View
248
Download
5
Category
Preview:
Citation preview
i
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RESIKO
TERJADINYA ELDER ABUSE DI DESA JOMEGATAN
NGESTIHARJO KASIHAN BANTUL
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat
Sarjana Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
FITRI RAHMADANI KUSPRIYANI
20100320096
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2014
ii
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :Fitri Rahmadani Kuspriyani
NIM :20100320096
Program Studi :Ilmu Keperawatan
Fakultas : Kedokteran danIlmu Kesehatan
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis yang saya tulis benar-
benar merupakan hasil karya tulis sendiri dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi
yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantumkan
dalam daftar pustaka dibagian akhir karya tulis ilmiah ini.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dibuktikan karya tulis ilmiah ini
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.
Yogyakarta, 12 Agustus 2014
Yang membuat pernyataan,
Tanda Tangan
Fitri Rahmadani Kuspriyani
iv
MOTTO
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan sholatmu
sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang
yang sabar” (QS. Al-Baqarah:153)
“Sesungguhnya bersama kesukaran dan keringanan. Karena itu bila aku
telah selesai (mengerjakan yang lain), dan kepada Tuhanlah aku
berharap” (QS. Al-Insyirah:6-8)
“Kamu sekalian adalah pemimpin dan akan diminta
pertanggungjawabannya mengenai orang yang dipimpinnya”
(H.R. Bukhari Muslim)
“Jangan pernah malu untuk maju, karena malu menjadikan kita takkan
pernah mengetahui dan memahami segala sesuatu hal akan hidup ini .”
(Anonim)
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan rahmat Allah SWT,
atas segala nikmat, karunia dan anugerah yang diberikan kepada
penulis.
Karya Tulis Ilmiah ini, penulis persembahkan kepada:
Kedua Orangtuaku,
Ayahanda Supriyono dan Ibunda Eni Kusrini
yang selalu melimpahkan kasih sayang, dukungan serta do’a selama ini
Saudara-saudara ku Anisa Ratnasari dan M. Fadhila Mahdi
yang telah menjadi sahabat di kehidupanku,
Sahabat-sahabatku,
Dewi, Ira, Ninnda, Afi Budi, Titin, teman-teman CSB dan seluruh teman
seperjuanganku PSIK 2010 yang slalu memberikan dorongan
semangat,bantuan,dan keceriaan yang menghiasihari-hariku,
Serta seluruh teman-teman Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
angkatan 2010 yang tidak bisa disebutkan satu-satu…
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat, hidayah, dan karunia-Nya penulis telah menyelesaikan karya tulis
ilmiah dengan judul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Resiko
Terjadinya Elder Abuse di Desa Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan,
Bantul”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana keperawatan pada Program Studi Ilmu
Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. dr. Ardi Pramono, Sp. An, selaku ketua Program Studi Ilmu
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Nurul Hidayah S. Kep., Ns dan Sutantri S. Kep., Ns., MSc. selaku
pembimbing yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis.
3. Hj. Sri selaku koordinator Posyandu Kasihan II Bantul Yogyakarta, terima kasih
telah memberikan kami izin untuk melakukan penelitian di puskesmas tersebut
vii
4. Bu Ning selaku ketua kader posyandu Mekar 2 Jomegatan yang telah
memberikan izin dan membantu kami dalam mengumpulkan data
penelitian.
5. Ayahanda dan Ibunda tercinta, Supriyono dan Eni Kusrini, yang selalu memberikan
kasih sayang, semangat, dan doa kepada penulis serta menjadi sumber semangat dan
inspirasi dalam hidup peneliti.
6. Saudaraku tercinta, Anisa dan Fadhil yang selalu memberikan semangat dan doa
kepada penulis.
7. Teman-temanseperjuangan PSIK angkatan 2010 yang telah banyak membantu
peneliti selama menyelesaikan studi dan memberikan dorongan kepada penulis .
8. Pihak-pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu, semoga Allah SWT
membalas semua kebaikan Anda semua.
Dalam penelitian ini, peneliti menyadari masih ada kekurangan
baik dalam penulisan maupun dalam penyajian materi. Peneliti sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan dan peningkatan kualitas dalam penulisan dimasa
mendatang. Peneliti berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat
digunakan dan bermanfaat.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Yogyakarta, 10 Agustus 2014
Penulis
Fitri Rahmadani Kuspriyani
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .....................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................... iii
MOTTO ........................................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................v
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
DAFTAR ISI .............................................................................................. vii
DAFTAR SKEMA DAN TABEL............................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiii
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................ xiv
INTISARI .................................................................................................... xv
ABSTRACT ............................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 6
E. Penelitian Terkait .......................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 12
A. Landasan Teori ............................................................................ 12
ix
1. Lanjut Usia ............................................................................. 12
2. Elder Abuse ............................................................................ 17
3. Pengukuran Elder Abuse…………………………………… 17
B. Kerangka Konsep ........................................................................ 38
C. Hipotesis ...................................................................................... 39
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 40
A. Desain Penelitian ........................................................................ 40
B. Populasi dan Sampel.................................................................... 41
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 44
D. Variabel Penelitian……………………………………………... 44
E. Definisi Operasional .................................................................... 44
F. Instrumen Penelitian .................................................................... 45
G. Cara Pengumpulan Data .............................................................. 46
H. Uji Validitas dan Reliabilitas....................................................... 48
I. Pengolahan dan Analisa Data ...................................................... 48
J. Kesulitan Penelitian……………………………………………. 48
K. Etik Penelitian…………………………………………………. 48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................... 52
A. Gamabaran Umum Lokasi Penelitian ........................................... 52
B. Hasil Penelitian ............................................................................ 53
1. Hasil Karakteristik Responden ..................................................................... 52
2. Hasil Analisis Univariat .................................................................................. 52
3. Hasil Analisis Bivariat........................................................ 55
x
4. Hasil Analisis Multivariat................................................... 56
C. Pembahasan……………………………………………………. 55
D. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian…………………………... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 63
A. Kesimpulan .................................................................................. 63
B. Saran ............................................................................................ 63
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 65
LAMPIRAN
xi
DAFTAR SKEMA TABEL
Halaman
Skema 1 Kerangka Konsep ...................................................................... 36
Tabel 1 Kuesioner HS-EAST…………………………………………... 53
Tabel 2 Kuesioner Depresi ....................................................................... 55
Tabel 3 Distribusi Karakteristik Responden ............................................ 55
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Depresi ....................................................... 56
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Elder Abuse................................................ 57
Tabel 6 Distribusi Hasil Hubungan Umur dengan Resiko
Terjadinya Elder Abuse............................................................................. 57
Tabel 7 Distribusi Hasil Hubungan Jenis kelamin dengan Resiko
Terjadinya Elder Abuse…………………………………………………. 57
Tabel 8 Distribusi Hasil Hubungan Status Perkawinan dengan Resiko
Terjadinya Elder Abuse………………………………………………… 57
Tabel 9 Distribusi Hasil Hubungan Status Pekerjaan dengan Resiko
Terjadinya Elder Abuse………………………………………………… 58
Tabel 10 Distribusi Hasil Hubungan Status Tempat Tinggal
dengan Resiko Terjadinya Elder Abuse………………………………... 58
Tabel 11 Distribusi Hasil Hubungan Depresi dengan Resiko
Terjadinya Elder Abuse…………………………………………………. 58
Tabel 12 Distribusi Hasil Faktor yang Paling Berpengaruh dengan
Resiko Terjadinya Elder Abuse………………………………………… 58
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 2 Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3 Kuesioner Elder Abuse (HS-EAST) Lampiran 4 Kuesioner Depresi
Lampiran 5 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Elder Abuse
Lampiran 6 Frekuensi Responden
Lampiran 7 Hasil Frekuensi Responden
Lampiran 8 Hasil Korelasi Bivariat Lampiran 9 Hasil Korelasi Multivariat
Lampiran 10 Surat Izin Survei Pendahuluan BAPEDA BANTUL
Lampiran 11 Surat Keterangan Etika Penelitian
Lampiran 12 Surat Izin Penelitian BAPEDA BANTUL
xiii
DAFTAR SINGKATAN
WHO : World Health Organization
HS-EAST : Hwalek Sengstock Elder Abuse Screening Tool
GDS : Geriatric Depression Scale
CDC : Centers for Disease Control and Prevention
Dinkes : Dinas Kesehatan
Depkes : Departemen Kesehatan
UHH : Usia Harapan Hidup
xiv
Fitri Rahmadani Kuspriyani. (2014). Faktor-Faktor yang berhubungan dengan resiko terjadinya elder abuse di desa Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan,
Bantul.
Pembimbing :
Nurul Hidayah, S.Kep., Ns.
INTISARI
Latar belakang: Jumlah lansia di Indonesia mengalami peningkatan. Lansia
merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap terjadinya elder abuse.
Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia
baik perubahan fungsi tubuh, psikologis, maupun sosial. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang
berhubungan dengan resiko terjadinya elder abuse seperti umur, jenis
kelamin, status perkawinan, status pekerjaan, status tempat tinggal, dan
depresi serta mengetahui faktor apa yang paling berhubungan terhadap resiko
terjadinya elder abuse di desa Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul.
Metodologi: Jenis penelitian ini adalah non eksperimental yaitu deskriptif
kuantitatif. Metode yang digunakan adalah metode cross-sectional dengan
teknik purposive sampling. Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner
HS-EAST dan GDS. Analisa data menggunakan Chi-Square dan Logistic
Regression.
Hasil: Hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa faktor umur (p=0,000),
faktor jenis kelamin (p=0,042), faktor perkawinan (p=0,024), dan faktor
depresi (p=0,000) memiliki hubungan dengan resiko terjadinya elder abuse
sedangkan faktor status pekerjaan (p=0,147) dan faktor status tempat tinggal
(p=0,305) tidak terdapat hubungan dengan resiko terjadinya elder abuse.
Berdasarkan hasil dari logistic regression, faktor umur merupakan faktor
yang memiliki hubungan paling signifikan terhadap resiko terjadinya elder
abuse yaitu p=0,002.
Kesimpulan: faktor umur, jenis kelamin, perkawinan, dan depresi memiliki
hubungan dengan resiko terjadinya elder abuse. Usia merupakan faktor yang
paling berhubungan dengan resiko terjadinya elder abuse di desa Jomegatan,
Ngestiharjo, Kasihan, Bantul.
Kata kunci: Faktor-Faktor, elder abuse, lansia, proses penuaan
xv
Fitri Rahmadani Kuspriyani. (2014). The factors that related to elder
abuse in Jomegatan village, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul.
Adviser:
Nurul Hidayah, S. Kep., Ns.
ABSTRACT
Background: The aging population is rapidly increase in Indonesia.
Elderly is one of group that vulnerable toward elder abuse. It was
happened because there are alteration of human function, psychological,
or social. The purpose of this study was to access the factors that
correlated with elder abuse such as age, sex, marital status, employment,
cohabitation, and depression in Jomegatan village, Ngestiharjo, Kasihan,
Bantul. This research also has purpose to know what is the significant
factors that correlated with elder abuse.
Methods: This research study was non experimental with descriptive
quantitative design. Cross-sectional method was the main method and
using purposive sampling. The instrument of this study used questionnaire
such as HS-EAST for elder abuse and GDS for depression. Analysis data
used chi-square and logistic regression.
Results: Surveys were completed by 63 participants. Findings reveal by
chi-square that age (p=0,000), gender (p=0,042), marital status
(p=0,024), and depression factors (p=0,000) correlated with elder abuse.
Whereas employment factor and living status factor wasn’t related to
elder abuse. Based on logistic regression result showed that age has
significant factors that correlated with elder abuse.
Conclusion: Factors that related to elder abuse are age, sex, marital
status, and depression. Meanwhile employment and living status factors
wasn’t correlated with elder abuse. Age was significant factors that
correlated with elder abuse in Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul.
Keyword: Factors, elder abuse, elderly, aging process
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional di berbagai
bidang telah menunjukkan hasil yang positif diantaranya yaitu keadaan
sosial ekonomi masyarakat yang meningkat, perbaikan lingkungan hidup,
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan kemajuan di bidang
pelayanan kesehatan (Azizah, 2011). Hal ini berdampak pada kualitas
hidup masyarakat akan kesehatan serta usia harapan hidup yang meningkat
(Nugroho, 2004). Akibatnya jumlah penduduk dengan usia lanjut
meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat (Azizah, 2011).
Populasi lanjut usia di berbagai dunia telah mengalami pertumbuhan
menjadi 7,06 miliar pada pertengahan 2012 (haub, 2012). World health
Organization (WHO) tahun 2002 menyatakan bahwa pada tahun 2050
jumlah lanjut usia yang berusia 60 tahun keatas diperkirakan meningkat
menjadi 2 miliar dimana sekitar 80% tinggal di Negara berkembang.
berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, Indonesia saat ini
termasuk kedalam lima besar Negara dengan jumlah penduduk lanjut usia
terbanyak di dunia yakni 18,1 juta jiwa atau 9,6% dari jumlah penduduk
(Depkes, 2012).
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu provinsi
yang memiliki Usia Harapan Hidup (UHH) tertinggi di Indonesia. Rata-
rata UHH di Provinsi DIY pada tahun 20112 yaitu 73,27 tahun (Dinkes
DIY, 2012). Menurut data dari Dinkes Provinsi DIY pada tahun 2012 yaitu
2
jumlah lansia tahun 2011 secara keseluruhan terdapat 456.357 jiwa dari
total 3.513.071 jiwa (12,99%) (Dinkes Provinsi DIY, 2012). Kabupaten
Bantul memiliki jumlah lansia terbanyak tahun 2013 bila dibandingkan
dengan kabupaten lainnya yaitu sebesar 162.321 jiwa atau 35,52% dari
total lanjut usia di DIY (Dinkes Kabupaten Bantul, 2013).
Proses menua merupakan suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti
dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(Constantindes, 1994 cit Darmojo, 2004). Lanjut usia (lansia) menurut
WHO dalam Kushariyadi (2011) adalah seseorang yang berusia di atas 60
tahun. Sedangkan menurut UU Kesehatan No. 23 tahun 1992, lansia
merupakan seseorang yang mengalami perubahan baik biologis, fisik,
jiwa, dan sosial seiring dengan pertambahan usia (Kushariyadi, 2011).
Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia tidak hanya
perubahan fisiologik saja tetapi terjadi perubahan pula pada psikososial
yang menyebabkan lansia mengalami kelemahan dan keterbatasan fungsi
(Potter & Perry, 2005). Hal ini mengakibatkan keluarga dan masyarakat
beranggapan bahwa perubahan yang terjadi pada lansia merupakan hal
yang wajar dan alami dimana lansia menjadi sering sakit cepat marah, dan
curiga (Depkes, 2010). Pandangan yang salah ini menyebabkan kondisi
kesehatan fisik, mental, maupun kebutuhan lansia tidak terpenuhi dan
tidak tertangani dengan baik (Depkes 2010). Selain itu pemahaman yang
3
salah terkait lansia akan mempengaruhi perlakuan keluarga atau
masyarakat terhadap lansia sehingga lansia beresiko untuk tidak terpenuhi
kebutuhannya (Ramlah, 2011).
Permasalahan yang umum terjadi pada lansia yaitu adanya
gangguan kognitif, isolasi sosial, atau adanya ketergantungan dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga lansia merupakan salah satu
kelompok yang rentan terhadap elder abuse (Stuart, 2009). Menurut
Bhatia, Srivastava, & Bansal (2008) elder abuse merupakan salah satu
bentuk perlakuan yang dapat menyebabkan terjadinya masalah kesehatan
utama pada lansia seperti kecacatan fisik, masalah psikologis, masalah
gangguan mental, dan bahkan dapat menyebabkan kematian pada lansia.
Selain itu elder abuse merupakan penyebab utama dalam meningkatnya
angka kesakitan dan kematian pada lansia (Dong, Simon, Leon, Fulmer,
Beck, Hebert, et al, 2009).
Elder abuse dapat dipengaruhi oleh faktor predisposisi baik pada
lansia maupun pada keluarga (Bonnie cit Yaffe, 2012). Dilihat dari
kondisi lansia yang memudahkan mereka rentan terhadap abuse yaitu
adanya kelemahan akibat penurunan fungsi tubuh, usia sangat lanjut,
lansia wanita, ketergantungan dengan abuser, gangguan fungsi kognitif,
keterbatasan dalam aktivitas sehari-hari, masalah dalam kebiasaan, dan
isolasi sosial (Bonnie cit Yaffe, 2012). Sedangkan faktor predisposisi oleh
keluarga yaitu adanya stres yang dialami oleh keluarga tersebut, adanya
gangguan kesehatan mental, penyakit terkait psikologisnya, pecandu
4
alkohol dan obat, serta masalah finansial terkait biaya perawatan lansia
(Bonnie cit Yaffe, 2012). Selain itu status tempat tinggal, gangguan
kognitif, dan depresi juga merupakan faktor resiko terjadinya elder abuse
(Dyer cit Strasser, 2013).
Elder abuse memiliki dampak bagi lansia seperti masalah
kesehatan, finansial, dan sosial. Elder abuse merupakan sumber utama
terjadinya stres dan memiliki dampak jangka panjang bagi kesehatan
lansia seperi timbulnya nyeri dada atau angina, masalah jantung,
hipertensi, masalah pernafasan, masalah perut (maag), serangan panik
bahkan hingga menyebabkan fraktur di pinggang (Bain & Spencer, 2009).
Tindakan elder abuse juga berdampak pada finansial atau materi milik
lansia sehingga dapat menyebabkan distres dan menimbulkan ketegangan
keuangan pada lansia karena adanya perampasan hak lansia berupa materi
oleh caregiver. Elder abuse juga berdampak pada kondisi sosial dimana
efek dari elder abuse yaitu lansia menjadi kurang dihormati dan dapat
mempengaruhi individu, keluarga, dan masyarakat (Bain & Spencer,
2009).
