View
231
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
EVALUASI HASIL
PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
KELURAHAN (PPMK) PELATIHAN
KETERAMPILAN TATA RIAS PENGANTIN
(STUDI KASUS DI KELURAHAN CIBUBUR,
JAKARTA TIMUR)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi
persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun Oleh
LILIS OKVIYANI
NIM : 1112054000002
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017 M / 1439 H
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukt bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 1 Februari 2017
Lilis Okviyani
i
ABSTRAK
Lilis Okviyani
Nim. 1112054000002
Evaluasi Hasil Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK)
Pelatihan Keterampilan Tata Rias Pengantin. (Studi Kasus Di Kelurahan
Cibubur, Jakarta Timur
Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) merupakan suatu
program Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan, dengan masyarakat yang berada di tingkat paling bawah, yaitu
masyarakat kelurahan sebagai sasarannya. Salah satu kelurahan yang menjadi
pelaksana PPMK adalah Kelurahan Cibubur. Program PPMK di Kelurahan
Cibubur telah berjalan sejak tahun 2001. Dalam menjalankan kegiatannya sebagai
program pemberdayaan masyarakat dimana melakukan pendampingan pada saat
pelatihan terhadap masyarakat, agar program berjalan sesuai rencana, terstruktur
dan menghasilkan pencapaian yang sesuai dengan rencana. Apakah program itu
memberikan hasil serta pengaruh kepada para peserta pelatihan. Oleh karenanya,
skripsi ini akan membahas mengenai bagaimana evaluasi hasil PPMK pelatihan
tata rias pengantin, tetapi di sini penulis membatasi pada permasalahan evaluasi
hasil atau produk dari pelatihan tersebut.
Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Metode tersebut digunakan untuk mengetahui data- data yang berkaitan
dengan Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) di kelurahan
Cibubur Jakarta Timur. Model evaluasi yang penulis gunakan adalah model CIPP
(Context, Input, Process, Product) yang dikembangkan oleh Stufflebeam.
Hasil yang ditemukan di lapangan dalam penelitian bahwa sasaran PPMK telah
berjalan sesuai, tetapi hasilnya belum memberikan hasil maksimal bagi setiap
peserta, karena kurang adanya pendampingan khusus setelah pelatihan. Hal ini
menyebabkan peserta tidak mandiri dan berdaya karena tidak adanya arahan untuk
keberlanjutan pelatihan. Namun, meskipun belum berhasil secara penuh, mayoritas
responden atau peserta memberikan tanggapan positif terkait pelatihan ini, seperti
memberikan skill dasar, membangun jiwa entreupreuner, dan menjadikan kaum
perempuan lebih produktif dan aktif dalam kehidupan bermasyarakat.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puja dan puji senantiasa penulis panjatkan atas segala karunia Allah
SWT, yang telah menciptakan makhluk-Nya dengan penuh cinta dan kasih serta
mengajarkan manusia untuk mencintai sesama manusia hanya karena Allah semata.
Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan besar kita yakni Nabi
Muhammad SAW, pada keluarga yang suci, para sahabatnya yang mulia serta para
umatnya yang insya Allah hingga kini terus mencintainya.
Skripsi dengan judul “Evaluasi Hasil Program Pemberdayaan Masyarakat
Kelurahan (Ppmk) Melalui Pelatihan Keterampilan Kewanitaan (Tata Rias
Pengantin) Terhadap Peningkatan Ekonomi Keluarga Di Kelurahan Cibubur,
Jakarta Timur (Penerapan Model Evaluasi Cipp)” merupakan salah satu wujud
upaya penulis dalam memberikan sedikit pengetahuan mengenai pelaksanaan
program- program pemerintah melalui pemberdayaan masyarakat dan apa saja yang
dirasakan masyarakat.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal
tersebut disebabkan oleh keterbatasan yang penulis miliki. Oleh karena itu segala
kritikan dan masukan yang bertujuan membangun sungguh merupakan suatu
masukan yang sangat berharga dan membantu penulis dalam membuat skripsi ini.
Karenanya, sudah sepantasnya penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
iii
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan serta jajaran Dekanat Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Wati Nilamsari, M.Si selaku Ketua Program Studi Pengembangan
Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Nurul Hidayati, S. Ag.,M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah luar
biasa membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini melalui nasihat,
motivasi dan do’a yang selalu beliau berikan kepada penulis.
4. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah ikhlas mengamalkan ilmunya kepada
penulis.
5. Bapak Suhadi dan Ibu Muhannah selaku pembimbing di Kelurahan yang
telah banyak membantu dalam proses penelitian.
6. Ayah, Ibu dan Kakak saya tercinta yang selalu memberikan do’a dan kasih
sayang sepanjang masa serta dukungan selama ini.
7. Faisal Amin, terima kasih atas segalanya cepat menyusul juga ya. Semangat
8. Teman-teman tercinta PMI angkatan 2012 yang tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu yang banyak membantu penulis selama ini. Tetap semangat
buat kita semua.
9. Teman – teman Komunitas Mahasiswa Lintas Alam ( KMLA ) Garuda yang
saya sayangi, yang telah banyak mengajarkan arti kekeluargaan yang
sebenarnya. Tetap terbang sejauh dan setinggi yang kalian mampu, tetapi
jangan sampai kalian lupa akan pijakan awal kalian berdiri. Hikkhikss
iv
10. Teman-teman Kostan Al-barkah 2 tersayang. Semoga kita selalu dalam
lindungan-Nya. Aamiin.
11. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan, yang telah membantu selesainya
skripsi ini.
Penulis tidak mampu memberikan balasan apa-apa atas segala jasa yang
diberikan, dan hanya mampu menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya
dengan iringan do’a semoga segala pengorbanan dan bantuan dari semua pihak
dapat dicatat sebagai amal ibadah di sisi Allah SWT.
Demikian sebagai pengantar dalam penelitian ini, dengan penuh harapan
dapat bermanfaat bagi almamater dan masyarakat. Akhirnya sebagai penutup
pengantar ini, penulis haturkan banyak rasa terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, 1 Februari 2017
Penulis
Lilis Okviyani
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK...............................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...................................................6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.............................................................7
D. Tinjauan Pustaka..................................................................................8
E. Sistematika Penulisan.........................................................................10
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Evaluasi.............................................................................................12
1. Pengertian...................................................................................12
2. Pendekatan Dalam Evaluasi........................................................13
3. Model Evaluasi...........................................................................16
4. Indikator Evaluasi.......................................................................18
5. Tujuan dan Manfaat Evaluasi......................................................20
B. Pemberdayaan Masyarakat.................................................................21
1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat......................................21
2. Strategi Pemberdayaan Masyarakat................................... ........25
3. Tahap-tahap Pemberdayaan Masyarakat....................................26
C. Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan ( PPMK )...................29
1. Pengertian PPMK.......................................................................29
vi
2. Hakekat PPMK...........................................................................29
3. Program PPMK..........................................................................29
D. Pelatihan...........................................................................................30
1. Pengertian...................................................................................30
E. Keterampilan....................................................................................31
1. Pengertian Keterampilan............................................................31
2. Keterampilan Tata Rias..............................................................33
3. Pengertian Keterampilan Tata Rias.............................................33
4. Jenis -jenis Keterampilan Tata Rias............................................34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian.......................................................35
B. Tempat dan Waktu Peneltian………...............................................36
C . Sumber Data.....................................................................................37
D. Teknik Pengumpulan Data...............................................................37
E. Teknik Analisis Data........................................................................39
F. Teknik Keabsahan Data...................................................................40
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Temuan............................................................................................42
1. Gambaran Umum Kelurahan Cibubur........................................46
2. Gambaran Umum Objek Penelitian (PPMK)..............................52
B. Analisis Data.......................................................................................65
1. Aspek Context Pelatihan Keterampilan Tata Rias.....................65
vii
2. Aspek Input Pelatihan Keterampilan Tata Rias.........................69
3. Aspek Process Pelatihan Keterampilan Tata Rias.....................80
4. Aspek Product Pelatihan Keterampilan Tata Rias.....................89
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................97
B. Saran..................................................................................................99
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................101
LAMPIRAN – LAMPIRAN..............................................................................105
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin..............................................43
Tabel 2. Penduduk Menurut Mata Pencaharian......................................................44
Tabel 3. Penduduk Menurut Mata Pencaharian......................................................45
Tabel 4. Status Agama Penduduk Kelurahan Cibubur............................................46
Tabel 5. Tahapan Pelaksanaan Program PPMK......................................................60
Tabel 6. Rincian Dana……………………………………………………….........61
Tabel 7. Monitoring dan Evaluasi...........................................................................63
Tabel 8. Peserta Pelatihan Tata Rias.......................................................................70
Tabel 9. Indikator Input Program PPMK Pelatihan Tata Rias.................................74
Tabel 10. Indikator Output dan Outcome Program Pelatihan Tata
Rias Pengantin........................................................................................................92
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam mengatur seluruh tatanan hidup dengan sempurna hubungan
seseorang kepada Tuhannya, hubungan sesama manusia, kepada alam
sekitarnya, muamalah, ibadahnya, sosial budayanya serta khususnya
persoalan ekonomi. Semua kebutuhan tersebut tidak dapat diperoleh
secara instan tetapi harus dengan usaha dan kerja keras untuk memenuhi
segala kebutuhan hidupnya.
Menurut Edi Suharto dalam bukunya bahwa kemiskinan merupakan
masalah sosial menakutkan yang hadir di tengah-tengah masyarakat,
khususnya di negara-negara berkembang.1
Indonesia merupakan Negara ketiga yang sampai detik ini jumlah
penduduknya masih hidup di bawah garis kemiskinan. Kemiskinan di
Indonesia tak sekedar terjadi karena struktur dan budaya masyarakat.
Namun, kemiskinan juga tak hanya disebabkan oleh sulitnya masyarakat
mendapatkan akses sumber permodalan.
Kemiskinan biasanya terjadi karena individu tidak mampu
memberdayakan potensi dirinya secara maksimal untuk mencapai
kesejahteraan dalam kehidupannya secara mandiri. Kemiskinan yang
diderita oleh masyarakat Indonesia tidak hanya masalah kecerdasan, tetapi
masalah keahlian hidup, karena keahlian dapat membuat masyarakat
1 . Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat ( Bandung:PT Refika
Aditama, 2005).h.131
2
menjadi survive dalam menjalani hidup dan mencapai apa yang mereka
inginkan.
Pembangunan merupakan proses yang berkelanjutan yang ditujukan
untuk meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat.
Pembangunan juga ditujukan dalam rangka memecahkan permasalahan
yang dihadapi dan dirasakan oleh masyarakat melalui aktifitas kreatif dan
terorganisir dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki.
Pada tahun 1999 Pemerintah DKI Jakarta dalam Undang -undang
Nomor 29 Tahun 2007 mengisyaratkan paradigma baru yaitu pelayanan,
pemberdayaan, pembangunan. Salah satu unutk mengimplementasikan
amanat tersebut maka Pemprov DKI Jakarta menerbitkan Peraturan
Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 5 Tahun 2010 tentang Lembaga
Musyawarah Kelurahan (LMK) yang bertujuan untuk membantu Lurah
sebagai mitra dalam penyelenggaraan pemerintah dan untuk menampung
aspirasi serta meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat.
Menurut Data Badan Pusat Stastisik Provinsi DKI Jakarta jumlah
penduduk miskin terakhir pada tahun 2015 bulan Maret mencapai 28,59
juta orang ( 11, 22 persen) 2
Awal mula berdirinya Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan
(PPMK) di ciptakan pada tahun 2001. Program Pemberdayaan Masyarakat
Kelurahan (PPMK) merupakan suatu model pembangunan kelurahan yang
menggunakan pendekatan masyarakat di tingkat Rukun Warga (RW)
2 http://bps.go.id/brs/view/1158/ (diakses pada hari Kamis tanggal 24 November 2016 )
3
dengan tujuan mempercepat upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat
yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Program pemberdayaan ini dinaungi oleh Badan Pemberdayaan
Masyarakat dan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPM&P&KB)
pemerintah DKI yang menfasilitasi, membina dan mendorong agar
masyarakat berdaya dan mandiri.
Konsep dasar PPMK bukan hanya program yang hanya
menyalurkan dana kepada masyarakat, melainkan masyarakat dituntut
sebagai pelaksana progam tersebut. Hal ini akan mendorong upaya
pemberdayaan atau pengembangan masyarakat itu sendiri. Masyarakat
harus berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan Program Pemberdayaan
Masyarakat Kelurahan ( PPMK ) mulai dari identifikasi masalah,
kebutuhan, perencanaan aksi pelaksanaan program sampai pada tahap
monitoring atau evaluasi.
Kelurahan Cibubur adalah salah satu kelurahan yang terletak di
Kecamatan Ciracas Jakarta Timur, dan merupakan salah satu Kelurahan
yang mendapatkan suatu program pemerintah tersebut. Pada tahun 2015
jumlah penduduk di Kelurahan Cibubur sebanyak 72,071 jiwa dengan
angka kemiskinan sekitar 2,476 jiwa.
Berbicara mengenai kemiskinan ini sangat erat sekali kaitannya
dengan masalah pengembangan ekonomi keluarga. Pendapatan suatu
rumah tangga sangat menentukan suatu kesejahteraan sebuah rumah
tangga, yang mana jika pendapatan suatu rumah tangga besar, cukup untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, seperti kebutuhan spiritual
4
, pangan, sandang, papan dan kesehatan keluarga, maka sebuah keluarga
sudah dapat dikatakan sebagai keluarga sejahtera. Oleh karena itu, dari
setiap masyarakat perlu dibekali suatu keterampilan atau pelatihan agar
dapat menunjang persaingan angkatan kerja di masa mendatang.
Salah satu bentuk kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh
PPMK Cibubur adalah pelatihan Tata Rias Pengantin dengan dana
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta. Dimana
dalam program ini melibatkan kaum perempuan sebagai sasaran
pemberdayannya sehingga kaum perempuan dapat berdaya dan
mempunyai suatu keterampilan di dalam dirinya sebagai bekal keahlian di
masa yang akan datang.
Dalam tahap pengembangan dan pemberdayaan masyarakat, ada
yang disebut pendampingan masyarakat. Pendamping masyarakat adalah
fasilitator dari LMK ( Lembaga Masyarakat Kelurahan ) tersebut dimana
dalam tingkat kelurahan disebut TPKK ( Tim Pelaksanaan Kegiatan
Kelurahan ) dan dalam tingkat Rukun Warga ( RW ) disebut KPPM (
Kelompok Peduli Pemberdayaan Masyarakat ) yang berperan dalam
menumbuhkan kesadaran, pembimbing, pengajar, dan pembaharu dalam
membimbing segala program pemberdayaan yang di tawarkan oleh LMK.
Berhasil atau tidaknya suatu program berpacu pada saat pelaksanaan
dan hasil yang didapatkan oleh masyarakat. Tidak jarang ada beberapa
masalah yang timbul ketika pelaksanaan hingga pada tahap akhir yaitu
hasil. Mulai dari partisipasi masyarakat yang kurang aktif dan tidak adanya
pendampingan khusus hingga masyarakat itu mandiri. Tugas dan fungsi
5
fasilitator atau pendamping menjadi peran penting dalam pemberdayaan
mulai dari rencana hingga sasaran berhasil menjadi lebih mandiri dan
berdaya.
Oleh karena itu sebagai tahapan pengembangan masyarakat dengan
menjalankan program-program tersebut perlu juga adanya sebuah evaluasi
terhadap objek dan subjek program. Evaluasi program ini sangat
dibutuhkan karena dalam upaya agar penggerakan dan pemberdayaan
masyarakat ini dapat berhasil daya dan berhasil guna sehingga dapat
mewujudkan tujuan yang telah direncanakan pada setiap tahapannya.
Dari permasalahan di atas, ada pun peneliti memilih PPMK Cibubur
sebagai objek dalam penelitian ini karena peneliti melihat eksistensi yang
terlihat oleh PPMK dengan bentuk programnya dalam meningkatkan
ekonomi keluarga melalui pelatihan keterampilan kewanitaan ( tata rias
pengantin) sangat bermanfaat bagi jangka pendek maupun panjang yang
didapatkan oleh masyarakat khususnya mempunyai peranan yang positif
bagi kaum perempuan.
Berdasarkan kerangka berpikir diatas, penulis merasa perlu untuk
melakukan penelitian mengenai evaluasi dari Program Pemberdayaan
Masyarakat Kelurahan dan membuat laporan hasil penelitiannya ke dalam
sebuah karangan ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul “Evaluasi
Hasil Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK)
Pelatihan Keterampilan Tata Rias Pengantin. (Studi Kasus di
Kelurahan Cibubur, Jakarta Timur).
6
Dalam pelatihan keterampilan kewanitaan ( tata rias pengantin) oleh
PPMK Cibubur disini merupakan sebuah upaya dalam memberdayakan
masyarakat terutama kaum perempuan untuk lebih percaya diri dalam
menunjukan kemampuannya. Selain alasan di atas, penulis memilih lokasi
PPMK Cibubur karena lokasinya masih dalam satu wilayah dengan rumah
penulis sehingga dapat mempermudah akses untuk mendapatkan data
secara akurat.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berangkat dari fenomena di atas, peneliti tertarik untuk meneliti
program pemberdayaan yang diadakan oleh pemerintah. Masalah dibatasi
pada pelaksanaan Bina Sosial yang dilaksanakan oleh PPMK Cibubur,
dimana salah satu kegiatan dari Bina Sosial tersebut adalah Pelatihan
Keterampilan Tata Rias Pengantin, dan peneliti hanya berfokus mengenai
evaluasi hasil atau produk saja.
Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan peneliti lebih
tegas merumuskan permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut:
1. Bagaimana konteks pelaksanaan program pelatihan kewanitaan
(tata rias pengantin) dalam meningkatkan ekonomi keluarga di
Kelurahan Cibubur?
2. Bagaimana input pelaksanaan program pelatihan kewanitaan ( tata
rias pengantin) dalam meningkatkan ekonomi keluarga di
Kelurahan Cibubur?
7
3. Bagaimana proses pelaksanaan program pelatihan kewanitaan ( tata
rias pengantin) dalam meningkatkan ekonomi keluarga di
Kelurahan Cibubur?
4. Bagaimana hasil program pelatihan kewanitaan ( tata rias
pengantin) berpengaruh dalam meningkatkan ekonomi keluarga di
Kelurahan Cibubur?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi hasil
program Pelatihan Keterampilan Tata Rias Pengantin. Adapun secara
khusus penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan:
1. Untuk mengetahui evaluasi hasil atau produk dari pelatihan yang
sudah terlaksana dalam upaya memberdayakan kaum perempuan di
Cibubur.
2. Untuk mengetahui hasil dan kontribusi apa saja yang diberikan
kepada penerima manfaat pelatihan tersebut.
Setiap penelitian diharapkan memiliki manfaat. Manfaat tersebut
bisa bersifat teoritis dan praktis3.
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan wacana informasi
atau kontribusi baru tentang salah satu tahap pengembangan
masyarakat sehingga dapat menjadi acuan terhadap penelitian yang
akan datang. Penelitian ini diharapakan memberikan pengetahuan
3 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung; Alfabeta, 2013), hal. 397.
8
baru bagi akademisi maupun bagi Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi peneliti, penelitian ini dapat dijadikan acuan data untuk
melengkapi dan mendapatkan data-data lainnya yang lebih
komprehensip di dalam penelitian yang masih
bersinggungan dengan pembahasan.
2) Bagi Lembaga Musyawarah Masyarakat (LMK) diharapkan
dapat menjadi masukan dalam mengevaluasi suatu program
dalam pemberdayaan masyarakat.
C. Tinjauan Pustaka
Sebelum peneliti mengkaji tulisan ini, penulis melakukan kajian
kepustakaan dengan tujuan untuk memperoleh data dari beberapa sumber
tertulis ada beberapa karya ilmiah, buku yang menjadi referensi dari
pengkajian ini, ataupun mengutip dari beberapa hasil penelitian pada
penelitian sebelumnya yang serupa. Ada tiga Karya Ilmiah (Skripsi) yang
penulis jadikan sebagai bahan peninjauan pustaka, yakni sebagai berikut :
1. Judul skripsi, “Evaluasi Program Baitulmaal Wa Tamwil Ar-Ridho
Dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Di Kelurahan Pisangan
Kecamatan Ciputat Timur” , penulis Fanny Nur Oktaviana,
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam 2010. Penelitian ini sama dalam
objeknya, namun berbeda dengan subjek yang penulis teliti.
9
2. Judul skripsi, “ Evaluasi Program Kampung Ternak Dompet
Dhuafa Dalam Mengembangkan Potensi Ternak Lokal Di Desa
Lebak Sari Sukabumi Jawa Barat”, penulis Muhammad
Hasanuddin, Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan
Pengembangan Masyakrat Islam 2008. Yang membedakan
penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan penelitian tersebut
adalah batasan masalahnya, penulis sebelumnya membatasi
masalahnya hanya pada evaluasi input atau awal, sedangkan penulis
membatasi masalah hanya kepada konteks, input, proses dan hasil
3. Judul skripsi, “Evaluasi Program Pemberdayaan Masyarakat
Kelurahan ( PPMK ) Di Kelurahan Sunter Jaya”, penulis Yudi,
Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam Konsentrasi Kesejahteraan Sosial 2010. Yang
membedakan penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian
tersebut terletak pada batasan masalahnya, penulis sebelumnya
membatasi masalahnya pada evaluasi input dan menggunakan
model evaluasi SWOT sedangkan penulis menitik beratkan pada
evaluasi hasil atau produk dengan model evaluasi CIPP dari
program pemberdayaan masyarakat kelurahan melalui
keterampilan yang dimiliki masyarakat.
10
D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini berdasarkan buku panduan
Pedoman Penulisan Skrispi, Tesis dan Disertasi UIN Syarif Hidayatulla
Jakarta. 4
Untuk memudahkan pembahasan, penulis membuat kerangka
penulisan dengan sistematis yang mana terdiri dari 5 Bab dan tiap-tiap bab
terdiri dari beberapa sub bab, yakni sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan, yang meliputi Latar Belakang Masalah,
Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penelitian; Tinjauan Pustaka Penelitian dan Sistematika
Penulisan.
BAB II Landasan Teori terdiri dari : 1. Evaluasi : Pengertian
Evaluasi, Bentuk Evaluasi, Pendekatan Evaluasi, Tujuan dan
Manfaat Evaluasi 2. Pemberdayaan Masyarakat : Pengertian,
Strategi dan Tahapan Pemberdayaan Masyarakat. 3.Program
Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) : Pengertian
PPMK , Hakekat PPMK, Program PPMK. 4. Pelatihan:
Pengertian Pelatihan, Pengertian Keterampilan
, Keterampilan tata rias dan Jenis-jenis tata rias pengantin. 5.
Ekonomi Keluarga : Pengertian Ekonomi Keluarga.
Kesejahteraan Keluarga.
4 Hamid Nasuhi, dkk.. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah : Skripsi , Tesis dan Disertasi.
( Jakarta : CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007 ), Cet. Ke-2. H.11
11
BAB III Metodologi Penelitian yang terdiri dari ; 1. Pendekatan
Penelitian. 2. Jenis Penelitian 3. Lokasi 4. Tempat dan Waktu
5. Objek dan Subjek 6. Instrumen Penelitian 7. Teknik
Keabsahan Data 8. Teknik Pengumpulan Data 9. Teknik
Analisis Data.
BAB IV Membahas Tentang Hasil Penelitian dan Analisis yang
mengenai Gambaran Umum Tentang Kelurahan Cibubur,
Gambaran Umum Tentang Program PPMK dan Analisis
Hasil Penelitian.
BAB V Sebagai penutup akan diisi dengan Kesimpulan dan Saran.
12
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Evaluasi
1. Pengertian Evaluasi
Secara etimologi, evaluasi artinya penilaian sehingga
mengevaluasi artinya memberi atau menilai. 5 Sedangkan secara
terminologi, menurut Arikunto, evaluasi adalah suatu kegiatan yang
bertujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu kegiatan.
Dengan demikian, penelitian evaluasi ini dilakukan untuk
mengetahui tingkat efektivitas pelaksanaan program dengan cara
mengukur hal-hal yang berkatian dengan keterlaksanaan program
tersebut. 6 Mengevaluasi berarti “ menguji dan menentukan suatu nilai,
kualitas, kadar kepentingan, jumlah, derajat atau keadaan, seorang
pengevaluasi berusaha memberi jawaban atas suatu program
pembangunan atau suatu aktivitas serta kebutuhan para pengambil
keputusan dari program atau aktivitas tersebut.” 7
Sementara itu menurut Raplh Tyler sebagaimana yang dikutip
oleh Farida Yusuf Tayibnafis dalam bukunya Evaluasi Program
5 Tim Penyusunan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, (Jakarta:Balai Pustaka,
1995), cet.4 6 Suharsini Arikunto, Penilaian Program Pendidikan, (Jakarta:PT. Bina Aksara, 1988),
cet.1,h.8 7 . Mochtar Buchori, Riset Partisipatris Riset Pembebasan, (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 1993), hal.68-69
13
mengemukakan bahwa evaluasi adalah proses yang menentukan
sampai sejauh mana tujuan dalam setiap program dapat tercapai. 8
Dapat disimpulkan bahwa evaluasi pada dasarnya dibutuhkan
dalam setiap program untuk mengetahui keberhasilan dan kemajuannya
serta sasaran apakah sudah tercapai atau belum dan hasilnya nanti dapat
diperbaiki menjadi lebih baik daripada program sebelumnya. Ketika
evaluasi dilakukan maka akan terlihat faktor-faktor apa saja yang perlu
dipertahankan, diperbaiki atau di hilangkan sama sekali.
2. Pendekatan Dalam Evaluasi
a. Pendekatan Eksperimental
Pendekatan ini membuat evaluator sebagai orang ketiga yang
obyektif dalam program yang menjalankan prinsip -prinsip desain
penelitian dalam situasi yang diberikan untuk memperoleh informasi
desain yang tidak diragukan kebenarannya atas dampak program. 9
b. Pendekatan yang Berorientasi pada Tujuan (Goal Oriented
Approach)
Pendekatan evaluasi yang berorientasi pada tujuan merupakan
sebagai kriteria utama untuk menentukan keberhasilan. Evaluator
mencoba mengukur sampai di mana pencapaian tujuan telah
tercapai. Pendekatan semacam ini merupakan pendekatan yang amat
wajar dan praktis untuk desain dan pengembangan program.
8 Farida Yusuf Tayibnafis, Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk Program
Pendidikan dan Penelitian ( Jakarta : Rineka Cipta, 2000 ),h.2 9 Farida Yusuf Tayibnafis, Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk Program
Pendidikan dan Penelitian ( Jakarta : Rineka Cipta, 2000 )
14
c. Pendekatan yang Berfokus pada Keputusan (The Decision Focused
Approach)
Pendekatan evaluasi yang berfokus pada keputusan,
menekankan pada peranan informasi yang sistematik untuk
pengelola program dalam menjalankan tugasnya. Sesuai dengan
pandangan ini, informasi akan amat berguna apabila dapat
membantu para pengelola program membuat
keputusan. Oleh sebab itu, kegiatan evaluasi ini harus direncanakan
sesuai dengan kebutuhan untuk keputusan program.
Keunggulan dari pendekatan ini ialah perhatiannya terhadap
kebutuhan pembuat keputusan yang khusus dan pengaruh yang
semakin besar pada keputusan program yang relevan.
d. Pendekatan yang Berorientasi kepada Pemakai (The User Oriented
Approach )
Kelebihan pendekatan ini ialah perhatiannya terhadap individu
yang berurusan dengan program dan perhatiannya terhadap
informasi yang berguna untuk individu tersebut. Evaluator ini lebih
terlibat dalam kegiatan program dibandingkan dengan evaluator
yang menganut pendekatan lain. Mereka lebih betindak sebagai
orang dalam daripada sebagai konsultan luar. Evaluator bukan
sebagai ahli, tetapi sebagai rekan yang mencoba menolong untuk
hal-hal yang diperlukan organisasi.
