View
10
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
LAPORAN KINERJADIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG TAHUN 2015
i KATA PENGANTAR
KKKAAATTTAAA PPPEEENNNGGGAAANNNTTTAAARRR
Laporan Kinerja (LKj) Direktorat Perencanaan Tata Ruang Tahun 2015 disusun dengan
maksud untuk mengkomunikasikan capaian kinerja tahunan yang terkait dengan proses
pencapaian tujuan dan sasaran yang ditetapkan dalam Perjajian Kinerja (PK) sekaligus
sebagai sarana untuk mempertanggungjawaban tingkat kinerja yang dicapai.
Dokumen Laporan Kinerja (LKj) terdiri dari empat bagian, Pertama, memaparkan
gambaran umum tugas, fungsi direktorat dan struktur organisasi, serta Rencana Strategis
yang dijadikan sebagai acuan dalam pemrograman dan penganggaran yang berpengaruh
terhadap pencapaian kinerja. Kedua, menjelaskan tentang Rencana Kinerja atau
Perjanjian Kinerja Tahunan, termasuk penjelasan terkait outcome yang pencapaiannya
dipengaruhi oleh kinerja output Direktorat dan indikator kinerja output yang digunakan untuk
pengukuran kinerja Direktorat Perencanaan Tata Ruang. Ketiga, menjelaskan tentang
akuntabilitas kinerja yang dicapai Direktorat melalui pengukuran kinerja, perbandingan
pencapaian kinerja, dan evaluasi kinerja yang dilengkapi dengan analisis akuntabilitas
kinerja dan tinjauan aspek keuangan, serta hal-hal pokok yang perlu dipertimbangkan untuk
meningkatkan kinerja direktorat pada masa yang akan datang dan Keempat adalah
penutup yang merupakan kesimpulan dari capaian kinerja dan upaya penyelesaian
permasalahan dalam pencapaian kinerja Direktorat Perencanaan Tata Ruang.
Penilaian akuntabilitas kinerja Direktorat Perencanaan Tata Ruang mengacu pada
dokumen Penetapan Kinerja Direktorat Perencanaan Tata Ruang tahun 2015 yang
ditetapkan di awal tahun anggaran meskipun kemudian didalam pelaksanaanya terdapat
perubahan, baik berupa perubahan jumlah paket pekerjaan maupun alokasi dana kegiatan
yang semuanya dilakukan melalui proses revisi anggaran serta tercantum dalam dokumen
hasil revisi.
Dengan disusunnya Laporan Kinerja (LKj), di samping sebagai suatu kewajiban,
diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk melakukan evaluasi guna
peningkatan kinerja dan penyempurnaan proses perencanaan dan penganggaran, baik di
lingkungan Direktorat Perencanaan Tata Ruang khususnya maupun kinerja Direktorat
Jenderal Tata Ruang pada umumnya sehingga visi dan misi yang ditetapkan dalam
dokumen Renstra dapat tercapai.
Jakarta, Januari 2016
Plh. Direktur Perencanaan Tata Ruang
Aria Indra Purnama, ST. MUM
NIP. 19681228 199703 1 003
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG TAHUN 2015
ii DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................I-1
1.1. Gambaran Umum............................................................................................................I-1
1.1.1 Landasan Hukum ...................................................................................................I-1
1.1.2 Tugas Pokok dan Fungsi .........................................................................................I-2
1.1.3 Struktur Organisasi ................................................................................................I-2
1.2. Isu Strategis Direktorat Perencanaan Tata Ruang ............................................................I-2
1.2.1 Alih Fungsi Lahan ...................................................................................................I-3
1.2.2 Ketimpangan Wilayah dan Kesenjangan Sosial .......................................................I-3
1.2.3 Ketahanan Pangan Dan Produktivitas Pertanian .....................................................I-5
1.2.4 Kawasan Perbatasan Dan Pertahanan Negara ........................................................I-6
1.2.5 Penataan Ruang Daerah Dan Pemekaran Wilayah ..................................................I-7
1.2.6 Kelautan, Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil ..................................................................I-8
1.2.7 Perubahan Iklim Dan Resiko Bencana.....................................................................I-9
1.2.8 Tata Kelola Kelembagaan Penataan Ruang ........................................................... I-10
1.2.9 Rangkuman Isu Strategis ...................................................................................... I-10
1.3. Permasalahan dan Tantangan ....................................................................................... I-11
BAB II PERJANJIAN KINERJA ....................................................................................................... II-1
2.1 Perjanjian Kinerja Direktorat Perencanaan Tata Ruang ................................................... II-1
2.2 Indikator Kinerja dan Output Direktorat Perencanaan Tata Ruang .................................. II-2
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA .................................................................................................. III-1
3.1. Capaian Kinerja ............................................................................................................. III-1
3.1.1 Perbandingan Antara Target dan Realisasi Kinerja Tahun 2015............................. III-1
3.1.2 Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2015 Dengan Target Jangka Menengah ..... III-8
3.1.3 Perbandingan Antara Realisasi Kinerja dan Capaian Kinerja Pada Tahun 2015 dengan Tahun 2014 ........................................................................................................ III-13
3.1.4 Perbandingan Realisasi Kinerja Direktorat Perencanaan Tata Ruang Tahun 2015 dengan Rencana Strategis .................................................................................. III-13
3.1.5 Penyebab Keberhasilan / Kegagalan ................................................................... III-18
3.2. Realisasi Anggaran....................................................................................................... III-19
BAB IV PENUTUP ......................................................................................................................... IV-1
Kesimpulan ............................................................................................................................. IV-1
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG TAHUN 2015
iii DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Rekapitulasi Perhitungan Tapak Ekologis dan Biokapasitas Pulau di Indonesia .................I-9
Tabel 2.1 Perjanjian Kinerja Direktorat Perencanaan Tata Ruang ................................................... II-1
Tabel 3.1 Perbandingan Realisasi Kinerja 2015 dengan Target Jangka Menengah 2015 - 2019 ...... III-9
Tabel 3.2 Perbandingan Capaian Kinerja Direktorat Tahun 2014 dengan Tahun 2015 ................. III-13
Tabel 3.3 Perbandingan Realisasi Kinerja 2015 dengan Target Rencana Strategis 2015 ............... III-15
Tabel 3.4 Realisasi Anggaran Direktorat Perencanaan Tata Ruang Tahun 2015 ........................... III-20
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG TAHUN 2015
iv DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Struktur Organisasi ......................................................................................................I-3
Gambar 1.2 Peta Kondisi Kesenjangan Sosial per Pulau...................................................................I-5
Gambar 1.3 Perkembangan Pola Konsumsi Pangan Pojok di Indonesia (1954-2010) .......................I-6
Gambar 1.4 Struktur Organisasi ......................................................................................................I-7
Gambar 2.1 Perjanjian Kinerja Tahun 2015 Kementerian ATR ........................................................ II-1
Gambar 3.1 Persentase Capaian Kinerja Antara Target dan Realisasi Kinerja Direktorat ................ III-1
Gambar 3.2 Persentase Realisasi Kinerja 2015 dengan Rencana Strategis 2015 - 2019 ................ III-14
Gambar 3.3 Prosedur Penyusunan Rancangan Peraturan Presiden RTR pulau dan RTR KSN ........ III-18
BAB I
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 I-1
Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Gambaran Umum
Rencana tata ruang digunakan sebagai arahan dalam penyusunan rencana pembangunan dan menjadi
acuan dalam pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang sehingga rencana tata ruang
merupakan aspek penting untuk dapat mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman
produktif, dan berkelanjutan sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang.
Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja
merupakan acuan beralihnya fungsi penataan ruang dari Kementerian Pekerjaan Umum ke
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional. Perubahan ini berimplikasi
terhadap perubahan unit organisasi dan nomenklaturnya. Berdasarkan Perpres tersebut, Menteri
Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional mengeluarkan Peraturan Menteri Nomor
8 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan
Pertanahan Nasional.
1.1.1 Landasan Hukum
1) Undang Undang Nomor 25 Tahun 2005 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) Tahun 2005-2025
3) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
4) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi
Pemerintah
5) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
6) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang,
7) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah.
8) Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja.
9) Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia
Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara
Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah
10) Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 8 Tahun
2015 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Agraria Dan Tata Ruang / Badan Pertanahan
Nasional
BAB I
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 I-2
Pendahuluan
1.1.2 Tugas Pokok dan Fungsi
Direktorat Perencanaan Tata Ruang yang berada di bawah Direktorat Jenderal Tata Ruang memiliki
tugas pokok dan fungsi :
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan standardisasi teknis di
bidang perencanaan tata ruang wilayah nasional, pulau/kepulauan, dan kawasan strategis
nasional.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Perencanaan Tata Ruang menyelenggarakan fungsi
yaitu:
a) penyiapan perumusan kebijakan dan strategi di bidang perencanaan tata ruang wilayah
nasional, pulau/kepulauan, dan kawasan strategis nasional;
b) penyiapan dan pelaksanaan program di bidang perencanaan tata ruang wilayah nasional,
pulau/kepulauan, dan kawasan strategis nasional;
c) penyiapan instrumen dan pelaksanaan peningkatan peran serta masyarakat dalam
perencanaan tata ruang;
d) penyiapan pengelolaan data dan informasi serta bahan komunikasi;
e) penyusunan pedoman bidang perencanaan tata ruang;
f) penyusunan dan pelaksanaan peninjauan kembali rencana tata ruang wilayah nasional,
rencana tata ruang pulau/kepulauan, dan rencana tata ruang kawasan strategis nasional,
termasuk kawasan perbatasan negara; dan
g) pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
Direktorat Perencanaan Tata Ruang terdiri atas:
a) Subdirektorat Perencanaan dan Kemitraan;
b) Subdirektorat Pedoman Perencanaan Tata Ruang;
c) Subdirektorat Perencanaan Tata Ruang Nasional;
d) Subdirektorat Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional Wilayah I;
e) Subdirektorat Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional Wilayah II;
f) Subbagian Tata Usaha; dan
g) Kelompok Jabatan Fungsional.
1.1.3 Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Direktorat Perencanaan Tata Ruang Direktorat Jenderal Tata Ruang dapat dilihat
pada gambar 1.1
BAB I
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 I-3
Pendahuluan
Struktur Organisasi
Gambar 1.1
1.2. Isu Strategis Direktorat Perencanaan Tata Ruang
1.2.1 Alih Fungsi Lahan
Salah satu isu utama terkait konflik pemanfaatan lahan adalah semakin tingginya perubahan guna
lahan atau konversi lahan. Konversi lahan atau alih fungsi secara umum menyangkut transformasi
dalam pengalokasian sumberdaya lahan dari satu penggunaan ke penggunaan lainnya. Pengalihan
fungsi lahan dalam beberapa tahun terakhir menunjukan kecenderungan yang selalu meningkat,
berikut adalah fakta-fakta yang ada:
Luas lahan sawah di Pulau Jawa pada 2010 susut menjadi 3,4 juta ha dari 4,1 juta ha di 2007dengan luas sawah Indonesia seluas 7.741.533 ha (Kementerian Pertanian, 2012)
Luas lahan pertanian khususnya panen padi Indonesia meningkat 516.463 ha yaitu tahun 2010seluas 13.253.450 dan tahun 2013 menjadi 13.769.913 ha (BPS, 2010-2013)
Luas lahan panen pertanian non padi di Indonesia mengalami penurunan setiap tahunnya dari2010 ke 2013, dengan luas di tahun 2010 sebesar 7.035.339 ha menjadi 6.418.137 di tahun2013 (BPS, 2010-2013)
Luas area bervegetasi meningkat dari 113,7 juta ha tahun 2007 menjadi 117,2 juta ha tahun2010, kecuali Pulau Jawa yang kehilangan lahan tersebut seluas ± 203 ribu ha (KementerianLingkungan Hidup, 2011).
