View
225
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
KONSEP, KARAKTERISTIK dan ALAT PENDIDIKAN
Tugas KelompokDisusun untuk Memenuhi Tugas Salah Satu
Tugas Mata Kuliah PedagogikaDosen : Yudha Febrianta, M. or
Disusun oleh :
1.Liliana Jusnita Abdullah 12011002542.Okta Dianingati 12011002573.Amalia Nurrakhmaningtyas 12011002874.Yulis Pramono 1201100301
Kelas 4 FKelompok 10
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASARFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2014
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat meyelesaikan makalah ini dengan baik. Adapun judul
dari makalah ini adalah “Konsep, karakteristik, dan alat pendidikan”. Makalah ini
disusun sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pedagogika.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada kami sehingga makalah
ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan dalam
penyelesaian. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran guna
penyempurnaan makalah ini.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah
ilmu pengetahuan bagi pembaca.
Purwokerto, Maret 2014
Penyusun
ii
DAFTAR ISIHALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
..........................................................................................................................
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
..........................................................................................................................
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
..........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
..........................................................................................................................
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
........................................................................................................
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 1
........................................................................................................
C. Tujuan ............................................................................................ 2
D. Manfaat .......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3
..........................................................................................................................
A. Konsep Pendidikan ....................................................................... 3
........................................................................................................
B. Karakteristik Pendidikan ............................................................... 15
C. Alat Pendidikan ............................................................................. 23
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 33
A. Kesimpulan .................................................................................... 33
B. Saran .............................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 35
LAMPIRAN
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam
kehidupan karena pendidikan adalah suatu proses untuk mendewasakan
manusia. Pendidikan dapat mengubah manusia dari yang asalnya tidak tahu
menjadi tahu, asalnya tidak baik menjadi baik. Sedemikian pentingnya nilai
pendidikan bagi manusia, maka keharusan untuk mendapatkannya pun adalah
suatu keharusan. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam
kehidupan karena pendidikan adalah suatu proses untuk mendewasakan
manusia. Atau dengan kata lain pendidikan merupakan suatu upaya untuk
“memanusiakan” manusia. Melalui pendidikan manusia dapat tumbuh dan
berkembang secara wajar dan “sempurna” sehingga ia dapat melaksanakan
tugasnya sebagai manusia. Pendidikan dapat mengubah manusia dari yang
asalnya tidak tahu menjadi tahu, asalnya tidak baik menjadi baik. Sedemikian
pentingnya nilai pendidikan bagi manusia, maka keharusan untuk
mendapatkannya pun adalah suatu keharusan. Pendidikan itu merupakan suatu
keharusan bagi manusia karena pada hakekatnya manusia lahir dalam keadaan
tidak berdaya dan tidak langsung dapat berdiri sendiri, dapat memelihara
dirinya sendiri. Manusia pada saat lahir sepenuhnya memerlukan bantuan
orang tuanya. Karena itu pendidikan merupakan bimbingan orang dewasa
mutlak diperlukan manusia.
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
sebagai berikut
1. Apa yang dimaksud konsep pendidikan?
2. Apa yang dimaksud karakteristik pendidikan?
3. Apa yang dimaksud alat pendidikan?
1
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui konsep pendidikan
2. Mengetahui karakteristik pendidikan
3. Mengetahui alat pendidikan
D. Manfaat
1. Agar pembaca dapat mengetahui konsep pendidikan
2. Agar pembaca dapat mengetahui karakteristik pendidikan
3. Agar pembaca dapat mengetahui alat pendidikan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Pendidikan
Batasan pengertian pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli
tergantung dari sudut pandang yang dipergunakan dalam memberi arti
pendidikan. Sudut pandang ini dapat bersumber dari aliran falsafah, pandangan
hidup, atau pun ilmu-ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tingkah laku
manusia.
a. Secara umum dan mendasar Driyarkara mengatakan bahwa: pendidikan
adalah upaya memanusiakan manusia muda. Pengangkatan manusia ke
taraf insani itulah disebut mendidik. Pendidikan ialah pemanusiaan
manusia muda (Dirjen Dikti, 1983/1984:19).
b. Pengertian dalam Dictionary of Education menyebutkan bahwa pendidikan
ialah proses seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-
bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat dimana orang tersebut
hidup, proses sosial yakni orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan
yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga
orang tersebut dapat memperoleh atau mengalarni perkembangan
kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimal (Dirjen Dikti,
1983/1984:19).
c. Di dalam GBHN tahun 1973 disebutkan bahwa pendidikan pada
hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
d. Ki Hadjar Dewantara dalam Kongres Taman Siswa yang pertama pada
tahun 1930 menyebutkan: pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk
memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran
(intelek), dan tubuh anak; dalam Taman Siswa tidak boleh dipisah-pisahkan
bagian-bagian itu agar supaya kita dapat memajukan kesempurnaan hidup,
3
kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan
dunianya.
Dari uraian di atas, maka pendidikan dapat diartikan sebagai:
1) Suatu proses pertumbuhan yang menyesuaikan dengan lingkungan.
2) Suatu pengarahan dan bimbingan yang diberikan kepada anak dalam
pertumbuhannya.
3) Suatu usaha sadar untuk menciptakan suatu keadaan atau situasi
tertentu yang dikehendaki oleh masyarakat.
4) Suatu pembentukan kepribadian dan kemampuan anak dalam menuju
kedewasaan.
Pendidikan tidak hanya dipandang sebagai usaha pemberian informasi
dan pembentukan keterampilan saja, namun diperluas sehingga mencakup
usaha untuk mewujudkan keinginan, kebutuhan dan kemampuan individu,
sehingga tercapai pola hidup pribadi dan sosial yang memuaskan. Pendidikan
bukan semata-mata sebagai sarana untuk persiapan kehidupan yang akan
datang, tetapi juga untuk kehidupan anak sekarang yang sedang mengalami
perkembangan menuju ke tingkat kedewasaannya.
Berdasarkan pengertian tersebut di atas dapat diberikan ciri atau unsur
umum dalam pendidikan:
a. Pendidikan mengandung tujuan yang ingin dicapai, yaitu individu yang
kemampuan-kemampuan dirinya berkembang, sehingga bermanfaat untuk
kepentingan hidupnya sebagai seorang individu, warga negara atau warga
masyarakat.
b. Untuk mencapai tujuan tersebut pendidikan periu melakukan usaha-usaha
yang disengaja dan berencana dalam memilih isi (materi), strategi kegiatan,
dan teknik penilaian yang sesuai.
c. Kegiatan tersebut dapat diberikan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat, pendidikan formal dan pendidikan non-formal (Dirjen Dikti,
1983/1984:20).
Anak sedang mengalami perkembangan menuju ke tingkat
kedewasaannya. Yang dimaksud dengan dewasa ialah dapat bertanggung
4
jawab terhadap diri sendiri baik secara biologis, psikologis, paedagogis, dan
sosiologis.
Dari seluruh uraian tentang pengertian pendidikan di atas dapat kita
kemukakan bahwa:
1) Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkat
kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu
rokhani (pikir, cipta, rasa, karsa, dan budi nurani) serta jasmani (panca
indera dan keterampilan-keterampilan).
2) Pendidikan juga berarti lembaga, yang bertanggungjawab menetapkan
cita-cita (tujuan) pendidikan, isi, sistem, dan organisasi pendidikan.
Lembaga-lembaga ini meliputi keluarga, sekolah dan masyarakat.
3) Pendidikan berarti pula hasil atau prestasi yang dicapai oleh
perkembangan manusia dan usaha-usaha lembaga-lembaga tersebut, dalam
mencapai tujuannya.
Untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia agar masing--
masing individu dapat berperan secara tepat sesuai dengan kodratnya maka
perlu dibekali dengan:
a. Keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
b. Budi pekerti yang Iuhur.
c. Kepribadian yang kuat.
d. Kemandirian.
e. Keinginan untuk maju, dan sebagainya.
