View
112
Download
2
Category
Preview:
DESCRIPTION
good
Citation preview
Klasifikasi:
Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan : 1. Lama waktu
diare : akut atau kronik, 2. Mekanisme patofisiologis:
osmotic atau sekretorik, 3. Berat ringan diare: kecil atau
besar, 4. Penyebab infeksi atau tidak: infektif atau non-
infektif, 5. Penyebab organic atau tidak: organic atau
fungsional.
2.3 EPIDEMIOLOGI
Lebih dari 2 juta kasus diare akut infeksius di Amerika setia tahunnya yang merupakan
penyebab kedua dari morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. Gambaran klinis diare akut
acapkali tidak spesifik. Namun selalu behubungan dengan hal-hal berikut : adanya traveling
(domestik atau internasional), kontak personal, adanya sangkaan food-borne transmisi
dengan masa inkubasi yang pendek. Jika tidak ada demam, menunjukkan adanya proses
mekanisme enterotoksisn. Sebaliknya, bila ada demam dan masa inkubasi yang lebih
panjang, ini karakteristik suatu etiologi infeksi. Beberapa jenis toksin yang dihasilkan oleh
mikroorganisme (seperti E.coli 0157:H7) membutuhkan beberapa hari masa inkubasi.
2.4 ETIOLOGI
Diare akut disebabkan oleh banyak penyebab antara lain infeksi (bakteri, parasit, virus),
keracunan makanan, efek obat-obatan dan lain-lain.
Infeksi
1. Enteral
Bakteri: Shigella sp, E.coli pathogen, Salmonella sp, Vibrio cholera, Yersinia entero
colytica, Compylobacter jejuni, V.parahaemoliticus, V.NAG., Staphylococcus
aureus, Streptococcus, Klebsiella, Pseudomonas, Aeromonas, Proteus dll.
Enterotoxigenic E.coli (ETEC). Mempunyai 2 faktor virulensi yang penting yaitu
faktor kolonisasi yang menyebabkan bakteri ini melekat pada enterosit pada usus
halus dan enterotoksin (heat labile (HL) dan heat stabile (ST) yang menyebabkan
sekresi cairan dan elektrolit yang menghasilkan watery diarrhea. ETEC tidak
menyebabkan kerusakan brush border atau menginvasi mukosa.
Enterophatogenic E.coli (EPEC). Mekanisme terjadinya diare belum jelas.
Didapatinya proses perlekatan EPEC ke epitel usus menyebabkan kerusakan dari
membrane mikro vili yang akan mengganggu permukaan absorbsi dan aktifitas
disakaridase.
Enteroaggregative E.coli (EAggEC). Bakteri ini melekat kuat pada mukosa usus
halus dan menyebabkan perubahan morfologi yang khas. Bagaimana mekanisme
timbulnya diare masih belum jelas, tetapi sitotoksin mungkin memegang peranan.
Enteroinvasive E.coli (EIEC). Secara serologi dan biokimia mirip dengan
Shigella. Seperti Shigella, EIEC melakukan penetrasi dan multiplikasi didalam sel
epitel kolon.
Enterohemorrhagic E.coli (EHEC). EHEC memproduksi verocytotoxin (VT) 1
dan 2 yang disebut juga Shiga-like toxin yang menimbulkan edema dan
perdarahan diffuse di kolon. Pada anak sering berlanjut menjadi hemolytic-uremic
syndrome.
Shigella spp. Shigella menginvasi dan multiplikasi didalam sel epitel kolon,
menyebabkan kematian sel mukosa dan timbulnya ulkus. Shigella jarang masuk
kedalam alian darah. Faktor virulensi termasuk : smooth lipopolysaccharide cell-
wall antigen yang mempunyai aktifitas endotoksin serta membantu proses invasi
dan toksin (Shiga toxin dan Shiga-like toxin) yang bersifat sitotoksik dan
neurotoksik dan mungkin menimbulkan watery diarrhea
Campylobacter jejuni (helicobacter jejuni). Manusia terinfeksi melalui kontak
langsung dengan hewan (unggas, anjing, kucing, domba dan babi) atau dengan
feses hewan melalui makanan yang terkontaminasi seperti daging ayam dan air.
Kadang-kadang infeksi dapat menyebar melalui kontak langsung person to
person. C.jejuni mungkin menyebabkan diare melalui invasi kedalam usus halus
dan usus besar.Ada 2 tipe toksin yang dihasilkan, yaitu cytotoxin dan heat-labile
enterotoxin. Perubahan histopatologi yang terjadi mirip dengan proses ulcerative
colitis.
Vibrio cholerae 01 dan V.choleare 0139. Air atau makanan yang terkontaminasi
oleh bakteri ini akan menularkan kolera. Penularan melalui person to person
jarang terjadi.
V.cholerae melekat dan berkembang biak pada mukosa usus halus dan
menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan diare. Toksin kolera ini sangat
mirip dengan heat-labile toxin (LT) dari ETEC. Penemuan terakhir adanya
enterotoksin yang lain yang mempunyai karakteristik tersendiri, seperti accessory
cholera enterotoxin (ACE) dan zonular occludens toxin (ZOT). Kedua toksin ini
menyebabkan sekresi cairan kedalam lumen usus.
Salmonella (non thypoid). Salmonella dapat menginvasi sel epitel usus.
Enterotoksin yang dihasilkan menyebabkan diare. Bila terjadi kerusakan mukosa
yang menimbulkan ulkus, akan terjadi bloody diarrhea
Virus: Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Norwalk like virus, Cytomegalovirus
(CMV), echovirus. Virus-virus tersebut merupakan penyebab diare akut terbanyak
pada anak (70 – 80%).
Rotavirus: yang sering dijumpai adalah serotype 1,2,8,dan 9 : terdapat pada
manusia, Sedangkan serotype 3 dan 4 didapati pada hewan dan manusia, serta
serotype 5,6, dan 7 didapati hanya pada hewan.
Norwalk virus : terdapat pada semua usia, umumnya akibat food borne atau water
borne transmisi, dan dapat juga terjadi penularan person to person.
Astrovirus, didapati pada anak dan dewasa.
