View
254
Download
2
Category
Preview:
Citation preview
HUBUNGAN PERDAGANGAN INDONESIA DENGAN
AUSTRALIA PASCA BOM BALI II PERIODE 2005-2007
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilnm Politik
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Sosial (S.Sos)
. ··~ II Universitas lslarn l\legeri
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Oleh:
Hendri Jureza Kusuma
107083103917
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSlAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSIT AS ISLAM NEGERI SY ARIF HIDA YATULLAH
JAKARTA
2014
PERNY AT AAN BEBAS PLAGIARISME
.·• Skripsi yang berju.dul:
HUBUNGAN PERDAGANGAN INDONESIA DENGAN AUSTRALIA
P ASCA BOM BALI II PERIODE 2005-2007
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata I di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli .
saya atau merupakan hasil menjiplak hasil karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi akademis yang berlaku di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Nama NIM Program Studi
: Hendri Jureza Kusuma : 107083103917 : Hubungan Intemasional
Telah menyelesaikan penulisan skripsi denganjudul:
HUBUNGAN PERDAGANGAN INDONESIA DENGAN AUSTRALIA P ASCA BOM BALI II PERIODE 2005-2007 ,
dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.
Menyetujui,
Pembimbing
Agus Nilmada Azmi, M.Si
NIP: 197808042009121002
Ciputat, 17 Juli 2014
ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIP SI HUBUNGAN PERDAGANGAN INDONESIA DENGAN AUSTRALIA
P ASCA BOM BALI II PERIODE 2005-2007
oleh
Hendri Jureza Kusuma 107083103917
telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 17 Juli 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Hubungan Intemasional.
Sekretaris,
Debbie Affianty, MA
Penguji I,
J\:µ~· Febri Dirgantara H, MM
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 25 Juli 2014.
Ketua Program Studi Hub
Debbie Affianty, MA
iii
Abstraksi
.·.,
Hubungan Perdagangan Indonesia dengan Australia mengalami pasang
surut terlebih dengan adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi yaitu peristiwa bom
bali pada tahun 2002 dan 2005, oleh karena peristiwa tersebutlah hubungan
perdagangan kedua negara itu mengalami penurunan dari tahun 2002 hingga
tahun 2005, Pemerintah Indonesia pun melakukan berbagai upaya untuk
meningkatkan dan mempertahankan perdagangan bilateral kedua belah pihak.
Pokok pennasalahan yang akan dibahas di dalam skripsi ini adalah bagaimana
hubungan perdagangan Indonesia dengan Australia pasca born bali periode 2005-
2007.
Adapun untuk membantu menganalisa permasalahan tersebut
digunakanlah teori perdagangan intemasional yang dikemukakan oleh David
Ricardo teori ini untuk mengetahui hubungan perdagangan Indonesia dengan
Australia pasca born bali dan Teori Kebijak.an Luar Negeri khususnya yang terkait
dengan Teori Diplomasi yang dikemukakan oleh Kj.Hoslti teori ini digunakan
untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan Indonesia untuk mempertahankan
dan meningkatkan hubungan dengan Australia pasca born bali.
iv
KAT A PEN GANT AR
Assalamu 'alaikum W1;,. Wb
Bismillahirrahmanirrohim.
Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat yang telah
dianugerahkan kepada saya, sehingga mampu menyelesaikan tugas Skripsi ini.
Saya sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang terns mendukung dan
memberikan semangat dalam menyelesaikan Skripsi ini.Tanpa mereka, apalah
daya saya dalam menyelesaikan Skripsi ini. Berbagai pihak itu diantaranya:
1. Kepada kedua orang tua saya Bapak J. Palangka dan Ibu Hayani yang
telah membesarkan saya clengan penuh kasih sayang dan telah berkorban
untuk pendiclikan saya sehingga dapat mengenyam penclidikan di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Agus Nilmacla Azmi, M.Si sebagai Dosen Pembimbing Skripsi.
Tanpa kritik clan saran beliau, apalah claya saya dalam menyusun Skripsi
ini. Terima kasih atas bantuannya, semoga keberkahan ilmu beliau selalu
menerangi perjalanan hidup saya.
3. Ketua Prodi Hubungan Intemasional sejak awal saya pertama kali kuliah
clisini, Pak Nazarucldin Nasution, MA, lbu Dina Afrianty, Ph. D, Pak Kiky
Rizky, M.Si clan lbu Debbie Affianty, MA serta segenap Dosen Procli
Hubungan Intemasional yang ticlak bisa saya tulis satu persatu. Semoga
keberkahan ilmunya dapat bennanfaat bagi saya.
4. Ibu Dina Afrianty, Ph. D, sebagai Dosen Penasehat Akaclemik saya, terima
kasih atas kepercayaan beliau kepada saya.
5. Kepada kakak dan aclik saya, Windi Astuti A.K clan Gita Diana H.K yang
telah memberikan bantuan dalam proses menyusun Skripsi ini.
v
6. Kepada sahabat angkatan 2007 kelas Internasional yaitu, Bayu, Nasruddin,
Akhmad Syarief, Finnansyah, Hasbi, Marwah, Rizhyandi, Laksono dan
teman l.~innya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
7. Kepada teman-teman saya, Yadi Sembako, Moca China, Sungad Sun
Miguel, Hery Smirnoff, Mungamar De-Longe, Sulinah, Suminah, Sunidi,
Sandi Drogba, Abay JieNothai dan teman-teman lainnya yang tidak bisa
disebutkan satu persatu, terima kasih dukungannya.
Dengan segala kerendahan dan Kekhilafan, saya memohon maaf atas segala
kekurangan dan kesalahan dari penyusunan Skripsi ini. Didasari rasa lkhlas dan
Ridho, semoga segala kritik dan saran dapat menjadikan saya lebih baik untuk
kedepannya. Terima kasih.
Wassalamu 'alaikum wr. wb.
Jakarta, 17 Juli 2014
vi
DAFTAR ISi
··~
Lem bar Pemyataan Bebas Plagiarisme ........ ........................................................... i Lem bar Persetujuan Pembimbing Skripsi .............................................................. ii Lembar Pengesahan Panitia Ujian Skripsi ............................................................ iii Abstraksi ...................................................... ... ...................................... ... ............. iv Kata Pengantar ....................................................................................................... v Daftar Isi ......................................................................................................... ... . viii Daftar Singkatan .......................................... .. .................................. ... .. ......... ........ x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............ ... .......................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian ............. : .............................................. 8 >·
C. Tujuan Penelitian ................................................................ 8
D. Kerangka Pemikiran .................. . .......... .. ...... ........ . ......... ...... 8
E. Metode Peneltian ............................................................... 14
F. Sistematika Penulisan .......................................................... 16
BAB II HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA DAN AUSTRALIA. A. Letak Geografis Indonesia dan Australia .............................................. 19
A.1. Letak Geografis Indonesia .................................... ....... .................. ... 19
A.2. Letak Geografis Australia ................................................................. 22
B. Posisi Strategis Indonesia dan Australia dari segi Perdagangan ............ 23
C. Hubungan Indonesia dan Australia sebelum born bali ........................... 26
D. Sistem Perdagangan Indonesia dan Australia ........................................ 28
BAB III DAMPAK BOM BALI II BAGI HUBUNGAN INDONESIA DAN AUSTRALIA
A. Dampak Ekonomi Akibat Ledakan Born BaliPolitik .......... ... ......... ......... 39
vii
B. Dampak Keamanan Aki bat Ledakan Bom Bali .................................... 42
C. Dampak Sosial Budaya akibat Ledakan Bom Bali ................................ 43
BAB IV UPAYA PENINGKATAN PERDAGANGAN INDONESIA
DENGAN AUSTRALIA PASCA BOM BALI II
A. Kebijakan Luar Negeri .................................................................... 51
B. Upaya Indonesia Kepada Australia untuk Mempertahankan dan
Meningkatkan Hubungan Perdagangan Pasca Bom Bali ...................... 56
C. Peningkatan Perdagangan Indonesia dengan Australia ........................ 61
BAB V KESIMPUl,AN .................................... , ...................................... 69
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... : .. xi
viii
BABI
PENDA.HULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara
berkembang, hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi yang
mengakibatkan lambatnya perkembangan sebuah Negara. Pembangunan di bidang
ekonomi diharapkan dapat merubah keadaan menuju yang lebih baik dengan
harapan terjadinya peningkatan kesejahteraaan.
Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Siagian (1984) bahwa
keterbelakangan utama yang dihadapi oleh negara-negara yang sedang
berkembang adalah dibidang ekonomi. Oleh karena itu, tidak mengherankan,
bahkan dapat dikatakan merupakan tuntutan sejarah apabila pembangunan
ekonomi mendapat perhatian utama. 1
Potensi ekonomi yang dimiliki suatu negara sangat terbatas, hal ini
berkaitan dengan keterbatasan sumber daya alam dan sumber daya manusia suatu
negara. Untuk mengatasi hal ini maka suatu negara perlu mengadakan kerja sama
ekonomi dengan negara lain. Kerja sama ekonomi sangat diperlukan oleh negara
negara di dunia, karena setiap negara menyadari bahwa permasalahan
1Sondang P. Siagian, 1984, Pengembangan Sumber Daya Insani, Gunung Agung, Jakarta. Hal 47
1
ekonominya tidak dapat diatasi sendiri, akan tetapi butuh bantuan dan kerja sama
dari negara lain.
Indonesia dan Australia merupakan dua negara tetangga yang rnemiliki
konsekuensi geopolitik dimana mereka harus hidup berdampingan secara damai
dan membangun hubungan yang baik diantara keduanya. Oleh karena itu, kedua
Negara harus dapat mengembangkan hubungan atas dasar saling pengertian,
memberi, menerima dan bekerjasama serta saling bertukar pikiran mengenai
perkembangan situasi lingkungan kawasan mereka. Salah satu wujud dari
hubungan tersebut adalah perdagangan intemasional.2
Indonesia merupakan salah satu "negara tujuan Australia dalarn
meningkatkan kerjasama khususnya di bidang ekspor, agrobisnis, sektor jasa,
perikanan dan sektor pariwisata, karena Indonesia dinilai memiliki pasar dan
sumber alam yang melimpah. Tetapi Australia yang semula memberikan
dukungan kerjasama yang kuat dalam bidang ekonomi, perdagangan dan investasi
sempat mengendur akibat dari ketegangan antara Indonesia-Australia berkaitan
dengan masalah Timor-Timur.3
Dan selanjutnya hubungan kedua negara pada tahun 2002 dan 2005
dikejutkan oleh peristiwa born bali yang terjadi dua kali. ironisnya pada kejadian
pemboman ini banyak masyarakat Australia yang menjadi korban pemboman
2 Sobri, Ekonomi Politik Jnternasional : Teori,Masalah, dan Kebijakan, (Bandung :Bandung Bina Cipta, 1986), h. 71 3http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s 1hi/2036130l6/bab3 .pdfdiunduh pada tanggal 12 september 2013
2
tersebut. Maka timbul dampak yang te1jadi pasca ledakan tersebut, yaitu darnpak
nasional dan dampak intemasional.4
Dampak nasional yang dirasakan Indonesia pasca Born Bali adalah
rnenurunnya kepercayaan publik terhadap pemerintah, banyaknya terjadi PHK
serta menurunya pendapatan negara dari sektor perekonomian. Ancaman
keamanan yang membuat resah warga setempat maupun pendatang dan terlebih
lagi warga negara asing.
Sedangkan dampak intemasionalnya adalah menurunnya wisatawan asing
yang datang ke Indonesia sehingga membuat penurunan devisa yang sangat
drastis. Pada tahun 2001 devisa yang diperoleh negara mencapai miliar dolar AS,
maka terjadi pengurangan 17 persen atau 850 juta dolar AS. Hal tersebut akibat
diberlakukanya travel warning dari beberapa negara seperti AS, Australia, UK. 5
Tahun Jumlah Wisatawan Persen (%) •···· ...
2000 1.412.839 -
2003 993.029 29,71%
2004 1.458.309 31,90%
2005 1.386.449 4,9%
2006 1.260.317 9%
2007 1.664.854 32%
4Ibid 5 Harian Umum Pelita, Akibat Born Bali, Hilang Devisa 850 Juta Dolar, Edisi Rabu, 23 Juli 2014
3
Berdasarkan data diatas tingkat kunjungan wisatawan yang datang ke Bali
terlihat angka penurunan yang cukup tajam terjadi pada tahun 2003 , ha! ini
sebagai dampak [angsung dari bencana Bom Legian-Kuta 12 Oktober 2002.
Namun demikian, kepercayaan wisatawan mancanegara terhadap Bali sudah
semakin pulih, yang ditunjukkan dengan meningkatnya kunjungan wisatawan
mancanegara yang datang ke Bali pada tahun 2004.
Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara menurun sedikit pada tahun
2005. Hal ini terjadi karena tragedi teror born kembali terjadi di daerah tujuan
wisata yang terkenal (Jimbaran dan Kuta) pada 1 Oktober 2005 yang
menyebabkan banyak korban meninggal maupun Iuka-Iuka serius. Jumlah
kunjungan wisman ke Bali tahun 2006 agak sedikit menurun sebagai dampak dari
tragedi teror born di Jimbaran dan Kuta tahun 2005. Namun kemudian terjadi
lonjakan jumlah kunjungan yang luar biasa pad a tahun 2007. 6
Diketahui total nilai perdagangan Indonesia dan Australia dalam 5 (lima)
tahun terakhir (2002-2006) US$ 1,24 miliar atau sebesar 14, 12%. Untuk tahun
2007 (Januari-Maret) total perdagangan Indonesia-Australia mencapai US$ 1,49
milyar atau meningkat sebesar 20,05% dibandingkan periode yang sama tahun
2006. Total investasi Australia di Indonesia dari tahun 1965 hingga 2005 tercatat
sebanyak 663 proyek dengan nilai investasi sebesar US$ 9,43 milyar dan masuk
urutan ke-10, dimana pada tahun 2006 investasi Australia tercatat sebesar US$
6http://www.baliprov.go.id/files/subdomain/disparda/file/Survai%20Wisman%202012-BAB%20I%200K.docdiakses pada tanggal 12juni 2014
4
49,03 juta dan untuk periode Januari - Mei 2007 sebesar 24 proyek dengan nilai
investasi sebesar US$ 175,6 juta.7
Pada tahun 2006 ekspor Australia ke Indonesia sebesar A$ 4,5 juta atau
naik 16,04 % dari US$ 2,3 7 juta di tahun 2004. Sedangkan impor Australia dari
Indonesia sebesar US$ 2, 79 juta atau naik 5,06% dari tahun sebelumnya yaitu
sebesar US$ 2,66 juta. Total perdagangan kedua negara di tahun 2005 mencapai
US$ 5,55 juta atau naik 10,22% dari US$ 5,03 juta di tahun 2004 dengan defisit
sebesar US$ 52 juta. Pangsa pasar Indonesia dalam keseluruhan perdagangan luar
negeri Australia mengalami penurunan dari 2,64% (2004) menjadi 2,48% (2005).
(Sumber: Australian Bureau Statistic/ABS diolah Atdag RI di Canberra).8
Ekspor Indonesia ke Australia 2006 mencapai nilai US$ 2, 77 milyar,
sedangkan impor Indonesia dari Australia pada tahun 2006 tercatat senilai US$
2,98 milyar. Untuk tahun 2007 (Januari-Maret), total ekspor Indonesia ke
Australia sebesar US$ 912,2 juta atau meningkat 60,53% dibandingkan periode
yang sama tahun 2006 sebesar US$ 568,26 juta.
Sedangkan total impor Indonesia dari Australia pada tahun 2006 tercatat
sebesar US$ 2,98 milyar dan untuk tahun 2007 (Januari-Maret) total impor
Indonesia dari Australia sebesar US$ 582,05 juta atau menurun 13,96%
dibandingkan periode yang sama tahun 2006 sebesar US$ 676,51 juta. Neraca
7http://www.kemendag.go.id/files/pdf/2007 /07 /27 /pemerintah-indonesia-australiasepakat-melaksanakan-studi-kelayakan-untuk-perj an-id 1-13 5 3 7 54129. pdf diakses pada tanggal 14 juni 2014 8Ibid
5
perdagangan antara Indonesia dan Australia untuk tahun 2007 (Januari-Maret)
mengalami surplus untuk Indonesia sebesar US$ 330,21 juta.9
Komoditi ekspor utama Australia ke Indonesia pada tahun 2006
diantaranya adalah minyak mentah, aluminium, binatang hidup, kapas, dll.
Sedangkan komoditi impor utama Australia dari Indonesia adalah minyak mentah,
non-monetary gold, paper & paperboard, Wood, simply worked, dll. Komoditi
ekspor unggulan Indonesia ke Australia adalah Petroleum oils (minyak mentah),
emas, alat rekaman video, mebel kayu (fumitur), kayu olahan untuk bahan
bangunan, kertas, mesin pengolah data, kapal, kabel, besi, karet, tembaga, cokelat,
bahan baku plastik. 10
Indonesia adalah Negara tetangga Australia yang terdekat, hubungan
kedua negara ini telah berlangsung lama dan menjadikan Indonesia mitra dagang
yang berharga bagi Australia. Ekonomi Industri Indonesia yang berkembang pesat
dan tenaga kerja yang besar, digabung dengan teknologi tinggi Australia dan
sumber daya alamnya telah memberikan banyak peluang usaha.
