View
2
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
108
L A M P I R A N
109
Lampiran 1:
INSTRUMEN PENELITIAN
EVALUASI TERHADAP PENYELENGGARAAN PROGRAM
PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA PALANGKA RAYA
MENGGUNAKAN MODEL CIPP
Komponen
Evaluasi Substansi Pertanyaan Sumber
Context
a. Deskripsi dari
lingkungan
yang diteliti
1. Bagaimana
deskripsi dari
sekolah yang
diteliti?
Kepala
Sekolah
b. Kebutuhan
yang belum terpenuhi
dalam
lingkungan
tersebut
1. Apa yang
melatarbelakangi pelaksaan program
pendidikan inklusif
di sekolah?
c. Populasi yang
dilayani
1. Siapa yang menjadi
sasaran dari
program tersebut?
2. Siapa yang menjadi sumber peserta
didik dari program
tersebut?
d. Peluang dan
manfaat
sekolah
dengan melaksanakan
program
1. Apa manfaat yang
diperoleh sekolah
dalam
penyelenggaraan program tersebut?
Input
a. Kemampuan
sekolah
1. Sarana dan
prasarana apa yang
dimilik sekolah
dalam menyelenggarakan
program tersebut?
Kepala
Sekolah,
Guru BK/
Pendamping
2. Apa saja jenis
kebutuhan khusus
siswa yang dilayani
dalam program tersebut?
b. Perencanaan 1. Siapa saja yang Kepala
110
dari penye-
lenggaraan program
tersebut
terlibat dalam
penyelenggaraan program tersebut di
sekolah?
Sekolah,
Guru BK/ Pendampi
ng
2. Bagaimana
keterlibatan
pakar/ahli dalam
penyelenggaraan program tersebut?
c. Sumber dana 1. Berasal dari mana
sumber dana
pembiayaan
program tersebut di
sekolah?
Kepala
Sekolah
d. Staf/SDM
1. Bagaimana
ketersediaan Guru Pendamping Khusus
(GPK) yang memang
berkompetensi
dalam menangani
ABK di sekolah tersebut?
Kepala
Sekolah, Guru BK/
Pendampi
ng
2. Bagaimana
kemampuan/
kesanggupan guru
reguler dalam
melaksanakan
program tersebut di sekolah?
Guru
Reguler
3. Apakah guru reguler
dan atau guru
BK/pendamping
memperoleh
pelatihan khusus untuk
meningkatkan
kompetensi?
Kepala
Sekolah,
Guru
Reguler,
Guru BK/ Pendampi
ng
Process
a. Monitoring
dan evaluasi
1. Apakah terdapat
monev yang
dilakukan oleh
dinas pendidikan setempat melalui
pengawas sekolah
terhadap program
tersebut?
Kepala
Sekolah
b. Kompetensi
guru reguler
1. Apakah guru sudah
menyusun
Guru
Reguler
111
perencanaan
pembelajaran sebelum mengajar?
2. Apakah guru sudah
menyusun
perencanaan
pendampingan
sebelum mendampingi ABK?
Guru BK/
Pendampi
ng
c. Pelaksanaan
kegiatan
pembelajaran
dan
pendampinga
n
1. Bagaimana proses
pembelajaran dalam
kelas?
Guru
Reguler
2. Bagaimana proses
pendampingan di
dalam atau luar
kelas ?
Guru BK/
Pendampi
ng
3. Dari segi non akademik apakah
kegiatan
ekstrakurikuler bagi
siswa reguler juga
diperuntukkan bagi siswa berkebutuhan
khusus?
Kepala Sekolah,
Guru
Reguler,
Guru BK/
Pendamping
d. Efektivitas
sarpras
1. Apakah sarana dan
prasarana yang ada
sudah bermanfaat
bagi ABK?
Guru
Reguler,
Guru BK/
Pendampi
ng
2. Apakah sarana dan prasarana yang ada
sudah bermanfaat
bagi guru?
Guru Reguler,
Guru BK/
Pendampi
ng
e. Masalah/
problem/ kendala yang
dihadapi
1. Apakah yang
menjadi kendala dalam pelaksanaan
program tersebut di
sekolah?
Kepala
Sekolah, Guru
Reguler,
Guru BK/
Pendampi
ng 2. Apa harapan Anda
bagi pelaksanaan
program tersebut di sekolah?
Product
a. Dampak
penerapan
program
tersebut
1. Bagaimana
perkembangan atau
prestasi siswa dari
segi akademik
Kepala
Sekolah,
Guru
Reguler,
112
terhadap
prestasi/perkembangan
siswa
maupun non
akademik ketika program sedang
berjalan?
Guru BK/
Pendamping
b. Jumlah ABK
yang terlayani
2. Ada berapa jumlah
ABK yang terlayani?
Kepala
Sekolah
113
Lampiran 2:
Transkrip Wawancara Sekretaris Pokja PI
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
Hari/tanggal : Jumat, 27 Maret 2015
Waktu : 08.00 – 09.00 WIB
Tempat : Ruang Kasi. SLB Disdikpora Kota Palangka Raya
Informan : Kasi. SLB Disdikpora (Sekretaris Pokja PI)
No. Pertanyaan Jawaban 1
.
Apa yang
menjadi visi
dan misi
POKJA PI
Disdikpora
Kota Palangka Raya?
Visinya adalah mewujudkan sekolah yang
ramah, adil dan tanpa diskriminatif.
Misi yang akan dilakukan untuk mencapai
visi tersebut antara lain adalah:
(1) optimalisasi perluasan dan pemerataan
akses kesempatan memperoleh pendidikan yang ramah, bermutu, berdaya saing dan
relebvan dengan kebutuhan masyarakat serta
berwawasan kebangsaan berdasarkan imtaq
dan iptek, (2) membantu dan memfasilitasi
pengembangan potensi peserta didik secara holistik (menyangkut semua aspek
kecerdasan siswa), (3) meningkatkan
kesiapan masukan dan kualitas proses
pendidikan untuk mengoptimalkan
pembentukan kepribadian yang berbudaya
inklusif (menghargai setiap perbedaan, saling bekerjasama, menghormati dan tenggang
rasa), (4) meningkatkan keprofesionalan dan
akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai
pusat pembudayaan ilmu pengetahuan,
keterampilan, dan sikap, berdasarkan standar nasional, dan (5) memberdayakan
peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan ramah,
bermutu, adil dan tanpa diskriminatif.
2 Apa yang Pencanangan/penyelenggaraan program
114
No. Pertanyaan Jawaban . melatarbelaka
ngi
pencanangan/
penyelenggara
an program pendidikan
inklusif di
Kota Palangka
Raya?
pendidikan inklusif ini dilatarbelakangi oleh
adanya Perwali Palangka Raya No. 26 Tahun
2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan
Khusus, Pendidikan Inklusif dan Pusat
Sumber di Kota Palangka Raya. Peraturan yang ditetapkan langsung oleh walikota dan
diundangkan oleh Plt. Sekda Kota Palangka
Raya untuk ditempatkan dalam Berita
Daerah Kota Palangka raya pada tanggal 4
September 2014 di Palangka Raya. Sebelumnya, walikota memutuskan tentang
pembentukan tim penyusunan Perwali
tersebut yang diketuai langsung oleh Kepala
Disdikpora Kota Palangka Raya.
Setelah pemberlakuan Perwali tersebut,
Disdikpora kemudian membentuk struktur organisasi kepanitiaan Pokja PI yang diketuai
langsung oleh Hj. Ida Sutiana, SH (Kabid. TK,
SD, dan SLB Disdikpora). Pokja PI kemudian membuat Grand Design sebagai arah atau
panduan pendidikan inklusif di Kota
Palangka Raya, yang disusun mulai tahun 2014 hingga 2026 sebagai perencanaan jangka panjang (long term planning). Seiring
dengan perintah dan pengundangan Perwali dan perancangan Grand Design oleh Pokja PI
inilah kemudian Disdikpora mendeklarasikan
Kota Palangka Raya sebagai Kota Pendidikan Inklusif. Dengan demikian, seluruh sekolah
dari tingkat TK, SD, SMP, dan SMA/SMK
baik negeri maupun swasta wajib menjalan-
kan program Pendidikan Inklusif tanpa
terkecuali. Berkenaan dengan kebijakan
tersebut, Disdikpora maupun Pokja PI akan tetap dan terus berusaha memfasilitasi,
memandu, dan memantau seiring
berjalannya program tersebut di sekolah-
sekolah.
3
.
Apakah
terdapat masalah yang
penting
sehingga
program
tersebut perlu
dicanangkan/
Sebenarnya tidak ada masalah yang
signifikan, hanya saja jumlah siswa berkebutuhan khusus atau ABK di Palangka
Raya kini mencapai 895 siswa. Dengan
demikian, demi pencapaian visi dan misi Kota
Palangka Raya serta Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) Kota Palangka Raya harus
didukung oleh berbagai bidang terutama
115
No. Pertanyaan Jawaban diselenggaraka
n?
bidang pendidikan. Dan supaya
Pembangunan Bidang Pendidikan di Kota
Palangka Raya bisa berjalan optimal pula
maka perlu disusun Peraturan Pelaksanaan
yaitu Peraturan Walikota tentang Penyelenggaraan Pendidikan Khusus,
Pendidikan Inklusif dan Pusat Sumber di
Kota Palangka Raya.
4
.
Apa yang
menjadi
tujuan dalam mencanangka
n/
menyelenggara
kan program
tersebut?
Pokja Pendidikan Inklusif Kota Palangka Raya
memiliki tujuan yang ingin dicapai hingga
2026 yaitu menjadikan pendidikan di Palangka Raya yang ramah, adil tanpa
diskriminatif. Tujuan dicapai melalui
indikator keberhasilan di antaranya (1)
meningkatnya daya serap pelayanan
pendidikan inklusif di seluruh kecamatan di
kota Palangka Raya, (2) terlaksananya Perwali Pendidikan Inklusif Kota Palangka Raya, (3)
peningkatan APK, APM, dan PAS sudah di
atas rata-rata nasional, (4) meningkatnya
prosentase wajib belajara pendidikan dasar
yang didorong oleh banyaknya anak berkebutuhan khusus yang terlayani di
sekolah di seluruh kota Palangka Raya, (5)
tersedianya sarana prasarana aksesibilitas
pendidikan (gedung, peralatan kantor,
laboratorium, dan sarana penunjang) di
seluruh wilayah kota Palangka Raya, dan (6) memiliki tenaga-tenaga pendidik yang
berwawasan global dan berdaya saing
nasionla dan internasional, sehinggga dapay
menjalin komunikasi dan hubungan
interanasioanl sebagai bagian dari masyrakat internasional.
Dari indikator-indikator keberhasilan
tersebut, ada beberapa indikator yang sudah
berhasil dan tercapai. Namun, selebihnya
masih dalam proses pelaksanaan. Oleh
karena itu, kami masih berjuang dan berusaha untuk memenuhi indikator
keberhasilan tersebut.
