View
271
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
28
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum UKM Cireng Cageur Grup
4.1.1 Sejarah UKM Cireng Cageur Group
UKM Cireng Cageur Group pertama didirikan pada tahun 1998 di
Bogor oleh Bapak Didin Jaenudin sebagai usaha kecil menengah yang
bergerak dibidang makanan yang memproduksi cireng. UKM Cireng
Cageur Group berlokasi di Jalan Ceremai Bantarjati Kaum RT.001/012,
Kelurahan Bantarjati, Bogor Utara 16153. Dengan pusat produksi di
jalan Kolonel Enjo Martadisastra Kedung Badak Bogor. Sebelum
mendirikan UKM ini, Bapak Didin merupakan seorang supir yang
bekerja di Institut Pertanian Bogor. Dikarenakan pendapatan perbulan
masih kurang dari cukup, maka dari itu beliau mempunyai ide untuk
mencoba membuka usaha sendiri dengan memproduksi cireng yang lain
dari biasanya.
Pada awalnya produksi UKM Cireng Cageur Grup mengalami
pasang surut dikarenakan masih kurangnya minat dari masyarakat serta
informasi yang diperoleh. Dimana masyarakat cenderung mengenal
cireng yang tanpa isi, sedangkan yang ditawarkan oleh Cireng Cageur
Grup berupa cireng dengan aneka rasa. Dengan strategi dari pemilik
usaha Cireng Cageur Grup yang membagikan cireng aneka rasa kepada
masyarakat sekitar lingkungan kediaman beliau secara gratis, barulah
masyarakat mulai mengenal berbagai rasa cireng yang di tawarkan.
Setelah itu dengan kian berkembangnya informasi yang tersebar di
masyarakat barulah usaha cireng cageur group berkembang dengan
membuka tempat usaha berupa gerobak di daerah Taman Kencana
Bogor. Pada awalnya gerobak tersebut selalu diramaikan oleh
banyaknya pembeli sehingga menarik minat sebagian orang yang ingin
bergabung dengan Cireng Cageur Grup tersebut dengan sistem
pembelian langsung kepada pemilik yaitu dalam hal ini bapak Didin.
Sehingga pada saat itu jumlah produksi Cireng Cageur Grup meningkat
29
secara pesat bahkan mencapai 67.500 pcs cireng dengan membuka 15
pabrik ketika itu.
Akan tetapi dengan perkembangan kondisi pasar dan pesaing pada
industri yang sama, jumlah produksi Cireng Cageur Grup pun ikut
menurun, yang imbasnya ditutupnya beberapa pabrik pengolahan cireng
yang dimiliki, yang otomatis pula menurunkan jumlah produksi Cireng
Cageur Grup tersebut.
4.1.2 Struktur Organisasi Cireng Cageur Grup
Gambar 2. Struktur organisasi
Deskripsi Pekerjaan di UKM Cireng Cageur Grup
Pemilik
Didin Jaenuddin merupakan pemilik dari UKM Cireng Cageur
Group memiliki tugas yaitu mengawasi, bertangung jawab
mengelola UKM Cireng Cageur Grup
Supervisor
Sumaryadi merupakan Supervisor dari UKM Cireng Cageur Grup.
Tugasnya yaitu mengawasi, membuat laporan keuangan mingguan,
mengatur bagian produksi, dan penggajian.
Bagian Produksi
Pada bagian produksi ini ada 5 orang yang bekerja antara lain:
1. Agus bagian membuat adonan
2. Aki bagian pencetakan
3. Sandi bagian pencetakan
Pemilik UKM
Cageur Group
Supervisor
Produksi Pengantaran &
Belanja
Bag. Masak Isi
Distributor
JKT dan BGR
Bag. Pembuatan
adonan & Pengisian
30
4. Tandi bagian tengah (pembentukan, pemipihan, dan
penggilingan adonan)
5. Jarkasih bagian tengah (pembentukan, pemipihan, dan
penggilingan adonan)
Bagian Pengantaran dan Belanja
Bagian pengantaran dan belanja menjadi tugas Arief terhadap
distributor atau pedagang-pedagang dan juga bagian belanja bahan-
bahan produksi.
Bagian Masak Isi Cireng
Ibu Yani dan Pak Marsudin memiliki tugas bagian memasak
berbagai macam rasa isi cireng.
Bagian Distributor Jakarta dan Bogor
Iip adalah Distibutor yang melakukan pemesanan cireng di UKM
Cireng Cageur Grup yang dipasarkan di daerah Jakarta, Bogor dan
sekitarnya.
4.1.3 Macam-macam rasa isi cireng yang diproduksi
UKM Cireng Cageur Grup memproduksi berbagai macam isi rasa
pada cireng yaitu ada enam (6) macam rasa antara lain: Ayam Pedas
(AP), Kornet Pedas (KP), Sosis Pedas (SP), Baso Pedas (BP), Keju (KJ)
dan Kornet tidak Pedas (KTP). Jadi total keseluruhan yang diproduksi
saat ini ada enam isi rasa cireng yang diproduksi oleh UKM Cireng
Cageur Grup.
Akan tetapi yang menjadi fokus pada pembahasan dalam penelitian
ini yaitu cireng dengan rasa yang paling diminati dalam satu hari selalu
ada pesanan oleh konsumen diantaranya tiga (3) macam cireng, yaitu :
Ayam Pedas (AP), Kornet Pedas (KP), dan Keju (KJ)
4.2. Proses Produksi UKM Cireng Cageur Grup
Proses produksi cireng dilakukan yaitu dengan melalui beberapa
tahapan, antara lain:
Tahapan Pembuatan Adonan
Tahapan ini yaitu pembuatan adonan yang terdiri dari empat kg
terigu dan dua kg sagu dimasukkan kedalam bak besar yang sudah
31
tercampur dengan air matang yang kemudian digilas memakai tangan
kurang lebih sekitar 1 jam sampai adonan merata dan mengembang.
Tahap Pembuatan Isian
Tahap ini yaitu pembuatan isian menggunakan bahan baku sesuai
dengan jenis cireng seperti kornet sapi untuk cireng rasa kornet pedas
dan kornet tidak pedas, ayam fillet untuk cireng rasa ayam, sosis untuk
cireng rasa sosis, bakso untuk cireng rasa bakso. Bahan baku utama
tersebut digoreng dengan menggunakan campuran cabe rawit merah
minyak goreng dan bumbu penyedap masakansecukupnya akan tetapi
cabe rawit merah tidak digunakan untuk rasa kornet tidak pedas.
Pembuatan isian cireng rasa keju hanya menggunakan keju yang sudah
diparut tanpa campuran lain.
Tahapan Pembentukan Adonan
Tahapan ini adonan yang sudah jadi, dibuat memanjang seperti
tabung yang ukurannya sekitar panjang 15cm lebar 4cm dengan
menggunakan tangan yang sudah dilapisi oleh plastik. Tahapan ini
adonan dibentuk seperti tabung agar mempermudah pada tahapan
berikutnya.
Tahapan Memipih Adonan
Tahapan ini adonan yang sudah berbentuk tabung kemudian satu
persatu dipipih atau digilas dengan alat pemipih yang terbuat dari kayu.
Adonan yang dipipih tidak boleh menghasilkan adonan yang tipis atau
tebal. Karena apabila adonan yang terlalu tipis pada tahapan selanjutnya
yaitu penggilingan adonan tersebut akan terputus atau sobek. Adapun
sebaliknya, adonan yang terlalu tebal akan sulit dalam proses
penggilingan.
Tahapan Penggilingan Adonan
Tahapan penggilingan yaitu hasil adonan yang sudah dipipih
sebelumnya yang kemudian adonan tersebut digiling dengan
menggunakan alat penggilingan. Hasil dari penggilingan tersebut
adonan akan berbentuk panjang dan tipis yang 1 adonan bisa untuk
membungkus 5-6 isi cireng.
32
Tahapan Pembungkusan Isi Cireng
Sebelum pembungkusan isi cireng terlebih dahulu isi cireng
disajikan diatas meja besar yg sudah dilapisi plastik permanen supaya
tidak kotor. Isi cireng tersebut terdapat berbagai macam rasa tiap
barisnya. Setelah isi cireng tersaji diatas meja, adonan yang sebelumnya
sudah digiling diletakan diatas isi cireng kemudian dicetak dengan
berbagai macam cetakan yang tiap cetakan berbeda-beda arti rasa.
Tahapan Pengemasan
Tahapan ini merupakan tahapan akhir dari proses produksi. Setelah
cireng yg sudah dicetak sesuai rasa, kemudian dimasukan kedalam box
berbentuk persegi panjang yang didalamnya terdapat berbagai macam
rasa. Box tersebut merupakan pesanan distributor dan penjualan secara
langsung yang akan dilakukan pada pagi hari.
4.3. Penentuan Biaya Standar
Penentuan biaya standar pada UKM Cireng Cegur Grup dibagi menjadi
tiga bagian yang terdiri dari biaya bahan baku langsung standar, biaya
tenaga kerja langsung standar dan biaya overhead pabrik standar.
1. Biaya bahan baku langsung standar
a. Kuantitas bahan baku langsung standar
Penggunaan bahan baku langsung standar dalam produksi
cireng ditetapkan sendiri oleh pemilik dengan menghitung
rata-rata pemakaian bahan baku untuk produk atau pekerjaan
yang sama dalam periode tertentu di masa lalu.
b. Harga bahan baku langsung standar
Penetapan harga bahan baku langsung standar berdasarkan
tingkat harga rata-rata dari daftar harga toko grosir yang
menjual bahan baku.
2. Biaya tenaga kerja langsung standar
a. Jam tenaga kerja langsung standar
Penetapan jam tenaga kerja standar ditetapkan oleh pemilik
UKM Cireng Cageur Grup kegiatan produksi dilakukan setiap
33
hari yang dimulai dari pukul 16.00 sampai pukul 23.00 dengan
waktu satu jam untuk istirahat.
b. Tarif upah tenaga kerja langsung standar
Penetapan tarif upah tenaga kerja standar ditetapkan oleh
pemilik UKM Cireng Cageur Grup berdasarkan perjanjian
dengan karyawan.