15
e. Pendekatan yang Responsif ( The Responsive Approach )
Pendekatan ini merupakan pendekatan paling lain dari kelima
pendekatan yang lain. Karena, evaluasi responsif percaya bahwa
evaluasi yang berarti yaitu yang mencari pengertian suatu isu dari
berbagai sudut pandangan dari semua orang yang terlibat, yang
berminat dan yang berkepentingan dengan program. Evaluasi
responsif ditandai oleh ciri-ciri penelitian yang kualitatif,
naturalistik, bukan kuantitatif. Bukan mengumpulkan data dengan
instrumen tes atau kuesioner, tapi evaluator mengandalkan observasi
yang langsung atau tidak langsung terhadap kejadian dan interpretasi
data yang impresionistik.
f. Goal Free Evaluation
Goal Free Evaluation, memiliki makna evaluasi bebas tujuan
dimana dalam evaluasi ini tujuan harus dievaluasi, dikarenakan
banyak hasil program penting tidak sesuai dengan tujuan program.
Dalam penelitian ini penulis ingin menggunakan pendekatan
yang berorientasi pada pemakai karena kelebihan pendeketan ini
mempunyai perhatian terhadap individu yang berurusan langsung
dengan program serta informasi yang berguna untuk individu
tersebut. Dalam hal ini tepatnya adalah program PPMK pada
pelatihan tata rias wanita.
16
3. Model Evaluasi
Sebelum melakukan evaluasi program terlebih dahulu kita
menentukan model evaluasi yang akan kita gunakan. Model evaluasi
program menurut Steele ( 1977 ) seperti dalam bukunya Farida Yusuf
Tayibnapis mencakup lebih dari 50 jenis yang telah dan sedang
digunakan dalam evaluasi di lapangan, dan sebagian lagi berupa konsep,
pedoman, dan petunjuk teknik untuk menyelenggarakan evaluasi
program.
Pemahaman mengenai pengertian evaluasi program dapat
berbeda-beda sesuai dengan pengertian evaluasi yang bervariatif oleh
para pakar evaluasi. Pengertian evaluasi menurut Stufflebeam seperti
dalam buku Farida bahwa evaluasi adalah proses memperoleh dan
menyajikan informasi yang berguna untuk mempertimbangkan
alternatif-alternatif pengambilan keputusan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan model CIPP
Evaluation Model ( Contex, Input, Process, Product ) menurut Daniel
L. Stuffelebeam seperti dalam buku karagan Farida , adapun
penjelasannya sebagai berikut :
a. Contect evaluation to serve planning desicion.
Konteks evaluasi ini berfungsi untuk membantu
merencanakan suatu keputusan, menentukan kebutuhan yang
akan dicapai oleh suatu program, serta untuk merumuskan tujuan
program. Evaluasi ini juga merupakan suatu upaya untuk
menggambarkan dan merinci lingkungan, kebutuhan yang tidak
17
terpenuhi, populasi dan sampel yang dilayani serta tujuan dari
suatu proyek.
Dalam penelitian ini adalah meng-asesmen masalah
kebutuhan serta mengidentifikasi potensi dan peluang untuk
memenuhi kebutuhan dari beberapa program yang dipilih. Selain
itu juga menggambarkan tujuan yang dibentuk dan sudah
tercapai. Kemudian kesesuaian sasaran program kepada
masyarakat. Dalam penelitian ini adalah program Bina Sosial
pada pelatihan kewanitaan tata rias pengantin.
b. Input evaluatin, structuring desicion.
Evaluasi ini menolong mengatur keputusan, menentukan
sumber-sumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa
rencana dan strategi yang digunakan untuk mencapai kebutuhan.
Dan bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya. Dalam
penelitian ini maka inputnya adalah sumber daya manusia,
pendanaan, sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan
pelatihan program PPMK.
c. Process evaluation, to serve implemanting desicion.
Evaluasi proses untuk membantu rencana
mengimplementasikan keputusan. Sampai sejauh mana rencana
tersebut tela diterapkan, dan apa yang harus direvisi. Begitu
pertanyaan tersebut terjawab, maka prosedur dapat dimonitor
dikontrol, dan diperbaiki. Dalam penelitian ini akan menfokuskan
pada kegiatan proses tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan
18
waktu pelaksanaan, mentoring dan evaluasi serta hambatan yang
ditemukan dalam pelatihan berlangsung, sehingga keputusan
yang diambil dapat ditetapkan untuk diperbaiki kekurangannya
dari terlaksananya program PPMK khususnya dalam pelatihan
kewanitaan tata rias pengantin.
d. Product evalutaion, to serve recycling desicion.
Evaluasi produk ini digunakan untuk menolong keputusan
selanjutnya. Apa hasil yang telah dicapai? Apa yang dilakukan
setelah suatu program berjalan?, serta mengenai pertanyaan
apakah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai? 10
Dalam evaluasi hasil ini, peneliti menggunakan tolak ukur dari
perubahan perilaku peserta serta dampak positif apa yang
didapatkan setelah mengikuti pelatihan tata rias dan bagaimana
keberlanjutan program pelatihan sebagai program usaha tersebut
di masa mendatang.
E. Indikator Evaluasi
Dalam hubungan dengan kriteria keberhasilan yang digunakan
untuk suatu proses evaluasi, Feurstein seperti yang dikutip oleh Isbandi
Rukminto Adi mengajukan beberapa indikator yang perlu untuk
dipertimbangkan, diantaranya:
a. Indikator Ketersediaan ( Indicators of Availability). Indikator ini
melihat apakah unsur yang seharusnya ada dalam suatu proses itu
benar-benar ada.
10 Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program, ( Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000),
h.1322
19
b. Indikator Relevansi ( Indicators of Relevance ). Indikator ini
menunjukkan seberapa relevan ataupun tepatnya sesuatu yang
teknologi atau layanan yang ditawarkan.
c. Indikator Keterjangkauan ( Indicators of Accessibility ). Indikator
ini melihat apakah layaanan yang ditawarkan masih berada dalam
‘jangkauan’ pihak-pihak yang membutuhkan.
d. Indikator pemanfaatan (Indicator of Utilisation). Indikator ini
melihat seberapa banyak suatu layanan yang sudah disediakan
oleh pihak pemberi layanan, dipergunakan (dimanfaatkan) oleh
kelompok sasaran.
e. Indikator Cakupan ( Indicators of Coverage ). Indikator ini
menunjukkan proporsi orang-orang yang membutuhkan sesuatu
dan menerima layanan tersebut.
f. Indikator Kualitas (Indicator of Quality). Indikator ini
menunjukkan standar kualitas dari layanan yang disampaikan ke
kelompok sasaran.
g. Indikator Upaya ( Indicators of Efforts ). Indikator ini
menggambarkan berapa banyak upaya yang sudah ‘ditanamkan’
dalam rangka mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.
h. Indikator Efisiensi ( Indicators of Efficiency ). Indikator ini
menunjukkan apakah sumber daya dan aktivitas yang
dilaksanakan guna mencapai tujuan dimanfaatkan secara tepat
guna ( efisien ) atau tidak memboroskan sumber daya yang ada
dalam upaya mencapai tujuan.
20
i. Indikator Dampak ( Indicatos od Impact ). Indikator ini melihat
apakah sesuatu yang kita lakukan benar-benar memberikan suatu
perubahan di masyarakat. 11
Dalam penelitian evaluasi ini penulis menggunakan indikator
evaluasi yaitu indikator relevansi, indikator dampak, indikator
keterjangkauan, indikator ketersediaan indikator kualitas, indikator
efisiensi, indikator cakupan, indikator upaya. Hal ini berkaitan dengan
program PPMK pelatihan tata rias dalam pelaksanaannya untuk
mengevaluasi program yang sudah berjalan dari tahun 2001 ini.
4. Tujuan Dan Manfaat Evaluasi
Pada dasarnya evaluasi bertujuan mengembangkan naluri belajar
untuk mempersiapkan mobilisasi lebih baik lagi. Evaluasi juga
mempersiapkan diri untuk merebut kesempatan dan terjun langsung
dalam kegaitan-kegiatan
aksi.12
Sedangkan menurut Isbandi Rukminto, dengan mengutip
pendapat Feurstein (1990:h,2-4) dalam bukunya yang berjudul
Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat, bahwasanya sekalipun
tidak secara langsung menyebut sebagai tujuan dari pelaksanaan
evaluasi, namun dia menyatakan ada 10 (sepuluh) alasan, mengapa
suatu evaluasi perlu dilakukan, yaitu :
11 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas ( Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis ), (Depok : Fakultas Ekonomi
Uinversitas Indonesia, 2001 ),h. 130-132 12 Esron Aritonang dkk, Pendampingan Komunitas Pedesaan, ( Jakarta : Sekretariat Bina
Desa, 2001 ),h. 74
21
a. Untuk melihat apa yang sudah dicapai
b. Melihat kemajuan, dikaitkan dengan objek (tujuan) program
c. Agar tercapai manajemen yang baik
d. Mengidentifikasikan kekurangan dan kelebihan, untuk memperkuat
program
e. Melihat perbedaan yang sudah terjadi setelah diterapkan suatu
program.
f. Melihat apakah biaya yang telah dikeluarkan cukup rasionable
g. Untuk merencanakan dan mengelola kegiatan program secara lebih
baik Melindungi pihak lain agar tidak terjebak dalam kesalahan yang sama
atau mengajak pihak lain untuk melaksanakan metode yang serupa bila
metode tersebut telah terbukti berhasil dengan baik
h. Agar dapat memberikan dampak yang lebih luas, dan
i. Memberi kesempatan untuk mendapatkan masukan dari masyarakat.
B. Pemberdayaan Masyarakat
1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Kata pemberdayaan adalah terjemahan dari istilah bahasa inggris
yaitu empowerment. Istilah empowerment sendiri dari kata dasar power
yang berarti kemampuan berbuat, mencapai, melakukan atau
memungkinkan. Awalan em berasal dari bahasa latin dan yunani, yang
berarti di dalamnya, karena itu pemberdayaan dapat berarti kekuatan
dari diri manusia itu sendiri atau suatu sumber kreatifitas. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia kata pemberdayaan diterjemahkan
22
sebagai upaya pendaya gunaan, pemanfaatan yang sebaik-baiknya
dengan hasil yang memuaskan.13
‘Pemberdayaan’ adalah mengembangkan dari keadaan tidak atau
kurang berdaya menjadi mempunyai daya guna mencapai kehidupan
yang lebih baik. Pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana
individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol
kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa
depan sesuai dengan keinginan mereka. Pemberdayaan bisa diartikan
juga suatu proses yang relatif terus berjalan untuk meningkatkan
kepada perubahan.
Dalam bukunya Edi Suharto yang berjudul Membangun
Masyarakat Memberdayakan Rakyat, menurut Parson bahwasanya
pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup
kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan atas, dan
mempengaruhi terhadap kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga
yang mempengaruhi kehidupnya. Pemberdayaan menekankan bahwa
orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang
cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain
yang menjadi perhatiannya.14
Menurut Syahril dalam bukunya Islam Konsep Implementasi
Pemberdayaan, beliau mengemukakan bahwa yang ingin dikerjakan
dengan pengembangan masyarakat melalui dakwah Islam adalah
13 Lili Bariadi, dkk. Zakat dan Wirausaha, ( Jakarta : Center of Enterpreneurship
Development, 2005).h.53 14 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung:PT Refika
Aditama, 2005),h.58
23
menggerakan masyarakat yang tradisional atau transisi yang menjadi
masyarakat yang modern, masyarakat yang berorientasi masa lalu
menjadi masyarakat yang berorientasi ke masa depan, dari masyarakat
yang pasrah kepada takdir menjadi masyarakat yang satgnan menjadi
masyarakat yang dinamis dan menjadi masyarakat yang memiliki
perencanaan panjang dalam hidupnya. Islam mengarahkan manusia
agar merencanakan kehidupan dengan berorientasi ke masa depan.
Sebagaimana Firman Allah dalam Surat Al- Insyirah Ayat 7-8 :
ى َرب َكفَاْرَغب َوإ لَ , فَإ ذَا فََرْغَت فَانَصْب
“Fa-idzaa faraghta fanshab, Wa-ilaa rabbika farghab”
Artinya :
“Maka apabila kamu telah selesai ( disesuatu urusan ),
kerjakanlah dengan sungguh- sungguh ( urusan yang lain ), dan hanya
kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap” (Al-Insyirah : 7-8 ).
15
Oleh karena itu, manusia harus merencanakan peningkatan taraf
hidup dan tidak selalu menyerah kepada takdir Tuhan. 16
‘Masyarakat’ adalah kelompok-kelompok masyarakat yang
saling terkait oleh sistem-sistem, adat istiadat, ritus-ritus serta hukum-
hukum khas, dan hidup bersama, atau masyarakat merupakan terdiri
dari individu - individu yang secara berkelompok. Masyarakat bisa di
artikan kelompok manusia yang saling berinteraksi yang memiliki
15 Al-Quran Surat Al-Insyirah ayat 7-8 16 Syahril Harahap, Islam Konsep Implementasi Pemberdayaan,( Yogyakarta: PT. Tiara
Wacana Yogya, 1999), Cet-Ke-1,h.132
24
prasarana-prasarana untuk mencapai tujuan bersama. Masyarakat
adalah tempat kita bisa melihat dengan jelas proyeksi individu sebagai
keluarga, keluarga sebagai prosesnya, dan masyarakat adalah hasil dari
proyeksi tersebut. 17
Sedangkan Masyarakat menurut Ralp Linton seperti dalam buku
karangan Imam Safari bahwa masyarakat merupakan setiap kelompok
manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga
mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka
sebagai suatu kesatuan sosial dengan batasan yang dirumuskan dengan
jelas. Sedangkan Menuurut Selo Soemardjan dalam buku yang dikutip
oleh Imam Safari menyatakan bahwa masyarakat adalah orang yang
hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. 18
Jadi secara sederhana pemberdayaan masyarakat adalah suatu
upaya individu atau kelompok untuk menjadi mandiri dari sifat-sifat
ketergantungan. Masyarakat yang mandiri adalah masyarakat yang
mempunyai kepercayaan pada diri sendiri untuk menampilkan
kemampuannya dalam menuju kehidupan yang lebih baik dan
sejahtera. Hal ini berkaitan erat dengan upaya meningkatkan
keterampilan dan kreatifitas pada setiap individu untuk dikembangkan
dan diberdayakan agar menghasilkan suatu hal yang bermanfaat untuk
hidupnya pada jangka panjang.
17 Murtadha Muktahari, Masyarakat dan Sejarah , ( Bandung: Penerbit Mizan, 1995 ).
Cet. Ke-5, h.15 18 S. Imam Safari, Pengantar Sosiologi. Hal. 46-47
25
2. Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Dalam konteks pekerjaan social, pemberdayaan dapat dilakukan
melalui tiga aras atau mantra pemberdayaan ( empowerment setting ):
mikeo, mezzo, dan makro.
a. Aras Mikro
Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui
bimbingan, konseling, stress management, crisis intervention. Tujuan
utamanya adala membimbing atau melatih klien dalam menjalankan
tugas-tugas kehidupannya, model ini sering disebut dengan pendekatan
yang berpusat pada tugas (task centered approach ).
b. Aras Mezzo
Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien.
Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai
media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok,
biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran,
pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki
kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapi.
c. Aras Makro
Pendekatan ini disebut juga sebagai strategi sistem besar , karena
sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas.
Perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial,
Lobbying, pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik adalah
beberapa strategi dalam pendekatan ini. Strategi besar memandang
26
klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami
situasi-situasi mereka sendiri dan untuk memilih serta menentukan
strategi yang tepat untuk bertindak.19
3. Tahap-tahap Pemberdayaan Masyarakat
Upaya dalam rangka merealisasikan Pengembangan Masyarakat
Islam harus dilakukan secara gradual atau bertahap. Dengan
mengklasifikasikan proyek Pengembangan Masyarakat Islam dalam
beberapa tahap, maka target yang harus dipenuhi akan mudah untuk
dievaluasi.. Jika dilakukan secara bertahap, maka setiap kendala,
problem ataau bahkan kesalahan implementasi dapat dikoreksi,
dievaluasi serta diantisipasi sejak dini. Tentu saja hal ini juga
diorientasikan untuk mencapai efektifitas serta efisiensi dalam
pelaksanaan program pengembangan.
Isbandi Rukminto Adi mempunyai rumusan strategi yang
menjadikan beberapa tahap dalam melakukan pemberdayaan yakni : 20
a. Tahap persiapan (engagement ),tahap persiapan ini memiliki
substansi penekanan pada dua hal elemen penting yakni penyiapan
petugas dan penyiapan lapangan. Tahapan ini adalah tahapan
prasyarat sukses atau tidaknya sebuah program pemberdayaan
berlangsung.
19 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, ( Bandung: PT.
Reefika Aditama, 2005 ) Cet. Ke- 1. H. 66 20 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas, (Jakarta:FEUI, 2001). Cet. Ke-1.h.250-258
27
b. Tahap pengkajian (assestment ), sebuah tahapan yang telah terlibat
aktif dalam pelaksanaan program pemberdayaan karena masyarakat
setempat yang sangat mengetahui keadaan dan masalah ditempat
mereka berada. Tahapan ini memiliki penekanan pada faktor
identifikasi masalah dan sumber daya yang ada dalam sebuah wilayah
yang akan menjadi basisi pemberdayaan serta pelaksanaan program.
c. Tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan (designing),
dalam tahap ini program perencanaan dibahas secara maksimal
dengan melibatkan peserta aktif dari pihak masyarakat guna
memikirkan solusi atau pemecahan atas masalah yang mereka hadapi
di wilayahnya. Dalam tahap ini dipikirkan secara mendalam agar
program pemberdayaan yang ada nantinya tidak melulu berkisar pada
program amal (charity) saja dimana demikian itu tidak memberikan
manfaat secara pasti dalam jangka panjang.
d. Tahap pemformulasian rencana aksi (designing), pada tahap ini
masyarakat dan fasilitator menjadi bagian penting dalam bekerjasama
secara optimal. Hal ini disebabkan masyarakat telah menjabarkan
secara rinci dalam bentuk tulisan tentang apa-apa yang akan mereka
laksanakan baik tujuan jangka pendek maupun jangka panjang.
e. Tahap pelaksanaan program atau kegiatan (implementasi), tahap ini
merupakan bentuk pelaksanaan serta penerapan program yang telah
dirumuskan sebelumnya bersama para masyarakat. Tahapan ini berisi
tindakan aktualisasi bersinergi antara masyarakat dengan pelaku
pemberdayaan (dalam bahasa Isbandi disebut sebagai petugas).
28
f. Tahap evaluasi, tahapan yang memiliki substansi sebagai proses
pengawasan dari warga dan petugas terhadap program pemberdayaan
masyarakat yang sedang berjalan dengan melibatkan warga. Tahapan
ini juga akan merumuskan berbagai indikator keberhasilan suatu
program yang telah diimplementasikan serta dilakukan pula bentuk-
bentuk stabilisasi terhadap perubahan atau kebiasaan baru yang
diharapkan terjadi.
g. Tahap terminasi (disengagement), sebuah tahapan dimana seluruh
program telah berjalan secara optimal dan petugas fasilitator
pemberdayaan masyarakat sudah akan mengakhiri kerjanya. Tahapan
ini disebut sebagai tahap pemutusan hubungan antara petugas dengan
para masyarakat yang menjadi basis program pemberdayan ketikaitu.
Petugas pun tidak keluar dari komunitas secara total, melainkan ia
akan meninggalkannya secara bertahap.
Dari 7 tahapan yang dikemukakan oleh Isbandi Rukminto Adi
dalam melakukan pemberdayaan, terlihat memang dalam tahapan
pemberdayaan masyarakat harus selalu dilibatkan sejak dalam tahap
perencanaan sampai pada tahap implementasi dan evaluasi. Hal ini
terkait dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai oleh
masyarakat karena masyarakat memang lebih tahu semua
permasalahan-permasalahan yang ada dilingkungan mereka. Fasilitator
hanya bertindak untuk memfasilitasi dan mengarahkan aspirasi dari
masyarakat.
29
C. Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK)
1. Pengertian PPMK
Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Cibubur
merupakan bantuan stimulant yang memberikan peran kepada
masyarakat melalui Lembaga Masyarakat Kelurahan mulai dari tahap
perencanaan , pelaksanaan dan pengawasan yang bertujuan dapat
meningkatkan partisipasi, kemandirian dan kesejahteraan masyarakat
Kelurahan melalui pendekatan dwibina yaitu bina fisik dan bina sosial.
21
2. Hakekat PPMK
Hakekat PPMK adalah memberikan peranan jauh lebih besar
kepada masyarakat untuk merencanakan, melaksanakan, dan
mengawasi serta diharapkan dapat meningkatkan partisipasi
masyarakat baik dalam bentuk pemikiran, tenaga maupun finansial.
PPMK dirancang untuk mempercepat upaya peningkatan
kesejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat dan
berbasis komunitas seperti Dewan Kelurahan, RW dan Lembaga
Kemasyarakatan lainnya.
3. Program PPMK
Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan merupakan
bantuan stimulant yang memberikan peran kepada masyarakat melalui
Lembaga Musyawarah Kelurahan Cibubur mulai dari tahap
21 Laporan Pertanggung Jawaban PPMK Bina Fisik dan Bina Sosial Kelurahan Cibubur
2014
30
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan yang bertujuan dapat
meningkatkan partisipasi, kemandirian dan kesejahteraan masyarakat
Kelurahan. Program PPMK Cibubur mempunyai dua pendekatan yaitu
dua binaan pembangunan masyarakat ( Dwibina ) , yaitu : bina fisik
lingkungan dan bina sosial. 22
D. Pelatihan
1. Pengertian Pelatihan
Menurut Rivai, bahwa pelatihan adalah sebagai bagian dari
pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan
meningkatkan keterampilan diluar sistem yang berlaku dalam waktu
yang relatif singkat dengan metode yang lebih mengutamakan praktik
dari pada teori. 23 Menurutnya pelatihan secara singkat didefinisikan
sebagai suatu kegiatan untuk meningkatkan kinerja saat ini dan masa
yang akan datang. Hal-hal berikut ini penting untuk mengetahui konsep
lebih lanjut, yakni:
a. Pelatihan adalah proses secara sistematis mengubah tingkah laku
peserta untuk mencapai tujuan organisasi. Pelatihan berkaitan dengan
keahlian dan kemampuan peserta untuk melaksanakan pekerjaan.
b. Program pelatihan formal adalah usaha pemberi kerja untuk
memberikan kesempatan kepada peserta pelatihan untuk memperoleh
22 Proposal Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Kegiatan Bina Fisik
Lingkungan dan Bina Sosial Kelurahan Cibubur Tahun Anggaran 2015. h.3 23 Veithzal Rivai, Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan dari Teori ke
Praktek, (Jakarta: PT.Grafindo Persada, 2004 ),h. 226
31
pekerjaan atau bidang tugas yang sesuai dengan kemampuan, sikap
dan pengetahuannya.
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pelatihan
merupakan proses suatu kegiatan yang telah direncanakan dan
kemudian dilaksanakan dengan sistematis oleh suatu lembaga atau
organisasi dengan tujuan menambah pengetahuan, meningkatkan
keterampilan dan kemampuan untuk mencapai hasil yang diharapkan
meningkatkan efektifitas dan produktifitas dalam suatu organisasi.
E. Keterampilan
1. Pengertian Keterampilan
Keterampilan merupakan kemampuan yang selalu dimiliki setiap
individu, ada sebagian individu yang menyadari akan keterampilan
yang dimiliki tetapi ada juga sebagian individu yang tidak menyadari
secara langsung. Oleh karena itu perlu adanya sebuah pelatihan untuk
merangsang dan mengetahui keterampilan apa yang individu tersebut
miliki. Sehingga keterampilan tersebut dapat di asah dan
dimaksimalkan agar menghasilkan suatu kreatifitas yang sangat
bermanfaat bagi individu tersebut.
Keterampilan dasar merupakan keterampilan tahap permulaan
yang harus dimiliki oleh seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan.
Keterampilan atau life skill adalah berbagai keterampilan yang atau
kemampuan untuk beradaptasi dan berperilaku positif yang
memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tuntunan dan
32
tantangan dalam kehidupan sehari-hari secara efektif. 24
Sedangkan menurut para ahli memiliki definisi keterampilan
sendiri, sebagai berikut :25
a. Gordon ( 1994 )
Keterampilan merupakan sebuah kemampuan dalam
mengoperasikan pekerjaan secara lebih mudah dan tepat.
Definis keterampilan menurut Gordon ini cenderung mengarah
pada aktivitas prikomotor.
b. Dunette ( 1976 )
Keterampilan berarti mengembangkan pengetahuan yang
didapatkan melalui training dan pengalaman dengan
melaksanakan beberapa tugas.
c. Nadler ( 1986 )
Keterampilan harus di lakukan dengan praktek sebagai
pengembangan aktivitas.
d. Inverson ( 2001 )
Keterampilan tidak hanya membutuhkan training saja, tetapi
kemampuan dasar yang dimiliki setiap orang dapat lebih
membantu menghasilkan sesuatu yang bernilai dengan lebih
cepat.
24 Pedomanan Penyelenggaraan Program Kecakapan, (Life Skill ) Pendidikan Luar
Sekolah Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah dan Pemerintah Departemen
Pendidikan Nasional, 2003 , h.5 25.http://www.duniapelajar.com/2014/07/29/pengertian-keterampilan-menurut-
paraahli/(diakses10 Agustus 2016 ).
33
e. Robbins ( 2000 )
Keterampilan dibagi menjadi 4 kategori yaitu :
1) Basic Literacy Skill : Keahlian dasar yang sudah pasti
harus dimiliki setiap orang seperti membaca, menulis,
berhitung serta mendengarkan.
2) Technical Skill : Keahlian secara teknis yang didapat
melalui pembelajaran dalam bidang teknik seperti
mengoperasikan komputer dan alat digital lainnya.
3) Interpersonal Skill : Keahlian setiap orang dalam
melakukan komunikasi satu sama lain seperti
mendengarkan seseorang, memberi pendapat dan bekerja
secara tim.
4) Problem Solving : Keahlian seseorang dalam
memecahkan masalah dengan menggunakan logikanya.
Dari definis pada ahli dapat disimpulkan bahwa keterampilan
pada dasarnya harus dibekali melalui program training atau bimbingan
agar keterampilan yang dimiliki terus di asah sehingga dapat
menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dan bernilai bagi diri sendiri
maupun orang lain.
2. Keterampilan Tata Rias
a. Mengenal Keterampilan Tata Rias
Program keterampilan tata rias ini dilaksanakan oleh Dewan
Kelurahan PPMK. Pelaksanaan pelatihan diadakan selama 15 kali
34
pertemuan dalam 2 bulan . Dimana terdapat beberapa materi dan
praktek langsung pada proses pelaksanaanya.
Ada beberapa tujuan diadakannya pelatihan ini antara lain :
1) Untuk membekali keterampilan kepada peserta sehingga peserta
mempuyai modal dasar untuk membuka usaha yang nantinya seperti
usaha salon, penata pengantin, perias pegantin atau event organizer
jika sudah mempunyai wawasan yang lebih luas lagi.
2) Mewujudkan perempuan-perempuan menjadi mandiri dalam
meningkatkan ekonomi keluarga mereka agar lebih sejahtera lagi.
