View
201
Download
21
Category
Preview:
DESCRIPTION
perencanaan geometrik jalan
Citation preview
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Mata Kuliah :
Perencanaan Geometrik
Muhamad Fajar Subkhan
Politeknik Negeri Malang
CE
E 3
20
Win
ter
2006
SATUAN ACARA PERKULIAHAN Perencanaan Geometrik Jalan
Kode / SKS : KK-031306 / 2 SKS
MINGGU KE
POKOK BAHASAN SUB POKOK BAHASAN SASARAN BELAJAR MEDIA TUGAS REFERENSI
1 Definisi yang dipakai dalam perencanaan geometrik jalan raya
1. Jarak pandang 2. Kapasitas Jalan 3. Kecepatan rencana 4. Volume jam perencanaan 5. Kapasitas jalan 6. Jalur dan lajur 7. Satuan mobil penumpang
(smp) 8. Lalu lintas harian rata-rata
(LHR) 9. Badan jalan 10. Bahu jalan
Mengetahui definisi-definisi yang dipakai dalam perencanaan geometrik jalan raya
Papan tulis, OHP
1,2,3,4
2 Alinyemen horisontal 1. Definisi alinyemen horisontal
2. Gaya sentrifugal 3. Rumus-rumus umum
lengkung horisontal 4. Lengkung transisi 5. Bentuk lengkung transisi 6. Diagram super elevasi
Mahasiswa mengerti tentang hal-hal yang berkaitan dengan alinyemen horisontal dalam hubungannya dengan perencanaan geometrik jalan
Papan tulis, OHP
1,2,3,4
3 Lengkung horisontal 1. Lengkung busur 2. Lingkaran sederhana 3. Lengkung busur lingkaran
dengan lengkung peralihan (Spiral - Circle Spiral)
4. Lengkung spiral-spiral
Mahasiswa mengetahui perbedaan mendasar antara jenis-jenis lengkung horisontal
Papan tulis, OHP
1,2,3,4
CE
E 3
20
Win
ter
2006
4 Lengkung horisontal Pelebaran perkerasan pada tikungan
Dapat menentukan tambahan lebar perkerasan efektif yang dibutuhkan pada tikungan
Papan tulis, OHP
PR
5 Jarak pandangan Jarak pandangan pada tikungan Dapat menentukan tambahan lebar perkerasan efektif yang dibutuhkan pada tikungan
Papan tulis, OHP
6 Alinyemen vertikal 1. Definisi alinyemen vertikal 2. Faktor yang berpengaruh
terhadap peletakan alinyemen vertikal
Mengerti tentang alinyemen vertikal dan faktor-faktor penting yang berpengaruh dalam kaitannya dengan perencanaan geometrik jalan
Papan tulis, OHP
7 Kelandaian pada alinyemen vertikal
1. Landai maksimum 2. Landai minimum 3. Panjang kritis suatu kelandaian 4. Lajur pendakian
Mengerti tentang komponen-komponen yang berpengaruh terhadap kelandaian pada alinyemen vertikal
Papan tulis, OHP
8 Lengkung vertikal Persamaan lengkung vertikal Mengetahui persamaan lengkung vertikal dan fungsinya dalam perencanaan geometrik jalan raya
Papan tulis, OHP
PR
9 Lengkung vertikal cembung 1. Lengkung vertikal cembung dengan S < L
2. Lengkung vertikal cembung dengan S > L
Mengerti tentang lengkung vertikal cembung dengan berbagai kondisi
Papan tulis, OHP
CE
E 3
20
Win
ter
2006
10 Lengkung vertikal cekung 1. Lengkung vertikal cekung dengan jarak penyinaran lampu depan < L
2. Lengkung vertikal cekung dengan jarak penyinaran lampu depan > L
Mengerti tentang lengkung vertikal dengan berbagai kondisi
Papan tulis, OHP
PR 1,2,3,4
11 Jarak pandangan bebas di bawah bangunan
1. Jarak pandangan S < L 2. Jarak pandangan S > L
Memahami jarak pandangan bebas di bawah bangunan dalam berbagai kondisi
Papan tulis, OHP
1,2,3,4
12 Jarak pandangan bebas di bawah bangunan
1. Jarak pandangan S < L 2. Jarak pandangan S > L
Memahami jarak pandangan bebas di bawah bangunan dalam berbagai kondisi
13 Stationing 1. Metode penomoran 2. Penomoran pada tikungan
Dapat menentukan stationing pada jalan raya
Papan tulis, OHP
PR 1,2,3,4
14 Stationing 1. Metode penomoran 2. Penomoran pada tikungan
Dapat menentukan stationing pada jalan raya
Papan tulis, OHP
1,2,3,4
CE
E 3
20
Win
ter
2006
1. Direktorat Jenderal Bina Marga, Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan No.13 /
1970, Bipran, 1970
2. Direktorat Jenderal Bina Marga, Tata Cara Perencanaan Geometrik Untuk
Jalan Luar Kota, Bipran, 1997
3. Direktorat Jenderal Bina Marga, Standar Perencanaan Geometrik Jalan untuk Jalan
Dalam Kota, Bipran, 1992
4. Sukirman, Silvia , Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan Raya, Nova, Bandung,
1994
Referensi
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Konsep Dasar dan Parameter
Geometrik Jalan Raya
Perencanaan geometrik merupakan bagian dari suatu
perencanaan konstruksi jalan, yang meliputi
rancangan pola arah dan visualisasi dimensi nyata
dari suatu trase jalan beserta bagian bagiannya, di
sesuaikan dengan persyaratan parameter kendaraan
dan lalu lintas.
