oi) dan/atau bertujuan (Dj) ke setiap
zona yang ada di daerah studi.
Untuk mengestimasi atau memprediksi bangkitan dan tarikan perjalanan di masa datang
diperlukan model bangkitan dan tarikan perjalanan yang mengaitkan antara jumlah
bangkitan/tarikan dengan faktor sosial ekonomi atau faktor penentu pertumbuhan perjalanan
di setiap zona (misalnya: jumlah penduduk, PDRB, penggunaan lahan, dlsb).
Model bangkitan perjalanan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah model regresi
multilinier dengan rumusan pokok sebagai berikut:
Yei = a + b1ix1i + b2ix2i + b3ix3i+ ..... + bnixni + ui
Dalam kasus ini, Yei mewakili jumlah perjalanan (yang lebih tepat dipandang sebagai
hasil pemodelan) yang terbangkit atau tertarik dari dan ke zona i sebagai variabel terikat pada
model yang bersangkutan. Sedangkan xni adalah besarnya variabel bebas ke-n yang diamati
dari zona i, misalnya: tingkat kepadatan zona industri, jumlah penduduk atau kondisi ekonomi
dan lain sebagainya. Selanjutnya a adalah konstanta yang akan diperoleh dari perhitungan
dan bni adalah koefisien yang menyatakan efek perubahan setiap satuan variabel xni terhadap
jumlah perjalanan. Dalam ilmu statistik koefisien bni biasa disebut dengan koefisien regresi
parsial. Sedangkan ui menyatakan besarnya residu yang akan diperoleh dari estimasi.
Secara umum metodologi pemodelan menggunakan regresi multilinear dalam kegiatan
ini disajikan melalui Gambar 3-6, dan prosedurnya adalah sebagai berikut:
a) Asumsikan data trip ends angkutan penumpang/barang sebagai variabel terikat (Y) dan
data-data sosio ekonomi/ tata ruang setiap zona sebagai alternatif variabel bebas (X);
b) Lakukan analisis korelasi antarvariabel bebas (rXnXm) dan antara variabel bebas dengan
variabel terikat (rXnYn) dan susun tabel korelasinya;
c) Jika antara variabel bebas dengan variabel terikat diperoleh nilai r yang besar (mendekati
– 1 atau 1) maka variabel bebas tersebut layak dijadikan nominator variabel bebas, jika
nilainya kecil variabel tersebut dapat diabaikan;
Tatralok Kabupaten Manggarai Barat
3-24
d) Namun meskipun antara variabel bebas dengan variabel terikat diperoleh nilai r yang
besar, namun nilainya tidak logis, katakanlah jika jumlah penduduk dan PDRB memiliki
r negatif terhadap jumlah perjalanan di mana logikanya positif, maka variabel tersebut
sebaiknya tidak digunakan sebagai nominator variabel bebas;
e) Jika terdapat dua variabel bebas yang memiliki r besar maka sebaiknya kedua variabel
bebas tersebut tidak dimasukkan dalam satu alternatif persamaan;
f) Selanjutnya dipilih beberapa alternatif persamaan yang akan digunakan (sebaiknya
diambil alternatif persamaan linear, namun jika tidak memungkinkan maka baru diambil
alternatif persamaan lainnya);
g) Alternatif persamaan yang dikembangkan untuk diperiksa kualitasnya dapat terdiri dari
satu nominator variabel bebas atau dengan mengkombinasikan beberapa nominator
variabel bebas dalam satu persamaan (multivariabel);
h) Periksa kualitas alternatif persamaan regresi adalah dengan mengukur besarnya koefisien
determinasi (R2) dari persamaan;
i) Alternatif persamaan regresi yang terpilih adalah yang memiliki nilai R2 yang paling
besar, namun demikian masih ada beberapa kriteria yang lain, yakni:
− Usahakan nilai konstanta atau intercept (a) dari persamaan regresi adalah yang
mendekati nol, sehingga secara umum besarnya bangkitan akan lebih ditentukan
oleh variabel bebasnya.
