View
232
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
ok
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Corporate Governance (CG) merupakan tata kelola perusahaan yang
menjelaskan hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan
arah dan kinerja perusahaan (Monks & Minow, 2001 dalam Ratna Wardhani, 2006). Isu
mengenai CG ini mulai mengemuka, khususnya di Indonesia, setelah Indonesia
mengalami masa krisis yang berkepanjangan sejak tahun 1998. Banyak pihak yang
mengatakan lamanya proses perbaikan di Indonesia disebabkan oleh sangat lemahnya
CG yang diterapkan dalam perusahaan di Indonesia. Sejak saat itu, baik pemerintah
maupun investor mulai memberikan perhatian yang cukup signifikan dalam praktek CG.
(Ratna Wardhani, 2006). Lemahnya implementasi penerapan Good Corporate
Governance perusahaan-perusahaan publik di Indonesia, ditandai dengan kurang
transparannya pengelolaan perusahaan yang mengakibatkan kontrol publik menjadi
lemah dan adanya campur tangan pemegang saham mayoritas pada ma-najemen
perusahaan yang dapat men-imbulkan konflik kepentingan yang sangat menyimpang
dari norma Good Corporate Governance (Susanti dkk, 2010 dalam Amanita Novi
Yushita, 2013)
Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, seperti PT. Lippo Tbk dan PT.
Kimia Farma Tbk juga melibatkan pelaporan keuangan (financial reporting) yang
berawal dari terdeteksi adanya manipulasi, Sementara menurut beberapa media
masa, lebih banyak lagi perusahaan-perusahaan non publik melakukan pelanggaran
yang melibatkan persoalan laporan keuangan. (Gideon SB Boediono, 2005)
Hadirnya corporate governance dalam pemulihan krisis di Indonesia
menjadi mutlak diperlukan, mengingat corporate governance mensyaratkan suatu
pengelolaan yang baik dalam sebuah organisasi (Hastuti, 2005dalam Angraheni Niken
Susanti, 2010). Menurut teori keagenan untuk mengatasi masalah ketidakselarasan
1
kepentingan salah satunya adalah melalui pengelolaan perusahaan yang baik (good
corporate governance).
Laba yang kurang berkualitas bisa terjadi karena dalam menjalankan bisnis
perusahaan, manajemen bukan merupakan pemilik perusahaan. Pemisahan kepemilikan
ini akan dapat menimbulkan konflik dalam pengendalian dan pelaksanaan pengelolaan
perusahaan yang menyebabkan para manajer bertindak tidak sesuai dengan keinginan
para pemilik. Konflik yang terjadi akibat pemisahan kepemilikan ini akan disebut
dengan konflik keagenan, Konflik keagenan dapat mengakibatkan adanya sifat
manajemen melaporkan laba secara oportunis untuk memaksimumkan kepentingan
pribadinya. Jika hal ini terjadi akan mengakibatkan rendahnya kualitas laba. (Wilsna
Rupilu, 2011). Menurut Siallagan dan Machfoedz, 2006, Rendahnya kualitas laba akan
dapat membuat kesalahan pembuatan keputusan para pemakainya seperti investor dan
kreditor, sehingga nilai perusahaan akan berkurang.
Informasi laba sangatlah penting perannya sebagai sinyal kinerja suatu
perusahaan guna pembuatan berbagai keputusan penting oleh pengguna informasi. Laba
yang tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya tentang kinerja manajemen dapat
menyesatkan pihak pengguna laporan. Jika laba seperti ini digunakan oleh investor
untuk membentuk nilai pasar perusahaan, maka laba tidak dapat menjelaskan nilai pasar
perusahaan yang sebenarnya (Boediono, 2005). Pada lingkungan pasar modal,
laporan keuangan yang dipublikasikan merupakan sumber informasi sangat penting
yang dibutuhkan oleh sebagian besar pemakai laporan dan atau pelaku pasar serta
pihak-pihak yang berkepentingan dengan emiten untuk mendukung pengambilan
keputusan (Siallagan dan Machfoedz, 2006)
Untuk meningkatkan kualitas laba, dengan membatasi tindakan manajemen
laba, diperlukan suatu mekanisme pengawasan atas tindakan manajemen tersebut.
Mekanisme pengawasan tersebut dikenal dengan istilah corporate governance.
(Siswardika dan Sylvia). Mekanisme corporate governance memiliki kemampuan
dalam kaitannya menghasilkan suatu laporan keuangan yang memiliki kandungan
informasi laba (Boediono, 2005).
