View
216
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
48
BAB III
PERANAN SAR MTA SURAKARTA DALAM PENANGANAN SAR
ACCIDENT DI SURAKARTA TAHUN 2010-2014
A. Penyelenggaraan Operasi Search And Rescue Secara Umum
Dalam penyelenggaraan operasi SAR, digunakan suatu sistem yang terdiri
dari 5 (lima) tahap kegiatan dan 5 (lima) komponen dengan memperhatikan
tingkat keadaan darurat suatu musibah. Operasi SAR dimulai segera setelah
diketahui adanya musibah atau diketahui telah terjadi adanya keadaan darurat.1
Untuk keberhasilan suatu operasi SAR maka harus dilalui 5 tahap kegiatan.
Kecepatan pelaksanaan kegiatan setiap tahap mempengaruhi kecepatan
penanganan musibah. Kegiatan pada tahap pertama dimulai sejak adanya berita
musibah atau diketahuinya keadaan darurat. Kegiatan akan berakhir pada saat
dinyatakan operasi SAR telah selesai. Tahap kegiatan terdiri dari :
1. Tahap menyadari (Awareness Stage)
Merupakan saat diketahui/disadarinya keadaan darurat/musibah.
2. Tahap tindak awal (Initial Action Stage)
Merupakan saat dilakukannya suatu tindakan sebagai tanggapan (respons)
adanya musibah yang terjadi.
3. Tahap Perencanaan (Planning Stage)
Merupakan saat dilakukannya pembuatan rencana operasi yang efektif baik
berupa penentuan titik duga, perhitungan luas area musibah, pemilihan dan
1 Badan SAR Nasional, Materi Pendidikan Dan Pelatihan Tingkat Dasar
Angkatan XLII, (Semarang: Basarnas Kantor Semarang, 2010), hlm. 13
49
penggunaan unsur, metode dalam pelaksanaannya dan lain-lain, termasuk
pelaksanaan koordinasi yang diperlukan.
4. Tahap operasi (Operation Stages)
Merupakan saat dilakukannya operasi pencarian atau operasi pertolongan
serta penyelamatan korban musibah secara fisik.
5. Tahap Akhir Penugasan (Mission Conclution Stage)
Merupakan saat operasi SAR dinyatakan selesai dan seluruh unsur
dikembalikan kesatuan induk.
Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tahapan tersebut akan berhasil bila
didukung oleh adanya 5 (lima) komponen penunjang 2, yang terdiri dari:
a. Organisasi
Merupakan struktur SAR, meliputi aspek pengesahan unsur koordinasi,
komando, dan pengendalian, kewenangan, lingkup penugasan dan tanggung jawab
untuk penanganan suatu musibah.
b. Fasilitas
Merupakan komponen berupa unsur, peralatan/perlengkapan serta fasilitas
pendukung lainnya yang dapat digunakan dalam operasi/misi SAR.
c. Komunikasi
Merupakan komponen berupa penyelenggara komunikasi sebagai sarana
untuk melakukan fungsi deteksi terjadinya musibah, fungsi komando dan
pengendalian operasi serta membina kerjasama/koordinasi selama operasi SAR
berlangsung.
2 Ibid. hlm. 15
50
d. Perawatan Darurat (Emergency Care)
Merupakan komponen berupa penyediaan fasilitas perawatan darurat yang
bersifat sementara termasuk memberikan dukungan korban di tempat kejadian
musibah sampai ke tempat penampungan/fasilitas perawatan yang lebih memadai.
e. Dokumentasi
Merupakan komponen berupa pendataan laporan/kegiatan, analisa serta
data-data kemampuan yang akan menunjang efisiensi pelaksanaan operasi SAR
serta untuk perbaikan/pengembangan kegiatan-kegiatan misi SAR yang akan
datang.
Dalam pelaksanaan kegiatan SAR perlu dikenal adanya organisasi
internasional yang berkaitan dengan kegiatan SAR dimana ketentuan-ketentuannya
akan mengikat dan merupakan dasar untuk suatu kerjasama3 antara lain yaitu
WHO (World Health Organisation) adalah organisasi yang mengkoordinasi
seluruh fasilitas kesehatan dalam hal pembuatan standar tentang imunisasi dan
mengkoordinasi kebutuhan-kebutuhan sesuai persyaratan kesehatan untuk
memasuki teritorial suatu negara, IRMC (International Radio Medical Center)
sebagai organisasi kemanusiaan yang berhubungan dengan masalah kesehatan dan
membantu mengatur pelaksanaan evakuasi dari korban yang mendapat musibah di
seluruh dunia. IRC (International Red Cross) selaku organisasi palang merah
internasional yang akan mengkoordinir suatu keadaan bencana dengan skala
internasional dan mempunyai hubungan dengan organisasi rescue lainnya. Dalam
lingkup nasional, pemerintah telah menetapkan adanya satu organisasi yang
3 Departemen Perhubungan Badan SAR Nasional, Komponen Dalam
Operasi SAR, Basarnas, 1989, hlm. 4
51
disebut Basari (Badan SAR Indonesia) sesuai dengan Kepres No. 11 Tahun 1972,4
yang memiliki perangkat pelaksana di tingkat pusat yang disebut Basarnas (Badan
SAR Nasional) dan perangkat pelaksana di tingkat wilayah/daerah adalah KKR
(Kantor Koordinasi Rescue) dan SKR (Sub Koordinasi Rescue).
