View
229
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
KARAKTERISTIK PERFORMA KUALITATIF DAN KUANTITATIF
SAPI PO DAN SAPI LIMPO JANTAN DI KECAMATAN TERBANGGI
BESAR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
(Skripsi)
Oleh
Salamun Ridho
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
ABSTRAK
KARAKTERISTIK PERFORMA KUALITATIF DAN KUANTITATIF
SAPI PO DAN SAPI LIMPO JANTAN DI KECAMATAN TERBANGGI
BESAR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
Oleh
Salamun Ridho
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik performadari sapi Peranakan Ongole (PO) dan sapi Peranakan Limousin atau Limousin --PO (Limpo) yang ada di Kecamatan Terbanggi Besar. Penelitian dilakukanterhadap 150 ekor sapi PO dan 150 ekor sapi Limpo, sampel pengamatanditentukan berdasarkan purposive sampling. Metode survei digunakan dalampenelitian ini yang dilakukan pada Agustus sampai dengan Oktober 2016. Peubahyang diamati meliputi ukuran--ukuran tubuh (panjang badan, tinggi pundak,lingkar dada) dan bobot badan sapi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifatkualitatif warna kulit pada sapi limpo yaitu berwarna coklat muda 60% dan coklattua 40%, bergelambir 100%, berpunuk 8,6% dan tidak berpunuk 91,3%,bertanduk 36% dan tidak bertanduk 64%, sedangkan pada sapi PO seluruhnyaberwarna putih, bergelambir, berpunuk, dan bertanduk. Sifat kuantitatif sapi POjantan menunjukkan bahwa rata-rata panjang badan (108,73±5,56cm), tinggipundak (108,28±10,60cm), lingkar dada (137,19±5,77cm), dan bobot badan(238,11±24,40kg), sedangkan sapi Limpo jantan masing--masing memilikiperbedaan yang signifikan dengan sapi PO jantan yaitu rata-rata panjang badan(112,56±4,56cm), tinggi pundak (120,06±4,94cm), lingkar dada (149,63±7,77cm),dan bobot badan (289,93±42,22kg).
Kata Kunci : Sapi Limpo, Sapi PO, Sifat Kualitatif, Sifat Kuantitatif danUkuran Tubuh.
KARAKTERISTIK PERFORMA KUALITATIF DAN KUANTITATIF
SAPI PO DAN SAPI LIMPO JANTAN DI KECAMATAN TERBANGGI
BESAR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
Oleh
Salamun Ridho
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA PETERNAKAN
Pada
Jurusan Peternakan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kotabumi pada 31 Maret 1994 dan merupakan putera
keempat dari pasangan Bapak A. Kudus Syamsuddin dan Ibu Sumaidah. Penulis
menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak Nurul Iman Kotabumi Lampung
Utara pada tahun 2000; Sekolah Dasar Negeri 5 Kotabumi Lampung Utara pada
tahun 2006; Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Kotabumi Lampung Utara pada
2009; Madrasah Aliyah Negeri 1 Kotabumi Lampung Utara pada 2012. Penulis
terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung pada 2012 melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan
Tinggi Negeri.
Selama masa studi, penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Balai Besar
Inseminasi Buatan Singosari Malang Jawa Timur pada Juli--Agustus 2015. Kuliah
Kerja Nyata (KKN) di Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus pada Januari--
Maret 2016. Selama kuliah penulis aktif sebagai anggota dalam kepengurusan
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian pada Bidang Dana dan Usaha
periode 2013--2014, Himpunan Mahasiswa Peternakan (Himapet) sebagai ketua
bidang Pengabdian Kepada Masyarakat periode 2014--2015.
Alhamdulillah…..
Kuhaturkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan hidayah-Nya serta suri
tauladanku Nabi Muhamaad SAW yang selalu aku nantikan syafaat beliau di
Yaumil Akhir kelak
Dengan segala ketulusan serta kerendahan hati, sebuah karya sederhana ini
kupersembahkan kepada
Ayah dan Ibu tercinta yang telah membesarkan, mendidik dan menyayangiku,
serta selalu berdoa untuk keberhasilan, keberkahan, dan kelancaran dalam mencari
ilmu yang ku dapat.
Hadiah kasih kepada keluarga besar dan para sahabat atas dukungan yang
diberikan kepada penulis selama menuntut ilmu
Institusi yang turut membentuk karakter pribadi diriku dan mendewasakanku
dalam berfikir dan bertindak.
Almamater Hijau
UNIVERSITAS LAMPUNG
SANWACANA
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan
dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul
‘‘Karakteristik Performa Kualitatif dan Kuantitatif Sapi PO dan Sapi Limpo
Jantan di Kecamatan Terbanggi Besar Lampung Tengah” adalah salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana Jurusan Peternakan di Universitas
Lampung
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Ir. Sulastri, M.P.--selaku Pembimbing Utama--atas ketulusan hati,
kesabaran, arahan, motivasi, ilmu, dan bimbingannya serta segala bantuan
selama penulisan skripsi ini;
2. Bapak M. Dima Iqbal Hamdani, S.Pt., M. P.--selaku Pembimbing Anggota--
atas bimbingan, saran, nasihat, kesabaran dan ilmu yang diberikan selama
masa studi dan penyusunan skripsi;
3. Bapak Dr. Ir. Ali Husni, M.P.--selaku Pembahas--atas bimbingan, kritik,
saran, masukan yang positif, dan arahan yang diberikan pada penulis;
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M. Si.--selaku Dekan Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung--atas izin yang telah diberikan;
5. Ibu Sri Suharyati, S.Pt., M. P.--selaku Ketua Jurusan Peternakan, Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung-- atas izin dan arahan yang telah diberikan;
6. Bapak drh. Purnama Edy Santosa, M.Si.--selaku Dosen Pembimbing
Akademik-- atas motivasi, nasihat, bimbingan, dan sarannya;
7. Bapak/Ibu Dosen Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung --atas bimbingan, kesabaran, arahan, dan nasihat yang diberikan
selama penulis menempuh pendidikan;
8. Mama yang sangat penulis sayangi --atas doa restu, dorongan, pengorbanan,
motivasi, nasihat, kasih sayang yang tulus dan ikhlas, dan senantiasa berjuang
untuk keberhasilanku serta dukungan baik moril maupun materil yang tiada
terhingga yang diberikan;
9. Kakak kakakku, Subhan Nahuddin, S.K.M., Syafril Munandar, S.P.,
Suryansah Kusuma, S.Pt.--atas dorongan, motivasi, nasihat, dan dukunagan
baik moril maupun materil yang diberikan kepada penulis;
10. M Tino Fajar dan Nandia Thara Dhita sebagai rekan seperjuangan--atas
bantuan dan kerjasamanya selama penelitian;
11. Teman-teman terbaikku M Tino Fajar, Hanan Rilo Pangestu, Yogie Renaldy,
Naldo Zaidemarno, Putra Rama Disa--atas kekeluargaan, persahabatan, dan
motivasi yang diberikan kepada penulis;
12. Keluarga besar angkatan 2012 (Quanta, Riawan, Jaka, Ridho, Apri, Fauzy,
Pras, Marya, Iis, Hindun, Ina, One, Ulya), dan teman-teman lain yang tidak
dapat disebutkan satu per satu--atas kebaikan, support yang tiada henti,
persaudaraan, bantuan dan kerjasama yang telah terjalin selama ini.
