View
259
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
Adanya hukum Li’an / menuduh zina pertama yang terjadi dalam Islam (disebabkan), Syarik bin
Sahma’ dituduh berzina oleh Hilal bin Umayyah dengan isterinya (Hilal), maka Rasulullah SAW
bersabda kepadanya, “(Tunjukkan) bukti, bila tidak, maka hadd (hukuman cambuk) di
punggungmu.” (Hadits ini dikeluarkan Abu Ya’la, Secara hukum asal, siapa yang menuduh
berzina terhadap laki-laki Muhshan (yang sudah beristeri), maka maka ia harus mengajukan
bukti. Bukti dalam kasus zina adalah berupa persaksian empat orang laki-laki; bila tidak
mengajukan bukti ini, maka orang tersebut (si penuduh) harus dikenakan hukum Hadd Qadzf
sebanyak 80 kali cambuk. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT, “Dan orang-orang yang
menuduh wanita-wanita yang baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang
saksi, maka deralah mereka orang menuduh itu) delapan puluh kali dera…” (QS.an-Nur:4)
Terkecuali dari makna umum ayat di atas, kasus seorang laki-laki (suami) menuduh isterinya
berzina; maka ia harus mengajukan empat orang saksi; jika tidak ada, maka Hadd Qadzf bisa
dicegah dengan syarat ia bersumpah sebanyak empat kali bahwa ia berkata benar terhadap
tuduhan zina itu dan kali kelimanya, ia melaknat dirinya sendiri seraya mengatakan, “Dan laknat
Allah lah atasnya bila ia berdusta.” Dengan begitu, persaksian itu baru bisa diajukan bila sudah
melengkapi empat orang saksi.
Hal itu, karena seorang laki-laki (suami) tidak mungkin berdiam saja ketika melihat
isterinya melakukan perbuatan keji (zina) sebagaimana kalau ada orang melihatnya bersama
wanita asing, sebab hal itu merupakan aib baginya (suami), dan pelanggaran terhadap
kehormatannya dan perusak ranjangnya. Karena itu, ia tidak boleh menuduh isterinya kecuali
setelah melakukan pengecekan sebab tindakannya itu biasanya didorong oleh faktor
kecemburuan yang teramat sangat, sebab pada dasarnya, aib akan diterima mereka berdua
(sebagai suami-isteri). Jadi, inilah yang menguatkan kebenaran klaimnya.
Dua Imam madzhab; Abu Hanifah dan Imam Malik memandang bahwa orang yang
menuduh laki-laki lain berzina dengan isterinya, maka ia harus mengajukan bukti atas hal itu,
sebab bila tidak, maka ia dikenakan hukuman Hadd. Alasannya, karena hal itu merupakan
tuduhan berzina terhadap orang yang seharusnya tidak perlu dituduh sehingga ia berada dalam
posisi hukum asal Hadd Qadzf.
Sementara dua Imam madzhab lagi; imam asy-Syafi’i dan Ahmad memandang bahwa bila suami
menuduh isterinya berzina dengan laki-laki tertentu ,jika istrinya terbukti berjinah , maka telah
gugur atasnya Hadd dan jatuh kepada isterinya. Siapa yang menuduhnya (isterinya) berzina,
maka dia harus menyebutkannya dalam Li’an atau tidak menyebutnya sebab Li’an membutuhkan
bukti dari salah satu dari kedua belah pihak, sehingga ia menjadi bukti pada pihak yang lain
seperti kedudukan persaksian. Jika suami tidak melakukan Li’an, maka bagi masing-masing dari
suami dan laki-laki yang dituduh berzina dengan isterinya itu harus menuntut dilakukannya
Hadd; siapa saja di antara keduanya yang meminta, maka ia sendiri yang dihukum Hadd dan
tidak dapat dikenakan kepada yang belum memintanya.
(sumber:http://dirga-sma-khadijah-surabaya.blogspot.com/2009/03/pengertian-zina.html)
(SUMBER: Tawdhiih al-Ahkaam Min Buluugh al-Maraam karya Syaikh Abdullah bin
Abdurrahman al-Bassam, Jld.V, hal.302-303)
HUKUM MENUDUH BERZINA
1. Pengertian Qadzf
Secara bahasa makna kata ‘Qadzf’ adalah ‘ar-Romyu bisySyay’i (menuduh sesuatu).Sedangkan
secara istilah adalah menuduh berzina atau melakukan liwath (homoseksual)
‘Qadzf’ terbagi kepada dua jenis:
Pertama, ‘Qadzf’ yang pelakunya dikenai hukum ‘Hadd’ (hukuman yang telah ditetapkan
ukurannya berdasarkan al-Qur’an atau hadits)
Kedua, ‘Qadzf’ yang pelakunya dikenai sanksi ‘Ta’zir’ (hukuman yang dijatuhkan berdasarkan
kebijakan penguasa pemerintahan Islam)
Bentuk ‘Qadzf’ yang pelakunya (Qadzif) dikenai hukuman ‘Hadd’ adalah menuduh seorang
Muhshon (yang sudah menikah) melakukan zina, menafikan nasabnya atau menuduhnya
melakukan liwath. Sedangkan bentuk ‘Qadzf’ yang pelakunya dikenai sanksi ‘Ta’zir’ adalah
menuduh secara tidak terang-terangan terkait dengan hal-hal di atas atau menuduh dengan selain
itu.
