View
579
Download
11
Category
Preview:
Citation preview
HUBUNGAN GAYA HIDUP TERHADAP PENINGKATAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar belakang
Lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih
menurut UU No 13 tahun 1998. Pada tahap ini biasanya individu tersebut sudah
mengalami kemunduran fugsi fisiologis organ tubuhnya. Usia yang di kategorikan lansia
menurut WHO adalah usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lanjut usia (elderly)
60-74 tahun, lanjut usia tua (old) 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old) di atas 90
tahun (mubarak, 2010).
Usia lanjut sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan
normal yang akan dialami oleh setiap individu yang sudah mencapai usia lanjut tersebut
dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihalangi (Stanley, 2006). Pada lanjut usia
terjadi kemunduran sel-sel karena proses penuaan yang dapat berakibat pada
kelemahan organ, kemunduran fisik, timbulnya berbagai macam penyakit terutama
penyakit degeneratif. Hal ini akan menimbulkan masalah kesehatan, sosial, ekonomi
dan psikologis (Depkes, 2008).
Salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada masa usia lanjut adalah
hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hipertensi merupakan terjadinya peningkatan
secara abnormal dan terus menerus tekanan darah yang disebabkan satu atau
beberapa faktor yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan
tekanan darah secara normal (Levine & Fodor, 2003). Hipertensi pada usia lanjut
sebagian besar merupakan hipertensi sistolik terisolasi (HST) (Kuswardhani, 2006).
Hipertensi sistolik terisolasi adalah hipertensi yang terjadi ketika tekanan sistolik lebih
dari 140 mmHg namun tekanan diastolik dalam batas normal (Wahid, 2008).
Data WHO tahun 2000 penduduk usia lanjut diseluruh dunia diperkirakan
sebanyak 426 juta atau sekitar 6,8%. Proyeksi penduduk oleh biro pusat statistik
mengambarkan bahwa 2005-2010 jumlah penduduk usia lanjut sekitar 19 juta jiwa atau
8,5% dari seluruh jumlah penduduk. WHO memperkirakan bahwa tahun 2025,
Indonesia akan mengalami peningkatan jumlah warga lansia sebesar 14,4%, yang
merupakan sebuah peningkatan yang tertinggidi dunia ( notoatmdjo, 2007).
Umur Harapan Hidup (UHH, proporsi penduduk Indonesia umur 55 tahun ke atas
pada tahun 1980 sebesar 7,7% dari seluruh populasi, pada tahun 2000 meningkat
menjadi 9,37% dan diperkirakan tahun 2010 proporsi tersebut akan meningkat menjadi
12%, serta UHH meningkat menjadi 65-70 tahun. Dalam hal ini secara demografi
struktur umur penduduk Indonesia bergerak ke arah struktur penduduk yang semakin
menua (ageing population). Peningkatan UHH akan menambah jumlah lanjut usia yang
akan berdampak pada pergeseran pola penyakit di masyarakat dari penyakit infeksi ke
penyakit degenerasi. Prevalensi penyakit menular mengalami penurunan, sedangkan
penyakit tidak menular cenderung mengalami peningkatan. Penyakit tidak menular
dapat digolongkan menjadi satu kelompok utama dengan faktor risiko yang sama
seperti kardiovaskuler, stroke, diabetes mellitus, penyakit paru obstruktif kronik, dan
kanker. (https://s2.mywibes.com/KTI_Aulia_Dwi_Natalia.docx )
Sekitar 60% lansia akan mengalami hipertensi. Hal ini merupakan pengaruh
degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usianya. Dari hasil studi tentang
kondisi sosial ekonomi dan kesehatan lanjut usia yang dilaksanakan Komnas Lansia di
10 propinsi tahun 2006, diketahui bahwa hipertensi menduduki peringkat kedua
penyakit terbanyak yang diderita lansia setelah penyakit sendi (Depkes, 2008).
Hasil survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) angka kesakitan sebesar 9,2%
pada usia lebih dari 60 tahun dengan Faktor risiko hipertensi antara lain di karenakan
terlalu sering mengkonsumsi garam, ,kurang olah raga,dan kurang beraktifitas
(SKRT,2005).
Berdasarkan data yang didapat dari dinas kesehatan kota jambi jumlah lansia
penderita hipertensi tahun 2009 sebanyak 13.668 jiwa, tahun 2010 di dapatkan 15.476
jiwa penderita namun pada tahun 2011 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya
sebanyak 16.912 jiwa (Data Dinkes Kota, 2012 ).
Berdasarkan data yang didapat dipuskesmas rawasari pada bulan Maret 2012,
hipertensi menempati urutan kedua dari 10 penyakit terbesar, Sejak tahun 2009
penderita hipertensi pada lansia yang berobat berjumlah 1,607 penderita. Tahun 2010
di dapatkan 1,648 Dan Pada tahun 2011 mengalami peningkatan, penderita hipertensi
pada lansia yang berobat berjumlah 2,118 penderita, tetapi pada awal 2012 penderita
hipertensi yang berkunjung mengalami peningkatan. (Laporan bulanan pkm Rawa Sari
kota jambi Tahun 2011).
Hipertensi seringkali disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer), pembunuh
diam-diam, tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan
bagi penderitanya. Kalaupun muncul, gejala tersebut seringkali dianggap gangguan
biasa, sehingga korbannya terlambat menyadari akan datangnya penyakit dan
menyepelekannya. (shanty, 2011).
Alasan mengapa seseorang seseorang dapat mengalami peningkatan tekanan
darah yang bahkan jauh dari normal. Hal tersebut sering diebut dengan faktor resiko,
seperti faktor jenis kelamin, usia, dan genetik adalah yang tidak dapat diganti atau
dikontrol . Sedangkan faktor yang dapat diganti atau dikontrol adalah gaya hidup sehat
yang meliputi pola makan sehat, kebiasaan-kebiasaan merokok, minum alkohol, tidak
mau olahraga, kelebihan berat badan dan stress. Ini berarti penderita hipertensi mau
tidak mau harus meninggalkan gaya hidupnya yang lama dan menyesuaikan diri
dengan gaya hidup yang baru menjaga agar tekanan darahnya tetap normal ( hanata,
2011 ).
Untuk mengendalikan dan mencegah hipertensi, selain pola makan sehat juga
harus melakuan gaya hidup sehat, ini sangat penting karna gaya hidup sehat akan
membuat kita sehat keseluruhan dengan, melakukan olahraga teratur, berhenti
merokok juga berperan untuk mengurangi hipertensi, dan mengendalikan pola
kesehatan secara keseluruhan, termasuk mengendalikan kadar kolestrol, diabetes,
berat badan dan pemicu penyakit lainnya (susilo, 2011).
Gaya hidup masa kini menyebabkan stres berkepanjangan. Kondisi ini memicu
berbagai penyakit seperti penyakit kepala, sulit tidur, maag, jantung dan hipertensi.
Saat seseorang merasa tertekan, tubuhnya tubuhnya melepaskan adrenalin dan
kortison, sehingga menyebabkan tekanan darahnya meningkat. Tubuh menjadi lebih
siaga menghadapi bahaya. Bila kondisi ini berlarut-larut, tekanan darahnya akan tetap
tinggi. Gaya hidup modern cendrung membuat berkurangnya aktivitas fisik (olahraga),
konsumsi alkohol tinggi, minum kopi dan merokok. Semua prilku tersebut merupakan
pemicu tekanan darah tinggi ( Sutomo, 2009).
