View
231
Download
2
Category
Preview:
Citation preview
Beberapa waktu yang lalu, perhatian publik terarah pada sebuah debat
kontroversial antara Ken Ham, seorang Kristen yang menjadi Presiden dari
Answer in Genesis Ministry, dengan Bill Nye, seorang ilmuwan dan presenter dari
acara televisi Bill Nye the Science Guy. Kesimpulan singkat dari debat ini adalah:
Sebagai orang yang memegang paham young-earth creationism, Ken Ham
berkata bahwa Alkitab secara mutlak dan literal menyatakan bahwa proses
penciptaan terjadi selama 6x24 jam dan bumi ini berumur sekitar 6,000 tahun. Dia
juga bersikeras bahwa pandangan “bumi-muda”-nya tersebut bisa menjelaskan
semua hal tentang asal usul dan fenomena alam semesta.
Di sisi lain, Bill Nye, seorang agnostik, berpendapat bahwa jawaban dari segala
misteri di alam semesta ini bisa diperoleh dengan metode ilmiah. Dengan dua
dasar pemikiran yang berbeda, tentu saja hampir semua pendapat mereka saling
bertentangan. Pada akhinya, debat ini bukannya menyelesaikan, tapi malah
kembali mengangkat masalah-masalah yang memang sudah menjadi bahan
pembicaraan sejak beberapa ratus tahun yang lalu. Apakah betul bahwa agama
selalu bertentangan dengan ilmu pengetahuan? Apakah tulisan yang ada di
dalam Alkitab tidak boleh diinterpretasikan secara literal dan selalu bertolak-
belakang dengan penemuan ilmu pengetahuan? Apakah berarti orang yang
berpikir sesuai rasio dan ilmu pengetahuan tidak dapat beriman kepada Tuhan?
Salah satu kontroversi besar yang timbul di abad ke-16 adalah ketika Copernicus
mencetuskan teori heliosentris, yaitu bahwa Bumi bergerak mengelilingi matahari
yang menjadi pusat tata surya. Gereja Katolik Roma (yang memegang teori
geosentris) sangat menentang teori heliosentris karena teori ini “tidak sesuai
logika” (matahari terlihat mengelilingi kita; dan kalau Bumi berotasi atau bergerak,
kenapa kita tidak terlempar ke luar angkasa?) Selain itu, apa yang ditulis di
Alkitab juga seolah-olah mendukung teori geosentris, yaitu Bumi tidak bergerak
(1 Tawarikh 16:30, Mazmur 93:1, Mazmur 104:5) dan bahwa matahari mengelilingi
bumi (Pengkhotbah 1:5).
Sekitar 100 tahun kemudian di tahun 1632, berdasarkan penelitiannya, Galileo
kembali memaparkan teori bahwa Bumi lah yang mengelilingi matahari.
Namun dia tetap ditentang dengan Gereja Katolik Roma dan dicap sebagai
pengkhianat gereja. Padahal, Galileo adalah seorang Kristen yang memiliki
pengertian bahwa hukum alam adalah “bahasa tulisan tangan Tuhan”, dan
bahwa indera, rasio dan intelek manusia adalah karunia dan pekerjaan Allah
yang agung/mulia1. Tapi sekarang, saya yakin hampir semua orang, termasuk
para pembaca sekalian, setuju bahwa bukan hanya Bumi itu berotasi pada
porosnya, tapi juga bergerak mengelilingi matahari dengan kecepatan 30
kilometer per detik, menempuh waktu satu tahun untuk menyelesaikan satu
putaran. Pertanyaannya adalah mengapa orang Kristen bisa menerima
interpretasi “baru” ini dan tidak tetap ngotot pada interpretasi “literal” di Alkitab?
Apakah berarti ilmu pengetahuan telah melampaui integritas Alkitab?
Menginterpretasikan Alkitab secara literalSalah satu dasar dari kontroversi-kontroversi di atas adalah bagaimana cara kita
menginterpretasikan Kitab Suci. Alkitab adalah sebuah literatur yang terdiri dari
bermacam-macam buku: sejarah, puisi, surat dan sebagainya dengan gaya
penulisan yang berbeda. Untuk menginterpretasi suatu literatur dengan benar,
kita harus mulai dengan bertanya, bagaimanakah tulisan itu bisa dimengerti
sesuai dengan keinginan penulisnya. Misalnya, Shakespeare tentunya tidak ingin
tulisannya dimengerti sebagai sejarah, dan penulis buku teori matematika tentu
tidak mau bukunya dimengerti sebagai suatu puisi.