Kedua negara sama-sama mencanangkan program industialisasi pada
masing-masing wilayahnya dcngan sistem ekonomi dan keuangan yang terbuka di
dunia luar. Australia dan Indonesia ingin memastikan adanya stabilitas keamanan
di kawasan Asia Pasifik sehingga untuk mengembangkan pedagangan, investasi,
pertukaran teknologi dan kerjasama pembangunan dapat terlaksana dalam kondisi
saling menguntungkan.
6
Hubungan perdagangan Indonesia-Australia didorong oleh kekuatan pasar
di kedua negara yang mengambil keuntungan dari peluang pasar tersebut, namun
kemungkinan yang sangat besar untuk mempererat hubungan kerjasama antara
kedua negara yaitu dengan melihat dari pilihan secara prakmatis: pertama,
Menyelaraskan atau saling mengakui standar produksi, prosedur dan peraturan
administrasi. Kedua, memacu pembangunan prasarana yang berkaitan dengan
perdagangan. Ketiga, mengurangi ketidakpastian yang berhubungan dengan
transaksi intemasional. 11
Hubungan bilateral Indonesia dan Australia tergolong hubungan yang
sangat unik, di satu sisi menjanjikan berbagai peluang kerjasama namun di sisi
lain juga penuh dengan berbagai tantangan. Kondisi ini disebabkan oleh berbagai
perbedaan menyolok diantara kedua negara tetangga ini, yang terkait dengan
kebudayaan, tingkat kemajuan pembangunan, orientasi politik yang
mengakibatkan pula perbedaan prioritas kepentingan. 12
Perdagangan intemasional muncul karena terdapat perbedaan - perbedaan
yang dimiliki antara negara satu dengan lainnya seperti perbedaan faktor
produksi, perbedaan tingkat teknologi, dan perbedaan dalam efisiensi
pemanfaatan faktor-faktor ini. Setiap Negara di dunia ini tidak dapat berdiri
sendiri tanpa adanya kerjasama dengan negara lain, baik kerjasama ekonomi,
sosial, budaya, politik, maupun keamanan. 13
11http://www.indonesia.embassy.gov.au/jaktindonesian/cooperation.htm diunduh pada 10 oktober 2013 12Ibid 13 Cticchley, Susan, Hubungan Australia dengan Indonesia : Faktor Geograji, politik, dan Strategi Kekuasaan, (Jakarta: Penerbit UI, 1995), h. 12
7
B. Pertanyaan Penelitian
Dengan melihat kepada latarbelakang di atas, maka timbul sebuah pertanyaan
yakni Bagaimana Hubungan Perdagangan Indonesia dengan Australia pasca Born
Bali II Periode 2005 - 2007?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian skripsi ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan hubungan perdagangan intemasional
antara Indonesia dan Australia pasca Born Bali II periode 2005 - 2007.
2. Untuk menjelaskan langkah diplomatik yang dilakukan oleh Indonesia
terhadap Australia untlik mempertahankan dan meningkatkan perdagangan
intemasional pasca ledakan tersebut.
D. Kerangka Pemikiran
Teori adalah konsep konsep yang saling berhubungan menurut aturan logika
menjadi suatu bentuk pemyataan tertentu sehingga menjelaskan fenomena secara
ilmiah. 14 Studi Hubungan Intemasional diartikan sebagai studi tentang interaksi
antar aktor aktor di dunia. Interaksi ini terjadi berdasarkan kepentingan nasional
masing masing negara yang berasal dari dalam negeri atau luar negeri.
Hubungan intemasional dibentuk oleh hubungan antar negara yang saling
memiliki nilai nilai berharga yang ingin diraih demi kehidupan warga negaranya.
14Mokhtar Mas'oed, Teori dan metodologi Hubungan Intemasional, Yogyakarta: Pustaka Antar Universitas Studi Sosial UGM, 1998, hlm.61.
8
Nilai nilai tersebut seperti keamanan, kebebasan, ketertiban, keadilan, dan
k . h 15 eseJa teraan.
Dalam pengertian yang sederhana suatu pendekatan didefinisikan sebagai "a
way looking at and then explaining a particular phenomenon" (Johari, 1985:91).
Cara untuk melihat dan kemudian menjelaskan suatu fenomena dapat secara luas
dan menyeluruh atau bisa terbatas pada sebagian titik tertentu saja, dengan
memunculkan kriteria-kriteria dalam menyeleksi masalah untuk memperoleh data
yang relevan agar fenomena tersebut dapat dijelaskan.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan yang dikemukakan
oleh Czinkota, Adam Smith, dan David Ricardo.Pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan system Perdagangan Intemasional.
D.1. Perdagangan Internasional
Perdagangan intemasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh
penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan
bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar perorangan (individu
dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau
pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.
Di banyak negara, perdagangan intemasional menjadi salah satu faktor
utama untuk meningkatkan GDP. Biasanya aktivitas ini disebut sebagai kegiatan
15Robertjackson dan Goerge Sorensen, Pengantar Studi hubungan Intemasional, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, hlm.3 .
9
ekspor, yakni menjual dan mengirim barang I jasa ke luar negeri, dan impor, yaitu
membeli dan menerima kiriman barang I jasa dari luar negeri. 16
Konsep mercantilism menyatakan bahwa melalui perdagangan
internasional, suatu negara dapat menumpuk persediaan emasnya jika lebih
banyak melakukan ekspor dari pada irnpor, serta sebaliknya. Konsep ini
membawa konsekuensi pada timbulnya situasi win-lose, yakni negara yang
berhasil memperbanyak persediaan emasnya menjadi pemenang, sedangkan yang
kehilangan persediaan emasnya menjadi pihak yang kalah. Hal ini menyebabkan
terjadinya eksploitasi besar-besaran pada negara jajahan di seluruh dunia
(Czinkota, 1998) 17•
Akan tetapi, setelah Revolusi Industri pada abad ke 18 dan 19, konsep
mercantilism mulai ditinggalkan. Sebagai penggantinya, rnuncul teori yang
terkenal dari Adam Smith (1776) rnengenai perdagangan intemasional yang
memungkinkan kedua belah pihak pelaku perdagangan rnenjadi pemenang, yaitu
absolute advantage.
Adam Smith menyebutkan bahwa setiap negara harus memproduksi dan
mengekspor barang-barang yang lebih efisien diproduksinya daripada negara lain,
serta mengimpor barang lainnya. Pada tahun 1817, David Ricardo membuat teori
comparative advantage, yaitu melihat efisiensi produksi dari sisi opportunity cost.
16 http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/F AE22-2e.pdf diakses pada tanggal 09 Januari 2014 17Jumal Administrasi Bisnis (2008), Vol.4, No.I: hal. 46-54, (ISSN:0216-1249) c 2008 Center for Business Studies. FISIP - Unpar
10
Teori-teo1i ini mempunyai inti bahwa perdagangan intemasional memungkinkan
pencapaian kemakmuran bersama negara-negara yang terlibat di dalamnya. 18
Selain konsep dan teori di atas yang dipakai oleh penulis tentang
perdagangan Indonesia dan Australia pasca born bali II 2005-2007, penulis juga
menggunakan teori kebijakan luar negeri.
D.2. Kebijakan Luar Negeri
Untuk memperjuangkan kepentingannya, masmg masing negara
mewujudkanya dalam kebijakan luar negeri atau politik luar negeri dan dalam
negeri. (holsti dalam Jervis, 2005: 187-189).
Menurut K.J. Holsti,
"foreign policy also incorporates ideas that are planned by policy makers
in order to solve a problem or uphold some changes in the enviroment, which can
be in the forms of policies, attitudes, or action of another states or states". 19
Sedangkan Geoge Modelsky dalam bukunya A Theory Of Foreign Policy,
menyatakan bahwa:
"Foreign Policy as the system of activities that are involved by
communities with the purpose of altering the behavior of other states and
adjusting their activities to the international environment".2°
18Ibid 19Holsti, K.J, International Politics, A Framework for Analysis, 4th Edition, London: Prentice, 1983, hlm.97. 20George Modelski, A Theori Of Foreign Policy, New York, Praeger.1962, hlm. 6.
11
Berbeda dari keduanya, Henry Kissinger mencoba untuk mendefinisikan
kebijakan luar negeri secara sederhana yaitu:
"Foreign Policy begins when domestic policy ends"21
Berdasarkan ketiga definisi tersebut kebijakan luar negeri dapat dipahami
secara sederhana sebagai suatu tindakan yang dilakukan oleh negara yang dapat
berupa suatu kebijakan maupun perilaku kepentingan nasional suatu negara
terhadap negara lain dalam hubungan internasional.
Beberapa ilmuwan mengungkapkan dasar dari analisa kebijakan luar
negeri, yakni James Rosenau, Richard C. Snyder, Burton Sapin, Margaret Sprout,
dan lain sebagainya. Snyder menuliskan dalam bukunya bahwa decisionmaker
memperlihatkan operasi dalam setting dual aspect yang menunjukan bahwa faktor
internal dan ekstemal dapat menjadi saling berhubungan dalam aksinya
menciptakan keputusan.
Sebuah daftar kerangka teoritis yang dicatat Lyod Jensen (1982)
memaparkan lima model dalam pembuatan kebijakan luar negeri. 22 Pertama,
model strategis atau rasional, model kedua adalah pengambilan keputusan, salah
satu keuntungan pendekatan ini yakni membawa masyarakat kedalam sisi proses
politik luar negeri secara lebih efektif.
Ketiga yakni politik birokratik, menekankan kepada peran birokrat yang
terlibat dalam proses politik luar negeri. Keempat, model adaptif menekankan
21Henry A. Kissinger, "Domestic Structure and Foreign Policy", in Wolfham F. Henreider, ed., Comparative Foreign Policy, Theoretical Essay, New York, David Mckay, 1971, him. 133. 22Lyod Jensen. Explaning Foreign Policy. New Jersey, Prentice Hall. Inc., 1982, him. 5.
12
pada anggapan bahwa perilaku politik luar negeri seyogyanya difokuskan pada
bagaimana negara merespon hambatan dan peluang yang tersedia dalam
lingkungan internasional. Model kelima disebut Jensen sebagai pengambil
keputusan tambahan.
Karena adanya ketidakpastian dan tidak lengkapnya informasi dalam
masalah masalah intemasional, disamping banyaknya aktor aktor publik dan
privat yang terkait dengan isu isu politik luar negeri, maka keputusan tidak bisa
dibuat dalam pengertian rasional yang mendalam.
Dalam menganalisa mengenai pilihan kebijakan luar negen, Holsti
mengembangkan kerangka analisa yang terdiri dari empat pilar yakni, lingkungan,
domestik, orientasi politik luar negeri, proses pengambilan keputusan dan perilaku
politik luar negeri. 23 Sedangkan menurut James R. Rossenau menyatakan bahwa
pembentukan dan perumusan kebijakan luar negeri ditentukan oleh lima
determinan, yakni:
1. Variabel ldeosinkretik (ldeosyncracy), variabel yang melihat
peranan sifat dan sikap pem1mpm suatu negara sangat
mempengaruhi kebijakan luar negeri suatu negara tersebut.
2. Variabel Peranan (Elit Birokrasi), variabel yang melihat
pentingnya perilaku para pengambil keputusan memainkan peran
yang diharapkan dalam mempengaruhi kebijakan luar negeri.
13
3. Variabel Birokratis (In-depaiiement Competition), variabe yang
menyoroti persaingan antar departement yang turut merumuskan
kebijakan.
4. Variabel Nasional, Variabel yang menekankan pentingnya situasi
dan kondisi suatu negara dalam perumusan dan penerapan
kebijakan luar negeri.
5. Variabel Sistemik, variabel yang terkait dengan kebijakan dan
tindakan negara negara lain atau entitas intemasional yang bisa
memberikan respon politik tertentu.
Dalam menganalisa faktor faktor pemilihan kebijakan luar negeri
Rossenau, terdapat beberapa perspektif.24 Perspektif model strategik, model
pembuatan keputusan, model politik birokrasi, model adaptif. Skripsi ini
menggunakan model adaptif. Model ini berupaya memisahkan beberapa pilihan
kebijakan luar negeri berdasarkan perkiraan kapabilitas yang dimiliki suatu negara
dan posisi geopolitiknya.
E. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yang menurut Strauss dan
Corbin, adalah metodologi penelitian di mana hasil penelitian tidak diproduksi
melalui prosedur statistik atau bentuk numerik lainnya.25 Menurut Kirk dan
24Anak Agung Banyu Perwita dan Yayan Mochamad Yani, Pengantar Hubungan Intemasional, bandung: Remaja Rosdakarya, 2005, hlm. 67. 25 Strauss and Corbin, Basics of Qualitative Research: Grounded Theory Procedures and Technique, Newbury Park, Sage Publication, 1990. Adopted from
14
Miller, penelitian kualitatif merupakan tradisi dalam ilmu pengetahuan sosial yang
secara fundamental bergantung dari pengamatan manusia baik dalam wawasannya
maupun dalarn peristilahannya. 26
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dimana permasalahan
digambarkan berdasarkan fakta-fakta yang ada kemudian dihubungkan antara
fakta yang satu dengan fakta yang lainnya, untuk kemudian ditarik sebuah
kesimpulan. Analisis data dalam penelitian ini adalah mengenai Bagaimana
Hubungan Perdagangan Indonesia dengan Australia pasca Born bali II Periode
2005-2007.
J enis data yang digunakan adalah data sekunder yakni data yang diperoleh
dari literatur-literatur yang berkaitan dengan pokok permasalahan. Adapun data
sekunder yang dibutuhkan adalah data mengenai Hubungan Perdagangan
Indonesia dengan Australia pasca Born bali II 2005-2007. Teknik pengumpulan
data dalam penclitian ini menggunakan telaah pustaka (library research) yaitu
dengan cara mengumpulkan data dari literatur yang berhubungan dengan
permasalahan yang akan dibahas, dan kemudian menganalisanya.
Literatur ini berupa buku-buku, dokumen, jumal-jumal, dan situs-situs
internet yang berkaitan dengan pennasalahan yang akan penulis teliti. Data
diperoleh melalui beberapa tempat seperti perpustakaan maupun lembaga-
lembaga yang terkait. Adapun tempat-tempat yang telah menjadi tempat dalam
pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu: perpustakan utama Universitas
http ://id. shvoong. com/wri ting-and-speaking/21 0 346 7-pengertian-penelitiankualitatif/#ixzz20eX9T6b b diunduh pada 17 september, 2012. 26 Jerome Kirk dan Marc L. Miller, 1986, "Participant observation; Ethnology; Social sciences;Objectivity;Methodology", (Beverly Hills: Sage Publications), hlm 9.
15
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakmia, perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial clan
Ilmu Politik Universitas Indonesia, perpustakaan Freedom Institute.
Setelah melakukan metode pengumpulan data proses selanjutnya adalah
melakukan analisa data. Data yang telah dikumpulkan diklasifikasikan sesuai
dengan topik pembahasan yang dibutuhkan, setelah itu data-data tersebut bisa
dipahami clan ditampilkan dalam bentuk kesimpulan-kesimpulan sederhana yang
bisa digunakan untuk menjelaskan data-data yang akan dianalisis.
F. Sistematika Penulisan
BABI. PENDAHULUAN
A. Latar'Belakang Masalah
B. Pertanyaan Penelitian
C. Tujuan Penelitian
D. Kerangka Pemikiran
E. Metode Penelitin
F. Sistematika Penulisan
BAB II. HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA DAN
AUSTRALIA.
A. Letak Geografis Indonesia dan Australia
A. l. Letak Geografis Indonesia
A.2. Letak Geografis Australia
B.. Posisi Strategis Indonesia dan Australia dari segi Perdagangan
16
C. Hubungan Indonesia dan Australia sebelum bom bali
D. Sistem Perdagangan Indonesia dan Australia
BAB III. DAMPAK BOM BALI II BAGI HUBUNGAN
INDONESIA DAN AUSTRALIA
A. Darnpak Ekonomi Akibat Ledakan Bom BaliPolitik
B. Dampak Keamanan Akibat Ledakan Born Bali
C. Dampak Sosial Budaya akibat Ledakan Born Bali
BAB IV. UP A YA PENINGKATAN PERDAGANGAN
INDONESIA DENGAN AUSTRALIA PASCA BOl\il BALI II
A. Kebijakan Luar Negeri
B. Upaya Indonesia Kepada Australia untuk Mempertahankan dan
Meningkatkan Hubungan Perdagangan Pasca Bom Baii.
