View
26
Download
4
Category
Preview:
DESCRIPTION
pulpektomi
Citation preview
REFLEKSI KASUS
PULPEKTOMI GIGI 85
NamaLengkap : Berti Silviana Intani
NIM : 112090060
Nama Dosen : drg. Prima Agusmawanti, Sp.KGA
BAGIAN PEDODONSI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2015
I. DESKRIPSI KASUS
Data pasien:
Nama : Risky Atika C
TTL : Surabaya, 9 Maret 2008
Umur : 6 tahun
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : JL. Sidoarjo III Rt 2 Rw 7 Medoho Semarang
Pemeriksaan subjektif :
Pasien mengeluhkan gigi bawah kanan belakang berlubang dan banyak sisa
makanan yang terselip. Pasien datang atas motivasi dari orang tuanya.
Anamnesis
Orang tua pasien mengungkapkan bawah gigi anaknya bagian kanan bawah
belakang berlubang besar, dan dahulu pernah tiba- tiba anaknya menangis karena gigi
tersebut sakit, kemudian pasien sikat gigi dan minum obat paracetamol sirup, setelah
beberapa hari baru terasa sembuh. Tidak pernah ada keluhan bengkak pada gigi
tersebut
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum pasien : Baik
BB : 22 kg
Nadi : 60x/menit
RR : 24x/menit
TB : 122 cm
Tekanan darah : 70/60 mmHg
Pemeriksaan objektif :
a. Pemeriksaan Ekstra Oral
Tidak ada kelainan/ keluhan pada jaringan sekitar kepala, leher, TMJ dan
jaringan limponodi pasien.
b. Pemeriksaan Intra Oral
Tterdapat kavitas pada oklusal gigi 85 kedalaman profunda
CE : (+), S : (+) sakit, P : (-), Pal : (-), M : (-), Drug : (-)
Dx : Karies profunda terbuka disertai pulpitis irreversible
II. PENATALAKSANAAN
1. Kunjugan I (2 April 2014)
Subyektif:
Orang tua pasien mengungkapkan bawah gigi anaknya bagian kanan bawah belakang
berlubang besar, dan dahulu pernah tiba- tiba anaknya menangis karena gigi tersebut
sakit, kemudian pasien sikat gigi dan minum obat paracetamol sirup, setelah beberapa
hari baru terasa sembuh. Tidak pernah ada keluhan bengkak pada gigi tersebut
Obyektif:
Gigi 85 kavitas oklusal kedalam profunda
CE : (+), S : (+) sakit, P : (-), Pal : (-), M : (-), Drug : (-)
Dx : Karies profunda terbuka disertai pulpitis irreversible
Tindakan :
Dilakukan pemeriksaan lengkap
Dilakukan rontgen panoramik
2. Kunjungan II (15 April 2014)
Subyektif:
Orang tua pasien mengungkapkan bawah gigi anaknya bagian kanan bawah belakang
berlubang besar, dan dahulu pernah tiba- tiba anaknya menangis karena gigi tersebut
sakit, kemudian pasien sikat gigi dan minum obat paracetamol sirup, setelah beberapa
hari baru terasa sembuh. Tidak pernah ada keluhan bengkak pada gigi tersebut
Obyektif:
Gigi 85 kavitas oklusal kedalam profunda
CE : (+), S : (+) sakit, P : (-), Pal : (-), M : (-), Drug : (-)
Dx : Karies profunda terbuka disertai pulpitis irreversible
Tindakan: open akses dan devital
Tahapan:
Dilakukan pembukaan atap pulpa dan pembersihan kavitas
menggunakan bur dan excavator
Pemberian bahan devital berupa coustinerf fort yang dibungkus pada
kapas dan diberi eugenol, kemudian diletakkan pada kavitas, yang
sebelumnya kavitas telah dibersihkan terlebih dahulu
Menutup kavitas dengan cavit
3. Kunjugan III (23 April 2014)
Subjektif:
Pasien datang ingin melanjutkan perawatan pada gigi belakang kanan bawah. Setelah
pemberian kapas dan obat kemarin pasien merasakan nyeri selama 3 hari terutama
ketika minum dingin. Ketika sakit pasien minum paracetamol sirup dan istirahat
Objektif:
Gigi 85 terdapat kavitas pada oklusal
CE (-), S (-), P (-), Pal (-), Drug (-), Mob (-)
