View
231
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPEGROUP INVESTIGATION DITINJAU DARI KEMAMPUAN
PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA(Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 5
Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2016/2017)
(Skripsi)
Oleh
Rahayu Soraya
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
ABSTRAK
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPEGROUP INVESTIGATION DITINJAU DARI KEMAMPUAN
PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA(Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 5
Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2016/2017)
Oleh
Rahayu Soraya
Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model
pembelajaran kooperatif tipe group investigation ditinjau dari kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa. Penelitian ini menggunakan desain posttest
only control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII
SMP Negeri 5 Bandar Lampung tahun pelajaran 2016/2017 yang terdistribusi
dalam 12 kelas. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VII C dan VII D yang
dipilih dengan teknik purposive random sampling. Data penelitian diperoleh
melalui tes kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Analisis data
penelitian ini menggunakan uji- . Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian,
diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe group
investigation tidak efektif ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa.
Kata kunci: Efektivitas, Group Investigation, Kemampuan Pemahaman KonsepMatematis
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPEGROUP INVESTIGATION DITINJAU DARI KEMAMPUAN
PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA(Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 5
Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2016/2017)
Oleh
Rahayu Soraya
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan MatematikaJurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanjung Karang pada tanggal 09 September 1995. Penulis
merupakan anak kelima dari lima bersaudara pasangan Bapak Zainuddin, S.T. dan
Ibu Sri Dewi, S.Pd. Penulis memiliki empat orang kakak bernama Akhmad
Juniardi, S.H., M. Juliansyah, S.H., Rahmaida, S.Kep., dan Rahmaulia, S.Kom.
Penulis telah menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Aisyiyah
Bustanul Athfal pada tahun 2001, pendidikan dasar di SD Negeri 2 Raja Basa
pada tahun 2007, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 22 Bandar
Lampung pada tahun 2010, dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 5
Bandar Lampung pada tahun 2013. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di
Universitas Lampung sebagai mahasiswa di Program Studi Pendidikan
Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan melalui jalur Undangan Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada tahun 2013.
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT)
di desa Bendosari, Kecamatan Gunung Sugih, Kabupaten Lampung Tengah.
Kemudian menjalani Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 2
Gunung Sugih pada tahun 2016.
Motto
“Siapa yang menanam, dia yang akan menuai”
Persembahan
Alhamdulillahirobbil’aalamiin.Segala Puji Bagi Allah SWT, Dzat Yang Maha Sempurna
Sholawat serta Salam Selalu Tercurah Kepada Uswatun HasanahRasululloh Muhammad SAW
Kupersembahkan karya kecil ini sebagai tanda cinta & kasihsayangku kepada:
Ayah (Zainuddin, S.T.) dan ibu (Sri Dewi, S.Pd.) yang tidakpernah lelah memberikan kasih sayang, semangat, dan doanya
sampai sekarang untuk anakmu ini dalam menggapai kesuksesan.
Kakak-kakakku Akhmad Juniardi, S.H., M. Juliansyah, S.H.,Rahmaida, S.Kep., dan Rahmaulia, S.Kom. yang telah memberikan
dukungan, semangat, dan bantuannya kepadaku.
Seluruh keluarga besar Medfu & Pendidikan Matematika 2013, yangterus memberikan doanya, terima kasih.
Para pendidik yang telah mengajar dengan penuh kesabaran.
Semua sahabat yang selalu ada dan begitu tulus menyayangikudengan segala kekuranganku.
Almamater Universitas Lampung tercinta.
SANWACANA
Alhamdulillahirobbil’aalamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya Sholawat serta salam semoga selalu
tercurah atas manusia yang akhlaknya mulia, yang telah membawa perubahan luar
biasa, menjadi uswatun hasanah, yaitu Rasulullah Muhammad SAW. Sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan dengan judul “Efektivitas Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Group Investigation Ditinjau dari Kemampuan Pemahaman
Konsep Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP
Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2016/2017)”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini
tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih yang tulus ikhlas kepada:
1. Ayah (Zainuddin, S.T.) dan Ibu (Sri Dewi, S.Pd.) tercinta, atas perhatian dan
kasih sayang yang telah diberikan selama ini yang tidak pernah lelah untuk
selalu mendoakan yang terbaik.
2. Bapak Dra. Arnelis Djalil, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah
bersedia memberikan pengarahan dan bimbingan serta motivasi sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
3. Ibu Widyastuti, S.Pd., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik sekaligus
Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk
iii
membimbing dan memberikan sumbangan pemikiran yang membangun
selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Ibu Dr. Tina Yunarti, M.Si., selaku pembahas yang telah memberi masukan,
semangat, kritik, dan saran yang membangun sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
5. Bapak Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung beserta staff dan jajarannya yang telah memberikan bantuan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA yang telah
memberikan nasehat dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika yang telah memberikan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan.
9. Bapak Ahmad Syafei, M.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 5 Bandar Lampung
yang telah memberikan izin penelitian.
10. Ibu Silvy Oktora, S.Pd., selaku guru mitra yang telah banyak membantu dalam
penelitian.
11. Bapak dan ibu dewan guru SMP Negeri 5 Bandar Lampung yang telah
memberikan masukan dan kerjasamanya selama melaksanakan penelitian.
12. Siswa/siswi kelas VII C dan VII D SMP Negeri 5 Bandar Lampung Tahun
Pelajaran 2016/2017, atas perhatian dan kerjasama yang telah terjalin.
13. Kakak-kakakku Akhmad Juniardi, S.H., M. Juliansyah, S.H., Rahmaida,
S.Kep., dan Rahmaulia, S.Kom. yang selalu membantu dan keluarga besarku
iv
yang telah memberikan doa, semangat, dan motivasi kepadaku.
14. Sahabatku tercinta Thea Marisca Marbun BN, Khoiriyanti Wulandari, Ika
Yunidasari, dan Betti Iriyanti Panjaitan yang selama ini memberikan semangat
dan dukungan yang luar biasa terima kasih telah menemaniku sampai saat ini.
15. Sahabatku “Kalem girls” Ria Septiana, Fitri Anita Sari, Diah Nur Hafifah,
Katarina Noviana, Nita Febria, dan Rizki Winjuni Sara terima kasih atas
semua bantuan dan kebersamaannya selama ini.
16. Saudaraku Arin Galih Prawesti (Burnok), Revita Maisuri (Mak), Gadis
Adinda (Mba gadis), dan Diki Fitrana Putra (Uncu) terima kasih selalu
membuatku tertawa dan ada disaat suka dan duka.
17. Sahabat “Smanla” Almira Eka Damayanti, Astri Oktavia, Anggun Lestari,
Resy Anggun Sari, dan Diah Ayu Larasati yang selama ini memberikan
motivasi dan saran terima kasih atas kebersamaannya selama ini.
18. Sahabat GI Syawalia Fitriani ZS terima kasih telah membantu dalam
menyelesaikan skripsi ini.
19. Sahabat Seperjuangan Monice Putri Pangestu, Peggi Nurida Asri, Rafi
Pratiwi, Yolanda Pratiwi, Retna Melati Prayuwari, Destrianto Padang
Pamungkas, I Wayan Agus Sastrawan, Humedi, Yuli Artanto, Hadi Rudiya,
Maulana Eka Pratikta, dan lain-lainnya terima kasih telah membantu sampai
saat ini.
20. Teman-teman tersayang di Pendidikan Matematika angkatan 2013 kelas A dan
B terima kasih atas semua bantuan yang telah diberikan. Semoga kebersamaan
kita selalu menjadi kenangan yang terindah.
21. Kakak-kakakku seperjuangan Pendidikan Matematika angkatan 2012 dan
v
2011 serta adik-adikku angkatan 2014, 2015, dan 2016 terima kasih atas
kebersamaannya.
22. Teman-teman dari KKN Desa Bendosari dan PPL di SMPN 2 Gunung Sugih
Gustia Putri, Seli Oktaria Jati, Puspita Wulandari, Tri Yukanti, dan Ulul Azmi
Muhammad terima kasih atas pengalaman, kebersamaan yang penuh makna
dan kenangan.
23. Almamater tercinta yang telah mendewasakanku.
24. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga dengan kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan mendapat
balasan pahala yang setimpal dari Allah SWT sehingga skripsi ini bermanfaat.
Bandar Lampung, Juni 2017
Penulis
Rahayu Soraya
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... x
I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1B. Rumusan Masalah .................................................................................. 9C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 9D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 10E. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 12
A. Kajian Teori ............................................................................................ 121. Efektivitas Pembelajaran .................................................................... 122. Model Pembelajaran Kooperatif ........................................................ 143. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI ........................................... 164. Pembelajaran Konvensional ............................................................... 215. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis .................................... 22
B. Kerangka Berpikir ................................................................................... 25C. Anggapan Dasar ...................................................................................... 29D. Hipotesis Penelitian ................................................................................. 29
1. Hipotesis Umum ................................................................................ 292. Hipotesis Khusus ............................................................................... 29
III. METODE PENELITIAN ............................................................................. 31
A. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................. 31B. Desain Penelitian .................................................................................... 31C. Data Penelitian ....................................................................................... 32D. Teknik Pengumpulan Data . .................................................................... 32
E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ............................................................ 32F. Instrumen Penelitian ............................................................................... 34G. Analisis Instrumen ................................................................................. 35H. Teknik Analisis Data .............................................................................. 40
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................... 47
A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 47B. Pembahasan ............................................................................................ 50
V. SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 57
A. Simpulan ................................................................................................ 57B. Saran ....................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 59LAMPIRAN .......................................................................................................