3. Biaya overhead pabrik standar
a. Biaya overhead pabrik tetap standar
Biaya overhead pabrik tetap standar terdiri dari biaya
penyusutan peralatan yang digunakan selama produksi, yaitu
biaya penyusutan kompor, roller, blender, freezer, peralatan
masak (panci, wajan, langseng).
b. Biaya overhead pabrik variabel standar
Biaya overhead pabrik variabel standar terdiri dari:
Biaya box karton
Biaya bahan bakar gas LPG
Biaya listrik
Biaya air PDAM
4.4. Biaya Produksi
UKM Cireng Cageur Grup memproduksi cireng dengan enam jenis rasa
yaitu ayam pedas, keju, baso pedas, kornet pedas, kornet tidak pedas, dan
sosis pedas. Penelitian ini menganalisis biaya produksi keju, ayam pedas,
dan kornet pedas karena ketiga rasa cireng ini yang paling diminati dan
dipesan oleh konsumen setiap harinya, sedangkan sosis pedas, baso pedas,
dan kornet tidak pedas diproduksi hanya pada waktu tertentu ketika
permintaan meningkat.
4.4.1 Bahan Baku Langsung
Produksi cireng rasa keju, ayam pedas, dan kornet pedas terdiri dari
bahan baku tepung terigu, kornet sapi, ayam fillet, cabe rawit merah,
garam, keju, minyak goreng, bumbu penyedap masakan, pengembang,
sagu, penyedap rasa, dan susu skim. Pembelian bahan baku tersebut
dilakukan di toko Yoek’s yang berlokasi di Jalan Gedong Sawah 1 No.
34
7, Bogor dan di toko kelontongan dekat lokasi produksi cireng daerah
warung jambu Bogor.
Pembuatan adonan kulit cireng untuk setiap jenis rasa cireng
menggunakan bahan baku yang sama, sedangkan adonan isi cireng dan
isian menggunakan bahan baku yang berbeda untuk ketiga jenis rasa
cireng tersebut.
4.4.2 Tenaga Kerja Langsung
UKM Cireng Cageur Grup mempunyai tujuh (7) orang karyawan di
bagian produksi cireng, dimana setiap karyawan mempunyai satu hari
libur dalam seminggu. Kegiatan produksi pembuatan isian, pembuatan
kulit dan memasukan isian kedalam kulit cireng berlangsung setiap hari
yang dimulai pukul 16.00-23.00.
Tarif tenaga kerja yang diterima setiap karyawan selama satu bulan
kerja adalah sebesar Rp. 780.000. Kegiatan produksi cireng dilakukan
setiap hari dan setiap karyawan mempunyai waktu libur 4 hari dalam
sebulan, sehingga upah yang diterima oleh setiap karyawan adalah
sebesar Rp. 30.000 per hari.
4.4.3 Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik tetap UKM Cireng Cageur Grup terdiri dari
biaya penyusutan peralatan yang digunakan selama produksi, yaitu
biaya penyusutan kompor gas, blender, freezer, roller, dan peralatan
masak yang digunakan untuk proses pembuatan isian dan pembuatan
kulit cireng. Menghitung biaya penyusutan peralatan produksi
menggunakan metode garis lurus dengan rumus:
Tarif Penyusutan = Nilai Perolehan - Nilai Sisa ......………...(11)
Umur Ekonomis
35
Tabel 3. Biaya overhead pabrik tetap produksi UKM Cireng
Cageur Grup bulan November 2011
P Peralatan
Nilai
Perolehan
(Rp)
Nilai Sisa
(Rp)
Umur
Ekonomis
(Tahun)
Tarif
Penyusutan
(per hari)
Kompor gas 250.000 97.500 3 140
Blender 225.000 75.000 1 420
Freezer 2.700.000 1.012.500 4 1180
Roller 1.000.000 250.000 4 520
Peralatan
masak 1.000.000 150.000 1 2360
Total 4620
Sumber: Data UKM Cireng Cageur Grup (diolah)
Biaya overhead pabrik variabel Cireng Cageur Grup terdiri dari
Biaya box karton, Biaya bahan bakar gas LPG, Biaya listrik, Biaya air.
Produksi cireng dilakukan sesuai dengan produksi per hari yang
dikemas di dalam box karton. Satu kemasan berisi 60 buah cireng.
Dalam satu pengemasan dipakai satu box karton dengan harga Rp. 300
per box karton.
Biaya listrik yang terjadi pada proses produksi Cireng Cageur Grup
terdiri dari biaya listrik untuk rumah tangga dan konsumsi listrik yang
digunakan untuk usaha. Total seluruh biaya untuk penggunaan listrik
untuk bulan November adalah sebesar Rp. 158.000. Jumlah konsumsi
biaya listrik rumah tangga diasumsikan mempunyai persentase sebesar
60% dari total biaya listrik. Hal tersebut dikarenakan jumlah peralatan
listrik rumah tangga yang digunakan lebih banyak dibandingkan dengan
peralatan usaha. Sedangkan konsumsi listrik yang digunakan untuk
usaha produksi cireng mempunyai persentase sebesar 40% dari total
seluruh biaya listrik yang digunakan. Biaya listrik yang digunakan
untuk proses produksi cireng selama bulan November adalah sebesar
Rp. 63.200.
Bahan bakar gas LPG digunakan untuk proses pemasakan isi cireng
serta untuk merebus air yang akan dijadikan adonan untuk kulit cireng.
Selama bulan November cireng menggunakan 26 tabung gas LPG
36
berukuran 3 kg. Sedangkan biaya air yang digunakan untuk menunjang
kegiatan produksi terdiri dari biaya air untuk rumah tangga dan
konsumsi air yang dugunakan untuk usaha. Total seluruh biaya untuk
penggunaan air untuk bulan november adalah sebesar Rp. 23.000.
Jumlah konsumsi biaya air rumah tangga diasumsikan mempunyai
persentase sebesar 80% dari total biaya air PDAM. Hal tersebut
dikarenakan jumlah pemakaian rumah tangga yang lebih banyak
dibandingkan dengan pemakaian usaha. Sedangkan konsumsi air yang
digunakan untuk usaha produksi cireng mempunyai persentase sebesar
20% dari total seluruh biaya air yang digunakan untuk proses
pembersihan bahan-bahan mentah cabai, dan lain-lain maupun air
digunakan untuk proses pembuatan adonan serta proses memasak isian
untuk cireng. Biaya air yang digunakan untuk proses produksi cireng
selama bulan November adalah sebesar Rp. 4.600. Biaya overhead
variabel produksi Cireng Cageur Grup selama bulan November
disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Biaya overhead pabrik variabel produksi UKM
Cireng Cageur Grup bulan November 2011
Overhead Pabrik Variabel Biaya (Rupiah)
Biaya box karton 440.100
Biaya bahan bakar gas LPG 390.000
Biaya listrik 62.300
Biaya air PDAM 4.600
Total 897.000
Sumber: Data UKM Cireng Cageur Grup (diolah)
4.5. Penetapan Standar
Penetapan standar digunakan dalam menetapkan harga dan jumlah
kuantitas biaya produksi yang mencakup biaya bahan baku langsung, biaya
tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Penetapan biaya standar
memberikan pedoman kepada pelaku usaha untuk menetapkan pengeluaran
pada kegiatan produksi sehingga tercapai efisiensi biaya produksi.
Penetapan standar harga beli bahan baku Cireng Cageur Grup didapatkan
37
dari survei langsung pada toko penjual bahan baku yang berada di pasar
tradisional dekat lokasi produksi, toko Yoek dan pasar kebon kembang.
Bahan baku untuk produksi cireng mencakup tepung terigu, kornet sapi,
ayam fillet, cabai rawit merah, garam, keju, minyak goreng, bumbu
penyedap masakan, pengembang, sagu, penyedap rasa, dan susu skim.
Standar harga bahan baku cireng selama bulan November 2011 adalah
tepung terigu Rp. 7.583 per kg, kornet sapi Rp. 8.750 per kaleng, ayam fillet
Rp. 37.333 per kg, cabe rawit merah Rp. 17.875 per kg, garam Rp. 500 per
bks, keju Rp. 55.833 per kg, minyak goreng Rp. 11.833 per lt, bumbu
penyedap masakan Rp. 350 per bks, pengembang Rp. 39.333 per kg, sagu
Rp. 10.500 per kg, penyedap rasa Rp. 23.500 per kg, dan susu skim Rp.
20.750 per kg.
Bahan baku yang dibutuhkan untuk memproduksi satu buah cireng
adalah 0,00594 kg tepung terigu, 0,01360 kg kornet sapi, 0,00500 kg ayam
fillet, 0,00200 kg cabe rawit merah, 0,000120 kg garam, 0,00920 kg keju,
0,00015 lt minyak goreng, 0,000020 kg bumbu penyedap masakan,
0,000030 kg pengembang, 0,01203 kg sagu, 0,000179 kg penyedap rasa,
dan 0,00055 kg susu skim. Berikut ini komposisi bahan baku yang
digunakan dalam produksi cireng rasa ayam pedas, kornet pedas, dan keju
disajikan dalam Tabel 5.
Tabel 5. Standar bahan baku cireng per unit
Bahan Baku
Jenis Cireng
Ayam Pedas Kornet Pedas Keju
Tepung terigu (kg) 0,00594 0,00594 0,00594
Kornet Sapi (kg) 0 0,01360 0
Ayam Fillet (kg) 0,00500 0 0
Cabe Rawit Merah (kg) 0,00200 0,00200 0
Garam (kg) 0,000120 0,000120 0,000120
Keju (kg) 0 0 0,00920
Minyak Goreng (lt) 0,00015 0,00015 0
Bumbu penyedap (kg) 0,000020 0,000020 0
Pengembang (kg) 0,000030 0,000030 0,000030
Sagu (kg) 0,01203 0,01203 0,01203
38
Penyedap rasa (kg) 0,000179 0,000179 0,000179
Susu Skim (kg) 0,00055 0,00055 0,00055
Sumber: Data UKM Cireng Cageur Grup (diolah)
Penetapan standar jam kerja Cireng Cageur Grup ditetapkan oleh
pemilik selama 7 jam kerja setiap hari. Tarif upah standar Cireng Cageur
Grup setiap hari sebesar Rp. 30.000 per orang sehingga tarif upah standar
per jam sebesar Rp. 4.286. Penetapan standar biaya overhead pabrik
ditentukan oleh pemilik berdasarkan kebutuhan yang diperlukan selama
proses produksi cireng.
