View
224
Download
1
Category
Preview:
DESCRIPTION
kasus manajerial rs
Citation preview
BAB V
ANALISIS KASUS
A. EFISIENSI RUMAH SAKIT
Banyak indikator yang digunakan untuk menilai efisiensi rumah sakit,
yang paling sering digunakan adalah:
1. Bed Occupancy Rate (BOR), yaitu persentase pemakaian tempat tidur pada
satu satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi
rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.
Rumus BOR adalah:
Jumlah hari perawatan rumah sakit
Jumlah TT X jumlah hari dalam satu periode
Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85%
2. Average Length of Stay (ALOS), yaitu rata-rata lama rawat seorang pasien.
Indikator ini disamping memberikan gambaran efisiensi, juga dapat
memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis
tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan lebih lanjut.
Jumlah lama dirawat
Jumlah pasien keluar (hidup+mati)
Secara umum nilai ALOS yang ideal adalah 6-9 hari
3. Bed Turn Over (BTO), yaitu frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu
periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu (biasanya
dalam periode satu tahun). Indikator ini memberikan tingkat efisiensi pada
pemakaian tempat tidur
Jumlah pasien keluar (hidup+mati)
Jumlah tempat tidur
Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali
4. Turn Over Interval (TOI) yaitu rata-rata hari dimana tempat tidur tidak
ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini juga
memberikan gambaran efisiensi penggunaan tempat tidur.
156
x100 %BOR =
ALOS =
BTO =
157
(Jumlah TT x periode) – hari perawatan
Jumlah pasien keluar (hidup+mati)
Idealnya tempat tidur kosong/tidak terisi ada pada kisaran 1-3 hari
5. Net Death Rate (NDR) yaitu angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk
tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu
pelayanan di rumah sakit.
Jumlah pasien mati >48 jam dirawat
Jumlah pasien keluar (hidup+mati)
Nilai NDR yang dianggap masih dapat ditolerir adalah kurang dari 25 dari
1000.
6. Gross Death Rate (GDR) yaitu angka kematian umum untuk 1000 penderita
keluar.
Jumlah pasien mati seluruhnya
Jumlah pasien keluar (hidup+mati)
Nilai GDR seyogyanya tidak lebih dari 45 per 1000 penderita keluar.
7. Rata-rata kunjungan poliklinik perhari, indikator ini diperlukan untuk menilai
tingkat pemanfaatan poliklinik rumah sakit. Angka rata-rata ini apabila
dibandingkan dengan jumlah penduduk di wilayahnya akan memberikan
gambaran cakupan pelayanan dari suatu rumah sakit.
TOI =
NDR = x 1000 o /oo
GDR = x 1000 o /oo
158
Tabel 5.1 Indikator Efisiensi Rawat Inap Tahun 2005-2011 RSUD Sragen
NO TAHUNBOR
(%)
LOS
(HARI)
TOI
(HARI)
BTO
(KALI)
GDR
(%)
NDR
(%)
1 2005 59.32 4.21 2.89 51.54 52.83 23.19
2 2006 88.54 5.71 0.74 56.73 54.32 25.10
3 2007 82.99 5.63 1.15 53.80 39.79 21.58
4 2008 68.56 5.11 2.34 49.00 47.50 28.70
5 2009 67.28 4.79 2.33 51.32 57.30 30.30
6 2010 69.95 4.10 1.76 62.25 53.43 29.52
7 2011 74.06 4.46 1.56 60.65 41.51 21.52
Keterangan:
- BOR (Bed Occupancy Rate) merupakan persentase pemakaian tempat tidur pada satu
satuan waktu tertentu.
- LOS (Length of Stay) merupakan rata-rata lama rawat seorang pasien.
- TOI (Turn Over Interval) merupakan rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati
dari telah diisi ke saat terisi berikutnya.
- BTO (Bed Turn Over) merupakan frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode,
berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu.
- GDR (Gross Death Rate) merupakan angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita
keluar.
- NDR (Net Death Rate) merupakan angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap
1000 penderita keluar.