Perubahan gaya hidup yang bisa dilakukan adalah mengatur pola makan,
olahraga secara teratur, dan menghindari konsumsi alkohol atau rokok. Adapun
beberapa jenis diet, yakni diet rendah garam, diet rendah kolestrol dan lemak terbatas,
diet tinggi serat, dan diet kalori. Diet yang diterapakan bisa disesuikan dengan kondisi
hipertensi. Dengan mengatur makanan yang tepat, tekanan darah bisa turun dengan
lebih cepat (sutomo, 2009).
Tekanan darah juga di pengaruhi oleh aktifitas fisik, gaya hidup yang tidak
aktif(kurang gerak) bisa memicu terjadinya hipertensi bagi orang-orang memiliki
kepekaan yang di turunkan. kurang aktivitas berpengaruh terhadap kerja detak jantung
lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi,
semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula kekuatan yang
mendesak arteri (Rohaendi, 2008)
Berdasarkan hasil survey awal yang peneliti lakukan di Puskesmas Rawa Sari
Jambi terhadap 10 orang Lansia Penderita Hipertensi, diperoleh data 7 dari 10 klien
yang dijadikan sampel tidak bahwa terdapat faktor yang dapat menyebabkan kejadian
hipertensi pada lansia di antaranya faktor gaya hidup yang tidak teratur, tidak patuh
mengatur pola makan, responden mengatakan tidak bisa membatasi makanan yang
terlalu banyak mengandung garam disebabkan karena klien merasa makanan hambar
jika tidak diberi garam, dan responden masih mengkonsumsi daging dalam jumlah
besar. Pada aktifitas juga 8 dari 10 klien tersebut tidak tahu bahwa aktivitas tertentu
(olahraga) mampu menurunkan tekanan darah, jadi klien hanya dirumah, takut
melakukan hal-hal agak berat.\
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya “Apakah Ada
Hubungan Gaya Hidup Terhadap Peningkatan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita
Hipertensi Di Poliklinik Umum Puskesmas Rawasari Kota Jambi Tahun 2012”
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan gaya hidup terhadap Peningkatan Tekanan Darah
pada Lansia Penderita Hipertensi Di Poliklonik Umum Puskesmas Rawa Sari Jambi
Tahun 2012.
2. Tujuan khusus
a. Diketahuinya gambaran gaya hidup terhadap peningkatan darah pada lansia penderita
hipertensi yang berobat di Poliklinik Umum Puskesmas Rawa Sari Jambi Tahun 2012.
b. Diketahuinya hubungan gaya hidup terhadap peningkatan tekanan darah penderita
hipertensi yang berobat di Poliklinik Umum Puskesmas Rawa Sari Jambi Tahun 2012.
D. Manfaat penelitian
1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Jambi
Sebagai bahan informasi dan masukan bagi pengambil kebijakan dalam rangka
meningkatkan upaya-upaya pencegahan terhadap penderita hipertensi berdasarkan
pertimbagan, perencanaan, pelaksanaan, pengembangan dan evaluasi.
2. Bagi Puskesmas Rawa Sari
Di harapkan menambah informasi dan masukan bagi petugas kesehatan khususnya di
puskesmas Rawa Sari kota jambi agar dapat meningkatkan upaya pemulihan bagi
penderita hipertensi.
3. Bagi institusi pendidikan
Untuk menambah referensi perpustakaan dan wawasan mahasiswa telanai bhakti
kesehatan jambi jurusan keperawatan tentang hubungan gaya hidup terhadap
peningkatan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi.
E. Ruang lingkup
Penelitian ini merupakan penelitian Analitik Kuantitatif dengan desain Cross
Sectional untuk mengetahui hubungan gaya hidup terhadap peningkatan tekanan darah
pada lansi penderita hipertensi di poli klinik umum Puskesmas Rawa Sari Kota Jambi
Tahun 2012. Pengolahan data dengan menggunakan program komputerisasi.
Pengambilan sampel ini dilakukan dengan tehnik Accidental sampling (dilakukan
dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu
tempat sesuai dengan konteks penelitian). Penelitian ini akan dilakukan pada tahun
2012 yang bertempat di Poli Klinik Puskesmas Rawa Sari Kota Jambi.
BAB IITINJAUN PUSTAKA
A. konsep Lansia
1. Pengertian
Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang karena usianya mengalami
perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial (UU No23 Tahun 1992 tentang
kesehata).Pengertian dan pengelolaan lansia menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 13 Tahun1998 tentang lansia sebagai berikut :
a. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas.
b. Lansia usia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan
kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.
c. Lansia tak potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga
hidupnya tergantung pada bantuan orang lain.
2. Batasan Lansia
Menurut Maryam tahun 2009, batasan lanjut usia meliputi:
a. Pra Usia Lanjut (presenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b. Usia lanjut
Seorang yang berusia 60 tahun atau lebih. Usia lanjut adalah tahap perkembangan
masa tua dalam perkembangan individu (usia 60 tahun keatas). Sedangkan lanjut usia
adalah sudah berumur atau tua.
c. Usia Lanjut Resiko Tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang yang berusia 60 tahun
atau lebih dengan masalah kesehatan.
d. Usia Lanjut Potensial
Usia lanjur yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang/jasa.
e. Usia Lanjut Tidak Potensial
Usia lanjut yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada
bantuan orang lain ( maryam, 2010 ).
3. Proses Menua
Aging process atau proses menua merupakan suatu proses biologis yang tidak
dapat dihindarkan, yang akan dialami oleh setiap orang. Menua adalah suatu proses
menghilangnya sacara perlahan-lahan kemampuan jarinagan untuk memperbaiki diri
atau mengganti dan mempertahankan struktur dan fungsi secra normal, kethanan
terhadap injury termasuk adanya infeksi (constantinedes, 1994). Proses penuaan sudah
mulai berlangsung sejak seorang mencapai dewasa,misalnya dengan terjadinya
kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh 'mati'
sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada batasan yang tegas, pada usia berapa
kondisi kesehatan seseorang memulai menurun. Setiap orang memiliki fungsi fisiologis
alat tubuh yang sangat berbeda, baik dalam hal pencapaian puncak fungsi tersebut
maupun saat menurunnya. Umumnya fungsi pisiologis tubuh hal. Pencapai puncakna
pada usia 20-30 tahun. Setelah mencapai puncak, fungsi alat tubuh akan berada dalam
kondisi tetap utuh beberapa saat, kemudian menurun sedikit demi sedikit sesuai
bertambahnya usia (mubarak, 2009 ).
4. Teori penuaan
a. Teori Biologis
pada tahun 1993, Mary Ann Christ et al. (lihat Hardywinoto dan Toni Setiabudi,
1999) menyatakan bahwa penuaan merupaaln proses berangsur-angsur yang
mengakibatkan perubahan yang kumulatif dan mengakibatkan perubahan yang berakhir
dengan kematian. Penuaan juga menyangkut perubahan struktur sel, akibat interaksi
sel dengan Iingkungannya, yang pada akhirnya menimbulkan perubahan generatif.
Teori biologis tentang penuaan dapat dibagi menjadi teori intrinsik dan ekstrinsik.
Intrinsik berarti perubahan ynng timbul akibat penyebab di dalam sel sendiri, sedang
teori ekstrinsik menjelasktrn bahwa perubahan yang terjadi diakibatkan pengaruh
lingkungan, Penuaan menurut teori biologis di antaranya adalah sebagai berikut.
(mubarak, 2009)
1) Teori Genetik Clock
Meurut teori ini menua telah terpogram secara genetik untuk spesies-spesies
tertentu. Tiap spesies di dalam inti selnya mempunyai suatu jam genetik yang telah
diputar menurut suatu replikasi tertentu. lingkungan atau penyakit. Secara teoretis
dapat dimungkinkan memutar jam ini lagi meski hanya beberapa waktu dengan
pengaruh-pengaruh dari luar, berupa Peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit
dengan obat-obatan, atau dengan tindakan tertentu.