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Desain Penelitian ............................................................................. 32
Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Soal Kemampuan Pemahaman KonsepMatematis ........................................................................................ 34
Tabel 3.3 Interpretasi Koefisien Reliabilitas ................................................... 37
Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Daya Pembeda ............................................. 38
Tabel 3.5 Interpretasi Koefisien Tingkat Kesukaran ....................................... 39
Tabel 3.6 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba ..................................................... 40
Tabel 3.7 Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Pemahaman KonsepMatematis Siswa ............................................................................. 42
Tabel 3.8 Hasil Uji Homogenitas .................................................................... 43
Tabel 4.1 Data Nilai Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa ..... 47
Tabel 4.2 Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Data KemampuanPemahaman Konsep Matematis Siswa ............................................ 48
Tabel 4.3 Hasil Uji Proporsi Data Kemampuan Pemahaman KonsepMatematis Siswa ............................................................................. 49
Tabel 4.4 Pencapaian Indikator Kemampuan Pemahaman KonsepMatematis Siswa ............................................................................. 50
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A.1 Silabus Pembelajaran ................................................................. 64
Lampiran A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)Kelas Eksperimen ..................................................................... 74
Lampiran A.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ...... 104
Lampiran A.4 Lembar Kerja Kelompok (LKK) .............................................. 128
Lampiran B.1 Kisi-Kisi Soal Posttest Kemampuan PemahamanKonsep Matematis .................................................................... 221
Lampiran B.2 Soal Posttest Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis .... 223
Lampiran B.3 Pedoman Jawaban Soal Posttest Kemampuan PemahamanKonsep Matematis .................................................................... 225
Lampiran B.4 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman KonsepMatematis ................................................................................. 228
Lampiran B.5 Form Penilaian Tes Kemampuan Pemahaaman KonsepMatematis Siswa ...................................................................... 229
Lampiran B.6 Surat Keterangan Validitas ...................................................... 232
Lampiran C.1 Nilai Tes Kemampuan Pemahaman Konsep MatematisSiswa pada Kelas Uji Coba ...................................................... 233
Lampiran C.2 Analisis Reliabilitas Hasil Tes Kemampuan PemahamanKonsep Matematis Siswa pada Kelas Uji Coba ....................... 234
Lampiran C.3 Analisis Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda Item HasilTes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswapada Kelas Uji Coba ................................................................. 236
Lampiran C.4 Nilai Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis
Siswa Pada Kelas yang Mengikuti Model PembelajaranKooperatif Tipe GI ................................................................... 244
Lampiran C.5 Nilai Tes Kemampuan Pemahaman Konsep MatematisSiswa Pada Kelas yang Mengikuti PembelajaranKonvensional ............................................................................ 246
Lampiran C.6 Uji Normalitas Data Kemampuan Pemahaman KonsepMatematis Siswa Setelah Mengikuti Model PembelajaranKooperatif Tipe GI ................................................................... 248
Lampiran C.7 Uji Normalitas Data Kemampuan Pemahaman KonsepMatematis Siswa Setelah Mengikuti PembelajaranKonvensional ........................................................................... 251
Lampiran C.8 Analisis Uji Homogenitas Data ................................................ 254
Lampiran C.9 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Kemampuan PemahamanKonsep Matematis Siswa ......................................................... 256
Lampiran C.10 Uji Proporsi Kemampuan Pemahaman Konsep MatematisSiswa Setelah mengikuti Model Pembelajaran KooperatifTipe GI ..................................................................................... 259
Lampiran C.11 Hasil Analisis Indikator Kemampuan Pemahaman KonsepMatematis Siswa yang Mengikuti Model PembelajaranKooperatif Tipe GI ................................................................... 261
Lampiran C.12 Hasil Analisis Indikator Kemampuan Pemahaman KonsepMatematis Siswa yang Mengikuti PembelajaranKonvensional ............................................................................ 265
Lampiran D.1 Surat Izin Penelitian ................................................................. 269
Lampiran D.2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ........................ 270
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Hasil Pekerjaan 11 Siswa Pada Soal Ulangan Harian 1 ............... 5
Gambar 1.2 Hasil Pekerjaan 7 Siswa Pada Soal Ulangan Harian 1 ................ 6
Gambar 1.3 Hasil Pekerjaan 5 Siswa Pada Soal Ulangan Harian 1 ................ 6
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu hal yang penting sehingga dijadikan sebagai modal
untuk memajukan suatu bangsa karena dengan adanya pendidikan akan
menciptakan generasi yang cerdas, terampil dan berkualitas. Hal ini seperti yang
tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang menjelaskan pengertian pendidikan pada Bab I Pasal 1
ayat 1 yaitu:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasanabelajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktifmengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritualkeagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dannegara.
Pendidikan adalah suatu kegiatan secara sadar dan terencana serta penuh tanggung
jawab untuk membimbing siswa mencapai tujuan yang diinginkan. Sebagaimana
yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pada Bab II Pasal 3
ayat 3 yaitu:
Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan danmembentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangkamencerdaskan kehidupan bangsa, dan untuk mengembangkan potensipeserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepadaTuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
2
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut diperlukan suatu proses
pembelajaran.
Pembelajaran merupakan salah satu unsur yang utama dalam pendidikan. Pada
proses pembelajaran terjadi interaksi antara siswa dengan guru dan juga interaksi
antar siswa dengan materi pelajaran dalam suatu lingkungan belajar. Tujuan dari
pembelajaran adalah untuk tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada
siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Agar tujuan pembelajaran
tersebut tercapai suatu pembelajaran harus berlangsung dengan efektif. Menurut
Rohani (2004: 122) usaha guru dalam menciptakan kondisi pembelajaran yang
diharapkan akan efektif apabila: Pertama, diketahui secara tepat faktor-faktor
yang dapat menunjang terciptanya kondisi yang menguntungkan dalam proses
belajar mengajar. Kedua, dikenal masalah-masalah yang diperkirakan dan
biasanya timbul dan dapat merusak iklim belajar mengajar. Ketiga, dikuasainya
berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas dan diketahui pula kapan serta
untuk masalah mana suatu pendekatan digunakan.
Selanjutnya, ciri-ciri dari pembelajaran efektif menurut Harry (dalam Kentjil,
2010: 9) yaitu berhasil menghantarkan siswa mencapai tujuan-tujuan instruksional
yang telah ditetapkan, memberikan pengalaman belajar yang atraktif melibatkan
siswa secara aktif sehingga menunjang pencapaian tujuan instruksional dan
memiliki sarana-sarana yang menunjang proses pembelajaran. Hal ini sesuai
dengan pendapat Mulyasa (2006: 193) yang menyatakan bahwa pembelajaran
dikatakan efektif jika mampu memberikan pengalaman baru dan membentuk
kompetensi peserta didik, serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin
3
dicapai secara optimal.
Banyak mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, salah satunya adalah
matematika. Menurut Sutjipto (2005: 25) matematika merupakan salah satu
pelajaran yang penting dikuasai di sekolah karena banyak kegunaannya dalam
kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, Afrilianto dan Rosyana (2014: 45)
menyatakan bahwa matematika sebagai salah satu disiplin ilmu dalam bidang
pendidikan mempunyai peran besar dan memiliki manfaat dalam berbagai
perkembangan ilmu pengetahuan. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting di sekolah.
Tujuan pembelajaran matematika yang dirumuskan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (Depdiknas, 2006) adalah agar peserta didik mempunyai kemampuan
untuk memahami konsep matematika, menggunakan penalaran, memecahkan
masalah, mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah serta memiliki sikap menghargai
kegunaan matematika dalam kehidupan. Selanjutnya, Heibert dan Carpenter
(dalam Santoso, 2014) menyatakan bahwa pemahaman merupakan aspek yang
mendasar dalam belajar dan setiap pembelajaran matematika seharusnya lebih
memfokuskan untuk menanamkan konsep berdasarkan pemahaman karena
matematika tidak ada artinya jika hanya dihapalkan saja. Dengan demikian, dalam
pembelajaran matematika pemahaman konsep merupakan salah satu kemampuan
yang harus dimiliki oleh siswa.
Pentingnya kemampuan memahami konsep ini karena pemahaman konsep
matematis merupakan kemampuan awal yang akan menjadi pondasi dan dasar
4
pembentukan pola pikir matematis siswa. Herawati (2010: 2) menyatakan bahwa
pemahaman konsep perlu ditanamkan kepada siswa sejak dini agar mereka
mengerti tentang definisi, pengertian, cara pemecahan masalah, maupun
pengoperasian matematika secara benar, karena itu akan menjadi bekal bagi
mereka dalam mempelajari matematika pada jenjang yang lebih tinggi.
Selanjutnya, Suherman (2003: 22) menyatakan bahwa konsep-konsep yang
tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis, dan sistematis mulai dari konsep yang
paling sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks menyebabkan
konsep-konsep memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain sehingga siswa
harus memahami konsep dengan baik. Berdasarkan uraian di atas, siswa harus
bisa memahami konsep dengan benar agar tidak terjadi kesalahan.
Meskipun begitu kenyataannya, di Indonesia kemampuan pemahaman konsep
masih rendah. Hal ini terlihat dari hasil survei Programme for Internasional
Student Assesment (PISA) pada tahun 2015 menunjukkan bahwa Indonesia hanya
menduduki rangking 62 dari 70 negara peserta pada rata-rata skor 386 (OECD,
2016). Pada survei PISA, salah satu aspek yang dinilai adalah kemampuan
pemahaman konsep matematis. Sementara itu, hasil survei The Trend
Internasional Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2011
mengenai kemampuan matematis siswa Indonesia (Annisa, 2016), Indonesia
berada di urutan ke-38 dengan skor capaian matematika 386 dari 42 negara yang
berpartisipasi. Skor ini turun 11 poin dari tahun 2007. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor, salah satunya adalah siswa tidak memahami konsep dengan baik.
Berdasarkan hasil survei PISA dan TIMSS menunjukkan bahwa kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa di Indonesia masih rendah.
5
Rendahnya kemampuan pemahaman konsep matematis siswa juga terjadi di salah
satu sekolah di Bandar Lampung, yaitu SMP Negeri 5 Bandar Lampung.
Berdasarkan hasil observasi di SMP Negeri 5 Bandar Lampung, proses
pembelajaran yang berpusat pada guru membuat siswa untuk selalu bergantung
pada guru karena terbiasa diberi bukan menemukan dan berusaha untuk mandiri
sehingga di akhir pembelajaran suatu konsep dari materi yang diajarkan tidak
begitu melekat diingatan. Selanjutnya berdasarkan hasil wawancara dengan guru
matematika SMP Negeri 5 Bandar Lampung diketahui bahwa siswa cukup sulit
mengerjakan soal yang berupa aplikasi konsep dalam kehidupan sehari-hari.
Berikut disajikan contoh soal mid semester kelas VII B pada materi bilangan
bulat, yang salah satu soalnya merupakan soal kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa dengan indikator pemahaman konsep yaitu menggunakan dan
memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu sebagai berikut.
Jika hasil dari 96 ∶ (−12) − 8 (−3) = maka tentukan nilai .
Berdasarkan soal yang telah dikerjakan oleh siswa, didapatkan persentase jawaban
siswa yaitu sebanyak 26,32% dari 38 siswa menjawab benar, sebanyak 13,16%
dari 38 siswa tidak bisa menjawab, dan sebanyak 60,52% dari 38 siswa menjawab
sebagai berikut.
1. Hasil pekerjaan siswa dengan persentase yang menjawab seperti Gambar 1.1
sebanyak 28,95%.
Gambar 1.1 Hasil Pekerjaan 11 Siswa Pada Soal Ulangan Harian 1.
6
Dapat dilihat pada Gambar 1.1 bahwa siswa sudah paham mengoperasikan
perkalian dan pembagian tetapi siswa belum paham saat menyelesaikan operasi
bilangannya sehingga siswa salah memberi tanda maka jawaban siswa menjadi
salah.
2. Hasil pekerjaan siswa dengan persentase yang menjawab seperti Gambar 1.2
sebanyak 18,42%.
Gambar 1.2 Hasil Pekerjaan 7 Siswa Pada Soal Ulangan Harian 1.