5 Apa saja Program sekolah penyelenggara pendidikan
116
No. Pertanyaan Jawaban . program
POKJA dalam
rangka
penyelenggara
an program pendidikan
inklusif?
inklusif antara lain adalah (1) pengembangan
dan pelaksanaan kurikulum yang fleksibel,
(2) modifikasi bahan ajar, model
pembelajaran dan sistem penilaian, (3)
bantuan pengadaan perpustakaan dan penambahan koleksi bagi sekolah inklusif, (4)
bantuan pembelian buku ajar standar, (5)
bantuan pengembangan media belajar dan
alat pendidikan baik yang reguler maupun
alat pendidikan khusus, (6) bantuan pembinaan dan pelaksanaan akreditasi bagi
sekolah inklusif, (7) pemberian beasiswa bagi
siswa di skolah inklusif, (8) pemilihan siswa
berprestasi, (9) lomba kreativitas bagi siswa
inklusif, (10) pelatihan penulisan karya
ilmiah (berbasis PTK dan lain-lain) bagi guru sekolah inklusif, (11) penyelenggaraan
PORSENI tingkat jenjang sekolah
penyelenggara pendidikan inklusif se-Kota
Palangka Raya, (12) bantuan untuk sertifikasi
(kuliah) dan uji kompetensi pendidik sekolah inklusif, (13) diklat pengembnagan kosnep
dan metodologi pembelajaran terkini
berlandaskan transformative learning dan
paradigma learn-unlearn-relearn, (14) diklat
penggunaan ICT (termasuk e-learning) bagi
guru/tenaga pendidikan dan kepala sekolah, (15) lokakarya implementasi pendidikan
karakter, (16) bantuan penyusunan modul
pembelajaran akhlak, (17) Diklat Siaran radio
Pendidikan(SRP) bagi guru/tenaga
kependidikan, (18) peningkatan penerimaan
insentif bagi guru/tenaga kependidikan, (19) monitoring dan evaluasi serta supervisi
pelaksanaa kurikulum dan pembelajaran,
(20) pengadaan runag sumber belajar di TK,
SD, SMP, dan SMA/SMK inklusif, dan (21)
meningkatkan kemitraan sekolah. Sejauh ini, ada beberapa program yang sudah
terlaksana dan sebagian sedang dalam proses
pelaksanakan sehingga keberhasilan juga
belum sepenuhnya terlihat dan nampak.
6 Siapa yang Sasaran dan indikator sasaran kebijakan
117
No. Pertanyaan Jawaban . menjadi
sasaran dari
program
tersebut?
pendidkan inklusif kota Palangka Raya
tersusun dalam lima tahunan dengan
berbagai asumsi serta kombinasi pendekatan bottom up dan top down dengan keterlibatan
pejabat di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Palangka Raya. Pendekatan top down: perencanaaan
memperhatikan ketersediaan anggaran sesuai
dengan estimasi APBN dan APBD. Pendekatan bottom up: memperoleh
gambaran kebutuhan pendanaan guna
mewujudkan kondisi ideal.
7
.
Siapa yang
menjadi
sumber
peserta didik
dari program tersebut?
Peserta didik pada pendidikan inklusif adalah
seluruh anak usia sekolah baik yang akan
dan sedang belajar pada pendidikan formal,
nonformal dan informal. Anak berkebutuhan
khususi/berkelainan dan berpotensi pada kecerdasan dan/atau bakat istimewa yang
bersekolah pada satuan pendidikan berhak
mendapatkan pelayanan pembelejaran dan
evaluasinya disesuaikan dengan kondisi
kemampuan yang bersangkutan. Peserta
didik berkelainan terdiri atas kelainan fisik dan/atau motorik (tunadaksa), kelainan
penglihatan (tunanetra), kelainan
pendengaran (tunarungu), kelainan bicara
(tunawicara), emosional dan/atau perilaku
(tunalaras), intelektual/kecerdasan (berkesulitan belajar, lamban belajar,
tunagrahita), autistik dan hiperaktif.
Kemudian perekrutan peserta didik oleh
pendidikan formal
mengutamakan/memprioritaskan
penerimaan didasarkan pada jarak terdekat domisili peserta didik ke sekolah.
*Informasi tambahan: GPK akan dipersiapkan tahun ini (2015,
masih proses – akan ada training)
118
Lampiran 3:
Transkrip Wawancara Kepala SDN 6 Bukit Tunggal
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
Hari/tanggal : Selasa, 31 Maret 2015
Waktu : 09.00 – 10.00 WIB
Tempat : Ruang Kepala SDN 6 Bukit Tunggal
Informan : Kepala SDN 6 Bukit Tunggal
No. Pertanyaan Jawaban
1.
Bagaimana
deskripsi dari
sekolah yang
diteliti?
SDN 6 Bukit Tunggal merupakan sekolah negeri yang pada awalnya berdiri pada tahun
1995. Pada tahun 1995-2002, sekolah ini
diberi nama SDN Palangka 31. Kemudian
pada tahun 2002-2006 nama sekolah ini
berubah nama menjadi SDN Bukit Tunggal 6 dan pada tahun 2006 hingga sekarang
sekolah ini berubah menjadi SDN 6 Bukit
Tunggal.
2.
Apa yang
menjadi visi
dan misi
sekolah?
Visinya adalah unggul dalam prestasi dan
peduli terhadap lingkungan, siap
mengahadapi era globalisasi, berbudi pekerti
luhur, berakhlak mulia, serta berwawasan lingkungan.
Misinya adalah (1) menumbuhkan semangat
belajar secara intensif dan menyeluruh, (2)
meningkatkan kompetensi guru dan pegawai
di bidang pendidikan dan teknologi serta lingkungan hidup, dan (3) terciptanya
lingkungan sekolah yang bersih, sehat,
indah, nyaman, aman, kekeluargaan, dan
menyenangkan.
3.
Apa yang
melatarbelakangi
pelaksanaan
program
pendidikan
inklusif di
sekolah?
Sebelum adanya Perwali dan surat
pemberitahuan dari Dinas kota, sekolah ini
sudah menerima ABK karena banyak peserta didik yang memiliki kebutuhan
khusus/kelainan. Selain itu juga, ada begitu
banyak ABK yang tinggal di sekitar
lingkungan sekolah ini sehingga permohonan
dan permintaan dari para orang tua agar anaknya bisa diterima di sekolah ini pun
119
No. Pertanyaan Jawaban menjadi salah satu alasan. Oleh karena itu,
kami terus melanjutkan kegiatan ini hingga
saatnya kebetulan Disdikpora baru
mencanangkan kota ini sebagai Kota
Pendidikan Inklusif.
4.
Siapa yang menjadi
sasaran dari
program
tersebut?
Sasarannya adalah semua anak yang memiliki kebutuhan khusus atau kelainan.
Pada TA 2014/2015 jumlah ABK ada 43 anak
yang terdata memiliki kebutuhan
khusus/kelainan slow learner semua.
5.
Siapa yang
menjadi
sumber
peserta didik dari program
tersebut?
Sumber peserta didik dari program ini sudah
tentu adalah siswa yang memiliki kebutuhan khusus ringan atau tidak berat. Hal ini
disebabkan karena kemampuan sekolah juga
yang masih terbatas. Jadi apabila ada anak
yang parah dan sekolah tidak mampu
melayaninya maka kami akan konsultasikan
kembali kepada orang tua dan mengusulkan untuk menyekolahkan anak tersebut ke SLB
saja. Hal ini menyangkut dengan kemampuan
guru kelas yang terbatas dalam mengajar dan
mendidik ABK juga. Selain itu, sekolah belum
mempunyai GPK.
6.
Apa manfaat
yang diperoleh
sekolah dalam
penyelenggara
an program
tersebut?
Sebenarnya tidak ada manfaat yang begitu signifikan bagi sekolah terhadap pelaksanaan
program ini. Secara sosial, sekolah hanya
mendapatkan kepercayaan dari masyarakat
luas dimana sekolah bisa melayani ABK di
sekolah ini walaupun pelayanan masih belum
maksimal yang dikarenakan oleh keterbatasan sekolah.
7.
Sarana dan
prasarana apa
yang dimiliki
sekolah dalam
menyelenggarakan program
tersebut?
Hingga saat ini, sekolah belum mendapatkan
bantuan sarana maupun prasarana khusus
bagi pelayanan ABK. Sarana prasarana yang
ada di sekolah ini masih umum sehingga
kami hanya memanfaatkan seadanya dan secara merata saja.
8.
Apa saja jenis
kebutuhan
khusus siswa
yang dilayani
dalam program
tersebut?
Sebanyak 43 ABK di sekolah ini memiliki
jenis kelainan lamban belajar (slow learner).
9. Siapa saja Yang terlibat dalam pelaksanaan program di
120
No. Pertanyaan Jawaban yang terlibat
dalam
penyelenggara
an program
tersebut di sekolah?
sekolah ini adalah semua pihak sekolah baik
dari saya sendiri sebagai kepsek, komite,
pengawas sekolah, para wakasek, walikelas,
dan para guru mapel.
10.
Bagaimana
keterlibatan
pakar/ahli
dalam
penyelenggaraan program
tersebut?
Sampai saat ini belum ada keterlibatan dari
psikolog, GPK, atau tenaga profesional dalam
rangka pelaksanaan program tersebut di
sekolah ini.
11.
Berasal dari
mana sumber
dana
pembiayaan
program tersebut di
sekolah?
Kami menggunakan dan memanfaatkan dana
BOS untuk membantu ABK dalam rangka
pembiayaan program tersebut di sekolah ini.
Hal ini mengingat bahwa belum ada bantuan
dana khusus bagi ABK.
12.
Bagaimana
ketersediaan
Guru
Pendamping Khusus (GPK)
yang memang
berkompetensi
dalam
menangani
ABK di sekolah
tersebut?
Sekolah ini belum memiliki atau belum
pernah mendapatkan bantuan berupa GPK.
Jadi selama ini, ABK hanya ditangani
langsung oleh wali kelas dan guru mapel saja dengan keterbatasan para guru juga.
13.
Apakah guru
reguler dan
atau guru
BK/pendamping
memperoleh
pelatihan
khusus untuk
meningkatkan
kompetensi?
Ada beberapa guru yang pernah mengikuti
workshop.
14.
Apakah terdapat
monev yang
dilakukan oleh
Monev terakhir hanya disampaikan melalui surat permohonan dan pemberitahuan dari
Kasi. SLB Disdikpora pada bulan Nopember
2014 agar setiap sekolah segera
121
No. Pertanyaan Jawaban dinas
pendidikan
setempat
melalui
pengawas sekolah
terhadap
program
tersebut?
mengidentifasi tiap peserta didik yang
memiliki kelainan, melakukan pendataan
sesuai format dan segera melaporkan ke
Dinas tersebut untuk segera ditindaklanjuti.
15.
Dari segi non
akademik apakah
kegiatan
ekstrakurikule
r bagi siswa
reguler juga
diperuntukkan bagi siswa
berkebutuhan
khusus?