Hukum ‘Qadzf’ adalah HARAM berdasarkan nash al-Qur’an, hadits dan Ijma’. Allah
SWTberfirman, “Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina)
dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu)
delapan puluh kali dera dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan
mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS.an-Nur:4) Di dalam kitab ‘ash-Shahihain’ (Shahih
al-Bukhari dan Muslim), dari hadits Abu Hurairah, bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Jauhilah
tujuh perkara yang mencampakkan…. (salah satunya beliau menyebutkan)… al-Qadzf.” Para
ulama juga telah bersepakat (Ijma’) bahwasanya ‘Qadzf’ tersebut merupakan salah satu dosa
besar (Kaba’ir). Ibn Rusyd mengatakan, “Para ulama sepakat bahwa disamping diwajibkannya
hukum hadd, maka persaksiannya (Qadzif) gugur selama belum bertaubat. Mereka juga
bersepakat bahwa taubat tidak dapat membatalkan hukuman ‘hadd.’
MENUDUH ZINA
Qadzaf atau menuduh berzina merupakan suatu kesalahan yang harus dikenai hukuman karena
merupakan dosa. Islam mengharamkan qadzar karena melindungi kehormatan manusia, menjaga
reputasinya dan memelihara kemuliannya. Dengan demikian orang-orang yang bermaksud
melukai perasaan orang lain dan menginjak-injak kehormatan orang lain dapat dicegah.
Islam melarang mensyiarkan berita jelek pada diri orang-orang yang beriman, sehingga dengan
demikian kehidupan orang Islam dapat bersih dari noda kejelakan. Tuduhan berzina akan
membawa akibat buruk dalam kehidupan manusia, karena dengan tuduhan berzina selain akan
menghilangkan kehormatan, dan nama baik orang yang dituduh berzina itu bisa dikucilkan
dalam masyarakat atau lingkungannya.
Islam mengajarkan agar manusia selalu berbuat baik dan tidak membuat kerusakan. Karena
orang yang menuduh berzina yang tidak dapat memberikan kesaksian maka dia juga akan
disebut sebagai orang yang tidak dapat dipercaya dan orang yang membuat kerusakan.Jadi
Qadzaf merupakan perbuatan yang diharamkan, karena membawa dampak buruk pada
kehidupan manusia. Bukan orang yang dituduh saja yang akan hancur, akan tetapi yang
menuduhkan bisa hancur kalau dia tidak bisa menunjukkan kebenaran tuduhan itu atau
mempunyai maksud buruk untuk melawan hukum. Dan orang orang yang menuduh itu akan
diberi hukuman dera delapan puluh kali tuduhannya itu terbukti tidak benar.
Dasar hukum yanmg menerangkan larangan Qadzaf :
Al-Qur'an
Surat An-Nur ayat 4 :
�د�ا �ب أ ه�اد�ة� ش� �ه�م� ل �وا �ل �ق�ب ت و�ال �د�ة� ل ج� �ين� �م�ان ث �د�وه�م� ل ف�اج� ه�د�اء� ش� �ع�ة� ب ر�� �أ ب �وا ت
� �أ ي �م� ل �م& ث �ات� �م�ح�ص�ن ال م�ون� �ر� ي &ذ�ين� و�ال
ق�ون� �ف�اس� ال ه�م� �ك� �ئ �ول و�أ
“Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak
mendatangkan empat orang saksi, Maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali
dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. dan mereka Itulah
orang-orang yang fasik”. (QS. An-Nur: 4)
ع�ظ�يم3 ع�ذ�اب3 �ه�م� و�ل ة� و�اآلخ�ر� �ا �ي الد9ن ف�ي �وا �ع�ن ل �ات� �م�ؤ�م�ن ال �غ�اف�الت� ال �ات� �م�ح�ص�ن ال م�ون� �ر� ي &ذ�ين� ال �ن& إ
“Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman
(berbuat zina), mereka kena la'nat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar”. (QS.