Pendidikan dalam arti mikro, (sempit) adalah merupakan proses
interaksi antara pendidik dan peserta didik baik di keluarga, sekolah maupun di
masyarakat. Sedangkan pendidikan dalam arti makro (luar) adalah proses
interaksi antara manusia sebagai individu/pribadi dan lingkungan alam
semesta, lingkungan sosial, masyarakat, sosial ekonomi, sosial-politik, dan
sosial-budaya.
5
RUANG LINGKUP PENGERTIAN PENDIDIKAN
Pengertian pendidikan menurut Kamus Paedagogik (66) berarti
perbuatan mendidik. Sedang pengertian mendidik menurut Kamus Paedagogik
(57) berarti membimbing pertumbuhan anak, jasmani dan rokhani dengan
sengaja. Pendidikan mengandung arti yang lebih bervariasi dari pada mendidik.
Kata pendidikan dipergunakan dalam bermacam-macam pengertian. Pada
umumnya pengertian pendidikan tergantung pada kata-kata yang
mengiringinya.
Di bawah ini ditunjukkan ruang lingkup pengertian pendidikan.
Bagan 1. Ruang Lingkup Pengertian Pendidikan
Dalam Ketetapan MPR No. II/MPR/1993, tentang GBHN dinyatakan
bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam
lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan
adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu proses kehidupan masa kini dan
sekaligus adalah proses untuk persiapan bagi kehidupan yang akan datang.
1) Pendidikan Informal
Pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang di rumah
dalam lingkungan keluarga. Pendidikan ini berlangsung tanpa organisasi,
yakni tanpa orang tertentu yang diangkat atau ditunjuk sebagai pendidik.
6
tanpa suatu program yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu,
tanpa evaluasi yang formal berbentuk ujian. Namun demikian pendidikan
informal ini sangat penting bagi pembentukan pribadi seseorang.
Pendidikan semacam ini tidak mengenal batas waktu, dan berlangsung
sejak anak lahir hingga akhir hidupnya.
2) Pendidikan Formal
Pendidikan formal ialah pendidikan yang mempunyai bentuk atau
organisasi tertentu, seperti terdapat di sekolah atau universitas. Adanya
organisasi yang ketat dan nyata dari berbagai hal:
a. Adanya penjenjangan
Terdapat jenjang tertentu dalam tingkat persekolahan, dari Taman
Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah
Menengah Atas sampai Perguruan Tinggi.
b. Program atau bahan pelajaran untuk tiap jenis sekolah, bahkan untuk
tiap kelas sudah diatur secara formal. Kurikulum bersifat resmi dan
uniform bagi sekolah yang sama. Sekolah swasta mempunyai
kurikulum yang formal dan banyak mengikuti apa yang telah
ditetapkan oleh pemerintah. Jenis mata pelajaran dan jumlah jam untuk
tiap mata pelajaran telah ditetapkan secara formal.
c. Cara atau metode mengajar di sekolah juga formal, yaitu mengikuti
pola tertentu. Mengajar harus mengikuti asas-asas didaktik atau
prinsip-prinsip mengajar dan menggunakan metodologi pengajaran
tertentu.
d. Penerimaan murid
Anak-anak yang diterima di sekolah harus memenuhi syarat-syarat
tertentu.
e. Homogenitas murid
Dengan adanya syarat usia dan latar belakang pendidikan, maka
terdapat sekelompok murid yang relatif homogen dalam suatu kelas
yang menerima pelajaran yang sama, pada waktu yang sama.
7
Homogenitas ini juga dipelihara hingga batas tertentu dengan adanya
syarat-syarat kenaikan kelas.
f. Jangka waktu
Pendidikan formal memakan waktu yang relatif panjang. Makin maju
suatu masyarakat, makin lama pendidikan formal yang diperlukan,
agar seseorang dapat berdiri sendiri dalam masyarakat itu.
g. Kewajiban belajar.
Pendidikan formal dapat diwajibkan oleh negara bagi semua warga
negaranya. Demi kelangsungan hidup dan kemajuan negara dapat
dituntut menjalani pendidikan formal secara tertentu.
h. Penyelenggaraan
Pendidikan formal yang diselenggarakan oleh pemerintah atau swasta,
memerlukan suatu organisasi dengan administrasi yang rapi dan
teratur.
i. Waktu belajar
Pendidikan formal diberikan menurut jadwal waktu tertentu. Guru
harus berpegang pada jadwal itu untuk menjamin agar tiap mata
pelajara diberikan jatah waktu yang ditetapkan oleh pihak yang
berwenang.
j. Uniformitas
Pendidikan formal mempunyai uniformitas tertentu di seluruh negara,
yakni uniformitas dalam hal penyelenggaraannya, metode pengajaran,
bahan pelajaran, penjajahan waktu untuk berbagai mata pelajaran,
evaluasi, kenaikan kelas, ujian, syarat untuk menjadi tenaga pengajar,
gaji guru, penerimaan murid baru dan sebagainya.
3) Pendidikan Non Formal
Pendidikan non-formal meliputi berbagai usaha khusus yang
diselenggarakan secara terorganisasi agar terutama generasi muda dan juga
orang dewasa, yang tidak dapat sepenuhnya atau sama sekali tidak
berkesempatan mengikuti pendidikan sekolah dapat memiliki pengetahuan
praktis dan keterampilan dasar yang mereka perlukan sebagai warga
8
masyarakat yang produktif. Dengan demikian makna dan peranan
pendidian non-formal tidak kalah penting bila dibandingkan dengan
pendidikan formal. Pendidikan formal dan non-formal merupakan usaha
integral dalam rangka pelaksanaan asas pendidikan seumur hidup.
Pendidikan non-formal antara lain meliputi bidang pendidikan masyarakat,
keolahragaan, kepemudaan dan kebudayaan.
Usaha pendidikan non-formal dapat diselenggarakan oleh
pemerintah maupun swasta dan masyarakat di sekolah maupun di luar
gedung sekolah, misalnya: dapat dilakukan oleh RT, RW, perusahaan,
lembaga sosial dan keagamaan, LKMD, pramuka, organisasi wanita,
perkumpulan olahraga, dan sebagainya. Pendidikan non-formal menjadi
penting, karena besarnya anak-anak yang tidak dapat ditampung oleh
lembaga pendidikan formal, dan besarnya jumlah murid yang drop-out.
Apa yang dipelajari dalam pendidikan non formal biasanya mempunyai
nilai praktis dan dapat digunakan dalam kehidupan.
Oleh sebab tujuan yang akan dicapai bersifat khusus (misalnya suatu
keterampilan), maka programnya terbatas, waktu belajar lebih singkat,
sehingga sering tidak perlu diadakan jenjang yang formal. Untuk
mengikuti pendidikan non-formal yang ketat, baik mengenai usia maupun
latar belakang pendidikan, oleh karena itu kelompok pendidikan non-
formal tidak homogen seperti, pendidikan formal.
