View
48
Download
5
Category
Preview:
DESCRIPTION
lapsus
Citation preview
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Salah satu jenis inkomplit fracture yang sering terjadi pada anak dimana ada
sebagian tulang yang patah dan bagian lainnya melengkung. Tulang menjadi
bertambah keras dan lebih rapuh dengan bertambahnya usia, greenstick fracture
banyak terjadi pada masa anak-anak karena tulang mereka masih lunak dan lentur.
Nama Greenstick fracture diambil dari persamaan dengan patahan ranting pohon
yang masih muda dan segar. Ranting tersebut patah disatu sisi (sisi luar dari
lengkungan) dimana sisi yang bagian dalam melengkung.tapi tetap terhubung.
Greenstick fracture harus dibengkokkan balik ke posisi awal (disebut reduksi) dan di
cast selama 6 minggu. (Wikipedia, 2008)
Greenstick fracture biasanya disebabkan karena jatuh, dapat menyebabkan
tulang melengkung melebihi kemampuannya. Greenstick fracture kadang susah
didiagnosis dikarenakan kadang tidak menimbulkan gejala seperti jenis fracture
lainnya. Jadi ketika ada anak-anak dating dengan riwayat jatuh dan mengeluh nyeri
yang sangat atau timbul pembengkakan maka seharusnya segera mendapat perhatian
dikarenakan ada kemungkinan timbul greenstick fracture. Karena bila tidak mendapat
penanganan yang baik maka infeksi dan kerusakan yang resisten. Kebanyakan
greenstick fracture akan sembuh sempurna setelah dilakukan reduksi dan cast.
(mayoclinic, 2008)
1.2 Anatomi
Tulang anak-anak mempunyai jumlah air lebih tinggi dan jumlah mineral
lebih sedikit per unit volume dibandingkan dengan tulang dewasa. Maka dari itu
tulang anak-anak mempunyai modul yang lebih tinggi terhadap elastisitas dan lebih
tinggi resikonya terhadap injury daripada tulang dewasa. Growth plate merupakan
struktur tulang rawan yang unik yang mempunyai variasi ketebalan tergantung dari
1
usia dan lokasi. Growth plate dibagi menjadi empat daerah: reverse (germinal),
proliferasi, hipertrofi dan osifikasi enchondral.(Koval, 2006)
Bentuk fraktur yang unik pada anak-anak adalah hasil dari perbedaan biologis
antara anak-anak dengan dewasa. Secara spesifik, keberadaan lempeng pertumbuhan
(growth plate), periosteum yang tebal, serta kemampuan tulang anak-anak yang
elastis seperti plastik, dan kemampuan mengalami remodelling adalah dasar dari
gambaran fraktur yang khas pada anak-anak. Pendeskripsian fraktur anak-anak
meliputi lokasi anatomi dan gambaran fraktur sebagaimana hubungan fragmen-
fragmen fraktur dengan jaringan-jaringan didekatnya. Lokasi anatomi dari fraktur
dapat dideskripsikan sebagai diafisis, metafisis, atau epifisis. Pada area physis
resistensi terhadap stress itu lebih kecil jika dibandingkan jaringan tulang yang ada
pada epifisis dan metafisis. Kemudian pada tulang yang immatur ketika terjadi stress
pada tulang maka daerah physis akan terjadi kerusakan pertama kali. Ketahanan
ligamen yang menstabilisir sendi yang berdekatan terhadap kerusakan lebih baik
daripada physis. Sebagai contoh: bila terjadi bending stress pada lutut orang dewasa
dapat menyebabkan rupture daripada ligamen-ligamen kolateral. Pada tulang yang
immatur pada bending stress yang sama akan menyebabkan kerusakan pada daerah
physis yang berdekatan dengan insersi dari ligamen-ligamen kolateral.
Gambar bending stress pada tulang dewasa dan anak-anak
Ini merupakan salah satu alasan kenapa banyak terjadi frakture di daerah
distal femoral physis pada anak-anak yang lebih tua.
2
Gambar kerusakan pada distal femoral physis
Perlu diketahui bahwa kerusakan ligamen juga bisa terjadi dengan open
physis. Hal ini menunjukkan bahwa kerusakan tidak hanya terbatas pada daerah
physis.
Gambar rupture ligament dengan open physis
Pada daerah metafisis sering terjadi kerusakan bila terjadi longitudinal kompresif
stress, kerusakannya pun bervariasi dan yang paling sederhana adalah pembengkakan
pada cortex.