Tabel 5.2 Efisiensi RSUD Sragen Bulan Januari-Desember 2011
BULANBOR
%
LOS
(Hari)
TOI
(Hari)
BTO
(Kali)
GDR
(‰)
NDR
(‰)
JANUARI 70.78 4.61 1.90 4.76 52.95 34.16
PEBRUARI 69.34 4.70 2.08 4.13 63.91 26.55
159
MARET 68.15 4.48 2.10 4.71 57.81 28.47
APRIL 70.91 4.55 1.87 4.67 63.72 35.68
MEI 77.97 4.86 1.37 4.98 66.19 43.06
JUNI 74.88 4.15 1.39 5.42 54.21 21.98
JULI 77.64 4.34 1.25 5.54 42.98 25.79
AGUSTUS 72.49 3.94 1.50 5.70 46.62 20.88
SEPTEMBER 74.46 4.07 1.40 5.49 49.17 30.37
OKTOBER 76.25 4.42 1.38 5.35 50.48 29.70
NOPEMBER 76.89 4.05 1.22 5.69 57.14 32.75
DESEMBER 78.19 4.19 1.17 5.79 48.70 31.55
(Sumber: Laporan Rekam Medis, 2012)
Grafik 5.1 Grafik BOR RSUD Sragen tahun 2005-2011
160
(Sumber: Laporan Rekam Medis, 2012)
Grafik 5.2 Grafik BOR RSUD Sragen bulan Januari-Desember 2011
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa nilai Bed Occupancy Rate (BOR)
yang menunjukkan efisiensi penggunaan tempat tidur di RSUD Sragen meningkat
tajam pada tahun 2006 sebesar 88,54% dan mulai menurun bertahap hingga tahun
2009 sebesar 67,28%, dan meningkat pada tahun 2010 dan 2011 yaitu 69,95% dan
74,06%. Kriteria ideal menurut KEMENKES nilai BOR adalah 65%-75% atas
pertimbangan efisiensi perawatan dan keamanan. Semakin rendah nilai ini
mungkin menunjukkan kurangnya apresiasi masyarakat memilih sebuah rumah
sakit atau pusat pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah kesehatannya. Jika
semakin tinggi nilai ini melebihi ambang batas normal (> 85%), maka berakibat
pada peningkatan beban kerja RS, menurunnya mutu pelayanan medis dan timbul
ketidakpuasan pasien.
161
Grafik 5.3 Jumlah Pasien Rawat Inap RSUD Sragen tahun 2006-2011
Dari grafik di atas diketahui bahwa jumlah pasien rawat inap dari tahun
2006-2011 cenderung mengalami peningkatan, berbeda dengan nilai BOR pada
grafik 5.1 diatas dari tahun 2006-2009 yang mengalami penurunan. Peningkatan
jumlah pasien yang tidak disertai peningkatan nilai BOR dapat disebabkan oleh
bertambahnya jumlah tempat tidur.
Memperhatikan nilai rata-rata BOR bulan Januari – Desember 2011 yang
cukup tinggi yaitu 73,995%. Tidak berlebihan seperti tahun 2006 (diatas 85%)
dan tidak dibawah 65%. Hal ini menunjukkan penggunaan tempat tidur di RSUD
Sragen masih dalam kategori ideal.
(Sumber: Laporan Rekam
Medis, 2012)
162
Grafik 5.4 Grafik ALOS RSUD Sragen tahun 2006-2011
(Sumber: Laporan Rekam Medis, 2012)
Grafik 5.5 Grafik ALOS RSUD Sragen bulan Januari - Desember tahun
2011
Dari grafik LOS di atas, diketahui bahwa rata-rata lama perawatan pasien di
RSUD Sragen menurun sejak tahun 2006 hingga 2010, yang mencapai angka 4,10
hari dan mengalami peningkatan yang tidak signifikan di tahun 2011 hingga
angka 4,46 hari. Nilai ideal LOS adalah 6-9 hari. Sejak 2006 hingga 2011, nilai
LOS RSUD Kabupaten Sragen selalu berada di bawah angka ideal. LOS pada
bulan Januari – Desember 2011 menunjukkan ketidakstabilan dengan
memperlihatkan grafik yang naik turun dengan ALOS 4,36 hari, LOS tertinggi
pada bulan Mei 4,86 hari dan anjlok di bulan Agustus 3,94 hari, kemudian
meningkat lagi pada bulan Oktober menjadi 4,42 dan bertahan di 4,19 hingga
Desember 2011. Angka LOS yang rendah pada suatu rumah sakit mencerminkan
rumah sakit lebih sering merawat pasien dengan penyakit akut dibanding kronis.
