View
385
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
MAKALAH
INDONESIA DI TENGAH ASEAN-CHINA FREE TRADE
AREA (ACFTA)
OLEH :
1. YANTRI HAYUMITA (29/XI IPS 2)
2. YUANITA SORAYA (30/XI IPS 2)
3. YUNDHI ARFIANTO (31/XI IPS 2)
4. ZULFIKAR MUHAMMAD (32/XI IPS 2)
SMA 1 WONOSOBO
Jalan Tumenggung Jogonegoro km. 2 Wonosobo
Page | 1
KATA PENGANTAR
Masalah perekonomian merupakan masalah yang tiada batasnya dalam iklim kehidupan.
Indonesia merupakan salah satu dari 3 negara Asia, disamping China dan India yang tetap
tegar tumbuh positif saat negara lain terpuruk akibat krisis finansial global. Ini merupakan
suatu prestasi dan optimisme bagi masa depan perekonomian Indonesia. Dengan kondisi ini,
pemerintah mengadakan Asean-China Trade Agreement (ACFTA) dengan tujuan
menghadapi persaingan global dan tetap memperjuangkan perekonomian agar tidak muncul
lagi suatu krisis finansial global yang pernah ada.
Makalah ini disusun untuk membahas mengenai pengaruh ACFTA terhadap perekonomian
Indonesia. Namun, selain itu penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu
tugas mata pelajaran ekonomi sebagai tugas akhir semester 2 SMA 1 Wonosobo.
Pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih atas pihak-pihak yang terkait
yang telah memberikan dukungan dan dorongan dalam bentuk apapun sehingga dapat
terlaksananya penyusunan makalah INDONESIA DI TENGAH ASEAN-CHINA FREE
TRADE AREA (ACFTA) ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan atas saran dan kritik yang membangun agar dalam penyusunan makalah yang
selanjutnya dapat lebih disempurnakan.
Demikian makalah ini kami susun, apabila ada salah kata kami penulis memohon maaf
sebesar – besarnya. Terimakasih.
Wonosobo, 27 Mei 2011
Penyusun
Page | 2
DAFTAR ISI
Halaman Judul ………….…………………………………………………………………......1
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………..2
DAFTAR ISI …………..……………………………………………………………………...3
Bab.I PENDAHULUAN…………………………………………………………………...…4
A. Latar Belakang Masalah …………………………………………………………………...4
B. Maksud dan Tujuan …………………………..…………………………………………....6
C. Metode Penelaahan ………………………………………………………………………...7
D. Manfaat Hasil Penelitian ………………………………………………….……………….8
Bab II PEMBAHASAN ……………………………………………………………..………..9
A. Pengertian ACFTA ………………………………………………………………………...9
B. Tujuan ACFTA …………………………………………………………………………...11
C. ACFTA Merupakan Produk Globalisasi …………………….…………………….……..13
D. Pengaruh ACFTA Bagi Indonesia ………………………………………………..………15
E. Siapkah Indonesia untuk ACFTA ? ………………………………………………..……..18
F. Dampak Akibat ACFTA …………………………………………………………..……...20
G. Bagaimana Cara Menangani Dampak Tersebut ? …………………………………..……24
H. Strategi Indonesia Untuk Menghadapi ACFTA ……………………………..…………...26
Bab III PENUTUP …………………………………………………………….…………….28
A. Kesimpulan ………………………………………………………………….……………28
B. Saran-saran ……………………………………………………………………………….29
DAFTAR PUSTAKA………… ……………………………………………………………30
Lampiran I ………………………………………………………………………………….. 31
Page | 3
Lampiran ……………………………………………………………………….……………32
Motivasi-motivasi ………………………………………………………………..…………..36
Gambar-gambar …………………………………………………………………..………….37
Page | 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Persaingan global merupakan momok yang paling mengerikan bagi para
pengusaha industri terutama industri menengah dan industri kecil di seluruh Asia
Tenggara dan China. Dengan adanya ACFTA ini, hal ini menjadi monster yang
menyeramkan karena ACFTA ini digambarkan akan meningkatkan pengangguran,
membuat barang – barang dalam negri kalah bersaing dengan produk luar negri, dan
sebagainya.
Sejarah ACFTA diawali oleh kesepakatan para peserta ASEAN – CHINA
Summit di Brunei Darussalam pada November 2001. Hal tersebut diikuti dengan
penandatanganan Naskah Kerangka Kerjasama Ekonomi ( The Framework Agreement
on A Comprehensive Economic Cooperative) oleh para peserta ASEAN – CHINA
Summit di Pnom Penh pada November 2002, dimana naskah ini menjadi landasan
bagi pembentukan ACFTA dalam 10 tahun dengan suatu flesibilitas diberikan kepada
negara tertentu seperti Kamoja, Laos, Myanmar, dan Vietnam.
Pada bulan November 2004 peserta ASEAN – CHINA Summit
menandatangani Naskah Perjanjian Perdagangan Barang ( The Framework Agreement
on Trade in Goods ) yang berlaku pada 1 Juli 2005. Berdasarkan perjanjian ini negara
ASEAN 5 ( Indonesia, Thailand, Singapura, Philipina, Malaysia) dan China sepakat
untuk menghilangkan 90% komoditas pada tahun 2010. Untuk negara ASEAN
lainnya pemberlakuan kesepakata ini dapat ditunda hingga 2015.
Namun seperti yang kita ketahui, Indonesia adalah negara berkembang yang
belum maju sepenuhnya. Disaat peserta ACFTA saling berlomba – lomba untuk
membangun infrastruktur, pembangunan ekonomi,memberikan insentif kepada
Page | 5
investor, dll, negara kita tentu belum dapat menyeimbangi kecepatan pembangunan
negara lain. Dan akibatnya, negara kita harus meminta penundaan ACFTA di bulan
terakhir mendekati diberlakukannya kesepakatan.