3) Untuk mempersiapkan tenaga kerja yang terampil, ini bertujuan agar
peserta siap dengan keterampilannya yang akan digunakan dalam
dunia kerja yang akan digelutinya mendatang.
b. Jenis-jenis Keterampilan Tata Rias
Adapaun jenis-jenis keterampilan tata rias ini antara lain:
pelatihan pengantin sunda putri, solo putri, modifikasi muslim
barat. Ketiga jenis ini merupakan paling dasar dan mudah untuk
diterapkan pada masyarakat awam seperti di Keluarahan kami. 26
26 Wawancara pribadi dengan Ibu Muhanah ( Sekretaris PKK Kelurahan Cibubur dan
Panitia Pelaksanaan Pelatihan ), Cibubur , 27 September 2016
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam
bukunya Burhan Bungin, pendekatan kualitatif ini digunakan karena
beberapa pertimbangan, yaitu bersifat luwes, tidak terlalu rinci, tidak lazim
mendefinisikan suatu konsep serta memberi kemungkinan bagi perubahan-
perubahan manakala ditemukan fakta yang lebih mendasar, menarik dan
unik bermakna dilapangan.27
Sedangkan menurut Taylor yang dikutip oleh Lexi J. Moleong, adalah
“prosedur sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
katakata atau lisan dari orang dan perilaku yang diamati’. 28 Adapun desain
penelitian yang penulis gunakan adalah desain penelitian evaluasi, yaitu
penelitian yang dilakukan pada proses menilai suatu program yang masih
berjalan. Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui bagaimana evaluasi
hasil adanya program PPMK oleh LMK Cibubur dalam melakukan
pemberdayaan melalui pelatihan tata rias untuk masyarakat khususnya.
Selain itu juga penelitian ini untuk melakukan pengamantan mulai dari
proses pembentukan, pelaksanaan program dan unsur-unsur yang terkait
dalam pelaksanaan serta keberhasilan yang didapat.
27 Burhan Bungin, Analisa Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2003), Cet. Ke-2, hal. 39. 28 Lexi.J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif ( Bandung : PT. Remaja Rosda
Karya 2007) Cet. Ke-15 hal.3
36
Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif
yaitu yang terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah atau keadaan
suatu peristiwa dengan sebagaimana adanya berdasarkan fakta-fakta yang
tampak, sehingga bersifat sekedar untuk mengungkapkan fakta (fact
finding), hasil penelitian ditekankan pada memberikan gambaran objektif
tentang keadaan yang sebenarnya dari objek yang sedang diselidiki, akan
tetapi untuk mendapatkan manfaat yang lebih luas, biasanya dalam jenis
penelitian ini dilakukan juga pemberian berbagai interpretasi. Adapun ciri-
ciri pokok penelitian deskriptif adalah :29
1. Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada pada saat
penelitian dilakukan ( saat sekarang ) atau masalah-masalah yag bersifat
aktual.
2. Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang sedang diselidiki
dengan sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi rasional.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian mudah dijangkau penulis, yang berada di Jalan
Lapangan Tembak, RT.5/RW.4, Cibubur, Ciracas, Jakarta Timur,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta (13710)
2. Waktu Penelitian
Adapun waktu penelitian untuk penyusunan skripsi ini dimulai
sejak tanggal 20 Mei 2016 sampai dengan tanggal 29 Oktober 2016
29 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, ( Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 1991),h.31
37
C. Sumber Data
Sumber data yang penulis gunakan pada penelitian ini terbagi
menjadi 2 (dua) sumber data yaitu sumber data primer dan sumber data
sekunder yang akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Data primer terbagi menjadi dua sumber data yaitu:
a. Utama yaitu berupa data yang diperoleh secara langsung dari dari
sasaran penelitian, yaitu diperoleh dari pengurus PPMK yang terdiri
dari instruktur pelatihan tata rias dan ketua LMK (Lembaga
Musyawarah Kelurahan).
b. Pendukung yaitu data yang diperoleh dari peserta pelatihan tata tias.
2. Data Sekunder
Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari catatan – catatan,
dokumentasi, foto maupun benda-benda tertulis lainnya yang
berhubungan dengan penelitian seperti buku pedoman PPMK, laporan
bulanan dan tahunan Kelurahan Cibubur.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang objektif dalam penelitian ini, penulis
menggunakan beberapa teknik penggumpulan data, yaitu sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi merupakan pengumpulan data langsung dari
lapangan, data yang diobservasi dapat berupa gambaran tentang
sikap, kelakuan, perilaku, tindakan, dan keseluruhan interaksi antar
manusia. Proses observasi dimulai dengan mengidentifikasi tempat
yang hendak diteliti. Setelah tempat penelitian diidentifikasi
38
dilanjutkan dengan membuat pemetaan, sehingga diperoleh
gambaran umum tentang sasaran penelitian.30 Dengan proses
observasi ini peneliti mendatangi ke masyarakat yang ikut dalam
Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) di
Kelurahan Cibubur dan pengamatan langsung di lapangan dengan
memperhatikan secara akurat dan realistis.
2. Wawancara
Wawancara adalah pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan secara langsung oleh pewawancara (pengumpul data)
kepada responden, dan jawaban-jawabam responden dicatat atau
direkam dengan alat perekam.31 Adapun responden terkait yang
akan diwawancarai antara lain pengelola
Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan ( PPMK)
seperti Ketua atau Lurah Cibubur, Pelatih program, dan beberapa
peserta pelatihan dari 14 RW di Cibubur.
3. Studi Dokumentasi
Dokumentasi hanyalah nama lain dari analisis isi visual dari
suatu dokumen. Buku teks, Essay, surat kabar, novel, artikel,
majalah, buku resep, pidato politik, iklan, gambar nyata, dan isi dari
hampir setiap jenis komunikasi visual dapat dianalisis dengan
30 J.R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya
(Jakarta: PT.Grasindo, 2010), hal 112 31 Irawan Soeharto, Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hal
67.
39
berbagai cara.32 Dalam penelitian ini , penulis berusaha memperoleh
data-data dokumentasi yang berkaitan dengan pengumpulan foto-
foto, profril Desa, mempelajari arsip-arsip dari Kelurahan, serta
berbagai macam bentuk data tertulis lainnya yang dapat membantu
peneliti di lapangan.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan,
dan memberikan makna pada analisis. Model analisis yang dipakai dalam
penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif. Hal ini di dasarkan atas
pertimbangan bahwa sasaran penelitian ini adalah kegiatan analisis data
meliputi reduksi data. Reduksi data yaitu menganalisa sesuatu secara
keseluruhan kepada bagian-bagiannya atau menjelaskan tahap akhir dari
proses perkembangan sebelumnya menjadi lebih lebih sederhana.33 Display
data yaitu merupakan mengambil kesimpulan dan ferivikasi. Kegiatan ini
dilakukan sejak memasuki pelaksanaan penelitian di lapangan hingga akhir
secara terus – menerus.
Setelah mendapatkan data mengenai Evaluasi ProgramBina Sosial
oleh Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) Cibubur
diperoleh maka data tersebut disusun dan disajikan dalam bentuk narasi,
visual, gambat, matrik, bagan dan lain sebagainya. Selanjutnya adalah
penyimpulan, merupakan hasil penelitian yang menjawab fokus penelitian
32 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualittafi Teori dan Praktik ( Jakarta: Bumi
Aksara, 2013), hal 176 33 Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al-barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya:Arloka,
1994), cet.ke-1.hal.658
40
berdasarkan hasil analisis data. Simpulan disajikan dalam bentuk
deskriptif objek penelitian dengan berpedoman pada kajian penelitian.34
F. Teknik Keabsahan Data
Teknik keabsahan data dalam penelitian ini memiliki kriteria :35
1. Kredibilitas ( derajat kepercayaan ) dengan teknik triangulasi yaitu
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain,
hal itu dapat dicapai dengan jalan membandingkan keadaan dan perspektif
seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain, dalam hal ini
penulis membandingkan jawaban yang diberikan oleh pihak pelaksana
program PPMK dengan jawaban yang diberikan oleh pihak peserta pelatihan
mengenai pelatihan tata rias dalam upaya meningkatkan ekonomi keluarga.
Selanjutnya penulis membandingkan hasil wawanncara dengan isi suatu
dokumen yang berkaitan.
2. Ketekunan dan keajengan pengamatan
Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan
unsurunsur dalam situasi yang relevan dengan persoalan atau isu yang sedang
dicari, kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.
Maksudnya, penulis hanya memusatkan dan mencari jawaban sesuai dengan
rumusan masasalah saja.
3. Kepastian dengan Teknik Pemeriksaan Audit Kepastian
Auditor dalam hal ini adalah dosen pembimbing. Di sini pemastian
bahwa sesuatu itu objektif atau tidak bergantung pada persetujuan beberapa
34 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik ( Jakarta: Bumi
Aksara, 2013), hal 212 35 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial Lainnya, ( Jakarta : Prenada Media Group, 2009 ), Cet-ke-3, h. 256
41
orang terhadap pandangan, pendapat dan penemuan seseorang. Maksudnya
adalah bahwa pengalaman seseorang itu subjektif, sedangkan jika disepakati
oleh beberapa orang barulah dapat dikatakan objektif.
42
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS
Pada bab ini akan dijelaskan gambaran ringkas obyek penelitian serta
hasil penelitian dan pembahasan berdasarkan fakta yang diperoleh melalui
pengamatan langsung di lapangan, wawancara maupun kajian terhadap
literature, laporan dan dokumen yang berhubungan dengan obyek penelitian.
A. Temuan
1. Gambaran Umum Kelurahan Cibubur
a. Keadaan Geografis dan Demografis
Secara geografis kelurahan Cibubur ini di wilayah
kecamatan Ciracas. Luas wilayah kelurahan Cibubur adalah
450,90 Ha atau 4.509 km2 yang terbagi dalam 14 Rukun Warga
dan 153 Rukun Tetangga. Luas wilayah dibagi menurut
penggunaanya untuk pemukinan 342,02 Ha, perkantoran atau
industri 4,66 Ha, sawah 3,15 Ha, fasilitas umum 93,82 Ha,
sarana ibadah 3,20 Ha, pemakaman 1,55 Ha, lain-lain 2,5 Ha.
Kelurahan Cibubur yang terletak pada bagian utara
berbatasan dengan kelurahan Kelapa Dua Wetan. Untuk timur
berbatasan dengan Toll Jagorawai kelurahan Munjul, sebelah
selatan berbatasan dengan kelurahan Harja Mukti dan kelurahan
Mekar Sari , sedangkan bagian barat berbatasan dengan Kali
Cipinang kelurahan Pekayon Pasar Rebo.
Kelurahan Cibubur pada tahun 2016 bulan september
memiliki penduduk 73437 jiwa yang terdiri dari 22302 KK.
43
Berdasarkan laporan bulanan 2016 bulan september jumlah
laki-laki 36918 jiwa, jumlah perempuan 36519 jiwa. 36 Jumlah
penduduk dirinci menurut golongan usia dan jenis kelamin
sebagai berikut :
Tabel 1. Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin.
No Umur WNI WNA Jumlah
Laki-
laki
Perem
puan
Laki-
laki
Perem
puan
1. 0-4 3228 3720 6948
2. 5-9 3598 3513 7109
3. 10-14 3440 3331 6771
4. 15-19 2752 2753 5505
5. 20-24 2729 2691 5420
6. 25-29 2803 2987 5790
7. 30-34 3243 3520 6 6769
8. 35-39 3338 3359 6697
9. 40-44 3015 2944 5959
10. 45-49 2646 2651 5296
11. 50-54 2034 2216 4250
12. 55-59 1640 210 1850
13. 60-64 1134 1125 2259
14. 65-69 593 765 1358
15. 70-74 466 350 816
16. 75
keatas
262 384 646
Total 36918 36519 73443
Sumber data diperoleh dari Laporan Bulanan 2016
b. Kondisi Sosial Ekonomi dan Pendidikan
Masyarakat kelurahan Cibubur terdiri dari berbagai
stratifikasi sosial ekonomi yang berbeda-beda. Tingginya
urbanisasi mengakibatkan perpindahan penduduk dari daerah ke
36 Pemerintah Provinsi Se-DKI, Laporan Bulanan September 2016, (DKI Jakarta),h.4
44
kota, hal ini dapat memicu terjadinya perubahan ekonomi pada
perkotaan. Tingginya jumlah angkatan kerja tidak sesuai dengan
penyedia pekerja sehingga banyak menimbulkan pengangguran.
Wilayah kelurahan Cibubur sebagaimana tergambar dari
data laporan bulanan 2016 memiliki mata pencaharian sebagai
berikut : karyawan (Negeri, TNI , POLRI, dan Swasta ) sebanyak
6933 orang, pensiunan sebanyak 1052 orang, sektor pertanian
sebanyak 3 orang, buruh 1165 orang, pedagang 608 orang,
pengangguran sebanyak 14138 orang dan lain lain sebanyak 230
orang. Tabel dibawah ini secara detail menggambarkan
bagaimana kondisi mata pencaharian di kelurahan Cibubur.
Tabel 2. Penduduk Menurut Mata Pencaharian
No. Pekerjaan Jumlah
1. Pengawai Negeri Sipil 1295
2. TNI 908
3. POLRI 243
4. Swasta / Pengusaha 4487
5. Pensiunan 1052
6. Tani 3
7. Buruh 1165
8. Pedagang 608
9. Lain-lain 320
10. Pengangguran 14138
Total 24129
Sumber data diperoleh dari Laporan Bulanan 2016
Tingkat pendidikan suatu masyarakat sangat
mempengaruhi suatu perubahan di dalam hidupnya mendatang.
Kondisi sosial pendidikan di kelurahan Cibubur dapat dilihat dari
tingkat pendidikan yang diperoleh masyarakat tersebut.
45
Dibawah ini klasifikasi tingkat pendidikan yang diperoleh
masyarakat kelurahan Cibubur :
Tabel 3. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
No Tingkat Jumlah
1. Tidak Sekolah 145
2. Tamat SD 12236
3. Tamat SMP/
SLTP
13416
4. Tamat SLTA 19659
5. Tamat AK/ PT 1083
6. Sarjana S1-S2 1436
Jumlah 47975
Sumber data diperoleh dari Laporan Bulanan 2016
Dari data diatas dapat diketahui tingkat pendidikan yang
diperoleh masyarakat kelurahan Cibubur dengan jumlah
masyarakat yang tidak sekolah sebanyak 145 jiwa, tamat Sekolah
Dasar (SD) sebanyak 12236 jiwa, tamat SLTA sebanyak 13416
jiwa, tamat SLTA sebanyak 19659 jiwa sedangkan masyarakat
yang menyelesaikan studinya sampai Akademik dan Universitas
sebanyak 2519 jiwa.
c. Kondisi Sosial Keagamaan
Indonesia merupakan negara yang beranekaragam jenis
suku dan agama dan sebagian besar penduduk Indonesia
beragama muslim. Tetapi dalam hidup bermasyarakat
perbedaan itu bukan menjadi halangan.
Dibawah ini jumlah penduduk berdasarkan agama yang
dianut oleh masyarakat kelurahan Cibubur :
46
Tabel 4. Status Agama Penduduk Kelurahan Cibubur
No. Agama Jumlah
1. Islam 65070
2. Kristen Protestan ` 4655
3. Kristen Katholik 3640
4. Hindu 729
5. Budha 72
Jumlah 74166
Sumber data diperoleh dari Laporan Bulanan 2016
Dari data diatas dapat dilihat bahwa masyarakat kelurahan
Cibubur mayoritas beragama Islam. Adapun fasilitas atau
sarana peribadatan yang terdapat di kelurahan Cibubur adalah
sebagai berikut : Masjid sebanyak 29 buah, Mushola 52 buah,
Gereja sebanyak 4. Sedangkan Vihara dan Kuil tidak ada di
kelurahan
ini.
2. Gambaran Umum Obyek Penelitian ( PPMK )
a. Sejarah Lahirnya PPMK
Krisis moneter yang dialami Indonesia pada tahun 1998 dan
berkepanjangan sampai beberapa tahun sesudahnya mendorong
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mengambil
langkahlangkah kongkrit untuk menurunkan tingkat kemiskinan
yang diakibatkan oleh krisis.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mulai tahun 1999 telah
berupaya semaksimal mungkin merubah cara pandang dan cara
kerja birokrasi dengan mengimplementasi Undang-undang
47
Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintah Provinsi Daerah
Khusus Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
mengisyaratkan paradigma baru yaitu pelayanan, pemberdayaan
dan pembangunan, dan salah satu implementasi dalam
mewujudkan amanat tersebut pemerintah DKI menerbitkan
Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 5 Tahun 2010
tentang Lembaga Musyawarah Kelurahan ( LMK ) yang
bertujuan untuk membantu Lurah sebagai mitra dalam
penyelenggaraan pemerintah dan untuk menampung aspirasi
serta meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat.
Pemerintah DKI Jakarta melalui Badan Pemberdayaan
Masyarakat & Perempuan & Keluarga (BPM&P&KB)
memfasilitasi, membina dan mendorong agar pemberdayaan
dimasyarakat tersebut dapat tercapai sesuai tujuan yang
diharapkan. Keberadaan BPM&P&KB sebagai institusi yang
ditugaskan untuk menangani berbagai kegiatan yang berkaitan
dengan pemberdayaan masyarakat telah berupaya semaksimal
mungkin agar tujuan dari berbagai kegiatan pemberdayaan
masyarakat dapat tercapai dengan baik.
Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan merupakan
bantuan stimulant yang memberikan peran kepada masyarakat
melalui Lembaga Musyawarah Kelurahan Cibubur mulai dari
tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan yang bertujuan
dapat meningkatkan partisipasi, kemandirian dan kesejahtera
48
masyarakat Kelurahan melalui pendekatan dwibina yaitu bina
fisik lingkungan dan bina sosial.
Arah dari pendekatan pembangunan yang bersifat
pemberdayaan ini, adalah kemandirian masyarakat dalam
melaksanakan pembangunan dalam memecahkan permasalahan
yang dirasakannya sehingga terwujudnya kesejahteraan.
Upaya pencipataan kemandirian pembangunan adalah
suatu membangun usaha bersama yang mampu memberikan daya
saing bagi warga Kelurahan Cibubur, dengan demikian
masyarakat Kelurahan Cibubur akan mempunyai banyak peluang
kesempatan merencanakan dan merumuskan sendiri apa yang
menjadi kebutuhannya serta memecahkan setiap permasalahan
yang dihadapinya secara lebih cepat, cermat dan cepat. 37
b. Maksud PPMK
Untuk mewujudkan tingkat komunitas warga masyarakat
Kelurahan Cibubur yang sejahtera dalam menumbuh
kembangkan kesadaran dan partisipatif masyarakat terhadap
peranan pemberdayaan masyarakat.
c. Tujuan dan Sasaran PPMK 38
Tujuan pelaksanaan PPMK untuk meningkatkan
partisipasi, kemandirian, dan kesejahteraan masyarakat
37 Laporan Pertanggung Jawaban PPMK Bina Fisik dan Bina Sosial Kelurahan Cibubur
2014 38 Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta , Petunjuk Pelaksanaan
Kegiatan Bina Fisik Lingkungan dan Bina Sosial Program Pemberdayaan Masyarakat
Kelurahan ( PPMK ) , (Nomor 81 Tahun 2011), h. 5-6
49
Kelurahan melalui pendekatan dwibina meliputi bina fisik
lingkungan dan bina sosial.
1) Bina Fisik Lingkungan mempunyai tujuan sebagai
berikut:
• Terwujudnya sarana dan prasarana lingkungan
berskala mikro yang memadai.
• Terwujudnya kemandirian dan kepedulian
masyarakat untuk memperbaiki dan menata
lingkungannya, dan
• Terwujudnya swadaya dan gotong royong
masyarakat dalam penataan dan perbaikan
lingkungan.
2) Bina Sosial mempunyai tujuan sebagai berikut :
• Meningkatkan kemampuan daya saing anggota
masyarakat.
• Meningkatkan peran serta lembaga
kemasyarakatan dalam menghimpun dan
mengembangkan kemampuan masyarakat, dan
• Meningkatkan kesetiakawanan sosial,
kepedulian sosial dan kerja sama antar unsur
masyarakat.
Sasaran umum pelaksanaan Bina Fisik Lingkungan dan
Bina Sosial PPMK kepada masyarakat RW , masyarakat
Kelurahan, dan lingkungannya.
50
Secara khusus pelaksanaan Bina Fisik Lingkungan dan
Bina Sosial PPMK adalah :
1). Bina Fisik Lingkungan
• Prasarana dan sarana mikro yang tidak layak atau
rusak, dan
• Prasarana dan sarana mikro yang belum ada dan
sangat dibutuhkan masyarakat
2). Bina Sosial
• Anggota masyarakat yang kurang terampil
• Lembaga masyarakat yang kurang berdaya, dan,
• Anggota masyarakat yang terkena musibah
bencana.
Data tersebut diperkuat juga dari hasil wawancara yang
penulis lakukan dengan ketua LMK maupun sekretaris panitia
pelakasana, berikut kutipa wawancaranya :
“masyarakat yang benar-benar membutuhkan seperti yang
tidak mampu membayar jika harus kursus pelatihan di luar,
namun pada kenyataannya tidak seperti itu. Dan paling
orang yang sudah bisa atau pernah menjadi asisten merias
atau suka mengikuti merias tetapi belum dapat
memperdalam ilmunya, tetapi ada juga yang mulai dari nol
namun yang benar-benar serius mau ikut.”39
“sasaran kami adalah ya masyarakat yang butuh atau orang sudah bisa tetapi bingung ingin menambah ilmunya
dimana, nah itu kita pilih sebagai peserta”. 40
39 Wawancara pribadi dengan Bapak Suhadi ( Ketua Lembaga Musyarawah Kelurahan),
Cibubur, 11 Oktober 2016 40 Wawancara pribadi dengan Ibu Muhanah ( Sekretaris PKK Kelurahan Cibubur dan
Panitia Pelaksanaan Pelatihan ), Cibubur , 27 September 2016
51
Dari beberapa kutipan di atas penulis dapat menyimpulkan
bahwa sasaran program PPMK melalui pelatihan tata rias sudah
sesuai dengan konsep pemberdayaan masyarakat karena
perekrutan peserta juga melalui seleksi yang cukup selektif.
Tetapi kekurangannya ada beberapa peserta yang hanya ikut-ikut
dan tidak mempunyai tanggungjawab pada diri sendiri.
d. Azas dan Prinsip
Pelaksanaan Bina Fisik Lingkungan dan Bina Sosial PPMK
berdasarkan :41
1). Keadilan, yang berarti bermanfaat secara proporsional kepada
seluruh masyarakat di Kelurahan.
2). Kejujuran, yang berarti kegiatan dilaksanakan dengan hati
nurani yang tulus da ikhlas demi kepentingan masyarakat.
3). Kemitraan, yang berarti terciptanya kerja sama antara unsur
berdasarkan kesetaraan antar pihak yang terkait dengan kegiatan
Bina Fisik Lingkungan dan Bina Sosial PPMK
4). Kesederhanaan, yang berarti seluruh proses kegiatan yang
diselenggarakan melalui prosedur yang sederhana, mudah, cepat
dan tepat serta tertib administrasi, dan
5). Kesetaraan, berpartisipasi yang berarti memberikan
kesempatan yang sama dalam pelaksanaan kegiatan Bina Fisik
41 Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta , Petunjuk Pelaksanaan
Kegiatan Bina Fisik Lingkungan dan Bina Sosial Program Pemberdayaan Masyarakat
Kelurahan ( PPMK ) , (Nomor 81 Tahun 2011), h. 4-5
52
Lingkungan dan Bina Sosial PPMK kepada masyarakat tanpa
membedakan ras, agama, suku, jenis kelamin, golongan dan
kelompok.
Bina Fisik Lingkungan dan Bina Sosial PPMK mempunyai
prinsip sebagai berikut :
1) Demokrasi, yang berarti pengambilan keputusan
pengelolahan kegiatan Bina Fisik Lingkungan dan Bina
Sosial PPMK melalui musyawarah untuk mufakat.
2) Partisipasi yang berarti seluruh unsur pengelolah dan
masyarakat ikut aktif dalam pelaksanaan kegiatan Bina
Fisik Lingkungan dan Bina Sosial PPMK
3) Transparan, yang berarti pemberian dan penyebarluasan
informasi kegiatan Bina Fisik Lingkungan dan Bina Sosial
PPMK kepada masyarakat dan unsur yang terkait.
4) Prioritas , yang berarti pelaksanaan kegiatan Bina Fisik
Lingkungan dan Bina Sosial PPMK didasarkan pada
kebutuhan yang sifat nya sangat mendesak dan/atau pada
wilayah RW kumuh.
5) Desentralisasi yang berarti memberikan kepercayaan
kepada masyarakat Kelurahan dalam pengelolahan
pembangunan wilayah Kelurahannya melalui lembaga
masyarakat.
6) Kesinambungan yang berarti hasil kegiatan Bina Fisik
Lingkungan dan Bina Sosial PPMK dapat dilestarikan dan
53
ditumbuhkembangkan oleh masyarakat sendiri melalui
lembaga masyarakat.
7) Efisiensi yang berarti pencapaian tujuan sesuai dengan
anggaran yang tersedia, dan
8) Efektif yang berarti hasil program sesuai dengan target
yang telah ditetapkan
e. Program Kerja PPMK
Ada beberapa unsur yang terlibat dalam pelaksanaan
program PPMK, baik di tingkat kelurahan maupun tingkat warga.
Unsurunsur dalam pelaksanaan adalah :
1). Unsur Lurah
Lurah ikut bertanggungjawab atas keberhasilan
PPMK di wilayahnya. Lurah juga memiliki tugas
sebagai berikut :
a) Bersama LMK melaksanakan sosialisai program
kepada seluruh lapisan masyarakat.
b) Memfasilitasi pemilihan Tim Pelaksana Kegiatan
Kelurahan, Tim Seleksi, Unit Pelaksana Keuangan
Masyarakat Kelurahan, TPK-RW dan Unit
Pengaduan Masyarakat (UPM)
c) Bersama dengan LMK mengusulkan calon anggota
UPM
d) Menyetujui hasil pemilihan TPKK, Tim Seleksi
TPK-RW dan UPM.
54
e) Memiliki kewenangan untuk membatalkan hasil
pemilihan apabila dinilai tidak sesuai dengan
ketentuan.
f) Mengkoordinasi pelaksanaan program di tingkat
kelurahan.
g) Menindak lanjuti pengaduan masyarakat.
h) Bersama LMK memfasilitasi musyawarah
pertanggungjawaban pelaksanaan program oleh
TPKK dan TPK-RW
i) Bersama LMK Kelurahan membuka rekening
PPMK
2). LMK (Lembaga Musyawarah Kelurahan)
LMK bertanggungjawab secara operasional serta
mengkoordinasi dan mengawasi PPMK. Secara rinci,
tugas pokok LMK sebagai berikut :
a) Bersama Lurah melaksanakan sosialisasi dan
program PPMK langsung kepada masyarakat.
b) Memilih anggota TPKK, Tim Seleksi, TPK-RW
dan UPM.
c) Bersama Lurah membuka rekening dan
menandatangani cek anggaran PPMK.
d) Menindak lanjuti pengaduan masyarakat.
55
e) Bersama Lurah menfasilitasi musyarawah
pertanggungjawaban pelaksanaan PPMK oleh
TPKK dan TPK-RW.
3). Tim Pelaksana Kegiatan Kelurahan (TPKK)
TPKK dipilih dan ditetapkan LMK dan Lurah
berdasarkan usulan masyarakat. TPKK beranggotakan 5
orang terdiri dari ketua merangkap anggota, sekretaris
merangkap anggota, bendahara merangkap anggota dan
2 orang anggota yang membidangi tugas bina fisik
lingkungan dan bina sosial.