2) Teori Mutiisi Somatik (Error Catastrophe Theory)
Menurut teori ini penuaan disebabkan oleh kesalahan yang beruntun dalam jangka
waktu lama melalui trankripsi dan translasi. Kesalahan tersebut menyebabkan
terbentuknya enzim yang salah dan berakibat pada metabolisme yang salah, sehingga
mengurangi fungsional sel. Meskipun dalam batas-batas tertentu, kesalahan dalam
pembentukan RNA dapat diperbaiki, namun kemampuan memperbaiki diri terbatas
pada transkripsi, yang tentu akan menyebabkan kesalahan sintesis protein atau enzim,
sehingga menimbulkan metabolit berbahaya. Sernakin banyak kesiilahan pada
translasi, maka kesalahan yang terjadi juga akan semakin banyak.
3) Teori Autoimun ( Auto Immune theory)
Menurut teori ini proses metaboiisme tubuh suatu saat akan memproduksi zat
khusus. Ada jaringan tubuh terterrtu yang tidak tahan terhadap suatu zat, sehingga
jaringan tubuh rnerjadi lemah dan sakit (Godteris & Brocklehurst, 1989).
4) Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas. Tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) yang masuk ke dalam tubuh akan mengakibatkan oksidasi oksigen
bahan-bahan organik, seperti karbohidrat dan protein.
5) Pemakaian dan Rusak
Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh rusak.
6) Teori virus yang Perlahan-lahan Menyerang sistem kekebalan Tubuh (immunology slow
Virus Theory)
Menurut teori ini penuaan terjadi sebagai akibat dari sistem imun yang kurang efektif
seiring dengan bertambahnya usia
7) Teori Stres
Menurut teori ini penuaan terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertirhankan kestabilan lingkungan internal,
kelebihan usaha, dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
8) Teori Rantai Silang
Menurut teori ini penuaan terjadi sebagai akibat adanya rearksi kimia sel-sel
yang tua atau yang telah usang menghasilkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan
kolagen. Ikatan ini menyebabkan jarigan menjadi kurangnya elastis, kaku, dan
hilangnya fungsi.
9) Teori Program
Menurut teori ini penuaan terjadi karena kemampuan organisme untuk
menetapkan jumlah sel yang membelah setelah sel-sel tersebut mati ( mubarak, 2009 ).
b. Teori Kejiwaan Sosial
Berikut ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang mendukung teori kejiwaan
sosial.
1) Aktivitas atau kegiatan (Activity Theory)
a) Teori aktivitas, menurut Hiivighusrst dan Albrecht (1953) barpendapat bahwa sangat
penting bagi lansia untuk tetap beraktivitas dan mencapai kepuasan hidup.
b) ketentuan akan meningkatnya penurunan jumlah kegiatan secara langsung. Teori ini
menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut dalam
banyak kegiatan sosial.
c) Ukuran optimal (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lansia.
d) Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia
pertengahan ke usia lanjut.
2) Teori kepribadian Berlanjut ( continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada usia lanjut. Teori ini
merupakan gabungan dari teori di atas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan
yang terjadi pada seseorang yang berusia lanjut sangat dipengaruhi oleh tipe
kepribadian yang dimliki.
3) Teori Pembebasan (Disengagem ent Theory)
Ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang berangsur-angsur
mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. keadaan ini mengakibatkan interaksi
sosial lansia menurun, baik secara kuantitas maupun kualitas, sehingga seringg terjadi
kehilangan ganda (tripple loss). Definisi kehilangan ganda adalah sebagai berikut.
a) kehilalangan peran (loss of role).
b) Hambatan kontak sosial (restraction of contacts and relationships).
c) Berkurang dan komitmen (social mores and values)
c. Teori Psikologi
Teori psikologi dipengaruhi juga oleh biologi dan sosiologi salah satu teori yang
ada. Teori tugas perkembangan yang diungkapkan oleh Hanghurst (1972) adalah
bahwa setiap individu harus meperhatikan tugas perkembangan yang spesifik pada tiap
tahap kehidupan yang akan meniberikan Perasaan bahagia dan sukses. Tugas
perkembangan pada dewasa tua meliputi: penerimaan adanya penurunan kekuatan
fisik dan kesehatan, penerimaan masa pension dan penurunan pendapatan, respons
penerimaan adanya kematian pasangan atau orang-orang yang berarti bagi dirinya,
mempertahankan hubungan dengan kelompok yang sesuai, adopsi dan adaptasi
dengan peran sosial secara fleksibel, serta mempertahankan kehidupan secara
memuaskan. (chayatin, 2009 )
d. Teori Kesalahan Genetik
Menutut dr. Afgel bahwa proses menjadi tua ditentukan oleh kesalahan sel
genetik DNA di mana sel genetik memperbanyak diri (ada yang memperbanyak diri
sebelum pembelahan sel), sehingga mengakibiitkan kesalahan-kesalahan yang
berakibat pula pada terhambatnya pembentukan sel berikutnya, sehingga
mengakibatkan kematian sel. Pada saat sel mengalami kematian orang akan tampak
menjadi tua. (chayatin, 2009 )
e. Teori Rusaknya Sistem lmun Tubuh
Mutasi yang terjadi secara berulang mengakibatkan kemampuan sistem imun
untuk mengenali dirinya berkurang (self recognitlon), sehingga mengakibatkan kelainan
pada sel karena dianggap sel asing yang membuat hancurnya kekebalan tubuh. Inilah
yang disebut dengan peristiwa autoimun ( mubarak, 2009 : 149 )
f. Teori Penuaan Akibat Metabolisme
Teori penuaan akibat metabolisme menjelaskan bagaimana proses menua
terjadi.
1) Datang dengan sendirinya, merupakan "karunia' yang tidak bisa dihindari/ditolak.
2) Usaha dalam memperlambat menjadi awet tua.
3) WHO (1982) usia lanjut yang berguna, bahagia, dan sejahtera. (Mubarak, 2009 ).
5. Perubahan yang terjadi pada lansia
a) Perubahan Kondisi Fisik
Perubahan kondisi fisik pada lansia meliputi: perubahan dari tingkat sel sampai
ke semua sistem organ tubuh, di antaranya sistem pernapasan, pendengaran,
penglihatan, kardiovaskular, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal,
urogenital, endokrin, dan integumen ( mubarak, 2009 )
b) Perubahan Kondisi Mental
Pada umumnya lansia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor.
perubahan- perubahan mental erat sekali kaitannya dengan perubahan fisik, keadaan
kesehatan tingkat pendidikan atau pengetahuan, dan situasi lingkungan. Adanya
kekacauan mental akut, merasa terancam akan timbulnya suatu penyakit atau takut
ditelantarkan karena tidak berguna lagi. Munculnya Perasaan kurang mampu untuk
mandiri serta cenderung bersifat introvert ( mubarak, 2009 )
c) Perubahan Psikososial
Masalah perubahan psikososial serta reaksi individu terhadap perubahan ini
sangat beragam, bergantung pada kepribadian individu yang bersangkutan. Orang
yang telah menjalani kehidupannya dengan bekerja, mendadak dihadapkan untuk
menyesuaikan dirinya dengan masa pensiun.
Perubahan yang menjadikan dalam kehidupan akan membuat mereka merasa
kurang melakukan kegiatan yang berguna, perubahan yang mereka alami di antaranya
adalah sebagai berikut ( mubarak, 2009 )
1) Minat
Lazimnya minat dalam aktivitas fisik cenderung menurun dengan bertambahnya usia.
