View
231
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
F TINGKAT PENDIDIKAN DAN KEPEMILIKAN HEWAN
PELIHARAAN TERHADAP PENERAPAN KESEJAHTERAAN
HEWAN DI KOTA DEPOK
YUYUN FATHONAH
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Tingkat Pendidikan dan
Kepemilikan Hewan Peliharaan Terhadap Penerapan Kesejahteraan Hewan di
Kota Depok adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2015
Yuyun Fathonah
NIM B04090196
ABSTRAK
YUYUN FATHONAH. 2015. Tingkat Pendidikan dan Kepemilikan Hewan
Peliharaan Terhadap Penerapan Kesejahteraan Hewan di Kota Depok. Dibimbing
oleh EKO SUGENG PRIBADI.
Perkembangan dunia teknologi informasi dan digital mengubah gaya
hidup masyarakat saat ini. Masyarakat sangat mudah mendapatkan informasi yang
diinginkan, terutama melalui media elektronik dan media sosial. Konsep
kesejahteraan hewan merupakan salah satu isu non-konvensional dalam hubungan
internasional yang saat ini mendapat perhatian besar di dunia internasional.
Memelihara hewan peliharaan (companion animal) harus memerhatikan
kesejahteraan hewan. Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran mengenai
tingkat pendidikan dan kepemilikan hewan peliharaan terhadap peneraan asas
kesejahteraan hewan di Kota Depok. Data penelitian diperoleh melalui pengisian
kuesioner dan wawancara siswa/i pemilik hewan peliharaan dan tidak memiliki
hewan peliharaan di sembilan sekolah setingkat pendidikan dasar dan lanjutan di
Kota Depok. Data diolah dengan metode statistika chi square untuk menguji
hubungan dua variabel. Terdapat hubungan yang saling memengaruhi antara
tingkat pendidikan dan kepemilikan hewan peliharaan dalam penerapan
kesejahteraan hewan. Tingkat pendidikan SMP memengaruhi sikap terhadap asas
kesejahteraan hewan. Kepemilikan hewan peliharaan memengaruhi pengetahuan
terhadap asas kesejahteraan hewan.
Kata-kata kunci: hewan peliharaan, kesejahteraan hewan, Kota Depok, tingkat
pendidikan
ABSTRACT
YUYUN FATHONAH. Between Education Level and Pet Ownership
Implementation of Animal Welfare in Depok. Supervised by EKO SUGENG
PRIBADI.
The development information technology and the digital world changing
lifestyle today's society. People easily get the desired information, especially
through electronic media and social media. The concept of animal welfare is one
of the non-conventional issues in international relations today received great
attention in the international world. Keep a pet (companion animal) should pay
attention to animal welfare. This study aims to get an overview of the relationship
between the level of education and ownership of the calibration pet animal
welfare principles in Depok. There is a relationship of mutual influence between
education levels and pet ownership in the implementation of animal welfare. The
level of secondary education affects attitudes towards animal welfare principles.
Pet ownership affects the knowledge of the principles of animal welfare.
Keywords: animal welfare, companion animal, Depok, education levels
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran hewan
TINGKAT PENDIDIKAN DAN KEPEMILIKAN HEWAN
PELIHARAAN TERHADAP PENERAPAN KESEJAHTERAAN
HEWAN DI KOTA DEPOK
YUYUN FATHONAH
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Tingkat
Pendidikan dan Kepemilikan Hewan Peliharaan Terhadap Penerapan
Kesejahteraan Hewan (Animal Welfare) di Kota Depok. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada pihak terkait yang membantu menyelesaikan skripsi ini
sehingga dapat terselesaikan pada waktu yang tepat. Dengan penuh rasa hormat,
penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Drh. Eko S. Pribadi,MS sebagai
dosen pembimbing yang senantiasa memberikan arahan selama perencanaan,
proses dan penyelesaian penelitian dengan penuh kesabaran. Dukungan serta
motivasi dari keluarga, saudara dan temen-teman. Serta kerja sama dari berbagai
pihak sekolah yang telah mengijinkan dan berkenan dalam perolehan data
responden. Karya Ini dipersembahkan untuk keluarga, Ayah (Abd. Rohim), Ibu
(Yayah Rokayah), Kakak (Euis Afriany,Ifah Soleha) dan Adik (Robiatul A dan
Siti Muthmainnah).
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ini terdapat kesalahan
baik dalam penulisan nama, gelar, maupun penyajian kalimat yang kurang tepat
oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca. Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan karena
keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Namun demikian penulis berharap
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Oktober 2015
Yuyun Fathonah
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Hipotesis 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Tingkat Pendidikan 2
Kesejahteraan Hewan (Animal Welfare) 3
Kepemilikan Hewan Peliharaan 4
Profil Kota Depok 4
METODE 5
Waktu dan Tempat Penelitian 5
Rancangan Penelitian 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
SIMPULAN DAN SARAN 11
Simpulan 11
Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 13
LAMPIRAN 15
RIWAYAT HIDUP 20
DAFTAR TABEL
1 Penyebaran tingkat pendidikan dan kepemilikan hewan peliharaan
responden 8
2 Pengetahuan responden mengenai kesejahteraan hewan pada
berbagai tingkat pendidikan 8
3 Perilaku responden mengenai kesejahteraan hewan pada
berbagai tingkat pendidikan 9
4 Sikap responden mengenai kesejahteraan hewan pada
berbagai tingkat pendidikan 10
5 Hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan, sikap,
dan perilaku terhadap asas kesejahteraan hewan 10
6 Hubungan antara kepemilikan hewan peliharaan dengan pengetahuan,
sikap, dan perilaku terhadap asas kesejahteraan hewan 11
DAFTAR GAMBAR
1 Peta Administrasi Kota Depok 5
DAFTAR LAMPIRAN
1 Definisi operasional peubah 14
2 Pengolahan data 15
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan dunia teknologi informasi dan digital mengubah gaya
hidup masyarakat saat ini. Masyarakat sangat mudah mendapatkan informasi yang
diinginkan, terutama melalui media elektronik dan media sosial. Teknologi
dipercaya dapat meningkatkan dan menambah pengetahuan masyarakat terhadap
hal-hal yang ingin dipelajari. Salah satu isu yang mendapat perhatian masyarakat
pencinta hewan adalah kesejahteraan hewan (Winarso 2008). Dalam UU No. 41
tahun 2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan menjelaskan bahwa
kesejahteraan hewan adalah segala urusan yang berhubungan dengan keadaan
fisik dan mental hewan menurut ukuran perilaku alami hewan yang perlu
diterapkan dan ditegakkan untuk melindungi hewan dari perlakuan setiap orang
yang tidak layak terhadap hewan yang dimanfaatkan manusia. Hal ini dipertegas
lagi dengan Peraturan Pemerintah Nomor 95 tahun 2012 tentang Kesehatan
Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan. Winarso (2008) dan Cheeke
(2004) mengemukakan bahwa pertumbuhan dan perluasan isu kesejahteraan
hewan tidak hanya oleh era globalisasi namun terdapat peran desakan para
penggiat pendukung hak hewan (animal right) dan kesejahteraan hewan (animal
welfare). Konsep kesejahteraan hewan merupakan salah satu isu non-
konvensional dalam hubungan internasional yang saat ini mendapat perhatian
besar di dunia internasional, khususnya di kawasan Uni Eropa (Rachmawaty
2011).