Perancanaan geometrik secara umum, menyangkut
aspek aspek perencanaan elemen jalan seperti
lebar jalan, tikungan kelandaian jalan dan jarak
pandang serta kombinasi dari bagian bagian
tersebut, baik untuk suatu ruas jalan maupun untuk
perlintasan diantara dua atau lebih ruas ruas jalan
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Pengertian Perancangan Geometrik
Perencanaan geometrik jalan merupakan suatu
perencanaan route dari suatu ruas jalan secara
lengkap, menyangkut beberapa komponen
jalan yang dirancang berdasarkan kelengkapan
data dasar, yang didapat dari hasil survey
lapangan, kemudian dianalisis berdasarkan
acuan persyaratan perencanaan geometrik
yang berlaku. Acuan yang dimaksud adalah
berdasarkan standar perencanaan geometrik
yang dibuat oleh Dirjen Bina Marga
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Standar perencanaan geometrik
disesuaikan dengan klasifikasi jalan
berdasarkan peruntukan jalan raya :
1. Peraturan Perencanaan Geometrik
Jalan Raya No. 13/ 1990
2. Standar Perencanaan Geometrik untuk
jalan Perkotaan 1992
3. Peraturan Perencanaan Geometrik
untuk Jalan Antar kota 038/T/BM/1997
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Perkembangan Terkini Perencanaan
Geometrik
Desain Geometrik Jalan dengan Menggunakan Autocad 3D
CE
E 3
20
Win
ter
2006
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Potongan Melintang Jalan
CE
E 3
20
Win
ter
2006
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Penampang Melintang Jalan
CE
E 3
20
Win
ter
2006
DAMAJA (Daerah Manfaat Jalan)
Merupakan ruas sepanjang jalan yang dibatasi
oleh lebar, tinggi dan kedalaman ruang bebas
tertentu yang ditetapkan oleh Pembina Jalan dan
diperuntukkan bagi median, perkerasan jalan,
pemisahan jalur, bahu jalan, saluran tepi jalan,
trotoar, lereng, ambang pengaman timbunan dan
galian gorong-gorong perlengkapan jalan dan
bangunan pelengkap lainnya.
Lebar Damaja ditetapkan oleh Pembina Jalan
sesuai dengan keperluannya. Tinggi minimum 5.0
meter dan kedalaman mimimum 1,5 meter diukur
dari permukaan perkerasan.
CE
E 3
20
Win
ter
2006
DAMIJA (Daerah Milik Jalan)
Merupakan ruas sepanjang jalan yang dibatasi
oleh lebar dan tinggi tertentu yang dikuasai oleh
Pembina Jalan guna peruntukkan daerah manfaat
jalan dan perlebaran jalan maupun menambahkan
jalur lalu lintas dikemudian hari serta kebutuhan
ruangan untuk pengamanan jalan.
Lebar Minimum Lebar Damija sekurang-
kurangnya sama dengan lebar Damaja. Tinggi
atau kedalaman, yang diukur dari permukaan
jalur lalu lintas, serta penentuannya didasarkan
pada keamanan, pemakai jalan sehubungan
dengan pemanfaatan Daerah Milik Jalan, Daerah
Manfaat Jalan serta ditentukan oleh Pembina
Jalan.
CE
E 3
20
Win
ter
2006
DAWASJA (Daerah Pengawasan Jalan)
Merupakan ruas disepanjang jalan di luar Daerah
Milik Jalan yang ditentukan berdasarkan
kebutuhan terhadap pandangan pengemudi,
ditetapkan oleh Pembina Jalan.
Daerah Pengawasan Jalan dibatasi oleh : Lebar diukur dari As Jalan.
Untuk Jalan Arteri Primer tidak kurang dari 20 meter.
Untuk Jalan Arteri Sekunder tidak kurang dari 20 meter.
Untuk Jalan Kolektor Primer tidak kurang dari 15 meter.
Untuk Jalan Kolektor Sekunder tidak kurang dari 7 meter.
Untuk Jalan Lokal Primer tidak kurang dari 10 meter.
Untuk Jalan Lokal Sekunder tidak kurang dari 4 meter.
Untuk Jembatan tidak kurang dari 100 meter ke arah hulu dan hilir.
Tinggi yang diukur dari permukaan jalur lalu lintas dan penentuannya didasarkan
pada keamanan pemakai jalan baik di jalan lurus, maupun di tikungan dalam hal
pandangan bebas pengemudi, ditentukan oleh Pembina Jalan.
CE
E 3
20
Win
ter
2006
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Parameter Perancangan
Geometrik Jalan
1. Karateristik Kendaraan
Unsur jalan raya untuk tinjauan komponen
geometrik direncanakan berdasarkan
karateristik karateristik dari unsur unsur
kendaraan lalu lintas dan pengendara.,
disamping faktor faktor lingkungan
dimana jalan tersebut berada.
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Parameter Perancangan Geometrik Jalan
Beberapa parameter perencanaan geometrik dari unsur
karateristik kendaraan antara lain :
A. Dimensi Kendaraan Rencana
Kendaraan rencana adalah kendaran yang dimensi
dan radius putarnya dipakai sebagai acuan dalam
perencanaan geometrik.
Kendaraan rencana dikelompokkan dalam 3 kategori
yaitu :
1. Kendaraan ringan / kecil adalah kendaraan yang
mempunyai 2 as dengan empat roda dengan jarak
as 2,00 3,00 meter. (Mobil penumpang,
Mikrobus, Pick Up, dan Truk Kecil
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Parameter Perancangan Geometrik Jalan
2. Kendaraan sedang adalah kendaraan yang
mempunyai dua as gandar, dengan jarak as 3,5
5,00 meter.
3. Kendaraan Berat / Besar
Bus besar yaitu Bus dengan dua atau tiga gandar,
dengan jarak as 5,00 6,00 meter.
4. Truk besar, yaitu truk dengan tiga gandar dan truk
kombinasi tiga, dengan jarak gandar (gandar
pertama ke gandar kedua) < 3,5 meter.
5. Sepeda motor, yaitu kendaraan bermotor dengan
dua atau tiga roda (sepeda motor dan kendaraan
roda tiga)
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Parameter Perancangan Geometrik Jalan
B. Satuan Mobil Penumpang (SMP)
Adalah unit satuan kendaraan untuk dimensi
kapasitas jalan, dalam hal mana sebagai referensi
mobil penumpang dinyatakan mempunyai nilai satu
SMP.