Perbedaan antara Pendidikan Formal, Non Formal dan Informal
Ditinjau dariSudut
Pendidikan formal
Pendidikannon-formal
PendidikanInformal
Tempat
berlangsung
Gedung
sekolah
Dapat di luar
dan di dalam
gedung
sekolah
Di mana saja
seseorang
berada
9
Syarat untuk
mengikuti
Usia dan
tingkat
pendidikan
tertentu
(ijazah)
Kadang-
kadang
namun tak
memegang
peranan yang
panting
Tidak ada
Jenjang
pendidikan
Ada jenjang
yang ketat
Biasanya tidak
ada
Tidak ada
Program Ditentukan
secara teliti
untuk tiap
jenjang secara
tertulis
Ada program
tertentu
Tidak ada
Bahan pelajaran Akademis dan
bersifat umum
Praktis dan
khusus
Tidak ada yang
ditentukan
Lama
pendidikan
Memakan
waktu yang
panjang
Relatif singkat Sepanjang
hidup
Penilaian Ada ujian
formal, dengan
pemberian
ijazah
Ada juga
biasanya
diberi ijazah/
keterangan
Tidak ada
ujian/ penilaian
Penyelenggara Pemerintah/
swasta
Pemerintah/
swasta
Tidak ada
badan tertentu
Metode,
mengajar
Menurut
metodologi
tertentu
Dapat
mengikuti
metode
tertentu walau
tidak selalu
Tidak ada
10
Tenaga pengajar Harus
mempunyai
wewenang
berdasarkan
ijazah dan
diangkat untuk
tugas itu
Tidak selalu
mempunyai
ijazah sebagai
pengajar
Tidak ada
Administrasi Sistematis
uniform untuk
tiap tingkat
sekolah
Ada walau
tidak begitu
uniform
Tidak ada
Ditinjau dari
sejarahnya
Paling akhir Lebih tua
daripada
pendidikan
formal
Sejak ada
manusia di
dunia ini
Fungsi Pendidikan
Fungsi pendidikan dalam arti mikro (sempit) adalah jelas seperti telah
disinggung terdahulu ialah membantu (secara sadar) perkembangan
jasmani dan rokhani peserta didik. Fungsi pendidikan secara makro (luas),
ialah sebagai alat:
1. pengembangan pribadi
2. pengembangan warga negara
3. pengembangan kebudayaan
4. pengembangan bangsa.
Pada prinsipnya mendidik ialah memberi tuntunan, bantuan,
pertolongan kepada peserta didik. Di dalam pengertian memberi tuntunan
lebih tersimpul suatu dasar pengakuan bahwa anak (pihak yang diberi
tuntunan) memiliki daya-daya (potensi) untuk berkernbang. Potensi ini
secara berangsur-angsur tumbuh dan berkembang dari dalam diri anak.
11
Untuk menjamin berkembangnya potensi-potensi agar menjadi lancar dan
terarah diperlukan pertolongan, tuntunan dari luar. Jikalau unsur
pertolongan tidak ada, maka potensi tersebut tetap tinggal potensi belaka
yang tak sempat diaktualisasikan.
Perbedaan pergaulan dan pendidikan
Ciri dari pergaulan dalam rangka pendidikan mempunyai dua sifat yang
dengan mudah dapat dilihat bahwa:
a) Dalam pergaulan, orang berusaha mempengaruhi
b) Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa atau yang diciptakan oleh
orang dewasa, baik di sekolah, dengan buku-buku, dengan peraturan-
peraturan, maupun dalam kehidupan sehari-hari, dan sebagainya, dan
ditujukan kepada anak yang belum dewasa.
Faktor-Faktor Pendidikan
Aktivitas pendidikan dalam bentuk yang paling sederhana selalu
melibatkan subjek didik dan pihak pendidik, kedua pihak ini dalam
aktivitas pendidikan merupakan faktor-faktor pertama dan kedua. Kedua
pihak dalam setiap peristiwa pendidikan, saling berkomunikasi yang
disebut juga interaksi. Suatu interaksi disebut interaksi edukatif, apabila
interaksi tersebut secara sadar dilakukan dalam rangka mencapai tujuan
yang bersifat pendidik. Dengan demikian suatu aktivitas pendidikan
dalam berbagai bentuknya selalu mengandung faktor tujuan sebagai faktor
ketiga. Interaksi edukatif di atas secara jelas dapat digambarkan sebagai
berikut:
i
Bagan 2. Interaksi Edukatif
Dalam aktivitas pendidikan yang berwujud interaksi di atas, proses
mencapai tujuan selalu ditempuh melalui suatu media berupa bahan atau isi
pendidikan dan melibatkan pula suatu prosedur atau cara metode tertentu yang
dipakai pendidik dan peserta didik dalam mencapai tujuan tersebut dapat
12
Tujuan Pendidikan
Peserta didik
Pendidik
berlangsung secara efektif dan efisien. Dengan demikian isi (bahan)
pendidikan dan metode pendidikan merupakan faktor keempat dan kelima.
Kemudian setiap interaksi edukatif selalu berlangsung di dalam ruang dan
waktu tertentu atau dengan kata lain dalam situasi lingkungan tertentu. Situasi
lingkungan ini berpengaruh terhadap usaha pencapaian tujuan, sehingga harus
dipertimbangkan bahkan dimanfaatkan oleh pendidik. Karena itu faktor situasi
lingkungan merupakan pula faktor keenam dalam aktivitas pendidikan.
Faktor-faktor pendidikan ini untuk dipahami lebih lanjut, dapat
dianalisis berturut-turut sebagai berikut:
1) Faktor Tujuan
Dalam praktek pendidikan, baik di lingkungan keluarga, di sekolah maupun
di masyarakat luas, banyak sekali tujuan pendidikan yang diinginkan oleh
pendidik agar dapat dicapai (dimiliki) oleh peserta didiknya. Sepanjang
perkembangan anak, pendidik menginginkan agar peserta didik:
a. Pandai berbicara, membaca, berhitung, dan sebagainya.
b. Bertambah cerdas, rajin, teliti, berani, dan sebagainya.
c. Berbudi pekerti luhur, cinta tanah air, dan sebagainya.
Dari wawasan teori pendidikan semua tujuan-tujuan itu harus
normatif baik, artinya:
1. Tujuan berupa alat untuk mencapai tujuan disebut normatif baik, bila
penggunaan dan pemilihan alat-alat itu (seperti cakap berhitung) cocok
dengan nilai hidup, dan tidak bertentangan dengan hakikat
perkembangan peserta didik
2. Tujuan berupa perkembangan kecerdasan misalnya disebut baik jika
dikaji dari hakikat perkembangan peserta didik sebagai pribadi adalah
baik
3. Tujuan berupa budi pekerti adalah normatif baik, apabila dapat diterima
sebagai nilai hidup yang baik.
Menurut Langeveld dalam bukunya Beknopte Theoretische
Paedagogiek dibedakan adanya macam-macam tujuan sebagai berikut:
13
a) Tujuan umum
b) Tujuan tak sempurna (tak lengkap)
c) Tujuan sementara
d) Tujuan perantara
e) Tujuan insidental.
2) Faktor Pendidik
Kita dapat membedakan pendidik itu menjadi dua kategori ialah:
1. Pendidik menurut kodrat, yaitu orang tua
Orang tua sebagai pendidik menurut kodrat adalah pendidik pertama
dan utama karena secara kodrati anak manusia dilahirkan oleh orang
tua (ibunya) dalam keadaan tidak berdaya. Hanya dengan pertolongan
dan layanan orang tua (terutama ibu) bayi (anak manusia) itu dapat
hidup dan berkembang makin dewasa. Karena itu orang tua menjadi
pendidik adalah bukan karena keputusan kemauan, melainkan karena
memenuhi panggilan yang bersifat etis kodrati.
2. Pendidik menurut jabatannya, ialah guru
Guru sebagai pendidik menurut jabatan menerima tanggung jawab
mendidik dari tiga pihak yaitu orang tua, masyarakat dan negara.
Tanggung jawab dari orang tua diterima guru atas dasar kepercayaan
bahwa guru mampu memberikan pendidikan dan pengajaran sesuai
dengan perkembangan peserta didik, dan diharapkan pula dari pribadi
guru memancar sikap-sikap dan sifat-sifat yang normatif baik sebagai
kelanjutan dari sikap dan sifat orang tua pada umumnya, antara lain:
(a) Kasih sayang kepada peserta didik, (b) Tanggung jawab kepada
tugas mendidik.
3) Faktor Peserta Didik
Dalam pendidikan tradisional, peserta didik dipandang sebagai, organisme
yang pasif, hanya menerima informasi dari orang dewasa. Kini dengan
makin cepatnya perubahan sosial, dan berkat penemuan teknologi makin
banyak informasi dapat diperoleh anak dari surat kabar, majalah, film,
14
radio, televisi, buku bacaan dan sumber-sumber lain, secara material
pengetahuan peserta didik menjadi semakin beragam profilnya.