Akan tetapi, masih ada beberapa negara yang belum mempunyai peraturan
perundangan yang mendukung kesejahteraan hewan (PETA 2007). Isu
kesejahteraan hewan sangat dipengaruhi oleh adanya peran hukum dan peran
sosial masyarakat. Hewan peliharaan dapat dianggap sebagai obyek beban
tambahan bagi manusia (Rahmiati dan Pribadi 2014). Pemenuhan kebutuhan
pemeliharan hewan dalam bentuk biaya tambahan untuk pakan, minum, kandang,
kesehatan dan kebutuhan lainnya masih dianggap sebagai beban tambahan. Upaya
pemilik untuk meluangkan waktu memandikan hewan, mengajak bermain,
memeriksa keadaan kebersihan dan kesehatan hewannya juga menjadi beban
moril bagi pemilik. Pemilik hewan memiliki kebiasaan menghabiskan uang
mereka dalam jumlah banyak untuk kesehatan hewan yang dipeliharanya (Wolf et
al. 2008). Mereka seolah ingin memberikan jaminan bahwa hewan peliharaannya
sejahtera.
Aktivitas memelihara hewan bukan hanya sekedar hobi yang tidak
bermanfaat (Nurlayli dan Hidayati 2014). Memiliki hewan peliharaan dapat
menjadikan salah satu dukungan sosial yang dapat meningkatkan kesehatan
(Compton 2005). Sebaliknya, bahwa mereka yang tidak memiliki hewan
peliharaan lebih mudah mengalami depresi, kesepian, dan memiliki kemungkinan
mengalami gejala penyakit fisik lebih tinggi (Mc Connell et al. 2011). Ada
bermacam jenis hewan yang dapat dijadikan hewan peliharaan. Pada umumnya
masyarakat lebih cenderung untuk memiliki anjing dan kucing sebagai hewan
2
peliharaannya. Dalam keanggotaan World Society for the Protection of Animal
(WSPA), peningkatan populasi anjing di Indonesia mencapai 22% (merupakan
peringkat ke-9 dari 58 negara) dan populasi kucing sebesar 66% (merupakan
peringkat ke-2). Populasi hewan peliharaan di dunia mencapai delapan juta ekor
untuk anjing dan 15 juta ekor untuk kucing (Nurlayli dan Hidayati 2014).
Populasi anjing di Kota Depok tercatat sebanyak 1.984 ekor (BPS 2012). Jumlah
hewan kesayangan akan terus meningkat seiring dengan perkembangan zaman
dan gaya hidup yang semakin pesat.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan
tingkat pendidikan dan kepemilikan hewan peliharaan terhadap penerapan
kesejahteraan hewan di masyarakat Kota Depok.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi mengenai
seberapa besar tingkat pendidikan dan kepemilikan hewan peliharaan yang dapat
mempengaruhi perilaku masyarakat dalam menerapkan prinsip-prinsip
kesejahteraan hewan di Kota Depok.
Hipotesis
Terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antar tingkat pendidikan dan
kepemilikan hewan peliharaan terhadap penerapan kesejahteraan hewan secara
menyeluruh dan baik di Kota Depok.
TINJAUAN PUSTAKA
Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk
sikap dan perilaku yang berlaku dalam masyarakatnya. Proses sosial seseorang
dipengaruhi oleh lingkungan yang terpimpin (misalnya sekolah) sehingga dapat
mencapai kecakapan sosial dan pengembangan pribadinya (Djumransjah 2004).
Sekolah merupakam salah satu sarana formal yang digunakan untuk memperoleh
ilmu, pengetahuan dan wawasan. Lembaga pendidikan dapat secara langsung
maupun tidak dapat membentuk perilaku seseorang. Pendidikan di Indonesia
terbagi atas tiga tingkatan, yaitu pendidikan sekolah dasar (SD dan yang
sederajat), pendidikan menengah yang terbagi atas pendidikan menengah pertama
(SMP dan yang sederajat) dan pendidikan menengah atas (SMA dan yang
sederajat), dan pendidikan tinggi. Parameter pendidikan, pengetahuan,
pemahaman, dan infrastruktur menjadi salah satu faktor penyebab adanya
3
tindakan atau praktek kejam dalam beberapa kasus penganiayaan hewan (Raj
2004; Eccleston 2009). Hasil penelitian Luke et al. (1997) memperlihatkan bahwa
orang yang melakukan kejahatan dan penyiksaan terhadap hewan cenderung akan
melakukan hal yang sama pada orang lain. Massachusetts Society For The
Prevetio Of Cruely To Animals dan Universitas Northeastern lembaga yang
bergerak dalam bidang perlindungan hewan di Norwegia mencatat anjing dan
kucing sebagai hewan yang paling sering disiksa manusia di Massachusetts. Para
pelakunya adalah remaja berusia di bawah 18 tahun (27%) dan di bawah 30 tahun
(56%) (Luke et al. 1997). Oleh karena itu, lembaga pendidikan harus berperan
aktif menumbuhkan nilai-nilai budaya yang berkaitan dengan kesejahteraan
hewan.
