View
233
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
57
BAB IV
PAPARAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
4.1 Paparan Data
4.1.1 Latar Belakang PT. INKA (Persero) Madiun
PT. Industri Kereta Api (INKA) Madiun merupakan Badan Usaha Milik
Negara Industri Strategis (BUMN-IS) yang bergerak dalam bidang manufaktur dan
jasa perkeretaapian. PT. INKA (Persero) didirikan dengan Akta Notaris Imas
Fatimah, SH Nomor : 51 tanggal 18 Mei 1981 oleh Menristek dan Menhub dengan
luas area 225.000 m2 dan luas bangunan 93.634 m2. PT. INKA (Persero)
berkedudukan di desa Madiun Lor Kecamatan Mangunharjo Kotamadya Madiun
dengan lokasi di Jalan Yos Sudarso 71 Madiun. Pemilihan letak lokasi tersebut
berdasarkan hasil studi tahun 1977 yang dilakukan oleh Nippon Sharyo Seizo Kaisha
Ltd. Jepang.
Pada awal didirikan PT. INKA berada di bawah pengelolaan Departemen
Perhubungan. Tetapi semenjak tahun 1989 PT. INKA berada di bawah pengawasan
Badan Pengelola Industri Strategis (BPIS) yang pada akhirnya pada tahun 1999
pengawasan beralih kepada PT. Bahana Pakarya Industri Strategis yang saat ini
secara de facto telah dibubarkan.
58
4.1.2. Visi dan Misi PT. INKA (Persero) Madiun
Dalam menjalankan usahanya PT. INKA (Persero) Madiun memiliki Falsafah,
Visi dan Misi. Adapun Falsafah perusahaan adalah ”Profesionalisme yang
berdasarkan iman dan takwa, menghargai orang lain dan bersahabat, menjunjung
tinggi kejujuran, memiliki daya saing berkelanjutan, serta menghasilkan nilai tambah
bagi lingkungan”. Visi perusahaan adalah “Menjadi perusahaan kelas dunia yang
unggul dibidang transportasi kereta api dan perkotaan di Indonesia”. Sedangkan Misi-
nya adalah “Menciptakan solusi terpadu untuk transportasi kereta api dan perkotaan
dengan keunggulan kompetitif bisnis dan teknologi produk yang tepat guna
mendorong pembangunan transportasi yang berkelanjutan”.
4.1.3. Struktur Organisasi PT. INKA (Persero) Madiun
Struktur organisasi terdiri dari sekumpulan orang yang bekerja sama dalam
mencapai tujuan yang sama. Oleh karena itu, dalam setiap organisasi struktur formal
merupakan alat yang penting bagi pihak manajemen dalam menciptakan hubungan
kerja yang baik dalam perusahaan.
Struktur organisasi merupakan kerangka yang menunjukkan hubungan
wewenang dan tanggung jawab yang dipakai oleh tiap-tiap anggota organisasi.
Struktur organisasi menunjukkan tugas pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi
serta hubungan antara fungsi-fungsi tersebut, wewenang, dan tanggung jawab
organisasi. Suatu perusahaan akan berjalan dengan lancar apabila dilakukan
pengorganisasian yang baik dalam mengelola perusahaannya, sehingga dapat
ditentukan pembagian kerja, tugas, dan tanggung jawab dari masing-masing bagian
59
dan seluruh tenaga kerja akan bekerja dengan harmonis dan efisien. Struktur
organisasi sangat penting sebagai pedoman pimpinan beserta seluruh karyawan untuk
mempertegas tugas, tanggung jawab dan wewenang masing-masing untuk kelancaran
aktivitas perusahaan.
PT. INKA (Persero) Madiun menggunakan struktur organisasi garis, dimana
bentuk organisasi dan wewenangnya mengalir dari atas ke bawah dan tanggung jawab
bergerak dari bawah ke atas atau merupakan garis lurus. Kebaikan dari struktur
organisasi garis adalah :
a. Sederhana dan mudah dimengerti
b. Keputusan dapat diberikan secara tepat
c. Penentuan tanggung jawabnya jelas untuk setiap posisi
d. Tiap karyawan menerima perintah langsung dari seorang pimpinan
e. Koordinasi relatif mudah untuk dilaksanakan.
Struktur Organisasi yang dimiliki oleh PT. INKA (Persero) Madiun :
60
Gambar 4.1Struktur Organisasi PT. INKA (Persero) Madiun.
Sumber : PT. INKA (Persero) Madiun, 2013
Adapun tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian dalam struktur
organisasi tersebut sebagai berikut :
61
1. Direktorat Utama
a. Menetapkan Visi, Misi, dan Strategi perusahaan. Merumuskan kebijakan
umum dan pengendalian perusahaan serta kebijakan jaminan mutu dan
pengawasan intern.
b. Membangun dan memelihara citra positif di lingkungan stake holder.
2. Direktur Administrasi dan Keuangaan
a. Menetapkan kebijakan keuangan, Sumber daya manusia, serta kemitraan &
Bina lingkungan perusahaan.
b. Membangun dan memelihara citra positif di lingkungan stake holder.
3. Direktur Komersial
a. Menetapkan Kebijakan pemasaran dan pengembangan bisnis perusahaan
b. Membangun dan memelihara citra positif di lingkungan stake holder.
4. Direktur Produksi dan Teknologi
a. Menetapkan kebijakan produksi, teknologi, dan logistic yang meliputi
desain & Rekayasa, teknik Produksi, Pengendalian kualitas, perencanaan
dan pengendalian produksi, pengadaan, fabrikasi, finishing, pemeliharaan,
dan K3LH.
b. Membangun dan memelihara citra positif di lingkungan stake holder.
5. Divisi Keuangan
Pembentukan Divisi Keuangan ditujukan untuk mendukung dan membantu
Direktur Keuangan dalam mengelola dan menjalankan kegiatan perusahaan
meliputi bidang Anggaran Perbendaharaan, Asuransi dan Pajak, serta
62
Verifikasi. Divisi Keuangan melaksanakan fungsi–fungsi namun tidak terbatas
pada :
a. Fungsi Anggaran Perbendaharaan, menangani urusan pengelolaan dana
dan Perencanaan Keuangan;
b. Fungsi Asuransi dan Pajak, menangani urusan pajak dan asuransi;
c. Fungsi Verifikasi.
6. Divisi Sumber Daya Manusia
Mengelola kegiatan sumber daya manusia yang meliputi personalia & umum
dan pengembangan sumber daya manusia.
7. Divisi Pemasaran Kereta Api
Mengelola kegiatan pemasaran produk & Jasa kereta api yang meliputi
domestik dan luar negeri, serta kegiatan purna jual dan perawatan.
8. Divisi Service
Unit Kerja mengelola kegiatan service.
9. Divisi Transportasi perkotaan
Unit Kerja mengelola kegiatan pengembangan transportasi perkotaan.
10. Divisi Teknologi
Mengelola kegiatan teknologi produksi yang meliputi bidang rekayasa, desain,
serta fasilitas dan pemeliharaan untuk produk kereta api.
11. Divisi Fabrikasi
Unit Kerja mengelola kegiatan fabrikasi produk kereta api yang meliputi metal
working, assembling, dan fabrication support.
63
12. Divisi Finishing
Unit kerja mengelola kegiatan finishing untuk produk kereta api yang meliputi
instalasi system, penyelesaian produk akhir, dan finishing support.
13. Divisi Quality Assurance (Pengendalian kualitas)
Unit kerja mengelola kegiatan bidang pengendalian kualitas untuk produk
kereta api.
14. Satuan Pengawas Intern
Pembentukan satuan pengawas intern ditujukan untuk mendukung dan
membantu direktur utama dalam mengawasi jalannya kegiatan manajemen
operasional dan keuangan perusahaan. meliputi bidang Audit keuangan, audit
operasi, serta bidang perencanaan, pengendalian dan pengembangan audit.
Satuan pengawas intern melaksanakan fungsi – fungsi meliputi namun tidak
terbatas pada :
a. Fungsi Audit Keuangan, menangani fungsi yang berhubungan dengan
pelaksanaan Audit Keuangan.
b. Fungsi Audit Operasi, menangani Fungsi Dukungan yang berhubungan
dengan pelaksanaan Audit Operasi.
c. Fungsi Perencanaan, Pengendalian dan Pengembangan Audit, menangani
urusan yang berhubungan dengan Administrasi Perencanaan, Pengendalian
dan Pengembangan Audit.
64
15. Divisi Sekretaris perusahaan
Pembentukan divisi sekretaris perusahaan ditunjukan untuk mendukung dan
membantu Direktur utama dalam mengelola dan menjalankan kegiatan
perusahaan meliputi Mengelola kegiatan hukum & humas, hubungan
kelembagaan, sekretariat. Dan sistem informasi, serta mengelola mess dan
kantor perwakilan.
16. Divisi Sistem Manajemen Kualitas dan Produktifitas
Unit Kerja mengelola kegiatan penjaminan sistem mutu dan proses serta
peningkatan produktifitas perusahaan.
17. Divisi Personalia & Umum
Unit Kerja mengelola kegiatan sumber daya manusia yang meliputi administrasi
personalia; hubungan industrial; fasilitas pegawai, umum, dan rumah tangga;
serta pengamanan perusahaan
18. Divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia
Unit kerja yang mengelola kegiatan sumber daya manusia yang meliputi
perencanaan dan pengembangan sumber daya manusia, organisasi, analisis &
evaluasi jabatan, serta diklat.
19. Divisi Pemasaran Proyek Pemerintah
Unit kerja mengelola kegiatan pemasaran produk & jasa kereta api yang
meliputi area pemasaran pemerintah.
65
20. Divisi Pemasaran Proyek Swasta dan Ekspor
Unit Kerja mengelola kegiatan pemasaran produk & jasa kereta api yang
meliputi area pemasaran swasta & ekspor.
21. Divisi Purna jual & Perawatan
Unit Kerja mengelola kegiatan purna jual dan perawatan produk kereta api.
22. Divisi Desain & Rekayasa
Unit Kerja mengelola kegiatan bidang desain dan rekayasa untuk produk kereta
api.
23. Perencanaan & Pengendalian Produksi
Unit Kerta mengelola kegiatan perencanaan & pengendalian produksi untuk
produk kereta api.
24. Divisi Logistik
Mengelola kegiatan pengadaan barang / jasa (material & komponen),
penyimpanan barang, serta pengiriman produk kereta api, dan pengadaan
barang / jasa umum.
25. Divisi Fasilitas dan Pemeliharaan
Unit Kerja mengelola kegiatan, serta pemeliharaan mesin dan fasilitas produksi
&kantor.
26. Divisi Akuntansi
Pembentukan divisi akuntansi ditujukan untuk mendukung dan membantu
Direktur Keuangan dalam mengelola dan menjalankan kegiatan perusahaan
meliputi bidang akuntansi manajemen, akuntansi keuangan, akuntansi biaya.
66
Divisi akuntansi melaksanakan fungsi – fungsi meliputi namun tidak terbatas
pada :
a. Fungsi Akuntansi Manajemen, menangani urusan biaya, HPP dan
Persediaan.
b. Fungsi Akuntansi Keuangan, menangani urusan penjualan, piutang dan
hutang.
c. Fungsi Anggaran dan Pelaporan, menangani urusan anggaran dan pelaporan.
4.1.4. Ruang Lingkup Kegiatan / Usaha dari PT. INKA (Persero) Madiun
a. Kegiatan Utama
- Pembuatan kereta api
- Jasa perawatan besar (overhaul) kereta api
- Perdagangan lokal, ekspor-impor barang dan jasa yang berhubungan dengan
perkeretaapian
- Produk pengembangan non-kereta api (diversifikasi)
b. Kegiatan Bisnis
- Pembuatan kereta api
- Perniagaan kereta api
- Jasa engineering
- Produk diversifikasi
67
4.1.5. Ketenagakerjaan
a. Jumlah karyawan
Maju dan berkembangnya suatu perusahaan bukan saja ditentukan oleh
besarnya modal yang dimiliki, tetapi kualitas karyawan juga mempunyai
pengaruh dalam memberikan kontribusi bagi kemajuan perusahaan. Dengan
memiliki karyawan yang berkualitas tinggi, baik dari segi pendidikan maupun
pengalamannya, perusahaan akan mudah berkompetisi dan lebih eksis di
bidangnya.
Dalam melaksanakan aktivitasnya, perusahaan ini menggunakan sejumlah
tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja pada PT. INKA (Persero) Madiun adalah
sebanyak 859 orang dan terbagi menjadi dua kelompok, yaitu :
1) Karyawan bulanan/staf
Karyawan bulanan/staf adalah karyawan yang digaji secara tetap setiap
bulannya.
2) Karyawan tidak tetap (outshorching)
Karyawan tidak tetap (outshorching) adalah karyawan yang mendapatkan gaji
berdasarkan waktu kontrak dengan perusahaan. Perusahaan yang menangani
tenaga outshorching PT. INKA (Persero) Madiun adalah PT. Rekaindo Global
Jasa yang merupakan anak perusahaan dari PT. INKA (Persero) Madiun
sendiri.
68
Untuk pembagian karyawan kedalam setiap departemen dapat dilihat
dalam tabel 4.1
Tabel 4.1Jumlah karyawan PT. INKA (Persero) Madiun
Jabatan/bagian Jumlah pegawai(orang)
Direktur 4
Divisi keuangan 35
Divisi SDM 34
Divisi Pemasaran Kereta api 14
Divisi Service 35
Divisi Transportasi Perkotaan 36
Divisi Teknologi 76
Divisi Fabrikasi 224
Divisi Finishing 171
Divisi Quality Assurance 74
Magang 156
Total 859Sumber : PT. INKA (Persero) Madiun, 2013
Sedangkan perincian karyawan PT. INKA (Persero) Madiun berdasarkan latar
belakang pendidikannya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2Tingkat Pendidikan Karyawan PT. INKA (Persero) Madiun
Pendidikan JumlahPascaSarjana / S2 19Sarjana / S1 172Sarjana muda / D3 90Sarjana muda / D2 1SMA 807SD 50
Total 1.139Sumber: PT. INKA (Persero) Madiun, 2013
69
b. Hari dan jam kerja
Pengaturan hari dan jam kerja PT. INKA (Persero) Madiun adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.3Hari dan Jam Kerja Karyawan PT. INKA (Persero) Madiun
KeteranganKaryawan
Tetap Tidak TetapSenin-KamisJam Kerja 07.00-16.00 07.00-16.00
Istirahat 11.30-12.30 11.30-12.30
JumatJam Kerja 07.00-16.00 07.00-16.00
Istirahat 11.00-12.30 11.00-12.30Sumber : PT. INKA (Persero) Madiun, 2013
c. Sistem Penggajian dan Pengupahan
Pelaksanaan penggajian dan pengupahan PT. INKA (Persero) Madiun
selalu memperhatikan prinsip keadilan dan kelayakan. Keadilan yang dimaksud
adalah berdasarkan pengorbanan yang telah diberikan oleh karyawan yang
bersangkutan yang tentunya diimbangi dengan pemberian upah dalam jumlah
tertentu sesuai dengan kebijakan dari perusahaan. Kelayakan yang dimaksud
adalah disesuaikan dengan upah minimum regional serta prestasi yang dicapai
oleh karyawan. Pelaksanaan pembayaran gaji dan upah karyawan dibedakan
sebagai berikut :
1) Karyawan Bulanan/Staf
Pembayaran gaji untuk karyawan tetap dilaksanakan dan diberikan setiap bulan.
70
2) Karyawan tidak tetap/Outshorching
Pembayaran gaji untuk karyawan tetap dilaksanakan dan diberikan setiap
bulan selama kontrak dengan PT. INKA (Persero) Madiun.
Selain gaji dan upah yang telah diberikan, perusahaan juga memberikan
jaminan dan kesejahteraan kepada karyawan, yaitu :
1) Mengikutkan seluruh tenaga kerjanya dalam program Jamsostek.
2) Pemberian intensif bonus, tunjangan hari raya, jaminan hari tua dan santunan
duka cita bagi tenaga kerja.
3) Fasilitas kerja berupa : Alat Pelindung Diri (APD), kamar ganti pakaian,
kamar mandi, toilet, locker tenaga kerja, air minum dalam kemasan galon di
setiap unit tempat kerja, bantuan uang untuk perumahan dan makan siang.
4) Cuti tenaga kerja.
5) Fasilitas rekreasi, pembinaan kerohaniaan dan olahraga.
6) Poliklinik PT. INKA (Polinka) dan dokter keluarga sebagai fasilitas
kesehatan.
7) Koperasi tenaga kerja yaitu Koperasi PT. INKA (Kopinka).
4.1.6. Lokasi Perusahaan
Lokasi PT. INKA (Persero) Madiun terletak di Jalan Yos Sudarso No. 71
Madiun sebagai kantor pusat dan mempunyai Kantor Perwakilan di Arthaloka
Building 3rd fl Jl. Jendral Sudirman Kav-2 Jakarta-Indonesia.
Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam menentukan lokasi
perusahaan yaitu :
71
A. Faktor Primer
Faktor primer adalah factor yang langsung mempengaruhi tujuan utama
perusahaan. Adapun yang termasuk faktor primer adalah sebagai berikut :
1) Bahan Baku
Dalam pengadaan bahan baku perusahaan mempunyai tempat strategis.
Untuk memperoleh semua bahan yang dibutuhkan, antara lain : plat..
Semua bahan tersebut tersedia dan dapat lokasinya dapat dijangkau
dengan lokasi perusahaan, pemasok bahan baku PT. INKA (Persero)
Madiun antara lain berasal dari : PT. Krakatau Steel.
2) Tenaga Kerja
Daerah madiun dan sekitarnya cukup potensial dalam memenuhi
kebutuhan tenaga kerja yang siap pakai. Buruh dan tenaga kerja
merupakan factor penting dalam proses produksi. Dalam hal ini
perusahaan menggunakan tenaga manusia intensif.
3) Transportasi
Transportasi mempunyai peran yang sangat penting dalam mendorong
kelancaran pengangkutan bahan baku ke lokasi perusahaan dan
memudahkan mengangkut barang jadi ke tempat penjualan dan
mengirimnya. Karena sebagaian besar konsumen PT. INKA Madiun
berasal dari PT. KAI dan Kemenhub, maka kota Madiun menjadi tempat
yang strategis sebagai pabrik PT. INKA Madiun karena lokasi yang sangat
72
dekat dengan Stasiun Madiun. Sehingga memudahkan dalam mengirim
pesanan.
4) Tenaga Listrik dan Air
Tenaga listrik dan air sangat mudah diperoleh di daerah tersebut, karena
dilalui oleh jalur listrik dan juga merupakan daerah yang dekat dengan
sumber energy, sehingga kebutuhan akan air, baik untuk proses produksi
pesanan dan produksi dapat terpenuhi dari PDAM dan sumur. PT. INKA
(persero) Madiun menggunakan sumur air tanah peninggalan Belanda
dengan memberikan kontribusi kepada Pemda Madiun setiap bulan.
B. Faktor Sekunder
1) Lingkungan Sosial
Hubungan yang baik antara perusahaan dengan masyarakatnya merupakan
dukungan moril bagi kemajuan perusahaan itu sendiri. Hubungan baik
mempunyai pengaruh balik antara perusahaan dengan masyarakat sekitar.
2) Rencana Masa Depan
Keputusan yang diambil sekarang akan mempunyai pengaruh bagi masa
yang akan datang. PT. INKA (Persero) Madiun selalu berupaya agar tetap
bertahan, berkembang dan bisa mengadakan perluasan dimasa mendatang.
4.1.7. Produksi
Proses produksi yang digunakan oleh perusahaan adalah proses produksi
berdasarkan pesanan. Proses produksinya dilaksanakan apabila ada pesanan saja.
73
Berikut ini merupakan hasil produksi yang dilakukan oleh PT. INKA (Persero)
Madiun selama tahun 2010, yang disajikan pada tabel 4.4
Tabel 4.4Hasil Produksi PT. INKA (Persero) Madiun Tahun 2010
No Jenis ProdukJumlah
Unit1 Bogie 382 Kereta Ekonomi (K3) AC 13
3 Kereta Ekonomi (K3) Green Car 44 Kereta Ekonomi (KMP3) AC 3
5 Retrofit Kereta K2/K1 6
6 PPCW II (44 ton) 257 Locomotive CC204 (Perakitan) 20
Jumlah 109Sumber : PT. INKA (Persero) Madiun, 2013
Keterangan :
1. Bogie merupakan komponen penggerak utama dalam kereta.
2. Kereta Ekonomi (K3) AC adalah kereta api ekonomi, kelas kereta penumpang
dibawah kelas bisnis yang dilengkapi dengan Air Conditioner (AC). Kereta jenis
ini rutin dipesan setiap tahun baik dari pemerintah, BUMN dalam maupun luar
negeri, dan perusahaan-perusahaan swasta luar negeri
3. Kereta Ekonomi (K3) Green Car adalah wagon kendaraan yang digunakan untuk
mengangkut barang (gerbong barang). Kereta jenis ini rutin dipesan setiap tahun
baik dari pemerintah, BUMN dalam maupun luar negeri, dan perusahaan-
perusahaan swasta luar negeri
74
4. Kereta Ekonomi (KMP3) AC adalah Kereta api makan penumpang, yang
kelasnya dibawah kelas bisnis yang dilengkapi dengan Air Conditioner (AC).
Kereta jenis ini rutin dipesan setiap tahun baik dari pemerintah, BUMN dalam
maupun luar negeri, dan perusahaan-perusahaan swasta luar negeri.
5. Retrofit Kereta K2/K1 adalah rekondisi atau perbaikan yang dilakukan utnuk
meremajakan kondisi kereta yang sudah lanjut usia, abnormal, tidak memenuhi
standar kelayakan beroperasi dengan beban masa kini.
6. PPCW II (44 ton) atau gerbong PPCW adalah kereta yang digunakan untuk
mengangkut barang yang berupa peti kemas alias container ataupun untuk
mengangkut yang lain misalnya tank atau kereta jenis lain.
7. Locomotive CC204 (Perakitan) adalah bagian dari rangkaian kereta api di mana
terdapat mesin untuk menggerakkan kereta api. Dan lokomotif terletak paling
depan dari rangkaian kereta api.
Bahan-bahan, sarana pendukung, dan mesin-mesin yang digunakan dalam
proses produksi pembuatan Kereta Ekonomi (K3) AC, Kereta Ekonomi (K3) Green
Car, dan Kereta Ekonomi (KMP3) AC adalah sebagai berikut :
a. Bahan baku
1) Bahan Baku Utama
Bahan baku utama yang digunakan dalam proses produksi terdiri dari
berbagai macam plate antara lain : Plate SS 400, Plate SS 41 P, Plate SUP
4,Plate Corten A, Plate SSHC, Channal Steel SS41 A, Wire Rope SWRM,
75
Round bar S 45 C, Plate S45 304 Ornamen, Plate keystone, Plate SGP, GALV
dan Medium.
2) Bahan Baku Pembantu
Bahan baku pembantu yang digunakan dalam proses produksi terdiri dari :
Alkohol, Bensin, Gas CO2 cair, Isolasi Kertas, Steel GMT, Gas Argon, Gas
Zvertop dan Kertas Gosok Besi.
3) Bahan Baku Tambahan
Bahan baku pembantu yang digunakan dalam proses produksi terdiri dari :
Cat Coppon Mastic Primer and Hard, Cobalt Free Kote, Chopped Strand Mat
450, Pigmen Light Green, Belt Coat 2141-T (Ex), Oil Putty, Katalis Mekpor,
Resin-157 BQ TN Ex Yukalac dan Thinner Cat Nax Indus PU Nex.
b. Sarana Pendukung
Selain penggunaan bahan baku guna memperlancar jalannya proses
produksi maka dibutuhkan pula sarana-sarana pendukung untuk menunjang
kelancaran proses produksi. Sarana pendukung tersebut antara lain berupa :
1) Penyediaan Air
Kebutuhan air bersih PT. INKA (Persero) dipenuhi dari sumur artesis atau air
bawah tanah yang merupakan bekas sumur peninggalan Belanda, yaitu PT.
INKA (Persero) Madiun membayar kontribusi kepada Pemkot Madiun dan
PDAM. Selain digunakan pada proses produksi, air bersih tersebut juga
dimanfaatkan untuk keperluan dapur, mandi dan lain sebagainya.
76
2) Penyediaan Udara
PT. INKA (Persero) menggunakan tenaga disel guna memenuhi kebutuhan
udara untuk kompresor, berbagai mesin dan peralatan produksi.
3) Listrik dari PLN
Kebutuhan listrik PT. INKA (Persero) dipenuhi oleh PLN dengan daya 20.000
KVA yang terbagi menjadi 5 sentral. Tenaga listrik dimanfaatkan untuk
proses produksi, penerangan, pemompaan air dan lain sebagainya.
