View
224
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
Efektivitas Pembelajaran Kooperatif
Tipe Numbered Heads Together ( NHT)
Dan Student Team Achievement Division (STAD)
pada Prestasi Belajar Matematika
Ditinjau dari Motivasi Berprestasi
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh
Dita Yuzianah
NIM. S850809006
PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah klasik yang selalu dihadapi dan terus diupayakan pemecahannya
dalam pendidikan matematika adalah rendahnya prestasi belajar matematika.
Hanya sebagian kecil saja siswa yang berhasil mencapai prestasi belajar yang
memuaskan, selebihnya siswa memiliki prestasi belajar yang masih jauh dari
harapan. Kenyataan di lapangan menunjukan prestasi belajar matematika lebih
rendah jika dibandingkan dengan pelajaran yang lain. Dengan kata lain, prestasi
matematika pada umumnya menempati urutan paling bawah. Terbukti dari hasil
nilai UAN untuk pelajaran matematika yang cenderung lebih rendah
dibandingkan dengan pelajaran yang lain. Berdasarkan data UAN 2008/2009 SDN
di Kecamatan Belitang, Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat: nilai pelajaran
IPA nilai tertinggi 8,25 dan terendah 4,25, untuk nilai pelajaran IPS nilai tertinggi
8,00 dan terendah 6,16, dan nilai matematika nilai tertinggi 7,50 dan terendah
2,25 (sumber data: Departemen pendidikan kec.Belitang, Kab. Sekadau,
Kalimantan Barat). Hal ini menunjukkan, peringkat matematika di Kecamatan
Belitang, Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat masih rendah.
Hampir semua siswa beranggapan bahwa matematika merupakan
pelajaran yang sulit untuk dipahami. Hal ini tidak mengherankan karena
matematika yang konsepnya tersusun secara hierarkhis dari yang mudah atau
sederhana meningkat ke yang sulit atau rumit. Dengan demikian jika siswa belum
dapat menguasai konsep yang mendasar maka siswa akan mengalami kesulitan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
menguasai konsep yang lebih lanjut. Umumnya, dalam mempelajari pelajaran
yang dianggap sulit, siswa cenderung menunjukkan minat belajar dan motivasi
yang rendah untuk berprestasi. Hal ini didukung oleh pendapat Dienes dalam
Herman Hudoyo (1979:108) bahwa belajar matematika melibatkan suatu struktur
hirarki dari konsep-konsep tingkat lebih tinggi yang dibentuk atas dasar apa yang
telah terbentuk sebelumnya. Jadi, asumsi ini berarti bahwa belajar konsep-konsep
matematika tingkat lebih tinggi tidak mungkin dapat berhasil baik bila prasyarat
yang mendahului konsep-konsep itu belum dipelajari. Padahal dengan
karakteristiknya yang khas, matematika seharusnya menjadi pelajaran yang
manantang sehingga menarik minat belajar dan rasa ingin tahu yang besar.
Sedangkan motivasi yang kuat untuk berprestasi menyebabkan siswa tidak cepat
marasa puas dengan apa yang telah diraihnya.
Seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
pembelajaran ditambah dengan semakin menguatnya isu demokrasi pendidikan,
maka dipandang perlu adanya perubahan pendekatan pembelajaran yang semula
teacher centered menjadi student centered approach, yang biasanya pembelajaran
secara klasikal berubah menjadi pembelajaran kooperatif yang memaksimalkan
kerjasama antar siswa dengan latar belakang kemampuan yang heterogen dalam
kelompok-kelompok kecil. Sudah saatnya guru mengurangi dominasi dan
determinasi di dalam kelas, siswalah yang harus aktif berpartisipasi menemukan
dan membentuk sendiri pengetahuannya. Guru bukanlah orang yang bertugas
mentransfer ilmu kepada siswa, melainkan orang yang seharusnya memegang
peranan penting sebagai fasilitator belajar. Tugas fasilitator adalah menciptakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
situasi dan kondisi yang memungkinkan siswa dapat belajar dalam suasana yang
menyenangkan dan beraktivitas dengan tinggi baik mental, fisik, sosial maupun
emosinya. Hal ini didukung oleh pendapat Slavin. 2008:4 yang menyatakan
bahwa pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran
di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling
membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas
kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan
dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu
dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.
Ironisnya, pembelajaran kooperatif belum banyak diterapkan dalam
pendidikan, walaupun orang Indonesia mengembangkan sifat gotong-ronyong dan
bekerjasama dalam menjalankan kehidupan bermasyrakat. Keengganan guru
dalam menerapkan sistem kerjasama kelompok dalam pembelajaran kooperatif
karena berbagai alasan. Alasan utama adalah kekhawatiran akan terjadinya
kekacauan di dalam kelas dan siswa tidak akan belajar secara maksimal jika
ditempatkan dalam kelompok. Alasan lainnya adalah timbulnya kesan negatif
mengenai kerjasama dalam kelompok belajar. Beberapa siswa menolak
bekerjasama dengan temannya disebabkan oleh perasaan khawatir akan hilangnya
keunikan pribadi masing-masing siswa karena menyesuaikan diri dengan
kelompok. Siswa yang pandai merasa harus bekerja melebihi siswa lainya dalam
kelompok, sedangkan siswa yang kurang pandai dipandang hanya menumpang
saja pada hasil jerih payah siswa yang pandai. Sebenarnya hal ini tidak perlu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
terjadi jika guru benar-benar melaksanakan pembelajaran kooperatif yang sesuai
dengan prosedur yang telah ditentukan.
Penelitian sebelumnya yang terkait dengan pembelajaran kooperatif
menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif lebih efektif dari pada
pembelajaran tradisional/pembelajaran langsung. Selain itu terdapat perbedaan
prestasi belajar siswa yang mempunyai kategori motivasi belajar yang berbeda-
beda (Dwi Atmojo Heri: 2002). Oleh karena itu, lebih lanjut penulis tertarik ingin
mengkaji pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan
Student Team Achievement Division (STAD), karena pada model pembelajaran ini
siswa menempati posisi sangat dominan dalam proses pembelajaran dan
terjadinya kerjasama dalam kelompok. Hal tersebut didukung oleh pendapat
Widaningsih, (2008:2) yang mengemukakan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT ini, keterlibatan guru dalam proses belajar
mengajar berkurang, guru berperan hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan
dan memotivasi siswa untuk belajar mandiri, serta siswa akan merasa senang
berdiskusi dengan kelompoknya, juga berinteraksi dengan teman sebaya dan
dengan guru sebagai pembimbingnya dengan ciri utamanya penomoran dengan
adanya penomoran maka siswa akan merasa bertanggung jawab atas anggota
kelompoknya. Dan menurut pendapat Slavin (2008:143) yang menyatakan bahwa
pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggota 4-5 orang yang
merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru
menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan
bahwa seluruh anggota tim telah mengusai pelajaran tersebut. Kemudian, seluruh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
siswa diberikan tes tentang materi tersebut, pada saat tes ini mereka tidak
diperbolehkan saling membantu, dengan demikian setiap siswa merasa
bertanggungjawab terhadap anggota kelompoknya.
Keberhasilan pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan individu yang
dimiliki siswa, menurut Gino dkk (2000:21) unsur-unsur dinamis yang terkait
dalam proses belajar mengajar adalah: (1) Motivasi dan upaya memotivasi siswa
yang berprestasi yaitu faktor internal, (2) bahan belajar dan upaya penyediaannya,
(3) alat bantu belajar dan upaya penyediaannya, (4) suasana belajar dan upaya
pengembangannya, (5) kondisi subjek yang belajar dan upaya penyiapan serta
peneguhannya. Salah satu faktor-faktor yang mempengaruhi faktor belajar adalah
motivasi belajar matematika siswa. Faktor ini menjadi sangat penting dalam
pembelajaran matematika, karena tanpa adanya motivasi, siswa dalam belajar
tidak mempunyai arah dan tujuan untuk berprestasi sehingga pembelajaran
menjadi tidak bermakna bagi mereka.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat
diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:
1. Anggapan bahwa matematika adalah pembelajaran yang sulit telah
menyebabkan siswa belajar matematika dengan minat yang rendah dan
kurangnya motivasi untuk berprestasi. Apakah siswa yang mempunyai
minat belajar dan motivasi berprestasi yang tinggi dapat mencapai prestasi
belajar yang lebih baik? Penelitian yang dapat dilakukan adalah dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
membandingkan prestasi belajar yang dihasilkan dari berbagai macam
kategori minat dan motivasi berprestasi.
2. Guru bukanlah orang yang bertugas mentransfer ilmu kepada siswa,
melainkan orang yang seharusnya memegang peranan penting sebagai
fasilitator belajar. Tugas fasilitator adalah menciptakan situasi dan kondisi
yang memungkinkan siswa dapat belajar dalam suasana yang
menyenangkan dan beraktivitas dengan tinggi baik mental, fisik, sosial
maupun emosinya. Untuk menjawab masalah ini dapat dilakukan
penelitian bagaimana merancang suatu model pembelajaran sehingga guru
sebagai fasilitator bukan hanya mentransfer ilmu untuk berbagai
karakteristik siswa.
3. Banyak guru enggan menerapkan model pembelajaran kooperatif di kelas
dengan alasan akan membuat kelas gaduh dan siswa tidak akan belajar
dengan maksimal jika ditempatkan dalam kelompok. Siswa yang lebih
pandai merasa dirugikan, sementara siswa yang kurang pandai merasa
diuntungkan dengan adanya kelompok belajar kooperatif. Penelitian yang
dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan
membandingkan beberapa teknik dalam pembelajaran kooperatif dan
melihat tipe manakah yang dapat mengurangi kekhawatiran guru dari
sistem belajar kelompok secara kooperatif.
4. Adanya sikap individualisme siswa dalam belajar, yaitu siswa yang
berkemampuan tinggi lebih mendominasi kelas dalam belajar,
menyebabkan pencapaian keberhasilan belajar tidak merata bagi seluruh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
siswa. Penelitian yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah
dengan bagaimana merancang suatu model pembelajaran sehingga
memungkinkan semua siswa dapat mencapai keberhasilan.
5. Penelitian sebelumnya yang terkait dengan pembelajaran kooperatif
menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif lebih efektif dari pada
pembelajaran tradisional/pembelajaran langsung. Penelitian yang dapat
dilakukan adalah dengan membandingkan dua pembelajaran kooperatif
yaitu NHT dan STAD.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas dan adanya keterbatasan waktu,
sarana dan prasarana yang tersedia serta agar penelitian lebih terarah, maka
penelitian ini dibatasi pada:
1. Model pembelajaran yang dibandingkan adalah model pembelajaran
kooperatif tipe NHT dan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Berdasarkan
penelitian sebelumnya terkait dengan pembelajaran kooperatif
menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif lebih efektif dari pada
pembelajaran tradisional/pembelajaran langsung.
2. Karakteristik siswa yang dilihat adalah motivasi berprestasi yang
dikelompokkan dalam tiga macam kategori yaitu tinggi, sedang dan
rendah.
3. Prestasi belajar matematika dalam penelitian ini adalah hasil belajar
matematika yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti kedua model
pembelajaran tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
4. Materi matematika yang diambil pada penelitian ini adalah pokok bahasan
bilangan yang merupakan salah satu pokok bahasan di SDN Kelas IV
Semester I.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih efektif daripada tipe
STAD?
2. Apakah siswa dengan motivasi berprestasi tinggi mencapai prestasi belajar
matematika lebih baik dibanding siswa dengan motivasi berprestasi
sedang?. Apakah siswa dengan motivasi berprestasi sedang mencapai
prestasi belajar matematika yang lebih baik dibanding siswa dengan
motivasi berprestasi rendah?. Apakah siswa dengan motivasi berprestasi
tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibanding
siswa dengan motivasi berprestasi rendah?
3. Pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT, manakah yang
memberikan prestasi yang lebih baik, siswa dengan motivasi tinggi,
sedang atau rendah?
4. Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD, manakah yang
memberikan prestasi yang lebih baik, siswa dengan motivasi tinggi,
sedang atau rendah?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
5. Pada siswa dengan motivasi berpestasi tinggi, sedang dan rendah manakah
yang memberikan prestasi belajar yang baik, model pembelajaran
kooperatif tipe NHT atau model pembelajaran kooperatif tipe STAD?
E. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauh mana
penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT dan tipe STAD berpengaruh
terhadap prestasi belajar matematika. Tujuan khusus penelitian adalah untuk
mengetahui:
1. Efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe NHT dibandingkan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2. Prestasi belajar matematika siswa dengan motivasi tinggi, sedang atau
rendah.
3. Efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa dengan
motivasi tinggi, sedang atau rendah.
4. Efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa dengan
motivasi tinggi, sedang atau rendah.
5. Efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan STAD untuk
setiap kategori motivasi.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian dibidang pendidikan diharapkan dapat memberikan manfaat
teoritis dan praktis terhadap pembelajaran matematika di sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
1. Manfaat teoritis
Secara tidak langsung, hasil penelitian ini dapat menguji kebenaran teori
belajar dan hasil penelitian sejenis yang sudah ada sebelumnya. Selain itu,
dapat pula digunakan sebagai acuan pelaksanaan penelitian selanjutnya.
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat secara langsung bagi siswa, guru dan
sekolah.
a. Bagi siswa
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan tipe STAD
dalam pembelajaran matematika memungkinkan siswa untuk belajar
dengan aktivitas yang tinggi baik secara fisik, mental, emosi maupun
sosialnya.
b. Bagi guru
Pembelajaran kooperatif tipe NHT dan tipe STAD ini pada kenyataanya
belum banyak dilaksanakan oleh para guru matematika di sekolah. Oleh
karena itu, temuan dalam penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai acuan guru matematika agar mau dan mampu menerapkan
pembelajaran kooperatif tipe NHT dan tipe STAD dalam rangka
memperbaiki kualitas pembelajaran matematika di kelas.
c. Bagi sekolah
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT dan STAD diharapkan
dapat berimplikasi positif terhadap kualitas pembelajaran dan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
gilirannya akan dapat meningkatkan prestasi belajar matematika
sehingga mampu memperbaiki mutu lulusan sekolah. Pada akhirnya
kinerja sekolah akan mendapat penilaian yang baik dalam pandangan
masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Prestasi Belajar Matematika
a. Hakekat matematika
Herman Hudoyo (1979:3), menyatakan bahwa, matematika
berkenaan dengan ide-ide (gagasan-gagasan), struktur-struktur dan
hubungan-hubungan yang diatur secara logik, sehingga matematika itu
berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Matematika adalah: ilmu
deduktif yang tidak menerima generalisasi yang didasarkan kepada
observasi (induktif) tetapi generalisasi yang didasarkan kepada
pembuktian deduktif, ilmu tentang pola keteraturan, ilmu tentang struktur
yang terorganisasi mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke aksioma
atau postulat dan akhirnya ke dalil. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa
matematika adalah pengetahuan yang tersusun secara hierarkhis terdiri
dari ide-ide abstrak, jumlah dan ruang yang timbul karena fikiran-fikiran
manusia berdasarkan penalaran yang deduktif.
b. Belajar Matematika
Belajar mempunyai tujuan, yaitu untuk mendapatkan hasil yang
diharapkan. seperti yang diungkapkan Herman Hudoyo (1979:5), bahwa
seseorang dikatakan belajar matematika, bila dapat diasumsikan dalam diri
orang tersebut terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu
perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan matematika, dimana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
tingkah laku itu dapat diamati yang diperoleh dengan adanya usaha orang
tersebut.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa seseorang dikatakan
belajar matematika, jika pada diri orang tersebut terjadi perubahan tingkah
laku yang berkaitan dengan matematika, seperti dari tidak tahu menjadi
tahu matematika menjadi tahu tentang matematika, dan ditandai perubahan
tingkah laku, yaitu mampu menerapkan pengetahuan matematika dalam
menyelesaikan permasalahan matematika, pada mata pelajaran lain dan
dalam kehidupan sehari-hari.
c. Prestasi Belajar Matematika
Setiap individu yang melakukan proses belajar mengajar sudah pasti
mempunyai tujuan ingin memperoleh hasil belajar yang optimal. Salah
satu hasil belajar tersebut adalah prestasi belajar. Prestasi belajar yang
optimal sangat penting bagi keberhasilan pendidikan dan pengajaran.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1989:700), prestasi belajar adalah
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka yang diberikan
oleh guru. Sedangkan Syaiful Bahri Djamarah (1994:19) mengatakan
bahwa, prestasi adalah hasil dari suatu usaha yang telah dikerjakan,
diciptakan baik secara individual maupun kelompok yang diperoleh
dengan jalan keuletan kerja. Menurut Saifuddin Azwar (2000:9) prestasi
belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa dalam belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Prestasi belajar merupakan suatu alat untuk mengevaluasi kegiatan
belajar mengajar. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut kemudian dapat
dilakukan perbaikan terhadap metode pembelajaran, sarana dan prasarana
maupun bahan yang akan disampaikan. Prestasi belajar merupakan suatu
hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan penilaian.