Kesejahteraan Hewan (Animal Welfare )
Kesejahteraan hewan adalah suatu kondisi yang diterima oleh hewan untuk
hidup dengan baik atau sejahtera. Hewan dikatakan sejahtera jika hewan tersebut
sehat, nyaman, cukup gizi, aman, dapat menampilkan perilaku bawaan, dan tidak
menderita akibat rasa sakit, ketakutan dan kesusahan. FAWC (1993)
mengemukakan lima bebas (five freedom). Lima bebas tersebut adalah (i) bebas
dari rasa haus, rasa lapar dan kekurangan gizi dengan menyediakan air dan diet
untuk menjaga kesehatan dan menjaga agar hewan tetap memiliki kekuatan; (ii)
bebas dari ketidaknyamanan dengan menyediakan lingkungan yang sesuai
termasuk tempat tinggal dan daerah yang nyaman; (iii) bebas untuk beristirahat
dan bebas dari rasa sakit, cedera dan penyakit dengan pencegahan atau tindakan
sigap untuk mendiagnosis dan melakukan pengobatan; (iv) bebas dari rasa takut
dan kesusahan dengan memastikan kondisi yang terhindar penderitaan mental;
dan (v) bebas untuk menampilkan perilaku normal dengan menyediakan ruang
yang cukup, fasilitas yang tepat dan sesuai dengan jenis hewan itu sendiri.
Ada tiga pandangan yang berbeda tentang kesejahteraan hewan. Ketiga
pandangan tersebut adalah (i) fungsi biologis hewan yang baik, ditandai dengan
tingginya tingkat kesehatan, pertumbuhan, dan efisiensi produksi; (ii) perasaan
dan emosi yang baik ditandai dengan terhindar dari rasa nyeri dan penderitaan
sehingga diusahakan hewan selalu menikmati kesenangan dan kehidupan normal;
dan (iii) pendekatan perilaku alami yang diperlihatkan bahwa hewan harus bebas
dari kendala/kesusahan dan memperlihatkan pola-pola perilaku normal mereka
(Duncan dan Fraser 1997). Upaya menyejahterakan hewan yang baik juga
ditunjukkan dengan adanya upaya dari pemilik untuk melakukan pencegahan
penyakit dan pengobatan terhadap hewannya, menyediakan kandang yang baik,
memberikan makanan yang kecukupan gizi, dan penanganan yang manusiawi
(OIE 2009). Bagi hewan, tidak ada hal lain yang diharapkan dalam hidupnya
selain kesejahteraan itu sendiri (Hartuti et al. 2014).
Kriteria penilaian asas kesejahteraan hewan pada hewan peliharaan dibagi
menjadi dua bagian yaitu penilaian dari sisi hewan dan penilaian dari sisi manusia
atau pemilik hewan peliharaan (Odendaal 2005). Kriteria penilaian bagian
komponen hewan didasarkan pada pengetahuan ilmiah mengenai kebutuhan dasar
hewan peliharaan, di antaranya (1) perilaku; (2) kebutuhan sosial hewan; (3)
kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang; (4) kebutuhan pembelajaran atau
penesuaian diri; dan (5) kebutuhan fisiologik hewan sesuai dengan jenis, jenis
4
kelamin, dan umur. Beberapa kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi disebabkan
oleh kurangnya pengetahuan pemilik hewan peliharaan (Odendaal 2005).
Penilaian dari sisi pemilik terbagi menjadi dua bagian besar. Bagian pertama
terkait dengan lingkungan atau ruang yang disediakan oleh pemilik hewan untuk
hewan peliharaannya. Pembentukan lingkungan buatan untuk hewan peliharaan
dipengaruhi keadaan keuangan atau ekonomi (Grant et al. 1998). Bagian kedua
terkait dengan rasa tanggung jawab pemilik terhadap hewan peliharaannya.
Tanggung jawab ini didasarkan pada pemahaman terhadap artipenjinakan hewan
secara fisik dan perilaku hewan sehingga dapat dimanfaatkan bagi manusia
(domestikasi). Ketika proses domestikasi itu dilakukan, maka sebagian besar
kebutuhan hewan menjadi tanggung jawab manusia untuk memenuhinya.
Semakin baik pengetahuan terhadap hewan peliharaannya, maka semakin baik
pula penerapan untuk memenuhi kebutuhan dasar hewan peliharaan.
Kepemilikan hewan peliharaan
Hewan peliharaan adalah hewan yang kehidupannya untuk sebagian atau
seluruhnya bergantung pada manusia dan dipelihara untuk tujuan tertentu. Salah
satu tujuan memelihara hewan adalah untuk menghilangkan rasa kesepian.
Kesepian adalah suatu reaksi emosional dan kognitif terhadap dimilikinya
hubungan yang lebih sedikit dan lebih tidak memuaskan dibandingkan yang
diinginkan orang tersebut (Baron dan Byne 2005). Menurut Nurlayli dan Hidayati
(2014) bahwa kesepian dapat berubah menjadi depresi yang dapat mengarah ke
penyalahgunaan obat dan bulimia nervousa, keadaan depresi juga dapat
menyebabkan munculnya situasi rendah harga diri dan hanya mengharapkan
kepuasan semu. Kesepian yang tidak diatasi dengan baik dapat menyebabkan
perilaku negatif (Nurlayli dan Hidayati 2014).
Berbagai penelitian menyebutkan bahwa memelihara hewan tidak hanya
sekedar hobi, namun juga bermanfaat yang beragam, seperti kesehatan fisiologik
maupun psikologik. Memelihara anjing secara signifikan meningkatkan mutu
hidup dalam aspek fisik. Sedangkan memelihara kucing dan selain anjing dapat
meningkatkan mutu sosial (Lewiset et al. 2009; Mc Connell et al. 2011). Jumlah
hewan peliharaan di Kota Depok mengalami peningkatan, terutama hewan piara
anjing dan kucing (Riyandani 2010, data tidak dipublikasikan) sekaligus menjabat
sebagai kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Kota Depok.