2
Menurut Rachmawati, 2007 dalam Anhraheni Niken Susanti, 2010Ada empat
mekanisme corporate governance yang sering dipakai dalam berbagai penelitian
mengenai corporate governance yang bertujuan untuk mengurangi konflik keagenan,
yaitu komite audit, komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan
manajerial.
Beberapa mekanisme corporate governance yang dapat digunakan untuk
mengatasi masalah keagenan tersebut antara lain dengan meningkatkan kepemilikan
manajerial (Jansen dan Meckling, 1976 dalam Dul Muid, 2009). Dengan meningkatkan
kepemilikan saham oleh manajer, diharapkan manajer akan bertindak sesuai dengan
keinginan principal karena manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja.
Selain itu, keberadaan dewan komisaris diharapkan dapat meningkatkan kualitas laba
dengan membatasi tingkat manajemen laba melalui fungsi pengawasan atas pelaporan
keuangan (Siallagan dan Machfoedz, 2006).
Menurut Teoh dan Wong (1993) dalam Suaryana (2005) peran komite audit
sangat penting karena mempengaruhi kualitas laba perusahaan yang merupakan salah
satu informasi penting yang tersedia untuk publik dan dapat digunakan investor untuk
menilai perusahaan. Komite audit yang bertanggung jawab untuk mengawasi laporan
keuangan, mengawasi audit eksternal, dan mengamati sistem pengendalian internal juga
diharapkan dapat mengurangi sifat opportunistic manajemen yang melakukan
manajemen laba (earnings management). (Siallagan dan Machfoedz, 2006).
Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak
manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga mengurangi tindakan
manajemen melakukan manajemen laba. Menurut Boediono (2005) kepemilikan
institusional memiliki kemampuan untuk mengurangi insentif para manajer yang
mementingkan diri sendiri melalui tingkat pengawasan yang intens.
Pemahaman mengenai bagaimana menyusun suatu mekanisme tata kelola
yang baik dalam rangka meningkatkan kualitas laba yang dilaporkan sangatlah
penting. Hal inilah yang mendorong dilakukannya berbagai penelitian yang bertujuan
memberikan keyakinan mengenai adanya hubungan antara Corporate Governance
dengan kualitas laba. Oleh karena itu penulis tertarik memilih judul skripsi sebagai
3
berikut: “PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE
TERHADAP KUALITAS LABA PERUSAHAAN BUMN YANG GO PUBILK.”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Apakah Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap kualitas laba
perusahaan BUMN yang Go Publik?
2. Apakah Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap kualitaslaba perusahaan
BUMN yang Go Publik?
3. Apakah Keberadaan Komite Audit berpengaruh terhadap kualitas laba
perusahaan BUMN yang Go Publik?
4. Apakah Proporsi Komisaris Independen berpengaruh terhadap kualitas laba
perusahaan BUMN yang Go Publik?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan diadakan penelitian ini adalah:
1. Apakah Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap kualitas laba
perusahaan BUMN yang Go Publik?
2. Apakah Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap kualitaslaba perusahaan
BUMN yang Go Publik?
3. Apakah Keberadaan Komite Audit berpengaruh terhadap kualitas laba
perusahaan BUMN yang Go Publik?