3
Gambar torus fracture
Jenis fracture ini disebut torus fracture, berasal dari bahasa latin ”tori” yang berarti
”the prominences on the base of a roman column”. Derajat kerusakan berikutnya ada
”compression greenstick”
Gambar compression greenstick pada metafisa
Pada kedua jenis fracture tersebut diatas tidak perlu dilakukan manipulasi dan hanya
dilakukan immobilisasi untuk mencegah re injury dan memberikan kenyamanan pada
pasien. Jika bending stress mengenai daerah cortex, daerah yang kena tekanan akan
rusak menghasilkan ”tension type of greenstick fracture”. Pada derajat kerusakan
4
yang terakhir terjadi kerusakan total dari integritas cortex, sering menyebabkan
fragmen fracture seperti ”bayonet apposition”.
Gambar tension greenstick fracture dan complit fracture
Pada tension greenstick fracture dapat tidak stabil dan angulasi menyerang otot pada
sisi patahan. Fracture harus direduksi sampai anatomical position yang
memungkinkan kemudian baru diimobilisasi. Meskipun dengan pengobatan terbaik
dapat terjadi late angulasi, kalau mujur bisa sembuh dengan remodeling yang
terbatas. Oleh karena itu, para orangtua harus waspada terhadap kemungkinan
terjadinya late angulasi sebelum diobati.
Gambar late displacement
5
Pada diafisis, meskipun diafisis pada tulang yang immatur lebih kuat daripada
metafisis dan physis, masih dapat terjadi berbagai macam pola fracture antara lain
plastic deformation, greenstick fracture dan complete fracture.
Gambar plastic deformation
Plastic deformation sering terjadi pada tulang radius dan ulna, tapi kadang juga terjadi
pada humerus dan fibula. Jika langsung mendapatkan pengobatan maka plastic
deformation dapat sembuh. Pengobatannya adalah memberikan tekanan yang konstan
pada diafisis dengan arah yang berlawanan dengan deformitasnya.
Gambar reduksi dari plastic deformation
6
Pada tulang anak-anak mempunyai modul of elasticity yang lebih rendah, bending
strength yang lebih rendah, dan isinya lebih sedikit. Karena ini, beberapa bending
energy bila mengenai diafisa dihilangkan dengan initial elastic dan plastic
deformation. Dari penghilangan beberapa energi dari bending, ada sedikit energy
yang memberikan kerusakan primer pada cortex. Permukaan dari fracture ini halus
seperti rapid crack. Meski banyak energi yang hilang, tekanan yang terakhir hanya
menghasilkan pola pull-out dari tulang, disebut slow crack. Pull-out area ini
merupakan mekanisme hambatan terhadap pertumbuhan dari transverse crack atau
bagian terminal dari fracture. Sehingga, bagian yang teregang jadi rusak dan bagian
yang terkompresi jadi plastic deformation. Sering terjadi ketika greenstick fracture
direduksi secara manual, melengkapi fracture melewati bagian yang tertekan. Penting
untuk memfollow up fracture ini setelah dilakukan reduksi, karena fracture ini
mempunyai kemungkinan untuk reangulasi.
Gambar greenstick fracture pada diafisis
Terdapat beberapa gambaran unik pada fraktur anak-anak. Deformitas plastik terjadi
ketika tulang membengkok melebihi elastisitasnya, tanpa disertai fraktur yang nyata.
Disebut fraktur green stick (sering terjadi di ulna) ketika tulang tampak menjadi
bengkok tanpa adanya garis fraktur. Fraktur buckle atau torus terjadi karena kompresi
aksial pada metafisial-diafisial junction. Fraktur-fraktur ini stabil dan menyembuh
7
dalam 2-3 minggu dengan immobilisasi. Fraktur yang komplit atau lengkap
dikelompokkan menurut arah garis fraktur.
1.3 Etiologi dan Patogenesis
Tulang pada Anak-anak adalah berbeda dengan dewasa. Hal ini sangat
penting diketahui bahwa keberhasilan diagnostik dan terapi penyakit ortopedik pada
kelompok usia ini berbeda, karena sistem skeletal pada anak-anak baik secara
anatomis, biomekanis, dan fisiologi berbeda dengan dewasa. Adanya growth plate
(atau fisis) pada tulang anak-anak merupakan satu perbedaan yang besar. Growth
plate tersusun atas kartilago. Ia bisa menjadi bagian terlemah pada tulang anak-anak
terhadap suatu trauma. Cidera pada growth plate dapat menyebabkan deformitas.