C. Peningkatan Perdagangan Indonesia dengan Australia
BAB V KESIMPULAN
17
BAB II
HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA DAN
AUSTRALIA
A. Letak Geografis Indonesia dan Australia
A.1 Letak Geografis Indonesia
Indonesia adalah Negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa
dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan
Samudra Hindia. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri
dari 17.508 pulau, oleh karena itu ia disebutjuga sebagai Nusantara (Kepulauan).
Dengan populasi sebesar 222 juta jiwa pada tahun 2006, Indonesia adalah
Negara berpenduduk terbesar keempat di dunia. Indonesia berbatasan dengan
Malaysia di Pulau Kalimantan dengan Papua Nugini di Pulau Papua dan dengan
Timor Leste di Pulau Timor. Negara tetangga lainnya adalah Singapura, Filipina,
Australia, dan wilayah persatuan Kepulauan Andaman dan Nikobar di India.27
Karena letak geografisnya Indonesia mendapat pengaruh berbagai
kebudayaan dan peradaban dunia. Indonesia mempunyai iklim tropic basah, pada
bulan Oktober-April angin muson bertiup dari Asia ke Australia yang membawa
banyak uap air dari Samudra Pasifik sehingga menimbulkan musim hujan.
27 http://www. pdf e8cd.org/ ebooks _ hakindikasi-geografis-geografis-letakindonesia/#. U 6r A mSxHS
19
Sedangkan bulan April-Oktober angin muson be1iiup dari Australia ke
Asia yang sedikit membawa uap air dari Samudra Hindia sehingga menimbulkan
musim kemarau.28 Iklirn yang dimiliki ini rnenyebabkan Indonesia hanya
mengenal dua musim yaitu musim hujan dan rnusim kemarau. Dengan kondisi
iklim yang demikian itu menyebabkan beberapa produk hasil bumi dan industri
menjadi sangat spesifik sifatnya.
Dengan demikian diperlukan usaha untuk memanfaatkan keunikan produk
Indonesia tersebut untuk memenangkan persaingan di pasar lokal maupun dunia.
Letak geografis Indonesia mempunyai pengaruh terhadap aspek ekonomi, aspek
sosial, dan aspek budaya.29
A. Pengaruh aspek ekonomi yakni sebagai bangsa yang hidup di wilayah
persimpangan kegiatan perekonomian dunia, Indonesia tentu akan terlibat
dalam kegiatan tersebut. Keikut sertaannya akan memberi dampak yang
positifbagi negara dalam rangka meningkatkan prokdutivitas ekonomi dan
menambah sumber-sumber pembiayaan bagi pembangunan nasional.
B. Pengaruh social yakni Letak Indonesia berpengaruh juga terhadap bidang
sosial. Letaknva yang strategis memudahkan bangsa Indonesia
berhubungan dengan bangsa-bangsa lain sehingga proses interaksi sosial
lebih dinamis.
C. Pengaruh kebudayaan yakni wilayah Indonesia yang terdiri atas ribuan
pulau yang dipisahkan oleh selat dan laut merupakan satu kesatuan yang
28 Ibid 29http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._ GEOGRAFVl 95502101980021-DADANG _ SUNGKA W A/Bahan _Ajar_ GRVGRI_ Gabungan _ Cetak.pdf
20
.·.,
tidak bisa dipisahkan. Kondisi tersebut melahirkan keaneka ragaman
bahasa, suku, agama, dan kebudayaan. Keragaman tersebut menjadi
kekhasan dan daya tarik tersendiri bagi pihak-pihak luar se1ia memperkaya
kebudayaan nasional.
Keadaan geografis Indonesia dapat menjadi suatu kekuatan dan
kesempatan bagi perkembangan perekonomian kita, dan sebaliknya dapat menjadi
kelemahan dan ancaman bagi perekonomian kita. Jika sumber daya yang ada di
setiap pulau hanya dinikmati oleh sebagian masyarakat saja. Dampak positif dari
letak geografis Indonesia ini tentu sangat menguntungkan dalam pertumbuhan
ekonomi terutama jika dimanfaatkan sebagai lalu lintas perdagangan.
Adapun letak astronomis adalah 1etak suatu wilayah dipandang dari
kedudukan garis lintang dan garis bujur. Letak wilayah Indonesia dari seg1
astronomis adalah di antara 6°LU- 11°LS dan antara 95° BT- 141°BT.
Berdasarkan letak tersebut, Indonesia memiliki iklim tropis. Dengan posisi
wilayah Indonesia berada di antara garis lintang dan garis bujur, maka wilayah
Indonesia dilewati oleh garis khatulistiwa.30
Letak astronomi Indonesia berpengaruh pada mata pencarian penduduk
Indonesia. Keuntungan dari letak astronomi tersebut diantaranya adalah memiliki
curah hujan yang cukup tinggi, selain itu karena Indonesia dilalui garis
khatulistiwa maka wilayah Indonesia mendapatkan sinar matahari sepanjang
tahun. Keadaan ini sangat berpengaruh terutama pada bidang pertanian selain
ditunjang juga oleh tanahnya yang subur. Sehingga hal tersebut menyebabkan
21
penduduk Indonesia yang sebagian besar bennata pencanan sebagai petani.
Tanaman pangan utamanya adalah padi.
A.2 Letak Geografis Australia
Secara keseluruhan didunia ini ada 6 Benua, yaitu Benua Asia, Amerika,
Eropa, Afrika, Australia dan Benua Antartika alias Kutub Selatan. Benua
Australia adalah Benua terkecil di dunia, Australia sering disebut sebagai negara
benua karena hanya satu negara didunia yang wilayahnya meliputi seluruh
wilayah benua. benua ini letaknya disebelah selatan Kepulauan Indonesia. 31
Luas wilayah Australia adalah 7.682.300 km. lebar wilayah tersebut kira-
kira 3.200 km dari pantai timur ke barat dan pa1!janganya 3.700 km dari Tanjung
York di pantai Utara sampai Tanjung Tenggara di Tasmania. Australia adalah
benua terkecil sedangkan yang terbesar adalah Asia yang luasnya 44.614.000 km.
Di Australia dimungkinkan untuk bepergian sejauh ratusan kilometer tanpa
menjumpai adanya perubahan kontur tanah. Hal ini disebabkan benua Australia
adalah benua yang paling datar di dunia. Australia adalah negara terbesar keenam
didunia dari segi luasnya, lebih kecil bila dibandingkan dengan Rusia, Kanada,
Cina, Amerika Serikat, dan Brasil.32
Australia adalah Negara yang kaya akan sumber alam, terisolasi,
berpenduduk jarang dan sangat bergantung pada perdagangan dan akses di pasar-
pasar intemasional yang jauh. Sejak masa koloni, Australia telah menjadi
pemasok bahan-bahan pertambangan, produk-produk pertanian, serta barang-
31http://www.dfat.gov.au/aii/publications/ lib/pdf/Geografi Australia.llil.f diakses pada tanggal 16 mei 2014 32Ibid
22
barang industri bagi pasar lnggris. Sebaliknya, Australia juga menerima aliran
modal dari Negara-negara Eropa Barat, terutama Inggris.
Sesudah berkurangnya ekspor Australia ke Inggris, karena masuknya
Inggris ke dalam MEE, Australia tetap menggantungkan perekonomianya pada
perdagangan luar negeri. Pasar-pasar tujuan ekspomya bervariasi dan jauh dari
negerinya, yaitu Eropa Barat, Amerika Utara dan Asia, terutama Jepang.
Perdagangan luar negeri ini dapat dipertimbangkan sebagai kepentingan nasional
Australia yang utama. 33
B. Posisi Strategis Indonesia dan Australia Dari Segi
Perdagangan
Indonesia adalah Negara berpenduduk terbesar keempat di dunia.
Indonesia berbatasan dengan Malaysia di Pulau Kalimantan dengan Papua Nugini
di Pulau Papua dan dengan Timor Leste di Pulau Timor. Negara tetangga lainnya
adalah Singapura, Filipina, Australia, dan wilayah persatuan Kepulauan Andaman
dan Nikobar di India.
Dengan letak geografis tersebut, maka Indonesia berada pada posisi silang
yang cukup strategis. Pada posisi silang yang strategis tersebut dapat memberi
dampak positif bagi perkembangan Indonesia adalah dengan kondisi keadaan
yang ramai dilalui transportasi nasional, dan memudahkan mobilisasi Indonesia ke
berbagai negara, selain memberikan dampak positif letak Indonesia yang strategis
33 Zulkifli Hamid, Sistem Politik Australia, PT Remaja Rosdakarya : 1999, h. 387
23
ini dapat memberi dampak negatif berupa rnasuknya pengaruh-pengaruh budaya
asing yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia. 34
Berdasarkan letak geografis indonesia, wilayah Indonesia terletak pada
posisi yang strategis dan menguntungkan karena beberapa alasan sebagai berikut:
1. Letak Indonesia di antara Benua Asia dan Benua Australia.
2. Letak Indonesia di antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.
Beberapa keuntungan yang diperoleh berdasarkan letak geografis
Indonesia, antara lain sebagai berikut.
a. Indonesia yang terletak di antara dua benua dan dua samudra
memungkinkan menjadi persimpangan lalu lintas dunia, baik lalu
lintas udara maupun laut.
b. Indonesia sebagai titik persilangan kegiatan perekonomian dunia,
antara perdagangan negara-negara industri dan negara-negara yang
sedang berkembang. Misalnya antara Jepang, Korea, dan RRC
dengan negara-negara di Asia, Afrika, dan Eropa. Karena letak
geografisnya pula Indonesia mendapat pengaruh berbagai
kebudayaan dan peradaban dunia. Indonesia memiliki dua rnusim,
pengaruh musim tersebut menyebabkan Indonesia menjadi negara
agraris terkemuka.
Pertanian di Indonesia ma3u pesat dan banyak
menghasilkan beras, jagung, sayur-sayuran, buah-buahan, karet,
kopi, gula, tembakau, dan lain-lain yang sangat berguna bagi
34 http://berkas.dpr.go.id/pengkaj ian/files/buku _ lintas _ tirn/buku-lintas-tim-3. pdf
24
kemakmuran dan keberlangsungan penduduk Indonesia, secara
ekonomi pun menjadi peluang untuk berperan serta dalam
perdagangan intemasional. 35
Tidak jauh berbeda dengan Indonesia, Australia juga berada pada posisi
strategis dalam perdagangan Intemasional. Pentingnya faktor geografis dalam
kebijakan luar negeri Australia pertama kali diakui oleh Menteri Luar Negeri
Percy Spender pada 1950. Geografi Australia menempati lokasi yang strategis di
kawasan Asia Tenggara dan Pasifik Selatan, serta dikelilingi oleh dua samudra
besar, yaitu Samudra India dan Samudra Pasifik. 36
Samudra India yang mengapit sisi barat negeri ini merupakan jalur
transportasi yang mengaitkan Australia dengan benua Afrika, anak samudra India
dan kawasan Asia Tenggara; sementara bagian timumya yang dikelilingi oleh
Samudra Pasifik menghubungkan negara ini dengan bagian utara dan selatan
benua Amerika. Selain itu, garis pantai utara benua Australia juga dibatasi oleh
pulau-pulau Pasifik Selatan, dengan pulau New Guinea (yang sekarang 1111
terbelah oleh dua Negara: Indonesia dan PNG) sebagai penyangga utamanya.
Kepentingan Australia terhadap pulau-pulau di utaranya bermakna
strategis dalam sistem pertahanan Australia yaitu sebagai benteng pertahanan dari
invasi musuh, yang sekaligus sebagai titik lemah utamanya. Faktor geografis dan
sejarah inilah yang membuat kebijakan luar negeri Australia ditujukan untuk
mengamankan dan menstabilkan jalur-jalur distribusi utama bagi perdagangan
luar negerinya.
35 Finnansyah, Herlan dan Ramdani, Dani, http://gurumuda.com/bse/letak-geografis-danastronomis-indonesia#more-8457, di akses pada tanggal 15 Nopember 2010 36http://www.infoplease.com/country/australia.html diakses pada tanggal 15 mei 2014
25
C. Hubungan Indonesia dan Australia sebelum born bali
Hubungan bilateral Indonesia dan Australia tergolong sebuah hubungan
yang sangat unik, di satu sisi menjanjikan berbagai peluang kerjasama kedua
negara namun di sisi lain juga penuh dengan berbagai tantangan. Letak geografis
yang sangat berdekatanlah yang menyebabkan hubungan kedua negara sangat
unik yang mana masyarakat Australia lebih suka berlibur untuk menghabiskan
uangnya ke Indonesia yakni Bali.
Wilayah geografis Indonesia dan Australia hanya dipisahkan oleh
samudera Hindia sehingga tidak heran jika hubungan kedua negara begitu dekat.
Dan Bali adalah wilayah yang paling dekat dari Australia sehingga banyak sekali
warga Australia yang menghabiskan waktunya disana. Bagi orang Australia Bali
merupakan halaman rumah mereka, selain jarak yang dekat juga karena mereka
tidak perlu mengeluarkan uang banyak untuk menikmati kesenangan dan
kenyamanan di Bali.
Menurut mereka Bali merupakan tempat yang banyak menyediakan
kemudahan dan hiburan serta objek wisata yang indah. Kebanyakan dari turis
turis dari Australia bukan berasal dari kalangan menengah ke atas tapi dari
kalangan menengah ke bawah. Mereka lebih memilih pergi ke Bali untuk
bersantai dan bersenang-senang dari pada di negara mereka sendiri. Karena selain
hiburan berkualitas intemasional tapi murah, juga faktor-faktor lain yang
membuat orang Australia betah berada di Bali, yaitu penginapan murah, makanan
dan biaya hidup lainnya sangat terjangkau bagi mereka.
26
Adapun hubungan perdagangan Indonesia - Australia sebelum born bali
yakni ditandai dengan berkembanya hubungan politik, perdagangan, ekonomi dan
sosial budaya kedua negara. Menurut sejarah perekonomian, terjadi krisis
ekonomi yang melanda Indonesia mulai pertengahan tahun 1997 yang lalu telah
membuka peluang untuk menigkatkan hubungan perdagangan bilateral, guna
memperkecil defisit atau menciptakan surplus bagi neraca perdagangan Indonesia
- Australia.
Dapat dikatakan hubungan perdagangan bilateral menjadi prioritas utama
dalam kebijakan luar negeri Indonesia dan Australia.37 Terlebih bisa dilihat dari
kedekatan letak geografi dan kesamaan persepsi dalam memanjukan kawasan
regional pasifik dan diikuti dengan terbentuknya Australia Development Area
(AIDA), AIDA dibentuk pada pertemuan tingkat menteri (Ministerial Forum)
tanggal 24-25 oktober 1996.
Walaupun hubungan diplomasi Indonesia - Australta sempat merenggang
pasca lepasnya Timor-timur dari wilayah kesatuan Indonesia pada tahun 1999.
Akan tetapi kedua negara dapat mengatasi permasalahan tersebut secara
diplomatis. Namun belum lagi hubungan tersebut membaik, hubungan kedua
negara tersebut kembali di uji oleh born yang meledak di Bali dan menewaskan
186 orang lebih dan separuhnya warga negara Australia.
37 Laporan Atase Departemen Perindustrian dan Perdagangan Kedutaan Besar Republik Indonesia, Canberra, Australia bulan Mei 2002
27
D. Sistem Perdagangan Indonesia dan Australia
Perdagangan intemasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk
suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama.
Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar perorangan, antara individu dengan
pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara
lain. Di banyak negara, perdagangan intemasional menjadi salah satu faktor utama
untuk meningkatkan GDP.
Meskipun perdagangan intemasional telah terjadi selama ribuan tahun,
dampaknya terhadap kepentingan ekonomi, sosial, dan politik barn dirasakan
beberapa abad belakangan. Perdagangan intemas.ional pun turut mendorong
Industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan
multinasional.
Transaksi perdagangan luar negeri yang lebih dikenal dengan istilah ekspor-
impor pada hakikatnya adalah suatu transaksi yang sederhana, dan tidak lebih dari
membeli dan menjual barang antara pengusaha-pengusaha yang bertempat di
Negara-negara yang berbeda.38 Namun dalam pertukaran barang dan jasa y~mg
menyeberangi laut dan darat ini tidak jarang timbul berbagai masalah yang
kompleks antara pengusaha-pengusaha yang mempunyai bahasa, kebudayaan,
adat istiadat dan cara yang berbeda-beda.
Pengaruh keseluruhan dari perdagangan ekspor-impor ini adalah untuk
memberikan keuntungan bagi Negara-negara yang mengimpor dan mengekspor.
Transaksi ekspor-impor secara langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan
38 Roselyne Hutabarat, Transaksi Ekspor Impor, Edisi kedua, Jakarta : Erlangga, 1991, h. 1
28
ekonomi dari Negara-negara yang terlibat di dalamnya. Transaksi ekspor-impor
mernpakan salah satu kegiatan yang penting bagi perkembangan perekonomian
Indonesia.