4. Apakah Proporsi Komisaris Independen berpengaruh terhadap kualitas laba
perusahaan BUMN yang Go Publik
4
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Kegunaan Praktis
a. Bagi obyek penelitian, dalam hal ini adalah perusahaan-perusahaan BUMN,
termasuk para stakeholder dan shareholder, hasil penelitian inidapat menjadi
feedback yakni seberapa besar manfaat yang diperoleh atas pelaksanaan Good
Corporate Governance terutama sehubungan dengan
b. Bagi Pihak Manajemen, yaitu memberikan input atau masukan untuk menelaah
lebih lanjut mengenai pengaruh mekanisme corporate governance, sehingga
perusahaan dapat mengoptimalkan fungsi mereka dalam mencapai tujuan
perusahaan yaitu meningkatkan kualitas laba perusahaan
c. Bagi Investor, Penelitian ini dapat diharapkan dapat memberikan gambaran
mengenai pengaruh mekanisme Corporate Governance sehingga dapat
menjadi pedoman dalam beinvestasi terutama yang berminat untuk berorientasi
dalam perusahaan BUMN
1.4.2 Kegunaan Akademis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah, pengetahuan, gambaran dan bukti-
bukti empiris mengenai pengaruh mekanisme Corporate Governance terhadap
kualitas laba Perusahaan BUMN
b. Penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi para peneliti yang melaksanakan
penelitian-penelitian sejenis dan penelitian-penelitian Lanjutan
1.5 Kontribusi Penelitian
Perbedaan yang terdapat pada penelitian sebelumnya terletak pada pengukuran
Kualitas Laba yang digunakan. Jika dalam penelitian Angraheni Niken Susanti 2010
Untuk mengukur kualitas laba diproksikan dengan Earnings Response
Coefficient(ERC) dihitung dengan menggunakan pendekatan Firm Specific Coefficient
Methodology(FSCM) dan Dalam Penelitian Susanto dan Siregar, 2009, Kualitas laba
diukur menggunakan model Francis et al. (2005) dan Kothari et al. (2005). Namun
Dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Discretionary accruals (DACC)
sebagai proksi kualitas laba dihitung dengan menggunakan model Jones yang
dimodifikasi.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Berikut Tabel 2.1 menunjukkan hasil-hasil Penelitian Terdahulu Mengenai
Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kualitas Laba
Tabel 2.1
Tabel Penelitian Terdahulu
NO PENELITI/TAHUN JUDUL HASIL PENELITIAN
1 Angraheni Niken
Susanti,SE (2010)
Analisis Pengaruh
Mekanisme Corporate
Governance terhadap
Nilai Perusahaan
dengan Kualitas Laba
Sebagai Variabrel
Intervening pada
Perusahaan
Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia 2004-
2007
Keberadaan komite audit
berpengaruh terhadap kualitas laba
sedangkan komposisi komisaris
independen tidak berpengaruh
terhadap kualitas laba (Earnings
Response Coefficient).Kepemilikan
manajerial berpengaruh terhadap
kualitas laba (Earnings Response
Coefficient), sedangkan
kepemilikan institusional tidak
berpengaruh terhadap kualitas laba.
2. Dul Muid,2005 Pengaruh mekanisme
corporat governance
terhadap kualitas laba
kepemilikan manajerial, dan
kepemilikan institusional secara
positif dan signifikan berpengaruh
terhadap kualitas laba, sedangkan
dewan komisaris dan komite audit
tidak berpengaruh secara signifikan.
3 Wilsna Rupilu, 2011 Pengaruh Mekanisme Dewan komisaris independen tidak
6
Corporata
Governance Terhadap
Kualitas Laba dan
Nilai Perusahaan pada
Perusahaan
Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia
berpengaruh terhadap kualitas laba,
Kepemilikan Manajerial
berpengaruh positif terhadap
kualitas laba, Kepemilikan
Institusional berpengaruh positif
terhadap kualitas laba, Komite Audit
berpengaruh positif terhadap
kualitas laba
4 Suaryana, Agung
(2005)
pengaruh komite audit
terhadap kualitas
Laba.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pasar menilai laba yang
dilaporkan oleh perusahaan yang
membentuk komite audit memiliki
kualitas yang lebih baik daripada
laba yang dilaporkan oleh
perusahaan yang tidak membentuk
komite audit.
5. Gideon SB. Boediono,
2005
Pengaruh Mekanisme
Corporate
Governance Dan
Dampak Manajemen
Laba Dengaan
Menggunakan
Analisis Jalur
Kepemilikan institusional
Kepemilikan manajerial dan
Komposisi dewan komisaris
memberikan pengaruh yang lemah
terhadap kualitas laba
6. Hamonangan
Siallagan dan Mas’ud
Machfoedz, (2006)
Mekanisme Corporate
Governance, Kualitas
Laba Dan Nilai
Perusahaan
kepemilikan manajerial secara
positif berpengaruh terhadap
kualitas laba. Dan dewan komisaris
secara negatif berpengaruh terhadap
kualitas laba.
7. Amanita Novi
Yushita, (2013)
Pengaruh Mekanisme
Corporate
Governance, Kualitas
Auditor Internal Dan
struktur dewan direksi berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
discretionary accrual (DTAC) atau
berpengaruh negatif
7
Likuiditas Terhadap
Kualitas Laba
terhadapkualitas laba. Kedua,
kepemilikan manajerial,
Kepemilikan Institusional Dan
Komite Audit tidak berpengaruh
signifikan terhadap kualitas laba.
