View
55
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
180
IV-2
Lebar jenjang timbunan dirancang untuk memungkinkan dilakukannya
kegiatan pemadatan diatasnya dan tidak mengganggu kegiatan pengangkutan
material timbunan. Analisis kemantapan lereng timbunan dilakukan dengan
menggunakan metode analisis Bishop’s.
Hasil analisis kemantapan lereng timbunan menunjukkan faktor
keamanan dari lereng keseluruhan yang dirancang adalah FK = 1,43 yang
berarti lereng timbunan berada dalam kondisi yang aman. Perhitungan ada
pada lampiran C.
Karena dalam perhitungan kemantapan lereng timbunan digunakan nilai
terendah dari parameter geoteknik material, dengan teknis penimbunan dan
pemadatan yang baik, maka dapat diharapkan material timbunan memiliki
karakteristik geoteknik yang lebih baik dari nilai terendah tersebut, yang
berarti faktor keamanan yang dicapai dapat meningkat. Apabila tidak
dilakukan pemadatan dengan baik maka diharapkan nilai faktor keamanan
lereng masih dalam kondisi aman.
Kemiringan lereng secara keseluruhan < 200 ini selain pertimbangan dari
hasil perhitungan juga dimaksudkan untuk memudahkan operasional alat-alat
mekanis dalam melakukan pemadatan dan spreading top soil di daerah lereng
inpit dump. Selain itu cukup landainya lereng agar run of water cukup lambat
yang bertujuan untuk mengurangi erosi yang disebabkan oleh run of water
diatas lokasi eks back filling di eks pit Arjuna. Geometri lereng timbunan
ditunjukan pada gambar 4. 1.
GAMBAR 4.1
DIMENSI LERENG KESELURUHAN
IV-3
IV. 2 Lokasi Back filling
Mengingat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009
tentang Pertambangan Mineral dan Batubara mengenai reklamasi dan
pascatambang. Penjelasan lebih rinci mengenai Undang-Undang ini dijelaskan
dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 tentang reklamasi
dan pascatambang. Eks pit Arjuna di PT Putra Muba Coal diakhir
penambangan meninggalkan lubang bukaan bekas tambang. Lubang ini
berpotensi menimbulkan dampak negatif lingkungan jangka panjang.
Analisis mengenai dampak lingkungan yang dimiliki oleh setiap
perusahaan pertambangan batubara, ditekankan bahwa lubang-lubang bukaan
bekas tambang harus ditutup melalui kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan.
Peraturan mengenai reklamasi dan pascatambang yang meliputi penimbunan
kembali overburden ke lubang bukaan bekas tambang dengan metode back
filling dari setiap perusahaan pertambangan dibuat berdasarkan hasil dari
konsultasi dengan instansi Pemerintah, instansi Pemerintah provinsi dan/atau
instansi pemerintah kabupaten/kota yang membidangi pertambangan mineral
dan batubara, instansi terkait lainnya, dan masyarakat. Berdasarkan prinsip
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pertambangan salah satunya
back filling harus memuat penjaminan terhadap stabilitas dan keamanan
timbunan di daerah bekas tambang (back filling) dan juga pemanfaatan lahan
bekas tambang ini sesuai dengan peruntukannya. Pascatambang di pit Arjuan
akan diperuntukan sebagai lahan bercocok tanam kembali. Jadi penjaminan
terhadap keamanan lereng timbunan menjadi faktor yang sangat penting.
PT Putra Muba Coal memiliki 1 buah Waste Dump Area (WDA) yang
diluar pit tempat yang gunanya untuk menampung overburden dari boxcut
periode penggalian tahun pertama dan tahun kedua. Dari hasil perhitungan
kemantapan lereng di lokasi rencana penambangan, maka harus disesuaikan
dengan aplikasi design tambang yang akan direncanakan. Untuk perencanaan
timbunan yang akan diaplikasikan, maka perlu juga diperhatikan faktor air
IV-4
tanah karena hal ini akan mempengaruhi faktor saturasi dari material yang ada,
sehingga nilai tekanan air pori akan bertambah, yang dapat mengurangi
kekuatan material pembentuk teras dan mengurangi stabilitas lereng.
