View
6
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
KNOWLEDGEManagementPenerapan Teknologi
Konstruksi
B unga RampaiedisiNovemberDesember2 0 1 8
Membangun
Bersama
ISSN 2580-6351
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
BALAI PENERAPAN TEKNOLOGI KONSTRUKSI
KNOWLEDGE MANAGEMENT
Penerapan Teknologi Konstruksi
Edisi November-Desember 2018
ISSN 2580-6351
Bunga Rampai
Direktur Jenderal Bina Konstruksi
SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Syarif Burhanuddin
Tenaga kerja konstruksi bersertifikat memiliki peranan penting dalam pembangunan infrastruktur di
Indonesia karena hal tersebut menjadi fokus Pemerintah selama empat tahun terakhir di seluruh
Indonesia. Beragam proyek infrastruktur berupa jalan raya, jalan tol, jalur kereta, bandar udara,
pelabuhan, waduk, irigasi, pembangkit listrik, dan pos batas lintas Negara/ PBLN telah dan akan
dibangun. Pembangunan ini tentunya tidak dapat berjalan lancar tanpa didukung keberadaan tenaga
kerja yang berkualitas selain material, peralatan dan teknologi konstruksi yang tersertifikasi atau
memenuhi standar yang berlaku. Jaminan standar remunerasi para tenaga kerja bersertifikat tersebut
juga telah diberikan oleh Negara. Dengan demikian, kinerja dan karya mereka diharapkan akan
mampu mewujudkan hasil konstruksi yang berkualitas dan berkelanjutan.
Edisi November – Desember 2018 dari Buku Bunga Rampai Knowledge Management Penerapan
Teknologi Konstruksi kali ini istimewa mengangkat tema seputar sertifikasi tenaga kerja konstruksi,
standar-standar yang berlaku dalam bidang konstruksi serta kumpulan artikel ilmiah popular bidang
konstruksi lainnya. Semoga bermanfaat dan selamat membaca!
Konstruksi Indonesia (KI) Tahun 2018 yang dibuka oleh Presiden RI, Bapak Joko Widodo, telah
berlangsung pada 31 Oktober s.d. 2 November 2018 di JIExpo Kemayoran, Jakarta dan bersamaan
dengan acara Indonesia Infrastructure Week (IIW) 2018 dengan mengangkat tema
“Ketahanan Masyarakat Jasa Konstruksi Indonesia Menghadapi Liberalisasi Perdagangan Barang
dan Jasa dengan Fokus Utama pada Peningkatan Sumber Daya Manusia”. Beragam rangkaian
acara dan kegiatan juga diselenggarakan mulai dari pameran, konferensi, seminar, workshop sampai
dengan bilateral meeting dengan 5 (lima) negara, antara lain Inggris, Australia, India, China dan
Malaysia. Pada kesempatan tersebut, dilakukan pula penyerahan sertifikat kompetensi oleh
Presiden Republik Indonesia, Bapak Joko Widodo kepada 10.000 tenaga kerja konstruksi tingkat ahli
dan terampil se-Indonesia, termasuk lebih dari 1000 orang freshgraduates Sarjana Teknik dari lulusan
Distance Learning SIBIMA Konstruksi (DL-SIBIMA). DL-SIBIMA merupakan metode pembelajaran
yang memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) bagi tenaga kerja konstruksi.
Pelatihan tersebut juga diperkaya dengan Knowledge Management yang berisikan beragam
pengetahuan bidang konstruksi.
Jakarta, 5 November 2018Direktur Jenderal Bina Konstruksi
Direktur Bina Kelembagaan dan Sumber
Daya Jasa Konstruksi
SAMBUTAN DIREKTUR BINA KELEMBAGAAN DAN SUMBER DAYA JASA KONSTRUKSI
Direktur Bina Kelembagaan dan Sumber Daya Jasa Konstruksi
Ir.Bastian Sodunggaron Sihombing, M.Eng
Konstruksi Indonesia (KI) yang dilaksanakan di Jakarta International Expo (JI Expo) Kemayoran atas
kerja sama antara Kementerian PUPR dengan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) pada
prinsipnya merupakan sarana kolaborasi antara Pemerintah dan para pelaku usaha dalam mendukung
ketersediaan rantai pasok sumber daya konstruksi dan percepatan sertifikasi tenaga kerja konstruksi.
Direktorat Jenderal Bina Konstruksi mendorong LPJKN untuk mengeluarkan SK LPJK no 217/2018
mengenai Penetapan Pedoman Percepatan Registrasi dan Sertifikasi Tenaga Ahli Konstruksi Melalui
Program Pelatihan Jarak Jauh (Distance Learning) Sistem Informasi Belajar Intensif Mandiri (SIBIMA)
Bidang Konstruksi, yang kemudian dijadikan salah satu landasan peraturan jalur percepatan sertifikasi
SKA Muda 1 Tahun.
Di era Revolusi Industri 4.0 ini, para pelaku usaha jasa konstruksi di Indonesia diharapkan mampu
semakin berkompeten dan berdaya saing global. Digitalisasi di banyak sektor termasuk konstruksi
menciptakan efisiensi dan efektifitas kinerja yang selanjutnya menghasilkan produk konstruksi yang
semakin berkualitas baik. Selain itu, penyebaran informasi dan knowledge sharing dapat semakin cepat
dilakukan. Ditjen Bina Konstruksi sebagai pembina konstruksi nasional melalui Knowledge
Management SIBIMA Konstruksi (sibima.pu.go.id) yang dikelola Balai Penerapan Teknologi Konstruksi
telah memfasilitasi knowledge sharing terkait material, peralatan, dan teknologi konstruksi serta
informasi berkaitan dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri/ TKDN.
Knowledge Management SIBIMA Konstuksi juga menyediakan sarana berbagi pengetahuan melalui
Buku Bunga Rampai Knowledge Management Penerapan Teknologi Konstruksi yang berisikan
kumpulan artikel ilmiah mengenai penerapan teknologi konstruksi, baik teknologi konstruksi yang
sudah familiar sebagai refreshment bagi para insinyur maupun teknologi terkini yang belum popular di
tengah masyarakat. Diharapkan masyarakat terutama pemangku kepentingan di bidang konstruksi
dapat memanfaatkan fasilitas ini dengan baik. Akhir kata, selamat menikmati buku ini dan semoga
terinspirasi!
Kepala Balai Penerapan Teknologi
Konstruksi
PENGANTAR KEPALA BALAI PENERAPAN TEKNOLOGI KONSTRUKSI
Cakra Nagara, ST., MT., ME.
Kepala Balai Penerapan Teknologi Konstruksi
Saat ini dunia semakin menyadari mengenai pentingnya peran Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) untuk mendorong percepatan pemerataan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kita tidak lagi hidup
di masa lampau, kita berada di era persaingan yang bergerak secara cepat dan dinamis. Informasi dan
komunikasi dapat terdistribusi dengan sangat cepatnya. Bila pada masa dahulu kita harus lebih bekerja
keras, meluangkan waktu yang lebih lama, dan mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk
mendapatkan suatu informasi dan ilmu pengetahuan baru, seperti misalnya harus mengikuti seminar,
pergi ke perpustakaan, dan lain sebagainya. Kini, akses informasi sudah semakin mudah didapatkan,
sehingga dapat meningkatkan peluang kita untuk menjadi lebih berkompeten.
Dunia konstruksi Indonesia saat ini tengah berada pada titik kuatnya, pembangunan infrastruktur
secara masif dilakukan untuk mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain. Oleh karenanya, Balai
PTK hadir melalui SIBIMA Konstruksi yang diperkaya dengan Knowledge Management yang di
dalamnya memberikan wawasan dan pengetahuan baru mengenai dunia konstruksi. Selain itu, Balai
PTK menginisiasi berbagia kerja sama dengan mitra kerja dalam upaya pembinaan di bidang Building
Information Modelling (BIM).
Kebijakan Ditjen Bina Konstruksi menggunakan DL-SIBIMA sebagai salah satu metode percepatan
sertifikasi tenaga kerja konstruksi untuk kelas ahli. Bahkan, pada acara Konstruksi Indonesia (KI) Tahun
2018 yang dibuka oleh Presiden RI, Bapak Joko Widodo dan telah berlangsung pada 31 Oktober s.d. 2
November 2018 dengan mengangkat tema “Ketahanan Masyarakat Jasa Konstruksi
Indonesia Menghadapi Liberalisasi Perdagangan Barang dan Jasa dengan Fokus Utama pada
Peningkatan Sumber Daya Manusia”, lebih dari 1000 orang freshgraduates Sarjana Teknik dari
lulusan Distance Learning SIBIMA Konstruksi (DL-SIBIMA) mendapatkan sertifikat kompetensi
dari Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK).
Pada Bunga Rampai Knowledge Management Edisi XII bulan November – Desember 2018 ini, terdapat
beragam topik yang diangkat dari bidang teknik sipil, lingkungan, dan perencanaan. Semoga
keberadaan buku ini dapat memberikan pengetahuan baru dan inspirasi para pembaca sekalian.
Selamat membaca!
Pengarah/ Pelindung : Dr. Ir. H. Syarif Burhanuddin, M.Eng Direktur Jenderal Bina Konstruksi
Dewan Redaksi : Ir. Yaya Supriyatna Sumadinata, M.Eng.Sc Sekretaris Direktorat Jenderal Bina KonstruksiDr. Ir. H. Masrianto, MT Direktur Bina Investasi InfrastrukturIr. Sumito Direktur Bina Penyelenggaraan Jasa KonstruksiIr. Bastian Sodunggaron Sihombing, M.Eng Direktur Bina Kelembagaan dan Sumber Daya Jasa KonstruksiIr. Ober Gultom, MT Direktur Bina Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi
Penanggung Jawab/ : Cakra Nagara, ST., MT., MEPemimpin Umum Kepala Balai Penerapan Teknologi Konstruksi
Direktorat Jenderal Bina KonstruksiKementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Editor :
Email : balaiptk@gmail.com sibimakonstruksi@gmail.com sibimakonstruksi@pu.go.id
Alamat : Balai Penerapan Teknologi KonstruksiDirektorat Jenderal Bina KonstruksiKementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan RakyatJl. Sapta Taruna Raya Komp. PU Ps. Jumat Jakarta Selatan 12310 Telp. 021-766 1556sibima.pu.go.id
SUSUNAN REDAKSI BUNGA RAMPAI
Pemimpin Redaksi : Martalia Isneini, ST., MT
Penyunting : Rezza Munawir, ST., MT., MMGKuswara Stiadi, S.Sos Nofa Fatkhur Rakhman, SAPVeronica Kusumawardhani, ST., M.Si Yosaphat Bisma Wikantyasa, S.Sos., M.IKomSutri Rahayu, SE
Desain : Alvian Ardiansyah,ST
Riyan Gunawan Indranata, A.Md
Shanti Astri Noviani, S.Pd
Imam Mahputra, S.Kom Muhammad Ridho Asmoro Ahadi, S.Kom
Zamrud Muhammad Yusuf Gustian, ST Nuryamah, S.Pd Deviana Kusuma Pratiwi, ST Danna Prasetya Nusantara, ST
Dwi Citra Hapsari, S.Pd Hilma Muthi’ah, ST
Godlive Handel Immanuel Sitorus, S.P.W.K
Dewi Chomistriana, ST, M.Sc Direktur Kerja Sama dan Pemberdayaan
Daftar IsiISSN 2580-6351
16
Ferosemen Teknologi untuk Jaringan Irigasi ...................................................................................
26
Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung ....................................................................
36
Building Information Modelling (BIM) dalam Meningkatkan Akuntabilitas
Mitra Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) .................... 40
Analisis Produktivitas Alat Berat pada Pembangunan Jalan
di Kabupaten Penajam Paser Utara ...................................................................................................... 44
Penerapan Sistem Manajemen Mutu pada Proyek Pembangunan Infrastruktur
Pemerintah ...................................................................................................................................................... 48
Standar Kontrak Sebagai Dasar Pelaksanaan Konstruksi ........................................................... 52
Pemanfaatan Lumpur Lapindo Sebagai Bahan Material Konstruksi ..................................... 56
Pemanfaatan Material Vulkanik Gunung SUnabung Sebagai
Bahan Bangunan Berbasis Semen ......................................................................................................... 60
Alternatif Pemanfaatan Abu Vulkanik dalam Bidang Keteknik-Sipilan ................................
70
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Provinsi, Kabupaten dan Kota Berdasarkan Peraturan Menteri
Agraria dan Tata Ruang Nomor 1 Tahun 2018 ............................................................................... 74
Analisis Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP) Pengguna
Taksi di Kota Malang ................................................................................................................................... 78
Pemanfaatan Ruang Berbasis SKKNI Bagi Ahli Penyusunan Peraturan Zonasi ................ 82
12
Mengulik Water Management dari Singapura melalui Newater ..............................................
............................ 6
SUMBER DAYA AIR
Konstruksi Bangunan Pemecah Gelombang Laut...........................................................................
JALAN DAN JEMBATAN
Pembangunan LRT Jabodebek Serta Metode Konstruksi ............................................................. 2
Studi Pelaksanaan Pekerjaan Kolom Pier Overpass Legowok STA
18+555 pada Proyek Pembangunan Jalan Tol Gempol Pasuruan Seksi II
20
PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
Rumah Permanen Instan dengan Domus Membuat Rumah Hanya dengan 5 Hari .........
30
JASA KONSTRUKSI DAN ENERGI ALTERNATIFAplikasi Baja Ringan pada Konstruksi Bangunan ..........................................................................
64
SOSIAL, EKONOMI DAN LINGKUNGANAerotopolis Konsep pembangunan Kota berbasis Bandara ......................................................
Jalan dan
Jembatan
2
PEMBANGUNAN LRT JABODEBEK SERTA METODE KONSTRUKSI
Ilustrasi Kereta dan Jalur Light Rail Transit Jabodebek
(Sumber: PT. Adhi Karya (Persero) Tbk., 2018)
akarta sebagai ibukota negara melayani pergerakan harian 25,4 juta perjalanan. Pergerakan orang pada kawasan tersebut tidak
hanya dibangkitkan oleh Provinsi Jakarta sendiri namun juga dari daerah sekitarnya, seperti daerah cibubur yang menyumbang 31 persen dari total bangkitan Jakarta. Setiap minggunya 35 ribu unit motor dan mobil memadati jalanan Jakarta, menjadikan jakarta menduduki posisi ketujuh sebagai kota termacet di Dunia.
Groundbreaking LRT oleh Presiden Jokowi
(Sumber: PT. Adhi Karya (Persero) Tbk., 2018)
Jakarta membutuhkan transportasi alternatif yang tidak memenuhi ruas jalan. Kereta Api Ringan atau Light Rail Transit merupakan salah satu solusinya, LRT menjadi solusi yang tepat untuk kepadatan ibukota. Sesuai dengan Peraturan Presiden nomor 98 tahun 2015 dan
perubahannya tentang percepatan penyelenggaraan kereta api ringan atau light rail transit terintegrasi di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi, lintas pelayanan LRT dapat mendukung aktifitas penduduk dengan meminimalisir volume lalu lintas ibukota.
Tabel Panjang Lintas Pelayanan LRT Jabodebek (Sumber: PT. Adhi Karya (Persero) Tbk., 2018)
Pembangunan LRT akan terbagi sebanya dua tahap pengerjaan dengan total jarak 82,93 KM. Pada tahap pertama pembangunan LRT ini meliputi tiga lintas pelayanan, yakni Cibubur – Cawang, Bekasi Timur – Cawang, dan Cawang – Dukuh Atas dengan total jarak 44,43 KM serta memiliki 18 titik stasiun. Selanjutnya pada tahap kedua akan meliputi tiga lintas pelayanan yaitu Dukuh Atas – Senayan, Cibubur – Bogor, dan Palmerah – Grogol dengan total jarak 38,5 KM serta memiliki 8 titik stasiun. LRT hadir dalam konsep melaju
J
3
dengan lajur layan eksklusif. Kereta LRT memiliki performa maksimum sehingga headway hanya 3 menit sampai dengan 6 menit. Kapasitas maksimal sebanyak 800 penumpang dengan rincian 156 penumpang duduk, 640 penumpang berdiri, dan 4 penumpang flipseat untuk 6 gerbong tiap rangkaian atau dapat digunakan alternatif 3 gerbong tiap rangkaian dengan kapasitas setengah dari kapasitas maksimum.
Dimensi Gerbong Kereta LRT
(Sumber: PT. Adhi Karya (Persero) Tbk., 2018)
Sistem sinyal dari LRT sendiri menggunakan moving block CBTC, sedangkan sistem keamanan menggunakan Automatic Train Protection (ATP). Kontrol utama dari LRT menggunakan sistem Operation Control Centre (OCC). Sistem telekomunikasi LRT menggunakan fiber optik menggunakan perangkat telephone radio clock. Untuk sistem elektrikal yang dipakai di LRT sendiri memiliki spesifikasi seperti 20 kV distribution voltage, 6 MW / 3 MW capacity of traction substation, 750 VDC traction voltage, 3rd rail traction distribution power, SCADA system for supervision & control. Pada stasiun sistem tiket sudah menggunakan automatic vending machine dengan sistem pembayaran menggunakan e-money & smartcard.
Untuk pertama kalinya di Indonesia, PT. Adhi Karya (Persero) Tbk. menghadirkan teknologi U-Shape Girder. Dengan struktur ramping yang ideal untuk arsitektur perkotaan, penggunaan U-Shape Girder juga berpengaruh pada proses pembangunan yang lebih
efisien serta mengurangi polusi suara yang timbul saat beroperasi.
Peta Lintas Pelayanan LRT Jabodebek
(Sumber: PT. Adhi Karya (Persero) Tbk., 2018)
Sebagai bagian dari Jakarta Smart City, LRT akan terintegrasi dengan moda transportasi masal seperti KRL, Transjakarta, MRT, dan moda lainnya. Di masa depan, stasiun LRT juga akan terintegrasi dengan fasilitas publik seperti apartement, pusat belanja, dan fasilitas lain yang mendukung konsep hunian terintegrasi. LRT ditargetkan akan beroperasi pada tahun 2019. Kehadiran LRT akan memberikan kenyamanan mobilitas penduduk Jakarta dan sekitarnya. Bersama LRT menuju pelayanan transportasi masal yang lebih baik.
Animasi Perencanaan Stasiun LRT
(Sumber: PT. Adhi Karya (Persero) Tbk., 2018)
4
Stasiun LRT Terintegrasi Fasilitas Publik
(Sumber: PT. Adhi Karya (Persero) Tbk., 2018)
PT. Adhi Karya (Persero) Tbk. dalam pembangunan LRT Jabodebek didampingi oleh beberapa konsultan. Systra sebagai konsultan alignment, upper structure, long span, trackwork, & design-system integratrion; Arkonin sebagai konsultan stasiun termasuk pekerjaan sipil, arsitektur, & mekanikal elektrikal; Daya Cipta sebagai konsultan perkuatan tanah; LAPI Ganeshatama sebagai konsultan substructure, long span, & sebagai koordinator konsultan lokal; Pamintori Cipta sebagai konsultan studi kelayakan & analisa manajemen lalu lintas; ITS Kemitraan sebagai konsultan substructure & longspan; dan Virama Karya sebagai konsultan substructubre, longspan, & koordinator konsultan lokal.
Precast U-Box / Box Girder Method (Lifting Frame)
(Sumber: PT. Adhi Karya (Persero) Tbk., 2018)
Metode pengerjaan jalur dari LRT Jabodebek kebanyakan menggunakan sistem precast. Mengingat kondisi lalu lintas jakarta yang sangat padat dan bentang yang cukup panjang atau biasa disebut Longspan, sistem tersebut sangat membantu dalam pengerjaan viaduk yang merupakan jenis jembatan
yang berada di atas jalan raya. Pada proses pembangunan tersebut digunakan sistem precast dengan dua jenis material precast yang berbeda, yaitu Precast Segmental Box Upper Structure dan Precast Segmental U-Box Girder Upper Structure. Selain dari metode precast, digunakan juga Cast in Situ Method di beberapa segmen.
Cast in Situ Method (Form Traveller)
(Sumber: PT. Adhi Karya (Persero) Tbk., 2018)
Pembangunan jalur LRT terdiri dari dua pembagian struktur seperti pembangunan viaduk atau jembatan pada umumnya. Struktur tersebut yaitu substructure atau disebut juga struktur bawah dan upper structure atau biasa disebut struktur atas.
Struktur Atas (Upperstructure) Jalur LRT
(Sumber: PT. Adhi Karya (Persero) Tbk., 2018)
Pada Struktur atas terdapat Pierhead serta Seismic Bearing yang terdapat dibawahnya, U-Shaped yang terletak diatas Pierhead, Concrete Pinth sebagai bantalan rel, dan Evacuation Lane dan Hand Railing di pinggir struktu U-Shaped Girder. Pada struktur bawah terdapat pondasi dengan menggunakan Borepile atau Spunpile, Pilecap yang dimensinya menyesuaikan pasangan Pile, dan Pilar yang tingginya menyesuaikan elevasi lintasan.
5
Sumber : Ari O. P. & Jodi Y. F. 2014. Perencanaan Jembatan Beton Prategang Sungai Kungku
Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatra Selatan. Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya.
Kementerian Perhubungan & PT. Adhi Karya (Persero) Tbk. 2019. Video Profile LRT Jabodebek. Jakarta. 3,5 Menit.
PT. Adhi Karya (Persero) Tbk. 2018. Implementasi K3 pada Proyek Berskala Besar PT. Adhi Karya (Pesero) Tbk. Dipresentasikan pada Workshop Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) Tenaga Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 14 Agustus 2018, di Riau.
PT. Adhi Karya (Persero) Tbk. 2019. Project Management. Dipresentasikan pada Bimbingan Teknis Bangunan Gedung, 17-18 Juli 2018 di Kalimantan Selatan.
Struktur Bawah (Substructure) Jalur LRT
(Sumber: PT. Adhi Karya (Persero) Tbk., 2018)
U-Shaped Girder memiliki bentang yang panjang hingga 30 meter. Untuk itu proses delivery atau mobilisasi dari Precast Plant hingga ke Site harus diperhatikan. Aspek yang diperhatikan dalam metetapkan metode pengiriman U-Shaped Girder yaitu Dimensi, Berat, Rute, Jarak Tempuh, Waktu Tempuh, Pemberhentian Sementara, Batasan Beban, Kondisi Lalu Lintas, Hambatan, Pengamanan Produk, Pengamanan Armada & Crew, dan Pengamanan Pengguna Jalan.
Mobilisasi U-Shaped dari Precast Plant ke Site (Sumber: PT. Adhi Karya (Persero) Tbk., 2018)
Dalam eksekusi mobilisasi U-Shaped Girder memiliki metode pengawalan seperti berikut ini: 1. Mobil Patroli Jalan Raya (PJR) sebagai pembuka
jalan dan mengantisipasi hambatan yang mungkin ada di perjalanan sedini mungkin;
2. Mobil Safety Patrol berada 100 meter di belakang mobil PJR untuk memastikan area benar-benar steril dari hambatan;
3. Kendaraan Multiaxle berada 20 meter di belakang mobil safety patrol;
4. Mobilisasi ditutup dengan mobil PJR dan mobil safety patrol yang berjajar (kanan dan kiri) dan
berada 50 meter di belakang kendaraan multiaxle untuk menghalau kendaraan lain menerobos laju kendaraan multiaxle dari belakang.
Proses Erection U-Shaped Girder LRT
(Sumber: PT. Adhi Karya (Persero) Tbk., 2018)
Perhitungan Beban Lifting U-Shaped Girder
(Sumber: PT. Adhi Karya (Persero) Tbk., 2018)
Penulis: Zamrud Muhammad Yusuf Gustian, S.T.
Penelaah Jasa Konstruksi Balai Penerapan Teknologi Konstruksi
Izam.mhmmd@gmail.com
Tol Gempol - Pasuruan
(Sumber: properti.kompas.com)
alah satu Proyek Pembangunan jalan tol
Trans Jawa adalah Proyek pembangunan
ruas tol Gempol – Pasuruan yang memiliki
panjang total 34,15 km ini dibagi dalam 3
seksi, yaitu : seksi I sepanjang 13,9 km ;
seksi II sepanjang 6,6 km dan seksi III sepanjang 13,65
km. Pada seksi II terdapat berbagai macam
pembangunan infrastruktur inti dalam pembangunan
jalan tol seperti pembangunan Jembatan, Overpass,
Underpass, Rigid Pavement dan Jembatan
penyebrangan orang. Proyek pembangunan jalan tol
Gempol-Pasuruan Seksi II yang menjadi bahasan
dalam laporan ini adalah tentang pelaksanaan pekerjaan
pada seksi STA 18+555 desa Legowok yaitu pada
pelaksanaan pekerjaan overpass khususnya pekerjaan
struktur kolom pier. Kolom adalah batang tekan vertikal
dari rangka struktur yang memikul beban dari balok,
Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang
memegang peranan penting dari suatu bangunan,
sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan
lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya
(collapse) lantai yang bersangkutan dan juga
keruntuhan total seluruh struktur (Sudarmoko, 1996).
Kolom Pier adalah suatu konstruksi beton bertulang
yang menumpu di atas pondasi tiang – tiang pancang
yang terletak di tengah sungai atau yang lain yang
berfungsi sebagai pemikul antara bentang tepi dan
bentang tengah bangunan atas jembatan (SNI 2541,
2008).
Pilar (pier) berfungsi menyalurkan gaya-gaya vertikal
dan horisontal dari bangunan atas ke pondasi. Kualitas
mutu pekerjaan kolom pier berkaitan dengan metode
kerja yang digunakan, aspek mutu bahan, alat yang
digunakan dan tingkat kompetensi pekerja yang ada.
Kegagalan konstruksi seperti keruntuhan kolom
merupakan hal kritis yang perlu mendapat penanganan
serius, karena keruntuhan kolom akan menimbulkan
akibat yang fatal terhadap konstruksi yang telah
dibangun. Salah satu penyebab terjadinya keruntuhan
pada kolom adalah kesalahan pelaksanaan, yang
termasuk kategori kesalahan pelaksanaan antara lain,
terjadinya tindakan ketidakprofesionalan dalam
pelaksanaan, rendahnya kapasitas pelaksana,
Rendahnya mutu bahan yang digunakan, dan faktor
human error. Dilihat dari betapa pentingnya mutu
pekerjaan dalam pelaksanaan kolom tersebut, maka
diperlukan pengawasan yang baik mengenai
pelaksanaan pekerjaan lapangan dengan melihat
kesesuaian prosedur kerja yang ada. Sehingga berdasar
uraian diatas, penulis mengkaji pokok bahasan
mengenai metode pelaksanaan pembangunan
Overpass termasuk unsur unsur alat yang digunakan
meliputi kesesuaian, prosedur dan langkah kerja dalam
proses pembangunan Overpass khususnya pada
pekerjaan kolom pier yang ada dalam proyek jalan tol
Gempol – Pasuruan seksi II sta13+900 s/d sta 20+500
yang dilaksankan oleh PT Hutama Karya untuk
mengetahui kualitas hasil pekerjaan yang akan di
cantumkkan dalam Proyek Akhir ini.
Prosedur pelaksanaan pekerjaan kolom jembatan
secara umum dapat dilihat dari standar operasional
pekerjaan yang tercantum dalam RKS proyek meliputi,
penentuan as kolom, pekerjaan pembesian kolom,
pekerjaan pemasangan perancah, pekerjaan bekisting,
pekerjaan pengecoran, pekerjaan pembongkaran
bekisting, pekerjaan perawatan beton.
1. Pekerjaan Penentuan As kolom
Titik titik as kolom diperoleh dari hasil pekerjaan tim
survey yang melakukan pengukuran dan pematokan,
yaitu marking berupa titik titik atau garis yang digunakan
sebagai dasar penentuan letak bekisting dan tulangan
S
6
STUDI PELAKSANAAN PEKERJAAN KOLOM PIER OVERPASS LEGOWOK STA 18 + 555 PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN TOL GEMPOL PASURUAN SEKSI II
kolom, penentuan as kolom dilakukan dengan
menggunakan alat theodolite. Untuk pekerjaan
pengukuran ini diperlukan juru ukur (surveyor) yang
berpengalaman. Khususnya dalam pelaksanaan
jembatan.
2. Pekerjaan Pembesian
Pekerjaan ini meliputi penyediaan, pembuatan dan
pemasangan batang-batang baja tulangan, dan
tulangan angkur yang di galvanis beserta
assesoriesnya dengan tipe dan ukuran yang sesuai
dengan Spesifikasi, Gambar dan petunjuk Konsultan
Pengawas.
Pembuatan (pabrikasi)
(i) Batang-batang tulangan harus dibuat secara
akurat menurut bentuk dan ukuran dalam
gambar, dan pengerjaannya jangan sampai
merusak material baja itu.
(ii) Sebelum dipasang di lapangan harus diuji
diadakan uji pembekokan batang tulangan
dengan beberapa diameter lengkung
pembekokan, dan harus dilakukan sedemikian
rupa agar sifat fisik baja tidak berubah.
(iii) Kecuali bila ditentukan lain, semua batang
tulangan yang harus dibengkokan maka harus
dibengkokan dalam keadaan dingin. Bila batang
tulangan dibengkokan dengan pemanasan,
maka cara pengerjaannya harus disetujui dulu
oleh Konsultan Pengawas; dan harus dilakukan
sedemikian rupa agar sifat fisik baja tidak
berubah.
(iv) Batang tulangan yang tidak bisa diluruskan tidak
boleh digunakan. Batang tulangan yang telah
tertanam sebagian dalam beton tidak boleh
dibengkokan, kecuali bila tertera dalam gambar
atau ada ketentuan lain.
(v) Untuk pemotongan dan pembengkokan, harus
disediakan pekerja yang ahli dan alat-alat yang
memadai.
Pemasangan
(i) Sebelum dipasang, batang tulangan harus
dibersihkan dari karat, kotoran, lumpur, serpihan
yang mudah lepas; dari cat minyak, atau bahan
asing lainnya yang dapat merusak ikatan.
(ii) Batang-batang tulangan harus ditempatkan
pada kedudukan semestinya sehingga tetap
kokoh pada waktu beton dicor.
(iii) Batang tulangan harus diikat pada setiap titik
pertemuan dengan kawat besi yang diperkuat,
dengan diameter 0,9 mm atau lebih, atau
dengan jepitan yang sesuai.
(iv) Jarak batang-batang tulangan dari cetakan
harus dijaga agar tidak berubah.
(v) Setelah ditempatkan, batang-batang tulangan
harus diperiksa oleh Konsultan Pengawas bila
batang tulangan telah terlalu lama terpasang,
harus dibersihkan dan diperiksa lagi oleh
Konsultan Pengawas sebelum dilakukan
pengecoran beton.
Penyambungan
(i) Bila batang tulangan harus disambung pada
titik-titik selain yang ditentukan Gambar,
kedudukan dan cara penyambungan harus
didasarkan pada perhitungan kekuatan beton,
yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.
(ii) Pada sambungan melingkar, batang harus
dilingkarkan dengan panjang tertentu dan diikat
kawat pada beberapa titik temu dengan kawat
besi diameter yang lebih besar dari 0,9 mm.
(iii) Batang tulangan yang tampak, yang harus
disambung nantinya, harus dilindungi dengan
semestinya dari kerusakan dan karat.
(iv) Pengelasan baja tulangan harus dikerjakan
hanya bila ada detailnya dalam gambar, atau
ada ijin tertulis dari Konsultan Pengawas.
(v) Penggantian batang tulangan dengan ukuran
yang berbeda dari ketentuan dapat dilakukan
bila ada ijin khusus dari Konsultan Pengawas.
Bila batang baja tulangan harus diganti,
penggantinya harus sama atau lebih besar.
3. Pekerjaan pemasangan perancah
Menurut F. wigbout Ing (1992: 81) tuntutan-tuntutan
terpenting yang dikenakan padanya adalah
sehubungan dengan tujuannya yang bersifat
sementara dalam sebuah bangunan antara lain (1)
pada bobot yang ringan ia harus mampu
memindahkan beban-beban yang relatif tinggi. (2)
harus tahan terhadap penggunaan yang berlangsung
kasar dengan suatu penghalusan lebih lanjut dapat
ditambahkan padanya. (3) suatu kemungkinan
penyetelan yang dipasang di dalam atau yang
dipasang dengan cara sederhana. (4) sesedikit
mungkin komponen-komponen lepas. (5) mudah
dikontrol. (6) besarnya pekerjaan, bobotnya dan
kemungkinan-kemungkinan pengulangan. (7)
keadaan tanah. (8) adanya jalan air dan/atau jalan
lalu lintas. (9) kemungkinan tuntutan sehubungan
dengan kelangsungan lalu lintas.
7
4. Pekerjaan pemasangan bekisting
Menurut F. Wigbout Ing (1992: 105) pada umumnya
sebuah bekisting merupakan sebuah konstruksi yang
bersifat sementara dengan tiga fungsi utama, yaitu :
(1) bekisting menentukan bentuk dari konstruksi
beton yang akan dibuat. Bentuk sederhana dari
sebuah konstruksi beton mengendaki sebuah
bekisting yang sederhana (2) bekisting harus dapat
menyerap dengan aman beban yang ditimbulkan
oleh spesi beton dan berbagai beban luar serta
getaran. Dalam hal ini perubahan bentuk yang timbul
dan geseran-geseran dapat diperkenankan asalkan
tidak melampaui toleransi-toleransi tertentu (3)
bekisting harus dapat dengan cara sederhana
dipasang, dilepas dan dipindahkan.