4) Bahan Bakar
Untuk mendukung proses produksi, terutama dalam hal kelancaran kegiatan
angkat-angkut dan transportasi, PT. INKA (Persero) memanfaatkan alat-alat
antara lain : forklift, crane, pick-up, trailler, truk dan berbagai mobil dinas
yang menggunakan bahan bakar jenis cair berupa bensin atau solar.
c. Mesin yang digunakan
Mesin yang digunakan dalam proses produksi Kereta K3 Ekonomi AC
oleh PT. INKA (Persero) Madiun adalah sebagai berikut :
77
Tabel 4.5Mesin Yang Digunakan
NO NAMA ALAT TEKNOLOGI NO NAMA ALAT TEKNOLOGI1 Laser Cutting CNC 28 Lathe Machine Horisontal Konvensional2 Gas Cutting Automatic NC 29 Lathe Machine Revolver Konvensional3 Gas Cutting Manual Konvensional 30 Boor Machine Radial Konvensional4 Punching/Nibling Konvensional 31 Milling Machine Vert Konvensional5 Gap Shear 4065 Tombol 32 Scrap Machine Konvensional6 Gap Shear 4066 Tombol 33 Grinding Machine Single Konvensional7 Gap Shear 4067 Tombol 34 Hack Saw Konvensional8 Gap Shear 4068 Tombol 35 Lathe Machine Horisontal Konvensional9 Press Brake RG 80 Konvensional 36 Shaping Machine Konvensional
10 Press Brake RG 300 Konvensional 37 Boor Machine Horz Konvensional11 Press Brake RG 200 Konvensional 38 Boor Machine Radial Konvensional12 Bending Roll Konvensional 39 Milling Machine Horz Konvensional13 Roll Lever Konvensional 40 Milling Machine Vert Konvensional14 Hydraulic Press Konvensional 41 Sloting Machine Konvensional15 Nibling Machine Konvensional 42 Plano Miller NC16 Double Action Oil Hyd Press Tombol 43 Turning Device for Weld Otomatis17 Horisontal Oil Hyd Press Konvensional 44 Annealing Furnace Konvensional18 Stretch Forming Press Konvensional 45 Tempering Furnace Otomatis19 NCT Punch Press CNC 46 Induction Hardening Konvensional20 Bor Machine Konvensional 47 Rotary Threading Machine Konvensional21 Bor Machine Girder Radial Konvensional 48 Grit Blasting Konvensional22 Crank Press Konvensional 49 Drying Oven Konvensional23 Corner Shear Konvensional 50 Painting Both Konvensional24 Hand Grinding Konvensional 51 Putty Polisher Konvensional25 Shaped Steel Machine Konvensional 52 Traveling Type Paint Booth Konvensional26 Spot Welding Semi otomatis 53 Traveling Type Scissor Lift Konvensional27 Spot Welding (side wall) NC 54 Load Bogie Tester Hydraulic/Konvensional
Sumber : PT. INKA (Persero) Madiun, 2013
Tahapan proses produksi yang ada di PT. INKA (Persero) Madiun adalah
sebagai berikut :
a. Tahap pembuatan Kereta Ekonomi (K3) AC
Proses produksi di PT. INKA (Persero) dilakukan secara bertahap oleh
bagian pengerjaan plat, bagian perakitan, bagian pengecatan, bagian pemasangan
komponen, bagian permesinan, bagian interior dan didukung oleh bagian
qualitycontrol, bagian perencanaan dan pengendalian produksi serta bagian
qualityassurance.
78
1. Bagian Pengerjaan Plat (PPL)
Bagian ini merupakan awal pengadaan dari seluruh proses yang akan
dikerjakan. Pada bagian ini dikerjakan proses-proses sebagai berikut :
1) Pemotongan Plat
2) Pengelasan
3) Minor Assembling I yang merupakan bagian dari kebutuhan car body.
4) Minor Assembling II yang merupakan bagian dari kebutuhan interior.
Pekerjaan di bagian pengerjaan plat ini dilakukan melalui proses-
proses welding, grinding, reforming, drilling, laser cutting, sawing, punching
dan bending. (las, menggiling, reformasi, pengeboran, pemotongan laser,
menggergaji, meninju dan melenturkan).
2. Bagian Perakitan (PRK)
Bagian ini dibagi menjadi 6 unit kerja dengan pembagian kerja sebagai
berikut :
1) Perakitan 1, melaksanakan perakitan Under Frame dan Side Wall.
2) Perakitan 2, melaksanakan perakitan end wall dan roof.
3) Perakitan 3, melaksanakan perakitan car body.
4) Perakitan 4, melakukan reforming minor assembling yang telah jadi.
5) Perakitan 5, melakukan partisi dan sealing (Penyegelan).
6) Perakitan 6, melakukan perakitan bogie.
3. Bagian Pengecatan
Pada tahapan pengecatan ini terdapat beberapa proses pekerjaan yaitu :
79
1) Grid Blasting
Grid blasting berfungsi untuk membersihkan gerbong dari karat
dengan menyemprotkan pasir besi menggunakan kompresor dengan
tekanan 5-6 Kg/ Cm² pada permukaan benda yang dilakukan di ruang
tertutup dengan lokal exhaustion.
2) Pengecatan Awal
Pengecatan dilakukan dengan penyemprotan meni dengan sprayer
bertekanan udara dari kompresor. Fungsinya untuk mencegah
tejadinyakarat dan untuk melindungi atau menahan beban dari cat-cat
berikutnya.
3) Bitominous
Pemberian Bituminouos Under Seal Nipsea yang berfungsi sebagai
peredam getaran, peredam kebisingan dan mencegah timbulnya karat.
Bentuknya seperti aspal dengan tebal rata-rata 3 mm dan dilindungi
dengan cat warna hitam. Jenis cat yang digunakan adalah epoksi dan
polyceton.
4) Pendempulan
Merupakan proses penghalusan permukaan bagian dari gerbong
yang akan dicat dasar II.
80
5) Cat Dasar II
Pengecatan dasar II dilakukan untuk mendapat hasil pengecatan
yang sempurna yaitu dilakukan dengan menutup dempul atau pori-pori
dempul.
6) Top Coat I dan Top Coat II
Merupakan akhir dari proses pengecatan yang dilakukan dengan
lebih cermat dan teliti.
4. Bagian Pemasangan Komponen (PMK)
Bagian ini melaksanakan proses pekerjaan pemasangan komponen
komponen kereta dan juga produk diversifikasi antara lain :
1) Memasang komponen listrik pada gerbong terutama pada gerbong
penumpang.
2) Melakukan pemasangan antara underframe dengan bogie (bogie
mounting).
3) Melakukan pemasangan sistem pengereman.
4) Melakukan pengerjaan perpipaan aliran udara dan kompresor serta system
aliran air.
5) Melakukan pemasangan sarana pendukung lain.
5. Bagian Permesinan (PMS)
Bagian ini mengerjakan proses-proses machining seperti bubut
(milling), scraping, drilling (penggilingan, menggores, pengeboran) dan
sebagainya untuk menyiapkan single part dan pemilihan yang sesuai dengan
81
benda kerja yang diinginkan seperti melakukan pembuatan barang berbentuk
center sill, pen dan silindris.
6. Bagian Interior
Bagian ini mengerjakan proses akhir dari produksi. Dalam unit ini
dilakukan pemasangan dinding, instalasi listrik, lampu, kursi, tempat barang,
pintu, jendela dan lavatory.
7. Quality Control
Bagian Quality Control melakukan tugas-tugas sebagai berikut :
1) Menerima daftar spesifikasi rancang produk dan mengevaluasinya.
2) Melakukan pemeriksaan kualitas barang masuk, produk jadi dan produk
akhir.
3) Memberikan jaminan mula dari produsen kepada konsumen.
4) Memberikan feed back secepatnya mengenai penyimpangan
penyimpangan produk dan kelainan mutu produk.
5) Menyiapkan bahan laporan mutu produk.
6) Menjaga hubungan baik dengan konsumen.
8. Bagian Perencanaan dan Pengendalian Produksi (PPC)
Bagian Perencanaan dan Pengendalian Produksi (PPC) ini melakukan
tugas-tugas sebagai berikut :
1) Merencanakan jumlah dan jenis produk dan mengevaluasinya.
2) Mempersiapkan jadwal produksi, penggunaan mesin, tenaga kerja,
perakitan dan bahan.
82
3) Selalu ikut memonitor pelaksanaan produksi serta mempelajari
kemungkinan-kemungkinan terjadinya perbedaan rencana dengan
pelaksanaan produksi.
4) Mempelajari kemungkinan metode kerja yang lebih baik untuk
mempertinggi produktivitas.
5) Melakukan pengendalian biaya untuk mengamati biaya dalam proses dan
membandingkan dengan kalkulasi awal.
6) Melakukan pencatatan dan pengumpulan data jam orang, jam mesin,
bahan baku dan bahan penolong yang diperlukan untuk pengawasan,
penyusunan statistik, penetapan standar dan pembuatan laporan.
7) Ikut serta merumuskan dalam menentukan anggaran belanja proses
produksi.
9. Quality Assurance
Untuk mendapatkan suatu produk yang bermutu dan berkualitas, maka
setelah proses produksi berakhir pihak quality assurance (QA) melakukan uji
kualitas terhadap hasil produksi. Adapun uji yang dilakukan PT. INKA
(Persero) Madiun untuk menjaga kualitas produknya :
1) Tes Statis
Tes ini terdiri dari rangkaian tes sebagai berikut :
83
Uji Beban
Uji beban dilakukan untuk menguji kekuatan produk kereta api
terhadap besarnya beban maksimal yang diberikan, misalnya uji beban
bogie (bogie load test) untuk menguji beban maksimal yang dapat
diterima bogie.
Uji Kelayakan Las
Uji ini untuk mengetahui kekuatan pengelasan, apakah telah sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan.
Uji Kualitas Desain Interior
Desain interior yang telah dipasang harus diuji untuk mengetahui
apakah telah layak pakai dan sesuai dengan yang direncanakan.
Water Test
Merupakan tes uji yang digunakan untuk mengetahui kelayakan
gerbong api mengenai daya tahannya terhadap air hujan dengan
menganalisa efek timbul setelah diberi hujan buatan. Apakah terjadi
kebocoran, cat mengelupas dan lain sebagainya.
Tes Kelistrikan
Tes kelistrikan ini dimaksudkan guna memeriksa dan memastikan
pemasangan komponen kelistrikan pada kereta api tersebut dalam
kondisi dapat berfungsi dengan baik.
84
Tes Pengereman
Tujuan dari tes ini adalah untuk memastikan sistem pengereman telah
terpasang sesuai dengan standar yang digunakan. Tes ini meliputi :
pemeriksaan kebocoran brake pipe, pemeriksaan langkah brake
cylinder dan fungsi pengereman, serta pemeriksaan langkah piston
pada brakecylinder.
2) Tes Dinamik
Tes ini terdiri dari rangkaian tes sebagai berikut :
Tes Kelengkungan (Curve Test)
Tes ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan gerbong kereta api saat
lintasan rel yang melengkung. Dilakukan dengan cara menempatkan
separuh bagian gerbong kereta api pada tambangan dan separuhnya
lagi pada lintasan di atas rel kemudian tambangan digeser ke depan
dan ke belakang dengan jarak sesuai standar yang ditetapkan. Gerbong
kereta api dinyatakan lulus uji jika komponen bagian bawah gerbong
tidak ada yang menyentuh roda kereta.
Tes Jalan (Run Test)
Tes ini adalah tahap akhir dari uji kualitas produksi yang dilakukan
dengan menjalankan rangkaian gerbong dan lokomotif kereta api di
lintasan kereta api untuk mengetahui kelayakan jalan dari kereta api.
85
b. Tahap pembuatan Kereta Ekonomi (K3) Green Car
1. Bagian Pengerjaan Plat (PPL)
Bagian ini merupakan awal pengadaan dari seluruh proses yang akan
dikerjakan. Pada bagian ini dikerjakan proses-proses sebagai berikut :
1) Pemotongan Plat
2) Pengelasan
3) Minor Assembling I yang merupakan bagian dari kebutuhan car body.
4) Minor Assembling II yang merupakan bagian dari kebutuhan interior.
Pekerjaan di bagian pengerjaan plat ini dilakukan melalui proses-
proses welding, grinding, reforming, drilling, laser cutting, sawing, punching
dan bending.
2. Bagian Perakitan (PRK)
Bagian ini dibagi menjadi 6 unit kerja dengan pembagian kerja sebagai
berikut :
1) Perakitan 1, melaksanakan perakitan Under Frame dan Side Wall.
2) Perakitan 2, melaksanakan perakitan end wall dan roof.
3) Perakitan 3, melaksanakan perakitan car body.
4) Perakitan 4, melakukan reforming minor assembling yang telah jadi.
5) Perakitan 5, melakukan partisi dan sealing.
6) Perakitan 6, melakukan perakitan bogie.
3. Bagian Pengecatan
Pada tahapan pengecatan ini terdapat beberapa proses pekerjaan yaitu :
86
1) Grid Blasting
Grid blasting berfungsi untuk membersihkan gerbong dari karat
dengan menyemprotkan pasir besi menggunakan kompresor dengan
tekanan 5-6 Kg/ Cm² pada permukaan benda yang dilakukan di ruang
tertutup dengan lokal exhaustion.
2) Pengecatan Awal
Pengecatan dilakukan dengan penyemprotan meni dengan sprayer
bertekanan udara dari kompresor. Fungsinya untuk mencegah
tejadinyakarat dan untuk melindungi atau menahan beban dari cat-cat
berikutnya.
3) Bitominous
Pemberian Bituminouos Under Seal Nipsea yang berfungsi sebagai
peredam getaran, peredam kebisingan dan mencegah timbulnya karat.
Bentuknya seperti aspal dengan tebal rata-rata 3 mm dan dilindungi
dengan cat warna hitam. Jenis cat yang digunakan adalah epoksi dan
polyceton.
4) Pendempulan
Merupakan proses penghalusan permukaan bagian dari gerbong
yang akan dicat dasar II.
87
5) Cat Dasar II
Pengecatan dasar II dilakukan untuk mendapat hasil pengecatan
yang sempurna yaitu dilakukan dengan menutup dempul atau pori-pori
dempul.
6) Top Coat I dan Top Coat II
Merupakan akhir dari proses pengecatan yang dilakukan dengan
lebih cermat dan teliti.
4. Bagian Pemasangan Komponen (PMK)
Bagian ini melaksanakan proses pekerjaan pemasangan komponen-
komponen kereta dan juga produk diversifikasi antara lain :
1) Memasang komponen listrik pada gerbong.
2) Melakukan pemasangan antara underframe dengan bogie (bogie
mounting).
3) Melakukan pemasangan sistem pengereman.
4) Melakukan pengerjaan perpipaan aliran udara dan kompresor serta sistem
aliran air.
5) Melakukan pemasangan sarana pendukung lain.
5. Bagian Permesinan (PMS)
Bagian ini mengerjakan proses-proses machining seperti bubut
(milling), scraping, drilling dan sebagainya untuk menyiapkan single part dan
pemilihan yang sesuai dengan benda kerja yang diinginkan seperti melakukan
pembuatan barang berbentuk center sill, pen dan silindris.
88
6. Bagian Interior
Bagian ini mengerjakan proses akhir dari produksi. Dalam unit ini
dilakukan pemasangan dinding, instalasi listrik
7. Quality Control
Bagian quality control melakukan tugas-tugas sebagai berikut :
1) Menerima daftar spesifikasi rancang produk dan mengevaluasinya.
2) Melakukan pemeriksaan kualitas barang masuk, produk jadi dan produk
akhir.
3) Memberikan jaminan mula dari produsen kepada konsumen.
4) Memberikan feed back secepatnya mengenai penyimpangan
penyimpangan produk dan kelainan mutu produk.
5) Menyiapkan bahan laporan mutu produk.
6) Menjaga hubungan baik dengan konsumen.
8. Bagian Perencanaan dan Pengendalian Produksi (PPC)
Bagian Perencanaan dan Pengendalian Produksi (PPC) ini melakukan
tugas-tugas sebagai berikut :
1) Merencanakan jumlah dan jenis produk dan mengevaluasinya.
2) Mempersiapkan jadwal produksi, penggunaan mesin, tenaga kerja,
perakitan dan bahan.
3) Selalu ikut memonitor pelaksanaan produksi serta mempelajari
kemungkinan-kemungkinan terjadinya perbedaan rencana dengan
pelaksanaan produksi.
89
4) Mempelajari kemungkinan metode kerja yang lebih baik untuk
mempertinggi produktivitas.
5) Melakukan pengendalian biaya untuk mengamati biaya dalam proses dan
membandingkan dengan kalkulasi awal.
6) Melakukan pencatatan dan pengumpulan data jam orang, jam mesin,
bahan baku dan bahan penolong yang diperlukan untuk pengawasan,
penyusunan statistik, penetapan standar dan pembuatan laporan.
7) Ikut serta merumuskan dalam menentukan anggaran belanja proses
produksi.
9. Quality Assurance
Untuk mendapatkan suatu produk yang bermutu dan berkualitas, maka
setelah proses produksi berakhir pihak quality assurance (QA) melakukan uji
kualitas terhadap hasil produksi. Adapun uji yang dilakukan PT. INKA
(Persero) Madiun untuk menjaga kualitas produknya :
1) Tes Statis
Tes ini terdiri dari rangkaian tes sebagai berikut :
Uji Beban
Uji beban dilakukan untuk menguji kekuatan produk kereta api
terhadap besarnya beban maksimal yang diberikan, misalnya uji beban
bogie (bogie load test) untuk menguji beban maksimal yang dapat
diterima bogie.
90
Uji Kelayakan Las
Uji ini untuk mengetahui kekuatan pengelasan, apakah telah sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan.
Uji Kualitas Desain Interior
Desain interior yang telah dipasang harus diuji untuk mengetahui
apakah telah layak pakai dan sesuai dengan yang direncanakan.
Water Test
Merupakan tes uji yang digunakan untuk mengetahui kelayakan
gerbong api mengenai daya tahannya terhadap air hujan dengan
menganalisa efek timbul setelah diberi hujan buatan. Apakah terjadi
kebocoran, cat mengelupas dan lain sebagainya.
Tes Kelistrikan
Tes kelistrikan ini dimaksudkan guna memeriksa dan memastikan
pemasangan komponen kelistrikan pada kereta api tersebut dalam
kondisi dapat berfungsi dengan baik.
Tes Pengereman
Tujuan dari tes ini adalah untuk memastikan sistem pengereman telah
terpasang sesuai dengan standar yang digunakan. Tes ini meliputi :
pemeriksaan kebocoran brake pipe, pemeriksaan langkah brake
cylinder dan fungsi pengereman, serta pemeriksaan langkah piston
pada brake cylinder.
91
2) Tes Dinamik
Tes ini terdiri dari rangkaian tes sebagai berikut :
Tes Kelengkungan (Curve Test)
Tes ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan gerbong kereta api saat
lintasan rel yang melengkung. Dilakukan dengan cara menempatkan
separuh bagian gerbong kereta api pada tambangan dan separuhnya
lagi pada lintasan di atas rel kemudian tambangan digeser ke depan
dan ke belakang dengan jarak sesuai standar yang ditetapkan. Gerbong
kereta api dinyatakan lulus uji jika komponen bagian bawah gerbong
tidak ada yang menyentuh roda kereta.
Tes Jalan (Run Test)
Tes ini adalah tahap akhir dari uji kualitas produksi yang dilakukan
dengan menjalankan rangkaian gerbong dan lokomotif kereta api di
lintasan kereta api untuk mengetahui kelayakan jalan dari kereta api.
92
c. Tahap pembuatan Kereta Ekonomi (KMP3) AC
Proses produksi di PT. INKA (Persero) Madiun dilakukan secara bertahap
oleh bagian pengerjaan plat, bagian perakitan, bagian pengecatan, bagian
pemasangan komponen, bagian permesinan, bagian interior dan didukung oleh
bagian quality control, bagian perencanaan dan pengendalian produksi serta
bagian quality assurance.
1. Bagian Pengerjaan Plat (PPL)
Bagian ini merupakan awal pengadaan dari seluruh proses yang
akan dikerjakan. Pada bagian ini dikerjakan proses-proses sebagai berikut:
1. Pemotongan Plat
2. Pengelasan
3. Minor Assembling I yang merupakan bagian dari kebutuhan car body.
4. Minor Assembling II yang merupakan bagian dari kebutuhan interior.
Pekerjaan di bagian pengerjaan plat ini dilakukan melalui proses-
proses welding, grinding, reforming, drilling, laser cutting, sawing,
punching dan bending. las, menggiling, reformasi, pengeboran,
pemotongan laser, menggergaji, meninju dan melenturkan
2. Bagian Perakitan (PRK)
Bagian ini dibagi menjadi 6 unit kerja dengan pembagian kerja
sebagai berikut :
1) Perakitan 1, melaksanakan perakitan under frame dan side wall.
93
2) Perakitan 2, melaksanakan perakitan end wall dan roof.
3) Perakitan 3, melaksanakan perakitan car body.
4) Perakitan 4, melakukan reforming minor assembling yang telah jadi.
5) Perakitan 5, melakukan partisi dan sealing (penyegelan).
6) Perakitan 6, melakukan perakitan bogie.
3. Bagian Pengecatan
Pada tahapan pengecatan ini terdapat beberapa proses pekerjaan yaitu :
1) Grid Blasting
Grid blasting berfungsi untuk membersihkan gerbong dari karat
dengan menyemprotkan pasir besi menggunakan kompresor dengan
tekanan 5-6 Kg/ Cm² pada permukaan benda yang dilakukan di ruang
tertutup dengan lokal exhaustion.
2) Pengecatan Awal
Pengecatan dilakukan dengan penyemprotan meni dengan sprayer
bertekanan udara dari kompresor. Fungsinya untuk mencegah
tejadinyakarat dan untuk melindungi atau menahan beban dari cat-cat
berikutnya.
3) Bitominous
Pemberian bituminouos under seal nipseayang berfungsi
sebagai peredam getaran, peredam kebisingan dan mencegah
timbulnya karat. Bentuknya seperti aspal dengan tebal rata-rata 3 mm
94
dan dilindungi dengan cat warna hitam. Jenis cat yang digunakan
adalah epoksi dan polyceton.
4) Pendempulan
Merupakan proses penghalusan permukaan bagian dari gerbong
yang akan dicat dasar II.
5) Cat Dasar II
Pengecatan dasar II dilakukan untuk mendapat hasil pengecatan
yang sempurna yaitu dilakukan dengan menutup dempul atau pori-pori
dempul.
6) Top Coat I dan Top Coat II
Merupakan akhir dari proses pengecatan yang dilakukan dengan
lebih cermat dan teliti.
4. Bagian Pemasangan Komponen (PMK)
Bagian ini melaksanakan proses pekerjaan pemasangan komponen
komponen kereta dan juga produk diversifikasi antara lain :
1) Memasang komponen listrik pada gerbong terutama pada gerbong
penumpang.
2) Melakukan pemasangan antara underframe dengan bogie (bogie
mounting).
3) Melakukan pemasangan sistem pengereman.
4) Melakukan pengerjaan perpipaan aliran udara dan kompresor serta system
aliran air.
95
5) Melakukan pemasangan sarana pendukung lain.
5. Bagian Permesinan (PMS)
Bagian ini mengerjakan proses-proses machining seperti bubut
(milling), scraping, drilling (penggilingan), menggores, pengeboran) dan
sebagainya untuk menyiapkan single part dan pemilihan yang sesuai dengan
benda kerja yang diinginkan seperti melakukan pembuatan barang berbentuk
center sill, pen dan silindris.
6. Bagian Interior
Bagian ini mengerjakan proses akhir dari produksi. Dalam unit ini
dilakukan pemasangan dinding, instalasi listrik, lampu, kursi, tempat barang,
pintu, jendela dan lavatory.
7. Quality Control
Bagian quality control melakukan tugas-tugas sebagai berikut :
1) Menerima daftar spesifikasi rancang produk dan mengevaluasinya.
2) Melakukan pemeriksaan kualitas barang masuk, produk jadi dan produk
akhir.
3) Memberikan jaminan mula dari produsen kepada konsumen.
4) Memberikan feed back secepatnya mengenai penyimpangan
penyimpangan produk dan kelainan mutu produk.
5) Menyiapkan bahan laporan mutu produk.
6) Menjaga hubungan baik dengan konsumen.
96
8. Bagian Perencanaan dan Pengendalian Produksi (PPC)
Bagian Perencanaan dan Pengendalian Produksi (PPC) ini melakukan
tugas-tugas sebagai berikut :
1) Merencanakan jumlah dan jenis produk dan mengevaluasinya.
2) Mempersiapkan jadwal produksi, penggunaan mesin, tenaga kerja,
perakitan dan bahan.