Selama 2000 - 2011, lahan kritis bertambah 4 juta ha menjadi 27.294.845 ha, dengan kontribusisetiap provinsi yang berbeda-beda. (Kementerian Lingkungan Hidup, 2012)
Tingkat kerusakan hutan di Indonesia mencapai 0,45 terbagi menjadi kerusakan kawasan hutan0,32 dan di luar kawasan hutan 0,13 per tahun. (Kemenhut, 2011)
BAB I
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 I-4
Pendahuluan
1.2.2 Ketimpangan Wilayah dan Kesenjangan Sosial
Ketimpangan wilayah merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan ekonomi suatu daerah
yang dikarenakan salah satu penyebabnya adalah tidak meratanya konsentrasi ekonomi dan
penyediaan infrastruktur. Di Indonesia, ketimpangan dapat teridentifikasi pada wilayah barat dan
timur. Berdasarkan data BPS tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia yang tinggal di Pulau Jawa
sebesar 57% dengan luas wilayah 7% dari total luas wilayah Indonesia, sedangkan penduduk yang
tinggal di Pulau Maluku dan Papua tidak lebih dari 3% dari total penduduk Indonesia. Kepadatan
penduduk di Pulau Jawa mencapai 1055 jiwa/km² sedangkan kepadatan penduduk di Bali dan NT
sebesar 179 jiwa/km², Sumatera hanya 105 jiwa/km², Kalimantan sebesar 25 jiwa/km², Sulawesi
sebesar 92 jiwa/km², dan Maluku Papua sebesar 12² jiwa/km.
Struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada triwulan IV-2013 per tanggal publikasi 5 Februari
2014 masih didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa yang memberikan kontribusi terhadap
Produk Domestik Bruto sebesar 57,78 persen, kemudian diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 23,83
persen, Pulau Kalimantan 8,52 persen, dan Pulau Sulawesi 4,90 persen, Bali dan Nusa Tenggara 2,54
persen, serta sisanya 2,43 persen di Maluku dan Papua.
Alih fungsi lahan kawasan hutan menjadi Cagar Alam (CA), Taman Buru (TB), Hutan Lindung (HL),Taman Wisata Alam (TWA), Hutan Produksi Terbatas (HPT), Hutan Produki Tetap dan HutanProduksi yang dapat Dikonversi (HPK) mengalami pengurangan luasnya dengan yang luas yaituHPT dari 687.415,13 ha menjadi 168.343,0 ha. (Kemenhut, 2012)
Alih fungsi lahan menjadi Suaka Margasatwa (SM), Taman Nasional (TN), Taman Hutan Raya(Tahura), dan Hutan produksi (HP), diantaranya HP dari 160.309,27 ha menjadi 648.330,7 ha.(Kemenhut, 2012)
Kawasan hutan pun mengalami perubahan untuk pemukiman transmigrasi tahap izin prinsip,yang pada tahun 2007 seluas 598.229,66 ha dan 2012 seluas 564.117,69 ha. (Kemenhut, 2012)
Kawasan hutan pun mengalami perubahan untuk pemukiman transmigrasi tahap SK pelepasankawasan hutan yang pada tahun 2007 seluas 956.125,37 ha dan 2012 seluas 962.083,01 ha.(Kemenhut, 2012)
Kawasan hutan yang dapat dikonversi untuk pertanian/ perkebunan tahap izin prinsip padatahun 2007 seluas 513.773,40 ha dan tahun 2012 menjadi seluas 808.809,40 ha. (Kemenhut,2012)
Kawasan hutan yang dikonversi untuk Pertanian/ Perkebunan tahap SK Pelepasan Hutan padatahun 2007 seluas 4.569.309,10 ha dan pada tahun 2012 menjadi 5.793.039,23 ha. (Kemenhut,2012)
Kementerian Kehutanan menjelaskan bahwa perkembangan tukar menukar kawasan hutanpada tahun 2012 terdapat penambahan sebanyak 1 unit untuk masing-masing tanah masuk dantanah keluar dan masing-masing seluas 40 ha. (Kemenhut, 2012)
Penutupan hutan di Indonesia keseluruhan sebesar 1% per tahun di tahun 2000 hingga 2010,dengan laju penurunan tutupan hutan tahunan tertinggi ialah Seumatera (2,7%), disusul olehKalimantan sebesar 1,3% (Miettinen dkk, 2011).
Laju deforestasi Indonesia diperkirakan sekitar 1,125 juta ha setiap tahun, dengan degradasirata-rata yang disebabkan oleh pembalakan yang diperkirakan sebesar 0,626 juta ha per tahun(Bappenas 2010)
BAB I
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 I-5
Pendahuluan
Peta Kondisi Kesenjangan Sosial per Pulau
Sumber: Olahan dari BPS, 2014
Gambar 1.2.
1.2.3 Ketahanan Pangan Dan Produktivitas Pertanian
Penurunan kapasitas produksi, ketidakpastian panen, degradasi kualitas lahan dan air, serta
ketidakseimbangan produksi dan stok pangan merupakan sekelumit isu dalam menjaga ketahanan
pangan. Sehingga diperlukan ketersediaan lahan yang disesuaikan dengan kebutuhan baik jangka
pendek maupun panjang. Selain ketersediaan lahan untuk pemenuhan kebutuhan pangan pokok, hal
yang perlu didorong juga adalah penyediaan lahan cadangan pangan pokok pemerintah daerah
melalui penyediaan beragam pangan dan makanan berdasarkan potensi sumberdaya dan budaya
lokal. Hal tersebut mutlak dibutuhkan mengingat pola konsumsi pangan pokok di Indonesia yang
makin kurang variatif dan hanya mengandalkan beras. Perkembangan pola konsumsi pangan pokok di
indonesia dalam kurun tahun 1954 sampai tahun 2010 dapat dilihat pada gambar 1.3
Sumatera Rata-rata IPM = 74 Penduduk Miskin = 11% Kontribusi PDB = 23,83%
Kalimantan Rata-rata IPM = 73 Penduduk Miskin = 6% Kontribusi PDB = 8,52%
Sulawesi Rata-rata IPM = 72 Penduduk Miskin = 12% Kontribusi PDB = 4,9%
Jawa Rata-rata IPM = 74 Penduduk Miskin = 10% Kontribusi PDB = 57,78%
Bali + NT Rata-rata IPM = 68 Penduduk Miskin = 14% Kontribusi PDB = 2,54%
Maluku + Papua Rata-rata IPM = 69 Penduduk Miskin = 21% Kontribusi PDB = 2,43%
BAB I
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 I-6
Pendahuluan
Perkembangan Pola Konsumsi Pangan Pokok di Indonesia (1954-2010)
Sumber: Diolah dari Kementerian Pertanian, 2011
Gambar 1.3.
Konversi lahan pertanian merupakan sebuah tantangan dalam menjaga ketahanan pangan. Kurangnya
ketersediaan lahan akan mengakibatkan krisis pangan yang memicu kebijakan impor produksi luar
negeri. Terkait hal tersebut negara dituntut untuk memantapkan ketahanan pangannya melalui
peningkatan produksi pangan dalam negeri. Berikut adalah isu aktual terkait ketersediaan lahan
pangan:
a. Laju alih fungsi lahan sawah untuk penggunaan non pertanian masih cukup tinggi, yaitu
sekitar 100.000 ha per tahun.
b. Berdasarkan data BPS (2013), luas lahan panen padi tahun 2012 sebesar 13.445.524 Ha, luas
panen jagung sebesar 3.957.595 Ha, luas panen kedelai sebesar 567.624 Ha, luas panen
kacang tanah sebesar 541.340 Ha, luas panen kacang hijau sebesar 245.006 Ha, luas panen
ubi kayu sebesar 1.129.688 Ha, dan luas panen ubi jalar sebesar 178.121 Ha.
c. Tingkat ketersediaan beberapa pangan komoditas pangan domestik yang masih tergantung
pada impor, yaitu kedelai sekitar 70 persen, gula sekitar 54 persen, dan daging sapi sekitar
20 persen. Untuk beras dan jagung, impornya tidak terlalu besar yaitu hanya sekitar 11
persen untuk jagung dan 5 persen untuk beras.
1.2.4 Kawasan Perbatasan Dan Pertahanan Negara
Kawasan perbatasan sebagai ‘beranda negara’ perlu mendapatkan prioritas penanganan seiring
dengan berkembangnya berbagai isu dan permasalahan yang dihadapi. Isu utama di daerah
perbatasan adalah isu geografis territorial, menyangkut penentuan tapal batas (demarkasi dan
delimitasi) wilayah Indonesia dengan tetangga. Berikut beberapa detail konflik dan permasalahan
perbatasan yang terangkum dalam gambar 1.4
•Beras (54%),
•Ubi kayu (22%),
•Jagung (19%),
•Lain-lain (5%)
1954
•Beras (80%),
•Ubi kayu (10%),
•Jagung (7%),
•Lain-lain (3%)
1987•Beras (86%),
•Ubi kayu (5%),
•Jagung (2%),
•Lain-lain (7%)
1999
•Beras (139.15 kg),
•Terigu (17 kg),
•Pangsa pangan selain beras dalam pola konsumsi pangan nyaris hilang
2010
BAB I
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 I-7
Pendahuluan
Konflik dan Permasalahan Perbatasan Negara
Gambar 1.4
Sesuai dengan Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Undang-undang
No.43 Tahun 2008 tentang wilayah Negara, kawasan perbatasan memiliki nilai strategis bagi
kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan nasional. Sesuai dengan arahan pembangunan jangka
panjang nasional, upaya pengembangan kawasan perbatasan dilakukan dnegan mengubah arah
kebijakan yang cenderung berorientasi kedalam (memandang perbatasan semata-mata pertahanan
keamanan) menjadi berorientasi ke luar (memanfaatkan perbatasan sebagai pintu gerbang aktivitas
ekonomi dengan tetangga). Pendekatan pembangunan selain pendekatan keamanan (security
approach) juga dilakukan pendekatan kesejahteraan (prosperity approach).
1.2.5 Penataan Ruang Daerah Dan Pemekaran Wilayah
Kebijakan mengenai pemekaran wilayah dipertegas kembali melalui Undang-undang Nomor 32 Tahun
2004 yang memberikan penjelasan mengenai beberapa ketentuan terkait sebagaimana tercantum
pada Pasal 4 ayat (1). Legalisasi pemekaran wilayah dicantumkan dalam pasal yang sama pada ayat 3
yang menyatakan bahwa, “Pembentukan daerah dapat berupa penggabungan beberapa daerah atau
bagian daerah yang bersandingan atau pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah atau lebih.”
Ada beberapa hal menjadi penyebab utama sebuah wilayah menginginkan melepaskan diri dari
wilayah induknya,hal-hal tersebut adalah: a. kemampuan ekonomi; b. potensi daerah; c. sosial
Indonesia
Singapura
Malaysia
Australia
Palau
Timor LestePNG
Thailand
Filipina
Vietnam
Selat Malaka& Pulau Nipah
Tj. Datu, Landas Kontinen LCS, Selat Malaka
Landas Kontinen Christmas, Karang Ashmore
ZEE blm aplikatif
Masalah batas di Noel Besi, Memo, Manusasi, TTU, dan Belu
Penyepakatan 52 tugu batas utama
ZEE laut Andaman
ZEE landas kontinen dan Pulau Miangas
Batas wilayah sekitar Natuna
BAB I
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 I-8
Pendahuluan
budaya; d. sosial politik; e. kependudukan; f. luas daerah; g. pertahanan; h. keamanan; dan i. dan
faktor lain yang menunjang otonomi daerah.