Sebelum beton dicor, Konsultan Pengawas harus
memeriksa seluruh cetakan (formwork) dan
perancah, dan beton tidak boleh dicorkan sebelum
Konsultan Pengawas memeriksa dan menyetujui
cetakan dan perancahnya. Adanya persetujuan dari
Konsultan Pengawas tidak mengurangi tanggung
jawab Kontraktor dalam penyelesaian struktur
sebaik-baiknya.
Untuk formwork, harus dipertimbangkan faktor
lendutan sesuai dengan Gambar kerja yang dibuat
oleh Kontraktor dan disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
Beberapa persyaratan bahan dan cara pengerjaan
bekisting secara umum agar diperoleh hasil
pengecoran beton bertulang yang baik, maka
diperlukan beberapa persyaratan bekisting dari sisi
bahan dan cara pengerjaannya.
5. Pengecoran
Beton harus dicor dalam batas waktu menurut Sub-
pasal S10.01 (3)(f). Pengecoran beton harus
sedemikian rupa agar tidak terjadi segregasi dan
perubahan kedudukan tulangan dan harus
dihamparkan berupa lapisan horisontal. Bila perlu,
beton dicorkan ke dalam cetakan dengan sekop
tangan, dan vibrator tidak boleh digunakan untuk
menyebarkan beton dalam cetakan. Campuran beton
jangan sampai memerciki cetakan dan tulangan,
sehingga sampai mengering sebelum akhirnya
tertutup dengan beton.
Bila sudah melimpah lebih dulu, cetakan dan baja
tulangan harus dibersihkan dengan sikat kawat
sebelum beton dicor ke cetakan. Talang, pipa, atau
corong yang digunakan sebagai alat bantu
pengecoran beton harus diletakkan sedemikian rupa
agar beton tidak mengalami segregasi. Alat alat
tersebut harus selalu bersih dari beton atau mortar
yang melekat.
Beton harus dicorkan secara kontinyu keseluruh
bagian struktur atau antara sambungan bila ada
dalam Gambar, atau menurut petunjuk Konsultan
Pengawas dan tidak boleh dicorkan dari ketinggian
melebihi 1,5 m.
6. Pembongkaran Formwork dan Falsework
Cetakan (formwork) dan Perancah (falsework) tidak
boleh dibongkar tanpa persetujuan Konsultan
Pengawas. Persetujuan tersebut tetap tidak
membebaskan tanggungjawab Kontraktor untuk
melakukan pekerjaan dengan baik.Rangka dan balok
penopangnya harus dibongkar bersamaan dengan
cetakan dan potongan kayu cetakan tidak ada yang
boleh tertinggal di dalam beton. Pembongkaran
cetakan untuk struktur menerus atau cantilevered
structures harus menurut petunjuk Konsultan
Pengawas, atau harus sedemikian rupa agar struktur
dibongkar tahap demi tahap menurut gaya beratnya.
Bila waktu untuk membongkar cetakan dan
penopangnya ditentukan berdasarkan uji kekuatan
beton, pelaksanaannya tidak boleh dimulai sebelum
beton mencapai persentase kekuatan tertentu
7. Pembersihan
Setelah pekerjaan struktur selesai dan sebelum
persetujuan akhir dari Konsultan Pengawas,
Kontraktor harus menyingkirkan segala falsework
dan lain-lain, sampai 1,0 meter di bawah garis tanah
yang sudah selesai. Material galian atau material
yang tidak berguna dll, harus disingkirkan dari lokasi
kerja sampai lokasi menjadi bersih dan rapih sesuai
dengan perintah Konsultan Pengawas.
8. Perawatan
Konsultan Pengawas akan menentukan permukaan
beton yang harus dirawat dan metode yang
digunakan.
(i) Metode perawatan basah (air)
Seluruh permukaan yang terbuka selain slab,
harus dilindungi dari sinar matahari dan seluruh
struktur harus dilapisi / ditutup kain goni, atau
kain lain yang dibasahi sekurang-kurangnya
selama 7 hari. Material-material harus tetap
basah selama jangka waktu tersebut.
Permukaan harus difinishing dengan digosok
8
bisa dibuka dulu penutupnya sementara tetapi
harus segera ditutup lagi setelah finishing
selesai. Seluruh concrete slab harus secepat
mungkin ditutupi dengan pasir, tanah atau
material lain yang memadai dan harus selalu
basah sekurang-kurangnya selama tujuh hari.
Material penutup ini tidak boleh dibersihkan dari
permukaan concrete slab sebelum beton
mencapai umur 21 hari. Bila cetakan dari kayu
boleh tetap di tempat selama jangka waktu
perawatan, maka harus dibuat selalu basah
agar tidak menyusut.
(ii) Selaput Pengawet (membrane - forming curing
compound).
Seluruh permukaan harus di-finishing dulu,
sebelum dirawat dengan dilapisi bahan ini.
Selama masa finishing, beton harus dilindungi
dengan metoda perawatan air. Bahan pengawet
selaput harus digunakan setelah cetakan
dibongkar, atau bila air permukaan sudah
hilang. Bahan ini harus disemprotkan pada
permukaan beton satu kali lapisan atau lebih
dengan kecepatan sesuai instruksi dari pabrik
pembuatnya.
Bila bahan pengawet selaput pecah atau rusak
sebelum berakhirnya perioda perawatan,
daerah yang rusak akan segera diperbaiki
dengan memberikan tambahan material
pengawet selaput. Kontraktor dapat
menggunakan bahan pengawet selaput cair
(liquid membrane curing compound) dengan
persetujuan Konsultan Pengawas.
Berdasarkan studi lapangan pada proyek pembangunan
struktur struktur pier pada overpass Legowok Sta.
18+555 dalam proyek ruas tol Gempol-Pasuruan adalah
sebagai berikut, Pekerjaan pembangunan jalan ditinjau
dari Rencana Kerja dan Syarat (RKS) dan Standar
Operasional (SOP), Pelaksanaan pekerjaan kolom pier
overpass Legowok dilakukan dengan tahapan-tahapan
sebagai berikut: (1) pekerjaan persiapan, (2) pembesian
kolom pier , (3) pemasangan bekisting, (4) pengecoran
kolom pier, (5) dan perawatan beton. Pada pekerjaan
kolom pier membutuhkan material multiplek 18 mm 11
lembar, Girder vario GT-24 24 buah, penguat dengan
scaffolding 21 item, besi D13 33 lonjor, besi D16 43
lonjor, besi D32 110 lonjor, dan beton ready mix 24,8 m3
, Urutan pada metode pelaksaan telah diatur dan
disetujui oleh pihak-pihak yang terkait dan telah ditulis di
dalam kontrak pekerjaan , serta memenuhi syarat yang
ditetapkan oleh dinas Pekerjaan Umum.Hasil yang
diperoleh dari analisa perbandingan teori dengan RKS
dan SOP , yang termuat didalam kontrak kerja, metode
yang diterapkan di proyek Tol Gempol-Pasuruan telah
memenuhi standar.
Tol Gempol - Pasuruan
(Sumber: mediatataruang.com)
Penulis:
Rafael Khairul Umam Mahasiswa
Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Malang rafaelkhairul@gmail.com
Sumber :
Anonim, 2013. Tugas dan Tanggung Jawab Kontraktor Pelaksana di Dalam Manajemen Proyek., [Online] Tersedia: http: Teknik sipil.html, [20 September 2017]
Arkidea Architect’s, 2013. Tugas, Kewajiban dan Wewenang Departemen Proyek, [Online] Tersedia: http:TUGAS, KEWAJIBAN DAN WEWENANG DEPARTEMEN PROYEK - arkidea architect's kemang 1.html, [20 September 2017]
Dipohusodo, Istimawan, 1994. “Struktur Beton Bertulang’’, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sagel, R. Kole, P. Kusuma, H. Gideon. 1994. Pedoman pengerjaan beton (berdasakan SKSNI T.15-1991-03), Seri Beton 2. Jakarta: Erlangga
SNI 03-2847-2002. 2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung(Beta Version). Bandung [Online] Tersedia: http://maygunrifanto.blogspot.co.id/2011/05/standart-detail-pekerjaan-struktur-umum.html. [20 September 2017].
Universitas Negeri Malang. 2017. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Malang: UM perss.
Panitia Peraturan Beton Bertulang Indonesia. 1971. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1972 N.I-2. Bandung: Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik.
9
SumberDaya Air
12
KONSTRUKSI BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG LAUT
antai adalah daerah pertemuan antara daratan dan lautan dari bermacam material yang antara lain pasir-kerikil, lempung-lanau, bahkan batuan
serta material-material lainnya. Perubahan garis pantai umumnya disebabkan tidak hanya karena faktor alam tetapi juga akibat kegiatan manusia. Faktor alam diantaraya adalah gelombang, arus, aksi angin, sedimentasi, sungai, kondisi tumbuhan pantai serta aktivitas tektonik dan vulkanik. Sedangkan perubahan karena faktor manusia antara lain adalah kegiatan pembangunan pelabuhan, pertambangan, pengerukan, perusakan vegetasi pantai, pertambakan, perlindungan pantai, reklamasi pantai, dan kegiatan wisata pantai.
Sebagai pengendalian abrasi yang menggerus garis pantai dan untuk menenangkan gelombang di daerah pelabuhan diperlukan sebuah sarana/bangunan yaitu pemecah gelombang atau yang sering disebut breakwater. Bangunan ini memisahkan daerah perairan dari laut lepas, sehingga perairan pelabuhan tidak banyak dipengaruhi oleh gelombang besar di laut. Daerah perairan dihubungkan dengan laut oleh mulut pelabuhan dengan lebar tertentu dimana kapal keluar
masuk melalui celah tersebut. Breakwater atau dalam hal ini pemecah gelombang lepas pantai adalah bangunan yang dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai. Pemecah gelombang dibangun sebagai salah satu bentuk perlindungan pantai terhadap erosi dengan menghancurkan energi gelombang sebelum sampai ke pantai, sehingga terjadi endapan dibelakang bangunan. Endapan ini dapat menghalangi transport sedimen sepanjang pantai.
Secara umum Breakwater pada pelabuhan memiliki beberapa fungsi pokok yaitu: Berfungsi sebagai pelindungi kolam perairan
pelabuhan yang terletak dibelakangnya dari serangan gelombang yang dapat mengakibatkan terganggunya aktivitas di perairan pelabuan baik pada saat pasang, badai maupun peristiwa alam lainya di laut.
Gelombang yang menjalar mengenai suatu bangunan peredam gelombang sebagian energinya akan dipantulkan (Refleksi), sebagian diteruskan (Transmisi) dan sebagian dihancurkan
P
13
(Dissipasi) melalui pecahnya gelombang, kekentalan fluida, gesekan dasar dan lain-lainnya.
Pembagian besarnya energi gelombang yang dipantulkan, dihancurkan dan diteruskan tergantung karakteristik gelombang datang (periode, tinggi, kedalaman air), tipe bangunan peredam gelombang dan geometrik bangunan peredam (kemiringan, elevasi, dan puncak bangunan).
Berkurangnya energi gelombang di daerah terlindung akan mengurangi pengiriman sedimen di daerah tersebut. Maka pengiriman sedimen sepanjang pantai yang berasal dari daerah di sekitarnya akan diendapkan dibelakang bangunan. Pantai di belakang struktur akan stabil dengan terbentuknya endapan sedimen tersebut.
Ilustrasi Pelindung Breakwater pada Area Pelabuhan (Sumber: Construction. Page)
Breakwater Sisi Miring
Pemecah gelombang tipe ini pada umumnya dibuat dari tumpukkan batu alam yang dilindungi oleh lapis pelindung berupa batu besar ataupun beton dengan bentuk tertentu. Pemecah gelombang ini cocok digunakan pada kondisi tanah yang lunak dan tidak terlalu dalam. Butir batu pemecah gelombnag sisi miring disusun dalam beberapa lapis, dengan lapis terluar terdiri dari batu dengan ukuran besar dan semakin ke dalam ukurannya semakin kecil
Butir pelindung buatan dari beton bisa berupa: Tetrapod Cube Tribar Quadripod Accropod Core-loc Dolos
Pemecah Gelombang Sisi Miring
(Sumber: ilmutekniksipil.com)
Lapisan Pelindung Breakwater Tipe Sisi Miring
(Sumber: Construction.Page)
Breakwater Sisi Tegak
Breakwater tipe ini biasanya ditempatkan di laut dengan kedalaman lebih dalam dangan tanah dasar keras. Karena dinding breakwater tegak, maka akan terjadi gelombang diam atau klapotis yaitu superposisi antara gelombang datang dan gelombang pantul.
Tinggi gelombang klapotis adalah 2 kali tinggi gelombang datang. Hal-hal yang perlu diperhatikan: pasang tertinggi tidak boleh kurang dari 1 1/3 - 1½
kali tinggi gelombang datang. Kedalaman di bawah muka air terendah ke dasar
bangunan tidak kurang dari 1¼ - 1½ kali atau lebih baik 2 kali tinggi gelombang datang.
Lebar pemecah gelombang minimal ¾ tingginya. Kedalaman maksimum perairan 15 - 20 m. Untuk kedalaman lebih dari 20 m, breakwater sisi
tegak dibangun di atas breakwater sisi miring (breakwater campuran).
14
Pemecah Gelombang Sisi Tegak
(Sumber: Saputro, 2011)
Konstruksi Breakwater Tegak dapat berupa:
1. Blok beton Dibuat dari blok-blok beton massa yang disusun secara vertikal. Masing-masing blok dikunci dengan beton bertulang yang dicor di tempat setelah blok-blok tersebut disusun. Puncak pemecah gelombang dibuat dinding beton yang dicor ditempat .Pondasi terbuat dari tumpukan batu yang diberi lapis pelindung dari blok beton.
Breakwater Blok Beton
(Sumber: Construction.Page)
2. Kaison (Caisson) Pemecah gelombang ini dibuat di daratan dan kemudian dibawah ke lokasi yang telah ditentukan dengan ditarik oleh kapal. Pengangkutan ke lokasi dilakukan pada waktu air tenang. Setelah sampai ke lokasi kaison tersebut ditenggelamkan ke dasar laut dengan mengisikan air ke dalamnya dan kemudian diisi dengan pasir. Bagian atasnya kemudian dibuat lantai dan dinding beton. Kaison dibuat seperti kotak dengan sisi bawah tertutup dan dengan dinding-dinding diafragma yang membagi kotak.
Potongan Melintang Breakwater Tipe Caisson
(Sumber: Construction.Page)
3. Sel papan pancang (sheet pile cells) Pemecah gelombang ini terdiri dari turap beton dan tiang beton yang dipancang melalui tanah lunak sampai mencapai tanah keras. Bagian atas dari turap dan tiang tersebut dibuat blok beton .Pemecah gelombang ini dibuat apabila dasar laut terdiri dari tanah lunak yang sangat tebal, sehingga penggantian tanah lunak dengan pasir menjadi mahal.
Sheet Pile Cell
(Sumber: http://jamesthoengsal.blogspot.com)
15
Sumber:
Febriansyah. 2012. Perencanaan Pemecah Gelombang (Breakwater) di Pelabuhan Merak. Universitas Indonesia
Pramana, Sangga.2010. Pemecah Gelombang (Breakwater). Surabaya.
Wahyudi, Farhan.2017. Bangunan Pemecah Gelombang Laut.[Online] Tersedia di: http://www.kubusapung.id/post/36/bangunan-pemecah-gelombang-laut.html. [20 Oktober 2018]
Breakwater Sisi Gabungan
Pada pemecah gelombang gabungan konstruksi dikombinasikan antara pemecah gelombang sisi Tegak yang dibuat di atas pemecah gelombang sisi miring. Breakwater campuran dibuat apabila kedalaman air sangat besar dan tanah dasar tidak mampu menahan beban dari pemecah gelombang sisi tegak. Pada waktu air surut bangunan berfungsi sebagai pemecah gelombang sisi miring, sedang pada waktu air pasang berfungsi sebagai pemecah gelombang sisi tegak.
Adapun pertimbangan lebih lanjut mengenai perbandingan sisi tegak dengan tumpukan batunya. Pada dasarnya ada tiga macam yaitu: Tumpukan batu dibuat sampai setinggi air yang
tertinggi, sedangkan bangunan sisi tegak hanya sebagai penutup bagian atas.
Tumpukan batu setinggi air terendah sedang bangunan sisi tegak harus menahan air tertinggi.
Tumpukan batu hanya merupakan tambahan pondasi dari bangunan sisi tegak.
Potongan Melintang Breakwater Tipe Gabungan (Sumber: http://jamesthoengsal.blogspot.com)
Berdasarkan sistem semburan breakwater dibedakan menjadi: Semburan Air Semburan Udara
Pada pemecah gelombang tipe ini menggunakan pancaran air dan udara dalam menghancurkan gelombang laut yang datang. Kedua sistem ini menggunakan supply udara dan air untuk dipancarkan ke permukaan laut yang berfungsi sebagai penghancur gelombang yang datang.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan Breakwater: Ukuran dan layout pelabuhan.
Bahan breakwater Kedalaman perairan Kondisi tanah dasar laut Besar dan arah gelombang Pasang surut
Breakwater Tipe Semburan Air dan Udara
(Sumber: http://jamesthoengsal.blogspot.com)
Seperti dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa berkurangnya energi gelombang di daerah terlindung oleh pemecah gelombang akan mengurangi pengiriman sedimen di daerah tersebut. Maka pengiriman sedimen sepanjang pantai yang berasal dari daerah di sekitarnya akan diendapkan dibelakang bangunan. Pengendapan tersebut menyebabkan terbentuknya cuspate. Apabila bangunan ini cukup panjang terhadap jaraknya dari garis pantai, maka akan terbentuk tombolo.
Sedangkan pengaruh pemecah gelombang lepas pantai terhadap perubahan bentuk garis pantai dapat dijelaskan sebagai berikut. Apabila garis puncak gelombang pecah sejajar dengan garis pantai asli, terjadi difraksi di daerah terlindung di belakang bangunan, di mana garis puncak gelombang membelok dan berbentuk busur lingkaran. Perambatan gelombang yang terdifraksi tersebut disertai dengan angkutan sedimen menuju ke daerah terlindung dan diendapkan di perairan di belakang bangunan. Pengendapan sedimen tersebut menyebabkan terbentuknya cuspate dibelakang bangunan.
Penulis : Nuryamah, S.Pd.
Penelaah Jasa Konstruksi Balai Penerapan Teknologi Konstruksi
nuryamah17@gmail.com
16
MENGULIK WATER MANAGEMENT DARI SINGAPURA MELALUI NEWATER
ingapura memiliki jumlah penduduk sekitar 4,59 juta (data 2007) dengan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata 4,3 persen. Penduduk yang
tinggal di Singapura sekitar 3,58 juta dengan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata 1,6 persen. Keadaan penduduk menunjukkan bahwa Singapura memiliki populasi yang meningkat pesat dan kebanyakkan bahwa Singapura memiliki populasi yang meningkat pesat dan kebanyakan dari mereka adalah para pendatang. Karakteristik penting Singapura, support ratio / rasio yang membandingkan individu yang dianggap produktif dan nonproduktif oleh masyarakat secara ekonomi (contohnya, rasio penduduk antara 15-64 tahun dan di atas 65 tahun) turun dari 17 menjadi 8,5 antara 1970 sampai 2007. Hal ini menunjukkan bahwa negara ini memiliki penduduk berusia produktif (World Bank Documents).
Singapura telah membuat kemajuan signifikan dalam membuat variasi sumber daya airnya. Dengan empat strategi pembangunan keran nasionalnya, kota ini merasa mempunyai cukup air untuk memenuhi kebutuhannya di masa mendatang dan telah ter-realisasi :
1. Pembangunan keran pertama: persediaan air dari tangkapan lokal pembangunan keran ini terdiri
atas sistem 14 penampungan air yang terintegrasi dan sistem drainase yang luas sampai dengan kanal air badai ke dalam penampungan air. Penampungan Marina, jika sudah selesai, akan mengubah Kolam Marina menjadi tempat penampungan air ke 15 Singapura dengan area penangkapan air sekitar 10.000 hektar (atau satu persembilan dari luas lahan Singapura). Dam-dam juga akan dibangun melintas Sungai Punggol dan Sungai Serangoon yang selesai tahun 2009. Area angkapan air dari 50 persen menjadi 67 persen dari luas lahan Singapura pada tahun 2009, hal tersebut memenuhi satu dari target Program Hijau Singapura (SGP) di tahun 2012;
2. Pembanguna keran kedua: mengimpor air dari Johor, melengkapi kebutuhan Singapura;
3. Pembangunan keran ketiga: NEWater (air yang dimanfaatkan dengan kualitas tinggi), juga merupakan perlengkap kebutuhan Singapura. Berkat teknologi membran lanjutan, mengolah keluaran dari tempat-tempat reklamasi air yang diproses untuk menghasilkan air produksi ulang yang berkualitas tinggi untuk diminum. NEWater dipasok dari tiga pabrik dengan kapasitas gabungan 21 juta galon per hari. Pabrik keempat
S
17
di Ulu Pandan menyediakan persediaan dua kali lipat;
Pembangunan keran ketiga: NEWater Visitor Centre
(Sumber: http://bit.ly/2sTSkUO)
4. Pembangunan keran keempat: teknologi lanjut baru-baru ini yang dihasilkan Singapura yaitu desalinasi air (menyaring air laut menjadi air tawar), dan merupakan sumber daya yang dapat diperbarui. Pabrik desalinasi di Tuas mulai beroperasi pada bulan September 2005 dan dapat memasok maksimal 30 juta galon air minum per hari. Hal ini membuat Singapura satu langkah lebih dekat sampai ke target tahun 2012 yaitu mempunyai sumber daya nonkonvensional untuk membuat sedikitnya 25 persen dari kebutuhan air di Singapura.
Sejalan dengan suksesnya Empat Strategi Pembangunan Keran Nasional, Singapura sekarang telah mengadopsi program-program tambahan untuk memastikan pasokan air yang efisien, memadai, dan berkelanjutan. Hal-hal tersebut termasuk tujuan-tujuan di bawah ini:
Air Untuk Semua
Singapura telah membuat kemajuan signifikan dalam membuat variasi persediaan sumber daya airnya. Dengan empat strategi pembangunan keran nasionalnya, Singapura merasa mempunyai cukup air untuk memenuhi kebutuhannya di masa mendatang.
Pengelolaan kualitas air. Standar air bersih tidak dapat dikompromi. Untuk menjamin kualitas yang tinggi, Singapura berniat memantau dari sumber air ke keran melalui Integrasi rencana Pengelolaan Kualitas Air. Hal ini termasuk meletakkan program pemantauan kualitas air yang komperhensif, dengan fokus khusus pada keamanan kualitas air,
pemantauan pengendalian sumber serta upaya-upaya penelitian dan pengembangan (litbang).
Pengelolaan kualitas air di muara. Selain berfokus pada kualitas dari jaringan persediaan air Singapura, Singapura berniat untuk memberi perhatian lebih besar pada kegiatan hulu untuk memastikan bahwa tidak ada polusi di muara. Badan Perairan Nasional (PUB) telah membentuk sebuah tim untuk melakukan pengamatan secara lebih teliti pada pemeriksaan muara dan jalan air, serta untuk mendidik masyarakat, pabrik, dan pekerja konstruksi tentang penggunaan air yang tepat. Petugas hukum juga diminta untuk senantiasa waspada terhadap pembuangan air secara sembarangan seperti pencucian yang berasal dari restoran-restoran, toko-rumah, dan lain-lain.
Pengendalian anak sungai perindustrian. Anak sungai perindustrian dari berbagai industri diwajibkan untuk mematuhi standar yang ditentukan sebelum mencemari air sungai. Singapura melakukan pengawasan secara teratur untuk memeriksa apakah telah memenuhi persyaratan dan standar pengendalian pencemaran. Standar anak sungai yang direvisi berlaku efektif per 1 Mei 2005, untuk industri-industri baru, sedangkan industri-industri yang sudah ada diberi periode perpanjangan waktu selama dua tahun untuk mematuhi.
Tindakan pengendalian erosi dan endapan. Program Brown to Clear (B2C) ditujukan untuk menangani masalah pencemaran lumpur di anak sungai sebagai akibat dari aliran permukaan air pada konstruksi. Berdasarkan program ini, Pemerintah Singapura bekerja sama dengan industri konstruksi untuk meningkatkan kepedulian di kalangan para anggotanya dan juga mengajak mereka untuk mengadopsi Tindakan Pengendalian Bumi di tempat-tempat kerja untuk mengurangi masuknya lumpur ke dalam anak sungai.
Konversi Air
Sektor domestik. Perintah untuk memasang tangki air pembilasan berkapasitas rendah di tempat tinggal baru, termasuk flat HDB, flat Main Upgrading Program (MUP), dan tempat tinggal-tempat tinggal yang direnovasi sejak tahun 1990-an, telah membantu mengurangi konsumsi air dalam negeri. Selain itu, program ini mengarah pada kemungkinan diwajibkannya semua tempat
18
tinggal untuk memasang dua tangki air pembilasan pada 2009.
Sektor nondomestik. Industri konstruksi terhitung menggunakan 6 persen dari total konsumsi air nondomestik. Saat ini, pemilik konstruksi diminta untuk memastikan bahwa tarif rendah pemasangan air di tempat-tempat konstruksi telah sesuai dengan standar PUB. Singapura juga berencana untuk mendorong industri agar menggunakan NEWater sebagai alternatif untuk air minum.
Nilai dan Air
Pemerintah tidak bisa sendirian dalam menjaga jalur air dan muara supaya tetap bersih. Diperlukan kerja sama dari masyarakat. Pemerintah Singapura berniat untuk mendorong perubahan dalam kebiasaan penggunaan air dari masyarakat dan untuk mendidik mereka yang tinggal di daerah muara air. Pesan “Hargai Air Kami” rencananya akan disebarkan kepada masyarakat melalui iklan masyarakat dan media massa. Di sekolah, siswa belajar bagaimana cara menjaga sumber daya air, program pembersihan sekolah, dan kunjungan ke fasilitas seperti NEWater Visitor Centre.
Kenikmatan Air
Sejak semakin banyaknya tempat-tempat rekreasi dan kegiatan olahraga yang memanfaatkan pusat-pusat air, diharuskan kepada para pengguna agar menyadari pentingnya menjaga air supaya tetap bersih. Dengan demikian, Kode Etik penggunaan air yang tepat diharapkan bisa disosialisasikan. Slogan, “Air untuk Semua: Lestarikan, Hargai, Nikmati” rencananya juga akan menjadi sorotan pada semua acara yang diselenggarakan di waduk.
Inovasi Pengolahan Air Singapura
Misi dari Environment and Water industry Programme Office (EWI) singapura yaitu memelihara dan mengembangkan industri air di Singapura. Lewat inovasi-inovasi yang terus dikembangkan, Singapura menjadi Global Hydrohub yang mendukung water eco-system. Berikut adalah inovasi pengolahan air di Singapura dengan langkah-langkah yang berfokus pada fasilitas serta penelitian : 1. Improvisasi Operasi Pabrik NEWater
Peluncuran RO pilot untuk menguji dan optimasi proses NEWater;
Pengujian dan perbandingan pararel berbagai macam membrane;
Optimasi sistem performa RO pada produk NEWater.
Membran RO di—NEWaterVisitor Centre
(Sumber: http://bit.ly/2sTSkUO)
2. Manajemen Watershed yang cerdas Polishing dengan sistem bioretention; Penggunaan SWAN (Smart Water Assessment
Network) untuk monitor kulitas air di reservoir); Cleaning up air di saluran.
3. Teknologi Membran Improvisasi permeabilitas membran; Penggunaan bahan kimia untuk meningkatkan
performa membrane; Recovering wair dari desalinasi air laut.
4. Manajemen Network Penelitian tentang pertumbuhan biofilm di
saluran pipa; Teknologi cerdas untuk mengurangi kebocoran
pada pipa air; Memonitor kadar sianida pada air.
5. Used Water Treatment Penggunaan sistem anaerobik air kota; Closing the water loop pada industri; Sistem kontrol real time pada aerasi perawatan
air bersih pakai. 6. Kualitas dan Keamanan Air
Mengukur kadar racun yang diakibatkan oleh jasad bakteri;
Investigasi lingkungan dari blue-green algae pada reservoir;
Monitoring senyawa organik. 7. Water Treatment
Filter carbon untuk menghilangkan mikropolutan di air;
Memaksimalkan perolehan air dari reklamasi;
19
Sumber : Profil Kota Singapura. Kota Berketahanan Iklim-Pedoman Dasar Pengurangan
Kerentanan Terhadap Bencana. World Bank Document. 2018
PUB Singapore’s National Water Regency. [Online] Tersedia: https://www.pub.gov.sg/ [14 Desember 2018]
Dhinny Dwi Putri. 2015. Inovasi Teknologi Pengolahan Air di Beberapa Negara dan Perusahaan Terkemuka. ITB
Ceramic membranes untuk meningkatkan proses perawatan.
NEWater Quality
(Sumber: http://bit.ly/2sTSkUO)
NEWater adalah air hasil reklamasi bermutu tinggi yang dihasilkan dari air yang diolah lebih lanjut dengan teknologi canggih membran dan disinfeksi ultra violet. Teknologi ultraviolet yang digunakan membuat air bersih dan aman untuk diminum. Hasil tes selama dua tahun yang membandingkan karakteristik fisik, kimia dan mikrobiologi menunjukkan bahwa kualitas NEWater konsisten melebihi persyaratan sebagaimana diatur dalam pedoman USEPA dan WHO. Pada kenyataannya NEWater lebih bersih dari pada air PUB.
National University of Singapore Laboratorium telah melakukan analisis sangat komperhensif, analisis ini diawali sebuah panel ahli lokal dan internasional. Sejauh 20.000 analisis selama dua tahun terakhir telah menetapkan NEWater lebih bersih dari pada PUB. Secara fisik, NEWater sangat jelas dan berkilau. Sumber sungai dan reservoir air memiliki banyak warna karena mengandung lebih banyak mineral dan zar-zat orgaik.
Sumber sungai dan air waduk ini juga mengandung banyak partikel. Partikel-partikel tersebut akan tercampur di sungai dan waduk bersama curah hujan yang berjalan dari tanah.
Substansi yang dimiliki oleh NEWater adalah kurang dari sepersepuluh dari air PUB. Itulah mengapa banyak industri menggunakan NEWater karena menjadi menarik. Sebelum munculnya inovasi
NEWater, PUB air mengambil water fabrikasi dari tanaman di Singapura untuk mengurangi bahan organik agar masuk kedalam kriteria pengolahan air bersih. Sekarang, semua itu telah menggunakan NEWater karena lebih bersih dari air PUB dan lebih cocok.
NEWater is Cleaner than PUB Water / Tap Water (Colour)
(Sumber: http://bit.ly/2sTSkUO)
NEWater is Cleaner than PUB Water / Tap Water (Clarity)
(Sumber: http://bit.ly/2sTSkUO)
NEWater is Cleaner than PUB Water (Organic Substances)
(Sumber: http://bit.ly/2sTSkUO)
Penulis:
Hilma Muthi’ah, ST. Penelaah Jasa Konstruksi
Balai Penerapan Teknologi Konstruksi hilmamuthiah@gmail.com
20
FEROSEMEN TEKNOLOGI UNTUK JARINGAN IRIGASI
Komandan Korem Memeriksa Ferosemen yang Dibangun Anggota Koramil 414-03 Gantung Bersama Masyarakat yang Di
Prakarsai Oleh Pemda Setempat, 2015 (Sumber: http://bit.ly/2QNKslg)
erosemen adalah suatu tipe dinding beton bertulang tipis (3,00) cm, yang dibuat dari mortar semen hidrolis dengan perbandingan campuran
1 semen:(2-3) pasir, diberi tulangan (≤ 6,0 mm) dengan lapisan kawat anyam (wiremesh) ukuran ≤1,0 mm, terus-menerus dan rapat. serta ukuran kawat relatif kecil. Anyaman ini bisa berasal dari logam atau material lain yang tersedia. Kehalusan dan komposisi matriks mortar seharusnya sesuai dengan system anyaman dan selimut (pembungkusnya).
Mortar yang digunakan dapat juga diberi serat / fiber. Sejauh ini jaringan kawat telah menjadi pilihan utama lapisan pada ferosemen. Dari pelaksanaannya tersebut sebenarnya penggunaan lining saluran dengan memakai pasangan beton (ferrocement) lebih murah dan ekonomis dibandingkan dengan lining saluran memakai pasangan batu kali.
Ferosemen yang dibuat dari susunan kawat jala dan adukan mortar memiliki kemampuan menahan retak dan modulus elastisitas yang tinggi. Keruntuhan suatu bahan pada pembebanan tarik umumnya terjadi melalui penyebaran retak tegak lurus pada arah pembebanan. Retak akan menyebar bila tingkat elastisitas energi yang dilepaskan sama, atau lebih besar daripada energi yang diperlukan untuk memperlebar retak. Dari berbagai percobaan terbukti bahwa ketahanan bahan
terhadap retak dapat ditingkatkan dengan mengurangi panjang retak dan memperbesar modulus elastisitas. Keberadaan kawat jala dalam ferosemen yang halus dan rapat dapat mengurangi retak sekaligus meningkatkan nilai modulus elastisitas. Dengan demikian ferosemen lebih tahan terhadap retak dibandingkan beton bertulang biasa dalam kondisi penulangan normal. Penerapan teknologi ferosemen pada pembangunan irigasi dan rawa telah membuktikan mampu meningkatkan performa sistem konstruksi. Ferosemen merupakan teknologi konstruksi alternatif yang telah digunakan dalam penyediaan suplai air dan pembangunan irigasi.
