View
0
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BERBEBAN DAN POWER OTOT
TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH
(Studi Eksperimen Perbedaan Pengaruh Latihan Beban dengan Beban Luar
dan Beban Dalam pada Siswa Putra Kelas VIII SMP N 2 Matesih
Karanganyar Tahun Pelajaran 2009/2010)
SKRIPSI
Oleh:
BAGUS PONCO NUGROHONIM : K 5603033
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BERBEBAN DAN POWER OTOT
TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA
( Studi Eksperimen Perbedaan Pengaruh Latihan Beban dengan Beban Luar
dan Beban Dalam pada Siswa Putra Kelas VIII SMP N 2 Matesih
Karanganyar Tahun Pelajaran 2009/2010 )
Oleh:
BAGUS PONCO NUGROHONIM : K 5603033
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS SEBELAS MARET
S U R A K A R T A
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BERBEBAN DAN POWER OTOTTUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYASCHNEPPER PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP N 2 MATESIHKARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2009/2010. Skripsi. Surakarta:Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui; (1) Perbedaan pengaruhlatihan berbeban dengan beban luar dan beban dalam terhadap kemampuanlompat jauh siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahunpelajaran 2009/2010; (2) Perbedaan pengaruh power otot tungkai tinggi danpower otot tungkai rendah terhadap kemampuan lompat jauh siswa putra kelasVIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2008/2009; dan (3) Adatidaknya interaksi antara latihan berbeban dan power otot tungkai terhadapkemampuan lompat jauh siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 MatesihKaranganyar tahun pelajaran 2009/2010.
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini menggunakan metodeeksperimen dengan rancangan faktorial 2 x 2. Populasi penelitian ini adalah siswaputra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010berjumlah 78 siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalahpurposive random sampling. Sampel yang digunakan berjumlah 40 siswa. Teknikanalisis data dengan menggunakan uji Anava dan uji rentang Newman Keulsdengan tingkat signifikan 5%.
Penelitian ini menghasilkan simpulan sebagai berikut: (1) Ada perbedaanpengaruh latihan berbeban menggunakan latihan beban dalam dan latihan bebanluar terhadap kemampuan lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra kelas VIIISMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010, pengaruh latihanberbeban luar lebih baik daripada latihan berbeban dalam; (2) Ada perbedaanpengaruh antara power otot tungkai tinggi dan power otot tungkai rendah terhadapkemampuan lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010; (3) Ada interaksi antaralatihan berbeban dan power otot tungkai terhadap kemampuan lompat jauh gayaschnepper pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahunpelajaran 2009/2010, dimana power otot tungkai tinggi lebih cocok menggunakanlatihan berbeban luar dan power otot tungkai rendah lebih cocok dengan latihanberbeban dalam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu
telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh – sungguh
(urusan) yang lain.
(Terjemahan QS. Alam Nasyroh: 6-7)
Bersyukurlah atas apa yang didapati dan apa yang kita tidak dapati
(Bagus Ponco)
Semua pasti terjadi jika sudah tiba waktunya
(Bagus Ponco)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada :
Bapak dan ibuku tercinta yang mendidikku
dan membimbingku sejak kecil
Saudara-saudaraku tersayang
Theodora Cety Yusnita
Teman-teman POK semua angkatan
Shogun Biru (AD 3615 NS)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Dengan diucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan penulisan
skripsi ini.
Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi
berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat :
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Kepelatihan Olahraga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. H. M. Mariyanto, M.Kes, sebagai pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.
5. Slamet Widodo, S.Pd, M.Or sebagai pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.
6. Kepala Sekolah SMP N 2 Matesih Karanganyar yang telah memberikan ijin
mengadakan penelitian.
7. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang
Maha Esa. Akhirnya berharap semoga hasil penelitian yang sederhana ini dapat
bermanfaat.
Surakarta, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………..………………………………………...........
HALAMAN SAMPUL……………………………………………..............
HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………..........................
HALAMAN PENGESAHAN ……………....……………………...............
ABSTRAK ……………..................…………………….………….............
MOTTO …………………………….........................................……...........
HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................................
KATA PENGANTAR ……………………………………………..............
DAFTAR ISI ……………………………………………………….............
DAFTAR TABEL ………………………………………………….............
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………...............
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………................
A. Latar Belakang Masalah ……………………………….............
B. Identifikasi Masalah ……………………………………………
C. Pembatasan Masalah………………………………………...….
D. Perumusan Masalah. …………………………………………...
E. Tujuan Penelitian...........…………………………………..........
F. Manfaat Penelitian.......................................................................
BAB II. LANDASAN TEORI......................................................................
A. Tinjauan Pustaka.……………………….....................................
1. Lompat Jauh………………… ……………………………..
2. Hakikat Latihan………..……………………………............
3. Latihan Berbeban............... …………………………...........
4. Latihan Berbeban Dengan Beban Dalam………………...…
5. Latihan Berbeban Dengan Beban Luar……………………..
6. Power Otot Tungkai...............................................................
B. Kerangka Pemikiran.....................................................................
C. Perumusan Hipotesis....................................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
xi
xii
xiii
1
1
5
5
6
6
7
8
8
8
12
13
15
20
23
25
28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN …………………........................
A. Tempat dan Waktu Penelitian......................................................
B. Metode Penelitian........................................................................
C. Variabel Penelitian.......................................................................
D. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel Penelitian.................
E. Teknik Pengumpulan Data...........................................................
F. Teknik Analisis Data....................................................................
BAB IV. HASIL PENELITIAN…………….…….…………......................
A. Deskripsi Data.............................................................................
B. Uji Reliabilitas ............................................................................
C. Uji Prasyarat Analisis Data.........................................................
D. Pengujian Hipotesis.....................................................................
E. Pembahasan Hasil Penelitian.......................................................
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN.......................................
A. Simpulan.....................................................................................
B. Implikasi.....................................................................................
C. Saran...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
LAMPIRAN – LAMPIRAN..........................................................................
29
29
29
30
31
31
32
37
37
39
40
41
43
47
47
47
48
49
51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Rancangan Penelitian Faktorial 2 X 2....................................
Tabel 2. Ringkasan ANAVA Untuk Eksperimen Faktorial 2 X 2........
Tabel 3. Deskripsi Data Hasil Belajar Lompat Jauh Gaya Schnepper
Menurut Kelompok Penelitian................................................
Tabel 4. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data Tes Awal dan Tes
Akhir......................................……………………………….
Tabel 5. Tabel Range Kategori Reliabilitas.............................................
Tabel 6. Hasil Uji Normalitas dengan Lilliefors...........................…....…
Tabel 7. Tabel Hasil Uji Bartlet.....................…........................................
Tabel 8. Ringkasan Nilai Rerata Hasil Belajar Lompat Jauh Gaya
Schnepper Berdasarkan Latihan Berbeban Tingkat Power
Otot Tungkai Sebelum dan Sesudah Diberi Perlakuan.…..….
Tabel 9. Ringkasan Keseluruhan Hasil Analisis Varians Dua Faktor ...
Tabel 10. Ringkasan Hasil Uji Rentang Newman Keuls........................
30
34
37
39
39
40
40
41
41
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Lompat Jauh Gaya Jongkok...........................................….
Gambar 2. Lompat Jauh Gaya Bergantung......................................….
Gambar 3. Lompat Jauh Berjalan Di Udara.........................................
Gambar 4. Skematis Latihan Berbeban Dengan Beban Dalam Secara r
Sirkuit...................................................................………....…
Gambar 5. Skematis Latihan Berbeban Dengan Beban Dalam Secara r
Sirkuit....................………………........................................
Gambar 6. Grafik Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Lompat Jauh Gaya
Schnepper Berdasarkan Tiap Kelompok Perlakuan dan
Tingkat Power Otot Tungkai................................................
Gambar 7. Grafik Nilai Rata-rata Peningkatan Hasil Belajar Lompat
Jauh Gaya schnepper antara Kelompok Perlakuan...............
Gambar 8. Interaksi Latihan Berbeban dan Power Otot Tungkai..........
Gambar 9. Tes Power Otot Tungkai.....................................………….
9
10
10
19
22
38
38
45
52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
HalamanLampiran 1. Petunjuk Pelaksanaan Tes dan Pengukuran Power Otot
Tungkai............................................................................
Lampiran 2. Petunjuk PelaksanaanTes Lompat Jauh Gaya Schnepper
Surakarta………………………………………………...
Lampiran 3. Petunjuk Program Latihan Berbeban Dengan Beban
Dalam dan Beban Luar......................................................
Lampiran 4. Program Latihan Berbeban dengan Beban Luar .............
Lampiran 5. Data Hasil Tes Power Otot Tungkai................................
Lampiran 6. Rekapitulasi data hasil tes power otot tungkai beserta
klasifikasinya…………………………………………..
Lampiran 7. Data Tes Awal Lompat Jauh............................................
Lampiran 8. Data Tes Akhir Lompat Jauh...........................................
Lampiran 9. Uji Reliabilitas Dengan Anava Untuk Hasil Tes Awal
dan Tes Akhir Lompat Jauh……………………………...
Lampiran 10. Tabel kerja untuk menghitung nilai homogenitas dan
Analisis Varians.................................................................
Lampiran 11.Uji Normalitas Data Dengan Metode Lilliefors..............
Lampiran 12. Uji Homogenitas Dengan Uji Bartlet………………….
Lampiran 13. Analisis Varians..............................................................
Lampiran 14. Uji Rata – Rata Rentang Newman Keuls.......................
Lampiran 15. Foto – Foto Penelitian………………………………….
50
52
53
54
55
58
60
61
62
68
70
73
74
76
77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas
jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai perkembangan individu
secara menyeluruh. Banyak aspek yang dikembangkan melalui pendidikan
jasmani. Aip Syarifuddin dan Muhadi (1991/1992: 7) menyatakan, “Melalui
pendidikan jasmani anak didik akan memperoleh berbagai pengalaman terutama
yang sangat erat kaitannya dengan kesan pribadi yang menyenangkan, berbagai
ungkapan yang kreatif, inovatif, keterampilan gerak, kebugaran jasmani,
membiasakan hidup sehat, pengetahuan dan pemahaman terhadap sesama
manusia”.
Pendidikan jasmani mempunyai peran penting untuk menunjang
perkembangan dan pertumbuhan siswa. Oleh karenanya, pendidikan jasmani
diberikan dari sekolah tingkat paling rendah (Taman Kanak-kanak) sampai
Sekolah Menengah Atas (SMA). Dalam pendidikan jasmani diajarkan bebagai
macam cabang olahraga baik olahraga atletik, permainan maupun olahraga
pilihan.
Atletik merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan dalam
pendidikan jasmani baik dari Sekolah Dasar (SD) sampai SMA atau SMK, bahkan
Perguruan Tinggi. Di Perguruan Tinggi cabang olahraga atletik merupakan Mata
Kuliah Dasar Umum (MKDU). Hal ini sesuai pendapat Yoyo Bahagia, Ucup
Yusuf dan Adang Suherman (1999/2000: 1) bahwa:
Atletik merupakan salah satu mata pelajaran Pendidikan Jamani (Penjas)yang wajib diberikan kepada siswa dari Sekolah Dasar (SD), SekolahLanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Lanjutan Tingkat Atas(SLTA). Bahkan di beberapa Perguruan Tinggi, atletik sebagai salah satuMata Kuliah Dasar Umum (MKDU). Sedangkan bagi MahasiswaPendidikan Olahraga dan Kesehatan merupakan mata kuliah yang harusdiambil.
Atletik merupakan cabang olahraga yang wajib diajarkan dari sekolah
tingkat paling rendah bahkan sampai perguruan tinggi. Hal ini karena dalam
gerakan atletik terdapat pada semua cabang olahraga. Adapun nomor-nomor yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
dilombakan dalam cabang olahraga atletik terdiri dari: jalan, lari lompat dan
lempar. Dari nomor-nomor tersebut, masing-masing di dalamnya terdapat
beberapa nomor yang telah ditentukan berdasarkan peraturan yang berlaku. Untuk
nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau
marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country. Nomor lompat
meliputi: lompat jauh, lompat tinggi, lompat jangkit, lompat tinggi galah. Nomor
lempar meliputi lempar cakram, lempar lembing, tolak peluru dan lontar martil.