4) Faktor Isi/Materi Pendidikan
Yang termasuk dalam isi/materi pendidikan ialah segala sesuatu yang oleh
pendidik langsung diberikan kepada peserta didik dan diharapkan untuk
dikuasai peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Tujuan
pendidikan terinci sangat beraneka ragam, dari mulai tujuan umum sampai
tujuan insidental.
5) Faktor Metode
Peristiwa pendidikan ditandai dengan adanya interaksi edukatif. Agar
interaksi ini dapat berlangsung secara edukatif dan efisien dalam mencapai
tujuan, maka disamping dibutuhkan pemilihan bahan/materi pendidikan
yang tepat, perlu dipilih metode yang tepat pula. Metode adalah cara yang
di dalam fungsinya merupaka alat untuk mencapai tujuan.
6) Faktor Situasi Lingkungan
Situasi lingkungan mempengaruhi proses dan hasil pendidikan. Situasii
lingkungan ini meliputi: lingkungan fisik, lingkungan teknis, dan lingkungan
sosio-kultural. Sebagai salah satu faktor pendidikan, situasi lingkungan ini
secara potensial dapat menunjang atau menghambat usaha pendidikan, dapat
menjadi sumber belajar yang direncanakan maupun sebagai sumber belajar
yang dimanfaatkan oleh pendidik. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa
antara situasi lingkungan dengan faktor-faktor tujuan peserta didik, pendidik,
bahan dan metode ada hubungan saling mempengaruhi dalam proses
pendidikan. Dan dalam hal-hal pada situasi lingkungan ini berpengaruh
secara negatif terhadap pendidikan, maka lingkungan itu menjadi pembatas
pendidikan.
B. Karakteristik Pendidikan
Menurut UU No 2 tahun 1989, Pasal 1 ayat (1), “Pendidikan adalah
usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbinhan,
pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. “
15
1. Karakteristik Usaha Sadar Pendidikan
a. Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia usaha adalah kegiatan dengan
mengerahkan tenaga, pikiran, atau badan untuk mencapai suatu
maksud pekerjaan (perbuatan, prakarsa, ikhtiar, daya upaya) untuk
mencapai sesuatu. Sedangkan sadar adalah insyaf, yakin, merasa tahu,
dan mengerti. Jadi usaha sadar adalah kegiatan atau pekerjaan dengan
mengerahkan tenaga, pikiran, atau badan untuk mencapi maksud, yang
diinsyafi, diyakini, dihayati, dan dipahami oleh orang yang
melakukannya.
b. Dengan demikian, pendidikan sebagi usaha sadar adalah kegiatan atau
pekerjaan yang dilakukan seseorang atau kelompok orang dengan cara
menggerakan kemampuan jiwa dan raganya, yang didorong oleh
adanya niat baik ingin membantu pihak lain agar dapat
mengembangkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotor yang ada dalam dirinya. Karakteristik usaha sadar tersebut,
yakni:
1) Usaha dilakukan dengan sungguh-sungguh, sekurang-kurangnya
terlihat dari adanya perhatian terhadap kepentingan peserta didik,
dan yang terbaik adalah melalui kegiatan atau pekerjaan yang
dilakukan dengan cara bekerja keras mencurahkan tenaga, pikiran,
dan kasih sayang dengan tulus demi keberhasilan peserta didik.
2) Usaha dilakukan dengan sengaja, sekurang-kurangnya
menunjukan adanya tujuan yang jelas, dan yang terbaik adalah
melalui kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan secara
terprogram. Dengan demikian, tergambar dengan jelas apa yang
menjadi tujuan, apa bentuk kegiatannya, apa yang menjadi sarana,
serta berapa lama waktu yang dipergunakan untuk mencapai
tujuan.
3) Usaha dilakukan dengan secara terbimbing, sekurang-kurangnya
berusaha mengetahui berhasil tidaknya kegiatan atau pekerjaan
yang telah dilaksanakan, dan yang terbaik adalah terus mengikuti
16
keseluruhan proses kegiatan atau pekerjaan pendidikan, sambil
melakukan evaluasi dan perbaikan terhadap kesalahan-kesalahan
yang terjadi selama berlangsungnya proses pelaksanaan, dan
setelah selesai pelaksanaan, untuk mengetahui kemajuan dan
hambatan yang terjadi, serta memperbaiki apa yang tidak berjalan
sebagaimana mestinya.
2. Karakteristik Bentuk Kegiatan Pendidikan
a) Karakteristik Bimbingan
1. Sehubungan dengan bimbingan, penjelasan umum UU No 2 Tahun
1989 antara lain menyatakan sebagai berikut: “Perluasan
pengertian ini (dari satu sistem pengajaran nasional menjadi satu
sistem pendidikan nasional) memungkinkan undang-undang ini
tidak membatasi perhatian pada pengajaran saja, melainkan juga
memperhatikan unsur-unsur pendidikan yang berhubungan dengan
pertumbuhan kepribadian manusia Indonesia yang bersama-sama
merupakan perwujudan bangsa Indonesia, suatu bangsa yang
bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, memelihara budi
pekerti kemanusiaan dan memegang teguh cita-cita moral rakyat
yang luhur, …” Penjelasan ini menyiratkan perlunya kegiatan
bimbingan sebagai salah satu unsur dalam kegiatan pendidikan
disamping pengajaran, yang tertuju pada pertumbuhan kepribadian
manusia Indonesia yang dapat memainkan peranannya secara tepat
di masa yang akan datang dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
2. Menurut Arthur J. Jones, bimbingan sebagai bagian yang tak
terpisahkan dari pendidikan, merupakan bantuan yang diberikan
oleh seseorang kepada orang lain dalam menentukan pilihan-
pilihan dan penyelarasan-penyelarasan diri (adjustments) serta
dalam memecahkan masalah-masalah hidup. Bimbingan bertujuan
agar penerimanya tumbuh dalam kemandirian dan kemampuannya
untuk bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Bimbingan
17
adalah suatu pelayanan yang bersifat universal, tidak hanya terjadi
disekolah atau keluarga saja tetapi terjadi di dalam semua tahap
kehidupan manusia. Bimbingan terjadi di dalam keluarga,
perusahaan dan industri, pemerintahan, kehidupan sosial, rumah
sakit dan di penjara. Ada dimanapun sepanjang ada orang yang
perlu bantuan dan ada yang dapat memberi bantuan.
3. Tujuan bimbingan ialah membantu individu menemukan
kebutuhan-kebutuhannya, menilai kemampuan-kemampuannya,
secara berangsur-angsur mengembangkan tujuan-tujuan hidup
yang memberikan kepuasan secara individual dan dapat diterima
oleh masyarakat, merumuskan rencana-rencana tindakan untuk
mencapai tujuan-tujuan hidup tersebut, serta melaksanakannya.
Untuk melaksanakan tujuan-tujuan tersebut, sekolah harus
menyelenggarakan pelayanan bimbingan dalam bentuk
memberikan pelayanan-pelayanan: (1) penyuluhan atau counseling
bagi para pelajar yang memerlukan; (2) inventori individual yang
terdiri atas kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk
mengumpulkan, menyebarluaskan, menyediakan informasi tentang
pelajar yang dapat membantu dalam keperluan pengajaran atau
penyuluhan; (3) penyediaan informasi pekerjaan dan
pendidikan yang diperlukan dalam penyuluhan pekerjaan dan
pendidikan; (4) penempatan, yang terdiri atas kegiatan-kegiatan
yang dirancang untuk menempatkan setiap pelajar dalam kegiatan
belajar mengajar yang menguntungkan mereka, membantu mereka
untuk dapat belajar efektif pada tingkat pendidikan yang leih
tinggi, dan membantu mereka dapat menempati pekerjaan atau
jabatan secara tepat; dan (5) penelitian yang berupa usaha-usaha
yang terus-menerus dilakukan untuk menilai tingkat keberhasilan
pelaksanaan program bimbingan sekolah.