Dirjen SDA juga menyatakan, teknologi ferosemen mudah untuk diterapkan, hasilnya tahan lama, dan lebih ekonomis. Teknologi ferosemen mudah untuk diadaptasi baik ke dalam prinsip-prinsip maupun teori hidraulika yang tepat. Beberapa keunggulan lainnya yaitu penggunaan material lokal dalam pembangunan menjadikan teknologi ini ekonomis dari segi biaya. Metode yang digunakan juga amat sederhana dan bisa diadaptasi di berbagai lokasi, serta mampu dioperasikan oleh para petani. Ferosemen bukanlah ide baru, teknologi ini sebenarnya ada di sekeliling kita dan sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Teknologi yang menggunakan teknik konstruksi kawat
F
21
dan plester ini sudah mulai diterapkan sejak masa Michaelangelo dan Leonardo Da Vinci.
Penerapan Ferosemen
(Sumber: http://bit.ly/2QoP4iA)
Di Indonesia, ferosemen sudah dikenal dan dikembangkan sejak tahun 1977 melalui program pengembangan desa oleh Institut Teknologi Bandung. Beberapa penelitian dan penerapan yang dilakukan pada masa permulaan ini berupa tangki air, perahu untuk memancing, dan saluran irigasi. dan tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia (Aceh, Riau, Jambi, Palembang, Lampung, Jakarta, Bandung, Solo, Yogyakarta, Bali, Lombok, Samarinda, Balik Papan, Manado, Palu, Ujung Pandang). Pengembangan ferosemen di berbagai wilayah Indonesia didasarkan pada aplikasi lapangan dan pertimbangan keuntungannya bagi masyarakat. Bahkan sebagian besar konstruksinya seringkali melibatkan masyarakat sekitar sehingga terjadi transfer teknologi foresemen. Penerapan teknologi ferosemen ini sudah banyak digunakan antara lain untuk pembangunan infrastruktur irigasi dan sudah diterapkan melalui beberapa bangunan monumental, seperti Menara Siger Lampung dan Gerbang Ragunan Jakarta, serta digunakan hampir untuk semua kubah Masjid, bahkan di Bali penerapan ferosemen telah diaplikasikan di beberapa lokasi.
Struktur ferosemen yang mudah dikerjaan dan ramah lingkungan sangat cocok untuk diterapkan di berbagai bentuk konstruksi. Bentuk penulangan yang tersebar merata hampir di seluruh bagian memungkinkan untuk dibuat struktur tipis dengan berbagai bentuk struktur sesuai dengan kreasi perencananya.
Terdapat beberapa organisasi internasional yang fokus dalam pengembangan ferosemen, yakni International Ferrocement Information Center yang didirikan tahun 1976 di AIT-Bangkok, Committee 549 di American Concrete Institute tahun 1975, dan International Ferrocement Society yang didirikan tahun 1991 dan berpusat di AIT-Bangkok. Selanjutnya bermunculan beberapa ahli dan teknisi yang menciptakan konstruksi
ferosemen sehingga pada masa sekarang konstruksi ferosemen ini lebih banyak dikenal di kalangan akademisi, masyarakat dan praktisi bidang konstruksi dalam berbagai bentuk konstruksi.
Uji Aplikasi Saluran Ferosemen (Sumber: http://bit.ly/2AXYN51)
Perbedaan ferosemen dengan beton bertulang terletak pada sifat fisiknya, yaitu lebih tipis dan memiliki tulangan yang terdistribusi pada setiap ketebalannya. Secara ekonomi, ferosemen 45% lebih murah dibanding dengan beton bertulang konvensional. Untuk sifat mekaniknya, antara lain kedap air tinggi dan lemah terhadap temperatur tinggi. Hal lainnya yang juga dimiliki ferosemen adalah memiliki tarikan kuat dapat mencapai 35 MPa >> 350 kg/cm2 dan kelenturan yang tinggi dapat mencapai 70 MPa >> 700 kg/cm2. Selain itu ferosemen jga memiliki lebar retak 100 kali jauh lebih kecil dari retak yang sering terjadi pada beton bertulang.
Ferosemen yang dibuat dari susunan kawat jala dan adukan mortar memiliki kemampuan menahan retak dan modulus elastisitas yang tinggi. Keruntuhan suatu bahan pada pembebanan tarik umumnya terjadi melalui penyebaran retak tegak lurus pada arah pembebanan. Retak akan menyebar bila tingkat elastisitas energi yang dilepaskan sama, atau lebih besar daripada energi yang diperlukan untuk memperlebar retak. Dari berbagai percobaan terbukti bahwa ketahanan bahan terhadap retak dapat ditingkatkan dengan mengurangi panjang retak dan memperbesar modulus elastisitas. Keberadaan kawat jala dalam ferosemen yang halus dan rapat dapat mengurangi retak sekaligus meningkatkan nilai modulus elastisitas. Dengan demikian ferosemen lebih tahan terhadap retak dibandingkan beton bertulang biasa dalam kondisi penulangan normal.
22
1. Ketahanan Tarik
Kemampuan ferosemen dalam menahan beban tarik berbeda dengan sifat beton bertulang. Adanya penulangan yang rapat, tersebar merata, dan halus pada ferosemen menyebabkan permukaan spesifik tulangan (rasio tulangan) lebih kurang 10 kali lipat dibandingkan tulangan pada beton-beton bertulang sehingga retak yang terjadi akibat gaya tarik lebih halus dan lebih merata. Selain itu dengan adanya tulangan melintang pada kawat jala maka dapat mengurangi proses terjadinya pelebaran retak.
2. Ketahanan Lentur
Sifat ferosemen dalam menahan beban lentur juga berbeda dengan beton bertulang. Ferosemen yang disusun dari beberapa lapis kawat jala cenderung terjadi penulangan berlebih (over reinforced) sehingga ketahanan terhadap lentur juga meningkat. Namun kondisi penulangan berlebih ini tidak mengakibatkan terjadinya keruntuhan seketika (sudden failure). Pada saat beban lentur bertambah, lendutan yang terjadi tidak signifikan terhadap momen retaknya (cracking moment). Selain itu lebar retak yang terjadi lebih kecil dibandingkan dengan beton bertulang biasa yang juga diberi beban lentur.
3. Ketahanan Tekan
Kekuatan ferosemen dalam menahan beban tekan / desak sangat ditentukan oleh kekuatan mortar (campuran semen, pasir dan air). Komposisi mortar ferosemen memiliki kandungan semen yang lebih banyak dibandingkan beton bertulang biasa dengan perbandingan berat semen terhadap pasir antara 1 - 2,5 dan perbandingan berat air terhadap semen antara 0,35 – 0,6. Dengan kandungan semen yang banyak dan faktor air semen yang kecil akan menghasilkan mortar yang memiliki kekuatan tinggi berkisar 280 - 705 kg/cm2 jauh lebih tinggi dibandingkan kuat tekan standar untuk beton bertulang yaitu 225 - 500 kg/cm2.
4. Sifat Kedap
Air Dengan kandungan semen banyak yang dicampur dengan butiran agregat halus tanpa agregat kasar maka ferosemen memiliki susunan partikel yang lebih rapat/padat sehingga sifat kedap airnya juga lebih baik dibandingkan dengan beton bertulang. Adanya kawat jala sebagai tulangan yang tersebar merata sangat membantu sifat kedap air tersebut sebab mampu melokalisir retak yang
terjadi. Retak yang terjadi akibat sifat susut mortar maupun akibat beban-beban lain akan ditahan agar tidak menyebar atau membesar sehingga lebar retak di permukaan akan tetap kecil. Berbeda dengan beton bertulang yang jarak antara tulangannya cukup besar sehingga cenderung tidak dapat melokalisir retak. Retak yang terus memanjang berakibat lebar retak semakin membesar sehingga dapat menurunkan sifat kedap airnya.
Dari sisi pemeliharaan, ferosemen sangat mudah untuk perawatan dan perbaikan serta biaya konstruksi untuk aplikasi di laut lebih murah dibandingkan kayu, beton bertulang atau material komposit. Sementara beton biasanya beberapa kali lebih tebal dan dibentuk dengan cetakan, sedangkan ferosemen bisa tanpa cetakan.
Mencetakan Beton Ferosemen (Sumber: http://bit.ly/2Qn8NiJ)
Tulangan Ferosemen
(Sumber: http://bit.ly/2Qovhzy)
Berdasarkan definisi dan perkembangan ferosemen maka bahan ferosemen secara umum dapat diterima sebagai bahan konstruksi. Beberapa keuntungan utama ferosemen diantaranya adalah: kemudahan dalam pengerjaan karena tekniknya tidak banyak berbeda dengan teknik bahan bangunan biasa (mortar dan beton), bahan mudah didapat, volume bahan yang digunakan relatif lebih sedikit. Bila ditinjau dari segi struktur, bahan ferosemen sangat sesuai untuk struktur
23
Sumber:
_. Sejarah Ferosemen. [Online] Tersedia: http://digilib.unila.ac.id/11414/4/BAB%20II.pdf
ALhadi. 2011. Ferosemen Subsitusi Beton. [Online] Tersedia: diunduh: https://alhadisquare.wordpress.com/2011/05/28/ferosemen-subsitusi-beton/
Hutapea. 2010 Januari 30. Ferosemen. [Online] Tersedia: diunduh: https://pahalahutapea.wordpress.com/2010/01/30/ferosemen/
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia. Ferosemen dapat Tingkatkan Performa Sistem Konstruksi Irigasi . 2009 Mei 19 . PU-Net. [Online] Tersedia: diunduh: https://www.pu.go.id/berita/view/2013/ferosemen-dapat-tingkatkan-performa-sistem-konstruksi-irigasi
shell dan folded plate (pelat lipat) karena struktur ferosemen relatif tipis maka sangat memungkinkan untuk dikembangkan konstruksi pracetak ataupun cast in situ. Secara umum konstruksi ferosemen dapat digolongkan ke dalam 3 kelompok utama, yaitu: konstruksi maritim, konstruksi bangunan, konstruksi kedap air, dan konstruksi monumen (seni arsitektur).
1. Konstruksi Bangunan
Penggunaan ferosemen untuk bahan bangunan dirintis pertama kali oleh Prof. Nervi dengan membangun beberapa gedung besar di Italia yang beratapkan ferosemen. Dengan menggunakan prinsip struktur shell atau corrugated shape bahan ferosemen dapat digunakan pada konstruksi bangunan dengan sangat berarti seperti untuk atap, dinding, atau lantai. Penggunaan bahan ferosemen untuk konstruksi atap sangat sesuai karena sifat kekuatan yang tinggi dan penampang yang tipis. Sejak 40 tahun yang lalu di Rusia telah banyak dibuat bangunan dengan atap ferosemen dan hingga saat ini sudah lebih dari 10 juta m2 luas atap ferosemen yang dibangun. Perubahan sistem produksi dari manual ke produksi mesin memungkinkan perluasan penerapan ferosemen dengan sangat berarti dan kontrol kualitas yang tinggi. Perkembangan atap ferosemen juga terjadi di Polandia, Selandia Baru, Filipina dan negara lainnya. Bahan ferosemen untuk struktur dinding dan lantai juga sudah dilakukan di Israel dan Amerika. Dengan 16 dan jaminan kualitas. Aplikasi ferosemen untuk atap dan dinding juga Sudah banyak dilakukan di Indonesia yang sebagian besar diterapkan untuk masjid atau bangunan lainnya.
2. Konstruksi Kedap Air
Aplikasi ferosemen dengan mengandalkan sifat kedap airnya cukup luas baik dari terapan maupun dari kapasitas yang dimungkinkan. Ferosemen sangat cocok untuk tangki air dan karena relatif tipis sehingga biaya konstruksi jauh lebih murah dibandingkan bak atau tangki air dari bahan beton bertulang. Penerapan ferosemen untuk tangki air
dan sanitasi sudah banyak diterapkan di Thailand, India, Kepulauan Solomon dan juga Indonesia. Kapasitas tangki bervariasi sesuai dengan kebutuhan dari 200 hingga 5000 galon. Selain untuk kebutuhan rumah tangga, tangki air ferosemen juga dapat digunakan untuk penyimpanan air di gedung bertingkat seperti di Bangladesh dan di Singapura yang menggunakan bahan bambu untuk tulangan pembentuknya. Di Thailand ada satu perusahaan yang memasarkan tangki air ferosemen kapasitas 1800 liter untuk masyarakat umum. Sedangkan di Selandia Baru tangki air yang dibangun dapat mencapai 20.000 liter. Selain tangki air ferosemen dengan kekedapannya dapat digunakan untuk tangki penyimpan gas, tangki pengawet / penyimpan makanan, sanitasi (septictank), saluran air dan pintu air.
3. Konstruksi Monumen
Konstruksi monumen adalah hasil karya seni arsitektur yang bernilai tinggi dengan citra dan aspirasi tersendiri sehingga dapat menjadi suatu landmark yang sekaligus melambangkan semangat dan citra tertentu. Bentuk monumen yang tidak seperti bangunan pada umumnya memerlukan suatu pertimbangan pemilihan bahan dan teknik konstruksi yang paling efektif. Bahan ferosemen yang kuat, tipis dan mudah dibentuk sesuai dengan yang dikehendaki menjadikannya lebih unggul dibandingkan bahan konstruksi lainnya. Aplikasi foresemen untuk bangunan monumen sudah banyak dilakukan di berbagai negara. Di Indonesia konstruksi monumen sudah dibangun adalah Pintu Gerbang Kebun Binatang Ragunan Jakarta pada tahun 1984. Gerbang ini menggambarkan simbol metafora dari dua satwa yang sedang bercengkrama sambil mendongak optimis melihat jauh ke ufuk.
Penulis: Dwi Citra Hapsari, S.Pd
Penelaah Jasa Konstruksi Balai Penerapan Teknologi Konstruksi
dwicitrahapsari@yahoo.co.id
Perumahan& Permukiman
26
RUMAH PERMANEN INSTAN DENGAN DOMUS MEMBUAT RUMAH HANYA DENGAN 5 HARI
omus merupakan salah satu inovasi dari PT. Tatalogam Lestari. Perusahaan dengan produk pertama Genteng Metal Multi Roof (Genteng
metal zincalume dengan lapisan butiran batu alam) ini berdiri sejak 1994. Tatalogam Lestari memiliki visi untuk menjadi solusi rumah berbasis metal untuk Indonesia serta memiliki misi menjadi ringan, kuat, dan cepat. Perusahaan yang menghasilkan produk dengan bahan baku baja ringan ini memiliki kantor pusat yang terletak di Jakarta Barat serta memiliki pabrik di Kawasan Industri Cibitung dan Kawasan Industri Lippo Cikarang.
Logo PT. Tatalogam Lestari
(Sumber: PT. Tatalogam Lestari, 2018)
Industri baja ringan di Indonesia dapat di klasifikasikan menjadi dua berdasarkan proses produksi, yaitu industri hulu yang mana mengolah baja dari bahan baku mentah menjadi barang setengah jadi berupa lembaran baja ringan, serta industri hilir yang mana mengolah lembaran baja yang diproduksi oleh industri hulu menjadi baja ringan yang sudah terbentuk menjadi bentuk profil yang dapat dipakai pada proses konstruksi. PT. Tatalogam Lestari dapat di kategorikan sebagai industri baja ringan hilir karena tidak memproses baja ringan dari bahan baku mentah, tetapi memproses bahan setengah jadi dari pabrikan lain.
Produk Genteng Metal PT. Tatalogam Lestari
(Sumber: PT. Tatalogam Lestari, 2018)
Secara garis besar, PT. Tatalogam Lestari memiliki dua macam produk yaitu genteng metal dan baja ringan dengan berbagai merek. Produk genteng metal tersebut terdiri dari berbagai macam merk dagang seperti Multi Roof dengan BMT (Base Metal Thickness) atau ketebalan dasar baja sebesar 0,35, Suryaroof dengan ketebalan 0,30 BMT, Sakura Roof dengan ketebalan 0,20 BMT, Multi Sirap dengan ketebalan 0,35 BMT, Fancy dengan ketebalan 0,30 BMT, Soka Jempol dengan ketebalan 0,20 BMT, serta Sakura MX dengan ketebalan 0,20 BMT. Selain itu, terdapat produk baja ringan lainnya seperti Taso (Kaso Metal), Praktis (Kolom Metal Instan), serta Purlin (Rangka Metal Galvanis).
Produk Baja Ringan PT. Tatalogam Lestari lainnya
(Sumber: PT. Tatalogam Lestari, 2018)
Latar belakang inovasi dari Domus adalah sebagai berikut : 1. Belum terpenuhinya kebutuhan rumah bagi jutaan
masyarakat berpenghasilan rendah, 2. Program “Sejuta Rumah” yang digalakkan oleh
pemerintah, memerlukan inovasi pembuatan rumah yang lebih cepat dari biasanya,
3. Paket Kebijakan Ekonomi Jilid XIII menitikberatkan pada mempercepat penyediaan rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah dengan harga yang terjangkau.
Caranya dengan menyederhanakan sekaligus mengurangi regulasi dan biaya pengembangan untuk membangun rumah.
Domus adalah rumah permanen yang dibangun dengan BB House System yang dikembangkan oleh Simantap PT. Tatalogam Lestari. BB House System yang efektif dan efisien dapat memungkinkan anda dapat membangun rumah secara cepat. Kunci pembangunan dengan sistem ini terletak pada perencanaan yang matang, material yang tepat, serta teknik pengerjaan yang benar. Domus adalah rumah
D
27
permanen instan yang dikembangkan dengan rangka utama dari kanal-U galvanis dengan merek dagang ‘Praktis’ dan rangka atap baja ringan dengan merek dagang ‘Taso’. Spesifikasi dari Domus ini dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Spesifikasi Rumah Domus
(Sumber: PT. Tatalogam Lestari, 2018)
Rangka bangunan ini, kolom praktis dan rangka atap, menggunakan baja ringan dari PT. Tatalogam Lestari, tebal dan kekuatannya sudah sesuai SNI dan standar yang dipersyaratkan. Hal tersebut telah terbukti lewat pengujian yang dilakukan oleh Laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman (PUSKIM) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Permohonan uji yang diajukan kepada Balai Penelitian dan Pengembangan Bahan dan Struktur Bangunan tersebut berupa uji siklik statik terhadap benda uji yang berupa bangunan satu lantai. Berdasarkan hasil pengujian dan analisis diketahui bahwa benda uji cenderung berperilaku sebagai sistem unconfined masonry / dinding geser batu bata polos biasa, yang berdasarkan SNI 17726 2012 dapat direkomendasikan termasuk kategori desain seismik (KDS) B. Kombinasi dinding bata ringan, genteng metal dan material berkualitas lainnya menjadikan Domus sebagai bangunan yang kuat dan tahan gempa.
Uji Siklik Sistem Domus di Laboratorium PUSKIM PUPR
(Sumber: PT. Tatalogam Lestari, 2018)
Proses pengerjaan domus telah melalui perencanaan yang matang, penentuan bahan, pengadaan material, tahap perakitan dan pemasangan, pembagian kerja tukang sesuai tingkat keahliannya, semua direncanakan dan dilakukan dengan manajemen waktu yang terukur dan sistematis serta telah terangkum dalam satu paket siap pasang. Dengan empat orang tukang terlatih yang disebut Installman, rumah tipe 21 dapat selesai dibangun tidak lebih dari lima hari. Selain hemat biaya karena bahan yang terukur, efisien, dan terstandar sehingga dapat meminimalisir bahan sisa yang terbuang, tentunya sistem ini dapat menghasilkan bangunan dengan cepat. Hanya membutuhkan empat tenaga kerja, yang berarti menghemat biaya tukang. Bahan standar rakitan pabrik, sehingga presisi dan rapi selain itu lokasi pekerjaan lebih bersih.
Pembangunan Domus Hari Pertama
(Sumber: PT. Tatalogam Lestari, 2018)
Pembangunan Domus Hari Kedua
(Sumber: PT. Tatalogam Lestari, 2018)
Pembangunan Domus Hari Ketiga
(Sumber: PT. Tatalogam Lestari, 2018)
Proses pembangunan Domus dimulai dengan persiapan tukang dan bahan. Hari pertama dilakukan pemasangan kolom, rangka atap dan memulai pemasangan bata ringan. Pada hari kedua dilanjutkan
28
penyetelan kuda-kuda, pemasangan reng, pemasangan dinding bata ringan, serta pemasangan jendela. Selanjutnya hari ketiga dilakukan pemasangan atap dan aksesoris; pekerjaan perpipaan, plester, dan aci; serta pemasangan plafond dan instalasi listrik. Setelah itu pada hari keempat dilakukan pekerjaan pasangan keramik, pekerjaan render, dan pekerjaan finishing cat. Pada hari terakhir yaitu hari kelima dilakukan finishing elektrikal dan sanitary; finishing tambahan; serta pembersihan rumah dan lahan.
Pembangunan Domus Hari Keempat
(Sumber: PT. Tatalogam Lestari, 2018)
Pembangunan Domus Hari Kelima
(Sumber: PT. Tatalogam Lestari, 2018)
Sebagai inovasi terbaru dari Simantap, produsen baja ringan terbesar di Indonesia yang telah memiliki pengalaman puluhan tahun dengan reputasi yang terbaik di Indonesia ini memproduksi Domus dengan memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan rumah yang dibangun secara konvensional. Domus menjanjikan rumah yang kuat, cepat, dan indah. Kelebihan Domus dibandingkan rumah prefabrikasi lainnya antara lain adalah:
1. Tampilan layaknya rumah pada umumnya. Dinding rata atau lurus,
2. Lebih mudah dibangun, dengan mengikuti pelatihan selama 2 hari, dapat langsung membangun,
3. Pasangan yang tepat dengan baja ringan dan genteng metal, interlock dan menjadi satu kesatuan struktur,
4. Produk praktis, Taso, Genteng metal dalam satu kontainer 21ft dapat memuat untuk 30 unit rumah,
5. Menggunakan baja produk dalam negeri (Karakatau Steel), dalam waktu dekat sedang investasi pabrik pelapisan galvanis dengan kapasitas 225.000 ton.
Sketsa Rumah Domus Tipe 21
(Sumber: PT. Tatalogam Lestari, 2018)
PT. Tatalogam Lestari telah membuktikannya mulai dari proses marking, perakitan, pembangunan, hingga finishing, semuanya dibangun hanya dalam 5 hari dan dengan 4 orang. Kualitas material, rasa tanggung jawab pada hasil pekerjaan dan sentuhan artistik dipadukan sehingga menghasilkan produk yang indah yang dapat memuaskan konsumen merupakan kunci dapat tercapainya sistem manajemen konstruksi dari Domus. Domus sendiri dapat dibangun dimanapun lokasi proyek, baik berada baik di kota, desa, pedalaman hutan, gunung, perkebunan, maupun pertambangan karena proses pengiriman yang mudah dan murah.
29
Sumber : CV. Mitra Solusi Konstruksi. 2018. Mengenal Berbagai Jenis Baja Ringan dan Harganya.
https://solusikonstruksi.com/product-category/baja-ringan/ diakses tanggal 21 November 2018
PT. Bumi Lancang Kuning Pusaka.2017. Mengenal Perbedaan Istilah BMT, TCT, TCC. http://blkpgroup.co.id/NewsDetail.aspx?idPost=34 diakses tanggal 21 November 2018.
PT. Tatalogam Lestari. 2018.Domus Rumah Permanen Instan, Solusi untuk Penyediaan Rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah. Dipresentasikan pada Rapat Audiensi dengan PT. Tatalogam Lestari, September 5, Jakarta.
PT. Tatalogam Lestari. 2015. Pengenalan Domus pada Presentasi Rapat Audiensi dengan Kementerian PUPR. Jakarta. 4 Menit.
Wikipedia. 2018. Kategori: Klasifikasi Industri. https://id.wikipedia.org/wiki/Kategori: Klasifikasi_Industri diakses tanggal 21 November 2018.
Packing Domus dalam Kontainer
(Sumber: PT. Tatalogam Lestari, 2018)
Kombinasi dinding bata, genteng metal, dan material berkualitas lainnya menjadikan Domus sebagai bangunan kuat dan tahan gempa. Kajian terhadap gempa telah dilakukan oleh PT. Tatalogam Lestari dengan analisa perhitungan gempa. Pulau lombok dijadikan sebagai studi kasus karena pada 5 Agustus 2018 lalu telah terjadi gempa yang cukup besar di lokasi tersebut. Berikut ini merupakan perhitungan terhadap domus.
Gaya Geser Dasar Statik Ekuivalen terhadap Kapasitas
Geser Desain (Sumber: PT. Tatalogam Lestari, 2018)
Grafik Evaluasi Gempa Struktur terhadap Beban Gempa (Sumber: PT. Tatalogam Lestari, 2018)
Grafik Evaluasi Kinerja Struktur Terhadap Gempa Desain (2/3 MCER)
(Sumber: PT. Tatalogam Lestari, 2018)
Gravik Evaluasi Kinerja Struktur Terhadap Gempa Desain
MCER (Sumber: PT. Tatalogam Lestari, 2018)
Disisi lain bangunan dengan penutup atap yang lebih berat lebih beresiko dibandingkan dengan penutup atap yang ringan seperti genteng metal yang digunakan sistem Domus dengan beban hanya 3 kg/m2.
Penulis:
Zamrud Muhammad Yusuf Gustian, S.T. Penelaah Jasa Konstruksi
Balai Penerapan Teknologi Konstruksi Izam.mhmmd@gmail.com
SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG
angunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau
seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya maupun kegiatan khusus.
Akhir-akhir ini, banyak berita tentang kejadian kebakaran pada bangunan gedung, baik bangunan tempat tinggal, mall, maupun pabrik. Penyebab dari kebakaran tersebut bermacam-macam diantaranya hubungan pendek arus listrik, meledaknya kompor, kebocoran gas, kecerobohan penyalaan api dan sebagainya.
Memang, suatu bangunan gedung memiliki potensi terjadinya kebakaran. Apalagi bila bangunan tersebut material konstruksinya berasal dari material yang mudah terbakar dan digunakan untuk menyimpan bahan-bahan yang mudah terbakar.
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26 Tahun 2008 Kebakaran merupakan suatu fenomena yang timbul akibat adanya peningkatan suhu dari suatu bahan yang kemudian bereaksi secara kimia dengan oksigen sehingga menghasilkan panas dan pancaran api, mulai dari awal terjadinya api, ketika proses penjalaran api, hingga asap dan gas yang ditimbulkan.
Oleh karenanya, guna meminimalisasi kebakaran dan menanggulangi kejadian kebakaran pada bangunan gedung, maka gedung harus diproteksi melalui penyediaan prasarana dan sarana proteksi kebakaran serta kesiagaan dan kesiapan pengelola, penghuni dan penyewa bangunan dalam mengantisipasi dan mengatasi kebakaran.
Sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung merupakan sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran.
Klasifikasi Kebakaran
Klasifikasi kebakaran menurut National Fire Protection Association (NFPA), kebakaran dapat digolongkan: 1. Kebakaran bahan padat kecuali logam (golongan
A); 2. Kebakaran bahan cair atau gas yang mudah
terbakar (Golongan B); 3. Kebakaran instalasi listrik bertegangan (Golongan
C); 4. Kebakaran bahan logam (Golongan D), dan 5. Kebakaran akibat peralatan atau aktivitas
memasak (Golongan K).
B
30
31
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008 tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan disebutkan bahwa pengelolaan proteksi kebakaran adalah upaya mencegah terjadinya kebakaran atau meluasnya kebakaran ke ruangan-ruangan ataupun lantai-lantai bangunan, termasuk ke bangunan lainnya melalui eliminasi ataupun meminimalisasi risiko bahaya kebakaran, pengaturan zona-zona yang berpotensi menimbulkan kebakaran, serta kesiapan dan kesiagaan sistem proteksi aktif maupun pasif.
Sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan terdiri dari beberapa komponen, antara lain:
1. Akses dan Pasokan Air
Akses dan pasokan air untuk pemadam kebakaran Kriteria untuk akses dan pasokan air pemadam kebakaran adalah sebagai berikut: - Tersedia sumber air berupa hidran halaman,
sumur kebakaran, atau reservoir air dan sebagainya;
Box Hydrant
(Sumber: http://aloekmantara.blogspot.com)
- Dilengkapi dengan sarana komunikasi umum yang dapat dipakai setiap saat untuk memudahkan penyampaian informasi kebakaran;
- Tersedia jalur khusus untuk akses mobil pemadam kebakaran;
- Tersedia jalan lingkungan perkerasan di dalam lingkungan bangunan gedung agar dapat dilalui kendaraan pemadam kebakaran;
- Lebar lapis perkerasan pada jalur masuk yang digunakan untuk mobil pemadam kebakaran lewat minimal 4 m;
- Area jalur masuk kedua sisinya ditandai dengan warna yang kontras;
- Area jalur masuk pada kedua sisinya ditandai dengan bahan yang bersifat reflektif
- Penandaan jalur pemadam kebakaran diberi jarak antara tidak lebih dari 3 m satu sama lain;
- Penandaan jalur pemadam kebakaran dibuat di kedua sisi jalur penandaan jalur pemadam kebakaran diberi tulisan “jalur pemadam kebakaran, jangan dihalangi”.
2. Sarana penyelamatan jiwa
Setiap bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana penyelamatan jiwa yang dapat digunakan oleh penghuni bangunan gedung, sehingga memiliki waktu yang cukup untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-hal yang diakibatkan oleh keadaan darurat. Selain itu, sarana penyelamatan jiwa dibuat untuk mencegah terjadinya kecelakaan atau luka pada waktu melakukan evakuasi pada saat keadaan darurat terjadi. - Sarana jalan keluar - Tanda petunjuk arah evakuasi
Rambu Petunjuk Arah Jalur Evakuasi
(Sumber: http://stickersafetysign.blogspot.com)
- Pintu darurat
Pintu Darurat pada Bangunan Gedung
(Sumber: www.kompasiana.com)
- Tempat berhimpun Tempat berhimpun adalah tempat di area sekitar atau di luar lokasi yang dijadikan
32
sebagai tempat berhimpun atau berkumpul setelah proses evakuasi saat terjadi kebakaran. Tempat berhimpun darurat harus aman dari bahaya kebakaran lainnya.
Titik Berkumpul Evakuasi pada Keadaan Darurat
(Sumber: www.visiteiffel.com)
3. Sarana proteksi kebakaran pasif
Sarana proteksi kebakaran pasif adalah sistem proteksi kebakaran yang terbentuk atau terbangun melalui pengaturan penggunaan bahan dan komponen struktur bangunan, kompartemenisasi atau pemisahan bangunan berdasarkan tingkat ketahanan api, serta perlindungan terhadap bukaan. Salah satu sub komponen dari sarana proteksi kebakaran pasif adalah konstruksi tahan api.
Konstruksi tahan api merupakan kesatuan dari penghalang api, dinding api, dinding luar dikaitkan dengan lokasi bangunan gedung yang dilindungi, partisi penahan penjalaran api, dan penutup asap. Menurut SNI 03-1736-2000 mengenai tata cara perencanaan sistem proteksi pasif, elemen persyaratan pada konstruksi tahan api antara lain sebagai berikut: - Terdapat dinding penghalang api untuk
membagi bangunan gedung untuk mencegah penyebaran api;
- Terdapat pintu tahan api; - Dilakukan pemeliharaan konstruksi tahan api
secara berkala; - Pintu tahan api harus mempunyai
perlengkapan menutup sendiri atau menutup secara otomatis.
4. Sarana proteksi kebakaran aktif
Sistem proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap terdiri dari sistem pendeteksian kebakaran baik manual ataupun otomatis, sistem pemadam kebakaran berbasis air seperti springkler, pipa tegak dan
slang kebakaran, serta sistem pemadam kebakaran berbasis bahan kimia, seperti APAR dan pemadam khusus.
Penejelasan komponen sarana proteksi kebakaran aktif sebagai berikut: - Detektor kebakaran
Detektor kebakaran dapat digolongkan menjadi beberapa jenis yaitu: Detektor asap
Detektor Asap
(Sumber: ekafittipaldi.wordpress.com)
Detektor panas Detector panas merupakan alat yang secara otomatis akan mendeteksi kebakaran melalui panas yang diterimanya.
Detektor nyala Detektor nyala merupakan serangkaian alat yang berfungsi untuk mendeteksi penyalaan api.
Detektor gas Detektor gas merupakan suatu alat yang dapat mendeteksi kenaikan konsentrasi gas-gas yang bersifat mudah terbakar.
- Alarm kebakaran Jenis-jenis alarm kebakaran diantaranya adalah bel, horn dan pengeras suara. Menurut SNI 03-3985-2000, elemen yang menjadi penilaian untuk alarm kebakaran adalah sebagai berikut: Terdapat alarm kebakaran pada unit
produksi Sinyal suara alarm kebakaran berbeda
dari sinyal suara yang dipakai untuk penggunaan lain.
- Titik panggil manual - Sistem springkler otomatis
Hidran Sistem pipa tegak
33
Sumber :
Al Aziz, Yusuf. 2014. Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan di Unit Produksi Amoniak PT. Petrokimia Gresik tahun 2014. Skripsi. UIN Syarifhidayatullah Jakarta. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
Hartono, Widi. 2017. Sistem Proteksi Kebakaran Gedung. [online]. Tersedia: http://sipil.ft.uns.ac.id/web/?p=863. Diakses [12 Desember 2018].