Akan tetapi adanya growth plate juga membantu remodeling yang lebih baik dari
suatu fraktur yang bukan pada growth plate tersebut. Di bawah ini adalah beberapa
karakteristik struktur dan fungsi tulang anak yang membuatnya berbeda
(Ogden,1999):
a) Remodelling
Tulang immatur dapat melakukan remodelisasi jauh lebih baik daripada tulang
dewasa. Karena adanya aktivitas dari populasi sel yang banyak, kerusakan pada
tulang dapat diperbaiki lebih baik dari pada kerusakan yang terjadi pada tulang
dewasa.
Struktur anatomis tulang anak-anak juga mempunyai fleksibilitas yang tinggi
sehingga ia mempunyai kemampuan seperti “biological plasticity”. Hal ini
menyebabkan tulang anak-anak dapat membengkok tanpa patah atau hancur;
sehingga dapat terjadi gambaran fraktur yang unik pada anak yang tidak dijumpai
pada dewasa, seperti pada fraktur buckle (torus) dan greenstick.
b) Ligamen
8
Seperti jaringan, ligamen adalah satu jaringan yang “age-resistant” dalam tubuh
manusia. Tensile strength (kekuatan tegangan) pada ligamen anak-anak dan dewasa
secara umum sama. Meskipun kekuatan tulang, kartilago, dan otot cenderung
berubah, struktur ligamen tetap tidak berubah seiring pertumbuhan dan
perkembangan.
c) Periosteum
Bagian terluar yang menutupi tulang adalah lapisan fibrosa dense, yang pada anak-
anak secara signifikan lebih tebal daripada dewasa. Periosteum anak-anak sebenarnya
mempunyai sebuah lapisan fibrosa luar dan kambium atau lapisan osteogenik.
Menurut Hence, periosteum anak-anak mampu memberikan kekuatan mekanis
terhadap trauma. Karena periosteum yang tebal, fraktur tidak cenderung untuk
mengalami displace seperti pada dewasa, dan periosteum yang intak dapat berguna
sebagai bantuan dalam reduksi fraktur dan maintenance. Sebagai tambahan, fraktur
akan sembuh lebih cepat secara signifikan daripada orang dewasa.
d) Growth Plate
Growth plate atau fisis adalah lempeng kartilago yang terletak di antara epifisis (pusat
penulangan sekunder) dan metafisis. Ini penting bagi pertumbuhan tulang panjang
agar terjadi. Bagian ini juga menjadi satu titik kelemahan dari semua struktur tulang
terhadap trauma mekanik. Fisis, secara histologik terdiri dari 4 lapisan, yaitu :
a. Resting zone: Lapisan teratas yang terdiri dari sel-sel germinal yang datar dan
merupakan tempat penyimpanan bahan-bahan metabolik yang akan digunakan
nantinya.
b. Proliferating zone: Sel-sel di area ini secara aktif bereplikasi dan tumbuh menjadi
lempeng. Sel-sel tersebut disebut seperi tumpukan lempeng. Pada area ini, sel-selnya
menggunakan bahan metabolik yang sebelumnya disimpan untuk perjalanan mereka
ke metafisis.
9
c. Hypertrophic zone: Sel-sel di area ini cenderung membengkak dan berubah
menjadi lebih katabolik. Sel mempersiapkan matriks untuk mengalami kalsifikasi dan
berubah menjadi tulang. Area ini menjadi letak terlemah secara mekanis.
d. Calcified zone: Secara metabolik, matriks menyebar untuk deposisi garam kalsium,
dan membentuk osteoid. Di daerah yang dekat metafisis, cabang-cabang pembuluh
darah kecil menjalar ke lapisan basal dari lempeng fisis.
Gambar Bagian-bagain dari tulang immatur
1.4 Gambaran KIinis
Anamnesis (Rasjad, 2007)
—-Biasanya penderita datang dengan suatu trauma (traumatik, fraktur), baik yang
hebat maupun trauma ringan dan diikuti dengan ketidakmampuan untuk
menggunakan anggota gerak. Anamnesis harus dilakukan dengan cermat, karena
fraktur tidak selamanya terjadi di daerah trauma dan mungkin fraktur terjadi pada
daerah lain. Penderita biasanya datang karena adanya nyeri, pembengkakan,
gangguan fungsi anggota gerak, krepitasi atau datang dengan gejala-gejala lain.