Sekolah ini memiliki kegiatan ekstrakurikuler
yang diperuntukkan bagi semua siswa baik siswa reguler maupun ABK.
16.
Apakah yang
menjadi
kendala dalam
pelaksanaan
program tersebut di
sekolah?
Ada beberapa kendala yang dihadapi sekolah
dalam rangka pelaksanaan program ini di
sekolah. Pertama, sekolah belum mempunyai atau mendapatkan bantuan GPK yang
khusus menangani anak. Kemampuan guru
di sini terbatas karena tidak memiliki latar
belakang pendidikan khusus. Kedua, sarpras
khusus bagi ABK juga belum ada sehingga
kami hanya menggunakan dan memanfaatkan penggunaan sarpras yang
seadanya dan yang umum dipakai oleh siswa
reguler pada umumnya.
Oleh sebab itu, pelayanan kami terhadap
ABK di sekolah ini belum dikatakan maksimal.
17.
Apa harapan
Anda bagi
pelaksanaan
program
tersebut di
sekolah?
Harapan saya adalah ada bantuan dan solusi
dari kendala yang saya jelaskan di atas tadi.
Maka nantinya, sekolah bisa memaksimalkan
pelayanannya kepada ABK dan pelaksanaan
program tersebut bisa berjalan dengan baik
dan sebagaimana mestinya.
18.
Bagaimana perkembangan
atau prestasi
siswa dari segi
akademik
Karena sejauh ini jenis kebutuhan ABK di sekolah hanya slow learner dan KKMnya
kami turunkan karena menyesuaikan
kemampuan siswa, maka perkembangan
anak cukup baik. Dalam artian, ABK mampu
122
No. Pertanyaan Jawaban maupun non
akademik
ketika
program
sedang berjalan?
mencapai nilai standarnya. Perkembangan
ABK tidak begitu signifikan dan hanya rata-
rata.
Dari segi non akademik, ada beberapa anak
yang memiliki prestasi cukup baik juga.
19.
Ada berapa
jumlah ABK
yang
terlayani?
Pada TA 2014/2015 jumlah ABK ada 43 anak
yang terdata memiliki kebutuhan
khusus/kelainan slow learner semua.
123
Lampiran 4:
Transkrip Wawancara Wali Kelas SDN 6 Bukit Tunggal
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
Hari/tanggal : Senin, 6 April 2015
Waktu : 10.00 – 11.00 WIB
Tempat : Ruang Kepala SDN 6 Bukit Tunggal
Informan : Wali Kelas SDN 6 Bukit Tunggal
No. Pertanyaan Jawaban
1.
Sarana dan
prasarana apa yang
dimiliki sekolah
dalam
menyelenggarakan
program tersebut?
Sarpras masih umum sama seperti
yang digunakan atau disediakan
sekolah untuk siswa reguler. Sekolah
belum mendapatkan bantuan
sarpras khusus demi menunjang
kebutuhan khusus ABK.
2.
Apa saja jenis kebutuhan khusus
siswa yang dilayani
dalam program
tersebut?
Semua ABK di sini memiliki kelainan dalam hal lamban belajar.
3.
Siapa saja yang
terlibat dalam penyelenggaraan
program tersebut di
sekolah?
Yang terlibat dalam pelaksanaan
program tersebut di sekolah adalah semua warga sekolah mulai dari
kepsek, komite, pengawas sekolah,
wakasek, wali kelas, dan guru mapel.
4.
Bagaimana
keterlibatan
pakar/ahli dalam
penyelenggaraan program tersebut?
Sejauh ini, pakar, tenaga profesional
atau GPK dari SLB langsung yang
disediakan/diberikan dari Dinas
setempat untuk datang kemari, tidak ada dan belum pernah terlibat dan
membantu kami di sini.
5.
Bagaimana
ketersediaan Guru
Pendamping Khusus
(GPK) yang memang berkompetensi dalam
menangani ABK di
sekolah tersebut?
Sekolah ini belum pernah memiliki
atau mendapatkan bantuan GPK
langsung. Sekolah hanya mengatasi
dan menangani ABK dengan seadanya saja, sesuai dengan porsi
dan kemampuan dari tiap guru di
sini.
6. Apakah guru reguler
dan atau guru
Saya pribadi selaku wali kelas yang
juga turut serta dalam mendampingi
124
BK/pendamping
memperoleh pelatihan khusus
untuk meningkatkan
kompetensi?
ABK selaku anak wali saya memang
belum pernah mendapatkan pelatihan, sosialisasi atau kegiatan
workshop.
7.
Apakah guru sudah
menyusun
perencanaan pendampingan
sebelum
mendampingi ABK?
Dari segi pendampingan, saya tidak
menyusun perencanaan khusus
seperti lembar kerja begitu. Pendampingan dilakukan secara
umum dan reguler saja.
8.
Bagaimana proses
pendampingan di
dalam atau luar
kelas?
Ketika mengajar di kelas, saya akan
mengajar secara umum dulu.
Kadang saya mendekati ABK
tersebut dan berusaha menjelaskan berkali-kali dengan cara yang lebih
mudah. Kemudian saat pemberian
soal latihan, saya memberikan soal
latihan yang mudah dibanding dari
siswa reguler lainnya. Hal ini ditujukan agar ABK tersebut bisa
mencapai standar sesuai KKM
khususnya.
Ketika saya melihat ABK masih
kurang paham atau kesulitan, saya
akan memberikan dia jam pelajaran tambahan setelah pulang sekolah. Di
situ saya akan menjelaskan ulang
materi pelajaran atau hal apa yang
menjadi kelemahan siswa sehingga
menyebabkan dia kurang atau belum paham. Kadang saya juga
memberikan PR tambahan dengan
soal yang lebih mudah agar siswa ini
nantinya ada peningkatan
pemahamannya ketika belajar di
rumah bersama orang tua.
9.
Dari segi non akademik apakah
kegiatan
ekstrakurikuler bagi
siswa reguler juga
diperuntukkan bagi siswa berkebutuhan
khusus?
Di sekolah ini ada banyak kegiatan ekstrakurikuler yang ditujukan
untuk semua siswa termasuk ABK.
Banyak ABK yang ikut serta dalam
kegiatan tersebut di luar jam
sekolah.
10. Apakah sarana dan
prasarana yang ada
Berhubung sekolah tidak memiliki
atau mendapat bantuan sarpras
125
sudah bermanfaat
bagi ABK?
khusus bagi ABK sehingga sekolah
menggunakan sarpras umum yang juga pada umumnya dipakai oleh
siswa umum maka sarpras yang ada
tetap bermanfaat. Walaupun
manfaat ini tidak begitu signifikan
terhadap sejauh mana manfaatnya bagi siswa tersebut.
11.
Apakah sarana dan
prasarana yang ada
sudah bermanfaat
bagi guru?
Sarpras yang ada memang milik
sekolah yang pada umumnya juga
digunakan dan diberikan kepada
siswa reguler maka bagi saya
penggunaannya memberikan
dampak yang biasa saja dan tidak begitu signifikan.
12.
Apakah yang menjadi
kendala dalam pelaksanaan program
tersebut di sekolah?
Kendala yang ada meliputi GPK atau
tenaga khusus yang belum ada
untuk membantu penanganan ABK.
Kedua, sarpras masih minim karena
belum ada bantuan dari Dinas terkait pelayanan bagi ABK. Ketiga,
kemampuan dan pengetahuan guru
masih terbatas sehingga pelayanan
terhadap ABK belum bisa diberikan
secara maksimal.
13.
Apa harapan Anda
bagi pelaksanaan
program tersebut di
sekolah?
Harapan saya agar guru-guru bisa
mendapatkan pelatihan atau mengikuti kegiatan workshop,
sosialisasi atau pelatihan tentang
pendidikan inklusif. Dengan
demikian, para guru mendapatkan
wawasan khusus tentang bagaimana melayani ABK di dalam maupun di
luar kelas dengan baik dan benar.
Saya juga berharap agar ada
bantuan sarpras dari Dinas
setempat, seperti alat peraga dll
sehingga guru merasa terbantu dalam mengajar dan mendampingi
ABK.
Selain itu, ketersediaan GPK juga
sangat dibutuhkan untuk bisa
menangani dan membimbing ABK secara intens dan mendalam.
14.
Bagaimana
perkembangan atau
prestasi siswa dari
Perkembangan anak dalam bidang
akademik tidak begitu signifikan
atau bagus dikarenakan ada
126
segi akademik
maupun non akademik ketika
program sedang
berjalan?
beberapa ABK yang masih belum
mencapai KKMnya walaupun secara evaluasi di kelas sudah mengalami
penurunan standar penilaian khusus
ABK. namun, ada juga beberapa ABK
yang bisa mencapai KKMnya. Untuk
prestasi bidang non akademik dari ABK juga tidak nampak begitu
signifikan atau bisa dikatakan masih
rata-rata saja.
127
Lampiran 5:
Transkrip Wawancara Guru Kelas SDN 6 Bukit Tunggal
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
Hari/tanggal : Kamis, 16 April 2015
Waktu : 09.00 – 10.00 WIB
Tempat : Ruang Guru SDN 6 Bukit Tunggal
Informan : Guru Kelas SDN 6 Bukit Tunggal
No. Pertanyaan Jawaban
1.
Bagaimana
kemampuan/
kesanggupan guru
reguler dalam
melaksanakan program tersebut di
sekolah?
Guru memiliki kemampuan terbatas
dalam memberikan pelayanan dan menangani ABK dimana guru tidak
berlatar belakang pada pendidikan
khusus. Selain itu, guru belum
pernah mendapatkan pelatihan,
workshop maupun sosialisasi sehingga guru masih minim
terhadap wawasan dalam hal
menangani dan membimbing ABK
secara baik dan benar.
2.
Apakah guru reguler
dan atau guru
BK/pendamping memperoleh pelatihan
khusus untuk
meningkatkan
kompetensi?
Setau saya guru-guru di sini belum
pernah terlibat atau mengikuti
pelatihan, sosialisasi, seminar maupun workshop tentang ABK dan
Pendidikan Inklusif.
3.
Apakah guru sudah
menyusun
perencanaan
pembelajaran
sebelum mengajar?
Dalam membuat RPP, saya tidak
menyusun atau memasukkan topik/materi khusus bagi ABK. Kami
di sini masih menggunakan KTSP
dan pemberlakuan kurikulum ini
tetap sama baik untuk siswa reguler
pada umumnya maupun ABK secara
khusus. Jadi tidak ada modifikasi kurikulum bagi ABK.
4.
Bagaimana proses
pembelajaran dalam
kelas?
Saya memberikan bimbingan dan
perhatian khusus kepada ABK,
misalnya saya mendekati mereka
dan kemudian membimbing secara
khusus dibanding teman-temannya
128
yang lain.
Untuk masalah nilai atau KKM kami tetap samakan dengan siswa reguler.
Kami hanya lebih intens pada
pelayanan ABK.
5.
Dari segi non
akademik apakah
kegiatan ekstrakurikuler bagi
siswa reguler juga
diperuntukkan bagi
siswa berkebutuhan
khusus?