TPKK memiliki tugas pokok sebagai berikut :
a) Menerima proposal TPK-RW dan menyerahkan
ke Tim seleksi untuk dinilai
b) Menerima hasil seleksi dari tim seleksi
c) Melaksanakan administrasi keuangan PPMK
khusus Bina Sosial dan Bina Fisik Lingkungan
d) Menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan,
termasuk surat pertanggungjawaban kepada
LMK yang selanjutnya diteruskan LMK kepada
pemerintah (KPMK Kota Administrasi).
e) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan
pelaksanaan tugas kepada rapat pleno
masyarakat.
56
5). Tim Seleksi Proposal
Tim seleksi proposal dipilih dan ditetapkan LMK
bersama Lurah berdasarkan usulan masyarakat. Tim
berjumlah 7 orang yaitu ketua merangkap anggota,
sekretaris merangkap anggota dan 5 orang anggota tim
memliki tugas sebagai berikut :
a) Melakukan penelitian terhadap proposal yang
diajukan masyarakat dan diterima TPKK dan
UPKMK
b) Melaksanakan tinjauan langsung dan verifikasi
lapangan.
c) Mengelompokkan proposal sesuai hasil
penelitian, dengan ketentuan, memenuhi syarat
dan disetujui, memenuhi syarat tetapi perlu
perbaikan, tidak memenuhi syarat dan ditolak.
d) Menyerahkan proposal yang telah dinilai ke
TPKK
e) Melaporkan dan mempertanggungjawaban
pelaksanaan tugas pada saat pleno
pertanggungjawaban.
57
6). Unit Pelaksana Keuangan Masyarakat Kelurahan
Adapun tugas dan fungsi Unit Pengelola
Keuangan Masyarakat Kelurahan (UPKMK) sebagai
berikut :
a) Mengelola dana bergulir PPMK
b) Mengadministrasikan dana PPMK
c) Melakukan penagihan dana guliran PPMK dari
masyarakat. - Memberikan pertanggungjawaban
PPMK kepada Dewan Kelurahan Cibubur di
bawah koordinasi kepala Kelurahan Cibubur.
d) Membuat laporan dana bergulir PPMK setiap
akhir bulan dengan sistem komputerisasi.
7). Tim Pelaksana Kegiatan – RW
Tim ini dipilih dan ditetapkan LMK dengan
persetujuan Lurah atas usulan masyarakat. Tim anggota
6 orang terdiri dari ketua merangkap anggota,
sekrektaris merangkap anggota, bendahara merangkap
anggota dan 2 orang anggota yang membidangi tugas
bina fisik lingkungan dan bina sosial dengan tugas poko
sebagai berikut :
a) Menerima usulan kegiatan masyarakat
b) Menyusun dan mengajukan proposal kegiatan
c) Memperbaiki proposal yang dikembalikan oleh
TPKK
58
d) Mengajukan pencairan anggaran keuangan
anggaran pelaksanaan PPMK
e) Menyampaikan surat pertanggungjawabkan
pelaksanaan tugas.
8). Unit Pengaduan Masyarakat
Unit ini dipilih dan ditetapkan LMK dengan
persetujuan Lurah atau usualn masyarakat. Tim ini
berjumlah 3 orang yaitu ketua merangkap anggota,
sekretaris merangkap anggota dan 1 orang anggota,
memiliki tugas pokok sebagai berikut :
a) Menerima laporan atau pengaduan dari
masyarakat mengenai pelaksanaan PPMK
b) Melakukan pengawasan langsung terhadap
pelaksanaan program di masyarakat.
c) Menindaklanjuti laporan masyarakat dengan
melakukan pengecekan dan peninjauan
lapangan.
d) Melakukan koordinasi dan fasilitasi
penyelesaian masalah dengan LMK, Lurah dan
BPMPKB Provinsi atau KPMP Kota
Administrasi.
e) Melaporkan permasalahan yang tidak biasa
diselesaikan ke KPMP Kota Administrasi.
59
f) Menyampaikan laporan pertanggungjawaban
pelaksanaan tugas kepada BPMPKB Provinsi
atau KPMP Kota Administrasi Jakarta Timur.
g) Melaporkan permasalahan yang tidak dapat
diselesaikan di tingkat BPMPKB atau KPMP
Kota Administrasi ke pihak berwajib sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. 42
f. Mekanisme
Ada beberapa tahap dalam pelaksanaan pelatihan PPMK
yaitu:
1). Tahap pertama adalah lembaga pelaksana program
mengajukan sebuah proposal kegiatan awal kepada Premprov
DKI Jakarta, proposal kedua, sosialisasi dan seleksi peserta.
2). Tahap kedua adalah lembaga dan panitia pelaksana
menyelenggarakan pelatihan kepada para peserta yang telah
dinyatakan diterima untuk mengikuti program pelatihan.
3). Hasil Akhir yang diharapkan adalah menumbuhkan dan
berkembangnya wirausaha-wirausaha baru yang profesional
khususnya para kaum wanita.
g. Pelaksanaan
Salah satu adanya program pelatihan tata rias ini harus
diikuti oleh masyarakat khususnya kaum wanita yang utamanya
oleh kalangan ekonomi lemah dan masyarakat yang benar-benar
42 Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta , Petunjuk Pelaksanaan
Kegiatan Bina Fisik Lingkungan dan Bina Sosial Program Pemberdayaan Masyarakat
Kelurahan ( PPMK ) , (Nomor 81 Tahun 2011), h.8-13
60
ingin belajar serta minat. Harapan dari pelatihan ini agar kaum
wanita dapat mempunyai jiwa entreupreuner yang sangat
diperlukan dan dimiliki. Maka tahapan yang dilakukan oleh
PPMK yaitu :
Tabel 5. Tahapan Pelaksanaan Program PPMK
No Tahap / Kegiatan Jangka
Waktu
1. Perencanaan
a. Indentifikasi Kebutuhan tingkat
RT dan RW
Selama 10
bulan
b. Penyusunan Proposal
c. Pengajuan, Seleksi
Proposal dan Pencairan Dana
PPMK
d. Sosialisasi program kepada
masyarakat.
e. Seleksi peserta
program
2. Pelaksanaan Program 2 Bulan
Hasil Wawancara Ketua LMK
h. Alokasi Dana43
Dana program pelatihan tata rias ini merupakan hibah dari
pemerintah yang akan dipergunakan untuk merealisasikan
program PPMK Bina Sosial melalui pelatihan-pelatihan.
Alokasi dana PPMK pada tahun 2014, dimana dana tersebut
sebesar Rp. 166.500.000 untuk Bina Sosial dan Rp. 295.000.000
untuk Bina Fisik Lingkungan. Dana tersebut sesuai Surat
Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 1369 Tahun 2014
43 Laporan Pertanggung Jawaban PPMK Bina Fisik dan Bina Sosial Kelurahan Cibubur
2014
61
tentang Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial tahap ketiga dalam
bentuk uang kepada individu , keluarga, masyarakat, kelompok
masyarakat. Organisasi Kemasyarakatan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2014 dan
Keputusan Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Perempuan dan Keluarga (BPMPKB) Provinsi DKI Jakarta No.
445 Tahun 2014 tentang Rincian Alokasi Dana Bina Fisik
Lingkungan, Bina Sosial dan Biaya Kegiatan Lapangan (BKL)
serta Biaya Audit Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan
(PPMK) Tahun Anggaran 2014. Pembiayaan dari pemerintah
tersebut digunakan untuk keperluaan antara lain : (1) biaya
sosialisasi (2) biaya rapat (3) biaya transport (4) biaya
dokumentasi (5) biaya ATK dan fotocopy (6) biaya konsumsi (7)
biaya pelaporan (8) biaya publikasi (9) biaya administrasi (10)
biaya honorium pelaksana dan (11) biaya pembuatan prasasti.
Tabel 6. Rincian Dana Rp. 500.000.000 yang terdiri dari :
No Jenis Kegiatan Anggaran Jumlah
Kegiatan
1. Bina Fisik
Lingkungan
Rp. 295.000.000 18 Kegiatan
2. Bina Sosial Rp. 166.500.000 06 Kegiatan
3. Biaya Kegiatan
Lapangan
Rp. 35.000.000 25 Kegiatan
4. Biaya Audit Rp. 3.500.000 01 Kegiatan
TOTAL Rp. 500.000.000 50 Kegiatan
Sumber data diperoleh dari Laporan Pertanggung Jawaban
PPMK Bina Fisik dan Bina Sosial Kelurahan Cibubur 2014
62
i. Sumber Daya Manusia
Dalam program ini terdapat 5 (lima) pihak yang terlibat
secara aktif dengan peran sebagai berikut :
1). Pengarah dari Tingkat Provinsi (Gubernur)
2). Pembina dari BPMPKB
3). Pelaksana terdiri dari LMK, TPKK, KPPM bertugas
sebagai berikut :
a) Sosialisasi langsung kepada masyarakat.
b) Melakukan seleksi proposal usulan dari warga.
c) Mengawal dan mengendalikan pelaksanaan
pelatihan.
d) Melakukan monitoring dan evaluasi
pemanfaatan dana.
e) Sebagai pendamping program PPMK.
4). UPM sebagai Unit Pengaduan Masyarakat yang
mengatasi permasalahan yang ada pada Bina Sosial
dan Bina Fisik Lingkungan.
5). Masyarakat sebagai peserta pelatihan wajib :
a). Mengikuti Seleksi
b). Mengikuti Pelatihan.
j. Indikator Keberhasilan Pelaksanaan PPMK
Indikator keberhasilan pelaksanaan PPMK adalah dengan
kriteria :
1). Tingkat partisipasi atau keterlibatan warga dan organisasi
warga dalam proses penyusunan usulan.
63
2). Jumlah usulan warga.
3). Jumlah usulan yang disetujui.
4). Jumlah penerima manfaat langsung dan tidak langsung
5). Prosentase realisasi Dana Hibah.
k. Monitoring dan Evaluasi
Dalam Peraturan Kepala BPMPKB Provinsi DKI Jakarta
No. 20, tanggal 16 Oktober 2008, Bab V dapat diketahui bahwa
untuk mengetahui kesesuaian antara kebijakan PPMK dengan
pelaksanaannya termasuk mengetahui kendala-kendala dan
keberhasilan yang dicapai, maka diperlukan monitoring dan
evaluasi.
Tabel 7. Monitoring dan Evaluasi
No. Aspek Masa Tanggung
Jawab
1. Kebijakan a. Monitoring
berkala
b. Evaluasi paling
kurang setahun
sekali
BPMPKB
2. Program a. Monitoring
sesuai kebutuhan
b. Evaluasi secara
berkala
BPMPKB,
Kecamatan
dan
Kelurahan
3. Pelaksanaan
Program
a. Monitoring dan
evaluasi setelah
pekerjaan
dilaksanakan.
BPMPKB,
Perangkat
Pemda, dan
Pihak
Ketiga
Sumber data diperoleh dari Laporan Pertanggung Jawaban
PPMK Bina Fisik dan Bina Sosial Kelurahan Cibubur 2014
64
Adapun sasaran dari monitoring dan evaluasi adalah semua
pihak yang terlibat dalam pengelolaan dana dan kegiatan PPMK,
terutama ditingkat lapangan ( pelaksana kegiatan ) baik KPPM
maupun TPKK.
Sedangkan untuk tugas dari Tim Monitoring dan Evaluasi
adalah sebagai berikut :
1). Mendokumentasikan dan membuat klasifikasi
pengaduan termasuk meneruskan pengaduan kepada
pihak yang lebih dekat. Menangani masalah melalui
penyelidikan awal.
2). Menangani masalah melalui penyelidikan awal.
3). Menangani masalah lanjutan melalui penyelidikan
lapangan.
4). Menindaklanjuti permasalahan atau memberikan
rekomendasi, tindakan korektif sesuai permasalahan.
5). Memberikan penjelasan terbuka kepada
masyarakat.
6). Pelaporan berkala mengenai butir-butir tugas diatas.
65
B. Analisis Data
Sesuai dengan temuan yang didapatkan oleh peneliti di lapangan
baik berupa wawancara, observasi dan studi kepustakaan bahwa
program pelatihan kewanitaan tata rias yang di kelolah dari Program
Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) dan dibawah
pengawasan Lembaga Musyawarah Kelurahan (LMK) merupakan
program pemberdayaan masyarakat di DKI Jakarta dalam tingkat
Kelurahan.
Metode analisis evaluasi program yang peneliti gunakan adalah
model evaluasi CIPP dari Stuffelebeam dkk, di dalam evaluasi ini
terdapat empat unsur yang akan dievaluasi yaitu evaluasi konteks
(context), evaluasi masukan (input), evaluasi proses (process), evaluasi
hasil (product) dalam melakukan evaluasi terhadap Program Pelatihan
Keterampilan Tata Rias. Meskipun peneliti membahas keempat konsep
evaluasi tetapi peneliti ingin memfokuskan pada evaluasi produk atau
hasil dari pelatihan tersebut, adapun berikut ini uraiannya :
1. Aspek Context ( Konteks) Program PPMK (Pelatihan
Keterampilan Tata Rias)
Aspek context mencakup merencanakan suatu keputusan,
menentukan kebutuhan yang akan dicapai oleh suatu program, serta
untuk merumuskan tujuan program.
66
Indikator penilaian yang peneliti gunakan dalam evaluasi konteks
adalah indikator relevansi, dimana indikator ini menunjukan seberapa
relevan atau tepatnya suatu program atau layanan yang ditawarkan.44
Berikut ini merupakan penjelasan tentang unsur-unsur evaluasi
konteks dengan menggunakan indikator relevansi.
a. Tujuan Program
Adapun tujuan dan dasar pelaksanaan serta manfaat
program pelatihan sebagai salah satu solusi untuk
mengurangi angka kemiskinan. Selain itu untuk
menggerakan partisipasi khususnya kaum perempuan
dalam andil membangun sektor ekonomi yang ada di
masyarakat.
Dalam konteks ini ditemukan bahwa kegiatan
pelatihan oleh program PPMK sangat menyesuaikan
dengan kebutuhan yang diperlukan di masyarakat, seperti
pelatihan tata rias ini merupakan usulan dari masyarakat
yang pada dasarnya sudah mempunyai skill merias tetapi
belum berkembang karena terhalang oleh biaya kursus di
lembaga pelatihan yang harganya mahal.
Sejalan dengan itu, pengelolah program PPMK
menyatakan bahwa tujuan diadakan program pelatihan
untuk :
44 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas ( Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis ), (Depok : Fakultas Ekonomi
Uinversitas Indonesia, 2001 ),h. 130-132
67
“tujuan program PPMK ini untuk meningkatkan
kemampuan daya saing masyarakat, meningkatkan
lembaga kemasyarakatan, meningkatkan
kesetiakawanan sosial, kerja sama antar unsur
masyarakat agar lebih berdaya dan mandiri melalui
pelatihan-pelatihan yang kami adakan, salah satunya
seperti pelatihan tata rias ini yang menggerakan kaum
wanita untuk aktif dan mempunyai suatu
keterampilan agar dapat mempunyai kemampuan
daya saing di masa yang akan datang”.45
“Kalau sesuai kebutuhan sih sudah, tetapi pada waktu
pelaksanaanya masih banyak kekurangannya. Karena
kita dari PPMK mengadakan pelatihan juga sesuai
dengan usulan warga. Karena sebelumnya memang
sudah ada pelatihan hantaran pengantin di tingkat
RW, teteapi itu dananya dari LMK bukan dari
Premprov DKI”.46
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa secara
umum program PPMK dengan bentuk pelatihan
keterampilan tata rias untuk membantu meningkatkan daya
saing masyarakat agar berdaya dan dapat mandiri serta
produktif. Sedangkan secara khusus bertujuan untuk
membangun mental berwirausaha dan percaya untuk
mengembangkan keterampilan yang dimiliki.
Petunjuk pelaksanaan yang menjadi pedoman
program PPMK, bahwa sasaran secara umum pelaksanaan
program PPMK kepada masyarakat RW, masyarakat
Kelurahan dan lingkungan sedangkan secara khusus
ditunjukan kepada anggota masyarakat yang kurang
45 Wawancara pribadi dengan Bapak Suhadi (Ketua LMK atau Panitia Pelaksana
Pelatihan), Cibubur , 11 Oktober 2016 46 Wawancara pribadi dengan Bapak Suhadi (Ketua LMK atau Panitia Pelaksana
Pelatihan), Cibubur , 11 Oktober 2016
68
terampil, lembaga masyarakat yang kurang berdaya dan
anggota masyarakat yang terkena musibah bencana.
Sesuai informasi dari Panitia Pelaksana Pelatihan
menyatakan:
“ masyarakat yang benar-benar membutuhkan
seperti yang tidak mampu membayar jika harus
kursus pelatihan di luar, namun pada kenyataannya
tidak seperti itu. Dan paling orang yang sudah bisa
atau pernah menjadi asisten merias atau suka
mengikuti merias tetapi belum dapat memperdalam
ilmunya, tetapi ada juga yang mulai dari nol namun
yang benar-benar serius mau ikut.”47
Jika dilihat dari hasil wawancara tersebut bahwa
sasaran utama sudah tepat yaitu untuk menfasilitasi dan
meningkatkan keterampilan masyarakat yang kurang
terampil atau masyarakat yang mempunyai keinginan kuat
untuk mengembangkan keterampilannya.
Jika dinilai dari indikator relevansi yang sudah
dijelaskan pada bab dua halaman 17, tujuan program diatas
sudah relevan dengan sasaran programnya, dimana
pelatihan yang dibentuk dalam program PPMK sudah tepat
untuk kliennya atau peserta yaitu masyarakat yang kurang
terampil kemudian diberikan skill seperti salah satunya
pelatihan tata rias. Salah satu contohnya adalah peserta
yang bernama Ibu Kastiri dengan kesukaannya terhadap
merias dan mengikuti pelatihan dari tahun 2014 hingga saat
47 Wawancara pribadi dengan Bapak Suhadi (Ketua LMK atau Panitia Pelaksana
Pelatihan), Cibubur , 11 Oktober 2016
69
ini beliau sudah bisa sebagai asisten rias pada acara-acara
tertentu. Dalam hal tersebut, tujuan program pelatihan tata
rias ini telah memenuhi indikator relevansi.
2. Aspek Input (Masukan) Program PPMK (Pelatihan Keterampilan
Tata Rias)
Sesuai dengan teori yang telah dibahas pada bab dua bahwa dalam
evaluasi input menolong mengatur keputusan, menentukan sumber-
sumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana dan strategi
yang digunakan untuk mencapai kebutuhan. Untuk memudahkan
pembahasan, penulis membaginya dalam penelitian ini maka inputnya
adalah sumber daya manusia, pendanaan, sarana dan prasarana, materi
sasaran dan tujuan untuk menunjang kegiatan pelatihan program PPMK.
a. Peserta Pelatihan
Peserta pelatihan keterampilan tata rias terdiri dari 30
peserta setiap angkatan atau tahun. Namun dengan keterbatasan
penulis, akhirnya penulis membatasi peserta dan berkunjung ke
peserta pelatihan yang mudah di jangkau. Program PPMK
pelatihan tata rias ini di prioritaskan untuk kaum perempuan yang
berlatar belakang masyarakat biasa maupun anggota kader dari
Kelurahan Cibubur. Adapun nama-nama peserta yang penulis
wawancarai hanya 10 orang sebagai berikut :
70
Tabel 8. Peserta Pelatihan Tata Rias yang di Wawancarai
No. Nama Alamat Latar
Belakang
Tahun Ket
1. Imas
Kartini
Rt
002/004
Kader 1999 Juara 2
2. Kastiri Rt
015/010
Kader 2014 Juara
Harapan
3
3. Siti
Sriyati
Rt
002/003
Masyarakat
Biasa
2014 Juara 3
4. Siti Asih Rt
004/012
Kader 2007 -
5. Is
Wahyuni
Rt
013/012
Masyarakat
Biasa
2015 Juara 1
6. Chairiani Rt
013/012
Masyarakat
Biasa
2015 -
7. Karyati Rt
001/010
Kader 2014 -
8. Riyana Rt
002/010
Kader 2014 -
9. Nami Rt
007/010
Kader 2015 -
10. Nurlenih Rt
001/010
Masyarakat
Biasa
2015 -
Hasil Penelitian di Lapangan
Dari beberapa peserta pelatihan diatas, 1 diantara 9 peserta
yang sudah berhasil dan sesuai dengan tujuan program pelatihan,
yaitu sudah dapat menerima merias, sanggul, potong rambut
dirumahnya dan sudah mempunyai peralatan merias yang
lengkap sehingga tidak perlu untuk menyewa ke salon. Orang
tersebut adalah Ibu Imas. Sedangkan yang lainnya tetap menjalani
71
sesuai dengan keterampilannya sebagai perias tetapi hanya
sebagai asisten perias saja dan masih sebagai sampingan usaha.
Kenapa tingkat keberhasilan peserta tidak semuanya
berhasil? Menurut penulis, jika dilihat dari hasil wawancara ada
beberapa masalah bahwa tidak semua peserta mempunyai
kesadaran mental usaha yang kuat dan kurang mengimplementasi
keterampilan yang telah diperoleh pada saat pelatihan. Selain itu
juga masih bergantung pada dana dari APBD Jakarta untuk modal
pengembangan usaha sehingga menyebabkan peserta kurang
mandiri.
Pada saat pelatihan berlangsung, ada beberapa tindakan
yang menjadi penilaian seperti kehadiran, keaktifan peserta serta
keberhasilan peserta dalam merias. Namun, pada kenyataannya
dalam kehadiran tidak semua peserta dapat mengerjakanya
dengan serius. Seperti tingkat kehadiran yang kurang terpenuhi
secara maksimal. Oleh karena itu menjadi penyebab kurang
berhasilnya pelatihan tersebut. Hal ini diperkuat dengan
wawancara peneliti dengan instruktur pelatihan :
“kendalanya ada di pesertanya itu mbak, cara merubah
pola pikir masyarakat yang menjadi kendala.
Masyarakatnya kurang mempunyai tanggung jawab
karena pelatihan ini gratis. Kurang adanya kesadaran
dari peserta bahwa pelatihan ini sebenarnya penting dan
harus di aplikasikan terus secara serius. Bukan hanya
sekedar pelatihan saja. Seolah-olah pelatihan itu yang
butuh masyarakat, padahal kan masyarakat tersebut
yang butuh pelatihan. Itu mbak yang susah, cara
72
memotivasi peserta supaya ada feel sama pelatihan, jadi
tidak Cuma sekedar ikut-ikut saja, tapi memang harus
ada niatan di dalam dirinya.”
Dilihat dari hasil wawancara diatas, menurut peneliti
interaksi peserta masih kurang adanya rasa tanggungjawab
terhadap kehadiran peserta pelatihan, meskipun dari peserta aktif
dalam hal tanya jawab. Karena dengan tingkat kehadiran peserta
yang rutin akan menjadikan peserta banyak tahu dan mendorong
peserta semakin percaya diri akan kemampuannya.
Berbagai upaya dari pengelolah sudah menerapkannya
seperti tanpa dipungut biaya pelatihan apapun, mendapatkan 1
(satu) buah alat rias dan mendapatkan hadiah untuk peserta yang
berjuara.
b. Narasumber atau Pelatih
Para narasumber pelatih tata rias yang dimiliki oleh
program PPMK adalah orang-orang profesional meskipun bukan
dari pendidikan sarjana strata 1, namun para narasumber atau
pelatih ini mempunyai pengalaman keterampilan dari tempat-
tempat kursus dan sudah mempunyai sertifikasi sebagai instruktur
oleh lembaga kursus terkait.
Hal ini diperkuat dari hasil wawancara penulis dengan
kedua instruktur pelatihan tata rias, berikut kutipannya :
“saya mendapatkan ilmu merias ini dulu belajar dari guru
mbak, saya ikut kursus rias pengantin dulu. Meskipun
pendidikan saya SMEA dan dulu tidak punya biaya, tapi
saya sangat niat. Akhirnya saya berusaha nabung untuk
73
biaya kursus rias sampai akhirnya saya bisa mengajar rias.” 48
“kalau saya memang keinginan sendiri makanya ikut-ikut
kursus dulu, awalnya kursus potong rambut, lama-
kelamaan meningkat menjadi merias pengantin”.49
c. Staff atau Panitia Pelaksana
Dalam hal ini penulis menjelaskan Staff atau Sumber Daya
Manusia yang membantu berjalannya program PPMK pelatihan
tata rias.
Hal di atas diperkuat dari hasil kutipan wawancara penulis
dengan seorang staff PKK sekaligus panitia pelaksanaan
pelatihan tata rias, berikut hasil kutipannya :
“ohh iya neng, soalnya staf disini juga berasal dari latar
belakang sosial dan sudah berpengalaman”.
Dan ketua LMK berpendapat seperti hasil kutipan penulis,
sebagai berikut :
“oh iya karena petugasnya juga sudah biasa di dalam
kegiatan lapangan, dan mengkoordinasi semua kegiatan.”
Indikator input program PPMK pada pelatihan tata rias
yang diselenggarakan oleh LMK adalah sebagai berikut :
48 Wawancara pribadi dengan Ibu Tri Rahayu (Instruktur Pelatihan Tata Rias),
Pasar Rebo, 17 Oktober 2016 49 Wawancara pribadi dengan Ibu Lilie Triyani (Asisten Instruktur Pelatihan
Tata Rias), Cibubur, 11 Oktober 2016
74
Tabel 9. Indikator Input Program PPMK Pelatihan Tata Rias
No Dimensi Lengkap Tidak
Lengkap
1. Input ✓
a. Jumlah Anggaran
(Kesesuaian)
✓
b.Instrumental ✓
1). Panitia Pelaksana ✓
2). Juklak ✓
3). Jumlah SDM Pelaksana ✓
4). Fasilitator Kelurahan ✓
5). Peserta Pelatihan ✓
6). Sarana ✓
7). Prasarana ✓
Hasil Penelitian Lapangan
d. Anggaran Dana
Kali ini penulis akan menjelaskan anggaran dana yang
didapat oleh program PPMK, untuk semua kegiatan yang
berkaitan baik sarana dan prasaran sampai pengadaan yang
lainnya, dana program PPMK merupakan hibah dari pemerintah
dimana pada tahun 2014 dana tersebut sebesar Rp. 166.500.000
untuk Bina Sosial dan Rp. 295.000.000 untuk Bina Fisik
Lingkungan. Dana tersebut sesuai Surat Keputusan Gubernur
Provinsi DKI Jakarta No. 1369 Tahun 2014 tentang Pemberian
Hibah dan Bantuan Sosial tahap ketiga dalam bentuk uang kepada
individu , keluarga, masyarakat, kelompok masyarakat.
75
Pembiayaan dari pemerintah tersebut digunakan untuk
keperluaan antara lain : (1) biaya sosialisasi (2) biaya rapat (3)
biaya transport (4) biaya dokumentasi (5) biaya ATK dan
fotocopy (6) biaya konsumsi (7) biaya pelaporan (8) biaya
publikasi (9) biaya administrasi (10) biaya honorium pelaksana
dan (11) biaya pembuatan prasasti.
e. Sarana dan Prasarana
Dalam rangka menjalankan kegiatan pelatihan yang ada di
program PPMK ini penunjang kegiatan atau biasa disebut sebagai
sarana dan prasarana yang ada di program PPMK akan penulis
jelaskan sebagai berikut.
Dari segi sarana dan prasarana sangat lengkap mulai
ruangan, fasilitas seperti kamar mandi, tempat beribadah umat
Islam (Mushola).
Data tersebut sesuai dengan hasil wawancara penulis
dengan salah satu peserta pelatihan berikut ini :
“sarana dan prasarana sudah lengkap mbak, peralatan
merias juga udah di siapain dari PPMK”.50
Berdasarkan pengamatan penulis pada tanggal 11 Oktober
hari Selasa dapat mendeskripsikan ruangan atau lebih tepatnya
sarana dan prasarana yang ada di sana. Yang penulis lihat didalam
ruangan pelatihan tata rias adalah :
50 Wawancara Pribadi dengan Ibu Imas Kartini ( Peserta Pelatihan Tata Rias), Cibubur,
11 Oktober 2016
76
1). Ruang Aula
Ruangan ini biasanya untuk melaksanakan
kegiatan kelompok atau kegiatan di Kelurahan.