Memang sangat memalukan bagi negara kita. Apalagi permasalahan ekonomi
kerap kali muncul mengenai berbagai pemenuhan kebutuhan masyarakat yang
semakin beragam dan meningkat. Maka dari itu, dampak akan perekonomian
Indonesia adanya perjanjian AFTA-China harus lebih diperhatikan. Hal ini perlu
adanya solusi, pemikiran dan sikap atau mental yang harus dipersiapkan dan juga
tepat dalam menghadapi persaingan global ini.
Page | 6
B. Maksud dan Tujuan
Tujuan diadakannya penyusunan makalah yang berjudul INDONESIA DI
TENGAH ASEAN-CHINA FREE TRADE AREA (ACFTA) ini adalah guna
memenuhi salah satu
tugas mata pelajaran ekonomi kelas XI SMA 1 Wonosobo.
Maksud dari adanya penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
a) Menilai dampak positif dan negatif dari adanya ACFTA di Indonesia
b) Mengetahui sejauh mana persiapan Indonesia dalam menghadapi persaingan
global.
c) Menganalisis strategi persiapan Indonesia yang dilakukan sebelum
terlaksananya ACFTA.
Page | 7
C. Metode Penelaahan
Dalam penyusunan makalah yang berjudul ASEAN-CHINA FREE TRADE
AREA(ACFTA) ini, penulis menggunakan metode pustaka, berbagai
referensi dari artikel koran serta pencarian situs website.
Page | 8
D. Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat dari penelitian yang kami lakukan adalah supaya menyadarkan masyarakat
agar kita dapat mengetahui dan berperan aktif dalam negri supaya kelangsungan
produksi barang – barang dalam negri dengan cara kita lebih bangga memakai produk
dalam negri, mencintai produk Indonesia sehingga barang – barang dari dalam negri
tidak kehilangan pasar atau lebih meningkat di perdagangan lokal dan perdagangan
internasional.
Page | 9
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian ACFTA
ACFTA merupakan akronim dari Asean-China Free Trade Agreement. Secara
umum,ACFTA didefinisikan sebagai kesepakatan perdagangan antara negara-negara
ASEAN dengan negara dengan penduduk terbesar yaitu China. Atau bisa
didefinisikan juga ACFTA adalah suatu kemudahan China untuk menjual barang-
barang dagangannya ke negara-negara ASEAN.
Sebagai salah satu negara anggota dari ASEAN, tidak bisa dipungkiri lagi
bahwa Indonesia harus ikut serta dalam perjanjian yang dilakukan oleh negara-negara
ASEAN. Kesepakatan atau perjanjian perdagangangan antara negara-negara ASEAN
Cina yang disebut ACFTA ( Asean China Free Trade Area ).
Perjanjian yang menyangkut perdagangan bebas ini identik dengan hubungan
kerjasama dagang antar negara anggota ASEAN ataupun negara non-anggota. Dalam
impementasinya perdagangan bebas harus memperhatikan beberapa aspek yang dapat
mempengaruhi prinsip perdagangan yaitu seperti prinsip sentral dari keuntungan
komparatif (Comparatif Advantege) selain itu juga, kita harus memperhatikan pro dan
kontra dibidang tarif dan kuota, serta melihat bagaimana jenis mata uang (valuta
asing) yang diperdagangkan berdasarkan kurs tukar valuta asing. Asean China Free
Trade Area (ACFTA) yaitu dimana tidak adanya hambatan tarif (bea masuk 0-5 %)
maupun hambatan non-tarif bagi negara-negara ASEAN dan juga China.
Tujuan dari ACFTA sendiri itu adalah memperkuat dan meningkatkan kerja
sama antar negara terkait, yaitu meliberisasikan perdagangan barang dan jasa melalui
pengurangan atau penghapusan tarif. Kesepakatan perjanjian itu mencakup dalam tiga
bidang yang strategis yaitu: perdagangan barang-barang, jasa, dan juga investasi.
Page | 10
Perjanjian ACFTA adalah kerja sama dalam bidang ekonomi, Economic Co-opertaion
between Asean and people’s Republic of China, yaitu kerjasama antara seluruh
anggota daripada ASEAN dengan Negara Cina. Perjanjian ini bermula di tandatangani
pada tanggal 5 November 2002 yang melahirkan tiga buah kesepakatan, Kesepakatan
pertama, pada tanggal 29 November 2002 yang melahirkan suatu kesepakatan di
bidang barang (Agreement on Trade in Goods), lalu diadakannya kesepakatan kedua,
pada tanggal 14 Januari 2007 yang menghasilkan suatu bentuk kesepakatan di bidang
perdagangan dan jasa (Agreement on Trade in Service), dan adanya kesepakatan
ketiga, pada tanggal 15 Agustus 2007 yang menghasilkan kesepakatan di bidang
investasi (Agreement on Investation). Pada tanggal 1 Januari 2010 kesepakatan atau
perjanjian perdagangngan ACFTA mulai diberlakuakan.
Page | 11
B. Tujuan ACFTA :
Tujuan ACFTA adalah meningkatkan daya saing ekonomi Negara-negara
ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi pasar dunia, untuk
menarik investasi dan meningkatkan perdagangan antar anggota ASEAN. Dalam
kesepakatan, ACFTA direncanakan berpoerasi penuh pada tahun 2008 namun dalam
perkembangannya dipercepat menjadi tahun 2003.
Mekanisme utama untuk mencapai tujuan diatas adalah skema ”Common
Effective Preferential Tariff (CEPT) yang bertujuan agar barang-barang yang
diproduksi diantara negara ASEAN yang memenuhi ketentuan setidak-tidaknya 40%
kandungan lokal akan dikenai tarif hanya 0-5%.Anggota ASEAN mempunyai tiga
pengecualian CEPT dalam tiga kategori :
1. Pengecualian sementara
2. Produk pertanian yang sensitif
3. Pengecualian umum lainnya (Sekretariat ASEAN 2004)
Untuk kategori pertama, pengecualian bersifat sementara karena pada
akhirnya diharapkan akan memenuhi standar yang ditargetkan,yakni 0-5%.
