View
12
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
EVALUASI GEOMETRI JALAN ANGKUT DARI FRONT
MENUJU STOCKPILE PADA PENAMBANGAN BATUBARA
BLOK B PT. MINEMEX INDONESIA
MANDIANGIN-JAMBI
Oleh:
AGA PRIMA MIERTA
1310024427005
PRODI TEKNIK PERTAMBANGAN
YAYASAN MUHAMMAD YAMIN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI
(STTIND) PADANG
2018
EVALUASI GEOMETRI JALAN ANGKUT DARI FRONT
MENUJU STOCKPILE PADA PENAMBANGAN BATUBARA
BLOK B PT. MINEMEX INDONESIA
MANDIANGIN-JAMBI
Tugas Akhir
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh gelar Sarjana Teknik
Oleh:
AGA PRIMA MIERTA
1310024427005
PRODI TEKNIK PERTAMBANGAN
YAYASAN MUHAMMAD YAMIN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI
(STTIND) PADANG
2018
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI
Judul : Evaluasi Geometri Jalan Angkut Dari Front Menuju
Stockpile Pada Penambangan Batubara Blok B PT.
Minemex Indonesia, Mandingin Jambi
Nama : Aga Prima Mierta
Program studi : Teknik Pertambangan
Jurusan : Teknik Pertambangan
Padang, Agustus 2018
Menyutujui:
Pembimbing I, Pembimbing II,
Drs. Tamrin Kasim, MT Riam Marlina, MT
NIDN. 0010085305 NUP. 9910676467
Ketua Jurusan, Ketua STTIND Padang,
Dr. Murad MS, MT H. Riko Ervil, MT
NIDN. 007116308 NIDN. 1014057501
EVALUASI GEOMETRI JALAN ANGKUT DARI FRONT
MUNUJU STOCKPILE PADA PENAMBANGAN BATUBARA
BLOK B PT. MINEMEX INDONESIA
MANDIANGIN-AMBI
Nama : Aga PrimaMierta
NPM : 1310024427005
Pembimbing I : Drs. Tamrin Kasim, M.T.
Pembimbing II : Riam Marlina, M.T.
RINGKASAN
Fungsi utama jalan angkut secara umum adalah untuk menunjang kelancaran operasional penambangan terutama dalam kegiatan pengangkutan. Medan berat yang mungin terdapat di sepanjang jalan harus diatasi dengan mengubah rancangan jalan untuk meningkatkan keamanan dan keselamatan kerja. Untuk pencapaian Target produksi PT. Minemex Indonesia cukup besar yaitu 120.000 ton/bulan. Untuk mencapai target tersebut tentu harus didukung oleh kondisi geometri jalan angkut yang baik agar aktivitas pengangkutan berjalan lancar, aman dan terhindar dari kecelakaan kerja. Tujuan penelitian untuk mendapat geometri jalan angkut yang ideal sesuai dengan dimensi Dump Truck terbesar yang dugunakan di PT. Minemex Indonesia agar lalu lintas berjalan lancar dan terhindar dari kecelakan kerja. Berdasarkan pengamatan langsung dilapangan, geometri jalan dinilai tidak sesuai dengan ukuran alat angkut terbesar yang digunakan sehingga sering terjadi antrian kendaraan ketika berpaspasan. Berdasarkan perhitungan The American ossaciation of
state highway dan transportasion officials (AASHTO) Manual Higway Design 1793,
lebar minimum jalan angkut agar dapat dilalui dengan baik oleh dump truck Scania P380 adalah 9,1 meter untuk jalan lurus, 12.2 meter untuk lebar jalan tikungan, superelevasi dengan kemiringan 2.6° supaya alat angkut bisa melewati tikungan dengan kecepatan maksimal, kemiringan pada tanjakan akan dibuat sebesar 4.5° sehingga dump truck tidak terpaksa untuk mendaki. Berdasarkan lebar jalan yang akan dibuat cross slopenya akan dibuat yaitu 20.22 mm terhadap sisi jalan agar jalan tidak digenangi air pada jalan.
Kata Kunci: Lebar Jalan Angkut, Superelevasi, grade resisten, cross slope.
EVALUATION OF THE GEOMETRY OF THE ROAD
TRANSPORTS FROM THE FRONT TOWARDS THE
STOCKPILE IN COAL MINING BLOCKS B PT. MINEMEX
INDONESIA MANDIANGI-JAMBI
Name : Aga PrimaMierta
NPM : 1310024427005
Advisor I : Drs. Tamrin Kasim, M.T.
Advisor II : Riam Marlina, M.T.
ABSTRACT
The main function of road transport, in general, is to support the smooth operations of the mining activities, especially in transport. There may be a severe terrain along the way must be addressed by changing the design of the road to enhance the security and safety. For the achievement of the target production of PT Minemex Indonesia is quite large i.e. 120,000 tons/month. To achieve the target, of course, it should be supported by the good condition of the road geometry. In order to make the transportation activity is running smoothly, safely and avoid accidents. Based on direct observation, the geometry of the streets is assessed not according to the size of the largest transport tools used so, often the case when the vehicles passed it causing queue. Based on the calculation of The American Association of Transportation and State Highway Officials (AASHTO) Manual Highway Design 1793, the minimum width of the road transport to be traversed by a Scania dump truck P380 is 9.1 for the straight road, 12.2 meters width for the road bends, superelevation with a slope of 2.6 ° so that transport could pass the bend tool with the maximum speed, slope on the incline will be made about 4.5 ° so that the dump truck was not forced to climb. Based on the width of the road that will be made for the cross slope i.e. 20.22 mm against the side of the road so that the road was not flooded. Keywords: Road Transport Width, Superelevation, resistant grade, cross slope.
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa pencipta
seluruh alam semesta yang telah memberikan segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyusun laporan Tugas Akhir ini dengan judul, Evaluasi
Geometri Jalan Angkut Dari Front Menuju Stockpile Pada Penambangan Batubara
Blok B PT. Minemex Indonesia Mandiangin Jambi. Yang dibuat sebagai salah satu
syarat untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik, Program Studi
Teknik Pertambangan Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang.
Pada kesempatan ini saya tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak H. Riko Ervil, MT Selaku ketua Sekolah Tinggi Teknologi Industri
(STTIND) Padang.
2. Bapak Dr. Murad MS, MT. Selaku Ketua Jurusan Teknik Pertambangan
Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang.
3. Bapak Drs. Tamrin Kasim, MT. selaku pembimbing I dalam penulisan tugas
akhir ini.
4. Ibuk Riam Marlina, MT. selaku pembimbing II dalam penulisan tugas akhir ini.
5. Bapak Apriko, ST. sebagai pembimbing lapangan serta karyawan PT. Minemex
Indonesia yang terkait dalam membantu penyusunan tugas akhir ini.
6. Rekan-rekan Mahasiswa Prodi Teknik Pertambangan STTIND Padang yang
tidak bisa disebutkan namanya satu persatu.
ii
Dalam penulisan tugas akhir ini penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan,
oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari seluruh pihak demi kesempurnaan dan semoga tugas akhir ini bermanfaat
bagi kita semua.
Padang, Agustus 2018
Aga Prima Mierta
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI
RINGKASAN
ABSTRACT
KATA PENGANTAR……………………………………………………… i
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................. 2
1.3 Batasan Masalah ....................................................................... 3
1.4 Rumusan Masalah .................................................................... 3
1.5 Tujuan Penelitian ...................................................................... 3
1.6 Manfaat Penelitian .................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori ......................................................................... 5
iv
2.1.1 Tinjauan Umum Perusahaan.................................. ....... 5
2.1.2 Pengertian Jalan Angkut .......... ..................................... 9
1. Geometri Jalan Angkut ................................................ 9
2. Lebar Jalan Angkut ....................................................... 10
1). Lebar Jalan Angkut Lurus………………………… 10
2). Lebar Jalan Angkut Pada Tikungan………………. 11
3). Kemiringan Jalan Pada Tikungan (Superelevasi) … 12
4). Kemiringan Jalan Pada Tanjakan (Grade Resistance) 14
5). Kemiringan Melintang (cross slope)……………… 16
6). Fasilitas Pendukung Kelancaran dan Keselamatan Kerja…… 17
2.2 Kerangka Konseptual ............................................................... 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ......................................................................... 23
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 23
3.2.1 Tempat Penelitian ............................................................ 23
3.2.2 Waktu Penelitian ............................................................. 24
3.3 Variabel Penelitian ................................................................... 24
3.4 Data dan Sumber Data ............................................................... 25
3.4.1 Data.................................................................................. 25
3.4.1 Sumber Data…………………………………………… 25
3.5 Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 26
3.6 Teknik Pengolahan Data........................................................... 26
v
3.7 Analisa Data ............................................................................. 27
3.8 Kerangka Metodologi ............................................................... 27
BAB 1V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengumpulan Data……………………………………………. 30
4.1.1 Data Primer ……………………………………………. 30
4.1.2 Data Sekunder ………………………………………… 35
4.2 Pengolahan Data …………………………………………….. 35
BAB V ANALISA HASIL PENGOLAHAN DATA
5.1 Geometri Jalan Angkut Yang Ideal………………………….. 40
5.2 Rancangan Geometri Jalan Angkut Ideal Dalam Bentuk
3Dimensi………………………………………………………. 43
BAB V1 PENUTUP
6.1 Kesimpulan ………………………………………………….. 47
6.2 Saran ………………………………………………………… 50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1.Statigrafi IUP Operasi Produksi PT Minemex Indonesia….. 9
Gambar 2.2. Sayatan Melintang lebar Jalan Angkut`………………………..... . 11
Gambar 2.3. Jalan Angkut Dua Jalur Pada Tikungan ............................. .......... .. 12
Gambar 2.4. Gaya Sentrifugal Pada Tikungan……………………………………… 14
Gambar 2.5. Perhitungan Kemiringan Jalan…... ………………………………. 15
Gambar 2.6. Penampang melintang jalan angkut…………….......................... 17
Gambar 2.7. Kerangka Konseptual…………………………………………….. 22
Gambar 2.1. Peta Lokasi IUP Operasi Produksi PT Minemex Indonesia……. 24
Gambar 3.2. Diagram Alur Penelitian……………………………………….... 29
Gambar 4.1. Pengukuran Jalan Aktual Dilapangan ………………………….. 31
Gambar 4.2. Pengukuran Superelevasi Aktual Dilapangan PT. MMI……….. 33
Gambar 4.3. Pengukuran Grade Resisten PT. MMI…………………………. 33
Gambar 4.4. Pengukuran Cross Slope Aktual PT. MMI…………………….. 34
Gambar 4.5. Pengukuran Tanggul Pengaman………………………………... 35
Gambar 4.6 Kemiringan Jalan Aktual……………………………………….. 38
Gambar 5.1. Bentuk Penampang dari lebar jalan lurus……………………… 41
Gambar 5.2. Rancangan Lebar Jalan Angkut Lurus 3D……………………... 44
Gambar 5.3 Rancangan Jalan Angkut Pada Tikungan 3D………………….. 44
Gambar 5.4 Rancangan Superelevasi 3D……………………………………. 45
Gambar 5.5 Rancangan Grade Resisten 3D……………………………….... 45
vii
Gambar 5.6 Rancangan Cross Slope 3D……………………………….......... 46
Gambar 5.7 Potongan Rancangan Cross Slope................................................... 46
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Data Lebar Jalan Lurus aktual PT. Minemex Indonesia………….. 30