Perubahan minat pada lansia jelas berhubungan dengan menurunnya kemampuan
fisik, tidak dapat diragukan bahwa hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial.
2) Isolasi dan kesepian
Banyak faktor bergabung, sehingga membuat orang berusia lanjut terisolasi dari yang
lain. Secara fisik, mereka kurang mampu mengikuti aktivitas yang melibatkan usaha.
Makin menurunnya kualitas organ indra yang mengakibatkan ketulian, penglihatan yang
makin kabur.. Selanjutnya membuat lansia merasa terputus dari hubungan dengan
orang-orang lain. Faktor lain yang membuat isolasi semakin menjadi lebih parah adalah
perubahan sosial, terutama meregangnya ikatan kekeluargaan.
3) Peranan iman
Keyakinan iman yang menunjukkan bahwa kematian bukanlah akhir, tetapi merupakan
permulaan yang baru memungkinkan individu menyongsong akhir kehidupan dengan
tenang dan tentram.
4) Perubahan Kognitif.
Perubahan pada fungsi kognitif di antaranya adalah kemunduran pada tugas-tugas
yang membutuhkan kecepatan dan tugas yang memerlukan memori jangka pendek,
kemampuan intelektual tidak mengalami kemunduran, dan kemampuan verbal dalarn
bidang vocabulary (kosa kata) akan menetap bila tidak ada penyakit yang meryertai.
5) Perubahan spiritual.
Perubahan yang terjadi pada aspek spiritual lansia adalah sebagai berikut.
a) Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow, 1970).
b) Usia lanjut makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam cara
berpikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner, 1970).
c) Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Fowler adalah universalizing,
perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berpikir dan bertindak dengan cara
memberikan contoh cara mencintai dan bersikap adil ( mubarak, 2009 )
6. Penyakit Yang Sering Dijumpai Pada Lansia
Menurut stilitz dalam nugroho (2000) ada empat penyakit yang sangat erat
hubungan dengan proses menua yaitu:
a. Gangguan sirkulasi darah, seperti hipertensi, kelainan pembuluh darah ditolik (koroner)
dan ginjal.
b. Gangguan metabolisme hormonal seperti dibetes militus, kalmaktetium dan ketidak
seimbangan steroid.
c. Gangguan padfa persendian seperti rematik (osteoatritis, gout atritis, rematik atritis,
maupun penyakit kolagen lainnya).
d. Berbagai macam neoplasma.
B. Konsep Dasar Hipetensi
1. Pengertian
Menurut WHO lansia di bagi menjadi 3 kriteria, umur lansia dini 60-74 tahun
(elderly), umur tua 75-90 tahun (old), dan sangat tua >90 tahun (very old). Di Negara
maju pengendali hipertensi juga belum memuaskan pada tahun 2008 menemukan
prevalensi penyakit tidak menular pada usia lanjut antara lain Hipertensi sebanyak
(46,3%) (mubarak : 2009).
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu 5
menit dengan keadaan cukup istirahat atau tenang ( Depkes RI, 2007)
Tekanan darah dikatakan normal pada angka 120/80 mmHg. Tekanan darah
antara 139/89 mmHg disebut prehipertensi. Lebih dari 140/90 mmHg sudah tergolong
hipertensi ( sutomo, 2009)
WHO menggolongkan hipertensi berdasarkan usia, penggolonganya adalah:
a. kelompok usia 20-29 tahun, tekanan darah diatas 150/90 mmHg
b. kelompok usia 30-64 tahun, tekanan darah 160/95 mmHg, dan
c. kelompok usia diatas 65 tahun, tekanan darah diatas 170/95 mmHg.
2. Klasifikasi Hipertensi
Menurut Shanty (2011), berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat dibedakan
mejadi dua golongan antara lain:
a. Hipertensi primer atau hipertensi esensial
Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya namun ada
beberapa faktor yang diduga menyebabkan terjadinya hipertensi tersebut antara lain:
1) Faktor keturunan, seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya menderita hipertensi,
2) Ciri perseorangan, ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah
umur, jenis kelamin dan ras,
3) Kebiasan hidup, yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi
garam yang tinggi, kegemukan, makan berlebih, stres, merokok, minum alkohol, minum
obat-obatan tertentu (misalnya ephedrine, prednisone, epinefrine).
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh beberapa penyakit antara
lain:
1) Penyakit parenkim ginjal,
2) Penyakit rnovaskuler,
3) Hiperaldeseronisme primer,
4) Sindrom Crusig,
5) Obat kontrasepsi dan
6) Koarktasio aorta
Hipertensi diklasifikasikan dalam beberapa kategori. World Health Organization
(1991-1999) mengklasifikasikan hipertensi menjadi 3 kelompok, yakni hipertensi ringan,
hipertensi sedang, dan hipertensi berat. Karena ketiga kelompok tersebut memiliki risiko
komplikasi sama besar, maka kategori WHO tidak lagi digunakan. panduan tentang
hipertensi didasarkan pada criteria Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment 7 (JNC 7)
Table 1. Klasifikasi JNC 7 (2004)
Kategori Tekanan Darah (mmHg)OptimalNormalBorderlineHipertensiStadium 1Stadium 2Stadium 3
<120/80120-129/80-84130-139/85-89≥140/90140-159/90-99160-179/100-109≥180/110
Sumber : Joint National Committee on Prevention detection, Evaluation, and Treatment on High Blood Pressure 7.
3. Etiologi
Penyebab hipertensi dapat dibagi menjadi dua yaitu :
a. Yang tidak jelas penyebabnya, atau disebut hipertensi primer (hipertensi Esensial).
Menurut Prof. Dr. Kebo (2008), 95% penderita hipertensi tergolong yang primer.
Penyebab hipertensi primer (esensial) sampai saat ini masih spekulatif, termasuk
didalamnya adalah :
1) Aktifitas saraf simpatis yang berlebihan.
2) Obesitas (kegemukan)
3) Makanan tinggi garam (termasuk mono-sodium glutamate)
4) Makanan yang diawetka,
5) Stres
6) Rokok, kopi, dan minuman yang beralkohol,
7) Makanan yang bersifat panas, seperti daging kambing dan durian,
8) Makanan yang banyak mengandung lemak jenuh, kolestros tinggi,
9) Kehidupan sedentary (kurang bergerak)
10) Faktor genetik (riwayat keluarga) dan usia.
Faktor genetik dan usia tidak bisa diubah, sedangkan faktor lainya dapat diubah.
Penyakit ini dapat menyebabkan penyakit jantung koroner dan stroke.
b. Yang tidak diketehui penyebabnya, atau disebut hipertensi sekunder.
Penyebab hipertensi sekunder, antara lain penyakit ginjal, tumor kalenjar
suprarenalis, kelainan hormonal, atau kelainan pembuluh darah. Karena golongan
terbesar dari penderita hipertensi adalah hipertensi esensial, penyelidikan dan
pengobatan lebih banyak ditunjukkan kependerita hipertensi esensial.