− Pilihlah alternatif yang sebanyak mungkin melibatkan variabel bebas, sehingga
model bangkitan perjalanan akan lebih sensitif terhadap perubahan berbagai variabel
sosio ekonomi.
− Jika alternatif persamaan memiliki R2 yang besar namun nilai parameter (bn) untuk
salah satu atau beberapa variabel yang tidak sesuai dengan logika sebaiknya dipilih
alternatif persamaan yang lain.
Tatralok Kabupaten Manggarai Barat
3-25
Gambar 3-6 Prosedur Penyusunan Model Bangkitan dan Tarikan Perjalanan dengan Analisis
Regresi Multilinear
4.4.3.2 Tahap Distribusi Perjalanan (Trip Distribution)
Untuk menyebarkan bangkitan tarikan perjalanan di masa datang hasil prediksi model
bangkitan perjalanan pada subbab sebelumnya, maka diperlukan model distribusi perjalanan,
atau yang disebut trip distribution.Model distribusi perjalanan yang paling sering digunakan
dalam berbagai kajian adalah model gravity.
Model Gravity adalah nama yang diberikan pada bentuk model trip distribusi matematika
sintetik yang sering digunakan dalam studi-studi transportasi. Secara sederhana model ini
menyatakan bahwa potensi pergerakan ke suatu zona adalah sebanding dengan ukuran zona
tersebut dan berbanding terbalik dengan jarak antara kedua zona tersebut.
Bentuk persamaan model trip distribusi gravity adalah:
tij =aI . bj .f(Cij)
Dimana tij adalah jumlah perjalanan dari zona i ke zona j, aI adalah faktor yang
berhubungan dengan perjalanan dari zona i, bj adalah faktor yang berhubungan dengan
perjalanan ke zona j, Cij adalah biaya/ongkos perjalanan dari zona i ke zona j dan F(Cij) = Cij-
nβ exp (-β.cij), dan adalah besaran resistance pergerakan pada jaringan jalan antara zona i dan
j. Dalam hal ini, nilai β harus dikalibrasi dengan metoda seperti gambar berikut.
Data trip ends
zona
Data sosio-ekonomi /
tata ruang zona
Variabel terikat (Y)
Kandidat variabel
bebas (X1, X2, X3)
Seleksi variabel bebas
(tes korelasi dan logika)
Kombinasi variabel bebas
yang mungkin
Seleksi alternatif persamaan
regresi
Pengujian kualitas persamaan (tes
R2) Alternatif persamaan
yang terpilih
Tatralok Kabupaten Manggarai Barat
3-26
Gambar 3-7 Bagan Alir Kalibrasi Nilai β pada Model Gravity
Jika hasil kalibrasi βmenggunakan model gravity tidak menghasilkan nilai βyang
berkualifikasi baik, maka sebaiknya diaplikasikan dengan nilai parameter penyebar perjalanan
sama dengan nol, maka model ini akan mirip dengan model Furness. Model Furness
merupakan basis termudah dalam meramalkan matriks perjalanan di mana perilaku matriks di
masa datang akan mirip dengan yang ada pada saat ini. Dengan demikan model Furness, cocok
untuk wilayah studi yang sudah stabil tanpa perubahan yang berarti dalam basis data sistem
zona dan sistem jaringan jalannya. Proses kalibrasi matriks dengan Model Furness disajikan
pada Gambar 3-8.
Definisikan Cij
Cari nilai C*
Mulai iterasi dengan asumsi β =
1/C*
Estimasi MAT dengan nilai β dari iterasi
sebelumnya
Cari nilai Cij dan C*
Hitung nilai β
Apakah β sudah
memenuhi syarat
konvergensi ?