Republik Indonesia. 2008. Peraturan Menteri Pekerjaab Umum Nomor 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.. Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.
Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
5. Utilitas bangunan gedung
- Sumber daya listrik Sumber daya listrik yang digunakan harus memenuhi kriteria sebagai berikut: Daya listrik yang dipasok untuk
mengoperasikan system daya listrik darurat diproleh sekurang-kurangnya dari PLN atau sumber daya listrik darurat;
Bangunan gedung atau ruangan yng sumber daya listrik utamanya dari PLN harus dilengkapi juga dengan generator sebagai sumber daya listrik darurat;
Semua kabel distribusi yang melayani sumber daya listrik darurat harus memenuhi kabel dengan tingkat ketahanan api selama 1 jam.
- Pusat pengendali kebakaran Elemen penilaian pusat pengendali kebakaran yaitu sebagai berikut: Pintu yang menuju ruang pengendali
membuka kearah dalam ruang tersebut; Pintu tidak terhalang oleh orang yang
menggunakan jalur evakuasi dari dalam bangunan;
Ruang pengendali kebakaran harus dilengkapi dengan panel indikator kebakaran dan sakelar kontrol dan indikator visual yang diperlukan untuk semua pompa kebakaran kipas, pengendali asap, dan peralatan pengamanan kebakaran lainnya yang dipasang di dalam bangunan;
Ruang pengendali kebakaran harus dilengkapi dengan telepon yang memiliki sambungan langsung;
Luas lantai ruang pengendali kebakaran ≥ 10 m2.
Panjang sisi bagian dalam ruang pengendali kebakaran ≥ 2,5 m;
Terdapat ventilasi di ruang pengendali kebakaran;
Permukaan luar pintu yang menuju ke
dalam ruang pengendali diberi tanda dengan tulisan “Ruang Pengendali Kebakaan”;
Huruf pada tanda ruang pengendali kebakaran memiliki tinggi ≥ 50 mm;
Warna huruf tanda ruang pengendali kebakaran kontras dengan latar belakangnya.
- Sistem proteksi petir Setiap bangunan dan gedung harus dilengkapi dengan instalasi sistem proteksi petir (SPP) yang dapat melindungi bangunan, manusia dan peralatan di dalamnya dari bahaya sambaran petir. Instalasi SPP bangunan gedung dipasang dengan memperhatikan faktor letak dan sifat geografis bangunan, kemungkinan sambaran petir, kondisi petir dan densitas sambaran petir ke tanah serta risiko petir terhadap peralatan dan lain-lain. Kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengujian instalasi sistem proteksi petir harus dilakukan oleh tenaga ahli.
Skematik Penangkal Petir Konvensional (Sumber: http://ipaterpaduspasa.blogspot.com)
Deviana Kusuma Pratiwi, ST. Penelaah Jasa Konstruksi
Balai Penerapan Teknologi Konstruksi deviana.pratiwi@gmail.com
Penulis: Veronica Kusumawardhani, S.T.,M.Si.
Pejabat Fungsional Tata Bangunan dan Perumahan Pertama Direktorat Keterpaduan Infrastruktur Permukiman
Direktorat Jenderal Cipta Karya vkusumawardhani@gmail.com
Jasa Konstruksi& Energi Alternatif
36
APLIKASI BAJA RINGAN PADA KONSTRUKSI BANGUNAN
alam dunia konstruksi, ada banyak elemen yang digunakan. Berbagai material dibutuhkan untuk menyelesaikan pengerjaan konstruksi.
Ada kayu, beton, besi, dan juga baja. Khusus untuk baja, secara umum, sebuah konstruksi akan membutuhkan jenis baja ringan.
Baja ringan adalah jenis baja yang dihasilkan dari proses produksi pencetakan dengan berbagai jenis nama dan bentuk serta memiliki kekuatan tinggi dengan bobot yang cukup ringan, secara kualitas dan mutu tidak kalah dengan baja pada umumnya. Properti baja ini sangat penting dalam konstruksi. Baja jenis ini adalah baja karbon dengan jumlah karbon yang rendah hingga dikenal pula dengan istilah “baja karbon rendah.” Pada umumnya, jumlah karbon yang ditemukan pada baja ringan adalah 0,05% hingga 0,25% dari beratnya.
Sedangkan baja dengan nilai karbon tinggi biasanya memiliki kandungan karbon dari 0.30% hingga 2,0%. Itulah standar karbon pada jenis-jenis baja ini. Jika ada
lebih banyak karbon pada baja tersebut, maka baja akan diklasifikasikan sebagai bebaja karbon lain dibuat.
Cara umum yang dilakukan ialah dengan melibatkan kombinasi antara bijih besi dan batu bara. Setelah batu bara dan bijih besi diekstraksi, lalu dilebur bersama dalam tanur yang tinggi. Setelah dilelehkan, campuran dipindahkan ke tungku lain untuk membakar semua kotoran yang mungkin ada di dalamnya. Setelah itu, baja dibiarkan memadat menjadi bentuk persegi panjang. Potongan baja ringan ini biasanya lalu dibentuk sesuai dengan ukuran yang diinginkan menggunakan proses yang disebut hot rolling. Di dalamnya tidak ada sejumlah besar kromium, atau unsur paduan lainnya dalam baja ini. Karena kandungan unsur karbon dan paduannya relatif rendah, ada beberapa properti yang membedakannya dari karbon dan baja paduan yang lebih tinggi.
Karakteristik baja ringan: Produk profil tipis Material non-ductile
D
37
Teknik perhitungan tidak sama dengan baja konvensional
Standar Nasional Indonesia (SNI): Perhitungan profil; SNI 7971:2017 Struktur Baja
Canai dingin Jenis Profil; SNI 8399:2017 Profil Baja Ringan SNI lain mengenai pelapis / coating.
Contoh Manual Spesifik Baja Ringan (Sumber: Bahan Paparan Aplikasi Produk Baja)
Contoh Aplikasi Baja Ringan sebagai Pengganti Kayu
Rangka Atap Baja Ringan
Rangka Atap Menggunakan Baja Ringan (Sumber: http://bit.ly/2JGrzeb)
Khusus untuk konstruksi rangka atap, dikembangkan bahan dari bahan baja. seperti kita ketahui, baja banyak digunakan sebagai bahan konstruksi tiang dan rangka atap pada bangunan besar dan tinggi. Sedangkan untuk pembangunan rumah tinggal, penggunaan baja tidak feasible secara ekonomi.
Baja adalah logam paduan, logam besi yang berfungsi sebagai unsur dasar dicampur dengan beberapa elemen lainnya, termasuk unsur karbon. Besi dapat terbentuk menjadi dua bentuk kristal yaitu Body Center Cubic (BCC) dan Face Center Cubic (FCC), tergantung
dari temperaturnya ketika ditempa. Dalam susunan bentuk BCC, ada atom besi ditengah-tengah kubus atom, dan susunan FCC memiliki atom besi disetiap sisi pada enam sisi kubus atom.Interaksi alotropi yang terjadi antara logam besi dengan elemen pemadu, seperti karbon, yang membuat baja dan besi tuang memiliki ciri khas yang ada pada diri mereka. Kandungan unsur karbon dalam baja berkisar antara 0.2% hingga 2.1% dari berat keseluruhan baja tersebut sesuai grade-nya. (sumber : Wikipedia)
Baja ringan adalah baja berkualitas tinggi yang bersifat ringan dan tipis, akan tetapi kekuatannya tidak kalah dari baja konvensional. Ada bebarapa macam baja ringan yang dikelompokan berdasarkan nilai tegangan tariknya (tensile strength). Kemampuan tegangan tarik ini umumnya didasarkan pada fungsi akhir dari baja ringan tersebut.
Sebagai contoh untuk produk strukur seperti rangka atap baja ringan digunakan baja ringan dengan tegangan tarik tinggi (G550). Namun untuk berbagai produk home appliances diperlukan baja ringan dengan tegangan tarik yang lebih rendah (G300, G250) yang lebih lentur dan lunak sehingga lebih mudah dibentuk sesuai keinginan.
Pada umumnya ketebalannya berkisar antara 0,20 – 2,00 mm. Variasi ketebalan ini ditentukan oleh fungsi, sebarapa besar beban yang ditopang dan ukuran bentang baja itu sendiri. Ketebalan yang lebih kecil dibanding dengan baja konvensional dengan tujuan untuk mengurangi beban strukutur bangunan.
Rumah Prefabrikasi dari Struktur Baja Ringan
(Sumber: Bahan Paparan Aplikasi Produk Baja)
Rangka Kuda-Kuda
Rangka Dinding
Rangka Lantai
Rangka Dinding
Penutup Atap
Lantai
38
Kuda-kuda baja ringan mempunyai ketebalan antara 0,45 – 1,00 mm. Berbeda dengan kolom yang akan menopang beban yang lebih besar, ketebalannya kisaran antara 1,00 - 2,00 mm (profil C). Sedangkan untuk genteng metal ketebalannya 0,20 mm karena bisa dikatakan tidak memikul beban dengan ketebalan tersebut sudah cukup memadai.
Panel-panel dibuat di workshop yang kemudian dikirim ke lapangan untuk dipasang. Pelaksanaannya pun lebih cepat.
Cocok untuk daerah : Terpencil , sulit sumber bahan bangunan Daerah yang memerlukan hunian cepat, misal :
daerah pasca bencana Proyek yang memerlukan area yang bersih tanpa
fabrikasi di site.
Fabrikasi yang Terintegrasi dengan Komputer
(Sumber: Bahan Paparan Aplikasi Produk Baja)
Menjawab Tantangan Konstruksi di Indonesia
Fabrikasi yang Terintegrasi dengan Komputer
(Sumber: Bahan Paparan Aplikasi Produk Baja)
1. Desain
Fabrikasi yang Terintegrasi dengan Komputer (Sumber: Bahan Paparan Aplikasi Produk Baja)
2. Manufacturing
Fabrikasi yang Terintegrasi dengan Komputer
(Sumber: Bahan Paparan Aplikasi Produk Baja)
39
Sumber: _. 2018. Contoh Aplikasi Baja Ringan Sebagai Pengganti Kayu [Online] Tersedia :
https://www.idntimes.com/news/indonesia/akhmadmustaqim/lipi-buat-alat-pendeteksi- https://bagkinantan.com/contoh-aplikasi-baja-ringan-subtitusi-kayu/ [22 Oktober 2018]
Asosiasi Roll Former Indonesia. 2018. Light Weight Steel. Dalam Acara Launching Katalog Produk Baja Ringan [16 Oktober 2018]
Indonesia Zinc-Alumunium Steel Industries. 2018. Katalog Baja Ringan 2. Dalam Acara Launching Katalog Produk Baja Ringan [16 Oktober 2018]
Renansiva, Revi. 2018. Aplikasi Baja Ringan Pada Konstruksi. Dalam Acara Launching Katalog Produk Baja Ringan [16 Oktober 2018]
3. Fabrication And Installation
Fabrikasi yang Terintegrasi dengan Komputer
(Sumber: Bahan Paparan Aplikasi Produk Baja)
Test Produk dan Sertifikasi
Mengapa diperlukan tes? Metode analisis terkadang sangat sulit, perlu
perhitungan yang ketat; Pengetahuan terbatas tentang kode desain bentuk
dingin; Insinyur berkemampuan terbatas untuk desain
bentuk dingin; Sistem rekayasa terbatas, perangkat lunak, dll.
Langkah-langkah Kembangkan kode untuk mendeskripsikan detail
metode pengujian dan metode penilaian; Menunjuk satu lab sebagai pusat studi yang
dibentuk dingin di Indonesia; Berikan laboratorium dengan peralatan pengujian
yang memadai.
Kelemahan: Laboratorium terbatas yang mampu melakukan
pengujian; Panduan terbatas untuk pengujian (kode); Peralatan terbatas untuk pengujian.
Manfaat: Sebagai dasar desain, memberikan hasil yang
optimal; Sebagai spesifikasi proyek; Sebagai alat pemasaran untuk perusahaan;
Kemudahan untuk membedakan / klasifikasi produk di pasar.
Contoh Pengujian Produk
Tes Beban Terpusat pada Tiga Bentang (Sumber: Bahan Paparan Aplikasi Produk Baja)
Tes Beban Terpusat pada 2 Bentang (Sumber: Bahan Paparan Aplikasi Produk Baja)
Tes Beban Merata (Sumber: Bahan Paparan Aplikasi Produk Baja)
Shanti Astri Noviani, S.Pd. Penelaah Jasa Konstruksi
Balai Penerapan Teknologi Konstruksi shantiastrin@gmail.com
Penulis: Veronica Kusumawardhani, S.T.,M.Si.
Pejabat Fungsional Tata Bangunan dan Perumahan Pertama Direktorat Keterpaduan Infrastruktur Permukiman
Direktorat Jenderal Cipta Karya vkusumawardhani@gmail.com
40
BUILDING INFORMATION MODELLING (BIM) DALAM MENINGKATKAN AKUNTABILITAS MITRA KERJA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT (PUPR)
BIM (Building Information Modelling)
engan pertumbuhan teknologi informasi di bidang konstruksi industri selama beberapa tahun terakhir, angka pembangunan dan
informasi pemodelan atau simulasi proses telah berkembang pesat bahkan diterima sepenuhnya dan banyak digunakan juga beberapa software atau metode yang digunakan dalam manajemen proyek (Popov, Vl 2008). Secara umum pertukaran informasi antara pihak yang terlibat dalam sebuah proyek dilakukan secara linear yang menyebabkan informasi sulit terbuka untuk menginterpretasi dan klarifikasi. Perbedaan dapat muncul antara pihak yang terlibat dalam proyek dimana dapat menyebabkan permasalahan proyek konstruksi dan dapat meningkatkan biaya dan waktu yang cukup lama.
Pada tahap pra-konstruksi seperti perencanaan, desain, penjadwalan, fabrikasi, konstruksi, pemeliharaan manajemen, permasalahan yang muncul biasanya seperti logistik dapat diminimalisir dengan adanya informasi teknologi, terutama desain pada awal konsep konstruksi dan dapat dikaji dari desain perencanaan tradisonal hingga pengembangan desain dengan informasi teknologi. Saat ini perbaikan perencanaan dengan menggunakan teknologi informasi, telah disediakan perangkat lunak dan peralatan lainnya yang memungkinkan untuk menganalisis, simulasi dan pabrikasi digital dimana para stakeholder dapat memahami bagaimana ide-ide virtual yang tertuang dalam dimensi teknologi sehingga dapat dimengerti serta memahami dalam proses pengolahannya. BIM (Building Information Modelling) merupakan sebuah pendekatan untuk desain bagunan, konstruksi, dan manajemen. Ruang lingkup BIM ini mendukung dari desain proyek, jadwal dan informasi-informasi lainnya secara terkoordinasi dengan baik.
Layanan BIM memberikan potensi untuk memodelkan informasi virtual dalam sebuah model tunggal yang menawarkan visualisasi, deteksi bantuan, fase konstruksi dan bahan-bahan serta pengujian model untuk diserahkan dari tim desain (arsitek, surveyor, insinyur konsultasi, dan lain-lain) kepada kontraktor dan sub-kontraktor dan kemudian ke pemiliknya. Hasil
lainnya adalah antisipasi untuk mengurangi kehilangan informasi yang terjadi ketika sebuah team baru mengambil alih proyek dan dalam transfer informasi yang dibutuhkan dari proyek sebelumnya.
Keuntungan dari layanan BIM sebagai berikut:
1. Meminimalisir desain lifecycle dengan meningkatkan kolaborasi antara owner, konsultan dan kontraktor;
2. Kualitas tinggi dan akurasi dokumentasi dari proses konstruksi;
3. Teknologi BIM digunakan untuk siklus hidup seluruh bangunan, termasuk fasilitas operasi dan pemeliharaan;
4. Produk dengan kualitas tinggi dan memperkecil kemungkinan konflik;
5. Pemotongan biaya proyek dan meminimalisir limbah bahan konstruksi;
6. Meningkatkan manajemen konstruksi.
BIM dalam Kemajuan Zaman
Konsep BIM telah ada sejak tahun 1970-an. Istilah Building Information Model pertama kali muncul dalam sebuah makalah 1992 oleh GA van Nederveen dan FP Tolman. Namun, istilah Building Model Informasi dan Building Information Modeling (termasuk akronim “BIM”) belum populer digunakan sampai 10 tahun kemudian ketika Autodesk merilis kertas putih berjudul “Building Information Modeling”. Jerry Laiserin membantu mempopulerkan dan standarisasi istilah sebagai nama umum untuk representasi digital dari proses pembangunan sebagai maka ditawarkan dengan terminologi yang berbeda oleh Graphisoft sebagai “Virtual Building”, Sistem Bentley sebagai “Model Proyek Terpadu”, dan oleh Autodesk atau Vectorworks sebagai “Building Information Modeling” untuk memfasilitasi pertukaran dan interoperabilitas informasi dalam format digital. Menurut Laiserin dan lain-lain, implementasi pertama dari BIM berada di bawah Virtual Building konsep oleh Graphisoft ArchiCAD itu, dalam debutnya pada tahun 1987.
Perkembangan BIM di Indonesia sampai pada saat sekarang ini masih sangat terbatas, hal itu dikarenakan
D
41
keterbatasan informasi dan kurangnya pengetahuan tentang cara penggunaan BIM diantara kalangan engineer. Menurut berita online sindonews, saat ini dunia bisnis mengalami era disrupsi di mana perusahan-perusahan startup dapat menumbangkan perusahaan yang telah lama berdiri. Era disrupi didorong oleh adanya perkembangan dunia digital, sektor konstruksi adalah salah satu sektor yang pasti akan terkena dampak dari transformasi digital. Efisiensi biaya dan produktivitas, peningkatan mutu dan akurasi waktu selalu menjadi tantangan dari tahun demi tahun di bidang konstruksi.
Ilustrasi BIM dalam kemajuan teknologi
(Sumber: http://bit.ly/2SbVOAj)
BIM adalah seperangkat teknologi, proses, kebijakan yang seluruh prosesnya berjalan secara kolaborasi dan terintegrasi dalam sebuah model digital. Secara gamblang, diterjemahkan sebagai gambar 3 (tiga) dimensi di mana semua unsur dalam gambar bisa memiliki data terkait kuantitas, harga dan schedule-nya (BIM 5D). BIM dalam levelnya ada beberapa tingkatan, yaitu BIM 3D (3D Modeling), BIM 4D (terkolaborasi dengan data Scheduling), BIM 5D (terkolaborasi dengan data Estimasi/kuantitas dan harga), BIM 6D (terkolaborasi dengan data Building Sustainability) dan BIM 7D (terkolaborasi dengan data Facility Management Application). Terdapat beberapa jenis model digital berikut yang tidaklah boleh dikategorikan sebagai BIM (Eastman, et al. 2011) :
1. Model yang mengandung data 3D saja dan tiada sifat-sifat objek;
2. Model dengan tidak ada sokongan informasi dan maklumat;
3. Model yang terdiri dari pada berbagai tujukan dokumen 2D CAD yang perlu digabungkan untuk menentukan bangunan;
4. Model yang membenarkan perubahan kepada dimensi dalam satu paparan yang tidak dapat dilihat secara automatik di dalam pandangan lain.
Perbedaan utama dalam pengaplikasian teknologi BIM dengan konvensional 3D CAD adalah 3D CAD menggambarkan sebuah bangunan dengan berpandangan bebas 3D seperti sketsa dan ketinggian saja. Data-data yang terdapat dalam gambar 3D hanya berunsur entiti grafik saja, seperti garisan lengkungan dan bulatan. Keadaan ini berbeda jika dilihat dari sudut model konstektual skematik BIM, yang mana objek-objek di dalam sistem tersebut diaktifkan dari segi elemen atau unsur-unsur bangunan dan sistem seperti ruang, dinding, rasuk dan tiang. Data-data mengenai sebuah bangunan akan dimasukkan ke dalam model BIM ini dan seterusnya membolehkan objek-objek di dalam sistem mengetahui cara untuk berhubung antara satu sama lain serta kepada reka bentuk model bangunan tersebut.
Dari sudut pemrosesan, BIM boleh didefinisikan dan dilihat sebagai proses maya yang merangkumi kesemua aspek-aspek, bidang-bidang dan sistem-sistem sesebuah fasiliti di dalam satu model maya yang membenarkan kesemua pihak yang terlibat seperti pemilik, arsitek, kontraktor, juru gambar, sub-kontraktor dan pembekal untuk bekerjasama dengan lebih sistematik dan efisien jika dibandingkan dengan sistem tradisional (Azhar et al., 2011). Sejalan dengan penghasilan sesuatu model, semua pihak akan berterusan memperbaiki, menyelaras dan menyesuaikan peranan-peranan mereka mengikut kepada spesifikasi projek dan perubahan reka bentuk untuk memastikan model tersebut adalah lengkap, betul dan setepat yang mungkin sebelum projek pembinaan dimulakan. Oleh itu, asas kepada pengaplikasian dan keboleh sediaan BIM adalah terletak kepada dua perkara, yaitu komunikasi dan kerjasama yang mana memerlukan pelibatan semua pihak dari pada awal proses.
Dari segi perspektif teknologi, Kymell (2008) menyatakan bahawa BIM adalah simulasi projek yang terdiri dari pada komponen projek model 3D yang menghubungkan semua maklumat diperlukan serta berkaitan dengan perancangan proyek, reka bentuk, pembinaan atau operasi seperti yang digambarkan. Teknologi BIM berasal dari teknik pemodelan parametrik berorientasikan objek. Terma ‘parametrik’ menerangkan suatu proses di mana suatu elemen
42
diubah sesuai dengan elemen atau pemasangan berhampiran (contohnya pintu melekat pada dinding) dan diselaraskan secara automatik untuk mengekalkan keseimbangan asal.
Komponen BIM
Banyak software BIM, berikut tabel software BIM dan fungsi utama yang mencakup MEP, struktural, arsitek dan software 3D.
Tabel jenis software BIM Product Name
Cadpipe HVAC Manufacturer AEC Design
Group
Primary Function 3D HVAC Modeling
Revit Architecture Autodesk 3D 3D Architectural Modeling and parametric design.
AutoCAD Architecture.
Autodesk 3D Architectural Modeling and parametric design.
Revit MEP AutoCAD MEP AutoCAD Civil 3D
Autodesk Autodesk Autodesk
3D Detailed MEP Modeling 3D MEP Modeling Site Development
Cadpipe Commercial Pipe DProfiler
AEC Design Group Beck Technology
3D Pipe Modeling 3D conceptual modeling with real- time cost estimating.
Bentley BIM Suite (MicroStation, Bentley Architecture, Structural, Mechanical, Electrical, Generative Design) Fastrak
Bentley Systems CSC (UK)
3D Architectural, Structural, Mechanical, Electrical, and Generative Components Modeling 3D Structural Modeling
Digital Project Gehry Technologies
CATIA based BIM System for Architectural, Design, Engineering, and Construction Modeling
Product Name Cadpipe HVAC
Manufacturer AEC Design
Group
Primary Function 3D HVAC Modeling
Digital Project MEP Systems Routing ArchiCAD MEP Modeler
Gehry Technologies Graphisoft Graphisoft
MEP Design 3D Architectural Modeling 3D MEP Modeling
HydraCAD AutoSPRINK VR
HydraCAD M.E.P. CAD
3D Fire Sprinkler Design and Modeling 3D Fire Sprinkler Design and Modeling
CAD-Duct Vectorworks Designer Duct Designer 3D, Pipe Designer 3D RISA
Micro Application Nemetschek QuickPen International RISA Technologies
3D Detailed MEP Modeling 3D Architectural Modeling 3D Detailed MEP Modeling Full suite of 2D and 3D Structural Design Applications
Tekla Structures Affinity
Tekla Trelligence
3D Detailed Structural Modeling 3D Model Application for early concept design
Vico Ofice Power Civil
Vico Software Bentley Systems
5D Modeling which can be used to generate cost and schedule data Site Development
Site Design, Site Planning
Eagle Point Site Development
Komponen BIM (Building Information modelling)
(Sumber: http://bit.ly/2HBHCwl)
43
Sumber: Eastman, C., et al. 2010. Frontmatter, Eiley Online Library
Mengenal BIM Teknologi Konstruksi Milik PTPP [Online] Tersedia: https://ekbis.sindonews.com/read/1245424/179/mengenal-bim-teknologi-konstruksi-digital-milik-ptpp-1507117749 [13 Desember 2018]
Popov V, et all, 2008. Application Of Building Information Modelling And Construction Process Simulation Ensuring Virtual Project Development Concept In 5d Environment. ISARC: Lithuania
Tim BIM PUPR telah menyiapkan berbagai hal untuk diterapkannya BIM di lingkungan Kementerian PUPR [Online] Tersedia: http://bim.pu.go.id/ [13 Desember 2018]
BIM di Kementerian PUPR
Pemerintah sedang gencar-gencarnya melaksanakan pembangunan infrastruktur. Target pembangunan infrastruktur Indonesia yang diharapkan tahun 2015-2019 tertuang di dalam Nawacita Presiden RI, diantaranya adalah pembangunan 2.650 km Jalan baru, 1.000 km Jalan tol, 30 km Jembatan baru, 65 waduk, 1 juta hektar jaringan irigasi baru, 65 dermaga, 15 bandara baru, serta penyediaan hunian layak dan terjangkau untuk 2,2 juta rumah. Dengan besarnya target dan tingginya ekspektasi publik atas layanan infrastruktur yang handal tentu harus direspon dengan smart, apa strategi yang harus diambil agar proyek yang direncanakan dan di desain seoptimal mungkin (value engineering), dan bagaimana produk infrastruktur dapat di-delivery tepat waktu, efisien, dengan kualitas terbaik, serta memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi Masyarakat. Selain itu, dengan hadirnya proyek-proyek baru sudah tentu memerlukan asset/facility management yang reliable.
Pada tanggal 4 Oktober 2017, telah diselenggarakan event International Conference of “Digital Construction Day”. Pada acara tersebut, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian PUPR mewakili Menteri PUPR, memaparkan roadmap implementasi BIM di Kementerian PUPR. Adapun roadmap yang dipaparkan terdiri dari beberapa tahapan utama, yaitu Adopsi, Digitalisasi, Kolaborasi dan terakhir Integrasi yang diharapkan akan tercapai dalam waktu maksimal 5 (lima) tahun. Sebagai tindak lanjut dari acara tersebut, dibentuk Tim BIM PUPR melalui SK Kabalitbang yang bertugas “mengawal” implementasi BIM di lingkungan Kementerian PUPR.
Tim BIM PUPR telah menyiapkan berbagai hal untuk diterapkannya BIM di lingkungan Kementerian PUPR. Beberapa aktivitas yang telah dilakukan antara lain : (1) pembekalan teknis BIM pada fase design & engineering, dan construction agar Tim mampu menganalisa output data dan informasi BIM; (2) penyiapan BIM Model “Penerapan Teknologi Hasil Litbang di KSPN Morotai” sebagai sarana exercise BIM; (3) penjajakan kolaborasi dengan UII dan ITB sebagai Center of Excellence (CoE) BIM sehingga seluruh
UNOR dapat memanfaatkan CoE ini untuk diklat dan sertifikasi, baik untuk ASN PUPR, maupun penyedia jasa (tenaga ahli konsultan dan kontraktor); serta (4) penjajakan kolaborasi dengan BIM Authoring Software (Tekla dari Finlandia dan Graphisoft dari Hungaria) yang akan memberikan lisensi software gratis untuk Kementerian PUPR.
Kedepan, diperlukan dukungan kelembagaan yang lebih besar agar penerapan BIM dapat bergulir lebih besar dan cepat. Komite BIM yang diusulkan beranggotakan segenap Pejabat Tinggi Madya dan Pratama terkait, didukung para Pakar/Praktisi, serta Akademisi sehingga diharapkan menjadi format kelembagaan yang dapat men-drive regulasi, standar/protokol dan guideline BIM, hingga diberlakukannya BIM secara luas pada skala project.
Komitmen BIM PUPR tertuang dalam visi “Mewujudkan industri konstruksi nasional yang kompetitif berbasis teknologi digital untuk infrastruktur handal, produktif, dan berkelanjutan.” dan misi “Mengimplementasikan BIM secara menyeluruh dan konsisten pada setiap tahapan pembangunan infrastruktur PUPR”
Pembekalan Teknis TIM BIM Kementerian PUPR
Yogyakarta, 27 Februari – 2 Maret 2018 (Sumber: http://bim.pu.go.id/foto.html)
Penulis:
Hilma Muthi’ah, ST. Penelaah Jasa Konstruksi
Balai Penerapan Teknologi Konstruksi hilmamuthiah@gmail.com
ada tahun 2017 perkembangan
pembangunan di bidang konstruksi terus
meningkat seiring dengan meningkatnya
kebutuhan manusia. Perkembangan suatu
daerah dapat ditandai dengan meningkatnya
Pada proses pembangunan jalan tersebut, penggunaan
alat berat sangatlah diperlukan dalam mempercepat
proses pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan target
yang telah ditentukan dan bagaimana caranya
menggunakan alat-alat berat secara efisien, cermat dan
tepat waktu.
Dalam bidang konstruksi, produktivitas merupakan
salah satu faktor yang sangat penting dalam
menentukan keberhasilan suatu proyek konstruksi
tersebut agar sesuai dengan jadwal yang telah
direncanakan.Oleh karena itu, sangat penting untuk
mengetahui produktivitas suatu alat dalam pelaksanaan
proyek.
Pemilihan alat yang tepat dapat memegang peran yang
sangat penting dalam produktivitas. Banyak alat-alat
yang diciptakan dan dikembangkan untuk membantu
dan mempermudah aktivitas dalam pengerjaan proyek
konstruksi tersebut. Alat tidak lagi sepenuhnya
menggunakan tenaga manusia tetapi manusia hanya
menjadi bagian untuk proses pengoperasian alat
tersebut. Oleh sebab itu dalam pelaksanaanya
pemilihan alat sangat perlu direncanakan dengan tepat
dan cermat sesuai dengan keadaan proyek dan
kemampuan pekerja.
Waktu Siklus Proyek
Waktu siklus yaitu waktu yang kerja saat melakukan
suatu kegiatan dengan menggunakan alat berat. Waktu
siklus pada bulldozer, memiliki waktu siklus 4 menit.
Waktu siklus pada motorgradder yaitu 7 menit. Waktu
siklus pada excavator 17,6 detik. Waktu Siklus pada
dump truck yaitu 30 menit. Waktu siklus untuk setiap
alat berbeda, hal tersebut disebabkan karena setiap
jenis pekerjaan dengan alat yang berbeda pasti akan
berbeda. Begitu pula dengan type dan jenis alat berat
yang akan digunakan. Maka, perlu adanya
pertimbangan dalam pemilihan alat berat sehingga alat
berat yang digunakan dapat efektif, dan efisien.
Produktivitas Alat Berat
Analisis peralatan ini diarahkan pada produksi
persatuan waktu atau yang disebut produktivitas,
prinsipnya untuk mendapatkan produktivitas peralatan
ini sangat ditentukan oleh volume (Salim, 2014).
Tabel Total Biaya Pekerjaan Tanah Kondisi Awal
(Sumber: Dokumen Penulis)
Psistem transportasi. Meningkatnya kebutuhan manusia
akan transportasi saat ini pemerintah melakukan
berbagai pembangunan jalan untuk tujuan
mempermudah manusia. Di Kabupaten Penajam Paser
Utara saat ini sedang dilakukan pembangunan jalan
penghubung. Pembangunan jalan tersebut dilakukan
sebagai penghubung antar satu daerah, sehingga
dapat mempermudah dalam perjalanannya.
44
Analisis Produktivitas Alat Berat Pada Pembangunan Jalan di Kabupaten Penajam Paser Utara
Pada tabel total biaya pekerjaan, perhitungan durasi
pekerjaan yaitu produktivitas alat berat dalam sehari
selama 8 jam, sehingga diperoleh total durasi
pekerjaan dengan kondisi awal selama 212 hari. Hal
tersebut melebihi waktu kontrak yang telah disepakati.
Pada kontrak kerja lama durasi pekerjaannya yaitu 180
hari kalender. Sehingga, perlu adanya beberapa
alternatif dalam perhitungannya.
Tabel Alternatif 1
(Sumber: Dokumen Penulis)
Pada tabel yaitu untuk alternatif 1 diperoleh total durasi
selama 73 hari kalender dan biaya total sebesar Rp.
2.572.875.000,-. Alternatif 1 sudah memenuhi kontrak
dimana total durasi maksimal selama 180 hari kalender
Tabel Alternatif 2 (Sumber: Dokumen Penulis)
Pada tabel alternatif 2 diperoleh durasi pelaksanaan
selama 74 hari kalender dan total anggaran sebesar
Rp. 2.572.875.000,-. Alternatif 3 sudah memenuhi
kontrak dimana total durasi maksimal selama 180 hari
kalender.