4. Patofisiologi
Dimulai dengan atherosklerosis, gangguan struktur anatomi pembuluh darah periper
yang berlajut dengan kekakuan pembuluh darah. Kekakuan pembuluh darahdisertai
dengan penyempitan dan kemungkinan pembesaran plaque yang nebghambat
gangguan peredaran darah periper. Kekakuan dan kelambanan aliran darah yang
menyebabkan badan jantung bertambah berat yang akhirnya dikompensasi dengan
peningkatan upaya pemompaan jantung yang memberikan gambaran peningkatan
tekanan darah dalam sirkulasi ( bustam, 2007 )
5. Komplikasi
Hipertensi dapat berpotensi menjadi komplikasi berbagai penyakit. Menurut buku
penyakit kardiovaskuler karya edeward, komplikasi hipertensi diantaranya adalah
stroke, penyakit jantung, penyakit arteri koronaria, dan gagal ginjal.
a. Penyakit stroke
Srtoke adalah kerusakan jaringan otak yang disebabkan oleh berkurangnya atau
berhentinya suplai darah secara tiba-tiba. Katrena berkurang atau berhentinya suplai
darah ke otak inilah, jaringan otak yang mengalami hal ini akan mati dan tidak dapat
berfungsi lagi ( shanty, 2011 ).
b. Penyakit Jantung
Gagal terjantung terjadi sewaktu jantung tidak mampu memompa darah yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrientubuh, gagal jantung di sebabkab
akibat disfungsi diastolik atau sistolik ( corwin, 2009 )
c. Penyakit arteri koronaria
Hipertensi pada umumnya di akui sebagai faktor resiko utama penyakit arteri koronania,
bersama dengan diabetes militus. Plak terbentuk pada percabangan arteri yang kearah
arteri koronaria kiri, arteri konorania kanan, dan agak jarang pada arteri sirromfleks
( shanty, 2011 )
d. Penyakit ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan darah tinggi pada
kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusakanya glemurelus, protein akan keluar melalui
urine sehingga tekanan osmotik koloit plasma berkurang dan menyebabkan edema,
yang sering dijumpai pada hipertensi kronis ( corwin, 2009 ).
6. Manifestasi klinis
Gejala hipertensi sangat bervariasi, pada sebagian penderita hipertensi tidak
menimbulkan gejala (tanpa gejala), atau dengan keluhan ringan seperti pusing-pusing.
Sakit kepala. Sebagian penderita mungkin mengeluh tegang-tegang dibelakang leher,
sesak nafas, dan kelelahan melakukan aktivitas. Ada juga yang mual, muntah dan
gelisah. Sebagai penderita pandangan menjadi kabur ( wijoyo, 2011).
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.
b. Pemeriksaan retina
c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan
jantung
d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
e. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
f. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi
ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
g. Foto dada dan CT scan
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Bergantung pada derajat hipertensi dan adanya faktor resiko lain
terhadap kardiovaskular, ginjal dan penyakit neurologik (Mansjoer A. 1999 )..
a. Non Farmakologis
Modifikasi pola hidup ; penurunan berat badan untuk mencapai berat badan ideal,
latihan fisik / olahraga 20 menit sehari, mengatur status gizi / asupan natrium ≤3g/hari ,
tidak merokok atau minum alkohol, serta meningkatkan konsumsi buah dan sayur.
1) Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih
Peningkatan berat badan di usia dewasa sangat berpengaruh terhadap Tekanan
darahnya. Oleh karena itu, manajemen berat badan sangat penting dalam mengontrol
hipertensi.
2) Meningkatkan aktifitas fisik
Orang yang aktivitasnya rendah berisiko terkena hipertensi 30-50% dari pada yang
aktif. Oleh karena itu, aktivitas fisik antara 30-45 menit sebanyak >3x/hari penting
sebagai pencegahan primer dari hipertensi.
3) Mengatur Status Gizi
Status Gizi secara umum untuk menurunkan berat badan dapat dicapai dengan
menurunkan asupan total kalori. Dianjurkan untuk menurunkan berat badan 0,5 – 1 kg
per minggu. Sehingga kebutuhan kalori harus dikurangi 500 – 1000 KKal/hari.
Dianjurkan untuk meningkatkan penggunaan sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan
dan produk biji-bijian serta mengurangi bahan makanan hewani (daging merah), lemak
atau minyak jenuh (mentega atau santan), karbohidrat murni (gula, tepung-tepungan)
dan yang mengandung alkohol. Dalam menjalankan diet rendah kalori,agar berhati-hati
terjadinya kekurangan zat gizi mikro (vitamin dan mineral). Oleh karena itu, dianjurkan
banyak makan sayuran dan buah-buahan Perhitungan energi sangat penting pada diet
untuk mempertahankan atau menurunkan BB mencapai ideal. Diet tinggi lemak dapat
menyebabkan kenaikan BB dalam waktu cepat. Namun harus diperhitungkan pula
asupan dari seluruh total energi per hari terutama dari sumber makro nutrisi, yaitu:
karbohidrat, protein dan lemak. 1 gram lemak setara dengan 9 kkal, 1 gram karbohidrat
dan protein setara dengan 4 kkal sedangkan 1 gram alcohol setara dengan 7 kkal. Oleh
karena itu,komposisi makronutrien yang dianjurkan adalah mengurangi bahan makanan
terutama dari sumber-sumber lemak dan protein, terutama bagi usia dewasa
sampaiusia lanjut (> 40 tahun).
4) Dalam mengatur menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi untuk
menghindari dan membatasi makanan yang dapat meningkatkan kadar kolesterol darah
serta meningkatkan tekanan darah, sehingga penderita tidak mengalami stroke atau
infark jantung.Makanan yang harus dihindari atau dibatasi adalah:
a) Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa, gajih).
b) Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (Makanan yang diawetkan
seperti dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang kering, telur asin,
biscuit, craker, keripik dan makanan kering yang asin).
c) Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani
yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam).
d) Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta
bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium.
e) Makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.serta Kafein yang dapat
memacu jantung bekerja lebih cepat, sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada
setiap detiknya. Sementara konsumsi alkohol lebih dari 2-3 gelas/hari dapat
meningkatkan risiko hipertensi.
f) Zat gizi yang diperlukan pada penderita hipertensi adalah karbohidrat, protein dan
lemak yang disebut sebagai zat gizi makro serta vitamin dan mineral yang disebut
dengan zat gizi mikro. Selain itu, untuk memperlancar proses metabolisme dalam tubuh
diperlukan air dan serat.
g) Meningkatkan komsumsi buah, Sayur dan Serealia. berfungsi untuk membantu
menyerap lemak dan kandungan seratnya membantu dalam poses pencernaan
makanan.
b. Farmakologis
Prinsip pemberian obat pada pasien lanjut usia :
1. Sebaiknya dimulai dengan satu macam obat dengan dosis kecil.
2. Penurunan tekanan darah sebaiknya secara perlahan, untuk penyesuaian autoregulasi
guna mempertahankan perfusi ke organ vital.
3. Regimen obat harus sederhana dan dosis sebaiknya sekali sehari
4. Antisipasi efek samping obat.
Pemantauan tekanan darah sendiri di rumah untuk evaluasi efektifitas pengobatan
(Mansjoer A. 1999 ).
9. Faktor yang dapat menyebabkan Hipertensi
Menurut Dr. Yekti Susilo dan Ari Wulandari (2011) yang menyebakan terjadinya
hipertensi secara umum. Salah satu saja mengenai tubuh kita maka dengan mudah kita
akan menderita hipertensi, yaitu :
a. Tidak dapat dikontrol
1) Faktor genetic
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga tersebut
mempunyai risiko menderita hipertensi. Individu dengan orang tua hipertensi
mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada individu
yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Ada baiknya kita mulai
sekarang kita memeriksa riwayat kesehatan keluarga sehingga kita dapat melakukan
antisipasi dan pencegahan.
2) Umur
Kepekaan terhadap hipertensi akan meningkat seiring dengan betambahnya umur
seseorang. Individu yang berumur di atas 60 tahun, 50-60% mempunyai tekanan darah
lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal itu merupakan pengaruh degenerasi
yang terjadi pada orang yang bertambah usianya.