13. Seluruh kakak-kakak (Angkatan 2010 dan 2011) serta adik-adik (Angkatan
2013, 2014, 2015, dan 2016) Jurusan Peternakan--atas persahabatan dan
motivasinya;
Semoga semua bantuan dan jasa baik yang telah diberikan kepada penulis
mendapat pahala dari Allah SWT, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
kita semua. Amiin.
Bandar Lampung, Juli 2017
Penulis,
Salamun Ridho
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .............................................................................................. i
DAFTAR TABEL. .................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR. ................................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN. ............................................................................ v
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Tujuan Penelitian ............................................................................... 3
C. Manfaat Penelitian . ........................................................................... 3
D. Kerangka Pemikiran . ........................................................................ 3
E. Hipotesis . .......................................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sapi. ................................................................................................... 6
B. Bangsa-Bangsa Sapi. ......................................................................... 7
C. Morfologi. .......................................................................................... 10
D. Pendugaan Umur Ternak. .................................................................. 12
E. Faktor – Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Ukuran – Ukuran
Tubuh Sapi. ........................................................................................ 13
ii
Halaman
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................... 15
B. Alat dan Bahan Penelitian ................................................................. 15
C. Metode Penelitian .............................................................................. 15
D. Prosedur Penelitian . .......................................................................... 16
E. Peubah yang Diamati . ....................................................................... 16
F. Analisis Data . .................................................................................... 17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. ................................................ 18
B. Sifat Kualitatif. .................................................................................. 19
C. Sifat Kuantitatif. ................................................................................ 22
1. Panjang Badan. ................................................................................ 23
2. Tinggi Pundak. ................................................................................. 24
3. Lingkar Dada. .................................................................................. 26
4. Bobot Badan. .................................................................................... 28
V. SIMPULAN. ......................................................................................... 31
A. Simpulan………………………………………………………….. 31
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 32
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Rata-rata ukuran tubuh sapi Limpo dan PO ............................................. 11
2. Persyaratan kuantitatif sapi PO jantan ..................................................... 12
3. Perbandingan sifat kuantitatif sapi PO dan Limpo di Kecamatan
Terbanggi Besar. ....................................................................................... 22
4 Ukuran panjang badan, tinggi pundak, lingkar dada, dan bobot badan
sapi PO jantan poel 0 di Kecamatan Terbanggi Besar .............................. 36
5. Ukuran panjang badan, tinggi pundak, lingkar dada, dan bobot badan
sapi PO jantan poel 1 di Kecamatan Terbanggi Besar. ............................. 38
6. Ukuran panjang badan, tinggi pundak, lingkar dada, dan bobot badan
sapi PO jantan poel 2 di Kecamatan Terbanggi Besar. ............................. 40
7. Sifat kualitatif berupa warna kulit, gelambir, punuk, dan tanduk sapi
PO jantan Poel 0 di Kecamatan Terbanggi Besar ..................................... 42
8. Sifat kualitatif berupa warna kulit, gelambir, punuk, dan tanduk sapi
PO jantan Poel 1 di Kecamatan Terbanggi Besar ..................................... 44
9. Sifat kualitatif berupa warna kulit, gelambir, punuk, dan tanduk sapi
PO jantan Poel 2 di Kecamatan Terbanggi Besar ..................................... 46
10. Ukuran panjang badan, tinggi pundak, lingkar dada, dan bobot badan
sapi Limpo jantan poel 0 di Kecamatan Terbanggi Besar ........................ 48
11 Ukuran panjang badan, tinggi pundak, lingkar dada, dan bobot badan
sapi Limpo jantan poel 1 di Kecamatan Terbanggi Besar ........................ 50
12. Ukuran panjang badan, tinggi pundak, lingkar dada, dan bobot badan
sapi Limpo jantan poel 2 di Kecamatan Terbanggi Besar ........................ 52
iv
Halaman
13. Sifat kualitatif berupa warna kulit, gelambir, punuk, dan tanduk sapi
Limpo jantan Poel 0 di Kecamatan Terbanggi Besar ............................... 54
14. Sifat kualitatif berupa warna kulit, gelambir, punuk, dan tanduk sapi
Limpo jantan Poel 1 di Kecamatan Terbanggi Besar. .............................. 56
15. Sifat kualitatif berupa warna kulit, gelambir, punuk, dan tanduk sapi
Limpo jantan Poel 2 di Kecamatan Terbanggi Besar. .............................. 58
16. Perhitungan uji t-student bobot badan sapi PO dan Limpo jantan poel 0
di Kecamatan Terbanggi Besar. ................................................................ 60
17. Perhitungan uji t-student tinggi pundak sapi PO dan Limpo jantan poel