Lompat jauh merupakan nomor lompat yang dalam pelaksanaannya
dilakukan dengan awalan lari, menolak, melayang di udara dan mendarat. Dalam
nomor lompat diajarkan beberapa macam gaya yaitu gaya jongkok (sit down in
the air), gaya berjalan di uadara (walking in the air) dan gaya menggantung
(snepper). Dari ketiga jenis gaya lompat jauh tersebut letak perbedaannya pada
saat melayang di udara.
Membelajarkan lompat jauh bagi siswa sekolah tidaklah mudah,
dibutuhkan cara yang tepat. Hal ini karena, lompat jauh gerakan keterampilan
yang cukup sulit, karena geraknya terdiri beberapa gerakan yang harus
dirangkaian secara baik dan harmonis baik dari awalan, menumpu untuk menolak,
melayang di udara dan pendaratan. Untuk mencapai hasil belajar lompat jauh,
maka dibutuhkan latihan yang sistematis dan kontinyu.
Melompat setinggi-tinginya merupakan salah satu faktor utama yang dapat
mendukung pencapaian prestasi lompat jauh. Untuk mencapai lompatan yang
setinggi-tingginya perlu dilakukan latihan yang tepat untuk meningkatkan
kemampuan otot tungkai. Dalam hal ini Soegito, Bambang Wijanarko dan
Ismaryati (1993: 59) menyatakan, "Untuk dapat melompat dengan kuat dan baik,
diperlukan latihan-latihan penguatan otot-otot kaki".
Melatih otot tungkai merupakan salah satu cara untuk mendukung
pencapaian prestasi lompat jauh. Hal ini karena kemampuan otot tungkai berperan
penting untuk melakukan lompatan yang tinggi dan jauh ke depan. Otot- otot
tungkai dikerahkan terutama pada saat gerakan menumpu untuk menolak setinggi-
tingginya. Dengan tolakan tinggi dan jauh ke depan, maka akan mendukung
pencapaian prestasi lompat jauh lebih maksimal. Upaya meningkatkan
kemampuan otot tungkai harus dilakukan latihan secara sistematis dan kontinyu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
dengan bentuk latihan yang tepat. Untuk meningkatkan kemampuan otot tungkai
dapat dilakukan dengan latihan berbeban. Harsono (1988: 185) berpendapat,
“Latihan berbeban atau weight training adalah latihan-latihan yang sistematis
dimana beban hanya dipakai sebagai alat untuk menambah kekuatan otot guna
mencapai tujuan tertentu”. Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam latihan
berbeban harus didasarkan pada prinsip-prinsip latihan berbeban yang benar.
Menurut Suharno HP. (1985: 15) bahwa, “Dalam pemberian beban latihan dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu dengan beban luar (outter load) dan beban dalam
(inner load)”.
Pemberian beban latihan baik dengan beban luar maupun beban dalam,
masing-masing dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan otot tungkai.
Dari kedua bentuk latihan berbeban tersebut belum diketahui latihan berbeban
mana yang lebih efektif untuk meningkatkan kemampuan otot tungkai, sehingga
dapat mendukung kemampuan lompat jauh. Namun disisi lain, pencapaian
prestasi lompat jauh tidak hanya dipengaruhi penerapan bentuk latihan untuk
meningkatkan otot-otot tungkai. Individu (siswa) merupakan faktor yang dominan
berpengaruh terhadap pencapaian prestasi lompat jauh. Faktor siswa ini sangat
kompleks di antaranya penguasaan teknik lompat jauh yang baik dan benar,
kemampuan kondisi fisik yang baik, semangat latihan dan lain sebagainya.
Kemampuan kondisi fisik yang baik merupakan syarat mutlak untuk
mencapai prestasi olahraga. Hal ini sesuai pendapat M. Sajoto (1995: 8) bahwa,
“Kondisi fisik adalah satu prasyarat yang sangat diperlukan dalam usaha
peningkatan prestasi seorang atlet, bahkan dapat dikatakan sebagai keperluan
dasar yang tidak dapat ditunda atau di tawar-tawar lagi”. Salah satu unsur kondisi
fisik dalam nomor lompat jauh yaitu daya ledak atau power (Tamsir Riyadi, 1985:
69). Power otot tungkai sangat berperan penting dalam gerakan menumpu untuk
menolak. Kemampuan mengerahkan power otot tungkai pada teknik yang benar,
maka akan diperoleh lompatan setinggi dan sejauh mungkin, sehingga prestasi
lompat jauh gaya jongkok dapat dicapai lebih maksimal.
Latihan berbeban secara sistematis dan kontinyu serta kemampuan fisik
yang memadai merupakan komponen yang saling mendukung untuk mencapai
kemampuan lompat jauh. Latihan berbeban dengan beban dalam dan beban luar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
masing-masing bertujuan untuk mengembangkan kekuatan otot-otot tungkai.
Sedangkan pada saat gerakan menumpu untuk menolak dibutuhkan power otot
tungkai. Untuk mengetahui pengaruh latihan berbeban dengan beban dalam dan
beban luar dan pengaruh power otot tungkai terhadap kemampuan lompat jauh,
maka perlu dikaji dan diteliti secara lebih mendalam baik secara teori maupun
praktik melalui penelitian eksperimen.
Siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun
pelajaran 2008/2009 adalah obyek yang akan dijadikan sampel dalam penelitian
untuk membuktikan dan menjawab permasalahan yang muncul dalam penelitian.
Ditinjau dari pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani di SMP Negeri 2
Matesih Karanganyar berjalan dengan baik. Namun kenyataannya kemampuan
lompat jauh masih rendah. Masih rendahnya kemampuan lompat jauh disebabkan
oleh beberapa faktor di antaranya penguasaan teknik yang belum baik,
kemampuan fisik yang belum memadai, terbatasnya waktu pembelajaran, siswa
kurang sungguh-sungguh dalam mengikuti pelajaran dan lain sebagainya.
Terbatasnya waktu pembelajaran merupakan salah satu kendala yang
menyulitkan guru. Waktu pembelajaran pendidikan jasmani yang hanya 2 X 40
menit tidak memungkinkan untuk mengembangkan faktor-faktor yang
mendukung pencapaian prestasi lompat jauh. Waktu yang tersedia hanya dapat
dimanfaatkan untuk mengajarkan teknik lompat jauh, itu pun waktunya tidak
mencukupi. Jika tidak ada waktu tambahan di luar jam pelajaran, (latihan khusus),
maka kemampuan lompat jauh tidak dapat meningkat. Selain itu juga, waktu yang
tersedia tidak memungkinkan untuk melatih komponen-komponen kondisi fisik
yang dapat mendukung kemampuan lompat jauh termasuk power otot tungkai.
Belum pernah dilakukan latihan untuk meningkatkan kemampuan otot
tungkai, sehingga berpengaruh terhadap kemampuan lompat jauh. Untuk
mendukung kemampuan lompat jauh siswa putra kelas VII SMP Negeri 2 Matesih
Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010, maka perlu dilakukan latihan berbeban.
Di samping itu juga, untuk mendukung kemampuan lompat jauh dibutuhkan
power otot tungkai.
Upaya mengetahui pengaruh latihan berbeban dengan beban dalam dan
beban luar serta pengaruh power otot tungkai dengan kemampuan lompat jauh,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
maka perlu dilakukan penelitian dengan judul, “Perbedaan Pengaruh Latihan
Berbeban dan Power Otot Tungkai terhadap Kemampuan Lompat Jauh (Studi
Eksperimen Perbedaan Pengaruh Latihan Beban dengan Beban Luar dan Beban
Dalam pada Siswa Putra Kelas VIII SMP N 2 Matesih Karanganyar Tahun
Pelajaran 2009/2010).”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, masalah
dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Pembelajaran lompat jauh di SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun
pelajaran 2009/2010 belum menunjukkan hasil yang maksimal.
2. Faktor-faktor yang mendukung lompat jauh siswa putra kelas VIII SMP
Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010 belum terlatih.
3. Perlunya latihan berbeban secara sistematis dan kontinyu untuk meningkatkan
kemampuan lompat jauh siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih
Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010.
4. Belum diketahui pengaruh latihan berbeban dengan beban luar dan beban
dalam terhadap kemampuan lompat jauh.
5. Power otot tungkai siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih
Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010 belum diketahui.
6. Perlunya upaya meningkatkan kemampuan lompat jauh siswa putra kelas VIII
SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010.
C. Pembatasan Masalah
Banyaknya masalah yang muncul dalam penelitian ini maka perlu dibatasi.
Pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Perbedaan pengaruh latihan berbeban dengan beban luar dan beban dalam
terhadap kemampuan lompat jauh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
2. Pengaruh power otot tungkai tinggi dan power otot tungkai rendah terhadap
kemampuan lompat jauh.
3. Kemampuan kemampuan lompat jauh siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2
Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah
diungkapkan di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Adakah perbedaan pengaruh latihan berbeban dengan beban luar dan beban
dalam terhadap kemampuan kemampuan lompat jauh siswa putra kelas VIII
SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010?
2. Adakah perbedaan pengaruh power otot tungkai tinggi dan power otot tungkai
rendah terhadap kemampuan kemampuan lompat jauh siswa putra kelas VIII
SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010?
3. Adakah interaksi antara latihan berbeban dan power otot tungkai terhadap
kemampuan kemampuan lompat jauh siswa putra kelas VIII SMP Negeri
2Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini
mempunyai tujuan untuk mengetahui:
1. Perbedaan pengaruh latihan berbeban dengan beban luar dan beban dalam
terhadap kemampuan kemampuan lompat jauh siswa putra kelas VIII SMP
Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010.
2. Perbedaan pengaruh power otot tungkai tinggi dan power otot tungkai rendah
terhadap kemampuan kemampuan lompat jauh siswa putra kelas VIII SMP
Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010.
3. Ada tidaknya interaksi antara latihan berbeban dan power otot tungkai
terhadap kemampuan kemampuan lompat jauh siswa putra kelas VIII SMP
Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik bagi peneliti
maupun guru dan siswa yang dijadikan obyek penelitian antara lain:
1. Dapat meningkatkan kemampuan lompat jauh siswa yang dijadikan obyek
penelitian.
2. Dapat dijadikan sebagai masukan dan pedoman bagi guru Penjaskes di SMP
Negeri 2 Matesih Karanganyar pentingnya latihan berbeban untuk mendukung
kemampuan lompat jauh atau nomor atletik lainnya yang melibatkan kerja otot
tungkai.
3. Bagi peneliti dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam bidang
penelitian ilmiah untuk dapat dikembangkan lebih lanjut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Lompat Jauh
Lompat jauh merupakan salah satu nomor dalam cabang olahraga atletik.
Lompat jauh merupakan suatu gerakan melompat menggunakan tumpuan satu
kaki yang bertujuan untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya. Sasaran dan tujuan
lompat jauh adalah untuk mencapai jarak lompatan sejauh mungkin ke sebuah bak
lompat yang berisi pasir atau bahan yang sejenis. Hal ini sesuai pendapat Aip
Syarifuddin (1992:90) bahwa, “Lompat jauh adalah suatu bentuk gerakan
melompat mengangkat kaki ke atas ke depan dalam upaya membawa titik berat
badan selama mungkin di udara (melayang di udara) yang dilakukan dengan cepat
dan dengan jalan melakukan tolakan pada satu kaki untuk mencapai jarak yang
sejauh-jauhnya”.
Berdasarkan gayanya, gaya lompat jauh dibedakan menjadi tiga macam.