Kejadian elder abuse di Amerika Serikat menurut CDC (2002)
dalam Mohr (2006) diperkirakan ada 450.000 lanjut usia (lansia) yang
mengalami abuse di dalam keluarga. Selain itu menurut Jogers et al
(2003) dalam Melillo & Houde (2005) menyatakan bahwa insiden elder
abuse di Amerika sekitar 500.000 kasus pertahun dengan prevalensi 32
per 1000 individu. Menurut Russell, Fulmer, Singh, Valenti, Vermula, &
5
Strauss (2013) berdasarkan hasil penelitian di Atlanta, Georgia
didapatkan ada 32 responden (28,6%) yang memenuhi kriteria beresiko
terjadinya elder abuse. Sedangkan di Indonesia berdasarkan Pusat data
dan Informasi (Pusdatin) Kemensos pada tahun 2010 terdapat sekitar
2.851.606 lanjut usia terlantar (15,80%), 4.658.280 lansia rawan terlantar
(25,82%), dan 10.533.831 lansia tidak terlantar (58,38%) (Kemensos,
2012).
Kasus terkait elder abuse di Amerika banyak yang tidak dilaporkan
dimana hanya sekitar 16% dari insiden tersebut yang dilaporkan kepada
pihak yang berwajib (Fulner 2002 cit Linton 2006). Hal ini disebabkan
oleh banyaknya kasus yang tidak terdeteksi oleh tenaga kesehatan karena
kurangnya pengetahuan tentang teknik pengkajian, kurangnya alat
pengkajian, kesalahan dalam menginterpretasi data pengkajian atau
kesalahan dalam menginterpretasikan bahwa perubahan pada lansia
merupakan hal yang normal seiring dengan bertambahnya usia seseorang
(Fulner cit Linton, 2006).
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan diatas, maka
lansia merupakan kelompok yang rentan terhadap abuse dalam keluarga
sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang faktor-
faktor apa saja yang berhubungan dengan resiko terjadinya elder abuse.
Hal ini disebabkan karena masih minimnya akses penelitian tentang
faktor-faktor yang berhubungan dengan resiko elder abuse di Indonesia
sehingga diperlukan penelitian yang lebih banyak lagi supaya tenaga
6
kesehatan dan pemerintah dapat memberikan pelayanan yang tepat untuk
mengatasi masalah elder abuse.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka permasalahan
yang timbul adalah faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan resiko terjadinya
elder abuse di desa Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan resiko terjadinya elder abuse di desa Jomegatan, Ngestiharjo,
Kasihan, Bantul.
2. Tujuan khusus penelitian adalah:
a. Untuk mengetahui hubungan antara faktor umur dengan resiko terjadinya elder
abuse di desa Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul.
b. Untuk mengetahui hubungan antara faktor jenis kelamin dengan resiko terjadinya
elder abuse di desa Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul.
c. Untuk mengetahui hubungan antara faktor status perkawinan dengan resiko
terjadinya elder abuse di desa Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul.
d. Untuk mengetahui hubungan antara faktor status pekerjaan dengan resiko
terjadinya elder abuse di desa Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul.
e. Untuk mengetahui hubungan antara faktor status tempat tinggal dengan resiko
terjadinya elder abuse di desa Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul.
f. Untuk mengetahui hubungan antara faktor depresi dengan resiko terjadinya elder
abuse di desa Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul.
7
g. Untuk mengetahui faktor yang memiliki hubungan paling signifikan terhadap
resiko terjadinya elder abuse di desa Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi peneliti
Dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan resiko
terjadinya elder abuse dan menambah wawasan beserta pengalaman dalam
melaksanakan penelitian selanjutnya terkait elder abuse.
2. Manfaat bagi lanjut usia
Dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan kejadian elder
abuse.
3. Manfaat bagi tenaga kesehatan
Dapat memahami terkait elder abuse sehingga dapat memberikan pelayanan
terpadu kepada lansia.
E. Penelitian Terkait
1. “Screening for Elder Mistreatment among Older Adults Seeking Legal Assistance
Services” oleh Sheryl et al Tahun 2013.
Tujuan dari penelitian tersebut yaitu untuk mengetahui prevalensi dan hubungan
elder mistreatment pada lansia yang mecari pelayanan yang berwenang di Atlanta,
Georgia. Jenis penelitian yang digunakan yaitu desain survey cross-sectional dengan
menggunakan cluster sampling (ada 5 komunitas) dengan jumlah sampel ada 112
responden. Instrumen yang digunakan yaitu HS-EAST untuk meneliti lansia beresiko
terhadap abuse dan HANDS untuk meneliti tingkat depresi lansia. Hasil penelitian
yang di dapat yaitu 32 responden (28,6%) memenuhi kriteria beresiko terjadinya elder
abuse, 17 responden (15,2%) memenuhi kriteria terjadinya depresi, dan 105
responden (93,7%) berkunjung ke pelayanan kesehatan selama 6 bulan yang lalu.
8
Persamaan dengan penelitian ini yaitu tujuan yang ingin dicapai yaitu
mengetahui prevalensi lansia yang beresiko terhadap elder abuse dan faktor-faktor
yang mempengaruhi elder abuse serta instrumen yang digunakan sama yaitu HS-
EAST untuk mengetahui apakah lansia beresiko terhadap abuse. Sedangkan
perbedaannya yaitu wilayah yang digunakan berbeda.
2. “Screening for Elder Mistreatment in a Dental Clinic Population” tahun 2012 oleh
Stefanie et al.
Tujuan dari penelitian tersebut yaitu untuk mengetahui kemungkinan adanya
elder abuse di klinik gigi di Amerika Serikat. Metode yang digunakan yaitu metode
survey. Instrumen yang digunakan yaitu HS-EAST dengan menggunakan Audio
Computer Assisted Self Interview (ACASI). Sampel yang digunakan ada 139 lansia
yang berumur 65 tahun ke atas. Hasil dari penelitian ini yaitu ada 48,4% lansia yang
memiliki skor 3 dan 28,3% memiliki skor 4. Persamaan dengan penelitian ini yaitu
tujuan penelitiannya sama yaitu untuk mengetahui prevalensi elder abuse, metode dan
instrumen yang digunakan. Perbedaannya yaitu jumlah populasi dan tempat
penelitian.
3. “Prevalence and Correlates of Emotional, Physical, Sexual, and Financial Abuse and
Potential Neglect in the United States: The National Elder Mistreatment Study” oleh
Ron Acierno et al. dari Rush University Medical center dan Northwestern university
Medical Center, Chicago, USA 2011.
Tujuan dari penelitian tersebut yaitu untuk mengetahui prevalensi dan hubungan
antara emotional, physical, sexual, dan financial abuse serta potensi pengabaian di
Amerika Serikat secara random. Metode yang digunakan yaitu menggunakan
interview dengan menggunakan telepon yang sudah terhubung dengan komputer.
Populasi pada penelitian ini adalah lansia yang tinggal di Amerika serta sampel yang
digunakan ada 5.777 lansia yang berumur 60 tahun atau lebih. Analisis data
menggunakan model regresi logistik. Hasil dari penelitian ini yaitu prevalensi elder
abuse dalam satu tahun yaitu emotional abuse (4,6%), physical abuse (1,6%), sexual
9
abuse (0,6%), potensial neglect (5,1%), dan financial abuse (5,2%) oleh anggota
keluarga. Hubungan yang paling signifikan terhadap elder abuse yaitu adanya
dukungan sosial yang rendah dan adanya trauma masa lalu.
Persamaan dengan penelitian ini yaitu tujuan penelitiannya sama dimana salah
satunya untuk mengetahui prevalensi elder abuse. Perbedaannya yaitu metode
penelitian, instrument, dan analisis data yang berbeda.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Lanjut Usia
a. Definisi Lanjut Usia
Lanjut usia adalah orang yang sistem-sistem biologinya mengalami
perubahan struktur dan fungsinya akibat faktor usia (Aswim, 2003). Menurut
Depkes RI (2000) lanjut usia (lansia) adalah seorang laki-laki atau perempuan
yang berusia 60 tahun atau lebih, baik secara fisik masih berkemampuan
(potensial) maupun karena sesuatu hal tidak mampu berperan aktif dalam
pembangunan (tidak potensial). Sedangkan UU Kesehatan No.23 Tahun 1992,
lanjut usia merupakan seseorang yang karena usianya mengalami perubahan
biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial (Kushariyadi, 2011).
b. Proses menua
Menurut Constantinides (1994) dalam Darmojo (2006), menua merupakan
suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat mempertahankan diri terhadap luka. Hal ini menyebabkan lansia
tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(Nugroho, 2004).
Proses menua merupakan suatu proses normal yang berlangsung sejak
maturitas dan berakhir dengan kematian. Secara umum terdapat kecenderungan
menurunnya kapasitas fungsional baik pada tingkat seluler maupun pada tingkat
organ seiring dengan proses menua. Hal ini mengakibatkan orang berusia lanjut
tidak berespon terhadap berbagai rangsangan internal maupun eksternal,
sehingga orang usia lanjut sulit untuk memelihara kestabilan status fisik dan
11
kimiawi dalam tubuh atau memelihara homeostatis tubuh (Setiati, Harimurti, &
Roosheroe, 2007).
c. Teori Lanjut Usia
Menurut Potter dan Perry (2005), ada beberapa teori terkait lanjut usia
diantaranya sebagai berikut :
1) Teori Biologi
Teori ini mencakup teori genetik dan mutasi, immunology slow theory,
teori stress, teori radikal bebas, dan teori rantai silang.
a) Teori genetik dan mutasi
Menurut teori ini, menua terprogram secara genetik untuk spesies -
spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia
yang diprogram oleh molekul-molekul DNA dan setiap sel pada saatnya
akan mengalami mutasi misalnya mutasi dari sel-sel kelamin. Pada teori
ini juga didapatkan terjadi peningkatan jumlah kolagen dalam tubuh
lansia, tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit, dan
kekurangan gizi.
b) Immunology slow theory
Menurut immunology slow theory, sistem imun menjadi kurang
efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh
yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
c) Teori stress
Teori stres menyatakan bahwa menua terjadi akibat hilangnya sel-
sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha, dan
stres yang menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
d) Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya
radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-
12
bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini
menyebabkan sel-sel tidak dapat melakukan regenerasi.
e) Teori rantai silang
Pada teori rantai silang ini menua terjadi akibat adanya reaksi
kimia sel-sel yang tua sehingga menyebabkan ikatan yang kuat
khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya
elastisitas, kekacauan, dan hilangnya fungsi sel.
2) Teori Psikologi
Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring dengan
pertambahan usia. Biasanya lansia mengalami penurunan intelektualitas
yang meliputi persepsi, kemampuan kognitif, memori, dan belajar pada usia
lanjut sehingga menyebabkan lansia sulit untuk dipahami dalam
berinteraksi.
3) Teori sosial
Teori sosial ini terdiri atas teori interaksi sosial, teori penarikan diri,
teori aktivitas, teori kesinambungan, teori perkembangan, dan teori
stratifikasi usia.
a) Teori interaksi social
Pada teori ini menjelaskan mengapa lansia bertindak pada situasi
tertentu yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Interaksi
sosial pada lansia akan menurun karena pada lansia, kekuasaan dan
prestisenya berkurang, yang tersisa hanyalah harga diri dan kemampuan
mereka untuk mengikuti perintah.
b) Teori penarikan diri
Kemiskinan yang diderita lansia dan menurunnya derajat
kesehatan lansia mengakibatkan seorang lansia perlahan-lahan menarik
diri dari pergaulan di sekitarnya. Lansia juga mengalami proses
13
kehilangan ganda dimana lansia akan kehilangan peran, hambatan
dalam kontak sosial, dan berkurangnya komitmen.
c) Teori aktivitas
Proses penuaan merupakan suatu perjuangan untuk tetap muda dan
mereka akan mempertahankan perilaku mereka semasa muda sehingga
mereka mengalami penurunan dalam beraktivitas. Oleh karena itu
lansia tetap harus tetap diberdayakan supaya mereka mendapat
kepuasan dalam kehidupannya.
d) Teori kesinambungan
Pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan
gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia. Hal ini dapat terlihat
bahwa gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang tidak berubah
meskipun ia telah menjadi lansia. Pada teori kesinambungan ini
mengacu pada pergerakan dan proses banyak arah, bergantung dari
bagaimana penerimaan seseorang terhadap status kehidupannya.
e) Teori perkembangan
Teori perkembangan menjelaskan bagaimana proses menjadi tua
merupakan suatu tantangan dan bagaimana jawaban lansia terhadap
berbagai tantangan tersebut yang dapat bernilai positif atau negatif.
f) Teori stratifikasi usia
Teori stratifikasi usia mencakup beberapa hal yaitu:
1) Struktur mencakup hal-hal sebagai berikut: bagaimanakah peran dan
harapan menurut penggolongan usia, bagaimanakah penilaian strata
oleh strata itu sendiri dan strata lainnya, bagaimanakah terjadinya
penyebaran peran dan kekuasaan yang tidak merata pada masing-
masing strata yang didasarkan pada pengalaman dan kebijakan
lansia.
14
2) Proses mencakup hal-hal sebagai berikut: bagaimanakah
menyesuaikan kedudukan seseorang dengan peran yang ada,
bagaimanakah cara mengatur transisi peran secara berurutan dan
terus-menerus.
g) Teori spiritual
Komponen spiritual dan tumbuh kembang lansia mengacu pada
pengertian individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang
arti kehidupan.
d. Batasan Lansia
Batasan lanjut usia pada negara-negara sepeti Amerika dan Eropa adalah 65
tahun. Sedangkan di Indonesia sejak tahun 1995 ditetapkan bahwa kriteria lansia
adalah 60 tahun (Maryam, Ekasari, Rosidawati, Jubaedi, & Batubara, 2008).
Menurut WHO lanjut usia dikategorikan seperti usia pertengahan (middle
age) yaitu kelompok usia 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) yaitu usia antara 60-
74 tahun, lanjut usia tua (old) yaitu usia antara 75-90 tahun, dan usia sangat tua
(very old) yaitu di atas 90 tahun. Sedangkan menurut Undang-Undang No.13
tahun 1998, bab 1 pasal 1 ayat 2, lanjut usia adalah seseorang yang mencapai
usia 60 tahun ke atas (Nugroho, 2004). Menurut Setyonegoro dalam Nugroho
(2004), lansia dikelompokkan sebagai berikut : (1) usia dewasa muda (elderly
adulthood) : 18 atau 20-25 tahun, (2) usia dewasa penuh (middle years) atau
maturitas : 25-60 tahun atau 65 tahun, dan (3) lanjut usia (geriatric age) : lebih
dari 65 atau 70 tahun dimana lanjut usia terbagi dalam : (a) umur 70-75 tahun
(young old), (b) 75-80 tahun (old), dan (c) lebih dari 80 tahun (very old).
e. Klasifikasi Lansia
Menurut Depkes RI (2003) dalam Maryam et al (2008), ada lima klasifikasi
pada lansia yaitu :
1) Pralansia (Prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
15
2) Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3) Lansia beresiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang yang berusia 60
tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
4) Lansia potensial
Lansia yang tidak mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang
dapat menghasilkan barang atau jasa.
5) Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung
pada bantuan orang lain.
f. Karakteristik Lansia
Lansia memiliki karakteristik fisik sebagai berikut (Maryam et al., 2008):
1) Berusia lebih dari 60 tahun.
2) Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikosoial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga
kondisi maladaptif.
3) Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
g. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia
Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia menurut Potter & Perry
(2009) yaitu:
1) Perubahan fisiologis
Terdapat banyak perubahan fisiologis yang normal pada lansia.
Perubahan ini tidak bersifat patologis, tetapi dapat membuat lansia lebih
rentan terhadap penyakit.
a) Sistem Integumen
Kulit akan kehilangan elastisitas dan kelembabannya. Lapisan
epitel menipis, serat kolagen elastis juga mengecil dan menjadi kaku.
16
Terdapat banyak bintik dan lesi pada kulit. Bintik dengan bentuk tidak
teratur, halus, warna cokelat (lentigo senilis) awalnya akan timbul
pada punggung tangan dan lengan bagian bawah. Lesi seborrheic atau
keratosis muncul dalam bentuk ireguler, bulat, cokelat, dan berair.
b) Kepala dan leher
Tampilan wajah lansia akan tampak semakin menonjol karena
hilangnya lemak subkutan dan elastisitas kulit. Selain itu perubahan pada
suara yang umum terjadi akibat peningkatan tinggi nada dan hilangnya
volume serta jangkauan nada suara. Ketajaman penglihatan akan menurun
akibat adanya kerusakan retina, pengecilan pupil, kekeruhan lensa, atau
hilangnya elastisitas lensa. Pada indera pengecap, sekresi saliva menjadi
berkurang, papil perasa mengalami atrofi, dan terjadi penurunan
sensitivitas. Lansia menjadi kurang mampu membedakan antara rasa asin,
manis, asam, dan pahit. Sensasi penghidu juga berkurang sehingga
menurunkan sensasi rasa.
c) Toraks dan paru-paru
Perubahan toraks (rongga dada) terjadi karena adanya perubahan
pada sistem muskuloskeletal sehingga kekuatan otot respirasi mulai
berkurang. Selain itu juga terjadi penurunan refleks batuk, pengeluaran
lendir, debu, serta iritan saluran napas berkurang akibat adanya penurunan
jumlah silia, dan adanya peningkatan infeksi saluran napas.
d) Jantung dan sistem vaskular
Penurunan kekuatan kontraksi miokardium menyebabkan penurunan
curah jantung. Selain itu, tekanan sistolik dan/atau diastolik pada lansia
terkadang menjadi terlalu tinggi. Sensitivitas baroreseptor berkurang
sehingga kemampuan kompensasi dalam merespons stimulus hipotensi atau
hipertensi menjadi berkurang. Denyut nadi perifer lansia akan lebih lemah
17
pada ekstremitas bawah sehingga lansia mengeluh kakinya terasa dingin,
terutama pada malam hari.
e) Sistem gastrointestinal dan abdomen
Penuaan mengakibatkan peningkatan jaringan lemak di tubuh
sehingga terjadi penambahan ukuran abdomen. Selain itu, abdomen juga
tampak menjadi lebih menonjol karena ada penurunan tonus otot dan
elastisitas. Perubahan fungsi gastrointestinal meliputi perlambatan
peristaltik dan perubahan sekresi sehingga mengakibatkan lansia
mengalami intoleransi pada makanan tertentu dan gangguan akibat
pengosongan lambung yang lambat. Perubahan pada jalur gastrointestinal
bawah dapat menyebabkan konstipasi, distensi lambung dan intestinal
karena gas atau diare.
f) Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi disebabkan oleh perubahan hormonal.
