View
588
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
Gambaran Karakteristik Ibu Menyusui Yang Memberikan Makanan Pendamping Air Susu Ibu
Citation preview
GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU MENYUSUI YANG MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI USIA 0-6
BULAN DI PUSKESMAS PEMBANTU KARANGMULYA DESA KARANGMULYA KECAMATAN JAMANIS
KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2012
KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna Melengkapi Sebagai Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Ahli Madya Kebidanan Pada Program Studi D-III Kebidanan
oleh :
NENG RIA YULIANTI NIM. 09DB277073
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
CIAMIS 2012
PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah
Disetujui oleh pembimbing
Untuk diujikan
Menyetujui,
Pembimbing I
Heni Heryani, SKM., SST NIK. 0432778104030
Ciamis, ............................
Pembimbing II
Elis Roslianti, SKM
NIK : 0432777905032
Ciamis, ............................:
Mengetahui,
Ketua Program Studi D III Kebidanan
Heni Heryani, SKM., SST NIK. 0432778104030
PENGESAHAN
KTI ini telah dipertahankan dan diperbaiki sesuai dengan masukan Dewan Penguji
Pada Tanggal Agustus 2012
Mengesahkan
Penguji I
Nurhusna, SST.,MPH NIK. 0432777407038
Penguji II
Rosidah Solihah, SST NIK : 04032778609056
Penguji III
Heni Heryani, SKM., SST NIK. 0432778104030
Mengetahui,
Ketua
STIKes Muhammadiyah Ciamis
Yudhi Permana, SKM NIK. 0432777399018
Ketua Progam Studi D III Kebidanan
Heni Heryani, SKM., SST NIK. 0432778104030
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul Gambaran
Karakteristik Ibu Menyusui Yang Memberikan Makanan Pendamping Air Susu
Ibu (MP-ASI) Padi Bayi Usia 0-6 Bulan Di Puskesmas Pembantu Karangmulya
Desa Karangmulya Kecamatan Jamanis Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2012
ini, sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang
merupakan plagiat dari orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang
berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan
kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap
etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian
karya saya ini.
Ciamis, Agustus 2012 Yang Menyatakan Pernyataan
NENG RIA YULIANTI NIM. 09DB277073
GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU MENYUSUI YANG MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI USIA 0-6
BULAN DI PUSKESMAS PEMBANTU KARANGMULYA DESA KARANGMULYA KECAMATAN JAMANIS
KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 20121
Neng Ria Yulianti2, Heni Heryani3, Elis Roslianti4
INTISARI
Penelitian ini dilatar belakangi oleh angka kematian balita yang cukup
besar dan penyebabnya karena ibu yang melahirkan ternyata diketahui tidak manyusui bayinya secara maksimal. Studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Pembantu Karangmulya juga ditemukan fakta bahwa dari 10 orang ibu menyusui di Desa Karangmulya, didapatkan data ibu yang telah memberikan MP-ASI sebelum bayi mereka berusia 6 bulan sebanyak 7 orang dan 3 orang tidak memberikan MP-ASI sebelum bayi mereka berusia 6 bulan. Dari 7 orang ibu yang telah memberikan MP-ASI sebelum bayi mereka berusia 6 bulan sebanyak 6 orang berpengetahuan kurang tentang ASI eksklusif dan 1 orang berpengetahuan cukup, 6 orang memiliki status pekerjaan bekerja sebagai buruh dan 1 orang sebagai ibu rumah tangga, 6 orang memiliki umur < 20 tahun dan 1 orang berumur 20-35 tahun.
Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran karakteristik ibu menyusui yang memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) pada bayi usia 0-6 bulan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Ibu yang mempunyai bayi Usia 0-6 Bulan Di Puskesmas Pembantu Karangmulya Desa Karangmulya Kecamatan Jamanis Kabupaten Tasikmalaya periode Januari-Maret tahun 2012 sebanyak 33 orang. Sedangkan Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan total sampling.
Hasil penelitian terhadap gambaran karakteristik ibu menyusui yang memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) untuk kategori umur responden yang paling banyak adalah kelompok kategori umur < 20 tahun sebanyak 18 orang (54,5%), untuk tingkat pendidikan yang paling banyak adalah responden dengan berpendidikan rendah (Tamat SD dan SMP) yaitu sebanyak 20 orang (60,6%), untuk status pekerjaan yang paling banyak adalah responden dengan status bekerja sebanyak 21 orang (63,6 sedangkan untuk pengetahuan responden diketahui berada dalam kategori kurang sebanyak 14 orang (42,4%).
Secara keseluruhan dari lima karakteristik ibu menyususi yang menduduki pringkat tertinggi adalah responden dengan karakteristik berdasarkan pekerjaan responden yang bekerja sebanyak 21 orang (63,6%).
Kata Kunci : Karakteristik, Ibu Menyusui, MP-ASI Kepustakaan : 14 buku (1999-2009) Keterangan : 1. Judul Karya Tulis Ilmiah, 2. Mahasiswa Program Studi D-
III Kebidanan STIKes Muhammadiyah Ciamis, 3. Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis, 4. Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan karunia-Nya yang dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini tepat waktu, dengan judul Gambaran Karakteristik Ibu
Menyusui Yang Memberikan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Padi
Bayi Usia 0-6 Bulan Di Puskesmas Pembantu Karangmulya Desa Karangmulya
Kecamatan Jamanis Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2012.
Adapun maksud dari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah guna
melengkapi sebagaian syarat mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan di Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Ciamis.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini tidak
terlepas dari peran serta dan bantuan dari berbagai pihak, baik bantuan berupa
moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada yang terhormat :
1. Yudhi Permana, SKM, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Ciamis.
2. Heni Heryani, SST., SKM, selaku Ketua Program Studi D III Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Ciamis dan selaku
Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu dan tenaga serta pikiran
untuk memberikan bimbingan, saran serta dorongan moril dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
3. Elis Roslianti, SKM, selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan
waktu dan tenaga serta pikiran untuk memberikan bimbingan, saran serta
dorongan moril dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Nurhusna, SST.,MPH, selaku penguji I yang telah banyak memberikan
motivasi dan arahan dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Rosidah Solihah, SST, selaku penguji II yang telah banyak memberikan
motivasi dan arahan dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Seluruh Staf dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Ciamis
yang telah memberi dukungan selama penulis mengikuti pendidikan.
7. Seluruh Staf Perpustakaan STIKes Muhammadiyah Ciamis yang telah
memberi bantuan dalam penyediaan buku sumber.
8. Yang tercinta kedua orang tua atas do'anya yang selalu menyertai setiap
langkahku.
9. Rekan-rekan mahasiswi Program Studi D-III Kebidanan atas kerjasamanya
dalam memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan andil dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Semoga amal kebaikan mereka mendapat balasan dari Alloh SWT.
Penulis juga berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi yang berkepentingan pada umumnya.
Dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini, penulis telah berusaha
semaksimal mungkin agar sesuai dengan yang diharapkan. Namun mengingat
keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan pengalaman, maka dengan segala
kerendahan hati penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan.
Ciamis, Agustus 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iv INTISARI .................................................................................................... v KATA PENGANTAR ................................................................................... vi DAFTAR ISI ................................................................................................. viii DAFTAR TABEL .......................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xii RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ xiii BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 7
E. Keaslian Penelitian ................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar .......................................................................... 10
B. Landasan Teori ....................................................................... 25
C. Kerangka Konsep .................................................................... 26
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian .............................................................. 28
B. Variabel dan Definisi Operasional ............................................ 28
C. Populasi dan Sampel ............................................................... 29
D. Pengumpulan Data .................................................................. 30
E. Prosedur Penelitian ................................................................ 33
F. Pengolahan dan Analisis Data ................................................. 35
G. Etika Penelitian ........................................................................ 36
H. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ....................................................................... 38
B. Pembahasan .......................................................................... 41
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ................................................................................ 46 B. Saran ...................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Laporan Bulanan Puskesmas Jamanis Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2011 ....................................... 5 Tabel 3.1 Definisi Operasional .................................................................. 29 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Umur Ibu Menyusui Yang Memberikan Makanan Pendamping ASI Puskesmas Pembantu Karangmulya Desa Karangmulya Kecamatan Jamanis Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2012 ....................................... 38 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu Menyusui Yang Memberikan Makanan Pendamping ASI Di Puskesmas Pembantu Karangmulya Desa Karangmulya Kecamatan Jamanis Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2012 ......................... 39 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu Menyusui Yang Memberikan Makanan Pendamping ASI Di Puskesmas Pembantu Karangmulya Desa Karangmulya Kecamatan Jamanis Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2012 .......................... 39 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Menyusui Yang Memberikan Makanan Pendamping ASI Pada Bayi Puskesmas Pembantu Karangmulya Desa Karangmulya Kecamatan Jamanis Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2012 ....... 40
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.2 Kerangka Konsep ..................................................................... 26
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Time Schedule Lampiran 2. Pernyataan Peneliti Lampiran 3. Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden Lampiran 4. Kuesioner Lampiran 5. Surat Permohonan Izin Pelaksanaan Penelitian dari STIKes Muhammadiyah Ciamis Lampiran 6. Surat Rekomendasi Izin Penelitian Kantor Kesatuan Bangsa,
Politik dan Perlindungan Masyarakat Lampiran 7. Surat Rekomendasi Izin Penelitian Lampiran 8. Uji Validitas Lampiran 9. Uji Reliabilitas Lampiran 10. Hasil Pengolahan Data Lampiran 11. Lembar Konsultasi Pembimbing I Lampiran 12. Lembar Konsultasi Pembimbing II
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Neng Ria Yulianti
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir : Tasikmalaya, 03 Juli 1991
Alamat : Kp. Sukamukti RT. 02 RW. 04 Ds. Sukaresik
Kec. Sukaresik Kab. Tasikmalaya 46159
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. TK Al-Iqomah : Tahun 1995 1997
2. SDN Pakemitan 1 : Tahun 1997 2003
3. MTs Al-Furqon Islamic Boarding School : Tahun 2003 2006
4. SMA Negeri 3 Kota Tasikmalaya : Tahun 2006 2009
5. STIKes Muhammadiyah Ciamis : Tahun 2008 2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tingkat kematian bayi di Indonesia juga masih relatif tinggi. Indikasinya
terlihat dari setiap satu jam, sekitar 24 orang balita meninggal dunia atau 576
balita meninggal setiap harinya di negeri ini. Penyebab kematian bayi
terbesar didasarkan fakta bahwa 40% dari 4,5 juta ibu melahirkan di
Indonesia ternyata tidak menyusui bayinya secara maksimal. Data UNICEF
menyebutkan, kematian 30.000 bayi di Indonesia dan 10 juta kematian bayi
di dunia setiap tahunnya bisa dicegah dengan pemberian ASI secara
eksklusif selama 6 bulan sejak lahir, tanpa memberikan makanan dan
minuman tambahan. Keadaan kekurangan gizi pada bayi dan anak
disebabkan kebiasaan pemberian makanan pendamping ASI yang tidak
tepat. Akibat rendahnya sanitasi dan hygiene Makanan Pendamping Air Susu
Ibu (MP-ASI) memungkinkan terjadinya kontaminasi oleh mikroba, hingga
meningkatkan risiko dan infeksi lain pada bayi (Depkes, 2010).