Dipaparkan bahwa pada tahun 2009 terdata 783 ekor anjing, 172 ekor kucing
terjadi peningkatan pada tahun 2010 meningkat menjadi 856 ekor anjing dan 205
ekor kucing yang telah terdata dan menerima vaksin.
Profil Kota Depok
Kota Depok secara geografis terletak pada koordinat 6o19’00”-6
o28’00”
lintang selatan dan 106o43’00”-106
o55’30” bujur timur. Kota berbatasan dengan
tiga kabupaten dan satu propinsi seperti yang terpapar pada Gambar 1 di bawah
ini. Di sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kota Tangerang
Selatan dan wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Di sebelah timur
berbatasan dengan Kecamatan Pondokgede Kota Bekasi dan Kecamatan
5
Gunungputri Kabupaten Bogor. Di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan
Cibinong dan Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor dan di sebelah barat
berbatasan dengan Kecamatan Parung dan Kecamatan Gunungsindur Kabupaten
Bogor.
Gambar 1. Peta Administrasi Kota Depok
Kota Depok merupakan daerah yang sedang berkembang maju dengan
sangat pesat. Daerah dengan luas wilayah 200,29 km2 dengan jumlah penduduk
1.962.160 jiwa merupakan daerah yang memiliki laju pertumbuhan penduduk
tercepat kedua setelah Kabupaten Bekasi (BPS 2013). Tingkat pendidikan rata-
rata di Kota Depok cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat bahwa proporsi
penduduk memiliki ijasah setara SMA menempati urutan terbesar, yaitu 35%.
Kota Depok memiliki sebelas kecamatan dan 63 kelurahan serta memiliki
pemerataan tingkat pendidikan di daerah-daerah tersebut relatif lebih baik
dibandingkan rata-rata Jawa Barat.
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai dari minggu kedua bulan Februari sampai
dengan minggu keempat bulan April 2015. Penelitian ini dilakukan melalui
pengisian kuesioner oleh siswa/i pemilik hewan peliharaan dan tidak memiliki
hewan peliharaan di sembilan sekolah setingkat pendidikan dasar dan lanjutan di
Kota Depok. Sekolah yang dijadikan tempat pengambilan data diantaranya tiga
sekolah dasar (SDIT Mawaddah, SDIT Al-Qalam dan SD Muhammadiyah ), tiga
sekoah menengah pertama (SMPN 1 Depok, SMN 9 Depok dan SMP Yapkum),
dan tiga sekolah menengah atas (SMAN 6 Depok, SMA Ar- Rahmaniyah dan
SMA Pelita).
6
Rancangan Penelitian
Populasi studi
Jumlah responden yang akan diambil untuk penelitian ini adalah 40 siswa/i
setiap lokasi. Menurut Lindner et al. (2001), jumlah minimal responden adalah 30
responden dan maksimal sebanyak 500 responden.
Jenis dan cara pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner. Cara perolehan
data dengan kuesioner dilakukan dengan wawancara bagi siswa/i di lokasi
penelitian.
Rancangan kuesioner
Kuesioner terdiri atas dua bagian yang tersusun atas 53 pertanyaan. Bagian
pertama menjaring data responden dan bagian kedua menjaring data mengenai
hubungan responden dengan pola pemeliharaan hewan peliharaan. Pertanyaan
mengenai data responden terdiri atas sebelas pertanyaan berupa pertanyaan tipe
terbuka dan tipe tertutup. Pertanyaan terbuka untuk menanyakan data responden
yang membebaskan kepada responden untuk menjawab apa saja. Contoh
pertanyaan tipe ini diantaranya alamat tempat tinggal. Pertanyaan tipe tertutup
merupakan pertanyaan yang jawabannya telah disediakan sehingga responden
hanya memilih jawaban dari pilihan jawaban yang disediakan. Bagian kedua
kuesioner terdiri dari pertanyaan yang berisi pertanyaan mengenai pengetahuan
dan penerapan tentang aspek kesejahteraan hewan terhadap hewan peliharaan
responden. Dari 42 pertanyaan ini, pertanyaan-pertanyaan tersebut dibagi menjadi
tiga bagian, yaitu 19 pertanyaan yang menanyakan tentang aspek pengetahuan
responden, sebelas pertanyaan tentang aspek perilaku responden dan 12
pertanyaan tentang sikap responden.
Pengukuran Pengetahuan Pengukuran pengetahuan dilakukan dengan menggunakan 19 pertanyaan
yang di kelompokkan dengan pilihan jawaban yg berbeda. Terdapat 15 pertanyaan
dengan pilihan jawaban “sangat mengetahui”, “mengetahui”, “kurang
mengetahui”, “tidak mengetahui”, dan “sangat tidak mengetahui”. Jawaban
“sangat mengetahui” dan “mengetahui” masing-masing diberi nilai 1 sedangkan
jawaban “kurang mengetahui”, “tidak mengetahui”, dan “sangat tidak
mengetahui” masing- masing diberi nilai nol. Jika responden menjawab dengan
memperoleh nilai kumulatif 1–9 maka responden dikelompokkan memiliki
pengetahuan yang rendah dan 10–19 maka responden dikelompokkan memiliki
pengetahuan yang tinggi.
Pengukuran Sikap
Pengukuran sikap dilakukan dengan menggunakan 12 pertanyaan dengan
pilihan jawaban “iya” dan “tidak”. Jawaban “iya” diberikan nilai 1 dan “tidak”
diberi nilai 0. Jika responden menjawab dengan memperoleh nilai kumulatif 1–6
7
maka dikelompokkan responden bersikap kurang baik dan 7–12 maka
dikelompokkan responden bersikap dengan baik.