Dengan adanya perbedaan hasil penelitian. Maka Peneliti Mengacu pada
penelitian di atas untuk mengadakan penelitian mengenai pengaruh penerapan
Corporate Governance terhadap kualitas laba. Penelitian ini bertujuan untuk menguji
pengaruh empat variabel independen yang terdiri dari keberadaan komite audit
Independen , proporsi komisarisindependen, kepemilikan institusional dan kepemilikan
manajerial terhadap variabel dependen yakni kualitas laba
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pengertian Teori Agency (Keagenan)
Teori Agency merupakan suatu teori yang menggambarkan hubungan dua
individu dimana salah satu dari dua individu tersebut menjadi agent sedangkan individu
yang lain disebut principal (Belkaoui, 2000 dalam Dul Muid, 2009). Principal akan
menugaskan agentuntuk meningkatkan kemakmurannya. Namun sebaliknya, manajer
sebagai agent juga mempunyai dorongan untuk meningkatkan kesejahteraannya sendiri
antara lain dengan melakukan earnings management. Perbedaan kepentingan antara
principaldan agentini mengakibatkan adanya konflik keagenan. Tindakan-tindakan yang
mementingkan diri sendiri yang dilakukan oleh agent tersebut mengakibatkan
diperlukannya suatu mekanisme yang dapat meminimalisir tindakan tersebut. Corporate
Governance merupakan mekanisme yang dipercaya dapat mengendalikan dan
mengawasi tindakan-tindakan yang tidak menguntungkan yang dilakukan oleh agent.
(Dul Muid, 2009)
2.2.2 Pengertian Corporate Governance
8
(Ridwan dan Enggar, 2013) menyatakan bahwa Corporate governance
merupakan seperangkat sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk
menciptakan nilai tambah (value added) bagi para pemangku kepentingan. Menurut
Nasution dan Setiawan (2007) dalam Enggar Vibria Verdana Sari (2013), Corporate
Governance merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan
melalui supervisi atau monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas
manajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan pada kerangka peraturan. Jadi
Corporate governance muncul karena adanya pemisahan antara kepemilikan
dengan pengendalian perusahaan, atau seringkali dikenal dengan istilah masalah
keagenan.
2.2.3 Prinsip-prinsip Corporate Governance
Enggar dan Riduwan, 2013 menyebutkan lima prinsip dasar dari corporate
governance yaitu:
1. Akuntabilitas (accountability), yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan
pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan
terlaksana secara efektif. Dewan direksi bertanggung jawab atas keberhasilan
pengelolaan perusahaan dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan oleh pemegang saham. Komisaris bertanggung jawab atas
keberhasilan pengawasan dan wajib memberikan nasehat kepada direksi atas
pengelolaan perusahaan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.
2. pertanggungjawaban (responsibility), yaitu kesesuaian (kepatuhan) di dalam
pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta
peraturan yang berlaku. Prinsip ini menekankan pada adanya system yang jelas
untuk mengatur mekanisme pertanggungjawaban perusahaan kepada
pemegang saham dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
3. keterbukaan (transparency), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses
pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi
materiil dan relevan mengenai perusahaan. Dalam prinsip ini, informasi harus
diungkapkan secara tepat waktu dan akurat.
4. kewajaran (fairness), yaitu perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi
hak-hak stakeholder yang timbul berdsarkan perjanjian serta peraturan
9
perundangan yang berlaku. Prinsip ini menekankan pada jaminan
perlindungan hak-hak para pemegang saham. Seluruh pemangku
kepentingan harus memiliki kesempatan untuk mendapatkan perlakuan yang
adil dari perusahaan.
5. kemandirian (independency), yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola
secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan
dari pihak manajemen yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
2.2.4 Mekanisme Corporate Governance
Ada empat mekanisme Corporate Governance yang dipakai dalam penelitian
ini yang bertujuan untuk mengurangi konflik keagenan, yaitu
Pertama, Kepemilikan Manajerial , dari sudut pandang teori akuntansi,
manajemen laba sangat ditentukan oleh motivasi manajer perusahaan. Motivasi yang
berbeda akan menghasilkan besaran manajemen laba yang berbeda. Kepemilikan
manajemen terhadap saham perusahaan dipandang dapat menyelaraskan potensi
perbedaan kepentingan antara pemegang saham luar dengan manajemen (Jansen dan
Meckling, 1976 dalam Siallagan dan Machfoedz, 2006).