Penambahan makanan selain ASI pada usia yang terlalu dini dapat
meningkatkan kesakitan (morbiditas). Bayi tersebut akan mudah terkena
infeksi saluran pencernaan maupun pernafasan. Angka kematian bayi di
Indonesia yang cukup tinggi diantaranya disebabkan oleh tingginya kejadian
infeksi saluran pencernaan dan pernafasan pada bayi. Jika dibandingkan
dengan negara ASEAN lainnya (Thailand, Phillipina, Malaysia), angka
kematian bayi (IMR) di Indonesia masih termasuk tinggi, yaitu 51/1000
kelahiran (Depkes, 2007).
MP-ASI merupakan makanan lain selain ASI. Makanan ini dapat berupa
makan yang disiapkan secara khusus atau makanan keluarga yang
dimodifikasi contohnya seperti bubur susu buatan (Juwono, 2003). Pada
umur 0-6 bulan, bayi tidak membutuhkan makanan atau minuman selain ASI.
Artinya bayi hanya memperoleh susu ibu tanpa tambahan cairan lain, baik
susu formula, madu, air teh. Bayi juga tidak diberi makanan padat lain seperti
pisang dan nasi lumat, bubur, susu, biskuit, nasi tim dan lain-lain. MP-ASI
harus mulai diberikan ketika bayi tidak lagi mendapat cukup energi dan
nutrien dari ASI saja. Untuk kebanyakan bayi, makanan tambahan mulai
diberikan pasa usia 6 bulan keatas. Pada usia ini MP-ASI sangat penting
untuk menambah energi dan zat gizi yang diperlukan.
Makanan pendamping ASI diberikan kepada bayi setelah berusia 6
bulan sampai bayi berusia 24 bulan. Jadi selain MP-ASI, ASI pun harus tetap
diberikan kepada bayi, paling tidak sampai usia 24 bulan. Adapun hal-hal
penting yang harus diperhatikan dalam pemberian makanan tambahan untuk
bayi yaitu makanan bayi (termasuk ASI) harus mengandung zat gizi yang
diperlukan oleh bayi, dan diberikan kepada bayi yang telah berumur 6 bulan
sebanyak 4-6 kali/hari, sebelum berumur dua tahun, bayi belum dapat
mengkonsumsi makanan orang dewasa, makanan campuran ganda yang
terdiri dari makanan pokok, lauk pauk dan sumber vitamin yang lebih cocok
untuk bayi (Krisnatuti, 2007).
Makanan pendamping ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke
makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian makanan pendamping ASI
harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai
dengan kemampuan pencernaan bayi. Pemberian makanan pendamping ASI
yang cukup dalam hal kualitas dan kuantitas penting untuk pertumbuhan fisik
dan perkembangan kecerdasan anak yang bertambah pesat pada periode ini
(Ariani, 2008).
Makanan pendamping ASI yang diberikan sebagai makanan tambahan
yang berguna untuk memenuhi kebutuhan makanan yang adekuat dan untuk
menunjang tercapainya tumbuh kembang optimal, pemberian makanan
pendamping ASI (MP ASI) menurut IDAI (2002) sebaiknya diberikan mulai
umur 6 bulan, karena masih rendahnya ibu menyusui bayi 0-6 bulan secara
eksklusif yang baru mencapai 39%, dampak apabila pemberian MP-ASI
terlalu dini maka bayi akan mendapat zat immun ASI lebih sedikit, sehingga
resiko infeksi meningkat. Resiko diare juga meningkat karena makanan
tambahan tidak sebersih ASI. Ibu mempunyai resiko lebih tinggi untuk hamil
kembali jika jarang menyusui. Sedangkan bila pemberian MP-ASI terlalu
lambat maka anak tidak akan mendapatkan makanan ekstra yang dibutuhkan
untuk mengisi kesenjangan energi dan nutrien. Anak berhenti
pertumbuhannya, atau tumbuh lambat. Pada anak resiko malnutrisi dan
defisiensi mikronutrien meningkat. Maka tenaga kesehatan di Puskesmas
Jamanis melakukan upaya penyuluhan kepada ibu menyusui tentang
dampak pemberian MP-ASI untuk bayi dibawah 6 bulan dan makanan
pendamping ASI untuk bayi diatas 6 bulan serta memberikan konseling ASI
sejak kehamilan, melaksanakan IMD pada saat persalinan dan mendukung
pemberian ASI eksklusif setelahnya (Nursalam, 2005).
Ibu membutuhkan pengetahuan yang baik mengenai MP-ASI, sehingga
pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) dapat berjalan dengan baik.
Dan salah satu faktor intern yang mempengaruhi terbentuknya perilaku
manusia adalah pengetahuan. Berdasarkan data Survey Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2003-2004 bayi yang mendapat makanan
pendamping ASI dini pada kelompok usia 2 sampai 3 bulan 32% dan
kelompok usia 4 sampai 6 bulan 69% (BSN, 2003). Selain itu berdasarkan
Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2005, menyebutkan bahwa
kurang lebih 40% bayi usia kurang dari 2 bulan sudah diberi MP-ASI.
Disebutkan juga bahwa bayi usia 0 sampai 2 bulan mulai diberikan makanan
pendamping cair (21,25%), makanan lunak/lembek (20,1%), dan makanan
padat (13,7%). Pada bayi 3 sampai 5 bulan yang mulai diberi makanan
pendamping cair (60,2%), lumat atau lembek (66,25%), dan padat (45,5%).
Masih banyak ditemukan bayi sebelum usia 4 bulan telah diberi
makanan pendamping. Tampaknya sudah menjadi hal biasa bagi sebagian
ibu di Indonesia terutama di pedesaan untuk memulai memberikan makanan
tambahan sejak bayi umur kurang lebih 1 bulan seperti : pisang yang di
haluskan, pisang dicampur nasi kemudian dihaluskan, buah-buahan yang
dihaluskan, dan bubur susu, dan lain-lain. Hal itu dikarenakan kebiasaan
masyarakat yang masih primitif dan tidak sedikit karena anjuran dari orang
tua untuk memberikan makanan pendamping ASI secara dini. Dalam kondisi
tersebut, tugas bidan adalah memberikan saran mengutamakan pemberian
makanan pendamping ASI sesuai dengan keseimbangan nutrisi dan diet
yang baik selama pengalaman pemberian makanan secara mutual terutama
pemberian makanan pendamping yang awal dan memberikan kepuasan
untuk orang tua dan bayi (Potter, 2005).
Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Jawa Barat Tahun 2011,
diketahui jumlah bayi yang lahir pada tahun 2011 di Provinsi Jawa Barat
sebanyak 3.831.703 bayi, sebanyak 214.390 (5,6%) bayi yang diberikan MP-
ASI (DinKes Jabar, 2011)
Berdasarkan data hasil survei Kabupaten Tasikmalaya diketahui bahwa
pada tahun 2011 bayi usia (0-6 bulan) sebanyak 37.612 orang, bayi
pengguna MP-ASI 40,21%. Sedangkan di Puskesmas Jamanis jumlah bayi
629 orang, jumlah bayi yang diberikan ASI eksklusif sebanyak 251 orang dan
bayi yang diberikan MP-ASI sebanyak 438 orang, dibandingkan dengan
Puskesmas Ciawi dimana jumlah bayi yang diberikan ASI eksklusif sebanyak
920 orang dan bayi yang diberikan MP-ASI sebanyak 580 orang dari jumlah
bayi sebanyak 1500 orang (Dinkes Kabupaten Tasikmalaya, 2011).
Menurut data yang diambil dari Puskesmas Jamanis Kabupaten
Tasikmalaya yang terdiri dari 8 Desa yaitu Desa Karangmulya, Desa
Karangsembung, Desa Karangresik, Desa Geresik, Desa Bojonggaok, Desa
Condong, Desa Tanjungmekar, Desa Sindangraja di dapat laporan sebagai
berikut :
Tabel 1.1 Laporan Bulanan Puskesmas Jamanis Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2011
No Desa Jumlah Bayi
usia 0-12 bulan
Bayi Pengguna MP-ASI Usia
Berdasarka tabel 1.1 dari laporan bulanan Puskesmas Jamanis tahun
2011 yang terdiri dari 8 Desa yaitu Karangmulya, Karangsembung,
Karangresik, Geresik, Bojonggaok, Condong, Tanjungmekar, Sindangraja.
Desa Karangmulya menempati peringkat tertinggi untuk jumlah bayi
pengguna MP-ASI usia
menyusui yang memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI)
padi bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Pembantu Karangmulya Desa
Karangmulya Kecamatan Jamanis Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2012?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran karakteristik ibu menyusui yang
memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) pada bayi usia
0-6 bulan.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran umur ibu menyusui yang memberikan
makanan pendamping air susu ibu.
b. Diketahuinya gambaran pendidikan ibu menyusui yang memberikan
makanan makanan pendamping air susu ibu.
c. Diketahuinya gambaran pekerjaan ibu menyusui yang memberikan
makanan pendamping air susu ibu.
d. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu menyusui yang memberikan
makanan pendamping air susu ibu.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritik
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi
mahasiswi D-III kebidanan terutama yang berkaitan dengan pemberian
makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Peneliti dapat membandingkan dari ilmu yang diperoleh
dibangku kuliah/teori dengan kenyataan dilapangan dan juga sebagai
bekal untuk mengembangkan keterampilan kebidanan.
b. Bagi Puskesmas Jamanis
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai langkah-langkah kebijakan
untuk perubahan ke arah yang lebih baik dan dapat meningkatkan
cakupan program kesehatan sehingga akan mendapatkan hasil akhir
yaitu meningkatnya derajat kesehatan masyarakat.
c. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini bisa menjadi motivasi bagi masyarakat
khususnya ibu menyusui di Puskesmas Pembantu Karangmulya Desa
Karangmulya Kecamatan Jamanis Kabupaten Tasikmalaya sehingga
dapat meningkatkan kesadaran ibu untuk memberikan ASI Eksklusif
pada bayinya.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelusuran pustaka, penulis menemukan Penelitian
dengan judul : Gambaran Penerapan Pemberian ASI Secara Dini di Ruang
Bersalin Rumah Sakit Umum Daerah Majenang oleh Titin Murtiningsih
mahasiswi Politeknik Depkes RI Prodi D III Kebidanan tahun 2007. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pemberian ASI secara
dini. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan
evaluasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bidan yang bertugas di
Ruang bersalin Rumah Sakit Umum Daerah Majenang. Sedangkan sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak sembilan orang bidan
yang bertugas di Ruang bersalin Rumah Sakit Umum Daerah Majenang.