Selain itu juga dapat menggambarkan hal yang positif maupun negatif. Nilai
positif seperti baiknya kualitas pelayanan rawat inap sehingga pasien sembuh
lebih cepat tanpa komplikasi perawatan. Sedangkan nilai negatifnya seperti
163
kurangnya sarana prasarana rumah sakit dan keterbatasan kemampuan pelayanan
sehingga pasien dipulangkan dalam keadaan mulai sembuh (belum sembuh
benar), maupun tingginya angka pasien pulang paksa (APS).
(Sumber: Laporan Rekam Medis, 2012)
Grafik 5.6 Grafik TOI RSUD Sragen tahun 2006-2011
(Sumber: Laporan Rekam Medis, 2012)
Grafik 5.7 Grafik TOI RSUD Sragen bulan Januari-Desember tahun 2011
164
Grafik di atas menunjukkan nilai TOI meningkat cukup signifikan dari
tahun 2006 hingga 2008, stagnan pada 2008-2009 kemudian menurun pada tahun
hingga tahun 2011. Nilai ideal TOI adalah 1-3 hari, menggambarkan waktu ideal
pembersihan bed dan persiapan untuk digunakan pasien selanjutnya. Nilai TOI
RSUD Kabupaten Sragen sejak tahun 2007 hingga 2011 berada dalam range ideal.
Begitu pula nilai TOI pada bulan Januari - Desember 2011 yang berkisar di 1,22 –
2,10 hari. Jika angka TOI terlalu rendah, berarti waktu untuk sterilisasi tempat
tidur dan ruangan kurang, yang sedikit banyak berefek pada tingginya angka
infeksi nosokomial di suatu rumah sakit.
(Sumber: Laporan Rekam Medis, 2012)
Grafik 5.8 Grafik BTO RSUD Sragen tahun 2006-2011
165
(Sumber: Laporan Rekam Medis, 2012)
Grafik 5.9 Grafik BTO RSUD Sragen bulan Januari – Desember tahun 2011
Dari grafik di atas dapat dinilai penggunaan tempat tidur sempat mengalami
penurunan sejak 2006 hingga 2008, namun kemudian naik lagi hingga tahun 2010
dan sedikit menurun di tahun 2011 hingga pada angka 60,65. Nilai ideal untuk
BTO adalah 40-50 kali dalam setahun. Kecuali tahun 2008, nilai BTO RSUD
Kabupaten Sragen selalu di atas nilai ideal. BTO berhubungan dengan rendahnya
angka LOS rumah sakit. Semakin singkat lama perawatan pasien, maka
pergantian tempat tidur juga akan makin cepat.
(Sumber: Laporan Rekam Medis, 2012)
Grafik 5.10 Grafik GDR & NDR RSUD Sragen tahun 2006-2011
(Sumber: Laporan Rekam Medis, 2012)
166
Grafik 5.11 Grafik GDR & NDR RSUD Sragen bulan Januari-Desember
tahun 2011
Dari kedua grafik di atas, angka GDR dan NDR RSUD Kabupaten Sragen
menurun dari tahun 2006 hingga 2007, kemudian naik hingga 2009 dan menurun
kembali ditahun 2010 dan 2011. Sedangkan angka GDR bulan Januari-Desember
2011 naik di bulan Februari, sempat menurun di bulan Maret, naik lagi di bulan
April dan Mei dan turun di bulan Juni-Agustus. Pada bulan November, angka
GDR mampu meningkat namun di akhir tahun kembali turun. Sedangkan angka
NDR-nya menurun di bulan Februari, naik dibulan Maret-Mei dan menurun lagi
dari bulan Juni-Agustus. Nilai GDR yang ideal adalah kurang dari 45 dari 1000
orang, sedangkan Nilai NDR ideal adalah kurang dari 25 dari 1000 orang. Dalam
kurun waktu 5 tahun terakhir, nilai ideal ini hanya dicapai pada tahun 2007 dan
2011. Pada tahun 2011 nilai GDR ideal dicapai pada bulan Juli dan Agustus,
sedangkan NDR-nya di bulan Juni dan Agustus. Hal ini disebabkan RSUD Sragen
merupakan rumah sakit rujukan dan seringkali menerima rujukan dari Puskesmas
maupun rumah sakit swasta yang mengirimkan pasien dalam kondisi jelek/kritis
dan terlambat dirujuk.