3) Selalu ikut memonitor pelaksanaan produksi serta mempelajari
kemungkinan-kemungkinan terjadinya perbedaan rencana dengan
pelaksanaan produksi.
4) Mempelajari kemungkinan metode kerja yang lebih baik untuk
mempertinggi produktivitas.
5) Melakukan pengendalian biaya untuk mengamati biaya dalam proses dan
membandingkan dengan kalkulasi awal.
6) Melakukan pencatatan dan pengumpulan data jam orang, jam mesin,
bahan baku dan bahan penolong yang diperlukan untuk pengawasan,
penyusunan statistik, penetapan standar dan pembuatan laporan.
7) Ikut serta merumuskan dalam menentukan anggaran belanja proses
produksi.
9. Quality Assurance
Untuk mendapatkan suatu produk yang bermutu dan berkualitas,
maka setelah proses produksi berakhir pihak quality assurance(QA)
97
melakukan uji kualitas terhadap hasil produksi. Adapun uji yang
dilakukan PT. INKA (persero) Madiun untuk menjaga kualitas produknya:
1) Tes Statis
Tes ini terdiri dari rangkaian tes sebagai berikut :
Uji Beban
Uji beban dilakukan untuk menguji kekuatan produk kereta api
terhadap besarnya beban maksimal yang diberikan, misalnya uji beban
bogie (bogie load test) untuk menguji beban maksimal yang dapat
diterima bogie.
Uji Kelayakan Las
Uji ini untuk mengetahui kekuatan pengelasan, apakah telah sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan.
Uji Kualitas Desain Interior
Desain interior yang telah dipasang harus diuji untuk mengetahui
apakah telah layak pakai dan sesuai dengan yang direncanakan.
Water Test
Merupakan tes uji yang digunakan untuk mengetahui kelayakan
gerbong api mengenai daya tahannya terhadap air hujan dengan
menganalisa efek timbul setelah diberi hujan buatan. Apakah terjadi
kebocoran, cat mengelupas dan lain sebagainya.
98
Tes Kelistrikan
Tes kelistrikan ini dimaksudkan guna memeriksa dan memastikan
pemasangan komponen kelistrikan pada kereta api tersebut dalam
kondisi dapat berfungsi dengan baik.
Tes Pengereman
Tujuan dari tes ini adalah untuk memastikan sistem pengereman telah
terpasang sesuai dengan standar yang digunakan. Tes ini meliputi :
pemeriksaan kebocoran brake pipe, pemeriksaan langkah brake
cylinder dan fungsi pengereman, serta pemeriksaan langkah piston
pada brakecylinder.
2) Tes Dinamik
Tes ini terdiri dari rangkaian tes sebagai berikut :
Tes Kelengkungan (Curve Test)
Tes ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan gerbong kereta api saat
lintasan rel yang melengkung. Dilakukan dengan cara menempatkan
separuh bagian gerbong kereta api pada tambangan dan separuhnya
lagi pada lintasan di atas rel kemudian tambangan digeser ke depan
dan ke belakang dengan jarak sesuai standar yang ditetapkan. Gerbong
kereta api dinyatakan lulus uji jika komponen bagian bawah gerbong
tidak ada yang menyentuh roda kereta.
99
Tes Jalan (Run Test)
Tes ini adalah tahap akhir dari uji kualitas produksi yang dilakukan
dengan menjalankan rangkaian gerbong dan lokomotif kereta api di
lintasan kereta api untuk mengetahui kelayakan jalan dari kereta api.
4.1.8. Pemasaran
a. Kebijaksanaan Harga
Pada awal berdirinya, PT. INKA (Persero) Madiun hanya mengerjakan
pesanan-pesanan kereta. Namun dalam perkembangannya, perusahaan telah
mengembangkan jenis-jenis produknya menjadi lebih beragam. Dalam
memperoleh order pesanan, pihak perusahaan telah mempunyai pelanggan-
pelanggan tetap seperti PT. KAI, Dephub. Di samping itu, perusahaan juga
menerima order pesanan dari luar negeri seperti Malaysia, Filiphina, dan lain lain.
Di dalam menetapkan kebijaksanaan harga, PT. INKA (Persero) Madiun
menetapkan harga jual dari hasil produksinya adalah sebanding dengan harga jual
yang ditetapkan oleh pesaing. Adapun harga jual yang ditetapkan adalah
menghitung biaya produksi secara keseluruhan yang kemudian ditambah dengan
sejumlah laba yang diinginkan. Dalam penentuan harga jual ini, perusahaan
menyesuaikan dengan harga yang ditetapkan pesaing.
100
b. Saluran distribusi
Saluran distribusi merupakan saluran yang dipakai oleh perusahaan untuk
menyalurkan hasil produksinya agar sampai pada konsumen atau
pelanggan.Adapun saluran distribusi yang digunakan perusahaan, yaitu :
Produsen Konsumen
c. Penjualan
Promosi merupakan salah satu fungsi dari kegiatan pemasaran yang
bertujuan untuk memperkenalkan hasil produksi perusahaan kepada masyarakat
umum atau calon konsumen antara lain dengan :
1). Pameran
Dengan cara mengikuti even-even besar di Jakarta ataupun yang
diselenggarakan oleh Departemen Perhubungan, Departemen Perindustrian,
Ristek serta mengikuti pameran-pameran yang ada di luar negeri.
2). Gathering
Hal ini dilakukan dengan mendekati propinsi-propinsi yang ada di Indonesia
melalui Departemen Perhubungan.
3). Proposal-proposal baik ke costumer, Pemda maupun Swasta.
4). Kalender
Kalender ini biasanya diberikan ke rekanan, bank-bank ataupun ke kantor-
kantor pemerintahan.
5) Pamflet
6) Brosur
101
7) Company profile
8) Annual Report
d. Pesaing dan persaingan
Karena PT. INKA (Persero) Madiun merupakan satu-satunya perusahaan
perkeretaapian yang ada di Indonesia, maka saingan yang datang dari dalam
negeri tidak ada. Saingan berasal dari luar negeri, diantaranya adalah dengan
Negara Cina, India, Jepang, dan beberapa Negara yang ada di Eropa.
Yang menjadi persaingan diantara PT. INKA (Persero) Madiun dengan
Negara-negara tersebut terletak pada persaingan perebutan pangsa pasar. Selain
itu ada beberapa faktor yang menjadi persaingan, diantaranya :
1. Manufacture
2. Kualitas
3. Harga
4. Proses Pengiriman
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
4.2.1 Perhitungan Biaya Metode Tradisional
Sesuai dengan sifat produksinya yang berdasarkan pesanan atau job order
maka PT. INKA (Persero) Madiun menggunakan metode harga pokok pesanan dalam
mengumpulkan biaya produksinya. Dengan menggunakan harga pokok pesanan,
setiap jenis produk dihitung harga pokok produksinya secara individual pada saat
pesananan selesai diproduksi.
102
Berikut adalah hadis-hadis produksi dalam Islam :
HR Bukhari Muslim - “Tidak ada yang lebih baik dari seseorang yangmemakan makanan, kecuali jika makanan itu diperolehnya dari hasil jerihpayahnya sendiri. Jika ada seseorang di antara kamu mencari kayu bakar,kemudian mengumpulkan kayu itu dan mengikatnya dengan tali lantasmemikulnya di punggungnya, sesungguhnya itu lebih baik ketimbangmeminta-minta kepada orang lain.”HR Thabrani dan Dailami – “Sesunggguhnya Allah sangat suka melihat
hamba-Nya yang berusaha mencari rezeki yang halal”
HR Thabrani – “Berusaha mencari rezeki halal adalah wajib bagi setiap
muslim”
Hadit diatas menjelaskan tentang prinsip produksi dalam Islam yang berusaha
mengolah bahan baku (dalam hal ini kayu bakar) untuk dapat digunakan untuk
penyulut api (kompor pemanas makanan) dan dari kompor yang dipanaskan oleh
kayu bakar ini menghasilkan suatu makanan yang dapat dikonsumsi. Nampaklah
bahwa terjadi siklus produksi dari pemanfaatan input berupa kayu bakar yang melalui
proses sedemikian rupa berupa pemanasan makanan yang pada akhirnya
menghasilkan output berupa makanan yang dapat dikonsumsi oleh manusia. Hal ini
sudah sesuai dengan apa yang dilakukan oleh PT. INKA (Persero) Madiun yaitu
mengolah bahan baku (dalam hal ini plat, kawat, dll) untuk dibuat menjadi kereta
yang merupakan alat transportasi yang bermanfaat untuk kepentingan bersama.
103
Selain itu masalah produksi juga disinggung dalam Al-Qur’an yaitu pada surat
As-Sajdah: 27
أيبصرونفلاوأنفسهمأنعامهمنمنهتأكلزرعابهفنخرجالجرزالأرضإلىالماءس
وقأنايرواأولم“Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwasanya kami menghalau(awan yang mendung) air ke bumi yang tandus, lalu kami tumbuhkan denganair hujan itu tanaman yang dari padanya makan hewan ternak mereka danmereka sendiri. Maka apakah mereka tidak memperhatikan? “(As-Sajdah :27)
Ayat di atas mengingatkan kita untuk senantiasa mensyukuri nikmat Allah
dan dari ayat di atas kita juga bisa memahami proses produksi yang
berkesinambungan, yaitu dari rahmat Allah yang melalui hujan turun ke bumi, yang
kemudian dari bumi tumbuh tanaman-tanaman yang menghasilkan makanan, buah-
buahan untuk dikonsumsi manusia dan penghuni bumi lainnya.
Di dalam menghitung harga pokok produksinya, PT. INKA (Persero) Madiun
mengelompokkan biaya-biayanya ke dalam empat bagian yaitu biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung, biaya langsung lainnya, dan biaya overhead.
a. Biaya bahan baku yang dimaksud merupakan biaya bahan baku yang digunakan
dalam proses produksi, yang meliputi plat, kabel, kawat, rubber, plastic, selang,
karpet, pipa, round bar, beton, dan lain-lain. Di dalam menetapkan biaya pemakaian
suatu bahan pesanan, perusahaan terlebih dahulu memperkirakan banyaknya bahan
yang digunakan untuk menyelesaikan suatu bahan pesanan. Besarnya kuantitas
bahan yang digunakan ini diperkirakan berdasarkan informasi yang diperoleh dari
bagian pemasaran. Setelah semuanya diketahui, biaya
104
pemakaian bahan suatu pesanan dapat dihitung dengan cara mengalikan harga bahan
yang digunakan untuk membuat pesanan dengan kuantitas bahan yang digunakan
untuk membuat pesanan tersebut. Karena setiap produk yang dihasilkan disesuaikan
dengan spesifikasi dan kriteria tertentu berdasarkan keinginan pemesan, maka jenis
dan kuantitas bahan yang digunakan tidaklah sama untuk setiap pesanan.
Dalam Islam bahan baku dibutuhkan dalam suatu proses produksi yaitu
diterangkan pada surat Al-Kahfi Ayat: 96 (Effendi, 2003: 73).
Artinya : “Berilah aku potongan-potongan besi". Hingga apabila besi itutelah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulkarnain:"Tiuplah (api itu)". Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti)api, diapun berkata: "Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar akukutuangkan ke atas besi panas itu".
Sebagaimana dikutip di bagian depan sesungguhnya dipahami bahwa
Dzulkarnain berhasil membuat dinding raksasa dengan mempergunakan dua
komponen bahan baku, yaitu besi dan tembaga. Hal ini membuktikan bahwa
Dalam Islam bahan baku dibutuhkan dan diperbolehkan digunakan dalam suatu
proses produksi. Hal ini sudah sesuai dengan PT. INKA (Persero) Madiun,
dimana perusahaan menggunakan bahan baku antara lain plat, kawat, dll dalam
105
proses pembuatan kereta. Di mana kereta sangat diperlukan untuk transprortasi
umum yang sangat berguna bagi kepentingan bersama.
b. Biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya tenaga kerja langsung yang secara
langsung terlibat dalam proses produksi. Biaya tenaga kerja langsung dibebankan
ke masing-masing produk berdasarkan jam orang yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan suatu pesanan dikalikan dengan tarif tenaga kerja per jam.
Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang diakui di setiap sistem
ekonomi, tidak terkecuali di dalam islam. Di dalam islam, hak tenaga kerja adalah
mendapatkan upah. Penentuan pemberian upah pekerja terdapat dalam hadis nabi,
yaitu Bukhori (Diana, 2008: 45).
Ibnu Umar mendengar dari Anas, bahwa nabi berbekam pada seseorang dan beliau tidak
mendzalimi upahnya.
Hadis ini menunjukkan bahwa dalam pemberian upah prinsipnya tidak
mendzalimi pekerja, dengan cara melihat manfaat yang diberikan. An Nabhani
mendasarkan pemberian upah kepada jasa atau manfaat yang diberikan pekerja
berdasarkan keahliannya.
Dan cara pembayaran upah, Rasulullah bersabda :
106
“Dari Ibnu Umar Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa
Sallam bersabda : “Berikanlah kepada pekerja upahnya sebelum mengering
keringatnya”. Riwayat Ibnu Majah.
Dari hadist di atas dapat diketahui bahwa sesungguhnya seorang pekerja
hanya berhak atas pahnya jika ia telah menunaikan pekerjaannya dengan
semestinya dan sesuai dengan syarat-syarat antar mereka kecuali syarat yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram. Namun, jika ia
membolos bekerja tanpa alas an yang benar atau sengaja menunaikannya dengan
tidak semestinya, maka sepatutnya hal itu diperhitungkan atasnya (dipotong
upahnya) karena setiap hak dibarengi dengan kewajiban. Selama ia mendapatkan
upah secara penuh, maka kewajibannya juga harus dipenuhi. Sepatutnya hal ini
dijelaskan secara detail dalam “peraturan kerja” yang menjelaskan masing-masing
hak dan kewajiban kedua belah pihak.
Hal ini sudah sesuai dan dilakukan oleh PT. INKA (Persero) Madiun
dalam memberikan upah kepada karyawannya sesuai dengan manfaat yang telah
diberikan oleh karyawannya kepada perusahaan, dan apabila ada karyawan yang
tidak masuk karena membolos akan dikenakan potong gaji.
107
c. Biaya langsung lainnya merupakan biaya langsung lainnya yaitu biaya langsung
lainnya yang dikeluarkan untuk pengujian kereta. Biaya ini dikeluarkan dalam
rangka menjaga mutu produk yang dihasilkan. Biaya langsung lainnya
dibebankan ke masing-masing produk berdasarkan jumlah unit produksi. Rincian
untuk biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya langsung lainnya
pada Kereta Ekonomi (K3) AC, Kereta Ekonomi (K3) Green Car, dan Kereta
Ekonomi (KMP3) AC selama tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6Biaya Bahan Baku, Tenaga Kerja Langsung, dan Biaya Langsung Lainnya
PT. INKA (Persero) Madiun Tahun 2010
Sumber : PT. INKA (Persero) Madiun, 2013
d. Biaya overhead adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan tenaga kerja
langsung. Untuk Pembebanan biaya overhead pabrik didasarkan pada jumlah
pemakaian jam orang. Tarif pembebanan biaya overhead dihitung dengan cara
membagi jumlah anggaran biaya overhead pabrik dengan anggaran jam orang.
Besarnya anggaran biaya overhead PT. INKA (Persero) Madiun sebesar Rp.
No Bahan Baku
Produk
KeretaEkonomi (K3)
AC
KeretaEkonomi
(K3) GreenCar
KeretaEkonomi
(KMP3) ACTotal Total
Keseluruhan
1 Plat 7.847.385.000 955.712.550 2.257.552.050 11.060.649.600 99.971.650.984
2 Kabel, kawat, ruber 6.539.487.500 796.427.125 1.881.293.375 9.217.208.000 83.309.709.153
3 Plastic, selang, karpet 5.231.590.000 637.141.700 1.505.034.700 7.373.766.400 66.647.767.322
4 Pipa, round bar, beton 5.231.590.000 637.141.700 1.505.034.700 7.373.766.400 66.647.767.322
5 Lain-lain 1.307.897.500 159.285.425 376.258.675 1.843.441.600 16.661.941.831
Total Biaya Bahan Baku 26.157.950.000 3.185.708.500 7.525.173.500 36.868.832.000 36.314.812.673
Biaya TKL 4.829.160.000 588.130.800 1.389.262.800 6.806.553.600 36.314.812.673
Biaya Langsung Lainnya 201.215.000 24.505.450 57.885.950 283.606.400 36.314.812.673
108
94.936.633.233,28, Sedangkan jumlah pemakaian jam orang yang dianggarkan
tahun 2010 adalah 1.000.000 jam. Sehingga besarnya tarif pembebanan biaya
overhead adalah Rp 94.936.633.233,28 / 1.000.000 = Rp. 94.936,63.
Tarif ini berlaku untuk semua produk yang dihasilkan oleh perusahaan.
Pendekatan ini mengasumsikan bahwa perubahan biaya overhead dapat
dijelaskan dengan menggunakan satu tarif biaya overhead atau satu jenis cost
driver.
Rincian perhitungan biaya overhead per-unit kereta pada Kereta Ekonomi
(K3) AC, Kereta Ekonomi (K3) Green Car, dan Kereta Ekonomi (KMP3) AC
terdapat pada tabel 4.7
Tabel 4.7Perhitungan Biaya Overhead Pabrik PT. INKA (Persero) Madiun Tahun 2010
No Jenis ProdukJumlah Produksi(Rangkaian kereta)
Jam TKL
TarifBiaya
Overhead(Rp)
Biaya Overheaddibebankankeseluruhan
Biaya Overheadper-Unit
a b c d e f = d x e g = f : c
1Kereta K3Ekonomi AC
13 46.628 94.936,63 4.426.730.000 340.517.692
2Kereta Ekonomi(K3) Green Car
11 5.679 94.936,63 539.119.900 48.919.991
3Kereta Ekonomi(KMP3) AC
3 13.414 94.936,63 1.273.490.900 127.349.090
Total 24 207.073 6.239.340.800 814.025.559Total Keseluruhan 116 1.000.000
Sumber : PT. INKA (Persero) Madiun, 2013
Seperti telah dijelaskan diatas bahwa tarif tunggal mengasumsikan bahwa
biaya overhead dapat dijelaskan dengan hanya menggunakan satu cost driver yang
berkaitan dengan volume produksi. Hal ini akan menimbulkan masalah karena
109
beberapa biaya meningkat secara tidak proporsional dengan kenaikan volume
produksi. Kendala ini akan semakin besar apabila diversifikasi produk semakin
meningkat.
Rincian biaya overhead yang dikeluarkan oleh PT. INKA (Persero) Madiun
selama tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 4.8.
110
Tabel 4.8Biaya Overhead PT. INKA (Persero) Madiun Tahun 2010
pada Produk Kereta Ekonomi(K3) AC, Kereta Ekonomi (K3) Green Car, danKereta Ekonomi (KMP3) AC
Biaya OverheadBeban Pegawai 1.871.802.240Bahan Tak Langsung (Bahan Pembantu) 442.211.619Beban Jasa
Listrik 257.934.349Telephon 16.696.476Sub kontraktor 457.243.851Profesional 16.771.348Air 74.872
Beban PemeliharaanPemeliharaan & reparasi mesin pabrik 280.770.336Pemeliharaan & reparasi bangunan pabrik 343.163.744
Beban Fasilitas KerjaFasilitas Pabrik 274.530.995Fasilitas Kantor 224.616.269
Beban Pendidikan 124.786.816Beban Riset & Pengembangan 187.180.224Beban Umum
Biaya Sewa 250.640.559Biaya ATK 84.218.622Biaya Rapat 83.476.141Biaya Bahan Bakar 213.516.482Biaya Tamu 42.109.311Biaya Perjalanan Dinas 390.651.367
Beban Penyusutan & AmortisasiBiaya penyusutan bangunan pabrik 106.174.862Biaya penyusutan mesin pabrik 283.453.253Biaya Penyusutan Inventaris 27.590.365Biaya Penyusutan Kendaraan 411.796Biaya Penyusutan Instalasi 14.344.244Biaya Penyusutan Emplasemen 41.316.915Biaya Amortisasi beban ditangguhkan 213.036.052
TOTAL 6.239.340.800Sumber : PT. INKA (Persero) Madiun, 2013
111
Harga pokok produksi Kereta Ekonomi (K3) AC, Kereta Ekonomi (K3)
Green Car, dan Kereta Ekonomi (KMP3) AC PT. INKA (Persero) Madiun selama
tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.9Harga Pokok Produksi PT. INKA (Persero) Madiun Tahun 2010
pada Produk Kereta Ekonomi (K3) AC, Kereta Ekonomi (K3) Green Car, danKereta Ekonomi (KMP3) AC
No ProdukBiaya Bahan
Baku Biaya TKLBiaya
LangsungLainnya
BOPHarga Pokok
produksi HPP/Unit
1Kereta Ekonomi(K3) AC
26.157.950.000 4.829.160.000 201.215.000 4.426.730.000 35.615.055.000 2.739.619.615
2Kereta Ekonomi(K3) Green Car
3.185.708.500 588.130.800 24.505.450 539.119.900 4.337.464.650 394.314.968
3Kereta Ekonomi(KMP3) AC
7.525.173.500 1.389.262.800 57.885.950 1.273.490.900 10.245.813.150 3.415.271.050
Sumber : PT. INKA (Persero) Madiun, 2013
112
Biaya produksi tahun 2010 dapat dilihat dalam tabel 4.10 berikut.
Tabel 4.10Biaya produksi PT. INKA (Persero) Madiun Tahun 2010
No Jenis biaya Jumlah1 Biaya bahan baku Rp. 333.238.836.612,402 Biaya tenaga kerja langsung Rp. 15.250.106.888,543 Biaya langsung lainnya Rp. 36.314.812.673,494 Biaya overhead pabrik:a Beban Pegawai Rp. 58.338.576.375,17b Bahan Tak Langsung (Bahan Pembantu) Rp. 6.302.073.491,59C Beban Jasa
Biaya Listrik Rp. 2.171.064.317,85Biaya Air Rp. 630.207,35Biaya Telepon Rp. 140.536.238,86Sub Kontraktor Rp. 3.848.676.281,31Biaya Profesional Rp. 141.166.446,21
d Beban PemeliharaanBiaya Reparasi dan Pemeliharaan Mesin Pabrik Rp. 1.842.481.235,66Biaya Reparasi dan Pemeliharaan Bangunan Pabrik Rp. 2.251.921.510,25
e Beban Fasilitas KerjaFasilitas Pabrik Rp. 1.020.236.021,73Fasilitas Kantor Rp. 834.738.563,24
f Beban Pendidikan Rp. 400.218.757,00g Beban Riset & Pengembangan Rp. 555.930.426,34h Beban Umum
Biaya Sewa Rp. 2.534.325.014,86Biaya ATK Rp. 832.724.865,81Biaya Rapat Rp. 825.133.278,14Biaya Bahan Bakar Rp. 2.154.745.631,71Biaya Tamu Rp. 402.173.394,06Biaya Perjalanan Dinas Rp. 4.096.023.048,41
i Beban Penyusutan & AmortisasiBiaya Penyusutan bangunan pabrik Rp. 898.631.998,01Biaya Penyusutan mesin pabrik Rp. 2.399.062.800,11Biaya Penyusutan Inventaris Rp. 233.516.524Biaya Penyusutan Kendaraan Rp. 3.485.321Biaya Penyusutan Instalasi Rp. 121.405.357Biaya Penyusutan Emplasemen Rp. 349.693.900Biaya Amortisasi beban ditangguhkan Rp. 1.803.072.865Jumlah biaya overhead pabrik Rp. 94.936.633.233,28
Jumlah Beban Produksi Rp. 479.740.389.407,71Sumber : PT. INKA (Persero) Madiun, 2013
113
4.2.2 Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode ABC
Metode ABC merupakan suatu metode perhitungan harga pokok produksi
yang mengukur biaya dan kinerja dari aktivitas, sumber daya, dan obyek biaya.
Dalam metode ABC aktivitas-aktivitas mengkonsumsi sumber daya, dan selanjutnya
aktivitas dibebanan ke masing-masing produk berdasarkan penggunaannya. Dalam
perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode ABC membutuhkan
proses pengidentifikasian berbagai aktivitas yang dikonsumsi oleh produk,
mengkalkulasi biaya atas dasar aktivitas-aktivitas tersebut serta menelusuri biaya dari
setiap aktivitas ke masing-masing produk sesuai dengan tingkatan konsumsi produk.
Perhitungan harga pokok produksi berdasarkan ABC merupakan metode yang
mengasumsikan bahwa aktivitas merupakan penyebab timbulnya biaya, sedangkan
produk-produk yang dihasilkan mengkonsumsi aktivitas-aktivitas tersebut. Dengan
menggunakan metode ABC dalam perhitungan harga pokok produksi, pihak
manajemen perusahaan akan dapat memperoleh informasi yang lebih akurat yang
dapat dimanfaatkan dalam rangka pengambilan keputusan secara lebih tepat.
Perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode ABC dapat dibagi
menjadi dua tahap akan diurai sebagai berikut :
a. Tahap pertama
Dalam tahap pertama dari proses ABC, akan dilakukan pengidentifikasian
berbagai aktivitas, pembebanan biaya-biaya ke dalam aktivitas, penentuan cost
driver serta pengelompokkan biaya ke dalam pusat-pusat biaya (cost pool). Pada
tahap ini, dilakukan identifikasi berbagai aktivitas dan pekerjaan-pekerjaan yang
114
dilakukan seperti proses pemesanan bahan, pemotongan plat, pengelasan,
perakitan, pemasangan komponen, dan lain-lain.
Pada tahap pertama dari metode ABC, dilakukan pengklasifikasian biaya-
biaya ke dalam kelompok-kelompok biaya (cost pool) di mana masing-masing
kelompok memiliki faktor penyebab timbulnya biaya. Penggolongan ini
dimaksudkan agar berbagai biaya dapat diklasifikasikan ke dalam kelompok yang
mempunyai interpretasi yang mudah dan jelas serta terkait dengan segmen-
segmen produksi yang ada. Berbagai biaya aktivitas pada PT. INKA (Persero)
Madiun akan dikelompokkan berdasarkan kriteria tingkatan dan pemicu biayanya
ke dalam empat kelompok berikut, yakni :
a. Kelompok biaya yang merupakan biaya-biaya yang bersifat unit level, yakni
merupakan biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh jumlah unit yang
diproduksi. Biaya-biaya yang bersivat unit level antara lain dapat
dihubungkan dengan jumlah biaya bahan baku, jam TKL, jam mesin, jumlah
produksi.
1. Pemakaian bahan pembantu
Pada proses pengolahan bahan, diperlukan bahan pembantu seperti
pewarna dan obat poles yang akan membuat tampilan produk menjadi
lebih baik. Aktivitas ini menimbulkan biaya bahan pembantu yang akan
dibebankan kepada produk sehingga dalam kategori aktivitas, aktivitas ini
digolongkan sebagai aktivitas berlevel unit. Pemicu biayanya adalah
jumlah pemakaian bahan baku.
115
2. Pemakaian tenaga kerja tidak langsung
Biaya tenaga kerja tak langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk
menggaji tenaga kerja tak langsung yang akan membantu kelancaran
proses produksi. Pemicu biayanya adalah jam TKL.
3. Perjalanan dinas
Perjalanan dinas dilakukan misalnya ketika pihak pembuat membeli bahan
baku dan diharuskan untuk melihat langsung ke tempat pembelian, untuk
memastikan apakah bahan baku tersebut memang benar-benar sesuai
dengan spesifikasi yang dipesan. Pemicu biayanya adalah jam TKL.
4. Listrik
Biaya pemakaian listrik pabrik yang digunakan dalam jangka waktu satu
tahun digunakan baik untuk penerangan maupun untuk proses produksi.
Biaya energi dikonsumsi oleh tiap unit yang diproduksi karena mesin-
mesin yang digunakan untuk proses produksi semuanya mengunakan
listrik. Pemicu biayanya adalah jam mesin.
b. Kelompok biaya yang bersifat batch level, yaitu merupakan biaya-biaya yang
besar kecilnya dipengaruhi oleh jumlah batch yang diproduksi, namun bersifat
tetap bila dihubungkan jumlah unit yang diproduksi. Biaya-biaya yang
bersifat batch level antara lain dapat dihubungkan dengan jumlah workshop,
jumlah produksi, jumlah rapat, jumlah sewa, jam inspeksi, jumlah
subkontraktor, jumlah profesional, m³ air, liter solar.
115
1. Telepon
Telepon digunakan untuk berkomunikasi dan mengkonfirmasikan desain
antar workshop. Pemicu biayanya adalah jam mesin.
2. ATK
Biaya ATK dikeluarkan untuk membeli alat-alat kantor pabrik untuk
menunjang proses produksi. Pemicu biayanya adalah jumlah produksi.
3. Rapat
Rapat dilakukan untuk menginformasikan informasi baru yang berkaitan
dengan proses produksi. Pemicu biayanya adalah jumlah rapat.
4. Sewa
Biaya sewa dikeluarkan untuk membantu kelancaran proses produksi.
Pemicu biayanya adalah jumlah produksi.
5. Tamu
Tamu/Inspeksi pengawasan, tim monitoring, pre shipment inspection atas
komponen atau produk akhir yang dilakukan oleh customer (pihak
pembeli) yang datang ke lapangan langsung (datang ke pabrik) untuk
melihat, mengawasi barang yang dipesan, apakah telah sesuai dengan
spesifikasi yang dipesan. Pemicu biayanya adalah jam inspeksi.
6. Subkontraktor
Subkontraktor yaitu Pengerjaan komponen/subassembly ke pihak ke 3.
Pemicu biayanya adalah jumlah subkontraktor.
116
7. Profesional
Tenaga Profesional yaitu untuk menyewa konsultas seperti (Engineer,
Keuangan, Legal). Pemicu biayanya adalah jumlah profesional.
8. Air
Air digunakan untuk keperluan produksi dan karyawan pabrik antara lain :
untuk menyemprot kereta sebagai uji coba apakah kereta tersebut sudah
tidak bocor dan sesuai dengan spesifikasi pelanggan, untuk keperluan
karyawan pabrik (mandi, wudhu, dsb). Pemicu biayanya adalah m³ air.
9. Bahan Bakar
Bahan bakar digunakan untuk menunjang proses produksi dalam hal
menjalankan kendaraan produksi. Aktivitas pemakaian bahan bakar ini
akan menimbulkan biaya bahan bakar yang akan dibebankan kepada
setiap produk yang diproduksi. Pemicu biayanya adalah jumlah liter bahan
bakar.
c. Kelompok biaya yang bersifat product level, yaitu biaya atas aktivitas yang
dikerjakan untuk mendukung berbagai produk yang diproduksi oleh perusahaan,
yang timbul untuk mengembangkan produk / memungkinkan produk diproduksi dan
dijual. Biaya-biaya yang bersifat product level antara lain dapat dihubungkan
dengan jam tenaga kerja langsung.
117
1. Pendidikan
Biaya yang dikeluarkan dalam rangka menunjang proses produksi, antara
lain : memberikan pelatihan kepada karyawan yang belum mahir supaya
lebih mengerti tentang bidangnya. Pemicu biayanya adalah jam TKL.
2. Riset dan pengembangan
Riset dan pengembangan, yaitu dalam hal pembuatan desain kereta.
Pemicu biayanya adalah jam TKL.
3. Uji Coba
Uji coba dilakukan untuk menguji apakah kereta yang dibuat sudah sesuai
dengan spesifikasi yang dipesan dan dilakukan pengujian jalan di rel
kereta dapat berjalan dengan tidak ada gangguan.
d. Kelompok biaya yang merupakan biaya-biaya yang bersifat facility level, yaitu
merupakan biaya-biaya yang digunakan untuk menopang aktivitas proses
pemanufakturan secara umum, yang diperlukan untuk menyediakan fasilitas
dalam memproduksi produk. Biaya-biaya yang bersifat faciliy level antara lain
dapat dihubungkan dengan luas lantai pabrik, luas emplasemen, jumlah
karyawan kantor, jumlah fasilitas, jumlah unit.
1. Reparasi dan Pemeliharaan Mesin Pabrik
Biaya pemeliharaan mesin merupakan biaya yang secara yang secara
langsung memerlukan pengeluaran uang tunai untuk melakukan reparasi
dan pemeliharaan mesin-mesin dan peralatan lain yang mendukung proses
produksi. Pemicu biayanya adalah jumlah jam mesin.
118
2. Depresiasi Mesin Pabrik
Mesin pabrik harus disusutkan setiap tahun. Depresiasi mesin pabrik
merupakan aktivitas yang menopang proses produksi Pemicu biayanya
adalah jumlah jam mesin.
3. Reparasi dan Pemeliharaan Bangunan pabrik
Biaya pemeliharaan bangunan merupakan biaya yang secara yang secara
langsung memerlukan pengeluaran uang tunai untuk melakukan reparasi
dan pemeliharaan gedung-gedung yang mendukung proses produksi.
Pemicu biayanya adalah luas lantai pabrik.
4. Penyusutan Bangunan Pabrik
Bangunan pabrik harus disusutkan setiap tahun. Depresiasi mesin pabrik
merupakan aktivitas yang menopang proses produksi. Pemicu biayanya
adalah luas lantai pabrik.
5. Penyusutan Emplasemen
Emplasemen harus disusutkan setiap tahun. Pemicu biayanya adalah luas
lantai pabrik.
6. Fasilitas Kerja Pabrik
Pabrik membutuhkan perawatan, untuk membantu melancarkan proses
produksi. Pemicu biayanya adalah jumlah fasilitas.
7. Fasilitas Kerja Kantor
Kantor pabrik membutuhkan perawatan, untuk membantu melancarkan
proses produksi. Pemicu biayanya adalah jumlah karyawan kantor.
119
8. Penyusutan Inventaris
Inventaris harus disusutkan setiap tahun. Pemicu biayanya adalah jumlah
unit.
9. Penyusutan Kendaraan
Kendaraan harus disusutkan setiap tahun. Penyusutan Kendaraan
merupakan aktivitas yang menopang proses produksi dan kendaraan
merupakan alat untuk membantu kelancaran proses produksi. Pemicu
biayanya adalah jumlah unit.
10. Penyusutan Instalasi
Instalasi harus disusutkan setiap tahun. Pemicu biayanya adalah jumlah
unit.
11. Penyusutan Amortisasi beban ditangguhkan
Amortisasi beban ditangguhkan harus disusutkan setiap tahun. Pemicu
biayanya adalah jumlah unit.
120
Berikut rincian tabel 4.11 Pengelompokan Aktivitas Overhead PT. INKA
(Persero) Madiun.
Tabel 4.11Pengelompokan Aktivitas Overhead PT. INKA (Persero) Madiun Tahun 2010
No Jenis biaya Golongan aktivitas
1 Pemakaian bahan pembantu Aktivitas berlevel unit2 Pemakaian tenaga kerja tidak langsung Aktivitas berlevel unit3 Perjalanan Dinas Aktivitas berlevel unit4 Pemakaian listrik Aktivitas berlevel unit5 Pemakaian telepon Aktivitas berlevel batch6 ATK Aktivitas berlevel batch7 Rapat Aktivitas berlevel batch8 Sewa Aktivitas berlevel batch9 Tamu Aktivitas berlevel batch10 Subkontraktor Aktivitas berlevel batch11 Profesional Aktivitas berlevel batch12 Pemakaian bahan bakar Aktivitas berlevel batch13 Pemakaian air Aktivitas berlevel batch14 Pendidikan Aktivitas berlevel produk15 Riset dan Pengembangan Aktivitas berlevel produk16 Uji Coba Aktivitas berlevel produk17 Reparasi dan pemeliharaan mesin pabrik Aktivitas berlevel fasilitas18 Depresiasi mesin pabrik Aktivitas berlevel fasilitas19 Reparasi dan pemeliharaan bangunan pabrik Aktivitas berlevel fasilitas20 Penyusutan bangunan pabrik Aktivitas berlevel fasilitas21 Penyusutan Emplasemen Aktivitas berlevel fasilitas22 Fasilitas Kerja Kantor Aktivitas berlevel fasilitas23 Fasilitas Kerja Pabrik Aktivitas berlevel fasilitas24 Penyusutan Inventaris Aktivitas berlevel fasilitas25 Penyusutan Kendaraan Aktivitas berlevel fasilitas26 Penyusutan Instalasi Aktivitas berlevel fasilitas27 Penyusutan Amortisasi beban ditangguhkan Aktivitas berlevel fasilitas
Sumber: data diolah
121
Setelah biaya dikelompokkan berdasarkan tingkatan dan pemicu biaya
yang sama, biaya-biaya untuk masing-masing kelompok dijumlahkan, kemudian,
hasil dari kalkulasi biaya tersebut dibagi dengan total aktivitas yang dikonsumsi
oleh masing-masing kelompok. Hasil dari pembagian tersebut merupakan tarif
kelompok atau biaya per aktivitas. Perhitungan tari kelompok atau biaya per
aktivitas ini merupakan tahap akhir dalam rosedur tahap pertama perhitungan
harga pokok produksi dengan menggunakan metode ABC.
Rincian Aktivitas, Cost Pool, Cost Driver, dan Pool Rate dapat dilihat
pada tabel 4.12.
122
Tabel 4.12Aktivitas, Cost Pool, Cost Driver, dan Pool Rate Tahun 2010
Aktivitas Cost Cost Pool Total Cost Pool Cost Driver Total Cost Driver Pool Rate
a b c d e f g = d : fUnit Level
Pembelian Bahan pembantu 1 6.736.462.854 Bahan baku 333.238.836.612.40 0,02Persiapan&Penanganan bahan,Pembuatan(pemotongan,perakitan,pengecatan,pemasangan, finishing)
Tenaga kerja tidaklangsung
2 58.338.576.375 Jam TKL 1.000.000 58.338,58
Pengiriman Perjalanan Dinas 3.994.259.623,30 Jam TKL 1.000.000 3.994,26Pemotongan, Perakitan,Pengecatan, Pemasangan,Finishing
Listrik 3 2.171.064.317,85 Jam mesin 333.333 6.513,20
Batch LevelKonfimasi desain, bahan baku Telepon 4 140.536.238,86 Workshop 13 10.810.479,91Proses ATK 5 861.102,943 Unit produksi 109 7.900.027,00Pembelian Sewa 2.562.703,093 Unit produksi 109 23.511.037,55Pemotongan, Perakitan,Pengecatan, Pemasangan,Finishing
Subkontraktor 3.848.676.281,31 Unit produksi 109 35.308.956,71
Setelah penyelesaian Profesional 141.166.446,21 Unit produksi 109 1.295.105,01Proses Rapat 6 853.511,356 Rapat 46 18.554.594,69Inspeksi Tamu 7 430.551,472 Jam Inspeksi 7.848 54.861,30
Pengujian Uji Coba36.314.812.673
Jam Inspeksi 7.848 4.627.269,71
Pembelian, Pengiriman,Pemindahan
Bahan Bakar 8 2.183.123,709 Liter 480.000 4.548,17
Pengujian, Proses Air 9 630.207,35 m³ 480.000 1,31Product Level
Pengujian produk Pendidikan 10 400.218.757,00 Jam TKL 1.000.000 400,22Pembuatan desain, perubahandesain.
Riset dan Pengembangan 555.930.426,34 Jam TKL 1.000.000 555,93
Facility Level
PemeliharaanReparasi danpemeliharaan mesinpabrik
11 1.842.481.235,66 Jam mesin 333.333 5.527,45
Pemeliharaan Penyusutan Mesin Pabrik 2.399.062.800,11 Jam mesin 333.333 7.197,20
PemeliharaanReparasi danpemeliharaan bangunanpabrik
12 2.251.921.510,3 m² 93.000 24.214,21
PemeliharaanPenyusutan BangunanPabrik
898.631.998,01 m² 93.000 9.662,71
Pemeliharaan Penyusutan Emplasemen 13 349.693.899,68Luasemplasemen
20.000 17.484,69
Fasilitas Fasilitas Kerja Kantor 14 834.738,563Karyawankantor
660 1.264.755,40
Fasilitas Fasilitas Kerja Pabrik 15 1.020.236.021,73 Unit fasilitas 5.000 204.047,20
Pemeliharaan Penyusutan Inventaris 16 233.516.524,37Unitinventaris
183 1.276.046,58
Pemeliharaan Penyusutan Kendaraan 17 3.485.321,26Unitkendaraan
30 116.177,38
Pemeliharaan Penyusutan Instalasi 18 121.405.357,20 Unit instalasi 360 337.237,10
PemeliharaanAmortisasi bebanditangguhkan
19 1.803.072.864,78Unit bebanditangguhkan
109 16.541.952,89
Sumber: data diolah
123
Berikut adalah rincian total konsumsi aktivitas Kereta Ekonomi (K3) AC,
Kereta Ekonomi (K3) Green Car, dan Kereta Ekonomi (KMP3) AC
Tabel 4.13Total Konsumsi Aktivitas Masing-Masing Produk Tahun 2010
ProdukTotal keseluruhanKereta Ekonomi
(K3) ACKereta Ekonomi(K3) Green Car
Kereta Ekonomi(KMP3) AC
Bahan Baku 314.109.540 37.738.393 90.363.686 333.238.836.612,40Jam TKL 156.000 450 12.500 1.000.000Jam mesin 30.000 1.100 12.000 333.333Workshop 13 5 13 13Unit produksi 13 11 3 109Rapat 2 1 2 46Inspeksi 45 6 13 7.848
72 25 20
Liter 24.000 1.500 11.000 480.000m³ 24.000 3.000 19.000 480.000m² 31.000 800 9.300 93.000Luas emplasemen 260 80 60 20.000Jumlah Karyawan kantor 200 20 100 660Unit fasilitas 750 60 120 5.000Unit inventaris 38 30 32 183Unit kendaraan 24 10 24 30Unit instalasi 146 10 90 360Unit beban ditangguhkan 13 1 3 109Sumber : data diolah
b. Tahap kedua
Pada tahap ini, biaya untuk setiap cost driver ditelusuri ke masing-masing
produk. Penelusuran biaya ini dapat dilakukan dengan cara mengalikan tarif
kelompok atau biaya peraktivitas dengan tingkat konsumsi setiap jenis produk
terhadap aktivitas.
Setelah tingkat konsumsi aktivitas masing-masing jenis produk dikalikan
dengan biaya per aktivitas atau pool rate untuk masing-masing pusat biaya,
124
selanjutnya biaya untuk masing-masing produk yang ada dari setiap pool mulai
dari pool 1 sampai pool terakhir dijumlahkan. Hasil dari penjumlahan tersebut
untuk Kereta Ekonomi (K3) AC, Kereta Ekonomi (K3) Green Car, dan Kereta
Ekonomi (KMP3) AC dapat dilihat pada tabel 4.14 sampai sengan tabel 4.16
125
Tabel 4.14Biaya Overhead Pabrik dengan ABC
pada Kereta Ekonomi (K3) AC Tahun 2010
Aktivitas Cost Cost Pool Pool Rate Cost Driver Total BOP (Rp)
a b c d e f = d x ePembelian Bahan pembantu 1 0,02 314.109.540 6.349.761,8Persiapan&Penanganan bahan,Pembuatan (pemotongan, perakitan,pengecatan, pemasangan, finishing)
Tenaga kerja tidaklangsung
2 59.294,73 39.000 2.312.494.296,78
Pengiriman Perjalanan Dinas 3.994,26 300 1.198.277,89Proses PendidikanPersiapan, Proses Riset dan PengembanganPemotongan, Perakitan, Pengecatan,Pemasangan, Finishing
Listrik 319.237,84 30.000 577.135.328,96
PemeliharaanReparasi danpemeliharaan mesinpabrik
Pemeliharaan Penyusutan Mesin PabrikKonfimasi desain, bahan baku Telepon 4 10.810.479,91 13 140.536.238,86Proses ATK 5 68.015.126,27 13 884.196.641,53Pembelian SewaPemotongan, Perakitan, Pengecatan,Pemasangan, Finishing
Subkontraktor
Setelah penyelesaian Profesional
Proses Rapat 618.554.594,69
237.109.189,38
Pengujian Uji Coba 7 4.627.269,71 45 208.227.136,89Inspeksi Tamu 54.861,30 72 3.950.013,50Pembelian, Pengiriman, Pemindahan Bahan Bakar 8 4.548,17 24.000 109.156.185,47Pengujian, Proses Air 9 1,31 24.000 31.510,37
PemeliharaanReparasi danpemeliharaan bangunanpabrik
10 33.876,92 31.000 1.050.184.502,75
PemeliharaanPenyusutan BangunanPabrik
Pemeliharaan Penyusutan Emplasemen 11 17.484,69 260 4.546.020,70Fasilitas Fasilitas Kerja Kantor 12 1.264.755,40 200 252.951.079,77Fasilitas Fasilitas Kerja Pabrik 13 204.047,20 750 153.035.403,26Pemeliharaan Penyusutan Inventaris 14 1.276.046,58 38 48.489.770,09Pemeliharaan Penyusutan Kendaraan 15 116.177,38 24 2.788.257,01Pemeliharaan Penyusutan Instalasi 16 337.237,10 146 49.236.617,09
PemeliharaanAmortisasi bebanditangguhkan
17 16.541.952,89 13215.045.387,54
Total 6.086.442.039,2Sumber: data diolah
126
Tabel 4.15Biaya Overhead Pabrik dengan ABC
pada Kereta Ekonomi (K3) Green Car Tahun 2010
Aktivitas Cost Cost Pool Pool Rate Cost Driver Total BOP (Rp)
a b c d e f = d x ePembelian Bahan pembantu 1 0,02 37.738.393 762.886,1Persiapan&Penanganan bahan,Pembuatan (pemotongan, perakitan,pengecatan, pemasangan, finishing)
Tenaga kerja tidaklangsung
2 59.294,73 450 26.682.626,50
Pengiriman Perjalanan Dinas 3.994,26 75 299.569,47Proses PendidikanPersiapan, Proses Riset dan PengembanganPemotongan, Perakitan, Pengecatan,Pemasangan, Finishing
Listrik 3 19.237,84 1.100 21.161.628,73
PemeliharaanReparasi danpemeliharaan mesin pabrik
Pemeliharaan Penyusutan Mesin PabrikKonfimasi desain, bahan baku Telepon 4 10.810.479,91 5 54.052.399,56Proses ATK 5 68.015.126,27 11 95.042.786,96Pembelian Sewa 4 88.369.072,16Pemotongan, Perakitan, Pengecatan,Pemasangan, Finishing
Subkontraktor 2 66.356.487,61
Setelah penyelesaian Profesional
Proses Rapat 618.554.594,69
1 18.554.594,69
Pengujian Uji Coba 7 4.627.269,71 6 27.763.618,25Inspeksi Tamu 54.861,30 25 1.371.532,47Pembelian, Pengiriman,Pemindahan
Bahan Bakar 9 4.548,17 1.500 6.822.261,59
Pengujian, Proses Air 10 1,31 3.000 3.938,80
PemeliharaanReparasi dan pemeliharaanbangunan pabrik
11 33.876,92 800 27.101.535,55
PemeliharaanPenyusutan BangunanPabrik
Pemeliharaan Penyusutan Emplasemen 12 17.484,69 80 1.398.775,60Fasilitas Fasilitas Kerja Kantor 13 1.264.755,40 20 25.295.107,98Fasilitas Fasilitas Kerja Pabrik 14 204.047,20 60 12.242.832,26Pemeliharaan Penyusutan Inventaris 15 1.276.046,58 30 38.281.397Pemeliharaan Penyusutan Kendaraan 16 116.177,38 10 1.161.773,75Pemeliharaan Penyusutan Instalasi 17 337.237,10 10 3.372.371,03
PemeliharaanAmortisasi bebanditangguhkan
18 16.541.952,89 1 16.541.952,89
Total 529.251.457,5Sumber: data diolah
127
Tabel 4.16Biaya Overhead Pabrik dengan ABC
pada Kereta Ekonomi (KMP3) AC Tahun 2010
Aktivitas Cost Cost Pool Pool Rate Cost Driver Total BOP (Rp)
a b c d e f = d x ePembelian Bahan pembantu 1 0,02 90.363.686 1.826.712,7Persiapan&Penanganan bahan,Pembuatan (pemotongan,perakitan, pengecatan,pemasangan, finishing)
Tenaga kerja tidaklangsung
2 59.294,73 12.500 741.184.069,48
Pengiriman Perjalanan Dinas 3.994,26 100 399.425,96Proses PendidikanPersiapan, Proses Riset dan PengembanganPemotongan, Perakitan,Pengecatan, Pemasangan,Finishing
Listrik 3 19.237,84 12.000 230.854.131,58
PemeliharaanReparasi danpemeliharaan mesinpabrik
Pemeliharaan Penyusutan Mesin PabrikKonfimasi desain Telepon 4 10.810.479,91 13 140.536.238,86Proses ATK 5 68.015.126,27 3 191.732.295,61Pembelian SewaPemotongan, Perakitan,Pengecatan, Pemasangan,Finishing
Subkontraktor
Setelah penyelesaian ProfesionalProses Rapat 6 18.554.594,69 2 37.109.189,38Pengujian Uji Coba 7 4.627.269,71 13 60.154.506,21Inspeksi Tamu 54.861,30 20 1.097.225,97Pembelian, Pengiriman,Pemindahan
Bahan Bakar 8 4.548,17 11.000 50.029.918,34
Pengujian, Proses Air 9 1,31 19.000 24.945,71
PemeliharaanReparasi danpemeliharaan bangunanpabrik
10 33.876,92 9.300 315.055.350,83
PemeliharaanPenyusutan BanunanPabrik
Pemeliharaan Penyusutan Emplasemen 11 17.484,69 60 1.049.081,70Fasilitas Fasilitas Kerja Kantor 12 1.264.755,40 100 126.475.539,88Fasilitas Fasilitas Kerja Pabrik 13 204.047,20 120 24.485.664,52Pemeliharaan Penyusutan Inventaris 14 1.276.046,58 32 40.833.490,60Pemeliharaan Penyusutan Kendaraan 15 116.177,38 24 2.788.257,01Pemeliharaan Penyusutan Instalasi 16 337.237,10 90 30.351.339,30
PemeliharaanAmortisasi bebanditangguhkan
17 16.541.952,89 3 49.625.858,66
Total 2.045.613.242Sumber: data diolah
128
4.2.3 Perbandingan Harga Pokok Produksi Metode Tradisional dengan Metode
ABC
Setelah penjumlahan dari seluruh pool diketahui, besarnya biaya overhead
untuk masing-masing jenis produk berdasar metode ABC dapat diketahui. Hal ini
disebabkan karena biaya-biaya yang dijumlahkan dari masing-masing pool untuk
setiap jenis produk tidak lain merupakan biaya overhead untuk produk tersebut.