Sejak reformasi bergulir, pemerintah telah melakukan 205 pemekaran daerah (7 provinsi, 146
kabupaten, dan sisanya kota) sehingga jumlah daerah di Indonesia, yaitu 33 provinsi dan 491
kabupaten/kota yang menjadi daerah-daerah otonom. Pada 27 Desember 2013 lalu, telah
dikeluarkannya Amanat Presiden terkait pemekaran 65 DOB (Daerah Otonomi Baru) yang tersebar di
seluruh wilayah di Indonesia, delapan diantaranya merupakan usulan pemekaran provinsi. Namun,
saat ini masih ditelisik syarat administrasinya, memenuhi syarat atau tidak sesuai Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 78 Tahun 2007 tentang tata cara pembentukan, penghapusan, dan
penggabungan daerah. Seperti 2012 lalu, dari 19 usulan, tersisa 4 daerah yang belum dimekarkan
lantaran kurangnya persyaratan untuk menjadi DOB. Berdasarkan hasil evaluasi dari Kementerian
Dalam Negeri (2012) terhadap kinerja pemekaran daerah, tercatat bahwa dari 205 DOB, 70 persen itu
tidak baik. Hal tersebut ditinjau dari tata kelola daerah dan pelayanan publik yang belum memuaskan.
Hingga maret 2014, tercatat bahwa terdapat 13 kabupaten telah menetapkan UU Pembentukan
Kabupaten yang baru. Seringkali upaya pemekaran wilayah tidak hanya berlandaskan kesejahteraan
masyarakatnya. Sehingga Pemerintah diamanatkan untuk tetap mengatur dan menjalankan urusan di
beberapa sektor di tingkat kabupaten dan menjamin bahwa pemerintah lokal punya kapasitas dan
mekanisme bagi pengaturan hukum tambahan atas bidang-bidang tertentu, serta membantu dalam
penyelesaian perselisihan. Selain itu, Pemerintah Pusat juga diharapkan menguji kembali dan
memperketat kriteria pemekaran wilayah.
1.2.6 Kelautan, Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil
Hampir 70% wilayah Indonesia merupakan lautan yang mempunyai potensi ekonomi yang sangat
besar, sehingga negara Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia atau The largest
archipelago country in the world. Namun secara empiris pembangunan kelautan, pesisir, dan pulau-
pulau kecil kurang mendapat perhatian dan selalu diposisikan sebagai pinggiran dalam pembangunan
ekonomi nasional. Untuk itu pilihan pembangunan sektor kelautan dan perikanan sebagai salah satu
sektor andalan utama pembangunan Indonesia merupakan pilihan yang sangat tepat.
Permasalahan yang dihadapi terkait dalam pengelolaan masyarakat pesisir adalah (1) Penataan ruang
wilayah pesisir laut yang belum maksimal; (2) Penataan ruang yang belum dapat diimplementasikan
sesuai dengan kondisi dan karakteristik daerah; (3) konflik penataan ruang antar sektor, antar daerah
atau stakeholder terkait lainnya; (4) Belum terkelolanya secara maksimal potensi sumber daya di
wilayah pesisir laut yang mengakibatkan adanya kesenjangan yang tajam antar daerah dan antar
wilayah pulau-pulau kecil/terluar; (5) Adanya Kegiatan yang bersifat eksploitatif dan destruktif,
mengakibatkan terganggunya lingkungan di wilayah pesisir (sedimentasi, pencemaran, degradasi
habitat, degradasi sumber daya dan keanekaragam hayati).
Selain wilayah pesisir, konsentrasi pemerintah, swasta dan masyarakat terhadap pulau-pulau kecil
juga mutlak dibutuhkan. Berdasarkan Konvensi Hukum Laut (UNCLOS) 1982, Indonesia memiliki
kedaulatan atas wilayah perairan seluas 3,2 juta km2 yang terdiri dari perairan kepulauan seluas 2,9
juta km2 dan laut teritorial seluas 0,3 juta km2. Selain itu Indonesia juga mempunyai hak eksklusif
untuk memanfaatkan sumber daya kelautan dan berbagai kepentingan terkait seluas 2,7 km2 pada
perairan ZEE (sampai dengan 200 mil dari garis pangkal). Menurut Pasal 47 Ayat 1 Konvensi Hukum
BAB I
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 I-9
Pendahuluan
Laut Internasional (UNCLOS) 1982, Negara Kepulauan berhak menarik garis pangkal kepulauan
(archipelagic baseline), sebagai dasar pengukuran wilayah perairannya dari titik-titik terluar dari
pulau-pulau terluarnya. Hal ini menunjukkan nilai strategis pulau-pulau kecil pada kawasan
perbatasan negara sebagai ‘gatekeeper’ wilayah kedaulatan RI.
Salah satu isu yang berkembang dalam konteks pengembangan pulau-pulau kecil di Indonesia adalah
belum maksimalnya penatagunaan ruang pulau-pulau kecil, dengan berlandaskan pengembangan
potensi sektor-sektor unggulan dan pembagian pusat-pusat pertumbuhan. Pada saat ini, sebagian
besar kawasan perbatasan laut dapat dikelompokkan status perkembangannya ke dalam ‘kawasan
tertinggal’. Sehingga konsep pengembangan laut, pesisir dan pulau kecil merupakan langkah nyata
melindungi kedaulatan negara, mencegah konflik sekaligus menjaga kekayaan nabati dan hewani.
1.2.7 Perubahan Iklim Dan Resiko Bencana
Hasil perhitungan daya dukung wilayah Indonesia (selisih antara biokapasitas dan telapak ekologis)
yang masih surplus adalah lahan peternakan, lahan kehutanan, dan lahan perikanan. Komponen yang
menunjukkan nilai paling tinggi adalah lahan perikanan (0,26 gha/orang). Tingginya biokapasitas lahan
perikanan dikarenakan secara geografis wilayah di Indonesia merupakan wilayah kepulauan dan
memiliki perairan yang luas dengan potensi sumber daya perikanan yang melimpah dan beragam.
Untuk komponen penggunaan lahan pertanian, perbandingan antara nilai telapak ekologis dan nilai
biokapasitasnya memiliki nilai yang sama yaitu 0,35 ha/orang. Hal ini menunjukkan permintaan
masyarakat terhadap produk pertanian dan kapasitas alam sebagai penyedia sumber daya untuk
penghasil produk pertanian adalah sama.
Sedangkan daya dukung yang telah mengalami defisit adalah pada lahan penyerap karbon dan lahan
terbangun. Untuk kedua komponen tersebut, tingginya nilai telapak ekologis total dikarenakan
sumbangan dari nilai telapak ekologis produksi. Salah satu penyebab tingginya telapak ekologis pada
komponen penggunaan lahan untuk lahan penyerap karbon adalah nilai telapak ekologis produksi
lahan penyerap karbon yang tinggi di hampir seluruh wilayah di Indonesia. Hal yang menjadi faktor
penyebabnya antara lain: banyaknya penggunaan kendaraan pribadi yang beremisi tinggi, banyak
pengelola perkebunan kelapa sawit dan perkebunan karet yang tidak mengelola limbahnya dengan
baik, banyaknya alih fungsi lahan kawasan hutan (seperti: hutan rawa/hutan gambut dan hutan
mangrove) untuk dijadikan penggunaan lahan lainnya seperti pertanian, perkebunan, maupun lahan
terbangun, serta lahan untuk aktivitas industri.
Tabel 1.1. Rekapitulasi Perhitungan Telapak Ekologis dan Biokapasitas per Kapita Pulau-pulau di Indonesia
Sumber : Telapak Ekologis di Indonesia Tahun 2010
PULAU/ KEPULAUAN
TE (gha/orang)
BK (gha/orang)
ED (gha/orang)
Kategori
Sumatera 1.56 1.96 0.40 Surplus
Jawa 1.01 0.20 -0.81 Defisit
Bali 1.76 0.24 -1.52 Defisit
Kalimantan 1.26 4.05 2.79 Surplus
Sulawesi 1.46 1.63 0.17 Surplus
Nusa Tenggara 0.45 0.47 0.02 Surplus
Maluku 1.20 1.25 0.05 Surplus
Papua 0.79 7.43 6.64 Surplus
Indonesia 1,07 1,12 0,05 Surplus
BAB I
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 I-10
Pendahuluan
Tabel ini memperlihatkan nilai telapak ekologis, nilai biokapasitas, serta nilai defisit ekologis yang
menggambarkan daya dukung wilayah yang telah terlampaui atau belum. Dari hasil perhitungan
menunjukkan masyarakat di Pulau Jawa dan Pulau Bali telah menggunakan sumber daya alam
melebihi kapasitas alam penyedianya dengan nilai defisit ekologis masing-masing adalah -0,81
gha/orang dan -1,52 gha/orang. Daya dukung wilayah yang belum terlampaui (surplus) yang berada
di posisi pertama dan kedua adalah Pulau Papua dan Pulau Kalimantan, yang nilainya adalah 6,64
gha/orang dan 2,79 gha/orang.
1.2.8 Tata Kelola Kelembagaan Penataan Ruang
Kegagalan mewujudkan rencana tata ruang dalam praktek pemanfaatan dan pengendalian ruang
inilah yang dimaksud sebagai penataan ruang yang tidak efektif. Secara garis besar, ada beberapa
permasalahan yang melatar-belakangi hal ini, di antaranya:
a. Belum dijadikannya Lembaga Penataan Ruang (Nasional/Pusat dan Daerah) sebagai Leader
dalam proses Pembangunan yang semuanya dilakukan didalam ruang (wilayah Regional dan
Kota).
b. Belum optimalnya kapasitas kelembagaan Bidang Tata Ruang yang mencakup kuantitas dan
kualitas SDM di pusat dan daerah.
c. Belum lengkapnya peraturan perundangan dan NSPK bidang penataan ruang sehingga sulit
diimplemmentasikan.
d. Masih minimnya penyediaan sistem informasi dan data bidang tata ruang yang terbuka dan
interaktif.
e. Lemahnya kepastian hukum, penegakan hukum dan ketidakjelasan kewenangan. Belum
tersedianya instrumen pengendalian yang optimal, mekanisme perizinan yang mengacu
kepada RTRW dan turunannya, dan petunjuk pelaksanaan pemberian sanksi terhadap
pelanggaran RTRW (karena belum adanya ada kajian akademik mengenai posisi hukum untuk
pelanggaran Tata Ruang).
f. Lemahnya koordinasi dan konflik antar sektor dalam penyelenggaraan penataan ruang yang
mengakibatkan disharmoni regulasi, disharmoni program dan disharmoni otonomi.
g. Masih kurangnya penelitian dan pengembangan bidang penataan ruang yang bisa
dikerjasamakan dengan PTN/PTS dan organisasi profesi.
h. Kurangnya pemahaman mengenai konteks pembangunan di sektor publik. Kegagalan
memahami konteks pembangunan di sektor publik. Di dalam konteks pembangunan di sektor
publik, banyak sekali kepentingan, penguasaan sumberdaya, dan hubungan kekuasaan yang
saling mempengaruhi satu sama lain.
1.2.9 Rangkuman Isu Strategis
Dari keseluruhan kondisi pembangunan dan penataan ruang di Indonesia yang telah dielaborasi secara
rinci di atas, dapat dirangkum beberapa isu-isu strategis yang memiliki keterkaitan tinggi dengan
penataan ruang di tingkat nasional, yang merupakan tugas utama dan fungsi dari organisasi Direktorat
Perencanaan Tata Ruang. Isu-isu strategis tersebut adalah sebagai berikut.
1) Perlunya KETERPADUAN penataan ruang udara, laut, daratan dan ruang dalam bumi
Upaya untuk mewujudkan keterpaduan melalui integrasi rencana keruangan tersebut
dilakukan dengan penyusunan rencana tata ruang udara, ruang bawah tanah dan ruang
BAB I
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 I-11
Pendahuluan
bawah laut di kawasan perbatasan negara, kawasan pertahanan Negara, dan di wilayah
Nasional (Pulau, KSN, Kawasan Andalan), Provinsi, Kabupaten dan Kota
2) Masih rendahnya peran MASYARAKAT DAN DUNIA USAHA dalam kegiatan perencanaan tata
ruang. Perlunya pengembangan kemitraan dalam pembangunan sektoral ataupun wilayah
guna mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan.