Pada wanita akan mengalami menopause karena adanya penurunan respon
ovarium terhadap hormon hipofise dan menurunnya kadar estrogen dan
progesteron. Sedangkan pada pria tidak mengalami terhentinya fertilitas
akibat penuaan yang mutlak.
g) Sistem perkemihan
Pada laki-laki terkadang timbul hipertrofi kelenjar prostat sehingga
akan menekan leher kandung kemih dan mengakibatkan terjadi retensi urin,
frekuensi, inkontinensia, dan infeksi saluran kemih. Sedangkan pada wanita
lebih sering mengalami inkontinensia urin sampai usia 80 tahun akibat
melemahnya otot perineum dan kandung kemih.
h) Sistem muskuloskeletal
Seiring penuaan, serat otot akan mengecil, massa tulang dan
kekuatan otot berkurang seiring berkurangnya massa otot. Wanita
18
pascamenopouse mengalami demineralisasi tulang yang lebih besar
dibandingkan dengan pria.
i) Sistem neurologis
Pada lansia akan terjadi penurunan jumlah dan ukuran neuron pada
sistem saraf sehingga fungsi neurotransmiter juga berkurang. Refleks
volunter menjadi lebih lambat dan individu menjadi kurang mampu
merespon stimulus multipel.
2) Perubahan fungsional
Penurunan fungsi yang terjadi pada lansia biasanya berhubungan dengan
penyakit dan dapat mempengaruhi kemampuan fungsional dan kesejahteraan
seorang lansia. Pada beberapa lansia merasa sulit untuk menerima perubahan
yang terjadi pada seluruh aspek kehidupannya dan biasanya akan menyangkal
adanya perubahan dan terus mengharapkan penampilan yang sama tanpa
mempedulikan usiannya. Sebaliknya, ada juga lansia yang melebih-lebihkan
kondisi dan membatasi kegiatannya.
3) Perubahan kognitif
Perubahan kognitif pada lansia diakibatkan karena adanya beberapa
perubahan struktur dan fisiologis otak (penurunan jumlah sel, deposisi lipofusin
dan amiloid pada sel, dan perubahan kadar neurotransmiter). Tiga kondisi utama
yang mempengaruhi kognisi lansia adalah delirium, demensia, dan depresi.
4) Perubahan psikososial
Perubahan psikososial selama proses penuaan akan melibatkan proses
transisi kehidupan dan kehilangan. Semakin panjang usia seseorang, maka akan
semakin banyak pula transisi dan kehilangan yang harus dihadapi. Biasanya
perubahan psikososial pada lansia meliputi masa pensiun, isolasi sosial,
seksualitas, kondisi rumah dan lingkungan, serta kematian.
19
h. Permasalahan yang berkaitan dengan perkembangan kehidupan lanjut usia
Lanjut usia biasanya mengalami permasalahan yang berhubungan dengan
perkembangannya akibat adanya penurunan fungsi biologis, psikologis, sosial, dan
ekonomi. Hal ini menimbulkan pengaruh terhadap seluruh aspek kehidupan.
Menurut Tamher & Noorkasiani (2009) permasalahan lansia yang umumnya terjadi
yaitu :
1) Penurunan kemampuan pada lansia dipengaruhi oleh proses menua yang
menimbulkan berbagai masalah seperti biologis, mental, maupun sosial
ekonomi. Hal ini mengakibatkan kemunduran pada peran-peran sosial sehingga
lansia mengalami gangguan dalam mencukupi kehidupannya.
2) Berkurangnya kesibukan sosial mengakibatkan gangguan integrasi dengan
lingkungannya sehingga memberikan dampak terhadap kebahagiaan lansia.
3) Sebagian para lansia masih mempunyai kemampuan bekerja dimana
permasalahannya yaitu bagaimana cara untuk memfungsikan tenaga dan
kemampuan mereka ke dalam dunia kerja.
4) Masih ada sebagian lanjut usia dalam keadaan terlantar, tidak mempunyai
pekerjaan/penghasilan, dan tidak mempunyai keluarga/sebatang kara.
Menurut BkkbN (2012), permasalahan-permasalahan yang sering terjadi pada
lansia diantaranya yaitu:
1) Masalah yang ditimbulkan oleh pasangan hidup
Pasangan hidup (suami-isteri) akan memiliki masalah terutama bagi
lansia dalam menjalani kehidupan. Masalah itu berupa ketidakcocokkan
(disharmonis) di antara masing-masing pihak. Hal ini terjadi seiring dengan
pertambahan usia karena adanya penurunan fisik maupun psikologis yang
dialami oleh kedua pihak. Selain itu muncul ketegangan emosi sehingga
mempengaruhi hubungan suami-isteri.
20
2) Masalah yang ditimbulkan oleh lingkungan keluarga
Masalah interaksi sosial bagi lansia dapat ditimbulkan di lingkungan
keluarga akibat adanya ketidakcocokan dengan sebagian anggota keluarga atau
seluruh anggota keluarga hingga memicu ketegangan di keluarga. Hal yang
paling sering terjadi adalah keluarga melarang atau membatasi lansia keluar
rumah maupun pekerjaan-pekerjaan fisik yang dilakukan lansia. Dalam
konteks ini, keluarga sebenarnya bermaksud baik dengan memperhatikan
keamanan dan kenyamanan lansia, tetapi bagi lansia, mungkin tindakan itu
dianggap mengekang dan membatasi ruang gerak lansia.
3) Masalah yang ditimbulkan oleh lingkungan masyarakat
Lingkungan masyarakat yang tidak kondusif akan menimbulkan
masalah tersendiri bagi lansia. Dalam kondisi lingkungan masyarakat yang
tidak sesuai ini akan mudah mempengaruhi mental psikologis lansia, sehingga
lansia mudah mengalami stres dan mudah emosi seperti lingkungan yang
bising, padat, atau pinggir jalan raya.
4) Masalah yang ditimbulkan oleh pekerjaan
Pada situasi dan kondisi tertentu memaksa lansia untuk tetap bekerja
dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Bagi kelompok lansia ini sudah
pasti pekerjaan menjadi beban yang berat bagi dirinya.
2. Elder Abuse
a. Definisi Elder Abuse
Elder abuse merupakan tindakan yang dilakukan oleh seseorang sekali
atau berulang baik disengaja maupun tidak disengaja atau akibat kurangnya
kepercayaan dalam suatu hubungan sehingga menyebabkan kecacatan seperti
cedera, pelanggaran hak asasi manusia, dan penurunan kualitas hidup
seseorang atau penderitaan bagi lanjut usia (Bhatia, Srivastava,& Bansal,
2008). Menurut WHO menjelaskan bahwa elder abuse merupakan
21
pelanggaran hak asasi manusia dan dapat menyebabkan cidera, penyakit,
penurunan produktivitas, isolasi, dan perasaan putus asa (WHO, 2002).
L. Teori Elder Abuse
Menurut Mattenson & Connel (2007) ada empat teori terkait faktor
resiko yang dapat menyebabkan terjadinya elder abuse :
1) Teori kekerasan transgenerasional
Teori kekerasan transgenerasional menjelaskan tentang proses
pembelajaran suatu kebiasaan yang dilakukan secara turun temurun dari
satu generasi ke generasi berikutnya. Anak yang pernah mengalami abuse
dan tinggal bersama dengan abuser, mereka akan tumbuh dan berkembang
menjadi seorang abuser dan akan melakukan abuse kepada anaknya. Selain
itu lansia yang mengalami depresi, distress psikologi, dan adanya gangguan
kognitif seperti Alzheimer dapat merusak hubungan antara lansia dengan
caregiver sehingga memungkinkan terjadinya elder abuse.
2) Teori psikopatologi abuser
Teori ini menyatakan bahwa kondisi psikopatologi abuser
merupakan salah satu faktor resiko elder abuse dimana terdapat
ketidaknormalan pada personalitas dan karakteristik abuser. Menurut
Humprey & Campbell (2004), kondisi psikopatologi merupakan kondisi
dimana abuser memiliki gangguan mental dan tingkah laku abuser
merupakan hasil dari penyakit mental yang dimilikinya dan adanya
pengaruh alkohol atau narkoba sehingga abuser tidak dapat mengontrol
perilakunya.
3) Teori stres pada caregiver
Teori stres pada caregiver yaitu adanya tekanan secara langsung dan
stres pada caregiver hingga mencapai puncaknya sehingga mereka akan
mengekspresikan kemarahan dengan melakukan abuse. Stres pada
caregiver dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan terkait cara merawat
22
lansia dan minimnya mencari sumber koping dalam merawat lansia serta
adanya beban finansial dan waktu yang dibutuhkan bertambah untuk
perawatan dan kebutuhan lansia.
4) Teori ketergantungan
Teori ketergantungan ini menjelaskan bahwa lansia merupakan
korban abuse akibat adanya kelemahan fungsi tubuh dan penyakit kronik
sehingga lansia akan bergantung pada keluarga yang merawat ataupun
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
M. Faktor resiko elder abuse
Menurut Hazard et al (2003), ada beberapa faktor resiko yang dapat
menyebabkan lansia mengalami elder abuse adalah sebagai berikut :
1) Menurunnya kesehatan dan adanya gangguan fungsional
Kesehatan lansia yang buruk disertai dengan adanya gangguan
fungsional dapat mengurangi kemampuan lansia dalam mencari dan atau
mempertahankan dirinya sendiri sehingga hal ini dapat memicu ketegangan
antara lansia dengan caregiver. Hal ini dapat mengakibatkan lansia tersebut
lebih mudah mendapatkan abuse.
2) Gangguan kognitif
Lansia yang mempunyai gangguan kognitif biasanya memiliki
perilaku yang agresi dan dapat memicu terjadinya ketegangan pada
caregiver atau anggota keluarga lainnya.
3) Pelaku abuser yang menyimpang
Pelaku mempunyai kebiasaan yang buruk seperti pecandu alkohol
atau narkoba dan memiliki penyakit mental yang serius dapat menyebabkan
pelaku kehilangan kontrol sehingga memicu timbulnya perilaku kasar
terhadap usia lanjut.
23
4) Ketergantungan pelaku pada korban
Pelaku sangat bergantung pada korban dalam hal finansial dalam
pemenuhan sehari-hari dan menyalahgunakan hasil berupa uang oleh
kerabat atau untuk mendapatkan harta warisan dari lansia tersebut.
Akibatnya jika lansia tidak memenuhi permintaan abuser, maka abuser
dapat bertindak abuse kepada lansia.
5) Pengaturan hidup bersama
Lansia yang hidup bersama dengan pasangan atau anggota keluarga
akan mudah mendapatkan tekanan dan konflik dimana pada umumnya
mengarah ke dalam insiden abuse terhadap usia lanjut.
6) Satus perkawinan
Abuse juga dapat terjadi pada pasangan suami istri yang diakibatkan
adanya tekanan atau konflik di dalam rumah tangga. Elder abuse dapat
terjadi apabila pasangan memiliki riwayat kekerasan, pecandu alkohol, dan
memiliki gangguan mental (Matteson & Connel, 2007).
7) Faktor eksternal yang menyebabkan stres
Peristiwa hidup yang penuh dengan tekanan dan ketegangan
finansial dapat menurunkan kekuatan keluarga dan meningkatkan
kemungkinan terjadinya abuse.
8) Isolasi sosial
Lansia dengan minimnya kontak sosial akan mudah menjadi korban
abuse. Dengan berkurangnya isolasi pada lansia memungkinkan tindakan
abuse untuk dideteksi dan dihentikan. Dukungan sosial berperan sangat
penting bagi kelangsungan hidup lansia karena dapat menjadi penahan
dalam melawan stres.
9) Sejarah adanya kekerasan
Riwayat kekerasan di dalam suatu hubungan mungkin dapat berubah
menjadi prediksi adanya elder abuse di kehidupan selanjutnya.
24
Menurut Humphrey & Campbell (2004), ada beberapa faktor resiko yang
dapat menyebabkan terjadinya elder abuse diantaranya yaitu:
1) Faktor individu
Secara umum korban elder abuse yaitu perempuan. Akan tetapi,
lansia laki-laki juga berpotensi terhadap elder abuse dimana angka elder
abuse pada lansia laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan lansia
perempuan.
2) Faktor usia
Para ahli mengemukakan jika kejadian elder abuse banyak terjadi
pada lansia yang berusia 80 tahun ke atas dan lansia tersebut mempunyai
gangguan baik fisik maupun psikologi. Pada usia lanjut terjadi penurunan
fungsi tubuh sehingga mengakibatkan berkurangnya kekuatan untuk
melindungi diri dari abuse. Contohnya yaitu seseorang yang mengalami
gangguan mental atau emosional dan ketidakmampuan dalam menyiapkan
makanan, melakukan kebersihan diri, atau berobat.
3) Faktor sosio-ekonomi
Elder abuse terutama pengabaian sering terjadi pada seseorang yang
mendapatkan pendapatan di bawah $ 10.000. Hal ini mengakibatkan
seseorang mengalami ketergantungan kepada keluarga mereka. Selain itu
adanya ketergantungan abuser terhadap lansia juga mempengaruhi
terjadinya elder abuse di dalam sebuah keluarga karena lansia memiliki
pendapatan yang lebih di dalam sebuah keluarga.
4) Depresi
Lansia yang mengalami depresi lebih rentan terkena elder abuse.
Seringkali lansia menganggap bahwa depresi merupakan bagian yang alami
terjadi seiring dengan proses penuaan dan akibat adanya gangguan secara
fisik maupun sosial. Depresi bukanlah gejala normal dari penuaan dan
25
menunjukkan bahwa depresi akan muncul di akhir kehidupan yang
berhubungan dengan penyakit kronik (Strasser et al, 2013).
N. Macam-mavam Elder Abuse
Tipe-tipe elder abuse menurut Stanley & Beare (2006):
1) Physically abuse
Physical abuse adalah suatu tindakan dengan menggunakan
kekuatan sehingga mengakibatkan luka pada tubuh, nyeri, dan kerusakan
bagian tubuh. Contohnya seperti memukul, mendorong, menendang,
membakar, menampar, dan mencubit. Menurut Melillo et al. (2005), elder
abuse adalah penderitaan nyeri fisik atau cedera dengan maksud
menyebabkan bahaya yang mencakup tindakan menampar, memukul,
menggigit, menarik rambut, mencekik, menendang, mematahkan tulang,
atau pengekangan secara paksa yang mungkin termasuk mengunci
seseorang di dalam rumah atau kamar kecil, diikat, atau diborgol.
2) Psychological abuse
Psychological abuse adalah penggunaan kata dengan agresif, nada
yang memaksa sehingga menimbulkan sakit hati atau distres akibat
perbuatan verbal atau nonverbal. Psychological abuse dapat berupa
penyerangan verbal seperti penghinaan, ancaman, intimidasi, berbohong,
membatasi untuk bersosialisasi, dan godaan. Sedangkan bentuk
psychological abuse secara nonverbal meliputi pengabaian lansia,
mengisolasi seorang lansia dari teman atau kegiatan, serta meneror lansia.
Bhatia, Srivastava, dan Bansal (2008) menjelaskan bahwa pada
psychological abuse, orang yang merawat lansia mudah terkena rasa sakit
secara psikis atau distres.
3) Neglect (pengabaian)
Neglect atau pengabaian adalah kegagalan dalam menyediakan
kebutuhan dan pelayanan yang optimal atau untuk mencegah bahaya.
26
Contoh dari pengabaian ini antara lain kurangnya pemeliharaan kesehatan,
kegagalan dalam menyediakan alat bantu fisik seperti kacamata, alat bantu
pendengaran, gigi palsu, dan kegagalan dalam memberikan tindakan
perlindungan (Hazard et al, 2003). Neglect merupakan kegagalan dalam
bertanggung jawab terhadap seseorang untuk menyediakan kebutuhan
hidup seperti makanan, tempat tinggal, pakaian, pengobatan atau perawatan
gigi atau menolak untuk memberikan ijin ke orang lain dalam menyediakan
perawatan secara langsung .
4) Financial abuse/exploitation
Financial abuse adalah penggunaan uang, kekayaan, dan aset lansia
secara tidak layak atau ilegal. Financial abuse dapat berupa mengambil
uang milik lansia demi kepentingan atau keuntungan pribadi tanpa
persetujuan lansia, menggunakan kekuasaan untuk mendesak lansia,
menjual rumah milik lansia,penggunakan sumber finansial untuk
keuntungan caregiver, dan tidak mengembalikan uang milik lansia.
O. Tanda dan gejala Elder Abuse
Tanda dan gejala dari elder abuse menurut Hazard et al (2003) adalah
sebagai berikut:
1) Physically abuse
a) Memar dan bilur yang tidak dapat dijelaskan seperti di wajah, bibir,
mulut, badan, punggung, pantat, atau paha, dan membentuk pola yang
teratur atau mencerminkan bentuk alat yang digunakan untuk
melakukan abuse (kabel, listrik, ikat pinggang, dan lain-lain).
b) Luka bakar yang tidak dapat dijelaskan seperti luka sundutan rokok (di
telapak kaki, telapak tangan, punggung atau pantat), luka bakar celup
(luka bakar yang berbentuk seperi kaus kaki), berpola (seperti bentuk
alat setrika, pembakar listrik, dan lain-lain), dan luka bakar karena tali
pada lengan, tungkai, leher, atau badan.