Dapat dilihat pada Gambar 1.2 bahwa siswa sudah paham mengoperasikan
perkalian dan pembagian tetapi siswa kurang memberikan tanda kurung pada
pekerjaannya. Sehingga dalam pengoperasian bilangan jawaban siswa menjadi
salah karena siswa belum memahami konsep untuk menyelesaikannya.
3. Hasil pekerjaan siswa dengan persentase yang menjawab seperti Gambar 1.3
sebanyak 13,15%.
Gambar 1.3 Hasil Pekerjaan 5 Siswa Pada Soal Ulangan Harian 1.
Dapat dilihat pada Gambar 1.3 bahwa siswa sudah paham mengoperasikan
perkalian dan pembagian tetapi siswa belum paham saat menyelesaikan operasi
bilangannya sehingga jawaban siswa menjadi salah.
7
Dari jawaban siswa dapat dilihat bahwa kemampuan siswa dalam memahami
konsep untuk mengerjakan soal masih belum baik. Sehingga saat pengerjaan soal
siswa tidak menyelesaikan operasi bilangan dengan jawaban yang benar.
Hal ini menunjukkan bahwa rendahnya kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa. Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang rendah
dipengaruhi oleh kemampuan serta keterampilan guru dalam memilih dan
menerapkan model pembelajaran di kelas. Karena dalam hal ini guru masih
menggunakan pembelajaran konvensional, yaitu pembelajaran yang berpusat pada
guru. Guru menjelaskan materi dan siswa mendengarkan. Kemudian guru
memberikan contoh soal dan latihan. Dengan pembelajaran ini siswa merasa
jenuh, pasif, dan kemampuan siswa dalam pemahaman konsep matematika kurang
berkembang. Seharusnya siswa hendaknya diberikan kesempatan untuk aktif
dalam mengembangkan kemampuannya yang berasal dari pengetahuannya sendiri
untuk memahami suatu konsep. Oleh karena itu dibutuhkan suatu model
pembelajaran yang dapat mengasah kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa.
Salah satu model pembelajaran yang dapat mengasah kemampuan pemahaman
konsep matematis siswa adalah model pembelajaran kooperatif tipe Group
Investigation (GI). Sesuai dengan pendapat Fitriana (2010: 4) bahwa salah satu
tipe pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa adalah model pembelajaran kooperatif tipe GI. Karena pada
model ini, siswa tidak hanya dituntun untuk memahami materi saja, namun juga
dilatih untuk membangun sendiri pengetahuannya, kemudian menganalisis dan
8
mengorganisasikan dirinya dengan lingkungannya.
Selanjutnya, menurut Setiawan (2006: 9) model pembelajaran kooperatif tipe GI
mempunyai kelebihan yang dapat mengaktifkan dan memfasilitasi siswa dalam
pembelajaran yaitu:
(1) meningkatkan belajar bekerja sama dalam kelompok karena adanyapembagian kerja antar siswa dalam kelompok, (2) rasa percaya diri siswadapat lebih meningkat, (3) dapat membantu anak untuk lebih bertanggungjawab dalam belajar, (4) dapat memberdayakan siswa untuk lebihbertanggung jawab dalam belajar, dan (5) dapat mengembangkankemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri.
Model pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan model pembelajaran yang
melibatkan siswa secara aktif sejak awal perencanaan, baik dalam menentukan
topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi dan saling bertukar
pengalaman antarpeserta didik. Selain itu juga, setiap anggota kelompok dalam
pembelajaran saling berdiskusi dalam menentukan informasi yang dikumpulkan,
mengolah data, dan menyajikan hasil penelitiannya di depan kelas. Jadi, model
pembelajaran kooperatif tipe GI tidak hanya membantu siswa untuk memahami
konsep-konsep, tetapi juga membantu bertukar pengalaman.
Hasil penelitian dari Apriyani (2013) menunjukkan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe GI berpengaruh terhadap kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Anak Ratu Aji Tahun
Pelajaran 2012/2013. Hal ini karena dalam pengujian hipotesis diperoleh bahwa
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model pembelajaran kooperatif tipe GI lebih tinggi daripada kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
9
Selanjutnya hasil penelitian dari Widodo (2014) menunjukkan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe GI berpengaruh terhadap kemampuan pemahaman
konsep matematis siswa pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sribhawono Tahun
Pelajaran 2012/2013. Hal ini karena dalam perolehan data, rata-rata kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa dan ketuntasan belajar siswa pada model
pembelajaran kooperatif tipe GI lebih tinggi dari pembelajaran konvensional.
Dari hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa dengan diterapkannya model
pembelajaran kooperatif tipe GI ini, siswa dapat mengasah kemampuan
pemahaman konsepnya. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan,
perlu dilakukan penelitian mengenai efektivitas model pembelajaran kooperatif
tipe GI ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VII di
SMP Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2016/2017.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “Apakah model pembelajaran kooperatif tipe GI efektif ditinjau dari
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VII di SMP Negeri 5
Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2016/2017?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran
kooperatif tipe GI ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa
SMP Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2016/2017.
10
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam
pendidikan matematika yang berkaitan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe GI ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
bagi guru dalam memilih model pembelajaran yang efektif diterapkan untuk
mengasah kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Selain itu, hasil
penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian lebih lanjut tentang
efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe GI ditinjau dari kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Efektivitas pembelajaran adalah kondisi atau keadaan suatu proses interaksi
antara siswa dengan guru dan juga interaksi antar siswa dengan materi
pelajaran dalam lingkungan belajar untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya dengan menggunakan model pembelajaran.
2. Model pembelajaran kooperatif tipe GI adalah model pembelajaran yang
melibatkan siswa secara aktif sejak awal perencanaan, baik dalam menentukan
11
topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi dan saling
bertukar pengalaman antarpeserta didik. Selain itu juga, setiap anggota
kelompok dalam pembelajaran saling berdiskusi dalam menentukan informasi
yang dikumpulkan, mengolah data, dan menyajikan hasil penelitiannya di
depan kelas.
3. Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dalam penelitian ini adalah
kemampuan siswa dalam menerjemah, menafsirkan, dan menyimpulkan suatu
konsep matematika yang berdasarkan pembentukan pengetahuannya. Dalam
penelitian ini, pemahaman konsep matematis siswa tersebut berupa nilai siswa
yang diperoleh berdasarkan hasil tes. Tes tersebut dibuat sesuai indikator
kemampuan pemahaman konsep matematis. Indikator yang diteliti antara lain
adalah mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan
konsepnya, memberi contoh dan non contoh dari konsep, menyajikan konsep
dalam berbagai bentuk representasi matematis, menggunakan dan
memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu, dan
mengklasifikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah.
4. Materi pembelajaran dalam penelitian ini adalah himpunan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Efektivitas Pembelajaran
Rahardjo (2011:170) mengemukakan bahwa efektivitas adalah kondisi atau
keadaan dimana tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan hasil yang
memuaskan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008),
efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti berhasil guna. Menurut Warsita
(2008: 287) efektivitas lebih menekankan antara rencana dengan tujuan yang
dicapai, sehingga efektivitas pembelajaran seringkali diukur dengan tercapainya
tujuan pembelajaran. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa efektivitas
adalah kondisi atau keadaan yang menunjukkan tingkat tercapainya suatu tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sanjaya (2009: 26) menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses kerja sama
antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada
baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri maupun potensi
yang ada diluar diri siswa. Pembelajaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Depdiknas, 2008) diartikan sebagai proses, cara, perbuatan menjadikan orang
atau makhluk hidup belajar. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah proses kerjasama antara guru dan siswa dalam
13
memanfaatkan segala potensi yang bersumber pada siswa.
Sutikno, (2005: 7) menyatakan bahwa pembelajaran akan berlangsung dengan
efektif jika pembelajaran berlangsung menyenangkan bagi siswa. Mulyasa
(2006:193) juga menyatakan bahwa pembelajaran dikatakan efektif jika mampu
memberikan pengalaman baru dan membentuk kompetensi peserta didik, serta
mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal. Selanjutnya
menurut Slameto (2010: 74) pembelajaran yang efektif dapat membantu siswa
untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan
instruksional yang ingin dicapai. Jadi, pembelajaran akan berlangsung efektif jika
pembelajaran memberikan pengalaman baru dan meningkatkan kemampuan siswa
serta menghantarkan ke tujuan yang ingin dicapai oleh siswa secara optimal.
Yusufhadi (2004: 536) menyatakan bahwa efektivitas pembelajaran adalah yang
menghasilkan belajar yang bermanfaat dan bertujuan bagi para siswa, melalui
prosedur pembelajaran yang tepat. Selanjutnya menurut Popham (2003: 7)
efektivitas proses pembelajaran berarti tingkat keberhasilan guru dalam mengajar
kelompok siswa tertentu dengan menggunakan metode tertentu untuk mencapai
tujuan instruksional.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran
adalah kondisi atau keadaan suatu proses interaksi antara siswa dengan guru dan
juga interaksi antar siswa dengan materi pelajaran dalam lingkungan belajar untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dengan menggunakan model
pembelajaran. Pada penelitian ini kemampuan yang diukur hanya kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa sehingga kriteria masing-masing indikator
14
yang digunakan adalah 60% dengan kriteria ketuntasan belajar minimal sesuai
dengan yang ditetapkan sekolah yaitu 72.
2. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan
sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai
satu kelompok atau satu tim (Isjoni dan Ismail, 2008: 150). Menurut Roger,dkk
(Huda, 2014: 29) pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran kelompok
yang aktivitasnya didasarkan pada tanggung jawab setiap anggota kelompok atas
pembelajarannya sendiri serta didorong untuk meningkatkan pembelajaran
anggota lainnya.
Selanjutnya, Sanjaya (2007: 240) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem kelompok kecil,
yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang
kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen).
Menurut Lie (2008: 12) pembelajaran kooperatif adalah sistem pengajaran yang
memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa
dalam tugas-tugas yang terstruktur, dimana dalam sistem ini guru bertindak
sebagai fasilitator.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulakan bahwa model pembelajaran
kooperatif adalah model pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok
yang anggota kelompoknya mempunyai latar belakang akademik, jenis kelamin,
ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Aktivitas pembelajaran model
15
pembelajaran kooperatif dengan mengerjakan sesuatu secara bersama-sama
dengan saling membantu satu sama lainnya. Setiap anggota kelompok harus
mempunyai tanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan mendorong
anggota lainnya untuk meningkatkan pembelajarannya.
Abdurrahman (2009: 123) menyatakan bahwa ciri-ciri pembelajaran kooperatif
adalah sebagai berikut:
1) Saling ketergantungan positif yang menuntut tiap anggota kelompoksaling membantu demi keberhasilan kelompok.
2) Akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan bahan pelajarantiap anggota kelompok dan kelompok diberikan balikan tentang prestasibelajar anggota-anggota kelompoknya, sehingga mereka salingmengetahui teman yang memerlukan bantuan.