Selesai
Hitung nilai β yang lebih baik
ya
tidak
Tatralok Kabupaten Manggarai Barat
3-27
Gambar 3-8 Metodologi Perhitungan MAT dengan Teknik Furness
Pada tahap pemilihan moda (modal split) MAT tersebut kemudian dialokasikan sesuai
dengan moda transportasi yang digunakan para pelaku perjalanan untuk mencapai tujuan
perjalanannya. Dalam tahap ini dihasilkan MAT per moda.
4.4.3.3 Tahap Pemilihan Rute (Trip Assignment)
Terakhir, pada tahap pemilihan rute (trip assignment) MAT didistribusikan ke setiap ruas
(link) infrastruktur transportasi yang tersedia di Kabupaten Manggarai Baratsesuai dengan
kondisi ruas yang ada. Untuk membebankan MAT ke jaringan, digunakan alat bantu software
SATURN. Keluaran dari software ini adalah estimasi beban arus lalu lintas dan waktu/biaya
perjalanan.
Dalam hal ini indikator kinerja jaringan jalan di wilayah studi diwakili oleh beberapa
parameter. Adapun indikator lalu lintas yang digunakan adalah:
MAT saat ini
Prediksi bangkitan perjalanan di
tahun ke-n
(Oi (n) dan Dd (n))
Total bangkitan
perjalanan saat ini
(Oi(0)dan dd(0))
Jumlah perjalanan antarzona
saat ini (Tid(0)) Tingkat pertumbuhan
perjalanan (Eidan Ed)
Iterasi (1): Tid (1) = Tid(0)x Ei
Iterasi (2): Tid (2) = Tid (1) x Ei
Jumlahkan Tid (2) untuk setiap asal dan
tujuan sehingga diperoleh
Oi (2) dan Dd (2)
Oi (2) =Oi (n)
Dd (2) = Dd (n)
?
Anggap Tid (2) = Tid(0)
Selesai
ya
tidak
Tatralok Kabupaten Manggarai Barat
3-28
− Waktu perjalanan sistem: yang menunjukkan total konsumsi waktu perjalanan yang
digunakan oleh seluruh pengguna jalan di wilayah studi dari setiap asal tujuan.
− Jarak atau panjang perjalanan sistem: yang menunjukkan total jarak atau panjang
perjalanan yang ditempuh oleh seluruh pengguna jalan di wilayah studi dari setiap asal
tujuan.
− Kecepatan rata-rata: yang menunjukkan rata-rata kecepatan dari seluruh ruas jalan yang
ada di wilayah studi.
Hasil inilah yang digunakan sebagai dasar analisis dalam mengevaluasi kebutuhan
penyelenggaraan infrastruktur transportasi di Kabupaten Manggarai Baratdalam beberapa
tahun ke depan.
Gambar 3-9 Struktur Umum Pemilihan Rute Pada SATURN
4.4.4 Tahapan Pemodelan Transportasi
Secara operasional tahapan pemodelan yang akan dilakukan untuk memprediksi
kebutuhan pergerakan di masa datang untuk wilayah Kabupaten Manggarai Barat dan juga
implikasinya pada jaringan sistem transportasi berupa kinerja pergerakan dapat dilihat pada
Gambar 3-10.
Tatralok Kabupaten Manggarai Barat
3-29
Gambar 3-10
Bagan Alir Proses Pemodelan Transportasi
Secara sederhana lingkup kegiatan yang dilakukan meliputi tahapan-tahapan berikut:
1) Sebagai pekerjaan awal dilakukan penetapan sistem zona wilayah studi dan kodifikasi
jaringan sistem transportasi eksisting;
2) Melakukan survey road side interview (RSI) dan survey home interview (HI). Survey
RSI berguna untuk mendapatkan sampling pergerakan dari dan ke luar zona internal.
Sementara itu survey home interview berguna untuk mendapatkan sampling pergerakan
di dalam zona internal. Untuk mendapatkan matriks asal tujuan (MAT) pergerakan di
setiap wilayah studi, maka data sampling hasil survey RSI dan HI harus dikembalikan ke
populasi.