0 di Kecamatan Terbanggi Besar. ............................................................. 60
18. Perhitungan uji t-student lingkar dada sapi PO dan Limpo jantan poel
0 di Kecamatan Terbanggi Besar. ............................................................. 61
19. Perhitungan uji t-student panjang badan sapi PO dan Limpo jantan poel
0 di Kecamatan Terbanggi Besar. ............................................................. 61
20. Perhitungan uji t-student bobot badan sapi PO dan Limpo jantan poel
1 di Kecamatan Terbanggi Besar. ............................................................. 62
21. Perhitungan uji t-student tinggi pundak sapi PO dan Limpo jantan poel
1 di Kecamatan Terbanggi Besar. ............................................................. 62
22. Perhitungan uji t-student lingkar dada sapi PO dan Limpo jantan poel
1 di Kecamatan Terbanggi Besar. ............................................................. 63
23. Perhitungan uji t-student panjang badan sapi PO dan Limpo jantan poel
1 di Kecamatan Terbanggi Besar. ............................................................. 63
24. Perhitungan uji t-student bobot badan sapi PO dan Limpo jantan poel
2 di Kecamatan Terbanggi Besar. ............................................................. 64
25. Perhitungan uji t-student tinggi pundak sapi PO dan Limpo jantan poel
2 di Kecamatan Terbanggi Besar. ............................................................. 64
26. Perhitungan uji t-student lingkar dada sapi PO dan Limpo jantan poel
2 di Kecamatan Terbanggi Besar. ............................................................. 65
27. Perhitungan uji t-student panjang badan sapi PO dan Limpo jantan poel
2 di Kecamatan Terbanggi Besar. ............................................................. 65
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Pendugaan umur ternak sapi berdasarkan pergantian dan keausan gigi
seri penefsiran bobot badan ........................................................................ 13
2. Sifat kualitatif sapi Limpo .......................................................................... 20
3. Pengukuran panjang badan .......................................................................... 66
4. Pengukuran lingkar dada .............................................................................. 66
5. Penimbangan ........................................................................................... ... 66
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
Provinsi Lampung sebagai daerah sentra produksi ternak memiliki potensi yang
cukup besar sebagai lumbung ternak nasional. Sapi potong merupakan salah satu
jenis ternak yang sangat sesuai untuk dikembangkan di Provinsi Lampung. Hal
tersebut terlihat pada peningkatan populasi ternak sapi yang ada di Provinsi
Lampung, pada tahun 2013 mencapai 573.491 ekor dan meningkat menjadi
587.827 ekor pada tahun 2014 (Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2015).
Topografi Kabupaten Lampung Tengah yang landai sangat cocok untuk
dimanfaatkan sebagai kawasan perkebunan dan pertanian. Kondisi wilayah ini
menyebabkan Kabupaten Lampung Tengah menghasilkan banyak limbah
pertanian antara lain seperti jerami padi, jerami jagung, daun ubi kayu, pucuk
daun tebu, daun dan pelepah sawit, serta bungkil inti sawit. Limbah pertanian
dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. penduduk Kabupaten Lampung Tengah
sebagian besar memelihara sapi potong sebagai usaha sambilan dengan sistem
pemeliharaan secara intensif. Usaha tani sapi potong tersebut dilakukan secara
tradisional yang artinya tidak sepenuhnya menerapkan prinsip -- prinsip ekonomi
(Badan Pusat Statistik Lampung Tengah, 2016).
2
Upaya peningkatan produktivitas sapi potong dapat dilakukan antara lain melalui
persilangan. Persilangan merupakan perkawinan antara dua bangsa tenak.
Perkawinan tersebut dilakukan melalui inseminasi buatan (IB). Program
persilangan melalui IB telah menghasilkan beberapa sapi persilangan antara lain
sapi Limpo (Limousin--PO) dan Simpo (Simental--PO). Sapi Limpo merupakan
hasil persilangan antara sapi Limousin jantan dan sapi PO (Peranakan Ongole)
betina, yang banyak dipelihara oleh peternak (Susilawati, 2013).
Sapi Limousin merupakan sapi Bos Taurus yang berasal dari daerah beriklim
sedang yang terbiasa hidup di daerah dengan temperatur udara rendah dan
tatalaksana pemeliharaan yang intensif serta termasuk tipe sapi besar dengan laju
pertumbuhan yang cepat. Sapi PO termasuk Bos Indicus yang berasal dari daerah
tropis, terbiasa hidup di daerah dengan temperatur udara yang panas dan
tatalaksana pemeliharaan yang ekstensif sehingga laju pertumbuhannya rendah
(Astuti et al., 2002).
Sapi Limpo banyak dipelihara peternak di Kecamatan Terbanggi Besar ,
Kabupaten Lampung Tengah. Sapi Limpo secara genetik mewarisi keunggulan
kedua tetuanya karena tetua jantan dan betina masing -- masing menyumbang
50% genetik pada keturunannya, dan sampai saat ini penelitian mengenai sifat --
sifat kualitatif dan kuantitatif sapi Limpo dari daerah Terbanggi Besar belum
pernah ada laporan. Berdasarkan uraian diatas perlu diteliti sampai berapa jauh
karakteristik performa kualitatif dan kuantitatif sapi PO dan sapi Limpo di
Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah.
3
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik performa Sapi PO dan
Sapi Limpo yang terdapat di Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung
Tengah.
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peternak Sapi PO dan Limpo untuk
memilih sapi silangan yang produktivitasnya tinggi berdasarkan performa sifat
kualitatif dan kuantitatif.
D. Kerangka Pemikiran
Perbaikan performa sapi potong secara genetik melalui crossbreeding lebih
banyak dipraktikkan dibandingkan melalui cara seleksi (Astuti et al,. 2002). Hal
ini dapat dimaklumi karena hasil persilangan segera dapat diketahui dibandingkan
hasil pelaksanaan seleksi, kelemahan persilangan adalah peluang hilangnya
plasma nutfah.