Hasil penelitiannya disimpulkan bahwa dari sembilan orang bidan yang
bertugas di Ruang bersalin Rumah Sakit Umum Daerah Majenang yaitu
sebanyak 5 orang (55,5%) telah melaksanakan semua langkah-langkah
penerapan ASI secara dini, sedangkan yang tidak melaksanakan secara
keseluruhan adalah 4 orang (44,4%).
Adapun persamaan dengan penelitian yang akan saya teliti terdapat
pada jenis penelitian, yaitu menggunakan jenis penelitian deskriptif.
Sedangkan perbedaannya dengan penelitian yang akan saya teliti
yaitu bertujuan untuk mengetahui karakteristik ibu menyusui yang
memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi usia 0-6 bulan..
Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah ibu menyusui di Puskesmas
Pembantu Karangmulya di Desa Karangmulya yang mempunyai bayi usia 6-
12 bulan sebanyak 40 orang, sedangkan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah total sampling yaitu semua ibu menyusui yang
mempunyai bayi usia 6-12 bulan yang telah memberikan makanan
pendamping air susu ibu (MP-ASI) sebelum usia bayinya 6 bulan yaitu
sebanyak 38 orang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
1. Pengertian Karakteristik
Menurut bahasa, karakteristik adalah tabiat atau kebiasaan.
Sedangkan menurut ahli psikologi, karakteristik adalah sebuah sistem
keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu.
Karena itu, jika pengetahuan mengenai karakteristik seseorang itu dapat
diketahui, maka dapat diketahui pula bagaimana individu tersebut akan
bersikap untuk kondisi-kondisi tertentu. Dilihat dari sudut pengertian,
ternyata karakteristik dan akhlak tidak memiliki perbedaan yang
signifikan. Keduanya di definisikan sebagai suatu tindakan yang terjadi
tanpa ada lagi pemikiran, karena sudah tertanam dalam pikiran dan
dengan kata lain keduanya dapat disebut dengan kebiasaan (Sudarsono,
2007).
Karakteristik adalah sifat khas dan perwatakan tertentu,
karakteristik mencangkup hal-hal sebagai berikut : umur, pendidikan,
pekerjaan, gaya hidup (pola makan, pola komunikasi, kebiasaan mandi),
agama ras dan lain-lain (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, 2008).
2. Karakteristik Ibu Dalam Pemberian Makanan Pendamping Air Susu
Ibu Pada Bayi
a. Umur ibu
Usia adalah individu yang terhitung mulai dari saat dilahirkan
sampai saat berulang tahun. Semakin cukup usia, tingkat kematangan
dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan
bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih
dewasa akan lebih dipercaya dari orang yang cukup tinggi
kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan
kematangan jiwanya, maka semakin tua usia seseorang makin
konstruktif dalam menggunakan logika terhadap suatu masalah
(Nursalam, 2001).
Umur sangat berhubungan dengan tingkat pendidikan dan
pengetahuan seseorang. Ibu yang berusia muda (< 20 tahun)
mempunyai pendidikan dan pengetahuan yang rendah dibandingkan
dengan ibu yang berusia 20-35 tahun. Hal ini dapat mengakibatkan
kurangnya informasi dan pengetahuan mengenai manfaat pemberian
ASI secara Eksklusif kepada bayinya. Lingkungan juga
mempengaruhi ibu muda dalam pemberian ASI Eksklusif dikarenakan
rasa gengsi atau malu apabila memberikan ASI sampai bayi berumur
6 bulan sehingga dapat mempengaruhi bentuk payudara dan
cenderung untuk memberikan susu formula sebagai penggantinya,
sedangkan ibu menyusui yang berusia > 35 tahun cenderung lebih
berpengalaman dalam hal pemberian ASI eksklusif dan MP-ASI
(Ridwan, 2007).
Depkes RI (1999) menyatakan bahwa pada usia kurang dari
20 tahun seorang ibu cenderung belum siap untuk mengasuh dan
membimbing seorang anak agar dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal. Sedangkan pada usia > 30 tahun dilihat dari segi usia
keterampilan mereka dalam mengasuh dan mendidik anaknya
cenderung sudah terlatih, karena sebelum menginjak pada usia 30
tahunan mereka telah lebih dulu mendapatkan pengalaman berupa
keterampilan dalam membina dan mendidik anaknya sewaktu mereka
menginjak usia antara 21-30 tahun. Usia antara 21-30 tahun
merupakan usia produktif bagi seorang ibu dalam memproduksi ASI,
serta merupakan usia yang sudah matang dan siap dalam hal jasmani
juga sosial untuk menghadapi kehamilan, persalinan, serta dalam
membina bayi yang dilahirkan, sehingga sangat menentukan terhadap
kesehatan bayi untuk dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
b. Pendidikan ibu
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (KBBI, 2003).
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara (UU RI No. 23 tentang sistem
Pendidikan Nasional, 2003).
Secara umum pendidikan dapat diartikan sebagai pengalaman
yang terjadi karena interaksi manusia dan lingkungannya, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial manusia secara efisien dan
efektif. Dalam arti formal, pendidikan adalah suatu proses
penyampaian bahan atau materi pendidikan guna mencapai
perubahan tingkah laku. Sedangkan tugas pendidikan disini adalah
memberikan atau meningkatkan keterampilan masyarakat atau
individu tentang aspek-aspek bersangkutan, sehingga dicapai suatu
masyarakat yang berkembang. Salah satu jenis pendidikan yang
diperoleh di lingkungan sekolah seperti SD, SLTP, SLTA, Perguruan
Tinggi dan lain-lain. Pendidikan formal berfungsi untuk mensejajarkan
pengetahuan umum dan pengetahuan yang besifat khusus
(Notoatmodjo, 2003).
Pendidikan seperti halnya pekerjaan, merupakan ukuran yang
sama berharganya dengan status ekonomi. Mereka yang memiliki
tingkat pengetahuan lebih tinggi lebih berkonsentrasi pada tindakan
preventif, tahu lebih banyak tentang masalah kesehatan yang memiliki
status kesehatan yang lebih baik (Notoatmodjo, 2003).
Tingkat pendidikan ibu yang rendah, wawasan pengetahuan
terbatas dan tradisi turun-temurun merupakan faktor yang mendukung
timbulnya anggapan bahwa ASI saja tidak cukup sebagai makanan
bayi. Akibatnya, para ibu memberikan bentuk cairan sebagai
makanan pendamping ASI sebelum bayinya mencapai umur 4 bulan.
Adapun jenjang pendidikan :
1) Pendidikan Dasar (SD dan SMP)
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang
melandasi jenjang pendidikan menengah berbentuk Sekolah
Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
2) Pendidikan Menengah (SMA)
Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan
dasar terdiri atas pendidikan menengah umum berbentuk SMA.
3) Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah
pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan
Diploma, Sarjana, Megister, Spesialis dan dokter yang
diselenggarakan dengan sistem terbuka.
(Hamid, 2003)
c. Pekerjaan
Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan untuk mendapatkan
suatu hasil yang diharapkan (KBBI, 2003).
Semakin banyak ibu yang bekerja makin banyak pula yang
malas menyusui. Selain itu ibu yang bekerja, lebih dini memberikan
MP-ASI sebelum bayi berumur 6 bulan, biasanya bayi dititipkan
kepada keluarga misalnya neneknya dan oleh neneknya diberi
makanan seperti nasi, pisang, dan sebagainya (Wiryo, 2000).
Wanita yang tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga
disamping mereka akan rugi karena sibuk mengurus rumah tetapi
mereka akan untung karena mempunyai kesempatan untuk menyusui
bayinya secara eksklusif dan mereka juga akan mudah menerima
segala informasi termasuk informasi tentang kesehatan baik dari
media TV, Radio, dan lain-lain. Karena mereka lebih banyak memiliki
waktu luang dibandingkan dengan wanita pekerja (Hurlock, 2006).
Pemerintah sebenarnya telah mengeluarkan peraturan yang
bisa mendukung agar Ibu Indonesia bisa terus memberikan ASI
kepada buah hatinya. Bahkan, hak menyusui untuk wanita pekerja
telah dijamin oleh Pasal 83 Undang-undang No. 13 tahun 2003
tentang ketenagakerjaan (Tasya, 2008).
Jenis pekerjaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1) Tidak Bekerja (Ibu Rumah Tangga/IRT)
Yaitu seorang ibu yang melakukan aktifitas mengerjakan
pekerjaan rumah tangga tanpa upah seperti menyapu, memasak,
dan lain-lain.
2) Bekerja
Yaitu seorang ibu yang melakukan aktifitas diluar rumah
yang mendapatkan upah, seperti PNS, Buruh, Petani Wiraswasta,
Guru, Dosen, Dagang, dll) (KBBI, 2005).
d. Pengetahuan ibu
1) Pengertian pengetahuan
Pengetahuan ibu merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi
setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu
obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2003).