An-Nur: 23)
Surat An-Nur ayat 19
ة� و�اآلخ�ر� �ا �ي الد9ن ف�ي �يم3 ل� أ ع�ذ�اب3 �ه�م� ل �وا آم�ن &ذ�ين� ال ف�ي ة� �ف�اح�ش� ال يع� �ش� ت �ن� أ 9ون� ب �ح� ي &ذ�ين� ال �ن& إ
“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang Amat keji itu tersiar di
kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. dan
Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui” (QS. An-Nur: 19)
Hadist
: : . قال� ؟ م�ن& و�ما الله� و�ل� س� �ار� ي قالوا بقات الم�و� �ع� ب الس& �و�ا �ب �ي �ن ت �ج� ا قال� م ص �يي� &ب الن ع�ن ة� �ر� ي ه�ر� ابى ع�ن�
ح�ف� الز& �و�م� ي Nو�لى� و�الت �م� �ي �ت الي مال و�اكل� �الح�ق& ب � إأل له� ال م� ح�ر& التى التقس �ل� وق�ت و�سTح�ر� �االله� ب الشيرك
( البخاري ( رواه الغاف�الت� �اب� الم�ؤ�م�ن �ت� الم�م�ح�ص�ن و�ق�د�ن�
“Dari Abu Hurairah dari Nabi SAW. Beliau bersabda: “Jauhilah tujuh macam perbuatan yang
merusak. Para sahabat bertanya: Wahai Rosulullah apakah yang tujuh perkara itu? Nabi
menjawab: menyekutukan Allah, sihir, membunuh manusia yang diharamkan oleh Allah kecuali
dengan hak, memakan riba, memakan harta anak yatim, lari pada waktu pertempuran, menuduh
wanita baik-baik, beriman dengan lenah (berbuat zina)”
Dan hadis berikut (Terjemahnya): “Dari Ibnu ‘Abbas bahwa Hilal bin Umayyah menuduh
istrinya berzina di zaman Nabi Saw. Hilal menuduh istrinya berzina dengan Syuraik bin Samha`.
Maka Nabi Saw bersabda: “Pilih membawa bukti atau dihukum jilid punggungmu? Hilal
menjawab: “Bagaimanakah jika salah seorang dari kami melihat istri berzina dengan seorang
laki-laki, apakah dia harus pergi mencari saksi sebagai bukti ya Rasullullah? Beliau bersabda: “
pilih membawa bukti atau dihukum jilid punggung kamu? Hilal berkata: “”Demi Allah yang
mengutus tuan dengan benar, sungguh aku yang benar dan Allah pasti menurunkan wahyu yang
menyelamatkan punggungku dari hukuman”. Maka Jibril turun menyampaikan wahyu (Al-Quran
S.24 An-Nur 6 Dan orang-orang yang menuduh istrinya (berzina), padahal mereka tidak ada
mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka persaksian orang itu ialah empat kali
bersumpah dengan nama Allah, sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang yang benar)
Lalu Nabi Saw pergi memerintahkan mencari istri Hilal. Kemudian hilal datang dan bersaksi.
Tetapi Nabi Saw bersabda: “Allah mengetahui bahwa salah seorang kalian itu bohong, maukah
kalian bertobat” Lalu si perempuan itu berdiri dan bersumpah. Ketika sampai sumpahnya yang
ke-5 para sahabat menghentikannya dan mereka berkata: “Sudah cukup kuat”. Ibnu ‘Abbas
berkata: “Perempuan itu memperlambat dan mundur, sampai aku menduga dia akan kembali”
Lalu perempuan itu berkata: “Aku tidak mau membuka kejelekan kaumku” sepenuh hari” Nabi
Saw bersabda: “Perhatikanlah perempuan itu bila dia datang dengan celak mata yang hitam
betisnya agak besar artinya untuk Syuraik bin Samha`. Maka waktu perempuan itu datang persis
seperti yang digambarkan tadi maka Nabi Saw bersdabda: “Jika seandainya belum terjadi firman
Allah berarti untuk aku sedangkan perempuan tadi mempunyai masalah” (HR Bukhari no.4378).