Tabel 4.2. Sfesifikasi Alat Dump truck Scania P 380………………………… 32
Tabel 4.3. Data Lebar Jalan Tikungan Aktual………………………………… 32
Tabel 4.4. Data Pengukuran Superelevasi Aktual PT. MMI ………………….. 32
Tabel 4.5. Data Pengukuran Grade Resisten …………………………………. 33
Tabel 4.6. Data Pengukuran Cross slope Aktual …………………………….. 34
Tabel 4.7. Data Pengukuran Pengaman ( Safety Berm)………………………. 34
Tabel 5.1. Evaluasi Perhitungan Jalan Angkut Lurus………………………… 40
Tabel 5.2. Analisis lebar Jalan Pada Tikungan……………………………….. 41
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
A. Peta Geologi PT. Minemex Indonesia …………………………........ 53
B. Peta Situasi Tambang……………………………………………….. 54
C. Peta Koordinat IUP…………………………………………………. 55
D. Peta Topografi………………………………………………………. 56
E. Spesifikasi Alat-alat angkut Scania P380 PT. Minemex Indonesia.. 57
F. Dokumentasi Lapangan Dan Kondisi Jalan Tambang Batubara di blok B PT.
Minemex Indonesia…………………………………………….. 59
G. Surat Bukti Prapenelitian Di PT. Minemex Indonesia……………... 65
H. Surat Bukti Penelitian Di PT. Minemex Indonesia……………….... 66
I. Situasi dan Segmen Jalan Tambang aktual dari Front Tambang Menuju
Stockpile……………………………………………………………………. 67
J. Rancangan jalan angkut ideal PT. MMI…………………………… 68
K. Desain Rancangan Superelevasi……………………………………. 69
L. Desain Rancangan Cross Slope…………………………………….. 70
M. Penampang jalan aktual PT. Minemex Indonesia………………….. 71
N. Rancangan lebar jalan ideal………………………………………... 72
O. Kemiringan Tanjakan grade Aktual PT. MMI…………………….. 73
P. Kemiringan tanjakan grade rencana PT. MMI…………………….. 74
Q. Rancangan Lebar Jalan Angkut 3D………………………………… 75
x
R. Rancangan Lebar Jalan Angkut Pada Tikungan 3D………………... 76
S. Rancangan Kemiringan Pada tikungan Superelevasi 3D…………… 77
T. Rancangan kemiringan tanjakan grade Ideal 3D…………………… 78
U. Rancangan Kemiringan Melintang Cross Slope Ideal 3D………….. 79
V. Rancangan Jalan Dari Front Penambangan Menuju Stockpile 3D…. 80
W. Rancangan saluran dan tanggul pengaman jalan tambang PT. MMI.. 81
X. Tabel Hasil Evaluasi Geometri Jalan Angkut Ideal PT. Minemex
Indonesia……………………………………………………………. 82
Y. Lembar Konsultasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Permintaan pasar akan batubara yang semakin meningkat mengakibatkan
semakin banyak berdirinya perusahaan-perusahan yang bergerak dibidang
pertambangan khususnya batubara, salah satunya adalah PT. Minemex Indonesia
yang terletak di Desa Talang Serdang, Kecamatan Mandiangin, Kabupaten
Sarolangun, Provinsi Jambi.
PT. Minemex Indonesia mempunyai luas wilayah IUP Operasi Produksi
seluas 3700 Ha, yang terbagi atas tiga blok penambangan. PT. Minemex Indonesia
merupakan anak perusahaan dari Thriveni Earthmovers mulai merintis usaha
pertambangannya di Indonesia pada tahun 2007 dan mulai Produksi batubara pada
tahun 2010, dan telah memasarkan batubara di dalam negeri seperti Jakarta, Dumai,
Medan dan untuk kebutuhan ekspor seperti Negara India.
Data produksi PT. Minemex Indonesia yaitu 120.000 ton/bulan. Untuk
mencapai target tersebut tentu harus didukung oleh kondisi geometri jalan angkut
yang baik agar aktivitas pengangkutan berjalan lancar, aman dan terhindar dari
kecelakaan kerja.
Akses jalan merupakan faktor penting dalam tercapainya volume batuan yang
dipindahkan. Sebelum menentukan geometri jalan yang akan dibuat maka perlu
diketahui dimensi alat angkut yang akan melalui jalan tersebut. Jalan yang baik akan
2
mendukung terpenuhinya target produksi yang diinginkan. Geometri jalan
yang harus diperhatikan yaitu, lebar jalan angkut, superelevasi, grade resisten dan
Cross slope. Alat angkut atau truck-truck tambang umumnya berdimensi lebih besar,
panjang dan lebih berat dibandingkan kendaraan angkut yang bergerak di jalan raya.
Oleh sebab itu, geometri jalan angkut tambang harus sesuai dengan dimensi alat
angkut tambang terbesar yang digunakan, agar alat angkut tersebut dapat bergerak
leluasa pada kecepatan normal dan aman.
Pengamatan yang dilakukan di lapangan masih banyak titik-titik geometri
jalan yang tidak memenuhi kaedah menurut teori, seperti lebar jalan yang tidak sesuai
dengan ukuran dump truck yang digunakan, superelevasi/ kemiringan pada tikungan
mengarah kearah luar tikungan sehingga bisa menyebabkan dump truck terpental
keluar pada saat melewati tikungan, grade jalan pada tanjakan yang curam mencapai
19°, sedangkan grade yang ideal nya 4,5°, permukaan jalan yang datar sehingga air
tergenang ditengah jalan pada saat hujan karena cross slopenya tidak ada.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk meneliti di PT. Minemex
Indonesia dengan judul, Evaluasi Geometri Jalan Angkut Dari Front Menuju
Stockpile Pada Penambangan Batubara Blok B PT. Minemex Indonesia Mandiangin-
Jambi.
1.2. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dari latar belakang penelitian di atas adalah:
a. Lebar jalan yang tidak sesuai dengan ukuran dimensi dump truck yang
digunakan,sehingga menyebabkan antrian kendaraan ketika berpapasan.
3
b. Kemiringan pada tikungan mengarah ke arah luar tikungan sehingga bisa
menyebabkan truck terpental pada saat dilewati.
c. Kemiringan tanjakan yang curam yaitu 19°.
d. Permukaan jalan yang datar sehingga menyembabkan air tergenang pada jalan
karena cros slopenya tidak ada.
1.3. Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini adalah:
Evaluasi geometri jalan angkut dari front penambangan menuju stockpile
dengan jarak tempuh 1,2 km, pada Blok B PT. Minemex Indonesia.
1.4. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
a. Berapakah geometri jalan angkut aktual setiap segmen dari front tambang
menuju stockpile pada penambangan batubara Blok B di PT. Minemex
Indonesia?
b. Berapakah geometri jalan angkut Ideal setiap segmen dari front tambang menuju
stockpile pada penambangan batubara Blok B di PT. Minemex Indonesia?
c. Bagaimanakah rancangan geometri jalan angkut yang ideal setiap segmen dari
front penambangan ke stockpile pada Blok B PT. Minemex Indonesia?
1.5. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
4
a. Mengungkapkan geometri jalan angkut aktual setiap segmen dari front tambang
menuju stockpile pada penambangan batubara Blok B di PT. Minemex
Indonesia.
b. Mendapatkan hasil analisis geometri jalan ideal setiap segmen dari front
penambangan menuju stockpile pada Blok B PT. Minemex Indonesia.
c. Mendapatkan rancangan geometri jalan angkut ideal dari front penambangan
menuju stockpile pada Blok B PT. Minemex Indonesia.
1.6. Manfaat penelitian
Manfaat Penelitian ini adalah:
a. Bagi Perusahaan
Hasil ini bisa jadi bahan pertimbangan atau pedoman bagi perusahaan dalam
menjalankan kegiatan operasi produksi sebagai pemegang IUP Operasi Produksi.
b. Bagi Peneliti
Dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat di bangku perkuliahan ke dalam
bentuk penelitian, menambah wawasan pengetahuan, merubah pola pikir dan
memperoleh ilmu yang yang tidak dapat dibangku perkuliahan.
c. Bagi STTIND Padang
Dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa/mahasiswi yang
membacanya, dapat dijadikan sebagai salah satu masukan untuk pembuatan
jurnal dan pedoman atau referensi bagi mahasiswa yang akan melakukan
penelitian.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
Landasan teori merupakan teori-teori yang berhubungan dengan Variabel
penelitian sebagai acuan dasar dalam pelaksanaan penelitian..
2.1.1. Tinjauan Umum Perusahaan
Pada tahun 1991 Thriveni inc. dibentuk sebagai perusahaan partnership. Pada
tahun 1996 Trhiveni inc. mulai memasuki dunia pertambangan sebagai penyedia jasa
transportasi tambang lignit di Neyveli Lignite Corporation, Ltd.Pada tahun 1998,
Thriveni inc. mulai mengembangkan usahanya dan mendapatkan kontrak dengan
Hindustan Cooper, Ltd. salah satu perusahaan tambang bijih tembaga untuk
mengelola tambang milik Negara India tersebut.
Pada tahun 1991 status badan hukum Trhiveni berubah menjadi Limited (Ltd)
sekaligus mengubah namanya menjadi Thriveni Earthmovers, Ltd. Nama Thriveni
Earthmovers, Ltd. mulai mendapat perhatian dari para pemilik tambang untuk
mengadakan kerja sama dengan perusahaan ini, terbukti pada tahun 2004 Thriveni
Earthmovers, Ltd. mendapat kontrak dari Sao & Sons, Ltd. sebagai kontraktor di
perusahaan tambang yang bergerak dalam pertambangan bijih emas.
