View
231
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR RESIKO
PADA ANAK DI POLIKLINIK ANAK PUSKESMAS LEPO – LEPO
KOTA KENDARI PROVINSI SULTRA
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikkan PendidikanDiploma lll Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari
OLEH :
WD. HENNY WAHYUNIP00320012107
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
2015
HALAMAN PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH
Identifikasi Penderita Ispa Berdasarkan Faktor Resiko Pada Anak Di PoliklinikAnak Puskesmas Lepo – Lepo Kota Kendari Provinsi Sultra
DisusundanDiajukanOleh :
WD. HENNY WAHYUNI
P00320012107
TelahMendapatPersetujuan Tim Pembimbing
Menyetujui,
Pembimbing I PembimbingII
Hj. SitiRachmiMisbah, SKp, M.Kes AnitaRosanty, SST, M.KesNip. 19711101 199903 2 001 Nip.196711171989032001
Mengetahui :KetuaJurusanKeperawatanPoltekkesKemenkesKendari
Muslimin L.,A.Kep.,S.Pd.,M.SiNip. 195603111981031001
HALAMAN PENGESAHAN
IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR RESIKOPADA ANAK DI POLIKLINIK ANAK PUSKESMAS LEPO – LEPO
KOTA KENDARI PROVINSI SULTRATAHUN 2015
DisusundanDiajukanOleh:
WD. HENNY WAHYUNIP00320012107
Telahdipertahankandidepanpembimbingdanpengujipadatanggal, 29 Juli 2015dandinyatakantelahmemenuhisyarat.
Menyetujui
1. Muslimin L., A.Kep.,S.Pd.,M.Si (...............................................)
2. Hj. SitiNurhayani, S.Kp, Ns.,M.Kep (...............................................)
3. H. Budiono, S.Kp.,M.Kes (...............................................)
4. Hj. SitiRachmiMisbah, SKp, M.Kes (...............................................)
5. Anita Rosanty, SST, M.Kes (...............................................)
MengetahuiKetuaJurusanKeperawatanPoltekkesKendari
Muslimin L A.Kep.,S.Pd,M.SiNIP. 19560311 198106 1 001
RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS PENULIS
1. Nama : WD. HENNY WAHYUNI
2. TempatTanggalLahir : Kioko, 24 Oktober 1994
3. Agama : Islam
4. Suku/Bangsa : Muna/Indonesia
5. JenisKelamin : Perempuan
6. Alamat : Jl. Durian
B. PENDIDIKAN
1. SD Negeri1 Bubu. TamatTahun 2006.
2. SMP Negeri 1 Bonegunu. TamatTahun 2009.
3. SMA Negeri 1 BonegunuTamatTahun 2012
4. PoltekkesKemenkesKendariJurusanKeperawatanTahun 2012
sampaisaatini
Motto
Dimana ada Kehidupan, harapan ADAJangan Hanya Menjadi Pengikut ... jadilah pemimipinMasa Depan Adalah Surga Yang TIDAK kita ketehui
Jangan Bersedih ketika orangmembicarakan kamu dibelakang,kamu Harus bergembira KARENA kamu Adalah orangYang
terdepan.
Sukses merupakan balas Dendam Terbaik
Hidup UNTUK Suatu HAL ATAU mati Tanpa UNTUKapapun
Kewajiban sebagai Seorang Anak Adalah Mengangkat hargadiri Keluarga
KaryaTulisIniSayaPersembahkanKepadaKeluargaSayaTerutamaKed
ua Orang Tua, Saudaraku,Kakek Dan Nenek,
Agamaku,Almamaterku, Serta Bangsa Dan Negaraku
ABSTRACT
WD. HENNY WAHYUNI (P00320012107) Identifikasi Penderita ISPA berdasarkanFaktor Resiko pada Anak di Poliklinik Anak Puskesmas Lepo – LepoKota KendariProvinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015. (PembimbingI:SitiRachmiMisbahdanPembimbing II Anita Rosanty).ISPA adalahsuatupenyakitinfeksiakutmenyerangjaringanpari-paru (alveoli) yangditandaidengangejalademam, pilek, batuk, disertaisesak yangbiasamenyeranganakbalita.Berdasarkan hasil data pada tahun 2013 dan 2014 ISPAberada diposisi pertama dan tertinggi dari 10 penyakit yang sering terjadi diPuskesmas Lepo-Lepo. jumlah penderita ISPA pada tahun 2013 sebanyak1471anak,tahun 2014 jumlah penderita ISPA sebanyak1240anak. Pada tahun 2015 periodeJanuari – Maret terdapat sebanyak 189 orang dengan anak yang menderita ISPA.Penelitianinibertujaununtukmengetahui faktor resikoPenderita ISPA pada Anak.Jenispenelitian ini adalah penelitian survey deskriptif yang digunakan untukmengidentifikasi faktor resiko penderita ISPA pada Anak. Populasi dalam penelitianini adalah ibu yang mempunyaianakpenderita ISPA berjumlah 189 orangpenderitasedangkansampeldalampenelitianiniadalahsebagianibu yangmempunyaianakpenderita ISPA dari 22 Mei sampai 22 Juni2015 sebanyak38denganmenggunakanteknik accidental samplingdenganmengambilkasusatauresponden yang kebetulanadaatautersediadengankasusISPA padaAnak.HasilpenelitianiniyaitumenunjukkanbahwaumursebagaifaktorresikopadaBalitapenderita ISPA yaitusebanyak 32 orang (84,2%), beratbadanlahiryaitusebanyak31 orang(81,6%),danstatus imunisasibukansebagaifaktorresikopadaBalitapenderita ISPAyaitusebanyak 29 orang (76,3%).Simpulan :Dari hasilpenelitianmenunjukkanbahwafaktor yang berisisko ISPApadaanaksebagianbesaradalahfaktorumursebanyak 32 orang (84,2%).Saran :DisarankanbagiPuskesmasLepolepo agar meningkatkanpenyuluhantentangPHBS padaibudananakkhusunyapenderita ISPA
Kata Kunci : Umur Anak, Berat Badan Lahir, Status Imunisasi, Penderita ISPA
Daftar pustaka 2010 samapai 2014 (20 buku)
KATA PENGANTAR
Penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberi rahmat, hidayah, kesehatan, kekuatan, dan ketenangan jiwa sehingga
karya tulis ilmiah yang berjudul “Identifikasi Penderita ISPA berdasarkan Faktor
Resiko pada Anak di Poliklinik Anak Puskesmas Lepo – Lepo Kota Kendari
Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015” dapat terselesaikan sebagai syarat dalam
menyelesaikan pendidikan Diploma III (D III) di Politeknik Kementerian Kesehatan
Kendari, Jurusan Keperawatan.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiahini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari segi penulisan maupun isinya. Untuk itu dengan segala
kerendahan hati penulis akan menerima saran-saran dan kritik yang konstruktif dari
pembaca demi kesempurnaan karya tulis ilmiahini dan agar dapat meningkatkan hasil
penulisannya dilain kesempatan.
Dengan terselesaikannya karya tulis ilmiahini, penulis sampaikan ucapan
terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak terkait dalam penyusunan
karya tulis ilmiahini, khususnya kepada yang terhormat Ibu Hj. SitiRachmiMisbah,
SKp, M.Kes. selaku pembimbing I dan Ibu Anita Rosanty, SST, M.Kes. selaku
pembimbing II. Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Petrus, SKM, M. Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Kendari.
2. Bapak Drs. H. Bachrun, M.Si selaku Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan
Provinsi Sulawesi Tenggara yang telah memberikan izin penelitian.
3. Ibu Dr. Putu Agustin Kusumawati selaku Kepala Puskesmas Lepo -Lepo yang
telah member izin melakukan penelitian.
4. Muslimin L A. Kep., S.Pd, Msi selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Kendari.
5. Ibu Hj. Sitti Rachmi Misbah, SKp, M.Kes selaku pembimbing I dan ibu Anita
Rosanty, SST, M.Kes selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan
dan arahan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
6. Bapak Muslimin L A. Kep., S.Pd, selaku penguji I, Hj. Siti Nurhayani, S.Kep.,Ns.,
M.Kes selaku penguji II dan bapak H. Budiono, S.Kp., M.Kes selaku penguji III
yang telah memberikan memberikan masukan dalam karya tulis ilmiah ini.
7. Seluruh dosen dan staf Poltekkes Kemenkes Kendari khususnya Jurusan
Keperawatan, terima kasih atas segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan
selama ini.
8. Spesial Kedua orang Tuaku LM.Rahmat dan Kasriyati yang senantiasa
mendoakan, menyemangati,mendukung,memberikan kasih sayang dan selalu
mendoakan yang terbaik.
9. Untuk kakaku Ld.Muh Fadil dan Ld.Hanif Hidayat Ani yang selalu menasehatiku,
mendoakan, memberikan bantuan dengan ikhlas dan seluruh keluarga besarku.
10. Untuk sahabatku tercinta Gang Cetar aswar, titi, tima, yuni, lina yang selalu
senang tiasa membantuku di kala senang maupun duka dan membantu
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
11. Untuk yayu, yesa, eli, nia, diah, eko, arkam, nandar, putra, minhar, amzak, ikhwan,
sarjun, ruli terimakasih telah membantu menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dan
seluruh teman – teman kelas III B yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Harapan penulis semoga kelak setelah membaca karya tulis ini, wawasan
para pembaca menjadi lebih luas serta dapat bermanfaat bagi kehidupan para
pembaca dimasa yang akan datang. Amin.