27
c) Fraktur yang tidak dapat dijelaskan seperti di wajah (pada tengkorak,
hidung, atau struktur wajah lainnya), fraktur dalam proses
penyembuhan.
d) Laserasi atau abrasi yang tidak dapat dijelaskan seperti di bagian mulut,
bibir, gusi, mata, atau genitalia eksterna.
2) Psychological abuse
a) Gangguan kebiasaan seperti menghisap, menggigit, bergoyang-goyang.
b) Gangguan tingkah laku seperti antisos ial, dan destruktif.
c) Sikap neurotik seperti gangguan tidur, gangguan bicara.
d) Reaksi psikoneurotik seperti histeria, obsesi, fobia, dan hipokondria.
3) Neglect/pengabaian
a) Kehilangan bebar badan yang drastis , malnutrisi, dan dehidrasi.
b) Adanya masalah fisik seperti luka tekan.
c) Kondisi lingkungan tempat tinggal yang tidak sehat seperti kotor,
berdebu, seprei dan pakaian yang berantakan.
d) Pakaian yang tidak cocok dengan musimnya
e) Kondisi tempat tinggal yang tidak aman.
4) Eksploitasi finansial
a) Tidak adekuatnya makanan dan obat-obatan.
b) Kurangya pengetahuan tentang status finans ial.
c) Perubahan mendadak dalam kondisi keuangan milik lansia.
d) Uang tunai milik lansia hilang di rumah.
e) Perubahan yang mencurigakan dalam isi surat wasiat dan surat kuasa.
f) Tagihan yang belum dibayar atau kurangnya perawatan medis
meskipun lansia memiliki cukup uang untuk berobat.
28
P. Dampak Elder Abuse
Menurut Bain & Spencer (2009) dampak yang terjadi setelah lansia
mengalami abuse adalah sebagai berikut :
1) Dampak secara fisik
Abuse merupakan sumber utama yang menyebabkan lansia mudah
mengalami tekanan (stres) sehingga hal ini memiliki efek jangka panjang
bagi kesehatan dan kesejahteraan lansia. Stres yang diakibatkan oleh abuse
dapat memicu timbulnya rasa nyeri dada atau angina, masalah jantung
lainnya, tekanan darah tinggi, masalah pernapasan, masalah perut (maag),
dan serangan panik. Selain itu elder abuse dapat menyebabkan lansia
mengalami kecacatan/cedera seperti patah tulang.
2) Dampak secara finansial
Elder abuse dapat berpengaruh pada kesejahteraan seorang lansia
sehingga hal ini membuat ketegangan keuangan milik lansia. Selain itu
lansia juga mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dan
pengobatan karena sebagian uang miliknya atau bahkan seluruh uangnya
berada di tangan anggota keluarganya.
3) Dampak secara sosial
Elder abuse dapat menjadi kebiasaan turun-temurun hingga menjadi
sebuah tradisi. Contohnya yaitu cucu menyaksikan tindakan abuse ketika
ada orang tuanya memperlakukan lansia dengan tidak semestinya sehingga
hal ini mengakibatkan persepsi negatif bahwa lansia saat ini kurang
dihormati dan diterima. Hal ini jika terjadi maka akan mempengaruhi
kehidupan lansia baik secara individu, keluarga, dan masyarakat (sosial).
3. Pengukuran Elder Abuse
Pengukuran elder abuse dilakukan dengan menggunakan kuesioner tes skrining
elder abuse Hwalek-Sengstock (HS-EAST). Kuesioner ini bertujuan untuk
29
mengetahui apakah lanjut usia (lansia) beresiko terhadap abuse atau tidak. Kuesioner
HS-EAST memiliki 15 item pertanyaan yang berisi tiga domain yaitu kekerasan
terhadap hak lansia atau tindakan abuse secara langsung, karakteristik tentang
keadaan rentan dan kemungkinan terjadinya abuse, pengabaian, dan eksploitasi.
B. Kerangka Konsep
Variabel bebas
Skema 1. Kerangka Konsep
C. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan resiko terjadinya elder abuse?
2. Faktor apa yang memiliki hubungan paling signifikan terhadap resiko terjadinya elder
abuse?
Faktor resiko yang
menyebabkan elder
abuse :
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Status perkawinan
4. Status pekerjaan
5. Status tempat tinggal
6. depresi
Elder Abuse
Positif Elder
Abuse
Negatif Elder
Abuse
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental yaitu deskriptif
kuantitatif. Metode yang digunakan yaitu metode cross-sectional. Metode cross-sectional
merupakan jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran observasi data variabel
bebas dan variabel terikat hanya satu kali dalam satu waktu untuk mengetahui faktor-faktor
resiko yang berhubungan dengan kejadian elder abuse di desa Jomegatan, Ngestiharjo,
Kasihan, Bantul.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang tinggal di desa Jomegatan,
Ngestiharjo, Bantul, Yogyakarta yang berjumlah 171 orang.
2. Sampel
Cara pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling.
Besarnya populasi dalam penelitian ini <1000, maka besarnya sampel yang digunakan
berdasarkan rumus Slovin sebagai berikut:
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d = tingkat signifikansi (0,1)
31
n = 63,09 ≈ 63 responden
Jadi, jumlah sampel dalam penelitian ini berdasarkan rumus di atas
adalah 63 responden lansia yang tinggal di desa Jomegatan, Ngestiharjo,
Kasihan, Bantul. Sampel diambil adalah sampel yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi, yaitu sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi
(1)Berusia ≥ 60 tahun
(2)Pria atau wanita
(3)Dapat berkomunikasi dengan baik
(4)Bersedia menjadi responden
b. Kriteria Eksklusi
(1)Memiliki gangguan kejiwaan
(2)Memiliki gangguan kognitif
(3)Memiliki gangguan dalam berkomunikasi
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Juni 2014.
32
D. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor resiko (faktor umur, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, status pekerjaan, status perkawinan, tempat tinggal, dan status
depresi).
2. Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah kejadian elder abuse di
desa Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul.
E. Definisi Operasional
1. Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia ≥ 60 tahun yang
tinggal di desa Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul.
2. Elder abuse adalah salah satu bentuk perlakuan yang dilakukan oleh keluarga atau
caregiver dalam merawat lansia dan berdampak pada kecacatan fisik, mental, bahkan
kematian. Alat ukur yang digunakan yaitu kuesioner skrining elder abuse Hwalek-
Sengstock (HS-EAST) yang berjumlah 15 pertanyaan dengan menggunakan skala
nominal. Hasil ukur yaitu positif elder abuse (0-2) dan negative elder abuse (3-15).
3. Umur adalah satuan waktu yang mengukur keberadaan responden, terhitung saat
responden lahir hingga pengambilan data. Alat ukur yang digunakan yaitu kuesione r
dengan skala nominal. Hasil ukurnya yaitu usia lanjut beresiko (lebih dari 74 tahun) dan
usia lanjut (60-74 tahun).
4. Jenis kelamin merupakan identitas seksual yang dibawa sejak lahir. Alat ukur yang
dipakai adalah kesioner dengan skala nominal. Hasil ukurnya yaitu laki-laki dan
perempuan.
5. Status perkawinan merupakan hubungan yang sah secara agama dan negara antara
perempuan dan laki-laki. Alat ukur yang digunakan yaitu kesioner dengan skala nominal.
Hasil ukurnya yaitu lansia yang sudah kawin (masih hidup) dan lansia tidak kawin
(janda/duda dan tidak kawin).
6. Status pekerjaan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan
penghasilan berupa uang. Alat ukur yang digunakan yaitu kuesioner dengan skala
33
nominal. Hasil ukurnya yaitu lansia yang masih bekerja (PNS, buruh, tani, dll) dan lansia
yang tidak bekerja.
7. Status tempat tinggal merupakan keputusan dimana lansia harus tinggal. Alat ukur
yang digunakan yaitu kuesioner dengan skala nominal. Hasil ukurnya yaitu tinggal sendiri
dan tinggal bersama anak/suami.
8. Depresi merupakan salah satu bentuk gangguan kejiwaan yang ditandai dengan
perasaan sedih, bersalah, tidak berdaya dan pesimis. Alat ukur yang digunakan yaitu
kuesioner Geriatric Depression Scale (GDS) yang berjumlah 15 item pertanyaan dengan
skala nominal. Hasil ukurnya yaitu lansia mengalami depresi dan lansia yang tidak
mengalami depresi.
F. Instrumen Penelitian
1. Kuesioner data demografi
Kuesioner data demografi dalam penelitian ini berisi data nama, umur, jenis
kelamin, status perkawinan, status pekerjaan, tempat tinggal, depresi, dan tingkat
pendidikan.
2. Kuesioner elder abuse
Kuesioner yang digunakan untuk mengukur elder abuse yaitu menggunakan
kuesioner yang diadopsi dari Hwalek (1999) yaitu tes skrining elder abuse Hwalek-
Sengstock (HS-EAST). Tes skrining elder abuse Hwalek Sengstock (HS-EAST)
merupakan suatu tes yang digunakan untuk mengidentifikasi indikasi adanya elder
abuse. HS-EAST terdiri dari 15 item pertanyaan, satu jawaban dihitung 1 poin dan poin
tersebut ditambah untuk menyusun skor total. Kuesioner ini terdiri dari pertanyaan
favourable (ya) dan unfavourable (tidak), seperti yang terlihat dalam tabel berikut:
34
Tabel 1. Kuesioner HS-EAST
No. Jawaban No. Item Jumlah
1.
2.
Favourable
Unfavourable
Total
2, 3, 5, 7, 8, 9, 10, 11,
13, 14 dan 15
1, 6, 12, dan 14
11
4
15
Cara penilaian HS-EAST ini dengan interpretasi skor sebagai berikut:
0-2 = tidak beresiko terhadap abuse
≥3 = beresiko terhadap abuse
3. Kuesioner tingkat depresi
Dalam mengukur tingkat depresi pada lanjut usi menggunakan instrumen
Geriatric Depression Scale (GDS) yang telah diadopsi dan disesuaikan oleh Depkes RI.
Kuesioner ini terdiri dari 15 pertanyaan tertutup dengan satu jawaban dihitung 1 poin dan
poin tersebut ditambah untuk menyusun skor total. Kuesioner ini juga terdiri dari
pertanyaan favourable (ya) dan unfavourable (tidak), seperti table berikut ini:
Tabel 2. Kuesioner Tingkat Depresi
No. Jawaban No.Item Jumlah
1. Favourable 2, 3, 4, 6, 8, 9, 10, 12, 14, 15 10
2. Unfavourable 1, 5, 7, 11, 13 5
Total 15
Cara penilaian GDS ini dengan interpretasi skor sebagai berikut:
Ya : depresi ringan hingga berat
Tidak : tidak depresi (normal)
G. Cara Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari hasil wawancara dan
kuesioner. Wawancara yang dilakukan berdasarkan kuesioner tes skirining elder abuse
Hwalek-Sengstock (HS-EAST). Pengumpulan data diawali dengan melakukan perijinan untuk
35
melakukan survey pendahuluan dari Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, kemudian dilanjutkan dengan meminta ijin kepada bapak dukuh
beserta kader posyandu utuk penelitian dan menjelaskan maksud penelitian.
Kegiatan selanjutnya adalah peneliti mulai mencari responden sesuai dengan kriteria
inklusi dan eksklusi. Responden yang tidak memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, maka
responden dianggap gugur. Kemudian peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian.
Selain itu peneliti juga akan merahasiakan jawaban responden sehingga hanya peneliti saja
yang mengetahui jawaban dari para responden. Setelah responden bersedia menjadi responden
penelitian, responden mengisian surat persetujuan (informed consent) serta responden
menandatangani surat persetujuan tersebut yang menandakan bahwa responden telah bersedia
berpartisipasi dalam penelitian ini. Setelah itu peneliti mulai melakukan proses wawancara
kepada lansia sesuai dengan kuesioner HS-EAST dan GDS dengan lansia di posyandu dan
dilanjutkan secara door to door. Kuesioner penelitian yang telah diisi selanjutnya diolah dan
dianalisis menggunakan SPSS. Kemudian hasilnya disusun dalam sebuah laporan akhir
penelitian.
H. Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Kuesioner HS-EAST
Menurut Muhidin dan Ali (2011), uji coba instrumen sebaiknya dilakukan kepada
20-30 responden sehingga peneliti melakukan uji validitas kepada 20 orang lansia yang
memiliki karakteristik hampir sama dengan penelitian. Uji instrumen ini dilakukan pada
lansia yang tinggal di dusun Kalimanjung, Ambarketawang, Gamping, Sleman karena
rata-rata lansia di dusun Kalimanjung tinggal dengan keluarga dengan kemampuan
ekonomi menengah tetapi ada juga lansia yang ditelantarkan oleh keluarganya seperti
tinggal sendiri di rumah dan terlihat tidak diperhatikan oleh keluarganya. Selain itu para
lansia umumnya tidak bekerja sehingga segala kebutuhan dipenuhi oleh anak-anak
mereka, akan tetapi ada pula yang masih bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Uji validitas dilakukan pada 12 Mei 2014. Tujuannya yaitu untuk menguji apakah
36
instrument penelitian dapat mengungkap ketepatan yang akan diukur sehingga dapat
digunakan sebagai kuesioner penelitian. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan
bantuan software SPSS v.16 for windows untuk dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya.
a. Uji validitas
Uji validitas instrument penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
rumus korelasi pearson product moment yaitu teknik mengkorelasikan masing-
masing skor item dengan skor total, kemudian membandingkan dengan koefisien
korelasi (r tabel). Rumus pearson product moment yaitu:
Keterangan:
N : jumlah responden
X :skor tiap-tiap pertanyaan yang dijawab masing-masing responden
Y : skor total dari seluruh pertanyaan masing-masing responden
r : angka product moment
Variabel dikatakan valid apabila skor variabel atau pertanyaan berkorelasi
secara signifikan dengan skor total (r product moment hitung > r tabel, dimana r
tabel adalah > 0,361) atau nilai signifikan yang diambil adalah 0,05, maka dinilai
valid jika nilai r ≥ 0,05.
Hasil uji validitas dari 15 item tentang elder abuse yang dinyatakan tidak
valid ada 3 item dan dinyatakan gugur yaitu pada item no. 8, 10, dan 15. Item
nomor 8 dihilangkan karena mengkonsumsi alkohol di Indonesia merupakan ha l
yang tidak wajar dan dilarang oleh berbagai pihak karena menimbulkan efek yang
berbahaya. Selain itu item nomor 10 gugur karena pernyataan item tersebut tidak
jelas sehingga lansia terlihat bingung saat menjawab pertanyaan tersebut.
Sedangkan item nomor 15 gugur karena pada saat dilakukan wawancara, ada
beberapa responden yang menjawab pertanyaan dengan ragu-ragu dan pernyataan
37
dari item tersebut masih membingungkan. Jadi, kuesioner HS-EAST memiliki item
yang valid ada 12 item dan item yang tidak valid ada 3 item.
b. Uji reliabilitas
Pengujian reliabilitas kuesioner menggunakan Kuder-Richardson 20 (KR
20) dengan jumlah pertanyaan yang diuji sebanyak 15 pertanyaan, sehingga rumus
KR 20 sebagai berikut:
Keterangan:
k = banyaknya item dalam tes
s = varians skor tes
p = proporsi subjek yang mendapat angka 1 dibagi oleh banyaknya seluruh subjek
yang menjawab item tersebut.
Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika memberikan nilai p≥0,05 . Hasil uji
reliabilitas didapatkan nilai dari kuesioner elder abuse (HS-EAST) yaitu 0,85
sehingga hasil uji reliabilitas tersebut dapat disimpulkan bahwa instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini telah reliabel.
2. Kuesioner GDS
Kuesioner tingkat depresi pada lansia ini oleh Blink dan Yesavage (1982) yang
dikutip oleh Maryam et al (2008). Instrumen GDS yang digunakan dalam penelitian ini
tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas karena GDS telah diadopsi dan disesuaikan
oleh Depkes RI dengan sensitivitas 84% dan spesifitas 95% (Nugraheni, 2005). Oleh
karena itu instrumen GDS ini dapat digunakan dalam pengambilan data, karena sudah
valid dan tidak perlu dilakukan uji kesahihan.
38
I. Pengolahan dan Metode Analisa Data
1. Pengolahan data
Data-data hasil jawaban dari wawancara berdasarkan kuisioner tes skrining elder
abuse Hwalek-Sengstock (HS-EAST) dari responden diolah dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Editing
Peneliti memeriksa kelengkapan data dan kebenaran data yang diperoleh
atau yang dikumpulkan apakah sudah sesuai dengan keinginan peneliti. Peneliti
melakukan editing data dengan mengoreksi kembali data yang diperoleh, sehingga
dapat dilakukan pengklasifikasian data. Peneliti telah memastikan semua pertanyaan
yang telah dijawab oleh responden tanpa ada satupun jawaban yang terlewati.
b. Coding
Peneliti melakukan pemberian kode untuk mempermudah dalam
pengolahan data dan proses lanjutan melalui tindakan pengklasifikasian data dan
untuk memudahkan dalam pengolahan data dengan mengubah data berbentuk huruf
menjadi data berbentuk angka sesuai dengan kategori yang telah ditentukan.
c. Tabulating
Data mentah (raw data) dilakukan pendataan kemudian pengolahan data
dilakukan setelah semua data selesai dikumpulkan, analisis data dilakukan secara
deskriptif dengan bentuk distribusi frekuensi yaitu dengan menjalankan setiap
kategori untuk mendapatkan presentasi dari setiap jawaban.
d. Data entry
Setelah kuesioner telah lengkap peneliti melakukan proses memasukkan
data dalam suatu program komputer untuk melakukan analisa data.
e. Penyajian data
Setelah data diolah, data tersebut disajikan dalam bentuk tabel. Untuk
memudahkan pembaca, data tersebut disajikan dalam bentuk narasi. Pada penelitian
ini data kuesioner yang sudah terkumpul dilakukan tabulasi frekuensi.
