View
5
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
Metalurgi (2020) 2: 75 - 82
www.ejurnalmaterialmetalurgi.com
PENGARUH ANNEALING TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR
MIKRO BAJA TAHAN KARAT AISI 410-3MO-3Ni
Vinda Puspasari*a, Mukhlis Agung Prasetyo
a, Januarius Velix Ta’an Hala
b, Mochammad
Syaiful Anwara, Satrio Herbirowo
a, Efendi Mabruri
a aPusat Penelitian Metalurgi dan Material-LIPI
Gedung 470, Kawasan Puspiptek Serpong, Indonesia 15310 bSekolah Tinggi Teknik-PLN
Jl. Lkr. Luar Barat, RT.1/ RW.1, Duri Kosambi, DKI Jakarta
*E-mail: vindapuspa13@gmail.com
Masuk Tanggal :07-07-2020, revisi tanggal:21-09-2020, diterima untuk diterbitkan tanggal : 21-10-2020
Abstrak Baja tahan karat AISI 410 merupakan baja martensitik yang penggunaannya sangat terbatas jika dibandingkan
dengan baja tahan karat austenitik dan feritik. Baja martensitik memiliki peranan penting untuk komponen tertentu
dikarenakan kombinasi kekuatan, ketangguhan dan ketahanan korosi yang sangat baik. Namun, setelah proses
tempa, baja martensitik cenderung mengalami penurunan sifat mekanik dan struktur mikro. Pada penelitian ini, sifat
mekanik dan mikrostruktur dari material baja tahan karat AISI 410-3Mo-3Ni hasil tempa setelah mendapat
perlakuan panas annealing akan dipelajari. Annealing bertujuan untuk menurunkan kekerasan material dan
meningkatkan kehalusan butir dari material. Perlakuan panas annealing dilakukan dengan variasi temperatur dan
waktu annealing. Variasi temperatur annealing yaitu 700, 760, 800, 850, dan 900 °C. Variasi waktu annealing yaitu
3 jam dan 6 jam. Pengaruh waktu dan temperatur annealing akan dipelajari terhadap kekerasan yang dianalisis
secara statistik dan struktur mikro material baja tahan karat AISI 410-3Mo-3Ni. Kekerasan yang paling optimum
adalah baja tahan karat AISI 410-3Mo-3Ni dengan perlakuan panas annealing pada T = 760 °C selama 6 jam yaitu
35,9 HRC. Mikrostruktur yang dihasilkan oleh material AISI 410 yang telah mengalami perlakuan panas annealing
secara umum yaitu fasa delta ferit, martensit, austenit, dan karbida yang dapat mempengaruhi sifat mekanik.
Kata Kunci: Baja tahan karat AISI 410-3Mo-3Ni, annealing, delta ferit, martensit, austenit, karbida
Abstract AISI 410-3Mo-3Ni stainless steel is martensitic steel, which is limited in use compared to austenitic and ferritic
stainless steel. Martensitic steel plays an important role in specific components due to the combination of hardness,
strength, and excellent corrosion resistance. However, after the forging process, martensitic steel appears to
decrease in mechanical properties and microstructure. In this study, the mechanical properties and microstructure
of the AISI 410 forged after annealing heat treatment will be studied. Annealing helps to minimize material hardness
and improve material refinement of grain. The annealing heat treatment is done by adjusting the annealing
temperature and time. The temperature ranges are 700, 760, 800, 850, and 900 °C. The annealing time variation is
3 hours and 6 hours. The effect of the annealing time and temperature on the AISI 410 modified material's hardness
and microstructure will be studied. The optimum hardness is 35.9 HRC in AISI 410 material with annealing
treatment at 760 ° C for 6 hours. The microstructure on that condition showed the delta ferrite, martensite,
austenite, and carbide affected the material hardness after annealing.
Keywords: AISI 410 stainless steel, annealing, delta ferrite, martensite, austenite, carbide.