45
Tabel Alternatif 3
(Sumber: Dokumen Penulis)
Pada tabel alternatif 3 diperoleh durasi pelaksanaan
proyek selama 106 hari kalender dengan total
anggaran sebesar Rp. 2.572.462.500,-. Pada alternatif
3 durasi pelaksanaan sudah memenuhi kontak, dimana
durasi pelaksanaan selama 180 hari kalender. Maka
untuk hubungan antara anggaran dengan durasi
pelaksanaan akan di sajikan pada gambar di bawah ini
Gambar 2. Diagram Hubungan antara durasi dengan total anggaran pelaksanaan alat berat
Sesuai dengan uraian ketiga alternatif tersebut maka
yang paling efektif dan efisien yaitu alternatif 1, karena
memiliki durasi penyelesesaian proyek yang lebih cepat
dibandingkan dengan alternatif yang lainnya.
Perbandingan alternatif 1 dengan dengan alternatif 3
selisih biaya sebesar Rp. 413.000,- dengan selisih 33
hari maka akan lebih efektif alternatif 1 dari segi waktu
2,571,600,000
2,571,800,000
2,572,000,000
2,572,200,000
2,572,400,000
2,572,600,000
2,572,800,000
2,573,000,000
212 73 74 106
Tota
l An
ggar
an
Durasi Pelaksanaan
46
Sumber:
Limanto. 2009. Analisis Produktivitas Pemancangan Tiang Pancang Pada Bangunan Tinggi Apartemen, (Online). (https://bit.ly/2SKLDTx), diakses tanggal 13 Juni 2017.
Manggala, dkk. 2014. Studi Kinerja LapangBerbagai Traktor Tangan pada Budidaya Kacang Tanah (Arachis Hypogeae L). Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, [Online]. 2(2): 64-72. Tersrdia: https://bit.ly/2IbNixo. [13 Juni 2017]
Permono. 2016. Analisis Pengaruh Penempatan Tenaga Kerja Serta Ketersediaan Material dan Peralatan Konstruksi Terhadap Capaian Mutu Jalan (Studi Kasus: Jalan Nasional D.I. Yogyakarta). [Online]. Tersedia: https://bit.ly/2E8zcJa. [13 Juni 2017]
Purwanto. 2016. Produktivitas Alat Berat Pada Pembangunan Jalan Ruas Larat-Lamdesar Provinsi Maluku, [Online]. Tersedia: https://bit.ly/2S1cvKK. [13 Juni 2017]
Setiawati, dkk. 2013. Analisis Produktivitas Alat Berat Pada Proyek Pembangunan Pabrik Krakatau Posco Zone IV di Cilegon. Jurnal Konstruksi, [Online], 4(2): 91-103. Tersedia: https://bit.ly/2Su1qqB, [13 Juni 2017]
Simanjuntak. 2013. Peran Excavator Terhadap Kinerja Proyek Konstruksi Rumah Tinggal di Jakarta Selatan. Media Engineering, [online]. 3(1): 64-78. Tersedia: https://bit.ly/2UQbgQ. [13 Juni 2017]
Sopa, dkk. 2013. Perbandingan Biaya dan Waktu Pemakaian Alat Berat Bulldozee dan Excavator Dibandingkan Dengan Backhoe Loader Pada Pembangunan Peternakan Ayam Dayeuh Manggung, [Online]. Tersedia: https://bit.ly/2DwXxqK, [13 Juni 2017]
Yeni. 2014. Produktivitas Alat dan Pekerja Pada Pengecoran Plat dan Balok Lantai Gedung (Studi Kasus Pembangunan Proyek Gedung FMIPA Universitas Brawijaya). Rekayasa Sipil, [Online]. 8(2): 104-112. Tersedia: https://bit.ly/2I93r6X. [13 Juni 2017]
Kementerian Pekerjaan Umum, 2012. Modul Pelatihan Manajemen Peralatan. Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum.
Soeharto, I. 1997. Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai Oprasional. Jakarta: Erlangga.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang produktivitas alat
berat pada Project Chip Mill And Wood Handling Road
Package B2 , dapat disimpulkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Produktivitas Alat:
Bulldozer
- Pada pekerjaan land clearing produktivitas
bulldozer sebesar 284 m2/jam.
- Pada pekerjaan strip top soil & cut and fill
memiliki produktivitas sebesar 51,45 m3/jam.
Motor Gradder
- Produktivitas motor grradder pada pekerjaan
gradding memiliki nilai sebesar 432 m2/jam.
- Pada pekerjaan spreading memiliki nilai
produktivitas sebesar 295,71m2/jam.
Produktivitas alat pada pekerjaan soil
compaction dengan menggunakan alat bomag
yaitu sebesar 332 m2/jam.
Excavator pada proyek digunakan pada
pekerjaan loading dimana diperoleh nilai
produktivitas alat sebesar 95,39 m3/jam.
Alat berat dump truck memiliki produktivitas alat
berat sebesar 26,54 m3/jam digunakan pada
pekerjaan hauling.
2. Biaya Oprasional dan durasi penyelesaian
Kondisi awal biaya oprasioal alat sebesar Rp.
2.572.050.000 dengan total waktu
penyelesaian 212 hari kalender
Alternatif 1 biaya oprasioal alat sebesar Rp.
2.572.875.000 dengan total waktu
penyelesaian 73 hari kalender
Alternatif 2 biaya oprasioal alat sebesar Rp.
2.572.875.000 dengan total waktu
penyelesaian 74 hari kalender
Alternatif 3 biaya oprasioal alat sebesar Rp.
2.572.462.000 dengan total waktu
penyelesaian 106 hari kalender
Penulis:
Ferdian Kurniawan Universitas Negeri Malang
kurniawanferdian@ymail.com
Muis. 2007. Penentuan faktor Efisiensi Kerja Operator Alat Berat Wheel Loader, [online]. 1 (28): 98-101. Tersedia: https://bit.ly/2GGkYkE [13 Juni 2017]
47
48
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU PADA PROYEK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PEMERINTAH
Konstruksi Bendungan, Jalan dan Gedung (Sumber: google.com)
Manajemen Proyek
anajemen atau pengelolaan merupakan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta pengawasan terhadap
pengelolaan sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sementara proyek adalah suatu kegiatan pengelolaan sumber daya yang dikelola dalam waktu tertentu dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk yang kriterianya telah ditentukan sesuai dengan spesifikasi dan syarat-syarat teknis. Maka, Manajemen proyek adalah pengelolaan suatu kegiatan yang dilaksanakan secara teratur dengan sumber daya yang telah ditentukan agar terlaksana secara efisien dan efektif. Efektif dalam hal ini adalah dimana hasil penggunaan sumber daya yang digunakan sesuai dengan kebutuhan kegiatan. Sedangkan efisien diartikan sebagai pengelolaan sumber daya untuk mencapai pemenuhan sasaran kegiatan yaitu kualitas, biaya, waktu, keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja. Sumber daya yang dikelalola dalam kegiatan proyek merupakan 5 unsur manajemen yaitu man, money, materal, machine, method (Harrington Emerson, 1960). Di era perkembangan teknologi seperti saat ini, pelaksanaan kegiatan proyek menjadi semakin canggih dan kompleks. Melalui bantuan teknologi, pengelolaan sumber daya konstruksi dapat menjadi lebih besar secara kuantitas. Namun, pemanfaatan teknologi tanpa manajemen yang tidak efisien, tidak akan
memberikan efektifitas terhadap pekerjaan kontruksi. Oleh karena itu, diperlukan sebuah manajemen yang mampu mengimbangi proses pembangunan konstruksi berteknologi mutakhir. Disamping itu, diperlukan juga jaminan sumber daya yang terukur berupa tenaga manusia yang ahli dan bersertifikat, mesin sesuai kapasitas dan memenuhi kelayakan fungsi/operasi, material yang memenuhi spesifikasi dan dana yang mencukupi. Sifat proyek yang dinamis akibat lingkungan kerja proyek yang penuh dinamika dimana sering terjadi perubahan cepat akibat suatu hal yang tidak sesuai rencana, membutuhkan cara pengelolaan, metode serta teknik yang paling efektif dan efisien dalam pemanfaatan sumber daya. Dengan kata lain, manajemen proyek tumbuh karena dorongan untuk mencari pendekatan penggelolaan yang sesuai dengan tuntutan dan sifat kegiatan proyek. Hal ini karena manajemen proyek merupakan kegiatan yang dinamis dan berbeda dengan kegiatan operasional rutin. Oleh karena itu dibutuhkan suatu sistem manajemen yang mampu menyelesaikan proyek sesuai dengan kualitas, kuantitas, dengan waktu dan biaya yang tepat.
Sistem Manajemen Mutu (SMM)
Untuk menjawab tuntutan perkembangan teknologi konstruksi yang semakin pesat dan besarnya target pembangunan infrastruktur Pemerintah Indonesia, maka perlu diterapkan suatu sistem manajemen yang
M
49
mampu memantau kualitas pekerjaan dari segala dinamika yang dapat terjadi selama masa pengerjaan. Di samping biaya, masa pengerjaan juga penerapan keselamatan konstruksi (K2), keselamatan dan kesehatan kerja (K3) serta mutu merupakan salah satu tolak ukur kunci dalam pencapaian output suatu proyek. Pencapaian mutu pekerjaan dengan biaya yang ekonomis dan dilaksanakan sesuai dengan rencana, merupakan hasil dari penerapan metode manajemen yang tepat. SMM adalah sistem manajemen organisasi yang mampu mengarahkan dan mengendalikan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi dan non-konstruksi di setiap Unit Kerja, Unit Pelaksana Kegiatan dan Penyedia Jasa demi tercapainya mutu yang sesuai rencana (Permen PU No. 04 Tahun 2009). SMM kemudian dijadikan sebagai salah satu referensi pembuatan Rencana Mutu Kontrak (RMK) yang akan menjadi pedoman pelaksanaan pekerjaan untuk mengontrol pencapaian mutu pekerjaan.
Dalam pengendalian mutu pekerjaan, mulanya Kementerian PUPR telah menerapkan sistem pengendalian dan pengawasan melalui Permen PU Nomor 04/PRT/M/2009 tentang Sistem Manajemen Mutu. Pelaksanaan SMM ini dilaksanakan melalui dokumen pelaporan dan pengendalian pekerjaan Rencana Mutu Unit Kerja (RMU). Dokumen ini merupakan dokumen rencana program tahunan yang disusun oleh Unit Kerja Eselon I dan II. Dokumen RMU ini akan menjadi pedoman pembuatan Rencana Mutu Pelaksanaan (RMP).
Dokumen RMP merupakan dokumen SMM yang disusun dan dilaksanakan oleh Kepala Satuan Kerja (Kasatker) atau Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Sementara dalam pelaksanaan kegiatan konstruksi sendiri, penyedia jasa akan membuat Rencana Mutu Kontrak (RMK) yang merupakan dokumen SMM penyedia jasa. RMK adalah dokumen yang menjadi guidance dalam pelaksanaan kegiatan bagi penyedia jasa (kontraktor dan konsultan) untuk memenuhi Rencana Mutu Pelaksanaan (RMP) yang telah ditetapkan oleh Satuan Kerja atau Pejabat Pembuat Komitmen. Namun, penerapan RMK dilapangan masih kerap dianggap sebagai formalitas dan hanya menjadi persyaratan administratif oleh penyedia jasa. Di samping itu, bagi penyedia jasa, banyaknya persyaratan pada dokumen RMK dianggap akan menambah dan menyulitkan pelaksanaan pekerjaan. Sedangkan bagi konsultan supervisi dokumen RMK merupakan dokumen yang harus menjadi pedoman dalam pelaksanaan pengawasan pekerjan konstruksi.
Penyesuaian Manajeman Mutu dengan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP)
Akibat beberapa kekuarangan dan tidak efektifnya pelaksanaan Permen PU Nomor 04 tahun 2009 tentang SMM ini, maka pada tahun 2018 Menteri PUPR mengeluarkan Peraturan Menteri Nomor 20/PRT/M/2018 tentang Penyelengaraan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah di Kementerian PUPR dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah. Permen Nomor 20/PRT/M/2018 ini bertujuan untuk menyederhanakan pengelolaan Manajemen Mutu konstruksi. Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah di Kementerian PUPR selanjutnya akan menjadi acuan formal tata kelola internal Unit Organisasi Kementerian, sedangkan penerapan Manajemen Mutu dan pengendalian pekerjaan konstruksi akan direncanakan dan dilaksanakan oleh penyedia jasa (kontraktor dan konsultan) dengan persetujuan pengguna jasa (Kasatker/PPK).
Dokumen pengawasan dan pengendalian dengan SPIP mengatur di Unit Organisasi tentang proses, tahapan, pedoman serta dokumen yang dapat digunakan dalam penyelanggaraan SPIP, sedangkan pengelolaan Manajemen Mutu Konstruksi mengatur pelaksanaan kegiatan konstruksi melalui Rencana Mutu Pelaksanaan Konstruksi (RMPK). Perbedaan antara RMK dan RMPK terdapat pada komponen penyusun dari dokumen tersebut. RMPK memiliki komponen yang lebih sederhana dan menekankan pada sumber daya dan komitmen pencapaian mutu sehingga proses pengawasan dan pengendalian kegiatan dapat lebih mudah dipantau. Terdapat 6 Komponen utama dari RMPK tertera pada gambar berikut:
Komponen Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi
(Sumber: Ditjen Bina Konstruksi)
50
Pelaksanaan RMPK akan dilakukan oleh pelaku konstruksi dengan peran dan tugas masing - masing. Satker/PPK memiliki fungsi sebagai Quality Assurance (QA), dimana pengguna jasa akan menjamin bahwa persyaratan kontrak yang dikerjakan oleh penyedia jasa (kontraktor) telah terpenuhi. Penyedia jasa (kontraktor) akan melaksanakan perannya sebagai Quality Assurance (QA) dan Quality Control (QC), karena pengguna jasa (kontraktor) akan bekerja sesuai dengan kontrak jaminan mutu dan pelaksanaan kerja yang teruang dalam RMPK. Namun pengawasan kegiatan pelaksanaan oleh penyedia jasa akan dilaksanakan oleh pengawas/konsultan supervisi yang berfungsi sebagai Quality Control (QC). Konsultan Supervisi akan mengawasi pekerjaan penyedia jasa (kontraktor) agar berjalan sesuai dengan acuan rencana kerja dan menjamin pekerjaan sesuai dengan spesifikasi yang tertuang dalam kontrak. Sehingga konsultan supervisi akan melakukan pengawasan terhadap metode dan hasil dari pekerjaan penyedia jasa. Diagram berikut menunjukkan keterkaitan tiap pelaku konstruksi dan mekanisme penerapan pengendalian dan penjaminan mutu pekerjaan
konstruksi melalui RMPK dari status terkontrak hingga tahap penyerahan pekerjaan ke Pengguna Anggaran (PA) / Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dengan terlebih dahulu melalui pemeriksaan adminstrasi proyek oleh Panitia Pemeriksa Hasil Pekerjaan (PPHP).
Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi
(Sumber: Ditjen. Bina Konstruksi)
Bagan Alir Mekanisme Pelaksanaan RMPK oleh Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa
( Sumber: Ditjen. Bina Konstruksi)
RMPK
Pengguna Jasa(QA)
Penyedia Konsultasi
(QC)
Penyedia Konstruksi(QA+QC)
Pengawasan Pekerjaan
51
Sumber: Draft Pedoman Penyusunan Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK). Tahun 2018.
Direktorat Jenderal Bina Konstruksi. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Pengendalian Internal Pemerintah Pusat dan Daerah
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 04/PRT/ M/2009 Tentang Sistem Manajemen Mutu (SMM) Departemen Pekerjaan Umum
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/ M/2018 Tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Public Health : 2013. “Pengertian 5 M dalam Managemen”. [Online] Tersedia di: http://www.indonesian-publichealth.com/pengertian-5-m-dalam-manajemen/
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi
Pengendalian Sumber Daya Melaui Manajemen Metode Kerja dengan Sistem POAC/PDAC.
Rencana Mutu Pelaksanaan Konstruksi (RMPK) merupakan upaya penjaminan mutu pada pekerjaan. Dalam RMPK, manajemen pengendalian mutu dilaksanakan pada masa pelaksanaan konstruksi. Pada saat inilah metode manajemen yang tepat dalam pelaksanaan, penggunaan alat berat, pengaturan sumber daya manusia dan material serta pengendalian keselamatan konstruksi (K2) dan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dibutuhkan untuk menjaga mutu rencana dari suatu proyek. Penerapan metode yang kurang tepat dapat menyebabkan tidak efektif dan efisiennya pekerjaan konstruksi tersebut.
Untuk mengantisipasi kendala manajemen sumber daya konstruksi yang tidak efektif dan efisien maka diterpakanlah suatu sistem manajemen proyek yang meliputi proses perencanaan (planning), pengaturan (organizing/do), (actuating) dan pengendalian (controlling) yang kemudian disingkat dan dikenal dengan istilah POAC/PDAC. Kegiatan pengawasan dan pengendalian ini merupakan bagian dari Quality Control (QC) untuk memenuhi Quality Assurance (QA) dari pekerjaan konstruksi. Tujuan dasar dari metode POAC/PDAC ini adalah untuk memastikan pengolaan sumber daya konstruksi 5M (Man, Money, Material, Machine, Method) dapat termanfaatkan dengan maksimal. Manajemen sumber daya konstruksi yang tepat akan memberikan hasil pekerjaan yang bermutu (kualitas sesuai spesifikasi), tepat waktu dan ekonomis. Melalui sistem pengendalian ini juga proses kegiatan akan terjadwal dan tertata sehingga dapat berjalan lancar dan terhindar dari hal-hal yang tidak terencana yang dapat memengaruhi berjalannya kegiatan konstruksi.
Pengelolaan Sumber Daya Konstruksi (5M) Melalui
Penerapan POAC pada Proses Pelaksanaan Pekerjaan
Di samping manajemen pengolahan sumber daya konstruksi dengan penerapan metode POAC dan pelaksanaan yang berdasar pada SPIP, diperlukan juga Komitmen dari tiap instrumen pelaksana dalam melaksanakan tugas dan fungsinya masing-masing. Komitmen ini dijalankan melalui asas standar pelayanan minimum 5K, yaitu komitmen, konsisten, koordinasi, kerja sama, dan kolaborasi.
Komitmen pada suatu proyek berada pada kebijakan pimpinan atau kebijakan puncak. Komitmen kebijakan pimpinan ini akan menjadi pegangan atas tugas dan fungsi tiap bagian untuk terus menjalankan fungsinya. Komitmen ini kemudian harus dilaksanakan dengan konsisten, sehingga pelaksanaan kegiatan terus berjalan dan tetap berjalan sesuai tujuan. Disamping itu dibutuhkan koordinasi yang baik antar tiap pelaku konstruksi baik dari sisi pengguna jasa (PPK dan/atau Satker), penyedia jasa (Konsultan dan Kontraktor serta Subkontraktor) maupun dari pihak pemasok bahan. Koordinasi ini memerlukan kerja sama antara tiap pihak terkait agar membentuk kolaborasi dari semua unsur pelaksana kegiatan. Penerapan asas komitmen ini akan menghasilkan kegiatan yang selesai sesuai waktu, berkualitas, tepat kuantitas dan biaya serta akuntabel terhadap adminstrasi.
Penulis: DR. Ir. Ali Amal M.Si
Pejabat Fungsional Pembina Jasa Konstruksi Madya Direktorat Bina Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
ali.amal63@yahoo.co.id
Quality Control (QC) Quality Assurance (QA)
52
STANDAR KONTRAK SEBAGAI DASAR PELAKSANAAN KONSTRUKSI
erdasarkan atas pasal 1 UU No. 18/1999, disebutkan bahwa kontrak kerja konstruksi adalah keseluruhan dokumen yang mengatur
hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. Pada dasarnya, kontrak kerja konstruksi dibuat secara terpisah sesuai tahapan dalam pekerjaan konstruksi, yang terdiri dari kontrak kerja konstruksi untuk pekerjaan perencanaan, untuk pekerjaan pelaksanaan, dan untuk pekerjaan pengawasan.
Pengawasan Pelaksanaan Proyek
(Sumber: http://bit.ly/2MFnmcb)
Pihak-pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi dari tahap perencanaan sampai pelaksanaan dapat dikelompokkan menjadi tiga pihak, yaitu pihak pemilik proyek (owner) atau principal (employer / client / bouwheer), pihak perencana dan pihak kontraktor (aannemer). Ketiga pihak tersebut memiliki hak dan kewajiban yang saling terintegrasi guna mempercepat pembangunan.
Pertama yang akan dibahas yaitu mengenai hak dan kewajiban pengguna jasa / pemilik antara lain: 1. Pengguna jasa menunjuk penyedia jasa (konsultan
dan kontraktor); 2. Owner meminta laporan secara periodik mengenai
pelaksanaan pekerjaan yang telah dilakukan oleh penyedia jasa;
3. Owner dapat memberikan fasilitas baik berupa sarana dan prasaran yang dibutuhkan oleh pihak penyedia jasa untuk kelancaran pekerjaan;
4. Pengguna jasa / owner menyediakan lahan untk tempat pelaksanaan pekerjaan;
5. Menyediakan dana dan membayar kepada pihak penyedia jasa sejumlah biaya yang diperlukan untuk mewujudkan sebuah bangunan;
6. Ikut mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan dengan cara menempatkan atau menunjuk suatu badan atau orang untuk bertindak atas nama pemilik;
7. Mengesahkan perubahan dalam pekerjaan (bila terjadi);
8. Menerima dan mengesahkan pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan oleh penyedia jasa jika produknya telah sesuai dengan apa yang dikehendaki.
Pengguna jasa pun memiliki wewenang dalam pelaksaan pekerjaan konstruksi, antara lain: Pengguna jasa memiliki kuasa untuk
memberitahukan hasil lelang secara tertulis kepada masing-masing kontraktor sebagai bukti awal perjanjian kontrak kerja;
Pengguna jasa dapat mengambil alih pekerjaan secara sepihak dengan cara memberitahukan secara tertulis kepada kontraktor, dengan catatan apabila telah terjadi hal-hal di luar kontrak yang ditetapkan.
Hubungan Antar Tiga Pihak dalam Pelaksanaan Konstruksi
(Sumber: https://slideplayer.info /slide/11945277/)
Sebelum berbicara panjang mengenai kontrak kerja, berikut akan di tampilkan tugas perencana dan konstraktor. Sesuai bahan hubungan antar pihak dalam pelaksanaan konstruksi, perencana dan kontraktor adalah pihak yang harus saling terintegrasi karena data/ gambar rencana dari konsultan perencanan harus terealisasikan oleh kontraktor dan jika terjadi
B
53
perubahan dilapangan gambar kerja harus disetujui konsultan dan pemilik proyek.
Konsultan perencana memiliki hak dan kewajiban seperti berikut:
1. Membuat perencanaan secara lengkap yang terdiri dari gambar rencana, rencana kerja dan syarat-syarat, hitungan struktur, rencana anggaran biaya;
2. Memberikan usulan serta pertimbangan kepada pengguna jasa dan pihak kontraktor tentang pelaksanaan pekerjaan;
3. Memberikan jawaban dan penjelasan kepada kontraktor tentang hal-hal yang kurang jelas dalam gambar rencana, rencana kerja dan syarat-syarat;
4. Membuat gambar revisi bila terjadi perubahan perencanaan;
5. Menghindari rapat koordinasi pengelolaan proyek.
Hubungan Lebih Komplek dengan Melibatkan Konsultan
Pengawas dan Sub Kontraktor (Sumber: http://bit.ly/2FTe8Zn)
Sedangkan hak dan kewajiban kontraktor adalah:
1. Melaksanakan pekerjaan sesuai gambar rencana, peraturan dan syarat-syarat, risalah penjelasan pekerjaan (aanvullings) dan syarat-syarat tambahan yang telah ditetapkan oleh pengguna jasa;
2. Membuat gambar-gambar pelaksanaan yang disahkan oleh konsultan pengawas sebagai wakil dari pengguna jasa;
3. Menyediakan alat keselamatan kerja seperti yang diwajibkan dalam peraturan untuk menjaga keselamatan pekerja dan masyarakat;
4. Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan harian, mingguan dan bulanan;
5. Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang telah diselesaikannya sesuai ketetapan yang berlaku.
Definisi Kontrak Konstruksi
Ketiga pihak / unsur tersebut harus saling integrasi dan bersinergi dalam mewujudkan pelaksanaan pembangunan konstruksi. Dalam proses pelaksaannya dari awal hingga akhir konstruksi harus berpegang pada suatu hukum dalam hal ini adalah kontrak konstruksi. Kontrak konstruksi merupakan suatu proses dimana pemilik proyek membuat suatu ikatan dengan agen dengan tugas mengkoordinasikan seluruh kegiatan penyelenggaraan proyek termasuk studi kelayakan, desain, perencanaan, persiapan kontrak konstruksi dan lain-lain, kegiatan proyek dengan tujuan meminimkan biaya dan jadwal serta menjaga mutu proyek (Imam Soehanto (1995 : 552)).
Dalam suatu proyek harus ada suatu kepahaman dan sinergi antar pihak, maka dibutuhkanlah dokumen kontrak. Suatu kontrak konstruksi satu dengan proyek lainnya memiliki spesifikasi masing-masing, namun ada standar yang dapat menjadi pedoman suatu proyek dalam melaksanakan konstruksi. Didunia konstruksi telah cukup dikenal Dokumen Kontrak FIDIC dan Standar Menteri Pekerjaan Umum yang mengacu pada Undang-undang dan mengadopsi pada aturan internasional.
Kontrak Kontruksi versi Swata Nasional
Versi ini beraneka ragam sesuai dengan keinginan pengguna jasa atau pemilik proyek. Terkadang mengadopsi atau mengutip dari standar departemen atau yang sudah lebih maju atau dapat mengutip sistem kontak luar negeri seperti FIDIC (Federation Internationale des Ingenieurs Counsels), JCT (Join Contract Tribunals) atau AIA (American Institute of Architects). Namun karena mengutip hanya sebagian, yang terjadi adalah suatu kontrak versi ini menjadi tidak karuan dan sangat rawan sengketa. Standar Kontrak Konstruksi di Indonesia harus berlandaskan pada Undang-undang Jasa Konstruksi No. 18 tahun 1999 sampai sudah diubah ke UU No. 2 Tahun 2017 dan Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Salah satu standar kontrak versi pemerintah yaitu standar kontrak dari Departemen Pekerjaan Umum. Standar kontrak ini dikeluarkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 7 Tahun 2011 tentang Standar Dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Dan Jasa Konsultansi.
Persyaratan kontrak untuk pelaksanaan konstruksi MDB Harmonised Edition bagi bangunan dan pekerjaan
54
enjiniring dengan desain oleh pengguna jasa pun sudah dikutip dalam kontrak konstruksi dengan ISBN 978-979-26-5739-5, persyaratan umum, persyaratan khusus dan contoh formulir terlampir. Lampiran untuk standar dan pedoman pengadaan pekerjaan konstruksi terdiri atas 6 jenis standar, yaitu: 1. Standar Dokumen Pengadaan Pekerjaan
Konstruksi (Pelelangan Umum / Pemilihan Langsung) Pascakualifikasi Metode Satu Sampul dan Evaluasi Sistem Gugur Kontrak Harga Satuan
2. Standar Dokumen Pengadaan Pekerjaan Konstruksi (Pelelangan Umum / Pemilihan Langsung) Pascakualifikasi Metode Satu Sampul dan Evaluasi Sistem Gugur Kontrak Lump Sum
3. Standar Dokumen Pengadaan Pekerjaan Konstruksi (Pelelangan Umum / Pemilihan Langsung) Pascakualifikasi Metode Satu Sampul dan Evaluasi Sistem Gugur Kontrak Gabungan Lump Sum dan Harga Satuan
4. Standar Dokumen Pemilihan Pekerjaan Konstruksi (Pelelangan Umum / Pelelangan Terbatas) Prakualifikasi Metode Satu Sampul dan Evaluasi Sistem Gugur Kontrak Harga Satuan
5. Standar Dokumen Pemilihan Pekerjaan Konstruksi (Pelelangan Umum / Pelelangan Terbatas) Prakualifikasi Metode Dua Tahap dan Evaluasi Sistem Nilai Kontrak Lump Sum
6. Standar Dokumen Pemilihan Pekerjaan Konstruksi (Pelelangan Umum / Pelelangan Terbatas) Prakualifikasi Metode Satu Sampul dan Evaluasi Sistem Gugur (Ambang Batas) Kontrak Harga Satuan.
Standar Kontrak FIDIC (2006)
FIDIC singkatan Federation Internationale des Ingenieurs-Conseils (International Federation of Consulting Engineers) didirikan pada tahun 1913 oleh sekelompok insinyur Perancis dan Swiss. Yayasan ini ditemukan dalam upaya untuk menciptakan satu set seragam dokumentasi untuk perjanjian kontrak yang berlaku untuk digunakan dalam berbagai jenis proyek konstruksi, dan juga untuk menyederhanakan proses penawaran untuk menjadi lebih ‘user friendly’. Perlu diingat bahwa bentuk yang paling FIDIC kontrak adalah perjanjian antara pengguna jasa dan kontraktor.
FIDIC ditulis dalam versi yang lebih sederhana, dengan struktur yang jelas dan logis. Selain itu, bentuk-bentuk kontrak FIDIC konsisten dalam bahasa dan struktur satu sama lain sehingga mudah dan praktis untuk menyiapkan dua, atau kontrak bahkan lebih untuk pekerjaan yang sama (misalnya, pengguna jasa-kontraktor dan kontraktor-subkontraktor) dengan konflik
minimal dan penyesuaian antara kontrak, pada saat yang sama, masing-masing kontrak selesai dan dapat berdiri sendiri. Namun yang paling penting, bentuk-bentuk standar FIDIC telah diuji oleh industri untuk jangka waktu yang luas di banyak yurisdiksi di seluruh dunia. Hal ini tidak hanya memungkinkan bentuk FIDIC untuk meningkatkan, tetapi juga memungkinkan industri konstruksi untuk membiasakan diri, dan seperti, bentuk FIDIC.
FIDIC Contract sebagai User Friendly Perjanjian Konstruksi
(Sumber: https://en.wikipedia.org/ wiki/FIDIC)
General Conditions of Contract for Construction, MDB Harmonised Edition FIDIC General Conditions of Contract for Construction yang diterbitkan pada tahun 1999 sebagai pengembangan dari FIDIC General Conditions of Contract for Works in Civil Engineering Construction edisi 1987 yang diperbarui dengan beberapa amandemen pada tahun 1992, kemudian dengan mendapat masukan dari beberapa institusi pemberi pinjaman disempurnakan pada tahun 2005, kemudian 2006 dan dikenal sebagai General Conditions of Contract for Construction, MDB Harmonised Edition.
FIDIC General Conditions of Contract for Construction, Multilateral Development Bank Harmonised Editon yang diadopsi Indonesia khususnya untuk proyek-proyek yang didanai bantuan asing World Bank, ADB dan JBIC. Persyaratan Umum Kontrak yang disyaratkan untuk dipergunakan pada semua Kontrak Internasional yang didanai dengan pinjaman dari Institusi Pemberi Pinjaman Internasional dan hingga saat ini merupakan Persyaratan Umum Kontrak yang diwajibkan untuk digunakan pada kontrak internasional.
FIDIC memiliki beberapa bentuk kontrak (kontrak, dan kadang-kadang disebut buku) dibagi dengan warna. Yang paling umum digunakan adalah:
1. Short Form Kontrak (Buku Hijau) atau Kitab Mini-Green;
55
Sumber: Irawan, Roby, dkk. Studi Perbandingan Standar dan Prosedur Dokumen Kontrak FIDIC
dengan Standar Menteri Pekerjaan Umum. Pontianak: FT UNTAN
Hardjomuljadi, Sarwono. Persyaratan Kontrak untuk Pelaksanaan Konstruksi MDB Harmonised Edition (Terjemahan). FIDIC
Herumanta, Bambang, Suwardo. 2013. Pengelolaan dan Pengendalian (Unsur-unsur Pembangunan). Yogyakarta: UGM
Soeharto, Imam. 2016. Kontrak Konstruksi. [Online] Tersedia: https://id.wikipedia.org/ wiki/Kontrak_konstruksi [10 Desember 2018]
2. Konstruksi (Buku Merah) yang meliputi Kondisi Subkontrak;
3. Konstruksi (Buku Merah Muda) MDB Edition atau Kitab pink;
4. Tanaman dan Design-Build (Buku Kuning); dan 5. EPC Turn-Key Proyek (Buku Perak); 6. The Red dan Buku Kuning paling populer dalam
daftar.
Buku-buku lain yang diterbitkan oleh FIDIC antara lain adalah Design-Build dan Buku Oranye, Buku Membangun dan Mengoperasikan, Formulir Kontrak Owner-Konsultan (Buku Putih); Prosedur Tender (Buku Biru); Pekerjaan Pengerukan dan Reklamasi (Blue-Green). Ketika datang ke tempat pelaksanaan konstruksi yang umum ada empat, pertama (yaitu, Hijau, Merah, Kuning dan Silver) keempat buku tersebut yang paling relevan, untuk itu akan dijelaskan lebih lanjut di bawah.
Macam-macam FIDIC Contract yang Dapat Digunakan
(Sumber: http://www.aces.rs/news/index.3.en.html)
The Green Book Ini adalah Short Form Contract. Hal ini digunakan
sebagian besar untuk sederhana, berulang-ulang, pekerjaan durasi pendek. Beberapa dari mereka tanpa sub-kontraktor atau insinyur (konsultan) yang terlibat. Kontraktor umum sering membawa kedua desain dan proses konstruksi.
The Red Book Ini adalah untuk karya pekerjaan yang sangat umum, yang dirancang terutama oleh pengguna jasa, mungkin memerlukan beberapa desain tanaman dari kontraktor, dan proyek ini dikelola oleh seorang insinyur (konsultan) yang disewa oleh pengguna jasa.