Kedua, Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional memiliki
kemampuan untuk mengurangi insentif para manajer yang mementingkan kepentingan
diri sendiri melalui tingkat pengawasan yang intensif (Boediono, 2005). Kepemilikan
institusional dapat menekan kecenderungan manajemen. untuk memanfaatkan
discretionary dalam laporan keuangan sehingga memberikan kualitas laba yang
dilaporkan.
Ketiga, Komite Audit bertanggung jawab untuk mengawasi laporan keuangan,
mengawasi audit eksternal, dan mengawasi sistem pengendalian internal. Menurut
Siallagan dan Machfoedz, (2006) Keberadaan komite audit diharapkan dapat
mengurangi sifat opportunistic manajemen yang melakukan manajemen laba dengan
cara mengawasi laporan keuangan dan melakukan pengawasan pada audit eksternal
10
Keempat, Dewan komisaris menggambarkan puncak dari sistem pengendalian
pada perusahaan. Peran pengawasan oleh dewan komisaris ini diharapkan akan
meminimalisir konfik keagenan yang timbul antara dewan direksi dengan pemegang
saham.
2.2.5 Kualitas Laba
Laba merupakan informasi utama yang disajikan dalam laporan keuangan,
sehingga angka-angka dalam laporan keuangan, menjadi hal krusial yang mesti harus
dicermati oleh pemakai laporan keuangan. Hal ini karena angka-angka dalam laporan
keuangan merupakan fungsi dari kebijakan dan metoda-metoda akuntansi yang dipilih
oleh perusahaan. Laba merupakan indikator yang dapat digunakan untuk mengukur
kinerja operasional perusahaan yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Informasi
tentang laba mengukur keberhasilan atau kegagalan bisnis dalam mencapai tujuan
operasi yang ditetapkan. Baik kreditur maupun investor, menggunakan laba untuk
mengevaluasi kinerja manajemen, memperkirakan earnings power, dan untuk
memprediksi laba di masa yang akan datang. (Enggar dan Riduwan, 2013)
Menurur Enggar dan Riduwan, 2013 Menyatakan bahwa Beberapa teknik
manajemen laba (earnings management) dapat mempengaruhi laba yang dilaporkan
oleh manajemen. Praktik manajemen laba akan mengakibatkan kualitas laba yang
dilaporkan menjadi rendah. Earnings dapat dikatakan berkualitas tinggi apabila
earnings yang dilaporkan dapat digunakan oleh para pengguna (users) untuk membuat
keputusan yang terbaik, dan dapat digunakan untuk menjelaskan atau memprediksi
harga dan return saham.
Kualitas laba dalam perusahaan dapat diukur dari beberapa metode menurut
Givoly dkk.,2010 dalam Amanita Novi Yushita, 2013 yaitu :Metode pertama adalah
dengan pendekatan persistensi akrual, yaitu persamaan yang meregresikan antara akrual
dan arus kas saat ini dengan laba operasi masa depan perusahaan. Metode kedua adalah
metode estimasi error akrual yang dikembangkan dengan cara membandingkan arus kas
masa lalu, arus kas saat ini, dan arus kas masa de-pan perusahaan dengan residual
positif menunjukkan kualitas laba yang buruk, ka-rena cenderung membesar-besarkan
laba dan sebaliknya. Metode ketiga adalah mendeteksi manajemen laba.
11
2.3 Pengembangan Hipotesis
2.3.1 Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Kualitas Laba
Kepemilikan manajemen adalah proporsi pemegang saham dari pihak
manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan.
Dengan adanya kepemilikan manajemen dalam sebuah perusahaan akan
menimbulkan dugaan yang menarik bahwa kualitas laba perusahaan meningkat sebagai
akibat kepemilikan manajemen yang meningkat.
Penelitian Siallagan dan Machfoeds (2006) mengenai pengaruh kepemilikan
manajerial terhadap kualitas laba yang diukur dengan discrectionary accrual
menyimpulkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positifterhadap kualitas
laba. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan adalah sebagaiberikut.
H1 : Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap kualitas laba.