Tabel Ekivalen Mobil Penumpang (emp)
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota
No Jenis Kendaraan Datar /
Perbukitan
Pegunungan
1 Sedan, Jeep, Station Wagon 1,00 1,00
2 Pick-Up, Bus Kecil, Truk Kecil 1,20 2,40 1,90 3,50
3 Bus dan Truk Besar 1,20 5, 00 2,20 6,00
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Dalam standard perencanaan untuk jalan perkotaan pada
kondisi jalan pada daerah datar adalah sebagai berikut :
Sepeda motor : 0.5
Kendaraan penumpang/ kendaraan bermotor : 1.0
Truk kecil ( berat < 5 ton ) Bus - mikro : 2.5
Truk sedang (berat < 5 ton) : 2.5
Bus : 3.0
Truk berat (berat < 10 ton) : 3.0
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Parameter Perancangan Geometrik Jalan
C. Volume Lalu Lintas Rencana
Adalah prakiraan volume lalu lintas harian pada
akhir tahun rencana lalu lintas. Dinyatakan dalam
SMP/hari. Volume Jam Rencana (VJR) adalah
prakiraan volume lalu lintas pada jam sibuk tahun
rencana lalu lintas, dinyatakan dalam SMP/jam dan
dihitung dengan menggunakan rumus :
VJR = VLHR x K/F
dimana :
K = disebut faktor K adalah faktor volume lalu lintas
jam sibuk
F = disebut faktor F adalah faktor variasi tingkat lalu
lintas pre seperempat jam, dalam satu jam
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Parameter Perancangan Geometrik Jalan
Penentuan Factor K dan Faktor F
(berdasarkan Volume lalu lintas harian rata rata)
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota
VLHR
(SMP / HARI)
Faktor K
(%)
Faktor F
(%)
> 50.000 4 - 6 0.90 -1
30.000 - 50.000 6 - 8 0.80 -1
10.000 - 30.000 6 - 8 0.80 -1
5.000 - 10.000 8 - 10 0.60 0.80
1.000 - 5.000 10 - 12 0.60 0.80
< 1.000 12 - 16 < 0.60
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Parameter Perancangan Geometrik Jalan
C. KAPASITAS (C )
Adalah volume lalu lintas maksimum yang dapat
dipertahankan pada suatu bagian jalan dalam
kondisi tertentu (misalnya : rencana geometrik,
lingkungan komposisi lalu lintas dan sebagainya)
Kapasitas lalu lintas merupakan jumlah lalu lintas
atau kendaraan yang dapat melewati suatu
penampang, dalam waktu, kondisi jalan dan lalu
lintas tertentu.
Faktor utama yang memperngaruhi kapasitas lalu
lintas adalah :
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Parameter Perancangan Geometrik Jalan
1. Faktor lalu lintas yang meliputi sifat sifat lalu
lintas, antara lain :
a. Prosentase kendaraan Bus dan Truk
b. Pembagian jalur lalu lintas
c. Variasi dalam arus lalu lintas
2. Faktor fisik jalan meliputi :
a. Lebar jalan perkerasan
b. Lebar bahu jalan
c. Kebebasan samping
d. Tikungan dan Kelandaian jalan
e. Kondisi permukaan perkerasan jalan
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Parameter Perancangan Geometrik Jalan
D. TINGKAT PELAYANAN (Level Of Service)
Adalah tolok ukur digunakan untuk menyatakan kualitas
pelayanan suatu jalan. Tingkat pelayanan dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu kecepatan perjalanan dan perbandingan
antara volume dengan kapasitas (V/C)
Kecepatan perjalanan merupakan indikator dari pelayanan
jalan, makin cepat berarti pelayanan baik atau sebaliknya.
Highway Capacity Manual membagi tingkat pelayanan jalan
menjadi 6 kendaraan , yaitu :
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Parameter Perancangan Geometrik Jalan
1. Tingkat Pelayanan A , dengan ciri ciri :
- Arus lalu lintas tanpa hambatan
- Volume dan kepadatan lalu lintas rendah
- Kecepatan kendaraan merupakan pilihan
pengemudi.
2. Tingkat Pelayanan B, dengan ciri ciri :
- Arus lalu lintas stabil
- Kecepatan mulai dipengaruhi oleh kendaraan lalu
lintas, tetapi dapat dipilih sesuai kehendak
pengemudi
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Parameter Perancangan Geometrik Jalan
3. Tingkat Pelayanan C, dengan ciri ciri :
- Arus lalu lintas masih stabil
- Kecepatan perjalanan dan kebebasan bergerak sudah
dipengaruhi oleh besarnya volume lalu lintas.
4. Tingkat Pelayanan D, dengan ciri ciri :
- Arus lalu lintas sudah mulai tidak stabil
- Perubahan volume lalu lintas sangat mempengaruhi
besarnya kecepatan perjalanan
5. Tingkat Pelayanan E, dengan ciri ciri :
- Volume lalu lintas sudah tidak stabil
- Volume kira kira sama dengan kapasitas
- Sering terjadi kemacetan
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Parameter Perancangan Geometrik Jalan
6. Tingkat Pelayanan F, dengan ciri ciri :
- Arus lalu lintas tertahan pada kecepatan rendah
- Seringkali terjadi kemacetan
- Arus lalu lintas rendah
E. KECEPATAN RENCANA
Kecepatan rencana pada suatu ruas jalan adalah
kecepatan yang dipilih sebagai dasar perencanaan
geometrik jalan yang memungkinkan kendaraan
kendaraan bergerak dengan aman dan nyaman
dalam kondisi cuaca yang cerah, lalu lintas yang
lengang dan pengaruh samping jalan yang tidak
berarti.
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Parameter Perancangan Geometrik Jalan
Kecepatan Rencana (VR) Sesuai dengan klasifikasi fungsi dan klasifikasi medan jalan
Sumber : Tata cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No. 038/T/BM/1997
Fungsi Kecepatan Rencana, VR, Km / Jam
Datar Bukit Pegunungan
Arteri 70 - 120 60 - 80 40 70
Kolektor 60 - 90 50 - 60 30 50
Lokal 40 - 70 30 - 50 20 30
Catatan :
Untuk kondisi medan yang sulit, VR suatu segmen jalan dapat
diturunkan, dengan syarat bahwa penurunan tersebut tidak lebih dari 20
km / jam
CE
E 3
20
Win
ter
2006
F. Gaya Sentrifugal
Apabila suatu kendaraan bergerak dengan kecepatan
tetap V pada suatu bidang datar atau miring lintasan
berbentuk suatu lengkung seperti lingkaran, maka
pada kendaraan tersebut akan bekerja gaya kecepatan
katakan V dan gaya sentrifugal katakan F. Gaya
sentrifugal akan mendorong kendaraan secara radial
keluar dari lajur jalannya, kearah tegak lurus terhadap
gaya kecepatan V. Gaya ini menimbulkan gaya yang
tidak nyaman pada pengemudi
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Gaya sentrifugal (F) yang terjadi : F = m.a
Dimana : m = massa = W/g
W = berat kendaraan
g = gaya gravitasi bumi
a = percepatan sentrifugal (=V2/R)
V = Kecepatan kendaraan
R = Jari jari Lengkung lintasan
Dengan demikian besarnya gaya sentrifugal :
Rg
VWF
.
. 2
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Gaya yang mengimbangi terhadap gaya sentrifugal
dapat berasal dari :
1. Gaya gesek melintang antar ban kendaraan dengan
permukaan jalan
2. Komponen berat kendaraan akibat kemiringan
melintang permukaan jalan, akan menyebabkan rasa
tidak nyaman bagi pengemudi yang mengendarai
kendaraannya dengan kecepatan rendah.