Dari pengertian mengenai prestasi belajar dalam hubunganya dengan
belajar matematika, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika
adalah proses untuk menilai tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam
mengikuti prooses pembelajaran matematika sesuai dengan tujuan
pendidikan yang telah dirumuskan sebelumnya.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Matematika
Menurut Slameto (2003:54), prestasi belajar seseorang dapat
dipengaruhi oleh faktor internal, meliputi: (1) faktor jasmaniah
(kesehatan, cacat tubuh), (2) faktor psikologis (intelegensi, perhatian,
minat, bakat, motivasi, kematangan, kesiapan), (3) faktor kelelahan dan
faktor eksternal, meliputi: (1) keluarga, (2) sekolah, (3) masyarakat.
Sedangkan menurut dimyati dan mudjiyono (1999:238) faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar dari dalam (intern), meliputi: 1) sikap siswa
terhadap belajar, 2) kreativitas, 3) konsentrasi belajar, 4) kemampuan
mengolah bahan ajar, 5) kemampuan menyimpan perolehan hasil belajar,
6) kemampuan menggali hasil belajar yang telah tersimpan, 7)
kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar, 8) rasa percaya diri siswa,
9) intelegensi, 10) kebiasaan belajar. Faktor-faktor ekstern yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
mempengaruhi prestasi belajar adalah: 1) guru sebagai pembimbing
belajar siswa, 2) sarana dan prasarana belajar, 3) kondisi dan situasi
pembelajaran, 4) kebijakan penilaian, 5) kurikulum yang diterapkan, dan
6) lingkungan sosial siswa.
Dari uraian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
di atas jelas bahwa motivasi berprestasi akan mempengaruhi prestasi
belajar siswa, baik motivasi yang berasal dari dalam diri siswa (intrinsik),
maupun motivasi yang berasal dari luar siswa (ekstrinsik). Motivasi
berprestasi yang tinggi akan menyebabkan siswa belajar dengan semangat
dan tekun, serta penuh konsentrasi, hal ini akan mengakibatkan hasil
belajar yang tinggi pula. Sebaliknya motivasi berprestasi yang rendah,
menyebabkan siswa belajar tidak sungguh-sungguh, malas, dan ogah-
ogahan yang akan menghasilkan prestasi belajar yang rendah.
2. Belajar dan Pembelajaran
a. Belajar
Pemahaman guru terhadap pengertian belajar mengajar akan
mempengaruhi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar,
untuk itu perlu dikemukakan definisi tentang pengertian belajar tersebut.
Diharapkan akan muncul berbagai bentuk kegiatan yang mungkin dapat
dilakukan baik oleh siswa maupun oleh guru.
Menurut Fosnot dalam Paul Suparno (1996:61) belajar bukanlah
kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih suatu pengembangan
pemikiran dengan membuat pemikiran yang baru. Belajar bukanlah suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
perkembangan, melainkan merupakan perkembangan itu sendiri, suatu
perkembangan yang menuntut penemuan dan pengaturan kembali
pemikiran seseorang
Sedangkan menurut Olivier dalam Haris Mudjiman (2006: 25)
menyatakan bahwa menurut paradigma konstruktivisme, belajar adalah
proses, memasukkan pengetahuan, membentuk kembali, atau membentuk
pengetahuan baru. Pembentukan pengetahuan baru ini dengan
mengunakan pengetahuan yang telah dimiliki. Pengetahuan dan
pengalaman yang lama digunakan untuk mengambarkan informasi dan
fakta baru dari luar, sehingga tercipta pengetahuan baru. Fakta yang sama
sangat mungkin digambarkan secara berbeda oleh dua orang dengan latar
belakang pengetahuan dan pengalaman yang berbeda. Pengetahuan dan
pengalaman menjadi semacam kacamata untuk melihat sesuatu fakta baru.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman
atau bahan yang dipelajari deengan pengertian yang sudah dipunyai
seseorang sehingga pengertianya berkembang.
b. Faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar
Pada dasarnya proses belajar dan hasil belajar dipengaruhi oleh dua
faktor, yaitu faktor yang berasal dari dalam individu (internal) dan faktor
yang berasal dari lingkungan (eksternal).
Menurut Sutrisno (2007), faktor-faktor internal yang mempengaruhi proses
dan hasil belajar antara lain: pemahaman siswa terhadap hasil belajar,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
motivasi siswa terhadap hasil belajar, kesehatan siswa, kecakapan siswa
dalam pelajaran, kebiasaan belajar, intelegensi, bakat dan penguasaan
bahasa. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi proses dan hasil
belajar adalah faktor yang bersumber dari: sekolah, keluarga dan
masyarakat.
c. Pembelajaran
Pembelajaran merupakan istilah baru yang digunakan untuk
menunjukan kegiatan guru dan siswa. Sebelumnya, digunakan istilah
proses belajar mengajar atau pengajaran. Udin Saripudin Winataputra
(2007:19) menyatakan istilah pembelajaran lebih dipilih daripada
pengajaran karena pembelajaran mengacu kepada segala kegiatan yang
berpengaruh langsung terhadap proses belajar siswa. Istilah pengajaran
hanya terbatas pada konteks tatap muka guru dan siswa di dalam kelas,
sehingga interaksi siswa terbatas oleh kehadiran guru secara fisik.
Konsep dasar pembelajaran sebenarnya telah dirumuskan dalam
pasal 1 butir 20 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas yaitu
pembelajaran adalah pola interaksi antara peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada satu lingkungan belajar. Sedangkan menurut
Cunningham dan Duffy dalam (Udin Saripudin Winataputra, 2007),
pembelajaran dalam pandangan konstruktivisme adalah proses mentransfer
struktur berpikir dan pengetahuan bukan proses untuk mengubah
pengetahuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Pendidikan melibatkan bekerjasama dengan orang lain dan terus
menerus berubah berkaitan sistem-sistem yang rumit dan berlatih keahlian
sebagai “pembangunan dalam penggunaan”. Seperti yang dikatakan Fullan
(2001) dalam allen dave (2003) : Education involves working with and through
others in constantly changing, interrelated complex systems to practice our craft
as “development in use.”
Slameto (2003:12) mengemukakan hal-hal yang perlu diperhatikan
guru dalam mengelola pembelajaran, antara lain: mengusahakan agar
setiap siswa dapat berpartisipasai secara aktif, menganalisis struktur materi
yang diajarkan, menganalisis sequence pembelajaran dan memberikan
penguatan dan umpan balik. Udin Saripudin Winataputra (2007:135)
menyatakan bahwa ada tiga aspek yang sangat ditekankan untuk menjadi
perhatian dalam menyelenggarakan pembelajaran yaitu pentingnya
struktur mata pelajaran, kesiapan untuk belajar, intuisi dan motivasi.
Struktur mata pelajaran berisi ide-ide, konsep dasar, hubungan antar
konsep dan contoh-contoh. Kesiapan belajar dapat berisi penguasaan
kemampuan dan keterampilan sederhana yang memungkinkan siswa untuk
mencapai keterampilan yang lebih tinggi. Intuisi adalah teknik-teknik
intelektual analisis untuk mengetahui kesahihan penarikan kesimpulan.
Motivasi adalah kondisi khusus yang dapat mempengaruhi kemauan untuk
belajar.
Dari pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa dalam
pembelajaran harus terdapat interaksi antara guru dengan siswa dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
sumber belajar pada lingkungan belajar tertentu yang dirancang untuk
menciptakan kondisi belajar pada diri siswa.
3. Motivasi Berprestasi
a. Pengertian
Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan
mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita. Kekuatan
mental tersebut dapat tergolong rendah atau tinggi. Ada ahli pendidikan
yang menyebutkan kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar
tersebut sebagai motivasi berprestasi. Motivasi dipandang sebagai dorongan
mental yang mengerakan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk
perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang
mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan
perilaku individu berprestasi. (Koeswara dalam Dimyati dan Mudjiono:80)
Menurut Bomia et al (1997) dalam Md. Yunus Aida Suraya dan Ali
Wan Zah Wan (2009) motivasi mengacu pada: “a student's willingness,
need, desire and compulsion to participate in, and besuccessful in the
learning process”. Keinginan siswa, kebutuhan dan keharusan untuk
berpartisipasi dan berhasil dalam proses belajar.
Menurut Echols dan Shadily dalam Gino.dkk (2000:81) motivasi
dapat disamakan dengan motif. Keduanya termasuk jenis kata benda yang
berarti alasan, sebab, daya batin, dorongan. Sedangkan Marriam Webster
dalam Gino.dkk (2000:81) berpendapat bahwa kata motif berasal dari
bahasa latin, yaitu matus yang dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
menyebabkan seseorang bertindak. Motivasi diartikan sebagai tindakan
seseorang atau proses memberikan dorongan. Bruno dalam Gino.dkk
(2000:81) berpendapat bahwa motif dapat disamakan dengan dorongan,
yaitu dorongan yang terdapat dalam diri seseorang atau organisme untuk
menentukan suatu pilihan-pilihanya dan perilaku yang berorientasi pada
tujuan.
b. Hubungan dengan Motivasi Berprestasi
Motivasi dianggap prasyarat mutlak dalam berprestasi. Menurut
Dimyati dan Mudjiono (2006:239) mengemukakan bahwa motivasi
berprestasi merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses
belajar. Motivasi berprestasi pada diri siswa dapat menjadi lemah.
Lemahnya motivasi, atau tindakan motivasi berprestasi akan melemahkan
kegiatan belajar mengajar. Selanjutnya, mutu hasil belajar akan menjadi
rendah. Oleh karena itu, motivasi berprestasi pada siswa perlu diperkuat
terus menerus.
Motivasi dibedakan menjadi dua bentuk yaitu motivasi instrinsik
dan motivasi ekstrinsik.
1) Motivasi intrinsik
Siswa yang mempunyai motivasi intrinsik memulai dan
melanjutkan kegiatan belajar berdasarkan penghayatan suatu kebutuhan
dan dorongan yang mutlak berkaitan dengan kegiatan belajar itu. Siswa
tersebut meyakini bahwa keberhasilan belajar dan suskses dimasa
depan dapat dicapai dengan satu cara yaitu belajar yang giat. Kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
belajar disertai minat dan perasaan senang, karena siswa menyadari
bahwa belajar bukan lagi kewajiban melainkan sudah menjadi
kebutuhan pokok yang harus terpenuhi.
2) Motivasi ekstrinsik
Siswa yang menpunyai motivasi ekstrinsik memulai dan
melanjutkan kegiatan belajar berdasarkan penghayatan suatu kebutuhan
dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan kegiatan
belajar sendiri. Yang termasuk dalam motivasi ekstrinsik antara lain:
belajar demi memenuhi kewajiban, belajar demi menghindari hukuman
yang akan diberikan, belajar demi hadiah yang dijanjikan, belajar demi
meningkatkan gengsi sosial dan belajar demi pujian dari orang lain.
Pada prinsipnya, motivasi intrinsik lebih baik karena terdapat
hubungan yang esensial antara kegiatan belajar dan kebutuhan yang
akan dipenuhi. Motivasi intrinsik juga akan bertahan lebih lama
daripada motivasi ekstrinsik karena didasari oleh perasaan senang dan
minat yang besar.
Motivasi berprestasi dapat dimasukkan kedalam motivasi instrisik.
Menurut Dimyati (1999:84) kebutuhan untuk berprestasi adalah
motivasi intrinsik untuk mencapai prestasi dalam hal tertentu.
Sedangkan Winkel 1996 dalam Dimyati (1999:84) menyatakan bahwa
motivasi berprestasi dalam rangka belajar di sekolah, merupakan bentuk
peningkatan dari motivasi intrinsik. Dengan demikian, motivasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
berprestasi merupakan motivasi tertinggi dalam belajar dan bentuk
peningkatan dari motivasi intrinsik.
c. Komponen motivasi berprestasi
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:91), didalam pengertian
motivasi berprestasi terkandung beberapa komponen antara lain:
1) Kebutuhan
Kebutuhan dapat muncul bila terdapat ketidak seimbangan antara apa
yang dimiliki dan apa yang diharapkan. Mc. Clellend dalam Dimyati
dan Mudjiono (2006:91) membagi kebutuhan menjadi tiga kebutuhan
mendasar, yaitu:
a) Kebutuhan akan kekuasaan, yang tampak dalam perilaku untuk
mempengaruhi orang lain dan menyebabkan seseorang tidak atau
kurang memperhatikan perasaan orang lain.
b) Kebutuhan untuk berafiliasi, yang tercermin dalam situasi
persahabatan dengan orang lain dan mengarahkan tingkah laku
untuk mengadakan hubungan dengan orang lain.
c) Kebutuhan untuk berprestasi, yang dapat dilihat dari keberhasilan
menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan dan merupakan
kebutuhan untuk mencapai sukses yang diukur berdasarkan standar
kesempurnaan dalam diri seseorang.
2) Tujuan
Tujuan adalah sasaran akhir yang ingin dicapai oleh seseorang
melalui serangkaian proses yang telah dilaluinya. Tujuan yang hendak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
diwujudkan dalam motivasi berprestasi adalah untuk mengejar
kesuksesan dan menghindari kegagalan.
3) Ciri-ciri motivasi berprestasi
Motivasi berprestasi dalam diri siswa dapat diamati dari
kecenderungan berperilaku yang tampak dari aktivitas belajarnya.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:239) menjelaskan bahwa
motivasi berprestasi seseorang dapat diketahui dari dua komponen
antara lain:
a) Intrinsik.
b) Ekstrinsik
Menurut Wyner dalam Asri Laksmi Riani (2005:44), ciri-ciri
siswa yang memiliki motivasi berprestasi adalah siswa yang:
a) Menunjukan aktivitas yang berprestasi.
b) Menunjukan ketekunan dan tidak putus asa dalam menghadapi
kegagalan.
c) Memilih tugas-tugas tingkat kesulitan yang sedang-sedang.