10
Pemeriksaan fisik (Rasjad, 2007)
Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:
- Syok, anemia atau perdarahan
- Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang belakang
atau organ-organ dalam rongga toraks, panggul dan abdomen
- Fraktur predisposisi, misalnya pada fraktur patologis
-Pemeriksaan lokal
a. Inspeksi (Look)
Bandingkan dengan bagian yang sehat
Perhatikan posisi anggota gerak
Keadaan umum penderita secara keseluruhan
Ekspresi wajah karena nyeri
Lidah kering atau basah
Adanya tanda-tanda anemia karena perdarahan
Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk membedakan
fraktur tertutup atau fraktur terbuka
Ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa jam sampai beberapa hari
Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi dan kependekan
Lakukan survei pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada organ-organ lain
Perhatikan kondisi mental penderita
Keadaan vaskularisasi
b. Palpasi (Feel)
Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita biasanya mengeluh sangat
nyeri.
Temperatur setempat yang meningkat
Nyeri tekan; nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya disebabkan oleh
kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang
11
Krepitasi; dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan secara hati-
hati
Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri radialis,
arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan anggota gerak yang
terkena
Refilling (pengisian) arteri pada kuku, warna kulit pada bagian distal daerah
trauma , temperatur kulit
Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk mengetahui adanya
perbedaan panjang tungkai
c. Pergerakan (Move)
—-Pergerakan dengan mengajak penderita untuk menggerakkan secara aktif dan pasif
sendi proksimal dan distal dari daerah yang mengalami trauma. Pada pederita dengan
fraktur, setiap gerakan akan menyebabkan nyeri hebat sehingga uji pergerakan tidak
boleh dilakukan secara kasar, disamping itu juga dapat menyebabkan kerusakan pada
jaringan lunak seperti pembuluh darah dan saraf.
d. Pemeriksaan neurologis
—-Pemeriksaan neurologis berupa pemeriksaan saraf secara sensoris dan motoris
serta gradasi kelelahan neurologis, yaitu neuropraksia, aksonotmesis atau
neurotmesis. Kelaianan saraf yang didapatkan harus dicatat dengan baik karena dapat
menimbulkan masalah asuransi dan tuntutan (klaim) penderita serta merupakan
patokan untuk pengobatan selanjutnya.
e. Pemeriksaan radiologis (Rasad S, 2008)
—-Pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan keadaan, lokasi serta
ekstensi fraktur. Untuk menghindarkan nyeri serta kerusakan jaringan lunak
selanjutnya, maka sebaliknya kita mempergunakan bidai yang bersifat radiolusen
untuk imobilisasi sementara sebelum dilakukan pemeriksaan radiologis.
12
Tujuan pemeriksaan radiologis:
Untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi
Untuk konfirmasi adanya fraktur
Untuk melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen serta
pergerakannya
Untuk menentukan teknik pengobatan
Untuk menentukan fraktur itu baru atau tidak
Untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau ekstra-artikuler
Untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang
Untuk melihat adanya benda asing, misalnya peluru
Pemeriksaan radiologis dilakukan dengan beberapa prinsip dua
Dua posisi proyeksi, dilakukan sekurang-kurangnya yaitu pada antero-
posterior dan lateral
Dua sendi pada anggota gerak dan tungkai harus di foto, di atas dan di bawah
sendi yang mengalami fraktur
Dua anggota gerak. Pada anak-anak sebaiknya dilakukan foto pada ke dua
angota gerak terutama pada fraktur epifisis
Dua trauma, pada trauma yang hebat sering menyebabkan fraktur pada dua
daerah tulang.
Dua kali dilakukan foto. Pada fraktur tertentu misalnya fraktur tulang skafoid,
foto pertama biasanya tidak jelas sehingga biasanya diperlukan foto
berikutnya 10-14 hari kemudian.
Fracture biasanya menimbulkan pain, swelling dan deformitas, tapi gejala-
gejala ini bisa berkurang dan malah tidak muncul pada greenstick fracture. Greenstick
fracture tidak terjadi displace dari tulang, pada anak-anak yang sedang berkembang
akan mengalami penyembuhan yang baik. Ketika anak kecil mengeluh nyeri atau jika
ada bending atau displace pada extremitas, atau pembengkakan, maka belum tentu
diketahui bahwa sebenarnya telah terjadi fracture.
