View
145
Download
0
Category
Tags:
Preview:
DESCRIPTION
jurnal tanaman obat berkhasiat indonesia
Citation preview
5/28/2018 Jurnal Fitomedisin Indonesia
1/13
Presented by :
Andhika Jaya, S
Magfirah
Muh. Rasyid Indrawan.
Nunuk Hidayanti
Dekok Daun Paliasa
(Kleinhovia hospital Linn.)
sebagai Obat Radang Hati
Akut
5/28/2018 Jurnal Fitomedisin Indonesia
2/13
Pendahuluan
Hati adalah organ terbesar yang terletak disebelah kanan atas rongga perut di bawahdiafragma.
Beratnya 1.500 gr atau 2,5 % berat orang badanorang dewasa normal.
Pada kondisi hidup berwarna merah tua karenakaya akan persediaan darah.
Hati terbagi menjadi lobus kiri dan lobus kananyang dipisahkan oleh ligamen falsiformis.
Lobus kanan hati lebih besar dari lobus kirinya danmempunyai 3 bagian utama yaitu : lobus kananatas, lobus kaudatus, dan lobus kuadratus
5/28/2018 Jurnal Fitomedisin Indonesia
3/13
5/28/2018 Jurnal Fitomedisin Indonesia
4/13
Hati merupakan organ yang sangat penting danmemiliki aneka fungsi, salah satu fungsinya adalah
dalam proses metabolisme sehingga organ ini sering
terpajan zat kimia. Zat kimia yang masuk akan
mengalami detoksikasi dan inaktivasi sehingga menjadi
tidak berbahaya bagi tubuh.
Pada kerusakan hati karena obat dan zat kimia, bila
cadangan daya tahan hati cukup baik, maka
regenerasi sel hati baru untuk menggantikan yang rusak
dapat terjadi. Tetapi jika hal ini berlangsung terusmenerus maka kemampuan sel hati untuk beregenerasi
akan hilang dan selanjutnya akan mengalami kerusakan
sel hati yang permanen sehingga dapat berakibat fatal
5/28/2018 Jurnal Fitomedisin Indonesia
5/13
Salah satu bahan alam itu adalahtanaman daun kayu paliasa (Kleinhovia
hospita Linn) yang daunnya digunakanuntuk pengobatan penyakit hati ( kuning/hepatitis), dengan cara meminum airrebusannya.
5/28/2018 Jurnal Fitomedisin Indonesia
6/13
5/28/2018 Jurnal Fitomedisin Indonesia
7/13
Bahan dan Cara
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan RancanganAcak Lengkap (RAL): 9 ulangan padamasing-masing perlakuan. Hewanpercobaan yang digunakan tikus putihbetina strain wistar umur 6 bulan dan
penghitungan jumlah sampel tikusmenurut Rumus Federer.
5/28/2018 Jurnal Fitomedisin Indonesia
8/13
Bahan dan CaraPenentuan Ekstrak Daun Paliasa
Ekstrak daun paliasa dilakukan dengan metode"maserasi" yaitu daun paliasa yang telah diiris kecil-kecil dikeringkan dalam oven pada suhu 40 C.
Setelah kering lalu dihaluskan menjadi bubuk. Bubukpaliasa (150 gr) direndam dalam 750 ml alkohol 70%selama 3 hari.
Larutan itu sesering mungkin diaduk kemudiandisaring. Filtrat yang diperoleh diuapkan dalamvacuum rotary
Untuk pembuatan dosis perlakuan ekstrak daunpaliasa dicampur dengan aquades, untuk kontrolpositif (Kp) dosisnya 0,55 mg/kg BB
5/28/2018 Jurnal Fitomedisin Indonesia
9/13
Bahan dan CaraPerlakuan terhadap Tikus Percobaan
Sebanyak 63 ekor tikus betina dibagi dalam 7 kelompokyang diambil secara acak dan ditempatkan dalam satu
kandang satu ekor.
Kelompok I : 9 ekor diberi aquades sebagai kontrol
negatif(Kn)
Kelompok I I : 9 ekor diberi CC14 0,55 mg/kg BB dosis
tunggal sebagai kontrol positif (Kp)
Kelompok I I I : 9 ekor diberi CCL, + ekstrak daun paliasa(EDP) dengan perlakuan dosis 250 mg/kg bb/hr (PI)
Kelompok IV : 9 ekor diberi CCL, + ekstrak daun paliasa
(EDP) dengan perlakuan dosis 500 mg/kg bb/hr (P2)
5/28/2018 Jurnal Fitomedisin Indonesia
10/13
Kelompok V : 9 ekor diberi CC14 + ekstrak daunpaliasa (EDP) dengan perlakuan dosis 750 mg/kgbb/hr (P3)
Kelompok VI : 9 ekor diberi CC14 + ekstrak daunpaliasa (EDP) dengan perlakuan dosis 1000 mg/kgbb/hr (P4)
Kelompok VII : 9 ekor diberi CC14 + ekstrak daunpaliasa (EDP) dengan perlakuan dosis 1250 mg/kgbb/hr (P5)
Ekstrak daun paliasa (EDP) diberikan kepada tikussecara oral, karbon tetraklorida diberikan 0,55mg/kg
5/28/2018 Jurnal Fitomedisin Indonesia
11/13
Pada hari yang sama (hari 0),, hari 1 (24 jam) dan
hari ke 2 (48 jam) setelah pemberian CC14 tikuspada kelompok III sampai kelompok VII dilakukanpencekokan ekstrak daun paliasa dengan dosisperlakuan masing-masing kelompok.
Hal yang sama juga dilakukan pencekokkanpada kelompok kontrol negative (Kn) denganaquades sebagai kontrol. Pada hari ke 2 setelah 2
jam pencekokan semua tikus percobaan, baikpada kelompok negatif, kelompok kontrol positifmaupun semua kelompok perlakuan, semua tikuspercobaan dibunuh dengan bius larutan kimiaether.
Pengambilan darah dilakukan dari jantung untuk
pemeriksaan kadar SGPT, peroksida lipid danselanjutnya organ hati dikeluarkan untukpemeriksaan histopatologis.
5/28/2018 Jurnal Fitomedisin Indonesia
12/13
Analisis Data Hasil pemeriksaan histopatologi sel hati yang
diperoleh diuji dengan memakai uji Kruscal-Wallis, sedangkan hasil pengukuran aktivitasSGPT dan peroksida lipid diuji denganmemakai uji Analisdis of Varian (ANOVA) satuarah, jika data berdistribusi normal (tidakterdapat perbedaan yang bermakna).
Apabila data terdapat perbedaan (tidakhomogen) maka data tidak memenuhi syaratuntuk uji statistik Anova, maka akandigunakan uji non Parametrik Kruscal- Wallis,
dengan batas kemaknaan P < 0,05; bilaterdapat perbedaan bermakna makaperbedaan antar kelompok ditentukan lebihlanjut dengan uji berganda Daniel P < 0,05
5/28/2018 Jurnal Fitomedisin Indonesia
13/13
TERIMA KASIH _9
Recommended