Menurut McClelland dalam Asri Laksmi Riani (2005:45), dalam
risetnya menggambarkan bahwa orang-orang yang berprestasi tinggi
dalam masyarakat adalah:
a) Mereka yang memiliki berprestasi tinggi lebih suka menetapkan
sendiri tujuan prestasinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
b) Lebih suka menghindari tujuan prestasi yang mudah dan sukar
karena mereka lebih menyukai tujuan yang sesuai dengan
kemampuan mereka.
c) Lebih menyukai balikan yang cepat dan efisian mengenai prestasi
mereka.
d) Senang dan bertanggungjawab memecahkan setiap masalah.
Sedangkan menurut Skinner dan Belmont (1991) dalam Md.
Yunus Aida Suraya dan Ali Wan Zah Wan (2009) menyebutkan ciri-
ciri siswa mempunyai motivasi berprestasi tinggi:
“select tasks at the border of their competencies, initiate action when given the opportunity, and exert intense effort and concentration in the implementation of learning tasks; they show generally positive emotions during ongoing action, including enthusiasm, optimism, curiosity, and interest”.
Pilihan tugas sesuai dengan batas kompetensi mereka. memulai
tindakan ketika diberi kesempatan, dan mengerahkan upaya intens dan
konsentrasi dalam pelaksanaan tugas-tugas belajar, mereka pada
umumnya menunjukkan emosi positif selama pemberian tindakan,
termasuk, antusiasme, rasa ingin tau optimisme, dan ketertarikan.
Dalam penelitian ini untuk mengetahui motivasi berprestasi
mengunakan pendapat Dimyati dan Mudjiono (2006:239) menjelaskan
bahwa motivasi berprestasi seseorang dapat diketahui dari dua faktor
yaitu: intrinsik dan ekstrinsik. Yang kemudian dikembangkan sebagai
berikut:
1. Faktor intrinsik terdiri dari:
a. Perasaan: Tertarik pada pelajaran matematika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
b. Kemauan siswa:
a) Terdorong untuk belajar terlebih dahulu sebelum diterangkan
oleh guru
b) Menyelesaikan tugas/PR dengan sebaik-baiknya
c) Tidak mudah putus asa
c. Rasa ingin tahu:
a) Senang melakukan hal-hal baru (bereksperimen dan membaca
buku-buku/sumber baru) untuk mendapatkan pengetahuan
baru.
b) Bertanya tentang hal yang belum dipahami
d. Berusaha untuk mandiri:
a) Mencoba untuk memecahkan masalah sendiri
b) Mempunyai rasa percaya diri
e. Perhatian siswa: Memperhatikan pada saat guru menyampaikan
pelajaran.
2. Faktor ekstrinsik terdiri dari:
a. Faktor lingkungan: Senang bila hasil ulanganya memuaskan dan
mendapat pujian/ hadiah.
4. Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together dan Student Team
Achievement Division
a. Pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang di
dalamnya mengkondisikan siswa bekerja bersama-sama di dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
kelompok-kelompok kecil untuk membantu siswa satu sama lainnya dalam
belajar. Pembelajaran kooperatif ini mengutamakan kerjasama antar siswa
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Okamoto dan Inaba (1997)
dalam Lafifi Yacine dan Bensebaa Tahar (2007)
Collaborative learning is a learning strategy where several learners interact with each other in order to achieve their common goals. Its impact on learner’s level is ensured; it is obvious that it is necessary to be interested in learning group environments instead of individual learning environments.
Belajar kelompok adalah satu strategi belajar di mana beberapa
pelajar bekerja sama satu sama lain dalam masalah untuk mencapai tujuan
umum. Dampaknya pada level pelajar dipastikan; ia nyata akan tertarik
pada pembelajaran lingkungan-lingkungan grup/kelompok daripada
pembelajaran perseorangan lingkungan-lingkungan.
Melalui pembelajaran kooperatif, peran guru sebagai pusat dan
sumber belajar berubah ke peran guru sebagai pengelola aktivitas siswa
dalam kolompok-kelompok kecil. Sehingga peran guru yang selama ini
monoton akan berkurang dan siswa akan semakin terlatih untuk
menyelesaikan berbagai permasalahan, bahkan permasalahan yang
dianggap sulit sekalipun.
Sedangkan menurut Johnson, Johnson and Holubec (1994) dalam Zakaria
Effandi dan Ikhsan Zanaton (2006), bahwa ada lima unsur utama dalam
pembelajaran kooperatif: (1) Positive interdependence, (2) Promotive
interaction, (3) ndividual accountability, (4) Interpersonal and small-
group skills. (5) group processing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Model pembelajaran kooperatif ini merupakan upaya
pemberdayaan teman sejawat, meningkatkan interaksi antar siswa, serta
hubungan yang saling menguntungkan antar mereka. Siswa dalam
kelompok akan belajar mendengar ide atau gagasan orang lain, berdiskusi,
menawarkan, atau menerima kritikan yang membangun, dan siswa merasa
tidak terbebani ketika ternyata pekerjaannya salah.
b. Numbered Heads Together (NHT)
Pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh Spencer
Kagen (1993). Pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah suatu tipe
pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk lebih aktif dan
bertanggung jawab penuh dalam memahami materi pelajaran baik secara
kelompok maupun individual. Sesuai dengan pendapat Lie, Anita
(2008:59) yang mengemukakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif tipe
NHT memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagi ide-ide
dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini
juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini,
keterlibatan guru dalam proses belajar mengajar berkurang, guru berperan
hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi siswa untuk
belajar mandiri, serta siswa akan merasa senang berdiskusi dengan
kelompoknya, juga berinteraksi dengan teman sebaya dan dengan guru
sebagai pembimbingnya. (Widaningsih, 2008:2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Beberapa kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini
adalah:
b. Siswa terlibat secara aktif dalam proses belajarnya.
c. Setiap siswa memiliki kebebasan untuk mengemukakan pendapat
tanpa harus takut jika pendapatnya salah.
d. Semua siswa berbaur menjadi satu di dalam kelompoknya, jadi tidak
tampak lagi mana siswa yang berkemampuan tinggi, sedang maupun
kurang.
Ibrahim, et.al. (2000) dalam Widaningsih (2008:1-2) menyatakan
bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT guru menggunakan
struktur empat langkah sebagai berikut: (1) Penomoran, (2) Mengajukan
pertanyaan, (3) Berpikir bersama, (4) Menjawab.
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan pelaksanaan penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan
membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa
(LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Langkah 2. Pembentukan Kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi siswa menjadi
beberapa kelompok yang beranggotakan 4 sampai 5 siswa. Guru memberi
nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan perpaduan yang ditinjau
dari latar belakang sosial, jenis kelamin dan kemampuan belajar.
Sebelum proses belajar mengajar dimulai, guru memperkenalkan
keterampilan kooperatif dan menjelaskan aturan dasarnya, yaitu:
a. Siswa tetap berada di dalam kelas.
b. Mengajukan pertanyaan kepada kelompok sebelum mengajukan
pertanyaan kepada guru.
c. Menghindari saling mengkritik sesama siswa dalam satu kelompok.
d. Bekerja sama dan bertanggung jawab dalam kelompoknya.
Langkah 3. Diskusi masalah
Guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang
akan dipelajari. Dalam kerja kelompok, setiap siswa berpikir bersama
untuk meyakinkan bahwa setiap orang dalam kelompoknya mengetahui
dan memahami jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS.
Langkah 4. Memanggil nomor anggota kelompok
Dalam tahap ini, guru mengecek pemahaman siswa dengan
memanggil salah satu nomor siswa dari tiap kelompok dengan nomor
yang sama mengangkat tangan dan mempersiapkan jawaban untuk siswa
di kelas. Jawaban tersebut merupakan wakil jawaban dari kelompok.
Langkah 5. Memberi kesimpulan
Guru mengarahkan siswa dalam membuat rangkuman,
memberikan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua pertanyaan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
berhubungan dengan materi yang disajikan. Selanjutnya, guru
memberikan tes kepada siswa secara individual.
Langkah 6. Memberikan penghargaan
Pada tahap ini, guru memberikan penghargaan pada kelompok
melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil
belajar individual dari skor dasar ke skor tes berikutnya (terkini). Atau
dengan kata lain, guru memberi nilai yang lebih tinggi kepada kelompok
yang hasil diskusi masalahnya/hasil belajarnya lebih baik.
Langkah-langkah penentuan nilai penghargaan kepada kelompok
adalah sebagai berikut:
a. Menentukan nilai dasar (awal) masing-masing siswa. Nilai dasar
(awal) dapat berupa tes/kuis awal atau menggunakan nilai ulangan
sebelumnya.
b. Menentukan nilai tes/kuis yang telah dilaksanakan setelah siswa
bekerja dalam kelompok, misal nilai kuis I, nilai kuis II, atau rata-rata
nilai kuis I dan kuis II kepada setiap siswa yang kita sebut nilai kuis
terkini.
c. Menentukan nilai peningkatan hasil belajar yang besarnya ditentukan
berdasarkan selisih nilai kuis terkini dengan nilai dasar (awal) masing-
masing siswa dengan menggunakan kriteria berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Tabel 2.1 Kriteria Menentukan Nilai Peningkatan Hasil Belajar
Kriteria Nilai Peningkatan
Nilai kuis/tes terkini turun lebih dari 10 poin di
bawah nilai awal
5
Nilai kuis/tes terkini turun 1 sampai dengan 10 poin
di bawah nilai awal
10
Nilai kuis/tes terkini sama dengan nilai awal sampai
dengan 10 di atas nilai awal
20
Nilai kuis/tes terkini lebih dari 10 di atas nilai awal 30
Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan rata-rata nilai
peningkatan yang diperoleh masing-masing kelompok dengan
memberikan predikat cukup, baik, sangat baik dan sempurna.
Kriteria untuk status kelompok yaitu:
a. Cukup, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok kurang dari 15
b. Baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 15 dan 20
c. Sangat baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 20 dan
25
d. Sempurna, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok lebih dari sama
dengan 25
Penomoran yang merupakan inti dari model pembelajaran
kooperatif tipe NHT ini akan menyebabkan setiap siswa harus selalu
siap, dalam arti setiap siswa harus mengerti dan memahami pemecahan
dari masalah yang diberikan karena jawabannya pada saat presentasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
akan mempengaruhi nilai kelompoknya. Hal tersebut akan membuat
tanggung jawab siswa untuk mengerti dan memahami pemecahan
masalah yang diberikan menjadi lebih besar.
Tabel 2.2 Sintaks pembelajaran NHT
Fase Peran guru
1. Penomoran
2. Mengajukan
pertanyaan
3. Berpikir bersana
4. Menjawab
pertanyaan
· Guru membagi siswa kedalam kelompok
beranggota 3 – 5 orang dan kepada setiap
anggota kelompok diberi nomor antara 1 – 5.
· Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada
siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan
dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat
tanya atau berbentuk arahan.
· Siswa menyatukan pendapatnya terhadap
pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota
dalam kelompoknya mengetahui jawaban itu.
· Guru memanggil suatu nomor tertentu,
kemudian siswa yang nomornya sesuai
mengacungkan tangannya dan mencoba untuk
menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
c. Student Team Achievement Division (STAD)
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu
tipe dari pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
pembelajaran ini peserta didik akan belajar bersama dalam kelompok yang
beranggotakan empat sampai lima orang untuk menguasai materi yang
disampaikan oleh guru. Menurut Slavin (2008: 12) gagasan utama dari
model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah untuk memotivasi
peserta didik supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama
lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru.
Adapun komponen-komponen dalam model pembelajaran
kooperatif tipe STAD menurut Slavin (2008: 143-160) dirangkum sebagai
berikut:
(1) Presentasi kelas, merupakan pengajaran langsung seperti yang sering
dilakukan atau diskusi yang dipimpin oleh guru, atau pengajaran
dengan presentasi audiovisual. Sehingga peserta didik akan menyadari
bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama
presentasi kerena hal ini akan sangat membantu mereka dalam
mengerjakan kuis dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka.
(2) Tim, terdiri atas empat atau lima orang yang heterogen. Fungsi utama
dari tim adalah untuk memastikan bahwa semua aggota tim benar-
benar belajar, sehingga setiap anggota tim akan siap mengerjakan kuis
dengan baik. Setelah guru menyampaikan materi, tim berkumpul
untuk mempelajari lembar kegiatan, yang berupa pembahasan
masalah, membandingkan jawaban, dan mengoreksi kesalahan
pemahaman antar anggota tim.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
(3) Kuis, dilakukan setelah satu atau dua periode penyampaian materi dan
satu atau dua periode praktikum tim. Peserta didik tidak
diperkenankan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis,
sehingga tiap peserta didik bertanggungjawab secara individual untuk
memahami materinya.
Tabel 2.3
Kriteria Menentukan Nilai Peningkatan Hasil Belajar
Kriteria Nilai Peningkatan
Nilai kuis/tes terkini turun lebih dari 10 poin di
bawah nilai awal
5
Nilai kuis/tes terkini turun 1 sampai dengan 10 poin
di bawah nilai awal
10
Nilai kuis/tes terkini sama dengan nilai awal sampai
dengan 10 di atas nilai awal
20
Nilai kuis/tes terkini lebih dari 10 di atas nilai awal 30
(4) Skor kemajuan individual. Tiap peserta didik dapat memberikan
kontribusi poin yang maksimal kepada kelompoknya dalam sistem
skor, sehingga tiap-tiap anggota kelompok harus berusaha
memperoleh nilai yang maksimal dari skor kuisnya. Selanjutnya
peserta didik akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan
tingkat kenaikan skor kuis dibandingkan dengan skor awal mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
(5) Rekognisi Tim. Tujuan dari pemberian skor adalah untuk memberi
penghargaan pada tiap-tiap kelompok. Kelompok dengan skor
tertinggi mendapatkan penghargaan superteam, kelompok dengan
skor menengah mendapatkan penghargaan greatteam dan kelompok
dengan skor terendah sebagai kelompok goodteam (Slavin, 2008:
160). Untuk menjadi kelompok dengan predikat/penghargaan
superteam maka sebagian besar anggota kelompok harus memiliki
skor di atas skor awal mereka.
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan pelaksanaan penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan
membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa
(LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Langkah 2. Menyampaikan Tujuan dan Memotivasi Siswa
Dalam tahap ini guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang
ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Langkah 3. Menyajikan/menyampaikan informasi
Dalam tahap ini guru menyampaikan materi pembelajaran.
Langkah 4. Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok
belajar
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Guru membagi siswa menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
beberapa kelompok yang beranggotakan 4 sampai 5 siswa. Kelompok
yang dibentuk merupakan perpaduan yang ditinjau dari latar belakang
sosial, jenis kelamin dan kemampuan belajar.
Sebelum proses belajar mengajar dimulai, guru memperkenalkan
keterampilan kooperatif dan menjelaskan aturan dasarnya, yaitu:
e. Siswa tetap berada di dalam kelas.
f. Mengajukan pertanyaan kepada kelompok sebelum mengajukan
pertanyaan kepada guru.
g. Menghindari saling mengkritik sesama siswa dalam satu kelompok.
h. Bekerja sama dan bertanggung jawab dalam kelompoknya.
Langkah 5. Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang
akan dipelajari. Dalam kerja kelompok, setiap siswa berpikir bersama
untuk meyakinkan bahwa setiap orang dalam kelompoknya mengetahui
dan memahami jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS.