3) Terdiri dari anak-anak yang berkemampuan atau memiliki karakteristikheterogen.
4) Pemimpin kelompok dipilih secara demokratis.5) Semua anggota harus saling membantu dan saling memberi motivasi.6) Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas, tetapi juga pada upaya
mempertahankan hubungan interpersonal antaranggota kelompok.7) Keterampilan sosial yang dibutuhkan dalam kerja gotong royong,
mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsungdiajarkan.
8) Pada saat pembelajaran kooperatif sedang berlangsung, guru terusmelakukan observasi terhadap komponen-komponen belajar danmelakukan intervensi jika terjadi masalah antaranggota kelompok.
9) Guru memperhatikan proses keefektifan proses belajar kelompok.
Selain itu, model pembelajaran kooperatif juga mempunyai prinsip dasar.
Menurut Nur (Daryanto dan Rahardjo, 2012: 242) prinsip dasar model
pembelajaran kooperatif adalah setiap anggota kelompok:
1) memiliki tanggung jawab untuk segala sesuatu yang dilakukan di dalamkelompoknya; 2) mengetahui bahwa seluruh anggota kelompok memilikitanggung jawab serta pembagian tugas yang merata; 4) akan dikenaievaluasi; 5) saling beragi kepemimpinan dan keterampilan untuk belajarbersama; 6) akan dimintai pertanggungjawaban terhadap materi yang iapelajari.
16
Menurut Roger dan Jhonson (Lie, 2008: 31) ada lima unsur yang membedakan
model pembelajaran kooperatif dengan model pembelajaran kelompok biasa,
yaitu: (1) saling ketergantungan positif, (2) tanggung jawab perseorangan, (3)
tatap muka, (4) komunikasi antar anggota, dan (5) evaluasi proses kelompok.
Pada pelaksanaan kegiatan model pembelajaran kooperatif terdapat tahap-tahap
yang membedakan dengan model pembelajaran lainnya. Menurut Hosnan (2014:
245), langkah-langkah yang dilaksanakan dalam model pembelajaran kooperatif
adalah sebagai berikut: 1) menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, 2)
menyajikan informasi, 3) mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok
belajar, 4) membimbing kelompok belajar, 5) evaluasi, 6) memberikan
penghargaan.
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran
kooperatif setiap siswa memiliki tanggung jawab untuk segala sesuatu yang
dilakukan di dalam kelompoknya dan mendapatkan pembagian tugas yang merata
serta menyelesaikan tugas secara bersama-sama. Setelah pembelajaran kooperatif
selesai akan diadakannya suatu evaluasi.
3.Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI
Menurut Slavin (2005: 215) menyatakan bahwa:
Model pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan model pembelajarandalam kelompok kecil yang di dalamnya terjadi suatu komunikasi,interaksi kooperatif, dan pertukaran intelektual sebagai usaha siswa untukbelajar. Pembelajaran tersebut mendorong dan membimbing keterlibatansiswa dalam kelompok kecil secara lebih aktif dalam proses pembelajaran.Model ini sangat menekankan pentingnya komunikasi dan saling bertukarpengalaman antarpeserta didik.
17
Sharan dan Sharan (dalam Huda, 2014: 123-124) menyatakan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe GI lebih menekankan pada pilihan kontrol siswa
daripada menerapkan teknik-teknik pengajaran di dalam kelas. Menurut Kunandar
(2007: 344) model pembelajaran kooperatif tipe GI melibatkan siswa sejak
perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya
melalui investigasi. Selanjutnya, Huda (2014: 124) menyatakan bahwa dalam
setiap kelompok, setiap anggota berdiskusi dan menentukan informasi apa yang
akan dikumpulkan, bagaimana mengolahnya, bagaimana menyajikan hasil
penelitiannya di depan kelas.
Killen (dalam Aunurrahman, 2010: 152) menyatakan bahwa ciri-ciri model
pembelajaran kooperatif tipe GI adalah
(a) para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil dan memilikiindependensi terhadap guru, (b) kegiatan-kegiatan siswa terfokus padaupaya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan, (c)kegiatan belajar siswa akan selalu mempersyaratkan mereka untukmengumpulkan sejumlah data, menganalisisnya dan mencapai beberapakesimpulan.
Selain siswa guru juga mempunyai peranan dalam pelaksanaan model
pembelajaran kooperatif tipe GI. Menurut Setiawan (2006: 12) peranan guru
dalam pembelajaran GI sebagai berikut:
a. Memberikan informasi dan instruksi yang jelas.b. Memberikan bimbingan seperlunya dengan menggali pengetahuan
siswa yang menunjang pada pemecahan masalah (bukan menunjukkancara penyelesaiannya).
c. Memberikan dorongan sehingga siswa lebih termotivasi.d. Menyiapkan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan oleh siswa.
Selanjutnya Slavin (2005: 218) menyatakan bahwa dalam pelaksanaan
pembelajaran GI melalui enam tahap, yaitu:
18
a. Tahap Pemilihan Topik dan Pengelompokkan (Grouping)Tahap mengidentifikasi topik yang akan diinvestigasi serta membentukkelompok investigasi, dengan anggota tiap kelompok 6 sampai 7 orang.Pada tahap ini:1) Siswa mengamati sumber, memilih topik, dan menentukan kategori-
kategori topik permasalahan.2) Siswa bergabung pada kelompok-kelompok belajar berdasarkan
topik yang mereka pilih atau menarik untuk diselidiki.3) Guru membatasi jumlah anggota masing-masing kelompok antara 6
sampai 7 orang berdasarkan keterampilan dan keheterogenan.b. Tahap Perencanaan kooperatif (Planning)
Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas, dan tujuankhusus yang konsisten dengan subtopik yang telah dipilih pada tahappertama. Pada tahap ini siswa bersama-sama merencanakan tentang:1) Apa yang mereka pelajari?2) Bagaimana mereka belajar?3) Siapa dan melakukan apa?4) Untuk tujuan apa mereka menyelidiki topik tersebut.
c. Tahap Penyelidikan (Investigation)Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan di dalamtahap kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragamaktivitas dan keterampilan yang luas dan hendaknya mengarahkansiswa kepada jenis-jenis sumber belajar yang berbeda baik di dalamatau di luar sekolah. Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiapkelompok dan menawarkan bantuan bila diperlukan. Pada tahap ini,siswa melakukan kegiatan sebagai berikut:1) Siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat
simpulan terkait dengan permasalahan-permasalahan yang diselidiki.2) Masing-masing anggota kelompok memberikan masukan pada setiap
kegiatan kelompok.3) Siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mempersa
tukan ide dan pendapat.d. Tahap Pengorganisasian (Organizing)/ Analisis dan sintesis
Siswa menganalisis dan mengevaluasi informasi yang diperoleh padatahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkasdan disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untukdipresentasikan kepada seluruh kelas. Pada tahap ini kegiatan siswasebagai berikut:1) Anggota kelompok menentukan pesan-pesan penting dalam
proyeknya masing-masing.2) Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan
dan bagaimana mempresentasikannya.3) Wakil dari masing-masing kelompok membentuk panitia diskusi
kelas dalam presentasi investigasi.e. Tahap Presentasi hasil final (Presenting)
Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannyadengan cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan siswayang lain saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka dan
19
memperoleh perspektif luas pada topik itu. Presentasi dikoordinasi olehguru. Kegiatan pembelajaran di kelas pada tahap ini adalah sebagaiberikut:1) Penyajian kelompok pada keseluruhan kelas dalam berbagai variasi
bentuk penyajian.2) Kelompok yang tidak sebagai penyaji terlibat secara aktif sebagai
pendengar.3) Pendengar mengevaluasi, mengklarifikasi dan mengajukan
pertanyaan atau tanggapan terhadap topik yang disajikan.f. Tahap Evaluasi (Evaluating)
Kelompok menangani aspek yang berbeda dari topik yang sama, siswadan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap kerja kelassebagai suatu keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan dapat berupapenilaian individual atau kelompok. Pada tahap ini, kegiatan guru atausiswa dalam pembelajaran sebagai berikut:1) Siswa menggabungkan masukan-masukan tentang topiknya,
pekerjaan yang telah mereka lakukan, dan tentang pengalaman-pengalaman efektifnya.
2) Guru dan siswa mengkolaborasi, mengevaluasi tentang pembelajaranyang telah dilaksanakan.
3) Penilaian hasil belajar haruslah mengevaluasi tingkat pemahamansiswa.
Adapun tahapan-tahapan siswa didalam pembelajaran yang menggunakan tipe GI.
Sharan (dalam Trianto, 2011: 80) membagi langkah-langkah model investigasi
kelompok menjadi 6 fase, yaitu:
1) Memilih topikSiswa memilih sub topik khusus didalam suatu daerah masalah umumyang biasanya ditetapkan oleh guru. Selanjutnya siswa diorganisasikanmenjadi enam sampai tujuh anggota, tiap kelompok menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi tugas, komposisi kelompok hendaknyaheterogen secara akademis maupun etnis.
2) Perencanaan kooperatifSiswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas dan tujuankhusus yang konsisten dengan sub topik yang telah dipilih pada tahappertama.
3) ImplementasiSiswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan didalamtahap kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragamaktivitas dan keterampilan yang luas. Guru secara ketat mengikutikemajuan tiap kelompok dan menawarkan bantuan bila diperlukan.
4) Analisis dan sintesisSiswa menganalisis dan mensintesis informasi yang diperoleh padatahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas
20
dan disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untukdipresentasikan kepada seluruh kelas.
5) Presentasi hasilBeberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikan dengancara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan agar siswa yanglain saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka danmemperoleh perspektif yang luas pada topik itu. Presentasidikordinasikan oleh guru.
6) EvaluasiDalam hal kelompok-kelompok menangani aspek yang berbeda daritopik yang sama, siswa dan guru mengevaluasi tiap kontribusikelompok terhadap kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi yangdilakukan dapat berupa penilaian individual atau kelompok
Rusman (2012: 221) mengungkapkan bahwa langkah-langkah pelaksanaan model
pembelajaran kooperatif tipe GI dalam pembelajaran dibagi menjadi enam tahap,
yaitu: (1) mengidentifikasi topik dan mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok, (2) merencanakan tugas-tugas belajar, (3) melaksanakan investigasi,
(4) menyiapkan laporan akhir, (5) mempresentasikan laporan akhir, dan (6)
evaluasi.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pelaksanaan
pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI adalah:
1. Mengidentifikasi topik dan mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok.
2. Merencanakan tugas-tugas belajar.
3. Melaksanakan investigasi.
4. Menyiapkan laporan akhir.
5. Mempresentasikan laporan akhir.
6. Evaluasi.
Menurut Suherman (2001: 75) model pembelajaran kooperatif tipe GI memiliki
kelebihan dan kekurangan. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe GI
21
adalah: (a) siswa menjadi lebih aktif , (b) diskusi menjadi lebih aktif, (c) tugas
guru menjadi lebih ringan, (d) siswa yang nilainya tertinggi diberikan
penghargaan yang dapat mendorong semangat belajar siswa. Sementara itu
kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe GI adalah (a) membutuhkan
waktu yang lama, (b) siswa cenderung ribut, sebab peran seorang guru sangat
sedikit, (c) biasanya siswa mengalami kesulitan dalam menjelaskan hasil
temuannya kepada temannya.
Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe GI
adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif sejak awal
perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya
melalui investigasi dan saling bertukar pengalaman antarpeserta didik.
Selanjutnya, langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe GI yaitu mengidentifikasi suatu topik dan
mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok, merencanakan tugas-tugas belajar,
melaksanakan investigasi, menyiapkan laporan akhir, mempresentasikan laporan
akhir, dan yang terakhir evaluasi.
4. Pembelajaran Konvensional
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 523) konvensional artinya
berdasarkan kebiasaan. Menurut Santyasa (dalam Widiantari, 2012) model
pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang lazim atau sudah biasa
diterapkan, seperti kegiatan sehari-hari di kelas oleh guru. Selanjutnya, Ruseffendi
(2006: 350) menyatakan bahwa umumnya pembelajaran konvensional memiliki
kekhasan tertentu, misalnya mengutamakan hafalan daripada pengertian,
22
menekankan pada keterampilan berhitung, mengutamakan hasil daripada proses
dan pengajaran berpusat pada guru. Begitu pula Hamiyah dan Jauhar (2014: 166)
berpendapat pembelajaran konvensional banyak dipilih karena mudah
dilaksanakan dengan persiapan yang sederhana, hemat waktu dan tenaga.
Pembelajaran konvensional ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut
Apriyani (2013: 17) kelebihan dari pembelajaran konvensional ini adalah waktu
yang diperlukan cukup singkat dalam proses pembelajaran karena waktu dan
materi pelajaran dapat diatur secara langsung oleh guru, sedangkan kelemahan
dari pembelajaran konvensional ini adalah tidak semua siswa memiliki cara
belajar terbaik dengan mendengarkan dan hanya memperhatikan penjelasan dari
guru.
Berdasarkan uraian diatas pembelajaran konvensional adalah pembelajaran sudah
biasa diterapkan yang memiliki kekhasan tertentu, misalnya mengutamakan
hafalan daripada pengertian, menekankan pada keterampilan berhitung,
mengutamakan hasil daripada proses, dan pengajaran berpusat pada guru.
Kemudian pembelajaran konvensional ini juga mudah dilaksanakan dengan
persiapan yang sederhana, hemat waktu dan tenaga.
5. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1002-1003) menyebutkan bahwa
pemahaman berasal dari kata paham yang berarti pengertian, pendapat: pikiran,
aliran: haluan; pandangan, mengerti benar; tahu benar; pandai dan mengerti benar
(tentang suatu hal). Menurut Mulyasa (2005: 78), pemahaman adalah kedalaman
23
kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu.
Ruseffendi (2006: 221) membedakan pemahaman menjadi tiga bagian,
diantaranya:
(1) pemahaman translasi (terjemahan) digunakan untuk menyampaikaninformasi dengan bahasa dan bentuk yang lain serta menyangkutpemberian makna dari suatu informasi yang bervariasi, (2) pemahamaninterpretasi (penjelasan) digunakan untuk menafsirkan maksud daribacaan, tidak hanya dengan kata-kata dan frase, tetapi juga mencakuppemahaman suatu informasi dari sebuah ide, (3) ekstrapolasi (perluasan)mencakup etimasi dan prediksi yang didasarkan pada sebuah pemikiran,gambaran dari suatu informasi, juga mencakup pembuatan kesimpulandengan konsekuensi yang sesuai dengan informasi jenjang kognitif.
Konsep dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008) diartikan
sebagai rancangan. Soedjadi (2000: 14) mengungkapkan bahwa konsep adalah ide
abstrak yang digunakan untuk mengklasifikasikan sekumpulan objek yang
biasanya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata. Lebih lanjut,
Hamalik (2009) menyatakan bahwa konsep adalah suatu kelas stimuli yang
memiliki sifat-sifat (atribut-atribut) umum.
Sanjaya (2007) mengemukakan bahwa kemampuan pemahaman konsep adalah
kemampuan siswa yang berupa penguasaan sejumlah materi pelajaran, siswa tidak
sekedar mengetahui atau mengingat sejumlah konsep yang dipelajari, tetapi
mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti,
memberikan interpretasi data dan mampu mengaplikasikan konsep yang sesuai
dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Hal ini menyatakan bahwa materi
pelajaran yang diajarkan kepada siswa bukan hanya sekedar mengetahui atau
mengingat konsep yang dipelajari melainkan mampu menyatakan ulang konsep
yang sudah dipelajari. Dengan kemampuan pemahaman konsep siswa dapat lebih
24
mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri.
Menurut Depdiknas (2003: 2), kemampuan pemahaman konsep merupakan salah
satu kecakapan atau kemahiran matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam
belajar matematika yaitu dengan menunjukkan pemahaman konsep matematika
yang dipelajarinya, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan
konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan
masalah. Hamalik (2009: 46) menyatakan bahwa kemampuan pemahaman konsep
merupakan salah satu aspek dalam prinsip-prinsip belajar teori kognitif.
Selanjutnya, Jihad dan Haris (2012: 149) menyatakan bahwa kemampuan
pemahaman konsep merupakan suatu kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam
memahami konsep dan dalam melakukan prosedur (algoritma) secara tetap.
Adapun indikator kemampuan pemahaman konsep matematis siswa mengacu
pada Peraturan Dirjen Dikdasmen Nomor 506/C/Kep/PP/2004, yaitu:
a. Menyatakan ulang sebuah konsep, yaitu kemampuan siswa untukmenerangkan secara verbal mengenai apa yang telah dicapainya.
b. Mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengankonsepnya, yaitu kemampuan siswa dalam mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya persyaratan yang membentukkonsep tersebut.
c. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep, yaitu kemampuan siswadalam memberikan contah dan kontra contoh dari konsep yang sedangdipelajari.
d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis,adalah kemampuan siswa untuk menyajikan situasi matematikakedalam berbagai cara serta dapat mengetahui perbedaan objek-objekmatematika satu dengan yang lain.
e. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep, adalahkemampuan untuk mengembangkan konsep yang telah dipelajari.
f. Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasitertentu, adalah kemampuan siswa untuk menghubungkan konsepdengan prosedur.
25
g. Mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah,merupakan kemampuan siswa dalam menerapkan konsep untukmemecahkan masalah matematika yang ada.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemahaman
konsep matematis siswa merupakan kemampuan siswa dalam menerjemah,
menafsirkan, dan menyimpulkan suatu konsep matematika yang berdasarkan
pembentukan pengetahuannya. Dalam penelitian ini, kemampuan pemahaman
konsep matematis siswa tersebut berupa nilai siswa yang diperoleh berdasarkan
hasil tes uraian. Tes tersebut dibuat sesuai indikator kemampuan emahaman
konsep matematis. Indikator yang diteliti antara lain adalah mengklasifikasikan
objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya, memberi contoh dan
non contoh dari konsep, menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi
matematis, menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi
tertentu, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah.
B. Kerangka Berpikir
Penelitian tentang efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe GI ditinjau dari
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa terdiri dari satu variabel bebas
dan satu variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah
pembelajaran sedangkan variabel terikat adalah kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa.
Pemahaman konsep adalah salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap
siswa, dalam pembelajaran siswa memanfaatkan segala potensi yang ada pada
dirinya sehingga dapat menjelaskan kembali konsep dengan kata-kata sendiri
26
sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya dengan tidak mengubah artinya.
Pemahaman konsep matematis juga merupakan landasan penting untuk
menyelesaikan persoalan-persoalan matematika maupun persoalan dalam
kehidupan sehari-hari. Jadi, pemahaman konsep matematis adalah kemampuan
siswa dalam menerjemahkan, menafsirkan, dan menyimpulkan suatu konsep
matematika berdasarkan pembentukan pengetahuannya sendiri, bukan sekedar
menghafal.
Akan tetapi, sekarang ini banyak siswa yang memiliki kemampuan pemahaman
konsep yang rendah. Hal ini karena pembelajaran masih berpusat pada guru
sehingga membuat siswa menjadi pasif dan tidak berkembang dalam
pemikirannya. Salah satu alternatif yang diduga efektif mengasah kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa adalah melalui model pembelajaran. Dalam
pemilihan model pembelajaran, guru harus mempertimbangkan keefektifan model
pembelajaran yang dipilih. Keefektifan model pembelajaran tersebut berdasarkan
tingkat keberhasilan pencapaian suatu tujuan pembelajaran. Suatu tujuan dari
pembelajaran yang dicapai adalah ketercapaian kompetensi. Menurut Sutikno
(2005: 7) pembelajaran efektif merupakan suatu pembelajaran yang
memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah dan dapat mencapai
tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Efektivitas pembelajaran
dapat dicapai jika siswa berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Salah satu alternatif yang diduga efektif mengasah kemampuan pemahaman
konsep matematis siswa adalah dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe GI. Model pembelajaran kooperatif tipe GI adalah model
27
pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif sejak awal perencanaan, baik
dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi
dan saling bertukar pengalaman antarpeserta didik. Selain itu juga, setiap anggota
kelompok dalam pembelajaran saling berdiskusi dalam menentukan informasi
yang dikumpulkan, mengolah data, dan menyajikan hasil penelitiannya di depan
kelas.
Model pembelajaran kooperatif tipe GI mempunyai enam tahapan. Pada tahap
pertama, siswa secara berkelompok belajar memahami masalah, mengenal apa
yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari topik yang telah disediakan oleh
guru. Pada langkah ini, siswa dapat mengembangkan aspek dari menyatakan
ulang suatu konsep. Artinya, siswa dapat menyebutkan definisi berdasarkan
konsep yang dimiliki dan konsep baru yang diberikan oleh guru.
Selanjutnya pada tahap kedua, siswa bersama kelompok belajar merencanakan
dan merumuskan masalah yang telah dipilih pada tahap sebelumnya, menentukan
langkah-langkah penyelidikan, dan menentukan sumber-sumber yang dibutuhkan
dalam penyelidikan. Pada langkah ini, siswa dapat mengembangkan kemampuan
dalam aspek syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep. Artinya, siswa dapat
menganalisis suatu objek dengan asspek syarat perlu dan syarat cukup suatu
konsep.