4. Ada beberapa model atau pola yang dapat dipergunakan dalam
memberikan pelayanan penyuluhan atau counseling kepada pelajar
18
sebagai klien. Menurut Samuel H. Osipow dkk dalam “A Survey of
Counseling Methods” menyebutkan lima macam model konseling,
yang terdiri atas: (1) konseling perseptual; (2) konseling
eksistensial; (3) konseling analitikal; (4) konseling rasional; (5)
konseling behavioral. Meskipun terdapat perbedaan dalam
langkah-langkah pelaksanaan pelayanan konseling, tetapi terdapat
unsur-unsur kegiatan yang sama, yang terdiri atas: (a) identifikasi
kasus, yaitu menetapkan pelajar yang diperkirakan perlu menerima
konseling atau menjadi klien; (b) diagnosa, yaitu menentukan atau
memperkirakan masalah yang sedang dihadapi oleh pelajar yang
menjadi klien; (c) prognosa, yaitu menetapkan langkah-langkah
yang akan diberikan kepada klien; (d) terapi, yaitu melaksanakan
upaya-upaya penyembuhan yang telah direncanakan; (e) tindak
lanjut, yaitu memantau kemajuan-kemajuan dan hambatan-
hambatan yang terjadi dalam proses penyembuhan.
b) Karakteristik Pengajaran
a. Dalam memahami konsep pengajaran, ada baiknya mengikuti
sebagian uraian Lindley J. Stiles yang dimuat dalam
Encyclopedia of Educataion Research. Uraian itu antara lain
menyatakan: “Definisi lama tentang pengajaran (instruction)
dalam kaitannya dengan pendidikan, ditekankan pada proses
penyampaian pengetahuan atau keterampilan kepada siswa.
Membangun pengetahuan, informasi, sikap, keterampilan,
pemahaman, apresiasi, tingkah laku dalam diri orang lain, telah
umum dianut sebagai konsep tentang proses pengajaran.
Pengertian pengajaran lalu mengalami penyempitan makna
dalam tujuannya, yaitu terpusat pada pengembangan kemampuan
intelektual atau kognitif, dan pengembangan keterampilan
termasuk dalam kategori latihan (training). Henderson dalam
“Introduction to Philoshopy of Education” membataskan
pengajaran sebagai bentuk pendidikan khusus yang bertujuan
19
membantu siswa mendapatkan pengetahuan dan pengembangan
intelegensi. (Henderson, 1959: 46-47)
b. Chauhan dalam “Innovations in Teaching and Learning
Process” mengemukakam empat karakteristik mengajar
(teaching) sebagai berikut:
1. Mengajar adalah komunikasi antara dua orang atau lebih
yang saling memberi pengaruh melalui gagasan-gagasan
mereka dan belajar sesuatu dalam proses interaksi tersebut.
2. Mengajar adalah mengisi pikiran siswa dengan informasi dan
pengetahuan tentang fakta untuk dapat mereka gunakan di
masa yang akan datang.
3. Mengajar adalah suatu proses dimana pelajr, guru,
kurikulum, dan variable-variabel lainnya diorganisasi dalam
suatu cara yang sistematis untuk mencapai sesuatu tujuan
yang telah ditentukan terlebih dahulu.
4. Mengajar adalah menimbulkan motivasi untuk beljar.
c. Menurut Leo W. Angkin, dan kawan-kawan dalam “Teaching:
What It’s About”, berdasarkan pola hubungan guru dengan
siswa, dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a. Pengajaran Klasikal (group-oriented instruction), yang
didasarkan pada asumsi semua sisma sama-sama
memperoleh pengajaran dan perbedaan yang ada di antara
mereka tidaklah penting.
b. Pengajaran Individual (individual-oriented instruction), yang
di dasarkan pada asumsi bahwa setiap siswa adalah berbeda,
dan harus mendapat perhatian dan perlakuan khusus.
d. Menurut Ivor K. Davies dalam “Instruction Techniques”,
langkah-langkah dasar dalam pengajaran pengetahuan adalah:
1) Pendahuluan, yang berlangsung kurang lebih selama 10
persen dari keseluruhan waktu yang tersedia. Dua hal yamg
perlu diperhatikan dalam langkah ini, yaitu: (1) mendapat
20
perhatian dari siswa, dan (2) menjelaskan tujuan
pengajaran.
2) Pengembangan, yang berlangsung kurang lebih selama 65
persen dari keseluruhan waktu yang tersedia. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam langkah ini adalah: (1)
mengingatkan kembali apa yang pernah diketahui yang
sesuai dengan bahan baru; (2) menyajikan pengetahuan
baru yang harus dipelajari; (3) memberikan dorongan dan
bimbingan untuk menguasai pengetahuan baru; (4)
menjelaskan kegunaan pengetahuan baru yang sedang
dipelajari; (5) menyatakan bagaimana mereka harus belajar.
3) Konsolidasi, yang berlangsung kurang lebih 25 persen dari
keseluruhan waktu yang tersedia. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dan dilakukan adalah: (1) mengkonsolidasikan
apa yang baru saja dipelajari; (2) menilai tingkat
penguasaan bahan pelajaran yang baru diajarkan; dan (3)
membantu siswa menggunakan apa yang telah dipelajari
dalam menghadapi situasi baru.
c) Karakteristik Latihan
a. P. J. Hills dalam “A Dictionary of Education”
membataskan latihan (training) lebih berkenaan dengan
penerapan pengetahuan dari pada penguasaan pengetahuan.
Pertama-tama, latihan adalah proses pengubahan yang
tertuju pembentukan suatu pola tingkah laku yang
diharapkan. Dalam sebagian besar organisasi, dianut
pandangan bahwa latihan ialah suatu proses
mempersiapkan orang untuk suatu pekerjaan, membantu
mereka memperbaiki penampilan mereka, dan
perkembangan potensi mereka sepenuhnya. Sistem latihan
biasanya tempat kerja on-job. Jadi latihan adalah
21
pengajaran keterampilan yang bertujuan mencapai kinerja
atau penampilan kerja yang standar.
b. Bentuk pelatihan dapat dibedakan dalam dua macam, yaitu:
1) Latihan melalui pendidikan pra-jabatan atau pre-
inservice education/training yang biasanya
diselenggarakan di dalam lembaga-lembaga pendidikan
formal dalam bentuk sekolah-sekolah kejuruan dan
program pendidikan professional di perguruan-
perguruan tinggi.
2) Latihan melalui pendidikan selama bekerja atau in-
service education/training. Biasanya dilakukan dalam
dua macam bentuk, yaitu: (1) on-job training atau
latihan selama bekerja, yang dilaksanakan di tempat
kerja yang bersangkutan, dan (2) off-job training atau
latihan selama bekerja, yang dilakukan di luar tepat
bekerja. Dapat dalam bentuk pelatihan di luar tempat
kerja atau dititipkan di perguruan tinggi.
c. Menurut Ivor K. Davies, pengajaran keterampilan (skill
lesson) mencangkup tiga langkah berikut:
a) Penjelasan, yang berlangsung kurang lebih 15
persen dari waktu yang tersedia. Langkah ini berisi
penjelasan tentang apa yang akan dilakukan dan
hasil-hasilnya.
b) Demonstration, yang berlangsung kurang lebih 25
persen dari keseluruhan waktu yang tersedia. Di sini
guru memperagakan bagaimana melakukan tugas
atau praktek kerja, dari awal sampai akhir.
c) Imitasi, yang berlangsung kurang lebih 60 persen
dari keseluruhan waktu yang tersedia. Dalam
langkah ini siswa mencoba melakukan tugas atau
melaksanakan praktek kerja sesuai dengan petunjuk
22
dan contoh yang telah diperagakan oleh guru.
Sedangkan tugas guru atau instruktur adalah
memonitor dan memberikan bimbingan bagi mereka
yang mengalami kesulitan.
3. Karakteristik Fungsi
Pendidikan bertugas mempersiapkan peserta didik agar
dapat memainkan peranan-peranannya dalam kehidupan di masa yang
akan datang. Peranan-peranan yang akan dimainkan oleh setiap
individu setelah menyelesaikan pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Pribadi yang mampu terus belajar untuk mengembangkan
kemampuan-kemampuan dirinya seoptimal mungkin.