Sedangkan untuk produk pertanian sensitif akan diundur sampai 2010. Dapat
disimpulkan,paling lambat 2015 semua tarif diantara negara ASEAN diharapkan
mencapai titik 0%.
ACFTA dicanangkan dengan instrumen CEPT, mengemukakan bahwa
komitmen utama dibawah CEPT-ACFTA hingga saat ini meliputi 4 program,yaitu :
1. Program pengurangan tingkat tarif yang secara efektif sama diantara
negara-negara ASEAN hingga mencapai 0-5 persen.
2. Penghapusan hambatan-hambatan kuantitatif (quantitative restrictions) dan
hambatan-hambatan non tarif (non tariff barriers)
Page | 12
3. Mendorong kerjasama untuk mengembangkan fasilitasi perdagangan
terutama di bidang bea masuk serta standar dan kualitatif.
4. Penetapan kandungan lokal sebesar 40 persen.
Page | 13
C. ACFTA Merupakan Produk Globalisasi
Era globalisasi dari hari ke hari terus menerus akan berlangsung, kondisi
kehidupan dalam proses globalisasi di setiap negara terkesan meningkat. Apalagi jika
diukur oleh indikator-indikator yang luas salah satunya adalah dalam hal ekonomi.
Negara-negara maju dan kuat memanglah sudah dipastikan sebagai negara yang dapat
meraih keuntungan besar dari proses globalisasi, dan negara-negara berkembang juga
negara miskin tidak dapat dipastikan akan meraih keuntungan yang positif dari
globalisasi ataupun tidak dari proses globalisasi.
ACFTA merupakan produk keluaran dari globalisasi. Sebenaranya ACFTA
merupakan peluang bagi negara ASEAN dan Cina untuk berkompetisi secara fair
untuk memasarkan produk hasil dari negerinya. Dalam hal ini seperti yang kita
ketahui bahwa Cina merupakan “Roda Penggerak“ dalam bidang barang, jasa dan
investasi, dan mau tidak mau suka tidak suka, pemerintahan manapun harus siap
dengan perjanjian tersebut termasuk Indonesia.
Indonesia juga harus juga siap menghadapi perjanjian atau kesepakatan
ACFTA tersebut. Mulai diberlakukannya perjanjian ACFTA akan berdampak pada
makin kuatnya produk Cina yang akan masuk ke Indonesia, apalagi dengan bebasnya
biaya masuk atau pajak masuk produk barang yang di produksi oleh Cina, produk
Cina memang begitu kuat pasarnya apalagi ditambah dengan bebasnya tarif pajak
tersebut. Harga produk Cina pun bisa lebih murah daripada produk lokal. Tentu saja
dengan adanya hal tersebut sebagian industri lokal banyak yang menolak akan adanya
ACFTA.
Walaupun perjanjian ACFTA ini sudah relatif lama diberlakukan Indonesia
masih dikatakan sulit untuk mengimplementasikan perjanjian tersebut. Tekanan dari
kalangan pengusaha industri lokal sangatlah kuat dan menandakan bahwa pengaruh
akan adanya perjanjian ACFTA tersebut akan berdampak negatif pada usaha
Page | 14
menengah mereka, bukan hanya para pengusaha industri saja para pekerja pun
menyadari akan hal itu, walaupun pengaruh ACFTA belum mereka alami saat ini
namun lambat laun para pekerja pun akan merasakan dampak yang diberikan oleh
ACFTA. Situasi itulah yang dirasakan oleh negara Indonesia yang terbilang sebagai
negara berkembang.
Tidak dapat dipungkiri ACFTA sebagai produk globalisasi akan relatif
berpengaruh bukan hanya terhadap negara maju saja tetapi berpengaruh juga terhadap
negara-negara berkembang. Dengan adanya globalisasi di dunia ini telah membuat
seakan negara satu dan negara lainya kehilangan batas-batas teritorialnya serta
berujung pada hilangnya status bangsa-negara.
Page | 15
D. Pengaruh ACFTA Bagi Indonesia
Untuk indonesia, kerjasama ACFTA merupakan peluang yang cukup terbuka
bagi kegiatan. ekspor komoditas pertanian yang selama ini dihasilkan dan sekaligus
menjadi tantangan untuk menghasilkan komoditas uang kompetitif di pasar regional
ACFTA.
Upaya ke arah itu, nampaknya masih memerlukan perhatian serta kebijakan
yang lebih serius dari pemerintah maupun para pelaku agrobisnis, mengingat
beberapa komoditas pertanian indonesia saat ini maupun dimasa yang akan datang
masih akan selalu dihadapkan peda persoalan-persoalan dalam peningkatan produksi
yang berkualitas, permodalan, kebijakan harga dan nilai tukar serta persaingan pasar
di samping iklim politis yang tidak kondusif bagi sektor pertanian.
Diharapkan dengan diberlakuannya otonomi daerah pertanian pada sektor
agribisnis dapat menjadi salah satu dorongan bagi peningkatan kulalitas produk
pertanian sehingga lebih kopetitif dipasar lokal,regional maupun pasar global,dan
sekaligus memberikan dampak positif bagi perekonomian nasioanal maupun
peningkatan pendapatan petani dan pembangunan daerah.
Secara umum , situasi ekonomi indonesia sangat sulit. Perdagangan indonesia
dalam 2000-2002 melemah,baik dalam kegiatan ekspor maupun impor. Kondisi
ekonomi makro ditambah stabilitas politik yang tidak mantap serta penegakan hukum
dan keamanan yang buruk ikut mempengaruhi daya saing kita dalam perdagangan
dunia.
Memang, secara umum,beberapa produk kita siap berkompetisi.