Pengukuran Perilaku
Pengukuran perilaku dilakukan dengan menggunakan sebelas pertanyaan
dengan pilihan jawaban “sangat setuju”, “setuju”, “kurang setuju”, “tidak setuju”
dan “sangat tidak setuju”. Jawaban “sangat setuju” bernilai 4, “setuju” bernilai 3,
“kurang setuju” bernilai 2, sedangkan untuk “tidak setuju” dan “sangat tidak
setuju” masing-masing diberi nilai 0. Jika responden menjawab dengan
memperoleh nilai kumulatif 1–22 maka dikelompokkan responden melaksanakan
dengan kurang baik dan 23–44 maka responden dikelompokkan responden
melaksanakan dengan baik.
Analisis Data
Data yang diperoleh kemudian diolah secara deskriptif dan peubah dengan
uji chi square. Analisis deskriptif digunakan untuk membuat gambaran secara
sistematis, peubah dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan
antar fenomena yang diselidiki (Heiman 2011). Data yang diperoleh dari
responden diinterpretasikan dan dikaitkan dengan peubah-faktor yang diselidiki
sesuai dengan tujuan. Chi square digunakan untuk menguji hubungan atau
pengaruh dua peubah nominal dan mengukur kuatnya hubungan antara peubah
yang satu dengan peubah nominal lainnya. Perhitungan chi square dilakukan
dengan program SPSS 18TM
dan Microsoft Excel 2007TM
. Perhitungan chi square
dilakukan menggunakan rumus berikut ini :
X² hitung = dengan :
obs : nilai observasi atau nilai yang ada pada data
exp : nilai expektasi atau notasi untuk nilai harapan, yang
didapatkan dari (hasil kali total kolom dengan total baris) dibagi
total data.
8
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Tingkat pendidikan responden dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu
pendidikan dasar (SD, SMP) dan pendidikan lanjutan (SMA). Kepemilikan hewan
peliharaan pada masing-masing tingkat pendidikan terbagi menjadi dua kelompok,
yaitu responden yang memiliki dan tidak memiliki hewan peliharaan. Pembagian
data responden dilakukan melalui metode bertingkat (strakta). Gambaran tingkat
pendidikan dan kepemilikan hewan peliharaan dipaparkan pada Tabel 1 di bawah
ini.
Tabel 1 Penyebaran tingkat pendidikan dan kepemilikan hewan peliharaan
reponden
Tingkat pendidikan Jumlah
responden SD SMP SMA
Kepemilikan hewan
peliharaan
Tidak 60 60 60 180
Ya 60 60 60 180
Total 120 120 120 360
Berdasarkan Tabel 1 di atas, terlihat bahwa jumlah responden yang
memiliki hewan peliharaan dan tidak memiliki hewan peliharan dalam proporsi
yang sama. Hal tersebut dilakukan untuk menyamakan pada masing-masing
kelompok responden yang hanya dibedakan dari tingkat pendidikan. Gambaran
mengenai tingkat pendidikan dan pengetahuan responden mengenai kesejahteraan
hewan dipaparkan dalam Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2 Pengetahuan responden mengenai kesejahteraan hewan pada berbagai
tingkat pendidikan
Pengetahuan Jumlah
responden Rendah Tinggi
Tingkat pendidikan
SD 55 (45,8%) 65 (54,2%) 120
SMP 47 (39,2%) 73 (60,8%) 120
SMA 51 (42,5%) 69 (57,5%) 120
Total 153 (42,5%) 207 (57,5%) 360
Tabel 2 menggambarkan bahwa responden dengan tingkat pendidikan SMP (73
responden) memiliki pengetahuan yang tinggi terhadap pengetahuan mengenai
kesejahteraan hewan. Perolehan hasil tersebut mendasari bahwa tidak terlalu
menunjukkan perbedaan yang signifikan antara tingkat pendidikan. Pengetahuan
sendiri tidak seluruhnya dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Namun,
pengetahuan sangat erat hubungannya dengan instansi pendidikan karena semakin
tinggi pendidikan yang diperoleh biasanya semakin luas pola pengetahuannya.
Akan tetapi perlu ditekankan kembali bahwa bukan berarti seseorang yang
9
berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Tingginya tingkat
pendidikan seseorang tidak menjamin bahwa pengetahuan cukup baik tentang asas
kesejahteraan hewan (Rahmati dan Pribadi 2014). Hal ini mengingatkan bahwa
peningkatan pengetahuan tidak mutlak hanya diperoleh dari pendidikan formal
saja, tetapi dapat diperoleh dari pendidikan non formal. Semakin mudah media
masa menyajikan informasi tentang benda, orang, tempat, peristiwa, dan informasi
lainya. Media masa telah dipergunakan diberbagai instansi sebagai media
pendidikan, meskipun efek yang ditimbulkan oleh tayangan-tayangan media masa
dapat berbeda-beda. Pengetahuan biasanya mengacu pada penggunaan media
massa, baik secara positif maupun negatif (Morissan 2010).
Hubungan antara pendidikan responden dan perilaku responden mengenai
kesejahteraan hewan dipaparkan dalam Tabel 3 di bawah ini. Hampir semua
responden memperlihatkan perilaku yang baik berkaitan dengan kesejahteraan
hewan dengan pemberian pakan pada hewan peliharaan dengan sesuai kebutuhan
secara rutin serta pemberian air minum yang cukup di dalam kandang. Responden
pun menyiapkan kandang yang terlindungi dari panas dan hujan, tempat yang
bersih, dan mempunyai ukuran kandang cukup memberikan kebebasan hewan
beraktivitas dengan baik. Dapat dikatakan bahwa tingkat SD, SMP dan SMA
memiliki perilaku baik dengan asas kesejahteran hewan di Kota Depok. Hal ini
menunjukkan pada umumya pendidikan dapat memengaruhi seseorang termasuk
juga perilaku seseorang akan pola hidup, makin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah menerima informasi (Wawan dan Dewi 2010). Hal ini menunjukkan
bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang
terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak maupun
perasaan tidak mendukung atau memihak pada obyek tersebut (Azwar 2011).