39
2. Analisis data
a. Analisa univariat
Analisa univariat yang digunakan dalam penelitian ini untuk menjelaskan
variabel bebas (independent variable) yaitu faktor resiko yang berhubungan dengan
kejadian elder abuse yaitu faktor umur, jenis kelamin, status perkawinan, status
pekerjaan, pengaturan tempat tinggal, dan depresi yang dibuat dalam bentuk
kuesioner untuk menjelaskan variable dependent (variabel terikat).
b. Analisa bivariat
Analisis bivariat dengan menggunakan chi-square test untuk melihat hubungan
antara variabel independent. Pengambilan keputusan hasil didasarkan pada batas
kemaknaan 0,05. Jika nilai p value < 0,05, maka hipotesis penelitian diterima dan
hasil yang diperoleh bermakna/signifikan secara statistik dan jika nilai p value > 0,05,
maka hipotesis ditolak dan hasil perhitungan tidak bermakna/signifikan secara
statistik. Akan tetapi jika terdapat 2 sel pada hasil chi-square maka analisis yang
digunakan yaitu Fisher Exact dengan p value > 0,05 yang artinya bahwa hipotesis
penelitian diterima.
c. Analisa multivariat
Analisis multivariat yang digunakan pada penelitian ini yaitu logistic regression
dengan derajat bermakna p value <0,05. Analisis logistic regression yaitu untuk
mengetahui hubungan variabel bebas (umur, jenis kelamin, status perkawinan, status
pekerjaan, pengaturan tempat tinggal, dan depresi) secara bersama-sama terhadap
variabel terikat yaitu resiko terjadinya elder abuse sehingga dapat diketahui variabel
mana yang memiliki hubungan paling signifikan terhadap variabel terikat (resiko
terjadinya elder abuse).
40
J. Kesulitan Penelitian
1. Seiring dengan bertambahnya usia lansia sehingga ada beberapa lansia yang memiliki
gangguan pendengaran. Oleh karena itu peneliti mengalami sedikit kesulitan pada waktu
wawancara.
2. Ada beberapa lansia yang memiliki kesibukan sehingga peneliti mencari waktu lain
untuk mewawancara lansia tersebut.
K. Etik Penelitian
Masalah etik penelitian yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Informed consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan dan terdiri dari tujuan,
manfaat, dan kerahasiaan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian
dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.
Tujuannya adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan peneliti. Jika subjek
bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Begitu pula
dengan sebaliknya.
2. Anomity (tanpa nama)
Dalam penelitian ini peneliti tidak membuka identitas responden secara bebas
dengan tujuan untuk kepentingan kerahasiaan, nama baik, dan hukum responden.
3. Kerahasiaan (confidentiality)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh peneliti, hanya
kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
41
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Jomegatan yaitu Kelurahan Ngestiharjo,
Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa
Jomegatan terdiri dari dua dusun yaitu Nitiprayan yang terdiri dari 4 Rukun Tetangga dan
Jomegatan yang terdiri dari 7 Rukun Tetangga. Di desa Jomegatan memiliki 1.113
Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah lansia 171 orang. Desa ini merupakan daerah
perumahan dimana sebagian besar bermata pencaharian sebagai pedagang.
Desa Jomegatan merupakan wilayah kerja Puskesmas Kasihan 2 dan memiliki dua
Posyandu Lansia yaitu Posyandu Mekar 1 dan Posyandu Mekar 2. Penelitian ini
dilakukan di Posyandu Mekar 1 yang dilaksanakan setiap satu bulan sekali yaitu setiap
tanggal 7 yang dilaksanakan oleh kader-kader dari masyarakat tersebut dan tim kesehatan
yang datang setiap dua bulan sekali. Kegiatan di Posyandu Lansia dusun Jomegatan
antara lain cek tekanan darah, penimbangan berat badan, pembagian makanan tambahan
serta pembagian obat gratis dari puskesmas.
42
B. Hasil Penelitian
1. Hasil Karakteristik Responden
Karakteristik responden adalah identitas umum yang dimiliki oleh responden.
Karakteristik dalam penelitian ini meliputi: umur, jenis kelamin, status perkawinan,
status pekerjaan, dan pengaturan tempat tinggal. Responden dalam penelitian ini
adalah lansia yang tinggal di dusun Jomegatan dengan total lansia 171 orang.
Berdasarkan data penelitian didapatkan karakteristik responden yaitu:
Tabel 3. Karakteristik Responden di Desa Jomegatan Mei 2014 (n=63)
Karakteristik Frekuensi Presentasi (%)
Umur
- 60-74 - > 75
Jenis kelamin
- Laki-laki
- Perempuan
Status perkawinan
- Menikah
- Cerai mati (janda/duda) Status pekerjaan
- Bekerja - Tidak bekerja
Pengaturan tempat tinggal
- Keluarga - Sendiri
40 23
12
51
29
34
15 48
59 4
63,5 36,5
19,0
81,0
46,0
54,0
23,8 76,2
93,7 6,3
Total 63 100,0
Sumber: Data Primer, 2014
Berdasarkan tabel 3 diatas dapat diketahui dari 63 responden dalam
penelitian ini sebagian besar lansia berumur 60-74 tahun sebanyak 40 responden
(63,5%), berjenis kelamin perempuan sebanyak 51 responden (81%), responden yang
memiliki status perkawinan cerai mati (duda/janda) sebanyak 34 responden (54%),
lansia yang tidak bekerja yaitu 48 responden (76,2%), dan responden yang tinggal
dengan keluarga sebanyak 59 responden (93,7%).
43
2. Hasil Analisa Univariat
a. Depresi
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Depresi pada Lansia di Desa Jomegatan, Mei 2014
(n=63).
Depresi Jumlah responden Persentase (%)
Ya
Tidak
Total
42
21
63
66,7
33,3
100,0
Sumber: Data Primer, 2014
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar
responden mengalami depresi sebanyak 42 responden (66,7%),
sedangkan lansia yang tidak mengalami depresi yaitu 21 responden
(33,3%).
b. Elder Abuse (HS-EAST)
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Terjadinya Elder Abuse pada Lansia di Desa
Jomegatan, Mei 2014 (n=63)
Elder abuse Jumlah responden Persentase (%)
Beresiko
Tidak beresiko
Total
27 36 63
42,9 57,1 100
Sumber: Data Primer, 2014
Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden
tidak beresiko terhadap terjadinya elder abuse sebanyak 36 responden (57,1%),
sedangkan lansia yang beresiko terhadap terjadinya elder abuse ada 27
responden (42,9%).
3. Hasil Analisa Bivariat
Analisa bivariat dimaksudkan untuk mengetahui hubungan masing-masing
variabel independen (umur, jenis kelamin, status perkawinan, status pekerjaan, dan
depresi) dengan variabel dependen (resiko terjadinya elder abuse). Pengujian analisis
44
bivariat menggunakan chi-square dan fisher secara terperinci dapat dilihat dalam
tabel berikut:
Tabel 6. Distribusi Hasil Hubungan Faktor Umur dengan Resiko Terjadinya
Elder Abuse di Desa Jomegatan Mei 2014 (n=63)
Elder Abuse
Umur
60-74 >75
Total
P
Beresiko
Tidak beresiko
8 (12,7%)
32 (50,8%)
19 (30,2%)
4 (6,3%)
27 (42,9%)
36 (57,1%)
0,000
Total 40
(63,5%)
23
(36,6%)
63
(100%)
Sumber: Data Primer, 2014
Hasil data pada tabel 6 menunjukkan bahwa lans ia dengan usia lebih dari 75
tahun beresiko terhadap terjadinya elder abuse dengan jumlah 19 lansia. Berdasarkan
uji analisis menggunakan chi-square menunjukkan nilai signifikansinya 0,000
(p<0,05). Hasil menyatakan bahwa hubungan antara umur dengan elder abuse adalah
signifikan. Nilai korelasinya adalah 0,000 artinya terdapat hubungan antara faktor
umur terhadap resiko terjadinya elder abuse.
Tabel 7. Distribusi Hasil Hubungan Faktor Jenis Kelamin dengan Resiko
Terjadinya Elder Abuse di desa Jomegatan Mei 2014 (n=63)
Elder Abuse
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
Total
P
Beresiko
Tidak Beresiko
2 25 (3,2%) (39,7%)
10 26 (15,8%) (41,3%)
27 (42,9%)
36 (57,1%)
0,042
Total 12 51
(19,0%) (81,0%)
63
(100%)
Sumber: Data Primer, 2014
Hasil tabel 7 menunjukkan bahwa lansia dengan jenis kelamin perempuan
sebagian besar beresiko terhadap terjadinya elder abuse dengan jumlah 25
responden. Berdasarkan uji analisis menggunakan chi-square menunjukkan
signifikansi 0,042 (p<0,05). Hasil tersebut menyatakan bahwa hubungan antara jenis
45
kelamin dengan terjadinya elder abuse adalah signifikan. Nilai korelasinya adalah
0,042 artinya terdapat hubungan antara faktor jenis kelamin terhadap resiko
terjadinya elder abuse.
Tabel 8. Distribusi Hasil Hubungan Faktor Status Perkawinan dengan Resiko
Terjadinya Elder Abuse di Desa Jomegatan Mei 2014 (n=63)
Elder Abuse
Status Perkawinan
Menikah Cerai Mati
(janda/duda)
Total
P
Beresiko
Tidak Beresiko
8 19
(12,7%) (30,2%) 21 15
(33,3%) (23,8%)
27
(42,9%) 36
(57,1%)
0,024
Total 29 34 (46,0%) (54,0%)
63 (100%)
Sumber: Data Primer, 2014
Hasil data pada tabel 8 menunjukkan bahwa lansia sebagian besar yang
memiliki status cerai mati (janda/duda) lebih beresiko terhadap resiko terjadin ya
elder abuse dengan jumlah 19 lansia. Berdasarkan uji analisis menggunakan chi-
square menunjukkan nilai signifikansinya 0,024 (p<0,05). Hasil menyatakan bahwa
hubungan antara status perkawinan lansia dengan resiko terjadinya elder abuse
adalah signifikan. Nilai korelasinya adalah 0,024 artinya terdapat hubungan antara
lansia yang berstatus cerai mati (janda/duda) terhadap resiko terjadinya elder abuse.
Tabel 9. Distribusi Hasil Hubungan Faktor Status Pekerjaan dengan Resiko
Terjadinya Elder Abuse di Desa Jomegatan Mei 2014 (n=63)
Elder Abuse
Status pekerjaan
Bekerja Tidak Bekerja
Total
P
Beresiko
Tidak Beresiko
4 23 (6,4%) (36,5%)
11 25 (17,4%) (23,8%)
27 (42,9%)
36 (57,1%)
0,147
Total 15 48 (46,0%) (54,0%)
63 (100%)
Sumber: Data Primer, 2014
Hasil data pada tabel 9 menunjukkan bahwa lansia yang tidak bekerja lagi
sebagian besar beresiko terhadap terjadinya elder abuse dengan jumlah 23
46
responden. Berdasarkan uji analisis menggunakan chi-square menunjukkan nilai
signifikansinya 0,147 (p<0,05). Hasil menyatakan bahwa hubungan antara status
pekerjaan dengan resiko terjadinya elder abuse adalah tidak signifikan. Nilai
korelasinya adalah 0,147 artinya tidak terdapat hubungan antara status pekerjaan
dengan resiko terjadinya elder abuse.
Tabel 10. Distribusi Hasil Hubungan Status Tempat Tinggal dengan Resiko
Terjadinya Elder Abuse di Desa Jomegatan Mei 2014 (n=63)
Elder Abuse
Status tempat tinggal
Keluarga Sendiri
Total
P
Beresiko
Tidak beresiko
24 3 (38,1%) (4,8%)
35 1 (55,5%) (1,6%)
27 (42,9%)
36 (57,1%)
0,305
Total 59 4 (93,6%) (6,4%)
63 (100%)
Sumber: Data Primer, 2014
Hasil data pada tabel 10 menunjukkan bahwa lansia yang tinggal dengan
keluarga sebagian besar beresiko terhadap terjadinya elder abuse dengan jumlah
responden 24 lansia. Berdasarkan uji analisis menggunakan Fisher menunjukkan
nilai signifikansinya 0,305 (p<0,05). Hasil menyatakan bahwa hubungan antara
status tempat tinggal dengan resiko terjadinya elder abuse adalah tidak signifikan.
Nilai korelasinya adalah 0,305 artinya tidak terdapat hubungan antara status tempat
tinggal lansia dengan resiko terjadinya elder abuse.
Tabel 11. Distribusi Hasil Hubungan Faktor Depresi dengan Resiko Terjadinya
Elder Abuse di Desa Jomegatan Mei 2014 (n=63)
Elder Abuse
Depresi
Ya Tidak
Total
P
Beresiko
Tidak Beresiko
27 0
(42,9%) (0%) 15 21
(23,8%) (33,3%)
27
(42,9%) 36
(57,1%)
0,000
Total 42 21 (66,7%) (33,3%)
63 (100%)
Sumber: Data Primer, 2014
47
Hasil data pada tabel 11 menunjukkan bahwa lansia yang mengalami
depresi sebagian besar beresiko terhadap terjadinya elder abuse dengan jumlah 27
lansia. Berdasarkan uji analisis menggunakan chi-square menunjukkan nilai
signifikansinya 0,000 (p<0,05). Hasil menyatakan bahwa hubungan antara depresi
dengan resiko terjadinya elder abuse adalah signifikan. Nilai korelasinya adalah
0,000 artinya terdapat hubungan antara lansia yang mengalami depresi dengan resiko
terjadinya elder abuse.
4. Hasil analisis multivariat
Analisis multivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan yang paling
signifikan pada variabel bebas (umur, jenis kelamin, status perkawinan, status
pekerjaan, dan depresi) terhadap variabel terikat (resiko terjadinya elder abuse)
dengan menggunakan logistic regression.
Tabel 12. Distribusi Hasil Hubungan Faktor yang Paling Berpengaruh Terhadap
Resiko Terjadinya Elder Abuse di desa Jomegatan Mei 2014 (n=63)
Sig. Wald Exp(B)
Umur
Gender
Status Perkawinan
Status Pekerjaan
Pengaturan Tempat Tinggal
Depresi
0,002 0,848 0,944
0,581 0,271
0,998
10,014 0,036 0,005
0,304 1,213
0,000
49,356 0,692 0,927
0,504 4,755
5,603E9 Sumber: Data Primer, 2014
Berdasarkan hasil uji analisis logistic regression pada tabel 12 didapatkan
hasil bahwa faktor yang memiliki hubungan paling signifikan yaitu umur dengan
nilai p value 0,002.
48
C. Pembahasan
1. Hubungan Faktor Umur dengan Resiko Terjadinya Elder Abuse di desa
Jomegatan
Berdasarkan tabel 6 didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara umur
dengan resiko terjadinya elder abuse. Di desa Jomegatan jumlah lansia yang berusia
lebih dari 75 tahun yaitu sebanyak 23 responden (36,4%) (Tabel 3). Hal ini didukung
dengan penelitian yang dilakukan oleh Olmo, Pujol, Pousa, Juvinya, Vila, Vilalta, et
al (2009) mengindikasikan bahwa seseorang yang berusia lanjut terutama lansia yang
berusia lebih dari 75 tahun memiliki resiko yang lebih besar terhadap elder abuse
dimana prevalensi elder abuse berkisar dari rentang 25,8% hingga 32,8%.
Lansia rentan terhadap elder abuse akibat adanya perubahan yang biasanya
dialami oleh lansia terlebih lagi pada lansia dengan usia lanjut (old elderly) seperti
perubahan fisiologis, fungsional, kognitif, dan perubahan psikososial (Potter & Perry,
2009). Perubahan fisiologis yang terjadi yaitu perubahan bentuk tubuh, organ tubuh,
dan hormon. Hal ini dapat memicu kondisi psikologis lansia dimana lansia akan
mengalami keterbatasan dalam bergerak dan kurangnya kepercayaan diri lansia.
Akibatnya lansia lebih senang berada di rumah bila d ibandingkan dengan
bersosialisasi dengan teman-temannya.
Perubahan secara fungsional juga dialami oleh lansia seperti adanya penyakit
yang dapat mempengaruhi kemampuan fungsional dan kesejahteraan seorang lansia
(Potter & Perry, 2009). Akibatnya beberapa lansia merasa sulit untuk menerima
perubahan yang terjadi pada dirinya sehingga mereka akan menyangkal adanya
perubahan dan terus mengharapkan penampilan yang sama tanpa memperdulikan
usia, bahkan ada juga lansia yang melebih-lebihkan kondisi mereka untuk
mendapatkan perhatian dari keluarga (Potter & Perry, 2009).
Kejadian elder abuse banyak terjadi pada lansia yang berusia 80 tahun keatas
dimana lansia tersebut memiliki gangguan baik secara fisik, psikologi, maupun sosial
(Humprey & Campbell, 2004). Menurut Nerenberg dalam OWL (2009), ada 70%
49
lansia yang berusia lebih dari 75 tahun memerlukan bantuan dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-hari akibat adanya gangguan fungsional tubuh seperti kekuatan otot
dan gerak menurun sehingga lansia menjadi tidak mampu dalam memenuhi
kebutuhannya sendiri (Potter & Perry, 2009).
Elder abuse seringkali terjadi akibat adanya keterbatasan yang dimiliki oleh
lansia. Semakin meningkatnya usia lansia, maka lansia akan mengalami keterbatasan
dalam beraktivitas sehingga lansia akan membutuhkan bantuan orang lain untuk
memenuhi kebutuhannya. Selain itu kemampuan lansia dalam mencari dan
mempertahankan dirinya sendiri pun akan berkurang (Hazard et al, 2003). Akibatnya
lansia akan bergantung pada keluarga sehingga hal ini memicu ketegangan antara
lansia dengan anggota keluarga. Selain itu anggota keluarga yang merawat lansia
akan mudah mengalami stres dalam merawat lansia serta adanya beban finansial dan
waktu yang dibutuhkan bertambah untuk perawatan serta kebutuhan lansia. Hal ini
dapat menyebabkan lansia akan mudah mengalami abuse (Mattenson Connel, 2007).