Misalnya,minyak kelapa sawit,tekstil,alat-alat listrik,gas alam,sepatu dan garmen.
Tetapi,banyak pula yang akan tertekan berat memasuki ACFTA. Di antaranya,produk
otomotif,teknologi informasi,dan produk pertanian.
Page | 16
Dalam ACFTA, peran negara dalam perdagangan sebenarnya akan direduksi
secara signifikan. Sebab,mekanisme tarif yang merupakan wewenang negara
dipangkas. Karena itu,diperlukan perubahan paradigma yang sangat signifikan, yakni
dari kegiatan perdagangan yang mengandalkan proteksi negara menjadi kemampuan
perusahaan untuk bersaing. Tidak saja secara nasional atau regional dalam ACFTA,
namun juga secara global. Karena itu, kekuatan manajemen, efisiensi, kemampuan
permodalan, dan keunggulan produk menjadi salah satu kunci keberhasilan.
Dalam menghadapi ACFTA, Indonesia salah satu negara anggota ASEAN
masih memiliki beberapa kendala yang menunjukan ketidaksiapan kita dalam
menghadapi ACFTA, diantaranya adalah:dari segi penegakan hukum, sudah diketahui
bahwa sektor itu termasuk buruk di indonesia. Jika tak ada kepastian hukum,maka
iklim usaha tidak akan berkembang baik,yang mana hal tersebut akan menyebabkan
biaya ekonomi tinggi yang berpengaruh terhadap daya saing produk dalam pasar
internasional.
Faktor lain yang amat penting adalah lembaga-lembaga yang seharusnya ikut
memperlancar perdagangan dan dunia usaha ternyata malah sering diindikasikan
KKN. Akibat masih meluasnya KKN dan berbagai pungutan yang dilakukan unsur
pemerintah disemua lapisan, harga produk yang melempar ke pasar akan
terpengaruhi. Otonomi daerah yang diharapkan akan meningkatkan akuntabilitas
pejabat publik dan mendorong ekonomi lokal ternyata dipakai untuk menarik
keuntungan sebanyak-banyaknya dari dunia usaha tanpa menghiraukan implikasinya.
Otonomi malah menampilkan sisi buruknya yang bisa mempengaruhi daya saing
produk indonesia di pasar dunia.
Persoalan lain yang harus dihadapi adalah kenyataan bahwa perbatasan
indonesia sangat luas,baik berupa lautan maupun daratan,yang sangat sulit diawasi.
Akibatnya,terjadi banjir barang selundupan yang melemahkan daya saing industri
nasional. Miliaran dolar amblas setiap tahun akibat ketidakmampuan menjaga
perbatasan dengan baik. Menurut taksiran kemampuan TNI-AL, sekitar 40 persen dari
Page | 17
seharusnya digunakan untuk mengamankan lautan dari kekurangan dana dan sarana
yang lain. Kendala utama bagi masyarakat indonesia adalah mengubah polapikir,baik
di kalangan pejabat, politisi, pengusaha, maupun tenaga kerja. Mengubah pola pikir
ini sangat penting bagi keberhasilan kita memasuki ACFTA.
Namun, selain menghadapi berbagai persoalan, ACFTA jelas juga membawa
sejumlah keuntungan. Pertama, barang-barang yang semula diproduksi dengan biaya
tinggi akan bisa diperoleh konsumen dengan harga yang lebih murah. Kedua,sebagai
kawasan yang terintegrasi secara bersama-sama, Kawasan ASEAN akan menjadi
lebih menarik lahan investasi. Indonesia dengan sumber daya alam dan manusia yang
berlimpah mempunyai keunggulan komparatif. Namun,peningkatan SDM merupakan
keharusan. Ternyata,kemampuan SDM kita sangat payah dibandingkan Filipina atau
Thailand.
Page | 18
E. Siapkah Indonesia Untuk ACFTA?
Ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian pemerintah atas persertujuan
perjanjian perdagangan bebas tersebut, terutama dari kesiapan kalangan industri-
industri dalam negeri kita., serta faktor-faktor pendukung dalam meningkatkan daya
saing terhadap produk-produk China. Kemudian apakah China merupakan negara
yang tepat bagi kita untuk menjalin kerjasama dalam perdagangan bebas tersebut? Hal
inilah yang menjadi perhatian kalangan industri.
Sampai dengan 2007, nilai impor Indonesia terhadap RRC telah mencapai 8,5
miliar dollar Amerika Serikat. Angka ini menempati posisi kedua dalam daftar Negara
importer ke Indonesia. Peringkat pertama ditempati Singapura dengan nilai sebesar
9,8 miliar dollar Amerika Serikat, sedangkan China hanya menjadi tujuan terbesar
keempat dalam eksport Indonesia setelah Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.
Banyak Mitos yang beredar dalam masyarakat yang terkait dengan
perdagangan bebas, antara lain :
A. Perdagangan bebas akan menjamin pangan murah dan kelaparan tidak akan
terjadi. Kenyataan yang terjadi bahwa perdagangan bebas justru meningkatkan
harga pangan.
B. WTO dan TNC akan memproduksi pangan yang aman. Kenyataannya dengan
penggunaan pestisida secara berlebih dan pangan hasil rekayasa genetik justru
membahayakan kesehatan manusia dan juga keseimbangan ekologis.
C. Kaum perempuan akan diuntungkan dengan pasar bebas pangan.
Kenyataannya, perempuan petani semakin tersingkir baik sebagai produsen
maupun konsumen.
D. Bahwa paten dan hak kekayaan intelektual akan melindungi inovasi dan
pengetahuan. Kenyataannya, paten justru memperlambat alih teknologi dan
membuat teknologi menjadi mahal.
Page | 19
E. Perdagangan bebas di bidang pangan akan menguntungkan konsumen karena
harga murah dan banyak pilihan. Kenyataannya, justru hal itu mengancam
pangan di negara-negara berkembang.