D.Hukum suami mengatakan pada istrinya “pelacur”
Bagaimana hukumnya suami mengatakan pada Istrinya “Pelacur“,hal ini dikarenakan istri yang
tidak patuh /berbuat salah pada suami Ucapan itu dosa besar dua dosa besar, yg pertama pada
Allah, maka hendaknya pelaku beristighfar dan bersungguh sungguh dalam usahanya
menghindari hal serupa. yg kedua adalah dosa pada istrinya, ia mesti meminta maaf pada istrinya
dan bersungguh sungguh untuk tak mengulanginya lagi,
Beda dengan menuduh, kalau menuduh maka hukumnya berat, terkena hukum Qadzaf dan Li’an,
yaitu adalah suami atau istri yg menuduh suaminya atau istrinya berzina dan ada 4 orang saksi
yg melihat perzinahan dg matanya) jikapun ada 4 saksi atau lebih yg melihat perbuatan zina itu,
tapi diantara mereka tak ada 4 orang yg mau bersaksi, maka yg 3 saksi akan terkena hukum
qadzaf, yaitu dicambuk 80x karena divonis menuduh zina tanpa cukup bukti. jika tak ada saksi,
khusus untuk istri/suami yg menuduh suami/istrinya berzina dan yg dituduh tak terima/tidak
mengaku, atau yg menuduh mempermasalahkan, maka keduanya dihadirkan di sidang
pengadilan syariah, keduanya bersumpah 5X. suami bersumpah dengan Nama Allah bahwa ia
betul bahwa istrinya berzina, ia ulangi lagi sumpahnya yg sama, demikian sampai 4X sumpah dg
nama Allah bahwa istrinya berzina, lalu ia bersumpah lagi yg kelima Dengan Nama Allah, agar
laknat Allah turun padanya jika ia dusta. demikian 5x sumpah. lalu istrinya (tertuduh) jika tak
merasa melakukan, atau menolak tuduhan itu, ia mesti bersumpah pula 4X Dengan Nama Allah
bahwa ia tidak berzina dan tuduhan itu dusta, dan sumpah lagi yg kelima dg Nama Allah agar
Laknat Allah turun padanya jika ia berdusta. (QS Annur 6-10) jika keduanya sampai melakukan
sumpah itu maka hakim menjatuhkan Talaq 3 (cerai) dan tak akan bisa kembali lagi sebagai
suami istri selama lamanya. ini talaq yg paling berat, sebab talaq 1 tentunya bisa rujuk kembali,
demikian talak 2, bisa rujuk dan kembali, namun talaq 3 maka cerai tanpa bisa kembali kecuali
kalau istri sudah menikah dg orang lain hingga bersetubuh dg suaminya yg baru, lalu mungkin
kalau sampai bercerai, maka baru bisa menikah kembali dg suaminya yg pertama. namun talak
yg disertai sumpah diatas itu, tak bisa kembali selama lamanya.
Bab II
Landasan teori
A.pengertian zina
Zina bisa dipilah menjadi dua macam pengertian, yaitu pengertian zina yang bersifat
khusus dan yang dalam pengertian yang bersifat umum. Pengertian yang bersifat umum meliputi
zina yang berkonsekuensi dihukum hudud dan yang tidak. Dan dalam pengertian khusus adalah
yang semata-mata mengandung konsekuensi hukum hudud.
Beberapa Pengertian Zina :
1. Zina dalam pengertian khusus
Zina dalam pengertian khusus hanyalah yang berkonsekuensi pelaksanaan hukum hudud. Yaitu
zina yang melahirkan konsekuensi hukum hudud, baik rajam atau cambuk. Bentuknya adalah
hubungan kelamin yang dilakukan oleh seorang mukallaf yang dilakukan dengan keinginannya
pada wanita yang bukan haknya di wilayah negeri berhukum Islam.Untuk itu konsekuensi
hukumya adalah cambuk 100 kali sebagaimana yang difirmankan oleh Allah SWT dalam Al-
Quran Al-Kariem :Wanita dan laki-laki yang berzina maka jilidlah masing-masing mereka 100
kali. Dan janganlah belas kasihan kepada mereka mencegah kamu dari menjalankan agama
Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari Akhir. Dan hendaklah pelaksanaan hukuman
mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang beriman. (QS. An-Nuur : 2)
Sedangkan Al-Malikiyah mendefinisikan bahwa zina itu adalah hubungan seksual yang
dilakukan oleh seorang mukallaf muslim pada kemaluan wanita yang bukan haknya (bukan istri
atau budak) tanpa syubhat atau disengaja. Sedangkan As-syafi'iyyah mendefiniskan bahwa zina
adalah masuknya kemaluan laki-laki atau bagiannya ke dalam kemaluan wanita yang bukan
mahram dengan dilakukan dengan keinginannya di luar hal yang syubhat. Dan Al-Hanabilah
mendefinisikan bahwa zina adalah perbuatan fahisyah (hubungan seksual di luar nikah) yang
dilakukan pada kemaluan atau dubur.Namun untuk menjalankan hukum zina seperti ini, maka
ada beberapa syarat penting yang harus dipenuhi antara lain :
Pelakunya adalah seorang mukallaf , yaitu aqil dan baligh. Sedangkan bila seorang anak
kecil atau orang gila melakukan hubungan seksual di luar nikah maka tidak termasuk
dalam kategori zina secara syar`i yang wajib dikenakan sangsi yang sudah baku. Begitu
juga bila dilakukan oleh seorang idiot yang para medis mengakui kekuranganya itu.
Pasangan zinanya itu adalah seorang manusia baik laki-laki ataupun seorang wanita.
Sehingga bila seorang laki-laki berhubungan seksual dengan binatang seperti anjing, sapi
dan lain-lain tidak termasuk dalam kategori zina, namun punya hukum tersendiri.