2. Anggota masyarakat
a. Anggota keluarga yang dapat hidup bahagia dalam keluarga
dalam arti rumah tangga atau keluarga dalam arti luas.
b. Tenaga kerja yang dapat melaksanakan tugas-tugas
pekerjaannya secara produktif dan memperoleh kepuasan kerja.
c. Anggota organisasi atau kelompok khusus yang dapat
berpartisipasi secra harmonis dan memperoleh kepuasan hidup.
d. Warga negara yang bertanggung jawab dan dapat menikmati
pelayanan umum yang disediakan oleh pemerintah dan
masyarakat.
e. Warga masyarakat yang dapat menikmati suasana kehidupan
masyarak pada umumnya, sehingga memperoleh rasa aman dan
damai dalam hidup.
3. Hamba Tuhan yang dapat menjalankan kehidupan beragama
secara tenang, tekun, dan penuh keikhlasan.
C. Alat Pendidikan
Alat pendidikan adalah hal yang tidak saja memuat kondisi-kondisi
yang memungkinkan terlaksananya pekerjaan mendidik, tetapi alat pendidikan
itu telah mewujudkan diri sebagai perbuatan atau situasi yang dicita-citakan
23
dengan tegas, untuk mencapai tujuan pendidikan. Pendidik dalam
menggunakan alat pendidikan, sudah ditentukan sesuai dengan cita-cita yang
ingin dicapai, dan sudah pula ada tujuan tertentu untuk mempengaruhi anak
didik. Misalnya, madrasah, gereja, dan sebagainya, merupakan alat pendidikan
untuk pendidikan keagamaan. Karena dalam kemadrasahan atau kegerejaan
tadi, secara formal diberikan pendidikan keagamaan.
1. Penggunaan Alat Pendidikan
Penggunaan alat pendidikan dipengaruh oleh pribadi pemakainya
karena tujuan/cita yang dikandung oleh alat itu. Penggunaan alat
mempunyai hubungan yang erat dengan sifat kepribadian pemakai, dan
hubungan erat dengan sifat kepribadian pemakai ini merupakan sifat khas
dari alat pendidikan, dibandingkan dengan alat yang lain. Misalnya, pribadi
yang mengabaikan cita keagamaan tidak akan berhasil di dalam mendidik
keagamaan, walaupun alat yang digunakan cukup tersedia, baik dan
sempurna.
Di dalam memilih alat pendidikan yang akan digunakan perlu
diperhatikan hal-hal:
a. Tujuan apakah yang ingin dicapai dengan alat itu.
b. Siapakah yang ingin menggunakan alat itu.
c. Terhadap siapakah alat itu akan digunakan.
d. Alat-alat manakah yang tersedia dan dapat digunakan.
Masih perlu kita tanyakan, apakah di dalam menggunakan alat
pendidikan itu akan menimbulkan pengaruh pula dalam lapangan lain yang
tidak menjadi tujuan utama dari penggunaan alat itu dan apakah alat itu
sudah dapat untuk mencapai tujuan itu atau belum atau mungkin masih
perlu dibantu dengan yang lain.
Selain dari hal itu, perlu pula diperhatikan bagaimanakah reaksi
anak-anak terhadap penggunaan alat pendidikan itu. Jangan sampai reaksi
anak didik hanya sekedar reaksi terhadap suatu rangsangan belaka, tetapi
kita ingin agar dengan penggunaan alat itu anak didik mengalami perubahan
24
. Karenanya tidak hanya perubahan yang hanya bersifat mekanis belakan,
tetapi benar-benar merupakan pencerminan dari pribadi anak didik.
Mengenai masalah terhadap siapakah alat itu digunakan, maka
perlu diingat, bagaimanakah kondisi anak yang menerimanya, apakah anak
didik itu berkelainan, dan bagaimanakah kelainannya, berapakah umur anak
didik itu, bagaimana watak atau kebiasaan dan situasi saat itu.
Sementara itu, mengenai alat-alat apakah yang tersedia dan dapat
digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan, perlu kembali di kaji, bahwa
tujuan pendidikan adalah membimbing anak untuk mencapai kedewasaan.
Kedewasaan dapat dicapai dalam pergaulan antara anak dengan orang
dewasa saja. Dan pergaulan ini merupakan alat pendidikan yang utama. Jadi
dapat ditegaskan, bahwa alat yang utama untuk mencapai tujuan dalam
lapangan pendidikan adalah pergaulan, terutama pergaulan antar anak
dengan orang dewasa.
Dalam pergaulan, anak didik tidak merasa dirinya secara formal
terikat pada suatu ikatan, sebagai seorang yang harus tunduk, sehingga
siswa harus membatasi tingkah lakunya atau segala tindakannya,
sebagaimana yang terjadi pada situasi pendidikan. Tetapi dalam pergaulan
itu, anak didik mempunyai kesempatan untuk memperoleh petuah, petunjuk,
atau contoh sebagaimana yang diperoleh dalam situasi pendidikan formal,
dan berkesan atau contoh ini pada anak didik berlangsung secara tidak
sengaja. Di dalam pergaulan, anak didik secara sengaja mencontohkan
tindak tanduk pendidiknya.
2. Jenis Alat Pendidikan
a) Alat Pendidikan Pendahuluan
Alat pendidikan pendahuluan adalah alat pendidikan yang
ditetapkan bagi anak didik yang belum mengerti dan menginsyafi akan
arti kewibawaan, terdiri dari :
a. Keteraturan, berarti berlangsung pada waktu, tempat dan dengan
cara yang sama/ ajeg/ tetap.
25
b. Kebersihan, berarti menanamkan kebiasaan bagi anak didik agar
tetap bersih dan rapi.
c. Ketenangan, artinya menanamkan kebiasaan bagi anak didik untuk
ikut menjaga keharmonisan keluarga, sehingga dapat hidup dengan
tenang.
d. Pembiasaan, artinya memberi kesempatan kepada anak, akan
kesibukan dalam lapangan indra dan motoric, dan kesempatan untuk
bergaul dengan sesamanya.
b) Alat Pendidikan Yang Sebenarnya
a. Memberi perlindungan, orang dewasa mempunyai tugas
mengawasi anak didik, dengan maksud memberi perlindungan
terhadap anak. Tujuan melakukan perlindungan, untuk menghalangi
anak berbuat sesuatu, baik yang langsung maupun tidak langsung
akan merugikan anak didik. Alat pendidikan dalam memberi
perlindungan ini dapat berupa: memberi kesempatan untuk
mengalami sesuatu, membatasi perbuatannya, melarang atau
menganjurkan untuk berbuat sesuatu, membiasakan atau
menciptakan keteraturan pada anak didik.
b. Verstandhouing = agar mengerti, yang dimaksdukan adalah agar
anak dapat mengerti tingkah laku orang tuanya. Orang tua
memberikan sikap, dengan maksud agar di mengerti oleh anak didik
apa maksud dari sikap itu, dan agar dapat dicontoh oleh anak didik,
baik secara sadar atau tidak. Alat pendidikan dalam hal ini berwujud
contoh, memperlihatkan contoh, menyuruh anak didik untuk turut
serta dalam suatu perbuatan, memberi kesempatan terhadap anak
didik untuk turut serta dalam suatu aktivitas, memberi petunjuk
kepada anak didik, melarang, menghalangi, terhadap sesuatu
perbuatan yang tidak baik. Jadi dalam Verstandhouing tercangkup
berbagai alat pendidikan, yang dapat dipisahkan menjadi pantas dan
yang tidak pantas bagi anak didik.