76 | Metalurgi, V. 35.2.2020, P-ISSN 0126-3188, E-ISSN 2443-3926/ 75-82
1. PENDAHULUAN Baja austenik dan baja feritik merupakan
contoh baja yang aplikasinya sangat luas dalam
industri dan kehidupan sehari-hari dibanding baja
martensitik [1]. Baja martensitik dengan
kandungan unsur Cr 12-17% massa dan kadar
karbon 0,15-1% massa memiliki aplikasi
kompetitif dalam industri dikarenakan memiliki
kombinasi kekuatan, ketangguhan dan ketahanan
korosi yang baik [2]. Baja martensitik dengan
kadar karbon yang tinggi sangat rentan
mengalami retak saat dilakukan pengelasan
maupun proses pembentukan lainnya [3]. BTK
(baja tahan karat) martensitik AISI 410 banyak
digunakan untuk komponen blade pada aplikasi
sistem turbin uap [4].
Kegagalan yang umum terjadi pada
komponen ini dikarenakan retakan yang terjadi
akibat interaksi antara tegangan yang tinggi dan
lingkungan korosif pada sistem turbin [5]. Oleh
karena itu, modifikasi unsur kimia dan perubahan
struktur mikro baja melalui perlakuan panas
diharapkan dapat meminimalisir kegagalan
material BTK AISI 410 pada aplikasi turbine
blade [6]. Modifikasi unsur kimia pada baja
martensitik AISI 410 menjadi AISI 410-3Mo-3Ni
dilakukan dengan penambahan unsur Ni dan Mo
yang bertujuan untuk meningkatkan keuletan
material, meningkatkan kekuatan tarik,
meningkatkan ketahanan korosi pitting
dibandingkan dengan material BTK AISI 410
pada umumnya [7].
Perlakuan panas yang biasa dilakukan pada
baja martensitik yaitu austenizing, annealing,
tempering, dan quenching [8]. Proses manufaktur
pada material AISI 410 untuk komponen sudu
turbin (turbine blade) umumnya melibatkan
proses tempa yang dapat menurunkan sifat
mekanik dan struktur mikronya sehingga mudah
mengalami aus pada aplikasi sudu turbin. Oleh
karena itu, pentingnya memilih proses perlakuan
panas untuk mendapatkan sifat mekanik yang
optimal [9].
Annealing merupakan perlakuan panas yang
cocok untuk menurunkan kekerasan material dan
membuat butir bebas dari tegangan sisa pada baja
martensitik AISI 410-3Mo-3Ni sehingga dapat
meminimalisir kemungkinan aus saat proses
penggunaan komponen sudu turbin [10].
Annealing dilakukan dengan memanaskan
material pada temperatur tertentu kemudian
didinginkan di dalam tungku [11]. Selain itu hal
penting dalam proses annealing adalah parameter
annealing yang bergantung pada komposisi kimia
[12]. Ketika komposisi kimia telah berubah,
proses annealing harus disesuaikan dengan
perubahan komposisi kimia [13].
Penelitian ini bertujuan untuk mencari
optimasi sifat mekanik melalui perolehan nilai
kekerasan dan morfologi struktur pada BTK
AISI 410-3Ni-3Mo dengan perlakuan panas
annealing.
As forged baja
AISI 410-3Mo-3Ni
Uji Komposisi
kimia dengan OES
Preparasi sampel untuk
proses Heat treatment
Baja As-Forged Annealing
Variasi suhu dan
waktu annealing
Uji Sifat Keras
Karakterisasi
Struktur Mikro
Analisis data dan
kesimpulan
Gambar 1. Diagram alir proses annealing pada BTK AISI
410-3Mo-3Ni
2. PROSEDUR PERCOBAAN Penelitian ini menggunakan BTK (baja tahan
karat) AISI 410-3Ni-3Mo hasil proses tempa.
BTK AISI 410 terlebih dahulu dikarakterisasi
unsur kimianya menggunakan OES (optical
emission spectroscopy). Setelah itu, dilakukan
pemotongan BTK AISI 410-3Mo-3Ni dengan
ukuran 2 cm x 2 cm untuk kemudian dilakukan
perlakuan panas annealing dengan variasi
temperatur dan waktu yang digunakan (Gambar
1).