Kendari, 05 Agustus 2015
Penulis
WD. HENNY WAHYUNI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………………………………………………………….....i
HALAMAN PERSETUJUAN………………………………….………...........ii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................iii
RIWAYAT HIDUP..............................................................................................iv
MOTTO..................................................................................................................v
ABSTRAK............................................................................................................vi
KATA PENGANTAR…………………………………………………..……..vii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………...viii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………....ix
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………....x
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang…………………………………………………..........1B. RumusanMasalah……………………………………………….........3C. TujuanPenelitian………………………………………………...........4D. ManfaatPenelitian……………………………………………............4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. TinjauanTentangInfeksi Saluran Pernafasan Akut………………......6B. TinjauanUmum Tentang AnakBalita.....................…………….........14C. Faktor Resiko Terjadinya ISPA..........................................................18
BAB III KERANGKA KONSEP
A. DasarPemikiran ……………………..……………..…………...........27B. Kerangka Pikir…...........………………………….……………….....28C. DefinisiOperasional Dan Kriteria Objektif ……………....................39
BAB IV METODE PENELITIAN
A. JenisPenelitian……………………..…………………………...........30B. Waktu Dan TempatPenelitian ……………………………………....30C. Populasi Dan Sampel ………..……………………………………...30
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data……………………………..........31E. Pengolahan Data………………………………………………….....31F. Analisis Data………………………………………………………...32G. Penyajian Data ……………………………………………………....32
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian………………………………....33B. HasilPenelitian…………………………………………………….....35C. Pembahasan…………………………………………………….…....38
BAB VIPENUTUP
A. Simpulan……………………..………………………….....................43B. Saran ……………………………………………………………........44
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Teks Halaman
Tabel 5.1 Distribusi Penderita Berdasarkan Umur Anak di Poli
Klinik Anak Puskesmas Lepo – Lepo Kota Kendari
Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015...........................
35
Tabel 5.2 Distribusi Penderita Berdasarkan JenisKelamindi Poli
Klinik Anak Puskesmas Lepo – Lepo Kota Kendari
Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015...........................
36
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan PendidikanIbudi Poli
Klinik Anak Puskesmas Lepo – Lepo Kota Kendari
Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015...........................
36
Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan PekerjaanIbudi Poli
Klinik Anak Puskesmas Lepo – Lepo Kota Kendari
Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015..........................
37
Tabel 5.5 Distribusi Penderita Berdasarkan Umur di Poli Klinik
Anak Puskesmas Lepo – Lepo Kota Kendari Provinsi
Sulawesi Tenggara tahun 2015........................................
37
Tabel 5.6 Distribusi PenderitaBerdasarkan BeratBadanLahirdi Poli
Klinik Anak Puskesmas Lepo – Lepo Kota Kendari
Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015........................... 38
Tabel 5.7 Distribusi PenderitaBerdasarkan Status Imunisasidi Poli
Klinik Anak Puskesmas Lepo – Lepo Kota Kendari
Provinsi Sulawesi Tenggaratahun 2015........................... 38
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Permintaan Persetujuan Menjadi Responden
2. Surat Pernyataan Persetujuan Responden
3. Lembar Kuesioner Penelitian
4. Master Tabel Penelitian
5. Surat Izin Pengambilan Data Awal Penelitian
6. Surat Pengantar izin penelitian dari instituti
7. Surat Pengantar izin penelitian dari bidang litbang
8. Surat Telah Melakukan Penelitian dari Tempat Penelitian
9. Gambar Dokumentasi Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO) memperkirakan insiden
infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) di Negara berkebang dengan angka
kematian anak di atas 40% 1000 kelahiran hidup adalah 15% - 20% pertahun pada
golongan usia anak. Di Indonesia , infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) selalu
menepati urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi dan anak.
Berdasarkan prevalensi ISPA tahun 2012 di Indonesia telah mencapai 25% dengan
rentang kejadian yaitu sekitar 17,5% -41,4% dengan 16 provinsi diantaranya
mempunyai prevalensi di atas angka nasional. Selain itu ISPA juga sering berada
pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit. (WHO, 2012)
Di Eropa dan Amerika Utara, penyakit ini menyerang 100 per 100.000
orang dewasa setiap tahun. Case Fatality Rate atau CFR sebelumnya mencapai 20–
40% diantara penderita dirawat di Rumah Sakit dan telah menurun 5 – 10%
dengan terapi anti mikrobial dan tetap sekitar 20 – 40% pada penderita yang
mempunyai latar belakang penyakit lain atau pada pecandu alkohol. Di Indonesia,
cakupan temuan penderita ISPA yang dilaporkan pada tahun 2006 berkisar antara
30%-40%, sementara sasaran temuan penderita ISPA pada tahun tersebut adalah
78% - 82%. Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2007 dari
10 penyebab kematian pada orang dewasa, gangguan nafas menduduki urutan
kelima yakni 11,80% (Depkes RI, 2010).
ISPA merupakan infeksi saluran pernafasan yang dapat berlansung sampai
14 hari. Pada umumnya, penyakit ISPA sering terjadi pada anak-anak karena pada
anak memiliki daya tahan tubuh yang rendah. Penyakit ini dikatakan infeksi
karena terjadi melalui proses masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam
tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit pada
saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli hingga menimbulkan gejala
penyakit pada penyakit saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli
beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
Penyakit ISPA juga dikatakan sebagai penyakit akut karena infeksi yang
berlangsung sampai dengan 14 hari (Tjitra dkk, 2011).
Berdasarkan Program Pembangunan Nasional (Propenas) bidang
kesehatan, angka kematian ISPA di Indonesia lima per seribu pada tahun 2007
akan diturunkan menjadi tiga per seribu pada akhir tahun 2012. Prevelensi
Nasioanal Infeksi Saluran Pernafasan Akut (berdasarkan diagnosa tenaga
kesehatan dan keluhan responden) tahun 2013 adalah 25, 50%. Sebanyak 16
Provinsi mempunyai prevelensi Infeksi Saluran Pernafasan Akut diatas prevelnsi
nasioanl (Tjitra dkk, 2011).
Data Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Tenggara dalam 3 tahun terakhir
menunjukan bahwa kejadian ISPA pada Anak sejak tahun 2011 adalah 6.960
kasus, penderita ISPA pada Anak tahun 2012 adalah 8.829 kasus, pada tahun 2013
mengalami peningkatan yaitu 22.554 kasus (Dinkes Provinsi Sultra, 2015).
Berdasarkan hasil data dari puskesmas Lepo – Lepo pada tahun 2013 dan
2014 ISPA berada diposisi pertama dan tertinggi dari 10 penyakit yang sering
terjadi di Puskesmas Lepo-Lepo. jumlah penderita ISPA pada tahun 2013
sebanyak1471anak, tahun 2014 jumlah penderita ISPA sebanyak1240anak. Pada
tahun 2015 periode Januari – Maret terdapat sebanyak 189 orang dengan anak
yang menderita ISPA (Data Puskesmas Lepo Lepo, 2015).
Umur diduga terkait dengan system kekebalan tubuhnya. Bayi dan anak
merupakan kelompok umur yang kekebalan tubuhnya belum sempurna, sehingga
masih rentan terhadap penyakit infeksi (Suhandayani, 2009), Anak dengan gizi
yang kurang akan lebih mudah terserang ISPA dibandingkan dengan anak gizi
normal karena faktor daya tahan tubuh yang kurang. Imunisasijuga mempengaruhi
kejadian ISPAdan penyakit infeksi lainnya akibat sistem imun yang kurang
berfungsi dengan baik untuk melawan berbagai infeksi yang masuk didalam tubuh.
Berdasarkan uraian diatas membuat peneliti tertarik melakukan penelitian
tentang “Identifikasi Penderita ISPA berdasarkan Faktor Resiko pada
Anakdi Poliklinik Anak Puskesmas Lepo – LepoKota Kendari Provinsi
Sulawesi Tenggara tahun 2015 ”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “BagaimanakahIdentifikasi Penderita ISPA berdasarkan
Faktor Resiko pada Anak di Poliklinik Anak Puskesmas Lepo – LepoKota Kendari
Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor resikoPenderitaISPA pada Anak di Poliklinik
Anak Puskesmas Lepo-LepoKota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun
2015.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi umur sebagai faktor resikopada Anakpenderita ISPAdi
Poliklinik Anak Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari Provinsi Sulawesi
Tenggara Tahun 2015.
b. Mengidentifikasi berat badan lahir sebagai faktor resikopada
Anakpenderita ISPAdi Poliklinik Anak Puskesmas Lepo-Lepo Kota
Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2015
c. Mengidentifikasi status imunisasi sebagai faktor resikopada Anakpenderita
ISPAdi Poliklinik Anak Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari Provinsi
Sulawesi Tenggara Tahun 2015.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat :
1. Bagi Puskesmas
Bahan masukan bagi Puskesmas Lepo-lepo dalam penanganan pasien
khususnya penderita ISPA
2. Bagi Institusi Pendidikan
Merupakan suatu pengalaman berharga dan masukan bagi penulis
dalam mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama menempuh
pendidikan di Politeknik Kesehatan Kendari.
3. Bagi Peneliti
Menambaah wawasan dan sebagai latihan dalam meningkatkan
kemampuan dalam melaksanakan penelitian keperawatan dan sebagai
tambahan ilmu pengetahuan tentang metode penelitian khususnya penyakit
ISPA dan sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang relevan
dengan penelitian ini.