Berdasarkan hasil perhitungan kemantapan lereng timbunan maka dapat
disimpulkan bahwa keseluruhan adalah : tinggi H = 24 m, dan sudut lereng 180,
sedangkan lereng tunggal timbunan adalah tinggi H = 8 m, dan sudut lereng
200 dengan faktor keamanan FK = 1,43. Penimbunan yang dilakukan bertahap
dengan pemberian berm setelah penimbunan pada tahap awal dan kemudian
baru dilakukan penimbunan tahap selanjutnya.
Berdasarkan pertimbangan ekonomis dan lingkungan yang dilakukan PT
Putra Muba Coal maka kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup akan
menerapkan metode back filling, artinya material hasil penggalian dari suatu
area penambangan, diisikan kembali pada area yang telah ditambang.
Penerapan metode back filling sekaligus diintegrasikan dengan program
reklamasi tambang. Hal ini akan memberikan keuntungan, karena akan
mereduksi jarak angkut overburden dan biaya reklamasi tambang dari daerah
tersebut. Pada tahap awal lapisan batuan penutup yang telah dibongkar akan
dipindahkan ditempat penimbunan di luar tambang. Tahap selanjutnya akan
ditimbun dilubang bekas tambang (inpit dump).
Dengan menggunakan metode penimbunan di area bekas tambang serta
pengaturan elevasi dan bentuk timbunan yang mendekati kondisi aslinya,
diharapkan tidak terjadi perubahan topografi atau bentang alam yang signifikan
akibat dari kegiatan penambangan tersebut. Material overburden ditempatkan
kembali untuk mengisi lubang bekas tambang melalui metode back filling dan
pada penggalian awal yang ditempatkan di tempat penimbunan di luar lubang
galian tambang. Penerapan metode back filling sekaligus terintegrasi dengan
program reklamasi tambang. Tahap akhir dari metode back filling ini adalah
menutupnya dengan lapisan tanah pucuk pada bagian atasnya kemudian segera
diikuti dengan kegiatan revegetasi terutama pada lahan-lahan yang tidak akan
dimanfaatkan lagi untuk kegiatan selanjutnya.
(Sumber : PT . Putra Muba Coal, 2012)
U
IV-5
Sesuai dengan Peraturan Menteri Energi Dan Sumberdaya Mineral Nomor
18 Tahun 2008 tentang Reklamasi dan Penutupan Tambang maka kegiatan
reklamasi wajib dilaksanakan paling lambat satu bulan setelah tidak ada
kegiatan pada lahan yang terganggu. Pada tahun pertama operasi
penambangan, pemindahan tanah akan diarahkan ke Waste Dump Area
sedangkan pada tahun-tahun selanjutnya, pemindahan tanah akan dilakukan
secara back filling kearah bekas tambang yang sudah diambil batubaranya.
Sketsa tambang PT Putra Muba Coal dapat dilihat pada dibawah ini (gambar 4.
2).
GAMBAR 4. 2
SKETSA TAMBANG PT PUTRA MUBA COAL
SKETSA TAMBANGPT PUTRA MUBA COAL
LEGENDA : : VOID PIT ARJUNA
: WDA
: ROADS
: LOADING POINT
(Sumber : PT . Putra Muba Coal, 2012)
IV-6
Pit Arjuna terletak berdampingan dengan pit Nakula dan pada saat
penelitian dilakukan hanya pit Nakula yang masih aktif melakukan
penambangan batubara. Eks Pit Arjuna pada akhir penambangannya
menyisakan lubang bukaan, lubang bukaan ini yang sesuai ketentuan peraturan
harus ditutup kembali. Tujuan utamannya adalah mengurangi lubang bukaan
bekas tambang di eks Pit Arjuna. Selain dari itu, alasan pemilihan eks pit
Arjuna dijadikan sebagai inpit dump adalah jarak antara eks pit Arjuna dan pit
Nakula yang lebih dekat jika dibandingkan dengan jarak ke waste dump area.
Jarak dari loading point ke eks pit Arjuna adalah 1,07 km sedangkan ke Waste
Dump Area adalah 1,3 km. Inpit dump di eks pit Arjuna ini diharapkan
perubahan topografi di eks pit Arjuan tidak akan terlalu signifikan
dibandingkan dengan topografi awal saat sebelum dilakukan penambangan.
Berikut aktifitas inpit dump di eks pit Arjuna (gambar 4. 3).