Setelah berpengalaman lebih dari 10 tahun dalam dunia pertambangan,
akhirnya pada tahun 2007, PT. Trhiveni Earthmovers mulai merintis usaha
pertambangannya di Indonesia dengan mendirikan anak perusahaan atas nama PT.
6
Minemex Indonesia di Desa Mandiangin, Kabupaten Sarolangun, Provinsi
Jambi. PT. Minemex Indonesia yang selanjutnya disebut PT. MMI telah memulai
produksi batubara pada tahun 2010, dan telah memasarkan batubara baik dalam
negeri seperti Jakarta, Dumai, Medan maupun untuk kebutuhan ekspor menuju
Negara India.
1. Keadaan Topografi dan Statigrafi
a. Topografi
Topografi daerah Mandiangin merupakan daerah perbukitan dengan relief yang
landai hingga terjal yang memanjang dari arah Tenggara hingga Barat Laut dengan
ketinggian antara 28-70 mdpl (meter diatas permukaan laut) dan berbatasan dengan
Sungai Tembesi di sebelah Barat. Pada daerah yang lebih rendah dipenuhi oleh
perkebunan sawit dan durian. Sedangkan daerah perbukitanya dipenuhi dengan hutan.
b. Stratigrafi
Wilayah kuasa pertambangan PT. MMI secara regional termasuk dalam
cekungan Sumatera Selatan bagian barat yang disebut sebagai Sub-Cekungan
Palembang. Batuan dasar dari cekungan ini terdiri dari batuan beku dan batuan
malihan yang berumur Pra-Tersier.
Litologi daerah penyelidikan didasari oleh penemuan-penemuan satuan batuan
(outcrops unit) yang ditemukan di lokasi dan pada umumnya memiliki sifat dominan
sampai yang tidak dominan yang tersebar secara merata. Peta Geologi Lembar
Sarolangun sebagian termasuk dalam Sub-Cekungan Palembang bagian utara. Sub-
cekungan tersebut merupakan bagian dari Cekungan Sumatera Selatan yang terbentuk
7
pada Zaman Tersier. Pada awal pembentukannya antara kedua sub-cekungan
tersebut terdapat Tinggian Tamiang dan Iliran serta Tinggian Melintang Bentayan.
Dalam Lembar Sarolangun terdapat dua satuan stratigrafi batuan yang
diendapkan selama Zaman Tersier, yakni Kelompok Telisa dan Kelompok
Palembang. Runtunan Litologinya menunjukkan, bahwa Kelompok Telisa merupakan
satuan batuan yang terbentuk dalam fasa genang laut. Sebaliknya Kelompok
Palembang terbentuk dalam fasa susutlaut. Yang pertama terdiri dari Formasi
Talangakar dan Formasi Gumai, yang kedua, Formasi Air benakat, Formasi Muara
Enim dan Formasi Kasai.
Batuan sedimen tersier awal cekungan Sumatera Selatan diendapkan selama
periode genang laut yang menerus sampai pertengahan Miosen disusul tahap susut
laut, dengan susunan formasi sebagai berikut:
1) Formasi Air Benakat
Formasi ini berumur Miosen Tengah – Akhir. Terletak secara selaras diatas
Formasi Gumai. Formasi ini terdiri dari batupasir, napal, dan batulanau yang
diendapkan di lingkungan laut dangkal yang menunjukkan susut laut dari keadaan
laut terbuka Formasi Gumai.
2) Formasi Muara Enim
Formasi muara Enim mendidih secara selaras Formasi Air benakat dan
menunjukkan bahwa susut laut dan pendangkalan cekungan berlangsung menerus
sampai Kala Pliosen. Batuannya terdiri dari batupasir dan batulempung, sebagian
tufaan, banyak mengandung horizon lignit, dan memperlihatkan pengendapan di
8
lingkungan laut dangkal sampai peralihan (ke darat). Berdasarkan posisi
stratigrafinya formasi ini berumur Miosen akhir sampai Pliosen (De Coster, 1974).
3) Formasi Kasai
Di atas Formasi Muara Enim ditindih secara tidak selaras oleh Formasi
Kasaiyang berumur Plio-Plistosen. Formasi ini terdiri dari batupasir dan batulempung
darat, berbatuapung dan tufaan. Ketidakselarasan memperlihatkan pengangkatan
setempat pada Pliosen Akhir yang berkaitan dengan erosi terhadap Pegunungan
Barisan, tetapi tidak berkembang di seluruh wilayah dengan tingkat yang sama
(Nayoan & Martosono, 1974, Goafoer dkk, 1986). Endapan Rawa, diendapkan tidak
selaras di atas satuan batuan lainnya pada Kala Holosen, terdiri dari kerikil, pasir,
lanau dan lempung dengan sisa-sisa tumbuhan.
Gambar 2.1
Stratigrafi WIUP Operasi Produksi PT. Minemex Indonesia Sumber: Departemen Geologi Eksplorasi PT. MMI
9
2.1.2. Pengertian Jalan Angkut
Jalan adalah prasarana transportasi yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya diperuntukkan bagi lalu lintas,
yang berada pada permukaan tanah, diatas permukaan tanah, dibawah permukaan
tanah atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan
jalan kabel ( Undang-Undang No 34 Tahun 2006).
1. Geometri Jalan Angkut
Fungsi utama jalan angkut secara umum adalah untuk menunjang kelancaran
operasional penambangan terutama dalam kegiatan pengangkutan. Medan berat yang
munkin terdapat sepanjang jalan harus diatasi dengan mengubah rancangan jalan
untuk meningkatkan keamanan dan keselamatan kerja, oleh sebab itu, geometri jalan
harus sesuai dengan dimensi alat angkut yang digunakan agar dapat bergerak leluasa
pada kecepatan normal dan aman. Geometri jalan angkut yang harus diperhatikan
sama seperti jalan raya pada umumnya yaitu: lebar jalan angkut lurus, lebar jalan
pada tikungan, superelevasi, kemiringan jalan pada tanjakan dan cros slope.
Pada umumnya alat angkut yang bekerja di tambang berdimensi lebih besar,
panjang dan lebih berat dari dibandingkan alat angkut yang bekerja dijalan raya. Oleh
sebab itu, geometri jalan harus sesuai dengan dimensi alat angkut yang digunakan
agar alat angkut tersebut lebih leluasa bergerak pada kecepatan norman dan aman.
Geometri jalan yang memenuhi syarat adalah bentuk dan ukuran jalan yang sesuai
dengan tipe ( bentuk, ukuran, sfesifikasi ) alat angkut yang digunakan dan kondisi
medan yang dilalui (Yanto Indonesianto ,hal 58, 2005).
10
2. Lebar Jalan Angkut
Untuk menghitung lebar jalan angkut dibedakan menjadi dua macam yaitu
lebar jalan angkut lurus dan lebar jalan angkut untuk belokan (tikungan). Penentuan
lebar jalan angkut lurus dan lebar jalan angkut belokan dalam perhitungan berbeda,
dimaksudkan untuk meningkatkan kelancaran dan mencegah terjadinya kecelakaan
lalu lintas (Syamsudin, hal 320, 2016).
1). Lebar Jalan Angkut Lurus
Lebar jalan minimum pada jalan lurus dengan jalur ganda atau lebih, menurut The
American ossaciation of state highway dan transportasion officials (AASHTO)
Manual Higway Design 1793, harus ditambah dengan setengah lebar alat angkut pada
bagian tepi kiri dan kanan jalan. Dari ketentuan tersebut dapat dilakukan dengan cara
sederhana untuk menentukan lebar jalan angkut minimum, yaitu menggunakan rule
of thumb atau angka perkiraan dengan menggunakan rumus:
Wt2
11nWtnL (2.1)
Keterangan:
L = Lebar jalan angkut minimum, (m)
n = Jumlah jalur
Wt = Lebar alat angkut (total), m
Perumusan diatas digunakan untuk lebar jalan dua jalur (n) nilai 0,5 di sini
artinya yaitu lebar terbesar dari dump truck yang digunakan dan ukuran amanmasing-
masing kendaraan di tepi kanan kiri jalan (Yanto Indonesianto, hal 58, 2005).
11
Gambar 2.2
Sayatan Melintang Lebar Jalan Angkut
Sumber: (Yanto Indonesianto, hal 58, 2005)
2). Lebar Jalan Pada Tikungan
Lebar jalan tambang pada tikungan selalu lebih besar dari pada lebar pada
jalan lurus. Untuk jalur ganda, lebar minimum pada tikungan dihitung dengan
mendasarkan pada:
a. Lebar jejak ban
b. Lebar juntai atau tonjolan alat angkut bagian depan dan belakang pada saat
membelok
c. Jarak antar alat angkut atau kendaraan pada saat bersimpangan
d. Jarak dari kedua tepi jalan.
Dengan menggunakan ilustrasi pada gambar 2.3 dapat dihitung lebar jalan minimum
pada belokan, yaitu seperti dibawah ini (Yanto Indonesianto, hal 58, 2005).
12
Gambar 2.3
Gambar Jalan Angkut Dua Jalur Pada Tikungan
Sumber: (Yanto Indonesianto, hal 59, 2005)
C ZFbFaUnW (2.2)
Keterangan:
W = Lebar jalan angkut pada belokan (m)
N = jumlah jalur
U = Jarak jejak roda dump truck (m)
Fa = Lebar juntai depan (m)
Fb = Lebar juntai belakang (m)
Z = Jarak sisi luar truck ke tepi jalan (m)
C = Jarak antar truck (m) (Yanto Indonesianto, hal 58, 2005).
3). Kemiringan Jalan Pada Tikungan (Superelevasi )
Superelevasi merupakan kemiringan jalan pada tikungan yang terbentuk oleh
batas antara tepi jalan terluar dengan tepi jalan terdalam karena perbedaan ketinggian.
Menurut teori dari T. Atkinson D.I.C pada kondisi jalan yang kering, nilai
13
superelevasi merupakan harga maksimum 90 mm/m sedangkan kondisi jalan yang
penuh lumpur atau licin superelevasinya terbesar 60 mm/m.
Bagian tikungan jalan perlu diberi superelevasi, yakni dengan cara
meninggikan jalan pada sisi luar tikungan. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari/
mencegah kendaraan yang lewat tergelincir ke luar atau terguling. Untuk setiap
kombinasi jari jari tikungan dan kecepatan kendaraan, terdapat super elevasi sfesifik
yang dapat mengimbangi besarnya gaya senterifugal. Gaya sentrifugal bekerja diatas
permukaan jalan melalui titik pertemuan roda luar dan lapisan perkerasan. Momen
perlawanannya stabilizing moment (momen stabilisasi) yang timbul akibat titik berat
kendaraan yang mengarah ke bawah ke titik pusat bumi. Kendaraan akan terguling
apabila momen guling lebih besar dari momen stabilisasi.