Kinerja ekspor Indonesia dan prospeknya saat ini mendapat lebih banyak
perhatian dari masyarakat dibandingkan pada masa sebelum krisis ekonomi
terjadi, karena dua alasan utama. Pertama, Indonesia hingga saat ini masih dalam
proses pemulihan ekonomi, dan hasil ekspor sangat diharapkan dapat berperan
sebagai sumber utama pembiayaan pemulihan menggantikan peran dari pinjaman
(uang) luar negeri (IMF). Kedua, pada waktu yang bersamaan, era perdagangan
bebas telah tiba yakni AFT A, dan WTO, dan dalam era ini Indonesia dihadapkan
pada persaingan yang sangat ketat dari negara-negara lain.
Persaingan ini datang tidak hanya dari negara-negara yang sudah lama maju
dalam perdagangan internasional seperti Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat,
Uni Eropa, Australia dan banyak lagi, tetapi juga dari negara-negara berkembang
yang pangsa pasar ekspornya terus meroket seperti Cina, Vietnam, Malaysia,
Thailand, dan India. J elas, prospek ekspor Indonesia, khususnya non migas atau
non pertambangan, seperti manufaktur dan pertanian sangat ditentukan oleh
tingkat daya saing relatif dari produk-produk Indonesia.39
Kegiatan impor pada umumnya adalah impor barang-barang yang diperlukan
untuk menunjang barang-barang ekspor. Barang-barang yang diimpor antara lain
adalah bahan baku industri, mesin-mesin, bahan-bahan kimia, ditambah dengan
39 Tulus Tambunan, Perekonomian Indonesia dan Peran Kadin Tahun 1994-2004" Y ayasan Kadin Indonesia, 2004,h. 53
29
bara11g-barang inodal untuk pelaksanaan pe1nbanguna11. Selain itu, i1npor juga
menyangkut bahan a tau barang kebutuhan kosumsi di dalam negeri. 40
.·,.,
Negara-negara tujuan ekspor yang paling utama adalah Jepang, Amerika
Serikat, Singapura, Prancis dan negara-negara angora Uni Eropa, yang merupakan
pasar tradisional bagi barang-barang atau komoditi Indonesia. Sedangkan negara-
negara tujuan ekspor lainnya di luar pasar tradisional adalah Malaysia, India,
Australia, Mesir, Afrika Selatan, dan lain-lainya.
Indonesia juga melakukan impor dari negara-negara seperti Amerika Serikat,
Australia, Prancis, J epang, Taiwan, Hongkong, Singapura, Cina, Inggris, dan lain-
lainnya. Dalam melakukan transaksi ekspor-impor tersebut dikenal berbagai
ketentuan atau pembatasan pada jenis barang atau komoditi ekspor··impor, dan
persyaratan-persyaratan khusus pada komoditi-komoditi tertentu termasuk tata
cara penanganannya dan pengamanannya.41
Negara yang satu dengan negara lain mempunyai peraturan serta sistem
perdagangan yang berbeda-beda, karena itu mereka yang terlibat dalam transaksi
ekspor-impor tersebut, baik pada pengusaha atau petugas-petugas bank, sangat
perlu mengikuti perkembangan-perkembangan peraturan serta sistem perdagangan
luar negeri, baik yang berlaku di Indonesia maupun diberbagai negara lain.
Pemerintah Indonesia dalam usahanya untuk meningkatkan volume ekspor
Indonesia, beberapa tahun terakhir ini melakukan berbagai deregulasi di bidang
perdagangan dan perbankan dengan mengeluarkan berbagai peraturan yang
memberi kemudahan, dimulai dengan Paket Ekspor tahun 1982, Sistem Imbal-
40 Roselyne Hutabarat, Op.cit 41/bid
30
Beli ( CounterTrade), Inpres tahun 1985 tentang penyempumaan cara penanganan
ekspor-impor untuk efisiensi dan peningkatan hasil negara yang diperkuat lagi
dengan penyediaan kredit ekspor yang terbuka juga bagi Penanam Modal Asing
dengan bunga 9 % per tahun, yang sebelumnya hanya diberikan untuk pengusaha
nasional.42
Lebih lanjut paket 6 Mei 1986 yang menghapuskan pemberian Sertifikat
Ekspor (SE) untuk memenuhi tuntutan persaingan luar negeri, Paket 24 Desember
1987 (Pakdes) yang antara lain menyederhanakan izin ekspor serta pembebasan
bea masuk barang-barang tertentu yang paling akhir adalah paket 1988 (Pakto)
dan paket Nopember 1988 ( Pakno ), yang pada hakekatnya mendorong
kemungkinan '}Jeningkatan ekspor tersebut dengan menyediakan kemudahan
di bi dang perbankan dan perdagangan. 43
Dua masalah utama dalam perdagangan luar negeri Indonesia adalah
menurunnya tingkat pertumbuhan ekspor dan defisit neraca pembayaran yang
semakin meningkat.44 Kebijakan perdagangan luar negeri Indonesia diarahkan
untuk meningkatkan melalui penerimaan devisa dan perluasan kesempatan kerja.
Ini dilaksanakan melalui peningkatan ekspor, menjamin penyediaan barang dan
modal, bahan baku dan tekhnologi yang di perlukan untuk membangun diberbagai
sector guna mengembangkan industri dalam negeri yang efisien dan
mengendalikan impor.
42 Sertifikat Ekspor, Bank Indonesia No.18/2/UKU Tanggal 9 September 1985 43 Roselyne Hutabarat, Op.cit, hal 1 44 Saleh Rahmat, Ti-rijauan Perdagangan Indonesia, Jakarta : Trade and Manajemen Development Institude, 1985, h. 17
31
Sruktur industri domestik dasamya belum cukup untuk mencapai yang
diharapkan dalam memasuki pasar persaingan global. Perdagangan luar negeri
bagi Indonesia merupakan motor penggerak utama pada perekonomian domestik.
Konsukuensinya, kebijakan disektor riil harus menjadi instrument utama
disamping kebijakan moneter yang selama ini menjadi tumpuan kebijaksanaan
ekonomi nasional, sebaiknya setiap gangguan terhadap perkembangan
perdagangan ekspor akan berdampak terhadap laju pertumbuhan ekonomi
nasional.
Australia adalah negara yang menganut sistem ekonomi kapitalis dengan
tingkat pendapatan per-kapita sejajar dengan negara-negara maju di Eropa Barnt.
Kondisi perekonomiannya Saat ini dalam kondisi relatif kuat dan stabil dengan
GDP perkapita sekitar US$ 40,000. Dengan menjalankan kebijakan liberalisasi
perdagangan, Australia melakukan akses pasar ke berbagai negara dan membuka
pasar ctalam negerinya bagi impor dengan persyaratan standard yang sangat
tinggi.
Australia memiliki ekonomi campuran (mixed economy) yang sejahtera,
dan bergaya-Barat, dengan PDB per kapita sedikit lebih tinggi dibandingkan
dengan Britania Raya, Jerman dan Prancis. Pengeluaran yang meningkat dalan1
ekonomi dalam negeri telah menekan penurunan ekonomi, dan keyakinan
konsumen dan bisnis tetap kuat. Australia menekankan reformasi sebagai salah
satu faktor kunci di belakang kekuatan ekonomi. Pada 1980-an, Partai Buruh,
dipimpin oleh Perdana Menteri Bob Hawke dan Bendahara Paul Keating,
32
memulai proses pemodeman ekonomi Australia dengan mengambangkan dolar
Australia pada 1983, dan mengatur sistem keuangan.
Sejak 1996, pemerintahan Howard telah melanjutkan proses refonnasi
ekonomi mikro, termasuk deregulasi sebagian dari pasar tenaga kerja dan
penswastaan BUMN, terntama industri telekomunikasi. Refonnasi yang cukup
dalam sistem pajak tak langsung dicapai pada Juli 2000 dengan diperkenalannya
pajak barang dan jasa (goods and service tax; GST) sebesar 10% yang sedikit
mengurangi ketergantungan terhadap pajak pemasukan pribadi dan pernsahaan
yang masih melambangkan sistem pajak Australia.
Ekonomi Australia tidak mengalami resesi sejak awal 1990-an. Pada Juli
2005, pengangguran masih dalam kisaran 5%.Sektor jasa, termasuk pariwisata,
pendidikan, dan jasa finansial membentuk 69% dari PDB. Pertanian dan sumber
daya alam hanya membentuk 3% dan 5% dari PDB, tapi cukup membantu banyak
dalam ekspor Australia. Pasar ekspor Australia terbesar termasuk Jepang, Cina,
AS, Korea Selatan dan Selandia Barn. Hal yang menjadi perhatian para ekonomis
termasuk defisit anggaran (current account deficit) dan juga tingkat hutang luar
negeri bersih (net foregin debt) yang tinggi.45
Di bidang ekonomi, pertumbuhan ekonomi Australia masih terns bertahan
secara relatif pada posisi yang jauh lebih baik dari pada pertumbuhan ekonomi
Negara-negara maju. Australia memiliki Negara tujuan ekspor untuk barang-
barang yang diproduksinya seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan,
China, New Zealand, Inggris, Singapura, Taiwan, Jennan dan Indonesia.
45http://aussiebuddy.wordpress.com/2008/03/08/ekonomi-australia/, di akses pada tanggal 21 mei 2014
33
Walaupun Australia banyak memproduksi barang-barang, tetapi Australia
juga membutuhkan barang-barang dari Negara lain, dan yang menjadi Negara
impor utamanya seperti : Amerika Serikat, Jepang, Inggris, Jennan, China, New
Zealand, Korea Selatan, Malaysia, Singapura, Thailand, Taiwan, !tali, dan
Indonesia. Dan Negara Asia merupakan sumber impor Australia sebesar 47% dari
1 . 46 tota nnpor.
Ekspor utama Australia yang masih didominasi oleh produk-produk
primer, yaitu hasil tambang dan hasil pertanian, seperti : susu, tepung terigu,
emas, bijih besi, gandum, kapas, temak, dan produk impomya berupa barang-
barang manufaktur seperti kendaraan motor, mesin kantor, alat telekomunikasi,
pakaian, mesin listrik tekstil dan barang-barang industri lainnya. Sedangkan impor
Australia seperti jenis-jenis barang impor Australia adalah rempah-rempah, bijih
coklat, mebel dan bagiannya, karet alam olahan, kayu triplek, min.yak mentah,
kertas, pekatannya, bahan baku hasil tambang, pakaian jadi dan barang-barang
manufaktur.
Sejak tahun 2000, Australia aktif melakukan pendekatan bilateral
perdagangan dengan membentuk Free Trade Agreement (FT A) dengan beberapa
Negara di Asia seperti dengan Singapura (ditandatangani tahun 2003) dan dengan
Thailand (ditandatangani tahun 2004).Dengan belum terpacapainya kesepakatan
perdagangan multilateral dalam GATT/WTO, maka upaya mengadakan Free
Trade Agreement (FTA) semakin dipercepat. Pada saat ini Australia telah
46 Laporan Tahunan Departemen Luar Negeri, Tahun 2000, hal 47
34
menyelesaikan dan perundingan Free Trade Agreement dengan Negara
Singapura, Thailand, Amerika Serikat, China dan Jepang.
Dalam buku putih kebijakan luar negeri dan perdagangan barn yang
diluncurkan tanggal 12 Februari 2003, pendekatan kebijakan dibidang
perdagangan adalah dengan melalui "competitive liberalization" yaitu dengan
menggunakan liberalisasi multilateral dan regional sebagai "benchmark" untuk
liberalisasi multilateral dan sebaliknya.47
Bagi Australia, suksesnya negosisasi World Trade Organization (WTO)
merupakan pula tujuan kebijakan perdagangan yang utama. Di samping itu buku
putih juga mencantumkan kebijakan perdagangan Australia antara lain promosi
ekspor dengan memberi bantuan kepada Usaha Kecil Menengah rhelalui export
market Development Grant (EMDG), upaya melipat duakan jumlah eksportimya
pada tahun 2006 menjadi 25.000 eksportir serta pendekatan yang konservatif
terhadap karantina guna melindungi Australia dari berbagai ancaman penyakit dan
mendorong perdagangan. 48
Australia sebagai negara ekonomi menengah yang bukan merupakan
anggota dari salah satu blok geo-politik dan memiliki kepentingan perdagangan di
dunia. Australia manyadari bahwa negara tersebut secara individual tidak akan
mampu membuka pasar di berbagai negara atau menghilangkan berbagai
hambatan perdagangan tanpa adanya kerjasama dengan negara lain melalui cara
multilateral.
47 Direktoral Jenderal Kerjasama Industri dan Perdagangan Intemasional Departemen Perindustrian dan Perdagangan, h. 10 48 Ibid, h. 11
35
Keanggotaan Australia dalam menigkatkan global sepe11i WTO dan
OECD maupun regional seperti APEC, IORARC. Selama menjadi anggota WTO
Australia telah banyak memperoleh manfaat dari putaran perundingan
perdagangan multilateral WTO diwaktu sebelumnya. Prioritas utamanya adalah
untuk mengamankan akses pasar bagi produk-produk agrikultur, jasa dan produk-
produk industri Australia.
Berdasarkan hal tersebut World Trade Organitation (WTO) penting bagi
perekonomian dan perdagangan. Sedangkan ditingkat regional, APEC menjadi
forum utama bagi Australia dalam upaya memperkuat pertumbuhan dan hubungan
ekonomoni serta perdagangan antar negara di wilayah Asia pasifik. Keanggotaan
Australia dalam APEC dimanfaatkan untuk memperluas pasar dan produk-produK:
barang dan jasa Australia yang akan meningkatkan pendapatan nasional dan
kesempatan kerja didalam negeri. 49
Adanya perbedaan kebijakan luar negeri yang dianut oleh pemerintah
partai koalisi pada saat ini dibandingkan pemerintahan partai buruh sebelumnya,
namun nampak bahwa negara-negara Asia tetap menjadi mitra dagang dan Negara
tujuan ekspor utama bagi Australia, sedangkan negara Asia lainnya yang dianggap
mitra utama dan cukup menentukan dalam perdagangan dengan Australia adalah
Cina, Korea Selatan, Taiwan dan beberapa Negara ASEAN seperti Singapura,
Indonesia, Malaysia dan Thailand.
Walaupun Australia merupakan salah satu negara dagangan utama di
dunia dengan total perdagangan rata-rata pertahun lebih dari US$ 120 milyar,
49 Laporan Tahunan Departemen Luar Negeri tahun 2001, h. 51
36
namun temyata ekspor utamanya masih didominasi oleh produk-produk primer,
yaitu hasil tambang dan hasil pertanian, seperti emas, biji besi, gandum, kapas,
temak, dan minyak bumi. Sedangkan impomya kebanyakan berupa barang-barang
manufaktur seperti kendaran bermotor, mesin kantor, alat telekomunikasi, mesin
listrik tekstil, pakaian dan barang-barang industri lainnya.
Dengan demikian dalam perdagangan luar negerinya, Australia masih
sangat tergantung kepada pasar-pasar dirnana produk-produk primer hasil
produknya dapat diserap. Oleh karena itu adanya gangguan akibat ekonomi
dibeberapa negara Asia dalam beberapa tahun terakhir 1m cukup
mengkhawatirkan Australia, karena berpengaruh kepada daya tahan pasamya. 50
Pada tahun 2007, Kebijakan luar Negeri Australia rnengedapankan
kebijakan yang bertumpu pada tiga pilar utama, yaitu:
1. Aliansi dengan Amerika Serikat
2. Meningkatkan pendekatan (engagement) dengan kawasan Asia-Pasifik
3. Kerjasama dalam kerangka multilateral/PBB.
Dengan demikian komitmen untuk meningkatkan hubungan Australia
dengan kawasan Asia-Pasifik memasuki babak baru, terutama dengan
mernperhatikan munculnya China dan India sebagai powerhouse barn, namun
tetap mempertahankan kedekatannya dengan Amerika Serikat.
500p.Cit, Laporan Tahunan Deplu tahun 2000, hal. 47
37
BAB III
DAMPAK BOM BALI II BAGI HUBUNGAN
INDONESIA DAN AUSTRALIA
Rangkaian pengebornan Born Bali I (12 Oktober 2002) dan Born Bali II (1
Oktober 2005) rnernicu darnpak luar biasa bagi Indonesia secara urnurn dan
Pernerintah Provinsi Bali secara khusus. Peristiwa berdarah itu sarnpai disebut
peristiwa terorisrne terparah dalarn sejarah Indonesia. Kerugian besar dialarni
Indonesia pasca-Born Bali I dan Born Bali II tersebar di berbagai sektor. Di
antaranya ekonorni, sosial, dan kearnanan.
Pada sektor ekonorni terjadi penurunan sangat besar pada jurnlah
pariwisata yang diperkirakan mencapai 57 persen. Penurnnan itu disebabkan
adanya travel warning dari sejumlah negara seperti Australia, Amerika dan
sejumlah negara di Eropa. Sebuah kehilangan yang sangat besar. Ini mengingat
produk yang dihasilkan dari pariwisata berdampak kepada sektor lain. Bahkan,
hotel-hotel yang ada kebanyakan sudah tutup karena rendahnya tingkat hunian.