Peralatan di ruangan ini ada meja, kursi, kipas angin,
proyektor, papan informasi.
2). Peralatan Merias
Pada saat pelatihan merias, para panitia sudah
menyiapkan 1 (satu) set alat make-up untuk 2 (dua)
orang peserta, dimana alat make-up tersebut untuk
digunakan pada saat praktek pelatihan merias.
3). Kamar Mandi
Didalam kamar mandi terdapat tempat cuci
tangan, sabun cair dan Wc duduk, kamar mandi ada 2
untuk perempuan dan satu lagi untuk laki-laki.
f. Materi
Materi yang diberikan dari kegiatan pelatihan tata rias
dari Program PPMK disesuaikan dengan jenis tata riasnya,
karena disetiap tahun mengadakan pelatihan materi yang
diberikan berbeda-beda disesuaikan dengan berbagai adat dan
perkembangan zaman. Secara umum materi yang diberikan
antara lain :
1). Motivasi Entreupreuner
2). Wawasan tentang jenis tata rias sesuai adat
77
3). Demo membuat sanggul dan tata rias wajah
4). Praktek membuat alis dan merias wajah
5). Pemilihan busana
6). Penambahan aksesoris.
Hal ini diperkuat dari hasil wawancara penulis dengan
beberapa dari peserta pelatihan, berikut kutipannya :
“pertamanya sih motivasi berwirausaha, terus materi
tata rias dasar, cara ber make-up, cara make-upin bentuk
wajah yang tirus gimana, yang bulat gimana, mengerok
alis.” 5152
“awalnya motivasi usaha, kemudian cara merias
pengantin dari dasarnya ,materi pertama kali itu bersihin
muka, kasih pelembab , alas bedak, make-up terus
nyanggul.”53
“ materi usaha terus cara makeup, cara pakai jilbab, dari
awal rias mbak mulai dari penataan rambut sampai ke
busana”. 54
g. Sasaran
Secara khusus sasaran dari Bina Sosial program PPMK
adalah untuk mengembangkan anggota masyarakat yang
kurang terampil, mengkuatkan lembaga masyarakat yang
51 Wawancara Pribadi dengan Ibu Imas Kartini ( Peserta Pelatihan Tata Rias), Cibubur,
52 Oktober 2016 53 Wawancara Pribadi dengan Ibu Kastir ( Peserta Pelatihan Tata Rias), Cibubur, 14
Oktober 2016 54 Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Asih ( Peserta Pelatihan Tata Rias), Cibubur, 24
Oktober 2016
78
kurang berdaya dan memberdayakan anggota masyarakat yang
terkena musibah bencana.
h. Maksud dan Tujuan
Maksud dilaksanakannya program PPMK ini untuk
mewujudkan komunitas warga masyarakat Kelurahan Cibubur
yang sejahterah dalam menumbuh kembangkan kesadaraan
dan partisipatif masyarakat terhadap peranan pemberdayaan
masyarakat.
Sedangkan tujuan dari pelatihan tata rias ini adalah untuk
meningkatkan kemampuan daya saing anggota masyarakat,
meningkatkan peran serta lembaga kemasyarakatan dalam
menghimpun dan mengembangkan kemampuan masyarakat
dan meningkatkan kesetiakawanan sosial, kepedulian sosial
dan kerja sama antar unsur masyarakat.
Ada beberapa kelebihan dan kekurangannya yang
peneliti telaah dalam program PPMK pelatihan tata rias ini.
Kelebihannya jika dilihat dari indikator dampak (indicator of
impact) dari pelatihan tata rias ini telah memberikan dampak
positif bagi kaum perempuan untuk mengaktifkan partisipasi
kaum perempuan dalam memberdayakan dalam hal
mengurangi kemiskinan.
Selain itu juga peneliti melihat adanya relevansi antara
program PPMK pelatihan tata rias ini dengan sasaran program
yaitu masyarakat yang kurang terampil tetapi tidak
79
mempunyai biaya untuk pelatihan di luar, kemudian untuk
direkrut dan diberdayakan dalam pelatihan tata rias ini. Dan
apabila dilihat dari indikator keterjangkauan (indicator of
accessibility), pelatihan tata rias yang ada di LMK Cibubur
masih dalam jangkauan masyarakat yang membutuhkan,
dimana dalam hal ini yaitu masyarakat yang kurang mampu
dan kurang terampil yang ada di sekitar Kelurahan Cibubur.
Selain itu, pelatihan tata rias ini memberikan manfaat
kepada setiap peserta dari sisi psikologis yaitu untuk
membangun mental wirausaha dan mengasah keterampilan
bagi kaum perempuan serta meningkatkan kepercayaan diri
dalam aktif bermasyarakat.
Sedangkan kebutuhan yang belum terpenuhi dalam
program PPMK ini adalah dari aspek pendamping (fasilitator)
kelurahan. Dalam pemberdayaan masyarakat hadirnya
fasilitator sangat penting untuk mendampingi peserta atau
masyarakat, karena fasilitator ini yang akan mendampingi dari
awal hingga akhir yaitu mandiri. Jika dilihat dari indikator
ketersediaan lainnya seperti fasilitas, sarana dan prasarana
serta fasilitas pendukung lainnya sudah terpenuhi, hanya saja
dari tenaga fasilitator yang belum terpenuhi. Peserta yang
mengikuti pelatihan tata rias berjumlah 30 orang setiap
angkatan atau tahun sedangkan instruktur atau pelatih
pelatihan berjumlah 2 orang. Hal ini sangat berpengaruh pada
80
indikator kualitas (indicator of quality) layanan atau program
yang diberikan itu sendiri.
Seperti halnya pada wawancara peneliti dengan
instruktur sebagai berikut :
“selama 2 bulan ada 8 kali pertemuan , sebenarnya
kurang efektif waktu yang singkat seperti itu untuk
pemberdayaan. Cuma karena alokasi dana yang
terbatas.”
Pengajar merasa kesulitan dan terbatas oleh waktu
pelatihan yang disediakan karena dalam penyampaian materi
maupun praktek tata rias seharusnya dibutuhkan waktu yang
cukup lama yaitu sekitar 3 bulan, sedangkan waktu atau masa
yang diadakan di LMK pada progam PPPMK hanya sekitar 2
bulan terdiri dari 15 kali pertemuan, dan itu sangat kurang
maksimal.
Jika dikaitkan dengan indikator efisiensi (indicator of
efficiency) , anggaran dan serta pengelolahannya sudah
dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan pelatihan dan tidak
memboroskan biaya yang ada.
3. Aspek Process ( Proses ) Program PPMK (Pelatihan Keterampilan
Tata Rias)
Merujuk pada pembahasan tentang evaluasi proses dalam model
evaluasi CIPP seperti telah dijelaskan dalam bab dua halaman 17,
peneliti akan menfokuskan pada kegiatan proses tahap perencanaan,
81
tahap pelaksanaan dan waktu pelaksanaan, mentoring dan evaluasi serta
hambatan yang ditemukan dalam pelatihan berlangsung.
a. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan Program PPMK Pelatihan Tata
Rias ini berlangsung selama 10 ( sepuluh ) bulan. Pertama,
identifikasi kebutuhan sangat penting dilakukan pada tahap
awal seperti ini. Karena berhasil atau tidaknya program
dilihat dari awal identifikasi permasalahan dan kebutuhan.
Identifikasi kebutuhan dilakukan oleh KPPM untuk
mengajukan sebuah kegiatan pemberdayaan masyarakat
berupa usulan proposal kegiatan.
Kedua, Penyusunan proposal kegiatan ini dilakukan
oleh KPPM yang diajukan kepada TPPK untuk di seleksi
dan di ajukan ke Pemprov DKI. Dalam satu proposal terdiri
dari beberapa jenis kegiatan yang ingin diajukan. Setelah
proposal disetujui oleh Premprov maka selanjutnya adalah
menunggu pencairan dana PPMK.
Ketiga, selanjutnya adalah sosialisasi dan perekrutan
kepada masyarakat terkait program kegiatan yang telah
disetujui. Dalam tahap ini proses sosialisasi dilakukan oleh
KPPM tingkat RW dan RT yang mensosialisasikan dan
merekrut peserta sebanyak 2 ( dua ) orang setiap tingkat
RW. Perekrutan masyarakat yang selektif dan sesuai
dengan sasaran program yaitu masyarakat yang kurang
82
terampil dan masyarakat yang mempunyai minat dan bakat
yang kuat terhadap pelatihan tata rias.
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya
bahwa program PPMK pelatihan tata rias ini hanya diikuti
oleh masyarakat yang benar-benar minat dan membutuhkan
pelatihan atau peserta lanjutan yang sebelumnya telah
mengikuti namun belum berkembang. Apalagi terutama
kaum wanita yang sangat membutuhkan sebuah skill dan di
era sekarang sangat penting dan harus dimiliki oleh setiap
kaum wanita untuk menunjang perekonomian keluarga.
Proses seleksi dilakukan oleh KPPM RW yang masing-
masing calon peserta sebanyak 2 orang.
Maka secara lebih khusus yang terkait dengan
kelengkapan pada proses pendafatran yaitu administrasi,
bagi setiap calon peserta yang berminat untuk mengikuti
pelatihan tata rias ini maka hendaknya mereka
menyerahkan foto kopi Kartu Tanda Penduduk (KTP)
sesuai dengan Kelurahannya, Formulir Pendafatran dari
Tim Pelaksana serta Pas Foto Ukuran 3 x 4 sebanyak 3
lembar. Tahap selanjutnya adalah peserta wajib mengikuti
pelatihan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
Karena jumlah kehadiran peserta sangat berpengaruh dalam
proses evaluasi dan monitoring pada saat akhir pelatihan
83
untuk menentukan berapa besar hasil yang didapatkan
selama pelatihan.
Kegiatan Program PPMK Pelatihan Tata Rias oleh
LMK biasanya jatuh pada bulan Desember – Januari, yang
seharusnya pada bulan November – Desember karena
keterlambatan pencarian dana. Waktu pelaksanaan
pelatihan berlangsung paling lama 2 bulan terdiri 15 kali
pertemuan dan paling sebentar 1 bulan yang terdiri dari 8
kali pertemuan. Pada tahun 2014 pelaksanaan selama 1
bulan terdiri 8 kali pertemuan dimulai pada tanggal 8, 9, 15,
16, 22, 23, 29, 30 Januari 2015 pada pukul 13.30-16.30
WIB. Kenapa pada siang hari setelah shalat dzuhur?
Karena biasanya ibu-ibu atau kaum perempuan pada saat di
pagi hari mempunyai kesibukan mengurus rumah atau
mengantarkan anak sekolah, oleh karena itu waktu
pelatihan dilakukan pada siang hari hingga sore hari,
dimana pada waktu tersebut tidak mengganggu aktivitas
pada rumah tangganya.
Kesiapan pelaksanaan Program Pemberdayaan
Masyarakat Kelurahan (PPMK) Cibubur dapat dilihat dari
telah terbentuknya unsur-unsur pelaksana program yang
terdiri dari Dewan Kelurahan sebagai penanggung jawab
pelaksanaan PPMK Cibubur, Komite Seleksi yang bertugas
menampung usulan-usulan masyarakat, Unit Pengelola
84
Keuangan Masyarakat Kelurahan (PPMK) yang
bertanggung jawab masalah administrasi keuangan PPMK,
dan Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) yang bertugas
menyusun usulanusulan kegiatan masayarakat.
Hal ini diperkuat dari hasil wawancara penulis
dengan pantia pelaksana pelatihan tata rias, berikut
kutipannya :
“Tim pelaksana kegiatan kelurahan ( TPKK) yang
betugas menerima proposal, menyeleksi , dan sama
panitia pelaksana yang terdiri dari TPKK , PKK dan
LMK yang bertugas mensosialisasikan kegiatan,
melakukan pemilihan TPKK, melakukan monitoring
dan evaluasi”.
Tahap ini bertujuan memberikan bekal keterampilan
kepada masyarakat peserta pelatihan tentang tata rias.
Selain itu, pada awal pelatihan juga terdapat sedikit
motivasi tentang kewirausahaan.
Pada saat pelatihan tata rias berlangsung, setiap
peserta diwajibkan berpasang-pasangan dan bergantian
praktek karena untuk mengaplikasikan materi yang sudah
diterima.
Berdasarkan hasil temuan dan analisis data diatas
maka penulis menyimpulkan bahwa dalam tahap proses
perekrutan secara indikator cakupan (indicator of coverage)
sudah menujukkan proporsi orang-orang yang
membutuhkan sesuatu dan menerima pelatihan tersebut,
yaitu masyarakat dilihat dari minat dan bakat peserta dan
85
benar- benar ingin belajar yang nantinya kaum perempuan
dapat menciptakan lapangan pekerjaan atau berwirausaha
dengan keterampilan yang dimiliki.
Jika dilihat dari indikator efisiensi (indicator of
effiency) jangka waktu pelaksanaan pelatihan maksimal
selama 2 bulan masih kurang efisien, jika pelatihan
seharusnya disesuaikan dengan materi yang akan
dibawakan karena setiap jenis rias pengantin berbeda
tingkat kesulitannya pada jenis adat masing-masing daerah,
dan hal itu seharusnya disesuaikan.
Dalam proses pemberdayaan juga harus
membutuhkan yang cukup panjang dan bertahap serta
berkesinambungan hingga peserta benar-benar berdaya dan
mandiri. Menurut peneliti waktu yang diperlukan untuk
sebuah pelatihan hingga berhasil yaitu minimal 6- 1 tahun
dan selalu ada monitoring serta evaluasi oleh fasilalator agar
dapat mengetahui apa yang harus di perbaiki dan bagaimana
solusinya.
b. Monitoring dan Evaluasi
Tim monitoring melakukan kegiatannya sekurang-
kurangnya 1 (satu) kali dalam setahun. Dimana ada 3 (tiga)
jenis yang dievaluasi dan dimonitoring yaitu kebijakan ,
86
program, dan pelaksanaan program, yang masing-masing
dibawah tanggung jawab BPMPKB.
Adapun hasil wawancara penulis terkait evaluasi dan
monitoring dengan ketua LMK selaku pengelola LMK,
sebagai berikut :
“pelaksanaan monitoring hanya pada waktu
pelaksanaan saja. Setelah itu tidak ada monitoring, di
lepas begitu saja, oleh karena itu harus ada
pendampingan khusus setelah pelatihan hingga
peserta mandiri. Sebenarnya ada monitoring dan
evaluasi dalam setahun sekali, tetapi hanya sebatas
melihat para peserta sudah berkembang sejauh mana
kemudian di data , tidak ada tindak lanjut problem
solving. ”55
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan monitoring dan evaluasi hanya dilaksanakan
pada akhir setiap pelaksanaan program atau pelatihan tata
rias dilakukan. Padahal dalam tahap pemberdayaan
seharusnya di laksanakan secara berkala. Tahapan ini juga
akan merumuskan berbagai indikator keberhasilan suatu
program yang telah diimplementasikan dan akan
menumbuhkan perubahan atau kebiasaan baru yang
diharapkan terjadi. Hal ini dilakukan karena untuk
mengukur dan menilai perkembangan program yang telah
dilakukan dengan melihat fakta yang ada di lapangan
maupun intern.
55 Wawancara pribadi dengan Bapak Suhadi (Ketua LMK atau Panitia Pelaksana
Pelatihan), Cibubur , 11 Oktober 2016
87
c. Hambatan / Dukungan yang dijumpai selama
pelaksanaan program pelatihan
Hambatan atau dukungan yang sering muncul dalam
pelaksanaan program pelatihan seperti tata rias ini maupun
dari lembaga LMK akan penulis jelaskan sebagai berikut :
Dalam pelaksanaan pelatihan hambatan yang selalu
datang adalah kurangnya kesadaran masyarakat atau peserta
terhadap pelatihan tata rias, seharusnya masyarakat dapat
memanfaatkan secara maksimal dengan adanya program
PPMK pelatihan tata rias.
Hal ini diperkuat dari hasil wawancara penulis dengan
petugas program PPMK, berikut kutipannya :
“selama ini berjalan seperti biasa. Tetapi terkadang
peserta tidak full datang selama mengikuti pelatihan.
Jadi kadang hanya berapa kali pertemuan saja, banyak
sekali alasan-alasannya.”56
“kelemahannya belum ada indikator keberhasilan jangka
panjang pada semua program. Jadi berhasil atau
tidaknya peserta yang ikut pelatihan ya tergantung dari
peserta sendiri, dari inisiatif peserta itu sendiri. Jadi
program ini hanya sekedar melatih orang tetapi tidak ada
tindak lanjut. Balik lagi karena belum ada alokasi dana
untuk pendampingan.”57
“nah itu tadi, perlu ada pembenahan, bagaimana? Harus
ada tindak lanjut yaitu tim pendampingan yang nantinya
akan mendampingi peserta pelatihan hingga peserta bisa
mandiri. Sudah ada pendampingan dari Badan
Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (
56 Wawancara pribadi dengan Bapak Suhadi (Ketua LMK atau Panitia Pelaksana
Pelatihan), Cibubur , 11 Oktober 2016 57 Wawancara pribadi dengan Bapak Suhadi (Ketua LMK atau Panitia Pelaksana
Pelatihan), Cibubur , 11 Oktober 2016
88
BPM&KB) tetapi dalam prakteknya belum sesuai
dengan harapan kita, karena hanya sebatas
memonitoring , meminta laporan, itupun tidak secara
langsung namun melalui alat komunikasi. Dan tim
pendamping seharusnya paham dan mengerti cara
memberdayakan masayarakat hingga benar-benar
mandiri. Dari LMK juga tidak bisa berbuat apa-apa
karena dana untuk tim pendamping juga tidak ada.
Indikator mandiri yang kami harapkan ya sudah punya
penghasilan sendiri dari pelatihan itu.”58
“kalau hambatan paling peserta terkadang tidak
mengikuti selama pertemuan yang sudah kami siapkan,
kadang Cuma berapa kali pertemuan. Isitilahnya bolos
neng, itu saja sih kayanya hambatannya”.59
“kami mempunyai masalah pada pembinaan dan
pendampingan secara khusus, karena kami
melaksanakan hanya sebatas pelatihan saja. Alasannya
memang dari Premprov DKI belum tersedia,
pendampingan ada sih dari BPMPKB tetapi mereka
hanya sekedar monitoring saja, tidak melakukan
pendampingan seperti yang kami harapkan”.60
Dari semua data di atas dapat penulis simpulkan bahwa,
semua pelaksanaan program PPMK sudah berjalan dengan
baik, hanya saja belum maksimal. Pertama, dilihat dari
indikator input di atas bahwa tidak adanya fasililator kelurahan
(FASKEL) sangat mempengaruhi berhasil atau tidaknya
program, karena seorang fasililator ini yang akan berperan
penting dalam pendampingan kepada masyarakat mulai dari
tidak tahu hingga menjadi mandiri.
58 Wawancara pribadi dengan Bapak Suhadi (Ketua LMK atau Panitia Pelaksana
Pelatihan), Cibubur , 11 Oktober 2016 59 Wawancara pribadi dengan Ibu Muhanah ( Sekretaris PKK Kelurahan Cibubur dan
Panitia Pelaksanaan Pelatihan ), Cibubur , 27 September 2016 60 Wawancara pribadi dengan Ibu Muhanah ( Sekretaris PKK Kelurahan Cibubur dan
Panitia Pelaksanaan Pelatihan ), Cibubur , 27 September 2016
89
Kedua, kesadaran peserta terhadap mental usaha juga
masih kurang seharunsya setelah pelatihan peserta sering
mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan. Ketiga,
pelaksanaan monitoring dan evaluasi harus dilakukan secara
berkala, minimal 1 ( satu ) kali dalam setahun, tetapi harus ada
tindak lanjutnya dan seharusnya pemerintah menganggarkan
dana seusai dengan kebutuhan masyarakat.
Jika dianalisis menggunakan indikator upaya (indicator
of effort) yang menggambarkan berapa banyak upaya yang
sudah ‘ditanamkan’ dalam rangka mencapai tujuan yang sudah
ditetapkan. Upaya yang sudah dijalankan masih kurang
maksimal karena tidak adanya pendampingan khusus serta
terbatasnya dana dari APBD. Seharusnya lembaga kelurahan
LMK bekerja sama dengan LSM lain untuk memperluas
jaringan dan sistem kerjasama agar dapat saling mendukung
dalam memberdayakan masyarakat.
4. Aspek Product (Hasil) Program PPMK Pelatihan Keterampilan Tata
Rias
Evaluasi hasil yang telah dijelaskan pada bab dua adalah suatu
cara untuk mengukur dan melihat hasil yang telah dicapai serta apa
keputusan selanjutnya. Pada tahap ini peneliti akan memberikan
rekomendasi apakah program PPMK pelatihan tata rias dapat
dilanjutkan, dikembangkan atau dimodifikasi atau dihentikan. Dalam
evaluasi hasil ini, peneliti menggunakan tolak ukur dari perubahan
90
perilaku peserta serta dampak positif apa yang didapatkan setelah
mengikuti pelatihan tata rias dan bagaimana keberlanjutan program
pelatihan sebagai program usaha tersebut di masa mendatang.
a. Perubahan Perilaku Peserta
Program PPMK pelatihan tata rias bertujuan untuk
memberikan keterampilan kepada masyarakat yang kurang
terampil dan juga sebagai wadah bagi para masyarakat untuk
mengasah keterampilan sesuai dengan minat dan bakat. Selain
untuk mengembangkan keterampilan , di sisi lain yaitu untuk
menumbuhkan mental entreupreneurship bagi masyarakat yang
sangat berdampak bagi perekonomian di Jakarta serta mengurangi
pengangguran.
Adapun dampak dari perubahan peserta itu sendiri terlihat
setelah mereka mengikuti pelatihan dari LMK. Mereka sudah
mempunyai usaha sampingan dari kreativitasnya yaitu merias.
Dengan adanya pelatihan tata rias, otomatis kaum perempuan
lebih percaya diri berkreatifitas untuk memberikan sesuatu yang
bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain. Peserta yang
mengikuti pelatihan jadi semakin aktif dalam kegiatan yang
diadakan di kelurahan karena dengan mengikuti pelatihan peserta
semakin mempunyai banyak teman dan jaringan.
Selain itu dari aspek ekonomi meskipun pelatihan ini
belum maksimal, namun minimal peserta sudah mempunyai
91
pengalaman atau pengalamannya semakin bertambah dalam
merias, dimana pengalaman itu dapat dijadikan sebagai
penghasilan tambahan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya
seperti dari pendidikan anak sekolah, kesehatan keluarga, dan lain
sebagainya.
Semakin sering peserta mengaplikasikan pengalaman dan
keterampilannya untuk orang lain atau untuk acara-acara tertentu
dalam hal merias pengantin, wisuda, event kartini , ibu-ibu
pengajian, atau untuk ke pesta pernikahan akan semakin
menambah penghasilan dan akan menjadi mandiri .
Program pelatihan telah banyak membantu dan sangat
dirasakan oleh warga atau peserta program dalam meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan merias. Hal ini diungkapkan dalam
wawancara kepada salah satu peserta sebagai berikut :
“ya ada perubahan mbak, soalnya setelah pelatihan saya aktif
ikut seminar-seminar juga, terus sering mengaplikasiin apa
yang sudah saya dapat waktu pelatihan. Untuk sekarang ya
sangat berubah drastis mbak, apalagi menjalankan hobby yang
dibayar itu rasanya luar biasa puas.”61
Pada waktu itu penulis mengunjungi tempat tinggal para
peserta pelatihan salah satunya Ibu Imas, berdasarkan hasil
observasi bahwa keluarga Ibu Imas memang sangat membutuhkan
dan dari keinginan yang kuat Ibu Imas sendiri ingin mengikuti dan
61 Wawancara Pribadi dengan Ibu Imas Kartini ( Peserta Pelatihan Tata Rias), Cibubur,
11 Oktober 2016
92
memperdalam lagi ilmu merias yang sebelumnya sudah didapatkan
dengan belajar sendiri pada waktu itu. Pada saat sekarang Ibu Imas
sudah mempunyai jam terbang untuk merias yang luas, dan sudah
mampu sebagai perias mandiri bukan sebagai asisten lagi, tetapi
membutuhkan seorang asisten, karena dari perlengkapan beliau
sudah memiliki dengan lengkap seperti alat makeup, busana,
dekor, hingga prasmanan dimana biasanya sudah satu paket dalam
pernikahan.
Berikut ini data perubahan peserta pelatihan dari 10 peserta
yang diwawancari.
Tabel 10. Indikator Output dan Outcome Program Pelatihan Tata
Rias Pengantin
No. Dimensi Peserta Input Outcome Ket
1.
Peserta
yang
terlibat
sebelum
dan sesudah
mengikut
i
pelatihan
Bu Imas Belum ada
pengalama
n
Sudah
mandiri
merias,
menerima
salon
dirumahnya
Aktif ikut
seminar dan
sering
praktek
Bu
Kastiri
Pengalaman
di hantaran
Bisa merias
di event
misal
kartinian
atau asisten
rias.
Sering
membuat
hantaran
Bu Siti
Sriyati
Pengalama
n merias
waktu
bekerja di
kosmetik
Asisten
merias
Aktif di
salon
saudaranya
dan tidak
ada modal
untuk buka
salon
sendiri.
Belum ada
pengalam
Asisten
merias
Sering
diajak
merias
teman
93
Bu Is
Wahyu
ni
Aktif di
hantaran
Asisten
merias dan
membuat
hantaran
aktif di
hantaran
RW
Bu
Chairia
ny
Belum ada
pengalama
n
Belum
berkembang
Tidak
mengaplika
sikan
Bu
Karyati
Belum ada
pengalama
Asisten
dan
merias event
kartinian atau
ibu-ibu
pengajian
Memprakte
kan ke
teman dan
saudara
Bu
Riyana
Belum ada
pengalama
n
Asisten rias Ikut dengan
teman
Bu Nami Sudah
pernah ada
pengalaman
merias
Asisten rias Ikut dengan
saudara
Bu
Nurleni h
Sudah
pernah ada
pengalama
n di
potong
rambut
Asisten rias Belajar
dengan teman
yang
profesional
Hasil Penelitian Lapangan
Jika merujuk pada keselurahan indikator keberhasilan
sebagaimana dicantumkan di atas, maka terlihat bahwa tingkat
pencapainnya masih rendah. Namun demikian, kami tidak
menyarankan agar program pelatihan tata rias ini dihentikan
mengingat tujuan dan fungsinya sangat strategis dalam
mendorong kaum perempuan untuk aktif dan partisipatif dalam
pemberdayaan masyarakat yang sangat penting untuk
mengurangi angka kemiskina di Indonesia.
Jika dianalisis menggunakan indikator dampak (indicator
of impact) yang melihat apakah sesuatu yang dilakukan benar-
benar memberikan suatu perubahan di masyarakat. Pada hal ini
94
sangat memberikan perubahan dalam diri peserta seperti
perubahan perilaku dan penghasilan untuk keluarganya.
Meskipun pada kenyataannya belum maksimal seperti
penulis wawancara kepada 10 peserta yang terdiri berbagai
kalangan yaitu masyarakat biasa dan kader Kelurahan bahwa dari
10 peserta hanya 9 peserta yang sudah benar-benar
mengaplikasikan keterampilan merias meskipun bukan untuk
aspek usaha tetapi hanya untuk mengasah keterampilan untuk diri
sendiri.