Dari ketiga gaya dalam lompat jauh tersebut, letak perbedaaanya pada saat
melayang di udara. Pada saat melayang di udara tersebut membentuk gerakan atau
gaya sesuai yang dikehendaki. Berikut ini akan dikaji dan diteliti lebih mendalam
lompat jauh gaya schnepper atau menggantung.
a. Gaya Lompat Jauh
Lompat jauh merupakan suatu bentuk gerak melompat mengangkat kaki
ke atas ke depan dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin di
udara (melayang di udara) yang dilakukan dengan cepat dengan jalan melalui
tolakan pada satu kaki untuk mencapai jarak lompatan yang sejauh-jauhnya.
Berdasarkan gayanya, gaya lompat jauh dibedakan menjadi tiga macam
yaitu gaya jongkok (sit down in the air), gaya berjalan di udara (walking in the
air) dan gaya menggantung (schnepper). Dari ketiga gaya tersebut letak
perbedaanya pada saat melayang di udara. Hal ini sesuai pendapat Tamsir Riyadi
(1985: 95) bahwa, “Perlu diketahui bahwa yang menyababkan adanya perbedaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
dari ketiga gaya lompat jauh tersebut sebenarnya hanya terletak pada saat
melayang di udara. Jadi mengenai awalan, tumpuan dan cara melakukan
pendaratan dari ketiga gaya tersebut pada prinsipnya sama”.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, secara keseluruhan teknik lompat
jauh adalah sama yaitu terdiri dari awalan, tumpuan untuk menolak, melayang di
udara dan pendaratan. Letak perbedaan dari ketiga gaya lompat jauh yaitu pada
saat melayang di udara. Adapun teknik gerakan saat melayang di udara dari ketiga
gaya dalam lompat jauh menurut Soegito, Bambang Wijanarko dan Ismaryati
(1993: 62-63) sebagai berikut:
1) Gaya jongkok:Saat kaki tolak menolakkan kaki pada balok tumpuan, kaki ayundiayunkan ke depan atas untuk membantu mengangkat titik beratbadan ke atas, diikuti kaki tolak menyusul kaki ayun. Saat melayangkedua kaki sedikit ditekuk sehingga posisi badan berada dalam sikapjongkok. Kemudian pada saat akan mendarat kedua kaki diacungkanke depan bersamaan dengan kedua lengan diluruskan ke depan.Meluruskan kedua lengan ke depan dimaksudkan agar setelahmendarat tidak akan terjungkal ke belakang, sehingga akanmengurangi jarak lompatan.
Gambar 1. Lompat Jauh Gaya Jongkok(Soegito dkk., 1993: 62)
2) Gaya bergantung:Sesaat kaki tolak menolakkan kaki pada balok tumpu, kaki ayundiayunkan ke depan ata, kemudian diturunkan atau diluruskanbersamaan pinggul didorong ke depan dengan kedua lengan diayunkanke atas agak ditarik sedikit ke belakang. Saat akan mendarat keduakaki segera diacungkan ke depan dengan togog badan dibungkukkanke depan disertai gerakan kedua lengan lurus ke depan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Gambar 2. Lompat Jauh Gaya Bergantung(Soegito dkk., 1993: 63)
3) Gaya berjalan di udara:Sesaat kaki tolak menolakkan kaki pada balok tumpu, kaki ayundiangkat ke depan atas untuk membantu mengangkat titik berat badanke atas. Kemudian kaki ayun tersebut diturunkan dan ditarik kebelakang bersamaan kaki tolakan diayunkan ke depan (seperti gerakanorang berlari/berjalan). Dan diakhiri kaki ayun dibawa secepatnya kedepan kemudian mendarat bersama-sama kedua kaki. Agar gerakan inidapat dilakukan dengan sempurna, maka tolakan kaki dan ayunankedua lengan ke atas harus benar-benar kuat hingga dapat melayang diudara setinggi mungkin dan selama mungkin.
Gambar 3. Lompat Jauh Gaya Berjalan Di Udara(Soegito dkk., 1993: 64)
Berdasarkan tiga macam gaya lompat jauh yang telah dikemukakan di
atas, dapat diketahui bahwa lompat jauh merupakan suatu gerakan melompat
sejauh-jauhnya yang didahului dengan lari awalan dengan jarak tertentu kemudian
dilanjutkan dengan gerakan menolak satu kaki yang terkuat pada papan tumpuan,
lalu melayang di udara dan mendarat pada bak lompat. Gerakan-gerakan tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
merupakan satu rangkaian gerakan yang tidak terputus-putus yang dalam
pelaksanaanya merupakan gerakan yang berkelanjutan.
Untuk dapat melakukan lompat jauh dengan baik dan mencapai prestasi
lompatan yang optimal diperlukan latihan dengan menggunakan metode yang
cepat dan melatih baik itu fisik dari pelompat maupun teknik-teknik dasar dalam
lompat jauh.
b. Teknik Lompat Jauh
Teknik merupakan rangkuman metode yang dipergunakan dalam
melakukan gerakan dalam suatu cabang olahraga. Teknik juga merupakan suatu
proses gerakan dan pembuktian dalam suatu cabang olahraga. Atau dengan kata
lain, teknik merupakan pelaksanaan suatu kegiatan secara efektif dan rasional
yang memungkinkan suatu hasil yang optimal dalam latihan atau perlombaan.
Keberhasilan mencapai jarak lompatan yang sejauh-jauhnya tidak terlepas dari
penguasaan teknik melompat yang baik dan benar.
Ditinjau dari gerakan lompat jauh yaitu, melakukan awalan, menolak,
melayang di udara dan mendarat. Berdasarkan gerakan lompat jauh tersebut
menunjukkan bahwa teknik lompat jauh dikelompokkan menjadi empat bagian.
Hal ini sesuai pendapat Yoyo Bahagia dkk., (1999/2000: 160) bahwa, “Untuk
tujuan analisis gerak pada lompat jauh harus memperimbangkan secara konsisten
empat fase yaitu awalan (run up), tolakan kaki (take off), melayang di udara
(flight) dan pendaratan (landing)”.
Penguasaan teknik melompat yang baik dan benar merupakan kunci sukses untuk
mencapai jarak lompatan yang sejauh-jauhnya. Dari keempat teknik melompat
tersebut dalam pelaksanaannya harus dirangkaikan dalam satu pola gerakan yang
utuh agar dapat mencapai lompatan yang sejauh-jauhnya. Untuk mencapai
prestasi lompat jauh yang maksimal, maka teknik-teknik lompat jauh tersebut
harus dikuasai dengan baik dan benar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
2. Latihan
a. Pengertian Latihan
Latihan merupakan suatu proses yang dilakukan secara teratrur guna
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan utama latihan dalam olahraga
prestasi adalah untuk mengembangkan kemampuan biomotorik ke standart yang
paling tinggi, atau dalam arti fisiologis atlet berusaha mencapai tujuan perbaikan
sistem organisme dan fungsinya untuk mengoptimalkan prestasi atau penampilan
olahraganya. Berkaitan dengan latihan, Harsono (1988: 101) menyatakan,
“Latihan adalah proses yang sistematis dari latihan atau bekerja, yang dilakukan
secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah latihan atau
pekerjaannya”. Menurut A. Hamidsyah Noer (1996: 6) bahwa, “Latihan suatu
proses yang sistematis dan kontinyu dari berlatih atau bekerja yang dilakukan
dengan berulang-ulang secara kontinyu dengan kian hari kian menambah jumlah
beban latihan untuk mencapai tujuan”. Hal senada dikemukakan Yusuf
Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996:145) bahwa, “Latihan adalah proses yang
sistematis dari berlatih yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari
kian menambah jumlah beban latihan serta intensitas latihannya”.
Pengertian latihan yang diungkapkan oleh tiga ahli tersebut pada
prinsipnya mempunyai pengertian yang hampir sama, sehingga dapat disimpulkan
bahwa, latihan (training) merupakan proses kerja atau berlatih yang sistematis dan
kontinyu, dilakukan secara berulang-ulang dengan beban latihan yang semakin
meningkat.
Latihan yang sistematis maksudnya adalah program latihan direncanakan
secara matang, dilaksanakan sesuai jadwal menurut pola yang telah ditetapkan,
dan evaluasi sesuai dengan alat yang benar. Penyajian materi harus dilakukan dari
materi yang paling mudah ke arah materi yang paling sukar, dari materi yang
sederhana mengarah kepada materi yang paling kompleks.
Latihan dilakukan secara berulang-ulang, maksudnya latihan harus
dilakukan menimal tiga kali dalam seminggu. Dengan pengulangan ini diharapkan
gerakan yang pada saat awal latihan dirasakan sukar dilakukan, pada tahap-tahap
berikutnya akan menjadi lebih mudah dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Beban latihan harus meningkat maksudnya, penambahan jumlah beban
latihan harus dilakukan secara periodik, sesuai dengan prinsip-prinsip latihan, dan
tidak harus dilakukan pada stiap kali latihan, namun tambahan beban harus segara
dilakukan ketika atlet merasakan latihan yang dilaksanakan terasa ringan.
b. Prinsip-Prinsip Latihan
Latihan merupakan suatu proses yang dilakukan secara teratur guna
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan latihan maka harus
berpedoman pada prinsip-prinsip latihan yang benar. Menurut Sudjarwo (1993:
21) bahwa, “Prinsip-prinsip latihan digunakan agar pemberian dosis latihan dapat
dilaksanakan secara tepat dan tidak merusak atlet”.
Prinsip latihan merupakan garis pedoman yang hendaknya dipergunakan
dalam latihan yang terorganisir dengan baik. Agar tujuan latihan dapat dicapai
secara optimal, hendaknya diterapkan prinsip-prinsip latihan yang baik dan tepat.
Menurut Sudjarwo (1993: 21-23) prinsip-prinsip latihan di antaranya: “(1) Prinsip
individu, (2) Prinsip penambahan beban, (3) Prinsip interval, (4) Prinsip
penekanan beban (stress), (5) Prinsip makanan baik dan, (6) Prinsip latihan
sepanjang tahun”.
Prinsip-prinsip latihan tersebut sangat penting untuk diperhatikan dalam
latihan. Tujuan latihan dapat tercapai dengan baik, jika prinsip-prinsip latihan
tersebut dilaksanakan dengan baik dan benar.
3. Latihan Berbeban
a. Pengertian Latihan Berbeban
Latihan berbeban merupakan suatu latihan yang dilakukan secara
sistematis dan kontinyu yang menggunakan beban tertentu untuk mencapai suatu
tujuan. Berkaitan dengan latihan berbeban Harsono (1988: 185) menyatakan,
“Latihan berbeban adalah latihan yang sistematis di mana beban hanya dipakai
sebagai alat untuk menambah kekuatan otot guna mencapai tujuan tertentu”.
Menurut Sudjarwo (1993: 35) bahwa, “weight training merupakan latihan yang
sistematis dengan beban/tahanan yang berupa badan sendiri/lawan atau dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
alat seperti barbel, katrol dan lain sebagainya”. Menurut M. Furqon H. (1996: 1)
bahwa, “Latihan berbeban adalah suatu cara menerapkan prosedur pengkondisian
tertentu secara sistematis pada berbagai otot tubuh”.
Berdasarkan pengertian latihan berbeban yang dikemukakan tiga ahli
tersebut dapat disimpulkan bahwa, latihan berbeban adalah suatu bentuk latihan
yang memberikan pembebanan pada tubuh baik dengan alat atau pun tanpa alat
untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan digunakannya beban tersebut dapat
merangsang fisiologis otot untuk beradaptasi dalam meningkatkan kekuatan otot.