Persilangan antara Sapi Limousin jantan dan PO betina banyak dipraktikkan di
beberapa wilayah di Indonesia, salah satunya yaitu di Kecamatan Terbanggi
Besar, Kabupaten Lampung Tengah. Sapi PO merupakan sapi hasil grading up
antara Sapi Ongole jantan dengan Sapi Jawa betina yang dilakukan sekitar tahun
1930 (Hardjosubroto, 1994). Sapi Ongole termasuk Bos Indicus dan merupakan
4
sapi tipe dwiguna ( pekerja dan pedaging). Ciri Sapi PO adalah warna kulit putih
kelabu di seluruh tubuh dan bagian kepala, leher, serta lutut berwarna gelap
sampai hitam. Ukuran tubuh sapi PO yang besar dengan kepala relatif pendek,
dahi cembung, bertanduk pendek, berpunuk besar, bergelambir dan mempunyai
lipatan -- lipatan kulit di bawah perut serta leher (Astuti et al., 2002).
Ciri Sapi Limpo cenderung sama dengan Sapi Limousin dengan warna bulu
tubuhnya mulai dari kuning keemasan sampai coklat. Sapi tersebut sudah
beradaptasi dengan baik pada kondisi lingkungan di Indonesia sehingga diduga
memiliki performa yang spesifik. Performa Sapi Limpo mirip dengan Sapi PO dan
Sapi Limousin (Hastuti, 2007). Selanjutnya Trifena et al., (2011) yang
melaporkan persilangan sapi PO dengan sapi Limousin, serta sapi PO dengan sapi
Simental bahwa ciri khas eksterior pada sapi PO, Simpo, dan Limpo terutama
pada warna bulu dominan untuk sapi PO berwarna putih seluruh tubuh, Limpo
berwarna coklat muda sampai coklat tua dan ukuran tubuh sapi Simpo, Limpo
lebih besar daripada sapi PO.
Demikian pula Aryogi et al, (2005) yang melakukan penelitian performans sapi
silangan Peranakan Ongole di dataran rendah bahwa sapi silangan menunjukkan
respon yang kurang baik sehingga sapi potong lokal akan lebih tepat untuk
dikembangkan di dataran rendah daripada sapi silangan. Selanjutnya Purbowati et
al, (2005) yang melaporkan penampilan produksi sapi Peranakan Ongole dan
Peranakan Limousin jantan denagan pakan konsentrat dan jerami padi fermentasi
dengan penampilan produksi sapi Limpo jantan lebih baik daripada sapi PO.
5
Setyono et al., (2013) yang melakukan penelitian mengenai tampilan reproduksi
sapi peranakan Limousin di Tanggunggunung menyatakan bahwa tampilan
reproduksi sapi Limpo di kecamatan Tangguggunung masih dalam kategoti
rendah. Demikian pula Wibowo et al., (2014) yang melaporkan performan
reproduksi sapi PO dan sapi Limpo di Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk
bahwa performan reproduksi sapi PO lebih tinggi dari pada sapi Limpo.
Berdasarkan hal di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai karakteristik performa kualitatif dan kuantitatif sapi PO dan sapi Limpo
jantan di Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah.
E. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah terdapat perbedaan
karakteristik kualitatif dan kuantitatif sapi PO dengan sapi Limpo Jantan di
Kecamatan Terbanggi Besar Lampung Tengah.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sapi
Sapi adalah hewan ternak sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja, dan
kebutuhan lainnya. Sekitar 50% kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan susu
dan 85% kebutuhan kulit dipenuhi dari sapi. Sapi berasal dari famili Bovidae,
seperti halnya bison, banteng, kerbau (Bubalous), kerbau afrika (Syncherus), dan
Anoa (Sugeng, 2003).
Menurut Sugeng (2003), domestikasi sapi mulai dilakukan sekitar 400 tahun
sebelum masehi. Sapi diperkirakan berasal dari Asia Tengah, kemudian menyebar
ke Eropa, Afrika, dan seluruh wilayah Asia. Perkembangan sapi di Indonesia
dimulai menjelang akhir abad ke–19, sapi Ongole dari India dimasukkan ke Pulau
Sumba. Sejak itu pulau tersebut yaitu sumba menjadi tempat pembiakan Sapi
Ongole murni. Sapi merupakan salah satu genus dari Bovidae, sapi ini
digolongkan menjadi 3 kelompok yaitu:
1. Bos Indicus
Bos Indicus atau sapi Zebu merupakan sapi berpunuk yang pada awalnya
berkembang di India, tetapi saat ini sudah menyebar ke barbagai negara, termasuk
negara tropis, seperti Indonesia, negara -- negara di Afrika dan Amerika. Sapi
Ongole, PO, dan Brahman merupakan keturunan sapi Zebu.
7
2. Bos Taurus
Bos Taurus merupakan bangsa -- bangsa sapi potong dan sapi perah di Eropa.
Sapi -- sapi tersebut akhirnya menyebar ke berbagai penjuru dunia seperti
Amerika, Australia, dan Selandia Baru. Sapi keturunan Bos Taurus yang
dikembangkan di Indonesia, antara lain Aberdeen Angus, Hereford, Shorthorn,
Charolais, Simmental, dan Limousin.
3. Bos Sondaicus (Bos Bibos)
Bos Sondaicus merupakan sumber asli bangsa sapi di Indonesia. Sapi lokal yang
saat ini terdapat di Indonesia merupakan keturunan banteng (Bos Bibos), antara
lain sapi Bali, sapi Madura, sapi Jawa, dan sapi Sumatera.
B. Bangsa -- bangsa Sapi
Menurut Blakely dan Bade (1998), sapi termasuk dalam phylum Chordata (hewan
-- hewan yang memiliki tulang belakang), subphylum Vertebrata, class Mamalia
(menyusui), sub class Theria, infra class Eutheria, ordo Artiodactyla (berkuku),
sub ordo Ruminantia (pemamah biak), infra ordo Pecora, family Bovidae
(tanduknya berongga), genus Bos (cattle), group Taurinae, spesies Bos taurus
(sapi Eropa) Bos indicus (sapi India/sapi zebu) Bos sondaicus (banteng/sapi Bali).