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Perencanaan
Geometrik
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Outline
1. Konsep
2. Alinyemen Horisontal
3. Alinyemen Vertikal
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Pengertian Geometrik
Perencanaan geometrik adalah bagian dari perencanaan
jalan yang dititik beratkan pada perencanaan bentuk fisik
sehingga dapat memenuhi fungsi dasar dari jalan yaitu
memberikan pelayanan yang optimum pada arus lalu lintas.
Geometrik merupakan dimensi yang nyata dari suatu jalan
beserta bagian-bagian disesuaikan dengan tuntutan dan
sifat-sifat lalu-lintas jalan tersebut.
Secara umum perencanaan geometrik menyangkut aspek-
aspek perencanaan bagian-bagian jalan seperti lebar,
tikungan, landai dan jarak pandangan serta kombinasi dari
bagian tersebut, baik untuk jalannya sendiri ataupun
pertemuan-pertemuan yang bersangkutan.
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Konsep
Alinyemen sebenarnya merupakan
permasalahan 3D yang
disederhanakan menjadi masalah
2D ;
Alinyemen Horisontal (plan view)
Alinyemen Vertikal (profile view)
Stationing
Sepanjang Alinyemen Horizontal
1+200 = 1,200 m.
Piilani Highway on Maui
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Stationing
Alinyemen Horisontal
Alinyemen Vertikal
CE
E 3
20
Win
ter
2006
TAHAPAN PERENCANAAN JALAN
PENENTUAN TRASE JALAN Metode Konvensional
Metoda Modern Dengan Teknik Fotogrametri
ANALISIS LALU LINTAS Volume dan Jumlah Lalu Lintas
Sifat dan Komposisi Lalu Lintas
Kapasitas
PENENTUAN KECEPATAN RENCANA
PERENCANAAN GEOMETRIK (HORISONTAL & VERTIKAL)
PERHITUNGAN KUANTITAS PEKERJAAN TANAH
PERENCANAAN PERKERASAN JALAN
PERHITUNGAN ANGGARAN BIAYA
KEAMANAN LALU LINTAS
ANALISIS EKONOMI DAN KEUANGAN
CE
E 3
20
Win
ter
2006
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
STANDARD PERENCANAAN
Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya No.
13/1970 Direktorat Jenderal Bina Marga
Spesifikasi Standard untuk Perencanaan
Geometrik Jalan Luar Kota, SubDit Perencanaan
Teknik, Direktorat Jenderal Bina Marga, 1990
Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar
Kota No. 038/BM/1997, Direktorat Jenderal Bina
Marga
Standard Perencanaan Geometrik untuk Jalan
Perkotaan, Direktorat Jenderal Bina Marga, 1992
CE
E 3
20
Win
ter
2006
LANGKAH-LANGKAH PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
1. Penyediaan Gambar Situasi, Skala 1:1000
2. Penentuan Trace Jalan
3. Penentuan Koordinat PI
4. Kriteria Perencanaan:
Alinyemen Horisontal
Alinyemen Vertikal
Pelebaran Pada Tikungan
Kebebasan Samping
5. Penentuan Jenis Tikungan
Full Circle (FC)
Spiral Circle Spiral (SCS)
Spiral Spiral (SS)
6. Penggambaran Hasil Rencana
Plan (Alinyemen Horisontal)
Profil Memanjang (Alinyemen Vertikal)
Penampang Melintang (Cross Section)
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Trase Jalan pada Peta Topografi
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Trase Jalan pada Peta Topografi
CE
E 3
20
Win
ter
2006
PROSES PERENCANAAN
GEOMETRIK JALAN
Gambar Situasi
Skala 1:1000
Penentuan Trace Jalan
Penentuan Koordinat PI & PV
Perencanaan Alinyemen
Horisontal
Coba Tikungan Full Circle
R > Rmin
Coba Tikungan
Spiral Circle - Spiral
Lc > 20
Pilih Tikungan
Spiral - Spiral
Pakai Tikungan
Full Circle
Pakai Tikungan
Spiral Circle - Spiral
Perencanaan Alinyemen
Vertikal
Perencanaan Pelebaran
Perkerasan Pada Tikungan
Perencanaan Super
Elevasi
Perencanaan Kebebasan
Samping
Gambar Penampang
Melintang
No
No
Yes
Yes
Yes
No
Gambar Perencanaan:
Plan
Profil Memanjang
Penampang Melintang
CE
E 3
20
Win
ter
2006
PERENCANAAN GEOMETRIK
Adalah aspek-aspek perencanaan bagian-bagian jalan (trase, lebar, tikungan, landai, & jarak pandangan) dan juga kombinasi dari bagian-bagian tersebut sesuai dengan tuntutan dan sifat-sifat lalu lintas dengan tujuan untuk menciptakan hubungan yang baik antara waktu dan ruang dengan kendaraan agar dicapai efisiensi, keamanan dan kenyamanan secara optimal dalam batas-batas kelayakan ekonomi.
Perencanaan geometrik terkait dengan arus lalu lintas, perencanaan konstruksi jalan berkaitan dengan beban lalu lintas.
Perencanaan geometrik merupakan tahap lanjutan setelah proses perancangan (planning). Proses planning berkaitan dengan analisis pengaruh jalan terhadap perkembangan wilayah, sifat lalu lintas yang harus dilayani, & kualitas pelayanan.
CE
E 3
20
Win
ter
2006
KEADAAN FISIK DAN TOPOGRAFI MEDAN
Sangat mempengaruhi perencanaan bagian-bagian jalan
Keadaan tanah dasar mempengaruhi lokasi dan bentuk geometrik jalan
Tanah dasar jelek atau air tanah yang tinggi maka mungkin trase harus pindah atau perlu timbunan tinggi
Di daerah dengan curah hujan tinggi perlu lereng melintang lebih besar atau alinyemen jauh lebih tinggi dari tanah asli.
Untuk daerah datar perlu perencanaan drainase yang baik
Daerah pegunungan mempengaruhi pemilihan lokasi dan bagian-bagian jalan lainnya, bahkan type jalan.
Daerah pertanian dan industri banyak kendaraan truk yang berbeda dengan daerah pemukiman atau wisata dimana banyak mobil penumpang
Jalan di rural area banyak kendaraan kecepatan tinggi yang perlu syarat perencanaan lebih berat dibanding jalan untuk urban area yang didominasi kendaraan kecepatan rendah
Pemilihan trase di rural lebih bebas dari pada di perkotaan.