Kemiringan jalan ini secara matematis merupakan perbandingan antara
kenaikan tinggi jalan dengan lebar jalan. Untuk menetukan besarnya kemiringan
tikungan jalan dihitung berdasarkan kecepatan rata-rata kendaraan yang melaluinya
dan koefisien friksinya. seperti terlihat pada gambar gaya N mempunyai komponen
vertical yang besarnya N cos Ø dan komponen horizontal yang besarnya N sin ø yang
mengarah ke pusat sebagai gaya sentripetal. Jika V merupakan kecepatan dan R jari
jari tikungan, maka sudut miring ø sebagai super elevasi jika dapat dihitung sebagai
berikut:
N sin ø = (m. v²): R (2.3)
Karena tidak ada percepatan vartikal maka N cos ø = w sehingga dari kedua
persamaan tersebut besarnya superelevasi adalah:
14
Tan ø = v² : (R.g), m/m atau mm/m (2.4)
Keterangan :
v = kecepatan rencana km/jam
R = radius tikungan, m
g = Gravitasi bumi, 9,8 m/det2.
Sehingga dengan mendasarkan rumus tersebut maka untuk menghindari
terjadi slip, pada tikungan pada tikungan superelevasi sebesar 0,20 m/m atau mm/m
(Yanto Indonesianto, hal 59, 2005):
Gambar 2.4
Gaya Sentrifugal Pada Tikungan Sumber: (Yanto Indonesianto, hal 59, 2005)
4). Kemiringan Jalan Tanjakan (Grade Resistance)
Kemiringan jalan angkut dapat berupa jalan menanjak ataupun jalan menurun,
yang disebabkan perbedaan ketinggian pada jalur jalan. Kemiringan jalan
berhubungan langsung dengan kemampuan alat angkut, baik dalam pengereman
15
maupun dalam mengatasi tanjakan. Kemampuan dalam mengatasi tanjakan untuk
setiap alat angkut tidak sama, tergantung pada jenis alat angkut itu sendiri. Sudut
kemiringan jalan biasanya dinyatakan dalam persen, yaitu beda tinggi setiap seratus
satuan panjang jarak mendatar.
Tahanan kemiringan (grade resistance) ialah besarnya gaya berat yang
melawan atau membantu gerak kendaraan karena kemiringan jalur jalan yang
dilaluinya. Tahanan kemiringan tergantung dua faktor, yaitu:
a. Besarnya kemiringan yang biasanya dinyatakan dalam persen.
b. Berat kendaraan itu sendiri yang dinyatakan dalam ton.
Besarnya tahanan kemiringan rata-rata dinyatakan dalam 20 lbs dari rimpull
untuk tiap gross ton berat kendaraan beserta isinya pada kemiringan 1 %.
Kemiringan suatu jalan biasanya dinyatakan dalam persentase, dimana kemiringan 1
% merupakan kemiringan permukaan yang menanjak atau menurun 1 meter secara
vertikal dalam jarak horizontal 100 meter. Kemiringan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut (Yanto Indonesianto, hal 60, 2005):
B
h
x
x A
Gambar 2.5 Perhitungan Kemiringan Jalan (Sumber: Construction planning equipment, and method, 82 :1985)
16
(2.5)
Keterangan:
h: Beda tinggi antara dua titik yang diukur (meter)
x: Jarak datar antara dua titik yang diukur (meter)
Secara umum kemiringan maksimum yang dapat dilalui dengan baik oleh alat
angkutnbesarnya besarnya antara 18% - 10%. Akan tetapi untuk jalan naik maupun
turun pada bukit, lebih aman kemiringan jalan maksimum sebesar 8% (4,5°) (Yanto
Indonesianto, hal 60, 2005).
5). Kemiringan Melintang (Cross Slope)
Cross slope adalah sudut yang dibentuk oleh dua sisi permukaan jalan
terhadap bidang horizontal. Pada umumnya jalan angkut mempunyai bentuk
penampang melintang cembung, dibuat demikian dengan tujuan untuk menghindari
agar disaat hujan, air tidak tergenang pada jalan, dan tidak mengumpul pada
permukaan jalan, hal ini sangat penting karena air yang tergenang pada permukaan
jalan dapat membahayakan kendaraan yang lewat dan mempercepat kerusakan jalan.
Maka pembuatan kemiringan melintang (cross slope) dilakukan dengan cara
membuat bagian tengah jalan lebih tinggi dari bagian tepi jalan.
Setelah mengetahui cross slope pada jalan angkut dinyatakan dalam
perbandingan jarak vertical dan horintal dengan satuan mm/m, pada kontruksi jalan
angkut surface mining cross slope dianjurkan mempunyai ketebalan antara ¼ sampai
%100x
h% Grade x
17
dengan ½ inch untuk tiap feet jarak horizontal atau sekitar 20 mm sampai 40 mm
untuk tiap meter (Azwari, hal 94, 2016).
Gambar 2.6
Penampang Melintang Jalan Angkut
Sumber: (Azwari, hal 94, 2016)
Angka cross slope dinyatakan dalam perbandingan jarak vertical (b) dan
horizontal (a) dengan satuan mm/m, jalan angkut yang baik memiliki cross slope 40
mm/m. untuk menghitung penampang melintang dapat digunakan rumus sebagai
berikut:
P= ½. L (2.6)
L : Lebar Jalan
2.1.3. Fasilitas Pendukung Kelancaran Dan Keselamatan Kerja
Perawatan dan pemeliharaan jalan merupakan suatu pekerjaan yang perlu
mendapatkan perhatian khusus,hal ini bertujuan untuk tidak terganggu kegiatan
operasional penambangan yang akhirnya akan mengganggu kelancaran produksi.
Pada umumnya pemeliharan jalan tambang ditekankan pada kondisi jalan dan
18
pemeliharan saluran air (drainase). Pemeliharaan jalan yang baik,tetepi pemeliharaan
drainase yang ada kurang baik, hal tersebut tidak akan berhasil, begitu juga dengan
sebaliknya.
Pada musim kemarau, lapisan permukaan akan berdebu yang sangat
menggangu kenyamanan dan kesehatan pengemudi. Sedangkan pada musim
penghujan, debu tersebut menjadi lumpur yang menggenangi jalan dan akibatnya
jalan menjadi licin. Hal ini juga akan sangat menghambat laju dari alat angkut karena
pada kondisi tersebut pengemudi akan mengurangi kecepatan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk keamanan dan keselamatan
pengangkutan di sepanjang jalur jalan angkut menurut (Syamsudin Dkk, hal 20,
2017) yaitu:
1. Rambu-Rambu Pada Jalan Angkut
Lebih menjamin keamanan sehubung dengan dioperasikannya jalan angkut
tambang, maka perlu dipasang rambu-rambu lalu lintas, rambu-rambu yang perlu
dipasang antara lain:
a. Tanda belokan
b. Tanda persimpangan jalan
c. Peringatan adanya tanjakan maupun jalan menurun
d. Kecepatan maksimum yang diizinkan
e. Tanda peringatan karena ada jalan yang licin, jembatan
19
2. Lampu Penerangan
Lampu penerangan mutlak harus dipasang apabila jalan angkut tambang
digunakan pada malam hari. Biasanya pemasangan sarana penerangan dilakukan
berdasarkan interval jarak dan tingkat bahayanya. Lampu-lampu tersebut dipasang
antara lain pada:
a. Belokan
b. Persimpangan jalan
c. Tanjakan atau turunan tajam
d. Jalan yang berbatasan langsung dengan tebing
3. Tanggul Pengaman (safety berms)
Menghindari kecelakaan yang mungkin terjadi karena kendaraan selip atau
kerusakan rem atau karena sebab lain, maka pada jalan angkut tambang tersebut perlu
dibuat tanggul jalan dikedua sisinya. Hal ini terutama biala jalan berbatasan langsung
dengan daerah curam, sehingga bila terjadi dengan hal-hal yang tidak diinginkan alat
angkut tidak terperosok ke daerah yang curam.
4. Parit (trench) Pada Jalan Angkut
Jalan angkut tambang harus diberi penirisan maupun gorong-gorong, karena
air akan menggenangi permukaan jalan dan menyebabkan becek, berlumpur atau licin
pada saat hujan. Ukuran sistem penirisan tergantung pada besarnya curah hujan, luas
daerah pengaruh hujan, keadaan atau sifat fisik dan mekanika material dan tempat
membuang air. Penirisan di kiri-kanan jalan angkut sebaiknya dilengkapi dengan
saluran penirisan dengan ukuran yang sesuai dengan jumlah curah hujan.
20
2.2 Kerangka Konseptual
Dalam penelitian ini terdapat kerangka konseptual yang akan membantu
penulis dalam menyelesaikan penelitian ini yang terdiri atas:
2.2.1. Input, Yaitu Data- Data Yang Dibutuhkan Dalam Penelitian Ini Terdiri Dari:
2.2.1.1 Data Primer
a. Jarak dari front tambang ke stockpile
b Jumlah Jalur yang digunakan
c. Geometri jalan angkut
1. Kebar jalan lurus dan tikungan
2. Kemiringan tikungan / superelevasi
3. Kemiringan jalan tanjakan/ grade resistance
4. Kemiringan melintang / cross slope .
d. Dokumen PT. Minemex Indonesia
e. Data pengukuran langsung dilapangan
2.2.1.2 Data Sekunder
a. Peta situasi tambang pit B PT. Minemex Indonesia
b. Peta Geologi PT. Minemex Indonesia
c. Peta Topografi PT. Minemex Indonesia
d. Data spesifikasi alat angkut DT Scania P380
e. Koordinat IUP PT. Minemex Indonesia
2.2.2. Proses, Yaitu Teknik Pemecahan Masalah Yang Digunakan Dalam Penelitian
Ini Yang Terdiri Atas:
21
Geometri jalan angkut:
1. Lebar jalan angkut
a. Lebar jalan lurus
b. Lebar jalan belokan
2. Kemiringan tikungan / superelevasi
3. Lemiringan jalan tanjakan/ grade resistance
4. Kemiringan melintang / cros slope .
2.2.3 Output, Yaitu Hasil Yang Diharapkan Dari Penelitian Ini, Yaitu:
a. Geometri jalan angkut dan rancangan jalan ideal dari front Penambangan menuju
stockpile PT. minemex Indonesia.
Input
Data Primer: a. Jarak angkut dari front tambang ke stockpile blok B PT.