13
1.5 Penyembuhan Fracture
Pada pengobatan fracture pada anak terdapat dua keuntungan, yaitu proses
penyembuhannya cepat dan kapasitas remodeling yang baik. Jarang terdapat
nonunion pada anak-anak. Penyembuhan fracture pada anak mempunyai tiga fase,
yaitu inflammatory, reparative dan remodeling. (wilkins, 2000)
- Fase inflammatory
Fase yang pertama ini merupakan suatu inflamasi akut yang terjadi karena
hilangnya atau rusaknya integritas dari struktur tulang. Proses inflamasi merupakan
hasil dari hematom yang terjadi karena rusaknya pembuluh-pembuluh darah dalam
tulang. Hematom ini berisi banyak fibrin, yangmana akan digantikan oleh jaringan
kolagen. Jaringan kolagen inilah yang nantinya merupakan struktur utama tulang.
Hematom ini akan mendorong produksi protein yang menstimulasi diferensiasi sel-sel
menjadi fibroblast, chondroblas, osteoblas, dan angioblas dimana kesemuanya
esensial dalam pembentukan tulang baru.
- Fase Reparative
Fase ini dimulai ketika sudah terbetuk kalus. Ada invasi awal pada hematom
oleh jaringan fibrovaskular dari endosteal dan periosteal. Kemudian, formasi tulang
baru terbentuk dari endochondral osifikasi dan intramembran osifikasi. Awal tulang
ini mengisi gap antara akhir dari masing-masing patahan. Karena ini masih lemah,
maka butuh diproduksi dalam jumlah besar. Jadi hal ini memberikan bentuk “quantity
bone”. Hasil ini disebut juga provisional kalus yangmana memberikan stabilisasi
secara temporer. Kalus ini belum mempunyai stabilitas yang rigid untuk dilakukan
aktivitas fisik secara penuh. Reparative fase memakan waktu 2-3 bulan pertama
dalam proses penyembuhan fracture.
- Fase Remodelling
Pada fase ini tulang baru berada pada garis stress, sekarang baru mempunyai
produksi “quality bone” dimana tulangnya sudah rigid dan dapat mensuport aktivitas
fisik normal pada anak.
14
Gambar fase-fase penyembuhan fracture
Remodelling fracture
Penambahan kapasitas remodeling
15
Karena peningkatan potensial osteogenic, remodeling dapat terjadi pada
fracture anak. Tulang yang immature secara alami mengalami remodeling sebagai
bagian dari pertumbuhan dan perkembangan normal mereka. Physis (growth plate),
tulang immature ini berada dimana tulang baru dibentuk. Kemudian proses
remodeling potensial yang terbaik terjadi disini selama proses pertumbuhan berlanjut
untuk mengambil tempat.
Gambar physical remodeling: a. diambil 10 hari setelah injury, menggambarkan displacement komplit dari physis bagian distal radial.
b. 6 bulan kemudian, epiphysis telah diremodelling lengkap dan telah
mencapai posisi normal
16
Metaphisis melayani area remodeling yang aktif pada pertumbuhan tulang
normal. Area ini merupakan area dimana kuantitas dari woven bone yang diproduksi
didekat physis diganti dengan tulang dari diafisa. Kemudian daerah ini terjadi
peningkatan vaskularisasi dengan banyak fasilitas osteogenic yang berperan dalam
penyembuhan fracture. Osteogenesis di daerah ini aktif dengan normal.
Diafisis, pada area ini produksi tulang adalah balance antara subperiosteal
intramembranous ossification pada permukaan dengan reabsorbsi endosteal bone di
medullary kanal. Tulang dia area diafisis adalah rigid, padat dan relatif avaskular.
Hasilnya sedikit terjadi remodeling disini, sehingga bila terjadi fracture pada daerah
ini butuh waktu lama untuk sembuh dan remodeling.