4.6. Analisis Varians
4.6.1 Analisis Varians Bahan Baku Langsung
Analisis varians bahan baku langsung terdiri dari varians harga dan
varians efisiensi pemakaian.
a. Analisis varians harga bahan baku langsung
Analisis varians harga bahan baku langsung rata-rata disajikan pada
Tabel 6.
Tabel 6. Analisis varians rata-rata harga bahan baku langsung Cireng
Cageur Grup bulan November 2011
Bahan Baku
Analisis Varians Rata-Rata Harga Bahan Baku (Rp)
Standar
Harga
(SP)
Realisasi
Harga
(AP)
Kuantitas
Aktual
(AQ)
Analisis
Varians
(MPV)
U/F Varians
Tepung terigu (kg) 7.583 5.673 0,00593 -11,33 F 25,19%
Kornet Sapi (kg) 8.750 7.917 0,01261 -10,50 F 9,52%
Ayam Fillet (kg) 37.333 36.467 0,00493 -4,27 F 2,32%
Cabe Rawit Merah (kg) 17.875 17.467 0,00205 -0,84 F 2,28%
Garam (kg) 500 474 0,000118 -0,003 F 5,20%
Keju (kg) 55.833 52.750 0,00909 -28,02 F 5,52%
Minyak Goreng (lt) 11.833 11.750 0,00014 -0,01 F 0,70%
Bumbu penyedap (kg) 350 308 0,000018 -0,001 F 12,00%
Pengembang (kg) 39.333 40.000 0,000029 0,02 U -1,70%
Sagu (kg) 10.500 10.140 0,01206 -4,34 F 3,43%
Penyedap rasa (kg) 23.500 21.500 0,000178 -0,36 F 8,51%
Susu Skim (kg) 20.750 20.000 0,00058 -0,44 F 3,61%
Lanjutan Tabel 5.
39
1. Tepung Terigu
Bahan baku tepung terigu selama bulan November 2011
mempunyai rataan standar harga sebesar Rp. 7.583 per kg dan
rataan realisasi harga sebesar Rp. 5.673 per kg. Varians yang
terjadi antara harga tepung terigu standar dengan harga aktual
bersifat favorable (F) atau menguntungkan, yaitu sebesar Rp. 11,33
dengan rataan persentase varians 25,19%. Varians yang terjadi
disebabkan karena bahan baku tepung terigu dibeli dalam kemasan
yang lebih besar sehingga harganya lebih murah dibandingkan
dengan pembelian tepung terigu dalam kemasan kecil.
2. Kornet Sapi
Bahan baku kornet sapi selama bulan November 2011
mempunyai rataan standar harga sebesar Rp.8.750 per kaleng dan
rataan realisasi harga sebesar Rp. 7.917 per kaleng. Varians yang
terjadi antara harga kornet sapi standar dengan harga aktual bersifat
favorable (F) atau menguntungkan, yaitu sebesar Rp. 10,50 dengan
rataan persentase varians 9,52%. Varians yang terjadi disebabkan
karena pembelian kornet sapi dibeli dalam kuantitas yang lebih
besar sehingga harganya lebih murah dibandingkan dengan
pembelian kuantitas kecil.
3. Ayam Fillet
Bahan baku ayam fillet selama bulan November 2011
mempunyai rataan standar harga sebesar Rp. 37.333 per kg dan
rataan realisasi harga sebesar Rp. 36.467 per kg. Varians yang
terjadi antara harga ayam fillet standar dengan harga aktual bersifat
favorable (F) atau menguntungkan, yaitu sebesar Rp. 4,27 dengan
rataan persentase varians 2,32%. Varians yang terjadi disebabkan
karena pembelian ayam fillet dilakukan di kios bahan baku
langganan dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan
kios bahan baku lainnya.
40
4. Cabe Rawit Merah
Bahan baku cabe rawit merah selama bulan November 2011
mempunyai rataan standar harga sebesar Rp. 17.875 per bungkus
dan rataan realisasi harga sebesar Rp. 17.467 per bungkus. Varians
yang terjadi antara harga standar cabe rawit merah dengan harga
aktual bersifat favorable (F) atau menguntungkan, yaitu sebesar
Rp. 0,84 dengan rataan persentase varians 2,28%. Varians yang
terjadi disebabkan karena pembelian cabe rawit merah dilakukan di
kios bahan baku langganan dengan harga yang lebih murah
dibandingkan dengan kios bahan baku lainnya.
5. Garam
Bahan baku garam selama bulan November 2011 mempunyai
rataan standar harga sebesar Rp. 500 per bungkus dan rataan
realisasi harga sebesar Rp. 474 per bungkus. Varians yang terjadi
antara harga garam standar dengan harga aktual bersifat favorable
(F) atau menguntungkan, yaitu sebesar Rp. 0,003 dengan rataan
persentase varians 5,20%. Varians yang terjadi karena garam dibeli
dalam kuantitas yang lebih besar sehingga harganya lebih murah
dibandingkan dengan pembelian kuantitas kecil.
6. Keju
Bahan baku keju selama bulan November 2011 mempunyai
rataan standar harga sebesar Rp. 55.833 per kg dan rataan realisasi
harga sebesar Rp. 52.750 per kg. Varians yang terjadi antara harga
keju standar dengan harga aktual bersifat favorable (F) atau
menguntungkan, yaitu sebesar Rp. 28,02 dengan rataan persentase
varians 5,52%. Varians yang terjadi disebabkan karena pembelian
keju dilakukan di toko bahan baku langganan dengan harga yang
lebih murah dibandingkan dengan toko bahan baku kue lainnya.
7. Minyak Goreng
Bahan baku minyak goreng selama bulan November 2011
mempunyai rataan standar harga sebesar Rp. 11.833 per lt dan
rataan realisasi harga sebesar Rp. 11.750 per lt. Varians yang
41
terjadi antara harga minyak goreng standar dengan harga aktual
bersifat favorable (F) atau menguntungkan, yaitu sebesar Rp. 0,01
dengan rataan persentase varians 0,70%. Varians yang terjadi
disebabkan karena minyak goreng dibeli dalam jumlah yang
banyak sehingga harganya lebih murah dibandingkan dengan harga
satuan kilo.
8. Bumbu Penyedap Masakan
Bahan baku bumbu penyedap masakan selama bulan
November 2011 mempunyai rataan standar harga sebesar Rp. 350
per bungkus dan rataan realisasi harga sebesar Rp. 308 per
bungkus. Varians yang terjadi antara harga bumbu penyedap
masakan standar dengan harga aktual bersifat favorable (F) atau
menguntungkan, yaitu sebesar Rp. 0,001 dengan rataan persentase
varians 12%. Varians yang terjadi disebabkan karena bumbu
penyedap masakan dibeli dalam jumlah yang banyak sehingga
harganya lebih murah dibandingkan dengan harga satuan per
bungkus.
9. Pengembang
Bahan baku pengembang selama bulan November 2011
mempunyai rataan standar harga sebesar Rp. 39.333 per bungkus
dan rataan realisasi harga sebesar Rp. 40.000 per bungkus. Varians
yang terjadi antara harga pengembang standar dengan harga aktual
bersifat unfavorable (U) atau tidak menguntungkan, yaitu sebesar
Rp. 0,02 dengan rataan persentase varians 1,70%. Varians ini
terjadi karena pembelian dilakukan di toko bahan baku yang
menjual pengembang dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan
dengan toko bahan baku lainnya.
10. Sagu
Bahan baku sagu selama bulan November 2011 mempunyai
rataan standar harga sebesar Rp. 10.500 per kg dan rataan realisasi
harga sebesar Rp. 10.140 per kg. Varians yang terjadi antara harga
sagu standar dengan harga aktual bersifat favorable (F) atau
42
menguntungkan, yaitu sebesar Rp. 3,93 dengan rataan persentase
varians 3,43%. Varians yang terjadi disebabkan karena bahan baku
sagu dibeli dalam kemasan yang lebih besar sehingga harganya
lebih murah dibandingkan dengan pembelian tepung dalam
kemasan kecil.
11. Penyedap Rasa
Bahan baku penyedap rasa selama bulan November 2011
mempunyai rataan standar harga sebesar Rp. 23.500 per kg dan
rataan realisasi harga sebesar Rp. 21.500 per kg. Varians yang
terjadi antara harga penyedap rasa standar dengan harga aktual
bersifat favorable (F) atau menguntungkan, yaitu sebesar Rp. 0,36
dengan rataan persentase varians 8,51%. Varians yang terjadi
karena penyedap rasa dibeli dalam kuantitas yang lebih besar
sehingga harganya lebih murah dibandingkan dengan pembelian
kuantitas kecil. Selain itu harga penyedap rasa lebih murah karena
pembeliannya dilakukan di toko bahan baku langganan
dibandingkan toko bahan baku lainnya.
12. Susu Skim
Bahan baku susu bubuk selama bulan November 2011
mempunyai rataan standar harga sebesar Rp. 20.750 per kg dan
rataan realisasi harga sebesar Rp. 20.000 per kg. Varians yang
terjadi antara harga susu bubuk standar dengan harga aktual
bersifat favorable (F) atau menguntungkan, yaitu sebesar Rp. 0,44
dengan rataan persentase varians 3,61%. Varians yang terjadi
disebabkan karena pembelian susu bubuk dilakukan di toko bahan
baku langganan dengan harga yang lebih murah dibandingkan
dengan toko bahan baku lainnya.
b. Analisis varians efisiensi bahan baku langsung
Analisis varians rata-rata efisiensi pemakaian bahan baku langsung
disajikan pada Tabel 7.