B. Organisasi Operasi Search And Rescue
Organisasi ini dibentuk secara khusus untuk satu jangka waktu tertentu,
dengan maksud untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam melakukan
koordinasi dan pengendalian unsur-unsur SAR yang digunakan, organisasi operasi
SAR ini juga berlaku secara internasional,5 yaitu dengan adanya:
1. SC (SAR Coordinator).
Adalah pejabat yang mempunyai tanggung jawab untuk menjamin
berlangsungnya suatu operasi SAR yang efisien dengan menggunakan seluruh
sumber daya (potensi) SAR yang terdapat di daerahnya dengan hasil yang optimal.
SC dijabat oleh kepala BASARNAS atau Gubernur Kepala Daerah Tingkat 1.6
2. SMC (SAR Mission Coordinator).
Adalah pejabat yang ditunjuk untuk oleh SC untuk melakukan koordinasi
dan pengendalian operasi SAR. Seorang SMC harus memiliki kualifikasi /
kemampuan komando dan pengendalian serta memahami proses perencanaan
operasi SAR, Teknik Search And Rescue. SMC biasanya menggunakan Potensi
SAR di daerah kejadian.
Tugas seorang SMC adalah:
4 BASARNAS Kantor SAR Semarang, Materi Pendidikan Dan Pelatihan
Tingkat Dasar Angkatan XLII, Basarnas Kantor SAR Smarang, 2010, hlm. 7 5 Ibid, hlm. 15
6 Ibid, hlm. 16
52
a. Melakukan evaluasi/analisa dan setiap informasi yang berhubungan
dengan pelaksanaan operasi.
b. Membuat klasifikasi tingkat darurat kejadian musibah sebelum operasi
dilakukan
c. Menyiagakan unsur SAR yang akan membantu pelaksanaan operasi
SAR
d. Memberangkatkan unsur SAR sesuai dengan keadaan
e. Membuat perencanaan operasi.
f. Melakukan pengendalian operasi SAR
g. Memelihara hubungan dengan SC (SAR Coordinator) dengan
membuat laporan-laporan secara periodik.
3. OSC (On Scene Comander).
Adalah pejabat yang ditunjuk oleh SMC untuk mengkoordinasikan dan
mengendalikan unsur SAR di lapangan/di lokasi musibah. OSC ditunjuk sewaktu-
waktu oleh SMC saat dibutuhkan khususnya bila diperlukan pengendalian di
lapangan.7 OSC bisa lebih dari 1 orang dalam satu misi SAR, khususnya untuk
penanganan 2 (dua) wilayah/daerah yang berbatasan.
Tugas seorang OSC adalah:
a. Melaksanakan kegiatan perencanaan yang dibuat oleh SMC
b. Membuat modifikasi perencanaan yang dibutuhkan disesuaikan
dengan kondisi yang sebenarnya baik berupa keadaan cuaca serta
kemampuan SRU (Search & Rescue Unit) yang terdapat di lokasi.
7 Ibid, hlm. 16
53
c. Membuat perkiraan tentang operasi SAR dengan memperhatikan
luasnya area yang harus diliput dibandingkan dengan SRU yang
tersedia.
d. Memelihara hubungan komunikasi pengendalian dan hubungan
dengan SMC
4. SRU (Search And Rescue Unit).
Adalah unit SAR yang mendapat tugas untuk melaksanakan
kegiatan/operasi pencarian maupun pertolongan/penyelamatan di lapangan.8 SRU
ini dapat berupa kapal-kapal laut (SRU laut), pesawat terbang (SRU udara), Team
Darurat (SRU Darat). Kemampuan SRU harus disesuaikan dengan kebutuhan
dalam operasi SAR. Pemilihan unit ini didasari pula dengan kemampuan SRU
tersebut dalam hal penguasaan doktrin/prosedur dan teknik yang telah ditetapkan
untuk pelaksanaan operasi SAR.
Tugas SRU:
a. Menjalankan tugas yang diberikan oleh SMC berdasarkan rencana
operasi yang dibuat dan diikuti petunjuk OSC.
b. Menyampaikan laporan posisi korban, identitas korban, keadaan fisik
korban/keadaan angin, laut dan cuaca.
Selain unsur-unsur dalam operasi SAR, maka diperlukan perlengkapan
dalam operasi SAR, antara lain peta yang memuat gambar wilayah, pangkalan
induk SRU , instalasi yang diperlukan datam operasi dan lain-lain., peta lokasi
fasilitas SAR, buku telepon, papan monitoring operasi SAR.