1.7 TERAPI
Penanganan dari non displaced atau minimally displaced fracture yaitu dengan
imobilisasi dengan long arm cast, fracture ini harus dikoreksi bila tidak ingin nantinya
terjadi deformitas ulang. Mengkomplitkan dari fracture jenis ini akan mengurangi
terjadinya resiko deformitas ulang, bagaimanapun juga reduksi dari displaced fracture
itu lebih susah. Setelah dilakukan reduksi baru dipasang long arm cast. Penyembuhan
fracture pada anak-anak itu lebih cepat dari pada orang dewasa.(Wikimedia,2008)
Kadang perlu juga sampai dilakukan operasi, indikasi operasi:
- Unstable atau reduksi fracture yang tidak berhasil setelah dilakukan close
reduksi
- Open fracture/compartment syndrome
- Fracture ulang dengan displacement
- Anak usia >14 tahun pada perempuan dan usia > 15 tahun pada anak laki-laki
1.8 KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering muncul:
17
- Refracture. Menurut Blount (1942) refracture sering terjadi pada 6 bulan
pertama setelah trauma, dan menurut Gruber dan von Laer (1979)
menunjukkan adanya hubungan antara greenstick fracture dengan refracture
dengan insiden yaitu 34% greenstick fracture tanpa refracture dengan 85%
greenstick fracture dengan refracture.(Schwarz, 1996)
- Malunion. Jarang ditemukan karena proses penyembuhan fracture pada anak
baik.(Ogden, 1999)
- Compartment syndrome: biasanya timbul ketika dipasang cast setelah reduksi,
dengan tanda-tanda: nyeri pada keadaan istirahat, parestesia, pucat,paresis
atau paralisis, denyut nadi hilang, tekanan tinggi didalam kompartimen, two
point tactil discrimination. (de jong, 1997)
- Nerve injury: pernah dilaporkan telah terjadi nerve injury pada median, ulnar
nerve. 8,5% disebabkan karena iatrogenic injury. (wolfe, 2009). Cara
pemeriksaan N.medianus: apakah ujung ibu jari dan kelingking dapat saling
menekan dengan kekuatan yang cukup, dan apakah sensibilitas ujung jari
telunjuk terganggu. Cara pemeriksaan N.Ulnaris: apakah dapat dilakukan
abduksi dan aduksi jari telunjuk dengan telapak tangan terletak rapat pada
meja dan apakah sensibilitas diujung jari kelingking terganggu.(de Jong,
1997)
1.9 PENCEGAHAN
Fracture pada anak biasanya timbul ketika mereka jatuh pada saat bermain
ataupun ketika berolahraga. Untuk mengurangi atau mencegah biar tidak sampai
terjadi greenstick fracture, hal-hal yang disarankan (MayoClinic)
- Melakukan latihan rutin, untuk memperkuat tulang
- Pastikan anak-anak memakai pengaman ketika berolahraga
- Menggunakan sabuk pengaman ketika berkendara
18
- Memberikan asupan kalsium yang cukup pada diet anak.
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. Bagus Ridwan
Umur : 9 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku / agama : Jawa / islam
Pekerjaan : Murid SD kelas 4
Alamat : Gebang
No. RM : 230348
Tgl. MRS : Jum’at, 26 Juni 2009 Pk.10.00 wib
Tgl. Pemeriksaan : Sabtu, 27 Juni 2009 Pk.10.10 wib
Sabtu, 27 Juni 2009
ANAMNESIS
Keluhan Utama: nyeri dan bengkak pada tangan kanan
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan nyeri dan bengkak pada tangan kanan setelah
jatuh dari sepeda motor. Pasien di bonceng oleh ayahnya, jaket yang dipakai masuk
ke roda dan pasien jatuh dengan posisi tangan kanan tertindih badan, menyebabkan
tangan kanannya nyeri, bengkak dan tidak dapat ditekuk seperti biasanya. Pasien
merasa kesakitan dan dibawa oleh orangtuanya ke RSUD dr. Subandi. Pasien tidak
muntah, tidak pusing dan tidak pingsan.
Riwayat Penyakit Dahulu:
19
Pasien tidak pernah mengalami penyakit serupa sebelumnya dan tidak pernah
trauma sebelumnya.
Riwayat Pengobatan:
Tidak Ada
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum: sedang
Kesadaran: composmentis
Vital sign: TD: 100/70 mmHg Nadi: 100x/menit RR: 24x/menit t: 36,6˚C
Status generalis:
Kulit: Turgor Cukup
Kepala:
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Hidung : tidak ada secret/bau/perdarahan
Telinga : tidak ada secret/bau/perdarahan
Mulut : bibir tidak sianosis, tidak ada pigmentasi, mukosa tidak pucat.