43
Tabel 7. Analisis varian rata-rata efisiensi pemakaian bahan baku
langsung UKM Cireng Cageur Grup bulan November 2011.
Bahan Baku
Analisis Varians Rata-Rata Kuantitas Bahan Baku (Rp)
Standar
Kuantitas
(SQ)
Realisasi
Kuantitas
(AQ)
Standar
Harga
(SP)
Analisis
Varians
(MUV)
U/F Varians
Tepung terigu (kg) 0,00594 0,00593 7.583 -0,08 F 0,17%
Kornet Sapi (kg) 0,01360 0,01261 8.750 -8,66 F 7,28%
Ayam Fillet (kg) 0,00500 0,00493 37.333 -2,61 F 1,40%
Cabe Rawit Merah (kg) 0,00200 0,00205 17.875 0,89 U -2,50%
Garam (kg) 0,000120 0,000118 500 0 F 1,67%
Keju (kg) 0,00920 0,00909 55.833 -6,14 F 1,20%
Minyak Goreng (lt) 0,00015 0,00014 11.833 -0,12 F 6,67%
Bumbu penyedap (kg) 0,000020 0,000018 350 -0,001 F 10,00%
Pengembang (kg) 0,000030 0,000029 39.333 -0,04 F 3,33%
Sagu (kg) 0,01203 0,01206 10.500 0,31 U -0,25%
Penyedap rasa (kg) 0,000179 0,000178 23.500 -0,02 F 0,56%
Susu Skim (kg) 0,00055 0,00058 20.750 0,62 U -5,45%
1. Tepung Terigu
Bahan baku tepung terigu mempunyai rataan standar efisiensi
sebesar 0.00594 kg dan rataan realisasi efisiensi sebesar 0.00593 kg
selama bulan November 2011. Varians yang terjadi antara biaya
standar dengan biaya aktual bersifat favorable (F) atau
menguntungkan, yaitu sebesar Rp. 0,08 dengan rataan persentase
varians 0,17%. Varians yang terjadi disebabkan karena sering
terjadi pengurangan pemakaian bahan baku tepung agar
mendapatkan tekstur adonan kulit cireng yang tepat.
2. Kornet Sapi
Bahan baku kornet sapi mempunyai rataan standar efisiensi
sebesar 0,01360 kg dan rataan realisasi efisiensi sebesar 0,01261 kg
selama bulan November 2011. Varians yang terjadi antara biaya
standar dengan biaya aktual bersifat favorable (F) atau
menguntungkan, yaitu sebesar Rp. 8,66 dengan rataan persentase
varians 7,28 %. Kornet sapi merupakan bahan baku yang
digunakan dalam proses produksi cireng rasa kornet sehingga
44
varians yang terjadi disebabkan karena belum adanya standar alat
ukur yang pas guna mengetahui standar pasti, oleh sebab itu
seringkali terjadi pengurangan penggunaan kornet sapi untuk
mengantisipasi kelebihan produksi yang ada.
3. Ayam Fillet
Bahan baku ayam fillet mempunyai rataan standar efisiensi
sebesar 0,00500 kg dan rataan realisasi efisiensi sebesar 0,00493 kg
selama bulan November 2011. Varians yang terjadi antara biaya
standar dengan biaya aktual bersifat favorable (F) atau
menguntungkan, yaitu sebesar Rp. 2,61 dengan rataan persentase
varians 1,40 %. Ayam fillet merupakan bahan baku yang
digunakan dalam proses produksi cireng rasa ayam pedas sehingga
varians yang terjadi disebabkan karena belum adanya standar alat
ukur yang pas guna mengetahui standar pasti, oleh sebab itu
seringkali terjadi pengurangan penggunaan ayam fillet untuk
mengantisipasi kelebihan produksi yang ada.
4. Cabe Rawit Merah
Bahan baku cabe rawit merah mempunyai rataan standar
efisiensi sebesar 0,00200 kg dan rataan realisasi efisiensi sebesar
0,00205 kg selama bulan November 2011. Varians yang terjadi
antara biaya standar dengan biaya aktual bersifat unfavorable (U)
atau tidak menguntungkan, yaitu sebesar Rp. 0,89 dengan rataan
persentase varians 2,50 %. Cabe rawit merah merupakan bahan
baku yang digunakan dalam proses produksi penambahan isian
cireng rasa ayam dan cireng rasa kornet. Varians ini terjadi karena
sering terjadi penambahan bahan baku cabe rawit merah untuk
mendapatkan rasa cireng yang lebih tajam dan banyak disukai
pembeli.
5. Garam
Bahan baku garam mempunyai rataan standar efisiensi sebesar
0,000120 kg dan rataan realisasi efisiensi sebesar 0,000118 kg
selama bulan November 2011. Varians yang terjadi antara biaya
45
standar dengan biaya aktual bersifat favorable (F) atau
menguntungkan, yaitu sebesar Rp. 0,001 dengan rataan persentase
varians 1,67 %. Varians ini terjadi karena penggunaan garam
dilakukan secukupnya maka oleh sebab itu terjadi kelebihan stok
garam yang dapat digunakan kembali untuk produksi selanjutnya.
6. Keju
Bahan baku keju mempunyai rataan standar efisiensi sebesar
0,00920 kg dan rataan realisasi efisiensi sebesar 0,00909 kg selama
bulan November 2011. Varians yang terjadi antara biaya standar
dengan biaya aktual bersifat favorable (F) atau menguntungkan,
yaitu sebesar Rp. 6,14 dengan rataan persentase varians 1,20 %.
Keju merupakan bahan baku yang digunakan dalam proses
produksi cireng rasa keju sehingga varians yang terjadi disebabkan
karena terjadi pengurangan pemakaian keju pada isi cireng. Keju
merupakan bahan baku yang digunakan dalam proses produksi
cireng rasa keju sehingga varians yang terjadi disebabkan karena
belum adanya standar alat ukur yang pas guna mengetahui standar
pasti, oleh sebab itu seringkali terjadi pengurangan penggunaan
keju untuk mengantisipasi kelebihan produksi yang ada.
7. Minyak Goreng
Bahan baku minyak goreng mempunyai rataan standar
efisiensi sebesar 0,00015 kg dan rataan realisasi efisiensi sebesar
0,00014 kg selama bulan November 2011. Varians yang terjadi
antara biaya standar dengan biaya aktual bersifat favorable (F) atau
menguntungkan, yaitu sebesar Rp. 0,12 dengan rataan persentase
varians 6,67 %. Varians ini terjadi karena penggunaan minyak
goreng disesuaikan dengan jumlah bahan baku yang akan dijadikan
isian cireng.
8. Bumbu Penyedap Masakan
Bahan baku bumbu penyedap masakan mempunyai rataan
standar efisiensi sebesar 0,000020 kg dan rataan realisasi efisiensi
sebesar 0,000018 kg selama bulan November 2011. Varians yang
46
terjadi antara biaya standar dengan biaya aktual bersifat favorable
(F) atau menguntungkan, yaitu sebesar Rp. 0,001 dengan rataan
persentase varians 10,00%. Varians ini terjadi karena penggunaan
bumbu penyedap masakan dilakukan secukupnya maka oleh sebab
itu terjadi kelebihan stok bumbu penyedap masakan yang dapat
digunakan kembali untuk proses produksi selanjutnya.
9. Pengembang
Bahan baku pengembang mempunyai rataan standar efisiensi
sebesar 0,000030 kg dan rataan realisasi efisiensi sebesar 0,000029
kg selama bulan November 2011. Varians yang terjadi antara biaya
standar dengan biaya aktual bersifat favorable (F) atau
menguntungkan, yaitu sebesar Rp. 0,04 dengan rataan persentase
varians 3,33 %. Varians ini terjadi karena jumlah pemakaian
pengembang hanya digunakan secukupnya untuk dapat membuat
hasil tekstur adonan kulit cireng yang tepat.
10. Sagu
Bahan baku sagu mempunyai rataan standar efisiensi sebesar
0,01203 kg dan rataan realisasi efisiensi sebesar 0,01206 kg selama
bulan November 2011. Varians yang terjadi antara biaya standar
dengan biaya aktual bersifat unfavorable (U) atau tidak
menguntungkan, yaitu sebesar Rp. 0,31 dengan rataan persentase
varians 0,25 %. Varians ini sering terjadi karena penambahan
bahan baku sagu untuk mendapatkan adonan kulit cireng yang
tepat..
11. Penyedap Rasa
Bahan baku penyedap rasa mempunyai rataan standar efisiensi
sebesar 0,000179 kg dan rataan realisasi efisiensi sebesar 0,000178
kg selama bulan November 2011. Varians yang terjadi antara biaya
standar dengan biaya aktual bersifat favorable (F) atau
menguntungkan, yaitu sebesar Rp. 0,02 dengan rataan persentase
varians 0,56 %. Varians ini terjadi karena penggunaan penyedap
rasa dilakukan secukupnya maka oleh sebab itu terjadi kelebihan
47
stok penyedap rasa yang dapat digunakan kembali untuk produksi
selanjutnya.