Tabel 1. Variasi temperatur dan waktu annealing pada
BTK AISI 410-3Ni-3Mo
Nama Sampel Variasi T dan waktu
annealing
A700 3 700°C – 3 jam
A700 6 700°C – 6 jam
A760 3 760°C – 3 jam A760 6 760°C – 6 jam A800 3 800°C – 3 jam A800 6 800°C – 6 jam
Pengaruh Annealing terhadap Kekerasan dan Struktur Mikro../ Vinda Puspasari| 77
Variasi temperatur dan waktu annealing
BTK AISI 410-3Ni-3Mo yang digunakan dalam
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.
BTK AISI 410-3Ni-3Mo hasil tempa (as-
forged) juga dilakukan karakterisasi sebagai
material pembanding. BTK AISI 410-3Mo-3Ni
hasil proses annealing kemudian diuji keras
dengan menggunakan metode Rockwell tipe C
pada 5 titik, lalu dilakukan analisis secara
kuantitatif menggunakan metode ANOVA untuk
mengetahui pengaruh variabel yang sangat
signifikan terhadap sifat mekanik. Uji normalitas
dilakukan terhadap data primer nilai kekerasan
sebanyak 5 titik pengujian pada tiap sampel
menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov dan
metode Shapiro-Walk [14]-[15].
Pengujian kekerasan bertujuan untuk
mengetahui pengaruh perlakuan panas annealing
terhadap kekerasan yang dihasilkan. Pengamatan
struktur mikro dilakukan pada material BTK
AISI 410-3Mo-3Ni hasil annealing dengan
menggunakan mikroskop optik. Spesimen
diampelas dengan kertas ampelas grid 600, 800,
1000 dan 1200, kemudian dipoles dengan pasta
alumina 5µm hingga 0,1µm sampai permukaan
mengkilap. BTK AISI 410-3Mo-3Ni kemudian
dietsa dengan menggunakan etsa Kalling reagent
(5 gr CuCl2, 100 mL HCl, dan 100 mL etanol).
Pengukuran butir dilakukan menggunakan
software ImageJ dengan metode line intercept.
Pengukuran butir dilakukan pada struktur mikro
matriks BTK AISI 410-3Mo-3Ni yang diambil
menggunakan mikroskop optik. Perhitungan
dilakukan sebanyak 3 kali perhitungan dan
diambil nilai rata-rata. Rumus yang digunakan
untuk pengukuran ukuran butir yaitu [16]:
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Pengujian Komposisi Kimia
Tabel 2 menunjukkan komposisi kimia BTK
(baja tahan karat) AISI 410-3Ni-3Mo hasil uji
OES (optical emission spectroscopy).
Tabel 2. Komposisi unsur BTK AISI 410-3Mo-3Ni hasil
tempa
Unsur %Massa Unsur %Massa
C 0,03 Cr 12,8
S 0,012 Mo 0,002
P 0,0162 Ni 0,155
Si 0,68 Fe Balance
Mn 0,34
BTK ini memiliki kadar karbon yang rendah
yaitu 0,03% serta paduan yang tinggi karena
mengandung lebih dari 10% unsur paduan yang
meliputi unsur paduan utama yaitu Cr, Mn, dan
Ni. Adanya unsur Cr sebesar 12,8% dan Ni
sebesar 0,155% dapat meningkatkan ketahanan
korosi BTK AISI 410-3Mo-3Ni.
3.2 Hasil Uji Keras
Pengujian kekerasan dilakukan untuk
mengetahui pengaruh annealing terhadap
kekerasan baja tahan karat AISI 410-3Mo-3Ni.
Tabel 3. Uji normalitas hasil uji keras pada setiap variabel
dengan metode Kolgomorov-Smirnov
Note: *. This is a lower bound of the true significance
a. Lilliefors Significance Correction
Tabel 3 menunjukkan hasil uji normalitas pada
nilai kekerasan pada setiap variabel dengan 5 titik
pengujian menggunakan metode Kolmogorov-
Smirnov [14]-[15].