Jumlah 57 persen itu terbagi dalam sub sektor hotel dan restoran, industri
kecil dan perajinan, pertanian, transportasi, serta keuangan dan jasa-jasa. Tak
dipungkiri efek dari sisi pariwisata ini juga berdampak pada sektor-sektor lain.
Adanya penurunan sektor pariwisata ini mengurangi penerimaan devisa negara.
Di mana pada akhimya menyulitkan pemulihan ekonomi Indonesia. Secara umurn
38
perekonomian nasional berdampak negatif. Upaya perbaikan menuju pemulihan
ekonomi yang lebih cepat berhadapan dengan kendala yang semakin sulit. Di
antaranya sepe1ii kegiatan investasi, produksi dan ekspor terhambat. 51
A. Dampak Ekonomi Akibat Ledakan Born Bali
Pembangunan ekonomi hampir selalu identik dengan upaya peningkatan
pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan produksi
output barang dan jasa pada suatu periode tertentu dibandingkan dengan periode
sebelumnya yang terjadi pada suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi
dianggap sebagai indikator keberhasilan pembangunan ekonomi di suatu negarn,
namun pertumbuhan ekonomi bukanlah satu-satunya indikator suksesnya
pembangunan ekonomi.
Dalam pembangunan ekonomi, juga perlu diperhatikan seberapa jauh
kontribusi seluruh lapisan masyarakat terhadap pertumbuhan ekonomi atau
seberapa jauh pertumbuhan ekonomi tersebut dapat dinikmati oleh seluruh lapisan
masyarakat. Selain nilai pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan juga perlu
dilihat sebagai indikator keberhasilan pembangunan ekonomi. Distribusi
pendapatan adalah salah satu alat untuk melihat pemerataan pertumbuhan
ekonomi.
Salah satu sektor yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi adalah
sektor pariwisata. Banyak negara menggarap sektor tersebut dengan scrius dan
menjadikannya sebagai sektor unggulan untuk meningkatkan pertumbuhan
51 (http://news.liputan6.com/read/443816/efek-bola-salju-bom-bali)
39
ekonominya. Pariwisata dijadikan sebagai sumber perolehan devisa, penciptaan
dan perluasan lapangan ke1ja serta pengentasan kemiskinan.
Sektor pariwisata memegang peranan penting dalam perekonomian
Indonesia, baik sebagai salah satu sumber penerimaan devisa maupun penciptaan
Iapangan kerja serta kesempatan berusaha. Pariwisata ini juga merupakan salah
satu sektor yang memberikan kontribusi terbesar dalam perolehan devisa negara
melalui wisatawan mancanegara. Jika dibandingkan dengan devisa yang
dihasilkan dari sepuluh komoditi utama yaitu (1) minyak dan gas bumi, (2)
minyak kelapa sawit, (3) karet olahan, (4) pakaian jadi, (5) alat listrik, (6) tekstil,
(7) kertas dan barang dari kertas, (8) makanan olahan, (9) kayu olahan, dan (10)
bahan kimia, temyata pariwisata memberikan kontribusi dalam penerimaan devisa
pada urutan keenam pada tahun 2006.
Peningkatan ekspor barang dan jasa pada tahun 2006 sampai tahun 2007
terus terjadi, demikian halnya dengan pariwisata. Peningkatan devisa dari sektor
pariwisata lebih cepat jika dibandingkan dengan ekspor barang dan jasa lainnya.
Pada tahun 2007 sektor ini menempati posisi terbesar kelima jika dibandingkan
dengan ekspor lainnya. Perkembangan pariwisata juga mendorong dan
mempercepat pertumbuhan ekonomi. Kegiatan pariwisata menciptakan
pennintaan, baik konsumsi maupun investasi yang pada gilirannya akan
menimbulkan kegiatan produksi barang dan jasa.
Selama berwisata, wisatawan akan melakukan belanjaannya, sehingga
secara langsung menimbulkan pennintaan (Tourism Final Demand) pasar barang
dan jasa. Selanjutnya Final Demand wisatawan secara tidak langsung
40
menimbulkan pennintaan akan barang modal dan bahan baku (Investment
Derived Demand) untuk berproduksi memenuhi pennintaan wisatawan akan
barang dan jasa tersebut. Dalam usaha memenuhi pe1mintaan wisatawan
diperlukan investasi di bidang transportasi dan komunikasi, perhotelan dan
akomodasi lain, industri kerajinan dan industri produk konsumen, industri jasa,
rnmah makan restoran dan lain-lain. 52
Sejalan dengan hal tersebut dampak pariwisata terhadap kondisi sosial ekonomi
masyarakat lokal dikelompokan oleh Cohen (1984) menjadi delapan kelompok
besar, yaitu (1) dampak terhadap penerimaan devisa, (2) dampak terhadap
pendapatan masyarakat, (3) dampak terhadap kesempatan kerja, (4) dampak
terhadap harga-harga, (5) dampak terhadap distribusi masyarakat atau
keuntungan, ( 6) dampak terhadap kepemilikan dan control, (7) dampak terhadap
pembangunan pada umumnya dan (8) dampak terhadap pendapatan pemerintah.
Peristiwa di Bali temyata tidak hanya menyebabkan dampak negatif
terhadap pariwisata di Bali tetapi secara umum perekonomian nasional dimana
jalan menuju pemulihan ekonomi yang lebih cepat berhadapan lagi dengan
kendala yang semakin sulit seperti kegiatan investasi, produksi dan ekspor
menjadi terhambat.
Dampak lainnya dari tragedi Bali yaitu makin buruknya sentimen investor
dalam pasar saham. Indeks saham yang tercatat di BEJ anjlok cukup tajam dan
52 Spillane, J James. 1994. Pariwisata Indonesia Siasat Ekonomi dan Rekayasa
Kebudayaan. Kanisius. Y ogyakarta.
41
berada pada posisi terendah dalam dua tahun terakhir. Kurs rupiah merosot dari
Rp 10.305/dolar AS menjadi Rp 10.400/dolar AS. Indeks harga saham gabungan
(IHSG) di Bursa Efek Jakarta juga turun 34 basis poin menjadi hanya 33 7. Dalam
analisisnya, Bank Dunia mengatakan bahwa stabilitas ekonomi dan kepercayaan
konsumen bukan hanya di Indonesia, tetapi juga merambah ke seluruh kawasan
Asia Tenggara hingga Pasifik. 53
Peristiwa di Bali temyata tidak hanya menyebabkan dampak negatif
terhadap pariwisata di Bali tetapi secara umum perekonomian nasional dimana
jalan menuju pemulihan ekonomi yang lebih cepat berhadapan lagi dengan
kendala yang semakin sulit seperti kegiatan investasi, produksi dan ekspor
menjadi terhambat.
B. Dampak Keamanan Akibat Ledakan Born Bali
Pemerintah juga dapat meningkatkan keamanan terutama di daerah-daerah
yang berpotensi menimbulkan gangguan keamanan. Hal ini diperlukan untuk
menarik minat wisatawan asing untuk berkunjung kembali. Selain itu, pemerintah
diharapkan dapat segera menyiapkan langkah-langkah strategis untuk
mengantisipasi perkembangan pasca tragedi Bali. Tindakan ini ditujukan agar
kegiatan perekonomian dapat be1jalan normal kembali, mengingat kegiatan
53 http://www.suaramerdeka.com/harian/0210115/tjkl .htm
42
ekonomi ini diperlukan untuk tetap menjadi penunjang bagi pemulihan ekonomi
Indonesia. 54
Pasca ledakan di Bali masih buruknya jaminan keamanan Indonesia
terutama bagi warga asing, hal ini terlihat dari masih kurang tegasnya pemerintah
dalam mengambil sikap atas tragedi ini. Pemerintah diharapkan dapat berupaya
keras dan cepat dalam mengungkap tragedi ledakan di Bali sehingga dapat
meyakinkan dunia internasional, khususnya pelaku bisnis bahwa pemerintah
Indonesia serius dalam menciptakan rasa aman bagi dunia usaha.
Berlarut-larutnya penyelesaian masalah ini hanya akan menyebabkan pemulihan
ekonomi Indonesia semakin tidak menentu arahnya dan makin terpuruk.
Tantangan yang cukup berat ini harus segera diantisipasi dan dicari jalan
keluarnya supaya pemerintahan saat ini tidak ragu dalam mengambil keputusan
menyangkut masa depan perekonomian Indonesia. Indonesia akan . mengalami
hambatan dalam langkah pemulihan ekonomi Indonesia, hal ini terkait dengan
beberapa peristiwa pemboman dan ancaman serta teror yang memberikan
penilaian buruk terhadap peringkat negara yang mempunyai tingkat resiko tinggi,
Indonesia di mata dunia internasional.
C. Dampak Sosial Budaya akibat Ledakan Born Bali
Disamping peristiwa ini merenggut ratusan nyawa, berbagai aktivitas
social budaya, fasilitas sosial maupun kegiatan perekonomian masyarakat
54 www.bappenas.go.id/index.php/download .. ./l 739/ diakses pada tanggal 14 }uni 2014
43
terutarna devisa Negara hasil pariwisata menurun. 55 Berikut ini beberapa darnpak
kerugian yang ditirnbulkan akibat pe1istiwa ledakan born bali diantaranya sebagai
berikut:
1. Bagi para pengusaha yang berinvestasi di Bali rnereka terkejut atas kejadian
tersebut Tetapi darnpaknya hanya terjadi pada sebagian pengusaha
saja.Pengusaha yang tetap menginvestasikan uangnya di Bali mencoba berpikir
dan merencanakan bagaimana menarik kembali para wisatawan.Dengan kejadian
born Bali ini berpengaruh pada sebagian investor tetapi hanya sekitar 25% saja,
sedangkan yang 75%nya tetap bertahan dan dalam program perencanaan untuk
menarik kembali para turis akibat nya sebagian warga Indonesia khusunya warga
Bali kehilangan mata penarian.
2. Bagi masyarakat Bali peristiwa im berpengaruh besar terhadap kehidupan
ekonomi mereka (kesejahteraan terganggu), pendapatan mereka untuk bulan
November jelas menurun karena biasanya pada bulan itu banyak para turis yang
berkunjung ke Bali. Tentu saja setelah peristiwa itu terjadi, para turis enggan
datang ke Bali. Hal ini juga berhubungan dengan kenaikan BBM dimana
kehidupan masyarakat Bali juga semakin sulit karena harga - harga bahan pokok
naik, sementara pemasukannya menurun.
3. Bagi perekonornian Indonesia, tidak semua perekonomian terpengaruhi, hanya
devisa dari sektor pariwisata di Bali yang menurun. Yang paling terkena
dampaknya jelas saja perekonomian Bali itu sendiri, dimana angka pendapatannya
akan menurun drastis.
55Djelantik, Sukawarsini.2010.Terorisme; Tinjauan Psiko-Politis, Peran Media, Kemiskinan, dan Keamanan Nasional.Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia
44
4. Mengganggu upaya pemerintah untuk melakukan pemulihan (recovery),
setelah krisis ekonomi dan moneter yang selama lima tahun berlangsung.
Pertumbuhan ekonomi yang selama ini buruk, terganggu lagi.Hal ini berkaitan
dengan tingkat kepercayaan para investor terhadap stabilitas keamanan dan politik
di Indonesia yang semakin rendah.Dunia industri pariwisata Indonesia di Bali
juga terpuruk.Kerugian di bidang ekonomi yang harus ditanggung sekitar 5 milyar
UD dollar per tahun setelah kasus Born Bali.
5. Sejumlah Negara asal dari turis asing melakukan larangan atau peringatan
berkunjung (travel warning) terhadap warganya untuk tidak datang ke
Indonesia.Terutama sasaran Amerika dan sekutunya hubungan kerjasama dengan
Indonesia menjadi rentan. Misalnya dalam hal pendidil<an, perdagangan, maupun
kerja sama yang lain.
6. Kerugian secara finansial juga dialami oleh masyarakat dalam bidang mata
pencaharian seperti pengusaha souvenir yang ada di Bali maupun yang berasal
dari luar bali seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, maupun Yogyakarta.
7. Dari sisi keamanan dan kenyamanan, suasana di Bali tidak lagi dirasakan
seaman dan senyaman dahulu, sebab masyarakat dan wisatawan domestic maupun
mancanegara masih mengalami trauma.
Implikasi Positif yang dirasakan antara lain, pemerintah terlibat secara
lebih serius untuk melakukan pemberantasan terorisme di Indonesia. Langkah
serius tersebut tampak setelah disahkannya Perpu tentang Anti Terorismeyang
hanya kurang seminggu setelah kasus pengeboman itu, yaitu 18 Oktober
2002.Melalui Perpu ini tidak hanya pelaku terror saja yang diancam hukuman
45
berat, bahkan orang-orang yang dicurigai sebagai terorispun dapat ditangani oleh
aparat keamanan dengan kewenangan yang luar bias.
Tak dapat dipungkiri, teror born di Baliakan membawa persepsi negatif
bagi pemulihan ekonomi Indonesia. Baru saja, beberapa pekan lalu, IMF
mengeluarkan outlook yang positif tentang Indonesia.Dan baru saja, ekonomi
Indonesia dipuji dalam berbagai forum intemasional.Namun, sernua itu seolah
sima dengan terjadinya born. Kejadian itu dikhawatirkan dapat menghapus
prestasi di bidang ekonorni yang telah diraih secara susah payah selarna 4 tahun
terakhir ini. 56
Dalarn jangka pendek mungkin akan ada dampaknya. Darnpak bom
terhadap ekonorni kernungkinan akan dirasakan dalarn 2-3 bulah rnendatang.
Apabila kita rnelihat pada data perkernbangan kejadian terorisrne di Indonesia,
dampak langsungnya adalah pada penurunan PDB, secara khusus pada subsektor
pariwisata yang ditunjukkan oleh rnenurunnya jurnlah wisatawan rnanca negara. 57
Dari grafik di bawah terlihat, setiap terjadi bom, jurnlah wisatawan rnanca
negara yang datang ke Indonesia langsung rnenurun. Usai Born Bali 2002, Born
Marriot 2004, Born Kedubes Australia 2004, dan Born Bali jilid II 2005 (tanda
panah), perturnbuhan di sektor pariwisata turun drastis. Tahun 2005 rnisalnya,
terjadi penurunan pada subsektor perhotelan dan pariwisata dari sekitar 8%
menjadi 6%. 58
56http :// ekonomi .kompasiana. com/bisnis/2009/0712 01 ekonomi-indonesia-pasca-terorbom-8926 .html diakses pada tanggal 06 juni 2014 57Ibid 58Ibid
46
Born Bali 2002 /!', { , !
' f {
Born Maniot Ji lid 1
·f,,
j i j i j. ..
Born Kedubes Australia Born Bali II
Kunjungan wisrna pasca teror born I surnber : CEIC, LPI Bank Indonesia ,
Namun apabila dilihat secara keseluruhan tahun, perturnbuhan ekonorni
Indonesia justru terlihat rnarnpu bertahan dari darnpak ledakan born. Setelah
ledakan Born Bali Oktober 2002 misalnya, PDB triwulan IV-2002 memang turun
drastis menjadi 2,61 % dibanding triwulan sebelumnya. Sektor pariwisata turun
0,9%. Namun di awal 2003, PDB sudah dapat turnbuh kembali 2,04%, termasuk
sektor pariwisata tumbuh 0,47%.59
Setelah ledakan bom Marriot Agustus 2003 dan ledakan bom di kedutaan
Australia September 2004, terjadi ha! serupa. PDB turun pada triwulan III-2003
dan Triwulan III-2004 turun menjadi 3,97% dan 5, 10%. Namun PDB kernbali
tumbuh pada triwulan IV-2003 dan Triwulan IV-2004 menjadi 4,95% dan 6,65%.
47
Secara umum, bahkan pertumbuhan ekonomi kita berangsur membaik dari tahun
2003 hingga 2005, dari 4,9%. 5, 1 %, dan 5,6%. 60
Di pasaran ketahanan ekonomi relatif lebih baik. Nilai tukar rupiah pada
umumnya akan berfluktuasi usai serangan born. Namun relatif kembali stabil
dalam waktu cepat.Di sisi moneter, kemampuan Bank Indonesia meredam
darnpak moneter dari kejadian born juga cukup baik. Perkembangan uang beredar
dapat dikendalikan stabil, dan inflasi juga terkendali sebesar 5,06% dan 6,4%
pada tahun 2003 dan 2004.61
Dari data di atas, ekonorni Indonesia terbukti relatif tahan terhadap
darnpak dari guncangan bom.Meski sempat mengalami gangguan dalam jangka
pendek, penyesuaian berlangsung cukup cepat.Pesirnisme biasanya ha:nya muncul
dari kalangan pengusaha dan investor asing. Pengalaman di atas rnernberi kita
garnbaran perkernbangan ekonorni Indonesia pasca tragedi born dengan rnelihat
kinerja ekonorni Indonesia pasca kejadian born bali.