Di sekolah ada beberapa kegiatan
ekstrakurikuler yang diberikan dan
boleh diikuti oleh semua siswa tergantung minat dan ketertarikan
mereka masing-masing. Dalam hal
ini, ada beberapa ABK yang
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
sesuai dengan kemampuan dan hobi
mereka.
6.
Apakah sarana dan
prasarana yang ada
sudah bermanfaat
bagi ABK?
Sejauh ini manfaat yang diberikan atau diperoleh ABK dari adanya
program tersebut belum signifikan
dan maksimal, mengingat
ketersediaan sarpras masih terbatas.
7.
Apakah sarana dan
prasarana yang ada
sudah bermanfaat bagi guru?
Sarpras sudah ada yang memang
disediakan oleh sekolah sendiri seperti buku penunjang, buku
paket, dan sebagian alat peraga.
Namun guru juga terkadang
membuat alat peraga khusus untuk
menunjang pelajaran termasuk buat
ABK. Jadi guru belum sepenuhnya mendapatkan manfaat dari
penggunaan sarpras yang sudah ada
ini untuk mengajar ABK terkait
dengan beberapa sarpras yang
belum terpenuhi atau belum lengkap.
8.
Apakah yang menjadi
kendala dalam
pelaksanaan program tersebut di sekolah?
Kendalanya adalah alat peraga yang
masih kurang untuk media belajar
ABK di kelas, jadi perlu ditambah
dan dimaksimalkan. Kemudian, GPK
belum ada sehingga guru-guru yang
ada di sini hanya membantu seadanya saja. Hal ini terkait dengan
pelatihan yang belum pernah
diperoleh oleh guru-guru di sini
juga.
9.
Apa harapan Anda
bagi pelaksanaan program tersebut di
sekolah?
Saya berharap semoga ke depannya
ada pelatihan buat guru-guru agar bisa mendapatkan wawasan tentang
pendidikan inklusif. Selain itu,
129
sarpras khusus untuk alat peraga
juga bisa diberikan. Dan saya berharap supaya kriteria penilaian
sebagai panduan yang sah bagi ABK
yang disediakan atau dibuat dari
Kementrian atau Dinas juga ada.
Dengan demikian, kami bisa memahami dan mengerti bagaimana
kriteria penilaian yang benar dari
proses belajar ABK.
10.
Bagaimana
perkembangan atau prestasi siswa dari
segi akademik
maupun non
akademik ketika
program sedang
berjalan?
Perkembangan secara akademik dari
ABK tidak terlihat begitu signifikan
dan menonjol. Sejauh ini, ABK
hanya mencapai rata-rata dengan nilai yang standar karena soal-soal
yang dibuat saat kegiatan evaluasi di
kelas dipermudah sesuai
kemampuan ABK. Dari segi non
akademik, prestasi siswa juga sebatas rata-rata dan tidak begitu
menonjol.
130
Lampiran 6:
Transkrip Wawancara Kepala SMPN 3
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
Hari/tanggal : Senin, 6 April 2015
Waktu : 11.00 – 12.00 WIB
Tempat : Ruang Kepala SMP Negeri 3
Informan : Kepala SMP Negeri 3
No. Pertanyaan Jawaban
1.
Bagaimana deskripsi
dari sekolah yang diteliti?
SMPN 3 merupakan salah satu
sekolah favorit di kota ini. Hal ini terlihat dari jumlah peserta didik
yang makin meningkat di tiap tahun
ajarannya. Faktor lainnya adalah
meningkatnya prestasi akademik
siswa pada NUAN, prestasi akademik peringkat rerata NUAN,
prestasi akademik NUS, angka
kelulusan dan lulusan yang
kemudian melanjutkan pendidikan,
serta perolehan kejuaraan/prestasi
akademik dan non akademik dalam lomba-lomba.
Letak sekolah ini termasuk strategis
karena berada di dalam kota dan
berjarak 4 km dari pusat kota. Oleh
karena itu, sekolah ini sangat mudah diakses masyarakat luas
hingga banyak orang tua yang
menyekolahkan anaknya di sini.
Saya mulai menjabat menjadi kepala
sekolah di sini pada tanggal 9
Januari 2012.
2. Apa yang menjadi visi
dan misi sekolah?
Visinya adalah berprestasi, bertaqwa dan berbudaya berbasis ICT menuju
Sekolah Berstandar Internasional.
Misinya adalah mewujudkan
pelaksanaan pendidikan,
pengajaran, pelatihan, dengan KTSP yang didukung oleh fasilitas
berbasis ICT, tenaga pendidik dan
131
kependidikan yang kompeten dalam
lingkungan sekolah yang aman, nyaman berakhlak mulia, menuju
perubahan-perubahan lebih
bermutu menuju sekolah yang
kompetitif.
3.
Apa yang melatarbelakangi
pelaksanaanprogram
pendidikan inklusif di
sekolah?
Secara menyeluruh, SMPN 3
menjalankan program pendidikan inklusif sejak pendeklarasian kota
Palangka Raya sebagai Kota
Pendidikan Inklusif pada tanggal 18
Oktober lalu. Ini merupakan
kewajiban dari semua sekolah untuk
melaksanakan program ini. Oleh karena itu, semua sekolah tanpa
terkecuali wajib melaksanakan
kebijakan tersebut. Jadi semua
sekolah wajib menerima dan
melayani ABK. Tidak ada alasan apabila ada sekolah yang nantinya
malah menolak anak tersebut.
Sebenarnya sejak saya mulai
ditugaskan sebagai kepala sekolah
di sini pada awal tahun 2012, saya
sudah melihat dan menemukan ada beberapa siswa demikian. Jadi saya
pikir sekolah ini dengan pemimpin
terdahulu pun memang sudah
terbuka menerima dan melayani
siswa demikian. Hal ini juga didukung dari adanya SK dari
Disdikpora pada tahun 2008 dimana
sekolah ini wajib menerima ABK.
Ada beberapa anak yang harus
dilayani di sekolah ini mengingat
begitu banyak permintaan dan kepercayaan para orang tua yang
memiliki ABK untuk dilayani dan
diterima di sekolah ini. Kebanyakan
siswa demikian juga berdomisili di
Kecamatan Jekan Raya, rumah yang berdekatan dengan sekolah ini. Jadi
sejak saya mulai memimpin hingga
sekarang pun, sekolah ini akan
tetap terbuka dalam menerima siswa
demikian.
4. Siapa yang menjadi Sasaran dari program tersebut
132
sasaran dari program
tersebut?
sudah tentu siswa yang memiliki
jenis kebutuhan khusus/kelainan yang variatif atau ABK. Namun
kebutuhan khusus yang dimaksud
di sini adalah jenis
kebutuhan/kelainan kelas ringan
atau tidak berat/parah sekali. Contohnya, anak-anak yang
memiliki cacat fisik ringan namun
secara intelektual masih standar
atau rata-rata dan masih bisa
mengikuti pelajaran, maka kami
tetap melayaninya. Jadi, ada batas-batas toleransi tertentu terhadap
jenis kebutuhan/kelainan ABK yang
bisa kami terima di sekolah ini.
5.
Siapa yang menjadi sumber peserta didik
dari program
tersebut?
Yang menjadi sumber peserta didik
dari program tersebut di sekolah ini
sudah tentu peserta didik baru dengan kebutuhan khusus/kelainan
yang bervariasi namun tentunya
bukan jenis kebutuhan/kelainan
yang tergolong parah sekali. Jadi,
kami mendapatkan keterangan atau
informasi dari sekolah asal tentang jenis ketunaan anak. Apabila jenis
ketunaan anak masuk dalam
kategori parah atau berat, maka
kami akan menyampaikan dan
mengusulkan kepada orang tua untuk menyekolahkan anaknya di
sekolah atau pendidikan khusus.
Hal ini berhubungan dengan
keterbatasan sekolah dalam hal
tenaga pendidik khusus yaitu GPK
dan sarana prasarana khusus sesuai kebutuhan siswa yang belum
memadai. Selain itu, kemampuan
guru kelas secara menyeluruh juga
hanya melayani semampu mereka
saja berkaitan latar belakang mereka yang bukan pada
penanganan/pendidikan khusus.
Dalam hal pengidentifikasian/assessment,
sekolah juga masih terbatas. Jadi,
ketika siswa pada awal TA masuk
133
atau pindah dari sekolah lain dan
dalam proses kegiatan belajar ternyata diamati dan cenderung
memiliki kebutuhan/kelainan
khusus, maka sekolah kemudian
akan mencari solusi dan
berkonsultasi kepada guru kelas, guru BK, dan orang tua ABK.
6.
Apa manfaat yang
diperoleh sekolah
dalam
penyelenggaraan
program tersebut?
Dengan keterbukaan sekolah dalam
menerima dan berusaha melayani
ABK maka sekolah juga
mendapatkan kepercayaan dan
dukungan masyarakat. Masyarakat
mendapatkan haknya dalam hal pemerataan akses pendidikan bagi
anak-anaknya. Oleh karena itu,
sekolah juga berharap adanya kerja
sama dari orang tua agar tidak
hanya semata-mata menitikberatkan/menyerahkan
pelayanan dan pemenuhan
kebutuhan belajar anaknya di
sekolah saja, sementara di rumah
tidak dilanjutkan, dikembangkan
atau diaplikasikan. Karena jika demikian, semua akan menjadi sia-
sia nantinya.
Selain itu, dengan kerja sama dan
dukungan dari guru kelas, guru BK,
teman-teman sekolah dari ABK, dan juga orang tua ABK, ada beberapa
ABK yang mengharumkan nama
sekolah ini dengan memperoleh
juara 1 tingkat kota dengan
kemampuan/bakatnya di bidang
non akademik.
7.
Sarana dan prasarana
apa yang dimiliki
sekolah dalam menyelenggarakan
program tersebut?
Untuk saat ini, kami belum mempunyai sarpras khusus bagi
ABK terkait jenis kebutuhan ABK di
sini juga memang tidak begitu parah
dan masih bisa ditangani. Namun,
kami pernah mengusulkan kepada Dinas terkait untuk membuka
kelas/ruang khusus bagi ABK tapi
hingga saat ini belum direalisasi.
Sebelumnya, sekolah memang
pernah mendapatkatkan bantuan
134
dari Pemko berupa kursi roda
namun alat bantu ini masih belum kami gunakan dan arahkan untuk
siswa ABK. Pemko belum
melakukan pengawasan terhadap
keadaan ABK di sekolah ini sehingga
kami belum berani menggunakan alat bantu ini, demi menghindari
kerusakan atau hal yang tidak
diinginkan lainnya.
8.
Apa saja jenis
kebutuhan khusus
siswa yang dilayani
dalam program tersebut?