Berikut akan ditunjukkan hasil perhitungan biaya overhead pabrik metode
tradisional dibandingkan dengan perhitungan mengunakan activity based costing
system. Perbandingan biaya overhead pabrik ini dapat dilihat tabel 4.17 berikut ini.
Tabel 4.17Perbandingan BOP Tradisional dengan BOP Menggunakan ABC Tahun 2010
KeteranganJenis produksi
Kereta EkonomiK3 AC
Kereta Ekonomi(K3) Green Car
Kereta Ekonomi(KMP3) AC
Jumlah produksi 13 11 3
BOP (Tradisional) Rp.4.426.730.000,00 Rp. 539.119.900,00 Rp. 1.273.490.900,00BOP per-unit (Tradisional) Rp. 340.517.692,31 Rp. 49.010.900,00 Rp. 424.496.966,67
BOP (ABC) Rp. 6.086.442.039,2 Rp. 529.251.457,5 Rp. 2.045.613.242,3BOP per-unit (ABC) Rp. 468.187.849,17 Rp. 48.113.768,86 Rp. 681.871.080,77
SelisihPerush-ABC Rp. 127.670.156,86 Rp. (897.131,14) Rp. 257.374.114,11
Sumber: data diolah
129
Rincian harga pokok produksi menggunakan Tradisional pada tabel 4.18
Tabel 4.18Harga Pokok Produksi menggunakan Tradisional
PT. INKA (Persero) Madiun Tahun 2010
No Jenis Produk Kereta Ekonomi K3AC
Kereta Ekonomi(K3) Green Car
Kereta Ekonomi(KMP3) AC
1 Biaya Bahan Baku Rp. 2.012.150.000 Rp. 289.609.864 Rp. 2.508.391.1672 Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. 371.473.846 Rp. 53.466.436 Rp. 463.087.6003 Biaya Langsung Lainnya Rp. 15.478.077 Rp. 2.227.768 Rp. 19.295.3174 Biaya Overhead Rp. 340.517.692,31 Rp. 49.010.900,00 Rp.424.496.966,67
Dikurangi5 Barang dalam proses Rp. 216.693.077 Rp. 31.188.755 Rp. 270.134.433
Total Rp. 2.522.926.538 Rp. 363.126.214 Rp. 3.145.136.617Sumber : PT. INKA (Persero) Madiun, 2013
Rincian harga pokok produksi menggunakan ABC pada tabel 4.19
Tabel 4.19Harga Pokok Produksi menggunakan ABCPT. INKA (Persero) Madiun Tahun 2010
No Jenis Produk Kereta Ekonomi K3AC
Kereta Ekonomi(K3) Green Car
Kereta Ekonomi(KMP3) AC
1 Biaya Bahan Baku Rp. 2.012.150.000 Rp 289.609.864 Rp 2.508.391.1672 Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. 371.473.846 Rp 53.466.436 Rp 463.087.6003 Biaya Overhead Rp. 468.187.849,17 Rp. 48.113.768,86 Rp. 681.871.080,77
Dikurangi4 Barang dalam proses Rp. 123.824.615 Rp. 31.188.755 Rp. 270.134.433
Total Rp. 2.727.987.080 Rp. 360.001.314 Rp. 3.383.215.414Sumber : data diolah
Setelah biaya overhead dari metode ABC diketahui, maka dapat dilakukan
perbandingan perhitungan harga pokok produksi antara metode tradisional dan
metode ABC. Perbandingan ini dapat dilihat pada tabel 4.20.
130
Tabel 4.20Perbandingan Harga Pokok Produksi Perusahaan
dengan Menggunakan ABC Tahun 2010
No ProdukHPP
SelisihABC Tradisional
1 Kereta Ekonomi (K3) AC 2.727.987.080 2.522.926.538 205.060.541 UNDERCOSTED
2 Kereta Ekonomi (K3) Green Car 360.001.314 363.126.214 (3.124.899) OVERCOSTED
3 Kereta Ekonomi (KMP3) AC 3.383.215.414 3.145.136.617 238.078.797 UNDERCOSTEDSumber: data diolah
Perbandingan tersebut menunjukkan perbedaan yang jelas dari pengaruh
penggunaan satu jenis cost driver berupa jam tenaga kerja langsung/jam orang dalam
pembebanan biaya overhead dalam metode tradisional dengan penggunaan dasar
aktivitas dalam pembebanan biaya overhead dengan metode ABC yang menunjukkan
secara lebih tepat konsumsi masing-masing produk terhadap biaya overhead yang
tentu saja akan memberikan informasi harga pokok produksi dengan lebih akurat.
Penggunaan satu jenis cost driver berupa jam tenaga kerja langsung / jam orang yang
berkaitan dengan volume produksi pada sistem tradisional menyebabkan subsidi
silang antara produk yang bervolume rendah dengan tingkat kompleksitas tinggi yaitu
Kereta Ekonomi (K3) AC dan Kereta Ekonomi (KMP3) AC dan produk bervolume
tinggi namun dengan tingkat kompleksitas rendah yaitu Kereta Ekonomi (K3) Green
Car.
Penggunaan metode ABC dalam perhitungan harga pokok produksi
mempertimbangkan perbedaan dalam mengalokasikan aktivitas sesuai dengan yang
131
dikonsumsi oleh produk yang bersangkutan. Hal ini berkaitan dengan kompleksitas
serta karakteristik masing-masing produk.
4.2.4. Manfaat yang dihasilkan dari penerapan metode ABC terkait dengan usaha
peningkatan keunggulan kompetitif
4.2.4.1 Informasi Harga Pokok Produksi Berdasarkan Aktivitas (ABC) sebagai Salah
Satu Instrumen Dalam Rangka Peningkatan Keunggulan Kompetitifyaitu,
penerapan strategi cost leadership dan pelaksanaan ABM.
Saat ini, PT. INKA (Persero) Madiun yang merupakan perusahaan
perkeretaapian mempunyai visi yaitu ”Menjadi perusahaan kelas dunia yang unggul
dibidang transportasi perkotaan di Indonesia” serta misi ”Menciptakan solusi terpadu
untuk transportasi keretaapi dan perkotaan dengan keunggulan kompetitif bisnis dan
teknologi produk yang tepat guna mendorong pembangunan transportasi yang
berkelanjutan.”
Dewasa ini persaingan dalam industri perkeretaapian semakin ketat yakni
terutama berasal dari perusahaan-perusahaan dunia yang sudah mempunyai nama dan
kredibilitas yang bagus dimata dunia. Salah strategi yang dapat digunakan untuk
mencapai visi dan misi perusahaan dalam rangka peningkatan keunggulan kompetitif
untuk dapat terus bertahan dalam kondisi pasar yang ada adalah dengan menerapkan
strategi cost leadership. Cost leadership pada dasarnya bertujuan untuk dapat
menetapkan harga jual yang lebih rendah dibandingkan dengan harga jual para
pesaing pada tingkat kualitas yang sama. Sehingga, dengan demikian harga jual yang
rendah merupakan faktor penting dalam mencapai keunggulan kompetitif perusahaan.
132
Pada umumnya, pihak konsumen akan selalu menjatuhkan pilihan pada
perusahaan yang mampu menjual produk dengan harga yang paling rendah pada
tingkat kualitas yang sama. Oleh karena itu, untuk menarik konsumen baru maupun
untuk mempertahankan konsumen yang sudah ada, PT. INKA (Persero) Madiun
dituntut untuk memiliki strategi keputusan harga jual yang bersaing dan tepat. Dalam
pengambilan keputusan berkaitan dengan penetapan harga jual, manajemen
perusahaan dipengaruhi oleh harga pokok produksi dari produk yang bersangkutan,
harga pokok ditambah dengan persentase tertentu dari harga pokok sebagai laba yaitu
sebesar 23% dari harga pokok produksi. Prosentase laba ini ditentukan berdasarkan
dari kebijakan direksi perusahaan dengan melihat kondisi perusahaan serta berdasar
studi banding dengan perusahaan-perusahaan lainnya.
Di dalam Islam ada hadits yang berkaitan dengan laba, diantaranya:
(Kismawadi, 2009) “Seorang mukmin itu bagaikan seorang pedagang; dia tidak akan
menerima laba sebelum ia mendapatkan modal pokoknya. Demikian juga, seorang
mukmin tidak akan mendapatkan amalan-amalan sunnahnya sebelum ia menerima
amalan-amalan wajibnya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dalam hadits ini, Rasulullah mengumpamakan seorang mukmin dengan
seorang pedagang, maka seorang pedagang tidak bisa dikatakan beruntung sebelum
dia mendapatkan modal pokoknya. Begitu juga halnya seorang mukmin tidak bisa
menadapatkan balasan atau pahala dari amalan-amalan sunnahnya kecuali ia telah
melengkapi kekurangan-kekurangan yang tedapat pada amalan fardhunya.
133
Dari hadits di atas diketahui bahwa laba itu ialah bagian yang berlebih setelah
menyempurnakan modal pokok. Pengertian ini sesuai dengan keterangan tentang laba
dalam bahasa Arab dalam Al-Qur’an, yaitu pertambahan dari modal pokok. Hal ini
sudah sesuai dengan yang terjadi di PT. INKA (Madiun) dimana laba diperoleh
setelah terjadi penjualan, dimana modal awal pembuatan kereta bertambah dengan
keuntungan dari hasil penjualan produk tersebut.
Tabel 4.21 berikut ini menunjukkan perbandingan antara harga jual produk-
produk perusahaan yang didasarkan pada perhitungan harga pokok produksi dengan
metode tradisional dan metode ABC.
Tabel 4.21Perbandingan Harga Pokok dan Harga Jual Produk
Berdasar Metode Tradisional dan Metode ABC Tahun 2010
No Produk HPP/UnitTradisional
Harga JualTradisional
HPP/UnitABC
Harga JualABC
1 Kereta Ekonomi (K3) AC 2.522.926.538 3.095.770.165 2.727.987.080 3.300.675.926
2 Kereta Ekonomi (K3) Green Car 363.126.214 445.553.636 360.001.314 442.428.737
3 Kereta Ekonomi (KMP3) AC 3.145.136.617 3.859.063.333 3.383.215.414 4.097.142.131Sumber: data diolah
Berdasarkan tabel 4.21 tersebut, tampak bahwa dengan metode ABC, untuk
produk yang overcosted yaitu Kereta Ekonomi (K3) Green Car, perusahaan akan
dapat menetapkan harga jual lebih rendah dibandingkan dengan harga jual yang
ditetapkan berdasar metode tradisional. Sementara itu, untuk produk perusahaan yang
undercosted yaitu Kereta Ekonomi (K3) AC dan Kereta Ekonomi (KMP3) AC,
perusahaan akan dapat menetapkan harga jual yang lebih tepat sesuai dengan tingkat
kompleksitas dan karakteristik produk-produk tersebut.
134
Selanjutnya, tabel 4.22 berikut akan menunjukkan perbandingan antara harga
jual perusahaan dan harga jual para pesaing.
Tabel 4.22Perbandingan Harga Jual Perusahaan dan Pesaing Tahun 2010
No Produk Tradisional ABCRail Coach
Factory IndiaTrinity
Industries1 Kereta Ekonomi (K3) AC 3.095.770.165 3.300.675.926 3.130.380.000
2 Kereta Ekonomi (K3) Green Car 445.553.636 442.428.737 513.850.000
3 Kereta Ekonomi (KMP3) AC 3.859.063.333 4.097.142.131 4.110.800.000Sumber: data diolah
Tabel 4.22 diatas menunjukkan bahwa untuk produk perusahaan yang
overcosted, yang berupa Kereta Ekonomi (K3) Green Car perusahaan akan dapat
menetapkan harga jual yang lebih rendah dibandingkan dengan harga jual para
pesaing melalui penggunaan metode ABC. Sehingga, dengan harga jual yang
didasarkan pada metode ABC tersebut, perusahaan akan dapat meningkatkan daya
saingnya dengan menetapkan harga jual yang lebih rendah pada tingkat kualitas yang
sama dibanding dengan harga jual yang didasarkan pada perhitungan harga pokok
produksi dengan metode tradisional. Untuk produk perusahaan yang relatif kompleks
yang berupa Kereta Ekonomi (K3) AC dan Kereta Ekonomi (KMP3) AC, dengan
penggunaan metode ABC dalam perhitungan harga pokok produksinya, perusahaan
akan dapat menetapkan harga jual dengan lebih tepat serta sebanding dengan harga
pesaing.
Selain membantu pihak manajemen perusahaan dalam mengambil keputusan
tentang penetapan harga jual, penerapan metode ABC akan mampu membantu
135
perusahaan dalam menetapkan strategi cost leadership dengan menyediakan berbagai
informasi yang berkaitan dengan aktivitas-aktivitas dalam proses produksi terkait
dengan product value dan process value antara lain yaitu pada aktifitas/proses desain
produk dimana perusahaan sering terjadi kesalahan maupun perubahan desain saat
proses pengerjaan sudah dilaksanakan sehingga harus mengulang dari awal/
membenahinya (pemotongan plat; pengelasan; perakitan/minor assembling I, minor
assembling II; pemasangan), proses pengecatan dimana didalam proses ini apabila
terjadi kesalahan/proses pengecatan yang kurang maksimal tidak sesuai dengan apa
yang diinginkan maka harus mengulangi dari awal, selain itu juga pada aktifitas
pemeliharaan bangunan pabrik dimana biaya pemeliharaan yang dikeluarkan terlalu
besar dari yang seharusnya karena terjadi subsidi silang dalam pembiayaan aktifitas
pemeliharaan bangunan.
Informasi yang berkaitan dengan berbagai aktivitas ini akan dapat membantu
perusahaan dalam melakukan pengendalian biaya (cost leadership) secara
berkesinambungan. Sehingga aktifitas-aktifitas yang tidak bernilai tambah bagi nilai
produk (product value) dapat dihilangkan atau diminimalkan. Metode perhitungan
harga pokok produksi secara tradisional yang digunakan oleh perusahaan selama ini
tidak dapat menghasilkan informasi biaya yang baik yang akan dapat mendukung
usaha peningkatan keunggulan kompetitif perusahaan melalui strategi cost
leadership.
Dari hasil perhitungan harga pokok produksi di atas telah terbukti bahwa
penggunaan metode Activity Based Costing akan dapat menghasilkan informasi harga
136
pokok produksi yang lebih akurat dibandingkan dengan metode tradisional yang
selama ini digunakan oleh PT. INKA (Persero) Madiun. Oleh karena itu, pihak
manajemen PT. INKA (Persero) hendaknya mulai mempertimbangkan untuk
menggunakan metode ABC dalam perhitungan harga pokok produksinya.
Penggunaan metode Activity Based Costing dalam perhitungan harga pokok produksi
selain akan dapat memberikan informasi dalam perhitungan harga pokok produksi
selain akan dapat memberikan informasi yang lebih rinci dan akurat yang akan
mengarahkan pada penetapan harga jual yang lebih rendah dan lebih tepat, juga dapat
digunakan oleh pihak manajemen PT. INKA (Persero) Madiun dalam rangka
melaksanakan manajemen berbasis aktivitas atau Avtivity Based Manajemen (ABM).
Melalui ABM yang didasarkan pada informasi yang dihasilkan oleh metode ABC, PT.
INKA (Persero) Madiun akan dapat melakukan pengelolaan aktivitas dengan cara
mengidentifikasi berbagai aktivitas, meningkatkan efisiensi dari aktivitas-aktivitas
yang bernilai tambah, serta mengeliminasi berbagai aktifitas yang tidak bernilai
tambah. Pengelolaan aktivitas melalui penerapan ABM tersebut, akan membantu
pihak manajemen PT. INKA (Persero) Madiun dalam melakukan pengendalian dan
pengurangan biaya. Pengurangan dan pengendalian biaya tersebut terutama akan
dapat membantu perusahaan untuk menekan dan mengurangi harga jual untuk
produk-produk perusahaan yang undercosted dan memiliki harga jual yang masih
lebih tinggi dibanding harga jual para pesaing yaitu Kereta Ekonomi (K3) AC.
Sehingga dapat mengefisiensi harga jual terhadap pesaing sebesar 5%. Sementara itu,
untuk produk perusahaan yang telah memiliki harga jual yang lebih rendah dari para
137
pesaingnya, dengan adanya cost control dan cost reduction tersebut akan semakin
memperkuat daya saing produk tersebut yaitu pada Kereta Ekonomi (K3) Green Car,
dan Kereta Ekonomi (KMP3) AC.
Penggunaan metode ABC dalam perhitungan harga pokok produksi akan
membantu perusahaan dalam penetapan harga jual yang lebih tepat serta
menyediakan dasar bagi pelaksanaan manajemen berbasis aktivitas (ABM) yang akan
dapat membantu perusahaan PT. INKA (Persero) Madiun dalam menghadapi
persaingan yang semakin ketat dengan mendukung pelaksanaan strategi cost
leadership yang pada akhirnya akan mengarah pada peningkatan keunggukan
kompetitif.
138
139
4.2 Penyajian Data
4.2.1 Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan biaya yang berkaitan dengan proses pengolahan
bahan baku menjadi produk selesai yang siap dijual. Biaya produksi dapat
diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu :
a. Biaya bahan baku
Biaya bahan baku langsung, yaitu biaya bahan yang secara langsung
digunakan untuk menghasilkan produk jadi. Pada dasarnya bahan baku yang
digunakan untuk memproduksi Kereta Ekonomi (K3) AC dan Kereta Ekonomi
(K3) Green Car digambarkan pada tabel 4.6, pada tabel 4.7 adalah bahan baku per
satuan dan pada tabel 4.8 biaya bahan baku menurut jenis produk sebagai berikut:
57
Tabel 4.6Biaya Bahan Baku PT. INKA (Persero) Madiun
pada Kereta K3 Ekonomi AC
No Jenis Bahan Baku Pemakaianbahan baku
Satuan Harga persatuan
Total
1 Plate SS 400 85 Mm; kg 17.000.000,00 1.445.000.000,00
2 Plate Corten A 90 Mm; Ton 6.318.000,00 568.620.000,003 Plate SSC 95 Ton 6.804.000,00 646.380.000,00
4 Channal Steel SS41 A 100 Mm; ton 6.804.000,00 680.400.000,005 Wire Rope SWM 1455 Mm; m² 97.200,00 141.426.000,00
6 Round bar S 45 C 90 Ton 19.000.000,00 1.710.000.000,00
7 Plate S45 304 Ornamen 90 Mm 97.200.000 8.748.000.000,008 Plate keystone 1,115 Piece 19.440,00 21.675.600,00
9 Plate SGP 910 Piece 3.888.000,00 3.538.080.000,0010 GALV 390 Piece 388.800,00 151.632.000,00
11 link chain medium 260 Meter 194.400,00 50.544.000,0012 SS 41 P 200 Mm; meter; ton 9.720.000,00 1.944.000,00
13 SS 41 A 250 Mm; meter; ton 4.860.000,00 1.215.000.000,00
14 SUS 304 54,5 Mm; meter; ton 97.200.000,00 5.297.400.000,00
Total Rp. 26.157.950.000
74
Biaya Bahan Baku PT. INKA (Persero) Madiunpada Kereta Ekonomi K3 Green Car
No Jenis Bahan BakuPemakaianbahan baku Satuan Harga per satuan Total
1 Plate SS 400 10 Mm; kg 17.000.000,00 170.000.000,00
2 Plate Corten A 20 Mm; Ton 6.318.000,00 126.360.000,00
3 Plate SSC 26 ton 6.804.000,00 176.904.000,00
4 Channal Steel SS41 A 26 Mm; ton 6.804.000,00 176.904.000,00
5 Wire Rope SWM 20 Mm; m² 97.200,00 1.944.000,00
6 Round bar S 45 C 29 Ton 19.000.000,00 551.000.000,00
7 Plate S45 304 Ornamen 15 mm 97.500.000,00 1.462.500.000,00
8 Plate keystone 120 Piece 19.440,00 2.332.800,00
9 Plate SGP 120 Piece 3.888.000,00 466.560.000,00
10 GALV 110 Piece 388.800,00 42.768.000,00
11 link chain medium 30 meter 194.400,00 5.832.000,00
Total Rp. 3.185.708.500
Tabel 4.7Biaya Bahan Baku Menurut Jenis Produk PT. INKA (Persero) Madiun
No Jenis Produk Jumlah Produksi/rangkaian kereta
Pemakaian BiayaBahan Baku
Biaya Bahan Bakuper unit
1Kereta K3Ekonomi AC
13 Rp. 26.157.950.000 Rp. 2.012.150.000
2Kereta Ekonomi(K3) Green Car
4Rp. 3.185.708.500 Rp. 796.427.125
Total 17 Rp. 29.343.658.500Total Keseluruhanproyek tahun 2010
109 Rp.333.238.836.612,40
Sumber : PT. INKA (Persero) Madiun, 2013
b. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya tenaga kerja langsung, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk
membayar tenaga kerja yang berkaitan secara langsung dengan proses produksi.
75
Biaya tenaga kerja langsung PT. INKA (Persero) Madiun untuk tahun 2010
sebesar Rp 15.250.106.888,54. Pada PT. INKA (Persero) Madiun, biaya tenaga
kerja langsung dibayarkan rutin tiap bulan berdasarkan borongan. Pada tabel 4.8
dapat dilihat mengenai besarnya anggaran dan realisasi biaya tenaga kerja
langsung.
Tabel 4.8Biaya Tenaga Kerja Langsung PT. INKA (Persero) Madiun
No Jenis Produk Upah/unitJumlah Produksi/
unit kereta Total
(1) (2) (3) (4) (5) = (3) x (4)
1Kereta K3Ekonomi AC
Rp 371.473.846 13 Rp 4.829.160.000
2Kereta Ekonomi(K3) Green Car
Rp 147.032.700 4 Rp 588.130.800
Total Rp 5.417.290.800
Total Keseluruhan Rp15.250.106.888,54
Sumber : PT. INKA (Persero) Madiun, 2013
Sedangkan, jumlah jam tenaga kerja langsung dapat dilihat pada tabel 4.9
berikut
75
Tabel 4.9Jam Tenaga Kerja Langsung PT. INKA (Persero) Madiun
NoJenis
Produk
Jam Tenaga KerjaLangsung
(Jam)
JumlahProduksi/ unit
kereta
Total Jam TenagaKerja Langsung
(jam)
(1) (2) (3) (4) (5) = (3) x (4)
1Kereta K3Ekonomi AC 12.000 13 156.000
2Kereta Ekonomi(K3) Green Car 4.643 4 18.572
Total 174.572
Sumber : PT. INKA (Persero) Madiun, 2013
d. Biaya Langsung lainnya
Biaya langsung lainnya yaitu biaya yang dikeluarkan untuk
pengujian/Inspeksi Kereta. Biaya ini dikeluarkan dalam rangka menjaga mutu
produk yang dihasilkan. Biaya langsung lainnya PT. INKA (Persero) Madiun
untuk tahun 2010 Rp. 36.314.812.673,49. Pada tabel 4.10 dapat dilihat mengenai
besarnya anggaran dan realisasi biaya langsung lainnya.