2) Tingkatan pengetahuan
Pengetahuan yang mencakup dalam domain kognitif
mempunyai enam tingkatan, yaitu :
a) Tahu (know)
Artinya kemampuan untuk mengingat suatu materi
yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk diantaranya
mengingat kembali (reccal) terhadap sesuatu yang spesifik
dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima.
b) Memahami (comprehension)
Artinya kemampuan untuk menjelaskan secara benar
objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi
secara benar.
c) Aplikasi (application)
Artinya kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real, yaitu
penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus dan prinsip dalam
konteks dan situasi yang lain.
d) Analisis (analysis)
Artinya kemampuan untuk menjabarkan materi atau
objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu
struktur organisasi dan masih ada kaitan satu sama lainnya.
e) Sintesis (syntesis)
Artinya kemampuan untuk menghubungkan bagian-
bagian dalam bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari informasi-informasi yang ada.
f) Evaluasi (evaluation)
Artinya kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian tersebut
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2003).
Tingkat pengetahuan seseorang akan sesuatu sangat
penting serta merupakan dasar dari sikap dan tindakan dalam
menerima atau memecahkan suatu hal yang baru. Apabila
penerimaan/tindakan didasarkan oleh pengetahuan, maka
perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Maka dari itu tingkat
pengetahuan yang dimiliki ibu dapat mempengaruhi praktek
pemberian makanan tambahan pada bayi mereka (Nartiah, 2007).
3) Alat ukur pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang
ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo,
2003).
4) Pengukuran Pengetahuan
Setelah diperoleh hasilnya untuk menganalisa dari hasil
penelitian kemudian dibuat penilaian dengan mengacu kepada
teori Arikunto (2006) yaitu :
a) Kategori baik, apabila pertanyaan dijawab dengan benar oleh
responden sebanyak >75%.
b) Kategori cukup, apabila pertanyaan dijawab dengan benar
oleh responden sebanyak 60%-75%.
c) Kategori kurang, apabila pertanyaan dijawab dengan benar
oleh responden sebanyak
makanan yang semi padat. Untuk proses ini juga dibutuhkan
keterampilan motorik oral. Keterampilan motorik oral berkembang dari
refleks menghisap menjadi menelan makanan yang berbentuk bukan
cairan dengan memindahkan makanan dari lidah bagian depan ke
lidah bagian belakang. Pengenalan dan pemberian makanan
pendamping ASI (MP-ASI) harus dilakukan secara bertahap baik
bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan
bayi/anak. Pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang
cukup dalam hal kualitas dan kuantitas penting untuk pertumbuhan
fisik dan perkembangan kecerdasan anak yang bertambah pesat
pada periode ini (Notoatmodjo, 2008).
b. Beberapa jenis MP-ASI yang sering diberikan adalah :
Menurut Pujiarto (2008) jenis makanan tambahan yang sesuai
dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangan bayi adalah :
1) Usia 6-8 bulan
Makanan pertama yang diberikan adalah baby rice cereal
atau beras dan produk beras secara berangsur, kemudian
perkenalkan tepung jagung (maizena) sampai 4-6 minggu,
kemudian tepung gandum atau roti. Setelah bayi dapat mentolerir
tepung beras dengan baik, berikan daging cincang kukus.
Tahap berikutnya dapat dimulai pemberian sayur dan
buah yang dihaluskan, sampai usia 7 bulan sebaiknya buah yang
diberikan dikukus terlebih dahulu, kecuali alpokat. Setelah bayi
mampu mengkoordinasi lidahnya dengan baik, secara bertahap
bubur dibuat lebih kental.
2) Usia 8-12 bulan
Di periode ini, mekanisme menelan semakin matang dan
lebih terkoordinasi, sehingga bayi siap untuk diberi makanan yang
lebih kasar teksturnya. Bayi tidak lagi mengkonsumsi makanan
sebanyak seperti sebelumnya, inilah saat yang baik untuk
memperkenalkan bayi pada makanan yang lebih bervariasi. Pada
usia 12 bulan, bayi sudah bisa mengkonsumsi makanan orang
tuanya, tapi harus dihindari pemberian garam.
Untuk melatih kemampuan mengunyah, berikan makanan
yang lebih kental dan kasar, misalnya buah dan sayuran yang
dikukus atau direbus, daging cincang atau oat meal.
Bayi semakin mahir memegang benda dengan ibu jari
dan telunjuk. Berikan makanan yang bisa dipegang, misalnya
kentang dan wortel kukus yang sudah dipotong-potong, biskuit
kecil dan potongan buah. Untuk melatih kemandirian, biarkan bayi
mencoba makan sendiri dan biasakan bayi minum dari gelas yang
ringan.
3) Usia 12-24 bulan
Pada periode ini bayi mengalami banyak perubahan.
Pada usia 18 bulan, anak sudah lebih tahu kapan menggunakan
sendok, garpu dan kapan menggunakan tangan. Anak sudah
dapat minum susu sapi biasa (susu pasteurisasi) sejak usia 1
tahun.
Mendekati usia 2 tahun, pertumbuhan fisik anak
melambat, sehingga kebutuhan kalori tidak setinggi sebelumnya.
Pada masa ini lambung anak belum mampu mengakomodasi
porsi makan 3x sehari. Mereka perlu makan lebih sering, sekitar 5-
6x sehari.
c. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian MP-ASI :
1) Perhatikan dengan benar kebersihan alat makan, kerena alat
makan yang kurang bersih memungkinkan anak akan menderita
penyakit, misalnya diare.
2) Buatlah makanan secukupnya, menyimpan makanan masak
dalam jangka waktu lama, memungkinkan makanan menjadi basi
atau tercemar oleh kuman.
3) Berikan makanan dengan sebaik-baiknya, jangan memaksakan
anak makan atau membentak dan memarahi anak, misalnya
karena terburu waktu, keadaan ini dapat menyebabkan anak
kehilangan nafsu makan.
4) Anak juga memerlukan variasi makanan, supaya tidak bosan,
jangan cepat mengganti makanan baru dikarenakan anak
kelihatan tidak suka, karena anak memerlukan waktu untuk
menyesuaikan diri.
5) Ajaklah anak makan besama-sama dalam satu meja (anak besar).
6) Makanan berlemak menyebabkan rasa kenyang yang lama,
sehingga mungkin mengurangi nafsu makan.
d. Beberapa jenis MP-ASI yang sering diberikan adalah :
1) Buah, terutama pisang yang cukup mengandung kalori. Buah jenis
lain yang sering diberikan pada bayi adalah pepaya, jeruk, dan
tomat sebagai sumber vitamin A dan C.
2) Makanan bayi tradisional
a) Bubur susu buatan sendiri 1-2 sendok makan tepung beras
sebagai sumber kalori dan 1 gelas susu sapi sebagai sumber
protein.
b) Nasi tim saring, yang merupakan campuran dari beberapa
macam bahan makanan: 1-2 sendok beras, sepotong daging,
ikan atau hati, sepotong tempe atau tahu, dan sayuran seperti
wortel dan bayam, serta buah tomat dan air kaldu.
3) Makanan bayi yang diperdagangkan dan dikemas dalam bentuk
kaleng, karton, kantong (sachet) atau botol: untuk jenis makanan
seperti ini perlu dibaca dengan teliti komposisinya yang tertera
dalam labelnya.
e. Jadwal pemberian makan bayi, bayi dapat diberikan makanan dengan
jadwal sebagai berikut:
TABEL 2.2 JADWAL PEMBERIAN MAKANAN BAYI
Umur (bulan) Makanan Jumlah Sehari Jam 0-6 ASI saja Sesuka bayi --- 6-9
ASI Buah
Bubur susu
Nasi tim saring
Sesuka bayi 2 kali
1 kali 2 kali
--- 10.00 16.00 08.00 13.00 18.00
9-12
ASI Buah
Nasi tim
Sesuka bayi 2 kali
3 kali
--- 10.00 16.00 08.00 13.00 18.00
(Suradi, 2004)
f. Tujuan pemberian MP-ASI
1) Melengkapi zat-zat gizi yang kurang dalam ASI.
2) Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan
menelan.
3) Untuk melakukan adaptasi terhadap makanan yang mengandung
kadar energi yang tinggi.
4) Sesudah produksi air susu ibu menurun, pada bayi umur 6 bulan
ke atas makanan pendamping air susu ibu merupakan makanan
pokok karena itu jumlah dan frekuensinya harus ditambah sedikit
demi sedikit.
5) Makanan pendamping air susu ibu yang cukup kualitas dan
kuantitasnya merupakan dasar dari pertumbuhan fisik dan
kecerdasan anak selanjutnya.
6) Untuk menambah energi dan zat-zat esensial.
7) untuk memberikan serat makanan sebagai pelancar defekasi
untuk bayi menderita konstipasi (Depkes, 2002).
g. Cara pemberian MP-ASI
1) Berikan secara hati-hati sedikit demi sedikit dari bentuk encer
kemudian yang lebih kental secara berangsur-angsur.
2) Makanan diperkenalkan satu persatu sampai bayi benar-benar
dapat menerimanya.
3) Makanan yang dapat menimbulkan alergi diberikan paling terakhir
dan harus dicoba sedikit demi sedikit misalnya telur, cara
pemberiannya kuningnya lebih dahulu setelah tidak ada reaksi
alergi, maka hari berikutnya adalah putihnya.
4) Pada pemberian makanan jangan dipaksa, sebaiknya diberikan
pada waktu lapar ( Notoatmodjo, 2008).
h. Risiko pemberian makanan padat sebelum umur 6 bulan
Waktu yang baik untuk memulai pemberian makanan padat
biasanya pada umur 6 bulan. Resiko pada pemberian sebelum umur
6 bulan adalah :
1) Risiko jangka pendek
a) Pengenalan makanan selain ASI kepada diet bayi akan
menurunkan frekuensi dan intensitas pengisapan bayi, yang
akan merupakan risiko untuk terjadinya penurunan produksi
ASI.
b) Pengenalan sereal dan sayur-sayuran tertentu dapat
mempengaruhi penyerapan zat besi dari ASI sehingga
menyebabkan defisiensi zat besi dan anemia.
c) Resiko diare meningkat karena makanan tambahan tidak
sebersih ASI.
d) Makanan yang diberikan sebagai pengganti ASI sering encer,
buburnya berkuah atau berupa sup karena mudah dimakan
oleh bayi. Makanan ini memang membuat lambung penuh,
tetapi memberi nutrient lebih sedikit daripada ASI sehingga
kebutuhan gigi/nutrisi anak tidak terpenuhi.
e) Anak mendapat faktor pelindung dari ASI lebih sedikit,
sehingga resiko infeksi meningkat.
f) Anak akan minum ASI lebih sedikit, sehingga akan lebih sulit
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak
g) Defluk atau kolik usus yaitu istilah yang digunakan bagi
kerewelan atau tangisan yang terus menerus bagi bayi yang
dipercaya karena adanya kram di dalam usus.