Dilakukan dengan manusia yang masih hidup. Sedangkan bila seseorang menyetubuhi
seorang mayat yang telah mati, juga tidak termasuk dalam kategori zina yang dimaksud
dan memiliki konsekuensi hukum tersendiri.
Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa zina itu hanyalah bila dilakukan dengan
memasukkan kemaluan lak-laki ke dalam kemaluan wanita . Jadi bila dimasukkan ke
dalam dubur (anus), tidak termasuk kategori zina yang dimaksud dan memiliki hukum
tersendiri. Namun Imam Asy-Syafi`i dan Imam Malik dan Imam Ahmad tetap
menyatakan bahwa hal itu termasuk zina yang dimaksud.
Perbuatan itu dilakukan bukan dalam keadaan terpaksa baik oleh pihak laki-laki maupun
wanita.
Perbuatan itu dilakukan di negeri yang secara resmi berdiri tegak hukum Islam secara
formal , yaitu di negeri yang 'adil'atau 'darul-Islam'. Sedangkan bila dilakukan di negeri
yang tidak berlaku hukum Islam, maka pelakunya tidak bisa dihukum sesuai dengan ayat
hudud.
2. ZINA DALAM PENGERTIAN UMUM
Zina Dalam Pengertian Umum seperti Zina tangan, mata, telinga dan hati merupakan pengertian
zina yang bermakna luas. Tentu saja zina seperti ini tidak berkonsekuensi kepada hukum hudud
baik rajam atau cambuk dan pengasingan setahun. Namun zina dalam pengertian ini juga
melahirkan dosa dan ancaman siksa dari Allah SWT. Dalil larangan zina secara umum adalah
firman Allah SWT :Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. (QS. Al-Israa' : 32)
Yang termasuk zina adalah apa-apa yang telah ditetapkan oleh Hukum Syar'i contohnya ialah
seperti keterangan diatas baik menurut imam² Madzhab Yang termasuk Zina Besar adalah
masuknya kemaluan laki-laki atau bagiannya ke dalam kemaluan wanita yang bukan mahram
dengan dilakukan dengan keinginannya di luar hal yang syubhat.dan yang termasuk zina kecil
seperti keterangan hadist dibawah iniDari Abu Hurairah r.a., dari Nabi saw. Sabdanya : “Nasib
anak Adam mengenai zina telah ditetapkan. Tidak mustahil dia pernah melakukannya. Dua mata,
zinanya memandang. Dua telinga, zinanya mendengar. Lidah, zinanya berkata. Tangan zinanya
memegang. Kaki, zinanya melangkah. Hati, zinanya ingin dan rindu, sedangkan faraj (kemaluan)
hanya mengikuti dan tidak mengikuti.” (Hadis Shahih Muslim No. 2282)
Jika kita melihat dari Hadis Shahih Muslim tersebut, sudah jelas-jelas bahwa Pacaran itu
termasuk Zina. Zina Mata = Memandang, Zina Telinga = Mendengar, Zina Lidah = Berkata,
Zina Tangan = Memegang, Zina Kaki = Melangkah, Zina Hati = Ingin dan RinduMemang ini
semua masuk dalam kategori Zina kecil. Tapi ini semua menjadi pintu untuk melakukan Zina
besar , seperti dijelaskan pada akhir hadis yang berbunyi “…sedangkan faraj (kemaluan) hanya
mengikuti dan tidak mengikuti.”Kenapa? Karena tidaklah mungkin orang akan berzina besar,
jika zina kecil ini tidak dilakukan terlebih dahulu. Jadi meskipun zina kecil, hal ini juga tetap
haram hukumnya.
B. HUKUM MENUDUH ZINA
1. Pengertian Qadzf
Secara bahasa makna kata ‘Qadzf’ adalah ‘ar-Romyu bisySyay’i (menuduh sesuatu).Sedangkan
secara istilah adalah menuduh berzina atau melakukan liwath (homoseksual)
‘Qadzf’ terbagi kepada dua jenis:
Pertama, ‘Qadzf’ yang pelakunya dikenai hukum ‘Hadd’ (hukuman yang telah ditetapkan
ukurannya berdasarkan al-Qur’an atau hadits)
Kedua, ‘Qadzf’ yang pelakunya dikenai sanksi ‘Ta’zir’ (hukuman yang dijatuhkan berdasarkan
kebijakan penguasa pemerintahan Islam)
Bentuk ‘Qadzf’ yang pelakunya (Qadzif) dikenai hukuman ‘Hadd’ adalah menuduh seorang
Muhshon (yang sudah menikah) melakukan zina, menafikan nasabnya atau menuduhnya
melakukan liwath. Sedangkan bentuk ‘Qadzf’ yang pelakunya dikenai sanksi ‘Ta’zir’ adalah
menuduh secara tidak terang-terangan terkait dengan hal-hal di atas atau menuduh dengan selain
itu.