Perdagangan bebas yang cenderung menguat disambut beragam reaksi.
Seorang Pengusaha yang juga salah satu Ketua Dewan Jagung Indonesia, menilai
kesepakatan perdagangan bebas tidak ubahnya pedang bermata dua. Apabila siap,
keterlibatan Indonesia dalam berbagai kesepakatan perdagangan bebas dipastikan
menciptakan peluang besar. Tetapi, dibukanya pasar bebas bisa jadi boomerang
apabila kita tidak siap. Indonesia bisa hanya menjadi pasar oleh negara lain dan akan
mengancam industri dalam negeri.
Page | 20
F. Dampak Akibat ACFTA
Dampak dari kesepakatan ACFTA ini kebanyakan adalah dampak negatif.
Kebijakan ini kebanyakan akan berimbas pada pengusaha-pengusaha lokal terutama
pengusaha mikro. Banyak perusahaan yang gulung tikar karena kalah bersaing.
Akibatnya angka pengangguran melonjak pesat.
Kesepakatan perdagangan bebas yang telah dipertimbangkan sejak sepuluh
tahun lalu ini malah akan memperburuk sektor manufaktur. Dampak negatif dalam
jangka pendek perdagangan bebas ini antara lain akan membuat perusahaan yang
tidak efisien akan menjadi bangkrut. Hal ini merupakan akibat barang impor yang
lebih murah, volume impor barang menjadi konsumsi menjadi naik sehingga
menghabiskan devisa dan membuat nilai tukar rupiah menjadi sulit menguat.
Perusahaan juga cenderung akan menahan biaya produksi melalui
penghematan penggunaan tenaga kerja tetap, sehingga job security tenaga kerja
menjadi rapuh.
Selain itu, perdagangan bebas secara tidak langsung juga telah menghilangkan
batas-batas teritorial suatu bangsa atau dikenal dengan prinsip ”borberless nation”
(bangsa yang tidak terbatas). Ketidakterbatasan teritorial ini sudah saatnya
direfleksikan secara mendalam sebab kedaulatan suatu bangsa secara otomatis juga
hilang. Ini belum ditambah dengan konsep kedaulatan yang lebih subtansial, bahwa
setiap bangsa adalah bebas dan merdeka menentukan nasibnya. Dan yang disebut
sebagai bangsa adalah seluruh lapisan masyarakat yang menjadi mayoritas, bukan
segelintir penguasa dan sekaligus pengusaha.
Jika diperinci, dampak negatif dari ACFTA ini adalah sebagai berikut :
Bila pemerintah sampai membebaskan pajak impor hingga 0%, maka
Indonesia tidak akan mendapat keuntungan sepeserpun dari masuknya
produk impor dari China.
Page | 21
Terjadi defisit perdagangan. Ini akan menimpa 10 sektor industri yang
akan kembali ke titik nadir. Ke 10 sektor industri tersebut adalah tekstil,
makanan dan minuman, petrokimia, peralatan pertanian, alas kaki. Lalu
ada lagi sektor industri fiber sintetik, elektronik, permesinan, jasa
engineering, industri besi dan baja.
ACFTA lebih mengarah pada implementasi zona baru prinsip liberalisme
perdagangan yang akan mengganggu pasar domestik dan mengancam
konsumsi barang-barang produksi dalam negeri.
Pengurangan produksi dan produk-produk Indonesia dikarenakan
membanjirnya produk-produk China di Indonesia.
Pemutusan Tenaga Kerja (PHK) masal akibat pengurangan produksi dari
perusahaan tersebut dalam waktu lama.
Bangkrutnya para pengusaha lokal termasuk dari kalangan UMKM (Usaha
Masyarakat Kecil Menengah) diakibatkan kalah bersaingnya produk-
produk mereka dengan produk impor dari China yang dimana produk
China lebih mengedepankan harga murah daripada kualitas barang
tersebut.
Dari data yang ada saat ini peredaran barang impor di tanah air telah
mencapai 50 %, 40 % diantaranya merupakan produk impor dari China.
Dampak buruk dari ACFTA, bila bea masuk sudah efektif berlaku 0 %
maka komposisi barang-barang impor tersebut diprediksi bisa melunjak
sampai 75 % dan produk China menguasai 70 % nya. Jika hal ini dibiarkan
dan tidak ada upaya penghambatan dari pemerintah, dikhawatirkan secara
tidak langsung akan berdampak pada lapangan kerja karena akan terjadi
alih profesi dari kalangan industri ke pedagang atau menjadi distributor.
Masyarakat Indonesia dipaksa menjadi masyarakat konsumtif, karena
dibanjiri oleh barang-barang dari China dengan harga yang sangat rendah
tetapi dengan kualitas kurang baik.
Page | 22
Jika di dalam negeri saja kalah bersaing, bagaimana mungkin produk-
produk Indonesia memiliki kemampuan hebat bersaing di pasar ASEAN
dan Cina? Data menunjukkan bahwa tren pertumbuhan ekspor non-migas
Indonesia ke Cina sejak 2004 hingga 2008 hanya 24,95%, sedangkan tren
pertumbuhan ekspor Cina ke Indonesia mencapai 35,09%. Kalaupun
ekspor Indonesia bisa digenjot, yang sangat mungkin berkembang adalah
ekspor bahan mentah, bukannya hasil olahan yang memiliki nilai tambah
seperti ekspor hasil industri. Pola ini malah sangat digemari oleh Cina
yang memang sedang “haus” bahan mentah dan sumber energi untuk
menggerakkan ekonominya.
Peranan produksi terutama sektor industri manufaktur dan Industri Kecil
Menengah dalam pasar nasional akan terpangkas dan digantikan impor.