Kemudian pada tahap ketiga, melaksanakan investigasi dalam tahap ini siswa
mengumpulkan, menganalisis, mengevaluasi informasi, membuat kesimpulan-
kesimpulan, dan mengaplikasikan masalah yang diteliti kelompok. Siswa belajar
memproses data dengan rencana yang telah dipilih pada tahap sebelumnya
28
kemudian membuat jawaban penyelesaian. Dari langkah tersebut, siswa dapat
mengembangkan kemampuan dari aspek menggunakan, memanfaatkan, memilih
prosedur tertentu dan dapat mengaplikasikan konsep pada pemecahan masalah.
Pada tahap keempat siswa berdiskusi menyimpulkan hasil penyelidikan dan
mempersiapkan laporan. Dari langkah tersebut siswa akan mendapatkan
pengetahuan baru tentang alternatif jawaban atau penyelesaian yang perlu
mendapat pembuktian secara logis. Dalam hal ini, guru memberikan kesempatan
kepada siswa menyimpulkan hasil investigasinya. Hal ini, siswa dapat
mengembangkan kemampuan dari aspek menyajikan konsep dalam berbagai
bentuk representasi matematis.
Tahap kelima masing-masing kelompok melakukan presentasi. Pada tahapan ini,
mengembangkan kemampuan dari aspek menyatakan ulang suatu konsep dan
siswa dapat menggunakan, memanfaatkan, memilih prosedur tertentu.
Selanjutnya tahap keenam, siswa dan guru secara bersama-sama menyimpulkan
seluruh materi yang telah dipelajari sebelumnya dan guru memberikan penegasan
tentang konsep-konsep. Tahap menarik kesimpulan ini peserta didik dapat
menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dalam suatu
masalah yang sama dengan memperhatikan hasil pembuktian. Dalam hal ini,
siswa dapat mengembangkan kemampuan dari aspek contoh dan non contoh dari
konsep dan menyatakan ulang suatu konsep.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe GI merupakan model pembelajaran yang dapat membuat siswa
29
menjadi aktif dalam proses pembelajaran dikelompoknya sehingga dapat
mengasah kemampuan pemahaman konsep matematis siswa terhadap materi yang
diajarkan. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif tipe GI ini diduga
efektif jika ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa di kelas
VII SMP Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2016/2017.
C. Anggapan Dasar
Penelitian ini mempunyai anggapan dasar, yaitu:
1. Semua siswa kelas VII SMP Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2016/2017 memperoleh materi pelajaran matematika yang sama dan sesuai
dengan kurikulum yang berlaku di sekolah tersebut.
2. Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa selain model pembelajaran dikontrol sehingga memberikan pengaruh
yang sangat kecil.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:
1. Hipotesis Umum
Model pembelajaran kooperatif tipe GI efektif ditinjau dari kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMP Negeri 5 Bandar Lampung
Tahun Pelajaran 2016/ 2017.
2. Hipotesis Khusus
a. Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti model
pembelajaran kooperatif tipe GI lebih baik daripada kemampuan
30
pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional.
b. Persentase siswa yang memiliki kemampuan pemahaman konsep
matematis yang terkategori baik (dengan nilai ≥ 72, skala 100) pada model
pembelajaran kooperatif tipe GI lebih dari 60% dari jumlah siswa.
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 5 Bandar Lampung. Populasi dalam
penelitian adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 5 Bandar Lampung
2016/2017 yang terdistribusi dalam 12 kelas dari VII A hingga VII L.
Pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive Random Sampling yaitu
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Dalam hal ini, pemilihan sampel
tersebut ialah kelas yang diajar oleh guru yang sama dan dilihat berdasarkan
karakteristik kemampuan siswa yang homogen sehingga dapat mewakili seluruh
kelas lainnya. Dari 12 kelas tersebut dipilih dua kelas sebagai sampel penelitian.
Terpilih kelas VII C sebagai kelas eksperimen dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe GI dan kelas VII D dengan menerapkan
pembelajaran konvensional.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment).
Menurut Azam (2006) untuk penelitian yang berhubungan dengan peningkatan
kualitas pembelajaran, direkomendasikan penggunaan penelitian eksperimen
semu. Desain yang digunakan adalah posttest only control group design. Menurut
Furchan (2007: 368) desain pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1.
32
Tabel 3.1 Desain Penelitian Posttest Only Control Group Design
KelompokPerlakuan
Perlakuan PosttestE X OP C O
Keterangan:E : kelas eksperimenP : kelas kontrolX : model pembelajaran kooperatif tipe GIC : model pembelajaran konvensionalO : posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
C. Data Penelitian
Data dalam penelitian ini adalah data kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa berupa data kuantitatif yang diperoleh melalui posttest. Posttest diberikan
kepada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran
kooperatif tipe GI dan pembelajaran konvensional.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik tes.
Tes diberikan diakhir pembelajaran (posttest) yang bertujuan untuk mengukur
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa setelah mengikuti
pembelajaran.
E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Adapun prosedur dalam penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu:
1. Tahap Persiapan
a. Menghubungi pihak-pihak yang terkait di sekolah, yaitu kepala sekolah
untuk meminta izin melaksanakan penelitian di sekolah tersebut.
33
b. Observasi untuk melihat kondisi lapangan atau tempat penelitian, seperti
banyak kelas, jumlah siswa, cara guru mengajar, dan karakteristik siswa.
c. Menentukan populasi dan sampel, yaitu memilih kelas VII sebagai populasi
dan menetapkan penentuan sampel dengan teknik Purposive Random
Sampling.
d. Menyusun silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
e. Membuat lembar kerja kelompok untuk kelas eksperimen yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI.
f. Membuat instrumen penelitian berupa tes kemampuan pemahaman konsep
matematis dengan terlebih dahulu membuat kisi-kisi soal posttest sesuai
dengan indikator pembelajaran dan indikator kemampuan pemahaman
konsep matematis serta aturan penskorannya.
g. Melakukan validasi instrumen tes.
h. Melakukan uji coba instrumen tes.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Melaksanakan kegiatan pembelajaran pada kedua kelas. Pada kelas
eksperimen pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe GI, sedangkan pada kelas kontrol menggunakan pembelajaran
konvensional.
b. Mengadakan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
3. Tahap Akhir
a. Mengumpulkan data kuantitatif.
b. Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh.
34
c. Membuat laporan hasil penelitian.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah perangkat tes kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa dengan butir soal berbentuk uraian. Materi
yang diujikan adalah pokok bahasan himpunan. Dalam penyusunan soal, terlebih
dahulu membuat kisi-kisi tes yang disesuaikan dengan indikator kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa. Tes ini diberikan kepada siswa secara
individual yang digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa. Adapun pedoman penskoran tes kemampuan pemahaman
konsep matematis siswa diadopsi dari Sartika (2011: 22) dan disajikan dalam
Tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman KonsepMatematis Siswa
No Indikator Keterangan Skor
1. Mengklasifikasi objekmenurut sifat-sifat tertentusesuai dengan konsepnya
a. Tidak menjawab 0
b. Mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu tetapi jawaban salah
1
c. Mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu tetapi kurang lengkap
2
d. Mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan benar dan lengkap
3
2. Memberi contoh dan noncontoh dari konsep
a. Tidak menjawab 0
b. Memberi contoh dan non contoh tetapijawaban salah
1
c. Memberi contoh dan non contoh tetapi kuranglengkap
2
d. Memberi contoh dan non contoh dengan benardan lengkap
3
3. Menyajikan konsep dalamberbagai bentukrepresentasi matematis
a. Tidak menjawab 0
b. Menyajikan konsep dalam bentuk representasimatematis tetapi jawaban salah
1
35
c. Menyajikan konsep dalam bentuk representasimatematis tetapi kurang lengkap
2
d. Menyajikan konsep dalam bentuk representasimatematis dengan benar dan lengkap
3
4. Menggunakan danmemanfaatkan sertamemilih prosedur atauoperasi tertentu
a. Tidak menjawab 0
b. Menggunakan, memanfaatkan dan memilihprosedur atau operasi tertentu tetapi jawabansalah
1
c. Menggunakan, memanfaatkan dan memilihprosedur atau operasi tertentu tetapi kuranglengkap
2
d. Menggunakan, memanfaatkan dan memilihprosedur atau operasi tertentu dengan benardan lengkap
3
5. Mengaplikasikan konsepatau algoritma kepemecahan masalah
a. Tidak menjawab 0
b. Mengaplikasikan konsep atau algoritma kepemecahan masalah tetapi jawaban salah
1
c. Mengaplikasikan konsep atau algoritma kepemecahan masalah tetapi kurang lengkap
2
d. Mengaplikasikan konsep atau algoritma kepemecahan masalah tedengan benar danlengkap
3
G. Analisis Instrumen
Sebelum digunakan, instrumen tes kemampuan pemahaman konsep matematis
dilakukan analisis kualitas. Agar tes memenuhi kriteria soal yang baik. Sesuai
dengan pendapat Matondang (2009: 1) bahwa suatu tes dikatakan baik apabila
memenuhi syarat yaitu validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran.
1. Validitas
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini validitas isi. Validitas isi dari tes
kemampuan pemahaman konsep matematis dapat diketahui dengan cara
membandingkan isi yang terkandung dalam tes kemampuan pemahaman konsep
matematis dengan indikator pembelajaran yang telah ditentukan. Suatu tes
36
dikatakan valid jika butir-butir soal tes sesuai dengan standar kompetensi,
kompetensi dasar dan indikator yang diukur berdasarkan penilaian guru mitra.
Penilaian terhadap kesesuaian isi instrumen tes dengan kisi-kisi instrumen tes
yang diukur dan kesesuaian bahasa yang digunakan dalam instrumen tes dengan
bahasa siswa dilakukan dengan menggunakan daftar checklist (√) oleh guru mitra.
Hasil penilaian menunjukkan bahwa instrumen tes yang digunakan untuk
mengukur kemampuan pemahaman konsep matematis siswa telah memenuhi
validitas isi (Lampiran B.5 dan B.6).
Langkah selanjutnya dilakukan uji coba instrumen tes yang dilakukan di luar
sampel penelitian yaitu kelas VIII B. Kemudian menghitung dan menganalisis
hasil uji coba dengan menggunakan software Microsoft Excel untuk mengetahui
reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda.
2. Reliabilitas
Sebelum menghitung nilai reliabilitas, dilakukan uji coba soal terlebih dahulu.
Nilai reliabilitas dihitung dengan menggunakan rumus Alpha-Cronbach’s sebagai
berikut.
2
2
11 11 t
i
n
nr
Keterangan :
11r : nilai reliabilitas instrumen (tes)
n : banyaknya butir soal (item)
2i : jumlah varians dari tiap-tiap item tes
: varians totalN : banyaknya data∑ : jumlah semua data∑ : jumlah kuadrat semua data
2t
37
Koefisien reliabilitas yang didapat dari 11r dibandingkan dengan kriteria
interpretasi koefisien reliabilitas yang berlaku. Menurut Arikunto (2006: 195)
interpretasi koefisien reliabilitas adalah sebagai berikut.