12. Susu Skim
Bahan baku susu skim mempunyai rataan standar efisiensi
sebesar 0,00055 kg dan rataan realisasi efisiensi sebesar 0,00058 kg
selama bulan November 2011. Varians yang terjadi antara biaya
standar dengan biaya aktual bersifat unfavorable (U) atau tidak
menguntungkan, yaitu sebesar Rp. 0,62 dengan rataan persentase
varians 5,45 %. Varians yang terjadi disebabkan karena sering
terjadi penambahan pemakaian bahan baku susu skim agar
mendapatkan tekstur adonan kulit cireng yang tepat dan lembut.
c. Analisis varians total bahan baku langsung
Analisis varians total bahan baku langsung merupakan gabungan
antara varians rata-rata harga bahan baku langsung dan varians rata-rata
efisiensi pemakaian bahan baku langsung. Analisis varians total bahan
baku langsung Cireng Cageur Grup disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Analisis varians total rata-rata bahan baku langsung UKM
Cireng Cageur Grup bulan November 2011
Bahan Baku Biaya Standar
(SP x SQ)
Biaya Aktual
(AP x AQ)
Analisis
Varians U/F Varians
Tepung terigu (kg) 45,04 33,64 -11,40 F 25,31%
Kornet Sapi (kg) 119 99,83 -19,17 F 16,11%
Ayam Fillet (kg) 186,67 179,78 -6,88 F 3,69%
Cabe Rawit Merah (kg) 35,75 35,81 0,06 U -0,17%
Garam (kg) 0,060 0,056 -0,004 F 6,78%
Keju (kg) 513,6636 479,50 -34,17 F 6,65%
Minyak Goreng (lt) 1,77 1,65 -0,13 F 7,32%
Bumbu penyedap (kg) 0,007 0,006 -0,001 F 20,80%
Pengembang (kg) 1,18 1,16 -0,02 F 1,69%
Sagu (kg) 126,32 122,29 -4,03 F 3,19%
Penyedap rasa (kg) 4,21 3,83 -0,38 F 9,02%
Susu Skim (kg) 11,41 11,60 0,19 U -1,64%
1. Tepung Terigu
Bahan baku tepung mempunyai biaya standar rata-rata sebesar
Rp. 45,04 dan biaya aktual rata-rata sebesar Rp. 33,64 selama bulan
48
November 2011. Varians yang terjadi antara biaya standar dengan
biaya aktual bersifat favorable (F) atau menguntungkan, yaitu
sebesar Rp. 11,40 dengan rataan persentase varians 25,31 %.
Varians ini terjadi karena pembelian bahan baku tepung terigu
dilakukan dalam kemasan yang lebih besar sehingga harga belinya
lebih murah. Selain itu pembelian tepung terigu dilakukan pada
toko yang harganya lebih murah dibandingkan dengan toko bahan
baku lainnya. Dan juga dalam proses produksi sering terjadi
pengurangan pemakaian bahan baku tepung agar mendapatkan
tekstur adonan kulit cireng yang tepat
2. Kornet Sapi
Bahan baku kornet sapi mempunyai biaya standar rata-rata
sebesar Rp. 119 dan biaya aktual rata-rata sebesar Rp. 99,83 selama
bulan November 2011. Varians yang terjadi antara biaya standar
dengan biaya aktual bersifat favorable (F) atau menguntungkan,
yaitu sebesar Rp. 19,17 dengan rataan persentase varians 16,11 %.
Varians yang terjadi disebabkan karena pembelian kornet sapi
dibeli dalam kuantitas yang lebih besar sehingga harganya lebih
murah dibandingkan dengan pembelian kuantitas kecil. Selain itu
kornet sapi merupakan bahan baku yang digunakan dalam proses
produksi cireng rasa kornet sehingga varians yang terjadi
disebabkan karena belum adanya standar alat ukur yang pas guna
mengetahui standar pasti, oleh sebab itu seringkali terjadi
pengurangan penggunaan kornet sapi untuk mengantisipasi
kelebihan produksi yang ada.
3. Ayam Fillet
Bahan baku ayam fillet mempunyai biaya standar rata-rata
sebesar Rp. 186,67 dan biaya aktual rata-rata sebesar Rp. 179,78
selama bulan November 2011. Varians yang terjadi antara biaya
standar dengan biaya aktual bersifat favorable (F) atau
menguntungkan, yaitu sebesar Rp. 6,88 dengan rataan persentase
varians 3,69 %. Varians yang terjadi disebabkan karena pembelian
49
ayam fillet dilakukan di kios bahan baku langganan dengan harga
yang lebih murah dibandingkan dengan kios bahan baku lainnya.
Ayam fillet merupakan bahan baku yang digunakan dalam proses
produksi cireng rasa ayam pedas sehingga varians yang terjadi
disebabkan karena belum adanya standar alat ukur yang pas guna
mengetahui standar pasti, oleh sebab itu seringkali terjadi
pengurangan penggunaan ayam fillet untuk mengantisipasi
kelebihan produksi yang ada.
4. Cabe Rawit Merah
Bahan baku cabe rawit merah mempunyai biaya standar rata-
rata sebesar Rp. 35,75 dan biaya aktual rata-rata sebesar Rp. 35,81
selama bulan November 2011. Varians yang terjadi antara biaya
standar dengan biaya aktual bersifat unfavorable (U) atau tidak
menguntungkan, yaitu sebesar Rp. 0,06 dengan rataan persentase
varians 0,17 %. Varians ini terjadi karena sering terjadi
penambahan bahan baku cabe rawit merah untuk mendapatkan rasa
cireng yang lebih tajam dan banyak disukai pembeli.
5. Garam
Bahan baku garam mempunyai biaya standar rata-rata sebesar
Rp. 0,060 dan biaya aktual rata-rata sebesar Rp. 0,056 selama bulan
November 2011. Varians yang terjadi antara biaya standar dengan
biaya aktual bersifat favorable (F) atau menguntungkan, yaitu
sebesar Rp.0,004 dengan rataan persentase varians 6,78 %.Varians
yang terjadi karena garam dibeli dalam kuantitas yang lebih besar
sehingga harganya lebih murah dibandingkan dengan pembelian
kuantitas kecil. Varians ini terjadi karena penggunaan garam
dilakukan secukupnya maka oleh sebab itu terjadi kelebihan stok
garam yang dapat digunakan kembali untuk produksi selanjutnya.
6. Keju
Bahan baku keju mempunyai biaya standar rata-rata sebesar
Rp. 513,66 dan biaya aktual rata-rata sebesar Rp. 479,50 selama
bulan November 2011. Varians yang terjadi antara biaya standar
50
dengan biaya aktual bersifat favorable (F) atau menguntungkan,
yaitu sebesar Rp. 34,17 dengan rataan persentase varians 6,65 %.
Varians yang terjadi disebabkan karena pembelian keju dilakukan
di toko bahan baku langganan dengan harga yang lebih murah
dibandingkan dengan toko bahan baku kue lainnya dan juga Keju
merupakan bahan baku yang digunakan dalam proses produksi
cireng rasa keju sehingga varians yang terjadi disebabkan karena
belum adanya standar alat ukur yang pas guna mengetahui standar
pasti, oleh sebab itu seringkali terjadi pengurangan penggunaan
keju untuk mengantisipasi kelebihan produksi yang ada.
7. Minyak Goreng
Bahan baku minyak goreng mempunyai biaya standar rata-rata
sebesar Rp. 1,77 dan biaya aktual rata-rata sebesar Rp. 1,65 selama
bulan November 2011. Varians yang terjadi antara biaya standar
dengan biaya aktual bersifat favorable (F) atau menguntungkan,
yaitu sebesar Rp. 0,13 dengan rataan persentase varians 7,32 %.
Varians yang terjadi disebabkan karena minyak goreng dibeli
dalam jumlah yang banyak sehingga harganya lebih murah
dibandingkan dengan harga satuan kilo serta apabila dilihat dari
kuantitasnya. Varians ini terjadi karena penggunaan minyak goreng
disesuaikan dengan jumlah bahan baku yang akan dijadikan isian
cireng.
8. Bumbu Penyedap Masakan
Bahan baku bumbu penyedap masakan mempunyai biaya
standar rata-rata sebesar Rp. 0,007 dan biaya aktual rata-rata
sebesar Rp. 0,006 selama bulan November 2011. Varians yang
terjadi antara biaya standar dengan biaya aktual bersifat favorable
(F) atau menguntungkan, yaitu sebesar Rp.0,001 dengan rataan
persentase varians 20,80%. Varians yang terjadi disebabkan karena
bumbu penyedap masakan dibeli dalam jumlah yang banyak
sehingga harganya lebih murah dibandingkan dengan harga satuan
per bungkus serta karena penggunaan bumbu penyedap masakan
51
dilakukan secukupnya maka oleh sebab itu terjadi kelebihan stok
bumbu penyedap masakan yang dapat digunakan kembali untuk
proses produksi selanjutnya.
9. Pengembang
Bahan baku pengembang mempunyai biaya standar rata-rata
sebesar Rp. 1,18 dan biaya aktual rata-rata sebesar Rp. 1,16 selama
bulan November 2011. Varians yang terjadi antara biaya standar
dengan biaya aktual bersifat favorable (F) atau menguntungkan,
yaitu sebesar Rp. 0,02 dengan rataan persentase varians 1,69 %.
Varians ini terjadi karena jumlah pemakaian pengembang hanya
digunakan secukupnya untuk dapat membuat hasil tekstur adonan
kulit cireng yang tepat.
10. Sagu
Bahan baku sagu mempunyai biaya standar rata-rata sebesar
Rp. 126,32 dan biaya aktual rata-rata sebesar Rp. 122,29 selama
bulan November 2011. Varians yang terjadi antara biaya standar
dengan biaya aktual bersifat favorable (F) atau menguntungkan,
yaitu sebesar Rp. 4,03 dengan rataan persentase varians 3,19 %.
Varians yang terjadi disebabkan karena bahan baku sagu dibeli
dalam kemasan yang lebih besar sehingga harganya lebih murah
dibandingkan dengan pembelian tepung dalam kemasan kecil juga
disertai dengan sering terjadinya pengurangan pemakaian bahan
baku sagu agar mendapatkan tekstur adonan kulit cireng yang tepat.
11. Penyedap Rasa
Bahan baku penyedap rasa mempunyai biaya standar rata-rata
sebesar Rp. 4,21 dan biaya aktual rata-rata sebesar Rp. 3,83 selama
bulan November 2011. Varians yang terjadi antara biaya standar
dengan biaya aktual bersifat favorable (F) atau menguntungkan,
yaitu sebesar Rp. 0,38 dengan rataan persentase varians 9,02 %.