O’shea yang dikutip M. Sajoto (1995: 30) menyatakan:
Latihan berbeban mempunyai dua dasar fisiologis untuk mengembangkankekuatan secara maksimum yaitu, “(1) Semua program latihan harusberdasarkan SAID (Specific Adaptation to Imposed Demands), latihantersebut hendaknya khusus sesuai dengan sasaran yang diinginkan. (2)Latihan harus diberikan berdasarkan prinsip overload. Prinsip inimenjamin agar sistem dalam tubuh mendapat tekanan besarnya bebanmakin meningkat yang diberikan secara bertahap dalam jangka waktutertentu.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, dalam memberikan latihan
berbeban harus didasarkan pada karakteristik cabang olahraga yang akan
dikembangkan. Sebagai contoh, untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh
gaya schnepper latihan berbeban yang relevan adalah latihan untuk meningkatkan
kekuatan anggota gerak bawah khususnya otot-otot tungkai. Dalam pemberian
beban latihan harus dilakukan secara berulang-ulang lebih memungkinkan tubuh
untuk beradaptasi terhadap beban yang diberikan. Bentuk beban latihan yang
dapat dipergunakan dalam latihan bermacam-macam. Harsono (1988: 178)
menyatakan, “Latihan-latihan yang cocok untuk perkembangan kekuatan adalah
latihan-latihan tahanan (resistance exercise) yaitu kita harus mendorong atau
menarik suatu beban. Beban itu bisa anggota tubuh kita sendiri atau pun beban
atau bobot dari luar (external resistance)”.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, dalam memberikan beban latihan
dapat dilakukan dari dalam dan dari luar. Beban latihan dari dalam dapat berupa
berat badan sendiri, mendorong atau menarik. Sedangkan beban dari luar dapat
berupa alat atau benda seperti barbel dan dumbel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
b. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam Latihan Berbeban
Latihan berbeban merupakan bentuk latihan yang efektif untuk
meningkatkan kekuatan. Dalam pelaksanaan latihan berbeban harus diperhatikan
beberapa hal penting. Suharno HP. (1985: 16) menyatakan, sebelum dosis beban
latihan yang akan diberikan kepada atlet ditetapkan perlu diperhatikan faktor-
faktor sebagai berikut:
1) Fisik yang mencakup jenis kelamin, kesehatan total dan kesegaranjasmani.
2) Kemampuan gerak yang meliputi unsur-unsur gerak fisik, penguasaanteknik dan taktik.
3) Mental yang meliputi segi kejiwaan, kepribadian dan kematanganjuara.
4) Sosial ekonomi yang mempengaruhi atlet.
Faktor-faktor tersebut sangat penting diperhatikan dalam pelaksanaan
latihan agar pelatih dapat menentukan dosis latihan yang tepat kepada atletnya.
Hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan dosis latihan harus didasarkan
pada prinsip individual. Hal ini karena, setiap individu mempunyai kemampuan
yang berbeda. Jika dalam pemberian dosis latihan yang tepat dan didasarkan
kemampuan individu, maka dosis latihan dapat dilaksanakan dengan baik oleh
para atletnya. Lebih lanjut Suharno HP. (1985: 17) cara menentukan dosis beban
latihan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, “(1) dengan cara uji coba dan (2)
penentuan intensitas dengan MR (Maximum Repeatition)”.
4. Latihan Berbeban dengan Beban Dalam
a. Pengertian Beban Dalam
Latihan berbeban merupakan bentuk latihan yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kekuatan otot. Dalam pemberian beban latihan dapat dilakukan
dengan beban dalam. Berkaitan dengan beban dalam Suharno HP. (1985: 15)
menyatakan, “Beban dalam (inner load) adalah suatu beban latihan fisiologis
dengan kenaikan denyut nadi”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, beban dalam merupakan suatu
bentuk latihan berbeban yang ditandai dengan kenaikan denyut nadi. Dengan
melakukan latihan berbeban, maka denyut nadi akan mengalami peningkatan dari
denyut nadi normal. Lebih lanjut Suharno HP. (1985: 16) menyatakan,
“Melakukan beban dalam efek fisiologis yang dapat diperiksa adalah kenaikkan
denyut nadi per menitnya dari si atlet yang melakukan latihan. Inner load
dikatakan maksimal bila denyut pols atlet setelah melakukan satu unit latihan
meningkat menjadi 2,5 – 3,5 kali denyut pols normal per menit”.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, pemberian beban dari dalam akan
memberi dampak secara fisiologis yang dapat diketahui melalui kenaikkan denyut
nadi per menitnya. Latihan berbeban dengan beban dalam dapat dilakukan dengan
menggunakan berat badan sebagai bebannya. Latihan berbeban dengan beban
berat badan termasuk bentuk latihan isotonik. Hal ini sesuai pendapat KONI
(1993: 20) bahwa, “Dalam latihan isotonik kita dapat memakai badan kita sendiri
sebagai beban”. Menurut Depdiknas (2000: 110) bahwa, “Latihan kekuatan
isotonik dilakukan dengan melakukan gerakan secara dinamis baik dalam
mengatasi beban diri sendiri maupun dalam mengatasi beban luar”.
Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, latihan berbeban
dengan beban dalam yaitu pemberian beban latihan dengan berat badan. Untuk
mencapai tujuan latihan, maka latihan berbeban dengan beban dalam harus
diklakukan secara berulang-ulang dengan gerakan yang benar. Dengan melakukan
latihan secara berulang-ulang, maka tujuan latihan berbeban akan tercapai.
b. Pelaksanaan Latihan Berbeban dengan Beban Dalam Untuk
Meningkatkan Lompat Jauh
Melompat setinggi dan sejauh mungkin ke depan merupakan prinsip
pokok untuk mencapai prestasi maksimal dalam lompat jauh gaya schnepper.
Untuk melompat setinggi dan sejauh mungkin ke depan, maka otot-otot anggota
gerak bawah harus dikerahkan secara maksimal. Di samping itu juga, bagian-
bagian tubuh yang terlibat dalam gerakan lompat jauh gaya schnepper harus
dikerahkan secara baik pada teknik yang benar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Berkaitan dengan latihan berbeban dengan beban dalam pada penelitian ini
khususnya untuk meningkatkan kemampuan anggota gerak bawah khususnya
untuk meningkatkan power otot tungkai yang mendukung dalam gerakan lompat
jauh gaya schnepper. Untuk meningkatkan power otot tungkai dengan beban
dalam digunakan bentuk latihan melompat. Menurut hasil penelitian Sarwono dan
Ismaryati (1999: 44) bahwa, “Meloncat-loncat (hop) selain merupakan bentuk
latihan untuk mencapai kecepatan dan ketinggian maksimum dari gerakan
tungkai, juga untuk menambah jarak horisontal tubuh. Bentuk latihan melompat
yang akan diterapkan dalam penelitian ini yaitu: alternate leg bound, single leg
hop dan double leg hop”.
Berkaitan dengan latihan berbeban dengan beban dalam, beban dalam
yang digunakan untuk meningkatkan power otot tungkai yaitu dengan gerakan
meloncat-loncat khususnya alternate leg bound, single leg hop dan double leg
hop. Dari latihan meloncat-loncat tersebut dibuat sirkuit dan dikombinasikan
dengan bentuk latihan lain yang mendukung gerakan lompat jauh gaya schnepper.
Latihan berbeban dengan beban disusun secara sirkuit. Adapun pelaksanaan
latihan berbeban dengan beban dalam sebagai berikut:
1) Pos I latihan altenate leg bound
Posisi awal: ambilah sikap berdiri yang enak dengan salah satu kaki agak di
depan untuk memulai melangkah, lengan rileks di samping badan.
Pelaksanaan: mulailah dengan tolakan tungkai belakang, gerakan lutut ke dada
dan usahakan loncatan setinggi dan sejauh mungkin sebelum mendarat.
Bentangkan kaki ke depan dengan cepat. Ayun kedua lengan. Ulangi
rangkaian (dengan kaki lain) pada saat mendarat.
2) Pos II latihan sit up
Posisi awal: Posisi pada hook lying (kaki melayang), kaki ditekukkan pada
lutut, tangan di belakang kepala dibebani/memegang sebuah pemberat. Baik
dalam posisi hook lying atau long lying, gerakan dari paha flexors diperkuat
seandainya kaki dipegang ke bawahdan aktivitas dari abdominal (perut)
ditingkatkan, seandainya tidak dipegang ke bawah.
Gerakan: Sit-up mencapai siku ke lutut. Curl back down = posisi awal suatu
liukan tubuh, mungkin ditambahkan dengan melekatkan suatu siku ke posisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
lutut yang berlawanan. Perlawanan tambahan semacam ini membuat seluruh
tubuh berputar selama geraka
3) Pos III single leg hop
Posisi awal: ambilah sikap berdiri seperti dalam latihan double leg speed hop,
tetapi hanya menggunakan satu tungkai dalam posisi ditekuk selama berlatih
dan jagalah keseimbangan.
Pelaksanaan: mulailah latihan seperti pada latihan double leg hop tetapi
dengan satu tungkai. Pada saat di atas atau di udara kedua lutut dilipat. Jika
tumpuan atau tolakan menggunakan kaki kanan, maka pada saat mendarat
juga menggunakan kaki kanan.
4) Pos IV latihan back-up
Posisi awal: telungkup di lantai (tengkurap), keua kaki lurus dan rapat.
Pasangannya duduk di atas kakinya. Tangan dikencangkan bersama di
belakang kepala.
Gerakan: angkat tubuh ke atas dengan kedua tangan tetap di belakang kepala.
5) Pos V double leg hop
Posisi awal: ambilah sikap berdiri yang relaks, punggung lurus, pandangan ke
depan. Kedua lengan di samping badan dan ditekuk hingga 90 derajat serta
posisi ibu jari ke atas.
Pelaksanaan: mulailah meloncat ke atas setiggi mungkin, tekuklah tungkai
secara penuh hingga posisi kaki di bawah pantat. Berikan tekanan pada
angkatan maksimum dengan membawa lutut ke atas dan ke depan pada tiap
ulangan. Setelah mendarat, loncatlah ke atas dengan cepat dengan gerakan
tungkai yang sama, gunakan lengan untuk membantu angkatan maksimum.
Rangkaian gerakan ini harus dilakukan secepat mungkin. Kerjakan agar
mencapai ketinggian dan jarak maksimum, tetapi tidak mengorbankan irama
pelaksanaan.
Secara skematis pelaksanaan latihan berbeban dengan beban dalam secara
sirkuit sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Pos V (Double leg hop) Pos I (altenate leg bound)
Pos IV Pos II (Sit up)(Back up)
Pos III(Single leg Hop)
Gambar 4. Skematis Latihan Berbeban dengan Beban Dalam secara Sirkuit
c. Kelebihan dan Kelemahan Latihan Berbeban dengan Beban Dalam
terhadap Kemampuan Lompat Jauh Gaya Schnepper
Latihan berbeban dengan beban dalam merupakan bentuk latihan berbeban
yang menggunakan berat badan sebagai beban latihan. Berdasarkan hal tersebut,
latihan berbeban dengan beban dalam tentu memiliki kelebihan dan kelemahan.
Berdasarkan bentuk latihan yang diberikan dalam latihan berbeban dengan beban
dalam dapat diidentifikasi kelebihan dan kelemahannya. Kelebihan latihan
berbeban dengan beban dalam antara lain:
1. Dapat meningkatkan kekuatan bagian-bagain tubuh yang terlibat dalam
gerakan lompat jauh gaya schnepper.
2. Siswa akan merasa mampu dengan beban berat badannya sendiri, sehingga
gerakan dapat dilakukan secara berulang-ulang.
Selain kelebihan tersebut, latihan berbeban dengan beban dalam juga
memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan latihan berbeban dengan beban dalam
antara lain:
1. Gerakan terkadang tidak dilakukan dengan benar jika telah kelelahan,
sehingga akan berpengaruh pada perkembangan otot.
2. Penambahan beban latihan hanya dilakukan dengan penambahan jumlah
gerakan, sehingga perkembangan otot kurang maksimal.