3) Tingginya frekuensi kejadian BENCANA. Perlu peningkatan peran penataan ruang dalam
menata KAWASAN RAWAN BENCANA
4) Perlu adanya PENINGKATAN PELAYANAN dalam perencanaan tata ruang
5) Perlunya percepatan penyelesaian RDTR KAWASAN PERBATASAN
6) Integrasi Lingkungan dan Kebijakan Strategis Nasional dengan Penataan Ruang → Integrasi
dan Keterkaitan antara NAWACITA, RPJMN, dengan RTRWN
7) Percepatan Penataan Kawasan Perkotaan Metropolitan.
1.3. Permasalahan dan Tantangan
Identifikasi permasalahan dan tantangan yang menjadi fokus strategis untuk ditangani sebagai
berikut:
1. Penyelenggaraan penataan ruang masih menghadapi berbagai kendala, antara lain
pengaturan penataan ruang yang masih belum lengkap, pelaksanaan pembinaan penataan
ruang yang masih belum efektif, pelaksanaan penataan ruang yang masih belum optimal, dan
pengawasan penataan ruang yang masih lemah.
2. Berkembangnya pemikiran dan kesadaran di tengah masyarakat untuk meningkatkan kinerja
penyelenggaraan penataan ruang yang lebih menyentuh hal-hal yang terkait langsung dengan
permasalahan kehidupan masyarakat, terutama dengan meningkatnya banjir dan longsor,
kemacetan lalu lintas, bertambahnya perumahan kumuh, berkurangnya ruang publik dan
ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan, kurang memadainya kapasitas kawasan
metropolitan terhadap tekanan jumlah penduduk, serta kurang seimbangnya pembangunan
kawasan perkotaan dan perdesaan.
3. Masih belum serasinya berbagai peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
penataan ruang dan penataan pertanahan. Hal itu telah menyebabkan terjadinya tumpang
tindih wewenang dan tanggung jawab antar instansi dalam pengelolaan penataan ruang dan
penataan pertanahan, terutama menyangkut pola pemanfaatan ruang dan kepastian hukum
atas tanah.
4. Upaya penataan ruang dan penataan pertanahan memerlukan ketersediaan data dasar dan
informasi yang akurat dan rinci. Dengan demikian, pola pemanfaatan ruang dapat disusun
secara lebih tepat dalam mencerminkan kebutuhan pembangunan di masa datang. Data
dasar yang tepat dan rinci penting bagi administrasi pertanahan dalam kegiatan pendaftaran
tanah, penentuan batas yang tegas dan akurat, identifikasi tanah negara, serta pemberian
status hukum atas tanah.
BAB II
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 II-1
Perjanjian Kinerja
BAB II PERJANJIAN KINERJA
2.1 Perjanjian Kinerja Direktorat Perencanaan Tata Ruang
Adalah pernyataan komitmen dan janji berupa kesepakatan kinerja di Tahun 2015 yang akan
diwujudkan oleh Direktur Perencanaan Tata Ruang sebagai penerima amanah kepada atasan
langsungnya yaitu Direktur Jenderal Tata Ruang dengan mengacu pada dokumen DIPA.
Dokumen Perjanjian Kinerja Direktorat Perencanaan Tata Ruang memuat informasi tentang sasaran
yang ingin dicapai dalam Tahun 2015 meliputi sasaran, program, kegiatan dan indikator kinerja
untuk mewujudkan sebagian dari sasaran yang harus dicapai oleh Kementerian Agraria dan Tata
Ruang pada Tahun 2015 sebagaimana termuat pada gambar 2.1
Gambar 2.1
Perjanjian Kinerja Direktorat Perencanaan Tata Ruang Direktorat Jenderal Tata Ruang sebagaimana
termuat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1. Perjanjian Kinerja Direktorat Perencanaan Tata Ruang
No Sasaran Kegiatan
Indikator Kinerja Target
1. Terlaksananya Pengaturan, Perencanaan Tata Ruang, Pemanfaatan Ruang, serta Pengembangan KSN
Indikator Kinerja Kegiatan 1: Jumlah Dokumen Kebijakan, Strategi, dan Pelaksanaan Program Bidang Perencanaan Tata Ruang
Output 01: Kebijakan Teknis dan Program Perencanaan Tata Ruang
3 dokumen
Indikator Kinerja Kegiatan 2: Jumlah Dokumen Monev Kinerja Bid. Perencanaan Tata Ruang
Output 02: Dokumen monitoring dan evaluasi kinerja perencanaan tata ruang
2 dokumen
Indikator Kinerja Kegiatan 3: Jumlah Data dan Informasi bid.Perencanaan Tata Ruang
Output 03: Data dan Informasi Bidang Perencanaan Tata Ruang
1 dokumen
BAB II
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 II-2
Perjanjian Kinerja
No Sasaran Kegiatan
Indikator Kinerja Target
Indikator Kinerja Kegiatan 4: Jumlah Forum Masyarakat dan Kemitraaan Dunia Usaha, Lembaga Pendidikan, dan Organisasi Non Pemerintah yang dibentuk atau difasilitasi pengembangannya dalam Perencanaan Tata Ruang
Output 04: Forum Masyarakat dan Kemitraan Dunia Usaha, Lembaga Pendidikan, dan Organisasi Non Pemerintah yang dibentuk atau difasilitasi pengembangannya dalam Perencanaan Tata Ruang
1 dokumen
Indikator Kinerja Kegiatan 5: Jumlah NSPK Perencanaan Tata Ruang
Output 05: NSPK Perencanaan Tata Ruang
8 dokumen
Indikator Kinerja Kegiatan 6: RTRWN hasil reviu
Output 06: RTRWN hasil reviu
1 RTRWN
Indikator Kinerja Kegiatan 7: Jumlah RTR Pulau/Kepulauan Hasil Reviu
Output 07: RTR Pulau/Kepulauan Hasil Reviu
1 dokumen
Indikator Kinerja Kegiatan 8: Jumlah Dokumen Rencana Pengelolaan Ruang Laut Nasional dan Ruang Udara Nasional
Output 08: Rencana Pengelolaan Ruang Laut Nasional dan Ruang Udara Nasional
2 dokumen
Indikator Kinerja Kegiatan 9: Jumlah RTR dan RDTR Kawasan Perbatasan Negara
Output 09: RTR dan RDTR Kawasan perbatasan negara
10 RDTR Kawasan Perbatasan Negara dan 2 RTR Kawasan Perbatasan Negara
Indikator Kinerja Kegiatan 10: Jumlah RTR KSN dan RTR KSN Hasil Reviu
Output 10: RTR KSN dan RTR KSN Hasil Reviu
38 KSN
Mengacu pada dokumen Perjanjian Kerja Tahun 2015 maka jumlah alokasi dana di Direktorat
Perencanaan Tata Ruang sebesar Rp. 105.426.400.000 yang terdiri atas :
1. Kegiatan Terlaksananya Pengaturan, Perencanaan Tata Ruang, Pemanfaatan Ruang, serta
Pengembangan KSN sebesar Rp. 98.520.793.000
2. Administrasi dan Supervisi Kegiatan sebesar Rp. 6.905.607.000
*
2.2 Indikator Kinerja dan Output Direktorat Perencanaan Tata Ruang
Indikator Kinerja Kegiatan 1 dengan output Kebijakan Teknis dan Program Perencanaan Tata Ruang merupakan Dokumen Kebijakan dan Strategi baik bersifat teknis maupun program dalam Perencanaan Tata Ruang yang akan menjadi bahan masukan dalam melakukan pekerjaan perencanaan tata ruang nasional selama 5 (lima) tahun.
BAB II
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 II-3
Perjanjian Kinerja
Indikator Kinerja Kegiatan 2 dengan output Dokumen monitoring dan evaluasi kinerja perencanaan tata ruang merupakan Dokumen pemantauan dan evaluasi kinerja perencanaan tata ruang yang dapat mendorong percepatan penyelesaian program perencanaan tata ruang nasional.
Indikator Kinerja Kegiatan 3 dengan output Data dan Informasi Bidang Perencanaan Tata Ruang merupakan dokumen pengelolaan data dan informasi RTRWN, RTR Pulau/Kepulauan dan RTR KSN dan sebagai salah satu upaya media komunikasi Pemerintah dengan stakeholder terkait.
Indikator Kinerja Kegiatan 4 dengan output Forum Masyarakat dan Kemitraan Dunia Usaha, Lembaga Pendidikan, dan Organisasi Non Pemerintah yang dibentuk atau difasilitasi pengembangannya dalam bidang perencanaan tata ruang sebagai bentuk upaya Pemerintah untuk memfasilitasi terbentuknya forum masyarakat agar dapat berperan aktif dalam bidang perencanaan tata ruang.
Indikator Kinerja Kegiatan 5 dengan output NSPK Perencanaan Tata Ruang merupakan salah satu upaya Pemerintah menyiapkan acuan bagi pemerintah daerah dalam perencanaan tata ruang berupa norma standar pedoman dan kriteria.
Indikator Kinerja Kegiatan 6 dengan output RTRWN hasil reviu merupakan dokumen hasil peninjauan kembali RTRWN yang dilakukan oleh Pemerintah setiap 5 (lima) tahun atau dapat dilakukan kurang dari 5 (lima) apabila memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dalam PP No. 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang.
Indikator Kinerja Kegiatan 7 dengan output RTR Pulau/Kepulauan hasil reviu merupakan dokumen hasil peninjauan kembali RTR Pulau/Kepulauan yang dilakukan oleh Pemerintah setiap 5 tahun atau dapat dilakukan kurang dari 5 (lima) apabila memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dalam PP No. 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang. RTR Pulau merupakan rencana rinci dari RTRWN yang nantinya menjadi dokumen acuan pemerintah daerah dalam melakukan penyusunan maupun peninjauan kembali RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota serta menjadi acuan sektor pada Kementerian/Lembaga dalam penyiapan program pembangunan serta program lintas sektor.
Indikator Kinerja Kegiatan 8 dengan output Rencana Pengelolaan Ruang Laut Nasional dan Ruang Udara Nasional merupakan amanat Undang-undang yang dituangkan dalam RPJMN dan diturunkan sebagai dokumen materi teknis yang menjadi acuan dalam peyiapan pengelolaan ruang laut nasional dan pengelolaan ruang udara nasional.
Indikator Kinerja Kegiatan 9 dengan output RTR dan RDTR Kawasan Perbatasan Negara merupakan dokumen acuan perencanaan tata ruang dan arahan zonasi di kawasan perbatasan Negara bagi pemerintah daerah serta sektor terkait keamanan dan pertahanan Negara dan upaya Pemerintah dalam peningkatan pengembangan kawasan perbatasan Negara.
Indikator Kinerja Kegiatan 10 dengan output RTR KSN dan RTR KSN Hasil Reviu merupakan dokumen penyiapan penyusunan Raperpres RTR KSN dan dokumen hasil peninjauan kembali RTR KSN yang dilakukan oleh Pemerintah setiap 5 tahun atau dapat dilakukan kurang dari 5 (lima) apabila memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dalam PP No. 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang. RTR KSN juga merupakan rencana rinci dari RTRWN nantinya menjadi dokumen acuan pemerintah daerah dalam melakukan penyusunan program prioritas pada KSN serta menjadi acuan sektor pada Kementerian/Lembaga dalam penyiapan program pembangunan serta program lintas sektor dalam mendukung program prioritas di KSN.
BAB III
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 III-1
Akuntabilitas Kinerja
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
3.1. Capaian Kinerja
Capaian kinerja Direktorat Perencanaan Tata Ruang
merupakan hasil kerja pelaksanaan kegiatan atau
program yang telah direncanakan untuk mencapai
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam jangka
waktu tertentu.
Penilaian pencapaian kinerja Direktorat Perencanaan
Tata Ruang dilakukan dengan melihat realisasi masing-
masing indikator output berdasarkan target output yang
telah ditetapkan serta indikator outcome Direktorat
Jenderal Tata Ruang yang pencapaiannya terkait langsung dengan indikator output yang ada di
Direktorat Perencanaan Tata Ruang.