Tabel 3 Perilaku responden mengenai kesejahteraan hewan pada berbagai
tingkat pendidikan
Perilaku Jumlah
responden Rendah Tinggi
Tingkat
pendidikan
SD 1 (0.8%) 119 (99.2%) 120
SMP 1 (0.8%) 119 (99.2%) 120
SMA 0 (0%) 120 (100%) 120
Total 2 (0.5%) 358 (99.5%) 360
Hubungan tingkat pendidikan dengan sikap asas kesejahteraan hewan di
Kota Depok menunjukkan jumlah responden dan persentase yang tinggi pada tiap
tingkat pendidikan. Persentase tertinggi pertama ditujukkan oleh tingkat
pendidikan SMP (90%) hal ini menunjukkan bahwa sikap adalah suatu bentuk
evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap sendiri dapat diartikan sebagai pandangan
atau perasaaan yang disertai oleh kecenderungan untuk bertindak terhadap obyek
tertentu. Gambaran sikap responden mengenai kesejahteraan hewan dapat dilihat
dalam berbagai tingkat pendidikan dipaparkan dalam Tabel 4 di bawah ini.
10
Tabel 4 Sikap responden mengenai kesejahteraan hewan pada berbagai
tingkat pendidikan
Sikap Jumlah
responen Rendah Tinggi
Tingkat
pendidikan
SD 19 (15,8%) 101 (84,2%) 120
SMP 12 (10%) 108 (90%) 120
SMA 15 (12,5%) 105 (87,5%) 120
Total 46 (12,8%) 314 (87.,2%) 360
Teknik analisis statistika menggunakan uji chi square ini digunakan untuk
menguji indenpendensi dua peubah yang masing-masing peubah memiliki
kategori-kategori. Dilakukan untuk melihat hubungan antara tingkat pendidikan
responden terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap asas kesejahteraan
hewan.
Tabel 5 Hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan, sikap, dan
perilaku terhadap asas kesejahteraan hewan
Tingkat
pendidikan
Parameter
Pengetahuan Sikap Perilaku
SD 0,236 0,068 0,365
SMP 0,070 0,027* 0,365
SMA 0,057 0,064 1,000
*nilai probabilitas < 0,05 menyatakan nilai berbeda nyata
Data pada Tabel 5 memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara responden tingkat pendidikan SMP dengan sikap mereka
terhadap asas kesejahteraan hewan. Tingkat pendidikan SMP merupakan masa
remaja yang sedang mengalami perkembangan emosional yang tinggi. Sesuai
dengan hasil pada Tabel 4 yang menunjukkan sikap pada tingkat pendidikan SMP
memengaruhi terkait asas kesejaheraan hewan lebih tinggi. Hal tersebut sejalan
dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan tingkat pendidikan tidak
memiliki hubungan bermakna dengan pengetahuan dan perilaku terhadap asas
kesejahteraan hewan (Rahmiati dan Pribadi 2014). Hasil analisis mengenai
hubungan antara responden yang memiliki hewan peliharaan dan yang tidak
terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap asas kesejahteraan hewan
dipaparkan dalam Tabel 6 di bawah ini.
Tabel 6. Hubungan antara kepemilikan hewan peliharaan dengan pengetahuan,
sikap, dan perilaku terhadap asa kesejahteraan hewan
Kepemilikan
Hewan Peliharaan
Parameter
Pengetahuan Sikap Perilaku
0,000* 0,752 1,000
*nilai probabilitas < 0,05 menyatakan nilai berbeda nyata
Memiliki hewan peliharaan merupakan salah satu pilihan untuk memperoleh
hiburan tersendiri diantara kesibukan dan beratnya pekerjan. Memelihara hewan
peliharaan juga dapat dikaitkan dengan kesehatan. Dari hasil beberapa penelitian
11
sebelumnya dipaparkan hasil bahwa memiliki hewan tertentu dapat menjadi
sarana terapi yang baik (Setianingrum 2012). Memiliki hewan peliharaan akan
menuntut secara langsung maupun tidak langsung kepada pemilik untuk mencari
tahu informasi terkait cara dan kebutuhan hewan peliharaannya. Hal tersebut
mereka lakukan untuk mencegah hewan peliharaan kesayangannya sakit, kotor,
dan tidak bernilai keindahan. Responden yang memiliki hewan peliharaan lebih
banyak memperoleh informasi terkait dengan asas kesejahteraan hewan secara
non formal, seperti bertanya pada petugas toko hewan atau klinik hewan, dokter
hewan, dan komunitas pencinta hewan. Responden yang memelihara hewan
peliharaan anjing dan kucing memiliki kecenderungan untuk mendatangi toko
hewan atau klinik hewan untuk .memandikan demi menjaga kesehatan dan
penampilan hewan peliharaannya. Hasil ini memperkuat bahwa kepemilikan
hewan peliharaan berkaitan erat pada pengetahuan responden terhadap asas
kesejahteraan hewan.
Kepemilikan hewan peliharan konsumsi, seperti ternak sapi, kerbau,
domba, kambing, kuda dan unggas, juga mepunyai andil besar dalam pemenuhan
kesejahteraan dan kemakmuran manusia. Mereka juga dimanfaatkan sebagai
hewan yang membantu manusia dalam pekerjaan-pekerjaan berat, seperti
membajak sawah dan kendaraan pengangkut barang (Winarso 2008). Penerapan
kesejahteraan hewan konsumsi, seperti pada perindustrian perunggasan, memiliki
cara berbeda dengan tetap menerapkan nilai lima bebas. Menurut Islahuddin
(2009) terdapat tiga aspek penting dalam kesejahteraan hewan pada perunggasan,
yakni aspek pengangkutan yang meliputi kendaraan dan alat pembawa; aspek
penampungan yang meliputi perkandangan, pemeliharaan, pembersihan,
kesehatan dan limbah; dan aspek penyembelihan yang meliputi karyawan,
peralatan, dan proses.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Terdapat hubungan yang saling memengaruhi antara tingkat pendidikan dan
kepemilikan hewan peliharaan dalam penerapan kesejahteraan hewan. Tingkat
pendidikan SMP memengaruhi sikap terhadap asas kesejahteraan hewan.