1.Sapi Ongole
Ciri -- ciri fisik Sapi Ongole sebagai berikut badannya panjang dengan lehernya
pendek, pahanya panjang. Bulu tubuh putih, pada bagian kepala, leher, punggung
sapi jantan terdapat warna abu -- abu gelap dan warna hitam pada lutut. Beberapa
di antara sapi -- sapi tersebut berwarna merah dan putih. Ketebalan kulit sedang
8
dan seringkali terdapat bintik hitam, kepala panjang, telinga cukup panjang dan
sedikit menggantung, punggung sapi jantan tegak, Gelambir besar, berdaging,
menggantung, dan berlipat serta luas (Williamson and Payne, 1993).
Berat sapi Ongole jantan dewasa sekitar 550 kg dan yang betina sekitar 350 kg,
merupakan tipe pedaging dan pekerja. Tanduknya mencuat ke samping dan ke
atas dan melengkung ke dalam. Pada akhir abad ke- 19, sapi Ongole dimasukkan
ke Indonesia dan dikembangkan di pulau Sumba diumumkan untuk memenuhi
kebutuhan bibit sapi Ongole murni (Pane, 1993).
2.Sapi PO
Sapi PO merupakan sapi hasil grading up antara sapi Ongole jantan dan sapi jawa
betina yang dibentuk pada tahun 1930. Ciri -- ciri umum sapi sapi PO menyerupai
sapi Ongole tetapi postur dan produktivitasnya yang lebih rendah dibandingkan
sapi Ongole (Hardjosubroto, 1994).Postur tubuh maupun bobot badan sapi PO
lebih kecil dibandingkan dengan sapi Ongole. Punuk dan gelambir kecil atau tidak
ada sama sekali. Warna bulunya sangat bervariasi, tetapi pada umumnya berwarna
putih atau putih keabu -- abuan (Siregar, 2002).
Pada tahun 1812, Pemerintah daerah Jawa Timur telah memasukkan sapi Zebu
dari India, yang kemudian pada tahun 1897 importasi tersebut dilarang karena
kekhawatiran terhadap penyakit rinderpest. Namun pada tahun 1905, pemasukan
sapi Ongole dari India dimulai lagi, yang kemudian ditempatkan (dikarantina) di
Pulau Sumba. Sapi Ongole ternyata dapat berkembang dengan baik di pulau
tersebut sehingga Pulau Sumba dapat menjadi sumber bibit sapi Ongole. Pada
9
tahun 1915--1929 sapi mulai disebarkan ke Pulau Jawa. Penyebaran di Pulau Jawa
dilakukan melalui program "Ongolisasi" dengan pola penyebarannya, yakni
melalui program "Kontrak Sumba". Dampak dari program tersebut adalah sapi
Jawa telah musnah dan terciptalah sapi PO sebagai akibat terjadinya persilangan
antara sapi Ongole dengan sapi Jawa. Dengan demikian, sejak saat itu terciptalah
sapi-sapi lokal yang terdiri atas (1) sapi Bali; (2) sapi Madura; (3) sapi Sumba
Ongole; dan (4) sapi Peranakan Ongole. Dari keempat sapi tersebut, sapi Bali dan
sapi Madura dapat dikatakan merupakan sapi asli Indonesia (Hardjosubroto,
2004).
3.Sapi Limpo
Sapi Limousin berasal dari sebuah provinsi di Prancis yang banyak berbukit batu.
Warnanya mulai dari kuning sampai merah keemasan, tanduknya berwarna coklat,
bobot lahirnya tergolong kecil sampai medium yang berkembang menjadi
golongan besar pada saat dewasa. Betina dewasa dapat mencapai 575 kg
sedangkan pejantan dewasa mencapai berat 1100 kg. Fertilitas cukup tinggi,
mudah melahirkan, mampu menyusui dan mengasuh anak dengan baik serta
pertumbuhannya cepat (Blakely dan Bade, 1998). Pertambahan bobot badan
harian sapi Limousin 0,80 -- 1,60 kg/hari (Hadi dan Ilham, 2002).
Sapi -- sapi PO betina di Indonesia dikawinkan dengan sapi Limousin jantan
melalui inseminasi buatan sehingga dihasiakan sapi silang yang dinamakan sapi
Limpo. Warna bulu Sapi Limpo berwarna coklat dan coklat putih. Warna bulu
tubuh yang dominan dari lahir sampai yearling adalah coklat tua. Beberapa ekor
10
sapi Limpo berbulu putih seperti sapi PO, tetapi semuanya akan berubah menjadi
coklat putih setelah mencapai umur yearling (Sarwono dan Arianto, 2003).
Variasi dan perubahan warna bulu tubuh sapi silangan Limpo menjadi dasar
pertimbangan pengembangan Sapi Limpo di daerah tinggi atau rendah.
Gebremedhin (1984) menyatakan bahwa warna bulu sapi sangat berpengaruh
terhadap mekanisme pengaturan temperatur tubuh sapi dan panas lingkungan.
Sapi yang warna bulunya warna gelap lebih cocok dikembangkan di daerah
dengan intensitas sinar matahari lebih rendah.
Hastuti (2007) menyatakan bahwa karakteristik eksterior sapi Limpo antara lain
warna di sekitar mata bervariasi dari coklat sampai hitam, moncong berwarna
hitam dan sebagian kecil berwarna merah. Peternak lebih menyukai sapi jenis ini
dibanding sapi lokal (sapi PO) karena berat lahir yang lebih besar, pertumbuhan
lebih cepat, adaptasi baik pada lingkungan serta pakan yang sederhana, ukuran
tubuh dewasa lebih besar dan penampilan yang eksotik.
C. Morfologi
Morfologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuk tubuh ternak. Tubuh ternak
di bentuk oleh tulang dan otot. Jarak antar tulang atau antar persendian digunakan
sebagai parameter pertumbuhan ternak. Parameter pertumbuhan ternak merupakan
hasil pengukuran jarak antar tulang atau antar persendian yang disebut dengan
ukuran -- ukuran tubuh. Ukuran -- ukuran tubuh merupakan faktor yang berkaitan
erat dengan kinerja pertumbuhan ternak sehingga digunakan dalam performance
test. Pengukuran terhadap sifat -- sifat pertumbuhan dan laju pertumbuhan
11
bermanfaat untuk mengevaluasi manajemen pemeliharaan terutama pakan,
kesehatan ternak, dan biaya pemeliharaan ternak (Setiadi et al., 1997). Rata -- rata
ukuran tubuh sapi Limpo dan PO hasil penelitian Trifena et al.,(2011) terdapat
pada tabel 1.