Leher:
KGB : tidak ada pembesaran
Tiroid : tidak ada pembesaran
Thoraks:
Cor: I: ictus cordis tidak tampak
P: ictus codis teraba di ICS 4 MCLS
P: batas jantung ics IV psl dekstra sampai ics V mcl sinistra
A: S1S2 tunggal
Pulmo: I: Simetris, tidak ada retraksi
P: Fremitus raba normal
P: Sonor
A: Vesikuler +/+, Ronkhi:-/- Wheezing : -/-
Abdomen:
I: flat
20
A: bising usus (+) normal
P: tympani
P: soepel, tidak ada nyeri tekan
Ekstremitas:
Akral hangat + + Oedem + +
+ + + +
Status Lokalis:
Di Regio Brachii – Antebrachii Dextra:
Inspeksi (Look) : Tangan kanan lebih besar dari pada tangan kiri (odem +)
Terdapat deformitas pada tangan kanan (angulasi +)
Tidak terdapat luka pada jaringan lunak dan kulit
Expresi wajah karena nyeri (+)
Lidah Kering
Terdapat vulnus abrasi pada extremitas bawah dan atas
Kondisi mental : ketakutan dan menahan rasa sakit
Keadaan vaskularisasi : dbN
Palpasi (Feel) : Temperatur setempat terjadi peningkatan
Nyeri tekan (+)
Krepitasi (+)
Arteri radialis dextra (+) dbN
Warna kulit pada bagian distal daerah trauma: pink
Temperatur Kulit : dbN
Pergerakan (Move) : ROM terbatas
False Movement (+)
Pemeriksaan Neurologis :
Pemeriksaan secara sensoris dan motoris : dbN
21
Hasil Laboratorium 27 Juni 2009:
pemeriksaan Hasil: Nilai normal:
Hb
Leukosit
Hct
Trombosit
APTT
Kontrol
PPT
Kontrol
SGOT
SGPT
Albumin
Creatinin Serum
Urea
BUN
GDA
11,8 gr/dl
10,3 x 109/L
36%
332 x 109/L
34,1 detik
30,0 detik
14,5 detik
13,4 detik
35 U/L
15 U/L
3,5 gr/dl
0,7 mg/dl
13
6 mg/dl
92 mg/dl
13,4-17,7 gr/dl
4-11 x 109/L
38-42%
150-450 x 109/L
27-35 detik
Beda dengan kontrol 7 detik
11,5-15,5 detik
Beda dengan kontrol 2 detik
10-35 U/L
9-43 U/L
3,4-4,3 gr/dl
0,6-1,4 mg/dl
10-50
6-20 mg/dl
<200 mg/dl
Pemeriksaan Radiologis :
22
Keterangan :
Tampak fraktur transversal pada os radius dextra 1/3 distal dan
Tampak greenstickfraktur pada os ulna
Senin, 29 Juni 2009
S : Nyeri tangan kanan
O : Keadaan Umum: sedang
Kesadaran: composmentis
Vital sign:
TD: 100/70 mmHg RR: 20x/menit
Nadi: 80x/menit t: 36,6˚C
Status generalis: Tetap
Status lokalis :
Regio Brachii-Antebrachii (D) : Terpasang Spalk dan tertutup elastik verband
A : Greenstick Fraktur ulna 1/3 distal & Close Fraktur radius 1/3 distal dextra
P : Asam Mefenamat 2 x 250 mg
23
Inj. Ranitidin 3 x ½ amp
LAC
TAO pro ORIF
Konsul dr.Sp.anestesi
Selasa, 30 Juni 2009
S : Nyeri tangan kanan
O : Keadaan Umum: sedang
Kesadaran: composmentis
Vital sign:
TD: 100/70 mmHg RR: 20x/menit
Nadi: 80x/menit t: 36,6˚C
Status generalis: Tetap
Status lokalis :
Regio Brachii-Antebrachii (D) : Terpasang Spalk dan tertutup elastik verband
A : Greenstick Fraktur ulna 1/3 distal & Close Fraktur radius 1/3 distal dextra
P : Asam Mefenamat 2 x 250 mg
Inj. Ranitidin 3 x ½ amp
TAO pro ORIF
A/P dr.Sp.anestesi : persiapan puasa
Rabu, 1 Juli 2009
S : Nyeri tangan kanan agak berkurang
O : Keadaan Umum: sedang
Kesadaran: composmentis
Vital sign:
TD: 100/70 mmHg RR: 20x/menit
Nadi: 76x/menit t: 36˚C
Status generalis: Tetap
Status lokalis :
Regio Brachii-Antebrachii (D) : Terpasang Spalk dan tertutup elastik verband
24
A : Greenstick Fraktur ulna 1/3 distal & Close Fraktur radius 1/3 distal dextra
P : Infus RL 20 tpm
Asam Mefenamat 2 x 250 mg
Inj. Ranitidin 3 x ½ amp