Tabel 4. Uji normalitas hasil uji keras pada setiap variabel
dengan metode Shapiro-Wilk
Note: *. This is a lower bound of the true significance
b. Lilliefors Significance Correction
Tabel 4 menunjukkan hasil uji normalitas
pada nilai kekerasan pada setiap variabel dengan
5 titik pengujian menggunakan metode Shapiro-
Wilk. Data uji normalitas dari data primer nilai
kekerasan menggunakan metode Kolmogorov-
Smirnov dan Shapiro-Wilk [14]-[15]
menunjukkan bahwa nilai signifikansi
keseluruhan lebih besar dari 0,05 sigma maka
Kolmogorov-Smirnov
Kekerasan
Perlakuan Statistik df Sig.
A700 3 0,214 5 0,200*
A700 6 0,227 5 0,200*
A760 3 0,179 5 0,200*
A760 6 0,221 5 0,200*
A800 3 0,136 5 0,200*
A800 6 0,238 5 0,200*
Shapiro-Wilk
Kekerasan
Perlakuan Statistik df Sig.
A700 3 0,903 5 0,424
A700 6 0,910 5 0,468
A760 3 0,962 5 0,823
A760 6 0,915 5 0,501
A800 3 0,989 5 0,976
A800 6 0,900 5 0,410
78 | Metalurgi, V. 35.2.2020, P-ISSN 0126-3188, E-ISSN 2443-3926/ 75-82
dapat dikatakan data hasil uji kekerasan
terdistribusi normal.
Gambar 2. Grafik kekerasan permukaan BTK AISI 410-
3Mo-3Ni dengan variasi temperatur dan waktu annealing
Gambar 2 menunjukkan nilai kekerasan
tertinggi dicapai oleh BTK AISI 410-3Mo-3Ni
dengan kode A800 6 yaitu sebesar 40,4 HRC.
Semakin rendah temperatur annealing, material
semakin ulet yang terlihat dari grafik kekerasan
yang semakin menurun. Kekerasan paling rendah
didapatkan pada BTK AISI 410-3Mo-3Ni dengan
kode A700 6 yaitu sebesar 35,9 HRC. Kekerasan
ini sudah optimal jika dibanding kekerasan BTK
AISI 410-3Mo-3Ni as-forged yang memiliki nilai
51,56 HRC. Annealing dilakukan untuk
mendapatkan nilai kekerasan material yang
optimal sesuai standar baja konstruksi karena
dengan kekerasan yang menurun, maka sifat
keuletan akan meningkat seiring dengan
transformasi strukturnya [17].
Sebelum melakukan analisis one-way
ANOVA, susunan hipotesa untuk model ini
yaitu:
-Hipotesa awal (H0) = ditetapkan faktor
berpengaruh signifikan terhadap kekerasan
-Hipotesis alternatif (H1) = ditetapkan penolakan
terhadap H0
-H0 ditolak jika P > α atau apabila nilai F
melebihi nilai F α, df-num, df-den
Tabel 4. Analisis kuantitatif one-way ANOVA dari hasil uji
kekerasan pada setiap variabel
Dari hasil analisis data kekerasan
menggunakan one-way ANOVA dapat dilihat
bahwa nilai Sig < α (0,05) yang berarti
membuktikan hipotesis awal (H0) dapat diterima.
Dengan demikian variabel perlakuan panas
mencakup temperatur dan waktu annealing
berpengaruh secara signifikan terhadap kekerasan
BTK AISI 410-3Mo-3Ni.
3.3 Analisis Struktur Mikro
Struktur mikro yang dihasilkan setelah
proses annealing dapat mempengaruhi sifat
mekanik BTK AISI 410-3Ni-3Mo.
Gambar 3. Struktur mikro BTK AISI 410-3Mo-3Ni hasil
tempa (as-forged). Etsa Kalling reagent
Gambar 3 menunjukkan struktur mikro BTK
AISI 410-3Mo-3Ni hasil tempa tanpa perlakuan
annealing dengan fasa yang terbentu adalah fasa
ferit dan fasa austenit.