3) Jenis kelamin
Setiap jenis kelamin memiliki struktur organ dan hormon yang berbeda. Demikian juga
pada perempuan dan laki-laki. Berkaitan dengan hipertensi, laki-laki mempunyai risiko
lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal. Laki-laki juga mempunyai risiko yang
lebih besar terhadap morbiditas dan mortalitas kardiovaskiluer. Sedangkan pada
perempuan, biasanya lebih rentan terhadap hipertensi ketika mereka sudah berumur di
atas 50 tahun. Sangatlah penting bagi kita untuk menjaga kesehatan sejak dini.
Terutama mereka yang memiliki sejarah keluarga terkena penyakit.
b. Yang dapat dikontrol
1) Stress
Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung
sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatetik. Stres merupakan respon tubuh
yang sifatnya non- spesifik terhadap setiap tuntunan beban atasnya. Terdapat
beberapa jenis penyakit yang berhubungan dengan stres yang dialami seseorang,
diantaranya hipertensi atau peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg
dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Stres yang dialami seseorang akan
membangkitkan saraf simpatetis yang akan memicu kerja jantung dan menyebabkan
peningkatan tekanan darah. Oleh karena itu, bagi mereka yang sudah memiliki riwayat
sejarah kesehatan penderita hipertensi, disarankan untuk berlatih mengendalikan stres
dalam hidupnya.
2) Kegemukan (obesitas)
Kegemukan (obesitas) juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya
berbagai macam penyakit berat, salah satunya hipertensi. Penelitian epidemiologi
menyebutkan adanya hubungan antara berat badan dengan tekanan darah baik pada
pasien hipertensi maupun normotensi. Yang sangat mempengaruhi tekanan darah
adalah kegemukkan pada tubuh bagian atas dengan peningkatan jumlah lemak pada
bagian perut atau kegemukan terpusat (obesitas sentral).
3) Pola Makan
Pola makan yang salah, faktor makanan yang modern sebagai penyumbang utama
terjadinya hipertensi. Makanan yang diawetkan dengan garam dapur serta bumbu
penyedap dalam jumlah tinggi, dapat meningkatkan tekanan darah karena mengandung
natrium dalam jumlah yang berlebihan.
4) Merokok
Merokok merupakan faktor risiko yang potensial untuk ditiadakan dalm upaya melawan
arus peningkatan hipertensi khususnya dan penyakit kardiovaskuler secara umum di
Indonesia.
5) Narkoba
Mengkonsumsi narkoba jelas tidak sehat. Karena narkoba tidak ada sedikitpun
kebaikannya. Penyakit kecanduan narkoba kelihatannya sepele tetapi sangat
mematikan. Efek buruk yang ditimbulkannya sangatlah besar. Itulah sebabnya
mendeteksi keberadaan hipertensi sejak dini sangat diperlukan. Tentu saja juga harus
diimbangi dengan pola hidup sehat.
6) Alkohol
Penggunaan alkohol secara berlebihan juga akan memicu tekanan darah seseorang.
Menghentikan kebiasaan mengkonsumsi alkohol sangatlah baik, tidak hanya bagi
hipertensi kita tetapi juga untuk kesehatan kita secara keseluruhan.
7) Kurang Olahraga
Dengana adanya kesibukan yang luar biasa, manusia pun merasa tidak punya waktu
lagi untuk berolahraga. Akibatnya, kita menjadi kurang gerak dan kurang olahraga.
Kondisi inilah yang memicu kolesterol tinggi dan juga adanya tekanan darah yang terus
menguat sehingga memunculkan hipertensi.
8) Kolesterol Tinggi
Kandungan lemak yang berlebihan dalam darah dapat menyebabkan timbunan
kolesterol pada dinding pembuluh darah. Hal ini dapat membuat pembuluh darah
menyempit dan akibatnya tekanan darah akan meningkat.
C. Gaya Hidup
1. Pengertian Gaya Hidup
Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam
aktifitas, minat dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang
yang berinteraksi dengan lingkungannya (Sakinah, 2002).
Menurut Lisnawati (2001) gaya hidup sehat menggambarkan pola perilaku
sehari-hari yang mengarah pada upaya memelihara kondisi fisik, mental dan sosial
berada dalam keadaan positif. Gaya hidup sehat meliputi kebiasaan tidur, makan,
pengendalian berat badan, tidak merokok atau minum-minuman beralkohol,
berolahraga secara teratur dan terampil dalam mengelola stres yang dialami.
Gaya hidup yang dapat memicu terjadinya hipertensi antara lain (Muhammadun, 2010)
a. Makan dengan menu tidak seimbang (appropriate diet), mencakup pola makan sehari-
hari yang memenuhi kebutuhan nutrisi yang memenuhi kebutuhan tubuh baik menurut
jumlahnya (kuantitas) maupun jenisnya (kualitas) kebiasaan menkonsumsi garam dan
makanan berlemak dapat meningkatkan resiko terjadinya hipertensi.
b. Tidak melakukan Olah raga yang teratur, mencakup kualitas (gerakan) dan kuantitas
dalam arti frekuensi dan waktu yang digunakan untuk olah raga. Kedua aspek ini
tergantung dari usia dan status kesehatan yang bersangkutan.
c. Merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol atau menggunakan narkoba.
d. Istirahat yang tidak cukup, yang mengakibatkan gangguan fisik dan mental. Istirahat
yang cukup adalah kebutuhan dasar manusia untuk mempertahankan kesehatannya.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup
Sarafino (1994) mengemukakan pendapat bahwa ada beberapa faktor umum
dari kesehatan yang berkaitan dengan perilaku antara lain:
a. Faktor pembelajaran
Proses belajar merupakan suatu usaha untuk memperoleh hal-hal baru dalam
tingkah laku (pengetahuan, kecakapan, ketrampilan dan nilai-nilai) dengan aktifitas
kejiwaan sendiri. Hal ini dapat diartikan bahwa seseorang dapat dikatakan belajar
apabila di dalam dirinya terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak
dapat mengerjakan sesuatu menjadi dapat mengerjakan sesuatu. Dalam proses belajar
itu sendiri tidak lepas dari latihan 13 atau sama halnya dengan pembiasaan yang
merupakan penyempurnaan potensi tenaga-tenaga yang ada dengan mengulang-ulang
aktifitas tertentu. Baik latihan maupun pembiasaan terutama terjadi dalam taraf biologis
tetapi apabila selanjutnya berkembang dalam taraf psikis maka kedua gejala itu akan
menjadi proses kesadaran sebagai proses ketidak sadaran yang bersifat biologis yang
disebut proses otomatisme sehingga proses tersebut menghasilkan tindakan yang
tanpa disadari, cepat dan tepat.
b. Faktor sosial dan emosi
Menurut Taylor (1995) perilaku sehat sangat efektif bila didukung oleh situasi
sosial yang baik. Keluarga, teman dekat, teman kerja dan lingkungan sekitar
merupakan komponen penting dari terbentuknya kebiasaan sehat. Bila lingkungan
mendukung kebiasaan sehat dan mengerti tentang hakekat kesehatan maka tidak sulit
bagi penderita sakit untuk melakukan terapi kesehatan. Begitu pula sebaliknya perilaku
sehat sulit terwujud ketika lingkungan tidak mendukung, sehingga dapat diketahui
bahwa faktor sosial dapat berfungsi sebagai terbentuknya perilaku sehat dan tidak
sehat. Selain faktor sosial, faktor emosi juga dapat berperan dalam terbentuknya
perilaku sehat. Ketika seseorang mengalami tekanan jiwa atau permasalahan yang
rumit ada diantara mereka yang melampiaskan dengan kegiatan positif namun bahkan
ada pula yang melakukan kegiatan yang dapat menambah buruk keadaan.
c. Faktor persepsi dan kogitif
Sarafino (1994) menyebutkan bahwa faktor kognitif memerankan peranan penting
dalam perilaku sehat seseorang. Seseorang diikutsertakan untuk aktif mengetahui
dengan pasti mengenai perilaku sehat yang mereka lakukan dan mengerti cara
mengatasi problematika yang mungkin timbul sehingga mereka tahu apakah perilaku
tersebut baik atau buruk.