167
(Sumber: Laporan Rekam Medis, 2012)
Grafik 5.12 Grafik Barber Johnson RSUD Sragen tahun 2007-2010
2007
2008
2009
2010
Daerah yang efisien
168
169
Grafik Barber Johnson adalah suatu grafik yang secara visual dapat
menyajikan dengan jelas tingkat efisiensi pengelolaan rumah sakit. Menurut
Barber-Johnson, grafik yang berada di luar daerah efisiensi menunjukkan bahwa
sistem yang sedang berjalan adalah kurang efisien. Dari grafik di atas, dapat
dinilai bahwa pada tahun 2007 sistem pengelolaan rumah sakit termasuk dalam
range efisien, dan sejak 2008 hingga 2011 sistem kurang efisien.
B. ANALISIS FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL
Analisis SWOT
a. Strength
1. Sudah menjadi RS tipe B dan akan menuju RS tipe B pendidikan.
2. Alat penunjang diagnostik cukup memadai.
3. Lokasi RS yang strategis di pusat kota dan di jalan Provinsi.
b. Weakness
1. Untuk menjadi RS tipe B pendidikan masih kurang fasilitas penunjang
pendidikan (contoh : ruang diskusi).
2. Kurangnya tenaga spesialis dan subspesialis.
3. Sarana dan prasarana pelayanan yang kurang memadai (contoh : lahan
parkir, poli).
c. Opportunity
1. Adanya koordinasi dan kerjasama dengan institusi pendidikan
kesehatan dan tenaga kesehatan di luar RS (contoh : FK UNS dan FK
UII)
2. Tersedianya lahan untuk pengembangan RS.
3.
d. Threat
1. Ketidaksiapan SDM dengan peningkatan mutu pelayanan.
2. Image masyarakat pelayanan RS swasta lebih baik.
3. Makin berkembangnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan rumah
sakit.
170
Internal Eksternal
Strength
1. Sudah menjadi RS tipe B dan
akan menuju RS tipe B
pendidikan.
2. Alat penunjang diagnostik
cukup memadai.
3. Lokasi RS yang strategis di
pusat kota dan di jalan
Provinsi.
Opportunity
1. Adanya koordinasi dan
kerjasama dengan institusi
pendidikan kesehatan dan tenaga
kesehatan di luar RS (contoh :
FK UNS dan FK UII)
2. Tersedianya lahan untuk
pengembangan RS.
Weakness
1. Untuk menjadi RS tipe B
pendidikan masih kurang
fasilitas penunjang pendidikan
(contoh : ruang diskusi).
2. Kurangnya tenaga spesialis dan
subspesialis.
3. Sarana dan prasarana
pelayanan yang kurang
memadai (contoh : lahan
parkir, poli).
Threat
1. Ketidaksiapan tenaga
kesehatan dalam menjadi
seorang pendidik.
2. Image masyarakat pelayanan
RS swasta lebih baik.
3. Makin berkembangnya
tuntutan masyarakat terhadap
pelayanan rumah sakit.
171
Strategi Solusi Strength – Opportunity
Eksternal
Internal
Opportunity
Adanya koordinasi
dan kerjasama dengan
institusi pendidikan
kesehatan dan tenaga
kesehatan di luar RS
Tersedianya lahan
untuk
pengembangan RS.
Strength 1 2 3
Sudah menjadi RS tipe B
dan akan menuju RS tipe
B pendidikan.1
Strategi Strength-opportunity :
1. Bekerjasama dengan institusi pendidikan kesehatan untuk
menuju RS tipe B pendidikan (O1,S1).
2. Menggunakan lahan yang masih ada untuk menunjang
terbentuknya RS tipe B pendidikan (O2,S1).Alat penunjang diagnostik
cukup memadai.
2
Lokasi RS yang strategis
di pusat kota dan di jalan
Provinsi.
3
172
Strategi Solusi Strength - Threat
Eksternal
Internal
Threat
Ketidaksiapan tenaga
kesehatan dalam
menjadi seorang
pendidik.
Image masyarakat
pelayanan RS
swasta lebih baik.
Makin
berkembangnya
tuntutan masyarakat
terhadap pelayanan
rumah sakit.