Tabel.1 Rata -- rata ukuran tubuh sapi Limpo dan PO
No Ukuran Tubuh Limpo PO
1 Lingkar dada(cm) 167,20±14,07 162,15±12,332 Tinggi Gumba(cm) 126,55±5,52 121,55±4,363 Panjang Badan(cm) 125,10±8,15 109,75±9,724 Tinggi pinggul(cm) 130,15±5,93 123,25±4,835 Indeks kepala(cm) 0,52±0,06 0,40±0,04
Sumber: Trifena et al.,(2011)
Kementerian Pertanian melalui Badan Standardisasi Nasional menetapkan SNI
7651.5:2015 tentang bibit sapi potong PO bahwa kelas bibt sapi PO dibagi
menjadi tiga yaitu kelas I, kelas II, dan kelas III serta persyaratan sapi PO jantan
adalah:
a. Warna tubuh putih sampai abu -- abu, ujung ekor dan bulu sekitar mata
berwarna hitam;
b. badan besar, gelambir panjang menggantung dari leher sampai belakang
kaki depan, punuk besar, leher pendek;
c. memiliki tanduk; dan
d. telinga kecil dan tegak kesamping.
12
Persyaratan kuantitatif Sapi PO jantan terdapat pada Tabel 2.
Tabel.2 Persyaratan kuantitatif sapi PO jantan.Umur
(Bulan)Parameter Satuan
KelasI II III
18 – 24
Tinggi pundak Cm 128 125 122Panjang badan Cm 134 127 124Lingkar dada Cm 152 148 144
>24 – 36
Tinggi pundak Cm 133 130 127Panjang badan Cm 139 133 129Lingkar dada Cm 175 160 149
Sumber: Badan Standardisasi Nasional, (2015)
D. Pendugaan Umur ternak
Umur sapi dapat diketahui dengan melihat keadaan gigi serinya. Gigi seri sapi
hanya terdapat di rahang bawah. Pemunculan dan pergantian gigi seri susu dan
permanen berlangsung pada waktu yang tetap sehingga digunakan sebagai
pendugaan umur (Williamson and Payne, 1993).
Sapi berumur 1,5 tahun bila terdapat 4 pasang gigi seri susu pada rahang bawah.
Sapi berumur 2 tahun bila terdapat sepasang gigi seri tetap di rahang bawah. Sapi
yang memiliki dua pasang gigi seri permanen berumur sekitar 3 tahun. Sapi yang
memiliki tiga pasang gigi seri permanen berumur 3,5 tahun. Sapi yang memiliki
empat pasang gigi seri permanen berumur 4 tahun. Sapi berumur 6 tahun bila
mempunyai 4 pasang gigi seri tetap tetapi 25% bagian telah aus, bila 50% telah
aus berumur sekitar 7 tahun, bila 75% telah aus berumur 8 tahun, dan bila telah
aus semua berumur lebih dari 8 tahun (Murtidjo, 1992). Kondisi gigi seri dan
dugaan umur pada sapi terdapat pada gambar 1.
13
Gigi seri susu Gigi seri tetap I1 ganti I2 ganti
Gigi pedet ± 2 tahun (md) ± 2,5 tahun (md)± 2,5 tahun (ml) ± 3 tahun (ml)
I3 ganti I4 ganti I4 terdapat gesekan
± 3 tahun (md) ± 3,5 tahun (md) ± 5 tahun (md)± 3,5 tahun (ml) ± 4 tahun (ml) ± 5,5 tahun (md)
I1 aus separuh lidah I2 dan I3 aus separuh lidah semua gigi seri telah aus
± 6 tahun (md) ± 7 tahun (md) ± 8 tahun (md)± 6,5 tahun (ml) ± 7,5 tahun (ml) ± 8,5 tahun (md)
Keterangan: md = Sapi masa dini, ml = sapi masa lambat
Gambar 1. Pendugaan umur ternak sapi berdasarkan pergantiandan keausan gigi seri penafsiran bobot badan (Santosa, 2003).
E. Faktor -- Faktor yang Berpengaruh Terhadap Ukuran -- Ukuran TubuhSapi
Ukuran -- ukuran tubuh merupakan karakteristik morfologi ternak yang dapat
digunakan untuk menduga produktivitasnya. Produktivitas ternak dipengaruhi
oleh faktor genetik, lingkungan, dan interaksi antar faktor genetik dan lingkingan.
Ukuran -- ukuran tubuh mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya
umur ternak apabila ternak memperoleh pakan dengan kandungan nutrisi yang
sesuai dengan kebutuhannya. Laju pertumbuhan ternak berlangsung lambat
apabila pakan yang diberikan pada ternak mengandung nutrisi yang tidak sesuai
dengan kebutuhannya (Anggorodi, 1990).
14
Menurut Anggorodi (1990), kualitas bahan pakan dipengaruhi oleh komposisi zat
makanan dan penggunaanya oleh ternak. Kekurangan zat makanan mengakibatkan
terlambatnya ternak mencapai puncak pertumbuhan dan memperlambat laju
pertubuhan lemak, ternak yang mendapat pakan dengan kandungan dan komposisi
yang sempurna akan cepat mencapai puncak pertumbuhan. Kebutuhan nutrisi
setiap individu ternak dipengaruhi oleh jenis ternak, umur, fase pertumbuhan,
bobot badan, kondisi tubuh, dan lingkungan tempat hidup ternak.