8 Ibid, hlm. 16
54
C. Aktivitas Operasional SAR MTA Surakarta.
1. Aktivitas SAR MTA di wilayah Surakarta
Sebagai oganisasi sosial kemanusiaan yang bergerak dalam bidang
penanganan Search And Rescue, SAR Majelis Tafsir Al-Quran Surakarta yang
lebih Dikenal dengan sebutan Tim SAR MTA. Sejak berdirinya organisasi
tersebut sudah mendapat tanggapan positif dari dari masyarakat. Hal ini dapat
dilihat dari pelaporan dari masyarakat maupun permohonan pelayanan SAR
kepada SAR MTA Surakarta. hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya
operasinal SAR yang telah dilakukan oleh SAR MTA Surakarta. berikut ini
merupakan rekap data operasional SAR MTA Surakarta dari Juli 2010 – Agustus
2014.9
Tabel 1.
Rekap Data Operasi SAR MTA Surakarta 2010-2014
Sumber: Rekap Data Operasi SAR MTA Surakarta 2010-2014
9 Wawancara dengan Ali Akbar, Ketua Umum SAR MTA Surakarta,
tanggal 15 Desember 2015.
No. Jenis Operasional Jumlah Hasil Operasional
A.
1.
2.
SAR AIR
Sungai
Waduk
Jumlah SAR AIR
21 Ops
7 Ops
28 Ops
KORBAN AIR
1. Meninggal : 25 orang
2. Selamat : 2 orang
3. Hilang : 2 orang
Jumlah korban air : 29 orang
B.
1.
2.
3.
4.
5.
SAR DARAT
Gunung
Tanah longsor
Sumur
Tower
Kebakaran
Jumlah SAR Darat
5 Ops
5 Ops
2 Ops
1 Ops
2 Ops
17 Ops
KORBAN DARAT
1. Meninggal : 9 orang
2. Selamat : 4 orang
3. Hilang : 1 orang
Jumlah korban darat : 14 orang
Jumlah Total Ops. SAR 45 Ops
55
Dalam setiap pelaksana operasional SAR MTA Surakarta juga mempunyai
jangka waktu yang telah ditentukan yaitu 3 hari untuk operasional SAR di air dan
15 hari untuk operasi gunung. Tidak semua operasi tepat waktu, kadang ada juga
operasi yang memerlukan perpanjangan dengan syarat surat perpanjangan operasi
dari keluarga/instansi yang mengalami musibah.10
Operasi SAR yang yang dilakukan oleh SAR MTA Surakarta, juga
menuntut kemampuan fisik maupun mental para anggotanya. Hal ini bisa dilihat
pada saat operasi pencarian Ismail (46 tahun) warga Tegalsari, RT 03/RW 01,
Laweyan, Solo, yang terseret arus Cemara Wonosari, Gondangrejo, Karanganyar.
Ketika menyisiri sungai dengan motor trail bersama 8 orang temannya Pada 20
Maret 2011. Dilapangan pun, tim pencari seakan diuji ketabahannya oleh medan
yang sulit dan cuaca yang tidak menentu serta arus yang sungai Cemara yang
deras. Operasi pencarian sempat ditutup oleh kesepakatan bersama unsur SAR
yang ikut dalam operasi karena sudah sampai batas 3 hari dari rencana pencarian
pada tanggal 22 Maret 2011.11
Namun karena keteguhan hati yang tulus
membantu masyarkat, pada tanggal 23 Maret 2011 operasi SAR dibuka kembali
oleh SAR MTA beserta unsur SAR lainya ketika mendapat informasi untuk
melaksanakan evakuasi korban yang ditemukan oleh warga desa Kajok,
Kelurahan Plupuh, Kabupaten Sragen.
10
Wancara dengan Kusnandar PS, Kabid II Operasional SAR MTA
Surakarta, tanggal 9 Desember 2015. 11
Koran Joglosemar, Tanggal 23 Maret 2011, hlm. 6
56
Gambar 5.
Penyisiran Sungai Cemoro, tanggal 20 Maret 2011.
Sumber: Arsip Bidang I Sekretariat SAR MTA Surakarta.
Gambar 6.
Evakuasi Jenazah Ismail (46 tahun), Tanggal 23 Maret 2011.
Sumber: Arsip Bidang I Sekretariat SAR MTA Surakarta.
Dalam setiap operasi SAR di wilayah Surakarta, SAR MTA Surakarta
menekankan pada seluruh anggotanya bahwa personil SAR diharuskan
mengutamakan kepentingan kerja team, serta menjaga hubungan silaturahmi
dengan organisasi lain. Hal ini bisa dilihat dalam operasi pencarian Daliyem (54
tahun) warga desa Blumbang, RT 01. RW 01, kecamatan Tawangmangu,
57
Karanganyar. Yang dikabarkan hilang di lereng Gunung lawu ketika mencari
rumput untuk makan ternak pada tanggal 17 Mei 2012. Dalam operasi gabungan
tersebut, banyak Organisasi-organisasi SAR yang melibatkan diri dalam operasi
pencarian. Dalam kesempatan tersebut, selain melaksanakan kegiatan pencarian.