Jenis kebutuhan khusus/kelainan
dari ABK di sini ada 2 yaitu tuna
daksa dan slow learner. Untuk
tahun ajaran 2014/2015, ada 7 siswa yang terdata sebagai penerima
bantuan beasiswa ABK – PKLK
Dikdas Tahun 2014 dengan
perincian 5 siswa memiliki kelainan
fisik (tuna daksa) dan 2 siswa memiliki kelainan dalam hal lamban
belajar (slow learner). Sementara
yang belum mendapatkan beasiswa
ada beberapa siswa. Jadi hingga
saat ini jumlah ABK yang terdata di
sekolah ini ada sekitar 12 siswa.
9.
Siapa saja yang
terlibat dalam
penyelenggaraan
program tersebut di
sekolah?
Program tersebut melibatkan semua warga sekolah, mulai dari kepala
sekolah, komite sekolah, pengawas
sekolah, wakasek (bidang SIM,
Kesiswaan, Kurikulum, Sarana
Prasarana, dan Humas), seluruh guru kelas, guru BK/pendamping
dan walikelas, dan staf TU.
10.
Bagaimana keterlibatan
pakar/ahli dalam
penyelenggaraan
program tersebut?
Secara terjadwal dan khusus,
sekolah ini belum pernah
mendapatkan kunjungan atau
keikutsertaan dari profesional.
Namun, dulu pernah ada seorang GPK langsung dari SLBN 1 yang
menangani khusus seorang ABK di
sekolah ini. Itupun GPK
didatangkan atas keinginan dan
inisiatif orang tua siswa itu sendiri agar mendampingi anaknya dalam
proses kegiatan belajar di sekolah
ini.
11. Berasal dari mana Pada tahun 2012, sekolah ini
135
sumber dana
pembiayaan program tersebut di sekolah?
pernah mendapatkan bantuan dana
dari Pemerintah Pusat guna mendukung ABK dalam
meningkatkan keterampilan serta
bantuan dana berupa beasiswa bagi
ABK yang berprestasi. Selain itu,
pada tahun 2014 tepatnya sebelum pendeklarasian Kota Pendidikan
Inklusif, bidang Dikdas Disdikpora
memberikan bantuan beasiswa ABK-
PKLK kepada 7 ABK.
Untuk saat ini, sekolah belum
mendapatkan bantuan dana khusus bagi ABK lainnya sementara jumlah
ABK kian bertambah. Jadi selama
ini, dana kami ambil dari BOS yang
diberikan kepada seluruh siswa
termasuk ABK. Hal ini dikarenakan, penggunaan dana BOS tidak
memandang latar belakang siswa
baik siswa reguler maupun ABK.
12.
Bagaimana
ketersediaan Guru
Pendamping Khusus (GPK) yang memang
berkompetensi dalam
menangani ABK di
sekolah tersebut?
Sekolah ini belum memiliki GPK dan
belum mendapat bantuan GPK dari
Dinas Pendidikan Provinsi maupun
Kota. Sejauh ini, secara khusus ABK langsung ditangani dan didampingi
oleh guru BK/pendamping.
Jumlah guru BK/pendamping di
sekolah ada 5 orang.
13.
Apakah guru reguler
dan atau guru
BK/pendamping
memperoleh pelatihan khusus untuk
meningkatkan
kompetensi?
Disdikpora pernah mengadakan
sosialisasi dan workshop dan mengundang keikutsertaan setiap
sekolah, termasuk sekolah ini. Jadi
saya sendiri pernah ikut serta dan
memilih beberapa guru kelas,
walikelas, dan/atau guru BP untuk
ikut serta dalam kegiatan tersebut. Namun pelatihan secara khusus
bagi semua guru belum ada atau
belum merata. Terakhir kemarin,
salah satu guru BP mendapatkan
surat tugas dari Disdikpora untuk mengikuti kegiatan Bimtek
penyusunan kurikulum PK/PLK.
14.
Apakah terdapat
monev yang
dilakukan oleh dinas
Setelah pencanangan Kota
Pendidikan Inkluisf pada bulan
Oktober 2014 lalu, sekolah
136
pendidikan setempat
melalui pengawas sekolah terhadap
program tersebut?
mendapat surat permohonan dan
pemberitahuan dari Disdikpora, perihal monev sekolah ABK. Melalui
surat ini, sekolah diminta untuk
mengidentifikasi tiap peserta didik
yang memiliki kelainan, melakukan
pendataan sesuai format dan segera melaporkan ke Dinas tersebut untuk
segera ditindaklanjuti.
15.
Dari segi non
akademik apakah
kegiatan
ekstrakurikuler bagi
siswa reguler juga diperuntukkan bagi
siswa berkebutuhan
khusus?
Di sini ada begitu banyak kegiatan
ekstrakurikuler di berbagai bidang
seperti di bidang olahraga, kesenian,
kemanusiaan/sosial, SAINS,
kesehatan, keterampilan memasak, dll. Tentunya, kegiatan ini terbuka
untuk semua siswa termasuk ABK.
16.
Apakah yang menjadi
kendala dalam
pelaksanaan program tersebut di sekolah?
Yang menjadi kendala adalah
pertama tidak adanya GPK/tenaga
profesional khusus dalam mendampingi, mengidentifasi dan mengassessment ABK. Paling tidak
masing-masing sekolah harus
mempunyai 1 GPK berdasarkan
perintah dan tugas dari Dinas
terkait. Kemudian, sarpras belum mendukung dalam hal ruang
khusus untuk mendampingi ABK
dalam latihan keterampilan,
pelajaran tambahan dan lain-lain.
Dalam hal ini, kami pernag
mengajukan permohonan Dinas setempat untuk pengadaan ruang
khusus ini namun belum
direalisasikan. Terakhir, banyak
guru kelas yang kurang pengalaman
dalam menangani ABK yang bisa disebabkan juga karena kurangnya
kegiatan sosialisasi, workshop atau
pelatihan tentang penanganan ABK
dalam lingkup pendidikan inklusif.
Oleh karena kendala-kendala ini,
pelaksanaan program di sekolah ini belum terlaksana dengan maksimal.
17.
Apa harapan Anda
bagi pelaksanaan
program tersebut di
Harapan saya tentunya agar
kendala-kendala di atas tadi bisa
segera dipecahkan dan diberi jalan
137
sekolah? keluar/solusi sehingga ABK bisa
terlayani dengan baik oleh sekolah ini dan sekolah juga bisa
menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya dengan baik dalam
menyukseskan program tersbut.
Sekolah ini juga berencana untuk menyusun standar KKM dalam hal
evaluasi belajar ABK pada TA
2015/2016. Semoga nantinya
rencana ini bisa berjalan dan
mendapat dukungan dari banyak
pihak baik SDM yang ada di sekolah maupun informasi atau panduan
dari Dinas terkait.
18.
Bagaimana perkembangan atau
prestasi siswa dari
segi akademik
maupun non
akademik ketika
program sedang berjalan?
Sejauh ini, perkembangan akademik
ABK bisa dikatakan rata-rata atau
cukup baik, mengingat bahwa jenis
ketunaannya ringan yaitu hanya fisik dan intelektual yang masih bisa
mengikuti/mengejar pelajaran. Dari
bidang non akademik, ABK cukup
berprestasi dan membanggakan.
Malah dulu sebelum kebijakan
pendeklarasian kota ini sebagai Kota Pendidikan Inklusif, sekolah ini
sudah meluluskan banyak ABK dan
bahkan bisa melanjutkan ke jenjang
studi yang lebih tinggi.
19. Ada berapa jumlah
ABK yang terlayani?
Untuk tahun ajaran 2014/2015, ada
7 siswa yang terdata sebagai penerima bantuan beasiswa ABK –
PKLK Dikdas Tahun 2014 dengan
perincian 5 siswa memiliki kelainan
fisik (tuna daksa) dan 2 siswa
memiliki kelainan dalam hal lamban
belajar (slow learner). Sementara yang belum mendapatkan beasiswa
ada beberapa siswa. Jadi hingga
saat ini jumlah ABK yang terdata di
sekolah ini ada sekitar 12 siswa.
138
Lampiran 7:
Transkrip Wawancara Guru BK SMPN 3
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
Hari/tanggal : Rabu, 8 April 2015
Waktu :10.30 – 11.30 WIB
Tempat : Ruang BK SMP Negeri 3
Informan : Guru BK/Pendamping SMP Negeri 3
No. Pertanyaan Jawaban
1.
Sarana dan prasarana apa yang dimiliki
sekolah dalam
menyelenggarakan
program tersebut?
Pemko pernah memberikan kursi
roda sebanyak 4 buah sebagai alat bantu bagi ABK namun belum
kami gunakan. Untuk prasarana
lainnya belum ada seperti ruang
khusus dll.
2.
Apa saja jenis
kebutuhan khusus siswa yang dilayani
dalam program
tersebut?
Jenis kebutuhan khusus/kelainan
dari ABK di sini hanya tuna daksa (tidak bisa berjalan) dan slow
learner.
3.
Siapa saja yang terlibat dalam penyelenggaraan
program tersebut di
sekolah?
Program tersebut melibatkan
semua warga sekolah, mulai dari
kepala sekolah, komite sekolah,
pengawas sekolah, wakasek (bidang SIM, Kesiswaan,
Kurikulum, Sarana Prasarana, dan
Humas), seluruh guru kelas, guru
BK/pendamping dan walikelas,
dan staf TU.
4.
Bagaimana keterlibatan pakar/ahli dalam
penyelenggaraan
program tersebut?
Sekolah belum pernah mendapatkan bantuan tenaga
profesional. Kami hanya
mengandalkan kemampuan dari
guru BK saja.
5.
Bagaimana
ketersediaan Guru
Pendamping Khusus (GPK) yang memang
berkompetensi dalam
menangani ABK di
sekolah tersebut?
Di sini masih belum ada GPK jadi
penanganan/pendampingan ABK
langsung saya dan 4 guru BK lainnya yang bertanggungjawab.
Jadi, guru BK bertugas langsung
dalam menangani dan
mendampingi ABK di sekolah.
139
6.
Apakah guru reguler dan atau Anda
memperoleh pelatihan
khusus untuk
meningkatkan
kompetensi?
Saya sudah mengikuti pelatihan
dan workshop sebanyak 3 kali perihal pendidikan inklusif yang
diselenggarakan oleh Disdikpora.
Saya pernah mendapat tugas dari
Kepala Disdikpora untuk
mengikuti kegiatan bimbingan teknis (Bimtek) penyusunan
kurikulum PK-PLK Prov. Kalteng
tahun 2015 pada tanggal 23-28
Maret 2015 lalu. Tujuan dari
kegiatan ini salah satunya adalah
memeberikan bimbingan teknis penyusunan kurikulum kepada
guru-guru SLB dan sekolah
inkusif dalam melaksanakan tugas
pembelajaran di sekolah dengan
baik dan benar.
7.
Apakah Anda sudah menyusun perencanaan
pendampingan sebelum
mendampingi ABK?
Tidak ada perencanaan atau penyusunan materi/lembar kerja
khusus bagi ABK secara tertulis.
Semua dilakukan sesuai jadwal
kerja atau piket kami selaku guru
BP dalam melayani jika ada siswa
yang bermasalah atau perlu pendampingan khusus di ruang
BK secara berkesinambungan.