Minemex Indonesia
b. Jumlah Jalur yang digunakan
c. Geometri jalan angkut aktual
Data Sekunder: a. Peta Geologi
b. Peta tofografi
c. Peta situasi tambang
d. Sfesifikasi Dump Truck DT Scania 380
A
22
Proses
a. Mengungkapkan geometri jalan angkut aktual setiap segmen dari front
tambang menuju stockpile pada penambangan batubara Blok B di PT.
Minemex Indonesia.
b. Mendapatkan hasil analisis geometri jalan ideal setiap segmen dari front
penambangan menuju stockpile pada Blok B PT. Minemex Indonesia.
c. Mendapatkan rancangan geometri jalan angkut ideal dari front
penambangan menuju stockpile pada Blok B PT. Minemex Indonesia.
Rumus yang digunakan:
Lebar jalan lurus : Wt2
11nWtnL
Lebar jalan pada tikungan : W= n ( U + Fa + Fb + Z))+ C
Superlevasi : Tan ø = V² : (R.g), m/m atau mm/m
Grade Resisten : Grade (%):
∆ℎ∆𝑥 𝑥 100%
Cross Slope : P= ½. L
Output
Untuk mendapat geometri jalan angkut yang ideal sesuai dengan dimensi Dump
Truck terbesar yang dugunakan di PT. Minemex Indonesia agar lalu lintas
berjalan lancar dan terhindar dari kecelakan kerja
Gambar 2.7
Kerangka Konseptual
A
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian yang bersifat terapan
(applied research), yaitu penelitian yang hati-hati, sistematik dan terus menerus
terhadap suatu masalah dengan tujuan untuk digunakan dengan segera untuk
keperluan tertentu.
Menurut Sugiono (2009 : 10-11), penelitian terapan ini digolongkan dalam
penggolongan menurut tujuan. Penelitian yang bertujuan untuk menemukan
pengetahuan yang secara praktis dapat diaplikasikan. Walaupun ada kalanya
penelitian terapan juga untuk mengembangkan produk. Penelitian dan pengembangan
bertujuan untuk menemukan, mengembangkan dan memvalidasi suatu produk.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada PT. Minemex Indonesia yang secara geografis
terletak pada 103026’25”-1030 29’43,30” BT dan 2007’00”- 2007’17,80” LS. Peta lokasi
wilayah IUP Operasi Produksi PT. Minemex Indonesia.
1. Dari Padang, Bandar Udara Internasional Minangkabau (BIM) kearah Sarolangun
melalui Solok - Dhamasraya - Muara Bungo dengan jarak tempuh 479 km atau
sekitar 8 jam.
24
2. Dari Jambi, Bandar Udara Sultan Taha Saipun kearah Kota Sarolangun dengan
jarak tempuh 130 km atau sekitar 3 jam.
Dari Kota Sarolangun untuk menuju lokasi penambangan di Desa Talang Sedang
Kecamatan Mandiangin dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat dan roda
dua dengan jarak ±50 km atau sekitar 1 jam
Gambar 3.1
Peta Lokasi IUP Operasi Produksi PT Minemex Indonesia
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan 01 Februari s/d 10 Februari 2018 di PT.
Minemex Indonesia.
25
3.3 Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan segala sesuatu yang akan menjadi obyek
pengamatan penelitian. Sesuai dengan permasalahan yang diteliti maka variabel
penelitian adalah lebar jalan, superelevasi, kemiringan jalan produksi grade
resistance dan cross slope.
3.4 Data dan Sumber Data
3.4.1 Data
Data yang di butuhkan pada penelitian ini adalah:
1. Data primer
Adalah data yang dikumpulkan dengan melakukan pengamatan secara langsung di
lapangan, yang termasuk data primer pada penelitian ini sebagai berikut:
a. Geometri jalan angkut dari front penambangan menuju stockpile PT. Minemex
Indonesia.
2. Data sekunder
Merupakan data penunjang yang digunakan dalam perhitungan dan pengolahan
data, diperoleh dari data-data yang sudah ada di PT. Minemex Indonesia, yang
termasuk data sekunder pada penelitian ini sebagai berikut:
a. Peta Situasi Tambang
b. Peta Geologi
c. Peta Topografi
d. Sfesifikasi Dump Truck DT Scania P380
e. Foto Lapangan.
26
3.4.2 Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini:
1. Data primer: Yaitu data yang di dapatkan langsung dari lapangan oleh
peneliti, sumber data ini adalah geometri jalan angkut dari front tambang ke
stockpile PT. Minemex Indonesia.
2. Data Sekunder: Yaitu data yang diambil oleh peneliti dari dokumen-
dokumen PT. Minemex Indonesia dan studi kepustakaan.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam teknik pengumpulan data di lakukan dengan 3 cara yaitu:
1. Studi observasi
a. Pengukuran lebar jalan lurus secara langsung dilapangan menggunakan
meteran.
b. Pengukuran lebar jalan pada tikungan menggunakan meteran secara
manual dilapangan.
c. Pengukuran superlevasi secara langsung menggunakan waterpass
dilapangan.
d. Pengukuran Grade secara langsung menggunakan waterpass.
e. Pengukuran secara langsung Cross Slope menggunakan waterpass
2. Studi pustaka, mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan membaca buku-
buku literatur dan jurnal yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas
sehingga dapat digunakan sebagai landasan dalam pemecahan masalah.
27
3.6 Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan rumus-rumus sebagai berikut:
d. Mengungkapkan geometri jalan angkut aktual setiap segmen dari front tambang
menuju stockpile pada penambangan batubara Blok B di PT. Minemex
Indonesia.
e. Mendapatkan hasil analisis geometri jalan ideal setiap segmen dari front
penambangan menuju stockpile pada Blok B PT. Minemex Indonesia.
f. Mendapatkan rancangan geometri jalan angkut ideal dari front penambangan
menuju stockpile pada Blok B PT. Minemex Indonesia.
Rumus yang digunakan:
Lebar jalan lurus : Wt2
11nWtnL
Lebar jalan pada tikungan : W= n ( U + Fa + Fb + Z))+ C
Superlevasi : Tan ø = V² : (R.g), m/m atau mm/m
Grade Resisten : Grade (%):
∆ℎ∆𝑥 𝑥 100%
Cross Slope : P= ½. L
3.7 Analisa Data
Setelah melalui tahap dalam pengumpulan data dan pengolahan data maka
dilakukan analisa data dari pengelohan data yang didapat selama melakukan
penelelitian.
28
3.8 Kerangka Metodologi
Langkah-langkah yang dilakukan penulis dalam melakukan penelitian seperti
diagram alir penelitian di bawah ini
A
Identifikasi Masalah
a. Lebar jalan yang tidak sesuai dengan ukuran dimensi dump truck yang
digunakan,sehingga menyebabkan antrian karena tidak bisa berpapasan.
b. Kemiringan pada tikungan mengarah ke arah luar tikungan sehingga bisa
menyebabkan truck terpental pada saat dilewati
c. Kemiringan tanjakan yang curam yaitu 19°
d. Air tergenang di badan jalan pada saat hujan croos slopenya tidak ada
menyebabkan jalan rusak dan licin
Tujuan
1. Mengungkapkan geometri jalan angkut aktual setiap segmen dari
front tambang menuju stockpile pada penambangan batubara Blok B
PT. Minemex Indonesia.
2. Mendapatkan hasil analisis geometri jalan ideal setiap segmen dari
front penambangan menuju stockpile pada Blok B PT. Minemex
Indonesia
3. Mendapatkan rancangan geometri jalan angkut ideal pada
penambangan batubara Blok B PT. Minemex Indonesia
Evaluasi Geometri Jalan Angkut Dari Front Menuju
Stockpile Pada Penambangan Batubara Blok B PT. Minemex
Indonesia Desa Talang Serdang Mandiangin Jambi.
29
A
B
Data Primer
1. Jarak dari front
penambangan
ke stockpille
2. Jumlah jalur..
3. Geometri jalan
angkut PT
Minemex
Indonesia.
Data Sekunder
1. Spesifikasi dump
truck DT Scania
380
2. Peta situasi
tambang.
3. Peta geologi
tambang
4. Koordinat IUP
PT. Minemex
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Geometri jalan angkut (dengan persamaan Yanto Indonesianto) a. Lebar jalan Angkut b. superelevasi
c. grade
d. cross slope
30
Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian
B
Analisa Data
1 Menganalisis dan merancang geometri jalan angkut ideal pada PT. Minemex Indonesia
Hasil
Sebagai Bahan Evaluasi Perusahaan.
31
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Dalam bab ini disajikan hasil penelitian, yaitu secara berurutan tentang deskripsi
data, pengolahan data, dan pembahasan.
4.1. Pengumpulan Data
Dari hasil pengumpulan data berikut adalah data-data yang dikumpulkan:
4.1.1 Data Primer
Data primer pada penelitian ini meliputi:
a. Panjang Jalan Dari Front Tambang Ke Stockpile Blok B PT. Minemex Indonesia
Adalah 1200 M atau 1,2 km.
b. Lebar Jalan Lurus Aktual PT. MMI
Tabel 4.1 Data Lebar Jalan Lurus aktual PT. Minemex Indonesia
No
Segmen
Lebar jalan(m)
Cross
Slope
Aktual
Kemiringan Tanjakan Aktual
Keterangan
1 1
6
0°
Dua Jalur
2 6,6 Dua Jalur
3 6,7 Dua Jalur
4 2
12 1°
Dua Jalur
5 11 Dua Jalur
6 10,6 Dua Jalur
7 3
7,7 1°
Dua Jalur
8 6,7 Dua Jalur
9 8,7 Dua Jalur
10 4
11,3 0°
Dua Jalur
11 11,6 Dua Jalur
31
32
12 9,1 Dua Jalur
13 5
8,1 0°
Dua Jalur
14 11,6 Dua Jalur
15 6
12,9 1°
Dua Jalur
16 7,67 Dua Jalur
17 5,97 Dua Jalur
18 7
7,04 0°
Dua Jalur
19 7,29 19° Dua Jalur
20 8 5,2 19° Dua Jalur
21 6,98 1,5° Dua Jalur
22 9
5,3 0°
Dua Jalur
23 7,8 Dua Jalur
24 10,75 Dua Jalur
25 10
10,75 1°
Dua Jalur
26 10,7 Dua Jalur
27 10,03 Dua Jalur
Gambar 4.1
Pengukuran Jalan Aktual Di Lapangan
Lanjutan Tabel 4.1
33
c. Sfesifikasi Alat Angkut Scania P 380
Tabel 4.2
Sfesifikasi Alat Dump truck Scania P 380
Lebar Alat Angkut 2600 mm
Tinggi Alat Angkut 3640 mm
Panjang Alat Angkut 9205 mm
Radius Tikungan 8,7
Jarak jejak Roda 2460
Lebai juntai depan 0,35 cm
Lebai Juntai Belakang 0,70 cm
d. Lebar Jalan Tikungan Aktual PT.MMI
Tabel 4.3 Data Lebar Jalan Tikungan Aktual
No
Titik
Pengukuran
Lebar Jalan Pada
Tikungan (m) Superelevasi Keterangan
1 tikungan 1 8,3 0° Dua Jalur
2 tikungan 2 5,27 2° Dua Jalur
3 tikungan 3 7,3 1° Dua Jalur
e. Pengukuran Superelevasi Aktual PT. MMI
Kemiringan jalan tikungan/ Superelevasi pada beberapa titik pengukuran pada
PT. Minemex Indonesia.