Operasi tersebut juga dimanfaatkan para relawan yang berasal dari berbeda-beda
organisasi untuk ajang silaturahmi antar relawan SAR diwilayah Surakarta.12
maksud dari tujuan silaturahmi tersebut adalah, ketika silahturahmi terbangun
dengan baik, maka banyak manfaat positifnya yang berdampak ketika
melaksanakan koordinasi dilapangan dalam setiap operasi SAR kedepanya.
Gambar 7
Koordinasi lapangan SAR MTA Bersama Seluruh Unsur SAR dalam Operasi
Pencarian Daliyem (54 tahun), tanggal 18 Mei 2012.
Sumber: Arsip Bidang I Sekretariat SAR MTA Surakarta.
12
Joglosemar, Tanggal 20 Mei 2012, hlm 1.
58
Gambar 8
SAR MTA Surakarta Bersiap Melakukan Penyisiran Dalam Opoerasi Pencarian
Daliyem (54 tahun) tanggal 18 Mei 2012.
Sumber: Arsip Bidang I Sekretariat SAR MTA Surakarta.
2. Aktivitas SAR MTA di luar wilayah Surakarta
Kegiatan SAR MTA tidak hanya berkutat di wilayah Surakarta, melainkan
juga turut terjun ke area bencana di beberapa wilayah di luar Surakarta. Hal ini
sebagai wujud kepedulian SAR MTA terhadap kegiatan kemanusiaan bagi semua
lapisan masyarakat. Kegiatan di luar wilayah Surakarta ini sebagai perwujudan
dari laporan cabang cabang MTA di luar kota Surakarta serta adanya perintah bagi
SAR MTA Surakarta dari pusat untuk turut membantu menangani musibah di
beberapa daerah. Informasi mengenai musibah dating dari MTA cabang daerah
yang mengalami bencana. Koordinasi berikutnya dilanjutkan dengan pemerintah
daerah setempat beserta Potensi SAR di wilayah tersebut.
Pada tanggal 18 Desember 2013 setelah mendapatkan laporan dari
pengurus perwakilan MTA Gresik, tim SAR MTA turun ke musibah banjir di
Gresik dengan membawa dua buah perahu karet. Relawan dari MTA terbagi
menjadi beberapa tim, yakni 50 orang satgas, 14 orang tim SAR, 3 oorang dokter
59
dan 25 orang di dapur umum. Dengan mendirikan Posko MTA, setiap harinya
membuka pelayanan kesehatan kepada para korban banjir, sementara itu anggota
relawan dan tim SAR setiap harinya mengirim ribuan makanan berupa nasi
bungkus ke kantong-kantong yang membutuhkan makanan siap makan dengan
menggunakan perahu karet. Sebagai bagian dari elemen masyarakat, Majlis Tafsir
Al-Qur’an (MTA) Cabang Gresik ikut merasakan musibah banjir yang melanda
warga di Stren Kali Lamong.
Gambar 9
SAR MTA saat membantu evakuasi warga saat banjir di Gresik Desember 2013
Sumber : Radar Gresik, 20 Desember 2013
Posko di Gresik dibuka di Gresik selama tiga hari. Setelah dirasa cukup
dalam membantu warga Gresik, maka tim SAR dan rombongan kembali ke Solo.
Berita bencana kembali masuk ke SAR MTA yakni di daerah Purworejo Jawa
Tengah. Perintah untuk terjun kembali di lapangan turun dari pusat, maka pada
tanggal 23 Desember 2013 SAR MTA pun menuju ke Purworejo. Banjir ini
menelan banyak lahan persawahan warga hingga menyebabkan gagal panen.
60
Sebanyak 117 relawan yang terdiri dari Satgas dan Tim SAR MTA meluncur ke
Purworejo dengan tugas membantu evakuasi kurban banjir, membuka pelayanan
kesehatan, siap siaga di pengungsian dan membagikan nasi bungkus. Bersama
dengan perangkat pemerintah daerah Purworejo, saling membantu mengatasi
bencana banjir dan menolong warga.
Gambar 10
SAR MTA membantu warga Purworejo saat banjir Desember 2013
Sumber : http://mtafm.com/v1/archives/4419. diakses 11 Mei 2016.
Pukul 02.01 WIB.
Pada tanggal 24 Januari 2014, banjir menggenangi sebagian besar kota
Kudus. Banjir ini menjadikan lumpuhnya perekonomian, dan membuat
masyarakat kesulitan dalam kehidupan sehari-hari. Kemacetan tampak di ruas
utama jalur keluar-masuk kota, karena hanya kendaraan besar saja yang bisa
melewati genangan air setinggi 1 meter lebih. Jalur Kudus menuju Semarang
lumpuh total, kendaraan besar dialihkan ke jurusan Purwodadi.