Dampaknya, ketersediaan lapangan kerja semakin menurun. Padahal setiap
tahun angkatan kerja baru bertambah lebih dari 2 juta orang, sementara
pada periode Agustus 2009 saja jumlah pengangguran terbuka di Indonesia
mencapai 8,96 juta orang.
Dampak positif dari perdagangan bebas adalah menciptakan kemakmuran
bersama semua bangsa yang disebabkan setidaknya oleh 3 hal yaitu :
Perdagangan akan menyebabkan negara-negara melakukan spesialisasi
dalam memproduksi setiap barang produksi dimana mereka relatif lebih
efisien. Inilah yang oleh David Ricardo disebut sebagai teori Comparative
Adavntage. Sebaliknya, pada sisi mata koin yang sama, pembatasan
perdagangan atau distorsi cenderung menurunkan allocative efficiency.
Perdagangan bebas akan menghasilkan efficiecy from competition yang
berarti bahwa dengan terlibat dalam aktifitas perdagangan bebas pemerintah
harus mendorong perusahaan-perusahaan domestik untuk bertarung di pasar
global, dan kemudian memaksa mereka agar lebih inovatif. Dengan
demikian, pada akhirnya perusahaan-perusahaan domestik tersebut menjadi
Page | 23
lebih efisien. Hasil akhirnya, kompetisi akan melahirkan harga barang yang
lebih murah dan pelayanan terhadap konsumen yang lebih baik.
Perdagangan bebas akan melahirkan apa yang disebut imported efficiency,
dalam artian bahwa pemerintah mau atau tidak mau harus membuka
pasarnya terhadap investasi asing atau impor teknologi asing dengan harapan
akan membawa metode proses produksi yang lebih efisien.
Page | 24
G. Bagaimana Cara Menangani Dampak Tersebut?
Melihat dampak yang luar biasa merugikan tersebut sebaiknya harus
dilakukan antisipasi yang cepat dan menyeluruh. Langkah segera yang dapat
diupayakan adalah pemerintah mengusahakan negosiasi ulang kesepakatan
perdagangan bebas itu atau minimal menundanya, terutama untuk sektor-sektor yang
belum siap.
Pemerintah perlu melakukan seleksi produk untuk melindungi industri
nasional. Misalnya, garmen Indonesia dibebaskan masuk negara lain, sementara
industri makanan diperbolehkan masuk. Pemerintah juga semestinya mencabut
pengutaan retribusi yang memberatkan dunia usaha di daerah agar industri lokal
menjadi kompetitif.
Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta adalah salah satu pintu masuk barang ke
Indonesia, termasuk dari China dan negara ASEAN lainnya. Meski serbuan impor
barang dari China diprediksi terjadi tidak lama ini, pemerintah hanya bisa
membendung barang impor melalui mekanisme non-tarif. Pengetatan pemeriksaan
barang masuk melalui pelabuhan harus dilakukan karena negara lain juga melakukan
hal yang sama. Memang, pengetatan pemeriksaan barang impor dalam jangka pendek
bisa menahan serbuan produk China.
Di sisi lain, pemerintah harus menyiapkan industri domestik agar bisa lebih
kompetitif dengan produk China serta memberikan kemudahan dalam bentuk
pendanaan atau yang lainnya. Pemerintah harus bisa memperbaiki berbagai kebijakan
ekonomi untuk menghadapi perdagangan bebas. Pemerintah sebaiknya mengaktifkan
rambu-rambu nontarif, seperti safeguard (jaring pengaman) dan dumping, yang
selama ini dinilai tak punya gigi oleh para pengusaha.
Selain itu, masalah penyelundupan harus diselesaikan agar daya saing produk
Indonesia bisa tercapai. Pasalnya, di luar penurunan tarif ini, sekarang disinyalir
Page | 25
banyak produk ilegal yang masuk. Kalau tarifnya nol, berarti sudah tidak bisa
ketahuan bedanya lagi, mana yang ilegal dan legal dengan tarif nol. Tetapi secara
jangka panjang langkah-langkah tersebut tidak bisa dipertahankan. Sebagai bagian
dari masyarakat dunia, bangsa ini tidak bisa mengelak dari kebijaksanaan global
tersebut. Masyarakat Industri harus berjuang dengan keras untuk memenangkan
persaingan global yang semakin mengancam. Dibutuhkan kejelian dan kreatifitas
untuk menembus persaingan ketat tersebut. Beberapa hal yang menjadi kelemahan
baranng industri China adalah kualitasnya. Kelemahan ini harus dimanfaatkan oleh
pelaku industri di Indonesia. Dengan menjaga kualitas barang produksi Indonesia
tanpa menaikkan harga.
Page | 26
H. Strategi Indonesia untuk menghadapi ACFTA
Strategi merupakan hal pokok yang harus dilaksanakan oleh setiap kompetitor.
Cara menghadapi persaingan yang tepat dan efisien diperlukan guna memenangkan
persaingan bebas. Namun, pada kenyataannya Indonesia absen strategi dibandingkan
dengan China. Hal ini dapat kita lihat dari 4 aspek, yakni sebagai berikut :
1. Sebagai pusat industri di dunia, pemerintah China memilih untuk
memprioritaskan penyediaan listrik murah. Listrik merupakan faktor penting
untuk menciptakan daya saing dan menarik investasi. Karena itu dalam
penyediaan listrik, China memilih memanfaatkan batu bara yang melimpah.
Sedangkan di Indonesia, rendahnya daya tarik industri manufaktur, antara lain
akibat kegagalan PLN menjaga pasokan listrik dan tingkat harga. Tingginya
biaya produksi terjadi karena PLN tidak mendapat dukungan pasokan energi
murah baik batu bara maupuan gas dari pemerintah. Padahal Indonesia
memiliki kekayaan energi alam yang tidak kalah jika dibandingkan dengan
China. Tetapi Indonesia lebih memilih menjadikan batu bara dan gas sebagai
komoditas ekspor, bukan modal untuk membangun Industri. Demikian juga
pada pengolahan timah, China tidak menjadikan komoditas ekspor yang
didasarkan pada visi dan strategi China untuk membangun struktur industri
elektronik yang deep dan kompetitif. Sedangkan Indonesia dibiarkan untuk
diolah negara lain.