Parasit: - protozoa: Entemoeba histolytica, Giardia lamblia, Cryptosporidium
parvum, Balantidium coli.
Giardia lamblia. Parasit ini menginfeksi usus halus. Mekanisme patogensis masih
belum jelas, tapi dipercayai mempengaruhi absorbsi dan metabolisme asam
empedu. Transmisi melalui fecal-oral route. Interaksi host-parasite dipengaruhi
oleh umur, status nutrisi,endemisitas, dan status imun. Didaerah dengan
endemisitas yang tinggi, giardiasis dapat berupa asimtomatis, kronik, diare
persisten dengan atau tanpa malabsorbsi. Di daerah dengan endemisitas rendah,
dapat terjadi wabah dalam 5 – 8 hari setelah terpapar dengan manifestasi diare
akut yang disertai mual, nyeri epigastrik dan anoreksia. Kadang-kadang dijumpai
malabsorbsi dengan faty stools,nyeri perut dan gembung.
Entamoeba histolytica. Prevalensi Disentri amoeba ini bervariasi,namun
penyebarannya di seluruh dunia. Insiden nya mningkat dengan bertambahnya
umur,dan teranak pada laki-laki dewasa. Kira-kira 90% infksi asimtomatik yang
disebabkan oleh E.histolytica non patogenik (E.dispar). Amebiasis yang
simtomatik dapat berupa diare yang ringan dan persisten sampai disentri yang
fulminant.
Cryptosporidium. Dinegara yang berkembang, cryptosporidiosis 5 – 15% dari
kasus diare pada anak. Infeksi biasanya siomtomatik pada bayi dan asimtomatik
pada anak yang lebih besar dan dewasa. Gejala klinis berupa diare akut dengan
tipe watery diarrhea, ringan dan biasanya self-limited. Pada penderita dengan
gangguan sistim kekebalan tubuh seperti pada penderita AIDS, cryptosporidiosis
merupakan reemerging disease dengan diare yang lebih berat dan resisten
terhadap beberapa jenis antibiotik.
Worm: A.lumbrocoides, Cacing tambang, Trichuris trichiura, S.strercoralis,
cestodiasis dll.
Strongyloides stercoralis. Kelainan pada mucosa usus akibat cacing dewasa dan
larva, menimbulkan diare.
Schistosoma spp. Cacing darah ini menimbulkan kelainan pada berbagai organ
termasuk intestinal dengan berbagai manifestasi, termasuk diare dan perdarahan
usus..
Capilaria philippinensis. Cacing ini ditemukan di usus halus, terutama jejunu,
menyebabkan inflamasi dan atrofi vili dengan gejala klinis watery diarrhea dan
nyeri abdomen.
Trichuris trichuria. Cacing dewasa hidup di kolon, caecum, dan appendix. Infeksi
berat dapat menimbulkan bloody diarrhea dan nyeri abdomen.
Fungus: Kandida/moniliasis
2. Parenteral: Otitis Media Akut (OMA), pneumonia, Traveler’s diarrhea: E.coli,
Giardia lamblia, Shigella, Entamoeba histolytica dll.
Makanan:
Intoksikasi makanan: makanan beracun atau mengandung logam berat, makanan
mengandung bakteri/toksin: Clostridium perfringens, B.cereus, S.aureus,
Streptococcus anhaemoliticus lyticus dll.
Alergi: susu sapi, makanan tertentu.
Malabsorbsi/maldigesti: karbohidrat: monosakarida (glukosa, laktosa, galaktosa),
disakarida (sakarosa, laktosa), lemak: rantai panjang trigliserida protein: asma
amino tertentu, celiacsprue gluten malabsorption, protein intolerance, cows milk,
vitamin dan mineral.
Imunodefisiensi: hipogmaglobulinemia, panhipogamaglobulinemia (Bruton), penyakit
grnaulomatose kronik, defisiensi IgA, imunodefisiensi IgA heavycombinationa.
Terapi obat, antibiotic, kemoterapi, antacid dll.
Tindakan tertentu seperti gastektomi, gastroenterostomi, dosis tinggi terapi radiasi.
Lain-lain: Sindrom Zollinger-Ellison, neuropati autonomic (neuropati diabetic)
Secara etiologi, diare akut dapat disebabkan oleh infeksi, intoksikasi (poisoning),
alergi, reaksi obat-obatan, dan juga faktor psikis
2.5 PATOFISIOLOGI/PATOMEKANISME
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi/patomekanisme sebagai berikut:
1). Osmolaritas intraluminal yang meninggi, disebut diare osmotic; 2). Sekresi cairan dan
elektrolit meninggi, disebut diare sekretorik; 3). Malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi
lemak; 4). Defek system pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit; 5). Motilitas
dan waktu transit usus abnormal; 6). Gangguan permeabilitas usus; 7). Inflamasi dinding
usus, disebut diare imflamatorik; 8). Infeksi dinding usus, disebut diare infeksi.
Diare osmotic: diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotic intralumen dari
usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik (a.l. MgSO4,
Mg(OH)2, malabsorbsi umum dan efek dalam absorbsi mukosa usus missal pada defisiensi
disakaridase, malabsorbsi glukosa/galaktosa.
Diare sekretorik: diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit
dari usus, menurunnya basorbsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis ditemukan
diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap berlangsung
walaupun dilakukan puasa makan/minum. Penyebab dari diare tipe ini antara lain karena
efek enterotoksin pada infeksi Vibrio cholera, atau Escherichia coli, penyakit yang
menghasilkan hormone (VIPoma), reseksi ileum (gangguan absorbs garam empedu), dan
efek obat laksatif (dioctyl sodium sulfosuksinat dll).
Malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak: diare tipe ini didapatkan pada gangguan
pembentukan/produksi micelle empedu dan penyakit-penyakit saluran bilier dan hati.
Defek system pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit: diare tipe ini
disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif Na+K+ATP ase di enterosit dan
absorpsi Na+ dan air yang abnormal.
Motilitas dan waktu transit usus abnormal: diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan
iregularitas motilitas usus sehingga menyebabkan absorbsi yang abnormal di usus halus.