Banjir yang menggenangi sejak lima hari yang lalu itu menjadikan warga
kesulitan mendapatkan air bersih dan makanan. Bantuan pun mengalir dari
61
pemerintah dan dari berbagai instansi swasta yang ikut berpartisipasi memberikan
bantuan kemanusiaan terhadap warga Kudus yang rumahnya tergenang. Tidak
ketinggalan pula Majlis Tafsir Al-Qur’an (MTA) mengirimkan Team SAR.
Gambar 11
SAR MTA saat bencana banjir Kudus
Sumber : http://mtamedia.blogspot.co.id/2014/02/mta-peduli-banjir-
pantura.html. diakses 11 Mei 2016. Pukul 01.45 WIB
SAR MTA mendirikan Posko di dekat pengungsian untuk memudahkan
penyaluran bantuan dan koordinasi dalam melayani warga yang terkena dampak
dari banjir tersebut. Selain itu, SAR MTA juga melakukan pendistribusian nasi
bungkus untuk makan malam dan tikar pada warga yang rumahnya tergenang air,
dan tidak ikut mengungsi karena menjaga harta mereka di rumah.
D. Mekanisme Operasional Search And Rescue SAR MTA Surakarta.
Sebagai organisasi yang mengfokuskan pada gerak di lapangan, maka
standar operasional prosedur SAR MTA Surakarta adalah sebagai berikut: 13
13
Wawancara dengan Sumarno, Kabid I Sekretariat SAR MTA Surakarta,
tanggal 7 Desember 2015
62
1. Standar Operasi Prosedur Search And Rescue SAR MTA Surakarta.
Bagan. 3
Standar Operasi Prosedur Search And Rescue SAR MTA Surakarta
Sumber: Arsip Bidang I Sekretariat SAR MTA Surakarta.
2. Prosedur Permintaan Bantuan Search And Rescue SAR MTA.
1. Prosedur Permintaan Bantuan Search And Rescue – SAR MTA Surakarta
a. Penyampaian laporan adanya musibah/SAR Accident dapat melalui
beberapa alternatif, antara lain
1) Melalui saluran telepon 081328050771 (Ali Akbar)
2) Melalui radio komunikas frekuensi 14,876 MHz
Siaga SAR MTA
Surakarta
Berita
Penentuan
tingkat
emergency
Koordinasi
Perencanaan
Operasional
SAR
Menyiapkan
Peralatan dan
Logistik
Pelaksanaan
Operasi SAR
Operasi
Selesai/Dihentikan
Laporan hasil operasional
SAR kepada Ketua
Yayasan MTA
Telepon 081328050771
Radio Komunikasi
frekuensi 14,876 MHz
Kurir/Laporan
63
3) Datang melapor ke posko SAR MTA Surakarta
b. Pelapor penyampaian “data musibah” (tempat kejadian, kronologis
peristiwa, identitas korban)
c. Pelapor menyebutkan “identitas diri (nama, alamat, pekerjaan)
d. Pelapor di mohon untuk melaporkan ke kepolisian setempat, dimana
peristiwa itu terjadi.
3. Mekanisme Laporan Musibah/ SAR Accident.14
Bagan.4
Mekanisme Laporan Musibah SAR MTA Surakarta
Sumber: Arsip Bidang I Sekretariat SAR MTA Surakarta
E. Peningkatan Kualitas Pelayanan.
SAR MTA lahir dari kebutuhan masyarakat sebagai akibat dari banyaknya
musibah yang terjadi diwilayah Surakarta. SAR MTA merupakan suatu wadah
kegiatan Emergency yang berasal dari berbagai unsur di lingkungan yayasan
14
Wawancara dengan Sumarno, Kabid I Sekretariat SAR MTA Surakarta,
tanggal 7 Desember 2015.
Kepolisian
Sektor
Pelapor Data
Musibah
Konfirmasi
berita
Posko
SAR MTA
Identitas
Pelapor
Koordinasi
Pelaksana
Operasional SAR
64
Majelis Tafsir Al-Quran untuk mengabdi dan melayani masyarakat. Di bidang
pengabdian masyarakat pun terdapat upaya-upaya kearah peningkatan kualitas
pengabdian pada masyarakat.15
, yang digambarkan sebagai berikut:
1. Tindakan Represif
Dalam Operasi SAR diperlukan adanya suatu kerjasama, koordinasi yang
serasi, efektif, dan berdaya guna. Sehingga dalam suatu kejadian SAR diperlukan
personil yang mempunyai kriteria-kriteria tertentu yang mengutamakan
kemanusiaan diatas segala-galanya, walaupun tidak mengabaiakan faktor
keselamatan personil bersangkutan. SAR MTA mempunyai Standar Operasional
Prosedur tersendiri dalam setiap pelaksanaan operasinya di lapangan. Setelah
mendapatkan informasi berita yang masuk ke Posko, maka informasi dianalisa
kemudian ditentukan langkah koordinasinya di lapangan. Standar Operasional
tersebut dapat dijabarkan seperti berikut :16
a. Operasi Pencarian
Pada pelaksanaan operasi SAR dapat dibagi menjadi :
1. Operasi pencarian tanpa operasi pertolongan (karena korban tidak
ditemukan).