Gambar 4. Struktur mikro BTK AISI 410-3Mo-3Ni dengan
mikroskop optik setelah annealing pada T=700 °C selama 3
jam. Etsa Kalling reagent
Secara umum fasa BTK AISI 410-3Mo-3Ni
yaitu delta ferit, austenit, martesit, dan karbida
[18]. Gambat 4 menunjukkan fasa delta ferit yang
berbentuk seperti pulau kecil berwarna putih
yang tersebar merata hampir di seluruh area
dengan luas area rata-rata yaitu 161 µm2. Fasa
karbida ditunjukkan oleh titik berwarna hitam,
dan fasa fine martensite yang terlihat seperti
jarum berwarna hitam. Karbida Cr23C6 terjadi
Kekerasan Jumlah df Rata-
rata
F Sig.
Antar
grup 74,835 5 14,967 135,857 0,00001
Dalam
grup 2,644 24 0,110
Total 77,479 29
austenit
martensit
delta ferit
Pengaruh Annealing terhadap Kekerasan dan Struktur Mikro../ Vinda Puspasari| 79
karena proses solution-annealed pada temperatur
500-900 °C [19].
Gambar 5. Struktur mikro BTK AISI 410-3Mo-3Ni dengan
mikroskop optik setelah annealing pada T=700 °C selama 6
jam. Etsa Kalling reagent
Gambar 5 menunjukkan butir matriks
memiliki ukuran yang lebih besar dibanding
Gambar 4 yaitu 42 µm (dapat dilihat pada
Gambar 10). Fasa austenit terlihat lebih jelas
dibanding Gambar 4. Fasa martensit terlihat lebih
jelas berbentuk lath berwarna hitam. Adanya fasa
delta ferit yang memiliki butir besar dengan luas
area rata-rata yaitu 236,6 µm2 mengakibatkan
BTK AISI 410-3Mo-3Ni menurun kekerasannya
[6].
Gambar 6. Struktur mikro BTK AISI 410-3Mo-3Ni dengan
mikroskop optik setelah annealing pada T=760°C selama 3
jam. Etsa Kalling reagent
Gambar 6 menunjukkan fasa delta ferit yang
terlihat lebih jelas namun lebih kecil
dibandingkan fasa yang terbentuk pada BTK
AISI 410-3Mo-3Ni setelah annealing pada T =
700 °C, luas area rata-rata fasa delta ferit yaitu
138,7 µm2 yang tersebar merata hampir di seluruh
area. Fasa delta ferit dapat dilihat seperti pulau
kecil yang berwarna terang membentuk struktur
spheroidal. Fasa delta ferit memiliki sifat
memicu nukleasi dan penggabungan microvoid
dan dapat menimbulkan fracture pada material
yang terekspos temperatur tinggi [20]. Oleh
karena itu, fasa delta ferit sangat dibatasi
jumlahnya agar sifat mekanik dari material dapat
dikontrol dengan baik [21].
Gambar 7. Struktur mikro BTK AISI 410-3Mo-3Ni dengan
mikroskop optik setelah annealing pada 760 °C selama 6
jam. Etsa Kalling reagent
Martensit terlihat lebih jelas pada Gambar 7
berbentuk fine lath martensite serta fasa delta
ferit yang terlihat berbentuk struktur platelet dan
jumlahnya lebih sedikit dibanding Gambar 6. Hal
ini dikarenakan berubahnya struktur spheroidal
dari delta ferit menjadi struktur platelet dan
jumlahnya semakin berkurang karena fasa ini
menghilang dan larut seiring dengan waktu
holding anneling yang meningkat [22]. Selain itu,
peningkatan waktu annealing juga meningkatkan
ukuran butir yang ditunjukkan pada Gambar 10.
BTK AISI 410-3Mo-3Ni yang diproses
annealing pada temperatur 760 °C selama 6 jam
memiliki butir yang lebih besar dibanding BTK
AISI 410-3Mo-3Ni yang diproses annealing pada
temperatur 760 °C selama 3 jam.
Gambar 8. Struktur mikro BTK AISI 410-3Mo-3Ni dengan
mikroskop optik setelah annealing pada 800 °C selama 3
jam. Etsa Kalling reagent
Gambar 8 menunjukkan fasa delta ferit, lath
martensit, dan fine martensit serta karbida.