Langkah 6. Evaluasi
Perwakilan dari masing-masing kelompok maju ke depan untuk
mempresentasikan hasil dari diskusi mereka atau hasil dari tugas di LKS.
kemudianGuru mengarahkan siswa dalam membuat rangkuman,
memberikan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua pertanyaan yang
berhubungan dengan materi yang disajikan. Selanjutnya, guru
memberikan tes kepada siswa secara individual.
Langkah 7. Memberikan penghargaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Pada tahap ini, guru memberikan penghargaan pada kelompok
melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil
belajar individual dari skor dasar ke skor tes berikutnya (terkini). Atau
dengan kata lain, guru memberi nilai yang lebih tinggi kepada kelompok
yang hasil diskusi masalahnya/hasil belajarnya lebih baik.
Tabel 2.4 Sintaks pembelajaran kooperatif tipe STAD
Fase Kegiatan Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan
dan memotivasi siswa
Fase 2
Menyajikan atau
menyampaikan informasi
Fase 3
Mengorganisasikan siswa
dalam kelompok-
kelompok belajar.
Fase 4
Membimbing kelompok
bekerja dan belajar
Fase 5
Evaluasi
Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin
dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi
siswa belajar.
Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan
mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.
Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya
membentuk kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan transisi secara efisien
Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat
mereka mengerjakan tugas mereka.
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah
diajarkan atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Fase 6
Memberikan
penghargaan
Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya
maupun hasil belajar individu maupun kelompok.
B. Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan
1) Dwi Atmojo Heri (2002) dalam penelitianya yang berjudul " Pengaruh
Pembelajaran kooperatif dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar"
hasil studi menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif lebih efektif
daripada pembelajaran tradisional. Selain itu, terdapat perbedaan prestasi
belajar siswa yang mempunyai motivasi belajar berbeda-beda kategorinya.
Ditemukan pula bahwa tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan
motivasi belajar terhadap prestasi belajar.
2) Rofiq Setyawan (2008) dalam penelitian yang berjudul "Pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered Heads Together pada pokok bahasan Operasi
Hitung Campur ditinjau dari motivasi belajar siswa". Hasil penelitian
menunjukan bahwa: model pembelajaran Numbered Head Together lebih
baik dibandingkan dengan model ceramah. Kesamaan antara penelitian ini
adalah sama-sama mengunakan model pembelajaran tipe Numbered Head
Together dan ditinjau dari motivasi belajar siswa. Sedangkan perbedaan
penelitian ini model pembelajarannya yakni model pembelajaran NHT dan
STAD sedangkan pada penelitian Rofiq dengan model pembelajaran tipe
Numbered Head Together dan model ceramah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
3) Aloysius Sutomo (2008) dalam penelitian yang yang
berjudul"eksperimentasi model pembelejaran kooperatif tipe STAD pada
pokok bahasan fungsi ditinjau dari motivasi belajar siswa kelas VIII SMP
Negeri kota Surakarta". Hasil penelitian menunjukan bahwa: model
pembelajaran STAD menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih
baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional pada pokok
bahasan fungsi. Kesamaan antara penelitian ini adalah sama-sama
mengunakan model pembelajaran tipe STAD dan ditinjau dari motivasi
belajar siswa. Sedangkan perbedaan penelitian ini model pembelajarannya
yakni model pembelajaran NHT dan STAD sedangkan pada penelitian
Aloysius Sutomo dengan model pembelajaran tipe STAD dan model
pembelajaran konvensional.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di atas, maka dapat
dikemukakan kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan STAD terhadap prestasi
belajar siswa.
Pembelajaran kooperatif sangat sesuai untuk diterapkan dalam
pembelajaran matematika karena kegiatan belajar matematika lebih diarahkan
pada kegiatan yang mendorong siswa aktif. Pembelajaran matematika
mengunakan model pembelajaran yang sama yaitu kooperatif tetapi melalui
dua tipe yang berbeda yaitu NHT dan STAD. Dalam pembelajaran kooperatif
tipe NHT, penomoran yang merupakan inti dari model pembelajaran kooperatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
tipe NHT ini akan menyebabkan setiap siswa harus selalu siap, dalam arti
setiap siswa harus mengerti dan memahami pemecahan dari masalah yang
diberikan karena jawabannya pada saat presentasi akan mempengaruhi nilai
kelompoknya. Hal tersebut juga akan membuat tanggung jawab siswa untuk
mengerti dan memahami pemecahan masalah yang diberikan menjadi lebih
besar. Sedangkan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD, dalam model
pembelajaran ini, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok heterogen dengan
kemampuan akademik yang bervariasi. Hal ini dilakukan supaya siswa yang
berkemampuan kurang dapat terbantu oleh siswa yang berkemampuan tinggi.
Kemudian setiap kelompok diberi tanggung jawab untuk memecahkan masalah
atau soal yang telah diberikan oleh guru. Ketika memecahkan masalah, setiap
siswa diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapat tanpa harus takut jika
pendapatnya salah. Penggunaan metode pengajaran yang berbeda akan
memberikan para siswa cara pembelajaran matematika yang berbeda untuk
mencapai tujuan pembelajaran matematika yang telah ditetapkan. Jika cara
untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika tersebut berbeda
dimungkinkan adanya perbedaan tingkat tercapainya tujuan pembelajaran
matematika. Kedua tipe pembelajaran yang diterapkan dengan pembelajaran
kooperatif tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
2. Pengaruh perbedaan tingkat motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar.
Berdasarkan tinjauan pustaka, bahwa motivasi berprestasi dalam rangka
belajar di sekolah, merupakan bentuk peningkatan dari motivasi intrinsik.
Dengan demikian, motivasi berprestasi merupakan motivasi tertinggi dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
belajar dan bentuk peningkatan dari motivasi intrinsik. Siswa yang mempunyai
motivasi berprestasi tinggi dalam belajar tidak akan cepat merasa puas dengan
apa yang dicapainya. Proses belajarpun dilalui oleh siswa dengan suasana yang
menyenangkan karena siswa beraktivitas dengan tinggi baik mental, fisik,
sosial maupun emosinya. Sedangkan bagi siswa yang rendah motivasi
berprestasinya tidak demikian halnya. Dengan demikian prestasi belajar
matematika yang dicapai oleh siswa yang tinggi motivasi berprestasinya lebih
baik dibanding siswa yang sedang dan rendah motivasi berprestasinya dan
siswa dengan motivasi berprestasi sedang akan lebih baik dari siswa yang
rendah motivasi berprestasinya.
3. Perbandingan prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT ditinjau dari motivasi berprestasi
Siswa dengan motivasi berprestasi tinggi akan mempunyai sifat: tekun,
rajin ulet, ingin mendalami materi dan ingin mencapai prestasi yang lebih baik
dan pada pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih menekankan pada
pembelajaran yang berpusat pada siswa dan setiap siswa diberi nomor agar
mempunyai sifat tanggungjawab maka siswa yang mempunyai motivasi
berprestasi tinggi akan mempunyai prestasi yang lebih baik daripada anak yang
mempunyai motivasi berprestasi sedang dan rendah.
4. Perbandingan prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD ditinjau dari motivasi berprestasi
Siswa dengan motivasi berprestasi tinggi akan mempunyai sifat: tekun,
rajin ulet, ingin mendalami materi dan ingin mencapai prestasi yang lebih baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
dan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih menekankan pada
pembelajaran yang berpusat pada siswa maka siswa yang mempunyai motivasi
berprestasi tinggi akan mempunyai prestasi yang lebih baik daripada anak yang
mempunyai motivasi berprestasi sedang dan rendah.
5. Perbandingan prestasi belajar siswa yang mempunyai motivasi berprestasi
tinggi, sedang dan rendah pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT
dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Karena model pembelajaran kooperatif tipe NHT mengunakan
penomoran sehingga setiap siswa mempunyai tanggungjawab terhadap
kelompoknya sehingga siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi dan
sedang akan lebih aktif untuk memahami materi sehingga prestasi belajarnya
juga akan lebih baik.
Untuk motivasi berprestasi rendah karena model pembelajaran
kooperatif tipe NHT mengunakan penomoran sehingga setiap siswa
mempunyai tanggungjawab terhadap kelompoknya sehingga siswa yang
mempunyai motivasi berprestasi rendah akan terpengaruh oleh teman yang lain
untuk memahami materi sehingga prestasi belajarnya mengunakan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT maupun mengunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD sama baiknya.
D. Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, hipotesis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
1. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih efektif dibanding model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2. Prestasi belajar matematika siswa dengan motivasi berprestasi tinggi lebih
baik dibanding siswa dengan motivasi berprestasi sedang. Siswa dengan
motivasi berprestasi sedang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih
baik dibanding siswa dengan motivasi berprestasi rendah. Siswa dengan
motivasi berprestasi tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih
baik dibanding siswa dengan motivasi berprestasi rendah.
3. Pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT Prestasi belajar matematika
siswa dengan motivasi berprestasi tinggi lebih baik dibanding siswa dengan
motivasi berprestasi sedang. Siswa dengan motivasi berprestasi sedang
mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibanding siswa
dengan motivasi berprestasi rendah. Siswa dengan motivasi berprestasi tinggi
mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibanding siswa
dengan motivasi berprestasi rendah.
4. Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD Prestasi belajar matematika
siswa dengan motivasi berprestasi tinggi lebih baik dibanding siswa dengan
motivasi berprestasi sedang. Siswa denga motivasi berprestasi sedang
mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibanding siswa
dengan motivasi berprestasi rendah. Siswa dengan motivasi berprestasi tinggi
mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibanding siswa
dengan motivasi berprestasi rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
5. Pada siswa dengan motivasi berprestasi tinggi dan sedang, penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT memberikan prestasi yang lebih baik dengan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD, sedangkan pada siswa dengan
motivasi berprestasi rendah, penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT memberikan prestasi yang sama baik dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) dalam
wilayah Kecamatan Belitang, Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat. Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 sampai dengan bulan Oktober 2010
pada semester I tahun pelajaran 2010/2011
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian di bidang pendidikan ini adalah penelitian eksperimental
semu, karena penelitian tidak mungkin untuk mengontrol semua variabel yang
relevan. Dalam penelitian ini ada dua variabel bebas dan satu variabel terikat.
Variabel bebas yang pertama adalah penerapan pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT) sebagai kelompok eksperimen I dan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) sebagai
kelompok eksperimen II. Variabel bebas yang kedua adalah motivasi berprestasi
yang dibedakan menjadi tiga yaitu tinggi, sedang dan rendah. Sedangkan variabel
terikatnya adalah prestasi belajar matematika
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa kelas IV se-
Kecamatan Belitang, Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat tahun ajaran
2010/2011. Dengan mengelompokkan sekolah menjadi tiga kelompok yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
kelompok tinggi, sedang dan rendah. Dasar pengelompokan ini adalah nilai
rata-rata UAS SDN Kecamatan Belitang, Kabupaten Sekadau, Kalimantan
Barat.
Tabel 3.1 Data Nilai Rata-Rata UAS Kecamatan Belitang, Kabupaten Sekadau,
Kalimantan Barat
No NAMA SEKOLAH STATUS NILAI
KEL
1 SDN NO.10 TRANS SP.VI NANGA ANSAR N 7, 82 T
2 SDN NO.13 TRANS SP.XII SETUNTUNG N 7,50 T
3 SDN NO.8 TRANS SP.IV SETUNTUNG N 6,73 T
4 SDN NO.9 TRANS SP.V PADAK N 6,70 T
5 SDN NO.2 DESA BELITANG II N 6, 62 S
6 SDN NO.12 TRANS SP.IX MUNTIK N 6,51 S
7 SDN NO.4 DESA PADAK N 6, 44 S
8 SDN NO.1 BELITANG I N 6, 03 S
9 SDN NO.11 TRANS SP.I BELITANG N 5, 84 R
10 SDN NO.7 TRANS SP.II SUNGAI MABOH N 5,78 R
11 SDN NO.3 DESA NANGA ANSAR N 5, 65 R
12 SDN NO.6 DUKUH SUNGAI MABOH DESA
PADAK
N 5,52 R
Sumber data di atas diperoleh dari Dinas Pendidikan dan olahraga Kecamatan Belitang, Kabupaten
Sekadau, Kalimantan Barat.
Keterangan: T : Tinggi, S : Sedang, R : Rendah, N: Negeri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
2. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik sampling yang digunakan adalah stratified and clustered
random sampling. Berdasarkan jumlah nilai ujian nasional tahun 2009, sekolah
dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu kelas atas (peringkat 1-4), peringkat
sedang (peringkat 5-8) dan kelompok bawah (peringkat 9-12). Dari tiap
kelompok tersebut diambil secara acak dua sekolah. Selanjutnya diambil satu
kelas secara acak dari masing-masing sekolah terpilih. Secara acak ditentukan
satu kelas ditetapkan sebagai kelas eksperimen I dan satu kelas lagi sebagai
kelas eksperimen II.
Dari hasil pengundian terpilih enam sekolah yaitu:
1. SDN No.10 Trans SP VI Desa Nanga Angsar kategori tinggi sebagai kelas
eksperimen II.
2. SDN No.13 Trans SP XII Setunung kategori tinggi sebagai kelas eksperimen
I.
3. SDN No.02 Belitang kategori sedang sebagai kelas eksperimen I
4. SDN No.04 Padak kategori sedang sebagai kelas eksperimen II.
5. SDN No.06 Sungai Maboh kategori rendah sebagai kelas eksperimen I
6. SDN No.07 Trans SP II Sungai Maboh kategori rendah sebagai kelas
eksperimen II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Variabel Penelitian
Data-data yang ingin dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data dari
variabel-variabel sebagai berikut.
a. Variabel Bebas
1) Model pembelajaran
a) Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai
pedoman perancang pembelajaran dan pembelajar dalam
melaksanakan aktivitas pembelajaran.
b) Indikator yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe
NHT pada kelas eksperimen I dan pembelajaran kooperatif tipe STAD
pada kelas eksperimen II.
c) Skala pengukuran mengunakan skala nominal.
d) Symbol: V囊 2) Motivasi berprestasi siswa
a) Motivasi berprestasi adalah dorongan dalam diri siswa untuk mencapai
prestasi setinggi mungkin demi penghargaan pada diri sendiri dengan
berkompetensi dengan siswa lain atau melebihi apa yang telah diraih
sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
b) Indikator yang digunakan adalah skor angket motivasi berprestasi.
Skala pengukuran mengunakan skala interval yang diubah ke dalam
skala ordinal yang terdiri dari tiga kategori.
· Rendah jika skor angket <V呻− 囊挠滚 · Sedang jikaV伸− 囊挠滚≤ skor angket ≤ V呻+ 囊挠滚. · Tinggi jika skor angket >V呻+ 囊挠滚. Dengan V呻 adalah rata-rata dan s adalah simpangan baku.
c) Symbol: V挠 b. Variable terikat
1) Prestasi belajar matematika adalah nilai tes hasil belajar siswa kelas IV
Semester I pada pokok bahasan bilangan.
2) Indikator yang digunakan adalah skor tes prestasi belajar matematika.
3) Skala pengukuran mengunakan skala interval.