Tabel. 4.4
Data Pengukuran Superelevasi Aktual PT.MMI
No Superelevasi(°)
1
0°
0°
2
2°
4°
3
1°
3°
34
Gambar 4.2
Pengukuran Superelevasi Aktual Di Lapangan PT. MMI
f. Pengukuran Grade Resisten Aktual Di Ladangan PT.MMI
Kemiringan tanjakan/Grade Resisten pada PT. Minemex Indonesia adalah 19°
Tabel 4.5
Data Pengukuran Grade Resisten
No Grade Resisten %
1 19°
Gambar 4.3
Pengukuran Grade Resisten Aktual PT. MMI
35
g. Pengukuran Cross Slope Aktual PT. MMI
Data hasil pengukuran kemiringan melintang/ cross slope PT. Minemex
Indoensia
Tabel. 4.6
Data Pengukuran Cross slope Aktual
NO Cross Slope
1 1°
2 0°
3 1° 4 0°
Gambar 4.4
Pengukuran Cross Slope Aktual PT. MMI
h. Pengukuran Tanggul Pengaman ( Safety Berm)
Tabel. 4.7
Data Pengukuran Pengaman ( Safety Berm)
No Tinggi Tanggul Lebar Tanggul
1 90 cm 1,34 m
2 95 cm 1,28 m
36
Gambar 4.5
Pengukuran Tanggul Pengaman PT. MMI
4.1.2 Data Sekunder
a. Peta Geologi PT. Minemex Indonesia .
b. Peta Situasi Tambang.
c. Peta Koordinat IUP.
d. Spesifikasi Alat-alat angkut Scania P380
e. Peta Topografi
4.2. Pengolahan Data
a. Perhitungan Lebar Jalan Lurus
1. Lebar Jalan Lurus Aktual PT. MMI
Berdasarkan pengukuran di lapangan di PT. Minemex Indonesia lebar jalan
lurus aktul antara 5 meter sampai dengan 12 meter.
2. Lebar Jalan Lurus Berdasarkan Teori
37
Penentuan lebar jalan angkut tambang didasarkan pada unit alat angkut yang
memiliki dimensi paling besar yang sedang beroperasi saat itu pada jalan
tambang. Berdasarkan pengukuran aktual, dump truck Scania P380
mempunyai lebar 2,600 meter.
Wt2
11nWtnL
Jadi lebar jalan angkut Ideal pada PT. Minemex Indonesia berdasarkan teori
adalah 9,1 meter.
b. Perhitungan Lebar Jalan Pada Tikungan
1. Lebar Jalan Pada Tikungan Aktual PT. MMI
Berdasarkan pengukuran di lapangan di PT. Minemex Indonesia lebar jalan
pada tikungan aktual antara 5 meter sampai 8 meter.
2. Lebar Jalan Pada Tikungan Berdasarkan Teori
Lebar jalan pada tikungan selalu dibuat lebih besar dari jalan lurus,hal ini
dimaksudkan untuk mengantisipasi adanya penyimpangan lebar alat angkut
yang disebabkan sudut yang dibentuk oleh roda depan dengan badan truck
saat melintasi tikungan. Untuk jalur ganda dapat menggunakan persamaan
berikut.
meter100,9
900,3200,5
300,13200,5
2,6002
112600,22L
38
W = n ( U + Fa + Fb + Z))+ C
meter220,12
110,62
300,1810,42
300,11,30070,035,02,4602W
Lebar jalan ideal pada tikungan berdasarkan teori pada PT. Minemex
Indonesia adalah 12,220 meter.
c. Perhitungan Kemiringan Pada Tikungan (Superelevasi)
1. Kemiringan Jalan Pada Tikungan (Superelevasi) Aktual Pada PT. MMI
Berdasarkan pengukuran di lapangan kemiringan jalan pada tikungan
superelevasi pada PT. Minemex Indonesia sebesar 0°sampai dengan 4°.
2. Kemiringan Jalan Pada Tikungan Superelevasi Berdasarkan Teori
Jari Jari Tikungan R = Wb
Sin ∝
=4,053
𝑆𝑖𝑛 15°
=4,053
0,258 m
= 15, 65 meter
Tan ø = v² : (R.g), m/m atau mm/m
Tan ∅ = 202 km/ jam : (15,65 m × 9,8 m/det2)
= 400 𝑘𝑚2/ jam2 :153,37 m2 /det2
= ( 400 𝑥 106 m2/jam2 : 153,37 m2/det2
= (4.108 𝑚²
12.560.000 𝑑𝑒𝑡 ²) : 153, 37 m2/det2
= ( 400.000.000 𝑚2/12.960.000) : 153,37 m2/det2
39
= 30,86 : 153,37 = 0,201
= 11,36°
d. Kemiringan Jalan Tanjakan (Grade Resisten)
1. Kemiringan Grade Resisten Aktual di PT. MMI
Berdasarkan pengukuran di lapangan kemiringan grade resisten pada PT.
Minemex Indoenesia
Grade% =∆h∆x
X 100 %
B
32,55 m
A
94,55 m
Gambar 4.6 Kemiringan Jalan Aktual
Grade % = 32,55
94,55× 100 %
= 34,42 %
= 19°
2. Kemiringan Grade Resisten Berdasarkan Teori
Secara umum kemiringan jalan maksimum yang dapat dilalui dengan baik
oleh alat angkut besarnya berkisar antara 10 % sampai 18 %. Akan tetapi
untuk jalan naik maupun turun pada bukit, lebih aman kemiringan jalan
40
maksimum sebesar 8 % ( 4.5º ). menurut buku Yanto Indonesianto (2005, hal
60).
e. Kemiringan Melintang (Cross Slope)
1. Berdasarkan pengukuran di lapangan kemiringan melintang aktual (Cross
Slope) pada PT. Minemex Indoenesia sebesar 0°-1°.
2. Kemiringan melintang Cross slope berdasarkan teori
Z. Pengukuran Tanggul Pengaman ( Safety Berm)
1. Berdasarkan pengukuran di lapangan tinggi tanggul pengaman adalah 90-95
cm dan lebar 1,28 m.
2. Safety Berm berdasarkan teori
Safety berm yang aman berdasarkan teori adalah setengah dari tinggi roda
yang digunakan agar apabila terjadi rem belong, tanggung bisa menahan laju
kendaraan agar tidak jatuh ke jurang.
mm02,20
mm/m2,200
mm/m44M55,4b
M55,4
9,1002
1P
41
BAB V
ANALISA HASIL PENGOLAHAN DATA
5.2. Geometri Jalan Angkut Yang Ideal
1. Analisa Perhitungan Jalan Angkut Lurus
Tabel. 5.1
Evaluasi Perhitungan Jalan Angkut lurus Ideal
No
Segmen
Lebar Jalan Lurus Aktual
(m)
Lebar jalan lurus Ideal
( m)
Lebar Jalan Yang Harus Diperbaiki
(m)
Cross
Slope
Ideal
Kemiringan
Tanjakan Ideal
Keterangan
1 1
6 9,1 -3,1 20,02 mm
Dua Jalur
2 6,6 9,1 -2,5 Dua Jalur
3 6,7 9,1 -2,4 Dua Jalur
4 2
12 9,1 2,9 20,02 mm
Dua Jalur
5 11 9,1 1,9 Dua Jalur
6 10,6 9,1 1,5 Dua Jalur
7 3
7,7 9,1 -1,4 20,02 mm
Dua Jalur
8 6,7 9,1 -2,4 Dua Jalur
9 8,7 9,1 -0,4 Dua Jalur
10 4
11,3 9,1 2,2 20,02 mm
Dua Jalur
11 11,6 9,1 2,5 Dua Jalur
12 9,1 9,1 0 Dua Jalur
13 5 8,1 9,1 -1 20,02 mm
Dua Jalur
14 11,6 9,1 2,5 Dua Jalur
15 6
12,9 9,1 3,8 20,02 mm
Dua Jalur
16 7,67 9,1 -1,43 Dua Jalur
17 5,97 9,1 -3,13 Dua Jalur
18 7 7,04 9,1 -2,06 20,02 mm
Dua Jalur
19 7,29 9,1 -1,81 4,5° Dua Jalur
20 8 5,2 9,1 -3,9 20,02 mm
Dua Jalur
21 6,98 9,1 -2,12 4,5° Dua Jalur
22 9
5,3 9,1 -3,8 20,02 mm
Dua Jalur
23 7,8 9,1 -1,3 Dua Jalur
24 10,75 9,1 1,65 Dua Jalur
41
42
25 10
10,75 9,1 1,65 20,02 mm
Dua Jalur
26 10,7 9,1 1,6 Dua Jalur
27 10,03 9,1 0,93 Dua Jalur
Hasil analisa perhitungan lebar jalan lurus secara teori mengunakan dump
truck terbesar pada PT. Minemex Indonesia yaitu scania P380 lebar jalannya ideal
adalah 9,1 meter, sedangkan dari data aktual masih banyak lebar jalan yang belum
memenuhi standar minimum dilihat pada Tabel 5.1, maka perlu dilakukan pelebaran
jalan agar aktivitas pengangkutan operasi produksi maupun pengangkutan
overburden pada PT. Minenex Indonesia berjalan dengan lancar dan terhindar dari
kecelakaan kerja.