5. Latihan Berbeban dengan Beban Luar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
a. Pengertian Beban Luar
Latihan berbeban dengan beban luar merupakan kebalikan dari latihan
berbeban dengan beban dalam. Latihan berbeban dengan beban luar merupakan
bentuk latihan berbeban dengan menggunakan peralatan atau beban yang
digunakan berupa barbel. Berkaitan dengan beban luar, Suharno HP. (1985: 15)
menyatakan, “Beban luar (outer load) yaitu bentuk bahan latihan yang ditandai
dengan adanya ciri-ciri yang dapat dilihat secara langsung oleh mata”.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, beban luar merupakan bentuk
latihan berbeban yang dapat dilihat atau diketahui secara langsung baik volume,
intensitas, recovery, frekuensi, irama dan durasi latihan. Latihan berbeban dengan
beban luar tersebut sama dengan latihan isotonik, hanya saja dalam pelaksanaan
latihan menggunakan peralatan seperti barbel atau dumbel. Berkaitan dengan
latihan berbeban dengan beban luar yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu
bertujuan untuk meningkatkan kekuatan anggota gerak bawah. M. Sajoto (1995:
87) menyatakan, “Latihan-latihan kekuatan otot mempunyai pengaruh terhadap
hasil yang dicapai pada kemampuan gerak lain seperti dalam pengembangan daya
lompat pada kaki, dan juga terhadap fleksibilitas pada otot dan persendian”.
Untuk meningkatkan kemampuan otot tungkai, maka dalam menerapkan
latihan berbeban harus disesuaikan dengan tuntutan gerak dalam lompat jauh. Hal
ini karena, latihan berbeban untuk meningkatkan kemampuan melompat ada
beberapa macam. Oleh karenanya, seorang pelatih harus cermat dan tepat dalam
menentukan bentuk latihan berbeban untuk meningkatkan kemampuan melompat.
b. Pelaksanaan Latihan Berbeban dengan Beban Luar Untuk
Meningkatkan Lompat Jauh
Prinsip pelaksanaan latihan berbeban dengan beban luar sama dengan
latihan berbeban dengan beban dalam. Hanya saja pembenanan latihan dengan
beban luar yang dimaksud dengan menggunakan barbel. Latihan berbeban yang
diberikan bertujuan untuk meningkatkan anggota gerak bawah khususnya power
otot tungkai M. Sajoto (1995: 87) mengelompokkan jenis-jenis latihan untuk
meningkatkan kemampuan melompat yaitu: “power clean, quarter half squat, leg
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
step ups, leg press, snatch jumping squats, clean and jerk heel raises, knee curls
(quadriceps), back extention, bench press, sit ups”.
Berdasarkan macam-macam bentuk latihan untuk meningkatkan anggota
gerak bawah khususnya untuk meningkatkan kemampuan melompat, jenis latihan
berbeban yang akan digunakan adalah leg step ups, standing calf rise, dan squat.
Dari bentuk-bentuk latihan untuk mengembangkan anggota gerak bawah tersebut
dikombinasikan dengan bentuk latihan lain yang mendukung gerakan lompat jauh
gaya schnepper. Latihan dibuat sirkuit yang terdiri dari enam pos. Adapun
pelaksanaan latihan berbeban untuk melompat sebagai berikut:
1) Pos I latihan leg step ups
Sikap awal: letakkan bangku setinggi tidak lebih dari 16 inchi (40
centimeter), karena setiap pelenturan lutut yang lebih besar dapat
mengakibatkan cedera lutut. Penambahan beban hanya dilakukan
dengan sempurna dan secara cepat.
Gerakan: berdiri tegak dengan membawa barbel di atas pundak.
Langkah satu kaki ke atas bangku, kemudian susul dengan kaki
lainnya. Kedua kaki harus benar-benar lurus pada lutut setelah di atas
bangku. Kemudian kembali ke posisi semula, dan lakukan gerakan
berikut dengan bergantian kaki yang naik ke bangku lebih dulu.
2) Pos II latihan good morning exercise
Posisi awal: Kedua kaki kaki sedikit kangkang (dibuka), lutut kuat, bar
terletak di sepanjang pundak.
Gerakan: Bungkukkan badan ke depan dengan pinggang sampai tubuh
disejajarkan dengan kaki dan kembali pada posisi awal. Seadainya
menggunakan beban yang berat tekukkan lutut sedikit.
3) Pos III latihan squat
Sikap awal: bar terletak sepanjang bahu, kepala ke depan datar sedikit
pinggang melengkung, kaki-kaki berjarak 12-14 inchi.
Gerakan: tarik napas dalam-dalam dan berjongkok pelan-pelan pada
posisi paha atas paralel dengan lantai. Dari posisi berjongkok gerakan
ke atas dengan mempertimbangkan bahwa bagian belakang yang lebih
rendah melengkung dan kuat selama melakukan latihan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
4) Pos IV sit up
Posisi awal: Posisi pada hook lying (kaki melayang), kaki ditekukkan
pada lutut, tangan di belakang kepala dibebani/memegang sebuah
pemberat. Baik dalam posisi hook lying atau long lying, gerakan dari
paha flexors diperkuat seandainya kaki dipegang ke bawahdan
aktivitas dari abdominal (perut) ditingkatkan, seandainya tidak
dipegang ke bawah.
Gerakan: Sit-up mencapai siku ke lutut. Curl back down = posisi awal
suatu liukan tubuh, mungkin ditambahkan dengan melekatkan suatu
siku ke posisi lutut yang berlawanan. Perlawanan tambahan semacam
ini membuat seluruh tubuh berputar selama gerakan
5) Pos V latihan standing calf rise
Sikap awal: berdiri tegak dengan barbel di atas pundak, dan kedua
ujung kaki bertumpu pada balok atau piringan barbel.
Gerakan: angkat tubuh dengan menaikkan tumit (jinjit), jarak
maksimum fleksi dari pada lutut dan tegangan sangat dimungkinkan
dari latihan ini.
Secara skematis pelaksanaan latihan berbeban dengan beban luar secara
sirkuit sebagai berikut:
Pos V (Standing calf rise) Pos I (leg step ups)
Pos IV Pos II (Good morning exercise)(Sit up)
Pos III(Squat)
Gambar 5. Skematis Latihan Berbeban dengan Beban Luar secara Sirkuit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
c. Kelebihan dan Kelemahan Latihan Berbeban dengan Beban Luar
terhadap Kemampuan Lompat Jauh Gaya Schnepper
Latihan berbeban dengan beban luar merupakan latihan berbeban yang
menggunakan peralatan barbel atau dumbel. Dalam pelaksanaannya latihan
berbeban dengan beban luar yaitu melakukan gerakan-gerakan tertentu yang
bertujuan untuk meningkatkan power otot tungkai dan dilakukan secara berulang-
ulang berdasarkan berat beban yang harus diterimanya.
Berdasarkan karakteritis dari latihan berbeban dengan beban luar dapat
diidentifikasi kelebihan dan kelemahannya. Kelebihan latihan berbeban dengan
beban luar antara lain:
1) Dapat meningkatkan kemampuan anggota tubuh yang terlibat dalam gerakan
melompat.
2) Berat beban dapat ditingkatkan secara bertahap, sehingga kekuatan otot dapat
berkembang secara optimal.
3) Kemampuan fisik akan meningkat, karena pembebanan latihan dengan beban
luar didasarkan pada prinsip beban lebih.
Di samping kelebihan tersebut, latihan berbeban dengan beban luar juga
memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan latihan berbeban dengan beban luar
antara lain:
1) Latihan berbeban dengan beban luar akan dirasakan terlalu berat, sehingga ada
kemungkinan terjadinya over-training.
2) Bagi pemula akan dirasakan rasa sakit pada pensendian atau otot karena tidak
terbiasa dengan latihan berbeban.
Berdasarkan kelebihan dan kelemahan latihan berbeban berbeban dengan
beban dalam dan beban luar tersebut di atas, tentunya akan memberi dampak
terhadap peningkatan power otot tungkai. Dengan meingkatnya power otot
tungkai, maka akan membantu pencapaian prestasilompat jauh gaya schnepper.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
6. Power Otot Tungkai
a. Pengertian Power
Power merupakan unsur kondisi fisik yang dibutuhkan pada hampir semua
cabang olahraga. Seperti diungkapkan KONI (1993: 26) bahwa, “Power lebih
diperlukan dan boleh dikatakan semua cabang olahraga, oleh karena di dalam
power , kecuali ada kekuatan terdapat pula kecepatan”.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, kekuatan dan kecepatan
merupakan unsur utama dari power. Terciptanya power jika kekuatan dan
kecepatan dikerahkan secara maksimal dalam waktu yang singkat. Berkaitan
dengan power, Dangsina Moeloek dan Arjatmo Tjokronegoro (1984: 7)
menyatakan, "Tenaga ledak otot (muscle explosive power) adalah kemampuan
otot atau sekelompok otot melakukan kerja secara eksplosif". Menurut Suharno
HP. (1993: 59) bahwa, “Power adalah kemampuan otot atlet untuk mengatasi
tahanan beban dengan kekuatan dan kecepatan maksimal dalam satu gerak yang
utuh”. M. Sajoto (1995: 8) menyatakan, "Daya ledak otot (muscular power)
adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kekuatan maksimum, dengan
usaha yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya". Hal senada
dikemukakan Mulyono Biyakto Atmojo (2001: 58) bahwa, “Power adalah
kemampuan untuk mengerahkan kekuatan dengan maksimum dalam jangka waktu
yang minim”.
Berdasarkan pengertian power yang dikemukakan empat ahli tersebut
dapat disimpulkan bahwa, power merupakan kemampuan seseorang untuk
mengerahkan kekuatan secara maksimal untuk melakukan gerakan yang utuh
dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Berdasarkan kesimpulan pengertian
power tersebut dapat dirumuskan pengertian power otot tungkai yaitu,
kemampuan otot atau sekelompok otot tungkai dalam mengatasi tahanan beban
atau dengan kecepatan tinggi dalam satu gerakan yang utuh dalam waktu yang
singkat. Power otot tungkai adalah kemampuan otot tungkai untuk melakukan
kerja atau gerakan secara eksplosif yang melibatkan otot-otot tungkai sebagai
penggerak utama. Power otot tungkai digunakan terutama pada gerakan meloncat,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
melompat, menendang atau gerakan-gerakan lain yang melibatkan kerja otot-otot
tungkai secara eksplosif.
b. Peranan Power Otot Tungkai terhadap Kemampuan Lompat Jauh
Power otot tungkai merupakan kemampuan seseorang untuk mengerahkan
kekuatan dan kecepatan dari otot-otot tungkai secara maksimal dalam waktu yang
singkat. Power otot tungkai berperan terutama dalam gerakan-gerakan yang
melibatkan otot-otot tungkai secara maksimal dan eksplosif seperti dalam lompat
jauh.
Ditinjau dari gerakan lompat jauh, power otot tungkai berperan terutama
pada saat melakukan awalan dan gerakan menumpu untuk menolak. Pada saat
melakukan awalan dengan lari cepat (sprint) dan dilanjutkan menumpu untuk
menolak pada balok tumpuan merupakan fase perubahan gerak horisontal menjadi
gerak vertikal. Pada fase ini kemampuan melakukan awalan dengan cepat dan
menumpu dengan kuat sangat ditentukan oleh kemampuan dari otot-otot tungkai.
Aip Syarifuddin (1992: 91) menyatakan, “Tolakan adalah perubahan atau
perpindahan gerakan dari gerakan horisontal ke gerakan vertikal yang dilakukan
dengan secara cepat. Dimana sebelumnya pelompat sudah mempersiapkan diri
untuk melakukan tolakkan sekuat-kuatnya pada langkah yang terakhir, sehingga
seluruh tubuh terangkat ke atas melayang di udara”. Pendapat lain dikemukakan
Jes Jerver (1999: 36) menyatakan, “Perubahan dari kecepatan horisontal menjadi
gerakan bersudut didapat dengan cara memberikan tenaga maksimum pada kaki
yang akan take off”.
Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, perpaduan
kecepatan dan kekuatan sangat penting untuk melakukan tolakan yang
semaksimal. Kemampuan kecepatan yang maksimal dan dirubah dengan tolakan
yang kuat memberi peluang yang besar untuk dapat melakukan lompatan yang
tinggi, sehingga akan diperoleh lompatan yang sejauh-jauhnya. Jika seorang
pelompat memiliki power otot tungkai yang baik dan mampu mengerahkan pada
teknik yang benar, maka mempunyai peluang untuk dapat melompat sejauh-
jauhnya. Namun sebaliknya, jika seorang pelompat power otot tungkainya rendah,
maka lompatannya tidak dapat dilakukan secara maksimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
B. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas dapat
dirumuskan kerangka pemikiran sebagai berikut:
1. Perbedaan Pengaruh Latihan Berbeban dengan Beban Dalam dan Beban
Luar terhadap Kemampuan Lompat Jauh
Latihan berbeban dengan beban dalam dan beban luar merupakan bentuk
pembebanan latihan yang memiliki karakteristik yang berbeda. Latihan berbeban
dengan beban dalam yaitu bentuk latihan berbeban yang pembebanan latihannya
menggunakan berat badan sendiri. Dalam latihan berbeban dengan beban dalam
peningkatan beban latihan dilakukan dengan cara penambahan repetisi atau
ulangan gerakan. Berdasarkan karakteristik tersebut, latihan berbeban dengan
beban dalam memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan latihan berbeban
dengan beban dalam antara lain: dapat meningkatkan kinerja otot tungkai, beban
akan dirasakan lebih ringan karena mengakat berat badan sendiri. Sedangkan
kelemahan latihan berbeban dengan beban dalam antara lain: gerakan tidak
dilakukan dengan benar jika telah mengalami kelelahan sehingga akan
berpengaruh pada perkembangan otot, peningkatan beban latihan hanya dilakukan
dengan menambah jumlah gerakan, sehingga perkembangan otot tidak maksimal.
Latihan berbeban dengan beban luar merupakan bentuk latihan berbeban
yang menggunakan alat berupa barbel atau dumbel. Berdasarkan karakteristik
latihan berbeban dengan beban luar, latihan ini memiliki kelebihan antara lain:
dapat meningkatkan kinerja otot tungkai, berat beban dapat ditingkatkan secara
bertahap sehingga dapat mengembangkan kekuatan otot secara optimal,
kemampuan fisik dapat meningkat karena di dasarkan pada prinsip overload.
Sedangkan kelemahan latihan berbeban dengan beban luar antara lain: dapat
terjadi overtraining, dapat menimbulkan rasa sakit pada otot dan persendian
terutama bagi pemula.
Berdasarkan karakteristik, kelebihan dan kelemahan latihan berbeban
dengan beban dalam dan beban luar menunjukkan perbedaan, sehingga hal ini
akan berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan lompat jauh. Dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
demikian diduga latihan berbeban dengan beban dalam dan beban luar memiliki
perbedaan pengaruh terhadap kemampuan lompat jauh gaya schnepper.
2. Perbedaan Pengaruh Power Otot Tungkai Tinggi dan Power Otot
Tungkai Rendah terhadap Kemampuan Lompat Jauh
Unsur utama dari power yaitu kekuatan dan kecepatan. Power akan
dihasilkan oleh kerja otot yang dikerahkan dengan kekuatan maksimal dan dalam
waktu sesingkat mungkin. Dalam gerakan lompat jauh, keberadaan power otot
tungkai sangat berperan penting untuk mendukung pencapaian prestasi
yangmaksimal.
Power otot tungkai berperan dalam lompat jauh gaya jongkok terutama
pada gerakan saat menumpu untuk menolak. Gerakan menumpu untuk menolak
merupakan akselesari dari kecepatan awalan yang dilakukan secara maksimal
untuk kemudian menumpu dan menolak dengan salah satu kaki yang kuat yang
dilakukan secara eksplosif dalam waktu yang singkat. Dengan power otot tungkai
yang baik maka akan mendukung gerakan menolak lebih maksimal, sehingga
akan diperoleh daya dorong ke depan atas secara maksimal pula. Semakin kuat
dan cepat tolakan dari kaki mengakibatkan tubuh melayang tinggi jauh ke depan,
sehingga akan diperoleh jarak lompatan yang maksimal pula. Tetapi sebaliknya,
jika pada saat melakukan awalan dan tolakkan lemah, maka lompatan juga tidak
maksimal. Dengan demikian diduga, antara power otot tungkai tinggi dan rendah
memiliki perbedaan pengaruh terhadap hasil belajar lompat jauh gaya jongkok.
3. Interaksi antara Latihan Berbeban dan Kelentukan Otot Punggung
terhadap Lompat Jauh Gaya Schnepper
Latihan berbeban dengan beban dalam dan beban luar merupakan bentuk
latihan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan otot tungkai. Hal ini
karena, dalam gerakan lompat jauh dibutuhkan otot-otot tungkai yang kuat
terutama pada saat gerakan menumpu untuk melompat. Dengan lompatan yang
tinggi mempunyai peluang mencapai lompatan yang sejauh-jauhnya. Namun
untuk melakukan lompatan yang tinggi dan jauh ke depan dibutuhkan power otot
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
tungkai. Baik tidaknya power otot tungkai yang dimiliki siswa akan berpengaruh
terhadap kemampuan lompat jauh.
Ditinjau dari pelaksanaan latihan berbeban dengan beban dalam dan beban
luar bahwa, siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi lebih baik atau lebih
cocok diberi latihan berbeban dengan beban luar. Hal ini karena, latihan berbeban
dengan beban luar ada beban beruba barbel yang harus diatasi atau diangkat untuk
melakukan suatu gerakan tertentu yang melibatkan otot-otot tungkai. Dengan otot-
otot tungkai yang baik, maka gerakan-gerakan yang melibatkan otot tungkai pada
latihan berbeban dengan beban luar dapat dilakukan dengan baik. Sedangkan
siswa yang memiliki power otot tungkai rendah lebih cocok diberi bentuk latihan
berbeban dengan beban dalam. Pemberian beban latihan dengan berat badan
sendiri akan memudahkan siswa melakukan gerakan-gerakan yang melibatkan
otot-otot tungkai. Penambahan beban latihan dengan menambah jumlah gerakan
tidak dirasakan berat oleh otot-otot tungkai. Dengan demikian diduga antara
latihan berbeban dan power otot tungkai memiliki interaksi di antara keduanya.
C. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran yang telah
dikemukakan di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Ada perbedaan pengaruh latihan berbeban dengan beban dalam dan beban luar
terhadap kemampuan lompat jauh pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2
Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010.
2. Ada pengaruh antara power otot tungkai tinggi dan power otot tungkai rendah
terhadap kemampuan lompat jauh pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2
Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010.
3. Ada interaksi antara latihan berbeban dan power otot tungkai terhadap
kemampuan lompat jauh pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih
Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lokasi SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai dengan
Februari 2010, dengan frekuensi latihan tiga kali dalam satu minggu. Dalam hal
ini M. Sajoto (1995: 35) menyatakan, “Para pelatih dewasa ini pada umumnya
setuju untuk menjalankan program latihan 2 atau 3 kali setiap minggu, agar tidak
terjadi kelelahan yang kronis. Adapun lama latihan yang diperlukan adalah selama
6 minggu atau lebih”.
B. Metode Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode pada dasarnya adalah suatu cara melakukan sesuatu. Menurut
Winarno Surakhmad (1982-76) metode adalah suatu prosedur atau cara yang
berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Jadi metode penelitian merupakan
suatu cara yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan penelitian. Metode
penelitian yang digunakan ditetapkan berdasarkan pada tujuan dan hasil penelitian
yang diharapkan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Dasar penggunaan metode ini adalah kegiatan percobaan yang diawali dengan
memberikan perlakuan kepada subjek yang diakhiri dengan suatu bentuk tes guna
mengetahui pengaruh perlakuan yang telah diberikan.
2. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah faktorial 2 X 2. Menurut
Sugiyanto (1995: 30) bahwa, “Rancangan faktorial adalah rancangan dimana bisa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
dimasukkan dua variabel atau lebih untuk memanipulasi secara simultan. Dengan
rancangan ini bisa diteliti pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel
dependen, dan juga pengaruh interaksi antara variabel-variabel independen”.
Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan gambar rancangan penelitian ini sebagai
berikut :
Tabel 1. Rancangan Penelitian Faktorial 2 X 2
Latihan Berbeban
Power otot tungkai
Beban Dalam
(A1)
Beban Luar
(A2)
Tinggi (B1) A1B1 A2B1
Rendah (B2) A1B2 A2B2
Keterangan:
A1B1:Kelompok latihan berbeban dengan beban dalam kriteria sampel power otottungkai tinggi.
A1B2:Kelompok latihan berbaban dengan beban dalam kriteria sampel power otottungkai rendah.
A2B1:Kelompok latihan berbeban dengan beban luar kriteria sampel power otottungkai tinggi.
A2B2:Kelompok latihan berbeban dengan beban luar kriteria sampel power otottungkai rendah.
C. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian terdiri dua variabel bebas (independen) dan satu
variabel terikat (dependen) yaitu:
1) Variabel bebas (independen) yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain.
Variabel bebas (independen) dalam penelitian ini yaitu:
a) Variabel manipulatif terdiri atas:
(1) Latihan berbeban dengan beban dalam.
(2) Latihan berbeban dengan beban luar.
b) Variabel atributif adalah variabel yang melekat pada diri sampel yang
dibedakan atas :
(1) Power otot tungkai tinggi.
(2) Power otot tungkai rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
2) Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan lompat jauh.
D. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih
Karanganyar tahun pelajaran 2008/2009 berjumlah 78 siswa yang terbagi dalam
empat kelas.
2. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive random
sampling, yaitu didasarkan pada kemampuan kelentukan otot punggung yang
dimiliki siswa. Kemampuan kelentukan otot punggung diketahui melalui tes dan
pengukuran power otot tungkai dengan bridge-up test terhadap 78 siswa putra
tersebut, kemudian diklasifikasi power otot tungkai tinggi, power otot tungkai
sedang dan power otot tungkai rendah. Sampel yang digunakan yaitu 20 siswa
dengan kategori power otot tungkai tinggi dan 20 kategori power otot tungkai
rendah. Sedangkan siswa dengan kategori power otot tungkai sedang tidak
dijadikan sampel. Untuk mengelompokkan sampel penelitian ke masing-masing
kelompok dengan cara random atau acak. Selanjutnya sampel dikelompokkan
menjadi 4 sesuai rancangan faktorial 2 X 2.
E. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan masalah dan hipotesis yang telah diajukan dalam judul
penelitian ini, maka data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini dengan tes
dan pengukuran dalam olahraga.
Data penelitian diperoleh melalui tes dan pengukuran yang terdiri dari:
1) Tes dan pengukuran power otot tungkai dengan vertical jump dari Barry L.
Johnson & Jack K. Nelson (1986: 211).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
2) Tes dan pengukuran kemampuan lompat jauh gaya schnepper dari Tamsir
Riyadi (1985: 167). Petunjuk pelaksanaan tes terlampir.
F. Teknik Analisis Data
1. Mencari Reliabilitas
Uji reliabilitas dalam penelitian ini dengan menggunakan korelasi interklas
dari Mulyono B. (2001: 45) dengan rumus sebagai berikut:
MSA – MSW
R =MSA
Keterangan :
R = Koefisien reliabilitas
MSA = Jumlah rata-rata dalam kelompok
MSW = Jumlah rata-rata antar kelompok
2. Uji Prasyarat Analisis
Uji prasyarat analisis dalam penelitian ini meliputi uji normalitas dan uji
homogenitas. Adapun langkah masing-masing uji prasyarat tersebut sebagai
berikut:
a. Uji Normalitas (Metode Lilliefors)
Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel
penelitian ini berasal dari populasi yang normal atau tidak. Adapun langkah-
langkah uji normalitas metode Lilliefors menurut Sudjana (2002: 466) sebagai
berikut:
1) Pengamatan X1,X2,X3,………….Xn dijadikan bilangan baku
Z1,Z2,Z3,………..Zn, dengan menggunakan rumus :
Zi = { Xi – X }/ SD, dengan X dan SD berturut-turut merupakan rata-rata dan
simpangan baku.