Perubahan dari 9 peserta yang tadinya belum aktif merias,
saat ini sudah aktif meskipun hanya sebagai asisten rias, belum
mampu sebagai perias utama karena pengalaman rias yang
mereka miliki masih minim, dan untuk mempunyai peralatan rias
sendiri membutuhkan modal yang cukup besar. Tetapi jika
peserta yang mengikuti pelatihan bukan dari keinginan sendiri
dan belum mempunyai pengalaman merias sebelumnya akan
kesulitan dan membutuhkan pendampingan khusus untuk
membangun mental keberanian, seperti 1 peserta dari 10 peserta
yang sampai saat ini tidak mengaplikasikan sama sekali ilmu
yang didapat selama pelatihan karena belum mempunyai
keberanian merias dan memang tidak menyukai bidang tata rias.
Selain itu , tidak semua peserta mempunyai kesadaran
mental usaha yang kuat dan kurang mengimplementasi
keterampilan yang telah diperoleh pada saat pelatihan. Selain itu
95
juga masih bergantung pada dana dari APBD Jakarta untuk modal
pengembangan usaha sehingga menyebabkan peserta kurang
mandiri.
Hal ini bisa menjadikan masukan pada saat perekrutan dan
penyeleksian peserta lebih selektif lagi agar pelatihan ini nantinya
tidak berjalan sia-sia dan sesuai dengan sasaran utamanya yaitu
memberdayakan anggota masyarakat yang kurang terampil dan
memiliki ketertarikan dalam bidang tersebut.
b. Keberlanjutan Usaha
Saat mengadakan penelitian penulis mendapatkan sedikit
kesulitan dalam mengumpulkan data dari peserta karena beberapa
diantara nomor telepon seluler peserta tidak lagi aktif, atau
peserta sudah tidak tinggal di daerah tersebut. Peserta yang tidak
bisa di hubungi ini mengindikasikan kurangnya interaksi antara
panitia dengan alumni. Fakta tersebut cukup mengkhawatirkan
dan merupakan salah satu ciri dari program yang kurang efektif.
Dari situ dapat disimpulkan bahwa tingkat keberhasilan pelatihan
dari peserta masih belum maksimal.
Program PPMK ini sudah memiliki evaluasi yang
dilakukan secara berkala yaitu dalam setahun sekali setelah
pelatihan selesai. Evaluasi ini didasarkan pada hasil laporan
perkembangan usaha peserta pelatihan. Hal ini diperkuat
wawancara peneliti dengan Ketua LMK :
“pelaksanaan monitoring hanya pada waktu pelaksanaan
saja. Setelah itu tidak ada monitoring, di lepas begitu
96
saja, oleh karena itu harus ada pendampingan khusus
setelah pelatihan hingga peserta mandiri. Sebenarnya
ada monitoring dan evaluasi dalam setahun sekali, tetapi
hanya sebatas melihat para peserta sudah berkembang
sejauh mana kemudian di data , tidak ada tindak lanjut
problem solving.”
Dilihat dari uraian wawancara diatas masih kurag relevan
jika menurut indikator relevansi bahwa proses dan monitoring
seharusnya dilakukan secara merinci mulai dari monitoring saat
pelatihan maupun pada saat setelah pelatihan selesai. Dan
pendamping dari Pusat atau dari BPMPKB melakukan riset dan
mendatangi langsung ke peserta untuk mempunyai data real yang
nantinya dapat dievaluasi secara mendalam serta diberikan tindak
lanjut bagi peserta yang bermasalah .
97
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari berbagai uraian yang telah penulis kemukakan pada Bab-bab
sebelumnya tentang evaluasi hasil Program Pemberdayaan Masyarakat
(PPMK) melalui Pelatihan Keterampilan Kewanitaan (Tata Rias
Pengantin) terhadap Peningkatan Ekonomi Keluarga Di Kelurahan
Cibubur Jakarta Timur (Penerapan Model Evaluasi CIPP) dapat dilihat
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada evaluasi konteks yang meliputi aspek tujuan program
sudah dikatakan sesuai atau relevan antara satu sama lain.
Dimana tujuan program PPMK pelatihan tata rias pengantin ini
adalah memberdayakan masyarakat yang kurang terampil, hal
tersebut sudah relevan dengan konteks program pelatihan yaitu
tata rias pengantin, dimana pelatihan tersebut adalah atas usulan
atau ide dari masyarakat yang mempunyai ketertarikan merias
tetapi belum mempunyai wadah untuk mengembangkan
keterampilannya.
2. Pada evaluasi input yang meliputi peserta, narasumber, staff
pelaksana, sarana dan prasarana serta anggaran dana dan fasilitas
pendukung lainnya. Hal tersebut sudah tersedia cukup baik dan
sesuai, namun masih ada beberapa kekurangan atau kendala yang
dihadapi. Seperti pada staff pelaksana, seharusnya ada
pendampingan khusus dalam pemberdayaan melalui pelatihan
tata rias pengantin ini. Dan dari aspek kemitraan dengan lembaga
98
LSM terkait belum tersedia sehingga belum memiliki donatur
tetap untuk setiap kegiatan karena jika hanya mengandalkan
anggaran dari APBD tidak akan cukup melihat kebutuhan untuk
pelatihan apapun hingga peserta benar-benar mandiri itu bukan
hanya 1 – 2 bulan saja tetapi minimial 6 bulan - 1 tahun.
Sedangkan untuk sarana dan prasarana serta fasilitas pendukung
lainnya sudah tercukupi untuk pelatihan tata rias.
3. Pada evaluasi proses meliputi tahap perencaan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi, pada proses perekrutan dan seleksi
seharusnya lebih selektif lagi agar pelatihan ini tepat sasaran, dan
untuk pelatihan yang akan datang sebaiknya perekrutan
pesertanya adalah untuk peserta lanjutan saja, bukan merekrut
peserta baru karena untuk peserta lanjutan semakin paham dan
mandiri. Dan pada tahap pelaksanaan seperti sudah dijelaskan
pada point pertama bahwa waktu pelaksanaan pelatihan
seharusnya lebih dari 2 bulan, agar efektif dan peserta benar-
benar bisa dan terampil atau ahli dalam merias. Sedangkan untuk
monitoring dan evaluasi diadakan minimal 6 bulan sekali untuk
melihat perkembangan secara langsung dari peserta setelah
mengikuti pelatihan.
4. Pada evaluasi hasil terdapat aspek perubahan perilaku
peserta dan keberlanjutan usaha atau program. Meskipun ada
perubahan perilaku dari peserta secara sosial dan ekonomi, yaitu
dapat meningkatkan kepercayaan diri dengan keterampilan yang
dimilikinya asalkan peserta sering menpraktekan apa yang sudah
99
didapat selama pelatihan, dan secara ekonomi dalam
meningatkan penghasilan keluarga cukup penghasilan tambahan
saja belum menjadikan sebagai penghasilan utama karena
terbatasnya dana untuk membuka usaha serta masih minimnya
ilmu merias yang didapatkan. Oleh karena itu, jika LMK
mempunyai sistem kerjasama dengan LSM atau lembaga sosial
lainnya dapat mengembangkan lebih jauh lagi para peserta yang
telah mengikuti pelatihan tanpa menunggu bantuan dari
Anggaran Pemerintah.
B. Saran
1. Untuk PPMK
Berdasarkan hasil evaluasi dari penelitian yang telah peneliti
lakukan, peneliti menyarankan kepada LMK bahwa program PPMK
untuk tetap melanjutkan pelatihan tata rias pengantin, karena
menurut peneliti pelatihan ini sangat bermanfaat untuk para kaum
perempuan khususnya, dan jika peserta nanti berhasil dan dapat
mandiri peserta dapat membuka usaha salon atau membuka tempat
lembaga kursus merias yang akan sangat berpegaruh lagi kepada
masyarakat lainnya dari segi menguranngi pengangguran dan
kemiskinan. Selain itu juga peneliti menyarankan agar melengkapi
tenaga pendamping khusus bagi para peserta pelatihan agar peserta
terarah dan berkembang lebih jauh lagi seperti merekrut relawan-
relawan dari kampus ataupun sekolah tinggi ataupun fasilitator dari
LSM. Peneliti menyarankan juga untuk mencari donatur tetap dalam
menunjang anggaran dana selain dari APBD yang terbatas.
100
2. Untuk Peserta
Peneliti berharap kepada peserta yang mengikuti pelatihan
hendaknya lebih bertanggungjawab pada saat mengikuti pelatihan,
karena pelatihan keterampilan yang diadakan ini sangat penting dan
menjadi sebuah wadah untuk menuntut ilmu serta mengembangkan
keterampilan yang sudah dimiliki maupun yang belum dimiliki.
101
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Al-Qur’an
Adi, Isbandi Rukminto, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan
Intervensi Komunitas ( Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan
Praktis ), Depok : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2001
Al-Assal, Ahmad Muhammad dan Karim, Fathi Ahmad Abdul, Sistem
Prinsip dan Tujuan Ekonomi Islam, Bandung : CV Pustaka Setia,
1999, cet.ke-1
Anshari, Endang Syaifuddin, Wawasan Islam, Pokok-pokok Pikiran
Tentang Islam dan Umatnya, Bandung : CV Perpustakaan Salman
ITB, 1983
Arikunto, Suharsini , Penilaian Program Pendidikan, Jakarta : PT. Bina
Aksara, 1988, cet.1
Aritonang, Esron dkk, Pendampingan Komunitas Pedesaan, Jakarta :
Sekretariat Bina Desa, 2001
Bariadi, Lili dkk, Zakat dan Wirausaha, Jakarta : Center of
Entrepreuneurship Development, 2005
Buchori, Mochtar, Riset Partisipatris Riset Pembebasan, Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 1993
Bungin, Burhan, Analisa Data Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2003, Cet. Ke-2
Bungin, Burhan, Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta : Prenada Media Group,
2009 , Cet-ke-3
Gunawan, Imam, Metode Penelitian Kualittafi Teori dan Praktik, Jakarta:
Bumi Aksara, 2013.
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Yayasan Penerbitan
Fakultas Psikologi UGM, 1987.
Harahap,Syahril ,Islam Konsep Implementasi Pemberdayaan, Yogyakarta
:PT. Tiara Wacana Yogya, 1999, Cet-Ke-1.
Kristi ,Poerwandari, E , Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku
Manusia, Jakarta: LPSP3 UI, 2005 , Cet. Ke-3.
102
Laporan Pertanggung Jawaban PPMK Bina Fisik dan Bina Sosial
Kelurahan Cibubur 2014
Moleong, Lexi.J. Metodologi Penelitian Kualitatif , Bandung : PT.
Remaja Rosda Karya 2007, Cet. Ke-15.
Muktahari, Murtadha, Masyarakat dan Sejarah , Bandung: Penerbit
Mizan, 1995 , Cet. Ke-5.
Nasuhi, Hamid dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah : Skripsi , Tesis dan
Disertasi. Jakarta : CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007 ,
Cet. Ke-2.
Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 1991.
Partanto, Pius A. dan Al-barry, M. Dahlan, Kamus Ilmiah Populer,
Surabaya:Arloka, 1994, cet.ke-1.hal.658
Pedomanan Penyelenggaraan Program Kecakapan, (Life Skill )
Pendidikan Luar Sekolah Direktorat Jendral Pendidikan Luar
Sekolah dan Pemerintah Departemen Pendidikan Nasional, 2003.
Pemerintah Provinsi Se-DKI, Laporan Bulanan September 2016, (DKI
Jakarta
Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta , Petunjuk
Pelaksanaan Kegiatan Bina Fisik Lingkungan dan Bina Sosial
Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan ( PPMK ),.Nomor
81 Tahun 2011.
Proposal Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Kegiatan Bina
Fisik Lingkungan dan Bina Sosial Kelurahan Cibubur Tahun
Anggaran 2015
Raco, J.R. , Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik dan
Keunggulannya Jakarta: PT.Grasindo, 2010.
Rivai, Veithzal, Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan
dari Teori ke Praktek, Jakarta: PT.Grafindo Persada, 2004.
Safari, S. Imam, Pengantar Sosiologi.
Salam , Syamsir dan Aripin, Jaenal Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta:
UIN Jakarta Press, 2006.
Sarkaniputra, Murasa Pengantar Ekonomi Islam : Bahan Pengajaran
Ekonomi dan Perbankan Syariah di IAIN Syahid Jakarta, 1999.
103
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D, Bandung; Alfabeta, 2013.
Suharto, Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat
Bandung:PT Refika Aditama, 2005.
Soeharto, Irawan, Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian
Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya , Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya, 2008,
Tayibnafis, Farida Yusuf , Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi
untuk Program Pendidikan dan Penelitian Jakarta : Rineka Cipta,
2000.
Tim Penyusunan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua,
Jakarta:Balai Pustaka, 1995, cet.4
B. Wawancara
Wawancara pribadi dengan Ibu Muhanah, Cibubur , 27 September 2016
Wawancara pribadi dengan Bapak Suhadi, Cibubur, 11 Oktober 2016
Wawancara pribadi dengan Ibu Tri Rahayu, Pasar Rebo, 17 Oktober
2016
Wawancara pribadi dengan Ibu Lilie, Cibubur, 11 Oktober 2016
Wawancara Pribadi dengan Ibu Imas Kartini, Cibubur, 11 Oktober
2016
Wawancara Pribadi dengan Ibu Kastiri, Cibubur, 14 Oktober 2016
Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Sriyati , Cibubur, 14 Oktober 2016
Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Asih , Cibubur, 24 Oktober 2016
Wawancara Pribadi dengan Ibu Is Wahyuni , Cibubur, 24 Oktober 2016
Wawancara Pribadi dengan Ibu Chairiyani , Cibubur, 24 Oktober 2016
Wawancara Pribadi dengan Ibu Karyati , Cibubur, 26 Oktober 2016
Wawancara Pribadi dengan Ibu Riyana, Cibubur, 26 Oktober 2016
Wawancara Pribadi dengan Ibu Nami, Cibubur, 26 Oktober 2016
Wawancara Pribadi dengan Ibu Nurleni, Cibubur, 26 Oktober 2016
104
C. Internet
http://bps.go.id/brs/view/1158/ (diakses pada hari Kamis tanggal 24
November 2016
http://www.duniapelajar.com/2014/07/29/pengertian-keterampilan.
105
LAMPIRAN - LAMPIRAN
1
PEDOMAN WAWANCARA
Evaluasi Hasil
Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK)
Pelatihan Keterampilan Tata Rias Pengantin”.
(Studi Kasus Di Kelurahan Cibubur, Jakarta Timur)
Pedoman wawancara untuk Penanggungjawab Program
Nama : Bapak Suhadi
Tanggal : 11 Oktober 2016
Waktu : 11.20 – 12.00 WIB
Jabatan : Ketua LMK ( Lembaga Musyawarah Kelurahan )
Tempat : Kantor LMK Kelurahan Cibubur
No Pertanyaan Jawaban
Evaluasi Konteks
1. Kebutuhan apa saja yang
belum terpenuhi oleh
program?
“kami dari lembaga LMK dan PKK
dengan program kami yaitu PPMK
menetapkan kebutuhan sesuai dengan
bidang masyarakat yang dimiliki.
Untuk saat ini hampir sudah tercapai
kebutuhan tersebut.”
2. Apa saja tujuan-tujuan dari
program PPMK?
“tujuan program PPMK ini untuk
meningkatkan kemampuan daya saing
masyarakat, meningkatkan lembaga
kemasyarakatan, meningkatkan
kesetiakawanan sosial, kerja sama antar
unsur masyarakat agar lebih berdaya
dan mandiri melalui pelatihan-
pelatihan yang kami adakan, salah
satunya seperti pelatihan tata rias ini
yang menggerakan kaum wanita untuk
aktif dan mempunyai suatu
keterampilan agar dapat mempunyai
kemampuan daya saing di masa yang
akan datang.”
3. Bagaimana keadaan
wilayah program yang
dijalankan ini?
“Sebagian besar perumahan. Ada
beberapa perkantoran atau industri
juga”.
Evaluasi Input
1. Apakah pelatihan tata rias
yang dilaksanakan ini dapat
berdampak jelas bagi
“Kita belum ada evaluasi lagi yang
terbaru, cuma disetiap pelatihan
memang kita adakan monitoring
2
peningkatakan ekonomi
keluarga peserta?
setelah pelaksanaan”.
2. Berapa banyak peserta
yang menerima atas
pelaksanaan pelatihan tata
rias?
“Peserta yang mengikuti pelatihan ada
30 orang setiap angkatan”
3. Bagaimana reaksi atau
tanggapan diadakannya
pelatihan tata rias ?
“Sangat antusias sekali”
4. Apakah program yang
dijalankan sudah tepat
sesuai kebutuhan
masyarakat?
“Kalau sesuai kebutuhan sih sudah,
tetapi pada waktu pelaksanaanya masih
banyak kekurangannya. Karena kita
dari PPMK mengadakan pelatihan juga
sesuai dengan usulan warga. Karena
sebelumnya memang sudah ada
pelatihan hantaran pengantin di tingkat
RW, teteapi itu dananya dari LMK
bukan dari Premprov DKI”.
Evaluasi Proses
1. Bagaimana tahap-tahap
proses pelaksanaan
pelatihan ?
“Untuk tahap-tahapnya ada dua tingkat
sosialisasi, pertama sosialisasi tingkat
kelurahan oleh Dewan Kelurahan
mensosialisasikan program pelatihan
PPMK kepada lembaga dan
masyarakat yang dihadiri oleh para
ketua RT dan beberapa tokoh
masyarakat, kemudian sosialisasi
tingkat Rukun Warga (RW) yang
dilakukan oleh LMK dan Tim
Pelaksana Kegiatan (TPK) di RW
masing-masing, sedangkan sosialisasi
ditingkat Rukun Warga ( RW )
dilaksanakan sesuai jadwal yang telah
ditetapkan. Untuk mendapatkan dana
dari APBD Bina Fisik Lingkungan
maupun Bina Sosial Pemrpov DKI dari
tim pelaksana mengajukan proposal
awal setahun sebelum anggaran turun
misalnya kita mengajukan pada awal
tahun, nah proposal akhir bisa turun di
akhir tahun. Jadi pelaksanaan kegiatan
terkadang tidak sama pada tahun
anggaran dana turun. Awal usulan
proposal kegiatan itu dari KPPM RW,
mereka membuat rencana kegiatan,
kemudian diajukan ke TPKK dan LMK
untuk diseleksi. Setelah terseleksi baru
dari tim pelaksaa mengajukan ke
3
Provinsi. Kemudian untuk pencairan
dana tim pelaksana membuat proposal
akhir dimana waktu sampai cairya
dana , kami manfaatkan untuk
sosialisasi ke masyarakat dan seleksi
pesertanya. Kriteria calon peserta disni
adalah usulan dari masyarakat,
misalnya yang pernah mengikuti
pelatihan sebelumnya bisa
diikutsertakan lagi dan calon peserta
yang benar-benar minat ingin
mengikuti pelatihan. Jadi kami dari
pelaksana hanya menindaklanjuti calon
peserta yang akan diikutsertakan untuk
pelatihan.”
2. Apakah pelaksanaan
program sesuai dengan
jadwal ?
“Sesuai , karna kan sudah kita jadwal
kan dan peserta juga mengikuti dengan
baik.”
3. Apakah staf yang terlibat
dalam pelaksanaan
pelatihan dapat menangani
selama proses pelaksanaan?
“oh iya karena petugasnya juga sudah
biasa di dalam kegiatan lapangan, dan
mengkoordinasi semua kegiatan.”
4. Apakah sarana dan
prasarana yang disediakan
dimanfaatkan secara
maksimal?
“iya dimanfaatkan, karena kita
menyiapkannya sesuai dengan
kebutuhan pelatihan , seperti infokus,
meja, kursi, alat rias”.
5.
Hambatan-hambatan apa
saja yang dijumpai
selama pelatihan
belangsung?
“selama ini berjalan seperti biasa.
Tetapi terkadang peserta tidak full
datang selama mengikuti pelatihan.
Jadi kadang hanya berapa kali
pertemuan saja, banyak sekali alasan-
alasannya.”
6. Seberapa banyak pihak
yang terlibat, siapa saja,
dan apa perannya?
“Tim pelaksana kegiatan kelurahan (
TPKK) yang betugas menerima
proposal, menyeleksi , dan sama
panitia pelaksana yang terdiri dari
TPKK , PKK dan LMK yang bertugas
mensosialisasikan kegiatan, melakukan
pemilihan TPKK, melakukan
monitoring dan evaluasi”.
7. Siapa saja sasaran peserta
dalam pelatihan?
“masyarakat yang benar-benar
membutuhkan seperti yang tidak
mampu membayar jika harus kursus
pelatihan di luar, namun pada
kenyataannya tidak seperti itu. Dan
paling orang yang sudah bisa atau
pernah menjadi asisten merias atau
4
suka mengikuti merias tetapi belum
dapat memperdalam ilmunya, tetapi
ada juga yang mulai dari nol namun
yang benar-benar serius mau ikut.
8. Siapa saja dan apa
persyaratan untuk menjadi
peserta pelatihan?
“Warga Negara Indonesia, sesuai
dengan kelurahannya. Orang yang
benar-benar ingin usaha, ingin bisa.
Oleh karena itu harus selektif dalam
memilih peserta”
Evaluasi Produk
1. Apakah tujuan-tujuan yang
ditetapkan sudah tercapai?
“kalau tujuannya sudah tercapai hanya
saja belum maksimal, semuanya masih
banyak yang harus di perbaiki dan
ditingkatkan. Seperti penyaluran
peserta yang sudah profesional atau
bekerja sama dengan lembaga atau
perusahaan.”
2. Apakah dampak yang
diperoleh peserta dalam
waktu yang relatif panjang
dengan adanya pelatihan
tata rias ini?
“Yang jelas peserta memperoleh skill
dasar merias yang nantinya dapat
mereka terapkan untuk meningkatkan
ekonomi keluarga mereka.”
3. Apa kekuatan dan
kelemahan dari program
pelatihan tata rias.?
“kelemahannya belum ada indikator
keberhasilan jangka panjang pada
semua program. Jadi berhasil atau
tidaknya peserta yang ikut pelatihan ya
tergantung dari peserta sendiri, dari
inisiatif peserta itu sendiri. Jadi
program ini hanya sekedar melatih
orang tetapi tidak ada tindak lanjut.
Balik lagi karena belum ada alokasi
dana untuk pendampingan. ”
4. Apakah ada penyaluran
peserta untuk tenaga kerja
ke instansi atau
perusahaan-perusahan
“ untuk saat ini belum ada program
seperti itu, Cuma ada monitoring saja
dari koordinator.”
5. Seberapa efektifkah
menurut anda
pemberdayaan dalam
menganggulangi
kemiskinan dalam bentuk
pelatihan keterampilan di
PPMK ?
“nah itu tadi, perlu ada pembenahan,
bagaimana? Harus ada tindak lanjut
yaitu tim pendampingan yang nantinya
akan mendampingi peserta pelatihan
hingga peserta bisa mandiri. Sudah ada
pendampingan dari Badan
Pemberdayaan Masyarakat dan
Keluarga Berencana ( BPM&KB)
tetapi dalam prakteknya belum sesuai
dengan harapan kita, karena hanya
sebatas memonitoring , meminta
laporan, itupun tidak secara langsung
5
namun melalui alat komunikasi. Dan
tim pendamping seharusnya paham dan
mengerti cara memberdayakan
masayarakat hingga benar-benar
mandiri. Dari LMK juga tidak bisa
berbuat apa-apa karena dana untuk tim
pendamping juga tidak ada. Indikator
mandiri yang kami harapkan ya sudah
punya penghasilan sendiri dari
pelatihan itu.”
6. Kapan pelaksanaan
monitoring program PPMK
“pelaksanaan monitoring hanya pada
waktu pelaksanaan saja. Setelah itu
tidak ada monitoring, di lepas begitu
saja, oleh karena itu harus ada
pendampingan khusus setelah pelatihan
hingga peserta mandiri. Sebenarnya
ada monitoring dan evaluasi dalam
setahun sekali, tetapi hanya sebatas
melihat para peserta sudah berkembang
sejauh mana kemudian di data , tidak
ada tindak lanjut problem solving.
Pedoman wawancara untuk (Staff) / Panitia Pelaksana
Nama : Ibu Muhannah
Tanggal : 27 September 2016
Waktu : 11.20 – 12.00 WIB
Jabatan : Sekretaris PKK / Panitia Pelaksana Pelatihan
Tempat : Kantor LMK Kelurahan Cibubur
No Pertanyaan Jawaban
Evaluasi Konteks
1. Kebutuhan apa saja yang
belum terpenuhi oleh
program?
“untuk sekarang kebutuhan masyarakat
sudah cukup terpenuhi ya, karena
pelatihan yang kami laksanakan juga
sesuai dengan kebutuhan masyarakat,
sesuai dengan keinginan masyarakat”.
2. Apa saja tujuan-tujuan
dari program PPMK?
“tujuannya di petunjuk pelaksanaan
kegiatan sudah ada, hampir sama
dengan PPMK di Kelurahan lainnya,
intinya sih untuk memberdayakan
masyarakat yang belum mempunyai
keterampilan ataupun yang sudah
mempunyai dan ingin memperluas
lagi”.
6
3. Bagaimana keadaan
wilayah program yang
dijalankan ini?
“mayoritas keadaan wilayah disini
adalah pemukiman, ada beberapa
industri dan perkantoran juga”.
Evaluasi Input
1. Apakah pelatihan tata rias
yang dilaksanakan ini
dapat berdampak jelas
bagi peningkatakan
ekonomi keluarga
peserta?
“seharusnya sih sangat berdampak
bagus ya, kalau dilihat untuk saat ini
peserta yang sudah terlihat mandiri dan
sudah mempunyai jam terbang tinggi
ya ada di Rt 002 Rw 004”.
2. Berapa banyak peserta
yang menerima atas
pelaksanaan pelatihan tata
rias?
“jumlah peserta setiap tahun atau setiap
angakatan berkisar 30 peserta yang
terdiri dari kalangan masyarakat biasa
maupun kader dari Kelurahan”.
3. Bagaimana reaksi atau
tanggapan diadakannya
pelatihan tata rias ?
“dilihat dari pelaksanaannya sih sangat
bagus responnya, antusias dan
semangat sekali”.
4. Apakah program yang
dijalankan sudah tepat
sesuai kebutuhan
masyarakat?
“alhamdulillah sudah tepat dengan
kebutuhan masayarakat, dan juga kaum
wanita disini sebelumnya juga sangat
suka dengan aneka keterampilan
wanita seperi menyulam, merajut,
membuat bros.”
Evaluasi Proses
1. Bagaimana tahap-tahap
proses pelaksanaan
pelatihan ?
“awalnya sosialisasi tingkat kelurahan
oleh Dewan Kelurahan
mensosialisasikan program pelatihan
PPMK kepada lembaga dan
masyarakat, kemudian sosialisasi
tingkat Rukun Warga (RW) yang
dilakukan oleh Dewan Kelurahan
Cibubur dan Tim Pelaksana Kegiatan
(TPK) di RW masing-masing,
sosialisasi di tingkat kelurahan dihadiri
oleh para ketua RT dan beberapa tokoh
masyarakat, sedangkan sosialisasi
ditingkat Rukun Warga ( RW )
dilaksanakan sesuai jadwal yang telah
ditetapkan. Kemudian mengajukan
proposal awal, proposal awal itu usulan
dari KPPM RW, kemudian di seleksi
oleh TPKK dimana proposal yang
sesuai dengan persyaratan maupun
yang tidak. Setelah itu kami ajukan ke
Provinsi. Kurang lebih 6 bulan
kemudian kami mengajukan proposal
7
akhir untuk pencairan dana. Selama
menunggu pencairan dana turun, di
sekitar waktu itu kami membuat
schedule dan sosialisasi ke calon
pesertanya yang sudah di pilih dari
ketua RW maupun RT masing-masing
2 orang calon. Setelah calon peserta
sudah ditentukan, baru kami data dan
diberikan formulir pendafatran serta
menyerahkan foto copy KTP dan pas
Photo ukuran 3x4 (3 Lembar).