2) Risiko jangka panjang
a) Obesitas
Kelebihan dalam memberikan makanan adalah risiko
utama dari pemberian makanan yang terlalu dini pada bayi.
Konsekuensi pada usia-usia selanjutnya adalah terjadi
kelebihan berat badan ataupun kebiasaan makan yang tidak
sehat.
b) Hipertensi
Kandungan natrium dalam ASI yang cukup rendah ( 15
mg/100 ml). Namun, masukan dari diet bayi dapat
meningkatkan drastis jika makanan telah dikenalkan.
Konsekuensi dikemudian hari akan menyebabkan kebiasaan
makan yang memudahkan terjadinya gangguan/hipertensi.
c) Arteriosklerosis
Pemberian makanan pada bayi tanpa memperhatikan
diet yang mengandung tinggi energi dan kaya akan kolesterol
serta lemak jenuh, sebaliknya kandungan lemak tak jenuh
yang rendah dapat menyebabkan terjadinya arteriosklerosis
dan penyakit jantung iskemik.
d) Alergi Makanan
Belum matangnya sistem kekebalan dari usus pada
umur yang dini dapat menyebabkan alergi terhadap makanan.
Manifestasi alergi secara klinis meliputi gangguan
gastrointestinal, dermatologis, dan gangguan pernapasan, dan
sampai terjadi syok anafilaktik.(Cox, 2006)
Pemberian makanan pendamping ASI berpengaruh pada
kualitas kesehatan bayi. Pemberian makanan pendamping ASI yang
tidak tepat, maka kualitas kesehatan bayi dan anak balita akan
semakin buruk, karena pemberian makanan pendamping ASI
yang tidak benar menyebabkan gangguan pencernaan yang
selanjutnya menyebabkan gangguan pertumbuhan, yang pada
akhirnya dapat meningkatkan AKB (Khairunniyah, 2004).
Penambahan makanan selain ASI pada usia yang terlalu dini
dapat meningkatkan kesakitan (morbiditas). Bayi tersebut akan
mudah terkena infeksi saluran pencernaan maupun pernafasan
(Depkes, 2003).
B. Landasan Teori
Karakteristik adalah sifat khas dan perwatakan tertentu, karakteristik
mencangkup hal-hal sebagai berikut : umur, pendidikan, pekerjaan, gaya
hidup (pola makan, pola komunikasi, kebiasaan mandi), agama ras dan lain-
lain (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, 2008).
Makanan pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang
mengandung gizi diberikan kepada bayi/anak untuk memenuhi kebutuhan
gizinya. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) merupakan proses transisi dari
asupan yang semata berbasis susu menuju ke makanan yang semi padat.
Untuk proses ini juga dibutuhkan keterampilan motorik oral. Keterampilan
motorik oral berkembang dari refleks menghisap menjadi menelan makanan
yang berbentuk bukan cairan dengan memindahkan makanan dari lidah
bagian depan ke lidah bagian belakang. Pengenalan dan pemberian
makanan pendamping ASI (MP-ASI) harus dilakukan secara bertahap baik
bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan
bayi/anak. Pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang cukup
dalam hal kualitas dan kuantitas penting untuk pertumbuhan fisik dan
perkembangan kecerdasan anak yang bertambah pesat pada periode ini
(Notoatmodjo, 2008).
Berdasarkan pendapat Anderson (1974) perilaku ibu menyusui
terhadap pemberian MP-ASI dipengaruhi oleh faktor karakteristik seperti
umur, jenis kelamin, suku, struktur sosial seperti pendidikan, pengetahuan,
paritas dan pekerjaan. Berdasarkan pendapat tersebut maka pemberian MP-
ASI dipengaruhi oleh faktor karakteristik tersebut.
C. Kerangka Konsep
Konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-
hal khusus. Oleh karena konsep merupakan abstraksi, maka konsep tidak
dapat langsung diamati atau diukur. Konsep hanya dapat diamati atau diukur
melalui konstruk atau yang lebih dikenal dengan nama variabel. Jadi variabel
adalah simbol atau lambang yang menunjukan nilai atau bilangan dari
konsep. Variabel adalah sesuatu yang bervariasi (Notoatmodjo, 2002).
Berdasarkan teori karakteristik ibu yang memberikan makanan
pendamping ASI pada bayi dapat ditinjau dari berbagai aspek yaitu: umur,
tingkat pendidikan, pekerjaan, adat istiadat dan pengetahuan secara
sistematis kerangka konsep ini dapat dilihat pada diagram dibawah ini:
Keterangan :
= Variabel yang diteliti
= Variabel yang tidak diteliti
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep di atas menggambarkan bahwa karakteristik ibu
menyusui dapat dilihat dari umur, pendidikan, pekerjaan, dan pengetahuan
yang berpengaruh terhadap terjadinya perilaku pemberian makanan
pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi usia kurang dari enam bulan.
Karakteristik : - Umur - Pendidikan - Pekerjaan - Pengetahuan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada bayi
usia kurang dari enam bulan
- Dukungan Suami - Status Ekonomi - Sikap Petugas - Kebijakan Pemerintah
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu
penelitian ini hanya bersifat gambaran karakteristik ibu menyusui yaitu umur,
pendidikan, pekerjaan dan pengetahuan. Metode penelitian dengan tujuan
utama untuk membuat gambaran atau deskripsi suatu keadaan atau objektif
(Notoatmodjo, 2010).
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
karakteristik ibu menyusui yang memberikan makanan pendamping air susu
ibu (MP-ASI) pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Pembantu Karangmulya
Desa Karangmulya Kecamatan Jamanis Kabupaten Tasikmalaya.
B. Variabel dan Defenisi Operasional
1. Variabel
Menurut Notoatmodjo (2002), bahwa variabel adalah suatu yang
digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau digunakan
oleh suatu penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu.
Penelitian ini menggunakan satu variabel yaitu karakteristik ibu menyusui
yang memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) dengan
sub variabel umur, pendidikan, pekerjaan dan pengetahuan.
2. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu batasan yang digunakan untuk
membatasi ruang lingkup variabel-variabel yang diamati (Notoatmodjo,
2010).
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1 Karakteristik Karakteristik ibu ketika menyusui bayinya yang meliputi umur, pendidikan, pekerjaan dan pengetahuan
Sub Variabel a. Umur Umur dihitung dari
terakhir ulang tahun responden
Kuesioner a. < 20 tahun b. 20 35 tahun c. > 35 tahun
Ordinal
b. Pendidikan Jenjang pendidikan formal yang didapat responden dibuktikan dengan izajah
Kuesioner a. Dasar (SD, SMP) b. Menengah (SMA) c. Tinggi (Diploma,
Sarjana, Megister, Spesialis dan dokter)
Ordinal
c. Pekerjaan Mata pencaharian responden
Kuesioner a. Bekerja b. Tidak bekerja
Nominal
d. Pengetahuan Kemampuan responden dalam mengetahui tentang kunjungan antenatal care mengenai pengertian, manfaat, tujuan Kehamilan , dan jadwal kunjungan.
Kuesioner a. Kurang baik (75%)
Ordinal
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Notoatmodjo, 2005).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Ibu yang mempunyai bayi
Usia 0-6 Bulan di Puskesmas Pembantu Karangmulya Desa
Karangmulya Kecamatan Jamanis Kabupaten Tasikmalaya periode
Januari-Maret tahun 2012 sebanyak 33 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu
seluruh populasi dijadikan sampel penelitian (Notoatmodjo, 2002).
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh Ibu menyusui yang
mempunyai bayi Usia 0-6 Bulan Di Puskesmas Pembantu Karangmulya
Desa Karangmulya Kecamatan Jamanis Kabupaten Tasikmalaya periode
Januari-Maret 2012 sebanyak 33 orang.
D. Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
a) Data Primer
Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data
primer yaitu data yang langsung diperoleh dari objek penelitian yang
dilakukan dengan cara membagikan kuesioner kepada responden,
responden diminta menjawab sendiri kuesioner tersebut tetapi
sebelumnya responden diminta kesediaanya untuk berpartisipasi
dalam penelitian dengan menandatangani informed consent
(pernyataan kesediaan menjadi responden). Jumlah pertanyaan untuk
kuesioner pengetahuan sebanyak 30 pertanyaan.
b) Data sekunder
Pengambilan data sekunder dilakukan dengan melihat laporan
yang di peroleh dari Puskesmas Pembantu Karangmulya.
2. Instrumen Penelitian
Alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti dengan jumlah 30 pertanyaan
yang sudah tersusun dengan baik mengenai umur, pendidikan, pekerjaan
dan pengetahuan. Cara responden menjawab yaitu dengan memberi
silang (X) pada salah satu jawaban yang dianggap benar dari pilihan a,b
atau c. diberikan skor 1 jika jawaban benar dan skor 0 jika jawaban salah.
3. Uji Validitas dan Reliabilitas
a. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau keshahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen
dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan
(Arikunto, 2002).
Untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita susun tersebut
mampu mengukur apa yang hendak kita ukur, maka perlu diuji
dengan uji korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan)
dengan skor total kuesioner tersebut.
Teknik korelasi yang dipakai adalah Product Moment dengan
rumus:
2222 YYNXXN
YXXYNR
Keterangan :
R : Koefisien relasi
N : Jumlah responden uji coba
X : Skor salah satu pertanyaan
Y : Skor total
XY : Skor pertanyaan nomor 1 dikalikan skor total
Untuk mengetahui apakah nilai korelasi tiap-tiap pertanyaan
itu signifikan, maka perlu dilihat pada tabel nilai r product moment
(Arikunto, 2006). Setelah dilakukan perhitungan korelasi antara
masing-masing pertanyaan dengan skor total, maka untuk melihat
signifikancy setiap pertanyaan maka dapat dilihat tabel nilai product
moment. Jika r-hitung lebih besar dari r-tabel maka perhitungannya
memenuhi taraf signifikan dan pertanyaan itu dianggap valid untuk
dijadikan alat ukur penelitian. Batas validitas r-tabel product moment
untuk 30 orang responden dengan tingkat kepercayaan 5% (=0,05)
adalah 0,361. Jika nilai r-hitung lebih besar dari 0,361 maka
pertanyaan tersebut dianggap valid dan dapat dijadikan alat ukur
penelitian (Arikunto, 2006).