Cavit dalam kondisi bagus
Assesment : gigi pasca devital selama 8 hari
Tindakan: sterilisasi I pulpektomi
Tahapan:
Pengambilan cavit dan bahan devitas menggunakan sonde dan excavator
Pembukaan atap pulpa menggunakan bur
Pengukuran panjang kerja estimasi masing- masing saluran akar
Memasukkan file #08 sesuai panjang kerja estimasi yang telah diukur masing-
masing saluran akar
Rontgen untuk mengetahui apakah panjang kerja telah sesui dengan panjang
saluran akar. Panjang kerja dikurangi 2mm
Preparasi saluran akar sampai file #55 sesuai dengan panjang kerja masing-
masing saluran akar
Setiap pergantian file selalu irigasi menggunakan salin
Rontgen untuk mengetahui hasil preparasi
Irigasi dengan salin
Mengeringkan saluran akar dengan paper point dan mengeringkan kavitas
dnegan kapas
Pemberian bahan sterilisasi ChKM pada cotton pellet kemudian diperas lalu
dibungkus dengan selapis kapas setelah itu diaplikasikan pada kavitas
Aplikasi tumpatan sementara pada kavitas
Penghitungan panjang kerja
Akar mesio bucal = 11 mm
Akar disto bucal = 10 mm
Akar disto lingual = 10 mm.
Gambar 2. Pengukuran Panjang kerja Gambar 3. Hasil preparasi SA
4. Kunjungan IV (29 April 2014)
Subjektif:
Pasien datang ingin melanjutkan perawatan pada gigi belakang kanan bawah.
Setelah pemberian kapas dan obat kemarin pasien tidak merasakan sakit sama
sekali
Objektif:
Gigi 85 terdapat kavitas pada oklusal
CE (-), S (-), P (-), Pal (-), Drug (-), Mob (-)
Cavit dalam kondisi bagus
Assesment: gigi pasca sterilisasi I selama 6 hari
Tindakan: sterilisasi II pulpektomi
Tahapan:
Pengambilan cavit dan bahan sterilisasi pada kavitas
Pemberian bahan sterilisasi Cresophene pada cotton pellet kemudian diperas
lalu dibungkus dengan selapis kapas setelah itu diaplikasikan pada kavitas
Aplikasi tumpatan sementara pada kavitas
5. Kunjungan V (8 Mei 2014)
Subjektif:
Pasien datang ingin melanjutkan perawatan pada gigi belakang kanan bawah.
Setelah pemberian kapas dan obat kemarin pasien tidak merasakan sakit sama
sekali
Objektif:
Gigi 85 terdapat kavitas pada oklusal
CE (-), S (-), P (-), Pal (-), Drug (-), Mob (-)
Cavit dalam kondisi bagus
Assesment: gigi pasca sterilisasi II selama 9 hari
Tindakan: obturasi saluran akar
Tahapan:
Pengambilan cavit dan bahan sterilisasi pada kavitas
Pengisian masing- masing saluran akar dengan bahan zink okside eogenol
menggunakan alat lentulo yang dipasang pada low speed. Sebelumnya lentulo
diukur sesuai masing- masing panjang saluran akar dan diberi stoper
Rontgen untuk mengetahui hasil pengisian saluran akar
Aplikasi zink phospat sampai oklusal
III. LANDASAN TEORI
1. Pengertian pulpektomi?
2. Indikasi dan kontraindikasi pulpektomi?
3. Jenis bahan obturasi pulpektomi?
4. Penyebab kegagalan dalam perawatan pulpektomi?
IV. LANDASAN TEORI DAN REFLEKSI KASUS
1. Pengertian Pulpektomi?
Pulpektomi merupakan perawatan yang meliputi pembuangan jaringan nekrotik
dari bagian korona dan saluran akar gigi sulung yang pulpanya telah non vital atau
mengalami radang kronis. Tujuannya adalah untuk mempertahankan gigi sulung
sampai eksfoliasinya yang normal. Pulpektomi dapat dilakukan dengan 3 cara :
Pulpektomi vital Pengambilan seluruh jaringan dalam ruang pulpa dan saluran
akar secara vital.
Pulpektomi devital Pengambilan seluruh jaringan pulpa dalam ruang pulpa dan
saluran akar yang lebih dahulu dimatikan dengan bahan devitalisasi pulpa.