3.1.1 Perbandingan Antara Target dan Realisasi Kinerja Tahun 2015
Tingkat capaian kinerja Direktorat Perencanaan Tata Ruang untuk indikator kinerja dan output dapat
dilihat pada tabel perbandingan antara target dan realisasi kinerja tahun 2015 pada Gambar 3.1
Persentase Capaian Kinerja Antara Target dan Realisasi Kinerja Direktorat Perencanan Tata Ruang 2015
Gambar 3. 1
0
20
40
60
80
100
BAB III
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 III-2
Akuntabilitas Kinerja
Indikator Kinerja Direktorat Perencanaan Tata Ruang dilakukan melalui kegiatan prioritas dan kegiatan
pendukung.
Indikator Kinerja Kegiatan 1
Indikator Kinerja 1 dicapai melalui pelaksanaan 3 (tiga) pekerjaan prioritas :
Jumlah Dokumen Kebijakan, Strategi, dan Pelaksanaan Program Bidang Perencanaan Tata Ruang
Pekerjaan
Kajian Isu-Isu Strategis Nasional dan Pengembangan Wilayah (Tol Laut)
Penyusunan Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Sungai Strategis Nasional dan Lintas Negara
Penyusunan Renstra Direktorat Perencanaan Tata Ruang 2015-2019
Output 1 Kebijakan Teknis dan Program Perencanaan Tata Ruang
TARGET : Tersedianya 3 (tiga) Dokumen Kebijakan, Strategi, dan Pelaksanaan Program Bidang
Perencanaan Tata Ruang.
REALISASI : Terselesaikannya pekerjaan yang menghasilkan 3 (tiga) Dokumen Kebijakan, Strategi,
dan Pelaksanaan Program Bidang Perencanaan Tata Ruang.
EVALUASI : Muatan substansi didalam pekerjaan belum sesuai dengan harapan karena
keterbatasan waktu pelaksanaan dan adanya perubahan struktur organisasi
Kementerian sehingga perlu penyesuaian dalam setiap penyusunan kebijakan,
strategi, dan pelaksanaan program.
MANFAAT : Tersedianya bahan masukan dalam melakukan pekerjaan perencanaan tata ruang
nasional selama 5 (lima) tahun.
Indikator Kinerja Kegiatan 2
Indikator Kinerja 2 dicapai melalui pelaksanaan 2 (dua) pekerjaan prioritas :
Jumlah Dokumen Monev Kinerja Bid. Perencanaan Tata Ruang
Pekerjaan
Fasilitasi Penyusunan serta Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Program Perencanaan Tata Ruang (Fasilitasi Program, Monev Program, dan LAKIP)
Supervisi Pelaksanaan Dekonsentrasi KSN
Output 2 Dokumen monitoring dan evaluasi kinerja perencanaan tata ruang
TARGET : Tersedianya 2 (dua) Dokumen monitoring dan evaluasi kinerja perencanaan tata
ruang.
REALISASI : Terselesaikannya pekerjaan yang menghasilkan 2 (dua) Dokumen monitoring dan
evaluasi kinerja perencanaan tata ruang.
EVALUASI : Muatan substansi didalam pekerjaan belum sesuai dengan harapan karena
keterbatasan waktu pelaksanaan sehingga belum tercapainya pelaksanaan
monitoring dan evaluasi kinerja perencanaan tata ruang.
MANFAAT : Tersedianya bahan evaluasi untuk mendorong percepatan penyelesaian program
perencanaan tata ruang nasional.
BAB III
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 III-3
Akuntabilitas Kinerja
Indikator kinerja kegiatan 3
Indikator Kinerja 3 dicapai melalui pelaksanaan 1 (satu) pekerjaan prioritas :
Jumlah Data dan Informasi Bidang Perencanaan Tata Ruang
Pekerjaan
Pemutakhiran Database Informasi RTRWN, RTR Pulau /Kepulauan dan KSN (Prioritas)
Penyusunan Profil KSN (Pendukung)
Strategi Pengembangan Kota - Kota Maritim di Indonesia (Pendukung)
Pemutakhiran Kebutuhan Pedoman Penataan Ruang Wilayah Nasional (Pendukung)
Output 3 Data dan Informasi Bidang Perencanaan Tata Ruang
TARGET : Tersedianya 1 (satu) Data dan Informasi Bidang Perencanaan Tata Ruang.
REALISASI : Terselesaikannya pekerjaan yang menghasilkan 1 (satu) Data dan Informasi Bidang
Perencanaan Tata Ruang berupa aplikasi SITARUNAS.
EVALUASI : Penyelesaian pekerjaan masih terkendala dalam penyiapan server berbasis GIS
karena belum tersambungnya jaringan internet dari Pusdatin ke ruang server
Direktorat Jenderal Tata Ruang sehingga belum sepenuhnya dapat tersajikan Peta
pada aplikasi SITARUNAS sehingga perlu pengembangan aplikasi SITARUNAS di tahun
berikutnya.
MANFAAT : Tersedianya dokumen pengelolaan data dan informasi RTRWN, RTR
Pulau/Kepulauan dan RTR KSN dan sebagai salah satu upaya media komunikasi
Pemerintah dengan stakeholder terkait.
Indikator kinerja kegiatan 4
Indikator Kinerja 4 dicapai melalui pelaksanaan 1 (satu) pekerjaan prioritas :
Jumlah Forum Masyarakat dan Kemitraaan Dunia Usaha, Lembaga Pendidikan, dan Organisasi Non Pemerintah yang dibentuk atau difasilitasi pengembangannya dalam Perencanaan Tata Ruang
Pekerjaan Pembinaan Kompetensi Sumber Daya Perencana Indonesia (Kerjasama dengan IAP)
Output 4 Forum Masyarakat dan Kemitraan Dunia Usaha, Lembaga Pendidikan, dan Organisasi Non
Pemerintah yang dibentuk atau difasilitasi pengembangannya dalam Perencanaan Tata Ruang
TARGET : Terfasilitasinya 1 (satu) Forum Masyarakat dan Kemitraan Dunia Usaha, Lembaga
Pendidikan, dan Organisasi Non Pemerintah.
REALISASI : Terfasilitasinya 1 (satu) Forum Masyarakat dan Kemitraan Dunia Usaha, Lembaga
Pendidikan, dan Organisasi Non Pemerintah yaitu dengan IAP.
EVALUASI : Belum terfasilitasinya dengan baik penyiapan Forum Masyarakat dan Kemitraan
Dunia Usaha, Lembaga Pendidikan, dan Organisasi Non Pemerintah yang dilakukan
dengan IAP karena perlu adanya petunjuk teknis pelaksanaan kerjasama dengan
pihak terkait sehingga perlu dibuat pedoman/petunjuk teknis pelaksanaan kerjasama
di tahun berikutnya.
BAB III
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 III-4
Akuntabilitas Kinerja
MANFAAT : Terbentuknya atau terfasilitasinya Forum Masyarakat dan Kemitraan Dunia Usaha,
Lembaga Pendidikan, dan Organisasi Non Pemerintah untuk dapat berperan aktif
dalam bidang perencanaan tata ruang.
Indikator kinerja kegiatan 5
Indikator Kinerja 5 dicapai melalui pelaksanaan 8 (delapan) pekerjaan prioritas :
Jumlah NSPK Perencanaan Tata Ruang
Pekerjaan
Finalisasi Pedoman Perpetaan RDTR
Finalisasi Pedoman Penataan Ruang di Kawasan Rawan Bencana
Finalisasi Pedoman Penataan Ruang Kawasan Strategis Kabupaten Direktorat Jenderal Tata Ruang
Finalisasi Pedoman Kemitraan dalam Penataan Ruang
Finalisasi Pedoman Delineasi Kawasan Perkotaan
Penyusunan Materi Teknis Pedoman Penyusunan RTR Kawasan Industri
Penyusunan Materi Teknis Pedoman Perencanaan Tata Ruang di Kawasan Reklamasi Pantai
Penyusunan Naskah Akademis Pedoman Penyajian dan Interpretasi Peta Rencana Tata Ruang
Output 5 NSPK Perencanaan Tata Ruang
TARGET : Tersusunnya 8 (delapan) Dokumen NSPK Bidang Perencanaan Tata Ruang.
REALISASI : Tersusunnya 8 (delapan) Dokumen NSPK Bidang Perencanaan Tata Ruang.
EVALUASI : Dokumen tersebut belum sampai tahap legalisasi tapi baru pada tahapan proses
pengajuan ke Bagian Hukum sebanyak 5 (lima) dokumen dan 3 (tiga) dokumen baru
pada tahap disusunnya materi teknis.
MANFAAT : Dokumen Draft NSPK Bidang Perencanaan Tata Ruang akan menjadi acuan bagi
pemerintah daerah dalam penyelenggaraan penataan ruang.
Indikator kinerja kegiatan 6
Indikator Kinerja 6 dicapai melalui pelaksanaan 1 (satu) pekerjaan prioritas :
RTRWN Hasil Reviu
Pekerjaan Fasilitasi Tindak Lanjut Hasil Peninjauan Kembali RTRWN (Prioritas)
Output 6 RTRWN Hasil Reviu.
TARGET : Tersusunnya 1 (satu) Dokumen hasil peninjauan kembali RTRWN.
REALISASI : Tersusunnya 1 (satu) Dokumen hasil peninjauan kembali RTRWN.
EVALUASI : Dokumen hasil peninjauan kembali RTRWN sudah siap diajukan ke proses
harmonisasi dengan Kemenkumham, masih perlu dilanjutkan pada tahun berikutnya.
MANFAAT : Sebagai pemenuhan amanat Undang-Undang Penataan Ruang No. 26 tahun 2007
dimana Dokumen hasil peninjauan kembali RTRWN akan menjadi dokumen acuan
pemerintah daerah dalam melakukan penyusunan maupun peninjauan kembali
RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota.
BAB III
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 III-5
Akuntabilitas Kinerja
Indikator kinerja kegiatan 7
Indikator Kinerja 7 dicapai melalui pelaksanaan 1 (satu) pekerjaan prioritas :
Jumlah RTR Pulau/Kepulauan hasil reviu
Pekerjaan Penyiapan Materi Teknis Peninjauan Kembali RTR Pulau Sulawesi
Output 7 RTR Pulau/Kepulauan Hasil Reviu
TARGET : Tersusunnya 1 (satu) Dokumen hasil peninjauan kembali RTR Pulau/Kepulauan.
REALISASI : Tersusunnya 1 (satu) Dokumen hasil peninjauan kembali RTR Pulau/Kepulauan untuk
Pulau Sulawesi.
EVALUASI : Dokumen hasil peninjauan kembali RTR Pulau/Kepulauan untuk Pulau Sulawesi
berupa Materi Teknis masih perlu dilanjutkan ke proses penyusunan kajian aspek
strategis pada tahun berikutnya sebagai bahan pendukung penyusunan reviu Perpres
No.88 Tahun 2011.
MANFAAT : Dokumen hasil peninjauan kembali RTR Pulau/Kepulauan akan menjadi dokumen
acuan pemerintah daerah dengan pemerintah daerah lainnya bersinergi dalam
melakukan penyusunan program pembangunan serta program lintas sektor serta
acuan dalam peninjauan kembali RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota.
Indikator kinerja kegiatan 8
Indikator Kinerja 8 memuat 2 (dua) pekerjaan yaitu :
Jumlah Rencana Pengelolaan Ruang Laut Nasional dan Ruang Udara Nasional
Pekerjaan Kajian Pemanfaatan dan Pengelolaan Ruang Laut dan Ruang Udara Nasional
Penyusunan Naskah Akademis RUU Tentang Pengelolaan Udara Nasional
Output 8 Rencana Pengelolaan Ruang Laut dan Rencana Pengelolaan Ruang Udara Nasional.