2.3.2 Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Kualitas Laba
Kepemilikan institusional memiliki peranan penting dalam meminimalisasi
konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan pemegang saham.Keberadaan
investor institusional dianggap mampu menjadi mekanismemonitoring yang efektif
dalam setiap keputusan yang diambil oleh manajer
Menurut Bangun dan Vincent (2008) dalam Enggar dan Riduwan, 2013 bahwa
kepemilikan institusional berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
discretionary accrual, artinya bahwa kepemilikan institusional akan membuat manajer
merasa terikat sehingga untuk memenuhi target laba para investor manajer tetap
melakukan manajemen laba. Sedangkan Menurut Boediono (2005) mengungkapkan
bahwa kepemilikan institusional memberi pengaruh yang positif terhadap kualitas laba,
yang berarti bahwa semakin tinggi kepemilikan institusional maka laba yang dihasilkan
semakin berkualitas. Namun dalam Penelitian yang dilakukan oleh Angraheni Niken
Susanti,SE (2010) menemukan bukti bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh
terhadap kualitas laba.
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis keempat yang akan diuji dalam
penelitian ini adalah :
12
H2 : Kepemilikan institusional secara positif dan signifikan berpengaruh terhadap
kualitas laba.
2.3.3 Pengaruh Keberadaan Komite Audit Terhadap Kualitas Laba
Siallagan dan Machfoedz (2006) memberikan bukti bahwa perusahaan yang
membentuk komite audit independen melaporkan laba dengan kandungan akrual
diskresioner yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang tidak membentuk
komite audit independen.
Dalam Penelitian yang dilakukan Suaryana (2005) menganalisis tentang
pengaruh komite audit terhadap kualitas laba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pasar menilai laba yang dilaporkan oleh perusahaan yang membentuk komite audit
memiliki kualitas yang lebih baik daripada laba yang dilaporkan oleh perusahaan yang
tidak membentuk komite audit. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis ketiga yang
akan diuji dalam penelitian ini adalah :
H3 : Keberadaan komite audit secara positif dan signifikan berpengaruh terhadap
kualitas laba
2.3.4 Pengaruh Proporsi Komisaris Independen Terhadap Kualitas Laba
Komposisi dewan komisaris merupakan salah satu karakteristik dewan
yang berhubungan dengan kandungan informasi laba. Melalui perannya dalam
menjalankan fungsi pengawasan, komposisi dewan dapat mempengaruhi pihak
manajemen dalam menyusun laporan keuangan sehingga dapat diperoleh suatu
laporan laba yang berkualitas
Penelitian oleh Boediono (2005) yang menguji pengaruh mekanisme corporate
governance terhadap kualitas laba dengan menggunakan analisis jalur menemukan bukti
bahwa dewan komisaris independen mempunyai pengaruh yang positif terhadap
kualitas laba.Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis kedua yang akan diuji
dalampenelitian ini adalah :
H4 : Proporsi jumlah anggota dewan komisaris independen secara positif dan
signifikan berpengaruh terhadap kualitas laba
13
2.4 Kerangka Konseptual
Salah satu cara yang paling efisien dalam rangka untuk mengurangi
terjadinya konflik kepentingan dan memastikan pencapaian tujuan perusahaan,
diperlukan keberadaan peraturan dan mekanisme pengendalian yang secara efektif
mengarahkan kegiatan operasional perusahaan serta kemampuan untuk
mengidentifikasi pihak-pihakyang mempunyai kepentingan yang berbeda.
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, maka disajikan kerangka
pemikiran yang dituangkan dalam model penelitian sebagai berikut :
Gambar 2.2
Skema Kerangka Pemikiran Teoretis
+
+
+
+
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
14
Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan Institusional
Keberadaan Komite Audt
Proporsi Komisaris Independen
Kualitas Laba
Pendekatan dalam penelitian ini yaitu menggunakan Pendekatan Kuantitatif.
Pendekatan Kuantitatif ini menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran
variabel-variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur
statistik .
3.2 Populasi dan Sampel
Untuk dapat menguji hipotesis diatas, maka Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2011-2014 . Sampel ditetapkan dengan menggunakan metode
purposive sampling yakni teknik penentuan sampel dengan pertimbangan atau kriteria
tertentu. Kriteria-kriteria sampelmeliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Perusahaan BUMN yang Go Publik
b. Perusahaan yang dijadikan sebagai sampel adalah perusahaan BUMN yang
terdaftar berturut-turut di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2014
c. Perusahaan BUMN yang memiliki data kepemilikan manajerial, dewan
komisaris, komite audit, dan kepemilikan institusional
d. Perusahaan BUMN yang telah menerbitkan laporan keuangan sampai tahun
2014
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif atau data
sekunder , yaitu data yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yakni
perusahaan BUMN Yang Go publik . Sumber data yang digunakan dalam penelitian
adalah data sekunder yang diperoleh dari website di Bursa Efek Indonesia yang
tersedia secara online pada situs http://www.idx.co.id dan pojok BEI Uuniversitas
Muhammadiyah Gresik
3.4 Teknik Pengambilan Data
Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini digunakan metode observasi di
mana data dikumpulkan dengan mengamati laporan keuanganperusahaan BUMN yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2014
15
3.5 Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel
Ada dua jenis variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Variabel-variabel
tersebut terdiri dari variabel dependen dan variabel independen.