Terlihat fasa delta ferit semakin berkurang dan
fasa lath martensit semakin bertambah. Hal ini
juga ditunjukkan dengan peningkatan kekerasan.
austenit
delta ferit
karbida
80 | Metalurgi, V. 35.2.2020, P-ISSN 0126-3188, E-ISSN 2443-3926/ 75-82
Gambar 9. Struktur mikro BTK AISI 410-3Mo-3Ni dengan
mikroskop optik setelah annealing pada 800 °C selama 6
jam. Etsa Kalling reagent
Gambar 9 menunjukkan fasa delta ferit yang
terlihat sangat sedikit dikarenakan pembentukan
fasa karbida sangat dominan dan fasa delta ferit
juga terlarut seiring peningkatan temperatur
annealing [22]. Fasa karbida terbentuk pada
temperatur 500-950 °C dan laju pembentukan
fasa karbida semakin cepat seiring penambahan
temperatur [23]. Karbida akan larut pada
temperatur di atas 1100 °C. Karbida membuat
kekerasan BTK AISI 410-3Mo-3Ni meningkat.
Hal ini yang menyebabkan kekerasan BTK AISI
410-3Mo-3Ni pada temperatur dan waktu
annealing ini paling tinggi di antara baja dengan
perlakuan panas annealing lainnya.
3.4 Analisa Pengaruh Temperatur dan
Waktu Annealing terhadap Ukuran Butir
Matriks
Gambar 10 menunjukkan pengaruh
perlakuan panas annealing terhadap ukuran butir
yang dihasilkan pada material BTK AISI 410-
3Mo-3Ni.
Gambar 10. Pengaruh perlakuan panas annealing terhadap
ukuran butir pada material BTK AISI 410-3Mo-3Ni
Ukuran butir pada BTK AISI 410-3Mo-3Ni
dengan kode perlakuan A7006 memiliki nilai
yang lebih besar dibanding material dengan kode
perlakuan A7003. Hal ini membuat nilai
kekerasannya lebih rendah dari baja AISI 410-
3Mo-3Ni kode perlakuan A700 3 dikarenakan
adanya fasa delta ferit yang berukuran lebih besar
(dapat dilihat pada Gambar 5) sehingga
menurunkan nilai kekerasan.
Dapat dilihat bahwa ukuran butir yang
paling besar senilai 44,6 µm adalah BTK AISI
410 dengan kode perlakuan A760 6
menggunakan perlakuan panas annealing pada
temperatur 760 °C selama 6 jam. Kekerasan
material ini yaitu sebesar 36,32 HRC. Kekerasan
yang tinggi dipengaruhi oleh banyaknya fasa fine
lath martensit dan minimnya fasa delta ferit pada
material ini. Ukuran butir yang paling kecil yaitu
BTK AISI 410 dengan kode perlakuan A760 3
yaitu sebesar 23,44 µm yang memiliki kekerasan
sebesar 36,88 HRC. Hal ini menunjukkan
semakin kecil ukuran butir maka nilai kekerasan
semakin besar dengan perlakuan panas pada
temperatur yang sama namun waktu annealing
berbeda.
BTK AISI 410-3Mo-3Ni dengan variasi
waktu annealing selama 6 jam cenderung
memiliki ukuran butir yang lebih besar dibanding
waktu annealing selama 3 jam. Hal ini
dikarenakan annealing berfungsi untuk membuat
butir menjadi lebih besar dan bebas dari tegangan
sisa sehingga membuat nilai kekerasannya lebih
rendah.