Elder abuse juga dapat terjadi pada lansia yang jarang bersosialisasi dengan
lingkungan. Lansia yang jarang bersosialisasi akan mudah mengalami abuse
terutama psychological abuse oleh anggota keluarga (Hazard et al, 2003).
Berdasarkan uraian diatas, maka elder abuse dapat terjadi pada lansia dengan usia
lebih dari 75 tahun dimana perubahan-perubahan yang dialami oleh lansia seperti
penurunan fungsi tubuh, berkurangnya isolasi sosial dapat menyebabkan terjadinya
abuse.
2. Hubungan Faktor Jenis Kelamin dengan Resiko Terjadinya Elder Abuse di desa
Jomegatan
Penelitian yang dilakukan di desa Jomegatan didapatkan hasil bahwa terdapat
hubungan antara jenis kelamin dengan resiko terjadinya elder abuse (Tabel 7). Hal
ini juga didukung dengan jumlah lansia perempuan di desa Jomegatan lebih banyak
yaitu 51 orang (81%) (Tabel 3). Hal ini dikarenakan usia harapan hidup perempuan
lebih tinggi yaitu 74 tahun, sedangkan UHH laki-laki yaitu 72 tahun (Dinkes, 2012).
50
Menurut Black (2008) ditemukan bahwa lansia perempuan lebih beresiko
bila dibandingkan dengan pria. Lansia perempuan lebih rentan terhadap elder abuse
sekitar 2,5 kali bila dibandingkan dengan lansia berjenis kelamin laki-laki. Sekitar
66% lansia perempuan menjadi korban elder abuse di Amerika Serikat dan ada 89%
kasus tentang kejadian elder abuse yang terjadi di dalam keluarga (Carson, 2009).
Lansia perempuan beresiko terhadap elder abuse dikarenakan lansia
perempuan dengan status sosio-ekonomi keluarga rendah menunjukkan
ketergantungan dalam hal dukungan finansial dan emosional dari anak mereka. Hal
ini memungkinkan lansia perempuan beresiko tinggi terjadinya elder abuse. Selain
itu dalam penelitian tersebut berspekulasi bahwa kemungkinan alasan elder abuse
lebih beresiko terhadap lansia perempuan dikarenakan lansia perempuan mempunyai
tanggung jawab dalam pekerjaan rumah tangga seperti memasak, bersih -bersih,
menjaga cucu sehingga para lansia berharap agar anak-anaknya memberikan respek
kepada lansia (Silverstein cit Wu, Chen, Hu, Xiang, Yu,Zhang & Cao, 2012).
3. Hubungan Faktor Status Perkawinan dengan Resiko Terjadinya Elder Abuse di
desa Jomegatan
Lansia di desa Jomegatan sekitar 54% berstatus cerai mati (janda atau duda)
(Tabel 3). Penelitian yang dilakukan di desa Jomegatan didapatkan hasil bahwa
terdapat hubungan antara status perkawinan dengan resiko terjadinya elder abuse
(Tabel 8). Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wu, Chen.
Hu, Xiang, Yu, Zhang, et al. (2012) dimana lansia dengan status janda atau duda
beresiko terhadap elder abuse terutama psychological abuse (38,4%).
Lansia yang sudah ditinggal oleh pasangannya akan merasa kesepian. Hal ini
dapat berdampak pada kesehatan jiwa lansia tersebut. Dampaknya lansia akan
mengurung diri, tidak mau bersosialisasi. Akibatnya akan timbul ketegangan antara
keluarga dan lansia itu sendiri hingga dapat terjadi physical abuse atau psychological
abuse.
51
Menurut Kaplan & Sandock (2007) bahwa dukungan keluarga akan
berkurang pada saat seseorang telah kehilangan pasangan hidupnya terlebih lagi pada
orang yang tidak memiliki pasangan terutama pada perempuan dengan status janda.
Berkurangnya dukungan keluarga terhadap lansia berakibat pada kurangnya
perhatian dari keluarga dan adanya perasaan ditelantarkan oleh keluarga (Santoso &
Ismail, 2009). Selain itu kehilangan pasangan terutama pada lansia dapat
mengakibatkan depresi dimana depresi merupakan salah satu faktor resiko penyebab
terjadinya elder abuse.
4. Hubungan Faktor Status Pekerjaan dengan Resiko Terjadinya Elder Abuse di
desa Jomegatan
Hasil penelitian yang dilakukan di desa Jomegatan yaitu tidak
ada hubungan antara status pekerjaan dengan resiko terjadinya elder
abuse (Tabel 9). Sebagian besar lansia sudah tidak bekerja lagi
berjumlah 4 orang (6,4%), sedangkan lansia yang masih bekerja ada 23
orang (36,5%) (Tabel 3). Penelitian ini didukung dengan penelitian
yang dilakukan oleh Strasser, Smith, Weaver, Zheng, & Cao (2013)
dimana faktor status pekerjaan lansia tidak memiliki hubungan dengan
resiko terjadinya elder abuse dimana pada penelitian tersebut
didapatkan hasil nilai p value lebih dari 0,05 yaitu 0,466.
Biasanya elder abuse dapat terjadi pada seorang lansia yang sudah tidak
bekerja dan bergantung secara finansial terhadap keluarganya seperti anak, kerabat,
dan lain-lain (Melchiorre, Chiatti, Lamura, Gonzales, Stankunas, Lindert, et al,
2013). Hal ini membuat lansia sangat bergantung kepada keluarga dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari bahkan tidak jarang biaya perawatan bagi lansia lebih besar
bila dibandingkan dengan kebutuhan sehari-hari. Hal ini dapat membuat abuser
mengalami kesulitan secara finansial sehingga mereka mengabaikan kebutuhan
52
dasar hingga terjadi pengabaian oleh keluarga (neglect) (Wu, Chen, Hu, Xiang,
Yu,Zhang & Cao, 2012).
Elder abuse juga dapat terjadi pada lansia yang bekerja. Biasanya lansia
bekerja akan memiliki uang atas hasil kerjanya. Hal ini dapat mengakibatkan lansia
mengalami financial abuse dimana pelaku abuse akan mengambil kekayaan milik
lansia baik secara paksa ataupun tanpa meminta izin terlebih dahulu kepada lansia
tersebut (Hazard et al, 2003).
Akan tetapi hal tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan di desa
Jomegatan dimana sebagian besar lansia di dusun Jomegatan tidak memiliki
pekerjaan (Tabel 3) sehingga dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari para lansia
dipenuhi oleh keluarga mereka. Lansia biasanya sudah menerima atas kondisi
keuangan keluarga dan tidak menuntut apapun dari keluarga mereka. Bagi lansia,
dirawat dan tinggal dengan anak merupakan kepuasan tersendiri bagi lansia karena
masih ada keluarga yang mau menerima kondisi mereka. Selain itu masih ada juga
lansia yang masih produktif untuk bekerja. Hal ini disebabkan oleh kondisi ekonomi
keluarga yang kurang. Para lansia yang masih bekerja merasa senang karena mereka
dapat berkumpul dengan teman-temannya dan sekaligus untuk beraktivitas
menghilangkan rasa jenuh.
5. Hubungan Faktor Status Tempat Tinggal dengan Resiko Terjadinya Elder
Abuse di desa Jomegatan
Berdasarkan hasil dari tabel 10 didapatkan hasil bahwa tidak terdapat
hubungan antara faktor status tempat tinggal terhadap resiko terjadinya elder abuse.
Sebagian besar keluarga tinggal dengan keluarga (anak atau suami) dengan jumlah
31 responden (49%) (Tabel 3). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Wu, Chen, Hu, Xiang, Yu,Zhang & Cao (2012) di Cina dimana hal ini berkaitan
dengan kebudayaan anak dalam merawat orang tua. Merawat lansia merupakan
bentuk kewajiban dan tanggung jawab antar generasi sehingga keluarga mempunyai
anggapan bahwa orang tua merupakan tokoh yang dihormati dalam keluarga.
53
Keluarga merupakan wadah bagi lansia dalam memenuhi seluruh
kebutuhannya dan biasanya lansia lebih senang tinggal dengan keluarga (Ramlah,
2011). Keluarga dapat memberikan lingkungan yang akrab, penuh dengan kasih
sayang, dan adanya perasaan dibutuhkan lansia sehingga lansia akan merasa nyaman
jika tinggal bersama keluarga (Ramlah, 2011).
Dalam norma dan nilai budaya di Cina, anak-anak bertanggung jawab dalam
menyediakan perawatan kepada para lansia dan para lansia lebih memilih tinggal
dengan anak-anak mereka. Lansia beranggapan bahwa jika mereka tinggal dengan
anak mereka, maka kebutuhan psikologis, fisik, dan finansial terpenuhi (Wu, Chen,
Hu, Xiang, Yu, Zhang & Cao, 2012). Lansia yang tinggal sendirian dapat membuat
mereka merasa diasingkan dan diabaikan oleh keluarga mereka sehingga lansia yang
tinggal sendiri merupakan salah satu bentuk elder abuse yaitu pengabaian (neglect)
dan bukan lagi sebagai faktor resiko elder abuse (Wu, Chen, Hu, Xiang, Yu, Zhang
& Cao, 2012).
Hal ini juga hampir sama dengan kebudayaan di Indonesia dimana anak-anak
bertanggung jawab atas orang tua mereka sehingga lansia akan merasa aman jika
tinggal bersama anak-anak mereka. Selain itu terdapat perasaan tenang dan nyaman
pada masa tua apabila adapt hidup dekat dan kumpul dengan cucu. Jika suatu saat
lansia memerlukan perawatan, maka anak atau anggota keluarga sendiri yang akan
melakukan perawatan tersebut.
Jadi, sesuai dengan kebudayaan yang ada di Indonesia dapat disimpulkan bahwa
tanggung jawab anak salah satunya yaitu merawat orang tua dalam situasi apapun.
Lansia juga akan tetap senang dan nyaman bila tinggal bersama keluarga bila
dibandingkan tinggal sendirian maupun tinggal di panti wredha.
6. Hubungan Faktor Depresi dengan Resiko Terjadinya Elder Abuse di desa
Jomegatan
Berdasarkan hasil chi-square didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara
status depresi dengan resiko terjadinya elder abuse (Tabel 11). Sebagian besar lansia
54
yang mengalami depresi beresiko terhadap terjadinya elder abuse dengan jumlah
lansia 27 responden (42,9%) (Tabel 3). Penelitian ini didukung oleh penelitian
Strasser, Smith, Weaver, Cao, dan Zheng (2013) yang menunjukkan bahwa depresi
berhubungan dengan resiko terjadinya elder abuse dimana responden lansia yang
mengalami depresi beresiko 6 kali lebih besar terhadap terjadinya elder abuse.
Depresi merupakan gangguan perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih
dan berduka berlebihan (Purwaningsih, 2009). Depresi merupaka masalah kesehatan
mental yang paling umum pada populasi lansia (Nazemi, 2013). Depresi biasanya
dialami oleh lansia yang berusia 65 tahun ke atas yang tinggal dengan keluarga atau
yang tinggal sendiri dengan prevalensi sekitar 10-15% (Ibrahim, 2011).
Menurut Santoso & Ismail (2009), depresi pada lansia dapat muncul ketika
adanya perubahan status ekonomi, struktur keluarga yang cepat berubah, dan kurang
berfungsinya system pendukung keluarga dan lingkungan. Selain itu adanya
perubahan-perubahan baik secara fisik maupun psikososial dapat mempengaruhi
lansia mengalami depresi (Santoso & Ismail, 2009).
Heydrich, Schiamberg, & Chee (2012) berpendapat bahwa lansia yang
mengalami masalah emosional seperti depresi, gangguan komunikasi, atau
penggunaan obat antipsikotik dapat menyebabkan keluarga yang merawat lansia
akan mengalami kesulitan dalam merawat lansia. Hal ini dapat mengakibatkan
caregiver merasa tertekan dalam merawat lansia (Mattenson & Connel, 2007). Hal
ini caregiver berpotensi melakukan emotional abuse atau physical abuse kepada
lansia yang merupakan pemicu terjadinya gangguan mental pada lansia seperti
depresi (Cisler, Begle, Amstadter, & Acierno, 2012).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa depresi berhubungan
dengan resiko terjadinya elder abuse. Hal ini disebabkan karena lansia yang
mengalami depresi akan membuat keluarga kesulitan dalam merawat lansia hingga
dapat memicu terjadinya abuse pada lansia.
55
7. Faktor yang Memiliki Hubungan Paling Signifikan Terhadap Resiko
Terjadinya Elder Abuse di desa Jomegatan
Berdasarkan hasil analisis multivariat didapatkan hasil bahwa faktor yang
memiki hubungan paling signifikan terhadap resiko terjadinya elder abuse yaitu
faktor umur (Tabel 12). Hal ini disebabkan karena adanya perubahan yang dialami
oleh lansia secara menyeluruh baik perubahan secara fisik, psikologi, maupun sosial.
Perubahan-perubahan yang biasanya dialami oleh lansia terlebih lagi pada
lansia dengan usia lanjut (old elderly) rentan terhadap elder abuse. Pada tabel 6
menunjukkan bahwa jumlah lansia di desa Jomegatan yang beresiko terhadap elder
abuse yaitu 30,2% pada lansia yang berumur lebih dari 75 tahun. Hal ini
menandakan bahwa lansia pada kelompok old elderly cukup banyak walaupun masih
lebih rendah bila dibandingkan dengan lansia yang berumur 60-74.
Lansia yang telah memasuki usia lanjut (>75 tahun) pasti telah mengalami
perubahan bahkan gangguan kesehatan seperti keterbatasan fisik, penurunan kognitif
(demensia), dan munculnya berbagai penyakit. Dukungan keluarga pun berkurang
terutama lansia telah menginjak usia sangat lanjut (>75 tahun) (Potter & Perry,
2009). Akibatnya lansia akan merasakan kesepian, adanya perasaan tidak
diperhatikan lagi, minder, bahkan lansia akan menarik diri dari lingkungan sekitar
(Potter & Perry, 2009). Jika hal tersebut dibiarkan, maka lansia akan mudah
mengalami masalah emosional seperti depresi. Lansia yang mengalami masalah
emosional dapat menyebabkan keluarga yang merawat lansia mengalami kesulitan
dalam merawat lansia hingga memicu terjadinya elder abuseterutama emotional
abuse (Heydrich, Schiamberg, & Chee, 2012).
Menurut Mattenson & Connel (2007), teori tentang elder abuse yang sesuai
dengan lansia dengan usia lanjut yaitu yaitu stres yang dialami oleh caregiver dan
ketergantungan dengan caregiver. Dalam teori tersebut dijelaskan bahwa akibat dari
perubahan yang dialami oleh lansia terutama lansia yang telah berumur lebih dari 75
tahun maka akan memiliki ketergantungan dengan keluarga baik secara finansial,
56
pemenuhan kebutuhan sehari-hari, dan biaya pengobatan. Hal ini dapat menyebabkan
biaya perawatan lansia lebih besar bila dibandingkan dengan kebutuhan sehari-hari.
Akibatnya banyak caregiver merasa tertekan hingga timbul stres dalam merawat
lansia terlebih lagi lansia tersebut telah memiliki keterbatasan dan memiliki penyakit.
Jika caregiver sudah tidak dapat mengatasi stresnya tersebut, maka lansia dapat
menjadi korban dalam pelampiasan kemarahan hingga terjadi abuse pada lansia.
Berdasarkan uraian diatas, faktor umur dapat menyebabkan resiko terjadinya
elder abuse. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan-perubahan yang kompleks
pada lansia seperti perubahan fisik, psikologis, maupun s osial. Akibatnya lansia
menjadi mudah minder dan menarik diri dari lingkungan sosial. Selain itu faktor
keluarga pun berperan dalam elder abuse dimana keluarga mengalami tekanan atau
stres dalam merawat lansia dengan perubahan yang terjadi pada lansia sehingga
memicu keluarga melakukan abuse pada lansia.
D. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian
1. Kekuatan Penelitian
a. Responden dapat bekerja sama dengan baik (kooperatif) dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan dan menerima kehadiran peneliti sehingga penelitian ini
dapat berjalan dengan lancar.
b. Penelitian tentang elder abuse masih jarang sehingga penelitian ini belum
pernah diteliti oleh siapapun khususnya di Yogyakarta.
2. Kelemahan Penelitian
a. Penelitian ini berdasarkan lansia yang diduga mengalami abuse hanya
berdasarkan wawancara sesuai dengan kuesioner, tidak dilakukan dengan
metode observasi dan penilaian lansia beresiko terhadap elder abuse hanya
dilakukan satu kali wawancara.
b. Pengumpulan data yang dilakukan hanya menggunakan kuesioner tanpa
melakukan observasi pada lansia sehingga dapat menimbulkan adanya informasi
57
yang tidak sesuai, artinya lansia dapat memberikan jawaban yang bukan jawaban
sebenarnya. Saat pengumpulan data dengan wawancara kepada lansia, peneliti
merasakan ada beberapa lansia yang kurang terbuka dalam menjawab
pertanyaan peneliti walaupun sebelumnya peneliti sudah berupaya untuk
membina hubungan saling percaya sehingga responden dapat menjawab dengan
sejujurnya.
58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Ada hubungan yang signifikan antara faktor umur, jenis kelamin,
status perkawinan, dan depresi dengan resiko terjadinya elder abuse
di desa Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul.
2. Tidak ada hubungan yang signifikan antara status pekerjaan dan
pengaturan tempat tinggal dengan resiko terjadinya elder abuse di
desa Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul.