Penyebab gangguan motilitas antara lain: diabetes mellitus, pasca vagotomi, hipertiroid.
Gangguan permeabilitas usus: diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang abnormal
disebabkan adanya kelainan morfologi membrane epitel spesifik pada usus halus.
Inflamasi dinding usus (diare inflamatorik): diare tipe ini disebabkan adanya kerusakan
usus karena proses inflamasi, sehingga terjadi produksi mucus yang berlebihan dan eksudasi
air dan elektrolit kedalam lumen, gangguan absorpsi air-elektrolit. Inflamasi mukosa usus
halus dapat disebabkan infeksi (disentri Shigella) atau non infeksi (colitis ulseratif dan
penyakit crohn).
Diare infeksi: infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare. Dari sudut
kelaianan usus, diare oleh bakteri dibagi atas non-invasif (tidak merusak mukosa) dan
invasive (merusak mukosa). Bakteri noninvasive menyebabkan diare karena toksin yang
disekresi oleh bakteri tersebut, yang disebut diare toksigenik. Contoh diare toksigenik a.l.
kolera. Enterotoksin yang dihasilkan kuman Vibrio cholare/eltor merupakan protein yang
dapat menempel pada epitel usus, lalu membentuk adenosisn monofosfat siklik (AMF siklik)
di dinding usus dan menyebabkan sekresi aktif anion klorida yang diikuti air, ion bikarbonat
dan kation natrium dan kalium. Mekanisme absorpsi ion natrium melalui mekanisme pompa
natrium tidak terganggu karena itu keluarnya ino klorida (diikuti ion bikarbonat, air,
natrium, ion kalium) dapat dikompensasi eleh mneingginya absorsi ion natrium (diiringi
oleh air, ion kalium dan ion bikarbonat, klorida). Kompensasi ini dapat dicapai dengan
pemberian larutan glukosa yang diabsorpsi secara aktif oleh dinding sel usus.
2.6 PATOGENESIS
Yang berperan pada pathogenesis diare akut terutama karena infeksi yaitu factor kausal
(agent) dan factor pejamu (host). Factor pejamu adalah kemampuan tubuh untuk
mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat menimbulkan diri terhadap organism
yang dapat menimbulkan diare akut, terdiri dari factor-fkator daya tangkis atau lingkungan
internal saluran cerna a.l keasaman lambung, motilitas usus, imunitas dan juga lingkungan
mikroflora usus. Faktro kausal yaitu daya penetrasi yang dapat masuk sel mukosa,
kemampuan memproduksi toksin yang memperngaruhi sekresi cairan usus halus serta daya
lekat kuman. Pathogenesis diare karena infeksi bakteri/parasit terdiri atas:
a. Diare karena bakteri Non-Invasif (Enterotoksigenik).
Bakteri yang tidak merusak mukosa missal V.cholerae Eltor, Enterotoksigenic E.coli
(ETEC) dan C.perfringens. V.Cholerae Eltor mengeluarkan toksin yang terikat pada
mukosa usus halus 15-30 menit sesudah diproduksi vibrio. Enterotoksin ini
menyebabkan kegiatan berlebihan nikotinamid adenine dinukleotid pada dinding sel
usus yang diikuti oleh air, ion bikarbonat, kation natrium dan kalium.
b. Diare karen Bakteri/parasit invasif (Enterovasif).
Bakteri yang merusak (invasive) antara lain: Enteroinvasif E.coli (EIEC), Salmonella,
Shigelle, Yersinia, C.Perfringens tipe C. Diare disebabkan oleh kerusakan dinding usus
berupa nekrosis dan ulserasi. Sifat diarenya sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat
tercampur lendir dan darah. Walau demikian, infeksi kuman-kuman ini dapat juga
bermanifestasi sebagai diare koleriformis. Kuman Salmonella yang sering menyebabkan
diare yaitu: S.paratyphi B, Styphimurium, S.entereiditis, S.choleraesuis. Penyebab
parasit yang sering yaitu E.histolitica dan G.lamblia.
2.7 DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasrkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.
1. Anamnesis
Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik tergantung penyebab
penyakit dasarnya. Keluhan diarenya berlangsung kurang dari 15 hari. Diare karena penyakit
usus halus biasanya berjumlah banyak, diare air, dan sering berhubungan dengan
malabsorbsi, dan dehidrasi sering didapatkan. Diare karena kelainan kolon sering
berhubungan dengan tinja berjumlah kecil tetapi sering, bercampur darah dan ada sensasi
ingin ke belakang. Pasien dengan diare akut infektif datang dengan keluhan khas yaitu:
nausea, muntah, nyeri abdomen, demam, dan tinja yang sering, bisa air, malabsorbtif, atau
berdarah tergantung bakteri pathogen yang spesifik. Secara umum, pathogen usus halus tidak
invasive, dan patpgen ileokolon lebih mengarah ke invasive. Pasien yang memakai toksin
atau pasien yang mengalami infeksi toksigenik secara khas mengalami nausea dan muntah
sebagai gejala prominen bersamaan dengan diare air tetapi jarang mengalami demam.
Muntah yang mulai beberapa jam dari masuknya makanan mengarahkan kita pada keracunan
makanan karena toksin yang diahsilkan. Parasit yang tidak menginvasi mukosa usus, seperti
Giardia lamblia dan Cryptosporidium, biasanya menyebabkan rasa tidak nyaman di
abdomen yang ringan. Giardiasis mungkin berhubungan dengan steatorea ringan, perut
bergas dan kembung.
Bakteri invasif seperti Campylobacter, Salmonella, dan Shigella, dan organism yang
menghasilkan sitotoksin seperti Clostridium difficile dan enterohemorragic E.coli (serotype
O157:H7) menyebabkan inflamasi usus yang berat. Organism Yersinia seringkali
menginfeksi ileum terminal dan caecum dan memiliki gejala nyeri perut kuadran kanan
bawah, menyerupai apendisitis akut. Infeksi Compylobacter jejuni sering bermanifestasi
sebagai diare, demam dan kadangkali kelumpuhan anggota badan dan (GBS). Kelumpuhan
lumpuh pada infeksi usus ini sering disalahtafsirkan sebagai malpraktek dokter karena
ketidaktahuan masyarakat.