The Yellow Book Kontraktor bertanggung jawab pada desain pabrik, bangunan dan rekayasa konstruksi. Namun pengguna jasa masih diperlukan untuk membawa beberapa desain.
The Yellow Book pada FIDIC Contract
(Sumber: http://fidic.org/node/7089)
Alvian Ardiansyah, ST. Penelaah Jasa Konstruksi
Balai Penerapan Teknologi Konstruksi alvianardiansyah2@gmail.com
Silver Book Kontraktor membawa tugas rekayasa konstruksi, pengadaan dan konstruksi sampai dengan penyerahan akhir dari fasilitas yang lengkap, diuji dan siap untuk dijalankan atau dioperasikan.
Penulis: Veronica Kusumawardhani, S.T.,M.Si.
Pejabat Fungsional Tata Bangunan dan Perumahan Pertama Direktorat Keterpaduan Infrastruktur Permukiman
Direktorat Jenderal Cipta Karya vkusumawardhani@gmail.com
PEMANFAATAN LUMPUR LAPINDO SEBAGAI BAHAN MATERIAL KONSTRUKSI
anjir lumpur panas Sidoarjo, juga dikenal dengan sebutan Lumpur Lapindo atau Lumpur Sidoarjo (Lusi), adalah peristiwa menyemburnya
lumpur panas di lokasi pengeboran Lapindo Brantas Inc. di Dusun Balongnongo, Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Indonesia, sejak tanggal 29 Mei 2006. Semburan lumpur panas selama beberapa bulan ini menyebabkan tergenangnya kawasan permukiman, pertanian, dan perindustrian di tiga kecamatan disekitarnya, serta mempengaruhi aktivitas perekonomian di Jawa Timur.
Lokasi semburan lumpur ini berada di Porong, yakni kecamatan di bagian Selatan Kabupaten Sidoarjo, sekitar 12 km sebelah Selatan kota Sidoarjo. Kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan Gempol (Kabupaten Pasuruan) di sebelah Selatan.
Lokasi pusat semburan hanya berjarak 150 meter dari sumur Banjar Panji-1 (BJP-1), yang merupakan sumur eksploasi gas milik Lapindo Brantas Inc sebagai operator Blok Brantas. Oleh karena itu, hingga saat ini, semburan lumpur panas tersebut diduga diakibatkan aktivitas pengeboran yang dilakukan Lapindo Brantas di sumur tersebut. Pertama, semburan lumpur berhubungan dengan kesalahan prosedur dalam kegiatan pengeboran. Kedua, semburan lumpur kebetulan terjadi bersamaan dengan pengeboran akibat sesuatu yang belum diketahui. Namun bahan tulisan lebih banyak yang condong kejadian itu adalah
akibat pemboran. Lokasi semburan lumpur tersebut merupakan kawasan pemukiman dan di sekitarnya merupakan salah satu kawasan industri utama di Jawa Timur. Tak jauh dari lokasi semburan terdapat jalan tol Surabaya - Gempol, jalan raya Surabaya - Malang dan Surabaya – Pasuruan - Banyuwangi (jalur Pantura Timur), serta jalur kereta api lintas Timur Surabaya-Malang dan Surabaya-Banyuwangi, Indonesia.
Sejumlah upaya telah dilakukan untuk menanggulangi luapan lumpur, diantaranya dengan membuat tanggul untuk membendung area genangan lumpur. Namun demikian, lumpur terus menyembur setiap harinya, sehingga sewaktu-waktu tanggul dapat jebol, yang mengancam tergenangnya lumpur pada permukiman di dekat tanggul. Jika dalam tiga bulan bencana tidak tertangani, adalah membuat waduk dengan beton pada lahan seluas 342 hektar, dengan mengungsikan 12.000 warga. Kementerian Lingkungan Hidup mengatakan, untuk menampung lumpur sampai Desember 2006, mereka menyiapkan 150 hektare waduk baru. Juga ada cadangan 342 hektare lagi yang sanggup memenuhi kebutuhan hingga Juni 2007. Akhir Oktober, diperkirakan volume lumpur sudah mencapai 7 juta m3. Namun rencana itu batal tanpa sebab yang jelas.
Perkembangan konstruksi bangunan saat ini sangat berkembang pesat dalam pemanfaatan bahan baku materialnya. Saat ini Lumpur Sidoarjo merupakan salah satu material buangan yang dapat dimanfaatkan
B
56
sebagai material alternatif untuk bahan bangunan, apalagi mengingat kuantitasnya yang terus meningkat dengan tidak disertai alternatif pembuangan yang rasional dan ramah lingkungan. Maka penanganan yang tepat perlu dilakukan, yaitu dengan memanfaatkan Lumpur Sidoarjo sebagai penyusun elemen konstruksi, yang nantinya untuk diproduksi dalam skala industri besar. Apalagi Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) memberikan izin pemanfaatan lumpur panas Porong, Sidoarjo, untuk diolah menjadi bahan konstruksi dan bangunan seperti batu bata, batako, cone block, dan paving block. Selain hal tersebut Lumpur Sidoarjo merupakan pozzolan alami yang reaktif terhadap alkali, sehingga sangat cocok untuk dimanfaatkan sebagai material dasar bahan bangunan untuk campuran yang mengandung semen dan juga sifat Lumpur Sidoarjo ini sangat tahan terhadap tekan.
Bahan bangunan dari LUSI (lumpur Sidoarjo) merupakan produk inovasi bahan bangunan lokal sebagai komponen bangunan alternatif yang dibuat dari bahan lumpur sidoarjo sebagai bahan baku dan campuran bahan lain sebagai substitusi/tambahan. Secara umum ada 2 kelompok produk yang dihasilkan yaitu: Bahan bangunan keramik (ceramic based materials) seperti bata merah, genteng, dan agregat tanah (arta), serta Bahan bangunan bersemen (cement based materials) seperti conblock, paving block dan ubin semen.
Untuk bahan keramik, proses pembuatan melalui cara dibakar sampai suhu sintering (antara 800 s/d 900 oC) hingga memperoleh produk yang stabil, kuat dan berpenampilan baik, sedangkan bahan bangunan bersemen proses pembuatan dengan cara dicetak dari campuran lumpur, pasir dan semen Portland.
Batu Bata dari Bahan Lumpur Lapindo
(Sumber: https://mariasupriyanto.wordpress.com/)
Selain itu dari beberapa uji yang pernah dilakukan, lumpur lapindo ini dapat digunakan untuk beton ringan lusi (Berisi).
Genteng dari Lumpur Lapindo
(Sumber: https://finance.detik.com)
Genteng adalah bahan bangunan yang terbuat dari bahan tanah liat yang sampai sekarang masih menjadi kebutuhan dan digunakan dalam jumlah besar. Berdasarkan diagram Wrinker, lumpur lapindo diklasifikasikan berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai batu bata, keramik dan bahan bangunan lainnya (Triwulan, 2006).
Hasil penelitian di laboratorium kimia menunjukkan bahwa kandungan mineral lumpur Lapindo sebagian besar adalah mineral silika, sehingga sangat mendukung untuk digunakan sebagai bahan pembuatan batu bata dan genteng keramik. Hasil penelitian pendahuluan tentang kekuatan genteng keramik lumpur Lapindo (Setyowati E W,Wahyu A 2007) menunjukkan bahwa pada persentase campuran lumpur lapindo tertentu akan menghasilkan genteng keramik dengan kekuatan yang cukup baik. Penelitian tentang ketetapan bentuk, rembesan dan berat genteng keramik lapindo (Setyowati EW, Wahyu A, 2007) memberikan informasi kelayakan genteng keramik lapindo, meskipun masih diperlukan penelitian-penelitian lanjutan untuk mengetahui pengaruh penggunaan lumpur lapindo sebagai campuran bahan pembuatan genteng keramik terhadap kualitas genteng keramik.
Jenis Prosentase
Clay (Lempung) 71,43%
Silt (Lanau) 10,72%
Sand (pasir) 17,86%
Kandungan tanah lumpur Lapindo berdasarkan ukuran butir (Sumber: Totok Noerwarsito dalam Edi Wahjuni, 2009)
57
Berdasarkan penelitian terdahulu tentang penambahan lumpur lapindo terhadap kuat lentur genteng keramik, nilai kuat lentur mengalami peningkatan.
Variasi komposisi persentase penambahan lumpur lapindo yang digunakan mulai dari 0%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%. Secara eksperimental, data yang diperoleh sudah bisa menggambarkan pengaruh dari penggunaan lumpur lapindo terhadap kuat lentur genteng keramik. Analisis data juga menunjukkan hasil yang sama tentang pengaruh nyata penggunaan lumpur lapindo meningkatkan kuat lentur genteng keramik. Peningkatan kuat lentur genteng keramik campuran lumpur lapindo terjadi pada semua komposisi mulai dari 30% sampai 70%. Dari data eksperimental diperoleh peningkatan kuat lentur rata-rata komposisi penambahan 30% sebesar 143% dari kuat lentur rata-rata genteng normal (setyowati EW dalam Edi Wahjuni, 2009).
BETON RINGAN LUSI (BERISI)
Beton adalah material yang dibutuhkan dalam sebuah konstruksi pada jaman modern ini. Berbagai jenis beton sudah diproduksi untuk membantu semakin ragamnya kebutuhan konstruksi, baik untuk perumahan, lahan parkir, jalan maupun jembatan.
Salah satu produk beton yang saat ini banyak dimanfaatkan dalam kontruksi ialah beton ringan. Untuk beton ringan dan jenis-jenisnya yang beragam sudah banyak membantu pengerjaan berbagai proyek konstruksi.
Keunikan beton ini sendiri ialah memiliki kerapatan lebih ringan daripada beton pada umumnya. Secara umum, beton ringan dapat dibuat dengan beberapa cara, antara lain dengan penggunaan agregat ringan (fly ash, batu apung, polystyrene, campuran semen, silika, pozzolan, atau semen dengan bahan kimia yang menghasilkan gelembung udara. Beton ringan ini sebagai salah satu solusi murah dan ramah lingkungan guna kebutuhan pembangunan hunian maupun penggunaan pada pembangunan lainnya.
Jenis beton ringan cukup beragam berdasarkan karakteristik yang dimiliki. Pada umumnya, beton ringan dapat dibagi menjadi tiga kelas berdasarkan tingkat kepadatan dan kekuatan beton yang dihasilkan. Kelas beton ini juga didasarkan pada penggunaan jenis agregat ringan yang digunakan.
Berikut ini beton ringan dan jenis-jenisnya berdasarkan density atau kerapatan beton yang dihasilkan:
1. Jenis beton insulasi
Beton ringan ini memiliki kerapatan atau densitas antara 300 kg/m3 hingga 800 kg/m3. Untuk kekuatan kompresi yang dimiliki yaitu berkisar antara 069 dan 6,89 Moa. Dengan karakter tersebut, maka beton ringan isolasi banyak dimanfaatkan untuk menahan panas dan merupakan isolator yang baik. Peran ini disebut juga sebagai insulasi termal atau low density beton. Peran beton ringan ini didukung dengan kapasitas konduktivitas termal di dalamnya yang rendah.
2. Beton ringan dengan kekuatan sedang
Beton ringan dengan densitas sedang ini memiliki density antara 800 kg/m3 hingga 1440 kg/m3. Beton jenis ini terbuat dari agregat buatan yang ringan seperti: terak, fly ash, lempung, batu tulis, agregat alami lainnya yang lembut, seperti batu apung, scoria dan tufa. Untuk beton ringan dan jenis-jenisnya ini memiliki kekuatan tekan yang bervariasi, yaitu 6,89 hingga 17,24 MPa.
3. Beton struktural
Beton ringan jenis struktural memiliki densitas antara 1440 kg/m3 hingga 1850 kg/m3. Beton ini sangat kuat dengan kuat tekan yang tinggi. Maka untuk pembuatannya, beton jenis ini harus memakai material terbaik.
Beton Ringan (Sumber: https://solusikonstruksi.com)
Beton ringan lusi merupakan komponen beton yang dibentuk dari bahan lumpur sidoarjo (LUSI) dengan bahan pengikat semen portland, memiliki bobot yang ringan, mutu sedang dan bentuk yang stabil.
58
Sumber : _. 2018. Mengenal Karakteristik Beton Ringan dan Jenis-jenisnya. [Online]. Tersedia:
https://readymix.co.id/mengenal-karakteristik-beton-ringan-dan-jenis-jenisnya/. [Desember 2018]
_.2014. Flash Back Lumpur Lapindo Sidoarjo (2006). [Online]. Tersedia: https://infowagu.blogspot.com/2014/05/flash-back-lumpur-lapindo-sidoarjo-2006.html. [14 Desember 2018]
Hamidah, Isfajrin. 2014. Bahan Bangunan dari Lumpur Sidoarjo (LUSI). [Online]. Tersedia:http://isfajrincivil.blogspot.com/2014/03/bahan-bangunan-dari-lumpur-sidoarjo-lusi.html. [14 Desember 2018]
Lasino. 2017. Beton Ringan Lusi (Berisi) kuat riangan dan stabi. Balitbang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Bandung.
Setyowati, Edhi Wahjuni. 2009. Penggunaan Campuran Lumpur Lapindo Terhadap Peningkatan Kualitas Genteng Keramik. Malang. Dinamika Teknik Sipil volume 9 no. 1.
Agregat: kerikil, pasir dan abu, dibuat dari bahan lumpur Sidoarjo melalui proses pembakaran sehingga diperoleh material yang ringan, kuat, tahan terhadap
suhu tinggi dan lingkungan agresif. Dalam pembuatan agregat LUSI dapat ditambahkan bahan substitusi dengan abu bata bara atau abu sekam padi. Beton ini cocok untuk konstruksi yang memerlukan ketahan api, penyerapan suara dan suhu, bobot ringan dan terpapar garam sulfat dan klorida.
Penelitian Lumpur Sidorajo yang telah dilakukan: Tahun 2006-2008 : karakteristik baku (LUSI), bata
merah, genteng agregat buatan conblock dan paving block dengan substitusi Abu Batu Bara;
Tahun 2009 : unit produksi bata merah di SidoarjoJawa Timur;
Tahun 2013 : agregat buatan skala penuh dengan bahan substitusi abu batu bara dan abu sekam padi di Loka Cilacap;
Tahun 2014 : panel ringan (sandwich panel) dengan inti stryrofoam;
Tahun 2017 : agregat ringan dan beton ringan yang mana menjadi komponen pembuatan RISHA (Rumah Instan Sederhana Sehat).
Agregat Ringan dan Beton Ringan yang Dijadikan Komponen
Pembuatan RISHA (Sumber: Lasino, 2017)
Produk dari pemanfaatan Lumpur Lapindo ini mempunyai keunggulan dan kelemahan diantaranya adalah dapat diproduksi dengan skala kecil (home industry atau UKM) maupun skala besar (padat modal), Teknologi yang digunakan sederhana dan mudah diterapkan oleh masyarakat setempat,Produk yang dihasilkan lebih ringan dibanding dengan produk komponen pada umumnya, Dapat dikembangkan dan diaplikasikan oleh masyarakat tanpa keahlian khusus.
Produk ini hanya dapat dikembangkan dilokasi semburan lumpur dan sepanjang sungai porong yang merupakan saluran pembuangan lumpur, tetapi tidak menutup kemungkinan dikembangkan dilokasi lain sepanjang masih dalam batas radius ekonomis. Pemanfaatan bahan local mengembangkan teknologi konstruksi meningkatkan nilai bahan limbah efisiensi bahan dinding menciptakan lapangan kerja baru.
Lumpur lapindo dapat dikembangkan sebagai agregat ringan dan mikro LUSI. Karena sifatnya yang sangat plastis, diperlukan bahan substitusi yaitu abu sekam padi atau abu batu bara. Suhu yang diperlukan untuk pembuatan agregat adalah 1000 derajat celcius.
Beton ringan dapat dibuat dengan pencampuran agregat ringan atau dengan penambahan busa (foam). Busa ini merupakan gelembung udara yang menyebabkan beton menjadi berpori. Tipe ini disebut Aerated Light Weight Concrete atau Beton Ringan Berpori.
Idealnya, diharapkan akan didapat campuran yang menghasilkan beton ringan sebagai elemen non-struktural seperti dinding. Setidaknya hasil yang diperoleh nantinya berupa material untuk elemen non-struktural dengan kekuatan yang baik.
Penulis:
Deviana Kusuma Pratiwi, ST. Penelaah Jasa Konstruksi
Balai Penerapan Teknologi Konstruksi deviana.pratiwi@gmail.com
59
PEMANFAATAN MATERIAL VULKANIK GUNUNG SINABUNG SEBAGAI BAHAN BANGUNAN BERBASIS SEMEN
Gunung Sinabung 29 Januari 2014
(Sumber: http://bit.ly/2RMk8VJ)
G unung Sinabung (bahasa Karo: Deleng Sinabung) adalah gunung api di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatera Utara,
Indonesia. Sinabung bersama Gunung Sibayak di dekatnya adalah dua gunung berapi aktif di Sumatera Utara dan menjadi puncak tertinggi di provinsi itu. Ketinggian gunung ini adalah 2.460 meter. Gunung ini tidak pernah tercatat meletus sejak tahun 1600 tetapi mendadak aktif kembali dengan meletus pada tahun 2010.
Gunung Sinabung (bahasa Karo: Deleng Sinabung) adalah gunung api di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Sinabung bersama Gunung Sibayak di dekatnya adalah dua gunung berapi aktif di Sumatera Utara dan menjadi puncak tertinggi ke 2 di provinsi itu. Ketinggian gunung ini adalah 2.451 meter. Tidak pernah tercatat meletus sejak tahun 1600, tetapi mendadak aktif kembali dengan meletus pada tahun 2010. Letusan terakhir gunung ini terjadi sejak 19 Febuari 2018 dan berlangsung hingga kini.
Pada 27 Agustus 2010, gunung ini mengeluarkan asap dan abu vulkanis. Pada tanggal 29 Agustus 2010 dini hari sekitar pukul 00.15 WIB (28 Agustus 2010, 17.15 UTC), Gunung Sinabung mengeluarkan lava. Status gunung ini dinaikkan menjadi Awas. Dua belas ribu warga disekitarnya dievakuasi dan ditampung di 8 lokasi. Abu Gunung Sinabung cenderung meluncur dari arah Barat Daya menuju Timur Laut. Sebagian Kota Medan juga terselimuti abu dari Gunung Sinabung.
Pada tanggal 3 September, terjadi 2 letusan. Letusan pertama terjadi sekitar pukul 04.45 WIB sedangkan letusan kedua terjadi sekitar pukul 18.00 WIB. Letusan pertama menyemburkan debu vulkanis setinggi 3 kilometer. Letusan kedua terjadi bersamaan dengan gempa bumi vulkanis yang dapat terasa hingga 25 kilometer di sekitar gunung ini.
Pada tanggal 7 September, Gunung Sinabung kembali metelus. Ini merupakan letusan terbesar sejak gunung ini menjadi aktif pada tanggal 29 Agustus 2010. Suara
60
Gunung Sinabung 29 Januari 2014
(Sumber: http://bit.ly/2RMk8VJ)
Payung yang berada dalam zona bahaya I.
letusan ini terdengar sampai jarak 8 kilometer. Debu vulkanis ini tersembur hingga 5.000 meter di udara.
Pada tahun 2013, Gunung Sinabung meletus kembali, sampai 18 September 2013, telah terjadi 4 kali letusan. Letusan pertama terjadi ada tanggal 15 September 2013 dini hari, kemudian terjadi kembali pada sore harinya. Pada 17 September 2013, terjadi 2 letusan pada siang dan sore hari. Letusan ini melepaskan awan panas dan abu vulkanik. Tidak ada tanda-tanda sebelumnya akan peningkatan aktivitas sehingga tidak ada peringatan dini sebelumnya. Hujan abu mencapai kawasan Sibolangit dan Berastagi. Tidak ada korban jiwa dilaporkan, tetapi ribuan warga pemukiman sekitar terpaksa mengungsi ke kawasan aman.
Pada tanggal 24 November 2013 pukul 10.00 status Gunung Sinabung dinaikkan ke level tertinggi, level 4 (Awas). Penduduk dari 21 desa dan 2 dusun harus diungsikan. Status level 4 (Awas) ini terus bertahan hingga memasuki tahun 2014. Guguran lava pijar dan semburan awan panas masih terus terjadi sampai 3 Januari 2014. Mulai tanggal 4 Januari 2014 terjadi rentetan kegempaan, letusan, dan luncuran awan panas terus-menerus sampai hari berikutnya. Hal ini memaksa tambahan warga untuk mengungsi, hingga melebihi 20 ribu orang.
Setelah kondisi ini bertahan terus, pada minggu terakhir Januari 2014 kondisi Gunung Sinabung mulai stabil dan direncanakan pengungsi yang berasal dari luar radius bahaya (5 km) dapat dipulangkan. Namun demikian, sehari kemudian 14 orang ditemukan tewas dan 3 orang luka-luka terkena luncuran awan panas ketika sedang mendatangi Desa Suka Meriah, Kecamatan
Akibat peristiwa ini, status Gunung Sinabung dinaikkan ke level 3 menjadi Siaga. Setelah aktivitas cukup tinggi selama beberapa hari, pada tanggal 29 September 2013 status diturunkan menjadi level 2, Waspada. Namun demikian, aktivitas tidak berhenti dan kondisinya fluktuatif. Memasuki bulan November, terjadi peningkatan aktivitas dengan letusan-letusan yang semakin menguat, sehingga pada tanggal 3 November 2013 pukul 03.00 status dinaikkan kembali menjadi Siaga. Pengungsian penduduk di desa-desa sekitar berjarak 5 km dilakukan.
Pada tanggal 21 Mei 2016 pukul 16:48 WIB, Gunung Sinabung kembali meletus dengan mengeluarkan awan panas. Awan panas ini menyelimuti Desa Gamber, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Akibatnya 7 orang meninggal dunia, dan 2 lainnya mengalami luka bakar. Para korban diketahui tengah berada di zona merah di kawasan Desa Gamber yang beradius 4 Km dari Gunung Sinabung. Sampai dengan 22 Mei 2016, telah terjadi 4 kali letusan. Menurut petugas pos Gunung Sinabung, luncuran awan panas akibat erupsi pertama kali terjadi sekitar pukul 14.30 WIB.
Pada tanggal 19 Februari 2018 pukul 08:53 WIB, Gunung Sinabung kembali meletus dengan mengeluarkan abu dan awan panas yang menyelimuti bangunan di sekitarnya. Dengan selamat tidak ada korban jiwa atau luka parah.
6 April 2018 pukul 17:30 WIB, terjadinya gempa pada Gunung Sinabung dengan memuntahkan awan panas di area gunung. Selamatnya, tak ada korban jiwa dan luka parah.
Letusan-letusan terjadi berkali-kali setelah itu, disertai luncuran awan panas sampai 1,5 km. Pada tanggal 20 November 2013 terjadi enam kali letusan sejak dini hari. Erupsi (letusan) terjadi lagi empat kali pada tanggal 23 November 2013 semenjak sore, dilanjutkan pada hari berikutnya, sebanyak lima kali. Terbentuk kolom abu setinggi 8000 m di atas puncak gunung. Akibat rangkaian letusan ini, Kota Medan yang berjarak 80 km di sebelah timur terkena hujan abu vulkanik.
Dari beberapa kejadian di atas, kemudian Pemerintah Kabupaten Karo dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman sepakat menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) terkait pengembangan teknologi bahan bangunan berbasis semen dari material erupsi vulkanik Gunung Sinabung. Penandatanganan Nota Kesepakatan MoU yang langsung dilakukan Bupati Karo, Terkelin Brahmana, SH dengan Kepala Pusat
61
Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Kementerian PUPR, Prof Dr Ir Arief Sabaruddin CES di Bandung pada tanggal 2 Agustus 2018. Selanjutnya, penandatanganan MoU ditindaklanjuti penandatanganan perjanjian kerja sama Pusat Pemelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman dengan Kadis Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Karo, Ir Paten Purba. Menurut pemaparan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman, pasir gunung api sangat baik digunakan untuk bahan beton. Ujung silika yang runcing membentuk partikel memiliki sudut. Pola partikel bersudut itulah yang membuat ikatan pasir gunung api dengan semen menjadi lebih kuat. Pasir biasa memiliki ujung bulat sehingga kekuatan ikatannya dengan bahan pembuat beton lainnya lebih lemah. Nantinya, debu vulkanik Sinabung akan dimanfaatkan menjadi bahan bangunan berbasis semen. Gedung unit produksi yang akan dibangun berlokasi di kompleks workshop Dinas PUPR, Desa Korpri Kecamatan Berastagi. Selanjutnya di tahun 2019 direncanakan membangun rumah contoh yang berasal dari abu vulkanik Gunung Sinabung. Diharapkan nanti masyarakat kita diseputaran Gunung Sinabung bisa terbantu ekonominya dengan selesainya pembangunan gedung unit produksi yang akan mengolah material debu vulkanik Sinabung menjadi bahan bangunan berbasis semen yang kualitasnya sudah diakui para ahlinya.
Selain silika, pasir gunung api juga memiliki kandungan besi (FeO). Kandungan besi pasir gunung api sangat baik karena belum mengalami pelapukan sehingga baik untuk campuran bahan bangunan. Pasir gunung api juga memiliki kandungan lempung yang sangat sedikit. Selain membuat beton semakin kuat, sedikitnya lempung juga akan meningkatkan daya tahan beton dan membuat tingkat kekeroposan beton lebih rendah.
Kandungan unsur yang terdapat didalam abu vulkanik tersebut, yaitu: Silika
Hasil pengujian lapangan yang dilakukan untuk mengetahui kandungan unsur yang terdapat didalam abu vulkanik yang di ambil dari Desa Berastepu dan berjarak 3 Kilometer dari kaki Gunung Sinabung dengan taraf kedalaman pengambilan yaitu 0-8 cm dan analisis abu vulkanik Gunung Sinabung tersebut dilakukan di Pusat penelitian Fisika (LIPI) Serpong Tangerang Selatan, maka abu vulkanik tersebut di uji dengan menggunakan alat X-Ray Fluorescence (XRF).
Silika dengan nama mineral silika (SiO2) dapat diperoleh dari silika mineral, silika nabati dan silika sintesis kristal. Silika mineral adalah senyawa yang banyak ditemui dalam bahan tambang/galian yang berupa mineral seperti pasir kuarsa, granit, dan feldsfar yang mengandung kristal-kristal silika (SiO2). Silika mineral biasanya diperoleh melalui proses penambangan yang dimulai dari penambang kemudian dilakukan proses pencucian untuk membuang pengotor yang kemudian dipisahkan dan dikeringkan kembali sehingga diperoleh kadar silika yang lebih besar bergantung dengan keadaan tempat penambangan.
Magnesium Magnesium adalah unsur kedelapan yang paling berlimpah dan merupakan sekitar 2% dari berat kerak bumi dan merupakan unsur yang paling banyak ketiga terlarut dalam air laut. Magnesium sangat melimpah di alam dan ditemukan dalam bentuk mineral penting didalam bebatuan, seperti dolomit, magnetit, dan olivine. ini juga ditemukan dalam air laut, asin bawah tanah dan lapisan asin. Ini adalah logam struktural ketiga yang paling melimpah dikerak bumi, hanya dilampaui oleh aluminium dan besi.
Alumina Alumina (Al2O3) merupakan material keramik nonsilikat yang paling penting. Material ini meleleh pada suhu 2051 °C dan mempertahankan kekuatannya bahkan pada suhu 1500 sampai 1700°C. Alumina mempunyai ketahanan listrik yang
Penandatanganan MoU antara Bupati Karo dan Kepala Pusat Litbang PUPR
(Sumber: http://bit.ly/2OMDnMW)
Sebelumnya, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman, Prof Arief Sabaruddin mengungkapkan, Pasir yang terkandung dalam material vulkanik dimuntahkan gunung api, termasuk Gunung Sinabung, merupakan pasir kualitas terbaik untuk bahan bangunan. Di samping sangat bagus sebagai bahan bangunan, debu gunung berapi sangat baik digunakan untuk mengembalikan kesuburan tanah.
62
Sumber: _. 2017. Debu Vulkanik Sinabung Bisa Diolah Menjadi Bahan Bangunan Berbasi Semen
[Online] Tersedia : http://bit.ly/2DnYh2Q [16 November 2018]
_. 2018. Bupati Karo: Debu Vulkanik Sinabung Bisa Diolah Jadi Semen [Online] Tersedia : https://www.hetanews.com/article/141554/bupati-karo-debu-vulkanik-sinabung-bisa-diolah-jadi-semen [16 November 2018]
Eka Putri, Maharani. 2018. Sosialisasi dan Alih Teknologi Pengembangan Bahan Bangunan Dari Material Vulkanik Gunung Sinabung [Online] Tersedia : http://bit.ly/2zbA117 [16 November 2018]
Exaudi Sidabutar, Tri. 2017. Pembuatan dan Karakterisasi Keramik Magnesium Silika dari Abu Vukanik Gunung Sinabung [Online] Tersedia : http://bit.ly/2DHShTB [16 November 2018]
Dari hasil foto optical microscope dengan
Sample Hasil Photo Optical Microscope
(Sumber: http://bit.ly/2DHShTB)
Penulis: Shanti Astri Noviani, S.Pd. Penelaah Jasa Konstruksi
Balai Penerapan Teknologi Konstruksi shantiastrin@gmail.com
tinggi dan tahan terhadap kejutan termal dan korosi. Alumina (Al2O3) diperoleh dari pengolahan biji bauksit yang mengandung 50-60% Al2O3; 1-20% Fe2O3; 1-10% silika; sedikit sekali titanium, zirkonium dan oksida logam transisi lain; dan sisanya (20-30%) adalah air.
Keramik Keramik berasal dari bahasa Yunani “keramos” yang memiliki arti yang berbeda-beda. Keramik merupakan paduan logam yang terikat secara ionik dan kovalen keunggulan keramik dibanding logam sebagai bahan industri antara lain tidak korosif, ringan, keras, kuat, dan stabil pada suhu tinggi. Keramik pada awalnya diproduksi secara tradisional dari mineral alam, namun sekarang kegunaan keramik bermacam-macam fungsinya, dahulu hanya digunakan sebagai barang pecah belah, gerabah, namun sekarang telah menjadi industri yang cukup besar dengan aplikasi kegunaan seperti keramik porselin sebagai salah satu bahan isolator listrik, peralatan pabrik dan lain sebagainya.
Berikut ini merupakan hasil pengamatan morfologi pembuatan dan karakteristik keramik magnesium alumunia silica dari abu vulkanik Gunung Sinabung.
Pengamatan struktur morfologi dilakukan untuk melihat perbesaran yang terjadi pada sampel keramik atau melihat perbesaran pori-pori yang terdapat pada permukaan sampel tersebut, dengan melakukan pemangamatan struktur morfologi ini kita akan bisa melihat langsung apakah campuran bahan yang ada pada sampel tersebut sudah terlihat merata atau belum sama sekali. Hasil pengamatan struktur morfologi dengan menggunakan Microscope BS-6000 AT pada sampel keramik yang pertama dengan komposisi Abu Vulkanik Gunung Sinabung 90%, Al2O3 5%, MgO 5% di sintering pada suhu 1100 °C dan pada suhu 1200 °C ditunjukkan pada gambar berikut ini:
perbesaran 40 kali, permukaan struktur sampel yang ke 2 dengan komposisi abu vulkanik Gunung Sinabung 80%, Al2O310%, dan MgO 10% di sintering pada suhu 1100 °C dapat kita amati dari Gambar diatas. Pada hasil foto optical microscope diatas terlihat permukaan struktur sampel yang ke 2 pada suhu sintering 1100 °C sudah merata dibandingkan dengan sampel 1 dengan komposisi Abu 90%, Al2O3 5%, dan MgO 5% walaupun pada foto hasil pengamatan diatas masih ada terlihat pori-pori tetapi tidak terlalu banyak. Hal ini menunjukkan bahwa persentase campuran juga sangat berpengaruh untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Kesimpulannya telah berhasil dibuat keramik magnesium alumina silika dari bahan dasar abu vulkanik Gunung sinabung khususnya pada sampel 1 dengan komposisi Abu Vulkanik 90%, Al2O35%, dan MgO 5% di sintering pada suhu 1100 °C, sedangkan pada sampel 2 dengan komposisi Abu Vulkanik Gunung Sinabung 80%, Al2O3 10% dan MgO 10% fasa lain yang terbentuk adalah fasa Al₂MgO₄ (spinel). Semoga kedepannya material abu vulkanik yang berasal dari Gunung Sinabung ini dapat dimanfaatkan sebagai material bangunan yang tepat guna.
63
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah gunung vulkanik aktif terbanyak di dunia. Secara geografis, wilayah Indonesia dilalui oleh jalur gunung api yang rawan erupsi di sepanjang ring of fire mulai Sumatera – Jawa – Bali – Nusa Tenggara – Sulawesi – Banda- Maluku-Papua (Bronto et al; 1996). Secara
umum gunung api meletus dalam rentang waktu yang panjang, namun gunung-gunung vulkanik di Indonesia memiliki frekuensi paling rapat dan erupsinya termasuk paling aktif di dunia sehingga mendapat perhatian khusus dari pemerintah maupun masyarakat secara umum.