TARGET : Tersusunnya 2 (dua) Dokumen Rencana Pengelolaan Ruang Laut Nasional dan Ruang
Udara Nasional.
REALISASI : Tersusunnya 2 (dua) Dokumen Rencana Pengelolaan Ruang Laut Nasional dan Ruang
Udara Nasional.
EVALUASI : Dokumen Rencana Pengelolaan Ruang Laut Nasional dan Ruang Udara Nasional
masih berupa draft Materi Teknis Rencana Pengelolaan Ruang Laut Nasional dan
digunakan sebagai bahan masukan dalam peninjauan kembali RTRWN, untuk kajian
Rencana Pengelolaan Ruang Udara Nasional masih akan dilanjutkan ke proses
penyusunan draft Rapepres pada tahun berikutnya.
MANFAAT : Rencana Pengelolaan Ruang Laut Nasional dan Ruang Udara Nasional merupakan
amanat Undang-undang yang dituangkan dalam RPJMN dan diturunkan sebagai
dokumen materi teknis yang menjadi acuan dalam peyiapan pengelolaan ruang laut
nasional dan pengelolaan ruang udara nasional.
Indikator kinerja kegiatan 9
Indikator Kinerja 9 dicapai melalui pelaksanaan 12 (dua belas) pekerjaan prioritas :
BAB III
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 III-6
Akuntabilitas Kinerja
Jumlah RTR dan RDTR Kawasan Perbatasan Negara
Pekerjaan
Penyusunan Rencana Detail Kawasan Perbatasan di Entikong
Penyusunan Rencana Detail Kawasan Perbatasan di Paloh
Penyusunan Rencana Detail Kawasan Perbatasan di Nanga Badau
Penyusunan Rencana Detail Kawasan Perbatasan di Nunukan
Penyusunan Rencana Detail Kawasan Perbatasan di Motaain
Penyusunan Rencana Detail Kawasan Perbatasan di Motamasin
Penyusunan Rencana Detail Kawasan Perbatasan di Skow
Penyusunan Rencana Detail Kawasan Perbatasan di Waris
Penyusunan Rencana Detail Kawasan Perbatasan di Miangas
Penyusunan Rencana Detail Kawasan Perbatasan di Morotai
Rounding Up Fasilitasi Legislasi dan Penyusunan Raperpres RTR KSN Kawasan Perbatasan ( Aceh-Sumut, Riau-Kepri, Kaltim-Kaltara-Sulut-Gorontalo-Sulteng)
Penyempurnaan Raperpres dan Penyiapan Peta Lampiran RTR Kawasan Perbatasan di Laut Lepas
Output 9 RTR dan RDTR Kawasan Perbatasan Negara
TARGET : Tersusunnya 10 (sepuluh) dokumen RDTR Kawasan Perbatasan Negara dan 2 (dua)
dokumen RTR Kawasan Perbatasan Negara.
REALISASI : Tersusunnya 10 (sepuluh) dokumen RDTR Kawasan Perbatasan Negara dan 2 (dua)
dokumen RTR Kawasan Perbatasan Negara.
EVALUASI : Proses penetapan Dokumen RTR Kawasan Perbatasan Negara :
1. Kawasan Perbatasan Negara Kaltim-Kaltara-Sulut-Gorontalo-Sulteng, masih
dalam proses penetapan dan permintaaan nomor Perpres
2. Kawasan Perbatasan Negara Aceh-Sumut masih dalam proses pengajuan
penetapannya oleh Presiden (melalui Setkab) .
3. Kawasan Perbatasan Negara Riau-Kepri, masih dalam proses pengajuan
penetapannya oleh Presiden (melalui Setkab).
4. Penyempurnaan Raperpres di Laut Lepas, masih dalam tahap penyusunan
materi teknis dan draft Raperpres.
Dokumen RTR Kawasan Perbatasan Negara sudah masuk pada tahap persetujuan
akhir (Program penyusunan peraturan Peraturan Presiden Tahun 2015/Prolegnas).
Untuk dokumen RDTR Kawasan Perbatasan Negara berupa dokumen materi teknis.
MANFAAT : RTR dan RDTR Kawasan Perbatasan Negara akan dijadikan acuan perencanaan tata
ruang dan arahan zonasi di kawasan perbatasan Negara bagi pemerintah daerah
serta sektor, terkait keamanan dan pertahanan Negara dan upaya Pemerintah dalam
peningkatan pengembangan kawasan perbatasan Negara.
Indikator output 10
Indikator Kinerja 10 dicapai melalui penyelesaian 38 (tiga puluh delapan) RTR KSN:
Jumlah RTR KSN hasil Reviu
Pekerjaan Penyediaan Peta dan Fasilitasi Legislasi RTR KSN Taman Nasional (KE Leuser, TN Kerinci Seblat, HL Batabuh, TN Bukit Tiga puluh dan TN Ujung Kulon)
BAB III
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 III-7
Akuntabilitas Kinerja
Fasilitasi Penetapan RTR KSN Perkotaan (Kedungsepur, Gerbangkertosusilo, dan Cekungan Bandung)
Finalisasi Penetapan RTR KSN Perkotaan Jabodetabekpunjur
Rounding UP Fasilitasi Legalisasi dan Penyusunan Raperpres KSN Wilayah I Penyempurnaan Peta dan Fasilitasi Legislasi Raperpres RTR KSN Taman Nasional Tanjung Puting, Gunung RInjani, HoB, dan Komodo
Rounding Up Fasilitasi Legalisasi Raperpres RTR KSN di Wilayah II ( 12 kapet, komodo, sorowako, timika, tondano, toraja, tangjung putting, rinjani)
Penyepakatan Muatan dan Proses Legislasi Raperpres KSN Teknologi Tinggi
Fasilitasi Legislasi Raperpres RTR KSN Timika dan Raja Ampat Finalisasi Revisi Perpes 54/2008 tentang Penataan Ruang Jabodetabekpunjur
Penyusunan Raperpres dan Penyiapan Peta RTR KSN Berbak, Bukit Dua Belas dan Mahato
Penyusunan KLHS KSN Mahato, Bukit Dua Belas, Berbak, dan Tanjung Lesung
Penyempurnaan Materi Teknis Kawasan Cagar Budaya Bali Landscape
Penyiapan Materi Teknis Peninjauan Kembali RTR KSN BBK
Penyempurnaan Peta Lampiran Raperpres RTR KSN Laut Banda dan RTR KSN PBPB Sabang
Penyiapan draft Raperpres dan Peta Lampiran Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Candi Prambanan
Penyusunan KLHS KSN Teknologi Tinggi
Penyiapan Peta Lampiran RTR KSN Teknologi Tinggi
Penyempurnaan dan Penyiapan Peta Raperpres RTR KSN K3H Teluk Bintuni, KL Buol Lambunu, KL Balingara, dan Poso
Penyempurnaan dan Penyiapan Peta Lampiran RTR KSN TN Rawa Aopa-Watumohai dan Rawa Tinondo
Penyempurnaan Raperpres RTR KSN TN. Lorentz
Penyiapan Peta Lampiran Raperpres RTR KSN Jabodetabekpunjur
Rencana Pengembangan Kawasan Pusat Pelayanan Utama Danau Toba Kota Balige
Rencana Pengembangan Wilayah Terisolir Pulau Sumatera Bagian Barat
Rencana Pengembangan Wilayah Terisolir Pulau Jawa Bagian Selatan
Rencana Pengembangan Wilayah Papua Bagian Selatan Rencana Pengembangan Wilayah Pulau Nias, Mentawai, Rupat, dan Simeuleu
Penyiapan Strategi Pengembangan Wilayah Berbasis Rendah Karbon di Pulau Papua
Penyiapan Strategi Pengembangan Wilayah Berbasis Rendah Karbon di Pulau Kalimantan
Rencana Pengembangan Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan di Bali dan Jawa
Penyusunan Konsep Penataan Kawasan Pertambangan di KSN Timika
Kajian Perkembangan Kebijakan dan Strategi dalam Penataan Kawasan Perkotaan Jabodetabekpunjur
Output 10 RTR KSN dan RTR KSN Hasil Reviu
TARGET : Tersusunnya 38 (tiga puluh delapan) dokumen RTR KSN dan atau RTR KSN hasil reviu.
REALISASI : Tersusunnya 37 (tiga puluh tujuh) dokumen RTR KSN dan 1 (satu) dokumen RTR KSN
Hasil Reviu.
EVALUASI : Dokumen RTR KSN dan dokumen RTR KSN hasil reviu masih dalam tahap proses
legalisasi di Kemenkumham. Penyelesaian legalisasi Dokumen tersebut diatas
mengikuti adanya kebijakan di Kemenkumham yang membatasi jumlah usulan
Raperpres hanya 4 Raperpres setiap tahun sehingga proses legalisasi secara bertahap
akan diajukan pada tahun berikutnya.
MANFAAT : Dokumen RTR KSN merupakan rencana rinci dari RTRWN yang akan menjadi
dokumen acuan pemerintah daerah dalam melakukan penyusunan program prioritas
pada KSN serta menjadi acuan sektor pada Kementerian/Lembaga dalam penyiapan
program pembangunan serta program lintas sektor dalam mendukung program
prioritas di KSN.
BAB III
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 III-8
Akuntabilitas Kinerja
3.1.2 Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2015 Dengan Target Jangka Menengah
RPJMN tahun 2015-2019 adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk periode 5 (lima)
tahun terhitung sejak tahun 2015 sampai dengan tahun 2019. Dokumen ini merupakan penjabaran
dari visi, misi dan program Presiden hasil Pemilihan Umum tahun 2015. RPJM memuat strategi
pembangunan nasional, kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga dan lintas
Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayah, serta kerangka ekonomi makro yang
mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana
kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.
Dalam penyelenggaraan penataan ruang yang meliputi kegiatan pengaturan, pembinaan,
pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang, perlu dilakukan penyusunan, sinkronisasi, dan
sosialisasi peraturan perundang-undangan serta berbagai pedoman teknisnya. Sejak ditetapkannya
UU No. 26 Tahun 2007, kelembagaan penataan ruang baik di tingkat pusat maupun daerah menjadi
prasyarat bagi tercapainya tujuan penataan ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan.
Salah satu fungsi kelembagaan yang perlu diperkuat adalah koordinasi antara berbagai instansi terkait.
Di tingkat pusat, koordinasi dilaksanakan oleh Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN)
sesuai dengan Keppres No. 4 Tahun 2009 tentang Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional,
sedangkan di tingkat daerah koordinasi dilaksanakan oleh Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah
(BKPRD) sesuai dengan Kepmendagri No. 50 Tahun 2009 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang
Daerah.
Dalam rangka meningkatkan pemahaman seluruh pemangku kepentingan, maka telah dilakukan
sosialisasi dan advokasi terhadap peraturan perundang-undangan yang telah disusun serta beberapa
NSPK ke berbagai pemangku kepentingan baik di tingkat pusat maupun daerah. Pelaksanaan sosialisasi
dan advokasi diperlukan agar diperoleh kesamaan pemahaman terhadap produk penataan ruang yang
berkualitas secara rutindan intensif mengingat adanya dinamika pergantian pemangku kepentingan di
daerah.
Untuk peningkatan penyelenggaraan penataan ruang maka perlu mengacu pada target-target RPJMN
yang terkait dengan Program Penyelenggaraan Penataan Ruang. Target-target RPJMN pada Program
Penyelenggaraan Penataan Ruang dipenuhi oleh realisasi kinerja dari Kegiatan yang ada di lingkungan
Direktorat Jenderal Penataan Ruang yaitu dari Sekretariat Direktorat Jenderal Tata Ruang, Direktorat
Perencanaan Tata Ruang, Direktorat Pemanfaatan Ruang, Direktorat Penataan Kawasan, serta
Direktorat Pembinaan Perencanaan Tata Ruang dan Pemanfaatan Ruang Daerah.