Pulpektomi non vital Gigi sulung yang dirawat pulpektomi non vital adalah gigi
sulung dengan diagnosis gangren pulpa atau nekrose pulpa.
(Bence, 1990)
2. Indikasi dan kontraindikasi pulpektomi?
Indikasi
a. Gigi vital atau non vital, serta ada tanda2 keradangan
b. Akar masih utuh (Ro foto)
c. Akar tidak membengkok
d. Saluran akar terlihat jelas
Kontraindikasi
a. Gigi goyang disebabkan keadaan patologis
b. Panjang akar kurang dari 2/3 disertai resorbsi internal dan eksternal
c. Resorbsi internal dalam ruang pulpa dan saluran akar
d. Pasien dengan menderita leukemia, penyakit jantung rematik dan kengenital
dan penyakit ginjal kronis.
e. Pasien yang kurang kooperatif
(McDonald, 2004)
3. Jenis bahan obturasi pulpektomi?
Bahan pengisi saluran akar :
ZnO eugenol
Kandungan: kandungan utama zink okside 69% dengan bahan tambahan
seperti white resin 29,3% (untuk mengurangi kerapuhan saat setting), zink
state 1% (sebagai plasticizer), dan zink asetat 0,7% (untuk meningkatkan
kekuatan). Larutannya adalah eugenol 85% dengan minyak olive/ zaitun 15%
(sebagai plasticizer) (Jha, 2011).
Keunggulan:
Memiliki sifat antiinflamasi dan analgesic yang sangat bagus
Tidak menyebabkan diskolorisasi
(Jha, 2011)
Kelemahan:
Bersifat resisten terhadap resorbsi dan dapat mengakibatkan erupsi
gigi permanen terganggu
Memiliki kemampuan antibakteri yang terbatas
Memiliki waktu pengerasan yang lambat
Larut dalam cairan jaringan
Apabila eugenol terlalu banyak dan masuk ke periapikal akan
menyebabkan sitotoksik
(Bathia, 2002, dan Estrela, 2006).
Manipulasi: mencampurkan antara powder zink okside dengan liquit eugenol
sehingga diperoleh konsistensi yang kenal. Perbandingan jumleh powder dan
liquid disesuikan dengan petunjuk pabrik. Pencampuran dilakukan diatas glass
lab dan diaduk menggunakan spatula semen. Menurut Craig (2002), rata- rata
waktu yang diperlukan untuk mencapai setting time adalah 4-10 menit (Craig,
2002 dan McDonald, 2004).
Kalsium hidroksid
Keunggulan:
Biokompatibel
Memiliki kelarutan yang rendah terhadap air, serta tidak larut dalam
alkohol
Dinilai efektif dalam melawan bakteri anaerob yang berada pada pulpa
gigi yang nekrosis
(Praveen, 2011)
Kelemahan:
Memiliki kecenderungan teresorbsi lebih awal daripada resorbsi
fisiologis dari gigi desidui, sehingga menciptakan efek “hallow tube”
dimana saluran akar yang tidak terisi akan terisi oleh cairan jaringan
yang akhirnya akan menjadi tempat infeksi (Rewal, 2014).
Syarat bahan pengisi saluran akar gigi sulung :
Dapat terserobsi dalam jangka waktu yang sama dengan akar gigi desidui
Tidak merusak jaringan periapikal dan benih gigi permanen
Dapat diresorpsi bila overfilling
Bersifat antiseptik
Bersifat hermetis dan radiopak
Tidak boleh menyusut
Harus menempel pada dinding saluran akar
Tidak menyebabkan diskolorasi
Harus mudah dalam pengisian dan pengambilan, jika diperlukan
(Rewal, 2014)
4. Penyebab kegagalan dalam perawatan pulpektomi?
Beberapa tanda yang menunjukkan adanya kegagalan dalam perawatan pulpektomi
pada gigi decidui antara lain:
a. Resorpsi interna dari dentin
Merupakan tanda kegagalan yang sering ditemukan, hal ini disebabkan oleh
aktifitas osteoblas pada daerah amputasi pulpa yang meradang
b. Abses alveolar
Terjadi beberapa bulan setelah perawatan dan penderita tidak menyadari hal
tersebut. Karena tidak ada gejala infeksi.
c. Gigi terlalu cepat atau terlambat tanggal
Gigi infeksi kronis dapat menyebabkan gigi tanggal lebih cepat karena gigi
mengalami resorpsi tidak normal. Kemungkinan juga tanggalnya gigi menjadi
terlambat sehingga mengganggu erupsi gigi permanen.