Perkernbangan ekonorni secara urnum mernang bukan ditentukan oleh
faktor sentirnen semata, narnun juga oleh faktor fundarnental.Keduanya harus
saling rnengisi.Kernampuan pemerintah Indonesia menyeirnbangkan antara faktor
fundamental clan sentimen sungguh penting untuk menjaga keberlangsungan
ekonomi negara ini.
Setelah melihat dari beberapa fakta dan informasi serta beberapa teori
sosiologi, banyak dampak sosial yang terjadi akibat dari guncangan born bali,
diantaranya yaitu:
48
1. Bagi para pengusaha yang berinvestasi di Bali mereka memang sempat
kaget atas kejadian tersebut tetapi dampaknya hanya terjadi pada
sebagian pengusaha saja. Pengusaha yang tetap menginvestasikan
uangnya di Bali mencoba berpikir dan merencanakan bagaimana
menarik kembali para wisatawan. Jelas sekali kejadian bom Bali ini
berpengaruh pada sebagian investor tapi hanya sekitar 25% sedang
yang 75%nya tetap bertahan dan sedang dalam program merencanakan
cara untuk menarik kembali para turis.
2. Bagi masyarakat Bali peristiwa ini berpengaruh besar pada kehidupan
ekonomi mereka (kesejahteraan terganggu), pendapatan mereka untuk
bulan November jelas menurun karena biasanya pada bulan itu banyak
para turis yang berkunjung kc Bali. Tentu saja setelah born itu para
turis agak enggan datang ke Bali. Hal ini juga berhubungan dengan
kenaikan BBM dimana kehidupan masyarakat Bali juga semakin sulit
karena harga - harga bahan pokok naik, tetapi masyarakat bali
pemasukannya menurun.
3. Bagi perekonomian Indonesia sendiri tidak semua perekonomian
terpengaruhi, hanya devisa dari sektor pariwisata di Bali yang
menurun. Seperti dikatakan di halaman depan bahwa Bali merupakan
sebagian besar dari sumber devisa negara. Oleh karena itu, hanya
sebagian saja yang terpengaruh oleh peristiwa born Bali ini. Yang
sangat terkena dampaknya adalah jelas saja perekonomian Bali itu
49
sendiri, dimana angka pendapatannya akan sangat jelas menurun
drastis mengingat ini adalah kejadian born yang kedua kalinya.
4. Bagi poltik Indonesia diatas sudah dijelaskan dengan jelas bahwa juga
terpengaruh walaupun kemungkinannya kecil, tetapi pemerintah
Indonesia harus belajar untuk tanggap terhadap ancaman yang dating
dari dalam negeri itu sendiri.
5. Perubahan sosial yang terjadi di masyarakat juga harus ditanggapi oleh
masyarakat dan pemerintah dengan reaksi yang cepat dan tanggap.
Sehingga masalah sosial tidak lagi muncul masalah yang baru
melainkan masalah sosial yang sudah ada akan berkurang jumlahnya.
50
BAB IV
UPAYA PENINGKATAN KERJASAMA ..
INDONESIA DENGAN AUSTRALIA PASCA
BOM BALI II
A. Kebijakan Luar Negeri
Indonesia sebagai Negara Republik dengan kesatuan yang utuh memiliki
pegangan utama dalam pelaksanaan hubungan luar negeri Indonesia dengan
negara lain yaitu kepentingan nasional Indonesia. Kebijakan luar negeri Indonesia
dalam hal ini diimplementasikan dalam program kerja cabinet gotong royong
secara spesifik pada butir ke-5 program kerja te1·sebut, yang berbunyi :
"Melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif, memulihkan martabat bangsa
dan negara serta kepercayaan Luar Negeri, termasuk lembaga-lembaga keuangan
dan kalangan investor terhadap pemerintah".62
Politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif membawa Indonesia untuk
"bebas", yaitu tidak memihak pada Blok mana pun, tidak juga pada kekuatan
mana pun di dunia. Indonesia adalah merupakan sebuah negara yang sejak <lulu
menunjukkan sikap tidak berpihak pada salah satu Blok (Non-Blok), sikap
tersebut ditunjukkan secara jelas dengan masuknya Indonesia menjadi anggota
62 http://lontar.ui.ac.id/file?file=:digital/128891-T%2026667-Kebijakan%20luarAnalisis.pdf
51
Gerakan Non Blok (GNB). Kebijakan tersebut dipilih dengan alasan bahwa
kebijakan luar negeri yang tidak memihaklah yang dianggap paling cocok dengan
budaya, sikap, dan kepentingan Indonesia sebagai sebuah negara, karena
kepentingan luar negeri Indonesia tidak hanya terdapat dan tertuju pada salah satu
blok saja.63
GNB atau Non Block Movement adalah organisasi intemasional yang
mengasumsikan ketidak berpihakan dengan atau terhadap kekuatan mana pun.
Sedangkan "aktif', berarti Indonesia secara aktif turut serta dalam usaha
menciptakan perdamaian dunia. Komitmen Indonesia "menciptakan perdamaian
dunia yang terpacu dalam politik luar negeri Indonesia sudah mulai
diimplementasikan sejak kebijakan tersebut disahkan, khususnya pada masa
terjadinya Perang Dunia II. 64
Salah satu kebijakan luar negeri Indonesia dalam melaksanakan politik
luar negerinnya adalah memulihkan martabat negara dan bangsa serta
mengembalikan kepercayaan luar negeri negara lain. Salah satu bentuk kebijakan
luar negeri Indonesia yaitu kerjasama, Kerjasama itu dibutuhkan karena
perekonomian dunia sekarang lebih mengarah kepada globalisasi dan
perdagangan bebas.
Perdagangan luar negeri merupakan sektor ekonomi yang sangat berperan
dalam membangun ekonomi Indonesia. Dari ekspor dapat diperoleh devisa yang
merupakan salah satu sumber dana untuk pembangunan, sedangkan dari impor
63http://www.academia.edu/2529209/Politik_Luar _ Negeri_ RI_ Moch.Hatta_ Inonesia_For eign_Policy 64Michel Mamentu,, Revitalisasi GNB dan Peran Indonesia di Dalamnya (Analisis Ekonomi) dan Politikglobal),www.nam.gov.za, di akses pada tanggal 19 mei 2014
52
dapat diperoleh bahan atau barang baku dan barang modal yang diperlukan dalam
pembangunan. 65
Dal am perdagangan I uar negeri Indonesia terdapat dua masalah utama
yaitu menurunnya tingkat pertumbuhan ekspor dan defisit neraca pembayaran
yang semakin meningkat. Sementara globalisasi perdagangan dunia semakin
marak menyuarakan perlunya perdagangan dunia yang semakin bebas sebagai
dampak dari kesepakatan putaran GATT 1995 melalui World Trade Organitation
(WTO) serta deklarasi Bogor yang disepakati 18 negara Asia Pasifik. 66
Di dalam negeri, ada beberapa masalah seperti masih lemahnya
penguasaan asset nasional yang semakin besar yang digunakan ol~h kelompok
tertentu, serta kepastian hukum dan perundangan perlu segera di pecahkan untuk
menciptakan struktur ekonomi nasional yang lebih baik.
Kebijakan perdagangan luar negen Indonesia diarahkan untuk
meningkatkan penerimaan devisa dan perluasan kesempatan kerja. Ini
dilaksanakan melalui peningkatan ekspor, menjamin penyediaan barang dan
modal, bahan baku dan teknologi yang diperlukan untuk membangun diberbagai
sektor guna mengembangkan industri dalam negeri yang efisien dan
mengendalikan impor.
Perdagangan luar negeri bagi Indonesia merupakan motor penggerak
utama roda perekonomian domestik. Struktur industri domestik dasamya belum
cukup untuk mencapai yang diharapkan dalam memasuki pasar persaingan global.
65Ibid 66 Saleh Rahmat, Tinjauan Perdagangan Indonesia, Jakarta : Trade and Manajemen Development Institude, 1985,h. 7
53
Konsekuensinya, kebijakan di sektor riil harus menjadi instrument utama di
samping kebijakan moneter yang selama ini menjadi tumpuan kebijakan ekonomi
nasional, pertumbuhan disektor riil yang sernakin mantap khususnya dibidang
perdagangan luar negeri, sebaliknya setiap gangguan terhadap perkembangan
perdagangan ekspor akan berdampak terhadap laju pertumbuhan ekonomi
. 1 67 nas10na.
Perumusan kebijakan perdagangan pada dasamya merupakan tanggung
jawab dari Menteri Perindustrian dan Perdagangan. Oleh karena itu, sektor
perdagangan berkaitan dengan sektor-sektor lain, maka dalam menetapkan
kebijakan Menteri Perindustrian dan Perdagangan dapat berkonsultasi dan
mendapatkan masukan-masukan dari instansi-instansi yang terkait. Dalam rangka
memperjuangkan kepentingan Indonesia di bidang perdagangan luar negeri, maka
perlu diambil kebijakan kebijakan antara lain: 68
1. Meningkatkan kerjasama perdagangan dengan negara maJU maupun
sesama negara berkembang guna mengurang1 hambatan dalam
perdagangan, baik berupa tariff maupun non tariff, serta aspek-aspek lain
yang menyangkut perdagangan dan jasa, dengan berpartisapasi aktif dalam
setiap perundingan WTO.
2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pejabat pemerintah maupun
dunia usaha dalam upaya memanfaatkan semaksimal mungkin peluang
yang timbul dari terwujudnya sistem perdagangan intemasional dan
67 Ibid 68http://www.kemendag.go.id/files/pdf/2012/12/06/lakip-201 O-id0-1354798811.pdf
54
mempersiapkan diri dalam menghadapi berbagai dampak negatif dari
implementasi sistem perdagangan.
3. Menumbuhkan persatuan yang dapat memberikan peluang kepada negara
negara berkembang dalam rangka mencapai kemandirian
4. Berperan aktif dalam kerjasama komoditi intemasional antara negara
produsen atau pengerkspor dengan negara konsumen atau pengimpor
sebagai wahana pertukaran informasi dalam rangka mempertahankan
stabilitas harga komoditi di pasar intemasional.
5. Memelihara dan meningkatkan hubungan kerjasama perdagangan yang
telah ada serta menjalin hubungan kerjasama perdagangan dengan mitra
dagang yang baru.
Sejalan dengan kebijakan perdagangan Indonesia, untuk menciptakan
perdagangan yanglebih terbuka, meningkatkan efisien dan daya saing produk
produk Indonesia, maka tariff merupakan salah satu alat kebijakan untuk
mencapai tujuan tersebut. Untuk maksud tersebut maka akan terus dilakukan
peninjauan terhadap berbagai tingkat tariff dan secara bertahap akan
diusahakan penurnnan tingkat tariff tennasuk penyempumaan klasifikasinya.
55
B. Upaya Indonesia kepada Australia untuk mempertahankan
dan meningkatkan hubungan perdagangan pasca Born Bali.
Serangan bom di Kuta, Bali menimbulkan ujian terhadap hubungan luar
negeri Indonesia, khususnya hubungan RI dengan Negara-negara yang warganya
menjadi korban dari peristiwa ledakan tersebut. Narnun dampak terbesar akan
terasa khususnya bagi hubungan Indonesia-Australia.
Banyak warga Australia yang rnenjadi korban serta dekatnya wilayah
Australia dengan Bali membuat serangan born di Kuta itu secara emosional sangat
rnelukai Australia. Ada sejurnlah alasan rnengapa serangan born bali itu akan
rnenjadi ujian baru bagi hubungan RI-Australia, yaitu;
Hubungan Indonesia-Australia telah rurnit dan naik turun khususnya pasca
referendum Timor-Tirnur. Perbedaan sosial-budaya, ekonomi dan politik
rnernbuat hubungan kedua negara bertetangga I.tu senantiasa sensitive. Warga
Australia menjadi korban terbanyak di antara warga asing dalam serangan bom
Bali tersebut.
Bagi kebanyakan warga Australia, serangan born di bali yang diduga kuat
aksi terorisrne itu secara nyata menunjukkan ancaman bagi kearnanan negcrinya.
Bali sudah dianggap sebagai pekarangan bagi banyak orang Australia, karena
jarak yang dekat, keindahan pantai, pesona dan keunikan budayanya rnernbuat
Bali menjadi tujuan utarna bagi banyak warga Negeri Kangguru itu.69
Pemimpin-pemirnpin Australia dan negara-negara barat lainnya jelas
menginginkan pemerintah Indonesia mengambil tindakan tegas terhadap
69 Kompas, Serangan Born di Bali Ujian Baru Bagi Hubungan RI-Australia, 17 Oktober 2002
56
organisasi-organisasi dan Tokoh-Tokoh yang dianggap berkaitan dengan aksi-aksi
teror. Apabila hal tersebut di sanggupi, maka tindakan itulah yang akan menjadi
titik peka hubungan Indonesia dengan negara-negara barat, khususnya Australia
saat ini.
Sejauh ini upaya pemerintah Indonesia dalam mengatasi kasus Born Bali,
mendapat dukungan dari berbagai pihak dan Australia, bahkan pasca Born Bali,
Australia menilai bahwa peledakan Born di Bali tersebut malah mendekatkan
hubungan kedua negara. Australia menganggap Born Bali adalah ulah sekelompok
orang yang mempunyai niat yang sangat jahat sekali terhadap rakyat Indonesia
dan tatanan demokrasi di negeri ini, karenanya masyrakat Australia harus melipat
duakan upaya dalam membantu rakyat Indonesia dalam meny'usuri jalur
demokrasi.
Situasi ini merupakan pertanda baik bagi hubungan kedua belah negara.
Walaupun begitu kedua negara tetap berupaya untuk memulihkan hubungan yang
sempat merenggang tersebut. Hubungan Indonesia dengan Australia terjalin
cukup baik, akan tetapi peristiwa Born Bali justru menjadi titik awal dari
membaiknya hubungan kedua negara. Untuk itu berbagai upaya pemulihan
tersebut di tempuh demi kelancaran hubungan kedua negara yang telah lama
terjalin.
Beberapa hari setelah peristiwa ledakan tersebut, Perdana Menteri
Australia John Howard datang mengunjungi Bali guna melihat lokasi pemboman.
Dan John Howard sendiri mengatakan tidak akan menjauhkan diri dari Indonesia.
Kunjungan demi kunjungan dilakukan Perdana Menteri Australia, selain ingin
57
tetap berhubungan secara diplomatik dengan Indonesia, juga untuk mengetahui
perkembangan terbaru dari pengusutan kasus born Bali serta melihat sejauh mana .·•
tindakan pemerintah Indonesia menangani kasus tersebut.
Kerjasama dan saling pengertian dari pihak Indonesia dan Australia sangat
vital bukan saja bagi keduanya tetapi juga bagi kawasan Asia-Pasifik. Kedua
belah pihak menjadikan peristiwa serangan born di Bali itu sebagai momentum
meningkatkan kualitas hubungan bertetangganya. Dan agar pemimpin-pemimpin
kedua negara tidak terjebak perang pemyataan di media massa, karena akan
menimbulkan efek buruk bagi hubungan diplomasi kedua negara. 70
Hubungan antara Indonesia dan Australia kerap kali mengalami pasang
surut. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika orang mengatakan bahwa Bom Bali "
merupakan suatu rahmat di balik musibah bagi hubungan antara Indonesia dan
Australia. N amun kendati hubungan Indonesia dan Australia cukup baik, akan
tetapi hubungan antara kedua negara itu tidak berlangsung seimbang. Australia
terlihat lebih menganggap penting Indonesia, ketimbang Indonesia menganggap
penting Australia. Hal itu tampak dari saling kunjung di antara kepala
pemerintahan kedua negara.
Pada tahun 2005 Presiden Republik Indonesia melakukan kunjungan
kenegaraan ke Negara Australia dengan penandatanganan Joint Declaration on
Comprehensive Partnership between the Republic of Indonesia and Australia dan
Presiden Indonesia langsung bertemu dengan Perdana Menteri Australia. Pada
70 Republika, Muslim Australia Jni memang Menentang Tuhan, 15 Oktober 2002
58
kunjungan kenegaraan ini kedua negara sepakat untuk melakukan kerjasama dan
meningkatkan hubungan kedua negara di berbagai bidang.
Adapun pada tahun 2006 sebagai salah satu tindak lanjut dari Joint
Declaration tersebut, Indonesia-Australia menandatangani Perjanjian Kerangka
Kerjasama Keamanan Indonesia dan Australia (Lombok Treaty) pada tanggal 13
November 2006 di Lombok oleh Menteri Luar Negeri RI, Dr. Hassan Wirajuda
dan Menteri Luar Negeri Australia (pada saat itu), Alexander Downer, MP.
Perjanjian ini merupakan landasan yang kuat dalam upaya-upaya
peningkatan hubungan kerjasama Indonesia-Australia dalam suatu lingkungan dan
peluang yang baru. Dalam perjanjian tersebut, kedua Negara secara prinsip
menegaskan posisi untuk saling menghormati kedaulatan dan wilayah masing··
mas mg.