Diare air merupakan gejala tipikal dari organism yang menginvasi epitel usus dengan
inflamasi minimal, seperti virus enteric, atau organism yang menempel tetapi tidak
menghancurkan epitel, seperti enteropathogenic E.coli, protozoa, dan helminthes. Beberapa
organism sperti Campylobacter, Aeromonas, Shigella, dan Vibrio spesies (missal, V
parahaemolyticus) menghasilkan enterotoksin dan juga menginvasi mukosa usus; pasien
karena itu menunjukkan gejala diare air diikuti diare berdarah dalam beberapa jam atau hari.
Sindrom Hemolitik-uremik dan purpura trombositopenik trombotik (TTP) dapat timbul
pada infeksi dengan bakteri E.coli enterohemorrhagik dan Shigella, terutama anak kecil dan
orang tua. Infeksi Yersinia dan bakteri enteric lain dapat disertai sindrom Reiter (arthritis,
uretritis, dan konjungtivitis), tiroiditis, perikarditis, atau glomerulonefritis. Demam enteric,
disebabkan Salmonella parathypi, merupakan penyakit sistemik yang berat yang
bermanifestasi sebagai demam tinggi yang lama, prostrasi, bingung, dan gejala respiratorik,
diikuti nyeri tekan abdomen, diare dan kemerahan (rash).
Dehidrasi dapat timbul jika diare berat dan auspan oral terbatas karena nausea dan
muntah, terutama pada anak kecil dan lanjut usia. Dehidrasi bermanifestasi sebagai rasa haus
yang meningkat, berkurangnya jumlah buang air kecil dengan warna urin gelap, tidak mampu
berkeringat, dan perubahan ortostatik. Pada keadaan berat, dapat mengarah ke gagal ginjal
akut dan perubahan status jiwa seperti kebingungan dan pusing kepala.
Dehidrasi menurut keadaan klinisnya dapat dibagi 3 tingkatan:
1) Dehidrasi ringan (hilang cairan 2-5% BB): gambaran klinisnya turgor kurang, suara serak,
pasien belum jatuh dalam presyok.
2) Dehidrasi sedang (hilang cairan 5-8% BB): turgor buruk, suara serak, pasien jatuh dalam presyok
atau syok, nadi cepat, napas cepat dan dalam
3) Dehidrasi berat (hilang ciaran 8-10% BB): tanda dehidrasi sedang ditambah kesadaran menurun
(apatis sampai koma), otot-otot kaku, sianosis)
2. Pemeriksaan Fisik
Kelainan – kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik sangat berguna dalam
menentukan penyebab diare. Status volume dinilai dengan memperhatikan perubahan
ortostatik pada tekanan darah dan nadi, temperature tubuh dan tanda toksisitas. Pemeriksaan
abdomen yang seksama merupakan hal yang penting. Adanya dan kualitas bunyi usus dan
adanya atau tidak adanya distensi abdomen dan nyeri tekan merupakan “clue” bagi
penentuan etiologi.
3. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan darah tepi lengkap: hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung jenis
leukosit, kadar elektrolit serum,
2) Ureum dan Creatinin: memeriksa adanya kekurangan volume cairan dan mineral
tubuh.
3) Pemeriksaan tinja: melihat adanya leukosit pada tinja yang menunjukkan adanya
infeksi bakteri, adanya telur cacing dan parasit dewasa.
4) Pemeriksaan ELISA (enzim-linked immunosorbent assay): mendeteksi giardiasis dan
tes serologic amebiasis
5) Foto x-ray abdomen
Pasien dengan diare karena virus, biasanya memiliki jumlah dan hitung jenis leukosit
normal atau limfositosis. Pasien dengan infeksi bakteri terutama pada infeksi bakteri yang
invasif ke mukosa, memiliki leukositosis dengan kelebihan darah putih muda.
Neutropenia dapat timbul pada salmonellosis. Untuk mengetahui mikroorganisme
penyebab diare akut dilakukan pemeriksaan feses rutin dan pada keadaan dimana feses
rutin tidak menunjukkan adanya miroorganisme atau ova, maka diperlukan pemeriksaan
kultur feses dengan medium tertentu sesuai dengan mikroorganisme yang dicurigai secara
klinis dan pemeriksaan laboratorium rutin.
Indikasi pemeriksaan kultur feses antara lain, diare berat, suhu tubuh > 38,50C,
adanya darah dan/atau lender pada feses, ditemukan leukosit pada feses, laktoferin, dan
diare persisten yang belum mendapat antibiotic.
Penentuan derajat dehidrasi
Derajat dehidrasi dapat ditentukan berdasarkan:
1. Keadaan kilnis: ringan, sedang, dan berat (telah dibicarakan dia atas)
2. Berat Jenis Plasma: pada dehidrasi BJ plasma meningkat
a. Dehidrasi berat: BJ plasma 1,032 – 1,040
b. Dehidrasi sedang : BJ plasma 1,028 – 1,032
c. Dehidrasi ringan : BJ plasma 1,025 – 1,028
3. Pengukuran Central Venous Pressure (CVP)
Bila CVP +4 s/d +11 cm H2 : normal
Bila CVP < +4 cm H2 : Syok atau dehidrasi
Skor penilaian klinis dehidrasi
Klinis Skor
Rasa haus/munta 1
Tekanan darah sistolik 60-90 mmHg 1
Tekanan darah sistolik <60> 2
Frekuensi nadi >120 x/mnt 1
Kesadaran apati 1
Kesadaran somnolen, spoor atau koma 2
Frekuensi napas >30 x/mnt 1
Facies cholerica 2
Vox cholerica 2
Turgor kulit menurun 1
Washer womens hand 1
Ekstremitas dingin 1
Sianosis 2
Umur 50 – 60 tahun 1
Umur >60 tahun 2
2.8 PENATALAKSANAAN
Diare akut pada orang dewasa selalu terjadinya singkat bila tanpa komplikasi, dan
kadang-kadang sembuh sendiri meskipun tanpa pengobatan. Tidak jarang penderita mencari
pengobatan sendiri atau mengobati sendiri dengan obat-obatan anti diare yang dijual bebas.