3.5.1 Variabel dependen
Variabel Dependen dalam penelitian ini yaitu kualitas laba
3.5.1.1 Pengukuran Kualitas Laba
Discretionary Accrual dproksikan Untuk mengukur Kualitas Laba dihitung
dengan menggunakan model Jones yang dimodifkasi (modifed Jones’ Model) karena
model ini dianggap lebih baik daripada model lain (Dechow,1995 dalam Siallagan dan
Machfoedz, 2006). model tersebut dituliskan sebagai berikut :
nilai Tottal Accrual (TA) yang diestimasi dengan persamaan regresi Ordinary
Least Square (OLS), sebagai berikut :
Dengan menggunakan koefisien regresi diatas nilai Non Discretionary Accrual (NDA)
dapat dihitung dengan rumus :
Selanjutnya DA dapat dihitung sebagai berikut :
DAit : Discretionary Accrual perusahaan i pada periode t.
NDAit : Non Discretionary Accrual perusahaan i pada periode t.
TAit : Total akrual perusahaan i pada periode t.
Nit : Laba bersih perusahaan i pada periode t.
CFOit : Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode ke t
Ait-1 : Total aktiva perusahaan i pada periode ke t -1
Δrevt : Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke t
PPEt : Aktiva tetap perusahaan pada periode ke t
16
Ait = Nit - CFOit
TAit/Ait-1 = β1 (1/Ait-1) + β2 (∆Revt/Ait-1) + β3 (PPEt/Ait-1) + e
NDAit = β1 (1/Ait-1) + β2 (∆Revt/Ait-1 - ∆Rect/Ait-1) + β3
(PPEt/Ait-1)
DAit = TAit/Ait-1 - NDAit
ΔRect : Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t
3.5.2 Variabel independen
Variabel Independen dalam penelitian ini adalah Kepemilikan Manajerial,
Kepemilikan Institusional, Keberadaan Komite Audit dan Proporsi komisaris
Independen. Adapun definisi operasional dan pengukurannya yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
3.5.2.1 Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial dihitung dengan besarnya persentase saham yang
dimiliki oleh pihak manajemen perusahaan dari seluruh modal saham perusahaan yang
beredar:
KM = Jumlah saham yang dimiliki Manajemen x 100%
Total saham beredar
3.5.2.3 Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah jumlah persentase hak suara yang dimiliki oleh
institusi. Dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan indikator persentase jumlah
saham yang dimiliki institusi dari seluruh modal saham yangberedar
3.5.2.4 Keberadaan Komite Audit
Keberadaan komite audit diukur dengan variabel dummy. Apabila Perusahaan
yang memiliki komite audit akan mendapat nilai 1 sedangkan perusahaan yang tidak
memiliki komite audit mendapat nilai 0.
3.5.2.4 Proporsi Komisaris Independen
17
Proporsi komisaris independen diukur dengan menggunakan indikator
persentase dewan komisaris independen terhadap jumlah total komisaris yang ada dalam
susunan dewan komisaris perusahaan
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik Analisis Data adalah metode yang digunakan untuk menganalisa data
dalam rangka memecahkan masalah atau menjawab hipotesis. Dari hasil penelitian yang
dikumpulkan maka selanjutnya teknik analisis data adalah
Digunakan model regresi linear berganda dengan persamaan sebagai berikut :
Keterangan :
Y(EQ) : Kualitas Laba
α : Konstanta
β 1, β 2, β 3, β 4 : Koefisien Regresi
X1(MANAJ) : Keberadaan Komite Audit
X2(INST) : Proporsi Komisaris Independen
X3(AUD) : Kepemilikan Institusional
X4(KOMIS) : Kepemilikan Manajerial
ᵋ : Error
3.6.1 Uji Asumsi Klasik
3.6.1.1 Uji normalitas
Uji Normalis bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Sepeti
diketahui bahwa uji t mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti
distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi
18
Y(EQ) = α + β1X1(MANAJ) +β2X2(INST) + β3X3(AUD) + β4X4(KOMIS)+ ᵋ
tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Pengujian normalitas data dilakukan
dengan menggunakan metodeanalisis grafik.