Strength 1 2 3
Sudah menjadi RS tipe B
dan akan menuju RS tipe
B pendidikan.1
Strategi strength- threat :
1. Mempersiapkan tenaga kesehatan untuk menjadi seorang
pendidik agar dapat mendukung RS tipe B menjadi RS tipe
B pendidikan (S1,T1).
2. Menjadikan alat penunjang diagnostik yang cukup
memadai untuk membuktikan bahwa pelayanan RSUD
Sragen tidak kalah dengan pelayanan RS swasta (S2,T2).
3. Memaksimalkan penggunaan alat penunjang diagnostik
yang sudah memadai untuk menjawab tuntutan masyarakat
yang semakin berkembang terhadap pelayanan RS (S2,T3).
Alat penunjang diagnostik
cukup memadai.
2
Lokasi RS yang strategis
di pusat kota dan di jalan
Provinsi.
3
173
Strategi Weakness - Opportunity
Eksternal
Internal
Opportunity
Adanya koordinasi
dan kerjasama dengan
institusi pendidikan
kesehatan dan tenaga
kesehatan di luar RS
Tersedianya lahan
untuk
pengembangan RS.
Weakness 1 2 3
Untuk menjadi RS tipe B
pendidikan masih kurang
fasilitas penunjang
pendidikan (contoh :
ruang diskusi).
1
Strategi Weakness – Opportunity :
1. Menggunakan lahan RS yang masih ada untuk membangun
fasilitas penunjang pendidikan (W1,O2).
2. Membangun sarana prasarana pelayanan dengan
menggunakan lahan RS yang masih memadai (W3,O2).
Kurangnya tenaga
spesialis dan subspesialis
2
174
Sarana dan prasarana
pelayanan yang kurang
memadai (contoh : lahan
parkir, poli).
3
Strategi solusi Weakness – Threat
Eksternal
Internal
Threat
Ketidaksiapan tenaga
kesehatan dalam
menjadi seorang
pendidik.
Image masyarakat
pelayanan RS
swasta lebih baik.
Makin
berkembangnya
tuntutan masyarakat
terhadap pelayanan
rumah sakit.
Weakness 1 2 3
Untuk menjadi RS tipe B
pendidikan masih kurang
fasilitas penunjang
pendidikan (contoh :
ruang diskusi).
1Strategi Weakness – Threat :
1. Mempersiapkan tenaga kesehatan yang ada untuk menjadi
seorang pendidik dan meningkatkan fasilitas penunjang
pendidikan untuk menuju RS tipe B pendidikan (W1,T1).
175
2. Menambah tenaga spesialis dan subspesialis untuk
meningkatkan image RSUD Sragen dibandingkan dengan
RS swasta (W2,T2).
3. Meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan untuk
menjawab tuntutan masyarakat yang semakin berkembang
(W3,T3).
Kurangnya tenaga
spesialis dan subspesialis
2
Sarana dan prasarana
pelayanan yang kurang
memadai (contoh : lahan
parkir, poli).3
Komparasi Urgenitas :
Faktor Internal
No. KOMPONEN (SW) a b c d e F NU BU%
a Sudah menjadi RS tipe
B dan akan menuju RS
tipe B pendidikan.
-
b Alat penunjang
diagnostik cukup
memadai.
-
c Lokasi RS yang -
176
strategis di pusat kota
dan di jalan Provinsi.
d Untuk menjadi RS tipe
B pendidikan masih
kurang fasilitas
penunjang pendidikan
(contoh : ruang
diskusi).
-
e Kurangnya tenaga
spesialis dan
subspesialis
-
f Sarana dan prasarana
pelayanan yang kurang
memadai (contoh :
lahan parkir, poli).
-
Jumlah
Komparasi Urgenitas :
Faktor Eksternal
No. KOMPONEN (OT) a b c d e F NU BU%
a Adanya koordinasi dan
kerjasama dengan
institusi pendidikan
-
177
kesehatan dan tenaga
kesehatan di luar RS.
b Tersedianya lahan
untuk pengembangan
RS.
-
c -
dKetidaksiapan tenaga
kesehatan dalam
menjadi seorang
pendidik.
-
eImage masyarakat
pelayanan RS swasta
lebih baik.
-
f Makin berkembangnya
tuntutan masyarakat
terhadap pelayanan
rumah sakit.
-
Jumlah
Recommended