Kuesioner dalam penelitian telah diujikan pada tanggal 20
Juni 2012 kepada 30 Ibu yang mempunyai bayi Usia 0-6 Bulan di
Puskesmas Pembantu Bojonggaok. Puskesmas Berdasarkan
perhitungan semua pertanyaan pengetahuan dinyatakan valid karena
r hitung > r tabel dengan nilai r hitung 0,506 0,827 dan r tabel (0,05)
= 0,361.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana
suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini
berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap
konsisten atau asas tetap bila dilakukan pengukuran dua kali atau
lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur
yang sama.
Dan untuk memperoleh indeks reliabilitas soal dengan
menggunakan Spearman Brown (Arikunto, 2002), yaitu:
2 x r . 1 + r .
Keterangan: r1.1 : Reliabilitas instrumen
r . : rxy yang disebutkan sebagai indeks
korelasi antara dua belahan instrumen.
Setelah dilakukan perhitungan reliabilitas dari kuesioner, maka
untuk melihat reliabilitinya dari setiap pertanyaan maka dapat dilihat
tabel nilai korelasi product moment. Jika nilai r1.1 lebih besar dari nilai
r tabel, maka pertanyaan tersebut reliabel atau layak untuk dijadikan
alat ukur penelitian. Kriteria pengujian dengan menggunakan taraf
signifikansi () = 0,05. Batas reliabilitas r-tabel product moment untuk
30 orang responden dengan derajat kebebasan (=0,05) adalah
0,361. Jika nilai r-alfa lebih besar dari 0,361 maka pertanyaan
tersebut dianggap reliabel atau layak dijadikan alat ukur penelitian.
Kuesioner dalam penelitian telah diujikan pada tanggal 20
Juni 2012 kepada 30 Ibu yang mempunyai bayi Usia 0-6 Bulan di
Puskesmas Pembantu Bojonggaok. Berdasarkan hasil perhitungan,
pengetahuan diperoleh nilai r11= 0,982 dikonsultasikan dengan rtabel
(0,05) = 0,361 maka dapat disimpulkan bahwa semua pertanyaan
tersebut reliabel karena r hitung > r tabel.
= r1.1
E. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
a. Pemilihan Lahan Penelitian
Penelitian diawali dengan melakukan survey pendahuluan
untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian. Data
dasar diambil dari Puskesmas Pembantu Karangmulya dan Dinas
Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya.
b. Kajian pustaka
Literature Review atau penelusuran dalam berbagai tinjauan
pustaka dapat dijadikan sebagai referensi yang digunakan dalam
penyusunan proposal penelitian.
c. Konsultasi proposal penelitian
Konsultasi dengan pembimbing dalam penyempurnaan judul
penelitian dan pembuatan Karya Tulis Ilmiah.
d. Seminar proposal penelitian
Melaksanakan seminar Karya Tulis Ilmiah untuk mendapatkan
masukan lebih lanjut demi terlaksananya penelitian ini.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
a. Pemberian informasi
Responden diberikan informasi tentang pelaksanaan
penelitian dengan cara diminta kesediaannya untuk berpartisipasi
dalam penelitian dengan menandatangani informed consent
(pernyataan kesediaan menjadi responden)
b. Pelaksanaan penelitian
Penelitian ini dilaksanakan bulan 27 juni 2012
c. Pengolahan dan analisa data
Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan sistem
komputerisasi, sedangkan analisis data dalam penelitian ini
menggunakan analisa univariat.
F. Metode Pegolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan data dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut
a. Pemeriksaan Data (Editing data)
Dimaksudakan untuk meneliti setiap pertanyaan yang telah
terisi yaitu tentang kelengkapan pengisian serta kesalahan pengisian.
Jika jawaban ada yang kosong, petugas pengumpulan data
bertanggung jawab untuk melengkapi dengan melakukan kunjungan
ulang kerumah responden.
b. Pemberian kode (Coding)
Dimaksudkan untuk mempermudah dalam pengolahan data
kegiatan yang dilakukan adalah memberikan kode dengan angka
yang telah ditetapkan.
c. Pemasukan Data (Entry data)
Setelah editing dan koding data selesai dan jawaban dilembar
jawaban sudah rapih dan memadai untuk mendapatkan data yang
baik selanjutnya dilakukan entry data dengan menggunakan
komputer.
d. Pembersihan Data (Cleaning data)
Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di
entry apakah ada kesalahan atau tidak. Cara yang bisa dilakukan
adalah dengan melihat distribusi frekuensi dari variabel-variabel yang
diteliti dan melihat kelogisannya, bila ternyata terdapat kesalahan
dalam memasukan data, maka harus dilakukan pembetulan dengan
menggunakan komputer.
2. Analisis Data
Analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat,
yaitu analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan komputer untuk
mendapatkan distribusi frekuensi dari tiap-tiap variabel. Analisis dilakukan
untuk mengetahui distribusi frekuensi umur, paritas, pendidikan, dan
pekerjaan ibu yang anemia, dengan perhitungan analisis menurut
Notoatmodjo (2003) yaitu sebagai berikut :
%100xnfP
Keterangan :
P : Persentase
f : Frekuensi
n : Jumlah Sampel
Sedangkan untuk pengukuran pengetahuan menggunakan rumus
sebagai berikut :
%100xNnP
Keterangan :
P : Persentase
n : Jumlah pertanyaan yang dijawab dengan benar
N : Jumlah seluruh pertanyaan
Menurut Arikunto (2006) pengetahuan dapat dikategorikan sebagai
berikut :
a. Baik apabila pertanyaan dijawab benar oleh responden > 75%.
b. Cukup apabila pertanyaan dijawab benar oleh responden 60%-75%.
c. Kurang baik apabila pertanyaan dijawab benar oleh responden <
60%.
G. Etika Penelitian
Peneliti menjamin hak-hak responden dengan menjamin kerahasiahan
indentitas responden sebelum responden diberi lembaran angket untuk di isi,
peneliti menjelaskan maksud dan tujuan peneliti serta membuat surat
persetujuan menjadi responden yang di tandatangani oleh responden dan
memberi hak hak kepada responden untuk menolak di jadikan responden.
H. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Karangmulya Kecamatan
Jamanis Kabupaten Tasikmalaya yang dilakukan tanggal 27 juni 2012.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Untuk mendukung pembahasan hasil penelitian yang dilakukan
terhadap ibu menyusui yang memberikan makanan pendamping air susu
ibu (MP-ASI) padi bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Pembantu Karangmulya
Desa Karangmulya Kecamatan Jamanis Kabupaten Tasikmalaya Tahun
2012 penulis juga memandang penting untuk memberikan gambaran
mengenai karakteristik dan identitas responden. Berikut ini adalah beberapa
hasil penelitian penulis terhadap gambaran identitas responden.
1. Umur Ibu Yang Memberikan Makanan Pendamping ASI Pada Bayi Usia
0-6 Bulan
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Umur Ibu Menyusui Yang Memberikan Makanan Pendamping ASI Puskesmas Pembantu Karangmulya Desa Karangmulya Kecamatan Jamanis Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2012
No Golongan Umur Jumlah (orang) Persentase (%) 1. < 20 Tahun 18 54,5 2. 20-35 Tahun 6 18,2 3. > 35 Tahun 9 27,3
Jumlah 33 100,0
Pada tabel 4.1 dapat dilihat jumlah responden menurut golongan
umur ibu menyusui yang memberikan makanan pendamping ASI paling
banyak terdapat pada kategori umur < 20 tahun sebanyak 18 orang
(54,5%). Sedangkan yang paling sedikit terdapat pada kategori umur
20-35 tahun sebanyak 6 orang (18,2%).
2. Pendidikan Ibu Yang Memberikan Makanan Pendamping ASI Pada Bayi
Usia 0-6 Bulan
Data yang terkumpul dari hasil penelitian di Puskesmas
Pembantu Karangmulya Desa Karangmulya Kecamatan Jamanis
Kabupaten Tasikmalaya menurut pendidikan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu Menyusui Yang Memberikan Makanan Pendamping ASI Di Puskesmas Pembantu Karangmulya Desa Karangmulya Kecamatan Jamanis Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2012
No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
1. Rendah 20 60,6 2. Menengah 8 24,2 3. Tinggi 5 15,2
Jumlah 33 100,0
Pada tabel 4.2 dapat diketahui bahwa jumlah ibu menyusui yang
memberikan makanan pendamping ASI berdasarkan pendidikan yang
terbanyak adalah yang berpendidikan rendah (Tamat SD dan SMP)
yaitu sebanyak 20 orang (60,6%), dan yang paling sedikit adalah yang
berpendidikan tamat tinggi sebanyak 5 orang (15,2%).
3. Pekerjaan Ibu Yang Memberikan Makanan Pendamping ASI Pada Bayi
Usia 0-6 Bulan
Hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Pembantu
Karangmulya Desa Karangmulya Kecamatan Jamanis Kabupaten
Tasikmalaya menurut status kerja dapat dilihat tabel berikut :
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu Menyusui Yang Memberikan Makanan Pendamping ASI Di Puskesmas Pembantu Karangmulya Desa Karangmulya Kecamatan Jamanis Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2012
No Status Kerja Jumlah (orang) Persentase (%) 1. Bekerja 21 63,6 2. Tidak Bekerja 12 36,4
Jumlah 33 100,0
Pada tabel 4.3 diatas diketahui bahwa status pekerjaan ibu
menyusui yang memberikan makanan pendamping ASI di Puskesmas
Pembantu Karangmulya Desa Karangmulya Kecamatan Jamanis
Kabupaten Tasikmalaya yang terbanyak adalah dengan status bekerja
sebanyak 21 orang (63,6%), dan yang berstatus tidak bekerja sebanyak
12 Orang (36,4%).
4. Pengetahuan Ibu Yang Memberikan Makanan Pendamping ASI Pada
Bayi Usia 0-6 Bulan
Pengetahuan responden di Puskesmas Pembantu Karangmulya
Desa Karangmulya Kecamatan Jamanis Kabupaten Tasikmalaya
mengenai makanan pendamping ASI (MP-ASI) dapat dilihat dari tabel
berikut :
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Menyusui Yang Memberikan Makanan Pendamping ASI Pada Bayi Puskesmas Pembantu Karangmulya Desa Karangmulya Kecamatan Jamanis Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2012
No Kategori Frekuensi (orang) Persentasi (%) 1. Baik 6 18,2 2. Cukup 13 39,4 3. Kurang 14 42,4 Jumlah 33 100,0
Pada tabel 4.5 di atas diketahui bahwa pengetahuan ibu
menyusui yang memberikan makanan pendamping ASI yang tertinggi
berada dalam kategori kurang sebanyak 14 orang (42,4%) sedangkan
yang terendah adalah responden yang berada dalam kategori baik
sebanyak 6 orang (18,2%).