Sebagian orang sadar bahwa sehat itu penting hanya di saat mereka sakit. Oleh
karenanya banyak di antara mereka melakukan perubahan kegiatan sehari-hari dengan
menghindari merokok, makan berlebih dan mulai memperlihatkan kandungan gizi
makanan hanya ketika mereka telah mendapatkan sakit dan ingin segera sembuh dari
sakitnya tersebut. Menurut Levy (1984) perilaku sehat dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya yaitu:
1) Faktor sosial, tercapainya peran sebagai teman, tetangga dan warga negara serta bisa
berhubungan secara hangat bersamanya.
2) Faktor emosi, adalah faktor yang datang dari dalam diri individu. Hal penting dari
kesehatan emosi adalah kemampuan individu untuk memahami emosinya dan
mengetahui cara penyelesaian bila masalah timbul, mampu mengatur situasi stres dan
bisa melakukan aktifitas sehari-hari dengan menyenangkan.
3) Faktor pemenuhan kebutuhan tubuh, adalah terpenuhinya kebutuhan dasar tubuh
sesuai kebutuhannya. Mengetahui kapan tubuh memerlukan istirahat, makan, bermain
dan lain sebagainya.
4) Faktor spiritual, adalah faktor keyakinan dalam diri individu tentang kesehatan. Banyak
orang percaya bahwa sehat juga dipengaruhi oleh perasaan dan pikiran yang ada di
benaknya.
5) Promosi gaya hidup sehat, merupakan pengarahan yang memperkenalkan gaya hidup
sehat. Perilaku atau gaya hidup sehat tersebut meliputi: makan yang bergizi dan sesuai
kebutuhan, tidur cukup, menghindari minuman alkohol dan rokok, berat badan normal
serta latihan jasmani secara teratur.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi gaya hidup antara lain: faktor pembelajaran, faktor sosial dan emosi,
faktor persepsi dan kognitif, faktor pemenuhan kebutuhan tubuh, faktor spiritual serta
adanya promosi gaya hidup sehat.
3. Aspek-aspek yang berkaitan dengan gaya hidup
Menurut Levy (1994) komponen atau aspek-aspek dari gaya hidup sehat antara
lain adalah sebagai berikut:
a. Gerak badan, adalah suatu keharusan untuk melatih otot-otot agar tidak kaku dan
menjaga stamina tubuh, karena apa yang tidak digunakan tubuh akan tidak berguna
dan hilang. Olahraga secara teratur 3 kali dalam satu minggu tidak harus yang berat
atau mahal tetapi secara rutin akan lebih baik
b. Istirahat dan tidur, berguna untuk melemaskan otot-otot setelah beraktifitas dan juga
untuk menenangkan pikiran. Tidur yang cukup di malam hari 8 jam akan memulihkan
kelelahan sepanjang hari dan siap untuk bekerja esok hari.
c. Mengkonsumsi makanan bergizi, adalah makanan dengan mutu terbaik dan jumlah
minimum serta dimakan dalam waktu yang tepat.
d. Air putih, adalah yang tidak berwarna, tidak berbau dan bebas digunakan untuk
pemakaian dalam dan luar.
e. Udara, dengan menghirup udara segar sangat membantu bagi proses kesehatan yaitu
dengan menghirup dalam-dalam dan melepaskannya pelan-pelan baik malam dan
siang.
f. Sinar matahari, sinar matahari sebagai sumber kehidupan akan bermanfaat bila
digunakan sebaik-baiknya. Terlalu banyak terkena sinar matahari akan mengakibatkan
kangker kulit dan terlalu sedikitpun juga tidak baik bagi kesehatan tubuh.
g. Menjaga keseimbangan, tidak menggunakan atau mengkonsumsi sesuatu secara
berlebihan.
h. Menghindari rokok dan minuman keras merupakan upaya penting untuk terhindar dari
penyakit. Telah terbukti bahwa kebiasaan ini mengakibatkan berbagai penyakit berat
yang mengakibatkan kematian, belum lagi kerugian finansial yang harus ditanggung
karena tidak sedikit uang yang harus dikeluarkan untuk bisa mengkonsumsi kedua jenis
pemuas itu. Bila hal itu sudah menjadi kebiasaan akan sulit untuk melepaskan
kebiasaan buruk tersebut.
i. Ketenangan pikiran dan emosi, setiap manusia memiliki masalah yang harus dihadapi
dan diselesaikan. Setiap masalah akan terselesaikan dengan baik apabila dihadapi
dengan pikiran tenang dan emosi yang terkendali. Emosi atau Stress merupakan
pengalaman emosional negatif yang berhubungan dengan perubahan biologi yang
membiarkan anda beradaptasi dengannya, dalam merespon stress kelenjar adrenal
anda memompa keluar hormon stress yang mempercepat tubuh anda,denyut jantung
anda meningkat dan kadar gula darah anda juga meningkat sehingga glukosa dapat
dialihkan ke otot-otot anda dalam arti anda harus memakainya ini dikenal sebagai
respon fight atau flight.
j. Percaya pada kuasa Ilahi, dapat meningkatkan tekat untuk selalu berbuat yang positif
dan terbaik.
Hal ini juga didukung oleh Guang (2003), gaya hidup sehat diungkapkan hanya
dengan empat kalimat yaitu makan yang pantas, berolah raga dengan takaran yang
pas, berhenti merokok dan menghindari alkohol, mental batin tenang serta menjaga
keseimbangan. Makanan tidak hanya dilihat dari kadar gizinya tetapi juga takarannya.
Guang berpendapat bahwa untuk mengetahui takaran yang pasti setiap orang adalah
70% sampai 80% kenyang. Ini berarti bahwa proses makan berhenti ketika perut masih
dalam keadaan lapar.
D. Kerangka Teoritis
Berdasarkan pada kerangka teori yang di kemukakan oleh Dr. Yekti Susilo dan Ari
Wulandari (2011) faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi diantaranya.
Dapat di gambarkan seperti bagan 2.1 di bawah ini :
Bagan 2.1
Faktor pemicu hipertensiHipertensi yang tidak dapat di kontrol Keturunan Jenis kelamin umur
Kerangka Teoritis Faktor menyebabkan Hipertensi
Hipertensi yang dapatdi kontrol Stress Kegemukan Pola makan Merokok Narkoba Alkohol Kurang olahraga Korestrol tinggi
Peningkatan tekanan darah
Keterangan :
Variabel yang di teliti
Variabel yang tidak diteliti
Sumber : Sianturi (2003)
E. Kerangka konsep
Berdasarkan kerangka teori yang di kemukakan Menurut Dr. Yekti Susilo dan Ari
Wulandari (2011), penyakit hipertensi di sebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor
Toksin, genetik, umur, jenis kelamin, etinis, stress, kegemukan, nutrisi, merokok,
narkoba, alkoho, kafein, kurang olahraga,dan korestrol tinggi di dasarkan pada variabel
yang paling dominan untuk terjadi hipertensi pada lansia dipuskesmas rawa sari kota
Jambi. Alasan tidak meneliti faktor yag lain karena keterbatasan waktu, dana dan
tenaga yang peneliti sehingga hanya 3 faktor di atas yang di ambil untuk di jadikan
objek penelitian. Secara Skematis kerangka konsep dalam penelitian ini di gambarkan
sebagai berikut :
Bagan 2.2
Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
F. Hipotesis
1. Ada hubungan
antara gaya hidup terhadap peningkatan darah pada lansia penderita hipertensi yang
berobat di Poliklinik Umum Puskesmas Rawa Sari Jambi Tahun 2012.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan penelitan
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriftif kuantitatif dengan pendekatan
”cross sectional” dimana data yang menyangkut variabel independen dan variabel
dependen di kumpulkan dalam waktu yang bersamaan (Notoadmojo,2005)
B. Subjek penelitian
1. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini akan di laksanakan di poliklinik umum Puskesmas Rawasari Jambi
Tahun 2012 di rencanakan pada April 2012
2. Batasan populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah penderita yang berkunjung ke poli umum
dengan diagnosa lansia penderita hipertensi dari pengambilan data di gambarkan pada
kunjungan bulan april sampai juni 2012 (tiga bulan terakhir) dengan jumlah kunjungan.