Biasanya penderita baru mencari pertolongan medis bila diare akut sudah lebih dari 24 jam
belum ada perbaikan dalam frekwensi buang air besar ataupun jumlah feses yang
dikeluarkan.
Penatalaksanaan pada diare akut antara lain:
1. Rehidrasi :
Bila pasien keadaan umum baik tidak dehidrasi, asupan cairan yang adekuat dapat
dicapai dengan minuman ringan, sari buah, sup dan keripik asin. Bila pasien kehilangan cairan
yang banyak dan dehidrasi, penatalkasanaan yang agresif seperti cairan intravena atau rehidrasi
oral dengan cairan isotonic mengandung elektrolit dan gula atau starch harus diberikan. Terapi
rehidrasi orla murah, efektif dan lebih praktis dairpada cairan intravena. Cairan oral antara lain:
ringer laktat dll. Cairan diberikan 50-200 ml/kgBB/24 jam tergantung kebutuhan dan status
dehidrasi.
Untuk memberikan rehidrasi pada pasien perlu dinilai dulu derjat dehidrasi. Dehidrasi terdiri dari
dehidrasi ringan, sedang dan berat. Ringan bila pasien mengalami kekurangan cairan 2-5% dair
BB. Sedang bila pasien kehilangan cairan 5-8% dari berat badan. Berat bila pasien kehilangan
cairan 8-10% dari berat badan.
Prinsip menentukan jumlah cairan yang akan diberikan yaitu sesuai dengan jumlah cairan yang
keluar dari tubuh. Macam – macam pemberian cairan:
a. BJ plasma dengan rumus:
BJ plasma – 1,025
Kebutuhan cairan = ----------------------------- x Berat Badan x 4 ml
0,001
b. Metode pierce berdasarkan klinis:
Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan = 5% x BB (kg)
Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan = 8% x BB (kg)
Dehidrasi berat, kebutuhan cairan = 10% x BB (kg)
c. Metode Daldiyono berdasarkan skor klinis a.l.
skor
Kebutuhan cairan = ------------ x 10 % x kgBB x 1 liter
15
Bila skor <>
Cairan rehidrasi dapat diberikan melalui oral, enteral melalui selang, nasogastrik atau intravena.
Bila dehidrasi sedang/berat sebaiknya pasien diberikan cairan melalui infuse pembuluh darah.
Sedangkan dehidrasi ringan/sedang pada pasien masih dapat diberikan cairan per oral atau selang
nasogastrik, kecuali bila ada kontra indikasi atau oral/saluran cerna atas tak dapat dipakai.
Pemberian per oral diberikan larutan oralit yang hipotonik dengan komposisi 29 g glukosa, 3.5 g
NaCl, 2.5 g Natrium bikarbonat dan 1.5 g KCl setiap liter. Contoh oralit generic, renalyte,
pharolit dll.
2. Diet
Pasien diare tidak dianjurkan puasa, kecuali bila muntah-muntah hebat. Pasien dianjurkan
minum minuman sari buah, the, minuman tidak bergas, makanan mudah dicerna seperti pisang,
nasi, keripik, dan sup. Susu sapi harus dihindarkan karena adanya defisiensi lactase transien yang
disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri. Minuman berkafein dan alcohol harus dihindari karena
dapat meningkatkan motilitas dan sekresi usus.
3. Obat anti-diare
Obat-obat ini dapat mengurangi gejala-gejala. a) yang paling efektif yaitu derifat opiad
missal loperamid, difenoksilat-atropin dan tinktur opium. Loperamid paling disukai karena tidak
adiktif dan memiliki efek samping paling kecil. Bismuth subsalisilat merupakan obat lain yang
dapat digunakan tetapi kontraindikasi pada pasien HIV karena dapat menimbulkan ensefalopati
bismuth. Obat antimotilitas penggunaannya harus hati-hati pada pasien disentri yang panas
(termasuk infeksi shigella) bila tanpa disertai anti mikroba, karena dapat memperlama
penyembuhan penyakit. b) obat yang mengeraskan tinja: atapulgit 4 x 2 tab/hari, smectite 3 x 1
saset diberikan tiap diare/BAB encer sampai diare berhenti. c) obat anti sekretorik atau anti
enkephalinase: Hidrasec 3 x 1 tab/hari.
4. Obat antimikroba
Dalam praktek sehari-hari acapkali dokter langsung memberikan
antibiotik/antimikroba secara empiris. Pedoman sederhana pemberian antibiotik pada
diare akut dewasa seperti terlihat pada table berikut
Pedoman Pemberian Antibiotik Secara Empiris Pada Diare Akut
Indikasi Pemberian Antibiotik Pilihan Antibiotik
Demam (suhu oral >38,50C), bloody
stools, leukosit, laktoferin, hemoccult,
sindroma disentri
Kuinolon 3 – 5 hari
Kotrimoksazole 3 – 5 hari
Traveler’s diarrhea Kuinolon 1 – 5 hari
Diare persisten (kemungkinan
Giardiasis)
Metronidazole 3x500 mg selama 7 hari
Shigellosis Kotrimoksazole selama 3 hari
Kuinolon selama 3 hari
Intestinal Salmonellosis Kloramfenikol/Kotrimoksazole/Kuinolon
selama 7 hari
Campylobacteriosis Eritromisin selama 5 hari
EPEC Terapi sebagai Febrile Dysentry
ETEC Terapi sebagai Traveler’s diarrhea
EIEC Terapi sebagai Shigellosis
EHEC Peranan antibiotik belum jelas
Vibrio non kolera Terapi sebagai febrile dysentery
Aeromonas diarrhea Terapi sebagai febrile dysentery
Yersiniosis Umumnya dapat di terapi sebagai febrile
dysentri.Pada kasus berat : Ceftriaxon IV 1
g/6 jam selama 5 hari
Giardiasis Metronidazole 4 x 250 mg selama 7 hari.