B. Pembahasan
Selanjutnya akan dibahas tentang karakteristik responden
mengenai makanan pendamping ASI (MP-ASI) di Puskesmas Pembantu
Karangmulya Desa Karangmulya Kecamatan Jamanis Kabupaten
Tasikmalaya yang dibagi berdasarkan kriteria umur, pendidikan, pekerjaan
dan pengetahuan.
1. Umur Ibu Yang Memberikan Makanan Pendamping ASI Pada Bayi Usia
0-6 Bulan
Menurut hasil penelitian umur responden yang paling banyak
terdapat pada kelompok kategori umur < 20 tahun sebanyak 18 orang
(54,5%). Umur adalah individu yang terhitung mulai dari saat dilahirkan
sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan
dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.
Umur sangat berhubungan dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan
seseorang. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih
dewasa akan lebih dipercaya dari orang yang cukup tinggi
kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan
kematangan jiwanya, maka semakin tua umur seseorang makin
konstruktif dalam menggunakan logika terhadap suatu masalah
(Nursalam, 2001).
Hasil Penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Ridwan (2007) yang menyatakan bahwa ibu yang berumur muda (< 20
tahun) mempunyai pendidikan dan pengetahuan yang rendah
dibandingkan dengan ibu yang berumur 20-35 tahun. Hal ini dapat
mengakibatkan kurangnya pemahaman akan informasi mengenai
manfaat pemberian ASI secara eksklusif kepada bayinya.
Umur sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan ibu
dalam pemberian ASI, semakin bertambah umur (tua) maka pengalaman
dan pengetahuan semakin bertambah (Notoatmodjo, 2003), ibu yang
berumur < 20 tahun masih belum matang dan siap menghadapi
kehamilan, persalinan serta dalam membina bayi yang dilahirkan.
2. Pendidikan Ibu Yang Memberikan Makanan Pendamping ASI Pada Bayi
Usia 0-6 Bulan
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa distribusi responden
menurut pendidikan yang terbanyak adalah responden yang
berpendidikan rendah (tamat SD dan tamat SMP) sebanyak 20 orang
(60,6%). Menurut informasi yang didapat dari hasil penelitian diketahui
bahwa penyebab responden yang hanya berpendidikan rendah
kebanyakan berasal dari faktor ekonomi. Berdasarkan data yang
diperoleh dari Laporan Bulanan Puskesmas Pembantu Jamanis
diketahui bahwa mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai
pedagang dan buruh. Mereka mengatakan sudah cukup merasa bangga
meskipun anak-anaknya hanya mendapatkan pendidikan sampai di
bangku SMP saja dan itu masih lebih baik bila dibandingkan dengan
orang tuanya yang hanya berpendidikan tamat SD bahkan ada beberapa
diantaranya yang pendidikan SD saja tidak tamat dikarenakan terbentur
biaya dan juga jarak ke sekolah yang cukup jauh.
Tingkat pendidikan yang rendah akan menyebabkan kurang
memahami pentingnya kesehatan diri dan lingkungan, disamping itu
ditambah lagi dengan minimnya penyuluhan yang dilakukan petugas
kesehatan setempat serta malasnya dalam pencarian informasi maka
kondisi seperti itu dapat menyebabkan prilaku responden yang bermukim
di Desa Karangmulya yang pada umumnya berpendidikan SMP
cenderung belum dapat memahami dan menjalankan prilaku kesehatan
sebagaimana mestinya seperti pengambilan keputusan yang tidak tepat
untuk waktu pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang lebih
awal dari waktu yang sudah seharusnya dianjurkan untuk diberikan yaitu
pada usia > 6 bulan.
Pendidikan seperti halnya pekerjaan, merupakan ukuran yang
sama berharganya dengan status ekonomi. Mereka yang memiliki tingkat
pengetahuan lebih tinggi lebih berkonsentrasi pada tindakan preventif,
tahu lebih banyak tentang masalah kesehatan yang memiliki status
kesehatan yang lebih baik (Notoatmodjo, 2003).
3. Pekerjaan Ibu Yang Memberikan Makanan Pendamping ASI Pada Bayi
Usia 0-6 Bulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian
besar terdapat responden yang bekerja sebanyak 21 orang (63,6%).
Partisipasi wanita dalam angkatan kerja mempunyai pengaruh penting
dalam penurunan fertilitas. Bekerja dapat mengurangi keinginan wanita
untuk membina keluarga besar, karena dengan memiliki banyak anak
jelas akan merepotkan. Ibu yang bekerja cenderung memiliki waktu yang
sedikit untuk menyusui bayinya akibat kesibukan bekerja. Sedangkan ibu
yang tidak bekerja (Ibu Rumah Tangga) mempunyai waktu yang cukup
untuk menyusui bayinya.
Wanita yang tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga
disamping mereka akan rugi karena sibuk mengurus rumah tetapi
mereka akan untung karena mempunyai kesempatan untuk menyusui
bayinya secara eksklusif dan mereka juga akan mudah menerima segala
informasi termasuk informasi tentang kesehatan baik dari media TV,
Radio, dan lain-lain. Karena mereka lebih banyak memiliki waktu luang
dibandingkan dengan wanita pekerja (Hurlock, 2006).
4. Pengetahuan Ibu Yang Memberikan Makanan Pendamping ASI Pada
Bayi Usia 0-6 Bulan
Menurut hasil penelitian, pengetahuan responden mengenai
makanan pendamping ASI (MP-ASI) diketahui berada dalam kategori
kurang sebanyak 14 orang (42,4%). Pengetahuan tersebut ditunjang
oleh beberapa faktor ekstrinsik dan intrinsik. Berdasarkan hasil
wawancara dengan bidan desa pada saat mengevaluasi hasil penelitian
diketahui bahwa banyaknya ibu yang berpengetahuan kurang
disebabkan ibu menyusui kurang mendapatkan informasi mengenai
makanan pendamping ASI dikarenakan keengganannya mengikuti
penyuluhan-penyuluhan yang diadakan oleh petugas kesehatan, serta
ibu menyusui hanya mengandalkan pengalaman baik pengalaman pada
kehamilan sebelumnya maupun dari pengalaman orang lain. Faktor lain
yang mempengaruhi juga timbul dari faktor pendidikan yang rendah (SD
dan SMP), kurangnya daya fikir ibu juga disebabkan dari beragamnya
pendidikan ibu. Ini berarti bahwa informasi yang didapat hanya bisa
diserap dalam batas tingkat pengetahuan yang kurang. Hasil dari
kuesioner juga terlihat bahwa sebagian besar ibu menyusui tidak bisa
menjawab dengan benar mengenai jenis-jenis, tujuan, dan jadwal
pemberian makanan pendamping ASI mereka hanya mengetahui
mengenai apa itu makanan pendamping ASI saja.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo
(2002) yang meyatakan bahwa pengetahuan yang baik merupakan faktor
yang menjadi predisposisi perilaku sehat. Pengetahuan dan pengenalan
pada masyarakat dari pihak terkait merupakan domain yang sangat
penting sehingga mendasari terbentuknya tindakan. Pengetahuan
diperoleh dari orang lain dan pengalaman sendiri. Pengetahuan
diperoleh dari tahu (know) sehingga dapat dikatakan bahwa
pengetahuan merupakan stimulus terhadap tindakan seseorang.
Kurangnya stimulus atau informasi menyebabkan kurangnya
pengetahuan atau kurangnya respon terhadap sesuatu. Selain itu
pendidikan memberikan andil dalam upaya untuk memberikan
pengetahuan sehingga terjadi perilaku positif yang mengikat. Aspek
pengetahuan juga ditentukan oleh seberapa besar akses individu
terhadap informasi baik dari media masa, kampanye, penyuluhan dan
sebagainya. Seseorang yang mempunyai sumber informasi lebih banyak
akan mempunyai pengetahuan lebih luas (Notoatmodjo, 2002).
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penelitian mengenai
gambaran karakteristik ibu yang memberikan Makanan Pendamping ASI
(MP-ASI) pada Bayi dapat ditarik kesimpulan dari 33 responden sebagai
berikut :
1. Distribusi frekuensi umur ibu menyusui yang memberikan makanan
pendamping air susu ibu yang paling banyak dalam penelitian ini adalah
kelompok umur < 20 tahun sebanyak 18 orang (54,5%).
2. Distribusi frekuensi pendidikan ibu menyusui yang memberikan makanan
makanan pendamping air susu ibu yang paling banyak adalah pendidikan
rendah (Tamat SD dan SMP) yaitu sebanyak 20 orang (60,6%).
3. Distribusi frekuensi pekerjaan ibu menyusui yang memberikan makanan
pendamping air susu ibu yang paling banyak dalam penelitian ini adalah
responden yang bekerja sebanyak 21 orang (63,6%).
4. Distribusi frekuensi pengetahuan ibu menyusui yang memberikan
makanan pendamping air susu ibu dalam penelitian ini berada dalam
kategori kategori kurang sebanyak 14 orang (42,4%).
B. Saran
1. Bagi Puskesmas Jamanis
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai langkah-langkah kebijakan
untuk perubahan ke arah yang lebih baik dan dapat meningkatkan
cakupan program kesehatan sehingga akan mendapatkan hasil akhir
yaitu meningkatnya derajat kesehatan masyarakat. Dengan cara
melakukan kegiatan penyuluhan tentang kesejahteraan ibu dan anak
tentang pemberian MP ASI, dan lebih mensosialisasikan lagi dengan
melakukan kunjungan rumah dan penyebaran pamplet.