4) Symbol: Y
2. Metode ngumpulan Data
Pengumpulan data kuantitatif dalam penelitian ini mengunakan teknik tes,
angket, dan dokumentasi.
a. Tes
Dalam teknik ini digunakan butir-butir soal untuk mengumpulkan data
mengenai prestasi belajar matematika. Soal tes yang digunakan berbentuk
pilihan ganda. Setiap butir soal mempunyai empat alternatif jawaban. Jawaban
yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah memperoleh skor 0.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
b. Angket
Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai motivasi
berprestasi. Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
angket langsung, tertutup dan berbentuk rating scale yang mengunakan skala
Likert dengan item pernyataan yang mempunyai lima alternatif jawaban.
Pernyataan dalam angket terdiri dari item positif dan negatif.
Pemberian skor untuk butir positif adalah jika menjawab SS diberi skor
5, S diberi skor 4, R diberi skor 3, TS diberi skor 2 dan STS diberi skor 1 serta
tidak menjawab diberi skor 0, sedang untuk butir negatif berlaku sebaliknya.
c. Dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data yang lengkap, cepat dan
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Data yang dikumpulkan dengan
teknik dokumentasi adalah nilai ulangan umum semester II tahun ajaran
2009/2010 yang digunakan untuk menguji keseimbangan rata-rata kelompok
eksperimen I dan kelompok eksperimen II.
3. Analisis Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes dalam bentuk
tes obyektif dengan empat alternatif jawaban untuk memperoleh data tentang
prestasi belajar matematika dan angket motivasi berprestasi untuk memperoleh
data tentang motivasi berprestasi yang dimiliki siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
a. Tahap Penyusunan Instrumen
1) Menyususn kisi-kisi instrumen yaitu kisi-kisi pada materi pokok bahasan
bilangan untuk instrumen tes dan kisi-kisi motivasi berprestasi untuk
instrumen angket motivasi berprestasi.
2) Menyusun butir-butir soal instrumen tes yang berupa tes obyektif dengan
empat alternatif jawaban dan butir-butir soal motivasi berprestasi dengan
lima alternatif jawaban.
b. Tahap Uji Coba Instrumen
Sebelum dikenakan pada sampel penelitian, instrumen yang telah disusun
diujicobakan terlebih dahulu. Uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui
apakah instrumen tes yang telah disusun memenuhi syarat-syarat instrumen
yang baik. Syarat-syarat tersebut antara lain sebagai berikut.
1) Instrumen Tes
a) Analisis Instrumen
(1) Uji Validitas Isi
Validitas instrumen tes dalam penelitian ini mengunakan
validitas isi. Dengan demikian, instrumen tes dikatakan valid
apabila telah merupakan sampel yang representatif dari
keseluruhan isi dari hal yang hendak diukur. Validitas isi
instrumen tes dapat diketahui melalui penilaian yang dilakukan
oleh pakar dibidangnya (experts judgment). Subject matter experts
akan melihat apakah kisi-kisi yang telah disusun oleh pengembang
tes telah mewakili substansi yang akan diukur. Selanjutnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
dilakukan relevance ratings, yaitu penilaian terhadap relevansi atau
kesesuaian antara masing-masing butir tes dengan klasifikasi kisi-
kisi yang telah ditentukan. Empat langkah yang bisa dilakukan
dalam menentukan validitas isi antara lain:
1) Mendefinisikan domain kerja yang akan diukur, dapat berupa
tujuan pembelajaran yang dikembangkan melalui kisi-kisi.
2) Membentuk panel-panel yang qualified dalam domain-domain
tersebut.
3) Menyediakan kerangka struktur untuk proses pencocokan butir-
butir soal dengan domain performance yang terkait.
4) Menganalisa dan menarik kesimpulan data yang diperoleh dari
proses pencocokan.
(Budiyono, 2003:60)
Butir soal tes dinyatakan valid menurut validitas isi jika telah
memenuhi semua kriteria yang tersedia dalam lembar telaah
validitas yang mencakup materi, konstruksi dan bahasa.
(2) Uji Reliabilitas
Instrumen dikatakan reliabel berarti dapat memberikan hasil
yang relatif sama pada saat dilakukan pengukuran lagi pada
responden yang sama pada waktu yang berlainan. Reliabel tes hasil
belajar diuji dengan rumus KR-20 yaitu:
辊11 = 足 柜柜− 1卒组滚轨2 − ∑贵轨刽轨滚棍2 钻
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
dengan: r11 : indeks reliabilitas instrumen n : banyaknya butir instrumen pi : proporsi cacah subyek yang menjawab benar pada butir
ke-i qi : 1– pi, i:1,2,....n st2 : variansi total
(Budiyono, 2003: 69)
Dalam penelitian ini instrumen dikatakan reliabel jika r11≥ 0.70.
b) Analisis Butir Soal
(1) Daya Pembeda
Sebuah instrumen terdiri dari sejumlah butir-butir instrumen.
Kesemua butir tersebut harus mengukur hal yang sama dan
menunjukkan kecenderungan yang sama pula. Ini berarti harus ada
korelasi positif antara skor masing butir-butir tersebut dengan skor
totalnya. Biasanya untuk menghitung daya pembeda butir ke-i,
rumus yang digunakan adalah rumus korelasi produk momen dari
Karl Pearson berikut.
辊果裹= 柜∑V光− 纵∑V邹纵∑光邹瞬足柜∑V2 − 纵∑V邹2卒足柜∑光2 − 纵∑光邹2卒 dengan: rxy : indeks daya pembeda untuk butir ke-i n : banyaknya subyek yang dikenai tes (instrumen)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
X : skor butir ke-i (dari subjek uji coba) Y : skor total (dari subjek uji coba)
Butir soal disebut mempunyai daya pembeda baik jika rxy ³ 0.3
(Budiyono, 2003: 65)
Dalam penelitian ini jika indeks daya pembeda untuk butir ke-i
kurang dari 0.3 maka butir tersebut harus dibuang.
(2) Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang mempunyai tingkat kesukaran
yang memadai, artinya tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar.
Untuk menghitung tingkat kesukaran setiap butir soal digunakan
rumus sebagai berikut.
P� JBJS dengan: P = indeks kesukaran JB = banyaknya subjek yang menjawab benar JS = banyaknya seluruh subjek.
Butir soal yang digunakan untuk menghimpun data penelitian ini
mempunyai interval tingkat kesukaran 0,3≤P≤0,7.
2) Instrumen Angket motivasi berprestasi
Angket tipe kecerdasan majemuk digunakan untuk mengetahui
motivasi berprestasi yang dimiliki siswa. Angket motivasi berprestasi
dikatakan baik jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
a) Analisis Instrumen
(1) Uji Validitas Isi
Supaya angket motivasi berprestasi mempunyai validitas isi,
maka harus diperhatikan syarat-syarat sebagai berikut.
(a) Butir-butir angket sudah sesuai dengan kisi-kisi angket.
(b) Kesesuain kalimat dengan Ejaan Yang Disempurnakan.
(c) Kalimat pada butir-butir angket mudah dipahami siswa sebagai
responden.
(d) Ketetapan dan kejelasan perumusan petunjuk pengisian angket.
Untuk menilai apakah instrumen angket motivasi berprestasi
tersebut mempunyai validitas isi, penilaian ini dilakukan oleh para pakar
atau validator (experts judgment) dan semua kriteria disetujui. Jika ada
salah satu yang tidak disetujui maka instrumen tersebut belum valid,
artinya butir yang tidak disetujui tersebut harus direvisi atau dibuang.
(2) Uji Reliabilitas
Dalam penelitian ini untuk uji reliabilitas digunakan rumus
Alpha, sebab skor butir angket bukan 0 dan 1. Hal ini sesuai dengan
pendapat Suharsimi Arikunto (2002: 192) yang menyatakan bahwa,
“Rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang
skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian”.
Adapun rumus Alpha yang dimaksud adalah sebagai berikut.
r11=足 nn– 1
卒组1–∑ si2
st2 钻
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
dengan: r11 = indeks reliabilitas instrumen n = banyaknya butir instrumen si2 = variansi butir ke-i, i = 1,2,...,n st2 = variansi skor total yang diperoleh subyek uji coba
(Budiyono, 2003: 72)
Interpretasi indeks reliabilitas instrumen angket sama dengan
interpretasi indeks reliabilitas instrumen tes, instrumen angket dikatakan
reliabel jika indeks reliabilitasnya lebih dari 0.7 atau r11Ģ0.7.
b) Analisis Butir Instrumen
(1) Konsistensi Internal
Untuk mengetahui konsistensi internal butir soal angket
digunakan rumus korelasi produk momen Karl Pearson sebagai berikut.
rxy= n∑ XY–纵∑X邹纵∑Y邹税纵n∑X2 –纵∑X邹2邹纵n∑Y2–纵∑Y邹2邹 dengan: rxy : indeks konsistensi internal untuk butir ke-i n : banyaknya subyek yang dikenai tes (instrumen) X : skor butir ke-i (dari subjek uji coba) Y : skor total (dari subjek uji coba)
Butir soal disebut mempunyai daya pembeda baik jika rxy ³ 0.3
(Budiyono, 2003: 65)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Dalam penelitian ini jika indeks konsistensi internal untuk butir ke-i
kurang dari 0.3 maka butir tersebut harus dibuang.
c. Tahap Penetapan Instrumen
Butir-butir instrumen yang memenuhi syarat-syarat instrumen yang baik
ditetapkan sebagai instrumen penelitian. Sedangkan yang tidak memenuhi
syarat, tidak digunakan.
E. Teknik Analisis Data
1. Uji Keseimbangan
Uji keseimbangan digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian
ini memiliki kemampuan awal yang sama. Data yang digunakan untuk menguji
keseimbangan diambil dari dokumentasi nilai ujian semester 2 kelas IV SDN
dalam wilayah kecamatan belitang tahun pelajaran 2010/2011 pada mata pelajaran
matematika yang terdiri dari kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. Di dalam
uji keseimbangan membutuhkan asumsi normalitas dan homogenitas. Karena itu
dalam bagian ini akan dituliskan masing-masing uji prasyarat analisis yang
dibutuhkan untuk uji t, yaitu:
a. Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berdistribusi
normal atau tidak. Untuk menguji normalitas ini digunakan metode Lilliefors
dengan prosedur.
1) Hipotesis
H难: Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1: Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
2) Taraf Signifikansi 纵α邹=0.05
3) Statistik Uji 拐= max |瓜纵过平邹− 管纵过平邹 zi= 纵Xi– X伸邹s dengan: 瓜纵过平邹= 官纵广≤ 过平邹untuk广~棺纵0,1邹 S纵zi邹= proporsi cacah Z≤zi terhadap seluruh cacah zi
Xi = skor responden
4) Daerah Kritik 纵DK邹�誓L特LĢLα;n嗜; n adalah ukuran sampel
5) Keputusan Uji
H难 diterima jika Lhitung tidak terletak di daerah kritik
6) Kesimpulan
Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
(Budiyono, 2009: 170)
b. Uji Homogenitas Variansi Populasi
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian mempunyai
variansi yang sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas ini digunakan
metode Bartlett dengan statistik uji Chi kuadrat dengan prosedur sebagai
berikut.
1) Hipotesis
H难: σ12=σ22 (populasi-populasi homogen)
H1: σ12≠σ2
2 (populasi-populasi tidak homogen)
2) Taraf Signifikansi 纵α邹=0.05
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
3) Statistik Uji
悔2 = 2,303规 (归log观�) − 素 归鬼log滚鬼2)
dengan: χ2∼χ2纵k– 1邹 k = banyaknya sampel N = banyaknya seluruh nilai (ukuran) nj = banyaknya niai (ukuran) sampel ke-j fj = nj– 1 = derajat kebebasan untuk sj2; j=1, 2, 3, …, k
f = N– k = ∑ fjkj=1 = derajat kebebasan untuk RKG
RKG� ∑ SSj∑ fj ; 滚凭挠� SSjfj SSj= 素 Xj2 –试∑ Xj守2nj �试nj– 1守sj2 ; c�1: 13试k–1守收∑ 1fj –1f寿
4) Daerah Kritik 纵DK邹�诅χ2|χ2Ģχα,k–12 阻 5) Keputusan uji
H难 diterima jika χ2hitung tidak terletak di daerah kritik
6) Kesimpulan
Populasi-populasi homogen.
(Budiyono, 2009: 174)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Jika populasi normal dan variansi populasi homogen maka menggunakan uji t
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Hipotesis
H难:µ1=µ2 (kedua kelompok berasal dari populasi yang memiliki kemampuan
awal sama)
H难:µ1≠µ2 (kedua kelompok berasal dari populasi yang memiliki kemampuan
awal berbeda)
2) Taraf Signifikansi 纵α邹=0.05
3) Statistik uji yang digunakan:
棍= V囊呻呻呻− V挠呻呻呻滚颇瞬1柜囊+ 1柜挠~棍纵柜囊+ 柜挠− 2邹untuk滚颇= 顺纵柜囊− 1邹滚囊挠+ 纵柜挠− 1邹滚挠挠柜囊+ 柜挠− 2
(karena selisih rata-rata tidak dibicarakan maka d难= 0)
dengan: X伸1 : mean dari sampel kelompok eksperimen I
X伸2 : mean dari sampel kelompok eksperimen II 滚囊挠 : variansi dari kelompok eksperimen I 滚挠挠 : variansi dari kelompok eksperimen II
n1 : ukuran kelompok eksperimen I
n2 : ukuran kelompok eksperimen II
4) Daerah kritik 纵DK邹=诅t|t<– tα 2;试n1+n2–2守⁄ atau t>tα 2;试n1+n2–2守⁄ 阻 5) Keputusan uji
a. H难 diterima jika thitung tidak terletak di daerah kritik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
b. H难 ditolak jika thitung terletak di daerah kritik
6) Kesimpulan
a. Kedua kelompok berasal dari populasi yang memiliki kemampuan awal
sama jika H难 diterima.
b. Kedua kelompok berasal dari populasi yang memiliki kemampuan awal
berbeda jika H难 ditolak.
(Budiyono, 2009: 151)
Jika populasi normal dan variansi populasi tidak homogen maka menggunakan uji
t dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Hipotesis
H难:µ1=µ2 (kedua kelompok berasal dari populasi yang memiliki kemampuan
awal sama)
H难:µ1≠µ2 (kedua kelompok berasal dari populasi yang memiliki kemampuan
awal berbeda)
2) Taraf Signifikansi 纵α邹=0.05
3) Statistik uji yang digunakan:
棍= 纵V呻囊− V呻挠邹顺滚囊挠柜囊+ 滚挠挠柜挠~棍纵郭邹untuk郭= 收滚囊挠柜囊+ 滚挠挠柜挠寿挠收滚囊挠柜挠寿挠柜囊− 1 + 收滚挠挠柜挠寿挠柜挠− 1
(karena selisih rata-rata tidak dibicarakan maka 圭难= 0)
dengan:
X伸1 : mean dari sampel kelompok eksperimen I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
X伸2 : mean dari sampel kelompok eksperimen II s囊挠 : variansi dari kelompok eksperimen I s挠挠 : variansi dari kelompok eksperimen II
n1 : ukuran kelompok eksperimen I
n2 : ukuran kelompok eksperimen II
4) Daerah kritik 纵DK邹=醉t|t<–棍足汕潜,剖卒atau t>棍足汕潜,剖卒最
5) Keputusan uji
a. H难 diterima jika thitung tidak terletak di daerah kritik
b. H难 ditolak jika thitung terletak di daerah kritik
6) Kesimpulan
a. Kedua kelompok berasal dari populasi yang memiliki kemampuan awal
sama jika H难 diterima.
b. Kedua kelompok berasal dari populasi yang memiliki kemampuan awal
berbeda jika H难 ditolak.