Gambar 5.1 Bentuk Penampang Dari Lebar Jalan Lurus
43
2. Analisis Lebar Jalan Angkut Pada tikungan
Tabel 5.2
Analisis lebar Jalan Pada Tikungan
No
Titik Penguku
ran
Lebar Jalan Pada
Tikungan Aktual(m)
Lebar Jalan
Tikungan Ideal (m)
Panambahan Lebar
Jalan ideal(m)
Superelevasi
Keterangan
1 tikungan
1 8,3 12,2 -3,9 11,36° Dua Jalur
2 tikungan
2 5,27 12,2 -6,93 11,36° Dua Jalur
3 tikungan
3 7,3 12,2 -4,9 11,36° Dua Jalur
Dari hasil perhitungan secara teori lebar jalan tikungan ideal adalah 12,2
meter, sedangkan secara aktual di lapangan jalan pada PT. MMI belum memenuhi
standar minimum, maka lebar jalan pada tikungan pada PT. MMI perlu dilakukan
penambahan lebar jalan pada tikungan demi keamanan dan kelancaran lalu pada
kegiatan pengangkutan, penambahan lebar jalan pada tikungan pertama sebesar 3,9
meter, pada tikungan ke dua dilakukan penambahan jalan pada tikungan sebesar 6,93
meter, kemudian pada tikungan ketiga dilakukan penambahan sebesar 4,9 meter
dilihat pada tabel 5.2.
3. Analisis Kemiringan Jalan Pada Tikungan ( Superelevasi)
Dari hasil analisis data secara teori kemiringan pada tikungan
(Superelevasi)di PT.MMI adalah 11,36°, sedangkan kemiringan ( Superelevasi)
aktual pada PT. MMI adalah sebesar 0°-4°, maka perlu dilakukan perbaikan agar
kendaraan yang melintas pada tikungan tersebut terhindar dari kecelakaan kerja,
44
karena apabila kemiringannya kearah luar tikungan maka kendaraan yang melewati
bisa terpental keluar tikungan yang menyebabkan kecelakaan kerja.
4. Analisis Kemiringan Jalan Pada Tanjakan (Grade Resisiten)
Dari hasil analisis data aktual di lapangan kemiringan jalan pada
tanjakan (grade resisten) pada jalan mendaki PT. MMI adalah sebesar 19° atau sama
dengan 34,42%, sedangkan standarisasi menurut buku Yanto Indonesianto,
kemiringan jalan maksimum yang dapat dilalui dengan baik oleh alat angkut besarnya
berkisar antara 10 % sampai 18 %. Akan tetapi untuk jalan naik maupun turun pada
bukit, lebih aman kemiringan jalan maksimum sebesar 8 % (4.5º ), maka akan
dilakukan perbaikan pada grade resisten jalan tambang yang ada di PT. MMI.
5. Analisis Kemiringan Melintang (Cross Slope)
Dari analisis data aktual di lapangan cross slope yang ada pada jalan tambang
PT. MMI adalah 0° kemudian tinggi vertikal memanjangnya adalah 1,°, dari hasil
perhitungan secara teori maka didapatlah tinggi vertikal untuk poros memanjang
adalah sebesar 20,22 mm, maka perlu dilakukan perbaikan cross slope pada jalan
tambang PT. MMI, agar pada saat hujan turun air tidak tergenang pada badan jalan
atau tergenang di tengah jalan yang mengakibat jalan licin dan rusak.
6. Safety Berm Berdasarkan Teori
Safety berm yang aman berdasarkan teori adalah setengah dari tinggi roda
dump truck yang digunakan agar apabila terjadi rem belong kerusakan lainnya
sehingga menyebkan kendaraan lepas kendali , maka tanggul bisa menahan laju
kendaraan agar tidak jatuh atau terguling kejurang.
45
6.2 Rancangan Geometri Jalan Angkut Ideal Dalam Bentuk 3 Dimensi
1. Rancangan Lebar Jalan Angkut Lurus 3D
Rancangan lebar jalan lurus 3 dimensi ideal dengan lebar 9,1 meter.
Gambar 5.2 Rancangan Lebar Jalan Angkut Lurus 3D
2. Rancangan Jalan Angkut Pada Tikungan 3D
Rancangan Jalan Angkut Pada Tikungan 3 dimensi dengan lebar 12,2 meter.
Gambar 5.3 Rancangan Jalan Angkut Pada Tikungan 3D
46
3. Rancangan kemiringan pada tikungan (Superelevasi) 3D
Rancangan superelevasi ideal 3 dimensi dengan tinggi 11,36°
Gambar 5.4 Rancangan Superelevasi 3D
4. Rancangan Kemiringan Jalan Pada Tanjakan ( Grade Resisten) 3D
Rancangan grade resisten 3 dimensi dengan tinggi 4,5°
Gambar 5.5 Rancangan Grade Resisten 3D
47
5. Rancangan Kemiringan Melintang ( Cross Slope) 3D
Rancangan cross slope 3 dimensi dengan tinggi 20,22 mm.
Gambar 5.6 Rancangan Cross Slope 3D
Gambar 5.7 Potongan Rancangan Cross Slope
48
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Geometri Jalan Angkut Aktual Setiap Segmen Di PT Minemex Indonesia adalah:
a. Lebar Jalan Angkut Lurus Aktual Setiap Segmen
Lebar jalan angkut lurus, segmen 1 (6 m, 6.6 m,6.7 m) segmen 2 (12 m, 11,
10.6) segmen 3( 7.7 m, 6.7 m, 8.7 m), segmen 4 ( 11.3 m, 11.6 m, 9.1 m),
segmen 5(8.1 m, 11.6) segmen 6 (12..9 m, 7.6 m, 5.9 m) segmen 7( 7.04 m,
7.2 m) segmen 8 (5.2 m, 6.9 m) segmen 9 (5.3 m, 7.8 m, 10.7 m) segmen 10
(10.7 m, 10.7 m, 10,3 m).
b. Lebar Jalan Angkut Pada Tikungan Aktual
Lebar jalan angkut pada tikungan, tikungan 1 (8.3 m) tikungan 2 ( 5.2 m)
tikungan 3 (7.3 m).
c. Kemiringan Superelevasi Aktual
Superelevasi tikungan 1,superelevasi tikungan 2. 2° - 4°, superlevasi
tikungan 3, 1°- 3°.
d. Kemiringan Grade Resisten Aktual.
Kemirngan tanjakan yang curam 19° atau 34,42%
e. Kemiringan Melintang Cross Slope Aktual.
Cross slope 0° sampai dengan 1°
49
2. Geometri Jalan Angkut Ideal Setiap Segmen Dari Front Menuju Stockpile Pada
PT. Minemex Indonesia adalah:
a. Akan dilakukan perbaikan jalan aktual menjadi jalan ideal dengan lebar jalan
lurus 9,1 meter setiap segmen dari front ke stockpile pada jalan tambang
yang ada di PT. Minemex Indonesia agar aktifitas penambangan berjalan
lancar, lihat pada( lampiran X)
b. Akan dilakukan perbaikan dan rancangan pada lebar jalan pada tikungan dan
aktual menjadi jalan ideal dengan lebar 12,2 m setiap segmen dan
superelevasi sebesar 11,36° pada jalan tikungan yang ada di PT. Minemex
Indoensia, lihat pada (lampiran X)
c. Berdasarkan analisis data aktual di lapangan grade resisten pada jalan
tanjakan PT. MMI adalah sebesar 19° atau sama dengan 34,42%, sedangkan
standarisasi menurut buku Yanto Indonesianto, kemiringan jalan maksimum
yang dapat dilalui dengan baik oleh alat angkut besarnya berkisar antara 10 %
sampai 18 %. Akan tetapi untuk jalan naik maupun turun pada bukit, lebih
aman kemiringan jalan maksimum sebesar 8 % (4.5º ), maka akan dilakukan
perbaikan pada grade resisten jalan tambang yang ada di PT. MMI.
d. Berdaasarkan analisis data aktual di lapangan cross slope yang ada pada jalan
tambang PT. MMI adalah 0° , dari hasil perhitungan secara teori maka
didapatlah tinggi vertikal untuk poros memanjang adalah sebesar 20,22 mm,
50
maka perlu dilakukan perbaikan cross slope pada jalan tambang PT. MMI,
agar pada saat hujan turun air tidak tergenang pada badan jalan atau tergenang
di tengah jalan yang mengakibat jalan licin dan rusak
3. Rancangan Geometri Jalan Angkut Ideal Dari Front Ke Stockpile Pada Blok
B PT.Minemex Indonesia adalah:
Rancangan lebar jalan ideal 9,1 meter dilihat pada lampiran N, Rancangan
superelevasi ideal dilihat pada lampiran K., Rancangan kemiringan tanjakan
(grade) ideal dilihat pada lampiran P, Rancangan cross slope ideal dilihat
pada lampiran L, Rancangan saluran dan tanggul jalan PT.MMI ideal dilihat
pada lampiran W, Rancangan lebar jalan ideal 3D dilihat pada lampiran Q,
Rancangan lebar jalan tikungan ideal 3D dilihat pada lampiran R, Rancangan
superelevasi ideal 3D dilihat pada lampiran S, Rancangan kemiringan
tanjakan (grade) ideal 3D dilihat pada lampiran T. dan Rancangan cross
slope ideal 3D dilihat pada lampiran U.
6.2 Saran
1. Lebar jalan lurus maupun tikungan harus memenuhi ukuran standar yang sesuai
dengan ukuran alat angkut yang melewatinya, hal ini harus menjadi perhatian
pengawas dalam perawatan jalan tambang agar tidak membahayakan terhadap
pengguna jalan..
2. Superelevasi sangat perlu diperhatikan, sebab pada setiap tikungan yang berada
di PT. Minemex Indonesia tidak ada Memiliki Superelevasi sehingga
51
membahayakan pengguna jalan terutama untuk jalan angkut pada penambangan
batubara.
3. Cross Slope sangat perlu diperhatikan, karena saat hujan air akan mengalir ke
saluran peniris dan saluran peniris yang tidak berfungsi karena adanya
tumpukan tanah sisa perbaikan jalan yang tidak dibersihkan sehingga
menghambat drainase, sebaiknya dibersihkan dengan demikian badan jalan
akan terbebas dari lubang dan genangan air.
4. Untuk mengantisipasi air yang tergenang pada permukaan jalan maka
PT.Minemex Indonesia harus membuat saluran drainase yang pada saat ini
tidak ada.
52
DAFTAR PUSTAKA
Ady Winarko, dkk, Evaluasi Teknis Geometri Jalan angkut Overburden Untuk
Mencapai Target Produksi 240.000 BCM/bulan Di Site Project Mas Lahat
PT. Ulima Nitra Sumatera Selatan, Universitas Sriwijaya, Palembang, 2014.
Adip Mustofa, dkk, Perbaikan Jalan Angkut Tambang: Pengaruh Perubahan
Struktur Lapisan Jalan Terhadap Produktivitas Alat Angkut, Universitas Lambung Mengkurat, Lambung Mengkurat, 2016.