pro ORIF hari ini
Laporan Operasi tanggal 1 Juli 2009
Diagnosis pre operasi :
Greenstick Fraktur ulna 1/3 distal & Close Fraktur radius 1/3 distal dextra
Diagnosis post operasi :
Greenstick Fraktur ulna 1/3 distal & Close Fraktur radius 1/3 distal dextra
Operasi ORIF dengan Plate dan Screw
Jenis operasi besar, sifat: elektif
Pasien terlentang dengan GA
Insisi Anterior
ditemukan Close Fraktur radius 1/3 distal
dilakukan open reduksi, fixasi dengan plate dan screw
rawat perdarahan
jahit subcutis dan cutis
Operasi selesai
Instruksi post pembedahan:
Inj. Cefotaxim 3 x 500 mg
Inj. Ketorolac 3 x ½ amp
Obs: VS, KU dan tanda-tanda compartement syndrom
Kamis, 2 Juli 2009
S : Nyeri tangan kanan dan linu
O : Keadaan Umum: sedang
Kesadaran: composmentis
Vital sign:
25
TD: 100/70 mmHg RR: 20x/menit
Nadi: 80x/menit t: 36˚C
Status generalis: Tetap
Status lokalis :
Regio Brachii-Antebrachii (D) : Tertutup elastik verband, rembesan darah +
Pus - , Drain 50 cc warna merah
A : Greenstick Fraktur ulna 1/3 distal & Close Fraktur radius 1/3 distal dextra post
ORIF H1
P : Infus RL 20 tpm
Inj. Cefotaxim 3 x 500 mg
Inj. Ketorolac 3 x ½ amp
Mobilisasi duduk
Hasil Foto post Op:
26
Jumat, 3 Juli 2009
S : Tidak ada keluhan.
O : Keadaan Umum: cukup
Kesadaran: composmentis
Vital sign:
TD: 100/80 mmHg RR: 20x/menit
Nadi: 80x/menit t: 36˚C
Status generalis: Tetap
Status lokalis :
Regio Brachii-Antebrachii (D) : Tertutup elastik verband, rembesan darah +
Pus - , Drain 10 cc warna merah
A : Greenstick Fraktur ulna 1/3 distal & Close Fraktur radius 1/3 distal dextra post
ORIF H2
P : Infus aff, venflon +
Inj. Cefotaxim 3 x 500 mg
Asam Mefenamat 3 x 250 mg
Mobilisasi Jalan
Sabtu, 4 Juli 2009
S : Tidak ada keluhan.
O : Keadaan Umum: cukup
Kesadaran: composmentis
Vital sign:
TD: 100/80 mmHg RR: 20x/menit
Nadi: 80x/menit t: 36˚C
Status generalis: Tetap
Status lokalis :
Regio Brachii-Antebrachii (D) : Tertutup elastik verband, rembesan darah -
Pus -
A : Greenstick Fraktur ulna 1/3 distal & Close Fraktur radius 1/3 distal dextra post
ORIF H3
27
P : Amoxicilin 3 x 500 mg
Asam Mefenamat 3 x 250 mg
KRS
DAFTAR PUSTAKA
De jong.1997.Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta: EGC
Http\\: www.angelfire.htm/ Fracture and Dislocation
Http\\: www.health.qld.gov.au/ David_Spain/Early Management of upper limb fractures in general practice
Http\\: www.Mayoclinic.com/ Greenstick Fractures
Http\\: www.rcbhsc.wvu.edu/monteleoneg/ Common Fractures: Recognition and Management
Http\\: www.wikimedia.org/ Greenstick Fracture
Koval.2006.Handbook of Fractures 3rd Edition.Lippincott William & Wilkins
Luer.2004.Pediatric Fractures & Dislocation.Stuttgart: Thieme Rasjad C.2007. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. PT. Yarsif Watampoe: Jakarta
Nabeel.2007.Radial Metaphysis Fractures:community based treatment for undisplaced greenstick distal fracture. From http\\:www.Proffesional Medical Journal.com
28
Ogden A.1999.Skeletal Injury in The Child.Newyork:Springer
Rasad S.2005.Radiologi Diagnostik edisi kedua.Balai penerbit FKUI:Jakarta
Wilkins K.2000.Fractures in the children Basic of Pediatric Fracture Management. Texas: Universitas of Texas Health Science Center
29
Recommended