2. operasi pertolongan tanpa operasi pencarian (lokasi musibah diketahui
dengan pasti).
3. Operasi pencarian yang dilanjutkan dengan operasi penyelamatan
/pertolongan.
15
Wawancara Dengan Kusnandar Ps, Kabid II Operasional SAR MTA
Surakarta, Tanggal 15 Desember 2015. 16
Badan SAR Nasional, op.cit, hlm. 12
65
Dalam pelaksanaan operasi SAR terdapat tahap-tahap kegiatan yang harus
dilakukan, yaitu:
a. briefing pencarian
b. Pemberangkatan SRU
c. Perjalanan SRU menuju area pencarian
d. Bila menemukan sasaran
e. Bila perlu penggantian SRU
f. Penarikan SRU ke posko
g. Debriefing SRU
Semua ini harus diketahui dengan baik oleh SMC.
1. Briefing Pencarian
Breifing pencarian harus dilakukan terhadap SRU yang akan ditugaskan
pada operasi pencarian. Tanpa breifing akan membuang waktu, tenaga, dan biaya
yang percuma dan mungkin akan membahayakan SRU tersebut. Pada pelaksanaan
breifing dapat dilakukan oleh SMC. Staff SMC (breifing officer/perwira breifing)
yang ditunjuk. Breifing untuk SRU udara dan darat, sebaiknya dilakukan sebelum
berangkat, sedang untuk SRU laut, dapat diberangkatkan terlebih dahulu
kemudian diadakan breifing dalam perjalanan.
Dilakukan oleh SMC atau staffnya. Untuk dapat memberikan breifing
dengan baik digunakan check list sebagai berikut:
a. Situasi
1) Keadaan darurat/distress
2) Jumlah survivor
3) Sasaran pencarian
66
4) Data terperinci tentang sasaran
5) Posisi akhir yang diuketahui
6) Peralatan survival yang dibawa
7) Perkiraan keadaan
8) SRU yang terlibat
b. Cuaca
1) Pada saat musibah terjadi
2) Perkiraan cuaca pada saat pencarian akan dilakukan
3) Perkiraan cuaca untuk keesokan harinya
4) Bahaya/ancaman dari keadaan cuaca yang akan dihadapi
c. Area pencarian
1) Luas area yang akan diliput
2) Tanda-tanda
3) Ukuran
4) Sumbu utama gerak pencarian
5) Perjalanan pencarian
6) Titik awal pencarian (CPS/commence search point)
7) Bahaya dari keadaan medan yang akan dihadapi
d. Pola pencarian
1) Penjelasan pola
2) Rekam jejak
3) Kemungkinan menemukan
4) Ketepatan navigasi
5) Kecepatan
67
2. Penunjukan Tugas
Penunjukan tugas pesawat, kapal, regu darat yang ditugaskan, SRU
cadangan yang ditunjuk, jumlah waktu yang diperlukan dari pangkalan/posko ke
daerah pencarian dan kembali lagi, waktu duga ditempat yang dikehendaki,
penggantian SRU di lokasi.
3. Pemberangkatan Unit SRU
SRU sudah dapat disiapkan ketika SMC membuat perencanaan, pada saat
ini breifing tambahan diberikan antara lain berupa:
a. Perkembangan terakhir
b. Sasaran pencarian
c. Penambahan/perluasan/perubahan daerah pencarian
d. Pola pencarian
e. Jadwal pelaporan pada operasi normal
f. Data cuaca terakhir di daerah pencarian
g. Titik awal pencarian
h. Informasi khusus pada operasi terpadu
Perjalanan SRU ke area pencarian, secara umum perlu memperhatikan
keadaan yang mendukung agar operasi pencarian dapat bekerja dengan baik.
Harus pula disiapkan peta dan kebutuhan pemetaan.
4. Perjalanan ke Area Pencarian
Perjalanan ke area pencarian, pengendalian akan dilkukan ole SMC atau
OSC pada SRUmulai beberapa saat sebelum memasuki daerah pencarian.
Waktu yang dibutuhkan dari pangkalan ke lokasi pencarian harus diketahui oleh
SMC untuk peningkatan efektivitas dalam pengerahan unsur.
68
5. Pelaksaanaan Pencarian
Pelaksanan pencarian segera dilakukan setelah SRU tiba di titik start
pencarian, sesuai dengan pola pencarian yang telah ditentukan. Bila situasi
berubah dengan cepat, dan SMC belum merubah rencana secara lengkap oleh
SMC. Perubahan apapun juga dilakukan oleh OSC/SRU harus dilaporkan secara
rinci kepada SMC. Dan laporan ini akan digunakan oleh SMC sebagai masukan
untuk menentukan langkah selanjutnya secara akurat dan efisien.