Aldiyansyah, dkk, Analisis Geometri Jalan Di Tambang Utara Pada PT.
IFISHDECO Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan Provinsi
Sulawesi Tenggara, Universitas Muslim Indonesia, Makassar, 2016.
Anonim, Data-data Dan Laporan dan Arsip PT Minemex Indonesia, 2016.
Kurniawan Nur Pratomo, dkk, Evaluasi Jalan Angkut Dari Front Tambang
Andesit Ke Crusher II Pada Penambangan Andesit Di PT. Gunung Kecapi,
Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa, Universitas Islam Bandung, Bandung, 2016.
M. Fairuz Nafiz, Dkk, Kajian Pengaruh Grade Resistance dan Rolling Resistance
Terhadap Produktivitas Pengangkutan Overburden di PT. Timah
(Persero), Tbk Kecamatan Pemali, Kabupaten Bangka, Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung, Universitas Islam Bandung, Bandung, 2017.
Riko Ervil, dkk, Buku Panduan Penulisan dan Ujian Skripsi STTIND Padang, Padang, 2016.
Rudy Azwari, Evaluasi Jalan Angkut Dari Front Tambang Batubara Menuju
Stockpile Blok B Pada Penambangan Di PT. Minemex Indonesia, Desa
Talang Serdang Kecamatan Mandiangin Kabupaten Sarolangun Provinsi
Jambi, Universitas Islam Bandung, Bandung, 2014.
Syamsuddin, Dkk, Evaluasi Geometri Jalan Angkut Serta Pengaruhnya
Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Pada Kegiatan Penambangan Batu
Gamping Gunung Guha di PT. Siam Cement Group (PT. SCG,
Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Suka Bumi, Provinsi Jawa Barat, Universitas islam Bandung. Bandung, 2016.
Sukandar rumidi, Batubara Dan Pemanfatannya, Ghajah Mada University Prees, Yogyakarta, 2006
53
Thoni Riyanto, dkk, Evaluasi Jalan Tambang Berdasarkan Geometri dan Daya
Dukung Pada Lapisan Tanah Pit Tutupan Area Highwall, Universitas Lambung Mengkurat, Lambung Mengkurat, 2016.
Yanto Indonesianto, Pemindahan Tanah Mekanis, UPN “Veteran” Yogyakarta, 2005.
Zulkifli Sayuti, Dkk, Kajian Tenik Geometri Jalan Angkut Tambang Dan
Rencana Pembuatan Saluran Peniris Di Tepi Jalan Angkut Tambang (
Studi kasus: Pit 11 Selatan PT. Kitadin Kalimantan Timur). Universitas Hasanudin, Makasar, 2013.
54
Lampiran A
Peta Geologi PT. Minemex Indonesia
55
Lampiran B
Peta Situasi Tambang
56
Lampiran C
Peta Koordinat IUP
57
Lampiran D
Peta Topografi
58
LAMPIRAN E
Spesifikasi Alat-Alat Angkut SCANIA P380 PT. Minemex Indonesia
Mesin
Jenis mesin 6 silinder
Model mesin Scania DC12 17, CRDI
Pemindahan 11700.00 CC
Daya Maksimum 380
Maxiumum Torque 1900
Kecepatan maksimum NA
Tangki bahan bakar
Kapasitas tangki bahan bakar 200,0 liter
Jenis bahan bakar Diesel
Dimensi
Tinggi 3640 mm
Lebar 2600 mm
Panjangnya 9205 mm
Curb Weight 11 kg
Jarak roda 4053 mm
Ground Clearence NA
Menghidupkan Lingkaran Radius 10080 m
Buat: Scania Model: P380 Warna: NA
59
Radius Tikungan 8,7
Jarak jejak roda truck Lebar untai depan
2,460 mm
0,35
Lebar untai belakang 0,70
Muatkan Dimensi Tubuh
Memuat Badan Tinggi NA
Memuat Lebar Tubuh NA
Memuat Panjang Tubuh NA
Muat Max Hegiht NA
Berat Vechicle Kotor 31000 kg
Penangguhan
Suspensi Depan Parabola daun pegas dengan peredam kejut berat
Suspensi Belakang NA
Ban
Ban 12X24
Rem
Jenis rem Langsung melakukan rem udara penuh dengan sirkuit independen
Rem Depan NA
Rem Belakang NA
Rem parkir Jenis rem parkir musim semi
60
Lampiran F
Dokumentasi Lapangan Dan Kondisi Jalan Tambang Batubara Di Blok B PT.
Minemex Indonesia
1. Antrian Kendaraan Pada Jalan Yang Sempit
2. Gambar Jalan Pada Tikungan
61
3. Gambar Kemiringan Tanjakan ( Gride )
4. Gambar Penampakan Genangan Air Di Jalan Setelah Hujan
62
5. Gambar Alat Angkut PT. Minemex Indonesia
6. Gambar Pengukuran Lebar jalan PT. MMI
63
7. Gambar Pengukuran Superelevasi
8. Pengukuran Grade Resisten
64
9. Pengukuran Cross Slope
10. Kegiatan Coal Getting PT. MMI
65
11. Pengangkutan Overburden PT. MMI
12. Batubara PT MMI
66
LAMPIRAN G
Surat Bukti Prapenelitian Di PT. Minemex Indonesia
67
LAMPIRAN H
Surat Bukti Penelitian Di PT. Minemex Indonesia
68
Lampiran 1
Situasi dan Segmen Jalan Aktual Tambang dari Front Tambang ke Stockpile
69
Lampiran J
Rancangan Jalan Angkut Ideal PT.MMI
70
Lampiran K
Desain Rancangan Superelevasi Ideal Setiap Tikungan
71
Lampiran L
Desain Rancangan Cross Slope Ideal Setiap Segmen
72
Lampiran M
Penampang Jalan Aktual PT. Minemex Indonesia
73
Lampiran N
Rancangan Lebar Jalan Ideal PT. MMI
74
Lampiran O
Kemiringan Tanjakan Grade Aktual PT. MMI
75
Lampiran P
Kemiringan Tanjakan Grade Rencana PT. MMI
76
Lampiran Q
Rancangan Lebar Jalan Lurus Angkut Ideal 3D
77
Lampiran R
Rancangan Lebar Jalan Angkut Pada Tikungan Ideal 3D
78
Lampiran S
Rancangan Kemiringan Pada Tikungan Superelevasi Ideal 3D
79
Lampiran T
Rancangan Kemiringan Tanjakan Grade Ideal 3D
80
Lampiran U
Rancangan Kemiringan Melintang Cross Slope Ideal 3D
81
Lampiran V
Rancangan Jalan Dari Front Penambangan Menuju Stockpile 3D
82
Lampiran W
Rancangan Saluran Dan Tanggul Pengaman Jalan Tambang PT. MMI
83
Lampiranm X
Tabel Hasil Evaluasi Geometri Jalan Angkut Ideal PT. Minemex Indonesia
Tabel.1 Analisis, Lebar Jalan Lurus, Grade, Cross Slope
No
Segm
en
Lebar Jalan
Lurus Aktual
(m)
Lebar jalan
lurus Ideal
(m)
Lebar Jalan
Yang Harus
Diperbaiki
(m)
Cross
Slope
Ideal
Kemiringa
n
Tanjakan
Ideal
Keteranga
n
1
1
6 9,1 -3,1
20,02
mm
Dua Jalur
2 6,6 9,1 -2,5 Dua Jalur
3 6,7 9,1 -2,4 Dua Jalur
4
2
12 9,1 2,9
20,02
mm
Dua Jalur
5 11 9,1 1,9 Dua Jalur
6 10,6 9,1 1,5 Dua Jalur
7
3
7,7 9,1 -1,4
20,02
mm
Dua Jalur
8 6,7 9,1 -2,4 Dua Jalur
9 8,7 9,1 -0,4 Dua Jalur
10
4
11,3 9,1 2,2 20,02
mm
Dua Jalur
11 11,6 9,1 2,5 Dua Jalur
12 9,1 9,1 0 Dua Jalur
13 5 8,1 9,1 -1 20,02
mm
Dua Jalur
14 11,6 9,1 2,5 Dua Jalur
84
15
6
12,9 9,1 3,8 20,02
mm
Dua Jalur
16 7,67 9,1 -1,43 Dua Jalur
17 5,97 9,1 -3,13 Dua Jalur
18 7 7,04 9,1 -2,06 20,02
mm
Dua Jalur
19 7,29 9,1 -1,81 4,5° Dua Jalur
20 8 5,2 9,1 -3,9 20,02
mm
Dua Jalur
21 6,98 9,1 -2,12 4,5° Dua Jalur
22
9
5,3 9,1 -3,8
20,02
mm
Dua Jalur
23 7,8 9,1 -1,3 Dua Jalur
24 10,75 9,1 1,65 Dua Jalur
25
10
10,75 9,1 1,65
20,02
mm
Dua Jalur
26 10,7 9,1 1,6 Dua Jalur
27 10,03 9,1 0,93 Dua Jalur
Tabel . 2 Analisis, Lebar Jalan Tikungan Superelevasi,
No
Titik
Penguku
ran
Lebar Jalan
Pada
Tikungan
Aktual(m)
Lebar
Jalan
Tikungan
Ideal (m)
Panambah
an Lebar
Jalan ideal
Superelevasi
Keterangan
1
tikungan
1 8,3 12,2 -3,9 11,,36° Dua Jalur
Lanjutan Tabel .1
85
2
tikungan
2 5,27 12,2 -6,93 11,,36° Dua Jalur
3
tikungan
3 7,3 12,2 -4,9 11,,36° Dua Jalur
86
87
BIODATA WISUDAWAN/TI
No. Urut :
Nama : Aga Prima Mierta
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat/ Tgl Lahir : Padang Jering, 28 Agustus 1993
Nomor Pokok
Mahasiswa : 1310024427005
Program Studi : Teknik Pertambangan
Tanggal Lulus : 9 Juli 2018
IPK : 3.21
Predikat Lulus : Sangat Memuaskan
Judul Skripsi :
Evaluasi Geometri Jalan Angkut
Dari Front Menuju Stockpile Pada
Penambangan Batubara Blok B PT.
Minemex Indonesia Mandiangin
Jambi.
Dosen
Pembimbing :
1. Drs. Tamrin Kasim, MT
2. Riam Marlina, MT
Asal SMTA : SMK-SPP NEGERI JAMBI
Nama Orang Tua : Ayah : Suhaimi
Ibu : Erna Yupita
Alamat/FB :
Desa Padang Jering, Kecamatan
Batang Asai, Kabupaten
Sarolangun, Provinsi Jambi.
Telp/HP/WA : 082185881838
Recommended