2) Data dari sampel tersebut kemudian diurutkan dari skor terendah sampai skor
tertinggi.
3) Untuk tiap bilangan baku ini dan dengan menggunakan daftar distribusi
normal baku kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z < Zi).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
4) Menghitung perbandingan antara nomor subyek I dengan subyek n yaitu :
S(Zi) = i/n.
5) Mencari selisih antara F(Zi) – S(Zi), dan ditentukan harga mutlaknya.
6) Menentukan harga terbesar dari harga mutlak diambil sebagai Lo.
Rumusnya : Lo = | F(Zi) – S(Zi) | maksimum.
Kreteria :
Lo < Ltab : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Lo > Ltab : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas ( Metode Bartlett )
Uji Homogenitas dilakukan dengan Uji Bartlet. Langkah-langkah uji
homogenitas dengan metode Bartlet menurut Sudjana (2002: 261) sebagai berikut:
1) Membuat tabel perhitungan yang terdiri dari kolom – kolom kelompok sampel
: dk (n-1), 1/dk, Sdi2, dan (dk) log Sdi2.
2) Menghitung varians gabungan dari semua sampel.
Rumusnya :
11...............1 2
2
n
SdnSD i
12 nSdLogB i
3) Menghitung X2
Rumusnya : X2 = (Ln) B-(n-1) Log Sdi 1………(2)
Dengan (Ln 10) = 2,3026
Hasilnya ( X2 hitung ) kemudian dibandingkan dengan ( X2 tabel ), pada taraf
signifikansi = 0,05 dan dk (n-1).
4) Apabila X2 hitung < X2 tabel, maka Ho diterima.
Artinya varians sampel bersifat homogen. Sebaliknya apabila X2 hitung > X2
tabel, maka Ho ditolak. Artinya varians sampel bersifat tidak homogen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
3. Analisis Data
a. ANAVA Rancangan Faktorial 2 x 2
1) Metode AB untuk perhitungan ANOVA dua Faktor
Tabel 2. Ringkasan ANAVA untuk Eksperimen factorial 2 x 2
SumberVariasi
dk JK RJK Fo
Rata – rataPerlakuanABAB
1
a-1b-1(a-1) (b-1)
Ry
Ay
By
ABy
R
ABAB
A/EB/EAB/E
Kekeliruan ab(n-1) Ey E
Keterangan :
A = Taraf factorial A N = Jumlah sampel
B = Taraf factorial B
Langkah- langkah perhitungan:
a) 2
11
2ij
b
j
a
i
b)abn
R
b
j
a
i
y
11
c) yij
b
j
a
i
RJJab
2
11
d) yi
a
iy Rbn
/2
1
e) yi
b
jy Ran
/2
1
f) yyaby Jb
g) )(2yyyyy R
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
2) Kreteria Pengujian Hipotesis
Jika 211 VVFF , maka hipotesis nol ditolak.
Jika 211 VVFF , maka hipotesis nol di terima dengan : dk pembilang
1iV dan dk penyebut knknV .............12 = taraf signifikan untukpengujian hipotesis.
Keterangan:Y2 : Jumlah kuadrat dataRy : Rata-rata peningkatan karena perlakuanAy : Jumlah peningkatan pada kelompok berdasarkan latihan berbeban dengan
beban dalam dan beban luar.By : Jumlah peningkatan berdasarkan power otot tungkai.Aby: Selisih antara jumlah peningkatan data keseluruhan dan jumlah peningkatan
kelompok perlakuan dan power otot tungkai.Jab : Selisih jumlah kuadrat data dan rata-rata peningkatan perlakuan.
b. Uji Rentang Newman – Keuls setelah ANOVA
Menurut Sudjana (1994:36) langkah-langkah untuk melakukan uji
Newman–Keuls adalah sebagai berikut:
1) Susun k buah rata-rata perlakuan menurut urutan nilainya dari yang terkecil
sampai yang terbesar.
2) Dari rangkaian ANAVA, diambil haarga RJK disertai dk-nya.
3) Hitung kekeliruan buku rata-rata untuk setiap perlakuan dengan rumus:
N
KekeliruanRJKS E
y RJK (Kekeliruan) juga didapat dari hasil
rangkuman ANAVA.
4) Tentukan taraf siknifikan , lalu gunakan daftar rentang student. Untuk uji
Newman–Keuls, diambil V = dk dari RJK ( Kekeliruan ) dan P = 2,3…,k.
Harga – harga yang didapat dari bagian daftar sebanyak (k-1) untuk V dan P
supaya dicatat.
5) Kalikan harga – harga yang didapat di titik…….. di atas masing–masing yS
dengan jalan demikian diperoleh apa yang dinamakan rentang siknifikan
terkecil (RST).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
6) Bandingkan selisih rata–rata terkecil dengan RST untuk mencari P-k selisih
rata–rata terbesar dan rata–rata terkecil kedua dengan RST untuk P = (k-1),
dan seterusnya. Demikian halnya perbandingan selisih rata – rata terbesar
kedua rata – rata terkecil dengan RTS untuk P = (k-1), selisih rata-rata
terbesar kedua dan selisih rata-rata terkecil kedua dengan RST untuk P = (k-
2), dan seterusnya. Dengan jalan begitu semua akan ada 12/1 kK pasangan
yang harus dibandingkan. Jika selisih–selisih yang didapat lebih besar dari
pada RST-nya masing–masing maka disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
yang siknifikan antara rata–rata perlakuan.
c. Hipotesa Statistik
Hipotesa 1 210 H
21 AH
Hipotesa 2 210 H
21 AH
Hipotesa 3 00 InteraksiH
0 InteraksiH A
Keterangan
= Nilai rata – rata
A1 = Latihan berbeban dengan beban dalam
A2 = Latihan berbeban dengan beban luar
B1 = Power otot tungkai tinggi
B2 = Power otot tungkai rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Deskripsi hasil analisis data hasil belajar lompat jauh gaya pada
siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran
2009/2010 sesuai dengan kelompok yang dibandingkan, disajikan dalam bentuk
tabel sebagai berikut:
Tabel 3. Deskripsi Data Hasil Belajar Lompat Jauh Gaya Schnepper Menurut
Kelompok Penelitian.
PerlakuanPower Otot
TungkaiStatistik Tes Awal Tes akhir Peningkatan
LatihanBeban Dalam
TinggiJumlahMean
SD
33,413,3410,308
38,543,8540,343
5,130,5130,117
RendahJumlahMean
SD
31,543,1540,162
36,893,6890,257
5,350,5350,127
LatihanBeban Luar
TinggiJumlahMean
SD
33,753,3750,109
40,944,0940,147
7,190,7190,121
RendahJumlahMean
SD
31,023,1020,219
36,233,6230,275
5,210,5210,158
1. Pada kelompok perlakuan yang dilatih dengan latihan beban dalam
mempunyai rata-rata peningkatan 1.048. Dan pada kelompok perlakuan yang
dilatih dengan latihan beban luar mempunyai rata-rata peningkatan 1.240. Bila
kedua latihan itu dibandingkan maka rata-rata peningkatan lompat jauh gaya
schnepper pada kelompok perlakuan latihan beban luar lebih baik daripada
kelompok perlakuan yang dilatih dengan latihan beban dalam.
2. Kelompok perlakuan pada siswa yang mempunyai power otot tungkai tinggi
mempunyai rata -rata peningkatan 1.232. Dan pada kelompok perlakuan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
siswa dengan power otot tungkai rendah mempunyai rata-rata peningkatan
1.056. Bila kedua kelompok ini dibandingkan, maka kelompok perlakuan
siswa dengan power otot tingkai tinggi lebih baik daripada kelompok
perlakuan pada siswa dengan kecepatan rendah.
3. Untuk mengetahui gambaran menyeluruh dari nilai rata-rata hasil peningkatan
hasil lompat jauh gaya schnepper sebelum dan sesudah diberi perlakuan
maka dapat dibuat grafik perbandingan nilai-nilai sebagai berikut :
Gambar 6. Grafik Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Lompat Jauh Gaya SchnepperBerdasarkan Tiap Kelompok Perlakuan dan Tingkat Power OtotTungkai
4. Agar nilai-nilai rata-rata peningkatan hasil belajar lompat jauh gaya schnepper
yang dicapai tiap kelompok perlakuan mudah dipahami, maka nilai
peningkatan hasil belajar lompat jauh gaya schnepper pada tiap kelompok
perlakuan disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
Gambar 7. Grafik Nilai Rata-rata Peningkatan Hasil Belajar Lompat jauhgaya schnepper antara Kelompok Perlakuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Keterangan :
A1B1:Kelompok latihan berbeban menggunakan Latihan beban dalam dengan
kriteria sampel power otot tungkai tinggi.
A1B2:Kelompok latihan berbeban menggunakan Latihan beban dalam dengan
kriteria sampel power otot tungkai rendah
A2B1:Kelompok latihan berbeban menggunakan Latihan beban luar dengan
kriteria sampel power otot tungkai tinggi.
A2B2:Kelompok latihan berbeban menggunakan Latihan beban luar dengan
kriteria sampel power otot tungkai rendah.
B. Uji Reliabilitas
Tingkat reliabilitas hasil tes awal dan tes akhir hasil belajar lompat jauh
gaya schnepper diketahui melalui uji reliabilitas. Hasil uji reliabilitas tes awal dan
tes akhir hasil belajar lompat jauh gaya schnepper dalam penelitian sebagai
berikut:
Tabel 4. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data Tes Awal dan Tes Akhir
Hasil Tes Reliabilitas KategoriTes awal lompat jauhTes akhir lompat jauh
0.890.94
TinggiTinggi sekali
Adapun dalam mengartikan kategori koefisien reliabilita tes tersebut,
menggunakan pedoman tabel koefisien korelasi dari Book Walter seperti dikutip
Mulyono B (1992: 15) sebagai berikut:
Tabel 5. Tabel Range Kategori Reliabilitas
Kategori Validitas Reliabilitas ObyektivitasTinggi sekali
TinggiCukupKurang
Tidak signifikan
0,80 – 1,00,70 – 0,790,50 – 0,690,30 – 0,490,00 – 0,29
0,90 – 1,00,80 – 0,890,60 – 0,790,40 – 0,590,00 – 0,39
0,95 – 1,00,85 – 0,940,70 – 0,840,50 – 0,690,00 – 0,49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
C. Uji Prasyarat Analisis Data
1. Uji Normalitas
Sebelum dilakukan analisis data perlu diuji distribusi
kenormalannya. Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan metode
Lilliefors. Hasil uji normalitas data yang dilakukan pada tiap kelompok sebagai
berikut:
Tabel 6. Hasil Uji Normalitas dengan Lilliefors.
KelompokPerlakuan
N M SD Lhitung Ltabel 5% Kesimpulan
KP1 10 0.513 0.117 0.0852 0.258 Distribusi normal
KP2 10 0.535 0.127 0.1632 0.258 Distribusi normal
KP3 10 0.719 0.121 0.1255 0.258 Distribusi normal
KP4 10 0.521 0.158 0.1580 0.258 Distribusi normal
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa Lo < Lt. Hal ini
menunjukkan bahwa sampel yang terambil berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Dengan demikian persyaratan normalitas data telah
terpenuhi. Rincian dan prosedur uji normalitas dapat dilihat pada lampiran.
2. Uji Homogenitas
Dengan data yang sama, setelah dianalisis menggunakan uji bartlet, maka
diperoleh hasil pengujian homogenitas seperti tabel berikut:
Tabel 7. Tabel Hasil Uji Bartlet.
Kelompok Ni S2 X2hit X2
tabel Kesimpulan
4 10 0.01729 1.042 7.81 Homogen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui X2hit lebih kecil dari pada X2
tabel.