(Budiyono, 2009: 151)
2. Uji Prasyarat Analisis
Uji prasyarat yang dipakai dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan
uji homogenitas.
a. Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berdistribusi
normal atau tidak. Untuk menguji normalitas ini digunakan metode Lilliefors
dengan prosedur:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
1) Hipotesis
H0: Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1: Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
2) Taraf Signifikansi 纵α邹 = 0.05
3) Statistik Uji 拐= max |瓜纵过平邹− 管纵过平邹| zi= 纵Xi– X伸邹s dengan: 瓜纵过平邹= 官纵广≤ 过平邹untuk广~棺纵0,1邹 S纵zi邹 = proporsi cacah Z≤zi terhadap seluruh cacah zi
Xi = skor responden
4) Daerah Kritik 纵DK邹=誓L|L>Lα;n嗜; n adalah ukuran sampel
5) Keputusan Uji
H难 ditolak jika Lhitung terletak di daerah kritik
6) Kesimpulan
a. Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika H难 diterima.
b. Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika H难
ditolak.
(Budiyono, 2009: 170)
b. Uji Homogenitas Variansi Populasi
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian mempunyai
variansi yang sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas ini digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
metode Bartlett dengan statistik uji Chi kuadrat dengan prosedur sebagai
berikut.
1) Hipotesis
H难: σ12=σ22 (populasi-populasi homogen)
H1: σ12 ≠ σ2
2 (populasi-populasi tidak homogen)
2) Taraf Signifikansi 纵α邹=0.05
3) Statistik Uji
悔2 = 2,303规 (归log观�) − 素 归鬼log滚鬼2)
dengan:
χ2∼ χ2纵k– 1邹 k = banyaknya sampel
N = banyaknya seluruh nilai (ukuran)
nj = banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j
fj = nj– 1 = derajat kebebasan untuk sj2; j=1, 2, 3, …, k
f = N– k = ∑ fjkj=1 = derajat kebebasan untuk RKG
RKG� ∑ SSj∑ fj ; Sj2� SSjfj
SSj= 素 Xj2 – 试∑Xj守2nj �试nj– 1守sj2 ; c�1: 13试k–1守收∑ 1fj – 1f寿
4) Daerah Kritik 纵DK邹�诅χ2|χ2Ģχα,k–12 阻 5) Keputusan uji
H难 ditolak jika χ2hitung terletak di daerah kritik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
6) Kesimpulan
a. Populasi-populasi homogen jika H难 diterima
b. Populasi-populasi tidak homogen jika H难 ditolak
(Budiyono, 2009: 174)
3. Pengujian Hipotesis
Untuk pengujian hipotesis digunakan analisis variansi dua jalan dengan
sel tak sama, dengan model data sebagai berikut:
Xijk=µ+αi+βj+纵αβ邹ij+εijk dengan :
Xijk : data amatan ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j
µ : rataan dari seluruh data (rataan besar, grand mean)
αi : efek baris ke-i pada variabel terikat
βj : efek kolom ke-j pada variabel terikat 纵αβ邹ij : kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat
εijk : deviasi data Xijk terhadap rataan populasinya 足µij卒 yang berdistribusi
normal dengan rataan 0 (disebut rataan galat atau eror)
i : 1,2;
1 : model pembelajaran kooperatif tipe NHT
2 : model pembelajaran kooperatif tipe STAD
j : 1,2,3;
1 : Motivasi berprestasi tinggi
2 : motivasi berprestasi sedang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
3 : motivasi berprestasi rendah
k : 1,2,...., nij; nij: cacah data amatan pada setiap sel ij
Tabel 3.2 Tata Letak Data
Model Pembelajaran
Kooperatif (A)
Motivasi berprestasi (B)
Tinggi (b1) Sedang
(b2) Rendah (b3)
NHT (a1) ab11 ab12 ab13
STAD (a2) ab21 ab22 ab23
Sel abij memuat : Xij1;Xij2;…; Xijnij
nij : cacah observasi pada sel abij b1 : motivasi tinggi
a1 : pembelajaran kooperatif tipe NHT b2 : motivasi sedang
a2 : pembelajaran kooperatif tipe STAD b3 : motivasi rendah
Prosedur dalam pengujian dengan menggunakan analisis variansi dua
jalan dengan sel tak sama, yaitu:
a. Hipotesis
1) H0A : αi = 0, untuk setiap i (tidak ada perbedaan efek antara baris terhadap
variabel terikat) dengan i=1,2
H1A:αi ≠ 0, paling sedikit ada satu αi yang tidak nol (ada perbedaan efek
antar baris terhadap variabel terikat)
2) H0B: βj = 0, untuk setiap j (tidak ada perbedaan efek antar kolom terhadap
variabel terikat) j = 1,2,3
H1B: βj ≠ 0, paling sedikit ada satu βj yang tidak nol (ada perbedaan efek
antar kolom terhadap variabel terikat)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
3) H0AB:纵αβ邹ij=0, untuk setiap pasang (i,j) (tidak terdapat interaksi baris dan
kolom terhadap variabel terikat)
H1AB:纵αβ邹ij ≠ 0, paling sedikit ada satu 纵αβ邹ij yang tidak nol (terdapat
interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat)
b. Taraf Siginifikansi 纵α邹=0.05
c. Komputasi
Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama didefinisikan notasi-notasi
sebagai berikut:
nij = ukuran sel ij ( sel pada baris ke-i dan kolom ke-j )
= cacah data amatan pada sel ij
= frekuensi sel ij
n呻h = rataan harmonik frekuensi seluruh sel n呻h� pq∑ 1niji,j SSij= 素 Xijk2 – 试∑ Xijkk 守2nijk N�素 niji,j
AB呻呻呻呻ij : rataan pada sel ij
N : cacah seluruh data amatan
SSij : jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij
Ai=∑ AB呻呻呻呻ijj : jumlah rataan pada baris ke-i
Bj=∑ AB呻呻呻呻iji : jumlah rataan pada kolom ke-j
G =∑ AB呻呻呻呻iji,j : jumlah rataan semua sel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Untuk memudahkan perhitungan, didefinisikan besar-besaran (1),(2),(3),(4),(5),
sebagai berikut:
纵1邹� G2pq 纵3邹�∑ Ai2qi 纵5邹�∑ AB呻呻呻呻ij2i,j
纵2邹�∑ SSijij 纵4邹�∑ Bj2pj
Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama terdapat lima jumlah
kuadrat, yaitu:
褂�Ė = 柜呻萍揍纵3邹− 纵1邹租 褂�ú = 柜呻萍揍纵4邹− 纵1邹租 褂�Ėú = 柜呻萍揍纵1邹+ 纵5邹− 纵3邹− 纵4邹租 JKG= 纵2邹 JKT =JKA+JKB+JKAB+JKG
dengan:
JKA = jumlah kuadrat baris
JKB = jumlah kuadrat kolom
JKAB = jumlah kuadrat interaksi antara baris dan kolom
JKG = Jumlah kuadrat galat
JKT = Jumlah kuadrat total
Derajat kebebasan untuk masing-masing jumlah kuadrat tersebut adalah:
dkA =p– 1 dkT=N– 1
dkB =q– 1 dkG = N– pq
dkAB = 纵p– 1邹纵q– 1邹
Berdasarkan jumlah kuadrat dan derajat kebebasan masing-masing
diperoleh rataan kuadrat berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
观�Ė = 褂�Ė圭诡Ė 观�Ėú = 褂�Ėú圭诡Ėú 观�ú = 褂�ú圭诡ú 观�) = 褂�)圭诡)
d. Statistik Uji
Fa = RKARKG
Fb= RKBRKG
Fab= RKABRKG
e. Daerah Kritik
1. Daerah kritik Fa adalah 纵DKa邹�誓F|FĢFα;p能1,N能pq嗜 2. Daerah kritik Fb adalah 纵DKb邹�誓F|FĢFα;q能1,N能pq嗜 3. Daerah kritik Fab adalah纵DKab邹�誓F|FĢFα;纵p能1邹纵q能1邹,N能pq嗜
f. Keputusan Uji
H0 ditolak jika Fhitung terletak di daerah kritik
g. Rangkuman Analisis Variansi
Tabel 3.3 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama
Sumber JK dk RK Fhitung Ftabel Baris (A) JKA p– 1 RKA Fa 瓜崎,坡,颇 Kolom (B) JKB q– 1 RKB Fb 齨崎,坡,颇 Interaksi (AB) JKAB 纵p– 1邹纵q– 1) RKAB Fab 瓜崎,坡,颇 Galat (G) JKG N– pq RKG - - Total JKT N– 1 - - -
( Budiyono, 2009: 229)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
4. Uji Komparasi Ganda
Apabila H0 ditolak maka perlu dilakukan uji lanjut pasaca anava. Metode
yang digunakan untuk uji lanjut pasca anava adalah metode Scheffe’. Uji lanjut
pasca anava hanya dilakukan pada variabel bebas yang memiliki lebih dari dua
kategori, sedangkan untuk variabel bebas yang hanya memiliki dua kategori tidak
perlu dilakukan uji lanjut pasca anava, kesimpulan dapat ditunjukkan melalui
rataan marginal. Selain itu, jika interaksi pada variabel bebas tidak ada, maka
tidak perlu dilakukan uji lanjut antar sel pada kolom atau baris yang sama,
kesimpulan perbandingan rataan antar sel mengacu pada kesimpulan
perbandingan rataan marginalnya. Langkah-langkah uji komparasi ganda dengan
metode Scheffe’ adalah sebagai berikut.
a. Mengidentifikasikan semua pasangan komparasi rataan yang ada.
b. Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut.
c. Menentukan taraf signifikansi 纵α邹=0.05
d. Mencari nilai statistik uji F dengan rumus sebagai berikut.
1) Komparasi rataan antar baris
Karena dalam penelitian ini hanya terdapat 2 variabel model
pembelajaran kooperatif maka jika H0A ditolak tidak perlu dilakukan
komparasi pasca anava antar baris. Untuk mengetahui model pembelajaran
kooperatif manakah yang lebih baik cukup dengan membandingkan
besarnya rataan marginal dari masing-masing model pembelajaran
kooperatif. Jika rataan marginal untuk model pembelajaran kooperatif tipe
NHT lebih besar dari rataan marginal untuk model pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
kooperatif tipe STAD berarti model pembelajaran kooperatif tipe NHT
dikatakan lebih baik dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD atau sebaliknya.
2) Komparasi rataan antar kolom
Uji Sceffe’ untuk komparasi rataan antar kolom sebagai berikut.
瓜.轨− .鬼= 试V伸.轨− V伸.鬼守2观�)收1柜.轨+ 1柜.鬼寿 dengan:
F.i-.j = nilai Fhitung pada pembandingan kolom ke-i dan kolom ke-j
X伸.i = rataan pada kolom ke- i
X伸.j = rataan pada kolom ke- j RKG = rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis
variansi
n.i = ukuran sampel kolom ke-i
n.j = ukuran sampel kolom ke-j
daerah kritik untuk uji t ialah: 纵DK邹�誓F|FĢ纵q– 1邹Fα;q–1,N–pq嗜 3) Komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama
Uji Sceffe’ untuk komparasi rataan antar sel pada kolom yang
sama adalah sebagai berikut.
瓜轨鬼−诡鬼= 试V伸轨鬼− V伸诡鬼守2观�)收1柜轨鬼+ 1柜诡鬼寿
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
dengan: Fij-kj = nilai Fobs pada pembandingan rataan pada sel ij dan rataan
padasel kj X伸ij = rataan pada sel ij X伸kj = rataan pada sel kj RKG = rataan kuadrat galat yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi
nij = ukuran sel ij
nkj = ukuran sel kj
Daerah kritik untuk uji itu ialah: 纵DK邹�誓F特FĢ纵pq– 1邹Fα;pq–1,N–pq嗜 4) Komparasi rataan antar sel pada baris yang sama
Uji Sceffe’ untuk komparasi rataan antar sel pada baris yang sama adalah
sebagai berikut. 瓜轨鬼−轨诡= 试V伸轨鬼− V伸轨诡守2观�)收1柜轨鬼+ 1柜轨诡寿
dengan:
Fij-ik = nilai Fobs pada pembandingan rataan pada sel ij dan rataan
padasel kj X伸ij = rataan pada sel ij X伸ik = rataan pada sel ik RKG = rataan kuadrat galat yang diperoleh dari perhitungan analisis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
variansi nij = ukuran sel ij nik = ukuran sel ik
Daerah kritik untuk uji itu ialah: 纵DK邹�誓F特FĢ纵pq– 1邹Fα;pq–1,N–pq嗜 e. Menentukan keputusan uji untuk masing komparasi ganda.
f. Menentukan kesimpulan dari keputusan uji yang sudah ada.
(Budiyono, 2009: 215-217)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab IV ini dipaparkan hasil uji coba dan penelitian yang telah
dilaksanakan pada pertengahan bulan Agustus sampai bulan Oktober 2010 di
SDN No.10 SP VI Nanga Ansar, SDN No.13 SP XII Setuntung, SDN No.02
Belitang, SDN No.04 Padak, SDN No.07 SP II Sungai Maboh, SDN No.06
Sungai Maboh, dimana pada setiap sekolah diambil 1 kelas sebagai kelas
eksperimen I atau eksperimen II. Uji coba dilaksanakan di SDN No.01 Belitang
pada kelas IV. Adapun hasil penelitian ini adalah deskripsi data, pengujian
persyaratan analisis, pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian.
A. Deskripsi Data
Data dalam penelitian ini meliputi data hasil uji coba instrumen, data
prestasi belajar matematika, dan motivasi berprestasi. Berikut ini diberikan uraian
tentang data-data tersebut:
1. Data Hasil Uji Coba Instrumen
Instrumen yang diujicobakan dalam penelitian ini berupa angket untuk
mengungkapkan data mengenai motivasi berprestasi siswa dan tes prestasi belajar
matematika siswa pada pokok bahasan Bilangan.
a. Hasil Uji Coba Tes Prestasi Belajar
1) Analisis Instrumen
a) Uji Validitas isi Instrumen Tes Prestasi Belajar Matematika
Banyak butir yang diuji cobakan 25 butir dikenakan pada 25
responden pada siswa yang setara dengan kelas yang dipakai untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
penelitian. Setelah dilakukan validitas oleh validator maka semua butir
soal digunakan untuk penelitian guna mengetahui data tentang prestasi
belajar matematika siswa. Data selengkapnya tentang validitas butir soal
tes prestasi belajar siswa terdapat pada Lampiran 4.
b) Uji Reliabilitas Instrumen Tes Prestasi Belajar Matematika
Pada uji realibilitas instrumen tes prestasi belajar ini mengunakan
rumus KR-20 atau Kuder Richardson. Setelah dilakukan perhitungan
diperoleh indeks realibilitas tes yaitu 0,7092, sehingga dapat
disimpulkan bahwa tes reliabel. Data selengkapnya tentang perhitungan
reliabilitas uji coba tes terdapat pada Lampiran 7 .