Varians yang terjadi karena penyedap rasa dibeli dalam kuantitas
yang lebih besar sehingga harganya lebih murah dibandingkan
dengan pembelian kuantitas kecil. Selain itu harga penyedap rasa
52
lebih murah karena pembeliannya dilakukan di toko bahan baku
langganan dibandingkan toko bahan baku lainnya serta penggunaan
penyedap rasa dilakukan secukupnya maka oleh sebab itu terjadi
kelebihan stok penyedap rasa yang dapat digunakan kembali untuk
produksi selanjutnya.
12. Susu Skim
Bahan baku susu skim mempunyai biaya standar rata-rata
sebesar Rp. 11,41 dan biaya aktual rata-rata sebesar Rp. 11,60
selama bulan November 2011. Varians yang terjadi antara biaya
standar dengan biaya aktual bersifat unfavorable (U) atau tidak
menguntungkan, yaitu sebesar Rp. 0,19 dengan rataan persentase
varians 1,64 %. Varians yang terjadi disebabkan karena sering
terjadi penambahan pemakaian bahan baku susu skim agar
mendapatkan tekstur adonan kulit cireng yang tepat dan lembut.
4.6.2 Analisis Varians Tenaga Kerja Langsung
Analisis varians tenaga kerja langsung terdiri dari varians tarif
tenaga kerja langsung dan varians efisiensi tenaga kerja langsung.
1. Analisis varians tarif tenaga kerja langsung
Analisis varians rata-rata tarif tenaga kerja langsung disajikan pada
Tabel 9.
Tabel 9. Analisis varians rata-rata tarif tenaga kerja langsung
Cireng Cageur Grup bulan November 2011
Tarif Upah
Standar per
Jam (SR)
Tarif Upah
Aktual per
Jam (AR)
Jam TKL
Aktual
(AH)
Analisis
Varians
(LRV)
U/F Varians
4.286 4.912 6,2 3881,2 U -14,61%
Tarif upah standar yang ditetapkan pemilik Cireng Cageur Grup
selama satu bulan mempunyai rataan Rp. 4.286 per jam dan tarif upah
aktual selama bulan November 2011 mempunyai rataan sebesar Rp.
4.912. Jam kerja aktual produksi Cireng Cageur Grup selama bulan
November mempunyai rataan sebesar 6,2 jam. Varians yang terjadi
antara tarif tenaga kerja langsung standar dengan tarif aktual bersifat
53
unfavorable (U) atau tidak menguntungkan, yaitu sebesar Rp. 3881,2
dengan rataan persentase varians 14,61%. Varians ini terjadi karena
penyelesaian proses produksi yang lebih cepat dari jam kerja standar
sehingga menyebabkan tarif tenaga kerja langsung per jam produksi
aktual yang diterima karyawan lebih tinggi dibandingkan dengan tarif
tenaga kerja langsung standar yang telah ditetapkan oleh pemilik.
2. Analisis varians efisiensi tenaga kerja langsung
Analisis varians efisiensi tenaga kerja langsung rata-rata
disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Analisis varians rata-rata efisiensi tenaga kerja langsung
Cireng Cageur Grup bulan November 2011
Jam TKL
Standar
(SH)
Jam TKL
Aktual
(AH)
Tarif Upah
Standar per
Jam (SR)
Analisis
Varians
(LEV)
U/F Varians
7 6,2 4.286 -3428,8 F 11,43%
Jam tenaga kerja langsung standar yang ditetapkan pemilik
Cireng Cageur Grup setiap hari produksi mempunyai rataan 7 jam
dan selama bulan November 2011 Cireng Cageur Grup mempunyai
rataan jam tenaga kerja langsung aktual 6,2 jam dengan tarif upah
standar mempunyai rataan Rp. 4.286 per jam. Varians yang terjadi
antara jam tenaga kerja langsung standar dengan jam kerja aktual
bersifat favorable (F) atau menguntungkan, yaitu sebesar 3.428
dengan rataan persentase varians 11,43 %. Varians ini terjadi
karena Cireng Cageur Grup memproduksi cireng dalam jumlah
yang tidak sama setiap harinya sehingga penyelesaian proses
produksi cireng lebih cepat dibandingkan dengan jam kerja standar.
4.6.3 Analisis Varians Overhead Pabrik
i. Analisis varians overhead pabrik tetap
Biaya overhead pabrik tetap Cireng Cageur Grup berupa biaya
penyusutan peralatan yang digunakan dalam proses produksi yaitu
kompor gas, blender, freezer, roller, dan peralatan masak.
Perhitungan penyusutan peralatan produksi menggunakan metode
garis lurus dengan cara mengurangi nilai pembelian peralatan
54
dengan nilai sisa peralatan, kemudian dibagi dengan umur
ekonomis yang dimiliki peralatan. Berdasarkan perhitungan
menggunakan metode garis lurus, didapatkan beban penyusutan
peralatan produksi Cireng Cageur Grup yaitu kompor gas sebesar
Rp. 140 per hari, blender sebesar Rp. 420 per hari, freezer sebesar
Rp. 1.180 per hari, roller sebesar Rp. 520 per hari, dan peralatan
masak sebesar Rp. 2360 per hari. Varians overhead pabrik tetap
selama bulan November 2011 sebesar 0 atau tidak ada varians.
ii. Analisis varians overhead pabrik variabel
Analisis varians overhead pabrik variabel terdiri dari varians
pengeluaran overhead variabel dan varians efisiensi overhead
variabel.
a. Analisis varians overhead variabel pembiayaan
Analisis varians overhead pabrik variabel pembiayaan selama
bulan November 2011 disajikan dalam Tabel 11.
Tabel 11. Analisis varians overhead variabel pembiayaan Cireng
Cageur Grup bulan November 2011
Overhead Pabrik
Variabel
Tarif
Standar
Overhead
Variabel
(SVOR)
Tarif Aktual
Overhead
Variabel
(AVOR)
Jam
TKL
Aktual
(AH)
Analisis
Varians
(VOSV)
U/F Varians
Biaya box karton 450.000 440.100 6,2 -61.380 F 2,20%
Bahan bakar gas
LPG 450.000 390.000 6,2 -372.000 F 13,33%
Listrik 70.000 62.300 6,2 -47.740 F 11,00%
Air 10.000 4.600 6,2 -33.480 F 54,00%
1. Box karton
Box karton yang digunakan sebagai tempat
pengemasan cireng mempunyai tarif standar overhead
variabel sebesar Rp. 450.000 dan tarif aktual overhead
variabel selama bulan November 2011 sebesar Rp. 440.100
dengan jam kerja aktual tenaga kerja langsung 6,2 jam.
55
Varians yang terjadi bersifat favorable (F) atau
menguntungkan, yaitu sebesar Rp. 61.380 dengan rataan
persentase varians 2,20 %. Varians ini terjadi karena
produksi cireng selama bulan November 2011 kurang dari
standar jumlah produksi yang ditetapkan sehingga
pemakaian box karton disesuaikan dengan jumlah cireng
yang diproduksi.
2. Bahan bakar gas LPG
Pemakaian bahan bakar gas LPG mempunyai tarif
standar overhead variabel sebesar Rp. 450.000 dan tarif
aktual overhead variabel selama bulan November 2011
sebesar Rp. 390.000 dengan jam kerja aktual tenaga kerja
langsung 6,2 jam. Varians yang terjadi bersifat favorable
(F) atau menguntungkan, yaitu sebesar Rp. 372.000 dengan
rataan persentase varians 13,33%. Varians ini terjadi karena
pemakaian bahan bakar gas LPG hanya digunakan ketika
pembuatan isian cireng dan pemasakan air untuk pembuatan
adonan.
3. Listrik
Konsumsi listrik mempunyai tarif standar overhead
variabel sebesar Rp. 70.000 dan tarif aktual overhead
variabel selama bulan November 2011 sebesar Rp. 62.300
dengan jam kerja aktual tenaga kerja langsung 6,2 jam.
Varians yang terjadi bersifat favorable (F) atau
menguntungkan, yaitu sebesar Rp. 47.740 dengan rataan
persentase varians 11 %. Varians ini terjadi karena biaya
konsumsi listrik pada bulan November 2011 kurang dari
standar biaya listrik yang ditetapkan sebelumnya.
4. Air
Penggunaan air untuk produksi cireng mempunyai tarif
standar overhead variabel sebesar Rp. 10.000 dan tarif
aktual overhead variabel selama bulan November 2011
56
sebesar Rp. 4.600 dengan jam kerja aktual tenaga kerja
langsung 6,2 jam. Varians yang terjadi bersifat favorable
(F) atau menguntungkan, yaitu sebesar Rp. 33.480 dengan
rataan persentase varians 54 %. Varians ini terjadi karena
produksi cireng selama bulan November 2011 kurang dari
standar jumlah produksi yang ditetapkan sehingga
penggunaan air disesuaikan dengan kebutuhan selama
proses produksi cireng.
b. Analisis varians overhead variabel efisiensi
Analisis varians overhead pabrik variabel efisiensi selama
bulan November 2011 disajikan dalam Tabel 12.
Tabel 12. Analisis varians overhead variabel efisiensi Cireng Cageur
Grup bulan November 2011
Overhead Pabrik
Variabel
Jam TKL
Standar
(SH)
Jam
TKL
Aktual
(AH)
Tarif Standar
Overhead
Variabel
(SVOR)
Analisis
Varians
(VEOV)
U/F Varians
Biaya box karton 7 6,2 450.000 -360.000 F 11,43%
Bahan bakar gas
LPG 7 6,2 450.000 -360.000 F 11,43%
Listrik 7 6,2 70.000 -56.000 F 11,43%
Air 7 6,2 10.000 -8.000 F 11,43%
Varians overhead variabel efisiensi Cireng Cageur Grup
selama bulan November 2011 bersifat favorable (F) atau
menguntungkan dengan rataan persentase varians 11,43%. Varians
ini terjadi karena produksi cireng selama bulan November kurang
dari jumlah produksi standar cireng yang telah ditetapkan. sehingga
pengeluaran biaya overhead variabel menyesuaikan dengan
kebutuhan produksi cireng.