GAMBAR 4. 3
AKTIFITAS INPIT DUMP DI EKS PIT ARJUNA
IV. 2. 1 Rancangan Design Back filling
Lokasi back filling berbatasan langsung dengan perkebunan
masyarakat dan daerah rawa. Penambangan didaerah tersebut
IV-7
mengakibatkan berkurang luas rawa sehingga volume air yang dapat
ditampung oleh rawa tersebut menjadi berkurang. Pembuatan design
harus mempertimbangkan faktor air yang berada di daerah rawa jika
terjadi curah hujan cukup tinggi tidak menggenangi perkebunan
masyarkat tersebut. Perencanan final design inpit dump di eks pit
Arjuna harus melalui beberapa proses pertimbangan teknis yaitu dari
keamanan lereng timbunan, jumlah overburden yang akan ditimbun
di lubang bukaan bekas penambangan eks pit Arjuna dan juga jarak
antara tempat loading point pengupasan overburden dengan tempat
penimbunan inpit dump.
Langkah-langkah pembuatan design Back filling dengan
menggunakan Software Minescape 4.118 adalah sebagai berikut :
1. Penyiapan base topografi (gambar 4. 4) dari lokasi yang akan
dilakukan back filling. Elevasi terendah topografi di Pit Arjuna ini
adalah 12 m. Garis berwarna putih menunjukan boundary dari
design inpit dump eks pit Arjuna.
GAMBAR 4. 4
TOPOGRAFI PIT ARJUNA
2. Setelah pembuatan boundary maka langkah selanjutnya adalah
pembuatan geometri bench (gambar 4. 5). Geometri bench ini
merupakan penggambaran dari hasil perhitungan kemantapan
lereng dengan tinggi bench 8 m, lebar bench 5 cm, dan single
slope 200. Untuk pembuatan tinggi dan slope bench adalah klik
boundary
IV-8
Draw > Project. Kotak input elevasi dan projection angle diberi
nilai 20, ini menerangkan polygon boundary akan diproyeksikan
pada elevasi 20 m dengan sudut 200. Sedangkan untuk pembuatan
lebar bench klik Draw > Offset, isikan 5 pada tex box offset
normal yang menunjukan lebar bench 5 m. Klik Project dan offset
hingga mencapai ketinggian yang direkomendasikan berdasarkan
data geoteknik.
GAMBAR 4. 5
GEOMETRI BENCH DESIGN INPIT DUMP
3. Langkah selanjutnya adalah pembuatan triangle dari topografi dan
design back filling (gambar 4. 6). Pembuatan triangle ini
diperlukan untuk perhitungan volume dari design yang telah
dibuat. Langkah pembuatan Triangle klik Model > Triangle >
Design. Kotak input dan output untuk pemilihan dan pembuatan
layer baru. Pada gambar dibawah ini warna biru menunjukan
topografi dan rainbow menunjukan design back filling.
GAMBAR 4. 6
TRIANGLE DESIGN
IV-9
4. Pada langkah yang keempat ini adalah tahap perhitungan volume
dari design (gambar 4. 7). Langkahnya klik Reserves > Triangle
Volumes, kemudian menentukan layer yang akan dijadikan
sebagai bottom yaitu topografi dan top yaitu design back filling.
Setelah semua diisi maka klik OK.
GAMBAR 4. 7
LANGKAH PERHITUNGAN VOLUME
5. Untuk melihat berapa volume dari design adalah dengan
mengklik Minescape Explorer > Table Files > Generic > pilih
nama yang menjadi inisial yang telah dibuat (gambar 4. 8).
GAMBAR 4. 8
OUTPUT VOLUME
U
IV-10
Berdasarkan perhitungan keamanan lereng timbunan maka
dihasilkan sebuah design back fillng dengan luas 19,46 ha dan
kapasitas timbunan untuk overburden sebesar 3.032.498,44 ccm
(gambar 4. 9).
Tahap selanjutnya dalam pembuatan perencanaan back filling di
eks pit Arjuna adalah pembuatan sequence. Sequence ini sangat
penting karena akan mempermudah pengontrolan sampai ke final
design back filling eks pit Arjuna. Perencanaan sequence di eks pit
Arjuna dibagi menjadi empat sequence dan dimulai dari bawah
keatas.