2) Analisis butir soal
a) Daya Pembeda Instrumen Tes Prestasi Belajar Matematika
Adapun perhitungan daya pembeda instrumen tes prestasi belajar
mengunakan rumus korelasi produk momen dari Karl Pearson. Setelah
dilakukan perhitungan ternyata dari 25 butir soal yang diuji cobakan ada
5 butir soal yang tidak dapat digunakan sebagai instrumen penelitian
karena daya beda < 0,3. Butir soal yang gugur itu adalah soal no 6, 15,
19, 23, 24 data selengkapnya tentang perhitungan daya beda uji coba tes
terdapat pada Lampiran 7.
b) Tingkat Kesukaran Instrumen Tes Prestasi Belajar Matematika
Setelah dilakukan perhitungan tingkat kesukaran tes, dapat
diketahui bahwa 3 butir soal yang tidak baik, yaitu soal nomor 15, 23,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
24. Data selengkapnya tentang perhitungan tingkat kesukaran uji coba
tes terdapat pada Lampiran 7.
Dari uji validitas isi, uji reliabilitas, daya pembeda dan tingkat
kesukaran serta pertimbangan bahwa pada setiap indikator mempunyai
beberapa soal yang sama dan agar memudahkan dalam penentuan skor
tiap butir soal maka diputuskan butir soal yang digunakan dalam
penelitian sebanyak 20 soal, sedangkan yang tidak digunakan dalam
penelitian sebanyak 5 butir soal, yaitu butir soal nomor 6, 15, 19, 23, 24.
b. Data Uji Coba Angket Motivasi Berprestasi Matematika
1) Analisis instrumen
a) Uji Validitas Angket Motivasi Berprestasi Matematika
Butir angket motivasi berprestasi matematika siswa diuji cobakan
pada kelas yang digunakan untuk uji tes belajar matematika. Adapun
jumlah butir angket yang diuji cobakan sebanyak 40 butir. Setelah
dilakukan uji validitas isi oleh validator maka semua butir angket
digunakan untuk penelitian guna mengetahui data tentang motivasi
belajar matematika siswa. Data selengkapnya mengenai validitas angket
motivasi belajar siswa terdapat pada Lampiran 9.
b) Uji Konsistensi Internal
Adapun perhitungan uji konsistensi internal angket mengunakan
rumus korelasi produk momen dari Karl Pearson. Setelah dilakukan
perhitungan ternyata dari 40 butir soal yang diuji cobakan diketahui ada
10 butir angket yang tidak dapat digunakan sebagai instrumen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
penelitian karena konsistensi internalnya < 0,30. Butir soal yang gugur
adalah soal nomor 1, 3, 4, 15, 22, 26, 29, 33, 37, 40. Data selengkapnya
tentang perhitungan konsistensi internal uji coba angket terdapat pada
Lampiran 12.
2) Analisis butir soal
a) Uji Reliabilitas
Untuk menghitung uji reliabilitas uji coba angket mengunakan
rumus Alpha dari Cronbach, dari hasil perhitungan diperoleh 0,8159514
sehingga indeks reliabilitas butir angket motivasi berprestasi siswa dapat
dikategorikan tinggi. Data selengkapnya mengenai perhitungan
konsistensi internal uji coba angket terdapat pada Lampiran 12.
Dengan memperhatikan hasil uji validitas isi, uji konsistensi
internal, uji realibilitas dan setiap indikator sudah terwakili maka butir
angket yang digunakan sebanyak 30 butir angket, sedangkan yang tidak
digunakan dalam penelitian sebanyak 10 butir angket, yaitu butir angket
nomor 1, 3, 4, 15, 22, 26, 29, 33, 37, 40.
2. Data Prestasi Belajar Matematika Siswa
Data prestasi belajar siswa untuk kelompok eksperimen I maupun
eksperimen II dapat dilihat pada Lampiran 17 dan 18.
Berdasarkan data penelitian yang dikumpulkan diketahui bahwa skor tertinggi
kelompok eksperimen I adalah 10 dan nilai terendah adalah 3 sedangkan untuk
kelompok eksperimen II, nilai tertinggi 9 dan terendah 3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Tabel 4.1 Diskripsi Data Prestasi Belajar Siswa
Kelas Ukuran Tendensi Sentral Ukuran Penyebaran Data
²伸 Mo Me Min Maks S
Eksperimen I 6,2381 6,5 6,5 3 10 1,8077
Eksperimen II 6,0200 6 6 3 9 1,4153
3. Data Motivasi Siswa
Data tentang motivasi berprestasi siswa dapat diperoleh dari angket
tentang motivasi berprestasi siswa khususnya mata pelajaran matematika yang
diberikan kepada siswa kelas IV pada masing-masing kelompok eksperimen I
dan eksperimen II pada enam sekolah yang digunakan untuk penelitian. Setelah
angket disebarkan dan dihitung skornya selanjutnya data tersebut
dikelompokkan kedalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah.
Tabel 4.2 Diskripsi Data motivasi berprestasi Siswa
Kelas Ukuran Tendensi Sentral Ukuran Penyebaran Data
²伸 Mo Me Min Maks S
Motivasi tinggi 6,7768 6 6,5 3 9,5 1,6402
Motivasi sedang 6,1984 6,5 6,5 3 10 1,5594
Motivasi rendah 5,1905 5 5 3 8 1,2781
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Tabel 4.3 Data Motivasi Berprestasi Siswa
No Motivasi Belajar Jumlah Siswa Jumlah
Eksperimen 1 Eksperimen 2
1 Tinggi 35 21 56
2 Sedang 26 35 61
3 Rendah 23 19 42
Jumlah 84 75 159
Data motivasi berprestasi siswa selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 18 dan
19
B. Hasil Analisis Data
1. Uji Prasyarat uji keseimbangan
Sebelum eksperimen dilakukan harus dilakukan uji keseimbangan antara
kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II. Uji keseimbangan
dilakukan dengan uji t dengan menggunakan nilai kelas III semester 2.
Sebelum uji t, dilakukan uji prasyarat bagi t, yaitu uji normalitas dan uji
homogenitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian
berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Ada 2 uji
normalitas dengan mengunakan uji Lilliefors yang dilakukan yaitu:
a) Uji normalitas pada data yang terkait dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
b) Uji normalitas pada data yang terkait dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Student Team Achievement Divison (STAD).
Hasil uji normalitas disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Prasyarat Uji Keseimbangan
Populasi N 拐桂) 拐64硅癸 Keputusan
NHT 84 0,0437 0,0967 寡0diterima
STAD 75 0,0548 0,1023 寡0diterima
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sampel penelitian berasal dari
populasi yang berdistribusi normal. Untuk perhitungan selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 14 dan 15.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian
mempunyai variansi sama. Dari perhitungan diperoleh 悔2hitung = 3,3938
dan χ2tabel = 3,8410. Dengan daerah kritik �. = 走悔挠|悔挠> 3,841奏; 悔泼贫魄挠 = 3,3938 ∉ �. sehingga 寡0diterima. Untuk
perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 16.
c. Uji Keseimbangan
Dari hasil uji keseimbangan dengan uji t dengan taraf signifikan 0,05
diperoleh 6ℎ轨6 = 0,1210 sedangkan �. = 走6|6 < − 1,966锅6 > 1,96奏 maka 6ℎ轨6 ∉ �. sehingga hipotesis nol yang menyatakan bahwa kedua
kelompok mempunyai kemampuan yang sama tidak ditolak. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
2 sebelum dilakukan penelitian dalam keadaan seimbang atau kedua
kelompok mempunyai kemampuan awal yang sama. Perhitungan
selengkapnya ada pada Lampiran 17.
2. Prasyarat Uji Anava
a. Uji Normalitas prasyarat uji anava
Berikut ini adalah tabel Uji normalitas dari prestasi belajar siswa
Tabel 4.5 Hasil uji normalitas prestasi belajar matematika
L observasi L tabel Keputusan uji
Eksperimen I 0,0938 0,0967 寡跪 diterima
Eksperimen II 0,1002 0,1023 寡跪 diterima
Motivasi Tinggi 0,1094 0,1184 寡跪 diterima
Motivasi Sedang 0,0804 0,1133 寡跪 diterima
Motivasi Rendah 0,1310 0,1367 寡跪 diterima
Perhitungan selengkapnya terdapat pada Lampiran 20. Berdasarkan
keputusan uji dalam tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pengambilan
sampel berasal dari populasi berdistribusi normal baik untuk kelompok
eksperimen I, kelompok eksperimen II, kelompok motivasi tinggi,
kelompok motivasi sedang dan kelompok motivasi rendah.
b. Uji Homogenitas prasyarat uji anava
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel-sampel
dalam penelitian ini berasal dari populasi yang mempunyai variansi sama
atau populasi yang homogen. Perhitungannya mengunakan metode Bartlett.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Dari hasil perhitungan untuk model pembelajaran diperoleh �. =走÷ 挠| ÷ 挠> 3,8410奏;÷ 泼贫魄挠 = 3,3938 ∉ �. maka diketahui bahwa 寡0
diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi
yang variansinya sama atau populasinya homogen. Data selengkapnya
terdapat dalam Lampiran 19. Untuk motivasi berprestasi siswa diperoleh �. = 走悔挠|悔挠> 5,9910奏; 悔泼贫魄挠 = 2,9000 ∉ �. maka 寡0 diterima
sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang
mempunyai variansi sama. Data selengkapnya terdapat pada Lampiran 21
dan 22.
3. Hasil uji anava
Hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama dan taraf
signifikansi 0,05 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.6 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan
Sumber JK dK 观. Fobs Fα P
Model
(A)
0,1574 1 0,1574 0,1024 3,8400 >0,05
Motivasi
(B)
64,4633 2 32,2317 20,9751 3,0000 <0,05
Interaksi
(AB)
8,3564 2 4,1782 2,7190 3,0000 >0,05
Galat 235,1101 153 1,5367 - - -
Total 308,0872 158 - - - -
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Berdasarkan tabel di atas nampak bahwa:
a. Pada efek utama A (model pembelajaran), diperoleh harga statistik uji 瓜 <瓜64yaitu 0,1024 < 3,8400, maka 寡0故 diterima. Hal ini berati tidak terdapat
perbedaan prestasi belajar siswa antara kelas model pembelajaran kooperatif
tipe NHT dengan kelas model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
b. Pada efek utama B (motivasi berprestasi siswa) diperoleh harga statistik uji 瓜4 > 瓜64, yaitu 20,9751 > 3,0000, maka 寡0顾 ditolak. Hal ini berarti terdapat
perbedaan prestasi belajar matematika siswa antar kelompok motivasi tinggi,
sedang dan rendah.
c. Pada efek interaksi AB (antara baris dan kolom) diperoleh harga statistik uji 瓜4 < 瓜64 yaitu 2,7190 < 3,0000, maka 寡0故顾diterima. Hal ini berarti tidak
terdapat interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar siswa
terhadap prestasi belajar matematika.
Data tentang perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama
selengkapnya terdapat dalam Lampiran 23.
4. Hasil Uji Komparasi Ganda
Pada efek utama B (motivasi berprestasi siswa) ada tiga tingkatan yaitu
tinggi, sedang dan rendah maka perlu dilakukan uji lanjut pasca anava. Dari
hasil pengujian hipotesis kedua tentang motivasi berprestasi siswa diperoleh
kesimpulan bahwa ada perbedaan prestasi belajar siswa ditinjau dari motivasi
berprestasi siswa yang tinggi, sedang dan rendah. Ini berarti ada perbedaan
rerata setiap pasangan kolom. Sehingga untuk mengetahui perbedaan rerata
prestasi belajar matematika antara yang mempunyai motivasi tinggi, sedang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
dan rendah maka dilakukan uji lanjut pasca anava yaitu dengan uji komparasi
ganda dengan metode Scheffe’.
Uji komparasi ganda pada pasangan kategori motivasi berprestasi
diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Antara motivasi berprestasi siswa yang tinggi dengan sedang diperoleh �. = 誓瓜|瓜> 纵刽− 1邹瓜难,难ú;Êú脑嗜= 走瓜|瓜> 6,00奏 dan 瓜.1− .2 = 6,3569
sehingga 瓜跪4滚> 瓜64maka 寡0 ditolak. Hal ini berarti dengan taraf
signifikan 0,05 terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara siswa yang
mempunyai motivasi berprestasi tinggi dan sedang.
b. Antar motivasi berprestasi siswa yang tinggi dan rendah diperoleh 誓瓜|瓜>纵刽− 1邹0,05;153嗜= 走瓜|瓜> 6,00奏 dan瓜.1− .3 = 39,3014 sehingga 瓜跪4滚>瓜64 maka寡难 ditolak. Hal ini berarti dengan taraf signifikan 0,05 terdapat
perbedaan rerata yang signifikan antara siswa yang mempunyai motivasi
berprestasi tinggi dan rendah.
c. Antar motivasi berprestasi siswa yang sedang dan rendah diperoleh 誓瓜|瓜>纵刽− 1邹瓜0,05;153嗜= 走瓜|瓜> 6,00奏 dan瓜.2− .3 = 16,4431 sehingga 瓜跪4滚>瓜64 maka寡难 ditolak. Hal ini berarti dengan taraf signifikansi 0,05 terdapat
perbedaan rerata yang signifikan antara siswa yang mempunyai motivasi
berprestasi sedang dan randah.
Data selengkapnya mengenai perhitungan anava dan komparasi ada di
Lampiran 24.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan hasil penelitian pada sub bab ini adalah pembahasan
hipotesis penelitian yang terdapat pada BAB II dan hasilnya adalah sebagai
berikut:
1. Hipotesis Pertama
Dari analisis dua jalan dengan sel tak sama diperoleh 瓜 < 瓜64 yaitu
0,1024 < 3,8400, maka 寡0故 diterima. Hal ini berati tidak terdapat perbedaan
prestasi belajar siswa antara kelas model pembelajaran kooperatif tipe NHT
dengan kelas model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Jika ditinjau dari
rata-rata prestasi belajar siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe
NHT memperoleh rata-rata 6,2391 sedangkan yang mengikuti pembelajaran
kooperatif tipe STAD memperoleh rata-rata 6,0200.
Dengan demikian hipotesis pertama, yaitu pembelajaran kooperatif
tipe NHT lebih efektif dibanding pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak
terbukti kebenarannya. Hal ini juga tidak sesuai dengan kajian teori yang
menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih efektif
dibandingkan pembelajaran kooperatif tipe STAD, hal ini dikarenakan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT mengunakan penomoran sehingga
rasa tanggungjawab setiap siswa akan lebih besar dibandingkan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang tidak mengunakan
penomoran. Adapun faktor yang menyebabkan pembelajarn kooperatif tipe
NHT sama dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
a. Pada umumnya kedua model sama-sama merupakan model
pembelajaran kooperatif yang lebih berpusat pada siswa dengan
mengelompokkan siswa secara heterogen yang terdiri dari tiga sampai
lima orang sehingga setiap siswa mempunyai tanggung jawab terhadap
kelompoknya dan kemampuan awal siswa yang sama atau seimbang pada
materi bilangan, karena materi bilangan sudah diajarkan pada kelas tiga.