Kepemilikan hewan peliharaan memengaruhi pengetahuan terhadap asas
kesejahteraan hewan.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan untuk melakukan penelitian lebih
lanjut dengan responden masyarakat umum yang tidak memiliki hewan peliharaan
berdasarkan jarak atau penyebaran toko hewan atau klinik hewan. Hal tersebut
untuk melihat pandangan masyarakat terkait asas kesejahteraan hewan. Serta agar
dilakukan penelitian lebih lanjut dengan metode penarikan sampel secara wilayah
(cluster) dengan cakupan lebih luas untuk melihat perbandingan hubungan pada
masing-masing wilayah. Disarankan juga untuk melakukan penelitian yang
12
melibatkan kepemilikan hewan peliharaan konsumsi dan pemilik hewan peliharan
kesayangan terkait tujuan kepemilikan dengan penerapan asas kesejahteraan
hewan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Azwar S. 2011. Sikap Manusia dan Pengukurannya. Yogyakarta (ID): Pustaka
Pelajar.
Baron RA, Byne D. 2005. Psikologi Sosial Edisi Kesepuluh. Jakarta (ID) :
Erlangga.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Kota Depok dalam angka 2012. Dinas
pertanian Kota Depok [Internet]. [diunduh 2015 April 11]. Tersedia pada:
http://depokkota.bps.go.id.
Cheeke PR. 2004. Contemporary Issues in Animal Agriculture. New Jersey (US):
Pearson Education Inc.
Compton WC. 2005. An Introduction Positive Psychology. Belmont (US):
Wadswort.
Djumransjah HM. 2004. Pengantar Filsafat Pendidikan. Malang (ID): Bayumedia
Publishing.
Duncan IJH, Fraser D. 1997. Understanding Animal Welfare. In: Animal Welfare.
United Kingdom (UK): CAB Imternasional, Wallingford.
Eccleston KJ. 2009. Animal Wealfar di Jawa Timur Model Pendidikan
Kesejahteraan Binatang di Jawa Timur. [skripsi]. Malang (ID) :Universitas
Muhammadiyah Malang
[FAWC] Farm Animal Welfare Council. 1993. Second report on priories for
research and development in farm animal welfare. United Kingdom:
MAFF Tolworth
Grant DI, Michell AR, Ewbank R. 1998. Perceived and actual welfare
issues:companion animals. In Ethics, law and market forces: the veterinary
interface. Wheathampstead (UK): Federation Univ for Animal Welfare.
Hartuti RS, Adam M, Murtina T. 2014. Kajian Kesejahteraan Kucing yang
Dipelihara pada Beberapa Pet Shop di Wilayah Bekasi, Jawa Barat. J.
Medika Veterinarian. 8(1): 0853-1943
Heiman GW. 2011. Basic Statistic For The Behavioral Sciences. Belmont (US):
Wadsworth. Ed ke-6.
Huda MN. 2013. Peran Animals Asia dalam Penanggulangan Penyiksaan Hewan
di Cina. J. Ilmu Hubungan Internasional. 1(3): 741-752.
Islahuddin BO. 2009. Penerapan kesejahteraan hewan pada tempat penjualan
unggas hidup di Kota Bogor. [skrpsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Knight S, Barnett L. 2008. Justifying attitudes toward animal use: aqualitative
study of people’s views and beliefs. Anthrozoos 21:31-42.
Lindner JR, Murphy TH, Briers GE. 2001. Handling nonresponse in social
science. J. Agric Education. 42(4):43-53.
Luke C, Arluke A, Levin J. 1997. Cruelty to animals and other crimes. [laporan
penelitian] Norwegia (US) : MSPCA and Northeastem University
14
Mc Connell AR, Brown CM, Shoda TM, Styto LE, Martin CE. 2011. Friends with
benefits: on the positive consequqnces of pet ownership. J. Personality and
Social Psychology. 101: 1239-1252.
Morissan. 2010. Periklanan: Komnikasi Pemasaan Terpadu. Jakarta (ID):
Prenada Media Group.
Nurlayli RK, Hidayati DS. 2014. Kesepian pemilik hewan peliharaan yang tinggal
terpisah dari keluarga. J. Ilmiah Psikologi Terapan. 2(1):22-35.
Odendaal JSJ. 2005. Science-based assessment of animal welfare: companion
animals. Rev. Sci. Tech. Off. Int. Epiz. 24(2):493-502.
[OIE] Office International des Epizooties. 2009. Terrestrial Animal Health Code.
Chapter 7.1 Introduction to the recommendations for animal welfare. Article
7.1.1. Ed. Ke 20. Paris (FR): OIE
[OIE] Office International des Epizooties. 2015. Strategi Kesejahteraan Hewan
Regional. Asia, Timur Jauh dan Oceania (ID): Office International des
Epizooties.
[PETA] People for the Ethical Treatment of Animals. 2007. Animal Sacrifices:
Cruel Rituals [Internet]. [diunduh 2014 Mei 20]. Tersedia pada:
http://www.peta.org/mc/factsheet_ display.asp?ID=77.
Rachmawaty A. 2011. Legalisasi animal welfare legislation di Inggris tahun 2006
[skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Pembangunan Nasional.
Raj ABM. 2004. Cultural, religious and ethical issue associated with Animal
Welfare. Conference on animal welfare: an OIE initiative. Paris 2004. EU
publication office. 247- 253.
Rahmiati DU, Pribadi ES. 2014. Tingkat pendidikan dan status ekonomi pemilik
hewan kesayangan dalam hal pengetahuan dan penerapan
kesejahteraan hewan. J. Veteriner. 15(3): 386-394.
Setianingrum F. 2012. Manfaat memelihara hewan pada penderita penyakit kronis
[sripsi]. Malang (ID): Universitas Muhammadiyah Malang
Wawan A, Dewi M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta (ID): Nuha Medika.
Winarso A. 2008. Kajian kesejahteraan ternak dalam ajaran agama buddha,
yahudi, nasrani dan islam [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Wolf C, Lloyd J, Black J. 2008. An examination of US consumer pet-related and
veterinary service expenditures, 1980-2005. JAVMA. 233:404-413.