Perbandingan Realisasi Kinerja Direktorat Perencanaan Tata Ruang Tahun 2015 Dengan Target Jangka
Menengah 2015-2019 dapat dilihat pada tabel 3.1.
BAB III
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 III-9
Akuntabilitas Kinerja
Tabel 3.1 Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2015 Dengan Target Jangka Menengah 2015-2019
No. Kode Sasaran Indikator Output Target Realisasi Pekerjaan
1 Pembinaan Pelaksanaan Penataan Ruang Daerah Wilayah II
Meningkatnya ketersediaan regulasi tata ruang yang efektif dan harmonis
Jumlah Dokumen Materi Teknis dan Rancangan NSPK Penataan Ruang yang Sudah Mengakomodasi Kebijakan Sektoral
5 dokumen
5 dokumen
1. Finalisasi Pedoman Perpetaan RDTR
2. Finalisasi Pedoman Penataan Ruang di Kawasan Rawan Bencana
3. Penyusunan Materi Teknis Pedoman Penyusunan RTR Kawasan Industri
4. Penyusunan Materi Teknis Pedoman Perencanaan Tata Ruang di Kawasan Reklamasi Pantai
5.Penyusunan Naskah Akademis Pedoman Penyajian dan Interpretasi Peta Rencana Tata Ruang
2
Pelaksanaan Penataan Ruang Nasional
Meningkatnya ketersediaan regulasi tata ruang yang efektif dan harmonis
Jumlah Dokumen Materi Teknis dan Rancangan NSPK Wilayah Nasional, Pulau/ Kepulauan, dan Pengelolaan Ruang Udara Nasional
1 dokumen
1 dokumen
Finalisasi Pedoman Penataan Ruang Kawasan Strategis Kabupaten Direktorat Jenderal Tata Ruang(Prioritas)
Jumlah Dokumen Materi Teknis dan Rancangan NSPK Wilayah Nasional, Pulau/ Kepulauan, dan Pengelolaan Ruang Laut di atas 12 mil
1 dokumen
1 dokumen
Finalisasi Pedoman Kemitraan dalam Penataan Ruang
Meningkatnya kualitas pelaksanaan penataan ruang nasional
Jumlah Dokumen Kajian, Materi Teknis, Peninjauan Kembali RTRWN
1 dokumen
1 dokumen
Prioritas
1.Fasilitasi Tindak Lanjut Hasil Peninjauan Kembali RTRWN (Prioritas)
Pendukung
2.Pendampingan Penyusunan KLHS RTRWN
3.Integrasi Peta RTRWN dengan Peta Rencana Rincinya
Jumlah Dokumen Kajian, Materi Teknis, RTR dan Peninjauan Kembali RTR Laut Nasional
1 dokumen
1 dokumen
Kajian Pemanfaatan dan Pengelolaan Ruang Laut dan Ruang Udara Nasional
BAB III
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 III-10
Akuntabilitas Kinerja
No. Kode Sasaran Indikator Output Target Realisasi Pekerjaan
Jumlah Dokumen Kajian, Materi Teknis, RTR, Peninjauan Kembali, dan RTR KSN Non Perkotaan
41 dokumen
38 KSN
Prioritas
1. Penyediaan Peta dan Fasilitasi Legislasi RTR KSN Taman Nasioal (Kawasan Ekosistem Leuser, TN Kerinci Seblat, HL Batabuh, TN Bukit Tiga Puluh, dan TN Ujung Kulon)
2. Fasilitasi Penetapan RTR KSN Perkotaan (Kedung Sepur, Gerbangkertosusila, dan Cekungan Bandung)
3. Rounding Up Fasilitasi Legalisasi dan Penyusunan Raperpres RTR KSN Wilayah I (4 KSN)
4. Penyempurnaan Peta dan Fasilitasi Legislasi Raperpres RTR KSN Taman Nasional ( Tanjung Putting, Gunung Rinjani, HoB, dan Komodo)
5. Rounding Up Fasilitasi Legalisasi dan Penyusunan Raperpres RTR KSN Wilayah II ( 12 kapet, komodo, sorowako, timika, tondano, toraja, tangjung putting, rinjani)
6. Penyepakatan Muatan dan Proses Legislasi RaperPres KSN Teknologi Tinggi (4 KSN)
7. Fasilitasi Legislasi Raperpres RTR KSN Timika dan Raja Ampat
Pendukung
8.Penyusunan Raperpres dan Penyiapan Peta RTR KSN Berbak, Bukit Dua Belas dan Mahato
9.Penyusunan KLHS KSN Mahato, Bukit Dua Belas, Berbak, dan Tanjung Lesung
10. Penyempurnaan Materi Teknis Kawasan Cagar Budaya Bali Landscape
BAB III
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 III-11
Akuntabilitas Kinerja
No. Kode Sasaran Indikator Output Target Realisasi Pekerjaan
11.Penyiapan Materi Teknis Peninjauan Kembali RTR KSN BBK
12.Penyempurnaan Peta Lampiran Raperpres RTR KSN Laut Banda dan RTR KSN PBPB Sabang
13.Penyiapan draft Raperpres dan Peta Lampiran Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Candi Prambanan
14.Penyusunan KLHS KSN Teknologi Tinggi
15.Penyiapan Peta Lampiran RTR KSN Teknologi Tinggi
16.Penyempurnaan dan Penyiapan Peta Raperpres RTR KSN K3H Teluk Bintuni, KL Buol Lambunu, KL Balingara, dan Poso
17.Penyempurnaan dan Penyiapan Peta Lampiran RTR KSN TN Rawa Aopa-Watumohai dan Rawa Tinondo
18.Penyempurnaan Raperpres RTR KSN TN. Lorentz
19.Rencana Pengembangan Kawasan Pusat Pelayanan Utama Danau Toba Kota Balige
20.Rencana Pengembangan Wilayah Terisolir Pulau Sumatera Bagian Barat
21.Rencana Pengembangan Wilayah Terisolir Pulau Jawa Bagian Selatan
22.Rencana Pengembangan Wilayah Papua Bagian Selatan
23.Rencana Pengembangan Wilayah Pulau Nias, Mentawai, Rupat, dan Simeuleu
24.Penyiapan Strategi Pengembangan Wilayah Berbasis Rendah Karbon di Pulau Papua
BAB III
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 III-12
Akuntabilitas Kinerja
No. Kode Sasaran Indikator Output Target Realisasi Pekerjaan
25.Penyiapan Strategi Pengembangan Wilayah Berbasis Rendah Karbon di Pulau Kalimantan
26.Rencana Pengembangan Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan di Bali dan Jawa
27.Penyusunan Konsep Penataan Kawasan Pertambangan di KSN Timika
3
Pelaksanaan Pengembangan Perkotaan
Meningkatnya kualitas pelaksanaan penataan ruang nasional
Jumlah Dokumen Kajian, Materi Teknis, RTR dan Peninjauan Kembali RTR KSN Perkotaan
2 dokumen/ Raperpres
1 dokumen
Finalisasi Pedoman Kemitraan dalam Penataan Ruang
Jumlah Dokumen Materi Teknis dan Review RTR KSN Jabodetabekpunjur
1 dokumen
4 dokumen
1. Finalisasi Revisi Perpres 54/2008 tentang Penataan Ruang Jabodetabebekpunjur (Prioritas)
2. Fasilitasi Penetapan RTR KSN Perkotaan Jabodetabekpunjur (Prioritas)
3.Penyiapan Peta Lampiran Raperpres RTR KSN Jabodetabekpunjur
4.Kajian Perkembangan Kebijakan dan Strategi dalam Penataan Kawasan Perkotaan Jabodetabekpunjur
Meningkatnya ketersediaan regulasi tata ruang yang efektif dan harmonis
Jumlah Dokumen Materi Teknis dan Rancangan NSPK Perkotaan
2 Materi Teknis/ NSPK
Jumlah Kelompok Masyarakat dan Dunia Usaha yang Terbina 35 kelompok
1 dokumen
Pembinaan Kompetensi Sumber Daya Perencana Indonesia (Kerjasama dengan IAP) (Prioritas)
BAB III
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 III-13
Akuntabilitas Kinerja
3.1.3 Perbandingan Antara Realisasi Kinerja dan Capaian Kinerja Pada Tahun 2015
dengan Tahun 2014
Perbandingan Realisasi Kinerja dan Capaian Kinerja Tahun 2014 dengan Tahun 2015 perlu
memperhatikan beberapa hal seperti restrukturisasi organisasi Direktorat Jenderal Tata Ruang yang
sebelumnya di Kementerian Pekerjaan Umum kemudian dipindahkan ke Kementerian Agraria dan
Tata Ruang/ BPN mengakibatkan perubahan struktur organisasi. Perubahan struktur organisasi
mempengaruhi kinerja dari Direktorat Perencanaan Tata Ruang dalam menentukan target dan juga
realisasi pekerjaan.
Perbandingan Realisasi dan Capaian Kinerja Direktorat Perencanaan Tata Ruang Tahun 2015 dengan
Rencana dan Capaian Kinerja Direktorat Penataan Ruang Wilayah Nasional Tahun 2014 dapat dilihat
pada tabel 3.2
Tabel 3.2 Perbandingan Capaian Kinerja Tahun 2014 dengan
Direktorat Perencanaan Tata Ruang Tahun 2015
RENCANA KINERJA TAHUN 2014 RENCANA KINERJA TAHUN 2015 INDIKATOR OUTPUT 2014 TARGET REALISASI INDIKATOR OUTPUT
2015 TARGET REALISASI
Hasil pengendalian pelaksanaan
pengembangan wilayah nasional,
pulau, dan KSN (monev)
12 laporan
27 KSN
13 laporan
27 KSN
Dokumen monitoring dan evaluasi kinerja perencanaan tata ruang
2 dokumen
2 dokumen
Hasil penyiapan dan review
RTRWN, RTR Pulau, dan RTR KSN
6 raperpres
6 materi teknis
1 kajian
16 laporan
6 raperpres
6 materi teknis
1 kajian
16 laporan
Kebijakan dan strategi penataan
ruang nasional 11 laporan 12 laporan Kebijakan Teknis dan Program Perencanaan Tata Ruang
3 dokumen
3 dokumen
Standarisasi Teknis (NSPK)
Nasional
5 NSPK;
4 Materi NSPK
1 NSPK;
4 Materi NSPK
NSPK Perencanaan Tata Ruang
8 NSPK 8 NSPK
3.1.4 Perbandingan Realisasi Kinerja Direktorat Perencanaan Tata Ruang Tahun
2015 dengan Rencana Strategis
Penyusunan Perjanjian Kinerja harus menyesuaikan dengan Rencana Strategis yang telah disusun.
Perbandingan antara Rencana Stategis dengan Perjanjian Kinerja, bertujuan untuk mengetahui target
apa saja yang telah direalisasikan dan sesuai dengan Rencana Strategis yang telah disusun.
Perbandingan antara kegiatan yang ada pada Perjanjian Kinerja dengan Renstra 2015 ditemukan
indikator dengan realisasi kinerja yang melebihi target Renstra namun juga juga sebaliknya ada yang
belum sesuai dengan target pada Renstra.
Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2015 dengan Rencana Strategis (Renstra) Direktorat
Perencanaan Tata Ruang Tahun 2015 dapat dilihat pada Gambar 3.2 .
BAB III
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 III-14
Akuntabilitas Kinerja
Prosentase Perbandingan Realisasi Kinerja Direktorat Perencanan Tata
Ruang Tahun 2015 Dengan Rencana Strategis 2015-2019
Gambar3.2
Dari grafik Realisasi Kinerja Tahun 2015 dengan Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Perencanaan
Tata Ruang Tahun 2015 adalah lebih rendah dari Renstra karena dipengaruhi adanya skala prioritas
penganggaran Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN.