SRU/OSC diharuskan melaporkan secara berkala kepada SMC tentang
perkembangan yang terjadi dan hambatan yang timbul, dan kemungkinan
pemecahan atau jalan keluar yang bisa ditempuh.
Laporan situasi tersebut meliputi:
a. Posisi SRU (koordinat)
b. Situasi dan perkembangan yang terjadi.
c. Tindakan yang diambil, dan hasil penyapuan.
d. Rencana pencarian berikut dan saran-saran serta permintaan bentuan
yang diperlukan.
Status kejadian, misal:
a. Operasi dihentikan karena telah berhasil menemukan survivor, dan
telah dilakukan pertolongan
b. Operasi dihentikan untuk menunggu perkembangan tugas selanjutnya.
c. Operasi dihentikan karean faktor medan / cuaca, dan menunggu
perintah selanjutnya dari SMC.
Prosedur yang harus dilakukan bila melihat korban hidup antara lain:
a. Jaga jangan sampai korban hilang dari pandangan.
69
b. Beri tanda posisi tersebut secepatnya, laporkan ke SMC/OSC.
c. Arahkan SRU yang lain khususnya unit penolong ke lokasi dengan
radio komunikasi, melalui SMC/OSC.
d. Usahakan agar survivor mengetahui bahwa dirinya sudah ditemukan.
e. tentukan posisi survivor.
Pada saat menemukan survivor, segera dibuat laporan pada SMC/OSC, isi laporan
adalah:
a. Posisi survivor
b. Identitas survivor
c. Keadaan fisik
d. Cuaca dan keadaan medan
e. Jenis peralatan darurat yang digunakan oleh survivor
f. Jenis peralatan darurat yang diperlukan.
6. Pergantian SRU
Penggantian SRU di daerah pencarian harus didahului briefing terhadap
SRU tersebut. Sesuai dengan prosedur SRU pengganti akan mendapat briefing
tambahan dari OSC, menjelang tiba di lokasi pencarian. Setiap SRU apabila
dalam keadaan memaksa dapat ditunjuk sebagai OSC.
Penyiapan Pergantian SRU dapat Meliputi:
a. Jadwal pencarian
b. Peralatan yang dibutuhkan.
c. Transportasi kelokasi.
d. Makanan, air, dan kebutuhan pendukung lainnya
e. Base camp kegiatan.
70
f. Jumlah team/SRU yang dibutuhkan
g. Luas area pencarian
h. Penghitungan seluruh jumlah waktu, personil yang dubutuhkan untuk
penyapuan pada seluruh area pencarian.
i. Arah dan lintasan pencarian.
j. Rekam jejak
k. Titik awal dan titik akhir penyapuan.
l. Tugas-tugas yang diberikan pada team pencari selama jangka waktu
yang diberikan.
Penyiapan Base Camp, disarankan pada lokasi dimana batas terakhir dari
jangkauan komunikasi didekat lokasi pencarian. Penggunaan Base Camp
dimaksudkan untuk menjamin kemampuan maksimal dari SRU untuk bertahan
dilokasi selama operasi pencarian, karena dapat digunakan untuk beristirahat
secara periodik sesuai penjadwalan.
Personil pencari/anggota SRU harus dipilih dengan seksama yang meliputi:
a. Stamina fisik yang prima
b. Pengetahuan tentang kegiatan di alam bebas yang baik
c. Pengalaman dalam pencarian
Kemudian baru ditentukan jumlah sesuai dengan kebutuhan Komposisi
yang baik adalah terdiri dari:
a. Pimpinan regu (team leader), diutamakan yang memiliki pengetahuan
dan pengalaman cukup dalam operasi pencarian. Tugasnya adalah
menjaga kelangsungan komunikasi dengan SMC, memelihara data-
data yang diperlukan untuk pencarian, menyimpan peta yang akan
71
digunakan, dapat memberikan briefing kepada anggota team,
bertanggung jawab terhadap:
1) Perlengkapan perorangan
2) Perlengkapan regu
3) Menjaga jadwal komunikasi (primer/alternatife)
4) Menjaga semua data pencarian yang didapat dari SMC,
termasuk peta.
5) Mencatat semua area/lintasan yang telah dilalui (area yang
sudah diliput)
6) Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana
7) Dapat mencari lintasan keluar(jalan keluar) bila korban
ditemukan.
b. Petunjuk jalan (guide) diperlukan orang-orang yang memang sudah
mengenal medan dan lokasi daerah tersbut (bila
memungkinkan/bersedia)
c. Flares (pemberi tanda sisi) dilengkapi dengan alat komunikasi, peluit,
peta.
d. Lineman (pembuat jejak) dilengkapi dengan peluit dan memberi tanda
(memasang marker) pada daerah yang sudah diliput (tercover)
b. Operasi Pertolongan (Rescue Operation)
Operasi SAR tidak berakhir sampai dengan survivor (korban musibah)
diketemukan, tetapi sampai dengan survivor dapat diselamatkan. Rescue
Operation ini dapat dilakukan oleh SRU-SRU itu sendiri atau dilakukan oleh team
72
khusus untuk rescue (Rescue Team). Bila yang melakukan rescue operation
adalah rescue team, maka setelah posisi survivor diketemukan maka SRU yang
bersangkutan melaporkan ke SMC untuk meminta pengiriman rescue team.