2. Bagi Responden
Hasil penelitian ini bisa menjadi motivasi bagi masyarakat
khususnya ibu menyusui di Puskesmas Pembantu Karangmulya Desa
Karangmulya Kecamatan Jamanis Kabupaten Tasikmalaya sehingga
dapat meningkatkan kesadaran ibu untuk memberikan ASI Eksklusif pada
bayinya. dengan cara membawa bayinya ke posyandu dan dengan cara
mencari segala informasi dari berbagai media baik itu dari TV, Radio,
maupun dari media informasi yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, 2008, Rendahnya Penggunaan ASI di Jawa Barat, http :
//www.cimbuak.net. Diakses tanggal 04 April 2012. Arimurti, I., Juli 8 2007, Kebijakan Depkes Tentang Peningkatan Pemberian Air
Susu Ibu (ASI) pekerja wanita, http : // www.mail-archive.com/idakrisna show@yahoo groups.com. Diakses tanggal 04 Maret 2012.
Arikunto, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta :
Jakarta. Bayikita, Nopember 7, 2007, Kapan Bayi Boleh Diberi MPASI?, http
://bayikita.wordpress.com. Diakses tanggal 05 Maret 2012. Depkes RI, 2010, Angka kematian Bayi Akibat Infeksi Saluran Pencernaan dan
Pernafasan, http : // www.wordpress.com. Diakses tanggal 7 Maret 2012.
_________, 2003, Angka kematian Bayi Akibat Infeksi Saluran Pencernaan dan
Pernafasan, http : // www.wordpress.com. Diakses tanggal 7 Maret 2012.
Dinkes Jabar, 2011, Pemberian ASI Eksklusif dan Non Eksklusif, http : //
www.wordpress.com. Diakses tanggal 5 Maret 2012. Dinkes Tasikmalaya 2011. Laporan Bulanan Dinkes Kab. Tasikmalaya 2011 Hubertin,S.P., 2004, Konsep Penerapan ASI Eksklusif, EGC : Jakarta. Hurlock, E.B., 2000, Psikologi Perkembangan, Erlangga : Jakarta Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, 2008. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Balai Pustaka. Edisi Keempat , 2008. Khairunniyah, Pemberian ASI Eksklusif, http : // www.wordpress.com. Diakses
tanggal 5 Maret 2012. Krisnatuti, 2007, Makanan Pendamping ASI, http : // www.wordpress.com.
Diakses tanggal 05 Maret 2012. Markum, A.H., Ismael, S., Alatas, H., Akib, A., Firmansyah, A., Sastroasmoro, S.,
2002, Ilmu Kesehatan Anak, FKUI : Jakarta. Mommies, W.R, Desember 12 2005, We R Mommies Together We Care, http : //
WRMIndonesia. Org/Content/View/645/58. Diakses tanggal 04 Maret 2012.
Nartiah (2007), Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Pataruman, KTI tidak dipublikasikan Prodi D III Kebidanan Tasikmalaya.
Nilawati, N., Juli 29, 2005, Forum Diskusi, www.parenting.co.id. Diakses tanggal
05 Maret 2012. Notoatmodjo, S., 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta : Jakarta. , 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta : Jakarta. , 2003, Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan , Rineka Cipta :
Jakarta. ____________, 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Nursalam, 2005. Semakin Tua Usia Seseorang Makin Kontruktif Dalam
Menggunakan Logika. Jakarta. http://www.wordpress.com/2001?. tanggal 12 Maret 2012.
Oswari,E., 2004, Buku Perawatan ibu Hamil dan Bayi, Pustaka Sinar Harapan :
Jakarta. Pandji, A, 2008, Psikologi Kerja, Rineka Cipta : Jakarta. Pujiarto, S, 2008, Bayiku Anakku, Intisari Mediatama, Jakarta.
Suradi, 2004, Manajemen Laktasi, Perinasia : Jakarta. Rahmawati, September 22, 2005, Pemberian ASI Eksklusif di Indonesia Masih
Sangat Memprihatinkan, http : //www.redaksikbi@gemari.or.id. Diakses tanggal 02 April 2012.
Rusliana,A., Juli 31, 2007, Cairan Ajaib : Air Susu Ibu, http : //
aderusliana.blogspot.com./2007/07/cairan-ajaib-air-susu-ibu.html. Diakses tanggal 10 Maret 2012.
Sudarsono,S., Maret 19, 2007, Arti dan Peran Penting Karakter Hasrat Untuk
Berubah, http : //www.Hupelita.com./baca.php.id. Diakses tanggal 14 Maret 2012.
Suririnah, November 05, 2004, Air Susu Ibu (ASI) memberi keuntungan ganda
untuk ibu dan bayi http : //www.asiforbaby.blogspot.com. Diakses tanggal 16 Maret 2012.
Tasya, A., Agustus 25, 2008, Indonesia Dan ASI, http : //www.aimi-asi.org.htm.
Diakses tanggal 02 April 2012. Undang-Undang, RI, 2003, Sistem Pendidikan Nasional. Wiryo,H., 2000, Peningkatan Gizi Bayi, Anak, Ibu Hamil, dan Menyusui Dengan
Bahan Makanan Lokal, Sabung Seto : Jakarta.
GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU MENYUSUI YANG MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADI BAYI USIA 0-6
BULAN DI PUSKESMAS PEMBANTU KARANGMULYA DESA KARANGMULYA KECAMATAN JAMANIS
KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2012
Petunjuk penelitian: isilah jawaban pada pertanyaan dibawah ini atau beritanda silang (x) pada kolom jawaban yang ibu pilih. Data ini dirahasiahkan dan hanya di baca oleh peneliti. Nomor kode : (Diisi oleh peneliti)
A. Umur
Umur ibu :
B. Pendidikan
Pendidikan ibu :
C. Pekerjaan
Pekerjaan ibu :
SD
SLTP
SLTA
Perguruan Tinggi
Bekerja
Tidak bekerja
20 Tahun
21-30 Tahun
>30 Tahun
E. Pengetahuan
1. Apa makanan pendamping ASI ?
a. Makanan tambahan bayi dan balita
b. Makanan atau minuman yang mengandung gizi diberikan pada anak
atau bayi untuk memenuhi kebutuhan gizinya
c. Makanan padat yang diberikan pada bayi
2. Apa dampak yang bisa ditimbulkan jika memberikan MP-ASI terlalu dini?
a. Diare atau gangguan pencernaan
b. Nafsu makan
c. Sariawan
3. Apa jenis makanan pendamping ASI (MP-ASI)?
a. Pisang, nasi tim, sereal
b. Pisang, nasi tim, bubur beras
c. Papaya dan nasi timbel
4. Sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan
seorang individu disebut?
a. Karakteristik
b. Adat istiadat
c. Kebiasaan
5. Apa resiko memberikan makanan padat pada bayi 0-6 bulan?
a. Bayi akan menjadi sehat dan kuat
b. Berat bayi naik secara berlebihan
c. Bayi menjadi jarang sakit
6. Bubur susu, buah, nasi tim boleh diberikan pada bayi umur?
a. 9-12 bulan
b. 6-9 bulan
c. 6 bulan
7. Kapan sebaiknya mulai memberikan makanan padat pada bayi?
a. 6-9 bulan
b. 6 bulan
c. 0-6 bulan
8. Membuat makanan secukupnya, menyimpan makanan dalam jangka
waktu lama memungkinkan makanan menjadi basi termasuk kedalam?
a. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian MP-ASI
b. Cara memberikan MP-ASI
c. Tujuan pemberian MP-ASI
9. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian MP-ASI adalah
memperhatikan kebersihan alat makan karena ?
a. Anak tidak suka dengan piring kotor
b. Alat makan yag kurang bersih memungkinkan anak terkena penyakit
diare
c. Jika piring bersih akan menambah nafsu makan anak
10. Melengkapi zat-zat gizi yang kurang dalam ASI termasuk kedalam?
a. Manfaat memberikan MP-ASI
b. Faktor diberikanya MP-ASI
c. Tujuan pemberian MP-ASI
11. Cara pemberian MP-ASI yang benar adalah?
a. Sebaiknya diberikan pada waktu lapar
b. Pemberian MP ASI harus diberikan dengan cara dipaksa supaya anak
mau makan
c. Mengenalkan semua makanan pada bayi supaya bayi dapat
merasakan variasi makanan
12. Anak yang meminum ASI lebih sedikit akan mengakibatkan?
a. Lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak
b. Anak lebih sulit mencerna makanan
c. Anak susah makan
13. Syarat-syarat makanan pendamping ASI?
a. Makanan pendamping asi harus mempunyai persyaatan khusus
tentang jumlah dan zat-zat gizi yang diperlukan
b. Makanan harus berwarna-warni
c. Diberikan kepada bayi baru lahir
14. Belum matangnya sistem kekebalan dari usus pada umur yang dini dapat
menyebabkan?
a. Alergi terhadap makanan
b. Infeksi saluran pencernaan
c. Infeksi saluran pernafasan
15. Jika pemberian MP-ASI yang tidak tepat maka akan berakibat?
a. Kualitas kesehatan bayi dan anak balita akan semakin buruk
b. Mempercepat petambahan berat badan anak
c. Mengakibatkan anak kurang gizi
16. Penambahan MP-ASI pada usia terlalu dini akan mengakibatkan bayi...
a. Mudah terkena infeki saluran pencernaan
b. Gangguan mental
c. Kurang gizi
17. Pemberian MP-ASI yang tidak benar akan menyebabkan gangguan
pencernaan termasuk kedalam...
a. Dampak pemberian MP ASI
b. Tujuan pemberian MP ASI
c. Cara pemberian MP ASI
18. Makanan diperkenalkan satu persatu sampai bayi dapat menerimanya itu
termasuk...
a. Cara pemberian MP ASI
b. Dampak pemberian MP ASI
c. Manfaat pemberian MP ASI
19. MP-ASI yang cukup kualitas dan kuantitasnya merupakan...
a. Dasar dari pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak
b. Kebutuhan nutrisi anak
c. Kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan anak
20. Nasi tim dan buah termasuk kedalam...
a. Makanan pokok
b. Makanan siap saji
c. MP-ASI yang sering diberikan
21. Makanan bayi dalam bentuk kaleng harus diperhatikan ................
a. Komposisi dan masa berlakunya b. Merknya tanpa melihat komposisinya c. Masa berlakunya saja tanpa melihat komposisinya
22. Tujuan pemberian makanan pendamping ASI, kecuali ?
a. Melengkapi zat-zat yang kurang dalam ASI
b. Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan
c. Untuk melakukan adaptasi terhadap makanan yang mengandung
kadar energi yang tinggi
23. Tujuan diberikannya MP-ASI yaitu untuk mengembangkan kemampuan
bayi dalam hal ..
a. mengunyah dan men
Recommended