Kemudian peserta wajib mengikuti
pelatihan sesuai dengan schedule yang
telah tim pelaksana tetapkan”.
2. Apakah pelaksanaan
program sesuai dengan
jadwal ?
“sesuai, dari pelaksanana sudah
menyiapkan rundown acara”.
3. Apakah staf yang terlibat
dalam pelaksanaan
pelatihan dapat
menangani selama proses
pelaksanaan?
“ohh iya neng, soalnya staf disini juga
berasal dari latar belakang sosial dan
sudah berpengalaman”.
4. Apakah sarana dan
prasarana yang disediakan
dimanfaatkan secara
maksimal?
“kami menyediakan sebaik mungkin
sarana dan prasaran sesuai dengan
kebutuhan program, dan sangat
dimanfaatkan oleh peserta maupun
pelatih dan panitia pelaksana”.
5. Hambatan-hambatan apa
saja yang dijumpai selama
pelatihan belangsung?
“kalau hambatan paling peserta
terkadang tidak mengikuti selama
pertemuan yang sudah kami siapkan,
kadang Cuma berapa kali pertemuan.
Isitilahnya bolos neng, itu saja sih
kayanya hambatannya”.
6. Seberapa banyak pihak
yang terlibat, siapa saja,
dan apa perannya?
“yang terlibat dalam pelatihan program
PPMK ini adalah Tim Pelaksanan
Kegiatan Kelurahan (TPKK) sebagai
penyeleksi peserta dan menerima
proposal, serta panitia pelaksana yaitu
PKK dan LMK sebagai pengawas
monitoring dan evaluasi,
mensosialisasikan”.
7. Siapa saja sasaran peserta
dalam pelatihan?
“sasaran kami adalah ya masyarakat
yang butuh atau orang sudah bisa tetapi
bingung ingin menambah ilmunya
dimana, nah itu kita pilih sebagai
peserta”.
8
8. Siapa saja dan apa
persyaratan untuk menjadi
peserta pelatihan?
“persyaratan sih yang penting
mempunyai ktp dki dan dari kelurahan
Cibubur. Selebihnya tidak ada”.
Evaluasi Produk
1. Apakah tujuan-tujuan
yang ditetapkan sudah
tercapai?
“kalau tujuannya sudah tercapai hanya
saja belum maksimal, semuanya masih
banyak yang harus di perbaiki dan
ditingkatkan. Seperti penyaluran
peserta yang sudah profesional atau
bekerja sama dengan lembaga atau
perusahaan.”
2. Apakah dampak yang
diperoleh peserta dalam
waktu yang relatif
panjang dengan adanya
pelatihan tata rias ini?
“Yang jelas peserta memperoleh skill
dasar merias yang nantinya dapat
mereka terapkan untuk meningkatkan
ekonomi keluarga mereka.”
3. Apa kekuatan dan
kelemahan dari program
pelatihan tata rias.?
“kelemahannya belum ada indikator
keberhasilan jangka panjang pada
semua program. Jadi berhasil atau
tidaknya peserta yang ikut pelatihan ya
tergantung dari peserta sendiri, dari
inisiatif peserta itu sendiri. Jadi
program ini hanya sekedar melatih
orang tetapi tidak ada tindak lanjut.
Balik lagi karena belum ada alokasi
dana untuk pendampingan. ”
4. Apakah ada penyaluran
peserta untuk tenaga kerja
ke instansi atau
perusahaan-perusahan
“ untuk saat ini belum ada program
seperti itu, Cuma ada monitoring saja
dari koordinator.”
5. Seberapa efektifkah
menurut anda
pemberdayaan dalam
menganggulangi
kemiskinan dalam bentuk
pelatihan keterampilan di
PPMK ?
“nah itu tadi, perlu ada pembenahan,
bagaimana? Harus ada tindak lanjut
yaitu tim pendampingan yang nantinya
akan mendampingi peserta pelatihan
hingga peserta bisa mandiri. Sudah ada
pendampingan dari Badan
Pemberdayaan Masyarakat dan
Keluarga Berencana ( BPM&KB)
tetapi dalam prakteknya belum sesuai
dengan harapan kita, karena hanya
sebatas memonitoring , meminta
laporan, itupun tidak secara langsung
namun melalui alat komunikasi. Dan
tim pendamping seharusnya paham dan
9
mengerti cara memberdayakan
masayarakat hingga benar-benar
mandiri. Dari LMK juga tidak bisa
berbuat apa-apa karena dana untuk tim
pendamping juga tidak ada. Indikator
mandiri yang kami harapkan ya sudah
punya penghasilan sendiri dari
pelatihan itu.”
6. Kapan pelaksanaan
monitoring program
PPMK
“pelaksanaan monitoring hanya pada
waktu pelaksanaan saja. Setelah itu
tidak ada monitoring, di lepas begitu
saja, oleh karena itu harus ada
pendampingan khusus setelah pelatihan
hingga peserta mandiri. Sebenarnya
ada monitoring dan evaluasi dalam
setahun sekali, tetapi hanya sebatas
melihat para peserta sudah berkembang
sejauh mana kemudian di data , tidak
ada tindak lanjut problem solving.
Pedoman wawancara untuk Instruktur Pelatihan Tata Rias
Nama : Tri Rahayu
Usia :
Tanggal : 17 Oktober 2016
Waktu : 15. 15 – 17. 00
Tempat : Kediaman Ibu Tri
No Pertanyaan Jawaban
Evaluasi Konteks
1. Mengapa ibu tertarik
menjadi pelatih dengan
program ini?
“dapat amanat dari Kelurahan ya
alhamdulillah Cibubur, dulu pernah
juga di Kelurahan Rambutan, di
Kelurahan Susukan. Hingga sekarang
masih dikasih amanat di Kelurahan
Cibubur.”
2. Apa pendidikan terakhir
ibu?
“pendidikan saya terakhir SMEA, terus
saya ikut kursus pelatihan ngerias
waktu itu.”
Evaluasi Input
1. Sudah berapa lama ibu
berkontribusi di PPMK?
“dari tahun 1998 terjun menjadi pelatih
di PPMK.”
2. Apakah sarana dan
prasarana dari LMK
“sudah cukup memadai sih yaa , dari
alat-alat untuk merias dan peralatan
10
sudah memadai dalam
proses pelatihan?
merias lainnya juga sudah memadai.”
3. Darimana keahlian tata
rias ini ibu peroleh ?
“saya mendapatkan ilmu merias ini
dulu belajar dari guru mbak, saya ikut
kursus rias pengantin dulu. Meskipun
pendidikan saya SMEA dan dulu tidak
punya biaya, tapi saya sangat niat.
Akhirnya saya berusaha nabung untuk
biaya kursus rias sampai akhirnya saya
bisa mengajar rias.”
Evaluasi Proses
1. Kapan pelaksanaan
berlangsung dan berapa
lama ?
“selama 2 bulan ada 15 kali pertemuan
, sebenarnya kurang efektif waktu yang
singkat seperti itu untuk
pemberdayaan. Cuma karena alokasi
dana yang terbatas.”
2. Bagaimana metode yang
ibu terapkan dalam
mengajar?
“oh kalau untuk metodenya kita
kebanyakan praktek, kalo di lembaga
metodenya kan uji kompetensi. Nah
kalo di kelurahan kan sasarannya ibu-
ibu yang tujuan untuk membantu
meningkatkan penghasilan di keluarga.
Untuk itu kita banyak prakteknya.
Terus saya juga menerapkan dua
arahan seperti uji kompetensi dan juga
praktek agar perias terjun langsung dan
itu juga di sesuaikan dengan dana oleh
karena itu kan singkat hanya berapa
kali pertemuan, kan harusnya minimal
tiga bulan untuk satu jenis rias.”
3. Apa saja materi yang
diberikan dalam pelatihan
serta kenapa harus
mengambil materi
tersebut?
“yang awal kita tunjukin perlengkapan
merias wajah untuk jenis-jenis
pengantin. Terus kita praktekin
langsung. Pakai kain, nyanggul. Ya
memang itu materi yang harus di
pelajari dalam merias pengantin dan itu
wajib.”
4. Apa saja kendala ibu
alami dalam program ini?
“: kendalanya ada di pesertanya itu
mbak, cara merubah pola pikir
masyarakat yang menjadi kendala.
Masyarakatnya kurang mempunyai
tanggung jawab karena pelatihan ini
gratis. Kurang adanya kesadaran dari
peserta bahwa pelatihan ini sebenarnya
penting dan harus di aplikasikan terus
secara serius. Bukan hanya sekedar
pelatihan saja. Seolah-olah pelatihan
itu yang butuh masyarakat, padahal kan
11
masyarakat tersebut yang butuh
pelatihan. Itu mbak yang susah, cara
memotivasi peserta supaya ada feel
sama pelatihan, jadi tidak Cuma
sekedar ikut-ikut saja, tapi memang
harus ada niatan di dalam dirinya.”
Evaluasi Produk
1. Seberapa efektifkah
menurut ibu
pemberdayaan dalam
bentuk pelatihan tata rias
ini?
“ efektif mbak. Tetapi kalau
pelatihannya memang sampai benar-
benar pesertanya berhasil, bisa
mandiri.”
2. Bagaimana perubahan
dari peserta tahun ke
tahun setiap ada
pelatihan?
“yang saya harapkan sih ada perubahan
yang berkembang ya, Cuma kan tidak
semua peserta begitu, ada yang berhasil
ada yang kurang.”
3. Apa harapan ibu terhadap
PPMK ini?
“: harapannya ya tetep ada pelatihan
lanjutan. Ya kalau ada anggaran
memadari waktu pelatihan sebaiknya
ditambah agar materi maupun
prakteknya dapat maksimal.”
Pedoman wawancara untuk Asisten Instruktur Pelatihan Tata Rias
Nama : Ibu Lilie Triyani ( Bu Nurdi )
Usia : 55 Tahun
Tanggal : 11 Oktober 2016
Waktu : 14. 10 - 15. 00 WIB
Tempat : Kediaman Ibu Lilie
No Pertanyaan Jawaban
Evaluasi Konteks
1. Mengapa ibu tertarik
menjadi pelatih dengan
program ini?
“ya dapat amanat dari LMK , kan
awalnya saya sebagai peserta. Tetapi
saya emang aktif ikut pelatihan-
pelatihan jadi saya di angkat jadi
asisten. Terus emang hoby saya juga
bidang keterampilan.”
2. Apa pendidikan terakhir
ibu?
“saya SMA”
Evaluasi Input
1. Sudah berapa lama ibu “mulai dari tahun 2001 jadi asisten
12
berkontribusi di PPMK? pelatih”
2. Apakah sarana dan
prasarana dari LMK
sudah memadai dalam
proses pelatihan?
“ya sesuai dananya aja sih mbak,
seperti alat rias dan semuanya emang
sudah disediakan oleh LMK.”
3. Darimana keahlian tata
rias ini ibu peroleh ?
“kalau saya memang keinginan sendiri
makanya ikut-ikut kursus dulu,
awalnya kursus potong rambut, lama –
kelamaan meningkat menjadi merias
pengantin.”
Evaluasi Proses
1. Kapan pelaksanaan
berlangsung dan berapa
lama ?
“ dua bulan full setiap tahunnya.
Dalam dua bulan ada 15 pertemuan.
Sebenarnya kurang efektif karena
alokasi dana yang kurang memadai jadi
di persingkat hanya satu bulan saja.”
2. Bagaimana metode yang
ibu terapkan dalam
mengajar?
“awalnya materi dulu baru praktek.
Tapi kalau di PPMK sendiri materinya
hanya sedikit baru praktek, beda
dengan pelatihan di luar ya yang
kebanyakan materi dulu baru praktek.”
3. Apa saja materi yang
diberikan dalam pelatihan
serta kenapa harus
mengambil materi
tersebut?
“pertamanya sih bersihin muka, rias
muka, sanggul. Lukis alis, aksesoris.
karena emang itu tahap-tahap nya
seperti itu dan sesuai budayanya”
4. Apa saja kendala ibu
alami dalam program ini?
“ada sih kendalanya. Jika peserta di
kasih gratis mau mengikuti, tapi kalau
ada pelatihan lanjutan yang swadaya
hanya beberapa peserta yang ikut.
Padahal kan pelatihan ini buat mereka
semua, biar bisa , biar sukses, tapi
kalau mengeluarkan uang tidak mau.”
Evaluasi Produk
1. Seberapa efektifkah
menurut ibu
pemberdayaan dalam
bentuk pelatihan tata rias
ini?
“yaa bagus lah, kan untuk menambah
ekonomi keluarga. Walaupun ga untuk
menambah ekonomi keluarga namun
minimal bisa membantu ekonomi
keluarganya.”
2. Bagaimana perubahan
dari peserta tahun ke
tahun setiap ada
pelatihan?
“: perubahan pasti ada, kan sudah
banyak yang bisa ngerias, minimal
merias wisuda.”
3. Apa harapan ibu terhadap
PPMK ini?
“harapan saya sih bagi peserta yang
sudah mengikuti pelatihan harusnya
semakin bisa berkembang, terus peserta
yang sudah paham dapat sharing atau
13
mengajarkan ke peserta yang lainnya,
atau peserta yang benar-benar mau
belajar.”
Pedoman wawancara untuk Peserta Pelatihan Tata Rias
Nama : Ibu Imas Kartini ( Bu Imas )
Usia : 56 tahun
Tanggal : 11 Oktober 2016
Waktu : 12.49 – 13. 30
Tempat : Kediaman Ibu Imas
No Pertanyaan Jawaban
Evaluasi Konteks
1. Sudah berapa lama
mengikuti pelatihan tata
rias ini?
“saya ikut dari pertama kalinya diadain
pelatihan di kelurahan Cibubur itu
tahun 2001.”
2. Apa Profesi sebelum
mengikuti pelatihan ?
“ya saya ibu rumah tangga biasa, kader
di PKK juga mbak , jumantik dan
posyandu. Cuma sekarang udah ga ikut
kader PKK soalnya udah faktor usia
jadi dikurangin kegiatannya, tetapi
masih ikut yang posyandu dan
jumantik”
3. Apa kegiatan / pekerjaan
anda saat ini?
“ini mbak saya ngewarung sembako
sambil usaha nunggu panggilan ngerias
pengantin sama kadang massih aktif di
posyandu dan jumantik. Terus kalo ada
wisuda saya sering di panggil ngerias
mahasiswi mbak , itu hampir setiap
hari pasti ada mbak. Ga kaya ngerias
pengantin yang musim-musiman.”
Evaluasi Input
1. Kenapa anda mengikuti
pelatihan ini
“kan lumayan untuk penambahan
ekonomi keluarga, kebetulan saya
memang hoby nyoret-nyoret muka
orang ( ngerias ) jadii yaa
alhamdulillah bisa ikut pelatihan.
14
2. Bagaimana perasaanya
ketika diadakan sebuah
pelatihan keterampilan ini?
“perasaannya ga bisa di ungkapin
dengan kata-kata mbak karena saking
senengnya ada pelatihan.
3. Bagaimana pengalaman ibu
sebelum dan sesudah
mengikuti pelatihan ?
“pengalaman sebelum mengikuti
memag saya belum tau, hanya sekedar
tau cara makeup biasa untuk sendiri,
tetapi setelah mengikuti dan hobby
saya juga jadi meningkat sekali karena
saya berani untuk mengaplikasikan
ilmu yang saya dapat hingga saat ini
saya sudah mandiri sebagai seorang
perias.”
Evaluasi Proses
1. Bagaimana instruktur
ketika mengikuti pelatihan?
“sangat jelas, sangat sabar, sangat
merangkul ke murid-muridnya. Jadi
peserta ga sungkan untuk nanya.”
2. Bagaimana infrastruktur
ketika di PPMK / LMK??
“sudah lengkap mbak, peralatan juga
udah di siapain dari PPMK “.
3. Bagaimana peluang karir
atau usaha setelah
mengikuti pelatihan ?
“Alhamdulillah selalu ada orderan
mbak, entah itu yang wisuda, ngerias
pengantin, atau orang-orang minta
ajarin kan lumayan ya meskipun saya
ga pasang tarif.”
4. Apa kendala setelah
mengikuti pelatihan di
PPMK?
“kendala setelah pelatihan tidak ada
tindak lanjutnya, jadi setelah pelatihan
ya sudah kelar, tergantung dari
pesertanya mau gimana, nah untungnya
saya emang niat banget ingin maju ,
jadi saya selalu aktif ikut-ikut ngerias
dan berani. Kalau selama pelatihan sih
ga ada kendalanya sama sekali”
5. Materi apa saja yang sudah
di ajari selama pelatihan?
“pertamanya sih motivasi
berwirausaha, terus materi tata rias
dasar, cara ber make-up, cara make-
upin bentuk wajah yang tirus gimana,
yang bulat gimana, mengerok alis.”
6. Apakah ada pendampingan
khusus pada peserta ?
“oiya mbak tidak ada kalau
pendampingan, hanya pelatihan saja
setelah itu ya sudah selesai, paling
untuk menambah ilmu lagi ya ikut
tahun depan jika ada pelatihan dan
diikutsertakan lagi .”
Evaluasi Produk
1. Bagaimana perubahan yang
anda rasakan setelah
menjadi peserta pelatihan,
dan apakah anda mengikuti
“Alhamdulillah selalu ada orderan
mbak, entah itu yang wisuda, ngerias
pengantin, atau orang-orang minta
ajarin kan lumayan ya meskipun saya
15
pelatihan – pelatihan
diluar?
ga pasang tarif.”
2. Apa saja yang didaptkan
selama pelatihan ?
“banyak mbak, pertama ilmu ngeriass,
temen baru juga, dan pengalaman”
3. Apa kesan pesan anda
selama mengikuti pelatihan
?
“wahhh kesannya saya ngerasa sangat
beruntung ikut pelatihan karna selagi
ada kesempatan kenapa ga diambil.
Terus peralatan pas pelatihan juga udah
disediain , jadi kita tinggal datang bawa
diri saja.”
4. Apa harapan anda kedepan
terhadap PPMK, jika diberi
modal usaha mau tidak
mengembangkannya?
“ya pengennya tetep berlanjut
ketingkat yang lebih baik lagi. Kalo
bisa pesertanya tetep yang lanjutan
dulu sampai benar-benar bisa ngerias
sukses baru di lepas. Bukan peserta
baru terus setiap tahunnya. Jika diberi
modal mah mau banget mbak, tapi saya
pengennya berupa barang kebutuhan
bukan berupa uang.”
5. Apakah anda menularkan
keterampilan tata rias anda
kepada keluarga atau orang
lain?
“ohh iyaa jelas mbak. Anak saya gak
saya ajarin juga dia udah bisa sendiri
mbak. Kadang tetangga saya minta
ajarin dikumpulin berapa orang biar
sekalian saya mengajarinya.”
6. Bagaimana kondisi
ekonomi anda saat ini
setelah mengikuti
pelatihan?
“ya alhamdulillah semakin meningkat
apalagi untuk memenuhi kebutuhan
hidup keluarga sudah lebih dari cukup,
udah gitu kelebihan hasilnya juga saya
belikan peralatan kembali seperti tirai,
kursi, baju-baju pelaminan agar tidak
menyewa alat lagi ke orang lain. Dan
untuk model juga kita menyesuaikan
dengan zaman sekarang karena kalau
tidak begitu kita tidak laku mbak, harus
gonta- ganti model juga.”
Nama : Ibu Kastiri ( Bu Tiri )
Usia : 43 tahun
Tanggal : 14 Oktober 2016
Waktu : 13. 50 – 14. 30
Tempat : Warung Ice Cream Bu Kastiri
No Pertanyaan Jawaban
Evaluasi Konteks
16
1. Sudah berapa lama
mengikuti pelatihan tata
rias ini?
“Kira-kira 2 tahun , waktu pelatihan
yang tahun 2014”
2. Apa Profesi sebelum
mengikuti pelatihan ?
“saya ibu rumah tangga biasa aja”
3. Apa kegiatan / pekerjaan
anda saat ini?
“sekarang ini buka warung ice cream
udah 1 tahun setelah ikut pelatihan,
sama kadang di panggil ngerias tapi
dayang-dayang nya saja.”
Evaluasi Input
1. Kenapa anda mengikuti
pelatihan ini ? “pengen menambah ilmu aja
menambah wawasan biar pinter mbak.
Emang saya suka keterampilan juga
sih”.
2. Bagaimana perasaanya
ketika diadakan sebuah
pelatihan keterampilan ini?
“ohh seneng bangett mbak. Pengen
memperdalam ilmunya lagi malah”
3. Bagaimana pengalaman ibu
sebelum dan sesudah
mengikuti pelatihan ?
“sebelum mengikuti saya belum
mengerti mbak, Cuma setelah ikut
pelatihan saya suka di ajak untuk
merias dayang-dayang nya saja dan
membuat parcel hantaran juga.”
Evaluasi Proses
1. Bagaimana instruktur
ketika mengikuti pelatihan?
“asik, ngangenin orangnya. Jelas
dalam menyampaikan materi, kalo ga
jelas saya gabisa mbak. Hehhee”
2. Bagaimana infrastruktur
ketika di PPMK / LMK?? “sudah cukup lengkap sih kalo selama
pelatihan”.
3. Bagaimana peluang karir
atau usaha setelah
mengikuti pelatihan ?
“ya kadang-kadang ada panggilan
ngerias tetapi hanya dayang-dayang
saja atau dari pihak keluarga saja bukan
pengantin utamanyaa dan bikinin
hantaran pengantin.”
4. Apa kendala setelah
mengikuti pelatihan di
PPMK?
“kesulitannya saya masih minim
pengetahuan merias mbak, karena kan
baru ikut satu jenis, maunya ikut lagi
nanti.”
5. Materi apa saja yang sudah
di ajari selama pelatihan?
“awalnya motivasi usaha, kemudian
cara merias pengantin dari dasarnya
,materi pertama kali itu bersihin muka,
kasih pelembab , alas bedak, make-up
terus nyanggul.”
6. Apakah ada pendampingan “oh kalau pendampingan tidak ada
17
khusus pada peserta ? mbak hanya sekedar pelatihan saja.”
Evaluasi Produk
1. Bagaimana perubahan yang
anda rasakan setelah
menjadi peserta pelatihan,
dan apakah anda mengikuti
pelatihan – pelatihan
diluar?
“ya positif , saya jadi lebih bisa
mengerti dari hoby saya, tapi setelah
pelatihan saya juga kreasi senndiri
kaya hantaran pengantinnya, saya
belajar otodidak. Terus saya ga ikutan
pelatihan lagi karena kan kalo ikutan
di luar kan bayar dan itu ga sedikit
biayanya”
2. Apa saja yang didapatkan
selama pelatihan ?
“dapet alat makeup , dapat ilmu
ngerias juga.”
3. Apa kesan pesan anda
selama mengikuti pelatihan
?
“sangat senang, alhamdulillah bisa
ikut.”
4. Apa harapan anda kedepan
terhadap PPMK, jika diberi
modal usaha mau tidak
mengembangkannya?
“:harapannya pelatihannya di adain
lagi, pesertannya di ikutsertakan lagi
sampai berhasil semua adat bisa. Kalo
dikasih modal mah mau banget, orang
saya suka apalagi bikin hantaran saya
suka banget. ”
5. Apakah anda menularkan
keterampilan tata rias anda
kepada keluarga atau orang
lain?
“iya ke sodara, ke temen-temen yang
mau belajar aja kadang saya ajarin. ”
6. Bagaimana kondisi
ekonomi anda saat ini
setelah mengikuti
pelatihan?
“ya kalo itu kan rutin Cuma selingan
aja jadi kalo ada panggilan ngerias ya
ada tambahan ekonomi kalo engga ya
Cuma dari dagang sama gaji suami, lagi
pula saya juga ga nge budgetin untuk
rias”.
Nama : Ibu Siti Sriyati ( Titi )
Usia : 34 Tahun
Tanggal : 14 Oktober 2016
Waktu : 14. 50 – 15.30
Tempat : Kediaman Ibu Titi
No Pertanyaan Jawaban
Evaluasi Konteks
1. Sudah berapa lama
mengikuti pelatihan tata
rias ini?
“dari tahun 2014 yang pelatihan rias
muslim modifikasi”
2. Apa Profesi sebelum
mengikuti pelatihan ?
“saya ibu rumah tangga biasa, dulu
pernah kerja di kosmetik, kaya marta
tilaar, latulip Cuma udah lama resign
18
karna udah berkeluarga. Hehe”
3. Apa kegiatan / pekerjaan
anda saat ini?
“ibu rumah tangga, paling kadang
saya bantuin kakak saya di salon ,
kaya punya bisnis keluarga saya aja.
Cuma kadang-kadang doang sih..”
Evaluasi Input
1. Kenapa anda mengikuti
pelatihan ini ? “awalnya emang ada yang ngajak,
terus saya emang hoby ngerias juga
jadi ya kenapa ga di ambil”
2. Bagaimana perasaanya
ketika diadakan sebuah
pelatihan keterampilan ini?
“wahh kebetulan bangett ada peluang
untuk menambah ilmu , nambah temen.
Kebetulan emang saya suka makeupin
orang”.
3. Bagaimana pengalaman ibu
sebelum dan sesudah
mengikuti pelatihan ?
“sebelum mengikuti pelatihan ini
memang saya dasarnya sudah
mengetahui makeup ya karena kerja
dikosmetik juga sering ada trainning
makeup, setelah ikut pelatihan ya jadi
tambah tau, makeupin pengantin
sama makeup acara biasa kan pasti
tidak sama, jadi lebih tau
perbedaannya.”
Evaluasi Proses
1. Bagaimana instruktur
ketika mengikuti pelatihan?
“cara penyampaiannya sih jelas, enak,
ada sesi tanya jawab juga, Cuma saya
ngerasa materi yang diajarkan terlalu
syar’i (pakem) sedangkan kan kita
hidup di zaman yang semakin hari
semakin berkembang ya, ya saya
maunya nanti materinya dapat
disesuaikan dengan kemajuan model
zaman. Jadi biar ga monoton saja
seperti itu terus di ajarkan. Terus
dengan teknik yang baru atau modern.”
2. Bagaimana infrastruktur
ketika di PPMK / LMK?? “sudah cukup sih, apalagi pelatihan ini
kan gratis, dapet alat make up juga.”
3. Bagaimana peluang karir
atau usaha setelah
mengikuti pelatihan ?
“ya pada tau kalo saya bisa ngerias
kadang ada panggilan disuruh ngerias.
Tetapi saya hanya sekedar
membantu saja seperti makeupin
dari pihak keluarga. Ya lumayan lah
mbak biar ga terlalu nganggur.”
4. Apa kendala setelah
mengikuti pelatihan di
PPMK?
“saya mau buka usaha tapi ga ada
modalnya mbak, saya mau kalo buka
salon gitu karena saya kan pengalaman
kerja di kosmetik juga”
19
5. Materi apa saja yang sudah
di ajari selama pelatihan?
“ motivasi usaha sih awalnya sedikit,
terus ya dari dasar ngerias, sanggul”.
6. Apakah ada pendampingan
khusus pada peserta ?
“tidak ada pendampingan, kalau ada
mungkin saya bisa punya salon mbak,
hehe .”
Evaluasi Produk
1. Bagaimana perubahan yang
anda rasakan setelah
menjadi peserta pelatihan,
dan apakah anda mengikuti
pelatihan – pelatihan
diluar?
“ya namanya ngerias kan musiman ya,
jadi penghasilannya juga musiman,
Cuma ya lumayan ada pemasukan kalo
ada orderan. Saya ga ikutan pelatihan
di luar mbak karena ga punya biaya
dan terkadang ada pelatihan tapi jauh”
2. Apa saja yang didapatkan
selama pelatihan ?