15
Lampiran 1 Definisi operasional peubah
Peubah Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Skala
Pendidikan
responden
Pendidikan yang
sedang dijalani oleh
responden
Kuiesioner Wawancara SD/ sederajat
SMP/sederajat
SMA/ SMK/sederajat
Kepemilikan
hewan peliharaan
Keterkaitan
kepemilikan hewan
peliharaan responden
Kuesioner Wawancara Memiliki hewan
peliharaan
Tidak memiliki hewan
peliharaan
Jenis Hewan
Peliharaan
Spesies hewan yang
dipelihara
Kuesioner Wawancara -anjing
-kucing
-hamster
-kelinci
-lainnya
Tingkat
Pengetahuan
Kemampuan berpikir
dan nalar dari pemilik
hewan
Kuesioner Analisa
jawaban dari
pemilik hewan
Tinggi: dari 19
pertanyaan tentang
pengetahuan
memperoleh nilai
komulatif lebih dari 9
Rendah: dari 19
pertanyaan tentang
pengetahuan
memperoleh nilai
komulatif kurang dari
9
Penerapan
a. Perilaku
Tindakan yang
dilakukan oleh
pemilik hewan dalam
rangka memelihara
hewan
Kuesioner Analisa
jawaban dari
pemilik hewan
Tinggi: dari 11
pertanyaan tentang
perilaku memperoleh
nilai komulatif lebih
dari 22
Rendah: dari 11
pertanyaan tentang
perilaku memperoleh
nilai komulatif kurang
dari 22
b. Sikap Persepsi yang
dimiliki oleh pemilik
hewan mengenai asas
animal welfare yang
diwujudkan dalam
prinsip pemeliharaan
Kuesioner Analisa
jawaban dari
pemilik hewan
Tinggi: dari 12
pertanyaan tentang
sikap memperoleh nilai
komulatif lebih dari 6
Rendah: dari 12
pertanyaan tentang
sikap memperoleh nilai
komulatif kurang dari
6
Kesejahteraan
hewan
Keadaan dari hewan
peliharaan yang
terhindar dari 5
aspek, kelaparan&
kehausan,
kesakitan,ketakutan
dan melakukan
perilaku alami
Kuesioner Analisa
jawaban dari
pemilik hewan
Memiliki jawaban
dengan kategori tinggi
dari penerapan
16
Lampiran 2. Pengolahan Data
Tingkat Pendidikan * Pengetahuan
Tingkat pendidikan * pengetahuan Crosstabulation
Count
Pengetahuan
Total Rendah Tinggi
tingpen SD 55 65 120
SMP 47 73 120
SMA 51 69 120
Total 153 207 360
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square 1,091a 2 ,579
Likelihood Ratio 1,092 2 ,579
Linear-by-Linear
Association
,272 1 ,602
N of Valid Cases 360
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 51,00.
Tingkat Pendidikan * Sikap
Tingkat pendidikan * Sikap Crosstabulation
Count
Sikap
Total Rendah Tinggi
Tingpen SD 19 101 120
SMP 12 108 120
SMA 15 105 120
Total 46 314 360
17
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square 1,844a 2 ,398
Likelihood Ratio 1,841 2 ,398
Linear-by-Linear
Association
,597 1 ,440
N of Valid Cases 360
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 15,33.
Tingkat Pendidikan * Perilaku
Tingkat pendidikan * perilaku Crosstabulation
Count
Perilaku
Total Rendah Tinggi
Tingkat
pendidikan
SD 1 119 120
SMP 1 119 120
SMA 0 120 120
Total 2 358 360
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square 1,006a 2 ,605
Likelihood Ratio 1,627 2 ,443
Linear-by-Linear
Association
,752 1 ,386
N of Valid Cases 360
a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,67.
18
Kepemilikan Hewan Peliharaan * Pengetahuan
Kepemilikan Hewan * Pengetahuan Crosstabulation
Count
Pengetahuan
Total 1 2
Kepemilikan
Hewan
0 101 79 180
1 52 128 180
Total 153 207 360
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 27,292a 1 ,000
Continuity Correctionb 26,189 1 ,000
Likelihood Ratio 27,683 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear
Association
27,216 1 ,000
N of Valid Cases 360
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 76,50.
b. Computed only for a 2x2 table
Kepemilikan Hewan Peliharaan * Sikap
Kepemilikan hewan * sikap Crosstabulation
Count
Sikap
Total 1 2
Kepemilikan
Hewan
0 24 156 180
1 22 158 180
Total 46 314 360
19
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square ,100a 1 ,752
Continuity Correctionb ,025 1 ,875
Likelihood Ratio ,100 1 ,752
Fisher's Exact Test ,875 ,437
Linear-by-Linear
Association
,099 1 ,753
N of Valid Cases 360
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23,00.
b. Computed only for a 2x2 table
Kepemilikan Hewan peliharaan * Perilaku
Kepemilikan hewan * perilaku Crosstabulation
Count
perilaku
Total 1 2
Kepemilikan
hewan
0 1 179 180
1 1 179 180
Total 2 358 360
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square ,000a 1 1,000
Continuity Correctionb ,000 1 1,000
Likelihood Ratio ,000 1 1,000
Fisher's Exact Test 1,000 ,751
Linear-by-Linear
Association
,000 1 1,000
N of Valid Cases 360
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,00.
b. Computed only for a 2x2 table
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta tanggal 19 Juni 1990. Penulis adalah anak
ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Abd. Rohim dan Yayah Rokayah.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 09 Pagi Bukit Duri Tanjakan,
Jakarta Selatan lulus pada tahun 2003. Penulis melanjutkan pendidikan di SMPN
1 Depok dan lulus pada tahun 2005. Sekolah Menengah Atas penulis ditempuh di
SMAN 6 Depok dan lulus pada tahun 2008. Penulis diterima masuk Fakultas
Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor pada tahun 2009 melalui jalur
SNMPTN.
Selama mengikuti pendidikan di Institut Pertanian Bogor penulis bergabung
di Badan Eksekutif Mahasisa Tingkat Persiapan Bersama, Dewan Perwakilan
Mahasiswa, Himpro Satwa Liar, dan Lembaga Struktural An- Nahl FKH IPB.
Selama menjadi mahasiswa di FKH IPB penulis juga berkesempatan menerima
beasiswa POM, Cendekia, dan Astaga.
Recommended