Ternak ruminansia setiap hari harus mengonsimsi hijauan sebanyak 10% dari
bobot badannya dan konsentrat 1,5 -- 2% dari bobot badannya termasuk
suplementasi vitamin dan mineral (Pialing, 1997). Menurut Pratomo (1986),
hijauan segar adalah semua bahan pakan yang diberikan pada ternak dalam bentuk
segar, baik yang dipotong terlebih dahulu maupun yang dimakan ternak langsung
dari lokasi tumbunya hijauan tersebut. Hijauan segar umumnya terdiri atas daun --
daunan yang berasal dari rumput -- rumputan, tanaman biji -- bijian atau jenis
kacang -- kacangan.
Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ternak adalah suhu
dan kelembapan mengakibatkan perubahan keseimbangan panas dalam tubuh
ternak, keseimbangan air, keseimbangan energi, dan keseimbangan tingkah laku
ternak (Esmy, 1982). Suhu lingkungan dan kelembapan udara lingkungan
berpengaruh terhadap kondisi fisiologi dan produktivitas ternak. Peningkatan suhu
dan kelembapan lingkungan mengakibatkan terjadinya penurunan konsumsi
pakan. Produktivitas ternak mengalami penurunan apabila suhu dan kelembapan
udara semakin tinggi (MC Dowell et al., 1997).
15
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Karang Endah, Margo Mulyo, Terbanggi
Besar, dan Nambah Dadi, Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung
Tengah, Provinsi Lampung pada Agustus sampai dengan Oktober 2016.
B. Bahan dan Alat Penelitian
Materi penelitian terdiri dari 150 ekor sapi PO jantan dan 150 ekor sapi Limpo
jantan yang terdapat di Desa Margomolyo 97 ekor, Desa Terbanggi Besar 8 ekor,
Desa Nambah Dadi 43 ekor dan Desa Karang Endah 152 ekor di Kecamatan
Terbanggi Besar. Sampel pengamatan ditentukan dengan metode purposive
sampling menggunakan sapi PO dan Limpo jantan poel 0, 1, dan 2. Alat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan ternak merk Sonic A12E
kapasitas 5 ton, pita ukur merk rondo dengan kapasitas 300 cm dan ketelitian 0,1
cm, alat tulis, dan kamera.
C. Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode survei. Data yang diambil adalah data
primer dan sekunder. Data primer diambil dengan melakukan penimbangan
terhadap sampel pengamatan secara langsung dan wawancara dengan peternak
16
yang daftar pertanyaannya terdapat dalam kuisioner.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
1. Melakukan prasurvei di wilayah peternakan;
2. menentukan sampel pengamatan sapi PO dan Limpo jantan yang akan diamati;
3. mengoleksi data dengan menimbang, mengukur dan mencatat hasil
penimbangan sapi PO dan Limpo jantan;
4. melakukan analisis data.
E. Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati adalah performa kualitatif dan performa kuantitatif.
Performa kualitatif terdiri dari :
1. Terdapat tanduk atau tidak pada sapi;
2. terdapat gelambir atau tidak;
3. warna kulit;
4. terdapat punuk atau tidak pada sapi .
Performa kuantitatif terdiri dari :
1. Panjang badan, yang diukur dengan tongkat ukur dari siku sampai benjolan
tulang duduk atau tapis (cm).
2. Tinggi pundak, yang diukur dengan tongkat ukur dari titik tertinggi pundak
sampai dasar kaki (cm).
3. Lingkar dada yang diukur dengan menggunakan pita ukur tepat di belakang
kaki sapi (cm).
17
4. Bobot badan, dengan menimbang ternak secara langsung (kg).
F. Analisis Data
Data performa kualitatif dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan performa
kuantitatif dengan uji t
31
V.SIMPULAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
1. Performa kualitatif sapi PO dan Limpo terdapat perbedaan, pada sapi limpo
berwarna coklat muda (60%) dan coklat tua(40%), bergelambir 100%,
berpunuk 8,6% dan tidak berpunuk 91,3%, bertanduk 36% dan tidak bertanduk
64%, sedangkan pada sapi PO seluruhnya bergelambir, berpunuk, dan
bertanduk
2. Performa kuantitatif dari sapi PO dan Limpo Jantan terdapat perbedaan sangat
berbeda nyata (P<0,01), pada sapi Limpo lebih tinggi dibandingkan sapi PO.
32
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R. 1990. Ilmu Makanan Ternak Umum. Cetakan Ketiga. PT.Gramedia. Jakarta
Aryogi, Rasyid A, Mariyono. 2006. Performans sapi silangan peranakan ongolepada kondisi pemeliharaan di kelompok peternak rakyat Laporan LokaPenelitian Sapi Potong Grati, Pasuruan
Aryogi. Sumadi. Dan W. Hardjosubroto. 2005. Performans Sapi SilanganPeranakan Ongole di Dataran Rendah (Studi Kasus di Kecamatan KotaAnyar Kabupaten Probolinggo Jawa Timur). Skrpsi. Universitas GadjahMada. Yogyakarta
Astuti, M., W. Hardjosubroto, Sunardi dan S. Bintara. 2002. Livestock breedingand reproduction in Indonesia: past and future. Invited Paper in the 3th
ISTAP. Faculty of Animal Science, Gadjah Mada University. Yogyakarta
Badan Pusat Statistik. 2015. Lampung Dalam Angka. Kerjasama Badan PusatStatistik dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA).Provinsi Lampung
. 2016. Lampung Tengah Dalam Angka. Badan PusatStatistik Kabupaten Lampung Tengah. Lampung Tengah
Badan Standar Nasional. 2015. Bibit Sapi Potong Peranakan Ongole SNI7651.5:2015. Badan standardisasi Nasional
Beatriz, G.G., P. Wiener, and J.L. Williams. 2007. Genetic effects on coat colourin cattle: dilution of eumelanin and phaeomelanin pigments in an F2-Backcross Charolais × Holstein population. BMC Genetics 7(8):56
Blakely, J and D.H.Bade. 1998. Ilmu Peternakan Edisi Keempat. Gajah MadaUniversity press. Yogyakarta
Dobson, H dan R,F Smith. 1995. Stress and Reproduction in Farm animals.Journal of Reproduction and fertility III. 425-456
Esmy, M.L. 1982. Principles Of Animal Conforonmntal. AVI Publising CompanyInc. Connecticut
33
Gebremedhin, K.G. 1984. Heat exchange betwen livestock and environment. In :stress physiology in livestock. Vol. I Basic principle. Yousef, A.K. (Ed).CRS Press in c. Boca Raton Florida
Hadi, P.U. dan N. Ilham. 2002. Problem dan prospek pengembangan usahapembibitan sapi potong di Indonesia. Jurnal Penelitian danPengembangan Pertanian 21(4): 148−157
Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. PTGrasindo. Jakarta
. 2004. Alternatif Kebijakan Pengelolaan BerkelanjutanSumberdaya Genetik Sapi Potong Lokal Dalam Sistem Perbibitan TernakNasional. Wartazoa 14 (3): 93-97
Hartati, Sumadi, dan T. Hartatik. 2009. Identifikasi karakteristik genetik sapiPeranakan Ongole di peternakan rakyat. Buletin Peternakan. 33:64-73.