APAKAH ILMU PENGET
IKLAn
REPLIQUE
BUSET
54
B U S E T
| V o l . 1 0 - 1 0 9 J U
L I 2 0 1 4
HUAN BERTENTANGAN DENGAN ALKITAB ?EFLEKSI
St. John’s Anglican ChurchIndonesian Congregation Camberwell
552 Burke Road Camberwell Victoria 3124
Hari Minggu: 3 sore Ibadah Bahasa Indonesia,
8am Eucharist English Service, 10am Eucharist English Service6pm Contemplative Service.
Weekdays: 8.30am Morning Prayer Service, 5pm Evening Prayer Service.Tuesday: 12noon Eucharist English Service.
Wednesday: 11.30am Eucharist English Service.Church open: 8.30am - 5.30pm daily.
Pdt. Kuncoro Rusman e: kuncoro@rusman.com.au m: 0408 570 967
Begitu juga dengan Alkitab. Banyak sekali tulisan-tulisan yang bersifat
metafora. Ketika Yesus berkata, “Akulah pintu” (Yoh 10:9), tentu saja Yesus
bukan terbuat dari kayu. Tapi metafora ini masih mengandung unsur “literal”
dimana memang Yesus adalah satu-satunya pintu menuju keselamatan dan
hidup yang kekal.
Kita bisa melihat bahwa ada banyak tingkat dari kata “literal”. Sebagai orang
Kristen kita harus mengerti bahwa tidak semua tulisan bisa dengan mutlak
ditafsirkan secara literal. Namun perlu diingat bahwa ada hal-hal yang harus
dianggap serius dan literal, seperti kematian dan kebangkitan Kristus, dan
kejatuhan total manusia di dalam dosa. Salib Kristus bukanlah suatu alegori.
Kebangkitan Kristus bukanlah metafora.
Jadi, bagaimana dengan umur Bumi?Dari catatan Alkitab, beberapa orang Kristen, termasuk Ken Ham, berasumsi
bahwa Bumi hanya berumur ribuan tahun (pertama digagaskan oleh
Archbishop Ussher (1581-1656), dihitung dari silsilah yang ditulis di Alkitab
dan tafsiran bahwa alam semesta diciptakan selama 6x24 jam). Sedangkan
penemuan-penemuan ilmiah menyatakan bahwa Bumi berumur milyaran
tahun.
Apakah kita bisa menghitung umur bumi secara tepat dari catatan Alkitab?
Sejak beratus-ratus tahun yang lalu, tidak ada yang pernah menganggap
bahwa interpretasi peristiwa penciptaan di kitab Kejadian untuk menentukan
umur bumi adalah hal yang mudah.
Selain pendapat bahwa kosmos ini diciptakan selama 6x24 jam, ada juga
yang berpikir bahwa periode 6 hari ini ditulis hanya untuk menggambarkan
urutan penciptaan sesuai logika supaya bisa lebih mudah untuk dimengerti
(karena Tuhan bisa saja menciptakan semuanya dalam sekejap!) Beberapa
bapak gereja, seperti Justin Martyr dan Irenaeus, berkata bahwa konsep “hari”
bagi Tuhan tidak terikat pada periode 24 jam (…di hadapan Tuhan satu hari
sama seperti seribu tahun – 2 Petrus 3:8).
Kata “yom”, bahasa Ibrani dari “hari”, pertama kali muncul ketika Allah
memisahkan terang (siang) dan gelap (Kej 1:5). Di sini, secara literal (siang),
berarti yom menggambarkan periode sekitar 12 jam. Namun, kata yom juga
dipakai untuk menggambarkan 1 hari penciptaan (Kej 1:5,8,13), termasuk
penciptaan hari ke-6 (Kej 1:31). Banyak sekali yang terjadi di hari ke-6 (Kej
2:15-25): Adam memberi nama pada semua binatang; lalu tertidur dan Hawa
diciptakan; seolah-olah hari ke-6 itu lebih panjang dari 24 jam. Kita bisa lihat
bahwa kata “yom”, yang juga dipakai di hari ke-7, bisa memiliki lebih dari satu
makna.
Agustinus, salah satu bapa gereja yang terbesar, hanya bisa menyimpulkan
bahwa “6 hari penciptaan itu berbeda dari hari biasa yang kita kenal”.