Jalur Gunung Api Ring of Fire yang melintasi Indonesia
(Sumber: geograph88.blogspot.com)
Dalam 5 tahun terkahir setidaknya telah terjadi 13 kali letusan gunung vulkanik di Indonesia. Hal ini akan sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat yang tinggal di daerah kawasan terkena dampak secara social dan terutama ekonomi. Kegiatan perekonomian penduduk di sekitar wilayah letusan gunung akan lumpuh akibat aktivitas dan muntahan gunung vulkanik yang menutupi akses jalan, air bersih dan lahan masyarakat.
Erupsi Gunung Agung, Bali
(Sumber: cbsnews.com)
Dari semua mineral alam yang di muntahkan saat terjadi letusan gunung vulkanik, abu vulkanik merupakan materi yang memberi dampak yang paling besar dan berkepanjangan di bandingkan mineral lainnya. Abu letusan gunung vulkanik adalah material yang sangat halus. Karena hembusan angin, dampaknya akan dapat dirasakan ratusan kilometer jauhnya. Abu vulkanik yang panas akan merusak segala yang dilewatinya, membunuh makhlup hidup sepierti tumbuhan dan hewan bahkan manusia. Selain itu abu vulkanik yang berterbangan dapat mencemari udara baik secara fisik (mengurangi jarak pandang) maupun secara kimia. Abu gunung berapi memiliki beberapa kandungan zat berbahaya seperti : hidrogen sulfida (H2S), sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida dan material debu yang kemungkinan mengandung racun.
Namun dari berbagai dampak negatif yang diakibatkan letusan gunung merapi, ada beberapa upaya yang dapat di lakukan sehingga dampak-dampak yang tadinya negatif bisa menjadi dampak yang positif.
64
Letusan gunung merapi mengeluarkan mineral-mineral alam yang dapat di manfaatkan. Melalui letusan gunung merapi, lapangan pekerjaan baru tercipta untuk warga sekitar pegunungan, seperti penambang pasir contohnya. Materi vulkanik dari gunung berapi yang berupa pasir dan abu vulkanik dapat dijual dengan harga yang tinggi dan membantu perekonomian warga.
Semburan abu vulkanik Gunung Bromo menyebabkan lahan pertanian sayur gagal panen
(Sumber: Arie Yoenianto, 2016)
Pasir yang terbentuk dari letusan gunung merapi memiliki butiran yang baik sehingga memiliki harga yang tinggi. Sedangkan Abu Vulkaniknya dapat dimanfaatakan sebagai bahan dasar batako maupun substitusi pada beton. Hal ini karena kandungan silika yang tinggi terkandung di dalam abu vulkanik. Abu Vulkanik merupakan butiran halus ringan, bundar, tidak porous, mempunyai kadar bahan semen yang tinggi dan mempunyai sifat pozzolanik, yaitu dapat bereaksi dengan kapur bebas yang dilepaskan semen saat proses hidrasi dan membentuk senyawa yang bersifat mengikat pada temperatur normal dengan adanya air.
Dalam beberapa letusan gunung berapi yang terjadi, awan yang bergumpalan akan naik ke atas gunung, sungai lava akan mengalir di setiap sisi gunung tersebut. Pada letusan lain, abu merah yang panas dan bara api menyembur keluar dari uncak gunung dan bongkahan besar bebatuan akan terlempar tinggi ke udara. Sebagian kecil letusan memiliki kekuatan yang sangat luar biasa sehingga bisa memecah belah gunung. Letusan Gunung Vulkanik, terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Dari letusan-letusan seperti inilah gunung berapi terbentuk. Letusannya yang membawa abu dan batu menyembur dengan keras sejauh radius 18 km atau lebih, sedang lavanya bisa membanjiri daerah sejauh radius 90 km. Letusan gunung berapi bisa menimbulkan korban jiwa dan harta benda yang besar sampai ribuan kilometer
jauhnya dan bahkan bisa mempengaruhi putaran iklim di bumi ini. Hasil letusan gunung berapi (sumber: MPBI)
Gas vulkanik Lava dan aliran pasir serta batu panas Lahar Awan panas (Piroklastik) Abu letusan (Volcanic Ash)
Klasifikasi Abu Vulkanik terhadap Fly ash Abu vulkanik masuk dalam golongan abu terbang (fly ash). Perbedaan antara fly ash yang di hasilkan PLTU dan abu vulkanik adalah proses pembakarannya. Abu batu bara diperoleh dari proses pembakaran batu bara dalam tanur pembakaran PLTU, sedangkan Abu vulkanik melalui suhu magma dan letusan ketika gunung berapi mengalami erupsi.
Abu Vulkanik berupa butiran halus ringan, bundar, tidak porous, mempunyai kadar bahan semen yang tinggi dan mempunyai sifat pozzolanik, yaitu dapat bereaksi dengan kapur bebas yang dilepaskan semen saat proses hidrasi dan membentuk senyawa yang bersifat mengikat pada temperatur normal dengan adanya air. Dalam penggolongannya sendiri abu vulkanik masuk kategori fly ash Kelas N, yaitu fly ash yang tidak mengalami pembakaran secara langsung.
Berikut merupakan pengkasifikasian Fly ash yang dapat dibedakan menjadi 3 jenis (ACI Manual of Concrete Practice 1993 Part 1 226.3R-3), yaitu :
a. Kelas C Fly ash yang mengandung CaO di atas 10% yang dihasilkan dari pembakaran lignite atau sub-bitumen batubara (batubara muda). Fly ash kelas C disebut juga high-calcium fly ash. Hal ini dikarenakan kandungan CaO dalam fly ash yang cukup tinggi, fly ash tipe C mempunyai sifat cementitious selain juga sifat pozolan.Oleh karena fly ash tipe C mengandung kadar CaO yang cukup tinggi dan mempunyai sifat cementitious, jika terkena air atau kelembaban, akan berhidrasi dan mengeras dalam waktu sekitar 45 menit.
b. Kelas F Fly ash yang mengandung CaO lebih kecil dari 10% yang dihasilkan dari pembakaran anthracite atau bitumen batubara.
c. Kelas N Pozzolan alam atau hasil pembakaran yang dapat digolongkan antara lain tanah diatomic, opaline chertz, shales, tuff dan abu vulkanik, yang mana
65
biasa diproses melalui pembakaran atau tidak melalui proses pembakaran. Selain itu juga mempunyai sifat pozzolan yang baik.
Pemanfaatan Abu Vulkanik Erupsi Gunung Sinabung Gunung Sinabung adalah gunung api aktif yang terletak di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Sinabung bersama Gunung Sibayak di dekatnya adalah dua gunung berapi aktif di Sumatera Utara dan menjadi puncak tertinggi ke 2 di provinsi itu.
Letusan Gunung Sinabung (Sumber: journalweek.com)
Terakhir kali tercatat gunung sinabung meletus pada tahun 1600. Pada 27 Agustus 2010, gunung sinabung kembali aktif mengeluarkan asap dan abu vulkanis, hingga pada tanggal 29 Agustus 2010 dini hari sekitar pukul 00.15 WIB , gunung Sinabung akhirnya mulai mengeluarkan lava. Letusan gunung sinabung secara aktif tetap memuntahkan mineral bumi berupa abu vulkanik dan lava sampai sekarang.
Abu vulkanik gunung sinabung menimbun rumah penduduk
dan menutup akses jalan (Sumber: inews.id)
Muntahan abu vulkanik yang di keluarkan oleh gunung sinabung mangakibatkan polusi udara dan tanah yang cukup parah terutama di daerah-daerah yang berada di sekitar gunung sinabung. Wilayah yang terkena dampak erupsi Gunung Sinabung terdiri dari 11 kecamatan dengan luas mencapai 30.000 hektar. Angka ini menunjukkan besarnya debit polusi yang di akibatkan abu vulkanik gunung sinabung, sehingga diperlukan upaya pemanfaatan mineral bumi tersebut sesuai dengan sifat, karakteristik dan kandungan yang terdapat pada abu vulkanik.
Besarnya deposit abu vulkanik yang mengendap dan tertimbun diberbagai daerah mengindikasikan kemungkinan pemanfaatan mineral alam tersebut dengan mengolahnya sehingga menjadi material yang lebih bermanfaat. Mineral abu vulkanik yang dimuntahkan oleh gunung berapi berupa pasir dan bahan- bahan piroklastik, serta bersifat sementasi, yang menunjukkan adanya propertis dari mineral ini untuk dimanfaatkan kedalam bidang konstruksi. Tetapi pengolahan mineral tersebut agar memenuhi targat yang diharapkan membutuhkan teknik dan teknologi khusus dalam pemanfaatannya. Oleh karena itu, pengolahan abu vulkanik ini akan memberikan peluang bisnis bagi penduduk lokal untuk mengolahnya menjadi suatu yang memiliki nilai jual dan bisa di produksi massal, seperti batako. Bagi pelaku konstruksi yang berada di sekitar wilayah berabu vulkanik tinggi, mineral ini juga dapat dimanfaatkan sebagai mineral substitusi semen pada campuran beton. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa, penambahan kadar abu vulakanik yang mengandung silika tinggi yang tepat dapat menaikkan mutu dan kinerja beton, seperti kekuatan dan durabilitasnya.
Pemanfaatan abu vulkanik sebagai bahan dasar pembuatan batako maupun campuran beton merupakan salah satu cara pemanfaatan abu vulkanik untuk mengurangi pencemaran lingkungan dan langkah tepat untuk mendukung program pengembangan pembangunan yang ramah lingkungan. Secara kimia dan fisik fly ash juga telah memenuhi kriteria persyaratan yang tertuang dalam SNI-03-2460-1991 untuk memenihi sifatnya sebagai fly ash.
Kondisi ini yang menjadi latar belakang penggunaan bahan abu vulkanik letusan Gunung Sinabung sebagai alternatif pengganti material yang biasanya digunakan untuk beton. Gagasan tersebut diperkuat dengan kandungan kimiawi di abu vulkanik yang memiliki kandungan yang sama dengan yang ada di pasir dan semen (SiO2, Al2O3, dan CaO) yang diperoleh dari Pusat Penelitian dan Standardisasi Industri, Medan.
66
Sumber: Ariani, N. 2013. “Pengaruh Abu Vulkanik Gunung Merapi Terhadap Kuat Tekan Beton”.
Yogyakarta : Universitas Kristen Immanuel. Badan Litbang Pertanian. 2010. “Laporan Hasil Kajian Singkat (Quick Assessment)
Dampak Erupsi Gunung Merapi di Sektor Pertanian”. April 2017. Karolina, Rahmi et al. 2015. “Optimization of the use of volcanic ash of Mount
Sinabung eruption as the substitution for fine aggregate”. Elsevier 1877-7058. April 2017
Pratomo, Indyo. Desember 2006. “Klasifikasi gunung api aktif Indonesia, studi kasus dari beberapa letusan gunung api dalam sejarah”. Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 1 No. 4 209-227. April 2017.
SNI-03-0349 : 1989. “Bata Beton untuk Pasangan Dinding”. Jakarta : Badan Standarisasi Nasional
SNI-03-2460 : 1991. “Spesifikasi Abu Terbang”. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional SNI-03-6468 : 2000. “Tata Cara Perencanaan Campuran Beton Berkekuatan Tinggi
dengan Semen Portland dan Abu Terbang”. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional SNI-03-6863 : 2002. “Metode Pengambilan Contoh dan Pengujian Fly ash”. Jakarta :
Badan Standarisasi Nasional.
Debu vulkanik merupakan mineral batuan vulkanik termasuk material glass yang memiliki ukuran sebesar pasir dan kerikil dengan diameter kurang lebih 2 mm (1/2 inchi) yang merupakan hasil erupsi gunung berapi. Partikel abu sangat kecil tersebut dapat memiliki penampang lebih kecil dari 0,001 mm (1/25,000th of an inch).
Kandungan unsur karakteristik debu vulkanik (Sumber: Balai Riset dan Standarisasi Industri Medan,
Laboraturium Penguji, Kementrian Perindustrian)
Pemanfaatan Abu Vulkanik Gunung Sinabung sebagai Batako Selain di jadikan mineral subtitusi pada campuran beton, abu erupsi gunung sinabung juga dapat di manfaatkan menjadi batako. Batako adalah bahan bangunan yang terdiri dari batu. Pengerasannya tidak melalui kilning dan dibentuk oleh campuran pasir, semen, dan air dengan perbandingan 1 semen: 7 pasir. Hal ini juga dapat ditambahkan oleh zat aditif lainnya dan dicetak melalui proses pemadatan sehingga batang dibentuk dalam ukuran tertentu. Prosesnya tidak melalui kilning atau ditempatkan di tempat yang lembab dan terlindungi dari sinar matahari langsung atau hujan. Hal ini dibentuk sedemikian rupa sehingga memenuhi persyaratan dan dapat digunakan sebagai pengganti batu bata untuk dinding. Dalam pemeroduksiannya perlu di perhatikan kualitas pemeroduksian batako yang terbuat dari abu sinabung yang memenuhi persyaratan minimal kekuatan tekan batako besar, menurut untuk standar SNI-3-0349-1989.
Batako biasanya terbuat dari pasir, semen, dan air. Dalam penelitian ini, bahan yang digunakan untuk membuat batako adalah semen, air, pasir, dan abu vulkanik. Sedangkan, Abu vulkanik adalah mineral batu vulkanik, termasuk material kaca yang setinggi pasir dan kerikil dengan 2 mm (0,079inch) diameter dari letusan gunung berapi. Partikel abu-abu ini bisa memiliki bagian kurang dari 10-3. Ini sangat keras dan tidak bisa larut dalam air sehingga sering abrasif dan sedikit korosif, dan bisa dilakukan listrik saat basah.
Jenis mineral dalam abu vulkanik bergantung pada magma kimia dari gunung berapi yang meletus, dengan mempertimbangkannya bahwa unsur berlimpah dalam magma adalah silika (SiO2) dan oksigen. Berbagai jenis magma dari letusan gunung api tersebut sering dijelaskan dengan parameter silika nya. Letusan yang berasal dari basal berenergi rendah (basalt: batu beku yang gelap dan partikel halus yang berasal dari lahar beku gunung berapi) menghasilkan abu gelap spesifik yang mengandung 79,7% silika (SiO2), 3,88% aluminium (Al2O3), dan 12,10% kalsium oksida (CaO).
Besarnya deposit abu vulkanik memungkinkan pemanfaatan mineral alam yang lebih luas dengan teknik pengolahan yang teepat sehingga menjadi material yang lebih bermanfaat yang dapat d produksi massal dan bernilai jual tinggi. Pemanfaatan abu vulkanik sebagai bahan dasar pembuatan batako maupun campuran beton merupakan salah satu cara pemanfaatan abu vulkanik untuk mengurangi pencemaran lingkungan dan langkah tepat untuk mendukung program pengembangan pembangunan yang ramah lingkungan.
Penulis: Dr. Ir, H. Ali Amal M,Si
Pejabat Fungsional Pembina Jasa Konstruksi Madya Direktorat Bina Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
ali.amal63@yahoo.co.id
No Parameter Hasil Satuan
Metode 1 Silika sebagai SIO2 79,7 % Gravimetri
2 Aluminium sebagai AL2O3
3,88 % Perhitungan
3 Kalsium sebagai CAO 12,10 % Titrimetri
4 Magnesium sebagai MgO
0,14 % Gravimetri
67
Sosial, Ekonomi & Lingkungan
AEROTROPOLIS KONSEP PEMBANGUNAN KOTA BERBASIS BANDARA
Bandara Soekarno-Hatta
(Sumber: Aerotropolis.com)
erencanaan merupakan kegiatan berkesinambungan yang mencakup keputusan atau pilihan dari berbagai alternatif
penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu pada masa yang akan datang (Conyers dan Hills, 1994). Perencanaan pada sebuah kota bertujuan untuk memilih berbagai alternatif tujuan agar tercapai kondisi kota yang ideal. Oleh karena itu, perencanaan kota merupakan suatu kegiatan implementatif untuk mengakomodasi kebutuhan baru dari fenomena-fenomena yang terjadi di masa kini dan berdampak di masa yang akan datang.
Aerotropolis adalah sub wilayah perkotaan yang infrastruktur, penggunaan lahan dan perekonomiannya berpusat pada bandara (Kasarda, 2014). Nilai utama aerotropolis adalah menawarkan bisnis dengan konektivitas yang cepat kepada masing-masing pihak yang terlibat, baik pemasok, pelanggan maupun mitra perusahaan di seluruh dunia, sehingga meningkatkan efisiensi baik pada perusahaan yang terlibat maupun regional. Aerotropolis sendiri merupakan pengembangan dari konsep aerocity yang merupakan konsep paling modern dalam pembangunan, pengelolaan, dan pengembangan fungsi bandar udara di suatu wilayah. Dalam konsep aerocity, bandara dirancang menjadi sebuah kota yang di dalamnya terdapat sejumlah kegiatan bisnis. Pada konsep Aerotropolis, konsep aerocity ini diperluas dengan
mengintegrasikan bandara dengan kawasan di sekitar bandara dengan radius hingga 30 kilometer dengan dampak ekonomi sampai dengan 70 kilometer.
Pada konsep Aerocity dan Aerotropolis bandara ditempatkan sebagai pusat kegiatan ekonomi yang dikelilingi berbagai fasilitas pendukung seperti perkantoran, area komersial, area hiburan, layanan kesehatan kelas dunia, sarana pendidikan dan berbagai industri terkait lainnya. Pengembangan di dalam pagar bandara akan di koordinasikan langsung oleh pengelola bandara, serta pihak bandara juga dapat bekerja sama dengan investor untuk mengembangkan kawasan. Sementara untuk kawasan di luar bandara, dibuka untuk para investor.
Skema Aerotropolis
(Sumber: Aerotropolis.com)
P
70
Pada penerepan pengembangannya, konsep aerotropolis harus memenuhi tiga syarat utama. Pertama adalah membangun wilayah sekitar bandara dengan hotel, perkantoran, retail, factory outlet, dan pusat bisnis lainnya. Agar wisatawan atau pengunjung yang singgah di bandara tidak kesulitan untuk mengakses fasilitas-fasilitas perekonomian. Kedua, menyediakan transportasi yang beragam dan saling terhubung dengan bandara. Seperti transportasi kereta api, bus, jalan tol dan transportasi publik lainnya yang terhubung dengan bandara. Ketiga, menyediakan dan membangun fasilitas pengangkutan logistik di sekitar bandara. Hal-hal tersebut memiliki keuntungan tersendiri, menurut Kasarda yang diantaranya adalah :
Peningkatan infrastruktur aksesibilitas seperti jalan dan kereta api dapat memperluas daerah tangkapan bandara, dan dapat menarik lebih banyak penumpang dan kargo sehingga menciptakan demand penerbangan yang mendorong pengembangan aerotropolis.
Fasilitas pengangkutan intermodal yang terhubung dengan pergudangan atau pelabuhan, sehingga dapat menciptakan subsidi silang atau peningkatan pendapatan antar moda.
Pengembangan komersial pada properti bandara dapat meningkatkan pendapatan non-aeronautika yang memungkinkan pengelola bandara untuk melakukan peningkatan terminal dan perbaikan infrastruktur bandara sehingga perkembangan bandara terus meningkat secara sustainable atau berkelanjutan.
Pengembangan komersial dan logistik di luar bandara dapat menghasilkan penumpang tambahan dan kargo hal tersebut dapat meningkatkan tingkat pelayanan kepada para penumpang udara dan meningkatkan nilai dalam pengelolaan barang / kargo. Sehingga dapat meningkatkan nilai bandara pada wilayah tersebut dan menjadi pilihan utama penerbangan.
Pembangunan komersial dan logistik yang direncanakan dengan baik dan compact, serta didukung oleh infrastruktur transportasi yang terhubung dan efisien dapat memberikan wilayah metropolitan dengan node pertumbuhan ekonomi baru yang menarik investasi, meningkatkan lapangan pekerjaan
dan memberikan kontribusi dalam penataan lahan dalam menghadapi urban sprawl.
Pada pengembangan bandara dengan konsep Aerotropolis dan Aerocity, haruslah memiliki kawasan komersil yang dilengkapi untuk menunjang perekonomian dan aktivitas kawasan bandara. Kebutuhan fasilitas komersil dikategorisasikan dua, guna kebutuhan penumpang bandara serta guna kebutuhan barang / logistik.
Kebutuhan Penumpang Udara
Kebutuhan Barang/Logistik
Terminal Penumpang dan Barang
(Airslide)
Retail (Butik, Souvenir dll)
Penerbangan Ekspres dan
Kurir
Restoran (Kelas menengah atas,
Fastfood dll)
Ruang Pendingin
Rekreasi (Spa, Fitness, Bioskop
dll) Kargo Udara
Budaya (Museum, Seni Tradisional,
Musik dll)
Pemeliharan Pesawat,
Perbaikan dan Overhaul (MRO)
Kota Bandara
(Landslide)
Hotel dan Hiburan Logistik dan Distribusi
Perkantoran dan Perdagangan Jasa
Toko barang dagangan dan
grosir
Aerotropolis (Diluar
Kawasan Kota
Bandara)
Pusat Pertemuan & Pameran
Logistik Park dan Pusat Distribusi
Business and technology parks
Biomedis dan Farmasi
Kantor Cabang Pusat
Perbaikan Elektronik
Berteknologi tinggi
Perusahaan Teknologi dan
Informasi
Nilai Pertanian dan Produk
Makanan yang tinggi
Fasilitas Medis Instrumen Medis
Jasa Produser (Keuangan, Audit,
Konsultasi dll) Industri terkait
Kawasan Mix Used dalam skala besar
Fasilitas Komersil pada Aerocity dan Aerotropolis (Sumber: Planning a Competitive Aerotropolis)
71
Penerapan Konsep Aerotropolis di Dunia
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki bandara tersibuk di dunia, yaitu Bandara Soekarno-Hatta yang terletak di Tangerang, Banten. Dengan letaknya yang strategis berada di dekat pusat bisnis Ibukota Jakarta, Bandara Seokarno Hatta memiliki predikat sebagai bandara urutan ke 12 tersibuk di dunia (travel.detik.com) dengan tingkat pertumbuhan penumpang pada 10 tahun terakhir sebesar 75.84% untuk penumpang domestik dan penumpang internasional sebesar 106.64% (BPS, 2015). Tentu saja angka tersebut akan terus bertambah mengingat potensi Indonesia yang akan menjadi Negara maju di tahun 2030. Pertanyaannya adalah apakah Bandara Soekarno-Hatta telah dapat dikatakan telah menerapkan konsep Aerotropolis? Guna menjawab pertanyaan tersebut, kita akan membandingkan konsep-konsep pengembangan Aerotropolis pada kota dan bandara di dunia.
1. Dallas Fort Worth International Airport
Dallas Fort Worth International Airport
(Sumber: engworks.com)
Bandara ini merupakan salah satu contoh sukses dari kerjasama antardaerah demi kemajuan kedua daerah yang bersangkutan. Bandara Internasional Dallas-Fort Worth merupakan salah satu bandara tersibuk di Amerika Utara. Berdasarkan kriteria yang diberikan John Kasarda, Bandara Internasional Dallas - Fort Worth telah dapat dikategorikan sebagai aerotropolis dan dengan status telah dioperasikan atau sudah tidak lagi hanya dalam tahap perencanaan. Setelah beroperasi selama 26 tahun, aktivitas di Bandara Internasional Dallas - Fort Worth mengalami peningkatan signifikan dengan rata-rata pertumbuhan penumpang sebesar 6%, peningkatan tonase kargo tiap tahun sebesar 6%, dan peningkatan pengoperasian pesawat udara sebesar 4%. Pada tahun 1999, bandara Bandara Internasional Dallas - Fort Worth telah melayani 60 juta penumpang, 922.000 US ton kargo, dan $32.900
pengoperasian pesawat udara. Bandara Internasional Dallas - Fort Worth pada saat itu hampir melayani 2.300 penerbangan setiap hari dengan 124 penerbangan domestik, dan 30 rute internasional
2. Bandara Internasional Schipol Amsterdam
Developments Benefitting from The Amsterdam Airport
Schipol (Sumber: Global Airport Cities)
Menurut pendapat John Kasarda, Bandara Internasional Amsterdam Schipol telah dikembangkan sebagai salah satu contoh aerotropolis di Benua Eropa, dengan status telah dalam proses operasional. Melihat dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa aerotropolis yang baru dicetuskan pada tahun 2000, tidak mengatakan kota aerotropolis berdasarkan perencanaannya ke depan saja tetapi juga melihat dalamperkembangan fungsi bandara dan perkotaan di sekitarnya pada masa kini (Ayuningtyas, 2014:60). Dengan kerjasama dan kesadaran dari pengelola bandara dan pemerintah Kota Amsterdam, bandara terkoneksi dengan baik dengan pusat kota dan berpengaruh terhadap aktivitas perekonomian Kota Amsterdam. Setidaknya terdpat 58.000 tenaga kerja yang bekerja di lingkungan Bandara Internasional Schipol, yang terintegrasi dengan transportasi multimoda, penyediaan fasilitas bisnis dan komersial, serta memiliki peluang untuk membuat ruang pengembangan ekonomi Belanda secara keseluruhan (Ayuningtyas, 2014:78). Dari sinilah berikut merupakan gambaran aerotropolis Schipol dan Kota Amsterdam
72
Sumber : Kasarda & Appold. 2014. “Planning a Competitive Aerotropolis”, Advances in Airline
Economics, Vol 4 Halaman 1, 18-19, 41. Dari http://www.aerotropolis.com/files/ PlanningACompetitiveAerotropolis.pdf Diunduh pada 12 September 2016
EngWorks: Empowering BIM Technology. 2016. DFW AIRPORT. Accessed November 23, 2018. https://engworks.com/project/dallasfort-worth-international-airport/.
Horst, Pieter van der. 2014. Developments Benefitting from The Amsterdam Airport Schipol. Schipol, Juli 10.
Korea Tourism Organization Article. 2018. Bandara Internasional Incheon . Jakarta.
3. Bandara Internasional Incheon
Bandara Internasional Incheon
(Sumber: engworks.com)
Aerotropolis Songdo yang berpusat pada Bandara Internasional Incheon, merupakan salah satu contoh aerotropolis yang unik karena dibangun hampir bersamaan dengan pembangunan Bandara Internasional Incheon sendiri. Keduanya yaitu Bandara Internasional Incheon dan Kota Songdo sendiri direncanakan dengan saling terintegrasi. Kota Songdo memang direncanakan sebagai kota bisnis yang dapat menunjang aktivitas penerbangan di Bandara Internasional Incheon. Proyek ini memiliki aspek inovatif dan berharga dengan tonggak untuk industri real estate. Tidak hanya NSC mega-skala dan multi-fase, tetapi sangat internasional dilakukan oleh pengembang dan arsitek asing, banyak modal asing, dan ditunjukan untuk penghuni kelas dunia internasional. Ia juga memiliki perencanaan konseptual yang imajinatif, kemitraan pengembang lokal dan internasional dan teknik investasi dan pembiayaan yang canggih (Ayuningtyas, 2014:118). Secara umum, aerotropolis Songdo merupakan kawasan dengan fungsi kawasan bisnis yang terhubung secara
langsung ke Bandara Internasional Incheon dengan jembatan khusus yang dibangun bersamaan dengan pembangunan bandara dan Kota Songdo.
Airports as Urban Growth Generators: The Rise of The
Aerotropolis (Sumber: blueswandaily.com)
Kesimpulannya, aerotropolis memang memiliki sejumlah manfaat yang dapat dirasakan. Antara lain karena dapat menjadi motor penggerak ekonomi wilayah, dapat berperan sebagai penghubung antara kota dan bandara, bisa menjadi pintu gerbang bagi dunia internasional, dan lain sebagainya. Namun dibalik keunggulannya, aerotropolis masih memiliki kekurangan karena membutuhkan dana yang sangat besar untuk pengembangannya serta membutuhkan waktu yang sangat lama untuk mengimplementasikannya. Kedua hal tersebut menjadi tantangan tersendiri apabila kita ingin menerapkan konsep aerotropolis di negara-negara berkembang seperti di Indonesia.
Penulis: Godlive H I Sitorus, S.P.W.K.
Penelaah Perencanaan Wilayah dan Kota Balai Penerapan Teknologi Konstruksi
godlive.sitorus@gmail.com
M Hafidz Satria; M Saifuddin A Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota
Universitas Diponegoro, Semarang
Harun Din Haq Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
73
PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) PROVINSI, KABUPATEN DAN KOTA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG NOMOR 1 TAHUN 2018
uang merupakan wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kawasan
wilayah, tempat manusia dan makhluk hidup, melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan
hidupnya. Sehingga penataan ruang diartikan sebagai suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Tata ruang sendiri diartikan sebagai wujud struktur ruang dan pola ruang.
Peta Rencana Struktur Ruang Kota RTRW Kota Semarang Tahun 2010 - 2030
(Sumber: Bappeda Kota Semarang, 2009)
Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. Sistem jaringan prasarana skala Provinsi, dan Kabupaten / Kota mencakup pembembangan sistem jaringan prasarana transportasi (jalan, terminal, rel kereta api, stasiun, pelabuhan, bandara, dan lainnya), pengembangan sistem jaringan prasarana energi (SUTUT, SUTET, SUTT, SUTM, pusat pembangkit listrik, pusat distribusi tegangan menengah ke atas), pengembangan sistem jaringan prasarana sumber daya air (sumber air baku, sistem jaringan irigasi, sungai, danau, waduk, DAS / wilayah
sungai, dan lainnya), pengembangan sistem jaringan prasarana telekomunikasi (jaringan terestrial skala wilayah dan nasional yang ada di kabupaten seperti mikro digital, serat optik, mikro analog, kabel laut, jaringan internasional, serta jaringan satelit stasiun bumi), pengembangan jaringan prasarana lainnya seperti prasarana pengelolaan lingkungan (TPA Regional), dan penyediaan air bersih regional.
Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Fungsi pola ruang diantaranya sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam
R
74
wilayah kabupaten, mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang, dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan
untuk 20 tahun, dan dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah kabupaten.
Peta Rencana Pola Ruang Kota RTRW Kota Semarang Tahun 2010 - 2030
(Sumber: Bappeda Kota Semarang, 2009)
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang Nomor 1 Tahun 2018, bertujuan untuk mewujudkan:
a. Penataan ruang wilayah darat, laut, udara dan dalam bumi dalam satu kesatuan RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten / Kota
b. Pemanfaatan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan daerah provinsi / kabupaten / kota yang berkelanjutan sesuai dengan kondisi ekonomi, sosial, budaya, politik, hukum, pertahanan keamanan, lingkungan hidup, ilmu pengetahuan dan teknologi
c. Sinergitas pelaksanaan kebijakan pemanfaatan ruang lintas sektoral melalui pelaksanaan pembangunan daerah yang terintegrasi dalam RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten / Kota.
Masa berlaku RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten / Kota yaitu 20 tahun sejak peraturan daerah tentang
RTRW diundangkan. Penyusunan RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten / Kota meliputi tahapan:
a. Persiapan b. Pengumpulan data dan informasi c. Pengolahan dan analisis data d. Penyusunan konsep e. Penyusunan dan pembahasan rancangan
peraturan daerah tentang RTRW Provinsi, RTRW Kabupaten / Kota
Tahap persiapan diselesaikan dalam waktu 1 bulan untuk membentuk tim penyusun, mengkaji awal data sekunder, mempersiapkan teknis pelaksanaan, dan membuat pemberitaan kepada publik. Pada tahap pengumpulan data dan informasi primer dan sekunder diselesaikan dalam waktu 1 bulan. Pada tahap pengolahan dan analisis data diselesaikan dalam waktu 5 bulan untuk berbagai hal, seperti kebijakan spasial dan sektoral, kedudukan dan peran daerah dalam wilayah yang lebih luas, fisik wilayah, sosial
75
kependudukan, ekonomi wilayah, sebaran ketersediaan dan kebutuhan sarana dan prasarana, penguasaan tanah, sistem pusat permukiman untuk wilayah daerah
provinsi atau kabupaten dan bentuk serta struktur kota untuk wilayah daerah kota.
Tahap Pengolahan dan Analisis Data
(Sumber: http://bit.ly/2AyQk83 dan http://bit.ly/2zzdKdH)
Tahap ke-4 adalah penyusunan konsep yang diselesaikan dalam waktu 6 bulan dan menghasilkan alternatif konsep rencana, pemilihan konsep rencana, perumusan rencana terpilih menjadi muatan RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten / Kota. Tahap terakhir adalah penyusunan dan pembahasan rancangan peraturan daerah tentang RTRW Provinsi dan Kabupaten / Kota yang diselesaikan dalam waktu 1
bulan. Pada tahap ini dituntut untuk menyusun naskah akademik rancangan peraturan daerah tentang RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten / Kota, penyusunan rancangan peraturan daerah tentang RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten / Kota, serta pembahasan rancangan peraturan daerah tentang RTRW Provinsi atau RTRW Kabupaten / Kota.
Tahap Penyusunan Konsep
(Sumber: http://bit.ly/2Q59ugx dan http://bit.ly/2SjkuTY)
Muatan RTRW Provinsi atau RTRW Kabupaten / Kota meliputi:
a. Tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang b. Rencana struktur ruang c. Rencana pola ruang d. Penetapan kawasan strategis e. Arahan pemanfaatan ruang f. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang
Tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang merupakan terjemahan dari visi dan misi pengembangan wilayah provinsi, kabupaten atau kota yang dapat dicapai dalam jangka waktu 20 tahun. Rencana struktur ruang meliputi sistem perkotaan untuk wilayah provinsi atau kabupaten dan sistem pusat pelayanan untuk wilayah kota, serta sistem jaringan prasarana wilayah daerah provinsi, daerah kabupaten atau kota. Sedangkan rencana pola ruang terdiri dari kawasan lindung dan kawasan budidaya.