74
Tabel 4.10Biaya Langsung lainnya Menurut Jenis Produk PT. INKA (Persero) Madiun
No Jenis ProdukJumlah Produksi /
unitBiaya langsung
LainnyaBiaya LangsungLainnya per unit
1Kereta K3Ekonomi AC
13 Rp. 201.215.000 Rp. 15.478,077
2Kereta Ekonomi(K3) Green Car
4 Rp. 24.505.450 Rp. 6.126.363
Total 17 Rp. 225.720.450Total Keseluruhanproyek tahun 2010 109 Rp. 36.314.812.673,49
d. Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik, yaitu semua biaya produksi selain biaya bahan
baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya ini terdiri dari biaya tenaga kerja
tidak langsung dan biaya produksi tidak langsung lainnya. Yang termasuk dalam
kelompok biaya overhead pabrik antara lain:
1) Biaya bahan pembantu, merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
bahan-bahan yang digunakan dalam membantu proses produksi, seperti
pewarna dan obat poles. Rinciannya dapat dilihat pada tabel 4.11
74
Tabel 4.11Biaya Bahan Pembantu PT. INKA (Persero) Madiun
No Jenis Produk Biaya Bahan Pembantu
1 Kereta K3 EkonomiAC
Rp. 314.109.540
2 Kereta Ekonomi (K3)Green Car
Rp. 37.738.393
Total Rp. 351.847.933
Total Keseluruhan Rp. 6.736.462.853,94Sumber : PT. INKA (Persero) Madiun, 2013
2) Biaya tenaga kerja tidak langsung, yaitu biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan untuk membayar gaji bulanan untuk tenaga kerja tidak langsung.
Biaya tenaga kerja tidak langsung sebesar Rp. 58.338.576.375,17 rinciannya
dapat dilihat pada tabel 4.12
Tabel 4.12Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung PT. INKA (Persero) Madiun
Jabatan/bagian Jumlah pegawai (orang) Jumlah
Divisi keuangan 35 946.472.186,28
Divisi SDM 34 930.019.930,46
Divisi Pemasaran Kereta api 14 600.974.814,03
Divisi Service 35 946.472.186,28
Divisi Transportasi Perkotaan 36 962.924.442,10
Divisi Teknologi 76 1.828.110.163,30
Divisi Fabrikasi GM Fabrikasi (1); M (3) 540.000.000
Divisi Finishing GM Finishing (1); M (3) 540.000.000
Divisi Quality Assurance GM Quality Assurance (1); M (2) 420.000.000
Total 241 Rp 58.338.576.375,17Sumber : PT. INKA (Persero) Madiun, 2013
75
3) Biaya Jasa, adalah biaya yang dikeluarkan dalam rangka menunjang proses
produksi, antara lain seperti biaya listrik, telepon, air, dan sub kontraktor.
a. Biaya listrik, yaitu biaya yang dikeluarkan atas pemakaian listrik guna
mendukung proses produksi, yaitu untuk menjalankan mesin-mesin
atau peralatan produksi serta penerangan pabrik.
b. Biaya air, merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan
atas pemakaian air dalam menunjang proses produksi.
c. Biaya Telepon, merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh
perusahaan atas pemakaian telepon dalam sarana komunikasi antar
workshop atau keperluan pihak manajemen.
d. Biaya Subkontraktor adalah Biaya pengerjaan komponen/subassembly
ke pihak III.
e. Biaya Profesional, merupakan biaya yang dikeluarkan untuk konsultan,
engineer, keuangan. Rinciannya dapat dilihat pada tabel 4.13
74
Tabel 4.13Biaya Listrik, Biaya Air, Biaya Telepon, Sub Kontraktor, Biaya Profesional
PT. INKA (Persero) Madiun
NoJenis Produk
Total Total KeseluruhanKereta K3Ekonomi AC
Kereta Ekonomi(K3) Green Car
1 Biaya Listrik Rp. 183.001.018 Rp. 22.287.217 Rp. 205.288.235 Rp. 2.171.064.317,852 Biaya Air Rp. 53.121 Rp. 6.469 Rp. 59.590 Rp. 630.207,35
3 Biaya Telepon Rp. 11.845.929 Rp. 1.442.685 Rp. 13.288.614 Rp. 140.536.238,864 Biaya Sub Kontraktor Rp. 324.408.481 Rp. 39.508.863 Rp. 363.917.344 Rp. 3.848.676.281,31
5 Biaya Profesional Rp 11.899.050 Rp. 1.449.154 Rp. 13.348.205 Rp. 141.166.446,21Total Rp. 531.207.600 Rp. 64.694.388 Rp. 595.901.988 Rp.6.302.073.491,59
Sumber : PT. INKA (Persero) Madiun, 2013
4) Biaya pemeliharaan, yaitu terdiri dari Biaya reparasi dan pemeliharaan
mesin pabrik serta Biaya reparasi dan pemeliharaan bangunan pabrik. Biaya
reparasi dan pemeliharaan mesin pabrik, merupakan biaya yang harus
dikeluarkan oleh perusahaan atas kegiatan reparasi dan pemeliharaan mesin
pabrik dalam menunjang proses produksi. Biaya reparasi dan pemeliharaan
bangunan pabrik, merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan
atas kegiatan reparasi dan pemeliharaan bangunan pabrik dalam menunjang
proses produksi. Rinciannya dapat dilihat pada tabel 4.14 dan 4.15
75
Tabel 4.14Biaya Reparasi dan Pemeliharaan Mesin Pabrik PT. INKA (Persero) Madiun
No Jenis ProdukBiaya Reparasi dan
pemeliharaan mesin pabrik1 Kereta K3 Ekonomi AC Rp. 199.202.8502 Kereta Ekonomi (K3) Green Car Rp. 24.260.396
Total Rp. 223.463.246
Total keseluruhan Rp. 1.842.481.235,66Sumber : PT. INKA (Persero) Madiun, 2013
Tabel 4.15Biaya Reparasi dan Pemeliharaan Bangunan Pabrik
PT. INKA (Persero) Madiun
No Jenis Produk Biaya reparasi dan pemeliharaanbangunan pabrik
1 Kereta K3 Ekonomi AC Rp 243.470.1502 Kereta Ekonomi (K3) Green Car Rp. 29.651.595
Total Rp. 273.121.745
Total keseluruhan Rp. 2.251.921.510,25Sumber : PT. INKA (Persero) Madiun, 2013
5) Biaya Fasilitas Kerja, yaitu biaya yang digunakan untuk menunjang fasilitas
kerja dalam rangka menunjang proses produksi. Yaitu antara lain :
pembelian barang-barang habis pakai seperti untuk Fasilitas Pabrik, dan
Fasilitas Kantor.
74
Tabel 4.16Biaya Fasilitas Kerja PT. INKA (Persero) Madiun
No Jenis Produk Fasilitas Pabrik Fasilitas Kantor Total1 Kereta K3
Ekonomi ACRp. 194.776.120 Rp. 159.362.280 Rp. 354.138.400
2 Kereta Ekonomi(K3) Green Car
Rp. 23.721.276 Rp. 19.408.316 Rp. 43.129.592
Total Rp. 218.497.396 Rp. 178.770.596 Rp. 397.267.992
Total keseluruhan Rp. 1.854.974.584,97Sumber : PT. INKA (Persero) Madiun, 2013
6) Biaya Pendidikan, adalah biaya yang dikeluarkan dalam rangka menunjang
proses produksi, antara lain : memberikan pelatihan kepada karyawan yang
belum mahir supaya lebih mengerti tentang bidangnya. Rinciannya dapat
dilihat pada tabel 4.17
Tabel 4.17Biaya Pelatihan PT. INKA (Persero) Madiun
No Jenis Produk Biaya Pendidikan Total1 Kereta K3 Ekonomi
ACRp. 88.534.600 Rp. 88.534.600
2 Kereta Ekonomi(K3) Green Car
Rp. 10.782.398 Rp. 10.782.398
Total Rp. 99.316.998Total keseluruhan Rp. 400.218.757
Sumber : PT. INKA (Persero) Madiun, 2013
7) Biaya Riset & Pengembangan, adalah biaya yang dikeluarkan dalam rangka
menunjang proses produksi, antara lain : biaya riset yang terdiri dari design
dan metodologi produksi serta untuk pengembangan manajemen.
Rinciannya dapat dilihat pada table
75
Tabel 4.18Biaya Riset & Pengembangan PT. INKA (Persero) Madiun
No Jenis ProdukBiaya Riset &
Pengembangan1 Kereta K3 Ekonomi
ACRp. 132.801.900
2 Kereta Ekonomi(K3) Green Car
Rp. 16.173.597
Total Rp. 148.975.497Total keseluruhan Rp. 555.930.426,34
Sumber : PT. INKA (Persero) Madiun, 2013
8) Biaya Umum, yaitu terdiri dari
a. Biaya Sewa yaitu sewa kendaraan untuk mengangkut bahan baku
(truk, dll);
b. Biaya ATK;
c. Biaya Rapat yaitu biaya yang dikeluarkan saat proses lelang yang
terdiri dari Proses PQ, Penawaran, Pembahasan kontrak untuk
keperluan produksi.
d. Biaya Bahan Bakar;
e. Biaya Tamu;
f. Biaya Perjalanan Dinas.
Rinciannya dapat dilihat pada tabel 4.19
76
Tabel 4.19Biaya Umum PT. INKA (Persero) Madiun
No BiayaJenis Produk
Total Total KeseluruhanKereta K3Ekonomi AC
Kereta Ekonomi(K3) Green Car
1 Biaya Sewa Rp. 177.826.171 Rp. 21.656.986 Rp. 199.483.156 Rp. 2.534.325.014,86
2 Biaya ATK Rp. 59.752.002 Rp. 7.277.040 Rp. 67.029.042 Rp. 832.724.865,81
3 Biaya Rapat Rp. 59.225.221 Rp. 7.212.885 Rp. 66.438.106 Rp. 825.133.278,14
4 Biaya Bahan Bakar Rp. 151.487.127 Rp. 18.449.222 Rp. 169.936.349 Rp. 2.154.745.631,71
5 Biaya Tamu Rp. 29.876.001 Rp. 3.638.520 Rp. 33.514.521 Rp. 402.173.394,06
6 Biaya Perjalanan Dinas Rp. 277.161.992 Rp. 33.754.836 Rp. 310.916.828 Rp. 4.096.023.048,41
Total Rp. 752.544.100 Rp. 91.650.383 Rp. 844.194.483 Rp.10.845.125.232,97
Sumber : PT. INKA (Persero) Madiun, 2013
9) Biaya Penyusutan & Amortisasi, yaitu terdiri dari Biaya penyusutan
bangunan pabrik, penyusutan mesin pabrik, Penyusutan Inventaris,
Penyusutan Kendaraan, Penyusutan Instalasi, Penyusutan Emplasemen, dan
Amortisasi beban ditangguhkan. Rinciannya dapat dilihat pada tabel 4.20.
74
Tabel 4.20Biaya Penyusutan & Amortisasi PT. INKA (Persero) Madiun
No BiayaJenis Produk
Total Total KeseluruhanKereta K3Ekonomi AC
Kereta Ekonomi(K3) Green Car
1Biaya penyusutanbangunan pabrik
Rp. 75.329.664 Rp. 9.174.203 Rp. 84.503.868 Rp. 898.631.998,01
2Biaya penyusutanmesin pabrik
Rp. 201.106.344 Rp. 24.492.217 Rp. 225.598.561 Rp. 2.399.062.800,11
3Biaya PenyusutanInventaris
Rp. 19.575.000 Rp. 2.383.988 Rp. 21.958.988 Rp. 233.516.524
4Biaya PenyusutanKendaraan
Rp. 292.164 Rp. 35.582 Rp. 327.746 Rp. 3.485.321
5Biaya PenyusutanInstalasi
Rp. 10.177.052 Rp. 1.239.437 Rp. 11.416.489 Rp. 121.405.357
6Biaya PenyusutanEmplasemen
Rp. 29.313.806 Rp. 3.570.052 Rp. 32.883.858 Rp. 349.693.900
7Biaya Amortisasibeban ditangguhkan
Rp. 151.146.269 Rp. 18.407.710 Rp. 169.553.979 Rp. 1.803.072.865
TotalRp. 486.940.300 Rp. 59.303.189 Rp. 546.243.489 Rp. 5.808.868.765
Rp. 275.640.578,18Sumber : PT. INKA (Persero) Madiun, 2013
Biaya overheadPT. INKA (Persero) Madiun tahun 2010 pada Produk Kereta
K3 Ekonomi dapat dilihat pada tabel 4.17
74
Tabel 4.21Biaya OverheadPT. INKA (Persero) Madiun tahun 2010
pada Produk Kereta K3 Ekonomi AC dan Kereta Ekonomi K3 Green Car
Biaya OverheadBeban Pegawai 1.489.754.970Bahan Tak Langsung (Bahan Pembantu) 351.847.933Beban Jasa
Listrik 205.288.235Telephon 13.288.614Sub kontraktor 363.917.344Profesional 13.348.205Air 59.590
Beban PemeliharaanPemeliharaan & reparasi mesin pabrik 223.463.246Pemeliharaan & reparasi bangunan pabrik 273.121.745
Beban Fasilitas KerjaFasilitas Pabrik 218.497.396Fasilitas Kantor 178.770.596
Beban Pendidikan 99.316.998Beban Riset & Pengembangan 148.975.497Beban Umum
Biaya Sewa 199.483.156Biaya ATK 67.029.042Biaya Rapat 66.438.106Biaya Bahan Bakar 169.936.349Biaya Tamu 33.514.521Biaya Perjalanan Dinas 310.916.828
Beban Penyusutan & AmortisasiBiaya penyusutan bangunan pabrik 84.503.868Biaya penyusutan mesin pabrik 225.598.561Biaya Penyusutan Inventaris 21.958.988Biaya Penyusutan Kendaraan 327.746Biaya Penyusutan Instalasi 11.416.489Biaya Penyusutan Emplasemen 32.883.858Biaya Amortisasi beban ditangguhkan 169.553.979
TOTAL 4.965.849.900Sumber : PT. INKA (Persero) Madiun, 2013
75
Didalam membebankan biaya overhead pabrik, PT. INKA (Persero) Madiun
mempergunakan dasar pembebanan pemakaian jam orang. Jumlah pemakaian jam
orang pada tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 4.18
Tabel 4.22Pemakaian Jam Orang PT. INKA (Persero) Madiun
NoJenis
ProdukJam Orang
(Jam)Jumlah
ProduksiTotal Jam
Orang (Jam)
1Kereta K3Ekonomi AC
12.000 13 156.000
2Kereta EkonomiK3 Green Car
4.643 4 18.572
Total 174.572Total keseluruhan 1.000.000
Sumber : PT. INKA (Persero) Madiun, 2013
Biaya produksi tahun 2010 dapat dilihat dalam tabel 4.18 berikut.
76
Tabel 4.23Biaya produksi PT. INKA (Persero) Madiun tahun 2010
No Jenis biaya Jumlah1 Biaya bahan baku Rp. 333.238.836.612,402 Biaya tenaga kerja langsung Rp. 15.250.106.888,543 Biaya langsung lainnya Rp. 36.314.812.673,494 Biaya overhead pabrik:a Beban Pegawai Rp. 58.338.576.375,17b Bahan Tak Langsung (Bahan Pembantu) Rp. 6.302.073.491,59c Beban Jasa Rp. 4.094.402.745,91
Biaya Listrik Rp. 2.171.064.317,85Biaya Air Rp. 630.207,35Biaya Telepon Rp. 140.536.238,86Sub Kontraktor Rp. 3.848.676.281,31Biaya Profesional Rp. 141.166.446,21
d Beban PemeliharaanBiaya Reparasi dan Pemeliharaan Mesin Pabrik Rp. 1.842.481.235,66Biaya Reparasi dan Pemeliharaan Bangunan Pabrik Rp. 2.251.921.510,25
e Beban Fasilitas KerjaFasilitas Pabrik Rp. 1.020.236.021,73Fasilitas Kantor Rp. 834.738.563,24
f Beban Pendidikan Rp. 400.218.757,00g Beban Riset & Pengembangan Rp. 555.930.426,34h Beban Umum
Biaya Sewa Rp. 2.534.325.014,86Biaya ATK Rp. 832.724.865,81Biaya Rapat Rp. 825.133.278,14Biaya Bahan Bakar Rp. 2.154.745.631,71Biaya Tamu Rp. 402.173.394,06Biaya Perjalanan Dinas Rp. 4.096.023.048,41
i Beban Penyusutan & Amortisasi Rp. 5.808.868.765,39Biaya Penyusutan bangunan pabrik Rp. 898.631.998,01Biaya Penyusutan mesin pabrik Rp. 2.399.062.800,11Biaya Penyusutan Inventaris Rp. 233.516.524Biaya Penyusutan Kendaraan Rp. 3.485.321Biaya Penyusutan Instalasi Rp. 121.405.357Biaya Penyusutan Emplasemen Rp. 349.693.900Biaya Amortisasi beban ditangguhkan Rp. 1.803.072.865Jumlah biaya overhead pabrik Rp. 94.936.633.233,28
Jumlah Beban Produksi Rp. 479.740.389.407,71Sumber : PT. INKA (Persero) Madiun, 2013
77
Biaya Bahan Baku
Biaya bahan baku dibebankan kepada produk secara langsung. Dalam
hal ini perusahaan telah menetapkan standar pemakaian bahan baku per-
satuan produk. Biaya bahan baku per-satuan produk dihitung dengan cara
membagi jumlah pemakaian bahan baku masing-masing jenis produk
dengan jumlah produksi masing-masing jenis produk. Perhitungan biaya
bahan baku dan biaya setiap jenis produk tampak pada tabel 4.6 dan tabel
4.7.
Dari perhitungan diatas, maka biaya bahan baku per-unit produkyang
dibebankan pada produk Kereta K3 Ekonomi AC sebesar Rp.
2.012.150.000, Kereta Ekonomi (K3) Green Car Rp. 796.427.125
a. Biaya Tenaga Kerja Langsung
PT. INKA (Persero) Madiun menetapkan besarnya biaya tenaga kerja
langsung berdasarkan atas jumlah produk yang dapat diselesaikan per-
satuan produk. Biaya tenaga kerja langsung per unit rangkaian
78
keretaproduk untuk Kereta K3 Ekonomi AC Rp. 371.473.846, Kereta
Ekonomi (K3) Green Car Rp 147.032.700
b. Biaya Overhead Pabrik
Pembebanan biaya overhead pabrik didasarkan pada jumlah
pemakaian jam orang. Tarif pembebanan biaya overhead dihitung dengan
cara membagi jumlah anggaran biaya overhead pabrik dengan anggaran
jam orang. Besarnya anggaran biaya overheadPT. INKA (Persero) Madiun
sebesar Rp. 94.936.633.233,28, Sedangkan jumlah pemakaian jam orang
yang dianggarkan tahun 2010 adalah 1.000.000 jam. Sehingga besarnya
tarif pembebanan biaya overhead adalah Rp94.936.633.233,28/1.000.000 =
Rp.94.936,63
Rincian perhitungan biaya overhead per-unit kereta terdapat pada
tabel 5.1
Tabel 4.24Perhitungan Biaya Overhead Pabrik PT. INKA (Persero) Madiun
No Jenis Produk
JumlahProduksi
(Rangkaiankereta)
Jam orangTarif BiayaOverhead
(Rp)
BiayaOverhead
Dibebankanper-Jam orang
Biaya Overheadper-Unit
a B c D e f = d x e g = f : c
79
1Kereta K3Ekonomi AC 13 12.000 94.936,63 1.139.239.560 87.633.812,31
2Kereta Ekonomi(K3) Green Car 4 4.643 94.936,63 440.790.788,10 110.197.697,03
Total 17 207.073Total Keseluruhan 109 1.000.000
Sumber: data diolah
Harga pokok produk untuk masing-masing jenis produk dihitung dengan
menjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
masing-masing produk. Pada tabel 5.2 dapat diketahui tentang perhitungan harga
pokok untuk masing-masing produk
Tabel 4.25Harga Pokok Produksi PT. INKA (Persero) Madiun
No Jenis Produk Kereta K3 Ekonomi AC Kereta Ekonomi (K3) Green Car1 Biaya Bahan Baku (Rp) Rp 2.012.150.000 Rp 796.427.125
2 Biaya Tenaga Kerja Langsung (Rp) Rp 371.473.846 Rp 147.032.700
3 Biaya Langsung Lainnya (Rp) Rp 15.478.077 Rp 6.126.363
4 Biaya Overhead (Rp) Rp 87.633.812,31 Rp 110.197.697,03
Total Rp 2.486.735.735 Rp 1.059.783.885Sumber : PT. INKA (Persero) Madiun, 2013
4.4 Analisis dan Interpretasi Data
Perhitungan biaya yang dilakukan PT. INKA (Persero) Madiun dapat
menyebabkan terdistorsinya biaya tersebut. Penyebab terjadinya distorsi adalah ketika
perusahaan mengalokasikan biaya overhead pabrik pada produk. Mengingat biaya
overhead pabrik ini merupakan biaya tidak langsung produk, sehingga sulit untuk
dibebankan secara langsung. Dengan menggunakan metode tradisional, untuk
80
produk-produk bervolume rendah, biaya overhead pabrik yang dibebankan
kepadanya terlalu kecil (understated). Sebaliknya untuk produk-produk yang
bervolume tinggi biaya overhead pabrik yang dibebankan pada setiap produk terlalu
besar (overstated).
Untuk menghindari distorsi pada perhitungan biaya berikut ini akan dibahas
perhitungan biaya produk dengan mengggunakan Activity Based Costing System.
Activity Based Costing System menfokuskan pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan
untuk menghasilkan suatu produk. Perhatian pada aktivitas didasarkan pada
pemikiran yang menyatakan bahwa aktivitas-aktivitaslah yang menyebabkan
timbulnya biaya dan produk-produk, selanjutnya dicari hubungan antara aktivitas-
aktivitas dengan produk-produk yang mengkonsumsi aktivitas tersebut.
Sebelum menerapkan Activity Based Costing System pada PT. INKA
(Persero) Madiun, ada dua persyaratan yang harus dipenuhi oleh perusahaan yaitu:
a. Biaya-biaya non-unit harus merupakan persentase yang signifikan dari total biaya
overhead.
Biaya unit dan non-unit overhead pabrik dari PT. INKA (Persero) Madiun dapat
dilihat dalam tabel 4.22. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa biaya unit
sebesar Rp. 876,102,231 sedangkan biaya non-unit sebesar Rp. 3,638,306,769.
Selisih antara biaya unit dan non-unit sebesar Rp 2,762,204,537.62
Persentase biaya non-unit terhadap total biaya overhead sebesar 80,59% dan
merupakan persentase yang signifikan sehingga syarat penerapan Activity Based
Costing System yang pertama terpenuhi.
81
b. Rasio-rasio konsumsi antara aktivitas-aktivitas berdasar unit dan non-unit harus
berbeda.
Berikut perhitungan rasio konsumsi yang diserap masing-masing produk:
1) Aktivitas berdasar unit untuk
a). Biaya bahan pembantu didasarkan pada perbandingan jumlah
pemakaian bahan baku masing-masing produk dengan jumlah
pemakaian bahan baku selama satu tahun.
Tabel 4.26Rasio Konsumsi untuk Biaya Bahan Pembantu PT. INKA (Persero) Madiun
No Jenis Produk Pemakaian BahanBaku
Jumlah PemakaianBahan Baku
a b c d1 Kereta K3 Ekonomi AC Rp. 26.157.950.000 Rp. 333.238.836.612,402 Kereta Ekonomi (K3) Green Car Rp. 3.185.708.500 Rp. 333.238.836.612,40
Total Rp. 2.486.735.735 Rp. 1.059.783.885Sumber: data diolah
a. Biaya biaya tenaga kerja tidak langsung didasarkan pada perbandingan
jumlah jam tenaga kerja langsung masing-masing produk dengan total
jam tenaga kerja langsung dalam satu tahun.
Tabel 4.27Rasio Konsumsi untuk Biaya TKTL PT. INKA (Persero) Madiun
No Jenis produkJam
OrangJumlah
jam OrangRasio
konsumsi
82
a b c d e = c : d
1Kereta K3Ekonomi AC
156.000 1.000.000 0,156
2Kereta Ekonomi(K3) Green Car
18.572 1.000.000 0,019
Sumber: data diolah
b. Biaya listrik yang didasarkan pada perbandingan jumlah jam mesin
masing-masing produk dengan total jam mesin dalam satu tahun.
Tabel 4.28Rasio Konsumsi untuk Biaya listrik PT. INKA (Persero) Madiun
No Jenis ProdukJam
MesinJumlah
Jam MesinRasio
Konsumsia b c d e = c : d
1Kereta K3Ekonomi AC
52.000 333.333 0,156
2Kereta Ekonomi(K3) Green Car
18.572 333.333 0,056
Sumber: data diolah
c. Biaya Bahan Bakar didasarkan pada perbandingan jumlah kendaraan
masing-masing produk dengan total kendaraan selama satu tahun.
Tabel 4.29Rasio Konsumsi untuk Biaya Bahan Bakar PT. INKA (Persero) Madiun
No Jenis Produk KendaraanJumlah
KendaraanRasio
Konsumsia b c d e = c : d
1Kereta K3Ekonomi AC
24 24 1
2Kereta Ekonomi(K3) Green Car
3 24 0,125
Sumber: data diolah
83
d. Biaya air yang didasarkan pada perbandingan jumlah produksi
masing-masing produk dengan total produksi selama satu tahun.