3. Faktor yang memiliki hubungan yang paling signifikan terhadap
resiko terjadinya elder abuse yaitu faktor umur.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka disarankan beberapa
hal berikut:
1. Bagi Lansia
Dapat mengetahui faktor-faktor tentang elder abuse sehingga
lansia dapat meminimalisir terjadinya elder abuse seperti aktif dalam
perkumpulan atau kelompok lansia.
59
2. Bagi Keluarga
Dapat meningkatkan komunikasi antara keluarga dengan lansia
dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan dukungan baik secara
psikologis, spiritual, dll. Selain itu juga diharapkan keluarga
mengetahui tentang masalah elder abuse serta memberikan dukungan
dan kebebasan kepada lansia.
3. Bagi Ilmu Keperawatan
Hasil ini dapat digunakan sebagai acuan dalam memberikan
informasi ilmiah tentang hubungan antara umur, jenis kelamin, status
pernikahan, status pekerjaan, pengaturan tempat tinggal, dan depresi
tehadap resiko terjadinya elder abuse sehingga dapat membuat
penanganan yang tepat terkait elder abuse. Selain itu diharapkan dapat
menjadi masukan dalam rangka mengembangkan program untuk
peningkatan pelayanan pada lansia di komunitas.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini adapt dikembangkan lebih lanjut tentang
perbedaan antara elder abuse di komunitas dengan elder abuse di panti
wreda. Selain itu diharapkan metode yang digunakan tidak hanya
berupa kuesioner, tetapi sebaiknya dipadukan dengan metode
observasi ataupun metode lainnya, sehingga data yang didapat lebih
akurat.
60
DAFTAR PUSTAKA
Acierno R., Hernandez M., Amstadter A., Resrick H., Steve K., Muzzy W., &
Kilpatrick D. (2010). Prevalence and Correlates ofEmotional, Physical,
Sexual, and Financial Abuse and Potential Neglect in the United States:The
National Elder Mistreatment Study. American Journal of Public Health. Vol
100, No.2. Diakses 28 Desember 2013, dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20019303.
Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktik . Edisi Revisi
VI. Jakarta: Rineka Cipta.
Aswim, S. (2003).Pengaruh proses menua terhadap system musculoskeletal.
Yogyakarta: FK UGM.
Azizah L. M. (2011). Keperawatan lanjut usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Bain P. & Spencer C. (2009).World Elder Abuse Awareness Day. Diakses 28
Desember 2012, dari
http://www.winnipeg.ca/police/TakeAction/elderabusefacts/FactSheet_4.pdf
Bhatia, Srivastava, &Bansal. (2008). Elder abuse.Delhi Psychiatry Journal, Vol.
11 No.2. Diakses 25 Desember 2013, dari
http://medind.nic.in/daa/t08/i2/daat08i2p150.pdf.
BKKBN.(2012). Pembinaan Sosial Kemasyarakatan Bagi Lansia. Jakarta.
Diakses 10 Januari 2014, dari
http://www.bkkbn.go.id/arsip/./seri%206%20sosial%20kemasyarakatan.pdf.
Buri, H., & Daly, J., & Jogerst, G. (2009). Elder abuse telephone screen reliability
and validity. Journal of Elder Abuse & Neglect, 21, 58-73. Diakses 28
Desember 2013, dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19197621.
Cisler, J., Begle, A., Amstadter, A., & Acierno R. (2012). Mistreatment and self-
reported emotional symptoms: results from the National Elder Mistreatment
Study. J Elder Abuse Negl. 2493):216-230.
doi:10.1080/08946566.2011.652923. Diakses 12 Desember 2013.
Darmodjo, B., dkk. (2006). Buku ajar geriatric (ilmu kesehatan usia lanjut), edisi
ke3. Jakarta : FKUI.
61
Departemen Kesehatan RI. (2003). Pedoman Upaya Kesehatan Olahraga di
Puskesmas. Jakarta. Diakses 2 Januari 2014 dari http://www.perpustakaan-
depkes.org.
Depkes RI. (2012). Menuju tua sehat, mandiri, dan produktif. Diakses 10 Januari
2014, dari
http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/bitstream/123456789/2064/2/BK201
2-347.pdf.
Depkes RI. (2012). Pedoman pelayanan kesehatan jiwa usia lanjut
(psikogeriatrik) di puskesmas. Diakses 20 Desember 2013, dari
http://depkes.go.id/index.php?vw=2&id=SNR.13110002.
Devereaux M. & Houde S. (2005).Geropsychiatric and Mental Health Nursing.
USA: Jones and Bartlett Publishers.
Dinas Kesehatan Bantul. (2013). Profil kesehatan kabupaten Bantul. Departemen
Kesehatan Kabupaten Bantul.
Dinas Kesehatan DIY.(2012). Profil Kesehatan Penduduk Indonesia.Departemen Kesehatan Provinsi DIY.
Dong X., Simon M., Leon C., Fulmer T., Beck T., Hebert L., et al. (2009). Elder
self-neglect and abuse and mortality risk in a community-dwelling
population.Journal of American Medical Association. 3002(5):517-526.
Doi: 10.1001/jama.2009.1109. Diakses 24 Januari 2013, dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2965589/.
Haub, C. (2012). Fact sheet : world population trends 2012. Population Reference
Bureau. Diakses 28 Desember 2013
,http://www.prb.org/publications/datasheets/2012/world-population-data-
sheet.aspx.
Hazzard, W. et al. (2003).Principles of Geriatric Medicine and Gerontology 5th
edition.USA : Mc. Graw Hill.
Heydrich L., Schiamberg L., & Chee G. (2012). Social-relational risk factors for
predicting elder physical abuse: an ecological bi-focal model. Int’l j. Aging
and Hunan Development, vol. 75 (1) 71-94. Diakses 18 Februari 2014, dari
http://dx.doi.org/10.2190/AG.75.1.f.
Humhrey J.,& Camphell J. (2004). Family Violence and Nursing Practice.
Philadelphia:Lippincott Williams and Wilkins.
62
Kemenkos. (2010). Pedoman pelayanan harian lanjut usia. Jakarta: Kementrian
sosial RI.2012.
Kemensos.(2010). Profil panti social tresna wredha. Direktorat pelayanan lanjut
usia, direktorat jendral pelayanan dan rehabilitasi sosial, Kementrian sosial
RI.
Kushariyadi.(2011). Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta:
Salemba Medika.
Linton A.D., Lach, H.W. (2007). Matteson & Mc.Connell’s Gerontological
Nursing Concepts and Practice third edition. Philipines: Saunders.
Maryam R., Ekasari M., Rosidawati, Jubaedi A., Batubara I. (2008). Mengenal
Usia lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.
Matteson & Connel. (2007). Gerontological Nursing concepts and practice 3rd ed.
USA:Philippines Saunders Elsevier.
Melchiorre, Chiatti, Lamura, Gonzales, Stankunas, Lindert, et al. 2013. Social
support, socio-economic status, health and abuse among older people in
seven European countries. Journal of pone, vol. 8, issue 1, e54856. Diakses
18 Februari 2014, dari http://plosone.org.
Mohr, W.K. (2006). Phychiatric-Mental Helath Nursing sixth edition.
USA:Lippincott Williams & Wilkins.
Muhidin & Ali S. (2011). Analisis korelasi, regresi, dan jalur dalam penelitian
(dilengkapi aplikasi program SPSS). Bandung:CV. Pustaka Setia.
Nalungwe, P. (2009). Loneliness Among Elderly Widows and It’s Effect On Their
Mental Well Being Literature Review. Journal of. Diakses 18 Juli 2014,
darihttps://publications.theseus.fi/bitstream/handle/10024/4467/Patricia_fina
l_thesis.pdf?sequence=1.
Nazemi, L., Skoog, I., Karlson, I., Hosseini, S., Hosseini, M., Hosseinzadeh, S, et
al. (2013). Depression, prevalence and some risk factors in elderly nursing
homes in Tehran, Iran. Iran: Iranian J Publ Health.
Notoadmojo, S. (2010).Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nugraheni, A. (2005). Pengaruh terapi tertawa terhadap depresi pada lanjut usia
di Wirosaban, RW XIV, Sorosutan, Umbulharjo, Yogyakarta. Skripsi
Strata Satu.FK-UGM.
63
Nugroho, W. (2004).Keperawatan Gerontik. Jakarta:EGC.
Nursalam (2008).Konsep penerapan metodologi penelitian ilmu
keperawatan:pedoman skripsi, tesis, dan instrument penelitian
keperawatan. Edisi kedua. Jakarta: Salemba Medika.
Olmo J.G., Pujol X.P., Pousa S.L., Juvinya D., & Franch J.V. (2009). Prevalence
and Risk factors of Suspected Elder Abuse Subtypes in People Aged 75 and
Older. Journal of American Geriatrics Society. JAGS 57:815-822.
OWL (The Voice of Midlife and Older Women). (2009). Elder Abuse: A
Women’s Issue. Washington DC. Diakses 16 Agustus 2014, dari www.owl-
national.org.
Potter & Perry.(2005). Buku ajar fundamental keperawatan.Ed.4. Vol.1.
Jakarta:EGC.
Purwaningsih. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Ramlah.(2011). Hubungan pelaksanaan tugas kesehatan dan dukungan keluarga
dengan pengabaian lansia di wilayah kerja puskesmas kassi-kassi
Makassar.Skripsi strata dua Universitas Indonesia.
Russell S., Fulmer T., Singh G., Valenti M., Vermula R., & Strauss S. (2012).
Screening for Elder Mistreatment in a Denal Clinic Population. Journal of
Elder Abuse Neglect. Vol. 24(4):326-339. Diakses 28 Januari 2014, dari
http://http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3462354/.
Setiati, S. & Harimurti, K.(2007). Proses menua dan implikasi klinis. Buku ajar
Ilmu penyakit dalam. Jakarta: Departemen IPD FK.UI.
Stanhope, M., & Lancaster, J.A., (2004). Community and Public health Nursing.
St.Louis, Missouri: Mosby.
Stanley, M., & Beare, P. (2006).Buku ajar keperawatan gerontik . Jakarta:EGC.
Strasser S., Smith M., Weaver S., Zheng S., & Cao Y. (2013).Screening for Elder
Mistreatment among Older Adults Seeking Legal Assistance
Services.Western Journal of Emergency Medicine. Vol. XIV, No.4. Diakses
27 Januari 2014 dari http://http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23930143.
Stuart G.W. 2009. Principles and Practice of Psychiatric Nursing 9th Edition.
Canada: Mosby Elsevier.
64
Tamher & Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan
Asuhan Keperawatan. Jakarta:Salemba Medika.
Tarigan & Karina C. (2011). Perbedaan Penyesuaian Diri terhadap Kematian
Pasangan Berdasarkan Peran Wanita. Strata Satu Fakultas Psikologi
Sumatera Utara. Diakses 18 Juli 2014, dari
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/25287.
Wiglesworth A., Mosqueda L., Mulnard R., Liao S., Gibbs L., & Fitzgerald W.
(2010). Screening for Abuse and Neglect of People with Dementia. Journal
compilation, The American Geriatrics Society. Diakses 5 Juli 2014.
World Health Organization. (2002). Active ageing: A Policy framework.
Wu L., Chen H., Hu Y., Xiang H., Yu X., Zhang T., et al. (2012). Prevalence and
associated factors of elder mistreatment in a rural community in people’s
republic of China: A cross-sectional study. Journal of pone. Diakses 3
Februari 2014 dari http://www.plosone.org.
Yaffe M.,&Tazkarji B. (2012).Canadian Family Physician: Understanding elder
abuse in family practice. Clinicl Review: Care of the Elderly Series, vol.
58:1336-40. Diakses 20 Desember 2013, dari
https://ncjrs.gov/pdffiles1/nij/241731.pdf.
LAMPIRAN
Lampiran 1
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth:
Bapak/ Ibu Lansia Calon Responden
di Desa Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan,
Bantul
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Fitri Rahmadani Kuspriyani
NIM : 20100320096
Status : Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Akan melakukan penelitian dengan judul “ Faktor-faktor yang
berhubungan dengan resiko terjadinya Elder Abuse di Desa
Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul”. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui bagaimana keluarga dalam memperlakukan lansia
secara tidak menyenangkan (abuse). Semua informasi yang diberikan
dijaga kerahasiaan serta hanya akan digunakan untuk kepentingan
penelitian.
Saya mengucapkan terima kasih atas perhatian, kesediaan, dan
partisipasi Bapak/ Ibu menjadi responden dalam penelitian ini.
Yogyakarta, April 2014
Fitri Rahmadani Kuspriyani
Lampiran 2
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama :
Umur :
Telah diberikan penjelasan oleh peneliti mengenai maksud dan
tujuan penelitian, dengan ini saya menyatakan bersedia menjadi reponden
dalam penelitian yang dilakukan oleh Fitri Rahmadani Kuspriyani
mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang berjudul
“Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Resiko Terjadinya Elder
Abuse Di Desa Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul”. Saya
menyadari penelitian ini tidak membahayakan dan merugikan saya
sehingga saya bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
Yogyakarta, April 2014
Responden
Lampiran 3
KUESIONER DATA DEMOGRAFI
Kode Responden :
Petunjuk pengisian :
1. Bacalah dengan cermat dan teliti.
2. Pilih salah satu jawaban yang menurut Anda paling sesuai dengan kondisi yang dialami
dengan member tanda silang (x) pada pilihan yang telah disediakan
3. Isilah titik-titik yang tersedia dengan jawaban yang tepat.
Diisi oleh responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
*P
*L
4. Status pernikahan:
*Menikah *Cerai mati (janda/duda)
5. Status pekerjaan :
*Bekerja *Tidak bekerja
6. Tinggal dengan :
*Sendiri *Keluarga
7. Depresi :
*Ya *Tidak
Lampiran 4
KUESIONER ELDER ABUSE
(HS-EAST)
No. Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah ada seseorang yang menemani Anda sehari-hari, mengantar Anda
berbelanja, atau pergi ke dokter? (tidak)
2. Apakah Anda senang menolong orang lain? (ya)
3. Apakah Anda sering merasa sedih atau kesepian? (ya)
4. Siapa yang membuat keputusan tentang hidup Anda seperti bagaimana Anda
harus menjalani kehidupan sehari-hari atau dimana seharusnya Anda tinggal?
Jika jawaban “orang lain” maka centang “Ya” dan jika jawaban “saya sendiri”
maka centang “tidak”.
5. Apakah ada seseorang dalam kehidupan Anda yang membuat Anda merasa tidak
nyaman? (ya)
6. Dapatkah Anda minum obat dan bepergian sendiri? (tidak)
7. Apakah Anda merasa tidak ada seorang pun yang menginginkan
keberadaanAnda? (ya)
8. Apakah ada anggota keluarga yang mengkonsumsi alkohol/suka mabuk? (ya)
9. Apakah ada anggota keluarga Anda yang meminta Anda untuk tetap berada di
tempat tidur atau mengatakan Anda sakit padahal tidak? (ya)
10. Apakah ada orang yang memaksa Anda untuk melakukan sesuatu yang Anda
tidak ingin lakukan? (ya)
11. Apakah ada orang yang mengambil barang milik Anda tanpa persetujuan? (ya)
12. Apakah Anda mempercayai hampir semua anggota keluarga Anda? (tidak)
13. Apakah ada seseorang yang mengatakan kepada Anda bahwa Anda
menimbulkan terlalu banyak masalah? (ya)
14. Apakah Anda cukup memiliki privasi di rumah? (tidak)
15. Apakah ada orang terdekat Anda yang mencoba untuk menyakiti atau
membahayakan Anda baru-baru ini? (ya)
Lampiran 5
KUESIONER DEPRESI
Geriatric Depression Scale
Berikan tanda (√) pada jawaban Anda.
NO Keadaan yang dirasakan selama seminggu
terakhir
Nilai Responden
Ya Tidak
1 Apakah Anda sebenarnya merasa puas dengan kehidupan Anda?
2 Apakah Anda telah meninggalkan banyak
kegiatan dan minat atau kesenangan Anda?
3 Apakah Anda merasa kehidupan Anda kosong atau merasa kesepian?
4 Apakah Anda sering merasa bosan?
5 Apakah Anda memiliki semangat yang bagus
dalam sebagian besar hidup Anda?
6 Apakah Anda takut khawatir bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada Anda?
7 Apakah Anda merasa bahagia dalam sebagian besar hidup Anda?
8 Apakah Anda sering merasa tidak berdaya?
9 Apakah Anda lebih suka tinggal di wisma atau di rumah dari pada pergi keluar untuk mengerjakan sesuatu
10
Apakah Anda merasa mempunyai banyak
masalah dengan daya ingat dibanding kebanyakan orang?
11 Apakah Anda pikir bahwa hidup Anda
sekarang ini menyenangkan?
12 Apakah Anda merasa tidak berharga?
13 Apakah Anda merasa penuh dengan energi/kekuatan?
14
Apakah Anda merasa apa yang Anda alami
sekarang ini/keadaan Anda saat ini tidak ada harapan?