76
Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Semarang. 2009. Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Semarang Tahun 2010-2030
Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman Direktorat Jenderal Cipta Karya. 2010. Warta Binatur Riverwalk Menangkan Sayembara Kota Lestari Tahun 2010
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten dan Kota
Kondisi Eksisting Kawasan Strategis (Prioritas)
(Sumber: http://bit.ly/2RiZnRy)
Penetapan kawasan strategis juga ditetapkan pada bagian wilayah daerah provinsi, daerah kabupaten atau kota yang penataan ruangnya diprioritaskan. Kemudian arahan pemanfaatan ruang dilakukan untuk mengarahkan pembangunan atau pengembangan wilayah daerah provinsi, daerah kabupaten atau kota untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang.
Kondisi Eksisting Kawasan Strategis (Prioritas)
(Sumber: http://bit.ly/2E3HVxo)
Setelah ditetapkan perencanaan dan bagaimana penerapannya, maka perlu ditetapkan pula cara
pengendaliannya. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana yang dimaksud dalam Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang Nomor 1 Tahun 2018 antara lain:
a. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk wilayah daerah provinsi dan ketentuan umum peraturan zonasi untuk wilayah daerah kabupaten atau kota
b. Arahan perizinan untuk wilayah daerah provinsi dan ketentuan perizinan untuk wilayah daerah kabupaten atau kota
c. Arahan insentif dan disinsentif untuk wilayah daerah provinsi dan ketentuan insentif dan disinsentif untuk wilayah daerah kabupaten atau kota
d. Arahan sanksi untuk wilayah daerah provinsi, daerah kabupaten atau kota
Penulis: Danna Prasetya Nusantara, S.T.
Penelaah Jasa Konstruksi Balai Penerapan Teknologi Konstruksi
danna.prasetya17@pwk.undip.ac.id
77
ada perkembangan transportasi beberapa tahun
terakhir, persaingan transportasi konvensional
dan online terlihat meruncing. Aksi kekerasan
antara pengemudi angkutan taksi konvensional dan
angkutan taksi online terjadi hampir merata di berbagai
wilayah Indonesia. Hal yang sama pun terjadi di Kota
Malang. Konflik ini dipicu oleh lambatnya Pemerintah
dalam menyikapi kehadiran angkutan taksi online di
beberapa tahun terakhir ini.
Banyak hal yang melatarbelakangi terjadinya konflik
tersebut, faktor yang paling utama dalam konflik
tersebut adalah berebut penumpang antara angkutan
taksi konvensional dan angkutan taksi online.
Berpindahnya minat pengguna angkutan taksi
konvensional kepada angkutan taksi online pun
mempunyai beberapa faktor yang dianggap sangat
penting bagi pengguna taksi. Faktor-faktor tersebut
diantaranya faktor teknologi, faktor tampilan kendaraan,
faktor ketersediaan, faktor kemanan, dan faktor tarif
kendaraan.
Faktor tarif merupakan faktor yang berpengaruh besar
terhadap menarik minat konsumen. Dalam hal tarif,
angkutan taksi konvensional mempunyai tarif yang
tidak terduga dikarenakan konsumen harus menunggu
billing argo untuk melihat tarif yang harus dibayarkan,
angkutan taksi konvensional juga memiliki tarif
minimum order dan tarif pembatalan order yang relatif
mahal. Sedangkan, saat ini konsumen jauh lebih
banyak memilih menggunakan jasa angkutan taksi
online dibandingkan angkutan taksi konvensional
dikarenakan angkutan taksi online memberikan
kepastian tarif yang harus dibayar oleh konsumennya
saat memesan.
Penetapan tarif resmi angkutan taksi oleh pemerintah
merupakan sesuatu yang berpengaruh langsung
terhadap masyarakat utamanya pengguna angkutan
taksi. Jika penetapan tarif terlalu tinggi dibandingkan
kemampuan masyarakat, otomatis konsumen tidak
akan menggunakan angkutan taksi sebagai moda
transportasi dan berpindah kepada angkutan yang
tarifnya lebih sesuai dengan kemampuan masyarakat.
Agar penetapan tarif angkutan taksi tidak menjadi
beban berat bagi pengguna, maka perlu mengetahui
tingkat kemampuan membayar konsumen dan tingkat
kemauan membayar konsumen dilihat dari pendapatan
masyarakat dan fasilitas yang disediakan operator yang
menyediakan jasa angkutan taksi di Kota Malang.
Apalagi setelah adanya angkutan taksi online di Kota
Malang, eksistensi angkutan taksi konvensional lebih
menurun di kalangan masyarakat dikarenakan tarif
yang digunakan oleh angkutan taksi online jauh lebih
murah dibandingkan dengan angkutan taksi
konvensional.
Untuk mengetahui kemampuan dan kemauan
membayar, dapat dilakukan analisis keterjangkauan
daya beli pengguna jasa angkutan umum dalam
membayar tarif yang meliputi Analisis ATP dan WTP
terhadap tarif yang diberlakukan (Soemarsono, 2002).
Menurut CIE, 2001 (dalam Tamin, dkk., 2015), nilai
ATP dan WTP ini perlu diketahui untuk melindungi
konsumen dari penyalahgunaan potensi kekuatan
monopoli utilitas yang mengendalikan kontrol harga dan
kontrol kualitas layanan.
Menurut Sumarsono, dkk. (2015), ada beberapa faktor
yang mempengaruhi ATP. Faktor-faktor yang
mempengaruhi ATP tersebut ialah: 1) Besar
penghasilan penumpang angkutan per bulan; 2) Alokasi
biaya untuk transportasi dari penghasilan per bulan; 3)
Persentase biaya untuk angkutan taksi konvensional
dari alokasi biaya untuk transportasi; 4) Intensitas
transportasi. Menurut Armijaya, dkk., 2003 (dalam
Sumarsono, dkk., 2015), persamaan untuk mengetahui
ATP pengguna taksi konvensional adalah sebagai
berikut:
ATP = Pendapatan/bln x %biaya transpor/bln x
%biaya taksi/bln
Total perjalanan responden /bln
Sedangkan, menurut Armijaya, 2003 (dalam Septiani,
2017), nilai WTP yang diperoleh dari masing masing
konsumen taksi konvensional berupa nilai maksimum
rupiah yang bersedia konsumen bayarkan sebagai
biaya jasa angkutan taksi konvensional, kemudian
diolah menggunakan rumus untuk mendapatkan nilai
rerata dari nilai WTP tersebut. Menurut Tamin, dkk.
(1999), ada beberapa faktor yang mempengaruhi WTP,
antara lain: 1) Persepsi pengguna terhadap tingkat
kualitas pelayanan; 2) Utilitas pengguna terhadap
angkutan umum yang digunakan; 3) Fasilitas yang
disediakan oleh operator; 4) Pendapatan pengguna.
P
ANALISIS ABILITY TO PAY (ATP) DAN WILLINGNESS TO PAY (WTP) PENGGUNA TAKSI DI KOTA MALANG
78
Menurut Aryawan, 2002 (dalam Kiswiyanto, 2008), nilai
WTP dapat dihitung dari hasil kuesioner dengan
langkah sebagai berikut:
Panjang perjalanan responden (km/org)
Besarnya tarif kemauan responden (Rp/org)
WTP = ����� �������
������� ���������� (Rp/km)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik
pengguna taksi konvensional, persepsi pengguna taksi
konvensional, besar nilai ATP dan WTP pengguna taksi
konvensional, ATP dan WTP pengguna terhadap tarif.
Analisis Data Dan Pembahasan
Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
Laki-Laki 40 40%
Perempuan 60 60%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikan Jumlah Persentase
Doktor (S3) 0 0%
Pasca Sarjana
(S2)
4 4%
Sarjana (S1) 28 28%
Diploma
(D1,D2,D3)
8 8%
SMA/SLTA 48 48%
SMP/SLTP 12 12%
SD 0 0%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan Usia
Berdasarkan Pekerjaan
Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase (%)
Eksekutif Perusahaan 1 1%
Staf Perusahaan 16 16%
TNI/POLRI 3 3%
Pengajar 14 14%
PNS (Pejabat) 1 1%
PNS (Staf) 11 11%
Wiraswasta 17 17%
Ibu Rumah Tangga 16 16%
Pensiun 1 1%
Pelajar/Mahasiswa 16 16%
Lainnya 4 4%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan Tingkat Pendapatan
Pendapatan (Rp) Jumlah Persentase
(%)
< 2.400.000 21 21%
2.400.001 – 3.000.000 27 27%
3.000.001 – 4.000.000 23 23%
4.000.001 – 5.000.000 25 25%
> 5.000.000 4 4%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan Biaya Hidup
Pendapatan (Rp) Jumlah Persentase
(%)
< 2.400.000 39 39%
2.400.001 – 3.000.000 28 28%
3.000.001 – 4.000.000 9 9%
4.000.001 – 5.000.000 14 14%
> 5.000.000 10 10%
Jumlah 100 100%
Usia Jumlah Persentase (%)
16-25 tahun 46 46%
26-35 tahun 25 25%
36-45 tahun 12 12%
46-55 tahun 13 13%
55 tahun keatas 4 4%
Jumlah 100 100%
79
Ongkos yang dibayarkan dengan jarak yang
ditempuh
Pilihan Jumlah Persentase
Sangat sesuai 8 8%
Sesuai 70 70%
Tidak Sesuai 21 21%
Sangat Tidak Sesuai 1 1%
Jumlah 100 100%
Kesesuaian Taksi Konvensional yang Digunakan
dengan Penghasilan Setiap Bulan
Pilihan Jumlah Persentase
Sangat sesuai 7 7%
Sesuai 67 67%
Tidak Sesuai 25 25%
Sangat Tidak Sesuai 1 1%
Jumlah 100 100%
Kesesuaian Waktu Tunggu Kedatangan Taksi
Konvensional untuk Menjemput Pengguna
Pilihan Jumlah Persentase
Sangat sesuai 6 6%
Sesuai 66 66%
Tidak Sesuai 27 27%
Sangat Tidak Sesuai 1 1%
Jumlah 100 100%
Kondisi Taksi Konvensional Bersih dan Teratur
Pilihan Jumlah Persentase
Sangat Setuju 9 9%
Setuju 77 77%
Tidak Setuju 14 14%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 100 100%
Keterampilan dan Keahlian Sopir dalam
Menjalankan Tugasnya
Pilihan Jumlah Persentase
Sangat setuju 9 9%
Setuju 74 74%
Tidak Setuju 17 17%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 100 100%
Ketepatan Waktu, Berangkat, dan Tiba Taksi
Konvensional
Pilihan Jumlah Persentase
Sangat sesuai 5 5%
Sesuai 68 68%
Tidak Sesuai 26 26%
Sangat Tidak Sesuai 1 1%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan Peraturan Walikota Malang
Berdasarkan Surat Keterangan Peraturan Walikota
Malang Nomor 12 Tahun 2014 tentang Tarip Taksi
Argometer, untuk tarif tiap kilometer kenaikan
maksimalnya sebesar Rp. 3.600,00/km.
Berdasarkan Biaya Operasional Kendaraan
Berdasarkan data BOK yang didapatkan dari hasil
perhitungan peneliti setelah wawancara dengan pihak
perusahaan taksi di Kota Malang, didapatkan besar tarif
sebesar
Tarif = jumlah BOK x jarak tempuh (Wawancara
Sopir Taksi)
= 525,79 x 9,76
80
Sumber:
Asra, A., Irawan, P.B., & Purwoto, A. 2016. Metode Penelitian Survei. Bogor:In Media
Kiswiyanto, H. 2008. Kemampuan dan Kemampuan Membayar (Ability and Willingness To Pay) Pengguna Angkutan Umum SKL di Kabupaten Malang. Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang:FT UM
Septiani, E. 2017. Kinerja Pelayanan Kereta Api Tawang Alun Jurusan Malang-Banyuwangi. Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang: FT UM
Sumarsono, A., Suryoputro, J., & Djumari. 2015. Analisis Tarif Angkutan Umum Berdasarkan Ability To Pay (ATP), Willingness To Pay (WTP) dan Biaya Operasional Kendaraan (BOK) (Studi Kasus Trans Jogja Rute 4A dan 4B). Jurnal Teknik Sipil
Tamin, O.Z., dkk. 1999. Evaluasi Tarif Angkutan Umum dan Analisis Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP) di DKI Jakarta. Jurnal Teknik Sipil
Tamin, O.Z., dkk. 2015. Analisis Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP) Pengguna Kereta Api Bandara (Studi Kasus:Bandara Udara Internasional Soekarno-Hatta). Jurnal Teknik Sipil
= Rp. 5.131,7/km
Berdasarkan ATP
ATP = Pendapatan/bln x %biaya transpor/bln x
%biaya taksi/bln
Total perjalanan pengguna /bln
= 3.039.000 x 15% x 25%
394,5
= Rp. 288,87 rupiah/Km
Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian, pengolahan data, dan
analisis data, maka didapat kesimpulan bahwa:
1. Berdasarkan jenis kelamin, 60% responden
berjenis kelamin perempuan; berdasarkan usia,
45% responden berusia 16-25 tahun;
berdasarkan tingkat pendidikan terakhir, 48%
responden berpendidikan terakhir SMA/SLTA;
berdasarkan jenis pekerjaan, 17% responden
bekerja sebagai wiraswasta; berdasarkan
penghasilan perbulan, 27% responden
berpenghasilan Rp. 2.400.000,00 – Rp.
3.000.000,00; berdasarkan biaya hidup
perbulan, 39% responden mengelurakan < Rp.
2.400.000,00; berdasarkan biaya transport
perbulan rata-rata Rp. 348.460,00; alokasi
biaya transport untuk jasa angkutan taksi
konvensional rata-rata sebesar Rp. 109.300,00;
berdasarkan tujuan perjalanan, 27% responden
melakukan perjalanan dengan tujuan ke kantor;
berdasarkan maksud perjalanan, 47%
responden bekerja; berdasarkan perjalanan
rutin sehari, 64% melakukan perjalanan satu
kali dalam sehari; bedasarkan panjang
perjalanan sekitar 13,15 km per sekali
perjalanan; dan berdasarkan kepemilikan alat
transportasi, 58% responden memiliki
kendaraan roda 2 pribadi.
2. Dapat disimpulkan bahwa nilai ATP pengguna
angkutan taksi konvensional sebesar Rp.
2.354,00/km, nilai WTP pengguna angkutan
taksi konvensional sebesar Rp. 2.349,00/km,
dan nilai tarif yang berlaku saat ini sebesar Rp.
3.500,00/km. Sedangkan menurut persepsi
pengguna, angkutan taksi konvensional di Kota
Malang sudah cukup memenuhi beberapa
aspek dari segi kemampuan, kemauan,
kenyamanan, keamanan dan keselamatan, dan
aksesbilitas.
3. Dapat disimpulkan bahwa nilai tarif lebih besar
dibandingkan nilai ATP dan WTP, hal ini berarti
para pengguna merasa mahalanya tarif yang
harus dibayarkan apabila menggunakan jasa
angkutan taksi konvensional. Sehingga
pengguna lebih memilih menggunakan jasa
angkutan umum lain, utamanya jasa kendaraan
online yang sedang marak saat ini untuk
transportasi yang sering digunakan sehari-hari.
Penulis:
Aulia Nosa Universitas Negeri Malang
aulianosa13@gmail.com
_. 2018. Fakta Taksi Online VS Taksi KOnvensional [Online]. Tersedia: http://www.bisnis.liputan6.com/read/2689374/5-fakta-taksi-online-vs-konvensional, [11 Januari 2018]
_. Peraturan Walikota Malang Nomor 12 Tahun 2014 tentang Tarip Taksi Argometer. (online), (http://hukum.malangkota.go.id), [22 Januari 2018]
81
PEMANFAATAN RUANG BERBASIS SKKNI BAGI AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI
KKNI merupakan kepanjangan dari Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia, dimana SKKNI dipahami sebagai rumusan kemampuan
kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengertian ini juga sejalan dengan pengertian standar kompetensi yang diterjemahkan sebagai rumusan tentang kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan. Proses penerbitan sertifikat kompetensi menjadi perlu secara sistematis dan objektif sebagai pengakuan tertulis atas penguasaan suatu kompetensi tertentu seseorang (yang dinyatakan kompeten). Sertifikat kompetensi diterbitkan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi setelah dilakukan uji kompetensi yang mengacu kepada standar kompetensi nasional dan/ atau internasional.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan bagi para ahli penyusun peraturan zonasi sebagai tools pengendalian pemanfaatan ruang sesuai SKKNI sebagai berikut:
Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3L)
Dalam kegiatan penyusunan peraturan zonasi, SMK3L dapat diterapkan pada (1) kegiatan survei dengan menerapkan perangkat survei yang aman termasuk menggunakan sepatu licin; (2) kegiatan teknis memilih alat-alat teknis yang aman dalam pembuatan peta, menguasai cara penggunaan alat tersebut dengan lancar, serta melatih cara menggunakan alat-alat teknis produksi dengan cara benar dan aman.
Job Safety Analysis (JSA) juga perlu disusun sebagai upaya penerapan prosedur kerja pada setiap langkah pekerjaan, identifikasi bahaya pekerjaan (potensi), dan menentukan jalan terbaik untuk mengurangi dan mengeliminasi bahaya seperti: a. Tergelincir: perlu memakai sepatu safety (tidak licin
dan tidak berhak tinggi), helm pengaman, dan melihat rambu pengaman, P3K
b. Jatuh dari ketinggian bangunan: perlu memakai sepatu safety, topi keselamatan, dan melihat rambu pengaman, serta memasang jaring pengaman, P3K
c. Kejatuhan benda asing ke tubuh: perlu memakai topi keselamatan, kacamatan pelindung, dan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai kebutuhan, serta melihat rambu pengaman, P3K.
Mempersiapkan Referensi yang Relevan dengan Kegiatan Penyusunan Peraturan Zonasi
Tahap ini mencakup kegiatan mempersiapkan dokumen rujukan, mempersiapkan peta kerja, menyusun zona-zona dasar berdasarkan rujukan yang berlaku, dan mempersiapkan daftar kegiatan pada zona yang akan diatur. Peralatan yang dibutuhkan antara lain komputer, printer, internet, Kerangka Acuan Kerja (KAK). Sedangkan bahan yang perlu dipersiapkan antara lain data awal zona yang ditetapkan, peta dasar, dan dokumen peraturan perundang-undangan. Kemudian, rujukan yang perlu dikumpulkan antara lain: a. Peraturan zonasi, meliputi pengertian, filosofi dasar,
substansi / materi terkait peraturan zonasi, kelemahan maupun kelebihan serta beberapa kasus studi baik di dalam negeri maupun luar negeri
b. Tata guna lahan dan hirarkinya, kegiatan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang, eksterior bangunan, bangunan dan prasarana
c. Kelembagaan, kewenangan, proses dan prosedur pembangunan (termasuk perizinan), secara konseptual maupun empiris
d. Standar, ketentuan teknis, panduan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Setelah mengumpulkan refensi terkait, tahap selanjutnya adalah merangkum data yang disusun dalam sebuah dokumen kertas kerja (Kerangka Acuan Kerja) meliputi klasifikasi zona, daftar kegiatan, penetapan / deliniasi blok peruntukan, aturan teknis zonasi (kegiatan dan penggunaan lahan, intensitas pemanfaatan ruang, tata massa bangunan, dan prasarana, lain-lain, aturan khusus), standar teknis, teknik peraturan zonasi, peta zonasi, aturan pelaksanaan, perhitungan dampak, peran serta masyarakat, aturan administrasi zonasi.
Sedangkan untuk penyusunan peta zonasi dalam PZ, diperlukan peta eksisting antara lain peta RTRW Kabupaten/Kota (Rencana Struktur Ruang dan Rencana Pola Ruang, serta Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten/ Kota), peta RTRW Perkotaan / Perdesaan, peta RDTR, dan peta dasar (+citra udara).
S
82
Contoh Peta Dasar Wilayah Kemang, DKI Jakarta
(Sumber: Dinas Teknis DKI Jakarta, 2012)
Peta tematik juga menjadi sumber informasi seperti peta administrasi, peta kependudukan, peta ekonomi dan keuangan, peta fisik, peta ketersediaan sarpras dasar, peta rawan bencana, dan peta potensi wilayah.
Menganalisis Informasi yang Relevan dengan Kegiatan Penyusunan Peraturan Zonasi
Peraturan Zonasi (PZ) pada dasarnya diartikan sebagai ketentuan yang mengatur tentang klasifikasi zona pengaturan lebih lanjut mengenai pemanfaatan lahan dan prosedur pelaksanaan pembangunan, sehingga dijadikan rujukan perizinan, pengawasan, dan penertiban dalam pengendalian pemanfaatan ruang sesuai RTRW terkait fungsi, intensitas, kententuan tata massa bangunan, sarana dan prasarana, serta indikasi program pembangunan. PZ sedikitnya terdiri dari aturan zonasi (peraturan/ regulasi) dan peta zonasi (pembagian blok peruntukan).
Pada tahap ini, para ahli menyusun sesuai poin-poin pada dokumen kertas kerja (Kerangka Acuan Kerja), yaitu dari menyusun klasifikasi zonasi hingga menyusun aturan administrasi zonasi. Berdasarkan data dan informasi, dapat diperoleh hasil yang dapat dikembangkan lebih lanjut seperti potensi dan masalah pengembangan, peluang & tantangan pengembangan, kecenderungan pengembangan, perkiraan kebutuhan pengembangan, intensitas pemanfaatan sesuai dengan daya dukung dan daya tampung, dan indikasi arahan penanganan kawasan dan lingkungan.
Identifikasi kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak (lingkungan, lalu lintas, ekonomi, dan sosial) dapat dijadikan dasar untuk menepatkan zonasi yang akan dikembangkan serta menyusun hirarki zonasi berdasarkan tingkat gangguannya. Setelah itu, dilakukan inventarisasi dampak kegiatan pemanfaatan ruang untuk dapat menentukan tindak lanjut terhadap kegiatan pemanfaatan tersebut.
Pada dampak ekonomi, yang perlu diperhatikan adalah dampak terhadap pendapatan masyarakat, terhadap keuangan pemerintah daerah (PAD), dan terhadap pertumbuhan ekonomi kota. Sedangkan pada dampak sosial, secara prinsip tidak mengganggu ketertiban, keamanan, dan derajat kesehatan. Pada dampak lingkungan, lebih mengutamakan terjadinya keselarasan manusia dengan lingkungan sehingga pemanfaatan sumber daya terkendali secara bijaksana dan tidak menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan demi keberlangsungan generasi sekarang dan mendatang melalui pembinaan lingkungan hidup. Sedangkan pada dampak lalu lintas, yang perlu diperhatikan adalah volume tarikan dan bangkitan yang ditimbulkan oleh kegiatan pemanfaatan ruang seperti pada jalur sirkulasi jalan, lahan parkir, ketentuan parkir on street dan off street, tingkat kemacetan yang ditimbulkan, fasilitas transportasi umum, dampak lingkungan akibat lalu lintas (polusi udara, kebisingan, dll), sarana dan prasarana transportasi untuk pejalan kaki, pengendara, dan tuna daksa, serta analisis dampak lalu lintas (Andal Lalin).
Identifikasi kategori gangguan juga dilakukan dengan ukuran jumlah manusia dam luas wilayah yang terkena dampak, durasi dampak, banyaknya komponen lingkungan yang terkena, sifat kumulatif dampak, serta berbalik atau tidak berbaliknya dampak. Perhitungan biaya juga dilakukan terhadap kerugian yang diprediksi akan dialami. Metode perhitungan yan umum dipakai antara lain analisis biaya-manfaat sosial, analisis neraca perencanaan, dan anaisis teknik optimasi.
Kemudian, pengkajian kesesuaian daya dukung lahan dilakukan dengan mengidentifikasi ketersediaan kapasitas lahan, identifikasi prasyarat ketersediaan infrastruktur, dan menganalisis kesesuaian lahan dan daya dukung. Setelah itu ditentukan tingkat persesuaian kegiatan agar pemanfaatan/ penggunaan lahan hendaknya tidak menganggu ketertiban, keamanan, dan kesehatan serta integritas moral masyarakat terkait. Pemeriksaan tingkat keserasian juga dilakukan antara kegiatan pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang yang diinginkan sehingga dapat mencerminkan kombinasi harmonis, cocok, menyenangkan, integrasi yang efisien.
Merumuskan Dokumen Teknis Peraturan Zonasi
Tahap ini, para ahli harus merumuskan klasifikasi zona dengan mengidentifikasi zona dasar dan spesifik (zona perumahan, perdagangan dan jasa, perkantoran, sarana pelayanan umum, industri, dan zona lain
83
sebagai kawasan budidaya; serta zona cagar budaya, suaka alam, dll sebagai kawasan lindung), menentukan kodeifikasi dan notasi dasar (A-1 untuk agricultural district, C-1 untuk commercial district low density, dsb sesuai kesamaan lingkungan (batasan fisik) dan administrasi, kesamaan karakter blok peruntukan maupun ketentuan khusus yang sudah ada seperti Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP), terminal, dan pelabuhan.
Setelah itu, pembuatan delineasi zona dilakukan dengan menentukan alokasi zona dasar berdasarkan kondisi fisik dan rencana tata ruang dengan pertimbangan berdasarkan kesamaan (homogenitas) karakteristik pemanfaatan lahan, batasan fisik seperti jalan/gang dan sungai/ saluran irigasi atau hingga batas kapling, orientasi bangunan dan lapis bangunan.
Contoh Pembagian Zona
(Sumber: Modul Penyusunan Peraturan Zonasi, 2008)
Perumusan aturan teknis zonasi kemudian disusun untuk melengkapi delineasi zona yang telah dilakukan. Aturan ini berisikan ketentuan pemanfaatan ruang seperti kegiatan atau penggunaan lahan (pemanfaatan diizinkan “I”, diizinkan terbatas “T”, izin penggunaan bersyarat “B”, serta tidak diizinkan “-“ atau “X”), intensitas pemanfaatan ruang (peraturan perpetakan seperti KDB, KLB, KDH, KTB, KWT, kepadatan bangunan dan penduduk maksimum), tata massa bangunan (GSB, jarak bebas antar bangunan, tinggi bangunan, amplop bangunan, tampilan bangunan, dan aturan lain seperti bukaan langit, dsb), prasarana minimum (meliputi parkir, bingkar muat, dimensi jaringan jalan dan kelengkapannya), dan aturan tambahan (pemunduran bangunan (setback), fasilitas tunawisma, aksesoris bangunan, daya tampung rumah, dan aspek keindahan), serta aturan khusus pada zona KKOP, cagar budaya, rawan bencana).
Teknik pengaturan zonasi dilipih dari berbagai alternatif dengan mempertimbangan tujuan pengaturan yang ingin dicapai, antara lain: incentive zoning, perfomance zoning, fiscal zoning, special zoning, exclusionary zoning, contract zoning, negotiated development,
Transfer of Development Right, design/ historic preservation, overlay zone, floating zone, flood plain zone, conditional uses, dan growth control.
Merumuskan Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Zonasi
Sebelum merumuskan ketentuan pelaksanaan PZ, perlu dibuat peta zonasi dan blok terlebih dahulu. Penentuan batas zona dibagi setelah memperkirakan alokasi/ kebutuhan ruang setiap zona yang akan dikembangkan dari hasil analisis studi lapangan dan kajian literatur serta pertimbangan karakter ruang.
Pembagian Zona ke Sub Zona ke Blok Peruntukan
(Sumber: Lampiran Permen PU No. 20/PRT/M/2011)
Penyelenggaraan tata ruang tidak hanya mencakup PZ, tetapi juga perangkat perizinan, pengawasan, dan penertiban pemanfaatan ruang. Tahap awal, perlu adanya inventarisasi persoalan seperti persoalan substansi produk tata ruang, peraturan, proses dan prosedur, perubahan pemanfaatan ruang, hingga kelembagaan. Tahap selanjutnya adalah mengumpulkan dan menyusun semua jenis peraturan yang terkait dengan variansi pemanfaatan ruang (kelonggaran aturan seperti minor variance, nonconforming dimension, nonconforming use, interim development, interim/ temporary use), insentif dan disinsentif (merangsang dan menghambat dalam bidang administratif, ekonomi, dan fisik), serta aturan
84
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Detaail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/ Kota.
Pusat Pembinaan Kompetensi dan pelatihan Konstruksi. 2012. Buku Informasi Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Bidang Penataan Ruang Sub Sektor Pengendalian Pemanfaatan Ruang Jabatan Kerja Ahli Penyusunan Peraturan Zonasi. Badan Pembinaan Konstruksi, Kementerian Pekerjaan Umum: Jakarta Selatan.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
mengenai perubahan pemanfaatan ruang (spot zoning, up zoning, down zoning, rezoning).
Selanjutnya adalah penyusunan aturan, dimana (1) perizinan terdiri dari lisensi (izin prinsip, SIUP, IUT, izin trayek, dll) dan izin (izin lokasi, IMB, dll), serta (2) penertiban dan sanksi terdiri dari sanksi administrasi, perdata, dan pidana. Namun, tidak memungkiri bahwa permintaan rezoning juga banyak terjadi akibat sifat PZ yang tidak dapat meramalkan keadaan di masa depan secara rinci dan pasti. Hal ini menyebabkan perumusan prosedur perubahan pemanfaatan ruang juga perlu diatur dari pengajuan pemohon, melakukan kajian, mendengar pendapat publik, hingga disepakati dan ditindaklanjuti. Maka dari itu, PZ biasanya diterapkan pada kawasan pembangunan baru, peremajaan lingkungan, dan perbaikan lingkungan.
Melakukan Pendampingan Penyusunan Naskah Akademis dan Naskah RAPERDA
Sebagai bentuk persiapan pendampingan penyusunan naskah akademik, para ahli perlu mengidentifikasi isu-isu strategis dalam penyelenggaraan penataan ruang, menganalisis penerapan ketentuan zonasi, menganalisis kondisi masyarakat dan aparat pelaksana terhadap penataan ruang, hingga mencapai tahap penyusunan naskah akademik. Berikut sistematika naskah akademik. a. Judul b. Kata pengantar c. Daftar isi d. Bab I Pendahuluan (latar belakang, identifikasi
masalah, tujuan dan kegunaan kegiatan penyusunan naskah akademik, dan metode)
e. Bab II Kajian teoritis dan praktik empiris f. Bab III Evaluasi dan analisis peraturan perundang-
undangan terkiat g. Bab IV Landasan filosofis, sosiologis, dan yuridis h. Bab V Jangkauan, arah pengaturan, dan ruang
lingkup materi muatan undang-undang, peraturan daerah provinsi, atau peraturan daerah kota / kab.
i. Bab VI Penutup
Perumusan Rancangan Perda diawali dengan mengidentifikasi tujuan dan teknik pengaturan,
mengidentifikasi lembaga yang diperlukan termasuk peran masyarakat dalam pelaksanaan PZ, kemudian menetukan sanksi sebagai tindakan penertiban, dan selanjutnya merumuskan naskah raperda. Berikut sistematika peraturan perundang-undangan menurut UU No. 12 Tahun 2011. a. Judul b. Pembukaan (frasa dengan Rahmat Tuhan Yang
Maha Esa, jabatan pembentuk Peraturan Perundang-undangan, konsiderans, dasar hukum, diktum)
c. Batang tubuh (ketentuan umum, materi pokok yang diatur, ketentuan pidana (jika diperlukan), ketentuan peralihan (jika diperlukan), ketentuan penutup)
d. Penutup e. Penjelasan (jika diperlukan) f. Lampiran (jika diperlukan)
Setelah Raperda selesai disusun, diperlukan pembuatan usulan penyempurnaan Raperda dengan merangkum masukan, menganalisis masukan, dan menyusun usulan penyempurnaan Raperda.
Membuat Laporan
Pelaporan yang disusun terdiri dari 4 jenis, yaitu pelaporan kegiatan persiapan referensi, pelaporan kegiatan analisis informasi, pelaporan kegiatan perumusan dokumen teknis PZ, dan pelaporan kegiatan pendampingan penyusunan naskah Raperda. Secara umum, seluruh pelaporan memiliki sistematika laporan yang sama, yaitu: a. Pendahuluan (latar belakang kegiatan, dasar
hukum, maksud dan tujuan, ruang lingkup laporan) b. Isi laporan (jenis kegiatan, tempat dan waktu,
pelaksana, peserta, urutan waktu pelaksanaan dan fakta/ data, hambatan, tindakan mengatasi hambatan, dan kesimpulan serta saran penyempurnaan kegiatan mendatang
c. Penutup
Penulis: Danna Prasetya Nusantara, S.T.
Penelaah Jasa Konstruksi Balai Penerapan Teknologi Konstruksi
danna.prasetya17@pwk.undip.ac.id
85
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan RakyatDirektorat Jenderal Bina KonstruksiBalai Penerapan Teknologi KonstruksiJl. Sapta Taruna Raya Komplek PU Pasar Jum’at No. 28, Jakarta SelatanTlp/Fax. 021-7661556e-mail: balaiptk@gmail.com; sibimakonstruksi@gmail.com; sibimakonstruksi@pu.go.idwebsite: sibima.pu.go.id
Recommended