(Bathia, 2002)
Penyebab kegagalan dalam perawatan saluran akar dapat dikategorikan dalam tiga
kelompok:
a. Iritasi apikal oleh jaringan yang terinfeksi pada saluran akar yang diisi
tidak hermetis (63,46%)
b. Kesalahan sewaktu melakukan perawatan (perforasi, pengisian yang
berlebih, instrumen yang patah) (14.42%)
c. Kesalahan pada waktu diagnosis (22,12%)
(Preveen, 2011)
REFLEKSI KASUS
Kesulitan yang dialami oleh operator yaitu ketika tahap obturasi gigi 85.
Ketika obturasi operator kesulitan menggunakan lentolo, karena takut jika lentulo
patah, sehingga harus dilakukan hat- hati. Selain itu saat manipulasi zink okside
eugenol kemungkinan perbandingan antara powder dan liquid kurang tepat sehingga
terlalu encer, akibatnya hasil rontgen di saluran akar kurang radiopag.
Seharusnya ketika mencampurkan antara powder zink okside dengan liquit
eugenol sampai diperoleh konsistensi yang kenal. Perbandingan jumlah powder dan
liquid disesuaikan dengan petunjuk pabrik. Pencampuran dilakukan diatas glass lab
dan diaduk menggunakan spatula semen. Setelah obturasi dilakukan foto rontgen
untuk mengetahui apakah pengisian telah hermetis, sebelum dilakukan rontgen kavitas
ditutup dengan tumpatan sementara karena bahan obturasi ini waktu setting cukup
lama. Menurut Craig (2002), rata- rata waktu yang diperlukan untuk mencapai setting
time adalah 4-10 menit (Craig, 2002 dan McDonald, 2004). Dengan waktu setting
yang cukup lama ditakutkan bahan obturasi akan larut ketika terkena saliva, sehingga
diperlukan bahan pelindung pada kavitas seperti tumpatan sementara atau zink
phospat (Jha, 2011).
Bahan obturasi zink okside eugenol memiliki keunggulan yaitu memiliki sifat
antiinflamasi dan analgesik yang sangat bagus, yang dihasilkan dari eugenol (Jha,
2011). Tetapi apabila ketika manipulasi eugenol terlalu banyak (terlalu cair) dan
masuk ke periapikal akan menyebabkan sitotoksik, selain itu hasil rontgen obturasi
tidak terlihat radiopag (Estrela, 2006). Karena bahan yang dapat membuat radiopag
ada pada campuran dari powder zink okside. Kandungan utama zink okside 69%
dengan bahan tambahan seperti white resin 29,3% (untuk mengurangi kerapuhan saat
setting), zink state 1% (sebagai plasticizer), dan zink asetat 0,7% (untuk
meningkatkan kekuatan) (Jha, 2011).
DAFTAR PUSTAKA1. Bence, R. 1990. Buku Pedoman Endodontik Klini. Jakarta: Universitas Indonesia
2. Bhatia, R. et al. 2002. Periapikal and Intraradicular Resorption of Endoflas in Primary Molar: A Case Report. hal 156-159
3. Craig, R.G. and Powers, J.m. 2002. Restorative Dental Material. 11th ed. Mosby Elsevier. Hal 596
4. Estrela, C. et al. 2006. Influence of Iodoform on Antimicrobial Potential of Calcium Hidroxide. Journal Appl Oral Sci. 14(1): 33-37
5. Jha, M. et al. 2011. Pediatric Obturating Material and Techniques. Journal of Contemporary Dentistry. 1(2): 27-32
6. McDonald, Every, Dean. Dentistry fot the Child and Adolescent. 8 th ed. USA: Mosby. Hal 342-343
7. Praveen, P. et al. 2011. A Review of Obturating Material for Primary Teeth. SRM University Journal of Dental Sciences. 1(3)
8. Rewal, N., et al. 2014. Comparation of Endoflas and Zinc Okside Eugenol as Root Canal Filling Materials in Primary Dentition. 32(4)
Recommended