Perjanjian 1111 JUga mencerminkan keinginan kuat kedua Negara untuk
meningkatkan dan mengembangkan kerjasama bilateral dalam berbagai 1su,
seperti penegakan hukum, counter-terorism, intelijen, keamanan laut dan
penerbangan, non-proliferasi senjata pemusnah missal dan keadaan darurat. 71
Pada tanggal 28-29 Juni 2006 kedua negara melakukan pertemuan untuk
para Menteri yang diselanggarakan di Bali yakni menyepakati berbagai kerjasama
guna untuk meningkatkan hubungan bilateral kedua negara.72Hubungan Indonesia
Australia mengalami pasang surut secara politik maupun ekonomi. Namun
kunjungan Menteri Perdagangan Australia yang baru, Simon Crean ke Indonesia
71 http://kemlu.go.id/Pages/SpeechTranscriptionDisplay.aspx?Namel =Transkripsi&Name 2=Menteri&IDP=207&l=id diakses pada tanggal 09 juni 2014 72h1W://www.kemlu.go.id/Documents/Kerjasama%20ASEAN%20dan%20Mitra%20Wica ra/Kerjasama%20ASEAN%20dan%20Mitra%20Wicara.PDF diakses pada tanggal 09 juni 2014
59
pada tahun 2007 pun menegaskan kembali pentingnya posisi Indonesia dalam
perkembangan bisnis dan perdagangan Australia.73
Pertemuan Menteri perdagangan Mari Pangestu dengan Menteri
Perdagangan baru Australia di era pemerintahan Rudd dimanfaatkan kedua negara
untuk menjalin kerjasama ekonomi perdagangan lebih dalam. Salah satunya
dengan menjajaki kerjasama melalui kerangka Free Trade Agreement (FTA).
Adapun tujuan dari diadakannya studi kelayakan Goint feasibility study) adalah
mengkaji kemungkinan pelaksanaan perdagangan bebas kedua negara mencakup
biaya, manfaat dan implikasi terhadap sektor tertentu.74
Sedangkan untuk 2007 (Januari-Juli) total perdagangan Indonesia
Australia mencapai USD3,58 miliar atau meningkat 15,07 persen dibanding
periode yang sama pada 2006, sebesar USD3, 11 miliar. Terlihat dengan
diadakannya berbagai kunjungan diplomatik yang dilakukan Indonesia maupun
Australia dan dengan dilakukakan berbagai kerjasama dalam bidang ekonomi
maka terlihat bahwa peristiwa Born Bali dapat meningkatkan hubungan kedua
negara tersebut. 75
C. Peningkatan Perdagangan Indonesia dengan Australia
Hubungan antara Indonesia-Australia sempat merenggang menyusul
keluamya Timor-Timur dari Negara Kesatuan Republik Indonesia pada 30
73http://www.balipost.co .id/balipostcetak/2007I12/7Ie1.htm diakses pada tanggal 09 juni 2014 74http://kemlu.go.id/ layouts/mobile/PortalDetailNewsLike.aspx?l=id&ItemID=05fa41 db-Oc6c-4a93-8948-29d700e2b27c diakses pada tanggal 11 juni 2014 75 Laporan Deplu tahun 2006
60
Agustus 1999. Berbeda dengan terjadinya peristiwa Bom Bali yang justru
membuat hubungan kedua negara itu menjadi dekat.
Kedekatan ini mungkin dikarenakan rasa bersalah pemerintah Indonesia
karena tidak dapat melindungi keselamatan warga asing yang berada di Indonesia
terutama warga negara Australia serta warga negaranya sendiri, serta komitmen
untuk memerangi terorisme menjadikan hubungan antara Indonesia-Australia
menjadi sangat dekat. 76
Hal itu tampak dari saling kunjung di antara kepala pemerintahan kedua
negara. Dan bahkan Perdana Menteri Howard mengatakan bahwa Australia tidak
akan menjauhkan diri dari Indonesia. Di saat-saat seperti inilah, Australia perlu
memperkuat dan buko.nnya memperlemah hubungan dengan Indonesia. Australia
dan Indonesia perlu bekerja keras mungkin dengan pihak berwenang Indonesia
dan rakyat Indonesia.
Disisi lain, pemerintah Indonesia dengan serta merta dituntut untuk segera
memberikan jawaban atas apa yang terjadi di hadapan masyarakat dunia.
Penggunaan cara-cara terror pada ruang publik dilihat sebagai kejahatan bukan
semata-mata pada tindakan yang dilakukan, namun juga pada dampak yang
diakibatkannya. Disamping menimbulkan ketakutan peristiwa ini juga telah
mengakibatkan mencuatnya sentiment di masyarakat sehingga berpotensi memicu
konflik sosial .77
76 Kompas, 24 Mei 2004 77 Budi F. Hardiman, Terorisme: Definisi, Aksi dan Regulasi, Jakarta, Imparsial (The Indonesian Human Right Monitor), 2003, h. 33
61
Dalarn rnenanggap1 kasus peledakan born ini spekulasi banyak pihak
cukup merurnitkan situasi. Sernua narnpaknya berusaha mengambil tindakan
dengan mengeluarkan pernyataan-pemyataan politis. Hampir tidak ada pihak yang
melewatkan kasus ini begitu saja tanpa rnelihat peluang politik bahkan popularitas
politik di mata rnasyrakat.
Salah satu kewajiban bagi pernerintah untuk rnelakukan usaha-usaha yang
dapat rnengembalikan citra bangsa, seperti halnya menyelasaikan masalah Born
Bali ini. Terlebih lagi kasus ini berkaitan pula dengan kepentingan negara lain
yaitu Australia, rnaka penyelesaian masalah tersebut menjadi harus lebih hati-hati.
Dalam menyelesaikan rnasalah tersebut harus diupayakan agar kepentingan kedua
negara tidak terganggu bahkan diusahakan agar hubungan kedua negara menjadi
makin erat karenanya.
Dalarn hubungan ini tepat kiranya jika rnelihat kepada apa yang dikatakan
KJ. Holsti78 mengenai diplomasi. Menurut Holsti, diplomasi digunakan untuk
rnencapai persetujuan, komprorni dan penyelesaian terhadap konflik antar
pemerintah. Diplomasi baik dalam bentuk pertemuan-pertemuan atau konferensi
umurn rnencakup usaha untuk rnengubah kebijakan, tindakan, tujuan dan sikap
negara lain dan diplomasinya dengan cara persuasi, rnenawarkan ganjaran, tukar
rnenukar konsesi atau saling mengancarn. 79
Disini tidak ada tawar rnenawar yang sulit para diplomat atau pejabat
pernerintah, tindakan dalarn rnernpergunakan ancaman ataupun rnenawarkan
ganjaran. Dalam hal ini sebagian kontrak diplornatik antar pemerintah dan harnpir
780p.Cit, KJ. Holsti, h. 250-253 79 Ibid
62
semua kunjungan kepala negara dilakukan bukan untuk melakukan tawar
menawar, tetapi hanya sekedar "tukar menukar" pandangan dan konsultasi.80
Uraian pendapat Holsti mengenai diplomasi tersebut kiranya dapat
rnernbantu dalam rnernahami langkah-langkah yang diarnbil kedua pernerintah
Indonesia-Australia guna menyelesaikan rnasalah sehubungan dengan kasus Born
Bali I yang telah rnenelan korban jiwa kurang lebih 202 orang dan harnpir
separuhnya adalah warga negara Australia dan pada Born Bali II rnenewaskan 23
orang tewas dan 196 lainnya luka-luka .
Langkah diplomasi yang telah dilakukan kedua negara rnisalahnya
pertemuan antara kepala pemerintah kedua negara hingga perternuan antara
pejabat-pejabat yang berwenang rnenangani kasus born bali ini dan juga
rnernberikan dukungan diplomatik terhadap peristiwa ini. Sejauh ini tindakan
kedua negara yang bisa kita lihat saling melakukan kunjungan diplornatik dan
berbagai kerjasama.
Terlihat bahwa hubungan bilateral Indonesia dan Australia tergolong
hubungan yang sangat unik, di satu sisi rnenjanjikan berbagai peluang kerjasarna
narnun di sisi lain juga penuh dengan berbagai tantangan. Kondisi ini disebabkan
oleh berbagai perbedaan menyolok diantara kedua negara dan bangsa bertetangga,
yang terkait dengan kebudayaan, tingkat kernajuan pernbangunan, orientasi politik
yang rnengakibatkan pula perbedaan prioritas kepentingan.
Tidak dipungkiri, perbedaan-perbedaan tersebut akan rnenciptakan
berbagai rnasalah yang akan selalu rnewamai hubungan kedua negara di rnasa-
so Ibid
63
masa mendatang. Ada yang berpendapat bahwa pada suatu titik hubungan kedua
negara akan tercipta sedemikian rnpa sehingga terbebas dari masalah. Sebaliknya
data empms menunjukkan bahwa hubungan kedua negara memiliki
kecenderungan naik turun, sehingga para pemnnpm serta masyarakat kedua
negara dituntut untuk selalu siap dengan berbagai solusi menghadapi setiap
masalah yang muncul.
Dan hubungan ini pun ditandai dengan telah memasuki era baru dengan
ditandatanganinya Joint Declaration on Comprehensive Partnership di Canberra
pada tanggal 4 April 2005 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan PM
John Howard. Comprehensive Partnership ini ditujukan untuk meningkat
kerjasama keduh negara yang meliputi kerjasama politik keamanan, ekonomi,
teknik, dan antar masyarakat. Sejak ditandatanganinya Comprehensive
Partnership tersebut, intensitas kerjasama di berbagai bidang dan kunjungan kerja
antar pemimpin lembaga pemerintah dan non-pemerintah meningkat secara
signi fikan. 81
Tingkat kerjasama Indonesia dan australia hingga tingkat menteri, sebagai
forum kerjasama antara Indonesia dan Australia tingkat menteri dengan tujuan
untuk meningkatkan hubungan kedua negara dalam segala bidang. IAMF
diselenggarakan di Bali, Indonesia pada tanggal 28-29 Juni 2006.IAMF
81 http://treaty.kernlu.go.id/uploads-pub/1284 AUS-2012-0194.p_Qf diakses pada tanggal 12juni 2014
64
merupakan barometer hubungan Indonesia Australia dimana pada setiap
pertemuan dihasilkan Joint Ministerial Statement82.
Dalam forum IAMF terakhir tahun 2006, para Menteri sepakat untuk
meningkatkan hubungan bilateral Indonesia-Australia berdasarkan mutual respect,
trust dan confidence dan menyambut baik implementasi dari Joint Declaration on
Comprehensive Partnership between the Republic of Indonesia and Australia. 83
Hubungan Indonesia Australia mengalami pasang surut secara politik
maupun ekonomi. Pada tahun 2007 ini Indonesia dan Australia pun sepakat serius
jajaki FTA (Free Trade Agreement). Ditandainya dengan kunjungan Menteri
Perdagangan Australia yang baru, Simon Crean ke Indonesia dan ini menegaskan
kembali bahwa pentingnya posisi Indonesia dalam perkembangan bisnis dan
perdagangan Australia.
Pertemuan Menteri Perdagangan Mari Pangestu dengan Menteri
Perdagangan baru Australia di era pemerintahan Rudd dimanfaatkan kedua negara
untuk menjalin kerjasama ekonomi perdagangan lebih dalam. Salah satunya
dengan menjajaki kerjasama melalui kerangka Free Trade Agreement (FT A).
"Kami yakini potensi kedua negara untuk kerja sama di bidang ekonomi,
perdagangan, dan investasi sangat besar karena itu studi kelayakan FT A segera
dilakukan," ujar Mari Pangestu. 84
Ada beberapa hal yang perlu dicatat dalam kerangka Free Trade
Agreenent.Pertama, penjajakan kerja sama perdagangan bebas adalah hal penting
82http://www.kemlu.go.id/Books/Buku%20Diplomasi%20Indonesia%202010.pdf diakses pada tanggal 12juni 2014 83Ibid 84Ibid
65
yang perlu dipersiapkan sebaik rnungkin. Karena hal ini dapat memberikan
payung hukum bagi hubungan dagang serta membuka peluang yang lebih besar
bagi produk-produk Indonesia.
Kedua, penguatan mata uang dolar Australia terhadap Rupiah yang cukup
tinggi dalam dua tahun terakhir membuat produk Indonesia akan lebih kompetitif
di pasar Australia. Ketiga, kesiapan para pelaku usaha di Indonesia untuk
merespon peluang dagang yang lebih baik tersebut. Hal ini penting mengingat
persyaratan standar minimal yang ditetapkan oleh Australia cukup ketat untuk
produk yang akan menembus pasar mereka.
Bencana Born bali yang banyak menewaskan warga Australia tidak
mengendurkan kedua negara untuk melakukan kerjasama di bidang perdagangan
disini terbukti bahwa dengan kunjungan diplomatik yang dilakukan Indonesia
telah mampu mempertahankan dan meningkatkan kerjasama khususnya di bidang
perdagangan. Terlihat dari neraca perdagangan kedua negara pasca Born Bali
bukan menurun temyata terus meningkat secara signifikan. Berikut ini table
neraca perdagangan Indonesia dengan Australia 2005-2007 (pasca Born Bali).
66
URAIAN
NERACAPERDAGANGAN
INDONESIA dengan AUSTRALIA
2004 - 2007
2004 2005 2006 2007
Total perdagangan 4.102.276.2 4.794.748,7 5.757.541,9 . 98.569,3
Ekspor 1.887.359.2 2.227.608,3 3.394.557,3
Impor .264,9 3.004.012,0
Neraca 214.98 5,3
Table 2 : Neraca perdagangan Indonesia dengan Australia (Nilai : Ribu US$)
Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah Pusdata, Kemendag)
Selama pasca peristiwa terjadinya Born Bali (2005-2007), neraca
perdagangan antara Indonesia dan Australia bukan terlihat menurun justru
perdagangan yang terjalin antara kedua negara tersebut malah meningkat. Tabel di
atas memperlihatkan, total dari perdagangan tahun 2004-2005 meningkat secara
besar namun jika rnelihat lebih detailnya ke neraca perdagangan justru
perdagangan kedua negara pada tahun 2004-2005 meningkat sedikit.
Pada tahun 2005-2006 sebesar 4.794.748,7 mengalami peningkatan pada
satu tahun ke depan pasca born bali tahun 2006 sebesar 5.757.541,9 yakni kedua
negara mengalami peningakatan dalam perdagangan sebesar 962.793,2 dan neraca
perdagangan kedua negara pun meningkat perlahan sebesar 97.544.3, artinya
67
bahwa nilai ekspor Indonesia meningkat dari pada impor Australia pada tahun
2005-2006.
Perdagangan pada tahun berikutnya yakni tahun 2007 sebesar 6.398.569,3
terlihat juga bahwa pada satu tahun ke depan hubungan perdagangan yang
dilakukan Indonesia dan Australia rnengalarni peningkatan dalam perdagangan
yaitu sebesar 641.027,4 yakni pada tahun 2006-2007, adapun neraca perdagangan
kedua negara juga sangat drastis yang sernulanya -214.987,9 rnenjadi 390.545,3
ini adalah sebuah peningkatan yang sangat besar dan artinya bahwa nilai ekspor
Indonesia sangat besar di banding nilai impor Australia.
Menindak dari analisis tahun-tahun terakhir pasca Born Bali yakni tahun
2005-2007 bahwa perdagangan antara Ifidonesia dan Australia selalu meningkat
dan terus meningkat disini diketahui bahwa terjadinya peristiwa Born Bali
tersebut tidak mengendurkan kedua negara untuk melakukan hubungan
perdagangan bahkan kedua negara tersebut justru meningkatkan hubungan
perdagangann ya.
Melihat dari berbagai masalah yang dihadapi kedua belah negara tersebut
yakni mulai dari masalah Timor-Timur hingga kasus pernbornan di Bali yang
banyak menewaskan warga negara Australia, hubungan Indonesia-Australia
diberbagai bidang khususnya ekonomi/perdagangan tetap terlaksana. Hal tersebut
bukan masalah besar bagi perdagangan Indonesia-Australia, sebab Indonesia
mernang negara dengan penduduk muslirn terbesar, tapi bukan negara radikal.
68
BABV
KESIMPULAN
Hubungan bilateral Indonesia dengan Australia sudah te1jalin sejak lama,
bahkan ketika Indonesia masih berjuang mencapai kemerdekaan, yang sering
diwamai dengan pasang-surut yang cukup signifikan. Hal ini disebabkan latar
belakang sejarah, cara pandang secara politik, nilai-nilai sosial-budaya, dan
perkembangan ekonorni yang berbeda. Aspek-aspek ini akan tetap bcrpengaruh
pada hubungan antara kedua negara dalam kerangka bilfiteral, regional dan global.
Pada tahun 2002 dan 2005 kedua negara ini sempat dikejutkan oleh
peristiwa born bali, yang rnana sebagian besar korban yang tewas dari warga
negara Asing yaitu Australia, Britania Raya, Arnerika, Swedia, Belanda, Perancis,
Denmark, Selandia Baru,Swiss, Brasil, Kanada, Jepang, Afrika, Korea, Ekuador,
yunani, Italia, Polandia, Portugal dan Taiwan.