Atau Tinidazole 2 g single dose atau
Quinacine 3 x 100 mg selama 7 hari
Ingtestinal Amebiasis Metronidazole 3 x 750 mg 5 – 10 hari +
pengobatan kista untuk mencegah relaps:
Diiodohydroxyquin 3 x 650 mg 10 hari atau
Paramomycin 3 x 500 mg 10 hari atau
Diloxanide furoate 3 x 500 mg 10 hari
Cryptosporidiosis Untuk kasus berat atau
immunocompromised :
Paromomycin 3 x 500 selama 7 hari
Isosporiosis Kotrimoksazole 2 x 160/800 7 hari
Obat-obat Probiotik yang merupakan suplemen bakteri atau yeast banyak digunakan
untuk mengatasi diare dengan menjaga atau menormalkan flora usus. Namun berbagai
hasil uji klinis belum dapat merekomendasikan obat ini untuk diare akut secara umum.
Probiotik meliputi Laktobasilus, Bifidobakterium, Streptokokus spp, yeast (Saccaromyces
boulardi),dan lainnya.
2.9 PENCEGAHAN
Diare mudah dicegah antara lain dengan cara:
1. Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting: 1)
sebelum makan, 2) setelah buang air besar, 3) sebelum memegang
bayi, 4) setelah menceboki anak dan 5) sebelum menyiapkan
makanan;
2. Meminum air minum sehat, atau air yang telah diolah, antara lain
dengan cara merebus, pemanasan dengan sinar matahari atau proses
klorinasi;
3. Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar
serangga (lalat, kecoa, kutu, lipas, dan lain-lain);
4. Membuang air besar dan air kecil pada tempatnya, sebaiknya
menggunakan jamban dengan tangki septik.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Diare akut pada orang dewasa banyak ditemukan di klinik
dalam praktek sehari-hari. Salah satu etiologinya adalah
infeksi yang dapat disebabkan oleh berbagai organisme
seperti virus, bakteri, protozoa, dan helminth.
Pemahaman tentang patofisiologi diare akut dapat
mengarahkan kita untuk mencari dan mengetahui etiologi dan
memberikan terapi yang sesuai.
Terapi simtomatik sebagai tambahan terhadap terapi kausal
kadang diperlukan untuk mengurangi keluhan penderita yang
mengganggu aktifitas sehari-hari akibat diare akut.
DAFTAR PUSTAKA
1. DuPont HL : Guidelines on Acute Infectious Diarrhea in Adults, American Journal of
Gastroenterology, No.11, November 1997.
2. Marcellus Simadibrata K, Daldiyono, Diare Akut. Dalam Noer HMS-Waspadji S-Rachman
AM. Lesmana LA-Widodo D-ISbagio H-Alwi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1.
Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2007. Hal. 408 – 413
3. Hardjono dkk, Interpretasi Hasil Tes Laboratorium
Diagnostik. Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin.
2003
4. Ilnyckyj A : Clinical Evaluation and Management of Acute
Infectious Diarrhea in Adult, Gastroenterology Clinics, WB
Saunders Company, September 2001.
5. Pedoman Cairan Infus. Edisi revisi IX, PT. Otsuka
Indonesia.2007
6. Turgeon DK, Fritsche, T.R : Laboratory Approachs to
Infectious Diarrhea, Gastroenterology Clinics, WB Saunders
Company, September 2001.
7. World Gastroenterology Organisation. Global Guidelines
2005.
Batasan dan Ruang LingkupDokter keluarga adalah dokter praktek umum yang menyelenggarakan pelayanan primer yang
komprehensif, kontinu, integratif, holistik, koordinatif, dengan mengutamakan pencegahan, menimbang peran keluarga dan lingkungan serta pekerjaannya. Pelayanan diberikan kepada semua pasien tanpa memandang jenis kelamin, usia ataupun jenis penyakitnya.Pengertian dan Ruang Lingkup Pelayanan Dokter KeluargaPelayanan Dokter Keluarga melibatkan Dokter Keluarga (DK) sebagai penyaring di tingkat primer, dokter Spesialis (DSp) di tingkat pelayanan sekunder, rumah sakit rujukan, dan pihak pendana yang kesemuanya bekerja sama dibawah naungan peraturan dan perundangan. Pelayanan diselenggarakan secara komprehensif, kontinu, integratif, holistik, koordinatif, dengan mengutamakan pencegahan, menimbang peran keluarga dan lingkungan serta pekerjaannya. Pelayanan diberikan kepada semua pasien tanpa memandang jenis kelamin, usia ataupun jenis penyakitnya.Dokter keluarga harus mempunyai kompetensi khusus yang lebih dari pada seorang lulusan fakultas kedokteran pada umumnya. kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap Dokter Keluarga secara garis besarnya ialah :a. Menguasai dan mampu menerapkan konsep operasional kedokteran keluargab. Menguasai pengetahuan dan mampu menerapkan ketrampilan klinik dalam pelayanan kedokteran keluargac. Menguasai ketrampilan berkomunikasiDan diharapkan dapat menyelenggarakan hubungan profesional dokter-pasien untuk :a. Secara efektif berkomunikasi dengan pasien dan semua anggota keluarga dengan perhatian khusus terhadap peran dan risiko kesehatan keluargab. Secara efektif memanfaatkan kemampuan keluarga untuk berkerjasana menyelesaikan masalah kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit, serta pengawasan dan pemantauan risiko kesehatan keluargac. Dapat bekerjasama secara profesional secara harmonis dalam satu tim pada penyelenggaraan pelayanan kedokteran/kesehatan.
Karakteristik Dokter Keluarga1. Lynn P. Carmichael (1973)a. Mencegah penyakit dan memelihara kesehatanb. Pasien sebagai bagian dari keluarga dan masyarakatc. Pelayanan menyeluruh, mempertimbangkan pasien dan keluarganyad. Andal mendiagnosis, tanggap epidemiologi dan terampil menangani penyakite. Tanggap saling-aruh faktor biologik-emosi-sosial, dan mewaspadai kemiripan penyakit.