Agustinus juga menulis, jika orang Kristen ngotot akan umur Bumi yang
sebenarnya tidak mengganggu doktrin-doktrin penting dari agama Kristen,
lalu menjadi bahan tertawaan orang-orang yang bukan Kristen, bagaimana
mungkin mereka kemudian mau mendengar dan percaya tentang
kebangkitan orang mati, hidup yang kekal dan Kerajaan Sorga?2
APA ANG BIA KITA PELAARI DARI GALILE DANDEBAT ANTARA BILL NE DAN KEN HAM ?
Mengenai umur Bumi, Kenneth Kantzer, profesor dari Trinity Evangelical Divinity
School, mengingatkan bahwa “di dalam hal-hal Tuhan memilih untuk diam,
kita juga seharusnya diam”3 (Ulangan 29:29). Sedangkan di dalam kasus
Galileo, kemajuan ilmu tidak sesuai hanya dengan salah satu cara penafsiran
Alkitab, bukan dengan Alkitab itu sendiri. Untuk menjelaskan sesuatu, Alkitab
memang sering menggunakan bahasa fenomena, yaitu menjelaskan
sesuatu seperti apa yang bisa dilihat oleh semua orang (misalnya: terbit
dan terbenamnya matahari). Seperti contoh perkataan Yesus (“Aku adalah
pintu”), tulisan bumi “tidak bergoyang” (xed) juga adalah bahasa fenomena
yang sebenarnya juga mengandung arti literal, karena pada kenyataannya
Tuhan memang menjaga keteraturan dan kestabilan alam semesta ini sampai
tujuannya terpenuhi.
Eric Kusnadi
PhD Candidate di Sir Peter MacCallum Department of Oncology, University of Melbourne Melayani di Persekutuan Pemuda Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII) Melbourne (www.
griimelbourne.org)Referensi:1Galileo Galilei, Dialogue concerning the Two Chief World System, translated by Drake(Berkeley:University of California Press, 1953).
2 Augustine, The Literal Meaning of Genesis, volume 1, chapter 19, v. 39.3Paul E. Little, Know Why You Believe (Intervarsity Christian Fellowship: 2008), chapter 9.
Lalu bagaimana seharusnya kita menginterpretasi Alkitab? Kita harus ingat
bahwa Alkitab memiliki otoritas utama atas Kebenaran. Sebagai manusia
yang terbatas, interpretasi kita tentu saja tidak mungkin 100% benar, tapi
yang penting adalah motivasi kita untuk mencari Kebenaran yang tersimpan
di dalam Alkitab. Rasio dan ilmu pengetahuan tidak bertentangan dengan
Alkitab. Rasio dan ilmu pengetahuan akan membantu kita memilih mana
interpretasi yang benar dari banyak interpretasi/tafsiran yang ada.
Saya yakin ada banyak orang Kristen yang, seperti saya sendiri, yakin akan
kebenaran dan otoritas Alkitab dan juga aktif di dalam bidang sains dan ilmu
pengetahuan. Baik Alkitab dan alam semesta adalah berasal dari Allah, maka
seharusnya ada harmoni antara interpretasi dari tulisan dalam Kitab Suci dan
interpretasi dari data ilmiah mengenai fenomena alam yang terjadi. Justru
keyakinan bahwa ada Allah Sang Pencipta yang bekerja atas alam semesta ini
yang memberikan stimulus dan momentum bagi Galileo dan banyak ilmuwan
untuk memahami kompleksitas alam dan segala hukum-hukumnya sejak abad
ke-16.
Sebagai orang Kristen, kemajuan ilmu jangan membuat kita menjadi seperti
Bill Nye yang menganggap Alkitab adalah buku yang tua dan tidak memiliki
otoritas kebenaran. Namun di sisi lain, kita juga tidak boleh terlalu mengkaitkan
kemajuan ilmu saat ini (atau pada suatu masa) dengan salah satu interpretasi
Alkitab yang terbatas, karena ilmu terus berubah. Alkitab ditulis bukan untuk
mengajarkan hukum Newton dan astronomi, melainkan untuk menyatakan
keberadaanNya, kasihNya, kemuliaanNya, realitas kehidupan yang sejati dan
keagungan rencana Allah yang bisa dimengerti oleh semua orang di segala
jaman.
Soli Deo Gloria.
Recommended