3.6.1.2 Uji Multikolinearitas
Pengujian multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat
korelasi yang kuat antar variabel-variabel bebas dalam model persamaan regresi.
Jika terjadi korelasi, maka terdapat problem multikolinearitas. Dalam penelitian
ini, pengujian multikolinearitas lakukan dengan melihat nilai Variance Infation
Factor (VIF) dan Tolerance (TOL). Tolerance mengukur variabilitas variable
independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variable independen
lainnya. Jadi nilaitolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi
(VIF=1/Tolerance). Nilai cutoof yang umum dipakai untuk menunjukkan
adanya multikoloniearitas adalah nilai tolerance ≤ 0, 05 atau sama dengan nilai
VIF ≥ 5.
3.6.1.3 Uji heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain
tetapdisebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Modelregresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk
mendeteksi. Untuk mendeteksi heteroskedastisitas dapat melihat grafik
Scatterplot. Deteksinya dengan melihatada tidaknya pola tertentu pada grafik
di mana sumbu X adalah Y yang telahdiprediksi dan sumbu Y residual yang
telah di-studentized. Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: a)
jika ada pola-pola tertentu, seperti ada titikyang membentuk suatu pola tertentu
yang teratur (bergelombang,melebar), maka terjadi heteroskedastisitas dan b)
jika tidak ada pola yang jelas, serta titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 padasumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.6.1.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).
Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Model
19
pengujian yang sering digunakan adalah dengan menggunakan uji Durbin-
Watson(DW test) dengan ketentuan sebagai berikut.
a. Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL), makahipotesis nol
ditolak yang berarti terdapat autokorelasi.
b. Jika d terletak antara dU dan (4-dU), maka hipotesis nolditerima yang
berarti tidak ada autokorelasi.
c. Jika d terletak antara dL dan dU atau di antara (4-dL) dan (4-dU),maka
tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.
3.6.2 Uji Hipotesis
3.6.2.1 Uji Parsial (Uji t)
Uji parsial dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen dengan melihat nilai t pada tabel coefficient yang
dihitung dengan bantuan program SPSS. Tingkat signifikan yang digunakanadalah
5% atau 0,05. Adapun kriteria pengujian yang digunakan adalah sebagaiberikut.
Jika p value <0,05 maka H0 ditolak
Jika p value >0,05 maka H0 diterima
3.6.2.2 Uji Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauhkemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Untukmengetahui besarnya
kontribusi variabel X terhadap naik turunnya Y harusdihitung dengan rumus
koefisien determinasi (R² × 100%) dengan syarat 0 ≤R² ≤ 1.
DAFTAR PUSTAKA
Amanita Novi Yushita. 2013. “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Auditor Eksternal, dan Likuiditas Terhadap Kualitas Laba,” Jurnal Ekonomia. Vol9. No2. Oktober.
20
Wardhani, Ratna. 2006. “Mekanisme Corporate Governance Dalam Perusahaan Yang Mengalami Permasalahan Keuangan (Financially Distress),” Makalah Simposium Nasional Akuntansi IX Padang . 23-26 Agustus.
Susanti, Niken Angraheni, SE. 2010. “Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan dengan Kualitas Laba Sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2007,” Makalah Simposium Nasional Keuangan I.
Boediono, Gideon. SB. 2005. “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba Dengan Menggunakan Analisis Jalur.” Makalah Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo, 15-16 September.
Rupilu, Wilsna. 2011. “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia,” Jurnal Akuntansi Manajemen Bisnis dan Sektor Publik. Vol8. No1. Oktober.
Dul Muid. 2009. “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kualitas Laba,” Jurnal Ekonomi. Vol4. No2.
Enggar Firdana Sari. 2013. “Pengaruh Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan; Kualitas Laba Sebagai Variabel Intervening,” Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi. Vol1. No1.
Suaryana, Agung. 2005. ”Komite Audit Terhadap Kualitas Laba,” Makalah Simposium
Nasional Akuntansi VIII Solo, 15-16 September.
Siregar, Sylvia Veronica N.P dan Susanto Siswardika, 2009. “Corporate
Governance, Kualitas Laba dan Biaya Ekuitas,” Jurnal Akuntansi.
21
Recommended