Tragedi Born Bali yang terjadi pada tahun 2005 sempat rnernbuat
hubungan antara kedua Negara renggang khususnya dari segi ekonomi, neraca
perdagangan kedua negara pun sempat rnenurun. N amun peme1intah Indonesia
dengan segera rnengarnbil tindakan, dalam hal ini pernerintah melakukan berbagai
kunjungan-kunjungan diplomatik pasca born bali tersebut guna mernpertahankan
dan rneningkatkan hubungan kedua negara di berbagai bidang khususnya pada
sektor ekonorni.
69
Australia pun rnenganggap bahwa born bali adalah ulah sekelornpok orang
yang rnernpunyai niat tidak baik terhadap rakyat Indonesia dari tatanan dernokrasi
dan perekonornian di Negeri ini. Situasi peristiwa Bom Bali ini pun merupakan
pertanda baik bagi hubungan kedua belah Negara. Australia berharap bahwa
peristiwa Born Bali tersebut bisa lebih mendekatkan hubungan Indonesia dan
Australia.
Walaupun begitu kedua negara tetap berupaya untuk rnernulihkan
hubungan yang sernpat merenggang tersebut. Meskipun terlihat terjadi
peningkatan pada total perdagangan kedua negara akan tetapi pada dasamya
akibat dari peristiwa Born Bali tersebut nilai neraca perdagangan Indonesia
rnengalami defisit.
Upaya-upaya yang dilakukan Pemerintah Indonesia untuk
mempertahankan dan meningkatkan hubungan perdagangan Indonesia dengan
Australia pasca Born Bali yakni dengan melakukan kunjungan diplornatik ke
Negara Australia, yakni pada 4 April 2005 dan ditandatanganinya Joint
Declaration on Comprehensive Partnership di Canberra oleh Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono dan John Howard, Comprehensive Paiinership ini ditujukan
untuk meningkatkan kerjasama kedua Negara.
Kerjasama tersebut meliputi kerjasama politik, keamanan, ekonorni, social
budaya, tehnik dan antar masyarakat. Sejak ditandatanganinya Comprehensive
partnership tersebut, intensitas kerjasama di berbagai bidang dan kunjungan kerja
antar pemimpin lembaga peme1intah dan non-pemerintah meningkat secara
signifikan. Dan hasil dari diadakannya kunjungan kenegaraan yang dilakukan
70
Presiden RI pada tahun 2005 im terlihat bahwa neraca perdagangan pun
meningkat.
Realisasi kerjasama Indonesia dan Australia dalam rangka Comprehensive
Partnership telah pula ditunjukkan di bidang ekonomi dan kerjasama teknis.
Upaya pemerintah RI dalam refom1asi di bidang ekonomi, penguatan lembaga
pemerintah, perbaikan tatakelola di pemerintahan dan program Australia
Indonesia Partnership for Reconstruction and Development (AIPRD).
Pada tahun 2006 juga, para Menteri sepakat untuk meningkatkan
hubungan bilateral Indonesia-Australia berdasarkan mutual respect, trust dan
confidence dan menyambut baik implementasi dari Joint Declaration on
Comprehensive Partnership between the Republic of Indonesia and Australia.
Pertemuan para menteri ini terwadah dalam Indonesia Australia Ministerial
Forum (IAMF) adapun kesepakatan dalam hal perdagangan yaitu Working Group
on Trade, Industry and Investment.
Perusahaan-perusahaan Australia merupakan investor-investor penting
bagi Indonesia. Sementara Indonesia merupakan pasar potensial bagi produk
Australia. Guna meningkatkan hubungan ekonomi dan perdagangan kedua negara
sejak Agustus 2007 kedua negara melakukan joint feasibility study untuk
menjajaki kemungkinan bilateral FT A.
Pada tahun 2007 pula, hasil dari sebuah kunjungan-kunjungan diplomatik
yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia serta kerjasama kedua negara, maka
terlihat dari segi ekonomi bahwa neraca perdagangan pasca born bali justru
meningkat dari tiap tahunnya. Akibatnya nilai total perdagangan dan neraca
71
perdagangan Indonesia dan Australia rneningkat drastis pada tahun 2007 yakni
rnengalarni surplus dari tahun sebelurn-sebelurnnya.
Dengan terjadinya peristiwa Born Bali terlihat bahwa Born Bali
rnerupakan suatu rahmat di balik malapetaka (blessing in disguise) bagi hubungan
antara Indonesia dan Australia. Disarnping kerugian yang besar dari kegiatan aksi
terror ada pula hal baik yang dapat diarnbil hikrnahnya yaitu baiknya hubungan
luar negeri Indonesia dan Australia.
Indonesia sebagai negara berkernbang rnerniliki keterbelakangan pada
sektor ekonomi hal ini seperti yang dikemukakan oleh Siagian Maka dari itu,
tidak mengherankan jika pertumbuhan ekonomi menjadi perhatian · utama
pemerintah Indonesia. Dalam mengatasi hal ini Indonesia perlu rnengadakan
kerjasama Ekonomi dengan Negara lain.
Indonesia dan Australia merupakan Negara tetangga yg rnemiliki
konsekuensi geopolik dimana mereka harus hidup berdampingan secara damai
dan membangun hubungan baik diantara keduanya. Kerjasama ekonomi sangat
diperlukan oleh kedua Negara ini, karena setiap negara menyadari bahwa
permasalahan ekonominya tidak dapat diatasi sendiri akan tetapi butuh bantuan
dan kerja sama dari negara lain.
Australia perlu melakukan hubungan dengan negara lain, demi meraih
sumber pendapatan yang besar untuk meningkatkan perekonomian negaranya.
Begitu pula Indonesia perlu melakukan kerjasama dengan Negara-Negara lain
khususnya Australia untuk memperbaiki ekonomi demi memajukan pembangunan
Negaranya. Dalam melaksakan hubungan dengan Negara lain, sebuah negara
72
harus sejalan dengan Kebijakan-Kebijakan Luar Negeri. Hal ini dimaksudkan agar
dari Hubungan tersebut tercapai sebuah tujuan atau kepentingan bersama.
Menurut K.J. Holsti,"Kebijakan Luar Negeri juga menggabungkan ide-ide
yang direncanakan oleh para pembuat kebijakan untuk memecahkan masalah atau
menegakkan beberapa perubahan dalam lingkungan, yang berupa suatu bentuk
kebijakan, sikap, atau tindakan sebuah Negara". Berbeda dengan George
Modelsky" Kebijakan Luar Negeri sebagai sistem kegiatan yang melibatkan
masyarakat dengan tujuan mengubah perilaku Negara-Negara lain dan
menyesuaikan kegiatan mereka dengan lingkungan Intemasional"
Dari pemyataan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pasca ledakan
yang terjadi dibali tidak rnenyurutkan pemerintah Indonesia dan Australia dalam
mernutuskan kebijakan luar negeri untuk rnelakukan suatu kerjasama bilateral
disektor keamanan, politik, ekonorni, social, budaya. Hal tersebut adalah salah
satu tindakan pemerintah kedua negara dalam memecahkan masalah dengan
melibatkan masyarakat dan Negara dalam kegiatan Intemasional.
73
DAFT AR PUST AKA
Buku .· •.
Sondang, P, Siagian, 1984, Pengembangan Sumber Daya Insani, Gunung Agung, Jakarta.
Sobri, Ekonomi Politik Internasional : Teori,Masalah, ddn Kebijakan, (Bandung :Bandung Bina Cipta, 1986)
Cticchley, Susan, Hubungan Australia dengan Indonesia: Faktor Geografi, politik, dan Strategi Kekuasaan, (Jakarta: Penerbit UI, 1995)
Mokhtar Mas'oed, Teori dan metodologi Hubungan Intemasional, Yogyakarta: Pustaka Antar Universitas Studi Sosial UGM, 1998
Robertjackson dan Goerge Sorensen, Pengantar Studi hubungan Intemasional, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005
Holsti, K.J, International Politics, A Framework for Analysis, 4th Edition, London: Prentice, 1983
George Modelski, A Theori Of Foreign Policy, New York, Praeger.1962
Henry A. Kissinger, "Domestic Structure and Foreign Policy", in Wolfham F. Henreider, ed., Comparative Foreign Policy, Theoretical Essay, New York, David Mckay, 1971
Lyod Jensen. Explaning Foreign Policy. New Jersey, Prentice Hall. Inc., 1982
Anak Agung Banyu Perwita dan Yayan Mochamad Y ani, Pengantar Hubungan Intemasional, bandung: Remaja Rosdakarya, 2005
Jerome Kirk dan Marc L. Miller, 1986, "Participant observation; Ethnology; Social sciences;Objectivity;Methodology ". (Beverly Hills: Sage Publications)
Strategic Basic of Australian Defence Policy, dated January 1959, NAA A203 118
lrar Nusa Bhakti,"Bantuan Luar Ncgeri Australia dibidang Keamanan", dalam Adriana Elizabeth, Kebijakan Bantuan Luar Negeri Australia, Jakarta: P2P LIPI, 2004
Departemen Pertahanan, Mempertahankan Tanah Air Memasuki Abad 21; Buku Putih Pertahanan 2003, jakarta; Dephan, 2003
ix
Depaiiemen Pe1iahanan RI, Menata Sistem Pe1iahanan; Kaji Ulang Pertahanan, Jakarta:Dephan,2005
Cticchley, Susan, Hubungan Australia dengan Indonesia: Faktor Geog;~fi, politik, dan Strategi Kekuasaan, (Jakarta: Penerbit UI, 1995
Mari Pangestu,"Indonesia-Australia Economic Relations Into The 21st Century", Jakarta; CSIS, 1995
Ikrar Nusa Bhakti, Politik Luar Negeri Australia Terhadap Asia dalam Zainuddin Djafar, Jakarta: Pustaka Jaya, 1996
Roselyne Hutabarat, Transaksi Ekspor Impor, Edisi kedua, Jakarta: Erlangga, 1991
Tulus Tambunan, Perekonomian Indonesia dan Peran Kadin Tahun 1994-2004" Yayasan Katlin Indonesia, 2004
Saleh Rahmat, Tinjauan Perdagangan Indonesia, Jakarta : Trade and Manajemen Development Institude, 1985
Direktoral Jenderal Kerjasama Industri dan Perdagangan Intemasional Departemen Perindustrian dan Perdagangan
Saleh Rahmat, Tinjauan Perdagangan Indonesia, Jakarta : Trade and Manajemen Development Institude, 1985
Laporan Atase Departemen Perindustrian dan Perdagangan Kedutaan Besar Republik Indonesia, Canberra, Australia bulan Mei 2002
Budi F. Hardiman, Terorisme: Dt:;finisi, Aksi dan Regulasi, Jakarta, Imparsial (The Indonesian Human Right Monitor), 2003
Zulkifli Hamid, Sistem Politik Australia, PT Remaja Rosdakarya : 1999
Website
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s lhi/2036 l 3016/bab3.pdf diunduh pada tanggal 2 september 2013
http://publikasi.umy.ac.id/index.php/hi/article diakses pada tanggal 12 september 2013
ojs.unud.ac.id/index.php/jip/aiiicle/view/3677 /2705 diakses pada tanggal 10 juni 2014
x
http://www.baliprov.go.id/files/subdomain/disparda/file/Survai%20Wisman%202 012-BAB%201%200K.doc diakses pada tanggal 12 juni 2014
http://www.kernendag.go.id/files/pdf/2007/07/27/pernerintah-indo.l.1esia-australiasepakat-melaksanakan-studi-kelayakan-untuk-perjan-id 1-1353754129.pdf diakses pada tanggal 14 juni 2014
http://www.indonesia.embassy.gov.au/jaktindonesian/cooperation.htm diunduh pad a 10 september 2013
http://pse.li tbang.deptan. go. id/ind/pdffiles/F AE22-2e. pdf
Strauss and Corbin, Basics of Qualitative Research: Grounded Theory Procedures and Technique, Newbury Park, Sage Publication, 1990.
http://www.smh.eom.au/news/opinion/cultural-exchange-a-way-to-build-mutualtrust/2007 /09/10/1189276633530.html diakses tanggal 16 mei 2014
http://www.directory.gov.au/directory?eaO _lfz99 _l 20.&&ffD66022-c0f2-44ef-8c90-237d7520e59a diakses tanggal 15 mei 2014
nttp:/ !www .kbri-canberra.org.au/speeches/2002/0427 cbrv.htm diakses pada tanggal 15 mei 2014
http://www.pdfe8cd.org/ebooks_hakir1dikasi-geografis-geografis-letakindonesia/#.U6r A mSxH
http:/lfile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/195502101980021 -DADANG_SUNGKAWA/Bahan_Ajar_GRI/GRI_Gabungan_Cetak.pdf
http://www.dfat.gov .au/aii/publications/ _lib/pdf/Geografi _ Australia.pdf diakses padatanggal l61nei2014
http://berkas.dpr.go.id/pengkajian/files/buku_lintas_tim/buku-lintas-tim-3.pdf
http:/ I gurumuda. com/bse/letak-geo grafis-dan-astronomis-indonesia#more-84 57, di akses pada tanggal 15 Nopember 2010
http://www.infoplease.com/country/australia.html diakses pada tanggal 15 mei 2014
http://aussiebuddy.wordpress.com/2008/03/08/ekonomi-australia/, di akses pada tanggal 21 mei 2014
http:! /I esperssi.org/ en/publications/papers/7-economy/9-perekonomian-indonesiapasca-tragedi-bali-dan-dampakn ya-terhadap-pemulihan-ekonomi
xi
http://repository.library.uksw.edu/bitstream/handle/ 123456789/44 7 /ART_ Lusianu s%20Heronirnus%20Sinyo%20KelenYulita%20Milia%20Pakereng_Anali sis%20Pergerakan%20Nilai%20Mata%20Uang%20Rupiah_Full%20text.p df?sequence=2 .·.
http://www.freelists.org/post/ppi/ppiindia-Fwd-Siaran-Pers-Koalisi-Anti-UtangMega-Gugat-IMF diakses pada tanggal 14 juni 2014
www.bappenas.go.id/index.php/download .. ./1739/ diakses pada tanggal 14 }uni 2014
http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2 0091071201 ekonomi-indonesia-pascateror-bom-8926 .html
http:/ /id.shvoong.com/ society-and-news/politic/2065 913-dampak-bom-baliterhadap-perekonomian/#ixzz3 5p2D hHLn
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/128891-T%2026667-Kebijakan%20luarAnalisis.pdf
http://www.a~ademia.edu/2529209/Politik _ Luar _ Negeri_ RI_ Moch.Hatta_ Inonesi a _Foreign _Policy
Michel Mamentu,, Revitalisasi GNB dan Peran Indonesia di Dalamnya (Analisis Ekonomi) dan Politik global), www.nam.gov.za, di akses pada tanggal 19 mei 2014 ·
http://www.kemendag.go.id/files/pdf/2012/12/06/lakip-201 O-id0-1354798811.pdf
http://kemlu.go.id/Pages/SpeechTranscriptionDisplay.aspx?Namel =Transkripsi& Name2= Menteri&IDP=207&l=id diakses pada tanggal 09 juni 2014
http://www.kemlu.go.id/Documents/Kerjasama%20ASEAN%20dan%20Mitra%2 OWicara/ Kerjasama%20ASEAN%20dan%20Mitra%20Wicara.PDF diakses pada tanggal 09 juni 2014
http://www.balipost.eo.id/balipostcetak/2007/12/7 /el .htm diakses pada tanggal 09 juni2014
http ://kemlu. go. id/_ layouts/mobile/P orta1Detail-N ewsLike.aspx ?l =id&I temID=05 fa4ldb-Oc6c-4a93-8948-29d700e2b27 c diakses pada tanggal 11 juni 2014
http://en.tempo.co/read/news/2013/l l/19/078530768/Panas-Dingin-Australia-danIndonesia diakses pada tangal 11juni2014
xii
http://treaty.kemlu.go.id/uploads-pub/1284_ AUS-2012-0194.pdf diakses pada tanggal 12 juni 2014
http://www.kemlu.go.id/Books/Buku%20Diplomasi%20Indonesia%20201 O.pdf diakses pada tanggal 12 juni 2014
www.economy.okezone.com/read/2007 /12/06/19/66398/19/indonesia-australiasepakat-serius-j ajaki-fta
Jurnal
Jumal Administrasi Bisnis (2008), Vol.4, No. I: hal. 46-54, (ISSN:0216-1249) c 2008 Center for Business Studies. FISIP - Unpar
http://jumal.unikom.ac.id/ _s/data/jumal/volume-10-2/02-miu-102-dewitw.pdf/pdf/02-miu-102-dewi-tw.pdf
Harian Cetak
Kompas, Serangan Bom di Bali Ujian Bani Bagi Hubungan RI-Australia, 17 Oktober 2002
Republika, Muslim Australia Jni memang Menentang Tuhan, 15 Oktober 2002
xiii
Recommended