“alhamdulillah sih saya dapet juara
tiga waktu pelatihan kemarin. Dapat
ilmunya, temen baru, channel baru
jugaa”
3. Apa kesan pesan anda
selama mengikuti pelatihan
?
“sangat membantu keluarga banget
sih buat ibu-ibu rumah tangga.
Seneng banget bisa ikut.”
4. Apa harapan anda kedepan
terhadap PPMK, jika diberi
modal usaha mau tidak
mengembangkannya?
“kalau bisa setiap tahun diadakan
terus pelatihan, karena kan itu bisa
memberdayakan perempuan juga,
sering-sering diadakan pertemuan
untuk sharing. Terus kalo bisa
pesertanya jangan dari kader semua ya.
Ya kalo bisa sih emang ada modal
pengembangan usaha, karena kita kan
kehalang dengan modal”
5. Apakah anda menularkan
keterampilan tata rias anda
kepada keluarga atau orang
lain?
“ya kalau ada orang yang mau belajar
saya siap kok buat ngajarin, saya juga
ga pasang budget ya kalau untuk teman
atau saudara.”
6. Bagaimana kondisi
ekonomi anda saat ini
setelah mengikuti
pelatihan?
“ya itu tadi namanya musiman
ngerias jadi kalo ada orderan ya
ada peningkatan ekonomi.”
Nama : Bu Siti Asih ( Asih )
Usia : 48 Tahun
Tanggal : 24 Oktober 2016
Waktu : 15.41 – 16. 15 WIB
Tempat : Kediaman Bu Asih
No Pertanyaan Jawaban
Evaluasi Konteks
20
1. Sudah berapa lama
mengikuti pelatihan tata
rias ini?
“saya dari tahun 2007 yang pelatihan
sunda putri”
2. Apa Profesi sebelum
mengikuti pelatihan ?
“ibu rumah tangga biasa aja mbak, saya
juga kader posyandu dari PKK”
3. Apa kegiatan / pekerjaan
anda saat ini?
“ya kadang kalo ada riasan saya
bantuin, kader juga di PKK sama
di posyandu”
Evaluasi Input
1. Kenapa anda mengikuti
pelatihan ini ? “ya emang saya ingin ikut karena saya
merasa perlu untuk menambah ilmu
wawasan juga”.
2. Bagaimana perasaanya
ketika diadakan sebuah
pelatihan keterampilan ini?
“senang sekali, apalagi kan gratis.
Hehe”
3. Bagaimana pengalaman ibu
sebelum dan sesudah
mengikuti pelatihan ?
“belum tau sama sekali mbak
awalnya. Cuma setelah pelatihan saya
sering diajak untuk menemani dan
bantuin merias.”
Evaluasi Proses
1. Bagaimana instruktur
ketika mengikuti pelatihan?
“baik, jelas juga penyampaiannya”
2. Bagaimana infrastruktur
ketika di PPMK / LMK??
“sudah memadai kalo untuk pelatihan”
3. Bagaimana peluang karir
atau usaha setelah
mengikuti pelatihan ?
“ya pasti ada panggilan ngerias sih
mbak, entah itu wisuda, entah ngerias
dayang-dayangnya, atau ke pesta
pernikahan.”
4. Apa kendala setelah
mengikuti pelatihan di
PPMK?
“masih belum berani buka sendiri
mbak, jadi masih ikut-ikut gabung
sama orang atau teman yang sudah
profesional.”
5. Materi apa saja yang sudah
di ajari selama pelatihan?
“ materi usaha terus cara makeup, cara
pakai jilbab, dari awal rias mbak mulai
dari penataan rambut sampai ke
busana”.
6. Apakah ada pendampingan
khusus pada peserta ?
“tidak ada pendampingan. Setelah
pelatihan peserta berjuang sendiri
mbak.”
Evaluasi Produk
1. Bagaimana perubahan yang
anda rasakan setelah
menjadi peserta pelatihan,
dan apakah anda mengikuti
pelatihan – pelatihan
diluar?
“jadi mengerti, punya keterampilan
tersendiri. Kalau pelatihan di luar
saya tidak pernah ikutan, tapi saya
sering praktek aja sama saudara saya.”
21
2. Apa saja yang didapatkan
selama pelatihan ?
“dapet ilmu, dapet teman, dapet alat
rias juga, hehee.”
3. Apa kesan pesan anda
selama mengikuti pelatihan
?
“alhamdulillah menyenangkan karena
bisa ikut pelatihan, pesertanya juga
baik-baik.”
4. Apa harapan anda kedepan
terhadap PPMK, jika diberi
modal usaha mau tidak
mengembangkannya?
“ya pengennya ikut pelatihan lagi tapi
dengan jenis yang berbeda, atau tidak
di adakan pelatihan selain kecantikan
seperti merangkai bunga, daur ulang
sampah gitu atau kain percak. Terus
kalo dikasih modal mau bangett untuk
usaha, syukur-syukur bisa buka salon.”
5. Apakah anda menularkan
keterampilan tata rias anda
kepada keluarga atau orang
lain?
“oh iya mbak, ke saudara saya, kalo ke
orang lain masih belum berani”.
6. Bagaimana kondisi
ekonomi anda saat ini
setelah mengikuti
pelatihan?
“ya alhamdulillah bertambah, sedikit-
sedikit pasti ada pemasukan sendiri,
jadi tidak mengandalkan anak karena
suami saya sudah meninggal”.
Nama : Bu Is Wahyuni (Bu Is )
Usia : 52 Tahun
Tanggal : 24 Oktober 2016
Waktu : 16. 30 – 17. 00
Tempat : Kediaman Bu Is
No Pertanyaan Jawaban
Evaluasi Konteks
1. Sudah berapa lama
mengikuti pelatihan tata
rias ini?
“saya ikut pelatihan dari tahun 2015”
2. Apa Profesi sebelum
mengikuti pelatihan ?
“ibu rumah tangga biasa, aktif di
hantaran pengantin tingkat RW dana
dari LMK juga.”
3. Apa kegiatan / pekerjaan
anda saat ini?
“aktif hantaran pengantin tingkat RW
sama kalo ada panggilan ngerias aja.”
Evaluasi Input
1. Kenapa anda mengikuti
pelatihan ini ? “ya karena hoby kalo ada kesempatan
pelatihan kenapa engga diambil.”
2. Bagaimana perasaanya
ketika diadakan sebuah
pelatihan keterampilan ini?
“wah senang sekali mbak, kalo ada
pelatihan lagi saya mau ikut lagi.””
22
3. Bagaimana pengalaman ibu
sebelum dan sesudah
mengikuti pelatihan ?
“ semakin bertambah sih ilmu hoby
saya, sebelumnya saya ikut pelatihan
di hantaran, nah waktu pelatihan
merias saya juara 1. Kan setelah
pelatihan selesai, hari terakhirnya ada
penjurian untuk mengetahui
bagaimana kemampuan peserta mbak.
Tetapi sekarang saya aktif di hantaran
pengantin saja.”
Evaluasi Proses
1. Bagaimana instruktur
ketika mengikuti pelatihan?
“baik banget mbak, ramah jelas
pemberian materinya.”
2. Bagaimana infrastruktur
ketika di PPMK / LMK?? “sudah lengkap sih.”
3. Bagaimana peluang karir
atau usaha setelah
mengikuti pelatihan ?
“kadang di panggil untuk bikin
hantaran pengantin, ngerias juga
mbak.”
4. Apa kendala setelah
mengikuti pelatihan di
PPMK?
“banyak sainganya mbak, depan rumah
saya juga lulusan tata rias juga di UNJ
sudah profesional merias artis juga.
Kalau selama pelatihan kemarin
jadwalnya bentrok sama pengajian, itu
aja sih kendalanya. Materinya juga
tidak susah”
5. Materi apa saja yang sudah
di ajari selama pelatihan?
“materi berwirausaha dan materi dasar
yaitu wajah, kostum sama aksesoris.”
6. Apakah ada pendampingan
khusus pada peserta ?
“oh tidak ada mbak, hanya pelatihan
saja .”
Evaluasi Produk
1. Bagaimana perubahan yang
anda rasakan setelah
menjadi peserta pelatihan,
dan apakah anda mengikuti
pelatihan – pelatihan
diluar?
“jadi lebih tau tentang ngerias. Saya
Cuma aktif ikut di hantaran saja sih,
kalo merias Cuma di kelurahan aja.”
2. Apa saja yang didapatkan
selama pelatihan ?
“terutama ilmu mbak, teman,
wawasannya bertambah juga.”
3. Apa kesan pesan anda
selama mengikuti pelatihan
?
“senang sekali.”
4. Apa harapan anda kedepan
terhadap PPMK, jika diberi
modal usaha mau tidak
mengembangkannya?
“pengen di adakan lagi pelatihannya ,
meskipun kita sudah tua tapi semangat
kita masih muda. Ya kalau bisa diberi
dana untuk usaha sesuai dengan
keterampilannya.”
5. Apakah anda menularkan “iya ke saudara saja sih paling.”
23
keterampilan tata rias anda
kepada keluarga atau orang
lain?
6. Bagaimana kondisi
ekonomi anda saat ini
setelah mengikuti
pelatihan?
“ ya alhamdulillah ada kemajuan
meskipun jarang-jarang.”
Nama : Ibu Chairiany Bu Heni)
Usia : 37 Tahun
Tanggal : 24 Oktober 2016
Waktu : 17.00 – 17.30
Tempat : Kediaman Bu Heni
No Pertanyaan Jawaban
Evaluasi Konteks
1. Sudah berapa lama
mengikuti pelatihan tata
rias ini?
“saya dari tahun 2015 yang pelatihan
merias sunda putri.”
2. Apa Profesi sebelum
mengikuti pelatihan ?
“ibu rumah tangga sama jaga fotokopi.”
3. Apa kegiatan / pekerjaan
anda saat ini?
“jaga fotokopi aja sehari-hari.”
Evaluasi Input
1. Kenapa anda mengikuti
pelatihan ini ? “ingin nyoba aja.”
2. Bagaimana perasaanya
ketika diadakan sebuah
pelatihan keterampilan ini?
“senang karena dapat kesempatan
menambah ilmu.”
3. Bagaimana pengalaman ibu
sebelum dan sesudah
mengikuti pelatihan ?
“sebelumnya tidak tahu sama sekali
tentang merias, setelah ikut ya jadi
lebih tau jenis-jenis merias apa saja,
tetapi setelah pelatihan saya belum
berani mengaplikasikan ke siapapun
karena masih dasar banget ilmunya.
Paling di praktekin ke sendiri saja , itu
24
juga saya jarang-jarang pake makeup.”
Evaluasi Proses
1. Bagaimana instruktur
ketika mengikuti pelatihan?
“pelatihnya jelas banget, Cuma karena
pesertanya saja yang memang belajar
dari dasar.”
2. Bagaimana infrastruktur
ketika di PPMK / LMK?? “sudah mencukupi, kan dapet alat
makeup juga. Masih utuh juga alat
makeupnya karena jarang dipakai.”
3. Bagaimana peluang karir
atau usaha setelah
mengikuti pelatihan ?
“masih belum ada perkembangan,
karena setelah pelatihan saya belum
mencoba merias lagi, karena waktu itu
langsung kerja di Bimba.”
4. Apa kendala setelah
mengikuti pelatihan di
PPMK?
“karena kemarin ikutnya masih dasar
sekali, jadi belum berani untuk
makeup in ke orang lain.”
5. Materi apa saja yang sudah
di ajari selama pelatihan?
“ awalnya motivas usaha kemudian
materi dasar merias, mulai sasak
rambut, rias wajah.”
6. Apakah ada pendampingan
khusus pada peserta ?
“enggak ada pendampingan mbak.”
Evaluasi Produk
1. Bagaimana perubahan yang
anda rasakan setelah
menjadi peserta pelatihan,
dan apakah anda mengikuti
pelatihan – pelatihan
diluar?
“belum ada perkembangan sih,
karena langsung kerja waktu itu. Oh
tidak pernah ikut dimana – mana.
Mungkin emang saya masih belum
bisa sih ya, jadi belum berani.”
2. Apa saja yang didapatkan
selama pelatihan ?
“dapet materi, pengalaman juga, jadi
tahu bagaimana merias itu.”
3. Apa kesan pesan anda
selama mengikuti pelatihan
?
“menyenangkan, nambah teman juga.”
4. Apa harapan anda kedepan
terhadap PPMK, jika diberi
modal usaha mau tidak
mengembangkannya?
“lebih berkembang lagi, di adakan
pelatihan lagi tapi berbeda jenis
riasnya. Mau banget kalau dikasih
modal usaha.”
5. Apakah anda menularkan
keterampilan tata rias anda
kepada keluarga atau orang
lain?
“belum mbak, paling buat sendiri aja .
heheee.”
6. Bagaimana kondisi
ekonomi anda saat ini
setelah mengikuti
pelatihan?
“ya masih sama saja kalo setelah
pelatihan karena saya belum
mengaplikasiin juga.”
25
Nama : Ibu Karyati
Usia : -
Tanggal : 26 Oktober 2016
Waktu : 14.30 – 15.00
Tempat : Kediaman Bu Karyati
No Pertanyaan Jawaban
Evaluasi Konteks
1. Sudah berapa lama
mengikuti pelatihan tata
rias ini?
“saya ikut pelatihan dari tahun 2015.”
2. Apa Profesi sebelum
mengikuti pelatihan ?
“saya kader PKK.”
3. Apa kegiatan / pekerjaan
anda saat ini?
“masih sama kegiatan saya kader
PKK.”
Evaluasi Input
1. Kenapa anda mengikuti
pelatihan ini ?
“karena kesempatan dengan adanya
pelatihan ini menambah wawasan
juga karena wadah saya menambah
ilmu ya dari kegiatan-kegiatan yang
ada di kelurahan mbak, kalau untuk
cari-cari diluar seusia saya sudah
jarang.”
2. Bagaimana perasaanya
ketika diadakan sebuah
pelatihan keterampilan ini?
“senang sekali. Beruntung bisa ikut.
Apalagi itu gratis”
3. Bagaimana pengalaman ibu
sebelum dan sesudah
mengikuti pelatihan ?
“pengalamannya sih belum di
praktekan ke orang lain, hanya untuk
sendiri aja.”
Evaluasi Proses
1. Bagaimana instruktur
ketika mengikuti pelatihan?
“jelass. Baik juga.”
2. Bagaimana infrastruktur
ketika di PPMK / LMK?? “sudah cukup mbak apalagi kan sudah
disediakan semua, jadi peserta tinggal
datang saja”
3. Bagaimana peluang karir
atau usaha setelah
mengikuti pelatihan ?
“kadang-kadang aja sih mbak merias,
masih belum sering ada penggilan.
Seperti ibu-ibu kosidahan sama pentas-
pentas gitu”
4. Apa kendala setelah
mengikuti pelatihan di
PPMK?
“setelah pelatihan tidak ada tindak
lanjut lagi. Jadi peserta bingung harus
ngapain.”
5. Materi apa saja yang sudah
di ajari selama pelatihan?
“sedikit motivasi usaha sama makeup
sampai busana dan kemarin saya ikut
rias sunda putri.”
26
6. Apakah ada pendampingan
khusus pada peserta ?
“enggak ada mbak.”
Evaluasi Produk
1. Bagaimana perubahan yang
anda rasakan setelah
menjadi peserta pelatihan,
dan apakah anda mengikuti
pelatihan – pelatihan
diluar?
“ya ada kemajuan terutama ilmu kita
semakin bertambah. Meskipun belum
kita gunakan ke orang setidaknya
untuk diri sendiri. Tapi selain di
kelurahan saya tidak ikutan pelatihan
lagi sih kalo diluar. ”
2. Apa saja yang didapatkan
selama pelatihan ?
. “ilmu tatarias , teman, pengalaman,
wawasan.”
3. Apa kesan pesan anda
selama mengikuti pelatihan
?
“sangat senang mbak.”
4. Apa harapan anda kedepan
terhadap PPMK, jika diberi
modal usaha mau tidak
mengembangkannya?
“Diadakan lagi, tetapi kegiatan lain lagi
seperti jenis riasnya, jadi tidak hanya
sunda putri saja.”
5. Apakah anda menularkan
keterampilan tata rias anda
kepada keluarga atau orang
lain?
“kadang berbagi saja.”
6. Bagaimana kondisi
ekonomi anda saat ini
setelah mengikuti
pelatihan?
“masih sama aja, soalnya kan baru
dipakai untuk sendiri aja belum ke
orang lain.”
Nama : Ibu Riyana
Usia : 40 Tahun
Tanggal : 26 Oktober 2016
Waktu : 15. 05 – 15.30
Tempat : Kediaman Bu Karyati
No Pertanyaan Jawaban
Evaluasi Konteks
1. Sudah berapa lama
mengikuti pelatihan tata
rias ini?
“saya ikut tahun 2014 yang muslim
modifikasi.”
2. Apa Profesi sebelum
mengikuti pelatihan ?
“ibu rumah tangga aja mbak. Sama
ikut jumatik saja dari kelurahan. ”
3. Apa kegiatan / pekerjaan
anda saat ini?
“sama mbak ibu rumah tangga sama
jumantik. ”
Evaluasi Input
1. Kenapa anda mengikuti
pelatihan ini ?
“senang dandan aja sih, hehe hoby
juga.”
27
2. Bagaimana perasaanya
ketika diadakan sebuah
pelatihan keterampilan ini?
“senang sekali.”
3. Bagaimana pengalaman ibu
sebelum dan sesudah
mengikuti pelatihan ?
“sebelum pelatihan tidak tau sama
sekali, setelah pelatihan saya sering di
ajak untuk membantu merias. Dan saya
ikut kursus privat sama Bu Tri (
Pelatih) untuk merias pager ayu.”
Evaluasi Proses
1. Bagaimana instruktur
ketika mengikuti pelatihan?
“jelas sekali. Mungkin kalau ingin
privat di luar pelatihan akan dijelasin
lebih detail lagi.”
2. Bagaimana infrastruktur
ketika di PPMK / LMK?? “cukup mbak ya, kita juga dapet alat
riasnya.”
3. Bagaimana peluang karir
atau usaha setelah
mengikuti pelatihan ?
“setelah ikut sering dapet ajakan dari
teman untuk merias, atau panggilan
untuk rias wisuda.”
4. Apa kendala setelah
mengikuti pelatihan di
PPMK?
“kendalanya masih kurang
pengetahuan aja, saya ingin privat
lagi di luar pelatihan Cuma belum
kesampaian karena dana juga.”
5. Materi apa saja yang sudah
di ajari selama pelatihan?
“pertamanya sih motivasi untuk
usaha, terus ya merias mulai dari
muka, sampai baju”.
6. Apakah ada pendampingan
khusus pada peserta ? “tidak ada mbak, kalau mau ilmunya
bertambah ya kita kursus sendiri lagi
diluar.”
Evaluasi Produk
1. Bagaimana perubahan yang
anda rasakan setelah
menjadi peserta pelatihan,
dan apakah anda mengikuti
pelatihan – pelatihan
diluar?
“ya setelah pelatihan sering diajak-
ajak untuk merias untuk membantu-
bantu saja. Oh iya saya setelah ikut
pelatihan yang dikelurahan, saya ikut
les lagi di ibu tri”.
2. Apa saja yang didapatkan
selama pelatihan ?
“ilmu merias, teman dan wawasan.”
3. Apa kesan pesan anda
selama mengikuti pelatihan
?
“menarik sekali pelatihannya mbak.
Apalagi sesuai hoby saya .”
4. Apa harapan anda kedepan
terhadap PPMK, jika diberi
modal usaha mau tidak
mengembangkannya?
“ingin di adakan lagi pelatihannya
dengan jenis yang berbeda. Kalau
saya mau banget mbak kalau dikasih
modal usaha, karena kan meris juga ga
murah biaya alat-alatnya.”
5. Apakah anda menularkan
keterampilan tata rias anda
“oh kalau itu belum mbak, masih untuk
sendiri aja.”
28
kepada keluarga atau orang
lain?
6. Bagaimana kondisi
ekonomi anda saat ini
setelah mengikuti
pelatihan?
“ alhamdulillah kalo ada panggilan ya
bertambah pemasukannya”
Nama : Ibu Nami
Usia : 50 Tahun
Tanggal : 26 Oktober 2016
Waktu : 15 . 40 – 16. 15
Tempat : Kediaman Bu Karyati
No Pertanyaan Jawaban
Evaluasi Konteks
1. Sudah berapa lama
mengikuti pelatihan tata
rias ini?
“saya ikut pelatihan 2015.”
2. Apa Profesi sebelum
mengikuti pelatihan ?
“saya ibu rumah tangga, jumantik juga”
3. Apa kegiatan / pekerjaan
anda saat ini?
“masih ibu rumah tangga, masih aktif
jumantik”
Evaluasi Input
1. Kenapa anda mengikuti
pelatihan ini ? “sebelum ikut pelatihan saya sudah
sering ikut saudara untuk merias,
makanya waktu ada pelatihan di
kelurahan saya ikut.”
2. Bagaimana perasaanya
ketika diadakan sebuah
pelatihan keterampilan ini?
“senang sekali.”
3. Bagaimana pengalaman ibu
sebelum dan sesudah
mengikuti pelatihan ?
“sebelum ikut memang saya suka
diajak merias sama teman atau saudara,
setelah ikut pelatihan ya masih sama
suka di ajak saja, belum berani
bergerak sendiri, masih takut.”
Evaluasi Proses
1. Bagaimana instruktur
ketika mengikuti pelatihan?
“enak, pelatihnya juga udah kenal.”
2. Bagaimana infrastruktur
ketika di PPMK / LMK?? “cukup lengkap mbak.”
3. Bagaimana peluang karir
atau usaha setelah
mengikuti pelatihan ?
“ya ada panggilan aja mbak, di ajak
saudara saja untuk merias.”
4. Apa kendala setelah
mengikuti pelatihan di
PPMK?
“belum berani kalau buka usaha
sendiri. Karena modalnya besar.”
29
5. Materi apa saja yang sudah
di ajari selama pelatihan?
“ materi usaha awalnya tapi sedikit,
kemudian materi dasar merias mbak,
wajah , baju , rambut .”
6. Apakah ada pendampingan
khusus pada peserta ? “ tidak ada pendampingan.”
Evaluasi Produk
1. Bagaimana perubahan yang
anda rasakan setelah
menjadi peserta pelatihan,
dan apakah anda mengikuti
pelatihan – pelatihan
diluar?
“ya sering ikut saudara merias aja.
Saya Cuma ikut pelatihan di
kelurahan saja.”
2. Apa saja yang didapatkan
selama pelatihan ?
“tambahan ilmu , meskipun saya sudah
sering ikut jadi menambah ilmunya.”
3. Apa kesan pesan anda
selama mengikuti pelatihan
?
“suka banget mbak, senang.”
4. Apa harapan anda kedepan
terhadap PPMK, jika diberi
modal usaha mau tidak
mengembangkannya?
“Diadakan lagi pelatihannya, apalagi
untuk para wanita muda. Ya mau
mbak kalau dikasih modal usaha, kan
untuk kemajuan usaha kita juga. ”
5. Apakah anda menularkan
keterampilan tata rias anda
kepada keluarga atau orang
lain?
“ya kalau ada yang ingin belajar saya
beri tahu.”
6. Bagaimana kondisi
ekonomi anda saat ini
setelah mengikuti
pelatihan?
“alhamdulilah ada pemasukan sendiri.”
Nama : Ibu Nurleni
Usia : 47 Tahun
Tanggal : 26 Oktober 2016
Waktu : 16 . 30 – 17. 00WIB
Tempat : Kediaman Bu Karyati
No Pertanyaan Jawaban
Evaluasi Konteks
1. Sudah berapa lama
mengikuti pelatihan tata
rias ini?
“saya ikut yang tahun 2015.”
2. Apa Profesi sebelum
mengikuti pelatihan ?
“saya ibu rumah tangga biasa .”
3. Apa kegiatan / pekerjaan
anda saat ini?
“masih sama saja ibu rumah tangga.”
30
Evaluasi Input
1. Kenapa anda mengikuti
pelatihan ini ? “karena saya suka, suka banget.”
2. Bagaimana perasaanya
ketika diadakan sebuah
pelatihan keterampilan ini?
“suka banget, senang banget. Nambah
pengalaman”
3. Bagaimana pengalaman ibu
sebelum dan sesudah
mengikuti pelatihan ?
“Tadinya saya suka ikut di salon
sama teman saya. Saya di bagian
rambut sebelum ikut pelatihan, nah
setelah ikut ya jadi lebih pengalaman
lagi tentang merias pengantin , tapi ya
masih ikut-ikut orang saja sih atau
teman. Belum bisa mandiri karena kan
kita butuh modal banyak untuk alat-
alatnya.”
Evaluasi Proses
1. Bagaimana instruktur
ketika mengikuti pelatihan?
“jelas memberi materinya.”
2. Bagaimana infrastruktur
ketika di PPMK / LMK??
“lengkap ya, karena alat-alatnya sudah
tersedia semua.”
3. Bagaimana peluang karir
atau usaha setelah
mengikuti pelatihan ?
“saya masih ikut ajakan teman saya
untuk merias.”
4. Apa kendala setelah
mengikuti pelatihan di
PPMK?
“kalau saya punya modal saya ingin
buka salon.”
5. Materi apa saja yang sudah
di ajari selama pelatihan?
“materi berwirausaha dan materi merias
mbak,”
6. Apakah ada pendampingan
khusus pada peserta ?
“belum ada pendampingan, hanya
pelatih saja waktu pelatihan. Dan kalau
mau ya kita kursus sendiri di luar.
Cuma kan modalnya banyak.”
Evaluasi Produk
1. Bagaimana perubahan yang
anda rasakan setelah
menjadi peserta pelatihan,
dan apakah anda mengikuti
pelatihan – pelatihan
diluar?
“saya sering nerima panggilan aja sama
di ajak teman yang sudah profesional,
kan saya juga jadi belajar merias di
teman saya ini. Saya ga ikut pelatihan
di luar sih, saya berharapnya ada
pelatihan di luar dana APBD tapi
dana dari swadaya masyarakat untuk
pelatihan.”
2. Apa saja yang didapatkan
selama pelatihan ? “dapet ilmu, teman juga, dapet hadiah
kalo menang. Hehe.”
3. Apa kesan pesan anda
selama mengikuti pelatihan
“wahh sangat enjoy saya mbakk.”
31
?
4. Apa harapan anda kedepan
terhadap PPMK, jika diberi
modal usaha mau tidak
mengembangkannya?
“Diadakan lagi pelatihannya , tetapi
dengan jenis rias pengantin yang
berbeda biar wawasan peserta juga
bertambah. Kalau diadakan lagi dan
harus bayar saya juga mau karena saya
benar-benar niat mau bisa semua jenis.
Kalau dikasih modal mau banget, saya
pengen buka salon sendiri mbak.”
5. Apakah anda menularkan
keterampilan tata rias anda
kepada keluarga atau orang
lain?
“iya ke teman-teman saja yang mau
belajar .”
6. Bagaimana kondisi
ekonomi anda saat ini
setelah mengikuti
pelatihan?
“alhamdulillah saya punya penghasilan
sendiri dari ikut pelatihan.”
DOKUMENTASI KEGIATAN
(Gambar 1. Suasana Pelatihan Merias)
(Gambar 2. Peserta dan Pelatih)
(Gambar 3. Pelatih sedang menyampaikan materi)
(Gambar 4. Peserta pada hari terakhir untuk dinilai dan dievaluasi)
(Gambar 6. Kunjungan Penulis ketempat peserta atau asisten)
(Gambar 7. Peserta Palatihan)
(Gambar 8. Kunjungan ketempat Pelatih)
(Gambar 9. Penulis bersama Pelatih)
(Gambar 10. Peserta Pelatihan )
(Gambar 11. Hasil Rias Dari Pesesrta BU Imas )
Recommended