4.7. Uji Hipotesis
Varians yang terjadi antara biaya standar dengan biaya aktual dapat
bersifat menguntungkan maupun tidak menguntungkan, sehingga perlu
57
dilakukan pengendalian untuk mengetahui apakah varians tersebut masih
berada dalam batas pengendalian manajemen. Pengendalian tersebut dapat
dilakukan dengan melakukan uji hipotesis menggunakan uji t (t-test) dengan
program aplikasi computer SPSS versi 16. Uji Hipotesis T-hitung Varians
harga dan varians efiensi bahan baku disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13. Uji hipotesis t-hitung varians harga dan varians efisiensi
bahan baku Cireng Cageur Grup bulan November 2011
Bahan Baku Varians Harga Varians Efisiensi
Thitung Thitung
Tepung terigu (kg) - -3,372
Kornet Sapi (kg) - -4,831
Ayam Fillet (kg) -9,351 -6,647
Cabe Rawit Merah (kg) -1,151 6,707
Garam (kg) -3,117 -6,420
Keju (kg) - -5,747
Minyak Goreng (lt) - -4,938
Bumbu penyedap masakan (kg) - -6,885
Pengembang (kg) - -4,065
Sagu (kg) -1,588 3,944
Penyedap rasa (kg) -21,541 -6,747
Susu Skim (kg) - 10,081
4.7.1 Uji Hipotesis Bahan Baku Langsung
a. Uji t tidak dapat dilakukan pada varians harga bahan baku tepung
terigu karena harga realisasi tepung terigu selama bulan November
2011 adalah sama setiap harinya. Uji t yang dilakukan pada varians
efisiensi bahan baku tepung terigu dalam produksi Cireng Cageur
Grup diperoleh hasil t hitung sebesar -3,372 dan t tabel sebesar 0,063
dengan taraf signifikan () 5% dan derajat bebas (df) 29.
Berdasarkan uji t tersebut diperoleh kesimpulan bahwa t hitung lebih
kecil dari t tabel, maka terima H0. Hal ini menunjukkan bahwa
varians yang terjadi dalam penggunaan bahan baku tepung terigu
berada dalam batas pengendalian manajemen. Hasil uji t pada
efisiensi tepung terigu dapat dilihat pada Lampiran 35.
58
b. Uji t tidak dapat dilakukan pada varians harga bahan baku kornet
sapi karena harga realisasi kornet sapi selama bulan November 2011
adalah sama setiap harinya. Uji t yang dilakukan pada varians
efisiensi bahan baku kornet sapi dalam produksi Cireng Cageur
Grup diperoleh hasil t hitung sebesar -4,831 dan t tabel sebesar 0,063
dengan taraf signifikan () 5% dan derajat bebas (df) 29.
Berdasarkan uji t tersebut diperoleh kesimpulan bahwa t hitung lebih
kecil dari t tabel, maka terima H0. Hal ini menunjukkan bahwa
varians yang terjadi antara standar efisiensi dan realisasi
penggunaan bahan baku kornet sapi masih dalam batas
pengendalian manajemen. Hasil uji t pada varians efisiensi kornet
sapi dapat dilihat pada Lampiran 36.
c. Uji t yang dilakukan pada varians harga bahan baku ayam fillet
dalam produksi Cireng Cageur Grup diperoleh hasil thitung sebesar -
9,351 dan t tabel sebesar 0,063 dengan taraf signifikan () 5% dan
derajat bebas (df) 29. Berdasarkan uji t tersebut diperoleh
kesimpulan bahwa t hitung lebih kecil dari t tabel, maka terima H0. Hal
ini menunjukkan bahwa varians yang terjadi antara standar harga
dan realisasi harga beli bahan baku ayam fillet masih dalam batas
pengendalian manajemen. Hasil uji t pada varians harga ayam fillet
dapat dilihat pada Lampiran 37.
Uji t yang dilakukan pada varians efisiensi bahan baku ayam
fillet dalam produksi Cireng Cageur Grup diperoleh hasil t hitung
sebesar -6,647 dan t tabel sebesar 0,063 dengan taraf signifikan ()
5% dan derajat bebas (df) 29. Berdasarkan uji t tersebut diperoleh
kesimpulan bahwa t hitung lebih kecil dari t tabel, maka terima H0.
Hal ini menunjukkan bahwa varians yang terjadi antara standar
efisiensi dan realisasi penggunaan bahan baku ayam fillet masih
dalam batas pengendalian manajemen. Hasil uji t pada varians
efisiensi ayam fillet dapat dilihat pada Lampiran 38.
d. Uji t yang dilakukan pada varians harga bahan baku cabe rawit
merah dalam produksi Cireng Cageur Grup diperoleh hasil thitung
59
sebesar -1,151 dan t tabel sebesar 0,063 dengan taraf signifikan ()
5% dan derajat bebas (df) 29. Berdasarkan uji t tersebut diperoleh
kesimpulan bahwa t hitung lebih kecil dari t tabel, maka terima H0. Hal
ini menunjukkan bahwa varians yang terjadi antara standar harga
dan realisasi harga beli bahan baku cabe rawit merah masih dalam
batas pengendalian manajemen. Hasil uji t pada varians harga cabe
rawit merah dapat dilihat pada Lampiran 39.
Uji t yang dilakukan pada varians efisiensi bahan baku cabe
rawit merah dalam produksi Cireng Cageur Grup diperoleh hasil t
hitung sebesar 6,707 dan t tabel sebesar 0,063 dengan taraf signifikan
() 5% dan derajat bebas (df) 29. Berdasarkan uji t tersebut
diperoleh kesimpulan bahwa t hitung lebih besar dari t tabel, maka
tolak H0. Hal ini menunjukkan bahwa varians yang terjadi antara
standar efisiensi dan realisasi penggunaan bahan baku cabe rawit
merah berada di luar batas pengendalian manajemen. Hasil uji t
pada varians efisiensi cabe rawit merah dapat dilihat pada
Lampiran 40.
e. Uji t yang dilakukan pada varians harga bahan baku garam dalam
produksi Cireng Cageur Grup diperoleh hasil thitung sebesar -3,117
dan t tabel sebesar 0,063 dengan taraf signifikan () 5% dan derajat
bebas (df) 29. Berdasarkan uji t tersebut diperoleh kesimpulan
bahwa t hitung lebih kecil dari t tabel, maka terima H0. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa varians yang terjadi antara standar harga dan
realisasi harga beli bahan baku garam berada di didalam batas
pengendalian manajemen. Hasil uji t pada varians harga garam
dapat dilihat pada Lampiran 41.
Uji t yang dilakukan pada varians efisiensi bahan baku garam
dalam produksi Cireng Cageur Grup diperoleh hasil t hitung sebesar
-6,420 dan t tabel sebesar 0,063 dengan taraf signifikan () 5% dan
derajat bebas (df) 29. Berdasarkan uji t tersebut diperoleh
kesimpulan bahwa t hitung lebih kecil dari t tabel, maka tolak H0. Hal
ini menunjukkan bahwa varians yang terjadi antara standar efisiensi
60
dan realisasi penggunaan bahan baku garam berada di dalam batas
pengendalian manajemen. Hasil uji t pada varians efisiensi garam
dapat dilihat pada Lampiran 42.
f. Uji t tidak dapat dilakukan pada varians harga bahan baku keju
karena harga realisasi keju selama bulan November 2011 adalah
sama setiap harinya. Uji t yang dilakukan pada varians efisiensi
bahan baku keju dalam produksi Cireng Cageur Grup diperoleh
hasil t hitung sebesar -5,747 dan t tabel sebesar 0,063 dengan taraf
signifikan () 5% dan derajat bebas (df) 29. Berdasarkan uji t
tersebut diperoleh kesimpulan bahwa t hitung lebih kecil dari t tabel,
maka terima H0. Hal ini menunjukkan bahwa varians yang terjadi
antara standar efisiensi dan realisasi penggunaan bahan baku keju
berada di dalam batas pengendalian manajemen. Hasil uji t pada
varians efisiensi keju dapat dilihat pada Lampiran 43.
g. Uji t tidak dapat dilakukan pada varians harga bahan baku minyak
goreng karena harga realisasi minyak goreng selama bulan
November 2011 adalah sama setiap harinya. Uji t yang dilakukan
pada varians efisiensi bahan baku minyak goreng dalam produksi
Cireng Cageur Grup diperoleh hasil thitung sebesar -4,938 dan t tabel
sebesar 0,063 dengan taraf signifikan () 5% dan derajat bebas (df)
29. Berdasarkan uji t tersebut diperoleh kesimpulan bahwa t hitung
lebih kecil dari t tabel, maka terima H0. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa varians yang terjadi antara standar efisiensi
dan realisasi penggunaan bahan baku minyak goreng masih berada
dalam batas pengendalian manajemen. Hasil uji t pada varians
efisiensi minyak goreng dapat dilihat pada Lampiran 44.
h. Uji t tidak dapat dilakukan pada varians harga bahan baku bumbu
penyedap masakan karena harga realisasi bumbu penyedap masakan
selama bulan November 2011 adalah sama setiap harinya. Uji t
yang dilakukan pada varians efisiensi bahan baku bumbu penyedap
masakan dalam produksi Cireng Cageur Grup diperoleh hasil t hitung
sebesar -6,885 dan t tabel sebesar 0,063 dengan taraf signifikan ()
61
5% dan derajat bebas (df) 29. Berdasarkan uji t tersebut diperoleh
kesimpulan bahwa t hitung lebih kecil dari t tabel, maka terima H0. Hal
ini menunjukkan bahwa varians yang terjadi antara standar efisiensi
dan realisasi penggunaan bahan baku bumbu penyedap masakan
berada di dalam batas pengendalian manajemen. Hasil uji t pada
varians efisiensi bumbu penyedap masakan dapat dilihat pada
Lampiran 45.
i. Uji t tidak dapat dilakukan pada varians harga bahan baku
pengembang karena harga realisasi pengembang selama bulan
November 2011 adalah sama setiap harinya Uji t yang dilakukan
pada varians efisiensi bahan baku pengembang dalam produksi
Cireng Cageur Grup diperoleh hasil t hitung sebesar -4,065 dan t tabel
sebesar 0,063 dengan taraf signifikan () 5% dan derajat bebas (df)
29. Berdasarkan uji t tersebut diperoleh kesimpulan bahwa t hitung
lebih kecil dari t tabel, maka terima H0. Hal ini menunjukkan bahwa
varians yang terjadi antara standar efisiensi dan realisasi
penggunaan bahan baku pengembang masih dalam batas
pengendalian manajemen. Hasil uji t pada varians efisiensi
pengembang dapat dilihat pada Lampiran 46.
j. Uji t yang dilakukan pada varians harga bahan baku sagu dalam
produksi Cireng Cageur Grup diperoleh hasil thitung sebesar -1,588
dan t tabel sebesar 0,063 dengan taraf signifikan () 5% dan derajat
bebas (df) 29. Berdasarkan uji t tersebut diperoleh kesimpulan
bahwa t hitung lebih kecil dari t tabel, maka terima H0. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa varians yang terjadi antara standar harga dan
realisasi harga beli bahan baku sagu masih dalam batas
pengendalian manajemen. Hasil uji t pada varians harga sagu dapat
dilihat pada Lampiran 47.