CE
E 3
20
Win
ter
2006
LALU LINTAS Data lalu lintas merupakan dasar utama perencanaan geometrik dan penentuan
tingkat pelayanan jalan
Volume lalu lintas menentukan jumlah jalur, jumlah lajur, dan lebar perkerasan
Besaran volume lalu lintas dinyatakan dalam S M P (Satuan Mobil Penumpang)
Data dasar adalah Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
Dari LHR dihitung Volume Lalu Lintas Rencana yaitu:
VLHR (Volume Lalu Lintas Harian Rencana), &
VJR (Volume Jam Rencana) VJR = VLHR * K/F
Komposisi lalu lintas
Kecepatan Rencana:
Adalah kecepatan yang dipilih untuk perencanaan yang mengkorelasikan bentuk-bentuk setiap bagian jalan yang mempengaruhi keamanan perjalanan kendaraan.
Kecepatan ini merupakan kecepatan menerus tertinggi dimana kendaraan dapat berjalan dengan aman bila cuaca mengijinkan dan kepadatan lalu lintas rendah, sehingga hanya bentuk jalan saja yang menentukan keamanan perjalanan kendaraan.
Penentuan Kecepatan Rencana harus dilakukan secara seksama dengan mempertimbangkan:
Sifat medan
Type jalan
Biaya konstruksi (pembangunan)
Antisipasi trend perkembangan kecepatan kendaraan yang akan datang.
From Perteet Engineering
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Alinyemen Horisontal
Objective: Bentuk Geometry direncanakan untuk memastikan
terdapat jaminan :
Keamanan (Safety)
Kenyamanan (Comfort)
Alinyemen horisontal adalah garis proyeksi sumbu jalan tegak lurus bidang datar peta (trase) [Hadiwardoyo, 1995]. Trase jalan biasa disebut situasi jalan, secara umum menunjukan arah dari jalan yang bersangkutan.
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Bagian Penting
Alinyemen Horisontal
1. Bagian Lurus (Tangents)
2. Lengkung/Tikungan (Curves)
3. Transitions
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Tangen
Merupakan bagian lurus dari trase
Tangen2 dihubungkan dengan Lengkungan2
yang berupa Busur Lingkaran atau Busur
Peralihan yang berupa Spiral
Lengkungan2 yang dihubungkan tangen yang
satu dan tangen yang lain disebut dengan
istilah TIKUNGAN atau Lengkungan Horisontal
CE
E 3
20
Win
ter
2006
CE
E 3
20
Win
ter
2006
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Type Tikungan
1. Lingkaran / Full Circle (FC)
2. Spiral-Circle-Spiral (S-C-S)
3. Spiral-Spiral (S-S)
Catatan : Tidak semua lengkungan dapat berbentuk
lingkaran (full circle) ini tergantung pada besarnya
kecepatan rencana serta jari-jari lingkaran dan sudut
defleksi.
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Jari-Jari Minimum Di Tikungan
Rmin = V2
127 (em + fm)
Koefisien Gesekan Melintang
Dimana :
Rmin = Jari2 Minimum (m)
V = Kecepatan Rencana (km/jam)
em = Superelevasi maksimum
fm = Koefisien gesekan melintang
CE
E 3
20
Win
ter
2006
R min :
VR (km/jam) 120 100 90 80 60 50 40 30 20
Rmin (m) 600 370 280 210 115 80 50 30 15
Kec Rencana
(km/jam) 80 km/jam
1 40 0,1 0,166 47,36 50
2 50 0,1 0,1595 75,86 80
3 60 0,1 0,153 112,04 115
4 70 0,1 0,1465 156,52
5 80 0,1 0,14 209,97 210
6 90 0,1 0,1275 280,35 280
7 100 0,1 0,115 366,23 370
8 110 0,1 0,1025 470,50
9 120 0,1 0,09 596,77 600
10 130 0,1 0,0775 749,70
NO. em R min (m) fm
Tabel (m)
CE
E 3
20
Win
ter
2006
FULL CIRCLE (F-C)
Tc= R . tg
Ec = Ts . tg
Lc = ..RC
180
2 Tc > Lc
CE
E 3
20
Win
ter
2006
SPIRAL-CIRCLE-SPIRAL (S-C-S)
2
2
401
Rc
LsLsXs
Rc
LsYs
6
2
Rc
Lss
90
)cos1(6
2
sRcRc
Lsp
sRcRc
LsLsk sin
40 2
3
Ts = (Rc+p) tan + k
Es = (Rc+p) sec - Rc
Rc
sLc
180
2
Ltot= Lc + 2Ls Ltot= Lc + 2Ls
CE
E 3
20
Win
ter
2006
dimana :
T = waktu tempuh = 3 detik e = superelevasi
Rc = jari-jari busur lingkaran (m) em = superelevasi mak
C = perubahan percepatan, 0,3-
1,0 disarankan 0,4m/det3
en = superelevasi
normal = 2%
e = superelevasi
Panjang Lengkung Spiral (Ls)
*) Rumus Modifikasi Short
C
eV
CR
VL R
C
RS
727,2022,0
3
CE
E 3
20
Win
ter
2006
SPIRAL-SPIRAL (S-S)
Lc = 0 dan s=
Ltot = 2 Ls
Ltot = 2 Ls
90
RcsLs
CE
E 3
20
Win
ter
2006
CE
E 3
20
Win
ter
2006
STATIONING
Untuk mempermudah penggambaran dan
kedudukan titik-titik pada trase jalan diperlukan
penandaan. Pada perencanaan Geometrik jalan hal
ini disebut dengan stationing.
CE
E 3
20
Win
ter
2006
STATIONING
Cara penulisan :
Km m
Contoh : STA 012+200
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Stationing dimulai dari titik awal proyek
dengan nomor station : 0 + 000.
Angka sebelah kiri tanda + menunjukkan
kilometer, sedangkan sebelah kanan tanda +
merupakan meter.
Angka station bergerak keatas dan setiap 50
meter dituliskan pada gambar perencanaan.
Kemudian nomor station pada titik-titik
utama tikungan, yaitu : TS, SC, CS, ST atau
TC, serta PI harus dicantumkan. Pemberian
nomor diakhiri pada titik akhir proyek.
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Cara menentukan stationing adalah
sebagai berikut :
Terlebih dahulu harus diketahui koordinat
titik awal proyek pada STA 0+000 dan
koordinat titik-titik PI1 , PI2 ........ dan
seterusnya, maka dapat dihitung jarak-
jarak d1 , d2 , d3 ......... dan seterusnya.