2. Dalam kebijakan keuangan, kegigihan China untuk tetap menjga nilai tukar
yang lemah dilakukan sesuai strategi untuk menjaga daya saiang produk
industri. Bahkan pada saat krisis, China membantu negara lain lewat special
credit facility yakni memberikan kemudahan pembayaran bagi importir yang
dilakukan untuk menjaga permintaan produk China. Sedangkan kebijakan
Indonesia untuk memilih nilai tukar rupiah yang kuat juga telah menggeruk
Page | 27
daya saing berbagai produk ekspor. Tanpa strategi industri, pilihan kebijakan
fiskal dan moneter akhirnya memang tidak terarah dan akhirnya
meguntungkan sektor keuangan daripada riil.
3. Dalam hal sumber daya energi, Indonesia hanya memiliki industri perakitan
(hulu) untuk produk elektronika dan produksi. Namun, berbeda dengan China,
dalam membangun industri elektronika yang terintegrasi mulai dari
pembangunan industri pendukung dengan mengolah bahan baku.
Page | 28
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hal tersebut dapat kami simpulkan sebagai berikut :
ACFTA merupakan ajang persaingan global dalam bidang produksi barang
maupun jasa yang diadakan sesuai dengan perjanjian Indonesia dan China
pada awal januari 2010.
Kalahnya strategi persaingan bangsa Indonesia terhadap China mendominasi
perekonomian semakin terpuruk. Sikap pesimisme para produsen indonesia
mewarnai perang industri ini dan dijadikan estimasi Indonesia untuk kalah
bersaing.
ACFTA dipandang terlalu agresif untuk melakukan liberalisasi ekonomi
Indonesia yang menjadikan keterpurukan Indonesia semakin dalam.
ACFTA menimbulkan dampak Positif dan negatif bagi perekonomian
Indonesia. Namun hal ini tidak bisa dipungkiri dampak negatif dari adanya
ACFTA mendominasi akan keterpurukan perekonomian Indonesia yang
menjadi Bom Bunuh Diri bagi industri negara ini.
Page | 29
B. Saran-Saran
ACFTA kini sudah berjalan, kita sudah tidak bisa lagi mengantisipasi. Kita
hanya bisa berusaha mengurangi dampak negatifnya. Kami memberikan beberapa
alternatif cara-cara untuk mengurangi damapak negatifnya.
Pemerintah sepatutnya melakukan langkah antisipatif untuk memberikan
kesempatan industri lokal berkembang, peningkatan kapasitas terpasang di
seluruh cabang industri manufaktur, deregulasi perizinan, perbaikan
infrastruktur listrik, jalan, dan pelabuhan, serta akses intermediasi perbankan
yang menarik bagi investor dan peduli terhadap Market Domestic Obligation
(MDO).
UKM (usaha kecil menengah) perlu ditingkatkan guna memajukan daya saing
produk yang semakin ketat. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan
keringanan terhadap para wirausahawan dalam memperoleh kredit usaha.
Pada dasarnya import akan berkurang jika masyarakat lebih mencintai produk
dalam negeri. Maka pemerintah harus bisa membentuk karakter masyaraktnya
sejak awal, dimana masyarakat harus mencintai produk dalam negeri dan
bangga, salah satu yang menurut kami baik dan sudah mulai didengungkan
dan seharusnya terus diserukan adalah semboyan “Aku Cinta Produk
Indonesia”
Untuk mendukung produk produksi dalam negeri, pemerintah sebaiknya
memudahkan para investor dalam melakukan investasi, misalnya dengan cara
“One Day Service” yang mempersingkat waktu birokrasi
Pemerintah membuat suatu standar mutu untuk barang-barang yang akan
diekspor, karena pada dasarnya kualitas atau mutu adalah kelemahan China.
Maka kita harus memanfaatkan kelemahan itu
Page | 30
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.walhi.or.id/component/content/article/132-kegiatan/644-acfta?lang=in
2. http://blogs.unpad.ac.id/yogix/2010/02/22/apa-itu-acfta/
3. http://kaumbiasa.com/dampak-acfta-pada-lingkungan-hidup.php
4. http://radarbanten.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=52586
5. http://www.pusdima-fis.co.cc/2010/03/dampak-positif-dan-negatif-acfta.html
Page | 31
LAMPIRAN 1
Dampak Buruk ACFTA bagi Indonesia
Jika tarif diturunkan menjadi nol persen maka dapat dipastikan ketergantungan pada
impor semakin tinggi. Sementara industry pertanian yang kini terseok-seok akibat gempuran
produk impor akan semakin terpukul. Sekedar catatan hingga saat ini Indonesia telah
mengimpor sejumlah produk pertanian antara lain : gandum sebanyak 100 % dari total
kebutuhan gandum dalam negeri, kedelai 61 %, gula 31 %, susu 70 %, daging sapi 50 %,
garam 66 % dan kapas sebanyak 80 %. China akan lebih dominan dari Negara-negara
ASEAN, seketika perdagangan bebas ASEAN-China diberlakukan 1 Januari 2010.
Perdagangan bebas ASEAN-China akan berdampak kepada tidak seimbangnya neraca
perdagangan antara China dengan Negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, China lebih
menguasai perdagangan karena produktifitas tenaga kerja yangtinggi dan masal. Di saat
bersamaan Negara China semakin agresif mendorong ekspor ke luar negeri dengan kebijakan
yang bersaing. Dengan produksi masal, biaya produksi produk-produk China rendah karena
biaya produksiprodduk-produk China rendah karena biaya per unit lebih rendah.