2. Debra P. Hymovic & Martha Underwood Barnards (1973)a. Pelayanan responsif dan bertanggung jawabb. Pelayanan primer dan lanjutc. Diagnosis dini, capai taraf kesehatan tinggid. Memandang pasien dan keluargae. Melayani secara maksimal
3. IDI (1982)a. Memandang pasien sebagai individu, bagian dari keluarga dan masyarakatb. Pelayanan menyeluruh dan maksimalc. Mengutamakan pencegahan, tingkatan taraf kesehatan
d. Menyesuaikan dengan kebutuhan pasien dan memenuhinyae. Menyelenggarakan pelayanan primer dan bertanggung jawab atas kelanjutannya
Tugas Dokter Keluarga, meliputi :1. Menyelenggarakan pelayanan primer secara paripurna menyuruh, dan bermutu guna penapisan untuk pelayanan spesialistik yang diperlukan,2. Mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat,3. Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat sehat dan sakit,4. Memberikan pelayanan kedokteran kepada individu dan keluarganya,5. Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan taraf kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi,6. Menangani penyakit akut dan kronik,7. Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke rumah sakit,8. Tetap bertanggung-jawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter Spesialis atau dirawat di RS,9. Memantau pasien yang telah dirujuk atau di konsultasikan,10.Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya,11.Mengkordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan pasien,12.Menyelenggarakan rekam Medis yang memenuhi standar,13.Melakukan penelitian untuk mengembang ilmu kedokteran secara umum dan ilmu kedokteran keluarga secara khusus.
Wewenang Dokter Keluarga1. Menyelenggarakan Rekam Medis yang memenuhi standar,2. Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi masyarakat,3. Melaksanakan tindak pencegahan penyakit,4. Mengobati penyakit akut dan kronik di tingkat primer,5. Mengatasi keadaan gawat darurat pada tingkat awal,6. Melakukan tindak prabedah, beda minor, rawat pascabedah di unit pelayanan primer,7. Melakukan perawatan sementara,8. Menerbitkan surat keterangan medis,9. Memberikan masukan untuk keperluan pasien rawat inap,10. Memberikan perawatan dirumah untuk keadaan khusus.
Kompetensi Dokter KeluargaDokter keluarga harus mempunyai kompetensi khusus yang lebih dari pada seorang lulusan fakultas kedokteran pada umumnya. Kompetensi khusus inilah yang perlu dilatihkan melalui program perlatihan ini. Yang dicantumkan disini hanyalah kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap Dokter Keluarga secara garis besar. Rincian memgenai kompetensi ini, yang dijabarkan dalam bentuk tujuan pelatihan,1. Menguasai dan mampu menerapkan konsep operasional kedokteran keluarga,2. Menguasai pengetahuan dan mampu menerapkan ketrampilan klinik dalam pelayanan kedokteran keluarga,3. Menguasai ketrampilan berkomunikasi, menyelenggarakan hubungan profesional dokter- pasien untuk :a) Secara efektif berkomunikasi dengan pasien dan semua anggota keluarga dengan perhatian khusus terhadap peran dan risiko kesehatan keluarga,
b) Secara efektif memanfaatkan kemampuan keluarga untuk berkerjasana menyelesaikan masalah kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit, serta pengawasan dan pemantauan risiko kesehatan keluarga,c) Dapat bekerjasama secara profesional secara harmonis dalam satu tim pada penyelenggaraan pelayanan kedokteran/kesehatan.
http://agungswastika.wordpress.com/program-kb/
Dokter Keluarga (DK), Magister Kedokteran Keluarga atau Magister Famili Medisin (MKK/MFM), dan Spesialis Kedokteran Keluarga atau Spesialis Famili Medisin (SpFM)
Dokter Keluarga adalah tenaga kesehatan tempat kontak pertama pasien (di fasilitas/sistem pelayanan kesehatan) untuk menyelesaikan semua masalah kesehatan yang dihadapi – tanpa memandang jenis penyakit, organologi, golongan usia, dan jenis kelamin – sedini dan sedapat mungkin, secara paripurna, dengan pendekatan holistik, bersinambung, dan dalam koordinasi serta kolaborasi dengan profesional kesehatan lainnya, dengan menggunakan prinsip pelayanan yang efektif dan efisien yang mengutamakan pencegahan serta menjunjung tinggi tanggung jawab profesional, hukum, etika dan moral”. Layanan yang diselenggarakannya (wewenang) sebatas kompetensi dasar kedokteran yang diperolehnya selama pendidikan kedokteran dasar ditambah dengan kompetensi dokter layanan primer yang diperoleh melalui CME/CPD atau program spesialisasi. Seperti juga ”Dokter”, Dokter Keluarga menyelengarakan pelayanan kesehatan tingkat primer sebagai generalis atau Dokter Praktik Umum. Cakupan layanan lebih luas dan dalam daripada ”Dokter” tetapi tetap dalam lingkup pelayanan primer. Ilmu dan keterampilannya sebagai penyelenggara layanan primer lebih lengkap dibandingkan ”Dokter”. Seperti telah dikatakan di atas, sekalipun mampu menerapkan pendekatan kedokteran keluarga, seorang ”Dokter” mempunyai keterbatasan karena keterbatasan waktu pendidikan di fakultas kedokteran atau program studi pendidikan dokter. Oleh karena itu seorang ”Dokter” harus menambah ilmu dan keterampilannya dalam lingkup pelayanan primer melalaui program CME/CPD terstruktur atau pendidikan dokter spesialis untuk mencapai predikat DK atau SpFM. Dengan demikian dokter yang bergelar profesi “DK” dapat didefinisikan secara singkat sebagai ”Dokter” (Praktik Umum) yang memperoleh pendidikan tambahan khusus melalui program CME/CPD dan menerapkan pendekatan kedokteran keluarga dalam praktiknya di tempat pelayanan kesehatan primer.
http://id.wikipedia.org/wiki/Perhimpunan_Dokter_keluarga_Indonesia
Sistem pelayanan kesehatan yang ideal sangat tergantung pada masalah kesehatan suatu Negara. Di Indonesia sebagai Negara berkembang, kita menghadapi masalah utama kemiskinan yang berimplikasi pada rendahnya tingkat pendidikan dan buruknya nutrisi, serta kurangnya sanitasi yang memudahkan penyebaran penyakit menular. Di samping itu, biaya kesehatan masih sangat tinggi dikarenakan belum adanya sistem pembiayaan kesehatan yang ideal.
Untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan penduduk Indonesia, telah diadopsi beberapa model sistem pelayanan kesehatan baik yang
bersifat liberal maupun sosialis. Namun demikian, belum ada model ideal yang mampu mengatasi permasalahan kesehatan yang cukup kompleks ini. Hal ini disebabkan permasalahan ini tidak hanya mencakup bidang kesehatan, namun juga berkaitan dengan berbagai bidang kehidupan seperti fisik, mental, sosial, ekonomi, budaya, spiritual, dll. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang holistik dan komprehensif untuk mengatasinya.
Menurut Goodman, karakteristik sistem pelayanan kesehatan yang ideal adalah sebagai berikut: 1. Mensubsidi pasien yang berasuransi dan membebani yang tidak.2. Subsidi untuk asuransi swasta harus sesuai dengan nilai sosial individu yang ditanggung.3. Nilai sosial asuransi adalah jumlah yang kita keluarkan untuk pelayanan pasien yang tidak berasuransi.4. Beban yang dibayar oleh pasien yang tidak berasuransi harus digunakan untuk mengkompensasi biaya pelayanan kesehatannya.5. Subsidi untuk pasien berasuransi baru harus diberikan dengan mengurangi perkiraan jumlah yang harus dibayar untuk pelayanan pasien tersebut.6. Subsidi untuk pasien berasuransi tidak tergantung pada jumlah yang dibayar ke asuransi.7. Jumlah optimal pasien yang tidak berasuransi bukan nol.8. Prinsip reformasi disesuaikan dengan jumlah yang disamakan untuk semua warga Negara, tanpa melihat jumlah pendapatannya.9. Subsidi asuransi kesehatan tidak perlu ditambahkan dalam anggaran.10. Peraturan pemerintah harus berperan secara financial.
Dari berbagai masalah dan kebutuhan ini, muncullah ide mengenai model pelayanan kesehatan yang disebut dokter keluarga. Model ini telah teruji melalui penelitian berkaitan dengan strategi dan operasionalnya. Model baru sistem pelayanan kesehatan ini menunjukkan lebih jauh kriteria pendekatan dokter keluarga dalam prakteknya, dengan objek meliputi individu, keluarga, dan komunitas. Strateginya lebih mengarah pada promotif dan preventif sebanyak 60%, dibandingkan dengan kuratif yang hanya 40%. Pendekatannya dilakukan secara holistik, komprehensif, dan integratif dengan terapi dan intervensi yang rasional dan berkelanjutan. Dalam model ini juga diterapkan sistem advokasi yang bertujuan memudahkan pasien dalam mendapatkan pelayanan kesehatan.
Secara praktis, model ini meliputi diagnosis holistik (bukan hanya diagnosis klinis, namun meliputi status biomedis, faktor risiko, dan upaya kesehatan) dan intervensi kesehatan di berbagai fasilitas pelayanan kesehatan seperti klinik, kunjungan rumah, kunjungan tempat kerja, yang dapat menurunkan total kunjungan pasien (morbiditas) dan kasus hospitalisasi secara signifikan. Fenomena tersebut didukung dengan terapi rasional serta mediasi dan advokasi untuk kasus hospitalisasi yang dapat menurunkan total biaya kesehatan. Menurut teori ekuilibrium biaya kesehatan, rasio pendapatan tim dokter keluarga dengan total biaya kesehatan berkisar 25-50%.
Sehubungan dengan sistem kesehatan nasional, pelayanan kesehatan dokter keluarga yang telah diaplikasikan dalam penelitian ini dapat digunakan untuk membentuk standar pelayanan kesehatan dasar dokter keluarga, yang beroperasi dalam klinik, organisasi tertentu, dan jejaringnya dalam pelayanan kesehatan strata satu. Deskripsi dan peranan dokter keluarga dapat dinyatakan sebagai organisasi pelayanan kesehatan fungsional strata satu yang bertanggung
jawab dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas dengan pendekatan integratif dan komprehensif terhadap objek tertentu tanpa batasan wilayah.
Model pelayanan kesehatan dokter keluarga ini cukup menjanjikan karena mampu meningkatkan health performance, kualitas pelayanan kesehatan, profesionalitas tim kesehatan, dan produktivitas populasi umum. Model ini juga dapat menurunkan total biaya kesehatan sehingga meningkatkan devisa Negara dan menurunkan faktor risiko serta masalah kesehatan.
Referensi:
Roebijoso, Jack. 2010. Family Doctor, Strategic and Operational Health Service Management Model, A Revolution in Primary Health Care, in Indonesia, 2010 : The Role of General Practitioners and family Doctors.
Goodman, J.C. 2001. Characteristics Of An Ideal Health Care System.
http://medicalera.com/3/18203/sistem-pelayanan-kesehatan-yang-ideal-dokter-keluarga
Ada lima fungsi yang dapat dijalankan keluarga menurut Effendi ( 1998), yaitu :
1). Fungsi biologisa) Untuk meneruskan keturunan.b) Memelihara dan membesarkan anak .c) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga.d) Memelihara dan merawat anggota keluarga .
2). Fungsi psikologisa) Memberikan kasih sayang dan rasa aman .b) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga .c) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga .d) Memberikan identitas keluarga.
3). Fungsi sosialisasia) Membina sosialisi pada anak.b) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkatperkembangan anak.c) Meneruskan nilai-nilai budaya.
4). Fungsi ekonomia) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhankeluarga.b) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhikebutuhan keluarga.c) Menabung untuk memenuhi kebutuhan -kebutuhan keluarga dimasayang akan datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua
dan sebagainya.
5) Fungsi pendidikan
a) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan ,dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yangdimilikinya.b) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datangdalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.c) Mendidik anak sesuai dengan tingkat -tingkat perkembangannya.
http://wawan-satu.blogspot.com/2009/11/fungsi-keluarga.html
Recommended