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Jarak-jarak d ini untuk menghitung
station-station PI, sebagai berikut :
Terlebih dahulu harus diketahui koordinat titik awal proyek pada STA 0+000 dan koordinat titik-titik PI1 , PI2 ........ dan seterusnya, maka dapat dihitung jarak-jarak
d1 , d2 , d3 ......... dan seterusnya.
Jarak-jarak d ini untuk menghitung station-station PI, sebagai berikut :
PI1 STA .... + .... = (STA 0 + 000) + d1
PI2 STA .... + .... = (PI1 STA .... + ....) + d2
TS STA .... + .... = (PI1 STA .... + ....) - Tt
SC STA .... + .... = (TS STA .... + ....) - LS
CS STA .... + .... = (SC STA .... + ....) - LC
ST STA .... + .... = (CS STA .... + ....) - LS
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Kemudian untuk lengkungan yang kedua juga dihitung dari (PI2 STA .... + ....),
jadi :
TS STA .... + .... = (PI2 STA .... + ....) - TS
SS STA .... + .... = (TS STA .... + ....) + LS
ST STA .... + .... = (SS STA .... + ....) + LS
Untuk stationing selanjutnya sampai dengan station akhir, cara melakukannya
sama dengan cara sebelumnya (dihitung dulu STA PI).
CE
E 3
20
Win
ter
2006
DIAGRAM SUPERELEVASI
Cara Penggambaran Diagram Superelevasi Diagram superelevasi digambar berdasarkan elevasi sumbu jalan
sebagai garis nol. Elevasi tepi perkerasan diberi tanda positip atau negatip ditinjau dari ketinggian sumbu jalan. Tanda positip untuk elevasi tepi perkerasan yang terletak lebih tinggi dari sumbu jalan dan tanda negatip untuk elevasi tepi perkerasan yang terletak lebih rendah dari sumbu jalan.
Pada tikungan Spiral Circle Spiral (S-C-S), pencapaian superelevasi dilakukan secara linear diawali dari bentuk normal sampai awal lengkung peralihan (TS) pada bagian lurus jalan, lalu dilanjutkan sampai superelevasi penuh pada bagian lengkung peralihan (SC).
Pada tikungan Full Circle, pencapaian superelevasi dilakukan secara linear, diawali dari bagian lurus sepanjang 2/3 Ls sampai dengan bagian lingkaran penuh sepanjang 1/3 bagian panjang Ls.
Pada tikungan Spiral-Spiral (S-S) pencapaian superelevasi seluruhnya dilakukan pada bagian spiral.
Adalah Diagram yang menggambarkan perubahan
superelevasi/kemiringan melintang di tikungan.
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Superelevation Transition
from the 2001 Caltrans Highway Design Manual
FYI NOT TESTABLE
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Nilai Superelevasi (e)
e = ((-em.D2)/Dm
2 ))+ ((2 em.D)/Dm))100
Dengan :
D = 1432,39/Rc
Dm = 181013,53 (em+fm)/Vr2
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Diagram Superelevasi FC
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Diagram Superelevasi SCS
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Diagram Superelevasi SS
CE
E 3
20
Win
ter
2006
PELEBARAN PERKERASAN DI TIKUNGAN
Pelebaran perkerasan atau jalur lalu lintas
di tikungan dilakukan untuk
mempertahankan kendaraan tetap pada
lintasannya (lajurnya) sebagaimana pada
bagian lurus. Hal ini terjadi karena pada
kecepatan tertentu kendaraan pada
tikungan cenderung untuk keluar lajur
akibat posisi roda depan dan roda
belakang yang tidak sama, yang
tergantung dari ukuran kendaraan.
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Pelebaran Perkerasan Pada Tikungan
R Kecepatan Rencana VR (km/jam
(m) 50 60 70 80 90 100 110 120
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2
1500 0.3 0.0 0.4 0.0 0.4 0.0 0.4 0.0 0.4 0.0 0.5 0.0 0.6 0.0 0.1
1000 0.4 0.0 0.4 0.0 0.4 0.1 0.5 0.1 0.5 0.1 0.5 0.1 0.6 0.2 0.2
750 0.6 0.0 0.6 0.0 0.7 0.1 0.7 0.1 0.7 0.1 0.8 0.2 0.8 0.3 0.3
500 0.8 0.2 0.9 0.3 0.9 0.3 1.0 0.4 1.0 0.4 1.1 0.5 1.0 0.5
400 0.9 0.3 0.9 0.3 1.0 0.4 1.0 0.4 1.1 0.5 1.1 0.5
300 0.9 0.3 1.0 0.4 1.0 0.4 1.1 0.5 0.5
250 1.0 0.4 1.1 0.5 1.1 0.5 1.2 0.6
200 1.0 0.6 1.3 0.7 1.3 0.8 1.4
150 1.2 0.7 1.4 0.8
140 1.3 0.7 1.4 0.8
130 1.3 0.7 1.4 0.8
120 1.3 0.7 1.4 0.8
110 1.3 0.7 Keterangan :
100 1.4 0.8 Kolom 1 untuk (B) = 3,00m
90 1.4 0.8 Kolom 2 untuk (B) = 3,50m
80 1.6 1.0
70 1.7 1.0
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Horizontal Curve Fundamentals
R
T
PC PT
PI
M
E
R
/2 /2
/2
RRD
000,18
180100
2tan
RT
DRL
100
180
L
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Horizontal Curve Fundamentals
1
2cos
1RE
2cos1RM
R
T
PC PT
PI
M
E
R
/2 /2
/2 L
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Example 4
A horizontal curve is designed with a 1500 ft. radius. The tangent
length is 400 ft. and the PT station is 20+00. What are the PI and PT
stations?