Perbandingan Realisasi Kinerja 2015 dengan Target Renstra 2015 secara rinci dapat dilihat pada tabel 3.3
05
1015202530354045
Series1 Series2
Keterangan : Series 1 : Renstra Tahun 2015, Series 2 : Realisasi Kinerja Tahun 2015
BAB III
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 III-15
Akuntabilitas Kinerja
Tabel 3.3 Perbandingan Realisasi Kinerja 2015 dengan Target Renstra 2015
RENSTRA 2015 PERJANJIAN KINERJA 2015 INDIKATOR TARGET INDIKATOR TARGET
NSPK Jumlah Dokumen kajian, materi teknis, rancangan permen, dan laporan pelaksanaan sosialisasi permen NSPK perencanaan tata ruang Wilayah (termasuk standarisasi penyusun RTR)
1 Dokumen Jumlah NSPK Perencanaan Tata Ruang 8 Dokumen
Jumlah Dokumen kajian, materi teknis, rancangan permen, dan laporan pelaksanaan sosialisasi permen NSPK Perencanaan Tata Ruang Wilayah Perkotaan
9 Dokumen
NSPK perencanaan tata ruang Kawasan Perdesaan (termasuk standarisasi penyusun RTR)
1 Dokumen
Pegelolaan Ruang Laut Nasional dan Ruang Udara Nasional Jumlah Dokumen kajian, materi teknis, rancangan permen, dan laporan pelaksanaan sosialisasi permen NSPK Pengelolaan Ruang Udara Nasional
0 Dokumen Jumlah Dokumen Rencana Pengelolaan Ruang Laut Nasional dan Ruang Udara Nasional
2 Dokumen
Jumlah Dokumen Kajian dan Materi Teknis Rencana Pengelolaan Ruang Laut Nasional dan Rencana Pengelolaan Ruang Udara Nasional
1 Dokumen
Jumlah Rencana Pengelolaan Ruang Laut Nasional dan Rencana Pengelolaan Ruang Udara Nasional yang dilegalkan
0 Dokumen
RTRWN Jumlah Dokumen kajian, materi teknis, peninjauan kembali RTRWN 1 Dokumen RTRWN Hasil Review 1 RTRWN
Jumlah Dokumen RTRWN hasil peninjauan kembali yang dilegalkan 0 Dokumen KSN Jumlah dokumen kajian dan materi teknis, RTR KSN Wilayah I
20 Dokumen Jumlah RTR KSN dan RTR KSN Hasil Reviu 38 KSN
Jumlah dokumen peninjauan kembali RTR KSN Wilayah I
0 Dokumen
Jumlah dokumen RTR KSN Wilayah I hasil peninjauan kembali yang dilegalkan
20 Dokumen
Jumlah dokumen kajian dan materi teknis, RTR KSN Wilayah II 21 Dokumen
Jumlah dokumen peninjauan kembali RTR KSN Wilayah II 0 Dokumen
BAB III
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 III-16
Akuntabilitas Kinerja
Jumlah dokumen RTR KSN Wilayah II hasil peninjauan kembali yang dilegalkan
21 Dokumen
Jumlah dokumen materi teknis RTR KSN Jabodetabekjur 1 Dokumen
Jumlah dokumen review RTR KSN Jabodetabekjur 0 Dokumen Forum Masyarakat Jumlah forum masyarakat yang dibentuk dan difasilitasi pengembangannya dalam perencanaan tata ruang(termasuk dengan asosiasi profesi terkait tata ruang)
1 Dokumen Jumlah Forum Masyarakat dan Kemitraaan Dunia Usaha, Lembaga Pendidikan, dan Organisasi Non Pemerintah yang dibentuk atau difasilitasi pengembangannya dalam Perencanaan Tata Ruang
1 Dokumen
Jumlah kesepakatan kemitraan dengan dunia usaha yang difasilitasi pengembangannya dalam perencanaan tata ruang
0 Dokumen
Jumlah kesepakatan kemitraan dengan lembaga pendidikan yang difasilitasi pengembangannya dalam perencanaan tata ruang
0 Dokumen
Jumlah kesepakatan kemitraan dengan organisasi non pemerintah yang difasilitasi pengembangannya dalam perencanaan tata ruang
0 Dokumen
Monitoring dan Evaluasi Jumlah Dokumen monitoring dan evaluasi pelaksanaan perencanaan tata ruang
4 Dokumen Jumlah Dokumen Monev Kinerja Bidang Perencanaan Tata Ruang
2 Dokumen
Data dan Informasi Jumlah Dokumen Data Dan Informasi serta kemitraan Bidang Perencanaan Tata Ruang Yang Terdokumentasi
3 Dokumen Jumlah Data dan Informasi Bidang Perencanaan Tata Ruang
1 Dokumen
RTR Pulau/Kepulauan Jumlah Dokumen kajian, materi teknis, peninjauan kembali RTR Pulau/Kepulauan
0 Dokumen Jumlah RTR Pulau/Kepulauan Hasil Reviu 1 Dokumen
RTR Pulau/Kepulauan hasil review yang dilegalkan 0 Dokumen Kebijakan Teknis dan Program Perencanaan Tata Ruang Jumlah Dokumen Kebijakan Teknis, Program Perencanaan Tata Ruang
6 Dokumen Jumlah Dokumen Kebijakan, Strategi, dan Pelaksanaan Program Bidang Perencanaan Tata Ruang
3 Dokumen
Jumlah RTR dan RDTR Kawasan Perbatasan Negara 10 RDTR Kawasan Perbatasan Negara dan 2 RTR Kawasan Perbatasan Negara
BAB III
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 III-17
Akuntabilitas Kinerja
Dari perbandingan antara kegiatan yang ada pada Perjanjian Kinerja dengan Renstra 2015 ditemukan
indikator dengan realisasi kinerja yang melebihi target Renstra namun juga juga sebaliknya ada yang
kurang.
▪ Indikator dengan realisasi lebih banyak dibandingkan target Renstra 2015 :
1. Jumlah RTR dan RDTR Kawasan Perbatasan Negara
2. Jumlah Dokumen Kebijakan Teknis, Program Perencanaan Tata Ruang
▪ Indikator dengan realisasi lebih sedikit dibandingkan target Renstra 2015 :
1. Jumlah Dokumen Monev Kinerja Bidang Perencanaan Tata Ruang
2. Jumlah Data dan Informasi Bidang Perencanaan Tata Ruang
3. Jumlah RTR KSN dan RTR KSN Hasil Reviu
4. Jumlah NSPK Perencanaan Tata Ruang
Tidak tercapainya realisasi dari target kegiatan Renstra Direktorat Perencanaan Tata Ruang
disebabkan beberapa kendala.
▪ umum :
1. Pembentukan Kementerian Agraria dan Tata Ruang berpengaruh pada Struktur
Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) Direktorat Perencanaan Tata Ruang. Perubahan
SOTK tersebut juga mempengaruhi capian kinerja Direktorat dalam mencapai target
yang diterdapat pada Renstra.
2. DIPA anggaran turun terlambat dari jadwal yang telah ditentukan.
3. Cukup tingginya dinamika perubahan kebijakan terkait pemprograman dan
penganggaran serta terbatasnya alokasi anggaran.
▪ Secara Jumlah Dokumen Monev Kinerja Bidang Perencanaan Tata Ruang
1. Adanya pemotongan pagu anggaran direktorat yang mengharuskan dikuranginya
beberapa pekerjaan di lingkungan Direktorat Perencanaan Tata Ruang
2. Walaupun jumlah output kurang dari yang ditargetkan dalam renstra, namun
kedalaman dan kualitas materi dari indikator ini sudah memenuhi target, antara
ditandai dengan telah dilakukannya penetapan kinerja, penyusunan laporan kinerja,
monitoring kinerja pelaksanaan KSN, pemrograman, penyusunan RKA/KL, mid-term
review hingga telah dilaksanakannya rapat koordinasi tahunan.
▪ Jumlah Data dan Informasi Bidang Perencanaan Tata Ruang
1. Adanya pemotongan pagu anggaran direktorat yang mengharuskan dikuranginya
beberapa pekerjaan di lingkungan Direktorat Perencanaan Tata Ruang
2. Walaupun jumlah output kurang dari yang ditargetkan dalam renstra, namun salah
satu milestone utama dalam indikator ini tercapai, yaitu menyusunan sistem
informasi tata ruang nasional dalam bentuk aplikasi web (sitarunas.bpn.go.id).
▪ Jumlah RTR KSN dan RTR KSN Hasil Reviu
KEMENKUMHAM hanya memberi batas pengajuan legalisasi dokumen hanya 4 (empat)
dokumen untuk tiap tahunnya untuk tiap Kementrian. Pengajuan legalisasi dokumen juga
belum tentu akan berhasil namun juga ada kemungkinan ditolak.
▪ Jumlah NSPK Perencanaan Tata Ruang
Proses penyusunan dan penyepakatan muatan materi tiap-tiap kegiatan memerlukan
keterlibatan dan persetujuan dari cukup banyak pihak.
BAB III
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 III-18
Akuntabilitas Kinerja
3.1.5 Penyebab Keberhasilan / Kegagalan
Tahun 2015 merupakan tahun pertama berdirinya organisasi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional dan juga unit kerja Direktorat Perencanaan Tata Ruang. Perencanaan
program kerja yang disusun untuk pelaksanaan pekerjaan tahun 2015 berbeda jauh dari realisasi
pelaksanaan pekerjaan tahun 2015. Hal ini karena terjadi perubahan lingkungan strategis yaitu
terbentuknya Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) yang baru, yang mengakibatkan tertundanya
pelaksanaan pekerjaan pada tahun 2015, yang secara efektif membuat pelaksanaan pekerjaan
dilaksanakan hanya pada semester 2 tahun 2015.
Untuk pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan penyusunan, rounding up, maupun finalisasi RTR
KSN, secara garis besar keberhasilan pencapaian sasaran dalam setiap tahapan untuk mendapatkan
kesepakatan dalam proses penyusunan RTR KSN dengan pemerintah daerah maupun pemerintah
pusat dipengaruhi oleh pembahasan secara intensif. Pembahasan dengan pemerintah daerah
dilakukan untuk mendapatkan kesepakatan gubernur yang kemudian dilakukan pembahasan Eselon
I BKPRN untuk mendapatkan kesepakatan Pemerintah. Setelah didapatkan kesepakatan Eselon I
BKPRN maka kemudian dilakukan proses harmonisasi di Kementerian Hukum dan HAM sebelum
ditetapkan sebagai Peraturan Presiden oleh Sekretariat Kabinet. Kegagalan pencapaian sasaran pada
salah satu tahapan dapat mempengaruhi tidak tercapainya konsensus kesepakatan sehingga
menunda waktu penyelesaian proses pencapaian tahapan.
Tahap selanjutnya yang menjadi kendala Direktorat Perencanaan Tata Ruang sehingga tidak maksimal
dalam mencapai target Perjajian Kinerja terkait proses legalisasi. Tugas dari Direktorat Perencanaan
Tata Ruang menyiapkan materi teknis dan pedoman yang merupakan produk fisik dari kegiatan yang
dilaksanakan. Setelahnya materi teknis dan pedoman masuk pada tahap legalisasi yang menjadi tugas
dan tanggung jawab bagian Hukum, Kepegawaian, dan Ortala, Seditjen Tata Ruang. Proses legalisasi
membutuhkan waktu yang tidak singkat sehingga cukup mempengaruhi hasil capaian Perjanjian
Kinerja.
Terkait dengan penyusunan pedoman penataan ruang, kendala yang dihadapi antara lain konsensus
atau penyepakatan dari materi atau draft yang telah disusun. Dalam menyusun pedoman diperlukan
pembahasan dan penyepakatan dengan pakar, stakeholder yang terkait dan legalisasi di biro hukum.
Karena efektif pelaksanaan pekerjaan terkendala masalah waktu yang terbatas pada tahun 2015
hanya pada semester 2 maka beberapa aktivitas dan kesepakatan belum optimal didapat.
Prosedur Penyusunan Rancang
Recommended