Tabel 3.3 Interpretasi Koefisien Reliabilitas
Koefisien Reliabilitas Interpretasi0,80 ≤ ≤ 1,00 Sangat Tinggi0,60 ≤ < 0,80 Tinggi0,40 ≤ < 0,60 Sedang0,20 ≤ < 0,40 Rendah0,00 ≤ < 0,20 Sangat Rendah
Berdasarkan hasil perhitungan uji coba instrumen tes, diperoleh koefisien
reliabilitas tes adalah 0,79. Hal ini menunjukan bahwa instrumen tes yang
digunakan memiliki reliabilitas yang tinggi. Rekapitulasi hasil perhitungan
reliabilitas tes uji coba soal dapat dilihat pada tabel 3.6 dan hasil perhitungan lebih
lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.2.
3. Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa yang
mempunyai kemampuan tinggi dan siswa yang mempunyai kemampuan rendah.
Daya pembeda butir dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya daya
pembeda. Untuk menghitung daya pembeda, terlebih dahulu diurutkan dari siswa
yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memeperoleh nial terendah.
Kemudian diambil 27% siswa yang memperoleh nilai tertinggi (disebut kelompok
atas) dan 27% siswa yang memperoleh nilai terendah (disebut kelompok bawah).
Menurut Arikunto (2011: 213) rumus untuk menghitung daya pembeda sebagai
38
berikut.
= −Keterangan :DP : Indeks daya pembeda satu butir soal tertentuJA : Rata-rata skor kelompok atas pada butir soal yang diolahJB : Rata-rata skor kelompok bawah pada butir soal yang diolahIA : Skor maksimum butir soal yang diolah
Adapun interpretasi koefisien daya pembeda dapat dilihat pada Tabel 3.4 sebagai
berikut.
Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Daya Pembeda
Berdasarkan hasil perhitungan uji coba instrumen tes, diperoleh bahwa koefisien
daya pembeda tes berkisar antara 0,30 dan 0,64. Hal ini menunjukkan bahwa
instrumen tes yang diujicobakan ada yang memiliki daya pembeda baik dan
sangat baik. Rekapitulasi hasil perhitungan daya pembeda uji coba soal dapat
dilihat pada Tabel 3.6 dan hasil perhitungan lebih lengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran C.3.
4. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran soal adalah perbandingan antara banyaknya penjawab pilihan
benar dengan banyaknya penjawab pilihan lain yang digunakan. Hal ini dilakukan
Koefisien Daya Pembeda Interpretasi
Negatif ≤ ≤ 0,10 Sangat buruk0,10 ≤ ≤ 0,19 Buruk0,20 ≤ ≤ 0,29 Agak baik0,30 ≤ ≤ 0,49 Baik≥ 0,50 Sangat baik
39
untuk menentukan seberapa besar derajat kesukaran yang dimiliki suatu butir soal.
Menurut Sudijono (2008: 372), indeks tingkat kesukaran butir soal dapat dihitung
dengan menggunakan rumus berikut:
=Keterangan:TK : tingkat kesukaran suatu butir soalJT : jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diperolehIT : jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal
Untuk menginterpretasi koefisien tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan
koefisien tingkat kesukaran menurut Sudijono (2008: 372) tertera pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5 Interpretasi Koefisien Tingkat Kesukaran
Koefisien Tingkat Kesukaran Interpretasi
0,00 ≤ TK ≤ 0,15 Sangat Sukar
0,16 <TK ≤ 0,30 Sukar
0,31 <TK ≤ 0,70 Sedang
0,71 <TK ≤ 0,85 Mudah
0,86 <TK ≤ 1,00 Sangat Mudah
Berdasarkan hasil perhitungan uji coba instrumen tes, diperoleh bahwa koefisien
tingkat kesukaran tes berkisar antara 0,31 dan 0,50. Hal ini menunjukkan bahwa
instrumen tes yang diujicobakan memiliki tingkat kesukaran yang sedang.
Rekapitulasi hasil perhitungan tingkat kesukaran uji coba soal dapat dilihat pada
Tabel 3.6 dan hasil perhitungan lebih lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran
C.3.
Setelah dilakukan analisis reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran soal
tes kemampuan pemahaman konsep matematis diperoleh rekapitulasi hasil tes uji
40
coba dan kesimpulan yang disajikan pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba
NoSoal
Reliabilitas Daya PembedaTingkat
KesukaranKesimpulan
1a
0,79(Reliabilitas
tinggi)
0,30 (baik) 0,50 (sedang) Dipakai
1b 0,33 (baik) 0,39 (sedang) Dipakai
1c 0,33 (baik) 0,31 (sedang) Dipakai
1d 0,36 (baik) 0,34 (sedang) Dipakai
1e 0,39 (baik) 0,37 (sedang) Dipakai
2a 0,52 (sangat baik) 0,44 (sedang) Dipakai
2b 0,48 (baik) 0,42 (sedang) Dipakai
2c 0,58 (sangat baik) 0,35 (sedang) Dipakai
2d 0,52 (sangat baik) 0,39 (sedang) Dipakai
3a 0,39 (baik) 0,41 (sedang) Dipakai3b 0,64 (sangat baik) 0,35 (sedang) Dipakai
4a 0,39 ( baik) 0,31 (sedang) Dipakai4b 0,39 (baik) 0,31 (sedang) Dipakai5a 0,58 (sangat baik) 0,45 (sedang) Dipakai
5b 0,39 (baik) 0,38 (sedang) Dipakai
5c 0,33 (baik) 0,33 (sedang) Dipakai
5d 0,61 (sangat baik) 0,36 (sedang) Dipakai
Dari Tabel 3.6 terlihat bahwa koefisien reliabilitas soal adalah 0,79 yang berarti
soal memiliki reliabilitas yang tinggi. Daya pembeda untuk soal nomor 2a, 2c, 2d,
3b, 5a, dan 5d dikategorikan sangat baik dan soal lainnya dikategorikan baik
sedangkan tingkat kesukaran untuk semua soal dikategorikan sedang. Karena
instrumen tes kemampuan pemahaman konsep sudah valid dan sudah memenuhi
kriteria reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran yang sudah ditentukan
maka soal tes kemampuan pemahaman konsep matematis yang disusun layak
digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan pemahaman konsep matematis.
H. Teknik Analisis Data
Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan memberikan tes
kemampuan pemahaman konsep matematis setelah dilakukan pembelajaran
41
(posttest) pada kedua kelas. Dari hasil tes tersebut diperoleh data yang digunakan
sebagai dasar menguji hipotesis penelitian. Sebelum melakukan uji hipotesis dan
uji proporsi maka dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji
homogenitas. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel penelitian
berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan memiliki varians yang
homogen.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas berfungsi untuk mengetahui apakah data berasal dari populasi yang
berdistribusi normal atau tidak. Uji Normalitas dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan uji Chi-Kuadrat (Sudjana, 2009: 273). Rumusan hipotesis untuk uji
normalitas adalah:
H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Taraf signifikan yang digunakan adalah α = 0,05 dan statistik uji yang digunakan
untuk menghitung uji Chi-Kuadrat sebagai berikut.
= ( )Keterangan:
: harga Chi-KuadratOi : frekuensi observasiEi : frekuensi harapank : banyaknya kelas interval
Selanjutnya keputusan uji yang digunakan dalam penelitian ini dengan kriteria uji
yaitu diterima jika < ( )( ) maka data berdistribusi normal.
42
ditolak jika ≥ ( )( ) maka data tidak berdistribusi normal.
Berdasarkan perhitungan uji normalitas data kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa pada kelas yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe
GI maupun pembelajaran konvensional diperoleh bahwa < . Hasil
perhitungan uji normalitas disajikan pada Tabel 3.7 berikut.
Tabel 3.7 Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematis Siswa
Kelas Keputusan Uji
GI 5,79 9,49 diterima
Konvensional 4,68 9,49 diterima
Karena < dalam data kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa pada kelas yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe GI maupun
pembelajaran konvensional sehingga keputusan ujinya diterima. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa kedua sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran
C.6 dan Lampiran C.7.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah data kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
memiliki variansi yang homogen atau tidak homogen. Rumusan hipotesis untuk
uji ini adalah:
43
H0: = (variansi kedua populasi homogen)
H1: (variansi kedua populasi tidak homogen)
Taraf signifikan yang digunakan adalah α = 0,05 dan statistik uji yang digunakan
menurut Sudjana (2009: 249) untuk menguji hipotesis di atas menggunakan rumus
sebagai berikut.
F =
Keterangan::varians terbesar:varians terkecil
Selanjutnya keputusan uji yang digunakan dalam penelitian ini dengan kriteria uji
yaitu terima H0 jika < ( , )dengan ( , ) didapat dari
daftar distribusi F dan derajat kebebasan masing-masing sesuai dk pembilang dan
penyebut. Hasil perhitungan uji homogenitas disajikan pada Tabel 3.8 berikut.
Tabel 3.8 Hasil Uji Homogenitas
Kelas Varians Keputusan Uji
GI 189,07
1,12 1,69 diterima
Konvensional 169,14
Karena < ( , ) dalam data kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa pada kelas yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe
GI maupun pembelajaran konvensional sehingga keputusan ujinya diterima.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua populasi memiliki varians yang
homogen. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.8.
44
3. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas, diperoleh data bahwa
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa berasal dari populasi yang
berdistribusi normal dan kelompok data memiliki varians yang homogen. Oleh
karena itu, dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji kesamaan dua rata-
rata yaitu uji t sebagai berikut.
H0: μ1= μ2, (tidak ada perbedaan kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe GI
dengan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional)
H1: μ1>μ2, (kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti
model pembelajaran kooperatif tipe GI lebih baik daripada
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional)
Taraf signifikan yang digunakan adalah α = 0,05 dan statistik uji dengan
menggunakan uji kesamaan dua rata-rata (Uji t) seperti dalam Sudjana (2009:
243) sebagai berikut.= ̅ ̅dengan
Keterangan :̅ : rata-rata kemampuan pemahaman konsep siswa pada modelpembelajaran kooperatif tipe GI̅ : rata-rata kemampuan pemahaman konsep siswa pada pembelajarankonvensional
n1 : banyaknya subyek pada model pembelajaran kooperatif tipe GIn2 : banyaknya subyek pada pembelajaran konvensional
: varians model pembelajaran kooperatif tipe GI
2
11
21
222
2112
nn
snsns
45
: varianspembelajaran konvensional: varians gabungan
Selanjutnya keputusan uji yang digunakan dalam penelitian ini dengan kriteria uji
yaitu terima H0 jika < ( )( ), dengan taraf signifikan = 0,05dimana ( )( ) dari distribusi t dengan = ( + − 2) dan peluang(1 − ).Berdasarkan hasil uji kesamaan dua rata-rata diperoleh bahwa tidak ada perbedaan
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti model
pembelajaran kooperatif tipe GI dengan kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.9.