Hukum ‘Qadzf’ adalah HARAM berdasarkan nash al-Qur’an, hadits dan Ijma’. Allah
SWTberfirman, “Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina)
dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu)
delapan puluh kali dera dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan
mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS.an-Nur:4) Di dalam kitab ‘ash-Shahihain’ (Shahih
al-Bukhari dan Muslim), dari hadits Abu Hurairah, bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Jauhilah
tujuh perkara yang mencampakkan…. (salah satunya beliau menyebutkan)… al-Qadzf.” Para
ulama juga telah bersepakat (Ijma’) bahwasanya ‘Qadzf’ tersebut merupakan salah satu dosa
besar (Kaba’ir). Ibn Rusyd mengatakan, “Para ulama sepakat bahwa disamping diwajibkannya
hukum hadd, maka persaksiannya (Qadzif) gugur selama belum bertaubat. Mereka juga
bersepakat bahwa taubat tidak dapat membatalkan hukuman ‘hadd.’
2. Pengertian li’an
Adanya hukum Li’an / menuduh zina pertama yang terjadi dalam Islam (disebabkan), Syarik bin
Sahma’ dituduh berzina oleh Hilal bin Umayyah dengan isterinya (Hilal), maka Rasulullah SAW
bersabda kepadanya, “(Tunjukkan) bukti, bila tidak, maka hadd (hukuman cambuk) di
punggungmu.” (Hadits ini dikeluarkan Abu Ya’la, Secara hukum asal, siapa yang menuduh
berzina terhadap laki-laki Muhshan (yang sudah beristeri), maka maka ia harus mengajukan
bukti. Bukti dalam kasus zina adalah berupa persaksian empat orang laki-laki; bila tidak
mengajukan bukti ini, maka orang tersebut (si penuduh) harus dikenakan hukum Hadd Qadzf
sebanyak 80 kali cambuk. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT, “Dan orang-orang yang
menuduh wanita-wanita yang baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang
saksi, maka deralah mereka orang menuduh itu) delapan puluh kali dera…” (QS.an-Nur:4)
Terkecuali dari makna umum ayat di atas, kasus seorang laki-laki (suami) menuduh isterinya
berzina; maka ia harus mengajukan empat orang saksi; jika tidak ada, maka Hadd Qadzf bisa
dicegah dengan syarat ia bersumpah sebanyak empat kali bahwa ia berkata benar terhadap
tuduhan zina itu dan kali kelimanya, ia melaknat dirinya sendiri seraya mengatakan, “Dan laknat
Allah lah atasnya bila ia berdusta.” Dengan begitu, persaksian itu baru bisa diajukan bila sudah
melengkapi empat orang saksi.
Hal itu, karena seorang laki-laki (suami) tidak mungkin berdiam saja ketika melihat isterinya
melakukan perbuatan keji (zina) sebagaimana kalau ada orang melihatnya bersama wanita asing,
sebab hal itu merupakan aib baginya (suami), dan pelanggaran terhadap kehormatannya dan
perusak ranjangnya. Karena itu, ia tidak boleh menuduh isterinya kecuali setelah melakukan
pengecekan sebab tindakannya itu biasanya didorong oleh faktor kecemburuan yang teramat
sangat, sebab pada dasarnya, aib akan diterima mereka berdua (sebagai suami-isteri). Jadi, inilah
yang menguatkan kebenaran klaimnya.
Dua Imam madzhab; Abu Hanifah dan Imam Malik memandang bahwa orang yang menuduh
laki-laki lain berzina dengan isterinya, maka ia harus mengajukan bukti atas hal itu, sebab bila
tidak, maka ia dikenakan hukuman Hadd. Alasannya, karena hal itu merupakan tuduhan
berzina terhadap orang yang seharusnya tidak perlu dituduh sehingga ia berada dalam posisi
hukum asal Hadd Qadzf. Sementara dua Imam madzhab lagi; imam asy-Syafi’i dan Ahmad
memandang bahwa bila suami menuduh isterinya berzina dengan laki-laki tertentu ,jika
istrinya terbukti berjinah , maka telah gugur atasnya Hadd dan jatuh kepada isterinya. Siapa
yang menuduhnya (isterinya) berzina, maka dia harus menyebutkannya dalam Li’an atau tidak
menyebutnya sebab Li’an membutuhkan bukti dari salah satu dari kedua belah pihak, sehingga
ia menjadi bukti pada pihak yang lain seperti kedudukan persaksian. Jika suami tidak
melakukan Li’an, maka bagi masing-masing dari suami dan laki-laki yang dituduh berzina
dengan isterinya itu harus menuntut dilakukannya Hadd; siapa saja di antara keduanya yang
meminta, maka ia sendiri yang dihukum Hadd dan tidak dapat dikenakan kepada yang belum
memintanya.