Skala 1 : 3000
GAMBAR 4. 9
FINAL BACK FILLING EKS PIT ARJUNA
U
IV-11
Sequence I penimbunan di eks pit Arjuna dimulai dari elevasi 12
m ke 20 m dengan menimbun hampir setengah dari luas area pada
elevasi 12 m. Sequence I memiliki kapasitas timbunan overburden
sebesar 702.919,96 ccm. Berikut bentuk gambar dari sequence I back
filling di eks pit Arjuna (gambar 4. 10).
Skala 1 : 3000
GAMBAR 4. 10
SEQUENCE I BACK FILLING EKS PIT ARJUNA
Setelah sequence I selesai maka tahap selanjutnya adalah
sequence II. Sequence II ini melanjutkan dari sequence I yaitu
pembuatan plate pada elevasi 20 m dan juga membuat timbunan ke
elevasi 28 m yang memiliki kapasitas timbuan material sebesar
U
IV-12
1.569.167,80 ccm. Berikut bentuk gambar dari sequence II back
filling di eks pit Arjuna (gambar 4. 11).
Skala 1 : 3000
GAMBAR 4. 11
SEQUENCE II BACK FILLING EKS PIT ARJUNA
Selanjutnya sequence III memiliki kapasitas volume timbunan
overburden sebesar 2.304.445,10 ccm. Dengan membuat plate elevasi
28 m dan sebagian elevasi 36 m. Berikut design dari sequence III
back filling di eks pit Arjuna pada gambar 4.12.
Sequence terakhir yaitu sequence IV yang merupakan design
final dari back filling di eks pit Arjuna memiliki kapasitas
3.032.498,44 ccm yang dimulai pada elevasi 12 m – 36 m.
U
IV-13
Skala 1 : 3000
GAMBAR 4. 12
SEQUENCE III BACK FILLING EKS PIT ARJUNA
Berikut penyajian secara tabel sequence dan volume dari tiap-
tiap masing sequence. Volume material memiliki satuan compacted
cubic meter yang berarti material telah dilakukan pemadatan dengan
menggunakan alat compactor. Volume back filling dapat dilihat pada
tabel IV. 2.
IV-14
WAKTUSEQUENCE
BACK FILLINGLUAS(ha)
ELEVASI(Meter)
VOLUMEOVEBURDEN(ccm)
Triwulan I I 19,46 20 702.919,19
Triwulan II II 19,46 28 1.569.167,80
Triwulan III III 19,46 36 2.304.445,10
Triwulan IV IV 19,46 36 3.032.498,44
TABEL IV. 1
VOLUME OVERBURDEN BACK FILLING
Selain pertimbangan mengenai keamanan lereng timbunan inpit
dump, pola aliran air di lokasi back filling eks pit Arjuna juga harus
diperhatikan. Pola aliran air ini menjadi sangat penting karena lokasi
back filling eks pit arjuna berbatasan langsung dengan perkebunan
karet dan kelapa sawit warga sekitar.
Terdapat sebuah cekungan rawa diantar lokasi timbunan back
filling dengan perkebunan warga. Daerah rawa ini tidak mengalir
karena aliran air yang sebelumnya ada telah tertutup akibat aktivitas
pertambangan. Pencegahan pertama yang dilakukan untuk
menguranginya adalah dengan pembuatan parit diantara lokasi
timbunan tambang dengan perkebunan masyarakat namun sewaktu
curah hujan tinggi pencegahan tersebut tidak bisa berfungsi banyak
karena ada beberapa pohon karet maupun pohon sawit dibagian
terluar yang dekat dengan tambang terendam air.
Pembuatan saluran air di lokasi back filling eks pit Arjuna
dimaksudkan untuk mengalirkan air permukaan menuju ke mian
sump di pit Nakula. Hal ini terintegrasi dengan perencanaan
penyaliran tambang dalam penangan air yang berada area tambang
dan daerah sekitar sehingga terhindar dari genangan air tersebut. Pola
aliran air permukaan dapat dilihat pada gambar 4. 13.
U
IV-15
GAMBAR 4. 13
POLA ALIRAN AIR DI LOKASI BACK FILLING
EKS PIT ARJUNA
Keterangan tanda panah :
: aliran air dari cacthment area Back filling
: saluran air
: aliran air permukaan dari tanah yang belum dibebaskan
: aliran air dari Rawa
Recommended