Produk-produk yang murah tersebut, membanjiri pasar-pasar nasional dengan harga
murah. Indonesia lalu dipaksa menampilkan produk-prosuk tertentu yang memiliki
keunggulan komparatif tertentu, seperti batik dan melakukan subtitusi impor dengan
berupaya mengatasi masalah-masalah impor. Indonesia sulit menjadwal ulang perdagangan
bebas ASEAN-China karena kesepakatanny cukup lama. Yang bisa dilakukan adalah
bagaimana cara Negara-negara tersebut menghindari praktik-praktik yang tidak sehat dalam
perdagangan.
Page | 32
Perdagangan bebas ASEAN-China per 1 Januari 2010 akan membuat banyak industry
nasional gulung tikar karena kalah bersaing. Akibatnya, angka pengangguran diperkirakan
melonjak. Pengusaha Indonesia yang tak mampu bersaing dengamn China akan gulung tikar
atau mengurangi kapasitas produksinya. Meski perdagangan bebas itu bisa juga berdampak
siginfikan pada industry nasional, karena neraca perdagangan Indonesia-China pernah
mencatat surplus sekitar US$ 300 juta, tahun lalu Indonesia sudah mencatat deficit US$ 4.
(sumber : detiknews.com)
Page | 33
LAMPIRAN 2
ACFTA, Hanya Indonesia yang Alami Defisit
Indonesia dan sejumlah Negara Asia Tenggara memang sudah terikat pada perjanjian
Perdagangan Bebas ASEAN-China (ACFTA). Seiring perjalanan waktu, ternyata Indonesia
menjadi satu-satunya Negara besar di Asia Tenggara yang mengalami deficit perdagangan
dengan China.
“Satu-satunya 5 besar Negara di Asia Tenggara yang negative dengan China adalah
Indonesia, negara lainnya neraca perdagangannya positif,” kata Pengamat Ekonomi dari
Universitas Gajah Mada, Anggito Abimanyu dalam paparannya di Kantor Kementrian
Koordinator Perekonomian, Jalan Wahidin, Jakarta, Senin 2 Mei 2011.
Menurut Anggito, Negara besar di Asia Tenggara seperti Singapura, Malaysia,
Thailand dan Filipina sampai saat ini tidak pernah mempermasalahkan perdagangan bebas
melalui skema ACFTA. Hal itu dikarenakan, Negara-negara tersebut menikmati keuntungan
dari perdagangan tersebut.
Di sisi lain, Indonesia selama ini malah mengalami pertumbuhan impor produk China
yang terus meningkat. Data yang dihimpun Anggito menunjukkan, kegiatan impor produk
China pada tahun 2005 tercatat hanya 12 % dan terus meningkat menjadi 20 % pada tahun
2010.
Sementara impor produk dari Negara anggota ASEAN mengalami penurunan
signifikan dari 28 % pada tahun 2005 menjadi 2005 menjadi 20 % pada 2010. Penurunan
impor produk produk ASEAN ini dikarenakan barng-barang dari Negara tersebut bersifat
komplementer atau pelengkap.
Page | 34
Dengan fenomena tersebut, Anggito menilai Indonesia sebaiknya tidak hanya melihat
persoalan defisit perdagangan dengan China hanya dari sisi bilateral. Pemerintah seharusnya
melihat persoalan ini dari sisi multiteral.
“Defisit neraca perdagangan semakin besar dengan China tetapi surplus dengan
Negara lain,” katanya.
Lebih lanjut Anggito menjelaskan terdapat tiga permasalahan dalam pelaksanaan
ACFTA. Persoalan pertama menyangkut kemampuan Negara-negara ASEAN untuk bersaing.
Kedua, umumnya Negara ASEAN, khususnya Indonesia mau tidak mau terkena
dampak dari banjirnya produk China. Kondisi perdagangan seperti ini mengindikasikan
terjadinya perdagangan tidak adil (unfair trade) karena adanya subsidi dari Negara asal,
dumping, dan penyelundupan.
Persoalan ketiga adalah renegosiasi perjanjian ACFTA melalui notifikasi hanya bisa
dilakukan dengan syarat pendapatpersetujuan dari Negara ASEAN lain. “Jika Negara lain
tidak mau melakukan renegosiasi maka sulit dilakukan,” katanya.
Anggito mengimbau, sebaiknya pemerintah melakukan pendekatan bilateral khusus
dengan mengedepankan kesepakatan perdagangan RI-China yang terbentuk pada pertemuan
di Yogyakarta beberapa waktu lalu. Dalam kesepakatan itu disetujui bahwa RI-China sepakat
untuk melakukan ACFTA. Kedua, apabila terjadi ketidakseimbangan neraca perdagangan
maka pihak yang berwajib melaksanakan langkah-langkah untuk meningkatkan impornya.
“Cara lain yaitu China harus menambah impornya. Jika ada unfair trade maka
gunakan Bea Masuk Anti Dumping, Bea Masuk Anti Dumping Sementara, bea masuk
imbalan bea masuk perlindungan dan lain-lain,” kata Anggito
(sumber : vivanews.com)
Page | 35
MOTIVASI-MOTIVASI
1. Charles Hayo :”Tak pernah saya ketahui ada orang yang mati
karena bekerja terlalu keras, akan tetapi banyak orang yang mati
karena bimbang dan ragu”.
2. W.H. Benridge : “Tuhan mengirim manusia ke dunia tidsk
hanya dengan maksud melainkan dengan tujuan, akal dan budi
digunakan”.
3. Charkes Schriben : Manusia berhasil ditentukan oleh 2 hal:
a. Pendidikan Formalnya (15%)
b. Nilai hidup, sikap mental, kepribadian dan pengalaman
hidupnya (85%).
Page | 36
GAMBAR-GAMBAR
Gambar 1
Page | 37
Gambar 2
Gambar 3
Page | 38
gambar 4
Page | 39
gambar 5
Page | 40
Recommended