C . DASAR HUKUM YANMG MENERANGKAN LARANGAN QADZAF
1. al-qur'an
Surat An-Nur ayat 4 :
�د�ا �ب أ ه�اد�ة� ش� �ه�م� ل �وا �ل �ق�ب ت و�ال �د�ة� ل ج� �ين� �م�ان ث �د�وه�م� ل ف�اج� ه�د�اء� ش� �ع�ة� ب ر�� �أ ب �وا ت
� �أ ي �م� ل �م& ث �ات� �م�ح�ص�ن ال م�ون� �ر� ي &ذ�ين� و�ال
ق�ون� �ف�اس� ال ه�م� �ك� �ئ �ول و�أ
“Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak
mendatangkan empat orang saksi, Maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali
dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. dan mereka Itulah
orang-orang yang fasik”. (QS. An-Nur: 4)
ع�ظ�يم3 ع�ذ�اب3 �ه�م� و�ل ة� و�اآلخ�ر� �ا �ي الد9ن ف�ي �وا �ع�ن ل �ات� �م�ؤ�م�ن ال �غ�اف�الت� ال �ات� �م�ح�ص�ن ال م�ون� �ر� ي &ذ�ين� ال �ن& إ
“Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman
(berbuat zina), mereka kena la'nat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar”. (QS.
An-Nur: 23)
Surat An-Nur ayat 19
ة� و�اآلخ�ر� �ا �ي الد9ن ف�ي �يم3 ل� أ ع�ذ�اب3 �ه�م� ل �وا آم�ن &ذ�ين� ال ف�ي ة� �ف�اح�ش� ال يع� �ش� ت �ن� أ 9ون� ب �ح� ي &ذ�ين� ال �ن& إ
“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang Amat keji itu tersiar di
kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. dan
Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui” (QS. An-Nur: 19)
2. Hadist
: : . قال� ؟ م�ن& و�ما الله� و�ل� س� �ار� ي قالوا بقات الم�و� �ع� ب الس& �و�ا �ب �ي �ن ت �ج� ا قال� م ص �يي� &ب الن ع�ن ة� �ر� ي ه�ر� ابى ع�ن�
ح�ف� الز& �و�م� ي Nو�لى� و�الت �م� �ي �ت الي مال و�اكل� �الح�ق& ب � إأل له� ال م� ح�ر& التى التقس �ل� وق�ت و�سTح�ر� �االله� ب الشيرك
( البخاري ( رواه الغاف�الت� �اب� الم�ؤ�م�ن �ت� الم�م�ح�ص�ن و�ق�د�ن�
“Dari Abu Hurairah dari Nabi SAW. Beliau bersabda: “Jauhilah tujuh macam perbuatan yang
merusak. Para sahabat bertanya: Wahai Rosulullah apakah yang tujuh perkara itu? Nabi
menjawab: menyekutukan Allah, sihir, membunuh manusia yang diharamkan oleh Allah kecuali
dengan hak, memakan riba, memakan harta anak yatim, lari pada waktu pertempuran, menuduh
wanita baik-baik, beriman dengan lenah (berbuat zina)”
Dan hadis berikut (Terjemahnya): “Dari Ibnu ‘Abbas bahwa Hilal bin Umayyah menuduh
istrinya berzina di zaman Nabi Saw. Hilal menuduh istrinya berzina dengan Syuraik bin Samha`.
Maka Nabi Saw bersabda: “Pilih membawa bukti atau dihukum jilid punggungmu? Hilal
menjawab: “Bagaimanakah jika salah seorang dari kami melihat istri berzina dengan seorang
laki-laki, apakah dia harus pergi mencari saksi sebagai bukti ya Rasullullah? Beliau bersabda: “
pilih membawa bukti atau dihukum jilid punggung kamu? Hilal berkata: “”Demi Allah yang
mengutus tuan dengan benar, sungguh aku yang benar dan Allah pasti menurunkan wahyu yang
menyelamatkan punggungku dari hukuman”. Maka Jibril turun menyampaikan wahyu (Al-Quran
S.24 An-Nur 6 Dan orang-orang yang menuduh istrinya (berzina), padahal mereka tidak ada
mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka persaksian orang itu ialah empat kali
bersumpah dengan nama Allah, sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang yang benar)
Lalu Nabi Saw pergi memerintahkan mencari istri Hilal. Kemudian hilal datang dan bersaksi.