4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian pengaruh
temperatur dan waktu annealing terhadap sifat
mekanik dan struktur mikro BTK (baja tahan
karat) AISI 410-3Mo-3Ni diperoleh hasil bahwa
nilai kekerasan tertinggi terjadi pada BTK AISI-
410-3Mo-3Ni yang memperoleh perlakuan panas
annealing 800 °C selama 6 jam (A800 6) sebesar
40,4 HRC. Kekerasan paling rendah didapatkan
pada BTK AISI 410-3Mo-3Ni dengan perlakuan
annealing 700 °C selama 6 jam (A700 6) yaitu
sebesar 35,9 HRC. Hasil analisis statistik pada
data uji kekerasan menunjukkan nilai kekerasan
terdistribusi normal dan analisa one-way
ANOVA menunjukkan hipotesis awal (H0) dapat
diterima sehingga variasi temperatur dan waktu
anneling berpengaruh signifikan. Struktur mikro
yang terbentuk pada BTK AISI 410-3Mo-3Ni
dengan nilai kekerasan tertinggi adalah sedikit
fasa delta ferit, dengan dominasi fasa martensit
lath, fine martensit serta karbida.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pusat
Penelitian Metalurgi dan Material-LIPI yang
telah mendanai penelitian ini melalui DIPA tahun
2019. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah bekerja sama dari
tim peneliti maupun teknisi Baja Unggul
Pengaruh Annealing terhadap Kekerasan dan Struktur Mikro../ Vinda Puspasari| 81
Nasional Berbasis Laterit. Kontributor utama
dalam makalah ilmiah ini adalah Vinda
Puspasari.
DAFTAR PUSTAKA
[1] R. Dwisaputro, M. S. Anwar, Rusnaldy,
dan E. Mabruri, “Pengaruh perlakuan
panas baja tahan karat martensitik AISI
410 terhadap struktur mikro dan
ketahanan korosi,” Maj. Metal., vol. 33,
no. 1, pp. 19–26, 2018. Doi:
10.14203/metalurgi.v33i1.332.
[2] J. C. Ezechidelu, S. O. Enibe, D. O.
Obikwelu, P. S. Nnamchi, dan C. S.
Obayi, “Effect of heat treatment on the
microstructure and mechanical properties
of a welded AISI 410 martensitic stainless
steel,” Int. Adv. Res. J. Sci. Eng. Technol.,
vol. 3, no. 4, pp. 6–12, 2016. Doi:
10.17148/IARJSET.2016.3402.
[3] H. M. Mohammad dan F. S. Ahmed,
“Effects of heat treatment and surface
finish on the crevice corrosion resistance
of martensitic stainless steel,” Basrah J.
Eng. Sci., vol. 17, no. 2, pp. 9–17, 2017.
[4] L. Cramer, M. Steinbacher, H. W. Zoch, I.
Bösing, dan J. Thöming, “Influence of
heat treatment on the microstructure and
corrosion resistance of martensitic
stainless steel,” AIP Adv., vol. 9, p.
065317, 2019. Doi: 10.1063/1.5094615.
[5] M. A. Prasetyo, V. Puspasari, M. S.
Anwar, A. Nikitasari, and E. Mabruri,
“Mechanical properties of modified cast
martensitic stainless steel CA6NM with
addition of molybdenum and nitrogen,” in
AIP Conference Proceeding, 2020, no.
060001. doi: 10.1063/5.0004773.
[6] E. Mabruri, M. S. Anwar, S. Prifiharni, T.
B. Romijarso, dan B. Adjiantoro,
“Pengaruh Mo dan Ni terhadap struktur
mikro dan kekerasan baja tahan karat
martensitik 13 Cr,” Maj. Metal., vol. 30,
no. 3, pp. 133–140, 2015. Doi :
10.14203/metalurgi.v30i3.73.
[7] A. Nikitasari, M. A. Prasetyo, R. Riastuti,
dan E. Mabruri, “Pitting corrosion
resistance of CA6NM as geothermal
turbine blade material in simulated
artificial geothermal brine,” in IOP
Conference Series: Materials Science and
Engineering 514, 2019. Doi:
10.1088/1757-899X/541/1/012016.
[8] G. Chakraboty, C. R. Das, K. S. Albert, A.
K. Bhaduri, dan V. T. Paul, “Study on
tempering behaviour of AISI 410 stainless
steel,” Mater. Charact., 2014. Doi:
10.1016/j.matchar.2014.12.015.
[9] M. C. Tsai, C. S. Chiou, J. S. Du, dan J. R.
Yang, “Phase transformation in AISI 410
stainless steel,” Mater. Sci. Eng. A, vol.
332, pp. 1–10, 2002. Doi: 10.1016/S0921-
5093(01)01710-5.
[10] I. Calliari, M. Zanesco, M. Dabala, K.
Brunelli, dan E. Ramous, “Investigation
of microstructure and properties of a Ni –
Mo martensitic stainless steel,” Mater.