Hastuti, I. 2007. Karakteristik exterior sapi betina hasil silangan antara Simmentaldan Limousin dengan Sapi PO di Kabupaten Bantul. Skripsi SarjanaPeternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Herwono, S. 2006. Produksi Ternak Potong. Pustaka Media. Jakarta
Liu, L., B. Harris, M. Keehan, and Y. Zhang. 2009. Genome scan of pigmentationtraits in Friesian-Jersey crossbred cattle. Journal of Genetics andGenomics 36: 661-666
MC Dowell, R.E., R.G. Jones, H.C.Pant, A. Roy, E.J. Siegenthaler and J.R.Stouffer. 1997. Improvement of Liverstock Prodution in Warm Animals.W.H. Freeman and Co. San Francisco
Mohanty, T.R., K.S. Seo, K.M. Park, T.J. Choi, H.S. Choe, D.H. Baik, and I.H.Hwang. 2008. Molecular variation in pigmentation genes contributing tocoat colour in native Korean Hanwoo cattle. International Society forAnimal Genetics, Animal Genetics, 39: 550-553.
Murtidjo, B.A. 1992. Beternak Sapi Potong. Kanisius. Yogyakarta
Pane, I. 1993. Pemuliaan Ternak Sapi. PT Gramedia Pustaka. Jakarta
Pialing, W.G. 1997. Nutrisi Mineral. Edisi Kedua. PT. Penerbit Industri PertanianBogor. Bogor
Pratomo, B. 1986. Cara Menysun Ransum Ternak. Poultry Indonesia.Jakarta
34
Purbowati, E. W.S. Dilaga, dan N.S.N Aliyah. 2005. Penampilan Produksi SapiPeranakan Ongole dan Peranakan Limousin Jantan Dengan PakanKonsentrat dan Jerami Padi Fermentasi. Fakultas Peternakan.Universitas Diponegoro. Semarang
Putra, W.P.B. 2010. Karakteristik Eksterior dan Performans Produksi Sapi Potongdi Tempat Pemotongan Ternak Segoroyoso Kabupaten Bantul. SkripsiSarjana Peternakan, Fakultas Peternakan. Universitas Gajah Mada.Yogyakarta
Putra, W.P.B., Sumadi, dan, T. Hartatik. 2014. Korelasi Genetik Pada SifatPertumbuhan Sapi Aceh di Kecamatan Indrapuri Provinsi Aceh. Agripet14 (1): 37--41
Sakti, A.A. Panjono. Rustam. 2013. Tingkat Hubungan Antara Variabel PendugaBobot Daging (Carcass Cutability) Karkas Segar Sapi Simpo dan LimpoJantan.Skripsi. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta
Santosa, U. 2003. Tatalaksana Pemeliharaan ternak Sapi. Cetakan Keempat.Penebar Swadaya, Jakarta
Sarwono, B. dan Arianto. 2003. Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat. PenebarSwadaya. Jakarta
Sasroamidjojo, M.S. 1975. Ternak Potong dan Kerja. Yasaguna. Jakarta
Setiadi, B., D. Priyanto dan M. Martawijaya. 1997. Komparatif MorfologikKambing. Laporan Hasil Penelitian APBN 1996/1997. Balai PenelitianTernak Ciawi, Bogor
Setyono, A.W.E., N. Isnaini., dan S. Wahjuningsih. 2013. Penampilan ReproduksiSapi Peranakan Limousin di Kecamatan Tanggunggunung KabupatenTulungagung. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang
Siregar, S. B. 2002. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta
Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta
Sudarmono, A.S dan Bambang Sugeng. Y. 2008. Sapi Potong.Penebar Swadaya,Jakarta
Sugeng, Y.B. 2003. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta
Suryo. 2001. Genetika Strata 1. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Susilawati, T. 2013.Pedoman Inseminasi Buatan pada Ternak. PenerbitUniversitas Barwijaya Press. Malang
35
Trifena., I.G.S. Budisatria., dan T.Hartatik. 2011. Perubahan Fenotip SapiPeranakan Ongole, Simpo, dan Limpo pada Keturunan Pertama danketurunan Kedua (Backross). Buletin Peternakan. 35(1):11-16.
Wibowo, F.C.P., N. Isnaini., S. Wahjuningsih. 2014. Performans Reproduksi SapiPeranakan Limousin di Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk. FakultasPeternakan Universitas Brawijaya. Malang
Williamson, G and W.J.A.Payne. 1993, Pengantar Peternakan Di Daerah Tropis.Gajah Mada University press. Yogyakarta
Yosita, M., U. Santosa dan E.Y. Setyowati. 2010. Persentase Karkas, TebalLemak Punggung Dan Indeks Perdagingan Sapi Bali, Peranakan OngoleDan Australian Commercial Cross. Skripsi. Fakultas Peternakan,Universitas Padjadjaran, Sumedang
Yusuf, M. 2004. Hubungan Antara Ukuran Tubuh dengan Bobot Badan Sapi Balidi daerah Bima NTB. Skripsi Fakultas Peternakan Universitas GajahMada, Yogyakarta
Recommended