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Superelevation cpfp FFW
cossincossin22
vv
sgR
WV
gR
WVWfW
Fc
W 1 ft
e
Rv
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Superelevation
cossincossin22
vv
sgR
WV
gR
WVWfW
tan1tan2
s
v
s fgR
Vf
efgR
Vfe s
v
s 12
efgV
Rs
v
2
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Selection of e and fs
Practical limits on superelevation (e)
Climate
Constructability
Adjacent land use
Side friction factor (fs) variations
Vehicle speed
Pavement texture
Tire condition
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Side Friction Factor
from AASHTOs A Policy on Geometric Design of Highways and Streets 2004
New Graph
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Minimum Radius Tables
New Table
CE
E 3
20
Win
ter
2006
WSDOT Design Side Friction Factors
fro
m th
e 2
00
5 W
SD
OT
De
sig
n M
an
ua
l, M
22
-01
New Table
For Open Highways and Ramps
CE
E 3
20
Win
ter
2006
WSDOT Design Side Friction Factors
fro
m th
e 2
00
5 W
SD
OT
De
sig
n M
an
ua
l, M
22
-01
For Low-Speed Urban Managed Access Highways
New Graph
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Design Superelevation Rates - AASHTO
from AASHTOs A Policy on Geometric Design of Highways and Streets 2004
New Graph
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Design Superelevation Rates - WSDOT
from the 2005 WSDOT Design Manual, M 22-01
emax = 8%
New Graph
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Example 5
A section of SR 522 is being designed as a high-speed divided
highway. The design speed is 70 mph. Using WSDOT standards,
what is the minimum curve radius (as measured to the traveled vehicle
path) for safe vehicle operation?
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Stopping Sight Distance
Rv
s
Obstruction
Ms
v
sR
SSD
180
DRSSD ssv
100
180
SSD
v
vsR
SSDRM
90cos1
v
svv
R
MRRSSD 1cos
90
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Supplemental Stuff
Cross section
Superelevation Transition
Runoff
Tangent runout
Spiral curves
Extra width for curves
FYI NOT TESTABLE
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Cross Section
FYI NOT TESTABLE
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Superelevation Transition
from the 2001 Caltrans Highway Design Manual
FYI NOT TESTABLE
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Superelevation Transition
from AASHTOs A Policy on Geometric Design of Highways and Streets 2001
FYI NOT TESTABLE
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Superelevation Runoff/Runout
fro
m A
AS
HT
Os
A P
olic
y o
n G
eo
me
tric
De
sig
n o
f H
igh
wa
ys a
nd
Str
ee
ts 2
00
1
FYI NOT TESTABLE
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Superelevation Runoff - WSDOT
from the 2005 WSDOT Design Manual, M 22-01
FYI NOT TESTABLE
New Graph
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Spiral Curves
No Spiral
Spiral
from AASHTOs A Policy on Geometric Design of Highways and Streets 2001
FYI NOT TESTABLE
CE
E 3
20
Win
ter
2006
No Spiral
FYI NOT TESTABLE
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Spiral Curves
WSDOT no longer uses spiral curves
Involve complex geometry
Require more surveying
Are somewhat empirical
If used, superelevation transition should
occur entirely within spiral
FYI NOT TESTABLE
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Desirable Spiral Lengths
from AASHTOs A Policy on Geometric Design of Highways and Streets 2001
FYI NOT TESTABLE
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Operating vs. Design Speed
85th Percentile Speed
vs. Inferred Design Speed for
138 Rural Two-Lane Highway
Horizontal Curves
85th Percentile Speed
vs. Inferred Design Speed for
Rural Two-Lane Highway
Limited Sight Distance Crest
Vertical Curves
FYI NOT TESTABLE
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Primary References
Mannering, F.L.; Kilareski, W.P. and Washburn, S.S. (2005).
Principles of Highway Engineering and Traffic Analysis, Third
Edition. Chapter 3
American Association of State Highway and Transportation
Officials (AASHTO). (2001). A Policy on Geometric Design of
Highways and Streets, Fourth Edition. Washington, D.C.
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Alinyemen Vertikal
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Pengertian ALINYEMEN VERTIKAL
Alinyemen Vertikal merupakan
perpotongan bidang vertikal dengan
bidang permukaan perkerasan jalan
melalui sumbu jalan untuk jalan 2 lajur 2
arah atau melalui tepi dalam masing-
masing perkerasan untuk jalan dengan
median.
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Pertimbangan perencanaan alinyemen
vertikal meliputi :
1. Besarnya biaya pembangunan yang tersedia.
2. Persyaratan yang berhubungan dengan fungsi jalan.
3. Kondisi tanah dasar.
4. Kondisi medan.
5. Muka air banjir.
6. Muka air tanah
7. Kelandaian yang masih memungkinkan.
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Alinyemen vertikal terdiri atas bagian
landai vertikal dan bagian lengkung
vertikal.
Ditinjau dari titik awal perencanaan,
bagian landai vertikal dapat berupa landai
positif (tanjakan), atau landai negatif
(turunan), atau landai nol (datar). Bagian
lengkung vertikal dapat berupa lengkung
cekung atau lengkung cembung.
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Kelandaian Jalan
Kelandaian jalan adalah naik atau turunnya jalan yang
dinyatakan dalam %. Kelandaian + ... % berarti jalan itu
naik. Kelandaian - ... % berarti jalan itu turun. Antara
kelandaian-kelandaian tersebut dihubungkan dengan suatu
lengkungan vertikal yang berbentuk lengkungan parabola
sederhana simetris.
Kelandaian ideal pada alinyemen vertikal menurut
kepentingan berlalu lintas adalah 0% (datar).
+ - -
+
Kurva Vertikal Cembung
Kurva Vertikal Cekung
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Kurva Vertikal Cembung
G1 G2
PVI
PVT PVC
h2 h1
Lv
SSD
Line of Sight
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Kurva Vertikal Cekung
G1 G2
PVI
PVT PVC
h2=0 h1
Light Beam Distance (SSD)
headlight beam (diverging from LOS by degrees)
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Lengkung Vertikal Cembung
PVI A
Yn
n
Ev
Xi
Xn
Yi
i PLV PTV
LV LV
LV
g1 % g2
%
Keterangan :
Titik PLV = titik awal lengkungan parabola
Titik PVI = titik perpotongan kelandaian g1 dan g2
Titik PTV = titik akhir lengkungan parabola
Titik PLV-PVI dan PVI-PTV adalah garis tangen kelandaian g1 dan g2
Pada Gambar :
g1 = naik, jadi harganya + %
g2 = turun, jadi harganya - %
A = Perbedaan Aljabar Landai = g2-g1 dalam %
EV = Pergeseran vertikal titik tengah busur lingkaran
LV = Panjang lengkung vertikal dihitung secara horisontal
Xi = Jarak horisontal titik i, dihitung dari PLV ke titik i secara horisontal
Yi = Pergeseran vertikal titik i, dihitung dari titik pada tangen/kelandaian
ke titik I pada lengkungan secara vertikal
Titik i = Titik lengkungan
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Rumus-rumus yang digunakan :
EV = A . LV
800
dimana :
A = g2-g1 dalam %
LV = Panjang lengkung vertikal (dalam meter)
Yi = ( Xi )2 . Ev
LV
Yi = A . Xi2
200 LV
Jika Xi = LV, maka Yi = EV
g1 = Tinggi titik PVI - Tinggi titik PLV . 100 %
LV
g2 = Tinggi titik PTV - Tinggi titik PVI . 100 %
LV
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Menghitung Tinggi Titik-Titik di
Lengkungan Parabola
Untuk menghitung tinggi titik-titik di
lengkungan parabola cembung maupun
cekung dapat digunakan rumus-rumus
sebagai berikut :
TX = TPLV + g1 X + Y
100
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Dimana :
TX = Tinggi suatu titik di lengkungan parabola yang berjarak
horisontal sebesar X meter dari titik PLV.