Uji t yang dilakukan pada varians efisiensi bahan baku sagu
dalam produksi Cireng Cageur Grup diperoleh hasil t hitung sebesar
3,944 dan t tabel sebesar 0,063 dengan taraf signifikan () 5% dan
derajat bebas (df) 29. Berdasarkan uji t tersebut diperoleh
62
kesimpulan bahwa t hitung lebih besar dari t tabel, maka tolak H0. Hal
ini menunjukkan bahwa varians yang terjadi antara standar efisiensi
dan realisasi penggunaan bahan baku sagu di luar batas
pengendalian manajemen. Hasil uji t pada varians efisiensi sagu
dapat dilihat pada Lampiran 48.
k. Uji t yang dilakukan pada varians harga bahan baku penyedap rasa
dalam produksi Cireng Cageur Grup diperoleh hasil thitung sebesar -
21,541 dan t tabel sebesar 0,063 dengan taraf signifikan () 5% dan
derajat bebas (df) 29. Berdasarkan uji t tersebut diperoleh
kesimpulan bahwa t hitung lebih kecil dari t tabel, maka terima H0. Hal
ini menunjukkan bahwa varians yang terjadi antara standar harga
dan realisasi harga beli bahan baku penyedap rasa masih dalam
batas pengendalian manajemen. Hasil uji t pada varians harga
penyedap rasa dapat dilihat pada Lampiran 49.
Uji t yang dilakukan pada varians efisiensi bahan baku
penyedap rasa dalam produksi Cireng Cageur Grup diperoleh hasil
t hitung sebesar -6,747 dan t tabel sebesar 0,063 dengan taraf signifikan
() 5% dan derajat bebas (df) 29. Berdasarkan uji t tersebut
diperoleh kesimpulan bahwa t hitung lebih kecil dari t tabel, maka
terima H0. Hal ini menunjukkan bahwa varians yang terjadi antara
standar efisiensi dan realisasi penggunaan bahan baku penyedap
rasa masih dalam batas pengendalian manajemen. Hasil uji t pada
varians efisiensi penyedap rasa dapat dilihat pada Lampiran 50.
l. Uji t tidak dapat dilakukan pada varians harga bahan baku susu
skim karena harga realisasi susu skim selama bulan November 2011
adalah sama setiap harinya. Uji t yang dilakukan pada varians
efisiensi bahan baku susu skim dalam produksi Cireng Cageur Grup
diperoleh hasil t hitung sebesar 10,081 dan t tabel sebesar 0,063 dengan
taraf signifikan () 5% dan derajat bebas (df) 29. Berdasarkan uji t
tersebut diperoleh kesimpulan bahwa t hitung lebih besar dari t tabel,
maka tolak H0. Hal ini menunjukkan bahwa varians yang terjadi
antara standar efisiensi dan realisasi penggunaan bahan baku susu
63
skim masih di luar batas pengendalian manajemen. Hasil uji t pada
varians efisiensi susu skim dapat dilihat pada Lampiran 51.
4.7.2 Uji Hipotesis Tenaga Kerja langsung
Uji Hipotesis T-hitung tenaga kerja langsung Cireng Cageur Grup
disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14. Uji hipotesis t-hitung tenaga kerja langsung Cireng
Cageur Grup bulan November 2011
TKL thitung
Varians Tarif TKL 4,769
Varians Efisiensi TKL -4,678
Uji t yang dilakukan pada varians tarif tenaga kerja langsung dalam
produksi Cireng Cageur Grup diperoleh hasil t hitung sebesar 4,769 dan t
tabel sebesar 0,063 dengan taraf signifikan () 5% dan derajat bebas (df)
29. Berdasarkan uji t tersebut diperoleh kesimpulan bahwa t hitung lebih
besar dari t tabel, maka tolak H0. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
varians yang terjadi antara standar tarif tenaga kerja langsung dan
realisasinya berada di luar batas pengendalian manajemen. Hal ini
terjadi karena tarif tenaga kerja langsung aktual per jam yang diterima
karyawan lebih tinggi dibandingkan dengan tarif tenaga kerja langsung
standar per jam yang telah ditetapkan. Hasil uji t pada varians tarif
tenaga kerja langsung dapat dilihat pada lampiran 52.
Uji t yang dilakukan pada varians efisiensi tenaga kerja langsung
dalam produksi Cireng Cageur Grup diperoleh hasil t hitung sebesar -
4,678 dan t tabel sebesar 0,063 dengan taraf signifikan () 5% dan derajat
bebas (df) 29. Berdasarkan uji t tersebut diperoleh kesimpulan bahwa t
hitung lebih kecil dari t tabel, maka terima H0. Hal ini menunjukkan bahwa
varians yang terjadi antara standar efisiensi dan realisasi efisiensi
tenaga kerja langsung masih dalam batas pengendalian manajemen.
Hasil uji t pada varians efisiensi tenaga kerja langsung dapat dilihat
pada lampiran 53.
64
4.7.3 Uji Hipotesis Overhead Pabrik
Cireng Cageur Grup menetapkan biaya standar terhadap biaya
bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung untuk satu unit cireng,
sedangkan biaya standar overhead pabrik tidak disiapkan untuk satuan
produksi tetapi untuk seluruh jumlah produksi berdasarkan jangka
waktu tertentu. Penelitian ini menganalisis biaya produksi Cireng
Cageur Grup selama bulan November 2011. Varians biaya overhead
pabrik tidak dilakukan pengujian hipotesis menggunakan uji t, tetapi
varians overhead pabrik dianalisis menggunakan analisis varians. Hasil
analisis varians biaya overhead pabrik tetap dan overhead pabrik
variabel dapat dilihat pada Tabel 11 dan Tabel 12.
4.8. Implikasi Manajerial
Penelitian biaya produksi selama bulan November 2011 pada UKM
Cireng Cageur Grup menunjukkan varians antara biaya standar dengan
biaya realisasinya. Hasil analisis varians menunjukkan bahwa varians yang
terjadi antara standar harga beli bahan baku langsung dan harga realisasinya
terjadi karena pembelian bahan baku yang lebih murah dibandingkan
dengan harga standar. Hal ini dikarenakan pembelian bahan baku dilakukan
pada toko bahan baku yang lebih murah dibandingkan dengan toko lainnya
dan harga bahan baku dalam kemasan besar lebih murah dibandingkan
dengan kemasan kecil. Varians efisiensi bahan baku yang terjadi di Cireng
Cageur Grup disebabkan karena sering terjadinya penambahan bahan baku
pada proses produksi cireng, sehingga pemilik UKM seharusnya melakukan
peninjauan kembali dalam menetapkan standar efisiensi bahan baku.
Varians yang terjadi pada tarif tenaga kerja UKM Cireng Cageur Grup
disebabkan karena penyelesaian proses produksi yang lebih cepat dari jam
kerja standar sehingga menyebabkan tarif tenaga kerja langsung aktual per
jam produksi yang diterima karyawan lebih tinggi. Sedangkan varians yang
terjadi pada efisiensi tenaga kerja UKM Cireng Cageur Grup disebabkan
jumlah produksi cireng yang kurang dari standar jumlah produksi sehingga
65
kegiatan produksi cireng lebih cepat dibandingkan dengan standar jam kerja
yang ditetapkan.
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah varians biaya
produksi yang terjadi antara biaya standar dan biaya realisasinya masih
berada dalam batas pengendalian manajemen. Pengawasan harus tetap
dilakukan pada varians yang masih berada dalam batas pengendalian
manajemen agar varians yang terjadi pada proses produksi di masa datang
dapat diminimalisir. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa varians harga
pengembang dan tarif tenaga kerja langsung berada di luar batas
pengendalian manajemen. Solusi yang dapat dilakukan pemilik UKM
Cireng Cageur Grup adalah melakukan pembelian bahan baku pengembang
pada toko bahan baku lainnya yang lebih murah dibandingkan dengan
tempat pembelian sebelumnya. Selain itu varians yang terjadi pada efisiensi
bahan baku langsung disebabkan karena adanya penambahan penggunaan
bahan baku langsung sehingga pemilik UKM perlu meninjau kembali dalam
menetapkan standar penggunaan bahan baku. Varians yang terjadi pada tarif
tenaga tenaga kerja langsung disebabkan karena memproduksi cireng dalam
jumlah yang tidak sama setiap harinya sehingga penyelesaian proses
produksi cireng lebih cepat dibandingkan dengan jam kerja standar sehingga
pemilik UKM perlu meninjau kembali dalam menetapkan pembayaran tarif
yang berlaku berdasarkan jam kerja.
Recommended