Karena data kemampuan pemahaman konsep matematis siswa berasal dari
populasi yang berdistribusi normal, maka dapat dilakukan uji proporsi. Untuk
mengetahui besarnya persentase siswa yang memahami konsep dalam
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran GI lebih dari 60%.
Rumusan hipotesis sebagai berikut.
H0 : = 0,60 (persentase siswa yang memiliki kemampuan pemahaman
konsep matematis yang terkategori baik = 60%)
H1 : > 0,6 (persentase siswa yang memiliki kemampuan pemahaman
konsep matematis terkategori baik > 60%)
Kemudian statistik uji yang digunakan sebagai berikut.
= ⁄ − 0,60,6 ( 1 − 0,6)
46
Keterangan:x : banyaknya siswa yang berkemampuan pemahaman konsep matematis
terkategori baikn : jumlah sampel0,60 :persentase siswa yang memiliki kemampuan pemahaman konsep
matematis terkategori baik
Dalam penelitian ini keputusan uji yang digunakan dengan kriteria uji yaitu terima
H0 jika < ( . ) diperoleh dari daftar normal baku dengan peluang
( . )dengan taraf signifikan: α = 0,05. Untuk ≥ ( , ) hipotesis
ditolak.
Hasil perhitungan uji proporsi diperoleh bahwa persentase siswa yang memiliki
kemampuan pemahaman konsep matematis terkategori baik tidak lebih dari 60%
dari jumlah siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe GI.
Perhitungan uji proporsi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.10.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe GI tidak efektif ditinjau dari kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa. Kesimpulan ini diambil berdasarkan hasil
uji kesamaan rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematis siswa diperoleh
bahwa tidak ada perbedaan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa
yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe GI dengan kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional
dan pada uji proporsi persentase kemampuan pemahaman konsep matematis siswa
yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe GI tidak lebih dari 60% dari
jumlah siswa.
B. Saran
Berdasarkan hasil dalam penelitian ini, penulis mengemukakan saran-saran
sebagai berikut:
1. Kepada guru yang ingin menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI
untuk mengasah kemampuan pemahaman konsep matematis siswa, disarankan
dalam pembelajaran guru harus membuat suasana belajar siswa yang kondusif
dan aktif dalam kegiatan investigasi dan presentasi.
58
2. Kepada peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian tentang
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe GI, hendaknya dalam pelaksanaan
pembelajarannya siswa dikondisikan terlebih dahulu agar lebih siap untuk
belajar sehingga dalam kegiatan pembelajaran siswa lebih aktif dan antusias.
3. Kepada peneliti lain yang ingin melakukan penelitian tentang kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe GI disarankan penelitian dalam jangka waktu
yang lebih lama agar mendapatkan hasil yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkemampuan Rendah.Jakarta: RinekaCipta.
Afrilianto, M dan Tina Rosyana. 2014. Strategi Thinking Aroud Pair ProblemSolving untuk Meningkatkan Kemampuan Kelancaran Berprosedur DanKompetensi Strategis Matematis Siswa SMP. Prosiding Seminar NasionalPendidikan Matematika Vol. 02 Hal 45-53. (Online). Tersedia:http://publikasi.stkipsiliwangi.ac.id/files/2014/12/Prosiding-Semnas-STKIP2014.pdf (diakses pada tanggal 10 Oktober 2016.)
Annisa, Nur. 2016. Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share(TPS) Ditinjau dari Kemampuan Representasi Matematika Siswa. Skripsi.Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Apriyani, Yeni. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GroupInvestigation Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Studi padaSiswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Anak Ratu Aji, LampungTengah Tahun Pelajaran 2012/2013). Skripsi. Bandar Lampung:Universitas Lampung.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Rineka Cipta.
_________________. 2011. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Rineka Cipta.
Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Azam, Sumarno dan Rahmat. 2006. Metodologi Penelitian untuk PeningkatanKualitas Pembelajaran Penelitian Kuasi Eksperimen Dalam PPKP.Direktorat Ketenagaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi DepartemenPendidikan Nasional.
Daryanto dan Rahardjo, Muljo. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta:Gava Media.
Depdiknas. 2003. UU NOMOR 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas. Jakarta: DitjenDikdasmen Depdiknas.
60
________. 2004. Peraturan Tentang Penilaian Perkembangan Anak Didik SMPNo.506/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2004. Jakarta: DitjenDikdasmen Depdiknas.
_______. 2006. Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang StandarKompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.Jakarta: BSNP.
_______. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat.Jakarta: Gramedia Utama.
Fatmawati, Fitri. 2016. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GroupInvestigation Ditinjau dari Kemampuan Pemecahan Masalah MatematisSiswa. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Firmansyah. 2010. Pengaruh Iringan Musik dalam Penyelesaian Soal Matematikaterhadap Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Siswa SMP Negeri 6Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi. Bandar Lampung:Universitas Lampung.
Fitriana, Laila. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Tipe GroupInvestigation (GI) dan STAD Terhadap Prestasi Belajar MatematikaDitinjau dari Kemandirian Belajar Siswa. Seminar Nasional Matematikadan Pendidikan Matematika. Universitas Negeri Yogyakarta. (Online).Tersedia: http://eprints.uny.ac.id. (diakses pada tanggal 10 Oktober 2016).
Furchan, Arief. 2007. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta:Pustaka Belajar.
Hamalik, Oemar. 2009. Perencanaan Pengajaran Matematika BerdasarkanPendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamiyah, Nur dan Muhammad Jauhar. 2014. Strategi Belajar-Mengajar di Kelas.Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Harry, Firman. 2010. Pembelajaran Berbasis Teknologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Herawati, Oktiana Dwi Putra. 2010. Pengaruh Pembelajaran Problem PosingTerhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas XIIPA SMA Negeri 6 Palembang. Jurnal Pendidikan Matematika Vol 4 No 1.Universitas Sriwijaya.(Online). Tersedia: http://ejournal.unsri.ac.id. (diaksespada tanggal 10 Oktober 2016).
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam PembelajaranAbad 21: Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013. Yogyakarta: GhaliaIndonesia.
Huda, Miftahul. 2014. Model-Model Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
61
Isjoni dan Ismail, Arif Mohc. 2008. Model-Model Pembelajaran MutakhirPerpaduan Indonesia-Malaysia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jihad, Asep dan Haris, Abdul. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: MultiPressindo.
Kentjil, Wiwi Irjanty. 2010. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif. (Online).Tersedia: http://ajatzatnika.com/ (diakses pada tanggal 10 Oktober 2016).
Kunandar. 2007. Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta:Raja Grafindo Persada.
Kusuma, Alisha Suryani. 2015. Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe GI(Group Investigation) dilengkapi dengan Metode Gallery LearningTerhadap Pemahaman Konsep dan Aktivitas Siswa. Universitas IslamNegeri Sunan Kalijaga. (Online), (http://digilib.uin-suka.ac.id.), diakses 22April 2017.
Lie, Anita. 2008. Mempraktikkan Cooperative Learning Di Ruang-Ruang Kelas.Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Matondang, Zulkifli. 2009. Validitas dan Reliabilitas Suatu Instrumen Penelitian.[Online]. Tersedia: http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Article-24576-Zulkifli.pdf. (diakses pada tanggal 10 Oktober 2016).
Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja RosdaKarya.
__________. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: RemajaRosdakarya.
Nuharini, Dewi. 2008. Matematika Konsep dan Aplikasinya: untuk SMP/MTSKelas VII. Jakarta: PUSAT Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
OECD. 2016. Indonesia-OECD Data. (Online). Tersedia:http://data.oecd.org/indonesia.htm. (diakses pada tanggal 10 Oktober 2016).
Popham, W. James. 2003. Teknik Mengajar Secara Sistematis (Terjemahan).Jakarta: Rineka Cipta.
Rahardjo, Adisasmita. 2011. Pengelolaan Pendapatan dan Anggaran Daerah.Yogyakarta: Graha ilmu.
Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Ruseffendi. 2006. Pengajaran Metematika Modern dan Masa Kini untuk Gurudan SPG. Bandung: Transito.
62
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan ProfesionalismeGuru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar ProsesPendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
_____________. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar ProsesPendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sari, Nikita Yunika. 2016. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif TipeGroup Investigation Ditinjau dari Peningkatan Kemampuan KomunikasiMatematis (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1Pesawaran Tahun Pelajaran 2015/2016). Skripsi. Bandar Lampung:Universitas Lampung.
Sartika, Dewi. 2011. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TeamsGames Tournament untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman KonsepMatematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri29 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011). Skripsi. BandarLampung: Universitas Lampung.
Santoso, Singgih. 2014. Statistik Non Parametrik Konsep dan Aplikasi denganSPSS. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Setiawan. 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan PendekatanInvestigasi. Yogyakarta: PPPG Matematika.
Siswono, Tatag. 2007. Matematika untuk SMP dan MTS kelas VII. Jakarta: ESIS.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:Rineka Cipta.
Slavin, E. Robert. 2005.Cooperatif Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung:Nusa Media.
_______________. 2011. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.
Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia (Konstatasi Masa KiniMenuju Harapan Masa Depan). Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.
Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja GrafindoPersada.
Sudjana. 2009. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Suherman, E. dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.Bandung: FMIPA UPI.
63
______________. 2003. Common Text Book: Strategi PembelajaranMatematika Kontemporer. Bandung: JICA FMIPA UPI.
Sutikno, M. Sobry. 2005. Pembelajaran Efektif Apa dan BagaimanaMengupayakannya. Mataram: NTP Pres.
Sutjipto. 2005. Apa yang Salah dengan Matematika. Buletin PUSPENDIK.Vol.2/No. 1/Juli 2005. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan PusatPenelitian Pendidikan DEPDIKNAS.
Suwondo, Wawan. 2012. Efektivitas Pembelajaran Group Investigation Ditinjaudari Aktivitas dan Pemahaman Konsep Matematis Siswa. Skripsi. BandarLampung: Universitas Lampung.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
______. 2011. Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, danImplementasinya Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pemdidikan (KTSP).Jakarta: Bumi Aksara.
Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya.Jakarta: Rineka Cipta.
Widiantari. 2012. Model Pembelajaran Konvensional. (Online). Tersedia:http://yudi-wiratama.blogspot.com/2014/01/pembelajarankonvensionalpembelajaran.html. (diakses pada tanggal 10 Oktober 2016).
Widodo, Maghdalena Fajar. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran KooperatifTipe Group Investigation Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 SribhawonoTahun Pelajaran 2012/2013). Skripsi. Bandar Lampung: UniversitasLampung.
Yuliani. 2009. Implementassi model pembelajaran Kooperatif Tipe GroupInvestigation untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan MasalahMatematis Siswa. Universitas Negeri Yogyakarta. (Online), Tersedia:http://eprints.uny.ac.id., diakses 18 April 2017.
Yusufhadi, Miarso. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta:Kencana Media Group.
Recommended