3. Besar sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan di anggap mewakili seluruh populasi
(Notoatmodjo, 2005).
Keterangan :
n : besar sampel
N : besar populasi
d² : tingkat kepercayaan atau ketepatan yang di inginkan(0,1)
n = ____N________
1+ N (d)²n = ___339__ _ ____ 1+ 339 (0,1)²
n = __ _ 339_______ 1+339 (0,01)n = __339_____ _ __
1+339n = ___339_____ _ _
4,39= 77 orang
4. Cara pengambilan Sampel
Cara pengambilan sampel adalah dengan Accidental sampling yaitu dilakukan
dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu
tempat sesuai dengan konteks penelitian. Di mana sebagian populasi yang mewakili di
ambil menjadi sampel di mana setiap anggota populasi itu mempunyai kesempatan
yang sama untuk di ambil sebagai sampel (notoadmojo,2010:120).
Kriteria sampel di tentukan terlebih dahulu .selanjutnya sampel yang sesuai di
pilih menjadi sampel penelitian. Kriteria yang di tentukan untuk subyek penelitian adalah
;
- pasien yang datang berobat di poli umum.
- klien yang didiagnosa lansia penderita hipertensi,
- dapat mengerti bahasa indonesia dan mampu baca dan tulis,
- bersedia menjadi responden
C. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian tentang hubungan gaya hidup
terhadap peningkatan takanan darah pada lansia penderita hipertensi, yang menjadi
Variabel Independent adalah variabel bebas atau variabel yang bisa mempengaruhi,
sedangkan variabel dependent adalah variabel terikat atau yang bisa terpengaruh.
Variabel Independent yaitu gaya hidup, sedangkan pada Variabel Dependent yaitu
peningkatan tekanan darah.
D. Defenisi Operasional
Bagan 3.1
Definisi Operasional, Cara Ukur, Skala, dan Hasil Ukur
Variabel
penelitian
Defenisi operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur
Hipertensi
pada lansia
Kondisi di mana
tekanan darah
seseorang melebihi
batas normal >120
Wawancara Kuesioner Skala :ordinal
Hasil ukur :
1.Normal Bila < 140 mmHg
2.Hipertensi bila >
MmHg, sistole 120
dan diastol 80 MmHg
menurut diagnosa
dokter
140 mmHg
Gaya hidup Gaya hidup adalah
pola hidup seseorang
di dunia yang
diekspresikan dalam
aktifitas, minat dan
opininya.
Wawancara Kuesioner 1 : gaya hidup
sehat
0 : gaya hidup tidak
sehat
(notoatmodjo,
2005 )
E. Instrumen Penelitian
Sesuai dengan permasalahan dan variabel yang akan di ungkap dalam penelitian ini,
maka instrumen yang digunakan adalah kuesioner, kuesioner tersebut disusun oleh
penelitian berdasarkan dengan tinjauan pustaka dan kerangka konsep. Dalam
penyebaran kuesioner peneliti di bantu oleh enumenator. Enumenator di pilih oleh
peneliti yaitu mahasiswa Akademi Keperawatan Telanai Bhakti sebanyak 2 orang.
Sebelum menjawab responden di beri pengarahan dalam pengisian kuesioner.
F. Pengumpulan Data
a. Data Primer
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara kepada klien dengan diagnosa lansia
penderita hipertensi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat ukur. Dan hasil
wawancara langsung di catat dalam kuesioner.
b. Data Sekunder
Pengumpulan data sebagai data penunjang atau pelengkap yang di ambil dari dinas
kesehatan dan data kunjungan rawat jalan di poliklinik umum di Puskesmas Rawasari
Jambi Tahun 2012
G. Pengolahan Data
Menurut Hidayat (2009:107) pengolahan data terdapat 4 langkah yang harus di
lakukan, di antaranya :
1. Editing
Editing yaitu pemeriksaan data, apakah telah sesuai atau tidak dengan yang di
harapkan. Ada beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam editing yaitu :
a. Memeriksa kelengkapan data yaitu memerikasa semua kelengkapan jawaban semua
pertanyaan yang di ajukan.
b. Memeriksa keseimbangan data yaitu memeriksa data yang 1 degan yang lain.
c. Memeriksa semua pertanyaan yang di gunakan
2. Coding
Coding yaitu memberikan kode-kode tertentu untuk setiap data yang ada.
3. Entry data
Data yang telah di periksa dan di beri kode kemudian di masukkan kedalam program
computer.
4. Cleaning
Dilakukan untuk memastikan keseluruhan data yang di masukkan tidak terdapat
kesalahan dalam memasukkan data sehingga data siap di analisis.
H. Cara Analisa Data
Setelah data di olah menjadi suatu data yang di harapkan (tepat dan konsisten)
selanjutnya di lakukan analisa untuk menjawab pertanyaan peneliti.
a. Analisa univariat
Analisa univariat dilakukan untuk menggambarkan distribusi frekuensi variabel
independent dan variabel dependen.
Rumus yang di gunakan
P= ____F____ x 100 %
N
Ket : P= Persentase
F= Frekuensi
N = Jumlah Responden
b. Analisa bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel
independent dan variabel dependent. Uji statistik yang digunakan adalah uji X2 (uji chi-
square). Uji ini bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan proporsi yang
bermakna antara distribusi frekuensi yang di amati dengan di harapkan dengan derajat
kemaknaan 0,05.
Bila P-Value ,< 0,05 berarti ada hubungan yang bermakna (Ho di tolak)
sedangkan P-Value > 0,05 artinya tidak ada hubungan yang bermakna (Ho diterima).
I. Jalannya Penelitian
Penelitian ini di lakukan dengan survey awal pada saat pengambilan data di
lakukan di poliklinik umum puskesmas Rawasari Kota Jambi, penelitian ini di mulai
sejak bulan maret 2012 setelah judul di temukan, peneliti mencari data primer dari
puskesmas rawasari kota jambi. Setelah itu peneliti mulai melakukan pebuatan
proposal bab demi bab dengan dibantu oleh pembimbing I dan pembimbing II dalam
menyelesaikan proposal ini. Dalam penelitian ini si peneliti melakukan wawancara
kepada responden dengan menggunakan kuesioner di poliklinik umum puskesmas
Rawasari Kota Jambi dengan tehnik Accidental sampling yaitu dilakukan dengan
mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat
sesuai dengan konteks penelitian. Setelah data terkumpul, data diolah dengan
menggunakan komputer program SPSS. Data dianalisa dengan menggunakan analisa
univariat dan disajikan dalam tabulasi
Recommended