4. Bagi Peneliti Lain
Dapat memberikan informasi dan dorongan kepada masyarakat tentang
pentingnya pencegahan dan penanggulangan ISPA pada anak
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Tentang Penyakit ISPA
1. Pengertian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) diadaptasi dari istilah dalam
bahasa inggris, yaitu Acute Respiratory Infections (ARI) yang mempunyai
pengertian sebagai berikut:
a. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikro organisme ke dalm tubuh
manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
b. Saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung, hingga
alveolimbeserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga
tengah dan pleura.
c. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari (Tjitra
dkk, 2011)
ISPA adalah suatu penyakit infeksi akut menyerang jaringan pari-
paru (alveoli) yang ditandai dengan gejala demam, pilek, batuk, disertai sesak
yang biasa menyerang anak anak (Depkes RI, 2010).
Dari pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahhwa ISPA adalah
penyakit ifeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran
napas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah)
termasuk jaringan adneksanya sseeperti sinus, rongga telinga tengah dan
pleura yang berlangsung sampai dengan 14 hari
Proses infeksi dapat mencangkup saluran pernafasan atas atau bawah
atau keduanya. Infeksi ini dapat disebabkan oleh virus, bakteri, riketsia,fungsi,
atau protozoa dan bersifat ringan, sembuh sendiri, atau menurunkan fungsi
individu. Saluran pernafasan atas berfungsi menghangatkan, melembabkan,
dan menyaring udara. Bersama udara, masuk berbagai patogen, yang dapat
nyangkut di hidung, farings (tonsila), laring, atau trakea, dan dapat
berproliferasi, bila daya tahun tubuh menurun. Penyebaran infeksi (bila
terjadi) tergantung pada pertahanan tubuh pula, dan dari virulensi kuman yang
bersangkutan.
Proses infeksi saluran pernafasan dapat disebabkan oleh patogen yang
mengenai saluran pernafasan atas. Infeksi ini menimbulkan berbagai
gambaran patologis dan klinis bergantung pada ketahanan hospes dan
virulensi organisme.Mengingat ISPA banyak dipengaruhi oleh banyak faktor,
maka sampai saat ini, cara pencegahan yang efektif dan spesifik masih terus
diteliti, namun secara umum pencegahan ISPA dapat dilakukan dengan pola
hidup sehat, cukup gizi, menghindari polusi udara dan pemberian imunisasi
lengkap (Maryam, 2010).
2. Klasifikasi ISPA Pada Anak
Penentuan klasifikasi ISPA pada anakdibedakan atas dua kelompok,
yaitu sebagai berikut :
a. Kelompok umur kurang dari 2 bulan, dibagi atas : pneumonia berat dan
bukan pneumonia. Pneumonia berat ditandai dengan adanya nafas cepat
(fast breathing), yaitu frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali permenit atau
lebih, atau adanya tarikan kuat pada dinding dada bagian bawah ke adalam
(severa chest indrawing), sedangkan bukan pneumonia bila tidak
ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada nafas cepat
(Tjitra dkk, 2014).
b. Kelompok umur 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun dibagi atas : ISPA
berat dan bukan pneumonia. ISPAberat, bila disertai nafas sesak yaitu
adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam pada waktu anak
menarik nafas. ISPAdidasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran
bernafas disertai adanya nafas cepat sesuai umur, yaitu 40 kali permenit
atau lebih. Bukan pneumonia, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada
bagian bawah dan tidak ada napas cepat (Tjitra dkk, 2014).
3. Etiologi ISPA
Penyebab terjadinya ISPA beraneka ragam, namun penyebab
terbanyak adalah virus, bakteri dan aspirasi (debu, populasi, makanan).
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri
penyebab ISPA antara lain adalah dari genus stereptokokus, stafilokokus,
pikornavirus, mikoplasma, herpesvirus dan lain-lain. ISPA bagian atas
umumnya disebabkan oleh virus, sedangkan ISPA bagian bawah yang
disebabkan oleh bakteri, virus dan mycoplasma. ISPA bagian bawah yang
disebabkan oleh bakteri umunya mempunyai manifestasi klinis yang berat
sehingga menimbulkan beberapa masalah dalam penangananya. ISPA bagian
atas umumnya disebabkan oleh virus, sedangka ISPA bagian bawah dapat
disebabkan oleh bakteri, virus dan mycoplasma. ISPA bagian bawah yang
disebabkan oleh bakteri umumnya mempunyai manifestasi klinis yang berat
sehingga menimbulkan beberapa masalah dalam penangananyan (Suryana, A.
2012).
4. Tanda dan Gejala
Dalam pelaksanaan program pemberantasan penyakit ISPA (P2 ISPA)
kriteria untuk menggunakan pola tatalaksana penderita ISPA adalah anak,
ditandai dengan adanya batuk dan atau adanya kesukaran bernafas disertai
adanya peningkatan frekwensi nafas (nafas cepat) sesuai golongan umur.
Dalam penentuan klasifikasi penyakit dibedakan atas dua kelompok yaitu
umur kurang dari 2 bulan dan umur 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun (Tjitra
dkk, 2011).
Klasifikasi ISPA berat didasarkan pada adanya batuk dan atau
kesukaran pernafasan disertai na fas sesak atau tariakan dinding dada bagian
bawah kedalam (chest indrawing) pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari
5 tahun. Untuk kelompok umur kurang dari 2bulan diagnosis ISPA berat
ditandai dengan adanya nafas cepat (fast breathing) dimana frekuensi nafas 60
kali permenit atau lebih, dan atau adanya tarikan yang kuat dinding dada
bagian bawah kedalam (severe chest indrawing) (Tjitra dkk, 2011).
Bukan ISPA apabila ditandai dengan nafas cepat tetapi tidak disertai
tariakan dinding dada kedalam. Bukan pneumonia mencakup kelompok
penderita dengan batuk pilek biasa yang tidak ditemukan adanya gejala
peningkatan frekuensi nafas dan tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian
bawah kedalam (Depkes, 2010).
Ada beberapa tanda klinis yang dapat menyertai anak dengan batuk
yang dikelompokan sebagai tanda bahaya :
a. Tanda dan gejala untuk golongan umur kurang dari 2 bulan yaitu tidak
bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stidor (ngorok) wheezing (bunyi
nafas), demam.
b. Tanda dan gejala untuk golongan umur 2 bulan sampai kurang 5 tahun
yaitu tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor (Tjitra dkk,
2011).
5. Cara Penularanya
Pada umunya penyakit ISPA termaksud dalam kelompok penyakit
yang ditularkan melalui udara (airborne disease). Sumber penularan penyakit
adalah penderita ISPA. Awal dan lamanya penderita dapat penularan
penyakitnya ke orang lain juga berbada-beda karena beraganya etiologinya.
Penularan organisme penyebab ISPA terjadi melalui aerosol, droplet atau
kontak langsung tangan dengan sekret yang terinfeksi yang kemudian
menyentuh hidung atau mata (Tjitra dkk, 2011).
6. Pencegahan ISPA
Menurut Tjitra dkk (2011), pencegahan penyakit ISPA dapat dilihat
dalam lima tingkat pencegahan penyakit (five level prevention), sebagai
berikut :
a. Promosi kesehatan ( Health Promotion )
Promosi kesehatan ( health promotion ) adalah upaya meningkatkan
peran kesehatan program dan masyarakat secara optimal, mengurangi
penyebab penyakit ISPA dan derajat resiko serta meningkatkan secara
optimal lingkungan yang sehat. Sasaran dari pencegahan ini yaitu orang
sehat dengan usaha meningkatkan derajat kesehatan.
Promosi kesehatan (health promotion) dalam mencegah terjadinya
penyakit ISPA dapat dilakukan denganberbagai cara diantaranya:
1) Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang cara-cara
penularan dan cara-cara pemberian serta manfaat menegakan diagnosis
dini dari suatu penyakit seperti ISPA.
2) Penyedian makanan sehat dan cukup ( kulitan maupun kuantitas).
3) Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, misalnya penyedian air
bersih, pembuangan sampah, pembuangan tinja dan limbah.
4) Pendidikan kesehatan kepada masyrakat.
5) Olahraga secara teratur sesuai kemampuan individu.
b. Perlindungan Khusus ( spesific protection )
Sasaran pada perlindungan khusus ( spesific protection ) yang utama
adalah tinjauan kepada penjamu (host) dan penyebab utam meningkatkan
daya tahan tubuh maupun untuk mengurangi resiko terhadap penyakit
ISPA.
Perlindungan khusus (spesific proctection) dalam mencegah
terjadinya penyakit ISPA dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :
1) Perbaikan status gizi individu / perorangan ataupun masyralat untuk
membentuk daya tahan tubuh yang lebih baik dan dapat malawan agent
penyakit yang akan masuk ke dalam tubuh, seperti mengkomsumsi
bahan makanan yang mengandung zat gizi yang lebih baik dan
diperlukan tubuh.
2) Memberika ASI ekslusif pada bayi yang baru lahir, karena ASI banyak
mengandung kalori, protein, dan vitamin, yang banyak dibutuhkan oleh
tubuh, pencegahan ini bertujuan untuk membentuk sistem kekebalan
tubuh bayi sehingga terlindungi dari berbagai penyakit infeksi
termaksud ISPA.
c. Diagnosis dini dan pengebotan segera (early diagnosis and prompt
treatment)
Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt
treatment) merupakan pencegahan yang ditujukan bagi mereka yang
menderita atau terancam akan menderita penyakit ISPA, dengan tujuan
mencegah meluanya penyakit atau terjadinya wabah penyakit menular dan
menghentikan proses penyakit lebih lanjut serta mencegah terjadinya
kompilkasi.
Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt
treatment) dalam pencegahan terjadinya penyakit ISPA dapat dilakukan
dengan berbagai upaya diantaranya:
1) Mencari kasus sendini mungkin
2) Mencari penderita dalam masyarakat dengan jalan pemeriksaan
3) Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan semua penderita
untuk diawasi agar bila penyakitnya timbul dapat segera diberikan
pengobatan.
4) Meningkatkan keteraturan pengobatan terhadap penderita
5) Pemberian pengobatan yang tepat pada setiap pemulaan kasus.
d. Pembatasan cacat (disabillity limitation)
Pembatasan cacat (disabillity limitation) merupakan pencegahan
yang mencegah terjadinya kecacatan atau kematian akibat penyakit ISPA.
Pembatasan cacat (disability limitation) dalam mencegah terjadinya
penyakit ISPA dapat dilakukan dengan berbagai upaya diantaranya:
1) Pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita sembuh dan
tak terjadi komplikasi
2) Pencegahan tehadap komplikasi dan kecacauan
3) Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk dimungkinkan
pengobatan dan perawatan yang lebih intentif.
e. Rehabilitas (Rehabilitation)
Rehabilitan (Rehabilitation) merupakan pencegahan yang berjuan
untuk berusaha pengembalikan fungsi fisik, psikologis dan sosial secara
optimal. Rehabilitas (rehabilitation) dalam mencegah terjadinya penyakit
ISPA dapat dilakukan dengan rehabilitasi fisik/medis apabila terdapat
gangguan kesehatan fisik akibat penyakit ISPA (Notoatmojo).
B. Tinjauan Umum Tentang Anak
1. Pengertian
Menurut Undang – Undang anak adalah seseorang yang belum mencapai
umur 18 tahun dan belum pernah kawin.Anak merupakan individu yang berada
dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga
remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang
dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah
(2,5-5), usia sekolah (5-11 tahun) hingga remaja (11-18 tahun)(Uripi, 2014).
Anak merupakan generasi yang perlu mendapat perhatian disebabkan
oleh beberapa hal yaitu :
a. Anak merupakan generasi penerus dan modal dasar untuk kelangsungan
hidup bangsa.
b. Anak sangat peka terhadap penyakit
c. Tingkat kematian anak yang masih tinggi.
Anak merupakananak dibawa 18 tahun pertama dimana (Sjahmien
Moehji, 2013).kebutuhan dasar – dasar kepribadian manusia, kemampauan
pengindraan, berfikir, keterampilan berbahasa dan berbicara, bertingkah laku
sosial dan lainnya. Masa anak merupakan masa kehidupan yang sangat penting
dan perlu perhatianserius, dimana pada masa kehidupan yang sangat penting
dan perlu perhatian serius dimana pada masa ini berlangsung proses tumbuh
kembang psikomotorik, mental dan sosial. Karena itu, perhatian yang diberikan
akan sangat menurunkan kualitas hidup manusia dimasa depan (Depkes RI,
2010).
Anak menunjukan pertumbuhan badan yang pesat sehingga memerlukan
zat-zat gizi yang tinggi, anak merupakan kelompok umur yang paling sering
menderita gizi dalam hal ini. Kekurangan Energi Protein (Sediaoetama, 2012).
Adapun pembagian anak anak menurut umur adalah :
a. Anak umur 13-23 bulan
b. Anak umur 24-35 bulan
c. Anak umur 36-47 bulan
d. Anak umur 48-60 bulan
Pembagian kelompok umur ini sesuai dengan tugas perkembangan anak,
dimana tiap-tiap kelompok umur tersebut mempunyai tugas perkembangan
yang berbeda (Soetjiningsih, 2010).
2. Karakteristik Anak
Anak adalah individu yang rentan karena perkembangan kompleks
yang terjadi di setiap tahap masa kanak- kanak dan masa remaja. Laju
pertumbuhan masa anak lebih besar dari apa yang disediakan ibunya. Laju
pertumbuhan masa anak lebih besar dari masa usia pre-sekolah sehingga
diperlukan jumlah makanan yang relatif. Namun perut yang masih lebih kecil
menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan
lebih kecil dari anak yang usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan
yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering (Uripi, 2014).
Pada usia parasekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah
dapat memiliki makanan yang sudah disukainya. Pada usia ini anak mulai
bergaul dengan lingkunganya atau bersekolah playgroup sehingga anak
mengalami beberapa perubahan dalam perilaku. Pada masa ini anak akan
mencapai fase gemar memprotes sehingga mereka akan mengatakan “tidak”
terhadap setiap ajakan. Karakteristik anak pra sekolah ini mencangkup
perkembangan fisik dan kemampuan motorik serta emosional anak.
Perkembangan fisik yaitu hasil tumbuh kembang fisik adalah bertumbuh
besarnya ukuran – ukuran antropomentrik dan gejala/tanda lain pada rambut,
gigi geligi, otot serta jaringan lemak, darah, dan lainya. Sedangkan
kemampuan motorik dan emosional anak mencangkup sikap anak dalam
lingkungan, gerakan anggota badan, serta kemampuan intelektual anak seperti
menyebutkan nama atau bercerita lainya.
Tahap – tahap usia pra-sekolah (Wikipedia,2009). Sebagai berikut :
2.1. Perkembangan Fisik
Di awal anak, bertambah berat badan anak merupakan
singkatan bawah lima tahun, satu periode usia manusia dengan rentang
usia dua hingga lima tahun, ada juga yang menyebutkan dengan
periode usia prasekolah. Pada fase ini anka berkembang dengan sangat
pesat karena anak memiliki ciri khas perkembangan menurun
disebabkan banyaknya energi untuk bergerak (Choirunisa, 2009).
2.2. Perkembangan Psikologis
Dari sisipsikomor, anak mulai terampil dalam pergerakanya
(lokomotion), seperti berlari, memanjat, melompat, berguling,
berjinjit, menggenggam, melempar yang berguna untuk mengelola
keseimbangan tubuh dan mempertahankan rentang atensi.Pada akhir
periode anak kemampuan motorik halus anak juga mulai terlatih
seperti meronce, menulis, menggambar, menggunakan gerakan
pinceryaitu memegang benda dengan hanya menggunakan jari
telunjuk dan ibu jari seperti memegang alat tulis atau mencubit serta
memegang sendok dan menyuapakan makanan kemulutnya, mengikat
tali sepatu. Dari sisi kognitif, pemahaman terhadap obyek telah lebih
ajeg. Kemampuan bahasa anak tumbuh dengan pesat. Pada periode
awal anak yaitu usia dua tahun kosa kata anak rata-rata anak adalah 50
kata, pada usia 5 tahun telah menjadi diatas 1000 kosa kata. Pada usia
tiga tahun anak mulai berbicara dengan kalimat sederhana berisi tiga
kata dan mempelajari kata bahasa dari bahasa ibunya (Choirunisa,
2009).
Anak diharapkan tumbuh dan berkembang dalam keadaan
sehat jasmani sosial dan bukan hanya bebas dari penyakit dan
kelemahan. Masalah kesehatan anak merupakan masalah nasional
mengingat angka kesakitan dan angka kematian pada anak masih
cukup tinggi. Angka kesakitan mencerminkan keadaan yang
sesungguhnya sebab kesemuanya berkaitan erat dengan faktor
lingkungan seoerti perumahan, kemiskinan, gizi kurang, dan
pelayanan kesehatan (Choirunisa, 2009).
C. Faktor Resiko Terjadinya ISPA
Berdasarkan hasil penelitian dari berbagai negara termaksud indonesia dan
berbagai publikasi ilmiah, dilaporkan berbagai faktor baik untuk meningkatkan
insiden (morbilitas) akibat pneumonia. Berbagai faktor resiko yang meningkatkan
kematian akibat ISPA adalah umur dibawah 2 bulan, tingkat sosial ekonomi
rendah, menderita penyakit kronis dan aspek kepercayaan setempat dalam prektek
pencarian pengobatan yang salah (Anonim, 2013). Faktor – faktor penyebab ISPA
pada anak adalah sebagai berikut :
1. Umur Anak
Umur merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian ISPA.
Risiko untuk terkena ISPA lebih besar pada anak umur dibawah 2 tahun
dibandingkan yang lebih tua, hal ini dikarenakan status kerentanan anak di
bawah 2 tahun belum sempurna dan lumen saluran napas yang masih sempit
(Daulaire, 2000).
Menurut Rifal (2012), umur adalah umur yang dihitung mulai dilahirkan
sampai meninggal, sedangkan menurut Lukman (2011) umur adalah lamanya
waktu hidup sejak dilahirkan/diadakan. Sejumlah studi yang besar menunjukan
bahwa insiden penyakit pernafasan oleh virus melonjak pada bayi dan usia dini
anak-anak dan tetap menurun terhadap usia. Insiden ISPA tertinggi pada umur
6 – 12 bulan. ISPA dapat menyerang semua baik pria maupun wanita pada
semua tingkat usia, terutama pada usia < 2 bulan karena daya tahan tubuh bayi
< 2 bulan lebih rendah daripada orang dewasa sehingga mudah terserang ISPA.
Umur diduga terkait dengan system kekebalan tubuhnya.Bayi dan anak
merupakan kelompok umur yang kekebalan tubuhnya belum sempurna,
sehingga masih rentan terhadap penyakit infeksi (Suhandayani, 2009).