Kejadian yang dilakukan dalam operasi pertolongan ? penyelamatan terdiri dari:
1. Briefing bagi Rescue Team.
2. Pengiriman Rescue Team
3. Selama perjalanan menuju lokasi
4. Dukungan yang diperlukan oleh Rescue Team
5. Rescue Unit Kembali ke pangkalan.
6. Debriefing Rescue Team.
Breafing Rescue Team meliputi antara lain:
1. Situasi
2. Cuaca
3. Lintasan yang akan dilalui unit tersebut
4. Metode/cara-cara yang disarankan.
Setelah proses persiapan dianggap cukup matang, maka tim akan melakukan
proses pemberangkatan sebagai berikut :
1. Pemberangkatan Rescue Team
Bila telah diketahui bahwa unit pencari tidak mungkin untuk sekaligus
melakukan pertolongan secara lengkap, maka unit-unit pertolongan (Rescue
Team) segera disiagakan. Rescue Team ini harus siap dengan kemempuannya
untuk dikirim/diberangkatkan ke lokasi yang bagaimanapun juga dengan
memperlihatkan faktor-faktor keamanan/keselamatan.
73
Selama Rescue Team dalam perjalanan dari pengkalan menuju ke lokasi
musibah akan memberikan laporan posisi kepada SMC/OSC.
2. Di lokasi musibah dan dukungan
Bila terdapat lebih dari satu SRU yang tiba di lokasi musibah, maka
menjadi kewajiban bahwa SRU yang pertama kali menemukan survivor harus
melakukan usaha penyelamatan yang pertama kali dan SRU yang tiba berikutnya
sebagai pendukung tugas yang sedang dilakukan SRU pertama. Dalam hal ini
SMC/OSC harus selalu memperhatikan dan memberikan dukungan pada Rescue
Team yang dikerahkan. Semua dukungan kegiatan dari Rescue Team dilakukan
oleh SRU-SRU yang telah berada di lokasi, dan SRU-SRU tesebut memberikan
briefing kepada Rescue Team yang datang tentang langkah apa saja yang telah
dilakukan dalam melakukan pertolongan kepada survivor.
Selama semua survivor dapat dievakuasi dan diserahkan kepada pihak
yang lebih berwenang, maka operasi SAR dinyatakan selesai.
2. Tindakan Preventif
Upaya pencegahan dini atau tindakan preventif merupakan cara paling
efektif yang harus dilakukan dalam menanggulangi bencana atau musibah. Sebab,
tindakan pencegahan setidaknya dapat meminimalisir dampak jika terjadi bencana
atau musibah.
Kegiatan pendakian di alam memiliki resiko. Resiko dapat bervariasi
mulai dari kecelakaan ringan hingga kecelakaan berat yang dapat mengakibatkan
kematian. Resiko kecelakaan pendaki di gunung Lawu menjadi semakin tinggi
ketika perayaan tahun baru dan upacara kemerdekaan di puncak lawu.
74
Untuk memberikan kenyamanan dan keamanan bagi para pendaki serta
mengantisipasi kemungkinan pendaki tersesat saat melintasi jalur pendakian,
gunung Lawu berkerja sama dengan Relawan SAR Anak Gunung Lawu
memasang sejumlah rambu-rambu penunjuk arah serta perbaikan jalur jalan
pendakian hingga ke puncak gunung. Selain itu membuat petunjuk arah mata air
bila pendaki membutuhkan sarana air disaat mendaki atau saat beristirahat.
SAR MTA Surakarta menyiapkan tim pengamana bagi para pendaki kemungkinan
adanya pendaki yang tersesat atau pendaki yang mengalami musibah di pendakian
atau di puncak gunung.
SAR MTA Surakarta menggadakan penyuluhan dan pelatihan Search And
Rescue dengan upaya pencarian dan penyelamatan bagi Satgas MTA dan pelajar
di SMA MTA Surakarta, dengan tujuan mereka bisa menjadi insan yang siap
siaga dalam kondisi membahayakan jiwa manusia.17
Pelatihan dan pemahaman tentang penanggulangan bencana atau
penyelamatan dalam suatu musibah memang sangat penting diketahui oleh
masyarakat, mengingat entah itu suatu bencana alam, sosial, atau musibah,
manusia tidak tahu kapan pastinya datang. manusia hanya bisa mengantisipasi dan
harus siap siaga akan hal itu. Maka dari itulah perlu adanya pelatihan tentang
penanggulangan bencana ataupun misi penyelamatan kemanusiaan.
17
Wawancara dengan Sumarno, Kabid Bidang I Sekretariat SAR MTA
Surakarta. 5 September 2015.
Recommended