3) Melakukan survey traffic counting di beberapa ruas untuk memvalidasi hasil pemodelan;
4) Membuat dan melakukan kalibrasi model bangkitan perjalanan (trip generation) dengan
menggunakan data bangkitan tarikan (trip ends) hasil butir b. dan mengaitkannya dengan
variabel sosial ekonomi yang ada di setiap zona yang dimodelkan untuk wilayah studi.
Tatralok Kabupaten Manggarai Barat
3-30
5) Melakukan prediksi kondisi sosial ekonomi wilayah studi berdasarkan RTRW dan
rencana strategis dari berbagai sektor ekonomi (perindustrian, pertanian, perkebunan dll)
yang dicanangkan dalam MP3EI. Selanjutnya hasil prediksi kondisi sosial ekonomi ini
digunakan sebagai dasar dalam memprediksi bangkitan dan tarikan lalu lintas pada tahun
rencana.
6) Melakukan estimasi matriks asal tujuan (MAT) tahun rencana dengan metoda Furness
berdasarkan hasil estimasi bangkitan perjalanan hasil butir e.
7) Dengan menggunakan jaringan jalan eksisting, matriks asal tujuan yang diperoleh pada
butir f. dibebankan pada jaringan untuk memperoleh kinerja jaringan di masa yang akan
datang. Untuk membebankan MAT pada jaringan digunakan alat bantu software
SATURN.
Ketujuh tahap pemodelan ini dilakukan untuk memprediksi kebutuhan pergerakan masa
yang akan datang dan juga untuk memprediksi kinerja transportasi pada kondisi “do-
nothing”.
4.4.5 Metoda Analisis SWOT untuk Pemetaan Masalah
Hasil analisis data, teori, dan dokumen perencanaan yang ada dapat menggambarkan
sejumlah permasalahan pokok dalam sistem infrastruktur jalan di Kabupaten Manggarai
Barat. Pemetaan masalah dimaksudkan untuk menyampaikan daftar potensi dan
kendala/hambatan penyelenggaraan infrastruktur jalan di Kabupaten Manggarai Barat secara
lebih formal/terstruktur sehingga dapat diidentifikasi akar permasalahan secara tepat dan
dapat ditetapkan solusi yang pantas. Pemetaan masalah sangat berguna untuk mengevaluasi
kondisi eksisting serta kapasitas yang dimiliki semua stakeholders untuk penyempurnaan
sistem penyelenggaraan infrastruktur jalan, sehingga arahan pengembangannya lebih fokus
dengan memperhatikan kondisi obyektif yang ada.
Sejumlah metodologi untuk evaluasi sistem pada dasarnya sudah banyak dikembangkan,
IISD (International Institute for Sustainable Development) menyampaikan minimal ada 5
(lima) metoda, yakni: (1) SWOT analysis [Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats],
(2) Results Based Management, (3) Logical Framework Analysis, (4) Outcome mapping, dan
(5) Appreciative inquiry. Dilihat dari karakteristiknya, maka metoda evaluasi yang paling
cocok untuk memetakan masalah, serta potensi dan kendala dari penyusunan rencana
strategis penyelenggaraan infrastruktur transportasi diKabupaten Manggarai Barat adalah
Tatralok Kabupaten Manggarai Barat
3-31
metoda SWOT yang elemen dasarnya adalah memetakan kondisi eksisting dan potensial
yang ada ke dalam 4 (empat) kuadran, yakni: 2 (dua) kuadran dari faktor internal berupa
kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) dan 2 (dua) kuadran dari faktor eksternal
berupa peluang (opportunities), dan ancaman (threats).