2. Berat Badan Lahir
Berat badan lahir menentukan pertumbuhan dan perkembangan fisik dan
mental pada masa anak. Bayi dengan berat badan lahir mempunyai resiko
kematian yang lebih besar dibandingkan dengan berat badan lahir normal,
terutama pada bulan-bulan pertama kelahiran karena pembentukan zat anti
kekebalan kurang sempurna sehingga lebih mudah terkena penyakit infeksi,
terutama pneumonia dan sakit saluran pernafasan lainya. Penelitian
menunjukan bahwa berat bayi kurang dari 2500 gram dihubungkan dengan
meningkatnya kematian akibat infeksi saluran pernafasan dan hubungan ini
menetap setelah dilakukan adjusted terhadap status pekerjaan, pendapatan,
pendidikan. Data ini mengingatkan bahwa anak – anak dengan riwayat berat
badan lahir rendah tidak mengalami rate lebuh tinggi terhadap penyakit saluran
pernafasan, tetapi mengalami lebih berat infeksinya(Suhandayani, 2009)
Pada umumnya bayi dilahirkan setelah dikandung kurang lebih 40
minggu dalam rahimibu. Pada waktu lahir bayi mempunyai berat badan sekitar
3 Kg dan panjang badan 50 cm. Secara umum berat bayi lahir yang normal
adalah antara 3000 gr sampai dengan 4000 gr dan bila dibawah atau kurang dari
2500 gr dikatakan berat badan lahir (Solihin Pudjiadi, 2013). Menurut Jumiarni,
dkk (2010),
Bayi berat lahir merupakan masalah penting dalam pengelolaanya
karena mempunyai kecenderungan kearah peningkatan terjadinya infeksi,
kesukaran mengatur nafas tubuh sehingga mudah unutk menderita hipotermia.
Selain itu bayi dengan berat badan lahir mudah terserang komplikasi tertentu
seperti ikterus, hipoglikomia yang dapt di istilahkan dengan kelompok resiko
tinggi, karena pada bayi berat lahir menunjukan angka kematian dan kesehatan
yang lebih tinggi dengan berat bayi lahir cukup. WHO memperkirakan bahwa
angka prevelensi berat badan lahir di negara maju terbesar antara 3-7% dan di
negara berkembang berkisar antara 13-38%. Untuk Indonesia belum ada angka
pesat secara keseluruhan, hanya perkiraan WHO pada tahun 1990 adalah 14%
dari seluruh koheren hidup (Sjahmien Moehji, 2013).
3. Status Gizi
Masukan zat – zat gizi yang diperoleh pada tahap pertumbuhan dan
perkembangan anak dipengaruhi oleh : umur, keadaan fisik, kondisi
kesehatanya, kesehatan fisiologis pencernaanya, tersedianya makanan antara
lain berdasarkan antropomentri : panjang badan, tinggi badan, lingkar lengan
atas. Kejadian gizi yang buruk muncul sebagai faktor resiko yang penting untuk
terjadinya ISPA. Beberapa penelirian telah membuktikan tentang adanya
hubungan antara gizi buruk dan infeksi paru, sehingga anak-anak yang bergizi
buruk dan terjadinya campak dan infeksi virus berat lainya serta menurunya
daya tahan tubuh anak terhadap infeksi. Anak dengan gizi yang kurang akan
lebih mudah terserang ISPA dibandingkan dengan anak gizi normal karena
faktor daya tahan tubuh yang kurang (Sjahmien Moehji, 2013).
Begitu pula dengan masa anak, kecukupan gizi sangat penting bagi
kesehatan anak, dimana seluruh pertumbuhan dan kesehatan anak erat kaitanya
dengan masukan dengan makanan yang memadai. Pertumbuhan dan
perkembanganyang optimal pada anak memelurkan makanan yang sesuai
dengan anak yang sedang tubuh. Seluruh komponen bangsas, terutama orang
tua, harus memperhatikan anak karena anak karena anak merupakan generasi
penerus dan modal dasar untuk kelangsungan hidup bangsa. Masa anak disebut
juga sebagai “ golden period “ atau masa keemasan, dimana terbentuk dasar-
dasar kemampuan keindahan, berfikir, berbicara serta pertumbuhan mental
intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan normal (Sjahmien Moehji,
2013).
Anak merupakan salah satu golongan paling rawan gizi. Pada usia anak
dikatakan sebagai saat yang rawan karena pada rentang waktu ini anak masih
sering sakit, anak merupakan konsumen pasif yang sangat tergantung kepada
orang tua serta sering terdapat keluhan nafsu makan kurang.Masa anak disebut
juga masa vital, khususnya sampai usia dua tahun, karena adanya masa vital ini,
maka pemeliharaan gizi sangat penting utuk diperhatikan. Jika tidak, akan
mengganggu proses pertumbuhans secara maksimal. Keberhasilan mencapai
status gizi anak yang baik erat kaitanya dengan kerja sama antara orang tua
yang memperpraktekanya dan mendapat mendapat informasi gizi dengan baik
(Sjahmien Moehji, 2013).
a. Penilaian secara langsung
1) Antropometri
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan
mengukur beberapa parameter. Parameter antropometri merupakan dasar
dari penilaian status gizi. Kombinasi antara beberapa parameter disebut
indeks antropometri.
2) Berat badan menurut tinggi badan
Indeks BB/TB digunakan untuk menilai status gizi saat kini.
Keuntungan dari penggunaan indeks BB/TB juga berguna dalam evaluasi
manfaat program intervensi, dimana indeks ini juga sering kali digunakan
dalam penilaian gizi pasien di rumah sakit, untuk mengidentifikasi
wasting (gibson R, 1990 dalam effendy DS, 2009).
Kelemahan indeks BB/TB adalah indeks ini tidak dapat
menggambarkan apakah anak yang dinilai tersebut pendek atau cukup
tinggi badan menurut umurnya, karena faktor umur tidak
dipertimbangkan. Selain itu, adanya edema bisa mempersulit penafsiran
hasil pengukuran (Supariasa, 2012).
Menurut Kemenkes RI (2011) standar antropometri penilaian
status gizi anak dapat dinilai dari beberapa kategori sebagai berikut :
1) Kategori dan ambang batas status gizi anak berdasarkan indeks
panjang badan menurut umur (PB/U). Pada kategori status gizi pendek
ambang batas (Z – Score) -3 SD sampai dengan <-2 SD, pada kategori
status gizi normal ambang batas Z-Score) -2 SD dan pada kategori
status gizi tinggi ambang batas (Z-Score) >2 SD.
2) Kategori ambang batas status gizi anak berdasarkan indeks Berat
Badan menurut pajang badan (BB/PB) atau berat badan menurut tinggi
badan (BB/TB) umur anak 0-60 bulan. Pada kategori status gizi kurus
ambang batas (Z – Score) -3 SD sampai dengan < - 2 SD, pada
kategori status gizi normal ambang batas (Z – Score) -2 SD sampai
dengan 2 SD dan pada kategori status gizi gemuk ambang batas (Z –
Score) > 2 SD.
4. Status Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak di Imunisasi,
berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau
resisten terhadap suatu penyakit, tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit lain
(Notoatmodjo, 2010).
Imunisasi merupakan salah satu upaya pencegahan penyakit untuk
meningkatkan kualitas hidup. Perkembangan dan efektifitas program imunisasi
dapat dinilai dari penurunan angka kesakitan dan kematian penyakit tersebut.
Program imunisasi nasional untuk bayi 0-11 bulan meliputi imunisasi BCG,
DPT, Polio, Hepatitis B dan Campak. Dari kelima jenis campak, pertusis,
difteri, dan tuberkulosis anak (Tjitra dkk, 2011).
Jenis – jenis imunisasi wajib :
a. Vaksin BCG
Pemberian imunisasi BCG bertujuan untuk menimbulkan kekebalan
aktif terhadap pneyakit TBC, vaksin BCG mengandung kuman BCG yang
masih hidup.Vaksin BCG diberikan pada bayi sejak lahir, untuk mencegah
penyakit TBC.Jika bayi sudah berumur lebih dari tiga bulan, harus dilakukan
uji tuberkulin terlebih dulu.BCG dapat diberikan apabila hasil uji tuberkulin
negatif.
b. Vaksin DPT
Manfaat pemberian imunisasi ini ialah untuk menimbulkan kekebalan
aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit difteria, pertusis (bauk
rejan) dna tetanus. Vaksin ini diberikan pertama kali saat bayi berumur lebih
dari enam minggu.Lalu saat bayi berumur 4 dan 6 bulan.Ulangan DPT
diberikan umur 18 bulan dan 5 tahun.Pada anak umur 12 tahun, imunisasi
ini diberikan lagi dalam program BIAS SD kelas VI.
c. Vaksin DT
Vaksin ini dibuat untuk keperluan khususu yaitu bila anak sudah tidak
diperbolehkan atau tidak lagi memerlukan imunisasi pertusis, tapi masih
memerlukan imunisasi difteria dan tetanus. Cara pemberian imunisasi dasar
dan ulangan sama dengan imunisasi DPT.
d. Vaksin Tetanus
Terhadap penyakit tetanus, dikenal 2 jenis imunisasi yaitu imunisasi
aktif dan imunisasi pasif. Vaksin yang digunakan untuk imunsasi aktif
ialah toksoid tetanus, yaitu toksin kuman tetanus yang telah lemah dan
kemudian dimurnikan.Imunisasi TT diberikan sebanyak 2 kali, yaitu pada
saat kehamilan berumur 7 bulan dan 8 bulan.
e. Vaksin poliemilitis
Imunisasi diberikan untuk mendapat kekebalan terhadap penyakit
polimelitis,diberikan saat kunjungan pertama setelah lahir. Selanjutnya
vaksin ini diberikan 3 kali, saat bayi berumur 2, 4, dan 6 bulan. Pemberian
vaksin ini dulang pada usia 18 bulan dan 5 tahun.