15 Apakah Anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya daripada Anda?
Keterangan:
0-4 = Tidak Depresi 9-11= Depresi Sedang
5-8 = Depresi Ringan 12-15=Depresi Berat
Lampiran 6
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS (KUESIONER HS-EAST)
1. Uji Validitas
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 Total
P
1
Pearson Correlation 1 .390 .050 .503* .596
** .290 .503
* .208 .504
* .101 .328 .287 .390 .302 .212 .710
**
Sig. (2-tailed)
.089 .833 .024 .006 .215 .024 .380 .023 .673 .158 .220 .089 .196 .369 .000
N 20 20 20 0 0 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P
2
Pearson Correlation .390 1 157 .314 .390 .424 .314 -.313 .206 .105 .385 .043 .560* .524
* .032 .595
**
Sig. (2-tailed) .089
.508 .177 .089 .063 .177 .180 .384 .660 .094 .858 .010 .018 .895 .006
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P
3
Pearson Correlation .050 .157 1 .250 .302 .289 .250 -.459* .218 .250 .408 .357 .157 .250 .452
* .513
*
Sig. (2-tailed) .833 .508
.288 .196 .217 .288 .042 .355 .288 .074 .122 .508 .288 .045 .021
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P
4
Pearson Correlation .503* .314 .250 1 .503
* .346 .600
** -.229 8 .000 .408 .204 .524
* .200 .101 .645
**
Sig. (2-tailed) .024 .177 .288
.024 .135 .005 .331 .355 1.000 .074 .388 .018 .398 .673 .002
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P
5
Pearson Correlation .596** .390 .302 .503
* 1 .058 .302 -.254 .285 .101 .533
* .492
* .390 .302 .414 .710
**
Sig. (2-tailed) .006 .089 .196 .024
.808 .196 .281 .223 .673 .015 .027 .089 .196 .069 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P
6
Pearson Correlation .290 .424 .289 .346 .058 1 .346 -.132 .378 .115 .471* .000 .424 .346 .174 .570
**
Sig. (2-tailed) .215 .063 .217 .135 .808
.135 .578 .100 .628 .036 1.000 .063 .135 .463 .009
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P
7
Pearson Correlation .503* .314 .250 .600
** .302 .346 1 -.229 .218 .200 .204 .408 .524
* .400 -.101 .645
**
Sig. (2-tailed) .024 .177 .288 .005 .196 .135
.331 .355 .398 .388 .074 .018 .081 .673 .002
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P
8
Pearson Correlation .208 -.313 -.459* -.229 -.254 -.132 -.229 1 .150 -.229 -.187 -.281 -.313 -.229 -.208 -.281
Sig. (2-tailed) .380 .180 .042 .331 .281 .578 .331
527 .331 .429 .230 .180 .331 .380 .230
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
20
P
9
Pearson Correlation .504* .206 .218 .218 .285 .378 .218 .150 1 .218 .089 .134 .206 .436 -.066 .514
*
Sig. (2-tailed) .023 .384 .355 .355 .223 .100 .355 .527
.355 .709 .574 .384 .054 .783 .020
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P
1
0
Pearson Correlation .101 .105 .250 .000 .101 .115 .200 -.229 .218 1 .204 .204 .314 .400 -.101 .329
Sig. (2-tailed) .673 .660 .288 1.000 .673 .628 .398 .331 .355
.388 .388 .177 .081 .673 .157
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P
1
1
Pearson Correlation .328 .385 .408 .408 .533* .471
* .204 -.187 .089 -.204 1 .250 .171 .204 .492
* .586
**
Sig. (2-tailed) .158 .094 .074 .074 .015 .036 .388 .429 .709 .388
.288 .471 .388 .027 .007
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P
1
2
Pearson Correlation .287 .043 .357 .204 .492* .000 .408 -.281 .134 .204 .250 1 .043 .408 .328 .516
*
Sig. (2-tailed) .220 .858 .122 .388 .027 1.000 .074 .230 .574 .388 .288
.858 .074 .158 .020
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P
1
3
Pearson Correlation .390 .560* .157 .524
* .390 .424 .524
* -.313 .206 .314 .171 .043 1 .524
* .032 .650
**
Sig. (2-tailed) .089 .010 .508 .018 .089 .063 .018 .180 .384 .177 .471 .858
.018 .895 .002
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P
1
4
Pearson Correlation .302 .524* .250 .200 .302 .346 .400 -.229 .436 .400 .204 .408 .524
* 1 .101 .671
**
Sig. (2-tailed) .196 .018 .288 .398 .196 .135 .081 .331 .054 .081 .388 .074 .018
.673 .001
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P
1
5
Pearson Correlation .212 .032 .452* .101 .414 .174 -.101 -.208 -.066 -.101 .492
* .328 .032 .101 1 .374
Sig. (2-tailed) .369 .895 .045 .673 .069 .463 .673 .380 .783 .673 .027 .158 .895 .673
.104
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
T
o
t
a
l
Pearson Correlation .710** .595
** .513
* .645
** .710
** .570
** .645
** -.281 .514
* .329 .586
** .516
* .650
** .671
** .374 1
Sig. (2-tailed) .000 .006 .021 .002 .000 .009 .002 .230 .020 .157 .007 .020 .002 .001 .104
N
20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
2. Uji Reliabilitas
No Nama Umur
(th)
No. Item
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1. A 85 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0
2. B 73 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1
3. C 85 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0
4. D 80 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1
5. E 75 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0
6. F 75 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
7. G 65 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1
8. H 64 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0
9. I 70 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0
10. J 85 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1
11. K 73 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0
12. L 80 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1
13. M 76 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1
14. N 74 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0
15. O 70 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1
16. P 76 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17. Q 81 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
18. R 77 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1
19. S 80 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0
20. T 75 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0
Total 11 13 16 10 11 5 10 1 14 10 8 12 13 10 0
Uji Validitas 0.710 0.595 0.513 0.645 0.710 0.570 0.645 -0.281 0.514 0.329 0.586 0.516 0.650 0.671 0.374
p 0.55000 0.65000 0.80000 0.50000 0.55000 0.25000 0.50000 0.050
00
0.700
00
0.500
00
0.4000
0
0.600
00
0.650
00
0.500
00
0.000
00
q 0.45000 0.35000 0.20000 0.50000 0.45000 0.75000 0.50000 0.950
00
0.300
00
0.500
00
0.6000
0
0.400
00
0.350
00
0.500
00
1.000
00
pq 0.24750 0.22750 0.16000 0.25000 0.24750 0.18750 0.25000 0.047
50
0.210
00
0.250
00
0.2400
0
0.240
00
0.227
50
0.250
00
0.000
00
k 15
Σpq 3.03500
var
15.18684
Mean 0.58333
ρ (KR
20) 0.85731
Lampiran 6
Frekuensi Responden
No. Nama Usia Gender Status Pernikahan
Status pekerjaan
Status Tempat Tinggal depresi elder abuse
1. 1 70 p janda tidak bekerja keluarga tidak negatif
2. 2 73 p janda tidak bekerja sendiri ya negatif
3. 3 80 p janda tidak bekerja keluarga ya positif
4. 4 67 p menikah tidak bekerja keluarga ya negatif
5. 5 74 p janda tidak bekerja keluarga ya negatif
6. 6 70 p janda tidak bekerja sendiri ya positif
7. 7 69 p menikah tidak bekerja keluarga tidak negatif
8. 8 84 l menikah tidak bekerja keluarga ya positif
9. 9 69 l menikah tidak bekerja keluarga tidak negatif
10. 10 68 p menikah Bekerja keluarga tidak negatif
11. 11 70 l menikah Bekerja keluarga tidak negatif
12. 12 68 l menikah tidak bekerja keluarga tidak negatif
13. 13 60 p menikah tidak bekerja keluarga ya negatif
14. 14 72 l menikah Bekerja keluarga tidak negatif
15. 15 85 p menikah Bekerja keluarga ya positif
16. 16 62 p menikah tidak bekerja keluarga tidak negatif
17. 17 63 l menikah tidak bekerja keluarga tidak negatif
18. 18 68 p janda tidak bekerja keluarga ya positif
19. 19 90 p janda tidak bekerja keluarga ya positif
20. 20 60 p menikah tidak bekerja keluarga ya negatif
21. 21 70 l menikah tidak bekerja keluarga tidak negatif
22. 22 80 p janda tidak bekerja keluarga ya positif
23. 23 76 l duda Bekerja keluarga tidak negatif
24. 24 64 l menikah Bekerja keluarga tidak negatif
25. 25 80 p menikah tidak bekerja keluarga ya positif
26. 26 67 l menikah Bekerja keluarga ya positif
27. 27 80 p janda tidak bekerja keluarga ya negatif
28. 28 70 p janda tidak bekerja keluarga ya negatif
29. 29 70 p janda tidak bekerja keluarga tidak negatif
30. 30 72 l menikah Bekerja keluarga tidak negatif
31. 31 64 p menikah tidak bekerja keluarga tidak negatif
32. 32 70 l menikah Bekerja keluarga ya negatif
33. 33 70 p menikah tidak bekerja keluarga ya negatif
34. 34 80 p janda tidak bekerja keluarga ya positif
35. 35 73 p janda tidak bekerja keluarga ya negatif
36. 36 80 p janda tidak bekerja keluarga ya positif
37. 37 64 p janda Bekerja keluarga ya negatif
38. 38 68 p janda Bekerja keluarga tidak negatif
39. 39 80 p janda tidak bekerja keluarga ya positif
40. 40 62 p janda Bekerja keluarga ya positif
41. 41 62 p janda Bekerja keluarga tidak negatif
42. 42 84 p janda tidak bekerja keluarga ya positif
43. 43 82 p janda tidak bekerja keluarga ya positif
44. 44 60 p menikah tidak bekerja keluarga ya positif
45. 45 75 p janda tidak bekerja keluarga ya positif
46. 46 79 p janda tidak bekerja keluarga tidak negatif
47. 47 80 p janda tidak bekerja keluarga ya positif
48. 48 85 p janda tidak bekerja keluarga ya positif
49. 49 75 p menikah tidak bekerja keluarga ya positif
50. 50 80 p janda tidak bekerja keluarga ya positif
51. 51 80 p janda tidak bekerja sendiri ya positif
52. 52 75 p menikah tidak bekerja keluarga ya positif
53. 53 65 p menikah tidak bekerja keluarga tidak negatif
54. 54 74 p janda tidak bekerja keluarga ya positif
55. 55 70 p janda Bekerja sendiri ya positif
56. 56 70 p menikah tidak bekerja keluarga ya negatif
57. 57 61 p janda Bekerja keluarga ya negatif
58. 58 60 p menikah tidak bekerja keluarga ya negatif
59. 59 66 p janda tidak bekerja keluarga ya negatif
60. 60 62 p menikah tidak bekerja keluarga ya positif
61. 61 79 p janda tidak bekerja keluarga tidak negatif
62. 62 72 p menikah tidak bekerja keluarga tidak negatif
63. 63 80 p janda tidak bekerja keluarga ya positif
Hasil Elder Abuse
(HS-EAST)
No. Nama
No. Item
Total Interpretasi 1 2 3 4 5 6 7 9 11 12 13 14
1. 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 negatif
2. 2 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 negatif
3. 3 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 5 positif
4. 4 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 2 negatif
5. 5 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4 negatif
6. 6 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 6 positif
7. 7 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 negatif
8. 8 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 4 positif
9. 9 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 negatif
10. 10 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 negatif
11. 11 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 negatif
12. 12 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 negatif
13. 13 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 negatif
14. 14 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 negatif
15. 15 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 5 positif
16. 16 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 negatif
17. 17 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 negatif
18. 18 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 6 positif
19. 19 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 6 positif
20. 20 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 negatif
21. 21 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 negatif
22. 22 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 5 positif
23. 23 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 negatif
24. 24 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 negatif
25. 25 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 7 positif
26. 26 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 5 positif
27. 27 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 2 negatif
28. 28 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 2 negatif
29. 29 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 negatif
30. 30 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 negatif
31. 31 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 2 negatif
32. 32 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 2 negatif
33. 33 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 negatif
34. 34 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 8 positif
35. 35 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 negatif
36. 36 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 6 positif
37. 37 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 negatif
38. 38 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 negatif
39. 39 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 7 positif
40. 40 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 positif
41. 41 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 negatif
42. 42 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 8 positif
43. 43 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 6 positif
44. 44 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 3 positif
45. 45 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 7 positif
46. 46 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 negatif
47. 47 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 9 positif
48. 48 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 7 positif
49. 49 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 5 positif
50. 50 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 4 positif
51. 51 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 6 positif
52. 52 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 3 positif
53. 53 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 negatif
54. 54 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 8 positif
55. 55 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 5 positif
56. 56 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 negatif
57. 57 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 negatif
58. 58 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 negatif
59. 59 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 negatif
60. 60 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 5 positif
61. 61 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 negatif
62. 62 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 negatif
63. 63 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 3 positif
Frekuensi Depresi
(GDS)
No. Nama
No. Item
Total GDS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1. 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 4 tidak
2. 2 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 6 ya
3. 3 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 7 ya
4. 4 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 5 ya
5. 5 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 8 ya
6. 6 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 6 ya
7. 7 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 tidak
8. 8 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 4 ya
9. 9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 tidak
10. 10 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 tidak
11. 11 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 tidak
12. 12 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 4 tidak
13. 13 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 5 ya
14. 14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 tidak
15. 15 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 5 ya
16. 16 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 tidak
17. 17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 tidak
18. 18 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 7 ya
19. 19 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 8 ya
20. 20 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 5 ya
21. 21 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 tidak
22. 22 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 8 ya
23. 23 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 tidak
24. 24 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 2 tidak
25. 25 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 8 ya
26. 26 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 11 ya
27. 27 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 8 ya
28. 28 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 11 ya
29. 29 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 tidak
30. 30 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 tidak
31. 31 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 3 tidak
32. 32 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 5 ya
33. 33 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 8 ya
34. 34 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 12 ya
35. 35 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 6 ya
36. 36 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 9 ya
37. 37 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 9 ya
38. 38 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 tidak
39. 39 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 7 ya
40. 40 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 6 ya
41. 41 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 tidak
42. 42 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 12 ya
43. 43 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 5 ya
44. 44 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 5 ya
45. 45 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 5 ya
46. 46 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 4 tidak
47. 47 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 7 ya
48. 48 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 11 ya
49. 49 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 8 ya
50. 50 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 5 ya
51. 51 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 6 ya
52. 52 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 10 ya
53. 53 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 4 tidak
54. 54 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 6 ya
55. 55 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 8 ya
56. 56 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 5 ya
57. 57 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 5 ya
58. 58 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 5 ya
59. 59 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 5 ya
60. 60 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 5 ya
61. 61 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 3 tidak
62. 62 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 3 tidak
63. 63 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 5 ya
Lampiran 7
Hasil Frekuensi Responden
1. Rentang Usia Responden
2. Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid l 12 19.0 19.0 19.0
p 51 81.0 81.0 100.0
Total 63 100.0 100.0
3. Status Perkawinan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid cerai mati 34 54.0 54.0 54.0
Menikah 29 46.0 46.0 100.0
Total 63 100.0 100.0
4. Status Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Bekerja 15 23.8 23.8 23.8
tidak bekerja 48 76.2 76.2 100.0
Total 63 100.0 100.0
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 60-74 40 63.5 63.5 63.5
> 75 23 36.5 36.5 100.0
Total 63
100.
0 100.0
5. Status Tempat Tinggal
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid keluarga 59 93.7 93.7 93.7
sendiri 4 6.3 6.3 100.0
Total 63 100.0 100.0
6. Depresi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 21
33.3
33.3 33.3
Ya 42
66.7
66.7 100.0
Total 63
100.0
100.0
7. Elder Abuse
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Negative
36 57.1 57.1 57.1
Positif 27 42.9 42.9 100.0
Total 63 100.0 100.0
Lampiran 8
Hasil Analisis Bivariat
1. Faktor Umur
Crosstab
Count
Umur
Total 60-74 >75
EA negatif 32 4 36
Positif 8 19 27
Total 40 23 63
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 23.374a 1 .000
Continuity Correctionb
20.887 1 .000
Likelihood Ratio 24.761 1 .000
Fisher's Exact Test .000
.000
N of Valid Casesb 63
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,86.
b. Computed only for a 2x2 table
2. Faktor Jenis Kelamin
Crosstab
Count
Gender
Total l p
EA negatif 10 26 36
positif 2 25 27
Total 12 51 63
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 4.152a 1 .042
Continuity Correctionb 2.936 1 .087
Likelihood Ratio 4.552 1 .033
Fisher's Exact Test .055 .040
N of Valid Casesb 63
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 5,14.
b. Computed only for a 2x2 table
3. Faktor Status Perkawinan
Crosstab
Count
status perkawinan
Total cerai mati Menikah
EA negatif 15 21 36
positif 19 8 27
Total 34 29 63
4. Faktor Status Pekerjaan
Crosstab
Count
status pekerjaan
Total bekerja tidak bekerja
EA negatif 11 25 36
positif 4 23 27
Total 15 48 63
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 2.107a 1 .147
Continuity Correctionb 1.329 1 .249
Likelihood Ratio 2.190 1 .139
Fisher's Exact Test .232 .124
N of Valid Casesb 63
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,43.
b. Computed only for a 2x2 table
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 5.117a 1 .024
Continuity Correctionb 4.027 1 .045
Likelihood Ratio 5.222 1 .022
Fisher's Exact Test .040 .022
N of Valid Casesb 63
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,43.
b. Computed only for a 2x2 table
5. Status Tempat Tinggal
Crosstab
Count
Tinggal Dengan
Total keluarga Sendiri
EA negatif 35 1 36
positif 24 3 27
Total 59 4 63
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 1.802a 1 .179
Continuity Correctionb .673 1 .412
Likelihood Ratio 1.819 1 .177
Fisher's Exact Test .305 .206
N of Valid Casesb 63
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,71.
b. Computed only for a 2x2 table
6. Faktor Depresi
Crosstab
Count
GDS
Total tidak ya
EA negatif 21 15 36
positif 0 27 27
Total 21 42 63
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 23.625a 1 .000
Continuity Correctionb 21.073 1 .000
Likelihood Ratio 31.299 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
N of Valid Casesb 63
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
9,00.
b. Computed only for a 2x2 table
Lampiran 9
Hasil Analisis Multivariat
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95.0% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a umur1(1) 3.899 1.232 10.014 1 .002 49.356 4.411 552.223
gender1(1) -.369 1.930 .036 1 .848 .692 .016 30.368
SK1(1) -.075 1.075 .005 1 .944 .927 .113 7.625
SP1(1) -.685 1.243 .304 1 .581 .504 .044 5.761
TD1(1) 1.559 1.416 1.213 1 .271 4.755 .297 76.211
GDS1(1) 22.447 7.694E3 .000 1 .998 5.603E9 .000 .
Constant -4.401 1.687 6.807 1 .009 .012
a. Variable(s) entered on step 1: umur1, gender1, SK1, SP1,
TD1, GDS1.
Recommended