Namun jika ada hal yang krusial
dan mendadak dari guru kelas
yang membutuhkan penanganan atau pendampingan khusus dari
kami maka kami akan mendatangi
kelas dan langsung menangani
ABK tersebut.
8.
Bagaimana proses
pendampingan di dalam
atau luar kelas?
Kami memberi bimbingan dan
pendampingan secara
berkesinambungan. Kemudian, kami membuat catatan khusus
dari proses tiap siswa. Dengan
harapan, melalui catatan ini kami
bisa menilai permasalahan dan
perkembangan ABK.
9.
Dari segi non akademik apakah kegiatan
ekstrakurikuler bagi
siswa reguler juga
diperuntukkan bagi
Semua siswa di sini memiliki kebebasan untuk memilih dan
mengikuti berbagai kegiatan
ekstrakurikuler, termasuk diikuti
oleh ABK. Jadi kegiatan ini
140
siswa berkebutuhan
khusus?
terbuka untuk semua siswa sesuai
dengan kemampuan, hobi dan bakat dari anak itu sendiri.
10.
Apakah sarana dan
prasarana yang ada
sudah bermanfaat bagi ABK?
Sejauh ini karena jenis ketunaan
atau kelainan yang dimiliki ABK di
sini hanya ada 2 saja, jadi ABK
yang tuna daksa seperti seorang
ABK yang lumpuh maka ada alat bantu kursi roda yang disediakan
oleh orang tuanya sendiri.
Meskipun, sekolah sudah
mendapat bantuan kursi roda dari
Pemko, namun karena belum
adanya pemeriksaan dari Dinas terkait maka kami belum berani
menggunakan kursi ini untuk
anak tersebut.
Sejauh ini sarana berupa kursi
roda sudah ada namun belum digunakan dan prasarana masih
belum ada juga. Sehingga manfaat
pengadaannya pun belum terlihat.
11.
Apakah sarana dan prasarana yang ada
sudah bermanfaat bagi
Anda dalam
mendampingi/melayani
ABK?
Manfaat dari pengadaan sarpras
belum terlihat begitu sigifikan. Hal
ini dikarenakan belum adanya
pengarahan dan penggunaan alat bantu korsi roda. Selain itu,
prasarana juga belum ada
sehingga belum ada manfaat yang
terlihat dari segi prasarana.
Sejauh ini sekolah hanya menggunakan dan memanfaatkan
sarpras yang ada dari sekolah.
12.
Apakah yang menjadi
kendala dalam
pelaksanaan program
tersebut di sekolah?
Kendala yang ada adalah GPK
belum ada. Kemudian, guru mata
pelajaran (misal mapel olahraga)
belum mampu membuat RPP
adaptif yaitu RPP khusus bagi ABK. Hal ini dikarenakan masih
ada beberapa guru yang belum
mendapatkan pelatihan, sosialisai
atau workshop sehingga wawasan
tentang penanganan ABK belum ada. Selain itu, belum adanya
pengawasan atau kegiatan
monitoring khusus dari Pemko
terhadap proses pelaksanaan
141
program di sekolah. Hal ini
berakibat pada salah satunya yaitu penggunaan kursi roda yang
belum bisa diarahkan atau
dilaksanakan.
13.
Apa harapan Anda bagi
pelaksanaan program
tersebut di sekolah?
Harapan saya semoga kendala-
kendala di atas tadi bisa teratasi
segera mungkin demi menunjang pelaksanaan program tersebut.
14.
Bagaimana
perkembangan atau
prestasi siswa dari segi
akademik maupun non
akademik ketika program sedang
berjalan?
Sejauh ini, sekolah masih
menggunakan kurikulum umum
dan standar KKM yang sama bagi
ABK yang slow learner. ABK yang
slow learner memakai kurikulum
akomodatif standar nasional di bawah rerata sementara tuna
daksa memakai kurikulum reguler
atau umum kurikulum 2013.
Pencapaian prestasi untuk ABK
slow learner dikatakan masih standar atau hanya rata-rata
KKM. Sementara anak tuna daksa
juga mencapai standar KKM
sesuai kurikulum umum/reguler.
Dari bidang non akademik,
memang ada beberapa ABK yang berprestasi misal dalam bidang
keterampilan memasak.
142
Lampiran 8:
Transkrip Wawancara Guru Mapel SMPN 3
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
Hari/tanggal : Rabu, 20 Mei 2015
Waktu : 09.00 – 10.00 WIB
Tempat : Ruang Guru SMP Negeri 3
Informan : Guru Reguler SMP Negeri 3
No. Pertanyaan Jawaban
1.
Bagaimana
kemampuan/ kesanggupan guru
reguler dalam
melaksanakan
program tersebut di
sekolah?
Kami hanya melayani semampunya
saja karena tidak memiliki kemampuan atau latarbelakang
khusus dalam mendampingi ABK.
2.
Apakah guru reguler
dan atau guru
BK/pendamping
memperoleh
pelatihan khusus
untuk meningkatkan kompetensi?
Memang ada beberapa guru yang pernah atau sudah mengikuti
kegiatan sosialisasi, workhsop dan
pelatihan. Namun, saya pribadi
belum pernah. Sehingga, saya pun
belum begitu memahami bagaimana
penanganan yang benar dan tepat bagi ABK dalam proses belajar
mengajar.
3.
Apakah guru sudah menyusun
perencanaan
pembelajaran
sebelum mengajar?
Kami tidak ada menyusun
perencanaan pembelajaran khusus
bagi ABK. sejauh ini ABK masih
mengikuti sistem pembelajaran yang sama dnegan teman-temannya.
Namun dalam penanganannya di
kelas, kami memberikan pelayanan
atau bimbingan yang lebih kepada
ABK tersebut. Jadi dalam proses
mengajar, kami hanya menyesuaikan saja dengan kemampuan ABK.
4.
Bagaimana proses
pembelajaran dalam
kelas?
Saya tetap memberikan materi secara
umum dan merata terhadap semua
siswa di kelas. Namun saya
memberikan layanan
khusus/individual yang berbeda dari
143
teman-temannya.
5.
Dari segi non
akademik apakah kegiatan
ekstrakurikuler bagi
siswa reguler juga
diperuntukkan bagi
siswa berkebutuhan khusus?
Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah
ini terbuka untuk semua siswa. Jadi, ABK sangat boleh mengikuti kegiatan
ini sesuai dengan kemampuan, hobi,
minat dan ketertarikannya.
6.
Apakah sarana dan
prasarana yang ada
sudah bermanfaat
bagi ABK?
Sarpras yang memang ada sejak awal
dan disediakan dari sekolah memang
digunakan dan dimanfaatkan oleh
ABK juga walaupun sebenarnya
sarpras yang ada diperuntukkan bagi
semua siswa. Jadi, manfaatnya yang nampak bagi ABK tidak begitu
signifikan dan biasa-biasa saja.
7.
Apakah sarana dan
prasarana yang ada
sudah bermanfaat
bagi guru?
Sama halnya dengan jawaban di atas
dimana manfaat adanya sapras yang
ada dalam melayani ABK, bagi saya
tidak begitu signifikan.
8.
Apakah yang menjadi
kendala dalam
pelaksanaan program tersebut di sekolah?
Kendalanya antara lain adalah kurangnya pemerataan terhadap
pemberian/pengadaan pelatihan,
workshop maupun sosialisasi bagi
sebagian guru. Sehingga, wawasan
guru juga kurang dalam menangani
ABK. Kedua, tenaga GPK yang tidak ada sehingga ABK belum terlayani
oleh sekolah dengan baik dan
sebagaimana mestinya. Selain itu,
sarpras belum memadai dalam
memfasilitasi ABK.
9.
Apa harapan Anda
bagi pelaksanaan
program tersebut di
sekolah?
Harapan saya adalah kendala di atas bisa teratasi. Kemudian,
Pemko/Dinas setempat lebih gencar
lagi dalam mensosialisasikan
program tersebut ke sekolah-sekolah,
masyarakat luas dan terkhhusus
kepada orang tua.
10.
Bagaimana perkembangan atau
prestasi siswa dari
segi akademik
maupun non
akademik ketika program sedang
Mengacu pada jenis kebutuhan khusus/kelainan ABK di sekolah
saat ini yang hanya tuna daksa
(namun memiliki IQ yang bagus) dan
slow learner, maka prestasi
akademik bagus bagi siswa yang tuna daksa tadi dan rerata KKM bagi
144
berjalan? siswa yang slow learner. Sementara
dari segi non akademik, ada beberapa ABK yang berprestasi baik.
Bahkan beberapa tahun sebelumnya
mengingat sekolah ini sudah
menjalankan program pendidikan
inklusif sebelum tahun 2014, maka ada beberapa siswa yang berhasil
lulus dengan prestasi yang cukup
baik baik dari akademik maupun
non kademik.
145
Lampiran 9:
Transkrip Wawancara Kepala SMAN 4
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
Hari/tanggal : Rabu, 27 Mei 2015
Waktu : 09.00 – 10.00 WIB
Tempat : Ruang Kepala SMA Negeri 4
Informan : Kepala SMA Negeri 4
No. Pertanyaan Jawaban
1.
Bagaimana deskripsi
dari sekolah yang diteliti?
Sekolah ini berdiri pada tahun 1994.
2. Apa yang menjadi visi
dan misi sekolah?
Visinya adalah cerdas spiritual,
cerdas sosial, cerdas terampil,
cerdas intelektual, dan berbasis
saintifik, budaya dan lingkungan.
Misinya adalah (1) melaksanakan, mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya dan bersikap toleran, (2)
mewujudkan rasa kebersamaan
tanpa diskriminatif, (3)
mengembangkan kreatifitas warga
sekolah dalam berbagai bidang, (4) menciptakan insan berprestasi dan
budaya lokal dan cinta lingkungan,
dan (5) menanamkan nilai-nilai
kearifan budaya lokal dan cinta
lingkungan.
3.
Apa yang
melatarbelakangi
pelaksanaan program pendidikan inklusif di
sekolah?
Sebelum pencanangan kota Palangka Raya sebagai Kota
Pendidikan Inklusif, sekolah ini
sudah diundang dan ditunjuk dari pilot project yang diselenggarakan
oleh Pemerintah Pusat bersama
Pemprov untuk menjalankan program pendidikan inklusif
(perwakilan tingkat SMA) pada
tahun 2009. Jadi sekolah ini sudah
lama memiliki kepedulian untuk
menerima semua siswa tanpa
diskriminasi, apakah siswa tersebut
146
normal atau berkebutuhan khusus.
Hal ini juga berkaitan dengan banyaknya permintaan dan
kepercayaan orang tua ABK yang
ingin menyekolahkan anaknya di
sekolah ini.