TPLV = tinggi titik PLV (dalam meter)
g1 = kelandaian dalam %
X = jarak horisontal suatu titik pada lengkungan dari titik PLV
Y = A . X2
200 LV
A = Perbedaan Aljabar Landai
Lv = panjang horisontal lengkung vertikal parabola (dalam meter)
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Menghitung tinggi PLV, PTV dari PVI atau
sebaliknya adalah sebagai berikut :
TPLV = TPVI g1 . Lv
100 2
TPTV = TPVI g2 . Lv
100 2
CE
E 3
20
Win
ter
2006
CONTOH-CONTOH PERHITUNGAN :
Sta 0+150
Sta 0+185
Sta 0+200
Sta 0+260
Sta 0+300
Sta 0+335
Sta 0+350
PLV
PTV PVI
Lv Lv
PVI diketahui berada pada Sta 0+260 dan mempunyai elevasi + 100 m. Perubahan kelandaian terjadi dari 8 %
(menurun dari kiri) ke kelandaian sebesar 2 % (menurun dari kiri), dan panjang lengkung vertikal direncanakan
sepanjang 150 m.
Pertanyaan :
Berapakah tinggi rencana sumbu jalan pada Sta 0 + 150 m ?
Berapakah tinggi rencana sumbu jalan pada Sta 0 + 200 m ?
Berapakah tinggi rencana sumbu jalan pada Sta 0 + 260 m ?
Berapakah tinggi rencana sumbu jalan pada Sta 0 + 300 m ?
Berapakah tinggi rencana sumbu jalan pada Sta 0 + 350 m ?
CE
E 3
20
Win
ter
2006
PANJANG LENGKUNG VERTIKAL (Lv)
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Kurva Vertikal Cembung
G1 G2
PVI
PVT PVC
h2 h1
Lv
S
221
2
22100 hh
ASLv
A
hhSLv
2
212002
For S < Lv For S > Lv
Line of Sight
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Kurva Vertikal Cembung
Dengan :
Lv = panjang lengkung vertikal (m)
A = perbedaan aljabar landai (%) = g2-g1
S = jarak pandangan (m)
h1 = tinggi mata pengemudi (m)
h2 = tinggi obyek (m)
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Penyederhanaan Rumus Lv (Cembung)
Panjang minimum berdasarkan jarak pandangan
henti :
Panjang minimum berdasarkan jarak pandangan
menyiap :
412
2ASLv
ASLv
4122 For S > Lv ;
For S < Lv ;
1000
2ASLv
ASLv
10002 For S > Lv ;
For S < Lv ;
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Panjang minimum berdasarkan keluwesan
bentuk jalan :
Lv = 0.6 V
Panjang minimum berdasarkan drainase :
Lv = 40 A
Penyederhanaan Rumus Lv (Cembung)
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Jarak Pandangan (S)
Jarak Pandangan Henti
Jarak Pandangan Menyiap
VR, km/jam 120 100 80 60 50 40 30 20
Jh minimum (m) 250 175 120 75 55 40 27 16
VR (Km/Jam) 30 40 50 60 70 80 100 200
Jarak Pandangan (m) 150 200 275 350 450 550 750 950
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Design Controls for Crest Vertical Curves
from AASHTOs A Policy on Geometric Design of Highways and Streets 2001
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Design Controls for Crest Vertical Curves
fro
m A
AS
HT
Os
A P
olic
y o
n G
eo
me
tric
Desig
n o
f H
igh
wa
ys a
nd
Str
ee
ts 2
00
1
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Kurva Vertikal Cekung
G1 G2
PVI
PVT PVC
h2=0 h1
Lv
Light Beam Distance (S)
tan200 1
2
Sh
ASLv
A
ShSLv
tan2002 1
For S < Lv For S > Lv
headlight beam (diverging from LOS by degrees)
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Kurva Vertikal Cekung
Assumptions for design
h1 = ketinggian lampu = 75 cm
= 1 derajat
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Penyederhanaan Rumus Lv (Cekung)
Berdasarkan Jarak Pandangan Henti :
S
ASLv
5.3150
2
A
SSLv
5.34002
Untuk S < Lv Untuk S > Lv
Panjang minimum berdasarkan keluwesan bentuk
jalan : Lv = 0.6 V
Panjang min. berdasarkan kenyamanan
Panjang minimum berdasarkan drainase :
Lv = 40 A
390
2AVLv
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Sag Vertical Curves
Assuming L > SSD
SSD
SSDK
5.3400
2
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Design Controls for Sag Vertical Curves
from AASHTOs A Policy on Geometric Design of Highways and Streets 2001
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Design Controls for Sag Vertical Curves
fro
m A
AS
HT
Os
A P
olic
y o
n G
eo
me
tric
Desig
n o
f H
igh
wa
ys a
nd
Str
ee
ts 2
00
1
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Example 1
A car is traveling at 30 mph in the country at night on a wet road
through a 150 ft. long sag vertical curve. The entering grade is -2.4
percent and the exiting grade is 4.0 percent. A tree has fallen across
the road at approximately the PVT. Assuming the driver cannot see
the tree until it is lit by her headlights, is it reasonable to expect the
driver to be able to stop before hitting the tree?
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Example 2
Similar to Example 1 but for a crest curve.
A car is traveling at 30 mph in the country at night on a wet road
through a 150 ft. long crest vertical curve. The entering grade is 3.0
percent and the exiting grade is -3.4 percent. A tree has fallen across
the road at approximately the PVT. Is it reasonable to expect the driver
to be able to stop before hitting the tree?
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Example 3
A roadway is being designed using a 45 mph design speed. One
section of the roadway must go up and over a small hill with an
entering grade of 3.2 percent and an exiting grade of -2.0 percent.
How long must the vertical curve be?
CE
E 3
20
Win
ter
2006
Horizontal
Alignment
Recommended