Hal ini menunjukkan bahwa sampel penelitian bersifat homogen. Dengan
demikian persyaratan homogenitas juga dipenuhi. Mengenai rincian dan prosedur
analisis uji homogenitas varians dapat diperiksa pada lampiran.
D. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis berdasarkan pada hasil analisis data dan interprestasi
analisis varians. Uji rentang newman keuls ditempuh sebagai langkah uji rerata
setelah anava. Bila anava menghasilkan kesimpulan tentang perbedaan pengaruh
kelompok yang dibandingkan, maka uji rentang newman keuls dimaksudkan
untuk mengetahui pengaruh kelompok mana yang lebih baik.
Berkenaan dengan hasil analisis dan uji rentang newman keuls, ada beberapa
hipotesis yang harus diuji. Hasil analisis data dapat dilihat seperti tabel berikut ini:
Tabel 8. Ringkasan Nilai Rerata Hasil Belajar Lompat jauh gaya schnepperBerdasarkan Latihan berbeban Tingkat Power otot tungkai Sebelumdan Sesudah Diberi Perlakuan.
Variabel penelitian
RerataA1 A2
B1 B2 B1 B2
SebelumSesudah
3.3413.854
3.1543.689
3.3754.094
3.1023.623
Peningkatan 0.513 0.535 0.719 0.521
Tabel 9. Ringkasan Keseluruhan Hasil Analisis Varians Dua Faktor
SumberVariasi dk JK RJK Fo Ft
Rata-rataPerlakuan 1 13.0874 13.087
A 1 0.0922 0.092 5.3302 *B 1 0.0774 0.077 4.4789 * 4.11
AB 1 0.1210 0.121 6.9983 *Kekeliruan 36 0.6224 0.017
Total 40 14.0004
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Keterangan :
A = Kelompok metode latihan beban.
B = Kelompok siswa berdasarkan klasifikasi power otot tungkai
AB = Interaksi antara kelompok latihan beban dengan power otot tungkai.
* = Tanda signifikan pada α = 0.05.
Tabel 10. Ringkasan Hasil Uji Rentang Newman Keuls.
KP A1B1 A2B2 A1B2 A2B1 RSTRerata 0.513 0.521 0.535 0.719
A1B1 0.513 - 0.008 0.022 0.206 * 0.1202A2B2 0.521 - 0.014 0.198 * 0.1447A1B2 0.535 - 0.184 * 0.1597A2B1 0.719 -
Keterangan ;
Yang bertanda * signifikan pada P < 0.05.
A1B1:Kelompok latihan berbeban menggunakan Latihan beban dalam dengan
kriteria sampel power otot tungkai tinggi.
A1B2:Kelompok latihan berbeban menggunakan Latihan beban dalam dengan
kriteria sampel power otot tungkai rendah
A2B1:Kelompok latihan berbeban menggunakan Latihan beban luar dengan
kriteria sampel power otot tungkai tinggi.
A2B2:Kelompok latihan berbeban menggunakan Latihan beban luar dengan
kriteria sampel power otot tungkai rendah.
1. Pengujian Hipotesis Pertama
Latihan lompat jauh gaya schnepper menggunakan Latihan beban dalam
dan Latihan beban luar dari hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan terhadap peningkatan hasil belajar lompat jauh gaya schnepper pada
siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran
2009/2010. Dari hasil penghitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai F0 =
5.3302 lebih besar dari Ft = 4,11 ( F0 > Ft ) pada taraf signifikansi 5%. Ini berarti
hipotesis nol (H0) ditolak. Hasil ini menunjukkan, latihan lompat jauh gaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
schnepper menggunakan Latihan beban dalam dan Latihan beban luar terdapat
perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan hasil belajar lompat jauh gaya
schnepper.
2. Pengujian Hipotesis Kedua
Berdasarkan tingkat power otot tungkai yang dimiliki siswa putra kelas
VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010, hasil
penelitian ini menunjukkan ada perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar
lompat jauh gaya schnepper. Dari hasil penghitungan yang telah dilakukan
diperoleh nilai F0 = 4.4789 lebih besar dari Ft = 4,11 ( F0 > Ft ) pada taraf
signifikansi 5%. Ini artinya hipotesis nol (H0) ditolak. Hasil ini menunjukkan
antara power otot tungkai tinggi dan power otot tungkai rendah terdapat
perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar lompat jauh gaya schnepper .
3. Pengujian Hipotesis Ketiga
Interaksi faktor utama penelitian dalam bentuk interaksi dua faktor
menunjukkan ada interaksi antara latihan berbeban dan power otot tungkai. Dari
hasil penghitungan diperoleh nilai F0 = 6.9983 ternyata lebih besar dari Ft = 4,11
(F0 > Ft) pada taraf signifikansi 5% sehingga H0 ditolak. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa, latihan beban dan power otot tungkai ada interaksi terhadap
peningkatan hasil belajar lompat jauh gaya schnepper.
E. Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan hasil penelitian ini memberikan penafsiran lebih lanjut
mengenai hasil-hasil analisis data yang telah dikemukakan sebelumnya.
Berdasarkan pengujian hipotesis telah menghasilkan tiga simpulan yaitu: (1) ada
perbedaan pengaruh yang signifikan metode latihan lompat jauh gaya schnepper
menggunakan Latihan beban dalam dan Latihan beban luar terhadap hasil belajar
lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih
Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010. (2) ada perbedaan yang signifikan
antara power otot tungkai tinggi dan power otot tungkai rendah terhadap hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
belajar lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2
Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010. (3) ada interaksi antara metode
latihan beban dan power otot tungkai terhadap hasil belajar lompat jauh gaya
schnepper pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun
pelajaran 2009/2010. Simpulan analisis tersebut dapat dipaparkan secara rinci
sebagai berikut:
1. Perbedaan Pengaruh Latihan Berbeban Menggunakan Latihan Beban
Dalam dan Latihan Beban Luar terhadap Kemampuan Lompat jauh.
Berdasarkan pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa, ada
perbedaan pengaruh antara latihan berbeban menggunakan Latihan beban dalam
dan Latihan beban luar terhadap hasil belajar lompat jauh gaya schnepper. Pada
kelompok siswa yang diberi perlakuan latihan berbeban menggunakan Latihan
beban luar mempunyai peningkatan lebih baik dibandingkan dengan kelompok
siswa yang diberi perlakuan latihan berbeban menggunakan Latihan beban dalam.
Berdasarkan hasil penghitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai Fo
sebesar 5.3302 > Ft 4.11. Dengan selisih perbedaan peningkatan sebesar 0.192.
Dengan demikian hipotesis yang menyatakan, ada perbedaan pengaruh latihan
berbeban menggunakan Latihan beban dalam dan Latihan beban luar terhadap
hasil belajar lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri
2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010, dapat diterima kebenarannya.
2. Perbedaan Pengaruh Power Otot Tungkai Tinggi Dan Power Otot
Tungkai Rendah Terhadap Kemampuan Lompat Jauh.
Berdasarkan pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa, ada
perbedaan signifikan antara power otot tungkai tinggi dan power otot tungkai
rendah terhadap hasil belajar lompat jauh gaya schnepper.
Berdasarkan hasil penghitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai Fo
4.4789 > Ft 4.11. Dengan selisih perbedaan peningkatan 0.176. Dengan demikian
hipotesis yang menyatakan, ada perbedaan pengaruh antara power otot tungkai
tinggi dan power otot tungkai rendah terhadap hasil belajar terhadap lompat jauh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
gaya schnepper pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar
tahun pelajaran 2009/2010, dapat diterima kebenarannya.
3. Interaksi antara Latihan Berbeban dan Power Otot Tungkai terhadap
Kemampuan Lompat Jauh.
Dari tabel 7 tampak ada interaksi secara nyata antara kedua faktor utama
penelitian. Untuk kepentingan pengujian interaksi faktor utama terbentuklah tabel
sebagai berikut:
A1 A1
A2
A2
0.000.100.200.300.400.500.600.700.80
1 2
A1A2
B1
B1
B2 B2
0.000.100.200.300.400.500.600.700.80
1 2
B1B2
Gambar 8. Interaksi Latihan berbeban dan Power Otot Tungkai
Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa, bentuk garis perubahan
besarnya nilai peningkatan hasil latihan lompat jauh gaya schnepper adalah
berpotongan. Ini artinya, antara latihan berbeban dan power otot tungkai terdapat
interaksi diantara keduanya. Dengan demikian dalam menerapkan latihan
berbeban perlu mempertimbangkan tingkat power otot tungkai tinggi dan tingkat
power otot tungkai rendah. Hal ini karena interaksi antara latihan berbeban dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
power otot tungkai termasuk jenis interaksi indepanden. Dengan demikian
hipotesis yang menyatakan, ada interaksi antara latihan berbeban dan power otot
tungkai terhadap kemampuan lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra kelas
VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010 dapat
diterima kebenarannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasannya yang telah diungkapkan
pada BAB IV, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
1. Ada perbedaan pengaruh latihan berbeban menggunakan Latihan beban dalam
dan Latihan beban luar terhadap kemampuan lompat jauh gaya schnepper
pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun
pelajaran 2009/2010, pengaruh latihan berbeban luar lebih baik daripada
latihan berbeban dalam.
2. Ada perbedaan pengaruh antara power otot tungkai tinggi dan power otot
tungkai rendah terhadap kemampuan lompat jauh gaya schnepper pada siswa
putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran
2009/2010.
3. Ada interaksi antara latihan berbeban dan power otot tungkai terhadap
kemampuan lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra kelas VIII SMP
Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010, dimana:
a) Power otot tungkai tinggi lebih cocok menggunakan latihan berbeban luar.
b) Power otot tungkai rendah lebih cocok dengan latihan berbeban dalam.
B. Implikasi
Simpulan dari hasil penelitian ini dapat mengandung pengembangan ide yang
lebih luas jika dikaji pula tentang implikasi yang ditimbulkan. Atas dasar
simpulan yang telah diambil, dapat dikemukakan implikasinya sebagai berikut:
1. Secara umum dapat dikatakan bahwa latihan berbeban dan power otot tungkai
merupakan variabel-variabel yang dapat mempengaruhi peningkatan
kemampuan lompat jauh gaya schnepper.
2. Latihan berbeban menggunakan Latihan beban luar ternyata memberikan
pengaruh yang lebih baik daripada latihan berbeban menggunakan Latihan
beban dalam terhadap hasil lompat jauh gaya schnepper. Hal ini karena, beban
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
luar memungkinan otot untuk mengadaptasi beban yang berasal dari luar
sehingga otot akan terbiasa dengan pembebanan.
3. Latihan berbeban menggunakan Latihan beban dalam dan Latihan beban luar
merupakan bentuk pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan
lompat jauh gaya schnepper. Di samping itu juga, power otot tungkai yang
baik merupakan komponen yang dapat mendukung kemampuan lompat jauh
gaya schnepper.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, saran-saran yang dapat dikemukakan
kepada guru Penjaskes di SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar sebagai berikut:
1. Untuk mencapai kemampuan lompat jauh gaya schnepper yang optimal harus
menguasai teknik lompat jauh gaya schnepper yang benar dan perlu dilatih
faktor-faktor yang mendukung kemampuan lompat jauh gaya schnepper di
antaranya power otot tungkai.
2. Untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya schnepper dapat
diterapkan latihan berbeban menggunakan Latihan beban dalam dan Latihan
beban luar. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, latihan berbeban
menggunakan Latihan beban luar lebih baik pengaruhnya terhadap
kemampuan lompat jauh gaya schnepper, sehingga latihan berbeban
menggunakan Latihan beban luar dapat diterapkan untuk meningkatkan
kemampuan lompat jauh gaya schnepper.
3. Dalam usaha meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya schnepper , di
samping menerapkan latihan berbeban yang tepat, tingkat power otot tungkai
yang dimiliki siswa juga dapat mempengaruhi kemampuan lompat jauh gaya
schnepper. Untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya schnepper,
maka perlu mempertimbangkan tingkat power otot tungkai yang dimiliki
siswa.
Recommended