Tabel 4.30Rasio Konsumsi untuk Biaya air PT. INKA (Persero) Madiun
No Jenis Produk Produksi JumlahProduksi
RasioKonsumsi
a b c d e = c : d
1Kereta K3Ekonomi AC
13 109 0,119
2Kereta Ekonomi(K3) Green Car
4 109 0,037
Sumber: data diolah
2) Aktivitas berlevel batch untuk
a). Biaya telepon didasarkan pada perbandingan jumlah workshop
masing-masing produk dengan total workshop selama satu tahun.
Tabel 4.31Rasio Konsumsi untuk Biaya Telepon PT. INKA (Persero) Madiun
No Jenis ProdukJumlah
workshopJumlah workshop
keseluruhanRasio
Konsumsia b c d e = c:d
1Kereta K3Ekonomi AC
13 13 1
2Kereta Ekonomi(K3) Green Car
5 13 0,38
Sumber: data diolah
b) Biaya ATK didasarkan pada perbandingan jumlah produksi masing-
masing produk dengan jumlah produksi selama satu tahun.
Tabel 4.32
84
Rasio Konsumsi untuk Biaya ATKPT. INKA (Persero) Madiun
No Jenis Produk ProduksiJumlah
ProduksiRasio
Konsumsia b c d e = c : d
1Kereta K3Ekonomi AC
13 109 0,119
2Kereta Ekonomi(K3) Green Car
4 109 0,037
Sumber: data diolah
c) Biaya Rapat didasarkan pada perbandingan jumlah Rapat masing-
masing produk dengan total Rapat dalam satu tahun.
Tabel 4.33Rasio Konsumsi untuk Biaya Rapat PT. INKA (Persero) Madiun
No Jenis produk Rapat JumlahRapat
Rasiokonsumsi
a b c d e = c : d
1Kereta K3Ekonomi AC
1 7 0,143
2Kereta Ekonomi(K3) Green Car
1 7 0,143
Sumber: data diolah
d) Biaya Sewa didasarkan pada perbandingan jumlah sewa masing-
masing produk dengan total sewa selama satu tahun.
Tabel 4.34Rasio Konsumsi untuk Biaya Sewa PT. INKA (Persero) Madiun
No Jenis Produk Sewa JumlahSewa
RasioKonsumsi
a b c d e = c : d
1Kereta K3Ekonomi AC
1 7 0,143
2Kereta Ekonomi(K3) Green Car
1 7 0,143
Sumber: data diolah
85
e) Biaya Tamu didasarkan pada perbandingan jumlah jam inspeksi
masing-masing produk dengan total jam Inspeksi dalam satu tahun
Tabel 4.35Rasio Konsumsi untuk Biaya Tamu PT. INKA (Persero) Madiun
No Jenis ProdukJam
inspeksiJumlah jam
InspeksiRasio
Konsumsia b c d e = c:d
1Kereta K3Ekonomi AC
72 7.848 0,009
2Kereta Ekonomi(K3) Green Car
36 7.848 0,005
Sumber: data diolah
e) Biaya Perjalanan Dinas didasarkan pada perbandingan jumlah jam
orang masing-masing produk dengan total jam orang dalam satu tahun.
Tabel 4.36Rasio Konsumsi untuk Biaya Perjalanan DinasPT. INKA (Persero) Madiun
No Jenis ProdukJam
OrangJumlah
Jam OrangRasio
Konsumsia b c d e = c : d
1Kereta K3Ekonomi AC
768 1.000.000 0,000768
2Kereta Ekonomi(K3) Green Car
384 1.000.000 0,000384
Sumber: data diolah
i. Biaya Subkontraktor didasarkan pada perbandingan jumlah
subkontraktor masing-masing produk dengan total subkontraktor
selama satu tahun.
86
Tabel 4.37Rasio Konsumsi untuk Biaya SubkontraktorPT. INKA (Persero) Madiun
No Jenis Produk SubkontraktorJumlah
SubkontraktorRasio
Konsumsia b c d e = c : d
1Kereta K3Ekonomi AC
1 7 0,143
2Kereta Ekonomi(K3) Green Car
1 7 0,143
Sumber: data diolah
ii. Biaya Profesional didasarkan pada perbandingan jumlah
professional masing-masing produk dengan total profesional selama
satu tahun.
Tabel 4.38Rasio Konsumsi untuk Biaya Profesional PT. INKA (Persero) Madiun
No Jenis Produk ProfesionalJumlah
ProfesionalRasio
Konsumsia b c d e = c : d
1Kereta K3Ekonomi AC
1 7 0,143
2Kereta Ekonomi(K3) Green Car
1 7 0,143
Sumber: data diolah
3) Aktivitas berlevel produk untuk:
a). Biaya Pendidikan didasarkan pada perbandingan jumlah jam orang
masing-masing produk dengan total jam orang pendidikan training
dalam satu tahun.
87
Tabel 4.39Rasio Konsumsi untuk Biaya PendidikanPT. INKA (Persero) Madiun
No Jenis produkJam
OrangJumlah
jam OrangRasio
konsumsia b c d e = c : d
1Kereta K3Ekonomi AC
80 1.000.000 0,00008
2Kereta Ekonomi(K3) Green Car
30 1.000.000 0,00003
Sumber: data diolah
b). Biaya Riset dan Pengembangan didasarkan pada perbandingan jumlah
jam Riset dan Pengembangan masing-masing produk dengan total jam
Riset dan Pengembangan dalam satu tahun.
Tabel 4.40Rasio Konsumsi untuk Biaya Riset dan Pengembangan
PT. INKA (Persero) Madiun
No Jenis produk JamOrang
Jumlahjam Orang
Rasiokonsumsi
a b c d e = c : d
1Kereta K3Ekonomi AC
480 1.000.000 0,00048
2Kereta Ekonomi(K3) Green Car
320 1.000.000 0,00032
Sumber: data diolah
4) Aktivitas berlevel fasilitas untuk:
g. Biaya reparasi dan pemeliharaan, mesin serta penyusutan mesin pabrik
didasarkan pada perbandingan jumlah jam mesin masing-masing
produk dan total jam mesin selama satu tahun.
88
Tabel 4.41Rasio Konsumsi untuk Biaya Reparasi & Pemeliharaan Mesin
dan Depresiasi MesinPT. INKA (Persero) Madiun
No Jenis ProdukJam
MesinJumlah
Jam MesinRasio
Konsumsia b c d e = c : d
1Kereta K3Ekonomi AC
52.000 333.333 0,156
2Kereta Ekonomi(K3) Green Car
18.572 333.333 0,056
Sumber: data diolah
h. Biaya reparasi dan pemeliharaan bangunan pabrik, dan Penyusutan
bangunan pabrik didasarkan pada perbandingan luas lantai
keseluruhan dengan masing-masing luas lantai yang digunakan untuk
memproduksi produknya.
Tabel 4.42Rasio Konsumsi untuk Biaya Reparasi & Pemeliharaan, Penyusutan
Bangunan Pabrik PT. INKA (Persero) Madiun
No Jenis ProdukLuas lantai
(M2)Total LuasLantai (M2)
RasioKonsumsi
a b c d e = c : d
1Kereta K3Ekonomi AC
73.060 93.000 0,786
2Kereta Ekonomi(K3) Green Car
28.100 93.000 0,302
Sumber: data diolah
i. Biaya Penyusutan Emplasemen didasarkan pada perbandingan luas
lantai keseluruhan dengan masing-masing luas lantai yang digunakan
untuk memproduksi produknya.
89
Tabel 4.43Rasio Konsumsi untuk Biaya Penyusutan Emplasemen
PT. INKA (Persero) Madiun
No Jenis ProdukLuas lantai
(M2)Total LuasLantai (M2)
RasioKonsumsi
a b c d e = c : d
1Kereta K3Ekonomi AC
20.000 20.000 1
2Kereta Ekonomi(K3) Green Car
7.300 20.000 0,365
Sumber: data diolah
j. Biaya Fasilitas Kerja Pabrikdidasarkan pada perbandingan jumlah
fasilitasmasing-masing produk dengan jumlah fasilitas.
Tabel 4.44Rasio Konsumsi untuk Biaya Fasilitas Kerja Pabrik
PT. INKA (Persero) Madiun
No Jenis Produk Fasilitas JumlahFasilitas
RasioKonsumsi
a b c d e = c : d
1Kereta K3Ekonomi AC
1.296 1.296 1
2Kereta Ekonomi(K3) Green Car
783 1.296 0,604
Sumber: data diolah
Biaya Fasilitas Kerja Kantor didasarkan pada perbandingan jumlah
karyawan kantor pabrik masing-masing produk dengan total karyawan
kantor pabrik.
90
Tabel 4.45Rasio Konsumsi untuk Biaya Fasilitas Kerja Kantor
PT. INKA (Persero) Madiun
No Jenis Produk KaryawanTotal
KaryawanRasio
Konsumsia b c d e = c : d
1Kereta K3Ekonomi AC
182 182 1
2Kereta Ekonomi(K3) Green Car
70 182 0,385
Sumber: data diolah
k. Biaya Penyusutan Inventaris didasarkan pada perbandingan jumlah
Inventaris masing-masing produk dengan totalInventaris.
Tabel 4.46Rasio Konsumsi untuk Biaya Inventaris PT. INKA (Persero) Madiun
No Jenis Produk Inventaris JumlahInventaris
RasioKonsumsi
a b c d e = c : d
1Kereta K3Ekonomi AC
38 183 0,208
2Kereta Ekonomi(K3) Green Car
38 183 0,208
Sumber: data diolah
l. Biaya Penyusutan Kendaraan didasarkan pada perbandingan jumlah
Kendaraan masing-masing produk dan total kendaraan.
91
Tabel 4.47Rasio Konsumsi untuk Biaya Penyusutan Kendaraan
PT. INKA (Persero) Madiun
No Jenis Produk KendaraanJumlah
KendaraanRasio
KonsumsiA b c d e = c : d
1Kereta K3Ekonomi AC
24 24 1
2Kereta Ekonomi(K3) Green Car
24 24 1
Sumber: data diolah
m. Biaya Penyusutan Instalasi didasarkan pada perbandingan jumlah
Instalasimasing-masing produk dengan totalInstalasi selama satu
tahun.
Tabel 4.48Rasio Konsumsi untuk Biaya Penyusutan Instalasi PT. INKA (Persero) Madiun
No Jenis Produk Instalasi JumlahInstalasi
RasioKonsumsi
A b c d e = c : d
1Kereta K3Ekonomi AC
146 146 1
2Kereta Ekonomi(K3) Green Car
17 146 0,116
Sumber: data diolah
n. Biaya Amortisasi ditangguhkan didasarkan pada perbandingan jumlah
asset tak berwujud produk dengan total asset tak berwujudselama satu
tahun.
92
Tabel 4.49Rasio Konsumsi untuk Biaya Amortisasi ditangguhkan
PT. INKA (Persero) Madiun
No Jenis ProdukAset tak
berwujudJumlah assettak berwujud
RasioKonsumsi
a b c d e = c : d
1Kereta K3Ekonomi AC
2 2 1
2Kereta Ekonomi(K3) Green Car
2 2 1
Sumber: data diolah
Dari perhitungan rasio konsumsi di atas, terlihat bahwa rasio konsumsi
aktivitas berdasar unit dan non-unit berbeda sehingga syarat penerapan Activity Based
CostingSystem yang kedua terpenuhi.
Penerapan Activity Based CostingSystem dalam pembebanan biaya overhead
pabrik dilakukan melalui dua tahap, yaitu:
a. Prosedur tahap pertama, dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1). Mengklasifikasikan aktivitas
Berbagai aktivitas diklasifikasikan kedalam beberapa kelompok yang
mempunyai suatu interpretasi fisik yang mudah dan jelas serta cocok
dengan segmen-segmen proses produksi yang dapat dikelola.
Aktivitas-aktivitas yang terdapat pada PT. INKA (Persero) Madiun
sebagai berikut:
a). Pemakaian Bahan Pembantu
93
Pada proses pengolahan bahan, diperlukan bahan pembantu seperti
pewarna dan obat poles yang akan membuat tampilan produk
menjadi lebih baik. Aktivitas ini menimbulkan biaya bahan
pembantu yang akan dibebankan kepada produk sehingga dalam
kategori aktivitas, aktivitas ini digolongkan sebagai aktivitas
berlevel unit.
b). Pemakaian Tenaga Kerja Tidak Langsung
Biaya Tenaga Kerja Tak Langsung adalah biaya yang dikeluarkan
untuk menggaji tenaga kerja tak langsung yang akan membantu
kelancaran proses produksi. Aktivitas ini termasuk dalam aktivitas
berlevel unit.
c). Pemakaian Listrik
Biaya pemakaian listrik pabrik yang digunakan dalam jangka
waktu satu tahun digunakan baik untuk penerangan maupun untuk
proses produksi. Biaya energi dikonsumsi oleh tiap unit yang
diproduksi karena mesin-mesin yang digunakan untuk proses
produksi semuanya mengunakan listrik. Aktivitas ini termasuk
dalam aktivitas berlevel unit.
d). Pemakaian Bahan Bakar
Bahan bakar digunakan untuk menunjang proses produksi dalam
hal menjalankan kendaraan produksi. Aktivitas pemakaian bahan
bakar ini akan menimbulkan biaya bahan bakar yang akan
94
dibebankan kepada setiap produk yang diproduksi. Dalam kategori
aktivitas, pemakaian bahan bakar ini diklasifikasikan sebagai
aktivitas berlevel unit.
e). Pemakaian Air
Air digunakan untuk keperluan produksi dan karyawan pabrik
antara lain : untuk menyemprot kereta sebagai uji coba apakah
kereta tersebut sudah tidak bocor dan sesuai dengan spesifikasi
pelanggan, untuk keperluan karyawan pabrik (mandi, wudhu,
dsb). Banyak tidaknya pemakaian air, tergantung dari jumlah
produk yang diproduksi. Aktivitas ini termasuk dalam aktivitas
berlevel unit.
f). Pemakaian Telepon
Telepon digunakan untuk berkomunikasi dan mengkonfirmasikan
desain antar workshop. Semakin banyak workshop yang ada maka
semakin sering karyawan memakai telepon untuk berkomunikasi
dan mengkonfirmasikan desain. Aktivitas ini menyebabkan biaya
telepon dan merupakan kategori aktivitas berlevel batch.
g). ATK
Biaya ATK dikeluarkan untuk membeli alat-alat kantor pabrik
untuk menunjang proses produksi. Aktivitas ini termasuk dalam
aktivitas berlevel batch.
h). Rapat
95
Rapat dilakukan untuk menginformasikan informasi baru yang
berkaitan dengan proses produksi. Aktivitas ini menyebabkan
biaya rapat dan merupakan kategori aktivitas berlevel batch.
i). Sewa
Biaya sewa dikeluarkan untuk membantu kelancaran proses
produksi. Yaitu antara lain untuk sewa Truk, untuk mengangkut
bahan baku dari tempat pembelian sampai ke pabrik. Aktivitas ini
termasuk dalam aktivitas berlevel batch
j). Tamu
Tamu/Inspeksi pengawasan, tim monitoring, pre shipment
inspection atas komponen atau produk akhir yang dilakukan oleh
customer (pihak pembeli) yang datang ke lapangan langsung
(datang ke pabrik) untuk melihat, mengawasi barang yang
dipesan, apakah telah sesuai dengan spesifikasi yang dipesan.
Aktivitas ini menyebabkan biaya tamu dan merupakan kategori
aktivitas berlevel batch.
k). Perjalanan Dinas
Perjalanan dinas dilakukan misalnya ketika pihak pembuat
membeli bahan baku dan diharuskan untuk melihat langsung ke
tempat pembelia, untuk memastikan apakah bahan baku tersebut
memang benar-benar sesuai dengan spesifikasi yang dipesan.
96
Aktivitas ini menyebabkan biaya Perjalanan Dinas dan merupakan
kategori aktivitas berlevel batch.
l). Subkontraktor
Subkontraktor yaitu Pengerjaan komponen/subassembly ke pihak
ke 3. Tinggi rendahnya biaya subkontraktor, tergantung dari
jumlah produk/pengerjaan yang diproduksi. Aktivitas ini termasuk
dalam aktivitas berlevel batch.
m). Pemakaian Tenaga Profesional
Tenaga Profesional yaitu untuk menyewa konsultas seperti
(Engineer, Keuangan, Legal). Tinggi rendahnya biaya Profesional,
tergantung dari jumlah produk/pengerjaan yang diproduksi.
Aktivitas ini termasuk dalam aktivitas berlevel batch.
n). Pendidikan / Training, adalah biaya yang dikeluarkan dalam
rangka menunjang proses produksi, antara lain : memberikan
pelatihan kepada karyawan yang belum mahir supaya lebih
mengerti tentang bidangnya.Aktivitas ini dikategorikan sebagai
aktivitas berlevel produk.
o). Riset dan Pengembangan
Riset dan pengembangan, yaitu dalam hal pembuatan desain
kereta. Aktivitas ini dikategorikan sebagai aktivitas berlevel
produk
p). Reparasi dan Pemeliharaan Mesin Pabrik
97
Biaya pemeliharaan mesin merupakan biaya yang secara yang
secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai untuk
melakukan reparasi dan pemeliharaan mesin-mesin dan peralatan
lain yang mendukung proses produksi. Biaya pemeliharaan mesin
ini didasarkan pada jumlah jam mesin. Aktivitas ini dikategorikan
sebagai aktivitas berlevel fasilitas.
q). Depresiasi Mesin Pabrik
Mesin pabrik harus disusutkan setiap tahun. Depresiasi mesin
pabrik merupakan aktivitas yang menopang proses produksi dan
merupakan aktivitas berlevel fasilitas.
r). Reparasi dan Pemeliharaan Bangunan pabrik
Biaya pemeliharaan bangunan merupakan biaya yang secara yang
secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai untuk
melakukan reparasi dan pemeliharaan gedung-gedung yang
mendukung proses produksi. Besarnya biaya pemeliharaan
bangunan ini didasarkan pada luas area pabrik yang dikonsumsi.
Aktivitas ini dikategorikan sebagai aktivitas berlevel fasilitas.
s). Penyusutan Bangunan Pabrik
Bangunan pabrik harus disusutkan setiap tahun. Depresiasi mesin
pabrik merupakan aktivitas yang menopang proses produksi dan
merupakan aktivitas berlevel fasilitas.
t). Penyusutan Emplasemen
98
Emplasemen harus disusutkan setiap tahun. Penyusutan
Emplasemen merupakan aktivitas yang menopang proses produksi
dan merupakan aktivitas berlevel fasilitas.
u). Fasilitas Kerja Pabrik
Pabrik membutuhkan perawatan, untuk membantu melancarkan
proses produksi. Aktivitas ini menyebabkan Biaya Fasilitas Pabrik
dan merupakan kategori aktivitas berlevel fasilitas.
v). Fasilitas Kerja Kantor
Kantor pabrik membutuhkan perawatan, untuk membantu
melancarkan proses produksi. Aktivitas ini menyebabkan biaya
Fasilitas kantor dan merupakan kategori aktivitas berlevel fasilitas.
w). Penyusutan Inventaris
Inventaris harus disusutkan setiap tahun. Penyusutan Inventaris
merupakan aktivitas yang menopang proses produksi dan
merupakan aktivitas berlevel fasilitas.
x). Penyusutan Kendaraan
Kendaraan harus disusutkan setiap tahun. Penyusutan Kendaraan
merupakan aktivitas yang menopang proses produksi dan
kendaraan merupakan alat untuk membantu kelancaran proses
produksi dan merupakan aktivitas berlevel fasilitas.
y). Penyusutan Instalasi
99
Instalasi harus disusutkan setiap tahun. Penyusutan Instalasi
merupakan aktivitas yang menopang proses produksi dan
merupakan aktivitas berlevel fasilitas.
z). Penyusutan Amortisasi beban ditangguhkan
Amortisasi beban ditangguhkan harus disusutkan setiap tahun.
Penyusutan Amortisasi beban ditangguhkan merupakan aktivitas
berlevel fasilitas
Berdasarkan penjelasan di atas, maka klasifikasi biaya pada PT. INKA
(Persero) Madiun dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.50Pengelompokan Aktivitas OverheadPT. INKA (Persero) Madiun
No Jenis biaya Golongan aktivitas
1 Pemakaian bahan pembantu Aktivitas berlevel unit2 Pemakaian tenaga kerja tidak langsung Aktivitas berlevel unit3 Pemakaian listrik Aktivitas berlevel unit4 Pemakaian bahan bakar Aktivitas berlevel unit5 Pemakaian air Aktivitas berlevel unit6 Pemakaian telepon Aktivitas berlevel batch
100
7 ATK Aktivitas berlevel batch8 Rapat Aktivitas berlevel batch9 Sewa Aktivitas berlevel batch10 Tamu Aktivitas berlevel batch11 Perjalanan Dinas Aktivitas berlevel batch12 Subkontraktor Aktivitas berlevel batch13 Profesional Aktivitas berlevel batch14 Pendidikan Aktivitas berlevel produk15 Riset dan Pengembangan Aktivitas berlevel produk16 Reparasi dan pemeliharaan mesin pabrik Aktivitas berlevel fasilitas17 Depresiasi mesin pabrik Aktivitas berlevel fasilitas18 Reparasi dan pemeliharaan bangunan pabrik Aktivitas berlevel fasilitas19 Penyusutan bangunan pabrik Aktivitas berlevel fasilitas20 Penyusutan Emplasemen Aktivitas berlevel fasilitas21 Fasilitas Kerja Kantor Aktivitas berlevel fasilitas22 Fasilitas Kerja Pabrik Aktivitas berlevel fasilitas23 Penyusutan Inventaris Aktivitas berlevel fasilitas24 Penyusutan Kendaraan Aktivitas berlevel fasilitas25 Penyusutan Instalasi Aktivitas berlevel fasilitas26 Penyusutan Amortisasi beban ditangguhkan Aktivitas berlevel fasilitas
Sumber: data diolah
2). Menghubungkan biaya dengan setiap kelompok aktivitas
Pada langkah kedua ini, dilakukan dengan menelusuri biaya terhadap
aktivitas-aktivitas yang memilikinya. Untuk mengetahui lebih jelas,
berikut akan disajikan dalam bentuk tabel yaitu pada tabel 4.51 berikut
ini:
Tabel 4.51Biaya Overhead Pabrik per Aktivitas PT. INKA (Persero) Madiun
Aktivitas overhead Jumlah biaya
Aktivitas berlevel unitPemakaian bahan pembantu 351.847.933Pemakaian tenaga kerja tidak langsung 1.489.754.970
101
Pemakaian Listrik 205.288.234,87Pemakaian Bahan Bakar 169.936.349Pemakaian Air 59.590,20Aktivitas berlevel batchPemakaian Telepon 13.288.614,33
ATK 67.029.042
Rapat 66.438.106
Sewa 199.483.156
Tamu 33.514.521
Perjalanan Dinas 310.916.828
Subkontraktor 363.917.344,07Profesional 13.348.204,53
Aktivitas berlevel produk
Pendidikan 99.316.998
Riset dan Pengembangan 148.975.497
Aktivitas berlevel Fasilitas
Reparasi dan pemeliharaan mesin pabrik 223.463.245,50
Penyusutan Mesin Pabrik 225.598.560,96Reparasi dan pemeliharaan bangunan pabrik 273.121.744,5Penyusutan Bangunan Pabrik 84.503.867,75Penyusutan Emplasemen 32.883.858,04Fasilitas Kerja Kantor 178.770.596Fasilitas Kerja Pabrik 218.497.395,60
Penyusutan Inventaris 21.958.988,26
Penyusutan Kendaraan 327.746,09Penyusutan Instalasi 11.416.488,92Amortisasi beban ditangguhkan 169.553.978,99
Total Biaya Aktivitas Overhead 4.965.849.900Sumber: data diolah
3). Penentuan kelompok biaya (cost pools) yang homogen
Kelompok biaya yang homogen (homogenous cost pool) merupakan
sekumpulan biaya overhead yang terhubung secara logis dengan tugas-
tugas yang dilaksanakan dan berbagai macam biaya tersebut dapat
diterangkan oleh cost driver. Cost driver merupakan faktor yang
menjelaskan konsumsi overhead.
102
Adapun cost driver yang dapat ditentukan oleh PT. INKA (Persero)
Madiun adalah sebagai berikut:
a). Pemakaian bahan baku
b). Jam tenaga kerja langsung
c). Jam mesin
d). Jumlah kendaraan
e). Jumlah unit produksi
f). Jumlah workshop
g). Jumlah rapat
h). Jumlah sewa
i). Jam inspeksi
j). Jumlah subkontraktor
k). Jumlah profesional
l). Luas lantai pabrik / M2
m). Luas lantai emplasemen / M2
n). Jumlah karyawan kantor
o). Jumlah fasilitas
p). Jumlah unit
q).