Tetapi Nabi Saw bersabda: “Allah mengetahui bahwa salah seorang kalian itu bohong, maukah
kalian bertobat” Lalu si perempuan itu berdiri dan bersumpah. Ketika sampai sumpahnya yang
ke-5 para sahabat menghentikannya dan mereka berkata: “Sudah cukup kuat”. Ibnu ‘Abbas
berkata: “Perempuan itu memperlambat dan mundur, sampai aku menduga dia akan kembali”
Lalu perempuan itu berkata: “Aku tidak mau membuka kejelekan kaumku” sepenuh hari” Nabi
Saw bersabda: “Perhatikanlah perempuan itu bila dia datang dengan celak mata yang hitam
betisnya agak besar artinya untuk Syuraik bin Samha`. Maka waktu perempuan itu datang persis
seperti yang digambarkan tadi maka Nabi Saw bersdabda: “Jika seandainya belum terjadi firman
Allah berarti untuk aku sedangkan perempuan tadi mempunyai masalah” (HR Bukhari no.4378).
D.HUKUM SUAMI MENGATAKAN PADA ISTRINYA “PELACUR”
Bagaimana hukumnya suami mengatakan pada Istrinya “Pelacur“,hal ini dikarenakan istri yang
tidak patuh /berbuat salah pada suami Ucapan itu dosa besar dua dosa besar, yg pertama pada
Allah, maka hendaknya pelaku beristighfar dan bersungguh sungguh dalam usahanya
menghindari hal serupa. yg kedua adalah dosa pada istrinya, ia mesti meminta maaf pada istrinya
dan bersungguh sungguh untuk tak mengulanginya lagi,
Beda dengan menuduh, kalau menuduh maka hukumnya berat, terkena hukum Qadzaf dan Li’an,
yaitu adalah suami atau istri yg menuduh suaminya atau istrinya berzina dan ada 4 orang saksi
yg melihat perzinahan dg matanya) jikapun ada 4 saksi atau lebih yg melihat perbuatan zina itu,
tapi diantara mereka tak ada 4 orang yg mau bersaksi, maka yg 3 saksi akan terkena hukum
qadzaf, yaitu dicambuk 80x karena divonis menuduh zina tanpa cukup bukti. jika tak ada saksi,
khusus untuk istri/suami yg menuduh suami/istrinya berzina dan yg dituduh tak terima/tidak
mengaku, atau yg menuduh mempermasalahkan, maka keduanya dihadirkan di sidang
pengadilan syariah, keduanya bersumpah 5X. suami bersumpah dengan Nama Allah bahwa ia
betul bahwa istrinya berzina, ia ulangi lagi sumpahnya yg sama, demikian sampai 4X sumpah dg
nama Allah bahwa istrinya berzina, lalu ia bersumpah lagi yg kelima Dengan Nama Allah, agar
laknat Allah turun padanya jika ia dusta. demikian 5x sumpah. lalu istrinya (tertuduh) jika tak
merasa melakukan, atau menolak tuduhan itu, ia mesti bersumpah pula 4X Dengan Nama Allah
bahwa ia tidak berzina dan tuduhan itu dusta, dan sumpah lagi yg kelima dg Nama Allah agar
Laknat Allah turun padanya jika ia berdusta. (QS Annur 6-10) jika keduanya sampai melakukan
sumpah itu maka hakim menjatuhkan Talaq 3 (cerai) dan tak akan bisa kembali lagi sebagai
suami istri selama lamanya. ini talaq yg paling berat, sebab talaq 1 tentunya bisa rujuk kembali,
demikian talak 2, bisa rujuk dan kembali, namun talaq 3 maka cerai tanpa bisa kembali kecuali
kalau istri sudah menikah dg orang lain hingga bersetubuh dg suaminya yg baru, lalu mungkin
kalau sampai bercerai, maka baru bisa menikah kembali dg suaminya yg pertama. namun talak
yg disertai sumpah diatas itu, tak bisa kembali selama lamanya.
BAB III
KESIMPULAN
Islam melarang mensyiarkan berita jelek pada diri orang-orang yang beriman, sehingga dengan
demikian kehidupan orang Islam dapat bersih dari noda kejelakan. Tuduhan berzina akan
membawa akibat buruk dalam kehidupan manusia, karena dengan tuduhan berzina selain akan
menghilangkan kehormatan, dan nama baik orang yang dituduh berzina itu bisa dikucilkan
dalam masyarakat atau lingkungannya.
Islam mengajarkan agar manusia selalu berbuat baik dan tidak membuat kerusakan. Karena
orang yang menuduh berzina yang tidak dapat memberikan kesaksian maka dia juga akan
disebut sebagai orang yang tidak dapat dipercaya dan orang yang membuat kerusakan. Jadi
Qadzaf merupakan perbuatan yang diharamkan, karena membawa dampak buruk pada
kehidupan manusia. Bukan orang yang dituduh saja yang akan hancur, akan tetapi yang
menuduhkan bisa hancur kalau dia tidak bisa menunjukkan kebenaran tuduhan itu atau
mempunyai maksud buruk untuk melawan hukum. Dan orang orang yang menuduh itu akan
diberi hukuman dera delapan puluh kali tuduhannya itu terbukti tidak benar.
Recommended