26
c. Kesamaan arah dalam berbuat dan berfikir, dalm hal ini alat
pendidikan bercorak meragakan sesuatu contoh, seperti dalam
verstandhouing, hanya dalam kesamaan arah dalam berbuat dan
berfikir, disertai dengan penjelasan atau dialog. Dengan alat
pendidikan yang berupa percakapan ini, anak didik memperoleh
penjelasan, pemberitahuan, gambaran akan sesuatu keadaan dan
selanjutnya kita libatkan anak didik dalam kehidupan orang dewasa,
dengan memberi tanggung jawab kepada anak didik, dengan
maksud agar anak berusaha menyesuaikan dengan orang dewasa,
dan timbul keinginan pada anak didik agar mau menyesuaikan diri
dengan peraturan-peraturan dan berusaha menepati janji.
d. Merasa hidup bersama, merasa ada perpaduan, apabila pendidik
dan anak didik berada dalam pergaulan, maka ini berarti bahwa
mereka itu merasa hidup bersama, merasa ada perpaduan. Dalam
hal merasa hidup bersama ini, timbul rasa saling percaya
mempercayai, cinta mencintai, kesemuanya ini diwujudkan oleh
pendidik dalam pergaulan itu. Selain itu, pendidik menciptakan
suatu kesempatan untuk terwujudnya “merasa hidup bersama” itu.
e. Pembentukan kemauan, pengalaman saja belum cukup, masih
harus ditambah suatu sikap yang timbul dari diri anak didik sendiri
yang berupa keinginan untuk membentuk diri sendiri, serta hakikat
anak didik sebagai makhluk yang harus mempelajari apa yang patut,
sesuai dengan usia anak didik. Sikap yang datang dari anak didik
ini, merupakan alat pendidikan yang kelima yang dinamakan
“pembentukan kemauan”, anak didik memiliki kemauan untuk
membentuk diri sendiri.
c) Hukuman
Hukuman adalah suatu perbuatan yang secara sadar dan
sengaja menjatuhkan nestapa kepada orang lain, dimana orang lain itu
mempunyai kelemahan bila dibandingkan dengan diri kita.
27
Tujuan yang terkandung dalam memberikan hukuman
kepada anak didik antara lain:
1. Hukuman diberikan oleh karena adanya pelanggaran (puniturquia
pecamtum est)
2. Hukuman diberikan dengan tujuan agar tidak terjadi pelanggaran
(punitur ne pecatur)
Hal ini dapat diperinci lagi dalam:
a) Hukuman diadakan untuk membasmi kejahatan, atau untuk
meniadakan kejahatan.
b) Hukuman diadakan untuk melindungi masyarakat dari perbuatan
yang tidak wajar.
c) Hukuman diadakan untuk menakuti si pelanggar, agar
meninggalkan perbuatannya yang melanggar itu.
d) Hukuman diadakan untuk segala pelanggaran.
e) Hukuman diadakan untuk memperbaiki pelanggaran.
Dalam dunia pedagogis, hukuman itu merupakan hal yang
wajar, bilamana derita yang ditimbulkan oleh hukuman itu memberi
sumbangan bagi perkembangan moral anak didik. Perkembangan moral
yang dimaksud ialah keinsyafan terhadap moralitas dan kerelaan untuk
berbuat sesuatu sesuai dengan moralitas.
Hukuman dikatakan berhasil, bilamana dapat membangkitkan
perasaan bertobat, penyesalan akan perbuatannya. Disamping itu,
hukuman dapat pula menimbulkan hal-hal lain seperti:
1. Karena hukuman anak merasa hubungan dengan orang dewasa
terputus, tidak wajar, karena dengan hukuman itu anak merasa
dirinya tidak dicintai oleh pendidiknya, maka merasa bahwa
hubungan cinta itu terputus.
2. Dengan diterimanya hukuman, anak didik merasa harga dirinya atau
martabat pribadinya terlanggar, anak merasa mendapatkan penilaian
yang tidak wajar.
28
Dua hal diatas harus diperhatikan oleh pendidik, karena dari
segi psikologis, hukuman diatas ini sangat berbeda dengan hukuman
yang menimbulkan rasa penyesalan. Hukuman yang menyebabkan
retaknya hubungan anak didik dengan pendidik harus dihindarkan,
sedangkan hukuman yang diberikan harus dapat membangkitkan rasa
kesusilaan.
Dalam mendidik, tidak pernah menghukum dan terlalu
banyak menghukum, keduanya merupakan tindakan yang tidak
seharusnya. Tindakan yang pantas dan wajar adalah kurangi
menghukum, beri contoh yang baik serta anjuran untuk berbuat baik,
dalam membentuk kemauan anak didik, maka tujuan pendidikan akan
tercapai. Karena bukan hanya hukuman saja yang merupakan alat
pendidikan. Hukuman hanya menimbulkan derita bagi anak didik, baru
wajar bila sama sekali tidak ada jalan lain. Artinya bila menggunakan
alat yang lebih halus dari hukuman, maka tujuan tidak tercapai.
d) Jenis Hukuman
Ada beberapa jenis hukuman diantaranya :
1. Hukuman membalas dendam, orang merasa tidak senang karena
anak berbuat salah. Anak lalu dihukum. Hukuman demikian
memuaskan orang tua, namun tidak ada kepentingan untuk anak.
Pokok orang tua senang telah melampiaskan marahnya. Hukuman
ini tidak boleh diterapkan, karena dampaknya tidak baik.
2. Hukuman badan/jasmani, hukuman ini memberi akibat yang
merugikan anak, bahkan dapat menimbulkan gangguan kesehatan
bagi anak. Misalnya guru menangkap basah anak didik sedang
merokok, maka kepada anak dihukum dengan keharusan merokok
terus menerus selama waktu bersekolah. Hal ini dapat berakibat
anak batuk atau pusing dan sakit.
3. Hukuman jeruk manis (sinaas apel), menurut Jan Ligthart tokoh
yang mengemukakan teori hukuman ini. Anak yang nakal tidak
perlu dihukum, tetapi didekati dan diambil hatinya. Contoh, di
29
suatu kampung ada penghuni baru, sombong tidak mau kenal
dengan penduduk lama, maka salah seorang penduduk lama,
berlaku baik, memberi apa-apa, maka penduduk sombong itu
akhirnya berubah menjadi baik, dan mau membaur dengan warga
yang lain.
4. Hukuman alam, J. J Rousseau dari aliaran Naturalisme
berpendapat “kalau ada anak yang nakal jangan dihukum, biarlah
jera dengan sendirinya”. Misalnya gadis yang sangat bebas
pergaulan, oleh orang tuanya tidak pernah dimarahi, tidak pernah
ditegur, biar jera dengan sendirinya sebagai akibat dari pergaulan
bebas itu. Akhirnya gadis itu merasa jera setelah hamil. Dengan
hukuman alam, anak diharapkan menyadari kesalhannya sendiri.
5. Hukuman memperbaiki, menghukum dengan tujuan agar anak
mau memperbaiki kesalahannya. Kesalahan itu akan diperbaiki
oleh anak, bilamana anak sudah mengetahui apa kesalahannya,
mengakui akan kesalahannya yang telah dilakukan, insyaf dan
sadar bahwa perbuatannya salah dan baru memungkinkan anak
memperbaikinya.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa hukuman itu dapat
diterapkan dalam pendidikan, terutama pendidikan yang bersifat
pedagogis, menghukum bilamana perlu, jangan terus menerus, dan
hindarilah hukuman jasmani. Dalam menghukum harus disesuaikan
dengan kesalahan yang telah dilakukan oleh anak, umur anak, dan juga
keadaan anak. Namun, jika terpaksa menghukum hendaknya:
a. Jangan menghukum waktu marah.
b. Berikan hukuman pada waktu yang tepat.
c. Hukuman harus setimpal dengan kesalahannya.
d. Jagan menghukum secara rutin.
e. Ada hukuman, ada maaf.
f. Berilah hukuman sedikit mungkin.