Terdapat 2 jenis vaksin dalam peredaran,yang masing – masing
mengandung virus polio tipe I, II dan III yaitu :
1. Vaksin yang mengandung virus polio tipe I, II dan III yang sudah
dimatikan (Vaksin Sulk), cara pemberiannya dengan penyuntikan
2. Vaksin yang mengandung virus polio tipe I,II, dan III yang masih
hidup tetapi telah dilemahkan (Vaksin sabin), cara pemberiannya
melalui mulut dalam bentuk pil atau cairan.
f. Vaksin campak
Imunisasi diberikan untuk mendapat kekebalan terhadap penyakit
campak secara aktif.Jenis Imunisasi yang memberikan manfaat untuk
melindungi tubuh dari virus campak, gondok, dan rubella.Vaksin Campak
dapat diberikan pada usia 15 bulan bahkan dapat diulang pada usia anak 6
tahun
g. Vaksin Hepatitis B
Vaksinasi dimaksud untuk mendapat kekebalan aktif terhadap
penyakit hepatitis B. penyakit ini dalam istilah sehari – sehari lebih
dikenal sebagai penyakt lever.Vaksin Hepatitis B diberikan pada bayi
berusia 2, 4, 6 dan 15 bulan, dan dapat dilakukan secara terpisah atau
secara kombinasi.
Hasil penelitian yang berhubungan dengan status imunisasi
menunjukkan bahwa ada kaitan antara penderita pneumonia yang
mendapatkan imunisasi tidak lengkap, bermakna secara statis. Menurut
penelitian yang dilakukan Tupasi pada tahun 1985 menyebutkan bahwa
ketidak patuhan imunisasi berhubungan dengan peningkatan penderita ISPA.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Sievert pada tahun 1993 menyebutkan
bahwa imunisasi yang lengkap dapat memberikan peranan yang cukup berarti
mencegah kejadian ISPA (Dinkes RI, 2010).
Pencegahan ISPA melalui imunisasi BCG dan DPT, cukup esensialn
untuk menyiapkan anak menghadapi lingkungan yang tidak selalu bisa
dijamin kebersihan udarannya. Selain itu, asupan makanan yang kaya gizi
tertentu akan mempertahankan stamina anak itu sendiri.
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran
Istila ISPA yang merupakan singkatan dari Infeksi SaluranPernafasan Akut
di perkenalkan pada tahun 1984. Istila ini merupakan padanan dari istila inggris
acute respiratori infektion.Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah suatu
kelompok penyakit yang menyerang saluran pernafasan. Secara anatomis, ISPA
dapat dibagi dalam dua bagian yaitu ISPA Atas dan ISPA Bawah, dengan batas
anatomis adalah suatu bagian dalam tenggorokan yang disebut epiglotis. ISPA
Atas (Acute Upper Respiratory Infections) ispa atas yang perlu diwaspadai
adalah radang salurang tenggorokan atau pharingitis yang radang telinga tengah
atau otitis. Pharingitis yang disebabkan oleh kuman tertentu (streptococcus
hemolyticus) dapat berkomplikasi dengan penyakit jantung (endokarditis).
Sedangkan radang telinga tengah yang tidak diobati dapat berakibat terjadinya
ketulian. Sedangkan ISPA Bawah (Acute Lower Respiratory Infections) salah
satu ispa bawah yang berbahaya adalah pneumonia.
ISPA merupakan penyakit yang sering kali dilaporkan sebagai 10 penyakit
utama di negara berkembang. Gejala yang sering kali di jumpai adalah batuk,
pilek dan kesukaran pernafan. Episode atau serangan batuk pada anak, khususnya
anak adalah 6 sampain 8 kali pertahun.
B. Kerangka pikir
Kerangka pikir ini dibuat landasan teori yang menunjukkan factor resiko
antara variabel bebas dan variabel terikat. Adapaun variabel Independen atau
variable bebas adalah umur anak, berar badan lahir dan status imunisasi.
Sedangkan variabel dependen atau variable terikat adalah Anak Penderita ISPA.
Penderita ISPA
Faktor Lingkungan
Status Imunisasi
Berat Badan Lahir
Umur Balita
Status Gizi
Gambar 3.1. Kerangka Penelitian
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
: Hubungan yang diteliti
: Hubungan yang tidak diteliti
C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Umur anakyang dimaksud dalam penelitian ini anak yang berusiadi bawah 5
tahun.
Kriteria Obyektif :
Ya :jika umur anak< 5tahun
Tidak :jika umur anak> 5 tahun
2. Berat badan lahir
Berat badan lahiryang dimaksud dalam penelitian inianak dengan berat
badan rendah mempunyai resiko terkena penyakit ISPA dibandingkan dengan
anak yang lahir dengan berat badan lahir normal.
Kriteria obyektif :
Normal : > 2500 gram.
Tidak Normal : < 2500 gram
3. Status imunisasi
Faktor Perilaku
Status imunisasi yang dimaksud dalam penelitian ini penilaian
kelengkapan imunisasi yang diterima anak menurut umur dan waktu
pemberiaanya.
Kriteria obyektif :
Lengkap :Bila imunisasi anak lengkap
Belum Lengkap : Bila imunisasi anak belum lengkap
Tidak Lengkap :Bila imunisasi anak tidak lengkap.
BAB IVMETODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survey deskriptif yang digunakan untuk
mengidentifikasi faktor resiko penderita ISPA pada Anak di Puskesmas Lepo –
Lepo Kota Kendari Provinsi Sultra Tahun 2015.
B. Waktu Dan Tempat
1. Tempat
Penelitian ini bertempat di Poliklinik Anak Puskesmas Lepo-Lelo
Sulawesi Tenggara.
2. Waktu
Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 22 Mei sampai 26 Mei 2015
C. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai anak
penderita ISPA di Puskesmas Lepo-Lepo Sulawesi Tenggara Tahun 2015 yang
berjumlah 189 orang penderita.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian ibu yang mempunyai anak penderita ISPA yang
dating berkunjung di Poli Anak saat penelitian berlangsung dengan tehnik
pengambilan sampel adalah Accidental Sampling. Berikut adalah rumus untuk
mengambil sampel pada penelitian ini : 20% × 189 = × 189 = 37,8 atau 38
anak..
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
1. Jenis Data
a. Data Primer meliputi :
Data yang diperoleh langsung dari responden dengan menggunakan
Kuisioner yang telah dibuat oleh peneliti yang meliputi data tentang
penderita dan penyebab
b. Data sekunder
Data sekunder meliputi gambaran umum lokasi penelitian dan data
penderita ISPA pada anakdi Puskesmas Lepo-Lepo Kta Kendari Propinsi
Sulawesi Tenggara.
2. Cara Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan cara membagikan lembar observasi pada
penderita ISPA.
E. Pengolahan Data
Setelah melakukan pengumpulan data dengan menggunakan lembar
observasi, data yang terkumpul diolah. Pengolahan data meliputi kegiatan :
1. Coding adalah pengecekan atau pembuatan kode pada tiap-tiap data yang
termaksud pada kategori yang sama.
2. Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah dikumpulkan.
3. Skoring adalah memberi skor pada data yang telah dikumpulkan.
4. Tabulating adalah membuat tabel yang berisi data yang telah diberi kode
sesuai dengan analisi yang dibutuhkan..
F. Analisa Data
1. Analisis Univariat
Analisa ini digunakan untuk mendiskripsikan variable bebas yaitu
pemenuhan keburuhan dasar perawatan diri (self care) dan variable terikat
yaitu pada lansia, dianalisis menggunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
X = Presentase variable yang diteliti
f = Frekuensi kategori variable yang diamati
n = Jumlah sampel penelitian
K = Konstanta (100%) (Chandra B, 2009)
G. Penyajian Data
X = f / n x K
Hasil penelitian yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi presentase dan dinarasikan.
BAB VHASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Keadaan Geografis
Puskesmas Lepo-Lepo merupakan puskesmas induk yang
melayani rawat jalan dan rawat inap dan kebidanan serta UGD 24 jam.
yang berkedudukan di Kecamatan Baruga Kota Kendari. Luas Wilayah
kerja Puskesmas Lepo-Lepo 13.130 Ha meliputi4 Kelurahanmeliputi :
Kelurahan Lepo-lepo, Kelurahan Wududopi, Kelurahan Baruga,
Kelurahan Watubangga dengan batas – batas wilayah sebagai berikut :
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Wua-wua dan
Kecamatan Kadia
2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Konda
3) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Poasia
4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Ranomeeto
b. Kependudukan / Demografi
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Lepo – Lepo pada
tahun 2014 sebanyak 20363 jiwa dan KK sebanyak 4414 pada 4 kelurahan
(Lepo – Lepo, Wundudopi, Baruga, Watubangga)
c. Sarana Prasarana yang Ada di Dalam Poli Anak
1) Meja = 3 Buah
2) Kursi = 6 Buah
3) Wastapel = 1 Buah
4) Lemari = 1 Buah
5) Kipas angina = 1 Buah
6) Daftar 5 Penyakit = 1 lembar
7) Poster anak anak = 3 lembar
8) Perawat = 3 orang
9) Dokter = 2 orang
10) Tempat kertas, Lab/Darah = 1 Buah
2. Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah dapat disajikan
sebagai berikut :
2.1. Umur Anak
Tabel 5.1.Distribusi PenderitaISPA Berdasarkan Umur Anak di Poli Klinik
Anak Puskesmas Lepo – Lepo Kota Kendari Provinsi SulawesiTenggara tahun 2015
No Umur Anak Frekuensi %
12
< 1 Tahun1 – 5 Tahun
6 – 10 Tahun
16175
42,144,713,2
Total 38 100,0Sumber : Data Primer tahun 2015
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa dari 38anak
sebaran tertinggi pada kelompok umur 1 - 5 tahunsebanyak
17anak(44,7%), disusul kelompok umur < 1 tahun sebanyak 16 anak
(42,1%)dan kelompok umur 6 – 10tahunsebanyak 5 anak (13,2%).