Hingga pada Oktober 2014 kemarin, Disdikpora mengeluarkan kebijakan
untuk menjadikan Kota Palangka
Raya sebagai Kota Pendidikan
Inklusif, maka sekolah kami pun
sudah siap untuk menjalankan
tugas itu meskipun masih banyak hambatan. Sekarang jumlah ABK
makin bertambah jadi perlu
penanganan khusus yang lebih
intens yang harus dipersiapkan oleh
sekolah berdasarkan bantuan dari Dinas terkait.
4.
Siapa yang menjadi
sasaran dari program
tersebut?
Sasaran dari program ini adalah
ABK yang memiliki kebutuhan
khusus atau kelainan tingkat ringan
dan bisa ditolerir oleh sekolah.
5.
Siapa yang menjadi
sumber peserta didik
dari program
tersebut?
Sumber peserta didik adalah ABK
yang memiliki kebutuhan
khusus/kelainan kelas ringan dan masih bisa ditolerir. Hal ini
disebabkan karena kemampuan
sekolah masih terbatas baik dari
segi SDM atau GPK dan sarpras.
Jadi kami menerima ABK yang masih bisa kooperatif dan mandiri.
Jika, ABK tergolong memiliki
kelainan/ketunaan yang berat,
belum bisa kooperatif dan mandiri
maka kami mengusulkan kepada
orang tua untuk menyekolahkan anak tersebut di sekolah atau
pendidikan khusus. Oleh karena itu,
pada saat proses penerimaan
peserta didik baru, sekolah ini
mendapat bantuan dari psikolog yang bertugas mengidentifikasi jenis
kelainan/ketunaan peserta didik
baru tersebut.
6. Apa manfaat yang
diperoleh sekolah
Manfaat yang diterima nyata dari
respon orang tua dan masyarakat
147
dalam
penyelenggaraan program tersebut?
bahwa sekolah ini menerima ABK
sehingga mereka bisa menyekolahkan anaknya di sini.
Dengan demikian, sekolah
mendapat kepercayaan tinggi dari
masyarakat luas bahwa sekolah ini
bisa menjalankan tugasnya dalam memberikan pelayanan kepada ABK
walau belum maksimal.
7.
Sarana dan prasarana
apa yang dimiliki
sekolah dalam
menyelenggarakan
program tersebut?
Lepas dari sarpras yang memang
sudah ada dan disediakan oleh
sekolah sendiri, sekolah ini juga
pernah mendapatkan bantuan dari
pusat perihal pelaksanaan program pendidikan inklusif sejak tahun
2009 berupa alat bantu seperti
kacamata, tongkat pandu/alat
bantu jalan, dan laptop. Hanya dari
segi prasarana masih belum lengkap. Jadi sejauh ini, sekolah
masih cukup bisa memenuhi
kebutuhan ABK sesuai dengan
kebutuhan/ketunaan mereka.
8.
Apa saja jenis
kebutuhan khusus
siswa yang dilayani dalam program
tersebut?
Jenis ketunaan ABK di sini ada 6
seperti tuna daksa, tuna rungu
ringan, hiperaktif, autis, low vision dan slow learner.
9.
Siapa saja yang
terlibat dalam
penyelenggaraan program tersebut di
sekolah?
Pelaksanaan program ini melibatkan
kerja sama dan dukungan dari
semua pihak di sekolah seperti saya
sendiri, komite, pengawas, wakasek, walikelas, guru kelas/mapel dan
guru BK/pendamping bahkan pihak
luar seperti PK-PLK dan psikolog.
10.
Bagaimana
keterlibatan
pakar/ahli dalam
penyelenggaraan
program tersebut?
Dalam proses penerimaan peserta
didik baru, sekolah ini mendapat
bantuan dari psikolog dalam
mengidentifikasi jenis ketunaan peserta didik baru. Selain itu,
sekolah ini pernah mendapat
pendampingan PK-PLK oleh
perguruan tinggi dalam bentuk
pelaksanaan workshop/lokakarya yang dilaksanakan di sekolah ini
pada tanggal 22 Nopember 2013
lalu.
148
11.
Berasal dari mana
sumber dana
pembiayaan program
tersebut di sekolah?
Untuk saat ini, dana yang
digunakan dalam melayani ABK dan menjalankan program pendidikan
inklusif di sekolah ini, berasal dari
dukungan APBD yang seyogyanya
secara umum juga digunakan dalam
melayani siswa reguler. Secara khusus bagi pelayanan ABK,
sekolah belum mendapatkan
bantuan/dana khusus.
12.
Bagaimana
ketersediaan Guru
Pendamping Khusus
(GPK) yang memang berkompetensi dalam
menangani ABK di
sekolah tersebut?
Sekolah ini belum memiliki GPK.
Oleh karena itu, ABK di sini hanya
dibimbing langsung dari guru BK
sebagai pendamping, di samping dukungan dan penanganan dari
guru kelas dan walikelas.
13.
Apakah guru reguler
dan atau guru
BK/pendamping memperoleh pelatihan
khusus untuk
meningkatkan
kompetensi?
Sebagian guru pernah mendapatkan
pelatihan termasuk saya juga
pernah ambil bagian.
14.
Apakah terdapat monev yang
dilakukan oleh dinas
pendidikan setempat
melalui pengawas
sekolah terhadap program tersebut?
Sekolah ini mendapat surat dari
Disdikpora yang berisi permohonan
dan pemberitahuan agar setiap sekolah segera mengidentifikasi tiap
peserta didik yang memiliki
kelainan, melakukan pendataan
sesuai format dan segera
melaporkan ke Disdikpora untuk segera ditindaklanjuti. Surat ini
diberikan kepada sekolah pada
bulan Nopember 2014.
15.
Dari segi non
akademik apakah
kegiatan
ekstrakurikuler bagi siswa reguler juga
diperuntukkan bagi
siswa berkebutuhan
khusus?
Semua siswa di sini tanpa terkecuali
boleh mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler sekolah yang
disesuaikan dengan bakat, kemampuan dan ketertarikan siswa.
Di sini banyak ABK juga yang
mengikuti kegiatan tersebut.
16.
Apakah yang menjadi
kendala dalam pelaksanaan program
tersebut di sekolah?
Kendala yang dihadapi sekolah
dalam rangka pelaksanaan program pendidikan inklusif di antaranya
adalah belum adanya GPK.
149
Kemudian ketersediaan prasarana
juga belum lengkap.
17.
Apa harapan Anda
bagi pelaksanaan
program tersebut di
sekolah?
Mengingat sekarang jumlah ABK semakin bertambah, maka Dinas
terkait harus memberikan perhatian
yang lebih intens terhadap
penyelenggaraan program ini.
Contohnya, Dinas memaksimalkan SDM khusus seperti GPK untuk tiap
sekolah, pemberian atau
pengadaan pelatihan untuk guru-
guru, dan pengadaan bantuan
sarpras sesuai kebutuhan ABK.
Dengan kata lain, sinkronisasi semua aspek harus matang dan
terlaksana sehingga sekolah bisa
terbantu dalam menjalankan
tugasnya dan ABK bisa terlayani
dengan maksimal dan sebagaimana mestinya.
18.
Bagaimana
perkembangan atau
prestasi siswa dari segi akademik
maupun non
akademik ketika
program sedang
berjalan?
Sejauh ini, perkembangan ABK bisa
dikatakan baik. Banyak ABK yang
mengalami perubahan dan
perkembangan seperti lebih percaya
diri, mandiri dan bisa menyesuaikan
diri dengan lingkungan sekitar. Secara akademik, prestasi ABK
cukup baik bahkan memang ada
yang baik. Dari segi non akademik,
ABK cukup berprestasi dan
membanggakan. Baru-baru saja ada salah satu ABK kami yang
mengikuti lomba OSN di Yogyakarta
sebagai perwakilan provinsi Kalteng.
Ini merupakan kebanggaan bagi
kami di sekolah. Tidak hanya itu,
bahkan pada tahun-tahun sebelumnya yakni sejak 2009
sekolah ini menjalankan program
pendidikan inklusif, sekolah mampu
meluluskan ABK dengan prestasi
akademik dan non akademik yang baik. Bahkan lulusan ini banyak
yang bisa melanjutkan ke jenjang
studi yang lebih tinggi.
19. Ada berapa jumlah
ABK yang terlayani?
Ada 15 ABK dengan jenis kebutuhan
khusus/kelainan tuna daksa, tuna
150
rungu ringan, hiperaktif, autis, low vision dan slow learner.
Lampiran 10:
Transkrip Wawancara Guru BK SMAN 4
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
Hari/tanggal : Kamis, 9 April 2015
Waktu : 09.00 – 10.00
Tempat : Ruang BK SMA Negeri 4
Informan : Guru BK SMA Negeri 4
No. Pertanyaan Jawaban
1.
Sarana dan prasarana
apa yang dimiliki
sekolah dalam menyelenggarakan
program tersebut?
Pada tahun 2012, sekolah ini
mendapat bantuan dari PK-PLK berupa alat bantu seperti kursi
roda, kacamata, laptop, tongkat
jalan/penyangga. Semua alat bantu
yang diberikan ini sudah sesuai
dengan jenis ketunaan yang dimiliki
ABK. Prasarana LAB khusus dan jalur khusus bagi ABK yang
memakai kursi roda juga sudah ada.
Jadi sejauh ini, sekolah masih
cukup bisa memenuhi kebutuhan
ABK sesuai dengan kebutuhan/ketunaan mereka.
2.
Apa saja jenis
kebutuhan khusus
siswa yang dilayani
dalam program
tersebut?
Jenis ketunaan ABK di sekolah ini
ada 6 di antaranya tuna daksa,
hiperaktif, autis, slow learner, tuna
rungu ringan, dan low vision. Dan
jumlah ABK ada 15 siswa.
3.
Siapa saja yang terlibat dalam
penyelenggaraan
program tersebut di
sekolah?
Yang terlibat dalam pelaksanaan program ini di sekolah adalah
kepala sekolah, guru BK, walikelas,
guru mapel, serta orang tua dari
ABK itu sendiri.
4.
Bagaimana keterlibatan
pakar/ahli dalam
penyelenggaraan
program tersebut?
Sekolah secara rutin mendapatkan
bantuan dengan andil para psikolog
dalam mengidentifikasi jenis ketunaan peserta didik baru pada
saat PPDB. Selain itu, pihak pusat
sering memonitor, memberikan
bantuan fasilitas/alat bantu,
mengadakan workshop/lokakarya,
151
dan pelatihan pembuatan
kurikulum modifikasi bagi ABK yang berlangsung di sekolah ini.
5.
Bagaimana
ketersediaan Guru
Pendamping Khusus
(GPK) yang memang berkompetensi dalam
menangani ABK di
sekolah tersebut?
Sekolah ini belum memiliki GPK.
Jadi selama ini ABK ditangani oleh
guru BK, walikelas, dan guru kelas
dengan modal wawasan dan
pengalaman yang pernah didapat baik dari kegiatan
workshop/lokakarya, pelatihan
maupun sosialisasi di dalam
maupun di luar sekolah.
6.
Apakah guru reguler
dan atau guru
BK/pendamping memperoleh pelatihan
khusus untuk
meningkatkan
kompetensi?