30
e) Ganjaran
Ganjaran merupakan isyarat, kata-kata, perbuatan, atau
barang-barang yang diberikan kepada anak didik setelah mereka
berhasil melakukan kegiatan positif dan istimewa. Menurut Montessori
dan K. H. Dewantara tidak melakukan hukuman dan ganjaran dalam
proses pendidikan, karena hukuman dan ganjaran itu sebenarnya telah
terkandung di dalam perbuatan anak didik itu sendiri. Bila perbuatan
mereka salah, mereka susah (hukuman) dan bila perbuatan mereka
sukses mereka senang (ganjaran).
Hal-hal yang perlu di perhatikan pada waktu memberikan ganjaran:
1) Ganjaran wajib diberikan kepada anak untuk menumbuhkan
kesadaran anak bahwa anak telah menjalankan kewajibannya. Tapi
ganjaran jangan dilakukan terlalu sering.
2) Hendaknya diusahakan, agar ganjaran itu menimbulkan rasa peka
akan arti ganjaran.
3) Tujuan pemberian ganjaran itu ialah mengajak anak didik untuk
bertingkah laku yang lebih baik. Anak didik jangan sampai merasa
sombong atas keberhasilannya.
4) Ganjaran hendaknya diberikan secra adil. Ganjaran itu tidak boleh
diberikan atas dasar simpati atau antipasti terhadap seseorang.
5) Ganjaran harus dapat dicapai oleh semua anak didik atas dasar
kejujuran, kesungguhan atau ketekunan.
Macam-macam ganjaran yang dapat diberikan kepada anak
didik antara lain:
a) Isyarat, misalnya anggukan tanda berkenan, tepukan pada bahu
anak yang sukses.
b) Kata-kata, misalnya kata bagus, jempol, hebat.
c) Perbuatan, misalnya berupa perluasan kerja bagi mereka yang
sukses.
31
d) Barang, misalnya buku tulis, ballpoint, spidol, alat-alat pelajran
yang lain. tapi hal ini harus diberikan pada waktu yang istimewa,
antara lain dalam peristiwa lomba.
32
BAB IIIKESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam
kehidupan karena pendidikan adalah suatu proses untuk mendewasakan
manusia atau dengan kata lain merupakan suatu upaya untuk
“memanusiakan” manusia. Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu proses
kehidupan masa kini dan sekaligus adalah proses untuk persiapan bagi
kehidupan yang akan datang.
Konsep pendidikan meliputi:
1. Ruang lingkup pendidikan, yaitu pendidikan informal, formal dan non
formal.
2. Fungsi pendidikan, yaitu dalam arti mikro (sempit) dan makro (luas).
3. Faktor pendidikan, yaitu faktor tujuan, faktor pendidik, faktor peserta
didik, faktor metode, dan faktor situasi lingkungan.
Menurut UU No 2 tahun 1989, Pasal 1 ayat (1), “Pendidikan
adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbinhan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan
datang. “pendidikan pada hakikatnya adalah suatu proses kehidupan masa
kini dan sekaligus adalah proses untuk persiapan bagi kehidupan yang akan
datang.
Karakteristik pendidikan, yaitu:
1. Karakteristik usaha sadar pendidikan.
2. Karakteristik bentuk kegiatan pendidikan, meliputi karakteristik
bimbingan, karakteristik pengajaran dan karakteristik latihan.
3. Karakteristik fungsi
Alat pendidikan adalah hal yang tidak saja memuat kondisi-kondisi
yang memungkinkan terlaksananya pekerjaan mendidik, tetapi alat pendidikan
itu telah mewujudkan diri sebagai perbuatan atau situasi yang dicita-citakan
dengan tegas, untuk mencapai tujuan pendidikan. Jenis alat pendidikan
33
B. Saran
Bagi pendidik atau calon pendidik seperti kita sebaiknya
mengetahui dan memahami mengenai konsep, karakteristik dan alat
pendidikan. Guna membantu dalam proses pembelajaran supaya
pembelajaran berjalan dengan baik. Untuk dapat menciptakan proses
pembelajaran yang baik seorang pendidik harus dapat menerapkan konsep,
karakteristik dan alat pendidikan itu di dalam tercapainya tujuan
pembelajaran di kelas. Pendidik juga harus mampu menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan agar proses dari konsep, karakteristik dan
alat pendidikan dapat tersampaikan dengan maksimal.
34
DAFTAR PUSTAKA
Handi, soedomo.2008. Pendidikan (suatu pengantar). Surakarta: LPP UNS dan
UPT UNS Press.
Handikusumo, dkk. 1996. Pengantar Pendidikan. Semarang: IKIP Semarang
Press.
Mudyohardyo, redjo. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafinda Persada.
Ilmukitanih. 2010. Alat-alat Pendidikan dan Karakteristik. Tersedia
http://ilmukitanih.blogspot.com/2010/05/alat-alat-pendidikan-
karakteristik-alat.html. Diunduh 21 Maret 2014, pukul 10:42.
Timeshighereducation. silence-as-a-pedagogical-tool . Tersedia
http://www.timeshighereducation.co.uk/comment/opinion/silence-as-a-
pedagogical-tool/2006621.article. Diunduh tanggal 25 Maret 2014, pukul
19:15.
Wisegeek. what-is-a-pedagogical tool. Tersedia http://www.wisegeek.com/what-
is-a-pedagogical-tool.htm. Diunduh 25 Maret 2014, pukul 19:35.
35
“A pedagogical tool is anything that a person uses to learn or teach. Some
pedagogical tools such as textbooks are considered "traditional," but as the needs
of students and teachers change, less-traditional items are becoming pedagogical
aids. Exactly what a person considers a pedagogical tool varies by age and
education level, but virtually anything can be a pedagogical tool in the right
circumstances. It is normal for the amount of training required to use different
tools to vary, but manufacturers put professional research into the designs they
develop.”
Terjemahan : Sebuah alat pedagogis adalah segala sesuatu yang seseorang
menggunakan untuk belajar atau mengajar . Beberapa alat pedagogis seperti buku
teks dianggap " tradisional , " tetapi sebagai kebutuhan siswa dan guru berubah,
item kurang - tradisional menjadi alat bantu pedagogis . Persis apa yang orang
menganggap alat pedagogis bervariasi menurut usia dan tingkat pendidikan , tapi
hampir apa pun bisa menjadi alat pedagogis dalam situasi yang tepat . Adalah
normal untuk jumlah pelatihan yang dibutuhkan untuk menggunakan alat yang
berbeda bervariasi, tetapi produsen menempatkan penelitian profesional ke dalam
desain mereka kembangkan.
Penjelasan : Alat-alat yang digunakan untuk pembelajaran sangat
bervariasi menurut usia dan tingkat pendidikan.
A recent issue of Times Higher Education drew welcome attention to the value of
silence as a pedagogical tool in higher education.
“Silence in classrooms offers the potential for more democratic forms of
interaction. To use it, students must accept the need to remain silent for their own
sake or for the sake of others. Over time, this can lead to a sense of teaching-
based group intimacy that, ultimately, can enhance the discovery of knowledge.
Appreciating the pedagogical uses of silence can be particularly helpful when
teaching students from Japan, China and Scandinavia, where silence plays a
significant cultural role and is valued. The Finns, for example, are well known for
not talking unless utterance is important. “
36
Terjemahan: Diam di kelas menawarkan potensi untuk bentuk yang lebih
demokratis interaksi . Untuk menggunakannya, siswa harus menerima kebutuhan
untuk tetap diam untuk kepentingan mereka sendiri atau untuk kepentingan orang
lain. Seiring waktu , hal ini dapat menyebabkan rasa berbasis pengajaran
kelompok keintiman yang, pada akhirnya, dapat meningkatkan penemuan
pengetahuan.
Menghargai penggunaan pedagogis diam dapat sangat membantu ketika mengajar
siswa dari Jepang , China dan Skandinavia , di mana keheningan memainkan
peran budaya yang signifikan dan dihargai. Finlandia, misalnya, sudah dikenal
untuk tidak berbicara kecuali ucapan penting.
Penjelasan: bahwa sikap diam di kelas dapat meningkata penemuan
kebutuhab yang ada pada siswa.
37
Recommended