2.2. Jenis Kelamin Anak
Tabel 5.2.Distribusi PenderitaISPA Berdasarkan Jenis Kelamindi Poli Klinik
Anak Puskesmas Lepo – Lepo Kota Kendari Provinsi SulawesiTenggara tahun 2015
No Jenis Kelamin Anak Frekuensi %12
Laki LakiPerempuan
1820
47,452,6
Total 38 100,0
Sumber : Data Primer tahun 2015
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa dari 38anakyang
terbanyak yaitu berjenis kelamin perempuan sebanyak 20 anak(52,6%),
dan laki laki sebanyak 18anak (47,4%).
2.3. Pendidikan Ibu
Tabel 5.3Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibudi Poli Klinik
Anak Puskesmas Lepo – Lepo Kota Kendari ProvinsiSulawesi Tenggara tahun 2015
No Pendidikan Ibu Frekuensi %
12
SDSMADIII
3271
7,971,12,6
S1 7 18,4Total 38 100,0
Sumber : Data Primer tahun 2015
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa dari 38
responden yang memiliki pendidikan SD sebanyak 3 orang (7,9%), SMA
sebanyak 27 orang(71,1,%), DIII sebanyak 1 orang (2,6%) dan S1
sebanyak 7 orang (18,4%).
2.4. Pekerjaan Ibu
Tabel 5.4Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibudi Poli Klinik
Anak Puskesmas Lepo – Lepo Kota Kendari ProvinsiSulawesi Tenggara tahun 2015
No Pekerjaan Ibu Frekuensi %
12
IRTSwasta
PNS
3134
81,67,9
10,5Total 38 100,0
Sumber : Data Primer tahun 2015
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa dari 38 responden
yang memiliki pekerjaan sebagai IRT sebanyak 31 orang (81,6%),Swasta
sebanyak 3 orang (7,9%) dan PNS sebanyak 4 orang (10,5%).
3. Variabel Yang Diteliti
3.1. Umur Anak
Tabel 5.5Distribusi PenderitaISPA Berdasarkan Umur di Poli Klinik Anak
Puskesmas Lepo – Lepo Kota Kendari Provinsi SulawesiTenggara tahun 2015
No Umur Frekuensi %1 Ya 32 84,2
2 Tidak 6 15,8
Total 38 100,0
Sumber : Data Primer tahun 2015Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa dari 38anakyang
tertinggi terjadi pada anak dengan umur dalam kategori ya sebanyak
32orang (84,2%), disusul oleh anak dengan umur dalam kategori
tidaksebanyak 6 orang (15,8%).
3.2. Berat Badan Lahir
Tabel 5.6Distribusi Penderita ISPA Berdasarkan Berat Badan Lahirdi Poli
Klinik Anak Puskesmas Lepo – Lepo Kota KendariProvinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015
No Berat Badan Lahir Frekuensi %12
NormalTidak Normal
317
81,618,4
Total 38 100,0Sumber : Data Primer tahun 2015
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa dari 38anakyang
tertinggi terjadi pada anak dengan berat badan lahir dalam kategori
normal yaitu sebanyak31 orang (81,6%), disusul oleh anak dengan berat
badan lahir dalam kategori tidak normalsebanyak 7orang (18,4%).
3.3. Status Imunisasi
Tabel 5.7Distribusi Penderita ISPAStatus Imunisasidi Poli Klinik Anak
Puskesmas Lepo – Lepo Kota Kendari Provinsi SulawesiTenggaratahun 2015
No Status Imunisasi Frekuensi %1 Lengkap 29 76,3
23
BelumLengkapTidak Lengkap
45
10,513,2
Total 38 100,0Sumber : Data Primer tahun 2015
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa dari 38anakyang
tertinggi terjadi pada anak dengan status imunisasi dalam kategori
lengkap yaitu sebanyak 29orang (76,3%), disusul oleh anak dengan
status imunisasi dalam kategori tidak lengkapsebanyak 5 orang (13,2%)
dan anak dengan status imunisasi dalam kategori belum lengkapsebanyak
4 orang (10,5%).
B. Pembahasan
1. Umur Anak
Menurut Rifal (2012), umur adalah umur yang dihitung mulai
dilahirkan sampai meninggal, sedangkan menurut Lukman (2011) umur
adalah lamanya waktu hidup sejak dilahirkan/diadakan. Sejumlah studi yang
besar menunjukan bahwa insiden penyakit pernafasan oleh virus melonjak
pada bayi dan usia dini anak-anak dan tetap menurun terhadap usia. Insiden
ISPA tertinggi pada umur 6 – 12 bulan.
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa dari 38anakyang
tertinggi terjadi pada anak dengan umur dalam kategori ya sebanyak 32orang
(84,2%), disusul oleh anak dengan umur dalam kategori tidaksebanyak 6
orang (15,8%).
Hasil penelitian tersebut sejalan dengan pendapat Suhandayani(2009)
bahwa ISPA dapat menyerang semua baik pria maupun wanita pada semua
tingkat usia, terutama pada usia < 2 bulan karena daya tahan tubuh bayi < 2
bulan lebih rendah daripada orang dewasa sehingga mudah terserang ISPA.
Umur diduga terkait dengan system kekebalan tubuhnya.Bayi dan anak
merupakan kelompok umur yang kekebalan tubuhnya belum sempurna,
sehingga masih rentan terhadap penyakit infeksi.
Sedangkan menurut peneliti menyimpulkan bahwa sejumlah studi
yang besar menunjukkan bahwa insiden penyakit pernapasan oleh veirus
melonjak pada bayi dan usia dini anak-anak dan tetap menurun terhadap usia.
Insiden ISPA tertinggi. Penelitian ini yang diteliti adalah usia penderita ISPA
pada anak. Dimana semakin tua umur anak semakin menurun terjadinya
infeksi saluranpernapasan akut pada anak.
2. Berat Badan Lahir
Bayi berat lahir merupakan masalah penting dalam pengelolaanya
karena mempunyai kecenderungan kearah peningkatan terjadinya infeksi,
kesukaran mengatur nafas tubuh sehingga mudah unutk menderita
hipotermia.Selain itu bayi dengan berat badan lahir mudah terserang
komplikasi tertentu seperti ikterus, hipoglikomia yang dapt di istilahkan
dengan kelompok resiko tinggi, karena pada bayi berat lahir menunjukan
angka kematian dan kesehatan yang lebih tinggi dengan berat bayi lahir
cukup.WHO memperkirakan bahwa angka prevelensi berat badan lahir di
negara maju terbesar antara 3-7% dan di negara berkembang berkisar antara
13-38%. Untuk Indonesia belum ada angka pesat secara keseluruhan, hanya
perkiraan WHO pada tahun 1990 adalah 14% dari seluruh koheren hidup
(Sjahmien Moehji, 2013).
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa dari 38anakyang
tertinggi terjadi pada anak dengan berat badan lahir dalam kategori normal
yaitu sebanyak31 orang (81,6%), disusul oleh anak dengan berat badan lahir
dalam kategori tidak normalsebanyak 7orang (18,4%).
Menurut penelitian Suhandayani (2009) mengatakan bahwa berat
badan lahir menentukan pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental
pada masa anak. Bayi dengan berat badan lahir mempunyai resiko kematian
yang lebih besar dibandingkan dengan berat badan lahir normal, terutama
pada bulan-bulan pertama kelahiran karena pembentukan zat anti kekebalan
kurang sempurna sehingga lebih mudah terkena penyakit infeksi, terutama
pneumonia dan sakit saluran pernafasan lainya.
Sedangkan menurut Solihin Pudjiadi (2013) Pada umumnya bayi
dilahirkan setelah dikandung kurang lebih 40 minggu dalam rahim ibu. Pada
waktu lahir bayi mempunyai berat badan sekitar 3 Kg dan panjang badan 50
cm. Secara umum berat bayi lahir yang normal adalah antara 3000 gr sampai
dengan 4000 gr dan bila dibawah atau kurang dari 2500 gr dikatakan berat
badan lahir.
Dari pembahasan diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa berat
bayi kurang dari 2500 gram dihubungkan dengan meningkatnya kematian
akibat infeksi saluran pernafasan dan hubungan ini menetap setelah dilakukan
adjusted terhadap status pekerjaan, pendapatan, pendidikan. Data ini
mengingatkan bahwa anak – anak dengan riwayat berat badan lahir rendah
tidak mengalami tebuh tinggi terhadap penyakit saluran pernafasan, tetapi
mengalami lebih berat infeksinya.
3. Kelengkapan Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak di
Imunisasi, berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak
kebal atau resisten terhadap suatu penyakit, tetapi belum tentu kebal terhadap
penyakit lain (Notoatmodjo, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa dari 38 anak yang
tertinggi terjadi pada anak dengan status imunisasi dalam kategori lengkap
yaitu sebanyak 29 orang (76,3%), disusul oleh anak dengan status imunisasi
dalam kategori tidak lengkap sebanyak 5 orang (13,2%) dan anak dengan
status imunisasi dalam kategori belum lengkap sebanyak 4 orang (10,5%)
Menurut Tjitra dkk(2011) Imunisasi merupakan salah satu upaya
pencegahan penyakit untuk meningkatkan kualitas hidup. Perkembangan dan
efektifitas program imunisasi dapat dinilai dari penurunan angka kesakitan
dan kematian penyakit tersebut. Program imunisasi nasional untuk bayi 0-11
bulan meliputi imunisasi BCG, DPT, Polio, Hepatitis B dan Campak.Dari
kelima jenis campak, pertusis, difteri, dan tuberkulosis anak.