Adapun cara penyelesaian materi bilangan juga sebagian besar sudah
diajarkan di kelas 3. Kenyataan bahwa cara-cara yang digunakan untuk
menyelesaikan soal bilangan adalah sama menyebabkan adanya
keseragaman siswa. Artinya, meskipun siswa diberikan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT atau pembelajaran kooperatif tipe
STAD mereka mempunyai kemampuan yang sama dalam menyelesaikan
soal bilangan.
b. Dalam menyelesaikan soal-soal, para siswa pada umumnya melihat
contoh soal yang diberikan sebelumnya. Pola berpikir mereka masih
mekanistik dan strukturalis. Kenyataan ini mengakibatkan tidak adanya
perbedaan siswa yang diberikan pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan siswa yang diberikan
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2. Hipotesis Kedua
Dari hasil perhitungan anava dua jalan dengan sel tak sama diperoleh 瓜4 > 瓜64 yaitu 20,9751 > 3,0000, maka 寡0顾 ditolak. Hal ini berarti terdapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
perbedaan prestasi belajar matematika siswa antar kelompok motivasi
tinggi, sedang dan rendah.
Dengan ditolaknya 寡难批 maka harus dilanjutkan dengan uji komparasi
ganda dengan metode Schefee’. Dari hasil uji komparasi ganda diperoleh 瓜64 = 6,00 sehingga 瓜.1− .2 = 6,3569 > 瓜64, 瓜.1− .3 = 39,3014 > 瓜64, 瓜.2− .3 = 16,4431 > 瓜64. Dari hasil ini maka keputusan uji adalah:
a. Terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara siswa yang
mempunyai motivasi berprestasi tinggi dan sedang. Dari perhitungan
diperoleh bahwa rata-rata nilai tes prestasi siswa kelompok motivasi
berprestasi tinggi adalah 6,7768, rata-rata nilai tes prestasi siswa
kelompok motivasi berprestasi sedang adalah 6,1984. Kesimpulannya
adalah prestasi belajar kelompok siswa dengan motivasi berprestasi
tinggi lebih baik dibanding kelompok siswa dengan motivasi
berprestasi sedang.
b. Terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara siswa yang
mempunyai motivasi berprestasi tinggi dan rendah. Dari perhitungan
diperoleh bahwa rata-rata nilai tes prestasi siswa kelompok motivasi
berprestasi tinggi adalah 6,7768, rata-rata nilai tes prestasi siswa
kelompok motivasi rendah adalah 5,1905. Kesimpulannya adalah
prestasi belajar kelompok siswa dengan motivasi berprestasi tinggi
lebih baik dibanding kelompok siswa dengan motivasi berprestasi
rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
c. Terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara siswa yang
mempunyai motivasi berprestasi sedang dan rendah. Dari perhitungan
diperoleh bahwa rata-rata nilai tes prestasi siswa kelompok motivasi
berprestasi sedang adalah 6,1984, rata-rata nilai tes prestasi siswa
kelompok motivasi berprestasi rendah adalah 5,1905. Kesimpulannya
adalah prestasi belajar kelompok siswa dengan motivasi berprestasi
sedang lebih baik daripada kelompok siswa dengan motivasi berprestasi
rendah.
Hal ini berarti sesuai dengan tinjauan pustaka yang menyatakan
bahwa motivasi berprestasi dalam rangka belajar di sekolah, merupakan
bentuk peningkatan dari motivasi intrinsik. Dengan demikian, motivasi
berprestasi merupakan motivasi tertinggi dalam belajar dan bentuk
peningkatan dari motivasi intrinsik. Siswa yang mempunyai motivasi
berprestasi tinggi dalam belajar tidak akan cepat merasa puas dengan apa
yang dicapainya. Proses belajarpun dilalui oleh siswa dengan suasana yang
menyenangkan karena siswa beraktivitas dengan tinggi baik mental, fisik,
sosial maupun emosinya. Sedangkan bagi siswa yang rendah motivasi
berprestasinya tidak demikian halnya. Didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Maryono yang menyatakan siswa dengan motivasi belajar
tinggi akan mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa
dengan prestasi belajar sedang dan rendah, dan siswa dengan motivasi
belajar sedang akan mempunyai prestasi belajar yang lebih baik
dibandingkan siswa dengan motivasi belajar rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
3. Hipotesis Ketiga
Dari analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh 瓜故顾< 瓜64 yaitu 2,7190 < 3,0000, maka 寡0故顾diterima. Hal ini berarti tidak
terdapat interaksi antara model pembelajaran dan motivasi berprestasi siswa
pada prestasi belajar matematika, sehingga perbandingan sel antar baris
dalam satu kolom maupun perbandingan antar kolom dalam satu baris
mengikuti perlakuan yang ada pada induknya yaitu efek utama A (model
pembelajaran) maupun efek utama B (motivasi berprestasi siswa)
Dengan mengikuti kesimpulan pada hipotesis 1 dan hipotesis 2 maka
keputusan uji yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
a. Prestasi berprestasi kelompok siswa yang mempunyai motivasi
berprestasi tinggi lebih baik dibanding prestasi belajar siswa yang
mempunyai motivasi berprestasi sedang dengan mengunakan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT
b. Prestasi belajar kelompok siswa yang mempunyai motivasi berprestasi
tinggi lebih baik daripada prestasi belajar siswa yang mempunyai
motivasi berprestasi rendah dengan mengunakan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT
c. Prestasi belajar kelompok siswa yang mempunyai motivasi berprestasi
sedang lebih baik daripada prestasi belajar siswa yang mempunyai
motivasi berprestasi rendah dengan mengunakan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Hal ini sesuai dengan kajian teori siswa dengan motivasi berprestasi
tinggi akan mempunyai sifat: tekun, rajin ulet, ingin mendalami materi dan
ingin mencapai prestasi yang lebih baik dan pada pembelajaran kooperatif
tipe NHT lebih menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada siswa
dan setiap siswa diberi nomor agar mempunyai sifat tanggungjawab maka
siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi akan mempunyai prestasi
yang lebih baik daripada anak yang mempunyai motivasi berprestasi sedang
dan rendah.
4. Hipotesis Keempat
Dari analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh 瓜故顾< 瓜64 yaitu 2,7190 < 3,0000, maka 寡0故顾diterima. Hal ini berarti tidak
terdapat interaksi antara model pembelajaran dan motivasi berprestasi siswa
pada prestasi belajar matematika, sehingga perbandingan sel antar baris
dalam satu kolom maupun perbandingan antar kolom dalam satu baris
mengikuti perlakuan yang ada pada induknya yaitu efek utama A (model
pembelajaran) maupun efek utma B (motivasi berprestasi siswa)
Dengan mengikuti kesimpulan pada hipotesis 1 dan hipotesis 2 maka
keputusan uji yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
a. Prestasi belajar kelompok siswa yang mempunyai motivasi berprestasi
tinggi lebih baik dibanding prestasi belajar siswa yang mempunyai
motivasi berprestasi sedang dengan mengunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
b. Prestasi belajar kelompok siswa yang mempunyai motivasi berprestasi
tinggi lebih baik dibanding prestasi belajar siswa yang mempunyai
motivasi berprestasi rendah dengan mengunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
c. Prestasi belajar kelompok siswa yang mempunyai motivasi berprestasi
sedang lebih baik dibanding prestasi belajar siswa yang mempunyai
motivasi berprestasi rendah dengan mengunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Wasriah yang
menyatakan bahwa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa
dengan motivasi belajar tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik
prestasi belajarnyadibanding dengan siswa dengan motivasi belajar tinggi
dan sedang, serta siswa dengan motivasi belajar sedang mempunyai prestasi
belajar yang lebih baik dibanding siswa dengan prestasi belajar rendah.
5. Hipotesis Kelima
Dari analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh 瓜4 < 瓜64 yaitu 2,7190 < 3,0000, maka 寡0故顾diterima. Hal ini berarti tidak
terdapat interaksi antara model pembelajaran dan motivasi berprestasi siswa
pada prestasi belajar matematika, sehingga perbandingan sel antar baris
dalam satu kolom maupun perbandingan antar kolom dalam satu baris
mengikuti perlakuan yang ada pada induknya yaitu efek utama A (model
pembelajaran) maupun efek utama B (motivasi berprestasi siswa)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Dengan mengikuti kesimpulan pada hipotesis 1 dan hipotesis 2 maka
keputusan uji yang dapat diambil adalah: pada kelompok siswa yang
mempunyai motivasi berprestasi tinggi dan sedang penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT memberikan prestasi belajar sama
baiknya dibandingkan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD. Dengan demikian hipotesis kelima yaitu pada kelompok siswa yang
mempunyai motivasi belajar tinggi dan sedang penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT memberikan prestasi belajar lebih baik
dibandingkan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak
terbukti kebenarannya. Adapun faktor yang menyebabkan pembelajaran
kooperatif tipe NHT sama baik dibandingkan pembelajaran kooperatif tipe
STAD telah dipaparkan pada hipotesis pertama, Sedangkan untuk motivasi
berprestasi rendah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
memberikan prestasi belajar sama baik dibandingkan penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD terbukti kebenarannya.
Hal ini berarti juga tidak sesuai dengan kajian teori yang menyatakan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT mengunakan penomoran sehingga
setiap siswa mempunyai tanggungjawab terhadap kelompoknya sehingga siswa
yang mempunyai motivasi belajar tinggi dan sedang akan lebih aktif untuk
memahami materi sehingga prestasi belajarnya juga akan lebih baik, sedangkan
untuk motivasi berprestasi rendah sesuai dengan kajian teori karena model
pembelajaran kooperatif tipe NHT mengunakan penomoran sehingga setiap
siswa mempunyai tanggungjawab terhadap kelompoknya sehingga siswa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
mempunyai motivasi berprestasi rendah akan terpengaruh oleh teman yang lain
untuk memahami materi sehingga prestasi belajarnya mengunakan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT maupun mengunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD sama baiknya.
D. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan pada penelitian ini dapat diungkap sebagai berikut:
1. Data prestasi belajar yang digunakan untuk membahas prestasi belajar
matematika bagi siswa yang diberi pengajaran dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD hanya
terbatas pada pokok bahasan bilangan untuk penyempurnaan lebih lanjut
penelitian ini perlu diujicobakan pada pokok bahasan yang lain.
2. Pada uji keseimbangan peneliti hanya mengambil data dari nilai ujian akhir
semester. Sebaiknya, untuk menyempurnakan lebih lanjut pada penelitian ini
perlu dikembangkan instrumen tersendiri agar data yang diperoleh untuk
mengetahui keseimbangan kemampuan kedua kelompok sebelum eksperimen
dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan landasan teori dan didukung adanya analisis serta mengacu
pada perumusan masalah yang diuraikan di depan, maka dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT) sama dengan prestasi belajar siswa
dengan mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team
Achievement Division (STAD).
2. Prestasi belajar matematika siswa dengan motivasi berprestasi tinggi
lebih baik dibanding siswa dengan motivasi berprestasi sedang. Siswa
dengan motivasi berprestasi sedang mempunyai prestasi belajar
matematika yang lebih baik dibanding siswa dengan motivasi
berprestasi rendah. Siswa dengan motivasi berprestasi tinggi
mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibanding
siswa dengan motivasi berprestasi rendah.
3. Pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT Prestasi belajar
matematika siswa dengan motivasi berprestasi tinggi lebih baik
dibanding siswa dengan motivasi berprestasi sedang. Siswa dengan
motivasi berprestasi sedang mempunyai prestasi belajar matematika
yang lebih baik dibanding siswa dengan motivasi berprestasi rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Siswa dengan motivasi berprestasi tinggi mempunyai prestasi belajar
matematika yang lebih baik dibanding siswa dengan motivasi
berprestasi rendah.
4. Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD Prestasi belajar
matematika siswa dengan motivasi berprestasi tinggi lebih baik
dibanding siswa dengan motivasi berprestasi sedang. Siswa denga
motivasi berprestasi sedang mempunyai prestasi belajar matematika
yang lebih baik dibanding siswa dengan motivasi berprestasi rendah.
Siswa dengan motivasi berprestasi tinggi mempunyai prestasi belajar
matematika yang lebih baik dibanding siswa dengan motivasi
berprestasi rendah.
5. Pada siswa dengan motivasi berprestasi tinggi, sedang dan rendah
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT memberikan
prestasi yang sama baik dengan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD.
B. Implikasi
1. Implikasi Teoritis
Implikasi teoritis dari kesimpulan penelitian ini dapat digunakan
sebagai salah satu acuan untuk mengembangkan pembelajaran yang lebih
menarik dan inovatif serta untuk memperluas pengetahuan mengenai
factor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa,
khususnya yang berkaitan dengan pengunaan model-model pembelajaran
kooperatif yang tepat untuk dapat diterapkan di kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Faktor yang menentukan prestasi belajar siswa salah satunya
adalah motivasi siswa. Penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa motivasi
siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa sehingga dapat dijadikan
pedoman dalam memahami karakteristik siswa khususnya motivasi
berprestasi.
2. Implikasi praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan khusus bagi
pendidik dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. Guru dapat
memilih model pembelajaran yang lebih efektif dan efisien yang sesuai
dengan pokok bahasan pembelajaran kooperatif dengan memperhatikan
faktor-faktor yang mungkin ikut berpengaruh terhadap proses
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar matematika
siswa. Misalnya memahami karakteristik siswa yang bermacam-macam.
C. Saran
Dalam rangka turut mengembangkan pemikiran tentang
peningkatan prestasi belajar matematika siswa dan berdasarkan implikasi
hasil penelitian di atas maka disarankan:
1. Bagi pemegang kebijakan dalam pendidikan
Seorang pemegang kebijakan dalam bidang pendidikan, diharapkan dapat
lebih intensif dalam memantau dan mengarahkan unsur-unsur yang terkait
dalam bidang pendidikan, terutama para guru sebagai ujung tombak
keberhasilan pendidikan. Seorang guru perlu dipacu untuk senantiasa
meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan proses pembelajaran,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
hal ini dapat dicapai jika pemegang kebijakan pendidikan sering mengajak
guru mengenal lebih luas tentang model pembelajaran yang tepat dan
dapat digunakan melalui pelatihan-pelatihan secara rutin dan
berkesinambungan.
2. Bagi siswa:
a. Sebaiknya siswa melakukan persiapan belajar lebih baik dalam
mengikuti pelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
maupun STAD.
b. Sebaiknya siswa selalu aktif dan bersungguh-sungguh dalam
mengikuti pelajaran.
c. Sebaiknya siswa selalu kompak dan bisa bekerja sama serta tidak
sungkan bertanya jika ada kesukaran materi.
3. Bagi Guru
a. Seorang guru diharapkan dapat meningkatkan pemahamannya tentang
model pembelajaran yang semakin berkembang, sehingga guru dapat
memilih model pembelajaran yang tepat dalam proses
pembelajarannya.
b. Seorang guru hendaknya memperhatikan aspek-aspek yang dapat
meningkatkan keberhasilan siswa dalam belajar salah satunya aspek
motivasi berprestasi yang dimiliki oleh siswa. Ada baiknya seorang
guru mengetahui motivasi berprestasi yang dimiliki siswa sebelum
pembelajaran sehingga dapat mengoptimalkan kemampuan yang
dimiliki oleh siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
c. Seorang guru hendaknya dapat membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran dengan baik sebelum pelaksanaan pembelajaran,
sehingga pembelajaran yang berlangsung akan lebih terarah dan
mencapai tujuan yang ditetapkan.
4. Saran bagi peneliti/calon peneliti
Diharapkan dapat mengembangkan hasil penelitian ini dalam lingkup
yang lebih luas. Penulis berharap, para peneliti/calon peneliti dapat
meneruskan atau mengembangkan penelitian ini untuk variabel-
variabel lain yang sejenis atau model pembelajaran yang lebih
inovatif, sehingga dapat menambah wawasan dan dapat lebih
meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya dan pendidikan pada
umumnya.
Recommended