Tatralok Kabupaten Manggarai Barat
5 Table of Contents
3 BAB III METODOLOGI STUDI ............................................................................................................................................ 3-1
3.1 Tatanan Transportasi Lokal Pada Sistranas ......................................................................................................................... 4-1
3.2 Kajian Terhadap Rencana Tata Ruang Nasional dan Wilayah ............................................................................................ 4-4
3.3 Metodologi Studi ................................................................................................................................................................. 4-6
3.3.1 Pendekatan Umum ....................................................................................................................................................... 4-6
3.3.2 Tahap 1: Desk Study .................................................................................................................................................. 4-10
3.3.3 Tahap 2 : Pengumpulan Data ..................................................................................................................................... 4-12
3.3.4 Tahap 3 : Kajian dan Analisis Data........................................................................................................................... 4-13
3.3.5 Tahap 4: Pengembangan Konsep ............................................................................................................................... 4-15
3.3.6 Tahap 5: Rencana Sistem Pengembangan .................................................................................................................. 4-16
3.4 Pendekatan Pelaksaan Pekerjaan ....................................................................................................................................... 4-17
3.4.1 Pengumpulan Data ..................................................................................................................................................... 4-17
3.4.1.1 Jenis Data yang Diperlukan ................................................................................................................................... 4-17
3.4.1.2 Metoda/Teknik Pengumpulan Data........................................................................................................................ 4-18
3.4.2 Metoda Analisis Hubungan Tata Ruang dan Transportasi ......................................................................................... 4-19
3.4.3 Metoda Pemodelan Transportasi ................................................................................................................................ 4-21
Tatralok Kabupaten Manggarai Barat
3.4.3.1 Tahap Bangkitan/ Tarikan Perjalanan (Trip Generation/Trip Attraction) .............................................................. 4-22
3.4.3.2 Tahap Distribusi Perjalanan (Trip Distribution) .................................................................................................... 4-25
3.4.3.3 Tahap Pemilihan Rute (Trip Assignment) ............................................................................................................. 4-27
3.4.4 Tahapan Pemodelan Transportasi .............................................................................................................................. 4-28
3.4.5 Metoda Analisis SWOT untuk Pemetaan Masalah .................................................................................................... 4-30
Gambar 3-1 Kedudukan Tataran Transportasi Lokal Pada Sistranas .............................................. 4-2
Gambar 3-2 Tahap Pelaksanaan Pekerjaan ............................................................................... 4-8
Gambar 3-3 Tahapan dan Metode Pendekatan Studi .................................................................. 4-9
Gambar 3-4 Pola Interaksi Kebutuhan Pergerakan dan Pengembangan Wilayah ............................ 4-20
Gambar 3-5 Bagan Alir Aplikasi Model Transportasi Jalan Empat Tahap .................................... 4-22
Gambar 3-6 Prosedur Penyusunan Model Bangkitan dan Tarikan Perjalanan dengan Analisis Regresi Multilinear 4-25
Gambar 3-7 Bagan Alir Kalibrasi Nilai β pada Model Gravity ................................................... 4-26
Gambar 3-8 Metodologi Perhitungan MAT dengan Teknik Furness ............................................ 4-27
Gambar 3-9 Struktur Umum Pemilihan Rute Pada SATURN ..................................................... 4-28
Gambar 3-10 Bagan Alir Proses Pemodelan Transportasi .......................................................... 4-29
Tabel 3-1 Rincian Aktifitas Studi ......................................................................................... 4-10
Tabel 3-2 Rincian Aktifitas yang Dilakukan pada Tahap 1: Desk Study ....................................... 4-11
Tatralok Kabupaten Manggarai Barat
Tabel 3-3 Rincian Aktifitas yang Dilakukan pada Tahap 2: Pengumpulan Data ............................ 4-12
Tabel 3-4 Rincian Aktifitas yang Dilakukan pada Tahap 3: Kajian dan Analisis Data ..................... 4-14
Tabel 3-5 Rincian Aktifitas yang Dilakukan pada Tahap4: Pengembangan Konsep ........................ 4-15
Tabel 3-6 Rincian Aktifitas Tahap 5: Rencana Strategis Penyelenggaraan Infrastruktur Jalan ........... 4-16
Tabel 3-7 Jenis dan Sumber Data ......................................................................................... 4-18
Recommended