Sedangkan menurut Deb(2013), bahwa pemberian imunisasi dapat
melindungi terhadap terjadinya infeksi saluran pernapasan akut dan pada anak
yang mendapat imunisasi mempunyai resiko lebih rendah dari pada yang tidak
diimunisasi. Imunisasi yang lengkap pada usia bayi diharapkan dapat
menurunkan angka kesakitan dan kematian karena penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan program
imunisasi yaitu status imun, faktor genetik, serta kualitas dan kuantitas vaksin.
Ketiga factor tersebut saling berhubungan satu sama lainnya, meskipun status
imun anak baik tetapi bila kualitas vaksinnya rendah maka vaksin tersebut
tidak akan memberikan manfaat/pengaruh terhadap anak yang diberikan
imunisasi, demikian pula sebaliknya(Dinkes RI, 2010).
Dari hasil penelitian yang berhubungan dengan status imunisasi
menunjukkan bahwa ada kaitan antara penderita ISPA yang mendapatkan
imunisasi tidak lengkap.Menurut penelitidapat disimpulkan bahwa bahwa
imunisasi yang lengkap dapat menjadi tumbuh mempunyai kekebalan untuk
tidak mudah terserang penyakit infeksi, karena anak tersebut mempunyai daya
tahan tubuh. Asumsi peneliti bahwa semau anak telah di imunisasi karena
sarana atau lokasi telah tersedia sehingga memudahkan masyarakat untuk
datang.
Pengetahun tidak dapat lepas begitu saja dalam menjaga kesehatan
khususnya diri sendiri. Pendidikan merupakan salah satu jalan untuk
memperoleh pengetahuan dalam hal ini pendidikan sedikit banyak akan
menjadi faktor yang dapat menentukan dalam hal menghindari hal – hal yang
berkaitan dengan kesehatan anak, kemampuan untuk mengakses sebuah
informasi atau pesan termasuk pesan kesehatan. Pendidikan ini juga
ditunjukan oleh karakteristik pendidikan responden menunjukkan bahwa yang
memiliki pendidikan SMA sebanyak 27 orang (71,1,%).Ini menunjukan
bahwa dengan tingkat pendidikan responden dapat meningkatkan kepatuhan
imunisasi sehingga penyakit ISPA dapat dicegah.
BAB VIPENUTUP
A. Kesimpulan
Menunjukan bahwa umur merupakan faktor yang sangat beresikopada
Anakuntuk menderita ISPAdi Poliklinik Anak Puskesmas Lepo-Lepo Kota
Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2015yaitusebanyak 32 orang
(84,2%).
1. Menunjukkan bahwa umur sebagai faktor resikopada Anakpenderita ISPAdi
Poliklinik Anak Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari Provinsi Sulawesi
Tenggara Tahun 2015yaitu sebanyak32orang (84,2%),
2. Menunjukkan bahwa berat badan lahir bukan sebagai faktor resikopada
Anakpenderita ISPAdi Poliklinik Anak Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari
Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2015yaitu sebanyak 31 orang (81,6%),
3. Menunjukkan bahwaimunisasi bukan merupakan faktor resikopada
Anakpenderita ISPAdi Poliklinik Anak Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari
Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2015yaitu sebanyak 29 orang (76,3%)
yang imunisasinya lengkap
B. Saran
Saran-saran yang dapat disampaikan oleh penulis berdasarkan hasil
penelitian ini adalah:
1. Bagi Puskesmas
Disarankan bagi Puskesmas Lepo-lepo agar selalu memberikan
penyuluhan tentang PHBS pada ibu dan anak khususnya penderita ISPA.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Disarankan bagi Politeknik Kesehatan Kendari perlu menyusun suatu
kebijakan serta strategi kesehatan yang lebih memfokuskan pada upaya-upaya
pencegahan penyakit di Masyarakat.
3. Bagi Peneliti
Disarankan bagi peneliti agar melanjutkan atau meningkatkan
kemampuan dalam melaksanakan penelitian yang telah diteliti.
4. Bagi Peneliti Lain
Disarankan kepada peneliti lain agar dapat memberikan
informasitentang metode penelitian khususnya penyakit ISPA dan sebagai
bahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang relevan dengan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anies, 2005. Mewaspadai Penyakit Lingkungan. Jakarta : PT. alex MediaKomputindo, Kelompok Gramedia
Anonim, 1996. Program Pemberantasan Penyakit ISPA untuk PenanggulanganPneumonia pada Balita Dalam Pelita VI, Jakarta.
Anonim, 2000. Batuk Pilek, Gejala Awal Pneumonia, Isakuiki.com.
Anonim, 2002. Pedoman Pemberantasan Penyakit ISPA untuk PenanggulanganPneumonia pada Balita, Jakarta.
Arikunto S. 2006. Prosedur Penelitian :PendekatanPraktek . Jakarta : PT. RinekaCipta
Azwar Saifuddin. 1995. Sikap Manusia. Bandung :PustakaPelajar
Baratawidjaja, KG. 2010. Imunologi dasar edisi ke 9. Jakarta: FKUI
Chandra, Budiman. 2008. Metodologi Penelitian kesehatan. Jakarta : Fema SolekhahBewati
Chandra, Budiman. 2009. Metodologi Penelitian Kesehatan. EGC. Jakarta
Depkes RI. 2002. Pedoman Tatalaksana KEP di Puskesmas dan Rumah TanggaDirektorat Bina Gizi Masyarakat : Jakarta.
Dinkes Sultra. 2013 Profil Kesehatan Sultra Kendari
Effendi, Nasrul. 1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta :EGC
Endjang, 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung PT. Citra Aditya Bakti
Fida dan Maya. 2012. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Yogyakarta: D-Medika.
Friedman. 1998. Keperawatan Keluarga. EdisiTiga. Jakarta : EGC
Istiarti.2000. Menanti Buah Hati Kaitan Antara Kemiskinan dan Kesehatan.Yogyakarta: yayasan Adikarya IKAPI.
Luize, A., 2004. Mengintip Kesehatan Lewat Buku, Http://www>infokes.co.id.Jakarta
Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3.Jakarta : MediaAesculapius.
Maryam, R. 2005. Identifikasi Penyebab Penderita ISPA di Poliklinik PuskesmasLepo-Lepo Sulawesi Tenggara. Karya Tulis Ilmia Yang TidakDipublikasikan. Poltekes Depkes Kendari.
Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta:TIM.
Ngastiyah. 2005
Niven. 2000. Psikologi. Yogyakarta : UGM
Notoadmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Yogyakarta
Notoadmojo, S,. 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Notoatmodjo, S,. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip – Prinsip Dasar. PT RinekaCipta: Jakarta, 2003.
Nurarif, Amin Huda, Kusuma Hardhi 2013. Aplikasi Asuhan KeperawatanBerdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC_NOC. Yogyakarta :MediaAction
Nursalam. 2001. Pendekatan Praktis Riset Keperawatan. Jakarta : CV. SagungSeto
Rampengan&Laurenz. 2001. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Jakarta : EGC
Setiadi. 2007. Konsepdan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta :GaraIlmu
Simanjutak. 1990. Masalah Demam Thypoid di Indonesia. Jakarta : EGC
StafPengajar FKUNDIP. 1993. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : PT. Bina RupaAksara.
Suryana, A. Berbagai Masalah Kesehatan Anak dan Balita . KNILMA : Jakarta,2008.
Tarwuto dan Wartonah, 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan,Edisi 3, Jakarta: Salemba Medika
Widayatun Tri Usmi. 1999. Ilmu Prilaku. Jakarta : CV Sagung Seto
WHO. 2012. Mewaspadai Penyakit Lingkungan. Jakarta : PT. Alex Media
Lampiran I
SURAT PERSETUJUAN RESPONDEN
Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan untuk berpartisapasi
sebagai responden pada penelitian yang berjudul “Identifikasi Penderita ISPA
berdasarkan Faktor Resiko pada Anak di Poliklinik Anak Puskesmas Lepo – Lepo
Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015”. Saya menyadari bahwa saya
menjadi bagian dari penelitian ini akan memberikan informasi yang sebanar-benarnya
yang dibutuhkan oleh peneliti.
Saya mengetahui bahwa, catatan data mengenai penelitian ini dirahasiakan,
semua berkas yang mencantumkan identitas saya hanya dipergunakan untuk
pengolahan data dan jika selesai dan jika selesai identitas akan dimusnakan.
Berdasarkan hal tersebut diatas, dengan ini saya menyatakan kesedian saya
secara sukarela bersedia dalam penelitian ini tanpa saudara dan unsure paksaan dari
siapapun dan pihak manapun.
Kendari, 2015
(.…………....)
Lampiran II
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN RESPONDEN
(Informed Concent)
Sayabertandatangan di bawah ini menyatakan bersedia untuk menjadi
responden dalam penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Diploma III (D III)
Politeknik Kementerian Kesehatan Kendari, Jurusan Keperawatan yang berjudul
“Identifikasi Penderita ISPA berdasarkan Faktor Resiko pada Anak di Poliklinik
Anak Puskesmas Lepo – Lepo Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara tahun
2015”
Tanda tangan saya ini menunjukan bahwa saya diberi informasi dan
memeutuskan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Kendari , 2015
Mengetahui,
Mahasiswa Responden
(………………….) (………………….)
Recommended