Des., vol. 29, pp. 246–250, 2008. Doi:
10.1016/j.matdes.2006.11.020.
[11] P. Rosemann, N. Kauss, C. Mu, dan T.
Halle, “Influence of solution annealing
temperature and cooling medium on
microstructure, hardness and corrosion
resistance of martensitic stainless steel
X46Cr13,” Mater. Corros., vol. 66, no. 10,
pp. 1068–1076, 2015. Doi:
10.1002/maco.201408081.
[12] E. Mabruri, Z. A Syahlan, S. Prifiharni,
dan M. S. Anwar, “Influence of
austenitizing heat treatment on the
properties of the tempered type 410-1Mo
stainless steel,” in IOP Conference Series:
Materias Science and Engineering, pp. 1–
8, 2017. Doi: 10.1088/1757-
899X/202/1/012085.
[13] A. S. Apriani, M. S. Anwar, Rusnaldy,
dan E. Mabruri, “Peningkatan ketahanan
aus pada baja tahan karat martensitik 13Cr
AISI 410 setelah proses austenisasi dan
tempering,” Maj. Metal., vol. V, no. 3, pp.
115–122, 2017.
[14] L. Monostori, V. D. Majstorovic, S. J. Hu,
dan D. Djurdjanovic, Lecturer Notes in
Mechanical Engineering. 2019.
[15] A. Królicka, K. Radwański, A.
Ambroziak, dan A. Żak, “Analysis of
grain growth and morphology of bainite in
medium-carbon spring steel,” Mater. Sci.
Eng. A, vol. 768, no. July, 2019. Doi:
10.1016/j.msea.2019.138446.
[16] ASTM E112-12, "Standard Test Methods
for Determining Average Grain Size,” in
ASTM International, 2012.
[17] M. Y. Hasbi, D. P. Malau, dan B.
Adjiantoro, “Pengaruh variasi reduksi
terhadap kekerasan dan struktur mikro
baja laterit melalui pengerolan panas,” in
Seminar Nasional Sains dan Teknologi,
pp. 1–8, 2016.
[18] M. Šebek, P. Horňak, S. Longauer, P.
Zimovčák, dan P. Záhumenský,
“Influence of annealing process on
microstructure and mechanical properties
of C-Mn dual phase steel,” Kov. Mater,
82 | Metalurgi, V. 35.2.2020, P-ISSN 0126-3188, E-ISSN 2443-3926/ 75-82
vol. 53, pp. 341–348, 2015. Doi:
10.4149/km 2015 5 341.
[19] G. F. V. Voort, G. M. Lucas, dan Buehler,
“Metallography and microstructures of
stainless steels and maraging steels,” in
ASM Handbook, Volume 9 :
Metallography and Microstructure, pp.
683–685, 2004.
[20] M. Mirzaee, A. Momeni, N. Aieni, dan H.
Keshmiri, “Effect of quenching and
tempering on microstructure and
mechanical properties of 410 and 410 Ni
martensitic stainless steels,” J. Mater.
Res., vol. 32, no. 3, pp. 687–696, 2017.
Doi: 10.1557/jmr.2016.485.
[21] L. Fu, Z. Li, H. Wang, dan A. Shan,
“Luders-like deformation induced by
delta-ferrite-assisted martensitic
transformation in a dual-phase high-
manganese steel,” Scr. Mater., vol. 67, no.
3, pp. 297–300, 2012. Doi:
10.1016/j.scriptamat.2012.05.010.
[22] P. Wang, S. P. Lu, N. M. Xiao, D. Z. Li,
dan Y. Y. Li, “Effect of delta ferrite on
impact properties of low carbon 13Cr –
4Ni martensitic stainless steel,” Mater. Sci.
Eng. A, vol. 527, no. 13–14, pp. 3210–
3216, 2010. Doi:
10.1016/j.msea.2010.01.085.
[23] A. F. Padilha, R. Lesley, dan P. R. Rios,
“Stainless steel heat treatment,” in
Materials Sciences and Technology, no.
January, Taylor and Francis Group, pp.
706–707, 2007.
Recommended