Penentuan kelompok biaya yang homogen beserta cost driver-nya dapat dilihat dalam
tabel 4.52
103
Tabel 4.52Homogenous Cost Pool,Cost Driver dan Cost PoolPT. INKA (Persero) Madiun
Homogenous cost pool Cost driverAktivitas berlevel unitPool 1Pemakaian bahan pembantu Jumlah biaya bahan baku 351.847.933Pool 2Pemakaian tenaga kerja tidak langsung Jumlah Jam Orang 1.489.754.970Pool 3Pemakaian Listrik Jam Mesin 205.288.234,87Pool 4Pemakaian Bahan Bakar Jumlah Kendaraan 169.936.349Pool 5Pemakaian Air Jumlah unit produksi 59.590,20Aktivitas berlevel batchPool 6Pemakaian Telepon Jumlah Workshop 13.288.614,33
104
Pool 7ATK Jumlah unit produksi 67.029.042Pool 8Rapat Jumlah rapat 66.438.106Pool 9Sewa Jumlah Sewa 199.483.156Pool 10Tamu Jumlah Jam inspeksi 33.514.521Pool 11Perjalanan Dinas Jumlah Jam orang 310.916.828Pool 12Subkontraktor Jumlah Subkontraktor 363.917.344,07Pool 13Profesional Jumlah Profesional 13.348.204,53Aktivitas berlevel produkPool 14Pendidikan Jumlah Jam orang 99.316.998Riset dan Pengembangan 148.975.497Aktivitas berlevel FasilitasPool 15Reparasi dan pemeliharaan mesin pabrik Jumlah Jam mesin 223.463.245,50Penyusutan Mesin Pabrik 225.598.560,96Pool 16Reparasi dan pemeliharaan bangunan pabrik Luas Lantai Pabrik 273.121.744,5Penyusutan Bangunan Pabrik 84.503.867,75Pool 17Penyusutan Emplasemen Luas Emplasemen 32.883.858,04Pool 18Fasilitas Kerja Kantor Jumlah karyawan kantor 178.770.596Pool 19Fasilitas Kerja Pabrik Jumlah Fasilitas 218.497.395,60Pool 20Penyusutan Inventaris Jumlah unit Inventaris 21.958.988,26Pool 21Penyusutan Kendaraan Jumlah Kendaraan 327.746,09Pool 22Penyusutan Instalasi Jumlah Instalasi 11.416.488,92Pool 23Amortisasi beban ditangguhkan Jumlah aset tak berwujud 169.553.978,99
Jumlah 4.965.849.900
Sumber: data diolah
4). Menghitung pool rate
Pool rate dihitung dengan cara membagi antara total biaya cost pool
dengan total cost driver. Pool rate dari masing-masing cost pool dapat
dilihat pada tabel 4.54.
Tabel 4.53Pool Rate Masing-Masing Cost PoolPT. INKA (Persero) Madiun
Aktivitas Cost Pool Total Biaya Cost Pool Total cost driver Pool rate
105
Sumber: data diolah
b. Prosedur tahap kedua
Dalam tahap kedua, biaya masing-masing pusat aktivitas ditelusuri
ke setiap produk dengan menggunakan tarif kelompok (pool rate) dan
jumlah sumber daya yang dikonsumsi oleh masing-masing produk (cost
driver) yang telah dihitung pada tahap pertama. Perhitungan biaya
overhead masing-masing produk menggunakan Activity Based
CostingSystem dapat dilihat pada tabel 4.53 sampai dengan tabel 4.55
Tabel 4.54Biaya Overhead Pabrik dengan Sistem ABC
A b c d e = c : dPemakaian bahan pembantu 1 6.736.462.854 333,238,836,612.40 0.00106Pemakaian tenaga kerja tidak langsung 2 63.288.985.182 1,000,000 2048.964293Perjalanan DinasPendidikanRiset dan Pengembangan
Pemakaian Listrik 3 2.171.064.317,85 333,333 615.87
Pemakaian Bahan Bakar 4 2.183.123.709 24 7,080,681.23Pemakaian Air 5 861.733.150,85 109 615,492.038ATKPemakaian Telepon 6 140.536.238,86 13 1,022,201.10Rapat 7 853.511.356 7 9,491,157.97Sewa 8 2,562,703,093 7 28,497,593.76Tamu 9 430,551,472 7,848 4,270.453743Subkontraktor 10 3,848,676,281.31 7 51,988,192.01Profesional 11 141,166,446.21 7 960,328.1068Reparasi dan pemeliharaan mesin pabrik 12 4,241,544,035.77 333,333 1,347.186767Penyusutan Mesin PabrikReparasi dan pemeliharaan bangunan pabrik 13 3,150,553,508.3 93,000 3,845.436691Penyusutan Bangunan PabrikPenyusutan Emplasemen 14 349,693,899.68 20,000 1,644.1929019Fasilitas Kerja Kantor 15 834,738,563 182 982,256.0242Fasilitas Kerja Pabrik 16 1,020,236,021.73 1,296 168,593.669Penyusutan Inventaris 17 21,958,988.26 183 119,994.47135Penyusutan Kendaraan 18 327,746.09 24 13,656.087225Penyusutan Instalasi 19 11,416,488.92 146 78,195.12959Amortisasi beban ditangguhkan 20 169,553,978.99 2 84,776,989.49
106
padaproduk Kereta Ekonomi K3 AC PT. INKA (Persero) Madiun
Aktivitas Cost Pool Pool rate Cost driver Total BOP (Rp)a b c d e = c x d
Pemakaian bahan pembantu 1 0,00096 26.157.950.000 25.107.901,40Pemakaian tenaga kerja tidak langsung 2 2.048,96 156.000 319.638.429,72Perjalanan Dinas 768 1.573.604,58Pendidikan 80 163.917,14Riset dan Pengembangan 480 983.502,86Pemakaian Listrik 3 615,87 52.000 32.024.996,66Pemakaian Bahan Bakar 4 7.080.681,23 24 169.936.349,43Pemakaian Air 5 615.492,04 13 8.001.396,50ATKPemakaian Telepon 6 1.022.201,10 13 13.288.614,33Rapat 7 9.491.157,97 1 9.491.157,97Sewa 8 28.497.593,76 1 28.497.593,76Tamu 9 4.270,45 72 307.472,67Subkontraktor 10 51.988.192,01 1 51.988.192Profesional 11 960.328,11 1 960.328Reparasi dan pemeliharaan mesin pabrik 12 1.347,19 52.000 70.053.711,86Penyusutan Mesin PabrikReparasi dan pemeliharaan bangunan pabrik 13 3.845,436691 73.060 280.947.604,63Penyusutan Bangunan PabrikPenyusutan Emplasemen 14 1.644,19 20.000 32.883.858,04Fasilitas Kerja Kantor 15 982.256,02 182 178.770.596,40Fasilitas Kerja Pabrik 16 168.593,67 1.296 218.497.395,60Penyusutan Inventaris 17 119.994,47 38 4.559.790Penyusutan Kendaraan 18 13.656,09 24 327.746,09Penyusutan Instalasi 19 78.195,13 146 11.416.488,92Amortisasi beban ditangguhkan 20 84.776.989,49 2 169.553.978,99Total 1.628.974.627,60
Sumber: data diolah
Tabel 4.55Biaya Overhead Pabrik dengan Sistem ABC
pada KeretaEkonomi K3 Green Car PT. INKA (Persero) Madiun
Aktivitas Cost Pool Pool rate Cost driver Total BOP (Rp)a b c d e = c x d
Pemakaian bahan pembantu 1 0,00096 26.157.950.000 25.107.901,4Pemakaian tenaga kerja tidak langsung 2 2.048,96 18.572 38.053.364,85Perjalanan Dinas 384 786.802,29Pendidikan 30 61.468,93Riset dan Pengembangan 320 655.668,57Pemakaian Listrik 3 615,87 18.572 11.437.850,73Pemakaian Bahan Bakar 4 7.080.681,23 3 21.242.043,68Pemakaian Air 5 615.492,04 4 2.461.968,152ATKPemakaian Telepon 6 1.022.201,10 5 5.111.005,51
107
Rapat 7 9.491.157,97 1 9.491.157,97Sewa 8 28.497.593,76 1 28.497.593,76Tamu 9 4.270,45 36 153.736,3347Subkontraktor 10 51.988.192,01 1 51.988.192Profesional 11 960.328,11 1 960.328Reparasi dan pemeliharaan mesin pabrik 12 1.347,19 18.572 25.019.952,629Penyusutan Mesin PabrikReparasi dan pemeliharaan bangunan pabrik 13 3.845,436691 28.100 108.056.771,013Penyusutan Bangunan PabrikPenyusutan Emplasemen 14 1.644,19 7.300 12.002.608,18Fasilitas Kerja Kantor 15 982.256,02 70 68.757.921,69Fasilitas Kerja Pabrik 16 168.593,67 783 132.008.843,18Penyusutan Inventaris 17 119.994,47 38 4.559.790Penyusutan Kendaraan 18 13.656,09 24 327.746,09Penyusutan Instalasi 19 78.195,13 146 1.329.317,20Amortisasi beban ditangguhkan 20 84.776.989,49 2 169.553.978,99Total 717.626.011,2
Sumber: data diolah
4.5 Perbandingan Perhitungan Biaya Overhead Perusahaan DenganPerhitungan
Menggunakan Activity Based CostingSystem
Pada sub-bab ini akan ditunjukkan hasil perhitungan biaya overhead pabrik
menurut perusahaan yang dibandingkan dengan perhitungan mengunakan Activity
Based CostingSystem. Perbandingan biaya overhead pabrik ini dapat dilihat tabel
4.56 berikut ini.
Tabel 5.56Perbandingan BOP Perusahaan dengan BOP Menggunakan SistemABC
108
PT. INKA (Persero) Madiun
KeteranganJenis produksi
Kereta K3 EkonomiAC
Kereta Ekonomi(K3) Green Car
Jumlah produksi 13 4
BOP (perush) Rp 1,139,239,560 Rp 440,790,788.10
BOP per-unit (perush) Rp 87,633,812.31 Rp 110,197,697.03
BOP (ABC) Rp 1,628,974,627.6 Rp 717,626,011.2
BOP per-unit (ABC) Rp 125,305,740.58 Rp 179,406,502.80
Selisih
Perush-ABC Rp 37,671,928.28 Rp 69,208,805.77Sumber: data diolah
Rincian harga pokok produksi menggunakan system ABC pada tabel 4.57dan
perbandingan harga pokok perusahaan dengan harga pokok menggunakan system
ABC pada tabel 4.58
Tabel 4.57Harga Pokok Produksi menggunakan Sistem ABC PT. INKA(Persero) Madiun
No Jenis Produk Kereta K3 Ekonomi AC Kereta Ekonomi (K3)Green Car
1 Biaya Bahan Baku (Rp) Rp 2.012.150.000 Rp 796.427.1252 Biaya Tenaga Kerja Langsung (Rp) Rp 371.473.846 Rp 147.032.7003 Biaya Langsung Lainnya Rp 15.478.077 Rp 6.126.3634 Biaya Overhead (Rp) Rp 125.305.740,58 Rp 179.406.502,80
Total Rp 2.524.407.664 Rp 1.128.992.691Sumber: data diolah
109
Dari hasil perhitungan harga pokok yang digunakan oleh PT. INKA (Persero)
Madiun terlihat adanya perbedaan hasil perhitungan harga pokok produksi dengan
system tradisional dan hasil perhitungan harga pokok Activity Based Costing System.
Perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.58Perbandingan Harga Pokok Produksi Perusahaan
dengan Menggunakan Sistem ABCPT. INKA (Persero) Madiun
No Jenis Produk Sistem TradisionalSistem Activity Based
Costing1 Kereta K3 Ekonomi AC Rp 2.486.735.735 Rp 2.524.407.664
2 Kereta Ekonomi (K3) Green Car Rp 1.059.783.885 Rp 1.128.992.691Sumber: data diolah
Tabel 4.59Perbandingan Harga Pokok Penjualan Perusahaan
denganMenggunakan Sistem ABC PT. INKA (Persero) Madiun
No Jenis Produk Sistem TradisionalSistem Activity Based
Costing1 Kereta K3 Ekonomi AC Rp 32.327.564.555 Rp 32.817.299.627
2 Kereta Ekonomi (K3) Green Car Rp 4.239.135.540 Rp 4.515.970.763Sumber: data diolah
Dari perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa hasil perhitungan harga pokok
produksi kereta dengan menggunakan metode Activity Based Costing untuk Kereta
K3 Ekonomi ACsebesar Rp. 2.524.407.664. Untuk Kereta Ekonomi (K3) Green
Carsebesar Rp. 1.128.992.691. Dari hasil yang diperoleh dapat dibandingkan selisih
harga pokok produksi kereta yang telah ditentukan manajemen PT. INKA (Persero)
Madiun dengan hasil perhitungan menggunakan pendekatan Activity Based Costing.
110
Untuk metode ABC pada Kereta K3 Ekonomi AC dan Kereta Ekonomi (K3) Green
Car memberikan hasil perhitungan yang lebih besar daripada harga pokok produksi
kereta yang telah ditentukan oleh pihak manajemen perusahaan. Yaitu dengan selisih
harga untuk Kereta K3 Ekonomi AC sebesar Rp. 37.671.929 Untuk Kereta Ekonomi
(K3) Green Car sebesar Rp. 69,208,806.
Terjadinya selisih harga antara harga pokok produksi dengan menggunakan
metode tradisional dan metode ABC, disebabkan karena pembebanan biaya
overheadpada masing-masing produk. Pada metode sistem tradisional biaya overhead
pada masing-masing produk hanya dibebankan pada satu cost driver saja yaitu .
Akibatnya cenderung terjadi distorsi pada pembebanan biaya overhead. Pada metode
Activity Based Costing, biaya overheadpada masing-masing produk dibebankan pada
banyak cost driver. Sehingga dalam metode Activity Based Costing mampu
mengalokasikan biaya aktivitas ke setiap kereta secara tepat berdasarkan konsumsi
masing-masing aktivitas.
.
111
Jika dilihat dari biaya overheadPT. INKA (Persero) Madiun, aktivitas
overhead pabrik yang mengkonsumsi sumber daya yang bersifat non-unit lebih
banyak sehingga dikonsumsi oleh produk juga lebih banyak daripada aktivitas yang
mengkonsumsi sumber daya yang bersifat unit. Dari tabel di atas dapat diketahui
bahwa terjadi perbedaan pembebanan biaya antara sistem akuntansi biaya tradisional
dengan Activity Based CostingSystem. Untuk produk Kereta Ekonomi K3 AC dan
Kereta Ekonomi K3 Green CarActivity Based CostingSystem menunjukkan biaya
overhead pabrik per-satuan produk yang lebih tinggiyaitu Rp. 1.628.974.627,6 dan
Rp. 717.626.011,2dari biaya overhead pabrik perusahaan yang dihitung secara
112
tradisional yaitu Rp. 1.139.239.560 dan Rp. 440.790.788,10. Pada system tradisional
terjadi selisih / kurang pembebanan (under state) pada produk Kereta K3 Ekonomi
AC Rp. 37,671,928.28 dan pada Kereta Ekonomi (K3) Green Car Rp.
69,208,805.77.Ini terjadi karena pembebaban biayaoverhead unit produk dilakukan
dengan menggunakan teknik alokasi berdasarkan jam Orang karena didalam biaya
overhead perusahaan banyak menggunakan tenaga kerja sehingga biaya upah
pekerjanya dominan dalam struktur biaya Overhead dan dilakukan secara hanya
dilakukanarbriter.Maka alokasi berdasarkan jam orang ini menimbulkan distorsi
dalam penetapan harga pokok produksi dan tidak menggambarkan penyerapan
sumber daya secara tepat. Penetapan harga pokok produksi yang tidak
menggambarkan penyerapan sumber daya secara tepat akan menyesatkan manajemen
dalam mengambil keputusan. Karena harga pokok produksi berfungsi sebagai dasar
untuk menetapkan harga jual dan laba, sebagai alat untuk mengukur efisiensi
pelaksanaan proses produksi serta sebagai dasar untuk pengambilan keputusan bagi
manajemen perusahaan apakah akan menerima atau menolak pesanan tersebut.
Informasi biaya sangatlah penting bagi manajemen dalam menetapkan baik
harga pokok produk maupun harga jual setiap unitnya. Sehingga apabila manajemen
menggunakan informasi biaya yang kurang tepat, maka hal ini dapat menimbulkan
kerugian bagi perusahaan. Berdasarkan hasil perhitungan biaya dengan Activity Based
CostingSystem, maka perusahaan dapat mengetahui perhitungan biaya yang akurat
dan penjelasan bahwa sumber daya perusahaan telah benar-benar dikonsumsi oleh
produk sehinggamanfaat dari implementasi Activity Based CostingSystem dapat
diperoleh. Sistem biaya lebih mengutamakan kepada ketelitian dan keakuratan
dengan menekankan biaya pengukuran Activity Based CostingSystem sekecil
mungkin sesuai dengan aktivitas yang terjadi sehingga harga pokok produksi yang
dibuat sesuai dengan aktivitas dan biaya yang telah dikeluarkan untuk membuat
produk.
113
. Dari tercapainya efisiensi ini diharapkan perusahaan dapat membentuk harga
bersaing serta mampu meningkatkan omset penjualan.
Sistem akuntansi biaya tradisional tidak mampu membebankan biaya
overhead ke masing-masing jenis produk dengan tepat, karena dasar pembebanan
yang dipakai hanya satu (dasar pembebanan bersifat unit) yaitu jam orang. Sistem
akuntansi biaya tradisional menyebabkan pembebanan yang berlebihan untuk produk
yang bervolume tinggi dan pembebanan yang terlalu rendah untuk produk yang
bervolume rendah. Ketidaktepatan system akuntansi biaya tradisional dalam
membebankan biaya overhead ke produk, menyebabkan informasi harga pokok
produk yang dihasilkan tidak mempunyai nilai keakuratan. Dengan dasar informasi
yang kurang akurat, manajemen perusahaan sulit mengambil keputusan tepat.
Dengan menggunakan Activity Based Costing System, perusahaan dapat
memperoleh informasi yang lebih akurat mengenai perhitungan harga pokok
produksi. Untuk produk Kereta Ekonomi K3 AC dan Kereta Ekonomi K3 Green Car
menentukan harga pokok produksi lebih tinggi dibanding Activity Based Costing
System. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan Activity Based Costing System,
sesungguhnya produk yang pembebanan biaya terlalu tinggi menyerap lebih sedikit
biaya.
Activity Based Costing System merupakan suatu system biaya yang
menelusuri biaya ke aktivitas baru ke produk, Activity Based Costing System
membebankan biaya overhead ke tiap produk dengan menggunakan lebih banyak
pemicu biaya yang menggambarkan konsumsi sumber daya sebenarnya oleh masing-
masing produk, sehingga Activity Based Costing System membebankan biaya
overhead dengan tepat dan mampu menyajikan informasi harga pokok produk yang
lebih tepat. Keakuratan informasi tersebut sangat berpengaruh terhadap keputusan
yang akan diambil oleh manajemen perusahaan.
114
Keunggulan : ABC system menghasilkan perhitungan kos produk yang lebih akurat danmembatu perusahaan dalam mengelola keunggulan kompetitif, ...
115
GU
http://www.scribd.com/doc/7093640/BAB-II
http://www.scribd.com/doc/96503272/BAB-I
http://www.scribd.com/doc/96503272/BAB-I
1.1
Sejarah Perusahaan
1.1.1 Proses pendirian PT Industri Kereta Api (INKA) di Madiun sebelumnya
merupakan BalaiYasa PJKA yang didirikan pada tanggal 24 Mei 1884. Setelah
Pemerintah HindiaBelanda menyerah kalah kepada Jepang pada tahun 1942, lokasi tersebut
dijadikan perusahaan kereta api tentara Jepang dengan nama “
Rikuyu Sokyoku
”.Pada tahun 1945 setelah Indonesia merdeka “
116
Rikuku Sokyoku
” ini diambil aliholeh pemerintah Republik Indonesia, pada tahun 1959. Balai Yasa
PerusahaanJawatan Kereta Api (PJKA) di Madiun khususnya untuk tempat
pemeliharaanlokomotif uap. Karena volume pekerjaan Balai Yasa PJKA mengalami
penurunandari tahun ke tahun maka diadakan suatu pengalihan fungsi dari
pemeliharaanlokomotif uap ke pemeliharaan kereta penumpang yang ternyata dari
tahun ketahun mengalami peningkatan, sehingga tugas Balai Yasa di Madiun
berubahmenjadi:1.
Merehabilitasi kereta penumpang.2.
Pembuatan suku
–
suku cadang kereta api.3.
Prototyping
gerbong barang.4.
Pemeliharaan lokomotif uap yang masih beroperasi di pulau Jawa
http://www.scribd.com/doc/96503272/BAB-I
117
Pemilihan lokasi perusahaan memegang peranan yang sangat penting untuk
kelangsungan hidup perusahaan. Berhasil atau tidaknya operasi perusahaan sedikit
banyak dipengaruhi oleh letak dimana perusahaan itu didirikan. Oleh karena itu,
sebelum mendirikan perusahaan haruslah dipertimbangkan dengan seksama factor-
faktor yang mempengaruhi kepentingan dalam kelangsungan perusahaan.
4.1.3 Tujuan Perusahaan
Adapun tujuan didirikannya PT INKA sebagai manufaktur di bidang
perkereta apian adalah :
1. Menjadikan perusahaan yang tumbuh dan berkembang.
2. Penguasaan teknologi di bidang perkereta-apian di pasar domestik maupun di
pasar global.
3. Menguasai bisnis sarana kereta api di pasar domestik maupun di pasar global.
4. Menunjang kebijakan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan
pembangunan nasional.
Kelompok industri strategis meliputi: PT. Industri Kereta Api yang bergerak
dalam bidang manufaktur perkeretaapian, PT. Dirgantara Indonesia d/h PT. IPTN di
bidang industri pesawat terbang, PT. PAL Indonesia di bidang industri kapal laut, PT.
Barata Indonesia di bidang industri alat-alat berat, PT. Boma Bisma Indra di bidang
industri Diesel, PT. Krakatau Steel di bidang industri baja, PT. PINDAD di bidang
industri alat-alat militer, PT. LEN di bidang industri komponen elektronika dan
118
listrik, PT. INTI di bidang industri telekomunikasi, dan PT. Dahana bergerak dalam
bidang bahan-bahan peledak.
Dalam menjalankan usahanya PT. INKA memiliki Falsafah, Visi dan Misi.
Adapun falsafah perusahaan adalah ”profesionalisme yang berdasarkan iman dan
takwa, menghargai orang lain dan bersahabat, menjunjung tinggi kejujuran,
memiliki daya saing berkelanjutan, serta menghasilkan nilai tambah bagi
lingkungan.Visi perusahaan adalah “Menjadi perusahaan kelas dunia yang unggul
dibidang transportasi kereta api dan perkotaan di Indonesia.”. Sedangkan Misi-nya
adalah “Menciptakan solusi terpadu untuk transportasi kereta api dan perkotaan
dengan keunggulan kompetetif bisnis dan teknologi produk yang tepat guna
mendorong pembangunan transportasi yang berkelanjutan”.
Menunda penunaian gaji pada pegawai padahal mampu termasuk
kezholiman. Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مطل الغني ظلم
No ProdukBahan Baku
Total BiayaBahan Baku
Biaya TKLBiaya
LangsungLainnyaPlat Kabel, kawat,
ruberPlastic, selang,
karpetPipa, roundbar, beton Lain-lain
1Kereta Ekonomi(K3) AC
7.847.385.000 6.539.487.500 5.231.590.000 5.231.590.000 1.307.897.500 26.157.950.000 4.829.160.000 201.215.000
2Kereta Ekonomi(K3) Green Car
955.712.550 796.427.125 637.141.700 637.141.700 159.285.425 3.185.708.500 588.130.800 24.505.450
3Kereta Ekonomi(KMP3) AC
2.257.552.050 1.881.293.375 1.505.034.700 1.505.034.700 376.258.675 7.525.173.500 1.389.262.800 57.885.950
Total 11.060.649.600 9.217.208.000 7.373.766.400 7.373.766.400 1.843.441.600 36.868.832.000 6.806.553.600 283.606.400
Total Keseluruhan 99.971.650.984 83.309.709.153 66.647.767.322 66.647.767.322 16.661.941.831 36.314.812.673 36.314.812.673 36.314.812.673
119
“Menunda penunaian kewajiban (bagi yang mampu) termasuk kezholiman” (HR.
Bukhari no. 2400 dan Muslim no. 1564).
Recommended