Sebagian guru kelas, walikelas, dan
guru BK ada yang sudah pernah
ikut atau terlibat dalam kegiatan workshop/lokakarya, pelatihan
maupun sosialisasi di dalam
maupun di luar sekolah.
7.
Apakah guru sudah
menyusun
perencanaan
pendampingan sebelum
mendampingi ABK?
Dari segi penyusunan perencanaan
pendampingan, guru tidak membuat sesuatu yang khusus berkenaan
dengan kekhususan pada ABK
karena jenis ketunaan anak juga
masih bisa dikendalikan dan
ditolerir. Pendampingan yang kami
berikan pada dasarnya sama seperti anak normal. Yang membedakan
hanyalah pelayanan dan
pendampingan khusus (individual)
yang guru BK berikan kepada ABK
yang tentunya menyesuaikan dengan jenis ketunaan anak.
8.
Bagaimana proses
pendampingan di
dalam atau luar
kelas?
Proses pendampingan diberikan
secara individual baik di ruang BK
atau kelas. Guru menyesuaikan
pembimbingan yang diberikan
dengan jenis ketunaan anak.
9.
Dari segi non akademik apakah
kegiatan
ekstrakurikuler bagi
siswa reguler juga
diperuntukkan bagi
siswa berkebutuhan khusus?
Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah
ini banyak sekali dan bersifat terbuka bagi seluruh siswa
termasuk ABK. ABK boleh mengikuti
kegiatan ini sesuai dengan
kemampuan, bakat, minat, hobi dan
ketertarikannya. Hal ini juga perlu didampingi oleh pendamping
kegiatan terkait.
152
10.
Apakah sarana dan
prasarana yang ada sudah bermanfaat
bagi ABK?
Sejauh ini sarpras baik yang
disediakan oleh sekolah ataupun dari Dinas sudah cukup memadai
dan bermanfaat bagi siswa.
11.
Apakah sarana dan prasarana yang ada
sudah bermanfaat
bagi guru?
Sejauh ini kami merasa tidak ada
masalah untuk masalah sarpras
karena fasilitas yang diberikan
sudah cukup sesuai bagi ABK sesuai dengan jenis ketunaannya.
Selain itu, kami juga mendapatkan
bantuan dari Dinas kota berupa
buku-buku bacaan tentang ABK
yang saat bermanfaat nantinya bagi
kami semua guru.
12.
Apakah yang menjadi
kendala dalam
pelaksanaan program
tersebut di sekolah?
Yang menjadi kendala adalah pada saat UN dimana ABK juga
mendapatkan soal yang sama
layaknya yang diterima oleh anak
reguler. Pada saat penilaian
terhadap lembar jawaban, siswa ABK yang misalnya banyak
menjawab dengan salah maka
nantinya malah tidak lulus UN.
Padahal dari pusat selalu meminta
data ABK yang akan mengikuti UN
tapi tetap saja kebijakan dalam hal perhitungan hasil jawaban tetap
disamaratakan dengan anak reguler.
Hal ini sesungguhnya berbahaya
bagi ABK.
13.
Apa harapan Anda
bagi pelaksanaan
program tersebut di sekolah?
Kami berharap agar ada pemerataan
pelatihan khusus bagi guru-guru yang belum mendapatkannya agar
nantinya bisa paham dalam
menangani ABK. Kami juga
berharap adanya sinkronisasi antara
tuntutan pendidikan, keadaan anak,
orang tua dan SDM yang terlibat dalam proses belajar mengajar.
Paling tidak ada bantuan dana atau
penghargaan kepada guru yang
bekerjasama, membantu
semaksimal mungkin menangani ABK.
14.
Bagaimana
perkembangan atau
prestasi siswa dari
Prestasi akademik ABK (slow
learner) termasuk cukup baik
karena mampu mencapai rata-rata.
153
segi akademik
maupun non akademik ketika
program sedang
berjalan?
Bahkan ada ABK yang pernah
mewakili provinsi Kalteng dalam lomba OSN di Yogyakarta.
Sementara, ABK juga banyak yang
menyumbangkan prestasi di bidang
non akademik, misalnya bidang
olahraga. Karena secara pemerintahan provinsi sekolah ini
sudah menjalankan program
pendidikan inklusif sejak tahun
2009 hingga saat secara
pemerintahan kota, maka sekolah
ini sudah banyak meluluskan ABK disertai prestasi non akaademik
yang bagus pula.
154
Lampiran 11:
Transkrip Wawancara Guru Mapel SMAN 4
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
Hari/tanggal : Jumat, 10 April 2015
Waktu : 08.00 – 09.00
Tempat : Ruang Guru SMA Negeri 4
Informan : Guru Mapel SMA Negeri 4
No. Pertanyaan Jawaban
1.
Bagaimana
kemampuan/
kesanggupan guru
reguler dalam
melaksanakan
program tersebut di sekolah?
Bagi sebagian guru yang sudah
mendapatlan pengalaman untuk terlibat dalam pelatihan, workshop
dan sosialisasi bisa dikatakan cukup
mampu dalam menangani ABK.
Namun ada sebagian guru merasa
berat dan kesulitan dalam menangani ABK dikarenakan guru-guru ini tidak
atau belum pernah mendapat
pelatihan.
2.
Apakah guru reguler
dan atau guru
BK/pendamping
memperoleh pelatihan khusus
untuk
meningkatkan
kompetensi?
Saya pernah mendapatkan pelatihan
tahun ajaran 2007/2008 dan ikut
membimbing ABK di lomba olimpiade.
Namun masih ada sebagian guru yang belum mengikuti atau
mendapatkan kesempatan dalam
pelatihan.
3.
Apakah guru sudah
menyusun
perencanaan
pembelajaran sebelum mengajar?
Kurikulum yang digunakan sama
karena K 2013 khusus untuk ABK belum ada. Dari segi/kriteria
penilaian penentuan standar
penilaian per mata pelajaran juga
merata secara umum. Jadi memang
sejauh ini anak-anak masih bisa
mengikuti sejauh ada bimbingan dan perlakuan individual. ABK
menyesuaikan dengan kurikulum
berdasarkan bantuan dan peran dari
guru.
4. Bagaimana proses
pembelajaran dalam
Pemberian pengajaran dalam proses
belajar mengajar baik bagi ABK
155
kelas? maupun non ABK tetap sama karena
berada dalam 1 kelas. Namun yang memebedakan hanyalah pelayanan
khusus (individual) kepada ABK,
penilaian tetap sama tapi tetap
disesuaikan dengan kemampuan
ABK. Jadi guru berperan dalam mensiasati/mengintensifkan
pelayanan sesuai keadaan ABK pada
saat itu. Misalnya, saya menjelaskan
materi pelajaran tidak cukup 1 kali
saja tapi 2-3 kali lebih diintensifkan.
5.
Dari segi non
akademik apakah kegiatan
ekstrakurikuler bagi
siswa reguler juga
diperuntukkan bagi
siswa berkebutuhan khusus?
Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah
ini diperuntukkan bagi siswa reguler maupun ABK. Jadi ABK boleh
mengikutinya sesuai kemampuan dan
minat mereka.
6.
Apakah sarana dan
prasarana yang ada
sudah bermanfaat
bagi ABK?
Sejauh ini sekolah sudah mempunyai
sarpras yang cukup memadai dalam
memfasilitasi ABK dikarenakan
pengadaanya sudah sesuai dengan
jenis ketunaan anak masing-masing.
Jadi, ABK sudah terbantu dan terfasilitasi dengan adanya sarpras
tersebut.
7.
Apakah sarana dan
prasarana yang ada
sudah bermanfaat
bagi guru?
Sama halnya dengan ABK, guru pun
bisa merasakan/mendapatkan
manfaat dari pengadaan sarpras yang
memadai.
8.
Apakah yang
menjadi kendala
dalam pelaksanaan
program tersebut di
sekolah?
Kendalanya adalah tidak ada standarisasi baku dari kementrian
tentang penilaian khusus bagi ABK.
Jadi, kami hanya menilai sesuai
dengan kemampuan/ketunaan siswa
saja entah apa itu benar, baku atau
sesuai pada porsi sebenarnya atau tidak. Selain itu, masih ada beberapa
guru yang belum mengikuti pelatihan.
9.
Apa harapan Anda
bagi pelaksanaan
program tersebut di sekolah?
Harapan saya agar ada sinkronisasi
dari kebijakan dengan pengadaan
sarpras yang harus dipersiapkan
terlebih dahulu. Karena kami dulu langsung terima ABK saja, sarpras
menyusul sambil proses berjalannya
156
program padahal kami juga
kelabakan. Saya berharap agar SDM (GPK)
diberikan dan pelatihan kepada
semua guru bisa merata.
10.
Bagaimana
perkembangan atau prestasi siswa dari
segi akademik
maupun non
akademik ketika
program sedang berjalan?
Perkembangan ABK di sini cukup
bagus baik dari segi akademik seperti
salah satu ABK yang pernah mewakili Kalteng dalam lomba OSN (olimpiade)
dan prestasi non akademik (olahraga
dan seni).
Tahun-tahun sebelumnya juga
sekolah sudah banyak menghasilkan
lulusan siswa yang memiliki ketunaan dengan prestasi akademik dan non
akademik yang cukup baik pula.
157
Lampiran 12:
Surat Ijin Penelitian dari Dinas Pendidikan Provinsi
158
Lampiran 13:
Surat Ijin Penelitian dari Dinas Pendidikan Kota
159
Lampiran 14:
160
Surat Ijin Penelitian dari Cabang Dinas Kecamatan
Pahandut
Lampiran 15:
161
Surat Keputusan Kepala Disdikpora Kota Palangka
Raya tentang Penunjukkan Sekolah Piloting PI di Kota
Palangka Raya Tahun 2014
162
163
Lampiran 16:
Surat Keterangan Selesai Penelitian di SDN 6 Bukit
Tunggal
164
Lampiran 17:
Surat Keterangan Selesai Penelitian di SMPN 3
Palangka Raya
165
Lampiran 18:
Surat Keterangan Selesai Penelitian di SMAN 4
Palangka Raya
166
Lampiran 19:
Peraturan Walikota Palangka Raya Nomor 26
Tahun 2014
167
Lampiran 20:
Grand Design Pokja Pendidikan Inklusif Kota Palangka
Raya
168
Lampiran 21:
Surat Monev Sekolah Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK)
169
Lampiran 22:
Dokumentasi Foto Penulis Bersama Beberapa Nara
Sumber
Foto bersama Kepala SDN 6 Bukit Tungggal (tengah-Ibu Tinduh) dan guru kelas di SDN 6 Bukit Tunggal (kanan-Ibu Hele)
Foto bersama Kepala SMPN 3, Bapak Rudie
170
Foto bersama Kepala SMAN 4, Pak Mizratul dan guru BK SMAN 4
(mulai kiri-Ibu Syuria dan kanan-Ibu Meti)
171
Lampiran 22:
Hasil Uji Plagiat
BAB I
PENDAHULUAN
172
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Recommended